189
MEKANISME, PELAKSANAAN, DAN MANFAAT DANA DESA DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN DESA (STUDI KASUS : DESA BAJUR, KECAMATAN LABUAPI, KABUPATEN LOMBOK BARAT) SKRIPSI Disusun oleh : Muhamad Adrian Herdianto 135020107111003 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

mekanisme, pelaksanaan, dan manfaat dana desa dalam

Embed Size (px)

Citation preview

MEKANISME, PELAKSANAAN, DAN MANFAAT DANA DESA DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN

DESA (STUDI KASUS : DESA BAJUR, KECAMATAN LABUAPI,

KABUPATEN LOMBOK BARAT)

SKRIPSI

Disusun oleh :

Muhamad Adrian Herdianto 135020107111003

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Mekanisme,

Pelaksanaan, dan Manfaat Dana Desa dalam Upaya Peningkatan Pembangunan Desa (Studi

Kasus : Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat)”.

Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu

persyaratan kelulusan dalam memperoleh derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu

(S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian skripsi ini, penulis tidak luput dari

kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan

maupun dikungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menjelesaikan laporan skripsi ini dengan baik.

2. Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberi tauladan baik dan bijak bagi seluruh

umat muslim di dunia ini.

3. Almarhum papa tercinta saya, Widodo Subariyanto, seorang ayah yg telah mengajarkan

penulis banyak pelajaran berharga , ilmu yang bermanfaat, serta menanamkan prinsip

“seorang pria sejati” kepada penulis sejak kecil. Dimana yang sebelumnya penulis selalu

menunda wisudanya demi menunggu kesembuhan sang Ayah. Kemudian, Ibunda

tercinta, Ega Sumaiyah. Seorang ibu yang luar biasa, memberikan penulis kasih sayang

sejak kecil, mendukung segala impian penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan penuh dukungan.

4. Prof. Maryunani, SE., MS selaku dosen pembimbing penulis yang selalu memberikan

masukan, arahan, bimbingan, waktu serta tantangan kepada penulis, sehingga skripsi

ini menjadi sebuah karya yang bermanfaat.

5. Bapak Dr.rer.pol. Wildan Syafitri.,SE.,ME selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, sekaligus selaku dosen pembahas seminar

proposal saya yang sudah banyak memberikan saran dan kritik sehingga proposal saya

menjadi lebih baik.

6. Ibu Dr. Asfi Manzilati, SE., ME Selaku dosen penguji 1 yang sudah banyak membantu

memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi saya.

7. Bapak Al Muiz Fazaalloh, SE., ME Selaku dosen penguji 2 yang telah banyak membantu

memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi saya.

8. Kepada Bapak Haji Hamzad (Penggulu Desa Bajur), Pak Haji Musleh (Ketua LPMD Desa

Bajur), Bapak Ahmad Rusni (Kepala Desa Bajur), Pak Juaini (Sekertaris Desa Bajur). Mas

Zein (Mantan BKM Desa Bajur) serta berbagai pihak yang membantu penulis dalam

memberikan informasi terkait Dana Desa di Desa Bajur, dan memudahkan penulis

dalam melaksanakan penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan skripsi bimbingan prof. Maryunani yang selalu mendukung

dan menyemangati satu sama lain, sehingga motivasi satu sama lain tetap berkobar.

10. Teman-teman sepemainan yang saling mendukung tapi menyesatkan, Rido roma

kelapa, Dedy Cahyani, Dimas, Irvan, Azhar, Rully, Fauzan, Afif, dan kawan-kawan

lainnya yang sengaja tidak disebutkan karena kertasnya tidak cukup.

11. Teman-teman organisasi, rekan-rekan seperjuangan Karate Brawijaya, dan keluarga

Dojo Willis yang selalu menjadi penyemangat dan penghilang stress penulis saat proses

pengerjaan skripsi.

12. Para teman-teman wanitanya Adrian yang selalu memberikan semangat maupun

dukungan, sehingga penulis tidak pernah lelah dalam pengerjaan tugas akhirnya.

13. Terakhir untuk seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah banyak memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan oleh semua pihak

kepada penulis akan dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 26 Juli 2018

Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Name : Muhamad Adrian Herdianto

Major : Economic Development 2013

Born : Mataram, 15 Maret 1995

Adress 1 : JL. Danau Segara Anak II no.2 BTN Pagutan Permai,

Mataram

2 : JL. Embong Brantas 2/ 1582 Malang

Contact : 081944857110

Mail : [email protected]

Motto 1 : Rise, rise, and rise again until lambs become lions.

2 : Knowledge will give a power, but character will give respect.

SUMMARY

Adrian is an econom of Brawijaya University who interested to increase knowledge on the

bussines and development industry. Adrian has some experience in Rural and Community

Development. His dream is become a true leader who will change the world, and decrease

poverty in Indonesia.

EDUCATION

Brawijaya University

Barchelor’s degree, majoring in Economics, 2013 -2018, GPA. 3.31

SMAN 5 Mataram

Majoring in social science, 2010 - 2013

SMPN 2 Mataram

2007 - 2010

SDN 44 Ampenan

2001 – 2007

ORGANIZATION EXPERIENCE

2017 – present // Kyokushinkai Karate-Do Indonesia

2015 - 2016 // GenBI (Bank Indonesia scholarship), Head Departement of Economics UB

2014 – 2017 // Brawijaya Karate, Shotokan (Trainer Assistant/Trainer)

2014 – 2015 // Inbox Economic of English (Vice Captain Design and Production)

2014 // FORMASI UB, Forum Mahasiswa Studi Bahasa Inggris (staff)

2013 // Internship Staff Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UB

2013 -2014 // Brawijaya Karate, Shotokan (staff of unit 4, safety and comfort )

Other

Senior High School : Smala Basketball, Smapala (enviromental care)

CUMMITTEE EXPERIENCE

[2017] - Cemara untuk Brantas (planting 1000 trees, GenBI), Coordinator of PDD

[2016] - Outlook Ekonomi 2017 (BI), Local Committee

[2016] - Resik Kali Jogo Bumi Malang (GenBI), Coordinator division of PDD

[2016] – Safari Ramadhan (GenBI), Coordinator division of PDD

[2016] – Dies Natalis INKAI UB (Karate Brawijaya), Designer

[2015] – Pemilihan Wakil Ketua Ilmu Ekonomi, Event Coordinator

[2015] – English Writing Workshop (ICOSH), Coordinator division of PDD

[2015] – Workshop English Public Speaking 2015, Assistant Coordinator of Marketing

[2015] – GARUDA PK2MABA (BEM FEB UB, welcomming maba), companion

[2015] – Open House INKAI UB 2015 (Karate), Performer / Actor

[2015] – Brawijaya English Tournament (FORMASI UB), Liasion Officer

[2015] – Ecolympics 2015 (HMJIE), Marketing

[2015] – POMDA JATIM 2015 (INKAI UB), Accomodation

[2015] – Training Communication 2015 (HMJIE), Marketing

[2014] – TPS PEMIRA UB 2014 (BEM), Local Cmmittee

[2014] – Diklat Karate 2014 (INKAI), Consumption

[2014] – Open House Karate 2014 (INKAI), Actor / Performer

[2014] – Open House FORMASI 2014, Multimedia and publication division

[2014] – Dies Natalis INKAI 2014, Accomodation

[2014] – Social in Action, Village Development (BEM), Public Relations

[2014] – E-Journey 2014 (HMJIE), Publication and Documentation

[2014] – TRANSFORMER (HMJIE, welcomming maba), Publication and

Documentation

Other

[2017] – Tallent Show Kakang Mbakyu Malang 2017, help friends as performance

WORK EXPERIENCE

September 2016 // Surveyor, Asset Validation and vertification of regional property,

Kabupaten Blitar (Lecturer Project and dinas pendidikan)

July 2016 // Internship Program, PT Newmont Nusa Tenggara, Departement

Government Relation

2015 – 2016 // Marketing, supplier committee and organization clothes, Nine

Clothing

2012 – 2013 // Cashier and Costomer Service, CV Bintang Jaya, Building Materials

(Help father’s company as cashier)

ACHIEVEMENT

[2017] – Participant competition Mandiri Young Leader 2017

[2017] – Delegation of Writing Workshop GenBI Jawa Timur, Hottel Harris Malang

[2016] – Bank Indonesia Scholarship Awardee 2016

[2016] – Delegation Leadership Camp II, IPC Corporate University, Bogor

[2015] – Bank Indonesia Scholarship Awardee 2015

[2014] – 3rd Winner of Karate Kumite, Olympiad of Brawijaya 2014

Other

[2016] – Participant Quis Night in PT. Newmont Nusa Tenggara (Celebrate The

Independence Day of Indonesia, as group leader Ninja Hatori Team)

[2015] – Supply ospek clothes in FEB UB 2015 (GARUDA 2015, etc)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah mekanisme tata kelola Dana

Desa di Desa Bajur sudah sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang yang

ada, terutama mencari tau apa saja permasalahan pada setiap tahapannya.

Kemudian melihat apa saja faktor yang menjadi kendala dan faktor apa saja yang

menjunjang kesuksesan pelaksanaan Dana Desa di Desa Bajur. Terakhir yaitu

melihat apa saja dampak dan manfaat dari adanya Dana Desa tersebut tehadap

pembangunan pedesaan di Desa Bajur. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif.Hasil daripada penelitian ini menunjukkan

bahwa masih terdapat banyak kendala di setiap tahapannya, walaupun Desa Bajur

telah berusaha menerapkan Good Governance.Kendala tersebut meliputi selalu

terlambatnya pencairan Dana Desa di Desa Bajur yang disebabkan oleh peraturan

pemerintah yang masih cukup ribet, terdapat kebijakan baru terkait tata cara

penyusunan RPJMDes9 Bab yang dirasa semakin sulit dan menambah beban

pemerintah desa, dan banyaknya perubahan aturan undang-undang yang tentunya

menyulitkan pemerintahan Desa Bajur. Kesulitan tersebut juga dialami oleh semua

desa di Kecamatan Labuapi, bahkan di Kabupaten Lombok Barat, kesulitan dan

keterlambatan pencairan Dana Desa itu serempak dialami oleh mereka. Di sisi lain

sumber daya manusia di Desa Bajur juga masih kurang mendukung, seperti

masyarakat belum memahami terkait perhitungan RAB dan sebagainnya, sehingga

kehadiran pendamping desa sangat dibutuhkan.

Kata kunci: Dana Desa, DD, UU Desa, Akuntabilitas, Pembangunan Desa, Otonomi

Daerah, APBDesa

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. .......1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ .......1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... .......12 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ .......12 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... .......13

1.4.1 Manfaat Teoris ....................................................................... .......13 1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................... .......13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... .......14

2.1 Definisi Otonomi Daerah dan Desentralisasi ................................... .......14 2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah ................................................... .......14

2.1.2 Peran Pemerintah Daerah yang Desentralistik ....................... .......16 2.2 Definisi dan Peran Desa ................................................................. .......16

2.2.1 Wewenang Desa .................................................................... .......17 2.2.2 Keuangan Desa dan Kekayaan (Asset) Desa ........................ .......18

2.3 Pengelolaan Keuangan Desa .......................................................... .......18 2.3.1 Asas Pengelolaan Keuangan Desa ........................................ .......20 2.3.2 Struktur Tata Kelola Desa ..................................................... .......21 2.3.3 Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa .............................. ...... 24

2.3.3.1 Perencanaan Keuangan Desa ..................................................24 2.3.3.2 Proses Penganggaran...............................................................27 2.3.3.3 Pelaksanaan..............................................................................29 2.3.3.4 Penatausahaan Keuangan Desa ..............................................30 2.3.3.5 Pelaporan dan Pertanggungjawaban........................................ 31

2.3.4 Pendapatan Desa.....................................................................33 2.4 Dana Desa ...................................................................................... .......33

2.4.1 Pengertian Dana Desa....................................................................34 2.4.1 Mekanisme Penyaluran Dana Desa..................................34 2.4.3 Penggunaan Utama Dana Desa ......................................35

2.5 Pembangunan Desa ....................................................................... .......36 2.5.1 Makna Pembangunan Desa ................................................... .......36 2.5.2 Hambatan Pembangunan Desa ............................................. .......37

2.6 Teori Perencanaan Pembangunan.................................................. .......38 2.6.1 Pentingnya Perencanaan Pembangunan Daerah ................... .......40

2.7 Penelitian Terdahulu ....................................................................... .......41 2.8 Kerangka Pikir................................................................................. .......46

BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... .......48

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................... .......48 3.2 Waktu dan Tempat Penelitan .......................................................... .......49 3.3 Fokus Penelitian ............................................................................. .......50 3.4 Subjek Penelitan ............................................................................. .......51 3.5 Jenis Data ....................................................................................... .......52

3.5.1 Data Primer....................................................................................52 3.5.2 Data Sekunder...............................................................................52

3.6 Metode Pengumpulan Data............................................................. .......52 3.7 Analisis Data ................................................................................... .......54

3.8 Keabsahan Data ............................................................................. .....55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... .....56 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................58

4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Desa Bajur.................................60 4.1.2 Luas Wilayah..................................................................................64 4.1.3 Kondisi Demografi Lokasi Penelitian..............................................65 4.1.3.1 Potensi Sumber Daya..................................................................65 4.1.3.2 Jenis Pekerjaan...........................................................................66

4.1.4 Kondisi Pemerintahan Desa.....................................................68 4.1.5 Struktur Pemerintahan.............................................................70

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... ......71 4.2.1 Mekanisme Penyaluran Dana Desa dari Pusat ke Daerah ..... ......71 4.2.2 Mekanisme Tata Kelola Dana Desa di Desa Bajur ................. ......75 4.2.3 Pembangunan Desa di Desa Bajur ........................................ ......81 4.2.4 Tahap Pembangunan Desa dan Pengelolaan Keuangan di Desa Bajur..................................................................................87 4.2.4.1 Perencanaan ....................................................................... ......88 4.2.4.2 Pelaksanaan ............................................................... ......91 4.2.4.3 Pelaporan dan Pertanggungjawaban ........................... ......96 4.2.5 Kendala dan Faktor Pendukung dalam Melaksanakan Program Dana Desa di Desa Bajur ....................................................... ......100 4.2.5.1 Kendala maupun Permaslahan dalam Pembangunan Desa di Desa Bajur ..................................................... ......101 4.2.5.1.1 Kendala Proses Pencairan...........................................101

4.2.5.1.2 Kendala Tahap Perencanaan.......... ............................102 4.2.5.1.3 Kendala Proses Pelaksanaan atau Pembangunannya ........................................................103 4.2.5.1.4 Kendala Tahap Pelaporan & Pertanggungjawaban......103 4.2.5.1.5 Program yang Menimbulkan Kecemburuan Sosial.......106 4.2.5.1.6 Kurangnya Pelatihan Pemerintah Desa.... ...................107 4.2.5.1.7 Beratnya Menjadi Seorang Kadus di Desa Bajur..... ....109

4.2.5.2 Faktor Pendukung dalam Kesuksesan Pelaksanaan Dana Desa…………………………………………………….....110 4.2.5.2.1 Dukungan Berupa Pendamping Desa...........................110

4.2.5.2.2 Banyaknya Pihak yang Turut Membantu.......................111 4.2.5.2.3 Ketepatan dan Program yang Bermanfaat.... ................112 4.2.5.2.4 Cara Mengatasi Konflik yang Baik.... ............................112

4.2.6 Dampak Serta Manfaat dari Dana Desa terhadap Pembangunan di Desa Bajur...................................................................................113

4.2.6.1 Peningkatan Antusias & Semangat Gotong Royong Masyarakat…………………………………………………...113 4.2.6.2 Banyaknya Program di Desa Bajur.......... ........................114 4.2.6.3 Program yang Bermanfaat.......... .....................................115 4.2.6.4 Pengelolaan yang Berbeda ..............................................115

4.2.6.1.5 Mengurangi Ketimpangan .........................................................116 4.2.7 Tanggapan Masyarakat Desa Bajur Mengenai Dana Desa........116

4.2.8 Implikasi......................................................................................118

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................136 5.1 Kesimpulan ............................................................................... .........136 5.2 Saran ........................................................................................ .........137

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .........139

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Roadmap Dana Desa Tahun Anggaran 2015-2019 ..................7

Tabel 1.2 APBNP 2016 dan RAPBN 2017............... .................................9

Tabel 4.1 Informan Peneliti.........................................................................57

Tabel 4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaanya ......................................64

Tabel 4.3 Potensi Sumber Daya Desa Bajur Tahun 2016..........................65

Tabel 4.4 Jumlah dan Sebaran Penduduk Desa Bajur...............................66

Tabel 4.5 Jumlah Sebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.....67

Tabel 4.6 Struktur Kepala Desa di Desa Bajur................... .......................71

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Siklus Pengelolaan Keuangan Desa .....................................19

Gambar 2.2 : Asas Pengelolaan Keuangan Desa........................................200

Gambar 2.3 : Struktur Pengelolaan Keuangan Desa ..................................22

Gambar 2.4 : Aliran Pendapatan Desa ........................ ...............................33

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat.................................59

Gambar 4.2 : Peta Lokasi Kecamatan Labuapi............................................60

Gambar 4.3 : Peta Lokasi Desa Bajur..........................................................61

Gambar 4.4 Pintu Masuk Utara Desa Bajur...............................................62

Gambar 4.5 : Suasana di Desa Bajur...........................................................63

Gambar 4.6 : Kantor Desa Bajur..................................................................68

Gambar 4.7 : BUMDes Desa Bajur..............................................................69

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan daerah tentunya merupakan salah satu aspek dari

pembangunan ekonomi nasional yang tidak dapat dilewatkan terutama untuk

negara kepulauan dan berkembang seperti Indonesia. Pembangunan daerah

sebagai bagian dari pembangunan nasional dapat digunakan sebagai usaha

untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mengelola sumber daya

ekonominya secara efektif dan efisien untuk memajukan daerah serta

kesejahteraan masyarakatnya. Sehingga dalam upaya untuk mensejahterakan

rakyat muncullah ide untuk membentuk otonomi daerah.

Wacana otonomi daerah di Indonesia sendiri menguat pada tahun 1990an.

Seiring berjalannya waktu, Indonesia telah menjalankan pemerintahan yang

terpusat dengan menjadikan pembangunan tersebut sebagai landasan yang

menjadi acuan dalam kebijakan pemerintah. Sehingga muncullah sistem otonomi

daerah yang mendukung daerah untuk memiliki kemampan dalam

mengoptimalkan potensi daerah yang dimilikinya, serta dengan adanya sistem

otonomi daerah juga dapat mendorong daerah tersebut untuk berkembang

sesuai berbagai karakteristik geografis, ekonomi, dan budayanya.

Menurut Pasaribu (2013), kewenangan dari daerah otonom sendiri sangatlah

luas. Dimana masyarakatnya diatur langsung oleh pemerintah daerah.

Wewenang tersebut meliputi berbagai bidang, seperti misal pendidikan,

kesejahteraan, kesehatan, pertanian, perumahan, perdagangan, dan lain lain.

Sedangkan, pemerintah dari pusat hanya menangani enam urusan penting saja,

yaitu: politik luar negeri, keamanan, yustisi, pertahanan, moneter dan fiskal

nasional, maupun agama.

2

Yang dimaksud dengan otonomi bertanggung jawab “yaitu berupa

perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan

kewenangan kepada Daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus

dipikul oleh Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta

pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antardaerah

dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dasar

Desentralisasi desa sendiri merupakan asal usul dan kondisi sosial budaya

masyarakat, dalam artian ini bahwa otonomi dapat disimpulkan sebagai

penyerahan kembali wewenang mengurus desa kepada masyarakat, atau lebih

dikenal dengan istilah otonomi asli.” (Maryunani , 2002).

Untuk menunjukkan keseriusannya, pemerintah terus berupaya

meningkatkan pembangunannya serta membenahi sistem dan kebijakannya,

terutama kebijakan mengenai desa, hingga pada tanggal 15 Januari 2014

pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang desa.

Adanya Undang-undang Dana Desa tersebut disahkan oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono pada tanggal 15 Januari 2014. Adanya UU ini memuat

perubahan tentang pengaturan desa yang cukup signifikan. Pengesahan

undang-undang tersebut menggantikan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun

2005 tentang desa.

Pengaturan tentang desa telah dipisahkan kembali dari pengaturan

pemerintahan daerah (PP) melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa yang mengatur pemerintahannya secara tersendiri. Penting

halnya untuk dapat mengkaji arah perkembangan politik hukum pemerintahan

desa, setidaknya berdasarkan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 6

3

Tahun 2014 tentang Desa, karena terdapat beberapa kebijakan dari adanya

hukum baru yang terlihat berdasarkan undang undang, diantaranya adalah

dana desa (DD) untuk desa yang secara langsung berasal dari anggaran

pendapatann dan belanja negara (APBN).

Setelah disahkannya Undang- Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,

terdapat banyak perubahan yang dialami oleh desa, kini pemerintah desa dan

masyarakat dituntut untuk melakukan pembangunan di desanya. Tujuan dari

diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 ini adalah upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pembangunan desa yang lebih merata melalui perbaikan

fungsi desa dalam hal pelayanan publik, pemberdayaan perekonomian desa,

serta pembinaan kemasyarakatan desa maupun pemberdayaan masyarakat

desa (Pratiwi, 2015). Pemerintah Desa yang sebelumnya hanya berperan

sebagai pelaksana kebijakan Pemerintah Daerah, kini telah dituntut untuk

mampu menyelenggarakan pembangunan desanya sendiri serta mendorong

masyarakatnya untuk ikut serta berperan aktif dalam pembangunan wilayahnya.

Terbentuknya UU Desa ini menciptakan kepastian hukum dan kejelasan

status dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. UU Desa juga

memberikan jaminan yang lebih pasti mengenai dukungan keuangan berupa

penerimaan dana dari pemerintah pusat melalui anggaran negara dan daerah

yang jumlahnya berlipat dari yang sebelumnya desa pernah terima. Selain itu,

UU Desa memberikan dorongan serta motivasi kepada semua stakeholder

untuk bersama-sama memajukan desa. Sehingga dengan ini, Pemerintah Desa

dipacu untuk profesional, terbuka, bertanggung jawab dan efektif serta efisien

dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Sedangkan masyarakat didorong

untuk ikut andil dalam pembangunan baik dalam segi prakarsa, gerakan,

maupun partisipasi aktif (Pratiwi, 2016). Kemudian menurut Manopo (2015),

dengan adanya Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 mengenai Desa,

4

_______________________

1Disampaikan oleh Kemendes PDTT, Arwan Sanusi

(http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/ObzBe1gb-penerima-dana-desa-capai-74-954-

desa-di-2017/ diakses pada 7 Februari 2017)

mengembalikan desa sebagai bagian dari hak masyarakat, dengan ini otonomi

desa akan hadir, dimana tentuny desa menyelenggarakan pemerintahan secara

mandiri, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga segala

penyelenggaran pemerintahan maupun pembangunan desa diharapkan adanya

kemandirian, prakarsa, dan partisipasi masyarakat masyarakat itu sendiri.

Dimana juga desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berdasarkan asal-usul

dan adat istiadatnya.

Pada tahun 2017, terdapat peningkatan jumlah desa dari tahun sebelumnya,

yaitu penambahan sebesar 200 desa menjadi 74.954.1 Peningkatan tersebut

terjadi akibat bertambahnya jumlah desa setelah adanya pemekaran wilayah.

Kemudian menurut Sekertaris Jenderal Kementrian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Arwan Sanusi mengatakan,

terdapat beberapa perbaikan sistem terkait tahap pencairan dana desa,

pencairan dana desa sendiri sekarang dilakukan dua tahap, yaitu pada Maret

sebesar 60 persen dan Agustus sebesar 40 persen. Adanya laporan yang masih

dianggap terlalu tebal dan terlalu kompleks akan disederhanakan dengan

menggunakan formula yang lebih sederhana.

Dari pengalokasian 74.954 Desa, pembagian tersebut diambil dan

didasarkan pada jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, serta tingkat

kesulitan geografis desa yang memperhatikan aspek pemerataan maupun

keadilan. Kemudian cara perhitungan Dana Desa (DD) pada tahun 2017 sama

seperti tahun sebelumnya. 90% dana berdasarkan pada pemerataan dan 10%

sisanya menggunakan formula yang sudah ditentukan.

5

_______________________

2Disampaikan dalam Kebijakan Pengalokasian dan Penyaluran Dana Desa Tahun 2017 di Jakarta, 21 - 24 November 2016 oleh Kementrian Keuangan Republik Indonesia

Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia, dalam Workshop yang

berjudul “Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah mengenai

Perhitungan Pembagian dan Penetapan Rincian DD Tahun 2017”, terdapat

beberapa evaluasi Penyaluran DD yang diambil berdasarkan tahun sebelumnya,

yaitu terdapat keterlambatan dan rendahnya penyaluran DD dari Kab/kota ke

Desa2:

1. Sebagian Dearah terlambat menetapkan Perbup/perwali tentang

pengalokasian Dana Desa per Desa.

2. Sebagian dari daerah harus merubah penetapan alokasi Dana Desa per

desa karena jumlah desanya berbeda dengan yang ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri.

3. Sebagian Daerah belum dapat memasukkan Dana Desa dalam APBD

induk.

4. Sebagian Daerah terlambat menetapkan Perbup/Perwali tentang Pedoman

pengalolaan Keuangan Desa dan tentang pengadaan barang/jasa di Desa.

5. Terdapat daerah belum berani menyalurkan Dana Desa ke Desa dan

sebagian desa belum berani menggunakan dana desa karena belum ada

pendamping desa.

6. Sebagian Daerah menambahkan persyaratan penyaluran Dana Desa dari

RKUD ke Rekening Kas Desa, berupa dokumen RPJMDes dan RKPDes,

yang semakin menyulitkan bagi desa untuk segera menerima Dana Desa.

7. Sebagian daerah memeriksa dokumen pertanggungjawaban Dana Desa

sebagai syarat penyaluran tahapan.

8. Kekhawatiran perangkat desa terjerat kasus hukum.

9. Sebagian Desa belum menetapkan APBDesa.

6

Kemudian selanjutnya, terdapat beberapa evaluasi penting terhadap

Penggunaan DD dari tahun sebelumnya, diantaranya yaitu :

1. Masih adanya penggunaan Dana Desa di luar prioritas penggunaan

2. Pengeluaran Dana Desa tidak didukung dengan bukti yang memadai

3. Hasil pengadaan tidak dapat digunakan/dimanfaatkan;

4. Pekerjaan konstruksi dilakukan seluruhnya oleh Pihak Ketiga;

5. Adanya kelebihan dalam perhitungan volume RAB.

Menurut BPK, ada perbedaan antara Dana Desa dan Alokasi Dana Desa.

Untuk Dana Desa, artinya “dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan

bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat”. Kemudian selanjutnya, “Alokasi Dana Desa atau

yang disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah

dikurangi Dana Alokasi Khusus” (Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan, 2015).

Menurut Putra (2013), ada beberapa hal, mengapa desa sangat

membutuhkan sumber pendapatan, diantaranya yaitu: “1) Desa memiliki

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang kecil dan sumber

pendapatannya sangat bergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. 2)

Kesejahteraan masyarakat desa yang rendah sehingga sulit bagi desa

mempunyai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. 3) Masalah itu diikuti

dengan rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan publik.

4)Banyak program pembangunan masuk ke desa akan tetapi hanya dikelola oleh

7

Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan karena program tersebut tidak

memberikan akses pembelajaran bagi Desa, dan program itu bersifat top down

sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya.”

Tabel 1.1 : Roadmap Dana Desa Tahun Anggaran 2015-2019

Sumber : Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Kebijakan Dana Desa TA 2016.

Tabel di atas menjelaskan bahwa Alokasi Transfer ke Daerah Tahun

Anggaran 2017-2019 berdasarkan Medium-Term Budget Framework. Menurut

Kementrian Keuangan R.I. sendiri Medium Term Budget Framework (MTBF)

atau kerangka APBN Jangka Menengah adalah informasi mengenai kerangka

penerimaan, belanja, dan pembiayaan dalam jangka menengah yang disajikan

secara terbuka kepada publik, yang setiap tahun akan diperbaharui dan

disesuaikan dengan perkembangan kondisi ekonomi makro dan berbagai

kebijakan fiskal Pemerintah lainnya. Adanya peningkatan anggaran dana desa

tiap tahunnya, merupakan sebuah komitmen bagi pemerintah untuk mendorong

kegiatan ekonomi di pedesaan. Target pemerntah pada tahun 2019, akan

mengalokasikan dana desa sebesar 111,8 Trliun. Jadi, pada akhir periode

8

_______________________

3 Disampaikan oleh Mentri Desa PDTT, bapak Eko (http://bisnis.liputan6.com/read/2630021/di-

2019-tiap-desa-bakal-terima-dana-sebesar-rp-15-miliar / diakses pada tanggal 9 februari 2017)

pemerintahan Jokowi-JK, rata-rata desa akan mendapatkan dana sebesar Rp 1,5

miliar.3 Sehingga di tahun 2019 nanti, sesuai target pemerintah akan tercipta 15

ribu desa mandiri dan maju.

Adanya peningkatan anggaran dana desa ini berkaitan dengan upaya

pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan. Karena pada rapat penyusunan RAPBN tahun

2017, menyebutkan bahwa “pada tahun 2016 ini, situasi ekonomi global masih

banyak tantangan, dimana pertumbuhan ekonomi global belum sepenuhnya

pulih, harga komoditi masih relatif rendah, serta perdagangan dunia yang

melambat. Adanya situasi tersebut berimbas pada perekonomian banyak negara,

termasuk Indonesia, sehingga perlu dilakukan penyesuaian kebijakan atas

kondisi terkini, antara lain dengan menjaga daya beli masyarakat dan percepatan

belanja Pemerintah, sehingga perekonomian Indonesia dapat tumbuh 5 persen

pada semester I tahun 2016.”

Lemahnya kondisi ekonomi tersebut akan diperkirakan hingga 2017, dengan

ini fokus pemerintah terus mengefektifkan belanjanya sesuai dengan prioritas,

seperti membangun infrastruktur, peningkatan kualitas SDM (terutama pada

kesehatan dan pendidikan), serta memperkecil kesenjangan. Kemudian,

meningkatkan investasi, yaitu dengan cara memperbaiki dan memudahkan iklim

kegiatan dunia usaha, dengan melalui paket kebijakan yang telah diluncurkan

atau yang akan dilaksanakan. Sehingga, adanya langkah tersebut tentunya

menciptakan pembangunan yang lebih berkualitas maupun berkesinambungan,

birokrasi akan semakin efisiensi, dan bangsa akan semakin mandiri.

9

_______________________

4Pada Keterangan Pers RAPBN 2017 Kementrian Keuangan R.I.

Tabel 1.2 : APBNP 2016 dan RAPBN 2017

Sumber : Direktorat Jenderal Anggaran, Kementrian Keuangan R.I.

Pada tabel 1.2, dijelaskan bahwa “belanja negara tahun 2017 direncanakan

sebesar Rp2.070,5 triliun, yang meliputi Belanja Pemerintah Pusat sebesar

Rp1.310,4 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp760,0

triliun. Belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN tahun 2017 akan diarahkan

untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan, antara lain dengan (1)

memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata; (2) mengurangi

kemiskinan; (3) mengurangi pengangguran; (4) mengendalikan inflasi. Selain itu,

Pemerintah juga akan terus meningkatkan kualitas belanja pemerintah pusat

melalui penajaman efisiensi dan efektivitasnya, dengan mengarahkan

pemanfaatannya untuk belanja produktif dan prioritas, termasuk program

perlindungan sosial.” 4 (Kementrian Keuangan. 2017)

10

Selanjutnya, dalam Keterangan Pers RAPBN (2017) yang membahas

tentang “Meningkatkan Daya Saing dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

yang Berkelanjutan” dijelaskan pada “belanja Transfer ke Daerah dan Dana

Desa dalam RAPBN tahun 2017 akan dilakukan konsolidasi sesuai dengan

perkembangan kapasitas fiskal dan efektifitas alokasinya, antara lain melalui:

penyempurnaan pengalokasian dan pelaksanaan Dana Transfer Khusus,

pemberian insentif yang lebih besar kepada daerah yang berkinerja baik dalam

kinerja keuangan, pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta

peningkatan Dana Desa untuk mempercepat pembangunan dari pinggiran sesuai

nawacita. Dengan adanya program dana desa dan pembentukan badan usaha

milik desa (BUMDes) ini Indonesia telah menjadi negara pertama di dunia yang

memberikan otonomi kepada desa untuk membangun perekonomiannya

sendiri.”5

Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas

masyarakat, desa memiliki hak untuk mendapatkan dana perimbangan yang

bersumber dari bagian pajak daerah dan retribusi daerah tertentu dan dana

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang dimana diterima oleh

pemerintah daerah. Agar dapat mengelola serta mempertanggungjawabkan dari

penggunaan dana tersebut, tentunya pemerintah desa harus memahami terkait

bagaimana pengelolaan manajemen keuangan desa.

Namun, berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya terdapat beberapa

keterbatasan pada desa yang mempengaruhi aktivitas pengelolaan keuangan

Dana Desa. Seperti Penelitian yang dilakukan Wasistino dan Tahir (2006)

dalam Pratiwi (2016) mengatakan bahwa keterbatasan yang biasanya dialami

oleh Pemerintah Desa terletak pada minimnya kualitas sumber daya manusia

yang masih dimiliki oleh aparatur desa yang mengakibatkan rendahnya

11

kemampuan perencanaan sehingga mengakibatkan kurang efektifnya program

yang dihasilkan. Kemudian Prasetyo dan Muis (2016), dalam Pratiwi (2016)

juga berkesimpulan bahwa masih ada risiko pengelolaan keuangan desa tidak

dapat dilakukan secara transparan dan akuntabel. Selain itu, belum

sempurnanya kebijakan tentang organisasi Pemerintah Desa mengharuskan

diberlakukannya beberapa aturan pelaksana baik sebagai pedoman maupun

petunjuk operasional.

Dimana juga motivasi peneliti melakukan penelitian tentang Dana Desa ini

adalah untuk membandingkan bagaimana perubahan yang terjadi semenjak

munculnya Dana Desa ini. Kemudian membandingkan dengan hasil penelitian

sebelumnya, jika penelitian-penelitian lain mengenai Dana Desa di lingkup

pulau jawa, dimana desanya sudah cenderung maju & mendapatkan fasilitas

yang cukup, namun penelitian ini akan melihat perkembangan dana desa di luar

jawa, yaitu di Desa Bajur, Kabupaten Lombok Barat. Dengan adanya penelitian

Dana Desa ini, diharapkan kedepan dapat memberikan masukan kepada

pemerintah desa maupun memerintah kota terhadap berbagai permasalahan

yang ada.

Dengan ini, masyarakat pun dituntut untuk lebih peduli dan ikut mengawal

pelaksanaan UU Desa dan keberlanjutan pembangunan desa. Masyarakat perlu

diedukasi bahwa akuntabilitas adalah salah satu bentuk tanggungjawab

Pemerintah Desa dan hak masyarakat agar fungsi kontrol dapat berlangsung

dengan baik. Peran pemerintah terletak pada pendampingan dan pengawasan

keberlangsungan aktivitas pemerintahan di desa. Oleh karena itu, dibutuhkan

adanya pedoman teknis dan sisdur (Sistem dan Prosedur) yang mendukung

pelaksanaan atau implementasi UU Desa. Merespon hal tersebut maka

pemerintah mengeluarkan 2 Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang

pertama adalah PP No. 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan UU No. 6

12

tahun 2014 yang kemudian diturunkan kembali dalam beberapa Permendagri

dan Permendes, yaitu Permendagri No. 111 tahun 2014 tentang pedoman teknis

peraturan di desa, Permendagri No. 112 tahun 2014 tentang pemilihan kepala

desa, Permendagri No. 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa,

Permendagri No. 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa,

Permendes No. 1 tahun 2015 tentang pedoman kewenangan lokal berskala

desa, Permendes No. 2 tahun 2015 tentang musyawarah desa, dan Permendes

No. 3 tahun 2015 tentang pendampingan desa. Peraturan Pemerintah yang

kedua adalah PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari

APBN yang sekarang disempurnakan melalui PP. No. 22 Tahun 2015.

Pemerintah Desa juga sebagai pengelola dan pemangku kebijakan di desa

harus dapat menyelenggarakan pengelolaan secara profesional, efektif dan

efisien agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Dengan

didasarkannya pada prinsip-prinsip manajemen publik yang baik agar

terhindarkan dari tindakan buruk seperti penyimpangan, penyelewengan,

penggelapan, dan tindakan merugikan lainnya. Karena pada dasarnya di dalam

pengelolaan keuangan terdapat beberapa tahap kegiatan, meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban keuangan desa.

1.2 Rumusan Masalah

Identifikasi masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana Dana Desa (DD)

dapat digunakan sebagai instrumen dalam memandirikan serta mengembangkan

desa di Kabupaten Lombok Barat. Sesuai dengan fokus penelitian ini, maka

rumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah mekanisme tata kelola dana desa (DD) di Desa Bajur Kabupaten

Lombok Barat sudah sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang?

13

2. Apa sajakah yang menjadi kendala maupun faktor pendukung kesuksesan

dalam melaksanakan program dana desa di Desa Bajur?

3. Apa saja dampak serta manfaat dari dana desa terhadap pembangunan

pedesaan di Desa Bajur?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah tersebut, maka penelitian ini mengkaji terkait

implementasi DD dalam dalam mengembangkan dan memandirikan desa.

Secara spesifiknya, tujan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui mekanisme tata kelola Dana Desa (DD) di Desa Bajur

Kabupaten Lombok Barat.

2. Mengetahui dan mengidentifikasi kendala serta faktor pendukung

kesuksesan dalam melaksanakan program DD di Desa Bajur.

3. Mengetahui dampak DD terhadap pembangunan pedesaan di Desa Bajur

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran teoritis terkait

manfaat Dana Desa terhadap pembangunan serta kemandirian desa. Selain

menerapkan teori di bangku perkuliahan, penelitian ini khususnya digunakan

sebagai solusi alternatif dalam mengatasi serta memecahkan masalahan

terkait faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengalokasian Dana

Desa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan masukan bagi

semua pihak,khususnya pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan

14

untuk mengetahui bagaimana efektifitas serta permasalahan-permasalahan

dan faktor penunjang terkait pelaksanaan DD. Selanjutnya hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan bagi masyarakat untuk

mengetahui mekanisme, penyelenggaraan, serta manfaat dari pelaksanaan

DD. Terakhir, peneltian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain terkait

program DD sehingga dapat memberikan gambaran, wawasa, pengetahuan

dan informasi sebagai acuan atau pedoman dalam penulisan.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Otonomi Daerah dan Desentralisasi

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Dengan adanya Reformasi, setiap orang maupun daerah bebas untuk

menyuarakan keadilan, baik itu ekonomi, politik, sosial budaya, maupun

pelayanan. Pembangunan selama masa Orde Baru yang berkuasa selama

sekitar 32 tahun telah banyak menimbulkan kesenjangan dan rasa ketidakadilan

(Pasaribu, 2013). Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan investasi

antardaerah, dimana pendapatan daerah yang masih dikuasai oleh pemerintah

pusat, kesenjangan regional, serta kebijakan investasi yang terpusat. Dalam

upaya mengatasi hal tersebut, maka tentunya adanya otonomi daerah

merupakan salah satu cara alternatif untuk memberdayakan sumber daya alam

(SDA) yang dimiliki oleh setiap daerah dan sumber daya manusia (SDM) demi

kesejahteraan rakyatnya.

Otonomi secara sederhana diartikan sebagai “mandiri”, sedangkan dalam

segi besarnya adalah “berdaya”. Sehingga otonomi daerah yang dimaksud pada

penjelasan di atas adalah pembagian kewenangan dari pemerintahan kepada

pemerintah daerah untuk membuat keputusan secara mandiri atau berdaya

mengenai kepentingan daerahnya sendiri.Kemudian dalam UU No.32 Tahun

2004 tentang prinsip pelaksanaan otonomi daerah sendiri adalah otonomi

seluas-luasnya atau dalam arti daerah mendapatknan wewenang untuk

mengatur maupun mengurus urusan pemerintahan yang menjadi urusan

pemerintahan, sebagaimana telah ditetapkan dalam undang-undang.

16

Sedangkan desentralisasi adalah pemindahan kewenangan

menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah. Kemudian, pengertian menurut Shahid Javid Burki beserta

kawan-kawannya, desentralisasisuatu proses pemindahan kekuasaan politik dan

fiskal, administratif fiskal kepada unit atau bagian dari pemerintah pusat menuju

pemerintah daerah.

Sehingga, otonomi daerah sendiri tentunya dapat diartikan sebagai

pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pada

pola pikir seperti ini, otonomi daerah merupakan suatu instrumen politik serta

instrumen administrasi / manajemen yang tentunya digunakan untuk

pengoptimalan sumber daya lokal, sehingga dengan ini sumber daya tersebut

dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memajukan masyarakat di daerah

sendiri, terutama ketika harus menghadapi tantangan global serta mendorong

pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreativitas masyarakat,

meningkatkan peran serta mereka, dan mengembangkan demokrasi.

Sebagaimana diketahui bahwa adanya “pemerintah daerah” di Indonesia

tentunya tidak terjadi begitu saja. Nama “ Negara Kesatuan Republik Indonesia”

di Indonesia juga sangat identik dengan sentralistik, yang berarti kekuasaan

terpusat. Sebuah perubahan dari sentralistik kearah desentralisasi, pada

akhirnya muncul pelaksanaan local government, yang tentunya memiliki tiga

esensi penting(Muluk 2006:63), pertama pemerintah daerah merupakan bagian

penting dalam melaksanakan fungsi dari desentralisasi, kedua pemerintah

daerah harus mengacu pada fungsi daripada desentralisasi, ketiga sebagai

daerah otonomi, lokalitas harus membentuh hukumnya sendiri walaupun masih

belum berdaulat, tetapi memiliki hak untuk mururus wilayahnya sendiri.

17

2.1.2 Peran Pemerintah daerah yang desentrakistik

Setelah Orde Baru, kebijakan otonomi daerah telah efektif sejak 1 Januari

2001. Otonomi daerah, yang dapat didefinisikan sebagai kebebasan serta

kekuatan untuk mengatur rumah tangga mereka sendiri, membuat pemerintah

pusat tidak lagi mengatur perumusan kebijakan publik di daerah. Dengan ini,

proses pengambilan keputusan berubah dari awalnya pusat – daerah, sekarang

menjdai daerah – pusat. Setelah dilihat dari perspektif kehidupan politik, dengan

adanya fenomena tersebut menunjukkan ke arah yang benar, yaitu menuju

politik yang lebih demokratis. Tetapi tidak menutup keungkinan hal ini menyeret

kita kembali kepada pemerintahanyang otoriter dan menjadi sebuah arus balik.

(Rosalinda, 2014)

Pada tahun 1999, adanya kebijakan desentralisasi telah mengubah sistem di

dalam pemerintahan menjadi desentralistik, yang dimana telah memberi

kewenangan secara luas kepada kepala daerah masing-masing untuk mengurus

dan mengatur kehidupan masyarakatnya sesuai dengan sumber daya yang

dimilikinya. Walaupun demikian, pelaksanaan otonom tersebut yang berdasarkan

UU no. 22/1999 telah memunculkan dua pandangan yang berbeda. Pertama,

adanya otonom ini akan mendorong daerah untuk meningkatkan aktivitas

penyelenggaraan pemerintahnya , karena kewenangan yang diberikan kepada

kabupaten semakin besar. Kedua, adanya otonomi daerah akan menimbulkan

inefisiensi maupun inefektivitas, karena dari kewenangan tersebut terlalu besar

dan akan memunculkan eksklusivisme daerah yang kaku.

2.2 Definisi dan Peran Desa

Menurut Ndraha (1984, h.3) dalam Rosalinda (2014) pengertian secara

resmi terkait desa yang tercantum dalam Undang-undang adalah :

18

Pengertian Desa dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 ialah “suatu wilayah yang

ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat,termasuk di

dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi

pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 “desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang

diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Ini berarti desa merupakan suatu pemerintahan yang mandiri yang berada di

dalam sub sistem Pemerintahan Nasional dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.”

UU Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa “desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Selanjutnya menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun

2014 tentang desa, “desa adalah kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh

wilayah yang kemudian memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui.”

2.2.1 Wewenang Desa

PadaUUNo. 6 Tahun 2014, undang-undang seperti yang disebut dalam bab

1 memberikan kewenangan yang lebih besar dalam menjalankan pemerintahan

desa :

19

1) Kewenangan Penyelenggaraan PemerintahanDesa,

2) Pelaksanaan PembangunanDesa,

3) Pembinaan kemasyarakatan Desa,dan

4) Pemberdayaan masyarakatDesa.

Itu semua adalah apa yang dimaksud dalam undang-undang tersebut.

2.2.2 Keuangan Desa dan Kekayaan (Asset) Desa

a. Keuangan Desa

Keuangan desa adalahseluruh hak maupun kewajiban dalam

maksudenyelenggarakan pemerintahan desa, yang dapat dikaitkan

dengankeuangan, termasuk didalamnya juga terdapat segala jenis kekayaan

yang berhubungan dengan hak maupun kewajiban desa tersebut (BPKP D.

2015).

b. Kekayaan (Asset) Desa

Pada Peraturan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 76

menerangkan bahwa Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat,

Pasar Desa, pasar hewan, tambahan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan,

pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, Pemandian

umum, dan aset lainnya milik Desa.

2.3 Pengelolaan Keuangan Desa

dalamPermendagri 113 Tahun 2014 terkait Pengelolaan Keuangan Desa.

Adapun dari Keuangan desa dikelola berdasarkan 4 asas, asas-asas tersebut

adalah 1) transparan;2) akuntabel;3)partisipatif; serta 4)dilakukan dengan tata

tertib dan disiplin anggaran. Pada pengelolaan keuangan desa, pengelolaanya

dilakukan dalam masa satu tahun anggara, yakni dimulai dari tanggal 1 Januari

(awal tahun)hingga tanggal 31 Desamber. Dalam hal ini, adapun

pengelolaanyatentutidak terlepas dari Kepala Desa maupun perangkat Desa

20

lainnya. Menurut undang-undang tersebut, siklus pengelolaan keuangan desa

meliputi proses 1)perencanaan;2)pelaksanaan; 3)penatausahaan;4)pelaporan;

dan terakhir 5)pertanggungjawaban.Gambaran rincian mengenai Siklus

Pengelolaan Keuangan Desa tergambar sebagai di bawah ini:

Gambar 2.1 : Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Sumber : Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, 2015

Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa, tentunya terdapat

banyak aturan yang memang harus dipahami sepenuhnya serta pastinya harus

dilaksanakan tepat dengan adanya batasan waktu yang telah diberikan,

tercantum pada aturan tersebut.

21

2.3.1 Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Dalam Juklak Bimkom Pengelolaan Keuangan Desa (2015) menjelaskan

“bahwa Keuangan Desa harus dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan

yang baik. Dimana asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana

tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu transparan,

akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran”,

dengan uraian sebagai berikut:

Gambar 2.2 : Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Diolah dari : Permendagri No. 113/2014, Bab II, Pasal 2, Ayat (1)

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

22

penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan

yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus

mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

2.3.2 Struktur Tata Kelola Keuangan Desa

Pada struktur tata kelola keuangannya, kekuasaan dari Pengelolaan

Keuangan Desa dipegang tentunya oleh Kepala Desa. Akan tatapi dalam

pelaksanaannya, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada

perangkat desa. Sehingga dengan demikian pelaksanaan dari pengelolaan

keuangan secara bersamaan dilakukan oleh Kepala Desa beserta tim Pelaksana

Teknis Pengelolaan Keuangan Desa atau yang disebut jugaPTPKD. Tentunya

struktur organisasi sangat penting untuk mengetahui tugas dan wewenangnya

masing-masing. Ilustrasi gambaran dari Struktur Organisasi Pengelolaan

Keuangan yang ada pada pemerintah desa dapat digambarkan seperti berikut

ini:

23

Gambar 2.3 : Struktur Pengelolaan Keuangan Desa

Sumber : Juklak Bimkon Keuangan Desa, 2015.

Dalam siklus dari pengelolaan keuangan desa, merupakan tugas maupun

tanggung jawab dari KepalaDesa serta Pelaksana Teknis Pengelolaan

Keuangan Desa atau PTPKD. Adapun bagian dari tim PTPKDadalahSekretaris

Desa, Kepala Seksi (Kasi) dan Bendahara Desa (Juklak Bimkon Keuangan

Desa, 2015).

1. Kepala Desa

Pada Permendagri sebelumnya, yaitu No. 113 tahun 2014, dijelaskan

bahwaseorang Kepala Desa (Kades) merupakan pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan desa serta mewakili pemerintah desa (Pemdes)

24

dalam kepemilikan asset atau kekayaan milik desa yang telahdipisahkan.

Selanjutnya, Kepala desa juga selaku pemegang dari kekuasaan

pengelolaan desa.

Jabatan yang dipegang oleh Kepala Desa yaitu selama 6 tahun,

terhitung tanggal pelantikannya serta paling lama menjabat selama 3 kali

berturut-turut atau tidak secara berurutan. Dalam melaksanakan

kekuasaan sebagai pengelola keuangan desa, Kades dibantu oleh tim

PTPKD. Tim PTPKD sendiri yaitu sekertris, kepala seksi dan bendahara.

Mereka dipilih oleh kepala desa.

2. Sekretaris Desa

Dalam Juklak Bimkom (2015) Sekretaris desa memiliki peran sebagai

koordinator PTPKD yang membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa. Tugasnya adalah seperti menyusun dan

melaksanakan pengelolaan APBDes, menyusun pelaporan dan

pertanggungjawaban, mendapatkan pelimpahan kewenangan dari kades

dalam pengelolaan keuangannya, dll.

3. Kepala Seksi bidangnya

Kepala seksi atau disingkat Kasi merupakan salah satu bagian dari

tim PTPKD,dimana mereka yang bertindak sebagai pelaksana

kegiatannya sesuai dengan masing-masingbidangnya. Berpedoman pada

PP No.43 Tahun 2014 pasal 64 mengenai banyaknya seksi, bahwa

memang paling maksimal terdiri 3 seksi.Kepala Seksi juga mempunyai

tanggung jawab dan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;

b. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga

Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APB Desa;

25

c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban

anggaran belanja kegiatan;

d. Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan

dalam buku pembantu kas kegiatan;

e. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala

Desa;

f. Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti-bukti

pendukung atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

4. Bendahara Desa

Selanjutnya, unsur PTPKD yang dipegang oleh kepala(kades)

maupun staff urusan keuangan (Kaur) dan memiliki tugas membantu

Sekretaris Desa salah satunya adalah Bendahara Desa. Bendahara Desa

memiliki tugas mengelola keuangan desa sepertidiantaranya penerimaan

pendapatan desa (PAD) dan pengeluaran maupun pembiayaan dalam

melaksanakan APB Desa. Dani penatausahaan tersebut wajib dilakukan

sesuai prosedur, yaitu dengan menggunakan buku kas pembantu pajak ,

buku kas umum,serta buku bank.

2.3.3 Mekanisme Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Permendagri No.113 Tahun 2014, terdapat beberapa

mekanisme utama dalam pengelolaan keuangan desa diantaranya adalah

seluruh kegiatan dari awal hingga akhir yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan

desa.

2.3.3.1 Perencanaan KeuanganDesa

Pada tahap ini, Pemerintah Desa (Pemdes) menyusun berbagai

perencanaan pembangunan desa, dimana perencanaan tersebut sesuai

26

dengan kewenangannya, tetapi tetap mengacu pada perencanaan

pembangunan kabupaten/kota (RPJM). Di dalam perencanaan

Pembangunan Desa tentunya meliputi RPJM Desa serta RKP Desa

yangsecara berjangka disusun atau ditetapkan sesuai dengan Peraturan

Desa (Perdes). Selanjutnya untuk Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa atau RPJM Desaitu berjangka waktu 6 tahun, kemudian

selanjutnya Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP) sebagai Rencana

Pembangunan Tahunan Desa yangberjangka waktu 1 tahun. RKP Desa

ituadalahhasil dari apa yang tercantum pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa. Kemudian, perencanaan pembangunan desa

sendiri disusun maupun dibuat berdasarkan hasil dari kesepakatan

masyarakat, pemerintah, maupun lembaga desa pada musyawarah desa,

dimana pelaksanaannya setidaknya paling lambat dilakukanpada bulan

Junidi tahun berjalannya anggaran. Berikut penjelasannya :

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa atau RPJMDesa

Pada saatpenyusunan RPJM Desa, Desa wajib mengadakan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa ata disebut

Musrenbangdes, dimana dilakukan secara partisipatif yang tentunya

diadakan oleh pemerintah desa. Musrenbangdes tentunya diikuti oleh

pemerintah desa, unsur masyarakat desa yang terdiri dari tokoh

agama, tokoh adat, maupun lapisan lainnya, Badan Permusyawaratan

Desa. RPJM Desa setidaknya dibuatpada jangka waktu setidaknya

tidak lebih dari3 (tiga) bulan,dihitung sejak tanggal atau hari

pelantikan daripada kepaladesa.

2. Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)

Penyusunan RKP Desa oleh Pemerintah Desa (Pemdes) harus

27

sesuai dengan apa yang tercantum dalam informasi pemerintah

daerah kabupaten maupun kota, dimana harus berkaitan dengan pagu

indikatif desa maupun rencana kegiatan pemerintah, provinsi, maupun

pemerintah daerah kabupaten/kota. Pada bulan Juli pemerintah harus

menyusun RKP desa, dan paling lambat ditetapkan bulan september

tahun anggaran berjalan.

Pada Rancangan RKP Desa tentunya dilampirkan juga Rencana

Kegiatan serta Rencana Anggaran Biaya atau RAB didalamnya,yang

telah dicek maupun diperiksa oleh tim verifikasi. Kemudian,

Musrenbangdes diselenggarakan oleh Kepala Desa yang

dilaksanakan untuk membahas dan menyepakati dari rancangan

RKP Desa tersebut. Pada juklak Bimkom (2015) Rancangan RKP

Desa memuat adanya rencana penyelenggaraan pemerintahan desa

(Pemdes), pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat

desa, serta pemberdayaan masyarakat desa.Tentunya di dalam

rancangan RKP Desa berisi program prioritas dan kegiatan yang

didanai:

a) Pagu indikatifdesa.

b) Swadaya masyarakatdesa.

c) Pendapatan AsliDesa.

d) Bantuan keuangan dari pihakketiga, serta

e) Bantuan keuangan dari pemerintah provinsi (pemprov),

danpemerintah daerahkabupaten atau kota.

Dengan demikian, RKP Desa akan menjadi dasar dalam

berbagai penyusunan RAPB Desa. Selanjutnya, dalam Permendagri

No. 114 Tahun 2014, yaitu terkait Pedoman Pembangunan Desa, di

dalamnya mengatur teknis penyusunan RPJM Des maupun RKP

28

Desa, sedangkan untuk terkait penggunaan prioritas Dana Desa

terutama pada tahun 2015 sudahdimasukkanpada Peraturan Menteri

Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor.5 terkait Penetapan Prioritas

Penggunaan Dana Desa pada Tahun2015.Rancangan peraturan

Desa mengenaiRencana Kerja Pemerintahdesa (RKP)

dibahassertadisepakatisecara bersama-sama oleh Kadesbeserta

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)dimana untuk selanjutnya

dijadikan Peraturan DesaterkaitRKP Desa.

2.3.3.2Proses Penganggaran

Menurut Widodo dalam Pratiwi (2016), penganggaran adalah

proses merancang kebutuhan dana yang direncanakan dan akan

digunakan untuk membiayai program serta kegiatan desa di bidang

pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan.Sedangkan

menurut Nordiawan dalam Rahmawati (2015), “anggaran merupakan

sebuah rencana financial yang menyatakan rencana-rencana organisasi

untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain dapat mengembangkan

kapasitas organisasi dalam pelayanan, estimasi besarnya biaya yang

harus dikeluarkan dalam merealisasikan rencana tersebut, perkiraan

sumber-sumber mana saja yang akan menghasilkan pemasukan serta

seberapa besar pemasukan tersebut.”

Setelah RKP Desa dibuat maka proses penyusunan APB Desa

dilaksanakan. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran sebagaimana

dibahas dalam RKP Desa dijadikan acuan dalam proses penganggaran.

Selanjutnya, APB Desa (anggaran penetapan & belanja desa) adalah

rencana anggaran tahunan pemerintah desa yang telahdinetapkan

untuk membuat program dan kegiatan yang berada di bawah

29

kewenangan desa.

Dalam Juklak Bimkom (2015), Urutan dalam Proses Penyusunan

APB Desa dimulai sebagai berikut:

1. Pelaksana Kegiatan menyampaian usulan anggaran kegiatan

kepada Sekretaris Desa berdasarkan RKP Desa yang

telahditetapkann;

2. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB Desa)

disusun oleh sekertaris Desa dan disampaikan kepada

KepalaDesa;

3. Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan

Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama

paling lambat bulan Oktobertahun berjalan antara Kepala Desa

danBPD;

4. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah

disepakati bersama sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh

Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan

lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untukdievaluasi;

5. Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa

paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan

Peraturan Desa tentang APB Desa. Dalam hal Bupati/Walikota

tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka

Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal

Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan

Desa tentang APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum

dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Kepala Desa

30

melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi

tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap

menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa

menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan

Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati/Walikota yang

sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB Desa tahun anggaran

sebelumnya;

6. Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat

tanggal 31 Desember tahun anggaranberjalan.

2.3.3.3 Pelaksanaan

Pelaksanaan program merupakan proses mengelola sumberdaya

manusia dan sumber dana dalam rangkapenyelenggaraan berbagai

kegiatan yang telahdicantumkan atau dirumuskandalam perencanaan

sesuai pada waktu yang telah ditentukan (Widodo dalam Pratiwi, 2016).

Pada pelaksanaan keuangan desa, tentunya terdapat beberapadasar

prinsip yang wajib ditaati yang mencakup terkait penerimaan serta

pengeluaran. Prinsip itu mengatakan bahwa seluruh penerimaan maupun

pengeluaran desa tentunya dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa

(RKD). Pada pencairan dana dalam Rekening Kas Desa, selanjutnya

ditandatangani oleh Kadesmaupun Bendahara Desa. Tetapi,

khususnyauntuk desa-desa yang belum ada/ belum terdapat pelayanan

perbankan di wilayahnya, dengan demikian aturan selanjutnya akan

ditetapkan oleh pemerintah kabupaten atau kota. Sehingga, dengan

adanya pengaturan tersebut, tentunyaproses pembayaran yang dilakukan

kepada pihak ketiga dilakukan dengan transfer ke rekening bank daripada

31

pihak ketigatersebut. Seluruh penerimaan maupun pengeluaran yang

dilakukan desa harus disertai dengan bukti yang kuat maupun sah,

sebagaimana yang tercantum dalam permendagri 113 Tahun 2014, pasal

24 ayat 3. Bukti transaksi yang baik adalah dimana yang di dalamnya

tercantumkan pihak serta jabatan yang membuat, yang menyetujui,yang

memverifikasi, dan yang menerima. Misalnya, Contoh bukti transaksi

tersebut diantaranya adalah faktur, kwitansi, surat penerimaan barang,

surat perjanjian, dsb.

2.3.3.4 Penatausahaan Keuangan Desa

Pengertian dari penatausahaan Keuangan Desa yaituprosess

pencatatan yang pada dasrnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Pada

penatausahaan keuangan ini, bendahara Desa tentunya diwajibkan

untukmencatatan seluruh transaksi yang dilakukan oleh desa, baik

berupa transaksi penerimaan ataupun pengeluaran. Disini, bendahara

Desa mencatatan secara detail dan sistematis,serta mencatat seluruh

historidari transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan desa. Pada

penatausahaan keuangannya yang dilakukan oleh Bendahara Desa,

tentunya dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dalam bentuk

pembukuan ataupunbelum menggunakan jurnal akuntansi. Dalam

penatausahaan, baik dalam menerimaataupunmengeluarka kas,

Bendahara Desa tentunya menggunakan (Moedarlis. 2016):

a. Buku Kas Umum,

b. Buku Kas Pembantu Pajak, serta

c. Buku Bank

Bendahara Desa mencatat seluruh pengeluaran ataupun penerimaan

dalam Buku Kas Umum terkait hal yang bersifat tunai. Kemudian,

32

transaksi penerimaan maupun pengeluaran melalui bank atau transfer

dicatat dalam Buku Bank. Selanjutnya pada Buku Kas Pembantu Pajak

juga digunakan oleh Bendahara untuk memudahkan dalam pencatatan

penerimaan uang dimana berasal dari hasil pungutan pajak

ataupencatatan pengeluaran,yaitu penyetoran pajak kepada kas Negara.

Kemudian, khusus untuk pendapatandan pembiayaan, terdapat juga buku

pembantu, yaitu Buku Rincian Pendapatan serta Buku Rincian

Pembiayaan.

2.3.3.5 Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Pada tahap ini, Setelah melakukan pelaksanaan APBDesa,

Kepala Desa diwajibkan untuk melakukan pelaporan terkait realisasi

pelaksanaan APBDesa, yaitu dengan pembuatan laporan realisasi

pelaksanaan APBDesa. Berdasarkan PermendagriNo. 113 tahun 2014

seperti sebelumnya dijelaskan terkait Pedoman Pengelolaan Keuangan

Desa, disebutkan “bahwa Kepala Desa wajib menyampaikan laporan

realisai peleksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa laporan

semester pertama dan semester akhir tahun. Laporan realisasi

pelaksanaan APBDesa semester pertama disampaikan paling lambat

pada akhir bulan Juli tahun berjalan. Sedangkan laporan semester akhir

tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun

berikutnya.” Sesuai tercantum dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014,

dalam pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya terkait

pengelolaan keuangannya, disini kepala desa (kades) memiliki peran

serta kewajiban untuk menyampaikan laporan, laporan tersebut yaitu :

1. Laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada bupati berupa:

33

a. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APB Desa,

disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.

b. Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada

akhir bulan Januari tahun berikutnya.

2. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) setiap akhir

tahun anggaran kepada bupati.

3. LPPD pada akhir masa jabatan kepada bupati

4. Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah desa secara

tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran.

Kemudian, berdasarkan permendagri No 113 Tahun 2014 prosedur

pertanggungjawaban terdiri dari:

1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APB Desa kepada bupati malalui camat setiap akhir

tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APB Desa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan

ini ditetapkan dalam peraturan desa, dan dilampiri :

a. format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APBDesa Tahun Anggaran berkenaan;

b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan; dan

c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah

yang masuk ke desa

2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan paling lambat 1

bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.

34

2.3.4 Pendapatan Desa

Berdasarkan Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa

(2015), Pendapatan Desa meliputi seluruh penerimaan uang yang

disalurkan melalui Rekening Kas Desa (RKD),dimanahal tersebut

adalah hak desa dalam satu tahun anggaran dimana tentunya tidak

perlu dibayarkan kembali oleh desa.

Gambar 2.4 : Aliran Pendapatan Desa

Sumber : Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa, 2015

2.4 Dana Desa

Sesuai komitmen pemerintah untuk menciptakan pembangunan yang

berkualitas serta meningkatkan kemandirian bangsanya. Melalui PPNo.60 Tahun

2014 terkait DD yang bersumber dari APBN, maka setiap desa akan

35

mendapatkan kucuran dana yang telahdianggarkan pada APBN setiap tahunnya.

Besaran Dana Desa yang akandialokasikan ditetapkan melalui Peraturan

Pemerintah No.137 Tahun 2015 (Pratiwi. 2016).

2.4.1 Pengertian Dana Desa

Pengertian Dana Desa yaitu dana yang bersumber dari APBN

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dimana dana tersebut

diperuntukkan bagi desa dan di transfer melalui APBD kabupaten atau

kota dan selanjutnya dana itu digunakan dalam rangka

membiayaipembinaan kemasyarakatan, penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan desa,maupun pemberdayaan masyarakat.

Dana Desa juga dianggarkan oleh pemerintah secara nasional dalam

APBN setiap tahunnya.

Berbeda dengan Alokasi Dana Desa, dimana Dana Desa ini

merupakan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pembangunan

desa dengan kata lain ini merupakan alah satu program unggulan

pemerintah untu memajukan desa. Besar dari Dana Desa ini diambil 10%

dari anggaran transfer APBN ke daerah. Adapun jumlah dana yang di

transfer ke desa menggunakan formula tertentu, yaitu dengan

memperhatikan jumlah penduduk, luas wilayah, maupun anggka

kemiskinannya. Pengalokasiannya juga dengan cara 90% dana tersebut

dibagi rata, sedaagkan sisanya 10% mengikuti formula. Semenjak

adanya usulan Program Dana Desa ini juga terbentuk Undang-undang

tentang desa serta adanya pembentukan kementrian baru, yang disebut

Mentri Desa.

Sedangkan untuk Alokasi Dana Desa itu sudah ada sejak adanya

otonomi daerah. Dana ini merupakan dana bagi hasil yang diterima

36

pemerintah kabupaten, dana ini juga berasal dari APBD, berbeda dengan

DD yang berasal dari APBN. Biasanya jumlah Dana Desa lebih besar dari

Alokasi Dana Desa, namun tidak menutup kemungkinan jika di daerah-

daerah tertentu jumlah Alokasi Dana Desa lebih besar dari Dana

Desanya.

2.4.2 Mekanisme Penyaluran Dana Desa

Dalam penyalurannya, untuk menghindari terjadinya ketimpangan

pembagian Dana Desa di setiap Kabupaten dan desa, maka penghitungan

pembagian Dana Desa tentunya akan dilakukan dengan berdasarkan

alokasi yang dibagi secara merata (90%) dimana setiap wilayah

mendapatkan dana yang sama serta alokasi yang ditentukan maupun

dibagi berdasarkanbeberapa hal, yaitu : jumlah dari penduduk, luas

wilayah, angka kemiskinan,dan tingkat kesulitan geografis sebesar 10%

dari total Dana Desa yang dialokasikan.

Jumlah dari alokasi anggaran nantinya akan digunakan langsung ke

Desa, ditentukan oleh 10% dari dana Transfer Daerah(on top) atau diluar

dana tersebut yang dikirim bertahap. Adapun Anggaran yang bersumber

dari APBN tersebut nantinya akan dihitung berdasarkan dari jumlah desa

serta dialokasikan dengan memperhatikan aspek yang disebutkan tadi,

yaitu : jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan,maupun tingkat

kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan maupun

pemerataan pembangunan Desa. Selanjutnya, dari seluruh formula

tersebut akan dihitung dengan bobot (Pratiwi, 2016):

a. 30% dana berdasarkan jumlah pendudukkabupaten

b. 20% dana didasarkan pada luas wilayahkabupaten atau kota.

37

c. 50% dana berdasarkan angka kemiskinankabupaten atau kota.

Sesuai yang tercantum dalam Permenkeu No. 93/PMK.07/2015 pasal

15, penyaluran DD dilakukan secara bertahap selama tahun anggaran

berjalan, dimana pada tahun 2015 masih dilakukan dengan 3 tahapan

pencairan, dengan ketentuannya sebagai seperti ini :

1. Tahap I bulan April, pencairan dana sebesar 40%

2. Tahap II bulan Agustus,pencairan dana sebesar 40%

3. Tahap III bulan Oktober, pencairan dana sebesar 20%

Namun sekarang pada tahun 2018 ini, penyalurannya sudah diubah

menjadi 2 tahap. Setiap tahap penyalurannya paling lambat dilakukan pada

minggu kedua masing-masing bulan. Apabila Bupati tidak dapat

menyalurkan Dana Desa sesuai ketentuan tersebut maka Menteri dapat

melakukan perintah untuk melakukan penundaan terkait penyaluran DAU

(Dana Alokasi Umum)maupunterkait Dana Bagi Hasil yang telah menjadi

hak Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.

2.4.3 Penggunaan Utama Dana Desa

Tertera dalam Permendes, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi no 5 Tahun 2015 dikatakan bahwa Dana Desa memang

diprioritaskan untuk membiayai belanja dari pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa. Adapun dalam perencanaanya,

penggunaan Dana Desa harus berdasarkan prioritas belanja desa yang

telah dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Desa.

1. Pembangunan

Prioritas penggunaan Dana Desa sendiri dialokasikan untuk mencapai

tujuan dari pembangunan desa, yaitu diantarany peningkatan

38

kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup masyarakat desa, dan

penanggulangan kemiskinan. Tujuan tersebut dicapai melalui beberapa

hal, diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,

pembangunan sarana ataupun prasarana desa, pemanfaatan SDAmaupun

lingkungan secara berkelanjutan, dan terakhir pengembangan potensi

ekonomi lokal.

2. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dalam RPJM Desa dan RKP Desa, setiap tahunnya penggunaan Dana

Desa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat desa yang

difokuskanpada penanggulangan kemiskinan maupun peningkatan akses

atas sumber daya ekonomi, dimana tentunya harus sejalan dengan target

pencapaian.

2.5 Pembangunan Desa

2.5.1 Makna Pembangunan Desa

Makna dari pembangunan masyarakat desa (pedesaan) adalah

“seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi

seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu

dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan

dan potensi sumberdaya alam (SDA) melalui peningkatan kualitas hidup,

ketrampilan dan prakarsa masyarakat” (Rosalinda, 2014).

Pada umumnya, dijelaskan bahwa pembangunan masyarakat

pedesaan dapat didefinisikan sebagai aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka menentukan kebutuhan dan

masalahanya secara bersama-sama. Selanjutnya, Pembangunan

39

masyarakat desa merupakan kegiatan yang terencana untuk menciptakan

kemajuan sosial ekonomi masyarakat tentunya dengan cara meningkatkan

partisipasi masyarakat. Di sisi lain, ada pakar memberikan penjelasan

bahwa pembangunan masyarakat desa merupakan perpaduan dari

pembangunan sosial ekonomi dengan pengorganisasian masyarakat. Pada

pembangunan sektor sosial ekonomi, masyarakat desa tentunya perlu

ditingkatkan kesejahteraanya, dimana juga didukung oleh kelompok

komunitas ataupun organisasi dan tentunya dari partisipasi masyarakat

yang memiliki kapasitaskemampuan, kapabilitas maupun kinerja yan

secara terus menerus tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

2.5.2 Hambatan Pembangunan Desa

Pada prinsipnya pembangunan merupakan suatu proses serta usaha

yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat secara terencanadengan

maksud untuk mencapai tingkat, situasi, maupun kondisi yang lebih baik

dari sebelumnya. Proses pembangunan ini dilaksanakan karena

masyarakat merasa memang tidak puas atau kurang puas dengan

keadaan sebelumnya yang masih dirasa kurang ideal. Namun,tentunya

masih perlu disadari bahwa pembangunan merupakan sebuah proses

evolusi, sehingga masyarakat memang yang perlu melakukannya secara

bertahap sesuai dengan kemampuan maupun sumber daya yang dimiliki

dan juga terkait masalah utama yang sedang dihadapi.

Selanjutnya,berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa masalah

yang seringkali ditemui diberbagai desa, dimana juga perlu mendapat

perhatian dan segera diselesaikan masalahnya, diantaranya adalah:

40

1. Sumber-sumber pembiayaan masih terbatas, baik itu yang berasal

dari kemampuan desa itu sendiri (internal) maupun sumber dana dari

luar (eksternal);

2. Terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia yang berpendidikan

tinggi dan profesional;

3. Masih belum tersusunnya kelembagaan sosial maupun ekonomi yang

mampu melakukan perannya secara efektif;

4. Sistem dan regulasi yang belum terbangun dengan jelas dan tegas;

5. Kurangnya kreativitas serta partisipasi masyarakat secara lebih kritis

maupun lebih rasional.

2.6 Teori Perencanaan Pembangunan

Diana Conyers dan Peten Hits dalam buku An Introduction Development

Planning in the Trird World (1984) menyatakan bahwa “Perencanaan dalah

proses yang kontinyu, yang terdiri dari keputusan atau pillihan dari berbagai cara

untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai

tujuan tertentu dimasa mendatang, sehingga ia mendifinisikan perencanaan

teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran

tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik

oleh Badan Perencanaan Pusat”. Perencanaan juga dapat dikatakan sebagai:

Teknik maupun cara untuk mencapai tujuan serta sasaran tertentu yang telah

sebelumnya telah ditetapkan, dan jugasudah dirumuskan oleh badan perencana

dari pusat.

Menurut Mochamad Hatta dalam buku Perencanaan Pembangunan

Ekonomi menjelaskan bahwa tujuan dari perencanaan yaitu mengadakan suatu

perekonomian nasional yang dapat diatur, yang tujuan serta jalannya

direncanakan. Selanjutnya, menurut Widjojo Nitisastro, “perencanaan pada

asasnya berkisar pada dua hal : pertama adalah penentuan pilihan secara sadar

mengenai tujuan kongkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas

41

dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Yang kedua ialah

pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna

mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang meliputi

jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara cara tersebut diperlukan

ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih

pula.”

Perencanaan pembangunan sendiri ditandai dengan adanya keinginan

ataupunmunculnya tujuan yang memiliki sifat pembangunan. demikianlahapa

yang menjadi perbedaan antara perencanaan pembangunan dengan

perencanaan-perencanaan yang lainnya. Dimana hal yang menjadikanciri khas

dari suatu perencanaan pembangunanadalah (Rownald. B. 2012) :

a. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali

disebut sebagai usaha diversifikasi ekonomi.

b. Usaha perluasan kesempatan kerja.

c. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan

sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini

dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.

d. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih

menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

e. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan

per kapita.

f. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive

justice.

g. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Menurut Rowland B.F. Pasaribu dalam buku Ekonomi Pembangunan (2012)

dari sudut pandang ekonomi, perencanaan memiliki peran yang sangat penting.

Alasan perlunya perencanaan adalah, pertama, agar penggunaan dari alokasi

sumberdaya yang terbatas atau langka bisa digunakan lebih efektif dan efisien,

42

sehingga tentunya yang utama dapat dihindari adanya pemborosan-

pemborosan. Kedua, agar pertumbuhan ekonomiatau perkembangan ekonomi

menjadi lebih mapan atau mantap. Ketiga, agar tercapai stabilitas ekonomi yang

baik dalam menghadapi siklus konjungtur.

2.6.1 Pentingnya Perencanaan Pembangunan Daerah

Setelah para ahli dan para ekonom, menyadari pentingnya bahwa pada

mekanisme pasar tidak akan selalu dapat mampu membuat penyesuaian dengan

baik dan cepat jika terdapat perubahan, serta ketidak mampuan menciptakan laju

pembangunan yang cepat terutama di Negara Sedang Berkembang, para ahli

tersebut sudah mulai sadar bahwa adanya campur tangan dari pemerintah tetap

diperlukan, dan apabila negara menginginkan proses pembangunan yanq lebih

cepat, sangatpenting adanya campur tangan pemerintah. Untuk mencegah hal

atau akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap kesejahteraan daerah serta

menjaga agar pembangunan maupun hasilnya tentunya dapat dinikmati seluruh

daerah secara merata, terutama dalam prosess pembangunannya.

Setelah melihat gambaran tersebut, dapat disebutkan bahwa jika

perekonomian ini diserahkan ke mekanisme pasar, tentunya akan menyebabkan

hal-hal yang kurang menguntungkan bagi daerah yang maju maupun

berkembang. Pada akhirnya tentu hanya akan menganggu kestabilan ekonomi

secara keseluruhan. Akibat-akibat yang tidak menguntungkan bagi daerah

miskirn adalah (Rowland B.F. Pasaribu. 2012) :

1. Dimana daerah miskin tentunya akan mengalami kesulitan dalam

rnembangun sektor industrinya dan meningkatkan kesempatan kerjanya.

Selanjutnya, dalam penduduk tentunya akan berkembang jauh lebih

cepat, namun pendapatan rata-rata penduduk akan sernakin rendah serta

43

diikuti juga dengan banyaknya pengangguran, dan mereka semakin

bertambah.

2. Banyak daerah miskin yang tentunya akan sulit untuk merubah struktur

ekonominya yang masih tradisional, sehingga mereka cenderung akan

menuju ke arah sektor pertanian. sedangkan untuk meningkatkan

pemangunan pada sektor industry mereka menghadapi banyak kesulitan,

seperti kurangnya pengusaha atau entrepreneur yang kreatif dan masih

kurangnya tenaga terampil.

3. sempitnya kesempatan kerja di daerah miskin tersebut, menyebabkan

terjadinya perpindahan tenaga kerja menuju daerah yang maju,

khususnya tenaga kerja yang masih muda maupun mereka yang

mempunyai pendidikan yang cukup baik, sehingga mereka yang tetap

tinggal di daerah miskin hanyalahpekerja yang memiliki produktivitas

rendah.

2.7 Penelitian Terdahulu

1. Tahun 2015, Hesti Irna Rahmawati melakukan penelitian tentang Analisis

Kesiapan Desa Dalam Implementasi Penerapan UU No. 6 Tahun 2014

Tentang Desa (Studi Kasus Pada Delapan Desa di Kabupaten Sleman).

Hasil penelitian dari Hesti Irna menyebutkan bahwa “Dari delapan desa

yang menjadi sampel telah siap dalam implementasi penerapan UU

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya dalam hal APBDesa.

Namun desa belum sepenuhnya siap karena masih ada kendala dalam

implementasi UU Desa. Faktor utama yang menjadi penghambat adalah

keterbatasan waktu dalam persiapan administrasi dan pemahaman isi

44

Undang-Undang sebagai dasar aturan. Faktor lainnya adalah sumber

daya manusia (SDM) yang kurang mendukung.”

Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif

2. Pada tahun 2016, Kiki Debi meneliti terkait Pelaksanaan Pengelolaan

Alokasi Dana Desa (ADD) Untuk Mewujudkan Akuntasibilitas dan Good

Governance Desa.

Tujuan dari penelitian Kiki Debi ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

Undang-undang Nomor.6 Tahun 2014 dalam mewujudkan akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa dari sisi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, serta pembinaan dan

pengawasan keuangan desa. Hasil penelitian ini menunjukkan ada

beberapa kendala, seperti perencanaan desa yang tidak tepat waktu,

keterlambatan pelaporan kepada Bupati, hingga laporan belum

terpublikasi ke masyarakat.

Metode Penelitian : Kualitatif Deskriptif Komparatif

3. Pada tahun 2016, Rianti Pratiwi meneliti tentang Implementasi

Pengelolaan Keuangan DD YangBersumber Dari APBN 2015(Studi pada

Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang).

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Desa Tunjungtirto telah

mampu menyelenggarakanpengelolaan keuangan sesuai asasnya, yaitu

transparan, partisipatif, akuntabel dan dilakukan dengan tertib serta

disiplin anggaran. Akan tetapi, masih diperlukannya peningkatan

kapabilitas perangkat desa serta konsistensi dari pendamping desa agar

pengelolaan keuangan desa tentunya dapat terselenggara dengan lebih

baik lagi.

45

Metode Penelitian : Kualitatif deskriptif

4. Tahun 2013, Derro Madya Tamtama meneliti “Akuntabilitas Pengelolaan

ADD (Alokasi Dana Desa) di Kabupaten Madiun Tahun 2013 (Studi Kasus

pada Kecamatan Kare).”

Hasil yang dari penelitian Derro Madya, yaitu menyebutkan

bahwa“Perencanaan ADD di Kecamatan Kare secara bertahap sudah

melaksanakan konsep pembangunan partisipatif masyarakat desa yang

dibuktikan dengan penerapan prinsip partisipatif, transparasi dalam

rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa melalui forum

Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa).

Pelaksanaan program ADD di Kecamatan Kare telah menerapkan prinsip

partisipatif dan transparan. Pertanggungjawaban ADD baik secara teknis

maupun administrasi sudah baik, namun dalam hal pertanggungjawaban

administrasi keuangan kompetensi sumber daya manusia yang terbatas

menjadi kendala utama.”

Metode Penelitian : Deskriptif

5. Tahun 2013,Chandra Kusuma. P, Ratih N. Pratiwi, dan Suwondo

melakukan penelitian, yaitu terkait“Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi pada Desa Wonorejo

Kecamatan Singosari Kabupaten Malang).”

Hasil penelitian dari Chandra Kusuma menyebutkan bahwa “sebagian

dari dana ADD untuk pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya

operasional pemerintah desa dan BPD sehingga penggunaan ADD tidak

sesuai dengan peruntukannya. Faktor pendukung dalam pengelolaan

ADD adalah partisipasi masyarakat. Faktor penghambat, kualitas sumber

daya manusia dan kurangnya pengawasan langsung oleh masyarakat.”

46

Metode Penelitian : Deskriptif dengan pendekatan metode penelitian

kualitatif yang menggunakan analisis Milles dan Huberman

6. Tahun 2013, Fauzi Asni melakukan penelitian yang berjudul Analisis

Pengelolaan Alokasi Dana Desa Untuk Menunjang Kemandirian

Ekonomi Desa Di Kabupaten Siak.

Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa tata kelola pengelolaan

dana ADD tersebut masih tampak belum efektif, hal ini terlihat pada

beberapa masalah, seperti salah satunya pelaporan dan evaluasi yang

belum efektif karena intensitas dan kualitas monitoring dan evaluasi yang

masih rendah. Kemudian dari regulasi terdapat inkonsistensi antara

regulasi pusat dan daerah terlihat pada peraturan daerah yang mengatur

tata penggunaan anggaran ADD di desa. Masih kurang tepatnya regulasi

di tingkat daerah karena desain specific grant yang terlalu kaku,

mengikat serta mempersempit ruang gerak pemanfaatan danaADD.

Metode Penelitian : Kuantitatif Evaluatif

7. Tahun 2014, Okta Rosalinda melakukan penelitian yang berjudul

“Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Menunjang

Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus penelitian: Desa Segodorejo dan

Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang)”

Hasil dari penelitian dari Okta Rosalinda mengatakan bahwa “secara

umum pengelolaan ADD di Desa Segodorejo dan Ploso Kerep masih

kurang Efektif, hal ini di buktikan dengan masih adanya kegiatan proses

pengelolaan yang masih kurang peran masyarakat dalam berpartisipasi.

Dan adanya keputusan Bupati dalam keseragaman perolehan besaran

ADD yang setiap tahun sama besarnya. Dalam pemanfaatan dana ADD

juga diatur Peraturan Bupati Kabupaten Jombang dimana ada pos-pos

47

anggaran dalam pengalokasiaannya. Sehingga pemanfaatan dana ADD

menimbulkan kepatenan penerapan besaran nominal penganggaran di

setiap pos-pos anggaran. Padahal pelaksanaan ADD sesungguhnya

merupakan proses yang didasarkan atas keadaan masyarakat dan desa.”

Metode Penelitian : Kualitatif

2.8 Kerangka Pikir

Sumber : Diolah dari penelitian sebelumnya dan hasil lapangan.

48

49

Kerangka berfikir pada gambar diatas menjelaskan bahwa terdapat

beberapa komponen penting dalam pengelolaan keuangan desa, diantaranya

adalah perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, pengawasan serta pembinaan. Namun, komponen utama

yang bersifat sangat penting adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan. Dengan demikian keenam komponen tersebut dianalisis

menggunakan UU no.6 tahun 2014 tentang desa.

50

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan sebuah penelitian, untuk mendapatkan data serta

informasi yang tentunya berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti serta

menentukan pedoman pembahasan, tentunya dibutuhkan suatu metodelogi

penulisan. Adapun metode penelitian tersebut diuraikan seperti berikut ini.

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada dasarnya, penelitian Dana Desa ini memiliki tujuan untuk mengetahui

serta mendeskripsikan terkait mekanisme, penyelenggaraan, hingga manfaat

dari adanya Dana Desa pada desa Bajur kabupaten Lombok Barat beserta

hambatan dan permasalahan yang ditemukan. Peraturan dari perundangan

menjadi acuan awal dalam melakukan penelitian ini.

Dalam menyusun penelitian tentang Dana Desa ini, penulis menggunakan

jenis metode penelitian Kualitatif. Adapun menurut Strauss dan Corbin dalam

Pupu (2009), “yang dimaksud penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari

kuantifikasi (pengukuran). Secara umum penelitian kualitatif dapat digunakan

untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,

fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Berdasarkan

pengalamannya, alasan para peneliti menggunakan metode kualitatif adalah

karena metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa

yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang

sulit untuk dipahami secara memuaskan.”

51

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif, yaitu

penggambaran dari metode secara utuh dan mendalam terkait bagaimana

realitas sosial maupun terkaitseberapa banyakkah fenomena yang memang

terjadi di masyarakat yang menjadi subjek pada penelitian tersebut, nantinya

dengan demikian akan tergambarkan sebuah ciri, sifat, karakter, maupun model

dari fenomena tersebut. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk memperoleh

gambaran secara lengkap dan detail tentang kejadian dan fenomena yang terjadi

pada objek sehingga memberikan gambaran secara utuh tentang fenomena

yang terjadi (Sanjaya, 2013:59-60) dalam ainul (2016). Dengan penggunaan

metode ini, tentunya akan bertujuan untuk bagaimana menjelaskan atau

mendeskripsikan seluruh data yang terkumpul secara sistematis dan akurat,

sehingga dengan menggunakan metode ini, diharapkan penulis dapat

menggambarkan keadaan secara jelas mengenai mekanisme, penyelenggaraan,

dan manfaat Dana Desa (DD) di Desa Bajur yang ada di Kecamatan Labuapi,

Kabupaten Lombok Barat tahun 2017.

Kemudian pada penelitian ini peneliti mendiskripsikan pengelolaan

keuangan desa di Desa Bajur, pada Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok

Barat yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggugjawaban, pembinaan dan pengawasa pengelolaan keuangan desa

serta membandingkan kesesuaianya dengan undang-undang No.6 tahun 2014

tentang desa.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian akuntabilitas pengelolaan Dana Desa (DD) ini adalah di

desa Bajur, KecamatanLabuapi, Kabupaten Lombok Barat. Lokasi ini menarik

untuk diteliti karena pada kecamatan Labuapi terdapat sebuah desa yang

disebut sebagai “desa percontohan”, desa itu adalah Desa Bajur. Desa Bajur

52

didaulat menjadi desa percontohan di kecamatan Labuapi karena dikenal

memiliki keterbukaan (transparansi) dalam pengelolaan program

pembangunannya.

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Moleong (dalam Rosalinda, 2014) menyatakan bahwa penentuan

dari adanya fokus penelitian ini akan membatasi studi, sehingga dengan

demikianhasil penelitian tentunya akan menjadi layak dan dengan penentuan

fokus yang tepat tentunya akan mempermudah penyaringan informasi yang

masuk. Dengan demikian, ketajaman pada analisis penelitian dapat dipengaruhi

oleh kemampuan kita untuk menentukan fokus penelitian yang tepat.

Dengan ini, peneliti akan terjun melakukan eksplorasi serta pengamatan

terhadap berbagai data maupun informasi yang ada pada lapangan, yang

kemudian disajikan dalam suatu hasil penelitian yang akurat/tepat dan dapat

diterima maupun dimanfaatkan bagi mereka yang membutuhkan penelitian ini.

Berkaitan dengan hal ini, maka peneliti pastinya berusaha membuat suatu fokus

penelitian dari semua objek yang kedepannya akan diteliti. Menghasilkan sebuah

penelitian yang lebih akurat dan sesuai dengan disiplin ilmu dan tema yang

dipilih dengan cara memaskkan data yang tepat dan relevan.

Berdasarkandari judulpenelitian yang akandibahas atau dilaksanakanoleh

peneliti, maka yang akan menjadikanfokusdalampenelitian kaliiniadalah:

1. Mekanisme tata kelola Dana Desa (DD) di tingkat Kabupaten hingga

tingkat Desa

2. Kesesuaian tata kelola DD dengan membandingka pada ketentuan

Undang-Undang no.6 tahun 2014 tentang dana desa

3. Faktor kendala dan penunjang dalam pelaksanaan program Dana Desa

di Desa Bajur

53

a. Faktor Pendukung

b. Faktor Penghambat

4. Pengelolaan DD dan peran dalam pembangunan pedesaan di Desa

Bajur

a. Pengelolaan DanaDesa

1. Perencanaan DanaDesa

2. Pelaksanaan DanaDesa

3. Pertanggungjawaban DanaDesa

b. Peran dalam pembangunanpedesaan

1. PembangunanEkonomi

2. Pembangunan MasyarakatPedesaan

5. Dampak adanya DD terhadap pembangunan desa

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian Dana Desa ini adalah berbagai informan yang dapat

memberikan banyak informasi lapangan maupun data yang dibutuhkan dalam

penelitian. Subjek tersebut meliputi:

1. Kepala Desa Bajur, sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

desa.

2. Sekertaris Desa Bajur, sebagai penanggungjawab laporan keuangan desa.

3. LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa).

4. Aktivis Desa/ Mantan anggota Badan Keswadayaan Masyarakat, sebagai

informan yang mengetahi kondisi Dana Desa

5. Tokoh Agama/ Tokoh Masyarakat, sebagai informan yang mengikuti

berbagai macam musyawarah

6. Kepala Dusun, sebagai penanggungjawab dusun

54

3.5 Jenis Data

3.5.1 Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang didapatkan secara

langsung dari kelompok sasaran baik yang dilakukan melalui wawancara,

observasi, dan alat bantu lainnya. Data Primer, merupakan data yang

secara langsung diperoleh dari para informan, yaitu berupa informasi di

lapangan, yang tentunya meliputi terkait Bagaimana Pengelolaan

kebijakan Dana Desa di desa tersebut dengan apa saja faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dalam kegiatan lapang nanti, adapun pendekatan

kepada beberapa narasumber seperti Kepala Desa, Perangkat Desa,

Tokoh Masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga

Kemasyarakatan Desa hingga masyarakat.

3.5.2 Data Sekunder

Adapun dari pengertian data sekunder yaitu data yang mendukung

data primer, dapat berupa catatan-catatan resmi, laporan-laporan atau

dokumen, majalah, karya tulis ilmiah, makalah, serta data pendukung

lainnya. Yakni diantaranya adalah kumpulan data dari berbagai macam

kegiatannya yang berkaitan dengan pengelolaan kebijakan dari Dana

Desa beserta dokumen-dokumennya, meliputi RPJM Desa, APBDesa,

Profil Desa Bajur, kondisi sarana dan prasarana, dan lainnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengambilan data, penulis menggunakan cara langsung

terjun ke lapangan sehingga data didapat sesuai dengan realisasinya. Selain itu

penulis juga menggunakan metode studi pustaka serta kemudian tanya jawab

kepada para perangkat desa yang bersangkutan ataupun Kepala Desa

mengenai berbagai hal yang menarik dan penulis belum mengerti.

55

1. Wawancara

Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab

secara langsung atau wawancara langsung dengan pihak yang

berkompeten dengan tujuan mendapatkan data yang akurat. Untuk

mengumpulkan informasi maupun data yang valid maupun akurat, adanya

pengumpulan data yang utama, yaitu untuk mendapatkan data lapangan,

peneliti tentunya akan melakukan wawancara secara mendalam (deep

interview), yang nantinya dibantu dengan alat perekam (biasanya Hp

atautape recorder). Penggunaan alat perekam ini berfungsi sebagai bahan

crossceck, jika nantinya pada saat melakukan analisa terdapat beberapa

data, keterangan maupun informasi yang belum sempat tidak tercatat oleh

pewancara.

2 . Observasi

Pengertian observasi yakini pengumpulan berbagai data melalui

pengamatan langsung dokumen – dokumen yang ada pada objek

penelitian.

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mencatat atau memfoto alat yang

akan di analisa secara langsung dan data-data yang di perlukan pada

dokumen yang ada di objek penelitian.

4. Studi Pustaka

Metode untuk pengumpulan data dengan cara membaca bebrapa refrensi

dari laporan terdahulu dari mahasiswa kampus lain.

Dalam penelitian yang berjudul Mekanisme, Penyelenggaraan, dan Manfaat

Dana Desa dalam Upaya Peningkatan Pembangunan Desa di Desa Bajur,

Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, peneliti akan terjun langsung dan berperan

penuh sebagai observer, yang sekaligus sebagai pewancara atau penanya,

56

dengan melakukan wawancara atau diskusi secara langsung dan bersifat

mendalam maupun terbuka dengan para pengelola Dana Desa maupun

masyarakat desa, serta kemudian tentunya juga mencatat semua kejadian dan

data maupun informasi dari informan yang nantinya dipergunakan sebagai untuk

penulisan laporan mengenai hasil penelitian.

3.7 Analisis Data

Setelah kemudian data-data yang diperoleh atau di dapatkan dari studi

pustaka dan hasil riset lapangan diolah, dengan demikian langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis data. Dengan analisis data yang digunakan dalam

membantu proses penelitian ini, bermaksud untuk memperoleh gambaran dan

deskripsi tentang bagaimana mekanisme tata kelola Dana Desa (DD) dalam

Upaya Peningkatan Pembangunan Desa. Langkah-langkah analisis data

menurut Milles & Huberman (Sugiyono, 2006, h. 91-99) adalah:

1. Pengumpulan data (Data Collection)

2. Reduksi Data (DataR eduction)

Pengertian reduksi data juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, peng-abstrakan maupun

transformasi data “kasar” yang dimana muncul dari catatan tertulis pada

dilapangan. Selanjutnya, di sisi lain reduksi data merupakan bentuk analisis

yang menggolongkan, mengarahkan, menajamkan, serta membuang atau

menyisihkan yang tidak perlu, terakhir mengorganisasi data-data tersebut

dengan cara sedemikian rupa sehingga tentunya kesimpulan-kesimpulan

hasil finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian merupakan informasi yang dikumpulkan secara tersusun dan

memunculkan kemungkinan dari adanya penarikan sebuah kesimpulan serta

57

pengambila ntindakan. Penyajian tentunya dapat berbentuk grafik jaringan,

matriks danbagan. Penyajian data ini juga dirancang untuk penggabungan

informasi yang terjadi dalam satu bentuk alur yang searah dan mudah diraih.

Sehingga, dengan demikian seorang penganalisis tentunya dapat melihat

apa saja kejadian yang sedang terjadi, dengan demikian penulis juga dapat

menarik berbagai kesimpulan yang dirasa sudah benar ataukah terus

berlanjut melakukan analisis yang dapat jauh lebih berguna.

4. Verifikasi / penarikan kesimpulan (Verification)

Verifikasi / penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan mencari arti dari

data-data yang ada seperti mencatat keteraturan, penjelasan, pola-pola, dan

konfigurasi yang mungkin.

3.8 Keabsahan Data

Menurut Patton (dalam Subroto, 2009), dalam menguji keabsahan data yang

akan diperoleh, yaitumenggunakan teknik Triangulasi Data. “Jenis triangulasi

data yang akan digunakan adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam kualitatif, hal ini tentunya dapat dicapai

dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang di katakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang

dikatakan orang-orang tertentu dalam situasi penelitian dengan apa yang di

katakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dengan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat

biasa, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan.” (Patton dalam Subroto. 2009)

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab 4 ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian lapangan

mengenai Dana Desa di Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok

Barat. Adapun hasil dari penelitian ini merupakan hasil ringkasan dari teknik

wawancara, observasi, serta dokumentasi yang digunakan peneliti kepada para

informan yang berada di desa atau di lapangan. Peneliti juga menggunakan

penganalisaan data atau konsep berdasarkan lingkup Dana Desa dari awal

hingga akhir, tujuannya adalah agar penelitian mekanisme pelaksanaan dan

manfaat Dana dalam upaya peningkatan pembangunan desa di Desa Bajur,

Kecamatan Labuapi, Lombok Barat ini mudah dipahami oleh pembaca.

Fokus peneliti kepada mekanisme penyelenggaraan dan manfaat dana desa

di Desa Bajur. Sehingga dalam penelitian ini adapun ruang lingkup pembahasan

mengenai Dana Desa di Desa Bajur yaitu pertama, mekanisme tata kelola Dana

Desa, kemudian tugas-tugas pemerintahan desa dan mitra desa dalam

mengawal Dana Desa, selanjutnya terkait faktor pendorong maupun faktor

penghambat yang menjadi permasalahan di Desa Bajur, terakhir terkait manfaat

serta dampak Dana Desa tersebut terhadap pembangunan di Desa Bajur.

Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi peneliti untuk memasukkan

informasi-informasi penting lainnya yang di dapat di lapangan seputar Dana

Desa dan pembangunan desa di Desa Bajur.

Sebelum menjelaskan terkait hasil utama mengenai mekanise, pelaksanaan,

dan manfaat Dana Desa dalam upaya peningkatan pembangunan desa di Desa

Bajur, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat ini, peneliti terlebih dahulu akan

memaparkan informasi-informasi yang diperoleh dari para informan.

59

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, bahwa penelitian

ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang dimaksud untuk

memperoleh informasi mengenai mekanisme penyelenggaraan dan manfaat

Dana Desa secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan

deskriptif diharapkan dapat memberikan informasi penting terkait

penyelenggaraan dan manfaat Dana Desa di Desa Bajur agar hasil penelitian ini

dapat digunakan untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah, sehingga

masalah yang merugikan kehidupan kemasyarakatan tidak terjadi lagi.

Tabel 4.1 : Informan Peneliti

No. Nama Informan Status Jabatan & Informasi

1. Pak Ahmad Rusni Kepala Desa Bajur

2. Pak Ahmad Juaini Sekertaris Desa Bajur

3. Pak Haji Musleh Ketua LPMD Desa Bajur (sekaligus kepala sekolah

di salah satu Sekolah Dasar di Desa Bajur)

4. Pak Haji Hamzad Tokoh Masyarakat serta Tokoh Agama, Penggulu

di Desa Bajur. (Mantan Kepala Dusun di Desa

Bajur)

5. Mas Azhar, panggilan mas Zein Mantan anggota BKM, Pendamping Kadus. (aktif

dalam berbagai macam kegiatan pembangunan

desa)

6. Pak Khairul

Kepala Dusun di Dusun Tempit (Tempat tingal Pak

Haji Hamzad dan mas Zein).

Sumber : Data Penulis, 2017

Dari informan – informan di atas, peneliti telah mendapatkan banyak

informasi penting mengenai Dana Desa di Desa Bajur. Informasi tersebut

merupakan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam menunjang adanya

pembahasan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini juga terbagi

menjadi dua, yaitu informan kunci dan informan pendukung.

60

Dalam pelaksanaanya, penelitian ini terlebih dahulu diawali dengan informan

utama yang menyarankan penulis untuk meneliti di Desa Bajur, beliau adalah

Tokoh masyarakat serta tokoh agama yang berprofesi sebagai penggulu di Desa

Bajur, masyarakat desa memanggilnya Bapak Haji Hamzad. Pak Haji Hamzad

adalah tokoh agama yang disegani serta di hormati oleh masyarakat disana,

beliau adalah perantara yang menghubungkan peneliti dengan pemerintah di

Desa Bajur. Saat pertamakali sampai di lokasi penelitian, peneliti langsung

bersilaturahmi ke rumah Pak Haji Hamzad sekaligus bertanya-tanya secara

informal terkait seputar Desa Bajur maupun Dana Desanya. Pak Haji Hamzad

menyarankan peneliti untuk bertemu dengan Mas Zein, beliau adalah mantan

anggota BKM di desa bajur yang memiliki banyak pengalaman seputar Dana

Desa. Mas Zein juga sebagai pendamping kadus yang sekaligus adalah adik dari

Pak Haji Hamzad. Dengan demikian, akhirnya peneliti pun sering berkunjung ke

rumah pak Haji Hamzad sebagai informan terdekat.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Lombok Barat dalam gambaranya merupakan salah satu dari 10

Kabupaten atau Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dimana secara

administrasi Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10 Kecamatan, yaitu :

Kecamatan Sekotong, Kec. Lembar, Kec. Gerung, Kec. Labuapi, Kec. Kediri,

Kec. Kuripan, Kec. Narmada, Kec. Lingsar, Kec. Gunungsari dan Kec. Batulayar.

Dari Berbagai kecamatan di Lombok Barat, Kecamatan Gerung merupakan Ibu

kota Kabupaten sekaligus dimana sebagai pusat Pemerintahan, yang

mempunyai luas wilayah + 62,30 Km2.

Keberadaan Kabupaten Lombok Barat terletak antara 1150,46’- 1160.20’

Bujur Timur, dan 80.25’ sampai dengan 80.55’ Lintang Selatan, dengan batas

wilayah :

61

Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram

Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara

Gambar 4.1 : Peta Wilayah Kabupaten Lombok Barat

Sumber : website resmi Kabupaten Lombok Barat

Ditinjau dari keadaan geografisnya, Kabupaten Lombok Barat dibagi menjadi

beberapa daerah, diantaranya:

1. Daerah Pegunungan, yaitu gugusan pengunungan yang membentang dari

Kecamatan Lingsar sampai Kecamatan Narmada. Gugusan pegunungan ini

merupakan sumber air sungai yang mengalir ke wilayah bagian tengah dan

bermuara di pantai barat.

2. Daerah Berbukit-bukit, yang terdapat di bagian selatan meliputi Kecamatan

Sekotong dan Lembar di bagian selatan.

3. Daerah Dataran Rendah, yang terdapat di bagian tengah yang membentang

dari perbatasan ujung timur dengan ujung barat.

62

Lokasi Penelitian sendiri berada di Desa Bajur, Kecamatan Labuapi,

Kabupaten Lombok Barat. Letak Kecamatan Labuapi sendiri berbatasan

langsung dengan Kota Mataram, hal ini menjadikan Kecamatan Labuapi sebagai

daerah penyangga bagi Kota Mataram.

Gambar 4.2 : Peta Lokasi Kecamatan Labuapi

Sumber : Analisis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat 2015

Desa Bajur terletak di bagian utara Kecamatan Labupi. Desa ini juga

memiliki potensi tertentu, dimana desa Bajur merupakan bagian Kecamatan

Labuapi yang masuk dalam Zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK),

yang berfungsi untuk melayani kegiatan berskala kecamatan atau beberapa desa

yang didukung dengan pembangunan fasilitas maupun infrastruktur kecamatan.

63

Secara umum nantinya arah pemanfaatan dari ruang wilayah Kecamatan

Labuapi adalah pertama, sebagai pengembangan kawasan perumahan, kedua

sebagai jalur hijau, ketiga sebagai jalur By Pas BIL tahap 2 (jalan menuju

Bandara Internasional Lombok dari Kota Mataram), kemudian pengembangan

fasilitas perkotaan dalam skala kecamatan, serta bagian barat sebagai wilayah

wisata pantai Kuranji maupun konsvas pantai, dan masih banyak lainnya.

4.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Desa Bajur

Desa Bajur berada di wilayah kabupaten Lombok Barat dan merupakan

bagian dari kecamatan Labuapi yang terletak pada posisi 116 ͦ 06’31.52” Bujur

Timur dan 08 ͦ37’20.42” Lintang Selatan. Luas wilayah Desa Bajur mencapai ±

151,41 Ha. Dengan jarak sekitar 3 Km dari Kota Mataram atau bisa ditempuh

sekitar 10 -15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Merupakan wilayah

yang cukup strategis dan berdekatan dengan Kota Mataram. Adapun batas

wilayah Desa Bajur adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kelurahan Jempong & Pagutan (Kota Mataram)

2. Sebelah Barat : Desa Kuranji

3. Sebelah Selatan : Desa Terong Tawah

4. Sebelah Timur : Kelurahan Pagutan (Kota Mataram)

64

Gambar 4.3 : Peta Lokasi Desa Bajur

Sumber : PLPBK BKM Benang Emas, Desa Bajur

Pada pemanfaatan dalam penggunaan lahannya, terdapat berbagai macam

potensi bagi Desa Bajur, sehingga dapat dipetakan dan dibagi menjadi beberapa

cluster. Perkampungan tersebut membentuk 3 kluster yang strategis, yaitu Zona

1 sebagai “pusat desa” dimana lokasi tersebut cenderung sebagai pusat

pemerintahan di Desa Bajur, kemudian zona 2 sebagai “pintu masuk desa”

sebagai jalur utama masuk ke Desa Bajur, dan Zona 3 sebagai “Perlintasan antar

kecamatan” dimana di sekitar lokasi ini menjadi sasaran para developer untuk

membangun perumahan karena cukup strategis dan bersebrangan langsung

dengan jalan besar utama. Dimana juga dalam RPJMDes jumlah rumah tidak

layak huni pada zona 3 termasuk paling besar, yaitu sebanyak 35%, berbeda

dengan Zona 1 yang hanya sebesar 4,3% rumah tidak layak huni.

65

Pengelompokan tersebut memudahkan untuk pemetaan program dalam

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Dimana secara garis

besar merupakan kumpulan kebutuhan pembangunan desa yang tertungan

dalam pengembangan program maupun kegiatan yang nantinya diharapkan

menjadi bagian dari pembangunan, baik di tingkat Kabupaten Lombok Barat,

Kecamatan Labuapi, Desa Bajur, maupun pembangunan oleh investor yang ingin

menanamkan modal serta lainnya. Seperti contohnya pembangunan Gapura

Desa di zona 2, pintu masuk desa bajur dan nantinya rencana di daerah tesebut

akan dibuat kawasan/ area pasar desa. Kemudian rencana pembangunan ruang

terbuka hijau, yang nantinya akan tersebar di setiap zona, dimana nantinya juga

dapat difungsikan sebagai area evakuasi.

Kemudian, secara administrasi Desa Bajur memiliki tujuh Dusun, yaitu:

1. Dusun Tempit – Bagian Utara (Pintu masuk desa Bajur, lokasi informan pak

Haji Hamzad, Mas zein, Masjid 1)

2. Dusun Bajur Induk - Bagian Kanan Bawah (Pemukiman, Perumahan)

3. Dusun Ampel – Bagian Tengah (kantor desa, BumDes, Masjid 2, Proyek

Rabat Beton,dll)

4. Dusun Kalijaga – Bagian Tengan

5. Dusun Giri Jati – Bagian Tengah

6. Dusun Pohdodol – Bagian Barat (zona III)

7. Dusun Mavilla – Bagian Paling Barat

66

Gambar 4.4 : Pintu Masuk Utara Desa Bajur

Sumber : data lapangan peneliti, 2017

Gambar di atas merupakan pintu masuk Desa Bajur bagian utara, dimana

lokasi tersebut berada di daerah Lingkar Selatan, yaitu selatan kota Mataram.

Jalur ini juga termasuk jalur yang sering digunakan masyarakat desa bajur

maupun sekitarnya untuk keluar dan beraktifitas. Dimana di daerah setelah pintu

keluar tersebut banyak dijumpai ruko-ruko yang menjual berbagai kebutuhan

sandang maupun pangan masyarakat, seperti toko bahan bangunan, mini

market, rental warnet, fotokopi, atm, warung-warung, dan lainnya.

Kemudian, dalam Analisis Peta Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat

(2015), menjelaskan bahwa letak Kecamatan Labuapi berbatasan dengan Kota

Mataram, menjadikan kecamatan Labuapi sebagai daerah penyangga bagi Kota

Mataram. Kecamatan ini menjadi sasaran bagi para developer untuk

membangun perumahan. Inilah yang mendorong perkembangan ekonomi di

67

kecamatan Labuapi cukup cepat khususnya di sektor non pertanian. Disisi lain,

sektor pertanian mengalami penurunan karena lahan pertanian telah banyak

yang dialihfungsikan menjadi pemukiman penduduk.

Gambar 4.5 : Suasana di Desa Bajur

Sumber : data lapangan peneliti, 2017

Jika dilihat dari fisik bangunannya, Desa Bajur cenderung lebih unggul

dibandingkan desa-desa lainnya di sekitar Labuapi. Hal tersebut mungkin

dikarenakan desa tersebut semakin berkembang akibat banyaknya pendatang

baru. Sedangkan jika dilihat dari pendidikan, masih ada desa yang lebih unggul.

Namun semenjak tahun 2010, memang banyak terjadi perubahan terhadap

pembangunan desa bajur. Perkembangan tersebut dikarenakan mulai

banyaknya developer perumahan yang masuk, sehingga ada banyak

68

pembangunan perumahan di desa Bajur. Pendatang tersebut rata-rata memiliki

tingkat pendidikan S1, sehingga tingkat pendidikan juga meningkat. Hal tersebut

diungkapkan oleh Ketua LPMD desa Bajur, Bapak Haji Musleh.

4.1.2 Luas Wilayah

Adapun luas wilayah menurut penggunaanya di desa Bajur sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Luas Wilayah Menurut Penggunaanya

Luas pemukiman 53,27 ha/m2

Luas persawahan 82 ha/m2

Luas perkebunan 1,5 ha/m2

Luas kuburan 1,5 ha/m2

Luas pekarangan -

Luas taman -

Perkantoran 1,14 ha/m2

Luas prasarana umum lainnya 12 ha/m2

Total luas 151,41 ha/m2

Sumber : Profil Desa 2016

Wilayah di desa bajur didominasi oleh persawahan, kemudian pemukiman

penduduk, dan sedikit sisanya adalah perkebunan, perkantoran, serta sarana

umum lainnya. Jika dilihat secara langsung, wilayah persawahan memenuhi

wilayah bajur bagian tengah hingga barat, sedangkan bagian timur lebih padat

oleh pemukiman penduduk. Luas lahan persawahan di desa bajur sendiri

sebesar 82 ha/m2, hampir setengah dari total luas wilayah yaitu 151, 41 ha/m2,

kemudian luas pemukiman yaitu 53,27 ha/m2.

69

4.1.3 Kondisi Demografi Lokasi Penelitian

4.1.3.1 Potensi Sumber Daya

Dari data terakhir jumlah penduduk tahun 2016, total jumlah penduduk di

desa bajur adalah 10.080 orang. Pada tahun 2016 terdapat penambahan jumlah

penduduk sebesar 364 penduduk dari tahun sebelumnya, jumlah penduduk di

Desa Bajur pada tahun 2015 adalah 9.716 penduduk.

Tabel 4.3 : Potensi Sumber Daya Desa Bajur Tahun 2016

Jumlah laki - laki 5019 orang

Jumlah perempuan 5061 orang

Jumlah total 10.080 orang

Jumlah kepala keluarga 3222 Kepala Keluarga

Kepadatan penduduk 66,7 per km

Diolah dari Profil Desa, 2016

Setiap tahunnya, terdapat peningkatan jumlah penduduk di desa Bajur.

Peningkatan pertumbuhan penduduk terbanyak adalah di dusun Bajur Induk.

Dusun Bajur induk cenderung sebagai daerah pemukiman dengan populasi

terbanyak serta di dalamnya terdapat beberapa perumahan. Selain wilayah

pemukiman, Dusun Bajur Induk merupakan daerah yang sangat strategis, karena

menghubungkan desa bajur dengan desa lainnya di bagian selatan dan timur

dengan beberapa sarana yang mendukung perkembangan bajur Induk, seperti

ruas jalan yang lebar dan padat kendaraan, serta terdapat pasar yang selalu

ramai dikunjungi masyarakat.

70

Tabel 4.3 : Jumlah dan Sebaran Penduduk Desa Bajur

No Dusun 2011 (Jiwa) 2012 (Jiwa) 2013 (Jiwa) Pertumbuhan

Penduduk

1 Bajur Induk 926 1.287 2.208 46,15 %

2 Ampel 590 597 616 1,47 %

3 Giri Jati 1.021 1.039 1.063 1,37 %

4 Kalijaga 1.198 1.243 1.286 2,45 %

5 Tempit 1.889 1.914 1.958 1,22 %

6 Pohdodol 1.018 1.050 1.075 1,87 %

7 Mavilla 653 660 676 1,17 %

Total 7,295 7.790 8.882 7,25 %

Sumber : PLPBK BKM, Profil Desa

4.1.3.2 Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data lapangan, penduduk usia kerja adalah penduduk yang

berumur 15 tahun atau lebih. Masyarakat Desa Bajur pada umumnya cenderung

memiliki mata pencaharian sebagai pedagang keliling. Sesuai dengan

wawancara bersama bapak Juaini selaku Sekertaris Desa Bajur yang

mengatakan bahwa Desa Bajur mayoritas pedagang semua, sehingga terkadang

saat banyak program pembangunan itu sulit mencari tukang-tukang. Disisi lain

tukangnya juga banyak dipakai oleh para Developer untuk pembangunan

perumahan.

71

Tabel 4.4 : Jumlah Sebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa tahun

2013

Jumlah Jiwa tahun

2016

1 Petani 639 384

2 Buruh Tani 850 218

3 PNS 121 428

4 Pengerajin Industri Rumah Tangga 5 4

5 Pedagang Keliling 3.703 3.177

6 Peternak 447 10

7 Montir 7 4

8 TNI/Polri 17 75

9 Pensiunan 12 12

10 Pengusaha Kecil Menengah 10 484

11 Karyawan Swasta 15 157

12 Dosen Swasta 5 11

13 dan lain-lain 30 2.703

Total 5.861 7.667

Sumber : diolah dari PLPBK BKM dan Profil Desa 2016

Seiring berjalannya tahun, desa Bajur juga mengalami modernisasi, dimana

jumlah penduduk yang berkerja sebagai petani mengalami penurunan. Pada

tahun 2013, jumlah petani dan buruh tani sebanyak 1.686 jiwa, namun pada

tahun 2016 jumlahnya hanya sekitar 602 jiwa. Begitupula dengan lahan

pertanian yang cenderung beralih fungsi menjadi kawasan perumahan.

Selain itu, mata pencaharian penduduk di desa bajur adalah sebagai

pedagang. Dimana banyak dari mereka berdagang hingga ke luar daerah,

72

bahkan ada yang pulangnya hanya seminggu sekali karena berdagang hingga ke

Bali.

4.1.4 Kondisi Pemerintahan Desa

Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik tentunya harus disertai dengan

praktik-praktik Good Governance.Menurut Mochammad Jasin (2006), faktor yang

menjadi kunci keberhasilan dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang

baik adalah komitmen pimpinan, dasar hukum yang kuat, dukungan dari

lingkungan internal dan masyarakat, serta inisiatif internal.

Gambar 4.6 : Kantor Desa Bajur

Sumber : Data lapangan peneliti, 2017

Kondisi pemerintahan desa di desa Bajur cukup baik, dimana desa Bajur

juga telah didaulat sebagai Desa Percontohan oleh Camat Labuapi .Penulis

tentunya dapat menilai melalui beberapa aspek. Pertama, kantor desa telah

menerapkan sistem LTPS, yaitu Layanan Terpadu Satu Pintu. Jadi, di dalam

73

kantor desa Bajur tidak hanya ada kepala desa dan perangkatnya, melainkan

terdapat pula berbagai macam lembaga yang berbeda, seperti LPMD, Pengurus

BUMDes, serta BPD . Sehingga tidak jarang jika saat rapat atau musyawarah

desa dilaksanakan di Kantor Desa Bajur, mengingat tempatnya yang luas dan

sangat strategis juga . Kedua, kondisi fisik bangunan dari kantor desa Bajur juga

sudah sangat baik, dengan menerapkan model minimalis sehingga cukup indah

jika dilihat. Ketiga, hubungan antara pemerintahan desa Bajur dengan

masyarakat desa dan lembaga lainnya cukup harmonis. Dimana masih

sejalannya visi misi mereka untuk terus membangun desa Bajur. Keempat, Desa

Bajur telah menjalankan unit usahanya yang disebut BUMDes yang bergerak di

bidang penyewaan tenda serta penjualan sembako, BUMDes tersebut bernama

“Bajur Berniaga” dan menurut pak Kades, BUMDes tersebut juga merupakan

tanggung jawabnya Kepala Desa.

Gambar 4.7 : BUMDes Desa Bajur

Sumber : Data lapangan peneliti, 2017

74

BUMDes di desa Bajur sendiri juga tidak lama berdiri. Pada gambar tersebut,

ini unit usaha BUMDes yang bergerak di bidang penjualan sembako dan gas.

Pada tahun 2016 kemarin, modal BUMDes tersebut yaitu sebesar 81,5 juta,

menggunakan Alokasi Dana Desa. Dimana seperti diungkapkan Mas Zein selaku

mantan Anggota BKM dan aktivis desa, bahwa anggota bumdes tersebut juga

masih baru semua dan mas Zein sediri sudah tidak ada yang kenal. Jika yang

anggota lama itu sudah tutup buku semua menurutnya. Kemudian, dimana lokasi

bumdes tersebut tepat bersebelahan dengan Kantor Desa Bajur.

4.1.5 Struktur Pemerintahan

Desa Bajur merupakan salah satu desa yang didaulat sebagai desa

percontohan di Kecamatan Labuapi dalam hal keterbukaan pengelolaan

program pembangunan. Hal tersebut dikatakan tegas oleh Bapak L.Moh. Hakam,

Camat Labuapi Kabupaten Lombok Barat dalam kunjungannya di Desa Bajur.

Desa Bajur sendiri desa yang cukup luas dan memiliki 7 Dusun. Lahan pertanian

di Desa ini juga masih terlihat luas, serta Desa Bajur ini juga telah berdiri sejak

masa penjajahan belanda. Berikut adalah struktur Kepala Desa yang pernah

memerintah di desa Bajur :

75

Tabel 4.5 : Struktur Kepala Desa di Desa Bajur

NO. Nama Masa Jabatan

1. Bapak Amaq Rebo Periode tidak diketahui

2. Bapak H. Ismail Periode 1935 - 1944

3. Bapak H. Sirojudin Periode 1945 - 1946

4. Bapak H. Wiranom Wirahadi Periode 1947 - 1978

5. Bapak H. Zakaria Periode 1979 – 1990

6. Bapak Ahmad Fauzi, SH Periode 1990 – 1998

7. Bapak H. Ahmad Toyyib, S.sos Periode 1998 – 2005

8. Bapak Romi Rahman, S.IP Periode 2008 - 2010

9. Bapak Zohdi Periode 2010 – 2011

10. Bapak Ahmad Husni, SH Periode 2012 - 2018

Sumber : Profil Desa di Desa Bajur

Desa Bajur Berdiri sejak masa kolonial Belanda, desa ini sudah berdiri

sangat lama. Desa yang masih didominasi oleh lahan pertanian yang luas.

Namun semenjak tahun 2010 ke atas, dengan perlahan desa Bajur telah

mengalami moderenisasi. Pembangunan mulai tertata rapi sedikit demi sedikit,

serta para developer perumahan juga perlahan telah membangun perumahan di

daerah Bajur. Kini area sekitar desa bajur sudah ditempati berbagai ruko yang

berjajar di sepanjang jalan raya. Sehingga untuk mendapatkan berbagai macam

kebutuhan sandang dan pangan, tidak repot mencari jauh-jauh.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Mekanisme Penyaluran Dana Desa dari Pusat ke Daerah

Anggaran Dana Desa diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara sejak munculnya UU No. 6 tahun 2014 tentang Dana Desa. Dimana

Setiap tahun jumlah anggaran Dana Desa tersebut terus meningkat. Pada tahun

2015 yaitu sebesar Rp20,77 trilun, kemudian pada 2016 sebanyak Rp46,99

76

triliun, dan tahun 2017 ini sebesar Rp60 trilun. Jumlah desa yang menerima

kucuran dana desa pada tahun 2017 ini juga sebanyak 74.910 desa. Hingga

pada Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat sendiri pada

tahun 2016 menerima dana desa sebesar 740 juta.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 49 tahun 2016 tentang Tata

Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan , Pemantauan dan Evaluasi Dana

Desa, pada bagian ketiga yaitu terkait Mekanisme dan Tahap Penyaluran , pada

pasal 14 dijelaskan bahwa :

(1) Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari

RKUN ke RKUD

(2) Penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilakukan

secara bertahap, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tahap I , pada bulan Maret sebesar 60% (enam puluh persen) ;

dan

b. tahap I I , pada bulan Agustus sebesar 40% (empatpuluh persen).

(3) Penyaluran dari RKUD ke RKD dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari

kerja setelah Dana Desa diterima di RKUD .

Ketua LPMD Desa Bajur , Bapak Haji Musleh menjelaskan secara umum

mekanisme Dana Desa dari pusat ke daerah. Pertama-tama dana tersebut

dipindahkan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

Kemudian, setelah desa menyusun segala macam persyaratan yang ditentukan,

maka desa akan mendapatkan rekomendasi pencairan dana tersebut. Setelah

mendapat rekomendasi barulah dana dari RKUD di transfer ke RKD (Rekening

Kas Desa). Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak Haji Musleh terkait

mekanisme DD dari pusat ke Daerah :

“jadii dana ini kan transfer pusat, masuk ke rekening pemda. Kemudian dari desa menyusun segala sesuatunya utk mendapatkan rekomendasi

77

pencairan dana, setelah mendapat rekomendasi itu barulah akan masuk ke rekening desa.” (wawancara, 22 Juni 2017).

Kemudian, Pak Juaini Sekertaris Desa Bajur menjelaskan secara spesifik

yang lebih teknis terkait penyaluran Dana Desa dari Kabupaten ke Desa.

Pertama, itu masuk tahap perencanaan, dimana desa harus melakukan musdus,

yang kemudian hasil musdus itu dibawa ke musyawarah desa. Kemudian hasil

dari musyawarah desa tersebut dibawa ke desa, yang disebut musrembang des.

Adanya musyawarah dusun serta musrembangdes itu sendiri dilakukan oleh “tim

tujuh”. Berikut adalah pernyataanya :

“Pertama kita lakukan musdus, setelah musdus kita ke musdes. Hasil dari musdes itu dibawa ke desa, musrembangdes namanya. Iya dari desa yang mengadakan, itupun musdus atau musrembangdes dilakukan oleh tim 7 namanya tuh.” (wawancara 19 Juni 2017).

Peneliti penasaran dengan “Tim tujuh” tersebut, kemudian peneliti

menanyakan siapakah tim tujuh tersebut? Apakah tim 7 tersebut adalah anggota

PTPKD? Bapak Juaini menjelaskan bahwa tim 7 tersebut adalah pemeriksa atau

reviewer RPJMDes, yang beranggotakan 7 orang, dan mereka adalah tim

khusus. Setelah itu bapak Juaini kembali menjelaskan bagaimana proses dana

desa turun dari pusat ke desa.

Sejalan dengan apa yang disampaikan bapak Haji Musleh selaku ketua

LPMD, bapak Juaini menjelaskan bahwa setelah musyawarah desa selesai, hasil

dari musyawarah tersebut ditmpilkan di desa. Akhirnya setelah itu, terbentuklah

Rencana Kerja Pemerintah yang telah di acc. Setelah terbentuknya RKP Desa,

kemudian dibuatlah Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Akhirnya

setelah adanya APBDes ini, desa mendapatkan rekomendasi dari kecamatan

untuk mengambil bukti tanda tersebut, yang kemudian mendapat rekomendasi

juga dari kabupaten. Akhirnya dana desa tersubut dapat dicairkan.

Pencairannya pun dilakukan 2x atau 2 tahap, yaitu termin pertama sebesar 60%

78

dan termin kedua sebesar 40%. Berikut adalah penjelasan bapak Juaini terkait

mekanisme tersebut :

“Aaa.. Ndak dia, tim 7 itu sejenis review RPJMDes itu. Anggotanya 7 orang, khusus dia. Setelah musdes ini kan hasil dari musdes ini ditampilkan di desa, nah setelah itu acc itu namanya RKP, RKP Des (Rencana Kerja Pemerintah Desa). Nahh setelah RKPDes, ada namanya APBDes (Anggaran Pendapatan Belanja Desa), nahh setelah APBDes ini kita mendapat rekomendasi dari kecamatan untuk mengambill tanda tersebut, mendapat rekomendasi dari kabupaten. Kecamatan, kemudian BPMPD, baru kita bisa mencairkan dana ini... dan dana ini pun cari 2x, 2 tahap. Termin pertama dan termin kedua, kalau disini kita 60% sama 40%.” (wawancara 19 Juni 2017).

Hal ini sesuai dalam peraturan Bupati Lombok barat Nomor 17 tahun 2016

tentang Tata Cara Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Tahun 2016 di

Kabupaten Lombok Barat. Pada Bab III mengenai Penyalurannya, Pasal 4

menjelaskan:

(1) Penyaluran Dana Desa dilakukan melalui pemindahbukuan dari Rekening

Kas Umum Daerah (RKUD) ke Rekening Kas Umum Desa (RKD).

(2) Penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

secara bertahap pada tahun anggaran berjalan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD setiap tahap sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lama 7 (Tujuh) hari kerja setelah

diterima di Kas Daerah.

(4) Penyaluran Dana Desa Tahap I (kesatu) dilakukan setelah Kepala Desa

menyampaikan:

a. APBDes paling lambat bulan Maret; dan

b. laporan realisasi penggunaan Dana Desa semester sebelumnya.

79

(5) Penyaluran Dana Desa Tahap II (Kedua) dilakukan setelah Kepala Desa

menyampaikan laporan realisasi pengunaan Dana Desa semester I

(Kesatu).

(6) Anggaran Dana Desa yang diterima Desa setiap tahun dianggarkan

dalam APBDes.

Sedangkan, untuk terkait pengumumannya, pengumuman serta informasi

terkait Dana Desa yang diterima oleh desa, Desa Bajur menerima informasi

tersebut melalui surat, yang kemudian diberikan melalui pergub. Surat tersebut

merupakan surat dari gubernur tentang berita acara jumlah ADD dan DD setiap

desa di Kabupaten Lombok Barat. Hal tersebut disampaikan oleh Pak Juaini

selaku Sekertaris Desa Bajur.

4.2.2 Mekanisme Tata Kelola Dana Desa di Desa Bajur

Dalam mekanisme tata kelola dana desa harus didasari dengan praktik-

praktik pemerintahan yang baik (good governance). Menyelenggarakan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan

dengan prinsip demokrasi serta pencegahan korupsi baik itu secara politik

maupun administratif. Sesuai dengan asas-asas pengelolaan keuangan desa

sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu

transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin

anggaran.

Pertama transparasi, Desa Bajur telah memiliki prinsip ini, dimana Desa

Bajur memiliki keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui

informasi tentang keuangan dan program pembangunan desa. Dimana hasil

publikasi tersebut berupa poster, baliho/ banner serta pengumuman yang secara

rutin disampaikan melalui pengeras masjid. Seperti yang dikemukakan oleh

80

Kepala Desa Bajur tentang hasil publikasi dan bagaimana cara mengumpulkan

masyarakat :

“Publikasinya Lewat mik.. Manggilnya lewat pengeras suara masjid. Kalau

publikasi kegiatan juga sama pake mik, kemudian hasilnya pake baliho

ada, teruss sama dipasang poster – poster di tempat yang ramai dilewatin

orang desa.” (wawancara Kepala Desa,17 Juni 2017)

Sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Mas Zein, salah satu

mantan anggota BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) terkait publikasi di

Desa Bajur mengatakan :

“Iyaa kalo publikasi setiap jumat diumumin lewat masjid. Terus dicetak juga

pake kayak kertas biasa gitu, di printt kan, terus ditempel. Tapii, kalo dari

BKM itu pake spanduk trus biasa ditempel disini, di belakang, besaaar

spanduknya.” (wawancara 13 Juni 2017)

Selain sebagai mantan anggota BKM, mas Zein juga dikenal sebagai aktivis

desa yang sering turut berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan

pembangunan di Desa Bajur. Selain itu mas Zein juga pembimbing Kepala

Dusun di dusunnya, sehingga mas Zein sangat paham terkait kegiatan Dana

Desa tersebut. Selain publikasi di tingkat desa tersebut, publikasi juga ada di

masing – masing dusun. Menurut Pak Haji Musleh, Ketua LPMD di Desa Bajur,

untuk menghindari pemikiran negatif dari masyarakat tentang Dana Desa,

masyarakat juga disosialisasi terkait Dana Desa melalui pengajian-pengajian di

masing-masing dusun, berikut pernyataanya :

“.... Itulah faktor2 penghambat yang muncul seperti itu, kita sebarr. Kita

sebarr, kadang melalui pengajian-pengajian, “jadi dana desa sekarang

adaa bla bla, silahkan tanyaakan”. .... Iya ditempel2, sekarang ini kan

sedang dibikin. Di tempat pembangunan-pembangunan itu juga ditempel.

Cuman kan ini karena kantor desanya masih baru, tempat menempelnya

ini yang sulit. Nempelnya kan juga nggak sembarangan, kan takut dirobek-

robek juga kaya baliho-baliho di depan.” (wawancara Pak Haji Musleh, 22

Juni 2017)

Publikasi Dana Desa di Desa Bajur dapat dikatakan baik, walaupun

terkadang masih adanya masyarakat serta anak-anak yang iseng dengan

81

merusak publikasi yang ditempel-tempel seperti beberapa baliho calon kepala

daerah. Dengan adanya bantuan dari berbagai pihak tentunya desa akan

menjadi semakin transparan.

Kedua akuntabel, dalam melaksanakan kewajibanya untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan, pemanfaatan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakannya, Desa Bajur juga cukup baik dalam melaksanakan

asas tersebut. Seperti adanya laporan- laporan pertanggungjawaban terkait hasil

akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat di Desa

Bajur. Desa Bajur juga memiliki sekertaris desa yang cukup handal dalam

menangani laporan-laporan keuangan desa, walau terkadang mengalami

kesulitan akibat banyaknya perubahan dari undang- undang serta peraturan itu

sendiri setiap tahunnya.

Terkait pelaporannya, baik kepada masyarakat di Desa Bajur maupun

pemerintah daerah, pemerintah desa Bajur juga memiliki beberapa laporan

tersendiri, seperti LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban) yang berupa

laporan informasi penyelenggaraan pemerintahan selama satu tahun anggaran

yang disampaikan oleh daerah, serta LPPD yang berupa laporan atas

penyelenggaraan pemerintah daerah selama 1 tahun anggaran RKP (Rencana

Kerja Pemerintah). Berikut adalah pernyataan yang disampaikan oleh Bapak

Juaini selaku sekertaris Desa Bajur terkait pelaporan dan publikasi pelaporan di

Desa Bajur :

“Ada namanya LKPJ sama LPPD. LKPJ, laporan pertanggungjawaban

kepala desa. Kalau LPPD itu kan BPD, karena BPD perwakilan daripada

masyarakat. LKPJ, itu kabupaten. ..... publikasi dalam bentuk print out,

banner. Finile itu bentuk kegiatan program, biar masyarakat tau keuangan.

Kalau keterbukaan disini itu penting.” (wawancara Pak Juaini Sekdes Bajur,

19 juni 2017)

Menurut Bapak Juaini memang keterbukaan di Desa Bajur itu sangat

penting, hal ini sejalan dengan salah satu asas-asas pengelolaan keuangan

82

desa, yaitu prinsip akuntabel. Akan tetapi tentunya terdapat kendala-kendala

dalam pelaksanaanya. Seperti pelaporannya yang cukup ribet dan terlalu banyak

aturan, walaupun telah ada pendamping desa. Kesulitan ini tidak hanya dialami

oleh Desa Bajur saja, akan tetapi hampir semua desa di kecamatan Labuapi juga

mengalami kendala yang sama. Dalam wawancara oleh bapak Juaini terkait

kesulitan dalam pelaporan, berikut pernyataanya :

“Lumayann. Lumayan ribet, ribet sih, desa desa yang lain aja belum jadi,

Cuma 4 desa yang sudah. .... Memang didampingi kan, tapi banyak aturan

kan (didampingi oleh pendamping desa). Eee aturan banyak sekali.”

(wawancara 19 Juni 2017)

Desa Bajur menjadi salah satu desa yang dapat melakukan pengelolaan

keuangan serta pelaporan yang cukup baik. Hal ini didorong oleh adanya

penekanan yang kuat di dalam APBDes dan pengelolaan lainnya dari pemerintah

setempat di Kabupaten Lombok barat. Sehingga desa-desa di Kabupaten

Lombok Barat sangat jarang terkena masalah penyelewengan keuangan serta

tindakan yang merugikan lainnya yang pada akhirnya berurusan dengan BPK

(Badan Pemeriksan Keuangan). Kabupaten Lombok Barat memiliki prinsip yang

baik dalam mengawal adanya Dana Desa ini dari tingkat kabupaten hingga desa.

Sedikit berbeda dengan Kabupaten Lombok Tengan, Lombok Timur, serta

Kabupaten Lombok Utara dimana masih banyak desa yang tata kelola dan

penyelenggaraan pembangunannya tanpa melalui APBDes. Dalam hal ini

adanya keterlambatan dalam proses pelaporan keuangan dan pencairan dana di

desa-desa Kabupaten Lombok Barat memang terkadang harus dimaklumi,

karena mereka memang mengikuti dan menyesuaikan dengan peraturan-

peraturan yang selalu berubah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Juaini

tentang banyaknya aturan dalam laporan pertanggungjawaban keuangannya,

berikut penjelasannya :

83

“Bukan di desa Bajur ini saja, semuaa desa ini dikecamatan labuapi. Kalau

di lombok barat luar biasa penekanan didalam APBDes maupun lainnya.

Karena apa? kenapa dia telat untuk mencairkan dana? Karena dia itu takut

desa2 ini di Lombok barat terkena istilah seperti kena BPK, maupun apa.

Kalau Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, lainn beda dia,

tanpa melalui APBDes maupun apa, gepok keuangannya (asal pakai),

kalau kita diatur melalui kabupaten makanya lama pencairan. “Biar tidak

ribet besok”, dia bilang begitu. Intinya kita repot dulu biar besokk enak kan

kita, dibandingkan kita gepok keuangannya tapi pineng besok (pusing).

Intinya seperti ini, dulu laporan APBDes kita kita masuk masukkan uang

uangnya, kalau sekarang lengkap dengan RAB, dan sebagainya...”

(wawancara 19 Juni 2017)

Ketiga, Partisipatif, tentunya asas ini juga sangat penting mewujudkan

praktik pemerintahan yang baik. Desa Bajur juga telah menerapkan asas ini,

masyarakat di Desa bajur dituntut untuk berpartisipasi atau ukut serta dalam

rapat dan pelaksanaan pembangunannya. Tidak itu saja, Desa Bajur telah

mengikutsertakan kelembagaan desa dan berbagai unsur masyarakat. Sehingga

ada beberapa lembaga yang bertugas untuk mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi serta memancing masyarakat desa untuk menyampaikan

aspirasinya saat rapat berlangsung. Antusias masyarakat cukup tinggi, walau

mayoritas profesi masyarakat di Desa Bajur sebaga pedagang, yang

mengharuskan mereka untuk mencari nafkah seharian, bahkan hingga keluar

kota untuk berdagang. Seperti yang disampaikan oleh Kepala Desa Bajur

tentang partisipasi masyarakat saat musyawarah berlangsung, berikut

penjelasannya :

“Iya, lumayan, mereka antusias.. walaupun sebagian besar warga di desa

ini profesnya sebagai pedangang, jadi ya mereka sering keluar kota untuk

jualan.” (Wawancara Pak Ahmad Rusni, Kepala Desa Bajur,17 Juni 2017)

Saat musyawarah berlangsung, masyarakat di Desa Bajur cenderung

antusias dan tentunya juga kritis terhadap masalah yang ada. Terutama ketika

membahas program pembangunan dan pemberdayaan. Bapak Haji Musleh

84

selaku Ketua LPMD desa Bajur menjelaskan bahwa masyarakat sangat kritis

ketika membahas terkait program pelatihan-pelatihan yang ada. Jika terkait

masalah anggaran pemerintahan itu lebih urusan ke pemerintah desanya.

Disamping itu tentunya ada banya lapisan masyarakat yang berpartisipasi,

seperti kepala dusun, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda pemudi, ibu-ibu

PKK, lembaga lain, dan lainnya. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Haji Musleh dalam

wawancaranya ketika peneliti menanyakan terkait bagaimana partisipasi

masyarakat di Desa Bajur :

“yaa lumayan lah, untuk masyarakat ini bukan hanya masyarakat saja, tapi

kan ada tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda yang ditabekkan

(pemuda yang dihormati/didahulukan).” (wawancara Pak Haji Hamzad, 28

Juni 2017)

Menurut Pak Haji Hamzad, tokoh masyarakat maupun agama di Desa Bajur,

ia juga diwajibkan untuk ikut musyawarah yang berlangsung, terutama di

dusunnya (Dusun Tempit). Musyawarah di Dusun Tempit terkadang

dilaksanakan di masjid atau aula luas di pekarangan Pak Haji Hamzad yang

biasa digunakan untuk mengajar anak pesantren mengaji. Dengan demikian

Desa Bajur telah menerapkan salah satu asas pengelolaan keuangan desa, yaitu

partisipatif.

Keempat, asas tertib dan disiplin anggaran, dalam masalah tertib dan

disiplin anggaran, desa dituntut untuk mengelola keuangannya yang berdasarkan

pada aturan dan pedoman yang melandasinya. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan Kepala Desa Bajur dan Sekertaris Desa, dapat disimpulkan

bahwa Desa Bajur telah berusaha menerapkan asas tertib dan disiplin anggaran.

Namun, pelaksanaan asas keempat di Desa Bajur tersebut belum bisa dikatakan

sempurna. Masih selalu terlambatnya pencairan Dana Desa di Desa Bajur, hal ini

disebabkan oleh peraturan yang berubah-ubah sehingga sedikit menyulitkan

pemerintah desa, karena mereka harus menyesuaikan kembali dengan peraturan

85

baru tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Juaini, Sekertaris Desa Bajur

bahwa Dana Desa di Desa Bajur memang selalu terlambat, dana tersebut telah

berada di rekening, tetapi sangat susah untuk dicairkan.

Menurut Bapak Juaini, memang terdapat alasan-alasan tertentu mengapa

Dana Desa di Desa Bajur selalu terlambat. Pertama, desa diberikan syarat,

syaratnya adalah untuk menyelesaikan RKP (Rencana Kerja Pemerintah)

terlebih dahulu dan diwajibkan menggunakan Siskudes, sistem aplikasi

keuangan desa 2017. Selanjutnya, diberikan syarat laporan acc tahun 2016.

Padahal menurutnya, dana tersebut tidak mungkin langsung dikerjakan dan

laporan langsung selesai. Permasalahan ini menurutnya serempak terjadi di

semua desa di Kecamatan Labuapi maupun Lombok Barat. Berikut adalah hasil

penyampaian Pak Juaini terkait alasan keterlambatan Dana Desa :

“Memang selalu terlambat, cairnya! Sekarang bulan juni ini belum

cair! Sudah ada di rekening tapi susah cair. .... alasan terlambatnya adalah,

karena kita diberikan syarat.. persyaratannya adalah, satuu, harus jadi RKP

dan siskudes (sistem keuangan desa) namaanya 2017 ini, sistem keuangan

desa, aplikasinya ya. Makanya itu jadi lambat mas.. Keduaa, kita diberikan

syarat laporan acc tahun 2016. Alasan laporan belum selesai, karena dana

ini kan ndak mungkin kita kerjakan langsung jadi laporan kan. Masak dana

cair bulan Juni, termin ini langsung jadi. Kan ndak mungkin program

langsung jalan. Bagaimana kita musti laporin?? Itulah kendala kita semua

desa di kecamatan Labuapi maupun di lombok barat ini.” (wawancara 19

Juni 2017).

4.2.3 Pembangunan Desa di Desa Bajur

Besar Dana Desa di desa bajur pada tahun 2016 adalah sebesar 740,9 juta,

sedangkan dari Alokasi Dana Desa yaitu sebesar 754,6 juta. Dimana sekitar 80%

dari Dana Desa tersebut digunakan pada Bidang Pembangunan Desa, yaitu

sebesar 616 Juta. Bidang pembangunan sendiri di Desa Bajur pada tahun 2016

adalah pembangunan rabat beton semua. Dimana 80% dari Dana Desa tersebut

habis digunakan untuk pembangunan rabat beton di beberapa lokasi.Kemudian

86

sisanya digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat, seperti kegiatan

posyandu, pengadaan alat dan pelatihan perbengkelan untuk karang taruna,

serta peningkatan kapasitas PKK.

Memang, jumlah Alokasi Dana Desa di Desa Bajur lebih besar daripada

jumlah Dana Desanya. Selain itu jika dilihat pada tahun 2015 jumlah Dana Desa

di desa Bajur sebesar 323.7 Juta sedangkan Alokasi Dana Desanya lebih besar,

yaitu 416.3 Juta.

Dalam proses pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Bajur,

sudah sesuai dengan pasal 80 pada undang-undang Dana Desa no 6 tahun

2014 yaitu dimana pemerintah desa Bajur telah mengikutsertakan masyarakat

dan berbagai lembaga dala proses perencanaan pembangunan desa. Dimana

dari program tersebut sebagian besar digunakan untuk pembangunan

infrastruktur, program tersebut ditentukan melalui keputusan bersama. Seperti

yang dikatakan Kepala Desa Bajur:

“kita kumpulkan masyarakatnya dulu. Yang pertama itu ada MUSDes,

terus yang kedua ada MUSDus. Tiap kepala dusun mengumpulkan

masyarakat di dusunnya masing-masing buat membahas rencana

pembangunannya. Setelah itu kepala dusun menyampaikan aspirasi dari

masing – masing masyarakatnya saat MUSDes. Pastinya disana rapat

bersama tokoh tokoh masyarakat juga, yaa tahapnya seperti itu..

Semacam rapat Pleno lah..” (wawancara Pak Ahmad Rusni,Kepala Desa,

17 Juni 2017).

Keterlibatan dan partisipasi masyarakat di desa bajur saat musyawarah juga

tergolong cukup. Hal ini disebabkan oleh mayoritas profesi masyarakat desa

bajur sebagai pedagang, sehingga terkadang tidak sedikit dari mereka yang

berhalangan hahadir. Walau demikian, berkat dorongan Kepala Dusun masing –

masing dusun, banyak dari mereka yang sangat antusias menyampaikan

aspirasinya pada saat musyawarah. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Desa

terkait partisipasi masyarakat saat musyawarah, berikut pernyataanya :

87

“ iya, lumayan, mereka antusias.. Walaupun sebagian besar warga di

desa ini profesinya kan sebagai pedagang, jadii ya mereka sering keluar

kota untuk jualan”. (wawancara 17 Juni 2017)

Semenjak tahun 2015, sudah banyak program yang terlaksana di Desa

Bajur.Berdasarkan pernyataan Kepala Desa, program – program tersebut dibagi

menjadi beberapa kategori, program yang lebih diperhatikan yaitu program

pembangunan dan program pemberdayaan. Menurutnya, semua yang

dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan apa yang di amanatkan oleh undang-

undang dan beserta peraturan pemerintah lainnya. Berdasarkan pendidikannya,

Kepala Desa Bajur merupakan seorang lulusan sarjana hukum, sehingga ia

sangat paham jika membahas mengenai undang-undang. “Sudah banyak

kegiatannya, kalau dari tahun 2015 itu ada namanya program pembangunan dan

program pemberdayaan. Semua sudah kita laksanakan, itu kan sesuai dalam

amanat undang-undang, dan di PP juga ada”, tanggap Kepala Desa.

Tentunya untuk membantu Pemerintah desa dalam meningkatkan

pembangunan di desanya, pemerintah desa Bajur juga bekerjasama dengan

lembaga – lembaga tertentu. Seperti KPMD (Kader Pemberdayaan Masyarakat

Desa) yang bertugas turut membantu masyarakat di Desa Bajur agar aktif dalam

mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh desa.

Tugas kepala desa Bajur sendiri dalam kegiatan Dana Desa ini yaitu lebih

banyak pada pelaporan. Dimana Kepala Desa harus menyampaikan laporan

kepada Bupati maupun Walikota mengenai berbagai macam

pertanggungjawaban. Laporan tersebut juga tidak langsung ke Bupati, tetapi

dilaporkan dulu melalui camat. Sehingga pada saat wawancara dengan Kepala

Desa Bajur yaitu Bapak Ahmad Rusni, peneliti hanya bisa mewawancara beliau

dengan waktu yang terbatas. Karena Bapak Rusni mengatakan ,bahwa ia sudah

88

ditunggu oleh pihak kecamatan untuk menyerahkan laporan, dan hanya

beberapa desa saja yang belum, termasuk Desa Bajur. Dari pernyataan tersebut

telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 pada pasal 48 dan

49, dimana dijelaskan bahwa tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban kepala

desa adalah menyampaikan berbagai macam laporan ke Bupati/walikota melalui

camat. Laporan tersebut bermacam-macam, ada laporan pertanggungjawaban

pemerintah desa, pertanggungjawaba pelaksanaan pembangunan, pelaksanaan

pembinaan kemasyarakatan, maupun laporan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat.

Disisi lain Kepala Desa juga dibantu oleh LPMD (lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa) dalam mensukseskan Dana Desa tersebut. Dimana

pemerintah desa dan LPMD memiliki visi misi yang sejalan, yaitu tentunya untuk

membangun desa Bajur menjadi lebih baik. Dalam hal ini tugas LPMD menurut

Pak Haji Musleh, selaku ketuanya yaitu menghimpun serta mencari data-data

terkait bagaimana aspirasi masyarakat, terutama saat musyawarah berlangsung.

Mereka terus menemani jalannya proses mekanisme Dana Desa di Desa Bajur

tersebut, apa yang dibutuhkan dan tentunya bersinergi dengan Kepala Desa.

Kemudian tidak hanya mengawal dana desa di tahap perencanaan, LPMD di

Desa Bajur juga mengawasi semua pelaksanaan kegiatannya. Menurutnya,

disana juga ada petugasnya masing-masing yang memantau. Di lain hal, LPMD

juga memiliki berbagai bidang, ada bidang agama, pendidikan, lingkungan hidup,

dan lain sebagainya. Bidang tersebut juga menjelaskan terkait berbagai macam

masalah yang terjadi pada tahun sebelumnya, seperti halnya terjadi kesehatan

yang buruk pada 35balita, sehingga tentunya harus ada program untuk

mengantisipasi masalah tersebut. Kemudian seperti guru-guru ngaji yang selama

ini pendapatannya masih memprihatinkan, itu juga diusulkan. Berikut adalah

pernyataan pak Haji Musleh selaku Ketua LPMD :

89

“Jadi masing2 itu ada usulan nanti, misal saat ini ada rapat terakhir

musyawarah ada yang mengusulkan bagian kesehatan. PMD, ya PMD...

karena berangkat dari tahun kemarin, jumlah balita yang masuk garis

merah itu sangat signifikan, ada 35 kasus, jadi bagian kesehatan

mengusulkan itu. Kalau keagamaan ini yang perlu diperhatikan, guru2

ngaji tidak ada perhatian dari pemerintah, nahh itu juga yang kita usulkan,

sehingga guru ngaji itu dapet juga dia dari dana itu.” (wawancara Pak Haji

Musleh, 22 Juni 2017).

Sosialisasi secara informal juga menjadi salah satu tugas Pak Haji Musleh

beserta timnya. Dimana masih banyak masyarakat yang belum mengetahui

tentang adanya program Dana Dana desa tersebut, bahkan masih banyak

masyarakat yang berfikiran negatif terkait adanya berbagai macam program yang

menggunakan Dana Desa tersebut, salah satunya adalah program bedah rumah

yang pernah dilakukan Desa Bajur. LPMD juga ada yang di desa dan ada yang

di Kecamatan, menurut Pak Haji Musleh, tugas LPMD yang di kecamatan itu lebh

kepada pendampingan, dimana mereka memberikan pelatihan-pelatihan kepada

pemerintah desa beserta lembaga-lembaga lain. Dilain hal, visi misi mereka

jugapastinya harus sejalan dengan pemerintah desa.

Kemudian, kecamatan di Labuapi dalam hal ini juga memiliki banyak peran.

Ada beberapa peran utama mereka, jika menurut kepala Desa Bajur, Bapak

Ahmad Rusni kecamatan memiliki tugas untuk koordinator ke Bupati. Dimana

segala informasi yang ingin dilaporkan itu semua melalui kecamatan. Kemudian,

segala pelaporan dan pertanggungjawaban yang akan di serahkan ke bupati itu

semuanya melalui camat. Serta, kecamatan juga memiliki orang-orang untuk

mendampingi desa, mereka disebut pendamping dari kecamatan. Berikut adalah

pernyataan Bapak Ahmad Rusni mengenai hubungan kecamatan dengan desa

Bajur:

“kecamatan kan tugasnya istilahnya sebagai koordinasi ke Bupati. Jadi

kalau ada info apa-apa gitu biasanya lewat kecamatan, atau pelaporan

tanggung jawab ke bupati lewat situ. Mereka juga kan sebagai pembina,

90

ada lah pendamping dari kecamatan juga.” (wawancara Kades, 17 Juni

2017)

Kemudian seperti dalam tahap pencairan dananya juga, seletah pemerintah

desa menyusun APBDes, Desa Bajur harus mendapatkan rekomendasi dari

kecamatan dahulu, baru setelah itu ke kabupaten, hal tersebut disampaikan oleh

Pak Juaini selaku sekertaris desa Bajur. Menurutnya kecamatan juga sering

memberikan pendampingan, seperti halnya dalam perencanaan RKP itu pihak

kecamatan turut membantu juga. Seperti halnya yang dikatakan pak Haji Musleh,

ketua LPMD desa Bajur, selain dalam bentuk pendampingan, kecamatan juga

memberikan pelatihan-pelatihan serta terkadang melakukan ajang sosialisasi.

Hal tersebut sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pasal 23,

dimana dijelaskan bupati/walikota dapat mendelegasikan pelaksanaan evaluasi

rancangan peraturan desa tentang APB Desa kepada camat atau sebutan

lain. Selain itu juga, camat mempunyai peran dalam hal penyampaian Laporan

Realisasi APB Desa dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan

APB Desa kepada bupati/walikota.

Telah dijelaskan juga dalam Permendagri No. 46 Tahun 2016 tentang

Laporan Kepala Desa, dalam halnya Pasal 13, Camat diberikan kewenangan

melakukan fasilitasi dan koordinasi penyusunan laporan Kepala Desa di

wilayahnya. Kemudian camat tidak memiliki wewenang untuk melakukan

pengawasan laporan Kepala Desa, dimana tugas pengawasan itu merupakan

tanggngjawab bupati/walikota. Dimana dalam permendagri tersebut tugas camat

sebagian besar lebih kepada fasilitasi dan koordinasi.

Terakhir, tidak hanya itu, Kepala Dusun di desa Bajur juga memiliki peranan

yang sangat penting. Peranan Kepala Dusun di Desa Bajur salah satunya adalah

menghimpun serta mengumpulkan data terkait masyarakat desa. Kantor kepala

dusun juga menjadi satu dengan kantor desa. Karena sekarang semua telah

91

menerapkan sistem LTSP atau Layanan Terpadu Satu Pintu. Seperti yang

dikatakan mas Zein, salah satu mantan anggota BKM yang sekarang aktif dalam

berbagai kegiatan pembangunan di Desa Bajur :

“Iyaa memang disana kantornya dia, barengan kita. Kayak BUMDes itu,

Badan Usaha Milik Desa disana juga kantornya. Sekarang ituu semua

“LTSP” mas, tau kan? Layanan Terpadu Satu Pintu, jadi satu dah semua

disana. “ (wawancara 13 Juni 2017).

Pada saat itu kebetulan ada Bapak Khairul yang ikut berkumpul, Bapak

Khairul adalah Kepala Dusun di Dusun Tempit Desa Bajur (Dusun tempat pak

Haji Hamzad dan Mas Zein tinggal). Berdasarkan pernyataan Bapak Khairul, saat

itu kesibukan pak Khairul adalah melakukan program pendataan. Pendataan

tersebut adalah program dari kepala lingkungan, sehingga masing-masing

Kepala Dusun harus terjun ke masyarakatnya untuk mengumpulkan berbagai

informasi yang dibutuhkan, seperti dalam RT, bahkan data pernikahan.

Sepertihalnya dalam tahap perencanaan di desa Bajur ini. Tahap pertama

setiap kepala dusun mengumpulkan masyarakatnya dan melakukan musyawarah

yang disebut musdus. Kemudian selanjutnya mereka melakukan musyawarah

yang lebih besar, hasil dari musdus tersbut dibawa ke desa, yang kemudian

disebut Musdes (musyawarah desa), dan terakhir Musrenbangdes. Tentunya

keaktifan, kemampuan kepemimpinan serta kecakapann komunikasi dari Kepala

Dusun menjadi hal yang utama dalam membangun dusun mereka masing-

masing. Tidak heran jika tugas Kepala Dusun semakin lama semakin besar,

mereka dituntut untuk memiliki mental yang kuat dan tahan dari berbagai macam

tekanan.

4.2.4 Tahap Pembangunan Desa dan Pengelolaan Keuangan di Desa Bajur

Dalam Undang-undang no.6 tahun 2014, pada pasal 78 tentang

Pembangunan Desa, telah dijelaskan bahwa dalam pembangunan desa meliputi

92

tahap perncanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Kemudian dalam pengelolaan

keuangannya, ada beberapa tahap utama, sama halnya dalam undang-undang

tersebut, tahap-tahap itu adalah perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban. (BPKP, Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa,

2015)

4.2.4.1 Perencanaan

Didalam UU Desa Pasal 78 dan 79 mewajibkan pemerintah desa untuk

melaksanakan perencanaan pembangunan desa dalam rangka menyusun

visinya tantang membangun desa antara masyarakat dan pemerintahan desa.

Kemudian, visi bersama itu akhirnya diselaraskan serta harus sejalan dengan

rencana pembangunan kabupaten/kota yang dituangkan dalam dokumen jangka

menengah (RPJM Desa) dan rencana kerja pemerintah desa (RKP Desa) serta

ditetapkandengan peraturan desa.

Di Dalam tahap perencanaan ini, dalam Rencana Panjang Jangka

Menengah Desa di desa bajur ini telah melingkup semuanya. Pada saat itu

prioritas nya lebih ke Program Pembangunan, Pemerintahan, Pemberdayaan,

dan sebagai tambahan yaitu pembinaan. Dimana menurutnya itu telah sesuai

dengan apa yang telah diprogramkan dari pusat.

Dari urutannya, Program dengan dana paling besar d Desa Bajur adalan

program pembangunan, kemudian diikuti oleh pemberdayaan. Program

pembangunan tersebut ada banyak jenisnya. Dinana pada tahun 2016 yang

utama itu adalah program “Rabat Beton”. Pembangunan Rabat Beton di dusun-

dusun, yaitu gang-gang untuk maasuk ke pemukiman. Jalan yang dulunya rusak

dan berlubang kinni telah disulap menjadi jalanan berbahan dasar beton.

Perencanaan Pembangunan Desa d Desa Bajur meliputi RPJM Desa dan

RKP Desa yang disusun secara berjangka sesuai dengan amanat yang tertera

93

dalam undang-undang. Kemudian, di dalam tahap perencanaan di Desa Bajur ini

membahas tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM

Desa) untuk jangka waktu 6 tahun yang dibahas saat rapat Musrenbangdes

(Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa). Selanjutnya, Rencana

Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah

Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1 tahun juga dibahas saat

Musrenbangdes.

Dalam rapat tersebut tentunya Desa Bajur juga mengundang berbagai

macam kalangan masyarakat, dari masyarakat umum, kemlompok masyarakat,

pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta LPMD. Seperti yang

disampaikan Kepala Desa Bajur, Bapak Ahmad Rusni mengenai tahap

perencanaan di Desa Bajur, berikut penjelasannya :

“Kita kumpulkan masyarakatnya dulu,.. yang pertama itu ada MUSDes,

terus yang kedua ada MUSDus. Tiap kepala dusun mengumpulkan

masyarakat di dusunnya masing-masing buat membahas rencana

pembangunannya. Setelah itu kepala dusun menyampaikan aspirasi dari

masing – masing masyarakatnya saat MUSDes. Pastinya disana rapat

bersama tokoh tokoh masyarakat juga, yaa tahapnya seperti itu..

Semacam rapat Pleno lah..” (wawancara dengan Bapak Ahmad Rusni,

Kepala Desa Bajur. Kamis, 15 Juni 2017)

Seperti halnya yang dikatakan juga oleh Pak Haji Hamzad, tokoh

masyarakat di Desa Bajur. Ia juga selalu diundang untuk mengikuti rapat, rapat

tersebut juga dihadiri oleh masing-masing kepala dusun di Desa Bajur.

Terkadang rapat tersebut ada yang dilaksanakan di masjid besar depan rumah

pak Haji Hamzad atau terkadang jika tidak terlalu banyak atau tidak keseluruhan

dilaksanakan di aula pekarangan rumah Pak Haji Hamzad, yang biasa juga

dipakai anak-anak mengaji.

Dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Des) yang

dilaksanakan pada saat rapat musrenbangdes di DesaBajur tersebut, tentunya

94

membahas banyak hal,seperti Evaluasi permasalahan tahun sebelumnya,

membahas program serta kegiatan yang akan diterapkan, dan masih banyak

lainnya. Musrenbangdes tersebut diadakan untuk menyepakati dan membahas

rancangan RKP Desa.

Menurut Pak Juaini Sekertaris Desa, pendamping desa sering turun ke desa

untuk membantu, terutama jika ada kesulitan. Saat menyusun RKP, para

pendamping desa inilah yang membantu juga. Sehingga dengan aadanya para

pendamping desa akan memudahkan pemerintah desa melaksanakan tugasnya.

Tahap perencanaan di desa bajur sudah sesuai dengan standar yang

tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014

Tentang Pedoman Pembangunan Desa. Sedangkan yang dimaksud

perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat secara partisipatif guna

pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan desa.

Dalam tahap perencanaan di desa Bajur ini menerapkan sistem dari bawah

ke atas, sama seperti dengan perencanaan umumnya. Tahap pertama setiap

kepala dusun mengumpulkan masyarakatnya dan melakukan musyawarah yang

disebut musdus. Kemudian selanjutnya mereka melakukan musyawarah yang

lebih besar, hasil dari musdus tersbut dibawa ke desa, yang kemudian disebut

Musdes (musyawarah desa), dan terakhir Musrenbangdes.

95

Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Dalam Juklak Biokom, BPKP (2015) dijelaskan bahwa di dalam UU Desa

pasal 80 menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan desa dilakukan

dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Ketentuan ini dijabarkan lebih

lanjut di dalam PP No. 43 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa partisipasi

masyarakat di dalam proses perencanaan pembangunan desa dilakukan

melalui pelaksanaan Musyawarah Desa (Musdes) dan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa).

Penyusunan dokumen RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan secara

partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat desa. Pasal 15

Permendagri No. 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pembangunan Desa menjelaskan bahwa unsur masyarakat desa yang perlu

dilibatkan antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh

pendidikan, kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok

perempuan, kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok masyarakat

miskin, dam kelompok lainnya.

Agar proses partisipatif bisa berjalan dengan baik, maka diperlukan

fasilitator yang mengerti bagaimana menggunakan metode partisipatif. Pasal 16

Permendagri No. 114 Tahun 2014 menjelaskan beberapa alat yang dapat

digunakan di dalam diskusi, yaitu sketsa desa, kalender musim, dan bagan

kelembagaan desa.

Sumber : juklak Biokom

4.2.4.2 Pelaksanaan

Program prioritas dan unggulan dari Dana Desa di Desa Bajur adalah

pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut dapat

96

dilihat dari 3 hal. Pertama, berdasarkan wawancara, dimana Kepala Desa,

Sekertaris Desa, Ketua LPMD, serta informan lainnya telah menjelaskan hal

tersebut secara detail. Kemudian kedua, dapat dilihat langsung oleh peneliti saat

terjun langsung ke lapangan, dimana peneliti berkeliling untuk melihat program-

program yang telah dilaksanakan. Ketiga, peneliti juga tentunya melihat laporan

APBDes Desa Bajur serta melihat rincian anggarannya.

Dalam pelaksanaan keuangan desa yang tertera dalam Juklak Bimkom

Pengelolaan Keuangan Desa (2015), terdapat beberapa hal atau prinsip yang

harus ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu

diantaranya adalah bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran desa

dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa. Kemudian, pencairan dana dalam

Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.

Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan ditetapkan oleh pemerintah

kabupaten/kota. Dengan pengaturan tersebut, maka pembayaran kepada pihak

ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke rekening bank pihak ketiga.

Dalam penerapan pelaksanaanya tahun 2016, sebesar 80% Dana Desa

tersebut dilalokasikan untuk program pembangunan, yaitu program Rabat Beton.

Kemudian sisanya digunakan untuk program pemberdayaan. Proporsi antara

program pembangunan dengan pemberdayaan adalah sekitar 8:1. Sedangkan

biaya operasional pemerintahan desa sendiri tidak mengunakan Dana Desa,

tetapi lebih menggunakan biaya Alokasi Dana Desa (ADD).

Program yang terlaksana pada tahun 2016 sudah 100% selesai. Dana

tersebut telah tersalurkan semuanya sesuai dengan perencanaanya. Hingga

pada saat itu laporan telah siap untuk dikirim ke pemerintah daerah. walau ada

beberapa item yang belum, seperti BPJS yang tidak bisa dilaksanakan, bantuan

tidak terduga, dan listrik. Alasanya karena keterlambatan menyetor dan untuk

97

bantuan tidak terduga, itu hanya sebagai cadangan saja. Berikut adalah apa

yang disampaikan Pak Juaini, Sekertaris desa mengenai terlaksananya program

2016:

“Ohh yang sudah di acc kan pekerjaanya? Pembangunannya yang sudah

100%.. pemberdayaan.. semuanyaaa sudah dilakukan. Udah selesai semua,

makanya laporan ini mau kita kirim. Cumaa yang 3 item belum, pertama

BPJS, yang tdk bisa kita laksanakan, trus ada namanya “bantuan tidak

terduga”, kemudian ada yang separuh, listrik ini yang masih kurang. ......

Karena keterlambatan utk menyetor itu, dann bantuan tidak terduga belum

ada kejadian yg bisa dianggap untuk dibantu.. iyaa, untuk cadangan kejadian

alam, gempa bumi, banjirr.. tapi ndak ada satu tahun ini.” (wawancara 19 Juni

2017)

Masyarakat desa bajur sangat antusias dengan adanya pelaksanaan

kegiatan pembangunan di Desa Bajur. Karena dengan adanya pembangunan di

Desa Bajur maka manfaat yang didapatkan akan semakin banyak.

Pelaksanaan pembangunan di desa Bajur yang berskala lokal dikelola

melalui swakelola desa, dimana pengerjaanya direncanakan, dikerjakan, serta

diawasi oleh masyarakat maupun desa. Kepala desa sebagai koordinator dalam

persiapan dan pelaksanaan pembangunan di desa Bajur. Tujuannya adalah

untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, dengan demikian masyarakat akan

bergotong royong serta turut berpartisipasi dalam membangun desanya. Seperti

yang disampaikan oleh Bapak Juaini selaku sekertaris Desa Bajur, mengenai

pelaksanaan pembangunan yang biasa dilakukan swakelola atau diborong oleh

kontraktor. Berikut pernyataanya :

“Swakelola. Kita ada PTKD, Pelaksana Teknis Kegiatan dari Desa. Ada

LPM ada KPMD, itu yang mengawasi. Kalau yang menjadi pelaksana

adalah Pelaksana Teknis Kegiatan Desa (PTKD). Pengawasnya LPMD

sama KPMD.” (wawancara 19 Juni 2017)

Dalam pelaksanaanya, Kepala Desa Bajur menginformasikan dokumen RKP

Desa, APB Desa, dan rencana kerja kepada masyarakat Desa Bajur melalui

98

sosialisasi kegiatan. Sosialisasi tersebut dilakukan melalui berbagai macam

musyawarah, poster, papan informasi desa, serta baliho.

Pemerintah desa Bajur juga melibatkan masyarakat Desa Bajur serta

berbagai lembaga yang ada, seperti KPMD, ibu-ibu PKK, LPMD, kepala dusun,

dan masyarakat lain. Menurut Kepala Desa Bajur, mereka sangat membantu

dalam proses pembangunan di Desa Bajur. Seperti lembaga KPMD (Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa), dimana tugas KPMD tersebut mengajak serta

mendorong masyarakat agar aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan di

Desa Bajur. Berikut adalah pernyataan Kepala Desa Bajur, Bapak Ahmad Rusni

terkait lembaga-lembaga yang turut membantu pembangunan desa saat

berlangsung:

“yang pertama ada KPMD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa.. itu

tugasnya mengajak masyarakat supaya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan

dari desa ini, tentang musyawarah, dsb. Kemudian ada LPMD, disini kan

juga ada. Kepala dusun juga. Ibu ibu PKK ada, mereka aktif juga sebagai

mitra desa.” (wawancara 17 Juni 2017)

Dengan adanya keterlibatan semua pihak, diharapkan pembangunan akan

berjalan sesuai yang direncanakan serta akan dapat menghasilkan program

kerja dan kegiatan yang mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan

masyarakat di Desa Bajur secara inklusif serta sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh desa tersebut.

Dalam pekalsanaan kegiatan di Desa Bajur, tentunya pemerintah

kabupaten/kota turut hadir serta membantu dalam prosessnya melalui tenaga

pendamping profesional. Mereka turut memberikan banyak bantuan, seperti

dalam hal membina serta mengawasi pelaksanaan dalam penggunaan Dana

Desa tersebut. Menurut Kepala Desa Bajur, adanya pendamping desa tersebut

sangat membantu, pendamping desa merupakan dukungan yang utama dari

pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penggunaan Dana Desa.

99

Dimana pada saat itu menurut kepala desa, masyarakat masih kurang paham

terkait berbagai macam hal teknis dalam pembangunannya, seperti masalah

perhitungan RAB dan sebagainya. Oleh karena itu desa Bajur tentunya

membutuhkan bantuan dari pendamping desa yang diantaranya merupakan

orang-orang teknik sipil. Berikut adalah pernyataan Kepala Desa Bajur terkait

dukungan dari pemerintah :

“Pendamping desa itu yang utama, karena kan disini tau sendiri masyarakat

desa jenjang pendidikannya masih minim, jadi kita butuh pendamping desa

seperti orang teknik sipil, itu kan mereka bisa menghitung RAB dan mereka

mengarahkan ke sini situ.. “(wawancara 17 Juni 2017)

Tidak hanya itu, pendamping desa juga bermacam- macam. Ada yang dari

askot(Kota), kemudian kabupaten, serta provinsi. Tugas mereka hampir sama

yaitu memberi bimbingan, supervisi, serta pengawasan terhadap penggunaan

dan pengelolaan Dana Desa. Seperti contohnya, saat ada program baru di Desa

Bajur yaitu “Kotaku”, nantinya anggota BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)

tersebut diberi berbagai macam pelatihan maupun pendidikan oleh para

pendamping tersebut. Untuk pendamping yang bersifat pengawas itu lebih ke

pendamping provinsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mas Zein, salah satu

mantang anggota BKM di Desa Bajur. Seperti dengan pernyataanya tentang

bagaimana pendamping di Desa Bajur, seperti berikut :

“Dari Askot, Kota, Kabupaten sama Provinsi. Jadi, kalau ada program

baru kayak kotaku nanti anggota BKM itu diberi Pelatihan, Pendidikan.

Tugasnya sama aja sih, tapi kan ada yang di kota, kabupaten, sm

provinsi. Tp biasanya kalo yng di provinsi ngawas dia, pengawas itu.

Bagaimana jalannya, gimana cara memberi bimbingan yang askot sama

kabupaten.” (wawancara 13 Juni 2017)

Kemudian, kecamatan tentunya memiliki peranan tersendiri. Saat itu peneliti

menanyakan hubungan kecamatan ke desa itu seperti apa. Menurutnya camat

itu sebagai koordinator, dimana jika ada informasi itu pastinya melalui mereka.

Berikut adalah pernyataannya:

100

“kecamatan kan tugasnya istilahnya sebagai koordinasi ke Bupati. Jadi kalau

ada info apa-apa gitu biasanya lewat kecamatan, atau pelaporan tanggung

jawab ke bupati lewat situ. Mereka juga kan sebagai pembina, ada lah

pendamping dari kecamatan juga.” (wawancara 17 Juni 2017).

4.2.4.3 Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Tahap pelaporan keuangan di Desa Bajur meliputi segala aspek yang

berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi keuangan terkait

pelaksanaan pembangunan di Desa Bajur. Laporan tersebut adalah cacatan

informasi keuangan pemerintah di Desa Bajur selama periode tersebut, yang

digunakan untuk pertanggungjawaban dan menggambarkan bagaimana kinerja

pemerintahan desa Bajur.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pengelolaan keuangan

desa, kepala desa Bajur tentunya memiliki kewajiban untuk menyampaikan

laporan sebagai pertanggungjawaban. Sebagaimana telah diatur dalam PP

Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 Pasal 103 dan PP Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014.

Di Desa Bajur sendiri, dalam tahap pelaporannya ada banyak laporan yang

harus diserahkan, tidak hanya itu, laporan tersebut juga disampaikan ke

beberapa pihak, yaitu Bupati/walikota (kabupaten) yang terkadang melalui camat

serta ada juga yang disampaikan langsung ke BPD . Seperti Laporan Realisasi

Penggunaan Dana Desa yang dikirim setiap termin pertama dan kedua selesai.

Seperti apa yang disampaian Pak Juaini, sekertris Desa Bajur saat wawancara

mengenai laporan pertanggungjawaban. Berikut pernyataanya :

“Laporannya sih ada laporan Realisasi kita kirim setiap selesai termin

pertama dan kedua. Itu realisasi ya, belum laporan murni lain. Itu kita

kirim ke kabupaten.” (wawancara 19 Juni 2017)

101

Selain itu, masih ada laporan lain kepada masyarakat yang bernama LKPJ

(Laporan Keterangan Pertanggungjawaban) dan LPPD (Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah). LKPJ merupakan laporan keterangan

penyelenggaraan pemerintahan desa selama satu tahun anggaran, yang

disampaikan kepada BPD di Desa Bajur. Hal ini disampaikan oleh bapak Juaini

selaku sekertaris desa Bajur. Kedualaporan tersebut sebagai bahan evaluasi

atas kinerja Kepala Desa selama satu tahun. Berikut adalah pernyataanya :

“Ada namanya LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban) sama

LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah). LKPJ, laporan

pertanggungjawaban kepala desa. Kalau LPPD itu kan BPD, karena BPD

perwakilan daripada masyarakat. LKPJ, itu kabupaten.” (wawancara 19

Juni 2017).

Akan tetapi, tentunya terdapat kendala sendiri dalam proses pelaporannya.

Menurut Pak Juaini, selaku Sekertaris Desa Bajur, terkadang menemui berbagai

macam kesulitas saat menyusun laporan-laporan tersebut. Laporan tersebut

menurutnya lumayan ribet dan pada bulan Juni hanya 4 Desa yang sudah

selesai melaporkan. Banyaknya aturan dalam proses pelaporan menjadikan

kendala para pemerintah desa untuk menyusun laporan pertanggungjawaban

tersebut. Karena memang pada saat itu para pemerintahan desa dituntut untuk

mempelajari berbagai macam hal terkait Dana Desa, dan mendapatkan banyak

pelatihan agar kedepan mereka bisa menguasai di bidangnya masing-masing.

“Bukan di desa Bajur ini saja, semuaa desa ini dikecamatan Labuapi.

Kalau di lombok Barat luar biasa penekanan didalam APBDes maupun

lainnya. Karena apa? Kenapa dia telat untuk mencairkan dana? Karena

dia itu takut desa-desa ini di Lombok barat terkena istilah seperti kena

BPK, maupun apa. Kalau Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara,

lainn beda dia, tanpa melalui APBDes maupun apa, gepok (sikat)

keuangannya, kalau kita diatur melalui kabupaten makanya lama

pencairan. “Biar tidak ribet besok”, dia bilang begitu. Intinya kita repot

dulu biar besokk enak kan kita, dibandingkan kita gepok keuangannya

tapi pineng (pusing) besok. Intinya seperti ini, dulu laporan APBDes kita

kita masuk masukkan uang uangnya, kalau sekarang lengkap dengan

RAB, dan sebagainya...” (wawancara Pak Juaini, sekertaris Desa Bajur

102

saat wawancara terkait keterlambatan proses pealporan, 19 Juni 2017 di

Kantor Desa).

Kemudian, dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban (LPJ) di Desa

Bajur, pedamping kabupaten maupun pendamping kota tidak ikut mendampingi.

Sehingga jika ada masalah atau kesulitan dalam menyusun laporan

pertanggungjawaban, maka pemerintah desa yang konsultasi kesana.

Sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam undang-undang yang

mengutamakan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif, dimana

merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance),

maka pertanggungjawaban Dana Desa di Desa Bajur tentunya tidak hanya

disampaikan kepada pemerintah yang berwenang saja, tetapi juga harus

disampaikan kepada masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung, menurut pak Juaini selaku Sekertaris Desa Bajur, publikasi

kepada masyarakat ada berbagai macam, ada publikasi dalam bentuk poster

print out, kemudian banner yang dipasang di beberapa tempat. Menurutnya,

keterbukaan di desa Bajur itu sangat penting, oleh sebab itu masyarakat dapat

mengetahui informasi keuangan desa yang telah dipublikasi.

Kemudian, menurut pak Haji Hamzad seorang tokoh masyarakat di Desa

Bajur, publikasi di desa Bajur Alhamdulillah lancar. Dimana terdapat baliho-baliho

yang ditempel pada beberapa tempat yang ramai dan strategis. Kemudian

publikasi tersebut juga dilaporkan melalui speaker masjid masing-masing dusun.

Pastinya disana ada orang-orang tua yang ditabekkan (dihormati), kemudian

diberitau terkait pembahasan seputar Dana Desa.

Secara tidak langsung, pemerintah desa, LPMD, maupun pihak lain turut

mendukung adanya Dana Desa di Desa Bajur. Dukungan tersebut dapat melalui

ide, semangat gotong royong, maupun dalam bentuk diskusi yang positif terkait

Dana Desa dan pembangunan desa Bajur Kedepanya. Seperti contoh, terkadang

103

di Desa Bajur masih banyak masyarakat yang mengumpat dan menyebar berita

miring terkait Dana Desa, sehingga dengan adanya pemikiran-pemikiran negatif

tersebut dari masyarakat, tentunya sangat tidak mendukung bagi para

pemerintah desa serta masyarakat lain dalam proses pemangunannya.

Oleh sebab itu, pemerintah desa, masyarakat, kelompok-kelompok, maupun

lembaga-lembaga di Desa Bajur turut memberikan tanggapan serta jawaban

yang positif agar masyarakat paham sepenuhnya tentang apa itu Dana Desa.

Terkadang melalui perkumpulan-perkumpulan, pengajian, dan sebagainya.

Seperti yang disampaikan oleh Pak Haji Musleh, selaku Ketua LPMD di Desa

Bajur, mengenai antisipasi pemerintah desa dalam mendorong suksessnya

program dana desa tersebut. Berikut pernyataanya :

“Makanya kita sangat senang kalo ada temen2 bertanya tentang Dana

Desa.. kalau dia bertanya tentang Dana Desa, kan ada inginn

pengetahuannya bertambah. Tapi ingatt, di desa juga banyak orang-orang

yang tidak suka, contoh, dia nanya Dana Desa kepada orang-orang yang

buka pengelola Dana Desaa, hancurlah jadinyaa. Dananya 1 Milyar,

diceritakan 3 Milyar, kan suudzon yang muncul. Itulah faktor2 penghambat

yang muncul seperti itu, kita sebarr. Kita sebarr, kadang melalui pengajian-

pengajian, “jadi dana desa sekarang adaa...bla bla” silahkan tanyaakan.. “.

(wawancara 22 Juni 2017).

Kepala Desa Bajur juga telah mengatakan, bahwa dalam kegiatan Dana

Desa ini, pemerintah di Desa Bajur mempublikasikan laporan hasil kegiatannya

melalui Mic pengeras suara dari masjid, kemudian ada baliho yang dipasang di

pinggir jalan, serta poster-poster yang ditempel di lokasi yang strategis.

Pernyataan Kepala Desa tersebut sependapat dengan salah satu warga Desa

Bajur. Mas Zein, mantan anggota BKM (Badan Keswedayaan Masyarakat)

menjelaskan bahwa untuk publikasi biasa rutin diumumkan saat hari Jum’at

melalui pengeras suara masjid, dan ada beberapa item lain, seperti kertas poster

yang dicetak dan ditempel di beberapa tempat. Kemudian, dari BKM juga

menyediakan spanduk besar yang dipasang di pinggir jalan terkait publikasi

104

kegiatan di Desa Bajur. Kemudian, dari BKM juga menyediakan spanduk besar

yang dipasang di pinggir jalan terkait publikasi kegiatan di Desa Bajur.

Menurut mas Zein, mantan anggota BKM desa Bajur yang sekaligis aktif

dalam kegiatan pembangunan desa, pendapat mas Zein dapat dikategorikan

sebagai aspirasi dari masyarakat desa, menurutnya hasil-hasil pembangunan di

desa bajur bermanfaat semua. Dana tersebut tersalurkan sesuai dengan yang

tertera dalam rancangannya dan tidak ada istilah dana macet dan sebagainya.

Semua telah berjalan lancar dan sudah beres.

Dalam Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa yang dutilis oleh I

Nyoman Suhida (2016:94) dijelaskan bahwa laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDesa sesuai ketentuannya harus diinformasikan

kepada masyarakat secara tertulis melalui media informasi yang mudah di akses

oleh masyarakat, diantaranya adalah papan pengumuman, radio komunitas, dan

media informasi lainnya. Desa Bajur telah menerapkan hal tersebut, denan

melakukan publikasi melalui papan pengumuman, poster, baliho, musyawarah

desa, serta pengeras suara masjid.

4.2.5 Kendala dan Faktor Pendukung dalam Melaksanakan Program Dana

Desa di Desa Bajur

Dalam proses pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa Bajur, tentunya

terdapat banyak faktor yang mendukug suksesnya pembangunan tersebut. Akan

tetapi di sisi lain, ada juga kendala yang harus dihadapi pemerintah maupun

masyarakat desa Bajur untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

105

4.2.5.1 Kendala maupun Permasalahan dalam Pembangunan Desa di Desa

Bajur

4.2.5.1.1 Kendala Proses Pencairan

Pada saat itu di desa Bajur, hingga pada tanggal 13 Juni 2017, desa Bajur

belum menerima Dana Desa T.A 2017 dari pemerintah pusat. Sekertaris desa

sendiri saat itu sedang membuat laporan terhadap proses pembangunan desa

tahun 2016. Hal itu yang terjadi saat wawancara Sekertaris Desa di kantor Desa

Bajur.

Proses pencairan Dana Desa di Desa Bajur juga selalu terlambat,

pernyataan tersebut disampaikan oleh Bapak Juaini selaku Sekertaris Desa

Bajur. Seperti pada saat itu, tepatnya bulan Juni, dana desa tersebut belum juga

cait. Menurutnya, pada saati itu dana tersebut sudah ada di rekening desa tetapi

susah untuk dicairkan. Jika pencairan Dana Desa terlambat, maka tentunya akan

menghambat proses pembangunannya, sehingga tidak sesuai dengan yang

diperkirakan.

Alasan keterlambatan pencairan tersebut dikarenakan adanya berbagai

syarat, dimana syarat tersebut harus segera diselesaikan, sehingga cukup

memberatkan bagi pemerintah desa. Syarat tersebut pertama, harus

menyelesaikan Rencana Kerja Pemerintah. Kemudian, harus menyelesaikan

Suskudes (Sistem Keuangan Desa) yaitu aplikasi yang digunakan di tahun 2017

ini. Terakhir, desa harus memberikan laporan Acc tahun 2016, yang dimana

laporan tersebut belum selesai. Belum selesainya laporan tersebut dikarenakan

baru cairnya dana tersebut dan pembangunan masih berlangsung. Sehingga

keterlambatan dan kendala itu terjadi di semua desa di Kecamatan Labuapi

maupun kabupaten Lombok Barat ini. Berikut adalah pernyataan Pak Juaini

terkait alasan terlambatnya pencairan Dana Desa :

106

“Alasan terlambatnya adalah, karena kita diberikan syarat..

persyaratannya adalah, satuu, harus jadi RKP dan siskudes (sistem

keuangan desa) namaanya 2017 ini, sistem keuangan desa, aplikasinya

ya. Makanya itu jadi lambat mas.. Keduaa, kita diberikan syarat laporan

acc tahun 2016. Alasan laporan belum selesai, karena dana ini kan ndak

mungkin kita kerjakan langsung jadi laporan kan. Masak dana cair bulan

Juni, termin ini langsung jadi. Kan ndak mungkin program langsung jalan.

Bagaimana kita musti laporin?? Itulah kendala kita semua desa di

kecamatan Labuapi maupun di lombok barat ini.” (wawancara 19 Juni

2017)

4.2.5.1.2 Kendala Tahap Perencanaan

Di dalam tahap perencanaan walaupun sudah ada pendamping desa yang

bertugas membantu dalam proses perencanaanya, akan tetapi ada masalah

tersendiri. Masalah tersebut yaitu pada saat penyusunan RPJMDesa. Dimana

pemerintah desa kesulitan untuk menyusun RPJMDesa pada tahun ini.

RPJMDesa pada tahun ini terdapat banyak Bab, yaitu ada 9 Bab, berbeda

dengan tahun sebelumnya. Sehingga pada saat itu, RPJMDesa di Desa Bajur

belum selesai.

Aturan penggunaan 9 Bab tersebut menurut Bapak Juaini, Sekertaris Desa

Bajur merupakan aturan dari Kabupaten. Sehingga desa masih desa masih

belum cukup lancar dalam pengerjaanya, hingga pada Bulan Juni RPJMDesa

tersebut masih belum selesai dan dalam proses pengerjaan. Seperti ada yang

disampaikan oleh pak Juaini dalam wawancaranya di kantor desa. Berikut adalah

pernyataanya:

“pertama,.. disini kan kalo nggak salah ada 9 bab dia, kita dulu biasa bisa

jadi. Tapi kalo skrg belum bisa jadi RPJMDesnya. Kitaa mengacu pada

tahun yang dulu, karena dulu itu adalah semua kegiatan itu sudah ada di

RPJMDes yg dulu, kalo skrg ini yang 9 bab itu masih kita kerjakan.

Aturannya sekarang harus pakai bab, pakai 9 Bab, dari kabupaten.”

(wawancara 19 Juni 2017)

107

4.2.5.1.3 Kendala Proses Pelaksanaan atau Pembangunannya

Berdasarkan pernyataan Kepala Desa Bajur, terdapat beberapa kendala

dalam prosess kegiatan, seperti sumber daya manusia yang masih kurang

mendukung. Sehingga dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan pihak

desa tentunya membutuhkan bantuan dari luar, seperti pendamping desa.

“Kalau ada kegiatan pembangunan pastinya kan kita tidak bisa

melibatkan orang desa saja dek, SDMnya masih belum bagus. Kalau dari

pemerintah kan ada orang-orang teknik sipil yang bisa RAB, ngukur-

ngukur dan yang ahli di bidangnya.” ( Kepala Desa Bajur, rabu 14 Juni

2017).

Kemudian, ada sedikit kendala teknis dalam pembangunannya. Kendalanya

tersebut terdapat pada sulitnya mencari tukang di Desa Bajur. Terkadang proses

pembangunan tersebut agak terganggu akibat sulitnya mencari tukang. Karena

desa harus menunggu tukang yang sedia dan siap untu kerja. Pada saat itu

dimana tukang-tukang di desa bajur juga menyambi dengan berdagang dan

sebagian besar tukang lainnya telah digunakan dalam proses pembangunan

BTN atau perumahan-perumahan di sekitar desa Bajur.Alhasil, desa harus

menunggu mereka yang telah siap, sehingga hal tersebut mempengaruhi proses

pelaksanaan pembangunannya. Berikut adalah pernyataan Bapak Juaini,

sekertaris Desa Bajur :

“Biasa kendalanya Tukang. Kita kan di Bajur ini ibaratnya pedagang semua,

makanya kesulitan mencari tukang. Biasanya tukang itu banyak yang sambil

jualan-jualan, terus tukang2 banyak di BTN- BTN, nunggu dia kerja. Iyaa,

biasa tukang-tukang itu udah dikontak semua, ituu yang bikin kita nunggu...

siapa yang bisa kulpulkan 5 oang, 8 orang, 10 orang. Itu kendalanya.”

(wawancara 19 Juni 2017).

4.2.5.1.4 Kendala Tahap Pelaporan & Pertanggungjawaban

Dalam pelaporan dan pertanggungjawabannya Desa Bajur juga sudah

termasuk paham mengenai peraturan dan undang-undang yang ada. Akan

108

tetapi, dalam tahap pelaporan ternyata ada kendala lain yaitu, perubahan dari

UU yang menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah desa. Pemerintah

desa seperti kepala desa bahkan sekertaris desa dituntut untuk memahami

semua peraturan UU beserta perubahannya, tentunya dalam pengaplikasiannya

ini masih menjadi pengalaman baru bagi mereka. Semenjak banyak masalah

terkait Dana Desa di tahun 2015, tentunya perubahan UU membuat perubahan

terhadap peraturan pemerintah dan peraturan mentri lainnya, terutama peraturan

keuangannya. Pemerintah desa dituntut untuk beradaptasi dan siap dengan

segala jenis perubahan yang ada. Seperti tahap pelaporan yang sempat

berubah, serta adanya aplikasi-aplikasi baru yang harus digunakan. Berikut

adalah pernyataan Pak Ahmad Rusni, Kepala Desa Bajur mengenai

permasalahan Dana Desa :

“yahh masalah.. ada aja banyak sih, 2015 itu banyak masalah. Undang-

undangnya berubah sehingga peraturan pemerintah, peraturan mentri

keuangan beruubah semua.. Disitu kan kita harus menyesuaikan sama

peraturan pemerintah sana, harus belajar dan pahami undang-undangnya

lagi.. yaaa, semua harus kita paham itu.” (Wawancara Kepala Desa Bajur

17 Juni 2017)

Proses Penyusunan laporan – laporan pertanggungjawaban juga masih

cukup ribet. Sehingga pada saat itu dari banyak desa di Kecamatan Labuapi,

hanya 4 desa saja yang sudah selesai melaporkan. Aturan dalam laporan-

laporan tersebut sangat banyak, walaupun ada pendamping desa tetapi

aturannya banyak sekali.Hal tersebut disampaikan oleh Pak Juaini selaku

Sekertaris Desa Bajur.

Kesullitan tersebut menurutnya bukan hanya terjadi di desa Bajur saja, akan

tetapi di semua desa di Kecamatan Labuapi. Walau demikian Lombok Barat

merupakan kabutapen yang melakukan penekanan luar biasa di dalam APBDesa

maupun lainnya, berbeda denngan Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur,

109

dan Lombok Utara yang terkadang tanpa melalui APBDes maupun lainnya.

Sehinggan di Lombok Barat, sangat jarang terjadi permasalahan dalam

keuangannya yang melibatkan BPK. Berikut adalah pernyataan Bapak Juaini,

sekertaris Desa Bajur mengenai sulitnya penyusunan laporan-laporan keuangan

di desa Bajur :

“Bukan di desa Bajur ini saja, semuaa desa ini dikecamatan labuapi.

Kalau di lombok barat luar biasa penekanan didalam APBDes maupun

lainnya. Karena apa? Kenapa dia telat untuk mencairkan dana? Karena

dia itu takut desa2 ini di Lombok barat terkena istilah seperti kena BPK,

maupun apa. Kalau Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, lainn

beda dia, tanpa melalui APBDes maupun apa, gepok keuangannya, kalau

kita diatur melalui kabupaten makanya lama pencairan. “Biar tidak ribet

besok”, dia bilang begitu. Intinya kita repot dulu biar besokk enak kan kita,

dibandingkan kita gepok keuangannya tapi pineng besok. Intinya seperti

ini, dulu laporan APBDes kita kita masuk masukkan uang uangnya, kalau

sekarang lengkap dengan RAB, dan sebagainya....”. (wawancara 19 Juni

2017)

Akan tetapi, disisi lain Ketua LPMD, Pak Haji Musleh mengatakan bahwa

pada mekanisme pencairan itu belum ada masalah. Masalahnya itu hanya ada

pada mereka sendiri (Desa). Seperti contohnya yang keterlambatan SPJ seperti

di atas, kemudian keterlambatan Perdes, serta terakhir terkait keterlambatan

APBDes. Menurutnya masalah itu berasal dari desa sendiri, dimana segi internal

desa masih kurang, serta memang Dana Desa ini masih baru sehingga mereka

juga masih menyesuaikan. Jika mengenai membahas pusat, mereka tidak ada

masalah dan tetap lancar. Seperti berikut pernyataanya:

“ jadii, belum ada sih masalahnya. Yang jelas masalah itu ada pada kita

saja, contoh: keterlambatan SPJ, nahh itu dipersyaratkan kann;

keterlambatan Perdess, kan perdes itu yang harus ada; trus APBDes,

APBDes ada baru bisa pencairan dana. Nahh itu sajaa, kalau di bagian

sana belum ada sih. Iyaa, kalo disana (pusat) lancar sih. Cuman dari segi

internal desa yang masih kurang, namanya juga masi baruu ini kan, masi

tahun ini. Kalau kemarin kan dia pakai Pergub semua, sekarang

menggunakan Perdess kan, Permendagri. Dulu kan Pegrub

menggunakan uang itu. Kita dibikinkan kan, sekarang kan tidak.”

(wawancara Pak Haji Musleh, 22 Juni 2017)

110

4.2.5.1.5 Program yang Menimbulkan Kecemburuan Sosial

Kemudian, pada hari yang berbeda, peneliti melakukan wawancara dengan

Mas Zein, salah satu mantan anggota BKM di Desa Bajur. Menurutnya,Dana

Desa di Desa Bajur sudah bagus. Jika itu kendala atau permasalahan Dana

Desa yang dikenal dengan istilah “penyelewengan”, itu tidak ada dan tidak akan

terjadi. Sebab, Dana Desa di Desa Bajur telah diawasi dengan ketat oleh

masyarakat maupun lembaga lainnya. Dana Desa tersebut telah diawasi oleh

berbagai pihak, salah satunya adalah Asisten Kota (askot). Jika seandainya ada

terjadi penyelewengan dana, maka pihak provinsi akan langsung turun.

Akan tetapi tentunya dalam pelaksanaanya itu terdapat masalah tersendiri,

permasalahannya adalah pada program yang kurang tepat. Dimana saat adanya

program pembangunan rumah kumuh untuk warga itu tidak sesuai dengan

sasaran. Program tersebut hanya berlaku bagi masyarakat yang rumahnya

dipinggir jalan. Padahal masih banyak masyarakat miskin yang jauh lebih

membutuhkan program tersebut yang bertempat tinggal di dalam perkampungan.

Hal ini juga sependapat dengan pernyataan Kepala Dusun di Desa Bajur,

bapak Khairul. Pak Khairul menyatakan bahwa program rumah kumuh tersebut

terlalu ribet. Masyarakat yang mendapatkan program tersebut harus bertempat

tinggal di pinggir gang. Jika rumahnya di dalam itu tidak akan dapat, walaupun

rumah tersebut sudah tidak layak huni. Mereka menanyakan dengan tegas,

apakah memang seperti itu kah aturanya? Tanya mas Zein. Berikut adalah

pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Khairul selaku Kepala Dusun Desa

Bajur.

“Cumaaa permasalahannya rumah kumuh inii, terlalu ribet dia.. Musti di

pinggir jalannn, di pingir gangg.. kalo di dalem nggak dapet, walopun

rumah orang udah nggak layak hunii ndak dapett dia.” (wawancara Pak

Khairul, Kepala Dusun Tempit, 28 Juni 2017)

111

Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan pak Haji Musleh selaku

Ketua LPMD desa Bajur, dimana ia mengatakan bahwa desa masih belum berani

juga untuk melanjutkan program Bedah Rumah tersebut. Meskipun bedah rumah

tersebut ditujukan kepada fakir miskin, akan tetapi menurutnya hal itu memang

sangat rawan. Rawan terjadi konflik sosial, dimana masyarakat miskin yang lain

saling berebut. Seperti potongan pembicaraan yang peneliti ambil dari Pak Haji

Musleh mengenai program-program yang bermanfaat di Desa Bajur, berikut

pernyataanya :

“ ....Makanya kita programnya ada yang bedah rumah, tapi kalo bedah

rumah untuk fakir miskin, belum berani kitaa, karena itu rawan. Rawan

terjadi konflik sosial, “saya manaa, kenapa dia sajaa” nahh.” (wawancara

22 Juni 2017)

4.2.5.1.6 Kurangnya Pelatihan Pemerintah Desa

Menurut Pak Haji Musleh selaku Ketua LPMD di Desa Bajur, dari sudut

pandangnya pada waktu itu, adaya program Dana Desa ini masih banyak

lembaga-lembaga yang belum siap, masih jauh dari kata sempurna. Dimana

seharusnya saat Dana Desa dibentuk, sudah dibentuk juga masing-masing Kasi

(Kepala Seksi) yang paham betul akan tugas dan kewajibannya masing-masing,

serta yang talah merancang ide atau solusi yang telah direncanakan

sebelumnya. Akan tetapi ini tidak seperti itu, dimana seperti yang dikatakan pak

haji Musleh, yang terjadi masih “one min, one show”, satu orang mengerjakan

banyak hal. Sementara yang lain, yaitu staf-stafnya belum paham atau bahkan

ada yang tidak paham terkait dana desa tersebut. Sehingga terlihat masih ribet,

jauh dari kata sempurna.

Memang terdapat pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah

kota maupun pemerintah kabupaten, akan tetapi menurutnya itu tidak praktis.

Karena pelatihan-pelatihan tersebut hanya bersifat umum. Dimana pelatihan

tersebut hanya sekedar untuk menyelesaikan kewajiban saja, sehingga yang

112

benar-benar paham hanya Sekertaris Desa saja. Lalu bagaimana dengan staf-

stafnya? Inilah yang menjadi permasalahan sekarang.

Seperti halnya di tingkat Kabupaten, seharusnya Bupati dan anggotanya

bisa berkerja dan berkoordinasi secara maksimal. Kemudian staf-staf di Bagian

Dinas Pendidikan harusnya sudah ada tugas pentingnya di pendidikan yang

harus dikerjakan sesuai inisiatif, tetapi tidak. Nyatanya masih belum, hanya

Bupati saja yang terlihat bekerja. Masih kurangnya pemahaman mereka tentang

Dana Desa ini, menganggap masih seperti dulu.

Seharusnya sudah dibentuk masing-masing Kaur (Kepala Urusan) dan Kasi

(Kepala Seksi) yang dimana Kaur ini yang bertanggungjawab dan ia sebagai

TPKnya (Tim Pengelola Kegiatan) . Kemudian, Kasi bagian sarana, maka

TPKnya adalah dia. Itulah yang seharusnya terjadi agar semua berjalan dengan

lancar dan memiliki perannya masing-masing. Akan tetapi nyatanya tidak, masih

belum, sehingga desa masih terlihat ribet. Seperti halnya laporan-laporan,

mereka masih belum menguasai sepenuhnya. Berikut adalah pernyataan Pak

Haji Musleh selaku ketua LPMD, terkait masalah pelatihan :

“Tetep adaa.. tetapii, kalo menurut saya, tidak praktis. Artinya masih

dalam gambaran-gambaran umum, tidak dalam prinsip “Ohh ini harus

mengerjakan ini, begini lho caranya, ini form form yang perlu diisi”, artinya

pendampingan lah sifatnya. Nahh kalau pelatihan itu kan hanya sekedar

untuk menyelesaikan kewajiban saja menurut saya, nah maka dengan

adanya itu masing2 paham, biar ndak hanya Sekdes aja yang paham.

Nah kan ini, itu dia tempatnya belum siap. Seharusnya, bukan hanya

bupati saja yang bekerja, itu staff2 nya bagian dinas pendidikan sudah

ada tugasnya kerjakan pendidikan, tapi ini ndak, masih bupatinya yang

bekerja. Itu yang saya lihat.. Masih belum pemahaman temen2 tentang

Dana Desa ini, dia menganggap ini seperti dana2 dulu, yang namanya

ADD, ADD kan dikelola sama orang2 yang bawa uang. Padahal tidak

kann, semua masing masing Kaur (Kepala Urusan), masing2 Kasi

(Kepala Seksi) kan bertanggungjawab. Kaur ini dia yang

bertanggungjawabnya itu, TPKnya dia. Kasih sarana, yasudah dia jadi

TPKnya disana. Nahh itu sebenarnya kan, tapi masih belum, sehingga

keliatanya masih ribettt skali. Kayak dengan Laporan2 itu yang masih

kami di Desa ini, masih belum pandai.” (wawancara 22 Juni 2017)

113

Seharusnya dalam pelatihan, tidak hanya mengenai hal-hal yang bersifat

umum serta tanggungjawab. Akan tetapi memberikan contoh langsung dan

mengajari pemerintah desa bagaimana cara menerapkannya, itu yang penting.

Sehingga mereka paham betul sepenuhnya dan dapat menyelesaikannya tanpa

kesulitan maupun beban, tidak ada perasaan was-was dan sebagainya. Dengan

demikian mereka akan memiliki energi lebih yang tersisa.

4.2.5.1.7 Beratnya Menjadi Seorang Kadus di Desa Bajur

Menjadi seorang pemimpin masyarakat tentunya bukanlah hal yang mudah,

selain harus memiliki ketangkasan atau keterampilan, mereka dituntut untuk

memiliki mental yang kuat serta tanggung jawab yang besar. Hal itu berlaku juga

serta terjadi pada jabatan Kepala Dusun di Desa Bajur. Dimana menurut Pak Haji

Hamzad selaku tokoh masyarakat maupun tokoh agama di Desa Bajur, bahwa

sulit untuk mencari orang yang mau menjadi Kepala Dusun. Bahkan untuk

mengajak mereka menjadi Kadus, tokoh-tokoh agama maupun tokoh masyarakat

harus membujuk hingga ke rumahnya.

Alasan masyarakat atau mereka banyak yang tidak mau adalah karena bagi

mereka terlalu capek dan sangat berat untuk menjadi seorang kepala dusun,

apalagi semenjak adanya program Dana Desa ini. Karena tugasnya yang

semakin berat, sehingga menurut pak Haji Hamzad, hanya mereka yang sarjana

yang dapat bertahan. Jika hanya lulusan SMA jarang ada yang mampu, karena

minimnya pengalaman maupun pengetahuan. Seperti yang telah

dicontohkan,bahwa kepala Dusun yang baru di dusun tersebut masih sering

kebingungan. Menurut mas Zein selaku pembimbing kadus dan mantan BKM,

memang sangat capek menjadi kepala dusun, karena semua bidang sekarang

telah dilimpahkan dan menjadi tanggungjawab dusun. Sehingga desa hanya

menerima data saja. Berikut adalah pernyataan Mas Zein:

114

“Dari kepala Desa, kan bawah kepala desa dia. Tapi SK nya SK camat.

Capeek memang kadus sekarang ee, karena semua bidang itu sekarang

dikasi ke dusun aja. Jadi desa itu tinggal nerima data aja. Nadak mau

terlalu ribet, tinggal tanda tangan aja. Jadi yang capek itu kepala dusun.

Pendataan yang apapun tetap dari kepala dusun.” (wawancara 28 Juni

2017)

Dimana juga telah dijelaskan dalam Pemendagri Nomor 84 Tahun 2015

tentang Susunan dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Tugas kewilayahan (dalam

pasal 4 Ayat 3) meliputi, penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa. Kemudian, pada pasal 10 ayat 3, tugas dan fungsi Kepala

Dusun adalah : 1) Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan

pengelolaan wilayah; 2) mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya;

3) melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan

dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya; 4) melakukan upaya-

upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang kelancaran

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

4.2.5.2 Faktor Pendukung dalam Kesuksesan Pelaksanaan Dana Desa

4.2.5.2.1 Dukungan Berupa Pendamping Desa

Menurut Kepala Desa Bajur, dukungan dari pemerintah itu tentunya sangat

penting. Seperti pendampingan desa itu yang utama, terutama saat adanya

program Dana Desa ini. Dimana rata-rata jenjang pendidikan masyarakat desa

masih minim, sehingga desa sangat membutuhkan pendamping desa seperti

orang-orang teknik yang paham mengenai RAB dan perhitungan lainnya.

Dengan demikian segala permasalahan dalam proses pembangunannya akan

mudah teratasi.

115

Kemudian, adanya berbagai macam pelatihan itu juga sangat membantu.

Dimana masih banyaknya pemerintah maupun mitra desa yang masih kurang

pengetahuan mengenai pembangunan dan program Dana Desa tersebut. Hal

tersebut dikaitkan dari pernyataan mas Zein mengenai pendamping dan

pembimbing desa, dimana menurutnya pendamping desa itu ada dari Askot,

Kabupaten dan Provinsi. Jika ada program baru maka anggota BKM akan

diberikan pelatihan dan pendidikan. Dimana pembimbing dari Askot dan

Kabupaten memberikan bimbingan dengan mengajarkan berbagai macam hal.

Beberapa dari mereka tentunya juga membantu secara teknis, bahkan ada yang

turun selama satu minggu.

4.2.5.2.2 Banyaknya Pihak yang Turut Membantu

Adanya mitra desa tentunya sangat membantu pemerintah desa dalam

menjalankan tugasnya, seperti yang dijelaskan Bapak Ahmad Rusni, Kepala

Desa Bajur. Seperti contohnya dia menjelaskan, ada KPMD yaitu Kader

Pemberdayaan Masyarakat Desa yang tugasnya mengajak masyarakat agar

turut berpartisipasi dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan dari desa, kemudian

saat musyawarah, dan lain sebagainya. Kemudian ada LPMD di Desa Bajur,

yang juga turut membantu pemerintah desa dan sangat mendukung adanya

program Dana Desa tersebut. Selanjutnya, masing-masing Kepala Dusun di

Desa Bajur, dimana jika kepala dusun aktif dan memiliki keterampilan dalam

memimpin itu sangat membantu. Ibu-ibu PKK dan masih banyak mitra desa yang

sangat membantu dalam upaya pembangunan desa tersebut.

Keterlibatan masyarakat ini menjadi salah satu faktor yang mendukung

kesuksesan Program Dana Desa, itulah yang dikatakan oleh Pak Haji Musleh

selaku Ketua LPMD. Dimana jika kepala dusun proaktif dalam memberikan

aspirasi maka disitulah kesuksesannya. Karena jika masyarakatnya pergi

116

berdagang atau jualan, sedangkan kepala Dusunnya tidak kreatif maka dusun itu

akan semakin tertinggal. Dusun tersebut akan kalah dengan dusun-dusun yang

lainnya. Sehingga kesuksesan tersebut membutuhkan proaktif daripada

masyarakat dan pemerintan dusun. Oleh karena itu Pak Haji Musleh dan rekan-

rekannya sangat senang jika ada masyarakat yang bertanya banyak mengenai

Dana Desa.

4.2.5.2.3 Ketepatan dan Program yang Bermanfaat

Berdasarkan berbagai kesimpulan dari pemerintah desa maupun pihak

lainnya, program yang dijalankan haruslah memiliki dampak dan manfaat yang

bisa dirasakan oleh semua warga. Jangan sampai membuat program yang

cenderung menimbulkan kecemburuan sosial, hingga banyak pihak yang merasa

tidak adail dan menganggap itu permainan mereka (pemerintah desa dan

komplotannya). Jika ini sudah terjadi maka akan terjadi berbagai macam konflik

di desa tersebut, dengan demikian tidak ada harmonisasi di desa itu, Dana

Desapun akhirnya menjadi korban dan hanya digunakan sebagai alat untuk

kepentingan kelompok.

4.2.5.2.4 Cara Mengatasi Konflik yang Baik

Dalam pelaksanaan kegiatan Dana Desa tersebut, tentunya tidak terlepas

dari berbagai macam konflik. Jika konflik tersebut dibiarkan yang terjadi malah

situasi menjadi semakin kacau. Oleh sebab itu pemerintah Desa Bajur maupun

LPMD tentunya memiliki strategi tersendiri bagaimana menangani masalah-

masalah tersebut.

Untuk mengatasi masalah, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat,

Bapak Haji Musleh beserta rekan-rekannya biasanya melakukan mediasi,

mereka mendatangi orang yang bersangkutan untuk mendengar keluhanya,

117

sehingga melalui mediasi ini permasalahan dapat dipecahkan. Akan tetapi, jika

pemerintah desa sulit bertemu dengan yang bersangkutan maka pekerjaan itu

ditunda untuk sementara, hingga meminta bantuan pihak ketiga untuk membantu

melakukan mediasi kepada orang tersebut secara personal, agar konflik tidak

semakin berkepanjangan. Hal itu menurutnya lebih baik daripada mereka

(pemerintah desa dan LPMD) memaksa untuk bertemu dengan orang tersebut.

Berikut adalah pernyataanya :

“jadii kalo saya bersama temen2, biasa kita datengi, kita mediasi.

kalaupun kita sulit untuk bertemu,maka yasudah kita tunda pekerjaan itu,

sampai suatu saat kita alihkan kpd yg lain biar tidak menjadi konflik,

ketimbang harus dipaksakan kan ndak mungkin juga. Ada orang mau

minta gangnya dipasang rabat, sementara itu kan bukan gang umumm.

nahh kann, kita tunda duluu. Berikan dulu nama gangnya, kalau sudah

pas milik bersama, sudah, baru kita penuhi.” (wawancara 22 Juni 2017)

4.2.6 Dampak Serta Manfaat dari Dana Desa terhadap Pembangunan di

Desa Bajur

4.2.6.1 Peningkatan Antusias & Semangat Gotong Royong Masyarakat

Adanya program Dana Desa ini membuat masyarakat di desa Bajur sangat

antusias dalam membangun desanya, dengan harapan desa mereka akan

menjadi desa yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh

Kepala Desa Bajur :

“ya jelas, masyarakat disini antusias sekali dengan program itu. Mereka

juga berharap banyak sama program ini supaya desa kita kedepannya

semakin bagus”, dalam wawancara singkat bersama Kades di kantor

desa Bajur. (wawancara 17 Juni 2017).

Berkat adanya program ini masyarakat di Desa Bajur dituntut untuk aktif

dalam berbagai macam kegiatan, karena tentunya kegiatan-kegiatan di desa

Bajur semakin banyak. Dalam hal ini, akan meningkatkan kerukunan dan

pengetahuan masyarakat melaui pembangunan gotong royong serta berbagai

118

macam musyawarah maupun diskusi. Perubahan-perubahan dari tahun

sebelumnya juga turut dirasakan oleh pemerintah desa maupun warga desa

Bajur.

“Yaa, yang pertama kegiatan, kegiatannya pastinya di desa ini sudah

semakin banyak. Terus manfaatnya yang kita hasilkan juga pastinya

semakin banyak juga kan, dan kita semua bisa merasakan hasilnya”,

tanggap pak Kades. (wawancara 22 Juni 2017)

Sehingga, dengan banyaknya kegiatan di desa, semangat gotong royong

dan berkumpul membuat masyarakat desa menjadi lebih harmonis dibandingkan

tahun sebelumnya. Walau di sisi lain, kepala desa mengaku bahwa tugas

Kepala Desa beserta perangkatnya menjadi semakin besar, sehingga

tanggungjawabnya pun semakin besar pula.

4.2.6.2 Banyaknya Program di Desa Bajur

Dengan jumlah Dana Desa sekarang ini yang lebih banyak dari Alokasi

Dana Desa sebelumnya menciptakan pembangunan 2x lebih banyak dari

sebelumnya. Dimana menurut masyarakat program ini sangat berarti dan

memiliki banyak manfaat. Jika sebelumnya ada program ADD yang nilainya

cukup sedikit dan pembangunannya hanya kecil-kecil dan nyaris tidak terasa,

sekarang ada namanya program DD yang lebih terasa. Dimana kemudian

menurut pak Haji Musleh, lembaga-lembaga dan masyarakat tentunya fokus

dalam pembangunan, yang dimana bangunan paving block tahun 2005 sudah

rusak-rusak, itu diganti semua.Walau menurutnya pembangunan di Desa Bajur

masih cenderung didominasi pembangunan fisik meskipun ada sedikit program

pemberdayaan.

Kemudian, jika dibandingkan pada tahun sebelum 2015, sekarang ini banyak

program-program baru dan banyak lembaga yang turut berpartisipasi. Di Desa

119

Bajur sekarang jalanan sudah mulus, gang-gang juga semua sudah diperbaiki.

Kemudian ada pembangunan gorong-gorong dan penyerapan air hujan agar

tidak banjir.

4.2.6.3 Program yang Bermanfaat

Menurut Pak Haji Musleh Ketua LPMD, semua program di Desa Bajur itu

bermanfaat. Dimana pertama ada pembangunan Gang rabat beton, itu sangat

bermanfaat, karena sebelumnya jalan tersebut masih bolong-bolong. Kemudian

ada pemberian insentif untuk guru-guru ngaji, karena menurutnya yang

membangun pendidikan itu pada dasarnya adalah mereka.

Sehingga ada beberapa hal yang diperjuangakan menurut pak Haji Musleh,

yaitu guru-guru ngaji serta kader-kader posyandu, anggaran untuk mereka

pastinya akan dinaikkan, tetapi tepat juga melihat acuannya. Karena pada

sebelumnya tidak ada perubahan terhadap anggaran mereka. Menurutnya

pembangunan sekarang berasal dari bawah , masyarakat yang merencanakan,

masyarakat yang mengelola, maka pastinya itu yang mereka butuhkan.

Menurut pak Haji Musleh juga, tolak ukur keberhasilan keberhasilan dalam

program tersebut adalah jika program telah terlaksanan sesuai dengan rencana

yang ditetapkan. Maka program itu dikatakan berhasil.

4.2.6.4 Pengelolaan yang Berbeda

Dana Desa ini juga termasuk program yang unik, berbeda dengan

sebelumnya. Dimana menurut pak Haji Musleh selaku Ketua LPMD di Desa

Bajur, perbedaan pertama adalah pengelolaan. Pengelolaan Dana Desa ini

langsung dari tingkat desa yang berperan sebagai pengelola. Kemudian,

masyarakat bisa menggunakan dana itu. Artinya sesuai dengan kesepakatan

bersama melalui musyawarah. Masyarakat yang merencanakan, masyarakat

120

pula yang membangun. Sehingga dengan demikian program yang terlaksana

sesuai dengan apa yang mereka inginkan, dan pastinya itu bermanfaat.

4.2.6.1.5 Mengurangi Ketimpangan

Upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan atau kesenjangan adalah

melalui pembangunan infrastruktur dan Dana Desa ini. Anggaran tambahan yang

diberikan dari pusat ke Daerah, kecamatan, maupun desa juga bertambah.

Dengan demikian tentunya akan mengurangi adanya GAP antara masyarakat

kota maupun masyarakat desa. Sekarang, infrastruktur di desa juga sudah

diperbaharui, tidak seperti dulu, dimana masih banyak jalan yang rusak dan

bolong-bolong.

Disamping itu dengan adanya program Dana Desa ini tentunya akan

meningkatkan pelayanan publik dari pemerintah desa kepada masyarakat.

Karena beberapa persen dari dana desa memang ditujukan untuk biaya

opreasional pemerintah desa. Dengan demikian sudah seharusnya jika anggaran

pemerintah bertambah maka pelayanan pemerintah kepada masyarakat

meningkat juga.

4.2.7 Tanggapan Masyarakat Desa Bajur Mengenai Dana Desa

Banyak dari masyarakat tentunya senang dengan adanya program Dana

Desa ini. Mereka menganggap sekarang pembangunan dari desa sendiri,

sehingga masyarakat lebih antusias dalam mengeluarkan pendapat maupun

dalam gotong royong. Akan tetapi, walaupun adanya dana desa ini menciptakan

berbagai macam pembangunan serta manfaat yang berarti namun sayangnya

masih ada pikiran-pikiran negatif dari masyarakat mengenai Dana Desa tersebut.

Masyarakat masih banyak yang menganggap bahwa dengan adanya Dana

Desa ini, desa sudah kaya dan penuh dengan uang. Mereka selalu beranggapan

121

negatif, menanyakan kemana uang-uangnya yang banyak tersebut pergi. Tidak

jarang juga mereka menganggap ada permainan antara pemerintah desa dan

para pemegang kepentingan lainnya.

Dengan banyaknya program yang berjalan, seperti pembangunan jalan,

jembatan, renovasi rumah miskin serta pemberdayaan lainnya. mereka

menganggap bahwa dana tersebut senilai 3 Milyar. Padahal dana tersebut hanya

sebanyak 700an juta. Adanya pengaruh negatif seperti inilah yang harus segera

dihilangkan oleh pemerintah desa beserta lembaga maupun mitra desa lainnya.

Banyak juga masyarakat yang meminta dana tersebut untuk mengajukan usaha,

namun pihak desa belum berani menyetujui, alasanya karena masyarakat

cenderung menggunakan dana tersebut untuk keperluan lain-lain. Sehingga

inilah yang membuat masyarakat terkadang jengkel. Walaupun didalam

Peraturan Mentri desa no 22 tahun 2016, pasal 7 tentang Bidang pemberdayaan

masyarakat, Dana Desa itu dapat digunakan untuk dukungan pengelolaan usaha

ekonomi oleh kelompok masyarakat, koperasi dan lembaga ekonomi masyarakat

desa lainnya. Hal ini menjadi delima, pemberian dana tersebut memang

harusnya tidak serta merta diberikan, tetapi dilengkapi juga oleh pembimbing

usaha, agar usahanya lancar dan dana tidak macet.

Berdasarkan cerita dari Mas Azhar, salah satu aktivis Karang Taruna dan

mantan BKM (Badan Keswadaan Masyarakat), penulis juga dapat menyimpulkan

bahwa Desa Bajur merupakan desa yang cukup transparan. Pertama, dilihat dari

publikasi terkait perkembangan pembangunan desa yang diumumkan setiap

Jum’at melalui speaker Masjid. Kedua, publikasi dalam bentuk pemasangan

poster besar di berbagai tempat terkait realisasi kegiatan yang telah dilakukan ,

serta pemasangan baliho juga. Ketiga, partisipasi dari berbagai lembaga

masyarakat yang tergolong tinggi, mereka berbondong-bondong mendata

kekurangan serta permasalahan desa untuk dimasukkan dalam rencana

122

pembangunan selanjutnya. Disamping itu, Desa Bajur belum menggunakan

dananya untuk membuat embung desa, padahal embung itu dapat meningkatkan

pendapatan desa. “Embung desa belum ada, kalau yang ada embung-embung

gitu biasanya di daerah Lombok Utara mas. Disana kan desanya beda kayak

disini, diasana itu pelosok,” kata Mas Zein saat tanya jawab tentang embung

desa.

4.2.8 Implikasi

Berdasarkan dari judul penelitian ini, yaitu Mekanisme, Pelaksanaan, dan

Manfaat Dana Dsa dalam Upaya Peningkatan Pembangunan desa di Desa Bajur

ini maupun berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat poin penting

terkait dapat dirangkum dan dijelaskan kembali oleh peneliti.

Pertama yaitu mekanisme penyaluran Dana Desa di Desa Bajur. Penyaluran

Dana Desa dipindahkan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening

Kas Umum Daerah (RKUD). Setelah desa menyusun segala macam persyaratan

yang ditentukan, desa akan mendapat sebuah rekomendasi dari kecamatan.

Barulah dana dari RKUD tersebut dapat di transfer ke rekening desa bajur.

Walaupun memang dana desa hampir selalu terlambat pencairannya. Namun

untuk memudahkan pemerintah desa Bajur dalam pengisian Laporan,

pemerintah desa dapat meminta bantuan dari endamping desa.

Pengumuman atau informasi Dana Desa yang diterima oleh desa, itu melalui

surat, yang diberikan melalui pergub. Surat tersebut adalah berita acara jumlah

ADD dan DD setiap desa di Kab. Lombok Barat.

Selanjutnya, mekanisme tata kelola Dana Desa di Desa Bajur. Dalam

permendagri no. 113 Tahun 2014 ada 4 asas yang tertuang didalamnya yaitu

transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakikan dengan tertib dan disiplin

anggaran. Berikut adalah implikasi dari hal tersebut :

123

1. Dari asas transparasi, desa Bajur sudah memiliki keterbukaan dalam hal

maupun informasi tentang keuangannya. Hasil publikasi tersebut ada

dalam bentuk poster, baliho/ banner, pengumuman melalui pengeras

masjid, dan disampaikan saat pengajian-pengajian sebagai ajang

sosialisasi.

Namun, dalam hal ini akan lebih bagus jika Desa Bajur juga memiliki

website khusus yang digunakan untuk media informasi. Website tersebut

juga nantinya dapat digunakan sebagai promosi jika BUMDes Bajur suatu

saat dapat membuat suatu produksi tertentu. Dengan demikian

masyarakat luar akan lebih mengenal desa Bajur.

2. Dalam asas akuntabel, desa Bajur telah melaksanakan kewajibanya

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya.

Seperti adanya laporan – laporan pertanggungjawaban terkait hasi

kegiatan yang dipublikasi ke masyarakat. Sekertaris desa Bajur juga

mengatakan bahwa adanya keterbukaan di Desa Bajur itu sangat penting.

Desa ini juga didaulat sebagai desa percontohan oleh Camat Labuapi

Kab. Lombok barat, dalam hal keterbukaan pengelolaan program

pembangunan. Namun tentunya tetap ada masalah dalam pelaksanaan

asas tersebut, seperti kesulitan dala pelaporan karena semakin ribet dan

terlalu banyak aturan. Sehingga keterlambatan pelaporan juga sering

terjadi, hal tersebut juga dialami banyak desa di kabupaten lombok barat.

Bisa dilihat melalui fakta secara keseluruhan, dalam berita yang

diterbitkan oleh Redaksi Kicknews.T (2017), hingga pada akhir bulan

Agustus 2017 ada sebanyak 156 dari 995 desa di NTB belum

menyerahkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa tahun

pertama. Ratusan desa tersebut tersebar di empat kabupaten. Sebanyak

58 Desa di Kabupaten Bima, 1 Desa di Kabupaten Dompu, Kabupaten

124

Lombok Tengah sebanyak 84 Desa, dan Kabupaten Lombok Utara 13

Desa. Sementara desa-desa di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur,

Sumbawa Barat, dan Sumbawa seluruhnya sudah menyelesaikan laporan

pertanggungjawaban, sehingga dapat memperoleh dana desa tahap

kedua tahun 2017.

3. Dalam asas ketiga yaitu partisipatif, desa bajur telah mewujudkan praktik

pemerintahan yang baik juga. Dimana masyarakat dituntut untuk

berpartisipasi dan ikut dalam rapat maupun pelaksanaan kegiatannya.

Kelembagaan desa dan berbagai unsur masyarakat juga

berpartisipasi.bahkan beberapa lembaga memancing masyarakat desa

untuk menyampaikan aspirasinya saat rapat berlangsung. Akan tetapi

kehadiran masyarakat di desa bajur tentunya tidak bisa maksimal, karena

mayoritas profesi mereka adalah pedagang, hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.4. dimana 50% profesi penduduknya adalah sebagai

pedagang. Namun berkat dorongan kepala dusun masing-masing,

mereka antusias menyampaikan aspirasinya saat musyawarah.

Musyawarah biasa dilakukan di kantor desa Bajur, dan untuk di musdus di

dusun tempit, kadang dilakukan di aula rumah pak Haji Hamzad.

4. Terakhir asas tertib dan disiplin anggaran. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan informan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa

Desa Bajur telah berusaha menerapkan asas tertib dan disiplin anggaran.

Namun, tidak bisa dikatakan sempurna. Karena masih banyak laporan

pertanggungjawaban dana desa di Lombok barat yang mengalami

keterlambatan, sehingga pencairan dana sering terlambat, karena

peraturan yang berubah-ubah dan aturan yang menurutnya terlalu rumit.

Termasuk di Desa Bajur juga.

125

Besar Dana Desa di desa bajur tahun 2016 sebesar 740,9 juta, sedangkan

ADD sebesar 754,6 juta. Sekitar 80% atau sebesar 616 Juta dari Dana Desa

digunakan pada Bidang Pembangunan Desa. Bidang pembangunan sendiri di

Desa Bajur pada tahun 2016 adalah pembangunan rabat beton, di beberapa

lokasi.Kemudian sisanya digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat,

seperti kegiatan posyandu, pengadaan alat / pelatihan perbengkelan untuk

karang taruna, serta peningkatan kapasitas PKK.

Dalam program dana desa ini tugas kepala desa di Desa Bajur lebih banyak

ke pelaporan. Menyerahkan berbagai laporan pertanggungjawaban ke bupati,

tapi tidak langsung, melalui kecamatan dulu. Pemerintah Desa Bajur juga dibantu

berbagai lembaga, seperti LPMD, dll. LPMD juga menghimpun serta mendata

bagaimana aspirasi masyarakat desa, terutama saat musyawarah berlangsung.

Mereka juga menemani jalanya prosess mekanisme dana Desa, mengawasi

maupun memantau semua pelaksanaanya. Seperti sosialisasi informal menjadi

salah satu tugas Pak Haji Musleh beserta timnya, karena banyak masyarakat

yang belum paham tentang Dana Desa, danberbagai isu yang negatif.

Kedua, dalam tahap pembangunannya di Desa Bajur ada beberapa tahap

mengenai pengelolaan keuangan, seperti berikut:

1. Dalam tahap perencanaan di Desa Bajur, terdapat penyusunan RPJM

dan RKP Desa yang dibahas saat musrenbangdes. RKP desa tersebut

harus sejalan dengan yang tercantum pada RPJM (jangka waktu 6

tahun). Dalam rapatnya pemerintah desa mengundang berbagai

kalangan masyarakat, seperti BPD, LPMD, Karang taruna, Tokoh

Masyarakat, Ibu PKK, dan masyarakat umum. Dimana Pertama

mereka melakukan musdus, setelah musdus mereka melakukan

musdes. Hasi dari musdus tersebut dibawa ke desa, yang disebut

musrenbangdes. Musdus maupun musrenbangdes tersebut dilakukan

126

oleh tim 7. Setelah terbentuk RKP barulah dibuat APBDes. Setelah

APBDes selesai, baru desa mendapat rekomendasi dari kecamatan

untuk pencairan.

Menurut sekertaris desa, pendamping desa juga sering turun ke

desa untuk membantu, terutama saat ada kesulitan. Seperti

saatmenyusun RKP, para pendamping juga membantu.

Tahap perencanaan juga penting untuk menentukan

pembangunan selanjutnya dan program-program apa yang tepat pada

desa tersebut, semua harus dipikirkan secara matang. Karena pada

tahun sebelumnya ada program bedah rumah di Desa Bajur, dimana

program tersebut sedikit kontroversi dan menimbulkan banyak

kecemburuan sosial, sehingga tidak digunakan lagi.

Permasalahan :

Hingga tanggal 13 Juni 2017, desa Bajur belum menerima dana desa

tahap pertama. Proses pencariran dana desa juga selalu terlambat, hal

tersebut karena persyaratan terlalu rumit. Disebutkan juga dalam

Redaksi KickNews.T (2017) bahwa memang adanya perubahan sistem

transfer Dana Desa dari pemerintah pusat, berdampak pada 465 Desa

di Nusa Nenggara Barat (NTB) belum dapat mencairan dana

pembangunan. Terutama di Kabupaten Lombok Barat 119 Desa dan

Bima 191 Desa, satupun belum mendapat aliran dana hingga pada

tanggal 8 Juni 2017. Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan

Masyarakat, Pemerintah Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil

(DPMPD-Dukcapil) Provinsi NTB, mengatakan bahwa prosess

pencairan dana desa pada saat itu sedikit rumit, dimana desa harus

melaporkan penggunaan dana desa sebelumnya, baru bisa diberikan

untuk tahap berikutnya.

127

Kemudian, dalam saat penyusunan RPJMDesa itu juga cukup rumit,

karena sekarang tahun 2017 terdapat banyak bab, yaitu 9 Bab,

berbeda dengan tahun sebelumnya. Aturan 9 Bab tersebut menurut

pak juaini itu aturan dari Kabupaten.

2. Tahap Pelaksanaan, dalam tahap ini program Dana Desa di Desa

bajur tahun 2016 sudah terlaksana 100%. Dana tersebut telah

tersalurkan sesuai perencanaanya. Walau ada beberapa item yang

belum, seperti BPJS, bantuan tidak terduga, dan listrik, karena hanya

sebagai cadangan saja. Masyarakat desa antusias dan pembangunan

dikelola dengan swakelola desa, dimana dilaksanakan oleh PTPKD

dan diawasi oleh LPM dan KPMD.

Saat pelaksanaan kegiatan di Desa Bajur, pemerintah kabupaten hadir

melalui tenaga pendamping professional. Mereka membina dan

mengawasi pelaksanaannya. Pendamping tersebut menurut kepala

desa sangat membantu dan dukungan utama dari pemkab.Karena

masyarakat masih kurang paham mengenai hal-hal teknis

pembangunan, seperti perhitungan RAB dan sebagainya.

Pendamping desa juga ada dari askot (kkota), kabupaten, dna provinsi.

Tugasnya hampir sama, yaitu memberi bimbingan, supervisi, dan

pengawasan. Seperti saat ada program baru di desa Bajur “Kotaku”,

anggota BKM diberikan pelatihan maupun pendidikan oleh

pembimbing. Tapi yang lebih mengawasi itu pendamping provinsi.

Permasalahan :

Menurut Kades, sumber daya manusia di desa Bajur masih kurang

mendukung. Sehingga masih sangat membutuhkan bantuan pihak luar

seperti pendamping desa. Pada tahap ini, sempat terkendala kesulitan

mencari tukang. Karena seluruh tukang digunakan oleh para developer

128

perumahan di desa bajur dan sisanya pergi berdagang, sehingga desa

desa harus menunggu tukang yang sedia dan siap berkerja.

3. Tahap pelaporan dan pertanggungjawaban,di desa bajur sudah baik

jika dibandingkan desa-desa di kabupaten lainnya, namun belum bisa

dikatakan sempurna. Ada banyak laporan yang harus diserahkan, ada

yang disampaikan ke bupati melalui camat, ada yang langsung ke

BPD. Seperti laporan pertanggungjawaban APBDes itu dikirim ke BPD.

Untuk masyarakat ada LPPD satu tahun anggaran dan LKPJ.

Kendala :

Akan tetapi, ada kendala juga dalam proses pelapoan. Sekertaris

desa mengalami kesulitan saat menyusun laporan tersebut, terlalu

banyaknya aturan dalam proses pelaporan menjadi kendala bagi

pemerintah desa. Hal serupa dialami Hampir seluruh desa di

Kabupaten Lombok Barat. Pada bulan Juni hanya 4 Desa yang sudah

selesai. Menurutnya Penekanan APBDes di Lombok Barat sangat luar

biasa, sehingga di Lombok Barat jarang terjadi masalah pada

keuangannya. Berbeda dengan Lombok Utara, Lombok Tengan, dan

Lombok Timur, masih banyak yang belum menerapkan APBDes.

Tentunya mereka dituntut untuk memahami semua peraturan UU

beserta perubahanya, serta adanya aplikasi-aplikasi baru yang

digunakan, tentunya hal ini menjadi pengalaman baru bagi mereka.

Dimana juga saat penyusunan Laporan pertanggungjawaban di

desa Bajur, pendamping kabupaten atau kota tidak ikut mendampingi.

Kalau ada masalah maka pemerintah desa yang kesana.

Untuk publikasinya ke masyarakat ada bentuk poster print out,

banner yang dipasaing di beberapa tempat, spanduk yang disediakan

oleh BKM, speaker masjid masing-masing dusun, serta terkadang

129

melalui perkumpulan-perkumpulan, pengajian, dan sebagainya. Hal

tersebut berdasarkan pernyataan keempat kunci informan yang

berbeda.

Kendalanya :

Masih banyaknya masyarakat yang beranggapan negatif mengenai

Dana Desa ini, sehingga pemerentah desa bajur terus melakukan

sosialisasi secara informal agar mereka paham.

Menurut mantan BKM mas Zein, dana desa di desa Bajur sudah bagus.

Jika itu kendala atau masalah yang dikenal dengan istilah “penyelewengan”, itu

tidak ada pasti tidak terjadi. Sebab, Dana Desa di Desa Bajur telah diawasi

dengan ketat oleh masyarakat maupun lembaga lainnya. Akan tetapi di lain sisi,

masih ada kendala atau permasalahan lainnya, seperti :

1. Program yang kurang tepat & menimbulkan kecemburuan sosial

Dimana saat adanyaprogram pembangunan “rumah kumuh” untuk warga,

itu banyak yang protes dan marah. Karena progam tersebut hanya

berlaku bagi masyarakat yang rumahnya dipinggir jalan/ gang. Padahal

masih banyak masyarakat yang jauh lebih miskin, membutuhkan program

tersebut yang bertempat tinggal di dalam perkampungan. Seperti kepala

dusun Tempit mengatakan program rumah kumuh tersebut terlalu ribet.

Masyarakatnya harus bertempat tinggal di pinggir gang. Jika rumahnya di

dalam tidak akan dapat, padahal ada yang sudah tidak layak huni.

“apakah memang begitu aturannya?” tanya tegas bapak Khairul.

2. Kurangnya pelatihan pemerintah desa

Menurut ketua LPMD dari adanya program DD ini masih banyak lembaga

yang belum siap, masih jauh dari kata sempurna. Seharusnya saat dana

desa dibentuk, sudah dibentuk masing-masing Kaur (Kepala Urusan) dan

130

Kasi(Kepala Seksi) yang paham betul peranan dan kewajibanya masing-

masing. Tapi nyatanya tidak, satu orang mengerjakan banyak hal,

sementara lainnya (staf-stafnya) belum paham. Seperti halnya laporan-

laporan, mereka belum paham sepenuhnya.

3. Sulit mencari Kepala Dusun

Menurut Tokoh agama Pak Haji Hamzad, sulit sekali mencari orang yang

mau jadi kepala dusun. Bahkan untuk mengajak mereka menjadi kadus,

tokoh-tokoh agama maupun tokoh masyarakat harus membujuk hingga

kerumahnya. Alasan masyarakat tidak ada yang mau adalah karena

terlalu capek dan sangat berat jadi kepala dusun. Karena sekarang

memang semua bidang diserahkan ke kadus, jadi desa tinggal nerima

data saja. Bahkan jika hanya lulusan SMA jarang ada yang mampu,

karena tugasnya berat.

Poin Ketiga, yaitu mengenai faktor pendukung dan manfaatnya. faktor

pendukung dalam pelaksanaan Dana Desa. Diantaranya adalah :

1. Dukungan Pendamping Desa

Karena latar belakang pendidikan masyarakat desa masih minim, desa

Bajur butuh pendamping desa seperti orang-orang teknik yang paham

tentang RAB dan perhitungan lainnya. Dalam hal lain seperti pelatihan

dan pendidikan itu lembaga-lembaga juga membutuhkan.

2. Keterlibatan Lembaga-lembaga

Banyaknya mitra desa sangat membantu pemerintah desa Bajur, seperti

KPMD yang mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan aktif mengikti

kegiatan-kegiatan. Kemudian Kepala dusun yang proaktif, dapat

meningkatkan semangat warganya untuk memberikan aspirasi saat

musyawarah.

131

3. Program yang tepat dan bermanfaat untuk semua lapisan

Berdasarkan kesimpulan dari berbagai informan, program yang dijalankan

haruslah memiliki manfaat dan dampak yang bisa dirasakan semua

warga. Jangan sampai program tersebut menimbulkan kecemburuan

sosial yang mengakibatkan konflik.Jika demikian harmonisasi di desa

akan semakin berkurang.

4. Kemampuan pemerintah desa untuk mengatasi konflik

Dalam pelaksanaan DD pasti tidak lepas dari istilah konflik, jika dibiarkan

maka situasi tidak akan membaik. Di desa Bajur biasanya ketua LPMD

dan rekan-rekannya melakukan mediasi, mereka mendatangi orang yang

bersangkutan untuk mendengar keluhannya, dengan mediasi masalah

dapat terselesaikan. Jika memang sulit bertemu, maka harus

menggunakan pihak ketiga sebagai perwakilan.

Manfaat dari adanya dana desa di desa bajur dapat dirasakan oleh

banyak pihak, seperti pembangunan rabat beton yang menghabiskan 80%

anggaran DD. Walaupun termasuk kurang inovasi, namun program tersebut

dirasakan oleh banyak masyarakat. Pertama, peningkatan antusias dan

semangat gotong royong pada masyarakat. Dimana mereka berharap banyak

dari dana tersebut agar kedepan desanya semakin baik. Walau di sisi lain,

pemerintah desa bajur mengaku bahwa tugasnya sudah semakin besar dan

tanggungjawabnya juga tambah besar.

Kedua, sekarang di desa Bajur programnya sudah semakin banyak, 2x

lebih banyak dari sebelumnya. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi dari

tahun-tahun sebelumnya, sekarang semua lebih sibuk. Karena banyak program-

132

program baru, dan lembaga-lembaga juga turut berpartisipasi. Sekarang jalan-

jalan di desa Bajur sudah mulus, gang-gang sudah diperbaiki.

Ketiga, Program yang bermanfaat dan Pengelolaan yang berbeda.

Dimana sekarang masyarakat bisa memperjuangkan desanya sendiri melalui

musyawarah, seperti jalan mereka bolong-bolong, pemberian intensif untuk guru-

guru ngaji (bonus atau tunjangan), karena yang membangun pendidikan adalah

mereka. Seperti guru ngaji, kader-kader posyantu, anggaran mereka yang jelas

dinaikkan, tapi tetap lihat acuannya.

Dana desa ini juga termasuk unik, berbeda dari sebelumnya. Pengelolaan

dana desa ini, desa yang berperan sebagai pengelola. Kemudian, masyarakat

bisa menggunakan dana itu. Sekarang masyarakat yang merencanakan,

masyarakat pula yang membangun. Sehingga apapun program yang berjalan itu

sesuai dengan keinginan mereka.

Keempat, Dana Desa merupakan langkah nyata mengurangi

ketimpangan. Dalam Redaksi PresidenRI.go.id (2016), Dana desa yang

disalurkan langsung oleh pemerintah pusat ke desa, dalam rangka memperbaiki

fasilitas di desa baik berupa infrastruktur dan lain sebagainya membuat kegiatan

pembangunannya memanfaatkan tenaga lokal dari desa. Ini tentu akan

menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan warga desa,

yang pada nantinya akan memperkecil kesenjangan pendapatan kaya-miskin.

Yang nantinya bahkan bisa menciptakan multiplayer effect, seperti bukanya

usaha jual pasir, batu bata, dsb.

Terakhir, menurut pak Haji Musleh Ketua LPMD desa Bajur, tolak ukur

keberhasilan dalam program tersebut adalah jika proram telah terlaksana sesuai

dengan rencana yang ditetapkan. Maka Program itu dikatakan berhasil.

133

Secara ringkas, implikasinya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengelolaan Dana Desa di Desa Bajur

a. Desa bajur merupakan desa yang telah menerapkan prinsip good

governance dan memiliki asas-asas pengelolaan keuangan yang cukup

baik, namun juga belum dapat dikatakan sempurna. Dimana sebelumnya

desa ini juga telah didaulat sebagai desa percontohan oleh camat

Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Karena letak desa yang

bersebrangan dengan kota Mataram, Desa Bajur lebih banyak

mendapatkan akses informasi dan kegiatan ekonomi juga lebih mudah,

hal tersebut sejalan dengan banyaknya developer perumahan yang

masuk, sehingga dalam beberapa tahun terakhir desa Bajur semakin

berkembang. Sehingga desa bajur juga mengalami modernisasi, dimana

jumlah petani turun signifikan, dan peninggatan masyakarat yang

berprofesi sebagai PNS dan pengusaha kecil menengah, walau pedagang

keliling masih menjadi profesi yang mendominasi masyarakat di Desa

Bajur.

b. Mekanisme penyaluran Dana Desa di Desa Bajur telah sesuai dengan

Peraturan Mentri Keuangan no. 49 tahun 2016 2016 tentang Tata Cara

Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan , Pemantauan dan Evaluasi

Dana Desa. Dimana dana tersebut dipindahkan dari Rekening Kas Umum

Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Setelah Desa Bajur

menyelesaikan segala macam persyaratan yang ada, maka Desa Bajur

mendapatkan rekomendasi pencairan tersebut. Dengan demikian dana

RKUD dapat di transfer ke Rekening Kas Desa. Persyaratan tersebut

adalah menyelesaikan RKP, APBDes dan Laporan Realisasi Penggunaan

Dana Desa pada semester sebelumnya, dimana Desa Bajur tentunya

134

telah melakukan berbagai macam musyawarah, yaitu musdus, musdes,

maupun musrenbangdes.

c. Desa Bajur merupakan desa yang cukup transparan. Hal tersebut dilihat

dari publikasi terkait perkembangan pembangunan desa yang diumumkan

setiap Jum’at melalui speaker Masjid. Kemudian, publikasi dalam bentuk

pemasangan poster besar di berbagai tempat terkait realisasi kegiatan

yang telah dilakukan , serta pemasangan balih/ banner serta papan

pengumuman. Akan tetapi masih belum ada publikasi melalui website

atau situs online. Disisi lain, lembaga-lembaga di Desa Bajur juga turut

membantu dalam menjelaskan ke masyarakat terkait Dana Desa, mereka

mendata kekurangan serta permasalahan desa untuk dimasukkan dalam

rencana pembangunan selanjutnya.

d. Prinsip Akuntabel di Desa Bajur juga tergolong cukup baik, dimana dalam

penyusunan laporan keuangannya Desa Bajur telah mengikuti standar

dengan peraturan yang ada. Dimana menurut sekertaris Desa Bajur,

bahwa adanya keterbukaan di Desa Bajur itu sangat penting, hal tersebut

sesuai dengan prinsip akuntabel. Walau terkadang pemerintah Desa

Bajur cukup kesulitan dan kadang terlambat dalam proses pelapoannya

akibat peraturan yang berubah-ubah. Desa-desa di Kabupaten Lombok

Barat juga jarang terkena masalah dengan BPK mengenai

penyelewengan dan hal yang merugikan lainnya, karena adanya

penekanan yang kuat di dalam APBDes dari pemerintah setempat.

Berbeda dengan Kabupaten lainnya di Lombok, yang dimana masih

banyak desa melakukan pembangunan tanpa APBDes.

e. Tahun 2016 kemarin, proses pencairan Dana Desa di Desa Bajur

mengalami keterlambatan. Hal itu disebabkan oleh keterlambatan

menyelesaikan persyaratan-persyaratan yang ditentukan, Pada bulan Juni

135

persyaratan tersebut belum juga terselesaikan. Menurut sekertaris desa

syarat tersebut terlalu banyak dan masih ribet, dimana harus

menyelesaikan RKP Desa, Siskudes, serta laporan Acc tahun

sebelumnya. Kesulitan tersebut juga dialami banyak desa di Lombok

Barat.

f. Pada prinsip partisipatifnya, Desa Bajur juga telah sesuai dengan

peraturan yang ada, yaitu mennuntut masyarakat Desa untuk turut

berpartisipasi dalam rapat, kemudian ada berbagai kelompok masyarakat

maupun lembaga-lembaga yang hadir, serta dihadiri oleh tokoh agama

maupun tokoh masyarakat Desa Bajur, seusai dengan Undang-undang

Dana Desa no.6 tahun 2014 pasal 80. Akan tetapi tetap masih banyak

yang berhalangan untuk hadir, karena sebagian besar berprofesi sebagai

pedagang, yang mengharuskan mereka berpergian jauh untuk

jualan.Sehingga kontribusinya belum bisa dikatakan maksimal.

g. Besar Dana Desa di desa bajur pada tahun 2016 adalah sebesar 740,9

juta, sedangkan dari Alokasi Dana Desa yaitu sebesar 754,6 juta. Sekitar

80% dari Dana Desa, atau sekitar 616 juta digunakan pada Bidang

Pembangunan Desa. Bidang Pembangunan di Desa Bajur pada tahun

2016 yang menggunakan DD digunakan untuk rabat beton semua atau

tapatnya 80% dari Dana Desa tersebut habis digunakan untuk

pembangunan rabat beton di beberapa lokasi. Kemudian sisanya

digunakan untuk program pemberdayaan masyarakat, seperti kegiatan

posyandu, pengadaan alat dan pelatihan perbengkelan untuk karang

taruna, serta peningkatan kapasitas PKK.

h. Tahap perencanaan di desa bajur sudah sesuai dengan standar yang

tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun

2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desapada pasal 7 . Dalam tahap

136

perencanaan di desa Bajur ini menerapkan sistem dari bawah ke atas,

sama seperti dengan perencanaan umumnya. Pertama setiap kepala

dusun mengumpulkan masyarakatnya dan melakukan musyawarah yang

disebut musdus. selanjutnya ada musyawarah desa (musdes) , hasil dari

musdes tersebut dibawa ke desa, yang disebut Musrenbangdes. Adanya

musyawarah dusun serta musrembangdes itu sendiri dilakukan oleh tim

tujuh.

i. Dalam penerapan pelaksanaanya tahun 2016, sebesar 80% Dana Desa

tersebut dilalokasikan untuk program pembangunan, yaitu program Rabat

Beton. Kemudian sisanya digunakan untuk program pemberdayaan.

Proporsi antara program pembangunan dengan pemberdayaan adalah

sekitar 8:1. Sedangkan biaya operasional pemerintahan desa sendiri tidak

mengunakan Dana Desa, tetapi lebih menggunakan biaya Alokasi Dana

Desa (ADD).

j. Dalam proses pembangunannya di Desa Bajur, pendamping desa

memegang peranan yang cukup penting. Dimana menurut kepala desa,

pendampingan desa merupakan dukungan utama dari pemerintah

kabupaten/kota dalam pelaksanaan penggunaan Dana Desa. Karena

masyarakat desa belum paham mengenai hal-hal teknis dalam

pembangunan, seperti masalah perhitungan RAB dan sebagainya.

Dengan ini desa Bajur membutuhkan pendamping desa yang diantaranya

adalah orang-orang teknik sipil.

k. Dalam proses pelaporan dan pertanggungjawaban, desa bajur sudah

termasuk paham dengenai peraturan dan undang-undang yang ada.

Tetapi, pemerintah desa bajur mengalami banyak kesulitan saat

menyusun laporan. Laporan tersebut terlalu ribet, dan pada bulan juni

137

hanya 4 desa di Kabupaten Lombok Barat yang telah menyelesaikan

laporan tersebut.

l. Dengan banyaknya jumlah Dana Desa sekarang yang melebihi ADD,

pembangunan di Desa Bajur jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Kegiatan-kegiatan juga bertambah, sehingga banyak masyarakat sangat

antusiasdalam membangun desa mereka, bergotong royong, dan

kerukunan maupun pengetahuan mereka meningkat.

m. Selain anggaran BUMDes, belum adanya program yang produktif lainnya

di desa bajur, programnya masih monotone, seperti pembangunan

infrastruktur yang menghabiskan hampir seluruh anggaran dari Dana

Desa pada tahun 2016.

2. Kendala Dana Desa di Desa Bajur

a. Proses pencairan Dana Desa di Desa Bajur selalu terlambat. Sudah ada

di rekening desa tapi susah dicairkan. Alasanya karena terlalu banyak

syarat dan ribet, hal tersebut dialami juga oleh semua desa di

Kecamatan Labuapi.

b. Saat penyusunan RPJMDes, Desa Bajur mengalami kesulitan pada tahun

2017 ini. Karena berbeda dengan tahun sebelumnya, sekarang ada 9

Bab. Sehingga pada bulan Juni RPJMDes belum juga selesai.

c. Pada proses pembangunannya, sumber daya manusia di Desa Bajur

masih kurang mendukung. Karena mereka masih banyak yang belum

paham mengenai hal-hal teknis, sehingga Desa Bajur sangat

membutuhkan keberadaan pendamping desa.

d. Kemudian, proses pembangunan di Desa Bajur sedikit terhambat karena

sulitnya mencari tukang. Karena sebagian besar tukang-tukang

digunakan oleh para developer untuk membangun perumahan disekitaran

138

desa Bajur. Selain itu tukang lainnya banyak yang menyambi dengan

berdagang, sehingga desa harus meunggu.

e. Banyaknya perubahan dalam Undang-undang membuat pemerintah

desa Bajur cukup kesulitan untuk menyesuaikan, dan mereka harus

beradaptasi mengikuti perubahan yang ada.

f. Di Dalam program Dana Desa ini, masih banyak pihak yang belum

paham sepenuhnya tentang apa itu dana desa. Dimana seluruh tugas-

tugas utama hanya dikerjakan oleh beberapa orang yang memegang

kekuasaan, sedangkan staf-stafnya belum paham dan bahkan ada yang

tidak paham sama sekali. Kemudian, pelatihan-pelatihan yang

diselenggarakan pemerintah setempat kurang praktis, hanya bersifat

untuk menyelesaikan kewajiban saja, sehingga yang paham hanyalah

orang-orang seperti kepala desa dan sekertaris desa.

g. Terdapat program yang pilih kasih dan menimbulkan kecemburuan sosial.

Program tersebut adalah bedah rumah, dimana rumah yang diperbaiki

hanya yang di pinggir gang saja, padahal di dalam perkampungan

banyakyang lebih membutuhkan dan rumahnya tergolong tidak layak

huni.

h. Masih banyaknya masyarakat yang berfikiran negatif mengenai dana

desa ini, karena jumlahnya yang cukup besar. Menganggap bahwa dana

tersebut digunakan oleh para pemerintah desa beserta orang-orang yang

memiliki kepentingan. Padahal semua anggaran telah tercantum dalam

laporan pertanggungjawaban yang telah dipublikasi.

3. Faktor Pendukung Kesuksesan Program Dana Desa dan Manfaatnya di Desa

Bajur

139

a. Pendampingan desa menjadi kunci utama dan memegang peranan

sangat penting. Karena jenjang pendidikan rata-rata masyarakat desa

juga masih minim.

b. Keaktifan lembaga-lembaga dan keterlibatan masyarakat desa itu sangat

penting dalam mempengaruhi program yang akan diterapkan. Dimana

jika masyarakatnya tidak antusias dan kepala dusunnya passif, maka

dusun itu akan kalah oleh usulan program dari dusun yang lainnya.

c. Pengelolaan Dana Desa sekarang ini berbeda dengan dana dana

sebelumnya, sehingga pemerintah desa dituntut untuk semakin cerdas

dalam melaksanakan program ini. Disisi lain, dengan Dana Desa,

masyarakat sekarang bisa menggunakan dana itu sesuai kesepakatan

bersama melalui musyawarahnya. Sehingga mereka yang

merencanakan, mereka yang membangun.

d. masyarakat Desa Bajur tentunya senang dengan adanya program Dana

Desa ini. Karena sekarang pembangunan dari desa sendiri, sehingga

masyarakat lebih antusias dalam mengeluarkan pendapat maupun dalam

gotong royong.

140

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Bab ini tentunya menyajikan simpulan atau pokok temuan dari penelitian

terkait Dana Desa di Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat.

Pada bab ini, peneliti juga menunjukkan kelemahan maupun keterbatasan

penelitian dan rekomendasi yang dapat digunakan bagi penelitian berikutnya.

Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan maupun dijelaskan pada bab

sebelumnya bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut:

n. Dalam Tata Kelolanya, Desa Bajur telah menerapkan prinsip good

governance dan memiliki asas-asas pengelolaan keuangan yang cukup baik,

seperti transparansi, akuntabel, tertib dan disiplin anggaran, serta partisipatif.

Namun proses pencairannya masih selalu terlambat

o. Mekanisme penyaluran Dana Desa di Desa Bajur telah sesuai dengan

Peraturan Mentri Keuangan no. 49 tahun 2016 2016 tentang Tata Cara

Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan , Pemantauan dan Evaluasi Dana

Desa.

p. Tahap perencanaan dalam tata kelolanya sudah cukup bagus, namun tahap

pelaksanaan terdapat masalah SDM, dan tahap pertanggungjawaban masih

dijumpai banyak kendala.

q. Keterlambatan pencairan dana desa di Desa Bajur disebabkan oleh aturan

yang cukup ribet. Terlalu banyaknya aturan dan persyaratan,hal tersebut

dialami juga oleh semua desa di Kecamatan Labuapi.

141

r. Faktor kendala dalam Pelaksanaan Dana Desa adalah seperti banyaknya

perubahan dalam UU membuat pemerintah desa Bajur cukup kesulitan utk

menyesuaikan, kemudian SDM yang masih belum memahami perhitungan

RAB, serta masih banyaknya aturan yang ribet dalam pencairan Dana Desa.

s. Faktor penunjang dari kesuksesan Dana Desa, pertama adalah antusias dari

warga Desa Bajur dalam setiap kegiatannya, proaktif daripada masing-

masing kepala dusun untuk mengaspirasikan program di dusunnya, turut

berperannya lembaga-lembaga desa dalam membantu pelaksanaan

pembangunan desa, serta ketepatan program yang diusulkan masyarakat

saat musrenbangdes. Pendampingan desa juga menjadi kunci utama dan

memegang peranan sangat penting. Karena masyarakat juga belum paham

mengenai perhitungan RAB, disisi lain pemerintah desa juga sering

membutuhkan kehadiran pendamping desa untuk mengatasi berbagai

permasalahan yang ada.

t. Manfaat adanya Dana Desa di desa Bajur adalah: sekarang program di Desa

Bajur jauh lebih banyak dari sebelumnya, masyarakat desa Bajur lebih

antusias, semangat bergotong royong dalam kegiatan-kegiatan dan semakin

kritis, kemudian pemerintah desa, lembaga, maupun masyarakat sudah

semakin cerdas, Dana Desa secara swakelola juga menciptakan lapangan

kerja bagi masyarakat Bajur.

5.2SARAN

1. Saat menemui kesulitan, pihak pemerintah desa Bajur harus lebih sering

konsultasi ke Kecamatan maupun Kabupaten, agar mendapat masukan

terkait berbagai permasalahan yang ada dalam penggunaan Dana Desa.

Jika diselesaikan sendiri, terkadang akan menjadi beban yang berat.

142

2. Dalam penggunaan Dana Desa untuk kedepannya Desa Bajur perlu

pembangunan yang bersifat produktif atau peningkatan inovasi dalam

usaha desa. Misal seperti pembangunan embung desa untuk budidaya

ikan gurami,karper, dsb atau budidaya unggas, mengingat disana belum

ada embung desa dan lahan di Desa Bajur sangat-sangat luas. Dapat

dicontoh desa yang sukses dalam BUMDesnya, yaitu desa Ponggok.

Pembangunan embung desa serta unit usahanya tentunya dapat

meningkatkan pendapatan desa Bajur, setelah itu jika pendapatan

tersebut meningkat, maka semakin banyak program maupun

pembangunan yang dapat dihasilkan.

3. Dengan Dana Desa, kedepannya Desa Bajur perlu membuat organisasi/

kelompok usaha desa Bajur. Karena 50% mata pencaharian penduduk

disana adalah sebagai wiraswasta/ pedagang, namun pendapatan

mereka masih rendah dan berdagang keliling secara individu.

4. Perlunya anggaran khusus dari pemerintah pusat terkait pelatihan atau

pendidikan kepada para Kepala Dusun, pemerintah desa, maupun

lembaga-lembaga terkait, agar ketangkasan mereka semakin bertambah.

5. Program pelatihan dan pembimbingan tetap harus ada, agar setiap

masyarakat, pemerintahan desa maupun lembaga-lembaga paham akan

apa itu Dana Desa dan apa yang harus dilakukan agar semuanya

berjalan lancar. Terutama perlunya ajarkan masyarakat berinovasi.

6. Bagi pemerintah desa, jika ada peneliti yang akan meneliti tentang Dana

Desa di desanya, sebaiknya disambut dengan senang hati. Karena

sejatinya adanya penelitian-penlitian tersebut merupakan upaya untuk

meningkatkan pembangunan desa dan masukan bagi pemerintah

setempat maupun pusat.

143

7. Agar proses program Dana Desa lancar, pembangunan desa tepat waktu

dan sesuai target. Sebaiknya pemerintah pusat maupun kabupaten lebih

mempermudah setiap kebijakan atau tahapan yang ada, sehingga dana

tidak selalu terlambat. Pemerintah dapat juga menambahkan tenaga

pendamping khusus untuk membantu pemerintah desa.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan & Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa (http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sakd/files/Juklakbimkonkeudesa.pdf / . diakses pada tanggal 18 Februari 2017)

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. 2015. Draft PERKADA Pemerintah kabupaten/ Kota Tendang Pengelolaan Keuangan Desa (http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sumut/files/TEMPLATE%20PERBUB-PERWAL%20PENGELOLAAN%20KEUANGAN%20DESA%202015 .pdf . diakses pada tanggal 27 Februari 2017)

Bappeda & BPS. 2015. Analisis Peta Kemiskinan Lombok Barat 2015.

BPKP. 2015. Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa (http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sakd/files/Juklakbimkonkeudesa.pdf / . diakses pada tanggal 4 Agustus 2017)

Debi, Kiki. 2016. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Untuk

Mewujudkan Akuntabilitas Pengelalaan Keuangan Desa (Studi Di Desa Toyomerto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Negeri

Deny, Septian. 2017. Di 2019, Tiap Desa Bakal Terima Dana Sebesar Rp 1,5 Miliar(http://bisnis.liputan6.com/read/2630021/di-2019-tiap-desa-bakal-terima-dana-sebesar-rp-15-miliar / . diakses pada tanggal 9 februari 2017)

Deny, Septian. 2017. RI Jadi Negara Pertama Beri Kewenangan Desa Kelola Ekonomi(http://bisnis.liputan6.com/read/2629995/ri-jadi-negara-pertama-beri-kewenangan-desa-kelola-ekonomi / . diakses pada tanggal 9 Februari 2017)

Diana, Conyers, Peter J. Hills. 1984. An Introduction to Development Planning in The Third World. United Kingdom

Kementrian Keuangan R.I. 2015. Kebijakan Dana Desa TA 2016

Kementrian Keuangan R.I. 2010. The Indonesian Budget Overview 2010. Direktorat Jenderal Anggaran

Kementrian Keuangan R.I. Kebijakan Pengalokasian dan Penyaluran Dana Desa

Tahun 2017 Kementrian Keuangan R.I. Meningkatkan Daya Saing dan Mendorong

Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan. Keterangan Pers RAPBN 2017.

Manopo, Delviyanti. 2015. Pelaksanaan Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Studi di Desa Warisa, Kecamatan Talawaan, Kabupaten Minahasa Utara). Universitas Sam Ratulangi. Manado

Maryunani. 2003. Alokasi Dana Desa (Formulasi dan Implementasinya). Malang:

Brawijaya University Press. Jasin, Mochammad. Aida.R. 2006. Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik. Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi, Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Moedarlis, Fajar. 2016. Sistem Akuntabilitas Keuangan Desa (Studi Kasus: Desa

Temuwuh Dan Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UMY

Muluk, Khoirul.2006. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang:Bayumedia Publishing.

Pasaribu, Rowland. 2013. Kewarganegaraan. Jakarta: Gunadarma.

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2012. Bahan Ajar Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok.

Peraturan Bupati Lombok barat Nomor 17 tahun 2016 tentang Tata Cara

Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa Tahun 2016 di Kabupaten Lombok Barat, Bab III mengenai Penyalurannya, Pasal 4

Peraturan Menteri Keuangan nomor 49 tahun 2016 tentang Tata Cara

Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan , Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa, pada bagian ketiga yaitu terkait Mekanisme dan Tahap Penyaluran pasal 14

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan

Undang-Undang no.6 tahun 2014 Dana Desa, pasal 48 dan 49 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 Permendagri Nomor 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa, dalam Pasal

13 Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,

pasal 23 Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa Pradana, Aditya. 2017. Penerima Dana Desa Capai 74.954 Desa di 2017.

(http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/ObzBe1gb-penerima-dana-desa-capai-74-954-desa-di-2017/. diakses pada 7 Februari 2017)

Pratiwi, Rianti. 2016. Implementasi Pengelolaan Keuangan Dana Desa yang Bersumber Dari APBN 2015 (Studi pada Desa Tunjungtirto Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Malang

PresidenRI.go.id. 2016. Langkah Nyata Mengurangi Ketimpangan Pendapatan. (http://presidenri.go.id/berita-aktual/langkah-nyata-mengurangi-ketimpangan-pendapatan.html . diakses pada 7 Januari 2018)

Pupu, Saeful. 2009. Penelitian Kualitatif. Journal of Equilibrium. Vol. 5 No.9

Putra, Kusuma. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi pada Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik. Vol. 1, No. 6

Rahmawati, Hesti Irna. 2015. Analisis Kesiapan Desa Dalam Implementasi

Penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Pada Delapan Desa Di Kabupaten Sleman). Fakultas Ekonomi. Universitas Cokrominoto Yogyakarta

Redaksi Kicknews.T. 2017. Ratusan Desa di NTB Belum Bisa Pertanggungjawabkan Dana Desa (https://kicknews.today/2017/09/18/ratusan-desa-di-ntb-belum-bisa-pertanggungjawabkan-dana-desa/ . diakses pada tanggal 6 Januari 2018)

Redaksi Kicknews.T. 2017. Proses Rumut, Dana 465 Desa di NTB Belum Cair. (https://kicknews.today/2017/06/08/proses-rumit-dana-465-desa-di-ntb-belum-cair/. diakses pada tanggal 7 Januari 2018)

Rosalinda, Okta. 2014. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan (Studi Kasus : Desa Segodorejo dan Desa Ploso Kerep, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang). Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

:Alfabeta. Subroto, Agus. 2009. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Tahun 2008). Tesis. Program Studi Sains Akuntansi. Universitas Diponogoro

Shuida, I.Nyoman. 2016. Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa,

pasal 78 dan 79 tentang pembangunan desa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa,

pasal 80

LAMPIRAN

Keterangan : Saat mengurus Laporan penelitian di Bappeda yang satu lokasi dengan Kantor Bupati

Lombok Barat

Suasana kantor desa pada hari kerja, cukup ramai dikunjungi masyarakat desa Bajur

Foto peneliti saat berada di Kantor Desa Bajur. Serta bangunan Kantor Desa Bajur juga cukup

minimalis.

Poster Dana Desa yang sudah lama di kantor Desa Bajur

Bersama Kepala Desa Bajur, Bapak Ahmad Rusni (kiri), Sekertaris Desa Bajur Bapak Juaini

(tengah), dan Kasi Kesejahteraan Pak Sahar (paling kanan)

Bagan profil Desa Bajur yang terpasang di dinding Kantor Desa Bajur

Bersama Bapak Haji Musleh Ketua LPMD desa Bajur (tengah) dan beberapa orang pasukannya

yang setia menemani (Bapak yang kiri dan yang mengambil foto). Gambar diambil setelah selesai

wawancara, di kantor desa Bajur.

Foto saat wawancara bersama Mas Zein, mantan anggota BKM dan aktivis desa (kiri) dan Pak Haji

Hamzad, tokoh agama maupun tokoh masyarakat di Desa Bajur yang berprofesi sebagai penggulu

(tengah). Lokasi di tempat tinggal Pak Haji Hamzad.

Foto Struktur Organisasi Desa Bajur

Suasana jalanan di Desa Bajur, Zona I (tengah), Dusun Ampel.

BUMDes Desa Bajur, Bajur Berniaga. (jual sembako, gas, dll)

Foto pembangunan Rabat Beton di Desa Bajur

Pak Ahmad Rusni, KEPALA DESA (17 Juni 2017)

P : Assalamualaikum pak Kades. Nama saya Adrian, saya mahasiswa Brawijaya yang waktu itu mau

izin penelitian tentang maekanisme, pelaksanaan dan manfaat dana desa di desa ini.

N : Ohh iya dek, apa yang mau ditanyakan? Kalau bisa langsung ke inti2nya saja ya

P : Dulu tahun 2014 kan ada program dana Desa, dan pelaksanaanya di tahun 2015. Bagaimana

tanggapan masyarakat saat program itu muncul pak?

N : yahh jelas, masyarakat disini antusian sekali dengan program itu. Mereka juga berharap banyak

sama program ini supaya desa kita kedepan semakin bagus.

P : kalau dari tahun-tahun sebelumnya, apa saja perubahan semenjak muncul program dana desa

ini?

N : Yaaa, yang pertama kegiatan, kegiatannya pastinya di desa ini sudah semakin banyak. Terus

maanfaatnya yang kita hasilkan juga pastinya semakin banyak juga, dan kita semua bisa

merasakan hasilnya..

P : Berarti tugas perangkat desanya tambah berat ya pak? Hahah

N : Ooo iya jelas dong. Tanggung jawab kita semakin besar jadinya.

P : Kemudian, kalau peran-peran kepala desa, perangkat desa itu apa saja pak?

N : Kalau peran kepala desa yang utama kan sebagai pemerinta desa, terus ............. (disebutkan

cukup panjang)

P : Terus proses pelaksanaan perencanaan pembangunan di desa Bajur sendiri seperti apa pak?

N : kita kumpulkan masyarakatnya dulu,.. yang pertama itu ada MUSDes, terus yang kedua ada

MUSDus. Tiap kepala dusun mengumpulkan masyarakat di dusunnya masing-masing buat

membahas rencana pembangunannya. Setelah itu kepala dusun menyampaikan aspirasi dari

masing – masing masyarakatnya saat MUSDes. Pastinya disana rapat bersama tokoh tokoh

masyarakat juga, yaa tahapnya seperti itu.. Semacam rapat Pleno lah..

P : Ohh, terus kalau mengumpulkan masyarakatnya sama publikasi hasil kegiatannya lewat mana

pak?

N : Lewat mik,.. manggilnya lewat pengeras suara masjid. Publikasi kegiatan juga sama pake mik,

hasilnya pake baliho ada, terus sama dipasang poster-poster di tempat yg ramai dilewatin orang

desa.

P : Kalau dari tahun 2015, program apa aja yang udah terlaksana pak? Terus masyarakatnya kenapa

milih program itu?

N : Sudah banyak kegiatannya, kalo dari 2015 itu ada namanya program pembangunan dan program

peberdayaan. Semua sudah kita laksanakan, itu kan sesuai dalam amanat undang-undang dan di

PP juga ada.

P : Kalau keterlibatan dan partisipasi masyarakatnya saat musyawarah gimana pak?

N : Iya, lumayan, mereka antusias.. walaupun sebagian besar warga di desa ini profesnya sebagai

pedangang, jadi ya mereka sering keluar kota untuk jualan.

P : wahh, terus ini sudah berapa kali musyawarah pak?

N : Kalau musyawarah, setahun sekali, sesuai dengan undang-undang yang ada..ya publikasinya yang

tadi, lewat kepala dusun.

P : Nahh, kalau masalah selama penggunaan Dana Desa ini apa aja pak?

N : yahh masalah.. ada aja banyak sih, 2015 itu banyak masalah. Undang-undangnya berubah

sehingga peraturan pemerintah, peraturan mentri keuangan beruubah semua.. Disitu kan kita

harus menyesuaikan sama peraturan pemerintah sana, harus belajar dan pahami undang-

undangnya lagi.. yaaa, semua harus kita paham itu.

P : kalau dukungan dari pemerintah itu seperti apa aja pak?

N : Pendamping desa itu yang utama, karena kan disini tau sendiri masyarakat desa jenjang

pendidikannya masih minim, jadi kita butuh pendamping desa seperti orang teknik sipil, itu kan

mereka bisa menghitung RAB dan mereka mengarahkan ke sini situ..

P : wahh iya bener, terus kalau lembaga-lembaga yang turut membantu pembangunan desa apa saja

pak? Atau seperti mitra desa gitu pak.

N : yang pertama ada KPMD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa.. itu tugasnya mengajak

masyarakat supaya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan dari desa ini, tentang musyawarah, dsb.

Kemudian ada LPMD, disini kan juga ada. Kepala dusun juga. Ibu ibu PKK ada, mereka aktif juga

sebagai mitra desa.

P : nah kalau hubungan kecamatan ke desa itu gimana pak?

N : kecamatan kan tugasnya istilahnya sebagai koordinasi ke Bupati. Jadi kalau ada info apa-apa gitu

biasanya lewat kecamatan, atau pelaporan tanggung jawab ke bupati lewat situ. Mereka juga kan

sebagai pembina, ada lah pendamping dari kecamatan juga.

P : ohh iya pak, nah terakhir kalo disini ada BUMDesnya ya pak?

N : iya ada, itu kan di samping..

P : kalau boleh tau, BUMDesnya bergerak di bidang apa pak?

N : BUMDes disini bergerak di bidang jasa penyewaan tenda, sama toko jual beli sembako, seperti

gas, dll. Nama BUMDesnya disini “Bajur Berniaga”, itu tanggungjawabnya ke kepala desa juga.

Mas Azhar, bisa dipanggil Mas Zein, Mantan Anggota BKM dan Pendamping Desa (13 Juni 2017)

P : Assalamualaikum.. (salam pembuka, perkenalkan diri dengan sopan)

N :Dulu sih kalau ndak salah ada 12 dusun di Desa Bajur, sebelum ada pemekaran. Tapii sekarang

ada 9 dusun setelah pemekaran. Duluu Terong Tawah, Jereneng, trus sama Karang Bongkot itu

masuk semua ke Bajur.

P : Trus kalau publikasinya gimana itu mas? Pake spanduk2 gitu ya?

N: Iya kalo publikasi setiap jumat diumumin lewat masjid, terus dicetak juga pake kayak kertas biasa

gitu, di printt kan terus ditempel. Tapii, kalo dari BKM itu pake spanduk trus biasa ditempel disini,

di belakang, besaaar spanduknya..

P: misal kalau pas tahun 2015 dulu pembangunannya seperti apa mas?

N: Inii kan jalann, ini ada rumah sebelah masjid, nanti silahkan bisa lihat.. PLPBK namanya dulu.., kalo

sekarang kan programnya BKM itu ‘KOTAKU’. Kalau dulu P2KP pertama,, saya pegang mungkin

sekitar tahun 2010/ 2011. Terus kedua itu PLPBK, nahh sekarang kan namanya ‘KOTAKU’.

P : Kalau Kotaku sama BKM itu bedanya apa mas?

N : BKM itu Organisasinyaa... tapii, programnya itulah namanya Kotaku. Kalau BKM itu organisasi

yang memegang.

P :Berarti mas Azhar, kalau selain Desa Bajur lembaga2nya kayak gini juga apa gimana?

N : SEMUAA.. SEMUANYAA yang se-NTB ituu.. P2KP, PLPBK, sama Kotaku itu programnya sekarang,

nanti bisa ditanya kalo ke kantor desa.

P : Ohh ya, terus kalau dulu disini ada pembimbing desa gitu ya mas?

N : Ooo Adaa.. Kita pembimbingnya dari Askot langsung, Kabupaten, dari dinas PU, Provinsi. Askot

itu asisten kota.

(Ketika ditengah pembicaraan, kebetulan ada tamu bapak Khairul Iman mampir. Bapak Khairul Iman

adalah kadus di dusun tersebut.)

N : Nantii kalau program kotaku yang sekarang ini, masalah RABnya bisa tanya ke Pak Rusni (Kades),

kalau tidak ketemu pak Rusni cari ketuanya sekarang Pak Saiful Bahri, ketua BKM sekarang. Tapii,

tetep sih lapor sama sekdes apa kepala desanya dulu.

P : Ohh iya, kalau pak Saiful ini kantornya di kantor desa atau dimana mas?

N : Iyaa memang disana kantornya dia, barengan kita. Kayak BUMDes itu, Badan Usaha Milik Desa

disana juga kantornya. Sekarang ituu semua “LTSP” mas, tau kan? Layanan Terpadu Satu Pintu,

jadi satu dah semua disana.

P : wah iya mas, trus tadi pendamping pembimbing gimana itu mas?

N : Dari Askot, Kota, Kabupaten sama Provinsi. Jadi, kalau ada program baru kayak kotaku nanti

anggota BKM itu diberi Pelatihan, Pendidikan. Tugasnya sama aja sih, tapi kan ada yang di kota,

kabupaten, sm provinsi. Tp biasanya kalo yng di provinsi ngawas dia, pengawas itu. Bagaimana

jalannya, gimana cara memberi bimbingan yang askot sama kabupaten.

P : Brarti pembimbingnya itu tugasnya gimana mas? Penyuluhan gitu atau gimana?

N :Penyuluhan sihh. ini ada program baruu misalnya, kita bikin rumah kumuh, rumah kumuh itu

sekian-sekian-sekian... Nanti diajari, dikasih kita RABnya semua (anggota BKM). Nanti BKM itu

mendapatkan listt daftar masyarakat yang akan diajukann, dari kepala dusun. Misal masnya jadi

BKM, pak Khairul ini Kadus, nanti pak khairul itu menyusun, siapa masyarakat di kampung yang

mendapat bantuan.. Setelah didaftar Baru diserahkan ke BKM, nanti BKM itu yang menyerahkan

lagi ke Askot, layak nggak ini ini....

Sebelumm dia centang, dia turun itu pengawas, dilihatt keadaan kampung itu. SATU MINGGU..

P: ohh berapa orang itu mas biasanya?

N : kemarinn kalo ga salah 2014 itu 8 orang yg turun, byk yang turun ituu.. kemudian dari BKM 4

orang, kemudian ditemani lagi kepala lingkungan, kadus itu.. jadi delapan, empat, tambah satu.

P: kalau boleh tau kepala dusun sama kepala desa jabatannya berapa tahun mas? 5 apa 6 tahun?

N: yaa jabatannya sih ndak berapa tahun, tergantung disini (kadus).. memang 5 tahun sih kan..

5 tahun,,Belum ada dirubah sih kayaknya Sknya, Sknya itu masih 5 tahun.

P:Trus kalau jabat sekarang berapa kali mas?

N: Dua kali tetep. Sama aja kayak Bupatii, sama kan dua kali.

P : Lho kalo sekarang pak Khairul lagi sibuk kegiatan apa? (tanya ke kepala dusun, Bpk Khoirul/ N2)

N2 : Yang sekarang? Masih dalam program pendataan, soalnya program yang diajukan udah ada

sama kepala lingkungan yang dulu. Pendataan warga dulu, RT.. Nikahh juga

N : karena kan tiap bulan ada orang lahir, meninggal, jadi harus didata lagi terbaru. Kaloo program

yang baru sih belum adaa, karena kan BKMnya belum Aktiv ini.. Dananya belum ada, ya ndak bisa

sih kerja kepala lingkungan. Kalo udah turun dananya, kena alokasi disini, baru dia kerja..

P : ehmm.. berarti kayak kegiatan dari dana desa 2015 apa pernah ada kendala? Kayak dana

bermasalah gitu

N: Ohhh ndak ada, gimana mau dana macet. Kan sudah diawasi Askot itu, ndak beranii dia. Kalo

macet dong askot, provinsi turun..

P : oh berarti udah bagus ini mas

N : Iyaaa, ndak ada dia macet.

N2 : Cumaaa permasalahannya rumah kumuh inii, terlalu ribet dia.. Musti di pinggir jalannn, di pingir

gangg.. kalo di dalem nggak dapet, walopun rumah orang udah nggak layak hunii ndak dapett dia.

N : yaa misal ada orang miskin di tengah rumahnya itu ndakk dapett dia.

N2 : yaa, apa memang begitu aturannya??

N : Ehh pokoknya kalo semua itu mas, masalah pendanaan, dan lainnya bisa ditanyain di kantor

desa. Kalo yang umummnya saya sihh masih bisa. Kalau mau tanya2 ke kantor desa enak jam2

istirahat, kalo jam pagi masih sibukk semua. Tanya2 BUMDes juga bisa, kepengurusannya kan

ada, organisasi juga itu. BUMDes nya itu biasa ngambil gas dari Pertamina, trus dijual kembali.

Nanti SHU itu, dibagii dia. Disana dah dia juga BUMDes itu..

P : iya mas, Kalau hasil2 pembangunannya disini bermanfaat ya mas?

N : iyaa bermanfaat semua, ndak ada istilahnya yang mengendap2 itu.. semuanya sudah beres

P: Ohh iya mas.

N : nanti kalo tabel bisa minta di printkan disana, yang tentang ADD sama DD ada semua.

P : (setelah perbincangan cukup lama dan mendapatkan banyak informasi akhirnya pamit pulang)

haha iya mas, jadi ga enak ini ganggu sampe malem. Terimakasih banyak ya mas, pak ... ...

Pak Juaini, Sekertaris Desa ( 19 Juni 2017)

P : Assalamualaikum.wr.wb pak Juaini, bagaimana kabar? Tujuan sy kesini untuk pingin tau tentang

kegiatan2 dari dana desa di desa bajur ini dan manfaatnya, sekaligus pingin mengangkat nama

desa bajur ini melalui peneitian saya. Pertama pingin tau tentang tahap perencanaan

N : Pertama kita lakukan musdus, setelah musdus kita ke musdes. Hasil dari musdes itu dibawa ke

desa, musrembangdes namanya. Iya dari desa yang mengadakan, itupun musdus atau

musrembangdes dilakukan oleh tim 7 namanya tuh.

P : tim 7 itu yang PTPKD ya?

N :Aaa.. Ndak dia, tim 7 itu sejenis review RPJMDes itu. Anggotanya 7 orang, khusus dia. Setelah

musdes ini kan hasil dari musdes ini ditampilkan di desa, nah setelah itu acc itu namanya RKP,

RKP Des (Rencana Kerja Pemerintah Desa). Nahh setelah RKPDes ada namanya APBDes (Anggaran

Pendapatan Belanja Desa), nahh setelah APBDes ini kita mendapat rekomendasi dari kecamatan

untuk mengambill tanda tersebut, mendapat rekomendasi dari kabupaten. Kecamatan, kemudian

BPMPD, baru kita bisa mencairkan dana ini... dan dana ini pun cari 2x, 2 tahap. Termin pertama

dan termin kedua, kalau disini kita 60% sama 40%.

P :Ohh iya diubah mulai tahun 2016 ya pak?

N : ehem..

P : kalau musyawarah di desa Bajur ini deselenggarakan dimana ya pak?

N : Di kantor desa, kantor desa sini..

P: Naah kalau RPJMDesa di desa bajur ini lebih kemana programnya?

N : Programnya ini semua lini, pertama ke pembangunan, pemerintahan, pemberdayaan. Mencakup

semua 4 item tsb, pembangunan, pemberdayaan, pemerintahan, dan pembinaan. Sesuai dg yg

sekarang diprogramkan ini.

P : Brarti kalau yang paling besar di desa ini program yang mana itu pak?

N : Dana desa ini didasari sama pembangunan, pembangunan sama pemberdayaan. Yang dua item

ini, kalau pembangunan aja kan banyak dia. Trus mau tanya, pembangunan apa yang dilakukan?

P : iyaa, yang paling dominan disini.

N : kalau pembangaunan yang sekarang 2016 ini adalah Rabat Beton..

P : Ohh di jalan sebelah mana itu pak?

N : sinii, semua dusun ini.. (gang2 masuk ke pemukiman, *ada dalam dokumentasi)

P : oh iya2, nahh kalau yang RPJMDes yang sekarang tahun berapa ya pak? Kan biasanya jangka

waktu 6 tahun.

N : tahunn, kalau ga salah 2012 sampai 2018.

P : Kalau musyawarah kan minimal setahun sekali ya pak? Nahh kalau menurut pak Juaini

masyarakatnya termasuk kritis atau gimana?

N :Iyaa musdes itu. Lumayan kritiss, biasanya kritisnya itu kalau mengenai masalah pelatihan utk

masyarakat, pembangunan. Pemberdayaan sm pembangunan kritis, kalau pemerintahan kan

lebih ke urusan pemerintah desanya.

P : Ohh berarti termasuk kritis semua ya pak masyarakatnya?

N : yaa lumayan lah, untuk masyarakat ini bukan masyarakat saja, tapi kan tokoh agama, tokoh

masyarakat, pemuda yang ditabekkan (pemuda yang berpengalaman).

P : kalau dulu penyusunan RPJM apa kabupaten ikut memberi bantuan, seperti juklak, juklis?

N : Iyaa ada dia.

P : Nahh dulu kan pak Juaini menangani masalah RPJM, itu menurut bapak ada kesulitan?

N : Iya lumayan, ada kesulitan.

P : dimana aja pak?

N : pertama,.. disini kan kalo nggak salah ada 9 bab dia, kita dulu biasa bisa jadi. Tapi kalo skrg belum

bisa jadi RPJMDesnya. Kitaa mengacu pada tahun yang dulu, karena dulu itu adalah semua

kegiatan itu sudah ada di RPJMDes yg dulu, kalo skrg ini yang 9 bab itu masih kita kerjakan.

P : berarti, 9 bab itu seperti apa pak?

N : Aturannya sekarang harus pakai bab, pakai 9 Bab, dari kabupaten.

P : klau RKP desa tahun berjalannya kapan pak juaini? Kalau 2016 ini bagaimana?

N : Dari duluu dia RKP. kalau yang 2016 baru satu atau dua kali kita, ini kan baru penyusunan RKP

disini.

P :kalau program yang terlaksana udh berapa program, tahun 2016?

N : Ohh yang sudah di acc kan pekerjaanya? Pembangunannya yang sudah 100%.. pemberdayaan..

semuanyaaa sudah dilakukan. Udah selesai semua, makanya laporan ini mau kita kirim. Cumaa

yang 3 item belum, pertama BPJS, yang tdk bisa kita laksanakan, trus ada namanya “bantuan

tidak terduga”, kemudian ada yang separuh, listrik ini yang masih kurang.

P : ohh itu tdk terlaksana gara2 apa itu pak juaini?

N : karena keterlambatan utk menyetor itu, dann bantuan tidak terduga belum ada kejadian yg bisa

dianggap untuk dibantu.. iyaa, untuk cadangan kejadian alam, gempa bumi, banjirr.. tapi ndak

ada satu tahun ini..

P : Alhamdulillah aman ya pak hehe, kemudian terkait RAPBDes itu saat Desa ini menerima Dana

Desa, itu diumumkannya lewat apa ya pak?

N : Lewat Surat. Kemudian diberikan ke PERGUB, itu contohnya kalau mau.. (menunjukkan surat dari

gubernur tentang berita acara jumlah ADD dan DD setiap desa di Kab. Lombok Barat)

... Sesi curhat...

P : iya, dikit lagi pak juaini. Nah kalau Dana Desa ini di desa Bajur dari tahun 2015, 2016 itu apakah

pernah terlambat?

N : Memang selalu terlambat, cairnya! Sekarang bulan juni ini belum cair! Sudah ada di rekening tapi

susah cair..

P : ohh rekening daerah apa pusat?

N : Rekening sini, di Desa ini. Tapi sekarang sudah masuk katanya, makanya kita lembur ini mau kita

kerjakan.

P :Ooo kalau boleh tau dulu alasan terlambatnya kenapa pak?

N : Alasan terlambatnya adalah, karena kita diberikan syarat.. persyaratannya adalah, satuu, harus

jadi RKP dan siskudes (sistem keuangan desa) namaanya 2017 ini, sistem keuangan desa,

aplikasinya ya. Makanya itu jadi lambat mas.. Keduaa, kita diberikan syarat laporan acc tahun

2016. Alasan laporan belum selesai, karena dana ini kan ndak mungkin kita kerjakan langsung jadi

laporan kan. Masak dana cair bulan Juni, termin ini langsung jadi. Kan ndak mungkin program

langsung jalan. Bagaimana kita musti laporin?? Itulah kendala kita semua desa di kecamatan

Labuapi maupun di lombok barat ini.

P : iya iya, trus kalau pelaksanaan pembangunanya itu biasa swakelola atau di borong kontraktor?

N : Swakelola. Kita ada PTKD, Pelaksana Teknis Kegiatan dari Desa. Ada LPM ada KPMD, itu yang

mengawasi. Kalau yang menjadi pelaksana adalah Pelaksana Teknis Kegiatan Desa (PTKD).

Pengawasnya LPMD sama KPMD.

P : kalau pendamping desa dari kota & kab. Itu saat programnya berjalan, mereka ada atau tidak pak

juaini?

N : Bisasanya sih yang sering turun, mendampingi kita ada namanya pendamping Desa sama

pendamping kecamatan. Bantu kalau ada kesulitan, itu dah dalam perencanaan RKP dia yang

bantuin.

P : kalau kendala dalam proses pelaksanaan apa pak juaini?

N : Biasa kendalanya Tukang. Kita kan di Bajur ini ibaratnya pedagang semua, makanya kesulitan

mencari tukang. Biasanya tukang itu banyak yang sambil jualan-jualan, terus tukang2 banyak di

BTN- BTN, nunggu dia kerja. Iyaa, biasa tukang-tukang itu udah dikontak semua, ituu yang bikin

kita nunggu... siapa yang bisa kulpulkan 5 oang, 8 orang, 10 orang. Itu kendalanya.

P: Biasanya kayak laporan pertanggunggjawaban APBDes itu kapan saja dilaporkan pak Juaini?

N : Laporannya sih ada laporan Realisasi kita kirim setiap selesai termin pertama dan kedua. Itu

realisasi ya, belum laporan murni lain. Itu kita kirim ke kabupaten.

P : nahh terus kalau di desa bajur ini laporannya ke masyarakat dalam bentuk apa pak juaini?

N : Ada namanya LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban) sama LPPD (Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah). LKPJ, laporan pertanggungjawaban kepala desa. Kalau

LPPD itu kan BPD, karena BPD perwakilan daripada masyarakat. LKPJ, itu kabupaten.

P : Publikasi biasanya dalam bentuk apa Pak?

N :publikasi dalam bentuk print out, banner. Finile itu bentuk kegiatan program, biar masyarakat tau

keuangan. Kalau keterbukaan disini itu penting.

P : Dulu kalau belanja desa kan sudah terlaksana semua, nah itu apa pernah ada kendala?

N : Kendala sih nggak ada.

P : nahh kalau saat menyusun laporan2 tadi itu menurut pak Juaini ribet atau gimana?

N :Lumayann. Lumayan ribet, ribet sih, desa desa yang lain aja belum jadi, Cuma 4 desa yang sudah.

P : kan kalau kesusahan bisa menghubungi pendamping ya pak?

N : memang didampingi kan, tapi banyak aturan kan. Eee aturan banyak sekali..

P : Ohh berarti bukan di desa bajur saja ya?

N :Bukan di desa Bajur ini saja, semuaa desa ini dikecamatan labuapi. Kalau di lombok barat luar

biasa penekanan didalam APBDes maupun lainnya. Karena apa? Kenapa dia telat untuk

mencairkan dana? Karena dia itu takut desa2 ini di Lombok barat terkena istilah seperti kena BPK,

maupun apa. Kalau Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, lainn beda dia, tanpa melalui

APBDes maupun apa, gepok keuangannya, kalau kita diatur melalui kabupaten makanya lama

pencairan. “Biar tidak ribet besok”, dia bilang begitu. Intinya kita repot dulu biar besokk enak kan

kita, dibandingkan kita gepok keuangannya tapi pineng besok. Intinya seperti ini, dulu laporan

APBDes kita kita masuk masukkan uang uangnya, kalau sekarang lengkap dengan RAB, dan

sebagainya...

P : Ohh iya, lebih lengkap ya. Nahh terakhir pak juaini, kalau di kabupaten atau kota ikut

mendampingi saat penyusunan LPJnya apa gimana?

N : Ndak adaa.. kalau ada kesulitan kita yang konsultasi kesana.

P : Ohh iya bagus bagus. Yasudah kalau begitu pak Juaini gitu aja ya, maaf sudah banyak merepotkan

bapak, terima kasih juga pak juaini, sudah selesai ini, udah cukup dapat banyak informasi dari Pak

Juaini. Nanti kalau ada waktu saya main lagi kesini yaa

(Penulis dan Narasumber akhirnya mengobrol santai, meminta beberapa dokumen, kemudian

pamit serta tak lupa untuk berterimakasih)

Pak Haji Musleh, Ketua LPMD Desa Bajur (22 Juni 2017)

P : Assalamualaikum, iya begini pak haji. Tugas akhir saya ini tentang manfaat Dana Desa di Desa

Bajur ini. Saya pingin tanya2 lebih lanjut ke pak haji tentang manfaatnya Dana Desa disini.

(obrolan singkat dan perkenalan)

Bisa saya mulai ya pak?

N : Ohh iya iya. apa yang mau ditanyakan?

P : Nahh dulu kan tahun 2015 itu ada program namanya Dana Desa, tanggapan bapak tentang DD ini

apa pak?

N : Menurut masyarakat ini, dana desa sangat berarti dan bermanfaat sekali. Kalau sebelumnya kan

ada program ADD, dan itu hanya kecil sekali nilainya, dan nyaris pembangunanya hanya kecil2

saja, sehingga tidak begitu terasa. Nahh sekarang ini sangat terasa, seperti saat ini untuk kemarin

dia fokus pada dusun 4 itu dia, Bajur Kalijaga, Bajur Induk, Bajur Girijati sama Dusun Ampel.

Kenapa di dusun ini? Karena di dusun lain ada program. Program itu ada namanya PLPBK, dari

PNPM perkotaan mandiri. Sehingga kami beserta masyarakat supaya fokuss pembangunannya,

sehingga semuanya yang tadinya bangunan tahun 2005 paving blok udah rusak, semuanya

diganti.

P : ohh iya2, berarti total dusun disini ada berapa pak Haji?

N : ada 7 dusun. Jadi manfaatnya sangat besar bagi kami, Cuma saat ini masih fokusnya lebih pada

pembangunan fisik, padahal pembangunan ini tidak hanya fisik saja, tapi ada pemberdayaan juga.

P : terus kalau semenjak 2015 kebawah sama dibandingkan tahun 2015 kemarin apa saja

perubahan2nya menurut pak haji?

N : Sangat banyakk. Contohnya, sekarang ini gang-gang ini kann. Pada tahun dibawah 2014,

pavingnya banyak yang hancur, mengganggu sekali kan. Sekarang ini kan sudah mulus dia, gang2

itu sudah bagus. Yang jelas tertata sedikit.. nah terus dibikinkan gorong gorong, terus ada

penyerapan air hujan.

P : Ohh iya2 banyak ya, terus kalau keunikanya dana desa ini apa menurut pak Haji?

N : Keunikan dana desa.. satu, karena pengelola kan langsung dari tingkat desa sebagai pengelola.

Kemudian Kitaa, sebagai masyarakat bisa menggunakan dana itu, artinya sesuai dengan

kesepakatan masyarakat. Kalau yang dulu pembangunan itu dari atas, setelah pembangunan dari

atas ternyata tidak bisa dipakai. Nahh sekarang ini kita yang merencanakan, masyarakat

merencanakan, dan masyarakat pula yang membangunnya. Maka tentunya, krn masyarakat yg

merencanakan, tentunya merencanakan apa yang dia inginkan, sehingga sangat bermanfaat dia.

Itu keunikaanya.

P : iya iya, terus kalau tugas pokoknya LPMD bagaimana pak?

N :nahh kalau tugas2 pokok, udah diatur dia, tidak hafal sy permennya. Jadi disana mulai dari

penyusunan segala macem ada, sudah diatur. Tinggal ambil aja kelengkapannya di sekdes, ada itu

P : kalau yg lebih ke mitra pemerintah desa itu bagaimana pak?

N : iya, memang itu sudah. Jadi kan kita sesuai permen itu, kita cari data2 atau bagaimana keinginan

masyarakat. Bahkan dari musyawarah RT ada, Musyawarah dusun ada. Nah apa kesepakatannya

disini, dinaikkan ke tingkat desa ini. Jadi kami hanya terus menemani apa2 yang dibutuhkan

sambil teruss bersinergi dengan kepala desa. Inilah yang dibutuhkan, jadi usul2 itu semua kita

tampung. Pokok sesuai dengan permennya itu.

P : ohh iya pak, terus kalau musyawarah itu masyarakatnya gimana?

N : Iya harus kumpul. Yaa kadang2 musyawarahnya bersifat non-formal, jika ada pertemuand zikir2

disana kita ngomong sedikit. Sebab masyarakat disnini mohon maaf, karena mereka sama2 cari

uang itu berdangang, sehingga jarang dirumah.. sehingga kita buat momen2 yang mungkin bisa

dipakai untuk berkumpul.

P : berarti kalau dikumpulkan semua itu susah ya pak..

N : yaa susah, agak susah itu.. yaa ada momen2, jadi kita baca dia momen momen itu. Terkumpul 10,

15 orang, nahh bisa itu. Tapi disamping itu ada jga yang formalnya. Tapi ndak bisa kalau setiap

hari kan, masing2 punya kesibukannya. Disini rata2 pedagang keliling dia, ada yang ke Bali,

kadang seminggu sekali pulangnya, jadi kita cari aja timingnya yang pas.

P : kalau dalam mengawal adanya DD ini tugas LPMD ini lebih kemana pak haji?

N : kaloo mengawal dana desa itu lebih di perencanaanya, kemudian mengawasi kegiatan. Seperti

musyawarah itu, kemudian diatur dia pencairan segala macam, ada petugasnya masing2 itu.

Skemanya ada.

P : hmm. Nahh kalau masing2 bidang di LPMD itu tugasnya apa saja pak Haji?

N : Jadi masing2 itu ada usulan nanti, misal saat ini ada rapat terakhir musyawarah ada yang

mengusulkan bagian kesehatan. PMD, ya PMD... karena berangkat dari tahun kemarin, jumlah

balita yang masuk garis merah itu sangat signifikan, ada 35 kasus, jadi bagian kesehatan

mengusulkan itu. Kalau keagamaan ini yang perlu diperhatikan, guru2 ngaji tidak ada perhatian

dari pemerintah, nahh itu juga yang kita usulkan, sehingga guru ngaji itu dapet juga dia dari dana

itu.

P : Oh iya pak Haji, saya sempat ke kecamatan. Disitu ada orang LPMD juga, nah bedanya sama disini

itu apa pak Haji?

N : kalo diaa.. dia modelnya sebagai bentuk pendampingan saja di kecamatan. Ya kan pegawai negeri

dia yang hanya terus berkelanjutan yang kalo ada pelatihan2 itu jadi pendampingnya. Jadi untuk

ajang sosialisasinya, krn kalo ke desa desa itu yang dipanggil nanti. Yaa, nanti dia lebih kepada

pendampingan.

P : kalau visi misi LPMD sejalan ya pak sama pemerintah desa?

N : iyaaa sih harus sejalan dia sama pemerintah desa.. Kalau beda dong nanti ndak bisa dikerjakan

programnya hahaha . “saya mau bikin ini, trus sana mau bikin itu” kan ndak mungkin bisa haha

P : haha iya, sekarang masuk ke manfaat. Kalau manfaat fisik dari dana desa disini apa pak haji?

N : kalau manfaat fisik, kan jalanya baguuss.. nahh kalau manfaat di ekonominya, kalau saat ini

memang belum dibentuk untuk terkait dengan perekonomian, dalam arti mungkin pinjaman

dana atau tidak. Masih belum... yang jelas bahwaa kita punya Badan Usaha Milik Desa, ituu

bergerak di bidang penyewaan terop. Disana dia untuk sementara ini, karena untuk masyarakat

kepala desa fokusnya pada pembangunan fisik dulu. Karena utk yang lain, hanya utk

pemberdayaan karang taruna. Membuat kelompok2 tim Marawis, kesenian di desa, biar nggak

sepi.

P : Nah kalau tanggapan masyarakat dari DD ini apa pak Haji, yang pernah pak Haji dengar?

N : jadi masyarakatt..macem2 tanggapanya. Satuu, tanggapanya yang positif misal, “alhamdulillah

sekarang pembangunan desa dari kitaa”. Terus kemudian yang negatif, “sekarang desa sudah

semakin kaya, terus mana uang2 uangnya?” gitu katanya. Kenapa? Karena masyarakat yang

mereka angap pembangunan itu, pembangunan fisik saja. Tanpa mereka pahami dan pernah

berfikir bahwa, pembangunan itu termasuk juga pembangunan pemberdayaan. Itu tidak

dipahami.. padahal pemberdayaan, kita kan ada pelatihan untuk ibu2 PKK, kan juga diambil dari

Dana Desa. Nahh juga, sekarang ini seluruh kegiatan yang di desa, baik itu punya Pemda dan juga

Pemerintah pusat itu tetap dilaporkan oleh desa sendiri. Contoh, sekarang kan, jembatan ini

diperbaiki dananya 100 jutaa, sehingga keliatan di desa ini sangat banyak uang lebih dari 3

Milyarann. Padahal uang yang kita terima tidak segitu. Inilah juga yang memicu mereka berfikir

negatif “Banyakk uangnya, gini gitu...” kata orang, padahal itu pembagunan dikerjakan oleh pihak

lain, hanya desa mengetahui saja disana, padahal dana desa disini dapat 700 jt. Sementara yang

muncul di permukaan, “dana ini masuk, dilaporkan oleh desa, dana itu masuk..” sehingga total

dana yang masuk di Desa Bajur terhilat hampirr 3 milyar.. Oleh masyarakat kan dianggap itu

kemana? Padahal meraka tidak tahu disitu juga ada gaji kepala desa, segala macam. Nahh itu

dampak negatifnya, tapi yang jelas bahwa, masyarakat sangat merasakan manfaat dari dana desa

ini. Sehingga saya juga sering mendorong masyarakat, “mari bikin kelompok2 usaha, kelompok

usaha kube kube lah, nanti bisa kita danai lah dari dana ini”. Ternyata karena masyarakat ini

memang kebiasaanya dari dulu yang ada Kredit Usaha Tani dulu itu kan, asal dapatkan uang

sajaaa.. Dapat uang, ndak dia bekerjaa. Akhirnya dipake lain2, makanya belum berani , makanya

kita teruss sosialisasi sampe mereka pahamm.

P: Ohh iya banyak permasalahannya pak.

N : Iyaa hampir polemik mesti ada itu

P : nah kalau bagi pemerintah desa dan lembaga2 manfaat dana desa ini sementara seperti apa pak?

N : ahh untuk sementara, untuk lembaga-lembaga ini, mohon maaf seperti yang saudara saksikan

kan. Masih belum siap sepertinya, menurut pandangan sayaa.. Temen2 lain masih belum

terbiasa, masih menganggap seperti dulu lembaga2 ini. Dana Desa ini harusnya kan saat sudah

begitu dibentuk, ada Kasi ini, Kasi itu (Kepala Seksi).. maka dia bekerjaa. Ini kan masih one min,

one show , satu orang mengerjakan banyak hal. Sementara yang lain belum paham, ini yang

masih belumm.. masih kelihatannya seperti ribet. Nah itu

P : hmm iya, berarti menurut pak Haji yang kurang itu dimananya selama satu tahun ini?

N : yangg kurangnya ini adalah, harusnya adaa dari pemerintah kabupaten dalam hal ini, adalah

memberikan banyak pelatihan kepada, mestinya staf-staff ini di semua kabupaten ini.

P : ohh tapi selama ini kan tetep ada pelatihan pak haji?

N : Tetep adaa.. tetapii, kalo menurut saya, tidak praktis. Artinya masih dalam gambaran-gambaran

umum, tidak dalam prinsip “Ohh ini harus mengerjakan ini, begini lho caranya, ini form form yang

perlu diisi”, artinya pendampingan lah sifatnya. Nahh kalau pelatihan itu kan hanya sekedar untuk

menyelesaikan kewajiban saja menurut saya, nah maka dengan adanya itu masing2 paham, biar

ndak hanya Sekdes aja yang paham. Nah kan ini, itu dia tempatnya belum siap. Seharusnya,

bukan hanya bupati saja yang bekerja, itu staff2 nya bagian dinas pendidikan sudah ada tugasnya

kerjakan pendidikan, tapi ini ndak, masih bupatinya yang bekerja. Itu yang saya lihat.. Masih

belum pemahaman temen2 tentang Dana Desa ini, dia menganggap ini seperti dana2 dulu, yang

namanya ADD, ADD kan dikelola sama orang2 yang bawa uang. Padahal tidak kann, semua

masing masing Kaur (Kepala Urusan), masing2 Kasi (Kepala Seksi) kan bertanggungjawab. Kaur ini

dia yang bertanggungjawabnya itu, TPKnya dia. Kasih sarana, yasudah dia jadi TPKnya disana.

Nahh itu sebenarnya kan, tapi masih belum, sehingga keliatanya masih ribettt skali. Kayak dengan

Laporan2 itu yang masih kami di Desa ini, masih belum pandai.

P : hm iya pak, kan banyak dirubah juga.

N : iyaa, perubahan2 ini kan, undang undang kan terusss bergerak sementara kapasitas temen2

masih tidak seimbang dengan laju undang-undang ini. Itu yang saya liat, sehingga tumpang

tindih..

P : Ohh iya bener pak, kalau di Desa Bajur ini kegiatan yang paling menonjol dan bermanfaat ini apa

pak?

N : Semuanyaa, semuanya bermanfaat. Contohh, pembangunan perabatan Gang, bermanfaat.

kedua, pemberian insentif untuk guru2 ngaji, karena membangunn pendidikan itu pada dasarnya

itu merekaa, yang non formal ini, kalo yang formal kan udah ada. Inilah makanya kita

perjuangkan guru-guru ngaji, kemudian kader2 posyandu, seandainya bisa kita naikkan ya kita

naikkan (anggarannya) dan tetap liat acuannya.. sangatt bermanfaat sebenarnya. Saya bilang tadi

bahwa pembangunan ini berawal dari bawah, dia yang merencanakan, dia yang mengelola, maka

bermanfaat bagi dia. Kalo jaman dulu, orang dibikinkan rumah, orang dibikinkan kamar mandi,

tetapi tempat tidurnya ndak ada,, kan repott dia. Makanya kita programnya ada yang bedah

rumah, tapi kalo bedah rumah untuk fakir miskin, belum berani kitaa, karena itu rawan. Rawan

terjadi konflik sosial, “saya manaa, kenapa dia sajaa” nahh.

P : iya betull, nah kalau menurut pak haji tolak ukur keberhasilan program bagaimana pak?

N : Kalo tolak ukurnya, bagaimana mengukurnya keberhasilan program, kalau saya melihatnya ada

rencana, program terlaksana sesuai rencana itu saya bilang sudah berhasil. Itu menurut saya

P : nah tadi faktor penghambatnya tadi di SDM masyarakatnya ya, apa mungkin ada yang lain pak

haji?

N:faktor penghambatnya itu sudah, diantara faktor penghambatnya, disamping intern kantor desa

juga sebagai pengelola ini, satuu. Kemudian masyarakat kurang diberi pengertian sama

masyarakat lain terkait beberapa pembangunan (masalah teknis), contoh ini ada talut, sementara

ini mau dirabat, “ini harus di masukkan ke gorong2” katanya, padahal gorong2 itu jauuh dibawah,

dan ada kali diatasnya. Kan percuma dia, mau bikin gorong harusnya kan air kalinya di bawah,

gorong2nya di atas, biar masuk airnya (masuk ke kali). Nahh itulah kemudian terjadi konflik

sampai sulit diselesaikan..

P : ohh iya2, kalau di sisi partisipasi?

N : kalau partisipasi sih alhamdulilah. Tetep lah..

P : ohh iya alhamdulilah. Nahh kalau strategi LPMD untuk mengatasi masalah2 itu bagaimana pakN :

jadii kalo saya bersama temen2, biasa kita datengi, kita mediasi. kalaupun kita sulit untuk

bertemu,maka yasudah kita tunda pekerjaan itu, sampai suatu saat kita alihkan kpd yg lain biar

tidak menjadi konflik, ketimbang harus dipaksakan kan ndak mungkin juga. Ada orang mau minta

gangnya dipasang rabat, sementara itu kan bukan gang umumm. nahh kann, kita tunda duluu.

Berikan dulu nama gangnya, kalau sudah pas milik bersama, sudah, baru kita penuhi.

P: terus kalau faktor2 yang mendukung kesuksesan program DD ini apa menurut pak Haji?

N : jadi faktor pendukungnya adalah satuu, tetep keterlibatan masyarakat itu. Saya sudah bilang ke

kepala dusun, “saat ini,, kepala dusun yang punya wewenang mau baungun apa, bukaan

wewenangnya desa. Makanya anda sebagai Kepala dusun, Rencanakann. Tetep turun, lihatt, apa

yang perlu dibangunn. Kalau sudah keliatan apa yang maudibangun, nanti di tingkat desa akan

dirapatkan.” Nanti kan dia kawal itu programnya dia . karena memang, pembangunan sudah

tidak spt dulu lagi, kalau dulu kebijakan itu dari kabupaten. Desaa hanya menerima saja, apalagi

dusunn. Sekarang ini sudah dipindahkan ke Desa, Desaa, kan tinggal hanya kita minta ke kepala

dusun disini, sebagai Leading Sektor. Maka kesuksesan itu adalah hasil dari proaktif daripada

pemerintah dusun disini. Karena kalau rakyatnya pergi berjualan sedangkan kepala dusunya tidak

berkreatif, yasudah, akan tertinggal dia, akan kalah dengan dusun-dusun yang lain. Karena sudah

ada kompetisi disini, “dia sudah ndak mau dateng, segala macem, dipanggil rakbar ndak mauu..”

yasudahhh nanti rakyatnya yang demo dia. Nahh Jadi kesuksesannya tetap adalah membutuhkan

proaktif daripada pemerintah dusun dan masyarakat-masyarakat sini. Makanya kita sangat

senang kalo ada temen2 bertanya tentang Dana Desa.. kalau dia bertanya tentang Dana Desa,

kan ada inginn pengetahuannya bertambah. Tapi ingatt, di desa juga banyak orang-orang yang

tidak suka, contoh, dia nanya Dana Desa kepada orang-orang yang buka pengelola Dana Desaa,

hancurlah jadinyaa. Dananya 1 Milyar, diceritakan 3 Milyar, kan suudzon yang muncul. Itulah

faktor2 penghambat yang muncul seperti itu, kita sebarr. Kita sebarr, kadang melalui pengajian-

pengajian, “jadi dana desa sekarang adaa...bla bla” silahkan tanyaakan..

P : Ohh, Trus kalau yang ditempel2 ada juga ya?

N: Iya ditempel2, sekarang ini kan sedang dibikin. Di tempat pembangunan-pembangunan itu juga

ditempel. Cuman kan ini karena kantor desanya masih baru, tempat menempelnya ini yang sulit.

Nempelnya kan juga nggak sembarangan, kan takut dirobek-robek juga kaya baliho-baliho di

depan.

P : Ohh haha, masyarakat desanya di bajur ini termasuk kritis-kritis berarti ya Pak?

N : Kritis-kritis. yang kritis, ya kritis, yang kritis memang mau mencari salah itu ya banyak juga haha. -

kalo kritisnya sifatnya membangun baguss, kalo kritis sifatnya menjatuhkan banyaakk itu mas.

Tetapi kita jawab bersama2, karena kita di Desa ini kita terbukaa, “kayak itu BPD”, kita biasa

sajaa. Mana dia sudahh, kita saling tanya sajaa, dalam rangka mengatasi konflik ituu.. Sebab kalau

kita tertutup kan belum bisaa.

P : Ohh iya pak haji, kalau pak Haji kira2 tau tidak tentang mekanisme Dana Desa dari pusat ke

daerah itu seperti apa?

N : jadii dana ini kan transfer pusat, masuk ke rekening pemda. Kemudian dari desa menyusun segala

sesuatunya utk mendapatkan rekomendasi pencairan dana, setelah mendapat rekomendasi itu

barulah akan masuk ke rekening desa.

P : iya pak, berarti selama mekanisme itu berjalan, dari tahun sebelumnya apa pernah mengalami

masalah?

N : jadii, belum ada sih masalahnya. Yang jelas masalah itu ada pada kita saja, contoh: keterlambatan

SPJ, nahh itu dipersyaratkan kann; keterlambatan Perdess, kan perdes itu yang harus ada; trus

APBDes, APBDes ada baru bisa pencairan dana. Nahh itu sajaa, kalau di bagian sana belum ada

sih. Iyaa, kalo disana (pusat) lancar sih. Cuman dari segi internal desa yang masih kurang,

namanya juga masi baruu ini kan, masi tahun ini. Kalau kemarin kan dia pakai Pergub semua,

sekarang menggunakan Perdess kan, Permendagri. Dulu kan Pegrub menggunakan uang itu. Kita

dibikinkan kan, sekarang kan tidak.

P: Ohh iya berarti nunggu SPJ selesai ya?

N: yaaa nunggu dipersayarkan oleh dia,spj selesai segala macem, biar gampang diaa..

Jangan sampai nanti, uang sudah habiss, mau masuk lagi, spj nggak ada, kann numpuk jadinyaa.

Ituu yang saya tau.

P : nahh kalau menurut pak Haji disini itu masuk kategori desa apa pak? Kan ada desa maju,

berkembang, sama tertinggal.

N : Nahh selama inii, jadi ceritanya kalau di Lombok Barat masuk IDT diaa. Masuk desa tertinggal dia.

Nadk tau sy kalo Bajur ini, apa dia kriterianya. Yang jelas Lombok Barat ini kalo di koran-koran

masuk tertinggal dia.

P : ohh penilaiannya berarti tdk tiap desa ya pak? Tiap kabupaten gini ya

N : ndaak. Tp, sekitar tahun 89an desa Bajur pernah dapet bantuan dana dari PMDKE (desa2

tertinggal) masukk dia kita dulu. Udah lamaa itu, kita juga ndak tau ngukurnya dari mana atau

mungkin dari Indek Pembangunan Manusia itu.

P : nah kalau di kecamatan labuapi ini desa Bajur ini menurut bpk masuk tengah2 apa bagus?

N : hehe ini agak sulitnya sy jawab. Kalau liatnya dari fisik bangunan, kami paling depann. Kalau

liatnya dari pendidikan, sepertinya kita berada agak bawahan. Baru di atas th 2010 kita agak maju

pendidikannya, itu ditopang oleh keberadaan BTN di dalam dan sekitarnya. Pendatang-pendatang

itu kan rata2 minimal S1 dia, sehingga tinggat pendidikan desa bajur meningkat dengan adanya

pendatang2 ini. Begitu didata akhirnya yang tadinya rendah di sisi pendidikannya menjadi tinggi.

Kalau di segi kesehatan sepertinya agak kurang, ditemuan beberapa kasus kematian ibuu, anakk,

indeks pembangunan manusia dalam sisi kesehatan agak turun. Kalau dari sisi ekonomi juga,

disini ya tidak miskin miskin amatt, contohnya dia bisa bikin rumah bagus, full keramik kan.

P : Ohh iya2. Berarti kalau di Labuapi ini desa yang terkenal itu apa aja pak haji?

N : emmm jadii, banyak desanya disini, setelah pemekaran ada 12 desa dia. Nahh kalau di desa Bajur

ini kan di kampung, dusun sini masih kurang dia yang di Tempit. Kalau liat dusun yang 4 ini, bisa

jadi ukuran dia, karena kan akumulasinya yang dihitung. Makanya kemarin dapet PLPBK itu ndak

bisa masuk kesini dia, karena sudah rapii. Makanya dimasukkan di Phododol, yang kemarin banjir,

sama Tempit. Nahh itu mohon maaf kalau ngukurnya berapa, ndak tau darimana menukurnya itu

kan hehe.

P : ohh iya gpp Pak Haji, kan Cuma pingin tau aja. Trus kalau lomba2, pernah menang lomba apa pak

haji?

N : Duluu sih pernah lomba desa, tahun 99 udah lama. Sebabb temen2 desa kadang-kadang ndak

mau dia berlomba, kenapa? Biayanya sangat mahal, dan tidak tahu darimana dianggarkan. Ndak

cukup dia 10-15 jt. Makanya kepala desa ndak ada yang mau berlomba, karena anggaranya dari

mana, bagaimana bahasannya di APBDes, pasti dicoret dia.

P : kalau sekarang ikut lomba didanai pakai Dana Desa bisa ya pak?

N: Bisaa, bisa. Tahun ini dah mulai bisa dia.

P : Nahhh Alhamdulillah ini pak haji sudah selesai ini, terima kasih banyak. sudah banyak dapat

informasi tentang Dana Desa dari pak Haji. Maaf yaa, merepotkan pak haji.

(penulis akhirnya mengakhiri kegiatan wawancara, serta meminta petunjuk terkait lokasi dari

hasil kegiatan dana desa yang sudah terlaksana, seperti rabat beton, dll. Tak lupa juga minta

dokumentasi, foto bersama)

Pak Haji Hamzad, Tokoh Masyarakat (28 Juni 2017)

P : Assalamualaikum Pak Haji

N :ehh iya gimana kabar? Udah ketemu siapa saja?

P : Alhamdililah baik pak Haji hehe, udh ketemu Pak Kadessama Pak Ahmad Juaini (sekertaris Desa),

sama Pak Haji Musleh Ketua LPMD nya.

N :Ohh pak Haji musleh, pak ustadd. Kan ada anunya, ada madrasah di sekolahnya. Dia selese

pesantren di sini, di Pagutan, trus langsung kuliah dia. Ada sekolahanya kan di samping lapangan.

P : Ohh kepala sekolah ya pak Haji Musleh itu?

N : Iyaa. Sekarang, ada majunya disana sekarang. Dulu Bajur mana ada mau sekolah, ndak ada

sekolah dulu. Cuma dia ahli usaha aja (masyarakatnya). Sekarang2 ini aja Bajur rajin sekolah dia.

P: ohh. Pak haji, yang di samping kantor desa itu BUMDes ya?

N : Iyaa Bumdes.

P : Keliatanya gimana pak haji? Kok agak sepi, kalo saya lewat tutupan

N :iya, kan memang baru2 jadi dia. Ada pertokoan kan juga sekarang, di sebelahnya kantor BUMDes.

tapi ndak tau mungkin mau disewakan dia nanti. Kepunyaan kantor itu, yang menghadap ke barat

itu kantor juga punya (ruko kecil).

Disela – sela perbincangan ada mas Zain datang (adik pak Haji Hamzad, mantan BKM dan

pendamping desa) Mas Zein sebagai Narasumber 2, kode : N2

N2 : Assalamualaikumm. Gimana udah selesai?

P : ohh mas azhar. Iya tadi sudah ke depan2 dokumentasi di kantor desa, sama di pinggir2 jalan tadi,

liat-liat rabat beton haha.

N : Wehh sendirian anak ini penelitiannya yaa?

P : haha iya sendirian pak haji. Buat skripsi.

N : gimana kalo ini (di desa ini) Dana Desanya, benar ya haha?

P : hehe iya lumayan, tp belum bisa ngasi masukan pak haji. Pak Kadesnya juga lumayan tegas, saya

banyak ditanya2 juga haha. Biasanya kalau ada musyawarah2 gitu pak Haji ikut apa gimana pak

Haji?

N : Haruss ikutt hehehe.

P: Sama pak kadus2 juga ya?

N : Iya musyawarahnya sama dusun juga.

P : di masjid sini ya pak haji? (depan rumahnya ada masjid)

N : yaa, kadang2 kalo ndak keseluruhan, kita disini di pesantren ini (menunjuk aula luas di

pekarangannya).

P : sering disini ya berarti kalo rapat?

N : iyaa sering.

P : kemarin kan pas tanya2 ke LPMD, kepala dusun yang ngajak musyawarah, biasanya kalo kadusnya

aktif ya itu programnya yang diambil. gitu ya pak haji?

N : Iya . tapi kalo ini (dusun Tempit, dusun mereka) krn baru jadi kepala dusunnya, baru sekali jadi.

P: ohh yang kemarin kesini ya?

N : Memang sulit jadi kadus, rata2 ndak ada yang mau. Biasa tokoh2 masyarakat, tokoh2 agama itu

yang kerumahnya itu, kita suruh ajak.

P : Ohh pak haji kok ndak mau jadi kepala dusun?

N : Sudahh saya duluu, waktu ribut itu. Jadi kepala dusun langsung penggulu, dua duanya.

P: wah capek berarti pak haji ngurusi gitu itu?

N : hmm capeeek... Kalo sekarang sih jadi kepala dusun itu paling rendah itu S1 dia, sarjanaa. Kalo

SMA aja ndak mampu dia sekarang, kalo ndak pengalaman. Yang ini aja (kadus baru) kadang

nanya aja sama adek dia (mas Zein).

P : haha kalo mas Zein dulu pembimbing ya?

N2: hehe iyaa pembimbing kaduss.

P : ohh itu berarti ditugasin dari camat ya mas?

N2 : Dari kepala Desa, kan bawah kepala desa dia. Tapi SK nya SK camat. Capeek memang kadus

sekarang ee, karena semua bidang itu sekarang dikasi ke dusun aja. Jadi desa itu tinggal nerima

data aja. Nadak mau terlalu ribet, tinggal tanda tangan aja. Jadi yang capek itu kepala dusun.

Pendataan yang apapun tetap dari kepala dusun.

P : Hmm, trus kalo bumdesnya jualan ya mas zein?

N2 : IYAA jualan gas (nada agak tinggi). Ha’ a sewa tenda juga ada.

P : Jalan brarti ya BUMdesnya?

N2 :iya jalan dah bumdesnya. Cuma anggota yang baru, sekarang saya kan ndak kenal, kalo anggota

yang lama2 sudah tutup buku semua. Kasi generasi baru itu biar berkembang. Yang sarjana2 baru

ini lah tahun 2015 yang dikasi. Gantian.

P : Dapet honor juga brarti ya mas gitu?

N2 : Iyaa dapet. Bukan honor sih, Cuma SHUK, sisa hasil usaha itu dikumpulkan. Kalo honor itu nggak

ada. Dikumpulkan nanti SHUKnya.

P : - 15.00 (membicarakan proyek di Desa Bajur & bagaimana cara mengambil untung yang benar)

N : (ngobrol santai)

N2 : ndak dia dikit dana desa ini. 800 Jt dia

N : tapi kalo udah makan uang begitu, karena kita makan kotor itu, dia sakit2 terus. Dapet uangg,

beli obat 1 jt. Nahh itu sudah. Habis.. ( memberi contoh orang yang suka makan uang kotor)

N2 : Malah kita yang ndak punya duit sehat terus

P : Ohh iya. Kalau disini Dana Desa publikasi insyaallah lancar ya pak Haji?

N2 : Kalo publikasi lancar. Kadang2 ditempel pake baliho, kadang2 pake corong, Speaker itu. Belum

lagi nanti yaa dikumpulin lah orang2 tua itu dana ada sekian2.

P : ohh pak haji sering ikut ya?

N : He’e. (iya)

N2 : Iya sering ikut. Tapi ada aja yang ngarep amplop. dikiranya rapat DPR, orang ini anggarannya

kita di dusun kok. saya bilang, “adaa kayaknya di pak Kepala desa”, ndak tau kaan mau dibagi apa

ndak, baru dateng dia (masyarakat yang mata duitan).

N : memang kalo sekarang itu orang jujur banyak musuhnya. Itu dah jadi ujiannya. Banyakk orang

yang mikirkan uangg, uangg, uangg terus. Kadang kan kalo kita makan barang kotor itu kan jadi

penyakit.

N : (membicarakan pak Haji Yunus, salah satu tokoh pemimpin dari Desa Bajur, ia adalah orang yang

jujur)

N: Pokoknya kalo kita nggak macem2, nggak salah apa2 nggak bakal takut.

P: iya nanti kapan2 saya main kesini lagi pak haji. (setelah ngobrol panjang lebar, akhirnya pamit

pulang, karena juga sudah agak malam)