Upload
unri
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN ILMIAH
A. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMATAN
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan
kunjungan balasan Civitas Akademika FKIP PGSD
Universitas Riau di Bengkulu tanggal 15-18 Desember
2014.
B. CATATAN ILMIAH
Pada tanggal 15 Desember 2014, rombongan kami
berangkat dari Pekanbaru menuju Bengkulu. Di sepanjang
perjalanan, kami banyak melihat keanekaragaman hayati
yang dapat kami rangkum diantaranya :
1. Di sepanjang jalan yang kami lalui di Kampar, Taluk
Kuantan, banyak terdapat pohon-pohon besar termasuk
diantaranya populasi pohon karet. Selain itu, juga
terdapat populasi paku-pakuan seperti paku Pteridium
aquilinum, Polypodium vulgare, paku sarang burung (Asplenium
nidus), paku sisik naga (Pyrosia nummularifolia) yang
banyak menempel pada pohon-pohon besar. Paku-paku an
tersebut tumbuh subur dan membentuk populasi.
2. Ketika di Sumatra Barat, kami dari balik kaca mobil
melihat deretan bukit yang hijau karena pohon-pohon
besar di hutan. Sebagian lahan dikelola penduduk
sehingga terdapat ekosistem buatan yaitu sawah.
Sebagaimana yang telah di pelajari, ekosistem buatan
adalah ekosistem yang dibuat manusia untuk memenuhi
1
kebutuhan hidupnya. Namun, sayangnya sesampainya di
Jambi, waktu itu hari sudah malam.
Ekosistem buatan berupa sawah di Sumatra Barat.
Rombongan kami tiba di Bengkulu sekitar jam 5.00
WIB dini hari pada tanggal 16 Desember 2014. Kami
melaksanakan kunjungan di kampus PGSD FKIP Universitas
Bengkulu sekitar 08.00 WIB sampai sekitar pukul 12.30
WIB.
Beberapa hal yang dapat kami rangkum sebagai catatan
ilmiah selama di kampus PGSD universitas bengkulu
tersebut adalah :
1. Halaman kampus universitas bengkulu di tata
sedemikian rupa sehingga nampak menjadi lingkungan
yang asri. Dokumentasinya sebagai berikut :
2
Dari beberapa gambar tersebut dapat dilihat, FKIP
PGSD Universitas Bengkulu mengelola taman di depan
kelas. Menurut salah satu mahasiswi FKIP PGSD yang kami
konfirmasi mengenai tersebut mengatakan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup memang dibudidayakan
sesuai dengan mata kuliah “Pendidikan Lingkungan
Hidup”. Apabila telah selesai waktu pembelajaran mata
4
kuliahnya, maka yang bertanggung jawab atas perawatan
taman adalah kelas.”
Beberapa jenis tumbuhan yang di tanam di taman
tersebut merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi
di mata kita. Namun, karena manajemen pengelolaan yang
baik sehingga tanaman tersebut cukup menarik. Beberapa
tumbuhan tersebut yang kami rangkum dalam dokumentasi
yaitu sebagai berikut:
5
2. Terdapat juga beberapa jenis paku-pakuan yang
menempel pada tumbuhan, seperti paku simbar pedang
(Microsorum fortunei), paku sisik naga (Drymoglossum
piloselloides).
6
Hal yang paling mengesankan adalah kunjungan rombongan
ke hutan Bengkulu untuk melihat Bunga Raflessia pada
tanggal 17 Desember 2014.
7
Gambar tersebut menunjukkan hutan Bengkulu yang
terletak di daerah perbukitan. Hutan tersebut
didominasi oleh pohon-pohon besar yang jenisnya
beragam. Yang uniknya lagi, dari balik kaca mobil kami
melihat banyak sekali tumbuh paku-pakuan subur yang
ukurannya hingga mncapai beberapa meter dan tumbuh di
tanah. Paku-pakuan tersebut diantaranya, paku sarang
burung (Asplenium nidus), paku kikir (Tectaria crenata), paku
kidang (Dicksonia sp.), dsb.
Pengamatan Terhadap Bunga Raflessia arnoldi
Pengamatan ini dilakukan di hutan cagar alam di
Bengkulu sekitar pukul 13.30 sampai 15.00 WIB pada
tanggal 17 Desember 2014. Bunga ini berasal dari
Bengkulu pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis
Bengkulu (Sumatera) sehingga Bengkulu dikenal di dunia
sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia.
Tumbuhan tersebut termasuk tumbuhan langka yang
dilindungi oleh undang-undang. Raflessia hidup sebagai
parasit pada akar tumbuhan lain. Tubuh menyembul diatas
permukaan tanah adalah bunga, sedangkan bagian tubuh
lain tertanam di akar yang tertutup tanah. benang-
benang akarnya masuk ke dalam jaringan akar tumbuhan
lain. Dari jaringan itulah Raflessia menyerap zat yang
diperlukannya untuk kelangsungan hidupnya. Simbiosis
ini dinamakan simboisis parasitisme.
8
Klasifikasi Bunga
Rafflesia arnoldi
Kingdom: Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Genus : Rafflesia
Spesies : Rafflesia arnoldi
Ciri ciri khusus Bunga Raflesia
1) Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun
daun.
2) Bunga Raflesia arnoldi memiliki 5 mahkota.
3) Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat bunga
sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga.
4) Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam
satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu
oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu
dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu
bersamaan di tempat yang berdekatan.
5) Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9
bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah
itu rafflesia akan layu dan mati.
9
6) Rafflesia arnoldi merupakan tumbuhan parasit obligat yang
tumbuh pada batang liana (tumbuhan merambat) dari
genus Tetrastigma.
Deskripsi Morfologis
a) Rafflesia arnoldi yang memiliki bunga yang melebar dengan
lima mahkota bunga. Bunga menjadi satu – satunya
bagian tumbuhan yang terlihat dari Rafflesia arnoldi,
karena tidak adanya akar, daun dan batang. Satu
bunga terdiri dari lima kelopak kasar yang berwarna
oren dan berbintik-bintik dengan krim berwarna
putih. Pada saat bunga mekar, diameternya dapat
mencapai 70 hingga 110 cm dengan tinggi mencapai 50
cm dan berat hingga 11 kg.
b) Rafflesia arnoldi memiliki organ reproduksi, yaitu benang
sari dan putik, dalam satu rumah yang terdapat di
bagian tengah dasar bunga yang berbentuk melengkung
seperti gentong. Proses penyerbukan pada bunga
raflesia dibantu oleh serangga yang tertarik pada
bau bunga yang menyengat. Kuncup-kuncup bunga
terbentuk di sepanjang sela-sela batang dengan masa
pertumbuhan bunga dapat memakan waktu sampai 9 bulan
dan masa mekar sekitar 5-7 hari, kemudian bunga
raflesia akan layu dan mati.
c) Sampai saat ini Rafflesia arnoldi tidak pernah berhasil
dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila
10
akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut
mati. Oleh karena itu Rafflesia membutuhkan habitat
hutan primer untuk dapat bertahan hidup
d) Spesies Raflesia yang lainnya juga memiliki inang
yang sama. Rafflesia arnoldi pertama kali ditemukan pada
tahun 1818 di Bengkulu oleh seorang pemandu yang
bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti
ekspedisi Thomas Stanford Raffles, sehingga tumbuhan
ini diberi nama sesuai sejarah penemunya yakni
penggabungan antara Raffles dan Arnold.
e) Rafflesia arnoldi tidak memiliki daun sehingga tidak
mampu melakukan fotosintesis sendiri dan mengambil
nutrisi dari pohon inangnya. Bentuk yang terlihat
dari bunga Raflesia ini hanya bunganya saja yang
berkembang dalam kurun waktu tertentu. Keberadaannya
seakan tersembunyi selama berbulan-bulan di dalam
tubuh inangnya hingga akhirnya tumbuh bunga yang
hanya mekar seminggu. Bunga Raflesia adalah
identitas provinsi Bengkulu dan sebagai salah satu
puspa langka dari tiga bunga nasional Indonesia
mendampingi puspa bangsa (melati putih atau Jasminum
sambac) dan puspa pesona (anggrek bulan atau
Phalaenopsis amabilis) berdasarkan Kepres No 4 Tahun
1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional.
11
Ekologi dan habitat
Persebaran dan habitat raflesia tersebar di hutan
pegunungan. Beberapa lokasi yang sering ditemui tumbuh
bunga Rafflesia arnoldi antara lain di Taman Nasional
Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Pusat Pelatihan Gajah Seblat di kabupaten Bengkulu
Utara, dan Padang Guci Kabupaten Kaur, Bengkulu. Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan sendiri telah ditetapkan
sebagai pusat konservasi tumbuhan ini. Hingga saat ini
bunga raflesia belum berhasil dikembangbiakkan di luar
habitat aslinya.
Tingginya laju deforestasi, kebakaran hutan,
serta makin menurunnya luas hutan alam Sumatera menjadi
ancaman serius bagi kelestarian Rafflesia arnoldi. Selain
itu, ancaman juga datang dari masyarakat yang merusak
dan mengambil putik bunga raflesia untuk dimanfaatkan
sebagai obat tradisional.
Upaya WWF dalam Konservasi Habitat
Meskipun tidak secara langsung melakukan
konservasi terhadap Rafflessia arnoldi, upaya konservasi
habitat yang dilakukan WWF Indonesia di Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan (TNBBS ) di Lampung dan Bengkulu,
diharapkan dapat mendukung kelestarian fauna langka
ini. Bekerjasama dengan berbagai mitra terkait, WWF
juga terus membangun kesadaran dan kepedulian
12