Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN
KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI TPA PELITA
JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Lusiana Damaiyanti
11170510000277
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021H/1442M
MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
GURU DAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN
KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI TPA PELITA
JOHAR BARU, JAKARTA PUSAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Lusiana Damaiyanti
NIM : 11170510000277
Dibawah Bimbingan
Umi Musyarofah, M.A.
NIP. 19710816 199703 2 002
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021H/1442M
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis yang bertanda tangan dibawah ini dengan judul skripsi
“MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL, GURU DAN
ORANG TUA, DALAM PEMBINAAN KEISLAMAN ANAK
USIA DINI, DI TPA PELITA MASJID AL-IKHLAS JOHAR
BARU, JAKARTA PUSAT”
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
srata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 08 Juli 2021
Lusiana Damaiyanti
11170510000277
i
ABSTRAK
Lusiana Damaiyanti
11170510000277
Model Komunikasi Interpersonal,Guru Dan Orang Tua,
Dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini, Di Tpa Pelita
Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat.
Taman Pendidikan Al-Qur‟an Pelita Masjid Al-Ikhlas
didirikan di wilayah masyarakat yang mayoritas kurang paham
dalam pendidikan keagaman anak, tidak hanya nilai agamanya
saja namun juga dengan nilai kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh karena itu penulis akan meneliti lebih lanjut model
komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam pembinaan
keislaman baik untuk dunia dan akhiratnya sehingga kelak
terciptanya anak usia dini menjadi muslim yang kaffah, dan
faktor kendala dalam berkomunikasi dengan dua arah antara guru
dengan orang tua, guru dengan murid, orang tua dengan anak.
yang dimana memiliki interaksi berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-harinya dengan adanya pesan, atau gagasan yang ingin
disampaikan sehingga terjadinya suatu proses komunikasi.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif, yaitu metode pengumpulan data dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang
berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi serta fakta
di lapangan. Serta juga menggunakan teori komunikasi
interpersonal oleh Joseph A. Devito dan Teori Sosial Learning
oleh Albert Bandura.
Hasil penelitian menunjukan bahwa TPA Pelita ini
terdapat model komunikasi interpersonal yang sangat penting
dalam mencapai suatu tujuan yang sama yaitu dengan cara tetap
menjalin komunikasi yang baik sehingga guru dan orang tua
dengan anak mempunyai hubungan timbal balik dan terbentuklah
suatu kerjasama yang berpengaruh besar untuk membentuk
hubungan yang penuh arti menjadikan anak sebagai manusia
yang khaffa dan memperhatikan perkembangan anak usia dini
dalam pembinaan keislaman di masa golden agenya.
Kata Kunci : (Model Komunikasi Interpersonal, Guru, Orang
Tua, dan Pembinaan Keislaman)
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya senantiasa
dicurahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda
kita Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari jaman jahiliyyah sampai terang menerang seperti saat ini.
Alhamdulillahhirabbil‟Alamin dalam perjalan panjang
yang penulis lalui, dengan usaha yang begitu maksimal serta
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul “MODEL
KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN ORANG TUA
DALAM PEMBINAAN KEISLAMAN ANAK USIA DINI DI
TPA PELITA MASJID AL-IKHLAS JOHAR BARU JAKARTA
PUSAT”. Yang di buat sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Srata-1 Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak hambatan
dan rintangan yang penulis lalui tetapi penulis selalu
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa pikiran, tenaga,
dorongan, moril maupun materil. Oleh karena itu penulis tidak
lupa mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj.
Amany Lubis, M.A.
iii
2. Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag.
Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Sihabbudin
Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta.
Dr. H. Edi Amin, M.A selaku Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si., selaku Dosen Penasehat
Akademik yang telah membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama melakukan studi.
5. Umi Musyarrofah, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang
telah bersedia membimbing dan banyak memberikan
masukan serta saran kepada penulis selama proses
penulisan ini berlangsung. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Beliau,
semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dan
senantiasa diberikan keberkahan, kesehatan, dan kebaikan
kepada dirinya beserta keluarganya serta selalu dalam
lindungan Allah SWT.
6. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
yang telah berperan penting dalam proses perkuliahan,
memberikan ilmu serta wawasan dan pengalaman yang
mempermudah pada masa studi.
7. Pihak sekolah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, Ibu Hj. Dra.
Umi Nihayah, MM. selaku kepala sekolah yang telah
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat
Provinsi DKI Jakarta.
8. Ustadz Wirman A.T, selaku pendiri TPA Pelita Masjid
Al-Ikhlas dan Ustadzah Lia, Ustadzah Amanah selaku
wali kelas anak usia dini, serta Orang Tua Murid Ibu Euis
Atika, Ibu Januarriaty, Ibu Yatinah, dan Ibu Dede
sekaligus informan yang telah berkenan memberikan
waktu untuk penulis mewawancarai dan memberikan data
seputar TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dan memberikan
informasi terkait penelitian yang penulis lakukan.
9. Ustadzah Langit Ayumi selaku Tata Usaha dan ADM
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas yang telah memberikan data
serta pembimbing lapangan yang telah membimbing
penulis dalam melakukan penelitian selama di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas Johar Baru Jakarta Pusat Provinsi DKI
Jakarta.
10. Teruntuk Kedua Orang Tua yang sangat penulis cintai dan
sayangi. Ayahanda Hari Sucipto dan Ibunda Hartati
Yuliana S.Pd.I, yang sudah banyak mengajarkan arti
kedewasaan untuk selalu berfikir terhadap suatu hal yang
baik dan selalu mengingatkan beribadah kepada Allah
v
SWT dan sangat banyak mengajarkan arti kesabaran,
keikhlasan, memaafkan dalam hidup serta mengajarkan
untuk jadi diri sendiri tetap semangat,percaya akan
kemampuan diri sendiri.
11. Teruntuk om saya Heri Irawan serta kedua abang dan
ketiga kaka tersayang yaitu Muhammad Nahar Sham
Luthfi, A.Md, M.Tasyrifudin, S.Pd.I , Lala Komalasari,
S.Pd.I , Mufadillah dan Yayuk penulis mengucapkan
Terima kasih sebesar-besarnya telah memberikan support
dalam bentuk apapun kepada penulis sehingga penulis
sampai pada titik ini, serta do‟a dan kasih sayang yang
selalu diberikan kepada penulis saya ucapkan terima kasih
banyak semoga keluargaku selalu dalam keadaan sehat
dan penuh keberkahan.
12. Untuk Pendengar setia Muhammad Fakhri Yusuf
Zulkarnaen, S.Sos, Alsifa Citra Aziza, Humaira
Khairunnisa, yang selalu meluangkan waktunya dan
menemani penulis saat penulis kesulitan dan sedih.
Penulis ucapkan terima kasih atas kesetiaan dalam
menemani penulis hingga sampai ditahap ini. Terima
kasih telah bersedia memberikan telinganya untuk
mendengar semua curhatan penulis.Terima kasih atas
hiburan dan semangat yang selalu diberikan kepada
penulis sehingga penulis merasa senang dan tidak sedih
serta putus asa. Penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Semoga kita selalu bersama dan sukses
bersama.
vi
13. Sahabat Sesurga dan terbaik penulis, Mawar Yantesa
Putri, Karina Ahmad, Dita Puspawati Rahayu sejak
penulis berada di bangku SMP hingga saat ini. Terima
kasih sahabat sesurgaku karena senang hati selalu
menyediakan telinganya untuk mendengarkan keluh kesah
penulis dan kita bertukar pikiran saling memberikan
support dan yakin sehingga kita bisa sama-sama
menyelesaikan tugas akhir ini. dan selalu rela datang dan
menjemput penulis saat penulis merasa putus asa dan
sedih. Kalian semua luar biasa, selalu rela membantu dan
membimbing serta menyemangati penulis dalam hal
perkuliahan hingga penulis sampai pada tahap ini, Terima
kasih telah meluangkan waktu serta pundaknya untuk
semua keluh kesah yang penulis rasakan. Penulis sangat
senang dan sayang kepada kalian terima kasih atas waktu
yang selalu kalian luangkan untuk mendengar tangisan
penulis. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kemurahan hati kalian. Semoga kita menjadi
orang sukses dan selalu bersama !!!
14. Partner bimbingan skripsi, Mutia El-Ilmi, dan Saarrah
Afifah. Penulis ucapkan terima kasih atas kebersamaan
kita dalam menghadapi banyaknya kesulitan selama
pengerjaan skripsi. Terima kasih selalu fast respon dalam
membalas chat penulis. Penulis ucapkan terima kasih atas
support yang selalu kalian berikan kepada penulis.
15. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2017, 2018, dan
vii
2019 yang telah memberikan wadah organisasi diluar
proses perkuliahan di kelas.
16. Teman-teman Dewan Mahasiswa Universitas (DEMAU)
2020-2021 yang telah memberikan wadah organisasi
diluar proses perkuliahan di kelas.
17. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam Angkatan
(KPI) 2017 yang telah mewarnai hari-hari selama
berkuliah di kampus tercinta ini.
18. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran (KPI) E 2017
yang telah membantu serta bekerja sama dalam proses
perkuliahan didalam kelas.
19. Temen-temen KKN Askar 78 yang telah menyemangati
saya dan berkejasama dalam proses KKN berlangsung.
20. Teruntuk semua pihak yang telah memberikan kontribusi
serta doa selama penulis berada dalam masa studi yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT
memberikan keberkahan dunia dan akhirat kepada kalian
semua. Aamiin.
21. Terakhir terima kasih kepada diri saya sendiri Lusiana
Damaiyanti. Terima kasih telah berjuang melawan
kemalasan, cape sehingga berada pada tahap ini. Terima
kasih sudah berjuang sekeras ini dan selalu berusaha
memberikan yang terbaik. Terimakasih sudah sabar
menghadapi ujian yang Allah berikan di detik-detik akhir
perkuliahan, ikhlas dengan semua yang telah terjadi,
Memaafkan dalam hal apapun, bersyukur dengan apa
yang kita miliki, nikmati proses dan alur jalan dari Allah
viii
SWT. Percaya semua akan indah pada waktunya!
Remember, u are amazing Lusi. Terima kasih banyak atas
segala yang telah kamu lakukan dan berikan!! Kamu
Amazing !! Do What You Love And Love What You Do
!!!
Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis
mulai dari awal penulisan hingga skripsi ini terselesaikan. Penulis
menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang membaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 08 Juli 2021
Penulis
Lusiana Damaiyanti
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................... 21
C. Tujuan penelitian ................................................. 22
D. Manfaat Penelitian ............................................... 23
E. Tinjauan Pustaka ................................................. 24
F. Metodologi Penelitian ......................................... 25
G. Sistematika Penulisan .......................................... 31
BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 34
A. Teori Social Learning .......................................... 34
1. Pengertian Theory Social Learning .............. 34
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Social
Learning Theory ........................................... 36
3. Aplikasi teori pembelajaran Sosial
Learning ........................................................ 38
4. Proses Kognisi dan Pengajaran .................... 40
5. Konteks Sosial bagi Belajar ......................... 40
B. Komunikasi Interpersonal ................................... 40
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal .......... 40
2. Fungsi Komunikasi Interpersonal ................ 44
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal ................ 46
4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ...... 48
C. Model Komunikasi Interpersonal ........................ 49
1. Model Komunikasi Linear ............................ 50
x
2. Model Transaksional .................................... 51
3. Model Interaktif ............................................ 52
D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal .................. 54
E. Fungsi dan Tujuan Komunikasi........................... 55
F. Pembinaan Keislaman Anak ................................ 57
1. Pengertian Pembinaan .................................. 57
2. Pengertian Pembinaan Keislaman/
Keagamaan ................................................... 58
3. Pengertian Pembinaan
Keislaman/Keagamaan anak Usia Dini ........ 62
G. RuangLingkup
PembinaanKeislaman/Keagaman ........................ 68
1. Pembinaan Keislaman dalam Keluarga ........ 68
2. Pembinaan Keislaman dalam Sekolah ......... 70
3. Pembinaan Keislaman dalam Masyarakat .... 70
H. Peran Guru dan orang tua dalam Pembinaan
KeIslaman ............................................................ 71
I. Kerangka Berfikir ................................................ 75
BAB III GAMBARAN UMUM .............................................. 76
A. TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ............................... 76
1. Sejarah Umum Berdirinya TPA Pelita ......... 76
2. Visi, Misi dan Tujuan ................................... 79
3. Tujuan ........................................................... 79
4. Data Guru dan Pelajar .................................. 80
5. Struktur Organisasi Taman Pendidikan
Al-Qur‟an ..................................................... 83
BAB IV TEMUAN DAN ANALISI DATA ........................... 84
A. Temuan Penelitian ............................................... 84
1. Proses Model Komunikasi Interpersonal ..... 85
xi
2. Model Komunikasi Interpersonal Dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di
TPA Pelita Masjid Al Iklas .......................... 90
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam Komunnikasi Interpersonal Guru
dan Orangtua dalam Pembinaa Keislaman
Anak usia Dini di TPA Pelita Masjid Al
Ikhlas Johar Baru .......................................... 94
4. Lingkungan yang kurang baik ............................. 99
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori..................... 100
1. Proses Komunikasi dengan Teori Sosial
Learning ...................................................... 100
2. Model Komunikasi Interpersonal di TPA
Pelita Masjid Al Ikhlas ............................... 104
BAB V PEMBAHASAN ...................................................... 111
A. Proses Model Komunikasi Interpersonal Guru
dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-
Ikhlas ................................................................. 112
1. Anggapan Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ...................... 113
2. Anggapan model komunikasi guru dengan
anak dalam pembinaan keislaman anak
usia dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas : . 118
3. Anggapan model komunikasi orang tua
dengan anak dalam pembinaan keislaman
anak usia dini di TPA Pelita Masjid Al-
Ikhlas : ........................................................ 122
xii
B. Faktor Kendala Orang Tua dalam Pembinaan
Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita
Masjid Al- Ikhlas ............................................... 128
1. Sulit Memahami ......................................... 128
2. Lingkungan yang kurang baik .................... 129
3. Emosi yang belum stabil ............................ 130
4. Asik dengan dunianya ................................ 130
5. Orang tua harus rajin mencontohkannya .... 132
BAB VI PENUTUP ............................................................... 133
A. Kesimpulan ........................................................ 133
B. Saran .................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 139
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model Komunikasi Interpersonal terlihat bahwa
sebuah komunikasi dimulai dari niat pengirim untuk
menyampaikan sebuah pesan yang tentunya hanya diketahui
oleh pengirim sendiri. Untuk menyampaikan sebuah pesan
kepada orang lain (penerima), maka pengirim harus
menerjemahkan keinginannya dalam kode-kode, baik verbal
maupun non verbalyang dapat terima oleh penerima.
Model komunikasi merupakan alat untuk menjelaskan
atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi dan juga
model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa
yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karna itu
model bisa disebut sebagai gambar informasi untuk
menjelaskan atau menerapkan teori. fungsi model komunikasi
melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan
visual dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki
kendala komunikasi dalam pembinaan keislaman anak usia
dini.
Pembinaan Keislaman adalah proses pembaharuan,
penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus dan secara berkelanjutan yang dilakukan
oleh orang dewasa terhadap anak didik. Pembinaan keislaman
2
yang didik oleh orang dewasa untuk anak yang masih usia
dini muslim menjadi sangat penting sebagai upaya
mempersiapkan generasi yang lebih baik lagi. Pembinaan
pada anak usia dini lebih menekankan pada pembentukan
kepribadian, dan kesadaran adanya Allah lalu dibiasankan
melakukan perintah-perintah Allah dan meninggalkan
larangan Allah agar terbiasa kepada peraturan yang baik
sesuai dengan ajaran agama islam.1
Disini Manusia merupakan mahkluk hidup yang
diciptakan Allah SWT yang paling sempurna. Dalam Q.S Al-
Muminun ayat 12-14 :
Dan Artinya : “dan Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
1 Lina Hdiawati, Pembinaan Keagamaan sebagai Upaya Meningkatkan
Kesadaran siswi melaksanakan Ibadah Shalat(Garut:2008) hal 19
3
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian
Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Q.S Al-
Muminun ayat 12-14.
Ayat di atas menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia. Allah menciptakan Adam a.s dari tanah liat kering
dari lumpur hitam kemudian menjadi air mani (yang disimpan)
dalam Rahim dan dari air mani Allah jadikan segumpalan
darah dan segumpalan daging serta tulang belulang dalam dalil
ini manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling sempurna.
Dan sejak manusia dilahirkan, ia sangat awam dalam
nilai-nilai universal yang terkandung dalam eksistensinya
hidup di dunia. Istilah agama ia lahir dalam keadan tidak
mengetahui sesuatu apapun dalam firman Allah Q.S An-Nahl
78 yang berbunyi :
Yang artinya “ dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan
4
Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur” Q.S An-Nahl : 78.2
Ayat ini menjelaskan Allah SWT mengeluarkan janin
manusia dari kandungan ibu, ia berada pada taraf keterbatasan
kemampuan atau ketidaktahuan. Namun manusia dengan
berbekal potensi-potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah
SWT mampu mengaktualisasikan diri melalui proses interaksi
sosialisasi dengan lingkungannya. Dalam konteks inilah
pendidikan mempunyai proses signifikan dalam mewujudkan
manusia “ahsanu taqwin” dan akhirnya menjadi manusia yang
ideal “insan kamil” yang sadar terhadap peran dan fungsinya
sebagai khalifah dimuka bumi. Menurut Muhammad Qutbh,
Manusia yang baik adalah manusia yang ingin di bentuk
tingkah laku, pikiran maupun perasaannya.3
Menurut para ahli komunikasi, komunikasi dapat di
maknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun
sekelompok orang memberikan dan menerima informasi
(Penyampaian Makna).4 Komunikasi merupakan kebutuhan
setiap manusia dalam kehidupan sehari-harinya, karena tidak
mungkin ada manusia yang tidak berkomunikasi dalam
kehidupannya. Pada umumnya komunikasi merupakan
2 Departemen Agama RI, Syamil Qur’an Al’Quran dan Terjemahnya.
(Jakarta,Syigma, 2009) hal.274 3 Ghafiqi Faroek Abadi, Peran Pendidikan Keluarga dalam
Pembentukkan Akhlak Anak dalam Keluarga Pegawai,Jurnal Tadris, 7:2
(Surabaya, Desember 2012). Hal 291 4 Hardjana, Agus M, Komunikasi Interpersonal,(Kanisius, 2003) hal.11
5
aktivitas dasar manusia dengan berkomunikasi melakukan
suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk social tidak
dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling
berkaitan (membutuhkan ).5 Komunikasi dalam Islam
mendapat perhatian yang cukup bagi manusia sebagai anggota
masyarakat dan makhluk Tuhan, dalam perspektif agama,
bahwa manusia sangat penting peranannya bagi kehidupan
manusia dalam bersosialisasi. Manusia di tuntut agar pandai
berkomunikasi. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur‟an Surat Ar-
rahman ayat 1-4 yang berbunyi :
Yang artinya : “(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah
mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia.
mengajarnya pandai berbicara” Q.S Ar-Rahman 1-4.
Ayat di atas ini menjelaskan Hubungan Individu yang
satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan
berkomunikasi, komunikasi ialah “hubungan kontak langsung
maupun tidak langsung antar manusia, baik itu individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri,
5 Joseph A Devito, The Interpersonal Communication Book, ( New York
: HarperCollins, 1992) hal 4
6
karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan
kehidupannya”6
Komunikasi juga adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak manusia dilahirkan,
manusia sudah melakukan proses komunikasinya. Manusia
adalah makhluk sosial, yang artinya makhluk itu hidup
dengan manusia lainnya yang satu sama lain saling
membutuhkan, untuk melangsungkan kehidupannya manusia
berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan antar
manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi
verbal (bahasa) maupun non verbal (symbol,gambar,atau
media komunikasi lainnya).7
Pendidikan Keislaman ini ialah pendidikan keberimanan
yaitu yang menanamkan keimanan di hati anak-anak,
menambah pengetahuan tentang beriman dan cara melakukan
peribadatan seperti yang dikehendaki Allah SWT.
Dan pada hakikatnya hubungan manusia dengan agama
keislaman terbangun secara fitrah. Dalam islam manusia
dituntut bagi dirinya sendiri , baik dalam rangka untuk
mengabdi dirinya kepada sang pencipta maupun dalam rangka
menjalin hubungan harmonis terhadap lingkungan dan sesama
makhluk hidup. Semua ini di butuhkan oleh manusia dalam
6 Widjaya,H.A.W, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta :PT
:Rineka Cipta 2000) Hal 26 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal 15
7
rangka memperoleh keselamatan, kebahagian, dan
kesejahteraan.8
Dan peran orang tua sangat besar menentukan baik-
buruk serta utuh tidaknya kepribadian anak. Untuk itu orang
tua akan diminta pertanggung jawaban di hadapan Allah Azza
wa Jallah kelak di akhirat tentang anak-anaknya, orang tua
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap anak-anaknya, dari
mulai sejak dalam kandungan, hingga saat anak mulai bisa
berfikir serta menerima ilmu dan sampai dewasa maka
kewajiban orang tua harus memberikan pelajaran tentang cara
membaca al-Quran serta makna yang terkandung di
dalamnya, dan beserta ilmu fikih serta ilmu agama yang lain
sebagai pedoman hidup bagi sang anak serta
memperhatikannya, perkembangannya serta masa depan
anak-anaknya, bukan hanya masa depan sukses duniawi tetapi
juga sukses akhiratnya, dalam memberikan arahan,
memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anak
melalui interaksi antara orang tua dengan anak dalam
lingkungan keluarga atau dalam lingkungan sekolah. Dengan
memberikan pendidikan anak di Taman Pendidikan Al-
Qur‟an sejak usia dini.9
Komunikasi antara orang tua dengan anak harus berhasil
membangun pribadi yang baik sesuai dengan ajaran islam
8 Moch, Basofi Soedirman, Eksistensi Manusia dan Agama, (Jakarta,
Hamzah Milion ,1995). Hal 24-25. 9 Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: Dies
Natalies, IAIN Walisongo) hal 32
8
dalam pembinaan keislaman anak. hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti pada studi kasus ini adalah untuk
mengungkap dan menyelami model komunikasi interpersonal
yang di bangun guru dan orang tua kepada anak usia dini
sehingga membentuk akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran
islam dalam pembinaan keislaman anak yang diharapkan.
Anak usia dini adalah bayi yang baru lahir hingga anak-
anak yang belum genap berusia 8 tahun, hakikat anak usia
dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki model
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosial emosional, kreativitas,bahasa dan komunikasi yang
khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang di lalui oleh
anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut dengan
istilah “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir
seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang secara cepat dan hebat. Dengan demikian,
dibutuhkan pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua
aspek perkembangan.10
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) adalah lembaga
pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan
baca al-Qur‟an untuk anak-anak usia (4-12 Tahun). Lembaga
ini di buat oleh masyarakat islam yang ada di wilayah
tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa
kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :
10
Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari)
Hal.165
9
1. (4-8 Tahun) kelas Iqro, Hafalan surat pendek, doa-doa
sehari-hari,kisah-kisah Nabi dan praktek shalat
2. (8-11 Tahun) kelas Iqro, Hafalan surat pendek, doa-doa
sehari-hari, kisah-kisah Nabi dan mempelajari Tadjwid
serta praktek shalat
3. (12-14 Tahun) kelas Al-Quran, Hafalan Surat pendek,
doa-doa seharihari,kisahkisah nabi, tajdwid, akhlak, ilmu
fiqih, dan praktek shalat.11
Dan masih ada harapan orang tua Untuk membina
keagamaan anaknya agar anak mempunyai akhlakul karimah,
sifat-sifat terpuji tidak hanya dengan melakukan hal yang
baik, dan juga menjauhkan larangan-larangan Allah SWT
serta beramal ma‟ruf nahi munkar. Dengan kebiasaan dan
latihan akan membuat anak cenderung melakukan hal yang
baik dan meninggalkan yang buruk.
Keberadaan TPA merupakan salah satu lembaga
keislaman atau pendidikan agama islam pada lembaga-
lembaga pendidikan sekolah (TK,SD,MI) untuk itu
penyelenggaraannya pada siang atau sore hari di luar jam
sekolah. TPA atau Pra Madrasah Diniah di perlukan waktu 60
menit. Materi pembelajaran sesuai dengan tujuan dan
targetnya, dan ada dua materi pembelajaran yakni materi
pokok dan materi tambahan. Materi pokok seperti
11
Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari)
Hal.167
10
pembelajaran iqro dari jilid 1-6 dan kalau sudah selesai bisa
melanjutkan ke pembelajaran Al-Quran, dan tadjwid panjang
pendek dalam pembacaan al-quran. Materi Tambahan yakni
pembelajaran hafalan pembacaan shalat dan praktek shalat,
pengahafalan surat-surat pendek dan doa-doa sehari-hari,
bermain cerita, Ibadah,Aqidah dan Akhlak serta pengetahuan
Alam.12
Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini
berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan
LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7
pebruari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada
waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 februari
1991.13
TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang
mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca
dan menulis Al-Qur‟an juga sangat berperan bagi
perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah,
akidah, dan akhlak/akhlak. Tak kalah penting dalam materi
pembelajaran tersebut disisipkannya kecintaan kita lewat
peduli lingkungan dimana anak diajarkan berinteraksi dengan
ciptaan Allah selain dengan manusia. Komunikasi dengan
ciptaan Allah disini adalah dengan mencintai tanaman,
dimana anak juga diajarkan bagaimana kita cinta akan diri
kita melalui tanaman. Karena tanaman disini banyak
12
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari
2003) Hal.30 13
Munawir Syadzali ,Kementrian Agama LPTQ No 1 Tahun 1991
11
kegunaanya diantaranya untuk asupan tubuh kita dan tak
kalah penting adalah untuk menghirup udara bersih yang
dihasilkan tanaman itu sendiri. Dan mengingat bahwa materi
yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-
Qur‟an melainkan juga memberikan materi tentang Ibadah,
Aqidah, Akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik
menjadi pribadi yang Qur‟ani dan menjadikan Al-Qur‟an
sebagai pedoman dalam hidupnya menjadi muslim/muslimah
yang khaffa.Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin
(2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan
umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat
merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab
kultural-edukatif.14
Bentuk tanggung jawab yang di sadarkan oleh TPA ini
adalah manusia manusia memiliki tanggung jawab dalam nilai
agama dan nilai pengetahuan alam, mengajarkan anak-anak
dalam dua hal yaitu duniawi dan akhirat. Bagaimana kita tetap
beriman kepada Allah, menjalankan perintah Allah dan
meninggalkan larangan Allah serta, menjadikan dunia ini agar
tetap indah seperti semestinya Karena diluar banyak orang
yang paham agama namun tidak paham untuk menjaga dan
menjalankannya. Di dalam Al-Qur‟an juga sudah di jelaskan
bahwa kita manusia orang terpercaya Allah untuk mengurus
dunia.
14
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari
2003) Hal.38
12
Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa
tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala
jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan
usaha mensukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup
seorang muslim, yaitu sebagai berikut:15
1. Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.
2. Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang
memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di
dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang
yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan
doa seharihari.
3. Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar
keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu
sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk
menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan
keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal
budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya.16
Pendidikan Keisalaman adalah upaya untuk kesadaran
dan terencananya dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,
berakhlah mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari
sumber utamanya kitab suci Al- Qur‟an dan Hadist, melalui
15
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari
2003) Hal.39 16
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta, Bumi Aksari
2010) Hal.28
13
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
atau perilaku.17
Pendidikan agama islam juga untuk
menyiapkan agar siswa-siswi memahami ajaran agama islam,
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang di perlukan
dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
keislaman ini pelaksanaanya tidak hanya formal tetapi juga
informal dan nonformal, sehinggah pembinaan keislaman
dilingkungan keluarga, di sekolah, dan masyarakat bisa
terlaksanakan.18
Proses pendidikan adalah komunikasi yang dalam arti
kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang
terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan
pelajar sebagai komunikan. Dalam tingkat bawah dan
menengah pengajaran itu disebut guru, sedangkan pelajar itu
disebut murid. Perbedaan antara komunikasi dan pendidikan
terletak pada tujuannya atau efek yang diharapkan. Ditinjau
dari efek yang diharapkan itu, tujuan komunikasi sifatnya
umum, sedangkan pendidikan tujuannya bersifat khusus.
Ditinjau dari segi komunikasi yaitu komunikator
(guru/pengajar), pesan ( materi yang disampaikan) dan
17
Masdar Helmi, Peranan dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang:
Dies Natalies IAIN Walisongo Semarang) hal 30 18
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003)
hal. 17
14
komunikan (murid). Karena disini terdapat proses transfer
ilmu pengetahuain.19
Bahwasannya tujuan dari lembaga pendidikan yang
memiliki kurikulum pembinaan keislaman dengan
melaksanakan mengajarkan, membimbing, mengarahkan,
mengontrol, dan menekankan murid sehingga dapat di
realisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lembaga
pendidilan TPA Al-Ikhlas ini adalah untuk duniawi dan
akhirat dimana tanggung jawab nilai agama dan nilai
pengetahuan alam yaitu dalam bentuk kepedulian terhadap
lingkungan dengan melaksanakan, mengajarkan,mengontrol
anak sehingga dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
Itulah yang membedakan TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
dengan TPA yang ada di sekitarnya yaitu seperti TPA At-
Taqwa yang hanya sebatas nilai agamanya saja dimana anak
hanya di fokuskan dibidang agama diantaranya baca tulis Al-
Qur‟an, Akhlak-akhlak, hafalan surat pendek dan doa-doa
ehari-hari.
Sedangkan TPA yang saya teliti ini menyatukan
pembelajaran agama dunia dan akhirat, dimana akan
terciptanya muslim/muslimah yang khaffa, yang bukan hanya
akhlak terhadap manusia namun jug akhlak terhadap ciptaan
Allah lainnya yakni salah satunya dengan kepeduliannya
19
Toto Tasmara ,Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama),
hlm. 6.
15
terhadap lingkungan, diantaranya adanya pertanaman yang
berada yakni, di lingkungan TPA Pelitia, Taman TPA Pelita,
Roftop TPA Pelita dan juga di wilayah dari Rt 001 sampai
dengan Rt 005 yang di awali tanaman dari TPA Pelita serta
adanya peternakan.
Pembinaan keislaman ini supaya kita paham dalam
memahami agama kita (khususnya Agama Islam) dan
fungsinya juga mencangkup norma-norma yang nantinya bisa
jadi kerangka acuan kita dalam bersikap dan bertingkah laku,
serta sebagai motivasi kita dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Pembinaan keislaman memiliki latar belakang denganya
mempunyai keyakinan agama, proses pembuatan,
pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus dan secara berkelanjutan
yang dilakukan orang dewasa terhadap anak didik untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pertama, pembinaan
keislaman ialah mencakup ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
beragama baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan,
bidang akhlak dan bidang kemasyarakatan.20
Kedua,
Pembinaan Keislaman atau Keagaman Islam yang juga
mempunyai arti segenap kepercayaan kepada Allah serta
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
20
Masdar Helmi, Peranan dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang:
Dies Natalies IAIN Walisongo Semarang) hal 31
16
berkaitan dengan kepercayaan.21
Ketiga, Pembinaan
Keislaman itu sendiri yang berarti ajaran, system yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta
lingkungannya. Dalam bentuk harfiah perkataan Agama Islam
berarti tidak pergi, tetap ditempat, abadi yang diwariskan
secara terus menerus dari satu generasi kepada generasi
lainnya.22
Guru adalah seorang pengajar yang memberikan ilmu di
sekolah, orang tua kedua kita di lingkungan pendidikan.
Seorang guru sudah sepatutnya menjadi suri tauladan dan
peka terhadap masalah yang sedang di hadapi murid-
muridnya, serta dapat membantu mereka untuk mengatasi
masalah-masalah yang di hadapinya, maka dengan hal ini
murid-murid dapat terhindar dari perbuatan buruk atau
larangan-larang Allah SWT. Dalam islam guru ialah
ustadz/ustdzah yang bertugas mengajak,mendorong dan juga
terlibat dalam dakwah atau aktivitas menyiarkan, menyeru,
dan mengajak orang lain untuk beriman, berdoa, atau untuk
berkehidupan islam dan berakhlak mulia.23
21
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007) Ed. III, Cet. 4, hal 20 22
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam, (Bandung: Pustaka Setia 2003)
hal 17 23
Toto Tasmara ,Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama),
hlm. 10
17
Di umur anak-anak usia dini ini memang lagi
semangatnya untuk bermain dan semangatnya juga untuk
menyaring ilmu pengetahuan umum maupun agama karena di
usia anak-anak ini mereka dapat menirukan perilaku kita dan
tutur kata kita. Pendidikan keislaman merupakan solusi untuk
melahirkan cikal bakal pemimpin masa depan yang
professional baik dalam emosional maupun intelektual. Dan
berkomunikasi baik antar orang tua dan anak di usia dini
sangat mempengaruhi tentang perasaan,sikap, sifat, keinginan
yang menghasilkan kasih sayang. Allah SWT berfirman:
Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan
hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu
sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang
dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan
kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada
kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri [1344].24
QS. Ash-Shuraa (23).
24
[1344] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian
dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam
miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan
pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat
18
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 ayat (1)
menyebutkan ”Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada ayat (3) disebutkan
”Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Atfhal (RA),
atau bentuk lain yang sederajat.25
Disamping itu pula sekolah taman pendidikan al-quran
memiliki guru atau ustadz/ustadzah yang mempunya ilmu
pengetahuan agama yang memahami tentang pengayaan
keislaman baik duniawi dan akhirat pada anak-anak. Dan
memiliki visi misi serta berpartisipasi dalam kepemerataan di
wilayah Johar Baru khususnya di RW 006. Sekolah TPA
Pelita Masjid Al Ikhlas RW.006 juga mempunyai kegiatan
yang unik yaitu pembelajaran tambahan ilmu pengetahuan
alam seperti, memperkenalkan penghijauan, lingkungan,
peternakan, tumbuhan dan juga membuat anak-anak bisa
menjadi berkembang (berkreatif). Serta memiliki beberapa
kelas dari kelas anak-anak usia dini 4 tahun sampai anak
mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang
menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula
yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik
perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab
yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al
Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata,
Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. 25
Munawir Syadzali, UU mentri agama LPTQ Tingkat Nasional No 1
tahun 1991
19
remaja usia 14 tahun. TPA ini memiliki murid 79 murid dan 9
guru. Namun fokus dalam penelitian saya pada kelas anak
usia dini 4-8 tahun kelas dasar A yang bersiswa 30 orang dan
3 guru yang masuk pada jam 16.10 sd 17.00.26
Di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas didirikan oleh ketua
DKM Masjid Al-Ikhlas yang di awali murid yatim piatu, serta
memberikan kesempatan untuk anak-anak bisa belajar
tentang pembinaan keislaman atau pendidikan agama islam
serta ilmu pengetahuan alam semesta. Dan dengan berdirinya
TPA ini juga di karenakan masih banyak orang tua warga RW
006 tidak mengerti dengan nilai-nilai ajaran agama islam yang
di anutnya dan banyak orang tua menganggap agama islam itu
hanya di gunakan sebagai identitasnya saja. Dan akhirnya
banyak orang tua yang berminat, karena memiliki visi-misi
yang membuat para orang tua tertarik untuk mendaftarkan
anaknya ke TPA ini.
untuk mengungkap lebih dalam tentang model
komunikasi interpersonal yang dilakukan pada objek
penelitian yaitu model komunikasi interpersonal yang di
gunakan guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak
usia dini dan efek bagi anaknya. Model komunikasi
interpersonal guru dan orang tua kepada anak usia dini yang
latar belakang lingkungannya berbeda-beda. peneliti menarik
26
SOP TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Tahun Ajaran 2020-2021
20
untuk mengungkap model komunikasi interpersonal yang
dilakukan guru dan orang tua kepada anak usia dini serta efek
dari komunikasi guru dan orang tua kepada anak. Kesibukan
orang tua dalam mencari nafkah untuk keluarganya juga
menjadi factor yang menyebabkan kurangnya perhatian,
pengawasan, dan komunikasi orang tua kepada anak
mengenai pembinaan keislaman sehingga anak di masukan ke
TPA dengan adanya pengajaran di TPA anak akan
mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan, wawasan tentang
pembinaan keislaman sehingga anak dapat menyebarkan
energi positif di kehidupan sehari-harinya.
Faktor pendidikan dan pola asuh orang tua juga
berpengaruh dengan cara mereka berkomunikasi kepada
anaknya serta membentuk anak dengan ajaran syariat islam
dalam pembinaan keislaman anaknya. Peneliti juga ingin
mengetahui lebih dalam tentang hasil komunikasi orang tua
kepada anaknya sehingga bisa membentuk anak sesuai dalam
pembinaan keislaman yang di inginkan keluarga, bangsa dan
negara.
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan tersebut,
penelitian tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang
model komunikasi interpersonal guru dan orang tua dalam
pembinaan keislaman anak usia dini yang akan terciptanya
muslim/muslimah yang khaffa, yang bukan hanya terhadap
pembelajaran baca tulis Al-qur‟an, Akhlak, Fiqih, namun
21
mengimplementasikan terhadap lingkungan dan untuk
menjadikan muslim/muslimah yang khaffa yang utuh
terhadap semua ciptaan Allah SWT baik dalam hal
keduniawian maupun akhirat seorang muslim yang khaffa
yang mencintai semua mahkluk ciptaan Allah. Karena
komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam
pembentukan anak menjadi akhlak yang mulia sesuai dengan
ajaran islam dalam pembinaan keislaman anak yang
predikatnya sebagai media dalam penyampaian pesan dan
keinginan keluarga.
Maka dari itu, saya penulis tertarik melakukan penelitian
dengan memberi judul “Model Komunikasi Interpersonal
Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak
Usia Dini di TPA Pelita Johar Baru, Jakarta Pusat” saya
berharapan dengan adanya komunikasi interpersonal guru dan
orang tua kepada anaknya di usia dini dalam pembinaan
keislaman kedepannya anak bisa menjadi lebih baik
mempunyai akhlak yang baik, dan orang tua bisa
memperhatikan dan memberikan bimbingan yang baik untuk
anaknya.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan
dengan Model Komunikasi guru dalam proses
22
pembelajaran, maka penulis membatasi permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya
dibatasi kepada satu pimpinan (kepala yayasan TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas), 2 orang guru (ustadz atau ustadzah) 4
orang tua yang lebih intens mengantar anaknya da 4 orang
anak didik. Sedangkan pembinaan keislaman di batasi
pada keteladanan dan pembiasaan murid.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Model Komunikasi Interpersonal Guru
dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak
Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Rw.006
Johar Baru Jakarta Pusat ?
b. Faktor Pendukung dan penghambat apa saja dalam
proses Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua
dalam Pembinaan Keislaman anak usia Dini di TPA
Pelita masjid Al-Ikhlas rw 006 Johar Baru Jakarta
Pusat?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk menemukan Model Komunikasi Interpersonal
Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak
Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas RW.006 Johar
Baru Jakarta Pusat.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
komunikasi interpersonal Guru dan Orang tua dalam
23
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas RW.006 Johar Baru Jakarta Pusat.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Secara Akademis
Dengan adanya penelitian ini di harapkan menjadi
stimulus penelitian lebih lanjut dan lebih sempurna dalam
mengembangkan komunikasi guru, penelitian ini juga
diharapkan pada saatnya dapat berguna sebagai alat bantu
untuk menemukan model komunikasi Intertpersonal guru
dan orang tua kepada para anak usia dini.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat di harapkan untuk
dijadikan salah satu informasi dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan keislaman anak dan model komunikasi
interpersonal yang ada hubungannya dengan Program
bidang Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Dan untuk
memberikan gambaran dan informasi kepada seluruh para
orang tua bagaimana berkomunikasi yang baik dengan
anak dalam meningkatkan pembinaan keislaman anak
agar lebih memberikan pembinaan kepada anak dalam
memaksimalkan komunikasi dalam proses pembinaan
keislaman anak di dalam keluarga.
24
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pencarian
tinjaun pustaka serta penetapan konteks sebagai langkah
untuk proses penyusunan proposal skripsi. Hal ini bertujuan
untuk memperkuat konten hasil penelitian dan temuan
penelitian di lapangan serta menghindari kesamaan karya
milik orang lain. Berikut adalah bahan referensi yang
berkaitan dengan permasalahan yang peneliti angkat :
1. Amelia Kurniawati, NIM 108051000096 Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi 2013M. dengan judul “Pola
Komunikasi Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan
Karakter Murid di Taman Kanak-kanak El-Fikri Yayasan
Kahfi Tanggerang Selatan”. dalam skripsi ini membahas
tentang pola komunikasi orang tua dan guru dalam
pembinaan karakter murid yaitu kedisiplinan,
keteladanan, dan pembiasaan dalam karakter anak di
kehidupan sehari-harinya.
2. Pepsi Yuwindra 2015, dengan judul “Pembinaan Perilaku
keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat Subergempol
Tulungagung” dalam Skripsi ini membahas komunikasi
orang tua dalam membina keagamaan anak di desa
Panggungrejo mengenai cara orang tua agar anak bisa
mengikuti dan mencontoh dari apa yang dilakukan oleh
25
orang tua dan anak bisa menerapkannya di kehidupan
sehari-hari terutama dalam lingkungan keluarganya.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan Kualitatif yang
bersifat Deskriptif. Dengan jenis penelitiannya adalah
Studi Kasus, penelitian ini memusatkan diri secara intensif
pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai
suatu kasus. Metode yang di gunakan dalam teknik
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Analisis data adalah yang di gunakan penelitian
Kualitatif dengan menggunakan Reduksi Data, Display
Data atau Penyajian Data, dan Verifikasi Data atau
Penarikan kesimpulan. Fungsi analisis data ialah untuk
memberikan gambaran umum tentang data yang telah
diperoleh.27
Gambaran itu bisa menjadi acuan untuk
melihat karakteristik data yang peneliti peroleh. Deskriptif
yaitu data yang disimpulkan adalah berupa kata-kata
gambar dan bukan angka-angka, sehingga laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.
27
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005) h. 22.
26
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
diamati. Penelitian kualitatif berusaha mencari apa yang
ada dibalik tindakan, bukan fenomena luar tetapi
fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan
proses dari pada hasil dari suatu aktifitas.28
2. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme adalah
menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam
konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman
sosial, bersifat local dan spesifik, serta tergantung pada
pihak yang bersangkutan.29
Menurut Creswell (20014:32) Paradigma
Konstruktivisme sosial individu-individu berusaha
memaknai mak-makna yang beragam. Penelitian ini
memiliki tujuan untuk memahami kejadian atau peristiwa
sosial yang merupakan karakteristik dari paradigma
konstruktivisme.
28
Lexy, J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2001), h.3. 29
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial
Empirik Kalasik, (Jakarta:Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia, 2003) Hal.3
27
Paradigma konstrutivisme yang hampir merupakan
mencari apa yang ada di balik tindakan bukan fenomena
luarnya saja tetapi juga fenomena dalam dan lebih
menekankan pada makna proses dari hasil pada suatu
aktivitas.
Paradigma konstuktivisme yaitu, paradigma yang
hampir merupakan antithesis dari paham yang meletakkan
pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu
realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini juga
memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis
terhadap socially meaningful action melalui pengamatan
langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang
bersangkutan menciptakan, memelihara dan mengelola
dunia sosial mereka.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian adalah tempat memperoleh
keterangan30
. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah
Guru dan Orang Tua Meliputi : Kepala yayasan, 2 orang
guru, 4 orang tua, dan 4 orang anak didik, keteladanan
serta pembiasaan murid dalam pembinaan keislaman.
Sedangkan objek penelitian ini adalah Model
Komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan
30
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali,
1978/2003), hal. 92.
28
keislaman anak usia dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian ini di lakukan di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat.
Waktu penelitian di mulai dari bulan Maret sampai Juni
2021.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan usaha atau
cara mengumpulkan data yang di butuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Pengumpulan data
kualitatif yaitu kegiatan pengumpulan data yang harus di
lakukan oleh penelitian sendiri dan tidak boleh diwakili.
Adapun peneliti dalam penulisan ini menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung keadaan instansi dengan segala aspek
kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.
Observasi dilakukan penulis terhadap model
komunikasi guru dan orang tua dalam pembinaan
keislaman anak usia dini terhadap peduli lingkungan
29
di TPA Pelita Masjid AlIkhlas Rw006 Johar Baru
Jakarta Pusat
b. Wawancara
Penulis melakukan teknik wawancara, dimana
wawancara merupakan satu teknik yaitu pengumpulan
data yang dilakukan dengan berhadapan secara
langsung dengan yang diwawancarai, wawancara
merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Tujuan utama wawancara adalah untuk menyajikan
konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks
mengenai data pribadi, peristiwa, aktivitas, perasaan,
motivasi, atau tanggapan atau persepsi, tingkat dan
bentuk keterlibatan. Dalam model komunikasi guru
dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia
dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita Masjid
Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat
Adapun hal ini penulis melakukan wawancara
dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan
Kepala Yayasan TPA Pelita, 2 orang Guru, 4 orang
tua murid serta 4 orang anak didik. Dalam proses
wawancara, peneliti menggunakan media pendukung
seperti alat tulis, handphone, kamera, dan lain-lain.
c. Analisis Data
30
Analisis data kualitatif adalah menganalisis
proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan
memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap
proses tersebut dan menganalisis makna yang ada
baik informasi dan sebagainya 31.
Penelitian ini
menggunakan analisis Deskriptif. dimana data yang
diperoleh melalui teknik pengumpulan data sepertif
observasi, wawancara, dan dokumentasi tadi
diklasifikasikan dan dianalisa sesuai aspek kemudian
diinterprestasikan secara logis. Dengan demikian akan
tergambar sejauh manakah proses model komunikasi
guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak
usia dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat
dengan melibatkan data-data yang diperoleh peneliti
melalui teknik pengumpulan data tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan adalah
analisis model Miles & Huberman32
. Analisis data terdiri
dari tiga alur kegiatan yaitu33
. :
a. Reduksi Data
31
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 195 32
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif:buku sumber tentang
metode-metode baru,(Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia) hal. 52 33
Lexy J, Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Rosdakarya:
2005) hal 248
31
Reduksi data adalah proses pemilihan data, yang
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan dan verifikasi.
b. Penyajian Data
Dalam penyajian data, seluruh data di lapangan
yang berupa hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi akan di analisis sesuai dengan teori-teori
yang dipaparkan sebelumnya. Sehingga dapat
memunculkan deskripsi tentang model komunikasi
guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak
usia dini terhadap peduli lingkungan di TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas RW 006 Johar Baru Jakarta Pusat
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah penggambaran
secara utuh dari obyek yang di teliti. Proses penarikan
kesimpulan ini berdasarkan penggabungan informasi
yang telah disusun dalam penyajian data. Melalui
informasi tersebut, peneliti dapat memaparkan
kesimpulan dari sudut pandang peneliti.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar
mempermudah penulisan skripsi, maka peneliti membagi
menjadi enam bab yang terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
32
Dalam bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Metodelogi Penelitian,dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teoritis
Dalam Bab ini menjelaskan tentang Teori-teori yang
berkaitan dengan judul penelitian, seperti
Komunikasi Interpersonal, teori social learning, dan
pengertian yang berkaitan dengan pembinaan
keislaman anak usia dini dalam memperduli
lingkungan.
BAB III Gambaran Umum
Bab ini akan menjelaskan tentang, Metodelogi
Penelitian, Gambaran Umum, sejarah dan
perkembangannya, visi, misi, dan tujuan, struktur
organisasi, Program kegiatan TPA Pelita Musholah
Al-ikhlas, Data Siswa /I dan Guru.
BAB IV Temuan Dan Analisi Data
Dalam bab ini akan membahas hasil temuan penulis
di lapangan dan data-data, informasi pendukung
untuk penelitian ini.
BAB V Pembahasan
33
Dalam bab ini akan berisi mengenai penjelasan hasil
data dan temuan yang telah di dapatkan, selanjutnya
akan di analisis serta dikaitkan dengan teori
pembahasan yang sederhana.
BAB VI Penutup
Dalam bab ini merupakan akhir penulisan skripsi,
dimana berdasarkan yang telah di bahas akan di
tuangkan kedalam suatu bentuk kesimpulan berserta
saran-saran sebagai bentuk hasil analisa peneliti.
34
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Social Learning
1. Pengertian Theory Social Learning
Teori social learning terkenal dengan sebutan
observational learning, oleh tokoh utama dibalik teori ini
adalah Albert Bandura, Bandura memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata reflex otomatis dan stimulus,
melaikan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif
manusia itu sendiri1
Teori pembelajaran sosial merupakan pembelajaran
yang tercipta ketika seseorang mengamati dan meniru
prilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi didapatkan
dengan cara memperhatikan kejadian - kejadian di
lingkungan sekitar. Prinsip dasar pembelajaran menurut
teori ini, bahwa dipelajari induvidu terutama dalam
pembelajaran sosial dan moral terjadi melalui
peniruan/imitation dan penyajian sebagai contoh
perilaku/modeling. Dalam hal ini seseorang belajar
mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara
orang atau sekelompok orang merespon sebuah stimulus
tertentu. Bandura menganggap belajar observasi sebagai
proses kognitif yang melibatkan sejumlah atribut,
1 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,
(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 355
35
pemikiran manusia, seperti bahasa, moralitas, pemikiran
dan regulasi diri perilaku.2 Dan badura mengatakan bahwa
social learning mencakup empat elemen yaitu
memperhatikan, menyimpan informasi, menghasilkan
perilaku dan termotivasi untuk mengulangi perilaku itu3.
a. Fase Perhatian/attention
Memberikan perhatian pada orang yang ditiru,
proses perhatian ini sangat penting dalam
pembelajaran karena tingkah laku yang baru
(kompetensi) tidak akan didapat tanpa adanya
perhatian pembelajaran. Pengamatan harus
memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
model itu sendiri dan benar-benar memahaminya.4
b. Fase Pengingat/retention
Seorang pengamat harus dapat mengingatkan
apa yang telah dilihatnya. Ia harus mengubah
informasi yang diamati menjadi bentuk gambaran hal-
hal yang dialami model atau mengubah simbol-simbol
verbal dan kemudian menyimpan dalam ingatannya.
Mencakup kode pengekodean simbolik,
pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol dan
pengulangan motoric.5
2 Lawrence A. Pervin, dkk Personality: Theory and Researe ( Jakarta:
Kencana, 2010) hal 433 3 Wowo Snanryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku hal 322
4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hal 196 5 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta:
Erlangga, 2011) hal. 23
36
c. Reproduksi Motorik/reproduction
Proses peniruan adalah mengubah ide gambaran,
atau ingatan menjadi tindakan. Simbol yang diperoleh
dari model ini akan menjadi pembandingan tindakan.
Individual akan mengamati perilaku mereka sendiri
dan membandingkannya dengan perilaku model.6
Mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru dan
keakuratan umpan balik.
d. Motivasi /motivation
Teori pembelajaran sosial membedakan antara
perolehan dan perbuatan. Mungkin memperoleh
sebuah perilaku baru melalui observasi, tetapi kita
mungkin tidak melakukan perbuatan itu sampai ada
motivasi atau intensif untuk melakukannya.7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Social Learning
Theory
Ada enam faktor yang mempengaruhi social
learning theory yaitu:8
a. Status Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk
pemutusan perhatian yang lebih lama dan kapasitas
untuk memperoses informasi yang semakin
meningkat, menggunakan berbagai strategi,
6 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hal 198 7 Wowo Snanryo Kuswana, Biopsikologi Pembelajaran Perilaku hal 323
8 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,
(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 361
37
membandingkan kinerja dengan repsentai ingatan dan
mengadopsi motivator-motivator intrinsic.
b. Prestise dan Kompetensi Model
Pengamatan memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap model-model yang kompeten dan
berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang dijadikan
model memberikan informasi mengenai nilai
fungsional. Pengamatan berusaha mempelajari
tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang
perlu mereka lakukan.
c. Vicarious Consequences
Konsekuensi yang dialami model memberikan
informasi tentang kesesuaian antara perilakuy dan
kemungkinan hasil tindakannya.
d. Ekspetasi Hasil
Pengamatan lebih berkemungkinan untuk
melakukan tindakan yang diperagakan model yang ia
yakini tepat dan akan menghasilkan suatu yang
rewerding.
e. Menetapkan Tujuan
Pengamatan akan cenderung memperhatikan
model-model yang memperhatikan perilaku-perilaku
yang membantu pengamatan dalam mencapai
tujuannya.
38
f. Efikasi Diri
Pengamatan memperhatikan model apabila
percaya dirinya mampu mempelajari atau melakukan
perilaku yang dimodelkan. Observasi terhadap model
yang mirip mempengaruhi efikasi diri.
3. Aplikasi teori pembelajaran Sosial Learning
menurut Mahmud (2009) menyangkut tiga hal yaitu
karakteristik siswa, proses kognitif, dan pembelajaran,
serta konteks sosial bagi pelajar.9
a. Karakteristik siswa
Perbedaan indivisual, kesiapan dan motivasi untuk
belajar merupakan ciri-ciri siswa yang berinteraksi
dalam proses pengajaran.
1) Perbedaan Individu
Para siswa memiliki kemampuan yang berbeda-
beda dalam mengabstraksi, mengkodekan
informasi, mengingat dan melakukan perbuatan
yang dilihatnya. Selain itu mereka juga berbed
dlam kemampuan menerima model, tingkah laku
yang diamati oleh seseorang dengan sepenuh hati
dan asyik oleh orang yang mungkin dianggap
sebagai sesuatu yang membosankan.
b. Kesiapana
9 B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theories Of Learning,
(Jakarta: Kencana, 2017) hal. 363
39
Taraf perkembangan siswa dan kemampuan menerima
model tentu merupakan dua faktor utama yang
menentukan kemampuannya untuk melakukan
kegiatan belajar dengan cara mengamati. Anggapan
siswa dan derajat reinforcement yang diperkirakan
akan diperoleh dapat berpengaruh terhadap siswa,
apakah ia menaruh perhatian terhadap model tersebut
ataukah tidak.
c. Motivasi
Meskipun beberapa aktivitas dilakukan untuk
memperoleh reinforcement langsung (misalnya yang
didorong oleh rasa lapar dan sakit), namun sumber
utama motivasi itu pada dasarnya ialah kognisi.
Disadarinya konsekuensi-konsekuensi yang bakal
terjadi bagi tingkah laku tertentu. Menurut Bandura,
pengalaman masa lalu melahirkan harapan-harapan bahwa
tingkah laku tertentu :
a. Akan membuahkan keuntungan-keuntungan yang
bernilai.
b. Akan tidak mempunyai efek-efek yang berharga
c. Akan mencegah kemungkinan terjadinya kesulitan.
Self Motivation karena didalamnya terhadap
penentuan standar dan cara menilai diri sendiri. Motivasi
ini berkembang sebagai bagian dari system pengaturan
diri.
40
4. Proses Kognisi dan Pengajaran
Pemindahan hasil belajar/transfer of learning,
mengembangkan keterampilan-keterampilan belajar, cara
belajar dan mengajarkan pemecahan masalah adalah isu-
isu penting bagi pendidikan.
5. Konteks Sosial bagi Belajar
Teori pembelajaran sosial mengemukakan bahwa
gagasan belajar dalam situasi yang dialami dimana
seseorang belajar dari orang lain dalam kehidupan sehari-
hari. Mengamati berbagai macam model (seperti model-
model dalam keluarga, televisi, film) dan reinforcement
yang diberikan oleh teman sebaya dan oleh pihak lain.
Kesemuanya berpengaruh penting terhadap belajar.
Menurut teori belajar sosial, belajar didalam masyarakat
yang berorientasi pada media memperluas cakrawala dan
jangkauan belajar didalam kelas, secara lembut dan tidak
memaksa.
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi atau dalam bahasa inggris
communication berasal dari bahasa latin communicatio,
dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna” Jadi intinya
dalam berkomunikasi, antara komunikator dengan
komunikan akan saling memberikan pesan yang
mengandung makna yang sama. Makna yang sama yang
41
dimaksud adalah arti bahasa yang sesuai dengan
kesepakatan bersama. Komunikasi Interpersonal
(Komunikasi antar pribadi) Adalah proses paduan
penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada
oranglain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan
kegiatan tertentu.10
Dibandingkan dengan komunikasi
yang lain, komunikasi antar pribadi ini dinilai paling
ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaaan,
opini dan prilaku komunikan.11
Komunikasi antar Pribadi
juga merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik
yang langsung.
Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi
interpersonal (antar pribadi) sebagai “proses pengiriman
pesan-pesan antara dua orang atau lebih diantara
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
umpan balik seketika.12
Deddy Mulyana dalam bukunya
mendefinisikan komunikasi antar pribadi atau
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini
10
Onong Uchjana effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung
: PT. Remaja Rosdakary, 1990) Hal.126 11
Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimens komunikasi ( Bandung :
Alumni ,1986) Hal. 5 12
Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi komunikasi ( Bandung :
Alumni ,1986) Hal.60
42
adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami
istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya.13
Menurut Onong Uchjaya Effendi, pada
hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis
ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu
juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator
mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat
memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya
seluas-luasnya.
Komunikasi interpersonal merupakan proses
pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antara dua
orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Setelah
melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan – pesan
disampaikan kepada orang lain, proses pertukaran
informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung
diketahui balikannya. Dengan bertambahnya orang –
orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi
13
Dedy Mulyana & Rakhmat, Jalaludin, Komunikasi Antar Budaya, (
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.73
43
Interpersonal (interpersonal communication) juga bisa
dikatakan sebagai komunikasi antara orang – orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
maupun non verbal.
Ruang lingkup ilmu komunikasi adalah komunikasi
interpersonal yang lebih merujuk pada proses kedekatan
terjadinya komunikasi tersebut, dengan tujuan pesan yang
disampaikan efeknya langsung, oleh karna itu komunikasi
interpersonal dimulai denga psikologis, membangun
kedekatan dan keakraban.14
Penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud
komunikasi interpersonal (antarpribadi) adalah suatu
proses komunikasi yang biasanya terjadi diantara dua
orang atau lebih yang secara berlangsung dan tatap muka,
komunikasi ini sangat efektif karena dapat langsung
diketahui respon dari komunikan. Komunikasi
interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam rangka
menjalin hubungan dalam proses kehidupan. Komunikasi
interpersonal juga merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Nah komunikasi interpersonal juga bukan hanya
komunikasi dari pengirim pada penerima pesan,
begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik
antara pengirim dan penerima pesan. Dan komunikasi
14
Hanani Silfia, Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta, 2017) hal 13-
14
44
interpersonal juga bukan sekedar serangkaian rangsangan-
tanggapan, stimulusrespon, akan tetapi serangkaian proses
saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan
yang telah diolah oleh masing-masing pihak.
Keberhasilan dan efektifan komunikasi
interpersonal tergantung pada masing-masing pelaku
komunikasi interpersonal sediri, keberhasilan akan
tercermin pada jenis pesan dan respon atau efek nonverbal
mereka seperti tatapan muka, gelengan kepala, dan
lainnya, meskipun sertiap komunikator bebas mengubah
topik pembahasan akan tetapi faktanya komunikasi
interpersonal didominasi satu pihak seperti halnya
komunikasi interpersonal guru dan murid yang didominasi
oleh guru dari pada murid atau sama halnya orang tua dan
anak orang tua yang didomisili orang tua karena orang tua
bertanggung jawab dengan anaknya.
2. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Fungsi komunikasi Interpersonal atau komunikasi
antar-pribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan
insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai
pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
Komunikasi interpersonal, dapat meningkatkan hubungan
kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi
dengan melalui komunikasi interpersonal juga dapat
45
berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari
dan mengatasi terjadinya konflik-konflik.15
Komunikasi
interpersonal juga diperlukan untuk membangun karakter
manusia yang lebih baik dengan melakukan pendeketan
dari hati kehati atau penuh kasih sayang contohnya ulama
jaman dulu melakukan pendekatan komunikasi
interpersonal dengan duduk sila bersama-sama
memberikan nasehat atau didikan bertujuan supaya ulama
tersebut merasakan kedekatan dan mudah menjalin antara
santri dengan ulamanya16
Adapun Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai
berikut:
a. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini
sebagai salah satu tanda efektivitas proses
komunikasi.
b. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi
respon/ umpan balik.
c. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial,
yaitu komunikator dapat melakukan modifikasi
perilaku orang lain dengan cara persuasi.
15
Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2014) hal.33 16
Hanani Silfia, Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta, 2017) hal 26-
28
46
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Hubungan interpersonal akan terbentuk dengan baik
bila ditandai dengan adanya empati, sifat positif, saling
keterbukaan, dan sikap percaya. Adapun beberpa tujuan
komunikasi interpersonal dianataranya adalah
menemukan dirisendiri, menemukan dunia luar,
membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti,
nerunah sikap dan tingkah laku, serta untuk bermain atau
kesenangan.17
Menurut Bovee dan Thill yang dikutib oleh Djoko
Purwanto ada beberapa tujuan yang ingin tercapai yaitu
menyampaikan informasi. Ketika berkomunikasi dengan
orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam
harapan dan tujuan. Misalnya dalam berkomunikasi
dengan menyampaikan informasi kepada orang lain agar
orang tersebut mengetahui sesuatu, kemudian berbagi
pengalaman dan juga menumbuhkan simpati adalah suatu
sikap positif yang ditunjukan oleh seseorang kepada orang
lain. Dan tujuan komunikasi interpersonal juga untuk
melakukan kerjasama antar seseorang dengan orang lain
untuk mencapai suatu tujuan dan untuk melakukan
Sesuatu yang bermanfaat bagi keduannya. Melalui
komunikasi interpersonal seseorang dapat memotivasi
17
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2014). Hal 165.
47
orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan
positif.18
Tujuan dari komunikasi interpersonal itu sendiri
merupakan suatu action oriented, yaitu tindakan yang
berorientasi pada tujuan tertentu. Oleh sebab itu kualitas
komunikasi perlu ditingkatkan untuk menumbuhkan
hubungan interpersonal.
Menurut Riswadi dalam buku Ilmu Komunikasi
(2009:87),tujuan komunikasi interpersonal sebagai
berikut:
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain
b. Mengetahui dunia luar
c. Menciptakan dan memelihara hubungsn menjadi lebih
bermakna
d. Mengubah sikap dan perilaku
e. Bermain dan mencari hiburan
f. Membantu
Dari keenam tujuan diatas dapat dikelompokan
kedalam 2 perspektif, yaitu: pertama, tujuan tersebut
dapat dilihat sebagai factor-faktor motivasi atau alasan
mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
18
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), Hal
22-23
48
Kedua, tujuan tersebut dipandang sebagai hasil atau akibat
umum dari komunikasi antarpribadi.19
4. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Menurut Judy C. Pearson dalam Suranto,
Komunikasi interpersonal. mengklasifikasikan
karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai
berikut20
:
a. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi
(self). Berbagai persepsi komunikasi yang
menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita,
artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan
kita.
b. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional.
Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang
berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar,
menyampaikan dan menerima pesan.
c. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi
pesan dan hubungan antarpribadi.Artinya, isi pesan
dipengaruhi oleh hubungan antarpihak yang
berkomunikasi.
d. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan
fisik antar pihak yang berkomunikasi.
19
Riswadi dalam buku Ilmu Komunikasi (2009) Hal 87 20
Judy C. Pearson &Suranto, Komunikasi Interpersonal. (2011) hal 23
49
e. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang
saling bergantung satu sama lainnya dalam proses
komunikasi.21
Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun
diulang, seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja (2005),
dalam Suranto (2011: 26).
C. Model Komunikasi Interpersonal
Model adalah representasi suatu fenomena baik nyata
maupun abstrak , dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting
fenomena-fenomena tersebut. Model bukanlah fenomena itu
sendiri, tetapi sebagai alat untuk menjelaskan fenomena
komunikasi, model sanggup mempermudah penjelasan
tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi
fenomena komunikasi, artinya, ada nuansa komunikasi
lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh
model tersebut.22
Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan
atau menterapkan teori. Dengan kata lain model merupakan
teori yang disederhanakan , yang mampu menggambarkan
suat fenomena sesederhana mungkin tanpa menanggalkan inti
dari fenomena tersebut.
21
Judy C. Pearson, Komunikasi Interpersonal. (2011) Hal.23 22
Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,2005) hal 121
50
Menurut Julia T. Wood model komunikasi interpersonal
terbagi menjadi tiga, yakni :23
1. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude
Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam
buku The mathematical of Communication. Mereka
mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena
tertarik pada teknologi radio dan telepon serta ingin
mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan
bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel).
Model pertama dalam komunikasi interpersonal
digambarkan sebagai bentuk yang linear atau searah,
proses di mana seseorang bertindak terhadap orang lain.
Gambar 1. Model Komunikasi Linear
proses komunikasi yang bersifat satu arah yaitu
proses mengkomunikasikan melalui sebuah saluran
sampai kepada penerima. Model linear ini memiliki
kekurangan nyata. Implikasinya adalah pendengar tidak
pernah mengirim pesan hanya menyerap secara pasif apa
yang dikatakan pembicara. Ini bukanlah komunikasi yang
23
Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.
(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 20
Sumber Pesan
Pesan Saluran Penerima
Pesan
51
seharusnya. Sebagai respon dari komunikator, pendengar
biasanya akan mengangguk, tersenyum,mengerutkan dahi
, terlihat bosan atau tertarik dan sebagainya.
Terdapat keliruan didalam model ini, yaitu
menampilkan proses mendengar sebagai tahap setelah
proses bicara, dan pada kenyataanya berbicara dan
mendengar adalah dua proses yang terjadi secara
bersamaan dan tumpah tindih.
Linear disini mengandung makna lurus yang
berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus
yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan sebagai titik terminal.24
2. Model Transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan
oleh Barnlund pada tahun 1970 model ini menggaris
bawahin pengiriman dan penerimaan pesan yang
berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode
komunikasi. Dan berasumsi bahwa saat terus menerus
mengirimkan dan menerima pesan kita berurusan baik
dengan eleman verbal dan non verbal dengan kata lain
peserta komunikasi (komunikator ) melakukan proses
negosiasi makna.25
Dan menekankan pada pola komunikasi yang
dinamis dan berbagai peran yang dijalankan seseorang
24
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), hlm. 43 25
Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian. (Jakarta :
Salemba Humanika, 2013) hlm. 20
52
selama proses interaksi. Salah satu ciri dari model ini
adalah penjelasan mengenai waktu yang menunjukan
fakta bahwa pesan, gangguan, pengalaman senantiasa
berubah dari waktu ke waktu. Model ini menganggap
bahwa gangguan muncul di seluruh proses komunikasi
interpersonal. Pengalaman dari setiap komunikator dan
pengalaman yang di bagikan dalam proses komunikasi
berubah setiap waktu.
Komunikasi secara transaksional tersebut biasanya
berlangsung secara simultan dan spontan, hal tersebut
biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
seringkali tidak sadar.26
3. Model Interaktif
Menggambarkan komunikasi sebagai proses di
mana pendengar memberikan umpan balik sebagai respon
terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikan. Model
interaktif menyadari bahwa komunikator menciptakan
dan menerjemahkan pesan dalam konteks pribadinya.
Semakin banyak pengalaman komunikator dalam
berbagai kebudayaan, akan semakin baik pemahamannya
terhadap orang lain.27
26
Onong Uchjana Effendi, Dimensi-dimensi komunikasi (Bandung
:Alumni,1986) Hal.69 27
Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.
(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 21
53
Gambar 2 : Model Komunikasi Interaktif
Model interaktif menggambarkan komunikasi
sebagai proses dimana pendengar memberikan umpan
balik sebagai respons terhadap pesan yang disampaikan
oleh komunikan. Model interaktif tidak mampu
menangkap cara dan pergerakan alami komunikasi
interpersonal yang berubah dari waktu ke waktu.
Contohnya, dua orang dapat berkomunikasi secara
terbuka setelah sebelumnya saling bertukar e-mail lewat
internet. Atau dua orang rekan kerja yang mampu
berkomunikasi efektif setelah sama – sama tergabung
dalam tim kerja perusahaan.28
28
Julia T. Wood, Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian.
(Jakarta : Salemba Humanika, 2013) hlm. 21
Su mber Pesan
Pesan
Pesan
Umpan Balik
54
D. Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Umar yang dikutip oleh Wiranto dalam
bukunya pengantar Ilmu Komunikasi antarpribadi
mempunyai beberapa efektivitas, sebagai berikut29
:
1. Keterbukaan, sikap dapat menerima masukan dari orang
lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting
kepada orang lain.
2. Empati, kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami,
merasakan, sesuatu yang terjadi pada seseorang dan
sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain dari
kacamata oranglain.
3. Dukungan, hubungan interpersonal yang efektif dalam
hubungan dimana terdapat sikap mendukungn
(supportiveness) artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka.
4. Sikap Positif, ditujukan dalam bentuk sikap dan perilaku.
Dan dpat di tunjukan dengan berbagai macam prilaku dan
sikap antara lain : menghargai orang lain, berfikir positif
terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara
berlebihan dan menyakini pentingnya orang lain.
5. Kesetaraan, pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu
yang penting untuk disampaikan.
29
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi Antarpribadi (Pt Grasindo,
2004) hal 55
55
E. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi manusia yang disiapkan dengan baik selalu
mengandung tujuan dan fungsi tertentu. Adapun tujuan umun
komunikasi manusia sekurang-kurangnya adalah untuk
mengirimkan informasi (to inform), menyatakan perasaan (to
exspress feelings), menghibur (to entertainment), mendidik
(to educated), mempengaruhi (to influence), dan
mempertemukan harapan sosial (to meet social expectations).
Alo Liliweri dalam bukunya yang berjudul
“Komunikasi Serba Ada Serba Makna” menjelaskan bahwa
komunikasi memiliki fungsi yang berbeda-beda,
diantaranya:30
1. Fungsi Informasi Pada level tertentu, semua pesan
komunikasi merupakan informasi. Jika pesan itu tidak
“berisi” (content), maka kita tidak akan mengetahui
tentang “sesuatu”, akibatnya kita tidak mungkin
memberikan perhatian pada pesan tersebut.31
2. Fungsi Instruksi Instruksi adalah informasi plus.
Informasi yang bernilai membuka peta kognitif seseorang,
karena itu pesan-pesan dalam rangka penyelengaraan
pendidikan dan pelatihan sering tidak disebut informasi
melainkan “instruksi”. Jadi intruksi merupakan
serangkaian informasi plus yang memerlukan interpretasi
lebih lanjut.
30
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hal. 142. 31
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makn. hal. 144.
56
3. Fungsi Persuasi Persuasi menjelaskan bahwa ada kategori
atau kelas pesan tertentu yang dirancang sedemikian rupa
untuk mempengaruhi keyakinan. Fungsi komunikasi
persuasif sangat berperan dalam relasi antarpesonal.
4. Fungsi Hiburan Dalam kehidupan manusia ternyata ada
peristiwa komunikasi yang berfungsi memberikan kita
kesenangan yang kita sebut sebagai hiburan /
entertaiment.
5. Fungsi Meyakinkan Fungsi meyakinkan artinya membuat
ide, pendapat dan gagasan sehingga bisa diterima oleh
orang lain dengan senang hati dan tidak terpaksa.
6. Fungsi Mengingatkan Fungsi mengingatkan bertujuan
agar ingatan seseorang tentang sesuatu informasi menjadi
kukuh dan tidak mudah hilang meskipun informasi lain
yang mauk juga banyak.
7. Fungsi Memotivasi Motivasi dapat dikatakan sebagai
keadaan pribadi yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan demikian fungsi memotivasi dapat berfungsi
mendorong seseorang agar tergerak untuk melakukan
seuatu.
8. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi terkait dengan hakikat
manusia sebagai makhluk sosial dimana hidupnya tidak
lepas dari berhubungan dengan orang lain sehingga
manusia selalu membutuhkan sosialisasi.
57
9. Fungsi Bimbingan Fungsi ini dapat dikatakan sebagai
fungsi untuk menuntun, menjelaskan tentang sesuatu. Hal
ini karena tidak semua orang mampumenyelesaikan
masalahnya, sehingga ia membutuhkan orang lain untuk
membimbingnya.
10. Fungsi Kepuasan Spiritual Manusia terbentuk dari dua
unsur yang keduanya memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi yakni kebutuhan jasmani dan ruhani. Kebutuhan
ruhani atau roh adalah berkomunikasi dengan Allah,
sehingga hati menjadi tenang.
F. Pembinaan Keislaman Anak
1. Pengertian Pembinaan
Menurut Masdar Helmy, pembinaan meliputi segala
upaya (upaya), tindakan dan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang
tauhid, bidang kepribadian, bidang akhlak dan bidang
kemasyarakatan. Pengertian coaching dapat dikatakan
apabila hasil yang dicapai dalam kegiatan tersebut sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara sederhana
ukuran keefektifan pembinaan islami adalah tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan tersebut.
Pembinaan dimulai dari lingkungan keluarga. Jika anak
mendapat bimbingan yang baik maka akan menjadikan
dirinya memiliki peran yang positif dan akan berkembang
mengakar dalam dirinya.
58
Pembinaan ibarat pendidikan dimana kita dididik,
dibentuk, diarahkan, dibimbing dan diajari apa yang tidak
kita ketahui menjadi mengetahui karena kita terakhir dari
tidak mengetahui dan belajar menjadi sadar dan memiliki
jiwa yang baik sehingga kita dapat menunjukkan sikap
atau perilaku yang baik saat berkomunikasi dengan orang
lain dan hidup dalam komunitas.
Pembinaan merupakan proses pembuatan, cara
membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha dan
tindakan, dan kegiatan yang berdaya guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.32
2. Pengertian Pembinaan Keislaman/Keagamaan
Pengertian dari pembinaan keislaman/keagamaan
ialah keagamaan yang berasal dari kata awalanya “ke”
dan akhiran “an” sehingga menjadi “keagamaan”. Yang
disini mempunyai arti “Segenap kepercayaan (kepada
ALLAH) serta dengan ajaran kebaikan, dan kewajiban
yang harus di taati oleh umat muslim.
Pembinaan keislaman adalah proses perbuatan,
pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan secara
berkelanjutan yang di lakukan oleh orang dewasa
terhadap anak didik untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Memang benar bahwa tugas pembinaan keislaman
32
Departemen Pedidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), h. 134
59
anak di TPA bukan tugas ustad/ustadzah saja, disamping
itu juga tugas orang tua. Namun peranan ustadz/ustadzah
TPA dalam hal ini sangat menentukan apakah guru/ustadz
dapat memperbaiki kesalahan yang di buat.
Pembinaan keislaman dapat dipahami ketetapan
Allah SWT yang dapat diterima oleh akal sehat sebagai
pandangan hidup, untuk kebahagian dunia akhirat.
Adapun perilaku keagamaan adalah tingkah laku
yang didasarkan atas nilai-nilai islam. Dengan demikian
dapat dimengerti bahwa pembinaan perilaku keagamaan
adalah usaha atau cara untuk menghasilkan tingkah laku
yang didasarkan atas nilai-nilai agama agar lebih baik.
Berkaitan dengan hal ini, cara di bawah ini dirasa dapat
dijadikan pertimbangan dalam pembinaan perilaku
keagamaan anak. Adapun cara tersebut diantaranya :
a. Hiwar menurut bahasa artinya pembicaraan yang
berlangsung dianaraa dua orang atau lebih. Hiwar juga
berarti bertukar pikiran dan saling mengoreksi dalam
pembicaraan. Adapun menurut istilah, hiwar artinya
pembicaraan yang berlangsung diantara dua orang
atau lebih yang bertujuan untuk menyampaikan
informasi atau meyakinkan orang lain dalam suasana
tenang dan tidak panas.33
Dalam proses pembinaan,
hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam
33
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hal. 124.
60
terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang
mengikuti topik percakapan dengan seksama dan
penuh perhatian.34
b. Kisah Menurut kamus Ibn Manzur, kisah berasal dari
kata qashshayaqushshu-qishshatan, mengandung arti
potongan berita yang di ikuti dan pelacak jejak.
Menurut Al-Razzi kisah merupakan penelusuran
terhadap kejadian masa lalu. Dalam kisah terdapat
berbagai keteladanan dan edukasi.35
c. Amtsal (Perumpamaan) Metode perumpamaan ini
baik digunakan oleh pendidik dalam mengajari anak-
anaknya terutama dalam menanamkan karakter (nilai-
nilai ajaran islam) kepada mereka. Cara penggunaan
metode perumpamaan ini hampir sama dengan metode
kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks.
d. Keteladanan Dalam penanaman nilai-nilai ajaran
islam kepada anak, keteladanan yang diberikan orang
tua merupakan metode yang lebih efektif dan efisien.
Karena pendidikan dengan keteladanan bukan hanya
memberikan pemahaman secara verbal, sebagaimana
kosep tentang akhlak baik dan buruk, tetapi
memberikan contoh secara langsung kepada mereka.
34
Mahmud, Heri Gunawan,Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama
Islam dalam Keluarga, hal 158. 35
Haya Binti Mubarok al-Barik, Mausuh‟ah al-mar‟atul Muslimah,
terjeman Amir Hamzah “ Ensiklopedi Wanita Muslimah” (Jakarta, Darul
Falah 1998) hal 247
61
Karena anak pada umumnya cenderung meneladani
(meniru) guru atau pendidiknya. Oleh karena itu,
keluarga perlu memberikan keteladan yang baik
kepada anak-anaknya.
e. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja
dilakukaan secara berulang-ulang agar sesuatu itu
dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan ini
berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu
adalah sesuatu yang diamalkan. Dan inti dari
kebiasaaan adalah pengulangan. Menurut para pakar,
metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan dan
penanaman nilai-nilai dan kepribadian anak.
f. Nasihat Nasihat menurut bahasa artinya murni, jernih,
bersih, tanpa noda. Menurut Ibnu Al-Atsir, nasihat
merupakan untaian kata yang diungkapkan untuk
orang yang diberi nasihat dengan harapan oraang yang
diberi nasihat bertambah baik. Nasihat juga bisa
diartikan sebagai ajakan yang mengandung kebaikan
dan larangan yang mencegah kerusakan. Adapun
tujuan dari nasihat adalah agar orang yang
mendapakan nasihat dapat mengambil manfaat dan
memetik buahnya. Pemberi nasihat harus memilih
kalimat yang mengesankan, memilih waktu yang
tepat, dan memilih tempat yang tepat untuk
menyampaikan nasihatnya.
62
g. Targhib dan Tarhib Targhib ialah janji terhadap
kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan
bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan. Targhib dan tarhib bertujuan agar orang
mematuhi aturan Allah SWT. Akan tetapi keduanya
mempunyai titik tekan yang berbeda Targhib agar
melakukan kebaikaan yang diperintahlan Allah dan
tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang
oleh Allah.36
h. Hukuman Hukuman yang dimaksud dalam metode ini
harus digunakan pada saat yang tepat. Memberikan
hukuman terhadap anakpun jangan sampai berlebihan.
Karena hukuman dapat membentuk anak menjadi
penakut, lemah, dan susah berkembang. Berikut
merupakan cara menghukum anak yang sesuai dengan
tuntunan Rasulullah Saw: menunjukan kesalahan
dengan pengarahan, keramah-tamahan, memberikan
isyarat, memukul, hukuman yang menjerakan.
3. Pengertian Pembinaan Keislaman/Keagamaan anak
Usia Dini
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama
adalah ajaran system yang mengatur tata keimanan
(keprcayaan) dan pribadatan kepada Allah SWT serta tata
36
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, hal. 150
63
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta
lingkunganya.37
Istilah agama identic dengan Al-Din, pengertian ini
berlaku untuk semua agama, baik agama islam maupun
agama lainya. Dalam AL-Quran, AL-Din memiliki
konatasi makna yang sepadan dengan (1)Al-Jaza,
pembalasan, (2)Al-Ibadah ibadah atau pengabdian, (3)At-
Thaat, ketaatan dan kesetiaan (4)Al-Qanun al-samawi,
peraturan allah, (5)Al-Qanun ad-dunya, peraturan bagi
manusia (6)Al-Tauhid wal-Istislam, tauhid atau berserah
diri, (7)An-Nashihah, nasehat, (8)Al-Akhalaq al-Fadhilah,
budi pekerti yang utama. Ad-Din (agama) memilii lingkup
yang luas.
Dan juga mencangkup pembinaan keislaman anak
dengan melakukan sikap dan tingkah laku serta pergaulan
hidup diseluruh aspek kehidupan manusia, diantaranya:
a. Mengajarkan adanya pembalasan terhadap setiap amal
perbuatan manusia yang dilakukan selama hidupnya
di dunia ini.
b. Menetapkan kewajiban untuk mengabdikan diri
kepada Allah SWT
c. Menjadi tata aturan dalam pergaulan hidup sebagai
tugas kekhalifaahan manusia dengan sesamanya.
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia , (Jakarta :Balai Pustaka , 2002), hal, 21
64
d. Menjadi dasar untuk membentuk akhlak mulia
manusia.
Pembinaan keislaman merupakan ruhnya agama
yang benar yang di pimpin oleh ajaran islam yang murni,
bersumber kitab suci yang menjelaskan tentang perkataan
benar (haq), tugas kewajiban manusia untuk mengikuti
yang benar dan menjauhi yang salah (Amar Ma‟ruf Nahi
Munkar) yang kesemuanya telah diwujudkan dalam
syariat islam yang berdasarkan nilai-nilai mutlak yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui Al-qur‟an
maupun As-Sunnah.
Pembinaan keislaman adalah pendidikan yang
materi bimbingan dan arahannya adalah ajaran agama
islam yang di tujukan agar manusia mempercayai dengan
sepenuh hati akan adanya tuhan, beribadah, dan berakhlak
mulia, serta menumbuh kembangkan rasa intuisi
keagamaan/keislaman yang ada dalam diri seorang
muslim kemudian melaksanakan ajaran-ajarannya dengan
penuh ketundukan.
Oleh karna itu, orang tua harus memperhatikan
perkembangan anaknya, karena pembinaan keislaman ini
sangat penting untuk proses perkembangan anak, apalagi
anak usia dini yang masih dalam masa golden age nya
menyaring menerima dan menirukan. Mendasari anak
dengan pembinaan keislaman yang inklusif dan egaliter
65
adalah fardhu „ain yang di lakukan oleh oran dewesa
(orangtua dan guru). Jangan sampai anak salah asuh
terkain pembinaan keislamanya, sebab pembinaan
keislaman adalah pendidikan yang paling asasi dan
menjadi kunci keberhasilan seorang anak kelak, baik
urusan agama itu sendiri maupun urusan duniawi.
Pembinaan keislaman anak ada beberapa konsep
keislaman pada diri anak untuk mngetahui sifat agama
anak-anak, adapun sifat keislaman pada diri anak dapat di
bagi menjadi sebagai berikut :
a. Unreflective (tidak mendalam)
Anak-anak menerima ajaran agama
islam/pembinaan keislaman sesuai dengan
pemahaman sempitnya, sehingga teori dan ajarannya
tidaklah mendalam dan baru sekedar saja (tanpa
kritik) apapun yang diberikan kepada mereka itu lah
yang akan tertanam dalam benak mereka. Karenanya
sangat tidak dianjurkan mengajari anak perihal
keislaman dengan sangat detail, sebab hal semacam
itu justru membuat anak menjadi kebingungan dan
jauh dari kata paham.
b. Antromorphis
Konsep ketuhanan bagi anak-anak tidak
ubahnya sebagaimana mereka menggambarkan
manusia dalam arti aktivatasnya. Bahwa tuhan akan
66
menghukum orang yang jahat, hal ini berdasarkan
bayangan mereka tentang seseorang penegak hokum
yang menghukum orang yang melakukan kesalahan.
Tuhan dapat melihat seluruh aktivitas yang ada dalam
rumah, luar rumah memonitor dari setiap gerak-gerik
perbuatan manusia dan lain sebagainya, jadi aspek
manusia dengan segala aktivitasnya itu, seolah
melekat pada diri tuhan.
c. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama bagi anak pada umumnya
dimulai dari ucapan (verbal), baik terkait dengan
perintah maupun larangan, meraka akan mudah sekali
menghafalkan kata-kata khas yang menjadi ciri
dalam orang beragama, seperti ucapan (Bismillah) :
ketika hendak memulai sebuah aktivitas, ucapan
(Alhamdulillah) : ketika mendapatkan kenikmatan
maupun ucapan lainya yang senada. Dan juga
semakin tampak ketika bersinggungan langsung
dengan hal bersifat ritual, seperti shalat, puasa,dan
lain-lainnya. Justru ritual ini jika sudah terbiasa sejak
kecil maka akan menghujam sampai ia dewasa.
d. Imitatif
Tindakan pembinaan keislaman anak juga di
hasilkan dengan meniru terhadap apa yang tengah
terjadi di lingkunganya. Kerenanya, apaupun bentuk
67
ajaran itu akan mewarnai pada diri anak. adanya anak
menjadi terbiasa terhadap hal postif pada dirinya
seperti shalat, sedekah, mengucapkan salam, tidak lain
karena contoh yan ia tiru. Dengan begitu, hal
kebalikannya pun juga pasti berlaku, karena itu tinggal
bagaimana orang dewas memberi teladan.
e. Rasa heran
Rasa heran dan kagum pada diri anak
merupakan tanda terakhri kaitannya dengan konsep
agama. Rasa heran ini berbeda dengan rasa heran yang
di alami oleh orang dewasa, sebab rasa heran dan
kagum yang mereka alami hanya sebatas lahiriah saja,
wilayah kritis dan kreatif belum berkembang.
Penekanan pada hal ini lebih karena ada semacam
pengalaman baru (new experience) yang sebelumnya
belum pernah terbayangkan. Contohnya, cerita tentang
mukjizat para Nabi, karomah para kekasih Allah
SWT dan cerita keajaiban yang di gambarkan dalam
kitab suci.38
Dari kelima sifat tersebut, hal yang semestinya
ada dalam diri orang tua dalam mendidika anak adalah
kesiapan mental, ilmu yang luas serta kearifan dalam
bersikap. Terdapat ungkapan bahwa anak adalah
peniru yang ulung, sehingga hal ini cukup menjadi
38
M.Fathurahman, “Agama dan Ego Orang Tua( Telah Kritis atas
Spntanitas Anak dalam Pendidikan Keluarga), Jurnal Cendikia, 14;2,
(ponorogo, Desember 2016), Hal.320-321
68
alasan bahwa keberadaan orang dewasa terutama
orang tua yang dirumah dan guru yang di sekolah dan
disekitar mereka memberikan teladan yang baik.
Membangun pribadi anak sesuai dengan apa
yang dicita-citakan, sebaginya orang tua
mengkondisikan lingkungan keluarga dalam suasana
yang menyenangkan bagi kehidupan anak dalam masa
perkembangan dan yang paling penting adalah
mentradisikan ritual pembinaan keislaman sesuai
ajaran islam dan orang tua juga mendaftarkan
pendidikan anak di taman pendidikan al-quran serta
juga memperkenalkan nilai-nilai keislaman melalui
komunikasi, mengajak anak berbicara, melibatkan
anak ketika beribadah, membina hubungan yang baik
dengan anak, memberi dorongan rasa ingin tahu anak,
membimbing anak belajar, sabar dan memahami
perasaan anak serta meluruskan perilaku negative
anak.
G. RuangLingkup PembinaanKeislaman/Keagaman
1. Pembinaan Keislaman dalam Keluarga
Islam mengajarkan bahwa pendidikan itu
berlangsung seumur hidup, dari buaian sampai keliang
lahat. Karena pembinaan dan pendidikan anak dalam
keluarga adalah awal dari suatu usaha untuk mendidik
anak menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas dan
69
terampil. Maka hal ini menjadi fondasi penyangga anak
selanjutnya.39
hubunga dalam keluarga sangat
mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, hubungan
yangserasi, penuh perhatian dankasih sayang, yang akan
membawa kepada kepribadian yang tenang ,terbuka dan
mudah di didik karena ia mendapatkan kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang. Untuk membina keIslaman,
Abdullah Ulwan meletakan tanggung jawab pendidikan
anak pada orang tua yang meliputi hal sebagai berikut :40
a. Memberikan petunjuk, mengajari agar beriman kepada
Allah dengan jalan merenungkan dan memikirka
ciptaannya (bumi, langit, atau alam dan isinya).
b. Menanamkan dalam jiwa roh kekhususan, bertqwa
dan beribadah kepada Allah melalui shalat, dan
melatih tingkah laku dengan rasa haru dan menagis
saat mendengar suara al-Qur‟an.
c. Mendidik anak untuk dekat kepada Allah di setiap
kegiatan dan situasi. Melatih bahwa Allah selalu
mengawasi, melihat dan mengetahui rahasia.41
Hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT QS.al-
Ahzab[33]:21
39
Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada
Anak, (Semarang: Dina Utama, 1993) Hal 7 40
Abdurahman, Anak dalam Keluarga (Jakarta, Studi Press, 1994) hal 35 41
Zakia Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (
Jakarta, Bumi Aksara,1995) hal 12
70
Yang artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
2. Pembinaan Keislaman dalam Sekolah
Sekolah adalah sebagai pembantu pendidikan
anak, yang dalam banyak hal melebihi pendidikan dalam
keluarga dalam segi cakupan ilmu pengetahuan yang di
ajarkannya, karena sekolah juga pelengkap dari
pendidikan dalam keluarga. Sekolah benar-benar
pembinaan keislaman anak untuk menjadi pribadi yang
baik dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak, dan
membantu membentuk keagamaan pada diri anak agar
menerima pendidikan agama yang di berikan.42
3. Pembinaan Keislaman dalam Masyarakat
Masyarakat dan lingkungan sekitar sama-sama
terlibat dalam pembinaan anak. Bimbingan Islam yang
diberikan oleh keluarga merupakan landasan utama,
sedangkan di sekolah sangat penting untuk memenuhi
kekurangan dan kekurangan keluarga dalam mendidik
anak. Masyarakat merupakan bidang pendidikan ketiga,
42
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 37
71
keharmonisan antara ketiga bidang pembinaan tersebut
akan berdampak positif bagi perkembangan anak
termasuk dalam pembentukan jiwa religiusnya.
H. Peran Guru dan orang tua dalam Pembinaan KeIslaman
Peran guru yang paling menonjol adalah menjadi
semacam kepala keluarga di kelas tertentu, yang bertanggung
jawab untuk menciptakan kondisi di dalam kelas, yang
merupakan faktor penting yang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan pendidikan Islam di TPA.. guru merupakan
tokoh utama sekaligus contoh dan teladan bagi siswa. Oleh
karena itu, guru dimulai dari dirinya sendiri sehingga apa
yang dilakukannya dengan baik mempengaruhi siswanya.
Pendidikan sulit menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa
dimulai oleh guru yang baik. Sedangkan orang tua, ibu dan
ayah kandung, orang yang dianggap pintar, adalah ahli dalam
mengurus keluarga dan rumah tangga yang menjadi tanggung
jawabnya.43
Peran orang tua penting bagi setiap anggota keluarga
(anak) dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, baik sehat
maupun sakit. Orang tua juga telah mengasuh dan
membimbing anaknya dalam kehidupan sehari-hari, selain itu
orang tua juga mengenalkan anaknya pada hal-hal yang
mungkin ada di dunia dan menjawab dengan jelas tentang
sesuatu yang tidak dimengerti oleh anaknya.
43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 40
72
Pembinaan Islam bagi anak harus diajarkan sejak dini
karena besarnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anaknya. Dalam Al Qur'an Surah At-Tahrim: 6 yang
berbunyi:
Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dan kedua orang tua dituntut untuk mengarahkan
dan mendidik anaknya agar menjadi generasi-generasi
yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Peran orang tua
adalah sebagai penyelamat anak dunia akhirat, khususnya
dalam menumbuhkan perilaku keagamaan yang baik, dan
hal ini bukanlah tugas yang mudah. Pertumbuhan fisik,
intelektual, emosi dan sikap sosial anak harus diukur
dengan kesesuaian nilai-nilai agama melalui jalan yang
diridhoi Allah SWT.44
44
Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan Dalam Teori dan
Praktik. h.270-274.
73
Rumah keluarga Muslim adalah benteng utama
bagi anak-anak yang dibesarkan melalui pendidikan Islam.
Menurut Abdurrahman An-Nahlaw keluarga yang
mendasarkan kegiatannya pada pembentukan keluarga
sesuai dengan syariat Islam, menurut Abdurrahman An-
Nahlaw tujuan terpenting dari pembentukan keluarga
adalah sebagai berikut.:45
a. Mendirikan syariat allah dalam segala permasalahan
rumah tangga
b. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis
c. Mewujudkan sunnah Rasulullah SAW dengan
melahirkan anak-anak yang sholeh dan sholehah
sehingga rasulullah SAW merasa bangga dengan
kehadiran kita.
d. Memenuhi kebutuhan cinta kasih sayang
e. Menjaga fitrah agar anak tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanah yang
dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya.
Pengertian fitrah adalah sikap tauhid kepada Allah SWT,
sejak manusia masih dalam kandungan, mereka telah
bersepakat dengan Allah untuk beriman dan menaatinya.
Orang tua bertanggung jawab ketika kekuatan pikiran
manusia sempurna dalam memiliki tanggung jawab untuk
memilih kesepakatan sampai anak dapat menemukan
45
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta, Bumi Aksari :
2014) hal 46
74
dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas tindakannya
sendiri. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anak-anaknya berlangsung sampai akhir hayatnya. Orang
tua sebagai pendidikan wajib menempuh dua langkah,
yaitu:46
a. Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan
nikmat Allah, serta semangat mencari dalil dalam
meng-Esakan Allah melalui tanda-tanda kebesaranya.
b. Membiasakan anak-anak untuk mewaspadai
penyimpangan-penyimpangan yang kerap
membiasakan dampak negative terhadap diri anak.
Komunikasi dalam keluarga dapat mengarah
pada timbal balik dan kesuksesan. Komunikasi awal
terjadi karena ada penyampaian pesan. Komunikasi
yang berpola respon stimulus merupakan model
komunikasi ya ng masih terlihat dalam kehidupan
keluarga. Kelangsungan hidup anak-anak tergantung
pada hubungan orang tua mereka. Pendidikan pertama
ada di dalam keluarga dan yang kedua di sekolah,
namun tidak melepaskan tanggung jawab orang tua
untuk mengawasi anak di dalam rumah atau di luar
rumah.
46
Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani (Jakarta: Gema Insani,
2000), Hal 46.
75
I. Kerangka Berfikir
Model Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal
Teori Sosial Learning
(Albert Bandura )
Fase Perhatian Fase Pengingat Fase Proses
Peniruan Fase Motivasi
Model Komunikasi Interpersonal
Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia
Dini
76
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
1. Sejarah Umum Berdirinya TPA Pelita
Pada hakekatnya manusia dilahirkan untuk saling
berinteraksi antar sesama manusia dan makhluk hidup
lainnya. Dan berawal dari keperihatinan sebagaimana
manusia bertanggung jawab akan pendidikan agama agar
anak-anak bisa membaca al-qur‟an berfikir dengan baik
dan bisa bersosialisasi. Awalnya ini tpa berdiri untuk
anak-anak yatim piatu yang terdiri dari 22 anak yatim.
Pada tahun 2017 TPA berdiri oleh Bpk Ustd Wirman
selaku ketua DKM Masjid Al-Ikhlas sehingga dengan
berdirinya TPA di lingkungan RW 006 khususnya banyak
anak-anak RW 006 ingin mendaftar ke TPA ini dan orang
tua tertarik untuk memasukan anaknya ke TPA karena di
RW 006 ini banyak orang tua yang kurang memahami
agama islam dan banyak juga anak-anak yang hanya diam
di rumah asik main handpone sehingga pendidikan
77
agamanya kurang dan maka dari itu orang tua banyak
yang mendaftarkan anak-anakny ke TPA Pelita ini,
awalnya masuk ini sabtu minggu dan ustd wirman sendiri
yang mengajarnya dengan menggunakan inpokus kisah-
kisah nabi dan lain-lainya, lalu karena semakin banyak
anak-anak yang daftar TPA ini bergabungan dengan ibu-
ibu pengajian di Masjid Al-Ikhlas dan beraawal 2 guru
namun beberapa bulan kemudian guru semakin bertambah
dan memulai berbagi kurikulum pembelajaran dan kelas-
kelas sesuai dengan kemapuan dan usia anak-anak. dan
mengubah hari pengajaran senin-jum‟at jam 16.00 kita
mulai mengajar.dan hari sabtu minggu libur seperti
sekolah biasa hanya bedanya kita sekolah sore bisa
dibilang diniah. Dan terkadang hari sabtu minggu kita
menabahkan pelajaran untuk pelatihan bertanam
memperduli lingkungan.
Jadi TPA ini menginstal anak-anak dengan hal
posistif seperti efek domino jika kita membaiki anak
maka anak akan baik jadi sebisa mungkin kita ngebaikin
anak supaya ada kebaikan di dalam diri anak.
TPA ini menjadikan kita sebagaimana manusia itu
harus utuh. jadi dunia pendidikan ini kita harus khafa
harus utuh, seperti visi TPA Pelita sendiri “ Menciptakan
Generasi Qur‟ani, sebagai bekal menjadi muslim/
muslimah yang khaffah” jadi tidak hanya di ajarakan cara
78
wudhu shalat dan lain. Tapi juga diajarkan untuk
mengenal pertumbuhan, tanaman, lingkungan yang ada di
sekitar kita. Sebagaimana bentuk untukmenjaga makhlum
ciptaan Allah yang ada di dunia ini. Karena dunia ini allah
memberi tanggung jawab kepada manusia untuk
mengurus bumi ini menjadi lebih indah, asri dan
kebersihanya pun juga terlindungi. jadi allah mengasih
kepercayaan kepada manusia untuk mengurus bumi ini
dengan baik.
Sesuai dengan program pengelolaan TPA di
Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam
masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No
1 tahun 1991 tertanggal 7 pebruari 1991 yang diresmikan
oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir
Syadzali pada tanggal 10 februari 1991. TPA sebagai
lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran
utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis
Al-Qur‟an juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa
anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan
akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan
tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur‟an
melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,
aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang
Qur‟ani dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman
79
dalam hidupnya.1 Dan juga mengajarkan anak untuk
mencintai makhluk ciptaan Allah yang ada di bumi ini.
2. Visi, Misi dan Tujuan2
a. Visi
“Menciptakan Generasi Qur‟ani, sebagai bekal
menjadi muslim/muslimah yang khaffah”
b. Misi
1) Bagaimana Cara Mewujudkan Visi ini agar bisa
membaca Al‟Qur‟an dan mengenal Allah serta
menerapkannya kedalam kehidupan sehari-hari
2) Menanamkan Karakter yang berakhluk kharimah
3) Memberikan bekal pengalaman dalam
menghadapi kehidupan
4) Menjadikan anak yang berpribadi baik dengan
sesuai syariat islam
3. Tujuan
Menanamkan karakter yang berakhaluk kharimah
memberikan bekal pengalaman dalam menghadapi hidup
dan menjadikan anak berpribadi baik dengan sesuai
syariat islam.
1 Wirman, Buku Sejarah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas (Jakarta, 2017)
hal.5 2 Wirman, Buku Sejarah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas (Jakarta, 2017)
hal. 7
80
a. Lokasi TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
Jl. Percetakan Negara 2 Rt.001 Rw.006 Johar
Baru, kec Johar Baru, kota Jakarta Pusat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 10650
4. Data Guru dan Pelajar
Tabel 1. 1 Data Guru dan Pelajar
Nama Santri Nama Guru
Saabiq Luhur Arrawi Sahroni
Ahmad Yasin Rifai Yuli Maryamah
Amir Naufal Jiad Neni Nur‟aeni
Fahira Malika Thamrin Anik Suryani
Ardis Sudana Aqilatus Soliha
Muhammad Fathir Pasaribu Amanah
Rizky Hardiyansah Nasution Langit Ayumi Buana
Meylita Moza Putri Fachrul Rozi
Bintang Fairuz Ikram M. Tasyrifudin
Muhammad Hafizh Iskandar
Safira Azzahra
Qanita Aisyah Hasna
Herdiana Janitra Gendis Nareswari
Mochammad Syukron Gazali
Bagas Ariyan Pratama
Farren Brylian
Nayla Syahbirah
Marsyah Alicia Zahra
Dhavie Pradipta
Aditya Rizqi Wahyudi
Hanifah Rochmania Afia
Zakariya Gibran Suryanto
Ilham Febriansyah
81
Satrio Hadi Pratama
Rasya Muhamad Athaya
Azzalea Vanya Nur Fadhilah
Nayyara Aqila Sholihah
Sofie Salsabila Utomo
Rafa Virendra Shakiel
Dewa Saputra Aprilio
Muhammad Zidan
Adinata Rhaka Farrizi
Muhamad Yusuf Purnama
Satya Allana Rahman
Amarrullah Alfrianto
Rema Juziarti
Deandra Chairunissa
Sakha Muhaamma Satriadji
Khairan Alvin Permata
Dirly Saputra
Erza Zhio
Isna Arianita
Alfiqi Fauzi Ramadhan
Muhammad Zaki
Mochammad Aidin Saputra
Muhammad Rifky Ari Dewa
Raffa Raditya
Alvaro Pratama Alfarizqi
Rama Septyan
Fachri Bintang Ramadhan
Fathir Ghailah Putra Ramdhan
Ahmad Kahfi Atahillah Bunajar
Muhamad Tedy Syahputra
Aurelia Adelin Safitri
Elvina Apik Bunajar
82
Rizty Marchella Lubis
Gita Agustina Fitriani
Jihan Chalisa Fikratuha
Kirana Putri Oktavia
Nayla Tri Febriana
Seny Dwi Cahyani
Tasya Prawidya
Naura Pryta Ryansyah
Aqila Putri Anzani
Januar Hidayat
Rahmat Januaryansyah
Syarif Aldo Ar Raffi
Muhammad Ali Ar Raffi
Ahsan Maulana Ibrahim
Hafiz Saleh
Rizqi Maulana Wibisono
Inas Sahwa
Bagas Hamidzan Dahabi
Fadlan Fadillah Permata
Farid Wajdi
Erlangga Sanjaya
Hikmah Rahayu
Yusuf Khoirul Ridwan
Akhdan Naufal Al Dzahabi
83
5. Struktur Organisasi Taman Pendidikan Al-Qur’an
TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN “PELITA”
MUSHOLLA AL-IKHLAS
KEPALA SEKOLAH
Ibu Hj. Umi Nihayah
PENANGGUNG JAWAB
DKM Masjid Al-Ikhlas
PEMBINA
- Ust. Muhaemin
- Yulianto
SARANA PRASARANA
- Bambang HS
- Alifikri
Tata Usaha / ADM
- Ayumi
- M. Tasyrifudin
GURU-GURU
- Ust. Sahroni
- Ustdjadjah Yuli
- Ustadjah Lia
- Ustadjah Amanah
- Ustadjah Neni
- Ustadjah Anik
- Fachrul Rozi
- Langit Ayumi
- M.Tasyrifudin
84
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISI DATA
A. Temuan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan
tahap untuk menelaah data yang telah di peroleh dari
beberapa informan yang telah dipilih selama penelitian
berlangsung. Dan juga berguna untuk menjelaskan,
memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data yang
di lakukan sejak awal dan bersama dengan proses
pengumpulan data lapangan.
Adapun dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti
mendapatkan beberapa temuan yang dapat menggambarkan
proses model komunikasi interpersonal dan faktor kendala
yang menghambat komunikasi interpersonal guru dan orang
tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru, Jakarta Pusat. Semua itu
terlihat dari hasil wawancara dan obeservasi dimana proses
komunikasi dan model komunikasi yang dilakukan di TPA
Pelita Masjid Al Ikhlas.
Secara teknis, proses model komunikasi interpersonal
guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini
sebagai jalannya proses dimana seorang maupun sekelompok
orang memberikan dan menerima informasi (penyampaian
makna), komunikator dan komunikan, serta model
komunikasi yang dilakukan dalam suasana yang nyaman,
santai dan rileks.
85
Dan pada umumnya keanekaragaman orang tua murid
di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas terdapat sekali macam-macam
karakter seseorang, perbedaan profesi, perbedaan asal daerah
dan lainnya. Dengan adanya hal ini bisa menjadi faktor
terhambatnya komunikasi interpersonal guru dan orang tua
dalam pembinaan keislaman anak usia dini.
Namun merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti
sajikan pada sub bab sebelumnya. Saat ini secara mendetail
dan sistematis dapat peneliti sampaikan temuan-temuan apa
saja yang di peroleh dari hasil penyajian data tersebut, dengan
fokus penelitian.
1. Proses Model Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi yang efektif dalam kegiatan
belajar mengajar adalah ketika terciptanya hubungan yang
baik antara guru dengan siswa, orangtua dengan siswa,
guru dengan orangtua, melalui komunikasi interpersonal.
Model komunikasi interpersonal di TPA Pelita Al
Ikhlas selain diterapkan dalam proses belajar mengajar
juga digunakan untuk pendalaman karakter dari masing –
masing siswa. Proses komunikasi interpersonal tidak
hanya terjadi antara guru dengan siswa, namun terjadi
guru dengan orangtua, orangtua dengan siswa dan siswa
dengan siswa, dengan demikian satu sama lainnya akan
dapat mengenal satu sama lainnya sehingga tercipta
interaksi yang baik.
Berdasarkan wawancara bersama ketua DKM
Masjid Al Ikhlas bapak Wirman A.T
86
“Bagaimana caranya mewujudkan visi misi yang
bisa mewujudkan anak mencintai Al Qur‟an,
bagaimana kita mengenal Allah dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan sosial,
kecerdasan emosional dan spiritual. Bagaimana kita
peduli pada lingkungan yakni pada hari hari Senin –
Jum‟at pembelajaran pendalaman dan pembinaan ke
Islaman sedang pada hari Sabtu dan Minggu untuk
praktek menanam sayuran, beternak ikan lele, serta
berternak ayam, awalnya mendidik anak untuk
menyiram tanaman, memperkenalkan berbagai
macam tumbuhan yang ada disekitar lingkungan
TPA,memberi makan ternak, pada intinya mendidik
anak menyayangi dan mencintai lingkungan alam
semesta. Kalau kita ingin mempunyai anak yang
baik kuncinya adalah menciptakan suasana yang
nyaman dimana interaksi antara guru dan anak didik
benar-benar merasa aman dan nyaman “1
TPA Pelita Masjid Al Ikhlas mengharapkan anak
mendapat kemajuan dalam pengembangan diri dan
kemampuan ber interaksi serta mengasah keterampilan,
melalui kegiatan diantaranya :
b. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
c. Mengembangkan peran sosial sebagai anak lelaki
maupun anak perempuan.
d. Mengembangkan akhlaq dan pembelajaran fiqih
ibadah lainnya seperti hafalan hafalan diantaranya
hafalan bacaan sholat, hafalan surat pendek, hafalan
do‟a-do‟a
1 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
87
e. Mengembangkan keterampilan untuk menulis dan
membaca tulisan arab (dimana disesuaikannya
pendalam pembelajaran Iqro dan membaca Al Qur‟an)
f. Mengembangkan diri untuk mencintai dan
kepeduliannya terhadap lingkungan
Dalam kegiatan tersebut semuanya sudah terjadwal
dimana pada hari Senin – Jum‟at adalah pengembangan
pembelajaran akhlak, ibadah, fiqih sedang pada hari Sabtu
dan Minggu anak didik berkegiatan keterampilan
diantaranya keterampilan mengenai pertanaman serta
keterampilan dalam hal peternakan.
Inilah yang membedakan TPA Pelita Masjid Al
Ikhlas dengan TPA disekitarnya. Dalam kegiatan
keterampilan pertanaman dan peternakan dibimbing
langsung oleh Ketua DKM Masjid Al Ikhlas yaitu bapak
Wirman AT.
Berdasarkan wawancara dengan ustadz Wirman
“Saya membagi –bagikan bibit tanaman kangkung
dengan maksud anak mencoba menanamnya,
merawatnya dengan menyiraminya dan
mengatakan kepada anak- anak bahwa tanaman itu
juga butuh makanan agar tumbuh, makanan dari
tumbuhan itu selain pupuk ya harus disiram setiap
harinya, dan anak-anakpun senang banget.”2
Pada bimbingan pertanaman ustadz Wirman pun
membagikan bibit tanaman kepada anak-anak agar
2 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
88
mencoba menanam dirumah, sebelumnya ustadz Wirman
memberi pengarahan kepada orangtua anak didik
bagaimana caranya menanam kangkung, dan
mengarahkan kepada orangtua agar anak-anaknya
menyayangi makhluk Tuhan lainnya yaitu tanaman
dengan cara merawat dan menyiraminya.
Berdasarkan wawancara dengan ustadzah Aqilatus
Shalihah.
“Anak – anak suka sekali kalau hari Minggu mereka
datang dan dapat bimbingan dari Ustadz Wirman,
mereka senang kalau ngasih makan ayam – ayam
tapi ada juga anak yang takut, dia nggak mau ngasih
makan karena takut, mereka kalau hari Senin pada
bercerita , bu guru aku kemaren ngasih makanan
buat ayam, kata pak Wirman ayam juga butuh
makan dan minum, kalau ikan dikasih makanannya
doang bu, cerita ana-anak,”3
Lokasi ketika melakukan komunikasipun beragam
dan dapat pula mendukung agar terciptanya komunikasi
dan hubungan interpersonal yang efektif.
Dalam kegiatan pembelajaran di TPA Pelita yang
beragam baik siswa maupun orangtua serta peran guru
menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal ini
mempunyai manfaat yang amat besar, kegiatan penelitian
ini dilakukan secara rutin pada saat pembelajaran
berlangsung, jam istirahat serta pada saat bimbingan
tentang pertanaman dan peternakan.
3 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
89
Dari data yang diperoleh dari seluruh informan yang
berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin dan profesi
dengan ketentuan yang telah dipikirkan oleh peneliti,
diantaranya 11 orang informan yaitu pendiri TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas yakni bapak Wirman AT, 2 orang guru
yakni ustadzah Aqilatus Shalihah dan ustadzah Amanah,
dan 4 orangtua siswa yakni ibu Januarriaty, ibu Yatinah,
ibu Dede dan ibu Euis Atika, serta 4 orang siswa yakni
Fadil Permata, Rizqi Ardiansya Nasution, Riza Bagus
Ramadhan, Nadira Malika Tamrin.
Peneliti telah menemukan bagaimana proses
komunikasi dan model komunikasi mereka sehingga
menjadi akrab dan terbimbing serta terarah. Tujuan –
tujuan dari TPA Pelita Masjid Al Ikhlas yakni
menanamkan karakter yang berakhlaqul karimah,
memberikan bekal pengalaman dalam menghadapi hidup
dan menjadikan anak berpribadi baik dengan sesuai
syari‟at Islam, sesuai dengan wawancara peneliti dengan
ustadzah Aqilatus Shaliha beliau mengatakan,
“Untuk lebih dapat menyampaikan perkembangan
anak didik kita guru selain orangtua menanyakan
perkembangannya pada saat istirahat ataupun dijalan
namun juga sudah terjadwal sebulan sekali
diadakannya pertemuan dengan orangtua”4
Dengan fenomena yang terjadi di dalam TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas adalah adanya pembelajaran yang sesuai
4 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
90
dengan syari‟at Islam serta pengalaman dalam
menghadapi kehidupan berupa mencintai dan peduli
dengan lingkungan yang di tujukan dengan adanya
penanaman dan peternakan.
Pada tanaman terdapat tanaman organic berupa
sayuran seperti sayur kangkung, tanaman obat, tanaman
hias. Pada peternakan seperti ternak ikan lele, ayam. Dan
pada anak usia dini lebih ditekankan pada kecintaannya
terhadap ciptaan Allah.
Dengan adanya pengelompokan usia maka tepatlah
model komunikasi yang diterapkan adalah komunikasi
interpersonal serta teori yang dipakai adalah teori sosial
learning. Prinsip dasar pembelajaran menurut teori ini,
bahwa dipelajari individu terutama dalam pembelajaran
sosial dan moral terjadi melalui peniruan/imitation dan
penyajian sebagai contoh perilaku/modeling. Dalam hal
ini seseorang belajar mengubah perilakunya sendiri
melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang
merespon sebuah stimulus tertentu.
2. Model Komunikasi Interpersonal Dalam Pembinaan
Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al
Iklas
TPA Pelita Masjid Al Ikhlas Johar Baru Jakarta
Pusat adalah TPA yang aktif, siswa di TPA ini adalah
belajar melalui bermain, bercerita, bernyanyi, sehingga
membuat anak nyaman dalam mengikuti kegiatan yang
91
ada. Semua siswa mengikuti kegiatan praktek baik
praktek dalam beribadah maupun praktek mencintai
lingkungan.
Ketika peneliti melakukan pengamatan benar
adanya bahwa di dalam TPA Pelita Masjid Al Ikhlas
bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik sejak
dini sesuai dengan usia anak. Hubungan antara guru
dengan orangtua, guru dengan anak didik, serta orangtua
dengan anak didik, sebagai orangtua juga sebagai teman
sehingga anak tidak ada rasa takut kepada orang tua,
begitu pun dengan guru, terlihat anak ditanamkan rasa
hormat kepada guru juga orangtua, rasa kasih sayang
terhadap guru dan orangtua serta terhadap sesama teman,
sehingga menjadi suasana yang utuh saling memiliki
saling menghormati dan saling menyayangi baik antar
sesama makhluk ciptaan Allaah yakni dengan
kepeduliannya terhadap lingkungan.
Berdasarkan wawancara dengan ustadzah Aqilatus
Shalihah
“yah kita harus selalu tau jiwa anak, karena anak usia
dini ini nggak bisa ditekankan, karena tingkat
kepintaran dan kecerdasannya berbeda-beda ada yang
tanggap ada yang sedang ada yang kurang ya sesuai
dengan usianya, jadi saya kadang bertanya pada anak-
anak, “anak-anak ibu mau nanya,sekarang mau
belajar apa ?”, tapi tetap tidak keluar dari jalur
pembelajaran. Dan anak juga suka dikte iqro arab
surat-surat pendek, jadi kita cari model yang
menantang anak-anak gitu. Dan kita juga sering-
sering komunikasi sama anak karena kan anak-anak
92
usia dini ini super super dah ya gitu, jadi saya
menganggap nya temen gitu agar anak tidak terlalu
takut juga sama kita biar anak nyaman juga ke
kitanya”5
Serta dari wawancara saya bersama ibu Januarriaty
sebagai ibunda Malika
“ya saya orangnya kan tegas ya kak, dalam
pendidikan anak, apapun itu dari hal kecil atau hal
besar saya itu selalu mengarahkan dan mengajak
mika, dan saya juga agak galak sama anak, apa
lagi sama anak gadis ya kak saya bener-bener hati-
hati banget deh kak, dan Alhamdulillah ya kak
dulunya kan mika pendiem banget jarang banget
ngobrol jadi saya sebagai ibunya mencari
pendekatan keakraban gitu kaya temen aja gitu
jadinya sama anak, jadi sekarang berani ngobrol
kak, cerita biasanyakan dia malu kak kalu buat
curhat sekarang udah biasa sama saya berani gitu
jadi ga malu-malu kalu mau curhat, cerita gitu kak,
jadi saya ngambil pendekatan keakraban
kenyaman anak kepada saya sebagai ibunnya”6
Kegiatan Praktek Shalat kelas
anak usia dini di hari Jum’at di
bombing oleh Ustdzah Ayumi
5 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 6 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
93
Kegiatan peduli lingkungan,
mengajarkan cara bertanam di
TPA Pelita Masjid Al-ikhlas di
bimbing langsung oleh Usttadz
Wirman.
Kegiatan peduli lingkungan
menjaga kebersihan lingkungan
di TPA Pelita dan Taman TPA
Pelita serta mengajarkan
menjaga kebersihanpenghijauan
dibimbing oleh Ustadz
Tasyrifuddin
Kegiatan peduli lingkungan,
menyiram dan memetik sayur-
sayuran yang sudah panen di
Kebun Kubah, lantai 3 TPA
Pelita
Kegiatan Peduli Lingkungan
menyiram dan memperkenalkan
tanam-tanaman kepada anak
usia dini kelas A di Taman TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas
Kegiatan pembelajaran di kelas
anak Usia Dini TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas.
Pertemuan Guru dan Orang Tua
94
Pertemuan Rapat Guru-Guru
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam
Komunnikasi Interpersonal Guru dan Orangtua
dalam Pembinaa Keislaman Anak usia Dini di TPA
Pelita Masjid Al Ikhlas Johar Baru
Faktor yang terdapat pada TPA Pelita Masjid Al Ikhlas
meliputi; Faktor Pendukung dan Penghambat komunikasi
guru dan orangtua dalam pembinaan keislaman anak usia
dini, guru dengan anak usia dini, faktor Pendukung dan
Penghambat Komunikasi orangtua dengan anak usia dini
dalam pembinaan keislaman serta pembiasaan dan
keteladanan anak.
1. Faktor Pendukung Komunikasi Interpersonal
Guru dan Orang Tua Dalam Pembinaan
Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita
a. Faktor Pendukung Guru dengan Orang Tua Anak Didik
Dengan adanya pertemuan antar guru dan orang
tua yang diadakan sebulan sekali untuk membahas dan
mengetahui perkembangan anak serta memberikan
arahan, dan juga memberikan dukungan kepada keluarga
untuk meningkatkan belajar anak. karena dengan adanya
interaksi atau hubungan baik antar guru dan orang tua
bisa meningkatkan semangat anak serta bilamana orang
95
tua tidak mengetahui cara untuk anaknya bisa langsung
berkomunikasi denganguru sehingga terjadi pertukaran
informasi. Berdasarkan wawancara dengan Ustdzah
Aminah
“iya kak, biasanya kita sebagai walikelas inisiatif
untuk pertemuan guru dan orang tua serta
terkadang kita juga sering bertemu di jalan jadi
dengan adanya pertemuan kita juga tau orang tua
ini gimna dan gimana serta bisa bertukar pikiran
juga dalam mendidik perkembangan anak usia
dini”
b. Faktor pendukung Guru dengan Anak Didik Usia Dini
Faktor pendukung dalam pembelajaran di TPA
Pelita ini salah satunya anak peserta didik
berdasarkan observasi pada saat pembelajaran di
kelas guru biasanya menggunakan model untuk
mencontohkan didepan teman-temannya, selain itu
guru juga selalu memberikan kesempatan anak
didik untuk bertanya dan menyampaikan pesan
yang bila mana anak didik kurang paham.
Sehingga dengan beriteraksi anatara peserta didik
tersebut materi yang kurang dipahami bisa
diketahui dengan cara belajar bersama berdasarkan
wawancara dengan ustdzah Aminah
“ya dimana anak didik yang sangat aktif
dan pandai memperaktekan bisa
96
berinteraksi dengan baik bersama
temannya, selain itu memberikan
permainan yang mendidik juga menjadi
pendukung meningkatkan motivasi anak
serta faktor lainnya”
Selain faktor dari peserta didik sendiri, motivasi dari
guru-guru serta keluarga juga selalu memberikan
dukungan dan semnagat kepada anak untuk
meningkatkan minat belajara dalam pembinaan
keislaman di TPA Pelita, sehingga dengan adanya
hubungan dan interaksi yang baik guru dengan anak
dapat membuat keakraban serta perkembangan anak
yang baik sesuai dengan yang di harapkan guru dan
orang tua.
Selain itu faktor pendukung lainya adalah adanya
fasilitas-fasilitas seperti yang di ungkapkan oleh
ustdaz Wirrman A.T
“ya, disini dengan adanya fasilitas di TPA seperti
Taman, pertenakan, perikanan, tumbuh-tumbahan
sayur-sayuran dengan adanya kepedulian terhadap
lingkungan yang di ajarkan didalam agama islam
agar kita bisa menjaga dan merawat semua ciptaan
Allah, yang dimana disini di ajarkan dari usia dini
agar anak terbiasa dengan lingkungan yg ada
disekitarnya”
97
2. Faktor Penghambat Komunikasi Guru dan
Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak
Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
a. Faktor Penghambat Guru dengan orangtua anak didik.
Pertemuan antara guru dan orangtua diadakan
sebulan sekali dimana pertemuan ini dilakukan agar
orangtua mengetahui perkembangan anaknya juga
sekaligus pengarahan kepada orangtua untuk anak,
namun pertemuan yang diadakan sebulan sekali ini
terkendala hampir tidak semua orangtua bisa datang
untuk hadir dalam acara tersebut, sesuai wawancara
dengan bapak Wirman A.T sebagai Ketua DKM Masjid
Al Ikhlas yang juga sebagai Pendiri TPA Pelita,
“Ya setahun sekali, kita mengambil di bulan Hari
Raya Besar Islam sekaligus memperingati
mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad
SAW, mengambil hari ini agar orangtua dan anak
dapat mengikuti acara hari-hari besar Islam serta
pertemuan orangtua dan guru, sekaligus
pengarahana kepada orangtua untuk mendidik
anak dalam pembinaan keislaman anak usia dini,
hal ini dikarenakan masih banyak orangtua yang
cuek dengan anak yang penting anak sudah masuk
ke TPA.”7
b. Faktor Penghambat guru dengan anak didik.
Pada faktor ini guru kadangkala terhambat dengan
adanya anak usia dini yang kecerdasannya berbeda –
7 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
98
beda, sesuai wawancara dengan ustadzah Aqiltus
Shalihah,
“ Yah kita harus selalu tahu jiwa anak, karena
anak usia dini ini nggak bisa ditekankan, karena
tingkat kepintaran dan kecerdasannya berbeda-
beda ada yang tanggap ada yang sedang ada yang
kurang ya sesuai dengan usianya, jadi saya kadang
bertanya pada anak-anak, “anak-anak ibu mau
nanya,sekarang mau belajar apa ? “, tapi tetap
tidak keluar dari jalur pembelajaran. Dan anak
juga suka dikte iqro arab surat-surat pendek, jadi
kita cari model yang sesuai dengan kecerdasan
anak-anak gitu. Dan kita juga sering-sering
komunikasi sama anak karena kan anak-anak usia
dini ini super super dah ya gitu, jadi saya
menganggap nya temen gitu agar anak tidak
terlalu takut juga sama kita biar anak nyaman juga
ke kitanya “
c. Faktor Penghambat orangtua dengan anak.
Orangtua memiliki peran yang cukup besar dalam
hal mendidik anak terlebih mereka sebagai contoh dan
panutan bagi anak-anak mereka. Dari sampel yang
penulis wawancarai masih banyak orangtua yang kurang
paham dalam pembinaan keislaman, terkadang ada juga
orangtua yang tahu namun tidak menyadari apa yang
sudah ditanam atau diajarkan kepada anaknya, juga
adanya faktor yang orangtuanya bekerja jadi tidak dapat
memperhatikan anaknya juga adanya orangtua yang
tidak memahami pembelajaran keislaman keseluruhan
yakni bukan hanya mengenai pembelajaran agama
namun juga pembelajaran menyayangi dan
kepeduliannya terhadap lingkungan sehingga mereka
99
cuek dengan anaknya yang penting mereka sudah
memasukkan anaknya ke TPA. Sesuai wawancara
dengan ibu Dede orangtua murid
“Ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya
saya nanya nih “ dek mau ngaji nggak “, kalau dia
jawab mau ya saya siapin, kalau anak jawab nggak
deh mah ya saya nggak siapin main ajah gini
dirumah, nggak bisa dipaksain. Kalau saya
orangnya santai kak, jadi saya ngikutin anak
maunya gimana soalnya anaknya santai kak, saya
nggak mau memaksakan anak karena saya
beranggapan lambat laun dia akan ngerti sendiri,
kalau dipaksain takutnya bukannya pinter malah
gimana gituh”8
Juga wawancara dengan Nadira Malika Tamrin,
“ Kadang mama juga suka nanya sama aku apa
yang mama nggak tahu itu kalau aku lagi belajar
mamakan kalau habis isya ada dirumah”9
4. Lingkungan yang kurang baik
Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang
tua dalam mendidik anak usia dini atau mengajarkan
anak. lingkungan yang kurang baik akan berdampak
buruk bagi perkembangan anak. dalam hal ini orang tua
harus bisa membentengi anak dengan ilmu agama yaitu
memasukan anak kesekolah sore yakni TPA. Agar anak
dapat mempraktekan hal yang baik sesuai dengan ajaran
islam dan menjauhkan hal yang buruk serta selalu
8 Hasil Wawancara pribadi dengan Dede sebagai Orang Tua Murid TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 9 Hasil Wawancara pribadi dengan Malika selak Murid TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
100
menyebarkan energi yang postif dan orang tua juga tidak
boleh lepas dari penjagaan anak, karena anak usia dini
masih terus di awasi karena bagaimanapun orang tua
harus selalu disamping anaknya. Dan yang harus di
lakukan orang tua ialah membentengi anak dalam
melakukan hal-hal yang baik pada dirinya agar
kedepannya anak bisa lebih baik lagi.
Sesuai wawancara dengan ibu Euis Atika
“Iya kak, sayakan kurang bisa baca Al Qur‟an, jadi
saya ingin anak saya bisa belajar baca Al Qur‟an
tidak seperti saya kak, ditambah lagi lingkungan di
tempat saya kak, maaf bukannya menjelekkan
lingkungan ya kak, terkadang saya tidak bolehkan
anak saya main terlalu lama diluar rumah yaitu
kak banyak anak-anak yang kalau lagi ngomong
pada main gituh mengeluarkan kata-kata kebun
binatang, belum lagi bahasanya suka ngomong lu
gue”10
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori
1. Proses Komunikasi dengan Teori Sosial Learning
Dalam penelitian komunikasi interpersonal TPA
Pelita Masjid Al Ikhlas, peneliti mengfokuskan kajian
penelitian kepada proses komunikasi dan model
komunikasi.
Peneliti menemukan beberapa temuan yang
berkaitan Sosial Learning yang menjadi acuan peneliti.
Pembahasan ini dilakukan dengan cara
mengkonfirmasi temuan yang didapat di lapangan dengan
10
Hasil Wawancara pribadi dengan Ibu Euis sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 19 juni 2021
101
teori yang digunakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan di
dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah secara
maksimal harus dapat menampilkan teori baru. Dalam hal
ini berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan peneliti
setuju bahwa proses komunikasi sejalan dengan teori yang
digunakan sebagai pijakan oleh peneliti yaitu Teori Sosial
Learning.
Teori social learning terkenal dengan sebuta
observational learning, oleh tokoh utama dibalik teori ini
adalah Albert Bandura, Bandura memandang tingkah laku
manusia bukan semata-mata reflex otomatis dan stimulus,
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif
manusia itu sendiri.
Berdasarkan wawancara ketua DKM Masjid Al
Ikhlas sekaligus sebagai pendiri TPA Pelita Masjid Al
Ikhlas
“Jika kamu ingin bisa dalam satu hal, maka tirulah
apa yang sudah dilakukan orang lain Jadi jika kita
ingin mengkualitaskan santri kita, kita harus bisa
menjalankan tugas dan amanah kita dengan sebaik-
baiknya agar hasilnya bagus, kita sebagai guru ingin
memiliki santri yang melebihi dari gurunya itu sudah
pasti jadi bagaimana anak sekecil ini harus bisa
mengatasi hal-hal tersebut harus bisa memecahkan
dan mengasa agar kecerdasannya tetap terus
bertambah dan akan selalu teringat oleh si anak ini.
Jadi dalam pengayaan anak itu kita dekatkan dengan
102
hal yang mereka sukai. Disini guru harus lebih
kreatif”11
Jadi proses komunikasi interpersonal di TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas yang mana di dalamnya terdapat profesi,
status yang berbeda, baik pendiri TPA, guru, orangtua
serta anak didik berkomunikasi secara akrab namun tetap
saling menghormati. Dan anak didik mengikuti dan
meniru apa yang guru lakukan demikian juga meniru apa
yang orangtua lakukan, disini anak meniru ucapan guru,
anak meniru bagaimana cara sholat, anak meniru
bagaimana cara menyayangi dan peduli kepada
lingkungan. Kreatifitas guru di pacu agar anak didik tidak
merasa bosan.
Teori yang relevan dengan temuan diatas adalah
Teori Sosial Leraning, yang mana menekankan faktor
identic bahwa anak dapat melakukan apa-apa yang sudah
dicontohkan oleh guru.
Dalam proses komunikasinya guru dan orangtua
sebagai komunikator sedangkan anak didik dan
orangtuapun sebagai komunikan, komunikasi berlangsung
secara rileks, nyaman sehingga memudahkan dalam
pengajaran dan pendidikan maupun dalam memberikan
informasi.
Teori yang dikemukakan oleh Bandura adalah
bahwa manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru
11
Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
103
perilaku orang lain, berdasarkan wawancara dengan
Nadira Malika Thamrin
“pagi-pagi bangun, makan, siap-siap sekolah zoom,
shalat, ngaji karna mama sering ingetin aku
shalatkak kadang akujuga curhat sama mama,
bantuin mama bersih-bersih, aku suka nyiram
bunga, kadang mama juga suka nanya ke aku apa
yang mama ga tau kalau aku sama mama lagi
belajar kaya abis shalat Isya, jadi aku paling lama
curhat belajar sama mama dimalam hari kak, mama
juga suka ngajakin shalat bareng berjamaa‟ah
diajarin hafalan sama mama tiga ayat-tiga ayat, aku
sama mama sekarang sering ngobrol kak, curhat
dulu mah aku malu-malu kalau curhat sama mama
takut duluan sma mama, tapi sekarang aku udah
berani ngobrol curhat sama mama kak”12
Dalam proses model komunikasi orang tua dengan
anak terlihat komunikasi interpersonalnya sangat efektif
dan sesuai dengan teori sosial learning apa yang orang tua
katakana dan praktekan di lakukan oleh anak dan secara
cepat anak menerima proses model komunikasi
interpersonal ini. dan di anggap paling efektif dalam
upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang
arus balik yang bersifat langsung komunikator
mengetahui tanggapan komunikan dan mendapatkan
respon umpan balik sebagai tanda proses komunikasi
interpersonal sangat baik digunakan dan sesuai dengan
teori sosial learning.
Dan dalam kegiatan pembelajaran didalamnya
terlibat antara guru dan anak didik dapat diambil sikap
12
Hasil Wawancara pribadi dengan Malika sebagai murid TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
104
dan kemampuannya, berdasarkan hasil temuan dilapangan
sebelumnya anak didik belum mengenal kepeduliannya
terhadap lingkungan dan menyayangi makhluk Tuhan
serta semenjak belajar di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas
anak didik terlihat dapat mengikuti apa yang dipelajarinya
sangatlah cocok ketika dihubungkan dengan awal mula
mereka belajar di TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dengan
teori Sosial Leraning.
Asumsi dasar dari teori sosial learning ini ialah
sebagai besar tingkah laku induvidu diperoleh dari hasil
belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang di
tampilkan oleh induvidu-indiuvidu lainya yang menjadi
model terutama pemimpin atau orang yang di anggap
mempunyai nilai lebih dan yang memberikan contoh.
Yang dimana proses belajar ini disebut “observational
learning” atau pembelajaran melalui pengamatan, yang
dimana perilaku melalui peniruan dan melalui
pengamatan terhadap perilaku model.
2. Model Komunikasi Interpersonal di TPA Pelita
Masjid Al Ikhlas
Dari hasil wawancara dengan informan maka
didapatkan temuan model komunikasi interpersonal pada
TPA Pelita Masjid Al Ikhlas. Dijelaskan bahwa model
komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara bertatap
muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung.
105
Komunikasi interpersonal tidak hanya tentang apa
yang dikatakan dan apa yang diterima namun juga tentang
bagaimana hal itu dikatakan, bagaimana bahasa tubuh
yang digunakan, dan apa ekspresi wajah yang diberikan.
Keberhasilan komunikasi merupakan tanggung jawab
para peserta. Berdasarkan wawancara dengan ustadzah
Amanah
“Model Komunikasi interpersonal saya ke anak
seperti temen jadi kita tidak membatasi, karenakan
ya mereka ini kan anak-anak masih di bawah umur
ya jatohnya masih perlu arahan dari kita, dan kita
sebagai contoh yang baik untuk mereka”13
Berdasarkan wawancara dengan ibu Yatinah
“saya sering ngajarin dia itu panjang pendek bacaan
surat djus‟ama kak, karenakan untuk sholat ya jadi
saya benarkan, terus kadang juga iki suka minta di
ceritain kisah nabi kak, selain itu kak Iki juga selalu
bilang bahwa kita harus sayang sama binatang,
sayang sama tanaman , kata iki dia suka banget lihat
ikan lele dan juga tanaman yang ada di TPA, kalau
hari Sabtu dan Minggu dia seneng banget kak
karena katanya bisa bantuin pak Wirman nyiram
tanaman, mangkanya kak dia dirumah suka nyiram
tanaman, itulah kak yang saya senang belajar di
TPA Pelita selaian pembelajaran mengenai agama
tapi juga pembelajaran mengenai tanaman dan
binatang”14
Dari wawancara dan hasil temuan dilapangan
penelita menemukan beberapa temuan yang berkaitan
dengan fokus penelitian dan model komunikasi
13
Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 14
Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
106
interpersonal yang menjadi acuan peneliti ternyata
terdapat kaitan.
Bagan Konfirmasi Temuan
Komunikasi Interpersonal
Pembinaan Keislaman
Social Learning Theory
Konsep Modeling
1. Fase perhatian
2. Fase Pengingat
3. Fase Proses Peniruan
4. Fase Motivasi
Pembinaan Keislaman
1. Hiwar
2. Perumpamaan
3. Keteladanan
4. Pembiasaan
5. Nasihat
Faktor Pendukung dan Penghambat
Model Komunikasi Interpersonal
Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman
107
Setelah Observasi hasil yang didapatkan dari beberapa
teori yang melandasi penelitian ini diantaranya adalah
komunikasi interpersonal dan teori sosial learning. Temuan teori
tersebut didasari oleh kesesuaian terhadap judul penelitian
penulis, yang mana model komunikasi identic dengan proses
komunikasi dengan menggunakan komunikasi interpersonal
sehingga memudahkan dalam menjalin hubungan antarpribadi.
Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito dimulai
dengan mempertimbangkan lima kualitas keefektitas komunikasi
interpersonal yaitu, keterbukaan, positif, empati, dukungan, dan
kesetaraan.
Menurut kerangka pemikiran penulis di kerangka berfikir
dengan adanya komunikasi antarpribadi antara guru dan orang
tua, orang tua dengan anak, guru dengan anak didik yang
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, maka
tumbuh kembang perkembangan anak usia dini dalam pembinaan
keislaman dapat terpanatu secara baik, dirumah maupun
disekolah.
Seiring dengan konfirmasi temuan penelitian yakni,
model komunikasi interpersonal dan teori sosial learning
menggunakan konsep modeling yakni :
a. Fase Perhatian
yang mengartikan kita memperhatikan seperti apa
perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang
yang akan ditiru. Dimana disini anak didik
memperhatikan guru atau orang tua sehingga dengan
memperhatikan anak didik atau orang tua bisa
menirukan perilaku atau tindakan yang sudah di
perhatikannya.
b. Fase Pengingat
Dilakukan setelah mengamati atau seletah
memperhatikan perilaku yang akan ditiru dan
menyimpan setiap informasi yang didapat dalam
108
ingatan, kemudian mengeluarkn ingatan tersebut saat
diperlakukan atau saat melakukan apa yang di
perhatikan dan dilakukan kedalam perilaku yang
sudah diingatnya.
c. Fase Proses Peniruan
Dimana setelah memperhatikan, mengingat, hal
selanjutnya yaitu penegasan bahwa peniruan
seseorang juga mempengaruhi untuk dapat
memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang
guru atau orang tua tirukan kepada anak yang dilihat
baik secara keseluruhan atau hanya sebagiannya.
d. Fase Motivasi
Motivasi ini sangat penting. Karena dengan adanya
motivasi atau penguatan dapat menentukan seberapa
mampu kita atau anak didik kita melakukan peniruan
tersebut, namun penguatan dari segi motivasi ini yang
dapat memacu keinginan induvidu untuk memenuhi
tahap pembelajarannya.
Dan faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam komunikasi
interpersonal juga sangat penting dalam proses pembelajaran
pembinaan keislaman anak usia dini. Proses model komunikasi
interpersonal pemebelajaran dengan teori sosial learning secara
penuh dan juga memperhatikan faktor pendukung dan
penghambat komunikasi interpersonal agar dapat mengetahui
kendala yang terjadi di dalam model komunikasi interpersonal
guru dan orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas.
Dalam pembinaan keislaman tersendiri ini juga memiliki
beberapa elemen yakni:
a. Hiwar
109
Yaitu percakapan silih berganti antara dua pihak atau
lebih melalui Tanya jawab mengenai suatu topic yang
mengarah pada suatu tujuan yang diinginkan.
b. Perumpamaan
Ialah model yang digunakan pendidik dalam mengajari
anak-anak terutama dalam menanamkan karakter nilai-
nilai ajaran islam baik duniawi maupun akhirat. Model
ini biasanya digunakan dengan bercerita atau al-kisah dan
juga bisa dengan membaca teks yang diberikan di papan
tulis oleh guru.
c. Keteladanan
Dalam penanaman nilai-nilai pembinaan keislaman anak
usia dini keteladanan yang diberikan orang tua atau guru
kepada anak bukan hanya memberikan kepemahaman
secara verbal tetapi juga memberikan contoh secara
langsung kepada anak. karena pada umumnya anak
cenderung meneladani peniruan guru atau orang tua oleh
karna itu, guru dan orang tua perlu memberikan
keteladanan yang baik kepada anak-anak khususnya anak
usia dini.
d. Pembiasaan
Sesuatu yang sengaja dilakukan secara terus menerus atau
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan
bagi anak. karena dengan yang dibiasakan itu adalah
sesuatu yang diamalkan dan pengulangan dalam rangka
pembinaan dan penanaman nili-nilai dan kepribadian
perkembangan dalam pembinaan keislaman anak untuk
menjadi manusia yang khaffa baik duniawi amaupun
akhirat.
Seiring dengan perkembangan anak dalam pembinaan
keislaman dan proses model komunikasi interpersonal guru dan
orang tuadengan terjalinnya hubungan yang sangat baik akan
baik pula dampaknya bagi anak dalam perkembangan pembinaan
110
keislaman anak dan rasa kepercayaan, perlindungan yang terjalin
antara guru dan orangtua murid tersebut.
Dan dengan adanya faktor pendukung yang telah di fasilitasi
dari TPA Pelita untuk memperkembangkat pembinaan keislaman
anak usia dini agar menjadi manusia yang peduli terhadap ciptaan
Allah yang ada di dunia ini sehingga tidak hanya akhirat saja
namun juga terhadap dunia yang semestinya kita sebagai manusia
bisa mengamalkan kepercayaannya allah kepada manusia di bumi
untuk selalu menjaga ciptannya. Dan faktor penghambat jalannya
komunikasi interpersonal guru dan orang tua bisa teratasi dengan
baik agar dapat sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
111
BAB V
PEMBAHASAN
Wawancara yang dilakukan kepada 11 (sebelas) Informan
meliputi Pendiri TPA Masjid Al-Ikhlas, 2 Orang Guru Utadzah
kelas Usia Dini 4-8 Tahun, 4 Orang Tua Murid yang Intens
mengantar anaknya serta pembiasaan dan keteladanan anak usia
dini dalam pembinaan keislaman dan 4 anak didik. Pada
prinsipnya untuk menggali data tentang :
1. Bagaimana model komunikasi interpersonal guru dan
orang tua dalam pembinaan keislaman anak usia dini di
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, meliputi : komunikasi
interpersonal guru dengan orang tua dalam pembinaan
keislaman anak di TPA Pelita ,komunikasi interpersonal
guru dengan anak Usia Dini di Kelas saat proses
pembelajaran, model komunikasi orang tua dengan anak
usia dini dalam pembinaan keislaman.
2. Faktor pendukug dan penghambat apa saja dalam
Komunikasi Interpersonal guru dan orang tua dalam
pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita Masjid
Al-Ikhlas, meliputi : factor kendala Komunikasi Guru
dengan Orang tua dalam Pembinaan keislaman Anak Usia
Dini, Guru dengan anak usia dini, factor kendala
Komunikasi Orang tua dengan anak usia dini dalam
pembinaan keislaman serta pembiasaan dan keteladaanan
anak.
112
Wawancara ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan
peneliti sebelumnya yaitu :
1. Bagaimana Model Komunikasi Interpersonal Guru dan
Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini
di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas ?
2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam
Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas ?
A. Proses Model Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang
Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas
Seperti pembahasan di bab I Komunikasi dapat di
maknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun
sekelompok orang memberikan dan menerima informasi
(penyampaian makna), komunikasi interpersonal guru dan
orang tua dapat membantu membangun mengembangkan
perkembangan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik
agar mempunyai akhlaqul karimah. Dalam komunikasi
interpersonal Guru (Komunikator), materi yang di sampaikan
(Pesan), dan anak usia dini / murid (Komunikan) karena disini
terdapat proses transfer ilmu, begitu pun Orang Tua (
Komunikator) dan Anak Usia Dini ( Komunikan ) yang mana
komunikasi jenis ini biasanya terjadi secara langsung dan
tatap muka , bersifat pribadi tanpa di rencanakan dan
berlangsung setiap hari.
113
Pada Bab II juga di kemukakan tentang Komunikasi
Interpersonal, yang secara keseluruhannya terlihat adanya
Model Komunikasi dan faktor kendala Komunikasi dari
Komunikasi Interpersonal. Adapaun komponen dasar
komunikasi antar komunikator dengan komunikan,
komunikasi jenis ini di anggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang. Arus balik
yang bersifat langsung komunikator mengetahuin tanggapan
komunikan dan mendapatkan respon umpan balik sebagai
salah satu tanda efektivitas proses komunikasi dari kendala
yang terjadi.
1. Anggapan Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan
Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-
Ikhlas
Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas meliputi :
a. Komunikasi Langsung
Yang di gunakan kepada wali kelas yang
mengunjungi langsung orang tua dengan menanyakan
dan mendiskusikan keteladanan pembiasaan anak
dalam pembinaan keislaman Anak Usia Dini ini pun
dilakukan hanya kepada Orang Tua yang intens
datang kemadrasah dalam penerimaan surat dari guru.
Dalam pertemuan antara guru dan orangtua diadakan
satu bulan sekali.
b. Komunikasi Tidak Langsung
114
Yaitu komunikasi dengan Kepala Sekolah yang
di adakan satu tahun sekali pertemuan mengundang
guru dan orang tua untuk memberikan arahan serta
evaluasi tentang pembiasaan dan keteladanan anak
dalam pembinaan keislaman Anak Usia Dini.
“ya setahun sekali, kita mengambil di bulan
desember di Hari Raya Besar Islam sekaligus
mengadakan acara Maulid Nabi kita mengambil
hari ini agar orang tua dan anak dapat mengikuti
acara islam ini serta pertemuan orang tua dan guru
sekaligus pengarahan kepada orang tua untuk
mendidik anak dalam pembinaan keislaman anak
usia dini. Kerana masih banyak orang tua yang
cuek dengan anaknya yang penting anak sudang
masuk ke TPA, tapi disini saya mengadakan acara
pertemuan sekaligus acara berdirinya TPA Pelita
Masjid al-Ikhlas ini di hari rasa islam besar islam
ini agar orang tua dapat hadir dan berpartisipasi
dalm kegiatan di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas dan
Alhamdulillah orang tua pada datang dan ikut,
juga selain itu diadakannya pertemuan dengan
orantua sebulan sekali, sesuai dengan wali
kelasnya”1
Penjelasan Ustadz Wirman, membuktikan
bahwa komunikasi interpersonal efektif di gunakan
baik secara langsung maupun tidak langsung karena
komunikasi interpersonal yang secara keseluruhannya
terlibat adanya proses model komunikasi dan efek
dari komunikasi interpersonal tersebut, dan bisa
mengatasi kendala yang terjadi.
1 Hasil Wawancara pribadi dengan Wirman sebagai Pendiri TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,18 Juni 2021
115
Menurut pandangan saya yang telah langsung
terjun ke lapangan memang benar adanya komunikasi
interpersonal sangat efektif seperti wawancara dengan
ustadzah Aqilatus Shalihah yang sehari – harinya
akrab di panggil ustadzah Lia,
“dan banyak orang tua yang respek menanyakan
anaknya seperti “ustadzah Lia bagaimana
perkembangan anak saya” dan saya menjawab
menjeskan perkembangan anaknya, agar orang tua
juga tetap tau kondisi perkembangan anaknya di
TPA” 2
“dan banyak juga orang tua yang kalau saya
ketemu di jalan orang tua menyapa dan sambil
menanyakan perkembangan anaknya di TPA dan
juga ada orang tua yang curhat untuk mendidik
anaknya dirumah bagaimana dan saya kasih tahu
saya jelaskan karena anak usia dini yang saya
ajarkan ini Alhamdulillah tingkat kecerdasanya
sangat bagus dan cepat menangkap jadi saya
arahin juga ke orang tua untuk tetap di ulang di
rumah apa saja yang di pelajarkan di TPA jadi kita
juga orang tua dan guru ada timbal balik saling
tukar pikiran dalam meningkatkan pembinaan
keislaman anak”3
“saya juga biar dirumah aja, kalau ketemu sama
guru-guru nya Mika di jalan saya tanya
perkembangan anak saya dan saya juga suka
tanya-tanya kaya kita tukar pikiran aja gitu
karenakan kadang ada guru yang di ajarinnya
cuman itu-itu aja kaya di sekolahankan guru
agamanya di pelajarannya itu-itu aja, saya kan
selalu nanya ya sama Mika di sekolah belajar apa
aja gitu nah jadi saya tambahin Mika buat sekolah
2 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021 3 Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
116
sore di TPA biar dia lebih paham agama karena
kan saya sendiri juga masih kurang ya saya juga
kalau ngajarin juga sedikit-sedikit yang saya tahu
aja gitu makanya juga suka ngobrol sama bu Lia
untuk mendidik anak saya gimana-gimananya gitu
karena saya bener-bener sangat kurang sekali sama
pembinaan keislaman”4
“kalau saya kan suka ngantar jemput anak saya,
jadi pas pulang itu saya selalu ngobrol, tanya sama
ibu gurunya misalnya saya ketemu bu Lia saya
tanya perkembangan anak saya bagaimana,
jadikan saya tahu perkembangan anak saya di TPA
dan saya juga bisa menerapkan lebih lagi di rumah
agar anak saya juga tetap tidak lupa apa yang
sudah di ajarkan di TPA”5
Menurut pandangan saya bahwa orangtua sudah
benar adanya saling berkomunikasi dengan guru
walau bukan hanya pada pertemuan yang sudah
terjadwal yaitu sebulan sekali. Jadi walau bertemu
saat istirahatpun komunikasi tetap bisa dilangsungkan
untuk mengetahui perkembangan anaknya sudah
sampai dimana baik perkembangan dalam hal
akhiratnya maupun duniawinya
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
bahwa secara umum dapat diketahui komunikasi
interpersonal guru dan orang tua terjadi secara
spontan dan tatap muka, dimana melakukan bila
orang tua dan guru menganggap perlu untuk
4 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 5 Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
117
berkomunikasi. Menurut Barndlund yang di kutip Alo
Liliweri ciri khas komunikasi interpersonal yang
membedakan dengan komunikasi massa dan
komunikasi kelompok salah satunya adalah terjadi
secara langsung dan tatap muka.
Data lapangan juga mengungkap walaupun
terjadi secara langsung, namun kecenderungan untuk
berkomunikasi adalah pada sore hari setelah jam
pulang belajar TPA. Adapun pesan komunikasi yang
di sampaikan adalah pendidikan agama yaitu
pembinaan keislaman anak usia dini seperti baca Iqro,
baca Al Qur‟an, pengetahuan tajwid, praktek shalat,
dan kegiatan–kegiatan di TPA seperti yang dilakukan
pada hari Sabtu dan Minggu yaitu mengenai
kepedulian dan kecintaannya terhadap lingkungan
dimana pada anak usia dini disini dibimbing
bagaimana cara sayang kepada tanaman, misalkan
harus disiram dengan cara bagaimana, juga
bagaimana cara memelihara ikan yang baik,
bagaimana cara memberi makanannya, maupun
pergaulan anak sehari-hari, inilah yang membedakan
TPA Pelita Masjid Al Ikhlas dengan TPA yang ada
disekitarnya. Sedangkan sarana dan prasarananya pun
terlihat jelas dilapangan seperti adanya tanaman di
lingkungan masjid, baik disekitar masjid maupun
yang ada di kubah masjid ( memanfaatkan tempat
yang ada ) serta taman yang terletak di RT 014 yang
118
tidak jauh letaknya dari TPA. Untuk Hubungan
dengan penelitian ini bahwa model komunikasi
interpersonal pada dasarnya adalah mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain melalui komunikasi
persuasi dan dengan tanpa sadar kendala yang terjadi
bisa teratasi dengan sangat mudah.
Guru juga mengingatkan agar dirumah orang
tua juga memberikan contoh dan praktek serta
mengajak anaknya untuk shalat bersama, membaca
Iqro atau membaca Al Qur‟an yang sudah sampai
membaca Al Qur‟an, juga berbahasa yang baik pada
lingkungan keluarga karena orangtua adalah model
yang baik yang dicontoh oleh anak, juga
mempraktekkan seperti mencintai lingkungan dengan
menyayangi tanaman dan binatang, bila dirumah
mempunyai tanaman agar orangtua mempraktekkan
bersama sama menyiram tanaman sambil memberi
tahu tanaman apa yang ditanam, dan tetap selalu
mengikuti ajaran dalam pembinaan keislaman agar
anak secara perlahan akan terbiasa.
2. Anggapan model komunikasi guru dengan anak dalam
pembinaan keislaman anak usia dini di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas :
Seperti yang dikatakan di bab I komunikasi dalam
pendidikan di TPA proses tersebut terlibat dua komponen
yang terdiri dari pengajar dan pelajar. Pengajar sebagai
119
(komunikator) dan pelajar ( Komunikan ) dan pengajar itu
di sebut guru sedangkan pelajar disebut murid.
Bahwasannya tujuan dari pendidikan yang memiliki
kurikulum pembinaan keislaman dengan melaksanakan
mengarkan, membimbing, mengarahkan, mengontrol dan
menekankan murid hingga dapat merealisasikan kedalam
kehidupan mereka sehari-hari
Guru adalah seorang pengajar yang memberikan
ilmu di sekolah, orang tua kedua di lingkungan
pendidikan. Dalam islam guru adalah ustad/ustdzah yang
bertugas mengajak mendorong dan juga terlibat dalam
dakwah atau aktivitas menyiarkan, menyeru dan
mengajak untuk berkehidupan yang berakhlak mulia.anak
usia dini memang memang sedang semangtanya ingin
tahu ingin mencoba, menyaring ilmu dan di usia dini
mereka juga ingin memperaktekan bisa disebet menirukan
perilaku dan tutur kata kita.
Dalam bab II guru adalah poros utama dalam
pendidikan, orang yang mendidik, memberikan
bimbingan,memberikan arahan, pelatihan dan
mengadakan evaluasi keapada peserta didik dan memiliki
kewenangan tugas dalam pendidikan serta pengajaran.
Dan tanggung jawab guru hanya di sekolah dalam
pendidikan anak.
a. Komunikasi Langsung
Yang di gunakan kepada wali kelas mengajar
langsung di kelas dengan memberikan materi
120
pembinaan keislaman anak usia dini sesuai dengan
kurikulum pengajaran di TPA dan memperhatikan
anak-anak agar tetap selalu mengikuti arahan dari guru
”dalam proses pembelajaran kita menggunakan
kurikulum dari TPA tapi kadang kita mengikuti
kemauan anak ya jadi kaya pertama namanya anak
usia dini ingin selalu serba tahu hal yang baru jadi
kadang anak bosen cara menjelaskan atau cara kita
mengajarnya dan ingin mencoba hal yang baru dan
menantang gitu jadi misalnya kan saya biasanya
enulis di papan tulis huruf hijaiyah, nah anak-anak
ingin di dikte jadi kita bacain mereka yang nulis di
buku saya awalnya takut mereka ga bisa atau lupa
tulisnya yak an namanya masih anak-anak usia 4-8
tahunan kan ya di kelas saya tapi mereka pinter-
pinter pas saya periksa bener semuanya hurufnya
ga ada yang salah, kedua mencari metode jadi
metodenya ganti-ganti saya nah anak-anak ini
lebih suka menggunakan metode pesantren seperti
sambung ayat kosa kata, cerita kisah-kisah nabi-
nabi yang di praktekan ke anak-anak dan itu
membuat saya bangga di anak usia dini ini mereka
memiliki kelebihan yang amat sangat cerdas”6
“Model Komunikasi interpersonal saya ke anak
seperti temen jadi kita tidak membatasi, karenakan
ya mereka ini kan anak-anak masih di bawa umur
ya jatohnya masih perlu arahan dari kita jadi kita
juga tidak tertlalu yang mengaharuskan mereka
mengikuti saya, jadi saya juga memberikan
mereka kebebasan ingin belajar apa hari ini dan
mereka ingin hafalan ya saya kasih hafalan atau
mereka ingin bercerita kisah-kisah nabi saya
ceritakan habis itu nih mereka selalu ingin ditanya
setelah saya bercerita mereka ngin ditanya jadi
saya tanyakan kembali dan mereka mengingatnya
6 Hasil Wawancara pribadi dengan S Aqilatus sebagai Guru di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
121
apa yang saya ceritakan, dan mereka juga suka
kalaukita mengulang-ulang bacaan shalat dari
awal sampe akhir dan wudhu Alhamdulillah
mereka dengan usianya yang sangat kecil sudah
lancar dalam membaca surat_surat untuk shalat
dan wudhu, dan kalau di hari jumat biasanya kita
praktek shalat nah mereka pada senang dan benar-
benar menjaga rapi saat mereka shalat
memperdekatkan diri ke allah tanpa saya arahin
lagi, disini lah tingkat kecerdasan anak yang saya
katakan tadi, karena kan kebanyak dari mereka ini
rang tuanya yang kurang paham dengan agama
tapi anak-anak ini sangat ingin mempelajari dan
ingin tahu”7
Dari data di atas sangat jelas dengan komunikasi
yang cenderung dua arah dan berlangsung tatap muka,
maka sang komunikator dapat melihat umpan balik
seketika dari sang komunikan, juga sangat
memungkinkan terjadi perubahan secara cepat.
Hubunganya dengan penelitian ini, Nampak bahwa
komunikasi interpersonal yang terjadi pada dasarnya
adalah mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain
melalui teknik persuasi.
Dalam proses pengajaran guru memberikan ilmu
tentang pembinaan keislaman yang harus mereka tahu
dan mereka kenal agar dapat mereka tanamkan
kedalam diri mereka dan kedalam kehidupan sehati-
hari mereka karena pembinaan keislaman ini adalah
bekal untuk mereka di masa depan dan di akhirat.
7 Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
122
Walaupun pengaruhnya masih belum sepenuhnya
dikatakan berhasil, namun perubahan sedikt demi
sedikit yang terjadi pada anak sudah mewakili bahwa
apa yang di ajarkan guru di sekolah sudah
dilaksanakan oleh anak.
Ini terbukti dari hasil wawancara peneliti
dengan anak didik bernama Malika,
“Kadang aku curhat sama mama, aku bantuin
mama bersih-bersih, aku suka nyiram bunga,
kadang mama juga suka tanya ke aku apa yang
mama ga tahu, ini bagaimana dek, mama kurang
tahu, gituh kak, terus aku kasih tahu, ini
dibacanya begini mah.” ( wawancara mika )
Menurut pandangan saya bahwa komunikasi
interpersonal antara guru dan anak didik sudah
sampai dengan baik dimana anak didik tersebut dapat
menyerap apa yang diajarkan dan dibimbing serta
dipraktekkan oleh guru serta ketua DKM dalam hal
menyayangi tanaman dan dalam hal bagaimana
seharusnya membaca Al Qur‟an dengan benar sudah
tersampaikan dengan baik.
3. Anggapan model komunikasi orang tua dengan anak
dalam pembinaan keislaman anak usia dini di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas :
Dalam bab I di jelaskan bahwa komunikasi
interpersonal adalah suatu proses komunikasi antara orang
tua (komunikator) dan anak (komunikan) yang mana
komunikasi ini dijenisnya yang terjadi biasanya secara
123
langsung dan tatap muka, bersifat pribadi, tanpa
direncanakan dan berlangsung setiap hari.
Dalam bab II juga telah di kemukakan tentang
komunikasi interpersonal, yang secara keseluruhannya
terlihat adanya komunikasi dan efektifitas dari
komunikasi interpersonal. Adapun komponennya dalam
proses komunikasi yaitu komunikator ialah orang yang
menyampaikan pesan, komunikan atau orang yang
menerima pesan, pesan yang dikirimkan, media yang di
gunakan, sasaran dan efek atau umpan balik.
“Saya mah kan tidak terlalu paham dengan ya ,
jadi kadang saya cari cari di google, saya orangnya
biar gini-gini keras sama anak dalam agama
karena saya gamau anak saya kaya saya yang
kurang pemahaman dengan agama islam,
mangkanya kan saya masukin anak saya ke TPA
apa lagi yang tadi saya bilang kalu di sekolah
pelajaranya kurang dan itu-itu aja, dan saya tuh
selalu ngajak dia shalat bareng nih kadangkan dia
suka maen hp nah waktunya azan saya ambil
hpnya saya ajak shalat bersama terus ngaji abis itu,
komunikasi kita hampir setiap hari dan yang
paling lama itu ya dimalam hari karenakan masa
pandemic ini saya kerja di rumah jadinya jadi
kadang kita berkomunikasi di pagi hari siangnya
itu pas jam shalat zuhur dan ashar dan abis magrib
itu baru kita berkomunikasi yang paling lama, dan
banyak ya obrolan kita tentang agama, kadang
malahan mika yang ngasih tahu saya ma ini gini
loh, kata guru mika kalau kita mau shalat kalu bisa
ganti baju dulu mah misalnya gitu saya kan suka
lupa gitu buat ganti baju shalat, dan diingetin sama
mika, terus kita juga selalu tuker pikiran misalnya
124
kaya ngaji saya salah bacanya di benerin sama
mika kaya idgam gunnah gitu-gitu”8
“Alhamdulillah saya selalu mengajarkan anak saya
sesuai dengan ajaran islam, tapi kalau shalat kan
karna ayahnya kerjanya gojek jadi lebih sering
shalat di rumah dan setiap habis shalat saya selalu
menterapkan iki untuk ngaji walaupun iqro
beberapa lembar dan saya liatin pembacaanya,
karena saya juga lebih sering di rumah dan iki juga
jarang maen keluar dia lebih suka nonton film
kartun nah saya sering tuh kasih dia kisah-kisah
nabi saya beliin kasetnya dan kadang saya ceritain
juga kisah-kisah nabi keteladanannya dan
kesehari-harian nya jadi saya mengarahkan dan
mengajarkan nilai-nilai agama islam, komunikasi
saya dengan iki Alhamdulillah hampir setiap saat
ya, tapi lebih seringnya itu kita pas siang hari jam
tidur siang dan malam hari setelah bapaknya
pulang gojek bapaknya itu selalu ngasih dia
nasehat setiap malam dan selalu menanyakan
kegiatan iki hari ini apa yang sudah iki lakukan
gitu ka”9
“ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya
saya nanya nih “de mau ngaji ga ? kalu dia jawab
“mau” ya saya siapin tuh kalu anak jawab “engak
dh mah” ya saya ga siapin maen aja gini di rumah,
gabisa di paksain soalnya takutnya kalu di paksain
bukannya pinter malah gimana gitu, apalagi masih
anak sekecil gini kan masih mau nya maen jadi
saya kadang ngambil celanya belajr smbil bermain
gitu kak, jadi dari dirinye anak lambat taun sesuai
usia dia pasti nnti ngerti sendiri “mah mau ngaji
mah” gitu. kalau saya orangnya santai kak, jadi
kaya ya ngikutin anak maunya gimana saya ga
8 Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021 9 Hasil Wawancara pribadi dengan Yatinah sebagai Orang Tua Murid
TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
125
mau memaksakan anak jadi saya ikutin maunya
gimana gitu, soalnya anaknya males jadi saya ga
mau memksa anak si kak, jadi saya memperankan
ya seorang ibu yang dekat dan bercanda sama anak
kak, karena saya mau dari dia sendiri gitu, tetpa
saya arahin saya ajarin sama awasin gitu kak
sering hampir setiap saat karena kan saya di rumah
aja ya ga kemana-kemana dan kalau saya lagi ga
masak bercanda-canda aja sama anak, anak juga
karna lagi pandemic gini anak ga pernah maen
keluar jadi di halaman aja di teras maen bercanda
sama saya, keseringan ngobrol sama anak
ketimbang sama suami, hampir setiap saat ya tapi
kalu sama bapaknya itu sekeluarga lebih sering
abis isyaan pas shalat berjamaah”10
Dari data yang diatas bahwa komunikasi
interpersonal keluarga terjadi secara spontan dan tatap
muka, dan dilakukan bila mana orang tua menganggap
perlu untuk berkomunikasi, dan di jeslaskan lagi menurut
Barnlund yang di kutip Alo Liliweri ciri khas komunikasi
interpersonal yang membedakan dengan komunikasi
massa dan komunikai kelompok salah satunya adalah
terjadi secara langsung dan tatap muka.
Data lapangan juga mengungkapkan walaupun
terjadi secara langsung dan tatap muka, namun
kecendrungan untuk berkomunikasi adalah pada malam
hari (ba‟da isya). Adapun pesan komunikasi yang
disampaikan adalah pembinaan keislaman seperti shalat,
mengaji dan menjaga lingkungan di sekeliling rumah serta
10
Hasil Wawancara pribadi dengan Dede sebagai Orang Tua Murid TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
126
kegiatan-kegiatan sekolah maupun pergaulanya sehari-
hari.
Dari hasil wawancara dengan orang tua terlihat
bahwa apa yang sudah diterapkan oleh guru kepada
orangtua baik wawancara secara tatap muka sudah
terlaksana dengan baik komunikasi interpersonal antara
guru dengan orangtua terbukti dengan adanya wawancara
dengan orangtua tersebut dimana tetap mengingatkan anak
anaknya agar apa yang sudah didapat di TPA diulang lagi
dirumah sampai paham dan mengerti
Melihat dari ciri-ciri di atas sangat jelas dengan
berkomunikasi yang cendrung dua arah dan berlangsung
tatap muka, maka sang komunikator dapat melihat umpan
balik komunikan yang terjadi secara cepat. Dalam proses
menanamkan nilai-nilai islam yang terutama shalat lima
waktu dan menjaga semesta alam, pertama orang tua
membiasakan untuk menjalankan shalat tepat waktu
walaupun pengaruhnya masih belum sepenuhnya
dikatakan berhasil. Namun perubahan sedikity yang
terjadi pada anak sudah mewakili bahwa apa yang orang
tua tanamkan sudah dilaksanakan oleh anak. dan tidak
hanya mengingatkan saja tetapi orang tua juga ikut
mencontohkan dan mengajak anak untuk shalat bersama-
sama, dan secara perlahan anak akan memulai terbiasa.
Secara tidak langsung proses penanaman nilai-nilai
pembinaan keislaman pada anak akan berjalan dengan
sedirinya dan kemudian lambat laun anak akan mengerti
127
Karena orang tua memiliki peran yang cukup besar
dalam hal mendidik anak terlebih mereka sebagai contoh
dan panutan bagi anak-anak mereka. Dari sempel yang
penulis wawancarai ini masih banyak orang tua yang
kurang paham dalam pembinaan keislaman anak. mereka
tahu tapi tidak menyadari apa yang mereka ajarkan atau
tanamkan kepada anaknya seperti shalat lima waktu,
mengaji dan puasa. Orang tua senantiasai mengarahkan,
mengajarkan,mendidik dan mendukung anak-anaknya
dalam aktivitas terutama dalam bidang pendidikan untuk
meraih prestasi serta membimbing agar anaknya
m,menjadi anak- anak yang shaleh dan shalehah.
Terutama ibu, dari mulai mengandung harus selalu
menajag sifat emosi anak , berbicara yang santun dan
hangat di anjurkan untuk taat beribadah dan membaca Al-
Qur‟an. Memiliki anak-anak yang shaleh dan shalehah
adalah dambaan dari semua orang tua.karena ketika orang
tua meninggal amalannya tidak akan terputus kecuali amal
jariyah : ilmu yang bermafaat dan anak yang shaleh
shalehah.
Orang tua juga harus bisa menanamkan hal baik
pada diri anak sejak anak masih berusia balita. Sejak kecil
sudah ditanamkan ilmu agama insyallah ketika anak
beranjak dewasa ia akan menjadi pribadi yang baik dan
shaleh shalehah mengikuti ajaran syariat islam dalam
pembinaan keislaman.
128
Nah, Hubungan dengan penelitian ini, Nampak
bahwa komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain melalui
teknik komunikasi persuasi dan bisa mengatasi kendala
yang terjadi.
B. Faktor Kendala Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al- Ikhlas
Dalam pembinaan keislaman anak usia dini tentunya
orang tua merasakan beberapa kendala yang dihadipinya,
antara lain :
1. Sulit Memahami
Dalam tingkat kemampuan anak yang masih kurang
dalam menangkap apa yang di ajarkan oleh guru dan
orang tua nya, menjadi salah satu kendala yang dirasakan.
Dalam hal ini guru dan orang tua dituntut untuk lebih
sabar dan telaten dalam mendidik anak usia dini. Dengan
cara mengajarkan anak terus menerus dan di ulang-ulang
sampai anak paham karena anak usia dini ini anak yang
ingin selalu di pahami serta ingin selalu mencoba hal-hal
yang di katakana guru dan orang orang tua. Dan terutama
orang tua juga harus lebih semangat memiliki cara yang
menarik agar anak tidak bosan dan semangat dalam
belajarnya.
Menurut wawancara dari Ibu janunuarrianty
“Penting banget ya kak, karenakan untuk kebaikan
diri mereka sendiri biar tahu mana yang baik dan
yang bukan baik, karena aku jujur ya kak aku juga
129
masih belajar kak aku suka cari cari di googel apa
yang aku kurang tahu tentang pembinaan
keislaman, bagaimana caranya agar anak tidak
bosan dalam menerima pembelajaran, aku tuh kak
suka lihat gogel menyanyi ke islaman, sambil aku
kasih tahu kak, juga lihat lihat video bagaimana
cerita tentang nabi-nabi, tapi aku kak di batasi
melihat hpnya dan aku juga nemenin dianya
sambil mengarahkannya, pendidikan keislamankan
kak bagi saya penting banget apalagi kan
keinginan orangtua memiliki anak yang shaleh dan
shaleha”11
Peneliti sepaham dengan orangtua yakni salah satu
mengurangi kendala dan juga ketidak tahuan orangtua
dalam hal mendidik anaknya adalah dengan mencari
digogel baik dengan menonton video ataupun dengan
bernyanyi dengan tetap mengarahkan dan memberi
batasan agar mata anak tidak rusak.
2. Lingkungan yang kurang baik
Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang
tua dalam mendidik anak usia dini atau mengajarkan
anak. lingkungan yang kurang baik akan berdampak
buruk bagi perkembangan anak. dalam hal ini orang tua
harus bisa membentengi anak dengan ilmu agama yaitu
memasukan anak kesekolah sore yakni TPA. Agar anak
dapat mempraktekan hal yang baik sesuai dengan ajaran
islam dan menjauhkan hal yang buruk serta selalu
menyebarkan energi yang postif dan orang tua juga tidak
boleh lepas dari penjagaan anak, karena anak usia dini
11
Hasil Wawancara pribadi dengan Januarriaty sebagai Orang Tua
Murid TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru, Jakarta Pusat, 20 juni 2021
130
masih terus di awasi karena bagaimanapun orang tua
harus selalu disamping anaknya. Dan yang harus di
lakukan orang tua ialah membentengi anak dalam
melakukan hal-hal yang baik pada dirinya agar
kedepannya anak bisa lebih baik lagi.
3. Emosi yang belum stabil
Anak yang masih usia 4-8 tahun tingkat emosinya
masih belum stabil. mereka hanya ingin melakukan apa
yang mereka inginkan dan terkadang sangat sulit untuk
dilarang ataupun di atur. Ketika guru dan orang tua
hendak mengajarkan anaknya namun mereka tidak mau
sebaiknya jangan di paksa, karena sesuatu yang dipaksa
hasilnya tidak akan baik. Biarkan anak melakukan
kegiatan yang ia mau tugas guru dan orang tua hanya
mengawasi dan juga membimbing jalannya kegiatan
karena mereka masih ingin banyak bermain dari pada
belajar.
4. Asik dengan dunianya
Banyak orang tua yang mengeluh ketika anaknya
bermain gadget. Kebiasaan buruk ini tidak mudah untuk
di hilangkan, saat anak sudah terbiasa bermain handpone
ia akan lupa dengan segalanya, namun sebagai orang tua
harus bisa membagi waktu bagaimana cara agar anak
tidak terlalu asik dengan dunianya. Ketika di jam jam
yang tertentu anak harus bisa terbiasa dengan melepas
dunianya seperti di waktu shalat berjama‟ah, anak harus
bisa melepaskan handponenya. Karena ketika anak sudah
131
asik main dengan dunianya akan sulit untuk kedepannya
bila di larang. Sesuai wawancara dengan ustadzah
Amanah
“Banyak orangtua yang mengeluh bahwa anaknya
suka banget main gatget di handphone, dan kadang
suka susah dibilanginnya untuk berhenti bermain
handphone, terkadang mereka kalau diluar suka
berkelompok bermain handphone tidak seperti
dulu waktu kita masih kecil misalnya untuk
perempuan bermain congklak, bermain ciple,
bermain bola bekel, aku kak sering mengarahkan
pada orangtua agar untuk bermain handphone itu
dibatasi waktunya, misalkan kamu boleh main
handphone tapi kalau sudah mengerjakan
pekerjaan rumah misalnya kalau ada pekerjaan
dari sekolah dasarnya atau pekerjaan dari TPA,
tapi main handphonnya tidak boleh lebih dari satu
jam dalam sehari sambil diberi tahu apa akibatnya
bila kita terlalu sering sampai berjam – jam
melihat handphone salah satunya mata kita nanti
akan rusak, kitapun beri dia hukuman misalkan
bermain handphonenya lebih dari satu jam maka
untuk hari besoknya tidak boleh bermain
handphone, saya juga kak selalu bilang ke anak
didik bahwa main handphone itu tidak bagus akan
merusak mata kita, akan merusak otak kita, gitu
kak”12
Saya sangat setuju sekali dengan apa yang telah
diutarakan oleh ustadzhah Amanah, bahwa untuk
mengarahkan anak agar tidak terlalu banyak bermain
handphone perlu adanya kedisiplinan dan hukuman bagi
anak,hukuman disini walau berupa tidak boleh main
12
Hasil Wawancara pribadi dengan Amanah sebagai Guru di TPA Pelita
Masjid Al-Ikhlas, Johar Baru,Jakarta Pusat,19 Juni 2021
132
handphone bila melanggar itu sudah bagus, mengarahkan
tidak bermain handphone berlama lama.
5. Orang tua harus rajin mencontohkannya
Beberapa orang tua masih banyak kurang paham
dalam pembinaan keislaman sehingga orang tua lupa
mencontohkannya, namun tanpa sadar orang tua sudah
mencontoh kannya walaupun sedikit ada beberapa orang
tua menyoba untuk mencari tau hal yang baik dalam
pembinaan keislaman contohnya seperti mengajak anak
shalat berjamaah dan mengaji bersama serta bertukar
pikiran hal yang orang tua tidak tau dan anak memberi
tahu begitupun sebaliknya. Karena dengan mencontohkan
hal yang baik insyaallah anak akan selalu melakukan hal
yang baik dan menyebarkan energy positif kepada
lingkunganya.
133
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan yang diangkat oleh penulis Model
Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam
Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid
AL-Ikhlas Rw 006 Johar Baru, Jakarta Pusat. Maka penulis
memberikan beberapa kesimpulan sebagai analisis data yang
telah penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan dalam rumusan masalah. Demikian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Model Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua
dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini di TPA
Pelita Masjid Al-Ikhlas Rw 006 Johar Baru, Jakarta Pusat,
komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan
orang tua yang terjadi berbentuk dari dengan adanya
keinginan berkomunikasi dan adanya tindakan yang sering
dilakukan pada acara pertemuan guru dan orang tua serta
dilakukan juga ketika orang tua menjemput anaknya di
TPA pada sore hari setelah jam pulang TPA. Komunikasi
interpersonal yang digunakan guru dengan anak dilakukan
ketika jam pengajaran berlangsung di TPA, dan
komunikasi orang tua dengan anak sering di lakukan pada
malam hari (ba‟da Isya). Adapun pesan komunikasi yang
disampaikan oleh komunikator (Orang tua dan Guru)
mengenai pembinaan keislaman, kegiatan-kegiatan di
134
sekolah serta pergaulan di masyarakat. Respon yang
didapat dari anak pun beragam terkadang anak banyak
bertanya, dan juga hanya mendengarkan apa yang guru
dan orang tua katakan. Tetapi tidak semua anak tidak
merespon apa yang terjalin antara komunikasi
interpersonal guru dengan anak didik, juga anak yang
memahami dan mempraktekkan apa yang telah diberikan
oleh guru kepada anak didik, juga adanya komunikasi
interpersonal orangtua kepada anak, anak meresponnya
dengan baik. Banyak anak yang mempraktekkan dengan
kepeduliannya terhadap lingkungan yaitu dengan mau
menyiram tanaman, dengan menyayangi binatang.Disini
terlihat benar benar bahwa TPA Pelita Masjid Al Ikhlas
dalam pendidikan dan pembibingan bukan hanya ke
akhirat saja tapi juga duniawi yang salah satunya adalah
bentuk kepeduliannya terhadap tanaman dan peternakan
dan lingkungan sekitarnya dengan adanya proses
komunikasi ini yang akan berlangsung secara terus
menerus dan berkelanjutan dengan demikian terjadilah
proses komunikasi dua arah anatar guru dengan orang tua,
orang tua dengan anak, dan guru dengan anak.
2. Faktor yang menghambat komunikasi interpersonal Guru
dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia
Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
a. Sulit Memahami
Dalam tingkat kemampuan anak yang masih
kurang dalam menangkap apa yang di ajarkan oleh
135
guru dan orang tua nya, menjadi salah satu kendala
yang dirasakan. Dalam hal ini guru dan orang tua
dituntut untuk lebih sabar dan telaten dalam mendidik
anak usia dini. Dengan cara mengajarkan anak terus
menerus dan di ulang-ulang sampai anak paham
karena anak usia dini ini anak yang ingin selalu di
pahami serta ingin selalu mencoba hal-hal yang di
katakana guru dan orang orang tua. Dan terutama
orang tua juga harus lebih semangat memiliki cara
yang menarik agar anak tidak bosan dan semangat
dalam belajarnya.
b. Lingkungan yang kurang baik
Factor lingkungan juga menjadi kendala bagi
orang tua dalam mendidik anak usia dini atau
mengajarkan anak. lingkungan yang kurang baik akan
berdampak buruk bagi perkembangan anak. dalam hal
ini orang tua hatus bisa membentengi anak dengan
ilmu agama yaitu memasukan anak kesekolah sore
yakni TPA. Agar anak dapat mempraktekan hal yang
baik sesuai dengan ajaran islam dan menjauhkan hal
yang buruk serta selalu menyebarkan enegri yang
postif dan orang tua juga tidak boleh lepas dari
penjagaan anak, karena anak usia dini masih terus di
awasi karena bagaimanapun orang tua harus selalu
disamping anaknya. Dan yang harus di lakukan orang
tua ialah membentengi anak dalam melakukan hal-hal
136
yang baik pada dirinya agar kedepannya anak bisa
lebih baik lagi.
c. Emosi yang belom stabil
Anak yang masih usia 4-8 tahun tingkat
emosinya masih belum stabil. mereka hanya ingin
melakukan apa yang mereka inginkan dan terkadang
sangat sulit untuk dilarang ataupun di atur. Ketika
guru dan orang tua hendak mengajarkan anaknya
namun mereka tidak mau sebaiknya jangan di paksa,
karena sesuatu yang dipaksa hasilnya tidak akan baik.
Biarkan anak melakukan kegiatan yang ia mau tugas
guru dan orang tua hanya mengawasi dan juga
membimbing jalannya kegiatan karena mereka masih
ingin banyak bermain dari pada belajar.
d. Asik dengan dunianya
Banyak orang tua yang mengeluh ketika
anaknya bermain gadget. Kebiasaan buruk ini tidak
mudah untuk di hilangkan, saat anak sudah terbiasan
bermain handpone ia akan lupa dengan segalanya,
namun sebagai orang tua harus bisa membagi waktu
bagaimana cara agar anak tidak terlalu asik dengan
dunianya. Ketika di jam jam yang tertentu anak harus
bisa terbiasa dengan melepas dunianya soperti di jama
shalat anak harus bisa melepaskan handponenya.
Karena ketika anak sudah asik main dengan dunianya
akan sulit untuk kedepannya bila di larang.
e. Orang tua harus rajin mencontohkannya
137
Beberapa orang tua masih banyak kurang paham
dalam pembinaan keislaman sehingga orang tua lupa
mencontohkannya, namun tanpa sadar orang tua sudah
mencontoh kannya walaupun sedikit ada beberapa
orang tua menyoba untuk mencari tau hal yang baik
dalam pembinaan keislaman contohnya seperti
mengajak anak shalat berjamaah dan mengaji bersama
serta bertukar pikiran hal yang orang tua tidak tau dan
anak memberi tahu begitupun sebaliknya. Karena
dengan mencontohkan hal yang baik insyaallah anak
akan selalu melakukan hal yang baik dan
menyebarkan energy positif kepada lingkungannya.
B. Saran
1. Kepada guru harus lebih semangat lagi dalam menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua dan anak. serta
lebih sabar dalam mengajar anak-anak karena anak-anak
usia dini masih senangnya belajar dengan bermain maka
dari itu guru lebih krearif lagi dalam mencari cara model-
model dalam pengajaran agar anak didik tidak bosan
dalam proses pembelajaran di TPA, juga strategi apa yang
harus dilakukan oleh seorang guru agar anak tidak bosan.
2. Kepada orang tua harus lebih menyadari lagi pentingnya
pembinaan keislaman untuk anak usia dini dan tidak
hanyak mengajarkan gerakan-gerakannya namun juga
memberikan pemahaman pada anak pentingnya
pembinaan keislaman contohnya dalam shalat, puasa,
138
menjaga kebersihan diri dan kepeduliannya terhadap
lingkungan. Agar anak memiliki pengetahuan yang lebih
luas lagi tentang ilmu agama islam (pembinaan
keislaman).
Karena harapan orang tua dan guru tentunya ingin
memliki anak dan anak murid yang kelak besarnya menjadi
anak yang shaleh dan shalehah selalu berada di jalannya
Allah SWT menjalankan perintahnya dan menjauhkan
larangnyan amin amin yra. Sebab itu terutama orang tua
sudah seharusnya untuk menanamkan pembinaan keislaman
anak sejak anak mereka masih kecil atau dibilang masih usia
dini, karena anak usia dini dimana masa golden age masa
keemasan bagi anak.
139
DAFTAR PUSTAKA
Abadi Faroek Ghafiqi,2012. Peran Pendidikan Keluarga dalam
Pembentukkan Akhlak Anak dalam Keluarga
Pegawai,Jurnal Tadris, 7:2 (Surabaya, Desember).
Abdurahman,1994. Anak dalam Keluarga (Jakarta, Studi Press)
Ali Abdul Halim Mahmud,2000. Pendidikan Ruhani (Jakarta:
Gema Insani)
Arifin, Muzayyin. 2003 Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta,
Bumi Aksari)
Arifin, Tatang M. 2003 Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta:
Rajawali)
Arni Muhamad,2014. Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara)
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, 2017 Theories Of
Learning, (Jakarta: Kencana)
Bakir Yusuf Barnawi,1993 Pembinaan Kehidupan Beragama
Islam Pada Anak, (Semarang: Dina Utama)
Bungin, Burhan. 2008 Penelitian Kualitatif (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya)
Canggar, Hafied. 2014 Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada)
Claude Shannon dan Warren Weaver,1949 “The mathematical of
Communication”
Dahar, Ratna Wilis. 2011 Teori-teori Belajar dan Pembelajaran
(Jakarta: Erlangga)
Daradjat, Zakia. dkk,1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam ( Jakarta, Bumi Aksara)
Darajat, Zakiyah. 2014. Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta, Bumi
Aksari)
Dedy Mulyana & Rakhmat, Jalaludin,2000. Komunikasi Antar
Budaya, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
140
Departemen Agama RI,2009 Syamil Qur’an Al’Quran dan
Terjemahnya. (Jakarta,Syigma)
Departemen Pedidikan dan Kebudayaan,2002 Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai
Pustaka)
Effendi, Onong Uchjana. 1986 Dimensi-dimensi komunikasi
(Bandung :Alumni)
Effendi, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek (Bandung : PT. Remaja Rosdakary)
Fathurahman, M. 2016 “Agama dan Ego Orang Tua( Telah
Kritis atas Spntanitas Anak dalam Pendidikan
Keluarga), Jurnal Cendikia, 14;2, (ponorogo,
Desember )
Haya Binti Mubarok al-Barik,1998. Mausuh’ah al-mar’atul
Muslimah, terjeman Amir Hamzah “ Ensiklopedi
Wanita Muslimah” (Jakarta, Darul Falah)
Hefni, Harjani. Komunikasi Islam
Hidayat Dedy N.,2003 Paradigma dan Metodologi Penelitian
Sosial Empirik Kalasik, (Jakarta:Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia)
Judy C. Pearson &Suranto,2011. Komunikasi Interpersonal.
Kuswana, Wowo Snanryo. Biopsikologi Pembelajaran Perilaku
Lawrence A. Pervin, dkk Personality: 2010, Theory and Researe
(Jakarta: Kencana)
Liliweri, Alo. 2010. Komunikasi Serba Ada Serba Makna
(Kencana)
Mahmud, Heri Gunawan,Yuyun Yulianingsih, Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga
Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif:buku sumber
tentang metode-metode baru, (Jakarta; Penerbit
Universitas Indonesia)
141
Moch, Basofi Soedirman,1995 Eksistensi Manusia dan Agama,
(Jakarta, Hamzah Milion).
Moloeng Lexy J. 2005, Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung:Rosdakarya)
Mulyana, Dedy.2005. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya)
Munawir Syadzali, UU kementrian agama LPTQ Tingkat
Nasional No 1 tahun 1991
Rakhmat, Jalaludin Rakhmat. 2005. Metode Penelitian
Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Riswadi, 2009.Ilmu Komunikasi
Rumadani Sagala, Pendidikan Spiritual Keagamaan Dalam Teori
dan Praktik.
Silfia, Hanani. 2017. Komunikasi Antarpribadi, ( Yogyakarta)
SOP TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Tahun Ajaran 2020-2021
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media
Pratama)
Uno Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara)
Widjaya,H.A.W. 2000 Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta
:PT :Rineka Cipta)
Wiryanto,2004 Pengantar Ilmu Komunikasi Antarpribadi (Pt
Grasindo)
149
Pedoman Observasi
1. Observasi terhapad proses komunikasi guru dan orang tua
dalam pembinaan keislaman anak usia dini dan faktor
kendala yang terjadi serta pra sarana yang ada di tpa pelita
Masjid Al-ikhlas rw 006 johar baru Jakarta pusat
Pedoman dokumentasi
1. Struktur organisasi TPA Pelita Masjdi Al-Ikhlas Rw 006
Johar Baru Jakarta Pusat
2. Data nama Guru dan Santri TPA Pelita Masjdi Al-Ikhlas
Rw 006 Johar Baru Jakarta Pusat
3. Foto kegiatan selama penelitian
Pedoman Interview
Untuk Guru
1. Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas dengan
anak usia dini ?
2. Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama
pengajaran di dalam kelas ?
3. Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi kendala
yang terjadi di dalam kelas ?
4. Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali
murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana
mengatasinya ?
5. Apakah orang tua murid banyak yang intens
berkomunikasi masalah perkembangan anaknya di
TPA ?
6. Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?
Untuk Orang Tua
1. Kesibukan apa sekarang ibu selama pandemic ini ?
2. Apa pekerjaan ibu saat ini ? dan apakah menganggu
komunikasi ibu dan anak ?
150
3. Seberapa sering ibu berkomunikasi dengan anak ? dan
pada waktu kapan biasanya ibu melakukan
komunikasi yang paling lama dengan anak ?
4. Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat
berkomunikasi dengan keluarga ?
5. Bagaiman peran ibu dalam mendidik pembinaan
keislaman anak ?
6. Seberapa penting anak belajar pembinaan keislaman
anak di usia dini ini ?
7. Dan bagaimana komunikasi ibu dengan guru di TPA ?
apa berjalan denganlancar atau ada kendala ?
8. Apakah ibu sering mennayakan perkembangan anak
ibu di TPA ?
9. Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk
menambah wawasan dalam pembinaan keislaman dan
apakah dirumah ibu terapkan kembali ?
10. Setelah ibu menterapkan dan mamasukan anak ke
TPA adakah pengaruh pada diri anak ibu dalam
kesehariannya ?
11. Kendala apa saja yang ibu hadapi selama dalam
pembinaan keislaman anak di rumah ?
12. Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang ada ?
Untuk Anak
1. Siapa nama kamu adik kecil ?
2. Berpa usia adik ?
3. Aktivitas apa saja yang kamu lakukan sehari-hari ?
4. Pelajaran apa yang kamu suka selama belajr di TPA ?
5. Aku boleh denger kamu ngaji atau hafalan doa nya ?
6. apakah dirumah orang tua sering mengajarkan
pembinaan keislaman ? atau mengulang pelajaran di
TPA ? seperti shalat, mengaji, atau kisah-kisah nabi
pengetahuan tentang agama islam ?
7. bagaimana komunikasi adik dengan orang tua ?
151
Daftar Sampel
1. Fadil Permata Usia 4 Tahun 8 Bulan
2. Riski Ardiansya Nasution Usia 6 Tahun
3. Riza Bagus Ramadhan Usia 7 Tahun
4. Nadira Malika Tamrin Usia 8 Tahun
152
DOKUMENTASI
Dokumentasi pada saat Penyelesaian Penelitian Model
Komunikasi Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan
Keislaman Anak Usia Dini bersama Ibu Hj. Dra. Umi Nihayah,
MM. selaku kepala sekolah TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
Dokumentasi pada saat wawancara tentang sejarah berdirinya
TPA Pelita Masjid dan Model Komunikasi Interpersonal Guru
dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman Anak Usia Dini
Bersama Ustad Wirman, tanggal 18 Juni 2021, di Masjdi Al-
Ikhlas
153
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ustadzah Aqilatus Salihah, tanggal 19
Juni 2021, di rumah ustdzah AqilatusSalihah
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ustadzah Amanah, tanggal 19 Juni
2021, di Rumah Ustdzah Amanah
154
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ibunda Dede, tanggal 21 Juni 2021, di
Rumah Ibunda Dede
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ibunda Yatinah, tanggal 20 Juni 2021,
di Rumah Ibunda Yatinah
155
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ibunda Euis Atika, tanggal 19 Juni
2021, di Rumah Ibunda Euis Atika
Dokumentasi pada saat wawancara tentang Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini Bersama Ibunda Januarriaty, tanggal 19 Juni
2021, di Rumah Ibunda Januarriaty
156
Kegiatan peduli lingkungan, menyiram dan memetik sayur-
sayuran yang sudah panen di Kebun Kubah, lantai 3 TPA
Pelita bersama anak-anak TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas pada
hari jum’at tanggal 01 bulan mei 2021
Kegiatan Peduli Lingkungan menyiram dan
memperkenalkan tanam-tanaman kepada anak usia dini
kelas A di Taman TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, pada tanggal
18 juni 2021
157
Kegiatan peduli lingkungan, menyiram dan memetik sayur-
sayuran yang sudah panen di taman TPA Pelita bersama
anak-anak TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas pada hari sabtu
tanggal 10 bulan juni 2021
Kegiatan peduli lingkungan, mengajarkan cara bertanam di
TPA Pelita Masjid Al-ikhlas
158
Kegiatan peduli lingkungan menjaga kebersihan lingkungan
di TPA Pelita dan Taman TPA Pelita serta menjarkan
menjaga kebersihan penghijauan di lingkungan pada hari
minggu, tanggal 5 september 2021
Kegiatan Praktek Shalat kelas anak usia dini pada hari
jum’at tanggal 3 september 2021
160
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 1
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Pendiri TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas
(Ustad Wirman )
Tanggal Wawancara : 18 Juni 2021
Tempat dan Waktu : TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas, 13.40 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Pada Tahun Berapa TPA ini Berdiri dan
ceritakan asal mula berdirinya ?
Informan : Berdiri pada tahun 2017, asalmula berdirinya
saya sendiri yang mendirikan TPA ini kebetulan
saya ketua DKM Masjid Al-Ikhlas bermula TPA
ini berisi santri anak yatim piatu yang berusia
dari 4 tahun sampai 12 tahun, dan bermula saya
merasa sebagai bentuk tanggung jawab karena
selama ini di khususnya di wilaya rw 006 ini
161
yang beragam isinya dan rata-rata banyak yang
kurang paham dengan nilai-nilai agama islam
khususnya dalam pembinaan keislaman anak,
apalagi dengan anak yatim piatu namun saya
mengundang anak yatim piatu untuk belajar di
TPA ini bermula 21 santri, saya menyebutnya
santri namun berjalan 3 bulan banyak orang tua
yang tertarik dan ingin menyekolahkan anaknya
di TPA ini untuk sekolah sore dan penambahan
ilmu agama karena banyak orang tua yang
kurang paham dan dalam 3 bulan ini langsung
membeludak hampir puluhan anak, ya saya
keteter dan akhirnya saya berdiskusi dan
mengajak ibu-ibu ta‟lim untuk mnegajar di TPA
bermula dari 3 guru namun akhirnya karena
banyak yang daftar juga jadi nambah guru dan
kita buat kurikum perkelas sesuai dengan usia
anak. dan di sah kan oleh mentri agama jatuh
pada tanggal …. Tahun 2017 dan berjalan sampai
saaat ini.
Disini kenapa saya bilang sebagai bentuk
tanggung jawab karena kita manusia memiliki
tanggung jawab dalam nilai agama dan nilai
pengetahuan alam. Jadi disini saya juga
mengajrkan anak-anak dua hal yaitu duniawi dan
akhirat. Bagaimana kita tetap beriman kepada
allah dan menjalankan perintah allah serta
meninggalkan larangan allah, dan menjaga dunia
ini agar tetap indah seperti semestinya. Karena
banyak di luar orang yang paham agama namun
tidakpaham untuk menjaga dan menjalankannya.
Di dalam alquran juga sudah di jelaskan bahwa
kita manusia orang terpercaya allah untuk
nengurus dunia.
162
Peneliti : Bagaimana proses komunikasi ustad dengan
kepala sekolah dan guru-guru di TPA Pelita?
apakah ada kendala dalam berkomunikasi ? dan
bagaimana mengatasi kendala tersebut ?
Informan : Alhamdulillah kita mengadakan rapat dan evalusi
serta pembelajaran untuk materi kedepanya itu
sebulan sekali pertemuan antar guru dan kepala
sekolah, dan selama pandemi ini karena kepala
sekolah kita juga rumahnya jauh dan jarang ada
di sini jadi saya dan guru-guru yang lain
menghendel ini semua, Alhamdulillah juga
komunikasi kami lancar, kendalanya mungkin
karena pandemic ya sekarang jadi kita juga
jarang bertemu dan TPA juga kan bukanya ga
setiap hari seperti biasa jadi kadang ada liburnya
kadang masuk, kadang kita melalui grup
WhatsApp. Terakhir kita bertemu itu saat bulan
puasa bu Hj Umi Kepala sekolah kita
mengadakan buka bersama dan sekaligus rapat
untuk kegiatan kedepannya selama pandemic ini
namun ya karena waktu yang singkat kita juga
harus melaksakan shalat tarawih jadi kita
melajutkannya di Grup WhatApp setelah tarawih.
Untuk miskomunikasi Alhamdulillah tidak ada.
Peneliti : Bagaimana Komunikasi para guru-guru dengan
wali murid untuk perkembangan anaknya di TPA
?dan apakah ada kendala dalam komunikasi ustad
dan ustdzah ?serta bagimana mengatasinya ?
Informan : Komunikasi kita sebagai guru ya di TPA dengan
orang tua santri masih dibilang 80% berjalan
dengan baik. 20% berkendala yang dikarnakan
kesibukan orang tua, seperti yang tadi saya bilang
ada beberapa orang tua yang hanya menitipkan
anaknya dan jarang hadir di pertemuan, dan
163
mengatar anaknya pun juga jarang, ya saya
maklumin ya namanya mempunyai kesibukan
masing-masing, namun saya juga tetap
bertanggung jawab atas kewajiban saya
mengajar, mendidik anak yang di titipkan orang
tuanya namun saya tetap berkomunikasi
mengirim surat untuk orangtua nya memberi tau
perkembangan anaknya di TPA.
Peneliti : Bagaimana Komunikasi Interpersonal bapak
dengan anak-anak di TPA ?
Informan : Alhamdulillah komunikasi sampai saat ini saya
salah satu orang terdekat sama anak-anak bisa di
bilang seperti sudah bapaknya mereka, dan
komunikasi kami pun sangat lancar, namun kan
banyak ya anak-anaknya dan beragam sifatnya,
ada yang bandel dan ada yang pendiam namun
bagaimana cara kita mendekatkannya , saya
selalu melakukan komunikasi berdua terkadang
bersamaan juga saya kasih nasehat, bagi saya
berantem untuk anak laki-lai wajar namun
bagaimana cara kita mengatasi agar tidak terjadi
lagi bahwa berantem ini tidak baik, kita biarkan
saja dulu mereka bertengkar untuk di jadikan
pengalaman bagi saya itu untuk melatih
emosianal dalam diri mereka. Nah setelah itu kita
kasih pencerahan, jangan anak bandel kita omelin
kita jauhin atau bahkan kita tidak sapa, tapi kita
dekatkan kita ajak berkomunikasi baik-baik nanti
perlahan anak akan mengerti dan paham oh ini
baik, oh ini buruk nanti akan terekam dengan
sendirinya, apalagi msih masa-masa golden
agenya ya, saya akuin anak di kelas dasar ini
memang masa anak-anak yang suka bermain jadi
kita tetep harus bisa berkomunikasi yang mereka
164
suka. Jika kamu ingin bisa dalam satu hal, maka
tirulah apa yang sudah dilakukan orang lain Jadi
jika kita ingin mengkualitaskan santri kita, kita
harus bisa menjalankan tugas dan amanah kita
dengan sebaik-baiknya agar hasilnya bagus, kita
sebagai guru ingin memiliki santri yang melebihi
dari gurunya itu sudah pasti jadi bagaimana anak
sekecil ini harus bisa mengatasi hal-hal tersebut
harus bisa memecahkan dan mengasa agar
kecerdasannya tetap terus bertambah dan akan
selalu teringat oleh si anak ini. Jadi dalam
pengayaan anak itu kita dekatkan dengan hal
yang mereka sukai. Disini guru harus lebih
kreatif
Peneliti : Cara mengatasi yang sperti tadi ustd bilang anak-
anak yang bisa dikatakan bandel atau kurang baik
itu bagaimana ustad?
Informan : Nah jadi gini anak tidak ada yang bandel kak, hal
berantam itu wajar bagi seusia mereka, namun
kita bagaimana cara menanamkan kebaikan
kepada diri si anak ini. Seperti efek domino kalau
kita pengen anak kita baik itu kuncinya hanya
satu menciptakan suasana yang nyaman. Jadi
anak dengan guru deket ga takut walaupun dia
berkali-kali melakukan kesalahan tapi guru ini
sabar nanti akan terekam oleh anak dan dia akan
dikit demi sedikit mengurangi kenakalannya. Jadi
jika kita ingin mengkualitaskan santri kita, kita
harus bisa menjalankan tugas dan amanah kita
dengan sebaik-baiknya agar hasilnya bagus, kita
sebagai guru ingin memiliki santri yang melebihi
dari gurunya itu sudah pasti jadi bagaimana anak
sekecil ini harus bisa mengatasi hal-hal tersebut
harus bisa memecahkan dan mengasa agar
165
kecerdasannya tetap terus bertambah dan akan
selalu teringat oleh si anak ini. Jadi dalam
pengayaan anak itu kita dekatkan dengan hal
yang mereka sukai.
Peneliti : seperti visi dan misi bapak dengan diadakannya
materi tambahan dalam kepedulian terhadap
lingkungan dan mengaplikasikannya itu
bagaimana ya pak ?
Informan : ya bagaimana caranya mewujudkan visi misi
yang bisa mewujudkan anak mencintai Al
Qur‟an, bagaimana kita mengenal Allah dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
kecerdasan sosial, kecerdasan emosional dan
spiritual. Bagaimana kita peduli pada lingkungan
yakni pada hari hari Senin – Jum‟at pembelajaran
pendalaman dan pembinaan ke Islaman sedang
pada hari Sabtu dan Minggu untuk praktek
menanam sayuran, beternak ikan lele, serta
berternak ayam, awalnya mendidik anak untuk
menyiram tanaman, memperkenalkan berbagai
macam tumbuhan yang ada disekitar lingkungan
TPA,memberi makan ternak, pada intinya
mendidik anak menyayangi dan mencintai
lingkungan alam semesta. Kalau kita ingin
mempunyai anak yang baik kuncinya adalah
menciptakan suasana yang nyaman dimana
interaksi antara guru dan anak didik benar-benar
merasa aman dan nyaman. Dan saya membagi –
bagikan bibit tanaman kangkung dengan maksud
anak mencoba menanamnya, merawatnya dengan
menyiraminya dan mengatakan kepada anak-
anak bahwa tanaman itu juga butuh makanan
agar tumbuh, makanan dari tumbuhan itu selain
167
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 2
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Wali Kelas Anak Usia Dini Kelas
Dasar (Ustadzah Aqilatus Shalihah)
Tanggal Wawancara : 19 Juni 2021
Tempat dan Waktu : Rumah Ustdzah Aqilatus Shaliha,
15.25 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas
dengan anak usia dini ?
Informan : dalam proses pembelajaran kita menggunakan
kurikulum dari TPA tapi kadang kita mengikuti
kemauan anak ya jadi kaya pertama namanya
anak usia dini ingin selalu serba tahu hal yang
baru jadi kadang anak bosen cara menjelaskan
atau cara kita mengajarnya dan ingin mencoba
hal yang baru dan menantang gitu jadi misalnya
kan saya biasanya enulis di papan tulis huruf
hijaiyah, nah anak-anak ingin di dikte jadi kita
bacain mereka yang nulis di buku saya awalnya
168
takut mereka ga bisa atau lupa tulisnya yak an
namanya masih anak-anak usia 4-8 tahunan kan
ya di kelas saya tapi mereka pinter-pinter.
Peneliti : Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama
pengajaran di dalam kelas ?
Informan : namanya juga anak-anak usia dini yah, paling ga
bisa diem ya suka isengin temen-temenya, suka
bercanda ga bisa diem jalan-jalan sana sini ya
namanya juga anak usia dini gitu apalagi kalu
udah bosen belajar mulai deh rame di kelas gitu
kak, jadi kita kadang juga ke wayahan tapi kita
ambil model yang bikin anak-anak tertarik dan
fokus buat belajar. Saya mah wajrin ya karna
anak-anak usia dini ini anak dimana suka
bermain gitu dan kadang ada anak yang diem aja
gitu kak. Jadikita juga ada pendekatan ngajak
seperti temen gitu kak
Peneliti : Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi
kendala yang terjadi di dalam kelas ?
Informan : yah kita harus selalu tau jiwa anak, karena anak
usia dini ini nggak bisa ditekankan, karena
tingkat kepintaran dan kecerdasannya berbeda-
beda ada yang tanggap ada yang sedang ada yang
kurang jadi saya juga nggak bisa nuntut anak-
anak ini, jadi saya mengajarkannya harus dari
yang kecil dulu ya seperti yang garis besarnya
saja gitu yaa, misalkan masuk kekamar mandi,
tata cara wudhu teknikny gitu, jadi sedikit-sedikit
saja gitu karenakan ini TPA yang sifatnya sosial
jadi kita satu metode pembelajaran ya satu
metode pembelajan untuk satu kelas ini, jadi saya
kadang nanya “anak-anak ibu mau
nanya,sekarang mau belajar apa ? “ dan teryata
anak-anak ini lebih suka pengetahuan kisah-kisah
nabi, nah jadi kita di tuntut nih untuk belajar lagi
pengetahuan tentang sahabat-sahabat nabi seputar
pengetahuan islam jadi kita di tuntut lagi untuk
169
belajar. Dan anak juga suka dikte iqro arab surat-
surat pendek, jadi kita cari model yang
menantang anak-anak gitu. Dan kita juga sering-
sering komunikasi sama anak karena kan anak-
anak usia dini ini super super dah ya gitu, jadi
saya menganggap nya temen gitu agar anak tidak
terlalu takut juga sama kita biar anak nyaman
juga kekita gitu kak.
Peneliti : Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali
murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana
mengatasinya ?
Informan : kurang terlalu besar ya, komunikasi paling ya
yang orang tuanya respect nanyai perkembangan
anaknya gitu, karena kadang orang tua cuman
nitipin anaknya aja gitu disini, kendala mah ya
banyak ya kadang kalua kita kasih surat undgan
rapat gitu ya orang tua sedikit lah yang datang
gitu jadi kadang lebih banyak yang personal ya
nanya gitu berdua gitu aja si kak, dan kita juga
untuk lebih dapat menyampaikan perkembangan
anak didik kita guru selain orangtua menanyakan
perkembangannya pada saat istirahat ataupun
dijalan namun juga sudah terjadwal sebulan
sekali diadakannya pertemuan dengan orangtua
untuk mengurangi kendala yang terjadi kak.
Peneliti : Apakah orang tua murid banyak yang intens
berkomunikasi masalah perkembangan anaknya
di TPA ?
Informan : kalu saya bilang di kelas saya ya 70% yang
intens menanyakan perkembangan anaknya, 30
% cuek sama anak kaya hanya sekedar
menitipkan anak saja di TPA gitu, dan orang tua
yang respek/lebih aktif ya berkomunikasi
menanyakan anaknya seperti “ustdzah lia
bagaimana perkembangan anak saya” dan saya
menjawab menjeskan perkembangan anaknya,
agar orang tua juga tetap tau kondisi
170
perkembangan anaknya di TPA. Terkadang juga
ada orang tua ngejemput anaknya sekalian
ketemu sama saya ngobrol mengenai anaknya
dan aling tukar pikiran bagaimana kelanjutannya
dan lain- seperti itu, jada orangtua dan guru kita
senerji untuk mendidik anak dalam pembinaan
keislaman ini seperti misalkan shlat, puasa, zakat,
belajar sabar belajar mendajadi orang yang peka
akan lingkungannya seperti itu, jadi beberapa
orang tua intens sharing sama saya dan beberapa
orang tua cuek namun saya tetap melaporkan
keadaan anak karena kan kewajiban kita sebagai
guru wali kelas apa lagi kelas saya kelas anak-
anak kecil yang memang butuh pengawasan
ketat. Mungkin ya karna kendala mereka kerja
dan kadang anaknya juga di titipin ke tetangga ya
saya sebagai guru maklumin saja karena mereka
punya kesibukan dan kita juga tidak tau di rumah
orang tua dengan anak seperti apa gitu.
Peneliti : Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?
Informan : nah di kelas saya ini usianya cimit-cimit ya dari 4
tahun sampai dengan 8 tahun, tapi ada juga yang
8 tahun di kelas B itu kalau dia benar-benar
sudah lancar dan benar-sudah perkembanganya
cukup gitu untuk di naikan kekelas.
Peneliti : mengenai tambahan materi di hari sabtu dan
mingguu respon anak-anak bagaimna ya bu ?
Informan : Respon anak-anak sangat baik kak,karena anak-
anak sangat senang dengan adanya tambahan
materi yang di liar dari dalam kelas jadi mereka
bisa berkeliling tidak hanya di dalam kelas aja
kak, dan karena Anak – anak juga suka sekali
kalau hari Minggu mereka datang dan dapat
bimbingan dari Ustadz Wirman, mereka senang
kalau ngasih makan ayam – ayam tapi ada juga
anak yang takut, dia nggak mau ngasih makan
karena takut, mereka kalau hari Senin pada
171
bercerita , bu guru aku kemaren ngasih makanan
buat ayam, kata pak Wirman ayam juga butuh
makan dan minum, kalau ikan dikasih
makanannya doang bu, cerita anak-anak
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 3
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Wali Kelas Anak Usia Dini Kelas Dasar
(Ustadzah Amanah)
Tanggal Wawancara : 19 Juni 2021
Tempat dan Waktu : Rumah Ustdzah Amanah, 17.15 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Bagaimana proses dalam pengajaran di kelas
dengan anak usia dini ?
Informan : Alhamdulillah proses pengajaran lancar dan saya
juga ngikutin kurikulum TPA seperti membaca
iqro, praktek shalat, etika dan moral ya akhlakul
karimah, tata cara salat, baca iqro 2 lembar,
bercerita kisah sahabat nabi, sambung ayat surat
pendek, imla ejaan arab.
172
Peneliti : Kendala apa saja yang ada atau terjadi selama
pengajaran di dalam kelas ?
Informan : ya namanya jga anak-anak kecil ya kak,
kendalnya banyak kak kaya anak-anak cepet
bosen jadi kadang mereka maen mundar mandir
gitu, berantem isengintemenya ada juga ya diem
gitu kak kalau saya bilang wajar jadi saya juga ga
terlalu marah kalu di dalamkelas berisik atau
gimana paling saya langsung ngambil cela agar
anak-anak langsung fokus dan tertuju kedepan
gitu kak.
Peneliti : Bagaimana cara ustd/ustdzah untuk mengatasi
kendala yang terjadi di dalam kelas ?
Informan : karenakan ini TPA yang sifatnya sosial jadi jadi
saya dan bu lia suka nanya “anak-anak ibu mau
nanya,hari ini mau belajar apa ? “ dan teryata
anak-anak ini kebanyakan suka pengetahuan
kisah-kisah sahabat nabi seputar pengetahuan
islam jadi kita belajar untuk nyiapin tentang
pengetahuan kisah sahabat nabi. Dan anak juga
suka dikte iqro, surat-surat pendek kak, Dan saya
sama bu lia juga sering-sering komunikasi sama
anak karena kan anak-anak usia dini ini lagi
masanya dia bermain jadi kita pake pendekatan
kearaban seperti teman kita bikin anak-anak
nyaman sama kita gar bisa terbuka juga sama kita
dan mereka belajarnya juga nyaman gitu kak.
Peneliti : Dan bagaimana komunikasi ustdzah dengan wali
murid ? apakah ada kendala ? dan bagaimana
mengatasinya ?
Informan : kalau berkomunikasi sama orang tua kita sering
tapi itu kalau ada rapat tertentu dan pembagian
kenaikan ke tahap keberikutnya kali ya kak
karena 70%nan orang tua jarang hadir gitu kak
jadi kadang kami komunikasi sama orang tua ya
setelah kelas selasai itu juga dengan orang tua
173
yang intens ya datang dan menjemput anaknya
serta menanyakan perkembangan anaknya.
Peneliti : Apakah orang tua murid banyak yang intens
berkomunikasi masalah perkembangan anaknya
di TPA ?
Informan : seperti yang tadi saya bilang 70% yang intens
menanyakan perkembangan anaknya, 30 % cuek
sama anak kaya hanya sekedar menitipkan anak
saja di TPA gitu, dan banyak juga orang tua yang
kalu saya ketemu di jalan orang tua menyapa dan
sambil menanyakan perkembangan anaknya di
TPA dan juga ada orang tua yang curhat untuk
mendidik anaknya dirumah bagaimana dan saya
kasih tau saya jelaskan karena anak usia dini
yang saya ajarkan ini Alhamdulillah tingkat
kecerdasanya sangat bagus dan cepat menangkap
jadi saya arahin juga ke orang tua untuk tetap di
ulang di rumah apa saja yang di pelajarkan di
TPA jadi kita juga orang tua dan guru ada timbal
balik saling tukar pikiran dalam meningkatkan
pembinaan keislaman anak kak.
Peneliti : Dari usia berapa di kelas A anak usia dini ini ?
Informan : dari usia 4 tahun sampai dengan 8 tahun kak tapi
kadang ada yang masih usia 3 tahun ikut kakanya
kekelas gtu kak
Peneliti : jadi model komunikasi interpersonal ibu ?
Informan : Model Komunikasi interpersonal saya ke anak
seperti temen jadi kita tidak membatasi,
karenakan ya mereka ini kan anak-anak masih di
bawa umur ya jatohnya masih perlu arahan dari
kita jadi kita juga tidak tertlalu yang
mengaharuskan mereka mengikuti saya, jadi saya
juga memeberikan mereka kebebasan ingin
belajar apa hari ini dan mereka ingin hafalan ya
saya kasih hafalan atau mereka ingin bercerita
kisah-kisah nabi saya ceritakan habis itu nih
174
mereka selalu ingin ditanya setelah saya bercerita
mereka ngin ditanya jadi saya tanyakan kembali
dan mereka mengingatnya apa yang saya
ceritakan, dan mereka juga suka kalaukita
mengulang-ulang bacaan shalat dari awal sampe
akhir dan wudhu Alhamdulillah mereka dengan
usianya yang sangat kecil sudah lancar dalam
membaca surat_surat untuk shalat dan wudhu,
dan kalau di hari jumat kanbiasanya kita praktek
shalat nah mereka pada senang dan benar-benar
menjaga rapi saat mereka shalat memperdekatkan
diri ke allah tanpa saya arahin lagi, disini lah
tingkat kecerdasan anak yang saya katakan tadi,
karena kan kebanyak dari mereka ini rang tuanya
yang kurang paham dengan agama tapi anak-
anak ini sangat ingin mempelajari dan ingin tahu.
175
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 4
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Ibu Dede A (Ibunda Fadil)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Wawancara : 21 Juni 2021
Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Dede A, 16.20 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi
?
Informan : di rumah aja begini, ngajarin sekolah abangnya
senin-jum‟at,masak, ngobrol bercanda sama
anak, jarang keluar keluar paling ke warung, ke
pasar.
Peneliti : Apa Pekerjaan ibu saat ini ? dan apakah
menganggu komunikasi ibu dengan anak dan
keluarga ?
Informan : Saya bantu-bantu suami saya ngurus warga apa
lagi lagi pandemic gini ya, ngedata setiap
bulannya perkembangan di RT, engak
ngenaggung karnakan saya juga ngerjainnya
176
dirumah dan ketemu mulu sama anak bercanda
ngobrol sama anak.
Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak
? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan
komunikasi dengan anak ?
Informan : Sering hampir setiap saat karena kan saya di
rumah aja ya ga kemana-kemana dan kalau saya
lagi ga masak bercanda-canda aja sama anak,
anak juga karna lagi pandemic gini anak ga
pernah maen keluar jadi di halaman aja di teras
maen bercanda sama saya, keseringan ngobrol
sama anak ketimbang sama suami, hampir setiap
saat ya tapi kalu sama bapaknya itu sekeluarga
lebih sering abis isyaan pas shalat berjamaah.
Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat
berkomunikasi dengan keluarga dalam
pembinaan keislamannya ?
Informan : banyak sih, palingan ngaji kan di kamar pasang
huruf hijaiyah kadang saya suka nanya ini apaan
de gitu mengasa keingetan anak, kalau abangnya
kan udah bisa, terus sama kaya doa makan,
setelah makan, mau tidur ,bangun tidur gitu aja,
baru bisa kaya gitu aja sih, nah untuk shlatnya
shalat tapi karna anak kecil paling shalatnya dua
rakaat “udeh mah” tapi kanyang penting dia
denger azan mau wudhu gitu, soalnya saya juga
ga mau maksa jadi semaunya dia.
Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajr pembinaan
keislaman di usia dini ini ?
Informan : sangat penting lah, kan buat bekal anak, bekal
kita juga, jadi biar bisa di tanamkan dari sejak
dini, soalnya anaknya cepet tangkep kak, kaya
bahasa inggris aja nih dia bisa kak pinter cepet
hapalannya, doa-doa juga gitu kak.
Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak?
177
Informan : kalau saya orangnya santai kak, jadi kaya ya
ngikutin anak maunya gimana saya ga mau
memaksakan anak jadi saya ikutin maunya
gimana gitu, soalnya anaknya males jadi saya ga
mau memksa anak si kak, jadi saya
memperankan ya seorang ibu yang dekat dan
bercanda sama anak kak, karena saya mau dari
dia sendiri gitu, tetpa saya arahin saya ajarin
sama awasin gitu kak.
Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk
menambah wawasan dalam pembinaan keislaman
dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ?
Informan : jujur saya orangnya jarang banget gitu ya nanya-
nanya gitu jadi kadang kalu anak pulang dari
TPA ya paling saya mandiin kasih makan siap-
siap shalat magrib terus kadang juga palingan
saya ajarin ngaji lagi saya ajarin baca doa-doa
pendek terus sama iqro juga kak ya sedikit-
sedikit kak soalnya kan anaknya seusia gini jadi
rada susah juga kak, di terpakan selalu kak,
namanya ibu kan ya.
Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan
guru dalam perkembangan anak usia dini ?
Informan : jarang saya ya, saya juga jarang nganter anak
terus saya juga jarang keluar juga kak, paling
kalau komunikasi sama guru TPA ngobrolin
pembayaran dan masalh baju sama kalu ada anak
yang gede isengin dia gitu si kak saya mah.
Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yan
terjadi ?
Informan : ya saya mah ya sesuai anak kadang gini misalnya
saya nanya nih “de mau ngaji ga ? kalu dia jawab
“mau” ya saya siapin tuh kalu anak jawab “engak
dh mah” ya saya ga siapin maen aja gini di
rumah, gabisa di paksain soalnya takutnya kalu di
paksain bukannya pinter malah gimana gitu,
178
apalagi masih anak sekecil gini kan masih mau
nya maen jadi saya kadang ngambil celanya
belajr smbil bermain gitu kak, jadi dari dirinye
anak lambat taun sesuai usia dia pasti nnti ngerti
sendiri “mah mau ngaji mah” gitu. Jadi semaunya
aja.
179
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Fadil Permata
Usia : 5 tahun
Hasil Wawancara
Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?
Informan : Fadil Permata
Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?
Informan : Lima Tahun (5 Tahun)
Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?
Informan : maen, nonton tv, bantuin mama lepasin baju
(gantungan baju)
Peneliti : Pelajaran apa yang fadil suka selama belajar di
TPA ?
Informan : Baca Iqro
Peneliti : kakak boleh denger fadil baca doa makan ?
Informan : (membaca doa makan )
180
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 5
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Ibu Yatinah (Ibunda Rizki)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Wawancara : 20 Juni 2021
Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Yatinah, 13.15 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi
?
Informan : ibu rumah tangga, ngurus-ngurus rumah anak
suami. Tapi bapaknya ngegojek kak
Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak
? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan
komunikasi dengan anak ?
Informan : Sering hampir setiap saat ya kak, karenakan kita
ketemu terus, apa lagi iki ini jarang keluar dia
paling males keluar jadi ya lebih sering dirumah
181
kak, paling kalungbrol lama ya sama bapaknya
juga ya malem abis isyaan lah kak pas makan
malem barsama.
Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat
berkomunikasi dengan keluarga dalam
pembinaan keislamannya ?
Informan : saya sering ngajarin dia itu panjang pendek
bacaan surat di jus‟ama kak, karenakan untuk
shlata ya jadi saya benarkan, terus kadang juga
iki suka minta di ceritain kisah nabi kak, banyak
kak kadang ibu juga suka ngasih nasehat baik
buat iki jadi ya sewajarnya seorang ibu ka
Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar
pembinaan keislaman di usia dini ini ?
Informan : penting banget kak, apa lagi keluarga saya ini
kan emang agamanya kuat banget ya sering ikut
pengajian juga dimana-mana jadi bagi saya naka
wajib dan harus paham nilai-nilai agama islam
dari hal kecil atau hal besar kak karenakan
tanggung jawab kita juga ya sebagi orang tua dan
nnti juga untuk belak dia di masa depan juga kak
jadi bagi saya sangat penting mempelajarin
pembinaan keislaman apa lagi pembinaan
keislamn ini tidak hanya al-qur‟an tetapi semua
yag tertara di dalam al-qur‟am tentang mahluk
hidup menjaga lingkungan dan lain-lainnya yang
termasuk kedalam kehidupan sehari-hari kita kak.
Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam
pembinaan keislaman?
Informan : saya soal agama nomor 1 kak, saya pasti selalu
memantau dan mengajak anak untuk belajar dan
belajar gitu kak dan sewajarnya seorang ibu
mendidik anaknya untuk kebaikan anak kita
sendiri.
182
Peneliti : Apakah ada kendala? Dan Bagaimana cara ibu
mengatasi kendala yang terjadi ?
Informan : ya Alhamdulillah ya anak-anak saya pada nurut
jadi tidakada kendala paling saya kalau saya lagi
ada kegiatan di luar ya anak tidak terpantau
kadang anak saya titipin ke kaka saya yang di
gang tiga dekat rumah kak lusi
Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk
menambah wawasan dalam pembinaan keislaman
dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan
apakah berpengaruh bagi anak ?
Informan : saya selalu terapkan dan evalusi agar anak tidak
lupa dan selalu ingat pelakarannya apa gitu kak,
kadang juga say tidak mau memaksa jadi saya
ambiljeda juga untuk anak agar nak tidak merasa
tertekan jadi saya kaya temen aja gitu kak sama
anak nanyanya juga biasa aja sambil bercanda
gitu merefres otak anak juga.
Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan
guru dalam perkembangan anak usia dini ?
Informan : sering karena saya orangnya juga pengen tau
perkembangan anak saya dan bener ga anak
sayaini ikut pelajaran dengan baik gitu kak dan
suka berkomunikasi minta arahannya juga
karenakan anak saya ini pendiam dan lebih suka
menyendiri gitu jadi kadan saya juga suka minta
masukan sama bu amanah dan bu lia kak.
183
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Rizki Ardiansya Nasution
Usia : 6 Tahun
Hasil Wawancara
Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?
Informan : Rizki Ardiansya Nasution
Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?
Informan : Enam Tahun (6 Tahun)
Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?
Informan : dirumah aja kak, aku lebih suka dirumah kak,
nonton tv, maen sama kaka sama ibu cerita kisah-
kisah sahabat nabi, main kalu aku disamper main
kak
Peneliti : Pelajaran apa yang iky suka selama belajar di
TPA ?
Informan : Juz‟ama dan kisah sahabat nabi
184
Peneliti : Iky hafal surat apa ? dan kakak boleh denger iky
baca surat yang iky hafal seberapa ayat yang iky
hafal aja ? dan doa-doa sehati-hari yang iki hafal
Informan : aku hafalnya baca surat al-fatihah kak ( baca
surat alfatihah) dan doa Wudhu
Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering
mengajarkan iky pembinaan keislaman ? atau
mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,
mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan
tentang agama islam ?
Informan : aku suka shalat kak di masjid kalau ada ayah,
mama juga suka ngajarin ngaji kak belajar iqro
yang bagian panjang pedeknya kak
Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?
Informan : aku sama mama sering ngomong dan kadang iki
juga suka minta di ceritain kisah-kisah sahabat
nabi kak karena iki suka banget sama kisah-kisah
nabi
185
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 6
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Ibu Euis Atika (Ibunda Ozil)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Wawancara : 21 Juni 2021
Tempat dan Waktu : Rumah Ibu Euis Atika, 13.15 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi
?
Informan 1 : ya gini aje, ibu rumah tangga di rumah aje,
ngurus-ngurus rumah anak suami.
Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak
? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan
komunikasi dengan anak ?
Informan : Sering hampir setiap pagi,siang sore, malem kan
ketemu terus jadi kecuali kalu lagi ada kerjaan
baru gitu ga komunikasi sama anak.
186
Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat
berkomunikasi dengan keluarga dalam
pembinaan keislamannya ?
Informan : banyak sih kak, saya kan suka minta bantuan dan
arahan sama bu aulia untuk ngedidik nya gimana
gitu karnakan saya kurag paham jadi saya ikutin
pelajarn yang setelah di ajakrkan di pengajian
kak materinya paling kurang lebih seperti itu kak
Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar
pembinaan keislaman di usia dini ini ?
Informan : sangat penting kak, Iya kak, sayakan kurang bisa
baca Al Qur‟an, jadi saya ingin anak saya bisa
belajar baca Al Qur‟an tidak seperti saya kak,
ditambah lagi lingkungan di tempat saya kak,
maaf bukannya menjelekkan lingkungan ya kak,
terkadang saya tidak bolehkan anak saya main
terlalu lama diluar rumah yaitu kak banyak anak-
anak yang kalau lagi ngomong pada main gituh
mengeluarkan kata-kata kebun binatang, belum
lagi bahasanya suka ngomong lu gue, dan karna
memang dulunya saya ga pernah ngaji dan
kurang tau tentang agama islam lebih dalamnya
gitu kak jadi istilahnya saya ga bisa ngaji, anak
saya harus bisa, kadang saya juga suka bilang
sama bu aulia komunikasi masalah buat ngedidik
perkembangan anak, gitu kak.
Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam
pembinaan keislaman?
Informan : ngajak anak, ngajarin,ngemantau ya sewajarnya
seorang ibu sihkak, kaya ngajak ngaji de, shalat
de gitu kak
Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang
terjadi ?
Informan : palingan nakutin, kaya misalnya guru siapa nih
yang dia takutin misalnya bu aulia nih bilangin
187
bu aulia nih gitu sih kak, tapi kalu emang lagi
males ya males anknya kak.
Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk
menambah wawasan dalam pembinaan keislaman
dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan
apakah berpengaruh bagi anak ?
Informan : iya saya terapkan kak, tapi ya gitu kadang
anaknya suka males, jadi semaunya dia kak, dan
sangat berpengaruh juga gak kak jadi anak tau
mana baik dan buruk terus mana benar dan
salahnya gitu kak.anaknya soalnya aktif banget
kak kepengen cept bisa tapi kadang dia masih
kurang paham dan tau jelasnya gimana gitu kak.
Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan
guru dalam perkembangan anak usia dini ?
Informan : kalau saya sering ya bu berkomunikasi minta
arahannya karena saya kan ga bisa ngaji gitu jadi
saya serahin ke ustdzah aulia, komunikasi
perkembangan anak giman ini bus i ozil gitu kak,
soalnya dia orangnya pengen cepet-cepet aje kak,
misalnya ada orang yang sepantaran sama dia
sama iqro berapa trs dia orangnya ngerasa
tersaingi maunye buru-buru aje tapi ga ngerti
gitu, jadi maunya cepet, bangga gitu namanya
juga anak-anak aku udah iqro ini iqro ini.
188
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Riza Bagus Ramadhan
Usia : 7 Tahun
Hasil Wawancara
Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?
Informan : Riza Bagus Ramadhan
Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?
Informan : Tujuh Tahun (7 Tahun)
Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?
Informan : Maen, Maen hp, maen ps, ngaji sama shalat
shlatnya shalat magrib doang hehehe,
Peneliti : Pelajaran apa yang kamu suka selama belajar di
TPA ?
Informan : yang gampang-gampang kak, baca surat al-asry
Peneliti : kakak boleh denger ozil baca surat yang ozil
hafal ?
189
Informan : (membaca surat al-asry)
Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering
mengajarkan ozil pembinaan keislaman ? atau
mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,
mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan
tentang agama islam ?
Informan : suka ka, mama bawel banget kak tapi aku nya
kadang males kak, jadi jarang-jarang deh aku
shalat nya, aku suka shalat di masjid shalat
magrib doang kak, ngobrol sama mama kalu aku
lagi ga tau apa yang aku pelajarinkan di ajarin
sama mama, mama juga suka nanya kalu aku abis
pulang ngaji aku di Tanya sama mama apa yang
aku pelajarin ka
Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?
Informan : aku sama mama ngobrol kak.
190
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Informan 7
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Ibu Januarriaty (Ibunda Nadira Malika
Tamrin)
Pekerjaan : Teller di Bank HSBC
Tanggal Wawancara : 20 Juni 2021
Tempat dan Wakt : Rumah Ibu Januarryaty, 16.15 wib
Hasil Wawancara
Peneliti : Kesibukan apa ibu sekarang ini selama Pandemi
?
Informan 1 : Selama pandemic ini kerja juga bergantian dan
kadang juga kerja WFH di rumah, nemenin anak
suami, ngobrol, masak seperti ibu rumah tangga
juga kak, bantuan mika sekolah.
Peneliti : Seberapa ibu sering berkomunikasi dengan anak
? dan pada waktu kapan biasanya ibu melakukan
komunikasi dengan anak ?
Informan : Sering hampir setiap hari detik ya pagi,siang
sore, malem kan ketemu terus jadi kecuali kalu
191
lagi ada kerjaan baru gitu ga komunikasi sama
anak.
Peneliti : Materi apa saja yang sering ibu lakukan saat
berkomunikasi dengan keluarga dalam
pembinaan keislamannya ?
Informan : banyak sih kak, tapi aku jujur sih ya aku ga
terlalu paham tentang pembinaan keislaman tapi
aku suka liat di buku tafsir tentang cara baca
panjang pendek al-quran atau jus‟ama ya kak,dan
iya terkadang aku kasih tau “begini nih mik cara
bacanya” terus kadang aku juga kasih dia “nih
mik kamu hafalin 3 ayat ini, hafalin tiga-tiga gitu,
ga usah banyak-banyak dulu”, misalnya surat
yang dasar-dasar aja kalau aku gitu, dan jujur ya
kak terkadang aku malahan suka nanya “mik
idgham itu sperti apa sih mik” gitu trs entar mika
jawab “mau ga ma aku ajarin entar aku ajrin ye
mah” gitu kak jadi bertukar aja itu kita mah,
Peneliti : seberapa penting bagi ibu anak belajar
pembinaan keislaman di usia dini ini ?
Informan : penting banget ya kak, karenakan untuk kebaikan
diri mereka sendiri biar tau mana yang baik dan
yang bukan baik, karena aku jujur yaa aku juga
masih belajar kak aku suka cari-cari di google
apa yang aku kurang tau tentang pembinaan
keislaman, pendidikan keislaman kan kak, bagi
saya penting banget apalagi kan keinginan orang
memiliki anak yang shaleh dan shalehah.
Peneliti : bagaimana peran ibu dalam mendidik anak dalam
pembinaan keislaman?
Informan : ya saya orangnya kan tegas ya kak, dalam
pendidikan anak, apapun itu dari hal kecil atau
hal besar saya itu selalu mengarahkan dan
mengajak mika, dan saya juga orangnya agak
galak ya sama anak, apa lagi sama anak gadis ya
kak saya bener-bener hati-hati banget deh kak,
192
dan saya juga ngajarinya sesuai sama pengalam
saya dan usia mika jadi biar dia tau batasannya
juga gitu kak.
Peneliti : Bagaimana cara ibu mengatasi kendala yang
terjadi ?
Informan : akusi aga galak kak sama anak, misalkan dia lagi
main handphone saya panggil bilang “mik kalau
denger azan shalat dulu, entar lanjut lagi main
handponenya” gitu kalau mika nya gam au atau
dia sengaja ga denger aku ambil handphone nya
kak. Dan Alhamdulillah ya dulu kan mika tuh
sama saya jarang banget ngobrol anaknya
pendiem banget ga ada senyumnya kak, jadi saya
sebagai ibunya mencari pendekatan keakraban
gitu kaya temen sekarang jadi berani ngobrol kak
cerita biasanya dia malu ka buat curhat tentang
temen-temennta gitu atau pelajaran gimana
sekarang udah biasa sama saya berani gitu jadi ga
malu-malu lagi apalagi dulu sebelumpandemi
kan saya kerja pulang sore gitukan kalau ngobrol
ya malem gitu kak.
Peneliti : Setelah ibu memasukan anak ke TPA untuk
menambah wawasan dalam pembinaan keislaman
dan apakah dirumah ibu terapkan kembali ? dan
apakah berpengaruh bagi anak ?
Informan : Alhamdulillah sangat berpengaruh banget bagi
anak saya, karna pertama anak saya ini anti
sosialisasi anaknya penyendiri dan ga pernah
senyum sama orang, pernah kak waktu di sekolah
sampe gurunya negor saya kak, karena anaknya
ga tau mana senyum mana marah gitukak, kan
juara lomba gitu juara tiga seDKI seharusnya kan
seneng ya pas di foto di kasih piala diem aja ga
ada ekspresinya kak, dan sama saya juga gitu
jangan kan sama orang lain atau guru-gurunya ya
sama saya juga gitu, tapi saya galak dan tegas
gitu ya sama anak, jadi saya bilang deh “mika
193
jangan kaya gitu, kalau ada apa cerita curhat
sama mama” nah semenjak gitu akhrinya
sekarang curhat “mah tadi aku disekolah begini-
begini, aku di pengajian begini-begini” terus dia
juga jadi tau mana yang baik dan yang bukan
baik kak, sekarang nih dia kalau keluar rumah ga
mau kalau belom mandi dan dia udah tau aurat
kak jadi dia kalu keluar pake baju sama celana
panjang, walaupun belom pake kerudung ya kak
dan saya terapkan juga kaka pa yg di ajarkan di
pengajian saya ulang lagi dirumah agar mika
tetap ingat gitu karna ini untuk masa depan dia
juga kan. Bahasa prokesnya ya “oh dulu gua di
pengajian begini, oh dulu mama gua ngajarin
begini” gitu ya kak. Dan Alhamdulillah jadi anak
kedoktrin gitu.kalu kata saya yah.
Peneliti : seberapa seringnya ibu beromunikasi dengan
guru dalam perkembangan anak usia dini ?
Informan : kalau ketemu sama guru-guru nya mika di jalan
saya Tanya perkembangan anak saya dan saya
juga suka Tanya-tanya kaya kita tuker pikiran aja
gitu karenakan kadang ada guru yang di
ajarinnya cuman itu-itu aja kaya di sekolahankan
guru agamanya di pelajarannya itu-itu aja, saya
kan selalu nanya ya sama mika di sekolah belajar
apa aja gitu nah jadi saya tamabahin mika buat
sekolah sore di TPA biar dia lebih paham agama
karena kan saya sendiri juga masih kurang ya
saya juga kalau ngajarin juga sedikkit-dikit yang
saya tau aja gitu makanya juga suka ngeobrol
sama ustdzah Solihah untuk mendidik anak saya
gimana-gimananya gitu karena saya bener-bener
sangat kurang sekali sama pembinaan keislaman
jadi saya sama guru mika di TPA sering
berkomunikasi untuk perkembangan mika kak,
biar saya sibuk saya selalu menyempatkan waktu
kak.
194
Lampiran (Teks Wawancara)
Transkip Wawancara
Lampiran teks wawancara berikut penulis lampirkan untuk
mengumpulkan data penelitian tentang “Model Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang Tua dalam Pembinaan Keislaman
Anak Usia Dini di TPA Pelita Masjid Al-Ikhlas Johar Baru,
Jakarta Pusat”.
Setelah wawancara dilakukan penulis akan menganilisis untuk
penyusunan skripsi, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pewawancara : Lusiana Damaiyanti
Narasumber : Nadira Malika Tamrin
Usia : 8 Tahun
Hasil Wawancara
Peneliti : Siapa Namu Kamu Adik Kecil ?
Informan : Nadira Malika Tamrin
Peneliti : Berapa usia adik sekarang ?
Informan : Delapan Tahun (8 Tahun)
Peneliti : Aktivitas apa saja yang adik lakukan sehari-hari ?
Informan : Dirumah aja, pagi-pagi bangun makan terus
sekolah zoom, kalu aku mau keluar aku mandi
dulu, tapi kalau aku ga keluar aku jarang mandi,
aku shalat, ngaji ke TPA, maen handphone tapi
kalu waktunya shalat aku shalat kak , Karen mama
sering ingtin aku bilang “mik maen hp boleh tapi
waktunya shlat shlat mik” gitu kak, nonton tv jga
sama ka kaya gitu, aku juga sering belajar sama
mama, kadang aku juga curhat sama mama,
195
bantuin mama brsih-bersih, aku suka nyiram
bunga, kadang mama juga suka nanya ke aku apa
yang mama ga tau kalau aku sama mama lagi
belajar kaya abis shalat isa itukan mama dirumah
ya jadi paling lama aku curhat cerita belajar sama
mama ya malam hari kak, aku jarang maen keluar
ka, lebih suka di rumah ka soalnya aku ribet kalau
keluar aku harus mandi ganti baju soalnya aku
malu kalu belum mandi dankalu pake baju pendek
kak.
Peneliti : Pelajaran apa yang mika suka selama belajar di
TPA ?
Informan : Tadjwid kak, surat-surat, sama cerita nabi kak.
Sebenarnya hampir semua mika sukak ka,
Peneliti : Mika hafal surat apa ? dan kakak boleh denger
mika baca surat yang mika hafal seberapa ayat
yang mika hafal aja ?
Informan : Mika paling hafal surat an-naba kak tapi baru 10
ayat kak, (Membaca surat an-naba)
Peneliti : Apakah dirumah mama dan ayah sering
mengajarkan mika pembinaan keislaman ? atau
mengulang pelajaran di TPA ? seperti shalat,
mengaji, atau kisah-kisah nabi pengetahuan
tentang agama islam ?
Informan : Aku suka di ajarin sama mama, shalat bareng sama
mama berjamaah kalu mama lagi dirumah, terus
aku juga di ajarin hafalan sama mama tiga ayat-
tiga ayat, dan terkadang mama juga suka minta
ajarin sama aku mama suka nanya “ini begimana
de mama kurang tau”, gitu kak terus aku kasih
tau,”ini dibacanya begini mah” aku juga suka
selalu di ingetin sama buat shlat kak, akukan suka
maen handpone kadang mama ingetin aku buat
shalat, soalnya mama galak kak hehehe, kalau aku
pulang dari ngaji kan mama udah pulang kerja tuh
196
mama tiba-tiba nanyain gimana di pengajian terus
aku cerita dehkak.
Peneliti : Bagaimana Komunikasi adik dengan orang tua ?
Informan : Aku sama mama sekarang sering ngobrol kak, aku
curhat sama mama tapi dulu aku malu kalu curhat
sama mama cerita sama mama aku takut duluan
karna mama galak kak, tapi sekarang aku udah
berani buat ngobrol sama mama kak.