28
”Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga Tahun Pelajaran 2014/2015”. 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan nonformal. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus- menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode atau strategi mengajar, buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung didalam matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis dan tepat (Djamarah,2005:46).

"Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournaments

  • Upload
    unigha

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

”Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games

Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Simpang Tiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan

mendidik.  (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 :

263).

Guna mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses

pendidikan. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal dan

nonformal. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap,

melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu

perubahan atau perbaikan secara terus- menerus. Perubahan dapat

dilakukan dalam hal metode atau strategi mengajar, buku-buku

pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi

pelajaran.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki

peranan penting dalam pendidikan. Matematika diajarkan bukan

hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung didalam

matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya

bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar

dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis dan tepat

(Djamarah,2005:46).

Kondisi pengajaran matematika sendiri saat ini masih

menunjukkan adanya peluang yang luas bagi diadakannya upaya-upaya

perbaikan ke arah yang lebih baik lagi. Hal ini mengingat

perkembangan ilmu matematika yang sangat pesat dewsa ini. Di sisi

lain, kritikan dan sorotan masih sering dikemukakan, terutama

dalam hal masih rendahnya nilai mata pelajaran matematika peserta

didik bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain, apabila saat

ini kesan matematika itu salah satu mata pelajaran yang paling

ditakuti siswa masih terasa sangat kental. Dengan demikian

dibutuhkan upaya-upaya atau langkah-langkah yang strategis secara

efektif untuk mencapai kwalitas pendidikan khususnya pada mata

pelajaran matematika sebagaimana harapan kita bersama.

Soleh(2008:3) menyatakan bahwa :

Dalam pelajaran matematika diharapkan agar siswa mampumenguasai dan memahami dasar teori, konsep yang tepat danprinsip-prinsip penerapan atau aplikasinya di berbagaidisiplin ilmu pengetahuan lainnya, maka konsep dasarpembelajaran ilmu matematika itu haris diberiakan kepadapara siswa secara benar dan penekanannya pada kegiatanpengamatan secara langsung agar dapat ditransfer kepadaorang lain.

Tetapi mentransfer kosep melalui media informasi atau

ceramah belum tentu dapat menghasilkan konsep yang jelas secara

keseluruhan, bahkan sebaiknya mungkin akan menghasilkan konsep

yang salah. Untuk itu diperlukan interaksi belajar yang baik

antara guru dengan para siswa dalam suatu proses belajar

mengajar. Agar terjalin komunikasi dan interaksi yang baik antara

guru dengan para siswa, maka seorang guru terlebih dahulu

memperhatikan kesiapan dan tingkat intelektualitas peserta

didiknya serta menentukan model pembelajaran yang tepat dalam

proses belajar mengajar.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa

dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang

harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa),

sedangkan mengajarkan menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan

oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar

merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses

pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain di tentukan

oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang

digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar

siswa.

Menurut Ibrahim (2005:7), pembelajaran kooperatif memiliki

tiga tujuan, yaitu ”hasil belajar akademik, penerimaan tehadap

perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial”.

Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa

yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan

peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Berdasarkan hasil pengamatan di SMP Negeri 2 Simpang Tiga

kelas VII, masalah pembelajaran timbul dikarenakan penggunaan

model yang monoton, minat belajar siswa untuk terlibat aktif

karena dalam pembelajaran dominasi guru sangat tinggi, Sehingga

pencapaian hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan,

banyak siswa yang berada di titik kritis (tidak memenuhi KKM).

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan guru bidang

studi matematika untuk kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga adalah

65. Ada beberapa tipe yang digunakan dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Teams games

Tournaments (TGT). Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan model

pembelajaran TGT untuk membantu para siswa dalam mengembangkan

dan meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran

matematika.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajar

matematika dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan

materi serta hasil belajar matematika siswa. Semakin tinggi

pemahaman dan peguasaan materi serta hasil belajar matematika

maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran

matematika. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa hasil

belajar matematika yang dicapai siswa rendah. Ini berarti tinggi

rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa

faktor, yang salah satunya faktor adalah perbedaan penggunaan

pendekatan pembelajaran dalam menyampaikan materi matematika.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ”Penerapan Model Pembelajara

kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga Tahun

Pelajaran 2014/2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahdalam penelitian ini adalah : Apakah dengan model pembelajarankooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkanhasil belajar siswa pada materi Segi Empat di kelas VII SMP

Negeri 2 Simpang Tiga tahun pelajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam peneltian ini adalah : ”untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Teams

Geams Tournaments (TGT) dalam materi segi empat di kelas VII di

SMP Negeri 2 Simpang Tiga tahun ajaran 2014/2015”.

1.4 Manfaat Penelitian

Berpijak pada latar belakang yang telah dirumuskan, maka

penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Bagi guru, sebagai bahan masukan mengetahui metode TGT

sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Siswa, manfaatkan penelitian ini bagi siswa adalah

meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan pengetahuan

baru kepada siswa bagaimana cara belajar yang lebih baik dan

dapat mengembangkan kemampuan berpikir untuk meningkatkan

pretasi belajar siswa.

c. Bagi Sekolah, masalah penelitian ini bagi sekolah adalah

untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika yang terdapat

di SMP Negeri 2 Simpang Tiga tentang Penggunaan model

pembelajaran dalam matematika yang berkaitan dengan hasil

belajar siswa.

d. Bagi Peneliti, manfaatkan penelitian bagi peneliti adalah

hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak

dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dalam ruang

lingkup yang lebih luas lagi.

1.5 Definisi Operasional

a. Belajar adalah proses menekankan pada proses mencari dan

menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu

dengan lingkungan.

b. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai

akibat proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Makin

tinggi proses belajar yang dilakukan siswa harus makin

tinggi pula hasil belajar yang dicapainya.

c. Model pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktivitas yang

merupakan dasar pijakan guru dalam mengorganisasikan

kegiata belajar mengajar yang dapat menuntun guru dalam

menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang

dapat mengantarkan aktivitas anak didik terlibat secara

optima. Model merupakan cara-cara mengorperasikan suatu

kegiatan pembelajaran perubahan konseptual.

d. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

yang diatur untuk memungkinkan siswa bekerjasama dalam

kelompok kecil.

e. Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan bentuk

pembelajaran kooperatif dimana setelah peserta didik

belajar dan berlatih dalam kelompok, masing-masing anggota

kelompok akan mengadakaan turnamen atau lomba dengan

anggota kelompok lain.

f. Metode konvensional adalah cara atau penyampaian pelajaran

dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara

berbicara diawal pelajaran, menerangkan materi dan contoh

soal disertai tanya jawab.

1.6 Anggapan Dasar dan Hipotesis

Menurut Arikunto (2006:65) menyatakan bahwa: “anggapan dasar

atau asumsi adalah sesuatu hal di yakini sebenarnya oleh peneliti

harus dirumuskan secara jelas. Anggapan dasar ini merupakan

landasan teori di dalam pelaporan hasil peneliti nanti”.

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini

adalah :

1) Model TGT dapat di terapkan dalam matematika.

2) Materi segi empat terdapat dalam kurikulum SMP.

3) Siswa di anggap berhasil apabila mencapai nilai .

Hipotesis adalah dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk

menjelaskan hal yang sering dituntut untuk melakukan

pengecekannya (sudyana, 2005:219). Berdasarkan anggapan dasar

tersebut yang menjadi hipotesis yaitu: “ Hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes

Tournaments lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan

tanpa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Gemes Tournaments di

kelas VII SMP Negeri 2 Simpang Tiga”.

2. LANDASAN TEORITIS

2.1. Hakikat belajar Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan disiplin

ilmu yang mempunyai sifat-sifat khas jika dibandingkan dengan

disiplin ilmu yang lain. Ciri utama matematika adalah penalaran

deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga

kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat

konsisten.

Johnson dan Myklebust dalam Mulyono (2003: 252) menyatakan

bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya

untuk mengekspreksikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah un tuk memudahkan

berpikir.

Matematika Menurut Gagne (dalam Ansari, 2009:32) ”Belajar

adalah proses yang memungkinkan individu untuk mengubah tingkah

laku secara permanen sehingga perubahan yang sama tidak akan

terjadi pada keadaan yang baru”.

Dalam meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, berbagai

upaya telah dilakukan, diantaranya dengan meningkatkan

profesionalisme guru dan menyempurnakan kurikulam serta pedoman

proses pembelajaran . Proses pembelajaran pada dasarnya

merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran

dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pembelajaran adalah istilah yang kadang-kadang mengundang

kontroversi baik dikalangan para ahli maupun di lapangan,

terutama diantara guru-guru di sekolah, perbedaan pendapat itu

terlihat misalnya, sementara orang mengatakan bahwa istilah

pembelajaran sesungguhnya hanya berlaku di lingkungan pendidikan.

Masyarakat atau pendidikan luar sekolah, bukan di lingkungan

pendidikan sekolah. Sebaliknya pihak lain menegaskan, justru

istilah tersebut sangat relevan dalam sistem persekolahan, yakni

untuk membelajarkan peserta didik.

Dari pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses interaksi belajar mengajar dengan

melibatkan komponen pembelajaran yang meliput: tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode, teknik mengajar,

siswa, media, guru dan evaluasi hasil belajar.

Dalam belajar matematika itu sendiri, masih banyak siswa

yang kesulitan belajar. Untuk mengetahui siswa yang mengalami

kesulitan belajar, hendaknya guru mengetahui beberapa

karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar matematika.

Menurut Lerner (dalam Mulyono Abdurrahman ,2003: 259)

menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik anak kesulitan

matematika, yaitu:

1. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan2. Abnormalitas persepsi visual3. Asosiasi visual motorik4. Perseverasi5. Kesulitan mengenal dan memahami symbol6. Gangguan penglihatan tubuh7. Kesulitan bebahasa dan membaca, dan8. Performance IQ jauh lebih rendah dari pada Skor verbal

IQ.

Dengan mengetahui beberapa karakteristik anak yang mengalami

kesulitan belajar matematika, hendaknya guru mampu mengatasi

kesulitan-kesulitan yang dialami siwa dalam belajar matematika.

Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam belajar matematika dapat

di atasi dengan cara mengkaji kesulitan-kesulitan yang terjadi

dengan menentukan langkah-langkah atau cara yang tepat sebagai

upaya perbaikan dalam peningkatan prestasi belajar matematika

siswa (Maimun,2010:12).

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam

pembelajaran maka harus ada konsep dasar strategi dalam

pembelajaran. (Sabri, 2007:16) mengemukakan konsep dasar strategi

belajar mengajar meliputi:

1. Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan

terhadap masalah belajar mengajar dan memilih

prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar.

2. Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar

mengajar.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat dikarenakan

oleh ketidak tercapaian terhadap tujuan pembelajaran dan

pengalaman belajar yang lalu, sehingga siswa tidak dapat

menguasai objek langsung dari tujuan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Untuk mengatasinya dengan menerapkan model atau

metode dalam proses pembelajaran.

Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar

siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik

secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps

(dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja

dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki

hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan

kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan

pemecahan masalah.

Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa lainnya.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran yang diatur untuk memungkinkan para siswa saling

bekerja sama dalam sebuah kelompok kecil. Nurhadi dalam Johar

(2006:32) mengatakan bahwa:

Agar pembelajaran kooperatif ini dapat lebih efektif, adabeberapa unsur yang harus diperhatikan:a. Saling ketergantungan positif.b. Interaksi tatap muka.c. Akuntabilitasindividu. d. Kemampuan menjalin hubungan antar pribadi.e. Dalam pembelajaran kooperatif, tenggang rasa, saling

menghargai, bersikap sopan, tidak mendominasi orang lain,mengkritik ide dan bukan mengkritik pribadi teamn. Gurumengajarkan dan mendorong timbulnya ketrampilan sosialtersebut agar kerja kelompok dalam pembelajarankooperatif efektif.

Sementara menurut Slavin dengan pembelajaran kooperatif,

para peserta didik diharapkan dapat aktif bekerja sama dan

bertanggung jawab terhadap satu tim untuk mampu membuat diri

mereka belajar sama baiknya (Slavin, 2005:10).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Martinis dan Bansu

(2009:75) adalah sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai

ketuntasan belajar,

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

tinggi , sedang

dan rendah

3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari

suku, ras,

4. budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

5. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

individu.

2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournaments (TGT)

Menurut Soca dalam Suhadinet (2008) dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) siswa

dapat memainkan permainan-permainan dengan anggota dari tim lain

untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan

dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kadang-kadang juga

dapat diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok

(identitas kelompok mereka).

Menurut Slavi dalam Ratumanan (2004:138) pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) terdiri dari sintak

aktivitas pembelajaran sebagai berikut:

a. Mengajar. Guru menyajikan pelajaran.b. Belajar kelompok. Siswa mengerjakan lembar kerja

dalam kelompok masing-masing untuk menguasai materipelajaran.

c. Turnamen. Siswa-siswa melakukan permainan akademispada setiap meja turnamen, yang terdiri dari 3orang dengan tingkatan kemampuan yang homogen.

d. Penghargaan kelompok. Skor kelompok dihitungberdasarkan pada skor turnamen anggota kelompok,dan tim dihargai jika mereka tercapai kriteria yangditetapkan.

2.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT,

diantaranya:

1.    Kelompok (Team)

a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang

anggotanya heterogen

b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh

anggota kelompok

2.    Presentasi kelas (class Presentasi)

a. Menyampaikan tujuan pemmbelajaran yang hendak dicapai

b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna

ada saat game dan menentukan skor kelompok

c. Memberikan / mempresentasukan materi pelajaran didalam kelas

3.    Permainan (games)

a. Membrikan games dalam bentuk pertanyan-pertanyaan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari

penyajian materi

b. Memberikan materi games dalam dalam bentuk pertanyaan-

pertanyaan dalam bentuk kartu indek

c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab

benar

4.    kompetisi (turnamen)

a. Membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen.tiga siswa

tertinggi presentasinya pada meja 1,tiga siswa selanjutnya

pada meja kedua dan seterusnya

b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur

pelaksanaan

5.    Penghargaan (Team mengenali)

a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen

b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah

dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.

2.5. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

2.5.1 Kelebihan model pembelajaran tipe TGT

1. Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas

(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam

pembelajaran, tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi

lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan yang

penting dalam kelompoknya.

2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa

kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota

kelompoknya.

3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih

bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam

pembelajaran ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada

peserta didik atau kelompok terbaik.

4. Dalam pembelajaran peserta didik ini membuat peserta didik

menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada

kegiatan permainan berupa tournamen dalam model ini.

2.5.2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang

sangat lama.

2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai

memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.

3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum

diterapkan. Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen

atau lomba, dan guru harus tahu urutan akademis peserta

didik dari yang tertinggi hingga terendah.

Berdasarkan uraian diatas pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournaments disolusikan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Karena pada model ini akan menciptakan suasana suasana

yang tidak membosankan dimana siswa bermain sambil belajar yang

tujuan akhirnya adalah sebagai dongkrak untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

Menurut Slavin (2010:166) TGT terdiri atas lima komponen

utama yaitu:

1) Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama di perkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang

sering kali dilakukan atau diskusi palajaran yang dipimpin oleh

guru atau presentasi audio visual. Dengan cara ini para siswa

harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi

kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu dalam game dan

skor game mereka menentukan skor tim mereka.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnik. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi, adalah

untuk mempersiapkan anggotanya untuk memberi kontribusi dalam

game. Tim adalah fitur yang penting dalam TGT.

Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota

tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan

yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan

dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam

pembelajaran, dan itu adalah untuk memberi perhatian dan respek

yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti

hubungan antar kelompok, rasa percaya diri, penerimaan terhadap

siswa main stream.

3) Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontenya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,

masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil

sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomer

yang tertera pada kartu tersebut.

4) Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya

berlangsung akhir minggu atau setelah guru memberikan presentasi

di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap

lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk

berada pada meja turnamen- tiga siswa berprestasi tinggi

sebelumnya berada pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2 dan

seterusnya. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih

kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba

menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota dalam suatu

tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut

dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.

Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan

mendapat skor yang telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini

yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.

Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara

bergantian searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya atau

waktu turnamen habis.

Team

Meja tornamen

5) Rekognisi Tim

Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat

skor tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan

sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula

hadiah (reward) sebagai motivasi belajar.

2.6. Bangun Datar Segi Empat

Segi empat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi

oleh empat garis lurus sebagai isinya. Bangun datar segi empat

yang akan dibahas meliputi persegi panjang, persegi,

jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.

1. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segi empat (bangun yang di batasi oleh

empat buah sisi) yang memiliki sepasang sisi yang sama panjang

dan saling sejajar. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.

Sifat-sifat dari persegi panjang:

1)      Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

2)      Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut

siku-siku (900).

3)     Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan

membagi dua sama besar.

4)      Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat

cara.

Rumus :

  Keliling (K) = 2 (panjag+lebar)

= 2 (AB+BD)

    Luas (L)      = Panjang x lebar

2. Belah Ketupat

Belah ketupat adalah segi empat yang semua sisinya sama

panjang. Sudut-sudut bersebrangannya sama besar. Dua garis

diagonal pada belah ketupat saling berpotongan tegak lurus.

Sifat-sifat belah ketupat:

1) Semua sisi pada belah ketupat sama panjang.

2) Kedua diagonal pada belah ketupat merupakan sumbu

simetri.

3) Kedua diagonal belah ketupat saling membagi dua sama

panjang dansaling berpotongan tegak lurus.

4) Pada setiap belah ketupat sudut-sudut yang berhadapan

sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-

diagonany

Rumus belah ketupat :

    Kelilig (K) = AB + BC + CD + DA

Luas (L) = 1/2(d1 x  d2)

3. Persegi/bujur sangkar

Persegi adalah bangun segi empat yang semua sisinya sama panjang

dan keempat sudutnya siku-siku.

Sifat-sifat dari persegi:

1)      Semua sifat persegipanjang merupakan sifat persegi.

2)      Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan

delapan cara.

3)      Semua sisi persegi adalah sama panjang.

4)      Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya.

5)      Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama

panjang membentuk sudut siku-siku.

Rumus persegi :

Keliling (K) = 4 x sisi atau K = 4s

Luas (L) = sisi x sisi atau S2.

4. Jajaran Genjang

Jajaran genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi

yang saling sejajar. Perhatikan bahwa sudut-sudut yang

bersebrangan pada jajaran genjang besarnya sama.

Sifat-sifat jajar genjang:

1) Sisi-sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama

panjang dan sejajar.

2) Sudut-sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama

besar.

3) Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap

jajargenjang adalah 1800.

4) Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi

dua sama panjang.

Rumus jajargenjang :

Keliling (K) = jumlah sisinya = AB + BC + CD + DA

Luas (L) = alas x tinggi

5. Trapesium

Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi sejajar.

Jika dua sisi tidak sejajarnya memiliki panjang yang sama, dan

kedua sudut alasnya sama besar, maka di namakan trapesium sama

kaki. Trapesium bukan jajaran genjang, karena hanya memiliki

sepasang sisi sejajar.

Sifat-sifat trapesium:

1) Sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

2) Sudut antara sisi-sisi sejajar yang memiliki kaki sekutu

salah satu sisi tegaknya berjumlah 1800.

3) Diagonal-diagonal trapesium sama kaki adalah sama panjang.

Rumus trapesium :

     Keliling (K)                 = jumlah sisi-sisinya = AB

+ BC + CD + DA

     Luas (L)                       = (jumlah sisi sejajar x

tinggi)

6. Layang-layang

Sebuah layang-layang memiliki sepasang-sepasang sisi yang sama

panjang. Sebuah layang-layang di buat dari dua buah segi tiga

sama kaki yang saling tegak berimpit di sisi alasnya.

Sifat-sifat layang-layang:

1) Sepasang sisinya sama panjang.

2) Sepasang sudut yang berhadapan sama besar.

3) Saah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.

4) Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal

lainnya menjdi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal

itu saling tegak lurus.

Rumus layang-layang :

      Keliling (K) = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD +DA

      Luas (L) = ½ (d1 x d2)

Itulah sekilas pengertian dari berbagai macam bentuk segi

empat beraturan. Materi pokok segi empat yang di maksudkan dalam

penelitian ini adalah salah satu materi pokok yang di ajarkan di

kelas Vll SMP Negeri 2 Simpang Tiga.

3.METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat penerapan model

pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga tahun

pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan

menggunakan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian

eksperimen. Kuantitatif adalah suatu pembahasan yang berupaya

untuk memecahkan segala persoalan yang akan diperlukan saat ini.

Sedangkan eksperimen adalah suatu metode penelitian yang diamati

dan tujuannya untuk mendemonstrasikan adanya hubungan sebab-

akibat antara variabel dependen (terikat) dan variabel independen

(bebas).

Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar siswadalam menguasai materi segi empat. Maka dalam penelitian ini

penulis memberikan tes tertulis pada kelas eksperimen dan kelaskontrol dengan soal yang sama, soal tes yang penulis buat berupaessay, tentang bahasan segi empat yang telah dipelajari siswa tesdiberikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka nilai yangdiambil dari tes penyajian materinya dengan matode Teams GamesTournaments (TGT) dan pembelajaran metode konvensional, itulah

yang diambil sebagai data.

3.2. Desain Penelitian

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Eksperimen

Kelompok Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen

Kontrol -

Keterangan :

: Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

teams Games Tournament

: Tes Awal

dan : Tes Akhir

3.3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 2 Simpang Tiga Kabupaten

Pidie. Dan dilakukan pada bulan Mei semester genap Tahun ajaran

2014-2015.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan oblek yang akan diteliti dalam

suatu penelitian. Penerapan objek penelitian sangatlah penting

diperhatikan kerena penelitian ini sendiri bertujuan untuk

mengambil kesimpulan tentang objek secara keseluruhan. Dalam

penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMP

Negeri 2 Simpang Tiga Kelas VII semester II (genap) tahun ajaran

2014/2015 sebanyak 2 kelas.

Sampel adalah pembagian dari populasi yang dijadikan objek

penelitian. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh populasi yang ada. Peneliti meneliti dua kelas

dari populasi yaitu sebagai sampel penelitian. Dikarenakan

populasi kecil maka peneliti mengambil sampel dengan teknik

sampling purposif. Sampling Purposif adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:68). Teknik ini

paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak

melakukan generalisasi.

Dalam memilih sampel, Peneliti mengadakan observasi dan

wawancara dengan guru yang mengajar di kelas VIIa dan VIIb, dari

dua kelas sampel yang peneliti dapatkan, satu kelas akan

dijadikan sebagai kelas eksperimen dimana rangkaian proses

belajar dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Teams

Geams Tournaments (TGT), Sedangkan satu kelas lagi sebagai kelas

kontrol.

3.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu Soal

Tes. Soal tes merupakan jenis soal yang akan digunakan untuk

mengukur kemampuan pemahaman diakhir putaran pembelajaran

berlangsung. Soal tes terdiri dari soal pre tes dan soal post

tes.

Soal pre-test (tes awal) untuk kedua kelompok sample. Pre-

test ini bertujuan melihat perbedaan kemampuan siswa sebelum

materi pelajaran diberikan. Soal yang yang diberikan kepada kedua

kelas sample adalah sama. Dan dalam penelitian ini materi yang

disajikan adalah Segi empat.

Soal post-test (tes-akhir) dilakukan sesudah pelajaran

diberikan dan dilaksanakan di dalam kelas sesuai dengan jam

pelajaran masing-masing.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan penelitian

langsung ke lokasi penelitian, dengan tujuan untuk memperoleh

data dan hasil yang akurat dan tepat.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti

memberikan soal tes. Tes yang penulis buat berupa tes awal dan

tes akhir. Jumlah soal untuk tes adalah 5 butir, soal tersebut

berbentuk soal essay dengan skor untuk masing-masing yang berbeda

dan skor maksimal 100 dengan alokasi waktu 1x40 menit.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh penulis mengolah data dengan

menggunakan SPSS 16.0 sebagai berikut:

3.7.1 Uji Normalitas Data

Menurut Santoso (2000) untuk menguji normalitas data dengan

SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

Analyze - Descriptives Statistics - Explore 3. Selanjutnya:

- Pilih y sebagai dependent list - Pilih x sebagai factor list, apabila ada lebih dari 1

kelompok data - Klik tombol Plots - Pilih Normality test with plots - Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <

0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

3.7.2 Uji Homogenitas Varians

Menurut Santoso (2000) untuk menguji homogenitas varians

dengan SPSS, dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

Analyze - Descriptives Statistics - Explore 3. Selanjutnya:

- Pilih y sebagai dependent list - Pilih x sebagai factor list- Klik tombol Plots - Pilih Levene test untuk untransormed - Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <

0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

3.7.3 Tinjauan Terhadap Hipotesis

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Independent Sample T- Test. Menurut Santoso (2000), langkah-

langkah melakukan Independent Sample T- Test dengan SPSS adalah

sebagai berikut:

1. Entry data atau buka file data yang akan dianalisis 2. Pilih menu berikut ini

Analyze - Compare Means - Independent Sample T Test

3. Masukkan variabel y ke Test Variable, dan group ke GroupingVariable.

4. Klik Define Groups, lalu Setting angka 1 untuk Group 1, danangka 2 untuk Group 2

5. Klik Continue, lalu klik OK

Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) <

0,05 dan terima Ho jika nilai sig. (P-value) > 0,05.

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek.

Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Jakarta: Bakti Husada

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya. Rev. Jakarta: PT Rineka Cipta