6
Deteksi Serologi S Melon (Cu Heni Setian 1 Progam Studi S1-Biotek 1. PENDAHULUAN Melon (Cucumis m tanaman holtikultura ya family Cucurbitaceae ekonomi cukup tingg untuk dikembangkan holtikultura di Indones di Indonesia pada tah 150.347 ton dengan ton/ha. Namun, pada ta melon menurun hingg ton, dengan produktivit Penurunan produksi adanya serangan peny kuning pada melon. Penyakit mosaik melon disebabkan ole Virus (SqMV). SqMV genus Comovirus. Sq benih dan melalui pera kumbang yang ber Ab Keywords: Melon; Squash mosaic virus (SqMV); ELISA sa Cu ter 10 be da Ka Ga EL ser ne ya dit ab The 11 th University Research Colloquium 2 Universitas ‘Aisyiyah Yogyak Squash Mosaic Virus (SqMV) Pa ucumis melo L.) Dengan Metode nah 1 *, Ika Afifah Nugraheni 1 dan Alfa Fitri Amalia knologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas ‘Ai 2 Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta *Email: [email protected] melo L.) merupakan ang tergolong dalam dan memiliki nilai gi serta berpotensi sebagai tanaman sia. Produksi melon hun 2014 mencapai produktivitas 18,40 ahun 2015 produksi ga mencapai 19,207 tas 16,63 ton/ha (1). melon disebabkan yakit mosaik hijau hijau kuning pada eh Squash Mosaic V termasuk dalam qMV bersifat tular antara vektor berupa rasal dari famili Chrysomelidae dan C infeksi penyakit yan SqMV pada tanaman m hijau kuning dan hijau daun, daun menjadi penyempitan diamete menjadi kerdil. Gejala mosaik disertai denga daun dan buah serta tanaman (9). Berdasarkan Pe Tahun 2018 tentan Pengganggu Tumbuha SqMV ditetapkan seba A2 dan persebaranny wilayah Pulau Jaw mengenai persebaran holtikultura sudah Lestari dan Nurhayati bahwa SqMV telah mentimun sebanyak 1 bstrak Latar Belakang :Squash mosaic virus (SqM atu patogen tanaman yang banyak menginfeks ucurbitaceae salah satunya tanaman Melon. D rsebar di wilayah Pulau Jawa dan menginfeksi 00%. Tujuan : untuk mendeteksi SqMV pada ergejala dengan metode DAS-ELISA. Metode : Pe aun melon yang bergejala SqMV dilakukan abupaten Kulon Progo yaitu Kecamataan Peng alur. Daun melon yang bergejala di deteksi m LISA reagen set dari Agdia. Hasil : Berdasark rologi dengan DAS-ELISA pada daun melon m egatif atau tidak terdeteksi adanya SqMV pada s ang berasal dari kecamatan Pengasih, Galur tandai dengan perubahan warna pada sa bsorbansi ELISA. 2020 karta 201 ada Tanaman ELISA a Hilal 2 isyiyah Yogyakarta Coccinelidae. Gejala ng disebabkan oleh melon berupa mosaik u tua disekitar tulang kaku dan berkerut, r daun dan tanaman a lanjut SqMV berupa an malformasi bentuk penurunan produksi ermentan No. 31 ng Jenis Organisme an Karantina (OPTK) agai OPTK golongan ya masih terbatas di wa (6). Penelitian SqMV pada tanaman banyak dilakukan, i (2014) menyatakan menginfeksi benih 100% (3). Penelitian MV ) adalah salah si tanaman family Di Indonesia SqMV i tanaman hingga daun melon yang engambilan sampel di tiga lokasi di gasih, Sentolo dan menggunakan DAS- kan hasil deteksi menunjukkan hasil sampel daun melon dan Sentolo yang ampel serta nilai

Deteksi Serologi Squash Mosa Melon (Cucumis melo - urecol

Embed Size (px)

Citation preview

Deteksi Serologi Squash Mosaic VirusMelon (Cucumis melo

Heni Setianah1Progam Studi S1-Bioteknologi,

1. PENDAHULUAN

Melon (Cucumis melo L.tanaman holtikultura yang tergolong dalam family Cucurbitaceae ekonomi cukup tinggi serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman holtikultura di Indonesia. di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 150.347 ton dengan produktivitas 18,40 ton/ha. Namun, pada tahun 2015 produksi melon menurun hingga mencapai 19,207 ton, dengan produktivitas 16,63 ton/ha Penurunan produksi melon disebabkan adanya serangan penyakikuning pada melon.

Penyakit mosaik melon disebabkan oleh Virus (SqMV). SqMVgenus Comovirus. SqMbenih dan melalui perantara kumbang yang berasal dari

Abstrak Keywords: Melon; Squash mosaic virus (SqMV); ELISA

satu patogen tanaman yang banyak menginfeksi tanaman family Cucurbitaceae stersebar di w100%. bergejala dengan metode DASdaun melon yang bergejalKabupaten Kulon Progo yaitu Kecamataan Pengasih, Sentolo dan Galur. Daun melon yang bergejala di deteksi menggunakan DASELISA reagen set dari Agdia. serologi negatif atau tidak terdeteksi yang berasal dari kecamatan Pengasih, Galur dan Sentoloditandai dengan perubahan warna pada sampel serta nilai absorbansi ELISA

The 11th University Research Colloquium 20Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Squash Mosaic Virus (SqMV) Pada Cucumis melo L.) Dengan Metode ELISA

Heni Setianah1*, Ika Afifah Nugraheni1 dan Alfa Fitri Amalia

Bioteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas ‘Aisyiyah Yog2Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta

*Email: [email protected]

Cucumis melo L.) merupakan holtikultura yang tergolong dalam

Cucurbitaceae dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman holtikultura di Indonesia. Produksi melon i Indonesia pada tahun 2014 mencapai

150.347 ton dengan produktivitas 18,40 ton/ha. Namun, pada tahun 2015 produksi melon menurun hingga mencapai 19,207

gan produktivitas 16,63 ton/ha (1). Penurunan produksi melon disebabkan adanya serangan penyakit mosaik hijau

Penyakit mosaik hijau kuning pada melon disebabkan oleh Squash Mosaic

SqMV termasuk dalam genus Comovirus. SqMV bersifat tular benih dan melalui perantara vektor berupa kumbang yang berasal dari famili

Chrysomelidae dan Coccinelidae. infeksi penyakit yang disebabkan oleh SqMV pada tanaman melon berupa mosaik hijau kuning dan hijau tua disekitar tulang daun, daun menjadi kaku dan berkerut, penyempitan diameter daun dan tanaman menjadi kerdil. Gejala lanmosaik disertai dengan malformasi bentuk daun dan buah serta penurunan produksi tanaman (9).

Berdasarkan Permentan No. 31 Tahun 2018 tentang Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) SqMV ditetapkan sebagai OPTK golongan A2 dan persebarannyawilayah Pulau Jawa (mengenai persebaran SqMV pada tanaman holtikultura sudah banyak dilakukan, Lestari dan Nurhayati (2014)bahwa SqMV telah menginfeksi benih mentimun sebanyak 100%

Abstrak

Latar Belakang :Squash mosaic virus (SqMV ) adalah salah satu patogen tanaman yang banyak menginfeksi tanaman family Cucurbitaceae salah satunya tanaman Melon. Ditersebar di wilayah Pulau Jawa dan menginfeksi tanaman hingga 100%. Tujuan : untuk mendeteksi SqMV pada daun mebergejala dengan metode DAS-ELISA. Metode : Pengambilan sampel daun melon yang bergejala SqMV dilakukan di tiga lokasi di Kabupaten Kulon Progo yaitu Kecamataan Pengasih, Sentolo dan Galur. Daun melon yang bergejala di deteksi menggunakan DASELISA reagen set dari Agdia. Hasil : Berdasarkan hasil deteksi serologi dengan DAS-ELISA pada daun melon mennegatif atau tidak terdeteksi adanya SqMV pada sampel daun melon yang berasal dari kecamatan Pengasih, Galur dan Sentoloditandai dengan perubahan warna pada sampel serta nilai absorbansi ELISA.

m 2020 ah Yogyakarta

201

Pada Tanaman Dengan Metode ELISA

dan Alfa Fitri Amalia Hilal2 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

dan Coccinelidae. Gejala yang disebabkan oleh

pada tanaman melon berupa mosaik hijau tua disekitar tulang

daun, daun menjadi kaku dan berkerut, penyempitan diameter daun dan tanaman

Gejala lanjut SqMV berupa mosaik disertai dengan malformasi bentuk daun dan buah serta penurunan produksi

Permentan No. 31 tentang Jenis Organisme

Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) sebagai OPTK golongan

persebarannya masih terbatas di Pulau Jawa (6). Penelitian

mengenai persebaran SqMV pada tanaman holtikultura sudah banyak dilakukan, Lestari dan Nurhayati (2014) menyatakan bahwa SqMV telah menginfeksi benih mentimun sebanyak 100% (3). Penelitian

Squash mosaic virus (SqMV ) adalah salah satu patogen tanaman yang banyak menginfeksi tanaman family

Di Indonesia SqMV si tanaman hingga

i SqMV pada daun melon yang Pengambilan sampel

a SqMV dilakukan di tiga lokasi di Kabupaten Kulon Progo yaitu Kecamataan Pengasih, Sentolo dan Galur. Daun melon yang bergejala di deteksi menggunakan DAS-

Berdasarkan hasil deteksi menunjukkan hasil

SqMV pada sampel daun melon yang berasal dari kecamatan Pengasih, Galur dan Sentolo yang ditandai dengan perubahan warna pada sampel serta nilai

The 11th UnUniversitas

202

lainnya juga dilakukan oleh (2017), pada 5 varietas mentimun di Bogortelah terinfeksi SqMV sebanyak 100%Beberapa faktor yang mendukung terjadinya persebaran penyakit pada suatu wilayah yaitu adanya teknik budidaya tanaman, dan lalu lintas bahan tanaman antar wilayah (

Upaya awal untuk mencegah masuk dan tersebarnya SqMVterutama di Yogyakartamelakukan pemantauan daerah sebar OPTK. Pemantauan daerah sebar dilakukan untuk mengetahui penyakit yang ada disuatu wilayahdilakukan oleh Badan Kelas II Yogyakarta. pemantauan OPTK BKP Kelas II Yogyakarta yaitu mengenai keberadaan penyakit mosaik yang disebabkan oleh SqMV yang menyerang hapertanaman melon.

Deteksi awal mengenai keberadaan SqMV pada tanaman melon sangat penting untuk mencegah masuk dan tersebarnya virus ini melalui media pembawa buah segar maupun benih. Metode yang digunakan untuk mendeteksi SqMV di BKP Kelas II Yogyakarta yaitu menggunakan ELISA. sering digunakan untuk mendeteksi penyebab penyakit pada tanamanlebih sederhana dan pengujian dalam skala besar lebih efektif. Metode ELISA mendeteksi patogen pada konsentrasi rendah, penggunaan antibodi dalam jumlah sedikit, dan pengujian dapat dilakukan pada sampel dalam jumlah besar (

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaaan penyakit mosaik hijau kuning pada tanaman melon menggunakan ELISA.

2. METODE

2.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 April 2019 hingga 11 Mei 2019. Penelitian ini dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta.

University Research Colloquium 2020 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

lainnya juga dilakukan oleh Purba et al., pada 5 varietas mentimun di Bogor

telah terinfeksi SqMV sebanyak 100% (7). aktor yang mendukung

persebaran penyakit pada suatu adanya perubahan iklim,

aman, dan lalu lintas bahan tanaman antar wilayah (2).

untuk mencegah masuk SqMV disuatu wilayah

tama di Yogyakarta yaitu dengan melakukan pemantauan daerah sebar

Pemantauan daerah sebar OPTK dilakukan untuk mengetahui penyebaran penyakit yang ada disuatu wilayah yang

adan Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta. Salah satu target pemantauan OPTK BKP Kelas II

mengenai keberadaan mosaik yang disebabkan oleh

SqMV yang menyerang hampir diseluruh

Deteksi awal mengenai keberadaan SqMV pada tanaman melon sangat penting untuk mencegah masuk dan tersebarnya

melalui media pembawa buah segar maupun benih. Metode yang digunakan untuk mendeteksi SqMV di

II Yogyakarta yaitu ELISA. Metode ELISA

sering digunakan untuk mendeteksi virus penyakit pada tanaman karena

lebih sederhana dan pengujian dalam skala Metode ELISA dapat

mendeteksi patogen pada konsentrasi penggunaan antibodi dalam jumlah

sedikit, dan pengujian dapat dilakukan sampel dalam jumlah besar (4). Penelitian ini bertujuan untuk

keberadaaan SqMV penyebab penyakit mosaik hijau kuning pada tanaman melon menggunakan DAS-

2.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal April 2019 hingga 11 Mei 2019.

Penelitian ini dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta.

2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain, mikroplate, ELISA mikropipet washer, timbangan digital, mikropipet, mikrotip, mikrotube, box, vortex, mortar, hitam, mashbag, erlenmeyer, refrigerator dan rak mikrotube Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, melon 3C,11B dan 19B, spesifik SqMV (kontrol positif, kontrol negatif, carbonate coating buffercoating buffer, ECI bufferbuffer, general extract buffer capture antibody, enzim conjugate dan PNP 2.3 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukanpetugas BKP Kelas II Yogyakakartasentra perkebunan melon lokasi Kabupaten Kulon Progo yaitu Kecamatan Sentolo, Pengasih dDari setiap Kecamatan kemudian dipilih satu lokasi perkebunanmenggunakan metode berdasarkan gejala khas penyakit (SqMV)seperti gejala pada daun melon berupa mosaik hijau kuning, keriting, penebalan daun, dan penyempitan

Daun yang bergejala SqMV selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Setelah sampel daun melon dikeringanginkan kemudian dimasukkan ke dalam kode sampel yang selanjutnya Laboratorium Viro-serolYogyakarta untuk dilakukan pengujian ELISA.

2.4 Deteksi SqMV dengan ELISA

Deteksi SqMV pada daun melon yang bergejala khas SqMV metode serologi yaitu Sandwich (DAS-menggunakan antiserum spesifikPengujian DAS-ELISA menggunakan kit Agdia Alkaline Phosphatase spesifik pada penyakit SqMV. pengujian sampel daun melon adalah humid box disiapkan dengan menyiapkan kotak bertutup yang diisi dengan

Alat yang digunakan pada penelitian mikroplate, ELISA reader,

, timbangan digital, mikropipet, mikrotip, mikrotube, humid

mortar, paper towel, kain , erlenmeyer, petridish,

dan rak mikrotube. Bahan yang digunakan dalam

i antara lain, sampel tanaman melon 3C,11B dan 19B, Reagen Kit Agdia

(kontrol positif, kontrol carbonate coating buffer, PBST

buffer, PNP substrat general extract buffer (GEB),

, alkaline phosphate dan PNP substrat tablet).

2.3 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan oleh

petugas BKP Kelas II Yogyakakarta di melon yang terletak di 3

Kabupaten Kulon Progo yaitu Kecamatan Sentolo, Pengasih dan Galur. Dari setiap Kecamatan kemudian dipilih

perkebunan melon menggunakan metode purposive sampling berdasarkan gejala khas penyakit (SqMV)

gejala pada daun melon berupa , keriting, penebalan

daun, dan penyempitan diameter daun. Daun yang bergejala SqMV

selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Setelah sampel daun melon dikeringanginkan kemudian dimasukkan ke dalam mashbag dan diberi kode sampel yang selanjutnya dibawa ke

serologi BKP Kelas II dilakukan pengujian

Deteksi SqMV dengan ELISA Deteksi SqMV pada daun melon yang

bergejala khas SqMV menggunakan metode serologi yaitu Double Antibody

-ELISA) dengan menggunakan antiserum spesifik SqMV.

ELISA menggunakan kit Agdia Alkaline Phosphatase spesifik pada

. Adapun langkah pengujian sampel daun melon adalah

disiapkan dengan menyiapkan kotak bertutup yang diisi dengan tisu towel

yang telah dilembabkan deSetelah humid box disiapkan, kemudian membuat peta pengujian ELISA untuk menentukan dimana letak sumuran untuk kontrol positif, kontrol negatif, buffer dan sampel.

Tahap-tahap dalam pengujian ELISA yaitu, Coating antibodycoating buffer sebanyak 12,5 µl dicampurkan dengan 1.250 µl konsentrat capture antibody. Mikroplate dilapisi dengan Coating antibodysesuai peta pengujian kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 jam.diinkubasi, mikroplate di cuci menggunakan PBST sebanyak 3 kali dan ditepuk-tepukkan pada Sebanyak 3 sampel daun melon digerus dengan perbandingan 1:10 untuk 1 sampel daun melon digerus dalam 10 ml extrac buffer (GEB).kontrol positif, kontrol negatif dan GEB sesuai dengan peta pengujian kemudian diinkubasi pada suhu 37selama 1 jam. Setelah mikroplate diinkubasi, kemudian mikroplate di cuci menggunakan PBST sebanyak 8 kali dan ditepuk-tepukkan pada

Buffer ECM sebanyak 12,5 µl dicampurkan dengan 1.250 µl konsentrat alkaline phosphatase enzyme conjugate. Coating enzyme conjugateµl sesuai peta pengujian kemudian mikroplate diinkubasi pada suhu 37selama 1 jam. Setelah mikroplate diinkubasi, kemudian mikroplate di cuci menggunakan PBST sebanyak 9 kaliPersiapan PNP: Tablet PNP dilarutkan dengan PNP substrat buffer 1x. Kemudian coating PNP dalam sumuran mi

Gambar 1. Gejala pada tanaman melon di menunjukkan adanya gejala SqMV: Pengasih(B) dan Banaran

The 11th University Research Colloquium 20Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

yang telah dilembabkan dengan aquades. disiapkan, kemudian

membuat peta pengujian ELISA untuk menentukan dimana letak sumuran untuk kontrol positif, kontrol negatif, buffer dan

ap dalam pengujian ELISA Coating antibody : Carbonate

sebanyak 12,5 µl dicampurkan dengan 1.250 µl konsentrat

Mikroplate dilapisi Coating antibody sebanyak 100 µl

sesuai peta pengujian kemudian diinkubasi C selama 2 jam. Setelah mikroplate di cuci

unakan PBST sebanyak 3 kali dan tepukkan pada tisu towel.

3 sampel daun melon digerus dengan perbandingan 1:10 untuk 1 sampel daun melon digerus dalam 10 ml general

(GEB). Coating sampel, kontrol positif, kontrol negatif dan buffer GEB sesuai dengan peta pengujian kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 jam. Setelah mikroplate diinkubasi, kemudian mikroplate di cuci menggunakan PBST sebanyak 8 kali dan

tepukkan pada tisu towel. Buffer ECM sebanyak 12,5 µl

kan dengan 1.250 µl konsentrat alkaline phosphatase enzyme conjugate. Coating enzyme conjugate sebanyak 100 µl sesuai peta pengujian kemudian mikroplate diinkubasi pada suhu 37oC

Setelah mikroplate diinkubasi, kemudian mikroplate di cuci

gunakan PBST sebanyak 9 kali. Persiapan PNP: Tablet PNP dilarutkan dengan PNP substrat buffer 1x. Kemudian

sumuran mikroplate

sesuai dengan peta pengujian dan diinkubasi dalam humid boxpada suhu ruang dan dalam

Pembacaan dan analisis hasil pengujian menggunakan ELISA gelombang 405 nm. positif dan negatif berdasarkan nilai OD hasil ELISA yang ditentukan dengan menghitung nilai ambang (cut off ELISA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Keterangan : OD : Optical Density (Kerapatan optik)SD : Standar Density

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gejala Penyakit pada Daun MelonHasil pengamatan

menunjukkan adanya gejala penyakit yang menyerang daun melon. infeksi pada 3 tanaman melon yang berasal dari lokasi berbeda menunjukkan adanya gejala yang bervariasimelon berupa mosaik hijau kuning dengan hijau tua lebih banyak bsekitar tulang daun,dan berkerut, mengalami penyempitan ukuran daun, dan tanaman(Gambar 1). Pada sampel daunDesa Pengasih (Gambar Aadanya gejala pada daun berupa hijau kuning dan hidaun, pelepuhan daun, mengeriting, penebalan daun, serta penyempitan diameter daun.

Cut off = rata-rata OD Serum Negatif + (2 x SD)

. Gejala pada tanaman melon di tiga kecamatan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan adanya gejala SqMV: Pengasih-Pengasih (A(B) dan Banaran-Galur (C).

m 2020 ah Yogyakarta

203

sesuai dengan peta pengujian dan humid box selama 1 jam

pada suhu ruang dan dalam keadaan gelap. Pembacaan dan analisis hasil pengujian

menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 405 nm. Penentuan serum positif dan negatif berdasarkan nilai OD hasil ELISA yang ditentukan dengan menghitung nilai ambang (cut off). Nilai

ISA dapat dihitung dengan s sebagai berikut (5) :

(Kerapatan optik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Penyakit pada Daun Melon pengamatan pada daun melon

menunjukkan adanya gejala penyakit yang menyerang daun melon. Gejala

pada 3 tanaman melon yang berasal dari lokasi berbeda menunjukkan

gejala yang bervariasi pada daun berupa mosaik hijau kuning

dengan hijau tua lebih banyak berada di sekitar tulang daun, daun menjadi kaku

mengalami penyempitan ukuran daun, dan tanaman menjadi kerdil

sampel daun melon di (Gambar A) menunjukkan pada daun berupa mosaik

dan hijau tua pada lamina pelepuhan daun, ujung daun yang

penebalan daun dan tulang penyempitan diameter daun.

rata OD Serum Negatif + (2 x SD)

Kabupaten Kulon Progo (A), Sukoreno-Sentolo

The 11th UnUniversitas

204

Namun berbeda dengan gejala psampel daun melon di (Gambar B) yaitu berupa kuning pada lamina daun penebalan daun, mengalami klorosis, pelepuhan pada daun diameter daun, sedangkan pada melon di Desa Banaran memiliki kemiripan gejalamelon dari Desa Sukoreno kuning hijau, klorosis, daun.

Variasi gejala yang ditemukan pada daun melon dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi lebih dari satu jenis virus (infeksi campuran)vektor pembawa infeksi dan faktor lingkungan seperti tingkat kesuburtanah, umur tanaman, dan curah hujan. campuran pada tanaman gejala yang lebih parah dibandingkan infeksi virus tunggal. Infeksi campuran juga di dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman (10). Variasi gejala padmelon muncul sebagai respon tanaman yang dipengaruhi oleh kerentanan setiap varietas terhadap virus maupun serangga vektornya.

Penyebaran dan penularan SqMV dapat melalui serangga vektor secara non persisten, Transmisi SqMV oleh serangga secara nonpersisten terjadi ketika periode makan. Serangga vektor akan mengkonsumsi tanaman terinfeksi, kemudian virus akan menempel pada alat mulut serangga lalu menyebar ketika serangga makan tanaman lain yang belum terinfeksi. Beberapa dapat mentransmisikan SqMV tanaman lain adalah jenis termasuk dalam Familyyakni Acalymma trivittata, A thiemeiDiabrotica undecimpunctata, bivittula serta kumbang yang termasuk dalam Family Coccinellidae yaitu Epilachna chrysomePaenulata (8).

SqMV juga dapat ditransmisikan melalui benih tanamanSqMV pada melon terdapat pada kulit biji, integumen, dan embrio. menginfeksi benih melalui jalur infeksi

University Research Colloquium 2020 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Namun berbeda dengan gejala pada melon di Desa Sukoreno

berupa mosaik hijau pada lamina daun disertai

penebalan daun, mengalami klorosis, pelepuhan pada daun dan penyempitan

, sedangkan pada daun melon di Desa Banaran (Gambar C) memiliki kemiripan gejala dengan daun melon dari Desa Sukoreno berupa mosaik

ijau, klorosis, dan penebalan

Variasi gejala yang ditemukan pada daun melon dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi lebih dari satu jenis virus (infeksi campuran), vektor pembawa infeksi dan faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan

umur tanaman, suhu, kelembaban dan curah hujan. Adanya infeksi

pada tanaman menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan infeksi virus tunggal. Infeksi campuran

di dipengaruhi oleh jenis dan umur ). Variasi gejala pada daun

melon muncul sebagai respon tanaman yang dipengaruhi oleh kerentanan setiap varietas terhadap virus maupun serangga

Penyebaran dan penularan SqMV dapat melalui serangga vektor secara non persisten, Transmisi SqMV oleh serangga

persisten terjadi ketika periode makan. Serangga vektor akan mengkonsumsi tanaman terinfeksi, kemudian virus akan menempel pada alat mulut serangga lalu menyebar ketika serangga makan tanaman lain yang

Beberapa vektor yang misikan SqMV pada

adalah jenis kumbang yang termasuk dalam Family Chrysomellidae

Acalymma trivittata, A thiemei, Diabrotica undecimpunctata, dan D.

mbang yang termasuk Coccinellidae yaitu

Epilachna chrysomelina dan E.

dapat ditransmisikan tanaman. Keberadaan

melon terdapat pada kulit biji, integumen, dan embrio. SqMV dapat menginfeksi benih melalui jalur infeksi

sistemik virus pada seluruh jaringan tanaman hingga ke bagian reproduksi tanaman seperti tepung sari dan ovul. Pembentukan biji pada gamet yang terinfeksi SqMV benih yang mengandung akan bertahan pada embrio benih (

3.2. Deteksi SqMV dengan DAS

Metode deteksi tanaman Holtikultura Pertanian Kelas II Yogyakarta sering menggunakan metode ELISA memeiliki beberapa keunggulan yaitu sederhana, murah, dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. menggunakan ELISA melakukan proses isolasi patogenPrinsip dasar ELISA yaitu adanya reaksi antara antigen (Ag) dengan antibodi (Ab) menjadi molekul Agdan mudah mengendap. Pengamatan hasil reaksi pada ELISA berdasarkan pada perubahan warna yang terjadsubstrat pereaksi sesuai dengan imunoprob (immunoenzim. Perubahan warna terjadi akibat hidrolisa enzimatik pada reaksi antara konjugat Ab-enzim dengan substratnya, sehingga hasil ELISA lebih peka dan dapat dikuantifikasi (

Gambar 2. DAS-daun melon : (1) Kontrol positif, (2) Buffer, (3) sampel melon 3C Pengasih, (4) sampel melon 11B Sukoreno, (5) sampel melon 19B Banaran, dan (6) kontrol negatif.

Hasil uji serologi DASmenunjukkan bahwa sampyang berasal dari 3 lokasi di Kabupaten Kulon Progo yaitu Desa Pengasih, Desa Sukoreno dan Desa Banaran

sistemik virus pada seluruh jaringan gga ke bagian reproduksi

tanaman seperti tepung sari dan ovul. Pembentukan biji pada gamet yang

akan menghasilkan benih yang mengandung SqMV. SqMV

bertahan pada embrio benih (8).

Deteksi SqMV dengan DAS-ELISA

eteksi penyakit pada Holtikultura di Balai Karantina

Pertanian Kelas II Yogyakarta sering menggunakan metode ELISA karena memeiliki beberapa keunggulan yaitu sederhana, murah, dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. Deteksi menggunakan ELISA juga tidak perlu

akukan proses isolasi patogen (12). rinsip dasar ELISA yaitu adanya reaksi

antara antigen (Ag) dengan antibodi (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar dan mudah mengendap. Pengamatan hasil reaksi pada ELISA berdasarkan

perubahan warna yang terjadi pada substrat pereaksi sesuai dengan label atau

immunoprobe) konjugat Ab-enzim. Perubahan warna terjadi akibat hidrolisa enzimatik pada reaksi antara

enzim dengan substratnya, sehingga hasil ELISA lebih peka dan

i (11).

-ELISA pada sampel

: (1) Kontrol positif, (2) Buffer, (3) sampel melon 3C Pengasih, (4) sampel melon 11B Sukoreno, (5) sampel melon 19B Banaran, dan (6) kontrol

Hasil uji serologi DAS-ELISA menunjukkan bahwa sampel daun melon yang berasal dari 3 lokasi di Kabupaten Kulon Progo yaitu Desa Pengasih, Desa

Banaran

Menunjukkan hasil yang negatif atau tidak terinfeksi SqMV. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel uji dan buffer (Gambar 2).

Hasil pengujian serologi DASELISA menunjukkan bahwdaun melon yang berasal dari 3 lokasi di kabupaten Kulon Progo, yaitu Pengasih, Banaran dan Sukoreno memiliki gejala yang hampir sama dengan gejala yang disebabkan oleh SqMV pada melon. deteksi keberadaan SqMV pada daun melon menggunakmenunjukkan bahwa sampel daun melon yang berasal dari 3 lokasi di Kabupaten kulon progo tidak terdeteksi adanya keberadaan SqMV pada daun melon. Sampel daun Pengasih memiliki nilai absorbansi dengan rata-rata sebesar 0,134, samelon Sukoreno memiliki nilai absorbansi dengan rata0,132 dan sampel melon Banaran memiliki nilai absorbansi dengan ratarata sebesar 0,137 (Tabel 1

Hasil deteksi menggunakan DASELISA pada sampel melon menunjukkan hasil negatif atau terinfeksi SqMV. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil nilai absorbansi masing-masing sampel. Berdasarkan pedoman diagnosis OPTK golongan virus tahun 2009 bahwa sampel dikatakan positif apalebih dari 2 kali ratanegatif. Nilai 2 kali ratanegatif dihitung berdasarkan hasil ELISA yang ditentukan dengan menghitung nilai ambang (

Komoditas Lokasi

Melon PengasihSukorenoBanaran

Tabel 1. Hasil deteksi dengan DASKulon Progo DIY.

The 11th University Research Colloquium 20Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

hasil yang negatif atau tidak terinfeksi SqMV. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna pada sampel uji dan

pengujian serologi DAS-

ELISA menunjukkan bahwa sampel daun melon yang berasal dari 3 lokasi di kabupaten Kulon Progo, yaitu Pengasih, Banaran dan Sukoreno memiliki gejala yang hampir sama dengan gejala yang disebabkan oleh SqMV pada melon. Berdasarkan deteksi keberadaan SqMV pada daun melon menggunakan DAS –ELISA menunjukkan bahwa sampel daun melon yang berasal dari 3 lokasi di Kabupaten kulon progo tidak terdeteksi

eberadaan SqMV pada daun daun melon dari Desa

Pengasih memiliki nilai absorbansi rata sebesar 0,134, sampel

melon Sukoreno memiliki nilai absorbansi dengan rata-rata sebesar 0,132 dan sampel melon Banaran memiliki nilai absorbansi dengan rata-

(Tabel 1). Hasil deteksi menggunakan DAS-

ELISA pada sampel melon menunjukkan hasil negatif atau tidak terinfeksi SqMV. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil nilai absorbansi

masing sampel. Berdasarkan pedoman diagnosis OPTK golongan virus tahun 2009 bahwa sampel dikatakan positif apabila nilai sampel

2 kali rata-rata nilai kontrol Nilai 2 kali rata-rata kontrol

negatif dihitung berdasarkan nilai OD hasil ELISA yang ditentukan dengan menghitung nilai ambang (cut

off) kotrol negatif yaitu sebesar 0,471. Hal tersebut membuktikan bahwa melon yang berasal dari dBanaran dan Sukoreno pada pengujian ini dikatakan negatif atau tidak terinfeksi SqMV yang ditunjukkan dengan ratadari nilai absorbansi pada masingsampel lebih kecil dibandingkan nilai kontrol negatif.

Hasil negatif pada sampemenunjukkan kemungkinan adanya penyakit lain yang menginfekmelon serta target yang digunakan untuk mendeteksi penyakit tepat sehingga perlu dilakukan pengujian ELISA dengan target berbeda. Selain penyakit ySqMV, terdapat beberapa virus lain yang dapat berasosiasi dan menimmosaik yang sama pada melon diantaranya Cucumber mosaic virus ringspot virus (PRSV), mosaic virus (WMV), mosaic virus (ZYMV), dan ringspot virus (TRSV)

4. KESIMPULAN

Deteksi SqMV menggunakan ELISA pada tanaman melon adanya variasi gejala pada daun seperti mosaik, klorosis, penyempitan diameter daun, penebalan daun dan ujung daun keriting tidak terdeteksi adanya infeksi SqMV pada tanaman melon atau negatif terinfeksi SqMV.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh personal di pusat Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta atas bimbingan dalam melakukan pengujian serta fasilitas selama pelaksanaan penelitian ini.

Lokasi Kode Nilai rata-rata ELISA

Hasil

Pengasih 3C 0,134 0,134< 0,471Sukoreno 11B 0,132 0,132< 0,471Banaran 19B 0,137 0,137< 0,471

Hasil deteksi dengan DAS-ELISA dari beberapa lokasi di KKulon Progo DIY.

m 2020 ah Yogyakarta

205

) kotrol negatif yaitu sebesar 0,471. Hal tersebut membuktikan bahwa sampel daun

g berasal dari daerah Pengasih, Banaran dan Sukoreno pada pengujian ini dikatakan negatif atau tidak terinfeksi SqMV yang ditunjukkan dengan rata-rata dari nilai absorbansi pada masing-masing sampel lebih kecil dibandingkan nilai

Hasil negatif pada sampel melon menunjukkan kemungkinan adanya penyakit lain yang menginfeksi tanaman

target yang digunakan untuk mendeteksi penyakit pada melon tidak tepat sehingga perlu dilakukan pengujian ELISA dengan target penyakit yang

Selain penyakit yang disebabkan beberapa virus lain yang

dapat berasosiasi dan menimbulkan gejala pada melon diantaranya

Cucumber mosaic virus (CMV), Papaya (PRSV), Watermelon

(WMV), Zucchini yelow YMV), dan Tobacco

(TRSV) (9).

Deteksi SqMV menggunakan ELISA anaman melon yang menunjukkan

adanya variasi gejala pada daun seperti mosaik, klorosis, penyempitan diameter daun, penebalan daun dan ujung daun

rdeteksi adanya infeksi SqMV pada tanaman melon atau negatif

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terima kasih

seluruh personal di pusat Balai Kelas II Yogyakarta

atas bimbingan dalam melakukan ta fasilitas yang diberikan

selama pelaksanaan penelitian ini.

Keterangan (+/-)

0,134< 0,471 - 471 -

0,137< 0,471 -

ELISA dari beberapa lokasi di Kabupaten

The 11th UnUniversitas

206

REFERENSI

1. Direktorat Jendral Hortikultura. Statistik produksi holtikultura Tahun 2014. 2015Kementrian Pertanian RI.

2. Hanssen IM, Lapidot M, BPHJ. Emerging viral diseases of tomatocrops. Mol. Plant-Mic. Interac23(5):539-548.

3. Lestari SME dan Nurhayati. Efisiensi tular

benih Squash mosaic virus Cucurbitaceae. Jurnal FitopatolIndonesia. 2014;10(3): 81

4. Madeali MI dan Nurhidayah. Kit

Linked Immunosorbent Asdeteksi WSSV pada udang. Akuakultur. 2011; 6(1): 131

5. Mufidah T, Wibowo H

Pengembangan metode ELISA dan teknik deteksi cepat dengan imunostik terhadap antibodi anti Aeromonas hydrophilaikan mas (Cyprinid cAkuakultur. 2015;10 (4): 553

6. Peraturan Mentri Pertanian. Peraturan

Mentri Pertanian Nomor 31/PERMENTAN/KR.010/7/2018 Tentang perubahan kedua atas peraturan mentri pertanian nomor 93/PERMENTAN/OT.140/12/2011 tentang Organisme Penggangu Tumbuhan Karantina; 2018.

University Research Colloquium 2020 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Direktorat Jendral Hortikultura. Statistik produksi holtikultura Tahun 2014. 2015; Kementrian Pertanian RI.

Hanssen IM, Lapidot M, and Thomma BPHJ. Emerging viral diseases of tomato

Mic. Interac. 2010;

Lestari SME dan Nurhayati. Efisiensi tular Squash mosaic virus pada

Jurnal Fitopatologi . 2014;10(3): 81-86.

Madeali MI dan Nurhidayah. Kit Enzyme-Linked Immunosorbent Assay untuk deteksi WSSV pada udang. Jurnal Riset

. 2011; 6(1): 131-137.

Mufidah T, Wibowo H, dan Subekti DT. Pengembangan metode ELISA dan teknik deteksi cepat dengan imunostik terhadap

Aeromonas hydrophila pada Cyprinid carpio).Jurnal Riset

10 (4): 553-565.

Peraturan Mentri Pertanian. Peraturan Mentri Pertanian Nomor 31/PERMENTAN/KR.010/7/2018 Tentang perubahan kedua atas peraturan mentri pertanian nomor 93/PERMENTAN/OT .140/12/2011 tentang Organisme

gangu Tumbuhan Karantina; 2018.

7. Purba ER, Susanti ML dan Yudia N.

Deteksi Squash Mosaic Virusvarietas mentimun (Jurnal Holtikultura Indonesia8(2):104-110.

8. Purba ERD. Pengaruh infeksi Mosaic Comovirus perkembangan penyakit mosaik pada lima varietas mentimun (L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor; 2011.

9. Sari EP. Kisaran inang Comovirus isolat oyongAcutangula L. Roxb). Pertanian Bogor; 2014.

10. Septiarini DN, Sri HH dan Endang N. Identifikasi penyebab daun keriting kuning pada tanaman mentimun. HPT Tropika. 2014;

11. Suryadi Y, Ifa M dan Mahmud M.

Potensi pemanfaatan perangkat diagnostik ELISA serta variannya untuk deteksi patogen tanaman. Agrobiogen. 2009; 5(1):39

12. Windari U, Joko T, Subandiyah S.

Deteksi penyakit Blotch pada melon menggunakan ELISAJurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.2015;19(1):1

Purba ER, Susanti ML dan Yudia N. Squash Mosaic Virus pada lima

varietas mentimun (Cucumis sativus L.). Jurnal Holtikultura Indonesia. 2017;

Purba ERD. Pengaruh infeksi Squash Mosaic Comovirus terhadap perkembangan penyakit mosaik pada

varietas mentimun (Cucumis sativus . Institut Pertanian Bogor;

Kisaran inang Squash Mosaic isolat oyong (Luffa

L. Roxb). Skripsi. Institut 2014.

ptiarini DN, Sri HH dan Endang N. Identifikasi penyebab daun keriting kuning pada tanaman mentimun. Jurnal

. 2014; 14 (1):80-86).

Suryadi Y, Ifa M dan Mahmud M. Potensi pemanfaatan perangkat diagnostik ELISA serta variannya untuk

n tanaman. Jurnal 2009; 5(1):39-48.

Windari U, Joko T, Subandiyah S. Bacterial Fruitch

pada melon menggunakan ELISA. Perlindungan Tanaman

2015;19(1):1–5.