Upload
ubrawijaya
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASSESSMENT OF GROWTH(WEIGHT MEASUREMENT FOR PATIENT WITH AND WITHOUT
SPESIFIC CONDITION)
Untuk memenuhi tugas Nutritional Assesment
Oleh:
Kusumaningrum Dasilva
135070307111008
Gizi Kesehatan A2
Program Studi Gizi Kesehatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
2014
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………..... i
BAB I
Pendahuluan...................................................
................................................. 1
1.1 Latar Belakang…………….........………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..... 2
1.3Tujuan…………………….........……………………………………………….. 2
BAB II Tinjauan
Pustaka.......................................................
.................................... 3
2.1 Pengertian Berat
Badan.........................................................
.............................. 4
2.2 Pengukuran Berat Badan orang
Normal........................................................
..... 4
1.) Pengukuran Berat Badan Pada
Bayi..........................................................
..... 4
2.) Pengukuran Berat Badan dewasa Normal dan anak-anak yang
dapat berdiri.. 9
2.3 Pengukuran Berat Badan Pada Pasien Kondisi
Khusus........................................ 13
1) Pada Pasien Berkursi
Roda..........................................................
..................... 13
2) Pasien yang Tidak Bisa Duduk Atau
Berdiri....................................................
14
3) Pada Bayi
Prematur......................................................
.................................... 17
2.4 Estimasi berat
badan.........................................................
................................... 18
2.5 kesalahan yang mungkin terjadi saat
pengukuran............................................... 20
BAB III Penutup……………………………………………………………………. 21
3.1
Kesimpulan....................................................
............................................... 21
3.2
Saran.........................................................
..................................................... 21
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. .. 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Istilah Antropometri berasal dari kata “ Anthro ” yang
berarti manusia dan “metri ” yang berarti ukuran. Secara
definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi
yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar)
berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya
(Sutalaksana,1996).
Menurut Nurmianto, antropometri adalah satu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh
manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data
tersebut untuk penanganan masalah desain. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan
dengan produk yang akan dirancang sesuai dengan manusia yang
akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut
(Nurmianto,2003).
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran
tubuh manusia. Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai
status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat dan tinggi
badan. Selain itu ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan
atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut dan
lingkar pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa berdiri
sendiri untuk menentukan status gizi disbanding baku atau berupa
indeks dengan membandingkan ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB,
TB/U (Sandjaja, dkk, 2010)
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling
sering digunakan adalah antropometri gizi. Dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping
itu dalam kegiatan pelapisan status gizi masyarakat selalu
menggunakan metode tersebut. (Supariasa, dkk, 2010)
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi
tubuh manusia antara lain usia, jenis kelamin, suku bangsa,
jenis pekerjaan dan posisi tubuh. Selain faktor-faktor tersebut
di atas, adapula beberapa faktor lain yang mempengaruhi
variabilitas ukuran tubuh manusia. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah cacat tubuh, tebal, tipisnya pakaian dan kehamilan
(Nurmianto,2003):
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana prosedur pengukuran berat badan orang normal dan
berkebutuhan khusus?
1.3 Tujuan
Mengetahui prosedur pengukuran berat badan orang normal dan
berkebutuhan khusus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Berat Badan
Berat badan adalah jumlah massa otot, lemak, air dan mineral
tanpa memberikan informasi pada perubahan relatif keempat
kompartmen tersebut. Pengukuran berat badan secara berkala
dapat digunakan untuk mendeteksi kekurangan energi protein pada
anak-anak yang mana salah satu tandanya adalah berat badan yang
sangat kecil. Pada anak-anak pengukuran berat badan dan tinggi
badan dapat digunakan untuk mengetahui status gizi .
Menurut Cipto Surono dalam Mabella 2000 : 10, mengatakan
bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang
ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan
apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan
suatu satuan kilogram. Dengan mengetahui berat badan seseorang
maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi
seseorang.
Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi
dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit
saja pengukuran objektif dan dapat diulangi (Soetjiningsih,
1995).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh seseorang
dalam satuan kilogram atau pound yang dapat dijadikan parameter
kondisi kesehatan dan status gizi seseorang.
2.2 Pengukuran Berat Badan Orang Normal
1.) Pengukuran Berat Badan Bayi
a. Dacin
Dacin merupakan alat yang dapat memenuhi persyaratan
untuk digunakan dalam penimbangan berat badan pada anak
balita. Dengan menggunakan dacin, kita dapat memperoleh
beberapa keuntungan. Antara lain :
1. Sudah dikenal secara umum.
2. Mudah di dapat dan asli buatan Indonesia.
3. Ketelitian dan ketepatannya cukup baik.
Dacin digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25
kg. Dalam penggunaan dacin berkapasitas 50 kg pun juga bisa
namun angka ketelitiannya 0,25 kg. Jenis timbangan yang
lainnya adalah detecto yang sering terlihat di puskesmas.
Selain itu ada juga timbangan kamar mandi (bathroom scale)
yang mana tidak dapat digunakan untuk menimbang anak balita
karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah
sesuai dengan kepekaan per-nya.
Sebelum menimbang, periksalah dacin dengan seksama
kondisi dacin baik atau tidak. Dacin yang dalam keadaan baik
dapat dilihat dengan melihat bandul geser berada pada posisi
skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang.
Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang)
dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu dengan cara
menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik
berisi pasir.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah:
1. Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang
cukup tebal harus ditanggalkan
2. Kantong celana timbang dapat digunakan
3. Bayi ditidurkan dalam kain sarung
4. Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan setimbang,
kedua ujung jarum terdapat pada satu titik
5. Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan
berat badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai
satu angka desimal. Misalnya 7,5 kg.
Prosedur kerja dacin :
1. Gatungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau
penyangga kaki tiga.
2. Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat.
3. Sebelum dipakai letakan bandul geser pada angka nol.
Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman
4. Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung
timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada
angka nol.
5. Seimbangkan dacin yang sudah di bebani celana timbang,
sarung timbang, atau kotak timbangan dengan cara
memasukan pasir ke dalam kantong plastik.
6. Anak ditimbang,dan seimbangkan dacin.
7. Tentukan berat badan anak,dengan membaca angka di ujung
bandul geser.
8. Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
9. Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin
dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat
diturunkan
Gambar Dacin
b. Balance Beam Infant Scale
Penimbangan yang dilakukan kepada anak balita usia
dibawah dua tahun dapat dilakukan dengan menggunakan balance
beam infant scale atau digital infant scale dengan melepaskan semua
pakaian maupun popok. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang
benar-benar tepat.
Prosedur penimbangan bayi menggunakan balance beam infant
scale dapat dilakukan seperti berikut ini (Adapted from the
Training Manual for the New York State Child Growth Monitoring Project; I.J.
Shorr, 1994-96.):
Alasi timbangan dengan kertas handuk
Letakkan kedua balok geser kembali ke nilai nol
Beritahu asisten untuk melepaskan pakaian bayi hingga
hanya mengenakan popok kering. Bayi yang sudah berumur 1
tahun lebih juga wajib melepaskan sepatu dan pakaian
luarnya seperti jaket dan sweater.
Beritahu asisten untuk meletakkan bayi dalam posisi
tiduran atau dalam posisi duduk pada timbangan. Pastikan
bayi berada di tengah pusat timbangan dan tidak menyentuh
benda apapun di luar timbangan.
Geser balok pound dan ons sampai timbangan tersebut
seimbang
Catat hasil penimbangan. Pastikan hasilnya akurat dan
dapat dibaca
Beritahu asisten untuk menurunkan bayi dari timbangan dan
kembalikan timbangan ke dalam skala nol untuk persiapan
penimbangan selanjutnya.
Gambar Balance Beam Infant Scale (posisi tidur)
Gambar Balance Beam Infant Scale
Gambar Balance Beam Infant Scale (posisi duduk)
c. Digital Infant Scale
Prosedur penimbangan bayi menggunakan digital infant scale
dapat dilakukan seperti berikut ini (From I.J. Shorr, 1997):
Alasi timbangan dengan kertas handuk
Nyalakan timbangan untuk mengaktifkannya. Angka nol akan
muncul pada layar baca. Pastikan skala dalam “lb”
daripada “kg”.
Beritahu asisten untuk melepaskan pakaian si bayi.
Beritahu asisten untuk meletakkan bayi dalam posisi tidur
atau duduk pada timbangan.
Pastikan bayi tidak menyentuh bagian apapun di luar
timbangan.
Angka yang menunjukkan berat bayi akan muncul pada layar
baca
Catat hasilnya. Pastikan data tersebut akurat dan dapat
dibaca
Gambar Digital Infant Scale
Gambar Digital Infant Scale
d. Timbangan injak
Penimbangan bayi dengan timbangan injak ini hanya boleh
dilakukan apabila bayi ketakutan atau menangis pada saat
ditimbang sendiri sehingga harus melibatkan orang lain.
Berikut ini prosedur penimbangan bayi dengan timbangan injak
:
a) Timbang ibu atau orang yang mengantar bayi yang akan
ditimbang dengan menggunakan alat timbang.
b) Perhatikan posisi kaki tepat di tengah alat timbang,
sikap tenang, tegap namun rileks dan pandangan lurus
kedepan.
c) Angka di jendela baca alat timbang akan muncul, dan
tunggu sampai jarum tidak bergerak-gerak lagi .
d) Catat angka yang terakhir ,
e) Minta ibu turun dari alat timbang dan tunggu sampai
jarum timbang berda pada angka 0 (nol).
f) Timbang ibu dan anak (digendong) bersama-sama.
g) Catat angka yang terakhir.
h) Berat badan anak adalah selisih antara (berat badan
ibu dan anak) dengan berat badan ibu. Pembulatan berat
badan anak dilakukan setelah pengurangan (berat badan
ibu dan anak) dengan berat badan ibu.
2.) Pengukuran Berat Badan Orang Normal dan Anak-Anak yang
Sudah Dapat Berdiri
a. Timbangan injak manual
Prosedur penimbangan berat badan dengan menggunakan alat
timbang injak adalah sebagai berikut :
a.) Persiapan Alat
1) Alat timbang secara periodik dikalibrasi agar
menghasilkan hasil yang valid.
2) Bila alat timbang menggunakan baterai, petugas
harus memastikan bahwa alat tersebut masih mempunyai
energy yang cukup untuk melakukan penimbangan berat
badan.
3) Meletakkan alat timbang di atas permukaan yang
datar dan rata.
b.) Penimbangan
1) Subjek yang akan ditimbang melepas alas kaki
sebelum menginjak alat timbang injak.
2) Subjek yang akan ditimbang harus berdiri tepat di
tengah alat timbang.
3) Petugas maupun orang yang akan ditimbang harus
memastikan bahwa kaki atau pakaian tidak menutupi
kaca baca.
4) Menunggu beberapa saat sampai layar menampilkan
hasil penimbangan.
5) Setelah layar baca menunjukkan hasil penimbangan,
maka catat hasil penimbangan.
6) Subjek diperkenankan untuk turun dari timbangan
injak.
7) Subjek ditimbang untuk kedua kalinya.
8) Apabila hasil pengukuran 1 dan 2 berbeda >0,5 kg,
subjek harus ditimbang untuk ketiga kalinya, hingga
memang benar-benar mendapatkan hasil yang valid.
9) Sebelum melakukan pengukuran kepada subjek
selanjutnya, alat timbang harus menunjukkan angka
nol.
b. Alat Timbang Digital
Timbangan berat badan digital sangat sederhana
penggunaannya, namun diperlukan pelatihan petugas agar
mengerti dan dapat menggunakannya secara sempurna. Pedoman
penggunaan timbangan berat badan ini harus dipelajari
dengan baik dan benar agar menghasilkan sebuah hasil
pengukuran yang optimal. Berikut ini adalah langkah-langkah
dalam menggunakan timbangan digital :
a. Persiapan. Ambil timbangan dari kotak karton dan
keluarkan dari bungkus plastiknya.
b. Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (jangan
lupa memperhatikan posisi baterai).
c. Pasang empat kaki timbangan pada bagian bawah alat
timbang (kaki timbangan harus dipasang dan tidak boleh
hilang).
d. Letakkan alat timbangan pada lantai yang permukaannya
datar.
e. Subjek yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan
jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti
kunci, dan lainnya.
Alat ini juga mempunyai keuntungan dan keterbatasan. Yaitu
antara lain :
a. Keuntungan penggunaan timbangan berat badan digital :
1) Dapat mengukur berat badan dengan mudah, cepat dan
akurat, sebab ketelitian timbangan 50 gram.
2) Mengurangi risiko penularan infeksi kulit dan cedera
pada balita.
3) Mengurangi rasa takut pada anak-anak yang tidak
senang dengan timbangan gantung.
b. Keterbatasan penggunaan timbangan berat badan digital :
1) Kurang dapat digunakan pada tempat dengan
pencahayaan kurang.
2) Penyimpanan harus dengan benar dengan menggunakan
karton fiksasi untuk menjaga agar tidak terguncang.
Oleh sebab itu harus disimpan dan diperlakukan
dengan hati-hati.
3) Memerlukan tempat dengan permukaan lantai harus
datar dan rata.
Prosedur penimbangan berat badan dengan menggunakan
timbangan digital adalah sebagai berikut :
a. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol sebelah
kanan (warna biru). Mula-mula akan muncul angka 8,88,
dan tunggu sampai muncul angka 0,00. Bila muncul bulatan
(O) pada ujung kiri kaca display, berarti timbangan siap
digunakan.
b. Pasien diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki
tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi
jendela baca.
c. Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat
timbang, sikap tenang dan kepala tidak menunduk.
d. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan
tunggu sampai angka tidak berubah.
e. Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya
tanda bulatan O diujung kiri atas kaca display) dan
isikan pada kolom.
f. Minta Responden turun dari alat timbang
g. Alat timbang akan OFF secara otomatis.Untuk menimbang
responden berikutnya, ulangi prosedur diatas.
c. Balance Beam Scale
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan terlebih dahulu
2. Pastikan timbangan telah seimbang dalam skala nol
3. Sapa pasien dan jelaskan prosedurnya
4. Bantu pasien naik ke atas timbangan dan letakkan handuk
kertas pada alas timbangan
5. Beritahu pasien untuk melepaskan sepatu dan pakaian
luar yang berat serta dompet
6. Beritahu pasien untuk menghadap lurus ke skala
timbangan dan berdiri di atas handuk kertas tanpa
menyentuh atau berpegangan pada benda apapun
7. Atur rasio berat
8. Kembalikan skala timbangan ke posisi semula (skala nol)
9. Bantu pasien turun dari timbangan dan buang handuk
kertasnya
10. Catat hasil penimbangan
Gambar Balance Beam Scale
2.3 Prosedur Penimbangan Berat Badan Pada Pasien Kondisi Khusus
Pada kondisi khusus atau patologis tertentu seperti tidak
dapat berdiri ataupun duduk digunakan alat penimbang berat badan
khusus untuk mengetahui berat badan orang tersebut. Pasien bisa
tetap dalam keadaan ditempat tidur, kursi roda maupun bayi yang
dalam inkubator.
1.) Pada pasien yang berkursi roda
Ada dua macam cara menimbang yaitu dengan cara menimbang
beserta kursi rodanya dan menimbangnya dengan pegangan untuk
sandaran berdiri responden. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan khusus untuk kursi roda yang biasa disebut
wheelchair scale. Cara menimbang pasien bersama kursi roda
tahap-tahapnya adalah:
1. Mengaktifkan timbangannya dan memastikan bahwa
timbangan menunjukkan angka nol.
2. Mempersiapkan kursi roda yang sudah diketahui beratnya
dengan menggunakan alat yang sama.
3. Meminta responden pindah ke kursi roda yang telah
dipersiapkan sebelumnya
4. Memindah responden beserta kursi roda ke alat timbangan
tepat di tengah timbangan
5. Mengunci roda pada kursi roda agar tidak bergeser.
6. Meminta responden agar tetap tenang.
7. Mencatat angka yang keluar dan pastikan angka itu dalam
keadaan statis.
8. Menghitung berat badan responden dengan rumus
Berat badan responden = Berat Orang dan Kursi Roda –
Berat Kursi Roda
Gambar Proses Penimbangan Pasien dalam Wheelchair
2.) Pasien yang tidak bisa duduk maupun berdiri
Cara menimbang responden yang tidak dapat duduk ataupun
berdiri adalah dengan menggunakan timbangan khusus yaitu pod
scale, flush-mounted floor scale ,dan sling scale.
a. Pod scale
Pod Scale adalah timbangan berat badan yang
menggunakan sebuah alas yang berkakikan sepatu roda yang
sudah diganjal dan digunakan sebagai penyangga tempat
tidur. Alat ini mampu menahan beban hingga 600 kg. Pada
umumnya alat ini masih jarang digunakan di rumah sakit di
Indonesia karena selain mahal pencarian spare part dan
tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah. Pada alat ini
tempat tidur tidak akan bergeser sekalipun sehingga nilai
yang keluar adalah nilai statis.
Gambar Pod scale
b. Flush Mounted floor scale
Flush-mounted floor scale adalah timbangan yang dapat
digunakan untuk pasien yang menggunakan kursi roda yaitu
dengan cara berdiri karena ada pegangannya ataupun duduk di
kursi roda maupun terbaring di tempat tidur yang memiliki
roda. Prinsip penggunaanya pun sama yaitu dengan menimbang
pasien langsung apabila mampu berdiri dengan pegangan, dan
menimbang pasien beserta kursi roda ataupun tempat tidur
dengan kaki roda yang telah diketahui beratnya dengan alat
yang sama. Karena alat ini digunakan untuk kursi roda dan
tempat tidur yang memiliki roda maka hanya mampu menahan
beban hingga 375 kg sehingga harus menggunakan tempat tidur
yang tidak terlalu berat.
Gambar Flush-mounted floor scale
c. Sling scale
Sling scale adalah timbangan dengan cara menimbang
pasien di sebuah kain. Jadi responden harus dipindah ke
sling scale dengan manual. Cara ini tergolong sulit karena
responden harus dipindah dengan manual dan membutuhkan
tenaga lain dan tidak dapat dilakukan penimbangan pada
pasien yang mengalami luka pada bagian punggung karena
akan menambah rasa sakit jika tidak dipindah secara baik
dan benar.
Gambar Sling Scale
Gambar Mechanical Lift Scale
3.) Pada bayi prematur
Banyak kasus bayi prematur muncul saat ini. Bayi prematur
harus dirawat di ruang inkubator agar kelansungan hidupnya
dapat diteruskan. Penimbangan pada bayi yang prematur
menggunakan timbangan khusus yang disebut warmer/incubator
scale. Timbangan ini dimasukkan kedalam inkubator dengan cara
memasangnya langsung dan diletakkan sebagai alas bayi.
Timbangan ini tidak akan mengganggu bayi karena nyaman untuk
digunakan.
Gambar Incubator Scale siap pakai
2.4 Estimasi Berat Badan pada pasien
1. Pada Pasien Yang Telah Diamputasi
Pada pasien yang mengalami amputasi bagian tubuh sehingga tidak dapat diketahui berat badan pasien pada saat sebelum amputasi dilakukan, dapat menggunakan cara
estimasi atau perkiraan berat badan pasien menurut bagian tubuh yang diamputasi.
Estimasi persentase berat badan yang diamputasi dari berat
badan normal :
Bagian Yang Diamputasi %Seluruh lengan 6,5Lengan atas 3,5Lengan dari siku sampai
pergelangan
2,3
Telapak tangan 0,8Paha 11,6Betis 5,3Telapak kaki 1,8Seluruh kaki 18,5
Dengan menggunakan rumus dibawah ini didapatkan estimasi berat
badan pasien sebelum diamputasi :
BB Keseluruhan=BB Sekarang100% - amputasi
x 100%
Sementara berat badan ideal pasien yang telah diamputasi dapat
dihitung menggunakan tabel estimasi persentase kontribusi bagian
badan yang diamputasi seperti dibawah ini :
Bagian tubuh Persentase
(%)
Kepala 8
Dari pinggang ke bawah 50
Lengan bagian atas 2,7
Lengan bawah 1,6
Tangan 0,7
Seluruh lengan 5
Paha 10,1
Betis 4,4
Kaki 1,4
Seluruh kaki 16
Dengan rumus :
Berat badan ideal setelah amputasi = Berat badan ideal sebelum
amputasi - % kontribusi
Kekurangan dari metode ini adalah estimasi berat badan yang
diberikan tidak dengan tepat menggambarkan berat badan sebenarnya
dari pasien tersebut . Berat badan pasien sebenarnya bisa saja
diatas atau dibawah hasil perhitungan menggunakan rumus
tersebut . Hal ini diakibatkan proporsi tubuh masing-masing
individu yang berbeda-beda .
2.5 Estimasi Berat Badan orang normal
Tabel Perkiraan Berat Badan Berdasarkan Panjang Badan (The Hamwi Methode)
Bangun
Tubuh
Laki-laki Wanita
Sedang 48 kg untuk 152 cm yang
pertama; selanjutnya
tambahkan 2,7 kg untuk
setiap 2,5 cm tambahan;
kurangi 1,13 kg untuk
setiap cm bila TB < 152
cm
45,5 kg untuk 152 kg
yang pertama;
selanjutnya tambahkan
2,3 kg untuk setiap
2,5 cm tambahan;
kurangi 1,13 kg untuk
setiap cm bila TB <
152 cmKecil Kurangi 10% Kurangi 10%Besar Tambahkan 10% Tambahkan 10%- Untuk Laki-laki
Perkiraan BB = ¿ ± 10%
- Untuk Wanita
Perkiraan BB = ¿ ± 10%
3. Estimasi Berat Badan untuk Pasien Umur 65 Tahun ke Atas
Estimasi ini dapat digunakan untuk menghitung berat
badan ketika peralatan dirumah sakit kurang memadai,
misalnya tidak tersedianya kursi roda ataupun tidak
adanya bed scale sehingga pasien hanya bisa terbaring di
tempat tidur. Dengan keadaan yang seperti ini, tidak
dimungkinkan untuk mengukur berat badan secara langsung
sehingga menggunakan pengukuran antropometri seperti
tinggi lutut, lingkar lengan tangan pertengahan, lingkar
pergelangan tangan, dan tebal lemak subscapular. Dengan
keadaan pasien tersebut dapat diputuskan pengukuran mana
yang cocok sangat bergantung pada umur pasien dan ukuran
antropometri yang ada. Pengukuran berat badan menggunakan
estimasi ini tidak meutup kemungkinan akan terjadi
kesalahan.
Tabel Estimasi Berat Badan untuk Umur 65 Tahun ke Atas
Perempuan
BB = (MAC x 1,63) + (CC x 1,43) – 37, 40
BB = (MAC x 0,92) + (CC x 1,50) + (SSF x 0,42) –
26,19
BB = (MAC x 0,98) + (CC x 1,27) + (SSF x 0,40) +
(KH x 0,87) – 62,35
4,96
kg
4,21
kg
3,80
kgLaki-laki
BB = (MAC x 2,31) + (CC x 1,50) – 50,10
BB = (MAC x 1,92) + (CC x 1,44) + (SSF x 0,26) –
39,97
BB = (MAC x 1,73) + (CC x 0,98) + (SSF x 0,37) +
(KH x 1,16) – 81,69
5,73
kg
5, 34
kg
4,48
kg
Keterangan :
- MAC = Lingkar Lengan Atas
- CC = Lingkar Betis
- SST = Tebal Lemak Subscapular
- KH = Tinggi Lutut
2.5 Kesalahan dalam Pengukuran Berat Badan
1) Kesalahan membaca pada neraca pegas akibat jarum yang sudah
tua
2) Permukaan lantai yang tidak rata dapat menyulitkan
pengukuran
3) Waktu pengambilan data yang tidak tepat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keakuratan dari penimbangan berat badan sangat berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Prosedur penimbangan berbeda
bergantung pada umur dan kondisi seseorang. Pengukuran berat
badan pada kondisi normal dapat dilakukan dengan mengggunakan
alat timbang seperti dacin, suspended scale, digital infant scale,
mecanical pediatric scale, dan timbangan injak manual maupun timbangan injak
pegas. Pengukuran berat badan pada pasien dengan kondisi khusus
dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti Wheelchair Scale,
Flush Mountain Floor Scale, Stow-A-Weigh Scale, dan Sling Scale. Pasien yang
tidak bisa duduk ataupun berdiri dan hanya bisa berbaring di
tempat tidur selain kita menggunakan bed scale untuk mengukur
berat badannya.
3.2 Saran
Berat badan merupakan salah satu parameter yang sangat
penting dalam mengestimasi dan menentukan status gizi seseorang.
Oleh karena itu tenaga kesehatan sebaiknya menguasai secara
terperinci bagaimana prosedur pengukuran berat badan yang tepat
dan benar, baik untuk pasien dengan keadaan normal maupun khusus
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam penentuan status
gizi seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2007. Pedoman
Pengukuran dan Pemeriksaan. Jakarta
Anggraeni, Adisty Cynthia., S.Gz. 2011. Asuhan Gizi, Nutritional Care
Process
Rusetiawati, Dwi. Fariadi, Haris. 2009. Pengukuran Antropometri Berat
Badan . http://teazindrahayu.wordpress.com/. Diakses
tanggal : 1 Maret 2014. Pukul 19.40 WIB.