Upload
uin-malang-ac
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran
kepercayaan yang hingga kini masih dikenal oleh
masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya
memiliki kisah, sistem peraturan dan kemasyarakatan
yang unik bila dibandingkan dengan agama lainnya. Agama
ini juga dikenal mengandung sinkretisme yang dibentuk
dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan
budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari
seluruh agama yang masih hidup, mungkin agama Hindu
yang paling tua setelah kepercayaan animisme dan
dinamisme.
Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang
agama-agama, pembahasan agama Hindu bila dibandingkan
dengan agama-agama lainnya ialah paling awal bila
diruntut secara sejarah perkembangan agama-agama di
dunia, dan juga memiliki nilai historis yang sangat
tinggi walaupun asal-usul terbentuknya agama ini belum
ditemukan. Sehingga dipandang perlu mengetahui agama
Hindu beserta seluk-beluknya pada saat memperbincangkan
agama-agama di dunia.
1
1.2. Rumusan Masalah
a.Bagaimana sejarah perkembangan agama Hindu?
b.Apa asas dan kepercayaan, dan siapa pendiri agama
Hindu?
c.Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama Hindu?
d.Apa kitab suci agama Hindu
e.Apa saja peraturan-peraturan dalam agama Hindu?
f.Apa doktrin dalam agama Hindu?
g.Bagaimana ritual keagamaan dalam agama Hindu?
h.Apa saja upacara keagamaan agama Hindu?
i.Apa tempat-tempat suci agama Hindu?
j.Apa saja aliran-aliran dalam agama Hindu?
k.Apa kesusastraan agama Hindu?
l.Apa saja pembaharuan-pembaharuan dalam agama
Hindu?
1.3. Tujuan Pembahasan
a.Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan agama
Hindu.
b.Untuk menyebutkan asas, kepercayaan, dan pendiri
agama Hindu.
c.Untuk menjelaskan sistem ketuhanan dalam agama
Hindu.
2
d.Untuk menyebutkan kitab suci agama Hindu.
e.Untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam agama
Hindu.
f.Untuk menyebutkan doktrin dalam agama Hindu.
g.Untuk menjelaskan ritual dan upacara keagamaan
dalam agama Hindu.
h.Untuk menyebutkan upacara keagamaan agama Hindu.
i.Untuk menyebutkan tempat-tempat suci agama Hindu.
j.Untuk menjelaskan aliran-aliran dalam agama Hindu.
k.Untuk menjelaskan kesusastraan agama Hindu.
l.Untuk menyebutkan pembaharuan-pembaharuan dalam
agama Hindu.
BAB II
TINJAUAN UMUM
3
2.2. Sejarah Perkembangan Agama Hindu
Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma ससससस सससस
"Kebenaran Abadi"), atau dalam istilah lain Vaidika-
Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama
yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan
lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan
kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini
diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM
dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan
hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar
di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah
umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa1.
Agama Hindu merupakan percampuran antara
kepercayaan dan agama yang dibawa bangsa Arya dengan
kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli India.
Sehingga masuknya agama Hindu ke India kira-kira pada
tahun 1500 SM melalui bangsa Arya yang masuk ke India
pada tahun tersebut2. Perlu diketahui, bangsa Dravida
memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi sebelum
kedatangan bangsa Arya. Ini dibuktikan dengan adanya
bukti sejarah di lembah sungai Indus yang cukup maju
pada tahun 2500 SM.
1 Agama Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.2 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Widjaya,
1986), hlm. 41.4
Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya
mengandung adat-istiadat, budi pekerti, dan gambaran
kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga dinamakan
Agama Brahma yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8
SM, yaitu suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya
pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan amalan-amalan
ibadat, seperti membaca doa-doa, menyanyikan lagu
pemujaan, dan memberikan korban-korban3. Selain agama
Brahma, Hindu juga memiliki nama lain, seperti agama
Weda, agama Dharma, agama Upanishad, atau agama Sri
Khrisna4.
Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi
sekaligus merupakan kumpulan adat-istiadat dan
kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya
terhadap kehidupan mereka yang terjadi dari generasi ke
generasi. Setelah datang ke India, mereka dapat
menundukkan penduduk asli (bangsa Dravida), kemudian
membentuk suatu masyarakat tersendiri di luar penduduk
asli5. Oleh karena bangsa Arya menang setelah
mengalahkan bangsa Dravida, maka kebudayaan bangsa Arya
lebih unggul dan dominan terhadap kebudayaan bangsa
Dravida6.
3 Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di India (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hlm. 18.
4 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 41.5 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.6 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.
5
2.3. Asas, Kepercayaan, dan Pendiri Agama Hindu
Asas agama Hindu menurut Louis Renou adalah
kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan
sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa
lain, terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam
perjalanan menuju India. Kemudian kepercayaan-
kepercayaan ini berkesan di India setelah berbenturan
dengan pemikiran-pemikiran dan falsafah-falsafah
penduduk asli (bangsa Dravida)7. Sehingga dalam
perkembangannya, agama Hindu terbentuk dari unsur-unsur
pemikiran kedua bangsa tersebut. Unsur Hindu dari
bangsa Arya ialah kitab-kitab Weda, sedangkan unsur
dari bangsa Dravida ialah ajaran memuliakan penjelmaan
roh, dewa, dan hantu-hantu8.
Sedangkan menurut Abdul Mun’im Namir, agama Hindu
lebih merupakan suatu cara hidup daripada kumpulan
kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai isi
kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan dan
hal-hal yang harus dilakukan. Agama ini tidak mempunyai
kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada
penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik
pula pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan
halus9.
7 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.8 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.9 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.
6
2.4. Sistem Ketuhanan
Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa.
Namun dari sekian banyak Tuhan, hanya tiga yang
terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain Brahmana
(Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa
(Dewa pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut
lebih dikenal dengan sebutan Trimurti10.
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang
beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun
tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa
bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan
itu Maha Esa tiada duanya, dan hanya ada satu kekuatan
dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam
bentuk11. Meski begitu, tidak ada agama lain yang
mempercayai banyak Tuhan/Dewa selain agama Hindu. Agama
Hindu tetap saja tidak bisa disebut agama monotheisme
tulen, tapi lebih tepat disebut agama polytheisme12.
Orang-orang Hindu meyakini bahwa bilangan Tuhan
sangatlah banyak dan masing-masing memiliki kekuatan
mutlak, ada yang memberi faedah dan ada yang
membahayakan. Lebih lanjut Mohamed Abdul Salam (1953)
yang dikutip Prof. Dr Ahmad Shalaby menuturkan,
10 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.11 Agama Hindu, op.cit.12 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.
7
Bentuk-bentuk alam yang indah danpemandangannya yang agung menimbulkankesadaran beragama mereka. Mereka sangat kagumdan terus menikmatinya. Mereka bersyukur,merasa senang dengannya, memuji-mujinya, danbahkan mereka menyangka bahwa bentuk-bentukalam ini memiliki ruh dan jiwa sebagaimanamereka juga. Mereka menganggap ruh-ruh inimemiliki daya kekuatan yang tersembunyidibalik bentuknya yang nampak. Dan daya-dayakekuatan inilah yang berkuasa menampakkanbentuk-bentuk yang mengagumkan dan menawan.Lalu mereka pun mendekatinya melalui bentuk-bentuk ibadat serta menghadiahkan sesajianatau korban-korban, dan menganggapnya sebagaiTuhan-tuhan yang mereka seru ketika adakeinginan13.Dengan sebab inilah, bilangan Tuhan-tuhan
bertambah banyak seiring bertambah kekaguman mereka
terhadap suatu benda-benda alam.
2.5. Kitab Suci Agama Hindu
Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Kitab
suci ini mengandung keper-cayaan-kepercayaan, adat-
istiadat, dan hukum-hukum juga tidak memiliki pencipta
yang pasti. Penganut agama Hindu mempercayai kitab Weda
adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak
mempunyai tanggal permulaannya. Sebagaimana halnya
agama Hindu yang tidak memiliki pendiri, kitab Weda
tidak mempunyai pencipta 14.
13 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 26.14 Ibid., hlm. 20.
8
Kitab suci agama Hindu ini terdiri dari empat
macam, yaitu15:
a. Rig Weda
Kitab ini merupakan kitab yang termasyhur,
terpenting, dan paling lengkap di antara keempat
kitab-kitab Weda yang lain. Kitab ini disusun
pada sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi, yang
mengandung 1.017 buah nyanyian agama. Kitab ini
umumnya memuat puji-pujian bagi Dewa-dewa
(hymne) yang oleh para pemeluknya dinyanyikan
untuk dewa-dewa mereka, yakni Agni (dewa api),
Varuna, dan Surya (dewa matahari).
b. Sana Weda
Sana Weda ini isinya hampir sama dengan Rig
Weda, hanya saja ada sedikit tambahan. Kitab ini
berisi bunga rampai penjelasan dari Rig Weda
yang dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian, yang
diiringi dengan musik pengiring pada saat sedang
menjalankan ritual upacara dan pembacaan doa.
c. Yajur Weda
Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa dan
mantra-mantra yang dibaca oleh para pendeta
ketika akan menyerahkan persembahan dalam
ritual upacara keagamaan yang lebih kecil.15 Ibid., hlm. 21-22.
9
d. Atharva Weda
Kitab ini juga disebut atharwan karena
merupakan kitab suci khusus bagi para pendeta
golongan atharwan (suatu bagian dari kasta
Brahmana). Kitab ini mengandung beberapa uraian
tentang sihir, kekuatan-kekuatan gaib, dan
kepercayaan-kepercayaan semu yang menyatu dengan
saduran purbakala. Kehidupan Hindu yang tertulis
dalam kitab Atharva Weda ini penuh dengan dosa
dan keadaan alam yang menakutkan dan dipenuhi
setan-setan. Tuhan-tuhan tidak lagi berbuat baik
dan tidak menolak kejahatan. Kitab ini juga
menceritakan bagaimana manusia menuju kepada
perkara-perkara yang salah, kekuatan-kekuatan
gaib serta sihir dengan tujuan untuk melindungi
diri.
Selain itu, di dalamnya juga terdapat hymne
yang harus dipakai dalam persembahan Soma,
penyembuhan penyakit, menyambung cinta kasih,
keuntungan dagang, dan sampai maksud dan tujuan
cita-cita.
Sedangkan isi kitab Weda terdiri beberapa
bagian, yaitu16:
16 Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 22-23, dan Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 44-45.
10
a. Mantra/Samhita
Sebagian besar isi Weda adalah mantra
yang terdiri dari doa-doa dan nyanyian-
nyanyian suci, yang dilakukan oleh para
pendeta ketika menghi-dangkan sesajen bagi
para Dewa. Di samping itu, juga terdapat
semacam mantra yang digunakan untuk tenung,
guna-guna, dan juga sebagai penghalau
makhluk halus.
Disebut juga samhita karena terdapat
banyak kumpulan ayat-ayat puisi seperti
gubahan yang terdapat dalam Rig Weda dan
Sama Weda. Sementara gubahan di dalam
Atharva Weda adalah berupa doa-doa yang
diberikan oleh penduduk India purba kepada
Tuhan mereka sebelum kedatangan bangsa Arya,
sehingga mempunyai nilai sejarah yang
tinggi.
b.Brahmana
Brahmana adalah petunjuk yang diberikan
oleh golongan Brahmana kepada para penduduk
negeri mereka dan di tengah-tengah keluarga
mereka. Brahmana berisi uraian atau
penjelasan mengenai upacara korban, agar
supaya korban itu diterima oleh para Dewa,11
dan dosa-dosa orang yang berkorban dapat
diampuni.
c.Aranyaka
Aranyaka adalah petunjuk-petunjuk dan
panduan-panduan yang diberikan kepada orang-
orang tua yang meninggalkan keluarganya
untuk tinggal di gua-gua dan hutan-hutan.
Aranyaka mengajarkan beberapa amalan yang
mudah dilaksanakan sebagai pengganti korban-
korban yang di luar penguasaan mereka.
d.Upanisyad
Upanisyad terdiri dari dua kata,
“Upani” yang berarti dekat, dan “syad”
artinya duduk, sehingga artinya ialah duduk
dekat dengan seorang guru. Upanisyad
merupakan rahasia-rahasia dan penglihatan
jiwa yang dilakukan oleh golongan tasawwuf,
yang disusun sebagai petunjuk kepada
golongan-golongan pendeta dan ahli ibadat
yang konsisten kepada kehidupan batin dan
meninggalkan segala bentuk kehidupan luar.
Upanisyad ini adalah sebuah bentuk
mazhab rohani yang memiliki kedudukan
tertinggi dalam tingkatan agama. Di dalam
Upanisyad ini, segala bentuk dan upaya12
menuju Brahma atau ketuhanan kurang mendapat
perhatian. Mereka berlepas diri dari bayang-
bayang Brahma menuju kepada kebebasan
beragama. Doa-doa yang dilakukan lebih
tenang dan upaya pengorbanan juga semkin
jarang, perenungan ketuhanan menurun dan
digantikan dengan ilmu pengetahuan. Maka
dari itu, Upanisyad hanyalah berupa
pandangan falsafah kehidupan saja.
Isi Upanisyad antara lain mengenai
ketuhanan jiwa manusia, penjelmaan jiwa yang
berganti-ganti, dan sebagainya.
Kesimpulannya, kitab Weda dapat
dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama,
menurut jumlah bukunya ada empat macam, yaitu Rig
Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharva Weda.
Kedua, menurut isinya terbagi menjadi empat,
yaitu Mantra atau Samhita (teks doa), Brahmana
(tafsir para pendeta), Aranyaka, dan Upanisyad
(tafsir secara filsafat umum).
2.6. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu
Sebagaimana diketahui, struktur kemasyarakatan
dalam agama Hindu terbagi menjadi beberapa kasta,
13
yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra17.
Pembagian kasta tersebut didasari atas keunggulan
bangsa Arya atas bangsa Dravida yang berpengaruh
pada pembagian masyarakat berdasar tingkatan
(strata) sosial. Sebagaimana diutarakan pada bab
sebelumnya, kebudayaan bangsa Arya lebih unggul
daripada bangsa Dravida yang mengakibatkan
terpecahnya sistem sosial kemasyarakatan. Dari
bangsa Arya ada yang menjadi golongan pendeta,
tentara, raja-raja, saudagar atau orang-orang kaya.
Sedangkan dari bangsa Dravida, pada umumnya
membentuk golongan petani miskin dan pekerja kasar,
kecuali mereka yang telah melakukan perkawinan
dengan bangsa Arya18.
Masing-masing dari pembagian kasta tersebut
akan dibahas lebih detail berikut:
a. Kasta Brahmana
Kasta Brahmana terdiri dari golongan
pendeta dan pendidik. Golongan ini
berkewajiban mempelajari kitab-kitab Weda
dan mengajarkannya kepada kaumnya, dan
bertanggung jawab memelihara undang-undang
dan agama. Mereka juga memegang hak mutlak
17 Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga (Kudus: Menara Kudus, 1960), hlm. 9.
18 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.14
dalam menerima pemberian korban yang
dilakukan oleh kaumnya.
Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh
para Brahmana, sehingga tergolong sebagai
kasta yang disucikan dan dihormati. Semua
yang ada di alam ini adalah milik Brahmana.
Ketika seorang Brahmana berkehendak, maka ia
berhak memiliki harta benda kaum Sudra yang
sudah menjadi hamba kepadanya. Dan Raja
tidak berhak menghukum Brahmana atas
perbuatannya. Raja juga tidak boleh memungut
pajak Para Brahmana yang sedang mempelajari
kitab suci, meskipun Raja benar-benar
berhasrat untuk memungutnya.
Begitu pula ketika Brahmana sedang
lapar, maka Raja jangan hanya berdiam diri.
Raja dilarang membunuh Brahmana sekalipun ia
melakukan kesalahan besar, namun ia boleh
diusir dari kerajaan tetapi harta bendanya
tidak boleh diusik. Begitu halnya dalam
bermusyawarah, Raja jangan sekali-kali
memberi keputusan sebelum mendengar pendapat
dari kaum Brahmana.
b. Kasta Ksatria
15
Kasta ksatria terdiri atas golongan
raja dan tentara/panglima. Orang-orang yang
telah memperkaya akal pikirannya dengan
kitab-kitab Weda sangat patut dan layak
dijadikan sebagai pemimpin, raja, tentara,
panglima, dan hakim bagi manusia. Golongan
ini sangat dihormati dan jangan sekali-kali
direndahkan. Terutama dari kalangan Raja,
mereka sangat diagungkan karena sifat
ketuhanan meresap dari dirinya berupa
manusia.
Sedangkan dari kalangan panglima dan
prajurit, mereka tidak boleh terlepas dari
tugas-tugas ketentaraan. Raja harus selalu
menyediakan perleng-kapan perang bagi
mereka, dan harus selalu siap berperang bila
sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.
c. Kasta Waisya
Kasta waisya terdiri dari golongan
pedagang, saudagar, dan petani. Mereka harus
mengetahui undang-undang perniagaan dan
peraturan memungut bunga (riba). Seorang
waisya harus mengetahui semua yang berkaitan
dengan aktivitas perdagangan dan pertanian,
seperti cara-cara mengelola lahan dan
16
menabur benih, dan juga memiliki pengetahuan
bagaimana cara menimbang dan mengukur dalam
aktivitas jual beli.
Mereka diharuskan kawin dengan
perempuan dari golongannya juga, memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh dalam
pekerjaannya, dan senantiasa memelihara
binatang-binatang ternak.
d. Kasta Sudra
Kasta sudra adalah kastanya golongan
para kuli dan hamba sahaya. Golongan ini
harus mematuhi perintah dari golongan
Brahmana yang menjadi pemuka agama yang arif
dalam mengajarkan kitab Weda kepadanya.
Dengan kepatuhan ini diharapkan ia diberi
kebahagiaan setelah mati dengan suatu
penghidupan baru yang lebih tinggi.
Mereka harus taat kepada para Brahmana
dan jangan sampai menyinggung perasaannya.
Mereka para sudra tidak layak mengumpulkan
harta berlebihan sekalipun mereka mampu
melakukannya. Bahkan apabila golongan sudra
berani menyamakan dirinya dengan derajat
kaum Brahmana, maka mereka akan dihukum,
seperti dipotong tangannya apabila17
mengangkat tangan melebihi tangan para
Brahmana, potong kaki jika menendang dengan
kakinya, mulutnya akan dimasukkan pisau
panas apabila tidak memperlihatkan rasa
hormat kepada para Brahmana, dan mulut atau
telinganya dituang minyak panas apabila
mengabaikan perintah atau pesan yang
diberikan para Brahmana kepadanya.
Selain keempat kasta di atas, ada lagi
golongan yang tingkatannya lebih rendah dari
kasta sudra. Golongan tersebut dinamakan
Paria, yang dalam bahasa Tamil berarti tukang
tambur atau golongan paling bawah dalam
agama Hindu19. Golongan ini dinisbatkan
kepada bangsa Dravida yang tidak memiliki
pekerjaan tetap (gelandangan) yang umumnya
terdesak ke daerah selatan India. Mereka
bukan lagi termasuk kasta sudra, akan tetapi
disebut bangsa Paria, sehingga dianggap
sebagai bangsa yang tak berkasta. Oleh
karena tidak memiliki kasta, maka mereka
dijauhkan dari pergaulan hidup sehari-hari20.
2.7. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu
19 Solichin Salam, loc.cit.20 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42-43.
18
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan
kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni:
a. Widhi Tattwa , yakni percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan segala aspeknya
b. Atma Tattwa , yakni percaya dengan adanya jiwa
dalam setiap makhluk
c. Karmaphala Tattwa , yakni percaya dengan adanya
hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
(karma)
d. Punarbhava Tattwa , yakni percaya dengan adanya
proses kelahiran kembali (reinkarnasi/tanasukh
ruh-ruh)
e. Moksa Tattwa , yakni percaya bahwa kebahagiaan
tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
(pembebasan mutlak)21.
Masing-masing ajaran dan doktrin dalam agama
Hindu diatas akan dijabarkan secara detail berikut:
a. Karma
Secara konseptual istilah karma adalah sangat
sederhana dimana karma dapat dikatakan sebagai
“tindakan” atau karma juga dikatakan sebagai
21 Agama Hindu, op.cit.19
“perbuatan” dalam hal ini terdapat tiga cara
dilakukannya karma tersebut yaitu dengan
pikiran, perkataan dan tubuh. Dalam konsep dan
pandangan Agama Hindu bahwa karma tersebut juga
adalah perbuatan yang dalam kitab Smerti Bhagawad
Gita Bab III Sloka 4 dikatakan : Tanpa kerja
orang takkan mencapai kebebasan, demikian juga
ia tidak mencapai kesempurnaan karena
menghindari kegiatan kerja.
Dalam Bhagawad Gita juga dikatakan bahwa
Karma tersebut berasal dan yang maha abadi yaitu
Brahman sebagaimana dalam Bab III - Sloka 15
dikatakan : Ketahuilah, adanya karma adalah
karena Brahman yang ada dan Yang Maha Abadi,
karena itu Brahman yang melingkupi semuanya ini
selalu berkisar disekitar persembahan. Sangat
jelas sekali dalam pandangan Hindu bahwa karma
tersebut ada atas dasar kehendak dan Brahman
sebagai sebab yang tak tersebabkan, akan sedikit
berbeda dengan konsep dalam ajaran Budhisme
bahwa karma tersebut memang manusialah yang
sedemikian berbuat sehingga terikat atas
kelahiran kembali dalam hidupnya22.
b. Pengembalian ruh-ruh (tanasukh ruh-ruh)
22 IB. Candrawan, Karma Dalam Pandangan Hindu dan Budha, dikutip dari situs http://parisada.org.
20
Doktrin agama Hindu yang kedua ialah
meyakini akan pengembalian ruh-ruh manusia
(tanasukh/reinkarnasi). Tanasukh adalah ruh yang
keluar dari sebuah tubuh lalu kembali lagi ke
alam dunia di dalam sebuah tubuh yang lain.
Istilah ini oleh sebagian orang lebih dikenal
dengan sebutan “Kedatangan ruh kembali” atau
“Pengulangan kelahiran”.
Adapun sebab-sebab pengembalian ruh-ruh ini
ialah:
1) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang dan masih
mempunyai hawa nafsu dan kemauan yang terikat
dengan alam dunia yang belum ditunaikan.
2) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang karena
menanggung banyak hutang kepada orang lain
dan harus dipenuhi.
Jadi dapat dipahami, bahwa nafsu atau
kemauan seseorang harus dipuaskan oleh kehidupan
yang lain, dan ruh juga harus merasa sebagai
hasil perbuatan yang dilakukannya dalam
kehidupan yang lalu. Sebab keinginan dan nafsu
memerlukan kemauan, dan kemauan membutuhkan
perbuatan. Sedangkan perbuatan itu hanya dapat
dilakukan melalui jasad atau tubuh manusia.
21
Bila dipikirkan, maka dapat dipahami
apabila seandainya keinginan manusia tidak atau
belum terlaksana, maka ia tidak akan selamat
dari pengulangan kelahiran. Sebaliknya, bila
keinginan di dunia sudah ditunaikan dengan
sempurna, ia tidak menanggung suatu dosa dan
semua hutang telah dibayar, maka ruhnya akan
selamat dan terlepas dari pengulangan kelahiran
serta dapat bersatu dengan Brahma.
Dengan demikian, hubungan antara ruh dan
jasad menurut ajaran Hindu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tubuh atau jasad manusia ituterlahir dari kedua tubuh orang tua(ibu-bapak). Adapun yangmenggerakkannya adalah tubuh halusyang tersusun dari kekuatan asasi,panca indera, alat penggerak,unsur-unsur yang lembut, dan akal.Apabila terjadi kematian, makajasad itupun ikut mati, kaku, danmenjadi rapuh. Akan tetapi tubuhhalus tidak ikut mati, namunsebaliknya ia akan keluar danpindah ke alam halus yangmenyerupai alam mimpi. Disana iaakan merasakan surga dan neraka,kemudian kembali lagi ke dalamtubuh yang baru dengan membawakeinginan dan pekerjaan yang lalu.Demikianlah perputaran kehidupanruh tersebut dari perputaran yang
22
lalu menuju perputaran yang baru.Ruh ini akan didapati di dalamtubuh manusia atau seekor binatang.Dia akan merasa bahagia dansengsara menurut amalan yang telahdilakukannya dalam kehidupan yangdulu.Uniknya, ada perbedaan antara pengalaman
hidup yang dialami oleh ruh dari alamnya yang
dahulu dengan alam yang dijalaninya kemudian.
Ruh yang hidup di alamnya yang baru itu tidak
akan teringat akan pengalaman kehidupannya
yang dulu. Sehingga tiap-tiap putaran ruh
secara langsung terputus langsung dari
putaran yang lain23.
c. Pembebasan mutlak
Doktrin yang ketiga adalah pembebasan
mutlak. Doktrin ini ada kaitannya dengan
penyempurnaan keinginan seperti yang sudah
dijelaskan pada doktrin tanasukh. Arti
kesempurnaan keinginan dan hawa nafsu adalah
penguasaan seorang manusia atas dirinya
hingga sampai pada kondisi yang sama sekali
tidak menginginkan apa-apa atau hawa nafsu
atas dirinya, dan juga merasa puas terhadap
apa yang dialaminya serta tidak meminta lebih
dari itu.23 Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 42-44.
23
Apabila hawa nafsu sudah terpuaskan dan
segala keinginan sudag dijalaninya dengan
sempurna dalam kehidupannya, maka ruh
tersebut terlepas dari pengulangan kelahiran
dan akan bersatu dengan Brahma. Keadaan
inilah yang dinamakan pembebasan mutlak.
Dengan demikian, pembebasan mutlak berarti
menyatunya ruh manusia dengan Brahma
sebagaimana bercampurnya setitik air dengan
lautan besar.
Di dalam Aranyaka terdapat keterangan,
yang intinya adalah barangsiapa yang sama
sekali tidak menginginkan terhadap sesuatu,
terbebas dari penghambaan terhadap hawa
nafsu, serta merasa puas terhadap dirinya,
maka ia akan terbebas dari panca inderanya
dan bersatulah ia dengan Brahma. Dengan
demikian, ia akan kekal dan tak akan pernah
binasa selamanya.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan,
bahwa pembebasan mutlak tidak diperoleh
dengan amalan-amalan, baik amalan baik maupun
amalan buruk. Karena amalan baik seseorang
menurut pemahaman agama Hindu akan dibalas
24
dengan jalan kelahiran, begitu halnya dengan
amalan buruk24.
d. Kesatuan wujud
Doktrin yang keempat adalah kesatuan
wujud. Kesatuan wujud ini masih ada
hubungannya dengan doktrin-doktrin atau
ajaran-ajaran sebelumnya, malah berikatan
erat. Dalam pembicaraan mengenai pembebasan
mutlak, dipahami bahwa seorang manusia boleh
bersatu dengan Tuhan. Dalam kitab Weda banyak
sekali diterangkan tentang hubungan antara
alam dan Brahma hingga menyebabkan
kepercayaan mereka terhadap kesatuan wujud.
Juga menurut kitab Weda, manusia dari
segi ruhnya datang dengan kemauan Tuhan
Brahma. Ruhnya tidak berlainan dengan ruh
yang maha besar, hanya saja perbedaannya di
antara keduanya adalah seperti benih dengan
pohon. Ketika ruh itu bersih dari tanda-tanda
kebendaan, maka ia kembali kepada ruh yang
maha besar. Dengan sebab itulah keluarnya ruh
dari jasad lebih dikenal dengan sebutan
“jalan pulang”25.
24 Ibid., hlm. 45.25 Ibid., hlm. 46-47.
25
Prinsip kesatuan wujud ini hampir sama
persis dengan aliran tasawuf dalam agama
Islam, seperti yang dialami al-Hallaj dan
Syekh Siti Jenar yang dengan istilah jawanya
yang terkenal dengan sebutan “Manunggaling
Kawula Gusti”.
26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Ritual dan Upacara Keagamaan Agama Hindu
Seperti yang dimiliki agama pada umumnya, agama
Hindu juga memiliki beberapa ritual dan upacara yang
dilakukan. Antara lain:
a. Sandhyopasana adalah pemujaan pada pertemuan
(sandhi) waktu, yaitu: dari malam hingga pagi,
dari pagi hingga siang, dari siang hingga malam,
melakukan meditasi dengan pengulangan Mantra
Gayatri dan dibantu dengan tasbih atau japamala yang
memuat 108 biji ganitri.
b. Upasana atau pemujaan merupakan pencerminan
dari rasa bhakti dan cinta kasih kepada Tuhan.
(1) Saguna-upasana adalah meditasi yang
menggunakan simbol (pratika) seperti, patung,
saligrama, gambar Rama, Krsna, Devi Gayatri. (2) Nirguna-
upasana adalah meditasi pada aksara yang tanpa
bentuk dan tanpa kelengkapan.
27
c. Pùjà adalah istilah umum bagi pemujaan ritual.
Obyek pemujaan adalah Ista Devata atau Devata
penuntun atau wujud tertentu dari pada deva,
seperti Narayana atau Wisnu. Sebuah saligrama
adalah sebuah patung Wisnu, simbol Wisnu, patung
Siwa, simbol Siwa.
d. Samskara adalah upacara-upacara yang berkenaan
dengan tahapan kehidupan pribadi dari mulai
penciptaan sampai pembakaran mayat yang
kesemuanya itu menandakan tahapan yang penting
dari kehidupan seorang manusia. Macam-macam
upacara samskara ialah antara lain:
1) Garbhadhana (Upacara Penciptaan Sang Bayi).
2) Pumsawana Samskara (Upacara Kandungan Bulan
Ketiga)
3) Sìmantonnayana Samskara (Upacara Kandungan
Bulan Ketujuh).
4) Jatakarma Samskara (Upacara Bayi Lahir)
5) Nàmakarana Samskara (Upacara Pemberian
Nama), dilaksanakan kepada si anak saat
berusia 10, 11, atau 12 hari
6) Annaprasana Samskara (Upacara Anak Umur Enam
Bulan)
28
7) Mundana Samskara (Upacara Pencukuran
Rambut), dilaksanakan pada tahun pertama
atau tahun ketiga.
8) Upanayana Samskara (Upacara Kelahiran
Spriritual), pada saat si anak berusia 12
tahun.
9) Samawatana Samskara (Upacara Tamat Belajar).
10) Wiwaha (Upacara Perkawinan).
11) Pretakarma (Upacara Kematian).
e. Panca Maha Yajna
1) Brahma Yajna atau Rsi Yajna Brahma Yajna atau
Rsi Yajna, dilakukan dengan mempelajari kitab-
kitab suci sehari-hari dan mengajarkannya
kepada orang lain. Dengan demikian, ia
membayar hutang-hutangnya kepada para Resi.
2) Dewa Yajna, upacara Dewa Yajna dilaksanakan
dengan mempelajari Weda dan upacara pada
Ista Dewata. Manu menyatakan: Biarlah
seseorang dalam mempelajari Weda dan
upacara pada para dewa. Kesibukan dalam
upacara Weda.
3) Pitra Yajna, upacara Pitra Yajna kurban suci
yang ditujukan kepada para leluhur, melalui
29
persembahyangan di pura-pura keluarga,
sesuai keyakinan dan kemampuan umat.
4) Bhuta Yajna, upacara Bhuta Yajna dilakukan
dengan cara membagikan makanan kepada sapi,
anjing, burung-burung atau hewan lainnya
serta tumbuh-tumbuhan atau memelihara hewan
dan tanaman, dan bukan kurban suci kepada
Bhuta Kala (makhluk halus).
5) Manusya Yajna, upacara Manusya Yajna
dilakukan dengan berbagai macam pelayanan
terhadap umat manusia yang kemalangan
seperti: memberi makan orang-orang miskin,
dan kelaparan, memberi pakaian orang yang
telanjang, menghibur orang-orang yang
kesedihan. Semuanya sebagai kurban suci
kepada sesama manusia berupa punia atau dana
punia26.
Agama ini juga dikenal adanya kepanditaan, yang
memimpin dan mengatur jalannya upacara keagamaan,
seperti persembahyangan, persembahan, dan korban.
a. Persyaratan dan kedudukan
26 Mpu Sri Rastra Jaya Bhuwana, Ritual Hindu Dharma: Upacara Sederhana Menurut Pustaka Suci Weda, dikutip dari situs http://ritualagamaHindu.blogspot.com, diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
30
Kata “pandita” berasal dari bahasa
Sanskerta, yaitu orang pandai. Pandita berarti
rohaniawan agama Hindu dari golongan dwijati
(brahmana, ksatria, dan waisya), sedangkan
rohaniawan dari golongan ekajati (sudra) disebut
pinandita. Adapun syarat-syarat yang harus
dipenuhi seseorang untuk menjadi pandita antara
lain:
1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga
2) Pria yang nyukla brahmacari
3) Wanita yang tidak kawin (kanya)
4) Pasangan suami isteri yang sah
5) Sehat dan bersih secara lahiriyah, tidak
cacat jasmaninya (cedangga)
6) Sehat dan bersih secara batiniyah, tidak
gila.
7) Berpengetahuan luas, meliputi pengetahuan
umum, mengerti bahasa kawi, bahasa
sanskerta, bahasa indonesia, mendalami
masalah wariga, tattwa, sasana-sasana dan
yajna.
8) Memiliki pergaulan masyarakat yang baik,
berkelakuan baik dan bijaksana terhadap
31
sesama, alam, dan pemerintah, serta tidak
pernah tersangkut perkara kriminal.
9) Lulus diksa pariksa, atau bila di Indonesia
dinyatakan dengan surat oleh Parisada Hindu
Dharma Indonesia
10) Sudah mempunyai calon “nabhe” yang akan
menyelesaikan (muput) upacara padiksan.
Setelah seseorang di diksa dan lulus diksa
pariksa (artinya upaya penyucian lahir batin
dengan upacara padiksan agar hidup menjadi lebih
sempurna), maka ia sudah menduduki sebagai orang
Suci atau sulinggih, dan pada saat itu juga ia
memperolah gelar jabatan kerohaniawan. Ia
berwenang untuk memenuhi permintaan orang yang
meminta petunjuk kerohanian atau upacara
keagamaan. Adapun syarat-syarat bagi seseorang
yang akan menjadi pinandita antara lain:
1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga
2) Pria atau wanita yang mengambil biata sukla
Brahmacari
3) Bertingkah laku baik dalam kehidupan
sehari-hari
4) Berhati dan berperilaku suci
5) Taat dan mengetahui ajaran-ajaran agama
32
6) Tidak gila atau menderita penyakit syaraf
7) Suka belajar di bidang kerohanian Hindu
8) Mendapat persetujuan dari pengurus dan
dukungan masyarakat setempat
Jadi bagi pinandita yang telah memenuhi
syarat, maka di kalangan masyarakat akan disebut
sebagai pemangku, yang biasanya hanya mengurus
salah satu pura (tempat suci) tertentu27.
b. Sasana pandita dan pinandita
Sasana dalam bahasa sanskerta artinya
pecaturan, hukum, ajaran, perintah. Sehingga
istilah sasana bila dikaitkan dengan kedudukan
pandita dan pinandita, adalah peraturan-
peraturan untuk mengendalikan diri lahir batin,
serta tingkah laku atau norma-norma kesusilaan
dalam ajaran Hindu. Adapun peraturan-peraturan
dan larangan-larangan yang harus ditaati oleh
seorang pandita antara lain:
1) Dapat menguasai ajaran Yama, Brata, dan
Nyama Brata
2) Tidak boleh menentang guru Nabhe, menginjak
bayangan dan menduduki tempat duduknya
27 Hilman Hadikusima, Antropologi Agama Bagian 1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 179-181.
33
3) Tidak boleh sombong, mencaci maki, dan
tidak boleh berkata kasar/kotor
4) Tidak boleh makan hewan peliharaan, seperti
ayam, sapi, babi atau binatang buas
5) Tidak boleh makan sisa-sisa makanan,
makanan yang disentuh atau terletak di
bawah benda yang tidak suci, atau makanan
yang diyakini/diragukan kesuciannya.
6) Dilarang minum minuman keras
7) Dilarang mengunjungi rumah-rumah yang
melakukan pekerjaan hina (kotor), seperti
tempat perjudian dll
Sedangkan peraturan dan larangan bagi
seorang pinandita antara lain:
1) Hendaknya setiap hari melakukan penyucian
diri, dan memohon tirta penyucian dari
tempat suci
2) Harus mengutamakan kebenaran, menegakkan
dharma, kesucian, mempelajari kerohanian,
dan mengetahui filsafat ketuhanan
3) Meminta izin terlebih dahulu kepada pandita
bila ingin menyelesaikan/ mengantarkan
upacara keagamaan agar dibersihkan dari
dosa
34
4) Harus memakai pakaian serba putih pada saat
melakukan upacara dan pada saat memuja
boleh melakai genta
5) Dilarang berjudi atau datang ke tempat
perjudian. Dan untuk menjauhi adanya
kutukan atau sumpah, maka dilarang bergaul
dengan orang jahat
6) Dilarang mengangkat sesuatu, seperti
barang-barang yang ada di warung atau di
bawah atap (tatarub) yang tidak suci
7) Pinandita yang meninggal dunia tidak boleh
dikuburkan28.
c. Korban atau persembahan (Yajna)
Pada mulanya, korban diperuntukkan bagi para
Dewa supaya dilimpahkan kesejahteraan,
ketenangan, dan ketenteraman, serta dijauhkan
dari segala marabahaya. Berhasil tidaknya korban
bergantung pada kekuatan korban itu sendiri,
yakni bunyi mantra dan prilaku dalam korban
tersebut, bukan pada kemurahan dari para Dewa.
Kesalahan dalam memilih maupun membaca mantra
dalam suatu upacara, maka akan berakibat korban
yang dilakukan tidak memberi kekuatan apapun.
Maka dari itu, kedudukan Brahmana menjadi sangat28 Ibid., hlm. 182-183.
35
penting dalam membantu terlaksananya korban dan
memahami kitab-kitab Weda.
Ada dua jenis korban, yaitu korban besar dan
korban kecil.
1) Korban besar
Korban besar dilakukan dalam bentuk upacara
yang menggunakan empat macam api suci yang
dilakukan oleh para pandita atas orang-
orang yang memerlukannya. Upacara korban
besar ini antara lain. Pertama, upacara
Soma Yadha, yaitu upacara korban yang
dilakukan oleh empat pandita dan dibantu
para pembantunya. Kedua, upacara Aswameda,
yaitu upacara korban yang diselenggarakan
oleh Raja sebagai ujian bagi kekuasaan dan
kekuatannya.
2) Korban kecil
Upacara korban kecil ini hanyalah sebagai
pelengkap korban besar, sifatnya hanya
memerlukan perlengkapan sederhana, misalnya
di setiap rumah tangga cukup menyediakan
api suci dan dibuat oleh kepala keluarga
yang baru membentuk rumah tangga.
36
Upacara korban kecil ini antara lain
upacara Nitya dan Naimittika. Upacara nitya
adalah upacara yang dilakukan pada waktu
tertentu, seperti pada bulan baru, bulan
purnama, waktu menyemai benih tanaman,
waktu panen, dan lain sebagainya. Sedangkan
upacara Naimittika adalah upacara yang
menyangkut siklus kehidupan, misalnya pada
saat menyambut tamu penting, waktu bayi
dalam kandungan, saat kelahiran, dan lain
sebagainya.
Dari serangkaian korban yang dilakukan, ada lagi
ritual dalam agama Hindu yang disebut sembahyang,
atau sandhya. Sembahyang merupakan salah satu
perwujudan dari rasa bakti manusia kepada Tuhan
dengan penyerahan diri yang ikhlas dan sebulat-
bulatnya. Pelaksanaan sembahyang bermacam-macam, di
kalangan Hindu Bali ialah berdasarkan kebiasaan yang
bersumber dari kitab-kitab atau kebiasaan menurut
tempat29.
3.2. Upacara Keagamaan Agama Hindu
a.Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi' adalah hari raya umat Hindu
yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini
29 Ibid., hlm. 184-187.37
jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang
dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa
yang berada di pusat samudera yang membawa
intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu
melakukan pemujaan suci terhadap mereka.
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi,
senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan
perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan
penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak
tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun
baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai
dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti
biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk
pelayanan umum, seperti Bandar Udara
Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah
sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon
ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan
Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana
Agung/macrocosmos (alam semesta)30.
b.Hari Raya Galungan
Hari raya Galungan: Buda Kliwon Dungulan
adalah hari memperingati terciptanya alam semesta
beserta isinya dan kemenangan dharma melawan
30 Nyepi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.38
adharma Umat Hindu melakukan persembahan
kehadapan Sang Hyang Widhi dan Dewa
Bhatara/dengan segala manisfestasinya sebagai
tanda puji syukur atas rahmatnya serta untuk
keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang
dipasang di muka tiap-tiap perumahan yaitu
merupakan aturan kehadapan Bhatara Mahadewa yang
berkedudukan di Gunung Agung31.
c.Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan adalah hari raya yang
dirayakan umat Hindu Dharma di Bali. Perayaan ini
jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku
Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210
hari, dengan menggunakan perhitungan kalender
Bali32.
d.Hari Raya Saraswati
Hari raya Saraswati adalah hari turunnya
Ilmu Pengetahuan. Umat Hindu Dharma di Bali
merayakannya setiap 210 hari sekali pada Sabtu
(Saniscara), Umanis (Legi), Watugunung. Pada hari
saraswati dilakukan pemujaan pada Dewi Saraswati
sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni33.31 Galungan, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.32 Kuningan (Hari Raya), dikutip dari situs
http://id.wikipedia.org.33 Saraswati (Hari Raya), dikutip dari situs
http://id.wikipedia.org.39
3.3. Tempat-Tempat Suci Agama Hindu
Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun
bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau
tepat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja
Brahman beserta aspek-aspeknya. Di Tanah Hindu,
banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi
Hindu, beserta inkarnasinya ke dunia (awatara),
seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap
kuil menitikberatkan pemujaannya terhadap Dewa-Dewi
tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara
Kresna sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat
manusia.
Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali
sebutan di berbagai belahan dunia, dan nama tersebut
tergantung dari bahasa yang digunakan. Umumnya
berbagai nama tersebut memiliki arti yang hampir
sama, yaitu merujuk kepada pengertian “Rumah
pemujaan kepada Tuhan”.
Berbagai istilah tempat suci Hindu yaitu:
a. Mandir atau Mandira (bahasa Hindi – salah satu
bahasa resmi India)
b. Alayam atau Kovil (bahasa Tamil)
c. Devasthana atau Gudi (Kannada)
d. Gudi, Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)
40
e. Puja pandal (bahasa Bengali)
f. Kshetram atau Ambalam (Malayalam)
g. Pura atau Candi (Indonesia: Bali, Jawa, dll)34.
Disamping itu ada beberapa tempat yang dianggap
suci oleh agama Hindu antara lain:
a.Kota Varanasi/Banares
Varanasi juga dikenal sebagai Benares atau
Banaras dan Kashi, adalah sebuah kota yang
terletak di tepi Sungai Gangga di negara bagian
India Uttar Pradesh, 320 kilometer (199 mil)
tenggara dari ibukota negara bagian Lucknow. Hal
ini dianggap sebagai kota suci oleh umat Hindu,
Buddha, dan Jain. Ini adalah salah satu kota terus
menerus dihuni tertua di dunia dan tertua di
India.
The Naresh Kashi (Maharaja of Kashi) adalah
pelindung budaya kepala Varanasi dan merupakan
bagian penting dari semua perayaan keagamaan.
Budaya Varanasi sangat erat kaitannya dengan
Sungai Gangga dan pentingnya agama sungai. Kota
ini telah menjadi pusat budaya dan agama di India
Utara selama beberapa ribu tahun. The Benares
34 Tempat Suci Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
41
Gharana bentuk musik klasik India dikembangkan di
Varanasi, dan banyak terkemuka India filsuf,
penyair, penulis, dan musisi tinggal atau berada
di Varanasi. Gautama Buddha memberikan khotbah
pertamanya di Sarnath terletak dekat Varanasi
(Kashi). Oleh umat Hindu kota ini dianggap sebagai
tempat bersemayamnya Dewa Syiwa35.
b.Sungai Gangga
Gangga atau Ganges (ejaan orang barat) adalah
nama seorang Dewi dalam agama Hindu yang dipuja
sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa
dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga
merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India.
Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita
cantik yang mencurahkan air di dalam guci. Umat
Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga
pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan
dosa dan memudahkan seseorang untuk mendapat
keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil
tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga
sewaktu-waktu. Orang-orang melakukan perjalanan
dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari
jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air
sungai Gangga; pencelupan itu dipercaya sebagai
35 Varanasi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.42
jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju
surga36.
3.4. Aliran-Aliran Dalam Agama Hindu
a. Aliran Wedanta
Aliran wedanta disebut juga aliran Uttara
Mimamsa yang didirikan oleh Pendeta Badrayana,
dengan bukunya Wedantasutra dan Brahamastura.
Menurut aliran ini asas pertama dari segala
sesuatu ialah Brahman, dan Brahman itu pula
sebagai akhir segala sesuatu. Rohani dan jasamani
(purusa dan prakerti) berasal dari brahman ini
(bukan azali seperti pendapat aliran Samkhya).
Brahman menjelmakan dirinya di dunia ini tak
ubahnya dengan periuk dari tanah liat. Brahman
juga diannga sebagai Tuhan (karena itu
pantheisme). Jiwa manusia disebut atman, tetapi
pada hakikatnya adalah Brahman yang menampakkan
dirinya secara terbatas. Kelepasana itu melalui
pengetahuan atau kesadaran diri terhadap kenyataan
yang dialaminya. Barangsiapa mencapai pengetahuan
ini, berarti dia mengubah penderitaannya secara
menyeluruh terhadap dirinya dan terhadap dunia,
dan inilah beraati kebebasan (moksa) buat dia.
Kelepasan atau kebebasan yang sempurna hanya dapat
36 Gangga (Hindu), dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.43
dicapai dengan pengetahuan yang lebih tinggi
terhadap Brahman itu sendiri37.
b. Aliran Samkhya
Samkhya, juga disebut dengan Sankhya adalah
salah satu aliran dalam filsafat Hindu. Para ahli
meyakini bahwa ajaran ini berakar dari nilai-nilai
positif atheis. Kemudian Maharsi Kapila, putra
Devaguti, membangun ajaran Samkhya yang bersifat
theistik, seperti yang disebutkan dalam
Bhagavatapurana.
Samkhya adalah ajaran filsafat tertua dalam
filsafat India. Karya sastra mengenai Saṁkhya yang
kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di
tulis oleh Īśvarakṛṣṇa sekitar 200 SM. Ajaran
Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan
dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-
sastra Śruti, smrti, itihasa dan purana. Saat ini
ajaran Samkhya yang murni sudah tidak eksis lagi,
tapi ajaran ini banyak membawa pengaruh pada
ajaran Yoga dan Wedanta.
Kata Saṁkhya berarti pemantulan, yaitu
pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya bersifat
realistis karena didalamnya mengakui realitas
dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis
37 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 50.44
karena terdapat dua realitas yang saling
bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan
prakarti38.
c. Aliran Yoga
Yoga berarti "penyatuan", yang bermakna
"penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan
Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari
enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang
menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa
di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk
mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara
keseluruhan.
Masyarakat global umumnya mengenal Yoga
sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur)
bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan
sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya
hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah
tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan
dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun.
Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogis,
yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi
wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga,
diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita,
Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra
38 Samkhya, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.45
lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam
Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma
Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga,
Raja Yoga/Marga39.
3.5. Kesusastraan Agama Hindu
a. Ramayana
Ada tamsil pelajaran dalam pelajaran dalam
hasil sastra keagamaan Hindu ini, yaitu bahwa
hidup suami-istri mengandung godaan yang berliku,
mengalami fitnah bertubi-tubi dan merupakan
pendorong bagi perjuangan hidup yang lebih besar,
pemerintahan negara dan peperangan. Rama dan Sita
dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh yang
gagal menghilangkan rakyatnya terkecuali dengan
korban terakhir, yakni kelenyapan merekan dari
rakyatnya. Inilah inti dari ajaran agama Hindu
tentang pengorbanan yang terbayang banyak dalam
hukum kegaamaan Hindu sepanjang sejarah dewasa
ini sudah banyak terlarang oleh perundang-
undangan modern. Bagi umum di luar agama Hindu,
mromantik yang terkandung dalam saatra Ramayana
itu dirasakan hidup dan menarik, bukan karena
pandangan keagamaannya tetapi karena love-affair
(rasa birahi dan cemburu) yang digambarkan di
39 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 52-5346
dalamnya adalah realistis dan human sesuai tabiat
kemanusiaan40.
b. Mahabharata
Di dalam Mahabarata, tergambar intinya
Pantheisme dari agama Hindu serta dualism
(persaingan) antara pengaruh Wisnu dan Syiwa.
Selain aksentuasi soal peperangan antara Kurawa
dan Pandawa, menarik pula sutau parwa khusus dari
Mahabarata itu, yakni parwa keenam (Bismaparwa),
yang membuat Bhagawatgita (Nyanyian Tuhan). Isi
pokok Bhagawatgita adalah dialog antara Kresna
dan Arjuna mengenai perang Bharatayudha. Pada
perang Arjuna ragu-ragu, lalu dikuatkan
semangatnya oleh krisna sebagai satria untuk
berbakti dan menyerahkan diri kepada Tuhan.
Krisna menerangkan tiga jalan kelepasan yaitu:
(1) Juana Marga, kelepasan melalui pengetahuan, (2)
Bhakti Marga, jalan kelepasan melalui pemujaan, dan
(3) Karma Marga, jalan kelepasan melalui
penaklukkan kehendak sendiri pada ridha Tuhan41.
3.6. Pembaharuan-Pembaharuan Dalam Agama Hindu
Setelah datangnya agama Islam di India pada
abad ke 10 dan agama Kristen pada abad ke 18, lalu
40 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 55-56.41 Ibid., hlm. 56.
47
timbul gerakan pembaharuan dalam agama Hindu sebagai
reaksi atas pengaruh kedua agama tersebut, dengan
maksud membendung pemurtadan penganut Hindu.
a. Agama Sikh
Seorang ulama, bernama Kabir (1440-1518),
mengusahakan agar agama Islam dan agama Hindu
saling mempengaruhi. Diajarkannya bahwa Tuhan
adalah yang tertinggi dan disembah oleh semua
agama. Karena itu, menurut Kabir, menyembah
banyak dewa adalah salah. Kelepasan di dapatkan
dengan Iman dan Bhakti, bukan dengan menghafal
ayat-ayat kitab suci (Weda) saja. Pendapat kabir
itu diperkuat oleh ulama Nanak (1469-1538),
dengan mendirikan agama Sikh, yang lepas dari
agama Hindu dan Islam tetapi berada diantara
keduanya. Ajaran Nanak menyatakan bahwa ajaran
Hindu dan Isam, keduanya palsu. Ia menentang
penyembahan berhala. Kelepasan terdidi dari
persekutuan dengan Tuhan di dalam Kasih. Di bawah
pipinan guru Girind Singh (1707), orang-orang
Sikh menjadi suatu persekutuan yang bersenjata
lengkap. Para anggota persekutuan itu disebut
Khalsa (yang murni). Para murid harus memiliki
lima K yaitu: Kas (rambut tak dipotong), Kangh
(sisir), Kripan (pedang), Kara (gelang), dan
48
Kanch (celana hingga lutut). Mereka dilarang
merokok, perbedaan kasta juga ditiadakan. Sedang
kitab suci mereka disebut Adi Granth42.
b. Agama Brahmana Samaj
Jika agama Sikh muncul dari reaksi terhadap
pengaruh agama Islam, maka agama Brahmana Samaj
adalah sebagai reaksi terhadap agama Kristen.
Pendiri agama ini adalah Ram Mohan Roy (1772-
1833). Pada tahun 1828, Ram Mohan Roy mendirikan
Brahmana Samaj yang berarti masyarakat Brahma.
Samaj adalah suatu persekutuan. Pada tiap hari
sabtu mereka mengadakan suatu himpunan yang cara
keaktiannya disusun begitu rupa, mirip kebaktian
Kristen pada hari minggu. Acara di bagi menjadi
empat yaitu: membaca ayat-ayat Weda, menafsirkan
bagian-bagian dari Unpanisyad, menyampaikan
khutbah (dalam bahasa Benggala), dan akhirnya
melagukan nyanyian-nyanyian agama dengan diiringi
music (koor keagamaan). Pertemuan ini dipimpin
oleh seorang Brahman.
Ajaran Brahmana Samaj dapat diringkaskan
sebagai berikut. Weda adalah satu-satunya kitab
suci dasar iman. Pengenalan Tuhan bersumber alam
dan intuisi. Tuhan adalah sesuatu yang berpribadi
42 Ibid., hlm. 57-58.49
dan tidak menitis. Tuhan mendengarkan dan
mengabulkan do’a manusia. Penyembahan kepadanya
harus dilakukan secara rohani’ jalan mendapatkan
keselamatan adalah dengan cara tobat dan
menghentikan perbuatan dosa (bukan cara Kristen,
cukup dengan percaya kepada karya Salib sebagai
tebusan dosa)43.
3.7. Perbandingan Agama Hindu Dengan Agama Lainnya di
Dunia
a. Agama Hindu dengan agama Budha
Agama budha sering dikatakan sebagai agama
yang “memberontak” terhadap agama Hindu, tapi itu
hanya kelihatan dari sisi luarnya saja.
Kenyataannya yang sebenarnya ialah dalam
perkembangannya, agama Budha ialah agama yang
diberi tempat kembali dalam agama Hindu44.
Secara konsep kehidupan, terdapat perbedaan
antara agama hingu dengan agama budha. Apabila
agama Hindu lebih menekankan pada reinkarnasi
atau kebangkitan ruh kembali, maka dalam agama
Budha lebih mengenal istilah nirwana, yakni
tujuan hidup terakhir pemeluk agama Budha di mana
seseorang telah lepas dari penderitaan dan
43 Ibid., hlm. 58-59.44 Mujtahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama (Jakarta:
Rajawali Press, 1994), hlm.50
selanjutnya akan merasakan kebahagiaan yang
abadi45.
b. Agama Hindu dengan agama Kristen
Ada kesamaan antara konsep agama Hindu
dengan agama kristen. Apabila dalam agama Hindu
dalam konsep ketuhanan terdapat istilah trimurti
(Brahmana, Wisnu, dan Syiwa), maka dalam agama
kristen terdapat trinitas. Sehingga antara
keduanya terlihat konsep ketuhanan yang sama,
yakni tiga dalam satu.
c. Agama Hindu dengan agama Islam
Dilihat dari segi definsi, agama menurut
ajaran Hindu dapat diartikan sebagai satya
(kebenaran yang absolut), arta (peraturan yang
mengatur hidup namusia), diksa (penyucian), tapa
(semua perbuatan suci), dan brahma (doa atau
mantra). Sehingga agama berarti kepercayaan hidup
pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang
Hyang Widhi yang kekal dan abadi46. Sedangkan
Islam mendefinisikan agama sebagai peraturan
Allah yang diturunkan kepada para nabi-Nya yang
berisi perintah dan larangan yang wajib ditaati
45 Ibid., hlm. 3146 Mujtahid Abdul Manaf, op.cit., hlm. 2
51
oleh umat manusia dan menjadi pedoman hidup agar
selamat dunia dan akhirat47.
Sekilas uraian diatas dapat ditarik
pengertian bahwa antara agama Hindu dengan Islam
terdapat persamaan dalam mendefinisikan agama,
sebab sama-sama berasal dari Tuhan. Perbedaannya
terletak pada doktrin dan ajaran yang dibawanya.
Jika agama Hindu mengajarkan pada sistem
kepercayaan hidup yang dikuatkan oleh ajaran-
ajaran suci. Sedangkan agama Islam lebih
memposisikan sebagai ajaran yang berisi perntah
dan larangan yang harus ditaati oleh umat manusia
agar selamat di dunia dan akhirat.
Selanjutnya, dari konsep ketuhanan. Agama
Hindu meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa, akan
tetapi cara memanifestasikan Tuhan yang dilakukan
oleh umat Hindu lah yang menjadikan Tuhannya
menjadi bermacam-macam. Sehingga matahari, bulan,
bintang, bahkan ular-pun oleh umat Hindu dianggap
Tuhan. Sedangkan agama Islam, Allah adalah satu-
satunya Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, sebagaimana tertuang dalam surat al-
Ikhlas ayat 1 – 448.47 Ibid., hlm. 4.48 Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situs
http://religiku.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 September 2007.
52
Dan yang menjadi perbedaan mendasar antara
agama Hindu dan Islam ialah terlihat pada sistem
tatanan masyarakat. Masyarakat Hindu dikenal akan
pembagian kastanya menjadi empat kasta seperti
yang telah diuraikan di atas. Hal inilah yang
menurut Solihin Salam (1960), yang menimbulkan
kesenjangan di tengah-tengah masyarakat, terutama
golongan bangsawan dengan golongan rendahan
(ksatria dengan sudra), sehingga terjadi
diskriminasi antar golongan. Mereka menginginkan
kehidupan yang mengajarkan persamaan (equality)
dan persaudaraan (fraternity) antara manusia dan
tidak mau dibeda-bedakan. Sistem kemasyarakatan
yang mengajarkan persamaan antar golongan ini
mereka temukan dalam ajaran Islam. Singkatnya,
ajaran Islam tidak membeda-bedakan satu sama
lain, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan
dan ketakwaannya kepada Tuhan49.
49 Solichin Salam, op.cit., hlm. 10-11.53
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga
kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di
dunia setelah agama Kristen dan Islam. Agama Hindu
merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama yang
dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida
atau bangsa asli India.
Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya
yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari54
percampuran mereka dengan bangsa lain, terutama bangsa
Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India
Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada
kumpulan kepercayaan. Agama Hindu memiliki banyak
sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian banyak Tuhan,
hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara
lain Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara),
dan Syiwa (Dewa pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa
tersebut lebih dikenal dengan sebutan Trimurti
Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam
agama Hindu terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu
Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan
kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.
Kelima keyakinan tersebut, yakni: Widhi Tattwa, Atma
Tattwa, Karmaphala Tattwa, Punarbhava Tattwa, Moksa
Tattwa.
Ritual dalam agama Hindu antara lain:
Sandhyopasana, Upasana, Pùjà,
Samskara, Yajna Maha Panca .
Hari raya dalam agama Hindu antara lain: hari raya
Nyepi, hari raya Galungan, hari raya Kuningan, hari
raya Saraswati.
55
Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun
bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat
persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja Brahman
beserta aspek-aspeknya.
Aliran-aliran dalam agama Hindu antara lain:
aliran Wedanta, aliran Samkhya, aliran Yoga.
Kesusastraan dalam agama Hindu antara lain:
Ramayana dan Mahabharata.
Pembaharuan dalam agama Hindu antara lain: agama
Sikh dan agama Brahmana Samaj.
56
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Hasbullah. 1986. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta:Widjaya.
Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama Bagian 1.Bandung: Citra Aditya Bakti.
Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama.Jakarta: Rajawali Press.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: MenaraKudus.
Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan Agama, Agama-Agama Besardi India, terj: Abu Ahmadi. Jakarta: Bumi Aksara.
Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Manusia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Agama Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Bhuwana, Mpu Sri Rastra Jaya. Ritual Hindu Dharma: UpacaraSederhana Menurut Pustaka Suci Weda. Dikutip dari situshttp://ritualagamahindu.blogspot.com. Diakses padatanggal 22 Maret 2012.
Galungan. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Gangga (Hindu). Dikutip dari situshttp://id.wikipedia.org.
57
Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situshttp://religiku.wordpress.com. Diakses pada tanggal10 September 2007.
Kuningan (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Nyepi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Samkhya. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Saraswati (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Tempat Suci Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
Varanasi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.
58