13
LAPORAN ILMIAH A. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMATAN Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan kunjungan balasan Civitas Akademika FKIP PGSD Universitas Riau di Bengkulu tanggal 15-18 Desember 2014. B. CATATAN ILMIAH Pada tanggal 15 Desember 2014, rombongan kami berangkat dari Pekanbaru menuju Bengkulu. Di sepanjang perjalanan, kami banyak melihat keanekaragaman hayati yang dapat kami rangkum diantaranya : 1. Di sepanjang jalan yang kami lalui di Kampar, Taluk Kuantan, banyak terdapat pohon-pohon besar termasuk diantaranya populasi pohon karet. Selain itu, juga terdapat populasi paku-pakuan seperti paku Pteridium aquilinum, Polypodium vulgare, paku sarang burung (Asplenium nidus), paku sisik naga (Pyrosia nummularifolia) yang banyak menempel pada pohon-pohon besar. Paku-paku an tersebut tumbuh subur dan membentuk populasi. 2. Ketika di Sumatra Barat, kami dari balik kaca mobil melihat deretan bukit yang hijau karena pohon-pohon besar di hutan. Sebagian lahan dikelola penduduk sehingga terdapat ekosistem buatan yaitu sawah. Sebagaimana yang telah di pelajari, ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibuat manusia untuk memenuhi 1

LAPORAN ILMIAH BIOLOGI DI BENGKULU (FKIP PGSD UR)

  • Upload
    unri

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN ILMIAH

A. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMATAN

Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan

kunjungan balasan Civitas Akademika FKIP PGSD

Universitas Riau di Bengkulu tanggal 15-18 Desember

2014.

B. CATATAN ILMIAH

Pada tanggal 15 Desember 2014, rombongan kami

berangkat dari Pekanbaru menuju Bengkulu. Di sepanjang

perjalanan, kami banyak melihat keanekaragaman hayati

yang dapat kami rangkum diantaranya :

1. Di sepanjang jalan yang kami lalui di Kampar, Taluk

Kuantan, banyak terdapat pohon-pohon besar termasuk

diantaranya populasi pohon karet. Selain itu, juga

terdapat populasi paku-pakuan seperti paku Pteridium

aquilinum, Polypodium vulgare, paku sarang burung (Asplenium

nidus), paku sisik naga (Pyrosia nummularifolia) yang

banyak menempel pada pohon-pohon besar. Paku-paku an

tersebut tumbuh subur dan membentuk populasi.

2. Ketika di Sumatra Barat, kami dari balik kaca mobil

melihat deretan bukit yang hijau karena pohon-pohon

besar di hutan. Sebagian lahan dikelola penduduk

sehingga terdapat ekosistem buatan yaitu sawah.

Sebagaimana yang telah di pelajari, ekosistem buatan

adalah ekosistem yang dibuat manusia untuk memenuhi

1

kebutuhan hidupnya. Namun, sayangnya sesampainya di

Jambi, waktu itu hari sudah malam.

Ekosistem buatan berupa sawah di Sumatra Barat.

Rombongan kami tiba di Bengkulu sekitar jam 5.00

WIB dini hari pada tanggal 16 Desember 2014. Kami

melaksanakan kunjungan di kampus PGSD FKIP Universitas

Bengkulu sekitar 08.00 WIB sampai sekitar pukul 12.30

WIB.

Beberapa hal yang dapat kami rangkum sebagai catatan

ilmiah selama di kampus PGSD universitas bengkulu

tersebut adalah :

1. Halaman kampus universitas bengkulu di tata

sedemikian rupa sehingga nampak menjadi lingkungan

yang asri. Dokumentasinya sebagai berikut :

2

3

Dari beberapa gambar tersebut dapat dilihat, FKIP

PGSD Universitas Bengkulu mengelola taman di depan

kelas. Menurut salah satu mahasiswi FKIP PGSD yang kami

konfirmasi mengenai tersebut mengatakan bahwa

pengelolaan lingkungan hidup memang dibudidayakan

sesuai dengan mata kuliah “Pendidikan Lingkungan

Hidup”. Apabila telah selesai waktu pembelajaran mata

4

kuliahnya, maka yang bertanggung jawab atas perawatan

taman adalah kelas.”

Beberapa jenis tumbuhan yang di tanam di taman

tersebut merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi

di mata kita. Namun, karena manajemen pengelolaan yang

baik sehingga tanaman tersebut cukup menarik. Beberapa

tumbuhan tersebut yang kami rangkum dalam dokumentasi

yaitu sebagai berikut:

5

2. Terdapat juga beberapa jenis paku-pakuan yang

menempel pada tumbuhan, seperti paku simbar pedang

(Microsorum fortunei), paku sisik naga (Drymoglossum

piloselloides).

6

Hal yang paling mengesankan adalah kunjungan rombongan

ke hutan Bengkulu untuk melihat Bunga Raflessia pada

tanggal 17 Desember 2014.

7

Gambar tersebut menunjukkan hutan Bengkulu yang

terletak di daerah perbukitan. Hutan tersebut

didominasi oleh pohon-pohon besar yang jenisnya

beragam. Yang uniknya lagi, dari balik kaca mobil kami

melihat banyak sekali tumbuh paku-pakuan subur yang

ukurannya hingga mncapai beberapa meter dan tumbuh di

tanah. Paku-pakuan tersebut diantaranya, paku sarang

burung (Asplenium nidus), paku kikir (Tectaria crenata), paku

kidang (Dicksonia sp.), dsb.

Pengamatan Terhadap Bunga Raflessia arnoldi

Pengamatan ini dilakukan di hutan cagar alam di

Bengkulu sekitar pukul 13.30 sampai 15.00 WIB pada

tanggal 17 Desember 2014. Bunga ini berasal dari

Bengkulu pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis

Bengkulu (Sumatera) sehingga Bengkulu dikenal di dunia

sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia.

Tumbuhan tersebut termasuk tumbuhan langka yang

dilindungi oleh undang-undang. Raflessia hidup sebagai

parasit pada akar tumbuhan lain. Tubuh menyembul diatas

permukaan tanah adalah bunga, sedangkan bagian tubuh

lain tertanam di akar yang tertutup tanah. benang-

benang akarnya masuk ke dalam jaringan akar tumbuhan

lain. Dari jaringan itulah Raflessia menyerap zat yang

diperlukannya untuk kelangsungan hidupnya. Simbiosis

ini dinamakan simboisis parasitisme.

8

Klasifikasi Bunga

Rafflesia arnoldi

Kingdom: Plantae

Divisi :

Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Genus : Rafflesia

Spesies : Rafflesia arnoldi

Ciri ciri khusus  Bunga Raflesia

1) Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun

daun.

2) Bunga Raflesia arnoldi memiliki 5 mahkota.

3) Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat bunga

sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga.

4) Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam

satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu

oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu

dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu

bersamaan di tempat yang berdekatan.

5) Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9

bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah

itu rafflesia akan layu dan mati.

9

6) Rafflesia arnoldi merupakan tumbuhan parasit obligat yang

tumbuh pada batang liana (tumbuhan merambat) dari

genus Tetrastigma.

Deskripsi Morfologis

a) Rafflesia arnoldi yang memiliki bunga yang melebar dengan

lima mahkota bunga.  Bunga menjadi satu – satunya

bagian tumbuhan yang terlihat dari Rafflesia arnoldi,

karena tidak adanya akar, daun dan batang. Satu

bunga terdiri dari lima kelopak kasar yang berwarna

oren dan berbintik-bintik dengan krim berwarna

putih. Pada saat bunga mekar, diameternya dapat

mencapai 70 hingga 110 cm dengan tinggi mencapai 50

cm dan berat hingga 11 kg.

b) Rafflesia arnoldi memiliki organ reproduksi, yaitu benang

sari dan putik, dalam satu rumah yang terdapat di

bagian tengah dasar bunga yang berbentuk melengkung

seperti gentong. Proses penyerbukan pada bunga

raflesia dibantu oleh serangga yang tertarik pada

bau bunga yang menyengat.  Kuncup-kuncup bunga

terbentuk di sepanjang sela-sela batang dengan masa

pertumbuhan bunga dapat memakan waktu sampai 9 bulan

dan masa mekar sekitar 5-7 hari, kemudian bunga

raflesia akan layu dan mati.

c) Sampai saat ini Rafflesia arnoldi tidak pernah berhasil

dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila

10

akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut

mati. Oleh karena itu Rafflesia membutuhkan habitat

hutan primer untuk dapat bertahan hidup

d) Spesies Raflesia yang lainnya juga memiliki inang

yang sama. Rafflesia arnoldi pertama kali ditemukan pada

tahun 1818 di Bengkulu oleh seorang pemandu yang

bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti

ekspedisi Thomas Stanford Raffles, sehingga tumbuhan

ini diberi nama sesuai sejarah penemunya yakni

penggabungan antara Raffles dan Arnold.

e) Rafflesia arnoldi tidak memiliki daun sehingga tidak

mampu melakukan fotosintesis sendiri dan mengambil

nutrisi dari pohon inangnya. Bentuk yang terlihat

dari bunga Raflesia ini hanya bunganya saja yang

berkembang dalam kurun waktu tertentu. Keberadaannya

seakan tersembunyi selama berbulan-bulan di dalam

tubuh inangnya hingga akhirnya tumbuh bunga yang

hanya mekar seminggu. Bunga Raflesia adalah

identitas provinsi Bengkulu dan sebagai salah satu

puspa langka dari tiga bunga nasional Indonesia

mendampingi puspa bangsa (melati putih atau Jasminum

sambac) dan puspa pesona (anggrek bulan atau

Phalaenopsis amabilis) berdasarkan Kepres No 4 Tahun

1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional.

11

Ekologi dan habitat

Persebaran dan habitat raflesia tersebar di hutan

pegunungan. Beberapa lokasi yang sering ditemui tumbuh

bunga Rafflesia arnoldi antara lain di Taman Nasional

Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,

Pusat Pelatihan Gajah Seblat di kabupaten Bengkulu

Utara, dan Padang Guci Kabupaten Kaur, Bengkulu. Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan sendiri telah ditetapkan

sebagai pusat konservasi tumbuhan ini. Hingga saat ini

bunga raflesia belum berhasil dikembangbiakkan di luar

habitat aslinya.

Tingginya laju deforestasi, kebakaran hutan,

serta makin menurunnya luas hutan alam Sumatera menjadi

ancaman serius bagi kelestarian Rafflesia arnoldi. Selain

itu, ancaman juga datang dari masyarakat yang merusak

dan mengambil putik bunga raflesia untuk   dimanfaatkan

sebagai obat tradisional.

Upaya WWF dalam Konservasi Habitat

Meskipun tidak secara langsung melakukan

konservasi terhadap Rafflessia arnoldi, upaya konservasi

habitat yang dilakukan WWF Indonesia di Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS ) di Lampung dan Bengkulu,

diharapkan dapat mendukung kelestarian fauna langka

ini. Bekerjasama  dengan berbagai mitra terkait, WWF

juga terus membangun kesadaran dan kepedulian

12

masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tumbuhan 

khas Indonesia.

Foto Penulis Laporan Ilmiah dan bunga Rafflesia arnoldi

Misriati (sebelah kiri) dan Dendi Juwika (sebelahkanan)

13