Upload
unigha
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
”Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP
Negeri 2 Simpang Tiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 :
263).
Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses
pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan
nonformal. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap,
melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu
perubahan atau perbaikan secara terus- menerus. Perubahan dapat
dilakukan dalam hal metode atau strategi mengajar, buku-buku
pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi
pelajaran.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan
hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung didalam
matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya
bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar
dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis dan tepat
(Djamarah,2005:46).
Kondisi pengajaran matematika sendiri saat ini masih
menunjukkan adanya peluang yang luas bagi diadakannya upaya-upaya
perbaikan ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini mengingat
perkembangan ilmu matematika yang sangat pesat dewsa ini. Di sisi
lain, kritikan dan sorotan masih sering dikemukakan, terutama
dalam hal masih rendahnya nilai mata pelajaran matematika peserta
didik bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain, apabila saat
ini kesan matematika itu salah satu mata pelajaran yang paling
ditakuti siswa masih terasa sangat kental. Dengan demikian
dibutuhkan upaya-upaya atau langkah-langkah yang strategis secara
efektif untuk mencapai kwalitas pendidikan khususnya pada mata
pelajaran matematika sebagaimana harapan kita bersama.
Soleh(2008:3) menyatakan bahwa :
Dalam pelajaran matematika diharapkan agar siswa mampumenguasai dan memahami dasar teori, konsep yang tepat danprinsip-prinsip penerapan atau aplikasinya di berbagaidisiplin ilmu pengetahuan lainnya, maka konsep dasarpembelajaran ilmu matematika itu haris diberiakan kepadapara siswa secara benar dan penekanannya pada kegiatanpengamatan secara langsung agar dapat ditransfer kepadaorang lain.
Tetapi mentransfer kosep melalui media informasi atau
ceramah belum tentu dapat menghasilkan konsep yang jelas secara
keseluruhan, bahkan sebaiknya mungkin akan menghasilkan konsep
yang salah. Untuk itu diperlukan interaksi belajar yang baik
antara guru dengan para siswa dalam suatu proses belajar
mengajar. Agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik antara
guru dengan para siswa, maka seorang guru terlebih dahulu
memperhatikan kesiapan dan tingkat intelektualitas peserta
didiknya serta menentukan model pembelajaran yang tepat dalam
proses belajar mengajar.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang
harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa),
sedangkan mengajarkan menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan
oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar
merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses
pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain di tentukan
oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang
digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar
siswa.
Menurut Ibrahim (2005:7), pembelajaran kooperatif memiliki
tiga tujuan, yaitu ”hasil belajar akademik, penerimaan tehadap
perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial”.
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa
yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan
peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan di SMP Negeri 2 Simpang Tiga
kelas VII, masalah pembelajaran timbul dikarenakan penggunaan
model yang monoton, minat belajar siswa untuk terlibat aktif
karena dalam pembelajaran dominasi guru sangat tinggi, Sehingga
pencapaian hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan,
banyak siswa yang berada di titik kritis (tidak memenuhi KKM).
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan guru bidang
studi matematika untuk kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga adalah
65. Ada beberapa tipe yang digunakan dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams games
Tournaments (TGT). Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan model
pembelajaran TGT untuk membantu para siswa dalam mengembangkan
dan meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran
matematika.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajar
matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan
materi serta hasil belajar matematika siswa. Semakin tinggi
pemahaman dan peguasaan materi serta hasil belajar matematika
maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran
matematika. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil
belajar matematika yang dicapai siswa rendah. Ini berarti tinggi
rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa
faktor, yang salah satunya faktor adalah perbedaan penggunaan
pendekatan pembelajaran dalam menyampaikan materi matematika.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajara
kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga Tahun
Pelajaran 2014/2015”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahdalam penelitian ini adalah : Apakah dengan model pembelajarankooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkanhasil belajar siswa pada materi Segi Empat di kelas VII SMP
Negeri 2 Simpang Tiga tahun pelajaran 2014/2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dalam peneltian ini adalah : ”untuk
mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Teams
Geams Tournaments (TGT) dalam materi segi empat di kelas VII di
SMP Negeri 2 Simpang Tiga tahun ajaran 2014/2015”.
1.4 Manfaat Penelitian
Berpijak pada latar belakang yang telah dirumuskan, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi guru, sebagai bahan masukan mengetahui metode TGT
sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi Siswa, manfaatkan penelitian ini bagi siswa adalah
meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan pengetahuan
baru kepada siswa bagaimana cara belajar yang lebih baik dan
dapat mengembangkan kemampuan berpikir untuk meningkatkan
pretasi belajar siswa.
c. Bagi Sekolah, masalah penelitian ini bagi sekolah adalah
untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika yang terdapat
di SMP Negeri 2 Simpang Tiga tentang Penggunaan model
pembelajaran dalam matematika yang berkaitan dengan hasil
belajar siswa.
d. Bagi Peneliti, manfaatkan penelitian bagi peneliti adalah
hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak
dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang
lingkup yang lebih luas lagi.
1.5 Definisi Operasional
a. Belajar adalah proses menekankan pada proses mencari dan
menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu
dengan lingkungan.
b. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai
akibat proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Makin
tinggi proses belajar yang dilakukan siswa harus makin
tinggi pula hasil belajar yang dicapainya.
c. Model pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktivitas yang
merupakan dasar pijakan guru dalam mengorganisasikan
kegiata belajar mengajar yang dapat menuntun guru dalam
menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang
dapat mengantarkan aktivitas anak didik terlibat secara
optima. Model merupakan cara-cara mengorperasikan suatu
kegiatan pembelajaran perubahan konseptual.
d. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
yang diatur untuk memungkinkan siswa bekerjasama dalam
kelompok kecil.
e. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan bentuk
pembelajaran kooperatif dimana setelah peserta didik
belajar dan berlatih dalam kelompok, masing-masing anggota
kelompok akan mengadakaan turnamen atau lomba dengan
anggota kelompok lain.
f. Metode konvensional adalah cara atau penyampaian pelajaran
dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara
berbicara diawal pelajaran, menerangkan materi dan contoh
soal disertai tanya jawab.
1.6 Anggapan Dasar dan Hipotesis
Menurut Arikunto (2006:65) menyatakan bahwa: “anggapan dasar
atau asumsi adalah sesuatu hal di yakini sebenarnya oleh peneliti
harus dirumuskan secara jelas. Anggapan dasar ini merupakan
landasan teori di dalam pelaporan hasil peneliti nanti”.
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini
adalah :
1) Model TGT dapat di terapkan dalam matematika.
2) Materi segi empat terdapat dalam kurikulum SMP.
3) Siswa di anggap berhasil apabila mencapai nilai .
Hipotesis adalah dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya (sudyana, 2005:219). Berdasarkan anggapan dasar
tersebut yang menjadi hipotesis yaitu: “ Hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes
Tournaments lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan
tanpa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes Tournaments di
kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga”.
2. LANDASAN TEORITIS
2.1. Hakikat belajar Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan disiplin
ilmu yang mempunyai sifat-sifat khas jika dibandingkan dengan
disiplin ilmu yang lain. Ciri utama matematika adalah penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat
konsisten.
Johnson dan Myklebust dalam Mulyono (2003: 252) menyatakan
bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya
untuk mengekspreksikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah un tuk memudahkan
berpikir.
Matematika Menurut Gagne (dalam Ansari, 2009:32) ”Belajar
adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah
laku secara permanen sehingga perubahan yang sama tidak akan
terjadi pada keadaan yang baru”.
Dalam meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, berbagai
upaya telah dilakukan, diantaranya dengan meningkatkan
profesionalisme guru dan menyempurnakan kurikulam serta pedoman
proses pembelajaran . Proses pembelajaran pada dasarnya
merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran
dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengundang
kontroversi baik dikalangan para ahli maupun di lapangan,
terutama diantara guru-guru di sekolah, perbedaan pendapat itu
terlihat misalnya, sementara orang mengatakan bahwa istilah
pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di lingkungan pendidikan.
Masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di lingkungan
pendidikan sekolah. Sebaliknya pihak lain menegaskan, justru
istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni
untuk membelajarkan peserta didik.
Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi belajar mengajar dengan
melibatkan komponen pembelajaran yang meliput: tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode, teknik mengajar,
siswa, media, guru dan evaluasi hasil belajar.
Dalam belajar matematika itu sendiri, masih banyak siswa
yang kesulitan belajar. Untuk mengetahui siswa yang mengalami
kesulitan belajar, hendaknya guru mengetahui beberapa
karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman ,2003: 259)
menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik anak kesulitan
matematika, yaitu:
1. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan2. Abnormalitas persepsi visual3. Asosiasi visual motorik4. Perseverasi5. Kesulitan mengenal dan memahami symbol6. Gangguan penglihatan tubuh7. Kesulitan bebahasa dan membaca, dan8. Performance IQ jauh lebih rendah dari pada Skor verbal
IQ.
Dengan mengetahui beberapa karakteristik anak yang mengalami
kesulitan belajar matematika, hendaknya guru mampu mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialami siwa dalam belajar matematika.
Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam belajar matematika dapat
di atasi dengan cara mengkaji kesulitan-kesulitan yang terjadi
dengan menentukan langkah-langkah atau cara yang tepat sebagai
upaya perbaikan dalam peningkatan prestasi belajar matematika
siswa (Maimun,2010:12).
Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam
pembelajaran maka harus ada konsep dasar strategi dalam
pembelajaran. (Sabri, 2007:16) mengemukakan konsep dasar strategi
belajar mengajar meliputi:
1. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan
terhadap masalah belajar mengajar dan memilih
prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.
2. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat dikarenakan
oleh ketidak tercapaian terhadap tujuan pembelajaran dan
pengalaman belajar yang lalu, sehingga siswa tidak dapat
menguasai objek langsung dari tujuan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Untuk mengatasinya dengan menerapkan model atau
metode dalam proses pembelajaran.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar
siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik
secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps
(dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja
dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki
hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan
pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa lainnya.
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang diatur untuk memungkinkan para siswa saling
bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil. Nurhadi dalam Johar
(2006:32) mengatakan bahwa:
Agar pembelajaran kooperatif ini dapat lebih efektif, adabeberapa unsur yang harus diperhatikan:a. Saling ketergantungan positif.b. Interaksi tatap muka.c. Akuntabilitasindividu. d. Kemampuan menjalin hubungan antar pribadi.e. Dalam pembelajaran kooperatif, tenggang rasa, saling
menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasi orang lain,mengkritik ide dan bukan mengkritik pribadi teamn. Gurumengajarkan dan mendorong timbulnya ketrampilan sosialtersebut agar kerja kelompok dalam pembelajarankooperatif efektif.
Sementara menurut Slavin dengan pembelajaran kooperatif,
para peserta didik diharapkan dapat aktif bekerja sama dan
bertanggung jawab terhadap satu tim untuk mampu membuat diri
mereka belajar sama baiknya (Slavin, 2005:10).
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Martinis dan Bansu
(2009:75) adalah sebagai berikut:
1. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai
ketuntasan belajar,
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi , sedang
dan rendah
3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari
suku, ras,
4. budaya dan jenis kelamin yang berbeda.
5. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
individu.
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournaments (TGT)
Menurut Soca dalam Suhadinet (2008) dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) siswa
dapat memainkan permainan-permainan dengan anggota dari tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan
dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kadang-kadang juga
dapat diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok
(identitas kelompok mereka).
Menurut Slavi dalam Ratumanan (2004:138) pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) terdiri dari sintak
aktivitas pembelajaran sebagai berikut:
a. Mengajar. Guru menyajikan pelajaran.b. Belajar kelompok. Siswa mengerjakan lembar kerja
dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materipelajaran.
c. Turnamen. Siswa-siswa melakukan permainan akademispada setiap meja turnamen, yang terdiri dari 3orang dengan tingkatan kemampuan yang homogen.
d. Penghargaan kelompok. Skor kelompok dihitungberdasarkan pada skor turnamen anggota kelompok,dan tim dihargai jika mereka tercapai kriteria yangditetapkan.
2.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT,
diantaranya:
1. Kelompok (Team)
a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang
anggotanya heterogen
b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh
anggota kelompok
2. Presentasi kelas (class Presentasi)
a. Menyampaikan tujuan pemmbelajaran yang hendak dicapai
b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna
ada saat game dan menentukan skor kelompok
c. Memberikan / mempresentasukan materi pelajaran didalam kelas
3. Permainan (games)
a. Membrikan games dalam bentuk pertanyan-pertanyaan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
penyajian materi
b. Memberikan materi games dalam dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan dalam bentuk kartu indek
c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab
benar
4. kompetisi (turnamen)
a. Membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen.tiga siswa
tertinggi presentasinya pada meja 1,tiga siswa selanjutnya
pada meja kedua dan seterusnya
b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur
pelaksanaan
5. Penghargaan (Team mengenali)
a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen
b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.
2.5. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
2.5.1 Kelebihan model pembelajaran tipe TGT
1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam
pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi
lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang
penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa
kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota
kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam
pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada
peserta didik atau kelompok terbaik.
4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik
menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada
kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.
2.5.2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang
sangat lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai
memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum
diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen
atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta
didik dari yang tertinggi hingga terendah.
Berdasarkan uraian diatas pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournaments disolusikan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Karena pada model ini akan menciptakan suasana suasana
yang tidak membosankan dimana siswa bermain sambil belajar yang
tujuan akhirnya adalah sebagai dongkrak untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Menurut Slavin (2010:166) TGT terdiri atas lima komponen
utama yaitu:
1) Presentasi Kelas
Materi dalam TGT pertama di perkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang
sering kali dilakukan atau diskusi palajaran yang dipimpin oleh
guru atau presentasi audio visual. Dengan cara ini para siswa
harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi
kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu dalam game dan
skor game mereka menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnik. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk memberi kontribusi dalam
game. Tim adalah fitur yang penting dalam TGT.
Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota
tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan
yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan
dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam
pembelajaran, dan itu adalah untuk memberi perhatian dan respek
yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti
hubungan antar kelompok, rasa percaya diri, penerimaan terhadap
siswa main stream.
3) Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang
diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,
masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil
sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomer
yang tertera pada kartu tersebut.
4) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung akhir minggu atau setelah guru memberikan presentasi
di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap
lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk
berada pada meja turnamen- tiga siswa berprestasi tinggi
sebelumnya berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan
seterusnya. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih
kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba
menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatu
tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut
dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.
Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan
mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.
Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara
bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya atau
waktu turnamen habis.
Team
Meja tornamen
5) Rekognisi Tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat
skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan
sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula
hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.
2.6. Bangun Datar Segi Empat
Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi
oleh empat garis lurus sebagai isinya. Bangun datar segi empat
yang akan dibahas meliputi persegi panjang, persegi,
jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.
1. Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat (bangun yang di batasi oleh
empat buah sisi) yang memiliki sepasang sisi yang sama panjang
dan saling sejajar. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Sifat-sifat dari persegi panjang:
1) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2) Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut
siku-siku (900).
3) Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan
membagi dua sama besar.
4) Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat
cara.
Rumus :
Keliling (K) = 2 (panjag+lebar)
= 2 (AB+BD)
Luas (L) = Panjang x lebar
2. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama
panjang. Sudut-sudut bersebrangannya sama besar. Dua garis
diagonal pada belah ketupat saling berpotongan tegak lurus.
Sifat-sifat belah ketupat:
1) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang.
2) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu
simetri.
3) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama
panjang dansaling berpotongan tegak lurus.
4) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan
sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonany
Rumus belah ketupat :
Kelilig (K) = AB + BC + CD + DA
Luas (L) = 1/2(d1 x d2)
3. Persegi/bujur sangkar
Persegi adalah bangun segi empat yang semua sisinya sama panjang
dan keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat dari persegi:
1) Semua sifat persegipanjang merupakan sifat persegi.
2) Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan
delapan cara.
3) Semua sisi persegi adalah sama panjang.
4) Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh
diagonal-diagonalnya.
5) Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama
panjang membentuk sudut siku-siku.
Rumus persegi :
Keliling (K) = 4 x sisi atau K = 4s
Luas (L) = sisi x sisi atau S2.
4. Jajaran Genjang
Jajaran genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi
yang saling sejajar. Perhatikan bahwa sudut-sudut yang
bersebrangan pada jajaran genjang besarnya sama.
Sifat-sifat jajar genjang:
1) Sisi-sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama
panjang dan sejajar.
2) Sudut-sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama
besar.
3) Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap
jajargenjang adalah 1800.
4) Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi
dua sama panjang.
Rumus jajargenjang :
Keliling (K) = jumlah sisinya = AB + BC + CD + DA
Luas (L) = alas x tinggi
5. Trapesium
Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi sejajar.
Jika dua sisi tidak sejajarnya memiliki panjang yang sama, dan
kedua sudut alasnya sama besar, maka di namakan trapesium sama
kaki. Trapesium bukan jajaran genjang, karena hanya memiliki
sepasang sisi sejajar.
Sifat-sifat trapesium:
1) Sepasang sisi yang berhadapan sejajar.
2) Sudut antara sisi-sisi sejajar yang memiliki kaki sekutu
salah satu sisi tegaknya berjumlah 1800.
3) Diagonal-diagonal trapesium sama kaki adalah sama panjang.
Rumus trapesium :
Keliling (K) = jumlah sisi-sisinya = AB
+ BC + CD + DA
Luas (L) = (jumlah sisi sejajar x
tinggi)
6. Layang-layang
Sebuah layang-layang memiliki sepasang-sepasang sisi yang sama
panjang. Sebuah layang-layang di buat dari dua buah segi tiga
sama kaki yang saling tegak berimpit di sisi alasnya.
Sifat-sifat layang-layang:
1) Sepasang sisinya sama panjang.
2) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
3) Saah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
4) Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal
lainnya menjdi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal
itu saling tegak lurus.
Rumus layang-layang :
Keliling (K) = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD +DA
Luas (L) = ½ (d1 x d2)
Itulah sekilas pengertian dari berbagai macam bentuk segi
empat beraturan. Materi pokok segi empat yang di maksudkan dalam
penelitian ini adalah salah satu materi pokok yang di ajarkan di
kelas Vll SMP Negeri 2 Simpang Tiga.
3.METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga tahun
pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan
menggunakan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian
eksperimen. Kuantitatif adalah suatu pembahasan yang berupaya
untuk memecahkan segala persoalan yang akan diperlukan saat ini.
Sedangkan eksperimen adalah suatu metode penelitian yang diamati
dan tujuannya untuk mendemonstrasikan adanya hubungan sebab-
akibat antara variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas).
Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar siswadalam menguasai materi segi empat. Maka dalam penelitian ini
penulis memberikan tes tertulis pada kelas eksperimen dan kelaskontrol dengan soal yang sama, soal tes yang penulis buat berupaessay, tentang bahasan segi empat yang telah dipelajari siswa tesdiberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka nilai yangdiambil dari tes penyajian materinya dengan matode Teams GamesTournaments (TGT) dan pembelajaran metode konvensional, itulah
yang diambil sebagai data.
3.2. Desain Penelitian
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Eksperimen
Kelompok Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen
Kontrol -
Keterangan :
: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
teams Games Tournament
: Tes Awal
dan : Tes Akhir
3.3. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga Kabupaten
Pidie. Dan dilakukan pada bulan Mei semester genap Tahun ajaran
2014-2015.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan oblek yang akan diteliti dalam
suatu penelitian. Penerapan objek penelitian sangatlah penting
diperhatikan kerena penelitian ini sendiri bertujuan untuk
mengambil kesimpulan tentang objek secara keseluruhan. Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMP
Negeri 2 Simpang Tiga Kelas VII semester II (genap) tahun ajaran
2014/2015 sebanyak 2 kelas.
Sampel adalah pembagian dari populasi yang dijadikan objek
penelitian. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh populasi yang ada. Peneliti meneliti dua kelas
dari populasi yaitu sebagai sampel penelitian. Dikarenakan
populasi kecil maka peneliti mengambil sampel dengan teknik
sampling purposif. Sampling Purposif adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:68). Teknik ini
paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak
melakukan generalisasi.
Dalam memilih sampel, Peneliti mengadakan observasi dan
wawancara dengan guru yang mengajar di kelas VIIa dan VIIb, dari
dua kelas sampel yang peneliti dapatkan, satu kelas akan
dijadikan sebagai kelas eksperimen dimana rangkaian proses
belajar dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Teams
Geams Tournaments (TGT), Sedangkan satu kelas lagi sebagai kelas
kontrol.
3.5 Instrumen penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Soal
Tes. Soal tes merupakan jenis soal yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan pemahaman diakhir putaran pembelajaran
berlangsung. Soal tes terdiri dari soal pre tes dan soal post
tes.
Soal pre-test (tes awal) untuk kedua kelompok sample. Pre-
test ini bertujuan melihat perbedaan kemampuan siswa sebelum
materi pelajaran diberikan. Soal yang yang diberikan kepada kedua
kelas sample adalah sama. Dan dalam penelitian ini materi yang
disajikan adalah Segi empat.
Soal post-test (tes-akhir) dilakukan sesudah pelajaran
diberikan dan dilaksanakan di dalam kelas sesuai dengan jam
pelajaran masing-masing.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan penelitian
langsung ke lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh
data dan hasil yang akurat dan tepat.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti
memberikan soal tes. Tes yang penulis buat berupa tes awal dan
tes akhir. Jumlah soal untuk tes adalah 5 butir, soal tersebut
berbentuk soal essay dengan skor untuk masing-masing yang berbeda
dan skor maksimal 100 dengan alokasi waktu 1x40 menit.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh penulis mengolah data dengan
menggunakan SPSS 16.0 sebagai berikut:
3.7.1 Uji Normalitas Data
Menurut Santoso (2000) untuk menguji normalitas data dengan
SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:
1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini
Analyze - Descriptives Statistics - Explore 3. Selanjutnya:
- Pilih y sebagai dependent list - Pilih x sebagai factor list, apabila ada lebih dari 1
kelompok data - Klik tombol Plots - Pilih Normality test with plots - Klik Continue, lalu klik OK
Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <
0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.
3.7.2 Uji Homogenitas Varians
Menurut Santoso (2000) untuk menguji homogenitas varians
dengan SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:
1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini
Analyze - Descriptives Statistics - Explore 3. Selanjutnya:
- Pilih y sebagai dependent list - Pilih x sebagai factor list- Klik tombol Plots - Pilih Levene test untuk untransormed - Klik Continue, lalu klik OK
Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <
0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.
3.7.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Independent Sample T- Test. Menurut Santoso (2000), langkah-
langkah melakukan Independent Sample T- Test dengan SPSS adalah
sebagai berikut:
1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini
Analyze - Compare Means - Independent Sample T Test
3. Masukkan variabel y ke Test Variable, dan group ke GroupingVariable.
4. Klik Define Groups, lalu Setting angka 1 untuk Group 1, danangka 2 untuk Group 2
5. Klik Continue, lalu klik OK
Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <
0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Bakti Husada
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Rev. Jakarta: PT Rineka Cipta