29
i

ANALISIS PENENTUAN LOKASI PT.SIER RUNGKUT SURABAYA

  • Upload
    its

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat taufiq dan hidayah-

Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan laporan yang berjudul “Analisis Faktor

Penentuan Lokasi Industri: Studi Kasus SIER Rungkut Surabaya” sebagai pemenuhan tugas

mata kuliah Analisa Lokasi Keruangan kelas A Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Penulis menyadari laporan ini tersusun atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pak Arwi Yudhi Koswara,S.T dan Bu Vely Kukinul Siswanto,ST,MT selaku

dosen mata kuliah Analisa Lokasi Keruangan kelas A Jurusan Perencanaan

Wilayah dan Kota, atas bimbingan dan arahan beliau sehingga laporan ini

dapat tersusun dengan baik.

2. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa studi di Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

3. Rekan-rekan satu jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang memberikan

dukungan dan motivasi.

4. Pihak-pihak lain baik secara langsung maupun tidak langsung membantu

penyelesaian laporan

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karenanya kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan laporan

kedepannya, sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Mei 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 2

1.5Sistematika Penulisan ................................................................................................................ 2

1.6 Kerangka Berpikir ...................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 4

2.1 Industri dan Kawasan Perindustrian ....................................................................................... 4

2.2 Pengelompokan Lokasi Industri Besar dan Menengah ....................................................... 4

2.3 Teori Lokasi Industri .................................................................................................................. 5

2.3.1 Teori Lokasi Industri Weber (1909) ................................................................................. 5

2.3.2 Teori Lokasi Industri dari Marsudi Djojodipuro ....................................................................... 6

2.3.3 Teori Lokasi Industri Manufaktur Besar-Sedang oleh Mudrajad Kuncoro ................... 6

2.3.2 Permenperin No. 35 Tahun 2010 Pedoman Teknis Kawasan Industri ...................... 7

2.3 Matriks Variabel ......................................................................................................................... 8

2.4 Model penelitian ......................................................................................................................... 9

2.4.1 Aplikasi Multicriteria Analysis ........................................................................................... 9

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI............................................................................. 11

3.1 Gambaran Umum Wilayah ..................................................................................................... 11

3.2 Batas Wilayah .......................................................................................................................... 11

3.3 Sejarah PT.SIER ..................................................................................................................... 12

3.4 Faktor-Faktor Lokasi PT.SIER ............................................................................................... 13

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 16

4.1 Hasil Pembobotan Analisis Hierarchy Process (AHP) ....................................................... 16

4.1.1 Pemerintah ........................................................................................................................ 16

4.1.2 Swasta ............................................................................................................................... 16

4.1.3 Pekerja ............................................................................................................................... 17

4.1.4 Masyarakat umum ............................................................................................................ 17

4.1.5 Mahasiswa ......................................................................................................................... 17

iv

BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 19

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 19

5.2 Lesson Learned ....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2014

tentang Perindustrian adalah bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku

dan/atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yang

mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Sedangkan

pengertian dari kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri

yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan

dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.

Sektor perindustrian merupakan salah satu sektor perekenomian yang

diprioritaskan dalam pengembangannya di negara berkembang. Perkembangan dari

kawasan industri memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah perkotaan. Sebagai

salah satu sektor penggerak ekonomi wilayah perkotaan, perkembangan dari industri

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan peningkatan taraf hidup

masyarakat.Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu hal yang penting dalam

perancangan dan perencanaan pabrik yang memproduksi barang maupun jasa. Setiap

pabrik akan berusaha agar enyaluran bahan baku dapat berkesinambungan dengan

harga layak dan biaya transportasi yang rendah. Berbagai industri memilih fasilitas

industrinya berada di dekat area pemasaran dengan tujuan untuk memperpendek

jaringan distribusi, sehingga cepat sampai di tangan konsumen.

Berkembangnya suatu kawasan industri tidak terlepas dari pemilihan lokasi

kawasan industri yang dikembangkan, hal ini karena sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor/variabel di wilayah lokasi.Berbagai teori terkait penentuan lokasi industri seperti

halnya Teori Weber, Teori Losch, dan yang lainnya membentuk paradigma baru untuk

melakukan kajian lokasi industri. Hal ini karena pada kondisi faktual, penentuan lokasi

industri merupakan implementasi gabungan dari beberapa teori.Dewasa ini faktor-faktor

yang secara dominan menjadi penentu lokasi industri telah mengalami pergeseran.

Karena itu perlu adanya kajian lebih lanjut untuk menganalisis fenomena tersebut.

Karakteristik dari kawasan industri SIER di Surabaya sendiri merupakan sebuah

kawasan industri yang beraglomerasi dan berteknologi tinggi. Kawasan ini dibangun

untuk memenuhi kebutuhan industri dan lingkungan dan dikelola secara profesional dan

baik untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan limbah

dan kemudahan akses menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak dan Bandara Djuanda.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi pertanyaan pada penilitian ini adalah sebagai berikut:

2

1. Faktor apa yang paling berppengaruh terhadap penentuan lokasi industri di kawasan

industri SIER Surabaya?

2. Bagaimana kesesuaian antara kondisi nyata/eksisting kawasan perindustrian SIER

Surabaya dengan kajian teori?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian dan penulisan laporan ini adalah untuk memberikan

pemahaman terhadap faktor lokasi dan kesesuaian pemilihan lokasi dengan faktor yang

ditentukan dalam suatu wilayah dan kota. Adapun sasaran dari penelitian dan penulisan

laporan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan potensi dari kawasan industri SIER Surabaya

2. Mengidentifikasikan dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi penentu lokasi

industri dengan menggunakan metode AHP.

3. Menentukan faktor dominan penentu lokasi industri untuk pengembangan kawasan

industri kedepannya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian dan penulisan laporan ini adalah

sebagai berikut:

Manfaat teoritis, manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah mengembangkan

ilmu dan pemahaman mengenai analisa lokasi keruangan terkait penentuan lokasi

industri sebagai salah satu ilmu dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota.

Manfaat praktis, manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah untuk memberikan

masukan dan referensi baik kepada pemerintah maupun swasta dalam

pengembangan kawasan industri SIER kedepannya. Sehingga diharapkan

pengembangan dari kawasan industri bisa semaksimal mungkin dan dapat

dimanfaatkan sebaik mungkin.

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, Bab I ini berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan dan Sasaran, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan, dan Kerangka

Berpikir

BAB II TINJAUAN TEORI, Bab II ini berisi tentang kajian teori, peraturan dan

kebijakan terkait penentuan lokasi industri

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH, Bab III ini berisi tentang gambaran umum

dan orientasi wilayahperencanaa yakni kawasan industri SIER di Rungkut, Surabaya.

3

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN, Bab IV ini berisi tentang pembahasan terkait

analisis faktor pemilihan lokasi industri berdasarkan hasil penelitian dan komparasi

data eksisting dengan teori pemilihan lokasi industri terkait.

BAB V PENUTUP, Bab V ini berisi tentang Kesimpulan dan Lesson Learned dari hasil

analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya.

1.6 Kerangka Berpikir

Kesesuaian antara faktor penentu lokasi industri di SIER, Surabaya dengan teori lokasi industri

PENARIKAN KESIMPULAN

ANALISIS

AHP EXPERT CHOICE

Faktor Penentu Lokasi IndustriBAHAN BAKU

TENAGA KERJA

AKSESIBILITAS

PASARTEKNOLOG

I

KETERSEDIAAN

LAHAN

AGLOMERASI

INFRASTRUKTUR

Teori Lokasi Industri

Teori Industri Weber Teori Industri Marsudi DjojodipuroTeori lokasi industri manufaktur besar-

sedang menurut Mudrajad Kuncoro

Penentuan Lokasi Industri di Kawasan industri SIER Surabaya

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri dan Kawasan Perindustrian

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perindustrian No. 3 Tahun

2014, Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku

dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang

mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Sedangkan

definisi dari kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola

oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

2.2 Pengelompokan Lokasi Industri Besar dan Menengah

Kompleks Industri

Lokasi industri yang berlokasi di luar kota dan jauh dari permukiman

penduduk, terutama untuk menampung industri-industri dasar dan lebih

dikenal dengan istilah Kompleks Industri yang menjadi inti Zona Industri.

Estat Industri (Industrial Estate)

Lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industri-industri

yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat,

dengan luasan yang cukup memadai bagi pengembangan sistem kegiatan

industri yang terintegrasi yang lokasinya masih di dalam radius pelayanan

sarana dan prasarana perkotaan.

Lahan Peruntukan Industri/Kawasan Industri (Umum)

Lokasi industri yang telah ditetapkan dalam Master Plan suatu daerah / kota

yang biasanya terletak pada jalur jalan regional di luar wilayah yang dapat

bersifat pertumbuhan pita atau plotting setempat dan masih berbaur dengan

kegiatan lain secara lebih teratur.

Kawasan Berikat

Lokasi industri yang berlokasi pada areal yang mempunyai tingkat

aksesbilitas tinggi baik dari dan ke pelabuhan maupun airport, mempunyai

ketentuan-ketentuan pabean khusus dan dimaksudkan untuk proses

pengolahan manufaktur dan pergudangan berorientasi ekspor.

5

2.3 Teori Lokasi Industri

2.3.1 Teori Lokasi Industri Weber (1909)

Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip

minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada

total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan

tingkat keuntungan yang maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya

transportasi dan bahan baku, Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau

locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan apakah

lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar.

Istilah segitiga lokasional yang didasarkan pada asumsi Weber:

1. Bahwa daerah yang menjadi objek penelitian adalah daerah yang terisolasi.

Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan

dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.

2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas : air, pasir, lempung

(ubiquitous)

3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik

tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat. (sporadis)

4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi

dan mobilitasnya.

Gambar 1. Locational triangle Weber

Klasifikasi industri

Resource orientation: industri yang mendekati bahan baku. Seperti

pertambangan

6

Market orientation: Lokasi industri berorientasi pasar memiliki biaya distribusi

yang tinggi berkorelasi positif dengan lokasi penduduk. Seperti Industri

percetakan, office equipment & supplies

Optional orientation (Footlose) : industri dapat berorientasi mendekati pasar

atau bahan baku karena kemampuannya untuk mengatur ulang (pertukaran)

teknik produksi untuk memaksimalkan keuntungan dari lokasi alternatif

Gambar 2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi

2.3.2 Teori Lokasi Industri dari Marsudi Djojodipuro

Menurut Marsudi Djojodipuro penentuan lokasi industri dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

Faktor tanah

Tenaga kerja dan modal (faktor endowment)

Pasar digunakan untuk memasarkan komoditi industri membutuhkan

pasar yang luas

Bahan baku yang dibutuhkan

Aglomerasi (pengelompokan industri)

Eksternalitas

Kebijakan Pemerintah yang menyangkut regulasi

2.3.3 Teori Lokasi Industri Manufaktur Besar-Sedang oleh Mudrajad Kuncoro

Dalam penelitiannya mengenai konsentrasi spasial industri manufaktur besar

dan sedang di Indonesia (Kuncoro, 2002), industri manufaktur cenderung

memilih lokasi industri pada daerah perkotaan sampai pingiran kota. Faktor

7

pemilihan lokasi industri manufaktur besar dan sedang menurut

Mudrajad Kuncoro antara lain:

Faktor tenaga kerja

Para pelaku industry manufaktur cenderung membutuhkan tenaga kerja

dengan ketrampilan dan pendidikan yang lebih tinggi meskipun harus

membayar dengan upah tinggi juga. Perusahaan beranggapan tenaga

kerja yang dapat dibayar dengan rendah tetapi apabila pekerja tersebut

tidak terdidik atau terlatih dan dengan budaya kerja yang buruk merupakan

pemborosan bagi perusahaan dan hal ini perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan lokasi industri.

Pasar

Industri manufaktur besar-menengah cenderung terkonsentrasi pada pasar

yang besar karena pasar yang besar merupakan salah satu gaya

sentripetal yang menarik industri industri ke daerah perkotaan (Fujita et

al 1999:345-6, Krugman 1996 dalam Kuncoro 2002:226). Hal ini mengandung

arti bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur mencari lokasi di daerah

dengan jumlah penduduk yang tinggi dan padat untuk menikmati

penghematan urbanisasi, sebagaimana digambarkan oleh ukuran pasar.

Kebijakan Pemerintah

Pemerintah pada suatu negara juga mnerbitkan peraturan yang

berhubungan dengan kegiatan bisnis termasuk pengaturan lokasi industri.

Intervensi pemerintah lokal atau daerah juga sering dijumpai, yaitu untuk

melokasikan industri disuatu areal agar memudahkan mengatur kegiatan

industri di daerahnya. Di kawasan itu perusahaan industri diberikan subsidi

tertentu /insentif pengurangan pajak, dan penyediaan fasilitas pendukung

lainnya untuk mendorong perusahaan industri masuk ke

lokasi yang ditunjuk (Haming & Nurnajamuddin, 2007:150).

2.3.2 Permenperin No. 35 Tahun 2010 Pedoman Teknis Kawasan Industri

Kementrian Perindustrian juga memiliki kriteria pertimbangan lokasi yang

telah ditulis pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010 mengenai

Pedoman Teknis Kawasan Industri. Adapun Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi

Kawasan Industri adalah sebagai berikut:

8

Sumber : Pedoman Teknis Kawasan Industri

2.3 Matriks Variabel

Dari tinjauan pustaka diatas maka dapat dirangkum sesuai dengan variabel berikut ini:

Tabel 1. Matriks Variabel Penentuan Lokasi Industri

NO Variabel Indikator Sumber

1 Tenaga Kerja • Ketersediaan tenaga kerja

terdidik/terlatih di daerah tersebut

• Tenaga kerja non ahli dengan upah Rendah

• Ketersediaan jumlah tenaga kerja industri

Glasson, 1977

Assauri,1980

Kuncoro,

2002

di daerah tersebut

• Tingkat Upah Minimum Regional

(UMR) pada daerah pemilihan lokasi

2. Bahan Baku • Jarak dari lokasi sumber bahan baku

• Kemudahan memperoleh bahan baku

• Harga bahan baku didaerah tersebut

• Kualitas bahan baku

• Ketersediaan bahan dalam jangka waktu

Assauri,1980

Teori lokasi

Industri

Weber

9

3. Aksesibilitas • Kualitas dan kelas jalan

• Fasilitas transportasi (ketersediaan

pelabuhan udara, jalur kereta api,

pangkalan truk pada daerah pilihan

Assauri,1980

4. Pasar • Jumlah penduduk daerah sekitar lokasi

• Tingkat pendapatan penduduk sekitar

Assauri,1980

Djojodipuro,

1992

Kuncoro,

2002

Teori lokasi

Industri

Weber

5 Teknologi • Kebutuhan produk dari industri lain dalam

satu lokasi

• Tersedianya infrastruktur yang dibangun ole

industri lain dilokasi tersebut

Kuncoro,

2002

6 Ketersediaan

Lahan

• Ketersediaan lahan untuk perluasan Djojodipuro,

1992

Pedoman

Teknis

Kawasan

Industri

7 Infrastruktur • Tersedianya infrastruktur yang dibangun Kuncoro,2002

8 aglomerasi • Kebutuhan produk dari industri lain dalam

satu lokasi

Kuncoro,2002

Sumber : Hasil sintesa, 2016

2.4 Model penelitian

2.4.1 Aplikasi Multicriteria Analysis

Multi-Criteria Decision Making (MCDM) atau pengambilan keputusan yang

didasarkan banyak criteria merupakan sebuah metode atau prosedur yang memproses

banyak criteria yang bertentangan untuk dapat digabungkan menjadi sebuah proses

perencanaan. Atau dengan kata lain dapat juga didefinisikan menjadi mengukur dan

mengintegrasikan atribut yang bervariasi untuk menjawab suatu tujuan.

10

Pembobotan criteria dapat dilakukan dengan banyak cara, yaitu dengan metode

ranking, metode rating, metode perbandingan berpasangan (pair wise comparison), metode

trade-off analisis, dan metode perbandingan. Namun, aplikasi empiris menyarankan bahwa

metode perbandingan berpasangan adalah salah satu teknik yang paling efektif untuk

pengambilan keputusan spasial yang memakai pendekatan berbasis GIS (Malczewski,

2006). Metode perbandingan berpasangan dikembangkan oleh Saaty dalam konteks

Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1980). Dalam hal ini dibutuhkan sebuah input

perbandingan berpasangan sehingga dapat dihasilkan bobot relative sebagai output. Berikut

ini adalah metode AHP:

1. Dekomposisi (Penyusunan Hirarki AHP)

2. Komparatif (Perbandingan atas Elemen Pengambilan Keputusan)

3. Sintesis prioritas (Pembentukan peringkat prioritas)

Metode perbandingan berpasangan dirumuskan dalam tiga langkah. Langkah pertama

yaitu mengembangkan matriks perbandingan berpasangan dengan memasukkan nilai dalam

skala 1 sampai 9. Hal ini dilakukan untuk memberikan nilai preferensi relative atas dua

criteria.

Tabel 2. Tingkat Intensitas Kepentingan

Nilai Keterangan

1 kedua elemen sama pentingnya

3 elemen yang satu sedikit lebih penting

daripada elemen lainnya

5 elemen yang satu lebih penting daripada

elemen lainnya

7 satu elemen jelas lebih mutlak penting

daripada elemen lainnya

9 satu elemen mutlak penting daripada

elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai nilai antara dua nilai pertimbangan

yang berdekatan

Sumber : Diktat Analisis Lokasi 2012 PWK ITS

11

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Gambaran Umum Wilayah

PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero) didirikan pada tanggal 28 februari

1974 untuk mengelola dan mengembangkan kawasan industri. Di Indonesia, khususnya

Jawa Timur, SIER merupakan area industri terbaik, terbesar dan paling dikenal.

Dikembangkan oleh PT. Sier berdasarkan master-planing yang rapi untuk memenuhi

kebutuhan yang nyata akan industri dan lingkungan hidup. Dikelola dengan baik untuk

meningkatkan efisiensi dan produktifitas termasuk fasilitas pengolahan air limbah,

kemudahan akses ke pelabuhan Tanjung Perak dan bandar udara Juanda. Berlokasi di

kotamadya Surabaya, kota terbesar ke-2 di Indonesia dan merupakan pusat pertumbuhan

ekonomi terpesat dengan penduduk 3,5 juta jiwa.

PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) mengelola 3 kawasan industri :

1. Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) seluas 245 ha, telah ditempati

oleh hampir 300 perusahaan yang menampung puluhan ribu pekerja.

2. Sidoarjo Industrial Estate Berbek yang berdiri di atas lahan seluas 87 ha dan

telah menampung sekitar 111 perusahan dengan lebih dari 9.000 tenaga

kerja.

3. Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) dengan lahan seluas 563 ha

berlokasi 60 km dari pelabuhan Tanjung Perak surabaya yang dihubungkan

dengan jalan toll. Di dalam kawasan ini terdapat kawasan berikat seluas 50

ha untuk mendukung aktivitas ekspor.

3.2 Batas Wilayah

Kawasan Industri ini memiliki luas lahan sebesar ± 298.51 Ha. PT.SIER juga

menyediakan 50 Ha di Kawasan Berikat yang digunakan untuk membantu meningkatkan

aktifitas ekspor. Selain itu PT ini juga memiliki sistem pengolahan air limbah yang

menggunakan sistem pengolahan biologis. Penggunaan lahan di kompleks SIER mayoritas

digunakan untuk industri dan pergudangan yakni sebesar 187,2 (RTRK Kawasan SIER).

SIER sendiri terletak di Kecamatan Rungkut, Tenggilis Mejoyo dan Gunung Anyar dengan

batas-batas administrasi sebagai berikut:

Sebelah Utara :Kelurahan Kendangsari dan Kali Rungkut

Sebelah Selatan :Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat :Kecamatan Tenggilis Mejoyo (Kelurahan Kutisari dan

Kendangsari)

Sebelah Timur :Kecamatan Rungkut (Rungkut Kidul dan Rungkut Tengah)

dan Kecamatan Gunung Anyar (Rungkut Menanggal)

12

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. Batas Wilayah PT.SIER Surabaya

Sumber : Google earth

3.3 Sejarah PT.SIER

Perusahaan PT.SIER (persero) merupakan perseroan milik negara yang didirikan pada

tahun 1974 dihadapan notaris Abdul Latief,S.H dengan nomor 166 tanggal 28 februari 1974,

yang kemudian dirubah dengan akta nomor 2 tanggal 1 agustus 1974 dan disahkan

berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 1 september 1974. Dan terakhir

dihadapan notaris Abdurrazaq Ashiblie,S.H. dilakukan perubahan anggaran dasar dengan

nomor: 22 tanggal 23 mei 1998 dan telah disahkan Menteri Kehakiman sesuai keputusan

nomor: 98 pada september 1998. Pendirian PT.Surabaya Industrial Estate Rungkut (persero)

bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam

bidang ekonomi dan pembangunan nasional khususnya dalam bidang pembangunan dan

pengelolaan kawasan lndustri dalam arti seluas-luasnya.

Berikut adalah contoh beberapa bidang usaha yang berada di dalam wewenang

PT SIER:

13

1. Merencanakan, membangun, serta mengembangkan Kawasan Industri guna

penyediaan tanah, prasarana, serta fasilitas-fasilitas industri lainnya yang

dibutuhkan bagi para investor.

2. Melakukan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan atas seluruh areal Kawasan

Industri.

3. Memberikan pelayanan kepada para penanam modal dalam rangka pendirian dan

pengelolaan pabrik atau usaha industrinya.

4. Penjualan tanah matang siap bangun, persewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai

(BPSP) untuk keperluan usaha industri skala menengah.

5. Persewaan bangunan Sarana Usaha lndustri Kecil (SUIK) untuk keperluan usaha

industri skala kecil.

6. Persewaan bangunan Pergudangan.

7. Penyediaan Kawasan Berikat (EPZ) untuk perusahaan-perusahaan industri yang

berorientasi ekspor

3.4 Faktor-Faktor Lokasi PT.SIER

Penentuan lokasi PT.SIER dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranta bahan baku,

tenaga kerja, aksesibilitas, aglomerasi, teknologi, dan lain sebagainya. Berikut adalah

kondisi eksisting faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi PT.Sier:

1. Bahan Baku

Lokasi sumber bahan baku, kemudahan memperoleh bahan baku, harga bahan

baku, kualitas bahan baku baru, dan ketersediaan bahan baku dalam jangka waktu

yang panjang

2. Tenaga Kerja

Adanya skill buruh yang perlukan sesuai komposisi, terdapat kualitas yang cukup,

serta besar-kecil upah pekerja. Pada Surabaya Industrial Estate Rungkut seluas 245

Ha ini telah menampung pekerja sebanyak 45953 orang.

3. Aksesibilitas

Faktor ini dilihat dari kualitas jalan dan fasilitas transportasi. Kondisi jalan di kawasan

PT.Sier adalah sebagai berikut:

14

Gambar 4. Kondisi jalan di kawasan PT.Sier

4. Pasar

Faktor ini dilihat dari biaya angkut ke pasar, dan jarak dari pasar. Lokasi SIER yang

strategis karena dekat dengan bandara dan pelabuhan sehingga mempermudah

dalam pengiriman barang.

Gambar 5. Jarak PT.Sier ke pasar

5. Teknologi

Faktor teknologi dilihat darienergi listrik, ketersediaan air bersih pembuangan limbah.

15

Gambar 6. Teknologi pembuangan limbah di PT.Sier

6. Ketersediaan Lahan

Faktor ini dilihat dari harga lahan, ketersediaan lahan untuk perluasan lokasi industri

dan kesesuaian lahan untuk bangunan produksi. Rencana Penggunaan Lahan pada

Area Kawasan Rungkut Industri seluas 245 ha dengan 30% berupa fasilitas umum

dan 70% berupa kapling industri.

7. Aglomerasi

Faktor ini dilihat dari kebutuhan produk dari industri lain dalam satu lokasi, dan

tersedianya infrstruktur.

8. Infrastruktur

Pada kawasan PT.Sier terdapat berbagai sarana, seperti Masjid Baiturrozaq SIER,

Klinik medico SIER, dan RS Royal Surabaya.

16

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembobotan Analisis Hierarchy Process (AHP)

4.1.1 Pemerintah

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian pemerintah menunjukkan bahwa

ketersediaan lahan menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor

Penentuan Pemilihan Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output

didapatkan bahwa bobot pengaruh ketersediaan lahan 0,209, Aksesbilitas 0,174, tenaga

kerja 0,091. Sedangkan nilai inconsistency adalah 0< 0,1 yang artinya hasil pembobotan

tersebut telah valid.

4.1.2 Swasta

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian swasta menunjukkan bahwa ketersediaan

lahan menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan

Pemilihan Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output didapatkan

bahwa bobot pengaruh aksesbilitas 0,234, ketersediaan lahan 0,149, aglomerasi 0,130,

Pasar0,125, teknologi 0,125, tenaga kerja 0,116, bahan baku 0,70 dan infrastruktur 0,51.

Sedangkan nilai inconsistency adalah 0< 0,1 yang artinya hasil pembobotan tersebut telah

valid.

17

4.1.3 Pekerja

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian swasta menunjukkan bahwa aksesibilitas

menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan Pemilihan

Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output didapatkan bahwa

bobot pengaruh aksesbilitas 0,300, teknologi 0,188, aglomerasi 0,178, pasar 0,109, tenaga

kerja 0,82 ketersediaan lahan 0,60, bahan baku 0,48 dan infrastruktur 0,36. Sedangkan nilai

inconsistency adalah 0< 0,1 yang artinya hasil pembobotan tersebut telah valid.

4.1.4 Masyarakat umum

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian swasta menunjukkan bahwa aksesibilitas

menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan Pemilihan

Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output didapatkan bahwa

bobot pengaruh aksesbilitas 0,372, aglomerasi 0,174, teknologi 0,148, pasar 0,86, tenaga

kerja 0,67, ketersediaan lahan 0,66, infrastruktur 0,46, dan bahan baku 0,42. Sedangkan

nilai inconsistency adalah 0< 0,1 yang artinya hasil pembobotan tersebut telah valid.

4.1.5 Mahasiswa

Hasil pembobotan berdasarkan penilaian swasta menunjukkan bahwa aksesibilitas

menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan Pemilihan

Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output didapatkan bahwa

bobot pengaruh aksesbilitas 0,262, aglomerasi 0,203, ketersediaan lahan 0,185, teknologi

0,160, pasar 0,63, tenaga kerja 0,53, infrastruktur 0,49, bahan baku 0,25. Sedangkan nilai

inconsistency adalah 0,08< 0,1 yang artinya hasil pembobotan tersebut telah valid.

18

Hasil Kombinasi

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, combined result menunjukkan bahwa

aksesibilitas menjadi alternatif yang paling diperhitungkan dalam “Fakor-faktor Penentuan

Pemilihan Lokasi Industri PT Sier Di Jalan Rungkut, Surabaya”. Dari hasil output didapatkan

bahwa bobot pengaruh aksesbilitas 0,278, aglomerasi 0,157, teknologi 0,144, ketersediaan

lahan 0,134, pasar 0,098, tenaga kerja 0,088, infrastruktur 0,052, bahan baku 0,049.

Sedangkan nilai inconsistency adalah 0,01< 0,1 yang artinya hasil pembobotan tersebut

telah valid.

Setelah peringkat variabel keluar, maka dapat direduksi dari 100% dibagi dengan

jumlah 8 variabel, kemudian diperoleh rata rata sebesar 12,5%. Menurut hasil diatas faktor

yang dibawah rata rata dapat direduksi adapun faktor yang dibawah rata rata tersebut

adalah pasar, tenaga kerja, infrastruktur dan bahan baku.

19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor penentuan lokasi industri

PT SIER digunakan kuisioner yang disebar kepada 5 stakeholder yakni pemerintah, swasta,

pekerja, masyarakat umum dan mahasiswa. Kemudian dilakukan tinjauan pustaka terkait

penentuan lokasi industri.

Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode Analytical Hierarchy Process

(AHP).Berdasarkan hasil analisis AHP yang telah dilakukan terlihat bahwa aksesibilitas

merupakan faktor terpenting dengan bobot 0,278 disusul dengan faktor aglomerasi

sebanyak 0,157 dan teknologi sebanyak 0,144. Maka ketiga faktor diatas merupakan faktor

dominan dalam penentuan lokasi industri kawasan perindustrian SIER Surabaya.

5.2 Lesson Learned

Lesson learned yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dalam penentuan lokasi industri terdapat beberapa kesesuaian antara kondisi

eksisting dengan teori penentuan lokasi industri. Adapun beberapa teori yang sesuai

dengan kondisi wilayah studi adalah teori industri Weber, teori industri menurut

Marsudi Djojodipuro dan teori lokasi industri manufaktur besar-sedang menurut

Mudrajad Kuncoro.

Variabel yang digunakan dalam penentuaan lokasi industri adalah jarak terhadap

bahan baku, aksesibilitas, tenaga kerja, infrastruktur, dan lainnya sesuai dengan

kawasan industri.

Dalam penentuan lokasi industri, masing-masing faktor penentu atau variabel memiliki

peran masing-masing, sehingga tidak dapat mengabaikan variabel lainnya hanya

karena terlihat satu variabel yang dominan.

Variabel dominan dapat digunakan sebagai arahan pengembangan kawasan industri

kedepannya. Dalam kasus ini, variabel yang dominan adalah aksesibilitas.

20

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2014 tentang PerindustrianLembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 35/M-IND/PER/3/2010 tentang

Pedoman Teknis Kawasan industri

21

Lampiran Kuisioner

KUISIONER FAKTOR – FAKTOR PENENTUAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI

PT SIER, SURABAYA

Bapak/ibu/Saudara(i) yang kami hormati,

Kami Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2014 mendapatkan tugas

dari mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan di semester 4 dalam tahap sarjana yaitu

Analisis Penentuan Lokasi Industri PT.SIER Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis ketepatan penentuan lokasi industri oleh PT.SIER Surabaya. Kuisioner

ini bertujuan untuk mengetahui nilai bobot pada tiap faktor dan sub faktor yang berkaitan

dengan Fakor-faktor Penentuan Pemilihan Lokasi Industri PT Sier di Rungkut, Surabaya.

Bobot ini sangat berguna untuk memberikan ukuran prioritas pada tiap faktor. Pembobotan

kriteria ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis AHP (Analytical Hierarchy

Process). AHP digunakan untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang

kompleks dengan cara menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan

dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau

variabel ini dalam suatu susunan hirarki, lalu memberi bobot berdasarkan pertimbangan

subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan untuk

menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi. Dengan ini saya

mengharap kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kolom kriteria sesuai denngan persepsi anda.

Terima kasih atas kesediaan Anda,

Hormat Kami,

Peneliti

22

PENDAHULUAN

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan

keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang

jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan

rancang bangun dan perekayasaan industri.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pembangunan industri di beberapa kota di

Indonesia sangatlah pesat, salah satunya adalah PT SIER yang berada di Surabaya. PT SIER

(Surabaya Industrial Estate Rungkut) seluas 245 ha telah menampung sekitar 300 perusahaan.

Hal tersebut juga akan turut serta berperan dalam memajukan perindustrian di Surabaya.

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Status / Jabatan :

5. Telp/HP :

6. Tgl dan waktu

Pengisian Kuisioner :

PETUNJUK PENGISIAN

Pada kuisioner ini, bapak/ibu/Saudara(i) diminta untuk menentukan tingkat

kepentingan faktor yang mempengaruhi startegi pengembangan kawasan industri. Angka

yang digunakan mulai dari 1 sampai dengan 9. Berilah tanda lingkaran pada kolom skala

elemen (A) atau skala elemen (B) yang sesuai pendapat anda. Angka-angka ini menunjukkan

tingkat kepentingan faktor dengan arti sebagai berikut :

Intensitas

Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

23

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding dengan elemen lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain

7 Elemen yang satu sangat lebih penting dibandung elemen lainnya

9 Elemen yang satu mutlak penting daripada elemen lain

2,4,6, 8 Jika ragu-ragu antara dua skala maka diambil nilai tengahnya yaitu 2,4,6,8

Berikut ini terdapat sintesa faktor yang akan dibobotkan untuk mendapatkan rumusan faktor

yang dapat mempengaruhi dalam pengembangan kawasan industri.

1. Bahan baku : Mengetahui faktor lokasi dari segi kemudahan memperoleh bahan

baku

2. Tenaga Kerja : Mengetahui faktor lokasi dari segi kemudahan menyerap tenaga kerja

yang sesuai

3. Aksesibilitas : Mengetahui faktor lokasi dari segi kemudahan mencapai suatu objek

4. Pasar : Mengetahui faktor lokasi dari segi kemudahan memasarkan hasil

produksi

5. Teknologi (Limbah) : Mengetahui faktor lokasi dari segi ketersediaan teknologi dalam

pengolaan limbah hasil produksi

6. Ketersediaan Lahan : Mengetahui faktor lokasi dari segi ketersediaan lahan yang

diperuntukkan bagi industri

7. Aglomerasi : Mengetahui faktor lokasi dari pengelompokkan industri dalam satu

kawasan

8. Infrastruktur : Mengetahui faktor lokasi dari segi infrastruktur yang disediakan

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infrastruktur

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tenaga Kerja

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Baku

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi

24

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tenaga Kerja

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Baku

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Infrastruktur 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan

Tenaga Kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bahan Baku

Tenaga Kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar

Tenaga Kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi

Tenaga Kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Tenaga Kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan

Bahan Baku 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pasar

Bahan Baku 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi

Bahan Baku 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Bahan Baku 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

25

Lahan

Pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Teknologi

Pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan

Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aglomerasi

Teknologi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan

Aglomerasi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ketersediaan

Lahan