58
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran kepercayaan yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya memiliki kisah, sistem peraturan dan kemasyarakatan yang unik bila dibandingkan dengan agama lainnya. Agama ini juga dikenal mengandung sinkretisme yang dibentuk dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari seluruh agama yang masih hidup, mungkin agama Hindu yang paling tua setelah kepercayaan animisme dan dinamisme. Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang agama-agama, pembahasan agama Hindu bila dibandingkan dengan agama-agama lainnya ialah paling awal bila diruntut secara sejarah perkembangan agama-agama di dunia, dan juga memiliki nilai historis yang sangat tinggi walaupun asal-usul terbentuknya agama ini belum ditemukan. Sehingga dipandang perlu mengetahui agama Hindu beserta seluk-beluknya pada saat memperbincangkan agama-agama di dunia. 1

Makalah Agama Hindu

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama Hindu adalah salah satu agama atau aliran

kepercayaan yang hingga kini masih dikenal oleh

masyarakat di dunia. Agama ini dalam perjalanannya

memiliki kisah, sistem peraturan dan kemasyarakatan

yang unik bila dibandingkan dengan agama lainnya. Agama

ini juga dikenal mengandung sinkretisme yang dibentuk

dari perpaduan antara berbagai jenis kepercayaan dan

budaya di anak benua India. Bila dipikirkan, dari

seluruh agama yang masih hidup, mungkin agama Hindu

yang paling tua setelah kepercayaan animisme dan

dinamisme.

Maka dari itu, dalam mempelajari studi tentang

agama-agama, pembahasan agama Hindu bila dibandingkan

dengan agama-agama lainnya ialah paling awal bila

diruntut secara sejarah perkembangan agama-agama di

dunia, dan juga memiliki nilai historis yang sangat

tinggi walaupun asal-usul terbentuknya agama ini belum

ditemukan. Sehingga dipandang perlu mengetahui agama

Hindu beserta seluk-beluknya pada saat memperbincangkan

agama-agama di dunia.

1

1.2. Rumusan Masalah

a.Bagaimana sejarah perkembangan agama Hindu?

b.Apa asas dan kepercayaan, dan siapa pendiri agama

Hindu?

c.Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama Hindu?

d.Apa kitab suci agama Hindu

e.Apa saja peraturan-peraturan dalam agama Hindu?

f.Apa doktrin dalam agama Hindu?

g.Bagaimana ritual keagamaan dalam agama Hindu?

h.Apa saja upacara keagamaan agama Hindu?

i.Apa tempat-tempat suci agama Hindu?

j.Apa saja aliran-aliran dalam agama Hindu?

k.Apa kesusastraan agama Hindu?

l.Apa saja pembaharuan-pembaharuan dalam agama

Hindu?

1.3. Tujuan Pembahasan

a.Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan agama

Hindu.

b.Untuk menyebutkan asas, kepercayaan, dan pendiri

agama Hindu.

c.Untuk menjelaskan sistem ketuhanan dalam agama

Hindu.

2

d.Untuk menyebutkan kitab suci agama Hindu.

e.Untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam agama

Hindu.

f.Untuk menyebutkan doktrin dalam agama Hindu.

g.Untuk menjelaskan ritual dan upacara keagamaan

dalam agama Hindu.

h.Untuk menyebutkan upacara keagamaan agama Hindu.

i.Untuk menyebutkan tempat-tempat suci agama Hindu.

j.Untuk menjelaskan aliran-aliran dalam agama Hindu.

k.Untuk menjelaskan kesusastraan agama Hindu.

l.Untuk menyebutkan pembaharuan-pembaharuan dalam

agama Hindu.

BAB II

TINJAUAN UMUM

3

2.2. Sejarah Perkembangan Agama Hindu

Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma ससससस सससस

"Kebenaran Abadi"), atau dalam istilah lain Vaidika-

Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama

yang berasal dari anak benua India. Agama ini merupakan

lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan

kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini

diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM

dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan

hingga kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar

di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah

umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa1.

Agama Hindu merupakan percampuran antara

kepercayaan dan agama yang dibawa bangsa Arya dengan

kepercayaan bangsa Dravida atau bangsa asli India.

Sehingga masuknya agama Hindu ke India kira-kira pada

tahun 1500 SM melalui bangsa Arya yang masuk ke India

pada tahun tersebut2. Perlu diketahui, bangsa Dravida

memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi sebelum

kedatangan bangsa Arya. Ini dibuktikan dengan adanya

bukti sejarah di lembah sungai Indus yang cukup maju

pada tahun 2500 SM.

1 Agama Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.2 Hasbullah Bakry, Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Widjaya,

1986), hlm. 41.4

Dinamakan agama Hindu, karena di dalamnya

mengandung adat-istiadat, budi pekerti, dan gambaran

kehidupan orang-orang Hindu. Agama ini juga dinamakan

Agama Brahma yang wujudnya sejak permulaan abad ke-8

SM, yaitu suatu kekuasaan yang besar yang memiliki daya

pengaruh yang tersembunyi yang memerlukan amalan-amalan

ibadat, seperti membaca doa-doa, menyanyikan lagu

pemujaan, dan memberikan korban-korban3. Selain agama

Brahma, Hindu juga memiliki nama lain, seperti agama

Weda, agama Dharma, agama Upanishad, atau agama Sri

Khrisna4.

Agama Hindu adalah suatu agama yang berevolusi

sekaligus merupakan kumpulan adat-istiadat dan

kedudukan yang timbul dari hasil penyusunan bangsa Arya

terhadap kehidupan mereka yang terjadi dari generasi ke

generasi. Setelah datang ke India, mereka dapat

menundukkan penduduk asli (bangsa Dravida), kemudian

membentuk suatu masyarakat tersendiri di luar penduduk

asli5. Oleh karena bangsa Arya menang setelah

mengalahkan bangsa Dravida, maka kebudayaan bangsa Arya

lebih unggul dan dominan terhadap kebudayaan bangsa

Dravida6.

3 Ahmad Shalaby, Perbandingan Agama, Agama-Agama Besar di India (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), hlm. 18.

4 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 41.5 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.6 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.

5

2.3. Asas, Kepercayaan, dan Pendiri Agama Hindu

Asas agama Hindu menurut Louis Renou adalah

kepercayaan bangsa Arya yang telah mengalami perubahan

sebagai hasil dari percampuran mereka dengan bangsa

lain, terutama bangsa Persi yang sewaktu dalam

perjalanan menuju India. Kemudian kepercayaan-

kepercayaan ini berkesan di India setelah berbenturan

dengan pemikiran-pemikiran dan falsafah-falsafah

penduduk asli (bangsa Dravida)7. Sehingga dalam

perkembangannya, agama Hindu terbentuk dari unsur-unsur

pemikiran kedua bangsa tersebut. Unsur Hindu dari

bangsa Arya ialah kitab-kitab Weda, sedangkan unsur

dari bangsa Dravida ialah ajaran memuliakan penjelmaan

roh, dewa, dan hantu-hantu8.

Sedangkan menurut Abdul Mun’im Namir, agama Hindu

lebih merupakan suatu cara hidup daripada kumpulan

kepercayaan. Sejarah menerangkan mengenai isi

kandungannya yang meliputi berbagai kepercayaan dan

hal-hal yang harus dilakukan. Agama ini tidak mempunyai

kepercayaan yang membawanya turun hingga kepada

penyembahan batu dan pohon-pohon, dan membawanya naik

pula pada masalah-masalah falsafah yang abstrak dan

halus9.

7 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.8 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.9 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 19.

6

2.4. Sistem Ketuhanan

Agama Hindu memiliki banyak sekali Tuhan/Dewa.

Namun dari sekian banyak Tuhan, hanya tiga yang

terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara lain Brahmana

(Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara), dan Syiwa

(Dewa pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa tersebut

lebih dikenal dengan sebutan Trimurti10.

Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang

beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun

tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa

bukanlah Tuhan tersendiri. Menurut umat Hindu, Tuhan

itu Maha Esa tiada duanya, dan hanya ada satu kekuatan

dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman), yang

memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam

bentuk11. Meski begitu, tidak ada agama lain yang

mempercayai banyak Tuhan/Dewa selain agama Hindu. Agama

Hindu tetap saja tidak bisa disebut agama monotheisme

tulen, tapi lebih tepat disebut agama polytheisme12.

Orang-orang Hindu meyakini bahwa bilangan Tuhan

sangatlah banyak dan masing-masing memiliki kekuatan

mutlak, ada yang memberi faedah dan ada yang

membahayakan. Lebih lanjut Mohamed Abdul Salam (1953)

yang dikutip Prof. Dr Ahmad Shalaby menuturkan,

10 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.11 Agama Hindu, op.cit.12 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 45.

7

Bentuk-bentuk alam yang indah danpemandangannya yang agung menimbulkankesadaran beragama mereka. Mereka sangat kagumdan terus menikmatinya. Mereka bersyukur,merasa senang dengannya, memuji-mujinya, danbahkan mereka menyangka bahwa bentuk-bentukalam ini memiliki ruh dan jiwa sebagaimanamereka juga. Mereka menganggap ruh-ruh inimemiliki daya kekuatan yang tersembunyidibalik bentuknya yang nampak. Dan daya-dayakekuatan inilah yang berkuasa menampakkanbentuk-bentuk yang mengagumkan dan menawan.Lalu mereka pun mendekatinya melalui bentuk-bentuk ibadat serta menghadiahkan sesajianatau korban-korban, dan menganggapnya sebagaiTuhan-tuhan yang mereka seru ketika adakeinginan13.Dengan sebab inilah, bilangan Tuhan-tuhan

bertambah banyak seiring bertambah kekaguman mereka

terhadap suatu benda-benda alam.

2.5. Kitab Suci Agama Hindu

Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Kitab

suci ini mengandung keper-cayaan-kepercayaan, adat-

istiadat, dan hukum-hukum juga tidak memiliki pencipta

yang pasti. Penganut agama Hindu mempercayai kitab Weda

adalah suatu kitab yang ada sejak dahulu yang tidak

mempunyai tanggal permulaannya. Sebagaimana halnya

agama Hindu yang tidak memiliki pendiri, kitab Weda

tidak mempunyai pencipta 14.

13 Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 26.14 Ibid., hlm. 20.

8

Kitab suci agama Hindu ini terdiri dari empat

macam, yaitu15:

a. Rig Weda

Kitab ini merupakan kitab yang termasyhur,

terpenting, dan paling lengkap di antara keempat

kitab-kitab Weda yang lain. Kitab ini disusun

pada sekitar 3000 tahun Sebelum Masehi, yang

mengandung 1.017 buah nyanyian agama. Kitab ini

umumnya memuat puji-pujian bagi Dewa-dewa

(hymne) yang oleh para pemeluknya dinyanyikan

untuk dewa-dewa mereka, yakni Agni (dewa api),

Varuna, dan Surya (dewa matahari).

b. Sana Weda

Sana Weda ini isinya hampir sama dengan Rig

Weda, hanya saja ada sedikit tambahan. Kitab ini

berisi bunga rampai penjelasan dari Rig Weda

yang dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian, yang

diiringi dengan musik pengiring pada saat sedang

menjalankan ritual upacara dan pembacaan doa.

c. Yajur Weda

Kitab ini mengandung ayat-ayat prosa dan

mantra-mantra yang dibaca oleh para pendeta

ketika akan menyerahkan persembahan dalam

ritual upacara keagamaan yang lebih kecil.15 Ibid., hlm. 21-22.

9

d. Atharva Weda

Kitab ini juga disebut atharwan karena

merupakan kitab suci khusus bagi para pendeta

golongan atharwan (suatu bagian dari kasta

Brahmana). Kitab ini mengandung beberapa uraian

tentang sihir, kekuatan-kekuatan gaib, dan

kepercayaan-kepercayaan semu yang menyatu dengan

saduran purbakala. Kehidupan Hindu yang tertulis

dalam kitab Atharva Weda ini penuh dengan dosa

dan keadaan alam yang menakutkan dan dipenuhi

setan-setan. Tuhan-tuhan tidak lagi berbuat baik

dan tidak menolak kejahatan. Kitab ini juga

menceritakan bagaimana manusia menuju kepada

perkara-perkara yang salah, kekuatan-kekuatan

gaib serta sihir dengan tujuan untuk melindungi

diri.

Selain itu, di dalamnya juga terdapat hymne

yang harus dipakai dalam persembahan Soma,

penyembuhan penyakit, menyambung cinta kasih,

keuntungan dagang, dan sampai maksud dan tujuan

cita-cita.

Sedangkan isi kitab Weda terdiri beberapa

bagian, yaitu16:

16 Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 22-23, dan Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 44-45.

10

a. Mantra/Samhita

Sebagian besar isi Weda adalah mantra

yang terdiri dari doa-doa dan nyanyian-

nyanyian suci, yang dilakukan oleh para

pendeta ketika menghi-dangkan sesajen bagi

para Dewa. Di samping itu, juga terdapat

semacam mantra yang digunakan untuk tenung,

guna-guna, dan juga sebagai penghalau

makhluk halus.

Disebut juga samhita karena terdapat

banyak kumpulan ayat-ayat puisi seperti

gubahan yang terdapat dalam Rig Weda dan

Sama Weda. Sementara gubahan di dalam

Atharva Weda adalah berupa doa-doa yang

diberikan oleh penduduk India purba kepada

Tuhan mereka sebelum kedatangan bangsa Arya,

sehingga mempunyai nilai sejarah yang

tinggi.

b.Brahmana

Brahmana adalah petunjuk yang diberikan

oleh golongan Brahmana kepada para penduduk

negeri mereka dan di tengah-tengah keluarga

mereka. Brahmana berisi uraian atau

penjelasan mengenai upacara korban, agar

supaya korban itu diterima oleh para Dewa,11

dan dosa-dosa orang yang berkorban dapat

diampuni.

c.Aranyaka

Aranyaka adalah petunjuk-petunjuk dan

panduan-panduan yang diberikan kepada orang-

orang tua yang meninggalkan keluarganya

untuk tinggal di gua-gua dan hutan-hutan.

Aranyaka mengajarkan beberapa amalan yang

mudah dilaksanakan sebagai pengganti korban-

korban yang di luar penguasaan mereka.

d.Upanisyad

Upanisyad terdiri dari dua kata,

“Upani” yang berarti dekat, dan “syad”

artinya duduk, sehingga artinya ialah duduk

dekat dengan seorang guru. Upanisyad

merupakan rahasia-rahasia dan penglihatan

jiwa yang dilakukan oleh golongan tasawwuf,

yang disusun sebagai petunjuk kepada

golongan-golongan pendeta dan ahli ibadat

yang konsisten kepada kehidupan batin dan

meninggalkan segala bentuk kehidupan luar.

Upanisyad ini adalah sebuah bentuk

mazhab rohani yang memiliki kedudukan

tertinggi dalam tingkatan agama. Di dalam

Upanisyad ini, segala bentuk dan upaya12

menuju Brahma atau ketuhanan kurang mendapat

perhatian. Mereka berlepas diri dari bayang-

bayang Brahma menuju kepada kebebasan

beragama. Doa-doa yang dilakukan lebih

tenang dan upaya pengorbanan juga semkin

jarang, perenungan ketuhanan menurun dan

digantikan dengan ilmu pengetahuan. Maka

dari itu, Upanisyad hanyalah berupa

pandangan falsafah kehidupan saja.

Isi Upanisyad antara lain mengenai

ketuhanan jiwa manusia, penjelmaan jiwa yang

berganti-ganti, dan sebagainya.

Kesimpulannya, kitab Weda dapat

dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama,

menurut jumlah bukunya ada empat macam, yaitu Rig

Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharva Weda.

Kedua, menurut isinya terbagi menjadi empat,

yaitu Mantra atau Samhita (teks doa), Brahmana

(tafsir para pendeta), Aranyaka, dan Upanisyad

(tafsir secara filsafat umum).

2.6. Peraturan-Peraturan Dalam Agama Hindu

Sebagaimana diketahui, struktur kemasyarakatan

dalam agama Hindu terbagi menjadi beberapa kasta,

13

yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra17.

Pembagian kasta tersebut didasari atas keunggulan

bangsa Arya atas bangsa Dravida yang berpengaruh

pada pembagian masyarakat berdasar tingkatan

(strata) sosial. Sebagaimana diutarakan pada bab

sebelumnya, kebudayaan bangsa Arya lebih unggul

daripada bangsa Dravida yang mengakibatkan

terpecahnya sistem sosial kemasyarakatan. Dari

bangsa Arya ada yang menjadi golongan pendeta,

tentara, raja-raja, saudagar atau orang-orang kaya.

Sedangkan dari bangsa Dravida, pada umumnya

membentuk golongan petani miskin dan pekerja kasar,

kecuali mereka yang telah melakukan perkawinan

dengan bangsa Arya18.

Masing-masing dari pembagian kasta tersebut

akan dibahas lebih detail berikut:

a. Kasta Brahmana

Kasta Brahmana terdiri dari golongan

pendeta dan pendidik. Golongan ini

berkewajiban mempelajari kitab-kitab Weda

dan mengajarkannya kepada kaumnya, dan

bertanggung jawab memelihara undang-undang

dan agama. Mereka juga memegang hak mutlak

17 Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga (Kudus: Menara Kudus, 1960), hlm. 9.

18 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42.14

dalam menerima pemberian korban yang

dilakukan oleh kaumnya.

Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh

para Brahmana, sehingga tergolong sebagai

kasta yang disucikan dan dihormati. Semua

yang ada di alam ini adalah milik Brahmana.

Ketika seorang Brahmana berkehendak, maka ia

berhak memiliki harta benda kaum Sudra yang

sudah menjadi hamba kepadanya. Dan Raja

tidak berhak menghukum Brahmana atas

perbuatannya. Raja juga tidak boleh memungut

pajak Para Brahmana yang sedang mempelajari

kitab suci, meskipun Raja benar-benar

berhasrat untuk memungutnya.

Begitu pula ketika Brahmana sedang

lapar, maka Raja jangan hanya berdiam diri.

Raja dilarang membunuh Brahmana sekalipun ia

melakukan kesalahan besar, namun ia boleh

diusir dari kerajaan tetapi harta bendanya

tidak boleh diusik. Begitu halnya dalam

bermusyawarah, Raja jangan sekali-kali

memberi keputusan sebelum mendengar pendapat

dari kaum Brahmana.

b. Kasta Ksatria

15

Kasta ksatria terdiri atas golongan

raja dan tentara/panglima. Orang-orang yang

telah memperkaya akal pikirannya dengan

kitab-kitab Weda sangat patut dan layak

dijadikan sebagai pemimpin, raja, tentara,

panglima, dan hakim bagi manusia. Golongan

ini sangat dihormati dan jangan sekali-kali

direndahkan. Terutama dari kalangan Raja,

mereka sangat diagungkan karena sifat

ketuhanan meresap dari dirinya berupa

manusia.

Sedangkan dari kalangan panglima dan

prajurit, mereka tidak boleh terlepas dari

tugas-tugas ketentaraan. Raja harus selalu

menyediakan perleng-kapan perang bagi

mereka, dan harus selalu siap berperang bila

sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.

c. Kasta Waisya

Kasta waisya terdiri dari golongan

pedagang, saudagar, dan petani. Mereka harus

mengetahui undang-undang perniagaan dan

peraturan memungut bunga (riba). Seorang

waisya harus mengetahui semua yang berkaitan

dengan aktivitas perdagangan dan pertanian,

seperti cara-cara mengelola lahan dan

16

menabur benih, dan juga memiliki pengetahuan

bagaimana cara menimbang dan mengukur dalam

aktivitas jual beli.

Mereka diharuskan kawin dengan

perempuan dari golongannya juga, memberikan

perhatian yang sungguh-sungguh dalam

pekerjaannya, dan senantiasa memelihara

binatang-binatang ternak.

d. Kasta Sudra

Kasta sudra adalah kastanya golongan

para kuli dan hamba sahaya. Golongan ini

harus mematuhi perintah dari golongan

Brahmana yang menjadi pemuka agama yang arif

dalam mengajarkan kitab Weda kepadanya.

Dengan kepatuhan ini diharapkan ia diberi

kebahagiaan setelah mati dengan suatu

penghidupan baru yang lebih tinggi.

Mereka harus taat kepada para Brahmana

dan jangan sampai menyinggung perasaannya.

Mereka para sudra tidak layak mengumpulkan

harta berlebihan sekalipun mereka mampu

melakukannya. Bahkan apabila golongan sudra

berani menyamakan dirinya dengan derajat

kaum Brahmana, maka mereka akan dihukum,

seperti dipotong tangannya apabila17

mengangkat tangan melebihi tangan para

Brahmana, potong kaki jika menendang dengan

kakinya, mulutnya akan dimasukkan pisau

panas apabila tidak memperlihatkan rasa

hormat kepada para Brahmana, dan mulut atau

telinganya dituang minyak panas apabila

mengabaikan perintah atau pesan yang

diberikan para Brahmana kepadanya.

Selain keempat kasta di atas, ada lagi

golongan yang tingkatannya lebih rendah dari

kasta sudra. Golongan tersebut dinamakan

Paria, yang dalam bahasa Tamil berarti tukang

tambur atau golongan paling bawah dalam

agama Hindu19. Golongan ini dinisbatkan

kepada bangsa Dravida yang tidak memiliki

pekerjaan tetap (gelandangan) yang umumnya

terdesak ke daerah selatan India. Mereka

bukan lagi termasuk kasta sudra, akan tetapi

disebut bangsa Paria, sehingga dianggap

sebagai bangsa yang tak berkasta. Oleh

karena tidak memiliki kasta, maka mereka

dijauhkan dari pergaulan hidup sehari-hari20.

2.7. Berbagai Doktrin Dalam Agama Hindu

19 Solichin Salam, loc.cit.20 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 42-43.

18

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan

kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.

Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.

Kelima keyakinan tersebut, yakni:

a. Widhi Tattwa , yakni percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan segala aspeknya

b. Atma Tattwa , yakni percaya dengan adanya jiwa

dalam setiap makhluk

c. Karmaphala Tattwa , yakni percaya dengan adanya

hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan

(karma)

d. Punarbhava Tattwa , yakni percaya dengan adanya

proses kelahiran kembali (reinkarnasi/tanasukh

ruh-ruh)

e. Moksa Tattwa , yakni percaya bahwa kebahagiaan

tertinggi merupakan tujuan akhir manusia

(pembebasan mutlak)21.

Masing-masing ajaran dan doktrin dalam agama

Hindu diatas akan dijabarkan secara detail berikut:

a. Karma

Secara konseptual istilah karma adalah sangat

sederhana dimana karma dapat dikatakan sebagai

“tindakan” atau karma juga dikatakan sebagai

21 Agama Hindu, op.cit.19

“perbuatan” dalam hal ini terdapat tiga cara

dilakukannya karma tersebut yaitu dengan

pikiran, perkataan dan tubuh. Dalam konsep dan

pandangan Agama Hindu bahwa karma tersebut juga

adalah perbuatan yang dalam kitab Smerti Bhagawad

Gita Bab III Sloka 4 dikatakan : Tanpa kerja

orang takkan mencapai kebebasan, demikian juga

ia tidak mencapai kesempurnaan karena

menghindari kegiatan kerja.

Dalam Bhagawad Gita juga dikatakan bahwa

Karma tersebut berasal dan yang maha abadi yaitu

Brahman sebagaimana dalam Bab III - Sloka 15

dikatakan : Ketahuilah, adanya karma adalah

karena Brahman yang ada dan Yang Maha Abadi,

karena itu Brahman yang melingkupi semuanya ini

selalu berkisar disekitar persembahan. Sangat

jelas sekali dalam pandangan Hindu bahwa karma

tersebut ada atas dasar kehendak dan Brahman

sebagai sebab yang tak tersebabkan, akan sedikit

berbeda dengan konsep dalam ajaran Budhisme

bahwa karma tersebut memang manusialah yang

sedemikian berbuat sehingga terikat atas

kelahiran kembali dalam hidupnya22.

b. Pengembalian ruh-ruh (tanasukh ruh-ruh)

22 IB. Candrawan, Karma Dalam Pandangan Hindu dan Budha, dikutip dari situs http://parisada.org.

20

Doktrin agama Hindu yang kedua ialah

meyakini akan pengembalian ruh-ruh manusia

(tanasukh/reinkarnasi). Tanasukh adalah ruh yang

keluar dari sebuah tubuh lalu kembali lagi ke

alam dunia di dalam sebuah tubuh yang lain.

Istilah ini oleh sebagian orang lebih dikenal

dengan sebutan “Kedatangan ruh kembali” atau

“Pengulangan kelahiran”.

Adapun sebab-sebab pengembalian ruh-ruh ini

ialah:

1) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang dan masih

mempunyai hawa nafsu dan kemauan yang terikat

dengan alam dunia yang belum ditunaikan.

2) Ruh itu keluar dari tubuh seseorang karena

menanggung banyak hutang kepada orang lain

dan harus dipenuhi.

Jadi dapat dipahami, bahwa nafsu atau

kemauan seseorang harus dipuaskan oleh kehidupan

yang lain, dan ruh juga harus merasa sebagai

hasil perbuatan yang dilakukannya dalam

kehidupan yang lalu. Sebab keinginan dan nafsu

memerlukan kemauan, dan kemauan membutuhkan

perbuatan. Sedangkan perbuatan itu hanya dapat

dilakukan melalui jasad atau tubuh manusia.

21

Bila dipikirkan, maka dapat dipahami

apabila seandainya keinginan manusia tidak atau

belum terlaksana, maka ia tidak akan selamat

dari pengulangan kelahiran. Sebaliknya, bila

keinginan di dunia sudah ditunaikan dengan

sempurna, ia tidak menanggung suatu dosa dan

semua hutang telah dibayar, maka ruhnya akan

selamat dan terlepas dari pengulangan kelahiran

serta dapat bersatu dengan Brahma.

Dengan demikian, hubungan antara ruh dan

jasad menurut ajaran Hindu dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tubuh atau jasad manusia ituterlahir dari kedua tubuh orang tua(ibu-bapak). Adapun yangmenggerakkannya adalah tubuh halusyang tersusun dari kekuatan asasi,panca indera, alat penggerak,unsur-unsur yang lembut, dan akal.Apabila terjadi kematian, makajasad itupun ikut mati, kaku, danmenjadi rapuh. Akan tetapi tubuhhalus tidak ikut mati, namunsebaliknya ia akan keluar danpindah ke alam halus yangmenyerupai alam mimpi. Disana iaakan merasakan surga dan neraka,kemudian kembali lagi ke dalamtubuh yang baru dengan membawakeinginan dan pekerjaan yang lalu.Demikianlah perputaran kehidupanruh tersebut dari perputaran yang

22

lalu menuju perputaran yang baru.Ruh ini akan didapati di dalamtubuh manusia atau seekor binatang.Dia akan merasa bahagia dansengsara menurut amalan yang telahdilakukannya dalam kehidupan yangdulu.Uniknya, ada perbedaan antara pengalaman

hidup yang dialami oleh ruh dari alamnya yang

dahulu dengan alam yang dijalaninya kemudian.

Ruh yang hidup di alamnya yang baru itu tidak

akan teringat akan pengalaman kehidupannya

yang dulu. Sehingga tiap-tiap putaran ruh

secara langsung terputus langsung dari

putaran yang lain23.

c. Pembebasan mutlak

Doktrin yang ketiga adalah pembebasan

mutlak. Doktrin ini ada kaitannya dengan

penyempurnaan keinginan seperti yang sudah

dijelaskan pada doktrin tanasukh. Arti

kesempurnaan keinginan dan hawa nafsu adalah

penguasaan seorang manusia atas dirinya

hingga sampai pada kondisi yang sama sekali

tidak menginginkan apa-apa atau hawa nafsu

atas dirinya, dan juga merasa puas terhadap

apa yang dialaminya serta tidak meminta lebih

dari itu.23 Lihat Ahmad Shalaby, op.cit., hlm. 42-44.

23

Apabila hawa nafsu sudah terpuaskan dan

segala keinginan sudag dijalaninya dengan

sempurna dalam kehidupannya, maka ruh

tersebut terlepas dari pengulangan kelahiran

dan akan bersatu dengan Brahma. Keadaan

inilah yang dinamakan pembebasan mutlak.

Dengan demikian, pembebasan mutlak berarti

menyatunya ruh manusia dengan Brahma

sebagaimana bercampurnya setitik air dengan

lautan besar.

Di dalam Aranyaka terdapat keterangan,

yang intinya adalah barangsiapa yang sama

sekali tidak menginginkan terhadap sesuatu,

terbebas dari penghambaan terhadap hawa

nafsu, serta merasa puas terhadap dirinya,

maka ia akan terbebas dari panca inderanya

dan bersatulah ia dengan Brahma. Dengan

demikian, ia akan kekal dan tak akan pernah

binasa selamanya.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan,

bahwa pembebasan mutlak tidak diperoleh

dengan amalan-amalan, baik amalan baik maupun

amalan buruk. Karena amalan baik seseorang

menurut pemahaman agama Hindu akan dibalas

24

dengan jalan kelahiran, begitu halnya dengan

amalan buruk24.

d. Kesatuan wujud

Doktrin yang keempat adalah kesatuan

wujud. Kesatuan wujud ini masih ada

hubungannya dengan doktrin-doktrin atau

ajaran-ajaran sebelumnya, malah berikatan

erat. Dalam pembicaraan mengenai pembebasan

mutlak, dipahami bahwa seorang manusia boleh

bersatu dengan Tuhan. Dalam kitab Weda banyak

sekali diterangkan tentang hubungan antara

alam dan Brahma hingga menyebabkan

kepercayaan mereka terhadap kesatuan wujud.

Juga menurut kitab Weda, manusia dari

segi ruhnya datang dengan kemauan Tuhan

Brahma. Ruhnya tidak berlainan dengan ruh

yang maha besar, hanya saja perbedaannya di

antara keduanya adalah seperti benih dengan

pohon. Ketika ruh itu bersih dari tanda-tanda

kebendaan, maka ia kembali kepada ruh yang

maha besar. Dengan sebab itulah keluarnya ruh

dari jasad lebih dikenal dengan sebutan

“jalan pulang”25.

24 Ibid., hlm. 45.25 Ibid., hlm. 46-47.

25

Prinsip kesatuan wujud ini hampir sama

persis dengan aliran tasawuf dalam agama

Islam, seperti yang dialami al-Hallaj dan

Syekh Siti Jenar yang dengan istilah jawanya

yang terkenal dengan sebutan “Manunggaling

Kawula Gusti”.

26

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Ritual dan Upacara Keagamaan Agama Hindu

Seperti yang dimiliki agama pada umumnya, agama

Hindu juga memiliki beberapa ritual dan upacara yang

dilakukan. Antara lain:

a. Sandhyopasana adalah pemujaan pada pertemuan

(sandhi) waktu, yaitu: dari malam hingga pagi,

dari pagi hingga siang, dari siang hingga malam,

melakukan meditasi dengan pengulangan Mantra

Gayatri dan dibantu dengan tasbih atau japamala yang

memuat 108 biji ganitri.

b. Upasana  atau pemujaan merupakan pencerminan

dari rasa bhakti dan cinta kasih kepada Tuhan.

(1) Saguna-upasana adalah meditasi yang

menggunakan simbol (pratika) seperti, patung,

saligrama, gambar Rama, Krsna, Devi Gayatri. (2) Nirguna-

upasana adalah meditasi pada aksara yang tanpa

bentuk dan tanpa kelengkapan.

27

c. Pùjà adalah istilah umum bagi pemujaan ritual.

Obyek pemujaan adalah Ista Devata atau Devata

penuntun atau wujud tertentu dari pada deva,

seperti Narayana atau Wisnu. Sebuah saligrama

adalah sebuah patung Wisnu, simbol Wisnu, patung

Siwa, simbol Siwa.

d. Samskara adalah upacara-upacara yang berkenaan

dengan tahapan kehidupan pribadi dari mulai

penciptaan sampai pembakaran mayat yang

kesemuanya itu menandakan tahapan yang penting

dari kehidupan seorang manusia. Macam-macam

upacara samskara ialah antara lain:

1) Garbhadhana (Upacara Penciptaan Sang Bayi).

2) Pumsawana Samskara (Upacara Kandungan Bulan

Ketiga)

3) Sìmantonnayana Samskara (Upacara Kandungan

Bulan Ketujuh).

4) Jatakarma Samskara (Upacara Bayi Lahir)

5) Nàmakarana Samskara (Upacara Pemberian

Nama), dilaksanakan kepada si anak saat

berusia 10, 11, atau 12 hari

6) Annaprasana Samskara (Upacara Anak Umur Enam

Bulan)

28

7) Mundana Samskara (Upacara Pencukuran

Rambut), dilaksanakan pada tahun pertama

atau tahun ketiga.

8) Upanayana Samskara (Upacara Kelahiran

Spriritual), pada saat si anak berusia 12

tahun.

9) Samawatana Samskara (Upacara Tamat Belajar).

10) Wiwaha (Upacara Perkawinan).

11) Pretakarma (Upacara Kematian).

e. Panca Maha Yajna

1) Brahma Yajna atau Rsi Yajna Brahma Yajna atau

Rsi Yajna, dilakukan dengan mempelajari kitab-

kitab suci sehari-hari dan mengajarkannya

kepada orang lain. Dengan demikian, ia

membayar hutang-hutangnya kepada para Resi.

2) Dewa Yajna, upacara Dewa Yajna dilaksanakan

dengan mempelajari Weda dan upacara pada

Ista Dewata. Manu menyatakan: Biarlah

seseorang dalam mempelajari Weda dan

upacara pada para dewa. Kesibukan dalam

upacara Weda.

3) Pitra Yajna, upacara Pitra Yajna kurban suci

yang ditujukan kepada para leluhur, melalui

29

persembahyangan di pura-pura keluarga,

sesuai keyakinan dan kemampuan umat.

4) Bhuta Yajna, upacara Bhuta Yajna dilakukan

dengan cara membagikan makanan kepada sapi,

anjing, burung-burung atau hewan lainnya

serta tumbuh-tumbuhan atau memelihara hewan

dan tanaman, dan bukan kurban suci kepada

Bhuta Kala (makhluk halus).

5) Manusya Yajna, upacara Manusya Yajna

dilakukan dengan berbagai macam pelayanan

terhadap umat manusia yang kemalangan

seperti: memberi makan orang-orang miskin,

dan kelaparan, memberi pakaian orang yang

telanjang, menghibur orang-orang yang

kesedihan. Semuanya sebagai kurban suci

kepada sesama manusia berupa punia atau dana

punia26.

Agama ini juga dikenal adanya kepanditaan, yang

memimpin dan mengatur jalannya upacara keagamaan,

seperti persembahyangan, persembahan, dan korban.

a. Persyaratan dan kedudukan

26 Mpu Sri Rastra Jaya Bhuwana, Ritual Hindu Dharma: Upacara Sederhana Menurut Pustaka Suci Weda, dikutip dari situs http://ritualagamaHindu.blogspot.com, diakses pada tanggal 22 Maret 2012.

30

Kata “pandita” berasal dari bahasa

Sanskerta, yaitu orang pandai. Pandita berarti

rohaniawan agama Hindu dari golongan dwijati

(brahmana, ksatria, dan waisya), sedangkan

rohaniawan dari golongan ekajati (sudra) disebut

pinandita. Adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi seseorang untuk menjadi pandita antara

lain:

1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga

2) Pria yang nyukla brahmacari

3) Wanita yang tidak kawin (kanya)

4) Pasangan suami isteri yang sah

5) Sehat dan bersih secara lahiriyah, tidak

cacat jasmaninya (cedangga)

6) Sehat dan bersih secara batiniyah, tidak

gila.

7) Berpengetahuan luas, meliputi pengetahuan

umum, mengerti bahasa kawi, bahasa

sanskerta, bahasa indonesia, mendalami

masalah wariga, tattwa, sasana-sasana dan

yajna.

8) Memiliki pergaulan masyarakat yang baik,

berkelakuan baik dan bijaksana terhadap

31

sesama, alam, dan pemerintah, serta tidak

pernah tersangkut perkara kriminal.

9) Lulus diksa pariksa, atau bila di Indonesia

dinyatakan dengan surat oleh Parisada Hindu

Dharma Indonesia

10) Sudah mempunyai calon “nabhe” yang akan

menyelesaikan (muput) upacara padiksan.

Setelah seseorang di diksa dan lulus diksa

pariksa (artinya upaya penyucian lahir batin

dengan upacara padiksan agar hidup menjadi lebih

sempurna), maka ia sudah menduduki sebagai orang

Suci atau sulinggih, dan pada saat itu juga ia

memperolah gelar jabatan kerohaniawan. Ia

berwenang untuk memenuhi permintaan orang yang

meminta petunjuk kerohanian atau upacara

keagamaan. Adapun syarat-syarat bagi seseorang

yang akan menjadi pinandita antara lain:

1) Pria atau wanita yang sudah berumah tangga

2) Pria atau wanita yang mengambil biata sukla

Brahmacari

3) Bertingkah laku baik dalam kehidupan

sehari-hari

4) Berhati dan berperilaku suci

5) Taat dan mengetahui ajaran-ajaran agama

32

6) Tidak gila atau menderita penyakit syaraf

7) Suka belajar di bidang kerohanian Hindu

8) Mendapat persetujuan dari pengurus dan

dukungan masyarakat setempat

Jadi bagi pinandita yang telah memenuhi

syarat, maka di kalangan masyarakat akan disebut

sebagai pemangku, yang biasanya hanya mengurus

salah satu pura (tempat suci) tertentu27.

b. Sasana pandita dan pinandita

Sasana dalam bahasa sanskerta artinya

pecaturan, hukum, ajaran, perintah. Sehingga

istilah sasana bila dikaitkan dengan kedudukan

pandita dan pinandita, adalah peraturan-

peraturan untuk mengendalikan diri lahir batin,

serta tingkah laku atau norma-norma kesusilaan

dalam ajaran Hindu. Adapun peraturan-peraturan

dan larangan-larangan yang harus ditaati oleh

seorang pandita antara lain:

1) Dapat menguasai ajaran Yama, Brata, dan

Nyama Brata

2) Tidak boleh menentang guru Nabhe, menginjak

bayangan dan menduduki tempat duduknya

27 Hilman Hadikusima, Antropologi Agama Bagian 1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 179-181.

33

3) Tidak boleh sombong, mencaci maki, dan

tidak boleh berkata kasar/kotor

4) Tidak boleh makan hewan peliharaan, seperti

ayam, sapi, babi atau binatang buas

5) Tidak boleh makan sisa-sisa makanan,

makanan yang disentuh atau terletak di

bawah benda yang tidak suci, atau makanan

yang diyakini/diragukan kesuciannya.

6) Dilarang minum minuman keras

7) Dilarang mengunjungi rumah-rumah yang

melakukan pekerjaan hina (kotor), seperti

tempat perjudian dll

Sedangkan peraturan dan larangan bagi

seorang pinandita antara lain:

1) Hendaknya setiap hari melakukan penyucian

diri, dan memohon tirta penyucian dari

tempat suci

2) Harus mengutamakan kebenaran, menegakkan

dharma, kesucian, mempelajari kerohanian,

dan mengetahui filsafat ketuhanan

3) Meminta izin terlebih dahulu kepada pandita

bila ingin menyelesaikan/ mengantarkan

upacara keagamaan agar dibersihkan dari

dosa

34

4) Harus memakai pakaian serba putih pada saat

melakukan upacara dan pada saat memuja

boleh melakai genta

5) Dilarang berjudi atau datang ke tempat

perjudian. Dan untuk menjauhi adanya

kutukan atau sumpah, maka dilarang bergaul

dengan orang jahat

6) Dilarang mengangkat sesuatu, seperti

barang-barang yang ada di warung atau di

bawah atap (tatarub) yang tidak suci

7) Pinandita yang meninggal dunia tidak boleh

dikuburkan28.

c. Korban atau persembahan (Yajna)

Pada mulanya, korban diperuntukkan bagi para

Dewa supaya dilimpahkan kesejahteraan,

ketenangan, dan ketenteraman, serta dijauhkan

dari segala marabahaya. Berhasil tidaknya korban

bergantung pada kekuatan korban itu sendiri,

yakni bunyi mantra dan prilaku dalam korban

tersebut, bukan pada kemurahan dari para Dewa.

Kesalahan dalam memilih maupun membaca mantra

dalam suatu upacara, maka akan berakibat korban

yang dilakukan tidak memberi kekuatan apapun.

Maka dari itu, kedudukan Brahmana menjadi sangat28 Ibid., hlm. 182-183.

35

penting dalam membantu terlaksananya korban dan

memahami kitab-kitab Weda.

Ada dua jenis korban, yaitu korban besar dan

korban kecil.

1) Korban besar

Korban besar dilakukan dalam bentuk upacara

yang menggunakan empat macam api suci yang

dilakukan oleh para pandita atas orang-

orang yang memerlukannya. Upacara korban

besar ini antara lain. Pertama, upacara

Soma Yadha, yaitu upacara korban yang

dilakukan oleh empat pandita dan dibantu

para pembantunya. Kedua, upacara Aswameda,

yaitu upacara korban yang diselenggarakan

oleh Raja sebagai ujian bagi kekuasaan dan

kekuatannya.

2) Korban kecil

Upacara korban kecil ini hanyalah sebagai

pelengkap korban besar, sifatnya hanya

memerlukan perlengkapan sederhana, misalnya

di setiap rumah tangga cukup menyediakan

api suci dan dibuat oleh kepala keluarga

yang baru membentuk rumah tangga.

36

Upacara korban kecil ini antara lain

upacara Nitya dan Naimittika. Upacara nitya

adalah upacara yang dilakukan pada waktu

tertentu, seperti pada bulan baru, bulan

purnama, waktu menyemai benih tanaman,

waktu panen, dan lain sebagainya. Sedangkan

upacara Naimittika adalah upacara yang

menyangkut siklus kehidupan, misalnya pada

saat menyambut tamu penting, waktu bayi

dalam kandungan, saat kelahiran, dan lain

sebagainya.

Dari serangkaian korban yang dilakukan, ada lagi

ritual dalam agama Hindu yang disebut sembahyang,

atau sandhya. Sembahyang merupakan salah satu

perwujudan dari rasa bakti manusia kepada Tuhan

dengan penyerahan diri yang ikhlas dan sebulat-

bulatnya. Pelaksanaan sembahyang bermacam-macam, di

kalangan Hindu Bali ialah berdasarkan kebiasaan yang

bersumber dari kitab-kitab atau kebiasaan menurut

tempat29.

3.2. Upacara Keagamaan Agama Hindu

a.Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi' adalah hari raya umat Hindu

yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini

29 Ibid., hlm. 184-187.37

jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang

dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa

yang berada di pusat samudera yang membawa

intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu

melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi,

senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan

perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan

penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak

tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun

baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai

dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti

biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk

pelayanan umum, seperti Bandar Udara

Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah

sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon

ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan

Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana

Agung/macrocosmos (alam semesta)30.

b.Hari Raya Galungan

Hari raya Galungan: Buda Kliwon Dungulan

adalah hari memperingati terciptanya alam semesta

beserta isinya dan kemenangan dharma melawan

30 Nyepi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.38

adharma Umat Hindu melakukan persembahan

kehadapan Sang Hyang Widhi dan Dewa

Bhatara/dengan segala manisfestasinya sebagai

tanda puji syukur atas rahmatnya serta untuk

keselamatan selanjutnya. Sedangkan penjor yang

dipasang di muka tiap-tiap perumahan yaitu

merupakan aturan kehadapan Bhatara Mahadewa yang

berkedudukan di Gunung Agung31.

c.Hari Raya Kuningan

Hari raya Kuningan adalah hari raya yang

dirayakan umat Hindu Dharma di Bali. Perayaan ini

jatuh pada hari Saniscara (Sabtu), Kliwon, wuku

Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210

hari, dengan menggunakan perhitungan kalender

Bali32.

d.Hari Raya Saraswati

Hari raya Saraswati adalah hari turunnya

Ilmu Pengetahuan. Umat Hindu Dharma di Bali

merayakannya setiap 210 hari sekali pada Sabtu

(Saniscara), Umanis (Legi), Watugunung. Pada hari

saraswati dilakukan pemujaan pada Dewi Saraswati

sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni33.31 Galungan, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.32 Kuningan (Hari Raya), dikutip dari situs

http://id.wikipedia.org.33 Saraswati (Hari Raya), dikutip dari situs

http://id.wikipedia.org.39

3.3. Tempat-Tempat Suci Agama Hindu

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun

bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau

tepat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja

Brahman beserta aspek-aspeknya. Di Tanah Hindu,

banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi

Hindu, beserta inkarnasinya ke dunia (awatara),

seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap

kuil menitikberatkan pemujaannya terhadap Dewa-Dewi

tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara

Kresna sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat

manusia.

Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali

sebutan di berbagai belahan dunia, dan nama tersebut

tergantung dari bahasa yang digunakan. Umumnya

berbagai nama tersebut memiliki arti yang hampir

sama, yaitu merujuk kepada pengertian “Rumah

pemujaan kepada Tuhan”.

Berbagai istilah tempat suci Hindu yaitu:

a. Mandir atau Mandira (bahasa Hindi – salah satu

bahasa resmi India)

b. Alayam atau Kovil (bahasa Tamil)

c. Devasthana atau Gudi (Kannada)

d. Gudi, Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)

40

e. Puja pandal (bahasa Bengali)

f. Kshetram atau Ambalam (Malayalam)

g. Pura atau Candi (Indonesia: Bali, Jawa, dll)34.

Disamping itu ada beberapa tempat yang dianggap

suci oleh agama Hindu antara lain:

a.Kota Varanasi/Banares

Varanasi juga dikenal sebagai Benares atau

Banaras dan Kashi, adalah sebuah kota yang

terletak di tepi Sungai Gangga di negara bagian

India Uttar Pradesh, 320 kilometer (199 mil)

tenggara dari ibukota negara bagian Lucknow. Hal

ini dianggap sebagai kota suci oleh umat Hindu,

Buddha, dan Jain. Ini adalah salah satu kota terus

menerus dihuni tertua di dunia dan tertua di

India.

The Naresh Kashi (Maharaja of Kashi) adalah

pelindung budaya kepala Varanasi dan merupakan

bagian penting dari semua perayaan keagamaan.

Budaya Varanasi sangat erat kaitannya dengan

Sungai Gangga dan pentingnya agama sungai. Kota

ini telah menjadi pusat budaya dan agama di India

Utara selama beberapa ribu tahun. The Benares

34 Tempat Suci Hindu, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

41

Gharana bentuk musik klasik India dikembangkan di

Varanasi, dan banyak terkemuka India filsuf,

penyair, penulis, dan musisi tinggal atau berada

di Varanasi. Gautama Buddha memberikan khotbah

pertamanya di Sarnath terletak dekat Varanasi

(Kashi). Oleh umat Hindu kota ini dianggap sebagai

tempat bersemayamnya Dewa Syiwa35.

b.Sungai Gangga

Gangga atau Ganges (ejaan orang barat) adalah

nama seorang Dewi dalam agama Hindu yang dipuja

sebagai dewi kesuburan dan pembersih segala dosa

dengan air suci yang dicurahkannya. Ia juga

merupakan Dewi sungai suci Sungai Gangga di India.

Dewi Gangga sering dilukiskan sebagai wanita

cantik yang mencurahkan air di dalam guci. Umat

Hindu percaya bahwa jika mandi di sungai Gangga

pada saat yang tepat akan memperoleh pengampunan

dosa dan memudahkan seseorang untuk mendapat

keselamatan. Banyak orang percaya bahwa hasil

tersebut didapatkan dengan mandi di sungai Gangga

sewaktu-waktu. Orang-orang melakukan perjalanan

dari tempat yang jauh untuk mencelupkan abu dari

jenazah anggota keluarga mereka ke dalam air

sungai Gangga; pencelupan itu dipercaya sebagai

35 Varanasi, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.42

jasa untuk mengantarkan abu tersebut menuju

surga36.

3.4. Aliran-Aliran Dalam Agama Hindu

a. Aliran Wedanta

Aliran wedanta disebut juga aliran Uttara

Mimamsa yang didirikan oleh Pendeta Badrayana,

dengan bukunya Wedantasutra dan Brahamastura.

Menurut aliran ini asas pertama dari segala

sesuatu ialah Brahman, dan Brahman itu pula

sebagai akhir segala sesuatu. Rohani dan jasamani

(purusa dan prakerti) berasal dari brahman ini

(bukan azali seperti pendapat aliran Samkhya).

Brahman menjelmakan dirinya di dunia ini tak

ubahnya dengan periuk dari tanah liat. Brahman

juga diannga sebagai Tuhan (karena itu

pantheisme). Jiwa manusia disebut atman, tetapi

pada hakikatnya adalah Brahman yang menampakkan

dirinya secara terbatas. Kelepasana itu melalui

pengetahuan atau kesadaran diri terhadap kenyataan

yang dialaminya. Barangsiapa mencapai pengetahuan

ini, berarti dia mengubah penderitaannya secara

menyeluruh terhadap dirinya dan terhadap dunia,

dan inilah beraati kebebasan (moksa) buat dia.

Kelepasan atau kebebasan yang sempurna hanya dapat

36 Gangga (Hindu), dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.43

dicapai dengan pengetahuan yang lebih tinggi

terhadap Brahman itu sendiri37.

b. Aliran Samkhya

Samkhya, juga disebut dengan Sankhya adalah

salah satu aliran dalam filsafat Hindu. Para ahli

meyakini bahwa ajaran ini berakar dari nilai-nilai

positif atheis. Kemudian Maharsi Kapila, putra

Devaguti, membangun ajaran Samkhya yang bersifat

theistik, seperti yang disebutkan dalam

Bhagavatapurana.

Samkhya adalah ajaran filsafat tertua dalam

filsafat India. Karya sastra mengenai Saṁkhya yang

kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di

tulis oleh Īśvarakṛṣṇa sekitar 200 SM. Ajaran

Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan

dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-

sastra Śruti, smrti, itihasa dan purana. Saat ini

ajaran Samkhya yang murni sudah tidak eksis lagi,

tapi ajaran ini banyak membawa pengaruh pada

ajaran Yoga dan Wedanta.

Kata Saṁkhya berarti pemantulan, yaitu

pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya bersifat

realistis karena didalamnya mengakui realitas

dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis

37 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 50.44

karena terdapat dua realitas yang saling

bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan

prakarti38.

c. Aliran Yoga

Yoga berarti "penyatuan", yang bermakna

"penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan

Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari

enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang

menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa

di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk

mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara

keseluruhan.

Masyarakat global umumnya mengenal Yoga

sebagai aktivitas latihan utamanya asana (postur)

bagian dari Hatta Yoga. Yoga juga digunakan

sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya

hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah

tubuh dan meditasi, yang telah dikenal dan

dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun.

Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogis,

yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi

wanita. Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga,

diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita,

Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra

38 Samkhya, dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.45

lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam

Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma

Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga,

Raja Yoga/Marga39.

3.5. Kesusastraan Agama Hindu

a. Ramayana

Ada tamsil pelajaran dalam pelajaran dalam

hasil sastra keagamaan Hindu ini, yaitu bahwa

hidup suami-istri mengandung godaan yang berliku,

mengalami fitnah bertubi-tubi dan merupakan

pendorong bagi perjuangan hidup yang lebih besar,

pemerintahan negara dan peperangan. Rama dan Sita

dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh yang

gagal menghilangkan rakyatnya terkecuali dengan

korban terakhir, yakni kelenyapan merekan dari

rakyatnya. Inilah inti dari ajaran agama Hindu

tentang pengorbanan yang terbayang banyak dalam

hukum kegaamaan Hindu sepanjang sejarah dewasa

ini sudah banyak terlarang oleh perundang-

undangan modern. Bagi umum di luar agama Hindu,

mromantik yang terkandung dalam saatra Ramayana

itu dirasakan hidup dan menarik, bukan karena

pandangan keagamaannya tetapi karena love-affair

(rasa birahi dan cemburu) yang digambarkan di

39 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 52-5346

dalamnya adalah realistis dan human sesuai tabiat

kemanusiaan40.

b. Mahabharata

Di dalam Mahabarata, tergambar intinya

Pantheisme dari agama Hindu serta dualism

(persaingan) antara pengaruh Wisnu dan Syiwa.

Selain aksentuasi soal peperangan antara Kurawa

dan Pandawa, menarik pula sutau parwa khusus dari

Mahabarata itu, yakni parwa keenam (Bismaparwa),

yang membuat Bhagawatgita (Nyanyian Tuhan). Isi

pokok Bhagawatgita adalah dialog antara Kresna

dan Arjuna mengenai perang Bharatayudha. Pada

perang Arjuna ragu-ragu, lalu dikuatkan

semangatnya oleh krisna sebagai satria untuk

berbakti dan menyerahkan diri kepada Tuhan.

Krisna menerangkan tiga jalan kelepasan yaitu:

(1) Juana Marga, kelepasan melalui pengetahuan, (2)

Bhakti Marga, jalan kelepasan melalui pemujaan, dan

(3) Karma Marga, jalan kelepasan melalui

penaklukkan kehendak sendiri pada ridha Tuhan41.

3.6. Pembaharuan-Pembaharuan Dalam Agama Hindu

Setelah datangnya agama Islam di India pada

abad ke 10 dan agama Kristen pada abad ke 18, lalu

40 Hasbullah Bakry, op.cit., hlm. 55-56.41 Ibid., hlm. 56.

47

timbul gerakan pembaharuan dalam agama Hindu sebagai

reaksi atas pengaruh kedua agama tersebut, dengan

maksud membendung pemurtadan penganut Hindu.

a. Agama Sikh

Seorang ulama, bernama Kabir (1440-1518),

mengusahakan agar agama Islam dan agama Hindu

saling mempengaruhi. Diajarkannya bahwa Tuhan

adalah yang tertinggi dan disembah oleh semua

agama. Karena itu, menurut Kabir, menyembah

banyak dewa adalah salah. Kelepasan di dapatkan

dengan Iman dan Bhakti, bukan dengan menghafal

ayat-ayat kitab suci (Weda) saja. Pendapat kabir

itu diperkuat oleh ulama Nanak (1469-1538),

dengan mendirikan agama Sikh, yang lepas dari

agama Hindu dan Islam tetapi berada diantara

keduanya. Ajaran Nanak menyatakan bahwa ajaran

Hindu dan Isam, keduanya palsu. Ia menentang

penyembahan berhala. Kelepasan terdidi dari

persekutuan dengan Tuhan di dalam Kasih. Di bawah

pipinan guru Girind Singh (1707), orang-orang

Sikh menjadi suatu persekutuan yang bersenjata

lengkap. Para anggota persekutuan itu disebut

Khalsa (yang murni). Para murid harus memiliki

lima K yaitu: Kas (rambut tak dipotong), Kangh

(sisir), Kripan (pedang), Kara (gelang), dan

48

Kanch (celana hingga lutut). Mereka dilarang

merokok, perbedaan kasta juga ditiadakan. Sedang

kitab suci mereka disebut Adi Granth42.

b. Agama Brahmana Samaj

Jika agama Sikh muncul dari reaksi terhadap

pengaruh agama Islam, maka agama Brahmana Samaj

adalah sebagai reaksi terhadap agama Kristen.

Pendiri agama ini adalah Ram Mohan Roy (1772-

1833). Pada tahun 1828, Ram Mohan Roy mendirikan

Brahmana Samaj yang berarti masyarakat Brahma.

Samaj adalah suatu persekutuan. Pada tiap hari

sabtu mereka mengadakan suatu himpunan yang cara

keaktiannya disusun begitu rupa, mirip kebaktian

Kristen pada hari minggu. Acara di bagi menjadi

empat yaitu: membaca ayat-ayat Weda, menafsirkan

bagian-bagian dari Unpanisyad, menyampaikan

khutbah (dalam bahasa Benggala), dan akhirnya

melagukan nyanyian-nyanyian agama dengan diiringi

music (koor keagamaan). Pertemuan ini dipimpin

oleh seorang Brahman.

Ajaran Brahmana Samaj dapat diringkaskan

sebagai berikut. Weda adalah satu-satunya kitab

suci dasar iman. Pengenalan Tuhan bersumber alam

dan intuisi. Tuhan adalah sesuatu yang berpribadi

42 Ibid., hlm. 57-58.49

dan tidak menitis. Tuhan mendengarkan dan

mengabulkan do’a manusia. Penyembahan kepadanya

harus dilakukan secara rohani’ jalan mendapatkan

keselamatan adalah dengan cara tobat dan

menghentikan perbuatan dosa (bukan cara Kristen,

cukup dengan percaya kepada karya Salib sebagai

tebusan dosa)43.

3.7. Perbandingan Agama Hindu Dengan Agama Lainnya di

Dunia

a. Agama Hindu dengan agama Budha

Agama budha sering dikatakan sebagai agama

yang “memberontak” terhadap agama Hindu, tapi itu

hanya kelihatan dari sisi luarnya saja.

Kenyataannya yang sebenarnya ialah dalam

perkembangannya, agama Budha ialah agama yang

diberi tempat kembali dalam agama Hindu44.

Secara konsep kehidupan, terdapat perbedaan

antara agama hingu dengan agama budha. Apabila

agama Hindu lebih menekankan pada reinkarnasi

atau kebangkitan ruh kembali, maka dalam agama

Budha lebih mengenal istilah nirwana, yakni

tujuan hidup terakhir pemeluk agama Budha di mana

seseorang telah lepas dari penderitaan dan

43 Ibid., hlm. 58-59.44 Mujtahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama (Jakarta:

Rajawali Press, 1994), hlm.50

selanjutnya akan merasakan kebahagiaan yang

abadi45.

b. Agama Hindu dengan agama Kristen

Ada kesamaan antara konsep agama Hindu

dengan agama kristen. Apabila dalam agama Hindu

dalam konsep ketuhanan terdapat istilah trimurti

(Brahmana, Wisnu, dan Syiwa), maka dalam agama

kristen terdapat trinitas. Sehingga antara

keduanya terlihat konsep ketuhanan yang sama,

yakni tiga dalam satu.

c. Agama Hindu dengan agama Islam

Dilihat dari segi definsi, agama menurut

ajaran Hindu dapat diartikan sebagai satya

(kebenaran yang absolut), arta (peraturan yang

mengatur hidup namusia), diksa (penyucian), tapa

(semua perbuatan suci), dan brahma (doa atau

mantra). Sehingga agama berarti kepercayaan hidup

pada ajaran-ajaran suci yang diwahyukan oleh Sang

Hyang Widhi yang kekal dan abadi46. Sedangkan

Islam mendefinisikan agama sebagai peraturan

Allah yang diturunkan kepada para nabi-Nya yang

berisi perintah dan larangan yang wajib ditaati

45 Ibid., hlm. 3146 Mujtahid Abdul Manaf, op.cit., hlm. 2

51

oleh umat manusia dan menjadi pedoman hidup agar

selamat dunia dan akhirat47.

Sekilas uraian diatas dapat ditarik

pengertian bahwa antara agama Hindu dengan Islam

terdapat persamaan dalam mendefinisikan agama,

sebab sama-sama berasal dari Tuhan. Perbedaannya

terletak pada doktrin dan ajaran yang dibawanya.

Jika agama Hindu mengajarkan pada sistem

kepercayaan hidup yang dikuatkan oleh ajaran-

ajaran suci. Sedangkan agama Islam lebih

memposisikan sebagai ajaran yang berisi perntah

dan larangan yang harus ditaati oleh umat manusia

agar selamat di dunia dan akhirat.

Selanjutnya, dari konsep ketuhanan. Agama

Hindu meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa, akan

tetapi cara memanifestasikan Tuhan yang dilakukan

oleh umat Hindu lah yang menjadikan Tuhannya

menjadi bermacam-macam. Sehingga matahari, bulan,

bintang, bahkan ular-pun oleh umat Hindu dianggap

Tuhan. Sedangkan agama Islam, Allah adalah satu-

satunya Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu

bagi-Nya, sebagaimana tertuang dalam surat al-

Ikhlas ayat 1 – 448.47 Ibid., hlm. 4.48 Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situs

http://religiku.wordpress.com. Diakses pada tanggal 10 September 2007.

52

Dan yang menjadi perbedaan mendasar antara

agama Hindu dan Islam ialah terlihat pada sistem

tatanan masyarakat. Masyarakat Hindu dikenal akan

pembagian kastanya menjadi empat kasta seperti

yang telah diuraikan di atas. Hal inilah yang

menurut Solihin Salam (1960), yang menimbulkan

kesenjangan di tengah-tengah masyarakat, terutama

golongan bangsawan dengan golongan rendahan

(ksatria dengan sudra), sehingga terjadi

diskriminasi antar golongan. Mereka menginginkan

kehidupan yang mengajarkan persamaan (equality)

dan persaudaraan (fraternity) antara manusia dan

tidak mau dibeda-bedakan. Sistem kemasyarakatan

yang mengajarkan persamaan antar golongan ini

mereka temukan dalam ajaran Islam. Singkatnya,

ajaran Islam tidak membeda-bedakan satu sama

lain, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan

dan ketakwaannya kepada Tuhan49.

49 Solichin Salam, op.cit., hlm. 10-11.53

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga

kini. Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di

dunia setelah agama Kristen dan Islam. Agama Hindu

merupakan percampuran antara kepercayaan dan agama yang

dibawa bangsa Arya dengan kepercayaan bangsa Dravida

atau bangsa asli India.

Asas agama Hindu adalah kepercayaan bangsa Arya

yang telah mengalami perubahan sebagai hasil dari54

percampuran mereka dengan bangsa lain, terutama bangsa

Persi yang sewaktu dalam perjalanan menuju India

Hindu lebih merupakan suatu cara hidup daripada

kumpulan kepercayaan. Agama Hindu memiliki banyak

sekali Tuhan/Dewa. Namun dari sekian banyak Tuhan,

hanya tiga yang terkenal. Ketiga Tuhan tersebut antara

lain Brahmana (Dewa pencipta), Wisnu (Dewa pemelihara),

dan Syiwa (Dewa pembinasa). Tuhan-tuhan atau Dewa-dewa

tersebut lebih dikenal dengan sebutan Trimurti

Kitab suci agama Hindu ialah kitab Weda. Dalam

agama Hindu terbagi menjadi beberapa kasta, yaitu

Brahmana, Ksatria, Waisya dan Syudra

Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan

kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.

Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu.

Kelima keyakinan tersebut, yakni: Widhi Tattwa, Atma

Tattwa, Karmaphala Tattwa, Punarbhava Tattwa, Moksa

Tattwa.

Ritual dalam agama Hindu antara lain:

Sandhyopasana, Upasana, Pùjà,

Samskara, Yajna Maha Panca .

Hari raya dalam agama Hindu antara lain: hari raya

Nyepi, hari raya Galungan, hari raya Kuningan, hari

raya Saraswati.

55

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun

bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat

persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja Brahman

beserta aspek-aspeknya.

Aliran-aliran dalam agama Hindu antara lain:

aliran Wedanta, aliran Samkhya, aliran Yoga.

Kesusastraan dalam agama Hindu antara lain:

Ramayana dan Mahabharata.

Pembaharuan dalam agama Hindu antara lain: agama

Sikh dan agama Brahmana Samaj.

56

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Hasbullah. 1986. Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta:Widjaya.

Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama Bagian 1.Bandung: Citra Aditya Bakti.

Manaf, Mujtahid Abdul. 1994. Sejarah Agama-Agama.Jakarta: Rajawali Press.

Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: MenaraKudus.

Shalaby, Ahmad. 1998. Perbandingan Agama, Agama-Agama Besardi India, terj: Abu Ahmadi. Jakarta: Bumi Aksara.

Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Manusia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Agama Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Bhuwana, Mpu Sri Rastra Jaya. Ritual Hindu Dharma: UpacaraSederhana Menurut Pustaka Suci Weda. Dikutip dari situshttp://ritualagamahindu.blogspot.com. Diakses padatanggal 22 Maret 2012.

Galungan. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Gangga (Hindu). Dikutip dari situshttp://id.wikipedia.org.

57

Hindu dan Islam Ternyata Sama. Dikutip dari situshttp://religiku.wordpress.com. Diakses pada tanggal10 September 2007.

Kuningan (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Nyepi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Samkhya. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Saraswati (Hari Raya). Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Tempat Suci Hindu. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

Varanasi. Dikutip dari situs http://id.wikipedia.org.

58