Upload
uin-arranry
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
Juara 3:
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN
TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA
Oleh
Laurentius Denni Ismawan(staff Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Abstract
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini telah memberikan banyak kemudahan bagi pengguna perpustakaan untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya.Perubahan layanan menjadi tantangan bagi perpustakaan agar perpustakaan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai penyedia informasi dalam membantu pemustaka untuk menelusuri informasi yang diinginkannya .Demikian pula pustakawan sebagai aktor utama dalam perpustakaan seharusnya dapat meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan teknologi informasi. Adanya dukungan teknologi informasi diharapkan akan menciptakan layanan informasi kepada pengguna perpustakaan (pemustaka) yang semakin berkualitas dan pada akhirnya membentuk watak pemustaka yang semakin kritis.
Kata kunci : teknologi informasi, pemustaka.
0 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah memberikan banyak
kemudahan bagi pengguna perpustakaan (pemustaka) untuk mengakses
informasi yang dibutuhkannya, terutama dengan adanya situs search engine di
internet. Seolah-olah tidak ada lagi batasan geografis, informasi dari berbagai
belahan dunia bisa didapatkan dengan mudah, begitu juga dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang pesat dewasa ini, perpustakaan sebagai jantung pendidikan dituntut untuk
menyediakan sumber informasi tidak hanya dalam bentuk tercetak namun
terlebih dalam bentuk digital (Lutviah,2011:1), menyebut bahwa saat ini
Bangsa Indonesia memasuki “media satured era” dimana media massa
mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari sisi teknologi media
maupun konten medianya itu sendiri. Dunia maya memberikan kemudahan
kepada masyarakat pengguna informasi untuk mendapatkan informasi yang
dikehendaki secara cepat, dan mudah sehingga ledakan informasi mustahil
untuk dihindari. Mesin pencari “search engine” sebagai contoh Google secara
luar biasa mampu memenuhi kebutuhan tersebut secara cepat dan mudah.
Lalu bagaimanakah dengan keberadaan perpustakaan? Perpustakaan
yang merupakan sebuah ruangan yang berisi koleksi-koleksi baik cetak
maupun non cetak (digital) yang disusun dengan sistematika tertentu juga
menyediakan informasi yang melimpah yang tak kalah dengan internet.
Sehingga di zaman sekarang perpustakaan pun telah mengadaptasi teknologi
informassi untuk menunjang operasional perpustakaan sehingga lebih dinamis ,
sesuai perkembangan zaman yang menuntut perkembangan informasi dan
perluasannya yang sangat cepat. Pergeseran fungsi perpustakaan juga tampak 1 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
nyata dalam realisasinya, yang dahulu hanya sebagai penyimpan dokumen
maupun informasi, namun sekarang telah berubah sebagai penyedia dan
penyalur informasi yang terus berkembang pesat.
Dalam tulisan ini, penulis memaparkan bahwa peran penting
pustakawan dalam menghadapi era digital ini mempunyai tantangan yang luar
biasa untuk meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan teknologi
informasi. Setidaknya penguasaan teknologi informasi ini akan membantu
perpustakaan dalam melayani pemustaka .
B. Permasalahan
Bagaimana kemampuan seorang pustakawan sebagai aktor utama
dalam perpustakaan dalam mengadaptasi perkembangan teknologi informasi
dalam perpustakaan dalam kaitannnya melayani perilaku pemustaka?
C. Tujuan
Di dalam tulisan ini, penulis memaparkan sejauh mana peran seorang
pustakawan dalam melayani seorang pemustaka bisa dikatakan “puas” dalam
melayani dan faktor-faktor apa saja yang menghambat dari segi pelayanan
tersebut.
2 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Diskusi tentang teknologi informasi, termasuk teknologi informasi
dalam pelayanan pengguna perpustakaan (pemustaka) di perpustakan,
seringkali hanya menyangkut kebendaan teknologi misalnya : hadware,
software dan lain-lain. Saya rasa ada kesalahan besar dalam cara kita
memandang teknologi informasi dalam pengembangan pelayanan terhadap
pemustaka di perpustakaan, kalau cuma itu yang kita diskusikan. Menurut
(Ma’in,2008) teknologi informasi dapat diartikan sebagai teknologi yang
digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan
informasi tersebut. Teknologi Informasi (Information Technology) merupakan
mata rantai dari perkembangan sistem informasi. Kalau dilihat dari susunan
kata, yakni kata teknologi dan informasi, maka teknologi informasi dapat
diartikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari pengirim ke penerima.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi
begitu melesat sehingga setiap jengkal kehidupan manusia tidak lepas dari
pengaruh teknologi. Salah satu penanda bahwa teknologi Informasi begitu
maju adalah ketika kita melihat kehidupan kampus yang sudah marak dengan
komputer jinjing atau laptop/notebook yang dibawa oleh para mahasiswa. Hal
ini masih ditambah oleh adanya berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh pihak
penyelenggara kampus atau perguruan tinggi seperti jaringan internet dan
“wireless fidelity” atau Wifi yang sudah begitu marak di setiap ruang-ruang
kampus seperti perpustakaan, ruang baca atau ruang kuliah.
Pada saat ini cenderung kita lihat pergerakan perubahan perilaku atau
sikap pemustaka lebih memilih sesuatu yang instan yaitu menggunakan search
engine di internet untuk mencari sumber informasi. Berdasarkan statistik Badan
Pusat Statistik (BPS) th 2013 dari sisi pemanfaatan, ternyata e-mail (mengirim
3 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
dan menerima) menduduki posisi teratas (95,75 persen), untuk mencari
berita/informasi (78,49 persen), mencari barang/jasa (77,81 persen), informasi
lembaga pemerintahan tender sebesar (65,07 persen), kelima untuk social
media (61,23 persen). Mesin pencari “search engine” sebagai contoh Google
sebagai pencari situs hanya mengindeks sekitar 18% dari halaman web yang
ada selain itu juga semua orang dapat mempublikasikan halaman web sebagai
contoh wordpress,blog, dll, namun belum tentu isinya benar.
Coba kita bandingkan dengan sumber informasi yang ada di
perpustakaan sebagai contoh :
- Sumber informasi (koleksi cetak maupun non cetak )yang ada di
perpustakaan semuanya telah dipilih oleh pustakawan yang
professional.
- Perpustakaan menyediakan alat temu kembali yang dapat memudahkan
pemustaka dalam mencari informasi yang dibutuhkannya.
- Adanya pustakawan yang siap membantu dalam menemukan informasi
yang dibutuhkan oleh pemustaka tersebut.
Adanya banjir informasi ini tentu tidak lepas dari pengaruh globalisasi
sehingga menjadikan informasi dari belahan dunia lain dalam hitungan detik
dapat diakses oleh belahan dunia yang lain pula. Dengan kondisi demikian
perpustakaan sebagai pusat informasi seharusnya dapat memanfaatkan peluang
banjir informasi ini untuk lebih mengintensifkan peranannya sebagai penyedia
informasi bagi pemustaka.
B. Analisis
Menurut Mangkunegara dalam (Pergola Irianti ,2005), sebenarnya
pelayanan pustakawan identik dengan pribadi penjual jasa. Berdasarkan
falsafah penjual yang dikemukakan Mangkunegara tersebut, yaitu bagaimana
menjual dapat memberi kepuasan bagi kedua belah pihak, baik pihak pembeli
maupun bagi pihak penjual. Demikian halnya dengan pelayanan pustakawan ,
diperlukan upaya layanan yang dapat menimbulkan rasa puas bagi pengguna
maupun bagi dirinya sendiri. Selain perhatian terhadap pengguna perlu pula 4 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
dipikirkan bagaimana menciptakan hubungan baik dan berkelanjutan, dengan
demikian pustakawan akan memperoleh minimal dua keuntungan yaitu
perpustakaan menjadi terkenal dan citra sebagai pustakawan profesional lebih
terangkat.
Saat ini yang diperhatikan dari perpustakaan tidak hanya dari sisi
pustakawan saja melainkan dari sisi penggunaan perangkat teknologi informasi
yang pasti akan berpengaruh terhadap perilaku pemustaka dalam perpustakaan,
salah satu yang dapat diperhatikan dalam pengukuran perilaku tersebut secara
umum, pengukuran perubahan sikap pemustaka dapat dibedakan menjadi 2
metode yaitu :
1. Metode pelaporan diri (self report method)
Pada metode ini, individu (pemustaka) diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seorang pustakawan.
Bentuknya bisa berupa skala sikap (attitude scale) ataupun survei
pendapat (opinion polls).
2. Pengukuran tingkah laku
Pada metode ini untuk mengukur sikap pemustaka adalah dengan
motode observasi yaitu dengan melihat secara langsung tingkah
laku yang dilakukan pemustaka dalam menghadapi suatu objek.
Sebagai contoh, sikap pemustaka terhadap fasilitas internet (ruang
audio visual yang ada di Perpustakaan UAJY) dengan cara
mengobservasi apakah setiap mencari sumber informasi
diperpustakaan pemustaka datang ke perpustakaan untuk
menggunakan fasilitas internet tersebut secara tepat dan cepat
sesuai dengan rujukan sumber informasi.
B.1. Pergeseran Pelayanan di Perpustakaan
Menurut (Stuart,2002), saat ini pergeseran layanan informasi pada
perpustakaan yang berakibat pada perubahan pola kerja dan orientasi institusi
yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti perpustakaan dapat dilihat
dalam bagan sebagai berikut :5 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
INFORMATION
PARADIGM SHIFT
Resources
Services
Users
(Stuart, Robert : Library and Information Center Management,2002)
Bagan di atas menekankan pada tiga hal fundamental dalam sebuah institusi
perpustakaan atau pusat informasi yakni:
a. Resources / sumber daya
Ada perubahan dan pergeseran dalam pemanfaatan sumber daya.
Apabila pada awalnya sumber daya hanya dimiliki dan dimanfaatkan
sendiri dan media yang digunakan sangat terbatas, maka pada saat ini
sumber daya harus dipikirkan untuk dapat di-sharing dalam wadah yang
lebih luas dan berorientasi pada pemanfaatan multiple media atau berbagai
ragam media. Hal ini penting karena ada keterbatasan pada tiap-tiap
organisasi/institusi perpustakaan dalam menyediakan sumber dayanya.
Untuk itu mau tidak mau perpustakaan harus dapat meningkatkan
kerjasama baik melalui forum-forum kerjasama maupun hubungan secara
langsung. Hal lain tentunya perpustakaan harus dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi yang memudahkan perpustakaan untuk
melakukan sharing informasi melalui apa yang disebut sebagai virtual
library.
b. Services / Layanan
Cara pelayanan dalam bidang informasi atau perpustakaan ini juga
mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan jaman. Pelayanan tidak lagi
hanya hanya berorientasi pada pelayanan di dalam saja (internal) tetapi
harus mempunyai pandangan yang lebih universal bagi akses informasi,
6 |
OWN COLLECTIONSONE MEDIUM
VIRTUAL LIBRARYMULTIPLE MEDIA
WAREHOUSE SUPERMARKET
WAIT FOR USERS STAFF AUTHORITY
PROMOTE USE USER EMPOWERMENT
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
kolaborasi, dan sharing sumberdaya dan layanan. Konsep cara
pelayanannya pun sudah harus lebih bervariasi seperti halnya supermarket,
bahkan mungkin hypermarket. Perpustakaan dan pusat informasi
diharuskan dapat memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan oleh
pengguna yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Seperti layaknya
supermarket, maka perpustakaan atau pusat informasi yang dapat
memberikan pelayanan lebih bervariasi, murah dan cepat akan memuaskan
pengguna dan mendatangkan pengguna lebih banyak lagi.
c.Users / Pengguna
Perlakuan terhadap pengguna dan perilaku tenaga
perpustakaan/pusat informasi juga hendaknya mengalami perubahan.
Sudah saatnya staf perpustakaan tidak hanya sebagai “penjaga buku” atau
koleksi dan menunggu datangnya pengguna tanpa melakukan usaha
apapun untuk mendatangkan pengguna. Sudah saatnya perpustakaan
melakukan promosi dan memberikan gambaran-gambaran kepada
pengguna mengenai bagaimana perpustakaan dapat menjawab kebutuhan
informasi mereka. Pengguna juga perlu diberdayagunakan, dididik dan
dimanfaatkan untuk perkembangan perpustakaan. Perpustakaan perlu lebih
terbuka terhadap kemauan dan keinginan pengguna serta dapat
memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan perpustakaan
semaksimal mungkin.
B.2. Pendekatan Psikologis Dalam Peningkatan Pelayanan Perpustakaan
Menjadi seorang pustakawan yang profesional bukanlah sesuatu yang
mudah. Kita sebagai pustakawan dilahirkan tidak dengan menyandang predikat
profesional. Oleh karena itu kita (pustakawan) semua ingin sukses dalam berkarier
atau bekerja. Kita perlu ketekunan dan terus-menerus bekerja keras untuk dapat
berhasil atau sukses dalam bekerja.
Untuk mengembangkan layanan perpustakaan dituntut adanya sikap
profesional dari petugas perpustakaan atau pustakawan. Tanpa sikap profesional
bagaimanapun modern, lengkap dan canggihnya perpustakaan tersebut akan 7 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
kurang berarti. Sehingga perlu dikembangkan dengan baik upaya-upaya
peningkatan profesionalitas pustakawan dalam rangka peningkatan layanan
perpustakaan.
Membangun Diri Sendiri
Ada beberapa hal yang perlu ditanamkan diri sebagai seorang pustakawan
dalam membangun dirinya sendiri, antara lain :
1. Bangga menjadi seorang pustakawan.
2. Berkomitmen pada karier atau pekerjaan yang dijalani.
3. Mampu berkerjasama dengan temen sekerja maupun dengan orang lain.
4. Tetap semangat dan optimis untuk melayani kepada pengguna/pemustaka
5. Sabar, ramah dan elegan kepada pengguna/pemustaka
Beberapa hal diatas perlu disadari bahwa seorang pustakawan tidak dapat
bekerja sendiri ,kita ini sebagai tim kerja (team work) mengingat ada beberapa
sisi yang selama ini masuk kategori “negatif” seorang pustakawan. Padahal sisi
belum tentu negative kadang yang terlihat memiliki sisi kemampuan “lebih” yang
harus terus dikembangkan oleh seorang pustakawan.
C. Konsep Pengembangan Teknologi Informasi di Perpustakaan
1. Konsep Perpustakaan “Hybrid”
Sebetulnya ketika orang berbicara mengenai penerapan teknologi dalam
perpustakaan atau khususnya layanan perpustakaan orang akan berbicara juga
mengenai transformasi perpustakaan tradisional menuju perpustakaan digital,
perpustakaan elektronik, atau perpustakaan virtual. Namun berdasarkan
pengamatan penulis dari sekian banyak konsep yang berkembang tersebut
sebetulnya saat ini konsep yang berkembang cukup pas dan mungkin dalam
beberapa dasawarsa ke depan masih relevan adalah apa yang dinamakan dengan
Perpustakaan Hybrid.
Pengertian perpustakaan Hybrid ini sendiri adalah seperti yang dikemukakan
oleh Angelina Hutton dalam the Hybrid Library.8 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
“ A hybrid library is a library where ‘new’ electronic information resources and ‘traditional’ hardcopy resources co-exist and are brought together in an integrated information service, accessed via electronic gateways available both on-site, like a traditional library, and remotely via the Internet or local, computer networks”(http://hylife.unn.ac.uk/toolkit.The hybrid library.html diakses tgl 6 maret 2014)
Atau seperti yang disampaikan Sephen Pinfiel:
“ A hybrid library is not just traditional library (only) containing paper-based resources) or just a virtual library (only containing electronic resources), but somewhere between the two. It is a library which brings together a range of different information sources, printed and electronic, local and remote, in a seamless way”(http://www.ariadne.ac.uk/issue18/main/ diakses tanggal 6 maret 2014)
Sebenarnya apabila dilihat, perpustakaan perguruan tinggi saat ini secara
tidak sadar dan langsung telah mengembangkan sebuah konsep perpustakaan ini.
Hanya saja hal itu masih kurang terasa dan terlihat berdiri sendiri-sendiri. Konsep
perpustakaan hybrid ini tidak bisa dipisahkan. Artinya antara pengembangan
resources dalam bentuk “tradisional” juga harus seimbang dan dipadukan dengan
pengembangan resources “digital/elektronik”. Dalam beberapa sumber disebutkan
bahwa perpustakaan harus dapat memadukan antara sumber-sumber yang berupa
buku dengan sumber-sumber yang dapat diakses secara elektronik/digital.
Perpustakaan harus mengembangkan sebuah konsep layanan informasi yang
terintegrasi.
Jadi dalam perpustakaan hybrid ini, pengguna selain memanfaatkan
koleksi yang tercetak juga dapat memanfaatkan koleksi yang dapat diakses secara
elektronik atau virtual, baik melalui jaringan lokal maupun jaringan internet. Ada
sinergitas antara koleksi tercetak dengan elektronik atau virtual, artinya konsep
tradisional dan elektronik kedudukannya saling melengkapi satu dengan lainnya,
tidak terpisah dan terintegrasi. Perpustakaan perguruan tinggi ke depan harus
dapat menerapkan konsep perpustakaan hybrid ini secara lebih “benar” sehingga
pengembangan perpustakaan lebih terarah dan tidak berdiri sendiri-sendiri dan
terkesan hanya mengikuti trend belaka. Hal lain adalah perubahan paradigma
informasi seperti yang disampaikan Stuert, akan dapat dijaga dengan penerapan
yang benar terhadap apa yang dinamakan perpustakaan hybrid ini.9 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
2. Konsep Perpustakaan “Mobile”
Saat ini, keberadaan teknologi informasi telah mengubah perilaku
pemustaka dalam mencari dan memilih informasi yang dibutuhkan. Pemustaka
membutuhkan kecepatan dan ketepatan akses informasi di mana dan kapan saja
melalui perangkat teknologi informasi yang merka miliki. Perpustakaan ditantang
untuk mampu menyediakan informasi yang dapat diakses pemustaka yang salah
satunya melalui ponsel/handphone. Menurut (Murphy,2010), smart-phone,ponsel
dan teknologi mobile laninnya menjadi sesuatu yang umum dan pertama-tama
digunakan orang saat mencari informasi.
Perpustakaan perlu mengantisipasi kondisi yang demikian antara lain
dengan menyediakan layanan mobile web sehingga pengguna dapat mengakses
informasi melalui ponsel. Menurut (Kroski,2008), fasiltias layanan yang dapat
diberikan perpustakaan melalui mobile web antara lain adalah situs perpustakaan
mobile dan mobile OPACs (MOPACs), koleksi mobile, petunjuk perpustakaan
mobile, pangkalan data mobile, mobile audio tours, layanan penyampaian pesan,
layanan rujukan mobile, dan sirkulasi perpustakaan mobile.contoh tampilan perpustakaan mobile web
http://www.lib.ncsu.edu/
10 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
KESIMPULAN
Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini semakin
memudahkan para pemustaka untuk mendapatkan informasi, memudahkan
perpustakaan dalam menunjang operasional perpustakaan. Para pemustaka dapat
mengakses informasi dari perpustakaan kapan saja dan di mana saja, sehingga
informasi dapat tersampaikan tanpa henti. Salah satu tantangan bagi
perpustakaan adalah memflter banyaknya informasi yang beredar, yang harus
tersampaikan secara tepat kepada pemustakanya sehingga nilai efisien dan
efektif dapat tercapai.
Perpustakaan perguruan tinggi ke depan pada intinya harus dapat
menjawab tantangan perubahan paradigma informasi. Perpustakaan harus dapat
memberikan ruang akses yang lebih baik kepada sumber dayanya, penggunanya,
dan layanannya. Perpustakaan juga perlu kembali mencermati kendala-kendala
yang ada sehingga ke depan dapat mengatasi berbagai kendala dengan baik.
Sudah saatnya bagi perpustakaan untuk memfokuskan diri pada mutu pelayanan
dengan melibatkan pustakawan secara lebih aktif
Jadi akan lebih baik peran pustakawan dapat benar-benar dibutuhkan
sebagai pembendung dan penyaring informasi yang terkait, tentu dalam hal ini
pustkawan era modern dituntut benar-benar menguasai medan, baik secara skill
kreatif, individual, dan organisasi antar pustakawan.
11 |
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI di PERPUSTAKAAN TERHADAP PERILAKU PEMUSTAKA 2014
DAFTAR PUSTAKA
Hutton, Angelina, 2001. The Hybrid Library http://hylife.unn.ac.uk./toolkit/The hybrid library.html. diunduh tanggal 6 maret 2014
Irianti, Pergola, Memahami Perilaku Pengguna, h ttp://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/pirianti3.pdf diunduh tgl 6 maret 2014
Kroski, E.2008. Library mobile initiatives.Libr. Tech. Report, July :33-38Lutviah. 2011. Pengukuran Tingkat Literasi Media Berbasis Individual
Competence Framework : Studi Kasus Mahasiswa Universitas Paramadina
Ma’in, Abdul M,.2008”Teknologi Informasi dalam Sistem Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi”,IAIN Sunan Ampel Surabaya
Murphy,J.2010”Using mobile device for research smartphones, databases and libraries, Online” J. May/Jun:14-18
Nursalam, Toha (1996)”Psikologi Perpustakaan”: Universitas Terbuka, Jakarta
Pinfiel, Stephen,(..). The Hybrid Library http://www.ariadne.ac.uk/issue18/main , diunduh tgl 6 maret 2014
Stuart, Robert D. and Barbara B. Moran. 2002. Library and Information Center Management. 6th edition. Greenwood Village, Colorado: Libraries Unlimited.
Surachman, Arif (…)Perpustakaan Perguruan Tinggi menghadpi Perubahan
Paradigma Informasi, http:// arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/permasdep.doc diunduh tgl 11 maret 2014
Syaikhu HS, akhmad,2010 . Perpustakaan mobile (M-Libraries) , Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol.19, Nomor 2,2010, http:// http://www.academia.edu/1045475/Perpustakaan_mobile_M-Libraries diunduh tgl 8 11 maret 2014
….., “Ini profil pengguna internet Indonesia saat ini”http://www.merdeka.com/teknologi/ini-profil-pengguna-internet-indonesia-saat-ini.html diunduh tgl 6 maret 2014
12 |