30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik sengaja maupun tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara,1998 h.20). Menelusuri sejarah disiplin ilmu komunikasi politik tidak terlepas dari dua disiplin ilmu yakni ilmu komunikasi dan ilmu politik. Sehingga memunculkan gagasan baru yang tentunya telah melalui penelitian sebelumnya yaitu mengenai komunikasi politik (Nasution, 2012). Roelofs (Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Salah satu aktor politik yang menjalankan aktivitas komunikasi politik adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden merupakan unsur penting dalam keberlangsungan sebuah negara. Figur Susilo Bambang Yudhoyono sendiri semakin populer di mata berbagai lapisan masyarakat. Hasil sejumlah polling sebelum pemilu 2004 menunjukkan bahwa ia menjadi tokoh yang paling dipercaya sekaligus paling dijagokan pada pemilihan umum 2004. Catatan sebagai perwira TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang menorehkan segudang prestasi, bahkan sejak menjalani pendidikan militer menjadi satu dari sekian

FENOMENA ELECTORAL CYCLE PADA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lainnya, baik sengaja maupun tidak

sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan

bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,

seni dan teknologi (Cangara,1998 h.20). Menelusuri sejarah

disiplin ilmu komunikasi politik tidak terlepas dari dua

disiplin ilmu yakni ilmu komunikasi dan ilmu politik. Sehingga

memunculkan gagasan baru yang tentunya telah melalui

penelitian sebelumnya yaitu mengenai komunikasi politik

(Nasution, 2012). Roelofs (Sumarno & Suhandi, 1993)

mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang

materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah

kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan

(lembaga otoritatif).

Salah satu aktor politik yang menjalankan aktivitas

komunikasi politik adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY). Presiden merupakan unsur penting dalam keberlangsungan

sebuah negara. Figur Susilo Bambang Yudhoyono sendiri semakin

populer di mata berbagai lapisan masyarakat. Hasil sejumlah

polling sebelum pemilu 2004 menunjukkan bahwa ia menjadi tokoh

yang paling dipercaya sekaligus paling dijagokan pada

pemilihan umum 2004. Catatan sebagai perwira TNI (Tentara

Nasional Indonesia) yang menorehkan segudang prestasi, bahkan

sejak menjalani pendidikan militer menjadi satu dari sekian

banyak ukuran masyarakat menilai sosoknya yang kini telah

menjadi presiden ke-6 Republik Indonesia (Kurlinawati, 2009).

Komunikasi politik antara presiden dengan rakyatnya tentu

memiliki tujuan-tujuan tertentu, seperti memperoleh dukungan

atas berbagai kebijakan yang akan dilakukan, memulihkan

kepercayaan terhadap pemerintahannya, meredakan konflik,

membentuk citra diri dan pemerintahnya, dan lain sebagainya.

Intinya komunikasi politik dalam hal ini komunikasi presiden

dapat memberi kontribusi atas tercapainya tujuan komunikator

(Nawiroh, 2013). Komunikasi politik presiden dapat juga

dijadikan alat bagi pencitraan diri Selain citra politik,

komunikasi politik juga bertujuan untuk membentuk dan membina

opini publik (pendapat umum) serta mendorong partisipasi

politik.

Susilo Bambang Yudhoyono merupakan pemimpin Negara

Republik Indonesia yang pertama kalinya dipilih secara

langsung oleh rakyat pada tahun 2004. Berdasarkan data dari

Komisi Pemilihan Umum tahun 2004. Citra Susilo Bambang

Yudhoyono yang mengalami pasang surut dapat dilihat dari

hasil-hasil survey yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey

yang ada di Indonesia seperti Lembaga Survei Indonesia dan

Lingkaran Survei Indonesia. Hasil survey Susilo Bambang

Yudhoyono mulai dari sebelum pemilihan (pre electoral), periode

pemilihan (electoral period) dan pasca pemilihan (post electoral) yang

disebut sebagai siklus pemilu (electoral cycle) akan peneliti

analisis. Citra Susilo Bambang Yudhoyono dari tahun ke tahun

berubah seiring dengan kinerjanya sebagai presiden. Seperti

halnya dengan hasil penelitian Dieter Ohr dan Henrik Oscarson

(2003), bahwa kepuasan masyarakat atas kinerja pemimpin akan

berpengaruh pada citra seorang pemimpin. Citra Susilo Bambang

Yudhoyono berada pada angka tertinggi 80 persen saat beberapa

bulan menjadi presiden pada tahun 2004.

Gambar 1.2 Grafik Kepuasan Publik Atas Kinerja Presiden

Dan Wakil Residen

Sumber : Lingkaran Survey Indonesia (Prospek Kepemimpinan

Nasional 3 Tahun Pemerintahan SBY), 2007

Grafik di atas menggambarkan naik turunnya tingkat

kepuasan masyarakat terhadap kinerja SBY, namun masih berada

dalam angka electoral di atas 50 persen. Akan tetapi hasil survei

LSI (Lingkaran Survei Indonesia) tentang kepuasan masyarakat

terhadap kinerja SBY pada tahun 2009 di bawah 50 persen. Hal

ini dikarenakan terdapat beberapa masalah yang belum

terselesaikan di antaranya, kasus pembunuhan Munir yang tidak

kunjung terselesaikan, dana Bank Century yang diduga mengalir

ke partai dan capres, kasus pembunuhan aktivis Ahmadiyah dan

kasus Nazarudin serta petinggi Demokrat lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin

menganalisis opini publik melalui hasil survey opini publik

Susilo Bambang Yudhoyono dalam lingkup electoral cycle. Hasil

survey opini publik yang peneliti gunakan berdasarkan lembaga

yang disarankan oleh Walter Lippmann yakni melalui Lembaga

Rasional Intelejen Independen seperti Lembaga Survei

Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, IFES, INES dan LP3ES.

Menurut Lippmann (1998) lembaga-lembaga tersebut menggunakan

metodologi dalam melakukan survey sehingga dapat menggambarkan

opini publik yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka

permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah fenomena electoral cycle pada Susilo Bambang

Yudhoyono selama dua periode kepemimpinan?

1.3 TujuanPenelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah

memberikan gambaran dan analisis fenomena electoral cycle pada

Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari pre-electoral, electoral period dan

post electoral period dari hasil survei opini publik.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, diharapkan dari hasil penelitian ini

dapat memberi gambaran studi tentang electoral cycle melalui

data-data hasil survei opini publik, terkait dengan

popularitas Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan studi

pustaka.

b. Secara praktis, penelitian ini menjadi masukan kepada

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan

dengan penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Politik

Komunikasi dari bahasa latin communico yang artinya

membagi, dan communis yang berarti membangun kebersamaan antara

dua orang atau lebih. Sementara, politik berasal dari kata

Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti

itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,

politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,

politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang

berarti kewarganegaraan (Anom, 2009). Komunikasi adalah usaha

penyampaian pesan antar manusia (Vardiansyah, 2004 h.9).

Cangara (Nasution, 2012) mengatakan komunikasi politik adalah

suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan

komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik,

atau berpengaruh terhadap perilaku politik.

2.2 Survey/Polling

Polling atau jejak pendapat menjadi sangat populer di

Indonesia,seiring dengan adanya pemilihan presiden secara

langsung dipilih oleh rakyat. Jajak pendapat terutama mengenai

Pemilu adalah barang baru, selama puluhan tahun masa Orde Baru

kegiatan ini bisa dikatakan mati. Memang ada beberapa lembaga

jajak pendapat yang mengadakan survei tentang berbagai hal

tetapi tidak ada yang berbicara tentang pemilu (Surdiasis,

2008 h.67).

Satu lembaga yang melakukan survey yang penting dicatat

pada periode ini adalah PT Suburi yang berdiri pada tahun

1967, sejarahnya saat itu Sjarif Thajib, Duta Besar Indonesia

di Amerika menyatakan perlunya lembaga riset di Indonesia.

Thajib tampaknya terpesona dengan suburnya lembaga penjaringan

opini publik ini di Amerika. Kesempatan itu datang ketika Asia

Research Organization yang berpusat di Manila menawarkan diri

masuk dan menjalankan bisnis riset di Indonesia. Masuknya

Suburi ke Indonesia juga dibantu oleh Panitia Penanaman Modal

Asing (saat itu diketuai oleh Prof Sadli dari Universitas

Indonesia) yang merasa di Indonesia perlu adanya biro riset.

Meski baru berdiri, Suburi mendapat banyak proyek penelitian

terutama dari lembaga dan departemen pemerintah serta kedutaan

asing (Surdiasis, 2008 h.72).

Seiring dengan berkembangnya lembaga jajak pendapat,

beberapa media membuat beberapa riset untuk mengetahui opini

publik terhadap kandidat calon presiden. Sebagai salah satu

pilar demokrasi media dan pers memiliki peran yang amat

strategis dalam mentransformasikan setiap detil informasi

kepada masyarakat. Polling adalah salah satu cara untuk

mengetahui pendapat masyarakat mengenai suatu masalah yang

sedang terjadi. Eriyanto (1999 h.3) mengungkapkan

“Polling sering didefinisikan sebagai suatau

penelitian (survei) dengan menanyakan kepada

masyarakat mengenai pendapatnya terhadap suatu

isi/masalah tertentu. Polling secara metodologis

adalah teknik untuk menyelidiki apa yang dipikirkan

orang terhadap isu/masalah yang muncul. Polling

adalah suatu metode untuk mengetahui pendapat umum.

Polling merupakan ekspresi sekaligus metode untuk

mengetahui pendapat umum terhadap suatu isu”

Dengan kata lain polling/survey dapat diartikan sebagai

suatu cara untuk mengukur atau mengetahui pendapat

masyarakat atau opiini publik melalui survei atau

penelitian pada beberapa individu atau kelompok masyarakat

atau sampel tertentu berdasarkan metode tertentu agar

tercapai hasil yang mendekati keadaan yang sebenarnya dan

dapat mewakili pendapat masyarakat seluruhnya.

2.2 Opini Publik (Pendapat Umum) dan Citra

Opini publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu public

opinion yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa

Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998) lebih suka menggunakan

istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public

opinion. Opini publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan

publik. Opini diambil dari kata opinion (Inggris) yang berarti

pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata public

(Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti

publik/umum, dengan demikian opini publik sama dengan pendapat

umum, karena kedua istilah tersebut sama-sama digunakan di

Indonesia.

Pendapat umum menurut Walter Lippmann (1998) dilandasi

oleh pembedaan antara lingkungan palsu dan lingkungan nyata.

Masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, akan

tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta kenyataan adalah

fatamorgana atau lingkungn palsu. Lingkungan palsu merupakan

gambaran yang dibentuk masyarakat awam dan menuntutnya dalam

bertindak. Distorsi-distorsi datang dari faktor-faktor

emosional, kebutuhan ego dan dari stereotipe-stereotipe,

gambaran yang dimilki tentang para tokoh/figur publik

(Lippmann, 1998 h.xxii). Gambaran – gambaran yang yang

diterima oleh masyarakat terutama melalui media, tidak

sepenuhnya menggambarkan realitas, sebagaimana yang dikatakan

oleh Lippmann bahwa kinerja media yang tergesa-gesa tidak

mampu menghasilkan sebuah informasi yang akurat (Lippmann,

1998 h.xxiii).

Lippmann lebih jauh mengatakan masyarakat tidak melihat

dahulu kemudian merumuskan namun kebanyakan masyarakat

merumuskan dahulu baru melihat. Masyarakat melihat apa yang

dipilih dalam bentuk yang distereotipkan oleh kebudayaannya.

Lippmann juga mengungkapkan “picture in our head” atau gambaran

dalam benak kita dan tentang citra sebagai akibatnya yang

tidak sesuai dengan situasi di luar diri kita. Walter Lippmann

mengaitkan hubungan gambaran dalam benak kita (picture in our head)

dengan lingkungan palsu (pseudo environment), kedua ungkapan

tersebut mengacu pada gambaran dunia tempat masyarakat

bertindak. Gambaran tersebut bisa benar atau salah atau

campuran benar salah.

2.3 Electoral Cycle (Siklus Pemilu)

Berbicara tentang komunikasi politik dan opini publik

tidak terlepas dari proses pemilihan mulai dari tahap awal

hingga tahap akhir yang disebut sebagai siklus pemilu. Electoral

cycle atau siklus pemilu merupakan tahapan-tahapan dalam

pemilihan. Menurut IDEA (The International Institute for Democracy and

Electoral Assistance, 2015 ) melihat proses pemilu sebagai sebuah

siklus yang tak terputus. Dalam siklus tersebut ada tiga

periode, pertama periode pra-pemiliu, periode pemilu, dan

periode pasca-pemilu. Dalam siklus tersebut yang termasuk

dalam siklus pemilu antara lain sebagai contoh: penyusunan dan

perancangan peraturan terkait pemilu, termasuk pembuatan

undang-undang pemilu, rekrutmen para penyelenggara pemilu,

penjadwalan pemilu, proses pendaftaran pemilih, pendaftaran

peserta pemilu, kampanye, proses pemungutan suara,

penghitungan suara, penyelesaian  perselisihan hasil pemilu,

pelantikan calon terpilih, pelaporan hasil penyelenggaraan

pemilu. Jika sudah masuk pada tahapan akhir yaitu pelaporan

hasil pemilu, maka siklus ini kembali ke awal (Supriyanto,

2015).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Pendekatan atau paradigma adalah seperangkat teori,

prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti

melihat dunia, hal ini disampaikan oleh Dominick (Kriyantono,

2010 h.48). Menurut Kriyantono (2010, h.48) ada dua sifat dari

paradigma, membatasi pandangan kita dan selektif. Artinya

perilaku orang ditentukan oleh paradigmanya tentang realitas.

Berdasarkan paradigma itu, dia memperhatikan, menginterpretasi

dan memahami stimuli dari realitas yng ditemui serta

mengabaikan stimuli lainnya. Jadi, realitas yang kita tangkap

dan tafsirkan bukanlah realitas yang utuh, melainkan realitas

yang kita pilih bebrapa aspek tertentu saja yang kita anggap

menarik dan penting.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

interpretatif. Menurut Newman (1997 h. 72) interpretatif

melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks

dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna

sosial. Interpretatif melihat fakta sebagai hal yang cair

(tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan

interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan

netral, fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual

yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi

sosial. Lebih jauh Newman mengatakan interpretatif menyatakan

situasi sosial mengandung ambiguitas yang besar. Perilaku dan

pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat

dinnterpretasikan dengan berbagai cara

3.2 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang

terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui,

mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah.

Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-

cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah

sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang membicarakan

beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan

jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasinya,

menganalisis, dan menginterpretasikannya. Menurut Sugiyono

(2008 h.105) pengertian metode deskriptif analisis adalah

metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai

dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

diolah dan dianalisis untuk dapar memberikan gambaran mengenai

masalah yang ada.

Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah metode ini

dianggap sebagai metode yang tepat karena dalam penelitian ini

peneliti mengumpulkan data survei opini publik terhadap Susilo

Bambang Yudhoyono kemudian menyusunnya , menganalisis dan

menginterpretasikannya.

3.3 Fokus Penelitian

Menurut Suyanto & Sutinah (2005, h. 171) fokus penelitian

berfungsi untuk memberi batasan hal-hal yang akan diteliti dan

berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian,

utamanya pada saat pengumpulan data yaitu untuk membedakan

antara data mana yang relevan dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini berfokus pada opini publik mengenai Susilo

Bambang Yudhoyono mulai dari tahapan :

1. Pre Electoral Period (tahapan sebelum pemilu)

2. Electoral Period (tahapan pemilu)

3. Post Electoral Period (setelah pemilu)

Tiga tahapan di atas disebut dengan electoral cycle (siklus

pemilu), Dalam siklus tersebut ada tiga periode, pertama

periode pra-pemiliu, periode pemilu, dan periode pasca-pemilu.

Dalam siklus tersebut yang termasuk dalam siklus pemilu antara

lain sebagai contoh: penyusunan dan perancangan peraturan

terkait pemilu, termasuk pembuatan undang-undang pemilu,

rekrutmen para penyelenggara pemilu, penjadwalan pemilu,

proses pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu,

kampanye, proses pemungutan suara, penghitungan suara,

penyelesaian  perselisihan hasil pemilu, pelantikan calon

terpilih, pelaporan hasil penyelenggaraan pemilu. Jika sudah

masuk pada tahapan akhir yaitu pelaporan hasil pemilu, maka

siklus ini kembali ke awal (Supriyanto, 2015). Peneliti akan

menganalisis opini publik melalui data hasil survey-survey

opini/jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

survey selama dua periode kepemimpinan Susilo Bambang

Yudhoyono seperti Lembaga Survei Ndonesia, Lingkaran Survei

Indonesia, LP3ES, Litbang Kompas, IFES dan IRI.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan cara melakukan studi kepustakaan.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-

literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1998

h.111). Studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah

mengumpulkan data dari buku-buku, data hasil survey dan

artikel yang terkait dengan penelitian yang sudah ditentukan

dan dari hasil wawancara dengan informan yaitu Gubernur NTB

Zainul Majdi.

3.5 Jenis Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Jenis data dalam penelitian ini dilakukan

melalui data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain) (Ruslan 2004 h. 138).

Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data

berupa wawancara dengan salah satu anggota Partai Demokrat

yaitu Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH. Zainul Majdi sebagai

data pendukung dari penelitian ini. Peneliti memilih Gubenur

NTB karena beliau merupakan Ketua tim sukses Susilo Bambang

Yudhoyono tahun 2009 di Provinsi NTB. Data sekunder umumnya

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter) merupakan yang

dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder

dari penelitian ini yaitu berupa hasil-hasil survey yang

peneliti temukan dari beberapa lembaga survey seperti Lembaga

Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Litbang Kompas

dan buku-buku yang berkaitan dengan Susilo Bambang Yudhoyono,

jurnal, artikel dan lain sebagainya.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (Moleong

2005 h.248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari.

Proses analisis data dimulai dengan beberapa tahapan :

1. Reduksi data (Data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemisahan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang

tersedia dari berbagai sumber seperti hasil-hasil survey

Susilo Bambang Yudhoyono akan dipilih mana yang termasuk

data pre electoral, electoral period, post electoral yang terkait dengan

penelitian dan hasil wawancara dengan informan. Data yang

didapat akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,

difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema

atau polanya.

2. Penyajian data (Data display)

Setelah dilakukan reduksi data, tahapan selanjutnya

adalah data-data hasil reduksi tersebut disajikan. Dalam

penelitian ini, beberapa data akan menggunakan data

kuantitatif dengan bentuk tabel, grafik, diagram dan

sejenisnya dari hasil survei opini publik tentang Susilo

Bambang Yudhoyono.

3. Penarikan kesimpulan (Conclucing drawing)

Tahapan terakhir adalah penarikan kesimpulan, setelah

data hasil penelitian di reduksi dan disajikan, peneliti

melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang

proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses

pengumpulan data. Setelah memperoleh data survei pre

electoral, electoral period, post electoral selanjutnya peneliti akan

menginterpretasikan dengan memadukan konsep dan teori.

3.7 Goodness of Quality Criteria

Sebagai penelitian yang menggunakan paradigma

interpretatif, penemuan dalam penelitian ini ditampilkan

kriteria teori-teori (pattern theories) atau teori-teori

mendasar (grounded theories). Istilah seperti credibility,

transferbility, dependability dan confirmtability menggantikan kriteria

positivis mengenai validitas internal dan eksternal,

reabilitas dan objektivitas (Denzin & Lincoln 2005 h.24).

a.Credibilty

1. Kompetensi informan

Informan yang peneliti gunakan yaitu Gubernur NTB

Zainul Majdi, alasan pemilihan informan tersebut

karena beliau merupakan anggota Partai Demokrat.

2. Kredibiltas data

Dalam penelitian ini peneliti menyerahkan hasil

kepada informan yang peneliti mintai keterangan dan

informan tersebut mengakui hasil dari penelitian

ini. Peneliti telah mengirimkan hasil penelitian

melalui email kepada Gubernur NTB.

3. Transferability

Prinsip dari transferability ini berkaitan dengan

kemungkinan hasil penelitian untuk diterpakan dalam

konteks yang lain. Dengan penelitian ini diharapkan

sebagai rujukan dan dikembangkan dengan penelitian

sejenis.

4. Dependability (akurat & konsisten)

Dependability berkaitan dengan terdapatnya akses untuk

menilai dalam keseluruhan tahapan penelitian oleh

kolega. Misalnya, peneliti menunjukkan naskah

laporan dan sumber-sumber data yang dimiliki kepada

koleganya untuk diberi penilaian apakah yang

dilakukannya sudah memadai. Untuk penelitian ini

akan diperankan oleh pembimbing skripsi.

5. Confirmtability (data terhubung dengan sumber data,

interpretasi berasal dari sumber data)

b. Keaslian (authenticity)

1. Fairness : apakah penelitian ini secara jujur menampilkan

berbagai kalangan secara propposional. Penelitian ini

menampilkan pendapat dari Gubernur NTB Zainul Majdi

yang merupakan anggotan Partai Demokrat dan sudah

memimpin dua periode. Sehingga penelitian ini dapat

dikatakan menampilkan kalangan proposional.

2. Ontological authenticty : apakah hasil penelitian ini mampu

memberikan penyadaran atau pencerahan bagi subjek

penelitian. Penelitian ini pernah dipresentasikan

dihadapan teman-teman Ilmu Komunikasi dan dosen

pembimbing.

3. Educative authenticity : mengacu pada bagaimana

mengembangkan pemahaman dan apresiasi orang lain.

Penelitian ini memberikan pemahaman, pengetahuan bagi

teman-teman ilmu komunikasi tentang popularitas SBY

dalam lingkup komunikasi politik, opini publik dan

electoral cycle.

BAB IV

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Opini Publik Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono

pada Masa Pre Electoral, Electoral Period dan Post Electoral Periode

(Periode I)

Pre electoral cycle merupakan tahapan pertama dalam siklus

pemilu. Terdapat empat tahapan dalam pre electoral cycle yakni

planning, training, information dan registration. Dari empat tahapan

tersebut, peneliti hanya membahas data survei opini publik

dalam tahapan planning dikarenakan peneliti tidak menemukan data

survey opini publik pada tahapan training, infromation dan registration.

Pada tahapan planning, Susilo Bambang Yudhoyono mencalonkan diri

sebagai calon presiden dan mendapatkan nomor urut empat

bersaing dengan Megawati, Amien Rais, Hamzah Haz dan Wiranto.

Figur atau person adalah komunikator politik yang dalam

penelitian ini merupakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sehubungan dengan penelitian ini, memasuki masa - masa

kampanye (electoral period) hasil survey opini publik menunjukkan

bahwa SBY berada di urutan nomor satu dan Megawati urutan

kedua dengan selisih 10 persen. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan dari Saiful Mujani peneliti senior Lembaga Survei

Indonesia yang mengatakan (Dikutip dari wawancara Ria Basuki

dengan Saiful Mujani (11 Februari 2004)) :

“Posisi paling atas popularitas capres adalah SBY,yang menarik adalah SBY

mau dipasangkan dengan siapapun, tetap tinggi dengan orang yang tidak

populer sekalipun. SBY dapat menang jika mood publik semacam ini

bertahan, sepertinya sulit menggeser posisi SBY”

.

5.2 Analisis Opini Publik Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono

pada Masa Pre Electoral, Electoral Period dan Post Electoral Period

(Periode II)

Pasca kepemimpinannya periode 2004-2009, SBY kembali

mencalonkan diri sebagai presiden periode selanjutnya, namun

kali ini berpasangan dengan Boediono. Susilo Bambang Yudhoyono

bersaing dengan Jusuf Kalla- Wiranto dan Megawati-Prabowo.

Hasil survei menunjukkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono tetap

menjadi pilihan pertama masyarakat sebagai presiden

selanjutnya walaupun berpasangan dengan cawapres baru. LSI

(Lembaga Survei Indonesia) melakukan survei pada pra pemilu

(pre electoral) untuk memonitor sikap elektoral pemilih terhadap

calon presiden dan wakil calon presiden. Hasil survei

menunjukkan dari 2000 sampel, Susilo Bambang Yudhoyono

mendapatkan 67,2 persen suara, sedangkan Megawati dan Jusuf

Kalla masih jauh dari angka electoral.

Masih dalam electoral period, pemilihan presiden yang

dilaksanakan pada 8 Juli 2009 secara serentak di seluruh

Indonesia membawa SBY kembali menjadi Presiden 2009-2014

dengan perolehan suara sebanyak 60,80 persen. SBY menang dalam

satu putaran, akan tetapi tim Megawati Prabowo melakukan

gugatan ke MK (Mahkamah Agung) dengan pengaduan kecurangan

dalam pilpres (pemilihan presiden). Gugatan tim Megawati dan

Prabowo ditolak oleh MK karena tidak ada bukti kuat yang

menunjukkan upaya sistematis dan terstruktur yang mempengaruhi

hasil pilpres menguntungkan salah satu pasangan

(Setiawan,2009). Adanya sengketa tersebut menunjukkan tahapan

review, reform dan strategy dalam tahapan post electoral period. Dengan

berakhirnya sengketa pilpres secara resmi pada 20 Oktober 2009

SBY resmi dilantik sebagai presiden 2009-2014. Popularitas

dalam electoral cycle dapat dikaitkan dengan apa yang telah disebut

"periode bulan madu" yang dihasilkan dari keseimbangan yang

positif dari liputan media (Crespo , 2011).

BAB V

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

popularitas SBY melalui hasil survei opini publik dapat

digambarkan melalui electoral cycle sebagai berikut :

a. Pada pra pemilu (pre electoral) 2004-2009 popularitas SBY

melampaui popularitas tokoh-tokoh lainnya yang sudah

terkenal.

b. Pada pemilu (electoral period) 2004-2009 popularitasnya

sebagai calon presiden yang saat itu terpojokkan

oleh kubu Megawati membawanya menjadi presiden pada

tahun 2004-2009.

c. Pada tahap setelah pemilu (post electoral period ) 2004-

2009 tidak ditemukan adanya sengketa dalam pemilihan

presiden periode pertama. Namun dari hasil

kinerjanya, SBY masih berada di angka electoral.

d. Pada tahap sebelum pemilu (pre electoral) 2009-2014

menjelang kepemimpinanya berakhir, Lembaga survei

melakukan survei kepada masyarakat popularitas

tokoh-tokoh yang akan maju dalam pilpres. Hasilnya

SBY tetap populer di masyarakat.

e. Pada tahap pemilu (electoral period) 2009-2014 hasil

prediksi lembaga survei menunjukkan bahwa SBY akan

menang dalam piplres 2009, dan terbukti bahwa SBY

menang dalam satu putaran. Walaupun banyak kampanye

hitam untuk SBY Boediono, masyarakat tetap memilih

SBY.

f. Pada tahap setelah pemilu (post electoral period) 2009-2014

pada tahapan ini, terjadi sengketa Megawati

menggugat ke Mahkamah Konstitusi namun tidak

dikabulkan. Kinerja SBY pada periode dua ini di

bawah angka electoral. Popularitas SBY pada periode

kedua kepemimpinanya menurun drastis karena banyak

masyarakat menilai kondisi ekonomi yang semakin

buruk, biaya pendidikan yang semakin mahal,

fasilitas kesehatan untuk orang miskin yang

terbatas. Kasus korupsi yang ada pada Partai

Demokrat juga menjadi salah satu indikator penurunan

popularitas SBY serta keputusan SBY kembali menjadi

ketua Partai Demokrat.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mempunyai

saran untuk pembaca dan penelitian selanjutnya :

1. Saran praktis

a. Bagi partai politik

Bagi partai politik, untuk mengetahui tingkat

popularitas kandidat dapat menggunakan jasa lembaga

survey yang mempunyai kredibilitas dan independen.

b. Bagi lembaga konsultan politik

Bagi lembaga konsultan politik, untuk meningkatkan

elektabilitas dan popularitas kandidat perlu melihat

hasil survei pre electoral dari berbagai hasil survey

sebagai pertimbangan untuk melakukan program-

program dalam rangka meningkatkan elektabilitas

kandidat.

c. Bagi Lembaga survey

Untuk lembaga survey agar tetap menjalankan tugas

sebagai lembaga survey yang independen dan netral,

tidak mengampanyekan kandidat.

2. Saran akademis

a. Kajian electoral cycle dalam penelitian ini hanya

mencakup pada lembaga survey, untuk penelitian

selanjutnya dapat mengaitkan dengan lembaga

konsultan politik.

b. Untuk penelitian selanjutnya, agar mengembangkan

kajian komunikasi politik lebih luas lagi terutama

dalam kajian-kajian yang masih belum diteliti.

6.3 Proposisi

a. Electoral Cycle dapat digunakan untuk melihat popularitas

seorang pemimpin dari siklus pemilunya. Cara dari seorang

pemimpin mengatasi masalah merupakan hal yang dapat

mempengaruhi popularitasnnya.

b. Opini publik yang berdasarkan kinerja lembaga rasional

untelejen independen (Lippmann, 1998) dapat memberikan

hasil yang akurat. Dengan menggunakan metode ilmiah,

opini yang dihasilkan mampu menggambarkan realitas yang

sebenarnya. Walter Lippmann menyarankan agar masyarakat

melihat apa yang diharapkan untuk ditemukan melalui

informasi yang sudah diseleksi dan mengabaikan informasi

yang tidak sejalan dengan harapan..

.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :Abdurrachman, Oemi (2001). Dasar Dasar Public Relations. Bandung :

Citra Aditya Bakti.Ali, Januar Denny (2004). Jajak Pendapat Dan Pemilu Di Indonesia. LKIS

Yogyakarta.Ali, Januar Denny (2006). Memperkuat pilar kelima. Yogyakarta:LKIS

Yogyakarta.Ali, Januar Denny (2006). Napak tilas reformasi politik Indonesia (talkshow

Denny JA dalam dialog aktual radio delta FM). Yogyakarta:LKISYogyakarta.

Alwi, Dahlan (1990). Perkembangan Komunikasi Politik Sebagai BidangKajian Dalam Jurnal Ilmu Politik No. 6 Kerjasama Aipi,Lipi Jakarta : Gramedia.

Antoni, (2004). Riuhnya Persimpangan Itu: Tiga Serangkai.Arifin Anwar (1998). Opini Publik, Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama.Arifin Anwar (2010). Opini Publik, Jakarta : Gramata Publishing.A.W Widjaja (2002). Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Bagong ,Suyatno & Sutinah (2005). Metode Penelitian Sosial.Jakarta : Prenada Media.

Cangara, Hafied (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PTRaja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PTRaja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi : Konsep, TeoriDan Strategi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Cellinda C.Lake And Pat Callbeck Herper, (1987). Public OpinionPolling : A Handbook For Public Interest And Citizen, Advocasy Groups ,Washington Dc : Islandia Pers.

Charles W. Mills, (1956). The Power Elite : Oxford UniversityPress

Denzin N.K And Lincoln Y.S (2005). The Sage Handbook Of QualitativeResearch Third Edition, Thousand Oaks : California SagePublications Inc.

Eriyanto (1999). Metodologi Polling. Bandung : PT RemakaRosdakaryaCresswell, John W. (2009). Research Design : Qualitative Quantitative And

Mixed Methods Approaches. California : Sage Publications.Hamad, Ibnu (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa.

Jakarta : Yayasan Obor IndonesiaHarun, Rochajat, Sumarno (2006). Komunikasi Politik Suatu Pengantar.

Mandramaju.Kriyantono, Rachmat (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :

Kencana Prenada Group.Lesmana, Tjipta Ma (2008). Dari Soekarno Sampai SBY, Intrik dan Lobi

Politik Para Penguasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Lippmann, Walter (Pengantar Mochtar Lubis) (1998). Opini Umum.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Moleong, Lexy J (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.Muhtadi, Asep Saiful (2008). Komunikasi Politik Indonesia : Dinamika

Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.Najib, Muhammad (2005). Pemilu 2004 dan Eksperimental Demokrasi KPU.

DIY Yogyakarta.Nazir Moh. (1999). Metode Penelitian Cetakan Ketiga.. Jakarta : Ghalia

Indonesia.Newman, Bruce (1999). The Handbook Of Political Marketing. London :

Sage Publications.Nimmo, Dan (2004). Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Nimmo, Dan (2010). Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung: PTRemaja Rosdakarya

Nursal, Adman (2004). Political Marketing : Strategi MemenangkanPemilu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Roslan, Rosady Sh Mm (2004). Metode Penelitian Public Relations.Jakarta : PT Rajawali Pers.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif – Kulitatif. Bandung :AlfabetaSumarno & Suhandi (1993). Pengantar Studi Komunikasi Politik. Bandung:

Orba ShaktiSumarno, Ap (1993). Dimensi- Dimensi Komunikasi Politik. Bandung :

Citra Aditya BaktiSurdiasis, Fransiskus, Ulin Ni’am Yusron, Rusdi Mathari

(2008). Membangun Tradisi Baru Politik Bakti Untuk Indonesia, Enam IkonPembawa Tradisi Baru, Jakarta : Sinar Harapan

Susan, Herbest (1995). Numberde Voices How Opinion Polling Has ShapedAmerican Politics, Chicago University Of Chicago Perss

Vardiansyah, Dani (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke 1.Bogor: Ghalia Indonesia.

Artikel :Anonym (2015). Tokoh Indonesia (presiden RI pertama pilihan rakyat).Astuti, Sri Ayu, (2006). Kebebasan Berekspresi Pers dan Berita Dalam

Lingkup Hak Asai Manusia. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Fungsi Ekonomi Kbri Wdc, (2014). Menonjol Dalam Kepemimpinanya

Dibidang Lingkungan Hidup, Presiden Ri Ke 6 Susilo Bambang YudhoyonoMemperoleh Penghargaan Champions Of The Earth Dari Unep. EmbassyOf Indonesia : Massachussets Ave Nw.

Hasan, Kamarudin (2009). Komunikasi Politik Dan Pencitraan (Analisis TeoritisPencitraan Politik Di Indonesia).Volume 2 No 4.

Komisi Pemilihan Umum, (2004). di akses 22 Februari2015 :http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf

Komisi Pemilihan Umum, (2009). di akses 22 Februari2015 :http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_05r.pdf

Lembaga Survei Indonesia (2007). Prospek Kepemimpinan Nasional 3Tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Lembaga Survei Indonesia (2006). Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik 2006-2007 Evaluasi Publik Nasional.

Pol Tracking Institute (2013). Evaluasi 4 tahun Sby-Boediono: stagnasikepuasan publik terhadap kinerja pemerintah dan DPR. Temuan SurveiNasional 13-23 September 2013

Indo Barometer, (2010). Survey 100 Hari Kinerja SBYLingkaran Survey Indonesia (2011). Merosotnya Leadership SBY Dimata

PublikNasution, Belli (2012). Komunikasi politik. Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik: Pekanbaru

Jurnal :Anom, Erman (2009). Komunikasi politik SBY melalui media tv dan minat memilih

masyarakat dalam pilpres 2009.Volume 5 No.1Bean, Clive (1993). The Electoral Infulence Of Party Leader Images In

Australian And New Zealand. Australian National Univerisity.Crespo, Jose Canel Maria (2011). The Role And Functions Of Government

Public Relations :Lesson From Public Perceptions Of Government.Complutense: University of Madrid.

Fransiska (2009). Komunikasi politik Susilo Bambang Yudhoyono.Universitas Sumatera Utara.

Kurlinawati (2009). Pemikiran Politik Susilo Bambang Yudhoyono Dan TataKelola Pemerintahan, Universitas Sumatera Utara.

Liddle, R. William, Saiful Mujani (2007). Leadership, Party, AndReligion: Explaining Voting Behaviour In Indonesia. Ohio StateUniversity , Columbus, Indonesia Survey Institute,Freedom Institute, Jakarta Indonesia.

Nawiroh, Vera, Eko Putra & Linda Islami (2013). Gaya KomunikasiPolitik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Fakultas Imu Komunikasi: Universitas Budi Luhur Jakarta.

Ohr, Dieter Henrik Oscarson (2003). Leader Trait, Leader Image An VoteChoice. University Koln : Goteborg University.

Rise A & Trout J (2002). Positioning, The Battle For Your Mind. New York: Mc Graw Hill

Riyanto, Bahrudin (2004). Media dan Aktor Politik: UniversitasAirlangga Surabaya.

Setiawan, Ahmad (2009). Kinerja Susilo Bambang Yudhoyono.Universitas Sumatera Utara.

Soejonto. H. Mudhakir (2009). Buletin Yasau.Internet : Adib, A (2004). Hari ini SBY bertemu Mega.. Di akses pada 22

Februari 2015 melalui :http://ww.suaramerdeka.com/harian/0403/15/nas5htm

Anonym (2004). SBY Rising Star Militer menuju “Bintang” Capres. Di aksespada 22 Februari 2015 melalui :http://www.suaramerdeka.com/harian/04/03/11/nas1.htm

Anonym (2009). Tepis isu non muslim, istri boediono hadiri majlis taklim. Diakses 22 Februari 2015 :http://m.berita8.com/m8//berita/2009/25/tepis-isu-non-

muslim-istri-boediono-hadiri-majelis-taklim-Azis, Hari Azhar (2008 ). Kinerja Pemerintahan SBY-JK di Bidang

Perekonomian. Di akses pada 28 Februari 2015 melalui :file:///C:/Users/ACER/Downloads/Sekretariat%20Negara%20Republik%20Indonesia%20-%20Kinerja%20Pemerintahan%20SBY-JK%20di%20Bidang%20Perekonomian.htm

Djio (2012). Temuan survey di mata rakyat citra pemerintahan sby- boediono turun. Di akses 18 Februari 2015 pada:http://TemuanSurveyMataRakyatPemerintahan%20SBY20BoedionoTurunPetaPolitik.Com.htm

Gatra, Sandro (2013). Survei INES : Kinerja pmerintah tidakmemuaskan. Di akses pada 18 Fberuari 2015 melalui :http://m.kompasnews.com/Post/read/8675/Survei-ines-kinerja pemerintahan sby tak-memuaskan20-Kompas.com.htm

Hidayati (2004). Kronologis Konflik SBY-Mega. Di akses pada 22Februari 2015melalui:http://m.detik.com/news/read/2009/03/16094615/1099903/700/kronologi-konflik-sby-mega

Husniawati (2011). Komunikasi politik . Di akses pada 05 November 2- 14melalui : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789 /164/BAB%2011.docx?sequence=3 .

Ht, Daniel (2009). Isu istri Boediono katholik. Di akses 22 Februari2015 : http://m.kompasiana.com/post/read/7887/3/isu-istr-boediono-katholik-salahnya-apa.htm

Idea :International Institute For Democracy And Electoral Assistance (InternationalIdea) Di Akses pada September (2014) melalui :Http://Www.Idea.Inte/Elections/The-Online-Electoral-Cycle.Cfm

Ihsannudin (2014). Survei PDB 50 persen masyarakat puas akan kinerja sby.Di akses pada 08 Februari melalui :http:///kompasnews.com/read/post/Surve-PDB-50Persen-Lebih-Masyarakat-Puas-20akan-Pemerintahan SBY0Kompas.com.htm

Kusumadewi, Anggi (2009). Jangan Kafirkan Orang Islam. Di akses pada22 Februari 2015melalui :http://m.news.viva.co.id/news/read70827hidayat__jangan_kafirkan_orang_islam

Nugroho, Irwan (2004). Taufiq Kiemas Juga Terlalu Emosi. Di akses 22Februari2015:http://m.detik.com/news/read/2009/03/16/140145/11001

30/700/taufiq-kiemas-juga-terlalu-emosional?nd771104bc . Supriyanto, Didik (2015). Siklus Pemilu. Di akses pada 03 Desember

2014 melalui :http://rumahpemilu.org/sikluspemilu/read/621nbg89 .

Tim Liputan 6 SCTV (2004). SBY-Mega masih berseteru. Di akses pada22 Februari 2015 melalui:http://m.liputan6.com/news/read/87447/mega-sby-masih-berseteru.

Tuccinardi, Domenico (2014). Electoral Cycle : What Is The Electoral Cycle diakses September 2014 Http://Aceproject.Org/Electoral-Assistance/Electoral-Cycle