Upload
unsoed
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peranan gigi dalam kehidupan manusia sangat penting karena selain berfungsi
sebagai organ pengunyahan, tetapi juga memiliki fungsi estetik dan membantu
fonetik atau proses bicara dalam kehidupan sehari-hari. Gigi dapat patah, rusak
sebagian atau seluruh mahkotanya. Apabila gigi tidak segera dirawat, maka akan
timbul berbagai masalah misalnya migrasi gigi dan gangguan oklusi gigi. Namun,
seiring bertambahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan gigi bagi
kehidupan dan meningkatnya perkembangan ilmu di bidang kedokteran gigi,
karies yang telah meluas sampai ke pulpa kini tidak harus dilakukan pencabutan,
tetapi dapat dilakukan perawatan saluran akar untuk mempertahankannya.
Pasca perawatan saluran akar, gigi memiliki masalah tersendiri. Gigi tanpa pulpa
memerlukan perawatan yang berbeda dari gigi vital karena kelembaban
internalnya berkurang dan pengurangan dentin selama perawatan saluran akar
akan mempengaruhi struktur gigi yang masih ada.1
Ilmu restorasi kedokteran gigi saat ini terus berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu material dan teknologi. Pasak dan inti pada perawatan
endodonti digunakan pada gigi yang bagian dari mahkotanya hilang, tetapi tidak
lebih dari satu setengah bagian dari mahkota tersebut yang hilang. 2
Penggunaan pasak telah banyak dikembangkan dan bahan yang umumnya
digunakan sebagai pasak gigi baik pabrikan maupun individual diantaranya
adalah pasak logam, pasak fiber, dan pasak berbasis resin. Bahan tersebut
merupakan material yang cukup baik, hanya saja harganya cukup mahal.3
Selain jenis – jenis tersebut, terdapat jenis pasak lain yaitu pasak keramik.
Menurut beberapa hasil penelitian, pasak keramik seperti zirkonia, alumina dan
silika memiliki kekuatan tinggi dan estetik yang cukup memuaskan. Prosedur
stabilisasi dengan elemen material lain pun akan menghasilkan mekanisme
transformation toughening yang dapat menghambat terjadinya crack
propagation atau penjalaran retakan.3
1
Masyarakat Indonesia masih belum familiar dengan perawatan gigi
menggunakan pasak karena harganya cukup mahal serta untuk mendapatkannya
Indonesia harus mengimport pasak dari luar negeri, padahal Indonesia sendiri
memiliki kekayaan alam yang berlimpah dan dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan pasak gigi, salah satunya adalah kaolin. Kaolin adalah massa batu-
batuan tanah lempung kualitas tinggi yang mengandung besi dalam kadar yang
rendah sekali dan biasanya berwarna putih atau mendekati putih. Kaolin
merupakan bahan pengisi berwarna putih yang paling banyak dimanfaatkan
karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu sifat mekanik yang cukup baik, ramah
lingkungan, dan biokompatibilitas pada tubuh manusia. Keunggulan lainnya
karena harga kaolin yang murah.4 Kaolin berpotensi menjadi alternatif bahan
dasar untuk pembuatan pasak gigi karena sifat – sifatnya dan rasionalitas
pemanfaatannya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai pemanfaatan kaolin sebagai dental material pembuatan pasak gigi.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah literature review ini adalah “Bagaimana pemanfaatan kaolin
sebagai dental material pembuatan pasak gigi?”
Tujuan
Literature review ini bertujuan untuk menjelaskan inovasi pemanfaatan kaolin
sebagai dental material pembuatan pasak gigi
Manfaat
Manfaat literature review ini adalah sebagai sumber informasi tentang material
pasak gigi yang terbuat dari bahan yang tersedia di alam terutama mengenai
sintesis material pasak gigi menggunakan kaolin.
TINJAUAN PUSTAKA
Pasak Gigi
Pasak adalah bagian dari restorasi yang dimasukkan ke dalam saluran akar yang
berfungsi memperkuat struktur akar gigi setelah dilakukan preparasi. Pasak
2
berfungsi untuk medistribusikan tekanan melalui jaringan gigi yang tersisa juga
untuk perlindungan sisa gigi terhadap pembebanan. Pasak yang ideal perlu
memperhatikan bentuk retensi dan resistensi. Retensi pasak merujuk pada
kemampuan pasak untuk menahan gaya vertikal, sedangkan resistensi merujuk
pada kemampuan pasak dan gigi untuk menahan gaya lateral dan rotasi.5
Anatomi gigi dengan pasak dapat dilihat pada Gambar 1.
Bahan pasak dapat dibuat secara pabrikan maupun individual (custom). Pada
bahan dengan buatan pabrik diperlukan seleksi sebelumnya untuk menyesuaikan
bentuk saluran akar, sedangkan pasak individual dapat dibuat sesuai dengan pola
yang telah dicetak pada saluran akar pasien. Bahan yang umumnya digunakan
sebagai pasak gigi baik pabrikan maupun individual diantaranya yaitu pasak
logam, pasak fiber, pasak keramik, dan pasak berbasis resin.3 Jenis-jenis pasak
gigi dapat dilihat pada gambar 2.
Kaolin
Kaolin merupakan sejenis clay yang sangat terkenal dalam industri keramik.
Kaolin sering disebut juga China clay yang merupakan mineral non logam jenis
tanah liat. Nama kaolin diturunkan dari Gaoling atau Kao-Ling (dataran tinggi) di
Jingdezhen, provinsi Jiangxi, China. Kaolin adalah massa batu-batuan tanah
lempung kualitas tinggi yang mengandung besi dalam kadar yang rendah sekali
dan biasanya berwarna putih atau mendekati putih. Kaolin merupakan pengisi
putih yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan,
terutama karena harganya yang murah. Kaolin disediakan dengan empat cara
yang berbeda, yaitu pengapungan udara (air-floated), pembasuhan air (water-
washed), kalsinasi (calcined), dan modifikasi kimia.4
Mineral utama pembentuk kaolin adalah kaolinit dengan rumus kimia
Al2Si2O5(OH)4 dengan rata-rata komposisi berdasarkan persen berat yaitu 39,8%
alumina, 46,3% silika dan 13,9% air. Kaolin digunakan dalam keramik,
kedokteran, pelapisan kertas, sebagai aditif makanan, pada pasta gigi, sebagai
bahan menghamburkan cahaya dalam bola lampu bercahaya putih, dan dalam
kosmetik. Secara umum kaolin merupakan komponen utama pada porselen.
3
Secara komersial, kaolin disediakan dan diangkut dalam bentuk bubuk kering,
semi-dry noodle, atau sebagai liquid.4 Bubuk kaolin dapat dilihat pada Gambar 3.
Teknik Ceramic Foaming
Material keramik (MMCs) secara umum merupakan material porus, yang sangat
berpengaruh terhadap sifat mekaniknya. Ceramic foam merupakan salah satu
contoh porous material, dimana material ini mengandung volume porositas yang
cukup tinggi. Proses pembuatan ceramic foaming secara umum terdiri dari dua
macam, yaitu teknik replikasi dan teknik direct foaming. Teknik direct foaming,
pori-pori material diperoleh dengan cara memasukkan udara pada sebuah media
suspensi, yang kemudian diatur untuk menjaga struktur gelembung udara yang
telah dibuat.6,7
Teknik direct foaming merupakan cara yang mudah, murah, dan fabrikasi
struktur keramik berpori terbuka atau tertutup dengan porositas berkisar 40%
hingga 97% dan ukuran sel antara 30 µm – 1 mm. Teknik direct foaming
membuka luas struktur sel dan sifatnya, dan menghasilkan pori yang lebih kecil.
Pada umumnya, jika pori suatu bahan keramik semakin kecil maka kekuatannya
juga akan meningkat.8
Impregnasi Polymethyl Methacrilate (PMMA)
Impregnasi adalah metode untuk menutup material yang berpori tanpa
mengubah atau mempengaruhi karakteristik fungsi ataupun dimensi dari
material tersebut. Impregnasi sudah banyak digunakan di bidang komersial dan
berlanjut sebagai metode yang lebih cocok untuk aplikasi komponen failsafe
untuk memastikan kedap tekanan. Pada bidang kedokteran gigi, proses
impregnasi telah diperkenalkan dengan gelas fiber untuk bahan pasak yang
diimpregnasi dengan semi-interpenetrating polymer network (semi-IPN) yang
merupakan suatu jaringan dengan polimer linear. Bundel fiber tersebut
diharapkan menempel pada lapisan luar pasak melalui aktifitas kimia selama 5
menit. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan sifat adhesif pasak terhadap
struktur gigi.9
4
Proses impregnasi ini dapat dilakukan pada pori berukuran sekitar 10 –100 Ӑ.
Salah satu bahan yang sering digunakan adalah resin yang berbasis metakrilat,
seperti polymethyl methacrylate (PMMA). Resin berbasis metakrilat dipilih
karena selain sangat stabil secara kimiawi, tidak berubah warna bila diberi
penyinaran dengan sinar ultraviolet, juga cukup memiliki sifat biokompatibel,
dan mulai melunak pada suhu 125˚C, sehingga merupakan polimer yang paling
banyak digunakan di kedokteran gigi. PMMA merupakan gabungan dari
monomer methyl methacrylate yang bersifat sebagai pelarut yang baik. 10
PEMBAHASAN
Beberapa tahun terakhir, sintesis material dari bahan alam banyak menarik
perhatian. Hal ini didorong oleh faktor ekonomi, sebagai sumber daya alam yang
dapat diperbaharui dan sebagai bahan yang relatif murah serta bahan yang
ramah lingkungan.11 Salah satu bahan alam yang dapat digunakan dalam
pembuatan metakaolin sebagai bahan dasar pasak gigi adalah kaolin. Metakaolin
dari pembakaran kaolin saat ini telah dikembangkan menjadi pasak gigi, yang
dikenal dengan pasak keramik.
Pasak keramik dari kaolin memiliki banyak keunggulan. Kaolin merupakan bahan
pengisi berwarna putih yang paling banyak digunakan karena memiliki mekanik
yang cukup baik. Nilai kekerasan kaolin yang masih dalam bentuk mineral murni
adalah 2 - 2,5 dalam skala mohs.4 Dilihat dari segi ekonomis, harga pasak di
Indonesia juga cukup mahal karena harus mengimport pasak dari luar negeri.
Pemanfaatan kaolin ini diharapkan dapat diperoleh dengan harga yang lebih
murah dan mudah didapat karena banyak terdapat di Indonesia.
Syarat mendapatkan pasak yang baik juga dilihat dari sifat mekanik yang
dibentuk. Pasak yang ideal harus memiliki mechanical properties yang baik
seperti modulus elastisitas, kekuatan kompresi, dan kekerasan yang menyerupai
dentin. Pasak dengan kekuatan yang menyerupai dentin lebih menguntungkan
karena pasak akan ditempatkan di area dentin tersebut. Pasak harus cukup keras
dan modulus elastisitasnya harus menyerupai dentin sehingga dapat mencegah
5
terjadinya fraktur pada akar. Pasak harus cukup kaku karena jika terlalu lentur
maka dapat menyebabkan fraktur pada pasak.12
Pasak gigi dapat dibuat berbahan dasar kaolin dengan melakukan pembakaran
kaolin (kalsinasi) untuk mendapatkan metakaolin yang selanjutnya dibuat
menjadi material berporus dengan metode ceramic foaming sehingga dihasilkan
template metakaolin yang memiliki pori yang merata dan tubulen. Proses sintesis
pasak gigi berbahan kaolin menggunakan metode ceramic foaming dengan
komponen-komponen CaO sebagai blowing agent, Aluminium sebagai bubling
dan foaming agent, metakaolin sebagai main powder dan binder serta larutan
NaOH 14 molar, Na2SiO3 (water glass) dan aqua DM sebagai alkali aktivator.
Komponen-komponen tersebut direaksikan secara simultan sesuai persamaan
reaksi sebagai berikut:
Al2O3.2SiO2 (metakaolin) + CaO + Al + Na2SiO3 + NaOH + H2O
kompleks Al-Si-Ca-Na (Template metakaolin).
Template metakaolin tersebut kemudian diimpregnasi dengan Polymethyl
Methacrilate (PMMA) pori – pori dapat tertutupi. Impregnasi merupakan suatu
metode yang berfungsi untuk menutup material berporus tanpa
mempengaruhi karakteristik fungsi ataupun dimensi material tersebut.13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khoerunnisa (2012), uji mechanical
properties dari pasak gigi berbahan dasar kaolin yang dilakukan adalah modulus
elastisitas dan kekerasan.14 Hasilnya diharapkan dapat menyerupai dentin, yaitu
modulus elastisitas adalah 12 Gpa, sedangkan modulus elastisitas pasak gigi
komersil berkisar 8 - 30 Gpa.15 Berdasarkan hasil penelitian uji modulus elastisitas
pada pasak dari kaolin mencapai 0,3 - 1 GPa.14 Walaupun modulus elastisitas
pada pasak dari kaolin lebih rendah dengan modulus elastisitas dentin, namun
tetap dapat digunakan dengan mengatur persentase komposisi dari masing-
masing komponen agar dihasilkan suatu desain pori yang optimal agar PMMA
dapat masuk ke dalam pori sehingga dapat meningkatkan modulus elastisitas.
Hasil pengujian kekerasan yang dilakukan khoerunnisa (2012) menunjukkan
bahwa nilai kekerasan sampel A yaitu pasak kaolin-PMMA dengan aluminium 2%
6
dan sampel B yaitu pasak kaolin-PMMA dengan aluminium 2%. Sampel A
memiliki nilai kekerasan rata-rata 62,05 VHN, sedangkan sampel B memiliki nilai
kekerasan rata-rata sebesar 40,64 VHN. Sampel A memiliki nilai kekerasan lebih
tinggi daripada sampel B karena pada persentase aluminium yang digunakan
adalah sebanyak 2% yang berpengaruh pada reaksi sintesis sehingga dihasilkan
pori-pori yang lebih kecil pada sampel A.14 Pori-pori yang kecil inilah yang
menyebabkan PMMA tidak dapat masuk ke dalam pori-pori dengan sempurna,
sehingga didapatkan nilai kekerasan yang tinggi karena ikatan antar keramik
lebih kompak. Nilai tersebut melebihi nilai kekerasan dari dentin gigi yang telah
dilakukan perawatan saluran akar yaitu 8,57 VHN, sehingga apabila diaplikasikan
dapat menyebabkan fraktur pada akar gigi.16 Serupa dengan modulus elastisitas,
nilai kekerasan pasak ini juga masih bisa ditingkatkan dengan mencari
konsentrasi komponen yang tepat terutama pada kaolin-PMMA dan komponen
lainnya untuk menghasilkan kekuatan yang ideal.
Berdasarkan karakteristik mikrostrukturnya dapat dibuktikan bahwa pasak dapat
dibentuk dari bahan metakaolin menggunakan metode ceramic foaming yang
diimpregnasi oleh PMMA sebagai bahan impregnan pengisi pori. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 3.
Morfologi kaolin-PMMA-4% alumunium pada gambar 4(a) memperlihatkan pori-
pori di permukaan kaolin. Pori-pori tersebut akan terbentuk di dalam material
setelah sampel kaolin melalui proses pengadukan selama kurang lebih 1 menit.
Pada kondisi ini, aluminium akan bereaksi di dalam material dan diprediksi akan
membentuk pori di dalam material sehingga dapat diimpregnasi oleh PMMA dan
pori – pori akan tertutup seperti pada gambar 4(b). Pori-pori yang terbentuk
pada morfologi gambar 3 tidak terdistribusi secara sempurna, tidak homogen,
dan tidak memiliki interkoneksi antar pori serta memiliki ukuran pori yaitu 10–50
µm. Ukuran pori tersebut termasuk dalam klasifikasi makroporus (> 50 nm)
berdasarkan standar IUPAC. Hal tersebut sesuai ukuran pori yang biasa dihasilkan
dengan teknik direct foaming, yaitu pori berukuran makro sekitar 10µm –1,2
mm.17 Ketidaksempurnaan ukuran dan distribusi pori-pori dapat terjadi karena
7
pada waktu pencampuran semua komponen terlalu singkat sehingga campuran
menjadi tidak homogen. Dibutuhkan waktu yang lebih lama dari 2 jam untuk
bahan impregnan agar dapat masuk sempurna melapisi dan menutupi pori
sehingga didapatkan suatu material dengan sifat mekanik yang diinginkan.
Selain itu, untuk mendapatkan pori-pori yang lebih kecil juga bergantung kepada
pada konsentrasi komponen penyusunnya. Hal ini dibuktikan pada perbandingan
ukuran pori pada gambar 5(b) yaitu pasak kaolin – PMMA dengan alumunium 4%
dan gambar 5(a) yaitu pasak kaolin-PMMA dengan alumunium 2%. Ukuran rata-
rata pori pada gambar 5(b) dengan alumunium 4% adalah 25-50 µm, ketika
dibuat variasi konsentrasi dari alumunium 4% menjadi 2% ukuran pori menjadi
lebih kecil yaitu 10-20 µm seperti yang terlihat pada gambar 5(a). Ukuran pori
yang lebih kecil akan meningkatkan sifat mekanik dari pasak.16 Berdasarkan hal
tersebut, variasi konsentrasi komponen yang tepat dapat mempengaruhi sifat
mekanik pada pasak yang dihasilkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kaolin dapat
dimanfaatkan sebagai inovasi dental material pembuatan pasak gigi.
SARAN
Saran berdasarkan literature review ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dan lebih banyak mengenai pemanfaatan kaolin sebagai dental material
pembuatan pasak gigi agar didapat pasak gigi yang yang nantinya bisa
diaplikasikan pada rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Pasril, Y., Hadriyanto, R.W., 2008, Penggunaan Pasak Fiber Peerless Sebagai
Faktor Retensi dan Resistensi Pada Gigi Pasca Perawatan Saluran Akar, Majalah
Kedokteran Gigi, 15 (1): 41-44.
8
(2) Christensen, J. G., 2004, Post Concept Are Changing, Journal American Dental
Association, 135(9): 1308-1310.
(3) Rosenstiel, S.F., Land, M.F., Fujitomo, J., 2001, Contemporary Fixed
Prosthodontics: Restoration Of The Endodontically Treated Tooth. 3rd Ed., USA,
Mosby Inc.
(4) Hanafi, R., 2011, Studi Efek Penambahan Red Mud Sebanyak 5% dan 25% Berat
pada Karakteristik Geopolimer Berbasis Metakaolin, Bandung, Institut Teknologi
Bandung.
(5) Schwartz, R.S., Robbins, J.W., 2004, Post Placement and Restoration of
Endodontically Treated Teeth: a Literature Review, Journal of Endodontics, 30
(5): 289-301.
(6) Pradhan, M., Bhargava, P., 2008, Tailoring Porosity and Pore Characteristics in
Oxode Ceramic Foams Though Controlled Processing, Trans Ind Ceram Soc, 67
(3): 101-17.
(7) Sunendar, B., Handoko, T., Subari, 2008, Pembuatan Ceramic Foam dari Limbah
Gipsum dan Abu Sekam untuk Aplikasi Isolasi Panas dan Peredam Suara, Jurnal
Keramik dan Gelas Indonesia, 17 (1): 1-11.
(8) Urs, T.G., Andre, R.S., Elena, T., Ludwig, J.G., 2006, Macroporous Ceramics From
Particle-stabilized Wet Foams, Zurich, ETH Zurich.
(9) Al Tayyan, M.H., Watts, D.C., Kurer, H.G., Qualtrough, A.J.E., 2008, Is a “Flexible”
Glass Fiber Bundle Dowel System as Retentive as a Rigid Quartz Fiber Dowel
System?, Journal of Prosthodontics, 17 (7): 532-537.
(10) IMPCO, 2010, Impregnation Resin, Equipment, and Service; Porosity Classification
System Helps Determine Solutions to Casting Leaks, Available from :
http://www.impco-inc.com/page185&271.html diakses pada 5 Desember 2013.
(11) Vyshnyakova, K., Yushin, G., Pereselentseva, L., Gogotsi, Y., 2006, Formation of
Porous SiC Ceramics by Pyrolysis of Wood Impregnated with Silica, International
Journal APPL Ceram Technol, 3 (6): 485-490
(12) Cheung, W., 2005, A Review of the Management of Endodontically Treated
Teeth: Post, Core and the Final Restoration, JADA, 136: 611-19.
9
(13) Takarini, V., 2011, Sintesis dan Impregnasi Resin Akrilik pada Partikel Nano Mg-
PSZ dengan Metode Sol-gel Menggunakan Putih Telur Untuk Pembuatan Bahan
Pasak Gigi, Thesis, Bandung, Universitas Padjadjaran. (Tidak Dipublikasikan).
(14) Khoerunnisa, R.A., 2012, Sintesis Kaolin-Polymethyl Methacrylicate(PMMA)
Dengan Metode Ceramic Foaming Untuk Material Pasak Gigi, Skripsi,
Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman.
(15) Lassila, L.V.J., Tanner, J., Lebeli, A.M., Narva, K., Vallitu, K.P., 2002, Flexural
Properties of Fiber Reinforced Root Canal Post, Turku, University of Turku.
(16) Cheron, R.A., Marshall, S.J., Goodis, H.E., Peters, O.A., 2011, Nanomechanical properties of endodontically treated teeth, JOE, 37 (11): 1562-1565
10
Post-core
Post-Luting cementDentin-Luting cement
LAMPIRAN
Lampiran Gambar
Gambar 1. Anatomi gigi dengan pasak.12
Gambar 2. Foto fisik powder kaolin (kiri) dan metakaolin (kanan).4
Gambar 3. Jenis-jenis bahan pasak gigi. (a) Pasak metal; (b) Pasak keramik; (c) Pasak fiber karbon; (d) Pasak fiber quartz; dan (e) pasak fiber glass.3
11
a b
ed
ccc
C
Gambar 4. Gambaran SEM morfologi kaolin-PMMA-4%alumunium dengan perbesaran (a) 500x; (b) 1000x.14
Gambar 5. (a) Gambaran SEM morfologi kaolin-PMMA-alumunium 2%dengan perbesaran 1000x; (b) Gambaran SEM morfologi kaolin-PMMA-
alumunium 4% alumuniumdengan perbesaran 1000x.14
12
pori-pori yang belum tertutup PMMA
(a) (b)
pori-pori
PMMA
(a) (b)
pori-pori