24
Artikel 1: Psikologi Pendidikan dan Guru (Diposkan oleh Akhmad Sudrajat pada tanggal 2 Februari 2008) Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya : Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat. Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya. Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis) 1 | Kumpulan Artikel Psikologi Guru

Artikel Psikologi Guru

Embed Size (px)

Citation preview

Artikel 1:

Psikologi Pendidikan dan Guru

(Diposkan oleh Akhmad Sudrajat pada tanggal 2 Februari 2008)

Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang

berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari

arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau

ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah

satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah

tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu

yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang

bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan

dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati

dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam

bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu

ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi

dengan lingkungannya.

Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum

(general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan

psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi

khusus, diantaranya :

Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada

dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai

dengan akhir hayat.

Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus

dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.

Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan

penyembuhan (klinis)

1 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong

abnormal.

Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya

dengan dunia industri.

Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi

pendidikan

Di samping jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas,

masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat

mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan

perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.

Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena

didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :

Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-

perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung

dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik,

administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.

Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan

dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya

sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross

sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan

kuantitatif.

Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali

berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses

pendidikan.

Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai

salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku

individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk

menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi

2 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah

tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih

psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan

pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan

kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan

Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam

pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan

banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator,

masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar

tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka

setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya

dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat

menunjukkan perilakunya secara efektif. Guru dalam menjalankan

perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para

peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai

aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait

dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala

aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara

efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata

bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di sinilah arti

penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang

psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus

dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003)

mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu

dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan

yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.

3 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui

pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai

diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk

perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan

pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan

pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan

mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai

diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode

pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya

dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan

gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami

siswanya.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran,

juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan

memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat

memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui

proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan

keakraban.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap

potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan

minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya

memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan

4 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman

psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan

mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai

fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar

yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang

memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-

emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat

belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan

untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak,

penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan

siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu

guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang

lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-

prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

Komentar:

Guru sebagai pendidik / pengajar menjadi subjek yang mutlak

harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar

mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir

kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.

Artikel 2:

Implementasi Praksis Peran Guru Dalam Pembelajaran Di Indonesia

(Diposkan oleh Rahmat Taufiq pada tanggal 22 Desember 2012)

5 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

1. Pendidikan Seumur Hidup

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sejak

manusia diciptakan oleh Allah SWT, di mana setelah Nabi Adam

diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama segala benda agar

Adam mengenal nama-nama dan fungsi benda tersebut. (Qur`an

[2]:31). Proses belajar yang dialami oleh seseorang

berlangsung sepanjang hidup mereka. Namun pada awalnya

dipahami bahwa proses belajar itu hanya disekolah. Sebelum

masuk sekolah dianggap belum ada proses belajar dan sesudah

tamat di suatu jenjang pendidikan dianggap proses belajar

telah selesai. Sekolah dijadikan sebagai sentral perolehan

pengetahuan dan keterampilan untuk menempuh kehidupan

selanjutnya. Pemahaman seperti ini sudah mulai ditinggalkan

dan sekolah dianggap bukan lagi satu-satunya tempat memperoleh

ilmu (belajar). Proses belajar dapat juga diperoleh diluar

lingkungan sekolah, yakni di rumah tangga dan dilingkungan

masyarakat. Proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat

dan di mana saja, karena itu pendidikan berlangsung seumur

hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup ini telah lama

dikenal dalam pendidikan islam. Pendidikan umum adalah

pendidikan di luar pendidikan dan mengacu pada UUD No. 20

tahun 2003.

2. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses

pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama. Peristiwa belajar-mengajar banyak bearakar pada

berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan

proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model.

6 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbale

balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam

peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas,

tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa

interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian

pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan

nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peranan guru adalah

terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan

yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan

dengan kemajuan perubahan tingkah laku yang saling berkaitan

dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan

kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Guru merupakan jabatan

atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak

memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan

sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang

tertentu, belum dapat disebut guru. Untuk menjadi guru

diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi guru yang

professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan

dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang

perlu dibina dan dikembangkan.

3. Guru Sebagai Tenaga Profesional

7 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga professional,

akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai

maksud kata profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak

konotasi, salah satu diantaranya tenaga kependidikan, termasuk

guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan

yang memerlukan kondisi lanjut di dalam science dan teknologi

yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan

dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya,

menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada

yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional senantiasa

menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan

intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana

dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.

4. Guru Inspiratif

Menjadi guru inspiratif ternyata tidak mudah. Hanya

sebagian kecil saja dari guru-guru yang ada dapat menjadi guru

inspiratif. Hal ini disebabkan karena karakter inspiratif

tidak bersifat permanen. Suatu saat, seorang guru, dapat

menjadikan dirinya bagitu inspiratif di mata para siswanya. Di

saat yang lain, karakter semacam itu memudar. Sebagaimana

karakter manusia yang senantiasa berubah, demikian juga dengan

spirit inspiratif. Ada saat dimana spirit inspiratif melemah,

atau bahkan menghilang. Juga ada saat di mana spirit tersebut

naik dan menjadi landasan yang kukuh dalam mendidik. Bagaimana

menyulut spirit inspiratif? Jawaban atas pertanyaan ini memang

tidak mudah. Setiap guru dapat memiliki cara dan mekanisme

tersendiri untuk melakukannya. Pengalaman masing-masing guru

bisa jadi berlainan. Ada yang berusaha melakukan evaluasi

8 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

diri, ada yang membaca buku-buku motivasi, membaca biografi

tokoh-tokoh sukses, melakukan relaksasi, dan beraneka teknik

lainnya. Memang tidak ada teori baku dan universal yang

menjelaskan terhadap persoalan ini. Pertama, komitmen. Komitmen

sebagai guru inspiratif harus dibangun secara kukuh dalam

jiwa. Komitmen akan memberikan makna yang sangat penting

terhadap apa yang kita kerjakan, kita lihat, kita rasa, kita

dengar, dan kita pikirkan. Setiap mengajar, sejauh kita

memegang komitmen, maka kita akan senantiasa berusaha

semaksimal mungkin untuk memberi inspirasi kepada para siswa.

Mengamati bagaimana siswa kurang bergairah belajar, maka

komitmen sebagai guru inspiratif akan melahirkan beragam usaha

untuk membangkitkan semangat mereka terhadap belajar. Guru

sebagai faktor penting dalam pembangunan bangsa. Guru

merupakan agen perubahan yang berendah hati untuk berguru pada

alam ("Menangkap Sasmita Alam"). Terlebih lagi kepada sastra

(karya sastra maupun sastrawan) yang dijadikan Tingkat sebagai

sahabat paling dekat. Yang paling puncak tentu saja berguru

kepada diri sendiri, berguru dari kedalaman hati. Seorang guru

tidak hanya dituntut rendah hati untuk tiada henti berguru,

tetapi juga seorang guru yang mudah terangsang. "Rangsangan"

itu kemudian menjelma menjadi kegelisahan kreatif. Dikatakan

sebagai kegelisahan kreatif karena kegelisahan itu ditumpahkan

ke dalam tulisan. Dengan menulis, seorang guru menjadi guru di

ruang kelas yang terbatas, tidak pula menjadi guru hanya

selama hayat dikandung badan. Dengan menulis, seorang guru

memberi jalan bagi dirinya untuk menjadi guru pada ruang kelas

yang tak terbatas yakni masyarakat. Tulisan-tulisannya yang

9 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

dipublikasikan secara meluas menyebabkan seorang guru menjadi

guru masyarakat, guru loka, guru masyarakat. Guru yang tak

tergantung juga berkaitan dengan kemandirian atau kebebasan

dalam memaknai apa yang tersaji dalam hidup dan kehidupan ini,

termasuk dunia pendidikan yang dilakoni sang guru. Dengan daya

kritis melalui budaya menulis, guru tidak mesti menjadi

pengonsumsi pemikiran dan kemampuan orang saja, tetapi juga

mampu secara cerdas mengonstruksi pemikiran sendiri melalui

tradisi olah pikir yang tak pernah berhenti.

5. Guru Imajinatif

Kegiatan mendongeng boleh merupakan kegiatan yang sangat

sederhana. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang

mampu melakukannya dengan baik. Hal ini karena dalam

mendongeng diperlukan cara bertutur dengan intonasi yang jelas

dan mampu menceritakan sesuatu hal yang berkesan dan menarik.

Dalam dongeng ada nilai-nilai dan tujuan khusus. Kegiatan

mendongeng tentunya beda dengan bercerita yang sebagian besar

bahannya berdasarkan fakta dengan bahasa yang datar dan baku.

Mendongeng lebih banyak disisipi khayalan (fantasi imajinasi),

bahkan cenderung membual, mendongeng punya tujuan yang jelas,

yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui

atau memaksakan pendapat. Khusus bagi anak-anak, penyampaian

pesan dari dongeng dilakukan tanpa mendoktrinasi mereka, anak-

anak tidak dapat dipaksa untuk melakukan perbuatan begini atau

bersikap begitu. Anak-anak hendaklah diberi contoh perbuatan

yang baik atau buruk, sehinnga guru juga bisa memberikan

pembelajaran pada anak didik melalui media yang pas buat anak

ialah dengan melalui dongeng. Dalam kenyataan sehari-hari,

10 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

banyak orang tua lebih suka melarang. “Hai kamu jangan nakal

ibu sentil nanti. Ingat! Kamu tidak boleh begini! Kamu harus

begitu!” dibalik itu, mungkin maksud orang tua untuk melarang

anak melakukan sesuatu dengan cepat sesuai dengan keinginan

orang tua untuk melarang anak melakukan sesuatu dengan cepat

sesuai dengan keinginan orang tua. Hal ini bahkan bisa

menjadikan anak-anak reaktif (melawan). Disinilah peran

seorang guru dan orang tua harus pintar-pintar menyikapi sikap

atau prilaku dari anak didik kita.

6. Tanggung Jawab Guru

Tuntutan pada profesionalisme terhadap anak didik, sudah

pasti akan menambah tanggung-jawab guru. Dengan menyadari

besarnya tanggung-jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan

panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir

di tengah-tengah anak didiknya. Bagi guru pendidikan agama

Islam (PAI) tugas dan kewajiban seperti yang telah disebutkan

sebelumnya merupakan amanah yang harus diterima guru atas

dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut

wajib dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Hal ini sejalan

dengan firman Allah Swt., dalam al-Qur’an surat an-Nisa;

(4) : 58 berbunyi: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu

menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan

(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mendengar lagi Maha melihat.[8] Berdasarkan Ayat di atas,

mengandung makna bahwa tanggung-jawab guru adalah amanah yang

harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh keikhlasan dan

11 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

mengharapkan ridha Allah Swt. Tanggungjawab guru adalah

keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas

dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional

(profesional judgment) secara tepat.[9] Pekerjaan guru menutut

kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan

persyaratan para “pekerja pendidikan” atau orang-orang yang

disebut pendidik karena pekerjaanya itu patut mendapat

pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh pula.

7. UUD Guru

Ketentuan umum yang terdapat dalam Undang-Undang No. 14

Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen terdiri dari pembatasan

pengertian tentang guru, kualifikasi akademik, kompotensi,

sertifikasi dan seterusnya. Secara lengkap uraian tentang

ketentuan umum tersebut salah satunya sebagai berikut:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

Dalam UU No. 14 ini juga menjadi dasar hukum penekanan

Prinsip Profesionalitas Guru dan Dosen sebagai seorang tenaga

profesional yang merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.

b. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi,

tanggung jawab.

c. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja.

12 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

d. Memiliki jaminan perlindungan hukum.

e. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru.

Selain itu pula ditegaskan dalam aturan tentang

Pemberdayaan Profesi keguruan yang dapat diselenggarakan

melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,

berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan, dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.

Komentar:

Keberhasilan tertinggi guru adalah jika mampu mengubah siswa

yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya. Ini

bukan tidak mungkin, karena otak anak dalam golden-age waktu belajar

anak lebih luas, sementara waktu belajar guru lebih terbatas,

sumber belajar saat ini lebih banyak daripada sumber belajar

ketika guru kuliah. Tidak Sedikit dalam melaksanakan tugasnya,

para guru kerap menghadapi berbagai kendala yang menghambat

proses pembelajaran. Terhadap kendala-kendala yang muncul ini, ada

guru yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi tidak sedikit

pula guru yang tidak mampu mengatasinya. Hal ini disebabkan oleh

banyak faktor eksternal. Bahkan, mungkin kita sering menjumpai

proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang tidak mencapai sasaran

dan tujuan pembelajaran.

13 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Artikel 3:

Psikologi Pendidikan Berkelanjutan untuk Guru

(Sumber: Artikel Bebas dari ArticlesFactory.com)

Sebagai seorang pendidik itu penting untuk memiliki latar

belakang pendidikan terbaik untuk menguntungkan siswa Anda. Jika

Anda seorang guru psikologi kemudian psikologi pendidikan

berkelanjutan dapat sangat membantu bagi karir Anda. Dalam bidang

pengajaran, adalah penting bahwa seorang guru tetap dengan bidang

mereka. Dalam bidang psikologi, melanjutkan pendidikan sebagai

guru di bidang ini juga penting. Anda tidak akan ingin hanya

mengajar siswa Anda apa yang Anda pelajari di masa lalu atau

bahkan dari buku teks mereka. Anda akan ingin memberikan mereka

pengetahuan yang didapat dari penelitian aktif yang terus-menerus

diterbitkan. Hal ini mungkin terdengar seperti tugas yang tidak

pernah berakhir untuk guru, dan dalam beberapa hal itu. Setelah

Anda memiliki tingkat tertinggi derajat, maka Anda akan perlu

untuk memperluas pengetahuan Anda ke daerah-daerah baru bidang

Anda psikologi, melanjutkan pendidikan ke daerah-daerah baru juga.

Dalam bidang psikologi pengajaran, pendidikan berkelanjutan

kemungkinan akan berdampak pada kehidupan Anda serta kehidupan

siswa Anda. Jika Anda mengajar sebuah kelas tingkat yang lebih

14 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

rendah, dengan pengetahuan Anda Anda bisa berakhir meyakinkan

seorang mahasiswa muda untuk menjadi seorang psikolog atau sesuatu

yang serupa. Jika Anda mengajar kelas tingkat atas, Anda dapat

membantu mendapatkan pemikiran para siswa tentang bagaimana mereka

bisa mengambil pengetahuan mereka. Dampak pada Anda juga bisa

menjadi signifikan. Itu bisa mengubah tingkat membayar Anda jika

lembaga yang Anda bekerja memiliki derajat yang lebih tinggi

meningkatkan dengan. Hal ini juga dapat mempengaruhi Anda dengan

memberikan Anda lebih percaya diri sebagai guru. Dengan dampak

yang signifikan bahwa psikologi pendidikan berkelanjutan bisa saja

pada kehidupan Anda, mengapa tidak melihat ke dalamnya? Jika Anda

berpikir bahwa Anda menjaga pada studi dan informasi baru tanpa

mengambil kelas, Anda mungkin benar. Namun ada sesuatu yang tidak

dapat memperoleh dari hanya membaca pada Anda sendiri. Anda tidak

memiliki akuntabilitas yang hadir ketika Anda memiliki instruktur.

Mengambil tes dan kuis akan menantang apa yang Anda baca dan

pastikan bahwa itu adalah berurat berakar dalam pikiran Anda

sehingga Anda dapat lebih menyampaikan informasi tersebut kepada

siswa Anda.

Jika Anda memutuskan bahwa akan maju dengan pelatihan Anda adalah

pilihan yang baik untuk Anda, maka Anda akan ingin untuk

memutuskan apa jenis lingkungan yang terbaik untuk Anda. Anda bisa

mengambil cuti dari mengajar Anda untuk mendapatkan gelar yang

lebih tinggi atau kelas hanya lebih di bidang keahlian Anda. Anda

juga dapat memilih lembaga online dan terus mengajar Anda saat

mengambil kelas. Pilihan lain adalah untuk menghadiri sebuah

perguruan tinggi atau universitas untuk waktu singkat satu kali

setahun dan mengambil kursus Anda pada tingkat terkonsentrasi.

15 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Anda akan perlu untuk melihat apa yang Anda butuhkan dan seberapa

cepat Anda ingin untuk menyelesaikan gelar Anda untuk menentukan

apa yang akan terbaik untuk Anda. Setelah Anda memutuskan pada

kursus Anda Artikel Kebugaran actionHealth, Anda akan dapat maju

dengan rencana Anda dan mudah-mudahan menyelesaikan gelar Anda

atau kursus yang diinginkan sesegera mungkin. Siswa Anda akan

berterima kasih bila Anda dapat memberikan informasi baru dan

lebih baik untuk membawa mereka maju dalam pembelajaran mereka

sendiri untuk masa depan mereka.

Komentar:

Guru yang baik mengetahui pokok mata pelajarannya dan

menguasai kemampuan pedagogi. Dia menyelesaikan semua tugas yang

terdapat dalam pengajaran yang efektif dengan kehangatan,

antusiasme, dan kepedulian. Dia adalah guru yang intensional dan

dia menggunakan prinsip psikologi.pendidikan dalam pengambilan

keputusan dan pengajaranny. Dia menggabungkan riset dan akal

sehat.

16 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Artikel 4:

Pemahaman Psikologi Pendidikan Bagi Guru

(Diposkan oleh Siti Zubaidah pada tanggal 26 Desember 2011)

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik

dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami

tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-

orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta

didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan

perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan

kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di

sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan

guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi

yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik, afektif dan

psikomotorik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara

pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru

adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan

proses belajar mengajar peserta didik” karena dengan pengetahuan

psikologi seorang guru dan calon guru akan mengetahui berbagai

karakteristik yang berbedah-bedah dalam setiap peserta didik bak

17 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

dalam sifat, sikap maupun segala gerak geriknya peserta didik

tersebut. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru

melalui pertimbangan–pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Dengan demikian banyak teori-teori yang menjelaskan tentang

berbagai pembelajaran seperti hanya teori pembelajaran behaviorisme

yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui perkaiatan

antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan

perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori

behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori

pelaziman operan. Teori pelaziman klasik dipelopori oleh Ivan

Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu:

1. Excitation (pergetaran) yaitu suatu rangsangan tak terazim atau

alami dapat membangkitkanreaksi sel-sel tertentu, sehingga

dapat menghasilkan tindak balas.

2. Irradiaton (penularan) yaitu terjadi reaksi dari sel-sel lain

yang berbeda di sekitar kawasann sl-sel yang bekenan debgan

rangasangan tak terlazim.

3. Stimulus generalization (generalisasi rangsangan) yaitu keadaan

dimana individu memberika tindak balas yang sama terhadap

ranggsangan tertentuu yang memiliki kesamaan walaupun tidak

serupa.

18 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

4. Extintion (penghapuan) yaitu suatu tidak balas akan hilang

secarra perlahan-lahan apabila makin berkurangnya keterkaitann

dengan rangsangan tak terlazim.

Teori pelaziman operan yang tokohnya yaitu Throndike, pada

dasarnya poses pembelajaran merupakan pembinaan hubungan antara

rangsangan tertentu dengan perilaku tertentu. Semua pembelajaran

dilakukan melalui suatu prroses coba-salah (trial and error). Ada tiga

hukum pembelajaran yaitu hukum hasil (law of effect) menyatakan bahwa

hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila

ada kepuasan, dan akan makin diperlemah apabila terjadi

ketidakpuasaan, hukum latihan (law of exercise) menyatakan suatu

rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila sering dilakukan

latihan, dan hukum kesiapan (law of readiness) menyatakan bahwa

hubungan rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila

disertai dengan kesiapan individu.

Komentar:

Memahami psikologi bukanlah hal mudah, karena membutuhkan

tahapan-tahapan yang harus dilewati oleh seorang yang ingin

memahami tentang psikologi sesuatu. Salah satunya adalah yang

berkaitan dengan pendidikan. Dimulai dari pengertian psikologi

pendidikan itu sendiri.

19 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Artikel 5:

Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan

(Diposkan oleh Ahmad Sudrajat pada tanggal 16 Juni 2010)

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang

psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam

pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan

kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap

pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan

Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan

pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan

pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.

Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai

pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan

perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan

dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan

kepribadian peserta didik. Secara psikologis, manusia

merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian

20 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya

memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu,

baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,

motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik

individu lainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu

menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat

berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam

hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara

khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,

kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis

kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya

pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus

menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama

berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan

sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa;

(3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi

kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori

yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya

sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti: teori classical

conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,

teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran

21 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan

dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-

teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan

dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi

pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang

melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo, 2002)

mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :

a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu

tujuan.

b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan

kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang

lain.

c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan

dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang

berharga baginya.

d. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.

e. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula

hasil sambilan.

f. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

g. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek

intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial,

etis dan sebagainya. Seseorang memerlukan bantuan dan

bimbingan dari orang lain.

h. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus

benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta

lepas secara verbalistis.

i. Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya,

seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.

22 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

j. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses

yang menyenangkan.

k. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh

pemahaman.

l. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk

belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting

dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat

keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat

memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta

didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran

tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan

sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki

oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya

berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat

kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita

mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak

digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti

Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT),

EPPS dan alat ukur lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat

dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis,

memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses

pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya

dapat dicapai perkembangan individu yang optimal. Oleh karena

itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi

kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Komentar:

23 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u

Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah

anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku,

karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka

dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu

memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu

proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar

mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.

24 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u