Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEEFEKTIFAN MODEL TGT DAN JIGSAW DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
PEMBELAJARAN EKONOMI SMA NEGERI DI SLEMAN
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi.
SMA Kolese De Britto, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected], [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menguji: (1) keefektifan model Teams Games Tournament (TGT) dan model
Jigsaw dengan pendekatan saintifik, (2) membandingkan keefektifan model TGT dan Jigsaw dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest postest non equivalent group design.
Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian sebagai
berikut: 1) Model TGT dan Jigsaw dengan pendekatan saintifik efektif meningkatkan hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2) Ada perbedaan keefektifan signifikan antara model TGT dan Jigsaw. Model Jigsaw mempunyai jumlah indeks gain score ranah kognitif, afektif, dan psikomotoriklebih tinggi
dibandingkan TGT. Model TGT mempunyai gain score lebih tinggi dibandingkan dengan Jigsaw untuk
hasil belajar ranah kognitif. Model Jigsaw mempunyai gain score lebih tinggi dibandingkan dengan TGT
untuk hasil belajar ranah afektif. Model TGT dan Jigsaw menunjukkan gain score yang sama untuk hasil
belajar ranah psikomotorik.
Kata kunci: team games tournament, jigsaw, pendekatan saintifik
THE EFECTIVENESS OF THE TGT AND JIGSAW MODELS USING THE
SCIENTIFIK APPROACHIN ECONOMICS LEARNINGAT STATE SHSs IN SLEMAN
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi.
SMA Kolese De Britto, Yogyakarta State University
[email protected], [email protected]
Abstract
This study aims to test: (1) the effectiveness of the Teams Games Tournament (TGT) and Jigsaw modelsusing
the scientific approach. (2) tocompare the effectiveness of the TGT and Jigsaw models using the scientific approach in economics learning at state SHSs in Sleman Regency. This was a quasi-experimental study
pretest postest non equivalent group design employing the pretest-posttest design. The research population
comprised Grade X students of state SHSs in Sleman Regency. The results of the study are as follows. 1)
The TGT and the Jigsaw modelswhich are implemented using the scientific approach effectivelyimproves the learning outcome in the cognitive, affective, and psychomotoric domains. 2) There isa significant difference in terms of effectiveness between the two models. Jigsaw model is generates a higher gain
score than TGT that was indicated by results of the sum of index gain score cognitive, affective, and
psychomotoric aspects learning outcomes. The TGT learning model generates a higher gain score than
the Jigsaw for the cognitive domain. The Jigsaw model, however, produces a higher gain score than the
TGT for the affective domain. Compared to the Jigsaw model, the TGT learning model shows an equal
gain score for the psychomotoric domain.
Key word: team games tournament, jigsaw, scientific approach
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPSVolume 3, No 2, September 2016 (125-137)
Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi
Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
p-ISSN: 2356-1807 e-ISSN:2460-7916
126 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
Pendahuluan
Pembelajaran ekonomi bertujuan agar
peserta didik memiliki pemahaman terhadap
sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan
peristiwa dan masalah ekonomi dengan
kehidupan sehari-hari, membentuk sikap bijak,
dan rasional sehingga siswa dapat mengambil
keputusan yang bertanggung jawab terhadap
sejumlah permasalahan ekonomi. Berdasarkan
tujuan ini berarti pelaksanaan pembelajaran
di sekolah tidak cukup jika hanya dilakukan
dengan mengedepankan ranah kognitif peserta
didik. Pembelajaran ekonomi memungkinkan
mengajarkan siswa untuk mengembangkan ranah
afektif dan ranah psikomotorik. Perkembangan
peserta didik pada ketiga ranah akan membuat
peserta didik berkembang sebagai pribadi yang
utuh.
Untuk mencapai tujuan tersebut ada per
masalahan yang muncul dengan pemberlakuan
kurikulum 2013 oleh pemrintah di sekolah
sekolah. Permasalahan dalam penelitian ber
kenaan dengan model pembelajaran kooperatif
sebgai model yang disarankan dalam kurikulum
2013 karena mengaju pada pendekatan siswa
aktif.Permasalahan dalam penelitian ini:
(1) Apakah model TGT dan Jigsaw efektif
dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di
Kabupaten Sleman? (2) Apakah ada perbedaan
keefektifan model TGT dan Jigsaw efektif dalam
pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten
Sleman?. Rumusan permasalahan ini didapat dari
hasil wawancara dan berita pendidikan.
Permasalahan dalam pembelajaran
ekonomi menurut Dra. Sri Mardiningsih, M.Pd
selaku Pengawas Manajemen Sekolah dan
Pengawas Mata Pelajaran Ekonomi di Kabupaten
Sleman pada tanggal 20 November 2014
memberikan catatan-catatan yang berkenaan
dengan hasil supervisi di sekolah. Catatan yang
penting yaitu 1) Masih banyak guru kurang
variasi metode dan model dalam pembelajaran,
2) Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
beberapa guru tidak sesuai dengan pelaksanaan
di lapangan, 3) Beberapa guru masih kurang
menggunakan informasi dan teknologi komputer
dalam pembelajaran terutama para guru senior.
Dari hasil wawancara tersebut bahwa penggunaan
model dan metode dalam pembelajaran masih
kurang variasi sehingga para guru perlu mencari
variasi model dan metode yang menarik. Model
kooperatif merupakan salah satu alternatif supaya
melibatkan banyak siswa dan mengembangkan
kebersamaan siswa.
Menurut Dra. Kristina Sri Sumarni dan
guru ekonomi SMA Negeri 1 Gamping yaitu Drs.
C. Iriyantoguru ekonomi SMA Negeri 1 Gamping
mengemukakan permasalahan pembelajaran
ekonomi bahwa 1) Guru-guru ekonomi pernah
menggunakan model pembelajaran model Jigsaw
dan model TGT tetapi belum menyakini yang
dilakukan benar, 2) Guru-guru ekonomi masih
kurang memahami implementasi kurikulum
2013. Dari pernyatan tersebut bahwa guru-
guru ekonomi masih kurang bervariasi dalam
pembelajaran cooperatif learning model TGT dan
model Jigsaw secara benar serta masih kurang
memahami dalam menjalankan atau implimentasi
kurikulum 2013 dalam pembelajaran.
Menurut Kepala sekolah SMP
Muhamadiyah 7 dan sebagai guru IPS Ahmad
Zainal Fanani, S.Pd., M.A., pemerintah sudah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi guru tetapi hasilnya belum maksimal,
hal itu terlihat adanya guru yang cenderung
bersifat teks book saat mengajar akibatnya
kurang kreatif, teknik mengajar yang digunakan
monoton (Kedaulatan Rakyat, 19 November
2014.p.10).Menurut Dr. Sugito, M.Pd selaku
Ketua Pengurus Besar PGRI bahwa keberhasilan
pendidik selain kompetensi dipengaruhi oleh
metode pembelajaran yang digunakan guru.
Untuk itu supaya siswa mudah menyerap materi
pelajaran metode yang digunakan harus dibuat
menarik dan disesuaikan dengan perkembangan
jaman (Kedaulatan Rakyat, 27 November
2014,p.10).
Peran model pembelajaran yang diadopsi
kurikulum 2013 dinilai mempunyai peran yang
besar di tahun 2015 karena pada tahun tersebut
Indonesia akan banyak mendapatkan angkatan
muda produktif sehingga akan menjadi masalah
jika tidak dikelola sejak dini karena kebanyakan
anak ini masih duduk di bangku sekolah. Menurut
Dr. Dadan Rosana Ketua Program Studi IPA
FMIPA UNY dalam seminar Nasional di UST
Pemantapan Implementasi Kurikulum 2013 untuk
menyiapkan Pendidikan dalam pembelajaran
saintifik “Kurikulum 2013 mengubah paradigma guru dalam pembelajaran, guru sebagai subjek
perubahan. Guru tidak sekedar menyampaikan
seperti ceramah tetapi lebih berperan sebagai
127Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
fasilitator, nara sumber, konsultan bagi siswa”
(Kedulatan Rakyat, 23 November 2014,p.2).
Pembelajaran ekonomi perlu dirancang
secara tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Pembelajaran ekonomi
idealnya mengupayakan agar peserta didik
setelah selesai belajar dapat memanfaatkan
hasil-hasil pembelajaran sebagai bekal hidup dan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Dalam pembelajaran banyak model yang dapat
adopsi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
komprehensif ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psikomotorik.
Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar dan
menengah sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran
2013/2014. Untuk tahun ajaran 2014/2015 sudah
berjalan 2 tahun. Kurikulum 2013 menekankan
pada dimensi pedagogik modern dalam pem-
belajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013,p.5).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu-
dayaan nomor 68 tahun 2013 tentang Standar
Proses dinyatakan bahwa proses pembelajaran
pada kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, terpadu, dan tematik. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini
dipandang mampu mencapai tujuan pendidikan
yaitu keseimbangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam diri siswa. Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik (Diklat Guru Implementasi kurikulum
2013, 2013,p.1).
Pendekatan saintifik merupakan pende-katan yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach). Pembelajaran
berpusat pada siswa (student centered learning)
memiliki potensi untuk mendorong siswa lebih
aktif, mandiri, sesuai dengan belajarnya masing-
masing, sesuai dengan perkembangan usia siswa,
iraman yang dipandu agar terus dinamis dan
mempunyai kompetensi yang tinggi. Cooperatif
Learning merupakan salah satu model dalam
pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
Model pembelajaran kooperatif seperti
Teams Games Tournament (TGT) dan Jigsaw,
merupakan model pembelajaran Cooperatif
Learnin. Dalam pembelajaran kooperatif
didasarkan pada prinsip bahwa siswa harus
belajar bersama dan bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-
teman dalam satu kelompok. Tercapainya tujuan
dan kesuksesan kelompok bila semua anggota
kelompok benar-benar mempelajari materi yang
ditugaskan. Pembelajaran kooperatif dengan
melibatkan dalam kelompok pembelajaran
teman sebaya lebih mudah ditangkap dengan cara
bahasa mereka. Model Teams Games Tournament
(TGT) dan Jigsaw
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Menguji keefektifan model Teams Games
Tournament (TGT) dan Jigsaw dengan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
(2) Perbedaan keefektifan model Teams Games
Tournament (TGT) dan Jigsaw pendekatan
saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Sleman.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model
penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental semu (quasi experimental
reseach). Eksperimental semu ini mempunyai
kelompok kontrol dan kelompok kontrol ini tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2014, p.77).
Desain penelitian ini mengunakan pretest – posttest nonequivalent multiple group design (Wiersma,1995, p.143).
Populasi dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah SMA
Negeri di Kabupaten Sleman yang berjumlah
17 sekolah. Sampel dalam penelitain ini adalah
siswa kelas X SMA Negeri 1 Gamping yang
diberikan perlakuan dengan menggunakan model
TGT dengan pendekatan saintifik dan siswa kelas X SMA Negeri 1 Prambanan yang diberikan
perlakuan dengan menggunakan model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik
128 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Februari – Mei 2015. Penelitian dilakukan di
dua tempat yaitu di SMA Negeri 1 Gamping
beralamat di Tegalyoso, Baturaden, Gamping
Sleman dan SMA Negeri 1 Prambanan beralamat
di Madubaru, Madurejo, Prambanan, Sleman.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam ekperimen semu
adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Gamping
dan siswa kelas X SMANegeri 1 Prambanan.
Prosedur Penelitian
Berdasarkan model penelitian eksperimen-
tal langkah-langkah penelitian yaitu, (1) memilih
dan merumuskan masalah; (2) memilih subjek
dan instruemn pengukuran; (3) memilih desain
penelitian; (4) melaksanaka prosedur penelitian;
(5) menganalisis data; dan (6) merumuskan
kesimpulan (Emzir, 2013:p.69). Sesuai
denganprosedur penelitian eksperimen dengan
eksperimental semu untuk mencari keefektifan
model TGt dan Jigsaw dengan pebdekatan
saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Sleman dalam bagan
penelitian sebagai berikut:
Gambar 1. Prosedur Penelitian Eksperimen
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan data
kuantitatif dengan dokumentasi, tes dan angket. Datadokumentasi untukmendapatkan data nilai UN SMA dan nilai masuk SMA Negeri. Tes tertulis untuk ranah kognitif dan ranah psikomotorik dan angket untuk ranah afektif.
Instrumen Pengumpulan Data
Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes tertulis untuk mendapatkan data hasil
belajar ranah kognitif dan hasil belajar ranah
psikomotorik. Pada tes tertulis ranah kognitif
ini berbentuk pilihan ganda berjumlah 30 soal
pilihan ganda. Pemberian skor benar adalah 1
dan skor salah adalah 0 sehingga skor tertinggi
30 dan terendah 0. Sebelum instrumen ranah
kognitif ekonomi
Instrumen kemampuan ranah psikomotorik
digunakan tes keterampilan. Bentuk tes
berbentuk mengisi bangko atau format yang
telah disediakan. Instrumen keterampilan ini
berjumlah 3 yaitu keterampilan membuat bukti
pembayaran dan keterampilan membuat alat
pembayaran nontunai. Soal 1 membuat kuitansi
ada 6 bagian yang harus diisi, soal 2 membuat
alat pembayaran nontunai berupa cek ada 6
bagian yang harus diisi, dan soal 3 membuat alat
pembayaratn nontunai bilyet giro ada 8 bagian
yang harus diisi. Masing-masing skor 2 (diisi
dengan benar tanpa coretan), skor 1 (diisi benar
tetapi ada coretan), dan skor 0 (diisi salah atau
tidak diisi). Skor tertinggi 40 dan skor terendah
0. Untuk mendapatkan nilai dikonversikan dalam
rentang 100.
Instrumen nontes berbentuk angket. Jumlah
instrumen ranah afektifkerjasama ada 16 item.
Lembar angket terdiri dari beberapa pernyataan
dan responden menjawab dengan cara memberi
tanda (v) pada pilihan yang telah disediakan.
Pilihan berupa pernyataan SLL (Selalu), SS
(Sangat Sering), S (Sering), KK (Kadang-
Kadang), dan TP (Tidak Pernah). Pengukuran
ranah afektif kerjasama di dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert, skor tertinggi adalah
5 dan skor terendah 1. Untuk pernyataan positif
digunakan skor sebagai berikut: SLL (skor5), SS
(4), S (3), KK (2) dan TP (1). Pemberian skor
untuk pernyataan negatif skor sebagai berikut:
129Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
SLL (1), SS (2), S (3), KK (4), dan TP (5). Skor
tertinggi 80 dan skor terendah 16. Untuk penilaian
dikonversikan dalam rentang 100.
Teknik Analisis Data
Untuk menguji keefektifan satu model
pembelajaran dengan pendekatan saintifik digunakan teknik analisis uji t paried samples
test. Untuk membandingkan keefektifan model
Teams Games Tournament (TGT) dengan model
Jigsaw digunakan teknik analisis uji multivariat
gain score dan gain scoreindependent sample t
test.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Keefektifan model TGT dengan
pendekatan saintifik.
Tabel 1. Analisis Hasil Belajar Ekonomi Kelas TGT di SMA Negeri 1 Gamping dengan uji t paried
sample test.
No Hasil Belajar
Ranah
Rerata
Pretest
Rerata
Posttest
Peningkatan t hitung Sig
1 Kognitif 59,75 84,50 25,69 13,09 0,00
2 Afektif 79.56 84,25 4,69 6,862 0,00
3 Psikomotorik 76,19 84,88 8,69 7,082 0,00
Hopotesis Penelitian:
Ho : t hitung
< t tabel
(2,04) dan p > α= 0,05 Model TGT dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran ekonomi tidak meningkatkan
kemampuan siswa yang berarti tidak efektif.
Ha : t hitung
> t tabel
(2,04) dan p < α= 0,05 Model TGT dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran ekonomi meningkatkan
kemampuan siswa yang berarti efektif.
Hasil analisis menggunakan uji t Paired
Samples Test pada pretest dan posttest ranah
kognitif mengalami peningkatan 25,688 dan
diperoleh nilai t hitung
hasil belajar ranah kognitif
13,092 melebihi nilai t tabel
2,04 dengan
taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 25,688 atau 43,68%
, nilai t hitung
= t tabel
dengan signifikansi 0,0000 maka dapat disimpulkan pembelajaran ekonomi
dengan model TGT dengan pendekatan saintifik efektif untuk aspek ranah kognitif. Pretest dan
posttest ranah afektif mengalami peningkatan
4,688 dan nilai thitung
hasil belajar ranah afektif
6,862, dengan taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 4,688 atau
5,89 % , nilai t hitung melebihi
t tabel
dengan signifikansi 0,0000 maka dapat disimpulkan pembelajaran
ekonomi dengan model TGT dengan pendekatan
saintifik efektif untuk aspek ranah afektif. Pretest
dan posttest ranah psikomotorik mengalami
peningkatan 8,688 dan diperoleh nilai t hitung
hasil
belajar ranah psikomotorik 7,082 melebihi nilai t
tabel 2,04 dengan taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 8,688 atau 11,40%, nilai t
hitung melebihi t
tabel dengan
signifikansi 0,0000 maka dapat disimpulkan pembelajaran ekonomi dengan model TGT
dengan pendekatan saintifik efektif untuk ranah psikomotorik.
Pembelajaran ekonomi dengan model
TGT dengan pendekatan saintifik efektif untuk aspek ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik di SMA Negeri 1 Gamping,
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yaitu: (1) Ke, Fengfeng & Grabowski, Barbara
(2007) menjelaskan bermain games lebih
efektif meningkatkan hasil pembelajaran
matematika dan meningkatkan sikap siswa dari
pada dengan cara latihan-latihan, (2) Saptono,
(2011) menyimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam kompetensi dasar kebijakan
pemerintah bidang ekonomi pada siswa kelas X3
di SMA Negeri 2 Yogyakarta, (3) Hasil penelitian
Velllo, Arsaythamby & Chairhany, Sitie.(2013)
tentang “Fostering students attitudes and
achievemengt in probalility using teams games
tournament” menyimpulkan hasil penelitiannya
bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam memperbaiki sikap, meningkatkan prestasi
130 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
dan membuat siswa kreatif dan aktif dalam
pembelajaran kooperatif TGT, (4) Gonzales,
Jennings, & Manriquez, (2014) menjelaskan
bahwa pembelajaran Teams Games Tournament
efektif meningkatkan nilai yang lebih tinggi
dan meningkatkan kepuasan siswa daripada
pembelajaran yang pembelajaran individu yang
tradisional
Pembelajaran efektif menurut Sani tidak
terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi
pembelajaran yang efektif, ketertlibatan peserta
didik, dan sumber belajar/ lingkungan belajar
yang mendukung. Di SMA Negeri 1 Gamping
peran Guru ekonomi sangat penting, dengan
pengalaman yang cukup punya peranan yang
tinggi. Kesiapan guru mengajar baik secara
mental maupun secara adminitrasi. Pengalaman
guru mengajar sudah 31 tahun dengan golongan
IVa bisa dikatakan guru senior sehingga punya
pengalaman untuk mengelola sekolah. Rencana
untuk pembelajaran sudah disiapkan seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang
sistem pembayaran dan alat pembayaran untuk
kelas X, media yang di gunakan yaitu PowerPoint,
metode yang digunakan adalah model Teams
Games Tournament (TGT). Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru sudah sesuai dengan RPP
yang disiapkan dan mengaktifkan siswa terlibat
dalam pembelajaran. Guru tidak hanya mengajar
saja tetapi memberikan nilai-nilai kehidupan
seperti pentingya ilmu ekonomi serta kerjasama.
Pendapat Kennet (Rusman,2013,p.326)
bahwa implementasi pembelajaran efektif
meliputi tujuh langkah yang sudah dijalankan
oleh guru. Tujuh langkah tersebut yaitu: (1)
perencanaan, (2) perumusan tujuan/ kompetensi,
(3) pemaparan perencanaan kepada siswa, (4)
proses pembelajaran dengan berbagai strategi,
(5) evaluasi, (6) menutup proses, (7) tindak
lanjut. Kondisi pembelajaran, keadaan siswa
sangat mendukung untuk pembelajaran ekonomi.
Pengalaman mengajar yang dimiliki guru,
relasi guru dengan siswa-siswi yang dekat
mempermudah dalam pengelola kelas sehingga
kelas konduksif. Dengan kelas yang konduksif
mempermudah dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan siswa yang aktif mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran. Di SMA Negeri
Gamping dalam pembelajaran model TGT
dengan pendekatan saintifik melibatkan peran aktif siswa. Prinsip belajar kooperatif melibatkan
peran aktif siswa.
Dalam model TGT Slavin (Rusman,
2013,p.22) mengemukakan pendapat bahwa
pembelajaran kooperatif model TGT ada 5 tahap
yaitu: (1) penyajian kelas, (2) belajar dalam
kelompok, (3) permainan, (4) pertandingan,
(5) penghargaan. Kelima tahap tersebut dalam
penelitian ini sudah dijalankan, hal ini terihat
dari pengamatan. Guru menyajikan film tentang uang, berikutnya siswa belajar dalam kelompok
yang telah dibentuk secara heterogen baik jenis
kelamin, dan tingkat pengetahuan. Di dalam
kelompok diberi materi atau soal yang untuk
dikerjakan, setelah itu dipresentasikan.
Tahap ketiga dan keempat siswa bermain
game dan turnamen . Pada tahap permainan dan
turnamen yang pertama: setiap kelompok diberi
lembar kerja siswa yang berupa teka-teki silang.
Lembar kerja tersebut dikerjakan bersama-sama.
Pada tahap permainan dan turnamen yang
kedua: setiap kelompok diberi lembar kerja yang
tempelkan di papan tulis, lembar pertanyaan
disediakan di bawah papan tulis. Ada 12
pertanyaan sehingga setiap orang mendapatkan
soal 2 pertanyaan secara bergiliran dengan durasi
waktu 15 detik. Pada tahap permainan dan
turnamen ketiga: pertanyaan rebutan, siswa yang
terlebih dulu memberikan isyarat dengan tunjuk
jari untuk menjawab. Apabila jawaban benar
mendapai nilai 10 tetapi kalau salah -10. Setelah
selesai maka nilai pada game dan turnamen 1, 2,
dan 3 dijumlahkan untuk menentukan kelompok
yang terbaik.
Kelompok yang nilainya paling banyak
mendapatkan penghargaan berupa barang yaitu
permen. Seluruh aktivitas TGT sudah dilalui dan
menurut pendapat para siswa semuanya merasa
senang dan berminat. Pendapat siswa melalui
lembar refleksi bahwa dengan model TGT siswa dapat lebih aktif, lebih senang, lebih berminat
sehingga medapatkan pengetahuan yang mudah
melalui pembelajaran dengan model TGT.
Sumber belajar seperti handout atau
materi sudah ada karena siswa mempunyai
buku pegangan. Selain itu materi-materi mudah
didapatkan melalui internet sehingga mudah
diakses oleh para siswa karena sebagian besar
siswa memiliki HP yang bisa untuk akses internet.
Fasilitas internet difasilitasi oleh pihak sekolah
sehingga mendukung internet sebagai sumber
belajar. Dukungan sekolah lainnya dalam proses
pembelajaran dengan ruang untuk pembelajaran
131Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
mendukung seperti ruangan yang cukup luas
dengan ukuran 9 m x 8 m, kelas dilengkapi LCD
Projektor, peraturan yang diterapkan berjalan
serta suasana kelas atau sekolah kondusif untuk
pembelajaran karena jauh dari jalan raya.
Pendekatan saintifik dalam penelitian ini tampak pada siswa mengamati film tentang uang mengamati PowerPoint yang disajikan
oleh guru, serta media internet sebagai sumeber
belajar Setelah adanya film, PowerPoint dari
guru, siswa bertanya kepada guru maupun
kepada siswa lain yang tergabung dalam
kelompok yang heterogen. Tahapmengumpulkan
informasi, mengasosiasi, berpendapat terlihat
dalam kerja kelompok. Guru memberikan soal
atau pertanyaan yang bisa memotivasi siswa
berdiskusi. Tahap mengomunikasikan bahwa
hasil dari diskusi dipresentasikan di depan kelas.
Pendekatan saintifik berakitan dengan metode pembelajaran kooperatif model TGT sehingga
siswa mengalami pembelajaran.
Keefektifan model TGT dengan pendekatan
saintifik.
Tabel 2. Analisi Hasil Belajar Ekonomi Kelas Jigsaw di SMA Negeri 1 Prambanan dengan
uji t paried sample test.
No Hasil Belajar
Ranah
Rerata
Pretest
Rerata
Posttest
Peningkatan t hitung Sig
1 Kognitif 67,17 82,21 15,04 8,866 0,00
2 Afektif 78,34 86,86 8,52 8,717 0,00
3 Psikomotorik 77,00 87,45 10,45 9,757 0,00
Hipotesis Penelitian:
Ho: t hitung
< t tabel
(2,04) dan p > α= 0,05 Model Jigsaw dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran ekonomi tidak meningkatkan
kemampuan siswa yang berarti tidak efektif.
Ha: t hitung
> ttabel
(2,04) dan p < α= 0,05 Model Jigsaw dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran ekonomi meningkatkan
kemampuan siswa yang berarti efektif.
Hasil analisis menggunakan uji t Paired
Samples Test pada pretest dan posttest ranah
kognitif meningkat 15,034 dan diperoleh nilai
t hitung
hasil belajar ranah kognitif 8,866 melebihi
nilai t tabel
2,04 dengan taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 15,034 atau 22,38% , nilai t
hitung melebihi t
tabel dengan signifikansi 0,0000 maka dapat
disimpulkan pembelajaran ekonomi dengan
model Jigsaw dengan pendekatan saintifik efektif untuk aspek kognitif. Pretest dan posttest ranah
afektif meningkat 8,17 dan diperoleh nilai thitung
hasil belajar ranah afektif 8,717, melebihi nilai
t tabel
2,04 dengan taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 8,17 atau 10,87% , nilai t
hitung melebihi t
tabel dengan
signifikansi 0,0000 maka dapat disimpulkan pembelajaran ekonomi dengan model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik efektif untuk ranah
afektif. Pretest dan posttest ranah psikomotorik
meningkat 10,448 dan diperoleh dan nilai thitung
hasil belajar ranah psikomotorik 9,757 melebihi
nilai t tabel
2,04 dengan taraf signifikansi 0,000 < sig α 0,05. Adanya peningkatan rerata sebesar 10,448 atau 13,57% , nilai t
hitung melebihi t
tabel dengan signifikansi 0,0000 maka dapat
disimpulkan pembelajaran ekonomi dengan
model Jigsaw dengan pendekatan saintifik efektif untuk ranah psikomotorik.
Pembelajaran ekonomi dengan model
Jigsaw dengan pendekatan saintifik efektif untuk ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik di SMA Negeri 1 Prambanan,
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yaitu: (1) Mengduo, Qiao & Xiaoling, Jin (2010)
menjelaskan bahwa teknik Jigsaw adalah cara
yang efektif untuk meningkatkan partisipasi
dan antusiasme siswa dalam pelajaran bahasa
untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik, (2)
Kartikawati (2012) menyimpulkan bahwa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil pembelajaran ranah kognitif
rerata ranah kognitif dan ketuntasan belajar naik.
(3) Adams (2013) menjelaskan bahwa teknik
Jigsaw sangat bermanfaat. Siswa mengalami
perkembangan dan berminat dalam kerjasama
dengan teman-temannya, sebagian besar siswa
aktif selama dan setelah pembelajaran. (4) Akan
132 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
tetapi penelitian ini tidak sependapat dengan
penelitian Sengul, Sare & Katranci, Yasemin
(2014) menjelaskan bahwa teknik jigsaw tidak
memiliki pengaruh pada peningkatan sikap
siswa terhadap matematika tetapi ada perbedaan
signifikan berdasarkan skor yang diperoleh dari posttest.
Pembelajaran efektif menurut Sani
(2013.p.43) tidak terlepas dari peran guru yang
efektif, kondisi pembelajaran yang efektif,
keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/
lingkungan belajar yang mendukung. Di SMA
Negeri 1 Prambanan peran Guru ekonomi sangat
penting dengan pengalaman yang cukup punya
peranan yang tinggi. Kesiapan guru mengajar
baik secara mental maupun secara administrasi.
Pengalaman guru mengajar sudah 31 tahun
dengan golongan IVa bisa dikategorikan guru
senior sehingga punya pengalaman untuk
mengelola sekolah. Rencana untuk pembelajaran
sudah disiapkan seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran tentang sistem pembayaran
dan alat pembayaran untuk kelas X, media
yang di gunakan yaitu PowerPoint, metode
yang digunakan adalah model Jigsaw. Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru sudah sesuai
dengan RPP yang disiapkan dan mengaktifkan
siswa terlibat dalam pembelajaran. Guru tidak
hanya mengajar saja tetapi memberikan nilai-
nilai kehidupan seperti pentingya ilmu ekonomi
serta kerjasama.
Melihat dari pendapat Kennet
(Rusman,2013,p.326) bahwa implementasi
pembelajaran efektif meliputi tujuh langkah
yang sudah dijalankan oleh guru. Tujuh langkah
teersebut yaitu: (1) perencanaan, (2) perumusan
tujuan/ kompetensi, (3) pemaparan perencanaan
kepada siswa, (4) proses pembelajaran dengan
berbagai strategi,(5) evaluasi, 6) menutup proses,
(7) tindak lanjut.
Kondisi pembelajaran, keadaan siswa
sangat mendukung untuk pembelajaran ekonomi.
Pengalaman mengajar yang dimiliki guru,
relasi guru dengan siswa-siswi yang dekat
mempermudah dalam pengelolaan kelas sehingga
kelas konduksif. Dengan kelas yang konduksif
mempermudah dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan siswa yang aktif mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran. Di SMA Negeri
1 Prambanan dalam pembelajaran model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik melibatkan peran
aktif siswa. Prinsip belajar kooperatif melibatkan
peran aktif siswa.
Dalam model Jigsaw, Slavin (Rusman,
2013,p.22) mengemukakan pendapat bahwa
pembelajaran kooperatif model Jigsaw ada
5 tahap yaitu: (1) membaca, (2) diskusi
kelompok ahli, (3) laporan kelompok, (4) kuis,
(5) perhitungan skor kelompok dan penghargaan.
Kelima tahap tersebut dalam penelitian ini sudah
dijalankan, hal ini terihat dari bukti pengamatan.
Guru menyajikan film tentang uang, berikutnya siswa berkelompok dengan kelompok yang telah
dibentuk secara heterogen baik jenis kelamin, dan
tingkat pengetahuan. Di dalam kelompok ada 4
sampai 5 orang. Berikutnya siswa menentukan
sendiri berdasarkan kesepakatan kelopompok
topik atau tema yang akan dibaca untuk dipelajari
masuk tahap pertama yaitu membaca.
Pada tahap kedua siswa yang mendapat
tema yang sama berkelompok untuk diskusi
sebagai tahap kelompok ahli. Ada 5 topik atau
tema yang ditentukan oleh guru dalam topik ini.
Pada tahap ketiga laporan kelompok yaitu para
ahli tersebut menyampaikan laporan kepada
kelompok yang materi berbeda dalam kelompok
semula.
Sebelum tahap keempat diadakan kuis,
dalam penelitian ini diberi tambahan diskusi
untuk mengembangkan dan memperdalam
materi. Soal diskusi diberikan ke semua
kelompok untuk di bahas. Setelah dibahas
kemudian dilaporkan melalui presentasi tiap
kelompok. Setelah diskusi dan presentasi
kelompok guru memberikan penguatan dan
peneguhan kembali melalui penjelasan dan tanya
dengan media PowerPoint. Tahap keempat yaitu
kuis atau tagihan. Setelah tagihan dilakukaan
perhitungan dan penghargaan. Seluruh aktivitas
model jigsaw sudah dilalui dan menurut pendapat
siswa semuanya senang dan berminat. Pendapat
ini didapatkan dari refleksi siswa.Pendapat dari refleksi siswa bahwa dengan model jigsaw siswa dapat lebih aktif, lebih senang, lebih berminat
sehingga medapatkan pengetahuan yang mudah
melalui pembelajaran dengan model Jigsaw.
Sumber belajar seperti handout atau
materi sudah ada karena siswa mempunyai buku
pegangan, materi-materi mudah didapatkan
melalui internet sehingga mudah diakses
oleh para siswa karena sebagian besar siswa
133Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
memiliki HP yang bisa untuk akses internet.
Fasilitas internet difasilitasi oleh pihak sekolah
sehingga mendukung internet sebagai sumber
belajar. Dukungan sekolah lainnya dalam proses
pembelajaran dengan ruang untuk pembelajaran
mendukung seperti ruangan yang cukup luas
dengan ukuran 9 m x 8 m, kelas dilengkapi LCD
projector, suasana kelas atau sekolah kondusif
pembelajaran karena jauh dari jalan raya.
Pendekatan saintifik dalam penelitian ini tampak pada siswa mengamati film tentang uang, membaca buku, mengamati PowerPoint yang
disajikan oleh guru, serta media internet sebagai
sumber belajar. Setelah film dan PowerPoint
ditayangkan guru, siswa bertanya kepada guru
maupun kepada siswa lain yang tergabung dalam
kelompok yang heterogen. Tahap mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, berpendapat terlihat
dalam kerja kelompok. Guru memberikan
soal atau pertanyaan yang bisa memotivasi
siswa berdiskusi. Tahap mengomunikasikan
hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas.
Pendekatan saintifik berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw sehingga
siswa mengalami pembelajaran.
Komparasi keefektifan model TGT dan Model
Jigsaw dengan pendekatan saintifik.
Uji multivariat dalam analisis ini untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dua model
TGT dan Jigsaw dengan 3 aspek yaitu aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Tabel 3. Hasil Uji Hotelling’s antara Model
TGT dan Jjigsaw Gain score setelah Perlakuan.
Nilai F Derajat Kebe-basan
Derajar Bebas Error
Sig
0,611 11,607 3 57 0,00
Hipotesis Penelitian:
Ho: Fhitung
= Ftabel
(3,15) dan p > α= 0,05 Model TGT dan model Jigsaw dengan pendekatan
saintifik pada pembelajaran ekonomi tidak ada perbedaan gain score kedua model
tersebut.
Ha: Fhitung
= Ftabel
(3,15) dan p < α= 0,05 Model TGT dan model Jigsaw dengan pendekatan
saintifik pada pembelajaran ekonomi ada perbedaan gain score kedua model tersebut.
Berdasarkan tabel tersebut tampak
nilai Fhitung
= 11,607 = F tabel
=3,15 dan
siginifikansi diperoleh dari uji multivariat untuk membandingkan gain scoreranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik adalah p= 0,000
< 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak,
dengan demikian ada perbedaan gain score
hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif, ranah
psikomotorik siswa untuk materi yang diajarkan
antara kelompok TGT dan kelompok Jigsaw.
Uji t paried sample test membandingkan
Gain Score dan indeks gain score dalam analisis
lanjutan untuk mengetahui perbedaan lebih lanjut
dua model TGT dan Jigsaw dengan 3 aspek yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tabel 4. Komparasi Model TGT dan dengan uji t paried sample test Membandingkan Gain Score
No Hasil Belajar
Ranah
Gain Score
TGT
Gain Score
Jigsaw
Nilai F T Hitung Sig
1 Kognitif 25,69 15,04 0,669 4,069 0,000
2 Afektif 4,69 8,52 1,826 -3,199 0,002
3 Psikomotorik 8,69 10,45 0,400 0,978 0,332
Hipotesis Penelitian:
Ho: t hitung
= t tabel
(2,04) dan p > α = 0,05 kelompok eksperimen model TGT dengan
pendekatan saintifik tidak memiliki perubahan yang signifikan dibanding dengan kelompok eksperimen model Jigsaw dengan
pendekatan saintifik.
Ha: t hitung
= t tabel
(2,04) dan p < α = 0,05 kelompok eksperimen model TGT
dengan pendekatan saintifik memiliki perubahan yang signifikan dibanding dengan kelompok eksperimen model
Jigsaw dengan pendekatan saintifik.
134 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
Tabel 5. Indeks Gain Score Model TGT dan Model Jigsaw.
No Model Kognitif Afektif Psikomotorik Jumlah
1 TGT 60,49% 22,94% 36,48% 120,91%
2 Jigsaw 45,80% 39,33% 45,44% 130,57%
hitung 3,199 =t tabel 2,04; p: 0,002 <0,05 dan
Indeks Gain pada TGT 22,94% lebih kecil
dibandingkan dengan indeks gain model jigsaw
39,33% yang berarti model Jigsaw dengan
pendekatan saintifik memilki perubahan yang signifikan hasil belajar afektik dibandingkan model TGT dengan pendekatan saintifik. Hal ini diperkuat dengan sumbangan keefektifan (effect
size) model Jigsaw sebesar 13,15% dibandingkan
dengan model TGT.
Model pembelajaran TGT dan Jigsaw
memotivasi siswa untuk kerjasama dalam
kelompok. Kerjasama yang baik akan mudah
dalam menerima dan memahami permasalahan
yang ada. Permasalahan yang ada bisa
diselesaikan melalui diskusi karena menerima
banyak pendapatan atau pengetahuan yang baru
sehingga mempermudah dalam menerima materi.
Pada model TGT dan Jigsaw kebersamaan
dimulai dari pengelompokan yang heterogen.
Sikap menerima perbedaan sebagai langkah awal
untuk kerjasama yang lebih kuat.
Hasil belajar ranah afektif dengan model
TGT dan model Jigsaw bersifat positif didukung
dengan hasil penelitian Slavin, R.E & Karweit,
N.L., (1981) tentang “Cognitif and affective
outcomes of an intensive student team learning
experience” menyimpulkan dalam penelitiannya
bahwa penggunaan metode STAD, TGT, dan
Jigsaw menghasilkan hasil yang posistif dalam
persahabatan mahasiswa, keinginan sekolah,
harga diri dan prestasi membaca siswa.
Model pembelajaran TGT dan Jigsaw
siswa dibangun dengan ketika siswa diterima
dalam kelompok, berani mengungkapkan,
memperoleh perhatian atau penghargaan dari
orang lain. Di dalam kelompok siswa berani
mengungkapkan pendapat merupakan hal yang
baik karena bisa mengomunikasi kepada orang
lain sehingga dalam pendekatan saintifik langkah mengomunikasi terjadi terlihat dari hasil refleksi siswa.
Hasil komparasi Gain Score bahwa model
TGT dengan pendekatan saintifik ada perbedaan
Hasil analisis Gain Score dengan Uji t
terlihat perbedaan pada pada taraf 0,05 dan t hitung
4,069 = t tabel
2,04; p: 0,182 >0,05 dan Indeks
Gain pada TGT 60,49% lebih besar dibandingkan
dengan indeks gain model jigsaw 45,80% yang
berarti model TGT dengan pendekatan saintifik memilki perubahan yang signifikan hasil belajar ranah kognitif dibandingkan model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik. Hal ini diperkuat dengan sumbangan keefektifan (effect size)
model TGT sebesar 20,32% dibandingkan
dengan model Jigaw.
Menurut Vygotsky, dalam pembelajaran
siswa dibimbing oleh orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih kompeten untuk memahami
sesuatu. Di dalam pembelajaran ekonomi dengan
model TGT dan Jigsaw siswa lebih mudah
memahami dengan berdiskusi dan bermain
dengan teman dalam kelompok. Siswa berada
dalam kelompok dapat bertanya kepada teman
yang lebih kompeten sehingga siswa dapat
saling membantu. Kegiatan yang aktif dalam
kelompok membuat suasana tidak jenuh atau
tegang dalam pembelajaran. Suasana tersebut
dalam lebih mudah memahami materi yang
sulit, membosankan lebih mudah diatasi adanya
keterbukaan dengan teman lainnya.
Menurut teori kognitif bahwa kebebasan
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar sangat diperlukan agar belajar lebih
bermakna. Dalam model TGT dan Jigsaw siswa
diberi kebebasan untuk membaca dari berbagai
sumber aja seperti buku pelajaran dan internet
sehingga siswa dipacu untuk aktif mempelajari
materi secara mandiri. Berbagai macam aktivitas
dan kegiatan yang dapat dilakukan siswa dalam
proses pembelajaran membuat siswa lebih aktif
untuk belajar. Tingginya tingkat aktivitas siswa
di dalam pembelajaran ekonomi dengan model
TGT dan Jigsaw dengan pendekatan saintifik menunjukkan bahwa keaktifan pembelajaran
didominasi oleh siswa.
Hasil analisis Gain Score dengan uji t
terlihat perbedaan pada pada taraf 0,05 dan t
135Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
keefektifan dengan perbandingan gain score lebih
tinggi dibandingkan dengan dan model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik. Hasil pengamatan bahwa dengan model TGT dalam bermain dan
berkompetisi bisa memunculkan sifat ego bagi
siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi
sehingga kurang membantu teman lainnya.
Hasil yang diperoleh dalam kompetisi tinggi
tetapi didominasi oleh yang lebih pandai. Pada
model Jigsaw bahwa masing-masing sebagai ahli
dan kalau belum bisa mereka saling membantu
sehingga kerjasamanya lebih baik. Mereka tidak
berebut untuk memenangkan pertandingan
melainkan saling membantu dan melengkapi.
Hasil analisis Gain Score dengan Uji
t terlihat tidak ada perbedaan pada pada taraf
0,05 dan t hitung 0,978 < t tabel 2,04; p:
0,332> 0,05 berarti model TGT dan model
Jisaw dengan pendekatan saintifik tidak ada perbedaan keefektifan untuk hasil belajar
ranah psikomotorik. Hal ini diperkuat dengan
sumbangan keefektifan (effect size) model TGT
sebesar 0,07% dibandingkan dengan model
Jigsaw. Namun kalau dilihat dari indeks gain
pada Jigsaw 45,44% lebih besar dari indeks gain
TGT 36,48% sehingga bisa dikatakan Model
Jigsaw ada perbedaan keefektifan dengan gain
score lebih tinggi dibanding model TGT.
Dalam model TGT dan Jigsaw siswa
diberi kebebasan untuk membaca dari berbagai
sumber ajar seperti buku pelajaran dan internet
sehingga siswa dipacu untuk aktif mempelajari
materi secara mandiri. Model pembelajaran
TGT dan Jigsaw siswa dibangun dengan
ketika siswa diterima dalam kelompok, berani
mengungkapkan, memperoleh perhatian atau
penghargaan dari orang lain. Hasil belajar ranah
psikomotorik hasilnya sama efektinya dengan
model TGT dan dengan model Jigsaw. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian dari : (1)
Persky & Pollack, GM. (2009) tentang “Hybrig
Jigsaw to Teaching Renal Clearence Cocsept:”
menjelaskan bahwa hasil belajar siswa tidak
ada perbedaan dalam kinerja antara model TGT
dibandingkan model Jigsaw. (2) Hasil penelitian
Sare Sengul & Yasemin Katranci. (2014) tentang
“Effects of jigsaw technique on mathematics self-
efficacy perceptions of seventh grade primary school students” menjelaskan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest
dengan posttest siswa tetapi teknik jigsaw
memiliki efek persepsi siswa yang maju pada
matematika.
Pendekatan saintifik sangat membantu dalam memahami karena siswa diajak langsung
terlibat dalam pembelajaran secara kronologis
atau secara ilmiah. Siswa melihat sesuatu,
bertanya hal-hal yang kurang jelas atau kurang
dimengerti, bertanya kepada teman dalam
kelompok atau kepada guru. Komunikasi dua
arah tercipta interaksi antarsiswa, siswa mau
mendengarkan, menjelaskan terlihat dalam
diskusi model TGT maupun model Jigsaw.
Belajar secara sistimetis memudahkan siswa
memahami ilmu pengetahuan.
Berdasarkan perhitungan analisis gain
score model TGT diperoleh indeks gain hasil
belajar ranah kognitif= 60,49%, indeks gain hasil
belajar ranah afektif= 22,94%, dan indeks gain
hasil belajar ranah psikomotorik 36,48% sehingga
apabila dijumlahkan 120,91% sedangkan untuk
model Jigsaw diperoleh indeks gain hasil
belajar ranah kognitif= 45,80%, indeks gain
hasil belajar ranah afektif= 39,94%, dan indeks
gain hasil belajar ranah psikomotorik 45,44%
sehingga apabila dijumlahkan 130,57% . Jumlah
indeks gain ranah kognitif, ranah afektif, ranah
psikomotorik model TGT=120,91% lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah indeks gain ranah
kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik model
Jigsaw=130,57% sehingga bisa dikatakan model
Jigsaw ada perbedaan keefektifan dibandingkan
model TGT.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Hasil analisis dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut1) Model pembelajaran Teams Games
Tournamentdan model Jigsaw dengan pendekatan
saintifik efektif meningkatkan kemampuan ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. (2)
Ada perbedaan keefektifan pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dengan model Jigsaw
dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Sleman. (a)
Perbedaan keefektifan model TGT dibandingkan
model Jigsaw dibuktikan dengan analisis Gain
Score pada model TGT 60,49% lebih tinggi
besar dibandingkan indeks gain model Jigsaw
45,80%, sumbangan keefektifan model TGT
19,14% dibandingkan dengan model Jigsaw.
136 - Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
(b) Perbedaan keefektifan dibandingkan model
TGT dibuktikan dengan analisis Gain Score pada
model Jigsaw 39,33% lebih besar dibandingkan
indeks gain model TGT 22,94%, sumbangan
keefektifan model jigsaw 13,15% dibandingkan
dengan model TGT.(c) Tidak ada perbedaan
kefektifan model TGT dan model Jigsaw
dibuktikan dengan sumbangan keefektifan model
Jigsaw 0,07% dibandingkan dengan model TGT
walaupun indeks gain pada model Jisaw 45,44%
lebih besar dari indeks gain model TGT 36,48%.
Implikasi
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen yang berusaha mengambarkan
pengaruh model Teams Games Tournament dan
Jigsaw dalam pembelajaran ekonomi SMA Negeri
di Kabupaten Sleman. Berdasarkan kesimpulan,
penelitian ini menunjukkan implikasi sebagai
berikut: (1) Secara teori model Teams Games
Tournament dan Jigsaw dengan pendekatan
saintifik menjadi alternatif model pembalajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kompetensi ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotorik dalam pembelajaran
ekonomi. (2) Model pembelajaran Team Games
Tournament menumbuhkan persaingan sehat
antara kelompok yang satu dengan yang lain
menjadikan suasana gembira atau suasana tidak
tegang sehingga akan meningkatkan motivasi
dan ketertarikan mengikuti pelajaran. (3) Model
pembelajaran jigsaw menumbuhkan suasana
untuk menguasai bahan karena merasa malu
kalau tidak bisa menjelaskan kepada teman dalam
kelompok sehingga termotivasi untuk menguasai
materi. Siswa lebih percaya diri dengan materi
yang telah dipahami untuk menjelaskan kepada
teman lannya. (4) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran Teams Games
Tournament dan Jigsaw dengan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran ekonomi SMA mampu meningkatkan kemampuan ranah
kognitif, kemampuan ranah afektif, dan
kemampuan ranah psikomotorik.
Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan
memperhatikan keterbatasan penelitian, saran
yang dapat disampaikan sebagai berikut: (1)
Disarankan kepada guru agar kedua model
pembelajaran Teams Games Tournament dan
Jigsaw dengan pendekatan saintifik dapat
digunakan oleh para guru dalam pembelajaran
ekonomi karena dari hasil refleksi siswa merasa senang, berminat, dan bermanfaat
dalam mengikuti pembelajaran dengan model
tersebut. (2) Disarakan kepada kepala sekolah
agar merekomenasikan kepada guru terutama
guru ekonomi untuk menggunakan model
pembelajaran Teams Games Tournament
dan Jigsaw dengan pendekatan saintifik. (3) Disarankan kepada peneliti lain untuk mengkaji
penerapkan model pembelajaran Team Games
Tournament dan Jigsaw dengan pendekatan
saintifik dapat diteliti lebih lanjut dengan materi dan variabel dependen yang lain.
Daftar Pustaka
Adams, F.H. (2013). Using jigsaw technique an
effective way of promoting cooperative
learning among primary six pupils in Fijai.
International Journal of Education and
Practice, 1 (6): 64-74.
Arsaythamby, V.& Sitie, C. (2013). Fostering
students attitudes and achievemengt in
probalility using teams games tournament.
Procedia Sosial and Behavioral Science
(93). 59-64.
Diklat Guru Implementasi kurikulum 2013.
(2013). Mata diklat: 2 analisis materi ajar
jenjang SD/SMP/SMA mata pelajaran:
konsep pendekatan saintifik. Kementerian
Pendidikan dan kebudayaan.
Emzir. (2013). Metodologi penelitian pendidikan
kuantitatif & kualitatif. Jakarta: PT.
Rajawali Press.
Ke, Fengfeng & Grabowski, Barbara. (2007).
Gameplaying for maths Learning:
Cooperative or not?. British Journal of
Educational Technology. 38 (2): 149-259.
Gonzales, A., Jennings, D,. & Manriquez, L.
(2014). Multi-faceted impact of a team
games tournament on the ability of the
learners to engage and develop their own
critical skill set. International Journal
of Engineering Education, 30 (5): 1213-
1224.
Kedaulatan Rakyat. (23 November 2014).
Implementasi kurikulum 2013 Guru
sebagai subjek perubahan. hal 2.
Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Stanne. M.B.
(2000). Cooperative learning methods: a
137Keefektifan Model TGT dan JIGSAW dengan......
FX. Agus Hariyanto, Darmiyati Zuchdi
Harmoni Sisial: Jurnal Pendidikan IPS
Volume 3, No 2, September 2016
meta-analysis. Minnesota: Univercity of
Minnesota.
Kartikawati, C. E. (2012). Peningkatan aktifitas dan prestasi belajar menyusun laporan
keuangan melalui metode pembelajaran
kooperatif model Jigsaw bagi siswa kelas
X akuntansi 3 SMK N 4 Klaten semester
genap tahun 2012. Jurnal pendidikan
Ekonomi & Akuntansi USD. 6 (1): 1-20.
Kemendikbud. (2013). Diklat guru implementasi
kurikulum 2013: materi pelajaran konsep
pendekatan scientific. Jakarta.
Persky, A.M., & Pollack, G.M. (2009). A
hybrid jigsaw approach to teaching renal
clearence cocepts. American Journal of
Pharmaceutical Education. Univercity of
North California at Chapel Hill. 73 (3):
49.
Kedaulatan Rakyat. (19 November 2014).
Perbaikan metode mengajar jadi keharusan.
hal 10.
Kedaulatan Rakyat. (27 November 2014).
Perbaikan metode jadi keharusan masih
banyak Guru yang tidak kreatif. hal 10.
Mengduo, Qiao & Xiaoling, Jin. (2010). Jigsaw
strategy as cooperative learning technique:
focusing on the language learners. Chinese
Journal of Applied Liguistics (Bimonthly).
33 (4).
Rusman (2013). Model-model pembelajaran:
mengembangkan profesionalisme guru.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Saptono, L. (2011). Implemantasi model
team games tournament sebagai upaya
meningktakan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran ekonomi. Jurnal pendidikan
Ekonomi & Akuntansi USD. 4 (2), 35-45.
Senggul, Sare & Katranci,Yasemin. (2014).
Effects of jigsaw technique on mathematics
self-efficacyperceptions of seventh grade primary school students. Procedia and
Behavior Science.116, 333-338.
Senggul, Sare & Katranci,Yasemin.(2014).
Effects of jigsaw technique on seventh
grade primary school students attitute
towards matematics. Procedia and
Behavior Science.116, 339-344.
Slavin, R.E. & Karweit, N.L. (1981). Cognitif
and affective outcomes of an intensive
student team learning experience. The
Journal ofExperiemental Education, Vol
50, Issu 1, 29-35.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Wiersma, W. (1995) Research methods in
education.6thedition, Needham Heights,
Massachusetts: Allyn and Bacon, A Simon
and Schuster Company.