137
iii ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar) TESIS Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister OLEH : GATUT SULIANA NIM : 106100300111001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MINAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Gatut Suliana.pdf - Universitas Brawijaya

Embed Size (px)

Citation preview

iii

ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU

KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX

(Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar)

TESIS

Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister

OLEH :

GATUT SULIANA

NIM : 106100300111001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

MINAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar)

TESIS

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Magister

OLEH : GATUT SULIANA

NIM : 106100300111001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN MINAT MANAJEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

JUDUL TESIS : ANALISIS BAURAN PEMASARAN DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAN AYAM PETELUR SELFMIX (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar) Nama Mahasiswa : Gatut Suliana NIM : 106100300111001 Program Studi : Teknologi Industri Pertanian Minat : Manajemen dan Teknologi Industri Pertanian Komisi Pembimbing

Ketua : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS Anggota : Dr. Ir. Bambang Dwi Argo, DEA Tim Penguji

Dosen Penguji 1 : Dr. Ir. Wignyanto, MS Dosen Penguji 2 : Dr. Ir. Imam Santoso, MP Tanggal Ujian : 1 Agustus 2012 SK Penguji :

RIWAYAT HIDUP

Gatut Suliana, Lahir di Lamongan, tanggal 02 April 1965 anak dari Ayah

Ngadi dan Ibu Supiati (Alm). Masuk sekolah di SDN Semampirejo 1 Lamongan,

kemudian melanjutkan ke SMP Harapan Ngimbang. Pendidikan SMA di SMA PGRI I

Jombang. Setelah lulus SMA melanjutkan studi di PS Teknologi Industri Pertanaian,

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya lulus pada

tahun 1990. Bekerja di salah satu Perusahaan PMA Korea Selatan sejak tahun 1990

dan sebagai tenaga pengajar di Universitas Tribhuwana Tunggadewi sejak tahun

1997 hingga sekarang. Studi lanjut pada Program Pascasarjana Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Brawijaya Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada

tahun 2010.

Malang, Agustus 2012

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS, Bapak Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA, selaku Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Wignyanto, MS dan Bapak Dr.Ir. Imam Santoso selaku Penguji yang banyak memberikan masukan dan saran untuk memperbaiki laporan tesis ini.

2. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Bpk Dr. Ir. Bambang Susilo, M.Sc.Agr dan Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Bapak Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS serta segenap Staf Fakultas Teknologi Pertanian yang banyak menyediakan fasilitas dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

3. Direktur dan seluruh staf Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang yang telah banyak membantu dalam memberikan fasilitas dan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Managing Direktur PT CJ Feed Jombang Mr. Cho Sung Hoo, Manager QC dan seluruh Staf PT CJ Feed Jombang atas kesempatan dan bantuan fasilitas yang diberikan hingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat berjalan lancar.

5. Bapak Drh. Nugroho, Bapak Suwani, Bapak Santoso dan semua peternak Selmfix di Kabupaten Blitar atas masukannya..

6. Rekan-rekan angkatan tahun 2010 terutama rekan-rekan S2 TIP, yang telah banyak memberi dukungan untuk memperlancar penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Sujud dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda (Alm), Ayahanda, Bapak Mertua (Alm) dan Ibu Mertua, Kakak-kakaku, dan Adik-adiku, secara khusus Istriku tercinta dan anak-anaku yang selalu kusayangi (Cupuwatie C dan Nurlaily F), yang telah memberi dorongan kuat, kebijaksanaan, dan do’a serta bantuan yang sangat besar sehingga penelitian dan penulisan tesis ini selesai dengan baik.

Semoga bantuan, do’a dan motivasi yang diberikan selama ini dicatat sebagai amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT yang berlipat-lipat. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca semua, Amiin.

Malang, Agustus 2012

Penulis

i

Gatut Suliana, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, 1 Agustus 2012, Analisis Bauran Pemasaran dan Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pakan Ayam Petelur Selfmix (Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar) TESIS, Ketua Komisi Pembimbing : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS, Anngota : Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA.

RINGKASAN

Kabupaten Blitar merupakan pusat peternakan ayam di Jawa Timur dengan populasi

ayam petelur sekitar 15 juta ekor, dimana merupakan lebih dari 10% populasi ayam

ras petelur secara nasional. Saat ini sekitar 40% kebutuhan pakan ayam petelur di

Kabupaten Blitar telah berpindah dari pakan buatan pabrik ke pakan selfmix.

Mudahnya akses bahan baku, informasi, formulasi pakan, teknologi pengolahan

pakan, dan perbedaan harga pakan yang tinggi dianggap sebagai hal yang dapat

memicu pindahnya penggunaan pakan buatan pabrik ke pakan selfmix. Keputusan

untuk membeli pakan bagi peternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu bersifat

internal maupun eksternal. Faktor internal konsumen (karakter konsumen) yang

berpengaruh dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan

psikologis.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor strategi bauran pemasaran

(produk, harga, distribusi promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi,

psikologis) yang mempengaruhi keputusan pembelian pakan selfmix. Penelitian

dilakukan dengan melakukan interview pada 200 peternak selfmix yang dipilih

berdasarkan quota random sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode

Regresi Linier Berganda dan Analisis Faktor.

Hasil analisis diperoleh bahwa strategi bauran pemasaran (produk, harga,

distribusi, promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis)

secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun demikian

secara parsial variabel produk, harga, distribusi, promosi, budaya dan sosial

berpengaruh nyata sedang variabel pribadi dan psikologis tidak berpengaruh nyata.

Hasil analisis faktor diperoleh dari 8 faktor (29 variabel) penelitian dapat diringkas

menjadi 3 faktor dengan 23 variabel dapat diperhitungkan dan 6 variabel tidak dapat

diperhitungkan (loading <0.5).

Kata kunci : Formulasi pakan, Kinerja pakan, Regresi berganda, Analisis faktor

ii

Gatut Suliana, Postgraduate Programme Faculty of Agricultural Technology, of Brawijaya University, August, 01st 2012, Analisys of Marketing Mix and Customer Behavior to Purchase Decision of Selfmix Layer Feed (Case Study in Layer farm in Blitar Distric). TESIS, Supervisor : Dr.Ir. Susinggih Wijana,MS, Co-Supervisor : Dr.Ir. Bambang Dwi Argo, DEA.

SUMMARY

Blitar district is the center of a layer farm in East Java with a population of

about 15 million laying hens tail, which is more than 10% of the population nationally

laying chicken. Currently about 40% of the feed of laying hens in Blitar has moved

from the factory feed to selfmix feed. Easy access to raw materials, information, feed

formulation, feed processing technology, and high feed prices differences are

considered as potential triggers emigration to the use of artificial feed mill feed

selfmix. The decision to buy feed for the farmers affected by several factors, both

internal and external. Kotler and Amstrong (1998) reported that the internal factors of

consumers (consumer code) are influential in making a purchase that is of cultural,

social, personal, and psychological.

The purpose of this study to investigate the factors of marketing mix strategies

(product, pricing, distribution, promotion) and customer behavior (cultural, social,

personal, psychological) that influence purchasing decisions selfmix feed. The study

was conducted by interview on 200 farmers selfmix selected by random sampling

quota. Data were analyzed by the method of Multiple Linear Regression and Factor

Analysis.

The analysis found that the strategy of the marketing mix (product, pricing,

distribution, promotion) and behavior (cultural, social, personal, psychological)

simultaneously influence the purchasing decision. However, the partial, product,

pricing, distribution, promotion, cultural and social variables influence is tangible, but

personal and psychological variables no significant effect. The results obtained from

factor analysis of eight factors (29 variables) research can be summarized into three

factors with 23 variables can be calculated and the 6 variables not significant to

calculated.

Key words : Feed Formulation, Feed Performance, Multiple Regression, Factor Analysis.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmad

dan hidayahNYA sehingga tesis yang berjudul : Analisis Bauran Pemasaran dan

Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Pakan Ayam Petelur Selfmix

(Studi Kasus Pada Peternak di Kabupaten Blitar), dapat terselesaikan dengan baik.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Program Pasca Sarjana

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Penulisan tesis ini didasarkan pada hasil studi pustaka dan hasil penelitian di

Lapangan yaitu di Kabupaten Blitar. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil

analisa secara statistik. Pokok bahasan menekankan pada faktor faktor yang

bepengaruh terhadap keputusan pembelian pakan Selfmix bagi peternak ayam

petelur di Kabupaten Blitar. Susunan penulisan tesis ini meliputi : Pendahuluan,

Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan tesis ini, walaupun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan

yang dimiliki, oleh karena itu penulis mohon maaf, dan sekaligus mengharap adanya

kritik yang membangun untuk perbaikan penulis dimasa mendatang.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca yang membutuhkan.

Malang, 1 Agustus 2012

Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..................................................................................

SUMMARY . ..................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................

DAFTAR TABEL ..................................................................................

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Kebutuhan Pakan di Jawa Timur .........................................................

2.2 Pakan Ayam Petelur .................................................................................

2.3 Startegi Bauran Pemasaran .....................................................................

2.4 Teori Perilaku Konsumen .................................................................................

2.5 Keputusan Pembelian .................................................................................

2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................................

2.7 Hipotesis .............................................................................................

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................

3.3 Tahapan-tahap Penelitian ................................................................................

3.4 Definisi Operasional ……….....................................................................

3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................

3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................................

3.7 Teknik Analisis Data ………………………………………………………………

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................

4.2 Analisis Data ...........................................................................................

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ....................................................................

4.4 Pembahasan ............................................................................................

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................

5.2 Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

1

3

3

4

5

7

11

21

29

33

34

35

35

36

37

37

38

39

44

47

65

82

97

97

99

104

v

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Penyebaran Populasi Ayam Petelur di Indonesia ............................................

2. Contoh Formulasi Pakan Ayam Petelur ........................................................

3. Standar Kualitas Pakan Ayam Petelur SNI no. 01-3929-2006 ............................

4. Populasi Peternak Selfmix di Kabupaten Blitar .....................................................

5. Distribusi Sampel …………………...................................................................

6. Definisi Operasional ……………………………...................................................

7. Kondisi Responden Menurut Populasi Ayam .....................................................

8. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner .........................................................

9. Nilai Cronbach Alpha …………………...................................................................

10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Produk (X1) .........................

11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Harga (X2) ..........................

12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Distribusi (X3) ......................

13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Promosi (X4) …...................

14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Budaya (X5) ........................

15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Sosial (X6) ..........................

16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Pribadi (X7) .........................

17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Psikologis (X8) ....................

18. Distribusi Jawaban Responden Tentang : Keputusan Pembelian (Y) .................

19. Multikolinearitas Variabel Penelitian .....................................................................

20. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ..........................................

21. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ..............................................

22. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda .........................................

23. Koefisien Korelasi Variabel Bebas .................. ....................................................

24. Hasil Analisa KMO & Bartlett’s Test .....................................................................

25. Hasil Analisis Communalities.................................................................................

26. Total Variance Explained .....................................................................................

27. Hasil Rotasi dengan Metode Varimax ....................................................................

28. Matrix Transformasi Komponen

29. Bahan Penyusun Pakan Unggas ..........................................................................

30. Komposisi Nutrisi pakan Selfmix ..........................................................................

6

9

10

35

36

37

44

46

47

48

50

52

54

56

58

60

62

64

66

66

69

70

71

74

74

75

76

77

83

84

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Tahapan Proses Pembelian Konsumen ......................................................

2. Tahapan Penelitian .......................................................................................

3. Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas …………...........................................

4. Sebaran Data Uji Normalitas ………………………………………………...

30

36

67

68

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ........................................................................

2. Hasil Jawaban Kuesioner Responden ................................................

3. Hasil Analisis Regresi Berganda ............................................................

4. Hasil Analisis Anti Image Correlation …........................................................

5. Hasil Analisis Total Variance Explained ……….....................................

6. Component Matrix dan Rotated Component Matrix ....................................

7. Reproduced Correlation ………………………………………………………..

104

109

118

119

120

121

122

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jawa Timur merupakan produsen telur terbesar di Indonesia. Dari sekitar 116

juta ekor populasi ayam ras petelur di Indonsia, sekitar 35 juta ekor berada di Jawa

Timur. Kabupaten Blitar merupakan pusat peternakan ayam di Jawa Timur dengan

populasi ayam petelur sekitar 15 juta ekor, dimana merupakan lebih dari 10%

populasi ayam ras petelur secara nasional (Anonim, 2009). Dalam berternak ayam

ras petelur, hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan, karena biaya pakan

menempati urutan teratas dalam biaya pemeliharaan yaitu sekitar 70%.

Potensi kebutuhan pakan ayam petelur pada masa produksi adalah sekitar 3

kg/ekor/bulan, maka kebutuhan akan pakan ayam petelur di Kabupaten Blitar adalah

sekitar 45,000 ton/bulan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh CJ Feed

Jombang pada tahun 2010 tidak kurang dari sekitar 40% kebutuhan pakan ayam

petelur di Kabupaten Blitar telah berpindah dari pakan buatan pabrik ke pakan selfmix

( Anonim, 2010).

Pakan selfmix adalah pakan ayam yang dibuat sendiri (dicampur sendiri) oleh

peternak dari bahan baku penyusun pakan sehingga menjadi pakan ayam siap

konsumsi (pakan jadi), tanpa merek dagang, serta baik digunakan sendiri maupun

untuk diperjual belikan. Kualitas pakan selfmix dapat diatur sesuai yang diinginkan

peternak baik kualitas komposisi kimianya maupun kinerja yang diharapkan.

Mudahnya akses untuk mendapatkan bahan baku, akses informasi, akses

formulasi pakan, akses teknologi pengolahan pakan yang sederhana, dan perbedaan

harga pakan yang menguntungkan dianggap sebagai hal yang dapat memicu

pindahnya para peternak ayam petelur dari penggunaan pakan ayam buatan pabrik

ke pakan ayam selfmix. Hal ini terjadi apabila tersedia bahan baku pakan yang lancar

2

dan mudah didapat, tersedia alat pencampur yang baik, serta mengerti prinsip-prinsip

pencampuran pakan yang benar sehingga peternak bisa menghemat ongkos untuk

pembelian pakan. Mencampur pakan bisa dengan cara tradisional, yakni dengan

menggunakan sekop atau yang lebih modern dengan menggunakan mixer dan

hammer mill.

Keberhasilan peternak membuat pakan ayam sendiri yang kualitasnya tidak

kalah dengan buatan pabrik dan harga lebih murah menyebabkan peternak merasa

bangga. Keberhasilan tersebut biasanya ditiru oleh peternak disekitarnya, sehingga

memungkinkan hasil pakan ternak campuranya dapat diperjual belikan dengan para

peternak sekitar. Bahkan saat ini beberapa peternak skala besar (populasi >100.000

ekor) lebih cenderung menggunakan pakan selfmix daripada pakan dari pabrik.

Keputusan untuk membeli pakan bagi peternak dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik itu bersifat internal maupun eksternal. Beberapa faktor eksternal yang

mempengaruhi konsumen dalam pembelian pakan ayam adalah strategi bauran

pemasaran, segmentasi, targeting dan positioning perusahaan, serta perilaku

peternak sendiri. Bauran pemasaran adalah strategi pemasaran yang memfokuskan

pada produk, harga, distribusi, dan promosi. Kotler dan Amstrong (1998) melaporkan

bahwa faktor internal konsumen (karakter konsumen) yang berpengaruh dalam

melakukan pembelian yaitu faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan

perilaku peternak pada umumnya terdiri dari, budaya, sosial, pribadi, dan psikologi.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang menyebabkan

peternak membeli pakan ayam petelur yang diproduksi dari selfmix. Oleh sebab itu,

perlu dirancang suatu penelitian ntuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan

peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar membeli pakan ayam petelur produksi

selfmix, kemudian mengidentifikasi faktor-faktor mana yang mendominasinya, serta

mengetahui pangsa pasar pakan ayam petelur produksi selfmix di Kabupaten Blitar.

3

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan

perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) berpengaruh secara

simultan (serempak) terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di

Kabupaten Blitar ?

2. Apakah strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan

perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) berpengaruh secara parsial

terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten Blitar?

3. Faktor-faktor apa saja diantara strategi bauran pemasaran (produk, harga,

distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan

psikologis) yang merupakan faktor utama pada pembelian pakan ayam selfmix di

Kabupaten Blitar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi),

dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) berpengaruh

secara simultan (serempak) terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix

di Kabupaten Blitar.

2. Mengetahui strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi)

dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) berpengaruh

secara parsial terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten

Blitar.

3. Mengetahui faktor apa saja diantara strategi bauran pemasaran (produk, harga,

distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan

psikologis) merupakan faktor utama pada keputusan pembelian pakan ayam

selfmix di Kabupaten Blitar.

4

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberi referensi bagi pelaku bisnis pakan ayam dalam menyusun strategi

pemasaran terhadap faktor-faktor bauran pemasaran dan perilaku konsumen

(budaya, sosial, pribadi, psikologis) yang berpengaruh pada pembelian pakan

ayam selfmix.

2. Memberi referensi bagi para peminat bidang pakan ayam dalam menyusun

kajian terhadap faktor-faktor bauran pemasaran dan perilaku konsumen

(budaya, sosial, pribadi, psikologis) yang berpengaruh pada pembelian pakan

ayam selfmix.

3. Memberi referensi bagi Pemerintah Daerah dalam membuat kebijakan yang

terkait dengan pengembangan sektor perunggasan khususnya ayam petelur di

Kabupaten Blitar.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Kebutuhan Pakan di Jawa Timur

Secara umum industri pakan ternak nasional cukup memiliki peluang yang

baik. Dilihat dari tingkat produksi, industri pakan ternak mengalami pertumbuhan

rata-rata 8,4% dalam periode lima tahun terakhir. Total produksi pakan ternak

nasional merosot menjadi 7,7 juta ton pada 2007 dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 9,9 juta ton. Hal ini diakibatkan oleh maraknya kasus flu burung (H5N1)

pada 2007 lalu (Anonim, 2008)

Dalam usaha budidaya peternakan, pakan merupakan masalah yang perlu

mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan dalam usaha peternakan unggas

di antaranya 89% menduduki ranking pertama adalah pakan sehingga tidak

mengherankan jika sebagian besar dana yang disediakan digunakan untuk

pembelian pakan. Direktur Keswan menyampaikan bahwa sebagian besar komposisi

pakan unggas adalah jagung yang mencapai sekitar 50%, bungkil kedelai 18%, serta

dedak yang mencapai 15%. Sisanya terdiri dari tepung ikan, tepung daging-tulang,

PKM 8%, CPO 2%, premix 0,6%, dan bahan baku lainnya dengan jumlahnya

mencapai sekitar 7% (Anonim, 2010). Kunci keberhasilan pemeliharaan layer terletak

pada pencapaian produksi telur yang optimal dan efisiensi biaya (Anonim, 2011).

Kapasitas produksi pakan unggas yang tersedia saat ini sekitar 9 juta ton.

Sejak tahun 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tidak mengalami

perkembangan nyata. Meskipun ada penambahan kapasitas dari sejumlah produsen

besar seperti Charoen Pokphand, Cargil, CJ Feed, dan lainnya namun sebaliknya

ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena imbas flu burung pada 2005

dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat, memicu meningkatnya

6

produksi peternakan yang pada akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga

meningkat (Anonim, 2008).

Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dengan dukungan tak

kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia.

Jumlah populasi ayam ras petelur di jawa Timur sekitar 35 juta ekor. (Zaini, 2010).

Penyebaran populasi ayam petelur di Jawa Timur seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran Populasi Ayam Petelur di Indonesia

Propinsi 2005 2006 2007 2008

Blitar 13.956.025 14,647,990 15.225.975 13.922.675 Jawa Timur 21,570,818 30,364,215 34,926,134 35,799,287

Nasional 84,792,416 100,203,562 111,490,885 116,475,976 Sumber : Dinas Peternakan Jawa Timur (2010)

Berdasarkan tabel diatas, pertumbuhan populasi ayam dalam 5 tahun terakhir

di Indonesia rata-rata 5% per tahun, sedangkan di Jawa Timur perkembanganya

dalam 5 tahun terakhir rata-rata mencapai 9,7% per tahun. Perkembangan populasi

ayam ras petelur ini sejalan dengan pertumbuhan kapasitas industri pakan ternak di

Jawa Timur. Sampai saat ini di Indonesia tersedia industri pakan unggas dengan

kapasitas terpasang 14 juta ton/tahun. Sedangkan penyerapan pasar baru sekitar

8,6 juta tahun, artinya masih ada surplus kapasitas sekitar 40 % (Destiana, 2010).

Dengan adanya surplus kapasitas ini menyebabkan persaingan produsen

pakan menjadi sangat ketat dalam merebutkan pangsa pasar. Di Jawa Timur sendiri

saat ini telah berdiri 15 perusahaan pakan ternak ayam yang juga masih ada surplus

kapasitas, namun demikian pada tahun 2009 bertambah satu lagi yaitu New Hope

dengan kapasitas 120,000 tahun (Destiana, 2010) dan pada tahun 2011 East Hope

dengan kapasitas 120,000 tahun.

Kabupaten Blitar dikenal sebagai penghasil telur terbesar di Jawa Timur.

Terdapat sekitar 2.889 peternak ayam petelur (layer) baik skala besar maupun kecil.

7

Peternakan layer di Kabupaten Blitar tersebar di Kecamatan Srengat, Kanigoro, dan

Kademangan. Usaha peternakan 70 % merupakan peternak skala kecil dengan

populasi ayam di bawah 20.000 ekor. Sementara 20 % peternak skala menengah

dengan populasi ayam 20.000 - 100.000 ekor dan sisanya peternak skala besar

(populasi ayam di atas 100.000 ekor). Tahun 2008 jumlah populasi ayam ras petelur

di Kabupaten Blitar mencapai 13.922.675 ekor dengan jumlah produksi telur

sebanyak 121,424,46 ton telur (Disnak Kab Blitar, 2010).

2.2 Pakan Ayam Petelur

Bagi peternak, pakan ayam merupakan faktor inputan terbesar dalam proses

produksi. Bahkan pakan merupakan 90% dari total biaya produksi bagi peternak

ayam petelur. Oleh karena itu, faktor pakan akan menjadi perhatian yang sangat

penting bagi peternak ayam petelur. Berdasarkan pembuatanya, pakan ayam petelur

saat ini dikenal ada 2 jenis pakan yang umum dipakai peternak yaitu pakan buatan

pabrik dan pakan buatan sendiri (selfmix).

Pakan buatan pabrik adalah pakan yang diproduksi oleh industri pakan seperti

Charon Phokpan, CJ Feed, Anwar Sierad, Cargil, Comfeed, dan lain-lain. Ada dua

tipe pakan buatan pabrik yaitu pakan ayam petelur komplet dan pakan ayam petelur

konsentrat. Pakan komplet adalah pakan ayam yang langsung diberikan ke ayam,

sedangkan pakan konsentrat adalah pakan yang sebelum digunakan harus dicampur

dengan bahan lain yaitu jagung dan katul.

Pakan ayam selfmix adalah pakan ayam yang dibuat sendiri oleh peternak,

mulai dari pengadaan bahan baku, penggilingan, pencampuran, sampai

pengemasan. Pada pakan selfmix umumnya peternak hanya membeli bahan-bahan

penyusun pakan seperti jagung, bungkil kedelai, katul, tepung ikan, tepung daging

dan tulang, premix, dll. Komposisi masing masing bahan diatur menurut keinginan

peternak dan disesuaikan dengan formulasi pakan yang diinginkan. Awalnya

8

peternak masih kesulitan untuk membuat pakan selfmix ini, tetapi karena adanya

bantuan teknis dari produsen obat-obatan dan premix yaitu dengan menyediakan

konsultasi dalam membuat formulasi pakan, maka saat ini pakan selfmix sudah

berkembang menempati pangsa pasar yang dominan di Kabupaten Blitar yaitu sekitar

40% (Anonim, 2010). Disamping itu, semakin banyaknya para pedagang bahan baku

pakan seperti corn guten meal, bungkil kedelai, jagung, tepung tulang, tepung ikan,

dan sebagainya, maka pembuatan pakan selfmix menjadi lebih mudah.

Hasil survey pendahuluan di Kabupaten Blitar, praktek penggunaan pakan

ayam selfmix tidak lepas dari peranan pemasok obat-obatan yaitu premix. Pemasok

premix ini dalam menawarkan produknya juga memberi pelatihan maupun jasa

konsultasi penyusunan formulasi pakan sesuai dengan keinginan peternak. Namun

demikian, pada perkembanganya banyak peternak terutama yang skala usahanya

sudah cukup besar (populasi ayam > 100.000 ekor) mengembangkan formulasi

sendiri dengan merekrut orang yang memiliki keahlian dibidang nutrisi dan formulasi

pakan ayam petelur.

Pakan ayam petelur dibuat dalam dua bentuk yaitu pakan berbentuk butiran

(crumble) dan berbentuk tepung (mash). Untuk pakan selfmix umumnya hanya dibuat

dalam bentuk tepung (mash). Berdasarkan kualitasnya, pakan buatan pabrik dibuat

dalam beberapa pilihan seperti kelas premium, standar, dan pakan kelas ekonomi

(mengutamakan harga rendah). Penggunaan kelas pakan ini menyesuaikan dengan

manajemen kandang yang diterapkan peternak, umur produktif ayam, dan kinerja

ayam yang diharapkan.

Dalam pembelian pakan, yang sering diperhitungkan oleh peternak adalah

pertimbangan masalah harga pakan. Selisih sedikit saja, peternak bisa berganti merk.

Penyebabnya adalah besarnya biaya yang tersedot pada penyediaan pakan tersebut.

Padahal, mahalnya harga pakan bukanlah faktor terpenting. Yang terpenting adalah

9

mutu pakan (Anonim, 2011). Umumnya, ransum unggas disusun menggunakan

program komputer dengan dasar matematika program linier. Formula ransum disusun

sesuai dengan pemenuhan kebutuhan gizi unggas berdasarkan umur dan kondisi

fisiologis unggas dalam menghasilkan produk yang optimal dengan bahan baku yang

tersedia serta biaya yang terendah. Ransum dengan taraf protein tinggi memberikan

keuntungan lebih baik pada saat periode produksi karena meningkatnya massa telur

(Suprijatna dan Natawihadja, 2005). Contoh formula ransum ayam broiler dan petelur

dikemukakan dalam Tabel 2 berikut (Tangendjaya, 2007).

Tabel 2. Contoh Formulasi Pakan Ayam Petelur

Sumber :Tangendjaya, 2007 2.2.1 Aspek Kualitas Pakan Ayam Petelur

Kualitas pakan tidak hanya terbatas pada kandungan protein pakan yang

seringkali dihubungkan dengan hasil akhir yang bagus, sehingga asumsi salah jika

semakin tinggi protein pakan maka akan semakin baik meskipun peternak akan

membayar lebih mahal untuk itu. Kelengkapan nutrisi pakan tidak hanya ditentukan

10

oleh kandungan protein saja, tetapi yang lebih penting adalah profil asam amino

yang aman dan seimbang dalam pakan ( Suharja, 2007).

Pada dasarnya kualitas pakan bisa dibagi atas tiga macam yaitu kualitas

pakan berdasarkan kandungan nutrisinya yang diperkuat dari hasil analisa proksimat

di laboratorium, kualitas pakan berdasarkan tampilan fisik yang bisa cepat dilihat

dengan penciuman dan penglihatan biasa, dan kualitas pakan berdasarkan

kelengkapan bahan pendukung (Anonim, 2010). Pakan ayam selfmix kualitasnya

sangat beragam antara peternak satu dengana peternak lainya. Perbedaan kualitas

ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan yang diprioritaskan oleh masing

masing peternak. Peternak yang mengutamakan harga cenderung membuat

formulasi pakan ayam selfmix yang lebih murah, tetapi bagi peternak yang lebih maju

formulasi pakan umumnya akan mempertimbangkan hasil akhir (keuntungan total).

Penyimpangan kualitas nutrisi pakan bisa dijelaskan sebagai kontribusi dari

satu faktor atau lebih. “After sales service” juga termasuk dalam kualitas pakan

secara tidak langsung. Sesuai dengan SNI no 01-3929-2006, standar pakan ayam

petelur seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Standar Kualitas Pakan Ayam Petelur SNI no. 01-3929-2006

No Parameter Satuan Persyaratan 1 Kadar air % Maks. 14,0 2 Protein kasar % Min. 16,0 3 Lemak kasar % Maks. 7,0 4 Serat kasar % Maks, 7,0 5 Abu % Maks. 14,0 6 Kalsium (Ca) % 3,25-4,25 7 Phosfor (P) total % 0,60-1,0 8 Phosfor tersedia % Min. 0,32 9 Energi termetabolisme (ME) Kkal Min. 2650

10 Total Aflatoksin µg/kg Maks. 50 11 Asam amino :

- Lisin - Metionin - Metionin + Sistin

% % %

Min. 0,80 Min. 0,35 Min. 0,60

11

Adapun kinerja pakan ayam petelur oleh peternak umumnya dinilai dari segi

hen day, berat telur, lama produksi, konversi ransum, kekebalan dan daya hidup serta

pertumbuhan. Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam

produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah 80% dengan

HD mencapai puncak produksi pada angka 95%. Konversi ransum dalam farm layer

merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan sebutir telur.

Standar mortalitas layer selama masa grower 2-3%, sedangkan pada masa produksi

4-7% (Lohman Management Guide, 2007).

2.3 Strategi Bauran Pemasaran

Swastha dan Irawan (2007) mendefinisikan Bauran pemasaran (marketing

mix) adalah kombinasi dari empat varibel atau kegiatan yang merupakan inti dari

sistim pemasaran perusahaan yakni produk, harga, distribusi, dan promosi. Keempat

kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasi agar perusahaan dapat

melakukan tugas pemasarannya secara efektif. Jadi, perusahaan tidak hanya

sekadar memilih kombinasi yang terbaik saja, tetapi juga harus mengkoordinasi

berbagai macam elemen pada bauran pemasaran tersebut untuk melaksanakan

program pemasaran secara efektif.

Menurut Kottler dan Amstrong (1998), bauran pemasaran adalah seperangkat

variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk

menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran. Bauran

pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk

mempengaruhi permintaan terhadap produknya. Kegiatan kegiatan yang dimaksud

dalam definisi tersebut adalah keputusan dalam empat variabel yaitu produk, harga,

distribusi, dan promosi.

12

2.3.1 Produk

Setiap produsen selalu mempunyai tujuan bahwa produk yang dihasilkannya

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga terjadi pertukaran. Oleh

karena itu, perusahaan selalu berusaha menerapkan strategi untuk menghasilkan

produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan

memberikan kepuasan bagi konsumen dan perusahaan akan mendapatkan

keuntungan. Eppen dan Liberman (1991) dalam Narashimhan (1996) menyatakan

bahwa produk yang layak untuk dipertahankan dan dipasarkan adalah produk yang

memiliki tanggapan yang positif di hati konsumen.

Kotler dan Amstrong (1998) mendefiniskan produk adalah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Secara

konseptual Tjiptono (2002) menyatakan bahwa produk adalah pemahaman subjektif

dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai

tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai

kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Sedangkan Swastha dan

Irawan (2007) menyatakan bahwa produk adalah suatu sifat yang komplek baik itu

diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise

perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dimensi produk dapat dijelaskan dengan

segala atribut yang melekat pada produk, baik kualitas, kemasan, pelayanan, daya

guna, usia guna, kemudahan, fleksibilitas, dll. Menurut hasil survey, diperoleh bahwa

peternak mempertimbangkan produk berdasarkan kualitas ( komposisi nutrisi dan

kinerja produk), pelayanan purna jual, produsen, kemasan, adanya variasi kualitas,

kemudahan dalam penggunaan, dan fleksibilitas.

13

Assauri (1999) mendefinisikan kualitas produk sebagai sesuatu yang

menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut,

ketepatan produk, mudah mengoperasikan dan memeliharanya, serta atribut lain

yang dinilai. Pendapat lain dari Kotler dan Amstrong (1998) mengatakan kualitas

produk merupakan salah satu hasil kegiatan perusahaan yang dapat menentukan

daya saingnya.

Kualitas pakan selfmix sangat tergantung dari formula bahan yang digunakan

(Tangendjaya, 2007). Masing masing peternak mempunyai keleluasaan untuk

mengatur formulasinya sesuai dengan usia produktif ayam dan kinerja pakan yang

diharapkan. Fleksibilitas dalam menentukan formula pakan ini merupakan daya tarik

tersendiri bagi peternak besar untuk membuat pakan selfmix. Menurut Muladno et al.

(2009) Sebagian besar peternak mengecek kualitas dan keamanan produk

peternakan secara visual.

Hal lain yang perlu diperhatikan produsen untuk meningkatkan jumlah

penjualan berkaitan dengan strategi produk adalah pelayanan (service). Keberhasilan

pemasaran produk sangat ditentukan oleh baik buruknya pelayanan yang diberikan

perusahaan dalam memasarkan produknya. Kotler dan Amstrong (1998) menjelaskan

lebih lanjut bahwa jika produk fisik tidak mudah dideferensiasi, kunci suksesnya

terletak pada peningkatan pelayanan dan kualitas. Peternak yang menggunakan

pakan selfmix sangat membutuhkan konsultasi menyusun formula pakan. Kebutuhan

layanan ini direspon oleh para pemasok premix dengan menyediakan jasa konsultasi

dalam menyusun formulasi pakan sesuai dengan kualitas dan bahan baku yang akan

digunakan. Jasa layanan ini biasanya gratis, bahkan untuk peternak yang skala besar

pemasok bisa memberi seperangkat komputer berisi program untuk membuat

formulasi pakan, dimana datanya selalu di update setiap saat sesuai perkembangan

pengetahuan yang ada.

14

Zeithaml et al. (1998) menunjukkan bahwa terdapat bukti yang kuat bahwa

tingkat kualitas dan pelayanan yang diberikan berpengaruh kuat pada intensitas

perilaku konsumen untuk membeli produk. Adanya intensitas yang tinggi itu, maka

akan meningkatkan komitmen dengan produsen untuk menyediakan produk dan

pelayanan kepada pasar yang makin kuat dan loyal.

Menurut Ardani (2007), strategi produk berkaitan dengan tingkat standardisasi

produk. Perusahaan memiliki tiga pilihan strategi, yaitu produk standar, produk

disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan tertentu, dan produk

standar dengan modifikasi.

Berdasarkan uraian diatas indikator produk yang digunakan dalam penelitian

ini adalah meliputi kandungan nutrisi pakan yang lengkap, kinerja pakan pada ayam,

tersedianya layanan teknis (konsultasi teknis nutrisi dan formulasi), dan tersedia

beberapa variasi pilihan bahan pakan sesuai dengan keinginan peternak.

Kandungan nutrisi pakan yang lengkap adalah nutrisi pakan sesuai dengan

kebutuhan nutriayam yang meliputi, kandungan protein, lemak, vitamin, asam amino

esensial (lysine, treonin, metionin), kalsium dan phosphor yang seimbang dan cukup

untuk memasok kebutuhan nutrisi ayam harian. Kinerja pakan, pada ayam adalah

hasil produksi telur setelah menggunakan pakan selfmix lebih baiak, yaitu produksi

telur pada posisi puncak lebih baik, bobot ayam standard, tidak terjadi wet drop pada

ayam. Tersedianya layanan teknis (konsultan nutrisi dan formulasi) adalah para

pemasok bahan dapat menyediakan layanan untuk konsultasi nutrisi pakan selfmix

dan membuatkan formulasi pakan ayam yang murah dan sesuai dengan kebutuhan

pasokan nutrisi ayam. Tersedianya variasi pilihan bahan baku pakan adalah selain

bahan baku standar yang ada bahan pakan dapat di subtitusi bahan lain yang banyak

tersedia disekitar peternak seperti bungkil kopra, bungkil biji kapok dan lain lain,

dengan demikian peternak mempunyai banyak pilihan bahan baku pakan.

15

2.3.2 Harga

Ferdinand (2006), harga merupakan salah satu variabel penting dalam

pemasaran, dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil

keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan. Seringkali

perusahaan menetapkan harga terlalu berorientasi pada biaya dan kurang meninjau

perubahan pasar sehingga menyebabkan penetapanharga kurang dapat diterima

oleh konsumen (Mc. Marthy, 2003).

Mc.Charty dan Parreault (1995) berpendapat bahwa harga adalah apa yang

dikenakan untuk sesuatu, merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan

pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa (Monroe et al., 2005). Orang dapat

memberi nama yang berbeda-beda, tetapi semua transaksi bisnis dalam

perekonomian modern dapat dipandang sebagai alat pertukaran uang adalah harga

untuk sesuatu. Ahli lain Swastha dan Irawan (2007) mengemukakan bahwa harga

adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk apabila mungkin) yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Sedangkan

Kotler dan Amstrong (1998) mengemukakan bahwa harga merupakan satu-satunya

elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan; elemen-elemen

lainnya menimbulkan biaya. Dari penjelasan yang telah diungkapkan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa harga adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh

perusahaan dan digunakan untuk mendapatkan sejumlah produk fisik ataupun non

fisik.

Assauri (1999) mengungkapkan tujuan penetapan harga yaitu untuk

memperoleh laba yang maksimum, mendapatkan share pasar tertentu, memperoleh

laba dari segmen pasar (market skimming), mencapai tingkat hasil penerimaan

penjualan maksimum, mencapai keuntungan yang ditargetkan, dan mempromosikan

produk. Harga yang ditetapkan perusahaan akan disesuaikan dengan strategi

16

perusahaan secara keseluruhan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang selalu

berubah serta diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

untuk periode tersebut. Hal ini disebabkan karena penetapan harga mempunyai

pengaruh langsung terhadap besarnya laba perusahaan, volume penjualan, dan

share pasar perusahaan.

Dalam menentukan harga pakan selfmix peternak menyesuaikan formulasinya

dengan umur produktif ayam dan kinerja pakan yang diharapkan. Umumnya harga

pakan selfmix lebih murah antara Rp 250/kg - Rp 650/kg dari harga pakan buatan

pabrik. Perbedaan harga yang besar ini disebabkan terutama karena penggunaan

teknologi yang lebih sederhana (tidak ada mesin crumble) dan peternak dapat

membeli bahan baku yang lebih murah (seperti jagung dan katul). Menurut penelitian

Muladno et al. (2009) jumlah produk peternakan yang dibeli konsumen sangat

tergatung dari harganya.

Peternak pengguna pakan selfmix disamping mendapatkan harga murah juga

memperhitungkan perbandingan antara harga dan kinerja pakan. Beberapa peternak

besar bahkan ada yang membayar ahli nutrisi dan formulasi guna mendapatkan

formula pakan yang murah dan kinerjanya tinggi.

Strategi syarat pembayaran yang lunak merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen. Oleh karena itu, produsen dapat menetapkan

syarat pembayaran selunak mungkin tetapi tetap disesuaikan dengan situasi dan

kondisi pasar serta sifat dan perilaku konsumen. Schneider dan Bowen (1999)

menyatakan dalam penelitianya, bahwa fleksibilitas dalam negosiasi dengan

konsumen (seperti sistem pembayaran) akan meningkatkan pembelian suatu produk.

Strategi harga menurut Ardani (2007) dapat dikelompokkan menjadi strategi

penetapan harga produk baru, produk yang sudah mapan, strategi fleksibilitas harga,

17

penetapan harga lini produk, strategi bundling-pricing, penetapan harga untuk

membentuk pangsa pasar.

Berdasarkan uraian diatas, indikator harga yang digunakan pada penelitian ini

meliputi harga relatif murah, rasio harga terhadap kualitas, dan jangka waktu

pembayaran. Harga relatif murah adalah harga formulasi pakan selfmix jika

dibandingkan dengan pakan buatan pabrik yang ada masih lebih murah. Sebagai

ilustrasi jika harga pakan dari pabrik Rp 3600/Kg, maka harga formulasi pakan

selfmix dapat menghasilkan yang lebih murah dari harga pakan pabrik. Rasio harga

kualitas adalah perbandingan antara kualitas pakan selfmix ddengan harganya

mempunyai rasio yang tinggi dibanding pakan pabrik. Sebagai ilustrasi jika harga

pakan selmix Rp 3200/Kg dan akan dapat menghasilkan telur 2.1 Kg/ Kg pakan,

sedangkan pada dari pabrik harganya Rp 3600/Kg dan menghasilkan telur Rp 2.2

Kg/Kg pakan pakan bagi peternak pakan selfmix mempunyai rasio yang lebih baik.

Pembayaran yang lunak adalah pembayaran atas pembelian bahan baku pakan

dapat dilakukan dalam jangka waktu yang trelatif lama, seperti 2 minggu, sampai 30

hari, dari bahan diterima konsumen.

2.3.3 Distribusi

Gregorius (2002) menyatakan bahwa struktur saluran distribusi merupakan

serangkaian partisipasi organisasi dalam melakukan semua fungsi yang dibutuhkan

untuk menyampaikan produk dari produsen ke pembeli akhir. Kotler dan Amstrong

(1998) menyatakan bahwa saluran distribusi (saluran pemasaran) bertugas

memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Selama kegiatan berlangsung,

biaya produsen meningkat demikian pula harganya pasti akan menjadi lebih tinggi.

Menurut Suwarni (2009) dalam kaitannya dengan strategi saluran distribusi

terdapat tiga aspek pokok yang berkaitan dengan strategi distibusi yaitu sistem

transportasi perusahaan, sistem penyimpanan, sistem pemilihan saluran distribusi.

18

Sistem trasportasi berkaitan dengan kegiatan membawa produk agar sampai ke

tangan konsumen, sedangkan sistem penyimpanan berkaitan dengan bagaimana

caranya agar barang atau produk tidak rusak sewaktu disimpan sebelum dipasarkan.

Dari segi distribusi yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat

sampai ke tangan konsumen dengan mudah, sehingga dapat memenuhi harapan

konsumen.

Pengguna pakan selfmix dewasa ini mendapatkan kemudahan dalam

pengadaan bahan baku dibanding beberapa tahun lalu. Drh. Nugroho, salah satu

peternak di Blitar menyampaikan bahwa saat ini penjual bahan baku sangat banyak,

bahkan beberapa pabrik pakan seperti Cargil, Sierad Produce, dan Japfa Comfeed

juga menjalankan bisnis penjualan bahan baku (trading bahan baku pakan). Strategi

distribusi mencakup strategi struktur saluran distribusi, strategi cakupan distribusi,

strategi pengendalian saluran distribusi, dan strategi manajemen konflik dalam

saluran distribusi (Ardani, 2007).

Berdasarkan uraian diatas, indikator strategi distribusi yang digunakan pada

penelitian ini adalah kemudahan memperoleh bahan baku, banyaknya pilihan penjual

bahan baku, dan tersedianya barang sesuai kebutuhan setiap saat. Kemudahan

memperoleh bahan baku adalah seberapa mudah konsumen dapat memperoleh

bahan baku untuk memenuhi kebutuhanya. Hal ini meliputi seberapa mudah

melakukan transaksi dalam pembelihan bahan baku, seberapa besar tingkat

kepercayaan pengiriman barang tepat waktu, dan keterjangkauan posisi bahan baku

yang akan dibeli. Kemudahan mendapatkan barang menunjukan bahwa produsen

memiliki tingkat produksi yang tinggi dan merupakan ukuran kredibilitas perusahaan.

Banyak pilihan penjual adalah seberapa banyak konsumen dapat memilih penjual

bahan baku. Makin banyak pilihan tempat pembelian bagi konsumen makin leluasa

untuk melakukan tawar-menawar dalam pembelian, termasuk membicarakan kondisi

19

pembelian dan kualitas bahan yang akan dibeli. Tersedianya bahan baku setiap saat

adalah seberapa besar pembeli akan mendapat pasokan secara rutin setiap saat,

mengingat dalam budidaya ayam, bahan pakan adalah hal yang sangat penting.

Disamping itu tidak mudah bagi ayam untuk mendapat perlakuan ganti pakan setiap

saat, sehingga kontinyuitas pasokan bahan pakan adalah hal yang sangat penting.

Ketersediaan produk tersebut juga harus didukung oleh struktur saluran distribusi

yang memadai (Suwarni, 2009).

2.3.4 Promosi

Promosi menurut Mc.Charty dan Perreault (1995) adalah komunikasi

informasi antara penjual dan calon pembeli atau pihak-pihak lain dalam saluran untuk

mempengaruhi sikap dan perilaku. Stanton (2002) mengungkapkan bahwa pada

dasarnya promosi merupakan usaha dalam bidang informasi, himbauan (persuasi),

dan komunikasi. Swasta dan Irawan (1993) berpendapat bahwa promosi adalah

semua jenis kegiatan yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Menurut

Dharmamesta seperti yang dikutip oleh Askarini Damayanti, (2006) tujuan promosi

dalam perusahaan, yaitu modifikasi tingkah laku, memberitahu, membujuk,

mengingatkan, mengarahkan pasar sasaran pada produk yang dituju. Dari beberapa

pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa promosi adalah arus informasi atau

persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi

kepada tindakan yang menciptakan pertukaran atau transaksi dalam pemasaran.

Kotler dan Amstrong (1998) mengungkapkan bahwa promosi penjualan terdiri

dari kumpulan kiat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, dan

dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih

cepat atau lebih besar oleh konsumen atau pedagang. Strategi promosi mencakup

strategi pengeluaran promosi, strategi bauran promosi, strategi pemilihan media,

strategi penjualan, strategi motivasi dan penyediaan tenaga penjual (Ardani, 2007).

20

Promosi penjualan mencakup kiat untuk promosi konsumen (sampel kupon,

penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan,

percobaan gratis, garansi, pajangan ditempat pembelian dan demontrasi), promosi

perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan barang gratis), promosi bisnis

dan wiraniaga (pameran dan konvensi perdagangan, kontes untuk wiraniaga, dan

iklan khusus).

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur faktor promosi pada

penelitian ini adalah informasi manfaat dan penggunaan, diskon pembelian, insentif

pembelian, dan promo tour. Informasi manfaat dan penggunaan adalah informasi

mengenai bagaimana membuat dan menggunakan pakan selfmix, untuk mendukung

usaha budidaya ayam petelelur yang lebih efisien. Informasi ini termasuk bagaimana

dan dimana mendapatkan bahan baku, bagaimana mengolahnya dan bagaiman

membuat formulasi pakanya. Pada umumnya yang melakukan promo informasi

manfaat dan penggunaan adalah para pemasok premix ( bahan mikro nutrient,

vitamin, mineral dan asam amino). Diskon pembelian adalah besarnya potongan

harga yang dapat diberikan oleh penjual bahan baku pakan. Studi yang dilakukan

oleh Griffin dan Ebert (2007), menyatakan bahwa pengurangan harga adalah hal

yang menjadi perhatian konsumen dalam membeli suatu produk. Insentif pembelian

adalah besarnya uang yang dapat diberikan kembali (cash back), kepada pembeli

sebagai hadiah atau insentif atas beberapa volume pembelian yang telah dilakukan.

Insentif pembelian biasanya diakitkan dengan pencapaian volume pembelian

tertentu.Promo tour adalah program promosi yang hamper mirip dengan insentif,

namuan dalam hal ini diberikan dalam bentuk tour bersama. Program tour ini

umumnya dikaitkan dengan loyalitas konsumen dalam waktu tertentu. Program tour

dapat digunakan untuk membangun kelompok sosial tertentu sehingga ada ikatan

komunikasi diantara peserta paka komunitas kelompok tour.

21

2.4 Teori Perilaku Konsumen

Bagi para produsen penting artinya dapat mengetahui faktor-faktor yang

dipertimbangkan konsumen dalam pembelian produknya. Dengan mempelajari

perilaku konsumen, para produsen akan banyak memperoleh informasi tentang

keterlibatan konsumen secara langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

sekaligus menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului tindakan ini (Engel et al., 2001).

Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (Peter and Olson, 2005) menyatakan

bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai interaksi antara rasa ingin tau dan

rasa suka, tingkah laku, dan lingkungan yang akan mempengaruhi aspek aspek

kehidupan seseorang. Sedangkan menurut Loudon dan Della Bitta (1993)

mendifinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan

aktivitas individu yang secara fisik dilibatkan dalam proses mengevaluasi,

memperoleh, serta menggunakan atau dapat mempergunakan barang dan jasa.

Menurut Engel et al. (2001) dan Swastha dan Handoko (2000), pengertian

perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan

yang mendahului dan menyusuli tindakan itu. Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan,

tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat

sebelum membeli, ketika membeli, ketika menggunakan produk atau jasa, dan ketika

melakukan kegiatan evaluasi. Menurut Assael (1996) untuk melakukan pembelian,

konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya,

kualitas, dan harga dari produk tersebut.

Perubahan sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli,

baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial ekonomi meliputi

22

pendapatan dan tingkat pendidikan yang merupakan karakteristik pembeli. Menurut

Hee et al. (2011) bahwa nilai-nilai, sikap, kesadaran lingkungan, dan pengalaman

masa lalu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Hasil penelitian Durmaz et

al. (2011) diperoleh bahwa harga yang lebih murah, suasana yang nyaman, bisa

kredit, ada tempat parkir dan tempat bermain anak anak, banyak pilihan, serta

penjual memperhatikan tanggal kadaluwarsa menjadi alasan seseorang berbelanja di

supermarket.

Tingkat penjualan produk tidak serta merta tergantung pada strategi atau

pengembangan strategi pemasaran saja. Namun harus dianalisis dulu peluang

pemasaran, salah satunya adalah perilaku konsumen dan pihak pihak yang dapat

mempengaruhi konsumen dalam pembelian. Jika konsumen pada awalnya tidak

tertarik pada suatu produk tetapi ada pihak yang dapat mempengaruhi konsumen

merasa tertarik, maka konsumen langsung atau tidak langsung akan dipengaruhi

(Rorlen, 2007).

Menurut Lamb dan Daniel (2001), Kotler dan Amstrong (2005) ada empat

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi, dan

psikologis. Faktor-faktor ini memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap

konsumen dalam memilih produk yang akan dibelinya.

2.4.1 Pengaruh Budaya Terhadap Keputusan Pembelian

Faktor Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang mempengaruhi

keinginan (wants) dan perilaku (behavior) seseorang. Budaya adalah penentu yang

paling mendasar atas perilaku keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan

kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, prefensi, dan perilaku yang dipelajari oleh

seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Persepsi

adalah sesuatu yang berasal dari interaksi antara dua jenis faktor yaitu: (a) stimulus

factors, yaitu karakteristik objek secara fisik seperti ukuran, warna, bentuk, dan berat.

23

Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristiknya mampu menciptakan

rangsangan pada indra seseorang, sehingga mampu menciptakan suatu persepsi

mengenai produk yang dilihatnya; (b) individual factors, yaitu karakteristik yang

termasuk di dalamnya tidak hanya terjadi proses pada panca indera tetapi juga

pengalaman yang serupa dan dorongan utama suatu harapan dari individu itu sendiri.

Budaya yang terkait dengan bisnis dikelompokkan menjadi imperatif, adiaphora, dan

eksklusif, Imperatif budaya merupakan kebiasaan dan harapan bisnis yang harus

dipatuhi untuk mencapai kesuksesan atau dihindari jika budaya tersebut buruk untuk

seseorang. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa Budaya dapat dilihat dari

kepercayaan, pandangan dan kebiasaan konsumen terhadap suatu produk. Semakin

tinggi kepercayaan, pandangan dan kebiasaan terhadap produk, maka semakin tinggi

keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. (Mulyana, 2012).

Beberapa indikator budaya yang digunakan pada penelitian ini adalah

(Purimahua, 2005 )

1. Persepsi konsumen (tentang pakan selfmix lebih fleksibel dan lebih baik

hasilnya).

2. Kebiasaan dalam menentukan produk yang mereka konsumsi. (kebiasaan sejak

lama, dan mengikuti kebiasaan (trend) masyarakat.

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu

gambaran yang berarti dari dunia ini (Schiffman dan Kanuk, (2007).. Kotler dan

Amstrong (2005) mengemukakan bahwa orang dapat memiliki persepsi yang

berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi. Dilain pihak

persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan.

24

Persepsi tentang kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan dengan tujuan yang diinginkannya,

dibandingkan dengan alternatif lain (Handayani, 2010). Merasa hasil lebih baik adalah

persepsi konsumen memperoleh kualitas manfaat dari produk pakan selfmix akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik secara keseluruhan terhadap usaha ternak

ayam. Merasa lebih fleksibel adalah persepsi konsumen memperoleh kualitas

manfaat penggunaan pakan selfmix dengan formulasi pakan yang lebih fleksibel dan

dapat diatur / dikendalikan sesuai dengan kondisi usaha yang dijalankan. Jika bahan

tertentu naik bisa disubtitusi dengan bahan lain yang lebih murah dan sebagainya.

Kebiasaan sejak lama adalah kebiasaan menggunakan pakan selfmix yang sudah

dilakukan sejak lama dalam usaha ayam. Termasuk didalamnya adalah kebiasaan

yang diperoleh dari usaha budidaya ayam orang tuanya. Mengikuti trend adalah

kebiasaan individu untuk mengikuti masyarakat sekitar dalam usaha peternakan

ayam yang telah berhasil dalam menggunakan pakan selfmix.

2.4.2 Pengaruh Faktor Sosial Terhadap Keputusan Pembelian

Faktor sosial dapat dipahami sebagai pembagian masyarakat yang relatif

homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut

nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya mencerminkan

penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat

tinggal (Noviyarto, 2010). Hal tersebut menjadikan lingkungan sosial memberikan

pengaruh terhadap perilaku konsumen. Indikator faktor sosial terdiri dari tiga bagian

yaitu, anjuran kelompok peternak (acuan), musyawarah keluarga, dan status sosial.

(volume usaha).

Kelompok acuan (referensi) adalah semua kelompok yang memilki pengaruh

langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang . Dengan pendapat yang diperoleh

dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan konsumsi (Setiadi,

25

2003). Kelompok referensi memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau pengaruh

tidak langsung pada sikap dan perilaku seseorang. Menurut Kotler dan Amstrong

(2005), efektifitas pengaruh kelompok acuan pada perilaku konsumen bervariasi

tergantung dari produk dan tersedianya informasi mengenai produk tersebut.

Peternak yang dalam keseharian bergaul dengan peternak yang sudah memakai

pakan selfmix akan terpengaruh untuk memakai pakan selfmix juga.

Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting

berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang

sehari-hari. Anggota keluarga menurut Mowen dan Minor (2002) merupakan pemberi

pengaruh yang paling kuat terhadap persepsi dan perilaku pembelian seseorang.

Penggunaan pakan selfmix akan memberi konsekuensi investasi untuk membeli

peralatan proses, sehingga anggota keluarga biasanya dilibatkan untuk memutuskan

hal ini.

Sedangkan status sosial seseorang meliputi kegiatan yang diharapkan akan

dilakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Suatu produk atau merk dapat

menggambarkan peran dan status pamakainya (Kotler dan Amstrong, 2005). Volume

usaha dapat menggambarkan status sosial atau keadaan ekonomi peternak. Makin

besar volume usaha makin besar modal diputar dalam usaha peternakan. Artinya

keadaan ekonominya lebih baik begitu juga status sosialnya dalam masyarakat.

Peternak yang sudah mempunyai volume usaha ayam kelas menengah (populasi >

20 ribu ekor) biasanya memiliki tingkat kehidupan yang lebih mapan. Hal ini ditandai

dengan tingginya pendapatan dari usahanya, dan kemandirian usaha. Makin tinggi

pendapatan usahanya, umumnya makin tinggi pula kemampuan untuk investasi yang

bisa mendorong untuk tercapainya efisiensi usaha. Semakin mapan dari segi

ekonomi maka semakin tinggi keputusannya untuk membeli suatu produk. Begitu

26

juga perilaku peternak semakin tinggi skala usaha maka semikin besar kemungkinan

menggunakan pakan selfmix.

Berdasarkan uraian diatas dapat diringkas bahwa main besar anjuran

kelompok ternak (referensi), peranan keluarga dan status sosial (volume usaha),

maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

Hasil penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor sosial berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

2.4.3 Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian

Faktor pribadi merupakan cara mengumpulkan dan mengelompokkan

kekonsistenan reaksi seorang individu terhadap situasi yang sedang terjadi (Lamb

dan Daniel, 2001). Faktor pribadi terutama yang berpengaruh adalah umur, dan

harapan dalam siklus pembelian (Noviyarto, 2010). Keputusan pembelian konsumen

juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi atau individu. Kepribadian seseorang

terbentuk disebabkan oleh bermacam-macam indikator seperti pekerjaan, keadaan

ekonomi, dan gaya hidup, usia, tahap daur hidup, jabatan serta karakteristik pribadi

lainya dari pembeli. Perilaku konsumen sebagian besar tergantung pada konsep diri,

karena konsumen ingin menjaga identitas mereka sebagai individu (Noviyarto, 2010).

Kepribadian juga dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri,

dominasi, otonomi, ketaatan bersosialisasi, suka mencoba hal hal baru, dan

kemampuan beradaptasi.

Beberapa indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah kepribadian

(kebebasan berkreasi, dan suka mencoba hal hal baru), pengalaman pribadi dan

bangga diri (Purimahua, 2005).

Menurut teori George Kelly kepribadian adalah sebagai cara yang unik dari

individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Terdapat korelasi

yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.

27

Diantara kepribadian tersebut adalah kebebasan berkreasi, dan suka mencoba hal-

hal baru yang dianggap positif. Bebas berkreasi adalah sikap pribadi untuk

menunjukan dominasi dan otonomi individu dalam mengambil keputusan. Pribadi

yang dinamis cenderung memerlukan ruang kebebasan berkreasi lebih besar dari

pribadi lainya. Dalam hal penggunaan pakan selfmix bebas berkreasi di tunjukan

dengan kebebasan dalam hal mengatur bahan pada formulasi pakan selfmix, dan hal

ini tidak dapat diperoleh manakala menggunakan pakan dari pabrik. Suka mencoba

hal hal baru adalah sikap pribadi yang ingin merasakan sendiri hal hal baru yang

dinilai positif. Makin sering mencoba hal hal yang baru dalam menyusun formula

pakan maka akan makin banyak hal baru berhasil ditemukan. Makin banyak

menemukan variasi formula pakan menambah pengalaman dan makin besar rasa

bangga diri diperoleh. Bangga diri disini merupkan perwujudan dari kebutuhan

aktualisasi diri pada teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow, sehingga main besar

pula menggunakan pakan selfmix. Peternak yang sukses umumnya dibentuk dari

pengalaman pribadi yang panjang sehingga hal ini akan meningkatkan kepercayaan

dirinya untuk terus mencoba gagasan baru dalam penggunaan pakan selfmix. Hasil

penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor pribadi mempengaruhi

keputusan pembelian.

2.4.4 Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian

Faktor psikologis merupakan cara yang digunakan untuk mengenali perasaan

mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, serta merumuskan pikiran dan

pendapat dalam mengambil tindakan (Lamb dan Daniel, 2001). Pilihan pembelian

seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi,

pengetahuan, keyakinan dan sikap.

Indikator faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk membeli

terdiri dari empat faktor yaitu Lamb et al. (2001) :

28

a. Motivasi untuk memilih produk

b. Pengetahuan (pembelajaran)

c. Keyakinan terhadap produk

d. Sikap konsumen untuk memilih produk

Menurut Hawkins et. al. (2007) motivasi adalah kekuatan yang menggerakan

seseorang untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang mengarah pada

perilaku yang diinginkan oleh seseorang tersebut. Schiffman dan Kanuk (2000)

menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang

memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Dengan demikian, jika seseorang

mempunyai motivasi yang tinggi terhadap objek tertentu, maka dia akan terdorong

untuk berperilaku menguasai objek tersebut. Implikasinya dalam pemasaran adalah

kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang

ditawarkan pemasar atau tidak (Albari, 2002). Pada dasarnya motivasi dibedakan

menjadi: (a) motif rasional, dimana manusia berprilaku rasional pada waktu mereka

mempertimbangkan alternatif dan memilih alternatif yang memiliki paling banyak

kegunaan. Menurut Geofanny dan Chairy (2010), dalam konteks pemasaran,

konsumen memilih produk berdasarkan kriteria yang objektif seperti ukuran, harga,

berat, dan sebagainya.; (b) motif emosional, yaitu pemilihan berdasarkan kriteria yang

subyektif dan bersifat pribadi seperti kebanggaan, ketakutan, perasaan maupun

status. Gambaran harga pakan selfmix yang lebih murah dapat menimbulkan motif

lebih untuk jika menggunakan pakan selfmix dalam system budidaya ayam.

Pengetahuan adalah pembelajaran yang meliputi perubahan dalam perilaku

seseorang yang timbul dari pengalaman. Pembelajaran merupakan proses dimana

para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pembelian dan

berkonsumsi yang akan mereka terapkan untuk perilaku di masa yang akan datang

(Schiffman dan Kanuk, 2007). Sewaktu orang berbuat, mereka belajar. Peternak yang

29

menggunakan pakan selfmix, mempunyai pengalaman yang lama dalam belajar

(menambah pengetahuan) tentang formulasi pakan, nutrisi bahan dasar pakan, dan

faktor-faktor lain dalam pembuatan pakan selfmix. Pembelajaran ini biasanya terus

berlanjut dan menghasilkan pengetahuan mengenai formulasi dan nutrisi pakan.

Makin tinggi pengetahuan yang didapat akan meningkatkan keyakinan akan kualitas

pakan selfmix yang dibuat.

Kepercayaan atau keyakinan adalah gagasan deskriptif yang dianut oleh

seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitif yang

baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan berbuat

yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan (Kotler

dan Amstrong, 2005). Sumarwan (2002), menyatakan bahwa istilah pembentukan

sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan dan

perilaku. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk.

Konsumen akan mengungkapkan kepercayaanya terhadap berbegai atribut yang

dimiliki oleh produk yang dievaluasinya, langkah ini digambarkan sebagi bi dalam

model fishbein yaitu mengukur kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki

oleh masing masing produk. Dalam pembelian pakan ternak kepercayaan yang

membentuk keputusan pembelian adalah adanya keyakinan kebarhasilan usaha

budidaya setelah menggunakan produk selfmix.

Semakin tinggi motivasi, pengetahuan, dan keyakinan, seseorang terhadap

suatu produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan

pembelian. Hasil penelitian Sriwardiningsih (2006) menunjukkan bahwa faktor

psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

2.6 Keputusan Pembelian

Pengertian keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2005) adalah

tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar

30

membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

Keputusan pembelian produk merupakan suatu tindakan konsumen dalam usaha

untuk memenuhi kebutuhannya, yang diikuti oleh kepuasan yang dirasakan oleh

konsumen tersebut.

Adapun tahap-tahap proses keputusan pembelian dapat digambarkan dalam

sebuah model di bawah ini (Kotler dan Amstrong, 2001).

Sumber : Kotler dan Amstrong (2001)

Gambar 1, Tahapan Proses Pembelian Konsumen

Model ini mempunyai anggapan bahwa para konsumen melakukan lima tahap

dalam melakukan pembelian. Kelima tahap diatas tidak selalu terjadi, khususnya

dalam pembelian yang tidak memerlukan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian.

Para konsumen dapat melewati beberapa tahap dengan urutan yang tidak sesuai.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pengenalan Masalah

Pengenalan masalah adalah proses dimana konsumen menyadari suatu

perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan yang diinginkanya.

Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari

luar. Misalnya kebutuhan orang normal adalah haus dan lapar akan meningkat

hingga mencapai suatu ambang rangsang dan berubah menjadi suatu dorongan

berdasarkan pengalaman yang sudah ada. Seseorang telah belajar bagaimana

mengatasi dorongan itu dan dia didorong kearah satu jenis objek yang diketahui akan

memuaskan dorongan itu.

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatip

Keputusan Pembelian

Reaksi Pasca pembelian

31

b. Tahap Pencarian Informasi

Pencarian informasi adalah seberapa jauh orang tersebut mencari informasi

dan tergantung dari kuat lemahnya dorongan kebutuhan, banyaknya informasi yang

dimiliki, kemudahan memperoleh informasi, tambahan dan kepuasan yang diperoleh

dari kegiatan mencari informasi. Pencarian terdiri dari 2 jenis menurut tingkatnya.

Pertama adalah perhatian yang meningkat dan ditandai dengan pencarian informasi

yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi secara aktif yang dilakukan

dengan cara mencari informasi dari segala sumber. Biasanya jumlah kegiatan

mencari informasi meningkat ketika konsumen bergerak dari keputusan situasi

pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang maksimal.

c. Tahap Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah proses untuk memperoleh gambaran yang lebih

jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapinya serta daya tarik masing-masing

alternatif. Produsen harus berusaha memahami cara konsumen mengenal informasi

yang diperolehnya dan sampai pada sikap tertentu mengenai produk merek dan

keputusan untuk membeli. Adapun asumsi-asumsi tentang evaluasi dalam diri

pembeli hingga menjadi suatu keputusan adalah sebagai berikut :

1. Diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut.

2. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-

beda dalam menilai atribut apa yang paling penting.

3. Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk

pada setiap atribut.

4. Tingkat kepuasan konsumen pada produk akan beragam sesuai dengan

perbedaan atribut produk.

32

5. Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui

prosedur evaluasi.

d. Tahap Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian konsumen merupakan suatu keputusan sebagai

pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif (Sumarwan, 2004).

Menurut Kotler dan Amstrong (2005), keputusan pembelian adalah preferensi

konsumen atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan niat konsumen

untuk membeli merek yang paling disukai.

Berdasarkan pendapat dua orang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

keputusan pembelian adalah proses keputusan untuk memilih alternatif yang akan

dipakai berdasarkan keyakinan yang telah dimiliki. Konsumen mempunyai cara

sendiri dalam menangani informasi yang diperolehnya dengan membatasi alternatif-

alternatif yang harus dipilih atau dievaluasi untuk menentukan produk mana yang

akan dibeli.

e. Tahap Perilaku setelah Pembelian

Perilaku setelah pembelian adalah tindakan evaluasi setelah membeli, dimana

konsumen akan membandingkan antara yang diharaapkan dan yang didapatkan dari

suatu produk yang telah dibeli. Produk yang tidak bisa memberikan kepuasan yang

diharapkan, maka pembeli akan merubah sikapnya terhadap merek barang tersebut

menjadi sikap negatif, bahkan mungkin akan menolak dari daftar pilihan. Sebaliknya

bila konsumen mendapat kepuasan dari barang yang dibelinya, maka keinginan

untuk membeli terhadap barang tersebut cenderung untuk menjadi lebih kuat.

Produsen harus mengurangi perasaan tidak senang atau perasaan negatif

terhadap suatu produk dengan cara membantu konsumen menemukan informasi

yang membenarkan pilihan konsumen melalui komunikasi yang diarahkan pada

33

orang-orang yang baru saja membeli produknya. Menurut Kiger dalam Ferrina dewi

(2005), perusahaan yang mampu memuaskan konsumen dan memiliki konsumen

yang setia cenderung mampu bertahan dalam perubahan kondisi ekonomi. Evaluasi

pasca pembelian konsumen adalah hasil dari proses kompleks yang digerakkan

pengaruh kombinasi kinerja fungsional produk dan kemampuan produk untuk

meningkatkan penggunaan (Siringoringo, 2004).

Dari variabel ini dapat ditentukan indikatornya antara lain :

a. Update informasi terkait produk selfmix

b. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar, rasional, obyektif dan terencana.

c. Pembelian berulang

2.6 Penelitian Terdahulu

Priyono (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang

Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang

(Study Kasus Pada PT Ikan Dorang Surabaya), menyimpulkan faktor-faktor yang

dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli minyak goreng merek ikan dorang

adalah faktor-faktor harga, ketersediaan, diskon, rekomendasi dari orang

kepercayaan, warna dan ukuran kemasan, rasa, kestabilan rasa dan merek, gaya

berbelanja, kadar kolesterol dan mineral tambahan, serta kemasan tembus pandang.

Faktor-faktor ketersediaan, harga, dan diskon merupakan faktor yang paling dominan.

Jalur distribusi yang menjangkau sedekat mungkin dengan konsumen akan

berpengaruh besar terhadap naiknya pangsa pasar tanpa memandang atribut produk

yang ada.

Hasil penelitian Perwira (1998) menyatakan bahwa faktor produk, harga,

promosi, dan distribusi merupakan faktor yang dipertimbangkan atau berpengaruh

terhadap keputusan konsumen dalam pembelian. Penelitian lainya yang dilakukan

oleh Katong Tranggono (1997) menyatakan bahwa faktor bauran pemasaran

34

(marketing mix) yang terdiri dari faktor produk, harga, promosi, dan distribusi

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam

petelur oleh konsumen. Firda Amalia (2011), melakukan penelitian dengan judul :

“Analisis Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi Dan Psikologis Terhadap

Keputusan Pembelian Minuman Penambah Tenaga Cair Merek M – 150 Di

Semarang. Populasi dalam penelitian tersebut adalah konsumen di wilayah

Semarang Tengah yang mengkonsumsi M-150, dengan alasan Semarang Tengah

merupakan bagian pusat kota di Semarang karena banyak pedagang yang

menawarkan dagangannya, salah satunya adalah M-150 sehingga kemungkinan

banyak pula konsumen yang membeli produknya. Hasil analisis menunjukkan bahwa

faktor budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

2.7 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Diduga strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), dan

perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) secara simultan

(serempak) berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di

Kabupaten Blitar.

H2 : Diduga strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi), dan

perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, psikologis) secara parsial

berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam selfmix di Kabupaten

Blitar.

H3 : Diduga faktor-faktor produk, harga, distribusi, promosi, budaya, sosial, pribadi,

dan psikologis merupakan faktor utama pada keputusan pembelian pakan

ayam selfmix di Kabupaten Blitar.

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Blitar, pada bulan Desember 2011 – Mei

2012.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi target penelitian adalah peternak ayam petelur yang

menggunakan pakan selfmix di Kabupaten Blitar. Alasan pemilihan ini adalah karena

Kabupaten Blitar merupakan sentra Industri peternakan ayam ras petelur terbesar di

Indonesia. Menurut data Himpunan Peternak Blitar (HPB) sekitar 2.889 peternak ayam

petelur di Kabupaten Blitar, 70% merupakan peternak skala kecil dengan populasi

ayam di bawah 20.000 ekor, sedangkan 20% peternak skala menengah dengan

populasi ayam 20.000-100.000 ekor, dan sisanya peternak skala besar (populasi ayam

di atas 100.000 ekor). Besarnya populasi peternak selfmix di Kabupaten Blitar adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. Populasi Peternak Selfmix di Kabupaten Blitar No Skala Usaha Jumlah peternak Peternak Selfmix 1 Peternak kecil 70% = 2.022 org 20% = 404 org 2 Peternak sedang 20% = 578 org 60% = 347 org 3 Peternak besar 10% = 289 org 70% = 202 org

Jumlah peternak 2.889 org 953 (33%)

Menurut Ferdinand (2006) dalam penelitian menggunakan analisis regresi

multivariat, besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel indipenden. Dalam

penelitian ini, variabel independen yang digunakan sebanyak 8 variabel sehingga

banyaknya sampel yang dibutuhkan adalah 25 x 8 = 200 sampel. Karena populasi

terdistribusi dalam 3 kelas, maka banyaknya sampel tiap kelas adalah :

36

Tabel 5. Tabel Distribusi Sampel Kelas volume usaha Banyaknya peternak

Selfmix Banyaknya sampel

< 20 000 ekor 404 404/953 x 200 = 85 20 – 100.000 ekor 347 347/953 x 200 = 73

> 100.000 ekor 202 202/953 x 200 = 42 Total 953 200

3.3 Tahap-tahap Penelitian

Tahapan penelitian ini sebagaimana tertera pada Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Tahap-tahap Penelitian

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Studi Kepustakaan Survey Lapang

Menyusun Quesioner Bauran Pemasaran, Perilaku Peternak,

Keputusan pembelian

Analisis Data Statistik ( SPSS) : 1. Deskripsi Responden 2. Analisa Regresi berganda 3. Analisa Faktor 4. Pengujian Hipotesa

Kesimpulan dan Saran

Penelitian Lapang (Quesioner) Interview Responden dan Data Skunder

Identifikasi Masalah

37

3.4 Definisi Operasional

Definisi Operasional tiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Definisi Operasional

Faktor Definisi Operasional Indikator

Produk (X1) Merupakan atribut atribut yang diinginkan responden untuk memenuhi kebutuhan.

X11 Kandungan nutrisi lengkap X12 Kinerja produk X13 Terdapat layanan teknis X14 Banyak variasi pilihan bhn.

Harga (X2) Adalah seberapa besar responden dapat menukar uangnya dengan barang yang akan dibelinya

X21 Harga relatif murah X22 Rasio kualitas-harga tinggi X23 Pembayaran lunak X24 Tidak ada biaya tambahan

Distribusi (X3)

Adalah sejauh mana responden menilai efektivitas saluran distribusi dalam keputusan pembelian

X31 Membeli bahan mudah X32 Banyak penjualnya X33 Kontinyuitas bahan baku

Promosi (X4) Merupakan sejauh mana responden memahami informasi dan tertarik untuk memutuskan pembelian

X41 Informasi manfaat dan penggunaan produk

X42 Discount pembelian X43 Insentif pembelian X44 Promo tour

Budaya (X5) Adalah sejauh mana budaya dapat berperan pada responden dalam keputusan pembelian

X51 Hasil lebih baik X52 Lebih fleksibel X53 Sesuai kebiasaan X54 Mengikuti Trend

Sosial (X6) Adalah sejauh mana lingkungan soasil berperan pada responden pada keputusan pembelian

X61 Anjuran kel. peternak X62 Musyawarah keluarga X63 Volume usaha

Pribadi (X7) Adalah sejauh mana sikap pribadi responden berperan pada keputusan pembelian

X71 Kebebasan berkreasi X72 Suka mencoba hal baru X73 Pengalaman pribadi X74 Merasa bangga diri

Psykologis (X8)

Adalah sejauh mana kondisi psikologis responden berperan pada keputusan pembelian

X81 Motivasi keuntungan X82 Hasil pembelajaran X83 Keyakinan lebih berhasil

Keputusan pembelian (Y)

Merupakan suatu tindakan responden dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya

Y1 Selalu update informasi Y2 Keputusan dilakaukan

secara sadar, obyektip, rasional dan terencana.

Y3 Melakukan pembelian berulang

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh dari responden dengan melakukan

interview dan menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tertutup.

38

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan,

maupun sumber-sumber lainya.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian disusun berupa kuesioner yang dikembangkan dari

indikator terpilih masing masing variabel penelitian. Pada semua faktor, responden

diminta menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban pada 5 skala Likert

(1 : sangat tidak setuju, 2 : tidak setuju, 3 : agak setuju atau ragu-ragu, 4 : setuju dan 5 :

sangat setuju) (Sugiyono, 2007). Sebelum digunakan instrument dilakukan uji validitas

dan uji reliabilitas.

3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur yang

digunakan dalam melakukan fungsi ukurnya. Sugiyono (2007) menyatakan bahwa

cara yang digunakan adalah dengan analisis Item, dimana setiap nilai yang ada pada

setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan total nilai seluruh butir pertanyaan untuk

suatu variabel dan menggunakan rumus korelasi product moment. Syarat minimum

untuk dianggap valid adalah nilai r hitung > nilai r tabel. Rumus yang digunakan untuk

menghitung adalah sebagai berikut (Djamaludin, 1998) :

푟 = 푁(∑푋푌)푥 (∑푋)(∑푌)

(푁(푋 − (∑푋) )푥 (푁(푌 − (∑푌) )

Dimana :

Rxy = nilai korelasi produk moment

X = skor masing masing item

Y = skor total

N = banyaknya data

39

Untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat diandalkan (konsisten) dan

untuk mengukur suatu gejala dari variabel dilakukan uji Reliabilitas. Menurut Arikunto

(2007) untuk uji reliabilitas digunakan Teknik Alpha Cronbach. Menurut Maholtra

(2004), instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan

atau nilai alpha cronbach sebesar 0,6 atau lebih. Untuk menghitung nilai alpha

cronbach digunakan SPSS versi 17.

3.6.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengungkapkan gambaran data secara

deskriptif dengan cara mengintepretasikan hasil pengolahan lewat tabulasi frekuensi

guna menyingkap kecenderungan data nominal empirik dan deskripsi data seperti

mean, median, simpangan baku, variance, dan skewness (kemencengan) guna

mengetahui keadaan interval berdasarkan hasil penelitian lapangan. Hasil analisis

deskriptif berguna untuk mendukung intepretasi terhadap hasil analisis dengan teknik

lainnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Agar suatu data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus diolah dan

dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterprestasikan dan menarik

kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan regresi linier berganda, untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor untuk

meringkas variabel bebas.

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel

bebas terhadap minat beli pakan ternak baik secara bersama-sama maupun secara

40

partial. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier

berganda, yaitu :

Y = ß0 + B1X1 + ß2X2 + ß 3X3 + ß 4X4 + B5X5 + ß6X6 + ß7X7 + ß8X8 + e

Keterangan :

Y = Pembelian ; ß0 = intersep; ß1 s.d ß8 = koefisien regresi yang akan dihitung;

X1 = produk; X2 = harga; X3 = distribusi; X4 = promosi; X5 = budaya; X6 = sosial; X7 =

pribadi ; X8 = psikologis dan e = variabel pengganggu.

1.7.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan

dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.

Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang

meliputi :

1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable independent (Ghozali, 2006). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pengujian ada tidaknya

gejala multikolinearitas dilakukan dengan meperhatikan nilai matriks korelasi yang

dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan

Tolerance-nya. Apabila nilai matriks korelasi tidak ada yang lebih besar dari 0,5 maka

dapat dikatakan data yang akan dianalisis terlepas dari gejala multikolinearitas.

Kemudian apabila nilai VIF berada dibawah 10 dan nilai Tolerance mendekati 1, maka

diambil kesimpulan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem

multikolinearitas (Santoso, 2003).

41

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan satu ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Jika varians dari residu atau dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika

varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Salah

satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dan nilai residualnya

SRESID.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Untuk menguji apakah data-

data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan metode

grafik. Metode grafik yang handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006). Distribusi

normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.7.3 Analisis Faktor (Factor Analysis)

Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariat

yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua

variabel terikat dan saling tergantung. Hubungan ketergantungan antara satu variabel

dengan yang lain akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya.

42

Maholtra (2004) menjelaskan kegunaan factor analysis adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang mendasari dan

menerangkan korelasi diantara satu set variabel.

2) Mengidentifikasi suatu variabel atau faktor baru yang lebih kecil serta menetapkan

variabel-variabel yang semula berkorelasi dengan analisis multivariat, analisis

regresi, atau diskriminan.

3) Mengidentifikasi tidak tepat kecil variabel penting dari tidak tepat besar variabel untuk

digunakan dalam analisis multivariat selanjutnya.

Model analisis faktor dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

Xi = Aij + Ai2F2 + Ai3F3 ……………….. + AimFm + ViUi

dimana :

Xi = Variabel standar yang ke-i

Aij = Koefisien multiple regresi standar dari variabel ke-i pada common factor j

F = Common Factor

Vi = Koefisien regresi berganda standar dari variabel-i pada faktor unik-i

Ui = Faktor unik variabel-i

m = Banyaknya common factor

Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor.

Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang diteliti

dengan persamaaan :

Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + …………….. + WikXk I = 1, 2, 3, …,k.

dimana :

Fi = Factor ke-i yang diestimasi

Wi = Bobot atau koefisien score factor (loading)

Xk = Banyaknya variabel X pada faktor ke k

43

Ada dua pendekatan dasar yang digunakan dalam analisis faktor, yaitu Principal

Component Analysis (analisis komponen prinsipal) dan Common Factor Analysis atau

principal axis factoring. Dalam penelitian ini menggunakan Principal Component

Analysis. Penentuan banyaknya faktor yang terbentuk menggunakan pendekatan

berdasarkan nilai eigenvalue >1 (Determination Based on Eigenvalues). Hanya faktor-

faktor yang memiliki latent root (eigenvalue) minimum 1 yang akan dipertahankan.

Artinya faktor dapat dianggap sebagai faktor apabila paling sedikit dapat menjelaskan

variasi satu variabel atau setiap variabel menyumbangkan nilai satu pada total

eigenvalue.

Hasil penting dari analisis faktor adalah matriks faktor yang disebut juga factor

pattern matrix (matrik pola faktor). Matriks faktor ini berisi koefisien yang digunakan

untuk menunjukkan variabel-variabel yang distandarisasi dalam batasan sebagai faktor.

Rotasi faktor tidak berpengaruh pada communalities dan prosentase variance total yang

dijelaskan Metode yang digunakan untuk rotasi adalah varimax procedure, yang

meminimalkan banyaknya variabel dengan loading tinggi pada faktor. Setelah faktor

baru terbentuk maka dilakukan pemililahan variabel pengganti sehingga peneliti dapat

melakukan analisis berikutnya dan mengintepretasikan hasil dalam batasan variabel

semula daripada skor faktor dengan menguji matriks faktor dan memilih setiap faktor

variabel yang memiliki loading paling tinggi pada faktor tersebut.

Langkah terakhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketepatan model.

Perbedaan antara korelasi yang diamati (yang terdapat dalam input matriks korelasi)

dan korelasi yang dihasilkan kembali (seperti yang diestimasikan pada matriks faktor)

dapat diuji melalui model itu sendiri yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual

yang besar, maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Responden

Berdasarkan pekerjaan utama responden 70% merupakan peternak murni

artinya hidupnya hanya menggantungkan diri dari beternak, dan 30%, peternakan

merupakan pekerjaan sampingan. Berdasarkan pengalaman responden dalam

penggunaan pakan dapat diketahui bahwa 100% responden pernah menggunakan

pakan buatan pabrik sebelumnya. Berdasarkan kelompok umur 40% responden

usianya > 50 tahun, 30% usianya 40-50 tahun dan sisanya 20% usianya < 40 tahun.

Sedangkan lamanya usaha ayam 20% menyatakan kurang dari 5 tahun, 50% lebih

dari 3 tahun tetapi kurang dari 10 tahun, dan 30% usaha ayam lebih dari 10 tahun.

Berdasarkan jumlah populasi ayam yang dipelihara, responden dapat di kelompokan

dalam tiga kelompok sebagai berikut :

Tabel 7. Kondisi Responden menurut Populasi Ayam No Klas Peternak *) Harga pakan

(Rp/Kg) Kinerja pakan

1 Skala kecil < 20.000 ekor 3250-3400/kg 88%-92% 2 Skala sedang 20.000 – 100.000 ekor 3200–3300/kg 90%- 94% 3 Skala Besar > 100.000 ekor 3150-3250/kg 92%- 96% *) Berdasarkan klasifikasi HPB Blitar Sumber : Data primer diolah Berdasarkan tingkat harga formulasi pakan selfmix yang digunakan

responden diperoleh bahwa pada peternak kecil harga formulasi pakan antara Rp

3250 – 3400/kg. Pada peternak sedang antara Rp 3200 – 3300/kg dan peternak

besar antara Rp 3150 - 3250/kg. Dibandingkan pakan dari pabrik yang harganya

berkisar antara Rp 3650 – Rp 3800/kg, semua formulasi pakan selfmix harganya

lebih murah antara Rp 250 – Rp 650/kg. Hasil interview yang mendalam diperoleh

45

informasi jika terdapat perbedaan harga sekitar Rp 50/kg peternak selfmix dapat

mempertimbangkan kembali penggunaan pakan jadi dari pabrik.

Berdasarkan tingkat kinerja pakan diperoleh bahwa pada peternak besar

kinerja pakan saat puncak produksi telur bisa mencapai 92% - 96% dengan lama

puncak antara 4 minggu sampai 12 minggu. Pada peternak skala sedang kinerja

pakan saat puncak produksi telur diperoleh hanya 90% - 94% dalam waktu 4 – 10

minggu. Peternak kecil kinerja pada puncak produksi telur diperoleh 88% - 92%

dalam waktu 4 - 10 minggu. Terhadap 1 responden yang membuat pakan pada

tingkat harga formulasi pakan Rp 3600/kg memang diperoleh kinerja yang tinggi yaitu

pada puncak produksi sampai dengan 96% dengan lama sampai 20 minggu dan

produksi >90% selama 35 minggu pada kandang tertutup.

Kinerja pakan selfmix pada kualitas warna kerabang telur seluruh responden

menyatakan merasa puas dan lebih baik dari pakan pabrik, begitu juga pada kualitas

berat telur bisa melampaui standar sekitar 1 gram/butir. Warna kerabang telur banyak

diasosiasikan sebagai ketebalan kerabang dan tahan terhadap pecah selama

penanganan. Telur pecah pada umumnya kurang dari 1% jika warna kerabangnya

coklat kemerahan. Jika warna kerabang pucat telur mudah pecah.

Berdasarkan kebutuhan terhadap teknisi dan ahli formulasi pakan, pada

peternak skala besar 100% sudah mempunyai tenaga ahli untuk formulasi pakan

(formulator), sehingga tidak membutuhkan bantuan teknis formulasi, pada peternak

skala sedang 40% memerlukan teknisi formulator sedangkan pada peternak skala

kecil 70% membutuhkan teknisi formulator. Dalah hal peternak skala besar, bahkan

mereka ada yang menjual pakan selfmix ke beberapa peternak kecil disekitarnya.

4.1.2 Hasil Uji Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur

dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Teknis yang

46

digunakan untuk uji validitas adalah Korelasi Product Moment pada α = 0,05. Kriteria

penerimaan jika nilai korelasi produk moment r hitung > r tabel berarti valid. Berdasar

tabel r (N=200, α = 5%) diketahui bahwa nilai r adalah = 0.138. Hasil perhitungan

korelasi produk moment tertera pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Validitas Kuesioner

Sumber : Data primier diolah

Berdasarkan Tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai korelasi produk

moment (r hitung) > r tabel. Artinya semua kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini valid (dapat dipakai untuk mengukur indikator variabel penelitian).

4.1.3 Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji konsistensi alat ukur yang digunakan.

Uji reliabilitas butir pertanyaan pada penelitan ini menggunakan nilai Cronbach

Alpha. Kriteria penerimaan reliabilitas hasil perhitungan dianggap reliabel jika nilai

Cronbach Alpha > 0,6. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS

Korelasi Korelasi(r-hitung) (r-hitung)

1 X11 0,898 0,138 Valid 17 X52 0,862 0,138 Valid2 X12 0,885 0,138 Valid 18 X53 0,804 0,138 Valid3 X13 0,726 0,138 Valid 19 X54 0,804 0,138 Valid4 X14 0,882 0,138 Valid 20 X61 0,844 0,138 Valid5 X21 0,767 0,138 Valid 21 X62 0,781 0,138 Valid6 X22 0,816 0,138 Valid 22 X63 0,920 0,138 Valid7 X23 0,755 0,138 Valid 23 X71 0,888 0,138 Valid8 X24 0,749 0,138 Valid 24 X72 0,794 0,138 Valid9 X31 0,790 0,138 Valid 25 X73 0,895 0,138 Valid10 X32 0,773 0,138 Valid 26 X74 0,781 0,138 Valid11 X33 0,878 0,138 Valid 27 X81 0,913 0,138 Valid12 X41 0,908 0,138 Valid 28 X82 0,860 0,138 Valid13 X42 0,835 0,138 Valid 29 X83 0,900 0,138 Valid14 X43 0,762 0,138 Valid 30 Y1 0,854 0,138 Valid15 X44 0,758 0,138 Valid 31 Y2 0,843 0,138 Valid16 X51 0,833 0,138 Valid 32 Y3 0,707 0,138 Valid

No Kuesioner r-Tabel KeteranganNo Kuesioner r-Tabel Keterangan

47

versi 17 diperoleh nilai Cronbach alpha pada masing masing butir pertanyaan tertera

pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Nilai Cronbach Alpha

No Variabel Nilai

Cronbach Nilai Kritis Keterangan

1 X1 0,866 Reliabel 2 X2 0,770 Reliabel 3 X3 0,734 Reliabel 4 X4 0,828 > 0,6 Reliabel 5 X5 0,837 Reliabel 6 X6 0,725 Reliabel 7 X7 0,816 Reliabel 8 X8 0,864 Reliabel 9 Y 0,763 Reliabel

Sumber : Data primer diolah

Berdasarkan Tabel 9 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Cronbach alpha

untuk setiap variabel penelitian > 0,6. Artinya, semua alat ukur berupa kuesioner

adalah reliabel (handal). Berdasarkan hasil uji validiatas dan reliabilitas diatas maka

instrument penelitian yang digunakan seluruhnya dapat digunakan untuk penelitian.

4.2 Analisis Data 4.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan delapan variabel bebas dan satu variabel terikat.

Masing-masing variabel dideskripsikan berdasarkan pilihan jawaban responden dari

kuesioner yang diajukan. Deskripsi dari masing-masing variabel diuraikan sebagai

berikut:

1. Variabel Produk (X1)

Hasil jawaban responden terhadap item-item pertanyaan pada variabel produk

(X1), ditunjukkan pada Tabel 10.

48

Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Produk (X1) Item

Pernyataan Nutrisi pakan Kinerja pakan Teknisi /

formulasi Variasi bahan

Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 2,5 34 17,0 7 3,5 18 9,0 4 69 34,5 72 36,0 94 47,0 45 22,5 5 126 63,0 94 47,0 99 49,5 137 68,5

Rata-rata 4,605 4,300 4,460 4,595 Skor Rata-rata Produk ( X1 ) = 4,489

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan selfmix

karena nutrisinya lebih lengkap diperoleh bahwa 126 responden dari total 200

responden (63,0%) menyatakan sangat setuju, 34,5% menyakatan setuju dan 2,5%

menyatakan agak setuju atau ragu ragu. Skor rerata jawaban responden adalah

4,605, artinya responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan

ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena nutrisinya lebih

lengkap adalah bahwa pakan ayam selfmix dibuat dengan mempertimbangkan

kebutuhan nutrisi ayam. Sebagai dasar dalam menentukan kelengkapan nutrisi

adalah kandungan protein kasar dalam pakan minimal 18,5% dan kandungan energi

termetabolisme pakan sebesar 2.750 kkal/kg. Sedangkan untuk asam amino yang

dipertimbangkan adalah kandungan asam amino methionin.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan kinerja pakan selfmix

lebih baik diperoleh bahwa 94 responden dari total 200 responden (47,0%)

menyatakan sangat setuju, 36% setuju dan 17% agak setuju / ragu- ragu. Skor rerata

jawaban responden adalah 4,30, artinya responden cenderung menyatakan setuju

terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix

karena kinerjanya lebih baik adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix

peternak dapat memperoleh kinerja pakan yang sama atau lebih baik dari pakan

buatan pabrik. Responden pada umumnya menyatakan bahwa kinerja pakan yang

dipentingkan dan diukur meliputi jumlah telur yang dihasilkan, berat telur atau butir,

49

pencapaian puncak produksi, lama produksi puncak, serta warna kerabang telur (

coklat ). Dalam hal menggunakan pakan selfmix sebagian besar responden

menyatakan bahwa warna kerabang dan berat telur hasilnya lebih baik dari pakan

buatan pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena adanya teknisi atau konsultasi formulasi diperoleh bahwa 99

responden dari total 200 responden (49,5%) menyatakan sangat setuju, 47,0%

setuju, dan 3,5% agak setuju / ragu ragu. Skor rerata jawaban responden adalah

4,46, artinya responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan ini.

Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena adanya teknisi atau

konsultasi formulasi adalah bahwa untuk bisa membuat pakan selfmix perlu

menyusun formula pakan. Untuk bisa menuyusun formula pakan harus menguasai

perhitungan nutrisi bahan pakan dan kebutuhan nutrisi ayam. Jika terdapat teknisi

atau konsultan formulasi, hal ini bisa teratasi dengan mudah, tetapi jika tidak ada

teknisi / konsultan formulasi pakan maka akan kesulitan menyusun pakan yang

sesuai dengan kebutuhan nutrisi ayam.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena banyak pilihan variasi bahan diperoleh bahwa 137 responden dari total

200 responden (68,5%) menyatakan sangat setuju. Terdapat 22,5% menyatakan

setuju dan 9% agak setuju / ragu ragu. Skor rerata jawaban responden 4,595, artinya

responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud

dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena banyak pilihan variasi bahan

adalah bahwa dengan membuat pakan selfmix, maka bahan pakan dapat

menyesuaikan dengan bahan yang tersedia. Sebagai ilustrasi jika harga jagung

murah dan katul mahal, maka dapat meningkatkan porsi jagung dan mengurangi

50

porsi katul, begitu juga dengan sumber protein dari tepung ikan, tepung daging dan

bungkil kedelai, kopra, serta bungkil sawit.

Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel produk diperoleh skor

rerata responden adalah 4,489, artinya produk menjadi hal yang diperhatikan dalam

menggunakan pakan selfmix. Hal ini dikarenakan komponen produk (pakan) akan

berdampak langsung pada output (telur) dalam sistem peternakan ayam petelur.

Peternak umumnya sudah mengenal produk pakan jadi dari bebarapa pabrik pakan.

2. Variabel Harga (X2)

Hasil jawaban responden terhadap item-item pertanyaan pada variabel produk

(X2), ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini

Tabel 11. Distribusi Jawaban Responten Tentang Variabel : Harga (X2)

Item Pernyataan

Lebih murah Rasio harga-kualitas

Bayar lunak Harga fix

Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 1 0,5 1 0.5 3 0 0 0 0 1 0,5 0 0 4 47 23,5 84 42,0 59 29,5 114 57,0 5 153 76,5 116 58,0 139 69,5 85 42,5

Rata-rata 4,765 4,580 4,680 4,415 Skor Rata-rata Harga ( X2 ) = 4,61

Sumber : Data primer diolah, (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena lebih murah diperoleh bahwa 153 responden dari total 200

rensponden (76,5%) menyatakan sangat setuju dan 23,5% menyatakan setuju. Skor

rerata jawaban responden 4,765, artinya responden cenderung menyatakan sangat

setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari penyataan menggunakan pakan selfmix

karena lebih murah adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix terdapat

selisih harga yang signifikan dibandingkan pakan buatan pabrik. Pakan selfmix

sebagian besar disusun pada tingkat harga antara Rp 3150 – 3600/kg. Sedangkan

51

pakan buatan pabrik dijual pada tingkat harga Rp 3.650 – 3.850/kg. Hasil interview

diperoleh semua peternak yang menggunakan pakan selfmix mempunyai harga

formulasi pakan yang lebih murah dibandingkan harga pakan dari pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena memiliki rasio harga-kualitas paling menguntungkan diperoleh 116

responden dari total 200 responden (58%) menyatakan sangat setuju dan 42%

menyatakan setuju. Skor rerata jawaban responden 4,580, artinya responden

cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena memiliki rasio harga-kualitas paling

menguntungkan adalah bahwa rasio antara harga pakan dan kualitas (kinerja pakan)

selfmix jika dibanding dengan pakan buatan pabrik akan lebih menguntungkan. Dari

segi harga terdapat selisih sekitar Rp 250/kg-Rp 650/Kg dengan kinerja pakan (hasil

telur) tidak terlalu banyak berbeda dibanding dengan pakan buatan pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena pembayaranya lebih lunak diperoleh bahwa 139 responden dari total

200 responden (69,5%) menyatakan sangat setuju, 29,5% setuju, 0,5% agak setuju,

dan 2% menyatakan tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,680, artinya

responden cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud

dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena pembayaranya lebih lunak

adalah bahwa untuk membeli bahan pakan selfmix bisa kredit dengan jangka waktu

14 – 30 hari, kecuali apabila membeli jagung dari petani sekitar harus tunai.

Sedangkan pakan pabrik umumnya harus tunai atau kredit selama 14 hari.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena harganya sudah fix (pasti) diperoleh 85 responden dari total 200

responden (42,5%) menyatakan sangat setuju, 57% setuju, dan 0,5% menyatakan

tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,415, artinya responden cenderung

52

menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan

pakan selfmix karena harganya sudah fix adalah bahwa pakan selfmix sudah dibuat

dengan formulasi sesuai dengan keinginan sehingga tidak perlu ada biaya tambahan

lagi, sedangkan jika menggunakan pakan pabrik beberapa peternak masih

menambah mineral dan vitamin, sehingga masih ada biaya tambahan dalam pakan.

Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel harga diperoleh skor

rerata responden adalah 4,53. Artinya, komponen harga adalah hal yang

dipertimbangkan dalam keputusan pembelian pakan selfmix. Hal ini dikarenakan

harga pakan merupakan komponen input yang dapat dikendalikan dalam sistem

peternakan ayam.

3. Distribusi (X3)

Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel

distribusi disajikan pada tabel 12 berikut .

Tabel 12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Distribusi (X3)

Item Pernyataan

Mudah didapat Banyak penjual Selalu tersedia

Skor F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 3 2 1,0 15 7,5 21 10,5 4 49 24,5 87 43,5 53 26,5 5 149 74,5 98 49,0 126 63,0

Rata-rata 4,735 4,415 4,525 Skor Rata-rata Distribusi ( X3) = 4,558

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena mudah didapat diperoleh 149 responden dari total 200 responden

(74,5%) menyatakan sangat setuju, 24,5% setuju, dan 1% agak setuju / ragu-ragu.

Skor rerata jawaban responden 4,735, artinya responden cenderung menyatakan

setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix

53

karena mudah didapat adalah bahwa untuk mendapatkan bahan pakan selfmix saat

ini mudah, semudah orang membeli pakan dari pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena banyak penjualnya diperoleh 98 responden dari total 200 tesponden

(49%) menyatakan sangat setuju, 43,5% setuju, dan 7,5% agak setuju / ragu-ragu.

Skor rerata jawaban responden adalah 4,415, artinya responden cenderung

menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan

pakan selfmix karena mudah didapat adalah untuk membeli bahan pakan selfmix

sudah mudah dilakukan karena sudah ada penjualnya di Kabupaten Blitar

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena stok selalu tersedia setiap saat diperoleh 126 responden dari total 200

responden (63%) menyatakan sangat setuju 26,5% setuju, dan 10,5% menyatakan

tidak setuju. Skor rerata jawaban responden 4,525, artinya responden cenderung

menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan

menggunakan pakan selfmix karena stok selalu tersedia setiap saat adalah stok

bahan pakan selfmix selalu tersedia secara cukup, sehingga memudahkan peternak

untuk mengatur waktu pembelian bahan sesuai kebutuhannya.

Hasil analisis ketiga butir pernyataan variabel distribusi diperoleh skor rerata

jawaban responden adalah 4,558 (cenderung sangat setuju). Berdasarkan hasil

tersebut, dapat diketahui bahwa ketersediaan dan kemudahan mendapatkan bahan

pakan selfmix merupakan hal penting. Hal ini karena ada beberapa bahan pakan

yang harus diperoleh melalui import, khususnya bungkil kedelai dan meat bone meal

(MBM).

4. Promosi (X4)

Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel

Promosi disajikan pada Tabel 13.

54

Tabel 13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Promosi (X4) Item

Pernyataan Info lengkap Diskon

pembelian

Insentif pembelian

Tour promo

Skor F % F % F % F % 1 0 0 27 13,5 58 29 72 36,0 2 0 0 87 43,5 139 69,5 127 63,5 3 26 13,0 86 43,0 3 1,5 1 0,5 4 55 27,5 0 0 0 0 0 0 5 119 59,5 0 0 0 0 0 0

Rata-rata 4,465 2,295 1,725 1,645 Skor Rata-rata Variabel Promosi ( X4 ) = 2,533

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui distribusi jawaban responden tentang

butir pernyataan menggunakan pakan selfmix karena mendapat informasi manfaat

penggunaan yang lengkap diperoleh 119 responden dari total 200 responden (59,5%)

menyatakan sangat setuju, 27,5% setuju, dan 13,0% agak setuju / ragu-ragu. Skor

rerata jawaban responden adalah 4,465, artinya responden cenderung menyatakan

setuju terhadap penyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix

karena mendapat informasi manfaat dan penggunaan yang lengkap adalah bahwa

responden merasa bahwa sebelum mempertimbangkan menggunkan pakan selfmix

mereka telah mendapat informasi mengenai pakan selfmix yang lengkap baik dari

para penjual bahan baku khususnya bungkil kedelai maupun dari penjual premix.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena ingin mendapat discount pembelian diperoleh 86 responden dari total

200 responden (43%) menyatakan agak setuju / ragu-ragu, 43,5% tidak setuju, dan

13,5% sangat tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 2,295, artinya

responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat discount pembelian

adalah bahwa peternak membeli bahan pakan selfmix, karena akan memperoleh

discount harga (potongan harga) tertentu, sesuai dengan volume yang dibeli.

55

Distribusi jawaban pernyataan responden tentang butir pernyataan

menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat insentif pembelian diperoleh 58

responden dari total 200 responden (29%) menyatakan sangat tidak setuju, 69,5%

tidak setuju, dan 1,5% agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden

adalah 1,725, artinya responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap

pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin

mendapat insentif pembelian adalah bahwa peternak tertarik membeli karena ingin

mendapat insentif pembelian dari para penjual bahan pakan selfmix.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena ingin mendapat hadiah tour diperoleh bahwa 72 responden dari total

200 responden (36%) menyatakan sangat tidak setuju, 63,5% tidak setuju dan 0,5%

menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 1,645, artinya

responden cenderung menyatakan tidak setuju terhadap butir pernyataan ini. Maksud

dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena ingin mendapat hadiah tour

adalah bahwa peternak yang membeli pakan selfmix ini termotivasi oleh keinginan

mendapatkan hadiah tour dari para penjual bahan pakan selfmix.

Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel promosi diperoleh skor

rerata jawaban responden adalah 2,533 artinya jawaban responden umumnya

cenderung pada pernyataan tidak setuju pada butir pernyataan pada variabel

promosi. Promosi yang dipentingkan oleh responden hanya pada butir pernyataan

tentang informasi penggunaan pakan selfmix.

5. Budaya (X5)

Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel Budaya

disajikan pada Tabel 14 berikut.

56

Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Budaya (X5) Item

Pernyataan Hasil lebih baik Lebih fleksibel Kebiasaan Ikut Trend

Skor F % F % F % F % 2 1 0,5 1 0,5 0 0 0 0 3 19 9,50 4 2,0 0 0 9 4,5 4 82 41,0 58 29,0 85 32,5 84 42,0 5 98 49,0 137 68,5 135 67,5 107 53,5

Rata-rata 4,385 4,655 4,675 4,490 Skor Rata-rata Variabel Budaya ( X5 ) = 4,551

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena merasa hasil lebih baik diperoleh 98 responden dari total 200

responden (49%) menyatakan sangat setuju, 41,0% setuju, 9,5% agak setuju / ragu-

ragu, dan 0,5% tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,385, artinya

responden cenderung menjawab setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena merasa hasil lebih baik adalah

dengan menggunakan pakan selfmix hasil kinerja pakan lebih baik dibandingkan

menggunakan pakan dari pabrik. Pada umumnya yang diunggulkan dalam

pemakaian pakan selfmix adalah warna kerabang dan berat telur. Beberapa peternak

skala besar menyatakan produktivitas telurnya meningkat dan lebih stabil dibanding

menggunakan pakan dari pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena lebih fleksibel diperoleh 137 responden dari total 200 responden

(68,5%) menyatakan sangat setuju, 29% setuju, 2% agak setuju, dan 0,5% sangat

tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,655, artinya ada

kecenderungan responden sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena lebih fleksibel adalah bahwa

berdasarkan pengalaman selama ini, pemakaian pakan selfmix lebih fleksibel dalam

formulasi dan bahan pakan. Peternak dapat menyusun formulasi pakan sesuai

57

dengan bahan yang tersedia dan kebutuhan nutrisi ayam. Sebagai ilustrasi, setelah

masa puncak produksi selanjutnya dibuat formulasi pakan yang energi

metabolismenya sedikit ditambah, sehingga pada saat akhir bobot ayam bisa

mencapai sekitar 2 kg/ekor.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama diperoleh 135 responden dari

total 200 responden (67,5%) menyatakan sangat setuju dan 33,5% menyatakan

setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,675, artinya responden cenderung

menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan

menggunakan pakan selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama adalah

bahwa penggunaan pakan selfmix ini sudah dilakukan sejak lama secara terus

menerus, sehingga menjadi kebiasaan dalam usaha peternakan ayam. Kebiasaan ini

sebagian besar terjadi sejak tahun 1997 yaitu ketika krisis moneter di Indonesia. Saat

itu pabrik pakan banyak yang tidak mau memasok kebutuhan pakan (hanya mau

transaksi tunai atau uang didepan). Hal ini akhirnya memaksa peternak mencari

alternatif yaitu dengan membuat pakan sendiri.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena mengikuti trend diperoleh 107 responden dari total 200 responden

(53,5%) menyatakan sangat setuju, 42% setuju, dan 4,5% menyatakan agak setuju /

ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,490, artinya responden

cenderung menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena mengikuti trend adalah saat ini

peternak banyak yang menggunakan pakan selfmix dan penggunaan pakan selfmix

saat ini menjadi trend bagi peternak ayam petelur di Blitar.

Hasil analisis keempat butir pernyataan pada variabel budaya diperoleh skor

rerata jawaban responden adalah 4,551, artinya responden cenderung sangat setuju

58

pada butir pernyataan yang terdapat pada variabel budaya. Hal ini mengartikan

bahwa masyarakat dalam membuat keputusan pembelian pakan selfmix juga

mempertimbangkan faktor budaya masyarakat.

Peternak di kabupaten Blitar pada awalnya memang banyak yang membuat

pakan sendiri sebagai peternak ayak kampung. Ketika mereka mulai beralih ke ayam

ras, meraka baru mencoba menggunakan pakan jadi yang diperoleh dari pabrik.

Namun demikian karena harganya yang terus naik dan seiring dengan naiknya harga

bahan baku impor serta nilai tukar mata uang, maka harganya hampir tidak pernah

turun. Hal ini mendorong beberapa orang yang mempunyai kebiasaan membuat

campuran pakan sendiri, mengolah kreasi dengan membuat pakan ayam sendiri

(selfmix). Hasil kreasi ini kemudian dicontoh oleh beberapa peternak yang

merasakan hal yang sama terhadap harga pakan ayam.

6. Variabel Sosial (X6)

Distribusi jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel

Sosial tertera pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Sosial (X6)

Item Pernyataan

Anjuran kel.Ternak

Musyawarah keluarga

Volume usaha

Skor F % F % F % 1 0 0 0 0 1 0,5 2 0 0 0 0 39 19,5 3 1 0,5 1 0,5 26 13,0 4 57 28,5 89 44,5 77 38,5 5 142 71 110 55,0 57 28,5

Rata-rata 4,705 4,545 3,750 Skor Rata-rata Variabel Sosial ( X6) = 4,333

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena anjuran kelompok peternak diperoleh 142 responden dari total 200

responden (71,0%) menyatakan sangat setuju, 28,5% menyatakan setuju dan 0,5%

59

menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,705, artinya ada

kecenderungan responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini.

Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena anjuran kelompok

peternak adalah, bahwa responden sebagai peternak awalnya menggunakan pakan

dari pabrik kemudian mendapat masukan dari kelompok peternak atau tetangga

sekitar tentang penggunaan pakan selfmix termasuk untung ruginya, sehingga

akhirnya responden mempertimbangkan untuk mencoba pakan selfmix.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga

diperoleh 110 responden dari total 200 responden (55,0%) menyatakan sangat setuju

44,5% menyatakan setuju dan 0,5% menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban

responden adalah 4,545 artinya ada kecenderungan responden menyatakan sangat

setuju terhadap penyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix

karena telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga adalah bahwa

sebelum menggunakan pakan selfmi, maka dilakukan musyawarah untuk

memutuskan penggunaan pakan selfmix. Hal ini karena menyangkut resiko dan biaya

investasi untuk mengadakan peralatan.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena sesuai dengan volume usaha diperoleh 57 responden dari total 200

responden (28,5%) menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju,13%

menyatakan agak setuju / ragu ragu, 19,5% tidak setuju, dan 0,5% menyatakan

sangat tidat setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 3,750, artinya responden

cenderung setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan

pakan selfmix karena sesuai dengan volume usaha adalah bahwa penggunaan

pakan selfmix umumnya adalah untuk efisiensi biaya, namun juga perlu investasi

peralatan, sehingga makin besar volume usaha maka makin dapat diperoleh efisiensi

60

dan makin kecil volume usaha makin kurang efisien. Hal ini disebabkan oleh faktor

investasi peralatan.

Hasil analisis ketiga butir pernyataan pada variabel sosial diperoleh skor

rerata jawaban responden adalah 4,333, artinya jawaban responden umumnya

cenderung setuju terhadap butir pernyataan yang terdapat pada variabel sosial. Hal

ini menunjukkan faktor sosial turut menjadi pertimbangan dalam penggunaan pakan

selfmix.

7. Variabel Pribadi (X7)

Hasil jawaban responden tentang butir butir pernyataan pada variabel Pribadi

disajikan pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Pribadi (X7) Item

Pernyataan Bebas

berkreasi Bangga diri Suka mencoba Pengalaman

Skor F % F % F % F % 2 0 0 0 0 65 32,5 0 0 3 6 3,0 1 0,5 20 10,0 3 1,5 4 88 44,0 75 37,5 91 45,5 118 59,0 5 106 53,0 124 62,0 24 12,0 79 39,5

Rata-rata 4,500 4,615 3,370 4,380 Skor Rata-rata Variabel Pribadi ( X7) = 4,216

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena lebih bebas berkreasi dalam membuat pakan diperoleh 106 responden

dari total 200 responden (53%) menyatakan sangat setuju, 44% setuju, dan 3%

menyatakan agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,500

artinya responden cenderung untuk menyatakan setuju terhadap butir pernyataan ini.

Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena lebih bebas berkreasi

dalam membuat pakan adalah bahwa peternak dengan menggunakan pakan selfmix

lebih bebas mengatur kompisisi dan jenis bahan dalam formulasi sehingga dapat

61

menyesuaikan dengan harga dan kinerja pakan yang diinginkan. Hal ini membuat

lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan harga output seperti telur yang fluktuatif.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena membuat rasa bangga diri diperoleh 124 responden dari total 200

responden (62%) menyatakan sangat setuju 37,5% menyatakan setuju dan 0,5%

menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,615, artinya ada

kecenderungan responden menyatakan sangat setuju terhadap pernyataan ini.

Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena membuat rasa bangga

diri adalah bahwa dengan menggunakan pakan selffmix responden merasa ada

kebanggan tersendiri, terutama pada keberhasilanya mengembangkan formulasi

pakan ayamnya.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena suka mencoba hal hal yang positif diperoleh 24 responden dari total

200 responden (12%) menyatakan sangat setuju, 45,5% setuju, 10% menyatakan

agak setuju / ragu-ragu, dan 32,5% tidak setuju. Skor rerata jawaban responden

adalah 3,37 artinya responden cenderung menyatakan agak setuju / ragu-ragu

terhadap pernyataan ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix

karena suka mencoba hal-hal yang positif adalah bahwa seseorang yang suka

mencoba hal positif akan lebih mudah menghasilkan karya. Keberhasilan membuat

formulasi pakan disamping dapat buat berdasarkan resep hali nutrisi, juga dapat

dikembangkan sendiri dengan system mencoba-coba. Bagi pribadi yang dinamis hal

ini menjadi dorongan untuk bisa berkreasi menciptkan formula pakan yang lebih

unggul dari peternak lainya.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena berdasarkan hasil pengalaman diperoleh 79 responden dari total 200

responden (39,5%), menyatakan sangat setuju, 59% setuju, dan 1,5% menyatakan

62

tidak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,380 artinya responden

cenderung menjawab setuju pada penyataan ini. Maksud dari pernyataan

menggunakan pakan selfmix karena berdasarkan pengalaman hasilnya baik adalah

responden berpendapat selama ini telah berpengalaman menggunakan pakan buatan

pabrik maupun pakan selfmix. Dari pengalamanya, diperoleh bahwa menggunakan

pakan selfmix dirasakan hasilnya baik, terhadap usaha budidaya ayam petelur.

Hasil analisis jawaban responden terhadap ketiga pernyataan pada variabel

pribadi diperoleh skor rerata adalah 4,216 artinya ada kecenderungan responden

setuju terhadap keempat butir pernyataan yang ada. Hal ini menunjukkan faktor

pribadi ikut menentukan dalam penggunaan pakan ayam selfmix.

8. Variabel Psikologis (X8)

Hasil jawaban responden tentang butir pernyataan pada variabel pribadi

disajikan pada tabel 17 berikut.

Tabel 17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel : Psikologis (X8) Item

Pernyataan Motif

keuntungan Hasil belajar Lebih yakin

Skor F % F % F % 2 0 0 0 0 0 0 3 1 0,5 9 4,5 13 6,5 4 74 37,0 91 45,0 72 36,0 5 125 62,5 100 50,0 115 57,5

Rata-rata 4,620 4,455 4,510 Skor Rata-rata Variabel Psikologis ( X8) = 4,528

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena termotivasi keuntungan yang lebih besar diperoleh 125 responden dari

total 200 responden (62,5%), menyatakan sangat setuju 37% menyatakan setuju dan

0,5% menyatakan agak setuju. Skor rerata jawaban responden adalah 4,620 artinya

responden cenderung menjawab sangat setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

63

pernyataan menggunakan pakan selfmix karena termotivasi keuntungan lebih besar

adalah bahwa dengan menggunakan pakan selfmix akan mengurangi biaya produksi

secara nyata yaitu sekitar Rp 250/kg – Rp 650/Kg. Jika kinerja pakan selfmix bisa

sama dengan pakan dari pabrik berarti penggunaan pakan selfmix akan memberi

keuntungan lebih besar daripada menggunakan pakan pabrik.

Distribusi jawaban responden tentang pernyataan menggunakan pakan

selfmix karena merupakan hasil pembelajaran terbaik diperoleh 100 responden dari

total 200 responden (50%), menyatakan sangat setuju, 45,5% menyatakan setuju,

dan 4,5% menyatakan agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden

adalah 4,455, artinya responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan

ini. Maksud dari pernyataan menggunakan pakan selfmix karena merupakan hasil

pembelajaran terbaik adalah bahwa responden merasa selama ini telah banyak

mempelajari penggunaan berbagai pakan, baik pakan buatan pabrik maupun pakan

selfmix. Hasil pembelajaran itu didapatkan pakan selfmix paling baik hasilnya.

Distribusi jawaban responden tentang pernyataan menggunakan pakan

selfmix lebih yakin akan berhasil diperoleh 115 responden dari total 200 responden

(57,5%) menyatakan sangat setuju, 36% menyatakan setuju, dan 6,5% menyatakan

agak setuju / ragu-ragu. Skor rerata jawaban responden adalah 4,510, artinya

responden cenderung menyatakan setuju terhadap pernyataan ini. Maksud dari

pernyataan menggunakan pakan selfmix lebih yakin akan berhasil adalah dengan

menggunakan pakan selfmix yang sudah dipelajri selama ini member pengetahuan

yang banyak, sehingga saat responden merasa bisa mengandalkan pakan selfmix

untuk keberhasilan usaha budidaya ayam petelur.

Hasil analisis jawaban responden terhadap keempat pernyataan pada

variabel psikologis diperoleh skor rerata adalah 4,528 artinya ada kecenderungan

responden sangat setuju terhadap ketiga butir pernyataan yang ada. Hal ini

64

menunjukkan faktor psikologis ikut menentukan dalam penggunaan pakan ayam

selfmix.

9. Variabel Terikat : Keputusan Pembelian

Hasil jawaban responden tentang butir-butir pernyataan dalam variabel

keputusan pembelian pakan sebagaimana pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden Tentang : Keputusan Pembelian (Y)

Item Pernyataan

Update info selfmix

Pilihan terbaik Membeli ulang

Skor F % F % F % 3 0 0 0 0 0 4 52 26,0 52 26,0 37 18,5 5 148 74,0 48 74,0 163 81,5

Rata-rata 4,740 4,740 4,815 Skor Rata-rata Distribusi ( Y) = 4,765

Sumber : Data primer diolah (2012)

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan setiap saat selalu

meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi dalam

pembelian pakan ayam diperoleh 148 responden dari total 200 responden (74%)

menyatakan sangat setuju dan 26% menyatakan setuju. Skor rerata jawaban

responden adalah 4,740, artinya responden cenderung untuk menyatakan sangat

setuju terhadap jawaban butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan setiap saat

selalau meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi

dalam pembelian pakan ayam adalah responden selama ini selalu meng-update

informasi tentang harga bahan pakan dan informasi lain yang terkait pakan selfmix

untuk bahan evaluasi pembelian pakan selfmix selanjutnya.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan setelah saya

perhitungkan secara sadar, rasional, objektif, dan terencana tentang pakan selfmix

menjadi pilihan terbaik untuk dibeli saat ini diperoleh 148 responden dari total 200

responden (74%) menyatakan sangat setuju dan 26% menyatakan setuju. Skor rerata

65

jawaban responden adalah 4,740, artinya responden cenderung menyatakan sangat

setuju terhadap butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan setelah saya

perhitungkan secara sadar, rasional, objektif, dan terencana pakan selfmix menjadi

pilihan terbaik untuk dibeli saat ini adalah setelah mendapat informasi secara lengkap

tentang pakan selfmix kemudian dilakukan evaluasi secara objektif, didapatkan pakan

selfmix menjadi pilihan yang terbaik saat ini.

Distribusi jawaban responden tentang butir pernyataan untuk memenuhi

kebutuhan akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix

kembali diperoleh bahwa 163 responden dari total 200 responden (81,5%)

menyatakan sangat setuju dan 18,5% menyatakan setuju. Skor rerata jawaban

responden adalah 4.815, artinya responden cenderung menyatakan sangat setuju

terhadap butir pernyataan ini. Maksud dari pernyataan untuk memenuhi kebutuhan

akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix kembali adalah

untuk kebutuhan pakan ayam kedepan, responden masih tetap mempertimbangkan

pakan selfmix sebagai pilihan pertama.

Hasil analisis jawaban responden terhadap ketiga butir pernyataan pada

variabel keputusan pembelian pakan diperoleh skor rerata adalah 4,765, artinya ada

kecenderungan responden sangat setuju terhadap ketiga butir pernyataan sebagai

indikator dalam keputusan pembelian pakan ayam selfmix.

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Agar model persamaan regresi linier berganda menjadi akurat, maka harus

memenuhi asumsi klasik, yaitu multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan

normalitas.

66

4.3.1 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat korelasi yang

sangat tinggi diantara variabel bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Di

bawah ini disajikan hasil VIF (Variance Inflatory Factor) yang dihitung menggunakan

SPSS versi 17, untuk mendeteksi terjadinya multikolineritas:

Tabel 19. Multikolinearitas Variabel Penelitian

Variabel Bebas Tolerance VIF

X1 = Produk X2 = Harga X3 = Distribusi X4 = Promosi X5 = Budaya X6 = Sosial X7 = Pribadi X8 = psikologis

0,317 0,319 0,281 0,375 0,254 0,244 0,309 0,333

3,151 3,132 3,557 2,663 3,937 4,106 3,235 3,007

Sumber : Data primer diolah (2012)

Hasil uji multikolinearitas pada tabel diatas terlihat bahwa nilai tolernasi > 0.1

dan nilai VIF masing-masing variabel < 10, artinya tidak terjadi multikolinearitas,

dengan kata lain diantara varibel bebas tidak saling berpengaruh (Ghozali, 2006)

4.3.2 Uji Autokorelasi

Asumsi autokorelasi dapat terjadi apabila ada korelasi diantara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan. Untuk mengetahui adanya Autokorelasi

digunakan uji Durbin Watson (DW). Kriteria penerimaan uji Durbin Watson adalah

sebagaimana Tabel 20 berikut.

Tabel 20. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika Tdk ada autokorelasi postif Tdk ada autokorelasi positif Tdk ada autokorelasi negatif Tdk ada autokorelasi negatif Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif

Tolak No decision

Tolak No decision Tdk ditolak

0 < d < dl dl ≤ d ≤ du

4 - dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

du < d < 4 - du

67

Berdasarkan daftar Tabel 20, nilai D-W untuk n=200 dan k= 8 nilai adalah dL

= 1,6861 dan dU = 1,8522, sehingga diperoleh nilai 4-dU = 4 -1,8522 = 2.1478. Nilai

D-W hasil perhitungan dengan SPSS versi 17 adalah = 1,933. Karena nilai D-W

terletak diantara nilai dU dan 4-dU (1,8522 < 1,933 < 2.1478), maka regresi yang

terbentuk tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif (Ghozali, 2006).

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Salah satu cara untuk mendeteksi

heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat yaitu ZPRED dan nilai residualnya SRESID, sebagaimana Gambar 3.

Berdasarkan grafik plot tersebut pada gambar 3 dapat diketahui bahwa regresi yang

terbentuk tidak terdapat heteroskedastisitas karena data student residual menyebar

baik diatas maupun dibawah angka 0.

Gambar 3. Grafik Plot Uji Heteroskedastisitas

68

4.3.4 Uji Normalitas Data

Model regresi yang baik adalah memiliki data yang berdistribusi normal atau

mendekati normal. Pengujian normalitas data dilakukan dangan analisis grafik.

Sebaran data tertera pada Gambar 4 dibawah ini.:

Gambar 4. Sebaran Data Uji Normalitas

Data berdistribusi normal jika sebaran data membentuk satu garis lurus

mengikuti garis diagonalnya. Pada gambar di atas nampak bahwa sebaran data

menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonalnya. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa data yang diperoleh terdistrubusi secara normal.

4.3.5 Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga strategi

bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen

(budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara simultan (serempak) berpengaruh

terhadap keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix di Kabupaten Blitar.

Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji serentak atau uji F dengan tingkat

69

kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisa dengan SPSS versi 17 sebagaimana

pada tabel 21 dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 174,403 dan nilai sign = 0,000.

Sedangkan nilai F tabel = 1,99. Karena F hitung > F tabel maka hipotesis pertama

diterima, yaitu strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi),

dan perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara simultan

(serempak) berpengaruh terhadap keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix

di Kabupaten Blitar. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber : Data primer diolah (2012)

Hasil koefisien korelasi berganda (R) adalah 0,938 artinya variabel bebas

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan variabel independent (Keputusan

Pembelian). Koefisien determinasi ganda adjusted R square sebesar 0,875

menunjukkan besarnya kontribusi varibel bebas terhadap variabel tergantung sebesar

87,5% sisanya sebesar 12,5% merupakan kontribusi dari variabel lain yang tidak

termasuk dalam model. Koefisien determinasi ganda (adjusted R square) dan

koefisien korelasi ganda dalam penelitian ini sangat baik untuk menerangkan varian

variabel yang mempengaruhi Keputusan Pembelian pakan selfmix (Y). Perhitungan

nilai koefisien regresi berganda variabel bebas terhadap variabel terikat keputusan

pembelian tertera pada Tabel 22 .

Sum of Squares

df Mean Square

F hit Sig. R Adjusted R Square

Durbin-Watson

Regression 182.598 8 22.82 174.402 .000a .938a .875 1.933

Residual 24.997 191 .131Total 207.595 199 F Tabel = 1,99

a. Predictors: (Constant),Psikologis, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosialb. Depent Variable : Putusanbeli

ANOVAb

Model

1

70

Tabel 22. Hasil Perhitungan Koefisien Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

t

Tabel B

Std. Error Beta

1 (Constant) 4,801 0,382 12,567 0,000

1,972

Produk 0,052 0,021 0,109 2,442 0,016 Harga 0,151 0,030 0,223 5,017 0,000 Distribusi 0,087 0,033 0,124 2,614 0,010 Promo 0,099 0,021 0,191 4,656 0,000 Budaya 0,069 0,027 0,127 2,541 0,012 Sosial 0,134 0,029 0,236 4,833 0,000 Pribadi 0,005 0,021 0,011 0,233 0,816 Psikologis 0,036 0,029 0,054 1,233 0,219

Sumber : Data primer diolah (2012)

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah adalah diduga strategi bauran

pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan perilaku konsumen (budaya,

sosial, pribadi, dan psikologis) secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap

keputusan pembelian pakan ayam petelur selfmix di Kabupaten Blitar. Untuk menguji

hipotesis kedua digunakan uji t dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil

analisis sebagaimana pada Tabel 22, diperoleh bahwa nilai t tabel = 1,972 dan variabel

bebas yang mempunyai nilai t hitung > t tabel berturut turut dalah variabel produk (X1)

2,442, harga (X2)=5,017 distribusi (X3)= 2,614, promosi (X4) =4,656, budaya (X5)=

2,541, dan sosial (X6)=4,833. Variabel ini mempunyai pengaruh nyata terhadap

variabel keputusan pembelian. Sedangkan variabel yang nilai t hitung < t tabel adalah

variabel pribadi (X7)=0,233 dan psikologis (X8)=1,233. Kedua variabel ini

pengaruhnya tidak nyata terhadap keputusan pembelian (Y). Dapat disimpulkan

sebagian dari isi hipotesis kedua yaitu produk, harga, distribusi, promosi, budaya, dan

sosial dapat diterima dan dua variabel lainnya yaitu pribadi dan psikologis dalam

hipotesis kedua ditolak. Model persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai

berikut :

71

Y=4,801+0.052X1+0.151X2+0.087X3+0.099X4+0.069X5+0.134X6+0.005X7+0.036X8+ e

Setelah diketahui variabel bebas mana yang berpengaruh signifikan terhadap

variabel tergantung, langkah selanjutnya adalah menentukan variabel bebas mana

yang merupakan faktor utama dengan mencari variabel yang memiliki koefisien

determinasi yang terbesar. Hasil perhitungan koefien determinasi tertera pada tabel

23 berikut :

Tabel 23 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial

Sumber : Output SPSS versi 17.

Hipotesis ketiga yaitu faktor-faktor produk, harga, distribusi, promosi, budaya,

sosial, pribadi, dan psikologis merupakan faktor utama pada keputusan pembelian

pakan ayam selfmix di Kabupaten Blitar. Untuk menguji variabel dominan, terlebih

dahulu diketahui kontribusi masing-masing variabel bebas yang diuji terhadap

variabel terikat. Kontribusi masing-masing variabel diketahui dari koefisien

determinasi regresi sederhana terhadap variabel terikat atau dapat diketahui dari

kuadrat korelasi sederhana variabel bebas dan terikat (Nurjannah, 2008).

Berdasarkan hasil analisis korelasi dan determinasi (Tabel 23) diketahui bahwa

koefisien determinasi parsial terbesar adalah pada faktor harga (X2) 0,78, dengan

koefisien regresi 0,151 Artinya faktor harga merupakan faktor yang dominan terhadap

Variabel Bebas R R SquareProd 0.80 0.64 Harga 0.88 0.78 Distri 0.83 0.69 Promo 0.84 0.71 Budaya 0.82 0.66 Sosial 0.85 0.72 Pribadi 0.75 0.56 Psikologi 0.77 0.60

72

keputusan pembelian pakan selfmix di kabupaten Blitar, dengan kontribusi sebesar

78%.

Hal ini karena memang terdapat perbedaan harga yang besar antara harga

pakan buatan pabrik dengan harga pakan selfmix ( sekitar 250-650 Rp/kg). Sejalan

hasil penelitian Dinawan (2010) bahwa harga dapat membantu konsumen dalam

memutuskan cara memperoleh manfaat atau kegunaan tertinggi yang diharapkan dari

produk tersebut. Perbedaan harga sebesar ini bagi peternak sangat besar artinya

karena biaya ini bisa dipakai untuk menutup biaya tenaga kerja pada sistem budidaya

ayam. Disamping itu adanya perbedaan harga secara otomatis akan mengurangi

biaya input pada sistem produksi peternak. Hasil penelitian Kartika (2008), juga

diperoleh bahwa tingkat harga yang murah dapat menarik konsumen untuk membeli.

Dari segi harga, ada banyak hal yang menyebabkan pakan selfmix murah yaitu,

bahan baku jagung dan katul peternak bisa beli langsung ke petani disekitar,

kemasan karung, peternak dapat menggunakan karung bekas bahan baku, dan biaya

proses yang murah.

Berbeda dengan hasil penelitian Prasetyawati (2005) Variabel yang dominan

pengaruhnya terhadap keputusan pembelian pakan ayam konsentrat adalah variabel

produk. Hal ini dapat dijelaskan karena pakan konsentrat adalah buatan pabrik, bagi

peternak harga belinya sudah mahal sehingga seharusnya dapat memberikan kinerja

yang lebih baik daripada pakan Selfmix. Kenyataanya beberapa responden

menyatakan bahwa pakan Selfmix kinerjanya dapat menyamai bahkan ada yang

melebihi pakan dari pabrik, hal ini menyebabkan konumen menjadi tidak begitu

percaya terhadap pakan buatan pabrik.

4.3.6 Analisis Faktor (Factor Analysis)

Analisis Faktor (Factor Analysis) merupakan suatu teknik statistik multivariate

yang digunakan untuk mengurangi (reduction) dan meringkas (summarization) semua

73

variabel terikat dan saling tergantung. Hubungan ketergantungan antara satu variabel

dengan lainya akan diuji untuk diidentifikasikan dimensi atau faktornya. Asumsi utama

pada analisis faktor adalah adanya korelasi antar variabel, index perbandingan

koefisien korelasi dengan kooefisien korelasi parsial harus kecil, dan data tersebar

secara normal.

1. Uji KMO dan Bartlett’s test of sphericity

Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat

dilaksanakan, yang pertama adalah Keiser-Meyers-Oklin (KMO) Measure of

Sampling Adequacy, yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan

cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisein

korelasi parsialnya, dan kedua yaitu menentukan besaran nilai Barlett Test of

Sphericity, yang digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan

antar variabel. Pada Analisis faktor antar variabel harus terjadi korelasi.

Nilai KMO merupakan indek untuk membandingkan besarnya koefisien

korelasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Hal ini artinya besar koefisien

korelasi keseluruhan variabel pada matriks korelasi harus signifikan diantara paling

sedikit beberapa variabel. Hasil analisa KMO, dengan SPSS versi 17 diperoleh nilai

KMO adalah 0.926. Nilai KMO > 0.9 artinya sangat memuaskan, maka jumlah

sampel sudah layak untuk dilakukan analisis lebih lanjut secara keseluruhan

(Santoso, 2002). Hasil analisa KMO dan Bartlett’s test tertera pada Tabel 24 berikut.

Hasil perhitungan nilai Bartlett's Test of Sphericity pada Tabel 24 diperoleh nilai

4.445,503 dengan sign. 0,000 yang berarti terdapat korelasi yang sangat signifikan

antar variabel. Dengan demikian data dapat dianalis dengan analisis faktor.

74

Tabel 24. Hasil Analisa KMO & Bartlett’s Test KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,953

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 4.445,503 df 406 Sig. 0,000

Sumber : Output Program SPSS

2. Analisis Comunalities

Sebelum dilakukan penentuan banyaknya faktor melalui ekstraksi, maka perlu

dilakukan analisis communalities. Communalities pada dasarnya adalah jumlah

varians (bisa dalam prosentase) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan

oleh faktor yang ada (Santoso, 2002). Sebagai contoh nutrisi dengan nilai 0,850,

artinya 85% varian dari variabel nutrisi bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk,

demikian juga variabel yang lainya. Semua variabel dapat dijelaskan oleh faktor yang

terbentuk dengan ketentuan semakin besar communalities maka semakin erat

hubungan variabel yang bersangkutan dengan faktor yang terbentuk. Hasil analisa

communalities tertera pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Analisis Communalities

Sumber : Output program SPSS versi 17

Variabel Initial Extraction Variabel Initial Extraction Variabel Initial ExtractionNutrisi 1, 000 0,850 Tersedia 1, 000 0,664 Keluarga 1, 000 0,614Kinerja 1, 000 0,732 Info 1, 000 0,791 Vol.usaha 1, 000 0,624Teknisi 1, 000 0,407 Discon 1, 000 0,699 Bbs kreasi 1, 000 0,734Variasi 1, 000 0,773 Insentif 1, 000 0,605 Bangga 1, 000 0,595Murah 1, 000 0,727 Tour 1, 000 0,661 Sukacoba 1, 000 0,644Rasio 1, 000 0,783 Hasil baik 1, 000 0,525 Pengalaman 1, 000 0,591Lunak 1, 000 0,569 Fleksibel 1, 000 0,642 Motf untung 1, 000 0,743Fix 1, 000 0,407 Kebiasaan 1, 000 0,637 Hsl belajar 1, 000 0,737Mudah 1, 000 0,542 Trend 1, 000 0,626 Lbh yakin 1, 000 0,662Banyak 1, 000 0,549 Anjuran 1, 000 0,696

75

Berdasarkan hasil analisis communalitas pada tabel 25, diperoleh bahwa

variabel teknisi dan harga fix nilai communalitasnya sangat rendah (<0,5) hal ini

mencerminkan kedua variabel tersebut korelasinya terhadap faktor juga rendah.

Jika nilai <0,5 maka variabel tersebut tidak bisa dilakukan analisis lebih lanjut.

Maka analisis selanjutnya dapat mengesampingkan variabel teknisi dan harga fix.

Penentuan banyaknya faktor pada penelitian ini menggunakan metode

ekstraksi kriteria Latent Root (Latent Root Criterion) atau Principal Component

Analysis.

Tabel 26. Total Variance Explained

Sumber : Output Program SPSS.

Total% of

VarianceCumulati

ve % Total% of

VarianceCumulative % Total

% of Variance

Cumulative %

1 14.596 54.058 54.058 14.596 54.058 54.058 7.935 29.391 29.3912 1.472 5.453 59.511 1.472 5.453 59.511 5.531 20.484 49.8743 1.096 4.060 63.571 1.096 4.060 63.571 3.698 13.697 63.5714 .987 3.657 67.2285 .862 3.192 70.4206 .736 2.725 73.1447 .715 2.649 75.7948 .637 2.359 78.1529 .603 2.233 80.38510 .532 1.972 82.35711 .498 1.844 84.20112 .444 1.645 85.84613 .423 1.567 87.41414 .401 1.484 88.89715 .378 1.401 90.29816 .340 1.259 91.55817 .307 1.136 92.69318 .274 1.016 93.70919 .268 .994 94.70320 .239 .886 95.58921 .217 .802 96.39122 .208 .772 97.16323 .191 .706 97.86924 .183 .679 98.54825 .163 .603 99.15126 .132 .488 99.63927 .098 .361 100.000Extracted Methode : Principlal Component Analysis

Total Variance Explained

Component

Initial EigenvaluesExtraction Sums of Squared Loadings

Rotation Sums of Squared Loadings

76

Hasil ekstrasi dipilih hanya faktor-faktor yang memiliki latent root (eigenvalue)

minimum 1 yang akan dipertahankan.. Berdasarkan hasil ektraksi 27 variabel pada

tabel 26, diperoleh 3 faktor baru yang mempunyai eigenvalue > 1. Faktor 1 memiliki

nilai varian 29,391, faktor 2 mempunyai nilai varian 20,484 dan faktor 3 memiliki nilai

varian 13,639. Nilai total varian faktor baru adalah 63,571 artinya ketiga faktor ini

dapat menjelaskan varians sebesar 63,57%.

3. Rotasi Terhadap Faktor

Tujuan rotasi adalah untuk mengekstrimkan faktor loading variabel. Metode

rotasi yang digunakan adalah Orthogonal Rotation, yaitu rotasi yang dilakukan

dengan cara merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu

dengan lainnya, sehingga setiap faktor saling bebas terhadap faktor lain karena

sumbunya saling tegak lurus. Prosedur yang digunakan adalah Varimax yaitu

dengan merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh hasil rotasi dalam

suatu kolom nilainya sebanyak mungkin mendekati nol. Ini berarti, dalam setiap faktor

tercakup sesedikit mungkin variabel. Hasil rotasi faktor dengan SPSS versi 17

diperoleh berupa matrik komponen rotasi sebagaimana pada Lampiran 7.

Tabel 27. Hasil Rotasi dengan Varimax

1 2 3 1 2 3 1 2 3Nutrisi .693 .422 .402 Info .463 .453 .605 Keluarga .508 .579 .141Kinerja .766 .213 .195 Discon .307 .241 .681 Volush .595 .469 .223Variasi .666 .364 .095 Insentif .191 .320 .681 Bbskreasi .731 .318 .259Murah .838 .210 .099 Tour .237 .140 .771 Bangga .741 .130 .169Rasio .644 .497 .336 Hasilbaik .436 .470 .344 Sukacoba .638 .383 .297Lunak -.029 .654 .326 Fleksibel .405 .597 .299 Pengalam .724 .126 .165Mudah .281 .463 .257 Kebiasaan .400 .555 .310 Motfuntung .592 .457 .328Banyak .256 .564 .378 Trend .623 .423 .231 Hslbelajar .734 .094 .350Tersedia .474 .641 .389 Anjuran .509 .649 .157 Lbhyakin .425 .515 .345

Extracted Methode : Principlal Component Analysisa 3 Component Extracted

ComponentVariabel

ComponentVariabel

ComponentVariabel

77

Berdasarkan hasil rotasi faktor tersebut dapat diperoleh bahwa dari 27

variabel dalam analisis faktor dapat terbentuk 3 faktor baru. Variabel yang nilai

loadingnya pada tiap faktor kecil (<0,5) artinya variabel tersebut mempunyai korelasi

yang rendah terhadap faktor tersebut dan dapat diabaikan, sebaliknya juga untuk

variabel yang loadingnya tinggi.

4. Component Transformation Matrix

Matrik transformasi komponen diperlukan untuk mengetahui korelasi antar

komponen pada faktor yang terbentuk dari hasil rotasi. Hasil transformasi komponen

disajikan pada Tabel 28 berikut.

Tabel 28. Matrik Transformasi Komponen

Sumber : Output Program SPSS

Berdasarkan Tabel 28, dapat dijelaskan bahwa angka pada diagonal faktor

(komponen) 1,2,3 dan 4 nilainya > 0,5 (0,702, 0,661, dan 0,857). Hal ini

membuktikan bahwa ketiga faktor (komponen) yang terbentuk sudah tepat karena

mempunyai korelasi yang tinggi (nilai korelasi > 0,5).

5. Penentuan Label Faktor

Berdasarkan hasil rotasi pada tabel 27, diperoleh 3 faktor baru yang tidak

sama dengan prediksi sebelumnya, yaitu faktor 1 terdiri dari 13 variabel, faktor 2

terdiri dari 7 variabel, dan faktor 3 terdiri dari 4 variabel. Oleh karena itu perlu

Component 1 2 31 .702 .562 .437

2 -.699 .661 .272

3 -.136 -.496 .857Extracted Methode : Principlal Component Analysis

Rotation Methode : Varimax w ith Kaiser Normalization

Component Transformation Matrix

78

memberi label baru yang sesuai dengan faktor baru yang tebentuk. Nama faktor

diambil dari variabel penyusun faktor yang mempunyai loading besar.

Faktor 1. variabel yang mempunyai loading besar ( >0,5) adalah, harga

relative murah (loading 0,838), kinerja pakan, (loading 0,766), membanggakan

(loading 0,741), hasil belajar (loading 0,734), Bebas berkreasi (loading 0,731),

pengalaman pribadi (loading 0,724), nutrisi lengkap (loading 0,693), banyak variasi

bahan (loading 0,666), rasio kualitas-harga (loading 0.644), suka mencoba hal baru

(loading 0,638) mengikuti trend (loading 0,623), volume usaha (loading 0.595), dan

motif lebih untung (0,582). Dari 13 variabel bebas yang terdapat pada faktor 1 yang

mempunyai loading besar banyak mencirikan mengenai kualitas dan kinerja produk.

Nama baru faktor 1 adalah Produk inovatif.

Faktor 2, variabel yang mempunyai loading besar ( >0,5) adalah selalu

tersedia setiap saat (loading 0,654), mudah dibeli (loading 0,641), anjuran kelompok

peternak (loading 0,649), lebih fleksibel (loading 0,597), musyawarah keluarga

(loading 0,578), banyak penjual bahanya (loading 0,564), merupakan kebiasaan

sudah lama (loading 0,555) dan lebih yakin (loading 0,515). Pada faktor 2 ini dapat

dikatakan peternak mempertimbangkan harga pakan murah, fleksibel, lunak dalam

pembayaran, dan juga mempertimbangkan anjuran peternak sekitar untuk memilih

pakan yang akan dibeli. Nama baru untuk faktor 2 adalah Kemudahan Pembelian.

Faktor 3, variabel yang mempunyai loading besar ( > 0,5) adalah promo tour,

(loading 0,771), diskon pembelian (loading 0,681), Insentif pembelian (loading 0,681),

dan informasi manfaat / kegunaan bahan pakan selfmix (loading 0,605). Pada faktor

3 ini dapat dikatakan bahwa adanya discount, dan insentif dapat diartikan sebagai

potongan harga bahan, sehingga secara keseluruhan peternak, akan memperoleh

harga formulasi pakan yang lebih murah. Sedangkan motivasi untuk mendapatkan

79

hadih tour lebih banyak untuk memenuhi keinginan akan sosialisasi sesama

pengusaha peternakan. Nama baru untuk faktor 3 adalah : Promosi Penjualan.

6. Pengujian Kesesuaian Model

Langkah akhir dalam analisis faktor adalah penentuan ketepatan model.

Perbedaan antara korelasi yang diamati (terdapat dalam matriks korelasi) dan

reproduced correlation (yang diestimasikan pada matriks faktor) dapat diuji melalui

model itu sendiri yang disebut residual. Jika terdapat banyak residual yang besar,

maka model faktor kurang tepat dan model perlu dipertimbangkan kembali.

Berdasarkan hasil analisa dengan SPSS versi 17 (Lampiran 7), dapat diketahui

bahwa terdapat 92 (26,0%) yang mempunyai nilai absolut lebih dari 0,05. Dengan

keadaan nilai residual seperti tersebut diatas maka model dinyatakan layak untuk

diterima karena model memiliki ketepatan 74% (Wibisono, 2003).

7. Intepretasi Faktor Baru

Intepretasi dipercepat melalui variabel-variabel yang memiliki loading lebih

besar daripada faktor yang sama, kemudian dapat diintepretasikan dalam batasan

variabel-variabel yang loadingnya tinggi.

Faktor 1 : Produk Inovatif

Inovasi produk pakan merupakan faktor pertama hasil analisis faktor dengan

total loading 29,391%. Artinya, faktor 1 ini dapat menjelaskan 29,391% varian.

Produk yang inovatif merupakan kebutuhan yang mendasar dari pelaku usaha

peternakan karena memuat ciri-ciri produk dan sikap yang penting bagi suksesnya

usaha peternakan. Faktor 1 (produk inovatif) terdiri dari 13 variabel yang memiliki

loading > 0,5, yaitu harga relatif murah (loading 0,838), kinerja pakan, (loading

0,766), membanggakan (loading 0,741), hasil belajar (loading 0,734), Bebas

berkreasi (loading 0,731), pengalaman pribadi (loading 0,724), nutrisi lengkap

80

(loading 0,693), banyak variasi bahan (loading 0,666), rasio kualitas-harga (loading

0,644), suka mencoba hal baru (loading 0,638) mengikuti trend (loading 0,623),

volume usaha (loading 0,595), dan motif lebih untung (0,582).

Produk yang murah dan berkinerja baik adalah produk yang sangat

diharapkan bagi peternak. Pada masa-masa sulit yaitu ketika harga bahan pakan naik

sedangkan harga produk (telur) menurun, maka peternak masih bisa

mempertahankan usahanya dengan melakukan inovasi bahan untuk menyusun

ransum ayam. Gatignon dan Xuereb (1997) mengemukakan tiga karakteristik inovasi

yaitu keunggulan produk, biaya produk, dan kredibilitas produk. Inovasi produk

seharusnya mampu memberikan nilai tambah dibanding produk sejenis.

Kecenderungan peternak mendapatkan produk yang inovatif karena adanya

kesadaran usaha untuk bisa mengendalikan komponen input. Hal ini ditempuh karena

umumnya peternak ayam petelur tidak memungkinkan untuk bisa mengendalikan

output (harga telur). Dipandang dari sudut pandang sistem industri, peternak

merupakan pengusaha yang dalam manajemen produksinya harus dapat

mengendalikan input, output, dan proses transformasi nilai yang terjadi. Jadi produk

pakan yang inovatif dapat dipandang sebagai proses perbaikan yang dilakukan oleh

peternak dalam rangka mengendalikan input dan umpan balik dari kinerja pakan yang

ada. Namun demikian, tidak semua peternak dapat menghasilkan produk inovatip ini

karena hal ini memerlukan proses yang panjang dan biaya yang mahal untuk dapat

mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam suatu perusahaan, inovasi merupakan kebutuhan dasar yang pada

gilirannya akan mengarah pada terciptanya keunggulan kompetitif. Beberapa

indikator yang digunakan untuk menilai inovasi produk adalah kultur inovasi, inovasi

teknis, dan inovasi produk. Kultur inovasi adalah budaya inovasi yang ada di

perusahaan. Inovasi produk adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

81

produk sesuai keinginan (Wahyono, 2002). Zimmerer dan Scarborough (2005),

inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi yang kreatif terhadap suatu

permasalahan berikut dengan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya

kehidupan seseorang.

Faktor 2. Kemudahan Pembelian

Nilai ekonomi pakan merupakan faktor kedua yang terbentuk dari analisis

faktor dengan total loading 20,484%. Artinya, faktor 2 dapat menjelaskan 20,484%

varian. Variabel pada faktor 2 yang memiliki loading >0,5 adalah selalu tersedia

setiap saat (loading 0,654), mudah dibeli (loading 0,641), anjuran kelompok peternak

(loading 0,649), lebih fleksibel (loading 0,597), musyawarah keluarga (loading 0,578),

banyak penjual bahanya (loading 0,564), merupakan kebiasaan sudah lama ( loading

0,555) dan lebih yakin (loading 0,515). Kemudahan membeli mengandung makna,

bukan saja pakan yang diperoleh dengan harga murah, tetapi juga mudah diperoleh,

fleksibel, dan penjualnya banyak. Jika penjual bahan pakan selfmix banyak, maka

peternak dapat membadingkan antara penjual satu dengan penjual lainya, sehingga

peternak dapat memilih mana penjual yang dapat member keuntungan padanya.

Sesuai dengan hasil penelitian Prabowo (1998) bahwa kemudahan memperoleh

produk berpengaruh terhadap pembelian pakan ternak produk PT CP Prima

Semarang. Bagi pengguna pakan Selfmix bahan baku yang dianggap pokok adalah

SBM dan MBM, hal ini adalah karena kedua bahan tersebut harus dibeli dari Import.

Keberadaan kedua bahan tersebut menjadi penentu bagi peternak dalam

penggunaan pakan Selfmix.

Anjuran kelompok peternak, dalam hal ini mengandung arti formulasi dapat

diperoleh dari kelompok ternak lain tanpa harus melakukan percobaan terlebih dahulu

yang memakan biaya (lebih ekonomis). Disamping mendapat resep untuk menyusun

formulasi pakan, bisa juga kelompok peternakan memasok kebutuhan bahan pakan

82

khususnya SBM dan MBM yang harus dibeli dari import. Hal ini sudah dilakukan oleh

beberapa orang dengan kelompok 9 di Kabupaten Blitar.

Faktor 3. Promosi Penjualan

Faktor 3 adalah promosi penjualan yang memiliki loading total 13,697%,

berarti faktor 3 dapat menjelaskan varian sebesar 13,697%. Variabel yang

mempunyai loading besar ( >0,5 ) pada faktor 3 adalah promo tour, (loading 0,771),

diskon pembelian (loading 0,681), Insentif pembelian (loading 0,681), dan informasi

manfaat/kegunaan bahan pakan selfmix (loading 0,605). Dampak promosi penjualan

yang berupa insentif dan discount memberi kesan mendapatkan harga paling murah

serta perasaan diperhatikan oleh pemasok. Sedangkan adanya tour (apalagi sampai

luar negeri) akan dapat menunjukan kebersamaan dan dan perasaan kekeluargaan

yang tinggi. Hal ini adalah promosi penjualan yang lebih efektif bagi pemasok bahan

pakan selfmix. Kotler (1998) mengungkapkan bahwa ”promosi penjualan terdiri dari

kumpulan kiat insentif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek,dirancang untuk

mendorong pembelian suatu produk atau jasa tertentu secara lebih cepat atau lebih

besar oleh konsumen atau pedagang”.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Produk (X1)

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh produk (X1)

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai

koefisien regresi dari produk adalah 0,052, artinya setiap perubahan 1 unit dari

produk akan mempengaruhi keputusan pembelian sebanyak 0,052 unit. Nilai

koefisien regresi positif, artinya pengaruh produk positif terhadap keputusan

pembelian.

83

Penyusunan nutrisi dalam ransum ayam umumnya dengan mengatur kadar

protein kasar 18,5-19%, kandungan protein ini lebih tingi sekitar 1% dibandingkan

dengan rata-rata pakan dari pabrik. Perbedaan kandungan protein 1% lebih rendah

dari pakan selfmix, sebenarnya masih cukup untuk memnuhi kebutuhan protein

harian bagi ternak ayam. Namun peternak yang sudah lama dan biasa menggunakan

pakan selfmix, pakan buatan pabrik dipersepsikan sebagai pakan yang mutunya tidak

konsisten/tidak stabil sepanjang waktu, saat tertentu sangat baik dan saat tertentu

jelek, sehingga peternak menganggap mutunya tidak bisa memenuhi kebutuhan

peternak. Adapun hasil analisis kandungan nutrisi pakan selfix di beberapa

responden dan beberapa pakan jadi buatan pabrik tertera pada Tabel 29.

Tabel 29. Komposisi Nutrisi pakan Selfmix

Sampel Pakan Moist Prot Fat Ash Ca P Citra mandiri 12,74 17,93 4,14 13,38 4,21 0,76 Santoso farm 12,11 18,93 5,17 12,32 3,74 0,80 Willy farm 11,70 18,93 6,20 14,13 4,86 0,70 Anton Farm 12,18 19,71 5,04 11,76 3,70 0,77 Daman farm 12,40 18,03 4,56 13,62 3,63 0,84 Candra farm 12,80 17,32 2,54 14,41 3,50 0,77 Wahyudin 13,66 18,17 3,49 10,54 3,17 0,76 Sutrisno farm 12,59 18,34 4,53 11,48 3,15 0,50 H Syamsudin 13,83 17,48 4,51 13,09 4,10 0,77 324-KJ (CP) 10,99 17,72 6,05 13,89 4,05 0,69 524 (CP) 10,87 16,45 5,16 12,19 4,14 0,63 LP-115 (CJFJ) 11,54 17,90 3,99 14,00 4,15 0,68 SNI Max 13 Min 16 Max 7 Max 14 3,25-4,25 0,6-1,00

Sumber : Anonim, 2012

Sedangkan pakan selfmix, mutunya dibuat lebih stabil dengan merubah

formulasi saat terjadi perubahan spesifikasi bahan baku yang digunakan. Sebagai

contoh saat menggunakan bungkil kedelai dari Argentina, peternak bisa memperoleh

kadar protein kasar sampai 46% tetapi saat menggunakan bungkil kedelai dari India,

kandungan protein kasarnya hanya 43%. Dalam hal ini, terjadi perubahan formulasi

pakan untuk mempertahankan kadar protein kasar dalam pakan standar seperti yang

84

diinginkan. Penyusunan ransum pakan juga bisa dibuat berbeda untuk masing-

masing umur ayam yaitu masa pembibitan (prestarter atau umur 0-5 minggu dan

starter umur 6-12 minggu), masa pertumbuhan (umur 12-16 minggu), masa pre-laying

(umur 16-18 minggu), masa bertelur puncak (umur 23-60 minggu), dan masa

menjelang afkir (umur > 60 minggu). Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa

pakan selfmix dari responden umumnya memang lebih tinggi kandungan protein

kasar dibanding dengan buatan pabrik (324-KJ (CP), 525 (CP) dan LP 115 (CJFJ)).

Kelengkapan nutrisi pakan tidak hanya ditentukan oleh kandungan protein

saja, tetapi yang lebih penting adalah profil asam amino yang aman dan seimbang

dalam pakan (Suharja, 2007). Dalam menyusun formulasi pakan, asam amino lisin

dan metionin merupakan faktor pembatas utama dalam ransum unggas (Scott et al.,

1982). Peranan metionin antara lain membantu pembentukan sel-sel baru, enzim,

hormon, dan vitamin. Kekurangan asam amino metionin didalam ransum akan

mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan dan berkurangnya efisiensi penggunaan

pakan. Bahan-bahan penyusun pakan unggas tertera pada Tabel 30.

Tabel 30. Bahan Penyusun Pakan Unggas Sumber : Budi Tangendjaja, 2007

Faktor penting dalam pakan yang mempengaruhi besar telur adalah protein

dan asam amino yang cukup seimbang, karena sekitar 50% dari bahan kering telur

85

ayam terdiri atas protein. Oleh sebab itu, penyediaan asam amino sintetis dalam

ransum ayam adalah kritis untuk produksi telur (Anggoroadi,1995). AL-Saffar dan

Rose (2002) melaporkan industri pakan ternak unggas membutuhkan informasi

berapa perhitungan nilai ekonomi yang layak untuk penambahan setiap komponen

asam amino esensial pembatas karena diketahui bahwa asam amino esensial

mempunyai nilai ekonomi per unit yang tinggi.

Hasil analisis rotasi faktor diperoleh bahwa dari 4 variabel dalam produk, tiga

variabel memiliki loading yang diperhitungkan dan ketiganya mengumpul dalam faktor

1 (Produk yang inovatif) yaitu variabel nutrisi yang lebih lengkap (loading 0,693),

kinerja pakan yang lebih baik (loading 0,766), dan variasi bahan baku yang banyak

pilihan (loading 0,666). Sedangkan adanya teknisi atau konsultasi formulasi nilai

loadingnya kecil (0,472) sehinga tidak termasuk dalam variabel yang diperhitungkan.

Hal ini mengindikasikan bahwa peternak membutuhkan konsultasi formulasi hanya

pada tahap awal saja dan setelah mereka mampu mengembangkan sendiri,

kebutuhan konsultasi ini menjadi sangat kecil. Berdasarkan hasil wawancara yang

mendalam dengan peternak skala sedang ketaas ( populasi > 40.000), mereka

umumnya sudah memiliki tenaga formulator sendiri.

Pada sisi kinerja, pakan selfmix sangat bervariasi tergantung dari formulasi

yang digunakan dan manajemen perawatan ayam yang diterapkan. Pada beberapa

pengguna pakan selfmix ada yang kinerja pakanya lebih rendah dari pakan pabrikan.

Hasil ujicoba di Santoso farm diperoleh terdapat perbaikan kinerja yang positif ketika

dirubah pakanya dari pakan selfmix ke pakan pabrik dengan tingkat harga formulasi

yang sepadan. Namun demikian karena sudah menjadi kebiasaan yang lama

menggunakan pakan selfmix hal ini tidak mudah untuk merubahnya.

86

4.4.2 Harga (X2)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan 2 diperoleh faktor harga

berpengaruh nyata pada keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien

persamaan regresi linier berganda yang terbentuk adalah 0,151, artinya setiap

perubahan dari faktor harga (X2) 1 unit akan merubah nilai keputusan pembelian

sebanyak 0,151 unit. Nilai koefisien regresi ini adalah yang tertinggi diantara faktor-

faktor lain. Pada analisis koefisien korelasi faktor harga juga diperoleh hasil yang

terbesar, berarti harga merupakan faktor utama dalam keputusan pembelian pakan

selfmix. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dinawan (2010) bahwa harga dapat

membantu konsumen dalam memutuskan cara memperoleh manfaat atau kegunaan

tertinggi yang diharapkan dari produk tersebut.

Menurut Zainuddin (2005), salah satu upaya untuk meningkatkan usaha

ternak ayam adalah dengan menekan biaya pakan. Jika komposisi suatu pakan sama

dengan komposisi pakan yang lainnya tetapi dengan harga yang lebih murah, maka

dapat dipastikan pakan tersebut akan lebih efisien bagi konsumen (Baba S, 2007).

Pada budidaya ternak ayam secara intensif, pakan merupakan biaya terbesar yang

dapat mencapai 70% dari biaya produksi. Oleh karena itu, harga bahan baku pakan

akan sangat menentukan biaya produksi.

Selisih harga pakan selfmix dan pakan pabrik yang mencapai sekitar Rp 250-

650/kg, bagi peternak merupakan biaya produksi yang sangat besar. Sebagai

ilustrasi, jika peternak memiliki ayam sebanyak 30.000 ekor, maka kebutuhan pakan

adalah 90.000 kg/bulan. Jika bisa menghemat biaya pakan Rp 400/kg, artinya dalam

sebulan bisa menghemat Rp 36 juta. Padahal, biaya pekerja saja tidak sampai Rp 36

juta/bulan. Oleh karena itu, peternak yang sudah menggunakan pakan selfmix

menjadi sangat sensitif terhadap harga pakan. Pada umumnya mereka lebih tertarik

memperbaiki manajemen perawatan ayam daripada selisih harga untuk membeli

87

pakan dari pabrik. Beberapa responden seperti P Suwani, Ko-Sudarmaji, Ko-Simon,

dan beberapa peternak lainnya juga menyatakan jika harga pakan pabrik selisih Rp

50/kg dari pakan selfmix mereka akan tetap memilih pakan selfmix.

Harga pakan selfmix yang murah ini didapat karena para peternak dapat

membeli bahan dari tangan pertama untuk sebagian besar bahan baku yang

digunakan seperti jagung, katul tepung ikan, dan sebagainya yang memiliki komposisi

sekitar 75% dari total bahan pakan. Sebagai ilustrasi, ketika jagung di tingkat

tengkulak di wilayah Kecamatan Ponggok Blitar berkisar antara Rp 2.600/kg (harga

saat penelitian bulan Maret 2012), dipabrik pakan (PT CJ Feed) membeli jagung pada

harga Rp 2.750- Rp 2.800/kg. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika (2008),

bahwa tingkat harga yang murah dapat menarik konsumen untuk membeli. Demikian

juga dengan hasil penelian Budiadi (2009) diperoleh bahwa pada penetapan harga,

untuk produk kebutuhan sehari-hari konsumen lebih cenderung memilih harga

rendah, yang ditunjukan oleh besarnya persepsi harga yang berupa kesadaran harga.

Dari 3 variabel harga dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa 2 variabel

memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) pada analisis faktor yaitu harga lebih

murah (loading 0,838) Rasio harga dan kualitas yang lebih menguntungkan memiliki

loading tinggi (0,644) dan kedua variabel ini mempunyai korelasi dengan faktor 1

(Produk inovatif). Rasio harga-kualitas adalah, dan harga yang murah mencerminkan

tingkat efisiensi usaha ternak ayam. Makin tinggi rasio yang diperoleh, maka makin

tinggi kemungkinan keuntungan dari usaha ternak ayam.. Sejalan dengan hal

tersebut hasil penelian Budiadi (2009) juga diperoleh bahwa pada penetapan harga,

untuk produk kebutuhan sehari-hari konsumen lebih cenderung memilih harga

rendah, yang ditunjukan oleh besarnya persepsi harga yang berupa kesadaran harga.

Menurut Arif (2008) dalam Majalah Trobos menyakatakan tingginya harga sapronak,

terutama harga pakan yang melambung diakui berdampak menurunkan populasi

88

ayam layer di Blitar. Sedangkan pada pembayaran yang lunak memiliki loading yang

tidak diperhitungkan, hal ini adalah pada peternak yang menggunakan selfmix sudah

terbiasa membeli bahan pakan ( jagung, katul dan tepung ikan ) dengan cara tunai,

sehingga mereka umumnya sudah menyiapkan sejumlah uang untuk antisipasi

pembelihan bahan. Keadaan yang demikian menyebabkan merka tidak lagi berharap

untuk mendapat pembayaran yang ditunda, bahkan lebih baik tunai tetapi mendapat

potongan harga.

4.4.3 Distribusi (X3)

Berdasarkan hasi uji hipotesis 1 dan hipotesis 2, faktor distribusi mempunyai

pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien

regresi linier berganda dari faktor distribusi adalah 0,087, artinya setiap perubahan

distribusi sebanyak 1 unit akan mempengaruhi perubahan keputusan pembelian

sebanyak 0,087 unit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Prasetyawati (2005),

bahwa faktor marketing mix (bauran pemasaran), berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsentrat pakan ternak. Dari ketiga variabel yang digunakan untuk

mengukur faktor distribusi semua memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) pada

analisis faktor. Ketiga variabel mempunyai keeratan korelasi dengan faktor 1 (Produk

inovatif) yaitu mudah memperolehnya (loading 0,641), selalu tersedia (loading 0,654),

dan banyak penjualnya (loading 0,564)

Berdasarkan hasil interview yang mendalam dengan responden diperoleh

informasi bahwa bahan baku pakan selfmix yang dianggap peternak sangat vital

adalah bungkil kedelai serta tepung daging dan tulang (MBM). Pergeseran volume

pasokan kedua bahan ini sangat sensitif bagi pelaku selfmix. Pada bulan Maret

sampai Juni, (saat dilakukan penelitian) terdapat pergeseran pasokan bungkil kedelai

dan MBM yang kritis, dimana kedua bahan tersebut sulit diperoleh, maka harganya

pun bisa naik sampai 50% dari harga normal. Namun, menurut sebagian responden

89

jika pasokan masih cukup mereka akan tetap bertahan dengan pakan selfmix. Jika

pasokan menjadi langka, baru beberapa pelaku selfmix ini mempertimbangkan pakan

konsentrat dari pabrik. Sesuai hasil penelitian Prawoto (1998) bahwa ketersediaan

dan kemudahan memperoleh produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian

pakan PT CP Prima Semarang.

Pasokan bahan baku selfmix meliputi ketersediaan barang, banyaknya

penjual, dan kemudahan mendapatkan barang menjadi titik kritis dalam

menggunakan pakan selfmix. Menurut Supiyan Supervisor PT Sanbe dalam Trobos

(2008), layer merupakan hal utama dalam kehidupan peternak sehingga stok bahan

baku pakan layer menjadi kebutuhan pokok dan tidak bisa ditunda. Stok ini harus

mencukupi 6 bulan pemeliharaan layer. Di Blitar, kebutuhan lain bisa ditunda tetapi

kebutuhan stok pakan adalah utama.

4.4.4 Promosi (X4)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh promosi

(X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix.

Nilai koefisien korelasi regresi linier berganda untuk faktor promosi adalah 0,099,

artinya setiap perubahan 1 unit faktor promosi akan memberikan perubahan 0,099

unit keputusan pembelian pakan selfmix. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Prasetyawati (2005), bahwa faktor marketing mix (bauran pemasaran), berpengaruh

terhadap keputusan pembelian konsentrat pakan ternak. Berdasarkan hasil interview

yang mendalam pada responden diperoleh informasi bahwa para pemasok bahan

pakan selfmix memang tidak ada yang memberikan promosi tour, hanya ada

beberapa pemasok yang memberikan discount pembelian jika membeli dalam jumlah

besar. Pemberian diskon, dan insentip pembelian akan berdampak langsung pada

harga, yaitu akan mengurangi harga pembelian, pembelian akan merasa mendapat

harga yang lebih murah lagi. Dalam prakteknya peternak skala besar memang

90

berbelanja lebih banyak, dan hal ini memungkinkan merka mendapatkan diskon

pembelian lebih besar, khususnya jika membeli SBM, MBM dan premix. Bentuk

diskon dan insentif ini ada yang langsung dipotongkan dalam harga, ada yang dalam

bentuk pengembalian uang setelah terakumulai pada nilai tertentu. Menurut hasil

penelitian Budiadi (2009), bahwa variabel kesadaran harga, kesadaran nilai fisik

produk dan potongan harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen

Informasi tentang bahan pakan selfmix saat ini dilakukan oleh para wiraniaga

penjualan bahan pakan selfmix dan juga bisa melalui informasi dari mulut ke mulut.

Bagi pelaku selfmix, informasi mengenai bahan baku menjadi sangat vital terutama

informasi mengenai bungkil kedelai dan MBM karena dua bahan ini didatangkan dari

pembelian import. Untuk import langsung kedua bahan tersebut tidak bisa dilakukan

semua orang, sehingga ada sebagian orang yang menggantungkan kebutuhan kedua

bahan tersebut kepada importir. Disamping itu, hal ini disebabkan karena barang

asal import harganya berfluktuasi dan tergantung dari harga negara eksportir serta

nilai tukar mata uang yang digunakan.

Berdasarkan analisis faktor keempat variabel promosi semuanya memiliki nilai

loading yang diperhitungkan ( >0.5) yaitu tour (loading 0,771), discount pembelian

(loading 0,681), insentif pembelian (loading 0,681), dan informasi manfaat dan

penggunaan pakan selfmix (loading 0,605) dimana keempat variabel ini mempunyai

keeratan korelasi dengan faktor 3 yang terbentuk yaitu promosi penjualan. Promosi

penjualan dapat dilakukan dengan, penawaran pengembalian uang, potongan harga

premi, hadiah-hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, pajangan ditempat

pembelian dan demonstrasi (Kotler, 1998). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Tulung (2007) yang menyatakan bahwa semakin besar potongan harga yang

diberikan, maka akan semakin kuat mendorong konsumen untuk membeli produk

tersebut.

91

Informasi mengenai keberadaan pasokan bahan baku pakan selfmix menjadi

sangat esensial bagi pelaku selfmix karena kondisi pasokan masih mengandalkan

import dan harga bahan selalu berubah-ubah mengikuti harga minyak dunia serta

nilai tukar mata uang. Intensitas pencarian informasi bahan pakan selfmix umumnya

dilakukan peternak baik sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pembelian

yang bersifat rutin atau pembelian yang bersifat antisipasi. Untuk lebih

mengintensifkan informasi, saat ini beberapa pedagang bahan pakan selfmix di

kabupaten Blitar juga menyediakan petugas salesman untuk mengkomunikasikan

harga dan spesifikasi teknis bahan pakan selfmix.

4.4.5 Budaya (X5)

Hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh bahwa faktor budaya

mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien

korelasi pada regresi linier berganda adalah 0,069, artinya setiap perubahan 1 unit

budaya akan member pengaruh sebesar 0,069 terhadap keputusan pembelian.

Budaya memegang peranan yang mendasar terhadap perilaku manusia. Budaya

terbentuk dari kebiasaan setempat seperti bagaimana memberi pengakuan terhadap

hasil kerja yang baik (berhasil), perasaan lebih menghargai hasil karya sendiri atau

kelompok sendiri, serta kebiasaan yang didapat dari orang keluarga atau mengikuti

apa yang telah dilakukan masyarakat banyak disekitarnya.

Hasil analisis faktor diperoleh bahwa dari 4 variabel budaya, diperoleh 3

variabel memiliki loading yang diperhitungkan ( >0,5) dimana ketiganya menyebar

pada faktor 1, faktor 2, dan faktor 3. Variabel lebih fleksibel dalam membuat

formulasi (loading 0,597) dan variabel kebiasaan sejak lama (loading 0,555) memiliki

keeratan korelasi dengan faktor 2 yaitu kemudahan pembelian dan variabel mengikuti

trend (loading 0,623) memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 ( produk inovatif).

Keberhasilan dalam penggunaan pakan selfmix pada sebagian masyarakat juga

92

dapat dijadikan sebagai identitas keluarga dalam masyarakat disekitarnya. Artinya

jiaka suatu keluarga sukses menjalankan usaha ayam dengan menggunakan pakan

selfmix, masyarakat sekitar menjadi menghargai keluarga tersebut sebagai keluarga

yang pintar. Sesuai hasil penelitian Risto et al. (2004) buatan keluarga dapat

dijadikan sebagai identitas dan menegaskan status sosial keluarga.

Budaya dapat dilihat dari kepercayaan, pandangan, dan kebiasaan konsumen

terhadap suatu produk. Semakin tinggi kepercayaan terhadap produk, maka semakin

tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Salah satu teori yang dapat

menerangkan hubungan antara sikap, minat, dan perilaku adalah teori dari Fishbein

dan Ajzen (Heru, 1999) tentang model intensi perilaku (Fishbein’s Behavioral

Intention Model) atau lebih dikenal dengan teori Reasoned Action. Perilaku

seseorang pada dasarnya sangat tergantung kepada minatnya. Sementara itu minat

berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subjektif atas perilaku.

Sebenarnya sikap dan norma subjektif seseorang juga dipengaruhi oleh keyakinan

atas akibat dari perilaku. Sesuai dengan hasil penelitian Sriwardingsih (2006)

menunjukkan bahwa budaya berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

4.4.6 Sosial (X6)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dan hipotesis 2 diperoleh faktor sosial

berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai koefisien

regresi linier berganda dari faktor sosial adalah 0,134, artinya setiap perubahan faktor

sosial 1 unit akan menyebabkan perubahan sebesar 0,134 unit terhadap keputusan

pembelian dan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi keputusan pembelian.

Hasil analisis faktor diperoleh bahwa dari 3 variabel sosial ketiganya

mempunyai loading yang diperhitungkan ( >0,5) yaitu anjuran kelompok peternak

(loading 0.649), dan musyawarah keluarga (loading 0,579) yang mempunyai keeratan

korelasi dengan faktor 2 (kemudahan pembelian) dan yang ketiga adalah volume

93

usaha (loading 0,595) yang memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 (produk

inovatif). Sesuai hasil penelitian Prawoto (1998) diperoleh bahwa atribut referensi

(Dokter hewan, dan peternak lain) berpengaruh terhadap pembelian pakan ternak

produk PT CP Prima Semarang.

Anjuran peternak lain yang dianggap sebagai referensi dari proses keputusan

penggunaan pakan selfmix, adalah peternak yang mempunyai hubungan emosional

tertentu atau peternak yang dianggap sudah berhasil. Awal penggunaan pakan

selfmix di Blitar tidak lepas dari peranan P Naryo, P Santoso, P Siswoyo, dan pemilik

usaha Matahari farm. Mereka merupakan pelopor yang diakui masyarakat ternak di

Kabupaten Blitar, sebagai perintis penggunaan pakan selfmix. Dari usaha para

pelopor inilah akhirnya penggunaan pakan selfmix berkembang sampai saat ini.

Kelompok acuan menurut Rorlen (2007), dapat memebri pengaruh kepada seseorang

antara lain, memeberi pengaruh informasi (information influence), pengaruh normatif,

dan pengaruh ekspektasi nilai.

Selanjutnya berdasarkan interview yang mendalam bahwa proses keputusan

penggunaan pakan selfmix selalu dipertimbangkan bersama anggota keluarga.

Pengambilan keputusan keluarga disini adalah bagaimana anggota keluarga saling

mempengaruhi saat mengambil keputusan pembelian. Hal ini karena menyangkut

investasi peralatan untuk proses pembuatan pakan selfmix. Keterlibatan keluarga

dalam penggunaan pakan selfmix umumnya terbatas pada saat awal keputusan,

selanjunya keputusan pembelian lebih banyak dilakukan oleh pengelola usaha tanpa

melibatkan keputusan keluarga. Kebanyakan responden juga menyatakan rasa

bangga atas suksesnya penggunaan pakan selfmix. Hal ini juga merupakan

penghargaan atas kemampuan diri dalam mengelola usaha ternak ayam yang

mandiri dan maju. Menurut Peter and Olson (2005), peran keluarga dalam

pengambilan keputusan membeli adalah memberi informasi pada keluarga yang lain

94

tentang produk atau jasa baru, mengontrol aliran masuk ke keluarga, memiliki

kekuatan untuk memutuskan membeli atau tidak, orang yang akan membeli produk

atau jasa, mengkonsumsi produk atau jasa, dan membuang atau meberhentikan

penggunaan produk ataupun jasa.

4.4.7 Pribadi (X7)

Berdasarkan hasil uji hipotesis 1 secara serempak, faktor pribadi dan faktor

lainya berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun pada uji hopotesis 2,

secara parsial faktor pribadi tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian

karena t hitung < t tabel. Nilai koefisien korelasi regresi linier berganda adalah 0,005,

artinya setiap perubahan faktor pribadi 1 unit akan dapat merubah keputusan

pembelian sebanyak 0,005 unit. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian

Sriwardingsih (2006) menunjukkan bahwa faktor pribadi berpengaruh terhadap

keputusan pembelian. Hal ini karena faktor pribadi yang terdiri dari merasa bebas

berkreasi, suka mencoba hal hal positif, bangga diri dan pengalaman pribadi

merupakan motivasi pribadi. Perilaku konsumen sebagian besar tergantung pada

konsep diri, karena konsumen ingin menjaga identitas mereka sebagai individu

(Noviyarto, 2010). Hal ini menyebabkan faktor pribadi tidak bisa muncul sendiri

namun muncul secara interaksi dengan faktor lainya seperti atribut produk, harga,

budaya dan lain lain. Menurut teori George Kelly kepribadian adalah sebagai cara

yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.

Kepribadian seseorang banyak dipengaruhi dan bercampur dengan lingkungan

sekitar sehingga sulit untuk bisa mengenali secara langsung setiap saat. Sikap

bangga misalnya hanya muncul ketika mendapat stimulus lingkungan yang sesuai,

karena sikap bangga diri yang berlebihan bisa dengan mudah berubah menjadi sikap

sombong terhadap lingkunganya. Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi

internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:

95

* Keterbukaan terhadap pengalaman.

* Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of

evaluation).

* Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.

Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini orang tersebut diatas akan berfungsi

sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri

atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk

kreasi.

Hasil analisis faktor pribadi diperoleh bahwa dari 4 variabel semua

mempunyai loading yang bisa diperhitungkan ( >0,5) yaitu variabel bebeas berkreasi

dengan loading 0,731, suka coba loading 0,638, pengalaman pribadi loading 0,724

dan bangga diri loading 0,741. Keempat variabel pribadi memiliki keeratan korelasi

dengan faktor 1 (produk inovatif).

Bagi peternak yang kreatif hampir tidak henti untuk melakukan uji coba hasil

pengembangan formulasi pakan baru, yang dalam hal ini tidak bisa dilakukan jika

mereka menggunakan pakan buatan pabrik. Apalagi saat ini ditunjang dengan

mudahnya akses informasi bahan pakan dan kandungan nutrisinya. Maka kreativitas

ini banyak menghasilkan formula-formula pakan yang spesifik dengan kondisi

pasokan bahan baku yang tersedia serta kondisi ayam dan tujuan penggunaan yang

belum disentuh oleh industri pakan dari pabrik. Dengan demikian, peternak akan

mendapatkan formulasi pakan yang kinerjanya bagus dan harganya lebih murah.

4.4.8 Psikologis (X8)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1, faktor psikologis bersama dengan

faktor yang lain secara serempak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian

pakan selfmix. Namun pada hasil pengujian hipotesis 2, faktor psikologis secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix. Nilai

96

koefisien pada regresi linier berganda faktor psikologis adalah 0,036, artinya setiap

perubahan 1 unit faktor psikologis akan memberi pengaruh sebesar 0,036 unit

keputusan pembelian. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Fredereca dan

Chairy (2010) dan penelitian Prasetyawati (2005), bahwa psikologi konsumen

mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini kemungkinan karena dalam keputusan

pembalian pakan selfmix pembeli tidak secara langsung bisa merasakan manfaat,

tetapi harus ditunjang dengan pengetahui untuk menerapkan agar manfaat dapat

dirasakan. Dalam penerapanya tentu saja memerlukan pengetahun dan

pembelajaran yang memakan waktu. Bisa jadi bahan baku semua baiak tetapi

karena salah aplikasi maka hasilnya menjadi jellek. Berbeda dengan membeli produk

yang sudah jadi hal seperti diatas tidak perlu terjadi.

Hasil analisis faktor diperoleh dari 3 variabel pada faktor psikologis semua

variabel memiliki nilai loading yang diperhitungkan (loading > 0,5). Variabel motif

keuntungan (loading 0,592), hasil pembelajaran (loading 0,734) dan merasa lebih

yakin berhasil (loading 0,515) memiliki keeratan korelasi dengan faktor 1 (pakan

inovatif). Seperti halnya pada faktor pribadi, faktor psikologis juga menghasilkan

kesimpulan yang berlawanan dengan teori. Hal ini adalah karena untuk bisa

mewujudkan manfaat pakan selfmix (lebih menguntungkan, lebih yakin berhasil),

masih diperlukan aspek pengetahuan nutrisi dan pengalaman formulasi dilapangan.

Tidak seperti pembelian produk lainya, yang ketika ndibeli sudah bisa digunakan dan

mengetahui aspek manfaat yang diharapkan.

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan

perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi, dan psikologis) secara serempak

berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix di

Kabupaten Blitar.

2. Faktor strategi bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) dan

sebagian dari perilaku konsumen yaitu budaya dan sosial secara parsial

berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian pakan selfmix, namun

pribadi dan psikologis secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

keputusan pembelian pakan selfmix di Kabupaten Blitar.

Faktor-faktor penelitian yang mempunyai pengaruh terbesar (Faktor utama)

terhadap keputusan pembelian pakan selfmix adalah harga (X2) dengan nilai

koefisien regresi = 0,151, dan kontribusi parsial sebesar 78%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut :

1. Keberadaan kelompok peternak sangat besar pengaruhnya kepada peternak

lain terutama sebagai acuan dalam mengadopsi hal hal baru, peranan ini bisa

dilakukan oleh Pemerintah dengan mengembangkan semacam pusat

pelatihan peternakan, informasi, dan data bisnis perunggasan di Kabupaten

Blitar.

98

2. Bagi Industri Pakan ternak, perlu melakukan innovasi teknologi baik pada

strain ayam, sistem budidaya dan pakan ayam yang menghasilkan efisiensi

produksi yang lebih baik.

3. Bagi Peneliti, diversifikasi bahan pakan sumber protein asal lokal perlu

digalakan untuk mengurangi ketergantungan bahan asal import yaitu bungkil

kedelai dan tepung daging-tulang.

.

99

DAFTAR PUSTAKA

Albari, 2002, Mengenal Perilaku Konsumen Melalui Penelitian Motivasi, Jurnal Siasat Bisnis, No.7 Vol. 1 Th. 2002 ISSN: 0853 – 7665.

Anonimous, 2007, Laporan Total Operation Performance : Hasil Survey Key Buying

Factor Pakan Ternak Produksi PT CJFJ.

Anonimous, 2008 Market Intlegence Report on Perkembangan Industri Pakan ternak di Indonesia dalam http://www. datacon .co.id/ Makanan Ternak 2008.html (diakses terakhir 22 Desember 2011)

Anonimous, 2010, Peta dan Data Peternakan dan Kesehatan Hewan di Jawa Timur Dinas Peternakan Jawa Timur.

Anonimous, 2010, Laporan Survey Pasar Pakan di Jawa Timur, PT CJ Feed Jombang, Tidak dipublikasikan.

Anonimous, 2012, Laporan Hasil Analisa Pakan, Laboratorium QC PT CJ Feed

Jombang, Tidak di Publikasikan.

Anggorodi, H.R. 1995. Aneka Nutrisi Ternak Unggas. Penerbit PT. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.

AL-Saffar,A.A., S.P., and Rose. 2002. The response of laying hens to dietary amino

acids. World Poultry Science Journal. Vol.58 No.2. World’s Poultry Science Association. Beekbergen. Netherland.

Arikunto, Suharsimi., 2007. Manajemen Penelitian, PT. Rineka Cipta. Jakarta. Ardani Ketut Sri, I.G.A, 2007, Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Penjualan

Pada Toko Cenderamata di Objek Wisata Tanah Lot, Kabupaten Tababan, BULETIN STUDI EKONOMI Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007 ISSN 1410-4628.

Assauri, S. 1999. Manajemen Pemasaran. Dasar Konsep, dan Strategi. Jakarta:

Rajawali Press. Assael H, 1996, Consumer Behavior and Marketing Action, PWS-KENT Publishing

Company, Boston.

Baba Syahdar, 2007, Analisis Efisiensi Berbagai Merek Pakan Konsentrat Ayam Petelur Fase Layer Bagi Konsumen di Kota Makassar Dengan Menggunakan Analisa DEA, Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007, halaman 23-34.

Budiadi, N.A., 2009, Analisis Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Perilaku

Pembelian Produk Kebutuhan Sehari hari, Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol.3, No. 2, April, 2009, halaman 191-203, ISSN 1979-0333.

100

Destiana, Mitra, 2010, Prospek Industri Pakan ternak Nasional, Economic Review

No.219. Maret 2010.

Djamaludin A, 1998. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, PPK UGM Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Dinas Peternakan Kabupaten Blitar, 2010 dalam http://dinaspeternakan kabupaten blitar. blogspot. com/ (Diakses terakir 11 Nopember 2011).

Durmaz Yakup, Celik Mücahit, Oruc Reyhan, 2011, The Impact of Cultural Factors on the Consumer Buying Behaviors Examined through An Impirical Study, International Journal of Business and Social Science, Vol. 2 No. 5; [Special Issue -March 2011].

Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, Yogyakarta, 1989.

Dwitiyanti E, 2009, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.

Engel, James F., David T. Kollat, and Roger D. Blackwell, 2001. Consumer Behavior, 8th Edition, New York: The Dryden Press.

Ferdinand A.T, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Pedoman penelitian penulisan

Skripsi,Tesis dan Disertasi Ilmu manajemen, Edisi 2, BP.UNDIP ISBN.

Gatignon, Hubert and Jean – Marc Xuereb, 1997, “ Strategic Orientation of The Firm and New Product Performance”, Journal of Marketing Research. p. 77 – 79.

Ghozali Imam, 2006 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gregorius, Chandra, 2002, Strategi dan Program Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.

Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert. 2007. Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Hawkins, Del I., Mothersbaugh, David L., & Best, Roger J. (2007). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. 10th Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin

Hee Yeon Kim and Jae-Eun Chung, 2011, Consumer purchase intention for organic

personal care products, Journal of Consumer Marketing 28/1 (2011) 40–47 q Emerald Group Publishing Limited [ISSN 0736-3761

101

Kotler P., 1998. Manajemen Pemasaran (Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian). Terjemahan oleh Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli. Edisi ke Enam Jilid 2, Erlangga,.Jakarta.

Kotler P., 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia Alih Bahasa A.B Susanto Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta.

Kotler P. dan Amstrong. 2005. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 2. Terjemahan Alexandor Sindoro, Penerbit Pernhallindo, Jakarta.

Lamb CW, Joseph FH, dan Mc Daniel C., 2001, Marketing, Sixth Edition, Thompson Learning, South Western.

Loudon, L.D. and Bitta, D.J.A. (1993) Consumer Behavior, Concep And Aplication. Fourt Edition . Mc. Graw- Hill. New York.

Malhotra, N.K. 2004. Marketing Research: An Applied Orientation. 4th Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.

Mowen J.C, dan Minor M, 2002, Perilaku Konsumen, Edisi kelima, Alih bahasa: Lina Salim, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mc.Charty dan Parreault 1995, Consumer Behavior, Third edition, Kenth Publishing, Company, Boston, Massachusets USA.

Muladno and O. Thieme, 2009. Consumer preferences for poultry products in Indonesia, GCP/RAS/228/GER Working Paper No. 12. Rome

Narashimha Ch, Nestlin A, Sen K.S, 1996, Propotional Elastiscities and Category Chatracteristic, Journal of Marketing, April 1996, Vol.60 No.2

Peter, J. Paul, and Olson, Jerry C., 2005, Consumer Behavior and marketing Strategy, 7th, Edition, New York, McGraw-Hill.

Prawoto, H, 1998, Analisis Perilaku Peternak Sebagai Dasar Penentuan Strategi Bauran Pemasaran Pakan Ternak Pada PT Central Proteina Prima Semarang, Thesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Prasetyawati, B.I., 2005, Pengaruh Variabel-Variabel Psikologis, Sosial Budaya dan

Marketing M ix terhadap Keputusan Pembelian K onsentrat Pakan Ayam Ras Petelur (Studi Kasus: Peternak Ayam Ras Petelur di Kabupaten Blitar). Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Siringoringo, H., (2004) Peran Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian

Konsumen, JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 3, Jilid 9, Tahun 2004, Universitas Gunadarma.

Rahmawati, Febrin Dwi. 2008, Analisis Pengaruh Pengetahuan Status Pionir Sebuah

Merek terhadap Sikap Konsumen, Penulisan Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Bekasi.

102

Risto Moisio, Eric J. Arnould and Linda L. Price, 2004, Between Mothers and Markets: Constructing family identity through homemade food, Journal of Consumer Culture 2004; http://joc.sagepub.com/cgi/ content/ abstract /4/3/361.

Rorlen, 2007, Peran Kelompok Acuan dan Keluaraga terhadap Keputusan untuk Membeli, Business dan Management Journal Bunda Mulia, Vol.3, No.2 September 2007.

Santoso Singgih, 2002, Statistik Multivariat, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Schiffman, Leon G. dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey

Schneider, Benyamin dan Bowen,DE, 1999, Understandaing Customer Delight and Outrage, Sloan Management Review.

Scott, M.L., M.C. Nesheim dan R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. Second Edition. M.L. Scott and Associated. Ithaca, New York.

Setiadi Nugroho J., 2003, Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasinya untuk

Strategi dan Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta.

Sriwardiningsih, E, Angelia, L., dan Aulia, L., 2006 Pengaruh Perilaku Pembelian Mahasiswa Terhadap Keputusan Pembelian computer NoteBook Di Lingkungan Mahasiswa Binus International, Journal The Winners vol. 07 no. 01 (Mar. 2006), halaman 14-25. Edisi Economis, Business, Management, and Information System Journal.

Stanton, William J, 2002. Fundamentals of Marketing, 10th Edition, Singapore: Mc

Graw-Hill International. Sudiyanto, 2009, Rancangan Model Penelitian Perilaku konsumen terhadap produk

Agribisnis Lokal dan Impor, Eksekutif, Vol. 6, No.1, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya Sumarwan, 2004, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapanya dalam Pemasaran, Bogor, Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2007, Statistic Non Parametris untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta. Jakarta

Suharja Wanasuria, 2007, Mengukur Kualitas Pakan, dalam Buletin CP Service, No. 98 / Tahun IX, Edisi Pebruari 2008, Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia.

Suprijatna E. dan Natawihadja D., 2005, Pertumbuhan Organ Reproduksi Ayam Ras

Petelur dan Dampaknya Terhadap Performans Produksi Telur Akibat Pemberian Ransum dengan Taraf Protein Berbeda Saat Periode Pertumbuhan, Jurnal Ilmu Ternak dan Veterine, Vol 10 No. 4 tahun 2005, hal. (260-267).

103

Susanty I.S., dan Hermana B, 2006, Karakteristik dan Perilaku Konsumen Pengguna teknologi GSM dan CDMA, Jurnal Ekonomi dan Bisnis No.2 Jilid 11 Universitas Gunadarma, Jakarta.

Suwarni, 2009 Marketing Mix Strategy dalam Meningkatkan Volume Penjualan Jurnal

Ekonomi Bisnis, Tahun 14 Nomor 1, Maret 2009, ISSN: 0853-7283 Universitas Negeri Malang.

Swastha B, dan T. Hani Handoko (2000) Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen. Edisi Ke-VIII, Liberty, Yogyakarta.

Swastha B., dan Irawan, 2007. Manajemen Pemasaran Moderen. Jakarta: FE UI. Tangendjaya B., 2007 Inovasi Teknologi Pakan Menuju Kemandirian Usaha Ternak

Unggas, WARTAZOA Vol. 17 No. 1 Th. 2007, Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor

Tjiptono Fandy, 2002, Strategi Pemasaran, Edisi kedua, Penerbit, Andi Offset, Yogyakarta.

Tulung, JE., 2007, Pengaruh Potongan Harga Barang (Fashion) Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Pada Coco Departemen, Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/795094-pengaruh-potongan-harga-barang-fashion/#ixzz1yhuvQqZj (Diakses terakir 10 januari 2012).

Ujianto Abdurahman, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 6, No. 1, Maret 2004: 34 – 53 Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Umar, Husein. 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wahyono, 2002, Orientasi Pasar dan Inovasi: Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.1, No.1, Mei

Zeithaml, Valarie A. (1988) Consumer Perceptions of Price, Quality and Value: A

Means-End Model and Synthesis of Evidence. Journal of Marketing 52 July.

Zaini Achmad, 2010, Analisis Prospek Pemasaran Ayam Petelur Di Kalimantan Timur, Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan Vol. 7. No.2, .2010 : 6-14.

104

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

QUESIONER 1 : IDENTIFIKASI RESPONDEN IDENTITAS RESPONDEN

Nama : …………………………………….........

Jenis kelamin : Pria Wanita

Usia : …………….. tahun

Satus : Menikah Belum Menikah

Populasi Ayam : ……………………..Ekor

Penggunaan Pakan Selfmix : ……………. % (dari total kebutuhan pakan)

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri

2. Pegawai Swasta

3. Wiraswasta

4. Tani

5. Peternak

6. Lain-lain………………………….

105

KUESIONER 2 : FAKTOR STRATEGI BAURAN PEMASARAN

Petunjuk Pengisian: Pada setiap nomor pernyataan berilah tanda tepat pada kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian Anda pada setiap pernyataan yang berkaitan dengan pakan ayam selfmix.

Keterangan Jawaban:

Sangat tidak setuju (STS) = 1 Tidak setuju (TS) = 2 Netral / Kurang (KS) = 3 Setuju (S) = 4 Sangat setuju (SS) = 5

1. FAKTOR PRODUK

No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS

1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kualitasnya (kandungan nutrisi) lebih lengkap

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kinerjanya (produksi telur, warna kerabang dan berat telur/biji) lebih dapat diandalkan

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena ada pelayanan teknis (konsultasi formulasi, nutrisi) dari para penjualnya

4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena lebih banyak variasi pilihan bahanya (banyak alternatip pilihan bahanya)

2. FAKTOR HARGA No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena

harganya relatif murah dibanding pakan dari pabrik

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena perbandingan antara harga dan kualitasnya paling menguntungkan

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena kondisi pembayaranya yang lebih lunak.

4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena harganya fix dan tidak ada tambahan biaya lainya.

106

3. FAKTOR DISTRIBUSI No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena

sangat mudah untuk memperolehnya (bahan bahanya)

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena banyak penjualnya disekitar lokasi usaha saya (dapat memilih pemasoknya)

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena stoknya tersedia secara kontinyu, setiap saat (sewaktu waktu butuh pakan selalu tersedia)

4. FAKTOR PROMOSI No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena

selalu mendapat informasi mengenai penggunaan dan manfaat pakan selfmix secara lengkap

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya ingin mendapat discount pembelian yang memadahi

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena ingin mendapatkan insentif yang layak sesuai dengan volume pembelian saya

4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya ingin mendapatkan hadiah promo tour ke Luar Negeri.

107

QUESIONER 3 : FAKTOR PERILAKU KONSUMEN

1. FAKTOR BUDAYA No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan Selfmix karena saya

merasa lebih baik hasilnya. pada ayam dan telurnya

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix sejak awal karena pakan yang lebih fleksibel

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama.

4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena mengikuti trend yang berkembang saat ini.di Blitar

2. FAKTOR SOSIAL No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena atas

anjuran dari kelompok peternak atau peternak lain disekitar saya

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena hal ini telah dimusyawarahkan dan diputuskan oleh anggota keluarga

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sesuai dengan volume usaha ayam saya, lebih ekonomis (makin ekonomis).

3. FAKTOR PRIBADI No Pernyataan Jawaban

STS TS KS S SS 1 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena

dapat menambah rasa bangga saya

2 Saya memilih pakan ayam selfmix karena supaya bebas berkreasi dalam formula

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya suka mencoba hal hal yang positip untuk perbaikan usaha saya

4 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena sesuai pengalaman pribadi, pakan ini akan dapat meningkatkan pendapatan usaha ayam saya

108

4. FAKTOR PSIKOLOGIS

No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS

1 Saya memakai pakan Selfmix karena termotivasi keuntungan yang lebih besar (biaya pakan lebih murah)

2 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena hal ini merupakan hasil proses pembelajaran atau pengalaman saya yang terbaik

3 Saya memilih pakan ayam Selfmix karena saya lebih yakin akan keberhasilan usaha dengan pakan selfmix

QUESIONER 4 : KEPUTUSAN PEMBELIAN PAKAN

No Pernyataan Jawaban STS TS KS S SS

1 Saya setiap saat selalau meng up-date informasi mengenai pakan ayam selfmix untuk bahan evaluasi dalam pembelian pakan ayam.

2 Setelah saya perhitungkan secara sadar, rasional, objektip dan terencana pakan selfmix menjadi pilihan terbaik untuk dibeli saat ini

3 Untuk memenuhi kebutuhan akan pakan ayam saya kedepan saya akan membeli pakan selfmix kembali.

109

Lampiran 2. Hasil Jawaban Kuesioner Responden Faktor : Produk

nutrisi-lengkap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 5 2.5 2.5 2.5

4.0 69 34.5 34.5 37.0 5.0 126 63.0 63.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

kinerja-pakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 34 17.0 17.0 17.0

4.0 72 36.0 36.0 53.0 5.0 94 47.0 47.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

teknisi-formulasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 7 3.5 3.5 3.5

4.0 94 47.0 47.0 50.5 5.0 99 49.5 49.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

variasi-bahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 18 9.0 9.0 9.0

4.0 45 22.5 22.5 31.5 5.0 137 68.5 68.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

110

Faktor : Harga

harga-murah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 47 23.5 23.5 23.5

5.0 153 76.5 76.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

rasiokualitas-produk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 84 42.0 42.0 42.0

5.0 116 58.0 58.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

pembayaran-lunak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5

3.0 1 .5 .5 1.0 4.0 59 29.5 29.5 30.5 5.0 139 69.5 69.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

harga-fix

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5

4.0 114 57.0 57.0 57.5 5.0 85 42.5 42.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

111

Faktor : Distribusi

mudah-didapat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 2 1.0 1.0 1.0

4.0 49 24.5 24.5 25.5 5.0 149 74.5 74.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

banyak-penjual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 15 7.5 7.5 7.5

4.0 87 43.5 43.5 51.0 5.0 98 49.0 49.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

selalu-tersedia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 21 10.5 10.5 10.5

4.0 53 26.5 26.5 37.0 5.0 126 63.0 63.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

112

Faktor : Promosi

Info-lengkap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 26 13.0 13.0 13.0

4.0 55 27.5 27.5 40.5 5.0 119 59.5 59.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

diskon

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 1.0 27 13.5 13.5 13.5

2.0 87 43.5 43.5 57.0 3.0 86 43.0 43.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

insentif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 1.0 58 29.0 29.0 29.0

2.0 139 69.5 69.5 98.5 3.0 3 1.5 1.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

tour

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 1.0 72 36.0 36.0 36.0

2.0 127 63.5 63.5 99.5 3.0 1 .5 .5 100.0 Total 200 100.0 100.0

113

Faktor : Budaya

Hasil-baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5

3.0 19 9.5 9.5 10.0 4.0 82 41.0 41.0 51.0 5.0 98 49.0 49.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

fleksibel

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.0 1 .5 .5 .5

3.0 4 2.0 2.0 2.5 4.0 58 29.0 29.0 31.5 5.0 137 68.5 68.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

kebiasaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 65 32.5 32.5 32.5

5.0 135 67.5 67.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

ikuti trend

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 9 4.5 4.5 4.5

4.0 84 42.0 42.0 46.5 5.0 107 53.5 53.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

114

Faktor : Sosial

anjuran-kelompok ternak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5

4.0 57 28.5 28.5 29.0 5.0 142 71.0 71.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5

4.0 89 44.5 44.5 45.0 5.0 110 55.0 55.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

Volume-usaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 1.0 1 .5 .5 .5

2.0 39 19.5 19.5 20.0 3.0 26 13.0 13.0 33.0 4.0 77 38.5 38.5 71.5 5.0 57 28.5 28.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

115

Faktor : Pribadi

bebas-berkreasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 6 3.0 3.0 3.0

4.0 88 44.0 44.0 47.0 5.0 106 53.0 53.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

bangga-diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5

4.0 75 37.5 37.5 38.0 5.0 124 62.0 62.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

sukacoba

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2.0 65 32.5 32.5 32.5

3.0 20 10.0 10.0 42.5 4.0 91 45.5 45.5 88.0 5.0 24 12.0 12.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

pengalaman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 3 1.5 1.5 1.5

4.0 118 59.0 59.0 60.5 5.0 79 39.5 39.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

116

Faktor : Psikologis

motivasi untung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 1 .5 .5 .5

4.0 74 37.0 37.0 37.5 5.0 125 62.5 62.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

hasil pembelajaran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 9 4.5 4.5 4.5

4.0 91 45.5 45.5 50.0 5.0 100 50.0 50.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

lebih-yakin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3.0 13 6.5 6.5 6.5

4.0 72 36.0 36.0 42.5 5.0 115 57.5 57.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

117

Keputusan pembelian

update-info

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 52 26.0 26.0 26.0

5.0 148 74.0 74.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

beli-obyektip

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 52 26.0 26.0 26.0

5.0 148 74.0 74.0 100.0 Total 200 100.0 100.0

beli-lagi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 4.0 37 18.5 18.5 18.5

5.0 163 81.5 81.5 100.0 Total 200 100.0 100.0

118

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Berganda

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics Durbin-Watson

F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .938a .880 .875 .3618 174.403 8 191 .000 1.938 a. Predictors: (Constant), Psikologi, Harga, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosial b. Dependent Variable: Putusanbeli

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 182.598 8 22.825 174.403 .000a

Residual 24.997 191 .131

Total 207.595 199

a. Predictors: (Constant), Psikologi, Harga, Promo, Prod, Pribadi, Distri, Budaya, Sosial

b. Dependent Variable: Putusanbeli

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.801 .382 12.567 .000

Produk .052 .021 .109 2.442 .016 .317 3.151 Harga .151 .030 .223 5.017 .000 .319 3.132 Distribusi .087 .033 .124 2.614 .010 .281 3.557 Promo .099 .021 .191 4.656 .000 .375 2.663 Budaya .069 .027 .127 2.541 .012 .254 3.937 Sosial .134 .029 .236 4.833 .000 .244 4.106 Pribadi .005 .021 .011 .233 .816 .309 3.235 Psikologis .036 .029 .054 1.233 .219 .333 3.007

a. Dependent Variable: Putusanbeli

119

Lampiran 4. Hasil Analisis Anti Image Correlation

Variabel Nilai MSA Variabel

Nilai MSA Variabel

Nilai MSA

Nutrisi 0,951 Tersedia 0,944 Keluarga 0,96 Kinerja 0,943 Info 0,963 Volush 0,974 Teknisi 0,951 Diskon 0,952 Bbskreasi 0,950 Variasi 0,942 Insentif 0,939 Bangga 0,955 Murah 0,943 Tour 0,937 Sukacoba 0,972 Rasio 0,968 Hasilbaik 0,957 Pengalam 0,928 Lunak 0,906 Fleksibel 0,945 Motfuntung 0,954 Fix 0,950 Kebiasaan 0,961 Hslbelajar 0,952 Mudah 0,941 Trend 0,974 Lbhyakin 0,953 Banyak 0,959 Anjuran 0,965

Sumber : Data primer diolah (2012)

120

Lampiran 5. Hasil Analisis Total Variance Explained

Total% of

VarianceCumulative

% Total% of

VarianceCumulative

% Total% of

VarianceCumulative

%1 14.596 54.058 54.058 14.596 54.058 54.058 7.935 29.391 29.3912 1.472 5.453 59.511 1.472 5.453 59.511 5.531 20.484 49.8743 1.096 4.060 63.571 1.096 4.060 63.571 3.698 13.697 63.5714 .987 3.657 67.2285 .862 3.192 70.4206 .736 2.725 73.1447 .715 2.649 75.7948 .637 2.359 78.1529 .603 2.233 80.38510 .532 1.972 82.35711 .498 1.844 84.20112 .444 1.645 85.84613 .423 1.567 87.41414 .401 1.484 88.89715 .378 1.401 90.29816 .340 1.259 91.55817 .307 1.136 92.69318 .274 1.016 93.70919 .268 .994 94.70320 .239 .886 95.58921 .217 .802 96.39122 .208 .772 97.16323 .191 .706 97.86924 .183 .679 98.54825 .163 .603 99.15126 .132 .488 99.63927 .098 .361 100.000Extracted Methode : Principlal Component Analysis

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Rotation Sums of Squared

121

Lampiran 6. Component Matrix dan Rotated Component Matrix

1 2 3 1 2 3

Nutrisi .900 -.096 .041 Nutrisi .693 .422 .402Kinerja .743 -.341 -.042 Kinerja .766 .213 .195

Variasi .714 -.199 -.189 Variasi .666 .364 .095Murah .663 .434 -.359 Murah .838 .210 .099

Rasio .879 -.030 -.046 Rasio .644 .497 .336

Lunak .490 .541 -.042 Lunak -.029 .463 .326

Mudah .670 .298 -.136 Mudah .281 .641 .257Banyak .705 -.123 .121 Banyak .564 .256 .378

Tersedia .764 .081 .040 Tersedia .474 .654 .389Info .844 .141 .231 Info .463 .453 .605Discon .649 .130 .423 Discon .307 .241 .681

Insentif .611 .263 .399 Insentif .191 .320 .681Tour .582 .137 .559 Tour .237 .140 .771

Hasilbaik .720 .100 .003 Hasilbaik .436 .470 .344Fleksibel .751 .193 -.095 Fleksibel .405 .597 .299

Kebiasaan .729 .172 -.064 Kebiasaan .400 .555 .310Trend .777 -.093 -.097 Trend .623 .423 .231

Anjuran .791 .116 -.256 Anjuran .509 .649 .157Keluarga .744 .066 -.235 Keluarga .508 .579 .141

Volush .779 -.045 -.122 Volush .595 .469 .223Bbskreasi .805 -.230 -.035 Bbskreasi .731 .318 .259

Bangga .667 -.386 -.020 Bangga .741 .130 .169Sukacoba .793 -.112 -.022 Sukacoba .638 .383 .297

Pengalam .651 -.378 -.020 Pengalam .724 .126 .165Motfuntung .816 -.022 -.025 Motfuntung .592 .457 .328

Hslbelajar .721 -.356 .154 Hslbelajar .734 .094 .350Lbhyakin .751 .015 .015 Lbhyakin .425 .515 .345

Extracted Methode : Principlal Component Analysis Extracted Methode : Principlal Component Analysisa 3 Component Extracted Rotation Methode : Varimax with Kaiser Normalization

a Rotetion converged in 6 iteration

Rotated Component Matrixa

ComponentVariabel

Component Matrixa

Variabel Component

122

Lampiran 7. Reproduced Correlations

X11 X12 X13 X21 X22 X23 X31 X32 X33 X41 X42 X43 X44 X51 X52 X53 X54 X61 X62 X63 X71 X72 X73 X74 X81 X82 X83

X11 .820a .699 .654 .540 .792 .387 .569 .651 .681 .755 .588 .541 .533 .639 .653 .636 .704 .690 .653 .700 .745 .636 .723 .621 .735 .689 .675

X12 .699 .670a .606 .359 .665 .181 .402 .561 .538 .569 .420 .348 .362 .501 .496 .485 .613 .559 .540 .599 .678 .628 .628 .613 .615 .651 .552

X13 .654 .606 .585a .454 .642 .250 .445 .505 .522 .531 .357 .309 .282 .494 .515 .498 .591 .590 .562 .588 .627 .557 .593 .544 .591 .557 .530

X21 .540 .359 .454 .757a .586 .575 .622 .371 .527 .537 .335 .376 .244 .520 .616 .580 .509 .667 .606 .541 .446 .282 .485 .274 .540 .268 .499

X22 .792 .665 .642 .586 .775a .416 .586 .618 .667 .727 .547 .511 .482 .630 .658 .638 .690 .704 .663 .692 .716 .599 .701 .584 .719 .637 .659

X23 .387 .181 .250 .575 .416 .535a .495 .274 .416 .480 .371 .425 .336 .407 .477 .453 .334 .461 .410 .363 .272 .119 .329 .115 .389 .155 .375

X31 .569 .402 .445 .622 .586 .495 .556a .420 .530 .576 .416 .434 .355 .512 .574 .548 .506 .600 .550 .525 .476 .335 .501 .326 .543 .356 .505

X32 .651 .561 .505 .371 .618 .274 .420 .527a .533 .606 .493 .447 .461 .496 .494 .485 .547 .513 .488 .540 .592 .515 .570 .503 .575 .571 .529

X33 .681 .538 .522 .527 .667 .416 .530 .533 .591a .665 .523 .504 .478 .558 .585 .568 .582 .603 .564 .587 .595 .477 .596 .466 .620 .528 .575

X41 .755 .569 .531 .537 .727 .480 .576 .606 .665 .785a .663 .645 .640 .623 .639 .624 .620 .625 .583 .623 .639 .504 .649 .491 .679 .594 .639

X42 .588 .420 .357 .335 .547 .371 .416 .493 .523 .663 .616a .600 .632 .482 .472 .468 .451 .420 .392 .448 .478 .374 .491 .365 .516 .487 .495

X43 .541 .348 .309 .376 .511 .425 .434 .447 .504 .645 .600 .602a .615 .468 .472 .465 .412 .412 .378 .416 .418 .298 .447 .291 .483 .409 .469

X44 .533 .362 .282 .244 .482 .336 .355 .461 .478 .640 .632 .615 .671a .435 .411 .412 .385 .333 .310 .379 .418 .324 .434 .316 .458 .457 .447

X51 .639 .501 .494 .520 .630 .407 .512 .496 .558 .623 .482 .468 .435 .529a .560 .542 .550 .581 .542 .557 .557 .442 .560 .431 .585 .484 .542

X52 .653 .496 .515 .616 .658 .477 .574 .494 .585 .639 .472 .472 .411 .560 .610a .586 .574 .641 .594 .588 .563 .428 .576 .418 .611 .458 .565

X53 .636 .485 .498 .580 .638 .453 .548 .485 .568 .624 .468 .465 .412 .542 .586 .564a .556 .613 .568 .568 .549 .421 .560 .410 .592 .454 .549

X54 .704 .613 .591 .509 .690 .334 .506 .547 .582 .620 .451 .412 .385 .550 .574 .556 .621a .628 .594 .621 .650 .556 .629 .543 .638 .578 .580

X61 .690 .559 .590 .667 .704 .461 .600 .513 .603 .625 .420 .412 .333 .581 .641 .613 .628 .705a .656 .643 .619 .488 .620 .476 .649 .490 .592

X62 .653 .540 .562 .606 .663 .410 .550 .488 .564 .583 .392 .378 .310 .542 .594 .568 .594 .656 .613a .605 .592 .475 .588 .464 .611 .477 .556

X63 .700 .599 .588 .541 .692 .363 .525 .540 .587 .623 .448 .416 .379 .557 .588 .568 .621 .643 .605 .624a .642 .539 .626 .526 .640 .559 .583

X71 .745 .678 .627 .446 .716 .272 .476 .592 .595 .639 .478 .418 .418 .557 .563 .549 .650 .619 .592 .642 .702a .626 .665 .612 .663 .657 .601

X72 .636 .628 .557 .282 .599 .119 .335 .515 .477 .504 .374 .298 .324 .442 .428 .421 .556 .488 .475 .539 .626 .594a .572 .580 .553 .615 .495

X73 .723 .628 .593 .485 .701 .329 .501 .570 .596 .649 .491 .447 .434 .560 .576 .560 .629 .620 .588 .626 .665 .572 .642a .559 .650 .608 .594

X74 .621 .613 .544 .274 .584 .115 .326 .503 .466 .491 .365 .291 .316 .431 .418 .410 .543 .476 .464 .526 .612 .580 .559 .567a .540 .601 .483

X81 .735 .615 .591 .540 .719 .389 .543 .575 .620 .679 .516 .483 .458 .585 .611 .592 .638 .649 .611 .640 .663 .553 .650 .540 .667a .592 .612

X82 .689 .651 .557 .268 .637 .155 .356 .571 .528 .594 .487 .409 .457 .484 .458 .454 .578 .490 .477 .559 .657 .615 .608 .601 .592 .670a .539

X83 .675 .552 .530 .499 .659 .375 .505 .529 .575 .639 .495 .469 .447 .542 .565 .549 .580 .592 .556 .583 .601 .495 .594 .483 .612 .539 .564a

Reproduced Correlations

Reproduced Correlation

123

X11 .074 .049 -.026 .034 .011 -.045 -.031 .039 -.002 .008 -.011 -.021 .028 .009 -.034 .026 -.039 .007 -.030 -.052 -.026 -.002 -.097 -.022 -.050 -.037

X12 .074 .135 .008 -.007 .034 -.011 -.032 -.006 -.010 .042 -.017 .042 .037 -.004 -.017 .007 .000 -.032 -.028 -.097 -.070 -.051 -.113 -.073 -.063 -.066

X13 .049 .135 -.037 -.002 .010 -.003 -.079 .064 .028 .087 .025 .021 .033 -.061 -.059 -.027 .022 -.044 -.001 -.108 -.032 -.018 -.128 -.090 -.095 -.089

X21 -.026 .008 -.037 -.030 -.041 -.048 .015 .007 .006 -.013 .020 .053 .005 -.035 -.059 -.043 -.032 -.058 -.027 .030 .072 .009 .066 -.037 .024 -.021

X22 .034 -.007 -.002 -.030 .005 -.002 .043 .007 -.016 .036 -.048 -.022 .020 -.025 -.039 .008 -.026 .011 -.001 -.025 -.075 -.041 -.016 -.043 -.006 -.020

X23 .011 .034 .010 -.041 .005 -.175 .049 -.131 -.055 -.016 -.047 -.008 -.077 -.061 -.070 .044 -.058 -.024 .028 .047 .067 .030 .063 .002 .051 .003

X31 -.045 -.011 -.003 -.048 -.002 -.175 -.041 .120 .009 .078 .026 -.064 -.075 -.004 -.069 -.081 -.013 -.043 -.001 .038 .026 -.047 .033 -.024 .017 -.050

X32 -.031 -.032 -.079 .015 .043 .049 -.041 -.069 -.076 -.048 -.067 -.013 .083 -.016 .009 -.023 .008 .027 -.035 -.069 -.050 .011 -.031 -.003 .022 -.029

X33 .039 -.006 .064 .007 .007 -.131 .120 -.069 -.012 .054 .002 -.051 -.017 -.026 -.140 -.069 -.035 -.015 .000 -.058 -.025 .032 .008 -.026 -.056 -.055

X41 -.002 -.010 .028 .006 -.016 -.055 .009 -.076 -.012 .012 -.007 -.037 -.029 -.071 -.007 .010 .042 .029 -.008 .010 .016 .004 -.006 -.024 -.031 -.041

X42 .008 .042 .087 -.013 .036 -.016 .078 -.048 .054 .012 -.128 -.144 -.051 -.109 -.064 -.016 .051 .033 -.030 -.016 -.014 -.012 -.048 -.043 -.037 -.015

X43 -.011 -.017 .025 .020 -.048 -.047 .026 -.067 .002 -.007 -.128 -.135 -.017 -.030 -.039 -.001 .008 -.029 .029 .023 .077 .010 .112 -.017 -.067 -.028

X44 -.021 .042 .021 .053 -.022 -.008 -.064 -.013 -.051 -.037 -.144 -.135 -.021 .069 .045 .032 .041 .066 .019 -.004 .019 -.036 -.019 -.044 -.012 -.062

X51 .028 .037 .033 .005 .020 -.077 -.075 .083 -.017 -.029 -.051 -.017 -.021 .073 -.020 -.039 -.047 -.090 -.037 -.059 -.045 .009 -.033 -.059 -.052 -.018

X52 .009 -.004 -.061 -.035 -.025 -.061 -.004 -.016 -.026 -.071 -.109 -.030 .069 .073 .072 .006 -.116 -.076 -.014 .023 .005 -.034 .014 .016 .022 -.026

X53 -.034 -.017 -.059 -.059 -.039 -.070 -.069 .009 -.140 -.007 -.064 -.039 .045 -.020 .072 .009 -.022 .029 -.049 .016 -.013 -.006 -.044 .018 .052 .043

X54 .026 .007 -.027 -.043 .008 .044 -.081 -.023 -.069 .010 -.016 -.001 .032 -.039 .006 .009 -.006 -.027 .031 -.049 -.060 -.040 .003 -.028 -.056 -.010

X61 -.039 .000 .022 -.032 -.026 -.058 -.013 .008 -.035 .042 .051 .008 .041 -.047 -.116 -.022 -.006 .043 -.009 -.033 -.008 -.046 -.031 -.010 .005 .000

X62 .007 -.032 -.044 -.058 .011 -.024 -.043 .027 -.015 .029 .033 -.029 .066 -.090 -.076 .029 -.027 .043 -.086 -.035 .019 .004 -.013 -.007 -.013 -.070

X63 -.030 -.028 -.001 -.027 -.001 .028 -.001 -.035 .000 -.008 -.030 .029 .019 -.037 -.014 -.049 .031 -.009 -.086 -.013 -.059 -.045 .001 -.035 .041 -.018

X71 -.052 -.097 -.108 .030 -.025 .047 .038 -.069 -.058 .010 -.016 .023 -.004 -.059 .023 .016 -.049 -.033 -.035 -.013 .070 .030 .068 .008 -.016 -.003

X72 -.026 -.070 -.032 .072 -.075 .067 .026 -.050 -.025 .016 -.014 .077 .019 -.045 .005 -.013 -.060 -.008 .019 -.059 .070 -.007 -.009 -.051 -.078 -.049

X73 -.002 -.051 -.018 .009 -.041 .030 -.047 .011 .032 .004 -.012 .010 -.036 .009 -.034 -.006 -.040 -.046 .004 -.045 .030 -.007 -.020 -.021 -.046 -.040

X74 -.097 -.113 -.128 .066 -.016 .063 .033 -.031 .008 -.006 -.048 .112 -.019 -.033 .014 -.044 .003 -.031 -.013 .001 .068 -.009 -.020 -.033 -.043 -.007

X81 -.022 -.073 -.090 -.037 -.043 .002 -.024 -.003 -.026 -.024 -.043 -.017 -.044 -.059 .016 .018 -.028 -.010 -.007 -.035 .008 -.051 -.021 -.033 .095 .170

X82 -.050 -.063 -.095 .024 -.006 .051 .017 .022 -.056 -.031 -.037 -.067 -.012 -.052 .022 .052 -.056 .005 -.013 .041 -.016 -.078 -.046 -.043 .095 .070

X83 -.037 -.066 -.089 -.021 -.020 .003 -.050 -.029 -.055 -.041 -.015 -.028 -.062 -.018 -.026 .043 -.010 .000 -.070 -.018 -.003 -.049 -.040 -.007 .170 .070

Extracted Methode : Principlal Component Analysisa Repoduced comunalitiesb Residual are computed between observed and Reproduced Correlation. There are 92 (26.0%) non redundant with absolute value greater than 0.05.

Residualb