181
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAH DI LUAR BADUY Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Sofwatillah Amin 1112052000015 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN

Embed Size (px)

Citation preview

DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN

DIRI REMAJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAH

DI LUAR BADUY

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Sofwatillah Amin

1112052000015

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

DUKUNGAN SOSIAL DAN KEⅣLR/1PUAN PENYESUAIANDIRIREⅣ麟LJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAⅡ

DILUAR BADUY

Skfipsi

Di aj ukan untuk memenuhi p ersyaratan memp ero I eh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

01ch:

Soivatillah Aninll12052000015

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN BIPIIBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTASILⅣEU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITASISLAPI NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438/2016

LEⅣIBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

3.

Jakarta,01 Januari 2017

i

ABSTRAK

Sofwatillah Amin, (1112052000015), Dukungan Sosial Dan Kemampuan

Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy,

dibawah Bimbingan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi

Suku Baduy adalah salah satu suku di Indonesia yang menerapkan isolasi

dari dunia luar. Perkembangan dan kemajuan zaman tidak mempengaruhi gaya

hidup Suku Baduy. Sebut saja dari cara mereka berpakaian. Di tengah-tengah

maraknya pakaian modis dan stylish, Suku Baduy tetap dengan pakaian serba

putih, bercelana pendek lengkap dengan ikat kepala putihnya. Itu bukti bahwa

mereka sangat menjaga adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun.Suku

Baduy terbagi dalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Salah satu

peraturan adat yang tidak boleh dilanggar adalah mengenyam pendidikan

(sekolah). Remaja Suku Baduy khususnya baduy luar terpaksa sekolah secara

diam-diam demi bersembunyi dari kepala adat atau yang disebut dengan Pu’un.

Remaja dalam keadaan seperti ini membutuhkan dukungan-dukungan dari

orang-orang terdekatnya yang disebut dengan dukungan sosial. Istiqomah

Wibowo dkk dalam bukunya Psikologi Komunitas menyebutkan dimensi dalam

dukungan sosial, yaitu Dukungan Emosional yang meliputi dukungan semangat,

nasehat, penghargaan dan dukungan kepercayaan, Dukungan Informasional dan

Dukungan Nyata yang meliputi pemberian bantuan finansial dan dukungan dari

kelompok sosial. Pada umumnya dukungan orang tua, perhatian dan semangat

sangat membantu individu dalam berkomunikasi dan mengembangkan potensi

yang ada dalam dirinya, begitu juga halnya dengan remaja Suku Baduy luar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

desain deskriptif. Penentuan sumber data atau informan menggunakan metode

Non-Probablity Sampling artinya tidak memberikan kesempatan yang sama pada

setiap unsur untuk dipilih menjadi sampel, kemudian menggunakan teknik

Purposive Sampling, yaitu informan atau sumber data ditentukan dengan kriteria

yang dibuat oleh peneliti menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan

tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini adalah empat orang remaja Suku

Baduy luar yang bersekolah di luar baduy

Dari hasil observasi dan wawancara, dukungan sosial sangat mendukung

kemampuan penyesuaian diri, artinya setiap dimensi dukungan sosial yang

didapatkan memberikan dampak tersendiri. Dukungan Informasional membuat

remaja Suku Baduy Luar mudah mendapatkan informasi tentang sekolah,

Dukungan Emosional membuat mereka mampu mengendalikan emosi, begitu

juga Dukungan Finansial yang mereka dapatkan membuat mereka lebih mudah

menjalani keseharian di lingkungan sekolah.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Penyesuaian Diri, Suku Baduy, Remaja.

ii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku

Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy”.

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,

keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku

umatnya hingga akhir zaman.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan

dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat

mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada

dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja

sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang

telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam

kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terimakasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayah, H. Afifuddin Amin

dan Ibu Hj. Solahiyah, BA yang telah mengantarkan penulis sampai pada titik ini.

Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam penelitian ini yang diantaranya:

iii

1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

Roudhonah, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan

Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang senantiasa

meluangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kakak-kakak penulis, H. Fawaz Amin, SH, H. Fauzan Amin, M.Si dan

Arofatillah Amin, S.Pd juga untuk adik-adik tercinta, Siti Abasiah,

Fitrotunnajiah dan Rijalullah Amin. Karena do’a dan dukungan merekalah

penulis mampu melewati semua kesulitan selama penyusunan skripsi ini.

6. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi periode 2014-2015 yang telah menemani penulis baik suka

maupun duka.

7. Seluruh kader dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cabang Ciputat

yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk sama-sama berkader di

Himpunan tercinta ini.

iv

8. Seluruh Keluarga Besar BPI UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih telah memberi banyak arti kehidupan dan menemani

penulis baik suka maupun duka.

9. Pemerintah perbatasan Desa Kanekes yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian pada remaja Suku Baduy luar

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis

mengucapkan terimakasih.

Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah mendapat balasan pahala

berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi cita-cita dan

impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan keberkahan

dari Allah SWT, Aamin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun penulis berharap adanya masukan, kritikan dan saran yang

membangun supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis. Akhir

kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca pada umumnya

dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Sofwatillah Amin

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 8

1. Batasan Masalah ............................................................................... 8

2. Rumusan Masalah ............................................................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10

1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10

2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

D. Metodologi Penelitian .............................................................................. 11

1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 11

2. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 12

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 13

4. Penentuan Sumber Data .................................................................... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 16

6. Teknik Analisis Data ......................................................................... 18

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 20

vi

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 23

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Dukungan Sosial ...................................................................................... 25

1. Pengertian Dukungan Sosial ............................................................. 25

2. Jenis Dukungan Sosial ...................................................................... 26

3. Sumber Dukungan Sosial .................................................................. 28

4. Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental .......................................... 30

B. Penyesuaian Diri ...................................................................................... 33

1. Pengertian Penyesuaian Diri ............................................................. 33

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri ...................................................... 34

3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ........................................................ 35

4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ................................. 38

5. Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental .......................................... 44

C. Masa Remaja ............................................................................................ 46

1. Pengertian Remaja ............................................................................ 46

2. Ciri-ciri masa remaja ......................................................................... 48

3. Tugas Perkembangan Remaja ........................................................... 51

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar ................................................ 53

1. Latar Belakang Masyarakat Baduy ................................................... 54

2. Letak Geografis Masyarakat Baduy .................................................. 57

vii

3. Keadaan Masyarakat Baduy ............................................................. 57

4. Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy ....................................... 59

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN

A. Temuan Penelitian ................................................................................... 61

1. Data Partisipan Penelitian ................................................................. 61

2. Deskripsi Informan 1 ........................................................................ 62

3. Deskripsi Informan 2 ........................................................................ 69

4. Deskripsi Informan 3 ........................................................................ 73

5. Deskripsi Informan 4 ........................................................................ 79

B. Analisis Inter Subject ............................................................................... 86

1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy

luar yang bersekolah di luar baduy ................................................... 86

2. Gambaran penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku Baduy

luar yang bersekolah di luar baduy ................................................... 88

3. Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri

pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy ......... 92

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 97

B. Saran ........................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

viii

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Informan dan Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri

Lampiran 3 Dokumentasi Foto

Lampiran 4 Surat-surat Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam perjalanan hidupnya selalu mengalami perubahan-

perubahan, mulai dari perubahan usia, cuaca, lingkungan dan sebagainya.

Semua perubahan itu dapat dilalui dengan baik jika manusia bisa

menyesuaikan dirinya (beradaptasi) dengan segala perubahan yang mungkin

terjadi, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

Jika sudah demikian individu akan mudah berkomunikasi dan

mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang

bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih

sesuai antara dirinya dan lingkungannya.1 Setiap tindakan seseorang dalam

berhubungan dengan alam sekitar yang dilakukan manusia tidak keluar dari

apa yang disebut dengan “Penyesuaian diri makhluk terhadap lingkungannya”

demi menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.2

Demikian pula halnya dengan manusia, yang dalam melakukan

hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun sosial

tidak keluar dari Penyesuaian diri terhadap lingkungan. Penyesuaian seperti

itu dinamakan dengan “Adjusment‟‟3.

1 Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Penyesuaian

Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang, 1982 ) h. 14 2Abdul Aziz-Quussiy, Asasusshihhah An-nafsiyah alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam

Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental (Jakarta : Bulan bintang. 1974), h. 10 3 Ibid h. 10

2

Sejatinya, manusia pasti melalui fase-fase perkembangan dalam

hidupnya. Salah satunya adalah masa remaja. Secara global masa remaja

berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun:

masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa

remaja akhir.4

Dalam setiap periode peralihan status individu tidaklah jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja

bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.5 Menurut para ahli

Psikologi, setiap anak biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis

yang lazim disebut trotz.6 Masa troatz ini terjadi dalam dua periode, yakni:

a. Troatz periode ke-1 atau krisis pertama, terjadi pada usia 2 sampai 3

tahun, dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan

bertingkah laku mendahulukan kepentingan diri sendiri:

b. Troatz periode ke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai

17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya sendiri

dalam mencapai identitas diri.7

Berbagai kesukaran pada trotzaller (usia keras kepala) di atas,

timbul pada saat-saat tertentu dengan tidak ada sebab-musabab dari luar. Oleh

karena itu masa menentang tadi dianggap sebagai masa pancaroba, suatu

masa yang penuh badai emosi yang tidak menentu dan dorongan impuls yang

4 F.J. Monks dkk, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

2006), h. 262. 5 E B. Hurlock Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan,(Jakarta : Erlangga, 1997), h. 207 6 Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 143

7 Ibid, h. 143

3

meledak-ledak. Karena itu troatzer tersebut juga disebut sebagai periode

sturm und drang (periode badai dan paksaan/desakan batin).8

Menurut Peneliti, dari masa-masa yang harus dilewati remaja

termasuk masa sturm und drang adalah masa yang paling sulit dalam

melakukan penyesuaian diri, karena masa itu adalah masa transisi secara

biologis, Psikologis dan sosiologis. Selain itu pertumbuhan fisik dan mental

yang cepat saat masa remaja juga membutuhkan penyesuaian mental dan

penyesuaian diri yang cepat.

Remaja sangat rentan sekali dengan kegagalan dalam melakukan

proses penyesuaian diri atau sering dikemukakan dengan istilah

„‟maladjusment‟‟, yang artinya tidak punya kemampuan menyesuaikan diri.9

Jika itu terjadi maka akan menyebabkan tanda bahaya, seperti tidak

bertanggung jawab yang tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran,

sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak

aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok,

merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal, perasaan

menyerah, terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang

diperoleh dari kehidupan sehari-hari, mundur ke tingkat perilaku yang

sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan dan menggunakan

mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan

memindahkan.10

8 Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 144

9 Ibid, h. 523

10 E B. Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ). h. 239

4

Masa transisi pada remaja tidak hanya mencakup perubahan usia

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tetapi juga dalam hal lingkungan

terdekatnya, baik keluarga ataupun sekolah yang terjadi pada saat mereka

pindah atau naik tingkatan dalam jenjang pendidikan. Dari pendidikan dasar

ke pendidikan menengah dari menengah ke pendidikan tinggi dan seterusnya.

Perpindahan Remaja dari satu lingkungan ke lingkungan lain merupakan hal

yang bisa dirasakan oleh siapa saja, tetapi untuk mampu menyesuaikan diri

dan berhubungan baik dengan lingkungan yang baru tidak bisa dilalui dengan

mudah begitu saja.

Masa transisi tersebut juga sangat berpotensi untuk mengakibatkan

depresi dan stress, hal itu timbul karena transisi berlangsung pada suatu masa

ketika banyak perubahan pada individu yaitu fisik, sosial dan Psikologis yang

mengakibatkan individu melampiaskan kepada hal-hal yang berlawanan

dengan lingkungannya11

. Menurut Sunarto dan Hartono penyesuaian diri

adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam

memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkunganya.12

Dari pendapat tersebut

sangatlah jelas bahwa dalam diri remaja harus ada kesinambungan antara

dirinya dan lingkungannya untuk mencapai kenyamanan dan kesehatan

mental yang baik.

Liberman (1992) mengungkapkan bahwa secara teoritis adanya

dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang

mengakibatkan stress. Dukungan sosial akan mengubah persepsi individu

11

Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 ) alih

bahasa oleh Benedictine Widyasinta dalam Perkembangan Masa Hidup ( Jakarta :

Erlangga, 2002 ). h.16. 12

Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.222

5

pada kejadian yang menimbulkan stressfull dan oleh karena itu akan

mengurangi potensi terjadinya stress pada individu yang bersangkutan.13

Dari pemaparan di atas, menurut Peneliti penyesuaian diri sangat

erat kaitannya dengan dukungan sosial, karena dalam melakukan proses

penyesuaian diri terutama remaja ia sangat membutuhkan dukungan-

dukungan dari orang-orang sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial.

Dalam buku Psikologi Komunitas karya Istiqomah Wibowo dkk, segala

bantuan atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang

disebut sebagai „‟dukungan sosial„‟, secara umum dukungan sosial bertujuan

untuk membantu seseorang mencapai kebahagiaan.14

Pendapat lain dalam jurnal Tazkiya of Psychology yang

menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan kumpulan informasi yang

menyebabkan individu percaya bahwa ia diperhatikan, bernilai, dan akan

mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan sosial terdiri dari

atas dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan

dukungan penghargaan.15

Menurut John Moritsugu dalam bukunya Community Psychology

„‟social suport might be usefully re-conceptualized as coping assistance, or

the active participation of significant others in an individual‟s stress

management efforts. Thus social support might work like coping by assisting

the person to change the situation, to change the meaning of the situation, to

change the emotional reaction to the situation, or to chane all three‟‟.16

13.

Lieberman, The Effect of Social Support on Respond on Stress. Dalam Bretnitz &

Golberger (Eds). Handbook of Stress : Theoritical & Clinical Aspects (London: Collier Mac

Millan Publisher, 1992) 14

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 15

Amalia Dianah & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak dalam

Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 212. 16

John Moritsugu , Community Psycologi, (United States of America : Pearson

Education Inc, 2010)

6

Dukungan Sosial mungkin berguna untuk kembali

mengkonseptualisasikan mekanisme seseorang dalam menghadapi masalah

(Coping) atau sebagai partisipasi aktif dari orang lain dalam upaya

manajemen stress. Sehingga dukungan sosial mungkin bekerja seperti

pengatasan masalah dengan membantu seseorang untuk mengubah situasi,

mengubah makna dari situasi dan untuk mengubah reaksi emosional terhadap

situasi. Jadi, kebahagiaan dan tujuan hidup seseorang bisa tercapai dengan

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya asalkan ia mampu

menyesuaikan diri dengan baik dan tentunya juga mendapakan dukungan

sosial dari lingkungan dimana ia hidup.

Dalam proses penyesuaian diri remaja hal yang paling dibutuhkan

adalah dukungan sosial, namun sayangnya hal tersebut tidak sepenuhnya

didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar di Lebak-Banten, karena adat

isitadat mereka yang melarang mereka untuk mengenyam pendidikan. Oleh

karena itu mereka harus sembunyi-sembunyi dari Pu‟un17

untuk bersekolah

ditambah lagi para Remaja juga dituntut untuk menghadapi perubahan

lingkungan dari lingkungan dimana mereka tinggal (di dalam Suku Baduy) ke

lingkungan yang kurang mereka kenal (lingkungan sekolah) tanpa dukungan

sosial yang utuh di belakang mereka.

Hal inilah yang menyebabkan para Remaja Suku Baduy Luar,

Lebak-Banten sulit berkembang dan berkomunikasi. Sehingga mereka sedikit

terhambat dalam proses penyesuaian diri. Padahal jika mereka mendapatkan

dukungan sosial sepenuhnya dan mampu menyesuaikan diri dengan baik

17

Pu‟un adalah istilah untuk kepala adat di Suku Baduy

7

maka mereka akan mudah mengembangkan potensi yang mereka miliki.

karena menurut informasi yang Peneliti dapatkan dengan melakukan

wawancara pada salah seorang warga asli Baduy, berikut kutipan hasil

wawancara saya dengan warga asli Baduy :

“suku kami (Baduy) sangat memegang erat adat setempat, kepala suku/

Pu‟un melarang warganya untuk mengenyam pendidikan di sekolah,

meskipun keadaan lingkungan sekitar tidak mendukung tapi hal itu tidak

membuat anak-anak di sini mengurungkan niat mereka, bahkan para

pelajar/siswa yang berasal dari Suku Baduy harus berjibaku dan

bersembunyi-sembunyi untuk bisa bersekolah. Ada 33 Remaja seperti saya

yang setiap harinya saat kami ingin pergi ke sekolah harus melewati kebun-

kebun dan ladang secara sembunyi-sembunyi dengan berpakaian ala petani

agar terlihat seperti sedang melakukan aktivitas sehar-hari (bertani),

sesampainya di kebun kami mengganti pakaian kami dengan seragam

sekolah, begitupun saat kami pulang sekolah.”18

Suku Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh

Provinsi Banten yang masih memegang teguh adat tradisi. Suku Baduy

tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten.

Suku Baduy dibagi kedalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy

Dalam. Sebutan Baduy diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok

masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti belanda yang

menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang selalu berpindah-

pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya sungai Baduy

dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.19

Suku Baduy terkenal dengan kolot dan menolak dunia luar,

kendatipun demikian tidak memutuskan harapan para remaja-remaja yang

18

Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah di luar

baduy pada Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.00 WIB 19

Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah dengan

sembunyi-sembunyi. Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.30 WIB

8

bersekolah secara diam-diam di sekolah di luar Baduy. Keadaan lingkungan

sosial seperti itu tentu memilki pengaruh terhadap keberlangsungan

komunikasi mereka terhadap dunia luar dan tentunya proses penyesuaian diri

mereka untuk menggali potensi yang mereka miliki.

Hal yang demikian tentu sangat erat kaitannya dengan peristiwa „‟

Maladjusment„‟ yang menyebabkan para remaja sulit untuk berkomunikasi

dan berkembang, oleh karena itu Peneliti beranggapan bahwa perlu dilakukan

penelitian dan peninjauan lebih mendalam tentang dukungan sosial dan

kaitanya dengan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang sekolah di

luar Baduy dalam sebuah skripsi yang berjudul “DUKUNGAN SOSIAL

DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA SUKU BADUY

LUAR YANG BERSEKOLAH DI LUAR BADUY”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka Peneliti

membatasi Penelitian skripsi ini hanya difokuskan pada bentuk dukungan

sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di

luar Baduy, Proses Penyesuaian Diri dan pengaruh dukungan sosial

terhadap kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang

bersekolah di luar Baduy, pembatasannya sebagai berikut:

a. Dukungan Sosial adalah segala bantuan atau pertolongan yang

didapat sepanjang kehidupan seseorang, yang terdiri dari:

1. Dukungan emosional (semangat, nasehat, penghargaan)

9

2. Pemberian informasi (petunjuk atau pengetahuan)

3. Dukungan nyata.

b. Penyesuaian Diri Remaja adalah kemampuan menyesuaikan diri

individu pada perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan

alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan manusia sendiri,

sehingga individu mampu mengimbangi perubahan yang ada dan

tidak mengalami maladjusment yang kemudian individu tersebut

mudah menyerah, mengalami konflik dan frustasi, dan sulit

menggali potensi yang ada.

c. Fokus penelitian ini pada Remaja asli Baduy luar yang mengenyam

pendidikan di luar wilayah Suku Baduy dengan sembunyi-

sembunyi dari kepala adat (Pu‟un).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah

yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja

Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?

2. Bagaimana proses penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku

Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?

3. Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan

penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah

di luar Baduy?

10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dukungan sosial seperti apa yang para Remaja

Suku Baduy luar

b. Untuk mengetahui Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja

Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy

c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan

penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar, Lebak-Banten

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi khazanah ilmu

pengetahuan dalam Proses penyesuaian diri Remaja Suku

Baduy, Lebak-banten selama ia mengenyam pendidikan di

sekolah dan tentunya sebagai khazanah literasi tentang

dukungan sosial adat budaya Suku Baduy yang melarang

penduduknya untuk sekolah. Dapat memberikan kontribusi

akademis berupa pengembangan teori-teori mata kuliah jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan islam khususnya Psikologi

komunitas dan kesehatan mental yang dalam hal ini adalah

penyesuaian diri.

2) Penelitian ini diharapkan bisa memicu kesadaran para akademisi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam akan pentingnya mengkaji

tentang Penyesuaian Diri, karena Penyesuaian diri sebenarnya

menjadi salah satu problem yang tak disadari yang menghambat

11

perkembangan individu dalam berkomuniasi dan

mengaktualisasikan diri.

3) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pemicu warga Suku

Baduy luar untuk meningkatkan dukungan sosial kepada remaja

Suku Baduy luar.

b. Manfaat Praktis

Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan Peneliti di

bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal

bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pengruh dukungan sosial

suku adat Baduy,lebak-Banten terhadap kemampuan penyesuaian

diri Remaja.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan Pendekatan

Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah

manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu

realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif.20

Menurut Samiaji Sarosa dalam bukunya Dasar-dasar

Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang

mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya

(bukan di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk

20

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013, h. 85

12

memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormord 2005 ; Paton

2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007)21

Metode Kualitatif digunakan bila :

a. Masalah Penelitian belum jelas, kompleks dan dinamis

b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak

c. Untuk memahami interaksi sosial

d. Memahami perasaan orang22

Menurut Peneliti masalah yang akan diteliti bersifat

kompleks dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara

fenomenologis permasalahan yang ada.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini Peneliti menetapkan

beberapa kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian, yaitu:

Remaja Suku Baduy, Lebak-Banten.

b. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah “Dukungan sosial dan

kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang

bersekolah di luar Baduy.”

21

Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012, h.7. 22

Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV Mandar

Maju), 2011, h. 200.

13

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti memiliki beberapa alasan untuk melakukan Penelitian

pada Remaja Suku Baduy luar yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten, yaitu :

a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang pengaruh

dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja

Suku Baduy luar yang sekolah di luar Baduy.

b. Suku Baduy yang masih sangat memegang erat adat istiadatnya,

bahkan Baduy dalam menolak keras adat luar Baduy sehingga

menjadi tantangan tersendiri bagi Peneliti untuk meneliti tentang

Dukungan Sosial Suku Baduy luar.

c. Banyaknya Remaja dari Suku Baduy luar yang berjuang keras dan

rela melewati perkebunan untuk pergi ke sekolah meski tanpa restu

dari kepala adat Suku Baduy.

Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu pada

bulan 28 Juni 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016.

4. Penentuan Sumber Data

Pada umumnya sumber data pada penelitian didapat dari

daerah atau sekumpulan orang yang biasa disebut dengan populasi,

kemudian dari populasi tersebut diambil sampel untuk mendapatkan data

yang dibutuhkan. Lain halnya dalam penelitian kualitatif, populasi

diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang

memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

14

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sedangkan sampel

adalah sebagian dari populasi tersebut.23

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

populasi, penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada

situasi sosial tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada

populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang

memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.24

Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden

tetapi nara sumber, atau partisipan, informan, teman, guru atau konsultan

dalam penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaan-

pertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif

dengan peneliti seperti yang peneliti ciptakan.25

Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat

disebut sumber data pada situasi sosial (Social Situaton) tertentu yang

menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya

melekat data tentang objek penelitian. Penentuan sumber data pada

penelitian kualitatif dilakukan secara Purposive, yaitu ditentukan dengan

menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu.26

Sampel dalam penelitian kualitatif adalah semua orang,

dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti) untuk

diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang

23

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :

Alfabeta ), 2013, h. 48 24

Ibid, h. 48 25

Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung :

Alfabeta), 2013 h.48. 26

Ibid, h. 50.

15

dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.27

Prosedur

penentuan reponden dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa

karakteristik (Sarantoks, 1993 dalam Purwondari 2005), yaitu :

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada

kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik

dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa

acak, melainkan pada kecocokan konteks.

Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.28

Kemudian sumber data dalam

penelitian ini disebut dengan Informan.

Dari pemaparan di atas, maka dalam menentukan informan

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Nonprobablity

sampling. Teknik ini merupakan teknik sampling yang tidak memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam nonprobablity sampling

peneliti menggunakan metode purposive Sampling, artinya penetapan

informan didasarkan atas kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh

peneliti. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Remaja Suku Baduy Luar, usia (11/12-20/21 tahun)

27

Ibid, h. 52. 28

Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT Remaja

Rosdakarya ), 2009, h. 157

16

2. Remaja tersebut mengenyam pendidikan baik SMP/sederajat,

SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi.

Penelitian kualitatif dilakukan sampai penelitian tersebut

mencapai titik jenuh (Saturation Point), saat dimana penambahan data

dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis

(Saranta-kos, 1993).29

Jika dalam penelitian ini sudah ditemukan calon informan dan

sudah terpenuhinya gambaran relatif utuh dari objek studi, maka

informan tidak perlu ditambahkan lagi. Karena pada dasarnya, dalam

penelitian kualitatif menekankan pada penghayatan Informan dan bukan

pada jumlah Informan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan

dan pencatatan.30

Pada tahap pengumpulan ini peneliti

mengumpulkan data dari beberapa kategori, yaitu data yang berupa

verbal, visual dan teks. Pada tahap ini juga peneliti memungkinkan

merasakan apa yang subjek penelitian rasakan. Dalam tahap ini

peneliti juga menggunakan observasi/pengamatan dengan konsep

pengamatan keterlibatan pasif, yaitu peneliti dalam kegiatan

pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh

29

Purwondari, E, Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Depok

:LPSP3 UI ), 2005, h. 94 30

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013, h.143.

17

para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan sesuatu

bentuk interaksi sosial dengan pelaku.

Keterlibatan peneliti dengan para pelaku terwujud dalam

bentuk keberadaanya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh

tindakan-tindakan31

. Menurut peneliti dengan menggunakan konsep

tersebut akan membuat subjek penelitian merasa lebih nyaman dan

tidak terganggu, karena sangat tidak memungkinkan bagi peneliti

untuk terlibat secara penuh kepada kegiatan-kegiatan subjek

penelitian yang dalam hal ini adalah Remaja Suku Baduy Luar,

karena sangat memicu kecanggungan dan keterbukaan subjek

penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan

tatap muka (Face to face) antara Pewawancara (Interviewer) dan

yang diwawancarai (Interviewee) tentang masalah yang diteliti.

Dalam tahap ini peneliti menggunakan metode wawancara

mendalam. Dalam wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah

antara peneliti dan informan menyangkut masalah yang teliti, oleh

karena itu pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka

yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang lebih

banyak dan informan diberikan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan secara lebih luas.

31

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi

Aksara ), 2013 h. 155.

18

Peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan cara

deskripsi naratif dengan memperhatikan beberapa hal berikut : fase

waktu, momentum hidup informan dan mengkategorikan data primer

(yang berhubungan dengan masalah penelitian) dan data sekunder.

6. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dilakukanlah langkah-langkah yang

meliputi bagian-bagian sebagai berikut :

a. Reduksi data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat dan rinci. Semakin lama

peneliti ke lapangan semakin, maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data.32

Pada penelitian kali ini, peneliti melakukan reduksi data

(Data Reduction) yang merupakan kegiatan merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari data

yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk

melakukan pengumpulan data.

b. Paparan data (Data display)

Paparan data (Data display) adalah pemaparan data

sebagai kumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles &

32

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ),h.92

19

Huberman, 1992 : 17). Penyajian data dilakukan untuk lebih

meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil

tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan

bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.33

Begitu juga dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data

secara naratif sehingga memudahkan peneliti untuk menarik

kesimpulan dari data yang ada

c. Conclusion Drawing / verification

Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles

and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi34

. Jadi

pada langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari semua data yang

telah didapatkan dan dianalisis. Dalam penelitian kualitatif pada

langkah kesimpulan ini dapat diperoleh temuan yang berupa

deskripsi atau gambaran umum suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

33

Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif , h. 94. 34

Ibid , h. 95

20

E. Tinjauan Pustaka

Peneliti menemukan beberapa literatur dan tema yang menunjang

dengan penelitian yang ditulis oleh Peneliti sendiri, diantaranya sebagai

berikut:

1. Nama Peneliti : Rahmat Irfan (NIM. 9919016078)

Judul Penelitian : Penyesuaian Diri santri di Pondok Pesantren terhadap

kegiatan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Daarunnajah).

Penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Psikologi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara santri

baru untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan pondok pesantren selama ia

bermukim di pondok pesantren. Diperoleh hasil bahwa pada umumnya

santri baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan

diri terhadap kegiatan di lingkungan pesantren.

2. Nama Peneliti : Nur Faizah (NIM. 1110070000093)

Judul Penelitian : Pengaruh Dukungan Sosial dan Forgivevess terhadap

Berkurangnya Efek Kekerasan Seksusal pada Remaja.

Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif

Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Forgiveness dan

dukungan sosial terhadap kekerasan seksual remaja. Dimensi yang

digunakan dari variabel dukungan sosial dalam penelitian tersebut

menggunakan teori Cohen, yaitu Appraisal Support, Tangible Assistance,

Informational Support dan Emotional Support. Ternyata, hasil penelitian

ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada

variabel dukungan sosial seperti, Appraisal Support, Tangible Assistance,

21

Informational Support dan Emotional Support dan Forgiveness seperti

Avoidance Motivation, Revenge Motivation, Benevolence Motivation

terhadap kekerasan seksual Remaja.

3. Nama Penulis : Ani Nur Sayyidah ( NIM. 10250020 )

Judul Penelitian : Dinamika Penyesuaian Diri Penyandang Disabilitas di

Tempat Magang Kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui dinamika Psikologis

penyesuaian diri yang dialami klien penyandang disabilitas di tempat

magang kerja. Dalam penelitian ini diketahu bahwa para penyandang

disabilitas kurang mampu melakukan penyesuaian diri selama magang,

salah satu penyebabnya adalah tempat kerja yang kurang aksesibel

terhadap penyandang disabilitas.

4. Nama Penulis : Hanny Rufaidah ( NIM. 109070000152 )

Judul Penelitian : Pengaruh Religiusitas dan Dukungan Sosial terhadap

Optimisme Penyandang Tunadaksa.

Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif

Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Variabel

Religiusitas (keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengertahuan agama

dan pengalaman) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan

dukungan kasih sayang) terhadap Optimisme Penyandang Tunadaksa.

Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan religiusitas

(keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengetahuan agama dan

22

pengalaman), dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan

informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan

dukungan kasih sayang) terhadap optimisme Penyandang Tunadaksa

dengan varian sebesar 26,5 %.

5. Nama Peneliti : Malini Ulfah ( NIM. 106070002258 )

Judul penelitian : Pengaruh Dukungan Teman Sebaya dan Motivasi

Belajar terhadap Penyesuaian Diri Santri.

Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif

Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan teman

sebaya dan motivasi belajar terhadap penyesuaian diri santri. Diperoleh

hasil yang menunjukkan bahwa dimensi amotivation dari variabel motivasi

belajar yang secara signifikan memberikan pengaruh terhadap penyesuaian

diri. Jadi dari sembilan hipotesis minor, ada satu hipotesis minor yang

diterima.

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas belum pernah ada yang

membahas penyesuaian diri hubungannya dengan dukungan sosial, oleh

karenanya di penelitian ini peneliti lebih berfokus pada pengaruh dukungan

sosial terhadap penyesuaian diri. Ditambah lagi belum ada yang membahas

tentang penyesuaian diri remaja, padahal telah di singgung sebelumnya

bahwa masa remaja adalah masa-masa sulit seseorang karena di dalamnya

terdapat masa transisi dan cenderung labil, maka dari itu peneliti tertarik

untuk meninjau lebih mendalam tentang dinamika penyesuaian diri dan

hubungannya dengan dukungan sosial yang dialami oleh remaja Suku Baduy

luar di lingkungan sekolah.

23

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman

penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk

yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and

Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari

keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Metodologi Peneitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai

teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan Dukungan Sosial.

Selain itu, di deskripsikan pula tentang Penyesuaian Diri dan Remaja.

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Isi BAB III ini

terdiri dari Gambaran Umum Lembaga yang meliputi Latar Belakang

Masyarakat Suku Baduy Luar, Letak Geografis Suku Baduy Luar, Keadaan

Masyarakat Baduy dan Lingkungan Pendidikan di Sekitar Baduy.

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA. Isi BAB Temuan dan Analisa

yang meliputi Analisis Intra Subjek, Analisis Inter Subjek, Bentuk Dukungan

Sosial yang didapatkan Remaja Suku Baduy Luar, Proses Penyesuaian Diri

yang Dilakukan Remaja Suku Baduy Luar dan Pengaruh Dukungan Sosial

terhadapa Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar.

24

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini disajikan

kesimpulan penelitian dan saran dari hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Seorang individu merupakan organisme yang bergerak aktif

dan dinamis. Dalam hidupnya ia dituntut untuk berhubungan dengan

orang lain dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu dalam

kesehariannya seorang individu membutuhkan dukungan-dukungan dari

orang-orang dan lingkungan terdekatnya atau dalam hal ini disebut

dengan dukungan sosial. Dalam Psikologi komunitas, segala bantuan

atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang disebut

sebagai dukungan sosial.35

Dukungan Sosial didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai

berikut : „‟Social Support consist of the verbal and / or non-verbal

information or advice, tangible aid, or action that is proffed by social

intimates or inferred by their presence and has benefical emotional or

behavioral effect on teh recipient‟‟.

Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau nonverbal

atau nasehat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam

lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Sarason (dalam smet 1994 : 135) menyatakan bahwa dukungan

sosial adalah adanya interaksi interpersonal yang ditunjukan dengan

35

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.

33.

26

memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya

diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan.

Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah

laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat

membuat individu merasa diperhatikan, dinilai dan dicintai.

Beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam

konteks hubungan yang akrab atau „‟ kualitas hubungan‟‟. Menurut Banrt

Smet perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan

sosial yang paling penting. Selain itu dijelaskan bahwa dukungan sosial

sehubungan dengan hubungan-hubungan intim.36

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

adalah dukungan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orang-

orang terdekat atau orang-orang yang berada di lingkungannya sepanjang

rentang kehidupan yang membuat penerima dukungan atau bantuan

tersebut merasa dianggap keberadaanya, dicintai dan diperhatikan serta

membantu individu untuk mencapai keselarasan antara dirinya dan

lingkungannya.

2. Jenis Dukungan Sosial

Dukungan sosial seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya

adalah dukungan dari orang-orang terdekat, mulai dari keluarga,

teman/kerabat dekat, keluarga jauh, tetangga, sampai lingkungan dimana

ia tinggal bahkan adat dan budaya yang dapat membuat individu merasa

dicintai, diperhatikan dan dianggap ada. Dukungan sosial memiliki peran

36

Bart Smet, Psikologi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 ), h. 133-134.

27

penting bagi individu untuk membantunya dalam proses penyesuian

dirinya terhadap diri sendiri dan lingkungannya yang nantinya akan

berimbas pada kesehatan mental individu tersebut. Istiqomah Wibowo

dkk, mengemukakan pendapat dalam bukunya „‟ Psikologi Komunitas ‟‟

yang menyebutkan dimensi dalam dukungan sosial yang terdiri dari:

a. Dukungan emosional, semangat, nasehat, penghargaan.

b. Pemberian informasi, petunjuk, atau pengetahuan

c. Berupa dukungan nyata. 37

Dukungan atau dorongan dapat diperoleh dari keluarga atau

teman dekat. Informasi merupakan dukungan yang diberikan lewat

nasehat atau bimbingan yang menekankan pada aspek kognitif daripada

aspek emosional. Dukungan nyata merupakan dukungan sosial yang

diberikan langsung dan dapat digunakan secara nyata, seperti uang atau

barang yang dibutuhkan.38

Sedangkan sumber lain yang dikemukakan oleh Orford (1992)

memilah dukungan sosial kedalam 2 komponen utama, yaitu : dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Dukungan instrumental berupa

pertolongan dan bantuan materi, sifatnya nyata kasat mata. Dukungan

emosional adalah fungsi yang memberi „‟warna „‟ pada bantuan dalam

bentuk pengekspresian emosi. Dukungan emosional mencakup

pemberian dorongan, semangat, perhatian, kehangatan hubungan, cinta,

rasa sayang, kepercayaan, empati, atau kepedulian.39

37

Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ), h. 35 38

Ibid, h. 35. 39

Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ) h. 36.

28

Dari pemaparan di atas, sangat jelas bahwa semua jenis dari

dukungan sosial sangat penting bagi remja Suku Baduy luar. Kehidupan

mereka di lingkungan sekolah sangat rentan akan hal-hal baru baik

berupa hubungan sosial, interaksi antar sesama teman dan tentunya

dengan guru-guru mereka di sekolah. Proses komunikasi mereka di

lingkungan sekolah tentu adalah hasil dari pola komunikasi mereka di

lingkungan terdekat mereka atau dalam hal ini adalah Suku Baduy luar

itu sendiri, oleh karenanya semua jenis dukungan sosial sangat penting

untuk membantu proses penyesuian diri mereka selama mereka di

sekolah.

3. Sumber Dukungan Sosial

Kahn dan Antonucci (1980) membuat diagram dari barisan

orang-orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang

kehidupan subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, seperti terlihat

dalam diagram berikut :

29

Diagram 1.0 : Diagram lapisan dukungan sosial40

Lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk

barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat

dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi

kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek).

Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman –

teman dekat.41

Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan

dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan

kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah

sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan

dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung,

keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang

40

Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.

35. 41

Ibid, h.35.

Individu

keluarga dekat

Tetangga, kaum kerabat

keluarga jauh, teman sekantor, lingkungan sekitar ( sekampung/satu desa )

30

sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke

waktu.42

Dari pemaparan di atas, ketiga lapisan sumber dukungan sosial

juga seharusnya didapatkan secara menyeluruh oleh remaja Suku Baduy

luar, tetapi remaja Suku Baduy justru tidak mendapat dukungan penuh

untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Oleh karenanya

mereka mengalami kesulitan dalam melakukan proses penyesuian diri

mereka, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam

tentang peneysuian diri dan dukungan sosial yang dialami oleh remaja

Suku Baduy luar, Lebak, Banten.

4. Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang

sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai

kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan

merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.43

Pengertian kesehatan mental yang dikemukakan oleh Sigmund

Freud membatasi pengertian kesehatan mental itu pada “rasa tanggung

jawab‟‟ seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan

menurut Marie Jahoda kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada

absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Tetapi memiliki

sifat atau karakteristik seperti : memiliki sikap kepribadian terhadap diri

42

Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas (Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.35 43

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001), h. 4-6.

31

sendiri dalam arti ia mengenal dirinya dengan baik, memiliki

pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.44

Menurut peneliti, proses seseorang dalam mengenal dirinya

dan memperoleh kebahagiaan sangat erat kaitannya dengan orang-orang

sekelilingnya, mulai dari orang-orang terdekat, anggota keluarga, teman

sebaya sampai lingkungan terbesar masyarakat. Karena kesehatan mental

sejatinya dibutuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan

hidup seseorang, selain itu kesehatan mental juga berperan penting dalam

menyelesaikan masalah atau yang biasa disebut dengan mekanisme

Coping seseorang. Salah satu sumber kekuatan dari coping adalah

dukungan sosial.

Serupa dengan temuan Campbell dkk., di Indonesia

kebanyakan orang menyatakan dan percaya bahwa hidup rukun dengan

pasangan (suami/istri), dalam keluarga, dengan sahabat dan tetangga

serta berbadan sehat akan menciptakan perasaan damai dan tenang.

Perasaan ini selanjutnya akan mendatangkan ketentraman dan

kebahagiaan dalam hidup, jadi kepuasan hidup juga bisa dinyatakan

dalam status relasi dengan orang lain, bukan hanya bagaimana seseorang

memaksimalkan kemampuan dirinya. 45

Pada dasarnya penyesuaian diri yang merupakan indikator dari

kesehatan mental seseorang adalah proses yang melibatkan individu dan

lingkungannya. Lingkungan dimana individu tinggal sangat berperan

penting dalam menentukan kesehatan mental seseorang atau dalam hal

44

Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam Mulia, 1993

), Cet. I, h. 76. 45

Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-2 ), h. 33.

32

ini adalah penyesuaian diri, jadi dukungan dari lingkungan dimana

seseorang berinteraksi mengambil peran penting bagi individu dalam

melakukan penyesuaian diri.

Dalam salah satu jurnal Psikologi diungkapkan bahwa, ada

hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian

diri remaja. Hal ini dikarenakan apabila remaja mendapatkan cukup

banyak dukungan sosial baik dari pengasuh maupun teman-teman dalam

bentuk apapun akan membuatnya mampu mengembangkan kepribadian

yang sehat dan memiliki pandangan positif, sehingga dirinya memiliki

kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik

terhadap diri sendiri maupun lingkungan.46

Remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan. Jika

individu diterima dan dihargai secara positif, maka individu tersebut

cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan

lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri. Sehingga remaja mampu

hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat luas secara harmonis

(Kartika, D, 1986,dalam jurnal Psikologi, Vol.1 No.2, h.1-12).

Dari pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya

seseorang untuk memiliki kesehatan mental yang baik akan menghadapi

kesulitan-kesulitan tersendiri, karena pada dasarnya manusia memiliki

kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai kebahagiaanya, oleh

karenanya manusia membutuhkan mekanisme coping yang baik, salah

46

Fani Kumalasari & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus,

2012), Vol. 1 No.1

33

satu sumber kekuatan dari coping adalah dukungan sosial, jadi kesehatan

mental dan dukungan sosial memiliki hubungan yang sangat erat.

B. Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Manusia dalam hidupnya tidak pernah terlepas dari

hubungannya dengan orang lain, baik manusia dengan manusia dan

manusia dengan makhluk lainnya. Dalam hal ini peneliti beranggapan

bahwa manusia dalam melakukan proses hubunganya dengan manusia

lain membutuhkan penyesuian diri yang baik agar terciptanya hubungan

yang harmonis, seperti yang telah peneliti paparkan di atas bahwa

manusia membutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik agar

mempunyai hubungan interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang

bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih

sesuai antara dirinya dan lingkunganya. 47

Lingkungan ini mempunyai

tiga segi, yaitu lingkungan alami dan materi, lingkungan sosial,

kemudian individu dengan segala komponenya, bakat, pembawaan dan

pikirannya tentang dirinya.48

Pendapat lain mengemukakan bahwa penyesuaian diri yang

berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensi atau bisa „‟survive„‟

dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat

mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan

47

Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat, h. 14. 48

Ibid, h. 14.

34

sosial.49

Dalam istilah Psikologi, penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah

biologi) disebut dengan istilah Adjusment. Adjusment merupakan suatu

proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan

lingkungan (Davidoff, 1991).

Dari berbagai definisi di atas, peneliti beranggapan bahwa

penyesuaian diri adalah kemampuan menyesuaikan diri individu pada

perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan alamiah, lingkungan

sosial dan budaya dan manusia sendiri, sehingga individu mampu

mengimbangi perubahan yang ada dan tidak mengalami maladjusment.

2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Fatimah (2006:195), menyatakan bahwa terdapat pembagian

pada penyesuaian diri, yaitu :

a. Penyesuaian diri yang positif

Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif

adalah mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan

dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam

menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, mampu menemukan

manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara

sempurna dan wajar.50

b. Penyesuaian diri yang negatif

Individu dengan penyesuaian diri yang negatif adalah

tidak mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam

49

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :

CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 194. 50

Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada

Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda ), ( Jurnal Psikologi, 2013), h.73

35

pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam

menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu

menemukan manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala

kebutuhan secara sempurna dan wajar.51

Menurut peneliti, dari kedua bentuk penyesuaian diri tersebut,

keduanya sangat mungkin dialami oleh remaja Suku Baduy luar yang

sekolah di luar Baduy, selain lingkungan sekolah adalah lingkungan yang

baru bagi mereka, juga karena kurangnya dukungan sosial yang mereka

dapatkan. Oleh karena itu, menurut peneliti positif dan negatifnya

penyesuaian diri seseorang akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar

dukungan sosial yang ia dapatkan.

3. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu

penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.52

a. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk

menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara

dirinya dan lingkungan sekitarnya.53

Ia menyatakan sepenuhnya

siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan

mampu bertindak objective sesuai dengan kondisi dan potensi

dirinya.

51

Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada

Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda )h. 74. 52

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :

CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207 53

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ) h. 207

36

Penerimaan individu atas kekurangan dan kelebihan yang

ia miliki adalah bentuk dari penyesuaian pribadi yang baik,

meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua individu dapat

melakukan itu, karena konflik dan guncangan bisa dialami oleh siapa

saja tinggal bagaimana individu tersebut menghadapi dan

melewatinya. Salah satu konflik atau guncangan tersebut adalah

kecemasan yang sangat rentan dialami oleh seorang individu.

Kecemasan itu bisa berupa ketidak yakinan pada kemampuan

sendiri, terlalu memandang rendah diri sendiri, tidak memiliki

keberanian untuk memperlihatkan dirinya yang sebenarnya sampai

akhirnya memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri yang dalam

ilmu Psikologi disebut dengan Maladjustmen.

Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak

adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau

tidak percaya pada potensi dirinya.54

kehidupan kejiwaanya ditandai

oleh sunyi dari kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa

bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan ratapan

terhadap nasib sendiri. 55

Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

penyesuaian diri pribadi adalah sikap menerima seseorang atas dirinya

sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki.

Penyesuaian diri pribadi tidak ada kaitanya dengan lingkungan atau

54

Ibid, h.207 55

Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam

Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang,

1982 ), h. 20.

37

orang-orang sekitar, melainkan lebih kepada internal individu dalam

menerima pemberian sang maha kuasa pada dirinya sendiri yang apa

adanya.

b. Penyesuaian Sosial

Manusia hidup sebagai makhluk sosial, oleh karenanya

seorang individu tidak akan pernah terlepas dari lingkungan

sekitarnya yang dalam hal ini adalah masyarakat. Pembawaan diri

dalam ber-masyarakat harus sesuai dan selaras dengan norma sosial

yang berlaku. Masyarakat indonesia yang majemuk tentu memiliki

norma sosial yang berbeda antara masyarakat satu daerah dengan

masyarakat daerah lainnya, oleh karenanya selain penyesuaian

pribadi, seorang individu juga membutuhkan kemampuan

penyesuaian sosial yang baik.

Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling

mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti.

Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah

laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai dan

norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal

dengan penyesuaian sosial.56

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial

tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya. Hubungan-

hubungan tersebut baik dalam masyarakat, keluarga, sekolah, teman-

56

Enung Fatimah, Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik),

( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207

38

teman ataupun masyarakat luar secara umum.57

Segala aspek dan

sifat sosial yang diserap oleh individu belum cukup untuk

menyempurnakan penyesuaian pribadi dan sosial kecuali dengan

mematuhi batas-batas berikut :

a. Mematuhi akhlak masyarakat

b. Mematuhi kaidah – kaidah pengontrol sosial

Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam melakukan

penyesuaian secara eksternal, artinya jika penyesuaian pribadi adalah

proses penyesuaian internal atau hanya berhubungan dengan dirinya

sendiri maka penyesuiaian sosial adalah proses dinamis individu dalam

melakukan penyesuaian di luar dari dirinya, baik keluarga, sekolah atau

masyarakat secara luas agar terciptanya hubungan yang harmonis antara

dirinya dan lingkungannya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal

(Enung Fatimah, 2006 : 199-203) Faktor- faktor itu dapat dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Faktor fisiologis

Kondisi fisiki, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai

disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara instrinsik

berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa

57

Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam

Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang,

1982 ), h. 24.

39

terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-

tipe tempramen (Moh. Surya, 1977).

Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer

bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar

dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.

Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat dicapai dalam konsisi

kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan

jasmaniah yang diderita oleh seseorang dapat mengganggu proses

penyesuaian dirinya.

b. Faktor Psikologis

Banyak faktor Psikologis yang mempengaruhi kemampuan

penyesuaian diri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-

kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi dan sebagainya. Menurut

peneliti, faktor Psikologi adalah faktor yang paling tidak bisa ditebak,

pasalnya faktor ini tidak nampak mata. Seseorang yang sedang

mengalami pengalaman yang buruk, depresi, stress dan lain

sebagainya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus

dengan penelaahan yang mendalam dan pemahaman kepribadian yang

ekstra menyeluruh untuk memperbaiki proses penyesuaian dirinya.

c. Faktor Perkembangan dan Kematangan

Dalam proses perkembangan, dengan berambahnya usia,

perubahan dan perkembangan respons tidak hanya diperoleh melalui

proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk

melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirin. Sesuai

40

dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai

individu berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian dirinya juga

akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan

yang dicapainya.

d. Faktor Lingkungan

Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat,

kebudayaan dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri

seseorang.

1) Pengaruh lingkungan keluarga

Ada banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian

diri, pengaruh lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat

penting karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anak-

anak. Proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan

utama dijalani individu di lingkungan keluarga. Hasil sosialisasi

tersebut kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah dan

masyarakat umum.

2) Pengaruh hubungan dengan orang tua

Pola hubungan antara orang tua dengan anak

mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian

diri. Menurut peneliti hubungan antara anak dan orang tua harus

diikuti dengan konsep saling pengertian antara satu sama lain,

artinya orang tua menerima keadaan anak dan anak juga menerima

segala peraturan yang diberikan orang tua selama masa

perkembanganya. Kedua-duanya harus menurunkan ego masing-

41

masing demi terciptanya hubungan antara orang tua dan anak yang

harmonis, karena akan mempengaruhi proses penyesuaian diri anak

di lingkungan yang lebih luas.

3) Hubungan Saudara

Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling

menghormati, penuh kasih sayang, berpengaruh terhadap

penyesuaian diri yang lebih baik, sebaliknya permusuhan,

perselisihan, iri hati, kebencian, kekerasan, dan sebagainya dapat

menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam melakukan

penyesuaian dirinya.

4) Lingkungan Masyarakat

Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada

menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Menuru

peneliti, segala sumber dari salah suai atau perilaku menyimpang

yang terjadi pada anak-anak atau remaja dalam pergaulannya

adalah lingkungan masyarakatnya, jika saja lingkungan masyarakat

tempat individu melakukan proses sosialisasi ia lalui dengan baik,

maka pola pergaulan dan proses penyesuaian individu juga akan

baik.

5) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi,

yaitu mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral.

Suasana di sekolah baik sosial maupun Psikologis akan

mempengaruhi proses dan pola penyesuaian diri para siswanya.

42

Sebagaimana penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini yang

membahas tentang Remaja Suku Baduy luar yang merasakan

lingkungan sekolah yang asing. Selain karena sekolah adalah

lingkungan yang baru tetapi juga sebagai salah satu mediator para

Remaja Suku Baduy luar dalam melakukan proses penyesuaian diri

mereka yang akan mempengaruhi perkembangan masa remaja

mereka.

6) Faktor Budaya dan Agama

Proses penyesuaian diri seseorang, mulai dari lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh

faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultural tempat

individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola

penyesuaian dirinya. Remaja Suku Baduy Luar sangat akrab

dengan hal seperti ini, Pu‟un yang memegang penuh segala bentuk

kebijakan di Suku Baduy sangat melarang anak-anak di sana untuk

mengikuti gaya hidup modern apalagi bersekolah seperti anak-anak

pada usia mereka pada umumnya.

Hal yang lebih menarik lagi adalah meskipun secara adat sangat

dilarang keras, tetapi tidak melunturkan niat mereka untuk berekolah, karena

ternyata orang-orang terdekat mereka masih mendukung mereka untuk

sekolah. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih

mendalam tentang dukungan sosial di Suku Baduy luar.

43

1. Kriteria / karakteristik Penyesuaian Diri yang Sehat

Dalam kenyataanya tidak semua individu mampu

melakukan penyesuaian diri dengan baik. hal itu disebabkan adanya

hambatan atau konflik tertentu yang membuat individu sulit atau bahkan

gagal dalam melakukan penyesuaian diri mereka. Individu yang

tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai

dengan hal-hal sebagai berikut.

a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.

b. Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahanan yang salah.

c. Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.

d. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.

e. Mampu belajar dari pengalaman .

f. Bersikap realistik dan objektif.58

Selanjutnya ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan

remaja yaitu :

a. Menerima dan mengeintegrasikan pertumbuhan badannya dalam

kepribadiannya.

b. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang ada dalam

kebudayaan dimana ia berada

c. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupan

d. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat

58

Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung :

CV Pustaka Setia, 2006), h. 195.

44

e. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilai-

nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.

f. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan

dalam kaitanya dengan lingkungan.59

5. Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental

Menurut Drs. H. Abdul Aziz Akhyadi, ada 3 prinsip dalam

kesehatan mental, yaitu:

a. Prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia.

1) Kesehatan mental dan adjusment menghendaki adanya

kesehatan badan dan integritas ( kesatuan ) organisme. Manusia

bukanlah penjumlahan badan dan jiwa melainkan satu keutuhan

jiwa raga (Psychosomatic). Dengan demikian gangguan

jasmaniyah juga merupakan gangguan mental, begitu

sebaliknya.

2) Kesehatan mental dan Adjusment menghendaki suatu

pengertian yang sehat tentang diri sendiri yang mencakup

penerimaan diri sendiri ( self aceptence ) dan penilaian yang

realistis terhadap status dan harga dirinya.

b. Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia

lain dan lingkunganya.

c. Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan

Tuhannya.60

59

Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994) h.15 60

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 2001), h.117

45

Prof. Dr. Zakiah Darajat, salah seorang guru besar emeritus dalam

bidang kesehatan mental atau perawatan jiwa mengungkapkan setidaknya ada

empat ciri seseorang dapat dikatakan sehat mental yaitu, pertama Bebas dari

neurosis dan psikosis. Neurosis adalah gangguan kesehatan mental yang

dalam pandangan Zakiah Drajat dapat disembuhkan dengan ragam tekhnik

terapi dan perawatan. Sedangkan psikosis adalah penyakit jiwa yang relatif

sulit untuk disembuhkan. Kedua, Ada harmoni antara pikiran, perasaan dan

perbuatan. Ketiga, Mampu melakukan penyesuaian diri. Dan keempat,

Mampu mengembangkan minat dan bakat.61

Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya, bahwa

penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu aspek penyesuaian pribadi dan

aspek penyesuaian sosial. Dari prinsip-prinsip dan ciri-ciri seseorang dapat

dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik, peneliti beranggapan bahwa

proses penyesuaian diri tidak pernah bisa dipisahkan dari kesehatan mental,

hal ini dibuktikan dengan prinsip kesehatan mental yang menyatakan bahwa

kesehatan mental ditentukan dengan penerimaan terhadap diri sendiri (Self

Acceptence) dan didasarkan pada hubungannya dengan lingkungan

sekitarnya.

Selain itu, penyesuaian diri juga merupakan salah satu indikator

seseorang memiliki kesehatan mental yang baik, maka penyesuaian diri dan

kesehatan mental tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya

memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Begitu juga yang peneliti lakukan

dalam penelitian kali ini yang membahas tentang penyesuaian diri para

61

Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap Perilaku

Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 ), h. 120.

46

remaja Suku Baduy luar yang bergaul di lingkungan sekolah luar Baduy, oleh

karenanya sangat erat kaitannya dengan keilmuan Bimbingan dan Peyuluhan

Islam.

C. Masa Remaja

1. Pengertian Remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi.62

Menurut Konopka, masa

remaja ini meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun ; (b) remaja madya :

15-18 tahun dan (c) remaja akhir : 19-22 tahun.63

Piaget mengungkapkan bahwa secara Psikologis masa remaja

adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,

usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang

lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-

kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa)

mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan

masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.

Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini

memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial

62

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2011 ), h. 184. 63

Ibid, h. 184.

47

orang dewasa yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari

periode perkembangan ini.64

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu biologi remaja dikenal

sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin

manusia mencapai kematangannya. 65

Remaja dalam arti „‟ adolesence‟‟

(inggris) berasal dari kata latin „‟adolescere‟‟ yang artinya tumbuh ke

arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan

fisik, tetapi terutama kematangan sosial-Psikologis.66

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remja

yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3

kriteria biologik, Psikologik dan sosial ekonomi, Remaja adalah suatu

masa di mana :

a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

b. Individu mengalami perkembangan Psikologik dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.67

Elisabeth B. Hurlock dalam bukunya Developmental

Psychology mengadakan tahapan perkembangan mulai dari masa (1) Pre

64

Elizabeth B Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 206. 65

Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h. 6 66

Ibid, h. 8 67

Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994)h.9.

48

natal ( sebelum lahir), (2) natal (saat lahir) yang terdiri dari infancy (dari

lahir sampai 14 hari), masa bayi (antara 2 minggu sampai 2 tahun), masa

anak (2 -10/11 tahun). (3) Masa Remaja (11/12-20/21 tahun) dan (4)

masa Dewasa yang terbagi atas dewasa awal (21-40 tahun) dan dewasa

menengah (40-60 tahun)68

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masa remaja pada

usia 13-17 tahun dengan melihat beberapa pertimbangan yang ada di

lapangan.

2. Ciri-ciri masa remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama

rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelum dan dan sesudahnya. Ciri-ciri

terebut adalah sebagai berikut :

1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Ada beberapa periode yang lebih penting daripada

beberapa peridode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap

sikap dan perilaku dan adalagi yang penting karena akibat-akibat

jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung

maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang

penting karena akibat fisik dan adalagi karena akibat Psikologis.

Pada periode remaja keduanya sama-sama penting.69

2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

68

Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ), h. 134. 69

E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 207

49

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari

apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah

peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.

Artinya, apa yang telah terjadi sebelumya akan meninggalkan

bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.70

Menurut peneliti peralihan berarti masa transisi seseorang dari satu

masa perkembangan ke masa perkembangan selanjutnya.

Seseorang dalam masa ini bukanlah seorang anak-

anak juga bukan seorang yang dewasa, terlalu besar untuk disebut

anak-anak tapi juga terlalu kecil untuk disebut dewasa. Oleh

karenanya masyarakat pada umumnya menyebut masa remaja adalah

masa labil karena belum mantap dalam melakukan pilihan dan

tindakan serta sangat rentan akan perubahan, itulah mengapa masa

remaja disebut dengan masa peralihan.

3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa

remaja sejajar dengan tingkat tingkat perubahan fisik. Ada lima

perubahan selama masa remaja. Pertama. Meningginya emosi yang

intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan Psikologis

yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang

diharapkan oleh kelompok sosial. Ketiga, menimbulkan masalah

baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih

70

Ibid, h. 207

50

banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang

dihadapi sebelumnya.71

Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku,

maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak

dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting

lagi. Kelima, sebagian besaar remaja bersikap ambivalen terhadap

setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan,

tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan

meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi

tanggungjawab tersebut.72

4) Masa Remaja sebagai Masa mencari Identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri

dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan

perempuan. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan

tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dengan

segala hal. 73

Menurut peneliti, pencarian idenitas pada masa remaja adalah

saat dimana remaja tidak mau lagi disamakan dengan remaja lainnya, ia

ingin dilihat, diperhatikan dan jadi role model bagi sesamanya yang

kemudian akan ia menganggap bahwa yang dilakukannya adalah yang

paling benar dan jadikan sebagai piihan jalan hidup. Masa ini adalah

71

E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,

h. 207. 72

Ibid, h. 207. 73

E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,

h. 208.

51

masa yang sangat sulit, karena sedikit saja ia salah memilih jalan dan

tidak ada dukungan penuh dari lingkunganya, maka ia akan rentan sekali

mengalami Maladjusment.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst adalah

sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang- orang

dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karier ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi.74

Dari beberapa tugas perkembangan masa remaja di atas,

peneliti beranggapan bahwa untuk menunaikan tugas perkembangan

tersebut remaja sangat membutuhkan dukungan sosial yang baik yang

nantinya akan berimbas pada proses penyesuaian diri remaja, terlebih

74

E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh

Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 10

52

lagi remaja Suku Baduy dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang

benar-benar asing di mata mereka. Maka penyesuaian diri yang baik akan

sangat membantu mereka dalam melewati masa remaja yang dapat

memenuhi tugas perkembanganya.

53

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar

1. Latar Belakang Masyarakat Baduy

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia

dengan 17.504 pulau,75

oleh karenanya indonesia disebut sebagai „‟

Nusantara „‟. Dari Sabang sampai Merauke berjajah pulau-pulau, salah

satu lirik lagu yang sangat familiar di telinga bangsa Indonesia, setiap

pulau memiliki suku, adat dan budaya dengan keunikanya masing-

masing, salah satunya adalah Suku Baduy yang ada di Lebak, Banten.

Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh

Provinsi Banten yang menerapkan isolasi dari dunia luar, artinya

kemajuan zaman dan perkembangan teknologi sama sekali tidak

merubah gaya hidup mereka yang sangat memegang erat adat istiadat

setempat. Bahkan akses kendaraan hanya bisa dijangkau sampai Desa

Ciboleger, Desa yang lokasinya persis berada di perbatasan antara Suku

Baduy dan warga luar Baduy. Dari desa ini para pengunjung berjalan

kaki untuk masuk ke dalam Baduy.

Banyak sekali informasi mengenai asal-usul suku ini, Salah

satu informasi yang peneliti dapatkan adalah Suku Baduy berasal dari

suku Pangawinan, artinya dari percampuran suku-suku yang berasal dari

daerah Cirebon, Bogor, Priangan dan tentunya Banten. Jadi kebanyakan

75

Brigjen TNI Dody Usodo Hargo, www.DKN.GO.ID, Jumlah Pulau di Indonesia, yang

diunggah pada 23-02-2016 dan diakses pada 04 Oktober 2016

54

mereka terdiri dari orang-orang yang melanggar adat, oleh karenanya

dibuangoleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk ke suatu daerah tertentu.76

Saat itu warga Baduy terpencar ke dalam beberapa wilayah,

ada yang tinggal di Guradog Kecamatan Maja, Cisungsang kecamatan

Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah

kecamatan Muncang. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar

mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut.77

Masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan

inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping (Baduy

Luar) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan

cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh

bepergian dengan naik kendaraan, Suku Baduy luar inilah yang sudah

mulai mengikuti perkembangan zaman, dari kepemilikan telephone

genggam sampai mengenyam pendidikan, meskipun masih harus

bersembunyi-sembunyi dari Jaro.78

Baduy dalam terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik

dan Cikartrawana. Setiap kampung memiliki Tangtunya masing-masing,

Tangtu satu berada di Kampung Cibeo, tangtu dua berada di

Cikartrawana, dan Tangtu tiga berada di Kampung Cikeusik. Tangtu

76

Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di

perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016. 77

Ibid 78

Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di

perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016.

55

berasal dari bahasa sunda, yaitu Tangtuin yang berarti ditentukan (

ditentuin ).79

Pada dasarnya, Baduy luar dan Baduy Dalam memiliki

kesamaan dalam hal adat dan budayanya, Secara Struktural 3 Tangtu

yang menjadi pimpinan Baduy secara keseluruhan atau jika

disederhanakan merekalah yang memiliki jabatan tertinggi secara

struktural di Suku Baduy. sedangkan secara aspek pemerintahan Suku

Baduy dipimpin oleh seorang Jaro80

, yaitu jaro Saija. Dialah yang

peneliti temui saat pertama kali meminta izin untuk melakukan penelitian

ini.

Segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan haruslah

melalui Jaro Saija, dimulai dari segala perijinan perpindahan warga Suku

Baduy, segala kebijakan setempat dan menjadi mediator antara Suku

Baduy dan pemerintah kabupaten Lebak, Banten. jabatan seorang jaro

bukan didapatkan dari hasil demokrasi seperti yang kita bayangkan,

tetapi berdasarkan hati nurani 3 Tangtu Baduy dalam untuk menentukan

siapa yang pantas menjadi jaro.81

Suku Baduy Dalam sangat mengedepankan kesucian

warganya, artinya mereka yang suci adalah mereka yang masih menjaga

dan menaati peraturan adat dari turun temurun yang telah lama mereka

warisi. Karenanya Suku Baduy saat ini masih memegang erat adat dan

79

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodat, salah satu remaja Suku Baduy luar, pada 06

Oktober 2016 80

Istilah ketua dalam Suku Baduy 81

Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di

perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 07 Oktober 2016.

56

budaya mereka demi menjaga kesucian diri mereka. Dulu banyak ditemui

kasus para pengunjung yang dengan iseng meyentuh payudara wanita

dari warga Suku Baduy dalam, wanita itu langsung dipindahkan ke

Baduy luar karena dianggap sudah tidak suci lagi, demi menjaga agar

hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi, maka saat ini sudah tidak

diperbolehkan bagi para pengunjung untuk bermalam lebih dari 2-3

malam, kalaupun untuk keperluan penelitian yang memerlukan waktu

lama, maka setiap 3 hari sekali pengunjung harus keluar dari wilayah

Baduy dalam dan kembali lagi, begitu seterusnya.82

Suku Baduy sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang

dikenal sebagai Baduy Dalam. Yaitu kelompok Baduy yang paling ketat

mengikuti adat mereka. Terdapat tiga kampung pada kelompok Baduy

dalam yaitu: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas orang Baduy

Dalam adalah mereka mengenakan pakaian yang berwarna putih alami

dan biru tua serta mengenakan ikat kepala putih.83

Kelompok yang kedua adalah Baduy Luar atau dikenal sebagai

kelompok masyarakat panamping. Yang berciri mengenakan pakaian dan

ikat kepala berwarna hitam. Dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy

Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain

sebagainya. Lain halnya kelompok ketiga disebut dengan Baduy Dangka.

82

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 83

Ibid

57

Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes tidak seperti Baduy

Dalam dan Luar. dan saat ini hanya 2 kampung yang tersisa yaitu

Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).84

2. Letak Geografis Masyarakat Baduy

Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat

6o27

‟‟27- 6

030‟0‟‟ LS dan 108

03‟9‟‟ – 106

04‟55

‟‟ BT. Mereka bermukim

tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kenekes, Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten. Wilayah yang

merupakan bagian dari Pegunungan Kenekes dengan ketinggian 300-600

meter di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi

berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai

45% .85

Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan

Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-

Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung.

Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek

Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa

Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.

3. Keadaan Masyarakat Baduy

Keadaan Masyarakat Baduy tentu sangat jauh dari hiruk pikuk

dunia luar yang semakin hari semakin tidak bisa terlepas dari teknologi,

bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa „‟ yang pendek tidak

84

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 85

Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di

perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 08 Oktober 2016.

58

boleh disambung dan yang panjang tidak boleh dipotong‟‟, artinya

masyarakat Baduy melakukan segala sesuatunya sesuai dengan keadaan

alamiahnya, misalkan, warga Baduy ada yang membangun rumah dan

struktur tanahnya tidak merata atau miring, maka langkah yang diambil

bukan meratakan tanah, tapi memanjangkan kayu penyangga agar tidak

merusak yang sudah ada.86

Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri

sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan

nenek moyang, namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama

lainnya seperti agama Islam, Budha dan Hindu. Namun inti dari

kepercayaan itu sendiri ditunjukkan dengan ketentuan adat yang mutlak

dengan adanya “pikukuh” (kepatuhan) dengan konsep tidak ada

perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun. Saat ini tidak

sedikit warga Baduy yang memiliki Kartu Tanda Penduduk, namun pada

kolom Agama mereka lebih memilih dikosongkan, karena mereka tidak

beredia jika harus dituliskan dengan Animisme. 87

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah

Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral.

masyarakatnya mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan

setahun sekali pada bulan kalima. Hanya ketua adat tertinggi puun dan

rombongannya yang terpilih saja yang dapat mengikuti rombongan

tersebut. Di daerah arca tersebut terdapat batu lumping yang dipercaya

86

Wawancara Pribadi dengan Aat rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02

Oktober 2016. 87

Wawancara Pribadi dengan Atmajaya ,salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02

Oktober 2016.

59

apa bila saat pemujaan batu tersebut terlihat penuh maka pertanda hujan

akan banyak turun dan panen akan berhasil, dan begitu juga sebaliknya,

jika kering atau berair keruh pertanda akan terjadi kegagalan pada

panen.88

Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan

menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu

Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat

Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan

setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa

setempat yaitu Gubernur Banten. Mereka mampu secara mandiri dengan

cara bercocok tanam dan berladang (ngahuma), menjual hasil kerajinan

tangan khas Baduy, seperti yang peneliti liat saat turun ke lapangan para

perempuan Baduy Luar dengan asyik sedang menenun pakaian dari kain

di depan rumah mereka.89

4. Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy

Suku Baduy Luar berjarak sekitar 40 km dari kota

Rangkasbitung yang merupakan pusat kota dari Kabupaten Lebak.

Keadaan tersebut membuat jarak tempuh menuju Suku Baduy ± dua jam

perjalanan dari kota Rangkasbitung. Meskipun jarak tempuh yang

lumayan jauh tetapi sarana dan prasaran pendidikan sudah sampai ke

Desa Ciboleger yang tidak lain adalah perbatasan antara Suku Baduy dan

masyarakat luar Baduy. Di sanalah tempat terakhir pemberhentian

kendaraan bermotor, baik mobil ataupun motor.

88

Wawancara Pribadi dengan Saiman salah satu Pemandu Peneliti selama di Baduy Luar

pada 02 Oktober, 2016. 89

Ibid

60

Sekolah Dasar Negeri Ciboleger adalah salah satu sekolah

dasar yang berada tepat sebelum gapura perbatasan antara Ciboleger dan

Suku Baduy. Saat peneliti melakukan observasi ke Baduy luar banyak

anak-anak masyarakat luar Baduy yang berlalu lalang layaknya suasana

sekolah pada umumnya. Terlebih saat hari minggu, meskipun hari libur

sekolah tapi masih banyak anak-anak yang bermain di lingkungan

perbatasan. Oleh karenanya remaja Suku Baduy bisa berinteraksi dengan

anak-anak luar Baduy seperti yang terjadi pada Atmajaya yang menjadi

momentum baginya untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah.

Menurut Aat salah satu Informan dalam penelitian ini,

keseluruhan wilayah Baduy luar seperti lingkaran. Jika di awal Baduy

luar ada Desa Ciboleger sebagai perbatasan, maka di ujung wilayah

Baduy luar juga terdapat perbatasan, yaitu Desa Sobang. Di perbatasan

inilah remaja Suku Baduy memupuk mimpi mereka untuk mengenyam

pendidikan lewat Sekolah Dasar Hariang 4 yang berjarak satu kilo meter

dari Baduy luar. Remaja Suku Baduy luar memerlukan waktu 40 menit

dengan berjalan kaki untuk sampai ke SD Hariang 4.

Tidak berhenti disitu. Perjuangan remaja Suku Baduy luar

berlanjut saat mereka mulai masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).

SMP Satu Atao berjarak sekitar sepuluh kilometer dari perbatasan. Butuh

waktu sampai satu jam untuk sampai ke SMP tersebut. Sangat terllihat

sekali perjuangan remaja Suku Baduy luar untuk bersekolah ditambah

lagi mereka melewati perkebunan dan persawahan hanya dengan berjalan

kaki.

61

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Fokus temuan pada penelitian ini adalah dukungan sosial dan proses

penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja suku Baduy Luar. Dukungan

sosial meliputi dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan

nyata

1. Data Partisipan Penelitian

Berikut tabel data personal tiap-tiap informan pada penelitian ini :

Tabel 1.0

Informan Alamat Tanggal

Lahir

Orang

Tua

Jumlah

Saudara

Sekolah

saat ini

Aat

Rodiyat

Kp. Sukadame,

Ds. Hariang, Kec.

Sobang

11-11-

1998

Jali dan

Isah

Anak ke 2

dari 3

bersaudara

SMA

Rangks

bitung

Eman Kp. Cisaban, Ds.

Kanekes

18-04-

2001

Asmain

dan

Sainah

Anak ke 4

dari 7

bersaudara

SMP

Satu

Atap

Sobang

.

Atmajaya Kp. Cisaban, Ds

Kanekeus, Lebak

08 -01-

2002

Dairan

dan Asih

Anak ke 1

dari 2

bersaudara

dan 1 adik

angkat

SMP

Satu

Atap

Sobang

Suna

Hermawan

Ds. Cisaban,

Leuwidamar,

Lebak

14-09-

2002

Sarmain Anak ke 2

dari 3

bersaudara

SMP

Satap

Sobang

62

2. Deskripsi Informan 1

Sejak tahun 80-an memang sudah banyak anak-anak Baduy

yang memutuskan untuk sekolah di luar Baduy, tapi sudah lama sejak

saat itu tidak ada lagi yang mengikuti mereka. Mulailah sejak Aat

Rodiyat memutuskan untuk bersekolah di luar Baduy remaja-remaja

yang lainnya seakan mendapatkan figur baru bagi mereka yang ingin

bersekolah di luar Baduy. Bahkan bisa dibilang Aat adalah Role Model

bagi remaja-remaja Baduy setelah lama mereka kehilangan generasi yang

mempunyai niat yang sama untuk bersekolah. Dimulai dari Aatlah

banyak remaja Baduy yang mengikutinya untuk sekolah di luar Baduy.90

Secara adat, warga Suku Baduy luar dilarang untuk

mengenyam pendidikan, tapi keinginannya untuk mengikuti

perkembangan dan kemajuan zaman benar-benar menjadikanya seorang

yang melihat jauh ke depan (visioner), berawal dari keresahanya karena

sering mendengar dari khalayak luas yang selalu underestimate terhadap

Suku Baduy.

“Orang Baduy banyak yang bilang katro dan ketinggalan

zaman, saya nggak betah denger itu terus dari orang-orang” Begitu

tuturnya saat wawancara.

Perjalanan spiritualnya sangat rumit, Aat justru belajar pertama

kali mengaji saat dia masuk kelas 1 SMP, orang tua Aat sangat

mendukung aat untuk sekolah meskipun itu melanggar adat Baduy, tapi

sangat melarang untuk masuk Islam.

90

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016

63

“Nggak papa sekolah, tapi jangan masuk Islam” begitulah

ilustrasi yang diberikan Aat saat orang tuanya melarang Aat masuk

Islam, oleh karena itu, prosesi perpindahan Agamanya sengaja tidak

memberi tahu kedua orang tua dan keluarganya, saat itu Aat langsung

memberikan kabar kepada keluarganya lewat telephone genggam saat ia

baru lulus SD.

„‟ Pak, Aat udah masuk Islam „‟

„‟ Oh yaudah nggak papa „‟

Bukan dengan nada senang atau bahagia bapaknya menjawab,

tapi karena memang tidak ada pilihan lain, pasalnya jika seorang Baduy

sudah masuk Islam secara otomatis dia harus keluar dari Baduy dan tidak

lagi diperbolehkan untuk menjadi warga Suku Baduy meskipun suatu

hari nanti dia memutuskan untuk meninggalkan Islam.

Selama dia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, ia harus

mengasingkan diri di salah satu kampung perbatasan Baduy luar dan

Baduy dalam, karena menurut keteranganya Baduy luar memiliki sekitar

30-40 kampung. Kampung Sobang adalah kampung paling ujung atau

perbatasan Baduy luar itu, di sanalah ia menetap untuk sementara waktu

selama ia sekolah SD.

„‟ Baduy dalem itu ibarat lingkaran, di ujung Baduy luar ada

kampung yang masih di luar lingkaran tersebut, itu kampung Sobang,

disanalah saya tinggal untuk sementara waktu. „‟ tuturnya singkat.

Kampung Sobang dipilihnya sebagai alternative paling baik

yang ia miliki karena kampung tersebut memiliki akses yang paling

64

memungkinkan untuk Sekolah Dasar. Keterasinganya tersebut berhasil ia

tutupi dari kepala adat, karena ia selalu hadir saat acara-acara Adat Suku

Baduy. Dan sekarang Aat Rodiyat telah duduk di bangku kelas 3 di salah

satu Sekolah Menengah Pertama Rangkasbitung, Lebak tanpa

sepengetahuan kepala adat Suku Baduy.91

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 1

Aat Rodiat mulai sekolah di luar Baduy saat ia duduk di

bangku Sekolah Dasar. Ia mendapatkan izin dari orang tuanya untuk

bersekolah di luar Baduy asalakan ia tidak masuk Islam sebelum

menyelesaikan Sekolah Dasar. Perjalanan sekolah Aat dimudahkan

dengan ikut andilnya Bapak Aat untuk mendapatkan informasi

tentang sekolah yang saat itu sulit sekali Aat dapatkan.

Bapaknya yang hanya seorang petani terus mencari

informasi tentang pendaftaran sekolah, sampai pada satu hari

Bapaknyalah yang mendaftarkan Aat untuk sekolah. Selain itu Aat

juga dipercayai oleh keluarganya untuk sekolah dan melanggar adat

Baduy karena caranya dalam menyampaikan keinginan untuk

sekolah yang polos dan apa adanya, seperti yang diungkapkan Aat

saat wawancara :

“Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahan-

keresahan saya. Saat banyak pengunjung di Baduy saya sering

mendengar bahwa menurut mereka orang-orang Baduy itu katro,

bodoh dan ketinggalan zaman. Saya terus menyampaikan itu pada

keluarga saya dengan apa adanya dan mereka mendengarkan,

akhirnya mereka memberikan kepercayaan kepada saya untuk

sekolah”

91

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016

65

Demi mendapatkan akses yang lebih mudah, Aat rela

tinggal di perbatasan Baduy luar dan Sobang. Selama dua tahun Aat

tinggal di salah satu rumah warga yang juga guru ngaji Aat. Menurut

keteranganya, selama ia tinggal di lingkungan baru tersebut ia

mendapatkan banyak bantuan dari tetangga-tetangga dan kerabat

guru ngaji. Tidak sedikit dari mereka yang memberikan uang jajan

dan perlengkapan sehari-hari, jadi selain dukungan dari keluarga,

Aat kecil juga mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya

yang ikut berempati.

Hal seperti itu juga Aat dapatkan saat ia mulai beranjak

remaja. Saat ini Aat Rodiyat duduk di bangku SMA Rangkasbitung.

Keputusanya untuk masuk Islam dan keluar dari Suku Baduy

membuatnya harus Survive di dunia luar. Aat dan keluarganya resmi

meninggalkan Suku Baduy karena ingin lebih maju dan mengikuti

perkembangan dunia luar. Saat wawancara Aat tidak mau

menceritakan secara spesifik kronologi perpindahanya tersebut, tapi

yang jelas keluarga Aat juga ikut masuk Islam lima bulan setelah Aat

memutuskan untuk masuk islam.

Ringkasnya keputusan Aat dan keluarganya untuk masuk

Baduy secara otomatis membuat mereka harus keluar dari Suku

Baduy, oleh karena itu Aat dan keluargnya meminta izin kepada

Pu‟un untuk keluar dan melanjutkan hidup mereka yang baru di

tempat yang baru. Selama Aat sekolah di SMA Rangkasbitung pihak

66

sekolah memerlakukan Aat degan baik dan tanpa memandang latar

belakang Aat sebagai suuk Baduy.

Dukungan-dukungan yang Aat dapatkan selama ia

mengenyam pendidikan membuatnya lebih mudah berkembang dan

mengasah potensi yang ia miliki, salah satunya dalam bidang

kesenian. Aat sering dipercaya untuk tampil di pentas seni yang

diadakan oleh sekolah dengan memerankan jati diri seorang Aat

yang berasal dari Suku Baduy. Tidak jarang ia mendapatkan tepuk

tangan yang meriah saat tampil sama seperti anak-anak luar Baduy

lainnya.

b. Proses Penyesuaian Diri Informan 1

Manusia pada umumnya memerlukan proses dalam

melakukan penyesuaian diri dalam hidupnya. Hal itulah yang Aat

rasakan saat pertama kali sekolah di SMA Rangkasbitung. hal itu

dibuktikan dengan ungkapan Aat Rodiyat sebagai berikut :

“Awalnya saya merasa sangat canggung dan menutup diri, karena

memang sangat sedikit anak-anak yang menerima orang Baduy

untuk berbaur dengan mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah

saya waktu itu. Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya

bisa duduk di kelas 3 SMA seperti sekarang ini‟‟92

Dalam wawancara itu Aat juga mengungkapkan bahwa ia

butuh waktu setidaknya dua sampai tiga minggu untuk bisa bergaul

dengan teman-teman sekolahnya. Seiring berjalanya waktu Aat

menyadari banyak perubahan yang ia alami, salah satunya dalam hal

pergaulan. Berangkat dari pedalaman menuju keramaian bukan hal

92

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016

67

mudah baginya, tapi pergaulan yang baru membuatya mampu

merasakan kehadiran semangat baru untuk mewujudkan mimpinya

mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik.

Suasana di sekolah tentu menghadirkan warna baru dalam

hidup seorang Aat Rodiyat. Mulai dari teman-teman yang berbeda

agama, bahasa, suku sampai cara berbicara dan guru-guru sebagai

pengganti orang tua di sekolah. Dalam menghadapi perbedaan yang

ia jumpai, Aat mengaku sedikit bingung untuk berkomunikasi

dengan mereka, tapi dengan nasehat dan semangat yang terus ia

terima dari keluarga dan para tetangga memberikanya energi postif

untuk terus mencari hal-hal baru salah satunya adalah perbedaan.

Aat pernah mengalami keadaan yang hampir membuatnya

kehilangan rasa percaya dirinya untuk bergabung dengan teman-

teman sebayanya. Saat itu Aat mengikuti pelajaran Agama di

sekolahnya yang membahas tentang Baca Tulis al-Qur‟an. Membaca

kitab suci memang bukan hal yang baru bagi Aat, tapi di usianya

yang sudah remaja seharusnya anak laki-laki seumuranya sudah

lancar membaca al-Qur‟an dan Aat tidak memiliki itu.

Aat masih terbata-bata untuk membaca al-Qur‟an tidak

seperti teman-temanya yang lain. Dalam kondisi seperti itu justru

Aat tidak mendapat tekanan dan olok-olok dari teman-temanya tapi

ia mendapatkan dukungan semangat untuk percaya diri membacakan

al-Qur‟an di depan guru Agama. Kemampuan Aat dalam

68

menyeimbangkan diri membantu Aat dalam kondisi-kondisi tertekan

selama di sekolah.

Sesekali Aat sering mengingat kesalahan-kesalahanya

selama ia berada dalam Suku Baduy, salah satunya adalah

keputusanya untuk sekolah di luar Baduy. Ia sadar betul apa yang ia

lakukan adalah melanggar adat yang seharusnya ia jaga turun

temurun, tapi keresahanya dengan pandangan miring orang-orang

luar terhadap Suku Baduy membuatnya tetap mempertahankan

keinginannya tersebut. Ditambah dengan dukungan-dukungan yang

ia terima selama ia bersekolah di luar Baduy membuatnya semakin

bersemangat.

Aat mengaku dirinya adalah pribadi yang introvert dan

susah menerima orang-orang baru untuk bergaul. Saat itu baginya

yang terpenting adalah berusaha untuk menyeimbangkan dengan

teman-teman barunya. Proses menyeimbangkan tersebut bisa

dibilang ia lalui dengan mudah, pasalnya dukungan-dukungan yang

ia dapatkan mulai dari dukungan keluarga, orang-orang sekitar

sampai dukungan emosional memberikan dorongan tersendiri untuk

terus bertahan di lingkungan yang baru dan itu berhasil.

69

3. Deskripsi Informan 2

Eman dikenal dengan anak yang cerdas, dulu saat ia duduk di

Sekolah Dasar Eman selalu masuk 3 besar di kelasnya.93

Ayahnya yang

bernama Asmin selalu mengajarinya bagaiamana cara berusaha untuk

terus maju, didukung dengan bu Saniah seorang ibu yang telah

melahirkanya dan mengenalkan Eman tentang pentingnya dunia

pendidikan.

Sebelum menjadi Eman yang sekarang, Eman pernah

merasakan kebingungan saat memutuskan untuk sekolah. Awalnya Eman

merasakan kebingungan karena untuk menuliskan nama sendiri saja ia

tidak mampu.

“Awalnya saya bingung, saya mau nulisin nama sendiri aja saya enggak

bisa”‟ tuturnya saat wawancara. 94

Setelah melalui perjalanan sekolahnya dengan sekelumit

permasalahan, Eman berubah menjadi anak yang cerdas. Sangat terlihat

sekali dari cara bicaranya saat peneliti mewawancarainya. Menurutnya

Suku Baduy melarang warganya untuk mengenyam pendidikan adalah

karena satu hal, „‟ intinya nggak boleh ada yang pinterlah, takut

minteran „‟ , tuturnya saat wawancara.95

Dari kutipan kalimat di atas dapat diketahui bahwa larangan

Suku Baduy bagi warganya untuk mengenyam pendidikan adalah

langkah preventif agar tidak terjadi pembodohan. Menurut peneliti,

asumsi tersebut bisa menjadi landasan Suku Baduy karena melihat

93

Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu remaja Suku Baduy luar yang

sekolah di luar baduy, pada 10 Oktober 94

Wawancara Pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di

luar baduy, pada 10 Oktober 95

Ibid

70

banyak fakta yang terjadi di negara kita. Orang-orang pintar yang

memiliki kekuasaan dan tingkat intelektual yang lebih tinggi cenderung

membodohi masyarakat kalangan bawah.

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 2

Eman adalah salah satu anak yang paling banyak bicara

yang penelti temui di lapangan. Cara berbicaranya jauh lebih tertata

dibanding teman-teman yang lainya, hal inilah yang memudahkanya

dalam berkomunikasi. Awal perjalananya untuk bisa bersekolah juga

melibatkan orang lain selain keluarganya, H. Kasmin. Kalau anak-

anak yang lain melewati perkebunan dan berganti pakaian di antara

semak-semak Eman menggantinya di rumah H. Kasmin.

Menurut keteranganya H. Kasmin masih memiliki

hubungan darah meskipun jika ditelusuri memang sangat jauh

hubungan darahnya. Setiap kali Eman pergi ke sekolah ia selalu

dibekali titipan ucapan terimakasih dari orang tuanya untuk H.

Kasmin. Jadi selain dukungan dari keluarga terdekat Eman juga

mendapatkanya dari keluarga jauh.

Baginya nasehat orang tua adalah penyemangat utama

untuk menyelesaikan sekolah. Ada satu nasehat yang sering sekali ia

ulang-ulang saat wawancara.

“Kalau ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu

itu sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat‟‟96

Orang tua Eman yang berprofesi sebagai pedagang

membuatnya sering ditinggal ke luar Baduy. Setiap ke luar Baduy

96

Wawancara Pribadi dengan Eman Remaja Suku Baduy Luar yang sekolah di luar baduy,

pada tanggal 10 Oktober, 2016

71

ayah dan ibunya selalu melihat orang-orang luar dengan kehidupan

yang jauh lebih baik. Setelah mencoba menelusuri ternyata salah

satu penyebab keberhasilan mereka adalah dengan mengenyam

pendidikan. Mulai saat itulah kedua orang tua Eman setiap kali

keluar selalu mencari informasi tentang sekolah. Dari situlah Eman

mendapatkan dukungan informasi tentang sekolah.

Kepercayaan yang diberikan keluarga dan kerabatnya

terbayar dengan prestasi yang diraih oleh Eman di dalam kelas.

Selama mendapatkan rangking di kelas Eman mendapatkan perilaku

yang sama dengan anak-anak lainya perihal pemberian penghargaan,

keluarganyapun ikut memberinya selamat. Baginya dukungan-

dukungan itulah yang membuatnya tenang selama belajar sehingga

dengan mudah ia berkomunikasi dan menggali potensi yang ia

miliki.

b. Proses Penyesuaian Diri Informan 2

Keputusan Eman untuk sekolah di luar Baduy sudah

dipikirkan dengan matang-matang. Eman dan keluarganya sangat

menyadari sekolah adalah melanggar adat Baduy, tapi ia abaikan dan

terus berjuang untuk sekolah. Perjuanganya untuk sekolah

mendapatkan dukungan dari orangtuanya yang sudah lama

memimpikan anak-anaknya mendaptkan kehidupa yang lebih layak.

Eman bercita-cita menjadi seorang dokter. Keinginanya

tersebut bukan tanpa perhitungan. Menurutnya ia memiliki

kemampuan yang lebih dalam memahami pelajaran IPA daripada

72

yang lainnya. Keinginanya selalu ia ukur dengan kemampuanya

begitu juga dengan jalan hidupnya. Ia berani sekolah di luar Baduy

karena ia yakin kalau ia dan keluarganya mampu untuk melakukan

itu.

Nasehat dan didikan orang tuanya menjadikan Eman

pribadi yang penuh dengan optimisme yang menjadikannya orang

yang siap menanggung konsekuensi dari segala hal yang ia lakukan.

Salah satunya adalah keputusanya untuk sekolah di luar Baduy.

Eman tahu akan konsekuensi bagi yang melanggar adat Baduy, tapi

dia memilih untuk tidak memikirkanya. Dia hanya ingin fokus

menggapai cita-citanya. Seperti yang ia ungkapkan saat wawancara

„‟Ya saya tahu, kokolot di Baduy bahkan membahasakan

bahwa sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain juga pernah

mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu juga

menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang melanggar

adat Baduy yang penting saya selalu berusaha untuk mengambil hal-

hal yang positif dan membuang yang negatifnya, karena dengan

sekolah wawasan kita jadi semakin luas.‟‟97

Dari kutipan wawancara di atas, peneliti berpendapat

bahwa Eman adalah anak yang selalu memandang positif atas apa

yang ia alami. Kekurangan dan kelebihan yang ia miliki ia jadikan

sebagai motivasi untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik

untuk kehidupan keluarganya. Eman juga pernah merasakan

kegagalan atas apa yang ia inginkan, baginya itu semua adalah

motivasi untuk mencapai yang lebih baik lagi.

97

Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah

di luar Baduy, pada 10 oktober 2016.

73

Hari pertama sekolah adalah hari yang menegangkan bagi

Eman. Eman yang biasanya hanya berkomunikasi sesama anak Suku

Baduy, saat itu ia dituntut untuk berkomunikasi dengan orang-orang

baru dan lingkungan yang baru. Perbedaan sangat ia rasakan apalagi

dalam hal komunikasi. Eman mengaku minder dengan anak-anak

yang lainnya. Keadiranya banyak mengundang tanya teman-temanya

saat itu, mulai dari asal rumah, kenapa terlihat kaku dan lain

sebagainya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu Eman mencoba

jujur dan apa adanya, akhirnya justru membuat teman-temanya

nyaman bersama Eman.

Eman anak yang ekstrovert. Dalam menghadapi masalah

ia memilih untuk bercerita kepada teman-temanya. Itu membuatnya

mudah dalam menghadapi masalah-masalah terutama saat ia berada

di sekolah. Keberadaaya di sekolah membuatnya semakin dekat

dengan cita-citanya. Dukungan yang ia dapatkan dari keluarga dan

orang-orang terdekatnya membuatnya tenang selama berada di

sekolah. Dukungan teman-temanya juga sangat memberikan

dorongan positife untuk mengembangkan diri.

4. Deskripsi Informan 3

Atma jaya, seorang anak asli Baduy luar yang sudah mulai

sekolah di luar Baduy saat dia duduk di Bangku Sekolah Dasar. SD

Hariang yang menjadi pijakan awalnya, SD itu terletak di Kampung

Sobang perbatasan Baduy luar dan Baduy Dalam. SD tersebut menjadi

langkah awal baginya untuk menimba Ilmu. Jika dibahasakan dengan

74

ungkapan Atma, sekolahnya „‟ di dug-dag „‟, artinya Atma dengan kaki

kecilnya pulang-pergi setiap hari ke Sekolah Dasar. Berangkat pagi dan

lagnsung pulang seusai sekolah.

Perjalanan hidupnya juga tidak dibilang mudah, hukun adat

yang mengharuskan warganya memakai celana pendek setiap kali

beraktivitas masih ia turuti meskipun saat berangkat sekolah. Tiap pagi ia

selalu berpakaian sesuai adat dari depan rumahnya, apalagi saat ada razia

dari Baduy dalam, dibahasakan razia bukan berarti seperti razia-razia

yang biasa polisi lakukan. Hanya saja tujuan dilakukanya razia itu sama-

sama untuk menertibkan.

Razia itu terjadi saat Tangtu98

dari Baduy Dalam secara tiba-

tiba mengunjungi Baduy Luar, saat itulah Atmajaya kecil tetap

berperilaku sesuai adat dan sesampainya di perkebunan ia keluarkan

seragam sekolah yang sudah ia siapkan di dalam tas dan berangkat ke

sekolah dengan seragam lengkap, begitu seterusnya setiap berangkat

sekolah.99

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 3

Atma terlahir dari keluarga Suku Baduy asli. Sejak kecil

pergaulan seorang Atma sangat terbatas dengan gapura pemisah

Baduy luar dan Desa Ciboleger. Keinginanya untuk melihat dunia

luar membuatnya penasaran dan sering ke luar dari wilayah Baduy

luar. Secara adat hal itu tidak melanggar asalkan tidak memakai

kendaraan, seperti motor dan mobil. Maka tidak jarang kita

98

Penjelasan tentang Tangtu sudah dijelaskn di BAB III dalam Skripsi ini. 99

Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah

di luar baduy, pada 08 Oktober 2016

75

menemukan orang dengan pakaian serba putih bercelana pendek

lengkap dengan ikat kepalanya. Itulah mereka Suku Baduy yang

mencoba mencari penghasilan ke kota dengan berjualan madu dan

berjalan kaki tak peduli seberapa jauh perjalanan itu.

Seringnya Atma melihat dunia luar membuatnya ingin

juga merasakan hal yang sama. Sampai pada satu hari ia

menyampaikan keinginanya untuk sekolah kepada kedua orang

tuanya. Beruntung Atma memiliki Ayah yang luar biasa yang

langsung mendukung keinginan tersebut. Dukungan pak Dairan sang

Ayah ternyata tidak membuat keinginan Atma berjalan mulus. Sang

ibu justru menolak keinginanya.

Kekhawatiran dan rasa kasihan adalah alasan sang Ibu

melarang Atma untuk sekolah. Selain harus melewati perkebunan,

Atma juga terkadang harus kucing-kucingan dengan Tangtu Baduy

dalam saat pergi ke sekolah. Keadaaan ini sempat membuat Atma

ragu untuk bersekolah, satu sisi sang Ayah mendukung untuk

sekolah tapi di sisi lain Ibu melarangnya karena alasan khawatir

terjadi apa-apa di perjalanan menuju sekolah.

Superioritas pak Dairan sangat terlihat saat membela Atma

untuk tetap sekolah di depan Ibunya. Meskipun dukungan dari sang

Ayah tidak juga meluluhkan hati sang Ibu, akhirnya Atma

memberanikan diri untuk berbicara langsung kepada Ibunya dan

mengutarakan keinginanya untuk sekolah. Atma menyampaikan

76

keinginanya tersebut dengan sepenuh hati. Saat wawancara Atma

mengungkapkan:

„‟ Saya hanya bilang seadanya saja. sesuai niat awal saya, yaitu

pengen belajar „‟ 100

Berkat kejujuran dan keinginan Atma yang gigih sang

Ibunda akhirnya mengizinkan Atma untuk sekolah di luar Baduy.

Dukungan semangat dari sang Ayah dan dukungan kepercayaan dari

sang Ibu ia jadikan sebagai motivasi utama untuk sekolahnya.

Atma juga adalah seorang Siswa yang memiliki prestasi di

bidang olahraga. Bidang yang ia geluti adalah Bola Voli. Prestasinya

kian terlihat saat dia berhasil menjadi salah satu bagian dari tim inti

bola voli di sekolahnya. Saat itu Atma bersama timnya berhasil

memenangkan kompetisi bola voli antar SMP se-Rangkasbitung.

Saat meraih prestasi itu Atma tidak merasakan dirinya dibeda-

bedakan dengan anak satu timnya.

Menurut Atma penghargaan yang diberikan sekolah sama

dengan anak yang lainnya. Prestasi itu disambut hangat oleh

keluarga dan orang-orang terdekatnya di Suku Baduy.

b. Proses Penyesuaian Diri Informan 3

Prestasi yang Atma raih sebagai pemain voli disambut

hangat oleh teman-teman sekolahnya. Setelah presatsi yang

mengharumkan nama sekolahnya itu ia dan rekan-rekan satu timnya

mencoba ke jenjang yang lebih tinggi lagi dengan mengikuti

kualifikasi untuk menjadi perwakilan Kabupaten, namun Atma dan

100

Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah

di luar baduy

77

timnya mengalami kegagalan. Baginya dukungan dari teman-teman

dan dewan gurulah yang membuatnya tetap optimis untuk menerima

kegagalan sebagai pelajaran dan mencoba lagi di tahun depan.

Bahkan menurutnya kalau bukan karena mereka mungkin Atma

sudah keluar dari tim inti tersebut.

Atma menyadari kemampuanya bermain voli sejak ia

masih kecil, hanya saja lingkungan Baduy yang tidak

memungkinkanya untuk melatih diri membuatnya harus

mengurungkan keinginanya untuk menjadi pemain voli yang terlatih.

Maka saat itu Atma memilih menjalani hidup dengan apa adanya

tanpa merencanakan sesuatu hal yang ingin ia capai.

Keadaan berbeda ia temui saat ia mulai mengenal

lingkunga sekolah. Fasilitas dan banyaknya orang-orang yang

memiliki hobi yang sama membuatnya menjadi lebih bersemangat

untuk mengasah kemampuanya dalam bermain voli.

Awalnya Atma mengalami kendala dalam komunikasi

pada lingkungan barunya. Atma mengaku paling katro saat awal-

awal masuk sekolah. tapi bagi Atma itu adalah hal yang biasa dan ia

berhasil melewati masa-masa sulit itu dengan dukungan yang ia

dapatkan dari teman-teman dan dewan guru.

Atma memang anak yang apa adanya dan cenderung lugu,

saat wawancara ia mengaku bahwa kekurangan yang ia miliki lebih

banyak daripada kemampuan yang ia miliki. Baginya kekurangan-

kekurangan itu sedikit demi sedikit terhapus seiring ia mengenyam

78

pendidikan di sekolah. Banyak perubahan yang ia rasakan sebelum

dan sesudah sekolah di luar Baduy. Tapi di luar itu semua Atma

memiliki optiimisme yang tinggi dengan kemampuan yang ia miliki.

Ia mengungkapkan :

“Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja gitu.

Paling kelebihanya ya di olah raga voli, saya juga masuk tim utama voli

di SMP sekarang”

„‟Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar. Karena

percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong keyakinan

saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau usaha.‟‟101

Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat Atma adalah seorang

yang optimis dengan kemampuan yang ia miiliki. Sekecil apapun

kemampuan yang ia miliki ia selalu punya cara sendiri untuk

mengoptimalkannya dengan cara belajar.

Baginya belajar bukan hanya dalam kelas, itu ia buktikan saat

ia selalu merasa iri jika melihat ada orang yang lebih baik darinya, baik

dari segi pelajaran ataupun kemampuan lainnya. Sama halnya saat ia

dikalahkan oleh tim lawan saat kualifikasi voli tingkat kabupaten.

Baginya mereka bukan musuh atau penghalang baginya untuk meraih apa

yang ia inginkan, tapi mereka adalah motivasi untuk menjadi lebih baik

lagi, hal senada diungkapkanya pada saat wawancara :

„‟Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. „‟ Kok orang

hebat yah, tapi saya enggak „‟, tapi kan itu sesuai dengan usaha dan

latihanya. Seperti yang saya bilang tadi, di Voli kami memang pernah

berprestasi tapi ternyata ada yang lebih baik lagi dari kami, ya saya

sangat iri dan mengakui kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman

101

Wawancara Pribdi dengan Atma jaya salah satu sumber data pada penelitian ini pada

tanggal : 08 Oktober 2016

79

jadi terpacu untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka

sebagai motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi.‟‟102

Kesadaran Atma terhadap kekuranganya membuatnya tahu apa

yang harus ia perbuat untuk menutupi kekurangan tersebut, salah satunya

dalam hal komunikasi. Saat pertama ia masuk sekolah prinsipnya hanya

satu „‟Tampil apa adanya „‟ tanpa menutup-nutupi asal usul dirinya.

Keterbukaanya itu mendapatkan respon positif dari teman-teman

sekolahnya. Perbedaan suku, Agama, dan latar belakang tidak membuat

atma pilih-pilih dalam bergaul.

Kesadaranya yang tinggi akan kekuranganya juga membuatnya

tahu kapan ia merasa berada dalam kesedihan dan sebaliknya. Saat

merasa dalam keadaan terpuruk Atma memilih untuk memendamnya

sendiri, baginya teman-teman dan keluarganya cukup memberikan

dukungan dan semangat saja. Selebihnya untuk masalah yang ia hadapi ia

lebih senang memendam dan menyelesaikannya sendiri. Baginya

keberhasilanya dalam berhubungan dengan orang-orang baru dan

menggali potensi yang ia miliki adalah berkat dari dukungan keluarga,

kerabat dan teman-teman yang ia miliki.

5. Deskripsi Informan 4

Suna Hernawan berperawakan paling kecil diantara yang

lainnya. Saat ditemui di rumahnya ada seorang wanita tua yang sedang

bertenun kain di depan rumah, awalnya saya kira itu adalah neneknya,

ternyata itu adalah ibu kandungnya. Melihat Suna yang berbadan kecil

102

Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di

luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar.

80

tentu sangat masuk akal jika saya pikir itu adalah neneknya, ternyata

bukan. Suna sesekali juga membantu Ibunya menenun kain di depan

rumahnya, saat wawancarpun ia sedang bersiap menenun.

Menenun kain adalah kebiasaanya sejak kecil, ia mengaku

mengungkapkan keinginannya untuk sekolahpun saat menenun, dari

situlah perjalanannya untuk mengenyam pendidikan dimulai. Sempat

mendapat tolakan dari ibunya, tapi Suna kecil tidak berhenti di situ. Ia

coba berkomunikasi dengan ayahnya dan akhirnya membuahkan hasil.

Suna pernah mengalami kejadian yang tidak bisa ia lupakan. Pernah satu

hari ia pulang dari sekolah mengenakan baju seragam, sesampainya di

kebun ia ingin mengganti pakaian seragamnya, namun na‟as pakaian

adatnya hilang dari tas, seketika Suna kaget dan mencari-car baju

adatnya, karena sangat tidak mungkin kembali ke rumah dengan seragam

lengkap, untung waktu itu ada teman sekelasnya yang juga dari Baduy

secara kebetulan meninggalkan baju adatnya di semak-semak dan ia

selamat.

Suna Hermawan saat ini sudah duduk di kelas 3 SMP,

perjuanganya tentu tidak mudah. SMP Satu Atap yang letaknya di

perbatasan mempunyai cerita tersendiri untuk dilalui, bahkan menurutnya

cerita yang paling menyenangkan adalah saat pagi-pagi harus berjalan

kaki dan mengganti pakaian di perkebunan, begitupun saat pulang.

a. Gambaran Dukungan Sosial Informan 4

Desa Ciboleger yang terletak persis di perbatasan Baduy

luar menjadi bangunan bersejarah bagi Suna. Di desa itulah Seorang

81

Suna Hermawan mendapatkan informasi pertamanya mengenai

sekolah. Sang Ibu yang dari awal sudah mendukung niatnya untuk

sekolah diam-diam mencari informasi tentang hari pendaftaran

murid baru. Ibu melakukan hal itu secara diam-diam selain karena

peraturan adat yang melarang sekolah juga karena faktor lain, yaitu

Pak Sarmain sang Ayah.

Pengorbanan Suna untuk bisa bersekolah di luar Baduy

sangat besar. Hal itu ia ungkapkan saat wawancara. Dia sempat

merasa tidak pantas sekolah karena baginya sekolah pernah

memecahbelah hubungan Ayah dan Ibunya. Sarmain, Ayah kandung

dari Suna adalah orang yang paling melarang Suna untuk sekolah.

Pak Sarmain memang terkenal orang yang taat akan adat istiadat

setempat, baginya sekolah hanya akan merepotkan saja. Dia takut

setelah sekolah anaknya memiliki pola pikir yang macam-macam.

Baginya yang terpenting adalah menaati peraturan adat agar tidak

dibilang durhaka.

Hal berbeda justru ditunjukan oleh sang Ibu. Keinginan

Suna untuk sekolah disambut baik oleh sang Ibu. Ternyata niat sang

Ibu belum bisa membuka hati pak Sarmain sang Ayah. Diam - diam

Suna disekolahkan oleh sang Ibu. Lambat laun identitas Suna

sebagai siswa SD diketahui oleh Ayahnya. Mau-tidak mau akhirnya

pak Sarmain menerima kenyataan itu, hal itu diungkapkan oleh Suna

saat wawancara :

82

„‟ Ya namanya juga sama anak, akhirnya ya bapak juga ikut dukung

„‟103

Hal itu berlanjut pada nasehat-nasehat yang sering kedua

orangtuanya sampaikan. Pernah satu waktu kehadiran Suna di

lingkungan barunya (sekolah) SMP Satu Atap Sobang sedikit

menghebohkan anak-anak di sekolah tersebut. Suna disebut-sebut

sebagai anak yang paling katro. Banyak celotehan seperti itu yang ia

dengar dan ia tanggapi dengan serius. Suna semakin merasa terpojok

dan ia luapkan itu dengan penuh emosi sampai terjadi pertengkaran

antara dirinya dan teman-temanya di sekolah.

Kejadian itu berlanjut saat Suna pulang ke rumah.

Ternyata benar dukungan nasehat yang diberikan orangutanya terkait

kejadian yang dialami Suna sangat berpengaruh positif. Hal itu

diungkapkan Suna saat wawancara :

„‟ Ibu sama bapak waktu itu nasehati panjang lebar. Kata mereka

jangan cepet marah siapa tau mereka tidak niat menghina, hanya

bercanda„‟

Keesokan harinya Suna langsung meminta maaf dan

menyadari kalau apa yang ia perbuat adalah kesalahan. Bagi Suna

nasehat-nasehat dari orang tuanya sangat mempengaruhi caranya

menyikapi kehidupan yang baru dengan teman-temanya di

lingkungan sekolah.

Dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya

telah berhasil mendorong Suna meraih tiga besar dalam kelasnya.

Prestasi membanggakan itu mendapatkan sambutan hangat dari

keluarganya. Suna mendapatkan penghargaan yang sama dari pihak

103

Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang

bersekolah di luar baduy pada : 09 Oktober 2016 di lingkungan baduy luar

83

sekolah, karena memang diadakan acara khusus untuk penobatan

juara-juara kelas. Di atas panggunglah Suna menerima penghargaan

itu, jadi menurutnya ia juga mendapatkan kesempatan yang sama

untuk meraih prestasi dan mendapatkan penghargaan dengan anak-

anak lainnya.

Saat ini warga Suku Baduy luar sudah mulai mengerti

akan teknologi, menurut Suna sudah banyak warga asli Suku Baduy

luar yang memiliki akun Facebook. Masuknya kehidupan moderen

ke dalam Suku Baduy terutama Baduy luar ikut memberikan

dorongan tersendiri bagi mereka untuk ikut mengenyam pendidikan.

Oleh karena itu Suna mendapatkan dukungan yang positif dari warga

Suku Baduy luar meskipun itu melanggar adat Suku Baduy.

b. Proses Penyesuaian Diri Informan 4

Dukungan-dukungan yang didapatkan oleh Suna

menjadikanya pribadi yang lebih mementingkan masa depan

dibanding bermain-main seperti anak seumuranya. Oleh karena itu

Suna selalu memperhitungkan kemauan dan kemampuanya. Bagi

Suna yang terpenting adalah mau memaksimalkan kemampuan yang

ada tapi juga harus diingat sampai mana kemampuan kita. Karena

menurutnya setiap individu memiliki kemampuanya masing-masing.

Keputusanya untuk sekolah di luar Baduy membuatnya

semakin mengerti arti dari perjuangan. Langkahnya yang sempat

terhenti karena larangan dari sang Ayah tidak membuatnya putus asa

begitu saja. Dukungan dari sang Ibu menjadi faktor utama Suna tetap

84

pada pendirinya. Sekolah di luar Baduy secara adat sudah sangat

melampaui batas tapi niat suna yang didorong oleh keluarga dan

Ibunya berhasil menjadikan sekolah sebagai keinginan yang sesuai

dengan kemampuan.

Saat ini menuntut ilmu adalah prioritas utama seorang

Suna Hermawan. Saat ditemuipun ia selalu mengatakan bahwa

keinginanya sekolah hanya untuk menuntut ilmu meskipun ia tahu

tindakanya akan menimbulkan banyak konsekuensi yang akan ia

tanggung karena telah melanggar adat. Prinsip yang ia pegang adalah

ungkapan yang sering ia dengar dari kokolot 104

yaitu „‟Menuntut

Ilmu„‟. Satu sisi dilarang untuk sekolah tapi di sisi lain dianjurkan

juga untuk menuntut ilmu.

Dilema tersebut sempat membuat Suna berpikir ulang. Ia

mengaku sempat merasa stress apalagi saat ingin melanjutkan ke

Sekolah Menengah Pertama. Lagi-lagi dukungan kedua orang tua,

keluarga dan kerabat mennjadikanya mampu mengatasi masalah

tersebut. Terkadang Suna juga menceritakan masalah-masalah yang

ia hadapi dengan teman-teman terdekatnya, baginya dorongan dari

orang-orang terdekat sangat berpengaruh saat ia berada dalam

masalah.

Suna menggambarkan dirinya masih banyak kekurangan.

Hal senada diungkapkanya saat wawancara :

104

Kokolot adalah istilah untuk orang-orang Suku Baduy yang dianggap sepuh dan

ditokohkan.

85

„‟Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja.

Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling kurang pas di

sekolah‟‟ 105

Dari kutipan wawancara di atas Suna tergambarkan

sebagai anak yang sangat mengenali kekurangan dirinya. Tapi

setelah melakukan perbincangan denganya ternyata Suna adalah

anak yang sangat menyadari kekurangan dan mau memaksimalkan

kemampuan yang ia miliki. Dalam wawancara ia mengungkapkan :

“Sangat yakin, karena semuanya punya kelebihan dan kekurangan

masing-masing. Tinggal kitanya saja bagaimana caranya untuk

memanfaatkan yang kita miliki. Selebihnya berusaha sekeras

mungkin‟‟106

Keyakinanya pada kemampuan dan potensi yang ia miliki

membuatnya selalu merasa cemburu dengan prestasi dan apa yang

dimiliki oleh orang lain. Cemburu dalam arti positif.

Kecemburuanya ia jadikan sebagai pemicu untuk menjadi pribadi

yang jauh lebih baik lagi dengan berusaha memaksimalkan apa yang

ia miliki.

Hubunganya dengan orang lain sangat terbantu dengan

teman-teman yang selalu mendukung Suna baik di dalam sekolah

maupun di lingkungan Baduy luar. Perbedaan-perbedaan yang ia

temui membuatnya semakin ingat akan nasehat kedua orangtuanya

yang selalu berpesan untuk menjaga bicaranya apalagi dengan

orang-orang yang lebih dewasa. Nasehat itu ia tanamkan dan ia

105

Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang

bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar 106

Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang

bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar

86

terapkan selama ia di sekolah, akhirnya Suna mampu bersosialisasi

dengan baik dengan siapapun.

B. Analisis Inter Subject

1. Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy

luar yang bersekolah di luar Baduy

Dukungan Sosial dari sudut pandang Psikologi komunitas

merupakan suatu proses spesifik yang berlangsung dalam kehidupan

komunitas.107

Barker (1968) menjelaskan bahwa perilaku seseorang

dalam sebuah setting dapat diprediksi dengan memperhatikan pola

perilaku menetap dari orang-orang yang berada dalam seting tersebut,

bukan dari perilaku masing-masing individu.108

Artinya kenyaman dan

perilaku seseorang dalam satu lingkungan sangat dipengaruhi oleh

perilaku orang- orang yang berada di sekitarnya.

Peneliti berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang berada

dalam lingkungan tertentu akan sangat mempengaruhi individu dalam hal

kenyamanan, interaksi antar personal atau dalam hal ini adalah

kemampuan penyesuaian diri. Seperti yang terjadi pada remaja Suku

Baduy luar. Mereka mencoba keluar dari zona nyaman menuju

lingkungan baru. Memang secara adat tidak dilarang bagi mereka untuk

keluar kawasan Suku Baduy, tapi akan sangat berbeda jika mereka

dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang menuntut mereka untuk

107

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 108

Ibid, h. 33.

87

terus berinteraksi secara spesifik dengan orang-orang baru di lingkungan

yang baru.

Barker (1968) juga memandang bahwa setting-perilaku

sebagai suatu kesatuan didasari pada ketergantungan masing-masing

bagiannya : kejadian di bagian-bagian yang berbeda di dalam seting

mempunyai pengaruh besar satu sama lain daripada kejadian yang serupa

di luar setting. Dalam menjelaskan sistem otoritas, Barker menggunakan

analogi kesatuan bersarang (nested assembiles), yaitu sistem dalam

sistem, seperti kotak Cina, satu sistem bersarang di dalam sistem yang

lebih besar darinya.109

Dari pemaparan di atas, maka seorang individu dalam sebuah

lingkungan membutuhkan perilaku positif dari orang-orang yang berada

di sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Remaja Suku Baduy

luar dalam perjuangan mereka untuk mengenyam pendidikan

membutuhkan dukungan sosial yang akan membantu mereka melakukan

penyesuaian diri saat mereka berada di lingkungan sekolah yang nantinya

akan berimbas pada pola komunikasi dan kenyamanan mereka selama

bersekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Eman :

„‟ Saya akui ini memang melanggar adat, tapi kami tetap butuh

dukungan supaya tenang belajar di sekolah, untungnya saya

mendapatkan hal itu dari keluarga dan teman-teman saya di sekolah„‟110

Hal senada juga diungkapkan oleh Aat Rodiyat :

„‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu tidak

melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa seragam

ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti maling.

109

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 27. 110

Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah

di luar Baduy, pada 10 oktober 2016.

88

Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan orang-orang

luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟111

Demikian pula yang disampaikan oleh Suna Hermawan :

„‟ Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh. Itulah

sebabnya orang tua saya awalnya melarang sekolah. Tapi setelah saya

jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya orang tua dan keluarga

memberikan kepercayaan kepada saya. Pernah juga saya minder di

sekolah, tapi karena teman-teman sekolah sering mempercayakan saya

untuk jadi petugas upacara akhirnya saya bisa mengimbangi mereka,

jadi saya bersyukur mendapat dukungan seperti itu. „‟

Dari kutipan wawancara di atas, memberikan pengertian

kepada peneliti bahwa Remaja Suku Baduy Luar tetap mendapatkan

dukungan-dukungan sosial berupa dukungan emosional, informasional,

dukungan nyata dan kelompok sosial. Meskipun dukungan kelompok

sosial tidak mereka dapatkan secara utuh karena terbentur dengan adat

istiadat yang mengangggap bahwa sekolah itu hanya akan membodohi

orang lain, atau yang mereka bahasakan dengan „‟ intinya nggak boleh

ada yang pinterlah, takut minteran „‟112

2. Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar

yang bersekolah di luar Baduy

Dari keempat Informan yang menjadi sumber data peneliti

menemukan bahwa mereka tetap dalam kondisi baik selama mereka

berada dalam lingkungan sekolah. Kondisi baik dalam hal menjalankan

kewajiban mereka sebagai siswa meskipun mereka semua mengaku

selalu teringat akan adat Suku Baduy.

111

Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang

bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 112

Berasal dari bahasa Sunda yang artinya „‟ intinya tidak boleh ada yang pinter takut

membodohi„‟

89

Larangan adat Suku Baduy bagi anak-anaknya untuk

mengenyam pendidikan ternyata tidak jadi halangan untuk warga Suku

Baduy luar mendukung keempat Informan untuk terus menuntut Ilmu.

Faktanya mereka masih bisa menyadari potensi yang mereka miliki dan

mengembangkannya dengan cara mereka masing-masing. Tentu hal itu

bisa terjadi karena mereka memiliki citra diri yang positif.

Dukungan-dukungan yang mereka dapatkan bukan hanya

berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal, tapi juga berasal dari

lingkungan sekolah khususnya teman-teman dan dewan guru. Hal itu

diungkapkan oleh Eman saat wawancara :

„‟ Saya tidak begitu suka dengan curhat, kecuali masalah itu terus

berlarut-larut dan sekiranya saya tidak bisa menyelesaikanya sendiri.

Maka saya akan berkomunikasi guru-guru di sekolah‟‟113

Hal senada diungkapkan oleh Atmajaya :

„‟ Saya punya masalah dalam hal baca al-Qur‟an. Pernah diminta untuk

baca al-Qur‟an didepan guru Agama. Tapi guru itu memaklumi dan

tidak memojokkan saya karena saya berasal dari Baduy, justur saya

diberi semangat „‟114

Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat bahwa setiap

individu membutuhkan proses dalam melakukan penyesuaian diri. Hanya

saja setiap individu memilki proses yang berbeda-beda. Salah satu yang

menentukan proses penyesuaian diri seseorang adalah dukungan dari

orang orang sekitar. Baik lingkungan dimana ia tinggal maupun

lingkungan dimana ia berinteraksi.

113

Wawancara Pribadi dengan Eman salah satu sumber data peneliti, pada : 10 Oktober,

2016 114

Wawancara Pribadi dengan Atmajaya salah satu sumber data peneliti, pada : 08

Oktober, 2016

90

Penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan Glen

Elder memperlihatkan bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan

dengan strategi penyesuaian diri selama masa remaja, terutama remaja

laki-laki. Orang tua yang otoratif, biasanya akan mengajak anak-anaknya

terlibat dalam memecahkan masalah keluarga. Orang tua juga selalu

menjawab setiap pertanyaan anak dan menjelaskannya dengan baik. Agar

anak-anak mereka membentuk sikap mandiri, anak-anak diberi

kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun yang secara

bertahap di bawah bimbingan orang tua.115

Orang tua yang otoratif Juga memberikan kesempatan kepada

anak untuk mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak laki-

laki dari keluarga seperti ini biasanya pada masa remajanya akan

memperlihatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan sangat

menghargai dirinya, dapat berkomunikasi dengan baik dengan seluruh

anggora keluarganya.116

Sedangkan orang tua yang otoritarian lebih

mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi

konflik pada diri anaknya. Mereka mengutamakan kepatuhan total.117

Di pihak lain yang juga ekstrem adalah orang tua yang laissez

faire yaitu segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberikan

tanggung jawab pada anak. Laki-laki remaja dari kedua jenis keluarga ini

biasanya akan menghadapi kesulitan penyesuaian diri.118

115

Linda L Davidov, Psikologi Suatu Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari

Juniati (Jakarta: Erlangga, 1988), h, 195. 116

Ibid, h. 195. 117

Ibid, h. 195 118

Ibid, h. 195.

91

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti, remaja Suku Baduy memiliki orang tua yang otoratif. Mereka

sebagai anak selalu diajarkan bagaimana menyelesaikan masalah yang

ada melalu nasehat-nasehat yang mereka dapatkan. Selain itu mereka

juga diberi kesempatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan konflik,

termasuk keputusan mereka untuk sekolah di luar Baduy.

Proses penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar dalam

lingkungan sekolah sangat bervariasi tapi masih dalam kondisi yang

sangat baik. Dari keempat sumber data yang peneliti jumpai saat

melakukan observasi mereka semua sama-sama memantaskan diri

mereka untuk berada dalam lingkungan sekolah. Sehingga perbedaan

latar belakang tidak menjadi momok yang menakutkan bagi mereka.

Mereka mampu mengendalikan diri saat pertama masuk ke

lingkungan sekolah. Tentu bukan hal yang mudah bagi remaja Suku

Baduy luar untuk berinteraksi di tengah-tengah orang baru. Ejekan dan

pertanyaan-pertanyaan aneh ditujukan kepada mereka saat itu. tapi

mereka mampu mengatasi konflik dan emosi tersebut. Tentunya karena

dukungan yang mereka dapatkan dari lingkungan terdekat mereka, yaitu

keluarga dan Suku Baduy luar.

Dari pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa fakta-dakta

tersebut sangat relevan dengan indikator penyesuaian diri yang baik,

diantaranya adalah persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan

mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif dan hubungan

interpersonal yang baik dengan orang yang berbeda latar belakang.

92

Ditambah lagi mereka mampu menggali potensi yang mereka miliki

dengan dukungan-dukungan yang mereka dapatkan.

3. Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri

pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy

Penyesuaian diri adalah salah satu indikator bagi terciptanya

kesehatan mental yang baik. Penyesuaian diri juga menuntut kemampuan

remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkunganya,

sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkunganya

(Will, 2005).119

Sayangnya, dalam proses melakukan penyesuaian diri

yang baik, remaja Suku Baduy luar harus dihadapkan dengan kondisi

yang membingungkan, satu sisi mereka harus menaati adat istiadat Suku

Baduy yang telah dijaga turun temurun sebagai warisan, tapi di sisi lain

mereka juga membutuhkan pendidikan demi masa depan.

Dalam kondisi seperti ini remaja Baduy sangat membutuhkan

dukungan dari lingkunganya, baik berupa dukungan emosional,

dukungan informasional, dukungan penghargaan ataupun dukungan

nyata. Karena dengan mendapatkan dukungan positif dari lingkunganya

remaja akan merasa nyaman dan cenderung melakukan pengembangan

diri yang positif dan tentunya mampu berkomunikasi dengan baik dengan

lingkungan barunya, baik di sekolah ataupun di masyarakat luas.

Suku Baduy Luar sudah mulai terjamah oleh kemajuan zaman

dan perkembangan teknologi. Sebut saja handphone, selama peneliti

melakukan observasi di Baduy luar tidak sedikit yang sudah memiliki

119

Fani Kumalasari dan Latifah Nur Ahyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan

Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan, ( Jurnal Psikologi pitutur, Juni 2012 ), Vol. 1, No. 1,

h.21.

93

handphone dan media sosial. Kebanyakan dari mereka menggunakan

Facebook, tapi itu semua tentu dilakukan diam-diam tanpa

sepengetahuan Jaro Saija. lagi-lagi terbentur dengan adat istiadat Suku

Baduy. Begitu juga yang terjadi dengan mereka yang ingin mengenyam

pendidikan di sekolah. Sebagaimana diungkapkan oleh Aat Rodiyat :

„‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu

tidak melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa

seragam ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti

maling. Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan

orang-orang luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟120

Menurut Kahn dan Antonucci (1980), ada 3 lapisan orang-

orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan

subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, lapisan pertama terdiri dari

orang- orang yang membentuk barisan dukungan sosial dengan

mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat dengan mereka, dukungan

yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada subyek (terlepas dari

apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh : hubungan suami istri,

keluarga dan hubungan dengan teman – teman dekat.121

Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan

dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan

kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah

sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan

dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung,

keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang

120

Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang

bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 121

Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang

bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016, h.35.

94

sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke

waktu.122

Remaja Suku Baduy luar sangat membutuhkan ketiga lapisan

dukungan sosial tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan

dukungan sosial secara utuh dari lingkungan sosial yang terbentur oleh

adat istiadat. Tapi proses komunikasi, kenyamanan dan citra diri positif

mereka selama mereka berada di sekolah masih sangat baik, hal senada

diungkapkan oleh Atmajaya :

„‟Saya sangat menyadari ini melanggar adat, tapi saya tetap optimis dan

nggak mau ribet, yang penting saya harus sekolah dan berubah. Masalah

sanksi itu urusan belakangan, bagi saya yang penting keluarga sudah

mendukung dan teman-teman disekolah juga mendukung „‟123

Dari kutipan wawancara di atas, tentu saja seorang Atmajaya

mampu membuat dirinya nyaman di tengah-tegah lingkungan sekolahnya

karena dia mendapatkan dukungan dari keluarga, baik dukungan

emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata, seperti yang

diungkapkan oleh Aat Rodiyat :

„‟ Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di luar

Baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang sekolah,

sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya sekolah. „‟

Hubungan interpersonal yang baik, persepsi yang akurat terhadap

realitas dan beberapa indikator laninya dalam penyesuaian diri sangat

sulit untuk didapatkan oleh remaja Suku Baduy di masa-masa transisi

mereka dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah dan itu terjadi

saat hari-hari pertama mereka sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh

Eman :

122

Ibid, h. 35 123

Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di

luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar.

95

„‟Awalnya saya sangat canggung untuk berkomunikasi dan membuat diri

saya nyaman di lingkungan sekolah, saya butuh 1-2 minggu untuk

merasa nyaman di lingkungan yang baru, mungkin itu masa-masa

penyesuaian saya, itupun saya dapatkan karena teman-teman saya

sangat menghargai meskipun saya berasal dari Baduy, selain itu guru-

guru di sekolah juga tidak berhenti-berhentinya memberikan saya

nasehat agar saya tetap sekolah „‟124

Remaja Suku Baduy luar di usia ini mereka berada pada masa

peralihan, oleh karenanya sangat rentan sekali mengalami kegoncangan

dalam diri mereka. Maka dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap

kepribadian mereka. Seorang individu bisa memberi dukungan kepada

orang-orang lain yang disebut dengan „‟dukungan keluar„‟, dan apabila

individu tersebut menerima dukungan sosial dari orang-orang lain, maka

disebut dengan „‟ dukungan masuk „‟. Bila proporsi „‟dukungan masuk„‟

dibanding dengan proporsi „‟ dukungan keluar „‟ tidak seimbang,

keadaan ini dikenal sebagai suatu hubungan tidak simetri.125

Saat seseorang mengalami hubungan tidak simetri pada

dukungan sosialnya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam

melakukan proses penyesuaian diri dan bisa mengakibatkan terjadinya

Maladjusment pada diri individu tersebut, dan hal itu tidak terjadi pada

remaja Suku Baduy, hal senada diungkapkan oleh Suna Hermawan :

„‟ Semuanya mendukung. Keluarga, teman di sekolah, guru-guru dan

pastinya orang-orang Baduy luar. Larangan adat untuk tidak sekolah

rasanya tidak menjadi halangan. Berkat dukungan mereka saya bisa

tenang sekolah, bebas bergaul asalkan positif, dan yang paling penting

saya bisa terus meningkatkan kemampuan saya khususnya di bidang olah

raga „‟126

124

Wawancara pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di

luar baduy pada 12 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar. 125

Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 34. 126

Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang

bersekolah di luar baduy pada , 2016 di lingkungan baduy luar

96

Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa kemampuan seseorang

dalam melakukan penyesuaian diri berbanding lurus dengan dukungan

sosial yang ia dapatkan, semakin besar dukungan sosial yang ia dapatkan,

maka semakin mudah ia melakukan penyesuaian diri di lingkungan

barunya. Remaja Suku Baduy luar membutuhkan rentang waktu yang

relatif singkat untuk melakukan penyesuaian diri dilihat dari indikator

penyesuaian diri yang berhasil mereka raih.

Dari beberapa kutipan wawancara di atas juga mencerminkan

bahwa remaja Suku Baduy memang telah melanggar peraturan adat, tapi

jika dilihat dari perspektive Psikologi yang dalam hal ini adalah kaitanya

dengan kesehatan mental, pengaruh dukungan sosial sangat mendukung

kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di

luar Baduy. Dari dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku

Baduy luar dukungan dari orang tualah yang memiliki pengaruh paling

besar dalam mendukung penyesuaian diri yang efektif.

Mereka mampu berkomunikasi dengan baik dengan

lingkungan sekolahnya, mampu bergaul tanpa pilih-pilih dan mampu

mengatasi masalah yang ada. Hal itu juga terlihat dari semangat mereka

untuk meningkatkan kemampuan diri mereka ke arah positif. Itu

membuktikan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap

kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar.

Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri dapat

dilihat di lampiran dalam Skripsi ini

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Baduy Luar, Lebak-Banten tentang

Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy

Luar yang Bersekolah di Luar Baduy dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy tetap

mendapatkan dukungan sosial, berupa dukungan emosional, dukungan

informasional, dan dukungan nyata, meskipun secara adat mereka tidak

mendapatkan dukungan dari Jaro.127

2. Proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja Suku Baduy luar

sangat terbantu dengan dukungan sosial yang mereka dapatkan. Proses

tersebut mereka lalui dengan baik dengan beberapa indikator yang

peneliti temukan, yaitu persepsi yang akurat terhadap realitas,

kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif,

kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan hubungan

interpersonal yang baik.

3. Dukungan Sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang

bersekolah di luar Baduy mendukung proses penyesuaian diri yang

efektif. Jadi semakin banyak dukungan sosial yang remaja Suku Baduy

luar dapatkan maka semakin baik proses penyesuaian diri yang mereka

lalui. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam mengatasi masalah

127

Kepala adat Suku Baduy

98

termasuk rasa canggung yang mereka alami saat pertama kali berada di

lingkungan sekolah dan mampu menyelaraskan antara keinginan dan

kemampuan, serta menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang

yang berbeda latar belakang oleh remaja Suku Baduy luar sebagaimana

indikator seseorang yang mampu melakukan penysuaian diri yang baik

seperti, persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi

stress dan kecemasan, citra diri yang positif, kemampuan untuk

mengekspresikan perasaan dan hubungan interpersonal yang baik.

B. Saran

Dari hasil pengamatan peneliti mengenai dukungan sosial dan

kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar

Baduy, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Hendaknya lebih ditingkatkan lagi dukungan yang diberikan dari warga

Suku Baduy luar mengingat remaja yang bersekolah di luar Baduy

sesekali masih mengingat akan adat Suku Baduy yang melarang mereka

untuk sekolah.

2. Hendaknya para orang tua remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di

luar Baduy terus meningkatkan dukungan berupa nasehat-nasehat

mengingat dukungan yang paling berpengaruh terhadap penyesuaian diri

remaja Suku Baduy luar adalah dukungan dari orang tua

3. Lebih ditingkatkan lagi pemahaman akan indahnya kebersamaan tanpa

memandang perbedaan oleh sekolah-sekolah yang memiliki siswa-siswi

yang berbeda latar belakang guna meningkatkan kenyamanan bagi

99

mereka yang minoritas, salah satunya remaja Suku Baduy luar yang

bersekolah di luar Baduy.

4. Hendaknya remaja Suku Baduy luar terus meningkatkan semangat untuk

mencapai cita-cita dengan meningkatkan potensi yang telah mereka

temukan selama di sekolah dengan bantuan dukungan-dukungan yang

mereka dapatkan.

100

DAFTAR PUSTAKA

Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila,

(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :

Rineka Cipta, 2002)

D. Kartika, (dalam jurnal Psikologi, 1986) Vol.1 No.2, h.1-12

Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001)

Davidov, L Linda, Psikologi Suatu Pengantar Edisi ke dua dst. Psikologi Suatu

Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari Juniati (Jakarta: Erlangga,

1988),

Dianah, Amalia & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja

Anak dalam Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011)

Dwi, Ita Lestari, Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku

Merokok Anak di SMK Averus Jakarta Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015)

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, ( Jakarta : PT Rajagrafindo

Persada, 2010 )

Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik ),

(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006 ), Cet. I

Fahmy, Musthafa Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat

dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan

mental ( Jakarta : Bulan Bintang, 1982 ).

Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap

Perilaku Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010 ), Cet. I.

101

Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS,

(Semarang: UNDIP, 2003)

Gottlieb, Benjamin H, 1983, Social Support Strategies : Gudelines For Mental

Health Practice. Beverly Hills California : Sage Publication Inc, London

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : Bumi

Aksara )

Haber, A & Runyon, R.P. ( 1984 ). Psycology of adjusment. Illinois : The Dorsey

Press.

Hariwijaya, M dan Triton P.B, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi,

Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007 , Cet. Ke-1

Hurlock, B Elizabeth, Developmental psycology a life span approach alih bahasa

oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 )

Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam

Mulia, 1993 ), Cet. I

Katkovsky, W & Gorlow, L. ( 1976 ). Psychological of Adjusment ; Current

concept and application. United Stated of America ; McGraw-Hill, Inc

Kriyanto, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana, 2009

Kumalasari, Fani & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial

dengan Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi

Universitas Muria Kudus, 2012), Vol. 1 No.1

Moritsugu, John, Community Psycologi, (United States of America : Pearson

Education Inc, 2010)

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010).

Monk, FJ, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), Cet. XVI

102

Ningrum, Putri Rosalia, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja

(Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda),

(Jurnal Psikologi, 2013)

Quussiy. Abdul Aziz-, Asasusshihhah an-nafsiyah alih bahasa oleh Prof. Dr.

Zakiah Darajat dalam Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental ( Jakarta : Bulan

bintang. 1974 )

Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012

Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 )

Sarafino, E.P. ( 1990 ) Health Psychology : biopsycological interaction. Second

edition. New york: John Wiley & Son.

Sarafino, Edward.P. ( 1998 ) Health Psychology : biopsycological interaction.

Third edition. USA : John Wiley & Son

Sarwono, Sarlito, W, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo ), 1994 Cet.

III

Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung :

Alfabeta ), 2013.

Schneiders, Alexander A. ( 1964 ). Personal adjusment and mental health. New

York : Holt, Rineharr and Wisnton

Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV

Mandar Maju ), 2011

Smet, Bart, Psikoogi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 )

Sobur, Alex, M.Si Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 )

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2014. )

Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2011 ). Cet. Ke-12.

103

Wibowo ,Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), Cet.

2

____________________, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2011 ), Cet.

1

LAMPIRAN A

LEMBAR DATA PARTISIPAN

DATA DIRI

Nama (inisial) : Aat Rodiyat

Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 11 Nopember, 1998

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang

Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang

No Telepon : 08577728606

Pekerjaan :Siswa SMA Rangkasbitung.

DATA KELUARGA

Nama Ibu : Isah

Nama Ayah : Jali

LAMPIRAN B

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan

penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar

baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu

sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :

Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya

pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta

kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta

izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya

menjamin kerahasiaan wawancara ini.

Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?

Pedoman Wawancara

‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar

yang bersekolah di luar baduy

1. Dukungan Sosial

A. Dukungan emosional

a. Dukungan semangat

1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang

diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat

anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?

‘’ Keluarga saya sangat mendukung saya untuk sekolah, pada

saat itu saya bimbang, karena satu sisi saya mau masuk islam

dan sekolah tapi hanya mendapat dukungan untuk sekolah saja,

tidak dengan masuk Islam. Lantas saya memaksakan kehendak

saya untuk masuk Islam, tanpa sepengetahuan keluarga saya,

saya diam-diam membaca dua kalimat syahadat, barulah setelah

itu saya memberi kabar kedua orang tua saya. Saat itu masih

jarang yang punya handphone, bisa dibilang remaja baduy luar

baru saya saja yang punya handphone, saya memberi kabar

mereka lewat itu, dan bapak saya Cuma jawab ‘’ yaudah tidak

apa-apa, abis mau gimana lagi kamu udah masuk Islam ‘’.

Setelah itu saya menetap di luar baduy tanpa sepengetahuan

kepala adat.

b. Dukungan nasehat

2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan

memutuskan sekolah di luar baduy? kemudian bagaimana dia

memberikan nasehatnya ?

‘’di tempat saya menetap jarang yang memberikan saya

nasehat, karena memang sibuk masing-masing. Keluarga saya

memberikan nasehat ‘’ jangan masuk Islam sebelum lulus SD ‘’,

nasehat yang sedikit membuat saya tidak terima, kalau saya baru

masuk Islam setelah SD pasti saya telat untuk belajar membaca

al-Quran, oleh karenanya saya memaksakan kehendak saya

untuk masuk Islam.

c. Dukungan Penghargaan

3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan

anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana

penghargaan itu diberikan ?

Saya pernah mendapat ranking 3 saat sekolah dasar dan saya

mendapatkan penghargaan sama seperti teman-teman saya yang

juga berprestasi pada saat itu. Penghargaan itu diberikan sama

seperti mereka memberikan penghargaan pada yang lainnya.

d. Dukungan kepercayaan

4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk

mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?

Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahan-

keresahan saya, saat banyak pengunjung di baduy saya sering

mendengar bahwa menurut mereka orang-orang baduy itu

katro, bodoh dan ketinggalan zaman, saya terus

menyampaikan itu pada keluarga saya meskipun saya baru

menginjak remaja dan akhirnya mereka memberikan

kepercayaan kepada saya untuk sekolah.

5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di

sekolah anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku

Baduy?

Awalnya teman-teman saya mencibir dan tidak sedikit yang

bertanya ‘’ ngapain sekolah di sini ? ‘’ ‘’ dasar cilok ‘’, tapi itu

hanya terjadi saat awal-awal saja, selanjutnya teman-teman dan

guru-guru bersikap adil antara saya ‘’ orang baduy ‘’ dan

teman-teman yang lainnya ‘’ luar baduy’’

B. Dukungan Informasional

a. Pemberian Petunjuk / Informasi

6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah

di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut

?

Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di

luar baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang

sekolah, sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya

sekolah. Pada dasarnya dia sangat mendukung untuk sekolah tapi

tidak dengan masuk Islam.

C. Dukungan Nyata

a. Pemberian bantuan finansial

7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan

uang jajan ?

Selama saya menetap di sini ‘’ di luar baduy ‘’ untuk sekolah

banyak tetangga-tetangga di tempat saya tinggal memberikan

bantuan berupa ‘’ uang jajan ‘’, banyak sekali yang memberikan

bantuan itu, karena memang mereka juga sangat mendukung dan

peduli pada remaja baduy seperti saya. Selain itu kedua orang tua

juga mendukung niat saya untuk sekolah.

b. Pemberian Sarana dan Prasarana

8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan

sekolah ?

keluarga saya terutama orang tua mendukung penuh i’tikad baik

saya untuk sekolah, jadi dari merekalah saya bisa mendapatkan

alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah.

9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda

menggunakan alat transportasi ?

selama saya tinggal di guru ngaji saya, saya hanya

membutuhkan jalan kaki karena memang lokasinya tidak begitu

jauh dengan Sekolah Dasar, dan saat SMA pun seperti sekarang

ini saya tinggal di rangkas bitung di rumah kenalan orang tua

saya yang jaraknya tidak jauh dari SMA.

D. Dukungan dari Kelompok Sosial

10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan

untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?

Mendukung, karena anak-anak merekapun sama dengan saya

sedang berjuang untuk melanjutkan pendidikan. Jadi kami

saling menutupi satu sama lain, begitupun yang dilakukan

keluarga saya di dalam baduy.

2. Penyesuaian Diri

A. Persepsi yang akurat terhadap realitas

a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan

11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda?

Secara personal sesuai kemampuan, tapi sebenarnya keluarga saya

masih belum mampu untuk membiayai, kendatipun demikian

keluarga saya sangat mendukung sehingga memaksakan dan

mengupayakan segala daya untuk seberlangsungan pendidikan

saya.

12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan

bagaimana anda mewujudkannya?

Tidak sesuai kemampuan juga sih, ada juga yang memaksakan.

Seperti sekarang saya sekolah SMA, padahal keuangan orang tua

tidak begitu besar, tapi entah kenapa selalu saja ada jalan, karena

seperti yang saya bilang tadi, orang-orang sekitar sangat peduli

dengan remaja baduy yang ingin sekolah di luar baduy seperti saya

ini.

b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan

13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika

Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?

Mungkin bahasanya bukan sanksi ya, hanya saja dia yang

melanggar adat disebut durhaka dan tidak suci. Ya saya tahu

betul itu, tapi bagaimanapun dukungan keluarga dan masyarakat

baduy luar membuat saya tidak takut.

14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda

harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?

Saya sudah sangat resah dengan semua sebutan yang dinisbatkan

kepada kami ‘’ warga baduy ‘’ sebagai orang katro dan bodoh,

kekesalan dan keresahan itu membuat saya lupa akan larangan-

larangan itu, yang ada dalam pikiran saya saat ini hanyalah

bagaimana caranya sebutan itu tidak lagi dinisbatkan pada kami ‘’

warga baduy ‘’. Jadi saya yakin saja bahwa niat baik tidak akan

berujung kejelekan.

B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada

15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang

sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah

tersebut ?

Masalah si banyak, tapi saya nggak biasa untuk sibuk-sibuk

mikirin masalah itu, ya biasa aja, jalanin aja gitu. Nanti juga beres

sendiri.

b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang

direncanakan

16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ?

Apakah anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana

cara anda menerimanya ?

Pernah, ya terima-terima aja gitu. Kalau dulu sih masih suka

ngeluh mungkin kalau bahasa anak sekarang ‘’ galau’’, tapi

semenjak saya belajar Agama Islam ane sedikit tenang kalau ada

masalah. Seenggaknya saya inget Allah udah bikin agak lega.

c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk

17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau

genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada

yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar

baduy ?

Kalau untuk dilaporkan ke Jaro atau Pu’un sih kayaknya nggak

mungkin, soalnya sesama warga baduy juga sekarang sudah

mulai pengen maju, pengen sama kayak orang-orang di luar

sana. Kalaupun dalam situasi genting atau dalam masalah di

sekolah saya biasanya diemin masalah itu, pernah waktu itu ada

yang menghina saya berlebihan di SMP Rangkas, saya diemin

beberapa hari untung besoknya dia nggak ngulangin lagi,

mungkin kalau dia ngulangin saya nggak bisa tahan diri saya,

bisa aja orang itu saya ‘’ tonjok’’, biasanya orang pendiem lebih

galak kalau udah marah.

Pernah satu waktu, saat itu saya belum bisa baca al-

Qura’an, semua anak diminta membawa al-Qur’an untuk

dites membaca di depan guru agama, bisa dibayangkan

bagaimana perasaan saya saat itu, saya hanya bisa duduk

paling belakang dan terus menghindar saat guru agama

melihat ke belakang. Keadaan saya sangat terpuruk waktu

itu, karena harus jadi orang yang satu-satunya tidak bisa

membaca al-Qur’an, saya sangat resah dan bingung mau

bicara dengan saiapa, ditambah sikap saya yang memang

seorang pendiam. Saya sangat gugup dan resah jika

dihadapkan dalam keadaan genting seperti itu.

C. Citra diri yang positif

a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri

18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan

kelebihan anda ?

Saya sih kayaknya gini-gini aja yah, masi ngerasa banyak

kekurangan aja gitu, apalgi saya berasal dari baduy yang kata

orang masih terbelakang, yah pokoknya kekuranganya banyaklah,

salah satunya ya saya suka minder kalau untuk bilang ke orang

yang baru kenal saya ini orang baduy, butuh proses untuk bilang ke

orang kalau saya ini berasal dari baduy. Kalaupun untuk kelebihan

kayaknya saya Cuma punya satu kelebihan, yaitu semangat.

b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis )

19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang

anda miliki saat ini ? mengapa ?

Sangat yakin, soalnya meskipun saya berasal dari baduy, buktinya

saya masih bisa bertahan samapa sekarang dengan segala

kekurangan dan kelebihan yang saya miliki saat ini. Intinya sih

saya orangnya mau asalkan itu buat kebaikan.

20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh

dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada

anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan

menerima kekurangan yang ada ?

Sering sih liat yang seperti itu, teman-teman kelas yang memang

berasal dari keluarga berada selalu terlihat lebih segalanya dari

saya, belum lagi juara-juara kelas yang selalu jadi andalan guru-

guru saat ada perlombaan cerdas cermat atau semacamnya.

Ditambah karena saya suka olahraga ternyata di sekolah banyak

anak yang jauh lebih hebat dalam olah raga, untuk

menyikapinya saya selalu sadar bahwa kita punya kemampuan

masing-masing tapi saya selalu berlatih dan berusaha untuk

menyusul mereka. Saya punya prinsip, kalau mereka bisa

kenapa saya tidak bisa.

D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri

21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di

luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?

Perubahan sih banyak, terutama dalam hal pergaulan. Saya

memang termasuk anak yang senang bergaul selama tinggal di

baduy luar, ternyata keadaanya sangat berbeda saat saya mulai

bergaul dengan orang luar baduy di sekolah. Tapi perubahan-

perubahan itu terus berusaha saya imbangi sekuat mungkin.

Yang jelas perubahan-perubahan yang saya alami tidak

mengubah sikap saya terhadap remaja baduy luar yang belum

sekolah.

Perasaan saya tentu senang, tapi sebelum saya bisa

mengucapkan itu ‘’ senang ‘’ banyak suka duka yang saya lalui

selama bersekolah di luar baduy, terutama awal-awal saya

sekolah. Semuanya terasa baru. Awalnya saya merasa sangat

canggung dan menutup diri, karena memang sangat sedikit

anak-anak yang menerima orang baduy untuk berbaur dengan

mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah saya waktu itu.

Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya bisa duduk

di kelas 3 SMA seperti sekarang ini.

b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara

terbuka dan jujur

22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,

kecewa, dan bahagia ?

Sangat menyadari.

23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan

apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?

Saya lebih senang memendam perasaan saya sendiri, saya

termasuk anak yang pendiam kalau masalah perasaan.

E. Hubungan interpersonal yang baik

a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain

24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul

dengan teman-teman sekolah anda ?

Awalnya tentu sangat tidak nyaman, apalagi untuk

berkomunikasi dengan orang-orang luar baduy selama di

sekolah, tapi lambat laun merekapun bisa menerima keberadaan

saya, apalagi saya anaknya nggak banyak bertingkah.

25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?

Sangat betah, karena ternyata di sekolah yang saya tempati

sangat menghargai orang-orang baduy, bahkan tidak sedikit dari

mereka yang justru menganggap unik kalau bisa berteman denga

orang Baduy seperti saya. Tidak jarang mereka menyebut saya

Aat Baduy.

b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang

berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis

kelamin dan lain sebagainya

26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?

Saya tidak pilih-pilih dalam bergaul, siapa saja saya berteman

denganya, selama dia baik, ya kenapa tidak saya berteman denganya.

27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang

berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia

yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui

kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?

Kendalanya sangat banyak, salah satunya dikucilkan saat

pertama masuk sekolah, tapi di luar itu mereka semua

menyambut hangat orang baduy seperti saya, asalkan kita

mau untuk berbaur dan berbuat baik. Saya sudah masuk

Islam dan mayoritas lingkungan SMA saya juga orang Islam

jadi nggak ada masalah sih, tapi nggak sedikit juga yang

beragama non-Islam dan saya menyikapinya dengan

penerimaan seperti halnya teman-teman saya yang menerima

saya yang dari baduy, mungkin itu juga salah satu

manfaatnya sekolah, pikiran kita lebih terbuka.

c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan

kehadirannya

28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?

Sepertinya dalam pikiran mereka saya ini orang yang unik,

karena memang jarang sekali teman-teman saya di sekolah

berteman dengan orang baduy. Saya juga seringkali dipercaya

untuk menjadi penampil saat sekolah mengadakan pentas seni,

bahkan tidak jarang saya menampilkan tokoh asli saya ‘’ baduy

‘’ dalam salah satu drama, dan hasilnya sangat memuaskan,

semuanya tertawa. Jadi dari situ saya menganggap bahwa orang

lain melihat saya sebagai pribadi yang lucu dan unik, satu lagi

wajib dilestarikan menurut pendapat teman saya di sekolah.

d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal

29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’

teman-teman anda di sekolah ‘’ ?

Saya coba terus mengimbangi mereka, terlebih awal-awal

masuk sekolah saya masih kaku untuk berhubungan dengan

orang selain suku baduy. Awalnya malu-malu tapi lama

kelamaan teman-teman sekitar saya mulai mengerti saya dan

mereka juga mencoba mengimbangi saya, bahkan tak sedikit

yang memberikan saya semangat untuk terus sekolah.

LAMPIRAN C

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal : 07, Oktober 2016

Jam : 12. 45 WIB

Wawancara ke : Satu

Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar

Catatan Lapangan :

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :

Hari itu cuaca sangat mendung. Di tengah-tengah wawancara hujan turun

cukup deras. Suara percakapan kami menjadi samar karena air hujan yang

turun dengan angin yang cukup kencang, sehingga Aat harus sedikit

mengangkat suaranya agar jelas terdengar. Awalnya suara Aat sangat kecil

sekali, menurut peneliti dia sedikit malu menceritakan kisahnya tentang

sekolah di luar baduy. Tapi karena kondisi perbatasan berangsur sepi

karena hujan Aat bisa dengan santai menceritakan kisahnya ditambah

tidak ada pihak lain di sekitar kami.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :

Aat Rodiyat bertubuh sedikit gempal, berkulit putih. Mungkin bagi orang

awam tidak akan percaya kalau dia berasal dari baduy, tapi setelah

mendengarnya berbicara barulah tau sebenarnya. Saat wawancara ia

memakai sweeter coklat dan topi abu-abu lengkap dengan celana hitam

panjang.

3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada

interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)

Awalnya Aat Rodiyat merasa sedikit canggung untuk bercengkrama dan

menceritakan kisah tentang sekolahnya. Barulah di pertengahan

wawancara Aat merasa sedikit santai, oleh karena itu peneliti sempat

mengulang beberapa pertanyaan yang dianggap belum sampai pada fokus

penelitian. Setiap kalimat yang ia ucapkan selalu terputus putus kata per

kata. Beberapa kali peneliti harus terlebih dahulu mengalihkan inti

wawancara ke pembicaraan lain untuk mencairkan suasana. Volume

suaranya selalu rendah, kadang-kadang peneliti harus mendekatkan telinga

ke informan untuk bisa mendengarkan jawaban dari informan. Bahkan

kadang informan merasa dirinya sedang diinterogasi oleh pihak berwajib.

‘’ aduh kok jadi tegang amat ini mas wawancaranya ‘’ ungkapanya saat

merasa semakin gugup. Informan juga sering sekali menjawab pertanyaan

peneliti dengan senyuman sambil menundukkan kepala, entah malu atau

nervous, tapi setelah diajak berbicara lebih santai ternyata Informan

merasa tidak nyaman bahkan takut jika identitasnya harus terbongkar

sebagai orang baduy yang sekolah di luar baduy, tapi peneliti berhasil

mengajaknya berbicara lebih rileks dengan mengajaknya berjalan

berkeliling sekitar baduy luar dengan candaan candaan ringan yang

membuat Informan kembali mau diajak wawancara dan menjawab semua

pertanyaan dari peneliti.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :

Sempat ada pihak lain selama wawancara berlangsung, tapi saat ada pihak

lain peneliti berusaha untuk mengalihkan terlebih dahulu pembicaraan ke

arah yang lebih umum. Barulah setelah pihak lain itu pergi peneliti

mengembalikan pembicaraan ke fokus penelitian.

5. Catatan khusus selama wawancara :

1. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus

penelitian, antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.1

2. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda yang peneliti

kurang dimengerti.

3. Di luar itu semua Informan terlihat mencoba bekerjasama sebisa

mungkin dengan Peneliti.

1 Istilah kepala adat Suku Baduy.

INFORMAN 2

LEMBAR DATA PARTISIPAN

DATA DIRI

Nama (inisial) : Atmajaya

Tempat, Tanggal Lahir : 08 Januari, 2002

Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang

Alamat : Kp. Cisaban, Leuwidamar, Lebak

No Telepon : 081517732434

Pekerjaan :Siswa SMP Satu Atap ( Satap ) Ds. Sobang.

Nama Ayah : Dairan

LAMPIRAN B

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan

penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar

baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu

sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :

Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya

pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta

kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta

izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya

menjamin kerahasiaan wawancara ini.

Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?

Pedoman Wawancara

‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar

yang bersekolah di luar baduy ‘’

Informan 2 Atmajaya

1. Dukungan Sosial

A. Dukungan emosional

a. Dukungan semangat

1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang

diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda

memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?

Kalau Bapak sih sangat mendukung dan menyemangati, tapi Ibu

masih sedikit merasa takut dan mengkhawatirkan saya, karena Ibu

saya sangat tidak mau kalau saya harus berangkat sekolah tiap pagi

dengan cara sembunyi-sembunyi, takut ada apa-apa, katanya. Tapi

selebihnya sih Ibu mendukung, Cuma khawatir aja,

b. Dukungan nasehat

2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan

memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia

memberikan nasehatnya ?

Kebetulan selama saya sekolah saya punya kenalan dekat SMP, di

rumahnya saya sering singgah untuk sekedar melepas lelah, pemilik

rumah itulah yang selau menasehati saya untuk tetap terus sekolah

apapun yang terjadi.

c. Dukungan Penghargaan

3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan

anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana

penghargaan itu diberikan ?

Waktu itu pernah saya masuk tim Voly di smp dan menang lomba

voli antar SMP se-Rangkasbitung. Setelah itu coba untuk kualifikasi

lagi untuk mengikuti ajang yang lebih tinggi tapi gagal. Selama saya

menjadi bagian dari tim volli yang berprestasi itu Alhamdulillah

pihak sekolah memperlakukan sama antara saya dengan yang

lainnya ‘’ siswa non baduy ‘’ dan memberikan penghargaan yang

sama dengan yang lainnya.

d. Dukungan kepercayaan

4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk mempercayai

anda untuk sekolah di luar baduy?

Saya hanya bilang seadanya saja, sesuai niat awal saya, yaitu pengen

belajar, tidak lebih dari itu. Memang pada saat itu juga orang tua

sangat mendukung, paling yang dikhawatirkan adalah pulang-pergi

dari sekolah itu karenamemang jaraknya yang sangat jauh dan

melewati perkebunan.

5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah

anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku Baduy?

Kalau saya itunganya jauh lebih mudah, karena sebelum saya sudah

ada Aat yang sekolah di tempat yang sama, jadi teman-teman

sekolah juga langsung terbiasa dengan kehadiran saya meskipun

saya dari Baduy.

B. Dukungan Informasional

a. Pemberian Petunjuk / Informasi

6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di

luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ?

Dari dulu saat saya kecil memang saya memang sudah suka main ke

luar baduy, dari situ saya suka tanya-tanya sama orang luar tentang

sekolah, jadi saya yang nyari sendiri informasinya, ditambah lagi Aat

sudah sekolah sebelumnya.

C. Dukungan Nyata

a. Pemberian bantuan finansial

7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang

jajan ?

Untuk hal itu orang tua saya yang masih menanggungnya, puji

syukur orang tua saya masih mampu untuk membiayai sekolah saya

meskipun memang pas-pasan.

b. Pemberian Sarana dan Prasarana

8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan

sekolah ?

Sama seperti uang jajan, alat-atal dan perlengkapan sekolah juga

saya dapatkan dari kedua orang tua saya.

9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda

menggunakan alat transportasi ?

Jalan kaki, sama seperti Aat dulu waktu dia sekolah SMP, hanya

saja sekarang temen-temen yang sama sama sekolah di luar baduy

juga memiliki satu tempat yang sama untuk ganti baju, ya biasa sih

tempatnya cuma gubug aja, yang penting cukup buat kita pas di

tengah kebun buat ganti baju.

D. Dukungan dari Kelompok Sosial

10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk

sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?

Kalau Jaro sih jelas melarang warganya untuk sekolah, untuk

warganya biasa aja sih mas, tapi yang jelas mereka juga sama-sama

nutupin biar kita semua nggak ketahuan sama Jaro apalagi 3 tangtu

itu. Jadi intinya mereka sih mendukung yang penting kita di sini

bener-bener belajar aja. Di luar dari itu saya juga orangnya cukup

cuek apalagi masalah lingkungan sekitar, yang jelas mereka tidak

mengusik, saya juga tidak akan mengusik mereka

2. Penyesuaian Diri

A. Persepsi yang akurat terhadap realitas

a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan

11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan

anda?

Sesuai kemampuan sih, tapi awalnya ibu sedikit khawatir takut

kenapa-kenapa di jalan, tapi ya sekarang-sekarang udah biasa aja.

12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan

bagaimana anda mewujudkannya?

Kalau punya keinginan sih saya coba terus kejar itu, terus latihan.

Keinginan sih banyak tapi sedikit-sedikit lah saya capai itu. Terus

saya juga orangnya sambil jalan aja sih, artinya ya kalau untuk

mencapai sesuatu saya jarang bikin target, yang penting saya

usaha dulu sekuat mungkin.

b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan

13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika

Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?

Tahu sih, tapi saya orangnya nggak mau ribet yah, yang

penting saya harus sekolah dan berubah, masalah sanksi itu

urusan belakangan.

14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa

anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?

Saya orangnya cuek, bagi saya yang penting keluarga sudah

mendukung, selebihnya terserah deh.

B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada

15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang

sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah

tersebut ?

Ya sabar aja sih, lagian mau gimana lagi, namanya jga hidup

ya pasti ada masalahkan. Saya lebih senang untuk tidak

memikirkan masalah, biar deh itu terus ada yang penting saya

terus fokus sama sekolah saya, saya udah nggak mau

ketinggalan lagi. cukup orang-orang tua saya yang ketinggalan,

saya jangan.

b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang

direncanakan

16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah

anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda

menerimanya ?

Pernah sih, tapi saya orangnya tipe yang sambil jalan aja,

nggak ada target yang tinggi-tinggi, ya jalanin aja gitu.

Bisa, soalnya bagi saya yang pentingkan mau usaha dulu,

kalau untuk hasil ya gimana nanti aja. Ditambahkan saya

orangnya nggak suka dikejar target, tetap menargetkan tapi ya

nggak begitu menuntut dan memaksakan kehendak. Pernah

waktu itu saya dan tim saya jadi ututsan sekolah untuk lomba

volli antar sekolah se Rangkasbitung dan kami kalah, bagi saya

tidak jadi masalah yang penting setelah itu mau lagi latihan

dan melihat ke depan.

c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk

17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau

genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada

yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar

baduy ?

Jelas sih deg-degan, tapikan ada temen jadi kadang kadang

saya langsung minta tolong ke temen kalau ada masalah,

itupun jarang. Kalau untuk masalah saya suka pilih-pilih mana

temen yang pas buat diajak bicara dan dimintai tolong.

C. Citra diri yang positif

a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri

18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan

dan kelebihan anda ?

Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja

gitu. Paling kelebihanya ya di olah raga Volli, saya juga masuk

tim utama volli di SMP sekarang.

b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis)

19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua

yang anda miliki saat ini ?

Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar, karena

percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong

keyakinan saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau

usaha.

20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh

dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari

pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau

diam dan menerima kekurangan yang ada ?

Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. ‘’ Kok orang

hebat yah, tapi saya enggak ‘’, tapi kan itu sesuai dengan

usaha dan latihanya, sperti yang saya bilang tadi, di Volli

kami memang pernah berprestasi tapi ternyata ada yang lebih

baik lagi dari kami, ya saya sangat iri dan mengakui

kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman jadi terpacu

untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka sebagai

motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi.

D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri

21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di

luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?

Banyak ya perubahannya, dari dulu tidak tahu sekarang jadi

tahu, apalagi maslah pelajaran yang diajarkan di sekolah,

semuanya memberikan perubahan bagi diri saya, saya harap ini

terus begitu biar saya bisa ngasih perubahan ke keluarga saya

dan yang lainnya.

b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara

terbuka dan jujur

22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,

kecewa, dan bahagia ?

Iya, sangat menyadari. Kadang-kadang saya kalau lagi nggak

enak perasaan untuk main saya lebih milih menyendiri, berarti

itu tandanya saya lagi ada masalah dan ada yang salah sama

perasaan saya.

23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa

yang anda rasakan terhadap orang lain ?

Saya lebih senang untuk memendamnya sendiri, saya tidak

mau orang lain juga merasakah kesulitan yang sedang saya

alami, apalgi kedua orang tua saya. Bagi saya sudah cukuplah

mereka memberikan dukungan saya untuk sekolah, selebihnya

masalah-masalah yang saya hadapi biar saya saja yang tahu.

E. Hubungan interpersonal yang baik

a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain

24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul

dengan teman-teman sekolah anda ?

Baik-baik saja kok. Mereka semuanya baik, mau nerima saya,

jadi saya juga enak untuk komunkasi ke merekanya. Paling

awalnya aja, pertama-tama masuk sekolah kayak yang orang

asing di mata mereka, selebihnya sudah bisa main bareng dan

becanda bareng.

25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?

Betah, karena di sekolah bisa nambah teman, nambah ilmu

pastinya meskipun saya paling katro waktu awal-awal masuk

sekolah.

b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda

latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan

lain sebagainya

26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?

Tidak, gabung-gaubung saja dengan semua orang, saya justru

kurang suka jia harus berteman dengan berkelompok-

kelompok. Saya memang bisa dibilang orang yang sangat

pendiam, otomatis saya jarang sekali bicara, tapi untuk teman

saya tidak pilih-pilih, selama mereka baik dan tidak macem-

macem ya saya berteman dengan mereka.

27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang

berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia

yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui

kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?

Kendala sih pasti ada, tapi selama ini yang paling susah itu

untuk komunikasi sama orang yang lebih tua, apalagi guru.

Waktu guru nanya saya sering nggak jawab, biasanya cuma

geleng-gelen kepala sama nunduk aja, mulut kayaknya berat

untuk ngomong, ya saya mulai belajar buat beraniin diri,

sekarang sudah lumayan bisa buat ngomong ke orang yang

lebih tua, ya itu juga berkat sekolah.

Kalau untuk perbedaan suku sih itu nggak masalah ya,

awalnya aja saya nggak berani, itupun karena sayanya dulu

yang ngerasa minder sama yang lain, ngerasa paling beda

sama yang lain, padahal mereka siap nerima saya.

Sampe sekarang saya belum masuk Islam, beda sama Aat

yang udah mutusin masuk Islam tapi untuk sekedar bergaul

dan ngobrol-ngobrol sama mereka saya belum nemuin

hambatan.

c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan

kehadirannya

28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?

Untuk yang seperti itu saya jarang sih memerhatikan,

paling-paling kalaupun ada yang bilang saya pendiem ya

saya diemin aja, mungkin memang bagi mereka ada hal

yang kurang disuka dari saya, waktu itu juga pernah di

skeolah ujian BTA ( Baca Tulis al-Qur’an ) terus saya

ditanya sama guru ‘’ Kamu mau ikut ujian nggak ? Kamu

bisa bacanya ? ‘’. Waktu itu saya cuma bisa diem aja, tapi

temen-temen saya yang jawab ‘’ Ujian aja bu, Atma

orangnya rajin kok belajarnya, walaupun masih sedikit-

sedikit bisa baca al-Qur’anya ‘’. Mungkin itu bisa jadi

pandangan temen-temen terhadap saya. Jadi ya mereka

nggak bisa dibilang tidak terganggu dengan kehadiran saya,

kalau sudah waktu belajar, ya saya juga nggak macem-

macemlah, Cuma perhatiin apa yang ada di papan tulis dan

guru yang menjelaskan di depan.

d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal

29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’

teman-teman anda di sekolah ‘’ ?

Awalnya saya takut untuk bergabung dengan mereka, sangat

canggung. Selanjutnya ya biasa sih saya ngobrol-ngobrol

kaya orang lain, suka ngumpul-ngumpul dan maen bareng

LAMPIRAN C

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal : 08, Oktober, 2016

Jam : 16 : 44 WIB

Wawancara ke : Dua

Tempat : Baduy Luar di dekat kediaman Jaro Saija.

Catatan Lapangan :

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :

Hari itu Kondisi Baduy Baduy Luar sedikit ramai oleh pengunjung, kami

berdua memilih tempat yang jarang dilalui oleh pejalan kaki yang lalu

lalang. Beberapa meter dari kami ada seorang perempuan yang sedang

menenun, tapi dia tidak memedulikan kegiatan kami dan terus asyik

menenun kainnya. Awalnya seperti mau turun hujan, tapi sampai

wawancara selesai hujan tak kunjung turun. Pihak lain hanya lalu lalang

itupun masih bisa dihitung oleh jari. Pihak lain yang menetap hanya

seorang perempuan yang menenun itu dan tidak mengganggu.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :

Atmajaya dengan tinggi badan sekitar 155 cm dengan badan sedikit kurus

yang mungkin bisa merepresentasikan remaja suku baduy luar lengkap

dengan kulitnya yang gelap. Saat wawancara ia memakai celana pendek

hitam sesuai dengan adat suku baduy.

3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada

interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) :

Atmajaya sangat pendiam, sangat sulit untuk diajak bicara. Sesekali ia

diam dan terlihat berpikir tentang percakapan kami. Tapi ia terlihat

berusaha keras untuk menceritakan semuanya. Dia juga mengakui hal itu,

jadi peneliti membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk wawancara

tersebut, tapi dia sangat terbuka untuk informasi hanya saja dia memiliki

sedikit masalah dalam berbicara.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :

1. Atmajaya anak yang pendiam membuat peneliti menalami kesulitan

saat berkomunikasi denganya.

2. Sesekali Atma meninggalkan peneliti karena dipanggil oleh orang

tuanya yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami

wawancara.

5. Catatan khusus selama wawancara :

1. Di tengah-tengah wawancara Atmajaya sempat memutuskan untuk

berhenti, tapi peneliti berhasil membujuknya dan mau melanjutkan

wawancara.

2. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus penelitian,

antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.

LEMBAR DATA PARTISIPAN

DATA DIRI

Nama (inisial) : Eman

Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 18 April, 2001

Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang

Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang

Pekerjaan : SMP Satu Atap ( Satap ), Sobang.

Nama Ibu : Saniah

Nama Ayah : Asmin

LAMPIRAN B

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan

penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar

baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu

sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :

Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya

pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta

kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta

izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya

menjamin kerahasiaan wawancara ini.

Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?

Pedoman Wawancara

‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar

yang bersekolah di luar baduy ‘’

1. Dukungan Sosial

A. Dukungan emosional

a. Dukungan semangat

1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang

diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat

anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?

Semangat tentu saja dari orang tua saya, selain itu ada juga pak H.

Kasmin, dia memang masih punya hubungan darah sama Ibu saya

walaupun hubungan saudara jauh, tapi dia juga sangat membantu

saya untuk sekolah. Rumahnya yang selalu jadi persinggahan

sementara saya saat pulang dan pergi sekolah. Di rumahnyalah

saya biasa mengganti pakaian dan seragam saya.

b. Dukungan nasehat

2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan

memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia

memberikan nasehatnya ?

Saya jadi inget masalah saya, dulu saya buat nulisin nama saya

aja masih bingung, saya nggak bisa, saya buta huruf, tapi saat itu

orang tua saya terus support saya,

Satu nasehat yang saya ingat dari orang tua saya ‘’ Kalau

misalkan kamu udah pinter, ngapain kamu sekolah ? ‘’ kalimat

yang membuat saya semangat, nasehat-nasehat seperti itulah yang

membuat saya bangkit dan mau untuk sekolah, selain keluarga

pak H. Kasmin juga ikut menasehati saya tentang keputusan saya

untuk sekolah di luar Baduy.

Sepulang sekolahpun orang tua selalu berpesan satu atau dua

kalimat untuk menyemangati saya di sekolah, pernah saya punya

masalah dengan teman saya, orang tua saya hanya bilang ‘’ Kalau

ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu itu

sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat

c. Dukungan Penghargaan

3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di

lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ?

Bagaimana penghargaan itu diberikan ?

Kebetulan saya satu tim dengan Atma di tim volli sekolah.

Pihak sekolah sama sekali tidak membedakan kami dengan

anak-anak lainnya yang bukan berasal dari baduy. Pihak

sekolah juga memberikan hadiah yang sama kepada saya dan

Atma saat menang lomba volli, saya rasa semuanya disikapi

oleh dewan guru sacara adil

d. Dukungan kepercayaan

4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk

mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?

Saya sudah terus meyakinkan keluarga saya semenjak saya

duduk di Sekolah Dasar. Saya bersikap sebaik mungkin saat

sekolah dasar di SDN Hariang 4, Desa Sobang. Mungkin

kalau sikap saya tidak sesuai dengan apa yang orang tua

harapkan saya tidak mungkin bisa duduk di SMP seperti

sekarang ini. Akhirnya dengan siap baik yang saya buktikan

sejak SD, orang tua saya jadi mudah mempercayai anaknya

untuk sekolah dan bercampur dengan anak non-baduy. Dan

sampai sekarang saya masih menjaga kepercayaan itu dengan

tidak ikut-ikutan merokok dan hal-hal negative lainnya.

5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di

sekolah anda mempercayai anda karena anda berasal dari

suku Baduy?

Banyak sekali pertanyaan yang ditujukan kepada saya, mulai

dari mengapa saya sedikit berbeda sampai kenapa saya

sekolah. Saya jawab semuanya dengan apa adanya, ternyata

jawaban saya tentang dari mana saya berasal ‘’ Baduy ‘’

berhasil menarik perhatian teman-teman saya, awalnya saya

kira mereka tidak menerima saya, ternyata sebaliknya. Dari

situ mereka langsung memercayai saya untuk hadir di tengah-

tengah mereka.

B. Dukungan Informasional

a. Pemberian Petunjuk / Informasi

6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah

di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut

?

Kalau saya sih dapet informasinya dari pak H. Kasmin, dia yang

memberitahu saya kalau saya harus sekolah biar jadi orang.

Beliau juga berasal dari Baduy, tapi dulu juga dia sembunyi-

sembunyi untuk sekolah dan akhirnya berhasil mendapatkan

kehidupan yang jauh lebih layak.

Selain itu orang tua saya sejak kecil sudah berkeliling kota

untuk mengantarkan beras, dari perjalananya itulah mereka

sering melihat orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi

selalu mendapatkan kehidupan yang lebih layak, oleh karena itu

mereka terus memberikan pengarahan pada saya untuk sekolah

demi mendapatkan masa depan yang lebih baik.

C. Dukungan Nyata

a. Pemberian bantuan finansial

7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan

uang jajan ?

Kalau untuk itu masih saya dapatkan dari orang tua, kata

mereka tugas saya hanya belajar dan membuat diri saya sendiri

bangga akan keberhasilan saya nanti.

b. Pemberian Sarana dan Prasarana

8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan

perlengkapan sekolah ?

sama seperti uang jajan, itupun saya dapatkan dari kedua

orang tua saya dan pihak sekolahpun memberikan saya

sarana dan prasarana yang sama dengan anak-anak yang dari

luar baduy.

9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah

anda menggunakan alat transportasi ?

sangat terjal, saya kesana dengan jalan kaki. Prosesnya ya

seperti yang saya ceritakan tadi, saya harus sembunyi-

sembunyi dari jaro, caranya saya selalu memakai pakaian

adat saat berangkat sekolah sesampainya di perkebunan saya

mengganti pakaian saya dengan seragam yang sudah saya

siapkan di tas saya, begitu setiap hari.

D. Dukungan dari Kelompok Sosial

10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan

untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?

Sepulang sekolah justru keluarga saya selalu menyambut dengan

senang, karena mereka tau perjuangan saya untuk pergi ke

sekolah apalagi untuk sembunyi-sembunyi menghindari Tangtu

dan Jaro suku kami. Begitu juga tanggapan tetangga dan kerabat

dekat, semuanya bangga dengan perjuangan saya dan yang pasti

juga mendukung.

2. Penyesuaian Diri

A. Persepsi yang akurat terhadap realitas

a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan

11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan

anda?

Kalau untuk merencanakan sesuatu yang tidak sesuai

kemampuan sih kayaknya nggak ya, saya lebih senang

merencanakan sesuatu yang sekiranya saya mampu untuk

mencapainya. Kalau untuk sekolah di luar baduy itu sesuai

dengan kemampuan saya dan sejalan dengan keinginan orang

tua saya untuk anaknya menjadi lebih baik lagi.

12. Apakah keinginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan

bagaimana anda mewujudkannya?

Ya sesuai, saya mewujudkanya dengan terus berusaha sekeras

mungkin, tidak peduli bagaiamana keadaanya, yang jelas saya

berusaha sekuat mungkin..

b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan

13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika

Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?

Ya saya tahu, kokolot di baduy bahkan membahasakan bahwa

sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain juga pernah

mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu

juga menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang

melanggar adat baduy yang penting saya selalu berusaha untuk

mengambil hal-hal yang positif dan membuang yang

negatifnya, karena dengan sekolah wawasan kita jadi semakin

luas.

14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda

harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?

Saya terus bulatkan tekad, lagipula memang keluarga saya sangat

mendukung, karena mereka sudah liat bukti kalau yang

berpendidikan itu hidupnya lebih baik.

B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada

15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat

berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ?

Kalau untuk itu jarang sih, tapi namanya manusia kan pasti ada

masalahnya, paling saya ke temen saya aja buat cerita itu. Selebihnya

saya selesaikan masalah itu sampe beres.

b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang

direncanakan

16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda

bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda

menerimanya ?

Pernah waktu itu saya ikut lomba tarung derajat dan saya dapet juara 3

di tingkat propinsi, lalu beberapa bulan kemudian saya kembali menjadi

utusan sekolah saya untuk bidang olah raga tarung derajat, pelatih

menargetkan saya untuk mendapatkan medali emas, dan saya

merencakan itu dari jauh-jauh hari dengan berlatih dengan serius,

sayangnya rencana saya tidak dapat saya raih, saya hanya meraih

medali perak. Saya anggap kegagalan itu sebagai pembelajaran dan

untuk meningkatkan kita belajar.

c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk

17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting,

seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin

melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ?

Khawatir sih pasti ada, tapi saya masih bisa mengontrol.

C. Citra diri yang positif

a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri

18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan

dan kelebihan anda ?

Saya pendiem, terus saya juga masih nganggep saya itu banyak

kekuranganya, terus kalau emosi saya sudah tidak terkontrol lagi

biasanya saya berlebihan mengungkapkan emosi, jadi

kekurangan saya itu kurang bisa ngontrol emosi kalau udah

benar-benar marah. Kalau kelebihan saya, saya itu orangnya

mau berusaha, mau berlatih buat hal-hal yang saya inginkan.

Jujur saja salah satu cita-cita saya want to be a docter, memang

sih terlalu jauh tapi dari sekarang saya udah mulai untuk banyak

baca-baca dan belajar tentang pelajaran pelajaran yang

berhubungan dengan kedokteran, seperti IPA dan Biologi.

b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis )

19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua

yang anda miliki saat ini ?

Yakin nggak yakin sih, soalnya memori ingatan saya sedikit

lemah dan pengetahuan saya yang terbatas, jadi masih banyak

yang harus saya lakukan agar lebih yakin dengan kemampuan

diri saya.

20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh

dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari

pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau

diam dan menerima kekurangan yang ada ?

Kalau saya sih mereka yang lebih pintar dan memiliki

kemampuan lebih dari saya, saya jadikan sebagai motivasi. ‘’

Mereka aja bisa masa sih saya nggak bisa’’.

D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri

21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di

luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?

Banyak sekali perubahan yang saya rasakan, dari pengetahuan

yang bertambah dan yang lebih penting lagi saya merasa lebih

lega, karena di baduy semuanya serba diatur dan terbatas, jadi di

sekolah saya merasa lebih plong.

b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara

terbuka dan jujur

22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,

kecewa, dan bahagia ?

Menyadari, kalau misalkan saya dalam keadaan sedih kadang

saya suka berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan

kebahagiaan dan tidak sedih lagi, kadang juga pengen kaya

orang-orang di luar sana yang bisa mendapatkan kehidupan

yang jauh lebih baik dan sejahtera, jadi saya sangat

memikirkan dan menyadari atas apa yang saya dan keluarga

saya rasakan.

23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan

apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?

Untuk curhat sih saya nggak begitu suka, kecuali masalah itu

terus berlarut-larut dan sekiranya saya tidak bisa

menyelesaikanya sendiri, paling saya ceritanya ke guru-guru

saya di sekolah.

E. Hubungan interpersonal yang baik

a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain

24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan

teman-teman sekolah anda ?

Saya butuh 2-3 bulan sih untuk merasa nyaman di lingkungan yang

baru, mungkin itu masa-masa penyesuaian saya, tapi setelahnya

saya merasa baik-baik saja untuk berada di temngah-tengah

mereka.

25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?

Saya betah di sekolah, teman-teman sekolah semuanya baik.

b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar

belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain

sebagainya

26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?

Kalau untuk bergaul biasanya saya lebih dulu melihat kebiasaan sehari-hari

orang tersebut, terus sikap dan pergaulannya. Intinya saya suka bergaul

dengan orang-orang yang berperilaku baik, syukurnya di SMP saya sekarang

semuanya baik, jadi tidak ada masalah dalam pergaulan sehari-hari saya.

27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda

latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan

lebih muda? Apakah anda menemui kendala ? bagaimana cara anda

menghadapinya ?

Masalah sih nggak ada yah, karena saya sudah dibiasakan untuk

menghormati orang tua dan orang lain, jadi saat bergabung dengan

anak-anak yang lain saya sedikit-sedikit bisa ngimbangin, begitu

juga dengan orang yang berbeda usia, agama dan budaya.

c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya

28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?

Awal kehadiran saya di tengah-tengah siswa dan siswi

menimbulkan banyak pertanyaan, seperti :

‘’ man kamu dari mana sih ‘’

‘’ man kok kamu orangnya kaya gini ? ‘’

‘’ kok kamu sedikit beda sama yang lainnya ?‘’

Pertanyaan itu awalnya sering ditujukan kepada saya yang

memang sedikit berbeda dengan yang lainnya, tidak hanyya

teman sebaya tapi guru-guru juga menanyakan hal yang sama.

Pertanyaan-pertanyaan itu saya jawab apa adanya, saya bilang

saya dari baduy dan memang saya adalah anak yang berbeda dari

yang lainnya, saya akui semua itu. Ternyata kejujuran saya

mengakui asal saya dari Baduy justru memunculkan pertanyaan-

pertanyaan lainnya tentang Baduy dan memahami perbedaan

yang saya miliki. Mereka justru penasaran dan menganggap

perkenalan dengan saya adalah hal unik dan menarik, begitulah

mereka menerima keunikan saya. tapi di luar itu semua sampai

saat ini orang-orang sudah menganggap saya sebagai bagian dari

mereka dan bukan orang asing lagi.

d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal

29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’

teman-teman anda di sekolah ‘’ ?

Saya sih lebih suka berterus terang tentang asal saya dan

kebiasaan saya di Baduy. Untuk komunikasinya saya selalu

memulai terlebih dahulu dengan penyesuaian dengan mereka,

awalnya mungkin saya memilih memerhatikan dulu

bagaimana mereka berkomunikasi dan berhubungan satu

sama lain, setelah itu baru saya menyesuaika dengan cara

mereka berkomunikasi dan berhubungan, begitu seterusnya.

Intinya saya lebih memeilih diam dulu dan mempelajari apa

yang sekiranya baru bagi saya, baru setelah itu saya masuk ke

dalam untuk bercengkrama langsung dan berhubungan

dengan mereka, begitulah cara saya berkomunikasi.

LAMPIRAN C

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal : 10 Oktober, 2016

Jam : 09:30 WIB

Wawancara ke : Tiga

Tempat : Kediaman Eman, Lingkungan Baduy Luar

Catatan Lapangan :

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :

Pagi itu hujan sudah turun lebat, kondisi tanah yang sedikit licin menjadi

hambatan kecil bagi peneliti untuk menuju rumah Eman dari Desa

Ciboleger perbatasan. Intonasi suaranya sangat lantang karena memang

Eman adalah anak yang cerdas. Sangat terlihat dari cara bicaranya lugas

dan sangat mendalam tentang fokus penelitian. Tidak ada pihak lain pada

saat wawancara, hanya sekali Ibunya muncul untuk memberikan kopi yang

khas, karena kopi hitam itu memakai gula aren ( gula merah ) yang dibuat

di baduy.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :

Atmajaya berbadan cukup tinggi, kira-kira 170 Cm dengan badan sedikit

kurus lengkap dengan kulit sawo matangnya. Penampilanya sederhana dan

menaati peraturan adat suku baduy.

3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada

interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)

Untuk anak seumuranya Eman termasuk anak yang pandai dalam

berkomunikasi. Untuk anak asli suku baduy dia juga termasuk anak yang

pintar. Dia sangat antusias kepada interviewer. Terlihat dari setiap

jawabanya, ia selalu menjawabnya dengan gamblang, seakan sedang

menyampaikan keresahanya selama ini lengkap dengan kontak mata yang

tak pernah lepas dari interviewer membuat suasana semakin interaktif.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :

1. Dari sisi personal relatif tidak ada hambatan, hanya saja eman sangat

sering keluar dari fokus penelitian, jadi tugas tersendiri bagi peneliti saat

proes Conclusion Drawing / verification

5. Catatan khusus selama wawancara :

1. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda kurang

dimengerti oleh peneliti. Tapi saat melakukan reduksi data peneliti

menanyakan ke beberapa teman yang mengerti bahasa sunda baduy

sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan reduksi data.

2. Informan sangat koperatif saat wawancara.

LAMPIRAN A

LEMBAR DATA PARTISIPAN

DATA DIRI

Nama : Suna Hermawan

TTL : Cisaban, 14 September, 2002

Alamat : Ds. Cisaban, Kanekes, Leuwidamar, Lebak-banten

Pendidikan terakhir : SDN 4 Hariang, Sobang.

Sekolah saat ini : SMP Satu Atap (Satap), Sobang, Lebak.

LAMPIRAN B

PEDOMAN WAWANCARA

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan

penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar

baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu

sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh.

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :

Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya

pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta

kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta

izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya

menjamin kerahasiaan wawancara ini.

Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini?

1. Dukungan Sosial

A. Dukungan emosional

a. Dukungan semangat

1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang

diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda

memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?

Bisa. Awalnya saya mendapatkan tentangan dari keluarga saya

terutama dari bapak. Bagi bapak yang penting kita nurut sama adat

biar nggak dibilang ‘’Durhaka’’. Kalau udah kenal dunia luar nanti

repot bisa-bisa kerjanya cuma membodohi orang. Beruntung ibu

saya mengerti, diam-diam saya disekolahkan dengan ibu saya.

Akhirnya lama kelamaan bapak tahu dan mau mengalah untuk

mengizinkan saya. Setelah itu bapak dan ibu justru mendukung

semua yang berhubungan dengan sekolah saya. Kalau untuk teman-

teman semuanya sih nerima aja. Badan saya yang kecil ini justru

jadi penyebab utama teman-teman saya akrab dengan saya,

mungkin karena bisa dijadikan bahan lucu-lucuan. Tapi itu saya

anggap biasa saja, justru saya merasa beruntung dengan badan kecil

ini.

b. Dukungan nasehat

2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah

dan memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana

dia memberikan nasehatnya ?

Tentu kedua orangtua saya. Mereka selalu bilang jangan

khawatir untuk masalah biaya dan alat-alat sekolah, sekuat

tenaga akan mereka usahakan demi sekolah saya. Pernah waktu

itu saya merasa dipojokkan dengan teman-teman sekelas saya.

Banyak dari mereka yang bilang saya ini kampungan. Saya

menyikapi itu dengan serius, tanpa pikir panjang saya marah-

marah dengan teman saya. Ternyata benar apa kata ibu kalau

mereka hanya bercanda dan sekadar menyapa. Untung ibu

memberikan saya pengertian dan keesokanya saya langsung

meminta maaf kepada teman-teman saya. Nggak tau kenapa

saya lebih senang mendengar nasehat dari ibu daripada dari

bapak saya. Mungkin karena bapak jarang bertemu jadi

bawaanya lebih nyama dengan Ibu. Sesekali bapak juga suka

menasehati saya untuk rajin belajar.

c. Dukungan Penghargaan

3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda,

apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu

diberikan ?

Wah, kedua orang tua saya sangat senang sekali saat mendengar

kabar bahwa saya masuk tiga besar di dalam kelas, meskipun itu

hanya terjadi satu kali tapi itu cukup membuat keduanya senang

bukan main. Waktu itu saya juga mendapatkan hadiah yang sama.

Tiga besar dikelas saya diminta untuk maju kedepan kelas dan satu

persatu diberikan hadiah yang sama sesuai rangkingnya. Saya senang

sekali mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak lainnya.

d. Dukungan kepercayaan

4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk

mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy?

Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh.

Itulah sebabnya bapak saya awalnya melarang sekolah. Tapi

setelah saya jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya

orang tua dan keluarga memberikan kepercayaan kepada saya.

Pernah juga saya minder di sekolah, tapi karena teman-teman

sekolah sering mempercayakan saya untuk jadi petugas upacara

akhirnya saya bisa

5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah

anda mempercayai anda karena anda berasal dari suku Baduy?

Mmm gimana ya, saya juga bingung sih kenapa mereka mau

menerima saya. Tapi yang saya alami ya saya merasa percaya diri

bergaul dengan mereka ditambah lagi saya mendapatkan

dukungan dari keluarga saya. Kadang mereka juga banyak yang

bertanya tentang baduy, mungkin bagi mereka baduy

menimbulkan banyak pertanyaan. Pernah saya diminta untuk

menjelaskan tentang baduy, belum saya jelaskan teman-teman

satu kelas justru tertawa, mungkin karena badan saya yang kecil

ditambah suara saya yang seperti ini ‘’Cempreng’’. Mulai dari

situ saya merasa lebih dekat dengan teman-teman.

B. Dukungan Informasional

a. Pemberian Petunjuk / Informasi

6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah

di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut

?

Kalau untuk informasi saya tahu dari bapak saya. Karena di

Ciboleger juga ada Sekolah Dasar jadi kadang Ibu saya yang

memberitahu tentang itu. Sejak kecil saya didik untuk mandiri

tapi nggak tahu kenapa perihal sekolah Ibu saya jauh lebih

perhatian.

C. Dukungan Nyata

a. Pemberian bantuan finansial

7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan

uang jajan ?

Kalau uang jajan saya dapet dari orangtua saya. Meskipun pas-

pasan ya tidak masalah. Segitu saja sudah sukur. Yang penting

ada pegangan seperak dua perak’’

b. Pemberian Sarana dan Prasarana

8. bagaimana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan

sekolah ?

Sama sih dari orang tua juga, tapi kadang-kadang saudara-

saudara saya juga ngasih sekedarnya.’’

9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah

anda menggunakan alat transportasi ?

Ya jalan kaki mas. Di baduy kan dilarang pake kendaraan.

Pengunjung juga bisa masukin kendaraanya cuma sampe

ciboleger. Kan banyak tuh yang ngarahin. Dari sana jalan kaki

ke baduy luar dan kalau mau terus ya sekitar 3-4 jam buat

sampe ke Baduy Dalem.

D. Dukungan dari Kelompok Sosial

10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan

untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ?

Ya mendukung, soalnyakan sekarang-sekarang udah pada tahu

gimana dunia luar. Banyak juga kok yang udah punya akun

facebook, jadi udah banyak yang mau berubah tapi ya terbentur

sama adat dan kami juga harus menghormati peraturan yang

udah dibuat turun temurun.

2. Penyesuaian Diri

A. Persepsi yang akurat terhadap realitas

a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan

11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan

anda?

Kalau kemauan sih banyak ya, tapi saya juga ukur-ukur diri

juga sampai mana kemapuan saya. Kalau sekolah di luar baduy

ya jelas sesuai kemampuan, justru nanti saya pengen lanjut

sampai kuliah kalau ada rezeki.

12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan

bagaimana anda mewujudkannya?

Yang jelas saya kalau punya keinginan saya mau berusaha

sekuat mungkin tentunya atas izin orangtua.

b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan

13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika

Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy?

Tahu kok. Bagi yang melanggar adat memang dibilangnya

sudah tidak suci lagi bahkan durhaka. Tapi kokolot juga

pernah bilang kalau kita wajib nuntut ilmu, jadi bagi saya

sekolah jugakan nuntut ilmu. Apa salahnya kalau nuntut ilmu

itu di sekolah.

14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa

anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ?

Yakin aja kok. Semua kebaikan pasti dibalas kebaikan. Saya

berpikir seperti ini saya dapatkan dari sekolah.

B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan

a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada

15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang

sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah

tersebut ?

Kadang saya ceritakan ke orangtua saya, karena

bagaimanapun saya masih butuh nasehat mereka. Tapi

sebelumnya pasti saya cerita dulu ke temen-temen deket

saya. Tapi liat-liat dulu sih masalahnya gimana, kalau

sekiranya pantes buat dicertain ke orang-orang rumah ya

saya ceritakan, kalau sekiranya membebani mereka pasti

saya simpan sendiri. Sebenernya ga ada cara khusus sih, ya

saya jalani aja apa adanya nanti juga lupa sendiri.

b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang

direncanakan.

16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah

anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda

menerimanya ?

Tentu pernah. Saya selalu ingat perjuangan keluarga saya untuk

makan sehari-hari. Kalau sudah ingat itu saya langsung semanget

lagi.

c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk

17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau

genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada

yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar

baduy ?

Rasanya nggak mungkin banget kalau ada yang laporan ke Jaro

Saija. Soalnya udah banyak juga warga baduy yang mulai

sekolah jadi kita sama-sama menjagalah. Kalau keadaan mepet

sih pernah, tapi saya tetep kalem kok, lagian emang sifat saya

gini ‘’ nggak mau repot’’.

C. Citra diri yang positif

a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri

18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa

kekurangan dan kelebihan anda ?

Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja.

Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling

kurang pas di sekolah. Anak-anak yang lain kalau pulang

enak tinggal pulang. Kalau saya ribet soalnya harus ganti

pakaian lagi di jalan. Tapi yang jelas sih saya terus

berusaha buat jadi orang pinter biar dapet kehidupan

yang lebih baik kaya orang-orang.

b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis)

19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua

yang anda miliki saat ini ?

Yakin dong pasti, kan semuanya punya kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Tinggal itanya aja gimana

caranya manfaatin yang kita punya. Selebihnya berusaha

sekeras mungkin.

20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh

dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari

pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau

diam dan menerima kekurangan yang ada ?

Pasti iri dan saya pengen seperti mereka. Sama seperti di

dalam kelas banyak yang lebih pinter dari saya. Saya sih

ikirnya gini aja ‘’ kalau mereka bisa masa saya nggak bisa ‘’,

ya pokoknya usahalah.

D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri

21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah

di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?

Banyak sekali perubahanya, apalagi temen. Saya punya

banyak temen di sekolah. Banyak pergaulan. Yang penting

pesen orang tua bisa milih-milih aja mana yang baik dan

mana yang tidak.

b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara

terbuka dan jujur

22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih,

kecewa, dan bahagia ?

Ya taulah. Saya kadang murung sendiri kalau lagi ada yang

nggak enak di hati.

23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan

apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?

Tergantung masalahnya sih. Kalau kira-kira masalahnya

cocok buat diceritain ke ibu atau bapak ya saya ceritain.

Kalau sekiranya cocoknya ke temen ceritanya ya saya

ceritanya ke temen. Kalau masalahnya masih bisa saya

tangani sendiri ya saya selesaikan. Jadi sayamah tergantung

masalahnya sih.

E. Hubungan interpersonal yang baik

a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain

24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul

dengan teman-teman sekolah anda ?

Nyaman kok. Kalo awal-awal saya canggung saya rasa semua

orang juga ngalamin itu.

25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ?

Betah kok. Terlebih banyak teman baru di sana.

b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda

latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan

lain sebagainya

26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ?

Saya kalau untuk berteman nggak pilih-pilih. Yang jelas mana yang

baik itu yang saya temani.

27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang

berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia

yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui

kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ?

Untuk itu sih masalah pasti ada, tapi nggak begitu besar.

Berkat nasehat-nasehat yang sering diberikan orang tua saya,

jadi saya lebih hati-hati untuk komunikasi kata bapak hati-hati

takut menyinggung perasaan. Selebihnya semuanya berjalan

baik.

c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya

28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?

Kayaknya orang melihat saya sebagai orang yang lucu. Karena

ya itu tadi badan saya kecil jadi gampang digendong dan jadi

bahan candaan. Tapi saya nikmatin itu kok. Buktinya teman-

teman saya malah pada betah buat ngobrol san main sama

saya.

d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal

29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’

teman-teman anda di sekolah ‘’ ?

Ya biasa aja. Karena rata-rata jugakan mereka pakai bahasa

sunda jadi saya masih ngerti. Paling kalau untuk bahasa

Indonesai saya masih agak kaku. Jadi buat mereka yang

ngomongnya masih pake bahasa indonesia saya

komunikasinya kadang pakai bahasa hutan ‘’isyarat’’.

LAMPIRAN C

PEDOMAN OBSERVASI

Tanggal : 09, Oktober 2016

Jam : 16.40 WIB

Wawancara ke : Tiga

Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar

Catatan Lapangan :

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) :

Cuaca pada saat itu sangat dingin dengan angin yang lumayan kencang

tanpa turun hujan. Pada awal wawancara ada pihak lain yaitu bapaknya

yang juga ikut menyambut kedatangan peneliti. Bapaknya menyuguhkan

kopi hitam dengan gula aren (gula merah) yang asli dibuat di dalam baduy.

Peneliti sempat menunggu beberapa saat agar pak Sarmain pergi dari

lokasi, tapi tidak juga beranjak. Katanya ingin menikmati kopi bersama

peneliti. Akhirnya peneliti memutuskan untuk memulai wawancara dengan

cara tersirat. Maksudnya peneliti mengajak Suna bercengkrama yang

berkaitan dengan fokus penelitian dan Suna merespon dengan baik.

barulah di tengah-tengah wawancara pak Sarmain bapak dari Suna masuk

ke dalam rumahnya. Suara Suna sempat membuatpeneliti tertawa karena

suaranya mirip anak kecil yang belum Baligh tapi itu tidak mengganggu

secara konten pada fokus penelitian.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

Suna berbadan mungil. Untuk seumurannya dia terbilang sangat kecil.

Saat wawancara rambutnya sedikit kusam, entah karena wawancara

diambil saat ia baru pulang sekolah atau memang model rambutnya yang

seperti itu.

3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada

interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll)

Tangan Suna tidak mau diam, selalu saja membenahi rambutnya yang

mudah tertiup angin. Sesekali ia justru mengalihkan pembicaraan pada

keadaan sekitar, seperti cuaca, angin yang kencang dan hujan yang sering

turun akhir-akhir ini. Sikapnya sopan meskipun sesekali di sela-sela

wawancara justru ia balik bertanya pada peneliti, seperti penelitian ini

untuk apa, laporan dari penelitian ini diserahkan kepada siapa sampai asal

sekolah peneliti. Suna sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti, terlebih saat peneliti memberitahu bahwa peneliti berasal dari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata Suna punya keinginan untuk

merantau ke Jakarta.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :

Suna seringkali mengalihkan pembicaraan pada objek pembicaraan yang

ia suka, seperti sepak bola, tentang pemain-peain eropa dan lain

sebagainya. Peneliti coba mengikuti arah pembicaraanya sambil berusaha

mengembalikan topik pembicaraan pada fokus penelitian. Inilah yang

menjadi hambatan peneliti saat melakukan reduksi data. Peneliti harus

menyesuaikan rekaman dengan nomor urut pertanyaan pada pedoman

wawancara.

5. Catatan khusus selama wawancara :

a. Suasana dingin dengan angin kencang yang membuat peneliti sesekali

kehilangan fokus karena kondisi peneliti yang kurang fit saat

wawancara.

b. Informan meminta imbalan berupa uang setelah selesai wawancara.

Lampiran 2

TABEL KATEGORI DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI

Tabel 1 Dukungan Sosial

Dukungan Emosional

Dukungan Semangat

Eman Atmajaya Aat Rodiyat Suna Hermawan

Eman mendapatkan

dukungan semangat dari

orang tua dan H.Kasmin.

Rumah H. Kasmin menjadi

tempat Eman untuk

mengganti baju

seragamnya

Bapak Atma sangat

mendukung, tapi Ibunya

khawatir karena akses ke

sekolah yang jauh

melewati hutan

Aat mendapatkan

dukungan semangat

dari keluarga untuk

masuk sekolah asalkan

tidak masuk Islam.

Awalnya Suna hanya

mendapat dukungan dari

Ibunya saja. Tapi Suna

memberanikan diri

mengutarakan

keinginanya dan

berhasil. Dia juga

mendapatkan semangat

dari kerabat dan orang-

orang terdekat.

Dukungan Nasehat Eman mendapatkan

nasehat dari kedua orang

tuanya dan pak H. Kasmin

Atma mendapatkan

nasehat dari teman

dekatnya di SMP.

Aat mendapatkan

nasehati dari

keluarganya saat berada

dalam masalah

Suna mendapatkan

nasehat dari kedua orang

tuanya.

Dukungan

Penghargaan

Eman mendapatkan

penghargaan yang sama

dengan anak lainnya ‘’ luar

baduy’’ saat dia berprestasi

Atma menjadi salah satu

pemain Volly sekolahnya

yang menjadi juara antar

SMP dan dia

mendapatkan

penghargaan yang sama

dengan yang lainnya.

Aat mendapatkan

penghargaan yang sama

dengan anak yang

lainnya saat ia meraih

peringkat 3 di

sekolahnya.

Suna mendapatkan

penghargaan yang sama

saat dia masuk tiga besar

di kelasnya. Suna juga

mendapatkan ucapan

selamat dari

keluarganya.

Dukungan

Kepercayaan

Eman mendapatkan

kepercayaan karena dia

menujukkan sikap yang

baik selama sekolah,

Atma mendapatkan

dukungan kepercayaan

dari keluarganya setelah

ia mengutarakan apa

Aat mendapatkan

kepercaya dari

keluarganya dengan

menyampaikan

Suna mendapatkan

kepercayaan dari kedua

orangtuanya dan dari

teman-temanya saat

teman-teman sekolahnya

juga mempercayainya

karena sikap jujurnya

adanya tentang niatnya

untuk sekolah.

keresahanya yang

sering mendengar

bahwa baduy itu katro

dan bodoh, dia juga

mendapatkan

kepercayaan dari

teman-temanya di

sekolah.

berada di sekolah.

Dukungan Informasional

Pemberian

petunjuk/informasi

Eman mendapatkan

Informasi dari H. Kasmin

dan orang tuanya yang

sering keluar baduy untuk

berjualan.

Sejak kecil Atma sering

bermain di luar Baduy,

oleh karena itu dia

mencari informasi sekolah

sendiri. Orangtuanya juga

memberikan informasi.

Aat mendapatkan

Informasi dari

bapaknya, bahkan

bapaknya yang

mendaftarkan dia ke

sekolah.

Suna mendapatkan

dukungan Informasi dari

Bapak dan keluarganya.

Dukungan Nyata

Pemberian bantuan

finansial

Eman mendapatkan

bantuan finansial dari

kedua orang tuanya dan

pihak sekolahpun

memberikanya sarana dan

pra-sarana yang sama

dengan anak lainnya.

Atma mendapatkan

dukungan finansial dari

kedua orang tuanya,dia

mendapatkan sarana dan

pra-sarana dari

sekolahnya seperti anak-

anak yang lainnya.

Aat mendapatkan

dukungan finansial dari

tetangga-tetangga

sekitar dan kedua orang

tuanya. Aat juga

diberikan sarana dan

prasarana yang sesuai

selama ia di sekolah.

Suna mendapatkan

dukungan finansial dari

kedua orangtuaya. Pihak

sekolah juga

memberikan sarana dan

prasaran yang sama

kepada Suna .

Dukungan dari

Kelompok Sosial

Tetangga dan kerabat

Eman mendukungnya

untuk sekolah meskipun

Pu’un melarang hal itu.

Lingkungan Atma sangat

mendukung, meskipun

Pu’un melarang

Aat mendapatkan

dukungan dari

kelompok sosial

meskipun tanpa

dukungan dari kepala

adat.

Suna mendapatkan

dukungan dari kelompok

sosial meskipun

melanggar adat.

Tabel 2. Penyesuaian Diri

Persepsi yang akurat terhadap realitas

Eman Atmajaya Aat Rodiyat Suna Hermawan

Merencanakan

sesuatu sesuai

dengan kemampuan

Eman selalu merencankan

sesuatu sesuai dengan

kemampuan, ia mengukur

antara kemampuan dan

keinginanya.

Atma selalu

menyesuaikan antara

keinginan dan

kemampuanya. Selain itu

Atma juga lebih suka

menjalankan apa yang ada

sambil terus berusaha

Aat selalu

menyesuaikan antara

rencana, tapi

keinginanya juga ada

yang tidak sesuai

kemampuan dan ia

mewujudkanya dengan

keyakinan.

Suna menyesuaikan

antara keinginan dan

kemampuan yang ia

miliki

Mengenali

konsekuensi setiap

tindakan

Eman tahu konsekuensi

untuk sekolah di luar

baduy, tapi itu ia abaikan

dan terus membulatkan

tekadnya untuk sekolah di

luar baduy

Atma mengetahui

konsekuensinya, baginya

yang penting keluarga

mendukungnya untuk

sekolah

Aat mengenali

konsekuensi setiap

tindakanya, salah

satunya sanksi disebut

durhaka karena

sekolah, tapi ia tetap

sekolah demi masa

depanya.

Suna mengenali

konsekuensi setiap

tindakanya termasuk

keputusannya untuk

sekolah di luar baduy.

Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Mampu mengatasi

konflik atau masalah

yang ada

Eman sangat jarang

mendapatkan masalah, ia

akan bercerita pada

temanya untuk sharing jika

masalah itu membuatnya

Atma memilih bersabar

saat ada masalah, tak

jarang ia memilih cuek

dan fokus ke sekolahnya.

Aat mengatasi masalah

dengan tidak terlalu

membebankan masalah

tersebut.

Suna mampu mengatasi

masalah yang ada dengan

mengerti terlebih dahulu

titik permasalahanya dan

ia memutuskan kepada

hampir menyerah, lalu ia

pecahkan masalah itu

dengan sendiri

siapa ia akan bercerita.

Bisa menerima

keadaan dan puas

meski gagal

mencapai tujuan

yang direncanakan

Eman pernah merasakan

kegagalan, tapi itu ia

jadikan sebagai motivasi

Atma pernah mengalami

kegagalan, ia lebih

memilih menjalani

semuanya seakan tanpa

beban

Aat pernah mengalami

kegagalan, tapi

semenjak mengenal

Islam ia lebih tenang

menghadapinya.

Suna pernah mengalami

kegagalan, dalam

keadaan seperti itu ia

selalu mengingat

perjuangan keluarganya,

lalu ia kembali

bersemangat Tetap tenang meski

dalam keadaan

genting atau terpuruk

Eman mengaku khawatir

jika dihadapkan dengan

keadaan seperti itu, tapi ia

masih bisa mengontrol diri.

Atma mengaku was-was,

untuk itu kadang ia

meminta tolong kepada

teman-temanya.

Aat mengaku gugup

dan resah saat dalam

keadaan genting, jika

demikian ia meminta

temanya untuk

membantu.

Suna lebih memeilih

cuek terhadap masalah

yang ia hadapi

Citra diri yang positif

Mengakui dan

menyadari

kelebihan dan

kekurangan diri

sendiri

Eman menyadari tenang

kelebihan dankekurangan

yang ada dalam dirinya

Atma menganggap dirinya

lebih banyak memiliki

kekurangan

Aat mengaku dirinya

masih banyak

kekurangan,

kelebihanya hanya satu,

yaitu semangat.

Secara tersurat Suna

tidak mengemukakan

kelebihanya, tapi dalam

wawancara ia

mengungkapkan

kelebihan dan

kekuranganya secara

tersirat.

Tidak memandang

remeh/lemah

terhadap diri

sendiri ( Optimis )

Eman ragu-ragu akan

kemampuanya, tapi dia

mau teru berusaha. Lalu

eman selalu menjadikan

temanya yang lebih darinya

Atma yakin dengan

kemampuanya dengan

cara terus belajar.

Atma selalu merasa iri

saat melihat ada orang

Aat sangat yakin

dengan kemampuan

yang dimilikinya, Aat

selalu yakin setiap

orang dianugerahi

Suna yakin dengan

kemampuan yang ia

miliki, ia akan selalu

berusaha keras utuk

memaksimalkan potensi

sebagai motivasi. yang lebih baik darinya, ia

mengaku akan berusaha

untuk jadi seperi mereka.

dengan kemampuanya

masing-masing, tinggal

usaha saja.

yang ia miliki

Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan

Peka/ memikirkan

tentang perasaan

diri sendiri

Eman memikirkan perasaan

dirinya sendiri, buktinya

dia menyadari banyak

perubahan setelah sekolah

di luar baduy dan mengerti

tentang perasaanya sendiri

selama bersekolah.

Atma menyadari banyak

perubahan setelah ia

sekolah, ia juga sangat

mengerti tentang perasaan

sendiri.

Aat lebih senang tidak

menceritakan yang dia

rasakan pada seseorang,

ia menyadari prasaanya.

Buktinya ia menyadari

banyak perubahan yang

ia alami setelah

sekolah.

Suna mampu

mengungkapkan

emosinya sesuai pada

tempatnya. Ia juga sangat

memikirkan tentang

dirinya sendiri, bahkan ia

menyadari perubahan

sebeum dan sesudah ia

sekolah

Hubungan interpersonal yang baik

Merasa nyaman

saat berinteraksi

dengan orang lain

Eman butuh waktu 1-2

minggu untuk penyesuaian

diri, selebihnya dia merasa

nyaman dan betah di

sekolahnya

Atma baik-baik saja dalam

berkomunikasi dengan

orang lain, sehingga dia

merasa betah selama di

sekolah.

Aat termasuk anak yang

tidak banyak tingkah,

itulah mengapa orang

disekitarnya mudah

menerimanya yang

membuat ia betah di

sekolah.

Awalnya Suna engaku

canggung untuk

komunikasi, tapi itu

hanya berlangsung

sesaat. Itu dia anggap

sebagai proses dan ia

berhasil melewati itu

Menghargai dan

mampu

bersosialisasi

dengan orang yang

berbeda latar

belakang, baik

suku, budaya,

Eman tidak pilih-pilih

teman dalam bergaul dan

dia tidak memiliki kendala

saat berkomunikasi dengan

orang-orang yang berbeda

latar belakang.

Atma tidak pilih-pilih

dalam bermain, ia

mengaku memiliki

kendala saat

berkomunikas, tapi seiring

berjalanya waktu ia mulai

terbasa, baginya itu berkat

Aat tidak pilih-pilih

dalam memilih teman,

tapi ia juga menemui

kendala saat

berkomunikasi, tapi Aat

terus mencoba berbaur

dan berhasil.

Suna selalu mengingat

nasehat orangtuanya

untuk menjaga bicara

selama bergaul dengan

orang baru dan itu ia

terapkan, akhirnya Suna

tidak memiliki kendala

agama, usia ,jenis

kelamin dan lain

sebagainya

pendidikan. saat berhubungan dengan

orang yang berbda latar

belakang

Tidak membuat

orang lain merasa

terganggu dengan

kehadirannya

Kehadiran Eman di sekolah

sempat menimbulkan

banyak pertanyaan dari

teman-temanya, tapi

setelah Eman menjawab

dengan apa adanya ia

membuat teman-temanya

merasa nyaman berada di

sekitarnya

Orang lain tidak merasa

terganggu dengan

kehadiran Atma

Aat sering tampil di

Pentas Seni, itu bukti

bahwa orang lain tidak

merasa terganggu.

Kehadiran Suna justru

menjadi warna baru

dalam pergaulanya.

Tubuhnya yang kecil

membuatnya jadi

pelengkap dengan

teman-temanya. Itu

membuatnya selalu

memiliki tempat di

tengah-tengah teman

barunya.

Bisa berkomunikasi

dengan verbal dan

non-verbal

Eman selalu apa adanya

dalam berkomunikas, itu

justru membuatnya mudah

beradaptasi dan

berkomunikas baik verbal

maupun non verbal dengan

teman-tamnnya di sekolah

Atma mengaku canggung

pada awal-awal masa

sekolahnya, tapi itu hanya

sementara, selanjutnya

Atma lancar dalam

berkomunikasi.

Aat mengaku malu

untuk berkomunikasi,

tapi Aat terus mencoba

untuk mengimbangi dan

berhasil.

Suna mampu

berkomunikasi dengan

verbal dan non vebal.

Salah satunya saat ia

berbicara dengan orang

yang berbahasa

Indonesia karena Suna

belum begitu lancar

berbahasa Indonesia

pada saat itu.

Lampiran 3

DOKUMENTASI FOTO

Gerbang Selamat Datang Kawasan Wisata Baduy dengan Siswa SD Ciboleger

Perbatasan

Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah

Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah

Suasana Baduy Luar

Suasana Kantor perbatasan Baduy Luar : Tampak petugas perbatasan masih

mengenakan celana pendek sesuai adat meskipun sedang bertugas

Sekolah Dasar Ciboleger di perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar.

Tugu selamat datang di kawasan Baduy Luar

Gerbang perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar

Kegiatan masyarakat Baduy Luar

Bersilaturahmi dengan Jaro Saija Kepala adat Suku Baduy

Berpose bersama warga Baduy dalam saat mereka berada di perbatasan

Keadaan Baduy Luar dari kediaman Jaro Saija

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAⅣI NEGERI(UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARL

FAKULTAS ILPIIU DAKWAH DAN ILPIIU KOMUNIKASI

Jl.II II.Juanda No.95 Ciputat 15412 1ndonesialVebsitc:― ‐fdkuiniakarta.ac.id

Tclp/Fax:(62-21)7432728/74703580Emaill dakvyall@l‐ dk.uittakarta ac.id

Nomor: Un.01/F5/PP.00.9/2492/2016Lamp :l(satu)bundelHal : Birnbingan Skripsi

'i cnrbusan :

I l)ekan2. Ketua .lurusan Bimbingau dan Penyuluhan Islanr (Bpl)

Jakarta,28 Juni 2016

SofヽvatiHahノヘnlin

II12052000015

Binlbillgan da1l Penyuluhan lslanl

VHI(Delapan)085770326320Pensaruh Dukungan Sosial Ter1ladap Kemalnpuan Penyesuaia11

Diri pada Renllia Suku Baduy Luar di Lcbak Banten.

Kepada Yth.Artiarini Puspita Arwan, M.PsiDosen FakLrltas [[rnr-r Dakwah dan IIntLr Kor-nLrnikasitJIN S,varif I l iclayatr-rllah .lakarta

Ass'alcrmu'01 qiku m Wr. Wb.

Bersarna ini kami sampaikan outline dar.r naskah proposal skripsi yang clia.jukan olelrrnahasiswa FakLrltas IlrnLr Dakwah dan llrnr-r Kc.nrunikasi UIN Syarif l{idayatLrllah Jakartasebagai berikurt.

NamaNonror Pokok.lurusanSemesterTelp.Judul Skripsi

Kartri trohon keseciizranrrr a untuk nrenrbinrbing ntahasiswa tersebut dalar-r'rpenyusunall dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 28.[r-uri s.d. 28Desember 2016.

Demikiart, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terinra kasih.

Ifuss'u| umu' ulu i ht nt Wr. Wb.

Dekan,

Subhan,1ソlA110199303

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN)SYARIF HIDA■■TULLAH JAKARTA

FAKULTASILMU DAK磯 Hゝ DANILMU KO卜IUNIKASI

Jl ll H Juanda No 95、 〔liputat 1 54 1 2.Indoncsia

Vヽcbsilc:、 、、11ldkom uinikt aC id

'l e lI Irrrr: ir': I I ) --.l.ll .l\ --.1-(),1iSr)

l:nlril Ilrikr,rrt (r uinikl lll i(l

NomorLampiranHal

:Un 01′ F5ノPP 00 9′'ル

98 /2016: 1(Satu)Berkas sk‖ psi

l Uilan skripsi

Kepada Yth il Dra RinlLai‖ P‖ halnil M Si

2 NoorBek‖ Ne9orol M Si

3.Abdul Rahman,M.Si4. Naslchah,MA5 Artianni Puspita Attran,M.Psi

Jakarla,X) November 20 1 6

Ketua/PenguliSekertarisPenguliFengujiPembimbing

: Sofrvatillah Amin: Serang, 20 Desember'1992:1112052000015. Bimbingan dan Penyuluhan lslam (BPl), Dukungan Sosial & Kemampuan Penyesuaian Diri RemajaSuku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy.

diJakarta

Assal a mu' al a ik u m Wr.Wb

Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah JakarEmenunjuk BapaUlbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah danllmu Komunikasi,

NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsr

Ujian tersebut akan dilaksanakan pada .

HarirTanggal

ktu

丁empat

Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu KomunikasiAjkd/Ml

:Kamis,l Desember 2016: Pk 1000sd ll.00 WiB: Ruang Munaqasyah Lt 7A

Untuk menunjang kelancaran ulian dimaksud, bersama ini kami kirirnkan naskahskripsi yang akan d iujikan, gu na dipelajarilditeliti sebagaimana mestinya.

Demikian penunjukanterima kasih

Wassalam,

ini disampaikan Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan

|

PMRINTAH DAERAII KABUPATEN「 LEBAKKECAMATAN LEUWIDAMAR

KANTOR KEPALA DESA KmムEKESИ:αttαちκα″′αK響″α Dωα Kαηιtts巧らKαど

“ルr″gR″Жッθθ〃θθ′

Kanekes, 04 0ktober 2016

NomorLampiranPerihal

NarnaNomor PokoTe,mpat/Ianggal LahirSemesterJurusan/tr(onsentrasiA1amat

:141/′ gF/Ds― Kal1/2001X/2016

:聰`erα

α″Jgra力 ′"clα

ル″ル″“Pe″clttα

Yang ber tanda tangan dibawah ini Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar

Kabupaten Lebak Provinsi Banten,Menerangkan bahwa:

somatllah A血 ―

1112052000015Semg 20 Descmber 1992Ⅸ (Sembil叫Bimbingan dan Penyuluhan lslam

Jl.Raya Cilegolll Banten

Benar Telatr melakukan penelitian di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidarnar Kabupaten

Lebak- Banten, untuk Kepentingan Tugas /Slaipsi .Dengan Judul:

t'Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesacian Diri Remaja Warga Masarako-t Desa

Kanekes (Baduy Luar)"

Demikian surat keterangan ini,Jcami buat dengan sebenarnya atas dasar permohonan tersebut

diatas sebagai tanda bukti telah melakukakan penelitian di Desa Kanekes. Dan agar dapat

dipergunakan seperlunya.

Kanekes, 04 Oktober 2016Kepala Desa Kanekes

200606.2040