Upload
ubrawijaya
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya, baik sengaja maupun tidak
sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,
seni dan teknologi (Cangara,1998 h.20). Menelusuri sejarah
disiplin ilmu komunikasi politik tidak terlepas dari dua
disiplin ilmu yakni ilmu komunikasi dan ilmu politik. Sehingga
memunculkan gagasan baru yang tentunya telah melalui
penelitian sebelumnya yaitu mengenai komunikasi politik
(Nasution, 2012). Roelofs (Sumarno & Suhandi, 1993)
mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang
materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah
kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan
(lembaga otoritatif).
Salah satu aktor politik yang menjalankan aktivitas
komunikasi politik adalah presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY). Presiden merupakan unsur penting dalam keberlangsungan
sebuah negara. Figur Susilo Bambang Yudhoyono sendiri semakin
populer di mata berbagai lapisan masyarakat. Hasil sejumlah
polling sebelum pemilu 2004 menunjukkan bahwa ia menjadi tokoh
yang paling dipercaya sekaligus paling dijagokan pada
pemilihan umum 2004. Catatan sebagai perwira TNI (Tentara
Nasional Indonesia) yang menorehkan segudang prestasi, bahkan
sejak menjalani pendidikan militer menjadi satu dari sekian
banyak ukuran masyarakat menilai sosoknya yang kini telah
menjadi presiden ke-6 Republik Indonesia (Kurlinawati, 2009).
Komunikasi politik antara presiden dengan rakyatnya tentu
memiliki tujuan-tujuan tertentu, seperti memperoleh dukungan
atas berbagai kebijakan yang akan dilakukan, memulihkan
kepercayaan terhadap pemerintahannya, meredakan konflik,
membentuk citra diri dan pemerintahnya, dan lain sebagainya.
Intinya komunikasi politik dalam hal ini komunikasi presiden
dapat memberi kontribusi atas tercapainya tujuan komunikator
(Nawiroh, 2013). Komunikasi politik presiden dapat juga
dijadikan alat bagi pencitraan diri Selain citra politik,
komunikasi politik juga bertujuan untuk membentuk dan membina
opini publik (pendapat umum) serta mendorong partisipasi
politik.
Susilo Bambang Yudhoyono merupakan pemimpin Negara
Republik Indonesia yang pertama kalinya dipilih secara
langsung oleh rakyat pada tahun 2004. Berdasarkan data dari
Komisi Pemilihan Umum tahun 2004. Citra Susilo Bambang
Yudhoyono yang mengalami pasang surut dapat dilihat dari
hasil-hasil survey yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey
yang ada di Indonesia seperti Lembaga Survei Indonesia dan
Lingkaran Survei Indonesia. Hasil survey Susilo Bambang
Yudhoyono mulai dari sebelum pemilihan (pre electoral), periode
pemilihan (electoral period) dan pasca pemilihan (post electoral) yang
disebut sebagai siklus pemilu (electoral cycle) akan peneliti
analisis. Citra Susilo Bambang Yudhoyono dari tahun ke tahun
berubah seiring dengan kinerjanya sebagai presiden. Seperti
halnya dengan hasil penelitian Dieter Ohr dan Henrik Oscarson
(2003), bahwa kepuasan masyarakat atas kinerja pemimpin akan
berpengaruh pada citra seorang pemimpin. Citra Susilo Bambang
Yudhoyono berada pada angka tertinggi 80 persen saat beberapa
bulan menjadi presiden pada tahun 2004.
Gambar 1.2 Grafik Kepuasan Publik Atas Kinerja Presiden
Dan Wakil Residen
Sumber : Lingkaran Survey Indonesia (Prospek Kepemimpinan
Nasional 3 Tahun Pemerintahan SBY), 2007
Grafik di atas menggambarkan naik turunnya tingkat
kepuasan masyarakat terhadap kinerja SBY, namun masih berada
dalam angka electoral di atas 50 persen. Akan tetapi hasil survei
LSI (Lingkaran Survei Indonesia) tentang kepuasan masyarakat
terhadap kinerja SBY pada tahun 2009 di bawah 50 persen. Hal
ini dikarenakan terdapat beberapa masalah yang belum
terselesaikan di antaranya, kasus pembunuhan Munir yang tidak
kunjung terselesaikan, dana Bank Century yang diduga mengalir
ke partai dan capres, kasus pembunuhan aktivis Ahmadiyah dan
kasus Nazarudin serta petinggi Demokrat lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin
menganalisis opini publik melalui hasil survey opini publik
Susilo Bambang Yudhoyono dalam lingkup electoral cycle. Hasil
survey opini publik yang peneliti gunakan berdasarkan lembaga
yang disarankan oleh Walter Lippmann yakni melalui Lembaga
Rasional Intelejen Independen seperti Lembaga Survei
Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, IFES, INES dan LP3ES.
Menurut Lippmann (1998) lembaga-lembaga tersebut menggunakan
metodologi dalam melakukan survey sehingga dapat menggambarkan
opini publik yang sebenarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka
permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah :
Bagaimanakah fenomena electoral cycle pada Susilo Bambang
Yudhoyono selama dua periode kepemimpinan?
1.3 TujuanPenelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis adalah
memberikan gambaran dan analisis fenomena electoral cycle pada
Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari pre-electoral, electoral period dan
post electoral period dari hasil survei opini publik.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat memberi gambaran studi tentang electoral cycle melalui
data-data hasil survei opini publik, terkait dengan
popularitas Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan studi
pustaka.
b. Secara praktis, penelitian ini menjadi masukan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan
dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Politik
Komunikasi dari bahasa latin communico yang artinya
membagi, dan communis yang berarti membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih. Sementara, politik berasal dari kata
Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti
itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,
politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang
berarti kewarganegaraan (Anom, 2009). Komunikasi adalah usaha
penyampaian pesan antar manusia (Vardiansyah, 2004 h.9).
Cangara (Nasution, 2012) mengatakan komunikasi politik adalah
suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan
komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik,
atau berpengaruh terhadap perilaku politik.
2.2 Survey/Polling
Polling atau jejak pendapat menjadi sangat populer di
Indonesia,seiring dengan adanya pemilihan presiden secara
langsung dipilih oleh rakyat. Jajak pendapat terutama mengenai
Pemilu adalah barang baru, selama puluhan tahun masa Orde Baru
kegiatan ini bisa dikatakan mati. Memang ada beberapa lembaga
jajak pendapat yang mengadakan survei tentang berbagai hal
tetapi tidak ada yang berbicara tentang pemilu (Surdiasis,
2008 h.67).
Satu lembaga yang melakukan survey yang penting dicatat
pada periode ini adalah PT Suburi yang berdiri pada tahun
1967, sejarahnya saat itu Sjarif Thajib, Duta Besar Indonesia
di Amerika menyatakan perlunya lembaga riset di Indonesia.
Thajib tampaknya terpesona dengan suburnya lembaga penjaringan
opini publik ini di Amerika. Kesempatan itu datang ketika Asia
Research Organization yang berpusat di Manila menawarkan diri
masuk dan menjalankan bisnis riset di Indonesia. Masuknya
Suburi ke Indonesia juga dibantu oleh Panitia Penanaman Modal
Asing (saat itu diketuai oleh Prof Sadli dari Universitas
Indonesia) yang merasa di Indonesia perlu adanya biro riset.
Meski baru berdiri, Suburi mendapat banyak proyek penelitian
terutama dari lembaga dan departemen pemerintah serta kedutaan
asing (Surdiasis, 2008 h.72).
Seiring dengan berkembangnya lembaga jajak pendapat,
beberapa media membuat beberapa riset untuk mengetahui opini
publik terhadap kandidat calon presiden. Sebagai salah satu
pilar demokrasi media dan pers memiliki peran yang amat
strategis dalam mentransformasikan setiap detil informasi
kepada masyarakat. Polling adalah salah satu cara untuk
mengetahui pendapat masyarakat mengenai suatu masalah yang
sedang terjadi. Eriyanto (1999 h.3) mengungkapkan
“Polling sering didefinisikan sebagai suatau
penelitian (survei) dengan menanyakan kepada
masyarakat mengenai pendapatnya terhadap suatu
isi/masalah tertentu. Polling secara metodologis
adalah teknik untuk menyelidiki apa yang dipikirkan
orang terhadap isu/masalah yang muncul. Polling
adalah suatu metode untuk mengetahui pendapat umum.
Polling merupakan ekspresi sekaligus metode untuk
mengetahui pendapat umum terhadap suatu isu”
Dengan kata lain polling/survey dapat diartikan sebagai
suatu cara untuk mengukur atau mengetahui pendapat
masyarakat atau opiini publik melalui survei atau
penelitian pada beberapa individu atau kelompok masyarakat
atau sampel tertentu berdasarkan metode tertentu agar
tercapai hasil yang mendekati keadaan yang sebenarnya dan
dapat mewakili pendapat masyarakat seluruhnya.
2.2 Opini Publik (Pendapat Umum) dan Citra
Opini publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu public
opinion yang kemudian disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia, adapun Anwar Arifin (1998) lebih suka menggunakan
istilah pendapat umum sebagai terjemahan dari istilah public
opinion. Opini publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan
publik. Opini diambil dari kata opinion (Inggris) yang berarti
pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata public
(Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti
publik/umum, dengan demikian opini publik sama dengan pendapat
umum, karena kedua istilah tersebut sama-sama digunakan di
Indonesia.
Pendapat umum menurut Walter Lippmann (1998) dilandasi
oleh pembedaan antara lingkungan palsu dan lingkungan nyata.
Masyarakat menerima fakta bukan sebagaimana adanya, akan
tetapi apa yang mereka anggap sebagai fakta kenyataan adalah
fatamorgana atau lingkungn palsu. Lingkungan palsu merupakan
gambaran yang dibentuk masyarakat awam dan menuntutnya dalam
bertindak. Distorsi-distorsi datang dari faktor-faktor
emosional, kebutuhan ego dan dari stereotipe-stereotipe,
gambaran yang dimilki tentang para tokoh/figur publik
(Lippmann, 1998 h.xxii). Gambaran – gambaran yang yang
diterima oleh masyarakat terutama melalui media, tidak
sepenuhnya menggambarkan realitas, sebagaimana yang dikatakan
oleh Lippmann bahwa kinerja media yang tergesa-gesa tidak
mampu menghasilkan sebuah informasi yang akurat (Lippmann,
1998 h.xxiii).
Lippmann lebih jauh mengatakan masyarakat tidak melihat
dahulu kemudian merumuskan namun kebanyakan masyarakat
merumuskan dahulu baru melihat. Masyarakat melihat apa yang
dipilih dalam bentuk yang distereotipkan oleh kebudayaannya.
Lippmann juga mengungkapkan “picture in our head” atau gambaran
dalam benak kita dan tentang citra sebagai akibatnya yang
tidak sesuai dengan situasi di luar diri kita. Walter Lippmann
mengaitkan hubungan gambaran dalam benak kita (picture in our head)
dengan lingkungan palsu (pseudo environment), kedua ungkapan
tersebut mengacu pada gambaran dunia tempat masyarakat
bertindak. Gambaran tersebut bisa benar atau salah atau
campuran benar salah.
2.3 Electoral Cycle (Siklus Pemilu)
Berbicara tentang komunikasi politik dan opini publik
tidak terlepas dari proses pemilihan mulai dari tahap awal
hingga tahap akhir yang disebut sebagai siklus pemilu. Electoral
cycle atau siklus pemilu merupakan tahapan-tahapan dalam
pemilihan. Menurut IDEA (The International Institute for Democracy and
Electoral Assistance, 2015 ) melihat proses pemilu sebagai sebuah
siklus yang tak terputus. Dalam siklus tersebut ada tiga
periode, pertama periode pra-pemiliu, periode pemilu, dan
periode pasca-pemilu. Dalam siklus tersebut yang termasuk
dalam siklus pemilu antara lain sebagai contoh: penyusunan dan
perancangan peraturan terkait pemilu, termasuk pembuatan
undang-undang pemilu, rekrutmen para penyelenggara pemilu,
penjadwalan pemilu, proses pendaftaran pemilih, pendaftaran
peserta pemilu, kampanye, proses pemungutan suara,
penghitungan suara, penyelesaian perselisihan hasil pemilu,
pelantikan calon terpilih, pelaporan hasil penyelenggaraan
pemilu. Jika sudah masuk pada tahapan akhir yaitu pelaporan
hasil pemilu, maka siklus ini kembali ke awal (Supriyanto,
2015).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Pendekatan atau paradigma adalah seperangkat teori,
prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti
melihat dunia, hal ini disampaikan oleh Dominick (Kriyantono,
2010 h.48). Menurut Kriyantono (2010, h.48) ada dua sifat dari
paradigma, membatasi pandangan kita dan selektif. Artinya
perilaku orang ditentukan oleh paradigmanya tentang realitas.
Berdasarkan paradigma itu, dia memperhatikan, menginterpretasi
dan memahami stimuli dari realitas yng ditemui serta
mengabaikan stimuli lainnya. Jadi, realitas yang kita tangkap
dan tafsirkan bukanlah realitas yang utuh, melainkan realitas
yang kita pilih bebrapa aspek tertentu saja yang kita anggap
menarik dan penting.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
interpretatif. Menurut Newman (1997 h. 72) interpretatif
melihat fakta sebagai sesuatu yang unik dan memiliki konteks
dan makna yang khusus sebagai esensi dalam memahami makna
sosial. Interpretatif melihat fakta sebagai hal yang cair
(tidak kaku) yang melekat pada sistem makna dalam pendekatan
interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial, objektif dan
netral, fakta merupakan tindakan yang spesifik dan kontekstual
yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang dalam situasi
sosial. Lebih jauh Newman mengatakan interpretatif menyatakan
situasi sosial mengandung ambiguitas yang besar. Perilaku dan
pernyataan dapat memiliki makna yang banyak dan dapat
dinnterpretasikan dengan berbagai cara
3.2 Metode Penelitian
Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang
terdiri dari kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui,
mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah.
Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-
cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah
sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif, yaitu metode yang membicarakan
beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah aktual dengan
jalan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasinya,
menganalisis, dan menginterpretasikannya. Menurut Sugiyono
(2008 h.105) pengertian metode deskriptif analisis adalah
metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai
dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,
diolah dan dianalisis untuk dapar memberikan gambaran mengenai
masalah yang ada.
Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah metode ini
dianggap sebagai metode yang tepat karena dalam penelitian ini
peneliti mengumpulkan data survei opini publik terhadap Susilo
Bambang Yudhoyono kemudian menyusunnya , menganalisis dan
menginterpretasikannya.
3.3 Fokus Penelitian
Menurut Suyanto & Sutinah (2005, h. 171) fokus penelitian
berfungsi untuk memberi batasan hal-hal yang akan diteliti dan
berguna dalam memberikan arah selama proses penelitian,
utamanya pada saat pengumpulan data yaitu untuk membedakan
antara data mana yang relevan dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini berfokus pada opini publik mengenai Susilo
Bambang Yudhoyono mulai dari tahapan :
1. Pre Electoral Period (tahapan sebelum pemilu)
2. Electoral Period (tahapan pemilu)
3. Post Electoral Period (setelah pemilu)
Tiga tahapan di atas disebut dengan electoral cycle (siklus
pemilu), Dalam siklus tersebut ada tiga periode, pertama
periode pra-pemiliu, periode pemilu, dan periode pasca-pemilu.
Dalam siklus tersebut yang termasuk dalam siklus pemilu antara
lain sebagai contoh: penyusunan dan perancangan peraturan
terkait pemilu, termasuk pembuatan undang-undang pemilu,
rekrutmen para penyelenggara pemilu, penjadwalan pemilu,
proses pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta pemilu,
kampanye, proses pemungutan suara, penghitungan suara,
penyelesaian perselisihan hasil pemilu, pelantikan calon
terpilih, pelaporan hasil penyelenggaraan pemilu. Jika sudah
masuk pada tahapan akhir yaitu pelaporan hasil pemilu, maka
siklus ini kembali ke awal (Supriyanto, 2015). Peneliti akan
menganalisis opini publik melalui data hasil survey-survey
opini/jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
survey selama dua periode kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono seperti Lembaga Survei Ndonesia, Lingkaran Survei
Indonesia, LP3ES, Litbang Kompas, IFES dan IRI.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan cara melakukan studi kepustakaan.
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-
literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1998
h.111). Studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah
mengumpulkan data dari buku-buku, data hasil survey dan
artikel yang terkait dengan penelitian yang sudah ditentukan
dan dari hasil wawancara dengan informan yaitu Gubernur NTB
Zainul Majdi.
3.5 Jenis Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Jenis data dalam penelitian ini dilakukan
melalui data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) (Ruslan 2004 h. 138).
Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara dengan salah satu anggota Partai Demokrat
yaitu Gubernur Nusa Tenggara Barat TGH. Zainul Majdi sebagai
data pendukung dari penelitian ini. Peneliti memilih Gubenur
NTB karena beliau merupakan Ketua tim sukses Susilo Bambang
Yudhoyono tahun 2009 di Provinsi NTB. Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) merupakan yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder
dari penelitian ini yaitu berupa hasil-hasil survey yang
peneliti temukan dari beberapa lembaga survey seperti Lembaga
Survei Indonesia, Lingkaran Survei Indonesia, Litbang Kompas
dan buku-buku yang berkaitan dengan Susilo Bambang Yudhoyono,
jurnal, artikel dan lain sebagainya.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (Moleong
2005 h.248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari.
Proses analisis data dimulai dengan beberapa tahapan :
1. Reduksi data (Data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemisahan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis yang
tersedia dari berbagai sumber seperti hasil-hasil survey
Susilo Bambang Yudhoyono akan dipilih mana yang termasuk
data pre electoral, electoral period, post electoral yang terkait dengan
penelitian dan hasil wawancara dengan informan. Data yang
didapat akan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema
atau polanya.
2. Penyajian data (Data display)
Setelah dilakukan reduksi data, tahapan selanjutnya
adalah data-data hasil reduksi tersebut disajikan. Dalam
penelitian ini, beberapa data akan menggunakan data
kuantitatif dengan bentuk tabel, grafik, diagram dan
sejenisnya dari hasil survei opini publik tentang Susilo
Bambang Yudhoyono.
3. Penarikan kesimpulan (Conclucing drawing)
Tahapan terakhir adalah penarikan kesimpulan, setelah
data hasil penelitian di reduksi dan disajikan, peneliti
melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang
proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses
pengumpulan data. Setelah memperoleh data survei pre
electoral, electoral period, post electoral selanjutnya peneliti akan
menginterpretasikan dengan memadukan konsep dan teori.
3.7 Goodness of Quality Criteria
Sebagai penelitian yang menggunakan paradigma
interpretatif, penemuan dalam penelitian ini ditampilkan
kriteria teori-teori (pattern theories) atau teori-teori
mendasar (grounded theories). Istilah seperti credibility,
transferbility, dependability dan confirmtability menggantikan kriteria
positivis mengenai validitas internal dan eksternal,
reabilitas dan objektivitas (Denzin & Lincoln 2005 h.24).
a.Credibilty
1. Kompetensi informan
Informan yang peneliti gunakan yaitu Gubernur NTB
Zainul Majdi, alasan pemilihan informan tersebut
karena beliau merupakan anggota Partai Demokrat.
2. Kredibiltas data
Dalam penelitian ini peneliti menyerahkan hasil
kepada informan yang peneliti mintai keterangan dan
informan tersebut mengakui hasil dari penelitian
ini. Peneliti telah mengirimkan hasil penelitian
melalui email kepada Gubernur NTB.
3. Transferability
Prinsip dari transferability ini berkaitan dengan
kemungkinan hasil penelitian untuk diterpakan dalam
konteks yang lain. Dengan penelitian ini diharapkan
sebagai rujukan dan dikembangkan dengan penelitian
sejenis.
4. Dependability (akurat & konsisten)
Dependability berkaitan dengan terdapatnya akses untuk
menilai dalam keseluruhan tahapan penelitian oleh
kolega. Misalnya, peneliti menunjukkan naskah
laporan dan sumber-sumber data yang dimiliki kepada
koleganya untuk diberi penilaian apakah yang
dilakukannya sudah memadai. Untuk penelitian ini
akan diperankan oleh pembimbing skripsi.
5. Confirmtability (data terhubung dengan sumber data,
interpretasi berasal dari sumber data)
b. Keaslian (authenticity)
1. Fairness : apakah penelitian ini secara jujur menampilkan
berbagai kalangan secara propposional. Penelitian ini
menampilkan pendapat dari Gubernur NTB Zainul Majdi
yang merupakan anggotan Partai Demokrat dan sudah
memimpin dua periode. Sehingga penelitian ini dapat
dikatakan menampilkan kalangan proposional.
2. Ontological authenticty : apakah hasil penelitian ini mampu
memberikan penyadaran atau pencerahan bagi subjek
penelitian. Penelitian ini pernah dipresentasikan
dihadapan teman-teman Ilmu Komunikasi dan dosen
pembimbing.
3. Educative authenticity : mengacu pada bagaimana
mengembangkan pemahaman dan apresiasi orang lain.
Penelitian ini memberikan pemahaman, pengetahuan bagi
teman-teman ilmu komunikasi tentang popularitas SBY
dalam lingkup komunikasi politik, opini publik dan
electoral cycle.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Opini Publik Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono
pada Masa Pre Electoral, Electoral Period dan Post Electoral Periode
(Periode I)
Pre electoral cycle merupakan tahapan pertama dalam siklus
pemilu. Terdapat empat tahapan dalam pre electoral cycle yakni
planning, training, information dan registration. Dari empat tahapan
tersebut, peneliti hanya membahas data survei opini publik
dalam tahapan planning dikarenakan peneliti tidak menemukan data
survey opini publik pada tahapan training, infromation dan registration.
Pada tahapan planning, Susilo Bambang Yudhoyono mencalonkan diri
sebagai calon presiden dan mendapatkan nomor urut empat
bersaing dengan Megawati, Amien Rais, Hamzah Haz dan Wiranto.
Figur atau person adalah komunikator politik yang dalam
penelitian ini merupakan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sehubungan dengan penelitian ini, memasuki masa - masa
kampanye (electoral period) hasil survey opini publik menunjukkan
bahwa SBY berada di urutan nomor satu dan Megawati urutan
kedua dengan selisih 10 persen. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan dari Saiful Mujani peneliti senior Lembaga Survei
Indonesia yang mengatakan (Dikutip dari wawancara Ria Basuki
dengan Saiful Mujani (11 Februari 2004)) :
“Posisi paling atas popularitas capres adalah SBY,yang menarik adalah SBY
mau dipasangkan dengan siapapun, tetap tinggi dengan orang yang tidak
populer sekalipun. SBY dapat menang jika mood publik semacam ini
bertahan, sepertinya sulit menggeser posisi SBY”
.
5.2 Analisis Opini Publik Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono
pada Masa Pre Electoral, Electoral Period dan Post Electoral Period
(Periode II)
Pasca kepemimpinannya periode 2004-2009, SBY kembali
mencalonkan diri sebagai presiden periode selanjutnya, namun
kali ini berpasangan dengan Boediono. Susilo Bambang Yudhoyono
bersaing dengan Jusuf Kalla- Wiranto dan Megawati-Prabowo.
Hasil survei menunjukkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono tetap
menjadi pilihan pertama masyarakat sebagai presiden
selanjutnya walaupun berpasangan dengan cawapres baru. LSI
(Lembaga Survei Indonesia) melakukan survei pada pra pemilu
(pre electoral) untuk memonitor sikap elektoral pemilih terhadap
calon presiden dan wakil calon presiden. Hasil survei
menunjukkan dari 2000 sampel, Susilo Bambang Yudhoyono
mendapatkan 67,2 persen suara, sedangkan Megawati dan Jusuf
Kalla masih jauh dari angka electoral.
Masih dalam electoral period, pemilihan presiden yang
dilaksanakan pada 8 Juli 2009 secara serentak di seluruh
Indonesia membawa SBY kembali menjadi Presiden 2009-2014
dengan perolehan suara sebanyak 60,80 persen. SBY menang dalam
satu putaran, akan tetapi tim Megawati Prabowo melakukan
gugatan ke MK (Mahkamah Agung) dengan pengaduan kecurangan
dalam pilpres (pemilihan presiden). Gugatan tim Megawati dan
Prabowo ditolak oleh MK karena tidak ada bukti kuat yang
menunjukkan upaya sistematis dan terstruktur yang mempengaruhi
hasil pilpres menguntungkan salah satu pasangan
(Setiawan,2009). Adanya sengketa tersebut menunjukkan tahapan
review, reform dan strategy dalam tahapan post electoral period. Dengan
berakhirnya sengketa pilpres secara resmi pada 20 Oktober 2009
SBY resmi dilantik sebagai presiden 2009-2014. Popularitas
dalam electoral cycle dapat dikaitkan dengan apa yang telah disebut
"periode bulan madu" yang dihasilkan dari keseimbangan yang
positif dari liputan media (Crespo , 2011).
BAB V
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
popularitas SBY melalui hasil survei opini publik dapat
digambarkan melalui electoral cycle sebagai berikut :
a. Pada pra pemilu (pre electoral) 2004-2009 popularitas SBY
melampaui popularitas tokoh-tokoh lainnya yang sudah
terkenal.
b. Pada pemilu (electoral period) 2004-2009 popularitasnya
sebagai calon presiden yang saat itu terpojokkan
oleh kubu Megawati membawanya menjadi presiden pada
tahun 2004-2009.
c. Pada tahap setelah pemilu (post electoral period ) 2004-
2009 tidak ditemukan adanya sengketa dalam pemilihan
presiden periode pertama. Namun dari hasil
kinerjanya, SBY masih berada di angka electoral.
d. Pada tahap sebelum pemilu (pre electoral) 2009-2014
menjelang kepemimpinanya berakhir, Lembaga survei
melakukan survei kepada masyarakat popularitas
tokoh-tokoh yang akan maju dalam pilpres. Hasilnya
SBY tetap populer di masyarakat.
e. Pada tahap pemilu (electoral period) 2009-2014 hasil
prediksi lembaga survei menunjukkan bahwa SBY akan
menang dalam piplres 2009, dan terbukti bahwa SBY
menang dalam satu putaran. Walaupun banyak kampanye
hitam untuk SBY Boediono, masyarakat tetap memilih
SBY.
f. Pada tahap setelah pemilu (post electoral period) 2009-2014
pada tahapan ini, terjadi sengketa Megawati
menggugat ke Mahkamah Konstitusi namun tidak
dikabulkan. Kinerja SBY pada periode dua ini di
bawah angka electoral. Popularitas SBY pada periode
kedua kepemimpinanya menurun drastis karena banyak
masyarakat menilai kondisi ekonomi yang semakin
buruk, biaya pendidikan yang semakin mahal,
fasilitas kesehatan untuk orang miskin yang
terbatas. Kasus korupsi yang ada pada Partai
Demokrat juga menjadi salah satu indikator penurunan
popularitas SBY serta keputusan SBY kembali menjadi
ketua Partai Demokrat.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mempunyai
saran untuk pembaca dan penelitian selanjutnya :
1. Saran praktis
a. Bagi partai politik
Bagi partai politik, untuk mengetahui tingkat
popularitas kandidat dapat menggunakan jasa lembaga
survey yang mempunyai kredibilitas dan independen.
b. Bagi lembaga konsultan politik
Bagi lembaga konsultan politik, untuk meningkatkan
elektabilitas dan popularitas kandidat perlu melihat
hasil survei pre electoral dari berbagai hasil survey
sebagai pertimbangan untuk melakukan program-
program dalam rangka meningkatkan elektabilitas
kandidat.
c. Bagi Lembaga survey
Untuk lembaga survey agar tetap menjalankan tugas
sebagai lembaga survey yang independen dan netral,
tidak mengampanyekan kandidat.
2. Saran akademis
a. Kajian electoral cycle dalam penelitian ini hanya
mencakup pada lembaga survey, untuk penelitian
selanjutnya dapat mengaitkan dengan lembaga
konsultan politik.
b. Untuk penelitian selanjutnya, agar mengembangkan
kajian komunikasi politik lebih luas lagi terutama
dalam kajian-kajian yang masih belum diteliti.
6.3 Proposisi
a. Electoral Cycle dapat digunakan untuk melihat popularitas
seorang pemimpin dari siklus pemilunya. Cara dari seorang
pemimpin mengatasi masalah merupakan hal yang dapat
mempengaruhi popularitasnnya.
b. Opini publik yang berdasarkan kinerja lembaga rasional
untelejen independen (Lippmann, 1998) dapat memberikan
hasil yang akurat. Dengan menggunakan metode ilmiah,
opini yang dihasilkan mampu menggambarkan realitas yang
sebenarnya. Walter Lippmann menyarankan agar masyarakat
melihat apa yang diharapkan untuk ditemukan melalui
informasi yang sudah diseleksi dan mengabaikan informasi
yang tidak sejalan dengan harapan..
.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :Abdurrachman, Oemi (2001). Dasar Dasar Public Relations. Bandung :
Citra Aditya Bakti.Ali, Januar Denny (2004). Jajak Pendapat Dan Pemilu Di Indonesia. LKIS
Yogyakarta.Ali, Januar Denny (2006). Memperkuat pilar kelima. Yogyakarta:LKIS
Yogyakarta.Ali, Januar Denny (2006). Napak tilas reformasi politik Indonesia (talkshow
Denny JA dalam dialog aktual radio delta FM). Yogyakarta:LKISYogyakarta.
Alwi, Dahlan (1990). Perkembangan Komunikasi Politik Sebagai BidangKajian Dalam Jurnal Ilmu Politik No. 6 Kerjasama Aipi,Lipi Jakarta : Gramedia.
Antoni, (2004). Riuhnya Persimpangan Itu: Tiga Serangkai.Arifin Anwar (1998). Opini Publik, Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama.Arifin Anwar (2010). Opini Publik, Jakarta : Gramata Publishing.A.W Widjaja (2002). Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Bagong ,Suyatno & Sutinah (2005). Metode Penelitian Sosial.Jakarta : Prenada Media.
Cangara, Hafied (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PTRaja Grafindo Persada.
Cangara, Hafied (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PTRaja Grafindo Persada.
Cangara, Hafied (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi : Konsep, TeoriDan Strategi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Cellinda C.Lake And Pat Callbeck Herper, (1987). Public OpinionPolling : A Handbook For Public Interest And Citizen, Advocasy Groups ,Washington Dc : Islandia Pers.
Charles W. Mills, (1956). The Power Elite : Oxford UniversityPress
Denzin N.K And Lincoln Y.S (2005). The Sage Handbook Of QualitativeResearch Third Edition, Thousand Oaks : California SagePublications Inc.
Eriyanto (1999). Metodologi Polling. Bandung : PT RemakaRosdakaryaCresswell, John W. (2009). Research Design : Qualitative Quantitative And
Mixed Methods Approaches. California : Sage Publications.Hamad, Ibnu (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa.
Jakarta : Yayasan Obor IndonesiaHarun, Rochajat, Sumarno (2006). Komunikasi Politik Suatu Pengantar.
Mandramaju.Kriyantono, Rachmat (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :
Kencana Prenada Group.Lesmana, Tjipta Ma (2008). Dari Soekarno Sampai SBY, Intrik dan Lobi
Politik Para Penguasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Lippmann, Walter (Pengantar Mochtar Lubis) (1998). Opini Umum.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Moleong, Lexy J (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.Muhtadi, Asep Saiful (2008). Komunikasi Politik Indonesia : Dinamika
Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.Najib, Muhammad (2005). Pemilu 2004 dan Eksperimental Demokrasi KPU.
DIY Yogyakarta.Nazir Moh. (1999). Metode Penelitian Cetakan Ketiga.. Jakarta : Ghalia
Indonesia.Newman, Bruce (1999). The Handbook Of Political Marketing. London :
Sage Publications.Nimmo, Dan (2004). Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan (2010). Komunikasi Politik Khalayak Dan Efek. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
Nursal, Adman (2004). Political Marketing : Strategi MemenangkanPemilu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Roslan, Rosady Sh Mm (2004). Metode Penelitian Public Relations.Jakarta : PT Rajawali Pers.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif – Kulitatif. Bandung :AlfabetaSumarno & Suhandi (1993). Pengantar Studi Komunikasi Politik. Bandung:
Orba ShaktiSumarno, Ap (1993). Dimensi- Dimensi Komunikasi Politik. Bandung :
Citra Aditya BaktiSurdiasis, Fransiskus, Ulin Ni’am Yusron, Rusdi Mathari
(2008). Membangun Tradisi Baru Politik Bakti Untuk Indonesia, Enam IkonPembawa Tradisi Baru, Jakarta : Sinar Harapan
Susan, Herbest (1995). Numberde Voices How Opinion Polling Has ShapedAmerican Politics, Chicago University Of Chicago Perss
Vardiansyah, Dani (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke 1.Bogor: Ghalia Indonesia.
Artikel :Anonym (2015). Tokoh Indonesia (presiden RI pertama pilihan rakyat).Astuti, Sri Ayu, (2006). Kebebasan Berekspresi Pers dan Berita Dalam
Lingkup Hak Asai Manusia. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Fungsi Ekonomi Kbri Wdc, (2014). Menonjol Dalam Kepemimpinanya
Dibidang Lingkungan Hidup, Presiden Ri Ke 6 Susilo Bambang YudhoyonoMemperoleh Penghargaan Champions Of The Earth Dari Unep. EmbassyOf Indonesia : Massachussets Ave Nw.
Hasan, Kamarudin (2009). Komunikasi Politik Dan Pencitraan (Analisis TeoritisPencitraan Politik Di Indonesia).Volume 2 No 4.
Komisi Pemilihan Umum, (2004). di akses 22 Februari2015 :http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_1d.pdf
Komisi Pemilihan Umum, (2009). di akses 22 Februari2015 :http://kpu.go.id/dmdocuments/modul_05r.pdf
Lembaga Survei Indonesia (2007). Prospek Kepemimpinan Nasional 3Tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Lembaga Survei Indonesia (2006). Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik 2006-2007 Evaluasi Publik Nasional.
Pol Tracking Institute (2013). Evaluasi 4 tahun Sby-Boediono: stagnasikepuasan publik terhadap kinerja pemerintah dan DPR. Temuan SurveiNasional 13-23 September 2013
Indo Barometer, (2010). Survey 100 Hari Kinerja SBYLingkaran Survey Indonesia (2011). Merosotnya Leadership SBY Dimata
PublikNasution, Belli (2012). Komunikasi politik. Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik: Pekanbaru
Jurnal :Anom, Erman (2009). Komunikasi politik SBY melalui media tv dan minat memilih
masyarakat dalam pilpres 2009.Volume 5 No.1Bean, Clive (1993). The Electoral Infulence Of Party Leader Images In
Australian And New Zealand. Australian National Univerisity.Crespo, Jose Canel Maria (2011). The Role And Functions Of Government
Public Relations :Lesson From Public Perceptions Of Government.Complutense: University of Madrid.
Fransiska (2009). Komunikasi politik Susilo Bambang Yudhoyono.Universitas Sumatera Utara.
Kurlinawati (2009). Pemikiran Politik Susilo Bambang Yudhoyono Dan TataKelola Pemerintahan, Universitas Sumatera Utara.
Liddle, R. William, Saiful Mujani (2007). Leadership, Party, AndReligion: Explaining Voting Behaviour In Indonesia. Ohio StateUniversity , Columbus, Indonesia Survey Institute,Freedom Institute, Jakarta Indonesia.
Nawiroh, Vera, Eko Putra & Linda Islami (2013). Gaya KomunikasiPolitik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Fakultas Imu Komunikasi: Universitas Budi Luhur Jakarta.
Ohr, Dieter Henrik Oscarson (2003). Leader Trait, Leader Image An VoteChoice. University Koln : Goteborg University.
Rise A & Trout J (2002). Positioning, The Battle For Your Mind. New York: Mc Graw Hill
Riyanto, Bahrudin (2004). Media dan Aktor Politik: UniversitasAirlangga Surabaya.
Setiawan, Ahmad (2009). Kinerja Susilo Bambang Yudhoyono.Universitas Sumatera Utara.
Soejonto. H. Mudhakir (2009). Buletin Yasau.Internet : Adib, A (2004). Hari ini SBY bertemu Mega.. Di akses pada 22
Februari 2015 melalui :http://ww.suaramerdeka.com/harian/0403/15/nas5htm
Anonym (2004). SBY Rising Star Militer menuju “Bintang” Capres. Di aksespada 22 Februari 2015 melalui :http://www.suaramerdeka.com/harian/04/03/11/nas1.htm
Anonym (2009). Tepis isu non muslim, istri boediono hadiri majlis taklim. Diakses 22 Februari 2015 :http://m.berita8.com/m8//berita/2009/25/tepis-isu-non-
muslim-istri-boediono-hadiri-majelis-taklim-Azis, Hari Azhar (2008 ). Kinerja Pemerintahan SBY-JK di Bidang
Perekonomian. Di akses pada 28 Februari 2015 melalui :file:///C:/Users/ACER/Downloads/Sekretariat%20Negara%20Republik%20Indonesia%20-%20Kinerja%20Pemerintahan%20SBY-JK%20di%20Bidang%20Perekonomian.htm
Djio (2012). Temuan survey di mata rakyat citra pemerintahan sby- boediono turun. Di akses 18 Februari 2015 pada:http://TemuanSurveyMataRakyatPemerintahan%20SBY20BoedionoTurunPetaPolitik.Com.htm
Gatra, Sandro (2013). Survei INES : Kinerja pmerintah tidakmemuaskan. Di akses pada 18 Fberuari 2015 melalui :http://m.kompasnews.com/Post/read/8675/Survei-ines-kinerja pemerintahan sby tak-memuaskan20-Kompas.com.htm
Hidayati (2004). Kronologis Konflik SBY-Mega. Di akses pada 22Februari 2015melalui:http://m.detik.com/news/read/2009/03/16094615/1099903/700/kronologi-konflik-sby-mega
Husniawati (2011). Komunikasi politik . Di akses pada 05 November 2- 14melalui : http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789 /164/BAB%2011.docx?sequence=3 .
Ht, Daniel (2009). Isu istri Boediono katholik. Di akses 22 Februari2015 : http://m.kompasiana.com/post/read/7887/3/isu-istr-boediono-katholik-salahnya-apa.htm
Idea :International Institute For Democracy And Electoral Assistance (InternationalIdea) Di Akses pada September (2014) melalui :Http://Www.Idea.Inte/Elections/The-Online-Electoral-Cycle.Cfm
Ihsannudin (2014). Survei PDB 50 persen masyarakat puas akan kinerja sby.Di akses pada 08 Februari melalui :http:///kompasnews.com/read/post/Surve-PDB-50Persen-Lebih-Masyarakat-Puas-20akan-Pemerintahan SBY0Kompas.com.htm
Kusumadewi, Anggi (2009). Jangan Kafirkan Orang Islam. Di akses pada22 Februari 2015melalui :http://m.news.viva.co.id/news/read70827hidayat__jangan_kafirkan_orang_islam
Nugroho, Irwan (2004). Taufiq Kiemas Juga Terlalu Emosi. Di akses 22Februari2015:http://m.detik.com/news/read/2009/03/16/140145/11001
30/700/taufiq-kiemas-juga-terlalu-emosional?nd771104bc . Supriyanto, Didik (2015). Siklus Pemilu. Di akses pada 03 Desember
2014 melalui :http://rumahpemilu.org/sikluspemilu/read/621nbg89 .
Tim Liputan 6 SCTV (2004). SBY-Mega masih berseteru. Di akses pada22 Februari 2015 melalui:http://m.liputan6.com/news/read/87447/mega-sby-masih-berseteru.
Tuccinardi, Domenico (2014). Electoral Cycle : What Is The Electoral Cycle diakses September 2014 Http://Aceproject.Org/Electoral-Assistance/Electoral-Cycle