Upload
ftunissula
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
GANGREN PULPA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Kodya Semarang
Dosen Pembimbing
Drg.N. Windarti
Oleh :
Emy Novita Sari
012085645
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Nama / NIM : Emy Novita Sari. / 01.208.5645
Universitas : Islam Sultan Agung
Fakultas : Kedokteran Umum
Tingkat : Program pendidikan Profesi Dokter
Diajukan : 23 Desember 2013
Bagian : Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Pembimbing : drg. N. Windarti
Telah diperiksa dan disetujui
tanggal : ...............................
Mengetahui,
Ketua SMF
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
RSUD Kota Semarang Pembimbing
d rg. Setyo Hastuti d rg. N.
Windarti
DAFTAR ISI
Halaman
judul .................................................................
............................................... 1
Halaman
Pengesahan ............................................................
......................................... 2
Daftar
Isi ...................................................................
..................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................
.................................. 4
BAB II DESKRIPSI
KASUS .................................................................
....................... 6
BAB III
PEMBAHASAN ............................................................
................................. 10
BAB IV
KESIMPULAN ............................................................
.................................... 17
DAFTAR
PUSTAKA ...............................................................
..................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya masyarakat sekarang enggan untuk menjaga
kesehatan giginya apalagi untuk memeriksakan kesehatan giginya
ke dokter gigi. Karena memang tidak dibiasakan dari kecil atau
minimnya pengetahuan mereka tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Padahal kesehatan gigi dan mulut
sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.
Salah satu masalah kesehatan mulut yang sering diabaikan
olah masyarakat adalah gigi berlubang atau karies. Masyarakat
akan datang ke dokter gigi jika sudah mengeluh bahwa giginya
goyang atau sakit. Padahal hal tersebut merupakan kerusakan
yang paling parah terjadi,sehingga gigi seringkali sudah tidak
bisa dipertahankan.Kasus karies berhubungan erat dengan
rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga oral hygiene. Di
poliklinik sering dijumpai pasien dengan oral hygiene yang
buruk dimana banyak terdapat karies gigi, kalkulus, dan
debris.
Gangren Pulpa Adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah
mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan
rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi
semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-
sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen
sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses
terjadinya gangrene pulpa diawali oleh proses karies. Karies
dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin
dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme)
dalam dental plak.
Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4
faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan
permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene pulpa dimulai
dengan adanya karies yang mengenai email (karies
superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih
dari 1mm. selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada
dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang
spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau
makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan
dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies
pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis
terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis terjadi
peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan
pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika
proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam
(karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangrene
pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang
perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses
pembusukan dari toksin kuman.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITANama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Alamat : Klipang Q No 81
Pekerjaan : -
No. CM : 204687
Tanggal diperiksa : 19 Desember 2013
II. KELUHAN SUBJEKTIFAnamnesa
1. Motivasi Datang : Pasien ingin gigi geraham
kanan bawah dicabut
2. Keluhan Utama : Gigi berubang
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli gigi dan mulut RSUD Semarang dengan
keluhan gigi berlubang sejak ±2 tahun yang lalu di gigi
geraham kanan bawah. Pasien sudah tidak merasakan adanya
keluhan pada gigi berlubang tersebut. Gigi pasien belum
pernah ditambal sebelumnya. Pasien tidak sedang dalam
perawatan atau pengobatan. Pasien ingin gigi yang
bersangkutan dicabut.
4. Riwayat Penyakit Lain
Gigi dan Mulut : Gigi geraham kanan dan kiri atas
pernah terasa sakit dan terlihat
berlubang, tetapi belum pernah dilakukan
perawatan.
Sistemik : Riwayat alergi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat Hipertensi diakui,jarang
kontrol
III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Gizi : Baik
Lain-lain : 160/110 mmHg
2. Extra Oral
Pipi : nyeri tekan (-/-),
nyeri ketuk (-/-)
Bibir : tak ada kelainan
Wajah : tak ada kelainan
Kelenjar limfe submandibula
Kanan : tidak ada pembengkakan
Kiri : tidak ada pembengkakan
3. Intra Oral
a) Jaringan Lunak
1. Mukosa : tak ada kelainan
2. Lidah : tak ada kelainan
3. Gingiva : tak ada kelainan
4. Palatum : tak ada kelainan
b) Jaringan Keras
1. Tulang rahang / alveolar : tak ada kelainan
2. Gigi Geligi
a. 4.8 2.8 1.8
- Inspeksi : caries (+), kalkulus (+)
- Sondage : profunda, nyeri -
- Perkusi : nyeri (-)
- Tekanan : nyeri (-)
- Palpasi : luksasi (-)
- Thermal test : nyeri (-)
b. Kalculus rahang bawah
IV. ORAL HYGIENE
Sedang
V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA
4.8 2.8 1.8 Gangren pulpa
VI. DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT LAINNYA
Kalculus rahang bawah
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
Pemeriksaan Foto panoramik tidak dilakukan
VIII. RENCANA TERAPI
Pro Ekstraksi pada Gangren Pulpa
Pro scalling pada calculus rahang bawah
Konsul Bagian penyakit dalam
IX. TERAPI
Belum dilakukan terapi pada pasien ini
XI. NOMENKLATUR WHO
Keterangan :
X : Missing dentis
O : belum tumbuh
Gp : Gangren Pulpa
Kalkulus : Kalkulus Rahang Bawah
GP
GP 55 54 53 52 51 61 62 6364 65 GP
18 17 16 15 14 13 12 11 21 2223 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
GP 83 84 83 82 81 71 72 7374 75
BAB III
PEMBAHASAN
A. GANGREN PULPA
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa
sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat
menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak
menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang
pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi
antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses
terjadinya gangrene pulpa diawali oleh proses karies. Karies
dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin
dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme)
dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk
apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun
faktor-faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan,
kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangrene
pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies
superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih
dari 1mm. selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada
dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang
spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau
makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan
dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies
pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis
terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis terjadi
peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan
pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika
proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam
(karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangrene
pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang
perforasi tersebut tercium bau busuk akibat dari proses
pembusukan dari toksin kuman.
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan
umumnya bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan
pembentukan kalkulus; pelekatan kalkulus dimulai dengan
pembentukan plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus
supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh
plak gigi.
Kalkulus merupakan suatu endapan amorfatau kristal lunak
yang terbentuk pada gigi atau protesa dan membentuk lapisan
konsentris. Kalkulus disebut juga "tartar" merupakan endapan
keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi
mahkota dan akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus
juga terdapat pada gigi tiruan dan restorasi gigi dan hanya
bisa hilang dengan tindakan skelingsaliva meningkat sehingga
larutan menjadi jenuh.
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva
bersinggungan dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan
keluar dari saliva, sehingga mengurangi stabilitas larutannya
dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati
atau bakteri. Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat
saliva sehingga terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses
hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan
kalsium membentuk kalsium fosfat.
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva
akan membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion
kalsium dan fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksi
apatit dan berfungsi sebagai benih kristal kalsium fosfat dari
saliva jenuh.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya
terhadap gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan
kalkulus subgingival. Kalkulus supragingival terletak di atas
margin gingiva, dapat terlihat langsung di dalam mulut,
warnanya putih kekuning-kuningan dan distribusinya dipengaruhi
oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus subgingival terletak
di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung di dalam
mulut, dan warnanya kehitaman. Endapan kalkulus supragingival
terbanyak adalah pada permukaan bukal gigi molar pertama
maksila, dan pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan
kedua mandibula Endapan kalkulus subgingival paling banyak
terdapat pada gigi insisivus pertama dan kedua mandibula,
diikuti oleh gigi molar pertama maksila, kemudian gigi-gigi
anterior maksila.
B. GEJALA KLINIK
Gejala yang didapat dari pulpa yang gangrene bisa terjadi
tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan
warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau
keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut juga gigi non
vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi
pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada
lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan
memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau makan benda
yang panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa
tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang
masih vital.
C. DIAGNOSIS DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif
(extra oral dan intra oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis,
secara objektif didapatkan :
1. Karies profunda (+)
2. Pemeriksaan sonde (-)
Dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan beberapa
kali kedalamkaries, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan
sakit
3. Pemeriksaan perkusi (-)
Dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat, diketuk-
ketuk kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak
merasakan sakit
4. Pemeriksaan penciuman
Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada
gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan
tercium bau busuk dari mulut pasien
5. Pemeriksaan foto rontgen
Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat
juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan
periodontium memperlihatkan penebalan.
D. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Periodontitis merupakan komplikasi dari karies profunda
non vitalis atau gangrene pulpa, dimana pada pemeriksaan
klinis ditemukan gigi non vital, sondase (-) , dan perkusi
(+).
Gangren pulpa dengan Periodontitis
Pemeriksaan sonde (-)
Pemeriksaan sonde (-)
Pemeriksaan perkusi (-)
Pemeriksaan perkusi (+)
Reaksi panas/dingin (-)
Pemeriksaan panas/dingin (-)
Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa
dilakukan beberapa pengujian :
Diberi Rangsang Dingin
Rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat. Pulpa
dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan
menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah
dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan, maka
pulpa tidak dapaty dipertahankan
Penguji Pulpa Elektrik
Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih
hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika
penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berarti
pulpa masih hidup
Mengetuk Gigi Dengan Sebuah Alat
Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan
telah menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya
Rontgen Gigi
Dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan
menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan
pengeroposan tulang disekitar akar gigi.
E.TERAPI
Tindakan yang dilakukan pada gangrene pulpa yaitu
ekstraksi pada gigi yang sakit, karena pada kondisi ini gigi
akan menjadi non-vital (gigi mati) sehingga akan menjadi
sumber infeksi (fokal infeksi)
konservasi gigi
Pembuangan jaringan karies.
Pembukaan atap pulpa.
Sterilisasi cavitas.
Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM,
chresophene / rockle )
Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali dengan mengganti
obat dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa
sakit kalau gigi diperkusi, penggantian obat dilakukan
lagi berulang-ulang sampai tidak ada rasa sakit lagi
ketika gigi diperkusi.
F.KOMPLIKASI
1. Infeksi Lokal
a. Periodontitis
b. abses periapikal
c. kista radikuler
2. Infeksi sistemik
a. Sinusitis
b. osteomyelitis rahang
c. meningitis
G. Hubungan Gangren Pulpa dengan Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang
selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan anerisma arterial, dan
merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Pengaruh hipertensi terhadap ekstraksi gigi
Penderita hipertensi yang masuk dalam stage I dan stage II masih
memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena
resiko perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih
dapat terkontrol. Pada penderita hipertensi dengan stage II
sebaiknya di rujuk terlebih dahulu ke bagian penyakit dalam agar
pasien dapat dipersiapkan sebelum tindakan.
Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi penderita
hipertensi, antara lain:
1. Resiko akibat anestesi lokal pada penderita hipertensi Larutan
anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah
lidokain yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000
dalam setia cc larutan. Konsentrasi adrenalin tersebut dapat
dikatakan relatif rendah, bila dibandingkan dengan jumlah
adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh saat terjadi stres
atau timbul rasa nyeri aibat tindakan invasif. Tetapi bila
terjadi injeksi intravaskular maka akan menimbulkan efek yang
berbahaya karena dosis adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi.
Masuknya adrenalin ke dalam pembuluh darah bisa menimbulkan
takikardi, sroke volume meningkat, sehingga tekanan darah menjadi
tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya ischeia otot jantung
yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa berakibat fatal
yaitu infark myocardium. Adrenalin masih dapat digunakan pada
penderita hipertensi asal kandungannya tidak lebih atau sama
dengan 1:200.000. Dapat juga digunakan obat anestesi lokal yang
lain, yaitu Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi tersebut
mepivacaine telah mempunyai efek vasokonstriksi ringan, sehingga
tidak perlu lagi diberikan campuran vasokonstriktor. Bila
anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,
pembuluh darah kana menyempit
menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan. Penting juga ditanyakan
kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti
obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan
lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
2. Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi
Hipertensi mungkin disebabkan oleh (a) peningkatan volume cairan
ekstraselular (ECV) dan akibatnya curah jantung meningkat
(hipertensi volume) atau (b) peningkatan pada resistensi perifer
(hipertensi resistensi). Pada hipertensi terjadi peningkatan
curah jantung disebabkan oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung yang menyebabkan peningkatan aliran balik vena sehingga
meningkatkan volume sekuncup. Peningkatan volume sekuncup
tersebuh berpengaruh terhadap tekanan arteri besar maupun tekanan
arteri-arteri kecil termasuk diantaranya arteri alveolaris yang
memperdarahi gigi. Akibar pencabutan gigi pada pasien hipertensi
adalah terjadinya perlukaan dan timbul perdarahan yang sulit
dihentikan karena adanya tekanan yang tinggi pada pembuluh darah
gigi setelah tindakan pencabutan gigi selesai.
BAB IV
KESIMPULAN
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah
mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan
rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin
banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa
yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel
sebagian besar pulpa yang masih hidup. Gangren pulpa bisa
mengakibatkan infeksi lokal maupun sistemik. Pada infeksi lokal
dapat menyebabkan periodontitis, abses periapikal, dan kista
radikulersedangkan pada infeksi sistemik dapat menyebabkan
sinusitis, osteomyelitis rahang dan meningitis. Kasusini
berhubungan erat dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga oral hygiene. Maka dari itu masyarakat harus mengerti
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Terapi ekstraksi Gangren Pulpa pada pasien Hipertensi perlu
diperhatikan. Karena akibat pencabutan gigi pada pasien
hipertensi adalah terjadinya perlukaan dan timbul perdarahan yang
sulit dihentikan karena adanya tekanan yang tinggi pada pembuluh
darah gigi setelah tindakan pencabutan gigi selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penyakit gigi dan mulut, bursa buku senat mahasiswa fakultas
kedokteran UNDIP, Semarang, 2007
2. Prosedur tetap pelayanan medis penyakit gigi dan mulut,
RS.DR.Kariadi/ Fakultas kedokteran UNDIP, Semarang, 1993
3. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC.