Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
iii
ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU
KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX
(Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar)
TESIS
Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister
OLEH :
GATUT SULIANA
NIM : 106100300111001
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
MINAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2012
ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar)
TESIS
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister
OLEH : GATUT SULIANA
NIM : 106100300111001
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MINAT MANAJEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2012
JUDUL TESIS : ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar) Nama Mahasiswa : Gatut Suliana NIM : 106100300111001 Program Studi : Teknologi Industri Pertanian Minat : Manajemen dan Teknologi Industri Pertanian Komisi Pembimbing
Ketua : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS Anggota : Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA Tim Penguji
Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Wignyanto, MS Dosen Penguji 2 : Dr. Ir. Imam Santoso, MP Tanggal Ujian : 1 Agustus 2012 SK Penguji :
RIWAYAT HIDUP
Gatut Suliana, Lahir di Lamongan, tanggal 02 April 1965 anak dari Ayah
Ngadi dan Ibu Supiati (Alm). Masuk sekolah di SDN Semampirejo 1 Lamongan,
kemudian melanjutkan ke SMP Harapan Ngimbang. Pendidikan SMA di SMA PGRI I
Jombang. Setelah lulus SMA melanjutkan studi di PS Teknologi Industri Pertanaian,
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya lulus pada
tahun 1990. Bekerja di salah satu Perusahaan PMA Korea Selatan sejak tahun 1990
dan sebagai tenaga pengajar di Universitas Tribhuwana Tunggadewi sejak tahun
1997 hingga sekarang. Studi lanjut pada Program Pascasarjana Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada
tahun 2010.
Malang, Agustus 2012
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS, Bapak Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA, selaku Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Wignyanto, MS dan Bapak Dr.Ir. Imam Santoso selaku Penguji yang banyak memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki laporan tesis ini.
2. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Bpk Dr. Ir. Bambang Susilo, M.Sc.Agr dan Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Bapak Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS serta segenap Staf Fakultas Teknologi Pertanian yang banyak menyediakan fasilitas dalam penelitian dan penulisan tesis ini.
3. Direktur dan seluruh staf Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang yang telah banyak membantu dalam memberikan fasilitas dan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini.
4. Managing Direktur PT CJ Feed Jombang Mr. Cho Sung Hoo, Manager QC dan seluruh Staf PT CJ Feed Jombang atas kesempatan dan bantuan fasilitas yang diberikan hingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat berjalan lancar.
5. Bapak Drh. Nugroho, Bapak Suwani, Bapak Santoso dan semua peternak Selmfix di Kabupaten Blitar atas masukannya..
6. Rekan-rekan angkatan tahun 2010 terutama rekan-rekan S2 TIP, yang telah banyak memberi dukungan untuk memperlancar penelitian dan penulisan tesis ini.
7. Sujud dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda (Alm), Ayahanda, Bapak Mertua (Alm) dan Ibu Mertua, Kakak-kakaku, dan Adik-adiku, secara khusus Istriku tercinta dan anak-anaku yang selalu kusayangi (Cupuwatie C dan Nurlaily F), yang telah memberi dorongan kuat, kebijaksanaan, dan do’a serta bantuan yang sangat besar sehingga penelitian dan penulisan tesis ini selesai dengan baik.
Semoga bantuan, do’a dan motivasi yang diberikan selama ini dicatat sebagai amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT yang berlipat-lipat. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca semua, Amiin.
Malang, Agustus 2012
Penulis
i
Gatut Suliana, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, 1 Agustus 2012, Analisis Bauran Pemasaran dan Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pakan Ayam Petelur Selfmix (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar) TESIS, Ketua Komisi Pembimbing : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS, Anngota : Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA.
RINGKASAN
Kabupaten Blitar merupakan pusat peternakan ayam di Jawa Timur dengan populasi
ayam petelur sekitar 15 juta ekor, dimana merupakan lebih dari 10% populasi ayam
ras petelur secara nasional. Saat ini sekitar 40% kebutuhan pakan ayam petelur di
Kabupaten Blitar telah berpindah dari pakan buatan pabrik ke pakan selfmix.
Mudahnya akses bahan baku, informasi, formulasi pakan, teknologi pengolahan
pakan, dan perbedaan harga pakan yang tinggi dianggap sebagai hal yang dapat
memicu pindahnya penggunaan pakan buatan pabrik ke pakan selfmix. Keputusan
untuk membeli pakan bagi peternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu bersifat
internal maupun eksternal. Faktor internal konsumen (karakter konsumen) yang
berpengaruh dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor strategi bauran pemasaran
(produk, harga, distribusi promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi,
psikologis) yang mempengaruhi keputusan pembelian pakan selfmix. Penelitian
dilakukan dengan melakukan interview pada 200 peternak selfmix yang dipilih
berdasarkan quota random sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode
Regresi Linier Berganda dan Analisis Faktor.
Hasil analisis diperoleh bahwa strategi bauran pemasaran (produk, harga,
distribusi, promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis)
secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun demikian
secara parsial variabel produk, harga, distribusi, promosi, budaya dan sosial
berpengaruh nyata sedang variabel pribadi dan psikologis tidak berpengaruh nyata.
Hasil analisis faktor diperoleh dari 8 faktor (29 variabel) penelitian dapat diringkas
menjadi 3 faktor dengan 23 variabel dapat diperhitungkan dan 6 variabel tidak dapat
diperhitungkan (loading <0.5).
Kata kunci : Formulasi pakan, Kinerja pakan, Regresi berganda, Analisis faktor
ii
Gatut Suliana, Postgraduate Programme Faculty of Agricultural Technology, of Brawijaya University, August, 01st 2012, Analisys of Marketing Mix and Customer Behavior to Purchase Decision of Selfmix Layer Feed (Case Study in Layer farm in Blitar Distric). TESIS, Supervisor : Dr.Ir. Susinggih Wijana,MS, Co-Supervisor : Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA.
SUMMARY
Blitar district is the center of a layer farm in East Java with a population of
about 15 million laying hens tail, which is more than 10% of the population nationally
laying chicken. Currently about 40% of the feed of laying hens in Blitar has moved
from the factory feed to selfmix feed. Easy access to raw materials, information, feed
formulation, feed processing technology, and high feed prices differences are
considered as potential triggers emigration to the use of artificial feed mill feed
selfmix. The decision to buy feed for the farmers affected by several factors, both
internal and external. Kotler and Amstrong (1998) reported that the internal factors of
consumers (consumer code) are influential in making a purchase that is of cultural,
social, personal, and psychological.
The purpose of this study to investigate the factors of marketing mix strategies
(product, pricing, distribution, promotion) and customer behavior (cultural, social,
personal, psychological) that influence purchasing decisions selfmix feed. The study
was conducted by interview on 200 farmers selfmix selected by random sampling
quota. Data were analyzed by the method of Multiple Linear Regression and Factor
Analysis.
The analysis found that the strategy of the marketing mix (product, pricing,
distribution, promotion) and behavior (cultural, social, personal, psychological)
simultaneously influence the purchasing decision. However, the partial, product,
pricing, distribution, promotion, cultural and social variables influence is tangible, but
personal and psychological variables no significant effect. The results obtained from
factor analysis of eight factors (29 variables) research can be summarized into three
factors with 23 variables can be calculated and the 6 variables not significant to
calculated.
Key words : Feed Formulation, Feed Performance, Multiple Regression, Factor Analysis.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmad
dan hidayahNYA sehingga tesis yang berjudul : Analisis Bauran Pemasaran dan
Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pakan Ayam Petelur Selfmix
(Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar), dapat terselesaikan dengan baik.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Program Pasca Sarjana
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Penulisan tesis ini didasarkan pada hasil studi pustaka dan hasil penelitian di
Lapangan yaitu di Kabupaten Blitar. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil
analisa secara statistik. Pokok bahasan menekankan pada faktor faktor yang
bepengaruh terhadap keputusan pembelian pakan Selfmix bagi peternak ayam
petelur di Kabupaten Blitar. Susunan penulisan tesis ini meliputi : Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran.
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan tesis ini, walaupun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan
yang dimiliki, oleh karena itu penulis mohon maaf, dan sekaligus mengharap adanya
kritik yang membangun untuk perbaikan penulis dimasa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca yang membutuhkan.
Malang, 1 Agustus 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................
SUMMARY . ..................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................
DAFTAR TABEL ..................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Kebutuhan Pakan di Jawa Timur .........................................................
2.2 Pakan Ayam Petelur .................................................................................
2.3 Startegi Bauran Pemasaran .....................................................................
2.4 Teori Perilaku Konsumen .................................................................................
2.5 Keputusan Pembelian .................................................................................
2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................................
2.7 Hipotesis .............................................................................................
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................
3.3 Tahapan-tahap Penelitian ................................................................................
3.4 Definisi Operasional ……….....................................................................
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................................
3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………………………………
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................
4.2 Analisis Data ...........................................................................................
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ....................................................................
4.4 Pembahasan ............................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................
5.2 Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
LAMPIRAN ………………………………………………………………………………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
3
3
4
5
7
11
21
29
33
34
35
35
36
37
37
38
39
44
47
65
82
97
97
99
104
v
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Penyebaran Populasi Ayam Petelur di Indonesia ............................................
2. Contoh Formulasi Pakan Ayam Petelur ........................................................
3. Standar Kualitas Pakan Ayam Petelur SNI no. 01-3929-2006 ............................
4. Populasi Peternak Selfmix di Kabupaten Blitar .....................................................
5. Distribusi Sampel …………………...................................................................
6. Definisi Operasional ……………………………...................................................
7. Kondisi Responden Menurut Populasi Ayam .....................................................
8. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner .........................................................
9. Nilai Cronbach Alpha …………………...................................................................
10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Produk (X1) .........................
11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Harga (X2) ..........................
12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Distribusi (X3) ......................
13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Promosi (X4) …...................
14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Budaya (X5) ........................
15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Sosial (X6) ..........................
16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Pribadi (X7) .........................
17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Psikologis (X8) ....................
18. Distribusi Jawaban Responden Tentang : Keputusan Pembelian (Y) .................
19. Multikolinearitas Variabel Penelitian .....................................................................
20. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..........................................
21. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................
22. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda .........................................
23. Koefisien Korelasi Variabel Bebas .................. ....................................................
24. Hasil Analisa KMO & Bartlett’s Test .....................................................................
25. Hasil Analisis Communalities.................................................................................
26. Total Variance Explained .....................................................................................
27. Hasil Rotasi dengan Metode Varimax ....................................................................
28. Matrix Transformasi Komponen
29. Bahan Penyusun Pakan Unggas ..........................................................................
30. Komposisi Nutrisi pakan Selfmix ..........................................................................
6
9
10
35
36
37
44
46
47
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
66
69
70
71
74
74
75
76
77
83
84
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Tahapan Proses Pembelian Konsumen ......................................................
2. Tahapan Penelitian .......................................................................................
3. Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas …………...........................................
4. Sebaran Data Uji Normalitas ………………………………………………...
30
36
67
68
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ........................................................................
2. Hasil Jawaban Kuesioner Responden ................................................
3. Hasil Analisis Regresi Berganda ............................................................
4. Hasil Analisis Anti Image Correlation …........................................................
5. Hasil Analisis Total Variance Explained ……….....................................
6. Component Matrix dan Rotated Component Matrix ....................................
7. Reproduced Correlation ………………………………………………………..
104
109
118
119
120
121
122
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jawa Timur merupakan produsen telur terbesar di Indonesia. Dari sekitar 116
juta ekor populasi ayam ras petelur di Indonsia, sekitar 35 juta ekor berada di Jawa
Timur. Kabupaten Blitar merupakan pusat peternakan ayam di Jawa Timur dengan
populasi ayam petelur sekitar 15 juta ekor, dimana merupakan lebih dari 10%
populasi ayam ras petelur secara nasional (Anonim, 2009). Dalam berternak ayam
ras petelur, hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan, karena biaya pakan
menempati urutan teratas dalam biaya pemeliharaan yaitu sekitar 70%.
Potensi kebutuhan pakan ayam petelur pada masa produksi adalah sekitar 3
kg/ekor/bulan, maka kebutuhan akan pakan ayam petelur di Kabupaten Blitar adalah
sekitar 45,000 ton/bulan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh CJ Feed
Jombang pada tahun 2010 tidak kurang dari sekitar 40% kebutuhan pakan ayam
petelur di Kabupaten Blitar telah berpindah dari pakan buatan pabrik ke pakan selfmix
( Anonim, 2010).
Pakan selfmix adalah pakan ayam yang dibuat sendiri (dicampur sendiri) oleh
peternak dari bahan baku penyusun pakan sehingga menjadi pakan ayam siap
konsumsi (pakan jadi), tanpa merek dagang, serta baik digunakan sendiri maupun
untuk diperjual belikan. Kualitas pakan selfmix dapat diatur sesuai yang diinginkan
peternak baik kualitas komposisi kimianya maupun kinerja yang diharapkan.
Mudahnya akses untuk mendapatkan bahan baku, akses informasi, akses
formulasi pakan, akses teknologi pengolahan pakan yang sederhana, dan perbedaan
harga pakan yang menguntungkan dianggap sebagai hal yang dapat memicu
pindahnya para peternak ayam petelur dari penggunaan pakan ayam buatan pabrik
ke pakan ayam selfmix. Hal ini terjadi apabila tersedia bahan baku pakan yang lancar
2
dan mudah didapat, tersedia alat pencampur yang baik, serta mengerti prinsip-prinsip
pencampuran pakan yang benar sehingga peternak bisa menghemat ongkos untuk
pembelian pakan. Mencampur pakan bisa dengan cara tradisional, yakni dengan
menggunakan sekop atau yang lebih modern dengan menggunakan mixer dan
hammer mill.
Keberhasilan peternak membuat pakan ayam sendiri yang kualitasnya tidak
kalah dengan buatan pabrik dan harga lebih murah menyebabkan peternak merasa
bangga. Keberhasilan tersebut biasanya ditiru oleh peternak disekitarnya, sehingga
memungkinkan hasil pakan ternak campuranya dapat diperjual belikan dengan para
peternak sekitar. Bahkan saat ini beberapa peternak skala besar (populasi >100.000
ekor) lebih cenderung menggunakan pakan selfmix daripada pakan dari pabrik.
Keputusan untuk membeli pakan bagi peternak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik itu bersifat internal maupun eksternal. Beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian pakan ayam adalah strategi bauran
pemasaran, segmentasi, targeting dan positioning perusahaan, serta perilaku
peternak sendiri. Bauran pemasaran adalah strategi pemasaran yang memfokuskan
pada produk, harga, distribusi, dan promosi. Kotler dan Amstrong (1998) melaporkan
bahwa faktor internal konsumen (karakter konsumen) yang berpengaruh dalam
melakukan pembelian yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan
perilaku peternak pada umumnya terdiri dari, budaya, sosial, pribadi, dan psikologi.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang menyebabkan
peternak membeli pakan ayam petelur yang diproduksi dari selfmix. Oleh sebab itu,
perlu dirancang suatu penelitian ntuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan
peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar membeli pakan ayam petelur produksi
selfmix, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor mana yang mendominasinya, serta
mengetahui pangsa pasar pakan ayam petelur produksi selfmix di Kabupaten Blitar.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan
perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) berpengaruh secara
simultan (serempak) terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di
Kabupaten Blitar ?
2. Apakah strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan
perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) berpengaruh secara parsial
terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten Blitar?
3. Faktor-faktor apa saja diantara strategi bauran pemasaran (produk, harga,
distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis) yang merupakan faktor utama pada pembelian pakan ayam selfmix di
Kabupaten Blitar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi),
dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) berpengaruh
secara simultan (serempak) terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix
di Kabupaten Blitar.
2. Mengetahui strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi)
dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) berpengaruh
secara parsial terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten
Blitar.
3. Mengetahui faktor apa saja diantara strategi bauran pemasaran (produk, harga,
distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis) merupakan faktor utama pada keputusan pembelian pakan ayam
selfmix di Kabupaten Blitar.
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Memberi referensi bagi pelaku bisnis pakan ayam dalam menyusun strategi
pemasaran terhadap faktor-faktor bauran pemasaran dan perilaku konsumen
(budaya, sosial, pribadi, psikologis) yang berpengaruh pada pembelian pakan
ayam selfmix.
2. Memberi referensi bagi para peminat bidang pakan ayam dalam menyusun
kajian terhadap faktor-faktor bauran pemasaran dan perilaku konsumen
(budaya, sosial, pribadi, psikologis) yang berpengaruh pada pembelian pakan
ayam selfmix.
3. Memberi referensi bagi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan yang
terkait dengan pengembangan sektor perunggasan khususnya ayam petelur di
Kabupaten Blitar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Kebutuhan Pakan di Jawa Timur
Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang
baik. Dilihat dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan
rata-rata 8,4% dalam periode lima tahun terakhir. Total produksi pakan ternak
nasional merosot menjadi 7,7 juta ton pada 2007 dibanding tahun sebelumnya yang
mencapai 9,9 juta ton. Hal ini diakibatkan oleh maraknya kasus flu burung (H5N1)
pada 2007 lalu (Anonim, 2008)
Dalam usaha budidaya peternakan, pakan merupakan masalah yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan dalam usaha peternakan unggas
di antaranya 89% menduduki ranking pertama adalah pakan sehingga tidak
mengherankan jika sebagian besar dana yang disediakan digunakan untuk
pembelian pakan. Direktur Keswan menyampaikan bahwa sebagian besar komposisi
pakan unggas adalah jagung yang mencapai sekitar 50%, bungkil kedelai 18%, serta
dedak yang mencapai 15%. Sisanya terdiri dari tepung ikan, tepung daging-tulang,
PKM 8%, CPO 2%, premix 0,6%, dan bahan baku lainnya dengan jumlahnya
mencapai sekitar 7% (Anonim, 2010). Kunci keberhasilan pemeliharaan layer terletak
pada pencapaian produksi telur yang optimal dan efisiensi biaya (Anonim, 2011).
Kapasitas produksi pakan unggas yang tersedia saat ini sekitar 9 juta ton.
Sejak tahun 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tidak mengalami
perkembangan nyata. Meskipun ada penambahan kapasitas dari sejumlah produsen
besar seperti Charoen Pokphand, Cargil, CJ Feed, dan lainnya namun sebaliknya
ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena imbas flu burung pada 2005
dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat, memicu meningkatnya
6
produksi peternakan yang pada akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga
meningkat (Anonim, 2008).
Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dengan dukungan tak
kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia.
Jumlah populasi ayam ras petelur di jawa Timur sekitar 35 juta ekor. (Zaini, 2010).
Penyebaran populasi ayam petelur di Jawa Timur seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penyebaran Populasi Ayam Petelur di Indonesia
Propinsi 2005 2006 2007 2008
Blitar 13.956.025 14,647,990 15.225.975 13.922.675 Jawa Timur 21,570,818 30,364,215 34,926,134 35,799,287
Nasional 84,792,416 100,203,562 111,490,885 116,475,976 Sumber : Dinas Peternakan Jawa Timur (2010)
Berdasarkan tabel diatas, pertumbuhan populasi ayam dalam 5 tahun terakhir
di Indonesia rata-rata 5% per tahun, sedangkan di Jawa Timur perkembanganya
dalam 5 tahun terakhir rata-rata mencapai 9,7% per tahun. Perkembangan populasi
ayam ras petelur ini sejalan dengan pertumbuhan kapasitas industri pakan ternak di
Jawa Timur. Sampai saat ini di Indonesia tersedia industri pakan unggas dengan
kapasitas terpasang 14 juta ton/tahun. Sedangkan penyerapan pasar baru sekitar
8,6 juta tahun, artinya masih ada surplus kapasitas sekitar 40 % (Destiana, 2010).
Dengan adanya surplus kapasitas ini menyebabkan persaingan produsen
pakan menjadi sangat ketat dalam merebutkan pangsa pasar. Di Jawa Timur sendiri
saat ini telah berdiri 15 perusahaan pakan ternak ayam yang juga masih ada surplus
kapasitas, namun demikian pada tahun 2009 bertambah satu lagi yaitu New Hope
dengan kapasitas 120,000 tahun (Destiana, 2010) dan pada tahun 2011 East Hope
dengan kapasitas 120,000 tahun.
Kabupaten Blitar dikenal sebagai penghasil telur terbesar di Jawa Timur.
Terdapat sekitar 2.889 peternak ayam petelur (layer) baik skala besar maupun kecil.
7
Peternakan layer di Kabupaten Blitar tersebar di Kecamatan Srengat, Kanigoro, dan
Kademangan. Usaha peternakan 70 % merupakan peternak skala kecil dengan
populasi ayam di bawah 20.000 ekor. Sementara 20 % peternak skala menengah
dengan populasi ayam 20.000 - 100.000 ekor dan sisanya peternak skala besar
(populasi ayam di atas 100.000 ekor). Tahun 2008 jumlah populasi ayam ras petelur
di Kabupaten Blitar mencapai 13.922.675 ekor dengan jumlah produksi telur
sebanyak 121,424,46 ton telur (Disnak Kab Blitar, 2010).
2.2 Pakan Ayam Petelur
Bagi peternak, pakan ayam merupakan faktor inputan terbesar dalam proses
produksi. Bahkan pakan merupakan 90% dari total biaya produksi bagi peternak
ayam petelur. Oleh karena itu, faktor pakan akan menjadi perhatian yang sangat
penting bagi peternak ayam petelur. Berdasarkan pembuatanya, pakan ayam petelur
saat ini dikenal ada 2 jenis pakan yang umum dipakai peternak yaitu pakan buatan
pabrik dan pakan buatan sendiri (selfmix).
Pakan buatan pabrik adalah pakan yang diproduksi oleh industri pakan seperti
Charon Phokpan, CJ Feed, Anwar Sierad, Cargil, Comfeed, dan lain-lain. Ada dua
tipe pakan buatan pabrik yaitu pakan ayam petelur komplet dan pakan ayam petelur
konsentrat. Pakan komplet adalah pakan ayam yang langsung diberikan ke ayam,
sedangkan pakan konsentrat adalah pakan yang sebelum digunakan harus dicampur
dengan bahan lain yaitu jagung dan katul.
Pakan ayam selfmix adalah pakan ayam yang dibuat sendiri oleh peternak,
mulai dari pengadaan bahan baku, penggilingan, pencampuran, sampai
pengemasan. Pada pakan selfmix umumnya peternak hanya membeli bahan-bahan
penyusun pakan seperti jagung, bungkil kedelai, katul, tepung ikan, tepung daging
dan tulang, premix, dll. Komposisi masing masing bahan diatur menurut keinginan
peternak dan disesuaikan dengan formulasi pakan yang diinginkan. Awalnya
8
peternak masih kesulitan untuk membuat pakan selfmix ini, tetapi karena adanya
bantuan teknis dari produsen obat-obatan dan premix yaitu dengan menyediakan
konsultasi dalam membuat formulasi pakan, maka saat ini pakan selfmix sudah
berkembang menempati pangsa pasar yang dominan di Kabupaten Blitar yaitu sekitar
40% (Anonim, 2010). Disamping itu, semakin banyaknya para pedagang bahan baku
pakan seperti corn guten meal, bungkil kedelai, jagung, tepung tulang, tepung ikan,
dan sebagainya, maka pembuatan pakan selfmix menjadi lebih mudah.
Hasil survey pendahuluan di Kabupaten Blitar, praktek penggunaan pakan
ayam selfmix tidak lepas dari peranan pemasok obat-obatan yaitu premix. Pemasok
premix ini dalam menawarkan produknya juga memberi pelatihan maupun jasa
konsultasi penyusunan formulasi pakan sesuai dengan keinginan peternak. Namun
demikian, pada perkembanganya banyak peternak terutama yang skala usahanya
sudah cukup besar (populasi ayam > 100.000 ekor) mengembangkan formulasi
sendiri dengan merekrut orang yang memiliki keahlian dibidang nutrisi dan formulasi
pakan ayam petelur.
Pakan ayam petelur dibuat dalam dua bentuk yaitu pakan berbentuk butiran
(crumble) dan berbentuk tepung (mash). Untuk pakan selfmix umumnya hanya dibuat
dalam bentuk tepung (mash). Berdasarkan kualitasnya, pakan buatan pabrik dibuat
dalam beberapa pilihan seperti kelas premium, standar, dan pakan kelas ekonomi
(mengutamakan harga rendah). Penggunaan kelas pakan ini menyesuaikan dengan
manajemen kandang yang diterapkan peternak, umur produktif ayam, dan kinerja
ayam yang diharapkan.
Dalam pembelian pakan, yang sering diperhitungkan oleh peternak adalah
pertimbangan masalah harga pakan. Selisih sedikit saja, peternak bisa berganti merk.
Penyebabnya adalah besarnya biaya yang tersedot pada penyediaan pakan tersebut.
Padahal, mahalnya harga pakan bukanlah faktor terpenting. Yang terpenting adalah
9
mutu pakan (Anonim, 2011). Umumnya, ransum unggas disusun menggunakan
program komputer dengan dasar matematika program linier. Formula ransum disusun
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan gizi unggas berdasarkan umur dan kondisi
fisiologis unggas dalam menghasilkan produk yang optimal dengan bahan baku yang
tersedia serta biaya yang terendah. Ransum dengan taraf protein tinggi memberikan
keuntungan lebih baik pada saat periode produksi karena meningkatnya massa telur
(Suprijatna dan Natawihadja, 2005). Contoh formula ransum ayam broiler dan petelur
dikemukakan dalam Tabel 2 berikut (Tangendjaya, 2007).
Tabel 2. Contoh Formulasi Pakan Ayam Petelur
Sumber :Tangendjaya, 2007 2.2.1 Aspek Kualitas Pakan Ayam Petelur
Kualitas pakan tidak hanya terbatas pada kandungan protein pakan yang
seringkali dihubungkan dengan hasil akhir yang bagus, sehingga asumsi salah jika
semakin tinggi protein pakan maka akan semakin baik meskipun peternak akan
membayar lebih mahal untuk itu. Kelengkapan nutrisi pakan tidak hanya ditentukan
10
oleh kandungan protein saja, tetapi yang lebih penting adalah profil asam amino
yang aman dan seimbang dalam pakan ( Suharja, 2007).
Pada dasarnya kualitas pakan bisa dibagi atas tiga macam yaitu kualitas
pakan berdasarkan kandungan nutrisinya yang diperkuat dari hasil analisa proksimat
di laboratorium, kualitas pakan berdasarkan tampilan fisik yang bisa cepat dilihat
dengan penciuman dan penglihatan biasa, dan kualitas pakan berdasarkan
kelengkapan bahan pendukung (Anonim, 2010). Pakan ayam selfmix kualitasnya
sangat beragam antara peternak satu dengana peternak lainya. Perbedaan kualitas
ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan yang diprioritaskan oleh masing
masing peternak. Peternak yang mengutamakan harga cenderung membuat
formulasi pakan ayam selfmix yang lebih murah, tetapi bagi peternak yang lebih maju
formulasi pakan umumnya akan mempertimbangkan hasil akhir (keuntungan total).
Penyimpangan kualitas nutrisi pakan bisa dijelaskan sebagai kontribusi dari
satu faktor atau lebih. “After sales service” juga termasuk dalam kualitas pakan
secara tidak langsung. Sesuai dengan SNI no 01-3929-2006, standar pakan ayam
petelur seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar Kualitas Pakan Ayam Petelur SNI no. 01-3929-2006
No Parameter Satuan Persyaratan 1 Kadar air % Maks. 14,0 2 Protein kasar % Min. 16,0 3 Lemak kasar % Maks. 7,0 4 Serat kasar % Maks, 7,0 5 Abu % Maks. 14,0 6 Kalsium (Ca) % 3,25-4,25 7 Phosfor (P) total % 0,60-1,0 8 Phosfor tersedia % Min. 0,32 9 Energi termetabolisme (ME) Kkal Min. 2650
10 Total Aflatoksin µg/kg Maks. 50 11 Asam amino :
- Lisin - Metionin - Metionin + Sistin
% % %
Min. 0,80 Min. 0,35 Min. 0,60
11
Adapun kinerja pakan ayam petelur oleh peternak umumnya dinilai dari segi
hen day, berat telur, lama produksi, konversi ransum, kekebalan dan daya hidup serta
pertumbuhan. Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam
produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah 80% dengan
HD mencapai puncak produksi pada angka 95%. Konversi ransum dalam farm layer
merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan sebutir telur.
Standar mortalitas layer selama masa grower 2-3%, sedangkan pada masa produksi
4-7% (Lohman Management Guide, 2007).
2.3 Strategi Bauran Pemasaran
Swastha dan Irawan (2007) mendefinisikan Bauran pemasaran (marketing
mix) adalah kombinasi dari empat varibel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistim pemasaran perusahaan yakni produk, harga, distribusi, dan promosi. Keempat
kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasi agar perusahaan dapat
melakukan tugas pemasarannya secara efektif. Jadi, perusahaan tidak hanya
sekadar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinasi
berbagai macam elemen pada bauran pemasaran tersebut untuk melaksanakan
program pemasaran secara efektif.
Menurut Kottler dan Amstrong (1998), bauran pemasaran adalah seperangkat
variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran. Bauran
pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan terhadap produknya. Kegiatan kegiatan yang dimaksud
dalam definisi tersebut adalah keputusan dalam empat variabel yaitu produk, harga,
distribusi, dan promosi.
12
2.3.1 Produk
Setiap produsen selalu mempunyai tujuan bahwa produk yang dihasilkannya
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga terjadi pertukaran. Oleh
karena itu, perusahaan selalu berusaha menerapkan strategi untuk menghasilkan
produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan
memberikan kepuasan bagi konsumen dan perusahaan akan mendapatkan
keuntungan. Eppen dan Liberman (1991) dalam Narashimhan (1996) menyatakan
bahwa produk yang layak untuk dipertahankan dan dipasarkan adalah produk yang
memiliki tanggapan yang positif di hati konsumen.
Kotler dan Amstrong (1998) mendefiniskan produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Secara
konseptual Tjiptono (2002) menyatakan bahwa produk adalah pemahaman subjektif
dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Sedangkan Swastha dan
Irawan (2007) menyatakan bahwa produk adalah suatu sifat yang komplek baik itu
diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise
perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dimensi produk dapat dijelaskan dengan
segala atribut yang melekat pada produk, baik kualitas, kemasan, pelayanan, daya
guna, usia guna, kemudahan, fleksibilitas, dll. Menurut hasil survey, diperoleh bahwa
peternak mempertimbangkan produk berdasarkan kualitas ( komposisi nutrisi dan
kinerja produk), pelayanan purna jual, produsen, kemasan, adanya variasi kualitas,
kemudahan dalam penggunaan, dan fleksibilitas.
13
Assauri (1999) mendefinisikan kualitas produk sebagai sesuatu yang
menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut,
ketepatan produk, mudah mengoperasikan dan memeliharanya, serta atribut lain
yang dinilai. Pendapat lain dari Kotler dan Amstrong (1998) mengatakan kualitas
produk merupakan salah satu hasil kegiatan perusahaan yang dapat menentukan
daya saingnya.
Kualitas pakan selfmix sangat tergantung dari formula bahan yang digunakan
(Tangendjaya, 2007). Masing masing peternak mempunyai keleluasaan untuk
mengatur formulasinya sesuai dengan usia produktif ayam dan kinerja pakan yang
diharapkan. Fleksibilitas dalam menentukan formula pakan ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi peternak besar untuk membuat pakan selfmix. Menurut Muladno et al.
(2009) Sebagian besar peternak mengecek kualitas dan keamanan produk
peternakan secara visual.
Hal lain yang perlu diperhatikan produsen untuk meningkatkan jumlah
penjualan berkaitan dengan strategi produk adalah pelayanan (service). Keberhasilan
pemasaran produk sangat ditentukan oleh baik buruknya pelayanan yang diberikan
perusahaan dalam memasarkan produknya. Kotler dan Amstrong (1998) menjelaskan
lebih lanjut bahwa jika produk fisik tidak mudah dideferensiasi, kunci suksesnya
terletak pada peningkatan pelayanan dan kualitas. Peternak yang menggunakan
pakan selfmix sangat membutuhkan konsultasi menyusun formula pakan. Kebutuhan
layanan ini direspon oleh para pemasok premix dengan menyediakan jasa konsultasi
dalam menyusun formulasi pakan sesuai dengan kualitas dan bahan baku yang akan
digunakan. Jasa layanan ini biasanya gratis, bahkan untuk peternak yang skala besar
pemasok bisa memberi seperangkat komputer berisi program untuk membuat
formulasi pakan, dimana datanya selalu di update setiap saat sesuai perkembangan
pengetahuan yang ada.
14
Zeithaml et al. (1998) menunjukkan bahwa terdapat bukti yang kuat bahwa
tingkat kualitas dan pelayanan yang diberikan berpengaruh kuat pada intensitas
perilaku konsumen untuk membeli produk. Adanya intensitas yang tinggi itu, maka
akan meningkatkan komitmen dengan produsen untuk menyediakan produk dan
pelayanan kepada pasar yang makin kuat dan loyal.
Menurut Ardani (2007), strategi produk berkaitan dengan tingkat standardisasi
produk. Perusahaan memiliki tiga pilihan strategi, yaitu produk standar, produk
disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu, dan produk
standar dengan modifikasi.
Berdasarkan uraian diatas indikator produk yang digunakan dalam penelitian
ini adalah meliputi kandungan nutrisi pakan yang lengkap, kinerja pakan pada ayam,
tersedianya layanan teknis (konsultasi teknis nutrisi dan formulasi), dan tersedia
beberapa variasi pilihan bahan pakan sesuai dengan keinginan peternak.
Kandungan nutrisi pakan yang lengkap adalah nutrisi pakan sesuai dengan
kebutuhan nutriayam yang meliputi, kandungan protein, lemak, vitamin, asam amino
esensial (lysine, treonin, metionin), kalsium dan phosphor yang seimbang dan cukup
untuk memasok kebutuhan nutrisi ayam harian. Kinerja pakan, pada ayam adalah
hasil produksi telur setelah menggunakan pakan selfmix lebih baiak, yaitu produksi
telur pada posisi puncak lebih baik, bobot ayam standard, tidak terjadi wet drop pada
ayam. Tersedianya layanan teknis (konsultan nutrisi dan formulasi) adalah para
pemasok bahan dapat menyediakan layanan untuk konsultasi nutrisi pakan selfmix
dan membuatkan formulasi pakan ayam yang murah dan sesuai dengan kebutuhan
pasokan nutrisi ayam. Tersedianya variasi pilihan bahan baku pakan adalah selain
bahan baku standar yang ada bahan pakan dapat di subtitusi bahan lain yang banyak
tersedia disekitar peternak seperti bungkil kopra, bungkil biji kapok dan lain lain,
dengan demikian peternak mempunyai banyak pilihan bahan baku pakan.
15
2.3.2 Harga
Ferdinand (2006), harga merupakan salah satu variabel penting dalam
pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil
keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan. Seringkali
perusahaan menetapkan harga terlalu berorientasi pada biaya dan kurang meninjau
perubahan pasar sehingga menyebabkan penetapanharga kurang dapat diterima
oleh konsumen (Mc. Marthy, 2003).
Mc.Charty dan Parreault (1995) berpendapat bahwa harga adalah apa yang
dikenakan untuk sesuatu, merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan
pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa (Monroe et al., 2005). Orang dapat
memberi nama yang berbeda-beda, tetapi semua transaksi bisnis dalam
perekonomian modern dapat dipandang sebagai alat pertukaran uang adalah harga
untuk sesuatu. Ahli lain Swastha dan Irawan (2007) mengemukakan bahwa harga
adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk apabila mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Sedangkan
Kotler dan Amstrong (1998) mengemukakan bahwa harga merupakan satu-satunya
elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; elemen-elemen
lainnya menimbulkan biaya. Dari penjelasan yang telah diungkapkan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa harga adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh
perusahaan dan digunakan untuk mendapatkan sejumlah produk fisik ataupun non
fisik.
Assauri (1999) mengungkapkan tujuan penetapan harga yaitu untuk
memperoleh laba yang maksimum, mendapatkan share pasar tertentu, memperoleh
laba dari segmen pasar (market skimming), mencapai tingkat hasil penerimaan
penjualan maksimum, mencapai keuntungan yang ditargetkan, dan mempromosikan
produk. Harga yang ditetapkan perusahaan akan disesuaikan dengan strategi
16
perusahaan secara keseluruhan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang selalu
berubah serta diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
untuk periode tersebut. Hal ini disebabkan karena penetapan harga mempunyai
pengaruh langsung terhadap besarnya laba perusahaan, volume penjualan, dan
share pasar perusahaan.
Dalam menentukan harga pakan selfmix peternak menyesuaikan formulasinya
dengan umur produktif ayam dan kinerja pakan yang diharapkan. Umumnya harga
pakan selfmix lebih murah antara Rp 250/kg - Rp 650/kg dari harga pakan buatan
pabrik. Perbedaan harga yang besar ini disebabkan terutama karena penggunaan
teknologi yang lebih sederhana (tidak ada mesin crumble) dan peternak dapat
membeli bahan baku yang lebih murah (seperti jagung dan katul). Menurut penelitian
Muladno et al. (2009) jumlah produk peternakan yang dibeli konsumen sangat
tergatung dari harganya.
Peternak pengguna pakan selfmix disamping mendapatkan harga murah juga
memperhitungkan perbandingan antara harga dan kinerja pakan. Beberapa peternak
besar bahkan ada yang membayar ahli nutrisi dan formulasi guna mendapatkan
formula pakan yang murah dan kinerjanya tinggi.
Strategi syarat pembayaran yang lunak merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen. Oleh karena itu, produsen dapat menetapkan
syarat pembayaran selunak mungkin tetapi tetap disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pasar serta sifat dan perilaku konsumen. Schneider dan Bowen (1999)
menyatakan dalam penelitianya, bahwa fleksibilitas dalam negosiasi dengan
konsumen (seperti sistem pembayaran) akan meningkatkan pembelian suatu produk.
Strategi harga menurut Ardani (2007) dapat dikelompokkan menjadi strategi
penetapan harga produk baru, produk yang sudah mapan, strategi fleksibilitas harga,
17
penetapan harga lini produk, strategi bundling-pricing, penetapan harga untuk
membentuk pangsa pasar.
Berdasarkan uraian diatas, indikator harga yang digunakan pada penelitian ini
meliputi harga relatif murah, rasio harga terhadap kualitas, dan jangka waktu
pembayaran. Harga relatif murah adalah harga formulasi pakan selfmix jika
dibandingkan dengan pakan buatan pabrik yang ada masih lebih murah. Sebagai
ilustrasi jika harga pakan dari pabrik Rp 3600/Kg, maka harga formulasi pakan
selfmix dapat menghasilkan yang lebih murah dari harga pakan pabrik. Rasio harga
kualitas adalah perbandingan antara kualitas pakan selfmix ddengan harganya
mempunyai rasio yang tinggi dibanding pakan pabrik. Sebagai ilustrasi jika harga
pakan selmix Rp 3200/Kg dan akan dapat menghasilkan telur 2.1 Kg/ Kg pakan,
sedangkan pada dari pabrik harganya Rp 3600/Kg dan menghasilkan telur Rp 2.2
Kg/Kg pakan pakan bagi peternak pakan selfmix mempunyai rasio yang lebih baik.
Pembayaran yang lunak adalah pembayaran atas pembelian bahan baku pakan
dapat dilakukan dalam jangka waktu yang trelatif lama, seperti 2 minggu, sampai 30
hari, dari bahan diterima konsumen.
2.3.3 Distribusi
Gregorius (2002) menyatakan bahwa struktur saluran distribusi merupakan
serangkaian partisipasi organisasi dalam melakukan semua fungsi yang dibutuhkan
untuk menyampaikan produk dari produsen ke pembeli akhir. Kotler dan Amstrong
(1998) menyatakan bahwa saluran distribusi (saluran pemasaran) bertugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Selama kegiatan berlangsung,
biaya produsen meningkat demikian pula harganya pasti akan menjadi lebih tinggi.
Menurut Suwarni (2009) dalam kaitannya dengan strategi saluran distribusi
terdapat tiga aspek pokok yang berkaitan dengan strategi distibusi yaitu sistem
transportasi perusahaan, sistem penyimpanan, sistem pemilihan saluran distribusi.
18
Sistem trasportasi berkaitan dengan kegiatan membawa produk agar sampai ke
tangan konsumen, sedangkan sistem penyimpanan berkaitan dengan bagaimana
caranya agar barang atau produk tidak rusak sewaktu disimpan sebelum dipasarkan.
Dari segi distribusi yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat
sampai ke tangan konsumen dengan mudah, sehingga dapat memenuhi harapan
konsumen.
Pengguna pakan selfmix dewasa ini mendapatkan kemudahan dalam
pengadaan bahan baku dibanding beberapa tahun lalu. Drh. Nugroho, salah satu
peternak di Blitar menyampaikan bahwa saat ini penjual bahan baku sangat banyak,
bahkan beberapa pabrik pakan seperti Cargil, Sierad Produce, dan Japfa Comfeed
juga menjalankan bisnis penjualan bahan baku (trading bahan baku pakan). Strategi
distribusi mencakup strategi struktur saluran distribusi, strategi cakupan distribusi,
strategi pengendalian saluran distribusi, dan strategi manajemen konflik dalam
saluran distribusi (Ardani, 2007).
Berdasarkan uraian diatas, indikator strategi distribusi yang digunakan pada
penelitian ini adalah kemudahan memperoleh bahan baku, banyaknya pilihan penjual
bahan baku, dan tersedianya barang sesuai kebutuhan setiap saat. Kemudahan
memperoleh bahan baku adalah seberapa mudah konsumen dapat memperoleh
bahan baku untuk memenuhi kebutuhanya. Hal ini meliputi seberapa mudah
melakukan transaksi dalam pembelihan bahan baku, seberapa besar tingkat
kepercayaan pengiriman barang tepat waktu, dan keterjangkauan posisi bahan baku
yang akan dibeli. Kemudahan mendapatkan barang menunjukan bahwa produsen
memiliki tingkat produksi yang tinggi dan merupakan ukuran kredibilitas perusahaan.
Banyak pilihan penjual adalah seberapa banyak konsumen dapat memilih penjual
bahan baku. Makin banyak pilihan tempat pembelian bagi konsumen makin leluasa
untuk melakukan tawar-menawar dalam pembelian, termasuk membicarakan kondisi
19
pembelian dan kualitas bahan yang akan dibeli. Tersedianya bahan baku setiap saat
adalah seberapa besar pembeli akan mendapat pasokan secara rutin setiap saat,
mengingat dalam budidaya ayam, bahan pakan adalah hal yang sangat penting.
Disamping itu tidak mudah bagi ayam untuk mendapat perlakuan ganti pakan setiap
saat, sehingga kontinyuitas pasokan bahan pakan adalah hal yang sangat penting.
Ketersediaan produk tersebut juga harus didukung oleh struktur saluran distribusi
yang memadai (Suwarni, 2009).
2.3.4 Promosi
Promosi menurut Mc.Charty dan Perreault (1995) adalah komunikasi
informasi antara penjual dan calon pembeli atau pihak-pihak lain dalam saluran untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku. Stanton (2002) mengungkapkan bahwa pada
dasarnya promosi merupakan usaha dalam bidang informasi, himbauan (persuasi),
dan komunikasi. Swasta dan Irawan (1993) berpendapat bahwa promosi adalah
semua jenis kegiatan yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Menurut
Dharmamesta seperti yang dikutip oleh Askarini Damayanti, (2006) tujuan promosi
dalam perusahaan, yaitu modifikasi tingkah laku, memberitahu, membujuk,
mengingatkan, mengarahkan pasar sasaran pada produk yang dituju. Dari beberapa
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi adalah arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan pertukaran atau transaksi dalam pemasaran.
Kotler dan Amstrong (1998) mengungkapkan bahwa promosi penjualan terdiri
dari kumpulan kiat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dan
dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih
cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang. Strategi promosi mencakup
strategi pengeluaran promosi, strategi bauran promosi, strategi pemilihan media,
strategi penjualan, strategi motivasi dan penyediaan tenaga penjual (Ardani, 2007).
20
Promosi penjualan mencakup kiat untuk promosi konsumen (sampel kupon,
penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan,
percobaan gratis, garansi, pajangan ditempat pembelian dan demontrasi), promosi
perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan barang gratis), promosi bisnis
dan wiraniaga (pameran dan konvensi perdagangan, kontes untuk wiraniaga, dan
iklan khusus).
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur faktor promosi pada
penelitian ini adalah informasi manfaat dan penggunaan, diskon pembelian, insentif
pembelian, dan promo tour. Informasi manfaat dan penggunaan adalah informasi
mengenai bagaimana membuat dan menggunakan pakan selfmix, untuk mendukung
usaha budidaya ayam petelelur yang lebih efisien. Informasi ini termasuk bagaimana
dan dimana mendapatkan bahan baku, bagaimana mengolahnya dan bagaiman
membuat formulasi pakanya. Pada umumnya yang melakukan promo informasi
manfaat dan penggunaan adalah para pemasok premix ( bahan mikro nutrient,
vitamin, mineral dan asam amino). Diskon pembelian adalah besarnya potongan
harga yang dapat diberikan oleh penjual bahan baku pakan. Studi yang dilakukan
oleh Griffin dan Ebert (2007), menyatakan bahwa pengurangan harga adalah hal
yang menjadi perhatian konsumen dalam membeli suatu produk. Insentif pembelian
adalah besarnya uang yang dapat diberikan kembali (cash back), kepada pembeli
sebagai hadiah atau insentif atas beberapa volume pembelian yang telah dilakukan.
Insentif pembelian biasanya diakitkan dengan pencapaian volume pembelian
tertentu.Promo tour adalah program promosi yang hamper mirip dengan insentif,
namuan dalam hal ini diberikan dalam bentuk tour bersama. Program tour ini
umumnya dikaitkan dengan loyalitas konsumen dalam waktu tertentu. Program tour
dapat digunakan untuk membangun kelompok sosial tertentu sehingga ada ikatan
komunikasi diantara peserta paka komunitas kelompok tour.
21
2.4 Teori Perilaku Konsumen
Bagi para produsen penting artinya dapat mengetahui faktor-faktor yang
dipertimbangkan konsumen dalam pembelian produknya. Dengan mempelajari
perilaku konsumen, para produsen akan banyak memperoleh informasi tentang
keterlibatan konsumen secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
sekaligus menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului tindakan ini (Engel et al., 2001).
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (Peter and Olson, 2005) menyatakan
bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi antara rasa ingin tau dan
rasa suka, tingkah laku, dan lingkungan yang akan mempengaruhi aspek aspek
kehidupan seseorang. Sedangkan menurut Loudon dan Della Bitta (1993)
mendifinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu yang secara fisik dilibatkan dalam proses mengevaluasi,
memperoleh, serta menggunakan atau dapat mempergunakan barang dan jasa.
Menurut Engel et al. (2001) dan Swastha dan Handoko (2000), pengertian
perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan itu. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, ketika menggunakan produk atau jasa, dan ketika
melakukan kegiatan evaluasi. Menurut Assael (1996) untuk melakukan pembelian,
konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya,
kualitas, dan harga dari produk tersebut.
Perubahan sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli,
baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial ekonomi meliputi
22
pendapatan dan tingkat pendidikan yang merupakan karakteristik pembeli. Menurut
Hee et al. (2011) bahwa nilai-nilai, sikap, kesadaran lingkungan, dan pengalaman
masa lalu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Hasil penelitian Durmaz et
al. (2011) diperoleh bahwa harga yang lebih murah, suasana yang nyaman, bisa
kredit, ada tempat parkir dan tempat bermain anak anak, banyak pilihan, serta
penjual memperhatikan tanggal kadaluwarsa menjadi alasan seseorang berbelanja di
supermarket.
Tingkat penjualan produk tidak serta merta tergantung pada strategi atau
pengembangan strategi pemasaran saja. Namun harus dianalisis dulu peluang
pemasaran, salah satunya adalah perilaku konsumen dan pihak pihak yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam pembelian. Jika konsumen pada awalnya tidak
tertarik pada suatu produk tetapi ada pihak yang dapat mempengaruhi konsumen
merasa tertarik, maka konsumen langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi
(Rorlen, 2007).
Menurut Lamb dan Daniel (2001), Kotler dan Amstrong (2005) ada empat
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap
konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.
2.4.1 Pengaruh Budaya Terhadap Keputusan Pembelian
Faktor Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang mempengaruhi
keinginan (wants) dan perilaku (behavior) seseorang. Budaya adalah penentu yang
paling mendasar atas perilaku keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan
kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, prefensi, dan perilaku yang dipelajari oleh
seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Persepsi
adalah sesuatu yang berasal dari interaksi antara dua jenis faktor yaitu: (a) stimulus
factors, yaitu karakteristik objek secara fisik seperti ukuran, warna, bentuk, dan berat.
23
Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristiknya mampu menciptakan
rangsangan pada indra seseorang, sehingga mampu menciptakan suatu persepsi
mengenai produk yang dilihatnya; (b) individual factors, yaitu karakteristik yang
termasuk di dalamnya tidak hanya terjadi proses pada panca indera tetapi juga
pengalaman yang serupa dan dorongan utama suatu harapan dari individu itu sendiri.
Budaya yang terkait dengan bisnis dikelompokkan menjadi imperatif, adiaphora, dan
eksklusif, Imperatif budaya merupakan kebiasaan dan harapan bisnis yang harus
dipatuhi untuk mencapai kesuksesan atau dihindari jika budaya tersebut buruk untuk
seseorang. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa Budaya dapat dilihat dari
kepercayaan, pandangan dan kebiasaan konsumen terhadap suatu produk. Semakin
tinggi kepercayaan, pandangan dan kebiasaan terhadap produk, maka semakin tinggi
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. (Mulyana, 2012).
Beberapa indikator budaya yang digunakan pada penelitian ini adalah
(Purimahua, 2005 )
1. Persepsi konsumen (tentang pakan selfmix lebih fleksibel dan lebih baik
hasilnya).
2. Kebiasaan dalam menentukan produk yang mereka konsumsi. (kebiasaan sejak
lama, dan mengikuti kebiasaan (trend) masyarakat.
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu
gambaran yang berarti dari dunia ini (Schiffman dan Kanuk, (2007).. Kotler dan
Amstrong (2005) mengemukakan bahwa orang dapat memiliki persepsi yang
berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi. Dilain pihak
persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.
24
Persepsi tentang kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya,
dibandingkan dengan alternatif lain (Handayani, 2010). Merasa hasil lebih baik adalah
persepsi konsumen memperoleh kualitas manfaat dari produk pakan selfmix akan
menghasilkan kinerja yang lebih baik secara keseluruhan terhadap usaha ternak
ayam. Merasa lebih fleksibel adalah persepsi konsumen memperoleh kualitas
manfaat penggunaan pakan selfmix dengan formulasi pakan yang lebih fleksibel dan
dapat diatur / dikendalikan sesuai dengan kondisi usaha yang dijalankan. Jika bahan
tertentu naik bisa disubtitusi dengan bahan lain yang lebih murah dan sebagainya.
Kebiasaan sejak lama adalah kebiasaan menggunakan pakan selfmix yang sudah
dilakukan sejak lama dalam usaha ayam. Termasuk didalamnya adalah kebiasaan
yang diperoleh dari usaha budidaya ayam orang tuanya. Mengikuti trend adalah
kebiasaan individu untuk mengikuti masyarakat sekitar dalam usaha peternakan
ayam yang telah berhasil dalam menggunakan pakan selfmix.
2.4.2 Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Keputusan Pembelian
Faktor sosial dapat dipahami sebagai pembagian masyarakat yang relatif
homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut
nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan
penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat
tinggal (Noviyarto, 2010). Hal tersebut menjadikan lingkungan sosial memberikan
pengaruh terhadap perilaku konsumen. Indikator faktor sosial terdiri dari tiga bagian
yaitu, anjuran kelompok peternak (acuan), musyawarah keluarga, dan status sosial.
(volume usaha).
Kelompok acuan (referensi) adalah semua kelompok yang memilki pengaruh
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang . Dengan pendapat yang diperoleh
dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi (Setiadi,
25
2003). Kelompok referensi memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau pengaruh
tidak langsung pada sikap dan perilaku seseorang. Menurut Kotler dan Amstrong
(2005), efektifitas pengaruh kelompok acuan pada perilaku konsumen bervariasi
tergantung dari produk dan tersedianya informasi mengenai produk tersebut.
Peternak yang dalam keseharian bergaul dengan peternak yang sudah memakai
pakan selfmix akan terpengaruh untuk memakai pakan selfmix juga.
Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting
berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang
sehari-hari. Anggota keluarga menurut Mowen dan Minor (2002) merupakan pemberi
pengaruh yang paling kuat terhadap persepsi dan perilaku pembelian seseorang.
Penggunaan pakan selfmix akan memberi konsekuensi investasi untuk membeli
peralatan proses, sehingga anggota keluarga biasanya dilibatkan untuk memutuskan
hal ini.
Sedangkan status sosial seseorang meliputi kegiatan yang diharapkan akan
dilakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Suatu produk atau merk dapat
menggambarkan peran dan status pamakainya (Kotler dan Amstrong, 2005). Volume
usaha dapat menggambarkan status sosial atau keadaan ekonomi peternak. Makin
besar volume usaha makin besar modal diputar dalam usaha peternakan. Artinya
keadaan ekonominya lebih baik begitu juga status sosialnya dalam masyarakat.
Peternak yang sudah mempunyai volume usaha ayam kelas menengah (populasi >
20 ribu ekor) biasanya memiliki tingkat kehidupan yang lebih mapan. Hal ini ditandai
dengan tingginya pendapatan dari usahanya, dan kemandirian usaha. Makin tinggi
pendapatan usahanya, umumnya makin tinggi pula kemampuan untuk investasi yang
bisa mendorong untuk tercapainya efisiensi usaha. Semakin mapan dari segi
ekonomi maka semakin tinggi keputusannya untuk membeli suatu produk. Begitu
26
juga perilaku peternak semakin tinggi skala usaha maka semikin besar kemungkinan
menggunakan pakan selfmix.
Berdasarkan uraian diatas dapat diringkas bahwa main besar anjuran
kelompok ternak (referensi), peranan keluarga dan status sosial (volume usaha),
maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
Hasil penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor sosial berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
2.4.3 Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian
Faktor pribadi merupakan cara mengumpulkan dan mengelompokkan
kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang sedang terjadi (Lamb
dan Daniel, 2001). Faktor pribadi terutama yang berpengaruh adalah umur, dan
harapan dalam siklus pembelian (Noviyarto, 2010). Keputusan pembelian konsumen
juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi atau individu. Kepribadian seseorang
terbentuk disebabkan oleh bermacam-macam indikator seperti pekerjaan, keadaan
ekonomi, dan gaya hidup, usia, tahap daur hidup, jabatan serta karakteristik pribadi
lainya dari pembeli. Perilaku konsumen sebagian besar tergantung pada konsep diri,
karena konsumen ingin menjaga identitas mereka sebagai individu (Noviyarto, 2010).
Kepribadian juga dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, ketaatan bersosialisasi, suka mencoba hal hal baru, dan
kemampuan beradaptasi.
Beberapa indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah kepribadian
(kebebasan berkreasi, dan suka mencoba hal hal baru), pengalaman pribadi dan
bangga diri (Purimahua, 2005).
Menurut teori George Kelly kepribadian adalah sebagai cara yang unik dari
individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Terdapat korelasi
yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.
27
Diantara kepribadian tersebut adalah kebebasan berkreasi, dan suka mencoba hal-
hal baru yang dianggap positif. Bebas berkreasi adalah sikap pribadi untuk
menunjukan dominasi dan otonomi individu dalam mengambil keputusan. Pribadi
yang dinamis cenderung memerlukan ruang kebebasan berkreasi lebih besar dari
pribadi lainya. Dalam hal penggunaan pakan selfmix bebas berkreasi di tunjukan
dengan kebebasan dalam hal mengatur bahan pada formulasi pakan selfmix, dan hal
ini tidak dapat diperoleh manakala menggunakan pakan dari pabrik. Suka mencoba
hal hal baru adalah sikap pribadi yang ingin merasakan sendiri hal hal baru yang
dinilai positif. Makin sering mencoba hal hal yang baru dalam menyusun formula
pakan maka akan makin banyak hal baru berhasil ditemukan. Makin banyak
menemukan variasi formula pakan menambah pengalaman dan makin besar rasa
bangga diri diperoleh. Bangga diri disini merupkan perwujudan dari kebutuhan
aktualisasi diri pada teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, sehingga main besar
pula menggunakan pakan selfmix. Peternak yang sukses umumnya dibentuk dari
pengalaman pribadi yang panjang sehingga hal ini akan meningkatkan kepercayaan
dirinya untuk terus mencoba gagasan baru dalam penggunaan pakan selfmix. Hasil
penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor pribadi mempengaruhi
keputusan pembelian.
2.4.4 Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian
Faktor psikologis merupakan cara yang digunakan untuk mengenali perasaan
mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, serta merumuskan pikiran dan
pendapat dalam mengambil tindakan (Lamb dan Daniel, 2001). Pilihan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi,
pengetahuan, keyakinan dan sikap.
Indikator faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk membeli
terdiri dari empat faktor yaitu Lamb et al. (2001) :
28
a. Motivasi untuk memilih produk
b. Pengetahuan (pembelajaran)
c. Keyakinan terhadap produk
d. Sikap konsumen untuk memilih produk
Menurut Hawkins et. al. (2007) motivasi adalah kekuatan yang menggerakan
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang mengarah pada
perilaku yang diinginkan oleh seseorang tersebut. Schiffman dan Kanuk (2000)
menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang
memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Dengan demikian, jika seseorang
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap objek tertentu, maka dia akan terdorong
untuk berperilaku menguasai objek tersebut. Implikasinya dalam pemasaran adalah
kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasar atau tidak (Albari, 2002). Pada dasarnya motivasi dibedakan
menjadi: (a) motif rasional, dimana manusia berprilaku rasional pada waktu mereka
mempertimbangkan alternatif dan memilih alternatif yang memiliki paling banyak
kegunaan. Menurut Geofanny dan Chairy (2010), dalam konteks pemasaran,
konsumen memilih produk berdasarkan kriteria yang objektif seperti ukuran, harga,
berat, dan sebagainya.; (b) motif emosional, yaitu pemilihan berdasarkan kriteria yang
subyektif dan bersifat pribadi seperti kebanggaan, ketakutan, perasaan maupun
status. Gambaran harga pakan selfmix yang lebih murah dapat menimbulkan motif
lebih untuk jika menggunakan pakan selfmix dalam system budidaya ayam.
Pengetahuan adalah pembelajaran yang meliputi perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran merupakan proses dimana
para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pembelian dan
berkonsumsi yang akan mereka terapkan untuk perilaku di masa yang akan datang
(Schiffman dan Kanuk, 2007). Sewaktu orang berbuat, mereka belajar. Peternak yang
29
menggunakan pakan selfmix, mempunyai pengalaman yang lama dalam belajar
(menambah pengetahuan) tentang formulasi pakan, nutrisi bahan dasar pakan, dan
faktor-faktor lain dalam pembuatan pakan selfmix. Pembelajaran ini biasanya terus
berlanjut dan menghasilkan pengetahuan mengenai formulasi dan nutrisi pakan.
Makin tinggi pengetahuan yang didapat akan meningkatkan keyakinan akan kualitas
pakan selfmix yang dibuat.
Kepercayaan atau keyakinan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh
seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitif yang
baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan berbuat
yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan (Kotler
dan Amstrong, 2005). Sumarwan (2002), menyatakan bahwa istilah pembentukan
sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan dan
perilaku. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk.
Konsumen akan mengungkapkan kepercayaanya terhadap berbegai atribut yang
dimiliki oleh produk yang dievaluasinya, langkah ini digambarkan sebagi bi dalam
model fishbein yaitu mengukur kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki
oleh masing masing produk. Dalam pembelian pakan ternak kepercayaan yang
membentuk keputusan pembelian adalah adanya keyakinan kebarhasilan usaha
budidaya setelah menggunakan produk selfmix.
Semakin tinggi motivasi, pengetahuan, dan keyakinan, seseorang terhadap
suatu produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian. Hasil penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor
psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
2.6 Keputusan Pembelian
Pengertian keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2005) adalah
tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar
30
membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.
Keputusan pembelian produk merupakan suatu tindakan konsumen dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhannya, yang diikuti oleh kepuasan yang dirasakan oleh
konsumen tersebut.
Adapun tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam
sebuah model di bawah ini (Kotler dan Amstrong, 2001).
Sumber : Kotler dan Amstrong (2001)
Gambar 1, Tahapan Proses Pembelian Konsumen
Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap
dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya
dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian.
Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dengan urutan yang tidak sesuai.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Tahap Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah adalah proses dimana konsumen menyadari suatu
perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya.
Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari
luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat
hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan
berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar bagaimana
mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui akan
memuaskan dorongan itu.
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatip
Keputusan Pembelian
Reaksi Pasca pembelian
31
b. Tahap Pencarian Informasi
Pencarian informasi adalah seberapa jauh orang tersebut mencari informasi
dan tergantung dari kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang
dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh
dari kegiatan mencari informasi. Pencarian terdiri dari 2 jenis menurut tingkatnya.
Pertama adalah perhatian yang meningkat dan ditandai dengan pencarian informasi
yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan
dengan cara mencari informasi dari segala sumber. Biasanya jumlah kegiatan
mencari informasi meningkat ketika konsumen bergerak dari keputusan situasi
pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang maksimal.
c. Tahap Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif adalah proses untuk memperoleh gambaran yang lebih
jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing
alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi
yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan
keputusan untuk membeli. Adapun asumsi-asumsi tentang evaluasi dalam diri
pembeli hingga menjadi suatu keputusan adalah sebagai berikut :
1. Diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut.
2. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-
beda dalam menilai atribut apa yang paling penting.
3. Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk
pada setiap atribut.
4. Tingkat kepuasan konsumen pada produk akan beragam sesuai dengan
perbedaan atribut produk.
32
5. Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui
prosedur evaluasi.
d. Tahap Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen merupakan suatu keputusan sebagai
pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan, 2004).
Menurut Kotler dan Amstrong (2005), keputusan pembelian adalah preferensi
konsumen atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan niat konsumen
untuk membeli merek yang paling disukai.
Berdasarkan pendapat dua orang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
keputusan pembelian adalah proses keputusan untuk memilih alternatif yang akan
dipakai berdasarkan keyakinan yang telah dimiliki. Konsumen mempunyai cara
sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-
alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang
akan dibeli.
e. Tahap Perilaku setelah Pembelian
Perilaku setelah pembelian adalah tindakan evaluasi setelah membeli, dimana
konsumen akan membandingkan antara yang diharaapkan dan yang didapatkan dari
suatu produk yang telah dibeli. Produk yang tidak bisa memberikan kepuasan yang
diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut
menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya
bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya, maka keinginan
untuk membeli terhadap barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat.
Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif
terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi
yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada
33
orang-orang yang baru saja membeli produknya. Menurut Kiger dalam Ferrina dewi
(2005), perusahaan yang mampu memuaskan konsumen dan memiliki konsumen
yang setia cenderung mampu bertahan dalam perubahan kondisi ekonomi. Evaluasi
pasca pembelian konsumen adalah hasil dari proses kompleks yang digerakkan
pengaruh kombinasi kinerja fungsional produk dan kemampuan produk untuk
meningkatkan penggunaan (Siringoringo, 2004).
Dari variabel ini dapat ditentukan indikatornya antara lain :
a. Update informasi terkait produk selfmix
b. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana.
c. Pembelian berulang
2.6 Penelitian Terdahulu
Priyono (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang
Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang
(Study Kasus Pada PT Ikan Dorang Surabaya), menyimpulkan faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng merek ikan dorang
adalah faktor-faktor harga, ketersediaan, diskon, rekomendasi dari orang
kepercayaan, warna dan ukuran kemasan, rasa, kestabilan rasa dan merek, gaya
berbelanja, kadar kolesterol dan mineral tambahan, serta kemasan tembus pandang.
Faktor-faktor ketersediaan, harga, dan diskon merupakan faktor yang paling dominan.
Jalur distribusi yang menjangkau sedekat mungkin dengan konsumen akan
berpengaruh besar terhadap naiknya pangsa pasar tanpa memandang atribut produk
yang ada.
Hasil penelitian Perwira (1998) menyatakan bahwa faktor produk, harga,
promosi, dan distribusi merupakan faktor yang dipertimbangkan atau berpengaruh
terhadap keputusan konsumen dalam pembelian. Penelitian lainya yang dilakukan
oleh Katong Tranggono (1997) menyatakan bahwa faktor bauran pemasaran
34
(marketing mix) yang terdiri dari faktor produk, harga, promosi, dan distribusi
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam
petelur oleh konsumen. Firda Amalia (2011), melakukan penelitian dengan judul :
“Analisis Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi Dan Psikologis Terhadap
Keputusan Pembelian Minuman Penambah Tenaga Cair Merek M – 150 Di
Semarang. Populasi dalam penelitian tersebut adalah konsumen di wilayah
Semarang Tengah yang mengkonsumsi M-150, dengan alasan Semarang Tengah
merupakan bagian pusat kota di Semarang karena banyak pedagang yang
menawarkan dagangannya, salah satunya adalah M-150 sehingga kemungkinan
banyak pula konsumen yang membeli produknya. Hasil analisis menunjukkan bahwa
faktor budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Diduga strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), dan
perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) secara simultan
(serempak) berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di
Kabupaten Blitar.
H2 : Diduga strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), dan
perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) secara parsial
berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten
Blitar.
H3 : Diduga faktor-faktor produk, harga, distribusi, promosi, budaya, sosial, pribadi,
dan psikologis merupakan faktor utama pada keputusan pembelian pakan
ayam selfmix di Kabupaten Blitar.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Blitar, pada bulan Desember 2011 – Mei
2012.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi target penelitian adalah peternak ayam petelur yang
menggunakan pakan selfmix di Kabupaten Blitar. Alasan pemilihan ini adalah karena
Kabupaten Blitar merupakan sentra Industri peternakan ayam ras petelur terbesar di
Indonesia. Menurut data Himpunan Peternak Blitar (HPB) sekitar 2.889 peternak ayam
petelur di Kabupaten Blitar, 70% merupakan peternak skala kecil dengan populasi
ayam di bawah 20.000 ekor, sedangkan 20% peternak skala menengah dengan
populasi ayam 20.000-100.000 ekor, dan sisanya peternak skala besar (populasi ayam
di atas 100.000 ekor). Besarnya populasi peternak selfmix di Kabupaten Blitar adalah
sebagai berikut :
Tabel 4. Populasi Peternak Selfmix di Kabupaten Blitar No Skala Usaha Jumlah peternak Peternak Selfmix 1 Peternak kecil 70% = 2.022 org 20% = 404 org 2 Peternak sedang 20% = 578 org 60% = 347 org 3 Peternak besar 10% = 289 org 70% = 202 org
Jumlah peternak 2.889 org 953 (33%)
Menurut Ferdinand (2006) dalam penelitian menggunakan analisis regresi
multivariat, besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel indipenden. Dalam
penelitian ini, variabel independen yang digunakan sebanyak 8 variabel sehingga
banyaknya sampel yang dibutuhkan adalah 25 x 8 = 200 sampel. Karena populasi
terdistribusi dalam 3 kelas, maka banyaknya sampel tiap kelas adalah :
36
Tabel 5. Tabel Distribusi Sampel Kelas volume usaha Banyaknya peternak
Selfmix Banyaknya sampel
< 20 000 ekor 404 404/953 x 200 = 85 20 – 100.000 ekor 347 347/953 x 200 = 73
> 100.000 ekor 202 202/953 x 200 = 42 Total 953 200
3.3 Tahap-tahap Penelitian
Tahapan penelitian ini sebagaimana tertera pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Tahap-tahap Penelitian
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Studi Kepustakaan Survey Lapang
Menyusun Quesioner Bauran Pemasaran, Perilaku Peternak,
Keputusan pembelian
Analisis Data Statistik ( SPSS) : 1. Deskripsi Responden 2. Analisa Regresi berganda 3. Analisa Faktor 4. Pengujian Hipotesa
Kesimpulan dan Saran
Penelitian Lapang (Quesioner) Interview Responden dan Data Skunder
Identifikasi Masalah
37
3.4 Definisi Operasional
Definisi Operasional tiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Definisi Operasional
Faktor Definisi Operasional Indikator
Produk (X1) Merupakan atribut atribut yang diinginkan responden untuk memenuhi kebutuhan.
X11 Kandungan nutrisi lengkap X12 Kinerja produk X13 Terdapat layanan teknis X14 Banyak variasi pilihan bhn.
Harga (X2) Adalah seberapa besar responden dapat menukar uangnya dengan barang yang akan dibelinya
X21 Harga relatif murah X22 Rasio kualitas-harga tinggi X23 Pembayaran lunak X24 Tidak ada biaya tambahan
Distribusi (X3)
Adalah sejauh mana responden menilai efektivitas saluran distribusi dalam keputusan pembelian
X31 Membeli bahan mudah X32 Banyak penjualnya X33 Kontinyuitas bahan baku
Promosi (X4) Merupakan sejauh mana responden memahami informasi dan tertarik untuk memutuskan pembelian
X41 Informasi manfaat dan penggunaan produk
X42 Discount pembelian X43 Insentif pembelian X44 Promo tour
Budaya (X5) Adalah sejauh mana budaya dapat berperan pada responden dalam keputusan pembelian
X51 Hasil lebih baik X52 Lebih fleksibel X53 Sesuai kebiasaan X54 Mengikuti Trend
Sosial (X6) Adalah sejauh mana lingkungan soasil berperan pada responden pada keputusan pembelian
X61 Anjuran kel. peternak X62 Musyawarah keluarga X63 Volume usaha
Pribadi (X7) Adalah sejauh mana sikap pribadi responden berperan pada keputusan pembelian
X71 Kebebasan berkreasi X72 Suka mencoba hal baru X73 Pengalaman pribadi X74 Merasa bangga diri
Psykologis (X8)
Adalah sejauh mana kondisi psikologis responden berperan pada keputusan pembelian
X81 Motivasi keuntungan X82 Hasil pembelajaran X83 Keyakinan lebih berhasil
Keputusan pembelian (Y)
Merupakan suatu tindakan responden dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya
Y1 Selalu update informasi Y2 Keputusan dilakaukan
secara sadar, obyektip, rasional dan terencana.
Y3 Melakukan pembelian berulang
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer diperoleh dari responden dengan melakukan
interview dan menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tertutup.
38
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan,
maupun sumber-sumber lainya.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun berupa kuesioner yang dikembangkan dari
indikator terpilih masing masing variabel penelitian. Pada semua faktor, responden
diminta menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban pada 5 skala Likert
(1 : sangat tidak setuju, 2 : tidak setuju, 3 : agak setuju atau ragu-ragu, 4 : setuju dan 5 :
sangat setuju) (Sugiyono, 2007). Sebelum digunakan instrument dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas.
3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur yang
digunakan dalam melakukan fungsi ukurnya. Sugiyono (2007) menyatakan bahwa
cara yang digunakan adalah dengan analisis Item, dimana setiap nilai yang ada pada
setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh butir pertanyaan untuk
suatu variabel dan menggunakan rumus korelasi product moment. Syarat minimum
untuk dianggap valid adalah nilai r hitung > nilai r tabel. Rumus yang digunakan untuk
menghitung adalah sebagai berikut (Djamaludin, 1998) :
푟 = 푁(∑푋푌)푥 (∑푋)(∑푌)
(푁(푋 − (∑푋) )푥 (푁(푌 − (∑푌) )
Dimana :
Rxy = nilai korelasi produk moment
X = skor masing masing item
Y = skor total
N = banyaknya data
39
Untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat diandalkan (konsisten) dan
untuk mengukur suatu gejala dari variabel dilakukan uji Reliabilitas. Menurut Arikunto
(2007) untuk uji reliabilitas digunakan Teknik Alpha Cronbach. Menurut Maholtra
(2004), instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan
atau nilai alpha cronbach sebesar 0,6 atau lebih. Untuk menghitung nilai alpha
cronbach digunakan SPSS versi 17.
3.6.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengungkapkan gambaran data secara
deskriptif dengan cara mengintepretasikan hasil pengolahan lewat tabulasi frekuensi
guna menyingkap kecenderungan data nominal empirik dan deskripsi data seperti
mean, median, simpangan baku, variance, dan skewness (kemencengan) guna
mengetahui keadaan interval berdasarkan hasil penelitian lapangan. Hasil analisis
deskriptif berguna untuk mendukung intepretasi terhadap hasil analisis dengan teknik
lainnya.
3.7 Teknik Analisis Data
Agar suatu data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus diolah dan
dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterprestasikan dan menarik
kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan regresi linier berganda, untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor untuk
meringkas variabel bebas.
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap minat beli pakan ternak baik secara bersama-sama maupun secara
40
partial. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda, yaitu :
Y = ß0 + B1X1 + ß2X2 + ß 3X3 + ß 4X4 + B5X5 + ß6X6 + ß7X7 + ß8X8 + e
Keterangan :
Y = Pembelian ; ß0 = intersep; ß1 s.d ß8 = koefisien regresi yang akan dihitung;
X1 = produk; X2 = harga; X3 = distribusi; X4 = promosi; X5 = budaya; X6 = sosial; X7 =
pribadi ; X8 = psikologis dan e = variabel pengganggu.
1.7.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan
dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.
Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang
meliputi :
1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independent (Ghozali, 2006). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pengujian ada tidaknya
gejala multikolinearitas dilakukan dengan meperhatikan nilai matriks korelasi yang
dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
Tolerance-nya. Apabila nilai matriks korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka
dapat dikatakan data yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas.
Kemudian apabila nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai Tolerance mendekati 1, maka
diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem
multikolinearitas (Santoso, 2003).
41
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan satu ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika varians dari residu atau dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika
varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Salah
satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dan nilai residualnya
SRESID.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Untuk menguji apakah data-
data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode
grafik. Metode grafik yang handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006). Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.7.3 Analisis Faktor (Factor Analysis)
Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariat
yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua
variabel terikat dan saling tergantung. Hubungan ketergantungan antara satu variabel
dengan yang lain akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya.
42
Maholtra (2004) menjelaskan kegunaan factor analysis adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang mendasari dan
menerangkan korelasi diantara satu set variabel.
2) Mengidentifikasi suatu variabel atau faktor baru yang lebih kecil serta menetapkan
variabel-variabel yang semula berkorelasi dengan analisis multivariat, analisis
regresi, atau diskriminan.
3) Mengidentifikasi tidak tepat kecil variabel penting dari tidak tepat besar variabel untuk
digunakan dalam analisis multivariat selanjutnya.
Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai berikut :
Xi = Aij + Ai2F2 + Ai3F3 ……………….. + AimFm + ViUi
dimana :
Xi = Variabel standar yang ke-i
Aij = Koefisien multiple regresi standar dari variabel ke-i pada common factor j
F = Common Factor
Vi = Koefisien regresi berganda standar dari variabel-i pada faktor unik-i
Ui = Faktor unik variabel-i
m = Banyaknya common factor
Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor.
Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti
dengan persamaaan :
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …………….. + WikXk I = 1, 2, 3, …,k.
dimana :
Fi = Factor ke-i yang diestimasi
Wi = Bobot atau koefisien score factor (loading)
Xk = Banyaknya variabel X pada faktor ke k
43
Ada dua pendekatan dasar yang digunakan dalam analisis faktor, yaitu Principal
Component Analysis (analisis komponen prinsipal) dan Common Factor Analysis atau
principal axis factoring. Dalam penelitian ini menggunakan Principal Component
Analysis. Penentuan banyaknya faktor yang terbentuk menggunakan pendekatan
berdasarkan nilai eigenvalue >1 (Determination Based on Eigenvalues). Hanya faktor-
faktor yang memiliki latent root (eigenvalue) minimum 1 yang akan dipertahankan.
Artinya faktor dapat dianggap sebagai faktor apabila paling sedikit dapat menjelaskan
variasi satu variabel atau setiap variabel menyumbangkan nilai satu pada total
eigenvalue.
Hasil penting dari analisis faktor adalah matriks faktor yang disebut juga factor
pattern matrix (matrik pola faktor). Matriks faktor ini berisi koefisien yang digunakan
untuk menunjukkan variabel-variabel yang distandarisasi dalam batasan sebagai faktor.
Rotasi faktor tidak berpengaruh pada communalities dan prosentase variance total yang
dijelaskan Metode yang digunakan untuk rotasi adalah varimax procedure, yang
meminimalkan banyaknya variabel dengan loading tinggi pada faktor. Setelah faktor
baru terbentuk maka dilakukan pemililahan variabel pengganti sehingga peneliti dapat
melakukan analisis berikutnya dan mengintepretasikan hasil dalam batasan variabel
semula daripada skor faktor dengan menguji matriks faktor dan memilih setiap faktor
variabel yang memiliki loading paling tinggi pada faktor tersebut.
Langkah terakhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketepatan model.
Perbedaan antara korelasi yang diamati (yang terdapat dalam input matriks korelasi)
dan korelasi yang dihasilkan kembali (seperti yang diestimasikan pada matriks faktor)
dapat diuji melalui model itu sendiri yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual
yang besar, maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Responden
Berdasarkan pekerjaan utama responden 70% merupakan peternak murni
artinya hidupnya hanya menggantungkan diri dari beternak, dan 30%, peternakan
merupakan pekerjaan sampingan. Berdasarkan pengalaman responden dalam
penggunaan pakan dapat diketahui bahwa 100% responden pernah menggunakan
pakan buatan pabrik sebelumnya. Berdasarkan kelompok umur 40% responden
usianya > 50 tahun, 30% usianya 40-50 tahun dan sisanya 20% usianya < 40 tahun.
Sedangkan lamanya usaha ayam 20% menyatakan kurang dari 5 tahun, 50% lebih
dari 3 tahun tetapi kurang dari 10 tahun, dan 30% usaha ayam lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan jumlah populasi ayam yang dipelihara, responden dapat di kelompokan
dalam tiga kelompok sebagai berikut :
Tabel 7. Kondisi Responden menurut Populasi Ayam No Klas Peternak *) Harga pakan
(Rp/Kg) Kinerja pakan
1 Skala kecil < 20.000 ekor 3250-3400/kg 88%-92% 2 Skala sedang 20.000 – 100.000 ekor 3200–3300/kg 90%- 94% 3 Skala Besar > 100.000 ekor 3150-3250/kg 92%- 96% *) Berdasarkan klasifikasi HPB Blitar Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tingkat harga formulasi pakan selfmix yang digunakan
responden diperoleh bahwa pada peternak kecil harga formulasi pakan antara Rp
3250 – 3400/kg. Pada peternak sedang antara Rp 3200 – 3300/kg dan peternak
besar antara Rp 3150 - 3250/kg. Dibandingkan pakan dari pabrik yang harganya
berkisar antara Rp 3650 – Rp 3800/kg, semua formulasi pakan selfmix harganya
lebih murah antara Rp 250 – Rp 650/kg. Hasil interview yang mendalam diperoleh
45
informasi jika terdapat perbedaan harga sekitar Rp 50/kg peternak selfmix dapat
mempertimbangkan kembali penggunaan pakan jadi dari pabrik.
Berdasarkan tingkat kinerja pakan diperoleh bahwa pada peternak besar
kinerja pakan saat puncak produksi telur bisa mencapai 92% - 96% dengan lama
puncak antara 4 minggu sampai 12 minggu. Pada peternak skala sedang kinerja
pakan saat puncak produksi telur diperoleh hanya 90% - 94% dalam waktu 4 – 10
minggu. Peternak kecil kinerja pada puncak produksi telur diperoleh 88% - 92%
dalam waktu 4 - 10 minggu. Terhadap 1 responden yang membuat pakan pada
tingkat harga formulasi pakan Rp 3600/kg memang diperoleh kinerja yang tinggi yaitu
pada puncak produksi sampai dengan 96% dengan lama sampai 20 minggu dan
produksi >90% selama 35 minggu pada kandang tertutup.
Kinerja pakan selfmix pada kualitas warna kerabang telur seluruh responden
menyatakan merasa puas dan lebih baik dari pakan pabrik, begitu juga pada kualitas
berat telur bisa melampaui standar sekitar 1 gram/butir. Warna kerabang telur banyak
diasosiasikan sebagai ketebalan kerabang dan tahan terhadap pecah selama
penanganan. Telur pecah pada umumnya kurang dari 1% jika warna kerabangnya
coklat kemerahan. Jika warna kerabang pucat telur mudah pecah.
Berdasarkan kebutuhan terhadap teknisi dan ahli formulasi pakan, pada
peternak skala besar 100% sudah mempunyai tenaga ahli untuk formulasi pakan
(formulator), sehingga tidak membutuhkan bantuan teknis formulasi, pada peternak
skala sedang 40% memerlukan teknisi formulator sedangkan pada peternak skala
kecil 70% membutuhkan teknisi formulator. Dalah hal peternak skala besar, bahkan
mereka ada yang menjual pakan selfmix ke beberapa peternak kecil disekitarnya.
4.1.2 Hasil Uji Validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur
dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Teknis yang
46
digunakan untuk uji validitas adalah Korelasi Product Moment pada α = 0,05. Kriteria
penerimaan jika nilai korelasi produk moment r hitung > r tabel berarti valid. Berdasar
tabel r (N=200, α = 5%) diketahui bahwa nilai r adalah = 0.138. Hasil perhitungan
korelasi produk moment tertera pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner
Sumber : Data primier diolah
Berdasarkan Tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai korelasi produk
moment (r hitung) > r tabel. Artinya semua kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini valid (dapat dipakai untuk mengukur indikator variabel penelitian).
4.1.3 Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji konsistensi alat ukur yang digunakan.
Uji reliabilitas butir pertanyaan pada penelitan ini menggunakan nilai Cronbach
Alpha. Kriteria penerimaan reliabilitas hasil perhitungan dianggap reliabel jika nilai
Cronbach Alpha > 0,6. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS
Korelasi Korelasi(r-hitung) (r-hitung)
1 X11 0,898 0,138 Valid 17 X52 0,862 0,138 Valid2 X12 0,885 0,138 Valid 18 X53 0,804 0,138 Valid3 X13 0,726 0,138 Valid 19 X54 0,804 0,138 Valid4 X14 0,882 0,138 Valid 20 X61 0,844 0,138 Valid5 X21 0,767 0,138 Valid 21 X62 0,781 0,138 Valid6 X22 0,816 0,138 Valid 22 X63 0,920 0,138 Valid7 X23 0,755 0,138 Valid 23 X71 0,888 0,138 Valid8 X24 0,749 0,138 Valid 24 X72 0,794 0,138 Valid9 X31 0,790 0,138 Valid 25 X73 0,895 0,138 Valid10 X32 0,773 0,138 Valid 26 X74 0,781 0,138 Valid11 X33 0,878 0,138 Valid 27 X81 0,913 0,138 Valid12 X41 0,908 0,138 Valid 28 X82 0,860 0,138 Valid13 X42 0,835 0,138 Valid 29 X83 0,900 0,138 Valid14 X43 0,762 0,138 Valid 30 Y1 0,854 0,138 Valid15 X44 0,758 0,138 Valid 31 Y2 0,843 0,138 Valid16 X51 0,833 0,138 Valid 32 Y3 0,707 0,138 Valid
No Kuesioner r-Tabel KeteranganNo Kuesioner r-Tabel Keterangan
47
versi 17 diperoleh nilai Cronbach alpha pada masing masing butir pertanyaan tertera
pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Nilai Cronbach Alpha
No Variabel Nilai
Cronbach Nilai Kritis Keterangan
1 X1 0,866 Reliabel 2 X2 0,770 Reliabel 3 X3 0,734 Reliabel 4 X4 0,828 > 0,6 Reliabel 5 X5 0,837 Reliabel 6 X6 0,725 Reliabel 7 X7 0,816 Reliabel 8 X8 0,864 Reliabel 9 Y 0,763 Reliabel
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 9 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Cronbach alpha
untuk setiap variabel penelitian > 0,6. Artinya, semua alat ukur berupa kuesioner
adalah reliabel (handal). Berdasarkan hasil uji validiatas dan reliabilitas diatas maka
instrument penelitian yang digunakan seluruhnya dapat digunakan untuk penelitian.
4.2 Analisis Data 4.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan delapan variabel bebas dan satu variabel terikat.
Masing-masing variabel dideskripsikan berdasarkan pilihan jawaban responden dari
kuesioner yang diajukan. Deskripsi dari masing-masing variabel diuraikan sebagai
berikut:
1. Variabel Produk (X1)
Hasil jawaban responden terhadap item-item pertanyaan pada variabel produk
(X1), ditunjukkan pada Tabel 10.
48
Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Produk (X1) Item
Pernyataan Nutrisi pakan Kinerja pakan Teknisi /
formulasi Variasi bahan
Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 2,5 34 17,0 7 3,5 18 9,0 4 69 34,5 72 36,0 94 47,0 45 22,5 5 126 63,0 94 47,0 99 49,5 137 68,5
Rata-rata 4,605 4,300 4,460 4,595 Skor Rata-rata Produk ( X1 ) = 4,489
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan selfmix
karena nutrisinya lebih lengkap diperoleh bahwa 126 responden dari total 200
responden (63,0%) menyatakan sangat setuju, 34,5% menyakatan setuju dan 2,5%
menyatakan agak setuju atau ragu ragu. Skor rerata jawaban responden adalah
4,605, artinya responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan
ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena nutrisinya lebih
lengkap adalah bahwa pakan ayam selfmix dibuat dengan mempertimbangkan
kebutuhan nutrisi ayam. Sebagai dasar dalam menentukan kelengkapan nutrisi
adalah kandungan protein kasar dalam pakan minimal 18,5% dan kandungan energi
termetabolisme pakan sebesar 2.750 kkal/kg. Sedangkan untuk asam amino yang
dipertimbangkan adalah kandungan asam amino methionin.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan kinerja pakan selfmix
lebih baik diperoleh bahwa 94 responden dari total 200 responden (47,0%)
menyatakan sangat setuju, 36% setuju dan 17% agak setuju / ragu- ragu. Skor rerata
jawaban responden adalah 4,30, artinya responden cenderung menyatakan setuju
terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix
karena kinerjanya lebih baik adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix
peternak dapat memperoleh kinerja pakan yang sama atau lebih baik dari pakan
buatan pabrik. Responden pada umumnya menyatakan bahwa kinerja pakan yang
dipentingkan dan diukur meliputi jumlah telur yang dihasilkan, berat telur atau butir,
49
pencapaian puncak produksi, lama produksi puncak, serta warna kerabang telur (
coklat ). Dalam hal menggunakan pakan selfmix sebagian besar responden
menyatakan bahwa warna kerabang dan berat telur hasilnya lebih baik dari pakan
buatan pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena adanya teknisi atau konsultasi formulasi diperoleh bahwa 99
responden dari total 200 responden (49,5%) menyatakan sangat setuju, 47,0%
setuju, dan 3,5% agak setuju / ragu ragu. Skor rerata jawaban responden adalah
4,46, artinya responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan ini.
Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena adanya teknisi atau
konsultasi formulasi adalah bahwa untuk bisa membuat pakan selfmix perlu
menyusun formula pakan. Untuk bisa menuyusun formula pakan harus menguasai
perhitungan nutrisi bahan pakan dan kebutuhan nutrisi ayam. Jika terdapat teknisi
atau konsultan formulasi, hal ini bisa teratasi dengan mudah, tetapi jika tidak ada
teknisi / konsultan formulasi pakan maka akan kesulitan menyusun pakan yang
sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena banyak pilihan variasi bahan diperoleh bahwa 137 responden dari total
200 responden (68,5%) menyatakan sangat setuju. Terdapat 22,5% menyatakan
setuju dan 9% agak setuju / ragu ragu. Skor rerata jawaban responden 4,595, artinya
responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud
dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena banyak pilihan variasi bahan
adalah bahwa dengan membuat pakan selfmix, maka bahan pakan dapat
menyesuaikan dengan bahan yang tersedia. Sebagai ilustrasi jika harga jagung
murah dan katul mahal, maka dapat meningkatkan porsi jagung dan mengurangi
50
porsi katul, begitu juga dengan sumber protein dari tepung ikan, tepung daging dan
bungkil kedelai, kopra, serta bungkil sawit.
Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel produk diperoleh skor
rerata responden adalah 4,489, artinya produk menjadi hal yang diperhatikan dalam
menggunakan pakan selfmix. Hal ini dikarenakan komponen produk (pakan) akan
berdampak langsung pada output (telur) dalam sistem peternakan ayam petelur.
Peternak umumnya sudah mengenal produk pakan jadi dari bebarapa pabrik pakan.
2. Variabel Harga (X2)
Hasil jawaban responden terhadap item-item pertanyaan pada variabel produk
(X2), ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini
Tabel 11. Distribusi Jawaban Responten Tentang Variabel : Harga (X2)
Item Pernyataan
Lebih murah Rasio harga-kualitas
Bayar lunak Harga fix
Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 1 0,5 1 0.5 3 0 0 0 0 1 0,5 0 0 4 47 23,5 84 42,0 59 29,5 114 57,0 5 153 76,5 116 58,0 139 69,5 85 42,5
Rata-rata 4,765 4,580 4,680 4,415 Skor Rata-rata Harga ( X2 ) = 4,61
Sumber : Data primer diolah, (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena lebih murah diperoleh bahwa 153 responden dari total 200
rensponden (76,5%) menyatakan sangat setuju dan 23,5% menyatakan setuju. Skor
rerata jawaban responden 4,765, artinya responden cenderung menyatakan sangat
setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari penyataan menggunakan pakan selfmix
karena lebih murah adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix terdapat
selisih harga yang signifikan dibandingkan pakan buatan pabrik. Pakan selfmix
sebagian besar disusun pada tingkat harga antara Rp 3150 – 3600/kg. Sedangkan
51
pakan buatan pabrik dijual pada tingkat harga Rp 3.650 – 3.850/kg. Hasil interview
diperoleh semua peternak yang menggunakan pakan selfmix mempunyai harga
formulasi pakan yang lebih murah dibandingkan harga pakan dari pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena memiliki rasio harga-kualitas paling menguntungkan diperoleh 116
responden dari total 200 responden (58%) menyatakan sangat setuju dan 42%
menyatakan setuju. Skor rerata jawaban responden 4,580, artinya responden
cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena memiliki rasio harga-kualitas paling
menguntungkan adalah bahwa rasio antara harga pakan dan kualitas (kinerja pakan)
selfmix jika dibanding dengan pakan buatan pabrik akan lebih menguntungkan. Dari
segi harga terdapat selisih sekitar Rp 250/kg-Rp 650/Kg dengan kinerja pakan (hasil
telur) tidak terlalu banyak berbeda dibanding dengan pakan buatan pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena pembayaranya lebih lunak diperoleh bahwa 139 responden dari total
200 responden (69,5%) menyatakan sangat setuju, 29,5% setuju, 0,5% agak setuju,
dan 2% menyatakan tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,680, artinya
responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud
dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena pembayaranya lebih lunak
adalah bahwa untuk membeli bahan pakan selfmix bisa kredit dengan jangka waktu
14 – 30 hari, kecuali apabila membeli jagung dari petani sekitar harus tunai.
Sedangkan pakan pabrik umumnya harus tunai atau kredit selama 14 hari.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena harganya sudah fix (pasti) diperoleh 85 responden dari total 200
responden (42,5%) menyatakan sangat setuju, 57% setuju, dan 0,5% menyatakan
tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,415, artinya responden cenderung
52
menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan
pakan selfmix karena harganya sudah fix adalah bahwa pakan selfmix sudah dibuat
dengan formulasi sesuai dengan keinginan sehingga tidak perlu ada biaya tambahan
lagi, sedangkan jika menggunakan pakan pabrik beberapa peternak masih
menambah mineral dan vitamin, sehingga masih ada biaya tambahan dalam pakan.
Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel harga diperoleh skor
rerata responden adalah 4,53. Artinya, komponen harga adalah hal yang
dipertimbangkan dalam keputusan pembelian pakan selfmix. Hal ini dikarenakan
harga pakan merupakan komponen input yang dapat dikendalikan dalam sistem
peternakan ayam.
3. Distribusi (X3)
Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel
distribusi disajikan pada tabel 12 berikut .
Tabel 12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Distribusi (X3)
Item Pernyataan
Mudah didapat Banyak penjual Selalu tersedia
Skor F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 3 2 1,0 15 7,5 21 10,5 4 49 24,5 87 43,5 53 26,5 5 149 74,5 98 49,0 126 63,0
Rata-rata 4,735 4,415 4,525 Skor Rata-rata Distribusi ( X3) = 4,558
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena mudah didapat diperoleh 149 responden dari total 200 responden
(74,5%) menyatakan sangat setuju, 24,5% setuju, dan 1% agak setuju / ragu-ragu.
Skor rerata jawaban responden 4,735, artinya responden cenderung menyatakan
setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix
53
karena mudah didapat adalah bahwa untuk mendapatkan bahan pakan selfmix saat
ini mudah, semudah orang membeli pakan dari pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena banyak penjualnya diperoleh 98 responden dari total 200 tesponden
(49%) menyatakan sangat setuju, 43,5% setuju, dan 7,5% agak setuju / ragu-ragu.
Skor rerata jawaban responden adalah 4,415, artinya responden cenderung
menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan
pakan selfmix karena mudah didapat adalah untuk membeli bahan pakan selfmix
sudah mudah dilakukan karena sudah ada penjualnya di Kabupaten Blitar
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena stok selalu tersedia setiap saat diperoleh 126 responden dari total 200
responden (63%) menyatakan sangat setuju 26,5% setuju, dan 10,5% menyatakan
tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,525, artinya responden cenderung
menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan
menggunakan pakan selfmix karena stok selalu tersedia setiap saat adalah stok
bahan pakan selfmix selalu tersedia secara cukup, sehingga memudahkan peternak
untuk mengatur waktu pembelian bahan sesuai kebutuhannya.
Hasil analisis ketiga butir pernyataan variabel distribusi diperoleh skor rerata
jawaban responden adalah 4,558 (cenderung sangat setuju). Berdasarkan hasil
tersebut, dapat diketahui bahwa ketersediaan dan kemudahan mendapatkan bahan
pakan selfmix merupakan hal penting. Hal ini karena ada beberapa bahan pakan
yang harus diperoleh melalui import, khususnya bungkil kedelai dan meat bone meal
(MBM).
4. Promosi (X4)
Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel
Promosi disajikan pada Tabel 13.
54
Tabel 13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Promosi (X4) Item
Pernyataan Info lengkap Diskon
pembelian
Insentif pembelian
Tour promo
Skor F % F % F % F % 1 0 0 27 13,5 58 29 72 36,0 2 0 0 87 43,5 139 69,5 127 63,5 3 26 13,0 86 43,0 3 1,5 1 0,5 4 55 27,5 0 0 0 0 0 0 5 119 59,5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 4,465 2,295 1,725 1,645 Skor Rata-rata Variabel Promosi ( X4 ) = 2,533
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui distribusi jawaban responden tentang
butir pernyataan menggunakan pakan selfmix karena mendapat informasi manfaat
penggunaan yang lengkap diperoleh 119 responden dari total 200 responden (59,5%)
menyatakan sangat setuju, 27,5% setuju, dan 13,0% agak setuju / ragu-ragu. Skor
rerata jawaban responden adalah 4,465, artinya responden cenderung menyatakan
setuju terhadap penyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix
karena mendapat informasi manfaat dan penggunaan yang lengkap adalah bahwa
responden merasa bahwa sebelum mempertimbangkan menggunkan pakan selfmix
mereka telah mendapat informasi mengenai pakan selfmix yang lengkap baik dari
para penjual bahan baku khususnya bungkil kedelai maupun dari penjual premix.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena ingin mendapat discount pembelian diperoleh 86 responden dari total
200 responden (43%) menyatakan agak setuju / ragu-ragu, 43,5% tidak setuju, dan
13,5% sangat tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 2,295, artinya
responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat discount pembelian
adalah bahwa peternak membeli bahan pakan selfmix, karena akan memperoleh
discount harga (potongan harga) tertentu, sesuai dengan volume yang dibeli.
55
Distribusi jawaban pernyataan responden tentang butir pernyataan
menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat insentif pembelian diperoleh 58
responden dari total 200 responden (29%) menyatakan sangat tidak setuju, 69,5%
tidak setuju, dan 1,5% agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden
adalah 1,725, artinya responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin
mendapat insentif pembelian adalah bahwa peternak tertarik membeli karena ingin
mendapat insentif pembelian dari para penjual bahan pakan selfmix.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena ingin mendapat hadiah tour diperoleh bahwa 72 responden dari total
200 responden (36%) menyatakan sangat tidak setuju, 63,5% tidak setuju dan 0,5%
menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 1,645, artinya
responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap butir pernyataan ini. Maksud
dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat hadiah tour
adalah bahwa peternak yang membeli pakan selfmix ini termotivasi oleh keinginan
mendapatkan hadiah tour dari para penjual bahan pakan selfmix.
Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel promosi diperoleh skor
rerata jawaban responden adalah 2,533 artinya jawaban responden umumnya
cenderung pada pernyataan tidak setuju pada butir pernyataan pada variabel
promosi. Promosi yang dipentingkan oleh responden hanya pada butir pernyataan
tentang informasi penggunaan pakan selfmix.
5. Budaya (X5)
Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel Budaya
disajikan pada Tabel 14 berikut.
56
Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Budaya (X5) Item
Pernyataan Hasil lebih baik Lebih fleksibel Kebiasaan Ikut Trend
Skor F % F % F % F % 2 1 0,5 1 0,5 0 0 0 0 3 19 9,50 4 2,0 0 0 9 4,5 4 82 41,0 58 29,0 85 32,5 84 42,0 5 98 49,0 137 68,5 135 67,5 107 53,5
Rata-rata 4,385 4,655 4,675 4,490 Skor Rata-rata Variabel Budaya ( X5 ) = 4,551
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena merasa hasil lebih baik diperoleh 98 responden dari total 200
responden (49%) menyatakan sangat setuju, 41,0% setuju, 9,5% agak setuju / ragu-
ragu, dan 0,5% tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,385, artinya
responden cenderung menjawab setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena merasa hasil lebih baik adalah
dengan menggunakan pakan selfmix hasil kinerja pakan lebih baik dibandingkan
menggunakan pakan dari pabrik. Pada umumnya yang diunggulkan dalam
pemakaian pakan selfmix adalah warna kerabang dan berat telur. Beberapa peternak
skala besar menyatakan produktivitas telurnya meningkat dan lebih stabil dibanding
menggunakan pakan dari pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena lebih fleksibel diperoleh 137 responden dari total 200 responden
(68,5%) menyatakan sangat setuju, 29% setuju, 2% agak setuju, dan 0,5% sangat
tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,655, artinya ada
kecenderungan responden sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena lebih fleksibel adalah bahwa
berdasarkan pengalaman selama ini, pemakaian pakan selfmix lebih fleksibel dalam
formulasi dan bahan pakan. Peternak dapat menyusun formulasi pakan sesuai
57
dengan bahan yang tersedia dan kebutuhan nutrisi ayam. Sebagai ilustrasi, setelah
masa puncak produksi selanjutnya dibuat formulasi pakan yang energi
metabolismenya sedikit ditambah, sehingga pada saat akhir bobot ayam bisa
mencapai sekitar 2 kg/ekor.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama diperoleh 135 responden dari
total 200 responden (67,5%) menyatakan sangat setuju dan 33,5% menyatakan
setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,675, artinya responden cenderung
menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan
menggunakan pakan selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama adalah
bahwa penggunaan pakan selfmix ini sudah dilakukan sejak lama secara terus
menerus, sehingga menjadi kebiasaan dalam usaha peternakan ayam. Kebiasaan ini
sebagian besar terjadi sejak tahun 1997 yaitu ketika krisis moneter di Indonesia. Saat
itu pabrik pakan banyak yang tidak mau memasok kebutuhan pakan (hanya mau
transaksi tunai atau uang didepan). Hal ini akhirnya memaksa peternak mencari
alternatif yaitu dengan membuat pakan sendiri.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena mengikuti trend diperoleh 107 responden dari total 200 responden
(53,5%) menyatakan sangat setuju, 42% setuju, dan 4,5% menyatakan agak setuju /
ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,490, artinya responden
cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena mengikuti trend adalah saat ini
peternak banyak yang menggunakan pakan selfmix dan penggunaan pakan selfmix
saat ini menjadi trend bagi peternak ayam petelur di Blitar.
Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel budaya diperoleh skor
rerata jawaban responden adalah 4,551, artinya responden cenderung sangat setuju
58
pada butir pernyataan yang terdapat pada variabel budaya. Hal ini mengartikan
bahwa masyarakat dalam membuat keputusan pembelian pakan selfmix juga
mempertimbangkan faktor budaya masyarakat.
Peternak di kabupaten Blitar pada awalnya memang banyak yang membuat
pakan sendiri sebagai peternak ayak kampung. Ketika mereka mulai beralih ke ayam
ras, meraka baru mencoba menggunakan pakan jadi yang diperoleh dari pabrik.
Namun demikian karena harganya yang terus naik dan seiring dengan naiknya harga
bahan baku impor serta nilai tukar mata uang, maka harganya hampir tidak pernah
turun. Hal ini mendorong beberapa orang yang mempunyai kebiasaan membuat
campuran pakan sendiri, mengolah kreasi dengan membuat pakan ayam sendiri
(selfmix). Hasil kreasi ini kemudian dicontoh oleh beberapa peternak yang
merasakan hal yang sama terhadap harga pakan ayam.
6. Variabel Sosial (X6)
Distribusi jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel
Sosial tertera pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Sosial (X6)
Item Pernyataan
Anjuran kel.Ternak
Musyawarah keluarga
Volume usaha
Skor F % F % F % 1 0 0 0 0 1 0,5 2 0 0 0 0 39 19,5 3 1 0,5 1 0,5 26 13,0 4 57 28,5 89 44,5 77 38,5 5 142 71 110 55,0 57 28,5
Rata-rata 4,705 4,545 3,750 Skor Rata-rata Variabel Sosial ( X6) = 4,333
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena anjuran kelompok peternak diperoleh 142 responden dari total 200
responden (71,0%) menyatakan sangat setuju, 28,5% menyatakan setuju dan 0,5%
59
menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,705, artinya ada
kecenderungan responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini.
Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena anjuran kelompok
peternak adalah, bahwa responden sebagai peternak awalnya menggunakan pakan
dari pabrik kemudian mendapat masukan dari kelompok peternak atau tetangga
sekitar tentang penggunaan pakan selfmix termasuk untung ruginya, sehingga
akhirnya responden mempertimbangkan untuk mencoba pakan selfmix.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga
diperoleh 110 responden dari total 200 responden (55,0%) menyatakan sangat setuju
44,5% menyatakan setuju dan 0,5% menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban
responden adalah 4,545 artinya ada kecenderungan responden menyatakan sangat
setuju terhadap penyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix
karena telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga adalah bahwa
sebelum menggunakan pakan selfmi, maka dilakukan musyawarah untuk
memutuskan penggunaan pakan selfmix. Hal ini karena menyangkut resiko dan biaya
investasi untuk mengadakan peralatan.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena sesuai dengan volume usaha diperoleh 57 responden dari total 200
responden (28,5%) menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju,13%
menyatakan agak setuju / ragu ragu, 19,5% tidak setuju, dan 0,5% menyatakan
sangat tidat setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 3,750, artinya responden
cenderung setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan
pakan selfmix karena sesuai dengan volume usaha adalah bahwa penggunaan
pakan selfmix umumnya adalah untuk efisiensi biaya, namun juga perlu investasi
peralatan, sehingga makin besar volume usaha maka makin dapat diperoleh efisiensi
60
dan makin kecil volume usaha makin kurang efisien. Hal ini disebabkan oleh faktor
investasi peralatan.
Hasil analisis ketiga butir pernyataan pada variabel sosial diperoleh skor
rerata jawaban responden adalah 4,333, artinya jawaban responden umumnya
cenderung setuju terhadap butir pernyataan yang terdapat pada variabel sosial. Hal
ini menunjukkan faktor sosial turut menjadi pertimbangan dalam penggunaan pakan
selfmix.
7. Variabel Pribadi (X7)
Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel Pribadi
disajikan pada Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Pribadi (X7) Item
Pernyataan Bebas
berkreasi Bangga diri Suka mencoba Pengalaman
Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 65 32,5 0 0 3 6 3,0 1 0,5 20 10,0 3 1,5 4 88 44,0 75 37,5 91 45,5 118 59,0 5 106 53,0 124 62,0 24 12,0 79 39,5
Rata-rata 4,500 4,615 3,370 4,380 Skor Rata-rata Variabel Pribadi ( X7) = 4,216
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena lebih bebas berkreasi dalam membuat pakan diperoleh 106 responden
dari total 200 responden (53%) menyatakan sangat setuju, 44% setuju, dan 3%
menyatakan agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,500
artinya responden cenderung untuk menyatakan setuju terhadap butir pernyataan ini.
Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena lebih bebas berkreasi
dalam membuat pakan adalah bahwa peternak dengan menggunakan pakan selfmix
lebih bebas mengatur kompisisi dan jenis bahan dalam formulasi sehingga dapat
61
menyesuaikan dengan harga dan kinerja pakan yang diinginkan. Hal ini membuat
lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan harga output seperti telur yang fluktuatif.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena membuat rasa bangga diri diperoleh 124 responden dari total 200
responden (62%) menyatakan sangat setuju 37,5% menyatakan setuju dan 0,5%
menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,615, artinya ada
kecenderungan responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini.
Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena membuat rasa bangga
diri adalah bahwa dengan menggunakan pakan selffmix responden merasa ada
kebanggan tersendiri, terutama pada keberhasilanya mengembangkan formulasi
pakan ayamnya.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena suka mencoba hal hal yang positif diperoleh 24 responden dari total
200 responden (12%) menyatakan sangat setuju, 45,5% setuju, 10% menyatakan
agak setuju / ragu-ragu, dan 32,5% tidak setuju. Skor rerata jawaban responden
adalah 3,37 artinya responden cenderung menyatakan agak setuju / ragu-ragu
terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix
karena suka mencoba hal-hal yang positif adalah bahwa seseorang yang suka
mencoba hal positif akan lebih mudah menghasilkan karya. Keberhasilan membuat
formulasi pakan disamping dapat buat berdasarkan resep hali nutrisi, juga dapat
dikembangkan sendiri dengan system mencoba-coba. Bagi pribadi yang dinamis hal
ini menjadi dorongan untuk bisa berkreasi menciptkan formula pakan yang lebih
unggul dari peternak lainya.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena berdasarkan hasil pengalaman diperoleh 79 responden dari total 200
responden (39,5%), menyatakan sangat setuju, 59% setuju, dan 1,5% menyatakan
62
tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,380 artinya responden
cenderung menjawab setuju pada penyataan ini. Maksud dari pernyataan
menggunakan pakan selfmix karena berdasarkan pengalaman hasilnya baik adalah
responden berpendapat selama ini telah berpengalaman menggunakan pakan buatan
pabrik maupun pakan selfmix. Dari pengalamanya, diperoleh bahwa menggunakan
pakan selfmix dirasakan hasilnya baik, terhadap usaha budidaya ayam petelur.
Hasil analisis jawaban responden terhadap ketiga pernyataan pada variabel
pribadi diperoleh skor rerata adalah 4,216 artinya ada kecenderungan responden
setuju terhadap keempat butir pernyataan yang ada. Hal ini menunjukkan faktor
pribadi ikut menentukan dalam penggunaan pakan ayam selfmix.
8. Variabel Psikologis (X8)
Hasil jawaban responden tentang butir pernyataan pada variabel pribadi
disajikan pada tabel 17 berikut.
Tabel 17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Psikologis (X8) Item
Pernyataan Motif
keuntungan Hasil belajar Lebih yakin
Skor F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 3 1 0,5 9 4,5 13 6,5 4 74 37,0 91 45,0 72 36,0 5 125 62,5 100 50,0 115 57,5
Rata-rata 4,620 4,455 4,510 Skor Rata-rata Variabel Psikologis ( X8) = 4,528
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena termotivasi keuntungan yang lebih besar diperoleh 125 responden dari
total 200 responden (62,5%), menyatakan sangat setuju 37% menyatakan setuju dan
0,5% menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,620 artinya
responden cenderung menjawab sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
63
pernyataan menggunakan pakan selfmix karena termotivasi keuntungan lebih besar
adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix akan mengurangi biaya produksi
secara nyata yaitu sekitar Rp 250/kg – Rp 650/Kg. Jika kinerja pakan selfmix bisa
sama dengan pakan dari pabrik berarti penggunaan pakan selfmix akan memberi
keuntungan lebih besar daripada menggunakan pakan pabrik.
Distribusi jawaban responden tentang pernyataan menggunakan pakan
selfmix karena merupakan hasil pembelajaran terbaik diperoleh 100 responden dari
total 200 responden (50%), menyatakan sangat setuju, 45,5% menyatakan setuju,
dan 4,5% menyatakan agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden
adalah 4,455, artinya responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan
ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena merupakan hasil
pembelajaran terbaik adalah bahwa responden merasa selama ini telah banyak
mempelajari penggunaan berbagai pakan, baik pakan buatan pabrik maupun pakan
selfmix. Hasil pembelajaran itu didapatkan pakan selfmix paling baik hasilnya.
Distribusi jawaban responden tentang pernyataan menggunakan pakan
selfmix lebih yakin akan berhasil diperoleh 115 responden dari total 200 responden
(57,5%) menyatakan sangat setuju, 36% menyatakan setuju, dan 6,5% menyatakan
agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,510, artinya
responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari
pernyataan menggunakan pakan selfmix lebih yakin akan berhasil adalah dengan
menggunakan pakan selfmix yang sudah dipelajri selama ini member pengetahuan
yang banyak, sehingga saat responden merasa bisa mengandalkan pakan selfmix
untuk keberhasilan usaha budidaya ayam petelur.
Hasil analisis jawaban responden terhadap keempat pernyataan pada
variabel psikologis diperoleh skor rerata adalah 4,528 artinya ada kecenderungan
responden sangat setuju terhadap ketiga butir pernyataan yang ada. Hal ini
64
menunjukkan faktor psikologis ikut menentukan dalam penggunaan pakan ayam
selfmix.
9. Variabel Terikat : Keputusan Pembelian
Hasil jawaban responden tentang butir-butir pernyataan dalam variabel
keputusan pembelian pakan sebagaimana pada Tabel 18 berikut.
Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden Tentang : Keputusan Pembelian (Y)
Item Pernyataan
Update info selfmix
Pilihan terbaik Membeli ulang
Skor F % F % F % 3 0 0 0 0 0 4 52 26,0 52 26,0 37 18,5 5 148 74,0 48 74,0 163 81,5
Rata-rata 4,740 4,740 4,815 Skor Rata-rata Distribusi ( Y) = 4,765
Sumber : Data primer diolah (2012)
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan setiap saat selalu
meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi dalam
pembelian pakan ayam diperoleh 148 responden dari total 200 responden (74%)
menyatakan sangat setuju dan 26% menyatakan setuju. Skor rerata jawaban
responden adalah 4,740, artinya responden cenderung untuk menyatakan sangat
setuju terhadap jawaban butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan setiap saat
selalau meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi
dalam pembelian pakan ayam adalah responden selama ini selalu meng-update
informasi tentang harga bahan pakan dan informasi lain yang terkait pakan selfmix
untuk bahan evaluasi pembelian pakan selfmix selanjutnya.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan setelah saya
perhitungkan secara sadar, rasional, objektif, dan terencana tentang pakan selfmix
menjadi pilihan terbaik untuk dibeli saat ini diperoleh 148 responden dari total 200
responden (74%) menyatakan sangat setuju dan 26% menyatakan setuju. Skor rerata
65
jawaban responden adalah 4,740, artinya responden cenderung menyatakan sangat
setuju terhadap butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan setelah saya
perhitungkan secara sadar, rasional, objektif, dan terencana pakan selfmix menjadi
pilihan terbaik untuk dibeli saat ini adalah setelah mendapat informasi secara lengkap
tentang pakan selfmix kemudian dilakukan evaluasi secara objektif, didapatkan pakan
selfmix menjadi pilihan yang terbaik saat ini.
Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan untuk memenuhi
kebutuhan akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix
kembali diperoleh bahwa 163 responden dari total 200 responden (81,5%)
menyatakan sangat setuju dan 18,5% menyatakan setuju. Skor rerata jawaban
responden adalah 4.815, artinya responden cenderung menyatakan sangat setuju
terhadap butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan untuk memenuhi kebutuhan
akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix kembali adalah
untuk kebutuhan pakan ayam kedepan, responden masih tetap mempertimbangkan
pakan selfmix sebagai pilihan pertama.
Hasil analisis jawaban responden terhadap ketiga butir pernyataan pada
variabel keputusan pembelian pakan diperoleh skor rerata adalah 4,765, artinya ada
kecenderungan responden sangat setuju terhadap ketiga butir pernyataan sebagai
indikator dalam keputusan pembelian pakan ayam selfmix.
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Agar model persamaan regresi linier berganda menjadi akurat, maka harus
memenuhi asumsi klasik, yaitu multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan
normalitas.
66
4.3.1 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat korelasi yang
sangat tinggi diantara variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Di
bawah ini disajikan hasil VIF (Variance Inflatory Factor) yang dihitung menggunakan
SPSS versi 17, untuk mendeteksi terjadinya multikolineritas:
Tabel 19. Multikolinearitas Variabel Penelitian
Variabel Bebas Tolerance VIF
X1 = Produk X2 = Harga X3 = Distribusi X4 = Promosi X5 = Budaya X6 = Sosial X7 = Pribadi X8 = psikologis
0,317 0,319 0,281 0,375 0,254 0,244 0,309 0,333
3,151 3,132 3,557 2,663 3,937 4,106 3,235 3,007
Sumber : Data primer diolah (2012)
Hasil uji multikolinearitas pada tabel diatas terlihat bahwa nilai tolernasi > 0.1
dan nilai VIF masing-masing variabel < 10, artinya tidak terjadi multikolinearitas,
dengan kata lain diantara varibel bebas tidak saling berpengaruh (Ghozali, 2006)
4.3.2 Uji Autokorelasi
Asumsi autokorelasi dapat terjadi apabila ada korelasi diantara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan. Untuk mengetahui adanya Autokorelasi
digunakan uji Durbin Watson (DW). Kriteria penerimaan uji Durbin Watson adalah
sebagaimana Tabel 20 berikut.
Tabel 20. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi postif Tdk ada autokorelasi positif Tdk ada autokorelasi negatif Tdk ada autokorelasi negatif Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif
Tolak No decision
Tolak No decision Tdk ditolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du
4 - dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
du < d < 4 - du
67
Berdasarkan daftar Tabel 20, nilai D-W untuk n=200 dan k= 8 nilai adalah dL
= 1,6861 dan dU = 1,8522, sehingga diperoleh nilai 4-dU = 4 -1,8522 = 2.1478. Nilai
D-W hasil perhitungan dengan SPSS versi 17 adalah = 1,933. Karena nilai D-W
terletak diantara nilai dU dan 4-dU (1,8522 < 1,933 < 2.1478), maka regresi yang
terbentuk tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif (Ghozali, 2006).
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Salah satu cara untuk mendeteksi
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat yaitu ZPRED dan nilai residualnya SRESID, sebagaimana Gambar 3.
Berdasarkan grafik plot tersebut pada gambar 3 dapat diketahui bahwa regresi yang
terbentuk tidak terdapat heteroskedastisitas karena data student residual menyebar
baik diatas maupun dibawah angka 0.
Gambar 3. Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas
68
4.3.4 Uji Normalitas Data
Model regresi yang baik adalah memiliki data yang berdistribusi normal atau
mendekati normal. Pengujian normalitas data dilakukan dangan analisis grafik.
Sebaran data tertera pada Gambar 4 dibawah ini.:
Gambar 4. Sebaran Data Uji Normalitas
Data berdistribusi normal jika sebaran data membentuk satu garis lurus
mengikuti garis diagonalnya. Pada gambar di atas nampak bahwa sebaran data
menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonalnya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa data yang diperoleh terdistrubusi secara normal.
4.3.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga strategi
bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen
(budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara simultan (serempak) berpengaruh
terhadap keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix di Kabupaten Blitar.
Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji serentak atau uji F dengan tingkat
69
kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisa dengan SPSS versi 17 sebagaimana
pada tabel 21 dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 174,403 dan nilai sign = 0,000.
Sedangkan nilai F tabel = 1,99. Karena F hitung > F tabel maka hipotesis pertama
diterima, yaitu strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi),
dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara simultan
(serempak) berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix
di Kabupaten Blitar. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dapat dilihat
pada Tabel 21.
Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber : Data primer diolah (2012)
Hasil koefisien korelasi berganda (R) adalah 0,938 artinya variabel bebas
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan variabel independent (Keputusan
Pembelian). Koefisien determinasi ganda adjusted R square sebesar 0,875
menunjukkan besarnya kontribusi varibel bebas terhadap variabel tergantung sebesar
87,5% sisanya sebesar 12,5% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak
termasuk dalam model. Koefisien determinasi ganda (adjusted R square) dan
koefisien korelasi ganda dalam penelitian ini sangat baik untuk menerangkan varian
variabel yang mempengaruhi Keputusan Pembelian pakan selfmix (Y). Perhitungan
nilai koefisien regresi berganda variabel bebas terhadap variabel terikat keputusan
pembelian tertera pada Tabel 22 .
Sum of Squares
df Mean Square
F hit Sig. R Adjusted R Square
Durbin-Watson
Regression 182.598 8 22.82 174.402 .000a .938a .875 1.933
Residual 24.997 191 .131Total 207.595 199 F Tabel = 1,99
a. Predictors: (Constant),Psikologis, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosialb. Depent Variable : Putusanbeli
ANOVAb
Model
1
70
Tabel 22. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
t
Tabel B
Std. Error Beta
1 (Constant) 4,801 0,382 12,567 0,000
1,972
Produk 0,052 0,021 0,109 2,442 0,016 Harga 0,151 0,030 0,223 5,017 0,000 Distribusi 0,087 0,033 0,124 2,614 0,010 Promo 0,099 0,021 0,191 4,656 0,000 Budaya 0,069 0,027 0,127 2,541 0,012 Sosial 0,134 0,029 0,236 4,833 0,000 Pribadi 0,005 0,021 0,011 0,233 0,816 Psikologis 0,036 0,029 0,054 1,233 0,219
Sumber : Data primer diolah (2012)
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah adalah diduga strategi bauran
pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya,
sosial, pribadi, dan psikologis) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap
keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix di Kabupaten Blitar. Untuk menguji
hipotesis kedua digunakan uji t dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil
analisis sebagaimana pada Tabel 22, diperoleh bahwa nilai t tabel = 1,972 dan variabel
bebas yang mempunyai nilai t hitung > t tabel berturut turut dalah variabel produk (X1)
2,442, harga (X2)=5,017 distribusi (X3)= 2,614, promosi (X4) =4,656, budaya (X5)=
2,541, dan sosial (X6)=4,833. Variabel ini mempunyai pengaruh nyata terhadap
variabel keputusan pembelian. Sedangkan variabel yang nilai t hitung < t tabel adalah
variabel pribadi (X7)=0,233 dan psikologis (X8)=1,233. Kedua variabel ini
pengaruhnya tidak nyata terhadap keputusan pembelian (Y). Dapat disimpulkan
sebagian dari isi hipotesis kedua yaitu produk, harga, distribusi, promosi, budaya, dan
sosial dapat diterima dan dua variabel lainnya yaitu pribadi dan psikologis dalam
hipotesis kedua ditolak. Model persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
71
Y=4,801+0.052X1+0.151X2+0.087X3+0.099X4+0.069X5+0.134X6+0.005X7+0.036X8+ e
Setelah diketahui variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel tergantung, langkah selanjutnya adalah menentukan variabel bebas mana
yang merupakan faktor utama dengan mencari variabel yang memiliki koefisien
determinasi yang terbesar. Hasil perhitungan koefien determinasi tertera pada tabel
23 berikut :
Tabel 23 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial
Sumber : Output SPSS versi 17.
Hipotesis ketiga yaitu faktor-faktor produk, harga, distribusi, promosi, budaya,
sosial, pribadi, dan psikologis merupakan faktor utama pada keputusan pembelian
pakan ayam selfmix di Kabupaten Blitar. Untuk menguji variabel dominan, terlebih
dahulu diketahui kontribusi masing-masing variabel bebas yang diuji terhadap
variabel terikat. Kontribusi masing-masing variabel diketahui dari koefisien
determinasi regresi sederhana terhadap variabel terikat atau dapat diketahui dari
kuadrat korelasi sederhana variabel bebas dan terikat (Nurjannah, 2008).
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan determinasi (Tabel 23) diketahui bahwa
koefisien determinasi parsial terbesar adalah pada faktor harga (X2) 0,78, dengan
koefisien regresi 0,151 Artinya faktor harga merupakan faktor yang dominan terhadap
Variabel Bebas R R SquareProd 0.80 0.64 Harga 0.88 0.78 Distri 0.83 0.69 Promo 0.84 0.71 Budaya 0.82 0.66 Sosial 0.85 0.72 Pribadi 0.75 0.56 Psikologi 0.77 0.60
72
keputusan pembelian pakan selfmix di kabupaten Blitar, dengan kontribusi sebesar
78%.
Hal ini karena memang terdapat perbedaan harga yang besar antara harga
pakan buatan pabrik dengan harga pakan selfmix ( sekitar 250-650 Rp/kg). Sejalan
hasil penelitian Dinawan (2010) bahwa harga dapat membantu konsumen dalam
memutuskan cara memperoleh manfaat atau kegunaan tertinggi yang diharapkan dari
produk tersebut. Perbedaan harga sebesar ini bagi peternak sangat besar artinya
karena biaya ini bisa dipakai untuk menutup biaya tenaga kerja pada sistem budidaya
ayam. Disamping itu adanya perbedaan harga secara otomatis akan mengurangi
biaya input pada sistem produksi peternak. Hasil penelitian Kartika (2008), juga
diperoleh bahwa tingkat harga yang murah dapat menarik konsumen untuk membeli.
Dari segi harga, ada banyak hal yang menyebabkan pakan selfmix murah yaitu,
bahan baku jagung dan katul peternak bisa beli langsung ke petani disekitar,
kemasan karung, peternak dapat menggunakan karung bekas bahan baku, dan biaya
proses yang murah.
Berbeda dengan hasil penelitian Prasetyawati (2005) Variabel yang dominan
pengaruhnya terhadap keputusan pembelian pakan ayam konsentrat adalah variabel
produk. Hal ini dapat dijelaskan karena pakan konsentrat adalah buatan pabrik, bagi
peternak harga belinya sudah mahal sehingga seharusnya dapat memberikan kinerja
yang lebih baik daripada pakan Selfmix. Kenyataanya beberapa responden
menyatakan bahwa pakan Selfmix kinerjanya dapat menyamai bahkan ada yang
melebihi pakan dari pabrik, hal ini menyebabkan konumen menjadi tidak begitu
percaya terhadap pakan buatan pabrik.
4.3.6 Analisis Faktor (Factor Analysis)
Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariate
yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua
73
variabel terikat dan saling tergantung. Hubungan ketergantungan antara satu variabel
dengan lainya akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya. Asumsi utama
pada analisis faktor adalah adanya korelasi antar variabel, index perbandingan
koefisien korelasi dengan kooefisien korelasi parsial harus kecil, dan data tersebar
secara normal.
1. Uji KMO dan Bartlett’s test of sphericity
Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat
dilaksanakan, yang pertama adalah Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of
Sampling Adequacy, yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan
cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein
korelasi parsialnya, dan kedua yaitu menentukan besaran nilai Barlett Test of
Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan
antar variabel. Pada Analisis faktor antar variabel harus terjadi korelasi.
Nilai KMO merupakan indek untuk membandingkan besarnya koefisien
korelasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Hal ini artinya besar koefisien
korelasi keseluruhan variabel pada matriks korelasi harus signifikan diantara paling
sedikit beberapa variabel. Hasil analisa KMO, dengan SPSS versi 17 diperoleh nilai
KMO adalah 0.926. Nilai KMO > 0.9 artinya sangat memuaskan, maka jumlah
sampel sudah layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut secara keseluruhan
(Santoso, 2002). Hasil analisa KMO dan Bartlett’s test tertera pada Tabel 24 berikut.
Hasil perhitungan nilai Bartlett's Test of Sphericity pada Tabel 24 diperoleh nilai
4.445,503 dengan sign. 0,000 yang berarti terdapat korelasi yang sangat signifikan
antar variabel. Dengan demikian data dapat dianalis dengan analisis faktor.
74
Tabel 24. Hasil Analisa KMO & Bartlett’s Test KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,953
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 4.445,503 df 406 Sig. 0,000
Sumber : Output Program SPSS
2. Analisis Comunalities
Sebelum dilakukan penentuan banyaknya faktor melalui ekstraksi, maka perlu
dilakukan analisis communalities. Communalities pada dasarnya adalah jumlah
varians (bisa dalam prosentase) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan
oleh faktor yang ada (Santoso, 2002). Sebagai contoh nutrisi dengan nilai 0,850,
artinya 85% varian dari variabel nutrisi bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk,
demikian juga variabel yang lainya. Semua variabel dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk dengan ketentuan semakin besar communalities maka semakin erat
hubungan variabel yang bersangkutan dengan faktor yang terbentuk. Hasil analisa
communalities tertera pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Analisis Communalities
Sumber : Output program SPSS versi 17
Variabel Initial Extraction Variabel Initial Extraction Variabel Initial ExtractionNutrisi 1, 000 0,850 Tersedia 1, 000 0,664 Keluarga 1, 000 0,614Kinerja 1, 000 0,732 Info 1, 000 0,791 Vol.usaha 1, 000 0,624Teknisi 1, 000 0,407 Discon 1, 000 0,699 Bbs kreasi 1, 000 0,734Variasi 1, 000 0,773 Insentif 1, 000 0,605 Bangga 1, 000 0,595Murah 1, 000 0,727 Tour 1, 000 0,661 Sukacoba 1, 000 0,644Rasio 1, 000 0,783 Hasil baik 1, 000 0,525 Pengalaman 1, 000 0,591Lunak 1, 000 0,569 Fleksibel 1, 000 0,642 Motf untung 1, 000 0,743Fix 1, 000 0,407 Kebiasaan 1, 000 0,637 Hsl belajar 1, 000 0,737Mudah 1, 000 0,542 Trend 1, 000 0,626 Lbh yakin 1, 000 0,662Banyak 1, 000 0,549 Anjuran 1, 000 0,696
75
Berdasarkan hasil analisis communalitas pada tabel 25, diperoleh bahwa
variabel teknisi dan harga fix nilai communalitasnya sangat rendah (<0,5) hal ini
mencerminkan kedua variabel tersebut korelasinya terhadap faktor juga rendah.
Jika nilai <0,5 maka variabel tersebut tidak bisa dilakukan analisis lebih lanjut.
Maka analisis selanjutnya dapat mengesampingkan variabel teknisi dan harga fix.
Penentuan banyaknya faktor pada penelitian ini menggunakan metode
ekstraksi kriteria Latent Root (Latent Root Criterion) atau Principal Component
Analysis.
Tabel 26. Total Variance Explained
Sumber : Output Program SPSS.
Total% of
VarianceCumulati
ve % Total% of
VarianceCumulative % Total
% of Variance
Cumulative %
1 14.596 54.058 54.058 14.596 54.058 54.058 7.935 29.391 29.3912 1.472 5.453 59.511 1.472 5.453 59.511 5.531 20.484 49.8743 1.096 4.060 63.571 1.096 4.060 63.571 3.698 13.697 63.5714 .987 3.657 67.2285 .862 3.192 70.4206 .736 2.725 73.1447 .715 2.649 75.7948 .637 2.359 78.1529 .603 2.233 80.38510 .532 1.972 82.35711 .498 1.844 84.20112 .444 1.645 85.84613 .423 1.567 87.41414 .401 1.484 88.89715 .378 1.401 90.29816 .340 1.259 91.55817 .307 1.136 92.69318 .274 1.016 93.70919 .268 .994 94.70320 .239 .886 95.58921 .217 .802 96.39122 .208 .772 97.16323 .191 .706 97.86924 .183 .679 98.54825 .163 .603 99.15126 .132 .488 99.63927 .098 .361 100.000Extracted Methode : Principlal Component Analysis
Total Variance Explained
Component
Initial EigenvaluesExtraction Sums of Squared Loadings
Rotation Sums of Squared Loadings
76
Hasil ekstrasi dipilih hanya faktor-faktor yang memiliki latent root (eigenvalue)
minimum 1 yang akan dipertahankan.. Berdasarkan hasil ektraksi 27 variabel pada
tabel 26, diperoleh 3 faktor baru yang mempunyai eigenvalue > 1. Faktor 1 memiliki
nilai varian 29,391, faktor 2 mempunyai nilai varian 20,484 dan faktor 3 memiliki nilai
varian 13,639. Nilai total varian faktor baru adalah 63,571 artinya ketiga faktor ini
dapat menjelaskan varians sebesar 63,57%.
3. Rotasi Terhadap Faktor
Tujuan rotasi adalah untuk mengekstrimkan faktor loading variabel. Metode
rotasi yang digunakan adalah Orthogonal Rotation, yaitu rotasi yang dilakukan
dengan cara merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu
dengan lainnya, sehingga setiap faktor saling bebas terhadap faktor lain karena
sumbunya saling tegak lurus. Prosedur yang digunakan adalah Varimax yaitu
dengan merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh hasil rotasi dalam
suatu kolom nilainya sebanyak mungkin mendekati nol. Ini berarti, dalam setiap faktor
tercakup sesedikit mungkin variabel. Hasil rotasi faktor dengan SPSS versi 17
diperoleh berupa matrik komponen rotasi sebagaimana pada Lampiran 7.
Tabel 27. Hasil Rotasi dengan Varimax
1 2 3 1 2 3 1 2 3Nutrisi .693 .422 .402 Info .463 .453 .605 Keluarga .508 .579 .141Kinerja .766 .213 .195 Discon .307 .241 .681 Volush .595 .469 .223Variasi .666 .364 .095 Insentif .191 .320 .681 Bbskreasi .731 .318 .259Murah .838 .210 .099 Tour .237 .140 .771 Bangga .741 .130 .169Rasio .644 .497 .336 Hasilbaik .436 .470 .344 Sukacoba .638 .383 .297Lunak -.029 .654 .326 Fleksibel .405 .597 .299 Pengalam .724 .126 .165Mudah .281 .463 .257 Kebiasaan .400 .555 .310 Motfuntung .592 .457 .328Banyak .256 .564 .378 Trend .623 .423 .231 Hslbelajar .734 .094 .350Tersedia .474 .641 .389 Anjuran .509 .649 .157 Lbhyakin .425 .515 .345
Extracted Methode : Principlal Component Analysisa 3 Component Extracted
ComponentVariabel
ComponentVariabel
ComponentVariabel
77
Berdasarkan hasil rotasi faktor tersebut dapat diperoleh bahwa dari 27
variabel dalam analisis faktor dapat terbentuk 3 faktor baru. Variabel yang nilai
loadingnya pada tiap faktor kecil (<0,5) artinya variabel tersebut mempunyai korelasi
yang rendah terhadap faktor tersebut dan dapat diabaikan, sebaliknya juga untuk
variabel yang loadingnya tinggi.
4. Component Transformation Matrix
Matrik transformasi komponen diperlukan untuk mengetahui korelasi antar
komponen pada faktor yang terbentuk dari hasil rotasi. Hasil transformasi komponen
disajikan pada Tabel 28 berikut.
Tabel 28. Matrik Transformasi Komponen
Sumber : Output Program SPSS
Berdasarkan Tabel 28, dapat dijelaskan bahwa angka pada diagonal faktor
(komponen) 1,2,3 dan 4 nilainya > 0,5 (0,702, 0,661, dan 0,857). Hal ini
membuktikan bahwa ketiga faktor (komponen) yang terbentuk sudah tepat karena
mempunyai korelasi yang tinggi (nilai korelasi > 0,5).
5. Penentuan Label Faktor
Berdasarkan hasil rotasi pada tabel 27, diperoleh 3 faktor baru yang tidak
sama dengan prediksi sebelumnya, yaitu faktor 1 terdiri dari 13 variabel, faktor 2
terdiri dari 7 variabel, dan faktor 3 terdiri dari 4 variabel. Oleh karena itu perlu
Component 1 2 31 .702 .562 .437
2 -.699 .661 .272
3 -.136 -.496 .857Extracted Methode : Principlal Component Analysis
Rotation Methode : Varimax w ith Kaiser Normalization
Component Transformation Matrix
78
memberi label baru yang sesuai dengan faktor baru yang tebentuk. Nama faktor
diambil dari variabel penyusun faktor yang mempunyai loading besar.
Faktor 1. variabel yang mempunyai loading besar ( >0,5) adalah, harga
relative murah (loading 0,838), kinerja pakan, (loading 0,766), membanggakan
(loading 0,741), hasil belajar (loading 0,734), Bebas berkreasi (loading 0,731),
pengalaman pribadi (loading 0,724), nutrisi lengkap (loading 0,693), banyak variasi
bahan (loading 0,666), rasio kualitas-harga (loading 0.644), suka mencoba hal baru
(loading 0,638) mengikuti trend (loading 0,623), volume usaha (loading 0.595), dan
motif lebih untung (0,582). Dari 13 variabel bebas yang terdapat pada faktor 1 yang
mempunyai loading besar banyak mencirikan mengenai kualitas dan kinerja produk.
Nama baru faktor 1 adalah Produk inovatif.
Faktor 2, variabel yang mempunyai loading besar ( >0,5) adalah selalu
tersedia setiap saat (loading 0,654), mudah dibeli (loading 0,641), anjuran kelompok
peternak (loading 0,649), lebih fleksibel (loading 0,597), musyawarah keluarga
(loading 0,578), banyak penjual bahanya (loading 0,564), merupakan kebiasaan
sudah lama (loading 0,555) dan lebih yakin (loading 0,515). Pada faktor 2 ini dapat
dikatakan peternak mempertimbangkan harga pakan murah, fleksibel, lunak dalam
pembayaran, dan juga mempertimbangkan anjuran peternak sekitar untuk memilih
pakan yang akan dibeli. Nama baru untuk faktor 2 adalah Kemudahan Pembelian.
Faktor 3, variabel yang mempunyai loading besar ( > 0,5) adalah promo tour,
(loading 0,771), diskon pembelian (loading 0,681), Insentif pembelian (loading 0,681),
dan informasi manfaat / kegunaan bahan pakan selfmix (loading 0,605). Pada faktor
3 ini dapat dikatakan bahwa adanya discount, dan insentif dapat diartikan sebagai
potongan harga bahan, sehingga secara keseluruhan peternak, akan memperoleh
harga formulasi pakan yang lebih murah. Sedangkan motivasi untuk mendapatkan
79
hadih tour lebih banyak untuk memenuhi keinginan akan sosialisasi sesama
pengusaha peternakan. Nama baru untuk faktor 3 adalah : Promosi Penjualan.
6. Pengujian Kesesuaian Model
Langkah akhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketepatan model.
Perbedaan antara korelasi yang diamati (terdapat dalam matriks korelasi) dan
reproduced correlation (yang diestimasikan pada matriks faktor) dapat diuji melalui
model itu sendiri yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual yang besar,
maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.
Berdasarkan hasil analisa dengan SPSS versi 17 (Lampiran 7), dapat diketahui
bahwa terdapat 92 (26,0%) yang mempunyai nilai absolut lebih dari 0,05. Dengan
keadaan nilai residual seperti tersebut diatas maka model dinyatakan layak untuk
diterima karena model memiliki ketepatan 74% (Wibisono, 2003).
7. Intepretasi Faktor Baru
Intepretasi dipercepat melalui variabel-variabel yang memiliki loading lebih
besar daripada faktor yang sama, kemudian dapat diintepretasikan dalam batasan
variabel-variabel yang loadingnya tinggi.
Faktor 1 : Produk Inovatif
Inovasi produk pakan merupakan faktor pertama hasil analisis faktor dengan
total loading 29,391%. Artinya, faktor 1 ini dapat menjelaskan 29,391% varian.
Produk yang inovatif merupakan kebutuhan yang mendasar dari pelaku usaha
peternakan karena memuat ciri-ciri produk dan sikap yang penting bagi suksesnya
usaha peternakan. Faktor 1 (produk inovatif) terdiri dari 13 variabel yang memiliki
loading > 0,5, yaitu harga relatif murah (loading 0,838), kinerja pakan, (loading
0,766), membanggakan (loading 0,741), hasil belajar (loading 0,734), Bebas
berkreasi (loading 0,731), pengalaman pribadi (loading 0,724), nutrisi lengkap
80
(loading 0,693), banyak variasi bahan (loading 0,666), rasio kualitas-harga (loading
0,644), suka mencoba hal baru (loading 0,638) mengikuti trend (loading 0,623),
volume usaha (loading 0,595), dan motif lebih untung (0,582).
Produk yang murah dan berkinerja baik adalah produk yang sangat
diharapkan bagi peternak. Pada masa-masa sulit yaitu ketika harga bahan pakan naik
sedangkan harga produk (telur) menurun, maka peternak masih bisa
mempertahankan usahanya dengan melakukan inovasi bahan untuk menyusun
ransum ayam. Gatignon dan Xuereb (1997) mengemukakan tiga karakteristik inovasi
yaitu keunggulan produk, biaya produk, dan kredibilitas produk. Inovasi produk
seharusnya mampu memberikan nilai tambah dibanding produk sejenis.
Kecenderungan peternak mendapatkan produk yang inovatif karena adanya
kesadaran usaha untuk bisa mengendalikan komponen input. Hal ini ditempuh karena
umumnya peternak ayam petelur tidak memungkinkan untuk bisa mengendalikan
output (harga telur). Dipandang dari sudut pandang sistem industri, peternak
merupakan pengusaha yang dalam manajemen produksinya harus dapat
mengendalikan input, output, dan proses transformasi nilai yang terjadi. Jadi produk
pakan yang inovatif dapat dipandang sebagai proses perbaikan yang dilakukan oleh
peternak dalam rangka mengendalikan input dan umpan balik dari kinerja pakan yang
ada. Namun demikian, tidak semua peternak dapat menghasilkan produk inovatip ini
karena hal ini memerlukan proses yang panjang dan biaya yang mahal untuk dapat
mencapai hasil yang diinginkan.
Dalam suatu perusahaan, inovasi merupakan kebutuhan dasar yang pada
gilirannya akan mengarah pada terciptanya keunggulan kompetitif. Beberapa
indikator yang digunakan untuk menilai inovasi produk adalah kultur inovasi, inovasi
teknis, dan inovasi produk. Kultur inovasi adalah budaya inovasi yang ada di
perusahaan. Inovasi produk adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
81
produk sesuai keinginan (Wahyono, 2002). Zimmerer dan Scarborough (2005),
inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu
permasalahan berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya
kehidupan seseorang.
Faktor 2. Kemudahan Pembelian
Nilai ekonomi pakan merupakan faktor kedua yang terbentuk dari analisis
faktor dengan total loading 20,484%. Artinya, faktor 2 dapat menjelaskan 20,484%
varian. Variabel pada faktor 2 yang memiliki loading >0,5 adalah selalu tersedia
setiap saat (loading 0,654), mudah dibeli (loading 0,641), anjuran kelompok peternak
(loading 0,649), lebih fleksibel (loading 0,597), musyawarah keluarga (loading 0,578),
banyak penjual bahanya (loading 0,564), merupakan kebiasaan sudah lama ( loading
0,555) dan lebih yakin (loading 0,515). Kemudahan membeli mengandung makna,
bukan saja pakan yang diperoleh dengan harga murah, tetapi juga mudah diperoleh,
fleksibel, dan penjualnya banyak. Jika penjual bahan pakan selfmix banyak, maka
peternak dapat membadingkan antara penjual satu dengan penjual lainya, sehingga
peternak dapat memilih mana penjual yang dapat member keuntungan padanya.
Sesuai dengan hasil penelitian Prabowo (1998) bahwa kemudahan memperoleh
produk berpengaruh terhadap pembelian pakan ternak produk PT CP Prima
Semarang. Bagi pengguna pakan Selfmix bahan baku yang dianggap pokok adalah
SBM dan MBM, hal ini adalah karena kedua bahan tersebut harus dibeli dari Import.
Keberadaan kedua bahan tersebut menjadi penentu bagi peternak dalam
penggunaan pakan Selfmix.
Anjuran kelompok peternak, dalam hal ini mengandung arti formulasi dapat
diperoleh dari kelompok ternak lain tanpa harus melakukan percobaan terlebih dahulu
yang memakan biaya (lebih ekonomis). Disamping mendapat resep untuk menyusun
formulasi pakan, bisa juga kelompok peternakan memasok kebutuhan bahan pakan
82
khususnya SBM dan MBM yang harus dibeli dari import. Hal ini sudah dilakukan oleh
beberapa orang dengan kelompok 9 di Kabupaten Blitar.
Faktor 3. Promosi Penjualan
Faktor 3 adalah promosi penjualan yang memiliki loading total 13,697%,
berarti faktor 3 dapat menjelaskan varian sebesar 13,697%. Variabel yang
mempunyai loading besar ( >0,5 ) pada faktor 3 adalah promo tour, (loading 0,771),
diskon pembelian (loading 0,681), Insentif pembelian (loading 0,681), dan informasi
manfaat/kegunaan bahan pakan selfmix (loading 0,605). Dampak promosi penjualan
yang berupa insentif dan discount memberi kesan mendapatkan harga paling murah
serta perasaan diperhatikan oleh pemasok. Sedangkan adanya tour (apalagi sampai
luar negeri) akan dapat menunjukan kebersamaan dan dan perasaan kekeluargaan
yang tinggi. Hal ini adalah promosi penjualan yang lebih efektif bagi pemasok bahan
pakan selfmix. Kotler (1998) mengungkapkan bahwa ”promosi penjualan terdiri dari
kumpulan kiat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek,dirancang untuk
mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat atau lebih
besar oleh konsumen atau pedagang”.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Produk (X1)
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh produk (X1)
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai
koefisien regresi dari produk adalah 0,052, artinya setiap perubahan 1 unit dari
produk akan mempengaruhi keputusan pembelian sebanyak 0,052 unit. Nilai
koefisien regresi positif, artinya pengaruh produk positif terhadap keputusan
pembelian.
83
Penyusunan nutrisi dalam ransum ayam umumnya dengan mengatur kadar
protein kasar 18,5-19%, kandungan protein ini lebih tingi sekitar 1% dibandingkan
dengan rata-rata pakan dari pabrik. Perbedaan kandungan protein 1% lebih rendah
dari pakan selfmix, sebenarnya masih cukup untuk memnuhi kebutuhan protein
harian bagi ternak ayam. Namun peternak yang sudah lama dan biasa menggunakan
pakan selfmix, pakan buatan pabrik dipersepsikan sebagai pakan yang mutunya tidak
konsisten/tidak stabil sepanjang waktu, saat tertentu sangat baik dan saat tertentu
jelek, sehingga peternak menganggap mutunya tidak bisa memenuhi kebutuhan
peternak. Adapun hasil analisis kandungan nutrisi pakan selfix di beberapa
responden dan beberapa pakan jadi buatan pabrik tertera pada Tabel 29.
Tabel 29. Komposisi Nutrisi pakan Selfmix
Sampel Pakan Moist Prot Fat Ash Ca P Citra mandiri 12,74 17,93 4,14 13,38 4,21 0,76 Santoso farm 12,11 18,93 5,17 12,32 3,74 0,80 Willy farm 11,70 18,93 6,20 14,13 4,86 0,70 Anton Farm 12,18 19,71 5,04 11,76 3,70 0,77 Daman farm 12,40 18,03 4,56 13,62 3,63 0,84 Candra farm 12,80 17,32 2,54 14,41 3,50 0,77 Wahyudin 13,66 18,17 3,49 10,54 3,17 0,76 Sutrisno farm 12,59 18,34 4,53 11,48 3,15 0,50 H Syamsudin 13,83 17,48 4,51 13,09 4,10 0,77 324-KJ (CP) 10,99 17,72 6,05 13,89 4,05 0,69 524 (CP) 10,87 16,45 5,16 12,19 4,14 0,63 LP-115 (CJFJ) 11,54 17,90 3,99 14,00 4,15 0,68 SNI Max 13 Min 16 Max 7 Max 14 3,25-4,25 0,6-1,00
Sumber : Anonim, 2012
Sedangkan pakan selfmix, mutunya dibuat lebih stabil dengan merubah
formulasi saat terjadi perubahan spesifikasi bahan baku yang digunakan. Sebagai
contoh saat menggunakan bungkil kedelai dari Argentina, peternak bisa memperoleh
kadar protein kasar sampai 46% tetapi saat menggunakan bungkil kedelai dari India,
kandungan protein kasarnya hanya 43%. Dalam hal ini, terjadi perubahan formulasi
pakan untuk mempertahankan kadar protein kasar dalam pakan standar seperti yang
84
diinginkan. Penyusunan ransum pakan juga bisa dibuat berbeda untuk masing-
masing umur ayam yaitu masa pembibitan (prestarter atau umur 0-5 minggu dan
starter umur 6-12 minggu), masa pertumbuhan (umur 12-16 minggu), masa pre-laying
(umur 16-18 minggu), masa bertelur puncak (umur 23-60 minggu), dan masa
menjelang afkir (umur > 60 minggu). Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa
pakan selfmix dari responden umumnya memang lebih tinggi kandungan protein
kasar dibanding dengan buatan pabrik (324-KJ (CP), 525 (CP) dan LP 115 (CJFJ)).
Kelengkapan nutrisi pakan tidak hanya ditentukan oleh kandungan protein
saja, tetapi yang lebih penting adalah profil asam amino yang aman dan seimbang
dalam pakan (Suharja, 2007). Dalam menyusun formulasi pakan, asam amino lisin
dan metionin merupakan faktor pembatas utama dalam ransum unggas (Scott et al.,
1982). Peranan metionin antara lain membantu pembentukan sel-sel baru, enzim,
hormon, dan vitamin. Kekurangan asam amino metionin didalam ransum akan
mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan dan berkurangnya efisiensi penggunaan
pakan. Bahan-bahan penyusun pakan unggas tertera pada Tabel 30.
Tabel 30. Bahan Penyusun Pakan Unggas Sumber : Budi Tangendjaja, 2007
Faktor penting dalam pakan yang mempengaruhi besar telur adalah protein
dan asam amino yang cukup seimbang, karena sekitar 50% dari bahan kering telur
85
ayam terdiri atas protein. Oleh sebab itu, penyediaan asam amino sintetis dalam
ransum ayam adalah kritis untuk produksi telur (Anggoroadi,1995). AL-Saffar dan
Rose (2002) melaporkan industri pakan ternak unggas membutuhkan informasi
berapa perhitungan nilai ekonomi yang layak untuk penambahan setiap komponen
asam amino esensial pembatas karena diketahui bahwa asam amino esensial
mempunyai nilai ekonomi per unit yang tinggi.
Hasil analisis rotasi faktor diperoleh bahwa dari 4 variabel dalam produk, tiga
variabel memiliki loading yang diperhitungkan dan ketiganya mengumpul dalam faktor
1 (Produk yang inovatif) yaitu variabel nutrisi yang lebih lengkap (loading 0,693),
kinerja pakan yang lebih baik (loading 0,766), dan variasi bahan baku yang banyak
pilihan (loading 0,666). Sedangkan adanya teknisi atau konsultasi formulasi nilai
loadingnya kecil (0,472) sehinga tidak termasuk dalam variabel yang diperhitungkan.
Hal ini mengindikasikan bahwa peternak membutuhkan konsultasi formulasi hanya
pada tahap awal saja dan setelah mereka mampu mengembangkan sendiri,
kebutuhan konsultasi ini menjadi sangat kecil. Berdasarkan hasil wawancara yang
mendalam dengan peternak skala sedang ketaas ( populasi > 40.000), mereka
umumnya sudah memiliki tenaga formulator sendiri.
Pada sisi kinerja, pakan selfmix sangat bervariasi tergantung dari formulasi
yang digunakan dan manajemen perawatan ayam yang diterapkan. Pada beberapa
pengguna pakan selfmix ada yang kinerja pakanya lebih rendah dari pakan pabrikan.
Hasil ujicoba di Santoso farm diperoleh terdapat perbaikan kinerja yang positif ketika
dirubah pakanya dari pakan selfmix ke pakan pabrik dengan tingkat harga formulasi
yang sepadan. Namun demikian karena sudah menjadi kebiasaan yang lama
menggunakan pakan selfmix hal ini tidak mudah untuk merubahnya.
86
4.4.2 Harga (X2)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan 2 diperoleh faktor harga
berpengaruh nyata pada keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien
persamaan regresi linier berganda yang terbentuk adalah 0,151, artinya setiap
perubahan dari faktor harga (X2) 1 unit akan merubah nilai keputusan pembelian
sebanyak 0,151 unit. Nilai koefisien regresi ini adalah yang tertinggi diantara faktor-
faktor lain. Pada analisis koefisien korelasi faktor harga juga diperoleh hasil yang
terbesar, berarti harga merupakan faktor utama dalam keputusan pembelian pakan
selfmix. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dinawan (2010) bahwa harga dapat
membantu konsumen dalam memutuskan cara memperoleh manfaat atau kegunaan
tertinggi yang diharapkan dari produk tersebut.
Menurut Zainuddin (2005), salah satu upaya untuk meningkatkan usaha
ternak ayam adalah dengan menekan biaya pakan. Jika komposisi suatu pakan sama
dengan komposisi pakan yang lainnya tetapi dengan harga yang lebih murah, maka
dapat dipastikan pakan tersebut akan lebih efisien bagi konsumen (Baba S, 2007).
Pada budidaya ternak ayam secara intensif, pakan merupakan biaya terbesar yang
dapat mencapai 70% dari biaya produksi. Oleh karena itu, harga bahan baku pakan
akan sangat menentukan biaya produksi.
Selisih harga pakan selfmix dan pakan pabrik yang mencapai sekitar Rp 250-
650/kg, bagi peternak merupakan biaya produksi yang sangat besar. Sebagai
ilustrasi, jika peternak memiliki ayam sebanyak 30.000 ekor, maka kebutuhan pakan
adalah 90.000 kg/bulan. Jika bisa menghemat biaya pakan Rp 400/kg, artinya dalam
sebulan bisa menghemat Rp 36 juta. Padahal, biaya pekerja saja tidak sampai Rp 36
juta/bulan. Oleh karena itu, peternak yang sudah menggunakan pakan selfmix
menjadi sangat sensitif terhadap harga pakan. Pada umumnya mereka lebih tertarik
memperbaiki manajemen perawatan ayam daripada selisih harga untuk membeli
87
pakan dari pabrik. Beberapa responden seperti P Suwani, Ko-Sudarmaji, Ko-Simon,
dan beberapa peternak lainnya juga menyatakan jika harga pakan pabrik selisih Rp
50/kg dari pakan selfmix mereka akan tetap memilih pakan selfmix.
Harga pakan selfmix yang murah ini didapat karena para peternak dapat
membeli bahan dari tangan pertama untuk sebagian besar bahan baku yang
digunakan seperti jagung, katul tepung ikan, dan sebagainya yang memiliki komposisi
sekitar 75% dari total bahan pakan. Sebagai ilustrasi, ketika jagung di tingkat
tengkulak di wilayah Kecamatan Ponggok Blitar berkisar antara Rp 2.600/kg (harga
saat penelitian bulan Maret 2012), dipabrik pakan (PT CJ Feed) membeli jagung pada
harga Rp 2.750- Rp 2.800/kg. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika (2008),
bahwa tingkat harga yang murah dapat menarik konsumen untuk membeli. Demikian
juga dengan hasil penelian Budiadi (2009) diperoleh bahwa pada penetapan harga,
untuk produk kebutuhan sehari-hari konsumen lebih cenderung memilih harga
rendah, yang ditunjukan oleh besarnya persepsi harga yang berupa kesadaran harga.
Dari 3 variabel harga dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 2 variabel
memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) pada analisis faktor yaitu harga lebih
murah (loading 0,838) Rasio harga dan kualitas yang lebih menguntungkan memiliki
loading tinggi (0,644) dan kedua variabel ini mempunyai korelasi dengan faktor 1
(Produk inovatif). Rasio harga-kualitas adalah, dan harga yang murah mencerminkan
tingkat efisiensi usaha ternak ayam. Makin tinggi rasio yang diperoleh, maka makin
tinggi kemungkinan keuntungan dari usaha ternak ayam.. Sejalan dengan hal
tersebut hasil penelian Budiadi (2009) juga diperoleh bahwa pada penetapan harga,
untuk produk kebutuhan sehari-hari konsumen lebih cenderung memilih harga
rendah, yang ditunjukan oleh besarnya persepsi harga yang berupa kesadaran harga.
Menurut Arif (2008) dalam Majalah Trobos menyakatakan tingginya harga sapronak,
terutama harga pakan yang melambung diakui berdampak menurunkan populasi
88
ayam layer di Blitar. Sedangkan pada pembayaran yang lunak memiliki loading yang
tidak diperhitungkan, hal ini adalah pada peternak yang menggunakan selfmix sudah
terbiasa membeli bahan pakan ( jagung, katul dan tepung ikan ) dengan cara tunai,
sehingga mereka umumnya sudah menyiapkan sejumlah uang untuk antisipasi
pembelihan bahan. Keadaan yang demikian menyebabkan merka tidak lagi berharap
untuk mendapat pembayaran yang ditunda, bahkan lebih baik tunai tetapi mendapat
potongan harga.
4.4.3 Distribusi (X3)
Berdasarkan hasi uji hipotesis 1 dan hipotesis 2, faktor distribusi mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien
regresi linier berganda dari faktor distribusi adalah 0,087, artinya setiap perubahan
distribusi sebanyak 1 unit akan mempengaruhi perubahan keputusan pembelian
sebanyak 0,087 unit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Prasetyawati (2005),
bahwa faktor marketing mix (bauran pemasaran), berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsentrat pakan ternak. Dari ketiga variabel yang digunakan untuk
mengukur faktor distribusi semua memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) pada
analisis faktor. Ketiga variabel mempunyai keeratan korelasi dengan faktor 1 (Produk
inovatif) yaitu mudah memperolehnya (loading 0,641), selalu tersedia (loading 0,654),
dan banyak penjualnya (loading 0,564)
Berdasarkan hasil interview yang mendalam dengan responden diperoleh
informasi bahwa bahan baku pakan selfmix yang dianggap peternak sangat vital
adalah bungkil kedelai serta tepung daging dan tulang (MBM). Pergeseran volume
pasokan kedua bahan ini sangat sensitif bagi pelaku selfmix. Pada bulan Maret
sampai Juni, (saat dilakukan penelitian) terdapat pergeseran pasokan bungkil kedelai
dan MBM yang kritis, dimana kedua bahan tersebut sulit diperoleh, maka harganya
pun bisa naik sampai 50% dari harga normal. Namun, menurut sebagian responden
89
jika pasokan masih cukup mereka akan tetap bertahan dengan pakan selfmix. Jika
pasokan menjadi langka, baru beberapa pelaku selfmix ini mempertimbangkan pakan
konsentrat dari pabrik. Sesuai hasil penelitian Prawoto (1998) bahwa ketersediaan
dan kemudahan memperoleh produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian
pakan PT CP Prima Semarang.
Pasokan bahan baku selfmix meliputi ketersediaan barang, banyaknya
penjual, dan kemudahan mendapatkan barang menjadi titik kritis dalam
menggunakan pakan selfmix. Menurut Supiyan Supervisor PT Sanbe dalam Trobos
(2008), layer merupakan hal utama dalam kehidupan peternak sehingga stok bahan
baku pakan layer menjadi kebutuhan pokok dan tidak bisa ditunda. Stok ini harus
mencukupi 6 bulan pemeliharaan layer. Di Blitar, kebutuhan lain bisa ditunda tetapi
kebutuhan stok pakan adalah utama.
4.4.4 Promosi (X4)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh promosi
(X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix.
Nilai koefisien korelasi regresi linier berganda untuk faktor promosi adalah 0,099,
artinya setiap perubahan 1 unit faktor promosi akan memberikan perubahan 0,099
unit keputusan pembelian pakan selfmix. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Prasetyawati (2005), bahwa faktor marketing mix (bauran pemasaran), berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsentrat pakan ternak. Berdasarkan hasil interview
yang mendalam pada responden diperoleh informasi bahwa para pemasok bahan
pakan selfmix memang tidak ada yang memberikan promosi tour, hanya ada
beberapa pemasok yang memberikan discount pembelian jika membeli dalam jumlah
besar. Pemberian diskon, dan insentip pembelian akan berdampak langsung pada
harga, yaitu akan mengurangi harga pembelian, pembelian akan merasa mendapat
harga yang lebih murah lagi. Dalam prakteknya peternak skala besar memang
90
berbelanja lebih banyak, dan hal ini memungkinkan merka mendapatkan diskon
pembelian lebih besar, khususnya jika membeli SBM, MBM dan premix. Bentuk
diskon dan insentif ini ada yang langsung dipotongkan dalam harga, ada yang dalam
bentuk pengembalian uang setelah terakumulai pada nilai tertentu. Menurut hasil
penelitian Budiadi (2009), bahwa variabel kesadaran harga, kesadaran nilai fisik
produk dan potongan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen
Informasi tentang bahan pakan selfmix saat ini dilakukan oleh para wiraniaga
penjualan bahan pakan selfmix dan juga bisa melalui informasi dari mulut ke mulut.
Bagi pelaku selfmix, informasi mengenai bahan baku menjadi sangat vital terutama
informasi mengenai bungkil kedelai dan MBM karena dua bahan ini didatangkan dari
pembelian import. Untuk import langsung kedua bahan tersebut tidak bisa dilakukan
semua orang, sehingga ada sebagian orang yang menggantungkan kebutuhan kedua
bahan tersebut kepada importir. Disamping itu, hal ini disebabkan karena barang
asal import harganya berfluktuasi dan tergantung dari harga negara eksportir serta
nilai tukar mata uang yang digunakan.
Berdasarkan analisis faktor keempat variabel promosi semuanya memiliki nilai
loading yang diperhitungkan ( >0.5) yaitu tour (loading 0,771), discount pembelian
(loading 0,681), insentif pembelian (loading 0,681), dan informasi manfaat dan
penggunaan pakan selfmix (loading 0,605) dimana keempat variabel ini mempunyai
keeratan korelasi dengan faktor 3 yang terbentuk yaitu promosi penjualan. Promosi
penjualan dapat dilakukan dengan, penawaran pengembalian uang, potongan harga
premi, hadiah-hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, pajangan ditempat
pembelian dan demonstrasi (Kotler, 1998). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Tulung (2007) yang menyatakan bahwa semakin besar potongan harga yang
diberikan, maka akan semakin kuat mendorong konsumen untuk membeli produk
tersebut.
91
Informasi mengenai keberadaan pasokan bahan baku pakan selfmix menjadi
sangat esensial bagi pelaku selfmix karena kondisi pasokan masih mengandalkan
import dan harga bahan selalu berubah-ubah mengikuti harga minyak dunia serta
nilai tukar mata uang. Intensitas pencarian informasi bahan pakan selfmix umumnya
dilakukan peternak baik sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian
yang bersifat rutin atau pembelian yang bersifat antisipasi. Untuk lebih
mengintensifkan informasi, saat ini beberapa pedagang bahan pakan selfmix di
kabupaten Blitar juga menyediakan petugas salesman untuk mengkomunikasikan
harga dan spesifikasi teknis bahan pakan selfmix.
4.4.5 Budaya (X5)
Hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh bahwa faktor budaya
mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien
korelasi pada regresi linier berganda adalah 0,069, artinya setiap perubahan 1 unit
budaya akan member pengaruh sebesar 0,069 terhadap keputusan pembelian.
Budaya memegang peranan yang mendasar terhadap perilaku manusia. Budaya
terbentuk dari kebiasaan setempat seperti bagaimana memberi pengakuan terhadap
hasil kerja yang baik (berhasil), perasaan lebih menghargai hasil karya sendiri atau
kelompok sendiri, serta kebiasaan yang didapat dari orang keluarga atau mengikuti
apa yang telah dilakukan masyarakat banyak disekitarnya.
Hasil analisis faktor diperoleh bahwa dari 4 variabel budaya, diperoleh 3
variabel memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) dimana ketiganya menyebar
pada faktor 1, faktor 2, dan faktor 3. Variabel lebih fleksibel dalam membuat
formulasi (loading 0,597) dan variabel kebiasaan sejak lama (loading 0,555) memiliki
keeratan korelasi dengan faktor 2 yaitu kemudahan pembelian dan variabel mengikuti
trend (loading 0,623) memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 ( produk inovatif).
Keberhasilan dalam penggunaan pakan selfmix pada sebagian masyarakat juga
92
dapat dijadikan sebagai identitas keluarga dalam masyarakat disekitarnya. Artinya
jiaka suatu keluarga sukses menjalankan usaha ayam dengan menggunakan pakan
selfmix, masyarakat sekitar menjadi menghargai keluarga tersebut sebagai keluarga
yang pintar. Sesuai hasil penelitian Risto et al. (2004) buatan keluarga dapat
dijadikan sebagai identitas dan menegaskan status sosial keluarga.
Budaya dapat dilihat dari kepercayaan, pandangan, dan kebiasaan konsumen
terhadap suatu produk. Semakin tinggi kepercayaan terhadap produk, maka semakin
tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Salah satu teori yang dapat
menerangkan hubungan antara sikap, minat, dan perilaku adalah teori dari Fishbein
dan Ajzen (Heru, 1999) tentang model intensi perilaku (Fishbein’s Behavioral
Intention Model) atau lebih dikenal dengan teori Reasoned Action. Perilaku
seseorang pada dasarnya sangat tergantung kepada minatnya. Sementara itu minat
berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subjektif atas perilaku.
Sebenarnya sikap dan norma subjektif seseorang juga dipengaruhi oleh keyakinan
atas akibat dari perilaku. Sesuai dengan hasil penelitian Sriwardingsih (2006)
menunjukkan bahwa budaya berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4.4.6 Sosial (X6)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh faktor sosial
berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien
regresi linier berganda dari faktor sosial adalah 0,134, artinya setiap perubahan faktor
sosial 1 unit akan menyebabkan perubahan sebesar 0,134 unit terhadap keputusan
pembelian dan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Hasil analisis faktor diperoleh bahwa dari 3 variabel sosial ketiganya
mempunyai loading yang diperhitungkan ( >0,5) yaitu anjuran kelompok peternak
(loading 0.649), dan musyawarah keluarga (loading 0,579) yang mempunyai keeratan
korelasi dengan faktor 2 (kemudahan pembelian) dan yang ketiga adalah volume
93
usaha (loading 0,595) yang memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 (produk
inovatif). Sesuai hasil penelitian Prawoto (1998) diperoleh bahwa atribut referensi
(Dokter hewan, dan peternak lain) berpengaruh terhadap pembelian pakan ternak
produk PT CP Prima Semarang.
Anjuran peternak lain yang dianggap sebagai referensi dari proses keputusan
penggunaan pakan selfmix, adalah peternak yang mempunyai hubungan emosional
tertentu atau peternak yang dianggap sudah berhasil. Awal penggunaan pakan
selfmix di Blitar tidak lepas dari peranan P Naryo, P Santoso, P Siswoyo, dan pemilik
usaha Matahari farm. Mereka merupakan pelopor yang diakui masyarakat ternak di
Kabupaten Blitar, sebagai perintis penggunaan pakan selfmix. Dari usaha para
pelopor inilah akhirnya penggunaan pakan selfmix berkembang sampai saat ini.
Kelompok acuan menurut Rorlen (2007), dapat memebri pengaruh kepada seseorang
antara lain, memeberi pengaruh informasi (information influence), pengaruh normatif,
dan pengaruh ekspektasi nilai.
Selanjutnya berdasarkan interview yang mendalam bahwa proses keputusan
penggunaan pakan selfmix selalu dipertimbangkan bersama anggota keluarga.
Pengambilan keputusan keluarga disini adalah bagaimana anggota keluarga saling
mempengaruhi saat mengambil keputusan pembelian. Hal ini karena menyangkut
investasi peralatan untuk proses pembuatan pakan selfmix. Keterlibatan keluarga
dalam penggunaan pakan selfmix umumnya terbatas pada saat awal keputusan,
selanjunya keputusan pembelian lebih banyak dilakukan oleh pengelola usaha tanpa
melibatkan keputusan keluarga. Kebanyakan responden juga menyatakan rasa
bangga atas suksesnya penggunaan pakan selfmix. Hal ini juga merupakan
penghargaan atas kemampuan diri dalam mengelola usaha ternak ayam yang
mandiri dan maju. Menurut Peter and Olson (2005), peran keluarga dalam
pengambilan keputusan membeli adalah memberi informasi pada keluarga yang lain
94
tentang produk atau jasa baru, mengontrol aliran masuk ke keluarga, memiliki
kekuatan untuk memutuskan membeli atau tidak, orang yang akan membeli produk
atau jasa, mengkonsumsi produk atau jasa, dan membuang atau meberhentikan
penggunaan produk ataupun jasa.
4.4.7 Pribadi (X7)
Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 secara serempak, faktor pribadi dan faktor
lainya berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun pada uji hopotesis 2,
secara parsial faktor pribadi tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian
karena t hitung < t tabel. Nilai koefisien korelasi regresi linier berganda adalah 0,005,
artinya setiap perubahan faktor pribadi 1 unit akan dapat merubah keputusan
pembelian sebanyak 0,005 unit. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
Sriwardingsih (2006) menunjukkan bahwa faktor pribadi berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Hal ini karena faktor pribadi yang terdiri dari merasa bebas
berkreasi, suka mencoba hal hal positif, bangga diri dan pengalaman pribadi
merupakan motivasi pribadi. Perilaku konsumen sebagian besar tergantung pada
konsep diri, karena konsumen ingin menjaga identitas mereka sebagai individu
(Noviyarto, 2010). Hal ini menyebabkan faktor pribadi tidak bisa muncul sendiri
namun muncul secara interaksi dengan faktor lainya seperti atribut produk, harga,
budaya dan lain lain. Menurut teori George Kelly kepribadian adalah sebagai cara
yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Kepribadian seseorang banyak dipengaruhi dan bercampur dengan lingkungan
sekitar sehingga sulit untuk bisa mengenali secara langsung setiap saat. Sikap
bangga misalnya hanya muncul ketika mendapat stimulus lingkungan yang sesuai,
karena sikap bangga diri yang berlebihan bisa dengan mudah berubah menjadi sikap
sombong terhadap lingkunganya. Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi
internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:
95
* Keterbukaan terhadap pengalaman.
* Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation).
* Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini orang tersebut diatas akan berfungsi
sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri
atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk
kreasi.
Hasil analisis faktor pribadi diperoleh bahwa dari 4 variabel semua
mempunyai loading yang bisa diperhitungkan ( >0,5) yaitu variabel bebeas berkreasi
dengan loading 0,731, suka coba loading 0,638, pengalaman pribadi loading 0,724
dan bangga diri loading 0,741. Keempat variabel pribadi memiliki keeratan korelasi
dengan faktor 1 (produk inovatif).
Bagi peternak yang kreatif hampir tidak henti untuk melakukan uji coba hasil
pengembangan formulasi pakan baru, yang dalam hal ini tidak bisa dilakukan jika
mereka menggunakan pakan buatan pabrik. Apalagi saat ini ditunjang dengan
mudahnya akses informasi bahan pakan dan kandungan nutrisinya. Maka kreativitas
ini banyak menghasilkan formula-formula pakan yang spesifik dengan kondisi
pasokan bahan baku yang tersedia serta kondisi ayam dan tujuan penggunaan yang
belum disentuh oleh industri pakan dari pabrik. Dengan demikian, peternak akan
mendapatkan formulasi pakan yang kinerjanya bagus dan harganya lebih murah.
4.4.8 Psikologis (X8)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1, faktor psikologis bersama dengan
faktor yang lain secara serempak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian
pakan selfmix. Namun pada hasil pengujian hipotesis 2, faktor psikologis secara
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai
96
koefisien pada regresi linier berganda faktor psikologis adalah 0,036, artinya setiap
perubahan 1 unit faktor psikologis akan memberi pengaruh sebesar 0,036 unit
keputusan pembelian. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Fredereca dan
Chairy (2010) dan penelitian Prasetyawati (2005), bahwa psikologi konsumen
mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini kemungkinan karena dalam keputusan
pembalian pakan selfmix pembeli tidak secara langsung bisa merasakan manfaat,
tetapi harus ditunjang dengan pengetahui untuk menerapkan agar manfaat dapat
dirasakan. Dalam penerapanya tentu saja memerlukan pengetahun dan
pembelajaran yang memakan waktu. Bisa jadi bahan baku semua baiak tetapi
karena salah aplikasi maka hasilnya menjadi jellek. Berbeda dengan membeli produk
yang sudah jadi hal seperti diatas tidak perlu terjadi.
Hasil analisis faktor diperoleh dari 3 variabel pada faktor psikologis semua
variabel memiliki nilai loading yang diperhitungkan (loading > 0,5). Variabel motif
keuntungan (loading 0,592), hasil pembelajaran (loading 0,734) dan merasa lebih
yakin berhasil (loading 0,515) memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 (pakan
inovatif). Seperti halnya pada faktor pribadi, faktor psikologis juga menghasilkan
kesimpulan yang berlawanan dengan teori. Hal ini adalah karena untuk bisa
mewujudkan manfaat pakan selfmix (lebih menguntungkan, lebih yakin berhasil),
masih diperlukan aspek pengetahuan nutrisi dan pengalaman formulasi dilapangan.
Tidak seperti pembelian produk lainya, yang ketika ndibeli sudah bisa digunakan dan
mengetahui aspek manfaat yang diharapkan.
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan
perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara serempak
berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix di
Kabupaten Blitar.
2. Faktor strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan
sebagian dari perilaku konsumen yaitu budaya dan sosial secara parsial
berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix, namun
pribadi dan psikologis secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap
keputusan pembelian pakan selfmix di Kabupaten Blitar.
Faktor-faktor penelitian yang mempunyai pengaruh terbesar (Faktor utama)
terhadap keputusan pembelian pakan selfmix adalah harga (X2) dengan nilai
koefisien regresi = 0,151, dan kontribusi parsial sebesar 78%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut :
1. Keberadaan kelompok peternak sangat besar pengaruhnya kepada peternak
lain terutama sebagai acuan dalam mengadopsi hal hal baru, peranan ini bisa
dilakukan oleh Pemerintah dengan mengembangkan semacam pusat
pelatihan peternakan, informasi, dan data bisnis perunggasan di Kabupaten
Blitar.
98
2. Bagi Industri Pakan ternak, perlu melakukan innovasi teknologi baik pada
strain ayam, sistem budidaya dan pakan ayam yang menghasilkan efisiensi
produksi yang lebih baik.
3. Bagi Peneliti, diversifikasi bahan pakan sumber protein asal lokal perlu
digalakan untuk mengurangi ketergantungan bahan asal import yaitu bungkil
kedelai dan tepung daging-tulang.
.
99
DAFTAR PUSTAKA
Albari, 2002, Mengenal Perilaku Konsumen Melalui Penelitian Motivasi, Jurnal Siasat Bisnis, No.7 Vol. 1 Th. 2002 ISSN: 0853 – 7665.
Anonimous, 2007, Laporan Total Operation Performance : Hasil Survey Key Buying
Factor Pakan Ternak Produksi PT CJFJ.
Anonimous, 2008 Market Intlegence Report on Perkembangan Industri Pakan ternak di Indonesia dalam http://www. datacon .co.id/ Makanan Ternak 2008.html (diakses terakhir 22 Desember 2011)
Anonimous, 2010, Peta dan Data Peternakan dan Kesehatan Hewan di Jawa Timur Dinas Peternakan Jawa Timur.
Anonimous, 2010, Laporan Survey Pasar Pakan di Jawa Timur, PT CJ Feed Jombang, Tidak dipublikasikan.
Anonimous, 2012, Laporan Hasil Analisa Pakan, Laboratorium QC PT CJ Feed
Jombang, Tidak di Publikasikan.
Anggorodi, H.R. 1995. Aneka Nutrisi Ternak Unggas. Penerbit PT. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.
AL-Saffar,A.A., S.P., and Rose. 2002. The response of laying hens to dietary amino
acids. World Poultry Science Journal. Vol.58 No.2. World’s Poultry Science Association. Beekbergen. Netherland.
Arikunto, Suharsimi., 2007. Manajemen Penelitian, PT. Rineka Cipta. Jakarta. Ardani Ketut Sri, I.G.A, 2007, Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Penjualan
Pada Toko Cenderamata di Objek Wisata Tanah Lot, Kabupaten Tababan, BULETIN STUDI EKONOMI Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007 ISSN 1410-4628.
Assauri, S. 1999. Manajemen Pemasaran. Dasar Konsep, dan Strategi. Jakarta:
Rajawali Press. Assael H, 1996, Consumer Behavior and Marketing Action, PWS-KENT Publishing
Company, Boston.
Baba Syahdar, 2007, Analisis Efisiensi Berbagai Merek Pakan Konsentrat Ayam Petelur Fase Layer Bagi Konsumen di Kota Makassar Dengan Menggunakan Analisa DEA, Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007, halaman 23-34.
Budiadi, N.A., 2009, Analisis Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Perilaku
Pembelian Produk Kebutuhan Sehari hari, Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol.3, No. 2, April, 2009, halaman 191-203, ISSN 1979-0333.
100
Destiana, Mitra, 2010, Prospek Industri Pakan ternak Nasional, Economic Review
No.219. Maret 2010.
Djamaludin A, 1998. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, PPK UGM Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, 2010 dalam http://dinaspeternakan kabupaten blitar. blogspot. com/ (Diakses terakir 11 Nopember 2011).
Durmaz Yakup, Celik Mücahit, Oruc Reyhan, 2011, The Impact of Cultural Factors on the Consumer Buying Behaviors Examined through An Impirical Study, International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 5; [Special Issue -March 2011].
Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, Yogyakarta, 1989.
Dwitiyanti E, 2009, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Engel, James F., David T. Kollat, and Roger D. Blackwell, 2001. Consumer Behavior, 8th Edition, New York: The Dryden Press.
Ferdinand A.T, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Pedoman penelitian penulisan
Skripsi,Tesis dan Disertasi Ilmu manajemen, Edisi 2, BP.UNDIP ISBN.
Gatignon, Hubert and Jean – Marc Xuereb, 1997, “ Strategic Orientation of The Firm and New Product Performance”, Journal of Marketing Research. p. 77 – 79.
Ghozali Imam, 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Gregorius, Chandra, 2002, Strategi dan Program Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.
Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert. 2007. Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Hawkins, Del I., Mothersbaugh, David L., & Best, Roger J. (2007). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. 10th Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin
Hee Yeon Kim and Jae-Eun Chung, 2011, Consumer purchase intention for organic
personal care products, Journal of Consumer Marketing 28/1 (2011) 40–47 q Emerald Group Publishing Limited [ISSN 0736-3761
101
Kotler P., 1998. Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian). Terjemahan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli. Edisi ke Enam Jilid 2, Erlangga,.Jakarta.
Kotler P., 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia Alih Bahasa A.B Susanto Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta.
Kotler P. dan Amstrong. 2005. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 2. Terjemahan Alexandor Sindoro, Penerbit Pernhallindo, Jakarta.
Lamb CW, Joseph FH, dan Mc Daniel C., 2001, Marketing, Sixth Edition, Thompson Learning, South Western.
Loudon, L.D. and Bitta, D.J.A. (1993) Consumer Behavior, Concep And Aplication. Fourt Edition . Mc. Graw- Hill. New York.
Malhotra, N.K. 2004. Marketing Research: An Applied Orientation. 4th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.
Mowen J.C, dan Minor M, 2002, Perilaku Konsumen, Edisi kelima, Alih bahasa: Lina Salim, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mc.Charty dan Parreault 1995, Consumer Behavior, Third edition, Kenth Publishing, Company, Boston, Massachusets USA.
Muladno and O. Thieme, 2009. Consumer preferences for poultry products in Indonesia, GCP/RAS/228/GER Working Paper No. 12. Rome
Narashimha Ch, Nestlin A, Sen K.S, 1996, Propotional Elastiscities and Category Chatracteristic, Journal of Marketing, April 1996, Vol.60 No.2
Peter, J. Paul, and Olson, Jerry C., 2005, Consumer Behavior and marketing Strategy, 7th, Edition, New York, McGraw-Hill.
Prawoto, H, 1998, Analisis Perilaku Peternak Sebagai Dasar Penentuan Strategi Bauran Pemasaran Pakan Ternak Pada PT Central Proteina Prima Semarang, Thesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Prasetyawati, B.I., 2005, Pengaruh Variabel-Variabel Psikologis, Sosial Budaya dan
Marketing M ix terhadap Keputusan Pembelian K onsentrat Pakan Ayam Ras Petelur (Studi Kasus: Peternak Ayam Ras Petelur di Kabupaten Blitar). Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Siringoringo, H., (2004) Peran Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian
Konsumen, JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 3, Jilid 9, Tahun 2004, Universitas Gunadarma.
Rahmawati, Febrin Dwi. 2008, Analisis Pengaruh Pengetahuan Status Pionir Sebuah
Merek terhadap Sikap Konsumen, Penulisan Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Bekasi.
102
Risto Moisio, Eric J. Arnould and Linda L. Price, 2004, Between Mothers and Markets: Constructing family identity through homemade food, Journal of Consumer Culture 2004; http://joc.sagepub.com/cgi/ content/ abstract /4/3/361.
Rorlen, 2007, Peran Kelompok Acuan dan Keluaraga terhadap Keputusan untuk Membeli, Business dan Management Journal Bunda Mulia, Vol.3, No.2 September 2007.
Santoso Singgih, 2002, Statistik Multivariat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Schiffman, Leon G. dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey
Schneider, Benyamin dan Bowen,DE, 1999, Understandaing Customer Delight and Outrage, Sloan Management Review.
Scott, M.L., M.C. Nesheim dan R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. Second Edition. M.L. Scott and Associated. Ithaca, New York.
Setiadi Nugroho J., 2003, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasinya untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta.
Sriwardiningsih, E, Angelia, L., dan Aulia, L., 2006 Pengaruh Perilaku Pembelian Mahasiswa Terhadap Keputusan Pembelian computer NoteBook Di Lingkungan Mahasiswa Binus International, Journal The Winners vol. 07 no. 01 (Mar. 2006), halaman 14-25. Edisi Economis, Business, Management, and Information System Journal.
Stanton, William J, 2002. Fundamentals of Marketing, 10th Edition, Singapore: Mc
Graw-Hill International. Sudiyanto, 2009, Rancangan Model Penelitian Perilaku konsumen terhadap produk
Agribisnis Lokal dan Impor, Eksekutif, Vol. 6, No.1, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya Sumarwan, 2004, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapanya dalam Pemasaran, Bogor, Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2007, Statistic Non Parametris untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta. Jakarta
Suharja Wanasuria, 2007, Mengukur Kualitas Pakan, dalam Buletin CP Service, No. 98 / Tahun IX, Edisi Pebruari 2008, Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia.
Suprijatna E. dan Natawihadja D., 2005, Pertumbuhan Organ Reproduksi Ayam Ras
Petelur dan Dampaknya Terhadap Performans Produksi Telur Akibat Pemberian Ransum dengan Taraf Protein Berbeda Saat Periode Pertumbuhan, Jurnal Ilmu Ternak dan Veterine, Vol 10 No. 4 tahun 2005, hal. (260-267).
103
Susanty I.S., dan Hermana B, 2006, Karakteristik dan Perilaku Konsumen Pengguna teknologi GSM dan CDMA, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.2 Jilid 11 Universitas Gunadarma, Jakarta.
Suwarni, 2009 Marketing Mix Strategy dalam Meningkatkan Volume Penjualan Jurnal
Ekonomi Bisnis, Tahun 14 Nomor 1, Maret 2009, ISSN: 0853-7283 Universitas Negeri Malang.
Swastha B, dan T. Hani Handoko (2000) Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Ke-VIII, Liberty, Yogyakarta.
Swastha B., dan Irawan, 2007. Manajemen Pemasaran Moderen. Jakarta: FE UI. Tangendjaya B., 2007 Inovasi Teknologi Pakan Menuju Kemandirian Usaha Ternak
Unggas, WARTAZOA Vol. 17 No. 1 Th. 2007, Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor
Tjiptono Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, Edisi kedua, Penerbit, Andi Offset, Yogyakarta.
Tulung, JE., 2007, Pengaruh Potongan Harga Barang (Fashion) Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada Coco Departemen, Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/795094-pengaruh-potongan-harga-barang-fashion/#ixzz1yhuvQqZj (Diakses terakir 10 januari 2012).
Ujianto Abdurahman, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 1, Maret 2004: 34 – 53 Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Umar, Husein. 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wahyono, 2002, Orientasi Pasar dan Inovasi: Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.1, No.1, Mei
Zeithaml, Valarie A. (1988) Consumer Perceptions of Price, Quality and Value: A
Means-End Model and Synthesis of Evidence. Journal of Marketing 52 July.
Zaini Achmad, 2010, Analisis Prospek Pemasaran Ayam Petelur Di Kalimantan Timur, Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan Vol. 7. No.2, .2010 : 6-14.
104
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
QUESIONER 1 : IDENTIFIKASI RESPONDEN IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………………………….........
Jenis kelamin : Pria Wanita
Usia : …………….. tahun
Satus : Menikah Belum Menikah
Populasi Ayam : ……………………..Ekor
Penggunaan Pakan Selfmix : ……………. % (dari total kebutuhan pakan)
Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Tani
5. Peternak
6. Lain-lain………………………….
105
KUESIONER 2 : FAKTOR STRATEGI BAURAN PEMASARAN
Petunjuk Pengisian: Pada setiap nomor pernyataan berilah tanda tepat pada kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian Anda pada setiap pernyataan yang berkaitan dengan pakan ayam selfmix.
Keterangan Jawaban:
Sangat tidak setuju (STS) = 1 Tidak setuju (TS) = 2 Netral / Kurang (KS) = 3 Setuju (S) = 4 Sangat setuju (SS) = 5
1. FAKTOR PRODUK
No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS
1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kualitasnya (kandungan nutrisi) lebih lengkap
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kinerjanya (produksi telur, warna kerabang dan berat telur/biji) lebih dapat diandalkan
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena ada pelayanan teknis (konsultasi formulasi, nutrisi) dari para penjualnya
4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena lebih banyak variasi pilihan bahanya (banyak alternatip pilihan bahanya)
2. FAKTOR HARGA No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena
harganya relatif murah dibanding pakan dari pabrik
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena perbandingan antara harga dan kualitasnya paling menguntungkan
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kondisi pembayaranya yang lebih lunak.
4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena harganya fix dan tidak ada tambahan biaya lainya.
106
3. FAKTOR DISTRIBUSI No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena
sangat mudah untuk memperolehnya (bahan bahanya)
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena banyak penjualnya disekitar lokasi usaha saya (dapat memilih pemasoknya)
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena stoknya tersedia secara kontinyu, setiap saat (sewaktu waktu butuh pakan selalu tersedia)
4. FAKTOR PROMOSI No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena
selalu mendapat informasi mengenai penggunaan dan manfaat pakan selfmix secara lengkap
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya ingin mendapat discount pembelian yang memadahi
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena ingin mendapatkan insentif yang layak sesuai dengan volume pembelian saya
4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya ingin mendapatkan hadiah promo tour ke Luar Negeri.
107
QUESIONER 3 : FAKTOR PERILAKU KONSUMEN
1. FAKTOR BUDAYA No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan Selfmix karena saya
merasa lebih baik hasilnya. pada ayam dan telurnya
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix sejak awal karena pakan yang lebih fleksibel
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama.
4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena mengikuti trend yang berkembang saat ini.di Blitar
2. FAKTOR SOSIAL No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena atas
anjuran dari kelompok peternak atau peternak lain disekitar saya
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena hal ini telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sesuai dengan volume usaha ayam saya, lebih ekonomis (makin ekonomis).
3. FAKTOR PRIBADI No Pernyataan Jawaban
STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena
dapat menambah rasa bangga saya
2 Saya memilih pakan ayam selfmix karena supaya bebas berkreasi dalam formula
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya suka mencoba hal hal yang positip untuk perbaikan usaha saya
4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sesuai pengalaman pribadi, pakan ini akan dapat meningkatkan pendapatan usaha ayam saya
108
4. FAKTOR PSIKOLOGIS
No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS
1 Saya memakai pakan Selfmix karena termotivasi keuntungan yang lebih besar (biaya pakan lebih murah)
2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena hal ini merupakan hasil proses pembelajaran atau pengalaman saya yang terbaik
3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya lebih yakin akan keberhasilan usaha dengan pakan selfmix
QUESIONER 4 : KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAN
No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS
1 Saya setiap saat selalau meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi dalam pembelian pakan ayam.
2 Setelah saya perhitungkan secara sadar, rasional, objektip dan terencana pakan selfmix menjadi pilihan terbaik untuk dibeli saat ini
3 Untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix kembali.
109
Lampiran 2. Hasil Jawaban Kuesioner Responden Faktor : Produk
nutrisi-lengkap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 5 2.5 2.5 2.5
4.0 69 34.5 34.5 37.0 5.0 126 63.0 63.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
kinerja-pakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 34 17.0 17.0 17.0
4.0 72 36.0 36.0 53.0 5.0 94 47.0 47.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
teknisi-formulasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 7 3.5 3.5 3.5
4.0 94 47.0 47.0 50.5 5.0 99 49.5 49.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
variasi-bahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 18 9.0 9.0 9.0
4.0 45 22.5 22.5 31.5 5.0 137 68.5 68.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
110
Faktor : Harga
harga-murah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 47 23.5 23.5 23.5
5.0 153 76.5 76.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
rasiokualitas-produk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 84 42.0 42.0 42.0
5.0 116 58.0 58.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
pembayaran-lunak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5
3.0 1 .5 .5 1.0 4.0 59 29.5 29.5 30.5 5.0 139 69.5 69.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
harga-fix
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5
4.0 114 57.0 57.0 57.5 5.0 85 42.5 42.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
111
Faktor : Distribusi
mudah-didapat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 2 1.0 1.0 1.0
4.0 49 24.5 24.5 25.5 5.0 149 74.5 74.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
banyak-penjual
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 15 7.5 7.5 7.5
4.0 87 43.5 43.5 51.0 5.0 98 49.0 49.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
selalu-tersedia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 21 10.5 10.5 10.5
4.0 53 26.5 26.5 37.0 5.0 126 63.0 63.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
112
Faktor : Promosi
Info-lengkap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 26 13.0 13.0 13.0
4.0 55 27.5 27.5 40.5 5.0 119 59.5 59.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
diskon
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 1.0 27 13.5 13.5 13.5
2.0 87 43.5 43.5 57.0 3.0 86 43.0 43.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
insentif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 1.0 58 29.0 29.0 29.0
2.0 139 69.5 69.5 98.5 3.0 3 1.5 1.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
tour
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 1.0 72 36.0 36.0 36.0
2.0 127 63.5 63.5 99.5 3.0 1 .5 .5 100.0 Total 200 100.0 100.0
113
Faktor : Budaya
Hasil-baik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5
3.0 19 9.5 9.5 10.0 4.0 82 41.0 41.0 51.0 5.0 98 49.0 49.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
fleksibel
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5
3.0 4 2.0 2.0 2.5 4.0 58 29.0 29.0 31.5 5.0 137 68.5 68.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
kebiasaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 65 32.5 32.5 32.5
5.0 135 67.5 67.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
ikuti trend
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 9 4.5 4.5 4.5
4.0 84 42.0 42.0 46.5 5.0 107 53.5 53.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
114
Faktor : Sosial
anjuran-kelompok ternak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5
4.0 57 28.5 28.5 29.0 5.0 142 71.0 71.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5
4.0 89 44.5 44.5 45.0 5.0 110 55.0 55.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
Volume-usaha
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 1.0 1 .5 .5 .5
2.0 39 19.5 19.5 20.0 3.0 26 13.0 13.0 33.0 4.0 77 38.5 38.5 71.5 5.0 57 28.5 28.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
115
Faktor : Pribadi
bebas-berkreasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 6 3.0 3.0 3.0
4.0 88 44.0 44.0 47.0 5.0 106 53.0 53.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
bangga-diri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5
4.0 75 37.5 37.5 38.0 5.0 124 62.0 62.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
sukacoba
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 2.0 65 32.5 32.5 32.5
3.0 20 10.0 10.0 42.5 4.0 91 45.5 45.5 88.0 5.0 24 12.0 12.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
pengalaman
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 3 1.5 1.5 1.5
4.0 118 59.0 59.0 60.5 5.0 79 39.5 39.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
116
Faktor : Psikologis
motivasi untung
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5
4.0 74 37.0 37.0 37.5 5.0 125 62.5 62.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
hasil pembelajaran
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 9 4.5 4.5 4.5
4.0 91 45.5 45.5 50.0 5.0 100 50.0 50.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
lebih-yakin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3.0 13 6.5 6.5 6.5
4.0 72 36.0 36.0 42.5 5.0 115 57.5 57.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
117
Keputusan pembelian
update-info
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 52 26.0 26.0 26.0
5.0 148 74.0 74.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
beli-obyektip
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 52 26.0 26.0 26.0
5.0 148 74.0 74.0 100.0 Total 200 100.0 100.0
beli-lagi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 4.0 37 18.5 18.5 18.5
5.0 163 81.5 81.5 100.0 Total 200 100.0 100.0
118
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Berganda
Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .938a .880 .875 .3618 174.403 8 191 .000 1.938 a. Predictors: (Constant), Psikologi, Harga, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosial b. Dependent Variable: Putusanbeli
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 182.598 8 22.825 174.403 .000a
Residual 24.997 191 .131
Total 207.595 199
a. Predictors: (Constant), Psikologi, Harga, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosial
b. Dependent Variable: Putusanbeli
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4.801 .382 12.567 .000
Produk .052 .021 .109 2.442 .016 .317 3.151 Harga .151 .030 .223 5.017 .000 .319 3.132 Distribusi .087 .033 .124 2.614 .010 .281 3.557 Promo .099 .021 .191 4.656 .000 .375 2.663 Budaya .069 .027 .127 2.541 .012 .254 3.937 Sosial .134 .029 .236 4.833 .000 .244 4.106 Pribadi .005 .021 .011 .233 .816 .309 3.235 Psikologis .036 .029 .054 1.233 .219 .333 3.007
a. Dependent Variable: Putusanbeli
119
Lampiran 4. Hasil Analisis Anti Image Correlation
Variabel Nilai MSA Variabel
Nilai MSA Variabel
Nilai MSA
Nutrisi 0,951 Tersedia 0,944 Keluarga 0,96 Kinerja 0,943 Info 0,963 Volush 0,974 Teknisi 0,951 Diskon 0,952 Bbskreasi 0,950 Variasi 0,942 Insentif 0,939 Bangga 0,955 Murah 0,943 Tour 0,937 Sukacoba 0,972 Rasio 0,968 Hasilbaik 0,957 Pengalam 0,928 Lunak 0,906 Fleksibel 0,945 Motfuntung 0,954 Fix 0,950 Kebiasaan 0,961 Hslbelajar 0,952 Mudah 0,941 Trend 0,974 Lbhyakin 0,953 Banyak 0,959 Anjuran 0,965
Sumber : Data primer diolah (2012)
120
Lampiran 5. Hasil Analisis Total Variance Explained
Total% of
VarianceCumulative
% Total% of
VarianceCumulative
% Total% of
VarianceCumulative
%1 14.596 54.058 54.058 14.596 54.058 54.058 7.935 29.391 29.3912 1.472 5.453 59.511 1.472 5.453 59.511 5.531 20.484 49.8743 1.096 4.060 63.571 1.096 4.060 63.571 3.698 13.697 63.5714 .987 3.657 67.2285 .862 3.192 70.4206 .736 2.725 73.1447 .715 2.649 75.7948 .637 2.359 78.1529 .603 2.233 80.38510 .532 1.972 82.35711 .498 1.844 84.20112 .444 1.645 85.84613 .423 1.567 87.41414 .401 1.484 88.89715 .378 1.401 90.29816 .340 1.259 91.55817 .307 1.136 92.69318 .274 1.016 93.70919 .268 .994 94.70320 .239 .886 95.58921 .217 .802 96.39122 .208 .772 97.16323 .191 .706 97.86924 .183 .679 98.54825 .163 .603 99.15126 .132 .488 99.63927 .098 .361 100.000Extracted Methode : Principlal Component Analysis
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Rotation Sums of Squared
121
Lampiran 6. Component Matrix dan Rotated Component Matrix
1 2 3 1 2 3
Nutrisi .900 -.096 .041 Nutrisi .693 .422 .402Kinerja .743 -.341 -.042 Kinerja .766 .213 .195
Variasi .714 -.199 -.189 Variasi .666 .364 .095Murah .663 .434 -.359 Murah .838 .210 .099
Rasio .879 -.030 -.046 Rasio .644 .497 .336
Lunak .490 .541 -.042 Lunak -.029 .463 .326
Mudah .670 .298 -.136 Mudah .281 .641 .257Banyak .705 -.123 .121 Banyak .564 .256 .378
Tersedia .764 .081 .040 Tersedia .474 .654 .389Info .844 .141 .231 Info .463 .453 .605Discon .649 .130 .423 Discon .307 .241 .681
Insentif .611 .263 .399 Insentif .191 .320 .681Tour .582 .137 .559 Tour .237 .140 .771
Hasilbaik .720 .100 .003 Hasilbaik .436 .470 .344Fleksibel .751 .193 -.095 Fleksibel .405 .597 .299
Kebiasaan .729 .172 -.064 Kebiasaan .400 .555 .310Trend .777 -.093 -.097 Trend .623 .423 .231
Anjuran .791 .116 -.256 Anjuran .509 .649 .157Keluarga .744 .066 -.235 Keluarga .508 .579 .141
Volush .779 -.045 -.122 Volush .595 .469 .223Bbskreasi .805 -.230 -.035 Bbskreasi .731 .318 .259
Bangga .667 -.386 -.020 Bangga .741 .130 .169Sukacoba .793 -.112 -.022 Sukacoba .638 .383 .297
Pengalam .651 -.378 -.020 Pengalam .724 .126 .165Motfuntung .816 -.022 -.025 Motfuntung .592 .457 .328
Hslbelajar .721 -.356 .154 Hslbelajar .734 .094 .350Lbhyakin .751 .015 .015 Lbhyakin .425 .515 .345
Extracted Methode : Principlal Component Analysis Extracted Methode : Principlal Component Analysisa 3 Component Extracted Rotation Methode : Varimax with Kaiser Normalization
a Rotetion converged in 6 iteration
Rotated Component Matrixa
ComponentVariabel
Component Matrixa
Variabel Component
122
Lampiran 7. Reproduced Correlations
X11 X12 X13 X21 X22 X23 X31 X32 X33 X41 X42 X43 X44 X51 X52 X53 X54 X61 X62 X63 X71 X72 X73 X74 X81 X82 X83
X11 .820a .699 .654 .540 .792 .387 .569 .651 .681 .755 .588 .541 .533 .639 .653 .636 .704 .690 .653 .700 .745 .636 .723 .621 .735 .689 .675
X12 .699 .670a .606 .359 .665 .181 .402 .561 .538 .569 .420 .348 .362 .501 .496 .485 .613 .559 .540 .599 .678 .628 .628 .613 .615 .651 .552
X13 .654 .606 .585a .454 .642 .250 .445 .505 .522 .531 .357 .309 .282 .494 .515 .498 .591 .590 .562 .588 .627 .557 .593 .544 .591 .557 .530
X21 .540 .359 .454 .757a .586 .575 .622 .371 .527 .537 .335 .376 .244 .520 .616 .580 .509 .667 .606 .541 .446 .282 .485 .274 .540 .268 .499
X22 .792 .665 .642 .586 .775a .416 .586 .618 .667 .727 .547 .511 .482 .630 .658 .638 .690 .704 .663 .692 .716 .599 .701 .584 .719 .637 .659
X23 .387 .181 .250 .575 .416 .535a .495 .274 .416 .480 .371 .425 .336 .407 .477 .453 .334 .461 .410 .363 .272 .119 .329 .115 .389 .155 .375
X31 .569 .402 .445 .622 .586 .495 .556a .420 .530 .576 .416 .434 .355 .512 .574 .548 .506 .600 .550 .525 .476 .335 .501 .326 .543 .356 .505
X32 .651 .561 .505 .371 .618 .274 .420 .527a .533 .606 .493 .447 .461 .496 .494 .485 .547 .513 .488 .540 .592 .515 .570 .503 .575 .571 .529
X33 .681 .538 .522 .527 .667 .416 .530 .533 .591a .665 .523 .504 .478 .558 .585 .568 .582 .603 .564 .587 .595 .477 .596 .466 .620 .528 .575
X41 .755 .569 .531 .537 .727 .480 .576 .606 .665 .785a .663 .645 .640 .623 .639 .624 .620 .625 .583 .623 .639 .504 .649 .491 .679 .594 .639
X42 .588 .420 .357 .335 .547 .371 .416 .493 .523 .663 .616a .600 .632 .482 .472 .468 .451 .420 .392 .448 .478 .374 .491 .365 .516 .487 .495
X43 .541 .348 .309 .376 .511 .425 .434 .447 .504 .645 .600 .602a .615 .468 .472 .465 .412 .412 .378 .416 .418 .298 .447 .291 .483 .409 .469
X44 .533 .362 .282 .244 .482 .336 .355 .461 .478 .640 .632 .615 .671a .435 .411 .412 .385 .333 .310 .379 .418 .324 .434 .316 .458 .457 .447
X51 .639 .501 .494 .520 .630 .407 .512 .496 .558 .623 .482 .468 .435 .529a .560 .542 .550 .581 .542 .557 .557 .442 .560 .431 .585 .484 .542
X52 .653 .496 .515 .616 .658 .477 .574 .494 .585 .639 .472 .472 .411 .560 .610a .586 .574 .641 .594 .588 .563 .428 .576 .418 .611 .458 .565
X53 .636 .485 .498 .580 .638 .453 .548 .485 .568 .624 .468 .465 .412 .542 .586 .564a .556 .613 .568 .568 .549 .421 .560 .410 .592 .454 .549
X54 .704 .613 .591 .509 .690 .334 .506 .547 .582 .620 .451 .412 .385 .550 .574 .556 .621a .628 .594 .621 .650 .556 .629 .543 .638 .578 .580
X61 .690 .559 .590 .667 .704 .461 .600 .513 .603 .625 .420 .412 .333 .581 .641 .613 .628 .705a .656 .643 .619 .488 .620 .476 .649 .490 .592
X62 .653 .540 .562 .606 .663 .410 .550 .488 .564 .583 .392 .378 .310 .542 .594 .568 .594 .656 .613a .605 .592 .475 .588 .464 .611 .477 .556
X63 .700 .599 .588 .541 .692 .363 .525 .540 .587 .623 .448 .416 .379 .557 .588 .568 .621 .643 .605 .624a .642 .539 .626 .526 .640 .559 .583
X71 .745 .678 .627 .446 .716 .272 .476 .592 .595 .639 .478 .418 .418 .557 .563 .549 .650 .619 .592 .642 .702a .626 .665 .612 .663 .657 .601
X72 .636 .628 .557 .282 .599 .119 .335 .515 .477 .504 .374 .298 .324 .442 .428 .421 .556 .488 .475 .539 .626 .594a .572 .580 .553 .615 .495
X73 .723 .628 .593 .485 .701 .329 .501 .570 .596 .649 .491 .447 .434 .560 .576 .560 .629 .620 .588 .626 .665 .572 .642a .559 .650 .608 .594
X74 .621 .613 .544 .274 .584 .115 .326 .503 .466 .491 .365 .291 .316 .431 .418 .410 .543 .476 .464 .526 .612 .580 .559 .567a .540 .601 .483
X81 .735 .615 .591 .540 .719 .389 .543 .575 .620 .679 .516 .483 .458 .585 .611 .592 .638 .649 .611 .640 .663 .553 .650 .540 .667a .592 .612
X82 .689 .651 .557 .268 .637 .155 .356 .571 .528 .594 .487 .409 .457 .484 .458 .454 .578 .490 .477 .559 .657 .615 .608 .601 .592 .670a .539
X83 .675 .552 .530 .499 .659 .375 .505 .529 .575 .639 .495 .469 .447 .542 .565 .549 .580 .592 .556 .583 .601 .495 .594 .483 .612 .539 .564a
Reproduced Correlations
Reproduced Correlation
123
X11 .074 .049 -.026 .034 .011 -.045 -.031 .039 -.002 .008 -.011 -.021 .028 .009 -.034 .026 -.039 .007 -.030 -.052 -.026 -.002 -.097 -.022 -.050 -.037
X12 .074 .135 .008 -.007 .034 -.011 -.032 -.006 -.010 .042 -.017 .042 .037 -.004 -.017 .007 .000 -.032 -.028 -.097 -.070 -.051 -.113 -.073 -.063 -.066
X13 .049 .135 -.037 -.002 .010 -.003 -.079 .064 .028 .087 .025 .021 .033 -.061 -.059 -.027 .022 -.044 -.001 -.108 -.032 -.018 -.128 -.090 -.095 -.089
X21 -.026 .008 -.037 -.030 -.041 -.048 .015 .007 .006 -.013 .020 .053 .005 -.035 -.059 -.043 -.032 -.058 -.027 .030 .072 .009 .066 -.037 .024 -.021
X22 .034 -.007 -.002 -.030 .005 -.002 .043 .007 -.016 .036 -.048 -.022 .020 -.025 -.039 .008 -.026 .011 -.001 -.025 -.075 -.041 -.016 -.043 -.006 -.020
X23 .011 .034 .010 -.041 .005 -.175 .049 -.131 -.055 -.016 -.047 -.008 -.077 -.061 -.070 .044 -.058 -.024 .028 .047 .067 .030 .063 .002 .051 .003
X31 -.045 -.011 -.003 -.048 -.002 -.175 -.041 .120 .009 .078 .026 -.064 -.075 -.004 -.069 -.081 -.013 -.043 -.001 .038 .026 -.047 .033 -.024 .017 -.050
X32 -.031 -.032 -.079 .015 .043 .049 -.041 -.069 -.076 -.048 -.067 -.013 .083 -.016 .009 -.023 .008 .027 -.035 -.069 -.050 .011 -.031 -.003 .022 -.029
X33 .039 -.006 .064 .007 .007 -.131 .120 -.069 -.012 .054 .002 -.051 -.017 -.026 -.140 -.069 -.035 -.015 .000 -.058 -.025 .032 .008 -.026 -.056 -.055
X41 -.002 -.010 .028 .006 -.016 -.055 .009 -.076 -.012 .012 -.007 -.037 -.029 -.071 -.007 .010 .042 .029 -.008 .010 .016 .004 -.006 -.024 -.031 -.041
X42 .008 .042 .087 -.013 .036 -.016 .078 -.048 .054 .012 -.128 -.144 -.051 -.109 -.064 -.016 .051 .033 -.030 -.016 -.014 -.012 -.048 -.043 -.037 -.015
X43 -.011 -.017 .025 .020 -.048 -.047 .026 -.067 .002 -.007 -.128 -.135 -.017 -.030 -.039 -.001 .008 -.029 .029 .023 .077 .010 .112 -.017 -.067 -.028
X44 -.021 .042 .021 .053 -.022 -.008 -.064 -.013 -.051 -.037 -.144 -.135 -.021 .069 .045 .032 .041 .066 .019 -.004 .019 -.036 -.019 -.044 -.012 -.062
X51 .028 .037 .033 .005 .020 -.077 -.075 .083 -.017 -.029 -.051 -.017 -.021 .073 -.020 -.039 -.047 -.090 -.037 -.059 -.045 .009 -.033 -.059 -.052 -.018
X52 .009 -.004 -.061 -.035 -.025 -.061 -.004 -.016 -.026 -.071 -.109 -.030 .069 .073 .072 .006 -.116 -.076 -.014 .023 .005 -.034 .014 .016 .022 -.026
X53 -.034 -.017 -.059 -.059 -.039 -.070 -.069 .009 -.140 -.007 -.064 -.039 .045 -.020 .072 .009 -.022 .029 -.049 .016 -.013 -.006 -.044 .018 .052 .043
X54 .026 .007 -.027 -.043 .008 .044 -.081 -.023 -.069 .010 -.016 -.001 .032 -.039 .006 .009 -.006 -.027 .031 -.049 -.060 -.040 .003 -.028 -.056 -.010
X61 -.039 .000 .022 -.032 -.026 -.058 -.013 .008 -.035 .042 .051 .008 .041 -.047 -.116 -.022 -.006 .043 -.009 -.033 -.008 -.046 -.031 -.010 .005 .000
X62 .007 -.032 -.044 -.058 .011 -.024 -.043 .027 -.015 .029 .033 -.029 .066 -.090 -.076 .029 -.027 .043 -.086 -.035 .019 .004 -.013 -.007 -.013 -.070
X63 -.030 -.028 -.001 -.027 -.001 .028 -.001 -.035 .000 -.008 -.030 .029 .019 -.037 -.014 -.049 .031 -.009 -.086 -.013 -.059 -.045 .001 -.035 .041 -.018
X71 -.052 -.097 -.108 .030 -.025 .047 .038 -.069 -.058 .010 -.016 .023 -.004 -.059 .023 .016 -.049 -.033 -.035 -.013 .070 .030 .068 .008 -.016 -.003
X72 -.026 -.070 -.032 .072 -.075 .067 .026 -.050 -.025 .016 -.014 .077 .019 -.045 .005 -.013 -.060 -.008 .019 -.059 .070 -.007 -.009 -.051 -.078 -.049
X73 -.002 -.051 -.018 .009 -.041 .030 -.047 .011 .032 .004 -.012 .010 -.036 .009 -.034 -.006 -.040 -.046 .004 -.045 .030 -.007 -.020 -.021 -.046 -.040
X74 -.097 -.113 -.128 .066 -.016 .063 .033 -.031 .008 -.006 -.048 .112 -.019 -.033 .014 -.044 .003 -.031 -.013 .001 .068 -.009 -.020 -.033 -.043 -.007
X81 -.022 -.073 -.090 -.037 -.043 .002 -.024 -.003 -.026 -.024 -.043 -.017 -.044 -.059 .016 .018 -.028 -.010 -.007 -.035 .008 -.051 -.021 -.033 .095 .170
X82 -.050 -.063 -.095 .024 -.006 .051 .017 .022 -.056 -.031 -.037 -.067 -.012 -.052 .022 .052 -.056 .005 -.013 .041 -.016 -.078 -.046 -.043 .095 .070
X83 -.037 -.066 -.089 -.021 -.020 .003 -.050 -.029 -.055 -.041 -.015 -.028 -.062 -.018 -.026 .043 -.010 .000 -.070 -.018 -.003 -.049 -.040 -.007 .170 .070
Extracted Methode : Principlal Component Analysisa Repoduced comunalitiesb Residual are computed between observed and Reproduced Correlation. There are 92 (26.0%) non redundant with absolute value greater than 0.05.
Residualb