17
KONSONAN GEMINAT DIAKRONIS DALAM BAHASA MADURA* Oleh : Misrita** Abstract The paper deals with the geminate consonants in Madurese an observation from the diachronic perspektive. The main issues discussed were the geminate consonants in Proto Malayo-Javanic comparatively analyzed by reflecting them toward Madurese. The result of the analysis shows that many geminate consonants in Madurese being inherited directly from Proto Malayo-Javanic. The retention of geminate consonants from PMJ toward the Madurese, is as an evidence that the Madurese is a language which is exlusive among other related language in Malay subgroup. Penutur dan bahasa Madura sampai saat ini masih cukup menyita perhatian khalayak umum maupun para ahli bahasa. Karakter khas yang dimiliki bahasa Madura terletak pada unsur fonologis, morfologis, leksikon, maupun sintaksisnya. Namun dalam penelitian ini akan coba digali aspek fonologis melalui pendekatan diakronis. Melalui pendekatan diakronis unsur fonologis yang akan dilihat adalah unsur konsonan geminat yang cukup dominan dalam bahasa Madura, sebagai ciri penutur Madura yang unik. 1. Pendahuluan Pengelompokkan bahasa Madura diantara bahasa-bahasa Austronesia pertama kali dilakukan oleh Salzner (1960). Berdasarkan hanya pada penelitian-penelitian terdahulu Salzner mengelompokkan bahasa Madura sebagai anggota * Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 1 ** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

KONSONAN GEMINAT DIAKRONIS DALAM BAHASA MADURA

Embed Size (px)

Citation preview

KONSONAN GEMINAT DIAKRONIS DALAM BAHASA MADURA*

Oleh : Misrita**

AbstractThe paper deals with the geminate consonants inMadurese an observation from the diachronicperspektive. The main issues discussed were thegeminate consonants in Proto Malayo-Javaniccomparatively analyzed by reflecting them towardMadurese. The result of the analysis shows thatmany geminate consonants in Madurese beinginherited directly from Proto Malayo-Javanic. Theretention of geminate consonants from PMJ towardthe Madurese, is as an evidence that the Madureseis a language which is exlusive among otherrelated language in Malay subgroup.

Penutur dan bahasa Madura sampai saat ini masih cukupmenyita perhatian khalayak umum maupun para ahli bahasa.Karakter khas yang dimiliki bahasa Madura terletak padaunsur fonologis, morfologis, leksikon, maupun sintaksisnya.Namun dalam penelitian ini akan coba digali aspek fonologismelalui pendekatan diakronis. Melalui pendekatan diakronisunsur fonologis yang akan dilihat adalah unsur konsonangeminat yang cukup dominan dalam bahasa Madura, sebagai ciripenutur Madura yang unik.

1. Pendahuluan

Pengelompokkan bahasa Madura diantara bahasa-bahasaAustronesia pertama kali dilakukan oleh Salzner (1960).Berdasarkan hanya pada penelitian-penelitian terdahuluSalzner mengelompokkan bahasa Madura sebagai anggota

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 1

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

kelompok bahasa Jawa bersama-sama dengan bahasa Sunda1.Selanjutnya, penelitian yang lebih tinggi dilakukan olehDyen (1965:26) dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan 196kosakata dasar dan berhasil merumuskan salah satusubkelompok penting dalam kelompok bahasa-bahasa Austronesiaitu dengan sebutan Javo-Sumatra Hesion (Gugus Jawa-Sumatra).Lebih jelasnya anggota subkelompok Javo-Sumatra Hesion iniadalah : Madura, Aceh, Lampung, Sunda dan Jawa. SebenarnyaStevens (1966) telah mencoba untuk melihat refleks bahasaMadura dengan Proto yang lebih tinggi yaitu Proto MalayoPolinesia, namun hasil kajian ini tidak terlalu banyakterekspose.

Berdasarkan anjuran Dyen kemudian Nothofer(1975,1985,1988) meneliti subkelompok gugus Jawa-Sumatrasecara terinci menggunakan data yang lebih banyak dan tidakhanya menggunakan metode kuantitatif tetapi juga melakukankajian kualitatif. Kemudian subkelompok gugus Jawa-Sumatraini disebut oleh Nothofer sebagai subkelompok Melayu Jawa(Malayo-Javanic). Subkelompok ini meliputi bahasa Jawa, Sunda,Madura yang disebutnya sebagai kelompok “mirip Melayu”(atau Malayic). Hasil kajian Nothofer (1975) ini selanjutnyadijadikan dasar Wurm dan Hattori (1984) dalam mengelompokkanbahasa Madura sebagai salah satu anggota kelompok bahasaMelayu.

Bahasa Madura sebagai salah satu anggota kelompokbahasa Melayu dituturkan oleh kurang lebih 6 juta penuturyang tersebar di sebagian daerah pesisir utara Jawa Timur,pulau Madura, dan di sejumlah pulau-pulau kecildisekelilingnya, seperti Kangean dan Bawean

1 Pengelompokkan Salzner ini dipengaruhi oleh hasil kajian Kiliaan(1911) yang menganggap bahwa sistem gramatikal bahasa Madura merupakanpenyimpangan gramatikal bahasa Jawa dan bukan merupakan bahasa yangberdiri sendiri. Hal ini juga diakui oleh Zainudin, dkk.(1978) bahwabahasa Madura mempunyai persamaan dengan bahasa Jawa. Hal ini didukungpula oleh penjelasan Uhlenbeck (1964) bahwa manuskrif-manuskrif lamaMadura merupakan hasil terjemahan atau adaptasi dari kesusastraanJawa. Sehingga tidak menutup kemungkinan banyak pengaruh Jawa dalambahasa Madura.

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 2

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

(Nothofer,1975:23-24; Wurm dan Hattori,1984). Wilayah pakaibahasa Madura yang tergolong luas ini menghasilkan dialek-dialek yang berbeda antara wilayah satu dengan lainnya.Menurut Kiliaan (1911) dan Moehnilabib, dkk. (1979) bahasaMadura dikenal memiliki 4 (empat) dialek yaitu Pamekasan,Sumenep, Bangkalan dan Kangean (bandingkan Salzner,1960;Nothofer,1975, dan Wurm dan Hattori,1984)2. Perbedaanmasing-masing dialek ditunjukkan antara lain denganpemakaian kata serta logat yang terutama berkaitan denganintonasi. Selain itu, dalam bahasa Madura juga dikenaladanya tingkat tutur (Stevens,1965; Nothofer,1975)3.

Selain penelitian di atas terdapat beberapa karyapenting berkaitan dengan bahasa Madura adalah karya Kiliaan(1911 dan 1904) dan Stevens (1968) menguraikan secarasinkronis fonologi, morfologi dan struktur bahasa Madurayang cukup lengkap. Hasil kajian lebih baru Zainudin,dkk(1978) dan Moehnilabib,dkk (1979) tentang fonologi,morfologi dan sintaksis bahasa Madura menjadi acuan yangsangat penting sebagai sumber data sekunder penelitian ini.

Kajian terhadap bahasa Madura dari aspek konsonangeminat 4 diakronis ini bertujuan untuk menelusuri sejarah2 Dalam kajiannya Nothofer (1975) membagi bahasa Madura dalam 5 dialekyaitu dialek Bangkalan, dialek Bawean, dialek Kangean, dialek Pamekasan, dan dialek Sumenep. Berbeda dengan Nothofer, Salzner (1960)membagi bahasa Madura berdasarkan daerah yakni 1) bahasa Madura dalam wilayah Barat terdiri dari dialek Bangkalan dan dialek Pamekasan. 2) bahasa Madura dalam wilayah Timur terdiri dari dialek Bawean, dialek Pasuruan-Basuki dan dialek Sapudi Kangean. Adapun Wurm dan Hattori (1984) hanya membagi bahasa Madura atas dialek Barat, dialek Tengah dan dialek Timur tanpa ada penjelasan.

3 Realitas tingkat tutur dalam bahasa Madura ini dilaporkan Stevens (1965) dengan menggunakan istilah ‘language levels’, sedangkan Nothofer lebih memilih menggunakan istilah berbeda yaitu status style. Walaupun Steven dan Nothofer menggunakan istilah berbeda tetapi dalam pembagiannya keduanya sepaham. Stevens dan Nothofer membagi tingkat tutur bahasa Madura ke dalam 5 tingkatan yaitu : 1) alòs tèghi (sangathalus), 2) alòs (halus), 3) t∂a (tengah), 4) kasar , 5) tanpa nama (sangat kasar).

4 Menurut Crystal (1991) dan Poedjosoedarmo (2003) konsonan geminatadalah konsonan rangkap yang terjadi karena adanya tekanan kata yang

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 3

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

perkembangan bahasa itu. Konsonan geminat dipilih karenaterlihat bahwa hanya bahasa Madura yang masih mempertahankanunsur konsonan geminat di antara bahasa-bahasa sekerabatlainnya dalam subkelompok Melayu-Jawa. Semua konsonan yangberada di posisi penultima dalam bahasa Madura adalah geminat,kecuali fonem konsonan q dan h. Ada dua kemungkinanhipotesis untuk menjelaskan tentang konsonan geminat inipada bahasa Madura, yang pertama adalah bahasa Maduramempertahankan (retensi) konsonan geminat PMJ, sedangkanbahasa-bahasa Melayu Jawa lainnya berinovasi menjadi singleconsonant (satu konsonan) atau kemungkinan yang kedua adalahterjadi inovasi fonem konsonan geminat sesudah fonem vokal*∂ dalam bahasa Madura. Terdapat bukti pendukung untukasumsi pertama yaitu adanya manuskrip Melayu yangbertuliskan kata-kata Melayu modern seperti b sar, k rat, ∂ ∂ dant lu∂ diucapkan dengan geminat b.ss.r, k.rr.t, dan t.ll.q. Konsonangeminat Ini juga terdapat dalam dokumen Jawa kuno pada abad10 (Jayapattra), seperti nama Gallam (Jawa Modern G lam∂ ),pajjah (Jawa modern p jah ‘∂ mati’) (Ras,1970:429).

Dalam penelitian ini akan dilihat semua kata-katakognat yang mengandung unsur konsonan geminat yang munculdalam bahasa Madura secara umum tanpa memperhitungkan dialekdan tingkat tutur.

Kajian ini dilakukan dengan memanfaatkan metodekomparatif yang deduktif kualitatif dengan menerapkanpendekatan top-down dan teknik rekonstruksi. Metodededuktif dilakukan dengan menggunakan hasil rekonstruksipada level lebih tinggi yaitu Proto Malayo Javanic yangtelah disusun oleh linguis diakronis Nothofer (1975) untukmenemukan refleksnya pada bahasa Madura. Prosedur analisisditempuh melalui penemuan refleks fonem-fonem konsonangeminat PMJ pada bahasa yang diteliti, dengan membandingkanbentuk dan makna etimon protobahasa dengan leksikon bahasayang bersangkutan. Hal ini dilakukan berdasarkan asumsibahwa bahasa-bahasa sekerabat biasanya menyimpan (retensi)dan mengubah (inovasi) unsur-unsur warisan serta kaidah

kuat pada posisi pra akhir sebuah kata atau morfem.* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 4

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

melalui bermacam cara (Fernandez,1996). Selanjutnya untukmemudahkan pembicaraan, Proto Malayo Javanic disingkat PMJ,bahasa Madura di singkat Mad.

Data yang diperoleh dalam kerja lapangan melaluipenjaringan dari informan penutur bahasa Madura yangdigunakan sebagai sumber data primer dan data sekunderbahasa Madura dari penelitian terdahulu merupakan datapelengkap dan pembanding untuk mengamati refleks etimonkonsonan geminat PMJ dalam menemukan unsur-unsur inovasi danretensi fonologis dan leksikal bahasa Madura dan disajikansecara selektif dalam tabel berdasarkan data yang terjaring.Evidensi pembaharuan (inovasi) dan pemertahanan (retensi)jenis fonem-fonem konsonan geminat tersebut berdasarkanparameter hasil rekonstruksi etimon PMJ.2. Analisis dan Pembahasan

Menurut Moehnilabib,dkk. (1979) sistem fonem bahasaMadura dewasa ini mengenal 6 buah vokal, meliputi vokal /i,, u, , ∂, a/ dan diftong terdiri dari 4 buah yaitu /∂y,ay, uy, y/, sedangkan konsonan sebanyak 26 buah,meliputi /p, t, t, c, k, q, b, d, d, j, g, bh, dh, dh,jh, gh, m, n, ñ, , l, r, s, h, w, y/. (bandingkanKiliaan,1904;Stevens,1968;Nothofer,1975 danZainudin,dkk,1978)5 . Dari sistem fonem tersebut tampak

5 Stevens (1968) mendeskripsikan bahasa Madura memiliki tiga kelompok fonem vokal yakni : 1). kelompok vokal utama /i, u, a, ∂/ ; 2). Kelompok vokal bukan utama yaitu /i, è, u, ò, ∂, á, a/; 3) kelompok vokal khusus yaitu é,ó. Kelompok vokal 1 dan 2 sering muncul dalam kata-kata pinjaman. Adapun kelompok vokal utama memiliki alofon sebagai berikut /i/ : [i], [è] ; /u/ :[u], [ò]; /a/: [á], [a] ; dan /∂/ : [∂], [əˆ]. Adapun Kiliaan (1904) dan Nothofer (1975) mendeskripsikan bahwa sistem fonem bahasa Madura mengenal 9 buah vokal, meliputi vokal /i, è, é, u, ò, ó, ∂, á, a/ dan diftong terdiri dari 4 buah yaitu /áy, ay, uy, òy/, sedangkan konsonan sebanyak 26 buah, meliputi /p, t, t, c, k, q, b, d,d, j, g, bh, dh, dh, jh, gh,m, n, ñ, , l, r, s, h, w, y/. Sedangkan Zainudin,dkk (1978) mendeskripsikan bahasa Madura memiliki 7 vokal, 25 konsonan dan 4 diftong.

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 5

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

bahwa telah terjadi perubahan fonologis dan leksikal yangmenarik dalam sejarah perkembangan bahasa Madura.

Melalui penelusuran refleks fonem-fonem khususnyakonsonan geminat PMJ pada bahasa Madura dalam kajian inidapat dijelaskan fakta historis tentang perubahan tersebut.Konsonan geminat hanya terdapat dalam posisi penultima,seperti dapat dilihat pada hasil analisis berikut :

Berdasarkan data bahasa Madura yang dijaring tampaksejumlah konsonan geminat yang tidak mengalami inovasitetapi mengalami retensi Sebagai contoh misalnya,PMJ*l∂bbih>Mad.l∂bbi ‘lebih’; PMJ*Labbuh>Mad.labbhu‘menceburkan orang lain’;PMJ*rubbuh>Mad.rbbhu ‘jatuh’.Dalam contoh tersebut perubahan fonologis PMJ*bb > Mad./bb/merupakan retensi fonem PMJ yang dipelihara pada bahasa Mad.Sama halnya seperti retensi fonem geminat :

PMJ*kk>Mad./kk/ misalnya

PMJ*c∂kkur>Mad.ckkur ‘cukur’;

PMJ*mm>Mad./mm/ misalnya

PMJ*t∂mmuq>Mad.t mm∂ h‘bertemu’;

PMJ*pp>Mad/pp/ misalnya

PMJ*D∂ppaq>Mad.d ppa(h) ∂ ‘depa’;

PMJ*tt>Mad./tt/

misalnya

PMJ*k∂ttus>Mad.k tt∂ s‘ketus’;

PMJ*ññ>Mad./ññ/ misalnya

PMJ*Baññak>Mad.b ññaq∂‘banyak’;

PMJ*>Mad.// misalnya

PMJ*l∂∂n>Mad.l∂ n∂ ‘lengan’;

PMJ*nn>Mad./nn/ misalnya

PMJ*q nn m∂ ∂ >Mad. nn m∂ ∂ ‘enam’;

PMJ*dd>Mad./dd/ misalnya

PMJ*qadduq>Mad.addu(h) ‘aduh’.

Pada bahasa Madura refleks konsonan geminat PMJ dapat

menghasilkan kaidah-kaidah primer yang dapat dijelaskansebagai kaidah perubahan konsonan geminat yang teratur* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 6

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

(kaidah primer) di samping kaidah perubahan konsonan geminatyang sporadis (kaidah sekunder). Dalam tabel-tabel(terlampir) dapat diamati berbagai kaidah perubahan konsonangeminat primer dan sekunder yang dialami bahasa Maduraseperti tampak dalam kemiripan leksikal etimon PMJ dengankosa kata bahasa Madura, sebagai cerminan (refleks) daribentuk awalnya, PMJ.

Perubahan fonologis tampak dalam, PMJ*k∂bbaw>Mad.k∂-r-bhuy‘kerbau’. Pada contoh tersebut perubahan fonem konsonangeminat PMJ*bb>Mad.rbh merupakan inovasi konsonan padabahasa Madura berupa gejala perubahan berupa disimilasipada konsonan geminat PMJ *bb tampak bahwa fonem b pertamadirubah dari hambat bilabial menjadi r yang merupakan getarapiko dental supaya berbeda dengan b yang kedua. Gejalaperubahan ini juga tampak pada PMJ*b∂nn∂r>Mad.b ndh r∂ ∂‘benar’ yaitu konsonan geminat PMJ*nn, fonem n kedua dirubahdari sengau apiko dental menjadi hambat apiko dental supayaberbeda dengan n yang pertama.

Secara leksikal data seperti PMJ*qallih>Mad.all‘pindah’; PMJ*h∂lla>Mad.la ‘elang’ memperlihatkan inovasileksikal karena konsonan geminat PMJ*ll mengalami prosespembelahan (split) fonem konsonan geminat karenadirefleksikan sebagai Mad. ll yang merupakan retensi danMad. l merupakan penghilangan urutan bunyi yang sama denganurutan bunyi berikutnya (haplologi). Gejala yang sama jugaterjadi pada data PMJ*B∂ssiq>Mad.b ss∂ (h) ‘besi’ ;PMJ*Bass∂h>Mad.b cca ‘basah’, ∂ konsonan geminat dari PMJ*ssmengalami inovasi berupa split karena tidak hanyadirefleksikan sebagai Mad.ss tetapi juga sebagai Mad.cc.

Inovasi konsonan geminat berupa merger antara konsonangeminat PMJ*jj dan *zz > Mad.jjh (hanya pada posisipenultima) seperti PMJ*tujj∂w>Mad.tjjhu(h) ‘tujuan’;*h∂zz∂n>Mad.( j)jh n∂ ∂ ‘memeras’. Pada posisi pra akhir,konsonan geminat PMJ*RR merger dengan PMJ*rr>Mad.rr, sepertiPMJ*B∂RRat>Mad.b rr ‘∂ ∂ berat’ ; PMJ*B∂rras>Mad.b rr s ∂ ∂ ‘beras’.Selain itu, konsonan geminat *BB merger dengan konsonangeminat *bb> Mad.bbh seperti PMJ*t∂BBas>Mad.t bbh s∂ ∂* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 7

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

‘tebas’ ; PMJ*labbuh>Mad.labbhu ‘menceburkan orang lain agartenggelam’

Perubahan fonologis tampak dalam inovasi konsonangeminat seperti substitusi konsonan geminat PMJ*DD>Mad.ddyang terjadi pada posisi pra akhir.

Berdasarkan data bahasa Madura, tampak sejumlah datayang memperlihatkan gejala perubahan (inovasi) berupaasimilasi regresif (regresive assimilation), misalnya PMJ*t∂st∂s dan *taptap yaitu bunyi /s/ pada *t∂st∂s dipengaruhioleh bunyi /t/ sesudahnya sehingga /s/ berubah artikulasinyadari frikatif avikodental menjadi hambat avikodental dalambahasa Madura. Hal yang sama juga berlaku pada bunyi /p/dalam *taptap karena pengaruh bunyi /t/ berubahartikulasinya dari hambat bilabial menjadi hambat apiko-dental dalam bahasa Madura.

Sebaliknya, PMJ*h>Mad. misalnya dalam kataPMJ*tahiq>Mad.ta(h) ’bangun’ yang menunjukkan gejalaperubahan sekunder yang disebut asimilasi progresif karenabunyi /h/ yang merupakan bunyi frikatif glotis tak bersuaradipengaruhi oleh bunyi sebelumnya yaitu // sehingga menjadisengau dorso velar bersuara.

Asimilasi ini terjadi secara teratur pada bahasa Maduradialek Bawean dan Pamekasan. Contoh-contoh dalam analisis diatas, hanya disajikan masing-masing sebuah contoh, contohlain dapat dilihat pada tabel 1.

Pada beberapa data berikut terlihat kemungkinan adanyaperkembangan konsonan geminat bahasa Madura karena adanyaperubahan analogis6. Contohnya PMJ*pituq>Mad. pttq, ptt(h)‘tujuh’ ; PMJ*waluq>Mad.b llu(h), b lluq ∂ ∂ ‘delapan’. Hal inimerupakan perubahan analogis dari konsonan geminat padakata-kata yang menunjukkan bilangan sebelumnya seperticontoh berikut : PMJ*t∂lluq>Mad. t ll∂ q, t ll∂ (h) ‘tiga’ ; PMJ*q∂nn∂m > Mad. nn m ∂ ∂ ‘enam’.

6 Menurut Nothofer (1976) analogi adalah satu proses dimana phonesssdan /atau morphs berubah atau phoness dan /atau morphs yang barudikembangkan, didasarkan pola phoness dan /atau morphs yang ada dalamsatu bahasa.

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 8

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

Dari hasil analisis konsonan geminat secara diakronisterhadap bahasa Madura dalam makalah ini sesuai dengan datayang diperoleh, tampak bahwa retensi fonologis dan leksikalsecara signifikan lebih lebih dominan daripada retensi.Bahasa Madura ternyata memiliki kekhasan sejarahperkembangan fonologi yang unik, karena sistem fonem yangtergolong sederhana. Sebagaimana tampak pada tabel 1,daftar refleks konsonan geminat PMJ pada bahasa Madura yangdisusun secara alphabetis merupakan inventarisasi leksikonprotobahasa dan fonem-fonem konsonan geminat PMJ untukmenetapkan kaidah perubahan bahasa yang berlaku danterandalkan sesuai dengan hasil temuan dari pakar di bidangkajian linguistik diakronis Austronesia khususnya MelayuJavanic. Acuan itu lazimnya terpaut dengan kesepadananperangkat kognat yang ditemukan pada bahasa Madura dan dapatmenjelaskan antarhubungan bahasa Madura dan PMJ. Tabel 2menjelaskan refleks konsonan geminat PMJ pada bahasa Madura(lihat lampiran). 3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas,beberapa hal menarik yang berkaitan dengan kajian bahasaMadura dari dimensi konsonan geminat diakronis dapatdikemukakan sebagai berikut.

Bahasa Madura menunjukkan evidensi yang cukup kuatuntuk dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Austronesia ataulebih khusus lagi sebagai anggota subkelompok Melayu. Halitu tampak dari kaidah perubahan primer dan sekunder yangdapat menjelaskan berbagai masalah perubahan yang terkaitdengan perubahan konsonan geminat. Konsonan geminat inipula yang menjadi salah satu evidensi yang menunjukkan buktibahwa bahasa Madura adalah bahasa yang eksklusif 7.

Secara signifikan bahasa Madura banyak mengalamiretensi yang tercermin pada konsonan geminatnya. Hanyasedikit konsonan geminat yang mengalami perubahan (inovasi)7 Yang dimaksud eksklusif di sini adalah hanya terjadi pada bahasa Maduradalam lingkungan bahasa sekerabat lainnya.

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 9

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

jika dikaitkan dengan refleks konsonan geminat PMJ-nya.Perubahan yang terjadi pada bahasa Madura itu adalah split,disimilasi, asimilasi, dan haplologi. Dalam leksikon bahasaMadura semua konsonan geminat berada pada posisi penultima.

Adapun kaidah perubahan sekunder seperti asimilasimisalnya, karena rekurensinya dapat menyebabkan kaidahperubahan sekunder cenderung beralih menjadi kaidahperubahan primer.

Sebagai kesimpulan akhir yang tercermin daripemertahanan konsonan geminat bahasa Madura, bahwa hal inijuga dapat dikaitkan dengan sikap suku Madura sebagai manabahasanya yang sulit dipengaruhi oleh aspek luar.

Daftar Pustaka

Crystal, David.1991.A Dictionary of Linguistics and Phonetics. Thirdedition. Basil Blackwell.

Dyen, Isidore.1965. A Lexicostatistical Classification of the AustronesianLanguages. Indiana University Publication in Anthropologyand Linguistic, Memoir 19, supplement to theInternational Journal of American Linguistics.

Fernandez, Inyo Yos.1996. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores.Ende : Nusa Indah.

Kiliaan, H.N.1911. Madoereesch spraakkunst. 2 vol. BataviaKiliaan, H.N.1904. Madoereesch-Nederlandsch woordenboek. I,II.

Leiden.Moehnilabib,M.,A.Wahab.,S.

Prijambada.,N.Huda.,A.S.Ghazali.1979.Morfologi dan SintaksisBahasa Madura.Jakarta : Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. Depdikbud.

Nothofer, Bernd.1975. The Reconstruction of Proto-Malayo-Javanic.Verhandelingen van het KITLV 73’s-Gravenhage : MartinusNijhoff.

Nothofer, Bernd.1976. “Perubahan Analogis” . dalam catatan* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 10

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

tentang Linguistik Komparatif Genetik. PenataranDialektologi Tahap ! Juli-Agustus 1976. ProyekPengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerahdengan bantuan Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaDepdikbud.

Nothofer, Bernd.1985. The subgrouping of the Languages of the Javo-Sumatra Hesion : a Reconstruction. BTLV 141

Nothofer, Bernd.1988. “A Discussion of two Austronesian subgroups :Proto-Malay and Proto Malayic. Dalam M.T Ahmad dan Z.M.Zaim(ed) Rekonstruksi dan cabang-cabang bahasa Melayu Induk. KualaLumpur : Dewan bahasa dan Pustaka.

Poedjosoedarmo, Soepomo.2003. Filsafat Bahasa. Surakarta :Muhammadiyah University Press.

Ras,J.J.1970. Lange consonanten in enige Indonesische talen II. Bijd.126.429-47.

Salzner, Richard. 1960. Sprachatlas des Indopazifischen Raumes.Wiesbaden

Stevens, Alan.M.1965. Language Levels in Madurese. Lg.41.294-302.Stevens, Alan.M.1966. The Madurese Reflexes of Proto Malayo Polynesian.

Journal of the American Oriental Society.86.147-56.Stevens, Alan.M.1968. Madurese Phonology and Morphology. New Haven.

Uhlenbeck,E.M.1964. A Critical Survey of Studies on the Languages of Javaand Madura.The Hague: Martinus Nijhoff

Wurm, SA and Hattori, Shiro. 1984. Languange Atlas of the PacificArea.Canbera: Australian Academy of the Humanities.

Zainudin,S.,Soegianto.,A.Kusuma.,Barijati.1978. BahasaMadura.Jakarta : Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa. Depdikbud.

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 11

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

Lampiran Tabel :No Etimon konsonan

geminat PMJ danmakna

BahasaMadura

Inovasi danRetensiKonsonanGeminat

Keterangan

1. *qadduq ‘adu’ addu(h) *-dd- >-dd-2. *hadda

‘hadang’addh∂ *-dd- >-

ddh-3. *qallih

‘pindah’all *-ll- > -ll-

4. *qassah ‘asah’ assa(h) *-ss- >-ss-5. *qassak ‘masak’ m- ssaq∂ *-ss- > -ss-6. *hass∂m ‘asam’ acc m∂ *-ss-> -cc- split7. *qassin ‘asin’ accn *-ss-> -cc- split8. *qattah

‘mentah’m- tta∂ *-tt- >-tt-

9. *qattas ‘atas’ attas *-tt- > -tt-10. *Baññak ‘banyak’ b ññaq∂ *-ññ- > -ññ11. *Bass∂h 'basah’ b ssa,b cca∂ ∂ *-ss-> -cc- split12. *Bassuh ‘basuh’ b cc∂ *-ss- > -cc- split13. *B∂ddak

‘bedak’b ddh q∂ ∂ *-dd- > -

ddh-14. *B∂llah ‘belah’ b ll∂ ∂ *-ll- > -ll-15. *B∂lla ‘jenis

ular’B:b ll∂ ∂,S.P:bh ll∂ ∂

*-ll- > -ll-

16. *B∂llas ‘belas’ b ll s∂ ∂ *-ll- > -ll-17. *B∂lliq ‘beli’ b ll∂ (h) *-ll- > -ll-18. *B∂llit‘to wind

around’b llit∂ *-ll- > -ll-

19. *B∂llut ‘belut’ b lluq∂ *-ll- > -ll-20. *B∂nna‘menang’ m nna∂ *-nn- > -nn-21. *[Bb]∂nna

‘benang’b nna∂ *-nn- > -nn-

22. *B∂is ‘jahat’ bh∂s *-- > --23. *B∂rras ‘beras’ b∂rr∂s *-rr- > -rr-24. *B∂RRat ‘berat’ b rr∂ ∂ *-RR- > -rr- substitusi25. *B∂RR∂y ‘beri’ b rriq∂ *-RR- > -rr- substitusi26. *B∂ssiq ‘besi’ b ss∂ (h) *-ss- > -ss-27. *B∂ttis ‘betis’ b tt∂ s *-tt- > -tt-* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 12

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

28. *B∂ttuq ‘muncul’ b tt∂ (h) *-tt- > -tt-29. *[Bb]ukkaq

‘buka’bukkaq *-kk- > -kk-

30. *b∂nn∂r ‘benar’ bh ndh r ∂ ∂ *-nn- > -ndh-

disim. Konsonan

31. *c∂kkur ‘cukur’ ckkr *-kk- > -kk-32. *cahcah

‘memotong-motong’

cacca *-hc- > -cc- asim.kons. regresif

33. *cipcip ‘cicip’ cccp *-pc- > -cc- asim.kons. regresif34. *cupcup

‘menyedot’cccp *-pc- > -cc- asim.kons. regresif

35. *D∂ppaq ‘depa’ dppa(h)∂ *-pp- > -pp-36. *h∂bbun ‘embun’ ( b)bhun∂ *-bb-> -bbh-37. *h∂lla ‘elang’ la *-ll- > -l- haplologi38. *h∂ll∂t ‘jarak’ ( l)laq∂ *-ll- > -ll-39. *q∂nn∂m ‘enam’ ( n)n m∂ ∂ *-nn- > -nn-40. *h∂zz∂n

‘memeras’( j)jh n∂ ∂ *-zz- > -jjh substitusi

41. *gaddi‘gading’

gh ddhi∂ *-dd- > -ddh-

42. *gaddu ‘jenisbuah’

gh ddhu∂ *-dd- > -ddh-

43. *gargar ‘jatuh’ gh ggh r∂ ∂ *-rg- > -ggh-

asim.kons. regresif

44. *gattu ‘gantung’ gh tt∂ *-tt- > -tt-45. *g∂llut ‘gelut’ gh lluq∂ *-ll- > -ll-46. *kaddut ‘karung

goni’kaddhuq *-dd- > -

ddh-47. *kaddal

‘kadal’kaddh l∂ *-dd- > -

ddh-48. *k∂bbas ‘menyapu

debu dengankain’

S: k bbhus∂ *-bb- > -bbh-

49. *k∂bbaw‘kerbau’

k -r-bhuy∂ *-bb- > -rbh-

disim.konsonan

50. *k∂pp∂l‘sekepal’

k pp l∂ ∂ *-pp- > -pp-

51. *k∂ppit k pp∂ q *-pp- > -pp-* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 13

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

‘kempit’52. *k∂rr∂t

‘kerat’k rraq∂ *-rr- > -rr-

53. *k∂RRi‘kering’

k rr∂ *-RR- > -rr- substitusi

54. *k∂ţţus‘ketus’

k tt∂ s *-tt- > -tt-

55. *labbuh‘menceburkanorang lain agartenggelam’

labbhu *-bb- > -bbh-

56. *laddi‘pisau’

P.S:laddhi *-dd- > -ddh-

57. *l∂bbih‘lebih’

l bbi∂ *-bb- > -bb-

58. *l∂bb∂t ‘lebat(buah)’

l bbh q∂ ∂ *-bb- > -bbh-

59. *l∂∂n ‘lengan’ l∂ n∂ *-- > --60. *l∂ssu ‘penumbuk

beras’l ss∂ *-ss- > -ss-

61. *luppaq ‘lupa’ lppa(h) *-pp- > -pp-62. *m∂ttah,m∂ntah m tta∂ *-tt- > -tt-63. *miññak

‘minyak’mññaq *-ññ- > -ññ-

64. *padda‘terang’

paddh∂ *-dd- > -ddh-

65. *p∂DDih ‘pedih’ p ddih∂ *-DD- > -dd-

substitusi

66. *p∂dda ‘pedang’ p ddha∂ *-dd- > -ddh-

67. *p∂lluh‘keringat’

p ll∂ *-ll- > -ll-

68. *p∂ll∂s ‘sakit’

p ll s∂ ∂ *-ll- > -ll-

69. *p∂RR∂h‘mengobati mata’

p rra∂ *-RR- > -rr- substitusi

70. *r∂bbut ‘rebut’ r bbhuq∂ *-bb- > -bbh-

71. *rubbuh rbbhu *-bb- > -

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 14

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

‘roboh/jatuh’ bbh-72. *R∂bbu ‘rebung’ r bbhu∂ *-bb- > -

bbh-73. *s∂dd∂

‘sedang’s ddh∂ ∂ *-dd- > -

ddh-74. *s∂dd∂p

‘sedap’ s dd p∂ ∂ *-dd- > -

dd-75. *s∂ddih

‘sedih’s ddhi∂ *-dd- > -

ddh-76. *s∂ppah

‘menginang’s ppa∂ *-pp- > -pp-

77. *s∂ss∂h‘mencuci’

sassa *-ss- > -ss-

78. *siksik ‘sisik’ sssq *-ks- > -ss- assim.kons.regresif79. *s-ul-upsup

‘merangkak’s-al-ssq *-ps- > -ss- assim.kons.regresif

80. *taptap‘tempeleng’

B : tattap *-pt- > -tt- assim.kons.regresif

81. *tahiq ‘bangun’ ta(h) *-h- > -- assim.konsonanprogresif

82. *t∂BBas ‘tebas’ t bbh s∂ ∂ *-BB- > -bbh-

substitusi

83. *t∂BBuq ‘tebu’ t bbhuq∂ *-BB- > -bbh-

substitusi

84. *t∂bbah‘hantam’

S.P:t bbh∂ ∂ *-bb- > -bbh-

85. *t∂lluq ‘tiga’ t ll∂ (h),t ll∂ q *-ll- > -ll-86. *t∂lluR ‘telur’ t ll∂ r *-ll- > -ll-87. *t∂mmuq

‘bertemu’t mm∂ (h) *-mm- > -mm-

88. *t∂nnun‘menenun’

t nn∂ n *-nn- > -nn-

89. *t∂ppu ‘tepung’ t pp∂ *-pp- > -pp-90. *t∂RRab

‘sendawa’d rr p∂ ∂ *-RR- > -rr- substitusi

91. *t∂st∂s ‘tetas’ B.P:t tt s∂ ∂ *-st- > -tt- asim.kons. regresif92. *tuhtuh

‘memotong pohon’ttt *-ht- > -tt- asim.kons. regresif

93. *tujj∂w ‘tujuan’ tjjhu(h) *-jj- > -

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 15

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

jjh-94. *z∂ll∂s ‘jelas’ jh llas∂ *-ll- > -ll-95. *z lli∂ ‘melihat’ B.P:jh lli∂ *-ll- > -ll-Tabel 1 : Refleks etimon protobahasa Malayo Javanic dan fonem-fonemnya padabahasa Madura.

No Konsonan GeminatPMJ

KonsonanGeminat Bahasa

Madura

Keterangan Kaidah yangbelaku

1. *bb bb hanya pada posisi penultima2. *bb rbh3. *bb bbh4. *BB bbh5. *dd dd6. *dd ddh7. *dd ddh8. *DD dd9. *dd dd10. *jj jjh11. *kk kk12. *ll ll13. *ll l14. *mm mm15. *nn nn16. *nn ndh17. *pp pp18. *RR rr19. *rr rr20. *ss ss21. *ss cc22. *tt tt23. *tt tt24. *zz jjh25. *hc cc26. *pc cc27. *rg ggh28. *ks ss29. *ps ss* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 16

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta

30. *pt tt31. *st tt32. *h Tabel 2 : Refleks konsonan geminat protobahasa Malayo Javanic pada bahasaMadura.

Singkatan pada tabel :B = bahasa Madura dialek BaweanP = bahasa Madura dialek PamekasanS = bahasa Madura dialek Sumenep

* Makalah disajikan pada Seminar Bahasa dan Budaya Madura Tgl.9.s.d.11 Maret 2007 di Sumenep Page 17

** Dosen di Universitas Palangka Raya, sedang menempuh studi S3 Linguistik di UGM Yogyakarta