Upload
independent
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Artikel 1:
Psikologi Pendidikan dan Guru
(Diposkan oleh Akhmad Sudrajat pada tanggal 2 Februari 2008)
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang
berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari
arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau
ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah
satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah
tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang
bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan
dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati
dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam
bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum
(general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan
psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi
khusus, diantaranya :
Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada
dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai
dengan akhir hayat.
Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus
dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan
penyembuhan (klinis)
1 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong
abnormal.
Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya
dengan dunia industri.
Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi
pendidikan
Di samping jenis-jenis psikologi yang disebutkan di atas,
masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat
mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan
perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena
didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-
perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik,
administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya
sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross
sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan
kuantitatif.
Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali
berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses
pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai
salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku
individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi
2 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah
tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih
psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan
pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan
kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan
Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam
pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan
banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator,
masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar
tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka
setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya
dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat
menunjukkan perilakunya secara efektif. Guru dalam menjalankan
perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para
peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait
dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala
aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara
efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata
bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di sinilah arti
penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang
psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003)
mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu
dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan
yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.
3 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui
pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai
diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan
pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan
mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai
diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya
dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan
gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran,
juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan
memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat
memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui
proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan
keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap
potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan
minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan
4 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman
psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai
fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar
yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang
memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-
emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan
untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak,
penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan
siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu
guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang
lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-
prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Komentar:
Guru sebagai pendidik / pengajar menjadi subjek yang mutlak
harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar
mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir
kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.
Artikel 2:
Implementasi Praksis Peran Guru Dalam Pembelajaran Di Indonesia
(Diposkan oleh Rahmat Taufiq pada tanggal 22 Desember 2012)
5 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
1. Pendidikan Seumur Hidup
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sejak
manusia diciptakan oleh Allah SWT, di mana setelah Nabi Adam
diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama segala benda agar
Adam mengenal nama-nama dan fungsi benda tersebut. (Qur`an
[2]:31). Proses belajar yang dialami oleh seseorang
berlangsung sepanjang hidup mereka. Namun pada awalnya
dipahami bahwa proses belajar itu hanya disekolah. Sebelum
masuk sekolah dianggap belum ada proses belajar dan sesudah
tamat di suatu jenjang pendidikan dianggap proses belajar
telah selesai. Sekolah dijadikan sebagai sentral perolehan
pengetahuan dan keterampilan untuk menempuh kehidupan
selanjutnya. Pemahaman seperti ini sudah mulai ditinggalkan
dan sekolah dianggap bukan lagi satu-satunya tempat memperoleh
ilmu (belajar). Proses belajar dapat juga diperoleh diluar
lingkungan sekolah, yakni di rumah tangga dan dilingkungan
masyarakat. Proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat
dan di mana saja, karena itu pendidikan berlangsung seumur
hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup ini telah lama
dikenal dalam pendidikan islam. Pendidikan umum adalah
pendidikan di luar pendidikan dan mengacu pada UUD No. 20
tahun 2003.
2. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Peristiwa belajar-mengajar banyak bearakar pada
berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan
proses belajar-mengajar dapat terjadi dalam berbagai model.
6 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbale
balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa
interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peranan guru adalah
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan
dengan kemajuan perubahan tingkah laku yang saling berkaitan
dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang
menjadi tujuannya (Wrightman, 1977). Guru merupakan jabatan
atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang
tertentu, belum dapat disebut guru. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi guru yang
professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan
dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang
perlu dibina dan dikembangkan.
3. Guru Sebagai Tenaga Profesional
7 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Berbicara soal kedudukan guru sebagai tenaga professional,
akan lebih tepat kalau diketahui terlebih dahulu mengenai
maksud kata profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak
konotasi, salah satu diantaranya tenaga kependidikan, termasuk
guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan
yang memerlukan kondisi lanjut di dalam science dan teknologi
yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan
dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya,
menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada
yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional senantiasa
menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan
intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana
dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.
4. Guru Inspiratif
Menjadi guru inspiratif ternyata tidak mudah. Hanya
sebagian kecil saja dari guru-guru yang ada dapat menjadi guru
inspiratif. Hal ini disebabkan karena karakter inspiratif
tidak bersifat permanen. Suatu saat, seorang guru, dapat
menjadikan dirinya bagitu inspiratif di mata para siswanya. Di
saat yang lain, karakter semacam itu memudar. Sebagaimana
karakter manusia yang senantiasa berubah, demikian juga dengan
spirit inspiratif. Ada saat dimana spirit inspiratif melemah,
atau bahkan menghilang. Juga ada saat di mana spirit tersebut
naik dan menjadi landasan yang kukuh dalam mendidik. Bagaimana
menyulut spirit inspiratif? Jawaban atas pertanyaan ini memang
tidak mudah. Setiap guru dapat memiliki cara dan mekanisme
tersendiri untuk melakukannya. Pengalaman masing-masing guru
bisa jadi berlainan. Ada yang berusaha melakukan evaluasi
8 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
diri, ada yang membaca buku-buku motivasi, membaca biografi
tokoh-tokoh sukses, melakukan relaksasi, dan beraneka teknik
lainnya. Memang tidak ada teori baku dan universal yang
menjelaskan terhadap persoalan ini. Pertama, komitmen. Komitmen
sebagai guru inspiratif harus dibangun secara kukuh dalam
jiwa. Komitmen akan memberikan makna yang sangat penting
terhadap apa yang kita kerjakan, kita lihat, kita rasa, kita
dengar, dan kita pikirkan. Setiap mengajar, sejauh kita
memegang komitmen, maka kita akan senantiasa berusaha
semaksimal mungkin untuk memberi inspirasi kepada para siswa.
Mengamati bagaimana siswa kurang bergairah belajar, maka
komitmen sebagai guru inspiratif akan melahirkan beragam usaha
untuk membangkitkan semangat mereka terhadap belajar. Guru
sebagai faktor penting dalam pembangunan bangsa. Guru
merupakan agen perubahan yang berendah hati untuk berguru pada
alam ("Menangkap Sasmita Alam"). Terlebih lagi kepada sastra
(karya sastra maupun sastrawan) yang dijadikan Tingkat sebagai
sahabat paling dekat. Yang paling puncak tentu saja berguru
kepada diri sendiri, berguru dari kedalaman hati. Seorang guru
tidak hanya dituntut rendah hati untuk tiada henti berguru,
tetapi juga seorang guru yang mudah terangsang. "Rangsangan"
itu kemudian menjelma menjadi kegelisahan kreatif. Dikatakan
sebagai kegelisahan kreatif karena kegelisahan itu ditumpahkan
ke dalam tulisan. Dengan menulis, seorang guru menjadi guru di
ruang kelas yang terbatas, tidak pula menjadi guru hanya
selama hayat dikandung badan. Dengan menulis, seorang guru
memberi jalan bagi dirinya untuk menjadi guru pada ruang kelas
yang tak terbatas yakni masyarakat. Tulisan-tulisannya yang
9 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
dipublikasikan secara meluas menyebabkan seorang guru menjadi
guru masyarakat, guru loka, guru masyarakat. Guru yang tak
tergantung juga berkaitan dengan kemandirian atau kebebasan
dalam memaknai apa yang tersaji dalam hidup dan kehidupan ini,
termasuk dunia pendidikan yang dilakoni sang guru. Dengan daya
kritis melalui budaya menulis, guru tidak mesti menjadi
pengonsumsi pemikiran dan kemampuan orang saja, tetapi juga
mampu secara cerdas mengonstruksi pemikiran sendiri melalui
tradisi olah pikir yang tak pernah berhenti.
5. Guru Imajinatif
Kegiatan mendongeng boleh merupakan kegiatan yang sangat
sederhana. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang
mampu melakukannya dengan baik. Hal ini karena dalam
mendongeng diperlukan cara bertutur dengan intonasi yang jelas
dan mampu menceritakan sesuatu hal yang berkesan dan menarik.
Dalam dongeng ada nilai-nilai dan tujuan khusus. Kegiatan
mendongeng tentunya beda dengan bercerita yang sebagian besar
bahannya berdasarkan fakta dengan bahasa yang datar dan baku.
Mendongeng lebih banyak disisipi khayalan (fantasi imajinasi),
bahkan cenderung membual, mendongeng punya tujuan yang jelas,
yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui
atau memaksakan pendapat. Khusus bagi anak-anak, penyampaian
pesan dari dongeng dilakukan tanpa mendoktrinasi mereka, anak-
anak tidak dapat dipaksa untuk melakukan perbuatan begini atau
bersikap begitu. Anak-anak hendaklah diberi contoh perbuatan
yang baik atau buruk, sehinnga guru juga bisa memberikan
pembelajaran pada anak didik melalui media yang pas buat anak
ialah dengan melalui dongeng. Dalam kenyataan sehari-hari,
10 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
banyak orang tua lebih suka melarang. “Hai kamu jangan nakal
ibu sentil nanti. Ingat! Kamu tidak boleh begini! Kamu harus
begitu!” dibalik itu, mungkin maksud orang tua untuk melarang
anak melakukan sesuatu dengan cepat sesuai dengan keinginan
orang tua untuk melarang anak melakukan sesuatu dengan cepat
sesuai dengan keinginan orang tua. Hal ini bahkan bisa
menjadikan anak-anak reaktif (melawan). Disinilah peran
seorang guru dan orang tua harus pintar-pintar menyikapi sikap
atau prilaku dari anak didik kita.
6. Tanggung Jawab Guru
Tuntutan pada profesionalisme terhadap anak didik, sudah
pasti akan menambah tanggung-jawab guru. Dengan menyadari
besarnya tanggung-jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan
panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir
di tengah-tengah anak didiknya. Bagi guru pendidikan agama
Islam (PAI) tugas dan kewajiban seperti yang telah disebutkan
sebelumnya merupakan amanah yang harus diterima guru atas
dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut
wajib dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Hal ini sejalan
dengan firman Allah Swt., dalam al-Qur’an surat an-Nisa;
(4) : 58 berbunyi: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha melihat.[8] Berdasarkan Ayat di atas,
mengandung makna bahwa tanggung-jawab guru adalah amanah yang
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, penuh keikhlasan dan
11 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
mengharapkan ridha Allah Swt. Tanggungjawab guru adalah
keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional
(profesional judgment) secara tepat.[9] Pekerjaan guru menutut
kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan
persyaratan para “pekerja pendidikan” atau orang-orang yang
disebut pendidik karena pekerjaanya itu patut mendapat
pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh pula.
7. UUD Guru
Ketentuan umum yang terdapat dalam Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen terdiri dari pembatasan
pengertian tentang guru, kualifikasi akademik, kompotensi,
sertifikasi dan seterusnya. Secara lengkap uraian tentang
ketentuan umum tersebut salah satunya sebagai berikut:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Dalam UU No. 14 ini juga menjadi dasar hukum penekanan
Prinsip Profesionalitas Guru dan Dosen sebagai seorang tenaga
profesional yang merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.
b. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi,
tanggung jawab.
c. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja.
12 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
d. Memiliki jaminan perlindungan hukum.
e. Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru.
Selain itu pula ditegaskan dalam aturan tentang
Pemberdayaan Profesi keguruan yang dapat diselenggarakan
melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan, dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.
Komentar:
Keberhasilan tertinggi guru adalah jika mampu mengubah siswa
yang mogok belajar menjadi siswa lebih pandai dari dirinya. Ini
bukan tidak mungkin, karena otak anak dalam golden-age waktu belajar
anak lebih luas, sementara waktu belajar guru lebih terbatas,
sumber belajar saat ini lebih banyak daripada sumber belajar
ketika guru kuliah. Tidak Sedikit dalam melaksanakan tugasnya,
para guru kerap menghadapi berbagai kendala yang menghambat
proses pembelajaran. Terhadap kendala-kendala yang muncul ini, ada
guru yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi tidak sedikit
pula guru yang tidak mampu mengatasinya. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor eksternal. Bahkan, mungkin kita sering menjumpai
proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang tidak mencapai sasaran
dan tujuan pembelajaran.
13 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Artikel 3:
Psikologi Pendidikan Berkelanjutan untuk Guru
(Sumber: Artikel Bebas dari ArticlesFactory.com)
Sebagai seorang pendidik itu penting untuk memiliki latar
belakang pendidikan terbaik untuk menguntungkan siswa Anda. Jika
Anda seorang guru psikologi kemudian psikologi pendidikan
berkelanjutan dapat sangat membantu bagi karir Anda. Dalam bidang
pengajaran, adalah penting bahwa seorang guru tetap dengan bidang
mereka. Dalam bidang psikologi, melanjutkan pendidikan sebagai
guru di bidang ini juga penting. Anda tidak akan ingin hanya
mengajar siswa Anda apa yang Anda pelajari di masa lalu atau
bahkan dari buku teks mereka. Anda akan ingin memberikan mereka
pengetahuan yang didapat dari penelitian aktif yang terus-menerus
diterbitkan. Hal ini mungkin terdengar seperti tugas yang tidak
pernah berakhir untuk guru, dan dalam beberapa hal itu. Setelah
Anda memiliki tingkat tertinggi derajat, maka Anda akan perlu
untuk memperluas pengetahuan Anda ke daerah-daerah baru bidang
Anda psikologi, melanjutkan pendidikan ke daerah-daerah baru juga.
Dalam bidang psikologi pengajaran, pendidikan berkelanjutan
kemungkinan akan berdampak pada kehidupan Anda serta kehidupan
siswa Anda. Jika Anda mengajar sebuah kelas tingkat yang lebih
14 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
rendah, dengan pengetahuan Anda Anda bisa berakhir meyakinkan
seorang mahasiswa muda untuk menjadi seorang psikolog atau sesuatu
yang serupa. Jika Anda mengajar kelas tingkat atas, Anda dapat
membantu mendapatkan pemikiran para siswa tentang bagaimana mereka
bisa mengambil pengetahuan mereka. Dampak pada Anda juga bisa
menjadi signifikan. Itu bisa mengubah tingkat membayar Anda jika
lembaga yang Anda bekerja memiliki derajat yang lebih tinggi
meningkatkan dengan. Hal ini juga dapat mempengaruhi Anda dengan
memberikan Anda lebih percaya diri sebagai guru. Dengan dampak
yang signifikan bahwa psikologi pendidikan berkelanjutan bisa saja
pada kehidupan Anda, mengapa tidak melihat ke dalamnya? Jika Anda
berpikir bahwa Anda menjaga pada studi dan informasi baru tanpa
mengambil kelas, Anda mungkin benar. Namun ada sesuatu yang tidak
dapat memperoleh dari hanya membaca pada Anda sendiri. Anda tidak
memiliki akuntabilitas yang hadir ketika Anda memiliki instruktur.
Mengambil tes dan kuis akan menantang apa yang Anda baca dan
pastikan bahwa itu adalah berurat berakar dalam pikiran Anda
sehingga Anda dapat lebih menyampaikan informasi tersebut kepada
siswa Anda.
Jika Anda memutuskan bahwa akan maju dengan pelatihan Anda adalah
pilihan yang baik untuk Anda, maka Anda akan ingin untuk
memutuskan apa jenis lingkungan yang terbaik untuk Anda. Anda bisa
mengambil cuti dari mengajar Anda untuk mendapatkan gelar yang
lebih tinggi atau kelas hanya lebih di bidang keahlian Anda. Anda
juga dapat memilih lembaga online dan terus mengajar Anda saat
mengambil kelas. Pilihan lain adalah untuk menghadiri sebuah
perguruan tinggi atau universitas untuk waktu singkat satu kali
setahun dan mengambil kursus Anda pada tingkat terkonsentrasi.
15 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Anda akan perlu untuk melihat apa yang Anda butuhkan dan seberapa
cepat Anda ingin untuk menyelesaikan gelar Anda untuk menentukan
apa yang akan terbaik untuk Anda. Setelah Anda memutuskan pada
kursus Anda Artikel Kebugaran actionHealth, Anda akan dapat maju
dengan rencana Anda dan mudah-mudahan menyelesaikan gelar Anda
atau kursus yang diinginkan sesegera mungkin. Siswa Anda akan
berterima kasih bila Anda dapat memberikan informasi baru dan
lebih baik untuk membawa mereka maju dalam pembelajaran mereka
sendiri untuk masa depan mereka.
Komentar:
Guru yang baik mengetahui pokok mata pelajarannya dan
menguasai kemampuan pedagogi. Dia menyelesaikan semua tugas yang
terdapat dalam pengajaran yang efektif dengan kehangatan,
antusiasme, dan kepedulian. Dia adalah guru yang intensional dan
dia menggunakan prinsip psikologi.pendidikan dalam pengambilan
keputusan dan pengajaranny. Dia menggabungkan riset dan akal
sehat.
16 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Artikel 4:
Pemahaman Psikologi Pendidikan Bagi Guru
(Diposkan oleh Siti Zubaidah pada tanggal 26 Desember 2011)
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik
dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami
tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-
orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta
didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan
perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di
sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan
guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik, afektif dan
psikomotorik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara
pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru
adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan
proses belajar mengajar peserta didik” karena dengan pengetahuan
psikologi seorang guru dan calon guru akan mengetahui berbagai
karakteristik yang berbedah-bedah dalam setiap peserta didik bak
17 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
dalam sifat, sikap maupun segala gerak geriknya peserta didik
tersebut. Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru
melalui pertimbangan–pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Dengan demikian banyak teori-teori yang menjelaskan tentang
berbagai pembelajaran seperti hanya teori pembelajaran behaviorisme
yang berpendapat bahwa perilaku terbentuk melelui perkaiatan
antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respon). Perubahan
perilaku lebih banyak karena pengaruh lingkungan. Teori
behaviorisme dibedakan antara teori pelaziman klasik dan teori
pelaziman operan. Teori pelaziman klasik dipelopori oleh Ivan
Pavlov, konsep atau prisip pembelajaran yaitu:
1. Excitation (pergetaran) yaitu suatu rangsangan tak terazim atau
alami dapat membangkitkanreaksi sel-sel tertentu, sehingga
dapat menghasilkan tindak balas.
2. Irradiaton (penularan) yaitu terjadi reaksi dari sel-sel lain
yang berbeda di sekitar kawasann sl-sel yang bekenan debgan
rangasangan tak terlazim.
3. Stimulus generalization (generalisasi rangsangan) yaitu keadaan
dimana individu memberika tindak balas yang sama terhadap
ranggsangan tertentuu yang memiliki kesamaan walaupun tidak
serupa.
18 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
4. Extintion (penghapuan) yaitu suatu tidak balas akan hilang
secarra perlahan-lahan apabila makin berkurangnya keterkaitann
dengan rangsangan tak terlazim.
Teori pelaziman operan yang tokohnya yaitu Throndike, pada
dasarnya poses pembelajaran merupakan pembinaan hubungan antara
rangsangan tertentu dengan perilaku tertentu. Semua pembelajaran
dilakukan melalui suatu prroses coba-salah (trial and error). Ada tiga
hukum pembelajaran yaitu hukum hasil (law of effect) menyatakan bahwa
hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila
ada kepuasan, dan akan makin diperlemah apabila terjadi
ketidakpuasaan, hukum latihan (law of exercise) menyatakan suatu
rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila sering dilakukan
latihan, dan hukum kesiapan (law of readiness) menyatakan bahwa
hubungan rangsangan dan perilaku akan semakin kukuh apabila
disertai dengan kesiapan individu.
Komentar:
Memahami psikologi bukanlah hal mudah, karena membutuhkan
tahapan-tahapan yang harus dilewati oleh seorang yang ingin
memahami tentang psikologi sesuatu. Salah satunya adalah yang
berkaitan dengan pendidikan. Dimulai dari pengertian psikologi
pendidikan itu sendiri.
19 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Artikel 5:
Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan
(Diposkan oleh Ahmad Sudrajat pada tanggal 16 Juni 2010)
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang
psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap
pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan
Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan
pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.
Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai
pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan
perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan
dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan
kepribadian peserta didik. Secara psikologis, manusia
merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
20 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya
memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu,
baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,
motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik
individu lainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu
menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam
hal subject matter maupun metode penyampaiannya. Secara
khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,
kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis
kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus
menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama
berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan
sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa;
(3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi
kemampuan siswa
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori
yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya
sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti: teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran
21 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan
dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-
teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran. Di samping itu, kajian psikologi
pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo, 2002)
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu
tujuan.
b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang
lain.
c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan
dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang
berharga baginya.
d. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
e. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula
hasil sambilan.
f. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
g. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek
intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial,
etis dan sebagainya. Seseorang memerlukan bantuan dan
bimbingan dari orang lain.
h. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus
benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta
lepas secara verbalistis.
i. Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya,
seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
22 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
j. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses
yang menyenangkan.
k. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
l. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk
belajar.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting
dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat
keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat
memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta
didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran
tertentu. Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan
sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki
oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya
berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita
mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak
digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti
Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT),
EPPS dan alat ukur lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat
dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis,
memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya
dapat dicapai perkembangan individu yang optimal. Oleh karena
itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Komentar:
23 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u
Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah
anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku,
karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka
dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu
memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar
mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.
24 | K u m p u l a n A r t i k e l P s i k o l o g i G u r u