37
UNIVERSITAS GUNADARMA PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK COVER TYPE 125 PADA PT ADIPERKASA ANUGRAH PRATAMA Nama : Fadhillah Rizqi Wibowo NPM : 32412618 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Nurjannah, ST., MT Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Mencapai Jenjang D III/ Setara Sarjana Muda UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2015

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK COVER TYPE 125 PADA PT ADIPERKASA ANUGRAH PRATAMA

Embed Size (px)

Citation preview

UNIVERSITAS GUNADARMA

PENULISAN ILMIAH

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK COVER

TYPE 125 PADA PT ADIPERKASA ANUGRAH PRATAMA

Nama : Fadhillah Rizqi Wibowo

NPM : 32412618

Fakultas : Teknologi Industri

Jurusan : Teknik Industri

Pembimbing : Nurjannah, ST., MT

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Mencapai Jenjang D III/ Setara Sarjana Muda

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2015

ABSTRAK

Fadhillah Rizqi Wibowo/32412618“MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK COVER TYPE 125 PADA PT ADIPERKASA ANUGRAH PRATAMA”Penulisan Ilmiah. Jurusan Teknik Industri. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Gunadarma. 2015.Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, PT Adiperkasa Anugrah Pratama, Cover

Type 125

(xi +33 + Lampiran )

PT Adiperkasa Anugrah Pratama merupakan perusahaan yang bergerak di metal manufacturing, yang terletak di Tanggerang, Banten. Produk yang dihasilkan oleh yaitu cover type 125. Proses produksi pembuatan cover type 125 dimulai dari, penerimaan bahan baku, proses pemotongan, proses penempaan (forging), proses trimming, proses sandblasting, proses machining, dan proses painting. Pengendalian kualitas yang diterapkan oleh bagian Quality Control (QC) pada PT Adiperkasa Anugrah Pratama hanya dengan cara inspeksi secara manual. Pengendalian kualitas ini dilakukan pada tiga tahapan yaitu, pengendalian kualitas bahan baku, pengendalian kualitas pada proses, serta pengendalian kualitas produk akhir.

Pengendalian kualitas bahan baku meliputi pemeriksaan visual dan ukuran bahan baku. Pengendalian kualitas pada proses meliputi pengecekan pada proses pemotongan, proses penempaan (forging), proses trimming, proses sandblasting, proses machining, dan proses painting. Pengendalian kualitas produk akhir dilakukan setelah semua proses telah selesai dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu pengujian. Alat utama yang digunakan adalah defect location lembar periksa (defect location check sheet).

Daftar Pustaka (1970 - 2007)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan industri yang bergerak dibidang manufaktur adalah perusahaan

yang mengolah bahan-bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang

jadi yang memiliki nilai tambah. Pengendalian kualitas dalam industri manufaktur

sangat penting untuk diperhatikan, karena perusahaan dituntut untuk

menghasilkan kualitas dan mutu terbaik dari produk yang telah dibuat. Standar

kualitas suatu produk tidak hanya ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan,

namun konsumen berperan untuk menentukan kualitas dari produk sehingga

perusahaan harus mengikuti standar. Manfaat pengendalian kualitas antara lain,

mendapatkan kualitas produk yang konsisten dengan spesifikasi dan memenuhi

syarat yang diinginkan konsumen, karena kualitas terbaik dari sebuah produk

akan mengakibatkan konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk dari

perusahaan tersebut dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya.

Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

berdasarkan ukuran dan karakteristik tertentu, walaupun proses produksi telah

dilaksanakan dengan baik, namun pada kenyataan terkadang masih ditemukan

kecacatan. Dimana kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar

atau produk yang dihasilkan tidak seragam. Produk cacat tersebut dapat

menyebabkan pemborosan dari segi waktu, biaya dan lain-lain, sehingga dapat

mempengaruhi kegiatan produksi.

Berdasarkan permasalahan yang ada dibutuhkan aktifitas yang dinamakan

dengan pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas merupakan usaha penjagaan

dan pengarahan yang dilakukan agar kulitas produk atau jasa yang dihasilkan

sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Pengendalian kualitas sangat penting

dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mempertahankan dan

meningkatkan kualitas produknya, dengan melakukan pengendalian terhadap

tingkat kecacatan produk sampai pada tingkat kecacatan produk nol (zero defect).

Penerapan pengendalian kualitas akan dilakukan pada PT Adiperkasa

Anugrah Pratama yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mengolah bahan

baku berupa besi, tembaga, kuningan dan metal menjadi produk jadi. Berdasarkan

permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, maka hal yang akan dilakukan

dalam pengamatan yaitu mengenai pengendalian kualitas produk cover type 125.

Produk cover type 125 merupakan produk penutup untuk pompa air yang biasa

digunakan dalam rumah tangga. Pompa air ini menjadi pompa air yang paling

banyak diminati karena hemat listrik, sehingga tingkat produksi cover type 125

memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk cover

type lainnya. Pengendalian kualitas terhadap produk tersebut, diharapkan dapat

menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada proses produksi dan dapat

mengurangi atau memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam laporan penulisan ilmiah yaitu

bagaimana proses produksi yang terjadi pada PT Adiperkasa Anugrah Pratama

pada pembuatan cover type 125. Selain itu bagaimana pengendalian kualitas pada

produk cover type 125 di PT Adiperkasa Anugrah Pratama.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan Masalah dilakukan agar pembahasan dalam penulisan laporan

ini tidak menyimpang dan meluas sesuai dengan batasan-batasan yang telah

ditetapkan oleh penulis. Adapun pembatasan masalah yang ditetapkan adalah

sebagai berikut.

1. Pengambilan data dilakukan di PT Adiperkasa Anugrah Pratama yang

berlokasi di Jl. Pajajaran No. 10, RT 001, RW 007, Jati Uwung, Tanggerang

Banten.

2. Data yang diamati hanya cover type 125.

3. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2015.

4. Pengamatan dilakukan pada divisi quality control.

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari laporan penulisan hasil pelaksanaan kerja praktek ini

adalah:

1. Mempelajari proses produksi di PT Adiperkasa Anugrah Pratama.

2. Mempelajari pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT Adiperkasa

Anugrah Pratama.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan susunan penulisan dalam pembuatan

penulisan ilmiah. Susunan penulisan dilakukan secara sistematis atau berurutan,

yang memiliki beberapa bagian utama. Berikut sistematika penulisan ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan pada penulisan ilmiah ini terbagi kedalam beberapa

sub bab. Sub bab tersebut antara lain mengenai latar belakang yang,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, dan

sistematika penulisan yang berguna untuk menyusun langkah-langkah

penulisan dalam penulisan ilmiah.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan pengendalian

kualitas agar menunjang dalam penulisan ilmiah ini. Sub bab yang

terdapat pada landasan teori ini yaitu definisi kualitas, definisi

pengendalian kualitas dan jenis-jenis lembar periksa.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambaran umum perusahaan merupakan pengenalan terhadap

perusahaan sebagai tempat praktek kerja ataupun tempat pengambilan

data. Gambaran umum perusahaan berisikan sejarah umum

perusahaan, profil umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan,

unit-unit yang berkaitan terhadap proses produksi, dan lokasi

perusahaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan berisi mengenai proses produksi yang

berlangsung dan pengendalian kualitas yang ada dalam perusahaan PT

Adiperkasa Anugrah Pratama.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dan

analisis dari bab sebelumnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Kualitas

Kualitas merupakan keistimewaan dan karakteristik suatu produk dan jasa

yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan atau

kepuasan tertentu. Kualitas tidak terlepas dari manajemen kualitas yang

mempelajari setiap area dari operasi, perencanaan lini produk, fasilitas dan

penjadwalan serta memonitor hasil kegiatan tersebut. Kualitas memerlukan proses

perbaikan secara terus menerus yang dapat diukur, baik secara individual,

organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja (Assauri, 2004).

Kualitas produk yang dihasilkan ditentukan berdsasarkan ukuran-ukuran

dan karakteristik tertentu. Produk dikatakan berkualitas baik apabila memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan atau diterima sebagai batas spesifikasi.

Kualitas produk yang diawasi dengan baik diharapkan dapat memperoleh laba

yang optimal dan memenuhi keinginan konsumen akan produk berkualitas baik

dengan harga yang bersaing (Purnomo, 2004).

Terdapat beberapa jenis kualitas yang diperhatikan dalam suatu perusahaan.

Jenis kualitas dibagi menjadi lima meliputi kontrol kualitas, sistem kualitas,

manajemen kualitas, aturan kualitas, dan perbandingan kualitas (Bambang dan

Hamrat 2007). Kontrol kualitas merupakan aktivitas yang digunakan untuk

memenuhi permintaan kualitas, keduanya dipakai untuk memonitor proses dan

mengurangi ketidak puasan kinerja. Sistem kualitas meliputi struktur organisasi,

tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumber daya untuk diterapkan pada

manajemen kualitas. Manajemen kualitas merupakan aspek dari fungsi

manajemen yang menentukan kebijakan kualitas. Aturan kualitas adalah semua

hal tentang kualitas dan diarahkan pada suatu organisasi yang menghargai kualitas

secara formal, serta dikeluarkan oleh manajemen tertinggi. Perbandingan kualitas

merupakan pengujian sistematik dan independen untuk membandingkan kualitas

aktivitas dan hasil sesuai dengan susunan rencana yang diterapkan efektif dan

cocok untuk memcapai tujuan (Bambang dan Hamrat 2007).

2.2. Definisi Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas didefinisikan sebagai aktivitas agar memperoleh

produk jadi yang kualitasnya sesuai dengan standar yang diinginkan atau kegiatan

untuk memastikan kebijakan dalam hal kualitas dapat tercermin pada hasil akhir.

Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki

kualitas produk bila diperlukan, memperhatikan kualitas yang sudah baik dan

mengurangi jumlah barang yang rusak. Pengendalian kualitas yang baik akan

berpengaruh pada kualitas produk dan jasa sesuai dengan keinginan dan

kebutuhan konsumen (Wignjosoebroto, 2003).

Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas untukmenjaga dan

mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapatdipertahankan sebagaimana

yang telah direncanakan. Pengendalian kualitas merupakan usaha preventif dan

dilaksanakan sebelum kualitas produk mengalami kerusakan. Pengertian

pengendalian kualitas sangat luas,dikarenakan berhubungan dengan beberapa

unsur yang mempengaruhi kualitas yangharus dimasukkan dan dipertimbangkan.

Pengendalian kualitas dikelompokkan menjadi pengendalian kualitas sebelum

pengolahan atau proses yaitu pengendalian kualitas yang berkenaan dengan proses

yang berurutan dan teratur termasuk bahan-bahan yang akan diproses serta

pengendalian kualitas terhadap produk jadi yaitu pengendalian yang dilakukan

terhadap barang hasil produksi untuk menjamin supaya produk jadi tidak

mengalami kerusakan atau tingkat kerusakan produk sedikit (Assauri, 2004).

2.2.1 Prosedur Pengendalian Kualitas

Prosedur pengendalian kualitas suatu produk, proses atau pelayanan yang

tersusun secara sistematis diperlukan supaya pelaksanaan proses pengendalian

kulitas ini dijalankan dengan efektif. Langkah-langkah umum dalam

merealisasikan fungsi pengendalian kualitas ini dapat dijabarkan menjadi

penerapan standar kualitas, pemeriksaan kualitas, melakukan tindakan terhadap

hasil pemeriksaan, dan perencanaan pengembangan kualitas. Pengembangan

kualitas akan melahirkan kualitas yang lebih baik lagi. Proses seperti ini menjadi

titik penghubung bagi kegiatan-kegiatan sehingga terbentuk sebuah lingkaran

kegiatan yang semakin mengembangkan kualitas produk kearah yang lebih baik

(Bambang dan Hamrat 2007).

Prosedur pengendalian kualitas dilakukan oleh beberapa bagian. Kontribusi

terbesar terhadap kualitas produk yang dihasilkan suatu perusahaan adalah bagian

teknisi, bagian manufaktur, bagian teknisis kualitas, dan bagian pemeriksaan.

Bagian-bagian tersebut bertanggung jawab penuh pada tugasnya ketika

melakukan pengendalian kualitas saat produk masuk kedalam departemen tersebut

(Bambang dan Hamrat 2007).

Bagian teknisi bertanggung jawab dalam penentuan standar kualitas,

mempebaiki produk akhir sesuai dengan mutu yang dikehendaki dan merancang

pengujian terhadap penyimpangan-penyimpangan kualitas yang signifikan.

Bagian manufaktur mengatur aktivitas manufaktur untuk menciptakan pekerjaan-

pekerjaan yang memenuhi syarat yang ditetapkan. Bagian teknisi kualitas

melakukan koordinasi sebaik-baiknya terhadap aktivitas yang terkait dengan

kegiatan pengendalian kualitas. Bagian pemeriksaan melakukan usaha-usaha

untuk mencegah pemeriksaan yang berlebihan ataupun kurang teliti, bagian ini

menyimpan tata cara pemeriksaan yang optimal (Bambang dan Hamrat 2007).

2.2.2 Prinsip Pengendalian Kualitas

Prinsip dari kualitas guna mencapai suatu tujuan, meliputi beberapa aspek

dimana aspek yaitu fokus pelanggan, konsep ini menuntut dilakukannya upaya-

upaya pengumpulan dan analisa. Perbaikan proses yaitu konsep perbaikan yang

berkelanjutan dibangun diatas asumsi bahwa kerja adalah hasil dari serangkaian

langkah dan kegiatan yang menghasilkan keluaran. Perhatian yang terus menerus

pada setiap langkah didalam proses kerja diperlukan untuk mengurangi

kemungkinan kesalahan dari produk dan memperbaiki kehandalan dari proses.

Pelibatan total yaitu pendekatan yang diawali dari kepemimpinan yang aktif dari

manajemen senior dan meliputi dari upaya-upaya yang memanfaatkan aneka

talenta dari semua didalam organisasi untuk memperoleh keunggulan kompetitif

didalam pasar. Para pekerja disemua tingkatan dipekerjakan secara mandiri untuk

memperbaiki produk mereka dengan cara bekerja sama dalam struktur kerja yang

lebih baru dan fleksibel untuk memecahkan masalah (Evans, 2005).

Rencana pemeriksaan kualitas harus disusun dengan baik karena akan

berkaitan dengan aspek tenaga kerja, waktu pemeriksaan, peralatan, dan kualitas

produk. Aspek tersebut perlu diperhatikan dalam perencanaan pemeriksaan

kualitas karena dapat menimbulkan resiko kedalam maupun keluar perusahaan.

Resiko kedalam perusahaan misalnya pemborosan tenaga kerja, waktu, biaya

peralatan dan kualitas yang buruk. Resiko keluar perusahaan misalnya

ketidakpuasan konsumen karena kualitas produk yang tidak memuaskan dan

keterlambatan pengiriman (Bambang dan Hamrat 2007).

Fungsi pemeriksaan pada umumnya meliputi empat tanggung jawab yaitu

memenuhi kualitas bahan masuk, meneliti semua barang-barang jadi untuk

memastikan bahwa hanya produk-produk yang diterima yang sampai kepada

pelanggan, membantu dalam pelaksanaan pengendalian proses dan berusaha untuk

menemukan kekurangan dalam manufaktur yang akan menyebabkan kesulitan-

kesulitan yang berurutan serta, berlaku sebagai pemberi saran dan berusaha untuk

membetulkan atau mencegah masalah-masalah pengendalian kualitas (Bambang

dan Hamrat 2007).

Tujuan pengendalian kualitas dalam perusahaan adalah untuk meningkatkan

keputusan konsumen, agar proses produksi dilaksanakan dengan biaya serendah-

rendahnya, agar proses produksi dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah

ditentukan. Pengendalian kualitas juga bertujuan untuk mencapaian kebijaksanaan

dan target perusahaan secara efisien, perbaikan hubungan manusia, peningkatan

moral karyawan, dan pengembangan kemampuan tenaga kerja. Pengarahan pada

pencapaian tujuan tersebut akan terjadi peningkatan produktivitas dan keuntungan

perusahaan. Pengendalian kualitas menurut konsep Feigenbaum meliputi banyak

aspek perusahaan maka adanya usaha kearah peningkatan kualitas produk akhir

akan memberikan pada fungsi-fungsi yang lain kedalam perusahaan untuk

memperbaiki dukungan terhadap pengendalian kualitas yang dilakukan (Bambang

dan Hamrat 2007).

Pengendalian kualitas dimaksudkan untuk mengendalikan proses produksi

yang sedang berlangsung, sehingga bila terjadi perubahan dalam proses, tindakan-

tindakan yang dilakukan tidak akan keluar dari standar kualitas (Bambang dan

Hamrat 2007).

2.2.3 Pengendalian Kualitas pada Area Kedatangan Material

Area kedatanga material adalah tempat bahan mentah pertama kali datang.

Pemeriksaan diutamakan pada tanda kelayakan dari pemasok yang akan menjamin

bahwa pemasok telah bekerja sesuai dengan tuntutan pengendalian kualitas yang

telah disepakati (Sumayang, 2003). Pengendalian material yang masuk mencakup

seluruh kegiatan kualitas yang berhubungan dengan penerimaan seluruh bahan

baku dan produk setengah jadi atau komponen. Prosedur pengendalian material

yang digunakan saat ini menekankan pada hubungan dari mana sumber material

tersebut. Salah satu cara yang dikembangkan untuk menjaga kualitas produk saat

ini yaitu membangun hubungan baik antara pemasok dan perusaan pembeli

sehingga terjalin kepercayaan untuk produk-produk yang dihasilkan tanpa

melupakan teknik pengendalian kualitas secara sistematis (Kirkpatrick, 1970).

Inspeksi pada material atau komponen oleh perusahaan pembeli merupakan

bagian rutinitas kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian bahan masuk agar

sehingga kualitas produk terjaga. Perancaan inspeksi statistik digunakan secara

luas untuk mengurangi waktu inspeksi, keterbatasan tenaga kerja, dan biaya.

Perencanaan dan pengorganisasian untuk mengendalikan bahan masuk, bagian

pengendalian kualitas bekerja sama dengan bagian produksi, bagian pembelian

yang menangani pembelian bahan baku oleh pihak pemasok, dan fasilitas

pengujian laboratorium dari pabrik. Permintaan untuk material maupun komponen

berasal dari bagian produksi saat jadwal produksi ditetapkan. Pemilihan pemasok

untuk pembelian bahan baku biasanya telah ditetapkan beberapa penilaian dan

kriteria. Penilaian dalam pemilihan pemasok terdiri dari fasilitas yang dimiliki,

sistem kualitas yang ditetapkan, dan kemampuan kualitas dari produk yang

dihasilkan (Kirpatrick, 1970).

Pemeriksaan bahan baku atau material yang masuk umumnya akan lebih

luas dan lebih ketat pada bahan pertama yang dikirim oleh pemasok di awal

pembelian. Pemeriksaan untuk lot pertama pada suatu bahan baku baru dari

pemasok dilakukan pengecekan 100% untuk mengatahui kualitas produk secara

keseluruhan. Berdasarkan pemeriksaan awal, apabila tingkat kualitas memuaskan

maka lot selanjutnya akan diperiksa menggunakan pemeriksaan sampel

(Kirpatrick, 1970)

2.2.4 Sistem Pengendalian Proses

Pengendalian proses merupakan suatu sistem yang terintegrasi antara satu

elemen dengan elemen yang lainya. Setiap elemen akan memberikan

kontribusinya sehingga tercipta suatu sistem yang baik dan akan menghasilkan

produk yang berkualitas, alir sistem pengendalian proses dapat dilihat pada

Gambar 2.1 berikut(Gaspersz, 2002).

Gambar 2.1 Sistem Pengendalian ProsesTerdapat empat hal penting yang harus diperhatikan dalam sistem

pengendalian proses, yaitu proses, informasi tentang kinerja, tindakan pada proses

dan tindakan pada produk. Melalui proses semua input bekerja sama untuk

menghasilkan produk berkualitas yang selanjutnya diserahkan kepada pelanggan

agar memenuhi kebutuhan dan ekspektasi dari pelanggan tersebut. Kinerja total

dari proses tergantung pada komunikasi diantara organisasi yang menawarkan

produk dan pelanggan.

Informasi tentang kinerja dapat digunakan untuk mengambil tindakan

yang tepat seperti apakah perlu memperbaiki proses yang ada sekarang atau terus

memproduksi produk berdasarkan proses sekarang. Setiap tindakan yang diambil

sebaiknya tepat waktu dan sesuai, agar menghilangkan pemborosan dalam

pengendalian proses ,yang berarti akan meningkatkan proses terus menerus.

Tindakan pada proses dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan dan

variasi dari produk dalam batas-batas yang dapat diterima. Tindakan yang diambil

pada proses dapat berupa perubahan dalam operasional (seperti: pelatihan

operator, perubahan kedatangan material, dll) atau elemen dari proses itu sendiri

(seperti: rehabilitasi peralatan, meningkatkan komunikasi internal dan hubungan

diantara orang-orang, mengubah desain dan pengembangan proses secara

keseluruhan, dll). Pengaruh dari setiap tindakan pada proses harus dipantau dan

dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui bahwa tindakan-tindakan yang

diambil pada proses itu telah sesuai dengan yang diharapkan.

Tindakan pada produk dimaksudkan untuk mendeteksi dan memperbaiki

produk yang berada diluar spesifikasi yang telah ditetapkan, proses pembuatan

produk juga perlu dikaji secara mendalam untuk mengetahui mengenai masalah-

masalah apa saja yang terjadi pada proses pembuatan produk tersebut. Tindakan

pada produk harus dilanjutkan dengan tindakan-tindakan korektif pada proses,

kemudian menguji proses itu sampai mampu menghasilkan spesifikasi produk

sesuai dengan yang diinginkan oleh pelanggan.

2.3. Lembar Periksa

Lembar periksa adalah sebuah lembar pengecekan (lembar periksa) adalah

suatu formulir yang didesain untuk mencatat data. Dalam banyak kasus,

pencatatan dilakukan sehingga pada saat data diambil pola dapat dilihat dengan

mudah. Lembar pengecekan membantu analis menentukan fakta atau pola yang

mungkin dapat membantu analisis selanjutnya. Misalnya gambar yang

menunjukan suatu perhitungan jumlah daerah dimana cacat terjadi, atau sebuah

lembar pengecekan yang menunjukan tipe keluhan pelanggan (Heizer dan Render,

2004).

Tujuan utama dari lembar periksa (lembar pengecekan) ialah untuk

menjamin bahwa data dikumpulkan secara hati-hati dan akurat oleh personel

operasi untuk mengontrol proses dan untuk pengambilan keputusan (Herjanto,

2007).

2.3.1 Karakteristik Lembar Periksa

Selain itu karakteristik lembar periksa adalah dapat menentukan sumber

persoalan. Lembar periksa juga memungkinkan pemecahan persoalan dengan

cepat. Lembar periksa dapat dipakai untuk memeriksa beberapa item secara

bersamaan dan memungkinkan pengklasifikasian/penstrataan data.

Alat bantu ini sangat tepat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetap

tidak memenuhi syarat bila bila digunakan untuk menganalisa data, karena semua

data adalah data fenomena atau fakta yang sedang terjadi (berlangsung). Itulah

sebabnya dikatakan bahwa lembar periksa adalah alat bantu yang digunakan pada

suatu proses atau kegiatan belangsung. Banyak macam-macam bentuk lembar

periksatetapi yang sering digunakan adalah “Tally” (Gaspersz, 2002).

2.3.2 Kegunaan dan Tujuan Lembar Periksa

Lembar periksa adalah suatu formulir, dimana item-item yang akan

diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat

dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Penggunaan lembar periksa bertujuan

untuk memudahkan proses, mengumpulkan data, mengusin data, memisahkan

antara opini dan fakta.

Lembar periksa dapat memudahkan proses pengumpulan data terutama

untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah yang sering terjadi. Tujuan utama

dari penggunaan lembar periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya

kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu. Selain itu lembar

periksa digunakan untuk mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering

terjadi, menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat di pergunakan

dengan mudah, dan memisahkan antara opini dan fakta.

Lembar isian merupakan alat bantu untuk memudahkan proses

pengumpulan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun

kondisi kerja yang ada. Didalam pengumpulan data maka data yang diambil harus

benar-benar sesuai dengan kebutuhan analisis dalam arti bahwa data harus jelas,

tepat dan mencerminkan fakta (Wignjosoebroto, 2003).

2.3.3 Jenis-Jenis Lembar Periksa

Production Process Distribution Lembar periksa adalah jenis lembar

periksa yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses

produksi atau proses kerja lainnya. Jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan

data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya.

Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk

dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan dapat

diperoleh pola distribusi yang terjadi. seperti dengan halnya histogram, maka

bentuk distribusi data yang berdasarkan frekuensi kejadiannya yang diamati kan

menunjukkan karakteristik proses yang terjadi. Gambar berikut ini merupakan

contoh sebuah lembar isian dan distribusi proses produksi.

Gambar 2.2 Production Process Distribution Lembar periksa

Jika terbukti data tidak normal atau jika data signifikan di dekat atau di luar garis LSL atau USL, maka usaha improvement harus dilakukan untuk menghilangkan special cause of variation, yaitu: variasi yang terjadi karena faktor eksternal (dari luar system).

Jenis lembar periksa yang kedua adalah Defective Lembar periksa. Lembar periksa ini digunakan untuk mengurangi jumlah kesalahan atau kerusakan yang ada dalam suatu proses kerja, maka terlebih dulu kita harus mampu mengidentifikasikan kesalahan-kesalahannya.

Cara mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja, maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi kesalahan-kesalahan, dalam hal ini bisa diklasifikasikan sebagai hasil kerja yang tidak berkualitas yang ada dan persentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor faktor penyebab yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan macam kesalahan dan penyebabnya tersebut.

Gambar 2.3 Defective Item Lembar PeriksaLembar periksa ini adalah sejenis lembar pengecekan dimana gambar

sketsa dari benda kerja akan disertakan sehingga lokasi kerusakan yang terjadi

bisa segera diidentifikasikan Sejenis lembar pengecekan dimana gambar sketsa

dari benda kerja akan disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi benda kerja

akan disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan.

Lembar periksa seperti ini akan dapat mempercepat proses analisis dan

pengumpulan tindakan tindakan korektif yang diperlukan.

Gambar 2.4 Defect Location Lembar periksaJenis lembar periksa yang keempat adalah Defective Cause Lembar

periksa.periksa ini digunakan untuk menganalisa sebab-sebab terjadinya

kesalahan darisuatu output kerja. Lembar periksa ini bertujuan untuk

mengkorelasikan sebab dan akibat dengan memasukkan faktor-faktor penyebab

yang mungkin, seperti waktu, operator, mesin, dan lokasi.Sebagai  contoh lihat

Gambar 2.4 nama-nama operator, jam sebelum makan siang, jam setelah makan

siang, dan beberapa workstation dirangkum pada selembar check  sheet  dalam

rangka mengidentifikasi  trend  lintas kelompok (Wignjosoebroto, 2003).

Gambar 2.5 Defective Cause Lembar periksa

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan

PT Adiperkasa Anugrah Pratama berdiri pada tanggal 27 Juli 2009, PT

Adiperkasa Anugrah Pratama beralamat di JL. Pajajaran No. 10 Jatiuwung,

Tanggerang-Banten, dengan luas lahan sebesar 27000 m2, yang terdiri dari 14000

m2 lahan pabrik dan 1000m2 lahan perkantoran. PT Adiperkasa Anugrah Pratama

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang metal manufacturing, yang

mengelola bahan baku berupa kuningan dan metal menjadi produk jadi. Pada

awalnya PT Adiperkasa Anugrah Pratama hanya memproduksi proyek dari

Pertamina yaitu produk tabung gas 3 kg, namun seiring berjalannya waktu PT

Adiperkasa Anugrah Pratama melebarkan sayapnya sehingga saat ini tidak kurang

dari 10 perusahaan mempercayai PT Adiperkasa Anugrah Pratama sebagai rekan

bisnis, perusahaan tersebut antara lain :

1. PT Panasonic Manufacturing Indonesia.

2. PT Mecoindo.

3. PT Blue Gas Indonesia.

4. PT Rinnai Indonesia.

5. PT Citra Surya Abadi Prima.

6. PT Roda Prima Lancar.

7. PT Trafindo Prima Perkasa.

8. PT Aditec Cakra Wiyasa.

9. PT Roda Kencana Putra.

10. PT Australindo Graha Nusantara.

PT Adiperkasa Anugrah Pratama mempunyai motto: “pribadi berkualitas,

cermin produk berkualitas”. Motto ini sudah menjadi ciri khas seluruh karyawan

dari low level sampai top level management, maka dari itu PT Adiperkasa

Anugrah Pratama selalu mengutamakan kualitas barang yang dripoduksinya. PT

Adiperkasa Anugrah Pratama berkomitmen untuk selalu memberikan jaminan

kepuasan kepada konsumen dengan berpedoman kepada :

1. Melakukan perbaikan dan meningkatkan mutu proses yang berkelanjutan.

2. Pengiriman ke konsumen sesuai dengan jumlah dan tepat waktu.

3. Membudayakan 7K2S.

4. Menjalankan aktifitas sesuai dengan ISO 9001:2008.

3.2 Visi dan Misi Perusahaan

Setiap perusahaan tidak terlepas dari visi dan misi untuk mencapai tujuan

akhir perusahaan.

Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan yang mempunyai reputasi baik dalam industry metal

manufacturing.

Misi Perusahaan

Menyediakan produk yang berkualitas tinggi didukung oleh pelayanan

professional dan mempunyai manajemen yang terbaik disemua bidang.

3.3 Budaya Perusahaan

Seperti halnya manusia, organisasi juga memiliki karakter yang akan

membentuk seluruh lapisan karyawan sehingga menjadi budaya dalam lingkungan

perusahaan. Karakter yang dijiwai oleh seluruh karyawan PT Adiperkasa Anugrah

Pratama adalah 7K2S yang mempunyai arti:

1. Ketaatan :

a. Bertaqwa kepada Tuhan.

b. Taat kepada perintah atasan.

2. Kejujuran :

a. Bertanggung Jawab.

b. Melaporkan hasil produksi yang benar.

c. Tidak mengambil barang ynag bukan miliknya.

d. Tidak berbohong.

3. Kekeluargaan :

a. Saling mengasihi sesam pekerja.

4. Kerapihan :

a. Penataan barang yang baik.

b. Berpakaian rapih dan sopan.

5. Kebersihan :

a. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Menjaga kebersihan asset-aset perusahaan.

6. Kelestarian :

a. Menjaga lingkungan kerja.

b. Menjaga asset perusahaan.

7. Ketertiban :

a. Menjaga suasana kerja yang haromonis.

b. Menjalankan peraturan kerja perusahaan.

8. Standar :

a. Menjaga dan menjalankan standar kerja.

9. Safety :

a. Menjaga keselamatan dalam bekerja.

3.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dan

menjadi penggerak dari suatu perusahaan, karena berhubungan dengan tanggung

jawab yang saling berinteraksi. Kegiatan perusahaan dapat berjalan apabila

memiliki manajemen organisasi yang baik untuk melancarkan aktivitas antar

divisi sehingga terjadi keseimbangan dan komunikasi yang baik. Berikut adalah

Gambar 3.1 merupakan struktur organisasi yang terdapat di PT Adiperkasa

Anugrah Pratama.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Adiperkasa Anugrah Pratama(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

PT Adiperkasa Anugrah Pratama memiliki 500 karyawan tetap, dengan

jam kerja selama 24 jam. Jam kerja tersebut diperuntukkan bagi para operator di

lantai produksi. Jam kerja pabrik terdiri dari 2 jam kerja. Jam kerja pertama

dimulai pukul 07.00 – 16.00 WIB, dengan waktu istirahat makan siang mulai

pukul 12.00 – 13.00 WIB. Jam kerja kedua dimulai pukul 19.00 – 04.00 WIB,

dengan waktu istirahat makan malam pukul 24.00 – 01.00 WIB.

3.5 Produk yang dihasilkan PT Adiperkasa Anugrah Pratama

PT Adiperkasa Anugrah Pratama merupaka perusahaan yang bergerak di

bidang metal manufacturing. Adapun produk-produk yang dihasilkan oleh PT

Adiperkasa Anugrah Pratama antara lain :

1. Tabung gas 3kg.

2. Body value O2 dan Body value CO2.

3. Casing cover type 137, 237, 100, 150 untuk komponen pompa air.

4. End Cup bottom untuk komponen kulkas.

5. Burner HPTP, Burner HPTB, Buener HPEP.

6. Burner Small cyclone dan Burner big cyclone.

7. Machined lower body dan Machines upper body.

8. Drain case.

(a) (b)

(c)

(d)Gambar 3.2 (a) Cover Type 125, Cover Type 200, Cover Type Sanyo, (b) Pulp Tabung

Gas 3kg, (c) Meteran Air, (d) Stand Comp Main.(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Produksi

Proses produksi pembuatan cover type 125 di PT Adiperkasa Anugrah

Pratama terdiri dari beberapa proses. Proses-proses ini mulai dari penerimaan

bahan baku sampai menjadi produk jadi. Proses-proses tersebut dapat dilihat pada

Gambar 4.1 yang menunjukkan diagram alir dibawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Produksi Cover type 125

4.1.1 Proses Penerimaan Bahan Baku

Proses penerimaan bahan baku di sini merupakan kegiatan pertama yang

dilakukan oleh perusahaan saat menerima bahan baku di gudang. Pada proses ini

perusahaan menerima bahan baku berupa brass (kuningan) dengan ukuran

panjang 2 meter dan ukuran diameter sebesar 3 cm.

Gambar 4.2Penerimaan Bahan Baku Cover type(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.2 Proses Pemotongan Brass (Kuningan)

Tahap selanjutnya adalah pemotongan brass (kuningan), pada proses ini

menggunakan mesin circular cold saw. Mesin circular cold sawdigunakan untuk

memotong brass (kuningan), pada proses ini ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan agar hasil pemotongan brass (kuningan) sesuai dengan spesifikasi

perusahaan.

Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengukuran

brass (kuningan)sesuai dengan spesifikasi yang akan dipotong, yaitu ukuran

panjang sebesar 4 cm. Tahap selanjutnya melakukan pengaturan terhadap mesin,

setelah mesin diatur kemudian dibuat sampel sebanyak 5 unit sesuai dengan

ukuran yang telah ditentukan untuk acuan ukuran.

Tahap selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap sampel yang

telah dibuat. Jika sampel yang dibuat belum sesuai dengan ukuran yang telah

ditentukan, maka lakukan pengaturan kembali terhadap mesin. Jika sudah sesuai

dengan ukuran pesanan, maka mulai dilakukan kegiatan produksi. Produksi di sini

adalah mulai melakukan kegiatan proses pemotonganbrass (kuningan).

Gambar 4.3 Mesin Circular Cold Saw(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.3 Proses Penempaan (Forging)

Proses penempaan atau forging ini terdiri dari duua tahapan, yaitu tahap

pertama yaitu brass (kuningan)diproses menggunakan mesin oven dengan suhu

yang mencapai 600oC sampai 800oC, dan selanjutnya brass (kuningan) yang

sudah dipanaskan diletakkan di sebuah cetakan atau moulduntuk kemudian

dicetak dengan mesin forgingatau di tempa dengan mesin presssesuai dengan

spesifikasi yang dipesan. Berikut merupakan gambar mesin forging.

Gambar 4.4Mesin Forging(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.4 Proses Trimming

Proses trimming ini berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa sekrap

dibagian tepinya yang masih tersisa akibat dari tekanan pada saat proses forging.

Berikut merupakan gambar perbedaan produk yang belum melalui proses

trimming dan gambar produk yang sudah melalui proses trimming.

Gambar 4.5 Perbedaan Produk Sebelum dan Sesudah Melalui Proses Trimming (Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.5 Proses Sandblasting

Proses sandblasting, yaitu proses untuk membersihkan permukaan produk

dari minyak, menghaluskan, dan menghilangkan kerak kusam pada permukaan

produk akibat proses forging. Berikut merupakan perbedaan gambar produk yang

belum melalui proses sandblasting dan gambar produk yang sudah melalui proses

sandblasting.

Gambar 4.6 Perbedaan Produk Sebelum dan Sesudah Melalui Proses Sandblasting (Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.6 Proses Machining

Proses machiningyaitu memproses produk dengan membuat lubang O-

ring pada bagian tepi dengan menggunakan mesin bor, proses ini bertujuan untuk

menyatukan komponen cover type 125 dengan komponen lainnya menggunakan

baut. Berikut merupakan perbedaan gambar produk yang belum melalui proses

machining dan gambar produk yang sudah melalui machining dan proses

pembuatan lubang O-ring.

Gambar 4.7 Perbedaan Produk Sebelum dan Sesudah Melalui Proses Machining(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

Gambar 4.8 Proses Pembuatan Lubang O-ring(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.1.7 Proses Painting

Proses painting dilakukan dengan beberapa tahapan, tahap pertama adalah

proses degrising, proses degrisingadalah proses kimia untuk menghilangkan

kotoran maupun minyak yang menempel di permukaan produk. Tahap selanjutnya

adalah proses pengeringan, dengan memanaskan produk pada suhu tertentu untuk

mengeringkan permukaan produk yang masih basah akibat proses degrising.

Tahap berikutnya adalah spray painting, proses ini adalah melapisi

material dengan cara menyeprotkan cat kepermukaan produk. Tahap selanjutnya

adalah proses pengeringan, dengan memanaskan produk pada suhu tertentu yang

bertujuan unttuk mengeringkan permukaan produk yang telah di cat, selain itu

proses ini juga berperan untuk kerekatan cat terhadap permukaan produk.

4.2. Pengendalian Kualitas Produk

Pengendalian kualitas produk PT Adiperkasa Anugrah Pratama merupakan

pengendalian kualitas terhadap material atau bahan sampai pada produk

akhir.Material atau bahan baku utama dari pembuatan cover type 125 adalah

brass (kuningan). Pengendalian kualitas produk PT Adiperkasa Anugrah Pratama

terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pada saat bahan baku datang dari pemasok,

bahan baku diproses, dan saat menjadi produk jadi. Pengendalian kualitas

masing-masing bagian dilakukan di departemen yang berbeda dan prosedur yang

berbeda.

Kualitas produk dalam perusahaan berkaitan dengan kualitas proses

operasi dan pengendalian kualitas tidak hanya pada produk akhirnya, melainkan

proses produksi dari awal hinga akhir. Berdasarkan hal tersebut PT Adiperkasa

Anugrah Pratama menerapkan pengendalian kualitas secara berkala untuk

meminimalisir produk mengalami kerusakan atau tingkat kerusakan produk

sedikit.

Proses pengendalian kualitas cover type 125 dilakukan pada proses

penerimaan bahan baku dari pemasok, proses produksi, sampai pemeriksaan

produk jadi. Prosedur pengendalian kualitas dilakukan oleh beberapa bagian.

Bagian-bagian tersebut bertanggung jawab penuh pada tugasnya ketika

melakukan pengendalian kualitas saat produk masuk kedalam departemen

tersebut.

4.2.1 Pengendalian Kualitas Bahan

Pengendalian kualitas bahan merupakan pemeriksaan material brass

(kuningan)yang datang dari pemasok. Pemeriksaan komponen bertujuan untuk

memeriksa material yang datang agar memenuhi standar material yang akan

digunakan pada proses pembuatan produk. Berikut merupakan diagram alir

tahapan pengecekan bahan baku.

Gambar 4.9 Diagram Alir Proses Pengecekan Bahan Baku

BerdasarkanGambar 4.9 diagram alir di atas dapat dijelaskan tahapan-

tahapan yang dilakukan dalam proses pengecekan bahan baku. Pertama yang

dilakukan adalah mempersiapkan alat pengecekan yaitu meteran, jangka sorong,

dan check sheet. Setelah alat tersebut disiapkan, maka bagian inspeksi

menerimabrass (kuningan).

Setelah brass (kuningan) diterima, maka dilakukan pemeriksaan dan

pencatatan pada check sheetterhadap bahan baku tersebut meliputi jumlah bahan

baku, dan ukuran brass (kuningan) yang telah dipesan sesuai dengan spesifikasi

perusahaan. Jika bahan baku tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan, maka

brass (kuningan) tersebut dikembalikan lagi ke pemasok. Jika brass (kuningan)

telah sesuai dengan spesifikasi perusahaan maka brass (kuningan) tersebut dapat

langsung disimpan digudang.

Gambar 4.10 Lembar Periksa Pada Penerimaan Bahan Baku(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.2.2 Pengendalian Kualitas Pada Proses

Proses pengendalian kualitas dilakukan pada setiap proses pembuatan

cover type 125 oleh operator quality control pada bagian proses produksi. Proses

yang dialami oleh material brass (kuningan) untuk membuat produk cover type

adalah proses pemotongan, forging, trimming, sandblasting, machining dan proses

painting. Pengendalian kualitas dari masing-masing operasi memiliki standar

ukuran atau kriteria yang berbeda, yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai

standar kualitas yang baik. Perhatian yang terus menerus pada setiap langkah di

dalam proses kerja diperlukan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dari

produk dan memperbaiki kehandalan dari proses. Berikut merupakan Gambar

4.11 Flowchart Quality Control Process.

Gambar 4.11 Flowchart Quality Control Process

Pengendalian kualitas proses pemotongan brass (kuningan) dilakukan

dengan cara memeriksa ukuran panjang brass (kuningan) yang telah dipotong

dengan mesin circular cold saw. Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan

menggunakan meteran dan penggaris. Pengendalian kualitas proses operasi

forging dilakukan dengan cara memeriksa ukuran diameter dan ketebalan produk

yang telah di cetak, sudah sesuai dengan standar atau sesuai dengan ukuran yang

diingnkan konsumen. Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan menggunakan

jangka sorong.

Pengendalian kualitas proses trimming dilakukan secara visual dengan

cara memeriksa permukaan produk, apakah masih terdapat sisa sekrap pada

bagian tepi produk. Pengendalian kualitas proses operasi sandblasting dilakukan

secara visual dengan cara memeriksa permukaan produk, apakah masih terdapat

banyak bintik atau kusam pada permukaan produk.

Pengendalian kualitas proses machining dilakukan dengan cara memeriksa

hasil diameter pelubangan, dan O-ring tidak boleh keluar dari grooving dan tidak

boleh putus atau rusak. Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan

menggunakan jangka sorong. Pengendalian kualitas proses painting dilakukan

dengan cara memeriksa ketebalan cat dengan menggunakan alat bantu thickness

meter, dan kekuatan cat menggunakan alat bantu tape test, dan pensil H-2H.

Ukuran diameter, ketebalan, dan kriteri-kriteria cover type 125 yang tidak

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, akan dilakukan

pemrosesan ulang agar memenuhi standar kualitas. Jika produk yang tidak

memenuhi standar tidak dapat dilakukan pemrosesan pengulangan, maka produk

tersebut akan dilakukan proses peleburan. Cover type 125 yang sesuai dengan

standar perusahaan selanjutnya dipindahkan ke bagian gudang produk jadi.

Permasalahan yang sering terjadi dalam pengendalian kualitas pada proses

adalah timbulnya biaya tambahan dan waktu tambahan akibat material yang

diproses ulang. Tujuan pengendalian kualitas pada proses ini agar proses produksi

dilaksanakan dengan biaya serendah-rendahnya, agar proses produksi dapat

diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Gambar 4.12 Lembar Periksa Pada Proses Produksi(Sumber: PT Adiperkasa Anugrah Pratama, 2015)

4.2.3 Pengendalian Kualitas Pada Produk Akhir

Proses pengendalian kualitas pada produk akhir dilakukan oleh operator

khusus pemeriksaan di bagian pemeriksaan kualitas. Berikut merupakan Gambar

4.13 Flowchart Quality Control Produk Akhir.

Gambar 4.13 Flowchart Quality Control Produk Akhir

Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa seluruh ukuran yang telah

diproduksi. Uji kualitas dilakukan secara manual dengan melakukan pemeriksaan

visual dan membandingkan ukuran produk berdasarkan standar yang telah

ditetapkan perusahaan.Pengendalian kualitas pada produk akhir meliputi ukuran

diameter, ketebalan, warna cat, ketebalan warna cat, kekuatan cat, o-ring atau

hasil pelubangan tidak boleh keluar dari grooving, dan tidak boleh putus atau

rusak.

Produk akhir yang menyimpang dari ukuran dan kriteria standar

perusahaan, akan dilakukan proses perbaikan produk akhir, apabila ukuran dan

kriteria tidak menyimpang terlalu besar. Penyimpangan kualitas yang melewati

batas standar yang telah perusahaan tetapkan maka produk tersebut akan

dilakukan proses peleburan. Proses pengendalian kualitas pada produk akhir

sangat penting karena pengendalian kualitas yang baik akan berpengaruh pada

kualitas produk dan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

4.3 Kecacatan Produk

Pada proses produksi, kemungkinan terjadinya kecacatan produk itu selalu

ada, namun yang jadi permasalahan adalah bagaimana agar jumlah cacat itu dapat

diminimalisir. Kecacatan yang terjadi pada produk cover type 125 seringkali

terdapat pada bagia painting. Jenis-jenis kecacatan tersebut antara lain adalah

adanyaketebalan cat yang tidak merata, terdapat bintik dan terdapat scratch di

permukaan produk.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penulisan yang ingin dicapai

oleh penulis pada penulisan ilmiah berdasarkan pembahasan dan analisis yang

telah dilakukan sebelumnya. Berikut adalah kesimpulan dari penulisan ilmiah ini.

1. Proses produksi pembuatan cover type 125 di PT Adiperkasa Anugrah

Pratama yaitu dimulai dari, penerimaan bahan baku, proses pemotongan,

proses penempaan (forging), proses trimming, proses sandblasting, proses

machining, dan proses painting.

2. Pengendalian kualitas yang diterapkan oleh bagian Quality Control (QC)

pada PT Adiperkasa Anugrah Pratama dilakukan pada beberapa tahapan

yaitu, pengendalian kualitas bahan baku, pengendalian kualitas pada proses,

serta pengendalian kualitas produk akhir. Pengendalian kualitas bahan baku

meliputi pemeriksaan visual dan ukuran bahan baku. Pengendalian kualitas

pada proses meliputi pengecekan pada proses pemotongan, proses penempaan

(forging), proses trimming, proses sandblasting, proses machining, dan proses

painting. Pengendalian kualitas produk akhir dilakukan setelah semua proses

telah selesai dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu pengujian. Alat

utama yang digunakan adalah defect location lembar periksa (defect location

check sheet).

5.2 Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan dari penulisan ilmiah

ini. Beberapa saran yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Leader tiap proses dianjurkan untuk lebih memantau dan memberikan arahan

kepada operatornya saat proses produksi berlangsung.

2. Perlu dilakukan pemeriksaan dengan ketelitian yang tinggi setelah produk

selesai diproses semua.

3. Menambah jumlah sampel produk untuk proses pengecekan QC (Quality

Control)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Revisi Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Bambang dan Hamrat. 2007. Pengawasan Industri dalam Pengendalian

Pencemaran Lingkungan. Edisi 1. Jakarta: Granit.

Evans dan Lindsay. 2005. The management and control of quality. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kirpatrick. E.G. 1970. Quality Control for Managerrs and Engineering. United

Stated of America.

Gaspersz, V. 2002. Statistical Process Control. Penerapan Teknik-teknik

Statistikal dalam Manajemen Bisnis Total. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga, , Grasindo, Jakarta.

Purnomo, H. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Render, Barry, Jay Heizer. 2004. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Grasindo,

Jakarta

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta:

Gunadarma

Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Study Gerak Dan Waktu. Edisi Pertama.

Surabaya: Guna Widya.