Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN
DIRI REMAJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAH
DI LUAR BADUY
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Sofwatillah Amin
1112052000015
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEⅣLR/1PUAN PENYESUAIANDIRIREⅣ麟LJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAⅡ
DILUAR BADUY
Skfipsi
Di aj ukan untuk memenuhi p ersyaratan memp ero I eh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
01ch:
Soivatillah Aninll12052000015
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN BIPIIBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTASILⅣEU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITASISLAPI NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438/2016
LEⅣIBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
3.
Jakarta,01 Januari 2017
i
ABSTRAK
Sofwatillah Amin, (1112052000015), Dukungan Sosial Dan Kemampuan
Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy,
dibawah Bimbingan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
Suku Baduy adalah salah satu suku di Indonesia yang menerapkan isolasi
dari dunia luar. Perkembangan dan kemajuan zaman tidak mempengaruhi gaya
hidup Suku Baduy. Sebut saja dari cara mereka berpakaian. Di tengah-tengah
maraknya pakaian modis dan stylish, Suku Baduy tetap dengan pakaian serba
putih, bercelana pendek lengkap dengan ikat kepala putihnya. Itu bukti bahwa
mereka sangat menjaga adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun.Suku
Baduy terbagi dalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Salah satu
peraturan adat yang tidak boleh dilanggar adalah mengenyam pendidikan
(sekolah). Remaja Suku Baduy khususnya baduy luar terpaksa sekolah secara
diam-diam demi bersembunyi dari kepala adat atau yang disebut dengan Pu’un.
Remaja dalam keadaan seperti ini membutuhkan dukungan-dukungan dari
orang-orang terdekatnya yang disebut dengan dukungan sosial. Istiqomah
Wibowo dkk dalam bukunya Psikologi Komunitas menyebutkan dimensi dalam
dukungan sosial, yaitu Dukungan Emosional yang meliputi dukungan semangat,
nasehat, penghargaan dan dukungan kepercayaan, Dukungan Informasional dan
Dukungan Nyata yang meliputi pemberian bantuan finansial dan dukungan dari
kelompok sosial. Pada umumnya dukungan orang tua, perhatian dan semangat
sangat membantu individu dalam berkomunikasi dan mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya, begitu juga halnya dengan remaja Suku Baduy luar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
desain deskriptif. Penentuan sumber data atau informan menggunakan metode
Non-Probablity Sampling artinya tidak memberikan kesempatan yang sama pada
setiap unsur untuk dipilih menjadi sampel, kemudian menggunakan teknik
Purposive Sampling, yaitu informan atau sumber data ditentukan dengan kriteria
yang dibuat oleh peneliti menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan
tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini adalah empat orang remaja Suku
Baduy luar yang bersekolah di luar baduy
Dari hasil observasi dan wawancara, dukungan sosial sangat mendukung
kemampuan penyesuaian diri, artinya setiap dimensi dukungan sosial yang
didapatkan memberikan dampak tersendiri. Dukungan Informasional membuat
remaja Suku Baduy Luar mudah mendapatkan informasi tentang sekolah,
Dukungan Emosional membuat mereka mampu mengendalikan emosi, begitu
juga Dukungan Finansial yang mereka dapatkan membuat mereka lebih mudah
menjalani keseharian di lingkungan sekolah.
Kata Kunci : Dukungan Sosial, Penyesuaian Diri, Suku Baduy, Remaja.
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku
Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy”.
Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja
sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang
telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam
kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayah, H. Afifuddin Amin
dan Ibu Hj. Solahiyah, BA yang telah mengantarkan penulis sampai pada titik ini.
Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penelitian ini yang diantaranya:
iii
1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Roudhonah, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kakak-kakak penulis, H. Fawaz Amin, SH, H. Fauzan Amin, M.Si dan
Arofatillah Amin, S.Pd juga untuk adik-adik tercinta, Siti Abasiah,
Fitrotunnajiah dan Rijalullah Amin. Karena do’a dan dukungan merekalah
penulis mampu melewati semua kesulitan selama penyusunan skripsi ini.
6. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi periode 2014-2015 yang telah menemani penulis baik suka
maupun duka.
7. Seluruh kader dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cabang Ciputat
yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk sama-sama berkader di
Himpunan tercinta ini.
iv
8. Seluruh Keluarga Besar BPI UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terimakasih telah memberi banyak arti kehidupan dan menemani
penulis baik suka maupun duka.
9. Pemerintah perbatasan Desa Kanekes yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian pada remaja Suku Baduy luar
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis
mengucapkan terimakasih.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah mendapat balasan pahala
berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi cita-cita dan
impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan keberkahan
dari Allah SWT, Aamin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap adanya masukan, kritikan dan saran yang
membangun supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Sofwatillah Amin
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 8
1. Batasan Masalah ............................................................................... 8
2. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10
1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
D. Metodologi Penelitian .............................................................................. 11
1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 11
2. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 12
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 13
4. Penentuan Sumber Data .................................................................... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 16
6. Teknik Analisis Data ......................................................................... 18
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 20
vi
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 23
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Dukungan Sosial ...................................................................................... 25
1. Pengertian Dukungan Sosial ............................................................. 25
2. Jenis Dukungan Sosial ...................................................................... 26
3. Sumber Dukungan Sosial .................................................................. 28
4. Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental .......................................... 30
B. Penyesuaian Diri ...................................................................................... 33
1. Pengertian Penyesuaian Diri ............................................................. 33
2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri ...................................................... 34
3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ........................................................ 35
4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ................................. 38
5. Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental .......................................... 44
C. Masa Remaja ............................................................................................ 46
1. Pengertian Remaja ............................................................................ 46
2. Ciri-ciri masa remaja ......................................................................... 48
3. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................... 51
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar ................................................ 53
1. Latar Belakang Masyarakat Baduy ................................................... 54
2. Letak Geografis Masyarakat Baduy .................................................. 57
vii
3. Keadaan Masyarakat Baduy ............................................................. 57
4. Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy ....................................... 59
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN
A. Temuan Penelitian ................................................................................... 61
1. Data Partisipan Penelitian ................................................................. 61
2. Deskripsi Informan 1 ........................................................................ 62
3. Deskripsi Informan 2 ........................................................................ 69
4. Deskripsi Informan 3 ........................................................................ 73
5. Deskripsi Informan 4 ........................................................................ 79
B. Analisis Inter Subject ............................................................................... 86
1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy
luar yang bersekolah di luar baduy ................................................... 86
2. Gambaran penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku Baduy
luar yang bersekolah di luar baduy ................................................... 88
3. Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri
pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy ......... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 97
B. Saran ........................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
viii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Informan dan Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri
Lampiran 3 Dokumentasi Foto
Lampiran 4 Surat-surat Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam perjalanan hidupnya selalu mengalami perubahan-
perubahan, mulai dari perubahan usia, cuaca, lingkungan dan sebagainya.
Semua perubahan itu dapat dilalui dengan baik jika manusia bisa
menyesuaikan dirinya (beradaptasi) dengan segala perubahan yang mungkin
terjadi, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
Jika sudah demikian individu akan mudah berkomunikasi dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang
bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara dirinya dan lingkungannya.1 Setiap tindakan seseorang dalam
berhubungan dengan alam sekitar yang dilakukan manusia tidak keluar dari
apa yang disebut dengan “Penyesuaian diri makhluk terhadap lingkungannya”
demi menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.2
Demikian pula halnya dengan manusia, yang dalam melakukan
hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun sosial
tidak keluar dari Penyesuaian diri terhadap lingkungan. Penyesuaian seperti
itu dinamakan dengan “Adjusment‟‟3.
1 Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Penyesuaian
Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang, 1982 ) h. 14 2Abdul Aziz-Quussiy, Asasusshihhah An-nafsiyah alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam
Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental (Jakarta : Bulan bintang. 1974), h. 10 3 Ibid h. 10
2
Sejatinya, manusia pasti melalui fase-fase perkembangan dalam
hidupnya. Salah satunya adalah masa remaja. Secara global masa remaja
berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun:
masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa
remaja akhir.4
Dalam setiap periode peralihan status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja
bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.5 Menurut para ahli
Psikologi, setiap anak biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis
yang lazim disebut trotz.6 Masa troatz ini terjadi dalam dua periode, yakni:
a. Troatz periode ke-1 atau krisis pertama, terjadi pada usia 2 sampai 3
tahun, dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan
bertingkah laku mendahulukan kepentingan diri sendiri:
b. Troatz periode ke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai
17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya sendiri
dalam mencapai identitas diri.7
Berbagai kesukaran pada trotzaller (usia keras kepala) di atas,
timbul pada saat-saat tertentu dengan tidak ada sebab-musabab dari luar. Oleh
karena itu masa menentang tadi dianggap sebagai masa pancaroba, suatu
masa yang penuh badai emosi yang tidak menentu dan dorongan impuls yang
4 F.J. Monks dkk, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2006), h. 262. 5 E B. Hurlock Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan,(Jakarta : Erlangga, 1997), h. 207 6 Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 143
7 Ibid, h. 143
3
meledak-ledak. Karena itu troatzer tersebut juga disebut sebagai periode
sturm und drang (periode badai dan paksaan/desakan batin).8
Menurut Peneliti, dari masa-masa yang harus dilewati remaja
termasuk masa sturm und drang adalah masa yang paling sulit dalam
melakukan penyesuaian diri, karena masa itu adalah masa transisi secara
biologis, Psikologis dan sosiologis. Selain itu pertumbuhan fisik dan mental
yang cepat saat masa remaja juga membutuhkan penyesuaian mental dan
penyesuaian diri yang cepat.
Remaja sangat rentan sekali dengan kegagalan dalam melakukan
proses penyesuaian diri atau sering dikemukakan dengan istilah
„‟maladjusment‟‟, yang artinya tidak punya kemampuan menyesuaikan diri.9
Jika itu terjadi maka akan menyebabkan tanda bahaya, seperti tidak
bertanggung jawab yang tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran,
sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak
aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok,
merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal, perasaan
menyerah, terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang
diperoleh dari kehidupan sehari-hari, mundur ke tingkat perilaku yang
sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan dan menggunakan
mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan
memindahkan.10
8 Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 144
9 Ibid, h. 523
10 E B. Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ). h. 239
4
Masa transisi pada remaja tidak hanya mencakup perubahan usia
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tetapi juga dalam hal lingkungan
terdekatnya, baik keluarga ataupun sekolah yang terjadi pada saat mereka
pindah atau naik tingkatan dalam jenjang pendidikan. Dari pendidikan dasar
ke pendidikan menengah dari menengah ke pendidikan tinggi dan seterusnya.
Perpindahan Remaja dari satu lingkungan ke lingkungan lain merupakan hal
yang bisa dirasakan oleh siapa saja, tetapi untuk mampu menyesuaikan diri
dan berhubungan baik dengan lingkungan yang baru tidak bisa dilalui dengan
mudah begitu saja.
Masa transisi tersebut juga sangat berpotensi untuk mengakibatkan
depresi dan stress, hal itu timbul karena transisi berlangsung pada suatu masa
ketika banyak perubahan pada individu yaitu fisik, sosial dan Psikologis yang
mengakibatkan individu melampiaskan kepada hal-hal yang berlawanan
dengan lingkungannya11
. Menurut Sunarto dan Hartono penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam
memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkunganya.12
Dari pendapat tersebut
sangatlah jelas bahwa dalam diri remaja harus ada kesinambungan antara
dirinya dan lingkungannya untuk mencapai kenyamanan dan kesehatan
mental yang baik.
Liberman (1992) mengungkapkan bahwa secara teoritis adanya
dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang
mengakibatkan stress. Dukungan sosial akan mengubah persepsi individu
11
Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 ) alih
bahasa oleh Benedictine Widyasinta dalam Perkembangan Masa Hidup ( Jakarta :
Erlangga, 2002 ). h.16. 12
Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.222
5
pada kejadian yang menimbulkan stressfull dan oleh karena itu akan
mengurangi potensi terjadinya stress pada individu yang bersangkutan.13
Dari pemaparan di atas, menurut Peneliti penyesuaian diri sangat
erat kaitannya dengan dukungan sosial, karena dalam melakukan proses
penyesuaian diri terutama remaja ia sangat membutuhkan dukungan-
dukungan dari orang-orang sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial.
Dalam buku Psikologi Komunitas karya Istiqomah Wibowo dkk, segala
bantuan atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang
disebut sebagai „‟dukungan sosial„‟, secara umum dukungan sosial bertujuan
untuk membantu seseorang mencapai kebahagiaan.14
Pendapat lain dalam jurnal Tazkiya of Psychology yang
menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan kumpulan informasi yang
menyebabkan individu percaya bahwa ia diperhatikan, bernilai, dan akan
mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan sosial terdiri dari
atas dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan
dukungan penghargaan.15
Menurut John Moritsugu dalam bukunya Community Psychology
„‟social suport might be usefully re-conceptualized as coping assistance, or
the active participation of significant others in an individual‟s stress
management efforts. Thus social support might work like coping by assisting
the person to change the situation, to change the meaning of the situation, to
change the emotional reaction to the situation, or to chane all three‟‟.16
13.
Lieberman, The Effect of Social Support on Respond on Stress. Dalam Bretnitz &
Golberger (Eds). Handbook of Stress : Theoritical & Clinical Aspects (London: Collier Mac
Millan Publisher, 1992) 14
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 15
Amalia Dianah & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak dalam
Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 212. 16
John Moritsugu , Community Psycologi, (United States of America : Pearson
Education Inc, 2010)
6
Dukungan Sosial mungkin berguna untuk kembali
mengkonseptualisasikan mekanisme seseorang dalam menghadapi masalah
(Coping) atau sebagai partisipasi aktif dari orang lain dalam upaya
manajemen stress. Sehingga dukungan sosial mungkin bekerja seperti
pengatasan masalah dengan membantu seseorang untuk mengubah situasi,
mengubah makna dari situasi dan untuk mengubah reaksi emosional terhadap
situasi. Jadi, kebahagiaan dan tujuan hidup seseorang bisa tercapai dengan
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya asalkan ia mampu
menyesuaikan diri dengan baik dan tentunya juga mendapakan dukungan
sosial dari lingkungan dimana ia hidup.
Dalam proses penyesuaian diri remaja hal yang paling dibutuhkan
adalah dukungan sosial, namun sayangnya hal tersebut tidak sepenuhnya
didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar di Lebak-Banten, karena adat
isitadat mereka yang melarang mereka untuk mengenyam pendidikan. Oleh
karena itu mereka harus sembunyi-sembunyi dari Pu‟un17
untuk bersekolah
ditambah lagi para Remaja juga dituntut untuk menghadapi perubahan
lingkungan dari lingkungan dimana mereka tinggal (di dalam Suku Baduy) ke
lingkungan yang kurang mereka kenal (lingkungan sekolah) tanpa dukungan
sosial yang utuh di belakang mereka.
Hal inilah yang menyebabkan para Remaja Suku Baduy Luar,
Lebak-Banten sulit berkembang dan berkomunikasi. Sehingga mereka sedikit
terhambat dalam proses penyesuaian diri. Padahal jika mereka mendapatkan
dukungan sosial sepenuhnya dan mampu menyesuaikan diri dengan baik
17
Pu‟un adalah istilah untuk kepala adat di Suku Baduy
7
maka mereka akan mudah mengembangkan potensi yang mereka miliki.
karena menurut informasi yang Peneliti dapatkan dengan melakukan
wawancara pada salah seorang warga asli Baduy, berikut kutipan hasil
wawancara saya dengan warga asli Baduy :
“suku kami (Baduy) sangat memegang erat adat setempat, kepala suku/
Pu‟un melarang warganya untuk mengenyam pendidikan di sekolah,
meskipun keadaan lingkungan sekitar tidak mendukung tapi hal itu tidak
membuat anak-anak di sini mengurungkan niat mereka, bahkan para
pelajar/siswa yang berasal dari Suku Baduy harus berjibaku dan
bersembunyi-sembunyi untuk bisa bersekolah. Ada 33 Remaja seperti saya
yang setiap harinya saat kami ingin pergi ke sekolah harus melewati kebun-
kebun dan ladang secara sembunyi-sembunyi dengan berpakaian ala petani
agar terlihat seperti sedang melakukan aktivitas sehar-hari (bertani),
sesampainya di kebun kami mengganti pakaian kami dengan seragam
sekolah, begitupun saat kami pulang sekolah.”18
Suku Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh
Provinsi Banten yang masih memegang teguh adat tradisi. Suku Baduy
tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten.
Suku Baduy dibagi kedalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy
Dalam. Sebutan Baduy diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok
masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti belanda yang
menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang selalu berpindah-
pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya sungai Baduy
dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.19
Suku Baduy terkenal dengan kolot dan menolak dunia luar,
kendatipun demikian tidak memutuskan harapan para remaja-remaja yang
18
Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah di luar
baduy pada Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.00 WIB 19
Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah dengan
sembunyi-sembunyi. Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.30 WIB
8
bersekolah secara diam-diam di sekolah di luar Baduy. Keadaan lingkungan
sosial seperti itu tentu memilki pengaruh terhadap keberlangsungan
komunikasi mereka terhadap dunia luar dan tentunya proses penyesuaian diri
mereka untuk menggali potensi yang mereka miliki.
Hal yang demikian tentu sangat erat kaitannya dengan peristiwa „‟
Maladjusment„‟ yang menyebabkan para remaja sulit untuk berkomunikasi
dan berkembang, oleh karena itu Peneliti beranggapan bahwa perlu dilakukan
penelitian dan peninjauan lebih mendalam tentang dukungan sosial dan
kaitanya dengan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang sekolah di
luar Baduy dalam sebuah skripsi yang berjudul “DUKUNGAN SOSIAL
DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA SUKU BADUY
LUAR YANG BERSEKOLAH DI LUAR BADUY”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka Peneliti
membatasi Penelitian skripsi ini hanya difokuskan pada bentuk dukungan
sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di
luar Baduy, Proses Penyesuaian Diri dan pengaruh dukungan sosial
terhadap kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang
bersekolah di luar Baduy, pembatasannya sebagai berikut:
a. Dukungan Sosial adalah segala bantuan atau pertolongan yang
didapat sepanjang kehidupan seseorang, yang terdiri dari:
1. Dukungan emosional (semangat, nasehat, penghargaan)
9
2. Pemberian informasi (petunjuk atau pengetahuan)
3. Dukungan nyata.
b. Penyesuaian Diri Remaja adalah kemampuan menyesuaikan diri
individu pada perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan
alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan manusia sendiri,
sehingga individu mampu mengimbangi perubahan yang ada dan
tidak mengalami maladjusment yang kemudian individu tersebut
mudah menyerah, mengalami konflik dan frustasi, dan sulit
menggali potensi yang ada.
c. Fokus penelitian ini pada Remaja asli Baduy luar yang mengenyam
pendidikan di luar wilayah Suku Baduy dengan sembunyi-
sembunyi dari kepala adat (Pu‟un).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah
yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja
Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?
2. Bagaimana proses penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku
Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?
3. Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan
penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah
di luar Baduy?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dukungan sosial seperti apa yang para Remaja
Suku Baduy luar
b. Untuk mengetahui Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja
Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy
c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan
penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar, Lebak-Banten
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi khazanah ilmu
pengetahuan dalam Proses penyesuaian diri Remaja Suku
Baduy, Lebak-banten selama ia mengenyam pendidikan di
sekolah dan tentunya sebagai khazanah literasi tentang
dukungan sosial adat budaya Suku Baduy yang melarang
penduduknya untuk sekolah. Dapat memberikan kontribusi
akademis berupa pengembangan teori-teori mata kuliah jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan islam khususnya Psikologi
komunitas dan kesehatan mental yang dalam hal ini adalah
penyesuaian diri.
2) Penelitian ini diharapkan bisa memicu kesadaran para akademisi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam akan pentingnya mengkaji
tentang Penyesuaian Diri, karena Penyesuaian diri sebenarnya
menjadi salah satu problem yang tak disadari yang menghambat
11
perkembangan individu dalam berkomuniasi dan
mengaktualisasikan diri.
3) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pemicu warga Suku
Baduy luar untuk meningkatkan dukungan sosial kepada remaja
Suku Baduy luar.
b. Manfaat Praktis
Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan Peneliti di
bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal
bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pengruh dukungan sosial
suku adat Baduy,lebak-Banten terhadap kemampuan penyesuaian
diri Remaja.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan Pendekatan
Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah
manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu
realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif.20
Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya Dasar-dasar
Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang
mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya
(bukan di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk
20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013, h. 85
12
memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormord 2005 ; Paton
2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007)21
Metode Kualitatif digunakan bila :
a. Masalah Penelitian belum jelas, kompleks dan dinamis
b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak
c. Untuk memahami interaksi sosial
d. Memahami perasaan orang22
Menurut Peneliti masalah yang akan diteliti bersifat
kompleks dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara
fenomenologis permasalahan yang ada.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini Peneliti menetapkan
beberapa kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian, yaitu:
Remaja Suku Baduy, Lebak-Banten.
b. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah “Dukungan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang
bersekolah di luar Baduy.”
21
Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012, h.7. 22
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV Mandar
Maju), 2011, h. 200.
13
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti memiliki beberapa alasan untuk melakukan Penelitian
pada Remaja Suku Baduy luar yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten, yaitu :
a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh
dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja
Suku Baduy luar yang sekolah di luar Baduy.
b. Suku Baduy yang masih sangat memegang erat adat istiadatnya,
bahkan Baduy dalam menolak keras adat luar Baduy sehingga
menjadi tantangan tersendiri bagi Peneliti untuk meneliti tentang
Dukungan Sosial Suku Baduy luar.
c. Banyaknya Remaja dari Suku Baduy luar yang berjuang keras dan
rela melewati perkebunan untuk pergi ke sekolah meski tanpa restu
dari kepala adat Suku Baduy.
Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu pada
bulan 28 Juni 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016.
4. Penentuan Sumber Data
Pada umumnya sumber data pada penelitian didapat dari
daerah atau sekumpulan orang yang biasa disebut dengan populasi,
kemudian dari populasi tersebut diambil sampel untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan. Lain halnya dalam penelitian kualitatif, populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
14
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi tersebut.23
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah
populasi, penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada
situasi sosial tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada
populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.24
Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden
tetapi nara sumber, atau partisipan, informan, teman, guru atau konsultan
dalam penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-
pertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif
dengan peneliti seperti yang peneliti ciptakan.25
Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat
disebut sumber data pada situasi sosial (Social Situaton) tertentu yang
menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya
melekat data tentang objek penelitian. Penentuan sumber data pada
penelitian kualitatif dilakukan secara Purposive, yaitu ditentukan dengan
menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu.26
Sampel dalam penelitian kualitatif adalah semua orang,
dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti) untuk
diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang
23
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
Alfabeta ), 2013, h. 48 24
Ibid, h. 48 25
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :
Alfabeta), 2013 h.48. 26
Ibid, h. 50.
15
dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.27
Prosedur
penentuan reponden dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa
karakteristik (Sarantoks, 1993 dalam Purwondari 2005), yaitu :
a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik
dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa
acak, melainkan pada kecocokan konteks.
Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.28
Kemudian sumber data dalam
penelitian ini disebut dengan Informan.
Dari pemaparan di atas, maka dalam menentukan informan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Nonprobablity
sampling. Teknik ini merupakan teknik sampling yang tidak memberikan
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam nonprobablity sampling
peneliti menggunakan metode purposive Sampling, artinya penetapan
informan didasarkan atas kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh
peneliti. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
1. Remaja Suku Baduy Luar, usia (11/12-20/21 tahun)
27
Ibid, h. 52. 28
Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya ), 2009, h. 157
16
2. Remaja tersebut mengenyam pendidikan baik SMP/sederajat,
SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi.
Penelitian kualitatif dilakukan sampai penelitian tersebut
mencapai titik jenuh (Saturation Point), saat dimana penambahan data
dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis
(Saranta-kos, 1993).29
Jika dalam penelitian ini sudah ditemukan calon informan dan
sudah terpenuhinya gambaran relatif utuh dari objek studi, maka
informan tidak perlu ditambahkan lagi. Karena pada dasarnya, dalam
penelitian kualitatif menekankan pada penghayatan Informan dan bukan
pada jumlah Informan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan
dan pencatatan.30
Pada tahap pengumpulan ini peneliti
mengumpulkan data dari beberapa kategori, yaitu data yang berupa
verbal, visual dan teks. Pada tahap ini juga peneliti memungkinkan
merasakan apa yang subjek penelitian rasakan. Dalam tahap ini
peneliti juga menggunakan observasi/pengamatan dengan konsep
pengamatan keterlibatan pasif, yaitu peneliti dalam kegiatan
pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh
29
Purwondari, E, Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Depok
:LPSP3 UI ), 2005, h. 94 30
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013, h.143.
17
para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan sesuatu
bentuk interaksi sosial dengan pelaku.
Keterlibatan peneliti dengan para pelaku terwujud dalam
bentuk keberadaanya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh
tindakan-tindakan31
. Menurut peneliti dengan menggunakan konsep
tersebut akan membuat subjek penelitian merasa lebih nyaman dan
tidak terganggu, karena sangat tidak memungkinkan bagi peneliti
untuk terlibat secara penuh kepada kegiatan-kegiatan subjek
penelitian yang dalam hal ini adalah Remaja Suku Baduy Luar,
karena sangat memicu kecanggungan dan keterbukaan subjek
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan
tatap muka (Face to face) antara Pewawancara (Interviewer) dan
yang diwawancarai (Interviewee) tentang masalah yang diteliti.
Dalam tahap ini peneliti menggunakan metode wawancara
mendalam. Dalam wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah
antara peneliti dan informan menyangkut masalah yang teliti, oleh
karena itu pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka
yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang lebih
banyak dan informan diberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan secara lebih luas.
31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi
Aksara ), 2013 h. 155.
18
Peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan cara
deskripsi naratif dengan memperhatikan beberapa hal berikut : fase
waktu, momentum hidup informan dan mengkategorikan data primer
(yang berhubungan dengan masalah penelitian) dan data sekunder.
6. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data dilakukanlah langkah-langkah yang
meliputi bagian-bagian sebagai berikut :
a. Reduksi data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat dan rinci. Semakin lama
peneliti ke lapangan semakin, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data.32
Pada penelitian kali ini, peneliti melakukan reduksi data
(Data Reduction) yang merupakan kegiatan merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari data
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk
melakukan pengumpulan data.
b. Paparan data (Data display)
Paparan data (Data display) adalah pemaparan data
sebagai kumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles &
32
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ),h.92
19
Huberman, 1992 : 17). Penyajian data dilakukan untuk lebih
meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil
tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan
bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.33
Begitu juga dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data
secara naratif sehingga memudahkan peneliti untuk menarik
kesimpulan dari data yang ada
c. Conclusion Drawing / verification
Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles
and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi34
. Jadi
pada langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari semua data yang
telah didapatkan dan dianalisis. Dalam penelitian kualitatif pada
langkah kesimpulan ini dapat diperoleh temuan yang berupa
deskripsi atau gambaran umum suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
33
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif , h. 94. 34
Ibid , h. 95
20
E. Tinjauan Pustaka
Peneliti menemukan beberapa literatur dan tema yang menunjang
dengan penelitian yang ditulis oleh Peneliti sendiri, diantaranya sebagai
berikut:
1. Nama Peneliti : Rahmat Irfan (NIM. 9919016078)
Judul Penelitian : Penyesuaian Diri santri di Pondok Pesantren terhadap
kegiatan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Daarunnajah).
Penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Psikologi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara santri
baru untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan pondok pesantren selama ia
bermukim di pondok pesantren. Diperoleh hasil bahwa pada umumnya
santri baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan
diri terhadap kegiatan di lingkungan pesantren.
2. Nama Peneliti : Nur Faizah (NIM. 1110070000093)
Judul Penelitian : Pengaruh Dukungan Sosial dan Forgivevess terhadap
Berkurangnya Efek Kekerasan Seksusal pada Remaja.
Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif
Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Forgiveness dan
dukungan sosial terhadap kekerasan seksual remaja. Dimensi yang
digunakan dari variabel dukungan sosial dalam penelitian tersebut
menggunakan teori Cohen, yaitu Appraisal Support, Tangible Assistance,
Informational Support dan Emotional Support. Ternyata, hasil penelitian
ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada
variabel dukungan sosial seperti, Appraisal Support, Tangible Assistance,
21
Informational Support dan Emotional Support dan Forgiveness seperti
Avoidance Motivation, Revenge Motivation, Benevolence Motivation
terhadap kekerasan seksual Remaja.
3. Nama Penulis : Ani Nur Sayyidah ( NIM. 10250020 )
Judul Penelitian : Dinamika Penyesuaian Diri Penyandang Disabilitas di
Tempat Magang Kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui dinamika Psikologis
penyesuaian diri yang dialami klien penyandang disabilitas di tempat
magang kerja. Dalam penelitian ini diketahu bahwa para penyandang
disabilitas kurang mampu melakukan penyesuaian diri selama magang,
salah satu penyebabnya adalah tempat kerja yang kurang aksesibel
terhadap penyandang disabilitas.
4. Nama Penulis : Hanny Rufaidah ( NIM. 109070000152 )
Judul Penelitian : Pengaruh Religiusitas dan Dukungan Sosial terhadap
Optimisme Penyandang Tunadaksa.
Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif
Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Variabel
Religiusitas (keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengertahuan agama
dan pengalaman) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan
informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan
dukungan kasih sayang) terhadap Optimisme Penyandang Tunadaksa.
Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan religiusitas
(keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengetahuan agama dan
22
pengalaman), dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan
informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan
dukungan kasih sayang) terhadap optimisme Penyandang Tunadaksa
dengan varian sebesar 26,5 %.
5. Nama Peneliti : Malini Ulfah ( NIM. 106070002258 )
Judul penelitian : Pengaruh Dukungan Teman Sebaya dan Motivasi
Belajar terhadap Penyesuaian Diri Santri.
Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif
Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan teman
sebaya dan motivasi belajar terhadap penyesuaian diri santri. Diperoleh
hasil yang menunjukkan bahwa dimensi amotivation dari variabel motivasi
belajar yang secara signifikan memberikan pengaruh terhadap penyesuaian
diri. Jadi dari sembilan hipotesis minor, ada satu hipotesis minor yang
diterima.
Dari beberapa tinjauan pustaka di atas belum pernah ada yang
membahas penyesuaian diri hubungannya dengan dukungan sosial, oleh
karenanya di penelitian ini peneliti lebih berfokus pada pengaruh dukungan
sosial terhadap penyesuaian diri. Ditambah lagi belum ada yang membahas
tentang penyesuaian diri remaja, padahal telah di singgung sebelumnya
bahwa masa remaja adalah masa-masa sulit seseorang karena di dalamnya
terdapat masa transisi dan cenderung labil, maka dari itu peneliti tertarik
untuk meninjau lebih mendalam tentang dinamika penyesuaian diri dan
hubungannya dengan dukungan sosial yang dialami oleh remaja Suku Baduy
luar di lingkungan sekolah.
23
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari
keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Manfaat Penelitian, Metodologi Peneitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai
teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan Dukungan Sosial.
Selain itu, di deskripsikan pula tentang Penyesuaian Diri dan Remaja.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Isi BAB III ini
terdiri dari Gambaran Umum Lembaga yang meliputi Latar Belakang
Masyarakat Suku Baduy Luar, Letak Geografis Suku Baduy Luar, Keadaan
Masyarakat Baduy dan Lingkungan Pendidikan di Sekitar Baduy.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA. Isi BAB Temuan dan Analisa
yang meliputi Analisis Intra Subjek, Analisis Inter Subjek, Bentuk Dukungan
Sosial yang didapatkan Remaja Suku Baduy Luar, Proses Penyesuaian Diri
yang Dilakukan Remaja Suku Baduy Luar dan Pengaruh Dukungan Sosial
terhadapa Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar.
24
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini disajikan
kesimpulan penelitian dan saran dari hasil pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
25
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Seorang individu merupakan organisme yang bergerak aktif
dan dinamis. Dalam hidupnya ia dituntut untuk berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu dalam
kesehariannya seorang individu membutuhkan dukungan-dukungan dari
orang-orang dan lingkungan terdekatnya atau dalam hal ini disebut
dengan dukungan sosial. Dalam Psikologi komunitas, segala bantuan
atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang disebut
sebagai dukungan sosial.35
Dukungan Sosial didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai
berikut : „‟Social Support consist of the verbal and / or non-verbal
information or advice, tangible aid, or action that is proffed by social
intimates or inferred by their presence and has benefical emotional or
behavioral effect on teh recipient‟‟.
Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau nonverbal
atau nasehat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
Sarason (dalam smet 1994 : 135) menyatakan bahwa dukungan
sosial adalah adanya interaksi interpersonal yang ditunjukan dengan
35
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
33.
26
memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya
diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan.
Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah
laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat
membuat individu merasa diperhatikan, dinilai dan dicintai.
Beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam
konteks hubungan yang akrab atau „‟ kualitas hubungan‟‟. Menurut Banrt
Smet perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan
sosial yang paling penting. Selain itu dijelaskan bahwa dukungan sosial
sehubungan dengan hubungan-hubungan intim.36
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
adalah dukungan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang-
orang terdekat atau orang-orang yang berada di lingkungannya sepanjang
rentang kehidupan yang membuat penerima dukungan atau bantuan
tersebut merasa dianggap keberadaanya, dicintai dan diperhatikan serta
membantu individu untuk mencapai keselarasan antara dirinya dan
lingkungannya.
2. Jenis Dukungan Sosial
Dukungan sosial seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya
adalah dukungan dari orang-orang terdekat, mulai dari keluarga,
teman/kerabat dekat, keluarga jauh, tetangga, sampai lingkungan dimana
ia tinggal bahkan adat dan budaya yang dapat membuat individu merasa
dicintai, diperhatikan dan dianggap ada. Dukungan sosial memiliki peran
36
Bart Smet, Psikologi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 ), h. 133-134.
27
penting bagi individu untuk membantunya dalam proses penyesuian
dirinya terhadap diri sendiri dan lingkungannya yang nantinya akan
berimbas pada kesehatan mental individu tersebut. Istiqomah Wibowo
dkk, mengemukakan pendapat dalam bukunya „‟ Psikologi Komunitas ‟‟
yang menyebutkan dimensi dalam dukungan sosial yang terdiri dari:
a. Dukungan emosional, semangat, nasehat, penghargaan.
b. Pemberian informasi, petunjuk, atau pengetahuan
c. Berupa dukungan nyata. 37
Dukungan atau dorongan dapat diperoleh dari keluarga atau
teman dekat. Informasi merupakan dukungan yang diberikan lewat
nasehat atau bimbingan yang menekankan pada aspek kognitif daripada
aspek emosional. Dukungan nyata merupakan dukungan sosial yang
diberikan langsung dan dapat digunakan secara nyata, seperti uang atau
barang yang dibutuhkan.38
Sedangkan sumber lain yang dikemukakan oleh Orford (1992)
memilah dukungan sosial kedalam 2 komponen utama, yaitu : dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Dukungan instrumental berupa
pertolongan dan bantuan materi, sifatnya nyata kasat mata. Dukungan
emosional adalah fungsi yang memberi „‟warna „‟ pada bantuan dalam
bentuk pengekspresian emosi. Dukungan emosional mencakup
pemberian dorongan, semangat, perhatian, kehangatan hubungan, cinta,
rasa sayang, kepercayaan, empati, atau kepedulian.39
37
Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ), h. 35 38
Ibid, h. 35. 39
Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ) h. 36.
28
Dari pemaparan di atas, sangat jelas bahwa semua jenis dari
dukungan sosial sangat penting bagi remja Suku Baduy luar. Kehidupan
mereka di lingkungan sekolah sangat rentan akan hal-hal baru baik
berupa hubungan sosial, interaksi antar sesama teman dan tentunya
dengan guru-guru mereka di sekolah. Proses komunikasi mereka di
lingkungan sekolah tentu adalah hasil dari pola komunikasi mereka di
lingkungan terdekat mereka atau dalam hal ini adalah Suku Baduy luar
itu sendiri, oleh karenanya semua jenis dukungan sosial sangat penting
untuk membantu proses penyesuian diri mereka selama mereka di
sekolah.
3. Sumber Dukungan Sosial
Kahn dan Antonucci (1980) membuat diagram dari barisan
orang-orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang
kehidupan subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, seperti terlihat
dalam diagram berikut :
29
Diagram 1.0 : Diagram lapisan dukungan sosial40
Lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk
barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat
dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi
kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek).
Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman –
teman dekat.41
Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan
dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan
kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah
sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan
dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung,
keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang
40
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
35. 41
Ibid, h.35.
Individu
keluarga dekat
Tetangga, kaum kerabat
keluarga jauh, teman sekantor, lingkungan sekitar ( sekampung/satu desa )
30
sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke
waktu.42
Dari pemaparan di atas, ketiga lapisan sumber dukungan sosial
juga seharusnya didapatkan secara menyeluruh oleh remaja Suku Baduy
luar, tetapi remaja Suku Baduy justru tidak mendapat dukungan penuh
untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Oleh karenanya
mereka mengalami kesulitan dalam melakukan proses penyesuian diri
mereka, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam
tentang peneysuian diri dan dukungan sosial yang dialami oleh remaja
Suku Baduy luar, Lebak, Banten.
4. Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.43
Pengertian kesehatan mental yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud membatasi pengertian kesehatan mental itu pada “rasa tanggung
jawab‟‟ seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan
menurut Marie Jahoda kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada
absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Tetapi memiliki
sifat atau karakteristik seperti : memiliki sikap kepribadian terhadap diri
42
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas (Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.35 43
Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001), h. 4-6.
31
sendiri dalam arti ia mengenal dirinya dengan baik, memiliki
pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.44
Menurut peneliti, proses seseorang dalam mengenal dirinya
dan memperoleh kebahagiaan sangat erat kaitannya dengan orang-orang
sekelilingnya, mulai dari orang-orang terdekat, anggota keluarga, teman
sebaya sampai lingkungan terbesar masyarakat. Karena kesehatan mental
sejatinya dibutuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan
hidup seseorang, selain itu kesehatan mental juga berperan penting dalam
menyelesaikan masalah atau yang biasa disebut dengan mekanisme
Coping seseorang. Salah satu sumber kekuatan dari coping adalah
dukungan sosial.
Serupa dengan temuan Campbell dkk., di Indonesia
kebanyakan orang menyatakan dan percaya bahwa hidup rukun dengan
pasangan (suami/istri), dalam keluarga, dengan sahabat dan tetangga
serta berbadan sehat akan menciptakan perasaan damai dan tenang.
Perasaan ini selanjutnya akan mendatangkan ketentraman dan
kebahagiaan dalam hidup, jadi kepuasan hidup juga bisa dinyatakan
dalam status relasi dengan orang lain, bukan hanya bagaimana seseorang
memaksimalkan kemampuan dirinya. 45
Pada dasarnya penyesuaian diri yang merupakan indikator dari
kesehatan mental seseorang adalah proses yang melibatkan individu dan
lingkungannya. Lingkungan dimana individu tinggal sangat berperan
penting dalam menentukan kesehatan mental seseorang atau dalam hal
44
Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam Mulia, 1993
), Cet. I, h. 76. 45
Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-2 ), h. 33.
32
ini adalah penyesuaian diri, jadi dukungan dari lingkungan dimana
seseorang berinteraksi mengambil peran penting bagi individu dalam
melakukan penyesuaian diri.
Dalam salah satu jurnal Psikologi diungkapkan bahwa, ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian
diri remaja. Hal ini dikarenakan apabila remaja mendapatkan cukup
banyak dukungan sosial baik dari pengasuh maupun teman-teman dalam
bentuk apapun akan membuatnya mampu mengembangkan kepribadian
yang sehat dan memiliki pandangan positif, sehingga dirinya memiliki
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik
terhadap diri sendiri maupun lingkungan.46
Remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan. Jika
individu diterima dan dihargai secara positif, maka individu tersebut
cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan
lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri. Sehingga remaja mampu
hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat luas secara harmonis
(Kartika, D, 1986,dalam jurnal Psikologi, Vol.1 No.2, h.1-12).
Dari pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya
seseorang untuk memiliki kesehatan mental yang baik akan menghadapi
kesulitan-kesulitan tersendiri, karena pada dasarnya manusia memiliki
kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai kebahagiaanya, oleh
karenanya manusia membutuhkan mekanisme coping yang baik, salah
46
Fani Kumalasari & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus,
2012), Vol. 1 No.1
33
satu sumber kekuatan dari coping adalah dukungan sosial, jadi kesehatan
mental dan dukungan sosial memiliki hubungan yang sangat erat.
B. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Manusia dalam hidupnya tidak pernah terlepas dari
hubungannya dengan orang lain, baik manusia dengan manusia dan
manusia dengan makhluk lainnya. Dalam hal ini peneliti beranggapan
bahwa manusia dalam melakukan proses hubunganya dengan manusia
lain membutuhkan penyesuian diri yang baik agar terciptanya hubungan
yang harmonis, seperti yang telah peneliti paparkan di atas bahwa
manusia membutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik agar
mempunyai hubungan interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang
bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara dirinya dan lingkunganya. 47
Lingkungan ini mempunyai
tiga segi, yaitu lingkungan alami dan materi, lingkungan sosial,
kemudian individu dengan segala komponenya, bakat, pembawaan dan
pikirannya tentang dirinya.48
Pendapat lain mengemukakan bahwa penyesuaian diri yang
berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensi atau bisa „‟survive„‟
dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat
mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan
47
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat, h. 14. 48
Ibid, h. 14.
34
sosial.49
Dalam istilah Psikologi, penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah
biologi) disebut dengan istilah Adjusment. Adjusment merupakan suatu
proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan
lingkungan (Davidoff, 1991).
Dari berbagai definisi di atas, peneliti beranggapan bahwa
penyesuaian diri adalah kemampuan menyesuaikan diri individu pada
perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan alamiah, lingkungan
sosial dan budaya dan manusia sendiri, sehingga individu mampu
mengimbangi perubahan yang ada dan tidak mengalami maladjusment.
2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Fatimah (2006:195), menyatakan bahwa terdapat pembagian
pada penyesuaian diri, yaitu :
a. Penyesuaian diri yang positif
Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif
adalah mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan
dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam
menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, mampu menemukan
manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara
sempurna dan wajar.50
b. Penyesuaian diri yang negatif
Individu dengan penyesuaian diri yang negatif adalah
tidak mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam
49
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :
CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 194. 50
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada
Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda ), ( Jurnal Psikologi, 2013), h.73
35
pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam
menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu
menemukan manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala
kebutuhan secara sempurna dan wajar.51
Menurut peneliti, dari kedua bentuk penyesuaian diri tersebut,
keduanya sangat mungkin dialami oleh remaja Suku Baduy luar yang
sekolah di luar Baduy, selain lingkungan sekolah adalah lingkungan yang
baru bagi mereka, juga karena kurangnya dukungan sosial yang mereka
dapatkan. Oleh karena itu, menurut peneliti positif dan negatifnya
penyesuaian diri seseorang akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar
dukungan sosial yang ia dapatkan.
3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.52
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk
menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara
dirinya dan lingkungan sekitarnya.53
Ia menyatakan sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan
mampu bertindak objective sesuai dengan kondisi dan potensi
dirinya.
51
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada
Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda )h. 74. 52
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :
CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207 53
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ) h. 207
36
Penerimaan individu atas kekurangan dan kelebihan yang
ia miliki adalah bentuk dari penyesuaian pribadi yang baik,
meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua individu dapat
melakukan itu, karena konflik dan guncangan bisa dialami oleh siapa
saja tinggal bagaimana individu tersebut menghadapi dan
melewatinya. Salah satu konflik atau guncangan tersebut adalah
kecemasan yang sangat rentan dialami oleh seorang individu.
Kecemasan itu bisa berupa ketidak yakinan pada kemampuan
sendiri, terlalu memandang rendah diri sendiri, tidak memiliki
keberanian untuk memperlihatkan dirinya yang sebenarnya sampai
akhirnya memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri yang dalam
ilmu Psikologi disebut dengan Maladjustmen.
Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak
adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau
tidak percaya pada potensi dirinya.54
kehidupan kejiwaanya ditandai
oleh sunyi dari kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa
bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan ratapan
terhadap nasib sendiri. 55
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
penyesuaian diri pribadi adalah sikap menerima seseorang atas dirinya
sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki.
Penyesuaian diri pribadi tidak ada kaitanya dengan lingkungan atau
54
Ibid, h.207 55
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam
Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang,
1982 ), h. 20.
37
orang-orang sekitar, melainkan lebih kepada internal individu dalam
menerima pemberian sang maha kuasa pada dirinya sendiri yang apa
adanya.
b. Penyesuaian Sosial
Manusia hidup sebagai makhluk sosial, oleh karenanya
seorang individu tidak akan pernah terlepas dari lingkungan
sekitarnya yang dalam hal ini adalah masyarakat. Pembawaan diri
dalam ber-masyarakat harus sesuai dan selaras dengan norma sosial
yang berlaku. Masyarakat indonesia yang majemuk tentu memiliki
norma sosial yang berbeda antara masyarakat satu daerah dengan
masyarakat daerah lainnya, oleh karenanya selain penyesuaian
pribadi, seorang individu juga membutuhkan kemampuan
penyesuaian sosial yang baik.
Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling
mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti.
Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah
laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal
dengan penyesuaian sosial.56
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial
tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya. Hubungan-
hubungan tersebut baik dalam masyarakat, keluarga, sekolah, teman-
56
Enung Fatimah, Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik),
( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207
38
teman ataupun masyarakat luar secara umum.57
Segala aspek dan
sifat sosial yang diserap oleh individu belum cukup untuk
menyempurnakan penyesuaian pribadi dan sosial kecuali dengan
mematuhi batas-batas berikut :
a. Mematuhi akhlak masyarakat
b. Mematuhi kaidah – kaidah pengontrol sosial
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam melakukan
penyesuaian secara eksternal, artinya jika penyesuaian pribadi adalah
proses penyesuaian internal atau hanya berhubungan dengan dirinya
sendiri maka penyesuiaian sosial adalah proses dinamis individu dalam
melakukan penyesuaian di luar dari dirinya, baik keluarga, sekolah atau
masyarakat secara luas agar terciptanya hubungan yang harmonis antara
dirinya dan lingkungannya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal
(Enung Fatimah, 2006 : 199-203) Faktor- faktor itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Faktor fisiologis
Kondisi fisiki, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara instrinsik
berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
57
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam
Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang,
1982 ), h. 24.
39
terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-
tipe tempramen (Moh. Surya, 1977).
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer
bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar
dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat dicapai dalam konsisi
kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan
jasmaniah yang diderita oleh seseorang dapat mengganggu proses
penyesuaian dirinya.
b. Faktor Psikologis
Banyak faktor Psikologis yang mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-
kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi dan sebagainya. Menurut
peneliti, faktor Psikologi adalah faktor yang paling tidak bisa ditebak,
pasalnya faktor ini tidak nampak mata. Seseorang yang sedang
mengalami pengalaman yang buruk, depresi, stress dan lain
sebagainya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus
dengan penelaahan yang mendalam dan pemahaman kepribadian yang
ekstra menyeluruh untuk memperbaiki proses penyesuaian dirinya.
c. Faktor Perkembangan dan Kematangan
Dalam proses perkembangan, dengan berambahnya usia,
perubahan dan perkembangan respons tidak hanya diperoleh melalui
proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk
melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirin. Sesuai
40
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai
individu berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian dirinya juga
akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan
yang dicapainya.
d. Faktor Lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,
kebudayaan dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri
seseorang.
1) Pengaruh lingkungan keluarga
Ada banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian
diri, pengaruh lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat
penting karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-
anak. Proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan
utama dijalani individu di lingkungan keluarga. Hasil sosialisasi
tersebut kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah dan
masyarakat umum.
2) Pengaruh hubungan dengan orang tua
Pola hubungan antara orang tua dengan anak
mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian
diri. Menurut peneliti hubungan antara anak dan orang tua harus
diikuti dengan konsep saling pengertian antara satu sama lain,
artinya orang tua menerima keadaan anak dan anak juga menerima
segala peraturan yang diberikan orang tua selama masa
perkembanganya. Kedua-duanya harus menurunkan ego masing-
41
masing demi terciptanya hubungan antara orang tua dan anak yang
harmonis, karena akan mempengaruhi proses penyesuaian diri anak
di lingkungan yang lebih luas.
3) Hubungan Saudara
Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling
menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap
penyesuaian diri yang lebih baik, sebaliknya permusuhan,
perselisihan, iri hati, kebencian, kekerasan, dan sebagainya dapat
menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam melakukan
penyesuaian dirinya.
4) Lingkungan Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada
menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Menuru
peneliti, segala sumber dari salah suai atau perilaku menyimpang
yang terjadi pada anak-anak atau remaja dalam pergaulannya
adalah lingkungan masyarakatnya, jika saja lingkungan masyarakat
tempat individu melakukan proses sosialisasi ia lalui dengan baik,
maka pola pergaulan dan proses penyesuaian individu juga akan
baik.
5) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi,
yaitu mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral.
Suasana di sekolah baik sosial maupun Psikologis akan
mempengaruhi proses dan pola penyesuaian diri para siswanya.
42
Sebagaimana penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini yang
membahas tentang Remaja Suku Baduy luar yang merasakan
lingkungan sekolah yang asing. Selain karena sekolah adalah
lingkungan yang baru tetapi juga sebagai salah satu mediator para
Remaja Suku Baduy luar dalam melakukan proses penyesuaian diri
mereka yang akan mempengaruhi perkembangan masa remaja
mereka.
6) Faktor Budaya dan Agama
Proses penyesuaian diri seseorang, mulai dari lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh
faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultural tempat
individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya. Remaja Suku Baduy Luar sangat akrab
dengan hal seperti ini, Pu‟un yang memegang penuh segala bentuk
kebijakan di Suku Baduy sangat melarang anak-anak di sana untuk
mengikuti gaya hidup modern apalagi bersekolah seperti anak-anak
pada usia mereka pada umumnya.
Hal yang lebih menarik lagi adalah meskipun secara adat sangat
dilarang keras, tetapi tidak melunturkan niat mereka untuk berekolah, karena
ternyata orang-orang terdekat mereka masih mendukung mereka untuk
sekolah. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih
mendalam tentang dukungan sosial di Suku Baduy luar.
43
1. Kriteria / karakteristik Penyesuaian Diri yang Sehat
Dalam kenyataanya tidak semua individu mampu
melakukan penyesuaian diri dengan baik. hal itu disebabkan adanya
hambatan atau konflik tertentu yang membuat individu sulit atau bahkan
gagal dalam melakukan penyesuaian diri mereka. Individu yang
tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut.
a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b. Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahanan yang salah.
c. Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
d. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e. Mampu belajar dari pengalaman .
f. Bersikap realistik dan objektif.58
Selanjutnya ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan
remaja yaitu :
a. Menerima dan mengeintegrasikan pertumbuhan badannya dalam
kepribadiannya.
b. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang ada dalam
kebudayaan dimana ia berada
c. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupan
d. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat
58
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :
CV Pustaka Setia, 2006), h. 195.
44
e. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-
nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.
f. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan
dalam kaitanya dengan lingkungan.59
5. Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Menurut Drs. H. Abdul Aziz Akhyadi, ada 3 prinsip dalam
kesehatan mental, yaitu:
a. Prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia.
1) Kesehatan mental dan adjusment menghendaki adanya
kesehatan badan dan integritas ( kesatuan ) organisme. Manusia
bukanlah penjumlahan badan dan jiwa melainkan satu keutuhan
jiwa raga (Psychosomatic). Dengan demikian gangguan
jasmaniyah juga merupakan gangguan mental, begitu
sebaliknya.
2) Kesehatan mental dan Adjusment menghendaki suatu
pengertian yang sehat tentang diri sendiri yang mencakup
penerimaan diri sendiri ( self aceptence ) dan penilaian yang
realistis terhadap status dan harga dirinya.
b. Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia
lain dan lingkunganya.
c. Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan
Tuhannya.60
59
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994) h.15 60
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2001), h.117
45
Prof. Dr. Zakiah Darajat, salah seorang guru besar emeritus dalam
bidang kesehatan mental atau perawatan jiwa mengungkapkan setidaknya ada
empat ciri seseorang dapat dikatakan sehat mental yaitu, pertama Bebas dari
neurosis dan psikosis. Neurosis adalah gangguan kesehatan mental yang
dalam pandangan Zakiah Drajat dapat disembuhkan dengan ragam tekhnik
terapi dan perawatan. Sedangkan psikosis adalah penyakit jiwa yang relatif
sulit untuk disembuhkan. Kedua, Ada harmoni antara pikiran, perasaan dan
perbuatan. Ketiga, Mampu melakukan penyesuaian diri. Dan keempat,
Mampu mengembangkan minat dan bakat.61
Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya, bahwa
penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu aspek penyesuaian pribadi dan
aspek penyesuaian sosial. Dari prinsip-prinsip dan ciri-ciri seseorang dapat
dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik, peneliti beranggapan bahwa
proses penyesuaian diri tidak pernah bisa dipisahkan dari kesehatan mental,
hal ini dibuktikan dengan prinsip kesehatan mental yang menyatakan bahwa
kesehatan mental ditentukan dengan penerimaan terhadap diri sendiri (Self
Acceptence) dan didasarkan pada hubungannya dengan lingkungan
sekitarnya.
Selain itu, penyesuaian diri juga merupakan salah satu indikator
seseorang memiliki kesehatan mental yang baik, maka penyesuaian diri dan
kesehatan mental tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya
memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Begitu juga yang peneliti lakukan
dalam penelitian kali ini yang membahas tentang penyesuaian diri para
61
Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap Perilaku
Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 ), h. 120.
46
remaja Suku Baduy luar yang bergaul di lingkungan sekolah luar Baduy, oleh
karenanya sangat erat kaitannya dengan keilmuan Bimbingan dan Peyuluhan
Islam.
C. Masa Remaja
1. Pengertian Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang
sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi.62
Menurut Konopka, masa
remaja ini meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun ; (b) remaja madya :
15-18 tahun dan (c) remaja akhir : 19-22 tahun.63
Piaget mengungkapkan bahwa secara Psikologis masa remaja
adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-
kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial
62
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011 ), h. 184. 63
Ibid, h. 184.
47
orang dewasa yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari
periode perkembangan ini.64
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu biologi remaja dikenal
sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin
manusia mencapai kematangannya. 65
Remaja dalam arti „‟ adolesence‟‟
(inggris) berasal dari kata latin „‟adolescere‟‟ yang artinya tumbuh ke
arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan
fisik, tetapi terutama kematangan sosial-Psikologis.66
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remja
yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3
kriteria biologik, Psikologik dan sosial ekonomi, Remaja adalah suatu
masa di mana :
a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual.
b. Individu mengalami perkembangan Psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.67
Elisabeth B. Hurlock dalam bukunya Developmental
Psychology mengadakan tahapan perkembangan mulai dari masa (1) Pre
64
Elizabeth B Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 206. 65
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h. 6 66
Ibid, h. 8 67
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994)h.9.
48
natal ( sebelum lahir), (2) natal (saat lahir) yang terdiri dari infancy (dari
lahir sampai 14 hari), masa bayi (antara 2 minggu sampai 2 tahun), masa
anak (2 -10/11 tahun). (3) Masa Remaja (11/12-20/21 tahun) dan (4)
masa Dewasa yang terbagi atas dewasa awal (21-40 tahun) dan dewasa
menengah (40-60 tahun)68
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masa remaja pada
usia 13-17 tahun dengan melihat beberapa pertimbangan yang ada di
lapangan.
2. Ciri-ciri masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama
rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan dan sesudahnya. Ciri-ciri
terebut adalah sebagai berikut :
1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada
beberapa peridode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap
sikap dan perilaku dan adalagi yang penting karena akibat-akibat
jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung
maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang
penting karena akibat fisik dan adalagi karena akibat Psikologis.
Pada periode remaja keduanya sama-sama penting.69
2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
68
Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ), h. 134. 69
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 207
49
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari
apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah
peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.
Artinya, apa yang telah terjadi sebelumya akan meninggalkan
bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.70
Menurut peneliti peralihan berarti masa transisi seseorang dari satu
masa perkembangan ke masa perkembangan selanjutnya.
Seseorang dalam masa ini bukanlah seorang anak-
anak juga bukan seorang yang dewasa, terlalu besar untuk disebut
anak-anak tapi juga terlalu kecil untuk disebut dewasa. Oleh
karenanya masyarakat pada umumnya menyebut masa remaja adalah
masa labil karena belum mantap dalam melakukan pilihan dan
tindakan serta sangat rentan akan perubahan, itulah mengapa masa
remaja disebut dengan masa peralihan.
3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa
remaja sejajar dengan tingkat tingkat perubahan fisik. Ada lima
perubahan selama masa remaja. Pertama. Meningginya emosi yang
intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan Psikologis
yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial. Ketiga, menimbulkan masalah
baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih
70
Ibid, h. 207
50
banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang
dihadapi sebelumnya.71
Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku,
maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak
dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting
lagi. Kelima, sebagian besaar remaja bersikap ambivalen terhadap
setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan,
tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi
tanggungjawab tersebut.72
4) Masa Remaja sebagai Masa mencari Identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri
dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan
perempuan. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan
tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dengan
segala hal. 73
Menurut peneliti, pencarian idenitas pada masa remaja adalah
saat dimana remaja tidak mau lagi disamakan dengan remaja lainnya, ia
ingin dilihat, diperhatikan dan jadi role model bagi sesamanya yang
kemudian akan ia menganggap bahwa yang dilakukannya adalah yang
paling benar dan jadikan sebagai piihan jalan hidup. Masa ini adalah
71
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,
h. 207. 72
Ibid, h. 207. 73
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,
h. 208.
51
masa yang sangat sulit, karena sedikit saja ia salah memilih jalan dan
tidak ada dukungan penuh dari lingkunganya, maka ia akan rentan sekali
mengalami Maladjusment.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst adalah
sebagai berikut :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman
sebaya baik pria maupun wanita
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang- orang
dewasa lainnya
f. Mempersiapkan karier ekonomi
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.74
Dari beberapa tugas perkembangan masa remaja di atas,
peneliti beranggapan bahwa untuk menunaikan tugas perkembangan
tersebut remaja sangat membutuhkan dukungan sosial yang baik yang
nantinya akan berimbas pada proses penyesuaian diri remaja, terlebih
74
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh
Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 10
52
lagi remaja Suku Baduy dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang
benar-benar asing di mata mereka. Maka penyesuaian diri yang baik akan
sangat membantu mereka dalam melewati masa remaja yang dapat
memenuhi tugas perkembanganya.
53
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar
1. Latar Belakang Masyarakat Baduy
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan 17.504 pulau,75
oleh karenanya indonesia disebut sebagai „‟
Nusantara „‟. Dari Sabang sampai Merauke berjajah pulau-pulau, salah
satu lirik lagu yang sangat familiar di telinga bangsa Indonesia, setiap
pulau memiliki suku, adat dan budaya dengan keunikanya masing-
masing, salah satunya adalah Suku Baduy yang ada di Lebak, Banten.
Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh
Provinsi Banten yang menerapkan isolasi dari dunia luar, artinya
kemajuan zaman dan perkembangan teknologi sama sekali tidak
merubah gaya hidup mereka yang sangat memegang erat adat istiadat
setempat. Bahkan akses kendaraan hanya bisa dijangkau sampai Desa
Ciboleger, Desa yang lokasinya persis berada di perbatasan antara Suku
Baduy dan warga luar Baduy. Dari desa ini para pengunjung berjalan
kaki untuk masuk ke dalam Baduy.
Banyak sekali informasi mengenai asal-usul suku ini, Salah
satu informasi yang peneliti dapatkan adalah Suku Baduy berasal dari
suku Pangawinan, artinya dari percampuran suku-suku yang berasal dari
daerah Cirebon, Bogor, Priangan dan tentunya Banten. Jadi kebanyakan
75
Brigjen TNI Dody Usodo Hargo, www.DKN.GO.ID, Jumlah Pulau di Indonesia, yang
diunggah pada 23-02-2016 dan diakses pada 04 Oktober 2016
54
mereka terdiri dari orang-orang yang melanggar adat, oleh karenanya
dibuangoleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk ke suatu daerah tertentu.76
Saat itu warga Baduy terpencar ke dalam beberapa wilayah,
ada yang tinggal di Guradog Kecamatan Maja, Cisungsang kecamatan
Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah
kecamatan Muncang. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar
mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut.77
Masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan
inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping (Baduy
Luar) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan
cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh
bepergian dengan naik kendaraan, Suku Baduy luar inilah yang sudah
mulai mengikuti perkembangan zaman, dari kepemilikan telephone
genggam sampai mengenyam pendidikan, meskipun masih harus
bersembunyi-sembunyi dari Jaro.78
Baduy dalam terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik
dan Cikartrawana. Setiap kampung memiliki Tangtunya masing-masing,
Tangtu satu berada di Kampung Cibeo, tangtu dua berada di
Cikartrawana, dan Tangtu tiga berada di Kampung Cikeusik. Tangtu
76
Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di
perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016. 77
Ibid 78
Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di
perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016.
55
berasal dari bahasa sunda, yaitu Tangtuin yang berarti ditentukan (
ditentuin ).79
Pada dasarnya, Baduy luar dan Baduy Dalam memiliki
kesamaan dalam hal adat dan budayanya, Secara Struktural 3 Tangtu
yang menjadi pimpinan Baduy secara keseluruhan atau jika
disederhanakan merekalah yang memiliki jabatan tertinggi secara
struktural di Suku Baduy. sedangkan secara aspek pemerintahan Suku
Baduy dipimpin oleh seorang Jaro80
, yaitu jaro Saija. Dialah yang
peneliti temui saat pertama kali meminta izin untuk melakukan penelitian
ini.
Segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan haruslah
melalui Jaro Saija, dimulai dari segala perijinan perpindahan warga Suku
Baduy, segala kebijakan setempat dan menjadi mediator antara Suku
Baduy dan pemerintah kabupaten Lebak, Banten. jabatan seorang jaro
bukan didapatkan dari hasil demokrasi seperti yang kita bayangkan,
tetapi berdasarkan hati nurani 3 Tangtu Baduy dalam untuk menentukan
siapa yang pantas menjadi jaro.81
Suku Baduy Dalam sangat mengedepankan kesucian
warganya, artinya mereka yang suci adalah mereka yang masih menjaga
dan menaati peraturan adat dari turun temurun yang telah lama mereka
warisi. Karenanya Suku Baduy saat ini masih memegang erat adat dan
79
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodat, salah satu remaja Suku Baduy luar, pada 06
Oktober 2016 80
Istilah ketua dalam Suku Baduy 81
Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di
perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 07 Oktober 2016.
56
budaya mereka demi menjaga kesucian diri mereka. Dulu banyak ditemui
kasus para pengunjung yang dengan iseng meyentuh payudara wanita
dari warga Suku Baduy dalam, wanita itu langsung dipindahkan ke
Baduy luar karena dianggap sudah tidak suci lagi, demi menjaga agar
hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi, maka saat ini sudah tidak
diperbolehkan bagi para pengunjung untuk bermalam lebih dari 2-3
malam, kalaupun untuk keperluan penelitian yang memerlukan waktu
lama, maka setiap 3 hari sekali pengunjung harus keluar dari wilayah
Baduy dalam dan kembali lagi, begitu seterusnya.82
Suku Baduy sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang
dikenal sebagai Baduy Dalam. Yaitu kelompok Baduy yang paling ketat
mengikuti adat mereka. Terdapat tiga kampung pada kelompok Baduy
dalam yaitu: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas orang Baduy
Dalam adalah mereka mengenakan pakaian yang berwarna putih alami
dan biru tua serta mengenakan ikat kepala putih.83
Kelompok yang kedua adalah Baduy Luar atau dikenal sebagai
kelompok masyarakat panamping. Yang berciri mengenakan pakaian dan
ikat kepala berwarna hitam. Dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy
Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain
sebagainya. Lain halnya kelompok ketiga disebut dengan Baduy Dangka.
82
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 83
Ibid
57
Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes tidak seperti Baduy
Dalam dan Luar. dan saat ini hanya 2 kampung yang tersisa yaitu
Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).84
2. Letak Geografis Masyarakat Baduy
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat
6o27
‟‟27- 6
030‟0‟‟ LS dan 108
03‟9‟‟ – 106
04‟55
‟‟ BT. Mereka bermukim
tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kenekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten. Wilayah yang
merupakan bagian dari Pegunungan Kenekes dengan ketinggian 300-600
meter di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi
berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai
45% .85
Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan
Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-
Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.
Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek
Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa
Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.
3. Keadaan Masyarakat Baduy
Keadaan Masyarakat Baduy tentu sangat jauh dari hiruk pikuk
dunia luar yang semakin hari semakin tidak bisa terlepas dari teknologi,
bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa „‟ yang pendek tidak
84
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 85
Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di
perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 08 Oktober 2016.
58
boleh disambung dan yang panjang tidak boleh dipotong‟‟, artinya
masyarakat Baduy melakukan segala sesuatunya sesuai dengan keadaan
alamiahnya, misalkan, warga Baduy ada yang membangun rumah dan
struktur tanahnya tidak merata atau miring, maka langkah yang diambil
bukan meratakan tanah, tapi memanjangkan kayu penyangga agar tidak
merusak yang sudah ada.86
Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri
sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan
nenek moyang, namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama
lainnya seperti agama Islam, Budha dan Hindu. Namun inti dari
kepercayaan itu sendiri ditunjukkan dengan ketentuan adat yang mutlak
dengan adanya “pikukuh” (kepatuhan) dengan konsep tidak ada
perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun. Saat ini tidak
sedikit warga Baduy yang memiliki Kartu Tanda Penduduk, namun pada
kolom Agama mereka lebih memilih dikosongkan, karena mereka tidak
beredia jika harus dituliskan dengan Animisme. 87
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah
Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral.
masyarakatnya mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan
setahun sekali pada bulan kalima. Hanya ketua adat tertinggi puun dan
rombongannya yang terpilih saja yang dapat mengikuti rombongan
tersebut. Di daerah arca tersebut terdapat batu lumping yang dipercaya
86
Wawancara Pribadi dengan Aat rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02
Oktober 2016. 87
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya ,salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02
Oktober 2016.
59
apa bila saat pemujaan batu tersebut terlihat penuh maka pertanda hujan
akan banyak turun dan panen akan berhasil, dan begitu juga sebaliknya,
jika kering atau berair keruh pertanda akan terjadi kegagalan pada
panen.88
Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan
menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu
Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat
Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan
setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa
setempat yaitu Gubernur Banten. Mereka mampu secara mandiri dengan
cara bercocok tanam dan berladang (ngahuma), menjual hasil kerajinan
tangan khas Baduy, seperti yang peneliti liat saat turun ke lapangan para
perempuan Baduy Luar dengan asyik sedang menenun pakaian dari kain
di depan rumah mereka.89
4. Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy
Suku Baduy Luar berjarak sekitar 40 km dari kota
Rangkasbitung yang merupakan pusat kota dari Kabupaten Lebak.
Keadaan tersebut membuat jarak tempuh menuju Suku Baduy ± dua jam
perjalanan dari kota Rangkasbitung. Meskipun jarak tempuh yang
lumayan jauh tetapi sarana dan prasaran pendidikan sudah sampai ke
Desa Ciboleger yang tidak lain adalah perbatasan antara Suku Baduy dan
masyarakat luar Baduy. Di sanalah tempat terakhir pemberhentian
kendaraan bermotor, baik mobil ataupun motor.
88
Wawancara Pribadi dengan Saiman salah satu Pemandu Peneliti selama di Baduy Luar
pada 02 Oktober, 2016. 89
Ibid
60
Sekolah Dasar Negeri Ciboleger adalah salah satu sekolah
dasar yang berada tepat sebelum gapura perbatasan antara Ciboleger dan
Suku Baduy. Saat peneliti melakukan observasi ke Baduy luar banyak
anak-anak masyarakat luar Baduy yang berlalu lalang layaknya suasana
sekolah pada umumnya. Terlebih saat hari minggu, meskipun hari libur
sekolah tapi masih banyak anak-anak yang bermain di lingkungan
perbatasan. Oleh karenanya remaja Suku Baduy bisa berinteraksi dengan
anak-anak luar Baduy seperti yang terjadi pada Atmajaya yang menjadi
momentum baginya untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah.
Menurut Aat salah satu Informan dalam penelitian ini,
keseluruhan wilayah Baduy luar seperti lingkaran. Jika di awal Baduy
luar ada Desa Ciboleger sebagai perbatasan, maka di ujung wilayah
Baduy luar juga terdapat perbatasan, yaitu Desa Sobang. Di perbatasan
inilah remaja Suku Baduy memupuk mimpi mereka untuk mengenyam
pendidikan lewat Sekolah Dasar Hariang 4 yang berjarak satu kilo meter
dari Baduy luar. Remaja Suku Baduy luar memerlukan waktu 40 menit
dengan berjalan kaki untuk sampai ke SD Hariang 4.
Tidak berhenti disitu. Perjuangan remaja Suku Baduy luar
berlanjut saat mereka mulai masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).
SMP Satu Atao berjarak sekitar sepuluh kilometer dari perbatasan. Butuh
waktu sampai satu jam untuk sampai ke SMP tersebut. Sangat terllihat
sekali perjuangan remaja Suku Baduy luar untuk bersekolah ditambah
lagi mereka melewati perkebunan dan persawahan hanya dengan berjalan
kaki.
61
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Fokus temuan pada penelitian ini adalah dukungan sosial dan proses
penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja suku Baduy Luar. Dukungan
sosial meliputi dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan
nyata
1. Data Partisipan Penelitian
Berikut tabel data personal tiap-tiap informan pada penelitian ini :
Tabel 1.0
Informan Alamat Tanggal
Lahir
Orang
Tua
Jumlah
Saudara
Sekolah
saat ini
Aat
Rodiyat
Kp. Sukadame,
Ds. Hariang, Kec.
Sobang
11-11-
1998
Jali dan
Isah
Anak ke 2
dari 3
bersaudara
SMA
Rangks
bitung
Eman Kp. Cisaban, Ds.
Kanekes
18-04-
2001
Asmain
dan
Sainah
Anak ke 4
dari 7
bersaudara
SMP
Satu
Atap
Sobang
.
Atmajaya Kp. Cisaban, Ds
Kanekeus, Lebak
08 -01-
2002
Dairan
dan Asih
Anak ke 1
dari 2
bersaudara
dan 1 adik
angkat
SMP
Satu
Atap
Sobang
Suna
Hermawan
Ds. Cisaban,
Leuwidamar,
Lebak
14-09-
2002
Sarmain Anak ke 2
dari 3
bersaudara
SMP
Satap
Sobang
62
2. Deskripsi Informan 1
Sejak tahun 80-an memang sudah banyak anak-anak Baduy
yang memutuskan untuk sekolah di luar Baduy, tapi sudah lama sejak
saat itu tidak ada lagi yang mengikuti mereka. Mulailah sejak Aat
Rodiyat memutuskan untuk bersekolah di luar Baduy remaja-remaja
yang lainnya seakan mendapatkan figur baru bagi mereka yang ingin
bersekolah di luar Baduy. Bahkan bisa dibilang Aat adalah Role Model
bagi remaja-remaja Baduy setelah lama mereka kehilangan generasi yang
mempunyai niat yang sama untuk bersekolah. Dimulai dari Aatlah
banyak remaja Baduy yang mengikutinya untuk sekolah di luar Baduy.90
Secara adat, warga Suku Baduy luar dilarang untuk
mengenyam pendidikan, tapi keinginannya untuk mengikuti
perkembangan dan kemajuan zaman benar-benar menjadikanya seorang
yang melihat jauh ke depan (visioner), berawal dari keresahanya karena
sering mendengar dari khalayak luas yang selalu underestimate terhadap
Suku Baduy.
“Orang Baduy banyak yang bilang katro dan ketinggalan
zaman, saya nggak betah denger itu terus dari orang-orang” Begitu
tuturnya saat wawancara.
Perjalanan spiritualnya sangat rumit, Aat justru belajar pertama
kali mengaji saat dia masuk kelas 1 SMP, orang tua Aat sangat
mendukung aat untuk sekolah meskipun itu melanggar adat Baduy, tapi
sangat melarang untuk masuk Islam.
90
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
63
“Nggak papa sekolah, tapi jangan masuk Islam” begitulah
ilustrasi yang diberikan Aat saat orang tuanya melarang Aat masuk
Islam, oleh karena itu, prosesi perpindahan Agamanya sengaja tidak
memberi tahu kedua orang tua dan keluarganya, saat itu Aat langsung
memberikan kabar kepada keluarganya lewat telephone genggam saat ia
baru lulus SD.
„‟ Pak, Aat udah masuk Islam „‟
„‟ Oh yaudah nggak papa „‟
Bukan dengan nada senang atau bahagia bapaknya menjawab,
tapi karena memang tidak ada pilihan lain, pasalnya jika seorang Baduy
sudah masuk Islam secara otomatis dia harus keluar dari Baduy dan tidak
lagi diperbolehkan untuk menjadi warga Suku Baduy meskipun suatu
hari nanti dia memutuskan untuk meninggalkan Islam.
Selama dia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, ia harus
mengasingkan diri di salah satu kampung perbatasan Baduy luar dan
Baduy dalam, karena menurut keteranganya Baduy luar memiliki sekitar
30-40 kampung. Kampung Sobang adalah kampung paling ujung atau
perbatasan Baduy luar itu, di sanalah ia menetap untuk sementara waktu
selama ia sekolah SD.
„‟ Baduy dalem itu ibarat lingkaran, di ujung Baduy luar ada
kampung yang masih di luar lingkaran tersebut, itu kampung Sobang,
disanalah saya tinggal untuk sementara waktu. „‟ tuturnya singkat.
Kampung Sobang dipilihnya sebagai alternative paling baik
yang ia miliki karena kampung tersebut memiliki akses yang paling
64
memungkinkan untuk Sekolah Dasar. Keterasinganya tersebut berhasil ia
tutupi dari kepala adat, karena ia selalu hadir saat acara-acara Adat Suku
Baduy. Dan sekarang Aat Rodiyat telah duduk di bangku kelas 3 di salah
satu Sekolah Menengah Pertama Rangkasbitung, Lebak tanpa
sepengetahuan kepala adat Suku Baduy.91
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 1
Aat Rodiat mulai sekolah di luar Baduy saat ia duduk di
bangku Sekolah Dasar. Ia mendapatkan izin dari orang tuanya untuk
bersekolah di luar Baduy asalakan ia tidak masuk Islam sebelum
menyelesaikan Sekolah Dasar. Perjalanan sekolah Aat dimudahkan
dengan ikut andilnya Bapak Aat untuk mendapatkan informasi
tentang sekolah yang saat itu sulit sekali Aat dapatkan.
Bapaknya yang hanya seorang petani terus mencari
informasi tentang pendaftaran sekolah, sampai pada satu hari
Bapaknyalah yang mendaftarkan Aat untuk sekolah. Selain itu Aat
juga dipercayai oleh keluarganya untuk sekolah dan melanggar adat
Baduy karena caranya dalam menyampaikan keinginan untuk
sekolah yang polos dan apa adanya, seperti yang diungkapkan Aat
saat wawancara :
“Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahan-
keresahan saya. Saat banyak pengunjung di Baduy saya sering
mendengar bahwa menurut mereka orang-orang Baduy itu katro,
bodoh dan ketinggalan zaman. Saya terus menyampaikan itu pada
keluarga saya dengan apa adanya dan mereka mendengarkan,
akhirnya mereka memberikan kepercayaan kepada saya untuk
sekolah”
91
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
65
Demi mendapatkan akses yang lebih mudah, Aat rela
tinggal di perbatasan Baduy luar dan Sobang. Selama dua tahun Aat
tinggal di salah satu rumah warga yang juga guru ngaji Aat. Menurut
keteranganya, selama ia tinggal di lingkungan baru tersebut ia
mendapatkan banyak bantuan dari tetangga-tetangga dan kerabat
guru ngaji. Tidak sedikit dari mereka yang memberikan uang jajan
dan perlengkapan sehari-hari, jadi selain dukungan dari keluarga,
Aat kecil juga mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya
yang ikut berempati.
Hal seperti itu juga Aat dapatkan saat ia mulai beranjak
remaja. Saat ini Aat Rodiyat duduk di bangku SMA Rangkasbitung.
Keputusanya untuk masuk Islam dan keluar dari Suku Baduy
membuatnya harus Survive di dunia luar. Aat dan keluarganya resmi
meninggalkan Suku Baduy karena ingin lebih maju dan mengikuti
perkembangan dunia luar. Saat wawancara Aat tidak mau
menceritakan secara spesifik kronologi perpindahanya tersebut, tapi
yang jelas keluarga Aat juga ikut masuk Islam lima bulan setelah Aat
memutuskan untuk masuk islam.
Ringkasnya keputusan Aat dan keluarganya untuk masuk
Baduy secara otomatis membuat mereka harus keluar dari Suku
Baduy, oleh karena itu Aat dan keluargnya meminta izin kepada
Pu‟un untuk keluar dan melanjutkan hidup mereka yang baru di
tempat yang baru. Selama Aat sekolah di SMA Rangkasbitung pihak
66
sekolah memerlakukan Aat degan baik dan tanpa memandang latar
belakang Aat sebagai suuk Baduy.
Dukungan-dukungan yang Aat dapatkan selama ia
mengenyam pendidikan membuatnya lebih mudah berkembang dan
mengasah potensi yang ia miliki, salah satunya dalam bidang
kesenian. Aat sering dipercaya untuk tampil di pentas seni yang
diadakan oleh sekolah dengan memerankan jati diri seorang Aat
yang berasal dari Suku Baduy. Tidak jarang ia mendapatkan tepuk
tangan yang meriah saat tampil sama seperti anak-anak luar Baduy
lainnya.
b. Proses Penyesuaian Diri Informan 1
Manusia pada umumnya memerlukan proses dalam
melakukan penyesuaian diri dalam hidupnya. Hal itulah yang Aat
rasakan saat pertama kali sekolah di SMA Rangkasbitung. hal itu
dibuktikan dengan ungkapan Aat Rodiyat sebagai berikut :
“Awalnya saya merasa sangat canggung dan menutup diri, karena
memang sangat sedikit anak-anak yang menerima orang Baduy
untuk berbaur dengan mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah
saya waktu itu. Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya
bisa duduk di kelas 3 SMA seperti sekarang ini‟‟92
Dalam wawancara itu Aat juga mengungkapkan bahwa ia
butuh waktu setidaknya dua sampai tiga minggu untuk bisa bergaul
dengan teman-teman sekolahnya. Seiring berjalanya waktu Aat
menyadari banyak perubahan yang ia alami, salah satunya dalam hal
pergaulan. Berangkat dari pedalaman menuju keramaian bukan hal
92
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
67
mudah baginya, tapi pergaulan yang baru membuatya mampu
merasakan kehadiran semangat baru untuk mewujudkan mimpinya
mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik.
Suasana di sekolah tentu menghadirkan warna baru dalam
hidup seorang Aat Rodiyat. Mulai dari teman-teman yang berbeda
agama, bahasa, suku sampai cara berbicara dan guru-guru sebagai
pengganti orang tua di sekolah. Dalam menghadapi perbedaan yang
ia jumpai, Aat mengaku sedikit bingung untuk berkomunikasi
dengan mereka, tapi dengan nasehat dan semangat yang terus ia
terima dari keluarga dan para tetangga memberikanya energi postif
untuk terus mencari hal-hal baru salah satunya adalah perbedaan.
Aat pernah mengalami keadaan yang hampir membuatnya
kehilangan rasa percaya dirinya untuk bergabung dengan teman-
teman sebayanya. Saat itu Aat mengikuti pelajaran Agama di
sekolahnya yang membahas tentang Baca Tulis al-Qur‟an. Membaca
kitab suci memang bukan hal yang baru bagi Aat, tapi di usianya
yang sudah remaja seharusnya anak laki-laki seumuranya sudah
lancar membaca al-Qur‟an dan Aat tidak memiliki itu.
Aat masih terbata-bata untuk membaca al-Qur‟an tidak
seperti teman-temanya yang lain. Dalam kondisi seperti itu justru
Aat tidak mendapat tekanan dan olok-olok dari teman-temanya tapi
ia mendapatkan dukungan semangat untuk percaya diri membacakan
al-Qur‟an di depan guru Agama. Kemampuan Aat dalam
68
menyeimbangkan diri membantu Aat dalam kondisi-kondisi tertekan
selama di sekolah.
Sesekali Aat sering mengingat kesalahan-kesalahanya
selama ia berada dalam Suku Baduy, salah satunya adalah
keputusanya untuk sekolah di luar Baduy. Ia sadar betul apa yang ia
lakukan adalah melanggar adat yang seharusnya ia jaga turun
temurun, tapi keresahanya dengan pandangan miring orang-orang
luar terhadap Suku Baduy membuatnya tetap mempertahankan
keinginannya tersebut. Ditambah dengan dukungan-dukungan yang
ia terima selama ia bersekolah di luar Baduy membuatnya semakin
bersemangat.
Aat mengaku dirinya adalah pribadi yang introvert dan
susah menerima orang-orang baru untuk bergaul. Saat itu baginya
yang terpenting adalah berusaha untuk menyeimbangkan dengan
teman-teman barunya. Proses menyeimbangkan tersebut bisa
dibilang ia lalui dengan mudah, pasalnya dukungan-dukungan yang
ia dapatkan mulai dari dukungan keluarga, orang-orang sekitar
sampai dukungan emosional memberikan dorongan tersendiri untuk
terus bertahan di lingkungan yang baru dan itu berhasil.
69
3. Deskripsi Informan 2
Eman dikenal dengan anak yang cerdas, dulu saat ia duduk di
Sekolah Dasar Eman selalu masuk 3 besar di kelasnya.93
Ayahnya yang
bernama Asmin selalu mengajarinya bagaiamana cara berusaha untuk
terus maju, didukung dengan bu Saniah seorang ibu yang telah
melahirkanya dan mengenalkan Eman tentang pentingnya dunia
pendidikan.
Sebelum menjadi Eman yang sekarang, Eman pernah
merasakan kebingungan saat memutuskan untuk sekolah. Awalnya Eman
merasakan kebingungan karena untuk menuliskan nama sendiri saja ia
tidak mampu.
“Awalnya saya bingung, saya mau nulisin nama sendiri aja saya enggak
bisa”‟ tuturnya saat wawancara. 94
Setelah melalui perjalanan sekolahnya dengan sekelumit
permasalahan, Eman berubah menjadi anak yang cerdas. Sangat terlihat
sekali dari cara bicaranya saat peneliti mewawancarainya. Menurutnya
Suku Baduy melarang warganya untuk mengenyam pendidikan adalah
karena satu hal, „‟ intinya nggak boleh ada yang pinterlah, takut
minteran „‟ , tuturnya saat wawancara.95
Dari kutipan kalimat di atas dapat diketahui bahwa larangan
Suku Baduy bagi warganya untuk mengenyam pendidikan adalah
langkah preventif agar tidak terjadi pembodohan. Menurut peneliti,
asumsi tersebut bisa menjadi landasan Suku Baduy karena melihat
93
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu remaja Suku Baduy luar yang
sekolah di luar baduy, pada 10 Oktober 94
Wawancara Pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di
luar baduy, pada 10 Oktober 95
Ibid
70
banyak fakta yang terjadi di negara kita. Orang-orang pintar yang
memiliki kekuasaan dan tingkat intelektual yang lebih tinggi cenderung
membodohi masyarakat kalangan bawah.
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 2
Eman adalah salah satu anak yang paling banyak bicara
yang penelti temui di lapangan. Cara berbicaranya jauh lebih tertata
dibanding teman-teman yang lainya, hal inilah yang memudahkanya
dalam berkomunikasi. Awal perjalananya untuk bisa bersekolah juga
melibatkan orang lain selain keluarganya, H. Kasmin. Kalau anak-
anak yang lain melewati perkebunan dan berganti pakaian di antara
semak-semak Eman menggantinya di rumah H. Kasmin.
Menurut keteranganya H. Kasmin masih memiliki
hubungan darah meskipun jika ditelusuri memang sangat jauh
hubungan darahnya. Setiap kali Eman pergi ke sekolah ia selalu
dibekali titipan ucapan terimakasih dari orang tuanya untuk H.
Kasmin. Jadi selain dukungan dari keluarga terdekat Eman juga
mendapatkanya dari keluarga jauh.
Baginya nasehat orang tua adalah penyemangat utama
untuk menyelesaikan sekolah. Ada satu nasehat yang sering sekali ia
ulang-ulang saat wawancara.
“Kalau ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu
itu sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat‟‟96
Orang tua Eman yang berprofesi sebagai pedagang
membuatnya sering ditinggal ke luar Baduy. Setiap ke luar Baduy
96
Wawancara Pribadi dengan Eman Remaja Suku Baduy Luar yang sekolah di luar baduy,
pada tanggal 10 Oktober, 2016
71
ayah dan ibunya selalu melihat orang-orang luar dengan kehidupan
yang jauh lebih baik. Setelah mencoba menelusuri ternyata salah
satu penyebab keberhasilan mereka adalah dengan mengenyam
pendidikan. Mulai saat itulah kedua orang tua Eman setiap kali
keluar selalu mencari informasi tentang sekolah. Dari situlah Eman
mendapatkan dukungan informasi tentang sekolah.
Kepercayaan yang diberikan keluarga dan kerabatnya
terbayar dengan prestasi yang diraih oleh Eman di dalam kelas.
Selama mendapatkan rangking di kelas Eman mendapatkan perilaku
yang sama dengan anak-anak lainya perihal pemberian penghargaan,
keluarganyapun ikut memberinya selamat. Baginya dukungan-
dukungan itulah yang membuatnya tenang selama belajar sehingga
dengan mudah ia berkomunikasi dan menggali potensi yang ia
miliki.
b. Proses Penyesuaian Diri Informan 2
Keputusan Eman untuk sekolah di luar Baduy sudah
dipikirkan dengan matang-matang. Eman dan keluarganya sangat
menyadari sekolah adalah melanggar adat Baduy, tapi ia abaikan dan
terus berjuang untuk sekolah. Perjuanganya untuk sekolah
mendapatkan dukungan dari orangtuanya yang sudah lama
memimpikan anak-anaknya mendaptkan kehidupa yang lebih layak.
Eman bercita-cita menjadi seorang dokter. Keinginanya
tersebut bukan tanpa perhitungan. Menurutnya ia memiliki
kemampuan yang lebih dalam memahami pelajaran IPA daripada
72
yang lainnya. Keinginanya selalu ia ukur dengan kemampuanya
begitu juga dengan jalan hidupnya. Ia berani sekolah di luar Baduy
karena ia yakin kalau ia dan keluarganya mampu untuk melakukan
itu.
Nasehat dan didikan orang tuanya menjadikan Eman
pribadi yang penuh dengan optimisme yang menjadikannya orang
yang siap menanggung konsekuensi dari segala hal yang ia lakukan.
Salah satunya adalah keputusanya untuk sekolah di luar Baduy.
Eman tahu akan konsekuensi bagi yang melanggar adat Baduy, tapi
dia memilih untuk tidak memikirkanya. Dia hanya ingin fokus
menggapai cita-citanya. Seperti yang ia ungkapkan saat wawancara
„‟Ya saya tahu, kokolot di Baduy bahkan membahasakan
bahwa sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain juga pernah
mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu juga
menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang melanggar
adat Baduy yang penting saya selalu berusaha untuk mengambil hal-
hal yang positif dan membuang yang negatifnya, karena dengan
sekolah wawasan kita jadi semakin luas.‟‟97
Dari kutipan wawancara di atas, peneliti berpendapat
bahwa Eman adalah anak yang selalu memandang positif atas apa
yang ia alami. Kekurangan dan kelebihan yang ia miliki ia jadikan
sebagai motivasi untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik
untuk kehidupan keluarganya. Eman juga pernah merasakan
kegagalan atas apa yang ia inginkan, baginya itu semua adalah
motivasi untuk mencapai yang lebih baik lagi.
97
Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah
di luar Baduy, pada 10 oktober 2016.
73
Hari pertama sekolah adalah hari yang menegangkan bagi
Eman. Eman yang biasanya hanya berkomunikasi sesama anak Suku
Baduy, saat itu ia dituntut untuk berkomunikasi dengan orang-orang
baru dan lingkungan yang baru. Perbedaan sangat ia rasakan apalagi
dalam hal komunikasi. Eman mengaku minder dengan anak-anak
yang lainnya. Keadiranya banyak mengundang tanya teman-temanya
saat itu, mulai dari asal rumah, kenapa terlihat kaku dan lain
sebagainya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu Eman mencoba
jujur dan apa adanya, akhirnya justru membuat teman-temanya
nyaman bersama Eman.
Eman anak yang ekstrovert. Dalam menghadapi masalah
ia memilih untuk bercerita kepada teman-temanya. Itu membuatnya
mudah dalam menghadapi masalah-masalah terutama saat ia berada
di sekolah. Keberadaaya di sekolah membuatnya semakin dekat
dengan cita-citanya. Dukungan yang ia dapatkan dari keluarga dan
orang-orang terdekatnya membuatnya tenang selama berada di
sekolah. Dukungan teman-temanya juga sangat memberikan
dorongan positife untuk mengembangkan diri.
4. Deskripsi Informan 3
Atma jaya, seorang anak asli Baduy luar yang sudah mulai
sekolah di luar Baduy saat dia duduk di Bangku Sekolah Dasar. SD
Hariang yang menjadi pijakan awalnya, SD itu terletak di Kampung
Sobang perbatasan Baduy luar dan Baduy Dalam. SD tersebut menjadi
langkah awal baginya untuk menimba Ilmu. Jika dibahasakan dengan
74
ungkapan Atma, sekolahnya „‟ di dug-dag „‟, artinya Atma dengan kaki
kecilnya pulang-pergi setiap hari ke Sekolah Dasar. Berangkat pagi dan
lagnsung pulang seusai sekolah.
Perjalanan hidupnya juga tidak dibilang mudah, hukun adat
yang mengharuskan warganya memakai celana pendek setiap kali
beraktivitas masih ia turuti meskipun saat berangkat sekolah. Tiap pagi ia
selalu berpakaian sesuai adat dari depan rumahnya, apalagi saat ada razia
dari Baduy dalam, dibahasakan razia bukan berarti seperti razia-razia
yang biasa polisi lakukan. Hanya saja tujuan dilakukanya razia itu sama-
sama untuk menertibkan.
Razia itu terjadi saat Tangtu98
dari Baduy Dalam secara tiba-
tiba mengunjungi Baduy Luar, saat itulah Atmajaya kecil tetap
berperilaku sesuai adat dan sesampainya di perkebunan ia keluarkan
seragam sekolah yang sudah ia siapkan di dalam tas dan berangkat ke
sekolah dengan seragam lengkap, begitu seterusnya setiap berangkat
sekolah.99
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 3
Atma terlahir dari keluarga Suku Baduy asli. Sejak kecil
pergaulan seorang Atma sangat terbatas dengan gapura pemisah
Baduy luar dan Desa Ciboleger. Keinginanya untuk melihat dunia
luar membuatnya penasaran dan sering ke luar dari wilayah Baduy
luar. Secara adat hal itu tidak melanggar asalkan tidak memakai
kendaraan, seperti motor dan mobil. Maka tidak jarang kita
98
Penjelasan tentang Tangtu sudah dijelaskn di BAB III dalam Skripsi ini. 99
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah
di luar baduy, pada 08 Oktober 2016
75
menemukan orang dengan pakaian serba putih bercelana pendek
lengkap dengan ikat kepalanya. Itulah mereka Suku Baduy yang
mencoba mencari penghasilan ke kota dengan berjualan madu dan
berjalan kaki tak peduli seberapa jauh perjalanan itu.
Seringnya Atma melihat dunia luar membuatnya ingin
juga merasakan hal yang sama. Sampai pada satu hari ia
menyampaikan keinginanya untuk sekolah kepada kedua orang
tuanya. Beruntung Atma memiliki Ayah yang luar biasa yang
langsung mendukung keinginan tersebut. Dukungan pak Dairan sang
Ayah ternyata tidak membuat keinginan Atma berjalan mulus. Sang
ibu justru menolak keinginanya.
Kekhawatiran dan rasa kasihan adalah alasan sang Ibu
melarang Atma untuk sekolah. Selain harus melewati perkebunan,
Atma juga terkadang harus kucing-kucingan dengan Tangtu Baduy
dalam saat pergi ke sekolah. Keadaaan ini sempat membuat Atma
ragu untuk bersekolah, satu sisi sang Ayah mendukung untuk
sekolah tapi di sisi lain Ibu melarangnya karena alasan khawatir
terjadi apa-apa di perjalanan menuju sekolah.
Superioritas pak Dairan sangat terlihat saat membela Atma
untuk tetap sekolah di depan Ibunya. Meskipun dukungan dari sang
Ayah tidak juga meluluhkan hati sang Ibu, akhirnya Atma
memberanikan diri untuk berbicara langsung kepada Ibunya dan
mengutarakan keinginanya untuk sekolah. Atma menyampaikan
76
keinginanya tersebut dengan sepenuh hati. Saat wawancara Atma
mengungkapkan:
„‟ Saya hanya bilang seadanya saja. sesuai niat awal saya, yaitu
pengen belajar „‟ 100
Berkat kejujuran dan keinginan Atma yang gigih sang
Ibunda akhirnya mengizinkan Atma untuk sekolah di luar Baduy.
Dukungan semangat dari sang Ayah dan dukungan kepercayaan dari
sang Ibu ia jadikan sebagai motivasi utama untuk sekolahnya.
Atma juga adalah seorang Siswa yang memiliki prestasi di
bidang olahraga. Bidang yang ia geluti adalah Bola Voli. Prestasinya
kian terlihat saat dia berhasil menjadi salah satu bagian dari tim inti
bola voli di sekolahnya. Saat itu Atma bersama timnya berhasil
memenangkan kompetisi bola voli antar SMP se-Rangkasbitung.
Saat meraih prestasi itu Atma tidak merasakan dirinya dibeda-
bedakan dengan anak satu timnya.
Menurut Atma penghargaan yang diberikan sekolah sama
dengan anak yang lainnya. Prestasi itu disambut hangat oleh
keluarga dan orang-orang terdekatnya di Suku Baduy.
b. Proses Penyesuaian Diri Informan 3
Prestasi yang Atma raih sebagai pemain voli disambut
hangat oleh teman-teman sekolahnya. Setelah presatsi yang
mengharumkan nama sekolahnya itu ia dan rekan-rekan satu timnya
mencoba ke jenjang yang lebih tinggi lagi dengan mengikuti
kualifikasi untuk menjadi perwakilan Kabupaten, namun Atma dan
100
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah
di luar baduy
77
timnya mengalami kegagalan. Baginya dukungan dari teman-teman
dan dewan gurulah yang membuatnya tetap optimis untuk menerima
kegagalan sebagai pelajaran dan mencoba lagi di tahun depan.
Bahkan menurutnya kalau bukan karena mereka mungkin Atma
sudah keluar dari tim inti tersebut.
Atma menyadari kemampuanya bermain voli sejak ia
masih kecil, hanya saja lingkungan Baduy yang tidak
memungkinkanya untuk melatih diri membuatnya harus
mengurungkan keinginanya untuk menjadi pemain voli yang terlatih.
Maka saat itu Atma memilih menjalani hidup dengan apa adanya
tanpa merencanakan sesuatu hal yang ingin ia capai.
Keadaan berbeda ia temui saat ia mulai mengenal
lingkunga sekolah. Fasilitas dan banyaknya orang-orang yang
memiliki hobi yang sama membuatnya menjadi lebih bersemangat
untuk mengasah kemampuanya dalam bermain voli.
Awalnya Atma mengalami kendala dalam komunikasi
pada lingkungan barunya. Atma mengaku paling katro saat awal-
awal masuk sekolah. tapi bagi Atma itu adalah hal yang biasa dan ia
berhasil melewati masa-masa sulit itu dengan dukungan yang ia
dapatkan dari teman-teman dan dewan guru.
Atma memang anak yang apa adanya dan cenderung lugu,
saat wawancara ia mengaku bahwa kekurangan yang ia miliki lebih
banyak daripada kemampuan yang ia miliki. Baginya kekurangan-
kekurangan itu sedikit demi sedikit terhapus seiring ia mengenyam
78
pendidikan di sekolah. Banyak perubahan yang ia rasakan sebelum
dan sesudah sekolah di luar Baduy. Tapi di luar itu semua Atma
memiliki optiimisme yang tinggi dengan kemampuan yang ia miliki.
Ia mengungkapkan :
“Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja gitu.
Paling kelebihanya ya di olah raga voli, saya juga masuk tim utama voli
di SMP sekarang”
„‟Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar. Karena
percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong keyakinan
saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau usaha.‟‟101
Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat Atma adalah seorang
yang optimis dengan kemampuan yang ia miiliki. Sekecil apapun
kemampuan yang ia miliki ia selalu punya cara sendiri untuk
mengoptimalkannya dengan cara belajar.
Baginya belajar bukan hanya dalam kelas, itu ia buktikan saat
ia selalu merasa iri jika melihat ada orang yang lebih baik darinya, baik
dari segi pelajaran ataupun kemampuan lainnya. Sama halnya saat ia
dikalahkan oleh tim lawan saat kualifikasi voli tingkat kabupaten.
Baginya mereka bukan musuh atau penghalang baginya untuk meraih apa
yang ia inginkan, tapi mereka adalah motivasi untuk menjadi lebih baik
lagi, hal senada diungkapkanya pada saat wawancara :
„‟Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. „‟ Kok orang
hebat yah, tapi saya enggak „‟, tapi kan itu sesuai dengan usaha dan
latihanya. Seperti yang saya bilang tadi, di Voli kami memang pernah
berprestasi tapi ternyata ada yang lebih baik lagi dari kami, ya saya
sangat iri dan mengakui kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman
101
Wawancara Pribdi dengan Atma jaya salah satu sumber data pada penelitian ini pada
tanggal : 08 Oktober 2016
79
jadi terpacu untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka
sebagai motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi.‟‟102
Kesadaran Atma terhadap kekuranganya membuatnya tahu apa
yang harus ia perbuat untuk menutupi kekurangan tersebut, salah satunya
dalam hal komunikasi. Saat pertama ia masuk sekolah prinsipnya hanya
satu „‟Tampil apa adanya „‟ tanpa menutup-nutupi asal usul dirinya.
Keterbukaanya itu mendapatkan respon positif dari teman-teman
sekolahnya. Perbedaan suku, Agama, dan latar belakang tidak membuat
atma pilih-pilih dalam bergaul.
Kesadaranya yang tinggi akan kekuranganya juga membuatnya
tahu kapan ia merasa berada dalam kesedihan dan sebaliknya. Saat
merasa dalam keadaan terpuruk Atma memilih untuk memendamnya
sendiri, baginya teman-teman dan keluarganya cukup memberikan
dukungan dan semangat saja. Selebihnya untuk masalah yang ia hadapi ia
lebih senang memendam dan menyelesaikannya sendiri. Baginya
keberhasilanya dalam berhubungan dengan orang-orang baru dan
menggali potensi yang ia miliki adalah berkat dari dukungan keluarga,
kerabat dan teman-teman yang ia miliki.
5. Deskripsi Informan 4
Suna Hernawan berperawakan paling kecil diantara yang
lainnya. Saat ditemui di rumahnya ada seorang wanita tua yang sedang
bertenun kain di depan rumah, awalnya saya kira itu adalah neneknya,
ternyata itu adalah ibu kandungnya. Melihat Suna yang berbadan kecil
102
Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di
luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar.
80
tentu sangat masuk akal jika saya pikir itu adalah neneknya, ternyata
bukan. Suna sesekali juga membantu Ibunya menenun kain di depan
rumahnya, saat wawancarpun ia sedang bersiap menenun.
Menenun kain adalah kebiasaanya sejak kecil, ia mengaku
mengungkapkan keinginannya untuk sekolahpun saat menenun, dari
situlah perjalanannya untuk mengenyam pendidikan dimulai. Sempat
mendapat tolakan dari ibunya, tapi Suna kecil tidak berhenti di situ. Ia
coba berkomunikasi dengan ayahnya dan akhirnya membuahkan hasil.
Suna pernah mengalami kejadian yang tidak bisa ia lupakan. Pernah satu
hari ia pulang dari sekolah mengenakan baju seragam, sesampainya di
kebun ia ingin mengganti pakaian seragamnya, namun na‟as pakaian
adatnya hilang dari tas, seketika Suna kaget dan mencari-car baju
adatnya, karena sangat tidak mungkin kembali ke rumah dengan seragam
lengkap, untung waktu itu ada teman sekelasnya yang juga dari Baduy
secara kebetulan meninggalkan baju adatnya di semak-semak dan ia
selamat.
Suna Hermawan saat ini sudah duduk di kelas 3 SMP,
perjuanganya tentu tidak mudah. SMP Satu Atap yang letaknya di
perbatasan mempunyai cerita tersendiri untuk dilalui, bahkan menurutnya
cerita yang paling menyenangkan adalah saat pagi-pagi harus berjalan
kaki dan mengganti pakaian di perkebunan, begitupun saat pulang.
a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 4
Desa Ciboleger yang terletak persis di perbatasan Baduy
luar menjadi bangunan bersejarah bagi Suna. Di desa itulah Seorang
81
Suna Hermawan mendapatkan informasi pertamanya mengenai
sekolah. Sang Ibu yang dari awal sudah mendukung niatnya untuk
sekolah diam-diam mencari informasi tentang hari pendaftaran
murid baru. Ibu melakukan hal itu secara diam-diam selain karena
peraturan adat yang melarang sekolah juga karena faktor lain, yaitu
Pak Sarmain sang Ayah.
Pengorbanan Suna untuk bisa bersekolah di luar Baduy
sangat besar. Hal itu ia ungkapkan saat wawancara. Dia sempat
merasa tidak pantas sekolah karena baginya sekolah pernah
memecahbelah hubungan Ayah dan Ibunya. Sarmain, Ayah kandung
dari Suna adalah orang yang paling melarang Suna untuk sekolah.
Pak Sarmain memang terkenal orang yang taat akan adat istiadat
setempat, baginya sekolah hanya akan merepotkan saja. Dia takut
setelah sekolah anaknya memiliki pola pikir yang macam-macam.
Baginya yang terpenting adalah menaati peraturan adat agar tidak
dibilang durhaka.
Hal berbeda justru ditunjukan oleh sang Ibu. Keinginan
Suna untuk sekolah disambut baik oleh sang Ibu. Ternyata niat sang
Ibu belum bisa membuka hati pak Sarmain sang Ayah. Diam - diam
Suna disekolahkan oleh sang Ibu. Lambat laun identitas Suna
sebagai siswa SD diketahui oleh Ayahnya. Mau-tidak mau akhirnya
pak Sarmain menerima kenyataan itu, hal itu diungkapkan oleh Suna
saat wawancara :
82
„‟ Ya namanya juga sama anak, akhirnya ya bapak juga ikut dukung
„‟103
Hal itu berlanjut pada nasehat-nasehat yang sering kedua
orangtuanya sampaikan. Pernah satu waktu kehadiran Suna di
lingkungan barunya (sekolah) SMP Satu Atap Sobang sedikit
menghebohkan anak-anak di sekolah tersebut. Suna disebut-sebut
sebagai anak yang paling katro. Banyak celotehan seperti itu yang ia
dengar dan ia tanggapi dengan serius. Suna semakin merasa terpojok
dan ia luapkan itu dengan penuh emosi sampai terjadi pertengkaran
antara dirinya dan teman-temanya di sekolah.
Kejadian itu berlanjut saat Suna pulang ke rumah.
Ternyata benar dukungan nasehat yang diberikan orangutanya terkait
kejadian yang dialami Suna sangat berpengaruh positif. Hal itu
diungkapkan Suna saat wawancara :
„‟ Ibu sama bapak waktu itu nasehati panjang lebar. Kata mereka
jangan cepet marah siapa tau mereka tidak niat menghina, hanya
bercanda„‟
Keesokan harinya Suna langsung meminta maaf dan
menyadari kalau apa yang ia perbuat adalah kesalahan. Bagi Suna
nasehat-nasehat dari orang tuanya sangat mempengaruhi caranya
menyikapi kehidupan yang baru dengan teman-temanya di
lingkungan sekolah.
Dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya
telah berhasil mendorong Suna meraih tiga besar dalam kelasnya.
Prestasi membanggakan itu mendapatkan sambutan hangat dari
keluarganya. Suna mendapatkan penghargaan yang sama dari pihak
103
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang
bersekolah di luar baduy pada : 09 Oktober 2016 di lingkungan baduy luar
83
sekolah, karena memang diadakan acara khusus untuk penobatan
juara-juara kelas. Di atas panggunglah Suna menerima penghargaan
itu, jadi menurutnya ia juga mendapatkan kesempatan yang sama
untuk meraih prestasi dan mendapatkan penghargaan dengan anak-
anak lainnya.
Saat ini warga Suku Baduy luar sudah mulai mengerti
akan teknologi, menurut Suna sudah banyak warga asli Suku Baduy
luar yang memiliki akun Facebook. Masuknya kehidupan moderen
ke dalam Suku Baduy terutama Baduy luar ikut memberikan
dorongan tersendiri bagi mereka untuk ikut mengenyam pendidikan.
Oleh karena itu Suna mendapatkan dukungan yang positif dari warga
Suku Baduy luar meskipun itu melanggar adat Suku Baduy.
b. Proses Penyesuaian Diri Informan 4
Dukungan-dukungan yang didapatkan oleh Suna
menjadikanya pribadi yang lebih mementingkan masa depan
dibanding bermain-main seperti anak seumuranya. Oleh karena itu
Suna selalu memperhitungkan kemauan dan kemampuanya. Bagi
Suna yang terpenting adalah mau memaksimalkan kemampuan yang
ada tapi juga harus diingat sampai mana kemampuan kita. Karena
menurutnya setiap individu memiliki kemampuanya masing-masing.
Keputusanya untuk sekolah di luar Baduy membuatnya
semakin mengerti arti dari perjuangan. Langkahnya yang sempat
terhenti karena larangan dari sang Ayah tidak membuatnya putus asa
begitu saja. Dukungan dari sang Ibu menjadi faktor utama Suna tetap
84
pada pendirinya. Sekolah di luar Baduy secara adat sudah sangat
melampaui batas tapi niat suna yang didorong oleh keluarga dan
Ibunya berhasil menjadikan sekolah sebagai keinginan yang sesuai
dengan kemampuan.
Saat ini menuntut ilmu adalah prioritas utama seorang
Suna Hermawan. Saat ditemuipun ia selalu mengatakan bahwa
keinginanya sekolah hanya untuk menuntut ilmu meskipun ia tahu
tindakanya akan menimbulkan banyak konsekuensi yang akan ia
tanggung karena telah melanggar adat. Prinsip yang ia pegang adalah
ungkapan yang sering ia dengar dari kokolot 104
yaitu „‟Menuntut
Ilmu„‟. Satu sisi dilarang untuk sekolah tapi di sisi lain dianjurkan
juga untuk menuntut ilmu.
Dilema tersebut sempat membuat Suna berpikir ulang. Ia
mengaku sempat merasa stress apalagi saat ingin melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama. Lagi-lagi dukungan kedua orang tua,
keluarga dan kerabat mennjadikanya mampu mengatasi masalah
tersebut. Terkadang Suna juga menceritakan masalah-masalah yang
ia hadapi dengan teman-teman terdekatnya, baginya dorongan dari
orang-orang terdekat sangat berpengaruh saat ia berada dalam
masalah.
Suna menggambarkan dirinya masih banyak kekurangan.
Hal senada diungkapkanya saat wawancara :
104
Kokolot adalah istilah untuk orang-orang Suku Baduy yang dianggap sepuh dan
ditokohkan.
85
„‟Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja.
Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling kurang pas di
sekolah‟‟ 105
Dari kutipan wawancara di atas Suna tergambarkan
sebagai anak yang sangat mengenali kekurangan dirinya. Tapi
setelah melakukan perbincangan denganya ternyata Suna adalah
anak yang sangat menyadari kekurangan dan mau memaksimalkan
kemampuan yang ia miliki. Dalam wawancara ia mengungkapkan :
“Sangat yakin, karena semuanya punya kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Tinggal kitanya saja bagaimana caranya untuk
memanfaatkan yang kita miliki. Selebihnya berusaha sekeras
mungkin‟‟106
Keyakinanya pada kemampuan dan potensi yang ia miliki
membuatnya selalu merasa cemburu dengan prestasi dan apa yang
dimiliki oleh orang lain. Cemburu dalam arti positif.
Kecemburuanya ia jadikan sebagai pemicu untuk menjadi pribadi
yang jauh lebih baik lagi dengan berusaha memaksimalkan apa yang
ia miliki.
Hubunganya dengan orang lain sangat terbantu dengan
teman-teman yang selalu mendukung Suna baik di dalam sekolah
maupun di lingkungan Baduy luar. Perbedaan-perbedaan yang ia
temui membuatnya semakin ingat akan nasehat kedua orangtuanya
yang selalu berpesan untuk menjaga bicaranya apalagi dengan
orang-orang yang lebih dewasa. Nasehat itu ia tanamkan dan ia
105
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang
bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar 106
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang
bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar
86
terapkan selama ia di sekolah, akhirnya Suna mampu bersosialisasi
dengan baik dengan siapapun.
B. Analisis Inter Subject
1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy
luar yang bersekolah di luar Baduy
Dukungan Sosial dari sudut pandang Psikologi komunitas
merupakan suatu proses spesifik yang berlangsung dalam kehidupan
komunitas.107
Barker (1968) menjelaskan bahwa perilaku seseorang
dalam sebuah setting dapat diprediksi dengan memperhatikan pola
perilaku menetap dari orang-orang yang berada dalam seting tersebut,
bukan dari perilaku masing-masing individu.108
Artinya kenyaman dan
perilaku seseorang dalam satu lingkungan sangat dipengaruhi oleh
perilaku orang- orang yang berada di sekitarnya.
Peneliti berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang berada
dalam lingkungan tertentu akan sangat mempengaruhi individu dalam hal
kenyamanan, interaksi antar personal atau dalam hal ini adalah
kemampuan penyesuaian diri. Seperti yang terjadi pada remaja Suku
Baduy luar. Mereka mencoba keluar dari zona nyaman menuju
lingkungan baru. Memang secara adat tidak dilarang bagi mereka untuk
keluar kawasan Suku Baduy, tapi akan sangat berbeda jika mereka
dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang menuntut mereka untuk
107
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 108
Ibid, h. 33.
87
terus berinteraksi secara spesifik dengan orang-orang baru di lingkungan
yang baru.
Barker (1968) juga memandang bahwa setting-perilaku
sebagai suatu kesatuan didasari pada ketergantungan masing-masing
bagiannya : kejadian di bagian-bagian yang berbeda di dalam seting
mempunyai pengaruh besar satu sama lain daripada kejadian yang serupa
di luar setting. Dalam menjelaskan sistem otoritas, Barker menggunakan
analogi kesatuan bersarang (nested assembiles), yaitu sistem dalam
sistem, seperti kotak Cina, satu sistem bersarang di dalam sistem yang
lebih besar darinya.109
Dari pemaparan di atas, maka seorang individu dalam sebuah
lingkungan membutuhkan perilaku positif dari orang-orang yang berada
di sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Remaja Suku Baduy
luar dalam perjuangan mereka untuk mengenyam pendidikan
membutuhkan dukungan sosial yang akan membantu mereka melakukan
penyesuaian diri saat mereka berada di lingkungan sekolah yang nantinya
akan berimbas pada pola komunikasi dan kenyamanan mereka selama
bersekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Eman :
„‟ Saya akui ini memang melanggar adat, tapi kami tetap butuh
dukungan supaya tenang belajar di sekolah, untungnya saya
mendapatkan hal itu dari keluarga dan teman-teman saya di sekolah„‟110
Hal senada juga diungkapkan oleh Aat Rodiyat :
„‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu tidak
melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa seragam
ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti maling.
109
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 27. 110
Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah
di luar Baduy, pada 10 oktober 2016.
88
Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan orang-orang
luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟111
Demikian pula yang disampaikan oleh Suna Hermawan :
„‟ Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh. Itulah
sebabnya orang tua saya awalnya melarang sekolah. Tapi setelah saya
jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya orang tua dan keluarga
memberikan kepercayaan kepada saya. Pernah juga saya minder di
sekolah, tapi karena teman-teman sekolah sering mempercayakan saya
untuk jadi petugas upacara akhirnya saya bisa mengimbangi mereka,
jadi saya bersyukur mendapat dukungan seperti itu. „‟
Dari kutipan wawancara di atas, memberikan pengertian
kepada peneliti bahwa Remaja Suku Baduy Luar tetap mendapatkan
dukungan-dukungan sosial berupa dukungan emosional, informasional,
dukungan nyata dan kelompok sosial. Meskipun dukungan kelompok
sosial tidak mereka dapatkan secara utuh karena terbentur dengan adat
istiadat yang mengangggap bahwa sekolah itu hanya akan membodohi
orang lain, atau yang mereka bahasakan dengan „‟ intinya nggak boleh
ada yang pinterlah, takut minteran „‟112
2. Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar
yang bersekolah di luar Baduy
Dari keempat Informan yang menjadi sumber data peneliti
menemukan bahwa mereka tetap dalam kondisi baik selama mereka
berada dalam lingkungan sekolah. Kondisi baik dalam hal menjalankan
kewajiban mereka sebagai siswa meskipun mereka semua mengaku
selalu teringat akan adat Suku Baduy.
111
Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang
bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 112
Berasal dari bahasa Sunda yang artinya „‟ intinya tidak boleh ada yang pinter takut
membodohi„‟
89
Larangan adat Suku Baduy bagi anak-anaknya untuk
mengenyam pendidikan ternyata tidak jadi halangan untuk warga Suku
Baduy luar mendukung keempat Informan untuk terus menuntut Ilmu.
Faktanya mereka masih bisa menyadari potensi yang mereka miliki dan
mengembangkannya dengan cara mereka masing-masing. Tentu hal itu
bisa terjadi karena mereka memiliki citra diri yang positif.
Dukungan-dukungan yang mereka dapatkan bukan hanya
berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal, tapi juga berasal dari
lingkungan sekolah khususnya teman-teman dan dewan guru. Hal itu
diungkapkan oleh Eman saat wawancara :
„‟ Saya tidak begitu suka dengan curhat, kecuali masalah itu terus
berlarut-larut dan sekiranya saya tidak bisa menyelesaikanya sendiri.
Maka saya akan berkomunikasi guru-guru di sekolah‟‟113
Hal senada diungkapkan oleh Atmajaya :
„‟ Saya punya masalah dalam hal baca al-Qur‟an. Pernah diminta untuk
baca al-Qur‟an didepan guru Agama. Tapi guru itu memaklumi dan
tidak memojokkan saya karena saya berasal dari Baduy, justur saya
diberi semangat „‟114
Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat bahwa setiap
individu membutuhkan proses dalam melakukan penyesuaian diri. Hanya
saja setiap individu memilki proses yang berbeda-beda. Salah satu yang
menentukan proses penyesuaian diri seseorang adalah dukungan dari
orang orang sekitar. Baik lingkungan dimana ia tinggal maupun
lingkungan dimana ia berinteraksi.
113
Wawancara Pribadi dengan Eman salah satu sumber data peneliti, pada : 10 Oktober,
2016 114
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya salah satu sumber data peneliti, pada : 08
Oktober, 2016
90
Penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan Glen
Elder memperlihatkan bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan
dengan strategi penyesuaian diri selama masa remaja, terutama remaja
laki-laki. Orang tua yang otoratif, biasanya akan mengajak anak-anaknya
terlibat dalam memecahkan masalah keluarga. Orang tua juga selalu
menjawab setiap pertanyaan anak dan menjelaskannya dengan baik. Agar
anak-anak mereka membentuk sikap mandiri, anak-anak diberi
kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun yang secara
bertahap di bawah bimbingan orang tua.115
Orang tua yang otoratif Juga memberikan kesempatan kepada
anak untuk mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak laki-
laki dari keluarga seperti ini biasanya pada masa remajanya akan
memperlihatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan sangat
menghargai dirinya, dapat berkomunikasi dengan baik dengan seluruh
anggora keluarganya.116
Sedangkan orang tua yang otoritarian lebih
mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi
konflik pada diri anaknya. Mereka mengutamakan kepatuhan total.117
Di pihak lain yang juga ekstrem adalah orang tua yang laissez
faire yaitu segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberikan
tanggung jawab pada anak. Laki-laki remaja dari kedua jenis keluarga ini
biasanya akan menghadapi kesulitan penyesuaian diri.118
115
Linda L Davidov, Psikologi Suatu Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari
Juniati (Jakarta: Erlangga, 1988), h, 195. 116
Ibid, h. 195. 117
Ibid, h. 195 118
Ibid, h. 195.
91
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, remaja Suku Baduy memiliki orang tua yang otoratif. Mereka
sebagai anak selalu diajarkan bagaimana menyelesaikan masalah yang
ada melalu nasehat-nasehat yang mereka dapatkan. Selain itu mereka
juga diberi kesempatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan konflik,
termasuk keputusan mereka untuk sekolah di luar Baduy.
Proses penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar dalam
lingkungan sekolah sangat bervariasi tapi masih dalam kondisi yang
sangat baik. Dari keempat sumber data yang peneliti jumpai saat
melakukan observasi mereka semua sama-sama memantaskan diri
mereka untuk berada dalam lingkungan sekolah. Sehingga perbedaan
latar belakang tidak menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.
Mereka mampu mengendalikan diri saat pertama masuk ke
lingkungan sekolah. Tentu bukan hal yang mudah bagi remaja Suku
Baduy luar untuk berinteraksi di tengah-tengah orang baru. Ejekan dan
pertanyaan-pertanyaan aneh ditujukan kepada mereka saat itu. tapi
mereka mampu mengatasi konflik dan emosi tersebut. Tentunya karena
dukungan yang mereka dapatkan dari lingkungan terdekat mereka, yaitu
keluarga dan Suku Baduy luar.
Dari pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa fakta-dakta
tersebut sangat relevan dengan indikator penyesuaian diri yang baik,
diantaranya adalah persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan
mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif dan hubungan
interpersonal yang baik dengan orang yang berbeda latar belakang.
92
Ditambah lagi mereka mampu menggali potensi yang mereka miliki
dengan dukungan-dukungan yang mereka dapatkan.
3. Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri
pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy
Penyesuaian diri adalah salah satu indikator bagi terciptanya
kesehatan mental yang baik. Penyesuaian diri juga menuntut kemampuan
remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkunganya,
sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkunganya
(Will, 2005).119
Sayangnya, dalam proses melakukan penyesuaian diri
yang baik, remaja Suku Baduy luar harus dihadapkan dengan kondisi
yang membingungkan, satu sisi mereka harus menaati adat istiadat Suku
Baduy yang telah dijaga turun temurun sebagai warisan, tapi di sisi lain
mereka juga membutuhkan pendidikan demi masa depan.
Dalam kondisi seperti ini remaja Baduy sangat membutuhkan
dukungan dari lingkunganya, baik berupa dukungan emosional,
dukungan informasional, dukungan penghargaan ataupun dukungan
nyata. Karena dengan mendapatkan dukungan positif dari lingkunganya
remaja akan merasa nyaman dan cenderung melakukan pengembangan
diri yang positif dan tentunya mampu berkomunikasi dengan baik dengan
lingkungan barunya, baik di sekolah ataupun di masyarakat luas.
Suku Baduy Luar sudah mulai terjamah oleh kemajuan zaman
dan perkembangan teknologi. Sebut saja handphone, selama peneliti
melakukan observasi di Baduy luar tidak sedikit yang sudah memiliki
119
Fani Kumalasari dan Latifah Nur Ahyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan, ( Jurnal Psikologi pitutur, Juni 2012 ), Vol. 1, No. 1,
h.21.
93
handphone dan media sosial. Kebanyakan dari mereka menggunakan
Facebook, tapi itu semua tentu dilakukan diam-diam tanpa
sepengetahuan Jaro Saija. lagi-lagi terbentur dengan adat istiadat Suku
Baduy. Begitu juga yang terjadi dengan mereka yang ingin mengenyam
pendidikan di sekolah. Sebagaimana diungkapkan oleh Aat Rodiyat :
„‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu
tidak melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa
seragam ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti
maling. Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan
orang-orang luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟120
Menurut Kahn dan Antonucci (1980), ada 3 lapisan orang-
orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan
subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, lapisan pertama terdiri dari
orang- orang yang membentuk barisan dukungan sosial dengan
mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat dengan mereka, dukungan
yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada subyek (terlepas dari
apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh : hubungan suami istri,
keluarga dan hubungan dengan teman – teman dekat.121
Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan
dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan
kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah
sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan
dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung,
keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang
120
Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang
bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 121
Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang
bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016, h.35.
94
sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke
waktu.122
Remaja Suku Baduy luar sangat membutuhkan ketiga lapisan
dukungan sosial tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan
dukungan sosial secara utuh dari lingkungan sosial yang terbentur oleh
adat istiadat. Tapi proses komunikasi, kenyamanan dan citra diri positif
mereka selama mereka berada di sekolah masih sangat baik, hal senada
diungkapkan oleh Atmajaya :
„‟Saya sangat menyadari ini melanggar adat, tapi saya tetap optimis dan
nggak mau ribet, yang penting saya harus sekolah dan berubah. Masalah
sanksi itu urusan belakangan, bagi saya yang penting keluarga sudah
mendukung dan teman-teman disekolah juga mendukung „‟123
Dari kutipan wawancara di atas, tentu saja seorang Atmajaya
mampu membuat dirinya nyaman di tengah-tegah lingkungan sekolahnya
karena dia mendapatkan dukungan dari keluarga, baik dukungan
emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata, seperti yang
diungkapkan oleh Aat Rodiyat :
„‟ Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di luar
Baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang sekolah,
sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya sekolah. „‟
Hubungan interpersonal yang baik, persepsi yang akurat terhadap
realitas dan beberapa indikator laninya dalam penyesuaian diri sangat
sulit untuk didapatkan oleh remaja Suku Baduy di masa-masa transisi
mereka dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah dan itu terjadi
saat hari-hari pertama mereka sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh
Eman :
122
Ibid, h. 35 123
Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di
luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar.
95
„‟Awalnya saya sangat canggung untuk berkomunikasi dan membuat diri
saya nyaman di lingkungan sekolah, saya butuh 1-2 minggu untuk
merasa nyaman di lingkungan yang baru, mungkin itu masa-masa
penyesuaian saya, itupun saya dapatkan karena teman-teman saya
sangat menghargai meskipun saya berasal dari Baduy, selain itu guru-
guru di sekolah juga tidak berhenti-berhentinya memberikan saya
nasehat agar saya tetap sekolah „‟124
Remaja Suku Baduy luar di usia ini mereka berada pada masa
peralihan, oleh karenanya sangat rentan sekali mengalami kegoncangan
dalam diri mereka. Maka dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap
kepribadian mereka. Seorang individu bisa memberi dukungan kepada
orang-orang lain yang disebut dengan „‟dukungan keluar„‟, dan apabila
individu tersebut menerima dukungan sosial dari orang-orang lain, maka
disebut dengan „‟ dukungan masuk „‟. Bila proporsi „‟dukungan masuk„‟
dibanding dengan proporsi „‟ dukungan keluar „‟ tidak seimbang,
keadaan ini dikenal sebagai suatu hubungan tidak simetri.125
Saat seseorang mengalami hubungan tidak simetri pada
dukungan sosialnya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam
melakukan proses penyesuaian diri dan bisa mengakibatkan terjadinya
Maladjusment pada diri individu tersebut, dan hal itu tidak terjadi pada
remaja Suku Baduy, hal senada diungkapkan oleh Suna Hermawan :
„‟ Semuanya mendukung. Keluarga, teman di sekolah, guru-guru dan
pastinya orang-orang Baduy luar. Larangan adat untuk tidak sekolah
rasanya tidak menjadi halangan. Berkat dukungan mereka saya bisa
tenang sekolah, bebas bergaul asalkan positif, dan yang paling penting
saya bisa terus meningkatkan kemampuan saya khususnya di bidang olah
raga „‟126
124
Wawancara pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di
luar baduy pada 12 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar. 125
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 34. 126
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang
bersekolah di luar baduy pada , 2016 di lingkungan baduy luar
96
Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa kemampuan seseorang
dalam melakukan penyesuaian diri berbanding lurus dengan dukungan
sosial yang ia dapatkan, semakin besar dukungan sosial yang ia dapatkan,
maka semakin mudah ia melakukan penyesuaian diri di lingkungan
barunya. Remaja Suku Baduy luar membutuhkan rentang waktu yang
relatif singkat untuk melakukan penyesuaian diri dilihat dari indikator
penyesuaian diri yang berhasil mereka raih.
Dari beberapa kutipan wawancara di atas juga mencerminkan
bahwa remaja Suku Baduy memang telah melanggar peraturan adat, tapi
jika dilihat dari perspektive Psikologi yang dalam hal ini adalah kaitanya
dengan kesehatan mental, pengaruh dukungan sosial sangat mendukung
kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di
luar Baduy. Dari dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku
Baduy luar dukungan dari orang tualah yang memiliki pengaruh paling
besar dalam mendukung penyesuaian diri yang efektif.
Mereka mampu berkomunikasi dengan baik dengan
lingkungan sekolahnya, mampu bergaul tanpa pilih-pilih dan mampu
mengatasi masalah yang ada. Hal itu juga terlihat dari semangat mereka
untuk meningkatkan kemampuan diri mereka ke arah positif. Itu
membuktikan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap
kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar.
Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri dapat
dilihat di lampiran dalam Skripsi ini
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Baduy Luar, Lebak-Banten tentang
Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy
Luar yang Bersekolah di Luar Baduy dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy tetap
mendapatkan dukungan sosial, berupa dukungan emosional, dukungan
informasional, dan dukungan nyata, meskipun secara adat mereka tidak
mendapatkan dukungan dari Jaro.127
2. Proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja Suku Baduy luar
sangat terbantu dengan dukungan sosial yang mereka dapatkan. Proses
tersebut mereka lalui dengan baik dengan beberapa indikator yang
peneliti temukan, yaitu persepsi yang akurat terhadap realitas,
kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif,
kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan hubungan
interpersonal yang baik.
3. Dukungan Sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang
bersekolah di luar Baduy mendukung proses penyesuaian diri yang
efektif. Jadi semakin banyak dukungan sosial yang remaja Suku Baduy
luar dapatkan maka semakin baik proses penyesuaian diri yang mereka
lalui. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam mengatasi masalah
127
Kepala adat Suku Baduy
98
termasuk rasa canggung yang mereka alami saat pertama kali berada di
lingkungan sekolah dan mampu menyelaraskan antara keinginan dan
kemampuan, serta menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang
yang berbeda latar belakang oleh remaja Suku Baduy luar sebagaimana
indikator seseorang yang mampu melakukan penysuaian diri yang baik
seperti, persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi
stress dan kecemasan, citra diri yang positif, kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan dan hubungan interpersonal yang baik.
B. Saran
Dari hasil pengamatan peneliti mengenai dukungan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar
Baduy, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya lebih ditingkatkan lagi dukungan yang diberikan dari warga
Suku Baduy luar mengingat remaja yang bersekolah di luar Baduy
sesekali masih mengingat akan adat Suku Baduy yang melarang mereka
untuk sekolah.
2. Hendaknya para orang tua remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di
luar Baduy terus meningkatkan dukungan berupa nasehat-nasehat
mengingat dukungan yang paling berpengaruh terhadap penyesuaian diri
remaja Suku Baduy luar adalah dukungan dari orang tua
3. Lebih ditingkatkan lagi pemahaman akan indahnya kebersamaan tanpa
memandang perbedaan oleh sekolah-sekolah yang memiliki siswa-siswi
yang berbeda latar belakang guna meningkatkan kenyamanan bagi
99
mereka yang minoritas, salah satunya remaja Suku Baduy luar yang
bersekolah di luar Baduy.
4. Hendaknya remaja Suku Baduy luar terus meningkatkan semangat untuk
mencapai cita-cita dengan meningkatkan potensi yang telah mereka
temukan selama di sekolah dengan bantuan dukungan-dukungan yang
mereka dapatkan.
100
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2002)
D. Kartika, (dalam jurnal Psikologi, 1986) Vol.1 No.2, h.1-12
Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001)
Davidov, L Linda, Psikologi Suatu Pengantar Edisi ke dua dst. Psikologi Suatu
Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari Juniati (Jakarta: Erlangga,
1988),
Dianah, Amalia & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja
Anak dalam Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011)
Dwi, Ita Lestari, Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku
Merokok Anak di SMK Averus Jakarta Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015)
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, ( Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada, 2010 )
Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik ),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006 ), Cet. I
Fahmy, Musthafa Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat
dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan
mental ( Jakarta : Bulan Bintang, 1982 ).
Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap
Perilaku Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010 ), Cet. I.
101
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS,
(Semarang: UNDIP, 2003)
Gottlieb, Benjamin H, 1983, Social Support Strategies : Gudelines For Mental
Health Practice. Beverly Hills California : Sage Publication Inc, London
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : Bumi
Aksara )
Haber, A & Runyon, R.P. ( 1984 ). Psycology of adjusment. Illinois : The Dorsey
Press.
Hariwijaya, M dan Triton P.B, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi,
Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007 , Cet. Ke-1
Hurlock, B Elizabeth, Developmental psycology a life span approach alih bahasa
oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 )
Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam
Mulia, 1993 ), Cet. I
Katkovsky, W & Gorlow, L. ( 1976 ). Psychological of Adjusment ; Current
concept and application. United Stated of America ; McGraw-Hill, Inc
Kriyanto, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana, 2009
Kumalasari, Fani & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial
dengan Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi
Universitas Muria Kudus, 2012), Vol. 1 No.1
Moritsugu, John, Community Psycologi, (United States of America : Pearson
Education Inc, 2010)
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010).
Monk, FJ, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), Cet. XVI
102
Ningrum, Putri Rosalia, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja
(Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda),
(Jurnal Psikologi, 2013)
Quussiy. Abdul Aziz-, Asasusshihhah an-nafsiyah alih bahasa oleh Prof. Dr.
Zakiah Darajat dalam Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental ( Jakarta : Bulan
bintang. 1974 )
Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012
Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 )
Sarafino, E.P. ( 1990 ) Health Psychology : biopsycological interaction. Second
edition. New york: John Wiley & Son.
Sarafino, Edward.P. ( 1998 ) Health Psychology : biopsycological interaction.
Third edition. USA : John Wiley & Son
Sarwono, Sarlito, W, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo ), 1994 Cet.
III
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung :
Alfabeta ), 2013.
Schneiders, Alexander A. ( 1964 ). Personal adjusment and mental health. New
York : Holt, Rineharr and Wisnton
Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV
Mandar Maju ), 2011
Smet, Bart, Psikoogi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 )
Sobur, Alex, M.Si Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 )
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2014. )
Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2011 ). Cet. Ke-12.
103
Wibowo ,Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), Cet.
2
____________________, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2011 ), Cet.
1
LAMPIRAN A
LEMBAR DATA PARTISIPAN
DATA DIRI
Nama (inisial) : Aat Rodiyat
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 11 Nopember, 1998
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang
Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang
No Telepon : 08577728606
Pekerjaan :Siswa SMA Rangkasbitung.
DATA KELUARGA
Nama Ibu : Isah
Nama Ayah : Jali
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan
penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar
baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu
sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.
Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :
Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya
pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta
kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta
izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya
menjamin kerahasiaan wawancara ini.
Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?
Pedoman Wawancara
‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar
yang bersekolah di luar baduy
1. Dukungan Sosial
A. Dukungan emosional
a. Dukungan semangat
1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat
anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?
‘’ Keluarga saya sangat mendukung saya untuk sekolah, pada
saat itu saya bimbang, karena satu sisi saya mau masuk islam
dan sekolah tapi hanya mendapat dukungan untuk sekolah saja,
tidak dengan masuk Islam. Lantas saya memaksakan kehendak
saya untuk masuk Islam, tanpa sepengetahuan keluarga saya,
saya diam-diam membaca dua kalimat syahadat, barulah setelah
itu saya memberi kabar kedua orang tua saya. Saat itu masih
jarang yang punya handphone, bisa dibilang remaja baduy luar
baru saya saja yang punya handphone, saya memberi kabar
mereka lewat itu, dan bapak saya Cuma jawab ‘’ yaudah tidak
apa-apa, abis mau gimana lagi kamu udah masuk Islam ‘’.
Setelah itu saya menetap di luar baduy tanpa sepengetahuan
kepala adat.
b. Dukungan nasehat
2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan
memutuskan sekolah di luar baduy? kemudian bagaimana dia
memberikan nasehatnya ?
‘’di tempat saya menetap jarang yang memberikan saya
nasehat, karena memang sibuk masing-masing. Keluarga saya
memberikan nasehat ‘’ jangan masuk Islam sebelum lulus SD ‘’,
nasehat yang sedikit membuat saya tidak terima, kalau saya baru
masuk Islam setelah SD pasti saya telat untuk belajar membaca
al-Quran, oleh karenanya saya memaksakan kehendak saya
untuk masuk Islam.
c. Dukungan Penghargaan
3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan
anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana
penghargaan itu diberikan ?
Saya pernah mendapat ranking 3 saat sekolah dasar dan saya
mendapatkan penghargaan sama seperti teman-teman saya yang
juga berprestasi pada saat itu. Penghargaan itu diberikan sama
seperti mereka memberikan penghargaan pada yang lainnya.
d. Dukungan kepercayaan
4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk
mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?
Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahan-
keresahan saya, saat banyak pengunjung di baduy saya sering
mendengar bahwa menurut mereka orang-orang baduy itu
katro, bodoh dan ketinggalan zaman, saya terus
menyampaikan itu pada keluarga saya meskipun saya baru
menginjak remaja dan akhirnya mereka memberikan
kepercayaan kepada saya untuk sekolah.
5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di
sekolah anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku
Baduy?
Awalnya teman-teman saya mencibir dan tidak sedikit yang
bertanya ‘’ ngapain sekolah di sini ? ‘’ ‘’ dasar cilok ‘’, tapi itu
hanya terjadi saat awal-awal saja, selanjutnya teman-teman dan
guru-guru bersikap adil antara saya ‘’ orang baduy ‘’ dan
teman-teman yang lainnya ‘’ luar baduy’’
B. Dukungan Informasional
a. Pemberian Petunjuk / Informasi
6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah
di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut
?
Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di
luar baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang
sekolah, sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya
sekolah. Pada dasarnya dia sangat mendukung untuk sekolah tapi
tidak dengan masuk Islam.
C. Dukungan Nyata
a. Pemberian bantuan finansial
7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan
uang jajan ?
Selama saya menetap di sini ‘’ di luar baduy ‘’ untuk sekolah
banyak tetangga-tetangga di tempat saya tinggal memberikan
bantuan berupa ‘’ uang jajan ‘’, banyak sekali yang memberikan
bantuan itu, karena memang mereka juga sangat mendukung dan
peduli pada remaja baduy seperti saya. Selain itu kedua orang tua
juga mendukung niat saya untuk sekolah.
b. Pemberian Sarana dan Prasarana
8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan
sekolah ?
keluarga saya terutama orang tua mendukung penuh i’tikad baik
saya untuk sekolah, jadi dari merekalah saya bisa mendapatkan
alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah.
9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda
menggunakan alat transportasi ?
selama saya tinggal di guru ngaji saya, saya hanya
membutuhkan jalan kaki karena memang lokasinya tidak begitu
jauh dengan Sekolah Dasar, dan saat SMA pun seperti sekarang
ini saya tinggal di rangkas bitung di rumah kenalan orang tua
saya yang jaraknya tidak jauh dari SMA.
D. Dukungan dari Kelompok Sosial
10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan
untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?
Mendukung, karena anak-anak merekapun sama dengan saya
sedang berjuang untuk melanjutkan pendidikan. Jadi kami
saling menutupi satu sama lain, begitupun yang dilakukan
keluarga saya di dalam baduy.
2. Penyesuaian Diri
A. Persepsi yang akurat terhadap realitas
a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan
11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda?
Secara personal sesuai kemampuan, tapi sebenarnya keluarga saya
masih belum mampu untuk membiayai, kendatipun demikian
keluarga saya sangat mendukung sehingga memaksakan dan
mengupayakan segala daya untuk seberlangsungan pendidikan
saya.
12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan
bagaimana anda mewujudkannya?
Tidak sesuai kemampuan juga sih, ada juga yang memaksakan.
Seperti sekarang saya sekolah SMA, padahal keuangan orang tua
tidak begitu besar, tapi entah kenapa selalu saja ada jalan, karena
seperti yang saya bilang tadi, orang-orang sekitar sangat peduli
dengan remaja baduy yang ingin sekolah di luar baduy seperti saya
ini.
b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan
13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika
Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?
Mungkin bahasanya bukan sanksi ya, hanya saja dia yang
melanggar adat disebut durhaka dan tidak suci. Ya saya tahu
betul itu, tapi bagaimanapun dukungan keluarga dan masyarakat
baduy luar membuat saya tidak takut.
14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda
harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?
Saya sudah sangat resah dengan semua sebutan yang dinisbatkan
kepada kami ‘’ warga baduy ‘’ sebagai orang katro dan bodoh,
kekesalan dan keresahan itu membuat saya lupa akan larangan-
larangan itu, yang ada dalam pikiran saya saat ini hanyalah
bagaimana caranya sebutan itu tidak lagi dinisbatkan pada kami ‘’
warga baduy ‘’. Jadi saya yakin saja bahwa niat baik tidak akan
berujung kejelekan.
B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada
15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang
sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah
tersebut ?
Masalah si banyak, tapi saya nggak biasa untuk sibuk-sibuk
mikirin masalah itu, ya biasa aja, jalanin aja gitu. Nanti juga beres
sendiri.
b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang
direncanakan
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ?
Apakah anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana
cara anda menerimanya ?
Pernah, ya terima-terima aja gitu. Kalau dulu sih masih suka
ngeluh mungkin kalau bahasa anak sekarang ‘’ galau’’, tapi
semenjak saya belajar Agama Islam ane sedikit tenang kalau ada
masalah. Seenggaknya saya inget Allah udah bikin agak lega.
c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau
genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada
yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar
baduy ?
Kalau untuk dilaporkan ke Jaro atau Pu’un sih kayaknya nggak
mungkin, soalnya sesama warga baduy juga sekarang sudah
mulai pengen maju, pengen sama kayak orang-orang di luar
sana. Kalaupun dalam situasi genting atau dalam masalah di
sekolah saya biasanya diemin masalah itu, pernah waktu itu ada
yang menghina saya berlebihan di SMP Rangkas, saya diemin
beberapa hari untung besoknya dia nggak ngulangin lagi,
mungkin kalau dia ngulangin saya nggak bisa tahan diri saya,
bisa aja orang itu saya ‘’ tonjok’’, biasanya orang pendiem lebih
galak kalau udah marah.
Pernah satu waktu, saat itu saya belum bisa baca al-
Qura’an, semua anak diminta membawa al-Qur’an untuk
dites membaca di depan guru agama, bisa dibayangkan
bagaimana perasaan saya saat itu, saya hanya bisa duduk
paling belakang dan terus menghindar saat guru agama
melihat ke belakang. Keadaan saya sangat terpuruk waktu
itu, karena harus jadi orang yang satu-satunya tidak bisa
membaca al-Qur’an, saya sangat resah dan bingung mau
bicara dengan saiapa, ditambah sikap saya yang memang
seorang pendiam. Saya sangat gugup dan resah jika
dihadapkan dalam keadaan genting seperti itu.
C. Citra diri yang positif
a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri
18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan
kelebihan anda ?
Saya sih kayaknya gini-gini aja yah, masi ngerasa banyak
kekurangan aja gitu, apalgi saya berasal dari baduy yang kata
orang masih terbelakang, yah pokoknya kekuranganya banyaklah,
salah satunya ya saya suka minder kalau untuk bilang ke orang
yang baru kenal saya ini orang baduy, butuh proses untuk bilang ke
orang kalau saya ini berasal dari baduy. Kalaupun untuk kelebihan
kayaknya saya Cuma punya satu kelebihan, yaitu semangat.
b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis )
19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang
anda miliki saat ini ? mengapa ?
Sangat yakin, soalnya meskipun saya berasal dari baduy, buktinya
saya masih bisa bertahan samapa sekarang dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang saya miliki saat ini. Intinya sih
saya orangnya mau asalkan itu buat kebaikan.
20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh
dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada
anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan
menerima kekurangan yang ada ?
Sering sih liat yang seperti itu, teman-teman kelas yang memang
berasal dari keluarga berada selalu terlihat lebih segalanya dari
saya, belum lagi juara-juara kelas yang selalu jadi andalan guru-
guru saat ada perlombaan cerdas cermat atau semacamnya.
Ditambah karena saya suka olahraga ternyata di sekolah banyak
anak yang jauh lebih hebat dalam olah raga, untuk
menyikapinya saya selalu sadar bahwa kita punya kemampuan
masing-masing tapi saya selalu berlatih dan berusaha untuk
menyusul mereka. Saya punya prinsip, kalau mereka bisa
kenapa saya tidak bisa.
D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri
21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di
luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?
Perubahan sih banyak, terutama dalam hal pergaulan. Saya
memang termasuk anak yang senang bergaul selama tinggal di
baduy luar, ternyata keadaanya sangat berbeda saat saya mulai
bergaul dengan orang luar baduy di sekolah. Tapi perubahan-
perubahan itu terus berusaha saya imbangi sekuat mungkin.
Yang jelas perubahan-perubahan yang saya alami tidak
mengubah sikap saya terhadap remaja baduy luar yang belum
sekolah.
Perasaan saya tentu senang, tapi sebelum saya bisa
mengucapkan itu ‘’ senang ‘’ banyak suka duka yang saya lalui
selama bersekolah di luar baduy, terutama awal-awal saya
sekolah. Semuanya terasa baru. Awalnya saya merasa sangat
canggung dan menutup diri, karena memang sangat sedikit
anak-anak yang menerima orang baduy untuk berbaur dengan
mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah saya waktu itu.
Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya bisa duduk
di kelas 3 SMA seperti sekarang ini.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara
terbuka dan jujur
22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,
kecewa, dan bahagia ?
Sangat menyadari.
23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan
apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?
Saya lebih senang memendam perasaan saya sendiri, saya
termasuk anak yang pendiam kalau masalah perasaan.
E. Hubungan interpersonal yang baik
a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain
24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul
dengan teman-teman sekolah anda ?
Awalnya tentu sangat tidak nyaman, apalagi untuk
berkomunikasi dengan orang-orang luar baduy selama di
sekolah, tapi lambat laun merekapun bisa menerima keberadaan
saya, apalagi saya anaknya nggak banyak bertingkah.
25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?
Sangat betah, karena ternyata di sekolah yang saya tempati
sangat menghargai orang-orang baduy, bahkan tidak sedikit dari
mereka yang justru menganggap unik kalau bisa berteman denga
orang Baduy seperti saya. Tidak jarang mereka menyebut saya
Aat Baduy.
b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang
berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis
kelamin dan lain sebagainya
26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?
Saya tidak pilih-pilih dalam bergaul, siapa saja saya berteman
denganya, selama dia baik, ya kenapa tidak saya berteman denganya.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang
berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia
yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?
Kendalanya sangat banyak, salah satunya dikucilkan saat
pertama masuk sekolah, tapi di luar itu mereka semua
menyambut hangat orang baduy seperti saya, asalkan kita
mau untuk berbaur dan berbuat baik. Saya sudah masuk
Islam dan mayoritas lingkungan SMA saya juga orang Islam
jadi nggak ada masalah sih, tapi nggak sedikit juga yang
beragama non-Islam dan saya menyikapinya dengan
penerimaan seperti halnya teman-teman saya yang menerima
saya yang dari baduy, mungkin itu juga salah satu
manfaatnya sekolah, pikiran kita lebih terbuka.
c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan
kehadirannya
28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?
Sepertinya dalam pikiran mereka saya ini orang yang unik,
karena memang jarang sekali teman-teman saya di sekolah
berteman dengan orang baduy. Saya juga seringkali dipercaya
untuk menjadi penampil saat sekolah mengadakan pentas seni,
bahkan tidak jarang saya menampilkan tokoh asli saya ‘’ baduy
‘’ dalam salah satu drama, dan hasilnya sangat memuaskan,
semuanya tertawa. Jadi dari situ saya menganggap bahwa orang
lain melihat saya sebagai pribadi yang lucu dan unik, satu lagi
wajib dilestarikan menurut pendapat teman saya di sekolah.
d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal
29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’
teman-teman anda di sekolah ‘’ ?
Saya coba terus mengimbangi mereka, terlebih awal-awal
masuk sekolah saya masih kaku untuk berhubungan dengan
orang selain suku baduy. Awalnya malu-malu tapi lama
kelamaan teman-teman sekitar saya mulai mengerti saya dan
mereka juga mencoba mengimbangi saya, bahkan tak sedikit
yang memberikan saya semangat untuk terus sekolah.
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : 07, Oktober 2016
Jam : 12. 45 WIB
Wawancara ke : Satu
Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :
Hari itu cuaca sangat mendung. Di tengah-tengah wawancara hujan turun
cukup deras. Suara percakapan kami menjadi samar karena air hujan yang
turun dengan angin yang cukup kencang, sehingga Aat harus sedikit
mengangkat suaranya agar jelas terdengar. Awalnya suara Aat sangat kecil
sekali, menurut peneliti dia sedikit malu menceritakan kisahnya tentang
sekolah di luar baduy. Tapi karena kondisi perbatasan berangsur sepi
karena hujan Aat bisa dengan santai menceritakan kisahnya ditambah
tidak ada pihak lain di sekitar kami.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Aat Rodiyat bertubuh sedikit gempal, berkulit putih. Mungkin bagi orang
awam tidak akan percaya kalau dia berasal dari baduy, tapi setelah
mendengarnya berbicara barulah tau sebenarnya. Saat wawancara ia
memakai sweeter coklat dan topi abu-abu lengkap dengan celana hitam
panjang.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,
intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada
interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)
Awalnya Aat Rodiyat merasa sedikit canggung untuk bercengkrama dan
menceritakan kisah tentang sekolahnya. Barulah di pertengahan
wawancara Aat merasa sedikit santai, oleh karena itu peneliti sempat
mengulang beberapa pertanyaan yang dianggap belum sampai pada fokus
penelitian. Setiap kalimat yang ia ucapkan selalu terputus putus kata per
kata. Beberapa kali peneliti harus terlebih dahulu mengalihkan inti
wawancara ke pembicaraan lain untuk mencairkan suasana. Volume
suaranya selalu rendah, kadang-kadang peneliti harus mendekatkan telinga
ke informan untuk bisa mendengarkan jawaban dari informan. Bahkan
kadang informan merasa dirinya sedang diinterogasi oleh pihak berwajib.
‘’ aduh kok jadi tegang amat ini mas wawancaranya ‘’ ungkapanya saat
merasa semakin gugup. Informan juga sering sekali menjawab pertanyaan
peneliti dengan senyuman sambil menundukkan kepala, entah malu atau
nervous, tapi setelah diajak berbicara lebih santai ternyata Informan
merasa tidak nyaman bahkan takut jika identitasnya harus terbongkar
sebagai orang baduy yang sekolah di luar baduy, tapi peneliti berhasil
mengajaknya berbicara lebih rileks dengan mengajaknya berjalan
berkeliling sekitar baduy luar dengan candaan candaan ringan yang
membuat Informan kembali mau diajak wawancara dan menjawab semua
pertanyaan dari peneliti.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :
Sempat ada pihak lain selama wawancara berlangsung, tapi saat ada pihak
lain peneliti berusaha untuk mengalihkan terlebih dahulu pembicaraan ke
arah yang lebih umum. Barulah setelah pihak lain itu pergi peneliti
mengembalikan pembicaraan ke fokus penelitian.
5. Catatan khusus selama wawancara :
1. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus
penelitian, antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.1
2. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda yang peneliti
kurang dimengerti.
3. Di luar itu semua Informan terlihat mencoba bekerjasama sebisa
mungkin dengan Peneliti.
1 Istilah kepala adat Suku Baduy.
INFORMAN 2
LEMBAR DATA PARTISIPAN
DATA DIRI
Nama (inisial) : Atmajaya
Tempat, Tanggal Lahir : 08 Januari, 2002
Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang
Alamat : Kp. Cisaban, Leuwidamar, Lebak
No Telepon : 081517732434
Pekerjaan :Siswa SMP Satu Atap ( Satap ) Ds. Sobang.
Nama Ayah : Dairan
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan
penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar
baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu
sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.
Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :
Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya
pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta
kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta
izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya
menjamin kerahasiaan wawancara ini.
Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?
Pedoman Wawancara
‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar
yang bersekolah di luar baduy ‘’
Informan 2 Atmajaya
1. Dukungan Sosial
A. Dukungan emosional
a. Dukungan semangat
1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda
memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?
Kalau Bapak sih sangat mendukung dan menyemangati, tapi Ibu
masih sedikit merasa takut dan mengkhawatirkan saya, karena Ibu
saya sangat tidak mau kalau saya harus berangkat sekolah tiap pagi
dengan cara sembunyi-sembunyi, takut ada apa-apa, katanya. Tapi
selebihnya sih Ibu mendukung, Cuma khawatir aja,
b. Dukungan nasehat
2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan
memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia
memberikan nasehatnya ?
Kebetulan selama saya sekolah saya punya kenalan dekat SMP, di
rumahnya saya sering singgah untuk sekedar melepas lelah, pemilik
rumah itulah yang selau menasehati saya untuk tetap terus sekolah
apapun yang terjadi.
c. Dukungan Penghargaan
3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan
anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana
penghargaan itu diberikan ?
Waktu itu pernah saya masuk tim Voly di smp dan menang lomba
voli antar SMP se-Rangkasbitung. Setelah itu coba untuk kualifikasi
lagi untuk mengikuti ajang yang lebih tinggi tapi gagal. Selama saya
menjadi bagian dari tim volli yang berprestasi itu Alhamdulillah
pihak sekolah memperlakukan sama antara saya dengan yang
lainnya ‘’ siswa non baduy ‘’ dan memberikan penghargaan yang
sama dengan yang lainnya.
d. Dukungan kepercayaan
4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk mempercayai
anda untuk sekolah di luar baduy?
Saya hanya bilang seadanya saja, sesuai niat awal saya, yaitu pengen
belajar, tidak lebih dari itu. Memang pada saat itu juga orang tua
sangat mendukung, paling yang dikhawatirkan adalah pulang-pergi
dari sekolah itu karenamemang jaraknya yang sangat jauh dan
melewati perkebunan.
5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah
anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku Baduy?
Kalau saya itunganya jauh lebih mudah, karena sebelum saya sudah
ada Aat yang sekolah di tempat yang sama, jadi teman-teman
sekolah juga langsung terbiasa dengan kehadiran saya meskipun
saya dari Baduy.
B. Dukungan Informasional
a. Pemberian Petunjuk / Informasi
6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di
luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ?
Dari dulu saat saya kecil memang saya memang sudah suka main ke
luar baduy, dari situ saya suka tanya-tanya sama orang luar tentang
sekolah, jadi saya yang nyari sendiri informasinya, ditambah lagi Aat
sudah sekolah sebelumnya.
C. Dukungan Nyata
a. Pemberian bantuan finansial
7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang
jajan ?
Untuk hal itu orang tua saya yang masih menanggungnya, puji
syukur orang tua saya masih mampu untuk membiayai sekolah saya
meskipun memang pas-pasan.
b. Pemberian Sarana dan Prasarana
8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan
sekolah ?
Sama seperti uang jajan, alat-atal dan perlengkapan sekolah juga
saya dapatkan dari kedua orang tua saya.
9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda
menggunakan alat transportasi ?
Jalan kaki, sama seperti Aat dulu waktu dia sekolah SMP, hanya
saja sekarang temen-temen yang sama sama sekolah di luar baduy
juga memiliki satu tempat yang sama untuk ganti baju, ya biasa sih
tempatnya cuma gubug aja, yang penting cukup buat kita pas di
tengah kebun buat ganti baju.
D. Dukungan dari Kelompok Sosial
10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk
sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?
Kalau Jaro sih jelas melarang warganya untuk sekolah, untuk
warganya biasa aja sih mas, tapi yang jelas mereka juga sama-sama
nutupin biar kita semua nggak ketahuan sama Jaro apalagi 3 tangtu
itu. Jadi intinya mereka sih mendukung yang penting kita di sini
bener-bener belajar aja. Di luar dari itu saya juga orangnya cukup
cuek apalagi masalah lingkungan sekitar, yang jelas mereka tidak
mengusik, saya juga tidak akan mengusik mereka
2. Penyesuaian Diri
A. Persepsi yang akurat terhadap realitas
a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan
11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan
anda?
Sesuai kemampuan sih, tapi awalnya ibu sedikit khawatir takut
kenapa-kenapa di jalan, tapi ya sekarang-sekarang udah biasa aja.
12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan
bagaimana anda mewujudkannya?
Kalau punya keinginan sih saya coba terus kejar itu, terus latihan.
Keinginan sih banyak tapi sedikit-sedikit lah saya capai itu. Terus
saya juga orangnya sambil jalan aja sih, artinya ya kalau untuk
mencapai sesuatu saya jarang bikin target, yang penting saya
usaha dulu sekuat mungkin.
b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan
13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika
Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?
Tahu sih, tapi saya orangnya nggak mau ribet yah, yang
penting saya harus sekolah dan berubah, masalah sanksi itu
urusan belakangan.
14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa
anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?
Saya orangnya cuek, bagi saya yang penting keluarga sudah
mendukung, selebihnya terserah deh.
B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada
15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang
sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah
tersebut ?
Ya sabar aja sih, lagian mau gimana lagi, namanya jga hidup
ya pasti ada masalahkan. Saya lebih senang untuk tidak
memikirkan masalah, biar deh itu terus ada yang penting saya
terus fokus sama sekolah saya, saya udah nggak mau
ketinggalan lagi. cukup orang-orang tua saya yang ketinggalan,
saya jangan.
b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang
direncanakan
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah
anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda
menerimanya ?
Pernah sih, tapi saya orangnya tipe yang sambil jalan aja,
nggak ada target yang tinggi-tinggi, ya jalanin aja gitu.
Bisa, soalnya bagi saya yang pentingkan mau usaha dulu,
kalau untuk hasil ya gimana nanti aja. Ditambahkan saya
orangnya nggak suka dikejar target, tetap menargetkan tapi ya
nggak begitu menuntut dan memaksakan kehendak. Pernah
waktu itu saya dan tim saya jadi ututsan sekolah untuk lomba
volli antar sekolah se Rangkasbitung dan kami kalah, bagi saya
tidak jadi masalah yang penting setelah itu mau lagi latihan
dan melihat ke depan.
c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau
genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada
yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar
baduy ?
Jelas sih deg-degan, tapikan ada temen jadi kadang kadang
saya langsung minta tolong ke temen kalau ada masalah,
itupun jarang. Kalau untuk masalah saya suka pilih-pilih mana
temen yang pas buat diajak bicara dan dimintai tolong.
C. Citra diri yang positif
a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri
18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan
dan kelebihan anda ?
Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja
gitu. Paling kelebihanya ya di olah raga Volli, saya juga masuk
tim utama volli di SMP sekarang.
b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis)
19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua
yang anda miliki saat ini ?
Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar, karena
percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong
keyakinan saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau
usaha.
20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh
dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari
pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau
diam dan menerima kekurangan yang ada ?
Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. ‘’ Kok orang
hebat yah, tapi saya enggak ‘’, tapi kan itu sesuai dengan
usaha dan latihanya, sperti yang saya bilang tadi, di Volli
kami memang pernah berprestasi tapi ternyata ada yang lebih
baik lagi dari kami, ya saya sangat iri dan mengakui
kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman jadi terpacu
untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka sebagai
motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi.
D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri
21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di
luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?
Banyak ya perubahannya, dari dulu tidak tahu sekarang jadi
tahu, apalagi maslah pelajaran yang diajarkan di sekolah,
semuanya memberikan perubahan bagi diri saya, saya harap ini
terus begitu biar saya bisa ngasih perubahan ke keluarga saya
dan yang lainnya.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara
terbuka dan jujur
22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,
kecewa, dan bahagia ?
Iya, sangat menyadari. Kadang-kadang saya kalau lagi nggak
enak perasaan untuk main saya lebih milih menyendiri, berarti
itu tandanya saya lagi ada masalah dan ada yang salah sama
perasaan saya.
23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa
yang anda rasakan terhadap orang lain ?
Saya lebih senang untuk memendamnya sendiri, saya tidak
mau orang lain juga merasakah kesulitan yang sedang saya
alami, apalgi kedua orang tua saya. Bagi saya sudah cukuplah
mereka memberikan dukungan saya untuk sekolah, selebihnya
masalah-masalah yang saya hadapi biar saya saja yang tahu.
E. Hubungan interpersonal yang baik
a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain
24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul
dengan teman-teman sekolah anda ?
Baik-baik saja kok. Mereka semuanya baik, mau nerima saya,
jadi saya juga enak untuk komunkasi ke merekanya. Paling
awalnya aja, pertama-tama masuk sekolah kayak yang orang
asing di mata mereka, selebihnya sudah bisa main bareng dan
becanda bareng.
25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?
Betah, karena di sekolah bisa nambah teman, nambah ilmu
pastinya meskipun saya paling katro waktu awal-awal masuk
sekolah.
b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda
latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan
lain sebagainya
26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?
Tidak, gabung-gaubung saja dengan semua orang, saya justru
kurang suka jia harus berteman dengan berkelompok-
kelompok. Saya memang bisa dibilang orang yang sangat
pendiam, otomatis saya jarang sekali bicara, tapi untuk teman
saya tidak pilih-pilih, selama mereka baik dan tidak macem-
macem ya saya berteman dengan mereka.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang
berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia
yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?
Kendala sih pasti ada, tapi selama ini yang paling susah itu
untuk komunikasi sama orang yang lebih tua, apalagi guru.
Waktu guru nanya saya sering nggak jawab, biasanya cuma
geleng-gelen kepala sama nunduk aja, mulut kayaknya berat
untuk ngomong, ya saya mulai belajar buat beraniin diri,
sekarang sudah lumayan bisa buat ngomong ke orang yang
lebih tua, ya itu juga berkat sekolah.
Kalau untuk perbedaan suku sih itu nggak masalah ya,
awalnya aja saya nggak berani, itupun karena sayanya dulu
yang ngerasa minder sama yang lain, ngerasa paling beda
sama yang lain, padahal mereka siap nerima saya.
Sampe sekarang saya belum masuk Islam, beda sama Aat
yang udah mutusin masuk Islam tapi untuk sekedar bergaul
dan ngobrol-ngobrol sama mereka saya belum nemuin
hambatan.
c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan
kehadirannya
28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?
Untuk yang seperti itu saya jarang sih memerhatikan,
paling-paling kalaupun ada yang bilang saya pendiem ya
saya diemin aja, mungkin memang bagi mereka ada hal
yang kurang disuka dari saya, waktu itu juga pernah di
skeolah ujian BTA ( Baca Tulis al-Qur’an ) terus saya
ditanya sama guru ‘’ Kamu mau ikut ujian nggak ? Kamu
bisa bacanya ? ‘’. Waktu itu saya cuma bisa diem aja, tapi
temen-temen saya yang jawab ‘’ Ujian aja bu, Atma
orangnya rajin kok belajarnya, walaupun masih sedikit-
sedikit bisa baca al-Qur’anya ‘’. Mungkin itu bisa jadi
pandangan temen-temen terhadap saya. Jadi ya mereka
nggak bisa dibilang tidak terganggu dengan kehadiran saya,
kalau sudah waktu belajar, ya saya juga nggak macem-
macemlah, Cuma perhatiin apa yang ada di papan tulis dan
guru yang menjelaskan di depan.
d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal
29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’
teman-teman anda di sekolah ‘’ ?
Awalnya saya takut untuk bergabung dengan mereka, sangat
canggung. Selanjutnya ya biasa sih saya ngobrol-ngobrol
kaya orang lain, suka ngumpul-ngumpul dan maen bareng
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : 08, Oktober, 2016
Jam : 16 : 44 WIB
Wawancara ke : Dua
Tempat : Baduy Luar di dekat kediaman Jaro Saija.
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :
Hari itu Kondisi Baduy Baduy Luar sedikit ramai oleh pengunjung, kami
berdua memilih tempat yang jarang dilalui oleh pejalan kaki yang lalu
lalang. Beberapa meter dari kami ada seorang perempuan yang sedang
menenun, tapi dia tidak memedulikan kegiatan kami dan terus asyik
menenun kainnya. Awalnya seperti mau turun hujan, tapi sampai
wawancara selesai hujan tak kunjung turun. Pihak lain hanya lalu lalang
itupun masih bisa dihitung oleh jari. Pihak lain yang menetap hanya
seorang perempuan yang menenun itu dan tidak mengganggu.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Atmajaya dengan tinggi badan sekitar 155 cm dengan badan sedikit kurus
yang mungkin bisa merepresentasikan remaja suku baduy luar lengkap
dengan kulitnya yang gelap. Saat wawancara ia memakai celana pendek
hitam sesuai dengan adat suku baduy.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,
intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada
interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) :
Atmajaya sangat pendiam, sangat sulit untuk diajak bicara. Sesekali ia
diam dan terlihat berpikir tentang percakapan kami. Tapi ia terlihat
berusaha keras untuk menceritakan semuanya. Dia juga mengakui hal itu,
jadi peneliti membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk wawancara
tersebut, tapi dia sangat terbuka untuk informasi hanya saja dia memiliki
sedikit masalah dalam berbicara.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :
1. Atmajaya anak yang pendiam membuat peneliti menalami kesulitan
saat berkomunikasi denganya.
2. Sesekali Atma meninggalkan peneliti karena dipanggil oleh orang
tuanya yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami
wawancara.
5. Catatan khusus selama wawancara :
1. Di tengah-tengah wawancara Atmajaya sempat memutuskan untuk
berhenti, tapi peneliti berhasil membujuknya dan mau melanjutkan
wawancara.
2. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus penelitian,
antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.
LEMBAR DATA PARTISIPAN
DATA DIRI
Nama (inisial) : Eman
Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 18 April, 2001
Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang
Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang
Pekerjaan : SMP Satu Atap ( Satap ), Sobang.
Nama Ibu : Saniah
Nama Ayah : Asmin
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan
penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar
baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu
sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.
Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :
Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya
pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta
kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta
izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya
menjamin kerahasiaan wawancara ini.
Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?
Pedoman Wawancara
‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar
yang bersekolah di luar baduy ‘’
1. Dukungan Sosial
A. Dukungan emosional
a. Dukungan semangat
1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat
anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?
Semangat tentu saja dari orang tua saya, selain itu ada juga pak H.
Kasmin, dia memang masih punya hubungan darah sama Ibu saya
walaupun hubungan saudara jauh, tapi dia juga sangat membantu
saya untuk sekolah. Rumahnya yang selalu jadi persinggahan
sementara saya saat pulang dan pergi sekolah. Di rumahnyalah
saya biasa mengganti pakaian dan seragam saya.
b. Dukungan nasehat
2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan
memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia
memberikan nasehatnya ?
Saya jadi inget masalah saya, dulu saya buat nulisin nama saya
aja masih bingung, saya nggak bisa, saya buta huruf, tapi saat itu
orang tua saya terus support saya,
Satu nasehat yang saya ingat dari orang tua saya ‘’ Kalau
misalkan kamu udah pinter, ngapain kamu sekolah ? ‘’ kalimat
yang membuat saya semangat, nasehat-nasehat seperti itulah yang
membuat saya bangkit dan mau untuk sekolah, selain keluarga
pak H. Kasmin juga ikut menasehati saya tentang keputusan saya
untuk sekolah di luar Baduy.
Sepulang sekolahpun orang tua selalu berpesan satu atau dua
kalimat untuk menyemangati saya di sekolah, pernah saya punya
masalah dengan teman saya, orang tua saya hanya bilang ‘’ Kalau
ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu itu
sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat
c. Dukungan Penghargaan
3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di
lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ?
Bagaimana penghargaan itu diberikan ?
Kebetulan saya satu tim dengan Atma di tim volli sekolah.
Pihak sekolah sama sekali tidak membedakan kami dengan
anak-anak lainnya yang bukan berasal dari baduy. Pihak
sekolah juga memberikan hadiah yang sama kepada saya dan
Atma saat menang lomba volli, saya rasa semuanya disikapi
oleh dewan guru sacara adil
d. Dukungan kepercayaan
4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk
mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?
Saya sudah terus meyakinkan keluarga saya semenjak saya
duduk di Sekolah Dasar. Saya bersikap sebaik mungkin saat
sekolah dasar di SDN Hariang 4, Desa Sobang. Mungkin
kalau sikap saya tidak sesuai dengan apa yang orang tua
harapkan saya tidak mungkin bisa duduk di SMP seperti
sekarang ini. Akhirnya dengan siap baik yang saya buktikan
sejak SD, orang tua saya jadi mudah mempercayai anaknya
untuk sekolah dan bercampur dengan anak non-baduy. Dan
sampai sekarang saya masih menjaga kepercayaan itu dengan
tidak ikut-ikutan merokok dan hal-hal negative lainnya.
5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di
sekolah anda mempercayai anda karena anda berasal dari
suku Baduy?
Banyak sekali pertanyaan yang ditujukan kepada saya, mulai
dari mengapa saya sedikit berbeda sampai kenapa saya
sekolah. Saya jawab semuanya dengan apa adanya, ternyata
jawaban saya tentang dari mana saya berasal ‘’ Baduy ‘’
berhasil menarik perhatian teman-teman saya, awalnya saya
kira mereka tidak menerima saya, ternyata sebaliknya. Dari
situ mereka langsung memercayai saya untuk hadir di tengah-
tengah mereka.
B. Dukungan Informasional
a. Pemberian Petunjuk / Informasi
6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah
di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut
?
Kalau saya sih dapet informasinya dari pak H. Kasmin, dia yang
memberitahu saya kalau saya harus sekolah biar jadi orang.
Beliau juga berasal dari Baduy, tapi dulu juga dia sembunyi-
sembunyi untuk sekolah dan akhirnya berhasil mendapatkan
kehidupan yang jauh lebih layak.
Selain itu orang tua saya sejak kecil sudah berkeliling kota
untuk mengantarkan beras, dari perjalananya itulah mereka
sering melihat orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi
selalu mendapatkan kehidupan yang lebih layak, oleh karena itu
mereka terus memberikan pengarahan pada saya untuk sekolah
demi mendapatkan masa depan yang lebih baik.
C. Dukungan Nyata
a. Pemberian bantuan finansial
7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan
uang jajan ?
Kalau untuk itu masih saya dapatkan dari orang tua, kata
mereka tugas saya hanya belajar dan membuat diri saya sendiri
bangga akan keberhasilan saya nanti.
b. Pemberian Sarana dan Prasarana
8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan
perlengkapan sekolah ?
sama seperti uang jajan, itupun saya dapatkan dari kedua
orang tua saya dan pihak sekolahpun memberikan saya
sarana dan prasarana yang sama dengan anak-anak yang dari
luar baduy.
9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah
anda menggunakan alat transportasi ?
sangat terjal, saya kesana dengan jalan kaki. Prosesnya ya
seperti yang saya ceritakan tadi, saya harus sembunyi-
sembunyi dari jaro, caranya saya selalu memakai pakaian
adat saat berangkat sekolah sesampainya di perkebunan saya
mengganti pakaian saya dengan seragam yang sudah saya
siapkan di tas saya, begitu setiap hari.
D. Dukungan dari Kelompok Sosial
10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan
untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?
Sepulang sekolah justru keluarga saya selalu menyambut dengan
senang, karena mereka tau perjuangan saya untuk pergi ke
sekolah apalagi untuk sembunyi-sembunyi menghindari Tangtu
dan Jaro suku kami. Begitu juga tanggapan tetangga dan kerabat
dekat, semuanya bangga dengan perjuangan saya dan yang pasti
juga mendukung.
2. Penyesuaian Diri
A. Persepsi yang akurat terhadap realitas
a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan
11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan
anda?
Kalau untuk merencanakan sesuatu yang tidak sesuai
kemampuan sih kayaknya nggak ya, saya lebih senang
merencanakan sesuatu yang sekiranya saya mampu untuk
mencapainya. Kalau untuk sekolah di luar baduy itu sesuai
dengan kemampuan saya dan sejalan dengan keinginan orang
tua saya untuk anaknya menjadi lebih baik lagi.
12. Apakah keinginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan
bagaimana anda mewujudkannya?
Ya sesuai, saya mewujudkanya dengan terus berusaha sekeras
mungkin, tidak peduli bagaiamana keadaanya, yang jelas saya
berusaha sekuat mungkin..
b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan
13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika
Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?
Ya saya tahu, kokolot di baduy bahkan membahasakan bahwa
sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain juga pernah
mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu
juga menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang
melanggar adat baduy yang penting saya selalu berusaha untuk
mengambil hal-hal yang positif dan membuang yang
negatifnya, karena dengan sekolah wawasan kita jadi semakin
luas.
14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda
harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?
Saya terus bulatkan tekad, lagipula memang keluarga saya sangat
mendukung, karena mereka sudah liat bukti kalau yang
berpendidikan itu hidupnya lebih baik.
B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada
15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat
berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ?
Kalau untuk itu jarang sih, tapi namanya manusia kan pasti ada
masalahnya, paling saya ke temen saya aja buat cerita itu. Selebihnya
saya selesaikan masalah itu sampe beres.
b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang
direncanakan
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda
bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda
menerimanya ?
Pernah waktu itu saya ikut lomba tarung derajat dan saya dapet juara 3
di tingkat propinsi, lalu beberapa bulan kemudian saya kembali menjadi
utusan sekolah saya untuk bidang olah raga tarung derajat, pelatih
menargetkan saya untuk mendapatkan medali emas, dan saya
merencakan itu dari jauh-jauh hari dengan berlatih dengan serius,
sayangnya rencana saya tidak dapat saya raih, saya hanya meraih
medali perak. Saya anggap kegagalan itu sebagai pembelajaran dan
untuk meningkatkan kita belajar.
c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting,
seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin
melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ?
Khawatir sih pasti ada, tapi saya masih bisa mengontrol.
C. Citra diri yang positif
a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri
18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan
dan kelebihan anda ?
Saya pendiem, terus saya juga masih nganggep saya itu banyak
kekuranganya, terus kalau emosi saya sudah tidak terkontrol lagi
biasanya saya berlebihan mengungkapkan emosi, jadi
kekurangan saya itu kurang bisa ngontrol emosi kalau udah
benar-benar marah. Kalau kelebihan saya, saya itu orangnya
mau berusaha, mau berlatih buat hal-hal yang saya inginkan.
Jujur saja salah satu cita-cita saya want to be a docter, memang
sih terlalu jauh tapi dari sekarang saya udah mulai untuk banyak
baca-baca dan belajar tentang pelajaran pelajaran yang
berhubungan dengan kedokteran, seperti IPA dan Biologi.
b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis )
19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua
yang anda miliki saat ini ?
Yakin nggak yakin sih, soalnya memori ingatan saya sedikit
lemah dan pengetahuan saya yang terbatas, jadi masih banyak
yang harus saya lakukan agar lebih yakin dengan kemampuan
diri saya.
20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh
dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari
pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau
diam dan menerima kekurangan yang ada ?
Kalau saya sih mereka yang lebih pintar dan memiliki
kemampuan lebih dari saya, saya jadikan sebagai motivasi. ‘’
Mereka aja bisa masa sih saya nggak bisa’’.
D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri
21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di
luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?
Banyak sekali perubahan yang saya rasakan, dari pengetahuan
yang bertambah dan yang lebih penting lagi saya merasa lebih
lega, karena di baduy semuanya serba diatur dan terbatas, jadi di
sekolah saya merasa lebih plong.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara
terbuka dan jujur
22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,
kecewa, dan bahagia ?
Menyadari, kalau misalkan saya dalam keadaan sedih kadang
saya suka berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan
kebahagiaan dan tidak sedih lagi, kadang juga pengen kaya
orang-orang di luar sana yang bisa mendapatkan kehidupan
yang jauh lebih baik dan sejahtera, jadi saya sangat
memikirkan dan menyadari atas apa yang saya dan keluarga
saya rasakan.
23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan
apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?
Untuk curhat sih saya nggak begitu suka, kecuali masalah itu
terus berlarut-larut dan sekiranya saya tidak bisa
menyelesaikanya sendiri, paling saya ceritanya ke guru-guru
saya di sekolah.
E. Hubungan interpersonal yang baik
a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain
24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan
teman-teman sekolah anda ?
Saya butuh 2-3 bulan sih untuk merasa nyaman di lingkungan yang
baru, mungkin itu masa-masa penyesuaian saya, tapi setelahnya
saya merasa baik-baik saja untuk berada di temngah-tengah
mereka.
25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?
Saya betah di sekolah, teman-teman sekolah semuanya baik.
b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar
belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain
sebagainya
26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?
Kalau untuk bergaul biasanya saya lebih dulu melihat kebiasaan sehari-hari
orang tersebut, terus sikap dan pergaulannya. Intinya saya suka bergaul
dengan orang-orang yang berperilaku baik, syukurnya di SMP saya sekarang
semuanya baik, jadi tidak ada masalah dalam pergaulan sehari-hari saya.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda
latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan
lebih muda? Apakah anda menemui kendala ? bagaimana cara anda
menghadapinya ?
Masalah sih nggak ada yah, karena saya sudah dibiasakan untuk
menghormati orang tua dan orang lain, jadi saat bergabung dengan
anak-anak yang lain saya sedikit-sedikit bisa ngimbangin, begitu
juga dengan orang yang berbeda usia, agama dan budaya.
c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya
28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?
Awal kehadiran saya di tengah-tengah siswa dan siswi
menimbulkan banyak pertanyaan, seperti :
‘’ man kamu dari mana sih ‘’
‘’ man kok kamu orangnya kaya gini ? ‘’
‘’ kok kamu sedikit beda sama yang lainnya ?‘’
Pertanyaan itu awalnya sering ditujukan kepada saya yang
memang sedikit berbeda dengan yang lainnya, tidak hanyya
teman sebaya tapi guru-guru juga menanyakan hal yang sama.
Pertanyaan-pertanyaan itu saya jawab apa adanya, saya bilang
saya dari baduy dan memang saya adalah anak yang berbeda dari
yang lainnya, saya akui semua itu. Ternyata kejujuran saya
mengakui asal saya dari Baduy justru memunculkan pertanyaan-
pertanyaan lainnya tentang Baduy dan memahami perbedaan
yang saya miliki. Mereka justru penasaran dan menganggap
perkenalan dengan saya adalah hal unik dan menarik, begitulah
mereka menerima keunikan saya. tapi di luar itu semua sampai
saat ini orang-orang sudah menganggap saya sebagai bagian dari
mereka dan bukan orang asing lagi.
d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal
29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’
teman-teman anda di sekolah ‘’ ?
Saya sih lebih suka berterus terang tentang asal saya dan
kebiasaan saya di Baduy. Untuk komunikasinya saya selalu
memulai terlebih dahulu dengan penyesuaian dengan mereka,
awalnya mungkin saya memilih memerhatikan dulu
bagaimana mereka berkomunikasi dan berhubungan satu
sama lain, setelah itu baru saya menyesuaika dengan cara
mereka berkomunikasi dan berhubungan, begitu seterusnya.
Intinya saya lebih memeilih diam dulu dan mempelajari apa
yang sekiranya baru bagi saya, baru setelah itu saya masuk ke
dalam untuk bercengkrama langsung dan berhubungan
dengan mereka, begitulah cara saya berkomunikasi.
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : 10 Oktober, 2016
Jam : 09:30 WIB
Wawancara ke : Tiga
Tempat : Kediaman Eman, Lingkungan Baduy Luar
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :
Pagi itu hujan sudah turun lebat, kondisi tanah yang sedikit licin menjadi
hambatan kecil bagi peneliti untuk menuju rumah Eman dari Desa
Ciboleger perbatasan. Intonasi suaranya sangat lantang karena memang
Eman adalah anak yang cerdas. Sangat terlihat dari cara bicaranya lugas
dan sangat mendalam tentang fokus penelitian. Tidak ada pihak lain pada
saat wawancara, hanya sekali Ibunya muncul untuk memberikan kopi yang
khas, karena kopi hitam itu memakai gula aren ( gula merah ) yang dibuat
di baduy.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Atmajaya berbadan cukup tinggi, kira-kira 170 Cm dengan badan sedikit
kurus lengkap dengan kulit sawo matangnya. Penampilanya sederhana dan
menaati peraturan adat suku baduy.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,
intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada
interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)
Untuk anak seumuranya Eman termasuk anak yang pandai dalam
berkomunikasi. Untuk anak asli suku baduy dia juga termasuk anak yang
pintar. Dia sangat antusias kepada interviewer. Terlihat dari setiap
jawabanya, ia selalu menjawabnya dengan gamblang, seakan sedang
menyampaikan keresahanya selama ini lengkap dengan kontak mata yang
tak pernah lepas dari interviewer membuat suasana semakin interaktif.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :
1. Dari sisi personal relatif tidak ada hambatan, hanya saja eman sangat
sering keluar dari fokus penelitian, jadi tugas tersendiri bagi peneliti saat
proes Conclusion Drawing / verification
5. Catatan khusus selama wawancara :
1. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda kurang
dimengerti oleh peneliti. Tapi saat melakukan reduksi data peneliti
menanyakan ke beberapa teman yang mengerti bahasa sunda baduy
sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan reduksi data.
2. Informan sangat koperatif saat wawancara.
LAMPIRAN A
LEMBAR DATA PARTISIPAN
DATA DIRI
Nama : Suna Hermawan
TTL : Cisaban, 14 September, 2002
Alamat : Ds. Cisaban, Kanekes, Leuwidamar, Lebak-banten
Pendidikan terakhir : SDN 4 Hariang, Sobang.
Sekolah saat ini : SMP Satu Atap (Satap), Sobang, Lebak.
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan
penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar
baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu
sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.
Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :
Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya
pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta
kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta
izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya
menjamin kerahasiaan wawancara ini.
Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?
1. Dukungan Sosial
A. Dukungan emosional
a. Dukungan semangat
1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang
diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda
memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?
Bisa. Awalnya saya mendapatkan tentangan dari keluarga saya
terutama dari bapak. Bagi bapak yang penting kita nurut sama adat
biar nggak dibilang ‘’Durhaka’’. Kalau udah kenal dunia luar nanti
repot bisa-bisa kerjanya cuma membodohi orang. Beruntung ibu
saya mengerti, diam-diam saya disekolahkan dengan ibu saya.
Akhirnya lama kelamaan bapak tahu dan mau mengalah untuk
mengizinkan saya. Setelah itu bapak dan ibu justru mendukung
semua yang berhubungan dengan sekolah saya. Kalau untuk teman-
teman semuanya sih nerima aja. Badan saya yang kecil ini justru
jadi penyebab utama teman-teman saya akrab dengan saya,
mungkin karena bisa dijadikan bahan lucu-lucuan. Tapi itu saya
anggap biasa saja, justru saya merasa beruntung dengan badan kecil
ini.
b. Dukungan nasehat
2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah
dan memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana
dia memberikan nasehatnya ?
Tentu kedua orangtua saya. Mereka selalu bilang jangan
khawatir untuk masalah biaya dan alat-alat sekolah, sekuat
tenaga akan mereka usahakan demi sekolah saya. Pernah waktu
itu saya merasa dipojokkan dengan teman-teman sekelas saya.
Banyak dari mereka yang bilang saya ini kampungan. Saya
menyikapi itu dengan serius, tanpa pikir panjang saya marah-
marah dengan teman saya. Ternyata benar apa kata ibu kalau
mereka hanya bercanda dan sekadar menyapa. Untung ibu
memberikan saya pengertian dan keesokanya saya langsung
meminta maaf kepada teman-teman saya. Nggak tau kenapa
saya lebih senang mendengar nasehat dari ibu daripada dari
bapak saya. Mungkin karena bapak jarang bertemu jadi
bawaanya lebih nyama dengan Ibu. Sesekali bapak juga suka
menasehati saya untuk rajin belajar.
c. Dukungan Penghargaan
3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda,
apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu
diberikan ?
Wah, kedua orang tua saya sangat senang sekali saat mendengar
kabar bahwa saya masuk tiga besar di dalam kelas, meskipun itu
hanya terjadi satu kali tapi itu cukup membuat keduanya senang
bukan main. Waktu itu saya juga mendapatkan hadiah yang sama.
Tiga besar dikelas saya diminta untuk maju kedepan kelas dan satu
persatu diberikan hadiah yang sama sesuai rangkingnya. Saya senang
sekali mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak lainnya.
d. Dukungan kepercayaan
4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk
mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?
Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh.
Itulah sebabnya bapak saya awalnya melarang sekolah. Tapi
setelah saya jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya
orang tua dan keluarga memberikan kepercayaan kepada saya.
Pernah juga saya minder di sekolah, tapi karena teman-teman
sekolah sering mempercayakan saya untuk jadi petugas upacara
akhirnya saya bisa
5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah
anda mempercayai anda karena anda berasal dari suku Baduy?
Mmm gimana ya, saya juga bingung sih kenapa mereka mau
menerima saya. Tapi yang saya alami ya saya merasa percaya diri
bergaul dengan mereka ditambah lagi saya mendapatkan
dukungan dari keluarga saya. Kadang mereka juga banyak yang
bertanya tentang baduy, mungkin bagi mereka baduy
menimbulkan banyak pertanyaan. Pernah saya diminta untuk
menjelaskan tentang baduy, belum saya jelaskan teman-teman
satu kelas justru tertawa, mungkin karena badan saya yang kecil
ditambah suara saya yang seperti ini ‘’Cempreng’’. Mulai dari
situ saya merasa lebih dekat dengan teman-teman.
B. Dukungan Informasional
a. Pemberian Petunjuk / Informasi
6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah
di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut
?
Kalau untuk informasi saya tahu dari bapak saya. Karena di
Ciboleger juga ada Sekolah Dasar jadi kadang Ibu saya yang
memberitahu tentang itu. Sejak kecil saya didik untuk mandiri
tapi nggak tahu kenapa perihal sekolah Ibu saya jauh lebih
perhatian.
C. Dukungan Nyata
a. Pemberian bantuan finansial
7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan
uang jajan ?
Kalau uang jajan saya dapet dari orangtua saya. Meskipun pas-
pasan ya tidak masalah. Segitu saja sudah sukur. Yang penting
ada pegangan seperak dua perak’’
b. Pemberian Sarana dan Prasarana
8. bagaimana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan
sekolah ?
Sama sih dari orang tua juga, tapi kadang-kadang saudara-
saudara saya juga ngasih sekedarnya.’’
9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah
anda menggunakan alat transportasi ?
Ya jalan kaki mas. Di baduy kan dilarang pake kendaraan.
Pengunjung juga bisa masukin kendaraanya cuma sampe
ciboleger. Kan banyak tuh yang ngarahin. Dari sana jalan kaki
ke baduy luar dan kalau mau terus ya sekitar 3-4 jam buat
sampe ke Baduy Dalem.
D. Dukungan dari Kelompok Sosial
10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan
untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?
Ya mendukung, soalnyakan sekarang-sekarang udah pada tahu
gimana dunia luar. Banyak juga kok yang udah punya akun
facebook, jadi udah banyak yang mau berubah tapi ya terbentur
sama adat dan kami juga harus menghormati peraturan yang
udah dibuat turun temurun.
2. Penyesuaian Diri
A. Persepsi yang akurat terhadap realitas
a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan
11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan
anda?
Kalau kemauan sih banyak ya, tapi saya juga ukur-ukur diri
juga sampai mana kemapuan saya. Kalau sekolah di luar baduy
ya jelas sesuai kemampuan, justru nanti saya pengen lanjut
sampai kuliah kalau ada rezeki.
12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan
bagaimana anda mewujudkannya?
Yang jelas saya kalau punya keinginan saya mau berusaha
sekuat mungkin tentunya atas izin orangtua.
b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan
13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika
Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?
Tahu kok. Bagi yang melanggar adat memang dibilangnya
sudah tidak suci lagi bahkan durhaka. Tapi kokolot juga
pernah bilang kalau kita wajib nuntut ilmu, jadi bagi saya
sekolah jugakan nuntut ilmu. Apa salahnya kalau nuntut ilmu
itu di sekolah.
14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa
anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?
Yakin aja kok. Semua kebaikan pasti dibalas kebaikan. Saya
berpikir seperti ini saya dapatkan dari sekolah.
B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan
a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada
15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang
sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah
tersebut ?
Kadang saya ceritakan ke orangtua saya, karena
bagaimanapun saya masih butuh nasehat mereka. Tapi
sebelumnya pasti saya cerita dulu ke temen-temen deket
saya. Tapi liat-liat dulu sih masalahnya gimana, kalau
sekiranya pantes buat dicertain ke orang-orang rumah ya
saya ceritakan, kalau sekiranya membebani mereka pasti
saya simpan sendiri. Sebenernya ga ada cara khusus sih, ya
saya jalani aja apa adanya nanti juga lupa sendiri.
b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang
direncanakan.
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah
anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda
menerimanya ?
Tentu pernah. Saya selalu ingat perjuangan keluarga saya untuk
makan sehari-hari. Kalau sudah ingat itu saya langsung semanget
lagi.
c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau
genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada
yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar
baduy ?
Rasanya nggak mungkin banget kalau ada yang laporan ke Jaro
Saija. Soalnya udah banyak juga warga baduy yang mulai
sekolah jadi kita sama-sama menjagalah. Kalau keadaan mepet
sih pernah, tapi saya tetep kalem kok, lagian emang sifat saya
gini ‘’ nggak mau repot’’.
C. Citra diri yang positif
a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri
18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa
kekurangan dan kelebihan anda ?
Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja.
Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling
kurang pas di sekolah. Anak-anak yang lain kalau pulang
enak tinggal pulang. Kalau saya ribet soalnya harus ganti
pakaian lagi di jalan. Tapi yang jelas sih saya terus
berusaha buat jadi orang pinter biar dapet kehidupan
yang lebih baik kaya orang-orang.
b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis)
19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua
yang anda miliki saat ini ?
Yakin dong pasti, kan semuanya punya kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Tinggal itanya aja gimana
caranya manfaatin yang kita punya. Selebihnya berusaha
sekeras mungkin.
20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh
dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari
pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau
diam dan menerima kekurangan yang ada ?
Pasti iri dan saya pengen seperti mereka. Sama seperti di
dalam kelas banyak yang lebih pinter dari saya. Saya sih
ikirnya gini aja ‘’ kalau mereka bisa masa saya nggak bisa ‘’,
ya pokoknya usahalah.
D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri
21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah
di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?
Banyak sekali perubahanya, apalagi temen. Saya punya
banyak temen di sekolah. Banyak pergaulan. Yang penting
pesen orang tua bisa milih-milih aja mana yang baik dan
mana yang tidak.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara
terbuka dan jujur
22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,
kecewa, dan bahagia ?
Ya taulah. Saya kadang murung sendiri kalau lagi ada yang
nggak enak di hati.
23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan
apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?
Tergantung masalahnya sih. Kalau kira-kira masalahnya
cocok buat diceritain ke ibu atau bapak ya saya ceritain.
Kalau sekiranya cocoknya ke temen ceritanya ya saya
ceritanya ke temen. Kalau masalahnya masih bisa saya
tangani sendiri ya saya selesaikan. Jadi sayamah tergantung
masalahnya sih.
E. Hubungan interpersonal yang baik
a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain
24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul
dengan teman-teman sekolah anda ?
Nyaman kok. Kalo awal-awal saya canggung saya rasa semua
orang juga ngalamin itu.
25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?
Betah kok. Terlebih banyak teman baru di sana.
b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda
latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan
lain sebagainya
26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?
Saya kalau untuk berteman nggak pilih-pilih. Yang jelas mana yang
baik itu yang saya temani.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang
berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia
yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?
Untuk itu sih masalah pasti ada, tapi nggak begitu besar.
Berkat nasehat-nasehat yang sering diberikan orang tua saya,
jadi saya lebih hati-hati untuk komunikasi kata bapak hati-hati
takut menyinggung perasaan. Selebihnya semuanya berjalan
baik.
c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya
28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?
Kayaknya orang melihat saya sebagai orang yang lucu. Karena
ya itu tadi badan saya kecil jadi gampang digendong dan jadi
bahan candaan. Tapi saya nikmatin itu kok. Buktinya teman-
teman saya malah pada betah buat ngobrol san main sama
saya.
d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal
29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’
teman-teman anda di sekolah ‘’ ?
Ya biasa aja. Karena rata-rata jugakan mereka pakai bahasa
sunda jadi saya masih ngerti. Paling kalau untuk bahasa
Indonesai saya masih agak kaku. Jadi buat mereka yang
ngomongnya masih pake bahasa indonesia saya
komunikasinya kadang pakai bahasa hutan ‘’isyarat’’.
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : 09, Oktober 2016
Jam : 16.40 WIB
Wawancara ke : Tiga
Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :
Cuaca pada saat itu sangat dingin dengan angin yang lumayan kencang
tanpa turun hujan. Pada awal wawancara ada pihak lain yaitu bapaknya
yang juga ikut menyambut kedatangan peneliti. Bapaknya menyuguhkan
kopi hitam dengan gula aren (gula merah) yang asli dibuat di dalam baduy.
Peneliti sempat menunggu beberapa saat agar pak Sarmain pergi dari
lokasi, tapi tidak juga beranjak. Katanya ingin menikmati kopi bersama
peneliti. Akhirnya peneliti memutuskan untuk memulai wawancara dengan
cara tersirat. Maksudnya peneliti mengajak Suna bercengkrama yang
berkaitan dengan fokus penelitian dan Suna merespon dengan baik.
barulah di tengah-tengah wawancara pak Sarmain bapak dari Suna masuk
ke dalam rumahnya. Suara Suna sempat membuatpeneliti tertawa karena
suaranya mirip anak kecil yang belum Baligh tapi itu tidak mengganggu
secara konten pada fokus penelitian.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Suna berbadan mungil. Untuk seumurannya dia terbilang sangat kecil.
Saat wawancara rambutnya sedikit kusam, entah karena wawancara
diambil saat ia baru pulang sekolah atau memang model rambutnya yang
seperti itu.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,
intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada
interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)
Tangan Suna tidak mau diam, selalu saja membenahi rambutnya yang
mudah tertiup angin. Sesekali ia justru mengalihkan pembicaraan pada
keadaan sekitar, seperti cuaca, angin yang kencang dan hujan yang sering
turun akhir-akhir ini. Sikapnya sopan meskipun sesekali di sela-sela
wawancara justru ia balik bertanya pada peneliti, seperti penelitian ini
untuk apa, laporan dari penelitian ini diserahkan kepada siapa sampai asal
sekolah peneliti. Suna sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, terlebih saat peneliti memberitahu bahwa peneliti berasal dari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata Suna punya keinginan untuk
merantau ke Jakarta.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :
Suna seringkali mengalihkan pembicaraan pada objek pembicaraan yang
ia suka, seperti sepak bola, tentang pemain-peain eropa dan lain
sebagainya. Peneliti coba mengikuti arah pembicaraanya sambil berusaha
mengembalikan topik pembicaraan pada fokus penelitian. Inilah yang
menjadi hambatan peneliti saat melakukan reduksi data. Peneliti harus
menyesuaikan rekaman dengan nomor urut pertanyaan pada pedoman
wawancara.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. Suasana dingin dengan angin kencang yang membuat peneliti sesekali
kehilangan fokus karena kondisi peneliti yang kurang fit saat
wawancara.
b. Informan meminta imbalan berupa uang setelah selesai wawancara.
Lampiran 2
TABEL KATEGORI DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI
Tabel 1 Dukungan Sosial
Dukungan Emosional
Dukungan Semangat
Eman Atmajaya Aat Rodiyat Suna Hermawan
Eman mendapatkan
dukungan semangat dari
orang tua dan H.Kasmin.
Rumah H. Kasmin menjadi
tempat Eman untuk
mengganti baju
seragamnya
Bapak Atma sangat
mendukung, tapi Ibunya
khawatir karena akses ke
sekolah yang jauh
melewati hutan
Aat mendapatkan
dukungan semangat
dari keluarga untuk
masuk sekolah asalkan
tidak masuk Islam.
Awalnya Suna hanya
mendapat dukungan dari
Ibunya saja. Tapi Suna
memberanikan diri
mengutarakan
keinginanya dan
berhasil. Dia juga
mendapatkan semangat
dari kerabat dan orang-
orang terdekat.
Dukungan Nasehat Eman mendapatkan
nasehat dari kedua orang
tuanya dan pak H. Kasmin
Atma mendapatkan
nasehat dari teman
dekatnya di SMP.
Aat mendapatkan
nasehati dari
keluarganya saat berada
dalam masalah
Suna mendapatkan
nasehat dari kedua orang
tuanya.
Dukungan
Penghargaan
Eman mendapatkan
penghargaan yang sama
dengan anak lainnya ‘’ luar
baduy’’ saat dia berprestasi
Atma menjadi salah satu
pemain Volly sekolahnya
yang menjadi juara antar
SMP dan dia
mendapatkan
penghargaan yang sama
dengan yang lainnya.
Aat mendapatkan
penghargaan yang sama
dengan anak yang
lainnya saat ia meraih
peringkat 3 di
sekolahnya.
Suna mendapatkan
penghargaan yang sama
saat dia masuk tiga besar
di kelasnya. Suna juga
mendapatkan ucapan
selamat dari
keluarganya.
Dukungan
Kepercayaan
Eman mendapatkan
kepercayaan karena dia
menujukkan sikap yang
baik selama sekolah,
Atma mendapatkan
dukungan kepercayaan
dari keluarganya setelah
ia mengutarakan apa
Aat mendapatkan
kepercaya dari
keluarganya dengan
menyampaikan
Suna mendapatkan
kepercayaan dari kedua
orangtuanya dan dari
teman-temanya saat
teman-teman sekolahnya
juga mempercayainya
karena sikap jujurnya
adanya tentang niatnya
untuk sekolah.
keresahanya yang
sering mendengar
bahwa baduy itu katro
dan bodoh, dia juga
mendapatkan
kepercayaan dari
teman-temanya di
sekolah.
berada di sekolah.
Dukungan Informasional
Pemberian
petunjuk/informasi
Eman mendapatkan
Informasi dari H. Kasmin
dan orang tuanya yang
sering keluar baduy untuk
berjualan.
Sejak kecil Atma sering
bermain di luar Baduy,
oleh karena itu dia
mencari informasi sekolah
sendiri. Orangtuanya juga
memberikan informasi.
Aat mendapatkan
Informasi dari
bapaknya, bahkan
bapaknya yang
mendaftarkan dia ke
sekolah.
Suna mendapatkan
dukungan Informasi dari
Bapak dan keluarganya.
Dukungan Nyata
Pemberian bantuan
finansial
Eman mendapatkan
bantuan finansial dari
kedua orang tuanya dan
pihak sekolahpun
memberikanya sarana dan
pra-sarana yang sama
dengan anak lainnya.
Atma mendapatkan
dukungan finansial dari
kedua orang tuanya,dia
mendapatkan sarana dan
pra-sarana dari
sekolahnya seperti anak-
anak yang lainnya.
Aat mendapatkan
dukungan finansial dari
tetangga-tetangga
sekitar dan kedua orang
tuanya. Aat juga
diberikan sarana dan
prasarana yang sesuai
selama ia di sekolah.
Suna mendapatkan
dukungan finansial dari
kedua orangtuaya. Pihak
sekolah juga
memberikan sarana dan
prasaran yang sama
kepada Suna .
Dukungan dari
Kelompok Sosial
Tetangga dan kerabat
Eman mendukungnya
untuk sekolah meskipun
Pu’un melarang hal itu.
Lingkungan Atma sangat
mendukung, meskipun
Pu’un melarang
Aat mendapatkan
dukungan dari
kelompok sosial
meskipun tanpa
dukungan dari kepala
adat.
Suna mendapatkan
dukungan dari kelompok
sosial meskipun
melanggar adat.
Tabel 2. Penyesuaian Diri
Persepsi yang akurat terhadap realitas
Eman Atmajaya Aat Rodiyat Suna Hermawan
Merencanakan
sesuatu sesuai
dengan kemampuan
Eman selalu merencankan
sesuatu sesuai dengan
kemampuan, ia mengukur
antara kemampuan dan
keinginanya.
Atma selalu
menyesuaikan antara
keinginan dan
kemampuanya. Selain itu
Atma juga lebih suka
menjalankan apa yang ada
sambil terus berusaha
Aat selalu
menyesuaikan antara
rencana, tapi
keinginanya juga ada
yang tidak sesuai
kemampuan dan ia
mewujudkanya dengan
keyakinan.
Suna menyesuaikan
antara keinginan dan
kemampuan yang ia
miliki
Mengenali
konsekuensi setiap
tindakan
Eman tahu konsekuensi
untuk sekolah di luar
baduy, tapi itu ia abaikan
dan terus membulatkan
tekadnya untuk sekolah di
luar baduy
Atma mengetahui
konsekuensinya, baginya
yang penting keluarga
mendukungnya untuk
sekolah
Aat mengenali
konsekuensi setiap
tindakanya, salah
satunya sanksi disebut
durhaka karena
sekolah, tapi ia tetap
sekolah demi masa
depanya.
Suna mengenali
konsekuensi setiap
tindakanya termasuk
keputusannya untuk
sekolah di luar baduy.
Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Mampu mengatasi
konflik atau masalah
yang ada
Eman sangat jarang
mendapatkan masalah, ia
akan bercerita pada
temanya untuk sharing jika
masalah itu membuatnya
Atma memilih bersabar
saat ada masalah, tak
jarang ia memilih cuek
dan fokus ke sekolahnya.
Aat mengatasi masalah
dengan tidak terlalu
membebankan masalah
tersebut.
Suna mampu mengatasi
masalah yang ada dengan
mengerti terlebih dahulu
titik permasalahanya dan
ia memutuskan kepada
hampir menyerah, lalu ia
pecahkan masalah itu
dengan sendiri
siapa ia akan bercerita.
Bisa menerima
keadaan dan puas
meski gagal
mencapai tujuan
yang direncanakan
Eman pernah merasakan
kegagalan, tapi itu ia
jadikan sebagai motivasi
Atma pernah mengalami
kegagalan, ia lebih
memilih menjalani
semuanya seakan tanpa
beban
Aat pernah mengalami
kegagalan, tapi
semenjak mengenal
Islam ia lebih tenang
menghadapinya.
Suna pernah mengalami
kegagalan, dalam
keadaan seperti itu ia
selalu mengingat
perjuangan keluarganya,
lalu ia kembali
bersemangat Tetap tenang meski
dalam keadaan
genting atau terpuruk
Eman mengaku khawatir
jika dihadapkan dengan
keadaan seperti itu, tapi ia
masih bisa mengontrol diri.
Atma mengaku was-was,
untuk itu kadang ia
meminta tolong kepada
teman-temanya.
Aat mengaku gugup
dan resah saat dalam
keadaan genting, jika
demikian ia meminta
temanya untuk
membantu.
Suna lebih memeilih
cuek terhadap masalah
yang ia hadapi
Citra diri yang positif
Mengakui dan
menyadari
kelebihan dan
kekurangan diri
sendiri
Eman menyadari tenang
kelebihan dankekurangan
yang ada dalam dirinya
Atma menganggap dirinya
lebih banyak memiliki
kekurangan
Aat mengaku dirinya
masih banyak
kekurangan,
kelebihanya hanya satu,
yaitu semangat.
Secara tersurat Suna
tidak mengemukakan
kelebihanya, tapi dalam
wawancara ia
mengungkapkan
kelebihan dan
kekuranganya secara
tersirat.
Tidak memandang
remeh/lemah
terhadap diri
sendiri ( Optimis )
Eman ragu-ragu akan
kemampuanya, tapi dia
mau teru berusaha. Lalu
eman selalu menjadikan
temanya yang lebih darinya
Atma yakin dengan
kemampuanya dengan
cara terus belajar.
Atma selalu merasa iri
saat melihat ada orang
Aat sangat yakin
dengan kemampuan
yang dimilikinya, Aat
selalu yakin setiap
orang dianugerahi
Suna yakin dengan
kemampuan yang ia
miliki, ia akan selalu
berusaha keras utuk
memaksimalkan potensi
sebagai motivasi. yang lebih baik darinya, ia
mengaku akan berusaha
untuk jadi seperi mereka.
dengan kemampuanya
masing-masing, tinggal
usaha saja.
yang ia miliki
Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
Peka/ memikirkan
tentang perasaan
diri sendiri
Eman memikirkan perasaan
dirinya sendiri, buktinya
dia menyadari banyak
perubahan setelah sekolah
di luar baduy dan mengerti
tentang perasaanya sendiri
selama bersekolah.
Atma menyadari banyak
perubahan setelah ia
sekolah, ia juga sangat
mengerti tentang perasaan
sendiri.
Aat lebih senang tidak
menceritakan yang dia
rasakan pada seseorang,
ia menyadari prasaanya.
Buktinya ia menyadari
banyak perubahan yang
ia alami setelah
sekolah.
Suna mampu
mengungkapkan
emosinya sesuai pada
tempatnya. Ia juga sangat
memikirkan tentang
dirinya sendiri, bahkan ia
menyadari perubahan
sebeum dan sesudah ia
sekolah
Hubungan interpersonal yang baik
Merasa nyaman
saat berinteraksi
dengan orang lain
Eman butuh waktu 1-2
minggu untuk penyesuaian
diri, selebihnya dia merasa
nyaman dan betah di
sekolahnya
Atma baik-baik saja dalam
berkomunikasi dengan
orang lain, sehingga dia
merasa betah selama di
sekolah.
Aat termasuk anak yang
tidak banyak tingkah,
itulah mengapa orang
disekitarnya mudah
menerimanya yang
membuat ia betah di
sekolah.
Awalnya Suna engaku
canggung untuk
komunikasi, tapi itu
hanya berlangsung
sesaat. Itu dia anggap
sebagai proses dan ia
berhasil melewati itu
Menghargai dan
mampu
bersosialisasi
dengan orang yang
berbeda latar
belakang, baik
suku, budaya,
Eman tidak pilih-pilih
teman dalam bergaul dan
dia tidak memiliki kendala
saat berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda
latar belakang.
Atma tidak pilih-pilih
dalam bermain, ia
mengaku memiliki
kendala saat
berkomunikas, tapi seiring
berjalanya waktu ia mulai
terbasa, baginya itu berkat
Aat tidak pilih-pilih
dalam memilih teman,
tapi ia juga menemui
kendala saat
berkomunikasi, tapi Aat
terus mencoba berbaur
dan berhasil.
Suna selalu mengingat
nasehat orangtuanya
untuk menjaga bicara
selama bergaul dengan
orang baru dan itu ia
terapkan, akhirnya Suna
tidak memiliki kendala
agama, usia ,jenis
kelamin dan lain
sebagainya
pendidikan. saat berhubungan dengan
orang yang berbda latar
belakang
Tidak membuat
orang lain merasa
terganggu dengan
kehadirannya
Kehadiran Eman di sekolah
sempat menimbulkan
banyak pertanyaan dari
teman-temanya, tapi
setelah Eman menjawab
dengan apa adanya ia
membuat teman-temanya
merasa nyaman berada di
sekitarnya
Orang lain tidak merasa
terganggu dengan
kehadiran Atma
Aat sering tampil di
Pentas Seni, itu bukti
bahwa orang lain tidak
merasa terganggu.
Kehadiran Suna justru
menjadi warna baru
dalam pergaulanya.
Tubuhnya yang kecil
membuatnya jadi
pelengkap dengan
teman-temanya. Itu
membuatnya selalu
memiliki tempat di
tengah-tengah teman
barunya.
Bisa berkomunikasi
dengan verbal dan
non-verbal
Eman selalu apa adanya
dalam berkomunikas, itu
justru membuatnya mudah
beradaptasi dan
berkomunikas baik verbal
maupun non verbal dengan
teman-tamnnya di sekolah
Atma mengaku canggung
pada awal-awal masa
sekolahnya, tapi itu hanya
sementara, selanjutnya
Atma lancar dalam
berkomunikasi.
Aat mengaku malu
untuk berkomunikasi,
tapi Aat terus mencoba
untuk mengimbangi dan
berhasil.
Suna mampu
berkomunikasi dengan
verbal dan non vebal.
Salah satunya saat ia
berbicara dengan orang
yang berbahasa
Indonesia karena Suna
belum begitu lancar
berbahasa Indonesia
pada saat itu.
Lampiran 3
DOKUMENTASI FOTO
Gerbang Selamat Datang Kawasan Wisata Baduy dengan Siswa SD Ciboleger
Perbatasan
Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah
Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah
Suasana Baduy Luar
Suasana Kantor perbatasan Baduy Luar : Tampak petugas perbatasan masih
mengenakan celana pendek sesuai adat meskipun sedang bertugas
Sekolah Dasar Ciboleger di perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar.
Tugu selamat datang di kawasan Baduy Luar
Gerbang perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar
Kegiatan masyarakat Baduy Luar
Bersilaturahmi dengan Jaro Saija Kepala adat Suku Baduy
Berpose bersama warga Baduy dalam saat mereka berada di perbatasan
Keadaan Baduy Luar dari kediaman Jaro Saija
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAⅣI NEGERI(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARL
FAKULTAS ILPIIU DAKWAH DAN ILPIIU KOMUNIKASI
Jl.II II.Juanda No.95 Ciputat 15412 1ndonesialVebsitc:― ‐fdkuiniakarta.ac.id
Tclp/Fax:(62-21)7432728/74703580Emaill dakvyall@l‐ dk.uittakarta ac.id
Nomor: Un.01/F5/PP.00.9/2492/2016Lamp :l(satu)bundelHal : Birnbingan Skripsi
'i cnrbusan :
I l)ekan2. Ketua .lurusan Bimbingau dan Penyuluhan Islanr (Bpl)
Jakarta,28 Juni 2016
SofヽvatiHahノヘnlin
II12052000015
Binlbillgan da1l Penyuluhan lslanl
VHI(Delapan)085770326320Pensaruh Dukungan Sosial Ter1ladap Kemalnpuan Penyesuaia11
Diri pada Renllia Suku Baduy Luar di Lcbak Banten.
Kepada Yth.Artiarini Puspita Arwan, M.PsiDosen FakLrltas [[rnr-r Dakwah dan IIntLr Kor-nLrnikasitJIN S,varif I l iclayatr-rllah .lakarta
Ass'alcrmu'01 qiku m Wr. Wb.
Bersarna ini kami sampaikan outline dar.r naskah proposal skripsi yang clia.jukan olelrrnahasiswa FakLrltas IlrnLr Dakwah dan llrnr-r Kc.nrunikasi UIN Syarif l{idayatLrllah Jakartasebagai berikurt.
NamaNonror Pokok.lurusanSemesterTelp.Judul Skripsi
Kartri trohon keseciizranrrr a untuk nrenrbinrbing ntahasiswa tersebut dalar-r'rpenyusunall dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 28.[r-uri s.d. 28Desember 2016.
Demikiart, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terinra kasih.
Ifuss'u| umu' ulu i ht nt Wr. Wb.
Dekan,
Subhan,1ソlA110199303
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN)SYARIF HIDA■■TULLAH JAKARTA
FAKULTASILMU DAK磯 Hゝ DANILMU KO卜IUNIKASI
Jl ll H Juanda No 95、 〔liputat 1 54 1 2.Indoncsia
Vヽcbsilc:、 、、11ldkom uinikt aC id
'l e lI Irrrr: ir': I I ) --.l.ll .l\ --.1-(),1iSr)
l:nlril Ilrikr,rrt (r uinikl lll i(l
NomorLampiranHal
:Un 01′ F5ノPP 00 9′'ル
98 /2016: 1(Satu)Berkas sk‖ psi
l Uilan skripsi
Kepada Yth il Dra RinlLai‖ P‖ halnil M Si
2 NoorBek‖ Ne9orol M Si
3.Abdul Rahman,M.Si4. Naslchah,MA5 Artianni Puspita Attran,M.Psi
Jakarla,X) November 20 1 6
Ketua/PenguliSekertarisPenguliFengujiPembimbing
: Sofrvatillah Amin: Serang, 20 Desember'1992:1112052000015. Bimbingan dan Penyuluhan lslam (BPl), Dukungan Sosial & Kemampuan Penyesuaian Diri RemajaSuku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy.
diJakarta
Assal a mu' al a ik u m Wr.Wb
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah JakarEmenunjuk BapaUlbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah danllmu Komunikasi,
NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsr
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada .
HarirTanggal
ktu
丁empat
Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu KomunikasiAjkd/Ml
:Kamis,l Desember 2016: Pk 1000sd ll.00 WiB: Ruang Munaqasyah Lt 7A
Untuk menunjang kelancaran ulian dimaksud, bersama ini kami kirirnkan naskahskripsi yang akan d iujikan, gu na dipelajarilditeliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukanterima kasih
Wassalam,
ini disampaikan Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan
|
PMRINTAH DAERAII KABUPATEN「 LEBAKKECAMATAN LEUWIDAMAR
KANTOR KEPALA DESA KmムEKESИ:αttαちκα″′αK響″α Dωα Kαηιtts巧らKαど
“ルr″gR″Жッθθ〃θθ′
Kanekes, 04 0ktober 2016
NomorLampiranPerihal
NarnaNomor PokoTe,mpat/Ianggal LahirSemesterJurusan/tr(onsentrasiA1amat
:141/′ gF/Ds― Kal1/2001X/2016
:聰`erα
″
“
α″Jgra力 ′"clα
ル″ル″“Pe″clttα
“
Yang ber tanda tangan dibawah ini Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
Kabupaten Lebak Provinsi Banten,Menerangkan bahwa:
somatllah A血 ―
1112052000015Semg 20 Descmber 1992Ⅸ (Sembil叫Bimbingan dan Penyuluhan lslam
Jl.Raya Cilegolll Banten
Benar Telatr melakukan penelitian di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidarnar Kabupaten
Lebak- Banten, untuk Kepentingan Tugas /Slaipsi .Dengan Judul:
t'Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesacian Diri Remaja Warga Masarako-t Desa
Kanekes (Baduy Luar)"
Demikian surat keterangan ini,Jcami buat dengan sebenarnya atas dasar permohonan tersebut
diatas sebagai tanda bukti telah melakukakan penelitian di Desa Kanekes. Dan agar dapat
dipergunakan seperlunya.
Kanekes, 04 Oktober 2016Kepala Desa Kanekes
200606.2040