163
document.doc Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta 2010 1

Buku diktat DIHT

Embed Size (px)

Citation preview

document.doc

Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc.

Jurusan Hama dan Penyakit TumbuhanFakultas Pertanian UGM

Yogyakarta

2010

1

document.doc.Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, M.Sc.

Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini menguraikan Interaksi Tanaman dan Hama;Pendugaan Kehilangan Hasil dan Ambang Pengendalian; Landasan EkologiPengelolaan Hama; Pengamatan dan Pengambilan Sampel; Unsur danKomponen Dasar PHT; Pengendalian dengan Varietas Resisten,Pengembangan Tanaman Transgenik, Karantina Tumbuhan; PengendalianHayati; Pengendalian Kimiawi; Pengelolaan Hama Tanaman Pangan,Hortikultura, Perkebunan dan Pasca Panen; Kebijakan PerlindunganTanaman.

Tujuan Instruksional Khusus:

Agar mahasiswa dapat:1. Memahami dan menjelaskan pengertian + batasan hama tanaman,

klasifikasi, identifikasi, taksonomi dan sistematikanya.2. Memahami dan menjelaskan gejala serangan, mengukur berat serangan

dan tingkat kerugian hasil yang diakibatkan oleh hama.3. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis hama dan gejala serangan hama

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan hama pasca panen.4. Memahami dan menjelaskan sifat dan kemampuan beradaptasi hama pada

tingkat individu.5. Memahami dan menjelaskan faktor-faktor biotik dan abiotik yang

mempengaruhi populasi hama dan kerusakan yang diakibatkannya.6. Memahami dan menjelaskan cara penentuan dan penggunaan Ambang

Pengendalian sebagai dasar rekomendasi pengendalian hama.7. Memahami dan menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip PHT dan

penerapannya untuk berbagai jenis dan kelompok hama di pertanamanpangan, hortikultura, perkebunan dan pasca panen.

8. Memahami dan menjelaskan beberapa kasus aktual lapangan yangberkaitan dengan pengendalian hama-hama utama di Indonesia.

2

document.docMateri 1

HAMA TANAMANPokok Bahasan:1. Beberapa batasan dan pengertian.2. Arti penting hama tanaman untuk program pembangunan pertanian.3. Data kerusakan dan sebaran beberapa hama utama di Indonesia.4. Sebab-sebab muncul dan berkembangnya masalah hama tanaman.5. Tujuan pengendalian hama dan pongelolaan hama.

Materi:

PERISTILAHAN

Hama Tanaman Merujuk pada binatang yang menjadi HAMA yakni merusak tanaman dan

merugikan petani Selama binatang tersebut (serangga, tikus, nematoda, tungau, dll)

mendatangkan kerugian disebut HAMA TANAMAN Tetapi keberadaan binatang di tanaman tidak selalu mendatangkan

kerugian/kerusakan tanaman Banyak jenis binatang herbivora ada di pertanaman tetapi tidak

semuanya menjadi hama Di samping itu di ekosistem banyak sekali jenis binatang yang

tidak merugikan malahan menguntungkan seperti MUSUH ALAMI(parasitoid, predator), serangga PENYERBUK TANAMAN (lebah, tawon)serangga-serangga netral seperti SEMUT, dll.

Istilah HAMA merupakan istilahyang ANTROPOSENTRIS artinya lebihberpusat pada kepentingan manusia.

Bagaimana dengan istilah HAMA TUMBUHAN? Sebetulnya kurang tepatkarena TUMBUHAN adalah semua jenis tetumbuhan yang hidup di biosfir

3

termasuk tumbuhan di ekosistem alami atau tumbuhan yang tidakdibudidayakan manusia.

TANAMAN adalah tumbuhan yang diusahakan manusia untuk diambilmanfaatnnya bagi kehidupan manusia. Karena istilah HAMA padadasarnya antropogenik, yang paling tepat kita gabungkan istilahnyaadalah HAMA TANAMAN, istilah HAMA TUMBUHAN dapat juga dipakaimeskipun kurang pas kombinasinya.

Kalau istilah PENYAKIT TUMBUHAN memang lebih tepat, karenaPENYAKIT lebih merujuk pada GEJALANYA. Tumbuhan sedang sakit,kondisi yang secara fisiologi tidak normal, tidak sehat. Setiapjenis tumbuhan termasuk TANAMAN dapat sakit. Sakitnya tumbuhan dapatdisebabkan oleh karena infeksi jasad renik seperti virus, jamur,bakteri, dll, tetapi sakitnya mungkin juga karena kondisifisik/abiotik yang tak sesuai seperti suhu, kering, basah, dll.Karena itu di Ilmu Penyakit Tumbuhan kita kenal Organisme PenyebabPenyakit. Kalau hama merujuk pada binatang yang merugikan, penyakitmerujuk pada gejala tumbuhan yang SAKIT.

OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) merupakan istilah“formal/hukum nasional” yang digunakan oleh Pemerintah berdasarkanUU No. 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan PP 6/1995 tentangPerlindungan Tanaman. Menurut UU tersebut:

“OPT adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, ataumenyebabkan kematian tumbuhan”.

Digunakannya istilah OPT untuk mencakup semua kelompokpengganggu tumbuhan termasuk HAMA, PENYAKIT dan GULMA. Tiga kelompokpengganggu tumbuhan ini yang pengendalian atau pengelolaannyadicakup dalam bidang PERLINDUNGAN TANAMAN. Namun harap diperhatikanbahwa definisi OPT menurut UU ada perbedaannya dengan pengertianHama Tanaman dan Penyakit Tumbuhan yang sudah dijelaskan di depan.Teman-teman Fitopatologi banyak yang tidak sependapat dengan istilahOPT.

Dilihat dari sisi ilmu-ilmu dasar pendukung PerlindunganTanaman sbb:

HAMA TANAMAN :- Entomologi (ilmu serangga)- Nematologi (ilmu nematoda)- Rodentologi (Ilmu rodent/tikus)- Akarologi (ilmu akarina)- dllKarena sebagian besar hama termasuk kelompok serangga seringkaliIlmu Hama diartikan entomologi.

4

PENYAKIT TUMBUHAN :- Fitopatologi- Virologi- Mikologi- dst

GULMA :- Ilmu gulma

Dalam bahasa inggris Istilah PEST sebenarnya digunakan untuk seluruhkelompok OPT, namun secara khusus sering diartikan untuk pengertianHAMA

HAMA TANAMAN SEBAGAI FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNANPERTANIAN

Program Pembangunan Pertanian Nasional apakah dengan polaPembangunan Pertanian AGRIBISNIS atau program KETAHANAN PANGANsangat ditentukan oleh keberhasilan kita dalam mengendalikan,mengelola HAMA TANAMAN. Hal ini disebabkan karena berbagai jenisHAMA dan atau OPT lainnya dapat menurunkan KUANTITAS dan KUALITAShasil-hasil pertanian, dan sangat sering MENGGAGALKAN PANEN,menyebabkan PUSO, artinya 100% GAGAL. Serangan HAMA mengakibatkan:1. Produksi TURUN (nasional, propinsi, lokal, tingkat petani)2. Kualitas ANJLOK (mutu rendah-sulit dipasarkan-diekspor)3. Harga produk MEROSOT4. Biaya produksi NAIK5. RUGI secara ekonomik (biaya lebih besar daripada pendapatan)6. PENGHASILAN NEGARA/DAERAH (PAD) TURUN7. PENGHASILAN TURUN ---- KESEJAHTERAAN PETANI MENURUN ----

KEMISKINAN MENINGKAT

Taksiran KASAR/KONSERVATIF. Rata-rata kehilangan hasil ProduksiPertanian karena serangan OPT ± 30% dari potensi hasil --- kehilanganhasil karena HAMA sekitar 20 – 25%. HITUNG SENDIRI secara finansialberapa kerugian yang kita derita setiap tahun karena hama-hama padi,bila produksi tahun 2003 itu diperkirakan 53 juta ton padi keringpanen. Jumlah itu setelah dikurangi 25% kehilangan hasil oleh OPTpadi.

Menurut catatan DEPTAN 1997-2001, serangan OPT padi, jagung,kedelai sebesar Rp 463 milyar /tahun. Tahun 1999 serangan OPT Perkebunanmerugikan sebesar Rp 340 milyar. Serangan OPT Hortikultura (mangga,jeruk, pisang, bawang merah, cabai, kentang, kubis, tomat)diasumsikan rata-rata Rp 1,7 trilyun/tahun. Lihat juga tabel keadaan

5

serangan OPT di Indonesia pada tahun 2001-2002 (jenis dan luasserangan)

Mengingat potensi penurunan hasil akibat HAMA yang sangat besarkegiatan Pengelolaan Hama menjadi BAGIAN PENTING - INTEGRAL darisetiap USAHA TANI atau BUDIDAYA TANAMAN agar diperoleh TingkatPRODUKSI dan KUALITAS produksi yang DIINGINKAN baik oleh PEMERINTAHmaupun PETANI – KELOMPOK TANI

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PENINGKATAN SERANGAN DAN KERUSAKAN OLEH HAMA

Masalah hama di suatu lokasi pada saat/musim tertentu tidakmuncul begitu saja tanpa penyebab atau faktor-faktor pendorong.Banyak faktor yang mendorong terus ada dan meningkatnya masalahhama. Hampir seluruh faktor pendorong tersebut adalah karenaulah/perbuatan/tindakan MANUSIA sehingga ekosistem pertanian menjadisangat sesuai bagi pertumbuhan, pembiakan dan kehidupan hamatanaman. Faktor-faktor tersebut antara lain:1. Penanaman monokultur (jenis tanaman atau varietas tanaman yang

sama) sepanjang waktu dan tempat, contoh padi2. Penanaman jenis tanaman atau varietas tanaman yang peka hama

tetapi unggul produksi3. Penanaman jenis tanaman baru di suatu daerah sehingga belum ada

musuh alami di lokasi baru ---- KARANTINA gagal4. Penggunaan masukan produksi yang berkelebihan seperti pupuk

buatan, pestisida, hormon tumbuh, pengairan dll.5. Penggunaan pestisida kimia berspektrum lebar yang dilakukan secara

tidak bijaksana, terus-menerus dan berlebihan. Pestisida membunuhmusuh alami, resistensi dan resurjensi hama.

6. dll, termasuk terjadinya penyimpangan cuaca dan iklim

KESIMPULANNYA: Masalah timbul, muncul dan terus ada karena manusia,jadi sering disebutkan bahwa hama saat ini adalah “MAN-MADE PEST”(Hama buatan MANUSIA). Tanpa ada kegiatan manusia tidak ada masalahhama.

TUJUAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENGELOLAAN HAMA

Pada saat ini di kalangan petani, pejabat dan petugaspemerintah akademisi dan masyarakat dikenal 3 istilah pemberantasanhama, pengendalian hama dan pengelolaan hama.

Pemberantasan hama: adalah usaha memusnahkan, membunuh hama yangumumnya dilakukan dengan pestisida kimia secara preventif, tidakmemperhitungkan keadaan hama di lapangan apakah sedang dalam kondisipopulasi rendah atau tinggi, pokoknya disemprot habis-habisan sampai

6

petani merasa puas. Pemberantasan hama yang mengakibatkan munculnyaresisitensi hama dan letusan hama yang berkelanjutan

Pengendalian hama: lebih hati-hati daripada pemberantasan hama.Penggunaan pestisida hanya dilakukan bila populasi hama telahmembahayakan atau melampaui ambang pengendalian atau ambang ekonomi.Bila populasi hama tidak membahayakan tidak perlu dikendalikandengan pestisida.

Pengelolaan hama: Lebih menekankan aspek pengelolaan ekosistem(tanaman, tanah, mikroklimat, budidaya dll) sedemikian rupa sehinggapopulasi hama tetap berada dalam keseimbangan dengan musuh alaminyasehingga hama tidak membahayakan, tak perlu dilakukan pengendaliandengan pestisida tetapi produksi tanaman tetap tinggi, kualitasproduksi baik

PHT (Pengendalian Hama Terpadu) merupakan kebijakan Perlintandi Indonesia berdasarkan UU No 12/1992 dan PP 6/1995. PHT adalahusaha pengelolaan agroekosistem dengan memadukan berbagai teknikpengendalian hama (bercocok tanam, fisik, mekanik, varietasresisten, pengendalian hayati, pengendalian kimia, dll) sedemikianrupa sehingga populasi hama tetap berada di bawah AmbangPengendalian.

7

document.docMateri 2

INTERAKSI TANAMAN DAN HAMA

Interaksi antara tanaman dan hama dapat dilihat dari aspekEKOLOGIS dan EKONOMIS. Dari sisi ekologi hubungan antara tanaman danhama merupakan interaksi yang saling mengendalikan antara tanamanyang autotroph dengan binatang HERBIVORA yang heterotroph dalam suatusistem trofi yang berjalan secara EFISIEN dan berkesinambungan.Karena kemampuannya mengubah energi surya menjadi energi biokimiamelalui proses fotosistesis tanaman menempati aras trofi pertama sebagaiPRODUSEN. Energi pada tanaman digunakan oleh binatang yang memakantanaman (HERBIVORA) yang menempati aras trofi kedua sebagai KONSUMENPERTAMA. Binatang karnivora memperoleh energinya dengan memangsaherbivora sehingga menempati aras trofi ketiga sebagai KONSUMENKEDUA, demikian seterusnya. Aliran energi di ekosistem melaluisistem trofi dapat dilihat pada gambar berikut:

8

Produsen

Konsumen 1

Konsumen 2

Dekomposer

EKOSISTEM

Energi keluar ekosistem

sebagai panas

Energi memasuki ekosistem sebagai radiasi surya

Gambar 1. Aliran Energi dalam Ekosistem melalui Sistem Trofi

Arastrofi

IstilahEkosistem Antroposentris

1 Tumbuhan Tanaman2 Herbivora Hama tanaman3 Karnivora

1Predator, parasitoid (musuhalami)

4 Karnivora2

Predator, hiperparasitoid

Perlu diperhatikan bahwa di ekosistem termasuk ekosistempersaingan interaksi antara organisme yang menempati aras trofi yangsama atau antar aras trofi sangat kompleks, dan dinamis melaluiproses evolusi dan koevolusi. Tujuan interaksi sebenarnya adalahterjadinya keseimbangan dan kestabilan ekosistem. Masalah ini akandibahas pada kuliah dua minggu lagi.

Aspek EKONOMIS

Adanya populasi serangga/hama di suatu tanaman akan menimbulkanLUKA (“injury”) pada tanaman. Luka adalah setiap bentuk penyimpanganfisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas serangga hama yanghidup, berada dan makan pada tanaman tersebut.

Luka tanaman dapat mengakibatkan terjadinya KERUSAKAN(“damage”). Kerusakan adalah kehilangan hasil yang dirasakan olehtanaman (petani) akibat adanya populasi hama atau serangan hamaantara lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas hasil.

Pengertian dan istilah LUKA lebih terpusat pada HAMA danAKTIVITASNYA, sedangkan KERUSAKAN lebih terpusat pada TANAMAN danrespon tanaman terhadap pelukaan oleh hama.

9

Istilah-istilah lain berkaitan dengan hama dan tanaman yang saat inidigunakan dalam kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh para petugaspengamat lapangan (dulu namanya PHP- Pengamat Hama dan Penyakit,sekarang namanya POPT- Pengendali OPT).1. Tanaman terserang adalah tanaman yang digunakan sebagai tempat hidup

dan berkembang biak OPT dan atau mengalami kerusakan karenaserangan OPT pada tingkat populasi OPT atau intensitas kerusakantertentu sesuai dengan jenis OPT nya

2. Luas serangan: adalah luas tanaman terserang yang dinyatakan dalamhektar atau rumpun atau pohon

3. Intensitas serangan: adalah derajat serangan OPT atau derajatkerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT yang dinyatakan secarakuantitatif dan kualitatif.a. Intensitas serangan secara kuantitatif dinyatakan dalam %

(persen) bagian tanaman/tanaman atau persen kelompok tanamanterserang. Intensitas serangan dalam % dilaporkan oleh PHP

b. Intensitas serangan secara kualitatif dibagi menjadi 4 kategoriserangan yaitu: ringan, sedang, berat dan puso. Kategoriserangan dilaporkan oleh koordinator PHP, BPTPH.

Adapun kategori intensitas serangan serangga hama secara umumdapat digunakan pedoman sbb:a. Serangan ringan bila derajat serangan <25%b. Serangan sedang bila derajat serangan 25-50%c. Serangan berat bila derajat serangan 50-90%d. Serangan puso bila derajat serangan >90 %

CARA PELUKAAN TANAMAN OLEH SERANGGA

A. Luka Oleh Serangga Pada Tanaman Yang Sedang Tumbuh1. Luka oleh serangga penggigit 2. Luka oleh serangga pencucuk pengisap 3. Luka oleh serangga yang makan di dalam jaringan tanaman (internal

feeders) termasuk penggerek, pengorok dan pembuat puru 4. Luka oleh serangga-serangga tanah 5. Luka oleh serangga yang sedang meletakkan telur dan membuat

sarang 6. Luka oleh serangga-serangga yang “memperhatikan” serangga-

serangga lain 7. Luka oleh serangga sebagai vektor/pengantar penyakit tumbuhan

Berbagai bentuk luka oleh serangga pada tanaman yang biasa kitacatat sebagai GEJALA SERANGAN hama.

10

Keterangan :Hasil interaksi antara populasi hama dan tanaman mengakibatkan luka pada tanaman, luka mengakibatkankerusakan dan kerusakan tanaman karena hama menyebabkan terjadinya kehilangan atau penurunan hasil tanamandan kualitas produk/hasil. Kehilangan hasil dapat berakibat pada kerugian ekonomi (biaya lebih besardaripada nilai produksi) yang dialami petani atau pengusaha pertanian. Hasil interaksi populasi hama danpopulasi tanmaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor biotik lainnya dan faktor-faktor abiotik danterutama oleh tindakan manusia terhadap ekosistem

Gambar 2. Interaksi antara Populasi Hama dan Tanaman

11

FAKTOR-FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK

TINDAKAN MANUSIA

LUKA KERUSAKANKEHILANGAN HASIL DAN KUALITAS

KERUGIAN EKONOMIK PETANI

Populasi Hama

Populasi

Tanaman

B. Luka Oleh Serangga Pada Manusia Dan Binatang Lain

C. Serangga Sebagai Perusak Produk Di Gudang Dan Bahan-Bahan Lain

D. Metode Pendugaan Kerusakan Tanaman Oleh HamaPendugaan atau penghitungan pengaruh hama terhadap kerusakan

tanaman dan kehilangan hasil karena serangan hama dapat dilakukandengan menghitung atau mengukur luka atau gejala yang ditinggalkan ataudiakibatkan oleh hama. Beberapa pengukuran yang sering digunakan adalahterhadap tanaman atau bagian tanaman antara lain seperti:1. Keseluruhan tanaman

Jumlah atau % tanaman mati/busuk atau yang menunjukkan gejalaserangan hama tertentu

2. DaunAdanya kerusakan daun, lubang gerekan dan gejala daun lainnya diukurdengan menggunakan luas defoliasi, pengurangan berat kering daun

3. Batang Jumlah atau % puru, sundep, beluk Jumlah lubang keluar Panjang lubang gerekan Luka potongan batang oleh ulat

4. Buah dan benih Jumlah lubang atau luka di buah Jumlah atau % buah rusak seperti terserang PBK (Penggerek Buah

Kakao) dan PBKo (Penggerek Buah Kopi)5. Akar

Panjang, berat kering atau volume perakaran yang terserang hama Luas kerusakan umbi seperti pada tanaman kentang.

9

document.docMateri 3

PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL

Pokok Bahasan:A. Pendugaan Kehilangan Hasil Akibat Serangan Hama (Crop Loss Assesment)B. Penggunaan Ambang Pengendalian sebagai tingkat pengambilan keputusan

penggunaan PESTISIDA

Materi:Pendugaan kehilangan hasil adalah usaha untuk menduga, menaksir

bahkan meramal tentang kerugian ekonomi yang mungkin akan dialami olehpetani, perusahaan pertanian, pemerintah atau pengusaha agribisniskarena adanya serangan hama pada pertanaman yang mereka budidayakan.Dengan melakukan pendugaan kehilangan hasil para produsen pertaniandapat menentukan beberapa hal: Apakah keberadaan populasi hama di lahannya akan merugikan atau

menurunkan hasil usahanya dalam kisaran toleransi ekonominya. Bilamasih berada pada kisaran toleransi petani tidak perlu melakukantindakan pengendalian atau mengeluarkan biaya untuk pengendalain.

Apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau pencegahan hama.Apabila perlu berapa besar biaya pengendalian yang harusdikeluarkan. Tentunya petani tidak akan mengeluarkan biayapengendalian sampai melebihi nilai kehilangan hasil

Bila petani sudah memutuskan perlu dilakukan tindakan pengendalian,teknik pengendalian mana yang akan digunakan apakah dengan carakimiawi dengan pestisida kimia atau dengan secara hayati menggunakanmusuh alami, atau menggunakaan varietas tanaman tahan hama danseterusnya. Dalam menetapkan teknik pengendalian hama yang akandilakukan petani/produsen adalah mempertimbangkan beberapa faktoryaitu a) efektivitas pengendalian, b) biaya pengendalian, dan c)risiko bahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

10

Pendugaan kehilangan hasil juga akan digunakan untuk menentukanberapa nilai Ambang Pengendalian atau Ambang Kendali atau AmbangEkonomi yang akan kita bahas pada akhir kuliah ini.

Siapa yang memerlukan Kehilangan Hasil?Banyak pihak yang memerlukan data pendugaan kehilangan hasil,diantaranya: 1. Petani secara perseorangan (untuk petak dan lahan miliknya sendiri)

atau secara berkelompok (untuk hamparan sawah/lahan). Satu kelompokhamparan besarnya terdiri dari 20-30 petani.

2. Pemeriantah Daerah dan Pemerintah Pusat, biasaya melalui DinasPertanian Kabupaten dan Departemen Pertanian melalui Ditjen TanamanPangan, Ditjen Tanaman Hortikultura dan Ditjen Perkebunan.

3. Pengusaha Pertanian misal PT Perkebunan milik Pemerintah, PTPagilaran milik Fak. Pertanian UGM, dst.

CARA PENDUGAAN KEHILANGAN HASIL

Untuk menghitung kehilangan hasil dalam bentuk satuan berat(ton/ha) atau satuan rupiah (Rp/ha) secara TEPAT jelas sangat sulit dantidak mungkin, karena tidak mungkin kita mengukur dan menghitung semualahan yang ada baik milik petani dan kelompok tani maupun lahanpertanaman tertentu di suatu daerah (desa, kecamatan, kabupaten,propinsi, nasional). Yang dapat kita lakukan adalah melakukanPENDUGAAN, kata-kata lain ESTIMASI, PENAKSIRAN, berdasarkan data hasilpengamatan yang dilakukan pada lahan/petak sawah/tanaman/pohon/rumpunyang digunakan sebagai SAMPEL, CONTOH yang mewakili.

Untuk memperoleh taksiran kehilangan hasil untuk suatu petak atauhamparan/sawah atau suatu daerah kita harus mempunyai data seperti:1. Luas serangan – LSR (dalam ha)2. Intensitas serangan – ISR (dalam % rumpun/tanaman terserang)

aISR = --------------------- x 100%

a + b

a: jumlah rumpun/batang terserangb: jumlah rumpun/batang tak terserang

3. Hubungan antara intensitas serangan dengan hasil tanaman yangdiperoleh dari pengalaman petani atau dari hasil penelitian.Suatu contoh:

11

Intensitas serangan (%)

Hasil Tanaman

(ton/ha)

10

6

5

2

20 50 80 100

Gambar 3. Hubungan antara Intensitas Serangan Hama dengan HasilTanaman

Dari fungsi ini kita mengetahui dugaan hasil tanaman atau produksitanaman dalam kondisi intensitas serangan (%) tertentu, katakan 50%intensitas serangan, produksi atau hasil tanaman adalah 6 ton/ha.Kita sebut Produksi Tanaman Terserang (PTT)

4. Dari fungsi ini kita ketahui bahwa hasil tanaman yang tidakterserang hama atau produksi tanaman sehat (PTS) adalah 9,5 ton/ha.

5. Harga dari produk/hasil tanaman pada tingkat petani katakan Rp1000/kg atau Rp 1 juta/ton (HG)

6. Kehilangan hasil (KH) dalam satuan berat (ton) = Luas serangan (LSR)x Produksi Tanaman Sehat (PTS) --- Luas serangan (LSR) x ProduksiTanaman Terserang (PTT)

7. Nilai kehilangan hasil (NKH) dalam rupiah = Harga produk (HG) x KHSuatu contoh: Untuk hama padi di suatu kecamatan ternyata LSR 500 ha.PTT= 6 ton/ha. PTS = 9,5 ton/ha dan harga padi kering panen (HG) Rp1500/kg.

KH = (LSR x PTS) – (LSR x PTT)= (500 x 9,5) – (500 x 6)= 4750 – 3000 ton= Rp 2.625.000.000= Rp 2,625 milyarDengan perhitungan tersebut secara kasar kita dapat mengetahui

seberapa besar kerugian yang dialami oleh petani, masyarakat danpemerintah akibat terjadinya serangan hama tertentu.

Dari cara penghitungan tersebut di atas dapat dimengerti bahwauntuk menduga kehilangan hasil kita memerlukan hubungan fungsionalantara populasi hama atau intensitas serangan (%) dengan hasil. Tanpainformasi tentang hubungan ini kita tidak dapat menduga/menaksir berapa

12

hasil tanaman yang akan diperoleh bila terserang hama pada intensitasserangan atau populasi hama tertentu. Untuk memperoleh fungsi tersebutperlu dilakukan percobaan pengamatan langsung di lapangan. Ada beberapacara yang dapat kita lakukan antara lain:1. Cara pertama adalah dengan cara ALAMI yaitu dengan:

Mengamati beberapa petak sawah dengan menghitung berapa populasihama atau intensitas serangan hama tertentu. Misal pada petakpertama intensitas serangan 5%, petak kedua 20%, petak ketiga 40%,petak keempat 60%, petak kelima 80%, dan petak keenam puso atau 95%.Pada waktu panen kita lakukan ubinan hasil pada semua 6 petaktersebut. Dari langkah pertama dan kedua tersebut kita dapatmemperoleh fungsi hubungan intensitas serangan dan hasil.

2. Namun seringkali di lapangan kita mengalami kesulitan dalammendapatkan petak-petak sawah yang memiliki kisaran lebar dalamkepadatan populasi hama atau intensitas serangan seperti contoh diatas. Untuk memperoleh intensitas serangan atau populasi hama yangberbeda seringkali kita lakukan secara BUATAN yaitu denganmenginfestasikan hama dalam pertanaman yang dikurung dalam suatukasa yang selebar petak sawah. Dengan melakukan infestasi hama kitadapat mengatur berapa kepadatan populasi atau intensitas seranganyang kita inginkan.

3. Cara ketiga merupakan cara yang paling murah tetapi tidak telitiyaitu dari data EMPIRIK atau pengalaman dari petani kita lakukanwawancara pada petani yang sudah lama berpengalaman menghadapimasalah hama tertentu yang menyerang tanaman atau komoditaspertanian yang mereka usahakan. Kita tanyakan pada para petaniberapa produksi tanaman yang mereka dapatkan dalam kondisiintensitas serangan hama rendah, sedang, tinggi dan puso, sertaberapa produksi tanaman dalam kondisi sehat atau tidak terseranghama. Dari data empirik petani akhirnya kita dapat memperolehhubungan fungsional antara intensitas serangan dan hasil. Cara inimudah kita lakukan, tetapi sulitnya tidak semua petani ingat apalagimenyimpan data serangan hama dan kerusakan yang pernah mereka alami.

PENETAPAN AMBANG PENGENDALIAN

Dalam konsep PHT kita kenal beberapa istilah yang arti dan fungsinyasama yaitu:1. Ambang Ekonomi (AE) “Economic Threshold”2. Ambang Kendali (AK) “Economic Threshold” atau Ambang Pengendalian

“Control Threshold”3. Ambang Tindakan (AT) “Action Threshold”

13

Artinyaadalah suatuaras(tingkat)kepadatanpopulasihama atauintensitasseranganhama yangmembenarkandimulainyapenggunaanPESTISIDAuntukpengendalianhama. Tujuan

penggunaan pestisida adalah menurunkan populasi hama sampai dibawah AE agar

Gambar 4. Populasi Hama dan letak Aras Luka Ekonomi, Ambang Ekonomi danAras Keseimbangan Umum pada Keadaan Normal

dapat dikendalikan secara alami oleh kompleks musuh alami sehinggapopulasi hama tetap berkisar sekitar aras keseimbangan umum (Gambar 4).

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam keadaan gejolakpopulasi hama sepanjang musim tanam pestisida hanya diaplikasikan satukali yaitu pada waktu populasi melampaui AE. Dengan demikian penggunaan

14

ARAS LUKA EKONOMI

ARAS KESEIMBANGAN UMUM

AMBANG EKONOMI

PESTISIDA

WAKTU (hari)

Populasi

Ham

a atau

In

tensit

as S

eranga

n

20 40 60 80 100

pestisida dapat dihemat, petani tak perlu menggunakan pestisida secaraberjadwal seperti seminggu sekali, atau pada umur 15, 20, 45, 60 HST(hari setelah tanam). Namun untuk melaksanakan prinsip tersebut ada duasyarat penting yaitu:1. Harus dilakukan pengamatan secara berkala (katakan seminggu sekali)2. Harus ada ketentuan mengenai berapa besar nilai AE/AK/AT tersebut

Dengan demikian untuk setiap jenis hama yang menyerang komoditastertentu harus mempunyai nilai AEnya masing-masing bahkan padaprinsipnya nilai AE suatu jenis hama tidak tetap, tidak sama dari satutempat/lokasi ke tempat lain dari waktu ke waktu lain. Artinya nilai AEdinamis, tidak seragam. Yang menetapkan nilai AE yang paling baikadalah petani/kelompok tani sendiri yang berlaku untuk spesifiklahannya masing-masing. Saat ini karena petani banyak yang belum mampunilai AE lebih sering mengikuti ketetapan atau rekomendasi pemerintahatau rekomendasi peneliti sehingga nilai AE cenderung seragam. Mungkinuntuk sementara keadaan tersebut dapat berjalan tetapi harus diikutidengan melakukan pelatihan pada petani untuk mengembangkan danmenetapkan AE nya sendiri. Biasanya petani menerima rekomendasi AE daripara PPL atau PHP (Pengamat Hama dan Penyakit).Suatu contoh untuk tanaman padi:AE wereng coklat : 5 nimfa + dewasa/rumpun padi pada fasevegetatif

10 nimfa + dewasa /rumpun pada fase generatifAE penggerek batang: 30% intensitas serangan pada fase vegetatif

10% intensitas serangan pada fase generatif(lihat lampiran)

CARA PENETAPAN/PENGHITUNGAN AE

Ada beberapa cara penentuan AE yang dapat kita lakukan:1. Cara empirik atau berdasar pengalaman dari petani, peneliti atau

petugas lapangan yang sudah lama menekuni dan merasakan tentangkerusakan atau kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama tertentupada komoditas yang diusahakan. Berdasarkan data empirik/pengalamanselama bertahun-tahun dapat diperoleh informasi tentang pada araspopulasi atau intensitas serangan berapa hama tersebut mulaidirasakan merugikan secara ekonomi. Pada aras populasi mulaimerugikan tersebut. AE/AK/AT hama berbeda. Karena itu AE/AK/AT inidapat kita namakan sebagai AE petani atau Ambang Petani saja.

Untuk lebih jelasnya secara grafik data empirik tentang araspopulasi/intensitas serangan dan hasil dapat dilihat pada gambar 5.Perhatikan sampai populasi 5 larva belum terjadi penurunan hasil

15

sehingga petani masih bisa mentoleransikan tetapi pada populasi 7petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi. Pada keadaan kurvepengalaman petani demikian, maka AE/AK/AT petani adalah 7larva/rumpun.

Karena pengalaman dan perasaan petani berbeda-beda kita akanmemperoleh AE yang sangat khas/spesifik lokasi, spesifik petanisehingga menjadi variatif dan tidak seragam. Dengan pengalaman yangbertambah dan tingkat toleransi yang semakin baik, petani akanselalu menyesuaikan atau memperbarui nilai AE nya!

Gambar 5. HubunganPopulasi Hama dengan Hasil

2. Cara PenelitianPenetapan AE melalui penelitian dilakukan oleh para peneliti yangkhusus ingin mengetahui berapa AE pada suatu jenis hama padakomoditas tertentu. Biasanya sasaran kegiatan penelitian adalahmemperoleh nilai ALE (Aras Luka Ekonomi) dan dari nilai ALEdihitung AE yang besarnya ¾ atau 2/3 ALE. ALE dihitung denganmenggunakan titik impas/BEP (Break Even Point). ALE adalah suatupopulasi atau intensitas serangan dimana nilai kehilangan hasil(dalam Rp) yang dapat diselamatkan oleh tindakan pengendalian hamadengan pestisida sama dengan total baya pengendalian (dalam Rp).

BPALE = ------------------

HG x LT x BKdimana

16

Populasi hama larva/rumpun

Hasi

l (kui

ntal/ha)

Mulai terjadi kerugian ekonomik

AE petani

5 7 10 20 30

BP = Biaya pengendalian (Rp/ha)HG= Harga produk (Rp/kg)LT = Luka tanaman yang diakibatkan oleh satu individu hamaBK = Berat kerusakan tanaman per unit luka tanaman

Untuk memperoleh LT dan BK perlu dilakukan serangkaian percobaan dilapangan, di rumah kasa atau di laboratorium.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALE DAN AE

Banyak faktor yang mempengaruhi nilai ALE dan AE termasuk jenisvarietas tanaman, fase tumbuh tanaman, instar hama, lokasi pertanaman,dll.Dari sekian banyak faktor, 4 faktor yang paling penting yaitu: 1. Harga produk2. Biaya pengendalian3. Derajat luka yang diakibatkan oleh individu hama4. Kepekaan tanaman terhadap serangan hamaPerhatikan Gambar 6 di bawah. Apa artinya?

Gambar 6. Hubungan antara Harga Produk dan Biaya Pengendaliandengan ALE/AE

Kita harus mengetahui bahwa semakin tinggi ALE/AE penggunaanpestisida menjadi semakin jarang atau semakin sedikit, semakin rendahALE/AE semakin sering/banyak penyemprotan pestisida dilakukan.

Bagan alir sistem keputusan pengelolaan hama yang menunjukkanletak pendugaan populasi hama atau infestasi serangan hama dan

17

ALE/

AE

ALE/

AE

Harga Produk

Biaya Pengendalian

pendugaan kehilangan hasil serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapatdilihat pada Gambar 7.

Dari ketetapan-ketetapan pada gambar dapat disimpulkan bahwa untukmelakukan pendugaan kehilangan hasil serta menetapkan dan menerapkanAE/AK/AT diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu (misal ilmu-ilmuperlintan, ekonomi, sosiologi, agronomi, statistis, dll) dan lintassektor. Tidak dapat dilakukan oleh orang-orang/pakar perlintan.

Gambar 7. Bagan Alir Sistem Keputusan Pengelolaan Hama

18

Pendugaan hama

Pengaruh (i) pada hasil (y)

Hasil (y)

AE /AT / AK

Pengamatan

Percobaan Pengaruh

pengendalian

terhadap (i)

? Apa lebih besar

dari AE?

Tak perlu dikendalika

n

Kendalikan dengan

pestisida

Pendugaan kehilangan

hasil

Infestasi

yatidak

document.docMateri 4

LANDASAN EKOLOGI PENGELOLAAN HAMATujuan:1. Mengetahui dua model pertumbuhan populasi organisme2. Mengetahui model dinamika populasi hama3. Mengetahui mekanisme pengendalian alami dan pengaruh faktor abiotik

dan biotik4. Mempelajari pengaruh kegiatan manusia terhadap dinamika populasi

hama

Materi: Dari kuliah sebelumnya kita mengetahui bahwa keberadaan populasi

hama di pertanaman dan di ekosistem menentukan seberapa besar kerusakantanaman dan kerugian ekonomi yang dialami oleh petani atau pengusahapertanian lainnya. Juga kita ketahui bahwa populasi hama sepanjangmusim tanam dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat tidak tetaptetapi DINAMIS, naik turun, berfluktuasi sekitar suatu garis atauposisi keseimbangan umum (General Equilibrium Position). Banyak faktor abiotikdan biotik yang mempengaruhi dinamika populasi hama. Dengan mengetahuifaktor-faktor tersebut kita dapat melakukan pengelolaan hama yangefektif dan efisien. Perlu ditekankan di sini bahwa tujuan pengelolaanhama bukan untuk membasmi hama, memberantas hama sampai habis tetapimempertahankan populasi hama di pertanaman tetap berada di bawah

19

AE/AK/AT atau pada aras yang secara ekonomi tidak merugikan. Perhatikangambar tentang posisi AE, ALE dan Garis keseimbangan pada kuliah mingguyang lalu.

Diharapkan para mahasiswa setelah kuliah ini dapat menjawabpertanyaan: Apa sebabnya kita tidak mungkin melakukan pembasmian ataupemusnahan hama seperti banyak orang harapkan?

Pada prinsipnya keberadaan dan perkembangan populasi hama danpopulasi organisme lainnya ditentukan oleh dua kekuatan yaitu:1. POTENSI BIOTIK atau "Biotic Potential" dan2. PERLAWANAN LINGKUNGAN atau "Environmental Resistance"

Yang disebut POTENSI BIOTIK adalah kemampuan suatu organisme untuktetap hidup dan berkembang biak. Kalau kita perhatikan kelompok serangga,organisme ini mempunyai potensi biotik yang sangat besar dan kemampuanberbiak sangat cepat. Dengan siklus hidup pendek, ukuran tubuh kecildan kemampuan bertahan hidup yang tinggi maka populasi serangga sangatcepat meningkat sehingga dalam waktu sebentar saja dapat memenuhipermukaan bumi ini. Apabila suatu organisme berkembang sepenuhnyasesuai dengan kemampuan hayati (potensi biotik)nya, maka pertumbuhanpopulasi organisme tersebut akan mengikuti model pertumbuhanekponensial atau pertumbuhan geometrik seperti Gambar 8.

dN--- = r N = ( b – d ) Ndt

N = populasir = laju pertumbuhan populasi intrinsikb = laju kelahirand = laju kematiant = waktu

20

Waktu (t)

Popu

lasi

(N

)

Gambar 8. Pertumbuhan Populasi Organisme Mengikuti Model Pertumbuhan Ekponensial atau Geometrik

Di dunia saat ini satu-satunya organisme yang populasinya tumbuhsecara eksponensial adalah MANUSIA. Di alam populasi organisme tidakdapat meningkat secara eksponensial karena adanya kekuatan lain yangme"lawan" atau meng"hambat" yang kita namakan Perlawanan Lingkungan atauHambatan Lingkungan. Kekuatanini yang akan menghambat populasisuatu organisme untuk bertambah danmeningkat sesuai dengan kemampuanbiotiknya. Karena itu modelpertumbuhan populasi yang lebihcocok adalah model pertumbuhanlogistik seperti Gambar 9.

Gambar 9. Model Pertumbuhan Populasi Logistik

dN K - N--- = r N ( ----- )dt K

N = populasit = waktur = laju pertumbuhan populasiK = asimtot atas atau nilai N maksimum

Kurve tersebut menunjukkan model pertumbuhan secara matematik.Kalau kita bandingkan dengan data lapangan populasi suatu organisme,kita memperoleh gambaran dinamika populasi yang mirip denganpertumbuhan logistik terutama pada daerah I dan II seperti Gambar 10.

21

Waktu (t)

Popu

las

i (N

)

K

Menurut gambar tersebut pertumbuhan populasi organisme dapat kitabagi menjadi 5 daerah. Daerah I merupakan periode peningkatan populasiyang tumbuh secara sigmoid. Periode ini terdiri dari tahap pembentukanpopulasi (A), pertumbuhan cepat secara eksponensial (B) serta tahapmenuju keseimbangan (C). Daerah II merupakan pencapaian araskeseimbangan yang merupakan garis asimtot kurve sigmoid. Pada tahap inipopulasi telah mencapai stabilitas numerik. Setelah daerah II tercapaikemudian populasi bergejolak sekitar aras keseimbangan yaitu padadaerah III. Daerah III merupakan tahap oskilasi dan fluktuasi populasi.Oskilasi populasi adalah penyimpangan populasi sekitar araskeseimbangan secara simetris, sedangkan fluktuasi populasi merupakanpenyimpangan populasi yang tidak simetris. Daerah III berjalan dalamwaktu cukup lama tergantung pada berfungsinya mekanisme umpan baliknegatif yang bekerja pada populasi organisme tersebut. Apabilamekanisme ini oleh sebab-sebab tertentu menjadi tidak berfungsi lagi,terjadilah daerah IV yang merupakan periode penurunan populasi atauperiode pertumbuhan negatif. Kalau periode ini terus berlanjut kemudianakan terjadi tingkat terakhir pertumbuhan populasi yaitu daerah V yang

merupakanperiodekepunahanpopulasi.

Gambar 10. Pertumbuhan Populasi Organisme yang Terbagi menjadi 5Tingkat

Adanya kekuatan Hambatan Lingkungan terhadap pertumbuhan populasiorganisme dalam kondisi oskilasi dan fluktuasi di sekitar aras

22

A B C Waktu (t) I II III IV V

Populas

i (N)

keseimbangan umum seperti yang terjadi di daerah III. Di daerah IIIterjadi mekanisme keseimbangan populasi oleh bekerjanya berbagai faktorabiotik dan biotik yang secara bersama kita sebut sebagai faktorPENGENDALI ALAMI.

FAKTOR TERGANTUNG KEPADATAN DAN FAKTOR BEBAS KEPADATAN

Dilihat dari proses pengendalian dan pengaturan populasiorganisme, maka berbagai faktor hambatan lingkungan dapat dikelompokkanmenjadi Faktor Tergantung Kepadatan Populasi (FTK) atau "DensityDependent Factors" dan Faktor Bebas Kepadatan Populasi (FBK) atau "DensityIndependent Factors". Pengelompokan ini lebih sering digunakan biladibandingkan dengan cara pengelompokan lainnya. Bagan berikutmenunjukkan faktor-faktor yang termasuk dalam FTK dan FBK.

Faktor Tergantung KepadatanFaktor tergantung kepadatan adalah faktor pengendali alami yang

mempunyai sifat penekanan terhadap populasi organisme yang semakinmeningkat pada waktu populasi semakin tinggi, dan sebaliknya penekananlebih longgar pada waktu populasi semakin rendah. Kalau dihubungkanantara mortalitas yang disebabkan oleh faktor FTK dengan populasi hamamisalnya dapat diperoleh garis regresi (Gambar 11).

Gambar 11. Hubungan antara populasi dan mortalitas yang disebabkanoleh Faktor Tergantung Kepadatan

23

Populasi

Laju

Mortalita

sMortalit

as

Faktor tergantung kepadatan terbagi menjadi faktor yang timbalbalik dan tidak timbal balik. FTK yang timbal balik terutama adalahmusuh alami hama seperti predator, parasitoid, dan patogen. Timbalbalik di sini berarti bahwa hubungan antara populasi dan mortalitasoleh FTK dapat berjalan dari kedua arah. Apabila populasi spesies Ameningkat, maka mortalitas yang disebabkan oleh predator B akan semakinmeningkat, antara lain dengan meningkatnya predasi dan jumlah predatorB. Sebaliknya apabila populasi spesies A menurun mortalitas olehpredator dan jumlah predator juga menurun. Dengan demikian perubahanpopulasi spesies A akan selalu diikuti dengan perubahan kepadatanpopulasi predator B (Gambar 12).

FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnyaterbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang salingberkompetisi untuk makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sinidapat dijelaskan sebagai berikut: Bila populasi A semakin tinggi,persaingan antar

FTK yang tidak timbal balik misalkan makanan dan ruang, jumlahnyaterbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang salingberkompetisi untuk makanan dan ruang yang sama. Proses FTK di sinidapat dijelaskan sebagai berikut: Bila populasi A semakin tinggi,persaingan antar individu untuk memperoleh makanan dan ruang semakinkuat sehingga mortalitas A menjadi meningkat, dan demikian jugasebaliknya. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa apabila populasi Ameningkat kemudian jumlah makanan menjadi meningkat, atau jumlahpouplasi A menurun dan jumlah makanan menurun. Berbeda dengan kelompokmusuh alami, hambatan lingkungan berupa makanan, ruangan, danteritorialitas termasuk dalam FTK yang tidak timbal balik.

24

Gambar 12. Komponen Pengendalian Alami yang Tergantung Kepadatan danBebas Kepadatan

25

PENGENDALIAN ALAMI

FAKTOR BEBAS KEPADATAN

FAKTOR TERGANTUNG KEPADATAN

FISIK

TanahSuhuKebasahanPergerakan air

BIOLOGI

Ketersedi

aan inang

Kualitas

makanan

TIDAK TIMBAL BALIK

MakananRuangTeritorial

TIMBAL BALIK

Musuh alami-Parasitoid-Predator-Patogen-Herbivora

Gambar 13. Gejolak populasi sekitar aras keseimbangan umum, danbekerjanya FTK dan FBK.

26

Waktu

FBK

FTK

FBK

FTK

Popula

si Aras Keseimban gan

Titik Imbang Predator-Inang

Jumlah Inang

Meningkat

Jumalah Inang

Berkurang

Jumlah Inang

Termakan

Berkurang

Jumlah Inang

Meningkat

Jumalah Inang

Berkurang

Jumlah Inang

Termakan

Meningkat

Persediaan

Makanan Predator

Berkurang

Jumlah Predator

Meningkat

Persediaan

Makanan Predator

Meningkat

Jumlah Predator

Berkurang

Gambar14.

Mekanisme Umpan Balik pada Pengaturan Populasi Spesies A olehPredator

Gambar 15. Hubungan antara populasi organisme dan mortalitas akibatFaktor Bebas Kepadatan.

Faktor Bebas KepadatanFaktor Bebas dari Kepadatan (FBK) atau "Density Independent Factor"

merupakan faktor mortalitas yang daya penekanannya terhadap populasiorganisme tidak tergantung pada kepadatan populasi organisme tersebut.Faktor abiotik seperti suhu, kebasahan, angin merupakan FBK yangpenting.

FBK kadang kala dapat membawa populasi semakin menjauh (lebih ataukurang) dari aras keseimbangan. Misal bila keadaan suhu tidak sesuaibagi kehidupan serangga dapat mengakibatkan populasi serangga menurunmenjauhi garis keseimbangannya. Setelah hal itu terjadi faktor FBK akanbekerja mengangkat kembali populasi ke aras keseimbangannya. Bila

27

POPULASI

FBK

Mortalit

as

keadaan cuaca sangat menguntungkan bagi kehidupan danperkembanganbiakan suatu hama, dapat mendorong populasi hama tersebutmeningkat cepat menjauhi aras keseimbangannya. Namun, peningkatanpopulasi tersebut juga tidak akan berjalan terus, karena FTK sepertimusuh alami akan mengencangkan penekanannya sehingga populasi kembalilagi ke aras keseimbangannya.

Dr. CLARK mengelompokkan beberapa penyebab mortalitas (kematian)serangga menjadi 7 kelompok yaitu:1. Umur: menjadi tua atau "aging"2. Vitalitas rendah: kemampuan serangga dalam menghadapi faktor-faktor

lingkungan yang jelek seperti cuaca ekstrim3. Kecelakaan: adanya peristiwa-peristiwa yang tidak normal (fisiologi

dan ekologi) yang dapat mengakibatkan kematian4. Kondisi fisiko kimia: terkait dengan kondisi fisika dan kimia di tempat

serangga hidup termasuk kondisi cuaca, kondisi tanah, kondisi air,udara, dll.

5. Musuh alami: sebagai faktor pengendali alami serangga yang bersifattergantung kepadatan seperti yang telah dijelaskan

6. Kekurangan pakan: serangga hama sangat ditentukan survival danperkembangannya oleh ketersediaan pangan yang disediakan manusia.Tetapi untuk serangga musuh alami bila tidak tersedia pakan yangsesuai yang menjadi inang atau mangsa akan sangat mempengaruhisurvivalnya.

7. Kekurangan tempat berlindung/bernaung: mempengaruhi mortalitas secaratidak langsung

28

Berikut diagram yang menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsungfaktor-faktor cuaca.

Pengaruh Faktor-faktor Cuaca bagi Kehidupan Serangga

Dengan demikian dalam jangka waktu panjang di dalam setiapekosistem, selalu terjadi keseimbangan populasi organisme termasukpopulasi hama, yang secara dinamik bergejolak di sekitar araskeseimbangan populasinya masing-masing. Setiap organisme dalam kondisiekosistem tertentu memiliki aras keseimbangannya sendiri-sendiri. Araspopulasi tersebut dapat tinggi, tetapi juga dapat rendah seperti yangkita harapkan.

29

Tak Langsung

Langsung

Individu

Populasi

AktivitasPerkembang

anPerilaku

Fenologi

Mortalitas

Natalitas

Pergerakan

HabitatParasit

oidPredato

rPatogenMakanan

Natalitas

Mortalitas

Pergerakan

Gambar 16. Hubungan antara kepadatan serangga A dan kepadatan predatorB

Pengaruh Tindakan Manusia terhadap Populasi HamaFaktor-faktor alami seperti suhu, curah hujan sebagai faktor

abiotik serta faktor biotik seperti parasitoid, predator, patogen hama,pesaing, dll bekerja secara interaktif yang membawa populasi hamaberada di sekitar aras keseimbangannya. Justru faktor MANUSIA dengansegala tindakannya sangat mempengaruhi dinamika populasi hama sehinggadapat sangat menjauhi aras keseimbangan. Manusia dapat mempengaruhiletak aras keseimbangan melalui mekanisme sbb:

Dalam mengelola agroekosistem, manusia dapat mempengaruhi ataumengubah letak aras keseimbangan umum suatu spesies hama melaluikegiatan pengelolaan agroekosistem. Aras keseimbangan populasi hamadapat meningkat antara lain dengan penggunaan pestisida yang berlebihandan kurang tepat, sehingga dapat membunuh musuh alami. Penggunaanpestisida yang dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan araskeseimbangan hama tersebut akan meningkat melebihi aras keseimbangansebelumnya (Gambar 17).

Peningkatan aras keseimbangan populasi hama dapat juga terjadisebagai akibat tersedianya makanan hama secara luas dan terus menerus.Demikian juga jika varietas tanaman yang ditanam adalah varietas peka,lambat laun aras keseimbangan populasi hama akan meningkat.

Bila aras keseimbangan meningkat maka dapat mengakibatkan populasihama melebihi AE/AT/AK yang ditetapkan. Dalam keadaan demikian petaniterpaksa menggunakan pestisida lebih sering lagi sehingga dapat

30

Mangsa (A)

Predator

Waktu

Popu

la

si

meningkatkan kerugian, tidak hanya bagi petani tetapi juga bagikonsumen dan kualitas lingkungan hidup.

Aras keseimbangan populasi hama dapat juga diturunkan apabila yangterjadi sebaliknya yaitu dengan memasukkan atau melakukan konservasimusuh alami. Tindakan manusia demikian ini akan mendorong bekerjanyapengendali alami di daerah tersebut, yang dalam jangka panjang dapatmenurunkan aras keseimbangan populasi hama. Salah satu sasaran PHTadalah menurunkan aras keseimbangan populasi hama sehingga berada di

bawah ambang pengendalian.

31

Aras Keseimbangan 1

Aras Kesei mbangan 2

Waktu

Popu

lasi

Pestisida

Gambar 17. Peningkatan aras keseimbangan akibat perlakuan pestisidasecara terus menerus.

document.docMateri 5

FUNGSI PENGAMATAN DALAM SISTEM PHT

Tujuan:A. Mempelajari fungsi pengamatan dalam sistem PHT B. Mempelajari prinsip-prinsip pengambilan sampel dan pengamatanC. Mempelajari praktek pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman

oleh petugas pengamat hamaD. Pengamatan oleh petani

Materi:

HUBUNGAN PENGAMATAN, PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMANTAUAN

Pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi tentangsesuatu obyek yang diamati/dikaji/diteliti. Pengamatan bisa dilakukansecara berkala maupun insidentil. Ada beberapa maksud atau tujuanpengamatan yaitu pengamatan untuk pengumpulan data penelitian,pengamatan untuk penyusunan lapangan dan pengamatan untuk pengambilankeputusan. Kegiatan pengamatan yang dilakukan secara berkala pada suatuobyek pengamatan tertentu untuk digunakan dalam proses pengambilankeputusan disebut PEMANTAUAN.

Kegiatan pemantauan dalam PHT merupakan kegiatan utama yangmembedakan sistem PHT dengan sistem pengendalian hama secarakonvensional. Peranan pengamatan dan pemantauan hama dan ekosistemdalam penerapan sistem PHT adalah seperti bagan berikut:

32

Gambar 18. Hubungan antara pemantauan, pengambilan keputusan dantindakan pengelolaan dalam sistem pelaksanaan PHT

Dari gambar tersebut, kegiatan pertama yang dilakukan adalahpemantauan ekosistem. Kegiatan pemantauan dilakukan untuk mengikutiperkembangan keadaan ekosistem pada suatu saat yang meliputiperkembangan komponen ekosistem, baik komponen biotik seperti keadaantanaman, tingkat kerusakan tanaman oleh hama, populasi hama danpenyakit, populasi musuh alami dan lain-lain. Juga komponen abiotikseperti suhu, curah hujan, kebasahan, dll. Hasil pemantauan atau datahasil pemantauan dianalisis antara lain dengan membandingkan dataekosistem dengan nilai AE atau Ambang Kendali. Dari hasil analisisekosistem dapat diambil keputusan mengenai tindakan pengendalian ataupengelolaan yang perlu diterapkan pada ekosistem. Hasil pengambilankeputusan segera diterapkan ke lapangan mengenai tindakan pengelolaanatau pengendalian seperti perbaikan budidaya tanaman, introduksi musuhalami, mengubah habitatnya, pengendalian dengan pestisida, dll.Pengambil keputusan semakin ke bawah yaitu pada pihak pengelola dariekosistem pertanian, seperti petani atau kelompok tani.

MEMPELAJARI PRINSIP-PRINSIP PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAMATAN

Sampel atau contoh merupakan bagian dari suatu populasi yangdiamati. Dalam praktek pengamatan tidak mungkin bagi pengamat mengamatiseluruh individu dalam populasi tetapi pengamatan dilakukan padasebagian kecil populasi yang kita sebut sampel. Dari informasi yangdiperoleh pada sampel kita ingin menduga sifat populasi yang

33

Pengambil Keputusan

Pemantauan Tindakan Pengelolaan

E K O S I S T E M P E R T A N I A N

Analisis Ekosistem

sebenarnya. Oleh karena itu, sampel yang diambil harus dapat mewakili.Populasi sampel terdiri dari beberapa unit sampel. Jumlah unit sampelsering kita namakan sebagai ukuran sampel. Misalkan kita ingin mengetahuipopulasi hama atau kerusakan tanaman dalam satu daerah/lahan yangluasnya 1 hektar, sebagai unit sampel ditetapkan rumpun padi. Jumlahrumpun padi yang diamati 30. Hal ini berarti unit sampel adalah rumpundan ukuran sampel 30.

Proses pengambilan sampel dan monitoring memerlukan teknik yangberagam tergantung pada jenis tanaman, jenis hama, atau organisme lainyang diamati. Ada dua syarat yang perlu diperhatikan dalam melakukanteknik pengamatan dan pengambilan sampel yang dilakukan yaitu praktis,dan dapat dipercaya. Praktis berarti metode pengamatan yang dilakukansederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan dan bahanyang mahal, dan sedapat mungkin tidak mengambil waktu lama. Hasilpengamatan harus dapat dipercaya berarti metode tersebut akanmenghasilkan data yang dapat mewakili atau menggambarkan secara benartentang sifat populasi sesungguhnya. Faktor yang mempengaruhipengambilan sampel:1. Sifat dan ketrampilan petugas pengamat2. Keadaan lingkungan setempat3. Sifat sebaran spasial serangga

PENYUSUNAN PROGRAM PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAMATANDalam menyusun secara lengkap program pengambilan sampel pada

suatu wilayah pengamatan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yangbertujuan untuk menetapkan beberapa kriteria atau ketentuan tentangpengambilan sampel. Ketentuan-ketentuan tersebut meliputi penetapantentang:1. Unit Sampel2. Interval Pengambilan Sampel3. Banyak atau Ukuran Sampel4. Desain Pengambilan Sampel5. Mekanik Pengambilan Sampel

1. Unit sampelUnit sampel merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit

tersebut diadakan pengukuran dan penghitungan oleh pengamat terhadapindividu serangga yang ada, dan apa yang ditinggalkan oleh seranggayang menjadi obyek pengamatan atau variabel pengamatan. Beberapavariabel pengamatan yang dapat diperoleh dari unit sampel dapat berupakepadatan atau populasi hama, populasi musuh alami, intensitaskerusakan, dll.

34

Ada berbagai jenis unit sampel yang saat ini digunakan dalampraktek pengamatan baik untuk program penelitian atau untuk pengambilankeputusan pengendalian hama. Biasanya unit sampel dikembangkanberdasarkan sifat biologi serangga dan belajar dari pengalamansebelumnya. Unit sampel dapat berupa: a. Unit luas permukaan tanah 1 x 1 m2

b. Unit volume tanahc. Bagian tanaman seperti rumpun, batang, daun, pelepah daund. Dalam bentuk stadia hamanya sendiri. Sering digunakan untuk evaluasi

dalam musuh alami seperti jumlah larva parasit atau larva inang,dst.

2. Penentuan interval pengambilan sampelInterval pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang

satu dengan waktu pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yangsama. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan intervalpengamatan antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yangdiamati, tujuan pengambilan sampel, faktor cuaca, dll. Untuk seranggayang mempunyai siklus pendek dan kapasitas reproduksi tinggi, intervalpengamatan harus pendek agar tidak kehilangan informasi dari lapangan.Demikian juga keadaan ini berlaku bagi komoditas tanaman yang pekaterhadap serangan hama seperti kapas, dan juga untuk jenis hama yangpeningkatan kerusakannya berjalan cepat.

3. Penentuan ukuran sampelDalam program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran

sampel atau jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktupengamatan sangat menentukan kualitas hasil pengamatan.

Ukuran sampel dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu varians(s2) yang menjelaskan distribusi data sampel, dan biaya pengambilansampel yang terdiri atas ongkos tenaga dan alat-alat pengambilansampel. Secara umum dapat dikatakan semakin besar ukuran sampel (n)semakin dapat dipercaya harga penduga parameter populasi. Tetapiapabila ukuran sampel besar maka biaya pengambilan sampel juga semakinbesar. Sebaliknya bila unit sampel terlalu sedikit, analisa statistikakan menghasilkan keputusan yang memiliki ketepatan dan ketelitianrendah, sehingga kualitas dan kegunaan hasil pengamatan diragukan.

4. Desain atau pola pengambilan sampelAda beberapa pola yang dapat digunakan untuk menetapkan unit

sampel yang mana dari keseluruhan populasi yang harus diamati yang

35

menjadi anggota sampel. Pola yang paling ideal adalah secara acak(random sampling), kemudian dikenal:a. Pola acak berlapisb. Pola pengambilan sampel sistematikc. Pola pengambilan sampel purposive atau yang sudah ditentukan

Beberapa pola pengambilan sampel yang sering digunakan adalah bentuk:

A B C

Gambar 19. Pola pengambilan sampel A. Pola Diagonal, B. Pola Zigzag, C.Pola Lajur tanaman

5. Mekanik Pengambilan SampelMekanik pengambilan sampel serangga adalah segala teknik

memperoleh, mengumpulkan serta menghitung individu serangga yangdiamati atau bahan yang ditinggalkan oleh serangga pada unit sampelyang telah ditentukan.

Mekanik sampel yang sering dilakukan oleh para pengamat kitaadalah pengamatan langsung di lapangan. Tidak semua serangga dapatdihitung secara langsung sehingga masih diperlukan peralatan atau alatkhusus yang dapat digunakan untuk mengumpulkan individu serangga dankemudian dihitung jumlahnnya.

PRAKTEK PENGAMATAN DAN PELAPORAN PETUGAS PENGAMATDi organisasi Departemen Pertanian saat ini ada 3 Direktorat

Jenderal yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan pelaporan datapopulasi dan kerusakan OPT di seluruh propinsi. Tiga DirektoratJenderal itu adalah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, DirektoratJenderal Tanaman Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Perkebunan.Pada tiga Direktorat Jenderal tersebut terdapat Direktorat PerlindunganTanaman seperti Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikulturadan Perkebunan.

36

Kebijakan dan rekomendasi pelaksanaan dan pelaporan perlindungantanaman disusun dan dikeluarkan oleh 3 direktorat tersebut, sedangkanpelaksanaan pengamatan dilakukan oleh para Petugas Pengamat Hama (PHP)dan penyakit yang ada di daerah yang dikoordinasikan oleh BPTPH yangada di setiap propinsi. Untuk tanaman pangan dan hortikultura, BPTPHsecara struktural berada di bawah Pemerintah Daerah Tingkat I/Propinsi.Sedangkan untuk perkebunan, BPTP masih berada di bawah DirektoratJenderal Perkebunan atau masih di bawah Pemerintah Pusat. Secarafungsional, PHP saat ini termasuk dalam kelompok POPT (Pengendali OPT).

1. PengamatanPengamatan dilakukan oleh PHP dan petani dengan dua cara yaitu

pengamatan tetap dan pengamatan keliling atau patroli. Pengamatanbertujuan untuk mengetahui atau mendeteksi jenis dan kepadatan OPT,intensitas serangan OPT, daerah penyebaran, dan faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangan OPT serta intensitas kerusakan bencana alam.Dengan informasi tersebut diharapkan petani/kelompok tani bersamapetugas dapat mengetahui dan menganalisis secara dini untuk menentukanlangkah-langkah penanganan usaha tani, sehingga produksi tanaman yangsudah diusahakan tetap pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman bagilingkungan.

Metode PengamatanPengamatan OPT pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan

dengan dua cara, yaitu pengamatan tetap dan pengamatan keliling ataupatroli. Secara rinci pelaksanaan pengamatan tetap dan pengamatankeliling adalah sbb:a. Pengamatan tetap

Pengamatan tetap adalah pengamatan yang dilakukan pada petakcontoh tetap yang mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan,perangkap lampu, curah hujan, stasiun meteorologi pertanian khusus.

1). Pengamatan petak tetapPengamatan pada petak contoh tetap bertujuan untuk mengetahui

perubahan kepadatan populasi OPT dan musuh alami serta intensitasserangan. Petak contoh tetap ditempatkan pada lima jenis tanamandominan. Untuk komoditas terluas diamati empat petak contoh tetapsedangkan empat komoditas lainnya masing-masing diamati satu petakcontoh. Dengan demikian pada setiap wilayah pengamatan terdapat delapanpetak contoh pengamatan tetap.

Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagianterbesar wilayah pengamatan dalam hal waktu tanam, teknik bercocoktanam, dan varietasnya. Pada masa peralihan antara dua musim tanam,

37

pengamatan diteruskan pada petak-petak contoh yang dapat mewakiliwilayah pengamatan dalam waktu tersebut. Karena itu petak contoh padamasa antara dua musim tanam dapat berpindah sesuai dengan keadaantanaman yang dapat mewakili wilayah pengamatan.

2). Pengamatan Perangkap lampuKepadatan populasi OPT dan musuh alami yang efektif yang tertarik

cahaya diamati pada satu atau lebih perangkap lampu yang mewakiliwilayah pengamatan. Perangkap lampu ditempatkan jauh dari faktor-faktoryang akan mempengaruhi banyaknya serangga pengganggu tanaman atau musuhalaminya tertarik cahaya. Lampu dinyalakan dari senja sampai fajar.Serangga yang tertangkap diidentifikasi dan dihitung. Pengamatandilakukan setiap hari serta dilaporkan setiap dua minggu.

b. Pengamatan Keliling atau Patroli Pengamatan keliling atau patroli bertujuan untuk mengetahui

tanaman terserang dan terancam, luas pengendalian, bencana alam sertamencari informasi tentang penggunaan, peredaran dan penyimpananpestisida.

Pengamatan keliling atau patroli dilaksanakan dengan menjelajahiwilayah pengamatan. Sebelum melaksanakan pengamatan, PHP disarankanmenemui petani/kelompok tani pemandu, penyuluh atau sumber lain yanglayak dipercaya; untuk memperoleh informasi tentang adanya serangan OPTdan kegiatan pengendalian di wilayah kerjanya. Informasi tersebutdigunakan untuk menentukan daerah yang dicurigai dan mengkonsentrasikanpengamatannya. Penentuan daerah yang dicurigai didasarkan padakerentanan varietas yang ditanam terhadap OPT utama di daerah tersebut,stadia pertumbuhan tanaman dan jaraknya terhadap sumber serangan.

Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati lima petak contohyang terletak pada perpotongan garis diagonal (A) dan pertengahanpotongan-potongan garis diagonal tersebut (B, C, D dan E) sepertiterlihat pada Gambar 20. Jumlah rumpun yang diamati tiap unit contohadalah 10 rumpun/batang. Komponen-komponen yang diamati adalah luastanaman terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT,stadia/umur tanaman, varietas dan tindakan pengendalian yang pernahdilakukan petani.

38

Gambar 20. penyebaran petak contoh pada daerah yang dicurigaiterserang.

Dalam tiap petak contoh diamati 5 unit contoh seperti pada gambar20. Jumlah rumpun contoh yang diamati dalam tiap unit contoh adalahsepuluh rumpun/tanaman.Cara pelaksanaan:

Untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan keliling dilakukan sesudahpengamatan petak tetap pada subwilayah pengamatan dimana petak tetapitu berada. Apabila ada informasi bahwa di subwilayah lainnya terjadiserangan OPT maka harus dilakukan pengamatan keliling tambahan. Adapunpembagian subwilayah adalah sebagai berikut:1. Mula-mula bagilah wilayah pengamatan menjadi 4 strata berdasarkan

waktu tanamannya (lihat Gambar 21)2. Bagilah masing-masing strata menjadi 2 subwilayah, sehingga satu

wilayah akan terbagi menjadi 8 subwilayah (lihat Gambar 21).Untuk pengamatan tetap, tempatkan satu petak contoh pengamatan

pada masing-masing strata di lokasi yang selalu dilewati saatmengadakan pengamatan keliling di strata tersebut, sehingga setiappetak contoh pengamatan tetap dapat diamati dengan interval waktu satuminggu, sedangkan interval pengamatan keliling dua minggu.

Waktu pengamatan OPT dilakukan 4 (empat) hari setiap minggukecuali untuk tangkapan perangkap lampu dan penakar curah hujandilakukan setiap hari. Pelaksanaan pengamatan OPT dimulai dari harisenin sampai dengan hari kamis.

Hasil pengamatan dan kejadian yang ditemukan pada saat pengamatankeliling dan pengamatan tetap dilaporkan secara rutin pada setiap akhirperiode pengamatan. Laporan pengamatan tetap pada periode pelaporantengah bulan pertama berisi hasil pengamatan minggu ke 1 dan ke 2,sedang pada periode pelaporan tengah bulan kedua berisi hasilpengamatan minggu ke 3 dan ke-4.

A 1Senin 1

B 2Selasa 1

C 3Rabu 1

D 4Kamis 1

5Senin 2

6Selasa 2

7Rabu 2

8Kamis 2

39

Keterangan:A, B, C, D …… pembagian menurut strata 1, 2, 3 … dst … subwilayah

Gambar 21. Pembagian subwilayah pengamatan di wilayah kerja PHP

Metode Pengambilan Contoha. Tanaman Pangan

Pengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman pangan (padi danpalawija) dilakukan dengan metode diagonal. Pada pengamatan tetap tiappetak contoh ditentukan tiga unit contoh yang terletak di titikperpotongan garis diagonal petak contoh (A) dan di pertengahanpotongan-potongan garis diagonal yang terpanjang (B dan C), sepertiterlihat pada Gambar 22. Tiap unit contoh diamati 10 rumpun contoh.Dari petak contoh itu diamati intensitas serangan OPT, kepadatanpopulasi OPT dan kepadatan populasi musuh alami yang efektif.

Gambar 22. Penyebaran Unit Contoh dalam Petak Contoh. Dalam Tiap Unit Contoh Diamati 10 Rumpun Contoh.

b. Tanaman SayuranPengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman sayur-sayuran

dilakukan pada 10 tanaman contoh setiap 0,1 ha atau 50 tanaman contohper hektar. Pengambilan tanaman contoh ditentukan secara acak (random).

c. Tanaman Buah-buahan, hias, Obat-obatan dan Rempah-rempahPengambilan contoh pada pengamatan OPT tanaman buah-buahan, hias

dan obat-obatan dan rempah-rempah dilakukan dengan menggunakan petakcontoh, yaitu kecamatan. Tanaman yang diamati dibagi 3 kriteria sepertiberikut:a. Tanaman dominan (terbanyak) : 15 tanaman/rumpunb. Tanaman dengan jumlah sedang : 10 tanaman/rumpunc. Tanaman dengan jumlah sedikit : 5 tanaman/rumpun

Tanaman contoh ditentukan dengan 2 (dua) cara, yaitu random (acak)dan diagonal. Cara random dilakukan pada perkebunan rakyat/pekarangan

40

rumah, sedangkan cara diagonal dilakukan (seperti pengambilan contohpada tanaman padi) pada perkebunan besar.

Penilaian Serangan OPTPenilaian terhadap kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan gejala

serangan OPT yang sifatnya sangat beragam. Kerusakan tanaman olehserangan OPT dapat berupa kerusakan mutlak (atau yang dianggap mutlak)dan tidak mutlak. Untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakanmutlak atau dianggap mutlak digunakan rumus sebgai berikut:

aI = ----------- X 100%

a + bKeterangan:I : Intensitas serangan (%)A : Banyaknya contoh (daun, pucuk, bunga, buah, tunas, tanaman,

rumpun tanaman) yang rusak mutlak atau dianggap rusak mutlak.

B : Banyaknya contoh yang tidak terserang (tidak menunjukkkangejala

serangan).

2. LaporanLaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura diperlukan

untuk menyusun perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian,menyusun rencana perlindungan tanaman, memberikan anjuran pengendalian,menyusun bantuan pengendalian, merencanakan bimbingan pengendalian,melaksanakan pengamatan lebih intensif, dan merencanakan penyediaansarana pengendalian. Oleh karena itu, Laporan Perlindungan TanamanPangan dan Hortikultura perlu dibuat sesuai dengan jadwal yang telahditetapkan dan segera dikirim ke instansi yang memerlukannya. Sesuaidengan kebijaksanaan dibidang perlindungan tanaman pangan danhortikultura dan pembagian wewenang dalam struktur organisasi berlaku,Laporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura disampaikan olehPHP kepada Mantri Tani (Mantan) dan instansi vertikal di atasnya.Mantri Tani dan Penyuluh menyuluhkan dan menyebarluaskan kepada petanisebagai dasar pengambilan keputusan kelompok tani, dan bila perlubersama-sama dengan PHP membina petani melaksanakan pengendalian.Instansi vertikal di atasnya menggunakan laporan tersebut sebagai bahanmengevaluasi keadaan serangan, kemampuan petugas membimbing petanidalam pengendalian, merencanakan bimbingan dan bantuan, serta menyusunLaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura di wilayahkerjanya.

41

Laporan PHP yang diterima oleh Mantan diteruskan kepada Camat danDinas Pertanian (Diperta) Kabupaten/Kotamadya, dan DipertaKabupaten/Kotamadya meneruskan laporan tersebut ke Diperta Propinsi.Oleh Camat sebagai Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan, laporantersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kampanyepengendalian secara massal oleh petani dan bila dibutuhkan/diperlukanbantuan pemerintah berupa pestisida dapat dikeluarkan. Sedangkan olehDiperta Kabupaten/Kotamadya, digunakan untuk membina pengendalian OPTdan mempertimbangkan bantuan pengendalian kepada petani apabila dinilaisebagai serangan eksplosi.

Koordinator PHP mengkoordinasikan laporan PHP, laporan seranganOPT yang dilaporkan PHP dari seluruh wilayah pengamatan kabupatenditeruskan ke Diperta Kabupaten/Kotamadya serta laporan lainnyaditeruskan ke Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) dan(Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH)/Loka ProteksiTanaman Pangan dan Hortikultura (LPTPH)/Satgas BPTPH/LPTPH.

PENGAMATAN OLEH PETANIKarena jumlah PHP dan petugas pengamat atau penyuluh di daerah

sangat terbatas maka yang paling baik kegiatan pengamatan dilakukansendiri oleh petani pemilik/penggarap. Petani sendiri yang melakukankegiatan pemantauan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.Dengan demikian petani tidak lagi tergantung pada petugas, pemerintah.Petani dapat melakukan pengamatan secara perseorangan/individual, namunyang paling baik secara berkelompok atau merupakan kegiatan kelompoktani. Agar petani dapat melakukan kegiatan pemantauan ekosistem, merekaperlu mengikuti pelatihan khusus yang dilaksanakan secara intensif,setiap 1 minggu sekali di dalam kegiatan yang disebut SLPHT. Dengandemikian tujuan pelaksanaan kegiatan pengamatan oleh para petugas PHPhanya terbatas pada penyusunan laporan bagi pemda maupun pemerintahpusat tetapi tidak untuk pengambilan keputusan untuk lahan petani dalammenerapkan PHT.

42

document.docMateri 6

PENGENDALIAN DENGAN TANAMAN/VARIETAS TAHAN HAMA

Tujuan:1. Mengenal dan mempelajari komponen PHT - Pengendalian dengan Tanaman

Tahan Hama2. Mengenal dan mempelajari pengembangan tanaman transgenik tahan hama3. Mengenal dan mempelajari prinsip-prinsip karantina tumbuhan dan

sistem karantina pertanian di Indonesia

Materi:Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman yang tahan terhadap

serangan hama telah lama dilakukan dan merupakan cara pengendalian yangefektif, murah, dan kurang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaanberbagai varietas padi tahan hama wereng coklat berhasil mengendalikanhama wereng coklat padi di Indonesia yang sejak tahun 1970 menjadi hamapadi yang paling penting. Saat ini petani telah mengenal banyak VUTW(Varietas Unggul Tahan Wereng) yang berhasil dikembangkan oleh parapeneliti dari IRRI (Filipina) dan dari Indonesia sendiri. Di luartanaman padi penggunaan varietas tahan hama masih terbatas karena belumbanyak tersedia varietas atau jenis tanaman yang memiliki ketahanantinggi terhadap hama-hama tertentu.

Pada tahun 1984 Indonesia telah berhasil berswasembada beras.Kontribusi varietas unggul tahan hama bagi keberhasilan Indonesiaberswasembada beras sangat besar. Hal ini berkat kerja keras para ahlihama, pemulia tanaman, agronomi, dll yang telah berhasil menemukan dan

43

mengembangkan VUTW. Namun sayangnya karena berbagai faktor, sampai saatini status swasembada beras semakin sulit dipertahankan.

1. Mekanisme Ketahanan TanamanKetahanan atau resistensi tanaman merupakan pengertian yang

bersifat relatif. Untuk melihat ketahanan suatu jenis tanaman sifattanaman, yang tahan harus dibandingkan dengan sifat tanaman yang tidaktahan atau yang peka. Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderitakerusakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman laindalam keadaan tingkat populasi hama yang sama dan keadaan lingkunganyang sama. Pada tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakanserangga hama menjadi lebih terhambat bila dibandingkan denganperkembangbiakan sejumlah populasi hama tersebut apabila berada padatanaman yang tidak atau kurang tahan.

Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifatasli (terbawa keturunan faktor genetik) tetapi dapat juga karenakeadaan lingkungan yang mendorong tanaman menjadi relatif tahanterhadap serangan hama. Beberapa ahli membedakan ketahanan tanamandalam dua kelompok yaitu ketahanan ekologi dan ketahanan genetik(Kogan, 1982). Ahli lain menganggap ketahanan ekologi bukan merupakanketahanan sebenarnya dan disebut ketahanan palsu atau pseudo resistancesedangkan yang disebut sifat ketahanan tanaman adalah ketahanangenetik. Hal ini disebabkan sifat ketahanan ekologi tidak tetap danmudah berubah tergantung pada keadaan lingkungannya, sedangkan sifatketahanan genetik relatif stabil dan sedikit dipengaruhi oleh perubahanlingkungan.

2. Ketahanan GenetikSampai saat ini klasifikasi resistensi genetik menurut Painter

yang banyak diikuti oleh para pakar. Menurut Painter (1951) terdapat 3mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama yaitu 1)ketidaksukaan, 2) antibiosis dan 3) toleran.

a. Ketidaksukaan/antixenosisNonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu

serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik sebagaipakan atau sebagai tempat peletakan telur. Menurut Kogan (1982) istilahyang lebih tepat digunakan untuk sifat ini adalah antixenosis yangberarti menolak tamu (xenosis = tamu). Antixenosis dapat dikelompokkan

44

menjadi penolakan kimiawi atau antixenosis kimiawi dan penolakan morfologiatau antixenosis morfologik.

b. AntibiosisAntibiosis adalah semua pengaruh fisiologi pada serangga yang

merugikan, bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat kegiatanserangga memakan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu.Gejala penyimpangan fisiologi terlihat apabila suatu seranggadipindahkan dari tanaman tidak memiliki sifat antibiosis ke tanamanyang memiliki sifat tersebut. Penyimpangan fisiologi tersebut berkisarmulai dari penyimpangan yang sedikit sampai penyimpangan terberat yaituterjadinya kematian serangga.

c. ToleranMekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan

tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena seranganhama atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurangmempengaruhi hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka.

3. Ketahanan EkologiKetahanan Ekologi atau dengan istilah lain ketahanan yang

kelihatan (apparent resistance) atau ketahanan palsu (pseudo resistance)merupakan sifat ketahanan tanaman yang tidak dikendalikan oleh faktorgenetik tetapi sepenuhnya disebabkan oleh faktor lingkungan yangmemungkinkan kenampakan sifat ketahanan tanaman terhadap hama tertentu.Oleh karena sifatnya yang tidak tetap, ahli pemulia tanaman tidakmengakui sifat ini sebagai sifat ketahanan tanaman yang sesungguhnya.Sifat ketahanan ini biasanya merupakan sifat sementara dan dapatterjadi pada tanaman yang sebenarnya peka terhadap serangan hamatertentu.

Ada 3 bentuk ketahanan ekologi yaitu pengelakan inang (hostevasion), ketahanan dorongan (induced resistance) dan inang luput dariserangan (host escape).

a. Pengelakan InangPengelakan inang terjadi bila waktu pemunculan fase tumbuh tanamantertentu tidak bersamaan dengan waktu pemunculan stadia hama yangaktif mengkonsumsikan tanaman.

b. Ketahanan DoronganSifat ketahanan ini timbul dan didorong oleh adanya keadaanlingkungan tertentu sehingga tanaman mampu bertahan terhadap

45

serangan hama. Ketahanan dorongan ini terjadi antara lain akibatadanya pemupukan dan irigasi serta teknik budidaya yang lain.

c. Inang Luput dari SeranganSering dialami pada suatu tempat tertentu ada suatu kelompok tanamanyang sebenarnya memiliki sifat peka terhadap suatu jenis hama,tetapi pada suatu saat tanaman tersebut tidak terserang meskipunpopulasi hama di sekitarnya pada waktu itu cukup tinggi. Haltersebut tidak berarti bahwa tanaman tersebut tahan terhadapserangan hama tetapi tanaman tersebut sedang dalam keadaan luputdari serangan hama.

4. Langkah Pengembangan Varietas TahanPengembangan varietas tahan hama secara konvensional dilakukan

melalui penerapan teknologi pemuliaan tanaman tradisional denganmelakukan persilangan tanaman. Beberapa kegiatan utama dalam melakukanperolehan dan pengembangan guna memperoleh varietas tahan hama yangbaru adalah sebagai berikut: a. Identifikasi sumber ketahanan.b. Penetapan mekanisme ketahanan.c. Penyilangan sifat ketahanan dengan sifat agronomi lainnya sehingga

dapat diperoleh varietas yang lebih unggul.d. Analisis genetik terhadap sifat ketahanan.e. Identifikasi dasar-dasar kimia dan fisika sifat ketahanan. f. Pengujian lapangan multi lokasi.g. Pelepasan varietas tahan hama yang baru.

PENGEMBANGAN VARIETAS TAHAN DENGAN BIOTEKNOLOGIPengembangan varietas tahan hama secara konvensional banyak dikaji

dan telah diperoleh hasil yang menggembirakan. Penggunaan varietastahan terbukti mampu mengurangi tingkat serangan hama sehingga hasilpanen dapat meningkat. Sebagian besar varietas tahan hama yangdilepaskan, diperbanyak dan digunakan di Indonesia saat ini masihmerupakan hasil teknologi pemuliaan tanaman secara tradisional yangtelah diuraikan sebelumnya.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi akhir-akhirini tidak menutup kemungkinan penerapan bioteknologi modern dalambidang pertanian untuk dapat menghasilkan varietas tahan hama. Aplikasibioteknologi pertanian memberikan peluang yang sangat baik terhadapperkembangan kualitas maupun kuantitas produk-produk pertanian.Beberapa bioteknologi yang telah dikembangkan diantaranya rekayasagenetika yang mencakup rekombinasi DNA, pemindahan gen, manipulasi dan

46

pemindahan embrio, kultur sel dan jaringan, regenerasi tanaman danantibodi monoklonal.

Tanaman hasil rekayasa genetika yang selanjutnya disebut tanamantransgenik dapat direkayasa memiliki sifat ketahanan terhadap jenishama tertentu. Salah satu sifat unggul tanaman transgenik adalahketahanan terhadap hama setelah tanaman tersebut disisipi dengan gentoksik yang berasal dari Bacillus thuringiensis (Bt). Sampai akhir tahun 2003di Indonesia hanya satu varietas kapas Bt yang telah diijinkan dandilepaskan secara terbatas di Sulawesi Selatan. Di dunia Internasionaltanaman transgenik tahan hama yang telah dikembangkan meliputi tanamankapas, jagung, kentang. Berbagai tanaman tersebut telah disisipi genyang berasal dari bakteri Bt sehingga tahan terhadap jenis hamatertentu.

Aplikasi pemindahan gen dengan teknik biologi molekuler dengansasaran memperoleh sifat-sifat tertentu dapat dilakukan lebih cepat,dengan ketepatan yang tinggi serta perolehan spektrum sifat yang jauhlebih lebar daripada hasil pemuliaan tanaman konvensional. Perkembanganbioteknologi telah memungkinkan ilmuwan untuk mentransformasikan gen Btyang dikehendaki ke dalam genom berbagai jenis tanaman pertanian. GenBt yang menyandi protein delta-endotoksin telah dapat disisipkan kedalam tanaman untuk pengendalian hama tertentu. Misal tanaman kapas Bttelah disisipi dengan gen cry1Ac untuk mengendalikan hama penggerek buahkapas Helicoverpa virescens. Tanaman kapas Bt memproduksi toksin secaraterus-menerus sehingga serangga peka yang hidup dalam jaringan tanamanakan mati kalau memakan jaringan tersebut.

Tanaman transgenik akan terlindung dari serangan hama selama racunprotein masih terus diproduksi. Karena racun protein yang dihasilkanhanya aktif bagi beberapa jenis serangga tertentu, suatu jenis tanamantransgenik tahan hama hanya dapat mengendalikan jenis-jenis hamatertentu.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN VARIETAS TAHAN HAMA KONVENSIONAL

Kelebihana. Penggunaannya praktis dan secara ekonomi menguntungkanb. Sasaran pengendalian yang spesifikc. Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persistend. Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnyae. Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas

47

KekuranganBeberapa keterbatasan atau permasalahan yang perlu kita ketahui antara lain:a. Waktu dan Biaya Pengembanganb. Keterbatasan Sumber Ketahananc. Timbulnya Biotipe hamad. Sifat Ketahanan yang Berlawanan

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA

Kelebihan1. Efektif mengendalikan hama sasaran dan pengurangan kehilangan hasil2. Penurunan penggunaan pestisida kimia 3. Penurunan biaya pengendalian4. Pengendalian hama secara selektif5. Penurunan populasi hama dalam areal yang luas

Keterbatasan Tanaman Transgenik1. Resistensi hama terhadap toksin2. Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran3. Pengurangan keanekaragaman hayati4. Variasi hasil5. Kepekaan terhadap jenis hama lain6. Pengembalian investasi tidak terjamin7. Risiko bagi kesehatan8. Ketergantungan pada industri benih transgenik

KARANTINA PERTANIANTujuan karantina pertanian adalah mencegah masuknya hama dan

penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, serta organisme pengganggutumbuhan ke wilayah negara RI, mencegah tersebarnya dari suatu area kearea lain, dan mencegah keluarnya dari wilayah negara RI.

Karantina Pertanian terdiri dari:1. Karantina Hewan2. Karantina Ikan3. Karantina Tumbuhan

Kita memiliki dasar hukum untuk karantina yaitu:1. UU RI No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan2. PP No 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan

48

KARANTINA TUMBUHAN

Pengertian penting:1. Organisme Pengganggu Tumbuhan karantina (OPTK) yang terdiri dari

OPTK Golongan I, OPTK Golongan IIa. OPTK adalah semua organisme pengganggu tumbuhan yang ditetapkan

oleh Menteri Pertanian untuk dicegah masuknya ke dalam dantersebarnya di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

b. OPTK Golongan I yaitu OPTK yang tidak dapat dibebaskan dari mediapembawanya dengan cara perlakuan. Tidak dapat dibebaskannya OPTtersebut karena sifatnya memang tidak dapat dibebaskan, atau belumdiketahui cara untuk membebaskannya, atau cara untukmembebaskannya belum dapat dilakukan di Indonesia.

c. OPTK Golongan II yaitu semua OPTK yang dapat dibebaskan dari mediapembawanya dengan cara perlakuan.

2. Kawasan Karantina adalah kawasan yang semula diketahui bebas dari hamadan penyakit tumbuhan karantina, sekarang telah ditemukan adanyaorganisme tertentu yang dahulunya tidak ada.

3. Sertifikat Kesehatan Karantina (Phytosanitary Certificate) adalah surat keteranganyang dibuat oleh pejabat berwenang di negara atau areaasal/pengirim/transit yang menyatakan bahwa tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan yang tercantum di dalamnya bebas dari OPT, OPTK,OPTK golongan I, OPTK golongan II, dan atau OPT Penting.

4. Analisis Risiko Hama dan Penyakit Tumbuhan (Pest Risk Analysis/PRA) adalah suatuproses untuk menetapkan bahwa suatu OPT merupakan OPTK, atau OPTPenting, serta menentukan syarat-syarat dan tindakan karantinatumbuhan yang sesuai guna mencegah masuk dan tersebarnya OPTtersebut.

Tindakan Karantina:1. Pemeriksaan2. Pengasingan3. Pengamatan4. Perlakuan5. Penahanan6. Penolakan7. Pemusnahan8. Pembebasan

Kasus “kebobolan” masuknya hama baru di Indonesia:1. Keong/siput mas 2. Pengorok daun kentang

49

3. Nematoda Sista Kuning

document.docMateri 7

PENGENDALIAN HAYATI

A. Parasitoid dan Predator

Tujuan: 1. Mempelajari prinsip dan teknik pengendalian hayati sebagai salah

satu komponen dalam sistem PHT2. Mempelajari agens pengendalian hayati yang berupa parasitoid dan

predator3. Mempelajari manfaat dan masalah yang dihadapi dalam penerapan

pengendalian hayati

Materi:

LATAR BELAKANG

Pengendalian hayati sebagai komponen utama PHT pada dasarnyaadalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikanpopulasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangatdilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teoritentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbanganekosistem. Musuh alami yang terdiri atas parasitoid, predator danpatogen merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara"terkait kepadatan populasi" sehingga tidak dapat dilepaskan darikehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yangmeningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petanidisebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatanbagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alamikita berikan kesempatan berfungsi antara lain dengan introduksi musuhalami, memperbanyak dan melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak

50

negatif terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan fungsinyadengan baik.

Meskipun praktek pengendalian hayati telah dilakukan ratusan tahunyang lalu di daratan Cina, pengendalian hayati yang pertama kalididokumentasikan ialah pada tahun 1762, ketika burung Mynah dibawa dariIndia ke Mauritius untuk memangsa hama belalang. Secara ilmiahkeberhasilan pengendalian hayati pertama yang tercatat adalahpengendalian hama kutu berbantal pada kapas Icerya purchasi di California,Amerika Serikat dengan mengintroduksikan predator dari Australia yaitukumbang vedalia, Rodolia cardinalis pada tahun 1888. Setelah keberhasilantersebut kemudian ratusan jenis hama telah berhasil dikendalikan dengancara hayati. Banyak hama di Indonesia berhasil dikendalikan denganmemasukkan musuh alami terutama sebelum tahun 1950-an sewaktu pestisidabelum banyak digunakan oleh petani. Salah satu jenis hama adalah hamabelalang pedang Sexava sp yang menyerang kelapa yang dapat berhasildikendalikan oleh parasitoid telur Leefmansia bicolor di Sulawesi Utara.Juga hama ulat daun kubis (Plutella xylostella) di Jawa Barat berhasildikendalikan oleh parasitoid Diadegma sp. Introduksi parasitoid telurChelonus sp dari wilayah Bogor ke Flores untuk mengendalikan ngengatmayang kelapa (Batracedra spp). Pembiakan massal parasitoid telurTrichogramma spp dan lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis) sangat membantumengendalikan serangan penggerek batang tebu pada tahun 1972.Selanjutnya pada 1975 telah diintoduksikan kumbang moncong Neochetinaeichhorniae dari Flores ke Bogor untuk pengendalian eceng gondok.Introduksi kumbang Curinus coreolius dari Hawai dilakukan untukmengendalikan hama kutu loncat lamtoro Heteropsylla sp tahun 1986. Daritahun 1950 sampai 1970an pengendalian hayati pamornya berkurang akibatpenggunaan pestisida kimia yang sangat dominan di seluruh dunia. Denganmunculnya konsepsi PHT pengendalian hayati kembali diharapkan menjaditumpuan teknologi pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secaraekologi maupun ekonomi.

BEBERAPA PENGERTIAN

Agar tidak timbul kerancuan lebih dahulu perlu dibedakanpengertian tentang pengendalian hayati (biological control) dan pengendalianalami (natural control) yang seringkali dibicarakan bersama.

Pengendalian Hayati merupakan taktik pengelolaan hama yangdilakukan secara sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alamiuntuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. De Bach tahun 1979mendefinisikan Pengendalian Hayati sebagai pengaturan populasiorganisme dengan musuh-musuh alami sehingga kepadatan populasi

51

organisme tersebut berada di bawah rata-ratanya dibandingkan bila tanpapengendalian. Pengendalian Alami merupakan proses pengendalian yangberjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.Pengendalian alami terjadi tidak hanya oleh karena bekerjanya musuhalami, tetapi juga oleh komponen ekosistem lainnya seperti makanan, dancuaca.

Ada beberapa ahli yang meluaskan pengertian pengendalian hayatisebagai usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup.Varietas tahan hama, manipulasi genetik, dan penggunaan serangga manduldimasukkan sebagai bagian teknik pengendalian hayati. Untuk selanjutnyadalam kuliah kita gunakan pengertian pengendalian hayati yang pertama.

AGENS PENGENDALIAN HAYATI

Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap spesiesserangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau menyerangorganisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut"musuh alami". Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karenaadanya musuh alami tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang.Hampir semua kelompok organisme dapat berfungsi sebagai musuh alamiserangga hama termasuk kelompok vertebrata, nematoda, jasad renik,invertebrata di luar serangga. Kelompok musuh alami yang paling pentingadalah dari golongan serangga sendiri. Dilihat dari fungsinya musuhalami atau agens pengendalian hayati dapat kita kelompokkan menjadiparasitoid, predator, dan patogen.

1. Parasitoid

Perlu sedikit penjelasan antara istilah parasitoid dan parasit.Parasitisme adalah hubungan antara dua spesies yang satu yaitu parasit,memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain,yaitu inang. Parasit hidup pada atau di dalam tubuh inang. Inang tidakmenerima faedah apapun dari hubungan ini, meskipun biasanya tidakdibinasakan. Misalnya kasus cacing pita pada manusia dan caplak padabinatang. Istilah parasit lebih sering digunakan dalam entomologikesehatan. Serangga yang bersifat parasit yang pada akhirnyamenyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan ke dalamdefinisi parasit. Karena itu kemudian diberikan istilah baru yaituparasitoid yang lebih banyak digunakan dalam entomologi pertanian.

Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuhbinatang lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Seranganparasit dapat melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh inangnya

52

karena parasitoid makan atau mengisap cairan tubuh inangnya. Untukdapat mencapai fase dewasa suatu parasitoid hanya memerlukan satuinang. Dengan demikian parasitoid adalah serangga yang hidup dan makanpada atau dalam serangga hidup lainnya sebagai inang. Inang akan matijika perkembangan hidup parasitoid telah lengkap.

Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga ataubinatang artropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fasepradewasanya sedangkan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidakterikat pada inangnya. Umumnya parasitoid akhirnya dapat membunuhinangnya meskipun ada inang yang mampu melengkapi siklus hidupnyasebelum mati. Parasitoid dapat menyerang setiap instar serangga. Instardewasa merupakan instar serangga yang paling jarang terparasit.

Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulitinang atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalamtubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan inangnya danmenyelesaikan perkembangannya dapat berada di luar tubuh inang (sebagaiektoparasitoid) atau sebagian besar dalam tubuh inang (sebagaiendoparasitoid). Contoh ektoparasit adalah Campsomeris sp yang menyeranguret sedangkan Trichogramma sp yang memarasit telur penggerek batangtebu dan padi merupakan jenis endoparasit. Fase inang yang diserangpada umumnya adalah telur dan larva, beberapa parasitoid menyerang pupadan sangat jarang yang menyerang imago. Larva parasitoid yang sudahsiap menjadi pupa keluar dari tubuh larva inang yang sudah matikemudian memintal kokon untuk memasuki fase pupa parasitoid. Imagoparasitoid muncul dari kokon pada waktu yang tepat untuk kemudianmeletakkan telur pada tubuh inang bagi perkembangan generasiberikutnya.

Ada spesies parasitoid yang dapat melengkapi siklus hidupnyasampai fase dewasa pada satu inang. Parasitoid semacam ini disebutparasitoid soliter merupakan suatu spesies parasitoid yang perkembanganhidupnya terjadi pada satu tubuh inang. Satu inang diparasit oleh satuindividu parasitoid. Contoh parasitoid soliter antara lain Charops sp(famili Ichneumonidae). Parasitoid gregarius adalah jenis parasitoidyang beberapa individu dapat hidup bersama-sama dalam tubuh satu inang.Contoh parasitoid gregarious adalah Tetrastichus schoenobii. Jumlah imagoyang keluar dari satu tubuh inang dapat banyak sekali. Banyak jenislebah Ichneumonid merupakan parasitoid soliter, dan banyak lebahBraconid dan Chalcidoid yang merupakan parasitoid gregarius.

Enam ordo serangga yang meliputi 86 famili anggota-anggotanyatercatat sebagai parasitoid yaitu Coleoptera, Diptera, Hymenoptera,Lepidoptera, Neuroptera, dan Strepsiptera. Namun dua ordo parasitoidyang terpenting yaitu Hymenoptera dan Diptera. Famili-famili dalam ordo

53

Hymenoptera yang terbanyak mengandung parasitoid adalah Ichneumonidae,Braconidae, dan beberapa famili yang termasuk Chalcidoidea. Sedangkan dalamordo Diptera famili Tachinidae merupakan famili yang terpenting.Tetrastichus schoenobii memiliki kemampuan memarasit kepompong penggerekbatang padi bergaris, penggerek batang padi kuning dan penggerek batangpadi putih. Apanteles artonae memarasit larva Chilo sp dan Artona catoxantha.Pertanaman pisang yang terserang Erionata thrax dapat dikendalikan olehparasitoid Xanthopimpla sp. Parasitoid Trichogrammatoidea batrae-batrae cukupefektif memparasit telur penggerek polong kedelai (Etiella spp).

Selama ini dari sekian banyak kelompok agens pengendalian hayati,parasitoid yang paling sering berhasil mengendalikan hama apabiladibandingkan dengan kelompok-kelompok agens pengendalian hayatilainnya. Dari 4769 kasus pelepasan agens pengendalian hayati yangtercatat di dunia, hanya 1023 menggunakan predator, sebagian besarkasus adalah pelepasan serangga parasitoid.

Keuntungan atau kekuatan pengendalian hama dengan parasitoidadalah: a. Daya kelangsungan hidup ("survival") parasitoid tinggi.b. Parasitoid hanya memerlukan satu atau sedikit individu inang untuk

melengkapi daur hidupnya.c. Populasi parasitoid dapat tetap bertahan meskipun pada aras populasi

yang rendah.d. Sebagian besar parasitoid bersifat monofag atau oligofag sehingga

memiliki kisaran inang sempit. Sifat ini mengakibatkan populasiparasitoid memiliki respons numerik yang baik terhadap perubahanpopulasi inangnya.

Di samping kekuatan pengendalian dengan parasitoid beberapakelemahan atau masalah yang biasanya dihadapi di lapangan dalammenggunakan parasitoid sebagai agens pengendalian hayati adalah:a. Daya cari parasitoid terhadap inang seringkali dipengaruhi oleh

keadaan cuaca atau faktor lingkungan lainnya yang sering berubah.b. Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan

pencarian inang untuk peletakan telur.c. Parasitoid yang memiliki daya cari tinggi biasanya menghasilkan

telur sedikit.Namun keberhasilan semua teknik pengendalian hayati dengan

parasitoid sangat ditentukan oleh sinkronisasi antara fenologi inangdan fenologi parasitoid di lapangan. Fase larva parasitoid hanya dapathidup pada fase hidup inang tertentu terutama telur dan larva.Kelanjutan hidup parasitoid sangat ditentukan oleh ketersediaan faseinangnya yang tepat. Bila sewaktu induk parasitoid akan meletakkantelurnya tetapi tidak tersedia fase inang yang tepat, parasitoid

54

tersebut tidak akan dapat melanjutkan fungsinya sebagai pengendalipopulasi hama. Agar pengendalian hayati dengan parasitoid berhasilsiklus hidup dan fenologi hama dan inang perlu dipelajari dan diketahuilebih dahulu. Misalkan untuk introduksi dan pelepasan parasitoid dilapangan perlu diketahui banyak hal kecuali fenologi inang danparasitoid juga tentang pengaruh berbagai faktor lain seperti cuaca dantindakan manusia terhadap fenologi dan perkembangan populasi parasitoiddan inangnya.

Serangga predator dan serangga parasitoid juga memiliki musuhalami yang berupa parasitoid. Fenomena serangga parasitoid menyerangparasitoid lain sebagai inangnya disebut hiperparasitasi sedangkanparasitoid tersebut disebut hiperparasitoid. Apabila kelompokparasitoid yang memarasit hama disebut parasitoid primer maka kelompokhiperparasitoid disebut parasitoid sekunder. Parasitoid sekunder masihmungkin diserang oleh parasitoid tersier. Brachymeria sp yang menyerangkepompong Charops sp merupakan salah satu contoh hiperparasitasi. Adanyaparasitoid sekunder perlu diperhitungkan dalam setiap usahapengendalian hayati dengan menggunakan predator atau parasitoid. Perludicatat di sini bahwa tidak semua parasitoid primer berguna untukpengendalian hayati antara lain parasitoid primer yang menyerangserangga herbivora digunakan pengendalian hayati gulma.

2. Predator Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan,

membunuh atau memangsa binatang lainnya. Apabila parasitoid memarasitinang, predator atau pemangsa memakan mangsa. Predator umumnyadibedakan dari parasitoid dengan ciri-ciri sebagai berikut:a. Parasitoid umumnya monofag atau oligofag, predator pada umumnya

mempunyai banyak inang atau bersifat polifag meskipun ada juga jenispredator yang monofag dan oligofag.

b. Predator umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkanmangsanya. Namun ada beberapa predator yang memiliki ukuran tubuhyang tidak lebih besar daripada mangsanya, contohnya semut yangmampu membawa mangsa secar berkelompok.

c. Predator memangsa dan membunuh mangsa secara langsung sehinggaharus memiliki daya cari yang tinggi, memiliki kelebihan sifat fisikyang memungkinkan predator mampu membunuh mangsanya Beberapapredator dilengkapi dengan kemampuan bergerak cepat, taktikpenangkapan mangsa yang lebih baik daripada taktik pertahananmangsa, kekuatan yang lebih besar, memiliki daya jelajah yang jauhserta dilengkapi dengan organ tubuh yang berkembang dengan baik

55

untuk menangkap mangsanya seperti kaki depan belalang sembah(Mantidae), mata besar (capung).

d. Untuk memenuhi perkembangannya parasitoid memerlukan hanya satuinang umumnya fase pradewasa, tetapi predator memerlukan banyakmangsa baik fase pradewasa maupun fase dewasa.

e. Parasitoid yang mencari inang adalah hanya serangga dewasa betina,tetapi predator betina dan jantan dan juga fase pradewasa semuanyadapat mencari dan memperoleh mangsa.

f. Sebagian besar predator mempunyai banyak pilihan inang sedangkanparasitoid mempunyai sifat tergantung kepadatan yang tinggi.Predator memiliki daya tanggap rendah terhadap perubahan populasimangsa sehingga fungsinya sebagai pengatur populasi hama umumnyakurang terutama untuk predator yang polifag.

Sifat polifag memberikan keuntungan bagi predator yaitu bilapopulasi jenis mangsa utama tertentu rendah, dengan mudah predatortersebut mencari mangsa alternatif untuk tetap mampu mempertahankanhidupnya. Sifat pengaturan populasi mangsa secara tergantung kepadatanlebih nampak pada predator yang bersifat oligofag. Respons numerikpredator terhadap perubahan populasi mangsa dinampakkan dalam bentukperubahan reproduksi, imigrasi, emigrasi, dan proses mortalitas.Respons fungsional predator dalam bentuk perubahan proses fisiologi danperilaku seperti daya cari, waktu penanganan mangsa, rasa lapar,kecepatan pencernaan, kompetisi antar predator, dll. Sinkronisasifenologi predator dan mangsa tidak merupakan permasalahan utama bagikeberhasilan pemanfaatan predator sebagai agens pengendali hayati. Halini berbeda dengan sinkronisasi parasitoid dan inang.

Hampir semua ordo serangga mempunyai spesies yang menjadi predatorserangga lain. Selama ini ada beberapa ordo yang anggota-anggotanyabanyak merupakan predator yang digunakan dalam pengendalian hayati.Ordo-ordo tersebut adalah Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera,dan Hemiptera. Beberapa famili predator yang terkenal adalah kumbangkubah (Coleoptera: Coccinellidae), kumbang tanah (Coleoptera:Carabidae), undur-undur (Neuroptera: Chrysopidae), kepik buas(Hemiptera: Reduviidae), belalang tanduk panjang (Orthoptera:Tettigonidae), jangkerik (Orthoptera: Gryllidae), Kepinding air(Hemiptera: Vellidae), Anggang-anggang (Hemiptera: Gerridae), capungjarum (Odonata: Coenagrionidae), semut (Hymenoptera: Formicidae) dandari golongan laba-laba harimau (Araneae: Lycosidae).

Banyak ahli yang mempersoalkan tentang efektivitas predatorsebagai agens pengendalian hayati apabila dibandingkan denganparasitoid. Dari sekian banyak usaha pengendalian hayati yang selamaini berhasil dilakukan di dunia lebih banyak menggunakan parasitoid

56

daripada predator. Namun hal itu tidak berarti bahwa predator kurangdapat difungsikan sebagai agens pengendalian hayati. Keberhasilanpengendalian hayati memang sulit untuk diduga dan dianalisis secaratepat karena kerumitan dan dinamika agroekosistem. Predator danparasitoid mempunyai banyak kelebihan dan kelemahan. Oleh karena ituuntuk meningkatkan keberhasilan pengendalian hayati kedua agenstersebut harus dimanfaatkan secara optimal berdasarkan pada informasidasar yang mencukupi tentang berbagai aspek biologi dan ekologi keduakelompok agens pengendalian hayati tersebut.

PENGENDALIAN HAYATI DENGAN PARASITOID DAN PREDATOR

Praktek pengendalian yang dilakukan sampai saat ini dapatdikelompokkan dalam 3 kategori yaitu introduksi, augmentasi, dankonservasi. Meskipun ketiga teknik pengendalian hayati tersebut berbedadalam sasaran dan tekniknya tetapi dalam pelaksanaan pengendalianhayati sering digunakan secara bersama.

1. IntroduksiTeknik introduksi atau importasi musuh alami seringkali disebut

sebagai praktek pengendalian hayati klasik. Hal ini disebabkan karenapada tahap permulaaan sebagian besar usaha pengendalian hayatimenggunakan teknik tersebut. Usaha introduksi bertujuan untuk mencarimusuh alami hama tersebut di daerah asalnya dan memasukkannya kedaerah baru. Di daerah asal hama tersebut mungkin tidak menjadi masalahbagi petani karena populasinya telah dapat diatur dan dikendalikanoleh agens musuh alami setempat.

Keberhasilan penggunaan teknik introduksi dimulai denganintroduksi kumbang vedalia, Rodolia cardinalis dari benua Australia keCalifornia untuk mengendalikan hama kutu perisai Icerya purchasi yangmenyerang perkebunan jeruk di California. Pada waktu itu diketahuibahwa hama kutu jeruk tersebut berasal dari benua Australia.Keberhasilan teknik introduksi ini kemudian dicobakan pada hama-hamalain dan banyak juga yang berhasil baik secara lengkap, substansialmaupun parsial.

Di Indonesia pengendalian dengan introduksi parasitoid yangberhasil antara lain introduksi parasitoid Pediobius parvulus dari Fijipada sekitar tahun 1920-an ke Indonesia yang ditujukan untukpengendalian hama kumbang kelapa Promecotheca reichei. Pada beberapa daerahdilaporkan bahwa parasitasi dapat mendekati 100%. Juga pemasukanparasitoid Tetrastichus brontispae dari pulau Jawa ke Sulawesi Selatan dan

57

Sulawesi Utara dapat berhasil menekan populasi hama kelapa Brontispalongissima. Parasitoid telur Leefmansia bicolor pernah dimasukkan dari pulauAmbon ke pulau Talaud, juga parasitoid Chelonus sp dimasukkan dari Bogorke pulau Flores untuk mengendalikan hama bunga kelapa Batrachedra(Kalshoven, 1981). Di Indonesia kasus yang paling baru terjadi padatahun 1986-1990 yaitu introduksi predator Curinus coreolius dari Hawaiiuntuk pengendalian hama kutu loncat lamtoro Heteropsylla sp. Meskipuntelah banyak usaha introduksi musuh alami yang berhasil dilakukantetapi untuk menjelaskan teori dasar teknik introduksi tersebut sangatsulit karena kerumitan mekanisme dan susunan ekosistem pertanian.

Mengingat introduksi musuh alami termasuk dalam rekayasa biologi,agar teknik ini berhasil diperlukan banyak usaha persiapan dan studiyang mendalam terutama tentang sifat penyebaran, sifat biologi danekologi spesies hama dan musuh alami yang akan diintroduksikan, dankeadaan ekosistem setempat. Sampai saat ini upaya introduksi musuhalami ada juga yang berhasil mengendalikan hama secara berlanjutmeskipun hanya dilandasi dengan metode coba-coba atau metode "trial anderror". Namun untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas pengendalianpendekatan semacam itu tidak dianjurkan.

Ada beberapa langkah klasik yang perlu ditempuh apabila untukmelakukan introduksi musuh alami pada suatu tempat. Langkah-langkahtersebut dilakukan dengan urutan sbb:a. Penjelajahan atau eksplorasi di negeri asal terutama mengenai

habitat asal spesies eksotik yang akan diimporb. Pengiriman parasitoid dan predator dari negeri asal mengikuti

peraturan-peraturan yang berlaku di negara asal maupun di Indonesiac. Karantina pasca masuk parasitoid dan predator yang diimpor di dalam

negeri sesuai peraturan dan prosedur karantina yang berlaku diIndonesia

d. Perbanyakan parasitoid dan predator di laboratorium yang memenuhisyarat baik fasilitas maupun SDMnya

e. Pelepasan dan pemapanan parasitoid dan predator yang diimpor sesuaidengan kondisi ekologi yang menguntungkan kehidupan dan perkembanganagens pengendalian hayati

f. Evaluasi efektivitas pengendali hayati dengan menggunakan metodestandar yang dibuat oleh para ahli pengendalian hayati (metodeeksklusi dan metode neraca kehidupan)

Apabila berhasil nilai manfaat yang diperoleh dari pemasukan musuhalami sangat besar karena hasilnya mantap, mapan dan akan berumurpanjang sehingga mendatangkan keuntungan ekonomi dan lingkungan yangmaksimal. Keuntungan penggunaan pengendalian hayati klasik denganintorduksi adalah:

58

a. Agens pengendalian hayati yang dipilih biasanya sudah mengkhususkandiri terhadap hama sasaran dan tidak/sedikit berdampak negatif bagiorganisme lain,

b. Sekali telah menetap di suatu tempat, agens pengendali tersebut akanberkembang sendiri dan tidak diperlukan pemasukan yang berulang-ulang,

c. Tidak perlu lagi tindakan-tindakan pengendalian hama lainnya baikoleh petugas lapangan maupun petani,

d. Semua pihak diuntungkan baik petani kaya maupun petani miskin,e. Dari perhitungan manfaat dan biaya (Benefit Cost) sangat menguntungkan

dibandingkan penggunaan pestisida

2. AugmentasiTeknik augmentasi atau teknik peningkatan merupakan aktivitas

pengendalian hayati yang bertujuan meningkatkan jumlah musuh alami ataupengaruhnya. Sasaran ini dapat dicapai dengan dua cara augmentasi yaitupertama, dengan melepaskan sejumlah tambahan musuh alami ke ekosistemagar dengan tambahan jumlah tersebut dalam waktu singkat musuh alamimampu menurunkan populasi hama. Cara kedua adalah denganmemodifikasikan ekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah danefektivitas musuh alami dapat ditingkatkan.

Pelepasan sejumlah populasi musuh alami di ekosistem secara teknikaugmentasi sebetulnya sama juga dengan pelepasan musuh alami denganteknik introduksi. Dengan teknik augmentasi diharapkan populasi hamasementara waktu (satu musim atau kurang) dengan cepat dapat ditekansehingga tidak merugikan. Pelepasan musuh alami introduksi bertujuandalam jangka panjang mampu menurunkan aras keseimbangan populasi hamasehingga tetap berada di bawah aras ekonomi. Karena itu pelepasan musuhalami secara augmentatik harus dilakukan secara periodik. Perbedaanlain pelepasan augmentatik menggunakan musuh alami yang sudah berfungsidi ekosistem, sedangkan pelepasan introduksi menggunakan musuh alamiyang dimasukkan dari luar ekosistem.

Pelepasan periodik menurut Stehr (1982) dapat dibedakan dalam 3bentuk tergantung pada maksud dan frekuensi pelepasan serta sumbermusuh alami yang dilepaskan. Tiga cara pelepasan periodik adalah:

b. Pelepasan InokulatifPelepasan musuh alami dilakukan satu kali dalam satu musim atau

dalam satu tahun dengan tujuan agar musuh alami tersebut dapatmengadakan kolonisasi dan menyebar luas secara alami dan menjagapopulasi hama tetap berada pada aras keseimbangannya. Pelepasan musuhalami di sini dimaksudkan agar secara teratur peranan dan kondisi musuh

59

alami tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Secara periodik populasimusuh alami berkurang karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai.Pengendalian hama tidak diharapkan dari hasil kerja musuh alami yangdilepas tetapi oleh keturunannya.

c. Pelepasan SuplemenPelepasan musuh alami dapat dilakukan setelah dari kegiatan

sampling diketahui populasi hama mulai meninggalkan populasi musuhalaminya. Tujuan pelepasan untuk membantu musuh alami yang sudah adaagar kembali berfungsi dan dapat mengendalikan populasi hama.

d. Pelepasan Inundatif atau Pelepasan MassalApabila pada kedua cara pelepasan sebelumnya diharapkan keturunan

dari individu musuh alami yang dilepaskan yang terus berfungsimemperkuat berfungsinya kembali musuh alami sebagai pengendali alami,maka pelepasan inundatif mengharapkan agar individu-individu musuhalami yang dilepas secara sekaligus dapat menurunkan populasi hamasecara cepat terutama setelah ratusan ribu atau jutaan individuparasitoid atau predator dilepaskan. Pelepasan inundatif parasitoidsering disebut penggunaan "insektisida biologi" karena dalam hal inimusuh alami seakan-akan diharapkan dapat bekerja secepat insektisidakimiawi dalam penurunan populasi hama.

Karena jumlah musuh alami yang dilepaskan sangat banyak diperlukanteknik pembiakan massal musuh alami yang cepat, dan ekonomik. Umumnyainang bagi perbanyakan massal musuh alami bukan serangga inang hamatetapi serangga inang alternatif yang lebih mudah diperbanyak di ruangperbanyakan. Contoh untuk memperbanyak parasitoid telur Trichogramma spdi laboratorium digunakan inang pengganti yaitu Sitotroga cerealia, hama yangmenyerang gabah.

Sukses yang dicapai oleh teknik inokulatif adalah dilepaskannyasecara massal parasitoid telur Trichogramma sp untuk mengendalikanberbagai hama penting seperti penggerek pucuk tebu dan penggerek batangtebu, hama penggerek buah kapas, dll. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pelepasan 150.000 telur Trichogramma sp. per hektar dapatmenurunkan populasi dan kerusakan penggerek pucuk tebu, sedangkan untukpengendalian penggerek batang tebu diperlukan 250.000 telur per hektar.

Teknik pengendalian hayati lainnya agar teknik augmentasi denganpelepasan periodik ini berhasil diperlukan informasi yang lengkaptentang biologi dan ekologi hama dan musuh alaminya terutama dalammenentukan tempat, waktu, frekuensi dan cara pelepasan musuh alami.

3. Konservasi Musuh Alami

60

Dalam penerapan PHT konservasi musuh alami terutama pemanfaatanpredator dan parasitoid merupakan teknik pengendalian hayati yangsering dilakukan dan dianjurkan. Teknik konservasi bertujuanmenghindarkan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan populasi musuhalami. Banyak tindakan agronomi yang secara langsung dan tidak langsungdapat merugikan populasi musuh alami terutama penggunaan pestisidakimia. Pengendalian hama tanpa menggunakan pestisida atau kalaudigunakan secara selektif berarti usaha konservasi musuh alami sudahdilaksanakan. Dari hasil penelitian Settle et al. (1996) dapat diketahuibahwa aplikasi insektisida pada permulaan musim tanam padi tidak hanyamembunuh musuh alami hama-hama padi, tetapi dapat membunuh serangga-serangga akuatik detrivora dan pemakan plankton yang hidup di airsawah. Keberadaan serangga-serangga air tersebut sangat bermanfaatkarena menjaga populasi wereng coklat padi pada posisi yang tidakmerugikan petani. Menghindarkan aplikasi insektisida pada permulaanmusim tanam padi merupakan salah satu bentuk konservasi musuh alamiyang efektif untuk pengendalian hama-hama padi di Indonesia.

Beberapa cara konservasi musuh alami yang dapat dilakukan antaralain berupa:1. Menekan pemakaian pestisida.

Musuh alami memiliki kepekaan terhadap pestisida lebih tinggidaripada hama sehingga pemakaian pestisida secara terus-menerus akanmemusnahkan populasi musuh alami. Parasitoid lebih peka terhadappestisida daripada predator.

2. Memakai sistem tanam yang lebih beraneka ragam.Sistem tanam yang beraneka ragam akan mempengaruhi lingkungan

mikro di suatu lahan. Lingkungan akan lebih terlindung dari pengaruhburuk cuaca seperti angin dan hujan, kelembaban lebih tinggi, dantempat akan menjadi lebih teduh. Dengan demikian jumlah seranggabermanfaat seperti musuh alami akan lebih beraneka ragam dibandingkanpada sistem monokultur.

3. Menanam dan melestarikan tanaman berbunga.Tanaman berbunga yang menghasilkan sari madu dan serbuk sari dapat

menaikkan kemampuan musuh alami untuk berkembang biak sehingga lebihdisukai oleh parasitoid dan predator.4. Melestarikan tanaman liar yang mendukung inang alternatif parasitoid atau mangsa

alternatif predator.Parasitoid atau predator akan sulit mempertahankan hidup setelah

panen karena inang utama tidak dijumpai lagi. Pelestarian tanaman liar

61

dapat mendukung kehidupan musuh alami sebagai inang alternatif sampaiinang utama kembali tersedia sehingga musuh alami tetap mampumenurunkan populasi hama. Adanya tanaman liar juga harus diwaspadaiapabila berpotensi menjadi tempat hidup hama di luar musim tanamanbudidaya.

Sebelumnya Stehr (1982) mengemukakan beberapa cara yang dapatdilakukan untuk memodifikasi ekosistem untuk konservasi musuh alamidengan rincian sebagai berikut:1. Perlindungan dari penggunaan pestisida kimiawi.2. Pengembangan musuh alami yang tahan atau toleran terhadap pestisida.3. Perlindungan atau penjagaan stadia tidak aktif musuh alami (pupa

atau fase diapause).4. Menghindari praktek budidaya tanaman yang merugikan kehidupan musuh

alami.5. Penjagaan keanekaragaman komunitas setempat dan inang yang

diperlukan.6. Penyediaan inang alternatif.7. Penyediaan makanan alami (nektar, pollen, embun madu)8. Penyediaan suplemen makanan tambahan.9. Pembuatan tempat berlindung musuh alami10. Pengurangan populasi predator yang tidak diinginkan.11. Pengendalian semut pemakan madu.12. Pengaturan suhu yang mendukung perkembangan musuh alami.13. Menghindarkan debu-debu yang mengganggu efektivitas musuh alami.

PERANAN PENGENDALIAN HAYATI DALAM PHT

Sesuai dengan konsepsi dasar PHT pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras ekonomik. Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lainterutama pestisida kimia, pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan

utama yaitu permanen, aman, danekonomi.

Arti permanen di sini karena apabila pengendalian hayati berhasil,musuh alami telah menjadi lebih mapan di ekosistem dan selanjutnya

62

secara alami musuh alami akan mampu menjaga populasi hama dalam keadaanyang seimbang di bawah aras ekonomi dalam jangka waktu yang panjang.

Pengendalian hayati aman bagi lingkungan karena tidak memilikidampak samping terhadap lingkungan terutama terhadap serangga atauorganisme bukan sasaran. Karena musuh alami biasanya adalah khas inang.Meskipun pernah dilaporkan kasus terjadinya ketahanan suatu jenis hamaterhadap musuh alami antara lain dengan membentuk kapsul dalam tubuhinang, namun kejadian tersebut sangat langka.

Pengendalian hayati juga relatif ekonomis karena begitu usahatersebut berhasil petani tidak memerlukan lagi tambahan biaya khususuntuk pengendalian hama, petani kemudian hanya mengupayakan agarmenghindari tindakan-tindakan yang merugikan perkembangan musuh alami.

Kesulitan dan permasalahan utama dalam penerapan dan pengembanganpengendalian hayati adalah modal investasi permulaan yang besar yangharus dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi, penelitian, pengujian danevaluasi terutama yang menyangkut berbagai aspek dasar baik untuk hama,musuh alami maupun tanaman. Aspek dasar dapat meliputi taksonomi,ekologi, biologi, siklus hidup, dinamika populasi, genetika, fisiologi,dll. Identifikasi yang tepat baik untuk jenis hama maupun musuhalaminya merupakan langkah permulaan yang sangat penting. Apabilaidentifikasi kurang benar kita akan memperoleh kesulitan dalammempelajari sifat-sifat kehidupan musuh alami dan langkah-langkahkegiatan selanjutnya.

Kecuali diperlukan modal, fasilitas yang lengkap juga diperlukansumber daya manusia terutama para peneliti yang berkualitas danberpendidikan khusus dan berdedikasi tinggi sesuai dengan yangdiperlukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hayati. Sampaisaat ini tenaga-tenaga ahli dengan kualifikasi demikian masih sangatjarang tersedia di Indonesia. Meskipun ada beberapa ahli yangberpendapat bahwa untuk pengendalian hayati yang penting adalah adanyatenaga peneliti yang berpengalaman dan berdedikasi tinggi serta cukupmemiliki rasa seni dan intuisi, namun bagaimanapun untuk keberhasilanpengendalian hayati dalam kerangka PHT diperlukan juga dasarpengetahuan dan teknologi yang mantap.

B.Patogen Serangga

Tujuan:1. Mempelajari dan memahami berbagai kelompok dan jenis patogen

serangga sebagai agens pengendalian hayati

63

2. Mempelajari dan memahami strategi dan cara pemanfaatan patogenserangga untuk pengendalian hama

3. Mempelajari dan memahami kelemahan dan kekuatan patogen seranggasebagai agens pengendalian hayati

Materi:

JENIS-JENIS JASAD RENIK PATOGENIK

Serangga seperti juga binatang lainnya dalam hidupnya diserangoleh banyak patogen atau penyakit yang berupa virus, bakteri, protozoa,jamur, rikettsia dan nematoda. Beberapa penyakit dalam kondisilingkungan tertentu dapat menjadi faktor mortalitas utama bagi populasiserangga, tetapi ada banyak penyakit yang pengaruhnya kecil terhadapgejolak populasi serangga. Serangga yang terkena penyakit menjaditerhambat pertumbuhan dan pembiakannya. Pada keadaan serangan penyakityang parah serangga terserang akhirnya mati. Saat ini dikenal lebihdari 2000 jenis patogen yang menginfeksi serangga dan jumlah itumungkin baru sebagian kecil dari jenis patogen serangga di muka bumi.

Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama sejak lama patogendigunakan sebagai agens pengendalian hayati (biological control agents).Penggunaan patogen untuk pengendalian hama tercatat pada abad ke-18yaitu pengendalian hama kumbang moncong pada bit gula, Cleonus punctiventusdengan menggunakan sejenis jamur. Berikut secara singkat diuraikanbeberapa kelompok jasad renik yang saat ini sudah banyak dan seringdigunakan sebagai agens pengendalian hayati.

1. VirusSampai saat ini kurang lebih 1500 virus telah berhasil diisolasi

dan diidentifikasikan dari serangga dan binatang artropoda lainnya.Virus-virus artropoda sebagian besar masuk dalam generaNucleopolyhedrovirus, Granulovirus, Iridovirus, Entomopoxvirus, Cypovirus danNodavirus. Dari keenam genera ini genus NPV (Nucleopolyhedro virus) merupakangenus terpenting karena sekitar 40% jenis virus yang dikenal menyerangserangga termasuk dalam genus ini. Selain NPV ada kelompok viruslainnya yaitu GV (Granulovirus), CPV (Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) dankelompok lainnya yang lebih kecil jumlahnya.

NPV pada umumnya menyerang paling banyak pada ordo Lepidoptera(86%) dan sedikit pada ordo Hymenoptera (7%) serta ordo Diptera (3%).Selain itu virus juga telah diketahui menyerang ordo Coleoptera,Trichoptera, dan Neuroptera. Berbagai virus NPV mempunyai prospek untuk

64

digunakan dalam pengendalian hayati adalah NPV yang diisolasi darigenus-genus Spodoptera, Helicoverpa, Trichoplusia, Plusia,Pectinophora, Neodiprion, Melacosoma, Agrotis, Chilo, dll. Banyak genusserangga tersebut yang merupakan hama penting di Indonesia.

Beberapa keunggulan penggunaan NPV antara lain memiliki inangsangat spesifik, mampu menginfeksi serangga yang telah resistenterhadap insektisida, relatif persisten di pertanaman dan tanah, sertatidak meninggalkan residu beracun di alam. Virus NPV dicirikan denganadanya inclusion bodies yang disebut polihedra atau PIB (“polihedricinclusion body”). PIB dibentuk oleh protein dan mengandung beberapanukleokapsid atau partikel-partikel virus atau virion. Virion NPVberbentuk batang yang berukuran panjang antara 200-400 nm dengandiameter 20-50 nm. Di dalam tubuh larva Lepidoptera virus berkembangterutama di nuklei sel-sel darah, hipodermis, jaringan lemak danlapisan epithel saluran trachea.

Larva serangga yang terinfeksi oleh virus pada umumnya melemahpada saluran pencernaan makanan sewaktu larva makan bagian tanaman yangtelah mengandung polihedra. Selain itu virus juga dapat masuk ke tubuhserangga sewaktu meletakkan telur atau melalui bagian tubuh yangterluka mungkin oleh serangan musuh alami. Virus juga dapatditransmisikan dari induk yang telah terinfeksi pada keturunannyamelalui telur.

Apabila virus telah masuk ke dalam tubuh serangga, polihedra NPVakan larut dan pecah serta melepaskan partikel-partikel virus yangkemudian memasuki sel-sel bagian perut serangga dan akhirnyamemperbanyak diri. Setiap sel yang terinfeksi virus, nukleusnyamembengkak dan dipenuhi oleh masa padat yang disebut viroplan. Prosesperbanyakan nukleokapsid berjalan dengan cepat sehingga terbentuklahbanyak polihedra yang memenuhi seluruh sel tubuh serangga akhirnyamengakibatkan kematian. Proses masuknya virus ke tubuh serangga sampaidipenuhinya sel-sel tubuh serangga oleh virus berjalan antara 4 harisampai 3 minggu tergantung pada jenis NPV, jenis serangga inang, jumlahpolihedra yang masuk, instar larva yang mulai terinfeksi dan keadaansuhu.

Larva yang terserang virus NPV dapat dilihat dari gejala seranganyang antara lain berupa larva semakin malas bergerak, pertumbuhannyaterhambat, kulit berganti warna menjadi semakin pucat dan memutihseperti susu, dan larva bergerak ke pucuk tanaman. Larva yang matikarena virus posisi tubuhnya seperti patah dan menggantung pada bagiantanaman. Penyebaran virus ini melalui berbagai cara dan dipengaruhioleh banyak faktor antara lain cuaca. Virus telah berada di tanaman dantelah dapat disebarkan oleh angin dan hujan. Beberapa jenis predator

65

termasuk burung dan parasitoid dapat juga menjadi agens penyebaranvirus.

Aplikasi virus untuk pengendalian hama sebagian besar baru dalamtahap pengkajian laboratorium sedangkan di lapangan masih sangatterbatas. Kendala utama dalam perbanyakan virus diantaranya belumberkembangnya teknik perbanyakan dan penggunaan pakan buatan. Teknikrekayasa genetika diharapkan mampu memacu perkembangan dan perluasanaplikasi virus sebagai agens pengendalian hayati.2. Jamur Entomopatogenik

Kelompok jenis jamur yang menginfeksi serangga dinamakan jamurentomopatogenik. Saat ini telah dikenal lebih dari 750 spesies jamurentomopatogenik dari sekitar 100 genera jamur. Tabel 1 menunjukkanberbagai genus jamur penting yang dapat menjadi patogen serangga.

Tabel 1. Kelompok Jamur Patogen Serangga yang Umum MenurutSistematikanya Subdivisi Kelas Ordo Genus Contoh Inang

Mastigomycotina

Chytridiomycetes

Blastocladiales

Coelomomyces Lalat hitam

Zygomycotina Zygomycetes Entomophthorales

Enthomophthora Nilaparvata lugens

Ascomycotina PyrenomycetesPlectomycetes

SpaerialesAscosphaerales

CordycepsAscophaera

Setora nitensAphis sp.

Deuteromycotina

Hypomycetes Moniliales BeauveriaMetarhiziumNomuraeaPaecilomycesVerticilliumHirsutellaSorosporellaSpicaria

Nilaparvata lugensOryctes rhinocerosHelicoverpa zea, S. lituraDiaphorina citriAleurodicus destructorPlutella xylostelaBerbagai ulatgrayakHelopeltis antonii

Sumber: Tanada dan Kaya, 1993

Berbeda dengan virus, jamur patogen masuk ke dalam tubuh seranggatidak melalui saluran makanan tetapi langsung masuk ke dalam tubuhmelalui kulit atau integumen. Setelah konidia jamur masuk ke dalamtubuh serangga, jamur memperbanyak dirinya melalui pembentukan hifedalam jaringan epikutikula, epidermis, hemocoel, serta jaringan-jaringan lainnya. Pada akhirnya semua jaringan dipenuhi oleh miseliajamur. Disamping itu ada beberapa jenis jamur yang mempengaruhipigmentasi serangga dan menghasilkan toksin yang sangat mempengaruhifisiologi serangga. Karena pengaruh infeksi jamur terhadap pembentukan

66

pigmen, larva atau instar serangga yang terserang jamur memperlihatkanperubahan warna tertentu seperti warna merah muda dan merah.

Proses perkembangan jamur dalam tubuh inang sampai inang matiberjalan sekitar 7 hari. Setelah inang terbunuh, jamur membentukkonidia primer dan sekunder yang dalam kondisi cuaca yang sesuaikonidia tersebut muncul keluar dari kutikula serangga. Konidia akanmenyebarkan sporanya melalui angin, hujan, air, dll.

Penyebaran dan infeksi jamur sangat dipengaruhi oleh beberapafaktor antara lain kepadatan inang, kesediaan spora, cuaca terutamaangin dan kebasahan. Kebasahan tinggi dan angin kencang sangat membantupenyebaran konidia dan pemerataan infeksi patogen pada seluruh individupada populasi inang.

Saat ini jamur Metarhizium anisopliae telah digunakan secara luas diIndonesia untuk pengendalian hama Oryctes rhinoceros yang menyerang kelapa,wereng coklat, ulat jengkal (Ectropis bhurmitra). Jamur ini juga sudahdikembangkan untuk pengendalian hama wereng daun, penggerek batangpadi, hama putih palsu, walang sangit dan kepinding tanah. JamurBeauveria bassiana telah dicoba untuk pengendalian hama wereng padi coklatdan hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei). Mortalitas Helopeltissp dapat mencapai 98% setelah disemprot dengan B. bassiana, bahkan hamapenting pada kelapa sawit, Darna catenata mampu dikendalikan oleh jamurini hingga 100%. Pengendalian dengan menggunakan jamur Hirsutella citriformisdapat menurunkan populasi Diaphorina citri hingga 62%. Penurunan populasimencapai 82% dengan jamur Paecilomyces fumosoroseus terhadap jenis hamayang sama. Hama wereng coklat dapat dikendalikan dengan menggunakanjamur Enthomopthora sp. Ulat api Setora nitens mampu ditekanperkembangannya dengan Cordyceps purpurea. Helopeltis sp. dapat dikendalikandengan jamur Spicaria sp. Jamur Verticillium mampu menekan populasiScotinophora coartata, Aphis, dan kutu putih Aleurodichus destructor.

Penggunaan pestisida baik insektisida maupun fungisida untukmengendalikan hama dan penyakit ternyata sangat mempengaruhi kehidupandan perkembangan jamur patogenik serangga. Banyak laporan membuktikanpestisida dapat menghambat perkecambahan konidia primer dan penguranganpelepasan konidia sekunder berikutnya.

3. BakteriBakteri yang menyerang serangga dapat dibedakan menjadi 2 kelompok

yaitu bakteri yang tidak membentuk spora dan bakteri pembentuk spora.Kelompok pertama mempunyai peranan sebagai faktor mortalitas alami yangpenting, tetapi karena sifatnya yang kosmopolitan sukar digunakansebagai agens pengendalian hayati.

67

Kelompok bakteri yang lebih penting adalah bakteri pembentuk sporayang pada saat ini telah banyak digunakan sebagai insektisida mikrobia.Dua jenis bakteri patogen yang penting Bacillus popiliae dan Bacillusthuringiensis. Bacillus popiliae menyebabkan gejala seperti penyakit susu yangmenyerang kumbang Jepang Popiliae japonica dan kumbang skarabid lainnya.Bacillus thuringiensis sangat efektif digunakan untuk pengendalian larva ordoLepidoptera, dan larva nyamuk. B. fibourgenesis dapat dipakai pada hamauret Melolontha melolontha. Beberapa famili bakteri yang berpotensi sebagaisumber alternatif baru patogen serangga di masa depan telah banyakditemukan diantaranya Pseudomonadaceae, Enterobacteriaceae,Lactobacillaceae, Micrococaceae, Bacillaceae (Tabel 2).

Tabel 2. Beberapa genera bakteri patogen seranggaNo Macam bakteri Serangga peka1 Pseudomonadaceae

P. aeruginosaP. septica

Belalang

2 EnterobacteriaceaeE. aerogenes

P. P. vulgarisQ. P. mirabilis

LepidopteraBelalang

3 LactobacilliaceaeDiplococcus spp. Kecoa

4 MicrococaceaeMicrococcus spp. Lepidoptera

5 BacillaceaeBacillus popilliaeB. cereus

UretLepidoptera

Studi tentang Bacilus thuringiensis (Bt) saat ini sangat menarik danberkembang sangat cepat. Telah diketahui bakteri ini terdiri atasbanyak strain yang berbeda sifatnya. Dikenal lebih dari 700 varietasatau strain Bt, dan penemuan varietas atau strain Bt baru terusberlanjut. Strain Bt diklasifikasikan menjadi 29 subspesies dan lebihdari 40 inklusi kristalin (δ-endotoksin) gen-gen protein berhasildiisolasi. Bakteri ini bersifat selektif terhadap serangga sasaran danramah lingkungan. Karena sifat itulah maka banyak perusahaan pestisidatertarik untuk memformulasikannya.

Bt dalam sporulasi di dalam tubuh serangga membentuk kristal yangmengandung protein beracun atau endotoksin. Bila spora dan kristalbakteri dimakan oleh serangga yang peka maka terjadi paralisis yangmengakibatkan kematian inang. Kristal bakteri akan melarut dalamsaluran pencernaan, dalam jaringan tersebut bakteri mengeluarkan toksin

68

yang dapat mematikan serangga. Dari kristal Bt paling sedikit telahdiketahui adanya 4 jenis racun atau toksin.

Bila larva muda atau larva tua terkena Bt dapat kita lihat adanyareaksi pertama yang cepat seperti kesakitan, kemudian dalam beberapawaktu larva tidak mau makan dan tidak aktif. Tubuh kemudian menjadilemah dan lembek. Kematian larva dapat terjadi dalam kurun waktu dalambeberapa jam sampai 4 5 hari setelah infeksi pertama tergantung padaserotipe atau strain Bt dan kepekaan serangga inang.

Meskipun Bt telah banyak dipasarkan dengan berbagai nama dagangtetapi masih memerlukan banyak kegiatan pengembangan berhubung karenabanyak strain baru ditemukan dan adanya sifat-sifat serangga yang khasbaik ketahanannya terhadap strain tertentu maupun kepekaannya (Tabel3).

Tanaman inang hama juga kelihatannya mempengaruhi keberhasilan Btdalam menginfeksi serangga inangnya. Salah satu kelemahan dariformulasi pestisida ini adalah keterbatasan dalam mencapai sasaran.Insektisida hanya aktif apabila termakan oleh hama sasaran. Bahanaktifnya tidak mampu menembus kutikula serangga maupun jaringantanaman. Dengan demikian insektisida ini belum mampu mengendalikan hamayang berada di dalam jaringan tanaman seperti penggerek batang padi,penggerek buah kapas.

Tabel 3. Beberapa produk Bt yang sudah dipasarkanNo Strain Merk dagang Serangga

sasaran1 Kurstaki Dipel WP,

Thuricide HP,Bactospeine WP,Condor F

Lepidoptera

2 Aizawai Bacillin WP, BiteWP, Turex WP,Florbac FC

Lepidoptera

Munculnya masalah resistensi hama terhadap penggunaan B. thuringiensisbelum banyak dilaporkan. P. xylostella strain Lembang dilaporkan telahresisten terhadap insektisida Dipel WP, Thuricide WP dan Thurex WP,namun P. xylostella strain Garut masih rentan terhadap B. thuringiensis. Seleksike arah timbulnya resistensi kemungkinan dapat terjadi apabilapemanfaatan teknologi ini tidak dilakukan secara tepat.

4. Protozoa dan Rikettsia

69

Spesies-spesies protozoa yang patogenik terhadap serangga padaumumnya termasuk dalam sub kelompok mikrosporodia. Telah dapat dikenallebih dari 250 spesies mikrosporodia yang menyerang serangga. Tigajenis mikrosporodia antara lain Nosema locustae, N. acridophagus, dan N.cuneatum telah dijadikan sebagai agens hayati untuk mengendalikan hamabelalang khususnya di Amerika. Jenis Coccidia mampu menginfeksi hamagudang Tribolium confusum hingga 68%. Kelompok protozoa ini ternyatasangat potensial untuk mengendalikan hama Sexava sp. Leptomonas pyrhocorisdari golongan Mastigophora dapat menurunkan populasi kepinding,Malpighamoeba locusta dari jenis Amoeba berpotensi terhadap belalangsedangkan Nosema bombyces yang pertama kali diisolasi dari ulat sutera(Bombyx mori) berpotensi untuk mengendalikan beberapa hama pentingseperti Spodoptera litura.

Penyebaran mikrosporodia melalui makanan dan dipindahkan dariinduk yang terinfeksi ke keturunannya. Pengaruh mikrosporodia terhadapkehidupan inangnya relatif lambat dan gejala luarnya sangat bervariasi.Mikrosporodia tersebar luas yang secara alami dapat menjadi faktormortalitas yang penting bagi serangga inangnya.

Jenis rikettsia banyak menyerang kumbang. Kematian akibatrikettsia baru terjadi pada 1-4 bulan setelah aplikasi atau lebih lamadibandingkan kematian akibat agens hayati yang lain seperti jamur,bakteri dan nematoda. Walaupun demikian patogen jenis ini memilikipeluang yang besar untuk dijadikan agens pengendalian hayati khususnyadi Indonesia. Rikettsia mampu menyebabkan kematian pada Popillia japonica,Melolontha melolontha dan Oryctes rhinoceros.

5. NematodaDisamping virus, jamur, bakteri, dan protozoa juga ada banyak

spesies nematoda yang bersifat parasitik terhadap serangga baik yangbersifat parasit obligat maupun fakultatif. Dari 19 famili nematodayang menyerang serangga, Mermithidae merupakan famili yang terpentingdan tersebar (terdiri atas 50 genera dan 200 spesies). Nematoda mudameninggalkan telur dan masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikuladan kemudian masuk ke dalam hemocoel. Setelah berganti kulit beberapakali di dalam tubuh serangga nematoda dewasa keluar dari tubuh seranggauntuk kawin dan menyebar. Serangga inang mati sebelum atau sesudahnematoda meninggalkan tubuh inangnya.

Jenis nematoda entomopatogen lainnya adalah Heterorhabditis spp danSteinernema spp. Kedua nematoda ini bersimbiosis dengan bakteri. Inangyang terserang nematoda akan mengalami septisemia dan akhirnya mati.Nematoda masuk ke dalam tubuh serangga melalui lubang-lubang alamiserangga seperti mulut, anus dan spirakel. Untuk selanjutnya nematoda

70

menuju ke saluran pencernaan kemudian melepaskan bakteri simbion yangbersifat racun. Dalam beberapa jam bakteri tersebut melakukan replikasidan akhirnya menyebar dan meracuni tubuh serangga.

Serangga akan mengalami kematian dalam waktu 24-48 jam setelahaplikasi. Tubuh serangga akan lemas, terjadi penurunan aktivitas, danterjadi perubahan warna tubuh menjadi merah kecoklatan jika terserangSteinernema spp dan hitam jika terserang Heterorhabditis spp.

Nematoda akan berkembang biak di dalam tubuh serangga inang sampaimenghasilkan keturunan yang sangat banyak. Nematoda akan memasuki fasereproduktif yaitu memperbanyak keturunan apabila populasi nematodadalam tubuh inang rendah sedangkan apabila populasi tinggi akanmemasuki fase infektif. Nematoda stadium ketiga atau sering disebutjuvenil infektif akan keluar dari tubuh serangga dan berusaha untuk mencariinang baru. Juvenil infektif mampu bertahan hidup lama sampaimemperoleh inang kembali dan fase ini merupakan satu-satunya fase yangbersifat infektif terhadap serangga inang.

Beberapa kelebihan dari penggunaan nematoda entomopatogen iniadalah kemampuannya dalam mematikan inang yang relatif cepat, memilikikisaran inang yang luas diantaranya Lepidoptera, Coleoptera,Hymenoptera dan Diptera, tidak menyebabkan resistensi hama, tidakberbahaya bagi lingkungan, tidak berbahaya bagi mamalia dan vertebrataserta kompatibel dengan pengendalian lain.

Jenis Steinernema spp telah terbukti mampu mengendalikan lebih dari100 spesies serangga hama terutama ordo Lepidoptera dan Coleptera.Steinernema carpocapsae dapat mengendalikan hama penggerek (Schirpophaga sp,Chilo sp), Helicoverpa armigera hingga 65%. Pada pengujian yang lain,Steinernema spp mampu menyebabkan kematian Spodoptera exigua sampai 98%,Spodoptera litura 99% bahkan 100% untuk mengendalikan Crocidolomia binotalis. S.carpocapsae juga telah terbukti memiliki kemampuan mengakibatkanmortalitas pada Cylas formicarius.

STRATEGI PENGENDALIAN HAYATI DENGAN PATOGEN HAMA

Patogen serangga dapat digunakan dalam PHT dengan beberapastrategi atau cara yaitu:1. Memanfaatkan Secara Maksimal Proses Pengendalian Alami oleh Patogen

HamaAda banyak jenis patogen seperti virus dan jamur yang mampu

menekan populasi hama secara alami sehingga populasi tetap berada dibawah aras ekonomi. Kita harus menjaga ekosistem sedemikian rupasehingga patogen dapat melaksanakan fungsinya secara "density dependent".Untuk itu keadaan dan perkembangan patogen hama yang penting perlu

71

terus dipantau dan menjaga tindakan-tindakan yang mengurangiberfungsinya patogen hama dapat dibatasi sekecil mungkin. Salah satutindakan yang merugikan adalah penggunaan pestisida. Oleh karena itupestisida sebaiknya hanya digunakan apabila berbagai agens pengendalianalami (termasuk patogen hama) tidak mampu menghentikan laju peningkatanpopulasi hama yang berhasil melampaui Ambang Pengendalian.

2. Introduksi dan Aplikasi Patogen Hama sebagai Faktor Mortalias TetapPrinsip penggunaan patogen hama di sini sama dengan introduksi

serangga parasitoid atau predator untuk menekan populasi hama untukjangka waktu yang panjang. Caranya adalah dengan memasukkan danmenyebarkan patogen pada suatu ekosistem sedemikian rupa sehinggapatogen tersebut mantap di ekosistem yang baru ini sehingga kemudianmenjadi faktor mortalitas tetap bagi spesies hama yang dikendalikan.Cara ini yang paling berhasil dilakukan untuk mengendalikan hama yangnilai Ambang Pengendalian atau Ambang Ekonomi cukup tinggi karena untukpengembangan permulaan bagi patogen diperlukan kepadatan populasi inangyang cukup.

3. Aplikasi Patogen Hama sebagai Insektisida MikrobiaSasaran aplikasi patogen hama dengan cara ini adalah guna menekan

populasi hama untuk sementara waktu. Oleh karena itu aplikasi patogenperlu dilakukan beberapa kali sama prinsipnya dengan penggunaaninsektisida sintetik organik. Saat ini beberapa jenis patogen sepertiNPV dan Bacillus thuringiensis telah dipasarkan dengan nama dagang tertentu.

Berbeda dengan insektisida sintetik organik maka insektisidamikrobia mempunyai beberapa keuntungan yaitu bersepektrum sempit ataukhas inang dan aman bagi lingkungan hidup serta tidak membahayakanbinatang bukan sasaran. Kecuali itu apabila keadaan lingkunganmemungkinkan patogen hama yang diaplikasikan pada ekosistem mungkindapat menjadi pengendali alami hama yang permanen di ekosistemtersebut.

PEMBIAKAN MASSAL AGENS PENGENDALIAN HAYATI

Pengendalian dengan agens hayati dalam skala luas memerlukanjumlah agens hayati yang relatif mencukupi sehingga perlu usahapembiakan massal. Pembiakan massal dilakukan untuk mengembangbiakkanagens hayati dengan menggunakan media alami maupun media buatan dalamhabitat atau lingkungan yang dibentuk sesuai lingkungan aslinyasehingga diperoleh sejumlah tertentu sesuai kebutuhan. Pada saat iniusaha pembiakan massal agens hayati telah banyak dilatihkan dan

72

dilakukan di Indonesia baik oleh laboratorium dinas maupun oleh parakelompok petani terutama yang telah mengikuti SLPHT. Namun dalampembiakan massal perlu adanya tahap-tahap khusus yang harusdiperhatikan dan dilakukan sehingga nanti akan diperoleh hasil yangmemuaskan. Tahapan atau kaidah-kaidah pembiakkan tersebut berfungsisebagai pedoman utama dalam melaksanakan usaha pembiakan. Ada 10tahapan pembiakan massal agens hayati atau kontrol kualitaspengembangbiakkan agens pengendalian hayati yang diterapkan oleh BalaiPenelitian Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di Propinsi DIYsebagai berikut:

1. Eksplorasi dan KoleksiEksplorasi bertujuan mencari sumber genetik baru yang

berpotensi sebagai agens pengendalian hayati. Eksplorasi dilakukanpada wilayah luas yang diperkirakan terdapat sumber genetik baru.Serangga yang ditemukan terserang patogen dikoleksi dan selanjutnyadimanfaatkan untuk tahapan selanjutnya.

2. PemurnianPemurnian dilakukan untuk pemilihan media yang cocok dan

memperoleh stok spora. Pemurnian merupakan tahapan yang sangatpenting untuk memperoleh stok spora sesuai yang diharapkan. Dalampemurnian ini kontaminasi sering terjadi akibat sterilisasi alat danruangan yang kurang sempurna.

3. Postulat KochPengujian akan memperkuat dugaan bahwa agens hayati yang

ditemukan benar-benar bersifat patogenik terhadap serangga.Pengujian dilakukan pada serangga yang sama dan dilakukan dilaboratorium.

4. Perbanyakan SporaPerbanyakan spora merupakan usaha pemilihan substrat pengganti

yang cocok untuk pengembangbiakan selanjutnya. Spora B. bassiana yangberasal dari walang sangit (Leptocorisa acuta) mati dicoba diperbanyakpada media nasi, jagung ataupun dedak. Media yang menghasilkan sporapaling tinggi dipilih sebagai media.

5. SporulasiMedia yang paling cocok dan menjadi pilihan adalah media yang

memberikan efek sporulasi tinggi, murah dan mudah diperoleh.6. Viabilitas

Viabilitas merupakan kemampuan atau daya kecambah spora agenshayati. Agens hayati dinilai baik apabila viabilitasnya 95%.

7. Uji patogenisitas

73

Pengujian patogenisitas yang bertujuan mengetahui konsentrasiyang tepat dan mampu membunuh serangga sasaran biasanya dilakukan dilaboratorium ataupun green house. Pengujian tingkat konsentrasitersebut akan menghasilkan konsentrasi efektif yang nantinya akanmenjadi pedoman rekomendasi di lapangan.

8. Uji efektivitasKonsentrasi efektif yang diperoleh dari uji patogenisitas

digunakan untuk uji efektifitas. Pengujian ini bertujuan mencaristadia serangga yang rentan terhadap agens hayati pada konsentrasitertentu.

9. Uji virulensiAgens pengendalian hayati yang sudah mengalami tahap-tahap uji

tersebut sudah dipastikan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikanserangga hama. Uji virulensi dilakukan untuk mengetahui agens hayatitersebut virulen atau tidak baik dalam kondisi baru maupun telahdisimpan dalam media dan jangka waktu tertentu.

10. EvaluasiEvaluasi merupakan salah satu cara penting untuk menilai

keberhasilan pelepasan agens pengendalian hayati. Evaluasi tehadaphasil yang diperoleh dilakukan segera setelah aplikasi. Dalamevaluasi tersebut dilakukan juga peremajaan agens hayati yang sudahlama disimpan.

CARA PENGGUNAAN PATOGEN SERANGGA DI LAPANGAN

Mengingat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh patogenserangga maka dalam pemanfaatan patogen sebagai agens pengendalianhayati perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang mempengaruhitingkat keefektifan patogen terhadap serangga sasaran, antara lain:

1. Dosis. Dosis aplikasi minimum akan lebih baik daripada dosis aplikasitinggi dalam peningkatan keefektifan patogen. Dosis tinggimenyebabkan persaingan pakan dan ruang antar patogen sejenis danmenghambat perkembangbiakan sehingga mampu menurunkan daya bunuhterhadap serangga sasaran.

2. Waktu aplikasiKemapanan patogen yang merupakan makhluk hidup di lapangan sangatdipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam aplikasinya diharapkanpatogen tidak terkena cahaya matahari secara langsung karena sinarultraviolet menyebabkan patogen tidak aktif bahkan dapat membunuhpatogen dalam waktu yang relatif cepat. Agens hayati sebaiknya

74

diaplikasikan pagi atau sore hari. Kelembaban tinggi lebihmeningkatkan keefektifan patogen.

3. PenyelimutanPatogen harus benar-benar melekat atau menempel atau menyelimutibagian tanaman maupun serangga sasaran. Dengan demikian kontakantara patogen dengan serangga sasaran cepat terjadi. Seranggasasaran yang mengkonsumsi patogen dengan cepat diharapkan mengalamikematian secara cepat juga.

4. Derajat kemasaman, pHKondisi pH pada bahan pelarut sangat mempengaruhi keefektifanpatogen. Pelarut dianjurkan memiliki derajat kemasaman yang normal(pH 7). Kondisi basa menyebabkan delta endotoksin pada Bt akanrusak dan efektifitasnya menurun.

5. Anti mikrobiosisBeberapa tanaman mampu menghasilkan senyawa-senyawa anti mikrobiayang dapat mengurangi keefektifan patogen. Senyawa nikotin yangdihasilkan oleh tanaman tembakau dapat menghambat pertumbuhan B.thuringiensis. Patogen tersebut juga terhambat pertumbuhannya karenaadanya senyawa phenol dan terpenoid pada tanaman kapas. Senyawaalkaloid, tomatin dari tanaman tomat menghambat pembentukan kolonidan pertumbuhan jamur patogen B. bassiana. Asam klorogenik pada tanamantomat dapat mengurangi efektifitas NPV dari Helicoverpa zea.

6. Hama sasaranSemakin muda umur serangga akan semakin rentan terhadap patogen.Hama sasaran dalam keadaan tertekan seperti sakit, kekurangan pakan,ketidakcocokan pakan, kepadatan yang terlalu tinggi menyebabkantingkat kerentanannya semakin tinggi. Oleh karena itu sebelumaplikasi patogen di lapangan harus diketahui kondisi hama sasaran.

7. KompatibilitasPatogen sebagai agens pengendalian hayati memiliki kemampuan dapatdipadukan dengan agens pengendalian yang lain sehingga daya bunuhnyalebih efektif dan hasilnya akan lebih memuaskan.

8. Ketahanan inangSpesies serangga tertentu yang rentan terhadap patogen dapat menjaditahan dengan bertambahnya umur dan dipengaruhi oleh faktor genetikmaupun lingkungan.

75

document.docMateri 8

PENGENDALIAN KIMIAWITujuan: 1. Mempelajari dan memahami sifat dan pengelompokan pestisida khususnya

insektisida2. Mempelajari dan memahami dampak negatif penggunaan pestisida kimia3. Mempelajari dan memahami penggunaan pestisida sebagai salah satu

komponen PHT

Materi: Pengendalian hama secara kimiawi adalah penggunaan pestisidakimia untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakanbagi tanaman yang dibudidayakan.

Pestisida mungkin merupakan bahan kimiawi yang dalam sejarah umatmanusia telah memberikan banyak jasanya bagi keberhasilan dalam banyakbidang pembangunan termasuk pertanian, kesehatan, pemukiman, dankesejahteraan masyarakat. Berkat pestisida umat manusia telah dapatdibebaskan dari ancaman penyakit manusia yang membahayakan sepertimalaria dan demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk. Di bidangpertanian penggunaan pestisida mampu menekan kehilangan hasil tanamanakibat serangan hama dan penyakit yang memungkinkan peningkatanproduksi pertanian dapat dicapai. Karena keberhasilan tersebut di duniapertanian, pestisida seakan-akan merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari budidaya segala jenis tanaman baik tanamanhortikultura, pangan maupun perkebunan. Pestisida sedemikian melekatnyapada kegiatan pertanian di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan darireaksi petani apabila menghadapi terjadinya serangan hama tentu akan

76

menanyakan pestisida apa yang tepat digunakan dan dimana dapatdiperolehnya? Kecenderungan peningkatan penggunaan pestisida secara global sejaktahun 1960an juga terjadi di Indonesia. Sejak dicanangkannya programpembangunan nasional di sektor pertanian, penggunaan pestisidameningkat dengan sangat pesat. Sekitar tahun 1970 sampai 1980-anpestisida paling banyak digunakan dalam program intensifikasi panganterutama dalam program swasembada beras melalui program nasional BIMAS.Bila pada tahun 1970 penggunaan pestisida untuk padi kurang dari 1000ton pada tahun 1986 pestisida untuk padi sudah mencapai 18.000 ton.Peningkatan penggunaan pestisida ini juga terjadi pada komoditaspertanian lainnya. Namun setelah Pemerintah mencabut subsidi pestisidapada tahun 1989 serta diterapkannya konsep PHT oleh petani padi,penggunaan pestisida khususnya insektisida di tanaman padi cenderungmenurun. Tanaman pertanian pangan di Indonesia yang saat ini masihbanyak menggunakan insektisida adalah kedelai, sayuran dataran rendahdan sayuran dataran tinggi, sedangkan pada tanaman perkebunan adalahpada tanaman kapas. Seiring dengan perdagangan bebas yang semakinterbuka, saat ini berbagai jenis pestisida generik memasuki Indonesiasehingga pada tahun 2002 jumlah formulasi pestisida yang telahterdaftar di Indonesia sudah melampaui 1000 formulasi. Jumlah pestisidayang diproduksi pada tahun 2000 sekitar 60.000 ton.

Meskipun pestisida kimia memiliki banyak keuntungan ekonomi bagipetani dan masyarakat, tetapi risiko yang berupa dampak negatif bagikesehatan dan lingkungan semakin lama semakin nyata dirasakan olehmasyarakat luas. Salah satu cara agar risiko pestisida dapat ditekanserendah mungkin yakni Pemerintah di semua negara melakukan pengaturanterhadap semua produksi, peredaran, perdagangan, penggunaan,penyimpanan dan pengawasan pestisida. Banyak kesepakatan dan standarpengaturan yang telah ditetapkan secara internasional dan harusditerapkan oleh semua negara. Tujuan pengaturan pestisida olehpemerintah adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat dan lingkunganhidup terhadap dampak samping penggunaan pestisida, serta untuk menjagatingkat efektivitas pestisida dalam pengendalian hama sasaran.

A. PENGELOMPOKAN PESTISIDA

Kata insektisida secara harafiah berarti pembunuh serangga yangberasal dari kata insekta = serangga dan kata Latin cida yang berartipembunuh. Insektisida merupakan salah satu kelompok pestisida.Pestisida adalah pembunuh hama yang berasal dari kata pest = hama dancida = pembunuh. Sedangkan kelompok pestisida lainnya antara lain

77

rodentisida (pembunuh rodent tikus), akarisida (pembunuh tungau),nematisida (pembunuh nematoda), fungisida (pembunuh jamur), herbisida(pembunuh gulma). Tabel 4 menjelaskan nama kelompok pestisida berdasarpada kelompok organisme sasaran. Karena jumlah kelompok, jenis danproduksi insektisida saat ini lebih banyak daripada kelompok-kelompokpestisida lain, biasanya yang dmaksud dengan pestisida adalahinsektisida.

Tabel 4. Pengelompokan Pestisida Berdasar pada Kelompok Hama yangDikendalikan

No Nama kelompokpestisida Kelompok hama yang dikendalikan

1. Akarisida Tungau, pinjal dan laba-laba2. Adultisida Serangga dewasa3. Algisida Alga4. Arborisida Pepohonan, semak-semak5. Avisida Burung6. Bakterisida Bakteri7. Fungisida Jamur8. Insektisida Serangga dan juga pinjal dan

tungau9. Ixosida Pinjal10.

Larvisida Larva

11.

Mitisida Tungau, pinjal, dan laba-laba

12.

Moluskisida Moluska terutama siput dankeong

13.

Nematisida Nematoda

14.

Ovisida Telur

15.

Piscisida Ikan

16.

Predasida Vertebrata hama

17.

Rodentisida Tikus

18.

Silvisida Pepohonan dan semak

19.

Termitisida Rayap, semut

78

PEMBERIAN NAMA PESTISIDA

Nomenklatur atau cara pemberian nama suatu jenis pestisida adaketentuannya. Suatu jenis pestisida ditandai oleh 3 cara penamaan yaitunama umum, nama dagang, dan nama kimiawi. Nama dagang ditetapkan olehprodusen atau formulator insektisida yang membuat dan memperdagangkanpestisida tersebut. Karena satu jenis pestisida dapat dibuat olehbeberapa perusahaan sehingga untuk pestisida tersebut mempunyaibeberapa nama dagang. Nama kimia merupakan nama yang digunakan olehahli kimia dalam menjelaskan suatu senyawa kimia sesuai dengan rumusbangun senyawa insektisida tersebut. Suatu contoh diambil jenis insektisida yang sampai saat ini masihdiguanakan untuk pengendalian penggerek batang padi di Indonesia.1. Nama umum : karbofuran2. Nama dagang : Furadan®, Currater®, Indofur®,

Dharmafur®.3. Nama kimia : 2,3-dihidro 2,2,-dimeti l-7-benzonil

metilkarbamat 4. Rumus bangun senyawa tersebut adalah sbb:

Gambar 23. Rumus bangun Karbofuran

Dalam praktek penggunaan sehari-hari terutama oleh petani,biasanya nama dagang lebih populer. Dalam forum ilmiah sepertipublikasi seminar atau tesis, dll. digunakan nama umum. Dalampembicaraan khusus tentang aspek-aspek kimiawi pestisida nama kimiapestisida digunakan.

PENGGOLONGAN INSEKTISIDA

Insektisida kimia dapat dikelompokan dalam beberapa cara menurutpengaruhnya terhadap serangga sasaran, menurut cara masuknya dalamtubuh serangga, dan menurut sifat kimianya.

79

1. Pengelompokan Insektisida Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap HamaInsektisida dapat dikelompokkan menurut pengaruh yang merugikan

bagi hama sasaran yang akhirnya dapat menurunkan populasi hama.Pengelompokan insektisida menurut pengaruh pada serangga sasaranseperti terlihat pada Tabel 5.

2. Pengelompokan Menurut Cara Masuk ke Tubuh SeranggaDilihat dari cara masuknya (mode of entry) ke dalam tubuh serangga

insektisida dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu racun perut, racunkontak, dan fumigan.

a. Racun Perut (stomach poison)Insektisida memasuki tubuh serangga melalui saluran pecernaaan

makanan (perut). Serangga terbunuh bila insektisida tersebuttermakan oleh serangga. Jenis-jenis insektisida lama umumnyamerupakan racun perut, sedangkan insektisida modern sangat sedikityang merupakan racun perut.

b. Racun Kontak (contact poison)Insektisida memasuki tubuh serangga bila serangga mengadakan

kontak dengan insektisida atau serangga berjalan diatas permukaantanaman yang telah mengandung insektisida. Di sini insektisida masukke dalam tubuh serangga melalui dinding tubuh. Insektisida modernpada umumnya merupakan racun kontak. Apabila permukaan tanaman yangmengandung insektisida tersebut dimakan serangga, racun tersebutjuga memasuki tubuh serangga melalui saluran pencernaan. Contohinsektisida racun kontak adalah BHC dan DDT.

Tabel 5. Pengelompokan Pestisida Berdasarkan Pengaruhnya pada Serangga Kelompok Pestisida Pengaruh pada hama

80

Antifidan(anti-feedant)

Menghambat nafsu makan sehingga seranggakelaparan yang akan menyebabkan kematian

Antitranspiran(Anti-transpirant) Mengurangi sistem transpirasi serangga

Atraktan(attractant) Penarik hama, seperti atraktan seks

Khemosterilan(chemosterilant) Menurunkan kemampuan reproduksi hama

Defolian(defoliant)

Merontokkan bagian tanaman yang tidakdiinginkan, tanpa membunuh seluruh bagian

tanamanDesikan

(desiccant) Mengeringkan bagian tanaman dan serangga

Disenfektan(disinfectant) Merusak atau mematikan organisme berbahaya

Perangsang makan(feeding stimulant) Menyebabkan serangga lebih giat makan

Pengaturpertumbuhan

(growth regulator)

Menghentikan, mempercepat, ataumemperlambat proses pertumbuhan tanaman

atau seranggaRepelen

(repellent)Mengarahkan serangga agar menjauh dari

yang diperlakukan

Semiokimia

Feromon, alomon dan kairomon; zat kimiayang dikeluarkan oleh tanaman atau hewan,yang merangsang atau menghambat perilaku

seranggaSinergis(synergist) Meningkatkan efektivitas bahan aktif

c. FumiganFumigan merupakan insektisida yang mudah menguap menjadi gas dan

masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernafasan serangga atausistem trachea yang kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.Karena sifatnya yang mudah menguap fumigan biasanya digunakan untukmengendalikan hama simpanan yang berada di ruang atau tempat tertutupdan juga untuk mengendalikan hama yang berada di dalam tanah. Contohfumigan adalah hidrogen sianida (HCN), fosfin dan metil bromida.

3. Pengelompokan Menurut Sifat Kimianya Pengelompokan insektisida yang paling penting adalah menurut sifatkimianya. Insektisida kimia konvensional secara garis besar dapatdibagi menurut sifat dasar senyawa kimianya yaitu dalam insektisida

81

anorganik yaitu insektisida yang tidak mengandung unsur Karbon daninsektisida organik yang mengandung unsur Karbon.

Insektisida-insektisida lama yang digunakan sebelum tahun 1945umumnya merupakan insektisida anorganik. Contoh insektisida anorganikadalah kalsium arsenat, Pb arsenat, sodium fluorid, kriolit, danbelerang. Kelemahan insektisida anorganik adalah toksisitas tinggiuntuk mamalia termasuk manusia, residu di lingkungan lama ataupersisten, fitotoksisitas tinggi, masalah ketahanan hama terhadapinsektisida, dan umumnya memiliki efikasi lebih rendah biladibandingkan insektisida organik sintetik.

Sedangkan insektisida kimia setelah masa Perang Dunia II setelahditemukannya DDT umumnya merupakan insektisida organik. Insektisidaorganik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami daninsektisida organik sintetik. Insektisida organik alami merupakaninsektisida yang terbuat dari tanaman (insektisida botani/nabati) danbahan alami lainnya. Sedangkan insektisida sintetik merupakan hasilbuatan pabrik dengan melalui proses sintesis kimiawi.

Pembagian insektisida organik sintetik konvensional menurutsusunan kimia bahan aktif (senyawa yang memilki sifat racun) terdiridari 6 kelompok besar yaitu 1) organoklorin (OK), 2) organofosfat (OP),3) karbamat, 4) piretroid sintetik, 5) kloronikotinil dan 6) IGR(Insect Growth Regulator). Kecuali 6 kelompok besar tersebut masih adabeberapa kelompok insektisida baru yang mulai banyak digunakan dalampraktek pengendalian hama saat ini, seperti heterosiklik, dinitrofenol,tiosianat dan sulfanat.

a. Organo Klorin (OK)Insektisida Organo Klorin atau sering disebut Hidrokarbon Klor

merupakan kelompok insektisida sintetik yang pertama dan paling tua dandimulai dengan ditemukannya DDT oleh ahli kimia Swiss Paul Mueller padatahun 1940-an. Setelah DDT ditemukan kemudian berhasil dikembangkanbanyak jenis insektisida baru dengan susunan kimia dasar yang miripdengan DDT dan kemudian dikelompokkan dalam golongan Hidrokarbon Klor.

Insektisida kelompok ini merupakan racun kontak dan racun perut,efektif untuk mengendalikan larva, nimfa, dan imago dan kadang-kadanguntuk pupa dan telur. Insektisida yang termasuk OK pada umumnyamemiliki toksisitas sedang untuk mamalia. Masalah yang paling merugikanbagi lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah sifat persistensinyayang sangat lama di lingkungan baik di tanah maupun di jaringan tanamandan dalam tubuh hewan. Misal di daerah sub tropis DDT dalam kurun waktu17 tahun residunya masih 39 % yang berada di dalam tanah, sedangkanresidu endrin pada 14 tahun setelah perlakuan ternyata masih dijumpai

82

sebanyak 40% dari residu semula. Persistensi OK di lingkunganmenimbulkan dampak negatif seperti perbesaran hayati dan masalahkeracunan khronik yang membahayakan kesehatan masyarakat. Permasalahanlain yang timbul akibat digunakannya DDT secara besar-besaran adalahberkembangnya sifat resistensi serangga sasaran seperti nyamuk danlalat terhadapp DDT.

Oleh karena bahayanya insektisida golongan OK sejak tahun 1973tidak boleh digunakan untuk pengendalian hama pertanian di Indonesia.Sedangkan di bidang kesehatan DDT tidak lagi digunakan untukmengendalian vektor penyakit malaria sejak 1993.

b. Organofosfat (OP)Insektisida OP dengan unsur P meliputi semua ester asam fosforik

(H3PO4) sebagai inti yang aktif saat ini merupakan kelompok insektisidayang terbesar dan sangat bervariasi jenis dan sifatnya. Saat ini telahtercatat sekitar 200.000 senyawa OP yang pernah dicoba dan diuji untukmengendalikan serangga.

OP merupakan insektisida yang sangat beracun bagi serangga danbersifat baik sebagai racun kontak, racun perut maupun fumigan. Berbedadengan OK, OP di lingkungan kurang stabil sehingga lebih cepatterdegradasi dalam senyawa-senyawa yang tidak beracun. Daya racun OPmampu menurunkan populasi serangga dengan cepat, persistensinya dilingkungan sedang sehingga OP secara bertahap dapat menggantikan OK.Sampai saat ini OP masih merupakan kelompok insektsida yang palingbanyak digunakan di seluruh dunia. Kebanyakan insektisida OP adalahpenghambat bekerjanya enzim asetilkoline sterase.

OP memiliki berbagai bentuk alkohol yang melekat pada atom-atom Pdan berbagai bentuk ester asam fosforik. Ester-ester ini mempunyaikombinasi Oksigen, Karbon, Sulfur, dan Nitrogen. OP yang dikembangkandari kombinasi tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok derivat yaitualifatik, fenil, dan heterosiklik. Derivat alifatik meliputiinsektisida-insektisida yang antara lain TEPP, malation, dimetoat,oksidemetonmetil, dikrotofos, disulfoton, metamidofos, triklorfon, asefat, forat, terbufos,etoprop, dikloruos, mevinfos, naled, monotrotofos, fosfamidin. Insektisida OP yangtermasuk dalam derivat fenil adalah paration, metil paration, etil paration, stirofos,fention, fonofos, profenofos, isofenfos, fenitrotion, triazofos, dan fentoat. Insektisida OPderivat heterosiklik banyak jenisnya. Dari kelompok ini insektisidayang terkenal adalah diazinon dan lainnya seperti asinfos, klorpirifos , fention,fosmet, stirofos, temefos, metidation, fosmet, kuinalfos, dll.

c. Karbamat

83

Karbamat merupakan insektisida yang berspektrum lebar dan telahbanyak digunakan secara luas untuk pengendalian hama tanaman.Insektisida karbamat relatif baru bila dibandingkan dengan 2 kelompokinsektisida OK dan OP. Cara karbamat mematikan serangga sama denganinsektisida OP yaitu melalui penghambatan aktivitas enzim kolinesterasepada sistem syaraf. Insektisida tersebut cepat terurai dan hilang dayaracunnya dari jaringan binatang, sehingga tidak terakumulasi dalamjaringan lemak dan susu seperti OK. Beberapa karbamat memilikitoksisitas rendah bagi mamalia tetapi ada yang sangat beracun.

Pestisida karbamat dapat dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu 1)metil karbamat dengan bangunan cincin fenil. Yang termasuk dalam kelasini adalah BPMC, MICP, Isokarb, dll; 2) metil karbamat dan dimetilkarbamat dengan struktur heterosiklik seperti dijumpai pada bendiokarp,karbofuran, dioxakarb, dll; 3) metil karbamat dari oksin yang mempunyaistruktur rantai. Termasuk dalam kelas ini adalah aldikarb, metomil, danyang lain. Aldikarb merupakan insektisida karbamat yang paling beracunjuga merupakan insektisida sistemik yang digunakan untuk pengendalianserangga dan nematoda. Karena toksisitas sangat tinggi aldikarbsekarang dilarang di Indonesia. Propoksur merupakan insektisida yangumum digunakan di dalam rumah untuk pengendalian serangga rumah tanggaseperti nyamuk, kecoa, lalat, dll.

d. Sintetik Piretroid (SP)Piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik

konvensional yang baru digunakan secara luas sejak tahun 1970-an dansaat ini perkembangannya sangat cepat. Keunggulan piretroid sintetik(PS) karena memiliki pengaruh knock down atau kemampuan menjatuhkanserangga dengan cepat dan tingkat toksisitas rendah bagi manusia danmamalia. Kelompok Piretroid Sintetik merupakan tiruan dari bahan aktifinsektisida nabati piretrum yaitu sinerin I yang berasal dari ekstrakbunga Chrysanthemum cinerariaefolium.

PS seringkali dikelompokan menurut generasi perkembangannya dilaboratorium. Biasanya generasi yang lanjut merupakan perbaikan sifatPS generasi sebelumnya. Sampai saat ini sudah dikenal 4 generasi PS.Salah satu anggota generasi pertama adalah alletrin, generasi keduaadalah resmetrin. Yang paling banyak digunakan sekarang adalah generasiPS yang ketiga dan keempat. Generasi PS ketiga antara lain fenvalerat danpermetrin banyak digunakan untuk pengendalian hama-hama kapas, kedelaidan sayuran. Untuk memperoleh efektivitas yang sama dosis aplikasiinesktisida PS generasi baru lebih kecil bila dibandingkan denganaplikan OP dan OK. Generasi PS keempat lebih hemat lagi dibandingkandengan generasi ketiga. Untuk lahan seluas 1 ha hanya diperlukan 10-40

84

g bahan aktif. Beberapa PS yang termasuk generasi keempat yang saat inijuga sudah diijinkan di Indonesia antara lain sipermetrin, flusitrinat,fenpropatrin, fluvalinat, sihalotrin, deltametrin dan siflutrin.

Pada umumnya PS menunjukkan toksisitas rendah bagi mamalia tetapisangat beracun bagi ikan dan lebah. Residu PS di hasil-hasil pertaniantidak menjadi masalah. Meskipun daya mematikan hama sasaran sangattinggi dan PS sedikit menghadapi permasalahan lingkungan, namuninsektisida PS menghadapi permasalahan utama yaitu percepatanperkembangan strain hama baru yang tahan.

e. KloronikotinilKloronikotinil merupakan kelas baru insektisida sintetik. Bila

piretroid merupakan tiruan produk alami piretrum, kloronikotinil jugamerupakan tiruan atau analog produk nikotin. Kelas insektisida inisampai sekarang baru diwakili oleh satu bahan aktif yaitu imidaklopridyang telah diijinkan di Indonesia. Imidakloprid meruapakan insektisidasistemik dan kontak dengan sasaran hama yang mempunyai tipe mulutpencucuk dan pengisap seperti aphis, wereng, trips dan kutu daun. Jugaefektif untuk mengendalikan rayap, serangga tanah dan beberapa jeniskumbang. Karena cara aksi terhadap serangga sasaran berbeda dengankelompok-kelompok insektisida kimia lain, kloronikotinil dapatdimanfaatkan untuk mengendalikan jenis hama yang telah resistenterhadap kelompok/jenis insektisida tertentu.

f. Pengatur Pertumbuhan Serangga (IGR = Insect Growth Regulator)Kelompok insektisida lain yang memiliki sifat selektivitas

fisiologi yang tinggi adalah kelompok insektisida baru yang tidaktermasuk dalam kelompok insektisida konvensional. Kelompok insektisidabaru adalah yang termasuk dalam golongan IGR (Insect Growth Regulator) atauZat Pengatur Pertumbuhan Serangga. IGR pada hakekatnya menggangguaktivitas normal sistem endokrin serangga. Pengaruh IGR tersebut dapatterjadi pada waktu perkembangan embrionik, perkembangan larva ataunimfa, metamorfosis, proses reproduksi, ataupun perilaku diapause.

Yang termasuk dalam IGR adalah ekdison (hormon penggantian kulit),hormon juvenil (JH), mimik atau tiruan hormon juvenil, analog hormonjuvenil (JHA), antihormon juvenil serta insektisida penghambat khitin.Agonis ekdison merupakan IGR yang paling baru tetapi sudah cukuptersedia di pasar. Contoh IGR ini adalah tebufenozoid, metoxyfenozoid, danhalofenozoid. Hormon juvenil yang sekarang telah dipasarkan dan digunakanuntuk pengendalian serangga di Amerika Serikat adalah metoprin, kinoprin,hidroprin, dan venoksikarb, sedangkan insektisida penghambat sintesis

85

khitin adalah diflubenzuron, bensoil finil ureas, teflubenzuran, triflumuron,klorfluazuron. Sejak tahun 1986 untuk pengendalian hama wereng paditerutama wereng coklat kita mulai menggunakan salah satu senyawapenghambat khitin yaitu buprofezin. Sampai tahun 2002 ini sebagianinsektisida IGR tersebut telah terdaftar di Indonesia sepertitebufenozide, methoxyfenozide, dan halofenozide. Tebufenozide dan methoxyfenozideuntuk mengendalikan Lepidoptera sedangkan halofenozide untuk Coleoptera.

Karena cara kerja IGR terhadap serangga sasaran adalah denganmempengaruhi sistem hormonal serangga yang khas, pada dasarnya IGRmemiliki sifat selektivitas fisiologi yang tinggi terhadap seranggasasaran sehingga sangat sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Misalkandiflubenzuron sangat efektif terutama untuk Lepidoptera dan Diptera,sedangkan buprofezin khas untuk wereng daun dan wereng batang sertaserangga-serangga Homoptera lainnya. Untuk kelompok serangga lainnyaseperti serangga predator dan parasitoid insektisida tersebut kurangberpengaruh. Berbeda dengan insektisida konvensional yang mempengaruhisistem syaraf sehingga mematikan serangga dalam waktu cepat, IGRbekerjanya lambat dan lembut serangga akan mati beberapa hari setelahdiperlakukan dengan IGR. Dengan cara membunuh hama yang demikian,tekanan seleksi terhadap serangga hama juga lemah sehingga timbulnyasifat resistensi dari serangga hama dapat dihambat.

g. Insektisida BotanikBila insektisida sintetik merupakan hasil buatan pabrik dengan

melalui proses sintesis kimiawi, maka insektisida botani atauinsektisida nabati merupakan insektisida yang terbuat dari tanaman.Insektisida botanik atau insektisida nabati merupakan insektisida alamidiambil secara langsung dari tanaman atau dari hasil tanaman.Insektisida jenis ini termasuk insektisida yang paling tua dan banyakdigunakan untuk pengendalian hama sebelum insektisida organik sintetikditemukan. Karena kesulitan dalam melakukan ekstraksi, dan kurangstabil karena mudah terurai, penggunaannya semakin berkurang terutamasetelah pestisida kimia sintetik ditemukan dan digunakan.

Namun akhir-akhir ini setelah timbul kekhawatiran mengenai dampaksamping pestisida kimia, penggunaan pestisida botanik kembalimemperoleh perhatian dari pemerintah dan petani sebagai solusialternatif bagi pestisida kimia. Pestisida botanik telah lama dikenalsebagai pestisida yang risikonya kecil bagi kesehatan dan lingkunganhidup. Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melakukaninventarisasi mengenai berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar lahanpetani untuk dijadikan pestisida nabati. Petunjuk mengenai cara

86

penyiapan, ektraksi dan penggunaan pestisida nabati telah dibuat dandiedarkan kepada para petani pekebun. Dalam kegiatan pelatihan SLPHT-Perkebunan Rakyat juga diberikan pelatihan penggunaan pestisida nabati.Dari inventarisasi yang dilakukan oleh Direktorat Jendral BinaPerkebunan yang memuat daftar jenis-jenis tanaman di Indonesia yangdapat digunakan sebagai pestisida nabati (Lampiran).

Beberapa jenis insektisida botanik yang sudah lama dikenal dandigunakan adalah piretrum yang diambil dari bunga Chrysanthemum. Demikanjuga rotenon diambil dari akar tanaman leguminosaea Derris elliptica atautuba. Rotenon dapat berupa racun kontak dan perut tetapi pengaruhnyatidak pada sistem syaraf. Pestisida nabati yang prospektif dan banyakditeliti oleh para pakar pada dua dekade akhir ini adalah Azadirachtinsalah satu bahan aktif yang diambil dari tanaman nimba atau mimba(Azadirachta indica). Tanaman mimba sejak lama telah dikenal dan digunakansebagai pestisida nabati. Lebih dari 200 spesies serangga hama dapatdikendalikan secara efektif dengan ekstrak tanaman tersebut. Karenatanaman mimba sudah banyak tumbuh di Indonesia dan sangat sesuai dengankondisi tanah dan cuaca di sini, maka prospek penggunaannya untukpengendalian hama sangat baik, apalagi bila teknik ekstraksi danpenggunaannya telah dikuasai petani.

Dari banyak hasil penelitian telah diketahui beberapa cara kerjainsektisida nimba yaitu 1) Mengusir dan menghambat nafsu makanserangga, 2) menghambat metamorfosis, 3) Mengurangi kesehatan dan dayareproduksi 4) Menghambat daya bertelur. Cara kerja ekstrak nimbatersebut di atas hampir sama dengan cara kerja insektisida IGR. Bagiantanaman mimba yang sering digunakan adalah tepung biji, ampas biji dandaun. Penyiapannya dilakukan dengan cara menggerus biji atau daun danmembuat ekstrak sederhana dengan dicampur air dan kemudian disemprotkandengan menggunakan alat penyemprot biasa. Untuk memperoleh hasil yangbaik dapat ditambahkan minyak dan pengemulsi. Teknologi sederhanatersebut sangat mudah dilakukan oleh petani dengan biaya yang sangatmurah. Namun untuk keberhasilan pengendalian perlu diperhatikan waktudan frekuensi penyemprotan yang tepat sesuai dengan sifat ekobiologihama sasaran. Kerena efektivitas dan cara aksinya berbeda denganpestisida kimia konvensional, penyemprotan dengan pestisida nabatisebaiknya dilakukan dengan frekuansi yang lebih banyak dan sewaktupopulasi hama masih belum jauh melampaui Ambang Pengendaliannya.

Beberapa keuntungan penggunaan mimba yaitu efektivitas tinggi,ancaman terhadap timbulnya resistensi hama relatif kecil karenamengandung banyak zat yang semuanya mempunyai cara kerja yangberlainan. Ekstrak mimba mempunyai risiko kecil bagi kesehatan manusia,tidak berbahaya bagi lebah madu, ikan, burung dan binatang bermanfaat

87

lainnya. Persistensi esktrak mimba rendah, sehingga cepat teuraimenjadi zat-zat yang tidak berbahaya. Sampai saat ini belum dilaporkanadanya pencemaran tanah dan air akibat dari mimba.

FORMULASI PESTISIDA

Dalam pabrik pembuat insektisida dihasilkan bahan aktifinsektisida dalam bentuk murni. Bahan tersebut belum dapat langsungdigunakan untuk kegiatan pengendalian hama. Agar dapat dimanfaatkan dilapangan dan diperdagangkan bahan teknis harus diproses lagi menjadibahan formulasi insektisida. Proses formulasi insektisida merupakanproses untuk memperbaiki sifat-sifat bahan teknis agar sesuai untukkeperluan penyimpanan, penanganan, aplikasi, peningkatan efektivitas,atau keamanan bagi manusia dan lingkungan. Sebelum dipasarkan bahanteknis perlu dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan tertentu. Bahan-bahan tambahan yang tidak bersifat meracuni serangga (insektisidal)secara umum disebut bahan inert atau inert material. Menurut fungsinya bahaninert dapat berupa bahan surfaktan, seperti sabun atau deterjen untukpeningkatan daya sebar, daya emulsi dan pembasahan pada permukaan,pelarut atau solvent, untuk formulasi pestisida cair agar dapatmeningkatkan daya larut, pembawa atau carrier digunakan untuk formulasipadat seperti serbuk dan butiran agar dapat mengikat/menyerap sertabahan tambahan khusus seperti a) penstabil (stabilizers), b) sinergis, bahanyang dapat meningkatkan aktifitas, c) pembasah (wetters), untuk mencegahdegradasi bahan, d) minyak untuk meningkatkan aktifitas biologiinsektisida, e) odorants untuk memberi bau, f) cat dan pigment, g) penebal(thickeners), h) colouring agents (zat pewarna), dan I) zat anti mikroba.

Pengetahuan dan teknologi pembuatan bahan aktif dan formulasipestisida berkembang sangat cepat sehingga ditemukan banyak jenis danformulasi pestisida. Agar tidak membingungkan pengguna dan konsumen dipandang perlu dilakukan harmonisasi atau pembakuan kode formulasipestisida yang berlaku di tingkat internasional.

Sistem kode formulasi pestisida mulai dibakukan pada tahun 1978yang kemudian direvisi pada tahun 1989. Inisiatif pembakuan kodeformulasi ini dilakukan oleh asosiasi industri pestisida global yaituCrop Life International (dulu GCPF). Kode formulasi tersebutdiusahakan sederhana, sedapat mungkin terdiri dari dua huruf besar yangmerupakan singkatan. Sekitar 71 kode formulasi pestisida telahdibakukan. Berikut nama-nama 10 kode formulasi insektisida pentingyang sudah digunakan dan dipasarkan di Indonesia.

88

1. Emulsifiable Concentrates (EC)2. Wettable Powders (WP)3. Suspension Concentrate (SC)4. Water Soluble Powder (SP)5. Ultra Low Volume Liiquid (ULV)6. Dustable Powder (DP)7. Granules (GR)8. Aerosol Dispenser (AE)9. Bait (RB)10. Capsule Suspension (CS)

TOKSISITAS PESTISIDA

Pestisida tidak hanya beracun (toxic) atau berbahaya bagi seranggahama sasaran juga berbahaya bagi serangga-serangga musuh alami,binatang-binatang lain, manusia dan komponen-komponen lingkungan hidup.Toksisitas pestisida dapat dikelompokkan menjadi toksisitas akut,toksisitas kronik dan toksisitas subkronik. Toksisitas akut adalahpengaruh meracuni atau merugikan yang timbul segera setelah pemaparandengan dosis tunggal suatu pestisida, atau pemberian dosis ganda dalamwaktu kurang lebih 24 jam. Toksisitas kronik adalah pengaruh yangmerugikan yang timbul sebagai akibat pemberian takaran harian berulangpestisida dalam jumlah sedikit atau pemaparan oleh pestisida yangberlangsung sebagian besar rentang hidup suatu organisme (misal,mamalia).

89

Keracunan akut merupakan kesakitan atau kematian akibat terkenadosis tunggal insektisida. Keracunan ini biasanya terjadi pada pekerjayang langsung bekerja dengan insektisida baik di pabrik, tempatpeyimpanan maupun di lapangan, keracunan terjadi biasanya karenakecerobohan sewaktu penanganan pestisida atau sewaktu penyemprotanatau yang sengaja meminum insektisida untuk bunuh diri. Keracunankhronik merupakan keracunan karena penderita terpapar racun dalamjangka waktu panjang dengan dosis yang sangat rendah. Gejala keracunanini baru terlihat selang beberapa waktu (bulan atau tahun) setelahpenderita terpapar pestisida. Keracunan khronik yang saat ini olehmasyarakat dunia yang paling menjadi keprihatinan masyarakat duniakarena semakin tingginya kesadaran terhadap keperluan adanya lingkunganyang tidak tercemar. Bahaya akibat keracunan kronik karena terpaparinsektisida dapat bersifat carsinogenic (pembentukan jaringan kanker),mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang),teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan), endocrinedestruptor (gangguan hormon endokrin).

1. Pengujian Toksisitas InsektisidaCara masuk insektisida ke dalam tubuh binatang atau manusia dapat

melalui mulut (rute oral), melalui kulit (rute dermal), atau melaluisaluran pernafasan (rute respiratori, rute inhalasi). Toksisitas akutmelalui oral atau dermal merupakan indikasi bahaya insektisida bagimamalia dan manusia. Unit pengukuran adalah miligram (mg) bahan aktifper kilogram (kg) berat tubuh binatang uji (tikus, tikus putih,kelinci, dan marmut). Binatang uji tersebut dipelihara dalamlaboratorium dengan kondisi standar yang ditetapkan.

Metode untuk menentukan toksisitas relatif pestisida yang telahdisepakati adalah dengan menggunakan dosis median letal (LD50). NilaiLD50 adalah suatu dosis insektisida yang diperlukan untuk membunuh 50%dari individu-individu spesies binatang uji dalam kondisi percobaanyang telah ditetapkan. Penghitungan mortalitas biasanya dilakukan 24jam dan 48 jam setelah binatang uji terpapar oleh insektisida. Satuannilai LD50 adalah miligram bahan racun per kg berat tubuh binatang uji(mg/kg). Pengujian tingkat toksisitas terhadap binatang uji dilakukandengan memberikan melalui makanan (oral), aplikasi kulit (dermal)melalui pernafasan (respiratori, inhalasi). Dari uji laboratorium inidiperoleh nilai LD50 oral dan LD50 dermal dan LD50 inhalasi. Semakinrendah nilai LD50 semakin tinggi toksisitas insektisida tersebut.

2. Tingkat Bahaya Pestisida

90

Meskipun sangat sulit mengekstrapolasi nilai LD50 binatang mamaliaseperti tikus atau kelinci untuk menilai tingkat toksisitas pestisidabagi manusia, namun sudah disepakati secara internaional bahwa nilaidosis letal mamalia tersebut digunakan untuk melihat tingkat bahayaakut suatu jenis pestisida bagi manusia. Menurut Bahan Kesehatan Dunia(WHO - World Health Organization) kategori tingkat bahaya pestisida adalahseperti Tabel 6.

Contoh bahan aktif yang termasuk kategori I adalah aldicarb denganLD50 oral untuk tikus adalah 0,93 mg/kg dan LD50 dermal untuk kelinciadalah 5 mg/kg. karbofuran LD50 oral untuk tikus 8-14 mg/kg. Propoksurtermasuk kategori II karena LD50 oral, untuk tikus adalah 100 mg/kg,LD50 diazinon untuk tikus adalah 108 mg/kg, LD50 DDT untuk tikus adalah113 mg/kg. Yang termasuk kategori III (sedikit beracun) antara lainsipemetrin (SP) dengan LD50 tikus antara 303-4123 mg/kg. Sejak tahun2000 Pestisida yang termasuk dalam kategori Ia dan Ib termasukpestisida dilarang aau tidak boleh didaftarkan di Indonesia.

Tabel 6. Tingkat bahaya insektisida menurut ketentuan WHO

Kategori LD50 Oral LD50 Dermal Keterangan yang perlu dicatat didalam label

Padat(mg/kg)

Cair(mg/kg)

Padat(mg/kg)

Cair(mg/kg)

Pernyataan

bahaya

Warna Simbolbahaya

Simboldan Kata

91

IaSangat berbahayasekali

IbBerbahayaSekali

IIBerbahaya

IIICukupberbahaya

IVTidakberbahayapadapenggunaan normal

< 5

5-50

50-500

500-2000

>2000

<20

20-200

200--2000

2000-3000

>3000

<10

10-100

100--1000

>1000

<40

40-400

400--4000

>4000

Sangatberacun

Beracun

Berbahaya

Perhatian

Coklat tua

Merahtua

Kuning tua

Birumuda

Hijau

Sangatberacun

Beracun

Berbahaya

Perhatian

PENGGUNAAN PESTISIDA SECARA SELEKTIF

Dalam kerangka penerapan PHT penggunaan pestisida harus hati-hatiseminimal mungkin serta selektif dengan sasaran mengurangi populasihama sampai pada aras yang tidak merugikan tanpa dengan sesedikitmungkin membahayakan kesehatan pengguna, masyarakat termasuk konsumenserta lingkungan hidup. Karena itu penggunaan pestisida harus dilakukansecara lebih selektif. Selektivitas penggunaan insektisida dapat dibagimenjadi:

1. selektivitas fisiologi atau selektivitas intrinsik 2. selektivitas ekologi 3. selektivitas melalui formulasi dan aplikasi

1. Selektivitas FisiologiSelektivitas fisiologi insektisida di sini adalah penggunaan jenis

insektisida yang secara intrinsik hanya mematikan serangga-seranggahama tetapi tidak membahayakan serangga-serangga yang berharga termasukmusuh alami dan serangga penyerbuk bunga. Karena sifatnya, maka

92

insektisida yang memiliki selektivitas fisiologis berspektrum sempitdengan serangga sasaran yang khas.

Meskipun banyak insektisida OP, karbamat yang kurang selektifterhadap predator hama-hama padi tetapi ada juga insektisida OP sepertipiridafention dan tertraklorvinpos yang lebih beracun bagi hama sasaranyaitu wereng hijau padi Nephotettix spp dan kurang berbahaya bagi predatorlaba-laba serigala Lycosa pseudoannulata. Pengujian tentang selektivitasberbagai jenis insektisida yang saat ini digunakan di Indonesiaterhadap hama dan musuh alaminya perlu dilakukan agar kita mengetahuiseberapa jauh tingkat bahaya insektisida tersebut bagi serangga bukansasaran yang bermanfaat seperti musuh alami.

Insektisida bakteri seperti Bacillus thuringiensis dan insektisidabiologis lainnya termasuk jenis insektisida yang memilki selektivitastinggi bila dibandingkan dengan insektisida konvensional. Bt umumnyaditujukan untuk mengendalikan hama yang termasuk ordo Lepidoptera.

2. Selektivitas Ekologi Dengan mempelajari sifat biologi dan ekologi hama sasaran dapat

diketahui waktu dan cara aplikasi insektisida yang tepat dan efektif.Dengan mempelajari neraca kehidupan hama, perilaku hama, kisaran inanghama kita dapat menentukan bagaimana aplikasi insektisida yang tepat.Aplikasi terutama ditujukan pada bagian yang lemah pada kehidupan hamayaitu sewaktu hama berada pada stadium hama yang peka terhadapinsektisida dan dalam keadaan yang "terbuka" terhadap perlakuaninsektisida diusahakan sedapat mungkin serangga parasitoid dan predatordapat terhindar dari perlakuan insektisida.

Dalam praktek di lapangan selektivitas ekologi perlakuaninsektisida dapat dalam beberapa cara yaitu:a. Penetapan waktu aplikasi yang tepat.b. Perlakuan insektisida secara parsial atau spot treatment yang meliputi

penyemprotan hanya di pesemaian, pada tanaman batas, ataupernyemprotan hanya pada bagian tanaman atau pertanaman yangterserang.

c. Perlakuan insektisida pada tanaman perangkap.d. Perlakuan insektisida pada tanaman inang alternatif harus yang

berupa gulma.e. Perlakuan benih dapat mengurangi perlakuan insektisida pada

pertanaman. f. Aplikasi insektisida melalui tanah atau air pengairan untuk

mengurangi terbunuhnya musuh alami.

3. Selektivitas Melalui Penentuan Formulasi dan Cara Aplikasi

93

Selektivitas insektisida di sini adalah dalam menentukan danmemilih formulasi insektisida dan teknik aplikasi yang tepat, efektifdalam mengendalikan hama sehingga kurang membahayakan eksistensi musuhalami hama. Yang termasuk dalam selektivitas ini adalah:a. Penggunaan formulasi butiran atau Granule dengan insektisida sistemik

diharapkan dapat efektif untuk mengendalikan hama penggerek tanamandan membatasi pengaruh yang merugikan bagi serangga predator danparasitoid dewasa.

b. Penggunaan formulasi ULV (Ultra Low Volume) yang tepat dapat membatasi"drift" insektisida sehingga dapat mengurangi risiko pencemaran danmembatasi terbunuhnya musuh alami.

c. Cara aplikasi di lapangan yang kurang tepat dapat mengakibatkanpeningkatan kematian organisme bukan sasaran. Oleh karena itu petaniperlu dilatih tentang bagaimana cara penyemprotan insektisida yangbenar.

Bijaksana:Tepat apa?

Sasaran Dosis Cara Waktu

94

Konsentrasi -----

document.docMateri 9

PENGELOLAAN HAMA TANAMAN PANGAN

Tujuan:1. Mempelajari dan memahami jenis-jenis hama utama tanaman pangan2. Mempelajari dan memahami pelaksanaan PHT pada tanaman pangan

Materi Kuliah:

PERMASALAHAN HAMA TANAMAN PANGAN

Yang disebut tanaman pangan adalah jenis tanaman yang menjadisumber pangan utama sebagian besar penduduk. Di Indonesia tanamanpangan dibagi dalam dua kelompok yaitu padi-padian dan palawija.Kelompok padi-padian diwakili oleh PADI yang menghasilkan BERAS sebagaimakanan utama penduduk Indonesia dan JAGUNG, sedangkan palawija terdiriatas KEDELAI dan tanaman kacang-kacangan seperti KACANG TANAH, KACANGPANJANG, dll.

Dari sekian banyak jenis tanaman dan komoditas pertanian yangdibudidayakan dan diusahakan, padi merupakan tanaman yang palingmemperoleh perhatian utama dari Pemerintah dan masyarakat. Hal inidisebabkan karena padi menyangkut hidup sebagian besar penduduk

95

Indonesia. Karena pentingnya padi seringkali padi disebut sebagaiTANAMAN POLITIK.

SWASEMBADA BERAS

Sejak Pemerintah mencanangkan program peningkatan produksi berasuntuk mencapai swasembada beras pada tahun 1970 Pemerintahmengintroduksikan teknologi intensifikasi produksi padi atau yangdikenal dengan teknologi “revolusi hijau“ atau green revolution. Istilahyang terkenal dengan teknologi revolusi hijau adalah Panca Usaha yaitu:1. Pengolahan Tanah2. Penanaman Bibit atau Benih Unggul3. Pemupukan4. Pengendalian Hama dan Penyakit5. Perbaikan Pengairan

Teknologi revolusi hijau pada tanaman padi sangat tergantung padabibit unggul, pupuk buatan atau pupuk kimia (Urea, ZA, TSP, KCL) sertapestisida kimia. Tujuan intensifikasi pangan agar dapat meningkatkanproduksi pangan khususnya beras dengan tujuan agar Indonesia menjadiswasembada beras atau memenuhi kebutuhan sendiri akan beras sebagaimakanan utama penduduk. Program intensifikasi pangan berjalan sampaisaat ini. Nama program bermacam-macam tergantung kegiatan dan “selera”Kabinet yang bersangkutan. Sejak tahun 1970an kita kenal banyak namaprogram intensifikasi yaitu sebagai program BIMAS (Bimbingan Massal),INMAS (Intensifikasi Massal), INSUS (Intensifikasi Khusus), SUPRAINSUS, dan lain-lainnya. Kabinet sekarang mempunyai program yangdisebut Program Ketahanan Pangan. Indonesia hanya mencapai Swasembadaberas pada tahun 1984, setelah itu kita masih harus mengimpor berasuntuk dapat memenuhi kebutuhan beras penduduknya. Pada beberapa tahunterakhir ini Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras terbesardunia.

Dampak penerapan intensifikasi pertanian pada ekosistem persawahandan sistem sosial masyarakat di Indonesia sangat besar antara lain:1. Ekosistem persawahan menjadi sangat rawan hama dan penyakit padi.

Berbagai hama penyakit “baru” timbul, meluas dan sering meletussetelah program BIMAS dilaksanakan antara lain hama wereng coklatdan wereng-wereng lainnya, penyakit tungro. Puncak letusan hamaterjadi pada tahun 1979 hampir satu juta hektar sawah gagal panenatau rusak oleh wereng coklat.

2. Dengan perbaikan sistem pengairan petani dapat menanam padi duakali sampai 3 kali setahun, seringkali dengan menanam varietas samadan masa tanam yang tidak serentak. Kondisi lingkungan ini

96

menguntungkan perkembangbiakan hama-hama padi seperti tikus danwereng coklat. Karena itu sampai saat ini sawah di Indonesia tidakpernah “sepi” akan serangan hama.

3. Karena penggunaan bahan kimia pertanian yang sangat banyak,kesuburan tanah semakin menurun sehingga proses produksi tanamanpadi menjadi semakin tidak efisien, sasaran peningkatan produksitidak tercapai dan lingkungan pertanian semakin tercemar. Penggunaanpestisida yang masih tinggi dapat menimbulkan resistensi danresurjensi hama-hama utama padi seperti wereng coklat.

4. Petani semakin tergantung pada bibit unggul, pupuk kimia danpestisida yang harganya semakin mahal. Keadaan ini mendorongterjadinya kesenjangan di pedesaan antara petani yang kaya danpetani yang miskin terutama buruh tani.

Program PHT pada tanaman padi yang dilaksanakan Pemerintah sejaktahun 1989 yang telah melatih sekitar satu juta petani padi dengankonsep dan teknologi dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia ditingkat petani. Ada banyak petani padi saat ini yang tidak lagimenggunakan pestisida karena sudah mengandalkan musuh alami hama-hamapadi. Ekosistem persawahan secara ekologi sebenarnya merupakanekosistem yang memiliki kestabilan tinggi apabila kita dapat menerapkanPHT secara konsisten dan konsekuen. Dalam kondisi stabil letusan hamatidak perlu dikhawatirkan.

Penerapan PHT untuk hama-hama padi secara umum adalah sebagaiberikut:1. Pola tanam padi, padi, palawija. 2. Tanam bibit atau varietas unggul tahan hama terutama VUTW (Varietas

Unggul Tahan Wereng) sesuai dengan biotipe wereng coklat pada suatutempat. Seperti kita ketahui saat ini kita mempunyai kelompok NonVUTW, VUTW I, dan VUTW I. Sebaiknya dilakukan pergiliran varietasantar musim tanam.

3. Pada kondisi populasi wereng coklat tinggi hindarkan penanamanvarietas padi peka hama terutama varietas-varietas lokal (Rojolele,Mentik, Cianjur, dll).

4. Diusahakan di suatu hamparan sawah dilakukan penanaman secaraserentak termasuk di daerah-daerah yang berbukit. Serangan hamatikus berkurang di daerah-daerah yang menanam padi serentak.

5. Pengendalian hayati terutama dengan teknik augmentasi dan konservasimusuh alami merupakan teknik pengendalian hama-hama padi utama.Banyak jenis predator dan parasitoid dijumpai di ekosistempersawahan kita.

6. Bila diperlukan pestisida kimia gunakan secara sangat selektifdengan menggunakan jenis-jenis pestisida yang tidak membunuh musuh

97

alami. Penggunaan pestisida diputuskan setelah mempelajari hasilpengamatan ekosistem.

7. Laksanakan kegiatan pengamatan atau pemantauan hama dan musuh alamiseminggu sekali. Apabila jumlah musuh alami banyak tidak perludilakukan kegiatan pengendalian dengan pestisida.

A. HAMA-HAMA PADI

Pada ekosistem padi dijumpai banyak jenis hama yang menyeranghampir seluruh stadia tumbuh padi dari persemaian sampai panen danpasca panen. Yang akan dibahas di sini beberapa hama utama padi saja.Intensitas serangan hama-hama tersebut dari suatu lokasi ke lokasi lainsangat berbeda, dengan demikian hama-hama utama di suatu daerah dapatberbeda dengan hama-hama utama di daerah lain. Namun dari laporan pada5 tahun terakhir urut-urutan hama padi utama di Indonesia adalah 1)Tikus, 2) Penggerek Batang dan 3) Wereng Coklat. Secara singkat sifathama dengan cara pengelolaannya adalah sbb:

1. Tikus Sawah (Rattus argentiventer)Tikus sawah aktif pada malam hari. Siang hari mereka selalu

berlindung di dalam liang atau di semak belukar. Untuk tempat tinggalatau lubang biasanya tikus berorientasi ke daerah yang cukup memberiperlindungan dan rasa aman dari gangguan predator dan tersedia sumbermakanan dan air. Fungsi lubang bagi tikus sawah adalah sebagai tempatbernaung, tempat memelihara anak dan kelompok keturunan, serta menimbunmakanan.

Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanamanpadi. Serangan tikus dapat terjadi sejak di persemaian sampai pascapanen. Populasi tikus umumnya masih rendah pada persemaian sampai fasevegetatif dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif.

Gejala serangan:1. Adanya sarang dari batang rerumputan dan daun diantara vegetasi

tanaman yang tumbuh di lapangan2. Adanya saluran lubang yang masuk ke dalam tanah yang tidak begitu

basah atau tergenang air3. Adanya lubang yang biasanya dengan diameter yang lebih besar dari

tubuh tikus dan berbentuk bulat yang merupakan jalan masuk menujusaluran.

98

4. Adanya lintasan jalan dimana tikus hilir mudik di antara pertanamantempat makannya dengan lubang persembunyiannya.

5. Adanya bekas-bekas kotoran tikus sepanjang lintasan 6. Adanya bekas-bekas telapak kaki tikus terutama pada tanah berlumpur7. Adanya bentuk-bentuk kerusakan tertentu pada tanaman yang

diakibatkan oleh tikus seperti rebahnya tanaman karena pangkalbatang putus, terutama pada tanaman-tanaman muda.

Pada kepadatan populasi rendah, serangan tikus biasanya bersifatacak terutama di bagian tengah petakan, sehingga belum tampak jelasdari pematang. Pada serangan berat, biasanya hanya menyisakan beberapabaris tanaman pinggir.

Pengelolaan:1. Diupayakan agar waktu tanam dengan selang <10 hari dalam areal yang

luas, sehingga masa generatif hampir serentak. Dengan demikian masaperkembangbiakan tikus hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

2. Mengurangi ukuran pematang, di sekitar sawah, sehingga mempersulittikus membuat liang. Pematang sebaiknya berukuran < 30 cm.

3. Memanfaatan musuh alami, antara lain burung hantu, elang, ular. 4. Melakukan gropyokan, penggenangan lahan, pemasangan bambu perangkap

dan pemanfaatan jaring. 5. Pengemposan dilakukan pada saat tanaman fase generatif, karena pada

saat tersebut umumnya tikus tinggal di dalam liang.6. Pengumpanan beracun menggunakan racun antikoagulan, karena kematian

tikus oleh racun ini lambat dan kematian umumnya tidak terlihatkarena di dalam inang sehingga dapat menghindari jera umpan.

7. Yang harus diperhatikan dalam usaha pengendalian tikus sawah yakniharus terorganisasi dengan baik, melibatkan semua petani dan aparatpemerintah.

2. Penggerek Batang PadiDi Indonesia dikenal 6 jenis penggerek batang padi (Tabel 7). Dari

ke-6 penggerek batang padi tersebut saat ini yang paling penting adalahPBPK terutama di pulai Jawa yang memiliki jaringan pengairan baik.Sebelum tahun 1970 di Jawa PBPP yang lebih dominan. Saat ini diSulawesi Selatan dan daerah-daerah padi yang hanya dapat menanam padisatu kali setahun PBPP lebih penting daripada PBPK. PBBBk dan PBPKHsering dijumpai pada pertanaman padi yang ditanam dekat dengan tanamantebu dan jagung, sedangkan PBPB sering menjadi masalah di tanaman padiyang ditanam di dataran yang agak tinggi.

Gejala serangan:

99

Gejala kerusakan penggerek batang padi umumnya mirip. Gejalaserangan pada pertumbuhan vegetatif disebut sundep sedangkan padapertumbuhan generatif disebut beluk. Pada pucuk tanaman tampakmenguning, layu dan akhirnya mengering. Ulat penggerek merusak bagianpangkal titik tumbuh sehingga apabila tanaman ditarik dari titiktumbuhannya akan mudah lepas. Gejala beluk memperlihatkan malai padiyang tegak, berrwarna putih dan hampa.

Tabel 7. Jenis Penggerek Batang Padi di IndonesiaNo Nama Umum Nama Latin1 Penggerek batang padi

kuning (PBPK)Scirpophagaincertulas

2 Penggerek batang padi putih (PBPP)

Scirpophaga innotata

3 Penggerek batang padi berrgaris (PBPB)

Chilo suppressalis

4 Penggerek batang padi kepala hitam (PBPKH)

Chilo polychrysa

5 Penggerek batang padi berkilat (PBBBk)

Chilo auricilius

6 Penggerek batang padi merah jambu (PBPMj)

Sesamia inferens

Pengelolaan:1). Pola tanam

Diusahakan untuk melakukan tanam serempak, pergiliran tanamandengan tanaman bukan padi, penanaman varietas padi yang tahan penggerekbatang.

Tanam serentak varietas genjah dengan selisih kurang dari 2 minggumeliputi hamparan seluas-luasnya agar pertumbuhan tanaman dan masapanen dapat serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagipenggerek dapat dibatasi. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan padamasa bero di antara waktu tanam. Pergiliran tanaman dengan tanamanbukan padi dapat memutus daur hidup penggerek batang padi. Persemaiandilakukan secara berkelompok untuk memudahkan pemeliharaan danpengumpulan kelompok telur penggerek.

2). Fisik dan mekanikMengumpulkan telur sejak di persemaian kemudian dibunuh. Pada saat

panen diusahakan pemotongan jerami sampai serendah mungkin untukmencegah kesempatan berkepompong pada pangkal padi. Bila memungkinkan

100

diikuti dengan penggenangan air agar tunggul jerami cepat membusuksehingga larva atau pupa mati.

3). EradikasiPembabatan dan pengumpulan jerami lalu dibakar untuk memusnahkan

sumber hama penggerek batang padi.

4). BiologiMemanfaatkan musuh alami baik predator maupun parasitoid seperti

Conocephalus longipennis, Anaxipha sp, Metioche sp, Trichogramma sp, Telenomussp, Xanthopimpla sp.

5). KimiawiAplikasi insektisida untuk pengendalian harus disesuaikan dengan

keadaan populasi hama, intensitas serangan dan umur tanaman.Insektisida yang digunakan harus dipilih yang selektif, efektif dandiizinkan untuk digunakan pada tanaman padi.

3. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)Gejala serangan:

Hama menyerang dengan cara menusuk dan menghisap cairan batangatau pelepah daun pada bagian pangkal, sehingga menyebabkan tanamanmenjadi menguning dan mengering. Kerusakan berat tampak tanaman sepertigejala terbakar (hopperburn). Wereng coklat mengeluarkan cairan madu,yang dapat ditumbuhi cendawan jelaga, sehingga batangnya berwarnahitam. Di samping sebagai hama utama tanaman padi, wereng coklat jugadapat bertindak sebagai vektor penyakit virus kerdil rumput (grassy stunt)dan virus kerdil hama (ragged stunt).

Pengelolaan:1. Sistem tanam serempak dalam satu wilayah kelompok dengan selisih

waktu tanam < 2 minggu sehingga tidak terjadi tumpang tindih atautidak tersedia pakan terus-menerus.

2. Penanaman varietas unggul tahan wereng dapat menghambat perkembanganpopulasi dari generasi ke generasi. Pergiliran varietas untukmenghindari timbulnya biotipe baru.

3. Diusahakan persemaian jauh dari lampu dan sumber penyakit virus4. Menghindari pemupukan N secara berlebihan. 5. Eradikasi dan sanitasi tanaman 6. Memanfaatkan musuh alami seperti Anagrus sp, Tetrastichus sp, Microvelia

sp, Ophionea sp, Paederus sp.

101

7. Penggunaan insektisida dilakukan pada saat populasi dominan nimfa,dengan memperhatikan perbandingan antara wereng coklat dengan musuhalami.

4. Wereng Hijau (Nephotetix spp)Wereng hijau lebih dikenal sebagai pembawa atau vektor beberapa

penyakit padi penting seperti penyakit kerdil rumput, tungro dan kerdilkuning.

Gejala serangan:Tanaman padi yang terserang menunjukkan gejala pertumbuhan kerdil,

jumlah tunas sedikit berkurang dan berwarna kuning. Apabila seranganterjadi pada waktu tanaman masih muda, maka jumlah tunas akan sangatberkurang. Malai yang dihasilkan biasanya steril dan kecil. Gejalakerusakan tanaman padi oleh wereng lebih banyak diakibatkan seranganpenyakit padi yang dibawanya terutama penyakit tungro yang merupakanpenyakit padi terpenting di Indonesia saat ini.

Pengelolaan:Pengelolaan hampir sama dengan pengelolaan wereng coklat.

5. Ganjur (Orsealia oryzae)Hama ganjur terbatas menyerang dalam luasan sawah sempit dan

terpencar-pencar terutama di Jawa, Bali, Lombok dan Sumatera Selatan.Pada tahun 1975 sekitar 200.000 ha sawah di Jawa Tengah dan Jawa Baratterserang hama ini.

Gejala serangan: Gejala serangan berupa puru yang akan tampak 3-7 hari setelah

larva mencapai titik tumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhiperkembangan populasi ganjur diantaranya kelembaban, angin, cahaya,jenis dan jumlah pakan serta musuh alami. Kelembaban minimal 80% sangatmendukung perkembangan larva. Temperatur 26-290C sangat sesuai bagiperkembangan hama ini.

Pengelolaan:Pengamatan rutin serangan ganjur harus dimulai sejak umur 7 hari

setelah tanam. Penanaman secara serentak minimal di satu wilayahkelompok, penggunaan varietas tahan, perlakuan benih denganinsektisida.

6. Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis)

102

Bukan merupakan hama utama meskipun kadangkala dilaporkanmenyerang di Pantai Utara Jawa Barat dengan kerusakan 15%. Larva lebihcocok hidup pada tanaman padi di musim hujan. Pada musim kering larvalebih cocok hidup pada jagung. Inang hama putih palsu adalah padi,jagung, sorgum, rumput Echinocloa dan tebu.

Gejala serangan:Larva memakan daun sehingga menimbulkan bekas serangan berupa

garis-garis putih. Gejala serangan yang khas terlihat lipatan daun,larva makan dari dalam, menyebabkan daun menjadi kering dan berwarnaputih.

Pengelolaan:1. Sanitasi tanaman inang dan rumput liar di sekitar persawahan2. Budidaya tanaman sehat, sehingga adanya serangan ringan dapat

dikompensasi oleh pertumbuhan tunas.3. Pemanfaatan dengan musuh alami diantaranya Apanteles sp, Pentalitomastix

sp, predator laba-laba dan cocopet dari ordo Dermaptera

7. Kepinding tanah (Scotinophora sp)Hama ini juga bukan hama utama padi. Serangannya tersebar dan

tidak menimbulkan kerusakan ekonomis bagi petani.

Gejala serangan:Hama mengisap cairan pelepah dan batang padi. Bekas isapan

menjadi coklat dengan coklat tua pada tepinya. Daun pada rumpun yangterserang berat akan menjadi kering, lama-kelamaan semua daun keringdan akhirnya mati. Batang-batang menjadi busuk dan mudah dicabut.Tanaman yang disukai hama ini terutama bibit di persemaian dan tanamanmuda sampai 50-60 hari. Tanaman tua dapat juga terserang. Serangandewasa mampu hidup dan berkembangbiak selama 1-2 musim. Selama musimkemarau mengalami dormansi pada bongkahan tanah yang berumput. Padasaat cuaca baik dewasa terbang ke pertanaman dalam jumlah besar. Lebihmenyukai keadaan basah atau lembab.

Pengelolaan:Pembajakan dan pembenaman tunggul-tunggul padi setelah panen akan

dapat mengurangi populasinya untuk musim tanam berikutnya. Pengeringanlahan sawah dapat menghambat perkembangan hama. Pemupukan saat tanamanterserang, sehingga tanaman mampu mengkompensasi serangan. Sanitasilahan dan lingkungan dari tumbuhan inang rerumputan juga dapatmenghambat perkembangan kepinding tanah.

103

8. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)Hama yang menyerang bulir padi ini merupakan hama yang menyerang

secara sporadis di lokasi perswahan yang menyebar. Hama ini menimbulkanmasalah di persawahan di luar Jawa. Di Sulawesi Selatan pernahdimasukkan sebagai salah satu hama padi utama. Walang sangit mulai aktif pada awal musim hujan setelahmenyelesaikan 1-2 generasinya pada rerumputan. Kepadatan populasimeningkat pada kondisi tanaman padi sedang berbunga, cuaca hangat dangerimis. Hujan lebat dapat menurunkan kepadatan populasi.

Gejala serangan: Butir padi yang terserang hama ini akan menjadi hampa sebab cairan

selnya telah habis dihisap. Butir padi yang setengah hampa akan mudahpecah jika masuk dalam penggilingan. Butir padi bekas tertusuk walangsangit warnanya berubah menjadi coklat atau kehitam-hitaman sebagianatau seluruhnya. Kerusakan berat akan terjadi apabila walang sangitdewasa menyerang padi pada saat malai berbunga.

Pengelolaan:1. Tanam serempak untuk membatasi ketersediaan makanan yang sesuai2. Pemanfaatan tanaman perangkap3. Penanaman tanaman resisten4. Pemanfaatan musuh alami seperti Conocephalus longipenis, Gryon nixoni,

Beauveria bassiana

B. HAMA-HAMA JAGUNG

Urutan pentingnya hama-hama jagung di Indonesia saat ini adalah 1)Tikus, 2) Penggerek Tongkol, 3) Penggerek Batang , 4) Lalat bibit dan5) Ulat grayak. Perilaku, gejala serangan dan pengendalian hama Tikussudah dijelaskan di depan.

1. Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera)Gejala serangan:

Biasanya selain menyerang tongkol jagung juga menyerang pucuksehingga bunga jantan tidak terbentuk akibatnya hasilnya berkurang.Telur diletakkan secara terpencar pada daun, pucuk dan bunga pada malamhari. Biasanya telur diletakkan pada tanaman jagung umur + 2 minggusetelah tanam.

104

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serentak3. Mengumpulkan ulat kemudian mematikannya

2. Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis)Gejala serangan:

Serangan pada daun dapat menimbulkan bercak putih pada permukaandaun. Serangan pada pucuk daun yang masih menggulung dapat menimbulkangejala berlubang dalam barisan yang melintang daun. Ulat tua menggerekke dalam batang yang menimbulkan lubang pada ruas dan meninggalkankotoran bekas gerekan.

Pengelolaan:Rotasi tanaman, tanam serentak, pemangkasan bunga jantan

3. Lalat Bibit (Atherigona oryzae)Gejala serangan:

Serangan terjadi pada tanaman umur 5-7 hari setelah tanam dengantanda-tanda tanaman layu sebagai akibat kematian titik tumbuh.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan jagung dan padi2. Tanam serempak dengan selisih waktu kurang dari 10 hari3. Tanam lebih awal pada musim penghujan

C. HAMA-HAMA KEDELAI

Berbeda dengan padi sawah, kedelai mempunyai banyak jenis hamayang menyerang sejak di fase pembibitan sampai fase polong. Hamatanaman merupakan faktor pembatas utama produksi kedelai di Indonesia.Karena serangan hama tinggi, produksi selalu rendah sehingga kita tidakmampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional yang selalu meningkat setiaptahunnya. Saat ini kita harus mengimpor kedelai lebih dari satu jutaton. Karena banyak serangan hama, penggunaan pestisida kimia relatifsangat tinggi, rata-rata satu musim aplikasi pestisida sekitar 4-5kali.

Urutan 6 besar hama-hama kedelai adalah: 1) Lalat kacang, 2)Penggerek polong, 3) Tikus, 4) Ulat grayak, 5) Penggulung daun dan 6)ulat jengkal. Di samping menghadapi serangan hama kedelai jugamenghadapi serangan banyak penyakit virus yang vektornya adalahserangga Bemisia sp dan Aphis sp.

105

Hama-hama kedelai dapat dikelompokkan menurut fase pertumbuhankedelai yang diserang yaitu:a. Lalat menyerang bibit seperti Agromyza sp b. Hama-hama pemakan daun seperti Spodoptera sp, Phaedonia sp, Plusia spc. Hama-hama pengisap daun seperti Empoasca sp, Bemicia sp, Aphis spd. Hama-hama pegisap polong seperti Riptortus sp, Nezara spe. Hama-hama penggerek polong seperti Etiella sp dan Heliothis sp.

Berikut diuraikan sedikit sifat, perilaku dan cara pengendalianhama-hama kedelai menurut urutan bahayanya.

1. Lalat Kacang (Agromyza phaseoli)Paling sedikit ada 3 spesies lalat kacang yaitu A. phaseoli, A. ojae dan

A. dolichostigma. Yang pertama merupakan yang paling penting. Stadia larvamerupakan stadia yang merusak tanaman kedelai fase perkecambahan dantanaman muda.

Gejala serangan:

Gejala awal berupa tanda bintik-bintik putih pada keping biji,daun pertama atau daun kedua. Bintik-bintik tersebut merupakan bekastusukan alat peletak telur pada pangkal kotiledon dan pangkal daun.Pada keping biji dan pasangan daun pertama terdapat alur atau garisberkelok-kelok berwarna coklat yang merupakan lubang gerekan. Akibatgerekan jaringan pengangkut terputus, sehingga akar mati tanaman layudan mati. Kematian tanaman dijumpai pada tanaman berumur 14-30 hari.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman non Leguminosae2. Seed treatment3. Penggunaan mulsa jerami4. Tanam serentak dengan selisih waktu antara tanam awal dan tanam

akhir tidak lebih dari 10 hari, dilakukan pada areal yang cukupluas.

2. Penggerek polong (Etiella zinckenella)Gejala serangan:

Tanda serangan berupa lubang gerekan berbentuk bundar pada kulitpolong. Apabila terdapat dua lubang gerek pada polong tersebut berartiulat sudah pergi. Di dalam polong terserang terdapat butir-butirkotoran ulat yang berwarna kuning atau coklat muda yang menggumpal.Akibat serangan hama ini dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil

106

panen. Telur diletakkan pada malam hari, pada bagian bawah kelopakbunga atau pada polong secara berkelompok. Populasinya tinggi pada saatmusim kemarau daripada musim hujan.

Pengelolaan:1. Pemantauan dini2. Tanam serempak pada areal yang luas3. Sanitasi terhadap inang alternatif4. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang5. Untuk daerah endemis penggerek polong, perlu diterapkan penanaman

tanaman perangkap.6. Pemanfaatan musuh alami seperti Apanteles sp, Trichogramma sp,

Tachinidae, predator Lycosa sp dan Oxyopes sp7. Pengendalian dengan insektisida efektif dilakukan apabila populasi

hama telah mencapai ambang pengendalian

3. Ulat Grayak (Spodoptera litura)Gejala serangan:

Larva muda secara bergerombol makan epidermis bawah daunsehingga menimbulkan gejala transparan, yang tersisa hanya tulang-tulang daun dan epidermis bagian atas, daun yang rusak tampak berwarnakeputih-putihan. Serangan ulat instar awal dapat menimbulkan gejalatransparan pada daun, sedang serangan oleh ulat instar akhir dapatmenimbulkan gejala berupa berlubang pada daun bahkan polong termakanhabis.

Pengelolaan:1. Pemantauan terhadap kelompok instar 1 atau gejala awal daun yang

tampak keputih-putihan dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur14 HST

2. Melakukan tanam serentak dan pergiliran tanaman3. Pengendalian dini setelah ditemukan populasi4. Pengendalian secara fisik dan mekanik yakni dengan mengumpulkan

kelompok telur dan larva kemudian dimusnahkan5. Penggunaan Sl NPV6. Pemanfaatan musuh alami predator Carabidae, Reduviidae, parasitoid

Telenomus, Tachinidae, Ichneumonidae7. Pengendalian dengan insektisida secara spot treatment dibatasi sampai

dengan instar 3

107

4. Ulat Penggulung Daun (Lamprosema indicata)Gejala serangan:

Ulat merusak tanaman kedelai berumur 3-4 minggu setelah tanam.Ulat makan dari gulungan daun. Apabila gulungan tersebut dibuka, daunakan tampak tinggal tulang-tulangnya. Ulat diam di dalam gulungan daunyang direkatkan satu sama lain dengan benang air liurnya. Ulatmembentuk kepompong di dalam gulungan daun tersebut.

5. Ulat Jengkal (Plusia chalcites) Ulat jengkal berwarna hijau dan bergerak seperti menjengkal,

bentuk larva tua mempunyai ciri khas. Ulat jengkal menyerang tanamankedelai berumur muda dan tua. Dalam satu musim tanam hanya dijumpaisatu generasi. Daun yang terserang ulat pada populasi tinggi tinggaltulang daun saja atau bahkan habis sama sekali. Pada tahun 1983 luasserangan hama ini mencapai 24000 ha dengan intensitas serangan 40%.

5. Kepik Hijau (Nezara viridula)Gejala serangan:

Nimfa dan dewasa menghisap cairan biji kedelai. Serangan pada fasepembentukan dan pertumbuhan polong/biji menyebabkan polong/biji kempis,mengering dan gugur. Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan bijimenjadi hitam dan busuk. Serangan pada polong tua menyebabkan kualitasbiji menurun karena ada biji hitam pada biji atau biji menjadi keriput.

Gejala serangan jelas terlihat kulit biji dan kulit polong bagiandalam berupa bintik hitam atau coklat.

Pengelolaan:1. Sanitasi tanaman inang liar jauh sebelum tanam2. Pengamatan terutama dilakukan pada tanaman perangkap. Pengamatan

dilakukan pada umur 42, 49, 56, 63, dan 70 HST terhadap imago, telurdan nimfa.

3. Penggunaan pestisida dilakukan apabila populasi mencapai ambangpengendalian yang mungkin terjadi hanya pada tanaman perangkap

7. Kepik Polong (Riptortus linearis)Tingkat kerusakan secara ekonomis di lapang sulit untuk

diperkirakan karena biasanya terjadinya kerusakan bersamaan denganpengisap polong lainnya.

Gejala serangan:Kepik menyerang polong dan biji. Serangan pada fase perkembangan

biji dan pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji kempis,

108

kemudian mengering dan polong dapat gugur. Serangan pada fase pengisianbiji menyebabkan biji menjadi hitam dan busuk. Serangan pada polong tuamenyebabkan kualitas biji menurun karena adanya bintik-bintik hitampada biji atau biji menjadi keriput. Gejala serangan jelas terlihatpada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam ataucoklat. Kerusakan pada biji dan kulit polong disertai dengan seranganjamur.

8. Kutu Hijau (Aphis sp)Kutu hidup dalam koloni dan perkembangbiakan secara

parthenogenesis sehingga populasi dapat meningkat dengan cepat.Ekskresi kutu hijau menghasilkan embun madu yang dapat merangsangtumbuhnya cendawan jelaga yang menutupi permukaan daun dan polongsehingga mengganggu fotosintesis. Populasi kutu hijau dipengaruhi olehcurah hujan yang dapat menurunkan populasi. Kutu hijau berperan sebagaivektor penyakit virus kedelai antara lain virus kerdil kedelai, virusmosaik kuning dan virus kate kedelai.

Pengelolaan:1. Tanam serentak pada areal yang cukup luas2. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya3. Menanam varietas toleran (berbulu tegak)4. Penggunaan benih bermutu dan sehat5. Pemantauan sedini mungkin6. Pencabutan tanaman muda yang terserang virus7. Pemanfaatan musuh alami diantaranya predator Coccinelidae, Menochilus

sexmaculata, Harmonia octomaculata, Verania lineata.

9. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)Serangan berat akan terjadi terutama pada musim kemarau karena

didukung dengan suhu yang tinggi.

Gejala serangan:Nimfa dan kutu dewasa mengisap cairan daun. Ekskreta kutu kebul

menghasilkan embun madu yang merupakan medium tumbuh cendawan jelagasehingga sering tanaman tampak berwarna hitam. Hama ini juga bertindaksebagai vektor penyakit Cowpea Mild Mottle Virus (CMMV) yang menyebabkantanaman kerdil dan daunnya belang-belang kuning tersamar. Hamamenyerang tanaman sejak tanaman membentuk daun pertama dan puncakpopulasinya terjadi pada fase setelah pembungaan.

Pengelolaan:

109

1. Tanam serentak dengan kisaran waktu tidak lebih dari 10 hari2. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang3. Menanam varietas toleran4. Pemanfaatan musuh alami parasitoid Encarsia sp dan beberapa jenis

kumbang Coccinelidae antara lain Menochilus sp, Scymnus sp

10. Kumbang Daun (Phaedonia inclusa)Imago dan larva dapat merusak daun, batang pucuk, tangkai daun

pucuk, kuncup daun, kuncup bunga, bunga, polong muda dan kulit polongbagian luar yang telah berisi penuh sampai polong menguning. Akibatserangan hama ini daun kedelai menjadi gundul dan dapat menurunkanproduksi atau bahkan tanaman tidak menghasilkan sama sekali.

Gejala serangan:Serangan larva dan dewasa dapat berlangsung pada fase pertumbuhan

tanaman. Daun tampak berlubang dan polong muda luka-luka, sedang padapolong tua kulitnya yang dimakan. Serangan lebih lanjut pada tangkaidaun dan batang pucuk menyebabkan daun dan pucuk terkulai layu kemudianmengering.

Pengelolaan:1. Pemantauan dilakukan tiap minggu sampai tanaman berumur 49 HST2. Tanaman serentak dan pergiliran tanaman penting untuk menurunkan

infestasi awal3. Penurunan populasi dapat dilakukan dengan cara pengumpulan dan

pemusnahan imago dan larva pada pagi dan sore hari.4. Pemanfaatan musuh alami predator telur, larva dan pupa yaitu

Solenopsis geminata.

D. HAMA-HAMA UBI KAYU DAN UBI JALAR

1. Tungau merah (Tetranychus urticae)Gejala serangan:

Tanaman ubi kayu yang terserang berat, permukaan bagian bawahmenjadi kusut oleh adanya anyaman-anyaman halus. Daun dapat kehilangankhlorofil dan mengakibatkan daun kelihatan menguning, kemudian berubahmenjadi coklat dan gugur seluruhnya. Serangan berat terjadi pada musimpanas, sebaliknya pada musim hujan populasinya berkurang karena tercucioleh air hujan.

Pengelolaan:Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang

110

2. Hama Boleng (Cylas formicarius)Gejala Serangan:

Umbi yang terserang terdapat lubang, terutama di dekat pangkalbatang. Di samping itu kumbang juga membuat lubang lain untukmeletakkan telur. Setelah telur menetas biasanya larva langsungmenggerek ke dalam daging umbi dan membuat lorong gerekan. Akibatnyaubi akan terasa pahit.

Pengelolaan:1. Mengatur waktu tanam, yaitu menanam pada awal musim kemarau2. Melakukan penggenangan3. Menanam varietas yang pertumbuhan ubinya agak masuk ke dalam tanah4. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang

E. KACANG TANAH

Tanaman kacang lebih banyak menghadapi serangan penyakit daripadaserangan hama tanaman. Salah satu hama kacang tanah adalah werengkacang tanah.

Wereng Kacang Tanah (Empoasca flavescens)Nimfa dan dewasa mengisap cairan sel daun sehingga bagian ujungnya

menjadi kekuningan. Daun yang terserang menjadi kaku dan menebal.Akibat serangan berat, tanaman menjadi kerdil dan daun mudah rontok.Selain mengakibatkan tanaman kehilangan cairan, bekas tusukan alatmulut serangga dapat menimbulkan kematian jaringan sehingga timbulgejala daun keriting.F. KACANG PANJANG

Faktor penghambat produksi dan kualitas kacang panjang adalahbeberapa hama tanaman terutama yang menyerang polong sehinggamenurunkan kualitas hasil. Pengendalian hama yang lebih seringdigunakan adalah penggunaan pestisida kimia.

1. Kutu Tanaman (Aphis craccivora)Gejala serangan:

Tanaman yang terserang oleh kutu ini menyebabkan bunga menjaditidak merekah, dan apabila menyerang pada buah muda menyebabkan buahmenjadi keriput dan tidak dapat memanjang. Di samping sebagai hama,serangga ini juga bertindak sebagai vektor penyakit virus.

111

2. Penggerek Polong (Etiella sp)Ulat masuk dan menggerek ke dalam polong kacang panjang sehingga

terlihat bekas gerekan (lubang gerek) berwarna hitam. Kupu tersebutsering ditemukan di sekitar tanaman, terutama yang sedang berbunga atauberbuah muda.

3. Nezara viridulaKepik dan nimfa dewasa mengisap cairan polong kacang. Cara merusak

dengan menusukkan alat mulutnya pada kulit kacang terus ke bijikemudian mengisap cairan yang ada di dalam biji. Serangan kepik inimenyebabkan biji menjadi hitam dan busuk sehingga kualitas biji menurunkarena adanya bintik-bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput.

document.docMateri 10

PENGELOLAAN HAMA TANAMAN HORTIKULTURA

Tujuan:1. Mempelajari dan memahami jenis-jenis hama utama tanaman hortikultura

112

2. Mempelajari dan memahami pelaksanaan PHT pada tanaman hortikultura

Materi:

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Tanaman Hortikultura sangat penting untuk pemenuhan gizi panganbagi kesehatan dan kebugaran tubuh kita. Tubuh kita memerlukan giziyang berasal dari sayuran dan buah-buahan. Di samping untuk pemenuhangizi juga untuk pemenuhan rasa keindahan khususnya untuk tanaman hias.Di Indonesia banyak sekali jenis tanaman hortikultura tropika yangbernilai gizi, ekonomi dan keindahan yang tinggi sehingga dapat menjadiobyek agribisnis yang sangat menguntungkan. Karena banyaknya jenistanaman hortikultura, kita kelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu:1. Tanaman Sayuran yang terdiri atas Sayuran Dataran Tinggi dan Sayuran

Dataran Rendah2. Tanaman Buah-buahan3. Tanaman Hias

Tanaman hortikultura mempunyai potensi ekonomi yang besar untukdikembangkan, tetapi sayangnya perhatian pemerintah, peneliti danmasyarakat terhadap pengembangan teknologi budidaya dan usaha tanitanaman hortikultura sangat sedikit dibandingkan dengan padi dantanaman pangan lainnya. Karena itu, dibandingkan dengan negara-negaralain seperti Thailand, Malaysia, Cina dan Australia kita sangatketinggalan. Tidak heran bila saat ini pasar sayuran dan buah-buahan dinegara kita banyak dikuasai oleh produk-produk impor. Data tentangproduksi dan ekspor hortikultura dari Indonesia tidak meningkat daritahun ke tahun, malahan cenderung merosot.

Kendala utama budidaya tanaman hortikultura adalah kurangtersedianya benih bermutu, kesuburan tanah yang semakin menurun, danancaman serangan hama dan penyakit. Kehilangan hasil panen tanamanhortikultura yang diakibatkan serangan hama berkisar antara 46 sampai100% atau gagal panen. Karena ketakutan petani terhadap serangan hamadan penyakit, petani hortikultura sangat menggantungkan diri padapenggunaan insektisida dan fungisida. Penyemprotan dengan pestisida disayuran dan beberapa jenis buah-buahan sangat intensif, seperti kubisdapat mencapai 20 kali dalam satu musim. Pengeluaran untuk pestisidapada tanaman kubis rata-rata 30% dari biaya produksi, sedangkan dikentang dapat mencapai 40%, tomat 50% dan cabai sampai 51%. Tentu sajakeadaan ini tidak efisien dan sangat berbahaya bagi kesehatan danlingkungan.

113

Keadaan petani hortikultura Indonesia berbeda dengan petanihortikultura di luar negeri yang usahanya sudah padat teknologi danpadat modal. Petani horti di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3menurut pengusahaan lahannya yaitu: 1) petani horti di pekarangan, 2)petani horti komersial di dataran rendah, dan 3) petani horti komersialdi dataran tinggi. Petani horti pekarangan umumnya menanam berbagaijenis sayuran dan buah-buahan di pekarangan untuk kepentingan konsumsikeluarga. Sedangkan petani horti komersial memang mengusahakan untukmemperoleh produksi dan keuntungan. Namun ketiga kelompok mempunyaiciri yang sama yaitu luas lahan yang terbatas dan modal yang pas-pasan.Kita belum mempunyai semacam usaha “perkebunan” sayuran atau perkebunanbuah-buahan seperti di luar negeri. Oleh karena itu umumnya petanihorti di Indonesia belum banyak menguasai teknologi budidaya tanamandan perlindungan tanaman yang memadai, sehingga mereka sangattergantung pada kebiasaan petani di sekitarnya. Dengan demikian usahahortikultura belum efisien dan ongkos produksi tinggi.

Pada era perdagangan global sekarang sangat sulit untuk mengeksporproduk hortikultura karena kandungan pestisida yang tinggi, sepertitelah terjadi banyak kubis dan kentang yang berasal dari Tanah Karo diSumatera Utara tidak dapat masuk Singapura dan Malaysia karenakandungan residu pestisida. Produk buah-buahan Indonesia pada tahun2002 ditolak oleh negara Taiwan kerana mengandung lalat buah.

Sejak tahun 1990 sampai 1998 Pemerintah melaksanakan pelatihan PHTuntuk lebih dari 50.000 petani hortikultura di beberapa propinsi yangmeliputi petani kubis, kentang, bawang merah, dan cabai merah. Darievaluasi terhadap penerapan PHT oleh petani pada tanaman hortikulturaterlihat bahwa untuk tanaman kubis dan kentang petani dapat mengurangipenggunaan pestisida sampai 80%, peningkatan produksi dan kualitasproduk sehingga sangat menguntungkan. PHT tanaman cabe dan bawang merahjauh lebih baik hasilnya dibandingkan kebiasaan petani namun belumsebaik petani kubis dan kentang.

Dari hasil-hasil sementara tersebut dapat disimpulkan bahwa satu-satunya cara memperbaiki produksi dan kualitas produksi tanamanhortikultura adalah menerapkan dan mengembangkan teknologi PHT yangsesuai dengan jenis tanaman, lokasi lahan, dan kondisi sosial ekonomipetani. Untuk dapat mengembangkan teknologi PHT yang sesuai diperlukanbanyak kegiatan penelitian dan pengkajian.

JENIS-JENIS HAMA HORTIKULTURA DAN CARA PENGENDALIANNYA

Karena banyaknya jenis tanaman hortikultura di Indonesia yang akandiuraikan hanya terbatas pada jenis tanaman horti yang penting dilihat

114

dari prospek bisnis, sedangkan jenis hama hanya dijelaskan hama-hamautama yang pada 5 tahun terakhir ini menimbulkan masalah.

Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1995 terdapat 2 jenis hama“baru” yang kemudian menimbulkan masalah serius di pertanaman sayuranterutama menyerang tanaman kentang. Dua jenis hama tersebut adalah hamapengorok daun (Lyriomyza huidobrensis) dan Nematoda Sista Kuning (Globoderarostochiensis). Hama Lyriomyza bukan hama “asli” di Indonesia tetapiberasal dari daerah subtropik. Hama ini terbawa ke Indonesia karenaulah para penggemar tanaman hias yang mengimpor bunga krisan dari Eropamelewati pemeriksaan petugas karantina tumbuhan di pintu masuk. Setelahtahun 1995 hama ini menyerang semua pusat tanaman kentang dan tanamanhorti lainnya. Hama nematoda NSK baru diketahui memasuki Indonesia padatahun 2002 yang lalu, terbawa oleh bibit kentang yang diimpor melaluiPelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Saat ini NSK telah tersebar di semuapusat tanaman kentang di Indonesia.

Salah satu jenis hama penting yang menyerang buah-buahan adalahlalat buah (Batrocera spp) yang seringkali menjadi pembatas produksi danekspor buah-buahan di Indonesia seperti nangka dan jambu. Namun denganpenggunaan zat atraktan seperti metil eugenol dan tanaman selasih,pengendalian lalat buah dapat mengurangi kerugian petani buah-buahanoleh lalat buah.

A. KELOMPOK SAYURAN Kelompok Sayuran meliputi tanaman-tanaman sayuran dataran tinggi(KUBIS, KENTANG, TOMAT) dan sayuran dataran rendah (CABAI, dan BAWANGMERAH)1. KUBIS

a. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)Gejala serangan:

Ulat tanah merusak tanaman yang baru ditanam atau tanamanmuda. Tanda serangan pada tanaman muda berupa gigitan larva padapangkal batang atau sama sekali terpotong, sehingga dapatmenimbulkan kerusakan berat. Serangan berat terjadi di awal musimkemarau.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pengolahan tanah yang baik4. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman dan

mematikannya5. Pemasangan umpan beracun

115

b. Ulat Daun (Plutella xylostella)Gejala serangan:

Tanaman yang diserang adalah tanaman muda. Seringkali jugamerusak tanaman kubis yang sedang membentuk krop. Larva makanpermukaan bawah daun kubis dan meninggalkan lapisan epidermisbagian atas. Setelah jaringan daun lapisan epidermis pecahsehingga terjadi lubang-lubang pada daun. Kerusakan beratmengakibatkan tanaman kubis hanya tinggal tulang daun saja.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Mengumpulkan larva di sekitar tanaman dan mematikannya

c. Ulat Krop (Crocidolomia binotalis)Gejala serangan:

Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis danmeninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva instarketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubissehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati ataubatang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman dan

mematikannya

2. KENTANGa. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gejala serangan:Gejala biasanya terlihat pada pagi hari dengan adanya tanaman

muda yang rebah karena dipotong oleh ulat di bagian pangkalbatang.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pengolahan tanah yang baik4. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman dan

mematikannya

116

5. Pemasangan umpan beracun

b. Penggerek Umbi (Pthorimaea operculella)Gejala serangan:

Daun yang terserang terlihat warna merah tua dan adanyajalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu.Kadang-kadang daun kentang menggulung yang disebabkan karena larvatelah merusak permukaan daun sebelah atas, kemudian bersembunyidalam gulungan daun tersebut. Gejala serangan pada umbi dapatdilihat dengan adanya kelompok kotoran berwarna coklat tua padakulit umbi. Apabila umbi dibelah, akan kelihatan “alur-alur” yangdibuat ulat sewaktu memakan umbi. Kerusakan berat pada pertanamankentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudangpenyimpanan, OPT tersebut merusak bibit kentang yang disimpanselama 3-5 bulan sebelum tanam.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pengolahan tanah yang baik

c. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)Gejala serangan:

Kerusakan secara langsung akibat serangan kutu daun persiksebenarnya tidak terlalu merugikan. Kutu daun persik mengisapcairan daun, sehingga menyebabkan daun berkerut/keriting,tumbuhnya kerdil, kekuningan, daun-daunnya terpuntir, menggulungdan kemudian layu dan mati. Gejala yang lebih penting adalahgejala karena kerusakan secara tidak langsung, yaitu seranganpenyakit virus yang ditularkan oleh kutu ini. Kutu daun persikmerupakan vektor penyakit tanaman kentang antara lain PVA, PVY,PVM, dan PLRV.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Penyemprotan dengan insektisida selektif dan efektif

d. Lalat Pengorok Daun (Lyriomyza huidobrensis)Gejala serangan:

117

Lalat pengorok memakan daun dengan cara masuk ke dalamjaringan daun. Akibat serangan hama ini terdapat alur-alur padadaun yang dapat mempengaruhi fotosintesis.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak

e. Nematoda Sista Kuning (Globodera rostochiensis)Gejala serangan:

Pertanaman kentang berumur 70-80 hst yang terserang nematodatampak daun-daun klorosis (menguning).

Pengelolaan:1. Pengolahan tanah2. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang

3. CABAI a. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gejala serangan:Ulat tanah merusak tanaman yang baru ditanam atau tanaman

muda. Tanda serangan pada tanaman muda berupa gigitan larva padapangkal batang atau sama sekali terpotong, sehingga dapatmenimbulkan kerusakan berat. Larva dewasa kadang-kadang membawapotongan-potongan tanaman ke tempat persembunyiannya.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pengolahan tanah yang baik4. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman dan

mematikannya5. Pemasangan umpan beracun6. Pemanfaatan musuh alami seperti Metarrhizium sp.

b. Kutu daun persik (Myzus persicae)Gejala serangan:

Serangan berat pada tanaman cabai muda (umur < 3 minggu) bilainfestasinya tinggi daun akan berkerut keriting, tanaman akantumbuh kerdil, layu dan kemudian mati.

Pengelolaan:

118

1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak

c. Trips (Thrip palmi)Gejala serangan:

Stadium Thrips yang sangat merugikan adalah stadium nimfa danimago. Thrips menyerang tanaman dengan jalan menggaruk permukaandaun dan bunga, selanjutnya mengisap cairan sel tanaman. Gejalaserangan pada daun akan terlihat bercak-bercak klorosis berwarnaputih keperakan pada permukaan bagian bawah daun yang akanmenyebabkan daun berkerut dan terpuntir. Bila serangan beratpermukaan daun akan berkerut atau sedikit menggulung yang didalamnya benyak ditemukan Thrips.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak

d. Kutu Daun Kapas (Aphis gossypii)Gejala Serangan:

Serangan berat dapat terjadi apabila infestasi terjadi padatanaman muda (< 3 minggu), dengan gejala daun berkerut keriting,tanaman akan tumbuh kerdil, layu dan kemudian mati.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman2. Pengamatan secara teratur 3. Mengumpulkan kutu kemudian dimatikan

e. Lalat buah (Batrocera dorsalis)Gejala serangan:

Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengantitik hitam pada pangkal buah, kemudian buah membusuk dan jatuh ketanah. Hal ini disebabkan belatung memakan bagian dalam dan dagingbuah sehingga terjadi saluran-saluran di dalam buah. Buah yangterserang menjadi busuk, selanjutnya jatuh ke tanah.

Pengelolaan:1. Tanam serempak2. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang3. Mengumpulkan buah busuk yang rontok kemudian dibakar4. Menggunakan perangkap beracun

119

5. Penyemprotan insektisida yang efektif dan selektif apabiladitemukan serangan sedang.

f. Ulat grayak (Spodoptera litura)Gejala serangan:

Larva makan dengan cara menyayat permukaan dau. Gejalaserangan yang ditimbulkan adalah bercak-bercak putih transparanpada daun, karena bagian daging daun dimakan sedangkan bagianepidermis atas ditinggalkan. Ulat dewasa memakan seluruh bagiandaun dengan meninggalkan bagian tulang daunnya. Pada seranganberat tanaman akan gundul.

Pengelolaan:1. Penanaman tanaman bukan inang2. Mengumpulkan larva di sore/malam kemudian dimatikan3. Penyemprotan dengan pestisida yang selektif

g. Nematoda puru (Meloidogyne sp)Gejala serangan:

Tanda kerusakan yang tampak pada bagian tanaman di ataspermukaan tanah adalah tampak pertumbuhan yang kerdil, daunklorosis, pada cuaca panas daun-daun cepat layu dibanding tumbuhansehat, daun-daun banyak yang gugur, tumbuhan tampak gundul,kadang-kadang tinggal daun pucuk. Tanda kerusakan pada bagiantanaman di dalam tanah diantaranya dekat ujung akar tampakkerusakan mekanis, berupa bercak berwarna coklat hitam, terutamapada infeksi populasi yang tinggi, terdapat kecenderunganpembentukan akar-akar cabang lebih sedikit daripada tumbuhannormal. Tampak adanya puru pada akar-akar utama.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inagn2. Di daerah endemik dilakukan perlakuan tanah dengan nematisida

yang efektif jika dijumpai serangan sedang.

4. BAWANG MERAH a. Ulat bawang (Spodoptera exigua)

Gejala serangan:Bagian tanaman yang diserang adalah daunnya, baik pada

tanaman muda atau pada tanaman tua. Larva muda melubangi bagianujung daun kemudian masuk dan memakan daging daun bagian dalam,sedangkan epidermis bagian luar ditinggalkan. Akibat serangan

120

tersebut pada daun terlihat bercak-bercak putih menerawang tembuscahaya dan akhirnya terkulai dan mengering. Pada serangan beratseluruh bagian daun dimakannya.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pemusnahan kelompok telur di ujung daun

b. Trips (Thrip tabaci)Gejala Serangan:

Stadium nimfa dan imago merusak tanaman dengan caramenggaruk atau meraut jaringan daun dan mengisap cairan selutamanya pada daun yang masih muda. Gejala serangan yang terlihatadalah daun bernoda putih mengkilat seperti perak, kemudianmenjadi kecoklat-coklatan dengan bintik hitam. Pada serangan beratseluruh areal terlihat putih dan akhirnya tanaman akan mati.Serangan berat biasanya terjadi pada suhu rata-rata di atas normaldisertai dengan hujan rintik-rintik dan kelembaban udara di atas70%. Pada suhu tinggi atau dingin Thrips akan musnah.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman2. Tanam serentak3. Waktu tanam pertengahan April, awal Mei atau September4. Penyemprotan insektisida efektif bila ditemukan tingkat

serangan sedang

5. TOMATa. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Gejala serangan:Ulat tanah merusak tanaman yang baru ditanam atau tanaman

muda. Tanda serangan pada tanaman muda berupa gigitan larva padapangkal batang atau sama sekali terpotong, sehingga dapatmenimbulkan kerusakan berat. Larva dewasa kadang-kadang membawapotongan-potongan tanaman ke tempat persembunyiannya.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Pengolahan tanah yang baik

121

4. Mengumpulkan ulat pada sore/malam hari di sekitar tanaman danmematikannya

5. Pemasangan umpan beracun

b. Ulat Buah (Helicoverpa armigera)Gejala serangan:

Ulat ini menyerang buah tomat dengan cara masuk ke dalam buahdan memakannya dari dalam. Buah akan tampak berlubang sehinggamenurunkan kualitas.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang2. Tanam serempak3. Mengumpulkan ulat kemudian mematikannya4. Pemberian insektisida butiran melalui tanah pada saat menjelang

berbunga5. Penyemprotan insektisida yang selektif

c. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)Gejala serangan:

Kutu menyerang permukaan daun bagian bawah. Kutu tersebutakan mengisap cairan daun sehingga daun akan berkerut yang akanmempengaruhi fotosintesis.

Pengelolaan:1. Pergiliran tanaman2. Tanam serempak3. Mengumpulkan ulat kemudian mematikannya

C. KELOMPOK BUAH-BUAHAN

1. JERUKa. Kutu loncat jeruk (Diaphorina citri)

Gejala serangan:Kerusakan karena aktivitas kutu loncat adalah daun jeruk

menjadi berkerut-kerut, menggulung atau kering dan pertumbuhannyamenjadi terhambat serta tidak sempurna. Selain daun muda, kutu inijuga mengisap cairan sel pada tangkai daun, tunas-tunas muda ataujaringan tanaman. Gejala lainnya adalah hasil sekresi ataukotorannya berupa benang berwarna putih dan bentuknya menyerupaispiral.

122

Pengelolaan:1. Memanfaatkan keberadaan musuh alami antara lain predator Curinus

coreluos, Coccinella repanda, jamur Metarhizium sp. 2. Pengendalian secara kimiawi hendaknya dilakukan saat tanaman

menjelang dan ketika bertunas.

b. Kutu Daun (Toxoptera citricidus)Gejala serangan:

Kerusakan karena hama ini tampak pada bagian tanaman mudaseperti daun dan tunas. Daun yang terserang akan berkerut dankeriting serta pertumbuhannya terhambat. Pada bagian tanaman disekitar aktivitas kutu daun tersebut terlihat adanya kapang hitamyang tumbuh pada sekresi.

Pengelolaan:1. Di alam populasi kutu daun dikendalikan oleh musuh alami.2. Secara kultur teknis dengan menggunakan mulsa jerami di

bedengan pembibitan jeruk agar dapat menghambat perkembanganpopulasi kutu.

c. Kutu Perisai (Lepidosaphes sp)Gejala serangan:

Bagian tanaman jeruk yang terserang adalah daun, buah dantangkai. Serangan kutu tersebut menyebabkan daun berwarna kuning,terdapat bercak-bercak klorotis dan seringkali membuat daunmenjadi gugur. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkanranting dan cabang menjadi kering. Jika serangan terjadi disekeliling batang, akan menyebabkan buah gugur. Serangan pada buahmengakibatkan buah tampak kotor.

Pengelolaan:1. Musuh alami sangat menentukan perkembangan populasi kutu sisik.

Oleh karena itu keberadaannya perlu diperhatikan.2. Pengendalian secara kimiawi hendaknya menggunakan insektisida

yang bersifat selektif.

d. Ulat Penggerek Buah (Citripestis sagitiferella)Gejala serangan:

Ulat menggerek buah sampai ke daging buah sehingga terlihatbekas lubang yang mengeluarkan getah seperti blendok, kadang-kadang tertutup dengan kotoran. Bagian buah yang terserang adalahseparuh bagian bawah dan apabila parah, buah akan busuk dan gugur.

123

Pengelolaan:1. Untuk mencegah peletakan telur sebaiknya dilakukan pembungkusan

pada buah jeruk yang masih muda.2. Memetik buah jeruk yang telah terserang dengan interval setiap

10 hari kemudian menguburnya cukup dalam3. Pemanfaatan musuh alami seperti parasit telur Trichogramma sp

dan Bracon sp.4. Pengendalian secara kimiawi pada saat telur belum menetas.

Larva yang baru keluar akan segera terbunuh sebelum sempatmenggerek.

e. Kutu dompolan (Planococcus citri)Gejala serangan:

Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarnakuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Padabagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi kutu-kutu putihseperti kapas.

Pengelolaan:1. Memanfaatkan musuh alami dengan cara menghindarkan penggunaan

insektisida yang berlebihan2. Mengatur kepadatan tajuk tanaman agar agar tidak terlalu padat

dan saling menaungi3. Mencegah datangnya semut yang sering memindahkan kutu

2. MANGGAa. Procontariana matteina

Gejala serangan:Daun yang terserang hama ini ditandai dengan adanya bisul-

bisul kecil pada permukaan dan bawah daun. Ulat akan meninggalkanbekas lubang pada saat ulat keluar meninggalkan jaringan daun.Dalam satu daun tampak terdapat banyak sekali bintil-bintil kecilyang menyebabkan terganggunya proses fotosistesis sehinggamenghambat pertumbuhan tanaman.

Pengelolaan:Sanitasi lingkungan merupakan salah satu alternatif terbaik

untuk mengendalikan hama ini.

b. Penggerek cabang mangga (Rhytidodera simulans)Gejala serangan:

124

Pada bagian cabang atau ranting yang terserang terdapatlubang dan alur gerek berwarna hitam. Apabila tertiup angin,cabang akan mudah patah, daunnya tampak layu, lama-lama kering danmati. Lubang-lubang bekas gerekan dapat menyebabkan infeksi olehserangan organisme lain.

Pengelolaan: Pengendalian mekanik dengan cara memangkas cabang dan ranting

terserang. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan carainjeksi pada batang tanaman dan dianjurkan saat tanaman tidakberbunga atau berbuah.

3. PISANGa. Erionata thrax

Gejala serangan:Daun pisang yang terserang hama ini akan terlihat robek. Hal

ini disebabkan hama menggulung daun dari tepi ke arah tengah.

Pengelolaan:1. Secara fisik mekanik dengan cara pengambilan telur kemudian

mematikannya2. Mengumpulkan bagian daun yang sudah tergulung dan

memusnahkannya

b. Hama UretGejala serangan:

Hama ini menyerang pisang bagian batang sampai ke umbi batangbagian bawah (bonggol) dan menyebabkan umbi berlubang.

Pengelolaan:Dengan Seed treatment

c. Kumbang Penggerek Batang (Cosmopolites sordidus)Gejala serangan:

Tanaman yang terserang hama ini akan menunjukkan pertumbuhanyang kerdil, daun berkerut. Pada umumnya hama ini tumbuh padatanaman pisang yang busuk.

Pengelolaan:Pengendalian dengan sanitasi kebun. Memotong tanaman yang

tercemar sampai ke bonggol bawah.

125

document.docMateri 10

PENGELOLAAN HAMA PERKEBUNAN DAN HAMA PASCA PANEN/HAMA GUDANG

Tujuan: 1. Memahami dan mempelajari berbagai jenis hama tanaman perkebunan dan

cara Pengelolaannya2. Memahami dan mempelajari berbagai jenis hama pasca panen dan cara

pengelolaannya

Materi:

PENGERTIAN DAN BATASAN

Pengelompokan beberapa tanaman seperti kelapa, kopi, cengkeh,kelapa sawit, kakao, karet, teh, tebu, kina, tembakau, lada sebagaitanaman perkebunan lebih dilandasi oleh faktor historis sejak zamanpenjajahan Belanda. Guna memperoleh pendapatan dari negara jajahannya,Pemerintah Belanda mengundang investor untuk membuka usaha perkebunandengan komoditas ekspor sehingga dapat meningkatan pendapatanpemerintah kolonial Belanda. Perusahaan Perkebunan ditandai denganpengelolaan berorientasi bisnis keuntungan, pertanaman dengan luasantanaman yang besar, ratusan sampai ribuan hektar per kebun atau afdelingdan jumlah karyawan yang besar dengan menggunakan teknologi budidayadan pengolahan hasil/pabrik yang modern. Jenis tanaman yang dipilihadalah tanaman yang memiliki nilai ekspor tinggi seperti kakao, kopi,teh, kelapa sawit, cengkeh. Semula jenis tanaman perkebunan mencakuphanya tanaman tahunan (umur tanaman lebih dari 1 tahun), tetapikemudian diusahakan juga tanaman musiman atau berumur pendek (umurtanaman kurang dari 1 tahun) seperti gula dan tembakau, mengingat

126

permintaan dunia akan dua komoditas tersebut cukup tinggi. Sebelum PDII, Indonesia pernah menjadi penghasil beberapa komoditas perkebunanyang besar di dunia. Karena orientasi usaha perkebunan adalah ekspor,sejak sebelum PD II sampai sekarang harga komoditas perkebunan sangatditentukan oleh harga pasar dunia.

Perkembangan subsektor perkebunan setelah kita merdeka berbedadengan masa kolonial Belanda. Perusahaan perkebunan yang semua dikelolaoleh perusahaan asing sebagian besar dialihkan ke perusahaan miliknegara. Kegiatan perkebunan yang semula diarahkan untuk dilaksanakanoleh perusahaan besar kini berkembang dan akhirnya diusahakan olehpetani kecil yang memiliki luas kebun yang kecil (kurang dari 5 hektar)bahkan seringkali di bawah satu hektar per keluarga petani, kepemilikanmodal dan teknologi yang terbatas, serta dikelola oleh keluarga petani.Jenis pengusahaan perkebunan oleh petani-petani kecil kemudian dikenalsebagai usaha Perkebunan RAKYAT. Karena dorongan dan fasilitasipemerintah, perkebunan rakyat semakin lama semakin luas, jauh lebihluas daripada luas perkebunan besar.

Saat ini perkebunan dibagi menjadi dua kelompok yaitu PerkebunanBesar dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan Besar yaitu perkebunan denganluas areal besar yang dikelola oleh PT Perkebunan Negara dan PTPerkebunan Swasta Nasional termasuk milik PT Pagilaran (Yayasan PembinaFakultas Pertanian UGM) atau Perkebunan Swasta Asing. Sedangkanperkebunan rakyat adalah usaha perkebunan yang dikelola oleh petanikecil. Dari sekitar 12 juta hektar luas perkebunan di Indonesia saatini, lebih dari 70% adalah areal perkebunan rakyat.

Jenis komoditas yang diusahakan oleh Perkebunan Besar danPerkebunan Rakyat ada yang sama tetapi ada yang berbeda. Beberapakomoditas perkebunan yang umumnya dikelola oleh rakyat saat ini adalahkelapa, lada, jambu mete dan kapas. Sedangkan kelapa sawit pada umumnyadikelola oleh Perkebunan Besar. Komoditas-komoditas perkebunan lainnyaseperti teh, kopi, kakao, karet, tebu, tembakau dikelola olehPerkebunan Besar dan juga rakyat.

Pemerintah dengan bantuan lembaga-lembaga internasional sepertiADB/Bank Pembangunan Asia dan World Bank/Bank Dunia telah banyakmelaksanakan program pembukaan, perluasan, intensifikasi danrehabilitasi perkebunan rakyat sehingga luas perkebunan rakyat danjenis tanaman perkebunan rakyat terus meningkat. Proyek pembangunanperkebunan yang terkenal adalah PIR (Perkebunan Inti Rakyat), yangmenghubungkan Perkebunan Besar sebagai Kebun Inti dan Perkebunan Rakyatsebagai Kebun Plasma. Sayangnya dalam setiap perencanaan danpelaksanaan kegiatan tersebut hanya dilakukan oleh pemerintah sedangkan

127

pemberdayaan masyarakat tidak dilaksanakan, sehingga kelanjutan darikegiatan pemerintah tersebut tidak dapat dijamin.

Dalam melakukan pembahasan tentang pengelolaan hama perkebunankita akan mengkonsentrasikan pada Perkebunan Rakyat, meskipun kitaketahui bahwa tidak ada perbedaan jenis-jenis hama yang menyerangperkebunan besar dan perkebunan rakyat, namun tingkat dan jenispermasalahannya yang berbeda.

MASALAH PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT

Dibandingkan dengan perkebunan besar kondisi pertanaman perkebunanrakyat umumnya kurang terpelihara, produksi rendah, kualitas kurangbaik akibat serangan berbagai jenis hama dan penyakit. Karena modalkurang serta kemampuan teknis rendah, biasanya setelah tanam petanitidak mampu melakukan pemeliharaan kebun termasuk pemangkasan,pengolahan tanah dan Pengelolaan hama dan penyakit. Kondisi kebun lemahdan tidak terpelihara serta meliputi daerah yang sangat luas akanmembentuk kondisi ekosistem yang rentan hama dan penyakit. Hamapenyakit akan menyebar dengan cepat ke seluruh kebun di suatu daerah.Kasus yang terjadi sekarang di Sulawesi dan propinsi-propinsi lainyakni munculnya serangan Penggerek Buah Kakao yang sedang menghancurkankakao rakyat.

Kelemahan utama perkebunan rakyat adalah dalam hal penggunaanbibit yang berkualitas rendah, kurang pemangkasan, pemupukan danpemeliharaan lain, pengendalian hama yang tidak tepat denganmenggunakan pestisida kimia yang berlebihan, penanganan pasca produksiyang kurang baik. Akibatnya hasil rendah, kualitas turun dan tidakditerima di pasar karena kandungan residu pestisida tinggi, hargarendah dan akhirnya petani menderita kerugian yang cukup besar. Masalahhama dan penyakit seperti pada tanaman kakao, kopi, lada, kelapa, kapasseringkali menjadi faktor pembatas produksi perkebunan rakyat diIndonesia. Tanpa pengetahuan dan ketrampilan tentang bagaimanamengelola hama para petani perkebunan rakyat akan selalu mengalamikerugian dan kehilangan hasil akibat serangan hama.

KONDISI EKOSISTEM KEBUN TANAMAN TAHUNAN

Ekosistem perkebunan terutama tanaman tahunan relatif lebih stabilbila dibandingkan dengan tanaman pangan sehingga sebenarnya risikoterjadinya letusan hama lebih kecil, tetapi karena kondisi kebun yangkurang terpelihara bila terjadi peningkatan populasi pada satu tempat

128

akan secara cepat menjalar ke tempat lainnya. Kondisi ekosistem kebunjuga menguntungkan bagi penerapan pengendalian hayati terutama denganpredator, parasitoid dan patogen mengingat ekosistem memiliki kondisiiklim mikro yang sesuai dan keanekaragaman tinggi bagi perkembanganmusuh alami.

Sebelum tahun 1960 banyak praktek pengendalian hayati klasikdengan introduksi musuh alami sukses mengendalikan beberapa hamapenting pada tanaman kelapa. Untuk komoditas perkebunan, penerapan PHTyang mengandalkan pengendalian hayati merupakan teknik pengendalianyang paling tepat. Melalui Program PHT Perkebunan Rakyat yang sampaitahun 2005 dilaksanakan Pemerintah di 13 propinsi, beberapa teknologiPHT seperti pemanfaatan seresah untuk meningkatkan populasi predator,penyarungan buah kakao untuk mencegah peneluran ngengat Penggerek BuahKakao, pemangkasan dan penjarangan tanaman, perbanyakan dan pelepasanagens pengendalian hayati dengan patogen, panen bertahap, dan lain-lainnya ternyata dapat mengurangi populasi hama dan kerusakan tanamanserta meningkatkan pendapatan petani pekebun. Produk-produk PHTperkebunan saat ini banyak dicari konsumen domestik maupun konsumenglobal karena kualitasnya tinggi serta bebas dari kandungan residupestisida yang membahayakan.

MASALAH HAMA PASCA PANEN

Perlu diketahui bahwa untuk semua kelompok tanaman baik tanamanpangan, hortikultura maupun perkebunan, kerusakan dan kerugian akibatgangguan hama dan penyakit pasca panen sangat besar. Kerugian yangdiderita oleh petani akibat serangan hama pasca panen adalah penurunanproduksi dan penurunan kualitas produksi. Diperkirakan rata-ratakerugian hasil antara 25-30%. Kerugian terjadi sewaktu pengangkutan danpenyimpanan hasil panen sebelum diolah dan dipasarkan. Hama Pasca Panensering disebut juga sebagai Hama Gudang.

Petani seringkali tidak memperhatikan aspek-aspek fisika kimiaproses penyimpanan hasil panen sehingga mengundang serangan hamagudang. Petani jarang melakukan kegiatan khusus untuk mengendalikanhama-hama gudang. Upaya yang paling sering dilakukan adalah pengeringandengan panas matahari. Berbagai jenis hama yang menyerang hasil panendi gudang penyimpanan dapat berasal dari atau terbawa dari pertanaman,atau hama-hama khusus yang memang menyenangi ekosistem gudang.

Pengendalian hama gudang khusus dilakukan di gudang-gudang milikperusahaan atau pemerintah seperi gudang BULOG. Karena ekosistem gudangdapat lebih mudah dikuasai maka pengendalian hama gudang biasanyadilakukan dengan metode pengendalian fisik dan kimiawi dengan

129

menggunakan fumigan. Banyak jenis fumigan berbahaya bagi kesehatankarena itu perlakuannya di gudang harus dilakukan secara hati-hatihanya oleh orang atau petugas yang telah terlatih atau bersertifikat.

HAMA-HAMA PERKEBUNAN DAN PASCA PANEN

A. PERKEBUNAN1. KOPI

a. Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei)Gejala serangan:

Hama menyerang buah dengan cara menggerek. Lubang gerekanberbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 mm dan umumnyadijumpai pada ujung buah. Lubang kadang-kadang sukar dilihatkarena tertutup oleh kotoran atau sisa gerekan. Bubuk buah kopipada umumnya menyerang buah yang bijinya telah cukup keras, namundemikian buah yang bijinya lunak juga diserang. Setelah menyerangbuah yang bijinya lunak, hama segera keluar karena tidak bisaberkembang di dalamnya. Buah muda akan menjadi busuk dan kemudiangugur. Jenis kopi yang disukai adalah jenis Arabica, Robusta danLiberica.

Pengelolaan:1. Memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Heterospilus coffeicola,

jamur Spicaria javanica, predator Dindymus rubiginosus.2. Memodifikasi lingkungan seperti mengurangi naungan dan

melakukan pemangkasan.3. Mengusahakan supaya selama jangka waktu tertentu tidak terdapat

buah kopi, baik di pohon ataupun di tanah. Dengan demikiankumbang betina tidak mempunyai buah kopi untuk makanan atauuntuk tempat berkembang biak. Hal tersebut dapat diusahakanantara lain melalui rampasan, lelesan, petik bubuk

b. Bubuk Ranting Coklat (Xylosandrus morigerus)Gejala serangan:

Hama ini menyerang tanaman kopi di pembibitan, tanaman mudadan tanaman dewasa. Di pembibitan hama menyerang bagian batang,sehingga daun menjadi kering dan seringkali menyebabkan kematian.Bila tanaman muda yang terserang maka pertumbuhan dan masa berbuahakan terhambat. Bubuk ranting coklat dapat menyerang sampai kedalam akar tunggang.

Pengelolaan:

130

1. Pemanfaatan musuh alami misalnya Tetrastichus sp.2. Sanitasi kebun dengan membersihkan kebun dari cabang-cabang

yang berserakan di bawah pohon, karena dapat menjadi sumberinfeksi. Pada saat pemangkasan, cabang dan ranting yangterserang dikumpulkan kemudian dibakar.

c. Kutu Hijau (Coccus viridis)Gejala serangan:

Kutu pada umumnya terdapat di bagian bawah tanaman yang masihmuda, daun atau ranting yang masih berwarna hijau. Pada daun, kutudijumpai di permukaan bawah, terutama pada pertulangan daun. Bungadan buah muda juga dapat terserang. Akibat tusukan dan pengisapanoleh kutu pada tanaman, warna hijau dari bagian yang terserangakan berubah menjadi kuning sehingga daun akan mengering dangugur. Serangan pada ranting muda seringkali menyebabkan rantingmati dan daun gugur. Selain itu internoda juga menjadi pendek.

Pengelolaan:1. Secara alami dengan memanfaatkan predator Coccinella sp,

parasitoid Coccophagus sp, jamur Cephalosporium sp.2. Membersihkan pertanaman dari semut rangrang karena serangan

kutu akan sangat merugikan apabila semut rangrang dibiarkanhidup.

d. Kutu Dompolan (Planococcus citri)Gejala serangan:

Hama menyerang pembungaan. Kuncup bunga dan buah muda yangbaru muncul menjadi kering dan gugur karena kutu mengisap padatangkai bunga dan tangkai buah. Bila buah yang diserang sudahcukup besar, buah tidak gugur tetapi pertumbuhannya terlambat danberkerut. Bila populasi kutu tinggi, bagian tanaman yang lainseperti daun, tangkai daun dan cabang yang masih hijau jugadiserang.

Pengelolaan:1. Memanfaatkan musuh alami seperti predator Scymnus sp, Cryptolaemus

sp.2. Secara mekanis dengan membuang bagian tanaman terserang yang

merupakan sumber infeksi, missal pemangkasan.3. Pengendalian kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik.

2. KAKAO

131

a. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)Gejala serangan:

Ulat merusak buah kakao dengan cara menggerek buah, memakankulit buah, daging dan saluran ke biji. Buah yang terserang lebihawal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi.Biasanya lebih berat dari yang sehat. Biji-bijinya saling melekat,berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.

Pengelolaan:Hama ini dapat dikendalikan dengan sanitasi, pemangkasan,

membenam kulit buah, memanen satu minggu sekali, kondomisasi,serta dengan cara hayati/biologi seperti Trichogramma sp, cecopet.

b. Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp)Gejala serangan:

Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapisebaliknya pada buah muda. Buah muda yang terserang mengering lalurontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak danterjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuhbercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengerasdan retak. Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layudan mati, ranting mengering dan meranggas.

Pengelolaan:1. Pemangkasan2. Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid Telenomus sp, jamur

Beauveria bassiana, pemangsa cecopet, belalang sembah, laba-laba

c. Penggerek Batang/Cabang (Zeuzera coffeae)Gejala serangan:

Hama merusak bagian batang/cabang dengan cara menggerekmenuju xylem batang/cabang. Selanjutnya gerekan membelok ke arahatas. Menyerang tanaman muda. Pada permukaan lubang yang barudigerek sering terdapat campuran kotoran dengan serpihan jaringan.Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akanmerana, layu, kering dan mati.

Pengelolaan:1. Membersihkan lubang gerekan dan ulat yang ditemukan

dimusnahkan.

132

2. Secara mekanik dengan memotong batang/cabang terserang 10 cm dibawah lubang gerekan ke arah batang/cabang kemudian ulatnyadimusnahkan.

3. Pemanfaatan jamur Beauveria bassiana.

d. Tikus dan tupaiGejala serangan:

Buah kakao yang terserang tikus akan berlubang dan akan rusakatau busuk karena kemasukan air hujan dan serangan bakteri danjamur. Tikus menyerang buah kakao yang masih muda dan memakan bijibeserta dagingnya. Tikus menyerang malam hari. Gejala serangantupai umumnya dijumpai pada buah yang sudah masak karena tupaihanya memakan daging buah, sedangkan bijinya tidak dimakan.Biasanya di bawah buah-buah yang terserang tupai selalu berceceranbiji-biji kakao. Jadi tikus benar-benar hama, tetapi tupai tidakkarena biji bisa dikumpulkan kembali. Tupai menjadi hama(merugikan) apabila biji-biji tadi tidak dikumpulkan.

Pengelolaan:Pengelolaan tikus dilakukan dengan sanitasi, umpan racun

3. KAPAS

a. Sundapteryx bigutullaGejala serangan:

Tanda pertama dari serangan hama ini adalah menguningnyaujung daun dan agak mengkerut. Pada tingkat serangan berat, warnadaun agak coklat memerah dan pertumbuhannya menjadi kerdil. Padapermukaan bawah daun yang terserang sering terdapat bercakberwarna kuning. Kemudian daun akan mengering dan gugur. Kuncupdan buah muda dapat membuka lebih awal dan gugur. Hama inimenyerang sejak tanaman muda di lapang.

Pengelolaan:Pemanfaatan musuh alami kumbang kubah, kepik dan berbagai

macam laba-laba. Secara fisik mekanik dengan mengumpulkan hamakemudian mematikannya.

b. Penggerek pucuk (Earias vittela)Gejala serangan:

Ulat penggerek pucuk memakan pucuk tanaman kapas sehinggamenyebabkan kematian. Kuncup bunga dan buah muda akan rontok. Buahbesar juga dimakan tetapi tidak menimbulkan kerontokan.

133

Pengelolaan:Memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma sp, Brachymeria

sp, Diadegma sp, laba-laba.

c. Ulat buah (Helicoverpa armigera)Gejala serangan:

Hama ini memakan daun, bunga dan buah kapas. Cara makannyadengan melubangi bagian bawah. Buah yang terserang akan menjadibusuk.

Pengelolaan:Memanfaatkan musuh alami Trichogramma sp, Apanteles sp, Encarsia

sp.

d. Kutu daun (Aphis gossypii)Gejala serangan:

Kutu ini memakan daun kapas dari bawah. Daun menggulung, dantanaman tumbuh kerdil. Ada yang berwarna kuning, hijau dan hitam.

Pengelolaan:Kumpulan kutu merupakan makanan paling enak untuk kumbang

kubah.

4. TEHa. Tungau Jingga (Tenuipelpus obovatus)

Gejala serangan:Hama ini merusak pada musim kemarau. Serangan hama berakibat

sedikitnya pucuk teh yang dihasilkan. Serangan yang hebatmenyebabkan hamparan teh tampak merata kecoklat-coklatan. Daunmuda yang diserang akan gugur, sedangkan daun tua yang dan padatangkainya berubah menjadi kecoklatan.

Pengelolaan:1. Penggunaan tanaman pelindung yang dapat mengurangi

perkembangbiakan hama.2. Pengelolaan dengan insektisida selektif dan efektif

b. Ulat Penggulung Daun Teh (Enarmonia leucastoma) Gejala serangan:

134

Enarmonia memiliki daya lekat yang berasal dari air liurnyapada tepi pucuk daun yang ditempatinya. Karena benang liurnyaditempatkan secara melintang, pucuk daun tersebut seakan-akanterikat sehingga sulit sekali untuk membuka dan ulat iniselanjutnya berada di dalam pucuk tanaman. Hama ini menggerek daunmuda dari dalam daun. Terkadang lebih dari sehelai daun muda yangberhasil digereknya selama ulat itu tidak berpindah tempat. Gejalayang tampak jelas adalah pucuk daun teh yang menggulung dalamkeadaan rusak di bagian dalamnya, pertumbuhan daun teh selanjutnyamenjadi tidak normal.

Pengelolaan:Pengelolaan dilakukan secara mekanik yakni dengan pemetikan

daun teh yang menggulung dan melakukan sortasi terhadap daun-daunteh sewaktu penimbangan. Semua daun teh terserang dimusnahkandengan berbagai cara diantaranya pembakaran.

c. Ulat penggulung daun melintang (Homona coffearia)Gejala serangan:

Ulat melakukan pengrusakan dari dalam daun sehingga dauntampak berkerut dan rusak. Ulat menggulung daun yang tidak terlalutua sedang cara menggulungnya hampir sama dengan Enarmonia sp,tetapi hanya bagian tepinya saja yang dilekatkan.

Pengelolaan:Pengelolaan dilakukan secara mekanik yakni dengan pemetikan

daun teh yang menggulung dan melakukan sortasi terhadap daun-daunteh sewaktu penimbangan. Semua daun teh terserang dimusnahkandengan berbagai cara diantaranya pembakaran.

d. Setora nitensGejala serangan:

Biasanya menyerang daun muda dan tua, sehingga tidakmengherankan jika serangan berat dapat mengakibatkan perkebunanteh menjadi gundul.

Pengelolaan:Menggunakan musuh alami seperti Cryptus caymorus, Chlorocryptus sp,

Corypus javenus, kepik Sycanus sp, Canthecona sp. 5. TEBU

a. Penggerek Pucuk Putih (Schirpophaga nivella intacta)Gejala serangan:

135

Bila serangan terjadi pada daun yang belum membuka, makaapabila daun telah membuka akan tampak deretan lubang pada daunyang ditembus larva berwarna coklat. Pada ibu tulang daun yangtergerek tampak lorong gerekan yang berwarna kecoklatan. Seranganpada titik tumbuh mengakibatkan kematian tanaman yang ditandaidengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung danterletak di tengah tajuk yang dikenal sebagai “mati puser”. Dauntermuda yang mati mudah dicabut.

Pengelolaan:Pemanfaatan musuh alami parasit telur Telenomus sp.

b. Penggerek Batang Bergaris Tebu (Chilo sacchariphagus)Gejala serangan:

Ulat-ulat muda yang baru menetas hidup di dalam pupus,diantara daun-daun muda yang masih menggulung. Ulat-ulat itumemakan jaringan-jaringan daun. Akibatnya jika daun-daun mudasudah terbuka akan terlihat luka-luka pada daun yang memanjang dantidak teratur. Ulat yang telah beberapa hari hidup dalam pupuskemudian akan turun melalui sebelah luar pucuk tanaman dan ulatakan menembus masuk ke dalam tanaman lagi melalui ruas tanaman.Bagian luar ruas muda yang digerek akan didapati lubang tepunggerek. Apabila ruas terserang dibelah akan terlihat lorong-loronggerek lebar serta jalannya sangat tidak teratur. Dalam satu ruasterdapat satu atau lebih ulat.

Pengelolaan:Pemanfaatan parasitoid telur Telenomus sp, Trichogramma sp,

parasitoid larva Apanteles sp, dan parasitoid pupa Xanthopimpla sp.

c. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera)Gejala serangan:

Kutu sewaktu-waktu dapat mengeluarkan cairan yang mengandunggula. Cairan tersebut menetes ke permukaan daun di bawahnya.Tetesan cairan tersebut merupakan medium yang baik untukpertumbuhan cendawan jelaga yang berwarna hitam sehingga asimilasiakan terhambat. Serangan yang parah menyebabkan pertumbuhanterhambat serta tanaman menjadi kerdil.

Pengelolaan:Pemanfaatan musuh alami Encarsia flavoscutellum.

136

d. Tikus (Bandiota indica, rattus argentiventer)Gejala serangan:

Tanaman tebu yang terserang menunjukkan tanda bekas keratansepotong-sepotong pada batang tebu. Pada serangan beratmengakibatkan tanaman patah. Selain itu untuk mengetahui adanyatikus dapat pula dilihat jejak-jejaknya dan adanya lubang aktifdengan tanda khusus.

Pengelolaan:1. Pemasangan umpan beracun2. Pemanfaatan musuh alami seperti kucing, ular, burung elang.

6. KELAPAa. Kumbang Janur Kelapa (Brontispa longissima)

Gejala serangan:Larva dan serangga dewasa hidup di dalam lipatan anak daun

pucuk yang belum membuka, Larva menggerigiti dan mengorok kulitanak daun secara memanjang membentuk garis-garis. Akibatnya dauntidak mau membuka atau hanya membuka sedikit. Daun yang terserangmudah menjadi kering serta salah bentuk. Dari jauh, pucuk pohonkelapa yang terserang nampak kisut, keriting dan kering. Hal iniberpengaruh terhadap produksi buah. Tandan yang akan berkurangjumlah buahnya terutama yang berada di ketiak daun yang terserangtersebut.

Pengelolaan:1. Cara mekanis dengan mengerat sedalam-dalamnya pucuk yang

terserang hama. 2. Pemanfaatan parasit larva Tetrastichus brontispae.

b. Kumbang Nyiur (Oryctes rhinoceros)Gejala serangan:

Bekas serangan dapat terlihat dari adanya potongan-potonganyang berbentuk segitiga pada daun kelapa. Bagian yang diserangadalah pucuk pohon dan pangkal daun muda, yaitu jaringan yangmengandung cairan yang kaya gizi. Bila titik tumbuh terserang,pohon kelapa akan mati karena tidak menghasilkan daun lagi.Serangan hama ini dapat mengakibatkan kerusakan sekunder sepertiserangan kumbang tanduk kelapa, kumbang sagu dan cendawan.

Pengelolaan:

137

1. Membersihkan semua tempat yang diduga menjadi tempatperkembangbiakan hama. Membakar tanaman yang mati akibatserangan hama.

2. Penggunaan jamur Metarhizium anisopliae

c. Kumbang Sagu (Rhynchophorus sp)Gejala serangan:

Larva merusak akar, batang dan tajuk tanaman muda. Padatanaman dewasa hanya tajuknya saja. Apabila menyerang tajuk,gerekan pada pucuk dapat mengakibatkan patah pucuk dan jika larvamencapai titik tumbuh berakibat tanaman tidak dapat menghasilkandaun baru. Dari liang gerekan pada tanaman muda sering keluarlendir merah coklat.

Pengelolaan:Serangan hama ini merupakan kelanjutan dari serangan kumbang

Oryctes, karena itu serangan Oryctes harus dihindari. Dijaga pulasupaya tidak terjadi luka-luka pada pohon kelapa. Secara preventifdengan memotong tanaman yang telah terserang dan mengambilserangga hamanya serta sanitasi kebun. Pemanfaatan parasit larvaScolia erratica dan tungau buas yang menyerang kepompong dalam“kokonnya”.

d. Belalang Pedang (Sexava coreacea)Gejala serangan:

Serangga muda dan tua memakan daun kelapa dari pinggir,meninggalkan bekas yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepahterbawah. Sebelum daun bagian bawah habis dimakan, mereka pindahke daun sebelah atas. Serangan berat hanya meninggalkan beberapapelepah pucuk sedangkan bagian bawah tinggal lidinya saja danpohon kelapa sama sekali tidak menghasilkan buah selam 1-2 tahun.

Pengelolaan:1. Pengelolaan telur dengan pengolahan tanah, bercocok tanam atau

pemberian insektisida ke dalam tanah.2. Pengelolaan secara hayati dengan memanfaatkan parasit telur

Leefmansia bicolor dan Tetrastichus sp.3. Apabila parasit tidak mampu lagi menekan peningkatn populasi,

dapat dilakukan injeksi batang dengan pestisida.

e. Artona catoxanthaGejala serangan:

138

Ada tiga tingkat gejala serangan:1. Gejala serangan titik. Ulat muda memakan jaringan anak daun

bagian bawah. Bekas yang dimakan menyerupai titik.2. Gejala serangan bergaris. Ulat muda yang sudah lebih tua

mengetam lapisan anak daun bagian bawah setempat-setempat.Bekas ketamannya seperti garis.

3. Gejala serangan pinggir. Ulat yang sudah dewasa memakan helaiananak daun dari pinggir ke tengah, sehingga anak daun ituterpotong tak teratur bagian pinggirnya.

Akibat serangan Artona, daun tua tampak kering berwarna merah-coklat seluruhnya dan tinggal hijau segar hanya 2 atau 3 daun dipucuknya saja. Serangan Artona tidak sampai mematikan pohon kelapa.Serangan yang hebat menyebabkan buah termuda gugur, kemudiandisusul oleh buah muda yang agak besar, kelapa muda dan akhirnyabuah-buah tua. Serangan akan lebih hebat dan lama pengaruhnya saatawal musim kemarau.

Pengelolaan:Secara mekanik dengan pemotongan pelepah daun tua pada

periode kepompong kemudian dibakar. Beberapa musuh alami yangdapat mengendalikan hama ini Apanteles sp, Neoplecturs bicarinatus,Cadursia leefmansia, Goryphus inferus. Secara kimiawi dilakukan denganmemberikan insektisida sistemik melalui pengeboran batang ataupemotongan akar. Untuk tanaman yang masih rendah dilakukanpenyemprotan tajuk.

f. Kutu Kapuk Kelapa (Aleurodicus destructor)Gejala serangan:

Serangga merusak daun kelapa karena mengisap cairan selsehingga meninggalkan bekas berupa bercak-bercak kuning. Kutu inisecara berkoloni pada permukaan bawah daun. Permukaan bawah daundimana ada koloni tampak tertutup oleh benang wol putih.

Pengelolaan:Hama ini dapat dikendalikan oleh parasit Tetrastichus sp dan

Encarsia sp. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan insektisidasistemik melalui suntikan.

g. Kutu Perisai (Aspidiotus destructor)Gejala serangan:

Hama menyerang dengan cara mengisap jaringan sehinggamenimbulkan bercak kuning. Bercak ini jelas nampak dari bagian

139

atas daun, sedangkan serangganya terdapat pada permukaan daunbagian bawah. Disebut serangan ringan apabila anak daun yangbergejala menunjukkan warna kuning emas pada tempat yang didudukikutu perisai. Bila anak daun yang menunjukkan gejala tersebutdalam jumlah yang besar maka seluruh daun akan mati lebih dini danwarnanya berubah menjadi kelabu dengan sedikit merah jambu. Padaserangan yang sangat berat daun yang berkembang tetap kecil, tidaktegak dan kemudian tajuknya terkulai, akhirnya mati.

Pengelolaan:Bila hanya beberapa anak daun yang terserang, cukup dengan

membuang anak daun tersebut, bila seluruhnya sebaiknya pelepahdipangkas dan dibakar. Kutu-kutu ini sulit dikendalikan denganinsektisida karena tubuhnya ditutupi oleh lilin padat berbentukperisai. Penggunaan musuh alami seperti Chilocorus politus sangatefektif mengandalikan kutu perisai.

h. Penggerek Bunga Kelapa (Batrachedra arenosella)Gejala serangan:

Akibat serangan larvanya yang menggerek seludang mayang untukmemakan bunga jantan dan betina, maka pada bekas liang gerekannyatadi keluar sejenis getah yang berwarna kuning dan dapat dilihatdari bawah. Bunga jantan akan menjadi hitam dan bunga betinamengeluarkan getah. Kerusakan biasanya terjadi pada perbungaan dipangkal mayang. Mayang yang terserang dapat sedikit menghasilkanbuah, bahkan bila serangannya berat sama sekali tidak menghasilkanbuah.

Pengelolaan:Dititikberatkan pada cara hayati dengan menggunakan Chelonus

sp. Dapat juga digunakan cara kimiawi dengan pelaburan seludang.

i. Tikus PohonGejala serangan:

Hama tikus hidup di atas pohon dan sering merusak buah-buahkelapa yang masih muda. Akibat serangan tersebut buah muda gugur.

Pengelolaan:Karena populasinya umumnya rendah, jarang dilakukan

pengendalian secara khusus. Pada umumnya dikendalikan denganmenggunakan senapan angin atau umpan racun.

140

j. BajingGejala serangan:

Hama menyerang buah kelapa yang tua atau yang daging buahnyatelah tebal. Tiap ekor bajing dapat menghabiskan sebutir kelapapada tiap kali makan. Mereka membuat sarang di atas pohon yangterbuat dari sabut pelepah kelapa atau aren dan daun-daun kering.

Pengelolaan:Pada umumnya dilakukan dengan diburu menggunakan senapan

angin.

B. PASCA PANEN

1. BERASa. Bubuk beras (Sitophilus sp)

Gejala serangan:Larva berada dalam butiran, demikian pula kepompongnya.

Serangga dewasa yang muncul dari kepompong akan keluar daributiran-butiran beras sehingga mengakibatkan butir-butir berasberlubang. Selain itu, komoditas yang terserang menjadi kelihatankotor karena ekskresinya maupun sisa-sisa kulit larvanya.

b. Kupu-kupu beras (Corcyra cephalonica)Gejala serangan:

Ulat akan menggandeng-gandeng butir-butir beras dengan benangliurnya. Ulatnya hidup di dalam gendengan beras tersebut danmenggerek dari dalam.

2. Biji-bijiana. Kumbang tepung (Tribolium sp)

Gejala serangan:Jenis komoditas yang diserang antara lain tepung, kacang

tanah, beras, dan kopra. Material yang berbentuk biji-bijian biladiserang akan berlubang-lubang, sedangkan material yang berbentuktepung akan kelihatan kotor karena ekskresinya maupun sisa-sisakulit larva.

b. Penggerek biji-bijian (Rhyzoperta dominica)Gejala serangan:

141

Jenis komoditas yang diserang antara lain padi-padian, ketelapohon, gaplek, dan jagung. Baik larva maupun dewasa merupakanpemakan yang sangat rakus, kerusakan pada komoditas yang disimpanlebih hebat dibandingkan dengan serangga hama yang lain. Hama inibertindak sebagai hama primer. Material yang diserang akanberlubang-lubang.

c. Kumbang padi-padian bergerigi (Oryzeaphilus sp)Gejala serangan:

Hama ini merupakan hama sekunder pada material yang utuhtetapi merupakan hama primer pada material yang telah digiling.Beberapa komoditas yang diserang antara lain padi-padian, kopra,beras, dedak, rempah-rempah, dan buah-buahan yang dikeringkan.Material yang terserang akan berlubang.

3. Umbi-umbiana. Cylas formicarius

Gejala Serangan:Umbi yang terserang terdapat lubang dan membuat lorong

gerekan. Apabila serangan masih baru biasanya dari lubang tersebutkeluar sisa gerekan berwarna keputih-putihan. Lama-kelamaan disekitar lubang menjadi busuk. Apabila umbi tersebut dibelah makaakan tampak lubang-lubang serta jalur-jalur bercabang-cabang.Akibatnya ubi akan terasa pahit.

4. Tembakaua. Lasioderma serricorne

Gejala serangan:Hama ini dikenal dengan sebutan “cigarette beetle” karena kumbang

ini merupakan hama penting pada simpanan tembakau dan cerutu. Padaawalnya serangga dewasa meletakkan telur di antara bahan(tembakau) dan setelah menetas langsung membuat rongga dan merusakbahan. Komoditas yang terserang akan mengalami kerusakan denganadanya bekas gerekan larva sehingga akan menurunkan kualitastembakau atau cerutu.

Hama pasca panen lain yang juga sangat membahayakan komoditasdi dalam simpanan adalah tikus. Jenis-jenis tikus yang umumditemukan dan merusak di gudang penyimpanan diantaranya tikus wirok,

142

tikus riul, tikus sawah, tikus rumah, dan mencit rumah. Selainmemakan biji-bijian, umbi-umbian dan beberapa jenis buah-buahan,tikus juga memiliki kebiasaan menggigit benda-benda seperti kayu,plastik, dan lain-lain. Tikus aktif pada malam hari. Untukmengetahui ada tidaknya tikus di gudang dapat dilakukan pemeriksaankotoran yang biasanya dapat ditemukan di atas lantai gudang,pemeriksaan terhadap kerusakan/bekas serangan tikus, misalnya karunggoni yang sobek, komoditas simpanan yang berceceran di lantai.Selain itu juga dapat melihat adanya sarang di dalam atau di luargudang. Pengelolaan tikus dapat dilakukan dengan Rodent Proofing untukmencegah keluar masuknya tikus. Eradikasi di dalam gudang dapatdilakukan dengan cara gropyokan (jika memungkinkan) dan fumigasi.Umpan beracun, perangkap, gropyokan dan emposan juga dapat dilakukandi luar gudang.

Pengelolaan hama-hama pasca panen:1. Sanitasi sangat penting dilakukan untuk menghindari munculnya hama

pasca panen. Sanitasi dapat meliputi sanitasi gudang, sekitargudang, dan komoditas.

2. SprayingSpraying bertujuan untuk pencegahan terhadap barang yang disimpansupaya tidak terinfeksi oleh hama dan mengurangi tingkatperkembangan hama serta pencegahan serangan kembali. Sprayingdengan insektisida dilakukan pada bangunan gudang, ruangan,permukaan karung, dan dicampur langsung dengan biji-bijian. Yangperlu diperhatikan dalam pelaksanaan spraying adalah menghindariterjadinya kontak langsung antar tubuh, kulit dengan insektisida,dosis dan aplikasi harus tepat agar tidak terjadi penumpukanresidu, waktu aplikasi tepat, dan dipastikan tidak ada hewan ataumanusia di sekitar tempat yang dispraying.

3. FoggingFogging merupakan salah satu cara yang efektif memberantasserangga yang aktif terbang di dalam ruangan tertutup, sepertigudang. Biasanya menggunakan insektisida yang mudah menguap.

4. FumigasiFumigasi merupakan suatu cara Pengelolaan hama menggunakanfumigan. Cara ini tidak dapat dipakai sebagai tindakan preventifkarena setelah gas hilang tidak mempunyai efek residu terhadaphama sehingga kemungkinan reinfestasi hama sewaktu-waktu dapatterjadi. Fumigasi lebih bersifat eradikatif.

5. Di gudang tembakau biasanya digunakan lampu perangkap berwarnamerah karena hama Lasioderma sp tertarik dengan cahaya merah.

143

document.docMateri 12

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN

Tujuan:1. Mempelajari dan memahami latar belakang sejarah perkembangan PHT di

Indonesia2. Mempelajari dan memahami pelaksanaan SLPHT3. Mempelajari dan memahami penerapan PHT sebagai kebijakan

perlindungan tanaman nasional

Materi:

LANDASAN HUKUMDi Indonesia ada beberapa peraturan perundang-undangan atau

landasan hukum yang berkaitan dengan kegiatan Perlindungan Tanaman.Yang dimaksud peraturan perundang-undangan di sini meliputi: Undang-Undang (disyahkan oleh DPR dan Pemerintah), Peraturan Pemerintah (disyahkan oleh Pemerintah/Presiden dengan

pemberitahuan pada DPR) Keputusan Presiden (Keppres) dan Instruksi Presiden yang dikeluarkan

dan ditandatangani oleh Presiden Keputusan Menteri Pertanian dikeluarkan dan ditandatangani oleh

Menteri PertanianPeraturan-peraturan yang tingkatannya di bawah KepmenTan mulai

dari Peraturan Direktorat Jenderal sampai Peraturan Daerah tidak akandibahas.

Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur kebijakandan pelaksanaan perlindungan tanaman yaitu:1. UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman2. PP No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman3. PP No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan

dan Penggunaan Pestisida4. Inpres No. 3 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pengendalian Hama Wereng

Coklat pada Tanaman Padi.5. KepmenTan No.434.1/Kpts/2001 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran

Pestisida144

6. KepmenTan No. 517/Kpts/2002 tentang Pengawasan Pestisida7. Kpts Bersama Mentan dan Menkes 711/Kpts/1996 tentang Batas Maksimum

Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian.

Semua kegiatan perlindungan tanaman di Indonesia baik yangdilaksanakan oleh Pemerintah, petani maupun masyarakat harus didasarkanpada peraturan perundang-undangan tersebut, termasuk pasal-pasalmengenai Tindakan Pidana yang diberlakukan bagi pihak yang melakukanpelanggaran atau yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

SEJARAH PHT SEBAGAI KEBIJAKAN NASIONAL

Dilihat dari sejarah, PHT dalam kebijakan perlindungan tanamantelah lama dibahas dan disarankan oleh para pakar perlindungan tanamankepada Pemerintah. Sejak tahun 1970 Komisi Perlindungan Tanaman telahmendesak Pemerintah untuk menerapkan PHT dalam setiap programperlindungan tanaman. Namun karena Pemerintah masih asyik melaksanakanprogram BIMAS dengan Panca Usaha Tani dimana pada usaha ke-4(Pengendalian Hama dan Penyakit) lebih mengutamakan penggunaanpestisida kimia, maka usulan Komisi Perlindungan Tanaman kurangdiperhatikan. Saran para pakar tentang penerapan PHT baru diperhatikanPemerintah setelah terjadi letusan wereng coklat yang menyerang tanamanpadi seluas hampir 1 juta hektar pada tahun 1979-1980. Akhirnya padatahun 1986 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 3/1986 yangterdiri atas banyak butir, yang paling penting diantaranya:1. Pengendalian hama wereng coklat padi dengan prinsip PHT, antara lain

dengan penanaman VUTW, tanam serentak, pergiliran tanaman,penggunaan pestisida kimia secara selektif terutama yang berbahanaktif buprofezin (kelompok IGR)

2. Sebanyak 57 formulasi pestisida kimia dinyatakan dilarang digunakanuntuk pengendalian hama padi.

3. Para petugas lapangan dan petani harus ditingkatkan kemampuannyadalam menerapkan PHT melalui kegiatan penyuluhan dan pelatihan.

Sebagai tindak lanjut Inpres 3/1986, dengan bantuan danainternasional yang berasal dari Pemerintah Belanda, Amerika Serikat danBank Dunia, sejak tahun 1989 Pemerintah menyelenggarakan kegiatan SLPHTsebagai wahana pelatihan petugas dan petani padi dalam menerapkan danmengembangkan PHT. Empat Prinsip PHT yang dikembangkan sendiri olehpetugas dan petani dalam SLPHT yaitu:1. Budidaya Tanaman Sehat2. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami

145

3. Pengamatan Mingguan4. Petani sebagai “Ahli” PHT

Sampai akhir tahun 1998 sekitar satu juta petani dan ribuanpetugas (PHP dan PPL) telah mengikuti SLPHT. Peranan sivitas akademikaUGM dalam persiapan Inpres 3/1986, persiapan dan pelaksanaan programSLPHT di tingkat nasional sangat menonjol, bahkan diakui oleh duniainternasional. Secara politik pelaksanaan SLPHT memberikan tekanan yangkuat pada Pemerintah dan DPR sehingga pada tahun 1992 disyahkan UU No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Sebagai tindak lanjutUU tersebut, Pemerintah mengeluarkan PP No. 6 Tahun 1995 tentangPerlindungan Tanaman.

PHT MENURUT UNDANG-UNDANG

Menurut UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanamandikatakan bahwa “Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugianpada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan”.

OPT diartikan sebagai semua organisme yang dapat merusak,mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan. OPT dapatdikelompokkan dalam kelompok hama, penyakit dan gulma.

UU No. 12 pada Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 20menyatakan dua hal:

(1) Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu(Sistem PHT).

(2) Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud ayat (1), menjaditanggungjawab masyarakat dan Pemerintah.

Menurut UU dan PP tersebut yang dimaksud Sistem PHT adalah upayapengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dariberbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegahtimbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Dalam sistem inipenggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir. Pengendalian OPTbersifat dinamis.

TEKNOLOGI PENGENDALIAN TERPADU

Sebagai landasan kebijakan perlindungan tanaman, UU tersebut telahmenentukan bahwa untuk pengendalian setiap jenis OPT harus dilakukandengan memadukan berbagai teknik pengendalian hama yang kompatibel.Dalam pemilihan teknologi pengendalian, UU menekankan bahwa penggunaanpestisida kimia sebagai alternatif terakhir. Apabila sampai saat ini

146

ada pejabat, petugas atau mahasiswa yang berpendapat bahwa penggunaanpestisida kimia harus dilaksanakan, berarti bahwa mereka belummengetahui mengenai kebijakan perlindungan tanaman nasional.

Sebagai penjabaran UU No. 12 Tahun 1992, PP No. 6 Tahun 1995tentang Perlindungan Tanaman telah merinci mengenai penerapan teknologipengendalian OPT secara terpadu khususnya pada pasal 8 sampai pasal 16.Pasal-pasal tersebut menekankan pentingnya kegiatan pemantauan danpengamatan OPT sebelum dilaksanakan tindakan pengendalian (pasal 9).Pasal 10 menguraikan beberapa komponen PHT yang meliputi:a. cara fisik melalui pemanfatan unsur fisika tertentu,b. cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik

manusia,c. cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanamd. cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami OPTe. cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap OPT maupun

tanamanf. cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida, dan ataug. cara lain sesuai perkembangan teknologi

PERLINDUNGAN TANAMAN TANGGUNGJAWAB MASYARAKAT

UU menyatakan bahwa teknik pengendalian OPT tidak seragam ataustatis tetapi dinamis sesuai dengan keadaan ekosistem lokal. UU jugamenyatakan bahwa tujuan PHT bukan membasmi atau memusnahkan hama tetapimencegah kerugian secara ekonomis, dan lingkungan.

Kalau kita ke desa-desa di pulau Jawa apalagi di luar Jawa adakecenderungan yang memprihatinkan tentang kesadaran dan pengertianmasyarakat tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap kegiatanpengendalian OPT serta perbaikan teknologi budidaya di tempatnyamasing-masing. Petani cenderung menyerahkan kegiatan pengendalian padaaktivitas petugas Pemerintah khususnya Dinas Pertanian atau DinasPerkebunan. Petani banyak pasif dan menunggu tindakan pemerintah dalammenanggulangi OPT yang sedang eksplosif. Keadaan ini tidak baik karenakegiatan pengendalian selalu terlambat, menjadi tidak efektif karenapopulasi hama telah meningkat dan menyebar di daerah yang luas. Dalamkondisi populasi dan serangan OPT yang sedang dalam keadaan eksplosifpengendalian sangat sulit dilakukan. Kegiatan pengendalian yang palingbaik harus dilakukan sedini mungkin oleh masyarakat petani sendiritidak bergantung pada inisiatif pemerintah.

Kalau kita baca UU 12/1992 pasal 20 dikatakan bahwa “Pelaksanaanperlindungan tanaman menjadi tanggungjawab masyarakat dan Pemerintah”.UU tersebut menyatakan bahwa pada dasarnya perlindungan tanaman menjadi

147

tanggungjawab masyarakat. Dalam hal-hal tertentu seperti terjadinyaeksplosi suatu jenis OPT yang luas, pelaksanaan perlindungan tanamandilakukan oleh masyarakat bersama Pemerintah. Pemerintah dalam hal iniakan memberikan fasilitasi dalam hal penyediaan teknologi, ketrampilandan sarana pengendalian di lapangan. Dalam melaksanakan kegiatanpengendalian di lapangan atau pada lahan milik petani sepenuhnyadilaksanakan oleh masyarakat petani.

Apa sebab petani pasif, acuh tak acuh serta menyerahkan sepenuhnyatindakan pengendalian OPT pada Pemerintah? Penyebab utama karenarendahnya kualitas kesadaran, pengetahuan dan ketrampilan petani dalammelakukan pengelolaan ekosistem pertanian mereka termasuk dalammelakukan pengendalian OPT. Dengan rendahnya kualitas SDM petani kita,mereka tidak mampu mengelola lahan pertaniannya secara produktif danprofesional. Keadaan ini diperparah dengan kepemilikan modal kerja dantanah garapan yang sangat marginal. Akibatnya hasil, kualitas dan hargaproduk pertanian dan perkebunan rakyat lebih sering rendah sehinggatidak dapat memberikan penghasilan yang cukup bagi keluarga petani.

Kegiatan SLPHT (Sekolah Lapangan PHT) memberikan alternatif yangterbaik untuk meningkatkan kualitas petani dan pekebun sehingga merekasecara mandiri dan aktif dapat mengelola lahan pertanian atauperkebunannya secara profesional dan dapat memanfaatkan sebanyakmungkin sumber daya alam yang ada di sekitarnya sehingga dapatmenghasilkan produk yang memiliki kuantitas dan kualitas hasil yangtinggi. Tujuan pelatihan dalam SLPHT tidak hanya untuk penerapanpengendalian hama dengan prinsip dan teknologi PHT tetapi lebihkomprehensif yaitu mengelola ekosistem pertanian secara terpadusehingga diperoleh produksi dan hasil yang menguntungkan petani denganmempertahankan populasi hama dan OPT pada umumnya pada tingkat yangtidak merugikan hasil.

Kegiatan pemberdayaan petani dengan SLPHT sangat berbeda dengankegiatan penyuluhan pertanian konvensional yang masih seringdilaksanakan oleh para petugas penyuluh lapangan secara rutin yangdikenal dengan kegiatan LAKU (Latihan Kunjungan). Perbedaan utamaadalah pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada penyuluhankonvensional dari atas (petugas penyuluh) ke bawah (petani), tetapipada SLPHT adalah pembelajaran bersama dari bawah (petani) ke atas(kelompok tani dan masyarakat). Para Pemandu lapangan (PL) di SLPHTtidak berperan sebagai instruktor tetapi sebagai teman belajar danfasilitator petani peserta SLPHT.

PELAKSANAAN SLPHT

148

Sebanyak 20-25 petani dipilih sebagai peserta kelompok SLPHT yangdipandu oleh 2 PL. Program pelatihan dilaksanakan selama satu musimtanam atau sekitar 3 bulan untuk tanaman musiman (padi, kedelai, bawangmerah, cabe, kubis, kentang, kapas), dan sekitar 3-4 bulan untuk tanamantahunan (kopi, kakao, teh, lada, jambu mete).

Kelompok tani bertemu setiap minggu sekali pada hari yangditetapkan kelompok. Mereka belajar tidak di ruang tertutup tetapilangsung di lapangan, pada petak pembelajaran yang dibagi dua sub petakyaitu petak PHT dan petak Kebiasaan Petani sebagai pembanding.

Atas bimbingan para PL petani belajar mengamati, mengumpulkan OPTdan musuh alami, melakukan analisis ekosistem serta mengambil keputusanpengelolaan ekosistem sesuai dengan analisis hasil pengamatan. Merekamempelajari dinamika ekosistem, dinamika hama dan musuh alami sertamengambil keputusan secara berkelompok. Hasil keputusan kelompok segeradilaksanakan di kebun pembelajaran, pembahasan hasil pada mingguberikutnya, dan seterusnya sampai tanaman dipanen. Petani membandingkanhasil yang diperoleh dari petak PHT dengan petak Non PHT yang masihmengandalkan penggunaan pestisida.

Pada setiap hari pertemuan SLPHT dari jam 7 pagi sampai 13.00siang diisi dengan acara: Pengamatan dan pengambilan sampel hama dan musuh alami Analisis Agroekosistem Pengambilan Keputusan Secara Berkelompok Topik Khusus untuk melakukan kajian topik-topik tertentu sesuai

kebutuhan kelompok Dinamika Kelompok untuk meningkatkan kekompakan kelompok

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh tim independen baikterhadap SLPHT Pangan maupun SLPHT Perkebunan diperoleh kesimpulan yanghampir sama yaitu:1. Produksi petak PHT lebih tinggi2. Kualitas produk lebih baik sehingga memperoleh penghargaan yang

lebih tinggi3. Penggunaan insektisida dan fungisida sangat menurun4. Penggunaan pengendalian hayati dengan agens pengendalian hayati

meningkat5. Kemampuan dan kepercayaan diri petani terhadap konsep dan teknologi

PHT meningkat 6. Keuntungan usaha petani meningkat.

Sayangnya saat ini perhatian Pemerintah terhadap tindak lanjutprogram pelatihan SLPHT Pangan menurun karena diserahkan kepadapembiayaan Pemerintah Daerah, sedangkan kegiatan SLPHT Perkebunan masihberjalan sampai akhir 2005. Jumlah petani yang telah mengikuti SLPHT

149

masih terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah petani pangan danperkebunan di Indonesia yang bekisar antara 30-40 juta.

KEBIJAKAN TENTANG PENDAFTARAN, PEREDARAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA

Pada dasarnya pestisida merupakan bahan kimia yang memiliki risikobahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sehingga penggunaannyaperlu dilakukan secara hati-hati dengan pengawasan yang ketat. Karenaitu setiap negara harus membuat peraturan yang berhubungan denganpendaftaran, perijinan, peredaran, penggunaan dan pengawasan pestisida.Secara historis sejak tahun 1970 Pemerintah telah menerapkan prosedurpendaftaran dan perijinan pestisida yang mengacu tatacara yang berlakusecara internasional. Pada tahun 1973 diterbitkan Peraturan PemerintahNo. 7/1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, penyimpanan danpenggunaan Pestisida.

Pasal 2 PP 7/1973 menyatakan bahwa:1) Setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan pestisida yang

tidak didaftarkan atau memperoleh izin Menteri Pertanian2) Prosedur permohonan pendaftaran dan izin diatur lebih lanjut oleh

Menteri Pertanian3) Peredaran dan penyimpanan pestisida diatur oleh Menteri Perdagangan

atau Menteri Pertanian

Pasal 31) Izin yang dimaksudkan diberikan sebagai IZIN TETAP, IZIN SEMENTARA

atau IZIN PERCOBAAN2) Izin sementara dan izin percobaan diberikan untuk jangka waktu 1

tahun3) Izin tetap diberikan untuk jangka waktu 5 tahun, dengan ketentuan

bahwa izin tersebut dalam jangka waktu itu dapat ditinjau kembaliatau dicabut apabila dianggap perlu karena pengaruh samping yangtidak diinginkan.

Meskipun sudah ada UU No. 12 Tahun 1992 dan PP 6 Tahun 1995 yang

di dalamnya juga mengandung pengaturan tentang pestisida, namun PP No.7Tahun 1973 belum dicabut sehingga masih diberlakukan sampai saat ini.Mengenai pengaturan pestisida UU No. 12/1992 menyatakan bahwa:

“Pestisida yang akan diedarkan dalam wilayah Negara RI wajib terdaftar,memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia danlingkungan hidup, serta diberi label”

150

“Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaranserta penggunaan pestisida”.

“Pemerintah dapat melarang atau membatasi peredaran dan/atau penggunaanpestisida tertentu”

Dalam melaksanakan tugas pendaftaran dan pengelolaan pestisidasecara nasional, Menteri Pertanian dibantu oleh KOMISI PESTISIDA atauterkenal dengan nama KOMPES. Komisi mempunyai tugas: 1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian sebagai

bahan dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan di bidangpestisida.

2. Mengkoordinasikan instansi/pihak terkait baik di dalam dan di luarDepartemen Pertanian di bidang pestisida kepada Menteri Pertanian,

3. Melakukan evaluasi data/informasi dalam rangka pendaftaranpestisida,

4. Melakukan evaluasi terhadap pestisida yang telah terdaftar dan telahmemperoleh izin Menteri Pertanian.

Saat ini Komisi Pestisida di bawah koordinasi Dirjen Bina SaranaPertanian dan anggota-anggotanya dari seluruh jajaran Pemerintah Pusatyang berkaitan dengan pengelolaan pestisida seperti dari DepKes,Kementerian Lingkungan Hidup, Dep. Tenaga Kerja, dll beserta beberapapakar pestisida. Untuk melaksanakan tugas ke-3 dan ke-4 Kompesmembentuk Tim Pakar Evaluasi Pestisida.

Peraturan tentang prosedur perijinan pestisida telah beberapa kalidirevisi yang terbaru adalah SK Mentan No. 434.1/Kpts/2001 tentangSyarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida. Pendaftaran pestisidadipersyaratkan dalam bentuk Bahan Teknis dan Bahan Formulasi. Sampaibulan Mei 2004 ini sekitar 1000 formulasi pestisida telah terdaftaruntuk pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pengendalian vektorpenyakit manusia, pengendalian rayap, pestisida rumah tangga, fumigasi,pestisida industri, dll.

KELEMBAGAAN PERLINDUNGAN TANAMAN

Dengan telah diundangkannya UU tentang Otonomi Daerah yaitu UU22/1999 maka terjadi perubahan struktur, wewenang serta statuskepegawaian beberapa lembaga perlindungan tanaman nasional. BPTPH(Balai Proteksi Tanaman dan Hortikultura) Propinsi yang dahulu beradadi bawah struktur Departemen Pertanian Pusat sekarang berada di bawahPemerintah Daerah Propinsi.

151

Kelembagaan Pemerintah PusatDalam organisasi Departemen Pertanian, lembaga-lembaga yang tugas

dan fungsi khususnya perlindungan tanaman terdapat di 4 DirektoratJenderal dan 1 (satu) Badan yaitu: 1. Direktorat Jendral Bina Sarana Pertanian yang membawahi Direktorat

Pupuk dan Pestisida2. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan yang membawahi

Direktorat Perlindungan Pangan3. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura yang membawahi

Direktorat Perlindungan Hortikultura4. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan yang membawahi

Direktorat Perlindungan Perkebunan5. Badan Karantina Pertanian yang membawahi Karantina Tumbuhan

Dalam struktur organisasi Pemerintah Pusat dan Daerah dikenallembaga dengan status dan fungsi pelaksanaan aspek-aspek teknistertentu yang disebut Unit Pelaksana Teknis (UPT). UPT PerlindunganTanaman yang dibentuk Pemerintah Pusat cukup banyak baik yang berada diDirektorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat PerlindunganHortikultura dan Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Sebagian besar UPT di bawah Direktorat Perlindungan Tanaman Pangandan Ditlin Hortikultura sudah diserahkan ke daerah sehingga berubahstatusnya menjadi UPT Pemerintah Daerah. Dua unit kerja yang termasukUPT Ditlin Pangan adalah Sentra Peramalan Jasad Pengganggu TanamanPangan di Jatisari Cikampek, dan Laboratorium Analisis Pestisida diPasar Minggu Jakarta. Sedangkan UPT Direktorat Perlindungan Perkebunansampai tahun ini masih belum diserahkan ke Daerah. UPT DitlinPerkebunan adalah BPTP (Balai Proteksi Tanaman Perkebunan) di Medan,Bandung, Jombang dan Ambon, dan beberapa Laboratorium (Lab.Lapangan/LL, Laboratorium Utama Pengendalian Hayati/LUPH, Lab UtamaVertebtara/LUV, dan Laboratorium Analisis Pestisida/LAP).

Perlindungan Tanaman di Organsiasi Pemerintah Propinsi Sebagai konsekuensi kebijakan otonomi daerah struktur organisasi

Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten sangat beragam, tergantungpada kebijakan dan program kerja daerah yang bersangkutan. Sampai tahun2003 Indonesia memiliki 33 propinsi, 273 kabupaten, dan 63 kotamadyayang mempunyai struktur organisasi yang sangat beragam. Hal initermasuk mengenai keberadaan, kedudukan, dan letak lembaga yangberwewenang dalam mengelola perlindungan tanaman.

152

Operasionalisasi kegiatan pengkajian dan pengendalian OPT ditingkat daerah dilakukan oleh BPTPH Propinsi sebagai UPT Daerah. BPTPHdi lapangan mempunyai beberapa laboratorium perlindungan tanamanseperti BPTPH DIY memiliki laboratorium di Bantul. Karena itu padastruktur organisasi Dinas-dinas yang ditetapkan oleh SK Kepala Daerahseringkali posisi perlindungan tanaman tidak ada terutama di DinasPertanian Tanaman Pangan dan/atau Hortikultura. Di Dinas Perkebunanseperti di Jawa Tengah dan DIY bagian perlindungan tanaman masih tampakkadangkala sebagai eselon II (Sub Dinas Perlindungan Tanaman) atausebagai eselon III (Seksi Perlindungan Tanaman).

LAMPIRAN I

AMBANG EKONOMI BERBAGAI JENIS HAMAPADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

1. PadiNo.

Jenis hama Sampelpengamatan

Ambang ekonomi

1. Rattus argentiventer - 30 rumpun padamasa vegetatif.

- 20 rumpun pada pemasakanbulir

Persentase tanaman terpotong > 5 %

2. Nilaparvata lugens 20 rumpun / petak

1 nimfa / tunas

3. Sogatella furcifera 20 rumpun / 1 nimfa dewasa / tunas

153

petak4. Nephotettix virescens, N.

malayanus, dan N. nigropictus

20 rumpun / petak

a.Ada tungro : 1 nimfa dewasa / tunas

b.Tidak ada tungro : 5 nimfa / tunas

5. - Scirpophaga incertulas- S. innotata- Chilo supressalis- C. polychrysus- Sesamia inferens

20 rumpun /petak

a.Tanam – malai berisi : 2 kel. telur/ 20 rumpun

b.Malai berisi – akhir pembungaan : 1 kel. telur / 20 rumpun

4. - Mythimma separata- Spodoptera litura- S. exemta- S. mauritia

20 rumpun /petak

a.Pesemaian : kerusakandaun sebesar 50 %

b.Tanam – pembentukan malai : kerusakan daun sebesar 25 %

c.Pembentukan malai – masak : kerusakan daun sebesar 15 %

5. Cnapalocrosis medinalis 20 rumpun /petak

a.Fase vegetatif : kerusakan daun sebesar 20 %

b.Sebelum pembentukan malai–pembentukan bunga: kerusakan daun5 %

6. Nymphula depunctalis 20 rumpun /petak

a.Semai – tanam : kerusakan daun sebesar 50 %

b.Tanam – anakan terbentuk : kerusakandaun sebesar 25 %

7. Leptocoryza acuta 20 rumpun /petak

10 nimfa

8. Orseolia oryzae 20 rumpun /petak

2 telur/rumpun

2. KedelaiNo.

Jenis hama Samplepengamatan

Ambang ekonomi

1. Spodoptera litura a. Umur tan. (31 – 50 hst) : 3 ekor

154

larva instar 3 / rumpun dan 4 kel. telur / 100 rumpun

b. Umur tan. (51 – 70 hst) : 6 ekor larva instar 3 / rumpun dan 7 kel. telur / 100 rumpun

c. Kerusakan daun 12,5 % atau populasi ulat 10 larva / 20 rumpun (Balittan Malang)

2. Chrysodeixis chalcites 10 rumpun/ petak a. Fase vegetatif (11-30 hst): - 200 larva instar 1- 120 larva instar 2- 20 larva instar 3- kerusakan daun sebesar 25 %

b. Umur tan. (31-50 hst):- 200 larva instar 1- 120 larva instar 2- 30 larva instar 3- kerusakan daun sebesar 12,5 %

c. Umur tan. (51 – 70 hst): - 200 larva instar 1- 120 larva instar 2- 50 larva instar 3- kerusakan daun sebesar 12,5 %

d. Populasi ulat 15 larva / 20 rumpun (Balittan Malang)

3. Phaedonia inclusa 10 rumpun /petak

a. Fase tanam- 10 hst : 1 imago

b. Fase vegetatif : 1 imago

c. Sebelum 45 hst : kerusakan sebesar >2 % / 20 rumpun

155

acakd. Umur tanaman 45

hst, ditemukan serangan sebesar 2 % (Balittan Malang)

4. Nezara viridula 10 rumpun a. Umur tan (31 – 50 hst):

- 1 pasangkepik hijau - 1pasang kepikcoklat

b. Umur tan. (51 –70 hst) : - 1 pasang - kerusakan polong >2,5 %

c. Umur tan 71 hst – panen : 1 pasang

d. Umur 45- 50 hst, bila ditemukan 3 ekor kepik / 5 tanaman atau kerusakan polong 2%(Balittan Malang)

5 Piezodorus hybneri a. Umur tan (31 – 50 hst):- 1 pasang kepik

hijau - 1 pasang kepik

coklatb. Umur tan. (51 –70

hst) : - 1 pasang - kerusakan polong

> 2,5 %c. Umur tan 71 hst –

panen : 1 pasangd. Umur 45- 50 hst,

bila ditemukan 3 ekor kepik / 5 tanaman atau kerusakan polong 2%(Balittan Malang)

6 Riptortus linearis a. Umur tan (31 – 50 hst): - 1 pasang kepik hijau

- 1 pasang kepik coklat

156

b. Umur tan. (51 –70 hst) : - 1 pasang - kerusakan polong

> 2,5 %c. Umur tan 71 hst –

panen : 1 pasangd. Umur 45- 50 hst,

bila ditemukan 1 ekor kepik / 4 tanaman atau kerusakan polong 2%(Balittan Malang)

7. Etiella zinckenella 10 rumpun /petak

a.Pertumbuhan polong(51 – 70hst) : 1pasang atau 1 ekordan polong terserang> 2,5 %

b.Umur tanaman 45 hst ,bila terdapatserangan rata-rata 2% (Balittan Malang)

8 .

Ophiomyia (Agromyza)phaseoli

30 rumpun /petak

a.Umur tan. (tanam – 10hst) : 2 ekor atau2,5 % tanamanterserang

b.Umur tan. Sebelum 10hst : kerusakan > 2 %

c.Terdapat serangan 2 %atau adanya 1 ekorlalat / 5m baristanaman (BalittanMalang, 1991)

9. - Lamprosema indicata- Plusia chalcites

10 rumpun /petak

a.vegetatif (11-30 hst): kerusakan daunsebesar 25 % atauditemukan 30 larva

b.Umur tan. (31-50 hst): kerusakan daunsebesar 12,5 %

c. Umur tan (51 – 70hst) : kerusakan daunsebesar 12,5 %

d.Terdapat kerusakandaun sebesar 12,5 %atau ditemukan 15ulat (Balittanmalang,1991)

10.

Melanogromyza sojae 10 rumpun /petak

a.Umur tanaman kurang dari 10 hari

157

kerusakan sebesar > 2%

b.Umur tanaman 0-30 hst: terdapat serangan >2 %

11.

Spodoptera litura 12 rumpun /petak

a.58 larva instar 1b.32 larva instar 2c.17 larva instar 3

(Ditlin)d.4 larva / 12 rumpun

yang berdekatane.Terdapat kerusakan

daun sebesar 12,5 % atau 15 larva / 20 rumpun (Balittan Malang, 1991)

Lampiran 2Daftar tumbuhan di Indonesia yang dapat digunakan sebagai pestisida

nabati

No Nama Spesies Nama Umum Nama Daerah Bagian yangdigunakan

1 Achalypha indica Indian nettle Rumput bolong

Daun, kulit

2 Acarus columus Delinggo Daun3 Allium cepa Red onion Bawang merah Daun4 Allium sativum Garlic Bawang putih Daun5 Andropogon nordus Citronella Serai wangi Daun6 Annona muricata Sirsak Daun, biji7 Annona reticulata Custard apple Buah nina Kulit, buah

158

8 Annona squamosa Sugar apple Srikaya, delima

Akar, buah

9 Azadirachta indica Neem tree Nimba Seluruh bagian10Bischo Bischofia javanica Glintungan Daun11 Chrysantemum sp. Chrysant Piretrum Bunga 12 Cinnamomum burmanii Cinnamon leaf Kayu manis Daun, kulit, buah13 Citrus aurantium Sour orange Jeruk Daun14 Citrus hystrix Lemon Jeruk purut Daun, kulit, buah15 Cocos nucifera Coconut Kelapa Daging16 Coleus sp. Daun jinten Daun17 Coriandum sativum Ketumbar Biji18 Croton triglium Kamalakian Biji19 Crynura sp. Beluntas

CinaDaun

20 Cucumis sativus Cucumber Mentimun Daun21 Cucurbita moschata Labu besar Daun, biji22 Cymbopogon sp. Lemon grass Serai dapur Daun23 Dahlia sp. Frenchmarigold Dahlia Daun24 Derris elliptica Tuba Akar25 Derris malaccensis Tuba laut Akar26 Eclipta alba Urang aring Akar, tangkai27 Eugenia syzigium Clove Cengkeh Daun, bunga28 Eunymus japonicus Spindle tree Kumbang Daun29 Eupatorium triplinerpe Ayapana Daun30 Ficus carca Fong tree Daun31 Geranium sp. Daun ambrei Daun32 Hedera nodosa Pepaya hutan Daun33 Impatiens sultani Zingiber

balsamPacar air Daun

34 Ipomea batatas Batate, patate Ubi jalar Daun35 Lonchocarpus nicou Timbo, neku Akar36 Lycopercicum sp. Leunca,

komirSeluruh bagian

37 Mammea Americana Mamey Akar, ubi, kulit38 Mundulae suberosa Mundula Kulit, akar,

batang39 Nerium oleander Common

oleanderOleander, jure

Akar, kulit, batang

40 Nicotiana tabaccum Tobacco Tembakau Daun41 Oxalis deppei Lucky clover Celincing Daun42 Pachyrrhyzus erosus Chinesse yan Bengkuang Seluruh bagian43 Pangium edulo Kapayang Dahan, daun44 Pelargonium sp. Geranium Keranyam Daun, batang45 Peperomia sp. Saladaan Daun46 Piper nigrum Black pepper Lada Biji47 Pogostemon cablin Cublin Nilam Daun48 Punica granatum Ponegranate Delima Daun49 Ricinus communis Costa bean Jarak,

kalikiBiji

50 Rosa sp. Mawar Daun51 Sepindus rarak Rerek, lerek Daun

159

52 Solanum tuberosum Iris potato Kentang Daun53 Tephorisa vogelii Vogel teprosia Daun, biji54 Zingiber officinale Ginger Jahe RimpangSumber : DirJen Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian

160