212
MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI TPA PELITA JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh Lusiana Damaiyanti 11170510000277 FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021H/1442M

model komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam

Embed Size (px)

Citation preview

MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL

GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI TPA PELITA

JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Lusiana Damaiyanti

11170510000277

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021H/1442M

MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL

GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN

KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI TPA PELITA

JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Lusiana Damaiyanti

NIM : 11170510000277

Dibawah Bimbingan

Umi Musyarofah, M.A.

NIP. 19710816 199703 2 002

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021H/1442M

LEMBAR PERNYATAAN

Penulis yang bertanda tangan dibawah ini dengan judul skripsi

“MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL, GURU DAN

ORANG TUA, DALAM PEMBINAAN KEISLAMAN ANAK

USIA DINI, DI TPA PELITA MASJID AL-IKHLAS JOHAR

BARU, JAKARTA PUSAT”

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

srata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa penulisan skripsi ini

bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 08 Juli 2021

Lusiana Damaiyanti

11170510000277

Stamp
Stamp

i

ABSTRAK

Lusiana Damaiyanti

11170510000277

Model Komunikasi Interpersonal,Guru Dan Orang Tua,

Dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini, Di Tpa Pelita

Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat.

Taman Pendidikan Al-Qur‟an Pelita Masjid Al-Ikhlas

didirikan di wilayah masyarakat yang mayoritas kurang paham

dalam pendidikan keagaman anak, tidak hanya nilai agamanya

saja namun juga dengan nilai kepedulian terhadap lingkungan.

Oleh karena itu penulis akan meneliti lebih lanjut model

komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam pembinaan

keislaman baik untuk dunia dan akhiratnya sehingga kelak

terciptanya anak usia dini menjadi muslim yang kaffah, dan

faktor kendala dalam berkomunikasi dengan dua arah antara guru

dengan orang tua, guru dengan murid, orang tua dengan anak.

yang dimana memiliki interaksi berkomunikasi dalam kehidupan

sehari-harinya dengan adanya pesan, atau gagasan yang ingin

disampaikan sehingga terjadinya suatu proses komunikasi.

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif, yaitu metode pengumpulan data dengan cara

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang

berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi serta fakta

di lapangan. Serta juga menggunakan teori komunikasi

interpersonal oleh Joseph A. Devito dan Teori Sosial Learning

oleh Albert Bandura.

Hasil penelitian menunjukan bahwa TPA Pelita ini

terdapat model komunikasi interpersonal yang sangat penting

dalam mencapai suatu tujuan yang sama yaitu dengan cara tetap

menjalin komunikasi yang baik sehingga guru dan orang tua

dengan anak mempunyai hubungan timbal balik dan terbentuklah

suatu kerjasama yang berpengaruh besar untuk membentuk

hubungan yang penuh arti menjadikan anak sebagai manusia

yang khaffa dan memperhatikan perkembangan anak usia dini

dalam pembinaan keislaman di masa golden agenya.

Kata Kunci : (Model Komunikasi Interpersonal, Guru, Orang

Tua, dan Pembinaan Keislaman)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya senantiasa

dicurahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda

kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya

dari jaman jahiliyyah sampai terang menerang seperti saat ini.

Alhamdulillahhirabbil‟Alamin dalam perjalan panjang

yang penulis lalui, dengan usaha yang begitu maksimal serta

dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul “MODEL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN ORANG TUA

DALAM PEMBINAAN KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI

TPA PELITA MASJID AL-IKHLAS JOHAR BARU JAKARTA

PUSAT”. Yang di buat sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar Srata-1 Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak hambatan

dan rintangan yang penulis lalui tetapi penulis selalu

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa pikiran, tenaga,

dorongan, moril maupun materil. Oleh karena itu penulis tidak

lupa mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj.

Amany Lubis, M.A.

iii

2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.

Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabbudin

Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi

Umum, Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III

Bidang Kemahasiswaan.

3. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta.

Dr. H. Edi Amin, M.A selaku Sekertaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si., selaku Dosen Penasehat

Akademik yang telah membimbing dan memberikan

arahan kepada penulis selama melakukan studi.

5. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang

telah bersedia membimbing dan banyak memberikan

masukan serta saran kepada penulis selama proses

penulisan ini berlangsung. Penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Beliau,

semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan

senantiasa diberikan keberkahan, kesehatan, dan kebaikan

kepada dirinya beserta keluarganya serta selalu dalam

lindungan Allah SWT.

6. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

iv

yang telah berperan penting dalam proses perkuliahan,

memberikan ilmu serta wawasan dan pengalaman yang

mempermudah pada masa studi.

7. Pihak sekolah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, Ibu Hj. Dra.

Umi Nihayah, MM. selaku kepala sekolah yang telah

memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat

Provinsi DKI Jakarta.

8. Ustadz Wirman A.T, selaku pendiri TPA Pelita Masjid

Al-Ikhlas dan Ustadzah Lia, Ustadzah Amanah selaku

wali kelas anak usia dini, serta Orang Tua Murid Ibu Euis

Atika, Ibu Januarriaty, Ibu Yatinah, dan Ibu Dede

sekaligus informan yang telah berkenan memberikan

waktu untuk penulis mewawancarai dan memberikan data

seputar TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dan memberikan

informasi terkait penelitian yang penulis lakukan.

9. Ustadzah Langit Ayumi selaku Tata Usaha dan ADM

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas yang telah memberikan data

serta pembimbing lapangan yang telah membimbing

penulis dalam melakukan penelitian selama di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat Provinsi DKI

Jakarta.

10. Teruntuk Kedua Orang Tua yang sangat penulis cintai dan

sayangi. Ayahanda Hari Sucipto dan Ibunda Hartati

Yuliana S.Pd.I, yang sudah banyak mengajarkan arti

kedewasaan untuk selalu berfikir terhadap suatu hal yang

baik dan selalu mengingatkan beribadah kepada Allah

v

SWT dan sangat banyak mengajarkan arti kesabaran,

keikhlasan, memaafkan dalam hidup serta mengajarkan

untuk jadi diri sendiri tetap semangat,percaya akan

kemampuan diri sendiri.

11. Teruntuk om saya Heri Irawan serta kedua abang dan

ketiga kaka tersayang yaitu Muhammad Nahar Sham

Luthfi, A.Md, M.Tasyrifudin, S.Pd.I , Lala Komalasari,

S.Pd.I , Mufadillah dan Yayuk penulis mengucapkan

Terima kasih sebesar-besarnya telah memberikan support

dalam bentuk apapun kepada penulis sehingga penulis

sampai pada titik ini, serta do‟a dan kasih sayang yang

selalu diberikan kepada penulis saya ucapkan terima kasih

banyak semoga keluargaku selalu dalam keadaan sehat

dan penuh keberkahan.

12. Untuk Pendengar setia Muhammad Fakhri Yusuf

Zulkarnaen, S.Sos, Alsifa Citra Aziza, Humaira

Khairunnisa, yang selalu meluangkan waktunya dan

menemani penulis saat penulis kesulitan dan sedih.

Penulis ucapkan terima kasih atas kesetiaan dalam

menemani penulis hingga sampai ditahap ini. Terima

kasih telah bersedia memberikan telinganya untuk

mendengar semua curhatan penulis.Terima kasih atas

hiburan dan semangat yang selalu diberikan kepada

penulis sehingga penulis merasa senang dan tidak sedih

serta putus asa. Penulis ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya. Semoga kita selalu bersama dan sukses

bersama.

vi

13. Sahabat Sesurga dan terbaik penulis, Mawar Yantesa

Putri, Karina Ahmad, Dita Puspawati Rahayu sejak

penulis berada di bangku SMP hingga saat ini. Terima

kasih sahabat sesurgaku karena senang hati selalu

menyediakan telinganya untuk mendengarkan keluh kesah

penulis dan kita bertukar pikiran saling memberikan

support dan yakin sehingga kita bisa sama-sama

menyelesaikan tugas akhir ini. dan selalu rela datang dan

menjemput penulis saat penulis merasa putus asa dan

sedih. Kalian semua luar biasa, selalu rela membantu dan

membimbing serta menyemangati penulis dalam hal

perkuliahan hingga penulis sampai pada tahap ini, Terima

kasih telah meluangkan waktu serta pundaknya untuk

semua keluh kesah yang penulis rasakan. Penulis sangat

senang dan sayang kepada kalian terima kasih atas waktu

yang selalu kalian luangkan untuk mendengar tangisan

penulis. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya atas kemurahan hati kalian. Semoga kita menjadi

orang sukses dan selalu bersama !!!

14. Partner bimbingan skripsi, Mutia El-Ilmi, dan Saarrah

Afifah. Penulis ucapkan terima kasih atas kebersamaan

kita dalam menghadapi banyaknya kesulitan selama

pengerjaan skripsi. Terima kasih selalu fast respon dalam

membalas chat penulis. Penulis ucapkan terima kasih atas

support yang selalu kalian berikan kepada penulis.

15. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)

Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2017, 2018, dan

vii

2019 yang telah memberikan wadah organisasi diluar

proses perkuliahan di kelas.

16. Teman-teman Dewan Mahasiswa Universitas (DEMAU)

2020-2021 yang telah memberikan wadah organisasi

diluar proses perkuliahan di kelas.

17. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam Angkatan

(KPI) 2017 yang telah mewarnai hari-hari selama

berkuliah di kampus tercinta ini.

18. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran (KPI) E 2017

yang telah membantu serta bekerja sama dalam proses

perkuliahan didalam kelas.

19. Temen-temen KKN Askar 78 yang telah menyemangati

saya dan berkejasama dalam proses KKN berlangsung.

20. Teruntuk semua pihak yang telah memberikan kontribusi

serta doa selama penulis berada dalam masa studi yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan keberkahan dunia dan akhirat kepada kalian

semua. Aamiin.

21. Terakhir terima kasih kepada diri saya sendiri Lusiana

Damaiyanti. Terima kasih telah berjuang melawan

kemalasan, cape sehingga berada pada tahap ini. Terima

kasih sudah berjuang sekeras ini dan selalu berusaha

memberikan yang terbaik. Terimakasih sudah sabar

menghadapi ujian yang Allah berikan di detik-detik akhir

perkuliahan, ikhlas dengan semua yang telah terjadi,

Memaafkan dalam hal apapun, bersyukur dengan apa

yang kita miliki, nikmati proses dan alur jalan dari Allah

viii

SWT. Percaya semua akan indah pada waktunya!

Remember, u are amazing Lusi. Terima kasih banyak atas

segala yang telah kamu lakukan dan berikan!! Kamu

Amazing !! Do What You Love And Love What You Do

!!!

Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis

sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis

mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini terselesaikan. Penulis

menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari

itu penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan

sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 08 Juli 2021

Penulis

Lusiana Damaiyanti

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................... 21

C. Tujuan penelitian ................................................. 22

D. Manfaat Penelitian ............................................... 23

E. Tinjauan Pustaka ................................................. 24

F. Metodologi Penelitian ......................................... 25

G. Sistematika Penulisan .......................................... 31

BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 34

A. Teori Social Learning .......................................... 34

1. Pengertian Theory Social Learning .............. 34

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Social

Learning Theory ........................................... 36

3. Aplikasi teori pembelajaran Sosial

Learning ........................................................ 38

4. Proses Kognisi dan Pengajaran .................... 40

5. Konteks Sosial bagi Belajar ......................... 40

B. Komunikasi Interpersonal ................................... 40

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal .......... 40

2. Fungsi Komunikasi Interpersonal ................ 44

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal ................ 46

4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ...... 48

C. Model Komunikasi Interpersonal ........................ 49

1. Model Komunikasi Linear ............................ 50

x

2. Model Transaksional .................................... 51

3. Model Interaktif ............................................ 52

D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal .................. 54

E. Fungsi dan Tujuan Komunikasi........................... 55

F. Pembinaan Keislaman Anak ................................ 57

1. Pengertian Pembinaan .................................. 57

2. Pengertian Pembinaan Keislaman/

Keagamaan ................................................... 58

3. Pengertian Pembinaan

Keislaman/Keagamaan anak Usia Dini ........ 62

G. RuangLingkup

PembinaanKeislaman/Keagaman ........................ 68

1. Pembinaan Keislaman dalam Keluarga ........ 68

2. Pembinaan Keislaman dalam Sekolah ......... 70

3. Pembinaan Keislaman dalam Masyarakat .... 70

H. Peran Guru dan orang tua dalam Pembinaan

KeIslaman ............................................................ 71

I. Kerangka Berfikir ................................................ 75

BAB III GAMBARAN UMUM .............................................. 76

A. TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ............................... 76

1. Sejarah Umum Berdirinya TPA Pelita ......... 76

2. Visi, Misi dan Tujuan ................................... 79

3. Tujuan ........................................................... 79

4. Data Guru dan Pelajar .................................. 80

5. Struktur Organisasi Taman Pendidikan

Al-Qur‟an ..................................................... 83

BAB IV TEMUAN DAN ANALISI DATA ........................... 84

A. Temuan Penelitian ............................................... 84

1. Proses Model Komunikasi Interpersonal ..... 85

xi

2. Model Komunikasi Interpersonal Dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di

TPA Pelita Masjid Al Iklas .......................... 90

3. Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam Komunnikasi Interpersonal Guru

dan Orangtua dalam Pembinaa Keislaman

Anak usia Dini di TPA Pelita Masjid Al

Ikhlas Johar Baru .......................................... 94

4. Lingkungan yang kurang baik ............................. 99

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori..................... 100

1. Proses Komunikasi dengan Teori Sosial

Learning ...................................................... 100

2. Model Komunikasi Interpersonal di TPA

Pelita Masjid Al Ikhlas ............................... 104

BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 111

A. Proses Model Komunikasi Interpersonal Guru

dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-

Ikhlas ................................................................. 112

1. Anggapan Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ...................... 113

2. Anggapan model komunikasi guru dengan

anak dalam pembinaan keislaman anak

usia dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas : . 118

3. Anggapan model komunikasi orang tua

dengan anak dalam pembinaan keislaman

anak usia dini di TPA Pelita Masjid Al-

Ikhlas : ........................................................ 122

xii

B. Faktor Kendala Orang Tua dalam Pembinaan

Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita

Masjid Al- Ikhlas ............................................... 128

1. Sulit Memahami ......................................... 128

2. Lingkungan yang kurang baik .................... 129

3. Emosi yang belum stabil ............................ 130

4. Asik dengan dunianya ................................ 130

5. Orang tua harus rajin mencontohkannya .... 132

BAB VI PENUTUP ............................................................... 133

A. Kesimpulan ........................................................ 133

B. Saran .................................................................. 137

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 139

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model Komunikasi Interpersonal terlihat bahwa

sebuah komunikasi dimulai dari niat pengirim untuk

menyampaikan sebuah pesan yang tentunya hanya diketahui

oleh pengirim sendiri. Untuk menyampaikan sebuah pesan

kepada orang lain (penerima), maka pengirim harus

menerjemahkan keinginannya dalam kode-kode, baik verbal

maupun non verbalyang dapat terima oleh penerima.

Model komunikasi merupakan alat untuk menjelaskan

atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi dan juga

model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa

yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karna itu

model bisa disebut sebagai gambar informasi untuk

menjelaskan atau menerapkan teori. fungsi model komunikasi

melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan

visual dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki

kendala komunikasi dalam pembinaan keislaman anak usia

dini.

Pembinaan Keislaman adalah proses pembaharuan,

penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus dan secara berkelanjutan yang dilakukan

oleh orang dewasa terhadap anak didik. Pembinaan keislaman

2

yang didik oleh orang dewasa untuk anak yang masih usia

dini muslim menjadi sangat penting sebagai upaya

mempersiapkan generasi yang lebih baik lagi. Pembinaan

pada anak usia dini lebih menekankan pada pembentukan

kepribadian, dan kesadaran adanya Allah lalu dibiasankan

melakukan perintah-perintah Allah dan meninggalkan

larangan Allah agar terbiasa kepada peraturan yang baik

sesuai dengan ajaran agama islam.1

Disini Manusia merupakan mahkluk hidup yang

diciptakan Allah SWT yang paling sempurna. Dalam Q.S Al-

Muminun ayat 12-14 :

Dan Artinya : “dan Sesungguhnya Kami telah

menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari

tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian

air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal

1 Lina Hdiawati, Pembinaan Keagamaan sebagai Upaya Meningkatkan

Kesadaran siswi melaksanakan Ibadah Shalat(Garut:2008) hal 19

3

darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal

daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian

Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka

Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Q.S Al-

Muminun ayat 12-14.

Ayat di atas menjelaskan tentang proses penciptaan

manusia. Allah menciptakan Adam a.s dari tanah liat kering

dari lumpur hitam kemudian menjadi air mani (yang disimpan)

dalam Rahim dan dari air mani Allah jadikan segumpalan

darah dan segumpalan daging serta tulang belulang dalam dalil

ini manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna.

Dan sejak manusia dilahirkan, ia sangat awam dalam

nilai-nilai universal yang terkandung dalam eksistensinya

hidup di dunia. Istilah agama ia lahir dalam keadan tidak

mengetahui sesuatu apapun dalam firman Allah Q.S An-Nahl

78 yang berbunyi :

Yang artinya “ dan Allah mengeluarkan kamu dari perut

ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan

4

Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,

agar kamu bersyukur” Q.S An-Nahl : 78.2

Ayat ini menjelaskan Allah SWT mengeluarkan janin

manusia dari kandungan ibu, ia berada pada taraf keterbatasan

kemampuan atau ketidaktahuan. Namun manusia dengan

berbekal potensi-potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah

SWT mampu mengaktualisasikan diri melalui proses interaksi

sosialisasi dengan lingkungannya. Dalam konteks inilah

pendidikan mempunyai proses signifikan dalam mewujudkan

manusia “ahsanu taqwin” dan akhirnya menjadi manusia yang

ideal “insan kamil” yang sadar terhadap peran dan fungsinya

sebagai khalifah dimuka bumi. Menurut Muhammad Qutbh,

Manusia yang baik adalah manusia yang ingin di bentuk

tingkah laku, pikiran maupun perasaannya.3

Menurut para ahli komunikasi, komunikasi dapat di

maknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun

sekelompok orang memberikan dan menerima informasi

(Penyampaian Makna).4 Komunikasi merupakan kebutuhan

setiap manusia dalam kehidupan sehari-harinya, karena tidak

mungkin ada manusia yang tidak berkomunikasi dalam

kehidupannya. Pada umumnya komunikasi merupakan

2 Departemen Agama RI, Syamil Qur’an Al’Quran dan Terjemahnya.

(Jakarta,Syigma, 2009) hal.274 3 Ghafiqi Faroek Abadi, Peran Pendidikan Keluarga dalam

Pembentukkan Akhlak Anak dalam Keluarga Pegawai,Jurnal Tadris, 7:2

(Surabaya, Desember 2012). Hal 291 4 Hardjana, Agus M, Komunikasi Interpersonal,(Kanisius, 2003) hal.11

5

aktivitas dasar manusia dengan berkomunikasi melakukan

suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk social tidak

dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling

berkaitan (membutuhkan ).5 Komunikasi dalam Islam

mendapat perhatian yang cukup bagi manusia sebagai anggota

masyarakat dan makhluk Tuhan, dalam perspektif agama,

bahwa manusia sangat penting peranannya bagi kehidupan

manusia dalam bersosialisasi. Manusia di tuntut agar pandai

berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur‟an Surat Ar-

rahman ayat 1-4 yang berbunyi :

Yang artinya : “(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah

mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia.

mengajarnya pandai berbicara” Q.S Ar-Rahman 1-4.

Ayat di atas ini menjelaskan Hubungan Individu yang

satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan

berkomunikasi, komunikasi ialah “hubungan kontak langsung

maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu

maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau

tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri,

5 Joseph A Devito, The Interpersonal Communication Book, ( New York

: HarperCollins, 1992) hal 4

6

karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan

kehidupannya”6

Komunikasi juga adalah sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak manusia dilahirkan,

manusia sudah melakukan proses komunikasinya. Manusia

adalah makhluk sosial, yang artinya makhluk itu hidup

dengan manusia lainnya yang satu sama lain saling

membutuhkan, untuk melangsungkan kehidupannya manusia

berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan antar

manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi

verbal (bahasa) maupun non verbal (symbol,gambar,atau

media komunikasi lainnya).7

Pendidikan Keislaman ini ialah pendidikan keberimanan

yaitu yang menanamkan keimanan di hati anak-anak,

menambah pengetahuan tentang beriman dan cara melakukan

peribadatan seperti yang dikehendaki Allah SWT.

Dan pada hakikatnya hubungan manusia dengan agama

keislaman terbangun secara fitrah. Dalam islam manusia

dituntut bagi dirinya sendiri , baik dalam rangka untuk

mengabdi dirinya kepada sang pencipta maupun dalam rangka

menjalin hubungan harmonis terhadap lingkungan dan sesama

makhluk hidup. Semua ini di butuhkan oleh manusia dalam

6 Widjaya,H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta :PT

:Rineka Cipta 2000) Hal 26 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal 15

7

rangka memperoleh keselamatan, kebahagian, dan

kesejahteraan.8

Dan peran orang tua sangat besar menentukan baik-

buruk serta utuh tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang

tua akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah Azza

wa Jallah kelak di akhirat tentang anak-anaknya, orang tua

bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anak-anaknya, dari

mulai sejak dalam kandungan, hingga saat anak mulai bisa

berfikir serta menerima ilmu dan sampai dewasa maka

kewajiban orang tua harus memberikan pelajaran tentang cara

membaca al-Quran serta makna yang terkandung di

dalamnya, dan beserta ilmu fikih serta ilmu agama yang lain

sebagai pedoman hidup bagi sang anak serta

memperhatikannya, perkembangannya serta masa depan

anak-anaknya, bukan hanya masa depan sukses duniawi tetapi

juga sukses akhiratnya, dalam memberikan arahan,

memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anak

melalui interaksi antara orang tua dengan anak dalam

lingkungan keluarga atau dalam lingkungan sekolah. Dengan

memberikan pendidikan anak di Taman Pendidikan Al-

Qur‟an sejak usia dini.9

Komunikasi antara orang tua dengan anak harus berhasil

membangun pribadi yang baik sesuai dengan ajaran islam

8 Moch, Basofi Soedirman, Eksistensi Manusia dan Agama, (Jakarta,

Hamzah Milion ,1995). Hal 24-25. 9 Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: Dies

Natalies, IAIN Walisongo) hal 32

8

dalam pembinaan keislaman anak. hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti pada studi kasus ini adalah untuk

mengungkap dan menyelami model komunikasi interpersonal

yang di bangun guru dan orang tua kepada anak usia dini

sehingga membentuk akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran

islam dalam pembinaan keislaman anak yang diharapkan.

Anak usia dini adalah bayi yang baru lahir hingga anak-

anak yang belum genap berusia 8 tahun, hakikat anak usia

dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki model

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,

sosial emosional, kreativitas,bahasa dan komunikasi yang

khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang di lalui oleh

anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut dengan

istilah “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir

seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan

berkembang secara cepat dan hebat. Dengan demikian,

dibutuhkan pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua

aspek perkembangan.10

TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) adalah lembaga

pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan

baca al-Qur‟an untuk anak-anak usia (4-12 Tahun). Lembaga

ini di buat oleh masyarakat islam yang ada di wilayah

tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa

kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :

10

Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari)

Hal.165

9

1. (4-8 Tahun) kelas Iqro, Hafalan surat pendek, doa-doa

sehari-hari,kisah-kisah Nabi dan praktek shalat

2. (8-11 Tahun) kelas Iqro, Hafalan surat pendek, doa-doa

sehari-hari, kisah-kisah Nabi dan mempelajari Tadjwid

serta praktek shalat

3. (12-14 Tahun) kelas Al-Quran, Hafalan Surat pendek,

doa-doa seharihari,kisahkisah nabi, tajdwid, akhlak, ilmu

fiqih, dan praktek shalat.11

Dan masih ada harapan orang tua Untuk membina

keagamaan anaknya agar anak mempunyai akhlakul karimah,

sifat-sifat terpuji tidak hanya dengan melakukan hal yang

baik, dan juga menjauhkan larangan-larangan Allah SWT

serta beramal ma‟ruf nahi munkar. Dengan kebiasaan dan

latihan akan membuat anak cenderung melakukan hal yang

baik dan meninggalkan yang buruk.

Keberadaan TPA merupakan salah satu lembaga

keislaman atau pendidikan agama islam pada lembaga-

lembaga pendidikan sekolah (TK,SD,MI) untuk itu

penyelenggaraannya pada siang atau sore hari di luar jam

sekolah. TPA atau Pra Madrasah Diniah di perlukan waktu 60

menit. Materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan

targetnya, dan ada dua materi pembelajaran yakni materi

pokok dan materi tambahan. Materi pokok seperti

11

Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari)

Hal.167

10

pembelajaran iqro dari jilid 1-6 dan kalau sudah selesai bisa

melanjutkan ke pembelajaran Al-Quran, dan tadjwid panjang

pendek dalam pembacaan al-quran. Materi Tambahan yakni

pembelajaran hafalan pembacaan shalat dan praktek shalat,

pengahafalan surat-surat pendek dan doa-doa sehari-hari,

bermain cerita, Ibadah,Aqidah dan Akhlak serta pengetahuan

Alam.12

Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini

berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan

LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7

pebruari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada

waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 februari

1991.13

TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang

mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca

dan menulis Al-Qur‟an juga sangat berperan bagi

perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah,

akidah, dan akhlak/akhlak. Tak kalah penting dalam materi

pembelajaran tersebut disisipkannya kecintaan kita lewat

peduli lingkungan dimana anak diajarkan berinteraksi dengan

ciptaan Allah selain dengan manusia. Komunikasi dengan

ciptaan Allah disini adalah dengan mencintai tanaman,

dimana anak juga diajarkan bagaimana kita cinta akan diri

kita melalui tanaman. Karena tanaman disini banyak

12

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari

2003) Hal.30 13

Munawir Syadzali ,Kementrian Agama LPTQ No 1 Tahun 1991

11

kegunaanya diantaranya untuk asupan tubuh kita dan tak

kalah penting adalah untuk menghirup udara bersih yang

dihasilkan tanaman itu sendiri. Dan mengingat bahwa materi

yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-

Qur‟an melainkan juga memberikan materi tentang Ibadah,

Aqidah, Akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik

menjadi pribadi yang Qur‟ani dan menjadikan Al-Qur‟an

sebagai pedoman dalam hidupnya menjadi muslim/muslimah

yang khaffa.Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin

(2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan

umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat

merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab

kultural-edukatif.14

Bentuk tanggung jawab yang di sadarkan oleh TPA ini

adalah manusia manusia memiliki tanggung jawab dalam nilai

agama dan nilai pengetahuan alam, mengajarkan anak-anak

dalam dua hal yaitu duniawi dan akhirat. Bagaimana kita tetap

beriman kepada Allah, menjalankan perintah Allah dan

meninggalkan larangan Allah serta, menjadikan dunia ini agar

tetap indah seperti semestinya Karena diluar banyak orang

yang paham agama namun tidak paham untuk menjaga dan

menjalankannya. Di dalam Al-Qur‟an juga sudah di jelaskan

bahwa kita manusia orang terpercaya Allah untuk mengurus

dunia.

14

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari

2003) Hal.38

12

Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa

tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala

jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan

usaha mensukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup

seorang muslim, yaitu sebagai berikut:15

1. Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.

2. Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang

memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di

dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang

yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan

doa seharihari.

3. Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar

keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu

sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk

menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan

keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal

budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya.16

Pendidikan Keisalaman adalah upaya untuk kesadaran

dan terencananya dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,

berakhlah mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari

sumber utamanya kitab suci Al- Qur‟an dan Hadist, melalui

15

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari

2003) Hal.39 16

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari

2010) Hal.28

13

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan

atau perilaku.17

Pendidikan agama islam juga untuk

menyiapkan agar siswa-siswi memahami ajaran agama islam,

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang di perlukan

dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan

keislaman ini pelaksanaanya tidak hanya formal tetapi juga

informal dan nonformal, sehinggah pembinaan keislaman

dilingkungan keluarga, di sekolah, dan masyarakat bisa

terlaksanakan.18

Proses pendidikan adalah komunikasi yang dalam arti

kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang

terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan

pelajar sebagai komunikan. Dalam tingkat bawah dan

menengah pengajaran itu disebut guru, sedangkan pelajar itu

disebut murid. Perbedaan antara komunikasi dan pendidikan

terletak pada tujuannya atau efek yang diharapkan. Ditinjau

dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya

umum, sedangkan pendidikan tujuannya bersifat khusus.

Ditinjau dari segi komunikasi yaitu komunikator

(guru/pengajar), pesan ( materi yang disampaikan) dan

17

Masdar Helmi, Peranan dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang:

Dies Natalies IAIN Walisongo Semarang) hal 30 18

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003)

hal. 17

14

komunikan (murid). Karena disini terdapat proses transfer

ilmu pengetahuain.19

Bahwasannya tujuan dari lembaga pendidikan yang

memiliki kurikulum pembinaan keislaman dengan

melaksanakan mengajarkan, membimbing, mengarahkan,

mengontrol, dan menekankan murid sehingga dapat di

realisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lembaga

pendidilan TPA Al-Ikhlas ini adalah untuk duniawi dan

akhirat dimana tanggung jawab nilai agama dan nilai

pengetahuan alam yaitu dalam bentuk kepedulian terhadap

lingkungan dengan melaksanakan, mengajarkan,mengontrol

anak sehingga dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

Itulah yang membedakan TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

dengan TPA yang ada di sekitarnya yaitu seperti TPA At-

Taqwa yang hanya sebatas nilai agamanya saja dimana anak

hanya di fokuskan dibidang agama diantaranya baca tulis Al-

Qur‟an, Akhlak-akhlak, hafalan surat pendek dan doa-doa

ehari-hari.

Sedangkan TPA yang saya teliti ini menyatukan

pembelajaran agama dunia dan akhirat, dimana akan

terciptanya muslim/muslimah yang khaffa, yang bukan hanya

akhlak terhadap manusia namun jug akhlak terhadap ciptaan

Allah lainnya yakni salah satunya dengan kepeduliannya

19

Toto Tasmara ,Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama),

hlm. 6.

15

terhadap lingkungan, diantaranya adanya pertanaman yang

berada yakni, di lingkungan TPA Pelitia, Taman TPA Pelita,

Roftop TPA Pelita dan juga di wilayah dari Rt 001 sampai

dengan Rt 005 yang di awali tanaman dari TPA Pelita serta

adanya peternakan.

Pembinaan keislaman ini supaya kita paham dalam

memahami agama kita (khususnya Agama Islam) dan

fungsinya juga mencangkup norma-norma yang nantinya bisa

jadi kerangka acuan kita dalam bersikap dan bertingkah laku,

serta sebagai motivasi kita dalam melakukan aktivitas sehari-

hari. Pembinaan keislaman memiliki latar belakang denganya

mempunyai keyakinan agama, proses pembuatan,

pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus dan secara berkelanjutan

yang dilakukan orang dewasa terhadap anak didik untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Pertama, pembinaan

keislaman ialah mencakup ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan

kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas

beragama baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan,

bidang akhlak dan bidang kemasyarakatan.20

Kedua,

Pembinaan Keislaman atau Keagaman Islam yang juga

mempunyai arti segenap kepercayaan kepada Allah serta

dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang

20

Masdar Helmi, Peranan dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang:

Dies Natalies IAIN Walisongo Semarang) hal 31

16

berkaitan dengan kepercayaan.21

Ketiga, Pembinaan

Keislaman itu sendiri yang berarti ajaran, system yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta

lingkungannya. Dalam bentuk harfiah perkataan Agama Islam

berarti tidak pergi, tetap ditempat, abadi yang diwariskan

secara terus menerus dari satu generasi kepada generasi

lainnya.22

Guru adalah seorang pengajar yang memberikan ilmu di

sekolah, orang tua kedua kita di lingkungan pendidikan.

Seorang guru sudah sepatutnya menjadi suri tauladan dan

peka terhadap masalah yang sedang di hadapi murid-

muridnya, serta dapat membantu mereka untuk mengatasi

masalah-masalah yang di hadapinya, maka dengan hal ini

murid-murid dapat terhindar dari perbuatan buruk atau

larangan-larang Allah SWT. Dalam islam guru ialah

ustadz/ustdzah yang bertugas mengajak,mendorong dan juga

terlibat dalam dakwah atau aktivitas menyiarkan, menyeru,

dan mengajak orang lain untuk beriman, berdoa, atau untuk

berkehidupan islam dan berakhlak mulia.23

21

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007) Ed. III, Cet. 4, hal 20 22

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia 2003)

hal 17 23

Toto Tasmara ,Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama),

hlm. 10

17

Di umur anak-anak usia dini ini memang lagi

semangatnya untuk bermain dan semangatnya juga untuk

menyaring ilmu pengetahuan umum maupun agama karena di

usia anak-anak ini mereka dapat menirukan perilaku kita dan

tutur kata kita. Pendidikan keislaman merupakan solusi untuk

melahirkan cikal bakal pemimpin masa depan yang

professional baik dalam emosional maupun intelektual. Dan

berkomunikasi baik antar orang tua dan anak di usia dini

sangat mempengaruhi tentang perasaan,sikap, sifat, keinginan

yang menghasilkan kasih sayang. Allah SWT berfirman:

Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan

hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal

yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu

sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang

dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan

kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada

kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun

lagi Maha Mensyukuri [1344].24

QS. Ash-Shuraa (23).

24

[1344] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian

dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam

miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan

pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat

18

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 ayat (1)

menyebutkan ”Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan

sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada ayat (3) disebutkan

”Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal

berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA),

atau bentuk lain yang sederajat.25

Disamping itu pula sekolah taman pendidikan al-quran

memiliki guru atau ustadz/ustadzah yang mempunya ilmu

pengetahuan agama yang memahami tentang pengayaan

keislaman baik duniawi dan akhirat pada anak-anak. Dan

memiliki visi misi serta berpartisipasi dalam kepemerataan di

wilayah Johar Baru khususnya di RW 006. Sekolah TPA

Pelita Masjid Al Ikhlas RW.006 juga mempunyai kegiatan

yang unik yaitu pembelajaran tambahan ilmu pengetahuan

alam seperti, memperkenalkan penghijauan, lingkungan,

peternakan, tumbuhan dan juga membuat anak-anak bisa

menjadi berkembang (berkreatif). Serta memiliki beberapa

kelas dari kelas anak-anak usia dini 4 tahun sampai anak

mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang

menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula

yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik

perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk

mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab

yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al

Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata,

Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. 25

Munawir Syadzali, UU mentri agama LPTQ Tingkat Nasional No 1

tahun 1991

19

remaja usia 14 tahun. TPA ini memiliki murid 79 murid dan 9

guru. Namun fokus dalam penelitian saya pada kelas anak

usia dini 4-8 tahun kelas dasar A yang bersiswa 30 orang dan

3 guru yang masuk pada jam 16.10 sd 17.00.26

Di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas didirikan oleh ketua

DKM Masjid Al-Ikhlas yang di awali murid yatim piatu, serta

memberikan kesempatan untuk anak-anak bisa belajar

tentang pembinaan keislaman atau pendidikan agama islam

serta ilmu pengetahuan alam semesta. Dan dengan berdirinya

TPA ini juga di karenakan masih banyak orang tua warga RW

006 tidak mengerti dengan nilai-nilai ajaran agama islam yang

di anutnya dan banyak orang tua menganggap agama islam itu

hanya di gunakan sebagai identitasnya saja. Dan akhirnya

banyak orang tua yang berminat, karena memiliki visi-misi

yang membuat para orang tua tertarik untuk mendaftarkan

anaknya ke TPA ini.

untuk mengungkap lebih dalam tentang model

komunikasi interpersonal yang dilakukan pada objek

penelitian yaitu model komunikasi interpersonal yang di

gunakan guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak

usia dini dan efek bagi anaknya. Model komunikasi

interpersonal guru dan orang tua kepada anak usia dini yang

latar belakang lingkungannya berbeda-beda. peneliti menarik

26

SOP TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Tahun Ajaran 2020-2021

20

untuk mengungkap model komunikasi interpersonal yang

dilakukan guru dan orang tua kepada anak usia dini serta efek

dari komunikasi guru dan orang tua kepada anak. Kesibukan

orang tua dalam mencari nafkah untuk keluarganya juga

menjadi factor yang menyebabkan kurangnya perhatian,

pengawasan, dan komunikasi orang tua kepada anak

mengenai pembinaan keislaman sehingga anak di masukan ke

TPA dengan adanya pengajaran di TPA anak akan

mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan, wawasan tentang

pembinaan keislaman sehingga anak dapat menyebarkan

energi positif di kehidupan sehari-harinya.

Faktor pendidikan dan pola asuh orang tua juga

berpengaruh dengan cara mereka berkomunikasi kepada

anaknya serta membentuk anak dengan ajaran syariat islam

dalam pembinaan keislaman anaknya. Peneliti juga ingin

mengetahui lebih dalam tentang hasil komunikasi orang tua

kepada anaknya sehingga bisa membentuk anak sesuai dalam

pembinaan keislaman yang di inginkan keluarga, bangsa dan

negara.

Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan tersebut,

penelitian tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang

model komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam

pembinaan keislaman anak usia dini yang akan terciptanya

muslim/muslimah yang khaffa, yang bukan hanya terhadap

pembelajaran baca tulis Al-qur‟an, Akhlak, Fiqih, namun

21

mengimplementasikan terhadap lingkungan dan untuk

menjadikan muslim/muslimah yang khaffa yang utuh

terhadap semua ciptaan Allah SWT baik dalam hal

keduniawian maupun akhirat seorang muslim yang khaffa

yang mencintai semua mahkluk ciptaan Allah. Karena

komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam

pembentukan anak menjadi akhlak yang mulia sesuai dengan

ajaran islam dalam pembinaan keislaman anak yang

predikatnya sebagai media dalam penyampaian pesan dan

keinginan keluarga.

Maka dari itu, saya penulis tertarik melakukan penelitian

dengan memberi judul “Model Komunikasi Interpersonal

Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak

Usia Dini di TPA Pelita Johar Baru, Jakarta Pusat” saya

berharapan dengan adanya komunikasi interpersonal guru dan

orang tua kepada anaknya di usia dini dalam pembinaan

keislaman kedepannya anak bisa menjadi lebih baik

mempunyai akhlak yang baik, dan orang tua bisa

memperhatikan dan memberikan bimbingan yang baik untuk

anaknya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan

dengan Model Komunikasi guru dalam proses

22

pembelajaran, maka penulis membatasi permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya

dibatasi kepada satu pimpinan (kepala yayasan TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas), 2 orang guru (ustadz atau ustadzah) 4

orang tua yang lebih intens mengantar anaknya da 4 orang

anak didik. Sedangkan pembinaan keislaman di batasi

pada keteladanan dan pembiasaan murid.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Model Komunikasi Interpersonal Guru

dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak

Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Rw.006

Johar Baru Jakarta Pusat ?

b. Faktor Pendukung dan penghambat apa saja dalam

proses Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua

dalam Pembinaan Keislaman anak usia Dini di TPA

Pelita masjid Al-Ikhlas rw 006 Johar Baru Jakarta

Pusat?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk menemukan Model Komunikasi Interpersonal

Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak

Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas RW.006 Johar

Baru Jakarta Pusat.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

komunikasi interpersonal Guru dan Orang tua dalam

23

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas RW.006 Johar Baru Jakarta Pusat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Dengan adanya penelitian ini di harapkan menjadi

stimulus penelitian lebih lanjut dan lebih sempurna dalam

mengembangkan komunikasi guru, penelitian ini juga

diharapkan pada saatnya dapat berguna sebagai alat bantu

untuk menemukan model komunikasi Intertpersonal guru

dan orang tua kepada para anak usia dini.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat di harapkan untuk

dijadikan salah satu informasi dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan keislaman anak dan model komunikasi

interpersonal yang ada hubungannya dengan Program

bidang Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Dan untuk

memberikan gambaran dan informasi kepada seluruh para

orang tua bagaimana berkomunikasi yang baik dengan

anak dalam meningkatkan pembinaan keislaman anak

agar lebih memberikan pembinaan kepada anak dalam

memaksimalkan komunikasi dalam proses pembinaan

keislaman anak di dalam keluarga.

24

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pencarian

tinjaun pustaka serta penetapan konteks sebagai langkah

untuk proses penyusunan proposal skripsi. Hal ini bertujuan

untuk memperkuat konten hasil penelitian dan temuan

penelitian di lapangan serta menghindari kesamaan karya

milik orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang

berkaitan dengan permasalahan yang peneliti angkat :

1. Amelia Kurniawati, NIM 108051000096 Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi 2013M. dengan judul “Pola

Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan

Karakter Murid di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan

Kahfi Tanggerang Selatan”. dalam skripsi ini membahas

tentang pola komunikasi orang tua dan guru dalam

pembinaan karakter murid yaitu kedisiplinan,

keteladanan, dan pembiasaan dalam karakter anak di

kehidupan sehari-harinya.

2. Pepsi Yuwindra 2015, dengan judul “Pembinaan Perilaku

keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat Subergempol

Tulungagung” dalam Skripsi ini membahas komunikasi

orang tua dalam membina keagamaan anak di desa

Panggungrejo mengenai cara orang tua agar anak bisa

mengikuti dan mencontoh dari apa yang dilakukan oleh

25

orang tua dan anak bisa menerapkannya di kehidupan

sehari-hari terutama dalam lingkungan keluarganya.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif yang

bersifat Deskriptif. Dengan jenis penelitiannya adalah

Studi Kasus, penelitian ini memusatkan diri secara intensif

pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai

suatu kasus. Metode yang di gunakan dalam teknik

pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

Analisis data adalah yang di gunakan penelitian

Kualitatif dengan menggunakan Reduksi Data, Display

Data atau Penyajian Data, dan Verifikasi Data atau

Penarikan kesimpulan. Fungsi analisis data ialah untuk

memberikan gambaran umum tentang data yang telah

diperoleh.27

Gambaran itu bisa menjadi acuan untuk

melihat karakteristik data yang peneliti peroleh. Deskriptif

yaitu data yang disimpulkan adalah berupa kata-kata

gambar dan bukan angka-angka, sehingga laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.

27

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005) h. 22.

26

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang

tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang

diamati. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang

ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi

fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan

proses dari pada hasil dari suatu aktifitas.28

2. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma

konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme adalah

menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam

konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman

sosial, bersifat local dan spesifik, serta tergantung pada

pihak yang bersangkutan.29

Menurut Creswell (20014:32) Paradigma

Konstruktivisme sosial individu-individu berusaha

memaknai mak-makna yang beragam. Penelitian ini

memiliki tujuan untuk memahami kejadian atau peristiwa

sosial yang merupakan karakteristik dari paradigma

konstruktivisme.

28

Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2001), h.3. 29

Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial

Empirik Kalasik, (Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas

Indonesia, 2003) Hal.3

27

Paradigma konstrutivisme yang hampir merupakan

mencari apa yang ada di balik tindakan bukan fenomena

luarnya saja tetapi juga fenomena dalam dan lebih

menekankan pada makna proses dari hasil pada suatu

aktivitas.

Paradigma konstuktivisme yaitu, paradigma yang

hampir merupakan antithesis dari paham yang meletakkan

pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu

realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini juga

memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis

terhadap socially meaningful action melalui pengamatan

langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang

bersangkutan menciptakan, memelihara dan mengelola

dunia sosial mereka.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek Penelitian adalah tempat memperoleh

keterangan30

. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah

Guru dan Orang Tua Meliputi : Kepala yayasan, 2 orang

guru, 4 orang tua, dan 4 orang anak didik, keteladanan

serta pembiasaan murid dalam pembinaan keislaman.

Sedangkan objek penelitian ini adalah Model

Komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan

30

Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali,

1978/2003), hal. 92.

28

keislaman anak usia dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian ini di lakukan di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat.

Waktu penelitian di mulai dari bulan Maret sampai Juni

2021.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan usaha atau

cara mengumpulkan data yang di butuhkan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Pengumpulan data

kualitatif yaitu kegiatan pengumpulan data yang harus di

lakukan oleh penelitian sendiri dan tidak boleh diwakili.

Adapun peneliti dalam penulisan ini menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Teknik Pengamatan (Observasi)

Teknik pengamatan atau observasi merupakan

teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

secara langsung keadaan instansi dengan segala aspek

kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.

Observasi dilakukan penulis terhadap model

komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan

keislaman anak usia dini terhadap peduli lingkungan

29

di TPA Pelita Masjid AlIkhlas Rw006 Johar Baru

Jakarta Pusat

b. Wawancara

Penulis melakukan teknik wawancara, dimana

wawancara merupakan satu teknik yaitu pengumpulan

data yang dilakukan dengan berhadapan secara

langsung dengan yang diwawancarai, wawancara

merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Tujuan utama wawancara adalah untuk menyajikan

konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks

mengenai data pribadi, peristiwa, aktivitas, perasaan,

motivasi, atau tanggapan atau persepsi, tingkat dan

bentuk keterlibatan. Dalam model komunikasi guru

dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia

dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita Masjid

Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat

Adapun hal ini penulis melakukan wawancara

dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan

Kepala Yayasan TPA Pelita, 2 orang Guru, 4 orang

tua murid serta 4 orang anak didik. Dalam proses

wawancara, peneliti menggunakan media pendukung

seperti alat tulis, handphone, kamera, dan lain-lain.

c. Analisis Data

30

Analisis data kualitatif adalah menganalisis

proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan

memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap

proses tersebut dan menganalisis makna yang ada

baik informasi dan sebagainya 31.

Penelitian ini

menggunakan analisis Deskriptif. dimana data yang

diperoleh melalui teknik pengumpulan data sepertif

observasi, wawancara, dan dokumentasi tadi

diklasifikasikan dan dianalisa sesuai aspek kemudian

diinterprestasikan secara logis. Dengan demikian akan

tergambar sejauh manakah proses model komunikasi

guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak

usia dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat

dengan melibatkan data-data yang diperoleh peneliti

melalui teknik pengumpulan data tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan adalah

analisis model Miles & Huberman32

. Analisis data terdiri

dari tiga alur kegiatan yaitu33

. :

a. Reduksi Data

31

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2008), h. 195 32

Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif:buku sumber tentang

metode-metode baru,(Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia) hal. 52 33

Lexy J, Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Rosdakarya:

2005) hal 248

31

Reduksi data adalah proses pemilihan data, yang

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data dengan cara

sedemikian rupa hingga kesimpulan dan verifikasi.

b. Penyajian Data

Dalam penyajian data, seluruh data di lapangan

yang berupa hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi akan di analisis sesuai dengan teori-teori

yang dipaparkan sebelumnya. Sehingga dapat

memunculkan deskripsi tentang model komunikasi

guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak

usia dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah penggambaran

secara utuh dari obyek yang di teliti. Proses penarikan

kesimpulan ini berdasarkan penggabungan informasi

yang telah disusun dalam penyajian data. Melalui

informasi tersebut, peneliti dapat memaparkan

kesimpulan dari sudut pandang peneliti.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar

mempermudah penulisan skripsi, maka peneliti membagi

menjadi enam bab yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan

32

Dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Metodelogi Penelitian,dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Landasan Teoritis

Dalam Bab ini menjelaskan tentang Teori-teori yang

berkaitan dengan judul penelitian, seperti

Komunikasi Interpersonal, teori social learning, dan

pengertian yang berkaitan dengan pembinaan

keislaman anak usia dini dalam memperduli

lingkungan.

BAB III Gambaran Umum

Bab ini akan menjelaskan tentang, Metodelogi

Penelitian, Gambaran Umum, sejarah dan

perkembangannya, visi, misi, dan tujuan, struktur

organisasi, Program kegiatan TPA Pelita Musholah

Al-ikhlas, Data Siswa /I dan Guru.

BAB IV Temuan Dan Analisi Data

Dalam bab ini akan membahas hasil temuan penulis

di lapangan dan data-data, informasi pendukung

untuk penelitian ini.

BAB V Pembahasan

33

Dalam bab ini akan berisi mengenai penjelasan hasil

data dan temuan yang telah di dapatkan, selanjutnya

akan di analisis serta dikaitkan dengan teori

pembahasan yang sederhana.

BAB VI Penutup

Dalam bab ini merupakan akhir penulisan skripsi,

dimana berdasarkan yang telah di bahas akan di

tuangkan kedalam suatu bentuk kesimpulan berserta

saran-saran sebagai bentuk hasil analisa peneliti.

34

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Social Learning

1. Pengertian Theory Social Learning

Teori social learning terkenal dengan sebutan

observational learning, oleh tokoh utama dibalik teori ini

adalah Albert Bandura, Bandura memandang tingkah laku

manusia bukan semata-mata reflex otomatis dan stimulus,

melaikan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif

manusia itu sendiri1

Teori pembelajaran sosial merupakan pembelajaran

yang tercipta ketika seseorang mengamati dan meniru

prilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi didapatkan

dengan cara memperhatikan kejadian - kejadian di

lingkungan sekitar. Prinsip dasar pembelajaran menurut

teori ini, bahwa dipelajari induvidu terutama dalam

pembelajaran sosial dan moral terjadi melalui

peniruan/imitation dan penyajian sebagai contoh

perilaku/modeling. Dalam hal ini seseorang belajar

mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara

orang atau sekelompok orang merespon sebuah stimulus

tertentu. Bandura menganggap belajar observasi sebagai

proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut,

1 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,

(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 355

35

pemikiran manusia, seperti bahasa, moralitas, pemikiran

dan regulasi diri perilaku.2 Dan badura mengatakan bahwa

social learning mencakup empat elemen yaitu

memperhatikan, menyimpan informasi, menghasilkan

perilaku dan termotivasi untuk mengulangi perilaku itu3.

a. Fase Perhatian/attention

Memberikan perhatian pada orang yang ditiru,

proses perhatian ini sangat penting dalam

pembelajaran karena tingkah laku yang baru

(kompetensi) tidak akan didapat tanpa adanya

perhatian pembelajaran. Pengamatan harus

memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh

model itu sendiri dan benar-benar memahaminya.4

b. Fase Pengingat/retention

Seorang pengamat harus dapat mengingatkan

apa yang telah dilihatnya. Ia harus mengubah

informasi yang diamati menjadi bentuk gambaran hal-

hal yang dialami model atau mengubah simbol-simbol

verbal dan kemudian menyimpan dalam ingatannya.

Mencakup kode pengekodean simbolik,

pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol dan

pengulangan motoric.5

2 Lawrence A. Pervin, dkk Personality: Theory and Researe ( Jakarta:

Kencana, 2010) hal 433 3 Wowo Snanryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku hal 322

4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hal 196 5 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:

Erlangga, 2011) hal. 23

36

c. Reproduksi Motorik/reproduction

Proses peniruan adalah mengubah ide gambaran,

atau ingatan menjadi tindakan. Simbol yang diperoleh

dari model ini akan menjadi pembandingan tindakan.

Individual akan mengamati perilaku mereka sendiri

dan membandingkannya dengan perilaku model.6

Mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru dan

keakuratan umpan balik.

d. Motivasi /motivation

Teori pembelajaran sosial membedakan antara

perolehan dan perbuatan. Mungkin memperoleh

sebuah perilaku baru melalui observasi, tetapi kita

mungkin tidak melakukan perbuatan itu sampai ada

motivasi atau intensif untuk melakukannya.7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Social Learning

Theory

Ada enam faktor yang mempengaruhi social

learning theory yaitu:8

a. Status Perkembangan

Peningkatan dan perkembangan, termasuk

pemutusan perhatian yang lebih lama dan kapasitas

untuk memperoses informasi yang semakin

meningkat, menggunakan berbagai strategi,

6 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hal 198 7 Wowo Snanryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku hal 323

8 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,

(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 361

37

membandingkan kinerja dengan repsentai ingatan dan

mengadopsi motivator-motivator intrinsic.

b. Prestise dan Kompetensi Model

Pengamatan memberikan perhatian yang lebih

besar terhadap model-model yang kompeten dan

berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang dijadikan

model memberikan informasi mengenai nilai

fungsional. Pengamatan berusaha mempelajari

tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang

perlu mereka lakukan.

c. Vicarious Consequences

Konsekuensi yang dialami model memberikan

informasi tentang kesesuaian antara perilakuy dan

kemungkinan hasil tindakannya.

d. Ekspetasi Hasil

Pengamatan lebih berkemungkinan untuk

melakukan tindakan yang diperagakan model yang ia

yakini tepat dan akan menghasilkan suatu yang

rewerding.

e. Menetapkan Tujuan

Pengamatan akan cenderung memperhatikan

model-model yang memperhatikan perilaku-perilaku

yang membantu pengamatan dalam mencapai

tujuannya.

38

f. Efikasi Diri

Pengamatan memperhatikan model apabila

percaya dirinya mampu mempelajari atau melakukan

perilaku yang dimodelkan. Observasi terhadap model

yang mirip mempengaruhi efikasi diri.

3. Aplikasi teori pembelajaran Sosial Learning

menurut Mahmud (2009) menyangkut tiga hal yaitu

karakteristik siswa, proses kognitif, dan pembelajaran,

serta konteks sosial bagi pelajar.9

a. Karakteristik siswa

Perbedaan indivisual, kesiapan dan motivasi untuk

belajar merupakan ciri-ciri siswa yang berinteraksi

dalam proses pengajaran.

1) Perbedaan Individu

Para siswa memiliki kemampuan yang berbeda-

beda dalam mengabstraksi, mengkodekan

informasi, mengingat dan melakukan perbuatan

yang dilihatnya. Selain itu mereka juga berbed

dlam kemampuan menerima model, tingkah laku

yang diamati oleh seseorang dengan sepenuh hati

dan asyik oleh orang yang mungkin dianggap

sebagai sesuatu yang membosankan.

b. Kesiapana

9 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,

(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 363

39

Taraf perkembangan siswa dan kemampuan menerima

model tentu merupakan dua faktor utama yang

menentukan kemampuannya untuk melakukan

kegiatan belajar dengan cara mengamati. Anggapan

siswa dan derajat reinforcement yang diperkirakan

akan diperoleh dapat berpengaruh terhadap siswa,

apakah ia menaruh perhatian terhadap model tersebut

ataukah tidak.

c. Motivasi

Meskipun beberapa aktivitas dilakukan untuk

memperoleh reinforcement langsung (misalnya yang

didorong oleh rasa lapar dan sakit), namun sumber

utama motivasi itu pada dasarnya ialah kognisi.

Disadarinya konsekuensi-konsekuensi yang bakal

terjadi bagi tingkah laku tertentu. Menurut Bandura,

pengalaman masa lalu melahirkan harapan-harapan bahwa

tingkah laku tertentu :

a. Akan membuahkan keuntungan-keuntungan yang

bernilai.

b. Akan tidak mempunyai efek-efek yang berharga

c. Akan mencegah kemungkinan terjadinya kesulitan.

Self Motivation karena didalamnya terhadap

penentuan standar dan cara menilai diri sendiri. Motivasi

ini berkembang sebagai bagian dari system pengaturan

diri.

40

4. Proses Kognisi dan Pengajaran

Pemindahan hasil belajar/transfer of learning,

mengembangkan keterampilan-keterampilan belajar, cara

belajar dan mengajarkan pemecahan masalah adalah isu-

isu penting bagi pendidikan.

5. Konteks Sosial bagi Belajar

Teori pembelajaran sosial mengemukakan bahwa

gagasan belajar dalam situasi yang dialami dimana

seseorang belajar dari orang lain dalam kehidupan sehari-

hari. Mengamati berbagai macam model (seperti model-

model dalam keluarga, televisi, film) dan reinforcement

yang diberikan oleh teman sebaya dan oleh pihak lain.

Kesemuanya berpengaruh penting terhadap belajar.

Menurut teori belajar sosial, belajar didalam masyarakat

yang berorientasi pada media memperluas cakrawala dan

jangkauan belajar didalam kelas, secara lembut dan tidak

memaksa.

B. Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi atau dalam bahasa inggris

communication berasal dari bahasa latin communicatio,

dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama disini maksudnya adalah sama makna” Jadi intinya

dalam berkomunikasi, antara komunikator dengan

komunikan akan saling memberikan pesan yang

mengandung makna yang sama. Makna yang sama yang

41

dimaksud adalah arti bahasa yang sesuai dengan

kesepakatan bersama. Komunikasi Interpersonal

(Komunikasi antar pribadi) Adalah proses paduan

penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada

oranglain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan

kegiatan tertentu.10

Dibandingkan dengan komunikasi

yang lain, komunikasi antar pribadi ini dinilai paling

ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaaan,

opini dan prilaku komunikan.11

Komunikasi antar Pribadi

juga merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan

diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik

yang langsung.

Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi

interpersonal (antar pribadi) sebagai “proses pengiriman

pesan-pesan antara dua orang atau lebih diantara

sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan

umpan balik seketika.12

Deddy Mulyana dalam bukunya

mendefinisikan komunikasi antar pribadi atau

interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini

10

Onong Uchjana effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung

: PT. Remaja Rosdakary, 1990) Hal.126 11

Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimens komunikasi ( Bandung :

Alumni ,1986) Hal. 5 12

Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi komunikasi ( Bandung :

Alumni ,1986) Hal.60

42

adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami

istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan

sebagainya.13

Menurut Onong Uchjaya Effendi, pada

hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis

ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,

pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang

dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,

komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu

juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator

mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif

atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat

memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya

seluas-luasnya.

Komunikasi interpersonal merupakan proses

pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua

orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan

beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Setelah

melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan – pesan

disampaikan kepada orang lain, proses pertukaran

informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau

biasanya diantara dua orang yang dapat langsung

diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang –

orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi

13

Dedy Mulyana & Rakhmat, Jalaludin, Komunikasi Antar Budaya, (

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.73

43

Interpersonal (interpersonal communication) juga bisa

dikatakan sebagai komunikasi antara orang – orang secara

tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya

menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal

maupun non verbal.

Ruang lingkup ilmu komunikasi adalah komunikasi

interpersonal yang lebih merujuk pada proses kedekatan

terjadinya komunikasi tersebut, dengan tujuan pesan yang

disampaikan efeknya langsung, oleh karna itu komunikasi

interpersonal dimulai denga psikologis, membangun

kedekatan dan keakraban.14

Penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud

komunikasi interpersonal (antarpribadi) adalah suatu

proses komunikasi yang biasanya terjadi diantara dua

orang atau lebih yang secara berlangsung dan tatap muka,

komunikasi ini sangat efektif karena dapat langsung

diketahui respon dari komunikan. Komunikasi

interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam rangka

menjalin hubungan dalam proses kehidupan. Komunikasi

interpersonal juga merupakan kegiatan aktif bukan pasif.

Nah komunikasi interpersonal juga bukan hanya

komunikasi dari pengirim pada penerima pesan,

begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik

antara pengirim dan penerima pesan. Dan komunikasi

14

Hanani Silfia, Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta, 2017) hal 13-

14

44

interpersonal juga bukan sekedar serangkaian rangsangan-

tanggapan, stimulusrespon, akan tetapi serangkaian proses

saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan

yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

Keberhasilan dan efektifan komunikasi

interpersonal tergantung pada masing-masing pelaku

komunikasi interpersonal sediri, keberhasilan akan

tercermin pada jenis pesan dan respon atau efek nonverbal

mereka seperti tatapan muka, gelengan kepala, dan

lainnya, meskipun sertiap komunikator bebas mengubah

topik pembahasan akan tetapi faktanya komunikasi

interpersonal didominasi satu pihak seperti halnya

komunikasi interpersonal guru dan murid yang didominasi

oleh guru dari pada murid atau sama halnya orang tua dan

anak orang tua yang didomisili orang tua karena orang tua

bertanggung jawab dengan anaknya.

2. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Fungsi komunikasi Interpersonal atau komunikasi

antar-pribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan

insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik

pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai

pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

Komunikasi interpersonal, dapat meningkatkan hubungan

kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi

dengan melalui komunikasi interpersonal juga dapat

45

berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari

dan mengatasi terjadinya konflik-konflik.15

Komunikasi

interpersonal juga diperlukan untuk membangun karakter

manusia yang lebih baik dengan melakukan pendeketan

dari hati kehati atau penuh kasih sayang contohnya ulama

jaman dulu melakukan pendekatan komunikasi

interpersonal dengan duduk sila bersama-sama

memberikan nasehat atau didikan bertujuan supaya ulama

tersebut merasakan kedekatan dan mudah menjalin antara

santri dengan ulamanya16

Adapun Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai

berikut:

a. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini

sebagai salah satu tanda efektivitas proses

komunikasi.

b. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi

respon/ umpan balik.

c. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial,

yaitu komunikator dapat melakukan modifikasi

perilaku orang lain dengan cara persuasi.

15

Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2014) hal.33 16

Hanani Silfia, Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta, 2017) hal 26-

28

46

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Hubungan interpersonal akan terbentuk dengan baik

bila ditandai dengan adanya empati, sifat positif, saling

keterbukaan, dan sikap percaya. Adapun beberpa tujuan

komunikasi interpersonal dianataranya adalah

menemukan dirisendiri, menemukan dunia luar,

membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti,

nerunah sikap dan tingkah laku, serta untuk bermain atau

kesenangan.17

Menurut Bovee dan Thill yang dikutib oleh Djoko

Purwanto ada beberapa tujuan yang ingin tercapai yaitu

menyampaikan informasi. Ketika berkomunikasi dengan

orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam

harapan dan tujuan. Misalnya dalam berkomunikasi

dengan menyampaikan informasi kepada orang lain agar

orang tersebut mengetahui sesuatu, kemudian berbagi

pengalaman dan juga menumbuhkan simpati adalah suatu

sikap positif yang ditunjukan oleh seseorang kepada orang

lain. Dan tujuan komunikasi interpersonal juga untuk

melakukan kerjasama antar seseorang dengan orang lain

untuk mencapai suatu tujuan dan untuk melakukan

Sesuatu yang bermanfaat bagi keduannya. Melalui

komunikasi interpersonal seseorang dapat memotivasi

17

Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2014). Hal 165.

47

orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan

positif.18

Tujuan dari komunikasi interpersonal itu sendiri

merupakan suatu action oriented, yaitu tindakan yang

berorientasi pada tujuan tertentu. Oleh sebab itu kualitas

komunikasi perlu ditingkatkan untuk menumbuhkan

hubungan interpersonal.

Menurut Riswadi dalam buku Ilmu Komunikasi

(2009:87),tujuan komunikasi interpersonal sebagai

berikut:

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

b. Mengetahui dunia luar

c. Menciptakan dan memelihara hubungsn menjadi lebih

bermakna

d. Mengubah sikap dan perilaku

e. Bermain dan mencari hiburan

f. Membantu

Dari keenam tujuan diatas dapat dikelompokan

kedalam 2 perspektif, yaitu: pertama, tujuan tersebut

dapat dilihat sebagai factor-faktor motivasi atau alasan

mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

18

Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), Hal

22-23

48

Kedua, tujuan tersebut dipandang sebagai hasil atau akibat

umum dari komunikasi antarpribadi.19

4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Menurut Judy C. Pearson dalam Suranto,

Komunikasi interpersonal. mengklasifikasikan

karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai

berikut20

:

a. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi

(self). Berbagai persepsi komunikasi yang

menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita,

artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan

kita.

b. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional.

Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang

berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar,

menyampaikan dan menerima pesan.

c. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi

pesan dan hubungan antarpribadi.Artinya, isi pesan

dipengaruhi oleh hubungan antarpihak yang

berkomunikasi.

d. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan

fisik antar pihak yang berkomunikasi.

19

Riswadi dalam buku Ilmu Komunikasi (2009) Hal 87 20

Judy C. Pearson &Suranto, Komunikasi Interpersonal. (2011) hal 23

49

e. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang

saling bergantung satu sama lainnya dalam proses

komunikasi.21

Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun

diulang, seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja (2005),

dalam Suranto (2011: 26).

C. Model Komunikasi Interpersonal

Model adalah representasi suatu fenomena baik nyata

maupun abstrak , dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting

fenomena-fenomena tersebut. Model bukanlah fenomena itu

sendiri, tetapi sebagai alat untuk menjelaskan fenomena

komunikasi, model sanggup mempermudah penjelasan

tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi

fenomena komunikasi, artinya, ada nuansa komunikasi

lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh

model tersebut.22

Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan

atau menterapkan teori. Dengan kata lain model merupakan

teori yang disederhanakan , yang mampu menggambarkan

suat fenomena sesederhana mungkin tanpa menanggalkan inti

dari fenomena tersebut.

21

Judy C. Pearson, Komunikasi Interpersonal. (2011) Hal.23 22

Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya,2005) hal 121

50

Menurut Julia T. Wood model komunikasi interpersonal

terbagi menjadi tiga, yakni :23

1. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude

Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam

buku The mathematical of Communication. Mereka

mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena

tertarik pada teknologi radio dan telepon serta ingin

mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan

bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel).

Model pertama dalam komunikasi interpersonal

digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah,

proses di mana seseorang bertindak terhadap orang lain.

Gambar 1. Model Komunikasi Linear

proses komunikasi yang bersifat satu arah yaitu

proses mengkomunikasikan melalui sebuah saluran

sampai kepada penerima. Model linear ini memiliki

kekurangan nyata. Implikasinya adalah pendengar tidak

pernah mengirim pesan hanya menyerap secara pasif apa

yang dikatakan pembicara. Ini bukanlah komunikasi yang

23

Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.

(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 20

Sumber Pesan

Pesan Saluran Penerima

Pesan

51

seharusnya. Sebagai respon dari komunikator, pendengar

biasanya akan mengangguk, tersenyum,mengerutkan dahi

, terlihat bosan atau tertarik dan sebagainya.

Terdapat keliruan didalam model ini, yaitu

menampilkan proses mendengar sebagai tahap setelah

proses bicara, dan pada kenyataanya berbicara dan

mendengar adalah dua proses yang terjadi secara

bersamaan dan tumpah tindih.

Linear disini mengandung makna lurus yang

berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus

yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan sebagai titik terminal.24

2. Model Transaksional

Model komunikasi transaksional dikembangkan

oleh Barnlund pada tahun 1970 model ini menggaris

bawahin pengiriman dan penerimaan pesan yang

berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode

komunikasi. Dan berasumsi bahwa saat terus menerus

mengirimkan dan menerima pesan kita berurusan baik

dengan eleman verbal dan non verbal dengan kata lain

peserta komunikasi (komunikator ) melakukan proses

negosiasi makna.25

Dan menekankan pada pola komunikasi yang

dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang

24

Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012), hlm. 43 25

Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian. (Jakarta :

Salemba Humanika, 2013) hlm. 20

52

selama proses interaksi. Salah satu ciri dari model ini

adalah penjelasan mengenai waktu yang menunjukan

fakta bahwa pesan, gangguan, pengalaman senantiasa

berubah dari waktu ke waktu. Model ini menganggap

bahwa gangguan muncul di seluruh proses komunikasi

interpersonal. Pengalaman dari setiap komunikator dan

pengalaman yang di bagikan dalam proses komunikasi

berubah setiap waktu.

Komunikasi secara transaksional tersebut biasanya

berlangsung secara simultan dan spontan, hal tersebut

biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan

seringkali tidak sadar.26

3. Model Interaktif

Menggambarkan komunikasi sebagai proses di

mana pendengar memberikan umpan balik sebagai respon

terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model

interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan

dan menerjemahkan pesan dalam konteks pribadinya.

Semakin banyak pengalaman komunikator dalam

berbagai kebudayaan, akan semakin baik pemahamannya

terhadap orang lain.27

26

Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi komunikasi (Bandung

:Alumni,1986) Hal.69 27

Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.

(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 21

53

Gambar 2 : Model Komunikasi Interaktif

Model interaktif menggambarkan komunikasi

sebagai proses dimana pendengar memberikan umpan

balik sebagai respons terhadap pesan yang disampaikan

oleh komunikan. Model interaktif tidak mampu

menangkap cara dan pergerakan alami komunikasi

interpersonal yang berubah dari waktu ke waktu.

Contohnya, dua orang dapat berkomunikasi secara

terbuka setelah sebelumnya saling bertukar e-mail lewat

internet. Atau dua orang rekan kerja yang mampu

berkomunikasi efektif setelah sama – sama tergabung

dalam tim kerja perusahaan.28

28

Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.

(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 21

Su mber Pesan

Pesan

Pesan

Umpan Balik

54

D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Umar yang dikutip oleh Wiranto dalam

bukunya pengantar Ilmu Komunikasi antarpribadi

mempunyai beberapa efektivitas, sebagai berikut29

:

1. Keterbukaan, sikap dapat menerima masukan dari orang

lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting

kepada orang lain.

2. Empati, kemampuan seseorang untuk merasakan kalau

seandainya menjadi orang lain, dapat memahami,

merasakan, sesuatu yang terjadi pada seseorang dan

sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain dari

kacamata oranglain.

3. Dukungan, hubungan interpersonal yang efektif dalam

hubungan dimana terdapat sikap mendukungn

(supportiveness) artinya masing-masing pihak yang

berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung

terselenggaranya interaksi secara terbuka.

4. Sikap Positif, ditujukan dalam bentuk sikap dan perilaku.

Dan dpat di tunjukan dengan berbagai macam prilaku dan

sikap antara lain : menghargai orang lain, berfikir positif

terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara

berlebihan dan menyakini pentingnya orang lain.

5. Kesetaraan, pengakuan secara diam-diam bahwa kedua

belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu

yang penting untuk disampaikan.

29

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi Antarpribadi (Pt Grasindo,

2004) hal 55

55

E. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Komunikasi manusia yang disiapkan dengan baik selalu

mengandung tujuan dan fungsi tertentu. Adapun tujuan umun

komunikasi manusia sekurang-kurangnya adalah untuk

mengirimkan informasi (to inform), menyatakan perasaan (to

exspress feelings), menghibur (to entertainment), mendidik

(to educated), mempengaruhi (to influence), dan

mempertemukan harapan sosial (to meet social expectations).

Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul

“Komunikasi Serba Ada Serba Makna” menjelaskan bahwa

komunikasi memiliki fungsi yang berbeda-beda,

diantaranya:30

1. Fungsi Informasi Pada level tertentu, semua pesan

komunikasi merupakan informasi. Jika pesan itu tidak

“berisi” (content), maka kita tidak akan mengetahui

tentang “sesuatu”, akibatnya kita tidak mungkin

memberikan perhatian pada pesan tersebut.31

2. Fungsi Instruksi Instruksi adalah informasi plus.

Informasi yang bernilai membuka peta kognitif seseorang,

karena itu pesan-pesan dalam rangka penyelengaraan

pendidikan dan pelatihan sering tidak disebut informasi

melainkan “instruksi”. Jadi intruksi merupakan

serangkaian informasi plus yang memerlukan interpretasi

lebih lanjut.

30

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hal. 142. 31

Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makn. hal. 144.

56

3. Fungsi Persuasi Persuasi menjelaskan bahwa ada kategori

atau kelas pesan tertentu yang dirancang sedemikian rupa

untuk mempengaruhi keyakinan. Fungsi komunikasi

persuasif sangat berperan dalam relasi antarpesonal.

4. Fungsi Hiburan Dalam kehidupan manusia ternyata ada

peristiwa komunikasi yang berfungsi memberikan kita

kesenangan yang kita sebut sebagai hiburan /

entertaiment.

5. Fungsi Meyakinkan Fungsi meyakinkan artinya membuat

ide, pendapat dan gagasan sehingga bisa diterima oleh

orang lain dengan senang hati dan tidak terpaksa.

6. Fungsi Mengingatkan Fungsi mengingatkan bertujuan

agar ingatan seseorang tentang sesuatu informasi menjadi

kukuh dan tidak mudah hilang meskipun informasi lain

yang mauk juga banyak.

7. Fungsi Memotivasi Motivasi dapat dikatakan sebagai

keadaan pribadi yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Dengan demikian fungsi memotivasi dapat berfungsi

mendorong seseorang agar tergerak untuk melakukan

seuatu.

8. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi terkait dengan hakikat

manusia sebagai makhluk sosial dimana hidupnya tidak

lepas dari berhubungan dengan orang lain sehingga

manusia selalu membutuhkan sosialisasi.

57

9. Fungsi Bimbingan Fungsi ini dapat dikatakan sebagai

fungsi untuk menuntun, menjelaskan tentang sesuatu. Hal

ini karena tidak semua orang mampumenyelesaikan

masalahnya, sehingga ia membutuhkan orang lain untuk

membimbingnya.

10. Fungsi Kepuasan Spiritual Manusia terbentuk dari dua

unsur yang keduanya memiliki kebutuhan yang harus

dipenuhi yakni kebutuhan jasmani dan ruhani. Kebutuhan

ruhani atau roh adalah berkomunikasi dengan Allah,

sehingga hati menjadi tenang.

F. Pembinaan Keislaman Anak

1. Pengertian Pembinaan

Menurut Masdar Helmy, pembinaan meliputi segala

upaya (upaya), tindakan dan kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang

tauhid, bidang kepribadian, bidang akhlak dan bidang

kemasyarakatan. Pengertian coaching dapat dikatakan

apabila hasil yang dicapai dalam kegiatan tersebut sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana

ukuran keefektifan pembinaan islami adalah tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan tersebut.

Pembinaan dimulai dari lingkungan keluarga. Jika anak

mendapat bimbingan yang baik maka akan menjadikan

dirinya memiliki peran yang positif dan akan berkembang

mengakar dalam dirinya.

58

Pembinaan ibarat pendidikan dimana kita dididik,

dibentuk, diarahkan, dibimbing dan diajari apa yang tidak

kita ketahui menjadi mengetahui karena kita terakhir dari

tidak mengetahui dan belajar menjadi sadar dan memiliki

jiwa yang baik sehingga kita dapat menunjukkan sikap

atau perilaku yang baik saat berkomunikasi dengan orang

lain dan hidup dalam komunitas.

Pembinaan merupakan proses pembuatan, cara

membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha dan

tindakan, dan kegiatan yang berdaya guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.32

2. Pengertian Pembinaan Keislaman/Keagamaan

Pengertian dari pembinaan keislaman/keagamaan

ialah keagamaan yang berasal dari kata awalanya “ke”

dan akhiran “an” sehingga menjadi “keagamaan”. Yang

disini mempunyai arti “Segenap kepercayaan (kepada

ALLAH) serta dengan ajaran kebaikan, dan kewajiban

yang harus di taati oleh umat muslim.

Pembinaan keislaman adalah proses perbuatan,

pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan secara

berkelanjutan yang di lakukan oleh orang dewasa

terhadap anak didik untuk memperoleh hasil yang lebih

baik. Memang benar bahwa tugas pembinaan keislaman

32

Departemen Pedidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 134

59

anak di TPA bukan tugas ustad/ustadzah saja, disamping

itu juga tugas orang tua. Namun peranan ustadz/ustadzah

TPA dalam hal ini sangat menentukan apakah guru/ustadz

dapat memperbaiki kesalahan yang di buat.

Pembinaan keislaman dapat dipahami ketetapan

Allah SWT yang dapat diterima oleh akal sehat sebagai

pandangan hidup, untuk kebahagian dunia akhirat.

Adapun perilaku keagamaan adalah tingkah laku

yang didasarkan atas nilai-nilai islam. Dengan demikian

dapat dimengerti bahwa pembinaan perilaku keagamaan

adalah usaha atau cara untuk menghasilkan tingkah laku

yang didasarkan atas nilai-nilai agama agar lebih baik.

Berkaitan dengan hal ini, cara di bawah ini dirasa dapat

dijadikan pertimbangan dalam pembinaan perilaku

keagamaan anak. Adapun cara tersebut diantaranya :

a. Hiwar menurut bahasa artinya pembicaraan yang

berlangsung dianaraa dua orang atau lebih. Hiwar juga

berarti bertukar pikiran dan saling mengoreksi dalam

pembicaraan. Adapun menurut istilah, hiwar artinya

pembicaraan yang berlangsung diantara dua orang

atau lebih yang bertujuan untuk menyampaikan

informasi atau meyakinkan orang lain dalam suasana

tenang dan tidak panas.33

Dalam proses pembinaan,

hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam

33

Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hal. 124.

60

terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang

mengikuti topik percakapan dengan seksama dan

penuh perhatian.34

b. Kisah Menurut kamus Ibn Manzur, kisah berasal dari

kata qashshayaqushshu-qishshatan, mengandung arti

potongan berita yang di ikuti dan pelacak jejak.

Menurut Al-Razzi kisah merupakan penelusuran

terhadap kejadian masa lalu. Dalam kisah terdapat

berbagai keteladanan dan edukasi.35

c. Amtsal (Perumpamaan) Metode perumpamaan ini

baik digunakan oleh pendidik dalam mengajari anak-

anaknya terutama dalam menanamkan karakter (nilai-

nilai ajaran islam) kepada mereka. Cara penggunaan

metode perumpamaan ini hampir sama dengan metode

kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks.

d. Keteladanan Dalam penanaman nilai-nilai ajaran

islam kepada anak, keteladanan yang diberikan orang

tua merupakan metode yang lebih efektif dan efisien.

Karena pendidikan dengan keteladanan bukan hanya

memberikan pemahaman secara verbal, sebagaimana

kosep tentang akhlak baik dan buruk, tetapi

memberikan contoh secara langsung kepada mereka.

34

Mahmud, Heri Gunawan,Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama

Islam dalam Keluarga, hal 158. 35

Haya Binti Mubarok al-Barik, Mausuh‟ah al-mar‟atul Muslimah,

terjeman Amir Hamzah “ Ensiklopedi Wanita Muslimah” (Jakarta, Darul

Falah 1998) hal 247

61

Karena anak pada umumnya cenderung meneladani

(meniru) guru atau pendidiknya. Oleh karena itu,

keluarga perlu memberikan keteladan yang baik

kepada anak-anaknya.

e. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja

dilakukaan secara berulang-ulang agar sesuatu itu

dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan ini

berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu

adalah sesuatu yang diamalkan. Dan inti dari

kebiasaaan adalah pengulangan. Menurut para pakar,

metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan dan

penanaman nilai-nilai dan kepribadian anak.

f. Nasihat Nasihat menurut bahasa artinya murni, jernih,

bersih, tanpa noda. Menurut Ibnu Al-Atsir, nasihat

merupakan untaian kata yang diungkapkan untuk

orang yang diberi nasihat dengan harapan oraang yang

diberi nasihat bertambah baik. Nasihat juga bisa

diartikan sebagai ajakan yang mengandung kebaikan

dan larangan yang mencegah kerusakan. Adapun

tujuan dari nasihat adalah agar orang yang

mendapakan nasihat dapat mengambil manfaat dan

memetik buahnya. Pemberi nasihat harus memilih

kalimat yang mengesankan, memilih waktu yang

tepat, dan memilih tempat yang tepat untuk

menyampaikan nasihatnya.

62

g. Targhib dan Tarhib Targhib ialah janji terhadap

kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan

bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang

dilakukan. Targhib dan tarhib bertujuan agar orang

mematuhi aturan Allah SWT. Akan tetapi keduanya

mempunyai titik tekan yang berbeda Targhib agar

melakukan kebaikaan yang diperintahlan Allah dan

tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang

oleh Allah.36

h. Hukuman Hukuman yang dimaksud dalam metode ini

harus digunakan pada saat yang tepat. Memberikan

hukuman terhadap anakpun jangan sampai berlebihan.

Karena hukuman dapat membentuk anak menjadi

penakut, lemah, dan susah berkembang. Berikut

merupakan cara menghukum anak yang sesuai dengan

tuntunan Rasulullah Saw: menunjukan kesalahan

dengan pengarahan, keramah-tamahan, memberikan

isyarat, memukul, hukuman yang menjerakan.

3. Pengertian Pembinaan Keislaman/Keagamaan anak

Usia Dini

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama

adalah ajaran system yang mengatur tata keimanan

(keprcayaan) dan pribadatan kepada Allah SWT serta tata

36

Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hal. 150

63

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta

lingkunganya.37

Istilah agama identic dengan Al-Din, pengertian ini

berlaku untuk semua agama, baik agama islam maupun

agama lainya. Dalam AL-Quran, AL-Din memiliki

konatasi makna yang sepadan dengan (1)Al-Jaza,

pembalasan, (2)Al-Ibadah ibadah atau pengabdian, (3)At-

Thaat, ketaatan dan kesetiaan (4)Al-Qanun al-samawi,

peraturan allah, (5)Al-Qanun ad-dunya, peraturan bagi

manusia (6)Al-Tauhid wal-Istislam, tauhid atau berserah

diri, (7)An-Nashihah, nasehat, (8)Al-Akhalaq al-Fadhilah,

budi pekerti yang utama. Ad-Din (agama) memilii lingkup

yang luas.

Dan juga mencangkup pembinaan keislaman anak

dengan melakukan sikap dan tingkah laku serta pergaulan

hidup diseluruh aspek kehidupan manusia, diantaranya:

a. Mengajarkan adanya pembalasan terhadap setiap amal

perbuatan manusia yang dilakukan selama hidupnya

di dunia ini.

b. Menetapkan kewajiban untuk mengabdikan diri

kepada Allah SWT

c. Menjadi tata aturan dalam pergaulan hidup sebagai

tugas kekhalifaahan manusia dengan sesamanya.

37

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia , (Jakarta :Balai Pustaka , 2002), hal, 21

64

d. Menjadi dasar untuk membentuk akhlak mulia

manusia.

Pembinaan keislaman merupakan ruhnya agama

yang benar yang di pimpin oleh ajaran islam yang murni,

bersumber kitab suci yang menjelaskan tentang perkataan

benar (haq), tugas kewajiban manusia untuk mengikuti

yang benar dan menjauhi yang salah (Amar Ma‟ruf Nahi

Munkar) yang kesemuanya telah diwujudkan dalam

syariat islam yang berdasarkan nilai-nilai mutlak yang

telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui Al-qur‟an

maupun As-Sunnah.

Pembinaan keislaman adalah pendidikan yang

materi bimbingan dan arahannya adalah ajaran agama

islam yang di tujukan agar manusia mempercayai dengan

sepenuh hati akan adanya tuhan, beribadah, dan berakhlak

mulia, serta menumbuh kembangkan rasa intuisi

keagamaan/keislaman yang ada dalam diri seorang

muslim kemudian melaksanakan ajaran-ajarannya dengan

penuh ketundukan.

Oleh karna itu, orang tua harus memperhatikan

perkembangan anaknya, karena pembinaan keislaman ini

sangat penting untuk proses perkembangan anak, apalagi

anak usia dini yang masih dalam masa golden age nya

menyaring menerima dan menirukan. Mendasari anak

dengan pembinaan keislaman yang inklusif dan egaliter

65

adalah fardhu „ain yang di lakukan oleh oran dewesa

(orangtua dan guru). Jangan sampai anak salah asuh

terkain pembinaan keislamanya, sebab pembinaan

keislaman adalah pendidikan yang paling asasi dan

menjadi kunci keberhasilan seorang anak kelak, baik

urusan agama itu sendiri maupun urusan duniawi.

Pembinaan keislaman anak ada beberapa konsep

keislaman pada diri anak untuk mngetahui sifat agama

anak-anak, adapun sifat keislaman pada diri anak dapat di

bagi menjadi sebagai berikut :

a. Unreflective (tidak mendalam)

Anak-anak menerima ajaran agama

islam/pembinaan keislaman sesuai dengan

pemahaman sempitnya, sehingga teori dan ajarannya

tidaklah mendalam dan baru sekedar saja (tanpa

kritik) apapun yang diberikan kepada mereka itu lah

yang akan tertanam dalam benak mereka. Karenanya

sangat tidak dianjurkan mengajari anak perihal

keislaman dengan sangat detail, sebab hal semacam

itu justru membuat anak menjadi kebingungan dan

jauh dari kata paham.

b. Antromorphis

Konsep ketuhanan bagi anak-anak tidak

ubahnya sebagaimana mereka menggambarkan

manusia dalam arti aktivatasnya. Bahwa tuhan akan

66

menghukum orang yang jahat, hal ini berdasarkan

bayangan mereka tentang seseorang penegak hokum

yang menghukum orang yang melakukan kesalahan.

Tuhan dapat melihat seluruh aktivitas yang ada dalam

rumah, luar rumah memonitor dari setiap gerak-gerik

perbuatan manusia dan lain sebagainya, jadi aspek

manusia dengan segala aktivitasnya itu, seolah

melekat pada diri tuhan.

c. Verbalis dan Ritualis

Kehidupan agama bagi anak pada umumnya

dimulai dari ucapan (verbal), baik terkait dengan

perintah maupun larangan, meraka akan mudah sekali

menghafalkan kata-kata khas yang menjadi ciri

dalam orang beragama, seperti ucapan (Bismillah) :

ketika hendak memulai sebuah aktivitas, ucapan

(Alhamdulillah) : ketika mendapatkan kenikmatan

maupun ucapan lainya yang senada. Dan juga

semakin tampak ketika bersinggungan langsung

dengan hal bersifat ritual, seperti shalat, puasa,dan

lain-lainnya. Justru ritual ini jika sudah terbiasa sejak

kecil maka akan menghujam sampai ia dewasa.

d. Imitatif

Tindakan pembinaan keislaman anak juga di

hasilkan dengan meniru terhadap apa yang tengah

terjadi di lingkunganya. Kerenanya, apaupun bentuk

67

ajaran itu akan mewarnai pada diri anak. adanya anak

menjadi terbiasa terhadap hal postif pada dirinya

seperti shalat, sedekah, mengucapkan salam, tidak lain

karena contoh yan ia tiru. Dengan begitu, hal

kebalikannya pun juga pasti berlaku, karena itu tinggal

bagaimana orang dewas memberi teladan.

e. Rasa heran

Rasa heran dan kagum pada diri anak

merupakan tanda terakhri kaitannya dengan konsep

agama. Rasa heran ini berbeda dengan rasa heran yang

di alami oleh orang dewasa, sebab rasa heran dan

kagum yang mereka alami hanya sebatas lahiriah saja,

wilayah kritis dan kreatif belum berkembang.

Penekanan pada hal ini lebih karena ada semacam

pengalaman baru (new experience) yang sebelumnya

belum pernah terbayangkan. Contohnya, cerita tentang

mukjizat para Nabi, karomah para kekasih Allah

SWT dan cerita keajaiban yang di gambarkan dalam

kitab suci.38

Dari kelima sifat tersebut, hal yang semestinya

ada dalam diri orang tua dalam mendidika anak adalah

kesiapan mental, ilmu yang luas serta kearifan dalam

bersikap. Terdapat ungkapan bahwa anak adalah

peniru yang ulung, sehingga hal ini cukup menjadi

38

M.Fathurahman, “Agama dan Ego Orang Tua( Telah Kritis atas

Spntanitas Anak dalam Pendidikan Keluarga), Jurnal Cendikia, 14;2,

(ponorogo, Desember 2016), Hal.320-321

68

alasan bahwa keberadaan orang dewasa terutama

orang tua yang dirumah dan guru yang di sekolah dan

disekitar mereka memberikan teladan yang baik.

Membangun pribadi anak sesuai dengan apa

yang dicita-citakan, sebaginya orang tua

mengkondisikan lingkungan keluarga dalam suasana

yang menyenangkan bagi kehidupan anak dalam masa

perkembangan dan yang paling penting adalah

mentradisikan ritual pembinaan keislaman sesuai

ajaran islam dan orang tua juga mendaftarkan

pendidikan anak di taman pendidikan al-quran serta

juga memperkenalkan nilai-nilai keislaman melalui

komunikasi, mengajak anak berbicara, melibatkan

anak ketika beribadah, membina hubungan yang baik

dengan anak, memberi dorongan rasa ingin tahu anak,

membimbing anak belajar, sabar dan memahami

perasaan anak serta meluruskan perilaku negative

anak.

G. RuangLingkup PembinaanKeislaman/Keagaman

1. Pembinaan Keislaman dalam Keluarga

Islam mengajarkan bahwa pendidikan itu

berlangsung seumur hidup, dari buaian sampai keliang

lahat. Karena pembinaan dan pendidikan anak dalam

keluarga adalah awal dari suatu usaha untuk mendidik

anak menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas dan

69

terampil. Maka hal ini menjadi fondasi penyangga anak

selanjutnya.39

hubunga dalam keluarga sangat

mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, hubungan

yangserasi, penuh perhatian dankasih sayang, yang akan

membawa kepada kepribadian yang tenang ,terbuka dan

mudah di didik karena ia mendapatkan kesempatan untuk

tumbuh dan berkembang. Untuk membina keIslaman,

Abdullah Ulwan meletakan tanggung jawab pendidikan

anak pada orang tua yang meliputi hal sebagai berikut :40

a. Memberikan petunjuk, mengajari agar beriman kepada

Allah dengan jalan merenungkan dan memikirka

ciptaannya (bumi, langit, atau alam dan isinya).

b. Menanamkan dalam jiwa roh kekhususan, bertqwa

dan beribadah kepada Allah melalui shalat, dan

melatih tingkah laku dengan rasa haru dan menagis

saat mendengar suara al-Qur‟an.

c. Mendidik anak untuk dekat kepada Allah di setiap

kegiatan dan situasi. Melatih bahwa Allah selalu

mengawasi, melihat dan mengetahui rahasia.41

Hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT QS.al-

Ahzab[33]:21

39

Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada

Anak, (Semarang: Dina Utama, 1993) Hal 7 40

Abdurahman, Anak dalam Keluarga (Jakarta, Studi Press, 1994) hal 35 41

Zakia Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (

Jakarta, Bumi Aksara,1995) hal 12

70

Yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

2. Pembinaan Keislaman dalam Sekolah

Sekolah adalah sebagai pembantu pendidikan

anak, yang dalam banyak hal melebihi pendidikan dalam

keluarga dalam segi cakupan ilmu pengetahuan yang di

ajarkannya, karena sekolah juga pelengkap dari

pendidikan dalam keluarga. Sekolah benar-benar

pembinaan keislaman anak untuk menjadi pribadi yang

baik dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak, dan

membantu membentuk keagamaan pada diri anak agar

menerima pendidikan agama yang di berikan.42

3. Pembinaan Keislaman dalam Masyarakat

Masyarakat dan lingkungan sekitar sama-sama

terlibat dalam pembinaan anak. Bimbingan Islam yang

diberikan oleh keluarga merupakan landasan utama,

sedangkan di sekolah sangat penting untuk memenuhi

kekurangan dan kekurangan keluarga dalam mendidik

anak. Masyarakat merupakan bidang pendidikan ketiga,

42

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 37

71

keharmonisan antara ketiga bidang pembinaan tersebut

akan berdampak positif bagi perkembangan anak

termasuk dalam pembentukan jiwa religiusnya.

H. Peran Guru dan orang tua dalam Pembinaan KeIslaman

Peran guru yang paling menonjol adalah menjadi

semacam kepala keluarga di kelas tertentu, yang bertanggung

jawab untuk menciptakan kondisi di dalam kelas, yang

merupakan faktor penting yang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan pendidikan Islam di TPA.. guru merupakan

tokoh utama sekaligus contoh dan teladan bagi siswa. Oleh

karena itu, guru dimulai dari dirinya sendiri sehingga apa

yang dilakukannya dengan baik mempengaruhi siswanya.

Pendidikan sulit menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa

dimulai oleh guru yang baik. Sedangkan orang tua, ibu dan

ayah kandung, orang yang dianggap pintar, adalah ahli dalam

mengurus keluarga dan rumah tangga yang menjadi tanggung

jawabnya.43

Peran orang tua penting bagi setiap anggota keluarga

(anak) dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, baik sehat

maupun sakit. Orang tua juga telah mengasuh dan

membimbing anaknya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu

orang tua juga mengenalkan anaknya pada hal-hal yang

mungkin ada di dunia dan menjawab dengan jelas tentang

sesuatu yang tidak dimengerti oleh anaknya.

43

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 40

72

Pembinaan Islam bagi anak harus diajarkan sejak dini

karena besarnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik

anaknya. Dalam Al Qur'an Surah At-Tahrim: 6 yang

berbunyi:

Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman,

peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;

penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan

tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Dan kedua orang tua dituntut untuk mengarahkan

dan mendidik anaknya agar menjadi generasi-generasi

yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Peran orang tua

adalah sebagai penyelamat anak dunia akhirat, khususnya

dalam menumbuhkan perilaku keagamaan yang baik, dan

hal ini bukanlah tugas yang mudah. Pertumbuhan fisik,

intelektual, emosi dan sikap sosial anak harus diukur

dengan kesesuaian nilai-nilai agama melalui jalan yang

diridhoi Allah SWT.44

44

Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan Dalam Teori dan

Praktik. h.270-274.

73

Rumah keluarga Muslim adalah benteng utama

bagi anak-anak yang dibesarkan melalui pendidikan Islam.

Menurut Abdurrahman An-Nahlaw keluarga yang

mendasarkan kegiatannya pada pembentukan keluarga

sesuai dengan syariat Islam, menurut Abdurrahman An-

Nahlaw tujuan terpenting dari pembentukan keluarga

adalah sebagai berikut.:45

a. Mendirikan syariat allah dalam segala permasalahan

rumah tangga

b. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis

c. Mewujudkan sunnah Rasulullah SAW dengan

melahirkan anak-anak yang sholeh dan sholehah

sehingga rasulullah SAW merasa bangga dengan

kehadiran kita.

d. Memenuhi kebutuhan cinta kasih sayang

e. Menjaga fitrah agar anak tidak melakukan

penyimpangan-penyimpangan

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang

dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya.

Pengertian fitrah adalah sikap tauhid kepada Allah SWT,

sejak manusia masih dalam kandungan, mereka telah

bersepakat dengan Allah untuk beriman dan menaatinya.

Orang tua bertanggung jawab ketika kekuatan pikiran

manusia sempurna dalam memiliki tanggung jawab untuk

memilih kesepakatan sampai anak dapat menemukan

45

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta, Bumi Aksari :

2014) hal 46

74

dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas tindakannya

sendiri. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan

anak-anaknya berlangsung sampai akhir hayatnya. Orang

tua sebagai pendidikan wajib menempuh dua langkah,

yaitu:46

a. Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan

nikmat Allah, serta semangat mencari dalil dalam

meng-Esakan Allah melalui tanda-tanda kebesaranya.

b. Membiasakan anak-anak untuk mewaspadai

penyimpangan-penyimpangan yang kerap

membiasakan dampak negative terhadap diri anak.

Komunikasi dalam keluarga dapat mengarah

pada timbal balik dan kesuksesan. Komunikasi awal

terjadi karena ada penyampaian pesan. Komunikasi

yang berpola respon stimulus merupakan model

komunikasi ya ng masih terlihat dalam kehidupan

keluarga. Kelangsungan hidup anak-anak tergantung

pada hubungan orang tua mereka. Pendidikan pertama

ada di dalam keluarga dan yang kedua di sekolah,

namun tidak melepaskan tanggung jawab orang tua

untuk mengawasi anak di dalam rumah atau di luar

rumah.

46

Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Jakarta: Gema Insani,

2000), Hal 46.

75

I. Kerangka Berfikir

Model Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal

Teori Sosial Learning

(Albert Bandura )

Fase Perhatian Fase Pengingat Fase Proses

Peniruan Fase Motivasi

Model Komunikasi Interpersonal

Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia

Dini

76

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

1. Sejarah Umum Berdirinya TPA Pelita

Pada hakekatnya manusia dilahirkan untuk saling

berinteraksi antar sesama manusia dan makhluk hidup

lainnya. Dan berawal dari keperihatinan sebagaimana

manusia bertanggung jawab akan pendidikan agama agar

anak-anak bisa membaca al-qur‟an berfikir dengan baik

dan bisa bersosialisasi. Awalnya ini tpa berdiri untuk

anak-anak yatim piatu yang terdiri dari 22 anak yatim.

Pada tahun 2017 TPA berdiri oleh Bpk Ustd Wirman

selaku ketua DKM Masjid Al-Ikhlas sehingga dengan

berdirinya TPA di lingkungan RW 006 khususnya banyak

anak-anak RW 006 ingin mendaftar ke TPA ini dan orang

tua tertarik untuk memasukan anaknya ke TPA karena di

RW 006 ini banyak orang tua yang kurang memahami

agama islam dan banyak juga anak-anak yang hanya diam

di rumah asik main handpone sehingga pendidikan

77

agamanya kurang dan maka dari itu orang tua banyak

yang mendaftarkan anak-anakny ke TPA Pelita ini,

awalnya masuk ini sabtu minggu dan ustd wirman sendiri

yang mengajarnya dengan menggunakan inpokus kisah-

kisah nabi dan lain-lainya, lalu karena semakin banyak

anak-anak yang daftar TPA ini bergabungan dengan ibu-

ibu pengajian di Masjid Al-Ikhlas dan beraawal 2 guru

namun beberapa bulan kemudian guru semakin bertambah

dan memulai berbagi kurikulum pembelajaran dan kelas-

kelas sesuai dengan kemapuan dan usia anak-anak. dan

mengubah hari pengajaran senin-jum‟at jam 16.00 kita

mulai mengajar.dan hari sabtu minggu libur seperti

sekolah biasa hanya bedanya kita sekolah sore bisa

dibilang diniah. Dan terkadang hari sabtu minggu kita

menabahkan pelajaran untuk pelatihan bertanam

memperduli lingkungan.

Jadi TPA ini menginstal anak-anak dengan hal

posistif seperti efek domino jika kita membaiki anak

maka anak akan baik jadi sebisa mungkin kita ngebaikin

anak supaya ada kebaikan di dalam diri anak.

TPA ini menjadikan kita sebagaimana manusia itu

harus utuh. jadi dunia pendidikan ini kita harus khafa

harus utuh, seperti visi TPA Pelita sendiri “ Menciptakan

Generasi Qur‟ani, sebagai bekal menjadi muslim/

muslimah yang khaffah” jadi tidak hanya di ajarakan cara

78

wudhu shalat dan lain. Tapi juga diajarkan untuk

mengenal pertumbuhan, tanaman, lingkungan yang ada di

sekitar kita. Sebagaimana bentuk untukmenjaga makhlum

ciptaan Allah yang ada di dunia ini. Karena dunia ini allah

memberi tanggung jawab kepada manusia untuk

mengurus bumi ini menjadi lebih indah, asri dan

kebersihanya pun juga terlindungi. jadi allah mengasih

kepercayaan kepada manusia untuk mengurus bumi ini

dengan baik.

Sesuai dengan program pengelolaan TPA di

Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam

masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No

1 tahun 1991 tertanggal 7 pebruari 1991 yang diresmikan

oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir

Syadzali pada tanggal 10 februari 1991. TPA sebagai

lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran

utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis

Al-Qur‟an juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa

anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan

akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan

tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur‟an

melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,

aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan

mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang

Qur‟ani dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman

79

dalam hidupnya.1 Dan juga mengajarkan anak untuk

mencintai makhluk ciptaan Allah yang ada di bumi ini.

2. Visi, Misi dan Tujuan2

a. Visi

“Menciptakan Generasi Qur‟ani, sebagai bekal

menjadi muslim/muslimah yang khaffah”

b. Misi

1) Bagaimana Cara Mewujudkan Visi ini agar bisa

membaca Al‟Qur‟an dan mengenal Allah serta

menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari

2) Menanamkan Karakter yang berakhluk kharimah

3) Memberikan bekal pengalaman dalam

menghadapi kehidupan

4) Menjadikan anak yang berpribadi baik dengan

sesuai syariat islam

3. Tujuan

Menanamkan karakter yang berakhaluk kharimah

memberikan bekal pengalaman dalam menghadapi hidup

dan menjadikan anak berpribadi baik dengan sesuai

syariat islam.

1 Wirman, Buku Sejarah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas (Jakarta, 2017)

hal.5 2 Wirman, Buku Sejarah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas (Jakarta, 2017)

hal. 7

80

a. Lokasi TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

Jl. Percetakan Negara 2 Rt.001 Rw.006 Johar

Baru, kec Johar Baru, kota Jakarta Pusat, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 10650

4. Data Guru dan Pelajar

Tabel 1. 1 Data Guru dan Pelajar

Nama Santri Nama Guru

Saabiq Luhur Arrawi Sahroni

Ahmad Yasin Rifai Yuli Maryamah

Amir Naufal Jiad Neni Nur‟aeni

Fahira Malika Thamrin Anik Suryani

Ardis Sudana Aqilatus Soliha

Muhammad Fathir Pasaribu Amanah

Rizky Hardiyansah Nasution Langit Ayumi Buana

Meylita Moza Putri Fachrul Rozi

Bintang Fairuz Ikram M. Tasyrifudin

Muhammad Hafizh Iskandar

Safira Azzahra

Qanita Aisyah Hasna

Herdiana Janitra Gendis Nareswari

Mochammad Syukron Gazali

Bagas Ariyan Pratama

Farren Brylian

Nayla Syahbirah

Marsyah Alicia Zahra

Dhavie Pradipta

Aditya Rizqi Wahyudi

Hanifah Rochmania Afia

Zakariya Gibran Suryanto

Ilham Febriansyah

81

Satrio Hadi Pratama

Rasya Muhamad Athaya

Azzalea Vanya Nur Fadhilah

Nayyara Aqila Sholihah

Sofie Salsabila Utomo

Rafa Virendra Shakiel

Dewa Saputra Aprilio

Muhammad Zidan

Adinata Rhaka Farrizi

Muhamad Yusuf Purnama

Satya Allana Rahman

Amarrullah Alfrianto

Rema Juziarti

Deandra Chairunissa

Sakha Muhaamma Satriadji

Khairan Alvin Permata

Dirly Saputra

Erza Zhio

Isna Arianita

Alfiqi Fauzi Ramadhan

Muhammad Zaki

Mochammad Aidin Saputra

Muhammad Rifky Ari Dewa

Raffa Raditya

Alvaro Pratama Alfarizqi

Rama Septyan

Fachri Bintang Ramadhan

Fathir Ghailah Putra Ramdhan

Ahmad Kahfi Atahillah Bunajar

Muhamad Tedy Syahputra

Aurelia Adelin Safitri

Elvina Apik Bunajar

82

Rizty Marchella Lubis

Gita Agustina Fitriani

Jihan Chalisa Fikratuha

Kirana Putri Oktavia

Nayla Tri Febriana

Seny Dwi Cahyani

Tasya Prawidya

Naura Pryta Ryansyah

Aqila Putri Anzani

Januar Hidayat

Rahmat Januaryansyah

Syarif Aldo Ar Raffi

Muhammad Ali Ar Raffi

Ahsan Maulana Ibrahim

Hafiz Saleh

Rizqi Maulana Wibisono

Inas Sahwa

Bagas Hamidzan Dahabi

Fadlan Fadillah Permata

Farid Wajdi

Erlangga Sanjaya

Hikmah Rahayu

Yusuf Khoirul Ridwan

Akhdan Naufal Al Dzahabi

83

5. Struktur Organisasi Taman Pendidikan Al-Qur’an

TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN “PELITA”

MUSHOLLA AL-IKHLAS

KEPALA SEKOLAH

Ibu Hj. Umi Nihayah

PENANGGUNG JAWAB

DKM Masjid Al-Ikhlas

PEMBINA

- Ust. Muhaemin

- Yulianto

SARANA PRASARANA

- Bambang HS

- Alifikri

Tata Usaha / ADM

- Ayumi

- M. Tasyrifudin

GURU-GURU

- Ust. Sahroni

- Ustdjadjah Yuli

- Ustadjah Lia

- Ustadjah Amanah

- Ustadjah Neni

- Ustadjah Anik

- Fachrul Rozi

- Langit Ayumi

- M.Tasyrifudin

84

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISI DATA

A. Temuan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan

tahap untuk menelaah data yang telah di peroleh dari

beberapa informan yang telah dipilih selama penelitian

berlangsung. Dan juga berguna untuk menjelaskan,

memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data yang

di lakukan sejak awal dan bersama dengan proses

pengumpulan data lapangan.

Adapun dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti

mendapatkan beberapa temuan yang dapat menggambarkan

proses model komunikasi interpersonal dan faktor kendala

yang menghambat komunikasi interpersonal guru dan orang

tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru, Jakarta Pusat. Semua itu

terlihat dari hasil wawancara dan obeservasi dimana proses

komunikasi dan model komunikasi yang dilakukan di TPA

Pelita Masjid Al Ikhlas.

Secara teknis, proses model komunikasi interpersonal

guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini

sebagai jalannya proses dimana seorang maupun sekelompok

orang memberikan dan menerima informasi (penyampaian

makna), komunikator dan komunikan, serta model

komunikasi yang dilakukan dalam suasana yang nyaman,

santai dan rileks.

85

Dan pada umumnya keanekaragaman orang tua murid

di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas terdapat sekali macam-macam

karakter seseorang, perbedaan profesi, perbedaan asal daerah

dan lainnya. Dengan adanya hal ini bisa menjadi faktor

terhambatnya komunikasi interpersonal guru dan orang tua

dalam pembinaan keislaman anak usia dini.

Namun merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti

sajikan pada sub bab sebelumnya. Saat ini secara mendetail

dan sistematis dapat peneliti sampaikan temuan-temuan apa

saja yang di peroleh dari hasil penyajian data tersebut, dengan

fokus penelitian.

1. Proses Model Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi yang efektif dalam kegiatan

belajar mengajar adalah ketika terciptanya hubungan yang

baik antara guru dengan siswa, orangtua dengan siswa,

guru dengan orangtua, melalui komunikasi interpersonal.

Model komunikasi interpersonal di TPA Pelita Al

Ikhlas selain diterapkan dalam proses belajar mengajar

juga digunakan untuk pendalaman karakter dari masing –

masing siswa. Proses komunikasi interpersonal tidak

hanya terjadi antara guru dengan siswa, namun terjadi

guru dengan orangtua, orangtua dengan siswa dan siswa

dengan siswa, dengan demikian satu sama lainnya akan

dapat mengenal satu sama lainnya sehingga tercipta

interaksi yang baik.

Berdasarkan wawancara bersama ketua DKM

Masjid Al Ikhlas bapak Wirman A.T

86

“Bagaimana caranya mewujudkan visi misi yang

bisa mewujudkan anak mencintai Al Qur‟an,

bagaimana kita mengenal Allah dan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan sosial,

kecerdasan emosional dan spiritual. Bagaimana kita

peduli pada lingkungan yakni pada hari hari Senin –

Jum‟at pembelajaran pendalaman dan pembinaan ke

Islaman sedang pada hari Sabtu dan Minggu untuk

praktek menanam sayuran, beternak ikan lele, serta

berternak ayam, awalnya mendidik anak untuk

menyiram tanaman, memperkenalkan berbagai

macam tumbuhan yang ada disekitar lingkungan

TPA,memberi makan ternak, pada intinya mendidik

anak menyayangi dan mencintai lingkungan alam

semesta. Kalau kita ingin mempunyai anak yang

baik kuncinya adalah menciptakan suasana yang

nyaman dimana interaksi antara guru dan anak didik

benar-benar merasa aman dan nyaman “1

TPA Pelita Masjid Al Ikhlas mengharapkan anak

mendapat kemajuan dalam pengembangan diri dan

kemampuan ber interaksi serta mengasah keterampilan,

melalui kegiatan diantaranya :

b. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

c. Mengembangkan peran sosial sebagai anak lelaki

maupun anak perempuan.

d. Mengembangkan akhlaq dan pembelajaran fiqih

ibadah lainnya seperti hafalan hafalan diantaranya

hafalan bacaan sholat, hafalan surat pendek, hafalan

do‟a-do‟a

1 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

87

e. Mengembangkan keterampilan untuk menulis dan

membaca tulisan arab (dimana disesuaikannya

pendalam pembelajaran Iqro dan membaca Al Qur‟an)

f. Mengembangkan diri untuk mencintai dan

kepeduliannya terhadap lingkungan

Dalam kegiatan tersebut semuanya sudah terjadwal

dimana pada hari Senin – Jum‟at adalah pengembangan

pembelajaran akhlak, ibadah, fiqih sedang pada hari Sabtu

dan Minggu anak didik berkegiatan keterampilan

diantaranya keterampilan mengenai pertanaman serta

keterampilan dalam hal peternakan.

Inilah yang membedakan TPA Pelita Masjid Al

Ikhlas dengan TPA disekitarnya. Dalam kegiatan

keterampilan pertanaman dan peternakan dibimbing

langsung oleh Ketua DKM Masjid Al Ikhlas yaitu bapak

Wirman AT.

Berdasarkan wawancara dengan ustadz Wirman

“Saya membagi –bagikan bibit tanaman kangkung

dengan maksud anak mencoba menanamnya,

merawatnya dengan menyiraminya dan

mengatakan kepada anak- anak bahwa tanaman itu

juga butuh makanan agar tumbuh, makanan dari

tumbuhan itu selain pupuk ya harus disiram setiap

harinya, dan anak-anakpun senang banget.”2

Pada bimbingan pertanaman ustadz Wirman pun

membagikan bibit tanaman kepada anak-anak agar

2 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

88

mencoba menanam dirumah, sebelumnya ustadz Wirman

memberi pengarahan kepada orangtua anak didik

bagaimana caranya menanam kangkung, dan

mengarahkan kepada orangtua agar anak-anaknya

menyayangi makhluk Tuhan lainnya yaitu tanaman

dengan cara merawat dan menyiraminya.

Berdasarkan wawancara dengan ustadzah Aqilatus

Shalihah.

“Anak – anak suka sekali kalau hari Minggu mereka

datang dan dapat bimbingan dari Ustadz Wirman,

mereka senang kalau ngasih makan ayam – ayam

tapi ada juga anak yang takut, dia nggak mau ngasih

makan karena takut, mereka kalau hari Senin pada

bercerita , bu guru aku kemaren ngasih makanan

buat ayam, kata pak Wirman ayam juga butuh

makan dan minum, kalau ikan dikasih makanannya

doang bu, cerita ana-anak,”3

Lokasi ketika melakukan komunikasipun beragam

dan dapat pula mendukung agar terciptanya komunikasi

dan hubungan interpersonal yang efektif.

Dalam kegiatan pembelajaran di TPA Pelita yang

beragam baik siswa maupun orangtua serta peran guru

menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal ini

mempunyai manfaat yang amat besar, kegiatan penelitian

ini dilakukan secara rutin pada saat pembelajaran

berlangsung, jam istirahat serta pada saat bimbingan

tentang pertanaman dan peternakan.

3 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

89

Dari data yang diperoleh dari seluruh informan yang

berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin dan profesi

dengan ketentuan yang telah dipikirkan oleh peneliti,

diantaranya 11 orang informan yaitu pendiri TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas yakni bapak Wirman AT, 2 orang guru

yakni ustadzah Aqilatus Shalihah dan ustadzah Amanah,

dan 4 orangtua siswa yakni ibu Januarriaty, ibu Yatinah,

ibu Dede dan ibu Euis Atika, serta 4 orang siswa yakni

Fadil Permata, Rizqi Ardiansya Nasution, Riza Bagus

Ramadhan, Nadira Malika Tamrin.

Peneliti telah menemukan bagaimana proses

komunikasi dan model komunikasi mereka sehingga

menjadi akrab dan terbimbing serta terarah. Tujuan –

tujuan dari TPA Pelita Masjid Al Ikhlas yakni

menanamkan karakter yang berakhlaqul karimah,

memberikan bekal pengalaman dalam menghadapi hidup

dan menjadikan anak berpribadi baik dengan sesuai

syari‟at Islam, sesuai dengan wawancara peneliti dengan

ustadzah Aqilatus Shaliha beliau mengatakan,

“Untuk lebih dapat menyampaikan perkembangan

anak didik kita guru selain orangtua menanyakan

perkembangannya pada saat istirahat ataupun dijalan

namun juga sudah terjadwal sebulan sekali

diadakannya pertemuan dengan orangtua”4

Dengan fenomena yang terjadi di dalam TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas adalah adanya pembelajaran yang sesuai

4 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

90

dengan syari‟at Islam serta pengalaman dalam

menghadapi kehidupan berupa mencintai dan peduli

dengan lingkungan yang di tujukan dengan adanya

penanaman dan peternakan.

Pada tanaman terdapat tanaman organic berupa

sayuran seperti sayur kangkung, tanaman obat, tanaman

hias. Pada peternakan seperti ternak ikan lele, ayam. Dan

pada anak usia dini lebih ditekankan pada kecintaannya

terhadap ciptaan Allah.

Dengan adanya pengelompokan usia maka tepatlah

model komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi

interpersonal serta teori yang dipakai adalah teori sosial

learning. Prinsip dasar pembelajaran menurut teori ini,

bahwa dipelajari individu terutama dalam pembelajaran

sosial dan moral terjadi melalui peniruan/imitation dan

penyajian sebagai contoh perilaku/modeling. Dalam hal

ini seseorang belajar mengubah perilakunya sendiri

melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang

merespon sebuah stimulus tertentu.

2. Model Komunikasi Interpersonal Dalam Pembinaan

Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al

Iklas

TPA Pelita Masjid Al Ikhlas Johar Baru Jakarta

Pusat adalah TPA yang aktif, siswa di TPA ini adalah

belajar melalui bermain, bercerita, bernyanyi, sehingga

membuat anak nyaman dalam mengikuti kegiatan yang

91

ada. Semua siswa mengikuti kegiatan praktek baik

praktek dalam beribadah maupun praktek mencintai

lingkungan.

Ketika peneliti melakukan pengamatan benar

adanya bahwa di dalam TPA Pelita Masjid Al Ikhlas

bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik sejak

dini sesuai dengan usia anak. Hubungan antara guru

dengan orangtua, guru dengan anak didik, serta orangtua

dengan anak didik, sebagai orangtua juga sebagai teman

sehingga anak tidak ada rasa takut kepada orang tua,

begitu pun dengan guru, terlihat anak ditanamkan rasa

hormat kepada guru juga orangtua, rasa kasih sayang

terhadap guru dan orangtua serta terhadap sesama teman,

sehingga menjadi suasana yang utuh saling memiliki

saling menghormati dan saling menyayangi baik antar

sesama makhluk ciptaan Allaah yakni dengan

kepeduliannya terhadap lingkungan.

Berdasarkan wawancara dengan ustadzah Aqilatus

Shalihah

“yah kita harus selalu tau jiwa anak, karena anak usia

dini ini nggak bisa ditekankan, karena tingkat

kepintaran dan kecerdasannya berbeda-beda ada yang

tanggap ada yang sedang ada yang kurang ya sesuai

dengan usianya, jadi saya kadang bertanya pada anak-

anak, “anak-anak ibu mau nanya,sekarang mau

belajar apa ?”, tapi tetap tidak keluar dari jalur

pembelajaran. Dan anak juga suka dikte iqro arab

surat-surat pendek, jadi kita cari model yang

menantang anak-anak gitu. Dan kita juga sering-

sering komunikasi sama anak karena kan anak-anak

92

usia dini ini super super dah ya gitu, jadi saya

menganggap nya temen gitu agar anak tidak terlalu

takut juga sama kita biar anak nyaman juga ke

kitanya”5

Serta dari wawancara saya bersama ibu Januarriaty

sebagai ibunda Malika

“ya saya orangnya kan tegas ya kak, dalam

pendidikan anak, apapun itu dari hal kecil atau hal

besar saya itu selalu mengarahkan dan mengajak

mika, dan saya juga agak galak sama anak, apa

lagi sama anak gadis ya kak saya bener-bener hati-

hati banget deh kak, dan Alhamdulillah ya kak

dulunya kan mika pendiem banget jarang banget

ngobrol jadi saya sebagai ibunya mencari

pendekatan keakraban gitu kaya temen aja gitu

jadinya sama anak, jadi sekarang berani ngobrol

kak, cerita biasanyakan dia malu kak kalu buat

curhat sekarang udah biasa sama saya berani gitu

jadi ga malu-malu kalu mau curhat, cerita gitu kak,

jadi saya ngambil pendekatan keakraban

kenyaman anak kepada saya sebagai ibunnya”6

Kegiatan Praktek Shalat kelas

anak usia dini di hari Jum’at di

bombing oleh Ustdzah Ayumi

5 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 6 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

93

Kegiatan peduli lingkungan,

mengajarkan cara bertanam di

TPA Pelita Masjid Al-ikhlas di

bimbing langsung oleh Usttadz

Wirman.

Kegiatan peduli lingkungan

menjaga kebersihan lingkungan

di TPA Pelita dan Taman TPA

Pelita serta mengajarkan

menjaga kebersihanpenghijauan

dibimbing oleh Ustadz

Tasyrifuddin

Kegiatan peduli lingkungan,

menyiram dan memetik sayur-

sayuran yang sudah panen di

Kebun Kubah, lantai 3 TPA

Pelita

Kegiatan Peduli Lingkungan

menyiram dan memperkenalkan

tanam-tanaman kepada anak

usia dini kelas A di Taman TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas

Kegiatan pembelajaran di kelas

anak Usia Dini TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas.

Pertemuan Guru dan Orang Tua

94

Pertemuan Rapat Guru-Guru

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam

Komunnikasi Interpersonal Guru dan Orangtua

dalam Pembinaa Keislaman Anak usia Dini di TPA

Pelita Masjid Al Ikhlas Johar Baru

Faktor yang terdapat pada TPA Pelita Masjid Al Ikhlas

meliputi; Faktor Pendukung dan Penghambat komunikasi

guru dan orangtua dalam pembinaan keislaman anak usia

dini, guru dengan anak usia dini, faktor Pendukung dan

Penghambat Komunikasi orangtua dengan anak usia dini

dalam pembinaan keislaman serta pembiasaan dan

keteladanan anak.

1. Faktor Pendukung Komunikasi Interpersonal

Guru dan Orang Tua Dalam Pembinaan

Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita

a. Faktor Pendukung Guru dengan Orang Tua Anak Didik

Dengan adanya pertemuan antar guru dan orang

tua yang diadakan sebulan sekali untuk membahas dan

mengetahui perkembangan anak serta memberikan

arahan, dan juga memberikan dukungan kepada keluarga

untuk meningkatkan belajar anak. karena dengan adanya

interaksi atau hubungan baik antar guru dan orang tua

bisa meningkatkan semangat anak serta bilamana orang

95

tua tidak mengetahui cara untuk anaknya bisa langsung

berkomunikasi denganguru sehingga terjadi pertukaran

informasi. Berdasarkan wawancara dengan Ustdzah

Aminah

“iya kak, biasanya kita sebagai walikelas inisiatif

untuk pertemuan guru dan orang tua serta

terkadang kita juga sering bertemu di jalan jadi

dengan adanya pertemuan kita juga tau orang tua

ini gimna dan gimana serta bisa bertukar pikiran

juga dalam mendidik perkembangan anak usia

dini”

b. Faktor pendukung Guru dengan Anak Didik Usia Dini

Faktor pendukung dalam pembelajaran di TPA

Pelita ini salah satunya anak peserta didik

berdasarkan observasi pada saat pembelajaran di

kelas guru biasanya menggunakan model untuk

mencontohkan didepan teman-temannya, selain itu

guru juga selalu memberikan kesempatan anak

didik untuk bertanya dan menyampaikan pesan

yang bila mana anak didik kurang paham.

Sehingga dengan beriteraksi anatara peserta didik

tersebut materi yang kurang dipahami bisa

diketahui dengan cara belajar bersama berdasarkan

wawancara dengan ustdzah Aminah

“ya dimana anak didik yang sangat aktif

dan pandai memperaktekan bisa

96

berinteraksi dengan baik bersama

temannya, selain itu memberikan

permainan yang mendidik juga menjadi

pendukung meningkatkan motivasi anak

serta faktor lainnya”

Selain faktor dari peserta didik sendiri, motivasi dari

guru-guru serta keluarga juga selalu memberikan

dukungan dan semnagat kepada anak untuk

meningkatkan minat belajara dalam pembinaan

keislaman di TPA Pelita, sehingga dengan adanya

hubungan dan interaksi yang baik guru dengan anak

dapat membuat keakraban serta perkembangan anak

yang baik sesuai dengan yang di harapkan guru dan

orang tua.

Selain itu faktor pendukung lainya adalah adanya

fasilitas-fasilitas seperti yang di ungkapkan oleh

ustdaz Wirrman A.T

“ya, disini dengan adanya fasilitas di TPA seperti

Taman, pertenakan, perikanan, tumbuh-tumbahan

sayur-sayuran dengan adanya kepedulian terhadap

lingkungan yang di ajarkan didalam agama islam

agar kita bisa menjaga dan merawat semua ciptaan

Allah, yang dimana disini di ajarkan dari usia dini

agar anak terbiasa dengan lingkungan yg ada

disekitarnya”

97

2. Faktor Penghambat Komunikasi Guru dan

Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak

Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

a. Faktor Penghambat Guru dengan orangtua anak didik.

Pertemuan antara guru dan orangtua diadakan

sebulan sekali dimana pertemuan ini dilakukan agar

orangtua mengetahui perkembangan anaknya juga

sekaligus pengarahan kepada orangtua untuk anak,

namun pertemuan yang diadakan sebulan sekali ini

terkendala hampir tidak semua orangtua bisa datang

untuk hadir dalam acara tersebut, sesuai wawancara

dengan bapak Wirman A.T sebagai Ketua DKM Masjid

Al Ikhlas yang juga sebagai Pendiri TPA Pelita,

“Ya setahun sekali, kita mengambil di bulan Hari

Raya Besar Islam sekaligus memperingati

mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad

SAW, mengambil hari ini agar orangtua dan anak

dapat mengikuti acara hari-hari besar Islam serta

pertemuan orangtua dan guru, sekaligus

pengarahana kepada orangtua untuk mendidik

anak dalam pembinaan keislaman anak usia dini,

hal ini dikarenakan masih banyak orangtua yang

cuek dengan anak yang penting anak sudah masuk

ke TPA.”7

b. Faktor Penghambat guru dengan anak didik.

Pada faktor ini guru kadangkala terhambat dengan

adanya anak usia dini yang kecerdasannya berbeda –

7 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

98

beda, sesuai wawancara dengan ustadzah Aqiltus

Shalihah,

“ Yah kita harus selalu tahu jiwa anak, karena

anak usia dini ini nggak bisa ditekankan, karena

tingkat kepintaran dan kecerdasannya berbeda-

beda ada yang tanggap ada yang sedang ada yang

kurang ya sesuai dengan usianya, jadi saya kadang

bertanya pada anak-anak, “anak-anak ibu mau

nanya,sekarang mau belajar apa ? “, tapi tetap

tidak keluar dari jalur pembelajaran. Dan anak

juga suka dikte iqro arab surat-surat pendek, jadi

kita cari model yang sesuai dengan kecerdasan

anak-anak gitu. Dan kita juga sering-sering

komunikasi sama anak karena kan anak-anak usia

dini ini super super dah ya gitu, jadi saya

menganggap nya temen gitu agar anak tidak

terlalu takut juga sama kita biar anak nyaman juga

ke kitanya “

c. Faktor Penghambat orangtua dengan anak.

Orangtua memiliki peran yang cukup besar dalam

hal mendidik anak terlebih mereka sebagai contoh dan

panutan bagi anak-anak mereka. Dari sampel yang

penulis wawancarai masih banyak orangtua yang kurang

paham dalam pembinaan keislaman, terkadang ada juga

orangtua yang tahu namun tidak menyadari apa yang

sudah ditanam atau diajarkan kepada anaknya, juga

adanya faktor yang orangtuanya bekerja jadi tidak dapat

memperhatikan anaknya juga adanya orangtua yang

tidak memahami pembelajaran keislaman keseluruhan

yakni bukan hanya mengenai pembelajaran agama

namun juga pembelajaran menyayangi dan

kepeduliannya terhadap lingkungan sehingga mereka

99

cuek dengan anaknya yang penting mereka sudah

memasukkan anaknya ke TPA. Sesuai wawancara

dengan ibu Dede orangtua murid

“Ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya

saya nanya nih “ dek mau ngaji nggak “, kalau dia

jawab mau ya saya siapin, kalau anak jawab nggak

deh mah ya saya nggak siapin main ajah gini

dirumah, nggak bisa dipaksain. Kalau saya

orangnya santai kak, jadi saya ngikutin anak

maunya gimana soalnya anaknya santai kak, saya

nggak mau memaksakan anak karena saya

beranggapan lambat laun dia akan ngerti sendiri,

kalau dipaksain takutnya bukannya pinter malah

gimana gituh”8

Juga wawancara dengan Nadira Malika Tamrin,

“ Kadang mama juga suka nanya sama aku apa

yang mama nggak tahu itu kalau aku lagi belajar

mamakan kalau habis isya ada dirumah”9

4. Lingkungan yang kurang baik

Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang

tua dalam mendidik anak usia dini atau mengajarkan

anak. lingkungan yang kurang baik akan berdampak

buruk bagi perkembangan anak. dalam hal ini orang tua

harus bisa membentengi anak dengan ilmu agama yaitu

memasukan anak kesekolah sore yakni TPA. Agar anak

dapat mempraktekan hal yang baik sesuai dengan ajaran

islam dan menjauhkan hal yang buruk serta selalu

8 Hasil Wawancara pribadi dengan Dede sebagai Orang Tua Murid TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 9 Hasil Wawancara pribadi dengan Malika selak Murid TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

100

menyebarkan energi yang postif dan orang tua juga tidak

boleh lepas dari penjagaan anak, karena anak usia dini

masih terus di awasi karena bagaimanapun orang tua

harus selalu disamping anaknya. Dan yang harus di

lakukan orang tua ialah membentengi anak dalam

melakukan hal-hal yang baik pada dirinya agar

kedepannya anak bisa lebih baik lagi.

Sesuai wawancara dengan ibu Euis Atika

“Iya kak, sayakan kurang bisa baca Al Qur‟an, jadi

saya ingin anak saya bisa belajar baca Al Qur‟an

tidak seperti saya kak, ditambah lagi lingkungan di

tempat saya kak, maaf bukannya menjelekkan

lingkungan ya kak, terkadang saya tidak bolehkan

anak saya main terlalu lama diluar rumah yaitu

kak banyak anak-anak yang kalau lagi ngomong

pada main gituh mengeluarkan kata-kata kebun

binatang, belum lagi bahasanya suka ngomong lu

gue”10

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori

1. Proses Komunikasi dengan Teori Sosial Learning

Dalam penelitian komunikasi interpersonal TPA

Pelita Masjid Al Ikhlas, peneliti mengfokuskan kajian

penelitian kepada proses komunikasi dan model

komunikasi.

Peneliti menemukan beberapa temuan yang

berkaitan Sosial Learning yang menjadi acuan peneliti.

Pembahasan ini dilakukan dengan cara

mengkonfirmasi temuan yang didapat di lapangan dengan

10

Hasil Wawancara pribadi dengan Ibu Euis sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 19 juni 2021

101

teori yang digunakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan di

dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah secara

maksimal harus dapat menampilkan teori baru. Dalam hal

ini berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan peneliti

setuju bahwa proses komunikasi sejalan dengan teori yang

digunakan sebagai pijakan oleh peneliti yaitu Teori Sosial

Learning.

Teori social learning terkenal dengan sebuta

observational learning, oleh tokoh utama dibalik teori ini

adalah Albert Bandura, Bandura memandang tingkah laku

manusia bukan semata-mata reflex otomatis dan stimulus,

melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif

manusia itu sendiri.

Berdasarkan wawancara ketua DKM Masjid Al

Ikhlas sekaligus sebagai pendiri TPA Pelita Masjid Al

Ikhlas

“Jika kamu ingin bisa dalam satu hal, maka tirulah

apa yang sudah dilakukan orang lain Jadi jika kita

ingin mengkualitaskan santri kita, kita harus bisa

menjalankan tugas dan amanah kita dengan sebaik-

baiknya agar hasilnya bagus, kita sebagai guru ingin

memiliki santri yang melebihi dari gurunya itu sudah

pasti jadi bagaimana anak sekecil ini harus bisa

mengatasi hal-hal tersebut harus bisa memecahkan

dan mengasa agar kecerdasannya tetap terus

bertambah dan akan selalu teringat oleh si anak ini.

Jadi dalam pengayaan anak itu kita dekatkan dengan

102

hal yang mereka sukai. Disini guru harus lebih

kreatif”11

Jadi proses komunikasi interpersonal di TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas yang mana di dalamnya terdapat profesi,

status yang berbeda, baik pendiri TPA, guru, orangtua

serta anak didik berkomunikasi secara akrab namun tetap

saling menghormati. Dan anak didik mengikuti dan

meniru apa yang guru lakukan demikian juga meniru apa

yang orangtua lakukan, disini anak meniru ucapan guru,

anak meniru bagaimana cara sholat, anak meniru

bagaimana cara menyayangi dan peduli kepada

lingkungan. Kreatifitas guru di pacu agar anak didik tidak

merasa bosan.

Teori yang relevan dengan temuan diatas adalah

Teori Sosial Leraning, yang mana menekankan faktor

identic bahwa anak dapat melakukan apa-apa yang sudah

dicontohkan oleh guru.

Dalam proses komunikasinya guru dan orangtua

sebagai komunikator sedangkan anak didik dan

orangtuapun sebagai komunikan, komunikasi berlangsung

secara rileks, nyaman sehingga memudahkan dalam

pengajaran dan pendidikan maupun dalam memberikan

informasi.

Teori yang dikemukakan oleh Bandura adalah

bahwa manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru

11

Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

103

perilaku orang lain, berdasarkan wawancara dengan

Nadira Malika Thamrin

“pagi-pagi bangun, makan, siap-siap sekolah zoom,

shalat, ngaji karna mama sering ingetin aku

shalatkak kadang akujuga curhat sama mama,

bantuin mama bersih-bersih, aku suka nyiram

bunga, kadang mama juga suka nanya ke aku apa

yang mama ga tau kalau aku sama mama lagi

belajar kaya abis shalat Isya, jadi aku paling lama

curhat belajar sama mama dimalam hari kak, mama

juga suka ngajakin shalat bareng berjamaa‟ah

diajarin hafalan sama mama tiga ayat-tiga ayat, aku

sama mama sekarang sering ngobrol kak, curhat

dulu mah aku malu-malu kalau curhat sama mama

takut duluan sma mama, tapi sekarang aku udah

berani ngobrol curhat sama mama kak”12

Dalam proses model komunikasi orang tua dengan

anak terlihat komunikasi interpersonalnya sangat efektif

dan sesuai dengan teori sosial learning apa yang orang tua

katakana dan praktekan di lakukan oleh anak dan secara

cepat anak menerima proses model komunikasi

interpersonal ini. dan di anggap paling efektif dalam

upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang

arus balik yang bersifat langsung komunikator

mengetahui tanggapan komunikan dan mendapatkan

respon umpan balik sebagai tanda proses komunikasi

interpersonal sangat baik digunakan dan sesuai dengan

teori sosial learning.

Dan dalam kegiatan pembelajaran didalamnya

terlibat antara guru dan anak didik dapat diambil sikap

12

Hasil Wawancara pribadi dengan Malika sebagai murid TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

104

dan kemampuannya, berdasarkan hasil temuan dilapangan

sebelumnya anak didik belum mengenal kepeduliannya

terhadap lingkungan dan menyayangi makhluk Tuhan

serta semenjak belajar di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas

anak didik terlihat dapat mengikuti apa yang dipelajarinya

sangatlah cocok ketika dihubungkan dengan awal mula

mereka belajar di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dengan

teori Sosial Leraning.

Asumsi dasar dari teori sosial learning ini ialah

sebagai besar tingkah laku induvidu diperoleh dari hasil

belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang di

tampilkan oleh induvidu-indiuvidu lainya yang menjadi

model terutama pemimpin atau orang yang di anggap

mempunyai nilai lebih dan yang memberikan contoh.

Yang dimana proses belajar ini disebut “observational

learning” atau pembelajaran melalui pengamatan, yang

dimana perilaku melalui peniruan dan melalui

pengamatan terhadap perilaku model.

2. Model Komunikasi Interpersonal di TPA Pelita

Masjid Al Ikhlas

Dari hasil wawancara dengan informan maka

didapatkan temuan model komunikasi interpersonal pada

TPA Pelita Masjid Al Ikhlas. Dijelaskan bahwa model

komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara bertatap

muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara

langsung dan penerima pesan dapat menerima dan

menanggapi secara langsung.

105

Komunikasi interpersonal tidak hanya tentang apa

yang dikatakan dan apa yang diterima namun juga tentang

bagaimana hal itu dikatakan, bagaimana bahasa tubuh

yang digunakan, dan apa ekspresi wajah yang diberikan.

Keberhasilan komunikasi merupakan tanggung jawab

para peserta. Berdasarkan wawancara dengan ustadzah

Amanah

“Model Komunikasi interpersonal saya ke anak

seperti temen jadi kita tidak membatasi, karenakan

ya mereka ini kan anak-anak masih di bawah umur

ya jatohnya masih perlu arahan dari kita, dan kita

sebagai contoh yang baik untuk mereka”13

Berdasarkan wawancara dengan ibu Yatinah

“saya sering ngajarin dia itu panjang pendek bacaan

surat djus‟ama kak, karenakan untuk sholat ya jadi

saya benarkan, terus kadang juga iki suka minta di

ceritain kisah nabi kak, selain itu kak Iki juga selalu

bilang bahwa kita harus sayang sama binatang,

sayang sama tanaman , kata iki dia suka banget lihat

ikan lele dan juga tanaman yang ada di TPA, kalau

hari Sabtu dan Minggu dia seneng banget kak

karena katanya bisa bantuin pak Wirman nyiram

tanaman, mangkanya kak dia dirumah suka nyiram

tanaman, itulah kak yang saya senang belajar di

TPA Pelita selaian pembelajaran mengenai agama

tapi juga pembelajaran mengenai tanaman dan

binatang”14

Dari wawancara dan hasil temuan dilapangan

penelita menemukan beberapa temuan yang berkaitan

dengan fokus penelitian dan model komunikasi

13

Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 14

Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

106

interpersonal yang menjadi acuan peneliti ternyata

terdapat kaitan.

Bagan Konfirmasi Temuan

Komunikasi Interpersonal

Pembinaan Keislaman

Social Learning Theory

Konsep Modeling

1. Fase perhatian

2. Fase Pengingat

3. Fase Proses Peniruan

4. Fase Motivasi

Pembinaan Keislaman

1. Hiwar

2. Perumpamaan

3. Keteladanan

4. Pembiasaan

5. Nasihat

Faktor Pendukung dan Penghambat

Model Komunikasi Interpersonal

Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman

107

Setelah Observasi hasil yang didapatkan dari beberapa

teori yang melandasi penelitian ini diantaranya adalah

komunikasi interpersonal dan teori sosial learning. Temuan teori

tersebut didasari oleh kesesuaian terhadap judul penelitian

penulis, yang mana model komunikasi identic dengan proses

komunikasi dengan menggunakan komunikasi interpersonal

sehingga memudahkan dalam menjalin hubungan antarpribadi.

Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dimulai

dengan mempertimbangkan lima kualitas keefektitas komunikasi

interpersonal yaitu, keterbukaan, positif, empati, dukungan, dan

kesetaraan.

Menurut kerangka pemikiran penulis di kerangka berfikir

dengan adanya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang

tua, orang tua dengan anak, guru dengan anak didik yang

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, maka

tumbuh kembang perkembangan anak usia dini dalam pembinaan

keislaman dapat terpanatu secara baik, dirumah maupun

disekolah.

Seiring dengan konfirmasi temuan penelitian yakni,

model komunikasi interpersonal dan teori sosial learning

menggunakan konsep modeling yakni :

a. Fase Perhatian

yang mengartikan kita memperhatikan seperti apa

perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang

yang akan ditiru. Dimana disini anak didik

memperhatikan guru atau orang tua sehingga dengan

memperhatikan anak didik atau orang tua bisa

menirukan perilaku atau tindakan yang sudah di

perhatikannya.

b. Fase Pengingat

Dilakukan setelah mengamati atau seletah

memperhatikan perilaku yang akan ditiru dan

menyimpan setiap informasi yang didapat dalam

108

ingatan, kemudian mengeluarkn ingatan tersebut saat

diperlakukan atau saat melakukan apa yang di

perhatikan dan dilakukan kedalam perilaku yang

sudah diingatnya.

c. Fase Proses Peniruan

Dimana setelah memperhatikan, mengingat, hal

selanjutnya yaitu penegasan bahwa peniruan

seseorang juga mempengaruhi untuk dapat

memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang

guru atau orang tua tirukan kepada anak yang dilihat

baik secara keseluruhan atau hanya sebagiannya.

d. Fase Motivasi

Motivasi ini sangat penting. Karena dengan adanya

motivasi atau penguatan dapat menentukan seberapa

mampu kita atau anak didik kita melakukan peniruan

tersebut, namun penguatan dari segi motivasi ini yang

dapat memacu keinginan induvidu untuk memenuhi

tahap pembelajarannya.

Dan faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor

pendukung dan faktor penghambat dalam komunikasi

interpersonal juga sangat penting dalam proses pembelajaran

pembinaan keislaman anak usia dini. Proses model komunikasi

interpersonal pemebelajaran dengan teori sosial learning secara

penuh dan juga memperhatikan faktor pendukung dan

penghambat komunikasi interpersonal agar dapat mengetahui

kendala yang terjadi di dalam model komunikasi interpersonal

guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas.

Dalam pembinaan keislaman tersendiri ini juga memiliki

beberapa elemen yakni:

a. Hiwar

109

Yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau

lebih melalui Tanya jawab mengenai suatu topic yang

mengarah pada suatu tujuan yang diinginkan.

b. Perumpamaan

Ialah model yang digunakan pendidik dalam mengajari

anak-anak terutama dalam menanamkan karakter nilai-

nilai ajaran islam baik duniawi maupun akhirat. Model

ini biasanya digunakan dengan bercerita atau al-kisah dan

juga bisa dengan membaca teks yang diberikan di papan

tulis oleh guru.

c. Keteladanan

Dalam penanaman nilai-nilai pembinaan keislaman anak

usia dini keteladanan yang diberikan orang tua atau guru

kepada anak bukan hanya memberikan kepemahaman

secara verbal tetapi juga memberikan contoh secara

langsung kepada anak. karena pada umumnya anak

cenderung meneladani peniruan guru atau orang tua oleh

karna itu, guru dan orang tua perlu memberikan

keteladanan yang baik kepada anak-anak khususnya anak

usia dini.

d. Pembiasaan

Sesuatu yang sengaja dilakukan secara terus menerus atau

berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan

bagi anak. karena dengan yang dibiasakan itu adalah

sesuatu yang diamalkan dan pengulangan dalam rangka

pembinaan dan penanaman nili-nilai dan kepribadian

perkembangan dalam pembinaan keislaman anak untuk

menjadi manusia yang khaffa baik duniawi amaupun

akhirat.

Seiring dengan perkembangan anak dalam pembinaan

keislaman dan proses model komunikasi interpersonal guru dan

orang tuadengan terjalinnya hubungan yang sangat baik akan

baik pula dampaknya bagi anak dalam perkembangan pembinaan

110

keislaman anak dan rasa kepercayaan, perlindungan yang terjalin

antara guru dan orangtua murid tersebut.

Dan dengan adanya faktor pendukung yang telah di fasilitasi

dari TPA Pelita untuk memperkembangkat pembinaan keislaman

anak usia dini agar menjadi manusia yang peduli terhadap ciptaan

Allah yang ada di dunia ini sehingga tidak hanya akhirat saja

namun juga terhadap dunia yang semestinya kita sebagai manusia

bisa mengamalkan kepercayaannya allah kepada manusia di bumi

untuk selalu menjaga ciptannya. Dan faktor penghambat jalannya

komunikasi interpersonal guru dan orang tua bisa teratasi dengan

baik agar dapat sesuai dengan harapan yang kita inginkan.

111

BAB V

PEMBAHASAN

Wawancara yang dilakukan kepada 11 (sebelas) Informan

meliputi Pendiri TPA Masjid Al-Ikhlas, 2 Orang Guru Utadzah

kelas Usia Dini 4-8 Tahun, 4 Orang Tua Murid yang Intens

mengantar anaknya serta pembiasaan dan keteladanan anak usia

dini dalam pembinaan keislaman dan 4 anak didik. Pada

prinsipnya untuk menggali data tentang :

1. Bagaimana model komunikasi interpersonal guru dan

orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, meliputi : komunikasi

interpersonal guru dengan orang tua dalam pembinaan

keislaman anak di TPA Pelita ,komunikasi interpersonal

guru dengan anak Usia Dini di Kelas saat proses

pembelajaran, model komunikasi orang tua dengan anak

usia dini dalam pembinaan keislaman.

2. Faktor pendukug dan penghambat apa saja dalam

Komunikasi Interpersonal guru dan orang tua dalam

pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita Masjid

Al-Ikhlas, meliputi : factor kendala Komunikasi Guru

dengan Orang tua dalam Pembinaan keislaman Anak Usia

Dini, Guru dengan anak usia dini, factor kendala

Komunikasi Orang tua dengan anak usia dini dalam

pembinaan keislaman serta pembiasaan dan keteladaanan

anak.

112

Wawancara ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan

peneliti sebelumnya yaitu :

1. Bagaimana Model Komunikasi Interpersonal Guru dan

Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini

di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ?

2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam

Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas ?

A. Proses Model Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang

Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas

Seperti pembahasan di bab I Komunikasi dapat di

maknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun

sekelompok orang memberikan dan menerima informasi

(penyampaian makna), komunikasi interpersonal guru dan

orang tua dapat membantu membangun mengembangkan

perkembangan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik

agar mempunyai akhlaqul karimah. Dalam komunikasi

interpersonal Guru (Komunikator), materi yang di sampaikan

(Pesan), dan anak usia dini / murid (Komunikan) karena disini

terdapat proses transfer ilmu, begitu pun Orang Tua (

Komunikator) dan Anak Usia Dini ( Komunikan ) yang mana

komunikasi jenis ini biasanya terjadi secara langsung dan

tatap muka , bersifat pribadi tanpa di rencanakan dan

berlangsung setiap hari.

113

Pada Bab II juga di kemukakan tentang Komunikasi

Interpersonal, yang secara keseluruhannya terlihat adanya

Model Komunikasi dan faktor kendala Komunikasi dari

Komunikasi Interpersonal. Adapaun komponen dasar

komunikasi antar komunikator dengan komunikan,

komunikasi jenis ini di anggap paling efektif dalam upaya

mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Arus balik

yang bersifat langsung komunikator mengetahuin tanggapan

komunikan dan mendapatkan respon umpan balik sebagai

salah satu tanda efektivitas proses komunikasi dari kendala

yang terjadi.

1. Anggapan Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan

Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-

Ikhlas

Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas meliputi :

a. Komunikasi Langsung

Yang di gunakan kepada wali kelas yang

mengunjungi langsung orang tua dengan menanyakan

dan mendiskusikan keteladanan pembiasaan anak

dalam pembinaan keislaman Anak Usia Dini ini pun

dilakukan hanya kepada Orang Tua yang intens

datang kemadrasah dalam penerimaan surat dari guru.

Dalam pertemuan antara guru dan orangtua diadakan

satu bulan sekali.

b. Komunikasi Tidak Langsung

114

Yaitu komunikasi dengan Kepala Sekolah yang

di adakan satu tahun sekali pertemuan mengundang

guru dan orang tua untuk memberikan arahan serta

evaluasi tentang pembiasaan dan keteladanan anak

dalam pembinaan keislaman Anak Usia Dini.

“ya setahun sekali, kita mengambil di bulan

desember di Hari Raya Besar Islam sekaligus

mengadakan acara Maulid Nabi kita mengambil

hari ini agar orang tua dan anak dapat mengikuti

acara islam ini serta pertemuan orang tua dan guru

sekaligus pengarahan kepada orang tua untuk

mendidik anak dalam pembinaan keislaman anak

usia dini. Kerana masih banyak orang tua yang

cuek dengan anaknya yang penting anak sudang

masuk ke TPA, tapi disini saya mengadakan acara

pertemuan sekaligus acara berdirinya TPA Pelita

Masjid al-Ikhlas ini di hari rasa islam besar islam

ini agar orang tua dapat hadir dan berpartisipasi

dalm kegiatan di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas dan

Alhamdulillah orang tua pada datang dan ikut,

juga selain itu diadakannya pertemuan dengan

orantua sebulan sekali, sesuai dengan wali

kelasnya”1

Penjelasan Ustadz Wirman, membuktikan

bahwa komunikasi interpersonal efektif di gunakan

baik secara langsung maupun tidak langsung karena

komunikasi interpersonal yang secara keseluruhannya

terlibat adanya proses model komunikasi dan efek

dari komunikasi interpersonal tersebut, dan bisa

mengatasi kendala yang terjadi.

1 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021

115

Menurut pandangan saya yang telah langsung

terjun ke lapangan memang benar adanya komunikasi

interpersonal sangat efektif seperti wawancara dengan

ustadzah Aqilatus Shalihah yang sehari – harinya

akrab di panggil ustadzah Lia,

“dan banyak orang tua yang respek menanyakan

anaknya seperti “ustadzah Lia bagaimana

perkembangan anak saya” dan saya menjawab

menjeskan perkembangan anaknya, agar orang tua

juga tetap tau kondisi perkembangan anaknya di

TPA” 2

“dan banyak juga orang tua yang kalau saya

ketemu di jalan orang tua menyapa dan sambil

menanyakan perkembangan anaknya di TPA dan

juga ada orang tua yang curhat untuk mendidik

anaknya dirumah bagaimana dan saya kasih tahu

saya jelaskan karena anak usia dini yang saya

ajarkan ini Alhamdulillah tingkat kecerdasanya

sangat bagus dan cepat menangkap jadi saya

arahin juga ke orang tua untuk tetap di ulang di

rumah apa saja yang di pelajarkan di TPA jadi kita

juga orang tua dan guru ada timbal balik saling

tukar pikiran dalam meningkatkan pembinaan

keislaman anak”3

“saya juga biar dirumah aja, kalau ketemu sama

guru-guru nya Mika di jalan saya tanya

perkembangan anak saya dan saya juga suka

tanya-tanya kaya kita tukar pikiran aja gitu

karenakan kadang ada guru yang di ajarinnya

cuman itu-itu aja kaya di sekolahankan guru

agamanya di pelajarannya itu-itu aja, saya kan

selalu nanya ya sama Mika di sekolah belajar apa

aja gitu nah jadi saya tambahin Mika buat sekolah

2 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 3 Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

116

sore di TPA biar dia lebih paham agama karena

kan saya sendiri juga masih kurang ya saya juga

kalau ngajarin juga sedikit-sedikit yang saya tahu

aja gitu makanya juga suka ngobrol sama bu Lia

untuk mendidik anak saya gimana-gimananya gitu

karena saya bener-bener sangat kurang sekali sama

pembinaan keislaman”4

“kalau saya kan suka ngantar jemput anak saya,

jadi pas pulang itu saya selalu ngobrol, tanya sama

ibu gurunya misalnya saya ketemu bu Lia saya

tanya perkembangan anak saya bagaimana,

jadikan saya tahu perkembangan anak saya di TPA

dan saya juga bisa menerapkan lebih lagi di rumah

agar anak saya juga tetap tidak lupa apa yang

sudah di ajarkan di TPA”5

Menurut pandangan saya bahwa orangtua sudah

benar adanya saling berkomunikasi dengan guru

walau bukan hanya pada pertemuan yang sudah

terjadwal yaitu sebulan sekali. Jadi walau bertemu

saat istirahatpun komunikasi tetap bisa dilangsungkan

untuk mengetahui perkembangan anaknya sudah

sampai dimana baik perkembangan dalam hal

akhiratnya maupun duniawinya

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan

bahwa secara umum dapat diketahui komunikasi

interpersonal guru dan orang tua terjadi secara

spontan dan tatap muka, dimana melakukan bila

orang tua dan guru menganggap perlu untuk

4 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 5 Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

117

berkomunikasi. Menurut Barndlund yang di kutip Alo

Liliweri ciri khas komunikasi interpersonal yang

membedakan dengan komunikasi massa dan

komunikasi kelompok salah satunya adalah terjadi

secara langsung dan tatap muka.

Data lapangan juga mengungkap walaupun

terjadi secara langsung, namun kecenderungan untuk

berkomunikasi adalah pada sore hari setelah jam

pulang belajar TPA. Adapun pesan komunikasi yang

di sampaikan adalah pendidikan agama yaitu

pembinaan keislaman anak usia dini seperti baca Iqro,

baca Al Qur‟an, pengetahuan tajwid, praktek shalat,

dan kegiatan–kegiatan di TPA seperti yang dilakukan

pada hari Sabtu dan Minggu yaitu mengenai

kepedulian dan kecintaannya terhadap lingkungan

dimana pada anak usia dini disini dibimbing

bagaimana cara sayang kepada tanaman, misalkan

harus disiram dengan cara bagaimana, juga

bagaimana cara memelihara ikan yang baik,

bagaimana cara memberi makanannya, maupun

pergaulan anak sehari-hari, inilah yang membedakan

TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dengan TPA yang ada

disekitarnya. Sedangkan sarana dan prasarananya pun

terlihat jelas dilapangan seperti adanya tanaman di

lingkungan masjid, baik disekitar masjid maupun

yang ada di kubah masjid ( memanfaatkan tempat

yang ada ) serta taman yang terletak di RT 014 yang

118

tidak jauh letaknya dari TPA. Untuk Hubungan

dengan penelitian ini bahwa model komunikasi

interpersonal pada dasarnya adalah mempengaruhi

sikap dan pendapat orang lain melalui komunikasi

persuasi dan dengan tanpa sadar kendala yang terjadi

bisa teratasi dengan sangat mudah.

Guru juga mengingatkan agar dirumah orang

tua juga memberikan contoh dan praktek serta

mengajak anaknya untuk shalat bersama, membaca

Iqro atau membaca Al Qur‟an yang sudah sampai

membaca Al Qur‟an, juga berbahasa yang baik pada

lingkungan keluarga karena orangtua adalah model

yang baik yang dicontoh oleh anak, juga

mempraktekkan seperti mencintai lingkungan dengan

menyayangi tanaman dan binatang, bila dirumah

mempunyai tanaman agar orangtua mempraktekkan

bersama sama menyiram tanaman sambil memberi

tahu tanaman apa yang ditanam, dan tetap selalu

mengikuti ajaran dalam pembinaan keislaman agar

anak secara perlahan akan terbiasa.

2. Anggapan model komunikasi guru dengan anak dalam

pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas :

Seperti yang dikatakan di bab I komunikasi dalam

pendidikan di TPA proses tersebut terlibat dua komponen

yang terdiri dari pengajar dan pelajar. Pengajar sebagai

119

(komunikator) dan pelajar ( Komunikan ) dan pengajar itu

di sebut guru sedangkan pelajar disebut murid.

Bahwasannya tujuan dari pendidikan yang memiliki

kurikulum pembinaan keislaman dengan melaksanakan

mengarkan, membimbing, mengarahkan, mengontrol dan

menekankan murid hingga dapat merealisasikan kedalam

kehidupan mereka sehari-hari

Guru adalah seorang pengajar yang memberikan

ilmu di sekolah, orang tua kedua di lingkungan

pendidikan. Dalam islam guru adalah ustad/ustdzah yang

bertugas mengajak mendorong dan juga terlibat dalam

dakwah atau aktivitas menyiarkan, menyeru dan

mengajak untuk berkehidupan yang berakhlak mulia.anak

usia dini memang memang sedang semangtanya ingin

tahu ingin mencoba, menyaring ilmu dan di usia dini

mereka juga ingin memperaktekan bisa disebet menirukan

perilaku dan tutur kata kita.

Dalam bab II guru adalah poros utama dalam

pendidikan, orang yang mendidik, memberikan

bimbingan,memberikan arahan, pelatihan dan

mengadakan evaluasi keapada peserta didik dan memiliki

kewenangan tugas dalam pendidikan serta pengajaran.

Dan tanggung jawab guru hanya di sekolah dalam

pendidikan anak.

a. Komunikasi Langsung

Yang di gunakan kepada wali kelas mengajar

langsung di kelas dengan memberikan materi

120

pembinaan keislaman anak usia dini sesuai dengan

kurikulum pengajaran di TPA dan memperhatikan

anak-anak agar tetap selalu mengikuti arahan dari guru

”dalam proses pembelajaran kita menggunakan

kurikulum dari TPA tapi kadang kita mengikuti

kemauan anak ya jadi kaya pertama namanya anak

usia dini ingin selalu serba tahu hal yang baru jadi

kadang anak bosen cara menjelaskan atau cara kita

mengajarnya dan ingin mencoba hal yang baru dan

menantang gitu jadi misalnya kan saya biasanya

enulis di papan tulis huruf hijaiyah, nah anak-anak

ingin di dikte jadi kita bacain mereka yang nulis di

buku saya awalnya takut mereka ga bisa atau lupa

tulisnya yak an namanya masih anak-anak usia 4-8

tahunan kan ya di kelas saya tapi mereka pinter-

pinter pas saya periksa bener semuanya hurufnya

ga ada yang salah, kedua mencari metode jadi

metodenya ganti-ganti saya nah anak-anak ini

lebih suka menggunakan metode pesantren seperti

sambung ayat kosa kata, cerita kisah-kisah nabi-

nabi yang di praktekan ke anak-anak dan itu

membuat saya bangga di anak usia dini ini mereka

memiliki kelebihan yang amat sangat cerdas”6

“Model Komunikasi interpersonal saya ke anak

seperti temen jadi kita tidak membatasi, karenakan

ya mereka ini kan anak-anak masih di bawa umur

ya jatohnya masih perlu arahan dari kita jadi kita

juga tidak tertlalu yang mengaharuskan mereka

mengikuti saya, jadi saya juga memberikan

mereka kebebasan ingin belajar apa hari ini dan

mereka ingin hafalan ya saya kasih hafalan atau

mereka ingin bercerita kisah-kisah nabi saya

ceritakan habis itu nih mereka selalu ingin ditanya

setelah saya bercerita mereka ngin ditanya jadi

saya tanyakan kembali dan mereka mengingatnya

6 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

121

apa yang saya ceritakan, dan mereka juga suka

kalaukita mengulang-ulang bacaan shalat dari

awal sampe akhir dan wudhu Alhamdulillah

mereka dengan usianya yang sangat kecil sudah

lancar dalam membaca surat_surat untuk shalat

dan wudhu, dan kalau di hari jumat biasanya kita

praktek shalat nah mereka pada senang dan benar-

benar menjaga rapi saat mereka shalat

memperdekatkan diri ke allah tanpa saya arahin

lagi, disini lah tingkat kecerdasan anak yang saya

katakan tadi, karena kan kebanyak dari mereka ini

rang tuanya yang kurang paham dengan agama

tapi anak-anak ini sangat ingin mempelajari dan

ingin tahu”7

Dari data di atas sangat jelas dengan komunikasi

yang cenderung dua arah dan berlangsung tatap muka,

maka sang komunikator dapat melihat umpan balik

seketika dari sang komunikan, juga sangat

memungkinkan terjadi perubahan secara cepat.

Hubunganya dengan penelitian ini, Nampak bahwa

komunikasi interpersonal yang terjadi pada dasarnya

adalah mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain

melalui teknik persuasi.

Dalam proses pengajaran guru memberikan ilmu

tentang pembinaan keislaman yang harus mereka tahu

dan mereka kenal agar dapat mereka tanamkan

kedalam diri mereka dan kedalam kehidupan sehati-

hari mereka karena pembinaan keislaman ini adalah

bekal untuk mereka di masa depan dan di akhirat.

7 Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

122

Walaupun pengaruhnya masih belum sepenuhnya

dikatakan berhasil, namun perubahan sedikt demi

sedikit yang terjadi pada anak sudah mewakili bahwa

apa yang di ajarkan guru di sekolah sudah

dilaksanakan oleh anak.

Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti

dengan anak didik bernama Malika,

“Kadang aku curhat sama mama, aku bantuin

mama bersih-bersih, aku suka nyiram bunga,

kadang mama juga suka tanya ke aku apa yang

mama ga tahu, ini bagaimana dek, mama kurang

tahu, gituh kak, terus aku kasih tahu, ini

dibacanya begini mah.” ( wawancara mika )

Menurut pandangan saya bahwa komunikasi

interpersonal antara guru dan anak didik sudah

sampai dengan baik dimana anak didik tersebut dapat

menyerap apa yang diajarkan dan dibimbing serta

dipraktekkan oleh guru serta ketua DKM dalam hal

menyayangi tanaman dan dalam hal bagaimana

seharusnya membaca Al Qur‟an dengan benar sudah

tersampaikan dengan baik.

3. Anggapan model komunikasi orang tua dengan anak

dalam pembinaan keislaman anak usia dini di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas :

Dalam bab I di jelaskan bahwa komunikasi

interpersonal adalah suatu proses komunikasi antara orang

tua (komunikator) dan anak (komunikan) yang mana

komunikasi ini dijenisnya yang terjadi biasanya secara

123

langsung dan tatap muka, bersifat pribadi, tanpa

direncanakan dan berlangsung setiap hari.

Dalam bab II juga telah di kemukakan tentang

komunikasi interpersonal, yang secara keseluruhannya

terlihat adanya komunikasi dan efektifitas dari

komunikasi interpersonal. Adapun komponennya dalam

proses komunikasi yaitu komunikator ialah orang yang

menyampaikan pesan, komunikan atau orang yang

menerima pesan, pesan yang dikirimkan, media yang di

gunakan, sasaran dan efek atau umpan balik.

“Saya mah kan tidak terlalu paham dengan ya ,

jadi kadang saya cari cari di google, saya orangnya

biar gini-gini keras sama anak dalam agama

karena saya gamau anak saya kaya saya yang

kurang pemahaman dengan agama islam,

mangkanya kan saya masukin anak saya ke TPA

apa lagi yang tadi saya bilang kalu di sekolah

pelajaranya kurang dan itu-itu aja, dan saya tuh

selalu ngajak dia shalat bareng nih kadangkan dia

suka maen hp nah waktunya azan saya ambil

hpnya saya ajak shalat bersama terus ngaji abis itu,

komunikasi kita hampir setiap hari dan yang

paling lama itu ya dimalam hari karenakan masa

pandemic ini saya kerja di rumah jadinya jadi

kadang kita berkomunikasi di pagi hari siangnya

itu pas jam shalat zuhur dan ashar dan abis magrib

itu baru kita berkomunikasi yang paling lama, dan

banyak ya obrolan kita tentang agama, kadang

malahan mika yang ngasih tahu saya ma ini gini

loh, kata guru mika kalau kita mau shalat kalu bisa

ganti baju dulu mah misalnya gitu saya kan suka

lupa gitu buat ganti baju shalat, dan diingetin sama

mika, terus kita juga selalu tuker pikiran misalnya

124

kaya ngaji saya salah bacanya di benerin sama

mika kaya idgam gunnah gitu-gitu”8

“Alhamdulillah saya selalu mengajarkan anak saya

sesuai dengan ajaran islam, tapi kalau shalat kan

karna ayahnya kerjanya gojek jadi lebih sering

shalat di rumah dan setiap habis shalat saya selalu

menterapkan iki untuk ngaji walaupun iqro

beberapa lembar dan saya liatin pembacaanya,

karena saya juga lebih sering di rumah dan iki juga

jarang maen keluar dia lebih suka nonton film

kartun nah saya sering tuh kasih dia kisah-kisah

nabi saya beliin kasetnya dan kadang saya ceritain

juga kisah-kisah nabi keteladanannya dan

kesehari-harian nya jadi saya mengarahkan dan

mengajarkan nilai-nilai agama islam, komunikasi

saya dengan iki Alhamdulillah hampir setiap saat

ya, tapi lebih seringnya itu kita pas siang hari jam

tidur siang dan malam hari setelah bapaknya

pulang gojek bapaknya itu selalu ngasih dia

nasehat setiap malam dan selalu menanyakan

kegiatan iki hari ini apa yang sudah iki lakukan

gitu ka”9

“ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya

saya nanya nih “de mau ngaji ga ? kalu dia jawab

“mau” ya saya siapin tuh kalu anak jawab “engak

dh mah” ya saya ga siapin maen aja gini di rumah,

gabisa di paksain soalnya takutnya kalu di paksain

bukannya pinter malah gimana gitu, apalagi masih

anak sekecil gini kan masih mau nya maen jadi

saya kadang ngambil celanya belajr smbil bermain

gitu kak, jadi dari dirinye anak lambat taun sesuai

usia dia pasti nnti ngerti sendiri “mah mau ngaji

mah” gitu. kalau saya orangnya santai kak, jadi

kaya ya ngikutin anak maunya gimana saya ga

8 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 9 Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid

TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

125

mau memaksakan anak jadi saya ikutin maunya

gimana gitu, soalnya anaknya males jadi saya ga

mau memksa anak si kak, jadi saya memperankan

ya seorang ibu yang dekat dan bercanda sama anak

kak, karena saya mau dari dia sendiri gitu, tetpa

saya arahin saya ajarin sama awasin gitu kak

sering hampir setiap saat karena kan saya di rumah

aja ya ga kemana-kemana dan kalau saya lagi ga

masak bercanda-canda aja sama anak, anak juga

karna lagi pandemic gini anak ga pernah maen

keluar jadi di halaman aja di teras maen bercanda

sama saya, keseringan ngobrol sama anak

ketimbang sama suami, hampir setiap saat ya tapi

kalu sama bapaknya itu sekeluarga lebih sering

abis isyaan pas shalat berjamaah”10

Dari data yang diatas bahwa komunikasi

interpersonal keluarga terjadi secara spontan dan tatap

muka, dan dilakukan bila mana orang tua menganggap

perlu untuk berkomunikasi, dan di jeslaskan lagi menurut

Barnlund yang di kutip Alo Liliweri ciri khas komunikasi

interpersonal yang membedakan dengan komunikasi

massa dan komunikai kelompok salah satunya adalah

terjadi secara langsung dan tatap muka.

Data lapangan juga mengungkapkan walaupun

terjadi secara langsung dan tatap muka, namun

kecendrungan untuk berkomunikasi adalah pada malam

hari (ba‟da isya). Adapun pesan komunikasi yang

disampaikan adalah pembinaan keislaman seperti shalat,

mengaji dan menjaga lingkungan di sekeliling rumah serta

10

Hasil Wawancara pribadi dengan Dede sebagai Orang Tua Murid TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

126

kegiatan-kegiatan sekolah maupun pergaulanya sehari-

hari.

Dari hasil wawancara dengan orang tua terlihat

bahwa apa yang sudah diterapkan oleh guru kepada

orangtua baik wawancara secara tatap muka sudah

terlaksana dengan baik komunikasi interpersonal antara

guru dengan orangtua terbukti dengan adanya wawancara

dengan orangtua tersebut dimana tetap mengingatkan anak

anaknya agar apa yang sudah didapat di TPA diulang lagi

dirumah sampai paham dan mengerti

Melihat dari ciri-ciri di atas sangat jelas dengan

berkomunikasi yang cendrung dua arah dan berlangsung

tatap muka, maka sang komunikator dapat melihat umpan

balik komunikan yang terjadi secara cepat. Dalam proses

menanamkan nilai-nilai islam yang terutama shalat lima

waktu dan menjaga semesta alam, pertama orang tua

membiasakan untuk menjalankan shalat tepat waktu

walaupun pengaruhnya masih belum sepenuhnya

dikatakan berhasil. Namun perubahan sedikity yang

terjadi pada anak sudah mewakili bahwa apa yang orang

tua tanamkan sudah dilaksanakan oleh anak. dan tidak

hanya mengingatkan saja tetapi orang tua juga ikut

mencontohkan dan mengajak anak untuk shalat bersama-

sama, dan secara perlahan anak akan memulai terbiasa.

Secara tidak langsung proses penanaman nilai-nilai

pembinaan keislaman pada anak akan berjalan dengan

sedirinya dan kemudian lambat laun anak akan mengerti

127

Karena orang tua memiliki peran yang cukup besar

dalam hal mendidik anak terlebih mereka sebagai contoh

dan panutan bagi anak-anak mereka. Dari sempel yang

penulis wawancarai ini masih banyak orang tua yang

kurang paham dalam pembinaan keislaman anak. mereka

tahu tapi tidak menyadari apa yang mereka ajarkan atau

tanamkan kepada anaknya seperti shalat lima waktu,

mengaji dan puasa. Orang tua senantiasai mengarahkan,

mengajarkan,mendidik dan mendukung anak-anaknya

dalam aktivitas terutama dalam bidang pendidikan untuk

meraih prestasi serta membimbing agar anaknya

m,menjadi anak- anak yang shaleh dan shalehah.

Terutama ibu, dari mulai mengandung harus selalu

menajag sifat emosi anak , berbicara yang santun dan

hangat di anjurkan untuk taat beribadah dan membaca Al-

Qur‟an. Memiliki anak-anak yang shaleh dan shalehah

adalah dambaan dari semua orang tua.karena ketika orang

tua meninggal amalannya tidak akan terputus kecuali amal

jariyah : ilmu yang bermafaat dan anak yang shaleh

shalehah.

Orang tua juga harus bisa menanamkan hal baik

pada diri anak sejak anak masih berusia balita. Sejak kecil

sudah ditanamkan ilmu agama insyallah ketika anak

beranjak dewasa ia akan menjadi pribadi yang baik dan

shaleh shalehah mengikuti ajaran syariat islam dalam

pembinaan keislaman.

128

Nah, Hubungan dengan penelitian ini, Nampak

bahwa komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah

mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain melalui

teknik komunikasi persuasi dan bisa mengatasi kendala

yang terjadi.

B. Faktor Kendala Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al- Ikhlas

Dalam pembinaan keislaman anak usia dini tentunya

orang tua merasakan beberapa kendala yang dihadipinya,

antara lain :

1. Sulit Memahami

Dalam tingkat kemampuan anak yang masih kurang

dalam menangkap apa yang di ajarkan oleh guru dan

orang tua nya, menjadi salah satu kendala yang dirasakan.

Dalam hal ini guru dan orang tua dituntut untuk lebih

sabar dan telaten dalam mendidik anak usia dini. Dengan

cara mengajarkan anak terus menerus dan di ulang-ulang

sampai anak paham karena anak usia dini ini anak yang

ingin selalu di pahami serta ingin selalu mencoba hal-hal

yang di katakana guru dan orang orang tua. Dan terutama

orang tua juga harus lebih semangat memiliki cara yang

menarik agar anak tidak bosan dan semangat dalam

belajarnya.

Menurut wawancara dari Ibu janunuarrianty

“Penting banget ya kak, karenakan untuk kebaikan

diri mereka sendiri biar tahu mana yang baik dan

yang bukan baik, karena aku jujur ya kak aku juga

129

masih belajar kak aku suka cari cari di googel apa

yang aku kurang tahu tentang pembinaan

keislaman, bagaimana caranya agar anak tidak

bosan dalam menerima pembelajaran, aku tuh kak

suka lihat gogel menyanyi ke islaman, sambil aku

kasih tahu kak, juga lihat lihat video bagaimana

cerita tentang nabi-nabi, tapi aku kak di batasi

melihat hpnya dan aku juga nemenin dianya

sambil mengarahkannya, pendidikan keislamankan

kak bagi saya penting banget apalagi kan

keinginan orangtua memiliki anak yang shaleh dan

shaleha”11

Peneliti sepaham dengan orangtua yakni salah satu

mengurangi kendala dan juga ketidak tahuan orangtua

dalam hal mendidik anaknya adalah dengan mencari

digogel baik dengan menonton video ataupun dengan

bernyanyi dengan tetap mengarahkan dan memberi

batasan agar mata anak tidak rusak.

2. Lingkungan yang kurang baik

Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang

tua dalam mendidik anak usia dini atau mengajarkan

anak. lingkungan yang kurang baik akan berdampak

buruk bagi perkembangan anak. dalam hal ini orang tua

harus bisa membentengi anak dengan ilmu agama yaitu

memasukan anak kesekolah sore yakni TPA. Agar anak

dapat mempraktekan hal yang baik sesuai dengan ajaran

islam dan menjauhkan hal yang buruk serta selalu

menyebarkan energi yang postif dan orang tua juga tidak

boleh lepas dari penjagaan anak, karena anak usia dini

11

Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua

Murid TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021

130

masih terus di awasi karena bagaimanapun orang tua

harus selalu disamping anaknya. Dan yang harus di

lakukan orang tua ialah membentengi anak dalam

melakukan hal-hal yang baik pada dirinya agar

kedepannya anak bisa lebih baik lagi.

3. Emosi yang belum stabil

Anak yang masih usia 4-8 tahun tingkat emosinya

masih belum stabil. mereka hanya ingin melakukan apa

yang mereka inginkan dan terkadang sangat sulit untuk

dilarang ataupun di atur. Ketika guru dan orang tua

hendak mengajarkan anaknya namun mereka tidak mau

sebaiknya jangan di paksa, karena sesuatu yang dipaksa

hasilnya tidak akan baik. Biarkan anak melakukan

kegiatan yang ia mau tugas guru dan orang tua hanya

mengawasi dan juga membimbing jalannya kegiatan

karena mereka masih ingin banyak bermain dari pada

belajar.

4. Asik dengan dunianya

Banyak orang tua yang mengeluh ketika anaknya

bermain gadget. Kebiasaan buruk ini tidak mudah untuk

di hilangkan, saat anak sudah terbiasa bermain handpone

ia akan lupa dengan segalanya, namun sebagai orang tua

harus bisa membagi waktu bagaimana cara agar anak

tidak terlalu asik dengan dunianya. Ketika di jam jam

yang tertentu anak harus bisa terbiasa dengan melepas

dunianya seperti di waktu shalat berjama‟ah, anak harus

bisa melepaskan handponenya. Karena ketika anak sudah

131

asik main dengan dunianya akan sulit untuk kedepannya

bila di larang. Sesuai wawancara dengan ustadzah

Amanah

“Banyak orangtua yang mengeluh bahwa anaknya

suka banget main gatget di handphone, dan kadang

suka susah dibilanginnya untuk berhenti bermain

handphone, terkadang mereka kalau diluar suka

berkelompok bermain handphone tidak seperti

dulu waktu kita masih kecil misalnya untuk

perempuan bermain congklak, bermain ciple,

bermain bola bekel, aku kak sering mengarahkan

pada orangtua agar untuk bermain handphone itu

dibatasi waktunya, misalkan kamu boleh main

handphone tapi kalau sudah mengerjakan

pekerjaan rumah misalnya kalau ada pekerjaan

dari sekolah dasarnya atau pekerjaan dari TPA,

tapi main handphonnya tidak boleh lebih dari satu

jam dalam sehari sambil diberi tahu apa akibatnya

bila kita terlalu sering sampai berjam – jam

melihat handphone salah satunya mata kita nanti

akan rusak, kitapun beri dia hukuman misalkan

bermain handphonenya lebih dari satu jam maka

untuk hari besoknya tidak boleh bermain

handphone, saya juga kak selalu bilang ke anak

didik bahwa main handphone itu tidak bagus akan

merusak mata kita, akan merusak otak kita, gitu

kak”12

Saya sangat setuju sekali dengan apa yang telah

diutarakan oleh ustadzhah Amanah, bahwa untuk

mengarahkan anak agar tidak terlalu banyak bermain

handphone perlu adanya kedisiplinan dan hukuman bagi

anak,hukuman disini walau berupa tidak boleh main

12

Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita

Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021

132

handphone bila melanggar itu sudah bagus, mengarahkan

tidak bermain handphone berlama lama.

5. Orang tua harus rajin mencontohkannya

Beberapa orang tua masih banyak kurang paham

dalam pembinaan keislaman sehingga orang tua lupa

mencontohkannya, namun tanpa sadar orang tua sudah

mencontoh kannya walaupun sedikit ada beberapa orang

tua menyoba untuk mencari tau hal yang baik dalam

pembinaan keislaman contohnya seperti mengajak anak

shalat berjamaah dan mengaji bersama serta bertukar

pikiran hal yang orang tua tidak tau dan anak memberi

tahu begitupun sebaliknya. Karena dengan mencontohkan

hal yang baik insyaallah anak akan selalu melakukan hal

yang baik dan menyebarkan energy positif kepada

lingkunganya.

133

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembahasan yang diangkat oleh penulis Model

Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam

Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid

AL-Ikhlas Rw 006 Johar Baru, Jakarta Pusat. Maka penulis

memberikan beberapa kesimpulan sebagai analisis data yang

telah penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang telah

dirumuskan dalam rumusan masalah. Demikian dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Model Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua

dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA

Pelita Masjid Al-Ikhlas Rw 006 Johar Baru, Jakarta Pusat,

komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan

orang tua yang terjadi berbentuk dari dengan adanya

keinginan berkomunikasi dan adanya tindakan yang sering

dilakukan pada acara pertemuan guru dan orang tua serta

dilakukan juga ketika orang tua menjemput anaknya di

TPA pada sore hari setelah jam pulang TPA. Komunikasi

interpersonal yang digunakan guru dengan anak dilakukan

ketika jam pengajaran berlangsung di TPA, dan

komunikasi orang tua dengan anak sering di lakukan pada

malam hari (ba‟da Isya). Adapun pesan komunikasi yang

disampaikan oleh komunikator (Orang tua dan Guru)

mengenai pembinaan keislaman, kegiatan-kegiatan di

134

sekolah serta pergaulan di masyarakat. Respon yang

didapat dari anak pun beragam terkadang anak banyak

bertanya, dan juga hanya mendengarkan apa yang guru

dan orang tua katakan. Tetapi tidak semua anak tidak

merespon apa yang terjalin antara komunikasi

interpersonal guru dengan anak didik, juga anak yang

memahami dan mempraktekkan apa yang telah diberikan

oleh guru kepada anak didik, juga adanya komunikasi

interpersonal orangtua kepada anak, anak meresponnya

dengan baik. Banyak anak yang mempraktekkan dengan

kepeduliannya terhadap lingkungan yaitu dengan mau

menyiram tanaman, dengan menyayangi binatang.Disini

terlihat benar benar bahwa TPA Pelita Masjid Al Ikhlas

dalam pendidikan dan pembibingan bukan hanya ke

akhirat saja tapi juga duniawi yang salah satunya adalah

bentuk kepeduliannya terhadap tanaman dan peternakan

dan lingkungan sekitarnya dengan adanya proses

komunikasi ini yang akan berlangsung secara terus

menerus dan berkelanjutan dengan demikian terjadilah

proses komunikasi dua arah anatar guru dengan orang tua,

orang tua dengan anak, dan guru dengan anak.

2. Faktor yang menghambat komunikasi interpersonal Guru

dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia

Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

a. Sulit Memahami

Dalam tingkat kemampuan anak yang masih

kurang dalam menangkap apa yang di ajarkan oleh

135

guru dan orang tua nya, menjadi salah satu kendala

yang dirasakan. Dalam hal ini guru dan orang tua

dituntut untuk lebih sabar dan telaten dalam mendidik

anak usia dini. Dengan cara mengajarkan anak terus

menerus dan di ulang-ulang sampai anak paham

karena anak usia dini ini anak yang ingin selalu di

pahami serta ingin selalu mencoba hal-hal yang di

katakana guru dan orang orang tua. Dan terutama

orang tua juga harus lebih semangat memiliki cara

yang menarik agar anak tidak bosan dan semangat

dalam belajarnya.

b. Lingkungan yang kurang baik

Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi

orang tua dalam mendidik anak usia dini atau

mengajarkan anak. lingkungan yang kurang baik akan

berdampak buruk bagi perkembangan anak. dalam hal

ini orang tua hatus bisa membentengi anak dengan

ilmu agama yaitu memasukan anak kesekolah sore

yakni TPA. Agar anak dapat mempraktekan hal yang

baik sesuai dengan ajaran islam dan menjauhkan hal

yang buruk serta selalu menyebarkan enegri yang

postif dan orang tua juga tidak boleh lepas dari

penjagaan anak, karena anak usia dini masih terus di

awasi karena bagaimanapun orang tua harus selalu

disamping anaknya. Dan yang harus di lakukan orang

tua ialah membentengi anak dalam melakukan hal-hal

136

yang baik pada dirinya agar kedepannya anak bisa

lebih baik lagi.

c. Emosi yang belom stabil

Anak yang masih usia 4-8 tahun tingkat

emosinya masih belum stabil. mereka hanya ingin

melakukan apa yang mereka inginkan dan terkadang

sangat sulit untuk dilarang ataupun di atur. Ketika

guru dan orang tua hendak mengajarkan anaknya

namun mereka tidak mau sebaiknya jangan di paksa,

karena sesuatu yang dipaksa hasilnya tidak akan baik.

Biarkan anak melakukan kegiatan yang ia mau tugas

guru dan orang tua hanya mengawasi dan juga

membimbing jalannya kegiatan karena mereka masih

ingin banyak bermain dari pada belajar.

d. Asik dengan dunianya

Banyak orang tua yang mengeluh ketika

anaknya bermain gadget. Kebiasaan buruk ini tidak

mudah untuk di hilangkan, saat anak sudah terbiasan

bermain handpone ia akan lupa dengan segalanya,

namun sebagai orang tua harus bisa membagi waktu

bagaimana cara agar anak tidak terlalu asik dengan

dunianya. Ketika di jam jam yang tertentu anak harus

bisa terbiasa dengan melepas dunianya soperti di jama

shalat anak harus bisa melepaskan handponenya.

Karena ketika anak sudah asik main dengan dunianya

akan sulit untuk kedepannya bila di larang.

e. Orang tua harus rajin mencontohkannya

137

Beberapa orang tua masih banyak kurang paham

dalam pembinaan keislaman sehingga orang tua lupa

mencontohkannya, namun tanpa sadar orang tua sudah

mencontoh kannya walaupun sedikit ada beberapa

orang tua menyoba untuk mencari tau hal yang baik

dalam pembinaan keislaman contohnya seperti

mengajak anak shalat berjamaah dan mengaji bersama

serta bertukar pikiran hal yang orang tua tidak tau dan

anak memberi tahu begitupun sebaliknya. Karena

dengan mencontohkan hal yang baik insyaallah anak

akan selalu melakukan hal yang baik dan

menyebarkan energy positif kepada lingkungannya.

B. Saran

1. Kepada guru harus lebih semangat lagi dalam menjalin

komunikasi yang baik dengan orang tua dan anak. serta

lebih sabar dalam mengajar anak-anak karena anak-anak

usia dini masih senangnya belajar dengan bermain maka

dari itu guru lebih krearif lagi dalam mencari cara model-

model dalam pengajaran agar anak didik tidak bosan

dalam proses pembelajaran di TPA, juga strategi apa yang

harus dilakukan oleh seorang guru agar anak tidak bosan.

2. Kepada orang tua harus lebih menyadari lagi pentingnya

pembinaan keislaman untuk anak usia dini dan tidak

hanyak mengajarkan gerakan-gerakannya namun juga

memberikan pemahaman pada anak pentingnya

pembinaan keislaman contohnya dalam shalat, puasa,

138

menjaga kebersihan diri dan kepeduliannya terhadap

lingkungan. Agar anak memiliki pengetahuan yang lebih

luas lagi tentang ilmu agama islam (pembinaan

keislaman).

Karena harapan orang tua dan guru tentunya ingin

memliki anak dan anak murid yang kelak besarnya menjadi

anak yang shaleh dan shalehah selalu berada di jalannya

Allah SWT menjalankan perintahnya dan menjauhkan

larangnyan amin amin yra. Sebab itu terutama orang tua

sudah seharusnya untuk menanamkan pembinaan keislaman

anak sejak anak mereka masih kecil atau dibilang masih usia

dini, karena anak usia dini dimana masa golden age masa

keemasan bagi anak.

139

DAFTAR PUSTAKA

Abadi Faroek Ghafiqi,2012. Peran Pendidikan Keluarga dalam

Pembentukkan Akhlak Anak dalam Keluarga

Pegawai,Jurnal Tadris, 7:2 (Surabaya, Desember).

Abdurahman,1994. Anak dalam Keluarga (Jakarta, Studi Press)

Ali Abdul Halim Mahmud,2000. Pendidikan Ruhani (Jakarta:

Gema Insani)

Arifin, Muzayyin. 2003 Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta,

Bumi Aksari)

Arifin, Tatang M. 2003 Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta:

Rajawali)

Arni Muhamad,2014. Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi

Aksara)

B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, 2017 Theories Of

Learning, (Jakarta: Kencana)

Bakir Yusuf Barnawi,1993 Pembinaan Kehidupan Beragama

Islam Pada Anak, (Semarang: Dina Utama)

Bungin, Burhan. 2008 Penelitian Kualitatif (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya)

Canggar, Hafied. 2014 Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada)

Claude Shannon dan Warren Weaver,1949 “The mathematical of

Communication”

Dahar, Ratna Wilis. 2011 Teori-teori Belajar dan Pembelajaran

(Jakarta: Erlangga)

Daradjat, Zakia. dkk,1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam ( Jakarta, Bumi Aksara)

Darajat, Zakiyah. 2014. Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta, Bumi

Aksari)

Dedy Mulyana & Rakhmat, Jalaludin,2000. Komunikasi Antar

Budaya, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

140

Departemen Agama RI,2009 Syamil Qur’an Al’Quran dan

Terjemahnya. (Jakarta,Syigma)

Departemen Pedidikan dan Kebudayaan,2002 Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai

Pustaka)

Effendi, Onong Uchjana. 1986 Dimensi-dimensi komunikasi

(Bandung :Alumni)

Effendi, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek (Bandung : PT. Remaja Rosdakary)

Fathurahman, M. 2016 “Agama dan Ego Orang Tua( Telah

Kritis atas Spntanitas Anak dalam Pendidikan

Keluarga), Jurnal Cendikia, 14;2, (ponorogo,

Desember )

Haya Binti Mubarok al-Barik,1998. Mausuh’ah al-mar’atul

Muslimah, terjeman Amir Hamzah “ Ensiklopedi

Wanita Muslimah” (Jakarta, Darul Falah)

Hefni, Harjani. Komunikasi Islam

Hidayat Dedy N.,2003 Paradigma dan Metodologi Penelitian

Sosial Empirik Kalasik, (Jakarta:Departemen Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Indonesia)

Judy C. Pearson &Suranto,2011. Komunikasi Interpersonal.

Kuswana, Wowo Snanryo. Biopsikologi Pembelajaran Perilaku

Lawrence A. Pervin, dkk Personality: 2010, Theory and Researe

(Jakarta: Kencana)

Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi Serba Ada Serba Makna

(Kencana)

Mahmud, Heri Gunawan,Yuyun Yulianingsih, Pendidikan

Agama Islam dalam Keluarga

Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif:buku sumber

tentang metode-metode baru, (Jakarta; Penerbit

Universitas Indonesia)

141

Moch, Basofi Soedirman,1995 Eksistensi Manusia dan Agama,

(Jakarta, Hamzah Milion).

Moloeng Lexy J. 2005, Metode Penelitian Kualitatif,

(Bandung:Rosdakarya)

Mulyana, Dedy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar,

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya)

Munawir Syadzali, UU kementrian agama LPTQ Tingkat

Nasional No 1 tahun 1991

Rakhmat, Jalaludin Rakhmat. 2005. Metode Penelitian

Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Riswadi, 2009.Ilmu Komunikasi

Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan Dalam Teori

dan Praktik.

Silfia, Hanani. 2017. Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta)

SOP TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Tahun Ajaran 2020-2021

Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media

Pratama)

Uno Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi

Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara)

Widjaya,H.A.W. 2000 Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta

:PT :Rineka Cipta)

Wiryanto,2004 Pengantar Ilmu Komunikasi Antarpribadi (Pt

Grasindo)

142

LAMPIRAN

143

144

145

146

147

148

149

Pedoman Observasi

1. Observasi terhapad proses komunikasi guru dan orang tua

dalam pembinaan keislaman anak usia dini dan faktor

kendala yang terjadi serta pra sarana yang ada di tpa pelita

Masjid Al-ikhlas rw 006 johar baru Jakarta pusat

Pedoman dokumentasi

1. Struktur organisasi TPA Pelita Masjdi Al-Ikhlas Rw 006

Johar Baru Jakarta Pusat

2. Data nama Guru dan Santri TPA Pelita Masjdi Al-Ikhlas

Rw 006 Johar Baru Jakarta Pusat

3. Foto kegiatan selama penelitian

Pedoman Interview

Untuk Guru

1. Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas dengan

anak usia dini ?

2. Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama

pengajaran di dalam kelas ?

3. Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi kendala

yang terjadi di dalam kelas ?

4. Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali

murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana

mengatasinya ?

5. Apakah orang tua murid banyak yang intens

berkomunikasi masalah perkembangan anaknya di

TPA ?

6. Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?

Untuk Orang Tua

1. Kesibukan apa sekarang ibu selama pandemic ini ?

2. Apa pekerjaan ibu saat ini ? dan apakah menganggu

komunikasi ibu dan anak ?

150

3. Seberapa sering ibu berkomunikasi dengan anak ? dan

pada waktu kapan biasanya ibu melakukan

komunikasi yang paling lama dengan anak ?

4. Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat

berkomunikasi dengan keluarga ?

5. Bagaiman peran ibu dalam mendidik pembinaan

keislaman anak ?

6. Seberapa penting anak belajar pembinaan keislaman

anak di usia dini ini ?

7. Dan bagaimana komunikasi ibu dengan guru di TPA ?

apa berjalan denganlancar atau ada kendala ?

8. Apakah ibu sering mennayakan perkembangan anak

ibu di TPA ?

9. Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk

menambah wawasan dalam pembinaan keislaman dan

apakah dirumah ibu terapkan kembali ?

10. Setelah ibu menterapkan dan mamasukan anak ke

TPA adakah pengaruh pada diri anak ibu dalam

kesehariannya ?

11. Kendala apa saja yang ibu hadapi selama dalam

pembinaan keislaman anak di rumah ?

12. Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang ada ?

Untuk Anak

1. Siapa nama kamu adik kecil ?

2. Berpa usia adik ?

3. Aktivitas apa saja yang kamu lakukan sehari-hari ?

4. Pelajaran apa yang kamu suka selama belajr di TPA ?

5. Aku boleh denger kamu ngaji atau hafalan doa nya ?

6. apakah dirumah orang tua sering mengajarkan

pembinaan keislaman ? atau mengulang pelajaran di

TPA ? seperti shalat, mengaji, atau kisah-kisah nabi

pengetahuan tentang agama islam ?

7. bagaimana komunikasi adik dengan orang tua ?

151

Daftar Sampel

1. Fadil Permata Usia 4 Tahun 8 Bulan

2. Riski Ardiansya Nasution Usia 6 Tahun

3. Riza Bagus Ramadhan Usia 7 Tahun

4. Nadira Malika Tamrin Usia 8 Tahun

152

DOKUMENTASI

Dokumentasi pada saat Penyelesaian Penelitian Model

Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan

Keislaman Anak Usia Dini bersama Ibu Hj. Dra. Umi Nihayah,

MM. selaku kepala sekolah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

Dokumentasi pada saat wawancara tentang sejarah berdirinya

TPA Pelita Masjid dan Model Komunikasi Interpersonal Guru

dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini

Bersama Ustad Wirman, tanggal 18 Juni 2021, di Masjdi Al-

Ikhlas

153

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ustadzah Aqilatus Salihah, tanggal 19

Juni 2021, di rumah ustdzah AqilatusSalihah

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ustadzah Amanah, tanggal 19 Juni

2021, di Rumah Ustdzah Amanah

154

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ibunda Dede, tanggal 21 Juni 2021, di

Rumah Ibunda Dede

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ibunda Yatinah, tanggal 20 Juni 2021,

di Rumah Ibunda Yatinah

155

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ibunda Euis Atika, tanggal 19 Juni

2021, di Rumah Ibunda Euis Atika

Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini Bersama Ibunda Januarriaty, tanggal 19 Juni

2021, di Rumah Ibunda Januarriaty

156

Kegiatan peduli lingkungan, menyiram dan memetik sayur-

sayuran yang sudah panen di Kebun Kubah, lantai 3 TPA

Pelita bersama anak-anak TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas pada

hari jum’at tanggal 01 bulan mei 2021

Kegiatan Peduli Lingkungan menyiram dan

memperkenalkan tanam-tanaman kepada anak usia dini

kelas A di Taman TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, pada tanggal

18 juni 2021

157

Kegiatan peduli lingkungan, menyiram dan memetik sayur-

sayuran yang sudah panen di taman TPA Pelita bersama

anak-anak TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas pada hari sabtu

tanggal 10 bulan juni 2021

Kegiatan peduli lingkungan, mengajarkan cara bertanam di

TPA Pelita Masjid Al-ikhlas

158

Kegiatan peduli lingkungan menjaga kebersihan lingkungan

di TPA Pelita dan Taman TPA Pelita serta menjarkan

menjaga kebersihan penghijauan di lingkungan pada hari

minggu, tanggal 5 september 2021

Kegiatan Praktek Shalat kelas anak usia dini pada hari

jum’at tanggal 3 september 2021

159

Beberapa kelas di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru

Jakarta Pusat

160

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 1

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Pendiri TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas

(Ustad Wirman )

Tanggal Wawancara : 18 Juni 2021

Tempat dan Waktu : TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, 13.40 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Pada Tahun Berapa TPA ini Berdiri dan

ceritakan asal mula berdirinya ?

Informan : Berdiri pada tahun 2017, asalmula berdirinya

saya sendiri yang mendirikan TPA ini kebetulan

saya ketua DKM Masjid Al-Ikhlas bermula TPA

ini berisi santri anak yatim piatu yang berusia

dari 4 tahun sampai 12 tahun, dan bermula saya

merasa sebagai bentuk tanggung jawab karena

selama ini di khususnya di wilaya rw 006 ini

161

yang beragam isinya dan rata-rata banyak yang

kurang paham dengan nilai-nilai agama islam

khususnya dalam pembinaan keislaman anak,

apalagi dengan anak yatim piatu namun saya

mengundang anak yatim piatu untuk belajar di

TPA ini bermula 21 santri, saya menyebutnya

santri namun berjalan 3 bulan banyak orang tua

yang tertarik dan ingin menyekolahkan anaknya

di TPA ini untuk sekolah sore dan penambahan

ilmu agama karena banyak orang tua yang

kurang paham dan dalam 3 bulan ini langsung

membeludak hampir puluhan anak, ya saya

keteter dan akhirnya saya berdiskusi dan

mengajak ibu-ibu ta‟lim untuk mnegajar di TPA

bermula dari 3 guru namun akhirnya karena

banyak yang daftar juga jadi nambah guru dan

kita buat kurikum perkelas sesuai dengan usia

anak. dan di sah kan oleh mentri agama jatuh

pada tanggal …. Tahun 2017 dan berjalan sampai

saaat ini.

Disini kenapa saya bilang sebagai bentuk

tanggung jawab karena kita manusia memiliki

tanggung jawab dalam nilai agama dan nilai

pengetahuan alam. Jadi disini saya juga

mengajrkan anak-anak dua hal yaitu duniawi dan

akhirat. Bagaimana kita tetap beriman kepada

allah dan menjalankan perintah allah serta

meninggalkan larangan allah, dan menjaga dunia

ini agar tetap indah seperti semestinya. Karena

banyak di luar orang yang paham agama namun

tidakpaham untuk menjaga dan menjalankannya.

Di dalam alquran juga sudah di jelaskan bahwa

kita manusia orang terpercaya allah untuk

nengurus dunia.

162

Peneliti : Bagaimana proses komunikasi ustad dengan

kepala sekolah dan guru-guru di TPA Pelita?

apakah ada kendala dalam berkomunikasi ? dan

bagaimana mengatasi kendala tersebut ?

Informan : Alhamdulillah kita mengadakan rapat dan evalusi

serta pembelajaran untuk materi kedepanya itu

sebulan sekali pertemuan antar guru dan kepala

sekolah, dan selama pandemi ini karena kepala

sekolah kita juga rumahnya jauh dan jarang ada

di sini jadi saya dan guru-guru yang lain

menghendel ini semua, Alhamdulillah juga

komunikasi kami lancar, kendalanya mungkin

karena pandemic ya sekarang jadi kita juga

jarang bertemu dan TPA juga kan bukanya ga

setiap hari seperti biasa jadi kadang ada liburnya

kadang masuk, kadang kita melalui grup

WhatsApp. Terakhir kita bertemu itu saat bulan

puasa bu Hj Umi Kepala sekolah kita

mengadakan buka bersama dan sekaligus rapat

untuk kegiatan kedepannya selama pandemic ini

namun ya karena waktu yang singkat kita juga

harus melaksakan shalat tarawih jadi kita

melajutkannya di Grup WhatApp setelah tarawih.

Untuk miskomunikasi Alhamdulillah tidak ada.

Peneliti : Bagaimana Komunikasi para guru-guru dengan

wali murid untuk perkembangan anaknya di TPA

?dan apakah ada kendala dalam komunikasi ustad

dan ustdzah ?serta bagimana mengatasinya ?

Informan : Komunikasi kita sebagai guru ya di TPA dengan

orang tua santri masih dibilang 80% berjalan

dengan baik. 20% berkendala yang dikarnakan

kesibukan orang tua, seperti yang tadi saya bilang

ada beberapa orang tua yang hanya menitipkan

anaknya dan jarang hadir di pertemuan, dan

163

mengatar anaknya pun juga jarang, ya saya

maklumin ya namanya mempunyai kesibukan

masing-masing, namun saya juga tetap

bertanggung jawab atas kewajiban saya

mengajar, mendidik anak yang di titipkan orang

tuanya namun saya tetap berkomunikasi

mengirim surat untuk orangtua nya memberi tau

perkembangan anaknya di TPA.

Peneliti : Bagaimana Komunikasi Interpersonal bapak

dengan anak-anak di TPA ?

Informan : Alhamdulillah komunikasi sampai saat ini saya

salah satu orang terdekat sama anak-anak bisa di

bilang seperti sudah bapaknya mereka, dan

komunikasi kami pun sangat lancar, namun kan

banyak ya anak-anaknya dan beragam sifatnya,

ada yang bandel dan ada yang pendiam namun

bagaimana cara kita mendekatkannya , saya

selalu melakukan komunikasi berdua terkadang

bersamaan juga saya kasih nasehat, bagi saya

berantem untuk anak laki-lai wajar namun

bagaimana cara kita mengatasi agar tidak terjadi

lagi bahwa berantem ini tidak baik, kita biarkan

saja dulu mereka bertengkar untuk di jadikan

pengalaman bagi saya itu untuk melatih

emosianal dalam diri mereka. Nah setelah itu kita

kasih pencerahan, jangan anak bandel kita omelin

kita jauhin atau bahkan kita tidak sapa, tapi kita

dekatkan kita ajak berkomunikasi baik-baik nanti

perlahan anak akan mengerti dan paham oh ini

baik, oh ini buruk nanti akan terekam dengan

sendirinya, apalagi msih masa-masa golden

agenya ya, saya akuin anak di kelas dasar ini

memang masa anak-anak yang suka bermain jadi

kita tetep harus bisa berkomunikasi yang mereka

164

suka. Jika kamu ingin bisa dalam satu hal, maka

tirulah apa yang sudah dilakukan orang lain Jadi

jika kita ingin mengkualitaskan santri kita, kita

harus bisa menjalankan tugas dan amanah kita

dengan sebaik-baiknya agar hasilnya bagus, kita

sebagai guru ingin memiliki santri yang melebihi

dari gurunya itu sudah pasti jadi bagaimana anak

sekecil ini harus bisa mengatasi hal-hal tersebut

harus bisa memecahkan dan mengasa agar

kecerdasannya tetap terus bertambah dan akan

selalu teringat oleh si anak ini. Jadi dalam

pengayaan anak itu kita dekatkan dengan hal

yang mereka sukai. Disini guru harus lebih

kreatif

Peneliti : Cara mengatasi yang sperti tadi ustd bilang anak-

anak yang bisa dikatakan bandel atau kurang baik

itu bagaimana ustad?

Informan : Nah jadi gini anak tidak ada yang bandel kak, hal

berantam itu wajar bagi seusia mereka, namun

kita bagaimana cara menanamkan kebaikan

kepada diri si anak ini. Seperti efek domino kalau

kita pengen anak kita baik itu kuncinya hanya

satu menciptakan suasana yang nyaman. Jadi

anak dengan guru deket ga takut walaupun dia

berkali-kali melakukan kesalahan tapi guru ini

sabar nanti akan terekam oleh anak dan dia akan

dikit demi sedikit mengurangi kenakalannya. Jadi

jika kita ingin mengkualitaskan santri kita, kita

harus bisa menjalankan tugas dan amanah kita

dengan sebaik-baiknya agar hasilnya bagus, kita

sebagai guru ingin memiliki santri yang melebihi

dari gurunya itu sudah pasti jadi bagaimana anak

sekecil ini harus bisa mengatasi hal-hal tersebut

harus bisa memecahkan dan mengasa agar

165

kecerdasannya tetap terus bertambah dan akan

selalu teringat oleh si anak ini. Jadi dalam

pengayaan anak itu kita dekatkan dengan hal

yang mereka sukai.

Peneliti : seperti visi dan misi bapak dengan diadakannya

materi tambahan dalam kepedulian terhadap

lingkungan dan mengaplikasikannya itu

bagaimana ya pak ?

Informan : ya bagaimana caranya mewujudkan visi misi

yang bisa mewujudkan anak mencintai Al

Qur‟an, bagaimana kita mengenal Allah dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,

kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan

spiritual. Bagaimana kita peduli pada lingkungan

yakni pada hari hari Senin – Jum‟at pembelajaran

pendalaman dan pembinaan ke Islaman sedang

pada hari Sabtu dan Minggu untuk praktek

menanam sayuran, beternak ikan lele, serta

berternak ayam, awalnya mendidik anak untuk

menyiram tanaman, memperkenalkan berbagai

macam tumbuhan yang ada disekitar lingkungan

TPA,memberi makan ternak, pada intinya

mendidik anak menyayangi dan mencintai

lingkungan alam semesta. Kalau kita ingin

mempunyai anak yang baik kuncinya adalah

menciptakan suasana yang nyaman dimana

interaksi antara guru dan anak didik benar-benar

merasa aman dan nyaman. Dan saya membagi –

bagikan bibit tanaman kangkung dengan maksud

anak mencoba menanamnya, merawatnya dengan

menyiraminya dan mengatakan kepada anak-

anak bahwa tanaman itu juga butuh makanan

agar tumbuh, makanan dari tumbuhan itu selain

166

pupuk ya harus disiram setiap harinya, dan anak-

anakpun senang banget.

167

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 2

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Wali Kelas Anak Usia Dini Kelas

Dasar (Ustadzah Aqilatus Shalihah)

Tanggal Wawancara : 19 Juni 2021

Tempat dan Waktu : Rumah Ustdzah Aqilatus Shaliha,

15.25 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas

dengan anak usia dini ?

Informan : dalam proses pembelajaran kita menggunakan

kurikulum dari TPA tapi kadang kita mengikuti

kemauan anak ya jadi kaya pertama namanya

anak usia dini ingin selalu serba tahu hal yang

baru jadi kadang anak bosen cara menjelaskan

atau cara kita mengajarnya dan ingin mencoba

hal yang baru dan menantang gitu jadi misalnya

kan saya biasanya enulis di papan tulis huruf

hijaiyah, nah anak-anak ingin di dikte jadi kita

bacain mereka yang nulis di buku saya awalnya

168

takut mereka ga bisa atau lupa tulisnya yak an

namanya masih anak-anak usia 4-8 tahunan kan

ya di kelas saya tapi mereka pinter-pinter.

Peneliti : Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama

pengajaran di dalam kelas ?

Informan : namanya juga anak-anak usia dini yah, paling ga

bisa diem ya suka isengin temen-temenya, suka

bercanda ga bisa diem jalan-jalan sana sini ya

namanya juga anak usia dini gitu apalagi kalu

udah bosen belajar mulai deh rame di kelas gitu

kak, jadi kita kadang juga ke wayahan tapi kita

ambil model yang bikin anak-anak tertarik dan

fokus buat belajar. Saya mah wajrin ya karna

anak-anak usia dini ini anak dimana suka

bermain gitu dan kadang ada anak yang diem aja

gitu kak. Jadikita juga ada pendekatan ngajak

seperti temen gitu kak

Peneliti : Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi

kendala yang terjadi di dalam kelas ?

Informan : yah kita harus selalu tau jiwa anak, karena anak

usia dini ini nggak bisa ditekankan, karena

tingkat kepintaran dan kecerdasannya berbeda-

beda ada yang tanggap ada yang sedang ada yang

kurang jadi saya juga nggak bisa nuntut anak-

anak ini, jadi saya mengajarkannya harus dari

yang kecil dulu ya seperti yang garis besarnya

saja gitu yaa, misalkan masuk kekamar mandi,

tata cara wudhu teknikny gitu, jadi sedikit-sedikit

saja gitu karenakan ini TPA yang sifatnya sosial

jadi kita satu metode pembelajaran ya satu

metode pembelajan untuk satu kelas ini, jadi saya

kadang nanya “anak-anak ibu mau

nanya,sekarang mau belajar apa ? “ dan teryata

anak-anak ini lebih suka pengetahuan kisah-kisah

nabi, nah jadi kita di tuntut nih untuk belajar lagi

pengetahuan tentang sahabat-sahabat nabi seputar

pengetahuan islam jadi kita di tuntut lagi untuk

169

belajar. Dan anak juga suka dikte iqro arab surat-

surat pendek, jadi kita cari model yang

menantang anak-anak gitu. Dan kita juga sering-

sering komunikasi sama anak karena kan anak-

anak usia dini ini super super dah ya gitu, jadi

saya menganggap nya temen gitu agar anak tidak

terlalu takut juga sama kita biar anak nyaman

juga kekita gitu kak.

Peneliti : Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali

murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana

mengatasinya ?

Informan : kurang terlalu besar ya, komunikasi paling ya

yang orang tuanya respect nanyai perkembangan

anaknya gitu, karena kadang orang tua cuman

nitipin anaknya aja gitu disini, kendala mah ya

banyak ya kadang kalua kita kasih surat undgan

rapat gitu ya orang tua sedikit lah yang datang

gitu jadi kadang lebih banyak yang personal ya

nanya gitu berdua gitu aja si kak, dan kita juga

untuk lebih dapat menyampaikan perkembangan

anak didik kita guru selain orangtua menanyakan

perkembangannya pada saat istirahat ataupun

dijalan namun juga sudah terjadwal sebulan

sekali diadakannya pertemuan dengan orangtua

untuk mengurangi kendala yang terjadi kak.

Peneliti : Apakah orang tua murid banyak yang intens

berkomunikasi masalah perkembangan anaknya

di TPA ?

Informan : kalu saya bilang di kelas saya ya 70% yang

intens menanyakan perkembangan anaknya, 30

% cuek sama anak kaya hanya sekedar

menitipkan anak saja di TPA gitu, dan orang tua

yang respek/lebih aktif ya berkomunikasi

menanyakan anaknya seperti “ustdzah lia

bagaimana perkembangan anak saya” dan saya

menjawab menjeskan perkembangan anaknya,

agar orang tua juga tetap tau kondisi

170

perkembangan anaknya di TPA. Terkadang juga

ada orang tua ngejemput anaknya sekalian

ketemu sama saya ngobrol mengenai anaknya

dan aling tukar pikiran bagaimana kelanjutannya

dan lain- seperti itu, jada orangtua dan guru kita

senerji untuk mendidik anak dalam pembinaan

keislaman ini seperti misalkan shlat, puasa, zakat,

belajar sabar belajar mendajadi orang yang peka

akan lingkungannya seperti itu, jadi beberapa

orang tua intens sharing sama saya dan beberapa

orang tua cuek namun saya tetap melaporkan

keadaan anak karena kan kewajiban kita sebagai

guru wali kelas apa lagi kelas saya kelas anak-

anak kecil yang memang butuh pengawasan

ketat. Mungkin ya karna kendala mereka kerja

dan kadang anaknya juga di titipin ke tetangga ya

saya sebagai guru maklumin saja karena mereka

punya kesibukan dan kita juga tidak tau di rumah

orang tua dengan anak seperti apa gitu.

Peneliti : Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?

Informan : nah di kelas saya ini usianya cimit-cimit ya dari 4

tahun sampai dengan 8 tahun, tapi ada juga yang

8 tahun di kelas B itu kalau dia benar-benar

sudah lancar dan benar-sudah perkembanganya

cukup gitu untuk di naikan kekelas.

Peneliti : mengenai tambahan materi di hari sabtu dan

mingguu respon anak-anak bagaimna ya bu ?

Informan : Respon anak-anak sangat baik kak,karena anak-

anak sangat senang dengan adanya tambahan

materi yang di liar dari dalam kelas jadi mereka

bisa berkeliling tidak hanya di dalam kelas aja

kak, dan karena Anak – anak juga suka sekali

kalau hari Minggu mereka datang dan dapat

bimbingan dari Ustadz Wirman, mereka senang

kalau ngasih makan ayam – ayam tapi ada juga

anak yang takut, dia nggak mau ngasih makan

karena takut, mereka kalau hari Senin pada

171

bercerita , bu guru aku kemaren ngasih makanan

buat ayam, kata pak Wirman ayam juga butuh

makan dan minum, kalau ikan dikasih

makanannya doang bu, cerita anak-anak

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 3

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Wali Kelas Anak Usia Dini Kelas Dasar

(Ustadzah Amanah)

Tanggal Wawancara : 19 Juni 2021

Tempat dan Waktu : Rumah Ustdzah Amanah, 17.15 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas

dengan anak usia dini ?

Informan : Alhamdulillah proses pengajaran lancar dan saya

juga ngikutin kurikulum TPA seperti membaca

iqro, praktek shalat, etika dan moral ya akhlakul

karimah, tata cara salat, baca iqro 2 lembar,

bercerita kisah sahabat nabi, sambung ayat surat

pendek, imla ejaan arab.

172

Peneliti : Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama

pengajaran di dalam kelas ?

Informan : ya namanya jga anak-anak kecil ya kak,

kendalnya banyak kak kaya anak-anak cepet

bosen jadi kadang mereka maen mundar mandir

gitu, berantem isengintemenya ada juga ya diem

gitu kak kalau saya bilang wajar jadi saya juga ga

terlalu marah kalu di dalamkelas berisik atau

gimana paling saya langsung ngambil cela agar

anak-anak langsung fokus dan tertuju kedepan

gitu kak.

Peneliti : Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi

kendala yang terjadi di dalam kelas ?

Informan : karenakan ini TPA yang sifatnya sosial jadi jadi

saya dan bu lia suka nanya “anak-anak ibu mau

nanya,hari ini mau belajar apa ? “ dan teryata

anak-anak ini kebanyakan suka pengetahuan

kisah-kisah sahabat nabi seputar pengetahuan

islam jadi kita belajar untuk nyiapin tentang

pengetahuan kisah sahabat nabi. Dan anak juga

suka dikte iqro, surat-surat pendek kak, Dan saya

sama bu lia juga sering-sering komunikasi sama

anak karena kan anak-anak usia dini ini lagi

masanya dia bermain jadi kita pake pendekatan

kearaban seperti teman kita bikin anak-anak

nyaman sama kita gar bisa terbuka juga sama kita

dan mereka belajarnya juga nyaman gitu kak.

Peneliti : Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali

murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana

mengatasinya ?

Informan : kalau berkomunikasi sama orang tua kita sering

tapi itu kalau ada rapat tertentu dan pembagian

kenaikan ke tahap keberikutnya kali ya kak

karena 70%nan orang tua jarang hadir gitu kak

jadi kadang kami komunikasi sama orang tua ya

setelah kelas selasai itu juga dengan orang tua

173

yang intens ya datang dan menjemput anaknya

serta menanyakan perkembangan anaknya.

Peneliti : Apakah orang tua murid banyak yang intens

berkomunikasi masalah perkembangan anaknya

di TPA ?

Informan : seperti yang tadi saya bilang 70% yang intens

menanyakan perkembangan anaknya, 30 % cuek

sama anak kaya hanya sekedar menitipkan anak

saja di TPA gitu, dan banyak juga orang tua yang

kalu saya ketemu di jalan orang tua menyapa dan

sambil menanyakan perkembangan anaknya di

TPA dan juga ada orang tua yang curhat untuk

mendidik anaknya dirumah bagaimana dan saya

kasih tau saya jelaskan karena anak usia dini

yang saya ajarkan ini Alhamdulillah tingkat

kecerdasanya sangat bagus dan cepat menangkap

jadi saya arahin juga ke orang tua untuk tetap di

ulang di rumah apa saja yang di pelajarkan di

TPA jadi kita juga orang tua dan guru ada timbal

balik saling tukar pikiran dalam meningkatkan

pembinaan keislaman anak kak.

Peneliti : Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?

Informan : dari usia 4 tahun sampai dengan 8 tahun kak tapi

kadang ada yang masih usia 3 tahun ikut kakanya

kekelas gtu kak

Peneliti : jadi model komunikasi interpersonal ibu ?

Informan : Model Komunikasi interpersonal saya ke anak

seperti temen jadi kita tidak membatasi,

karenakan ya mereka ini kan anak-anak masih di

bawa umur ya jatohnya masih perlu arahan dari

kita jadi kita juga tidak tertlalu yang

mengaharuskan mereka mengikuti saya, jadi saya

juga memeberikan mereka kebebasan ingin

belajar apa hari ini dan mereka ingin hafalan ya

saya kasih hafalan atau mereka ingin bercerita

kisah-kisah nabi saya ceritakan habis itu nih

174

mereka selalu ingin ditanya setelah saya bercerita

mereka ngin ditanya jadi saya tanyakan kembali

dan mereka mengingatnya apa yang saya

ceritakan, dan mereka juga suka kalaukita

mengulang-ulang bacaan shalat dari awal sampe

akhir dan wudhu Alhamdulillah mereka dengan

usianya yang sangat kecil sudah lancar dalam

membaca surat_surat untuk shalat dan wudhu,

dan kalau di hari jumat kanbiasanya kita praktek

shalat nah mereka pada senang dan benar-benar

menjaga rapi saat mereka shalat memperdekatkan

diri ke allah tanpa saya arahin lagi, disini lah

tingkat kecerdasan anak yang saya katakan tadi,

karena kan kebanyak dari mereka ini rang tuanya

yang kurang paham dengan agama tapi anak-

anak ini sangat ingin mempelajari dan ingin tahu.

175

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 4

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Ibu Dede A (Ibunda Fadil)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Wawancara : 21 Juni 2021

Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Dede A, 16.20 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi

?

Informan : di rumah aja begini, ngajarin sekolah abangnya

senin-jum‟at,masak, ngobrol bercanda sama

anak, jarang keluar keluar paling ke warung, ke

pasar.

Peneliti : Apa Pekerjaan ibu saat ini ? dan apakah

menganggu komunikasi ibu dengan anak dan

keluarga ?

Informan : Saya bantu-bantu suami saya ngurus warga apa

lagi lagi pandemic gini ya, ngedata setiap

bulannya perkembangan di RT, engak

ngenaggung karnakan saya juga ngerjainnya

176

dirumah dan ketemu mulu sama anak bercanda

ngobrol sama anak.

Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak

? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan

komunikasi dengan anak ?

Informan : Sering hampir setiap saat karena kan saya di

rumah aja ya ga kemana-kemana dan kalau saya

lagi ga masak bercanda-canda aja sama anak,

anak juga karna lagi pandemic gini anak ga

pernah maen keluar jadi di halaman aja di teras

maen bercanda sama saya, keseringan ngobrol

sama anak ketimbang sama suami, hampir setiap

saat ya tapi kalu sama bapaknya itu sekeluarga

lebih sering abis isyaan pas shalat berjamaah.

Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat

berkomunikasi dengan keluarga dalam

pembinaan keislamannya ?

Informan : banyak sih, palingan ngaji kan di kamar pasang

huruf hijaiyah kadang saya suka nanya ini apaan

de gitu mengasa keingetan anak, kalau abangnya

kan udah bisa, terus sama kaya doa makan,

setelah makan, mau tidur ,bangun tidur gitu aja,

baru bisa kaya gitu aja sih, nah untuk shlatnya

shalat tapi karna anak kecil paling shalatnya dua

rakaat “udeh mah” tapi kanyang penting dia

denger azan mau wudhu gitu, soalnya saya juga

ga mau maksa jadi semaunya dia.

Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajr pembinaan

keislaman di usia dini ini ?

Informan : sangat penting lah, kan buat bekal anak, bekal

kita juga, jadi biar bisa di tanamkan dari sejak

dini, soalnya anaknya cepet tangkep kak, kaya

bahasa inggris aja nih dia bisa kak pinter cepet

hapalannya, doa-doa juga gitu kak.

Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak?

177

Informan : kalau saya orangnya santai kak, jadi kaya ya

ngikutin anak maunya gimana saya ga mau

memaksakan anak jadi saya ikutin maunya

gimana gitu, soalnya anaknya males jadi saya ga

mau memksa anak si kak, jadi saya

memperankan ya seorang ibu yang dekat dan

bercanda sama anak kak, karena saya mau dari

dia sendiri gitu, tetpa saya arahin saya ajarin

sama awasin gitu kak.

Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk

menambah wawasan dalam pembinaan keislaman

dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ?

Informan : jujur saya orangnya jarang banget gitu ya nanya-

nanya gitu jadi kadang kalu anak pulang dari

TPA ya paling saya mandiin kasih makan siap-

siap shalat magrib terus kadang juga palingan

saya ajarin ngaji lagi saya ajarin baca doa-doa

pendek terus sama iqro juga kak ya sedikit-

sedikit kak soalnya kan anaknya seusia gini jadi

rada susah juga kak, di terpakan selalu kak,

namanya ibu kan ya.

Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan

guru dalam perkembangan anak usia dini ?

Informan : jarang saya ya, saya juga jarang nganter anak

terus saya juga jarang keluar juga kak, paling

kalau komunikasi sama guru TPA ngobrolin

pembayaran dan masalh baju sama kalu ada anak

yang gede isengin dia gitu si kak saya mah.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yan

terjadi ?

Informan : ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya

saya nanya nih “de mau ngaji ga ? kalu dia jawab

“mau” ya saya siapin tuh kalu anak jawab “engak

dh mah” ya saya ga siapin maen aja gini di

rumah, gabisa di paksain soalnya takutnya kalu di

paksain bukannya pinter malah gimana gitu,

178

apalagi masih anak sekecil gini kan masih mau

nya maen jadi saya kadang ngambil celanya

belajr smbil bermain gitu kak, jadi dari dirinye

anak lambat taun sesuai usia dia pasti nnti ngerti

sendiri “mah mau ngaji mah” gitu. Jadi semaunya

aja.

179

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Fadil Permata

Usia : 5 tahun

Hasil Wawancara

Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?

Informan : Fadil Permata

Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?

Informan : Lima Tahun (5 Tahun)

Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?

Informan : maen, nonton tv, bantuin mama lepasin baju

(gantungan baju)

Peneliti : Pelajaran apa yang fadil suka selama belajar di

TPA ?

Informan : Baca Iqro

Peneliti : kakak boleh denger fadil baca doa makan ?

Informan : (membaca doa makan )

180

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 5

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Ibu Yatinah (Ibunda Rizki)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Wawancara : 20 Juni 2021

Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Yatinah, 13.15 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi

?

Informan : ibu rumah tangga, ngurus-ngurus rumah anak

suami. Tapi bapaknya ngegojek kak

Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak

? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan

komunikasi dengan anak ?

Informan : Sering hampir setiap saat ya kak, karenakan kita

ketemu terus, apa lagi iki ini jarang keluar dia

paling males keluar jadi ya lebih sering dirumah

181

kak, paling kalungbrol lama ya sama bapaknya

juga ya malem abis isyaan lah kak pas makan

malem barsama.

Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat

berkomunikasi dengan keluarga dalam

pembinaan keislamannya ?

Informan : saya sering ngajarin dia itu panjang pendek

bacaan surat di jus‟ama kak, karenakan untuk

shlata ya jadi saya benarkan, terus kadang juga

iki suka minta di ceritain kisah nabi kak, banyak

kak kadang ibu juga suka ngasih nasehat baik

buat iki jadi ya sewajarnya seorang ibu ka

Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar

pembinaan keislaman di usia dini ini ?

Informan : penting banget kak, apa lagi keluarga saya ini

kan emang agamanya kuat banget ya sering ikut

pengajian juga dimana-mana jadi bagi saya naka

wajib dan harus paham nilai-nilai agama islam

dari hal kecil atau hal besar kak karenakan

tanggung jawab kita juga ya sebagi orang tua dan

nnti juga untuk belak dia di masa depan juga kak

jadi bagi saya sangat penting mempelajarin

pembinaan keislaman apa lagi pembinaan

keislamn ini tidak hanya al-qur‟an tetapi semua

yag tertara di dalam al-qur‟am tentang mahluk

hidup menjaga lingkungan dan lain-lainnya yang

termasuk kedalam kehidupan sehari-hari kita kak.

Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam

pembinaan keislaman?

Informan : saya soal agama nomor 1 kak, saya pasti selalu

memantau dan mengajak anak untuk belajar dan

belajar gitu kak dan sewajarnya seorang ibu

mendidik anaknya untuk kebaikan anak kita

sendiri.

182

Peneliti : Apakah ada kendala? Dan Bagaimana cara ibu

mengatasi kendala yang terjadi ?

Informan : ya Alhamdulillah ya anak-anak saya pada nurut

jadi tidakada kendala paling saya kalau saya lagi

ada kegiatan di luar ya anak tidak terpantau

kadang anak saya titipin ke kaka saya yang di

gang tiga dekat rumah kak lusi

Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk

menambah wawasan dalam pembinaan keislaman

dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan

apakah berpengaruh bagi anak ?

Informan : saya selalu terapkan dan evalusi agar anak tidak

lupa dan selalu ingat pelakarannya apa gitu kak,

kadang juga say tidak mau memaksa jadi saya

ambiljeda juga untuk anak agar nak tidak merasa

tertekan jadi saya kaya temen aja gitu kak sama

anak nanyanya juga biasa aja sambil bercanda

gitu merefres otak anak juga.

Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan

guru dalam perkembangan anak usia dini ?

Informan : sering karena saya orangnya juga pengen tau

perkembangan anak saya dan bener ga anak

sayaini ikut pelajaran dengan baik gitu kak dan

suka berkomunikasi minta arahannya juga

karenakan anak saya ini pendiam dan lebih suka

menyendiri gitu jadi kadan saya juga suka minta

masukan sama bu amanah dan bu lia kak.

183

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Rizki Ardiansya Nasution

Usia : 6 Tahun

Hasil Wawancara

Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?

Informan : Rizki Ardiansya Nasution

Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?

Informan : Enam Tahun (6 Tahun)

Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?

Informan : dirumah aja kak, aku lebih suka dirumah kak,

nonton tv, maen sama kaka sama ibu cerita kisah-

kisah sahabat nabi, main kalu aku disamper main

kak

Peneliti : Pelajaran apa yang iky suka selama belajar di

TPA ?

Informan : Juz‟ama dan kisah sahabat nabi

184

Peneliti : Iky hafal surat apa ? dan kakak boleh denger iky

baca surat yang iky hafal seberapa ayat yang iky

hafal aja ? dan doa-doa sehati-hari yang iki hafal

Informan : aku hafalnya baca surat al-fatihah kak ( baca

surat alfatihah) dan doa Wudhu

Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering

mengajarkan iky pembinaan keislaman ? atau

mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,

mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan

tentang agama islam ?

Informan : aku suka shalat kak di masjid kalau ada ayah,

mama juga suka ngajarin ngaji kak belajar iqro

yang bagian panjang pedeknya kak

Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?

Informan : aku sama mama sering ngomong dan kadang iki

juga suka minta di ceritain kisah-kisah sahabat

nabi kak karena iki suka banget sama kisah-kisah

nabi

185

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 6

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Ibu Euis Atika (Ibunda Ozil)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal Wawancara : 21 Juni 2021

Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Euis Atika, 13.15 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi

?

Informan 1 : ya gini aje, ibu rumah tangga di rumah aje,

ngurus-ngurus rumah anak suami.

Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak

? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan

komunikasi dengan anak ?

Informan : Sering hampir setiap pagi,siang sore, malem kan

ketemu terus jadi kecuali kalu lagi ada kerjaan

baru gitu ga komunikasi sama anak.

186

Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat

berkomunikasi dengan keluarga dalam

pembinaan keislamannya ?

Informan : banyak sih kak, saya kan suka minta bantuan dan

arahan sama bu aulia untuk ngedidik nya gimana

gitu karnakan saya kurag paham jadi saya ikutin

pelajarn yang setelah di ajakrkan di pengajian

kak materinya paling kurang lebih seperti itu kak

Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar

pembinaan keislaman di usia dini ini ?

Informan : sangat penting kak, Iya kak, sayakan kurang bisa

baca Al Qur‟an, jadi saya ingin anak saya bisa

belajar baca Al Qur‟an tidak seperti saya kak,

ditambah lagi lingkungan di tempat saya kak,

maaf bukannya menjelekkan lingkungan ya kak,

terkadang saya tidak bolehkan anak saya main

terlalu lama diluar rumah yaitu kak banyak anak-

anak yang kalau lagi ngomong pada main gituh

mengeluarkan kata-kata kebun binatang, belum

lagi bahasanya suka ngomong lu gue, dan karna

memang dulunya saya ga pernah ngaji dan

kurang tau tentang agama islam lebih dalamnya

gitu kak jadi istilahnya saya ga bisa ngaji, anak

saya harus bisa, kadang saya juga suka bilang

sama bu aulia komunikasi masalah buat ngedidik

perkembangan anak, gitu kak.

Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam

pembinaan keislaman?

Informan : ngajak anak, ngajarin,ngemantau ya sewajarnya

seorang ibu sihkak, kaya ngajak ngaji de, shalat

de gitu kak

Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang

terjadi ?

Informan : palingan nakutin, kaya misalnya guru siapa nih

yang dia takutin misalnya bu aulia nih bilangin

187

bu aulia nih gitu sih kak, tapi kalu emang lagi

males ya males anknya kak.

Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk

menambah wawasan dalam pembinaan keislaman

dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan

apakah berpengaruh bagi anak ?

Informan : iya saya terapkan kak, tapi ya gitu kadang

anaknya suka males, jadi semaunya dia kak, dan

sangat berpengaruh juga gak kak jadi anak tau

mana baik dan buruk terus mana benar dan

salahnya gitu kak.anaknya soalnya aktif banget

kak kepengen cept bisa tapi kadang dia masih

kurang paham dan tau jelasnya gimana gitu kak.

Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan

guru dalam perkembangan anak usia dini ?

Informan : kalau saya sering ya bu berkomunikasi minta

arahannya karena saya kan ga bisa ngaji gitu jadi

saya serahin ke ustdzah aulia, komunikasi

perkembangan anak giman ini bus i ozil gitu kak,

soalnya dia orangnya pengen cepet-cepet aje kak,

misalnya ada orang yang sepantaran sama dia

sama iqro berapa trs dia orangnya ngerasa

tersaingi maunye buru-buru aje tapi ga ngerti

gitu, jadi maunya cepet, bangga gitu namanya

juga anak-anak aku udah iqro ini iqro ini.

188

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Riza Bagus Ramadhan

Usia : 7 Tahun

Hasil Wawancara

Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?

Informan : Riza Bagus Ramadhan

Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?

Informan : Tujuh Tahun (7 Tahun)

Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?

Informan : Maen, Maen hp, maen ps, ngaji sama shalat

shlatnya shalat magrib doang hehehe,

Peneliti : Pelajaran apa yang kamu suka selama belajar di

TPA ?

Informan : yang gampang-gampang kak, baca surat al-asry

Peneliti : kakak boleh denger ozil baca surat yang ozil

hafal ?

189

Informan : (membaca surat al-asry)

Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering

mengajarkan ozil pembinaan keislaman ? atau

mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,

mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan

tentang agama islam ?

Informan : suka ka, mama bawel banget kak tapi aku nya

kadang males kak, jadi jarang-jarang deh aku

shalat nya, aku suka shalat di masjid shalat

magrib doang kak, ngobrol sama mama kalu aku

lagi ga tau apa yang aku pelajarinkan di ajarin

sama mama, mama juga suka nanya kalu aku abis

pulang ngaji aku di Tanya sama mama apa yang

aku pelajarin ka

Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?

Informan : aku sama mama ngobrol kak.

190

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Informan 7

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Ibu Januarriaty (Ibunda Nadira Malika

Tamrin)

Pekerjaan : Teller di Bank HSBC

Tanggal Wawancara : 20 Juni 2021

Tempat dan Wakt : Rumah Ibu Januarryaty, 16.15 wib

Hasil Wawancara

Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi

?

Informan 1 : Selama pandemic ini kerja juga bergantian dan

kadang juga kerja WFH di rumah, nemenin anak

suami, ngobrol, masak seperti ibu rumah tangga

juga kak, bantuan mika sekolah.

Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak

? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan

komunikasi dengan anak ?

Informan : Sering hampir setiap hari detik ya pagi,siang

sore, malem kan ketemu terus jadi kecuali kalu

191

lagi ada kerjaan baru gitu ga komunikasi sama

anak.

Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat

berkomunikasi dengan keluarga dalam

pembinaan keislamannya ?

Informan : banyak sih kak, tapi aku jujur sih ya aku ga

terlalu paham tentang pembinaan keislaman tapi

aku suka liat di buku tafsir tentang cara baca

panjang pendek al-quran atau jus‟ama ya kak,dan

iya terkadang aku kasih tau “begini nih mik cara

bacanya” terus kadang aku juga kasih dia “nih

mik kamu hafalin 3 ayat ini, hafalin tiga-tiga gitu,

ga usah banyak-banyak dulu”, misalnya surat

yang dasar-dasar aja kalau aku gitu, dan jujur ya

kak terkadang aku malahan suka nanya “mik

idgham itu sperti apa sih mik” gitu trs entar mika

jawab “mau ga ma aku ajarin entar aku ajrin ye

mah” gitu kak jadi bertukar aja itu kita mah,

Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar

pembinaan keislaman di usia dini ini ?

Informan : penting banget ya kak, karenakan untuk kebaikan

diri mereka sendiri biar tau mana yang baik dan

yang bukan baik, karena aku jujur yaa aku juga

masih belajar kak aku suka cari-cari di google

apa yang aku kurang tau tentang pembinaan

keislaman, pendidikan keislaman kan kak, bagi

saya penting banget apalagi kan keinginan orang

memiliki anak yang shaleh dan shalehah.

Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam

pembinaan keislaman?

Informan : ya saya orangnya kan tegas ya kak, dalam

pendidikan anak, apapun itu dari hal kecil atau

hal besar saya itu selalu mengarahkan dan

mengajak mika, dan saya juga orangnya agak

galak ya sama anak, apa lagi sama anak gadis ya

kak saya bener-bener hati-hati banget deh kak,

192

dan saya juga ngajarinya sesuai sama pengalam

saya dan usia mika jadi biar dia tau batasannya

juga gitu kak.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang

terjadi ?

Informan : akusi aga galak kak sama anak, misalkan dia lagi

main handphone saya panggil bilang “mik kalau

denger azan shalat dulu, entar lanjut lagi main

handponenya” gitu kalau mika nya gam au atau

dia sengaja ga denger aku ambil handphone nya

kak. Dan Alhamdulillah ya dulu kan mika tuh

sama saya jarang banget ngobrol anaknya

pendiem banget ga ada senyumnya kak, jadi saya

sebagai ibunya mencari pendekatan keakraban

gitu kaya temen sekarang jadi berani ngobrol kak

cerita biasanya dia malu ka buat curhat tentang

temen-temennta gitu atau pelajaran gimana

sekarang udah biasa sama saya berani gitu jadi ga

malu-malu lagi apalagi dulu sebelumpandemi

kan saya kerja pulang sore gitukan kalau ngobrol

ya malem gitu kak.

Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk

menambah wawasan dalam pembinaan keislaman

dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan

apakah berpengaruh bagi anak ?

Informan : Alhamdulillah sangat berpengaruh banget bagi

anak saya, karna pertama anak saya ini anti

sosialisasi anaknya penyendiri dan ga pernah

senyum sama orang, pernah kak waktu di sekolah

sampe gurunya negor saya kak, karena anaknya

ga tau mana senyum mana marah gitukak, kan

juara lomba gitu juara tiga seDKI seharusnya kan

seneng ya pas di foto di kasih piala diem aja ga

ada ekspresinya kak, dan sama saya juga gitu

jangan kan sama orang lain atau guru-gurunya ya

sama saya juga gitu, tapi saya galak dan tegas

gitu ya sama anak, jadi saya bilang deh “mika

193

jangan kaya gitu, kalau ada apa cerita curhat

sama mama” nah semenjak gitu akhrinya

sekarang curhat “mah tadi aku disekolah begini-

begini, aku di pengajian begini-begini” terus dia

juga jadi tau mana yang baik dan yang bukan

baik kak, sekarang nih dia kalau keluar rumah ga

mau kalau belom mandi dan dia udah tau aurat

kak jadi dia kalu keluar pake baju sama celana

panjang, walaupun belom pake kerudung ya kak

dan saya terapkan juga kaka pa yg di ajarkan di

pengajian saya ulang lagi dirumah agar mika

tetap ingat gitu karna ini untuk masa depan dia

juga kan. Bahasa prokesnya ya “oh dulu gua di

pengajian begini, oh dulu mama gua ngajarin

begini” gitu ya kak. Dan Alhamdulillah jadi anak

kedoktrin gitu.kalu kata saya yah.

Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan

guru dalam perkembangan anak usia dini ?

Informan : kalau ketemu sama guru-guru nya mika di jalan

saya Tanya perkembangan anak saya dan saya

juga suka Tanya-tanya kaya kita tuker pikiran aja

gitu karenakan kadang ada guru yang di

ajarinnya cuman itu-itu aja kaya di sekolahankan

guru agamanya di pelajarannya itu-itu aja, saya

kan selalu nanya ya sama mika di sekolah belajar

apa aja gitu nah jadi saya tamabahin mika buat

sekolah sore di TPA biar dia lebih paham agama

karena kan saya sendiri juga masih kurang ya

saya juga kalau ngajarin juga sedikkit-dikit yang

saya tau aja gitu makanya juga suka ngeobrol

sama ustdzah Solihah untuk mendidik anak saya

gimana-gimananya gitu karena saya bener-bener

sangat kurang sekali sama pembinaan keislaman

jadi saya sama guru mika di TPA sering

berkomunikasi untuk perkembangan mika kak,

biar saya sibuk saya selalu menyempatkan waktu

kak.

194

Lampiran (Teks Wawancara)

Transkip Wawancara

Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk

mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi

Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman

Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,

Jakarta Pusat”.

Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk

penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat

mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pewawancara : Lusiana Damaiyanti

Narasumber : Nadira Malika Tamrin

Usia : 8 Tahun

Hasil Wawancara

Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?

Informan : Nadira Malika Tamrin

Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?

Informan : Delapan Tahun (8 Tahun)

Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?

Informan : Dirumah aja, pagi-pagi bangun makan terus

sekolah zoom, kalu aku mau keluar aku mandi

dulu, tapi kalau aku ga keluar aku jarang mandi,

aku shalat, ngaji ke TPA, maen handphone tapi

kalu waktunya shalat aku shalat kak , Karen mama

sering ingtin aku bilang “mik maen hp boleh tapi

waktunya shlat shlat mik” gitu kak, nonton tv jga

sama ka kaya gitu, aku juga sering belajar sama

mama, kadang aku juga curhat sama mama,

195

bantuin mama brsih-bersih, aku suka nyiram

bunga, kadang mama juga suka nanya ke aku apa

yang mama ga tau kalau aku sama mama lagi

belajar kaya abis shalat isa itukan mama dirumah

ya jadi paling lama aku curhat cerita belajar sama

mama ya malam hari kak, aku jarang maen keluar

ka, lebih suka di rumah ka soalnya aku ribet kalau

keluar aku harus mandi ganti baju soalnya aku

malu kalu belum mandi dankalu pake baju pendek

kak.

Peneliti : Pelajaran apa yang mika suka selama belajar di

TPA ?

Informan : Tadjwid kak, surat-surat, sama cerita nabi kak.

Sebenarnya hampir semua mika sukak ka,

Peneliti : Mika hafal surat apa ? dan kakak boleh denger

mika baca surat yang mika hafal seberapa ayat

yang mika hafal aja ?

Informan : Mika paling hafal surat an-naba kak tapi baru 10

ayat kak, (Membaca surat an-naba)

Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering

mengajarkan mika pembinaan keislaman ? atau

mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,

mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan

tentang agama islam ?

Informan : Aku suka di ajarin sama mama, shalat bareng sama

mama berjamaah kalu mama lagi dirumah, terus

aku juga di ajarin hafalan sama mama tiga ayat-

tiga ayat, dan terkadang mama juga suka minta

ajarin sama aku mama suka nanya “ini begimana

de mama kurang tau”, gitu kak terus aku kasih

tau,”ini dibacanya begini mah” aku juga suka

selalu di ingetin sama buat shlat kak, akukan suka

maen handpone kadang mama ingetin aku buat

shalat, soalnya mama galak kak hehehe, kalau aku

pulang dari ngaji kan mama udah pulang kerja tuh

196

mama tiba-tiba nanyain gimana di pengajian terus

aku cerita dehkak.

Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?

Informan : Aku sama mama sekarang sering ngobrol kak, aku

curhat sama mama tapi dulu aku malu kalu curhat

sama mama cerita sama mama aku takut duluan

karna mama galak kak, tapi sekarang aku udah

berani buat ngobrol sama mama kak.