Upload
undip
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Belajar dari beberapa peristiwa kecelakaan kapal laut,misalnya tenggelamnya kapal Titanic yang menelan korbanribuan jiwa, maka setelah beberapa kali dikeluarkanperaturan keselamatan secara regional organisasi IMCO(sekarang menjadi IMO) pada 17 JUNE 1960 mengeluarkanperaturan internasional untuk Keselamatan Jiwa di Lautdikenal dengan nama SOLAS 1960, yang terus disempurnakan danditambah pada tahun 1974, 1978, 1981, 1981, 1988, 1991, 1997dan terakhir tahun 2000.
• SOLAS merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untukseluruh kapal yang memilik GRT 250 ton keatas, untuk kapal-kapal yang GRT nya dibawah 250 ton maka persyaratan harusmengikuti peraturan Pemerintah bendera kapal.
• SOLAS menulis beberapa peraturan yang terbagi dalambeberapa Chapter, pada saat ini sudah terdiri dari 12chapter dan yang berkaitan dengan Peralatan Keselamatanadalah pada Chapter II – Construction – Fire protection,fire detection and fir extinction serta Chapter III mengenaiLife-saving appliances and arrangement.
• Peralatan keselamatan peraturannya dikelompokkan untukpenggunaan dikapal jenis Kapal Penumpang dan Kapal Barang.
• Melihat bahwa nama dan jenis peralatan keselamatan belumsecara keseluruhan dikenal dengan nama baku Indonesia, makabanyak nama2 yang masih menggunakan sebutan dalam bahasaInggris. Jenis peralatan keselamatan dikapal sangatdipengaruhi dari jenis kapal, gross tonnage, bendera kapal,ukuran dimensi kapal dan jumlah orang yang berada dikapal.
PERALATAN YANG TERMASUK DALAM SAFETY EQUIPMENT PADA KAPAL1. Dokumen / documentation2. Peralatan Navigasi/ Safety of Navigation3. Perlengkapan penyelamat jiwa/ life saving appliances4. Pompa pemadam, hidran, selang dan alat pemadam/ firepumps, hydrants, hoses and extinguishers.
5. Perlengkapan pemadam kebakaran untuk ruang muat / fireappliances in cargo spaces6. Perlengkapan pemadam lain / other fire appliances
1. Dokumen / documentationDokumen untuk keselamatan sangat penting keberadaanyadikapal, antara lain yang dipersyaratkan adalah :- Fire control plan, adalah merupakan gambar/ denah yangmenunjukkan letak, posisi, jenis dan jumlah alat keselamatandan pemadam kebakaran dikapal.
- Muster list and emergency procedure, merupakan daftar dantugas awak kapal untuk keadaan darurat.
- Nautical publication, terdiri dari buku atau terbitantermasuk peta laut, yang menjelaskan secara lengkap arahberlayar, daftar rambu suar, daftar pasang surut daninformasi lain yang diperlukan.
- International code of signal berisi daftar isyarat int.ter masuk daftar call sign dari kapal.
2.PeralatanNavigasi/ Safety of Navigation
Penjelasan tentang peralatan navigasi cukup panjang, danbisa dilihat di postngan sebelumnya, KLIK TULISAN INI
3. Perlengkapan penyelamat jiwa/ life saving appliances
Yang termasuk dalam peralatan ini adalah :- Peralatan dianjungan terdiri Line throwing appliances(alat pelempar tali),lengkap dengan roketnya.
- Parachute distress signal (isyarat bentuk parasit)
Gambar. Parachute distresssignal
- Peralatan radio untuk survival- Sekoci (life boat) merupakan boat penolong dengankapasitas sesuai jumlah penumpang pada setiap sisi Sekoci
dilengkapi dengan bermacam perlengkapan,untuk digunakansebagai alat survival (lihat daftar).
Gambar. Lifeboat
- Dewi-dewi (davits) adalah peralatan untuk menurunkan ataumeluncurkan,sekoci ke laut, sistim peluncuran ini jugadilengkapi beberapa peralatan,penunjang seperti tali,tangga, lampu.
- Rakit penolong kembung (inflatable liferaft) peralatanpenolong berupa rakit penyelamat yang terbuka menyerupaiperahu karet setelah dilempar kelaut. Rakit penolong ini
ditempatkan disisi kiri dan kanan kapal dengan kapasitassetiap sisi sesuai penumpang.
Gambar. Liferaft
Untuk kapal yang memilikipanjang lebih dari 100 m dipersyaratkan untuk menempatkansatu life raft berkapasitas min. 6 orang dibagian depan(forward). Pada life raft terdapat beberapa perlengkapansurvival dan pada tabung (capsule) life raft terdapatidentifikasi nama kapal, port of registry dan kapasitas.Life raft memiliki konstruksi penopang didek yang secaramudah dapat diluncurkan, atau secara otomatis akan terlepasapabila kapal tenggelam.
- Life jacket, jaket pelampung merupakan pelampung yangharus memenuhi syarat dan dilengkapi dengan peluit sertalampu. Pelampung harus berwarna orange dan ditambah materialreflective supaya terlihat dari jauh dan pada malam harisaat pencarian
-Lifebuoys, ban pelampung untuk menolong orang yang terceburjatuh kelaut. Pelampung ini dilengkapi dengan tali sepanjang27.5 m, ada yang dilengkapi smoke signal dan lampu yangdapat menyala sendiri (self igniting light). Pada pelampungditulis nama kapal dan pelabuhan pendaftaran. Untuk kapalyang memiliki bridge deck atau bangunan atas yang tinggi,dilengkapi alat peluncur pelampung secara cepat dari deckanjungan.
- Jumlah pelampung minimum 8 bh, 4 dilengkapi lampu, 2dilengkapi smoke signal dan dua hanya dilengkapi tali.
- Pilot ladder atau tangga pandu, yang digunakan untuk naikdan turun pandu kapal. Daerah tangga harus dilengkapi lampupenerangan. Ada jenis tangga pilot yang dilengkapi dengansistim mekanis, tangga dapat naik turun dengan winch.
Gambar. Tangga
4. Pompa pemadam, hidran, selang dan alat pemadam/ fire pumps, hydrants, hoses and extinguishers.
Penjelasan tentang ini telah ada pada postingan sebelumnya, KLIK TULISAN INI
5. Perlengkapan pemadam kebakaran untuk ruang muatm/ fire appliances in cargo spaces
Pada umumnya ruang muat menggunakan sistim pemadam kebakaran CO2 Instalasi CO2 dipasang pada bagian atasruang muat, pipa akan mengalirkan CO2 mulai dari CO2 dalam tabung yang disimpan di ruang tabung CO2.Pipa tersebut akan menembus bulkhead secara baik dan berujung di seluruh ruang muat.
Pengaturan pengaliran CO2 dapat diatur dari panel kontrol yang terdapat di disekitar ruang tabung CO2 Supaya pemadaman dapat dilaksanakan secara efektif maka seluruh lubang pada ruang palkah harus dapat
ditutup rapat, termasuk lubang ventilasinya. Secara berkala instalasi CO2 harus diperiksa dan tabung ditimbang
6. Perlengkapan pemadam lain / other fire appliancesDikapal dilengkapi perlengkapan lain sebagai penunjang pemadam kebakaran adalah firemen outfit, yaitu baju pemadam yang digunakan saat pemadaman lengkap dengan safety lamp, life line, axe, helmet, baju, celana, sepatu dan sarung tangan tahan api Alatpernafasan (oksigen) yang terdiri dari masker dan tabung oksigen yang dapat dikenakan pada saat pemadaman lengkap dengan beberapa tabung cadangan Jumlah baju pemadam dan alat bantu pernafasan diatur sesuai persyaratan SOLAS atau sesuai dengan ketentuanpemerintah bendera Kotak pasir dan sekop, harus tersedia disekitar ruang mesin dan kapak besar tersedia ditempat yang mudah dijangkau Kapal dilengkapi pula dengan fasilitas international shore connection.
Macam-Macam Alat Keselamatan diatas Kapal
1. Pelampung penolong dan jaket/rompi penolong (Life Jacket): Gunanya untuk mengapungkan orang yang menggunakannyadiatas air2. Survival suit dan Immersion suit: Gunanya sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang hilang akibat dinginnya air laut3. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid): Gunanya sebagai pelindung tubuh, mengurangi hilangnya panas tubuh4. Isyarat visual (Pyrotechnis): Gunanya sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat melihat ada kapal penolong,isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata pada siang hari digunakan isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Pada malam
hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut (parachute signal)5. Pesawat luput maut (survival craft): Gunanya untuk menolong/mempertahankan jiwa orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal6. Sekoci penyelamat (life boat): Gunanya selain digunakan untuk menyelamatkan orang-orang dalam keadaan bahaya juga digunakan untuk memimpin pesawat luput maut7. Roket pelempar tali (line throwing appliances): Gunanya sebagai alat penghubung pertama antara kapal yang ditolong dengan yang menolong yang selanjutnya dipakai untuk keperluan lainnya.
1. PENDAHULUAN
Dalam Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa
dilaut atau yang lebih dikenal dengan SOLAS Convention
Ferry Ro - Ro dikategorikan sebagai kapal penumpang.
Sealian untuk mengangkut penumpang, kapal penumpang
memiliki ruang muat khusus untuk mengangkut kendaraan
dan juga barang bawaan. Dengan demikian terdapat
peraturan keselamatan dan kelaikan kapal yang menjamin
tingkat keselamatan pada saat kapal beroperasi.
Sejak awal tahun 2007 Indonesia mengalami beberapa
kecelakaan kapal terutama Ferry Ro – Ro. Sebagai orang
terpilih yang bergerak di bidang maritim terutama di
dunia perkapalan, kita harus mengetahui persyaratan apa
saja yang berlaku saat ini untuk meningkatkan kualitas
keselamatan khususnya untuk kapal penumpang.
Selanjutnya kita akan membahas macam peralatan
keselamatan yang ada di kapal berikut dengan peraturan
yang mengatur jumlah dan tata letak peralatan
keselamatan tersebut.
2. Peraturan Keselamatan Kapal Penumpang
Kendaraan Penolong dan Perahu Penyelamat ( SOLAS Seksi
II Peraturan 20 )
Sekoci penolong yang ada dikapal jumlah kapasitas
minimal dapat menampung 50% dari jumlah semua orang
di atas kapal. Sekoci penolong dapat diganti dengan
rakit penolong yang kapasitasnya sama dan harus
dilengkapi dengan alat peluncur di sisi – sisi
kapal. Perlu diketahui bahwa semua kendaraan
penolong dan perahu penyelamat harus mampu
diluncurkan semuanya dalam waktu 30 menit sejak
sinyal untuk meninggalkan kapal dibunyikan. Untuk
mengetahui kualitas dari kendaraan penolong dan
perahu penyelamat, kita dapat mengecek tanggal
kadaluarsa ( expired ) atau dari inspeksi terakhir
yang menjelaskan tentang kondisi dari peralatan
keselamatan tersebut.
Sebagai tambahan, untuk kapal penumpang dengan
tonase kurang dari 500 GT dimana jumlah penumpang
di kapal kurang dari 200 orang kendaraan penolong
dan perahu penyelamat harus memenuhi peratunan
berikut :
1. Diletakkan pada setiap sisi kapal dan rakit
penolong harus mampu menampung jumlah semua
orang yang ada di kapal.
2. Setiap rakit penolong dalam kondisi siap
dipakai dan dapat diluncurkan pada salah satu
sisi kapal, selain itu dengan mudah dipindahkan
dari satu sisi ke sisi kapal yang lain.
3. Rakit penolong harus dilengkapi dengan
keterangan atau gambar tata cara peluncuran,
sehingga mempermudah penumpang atau awak akapl
untuk dapat mengoperasikannya.
Di bawah ini adalah gambar
kendaraan penolong dan perahu penyelamat yang biasa
kita jumpai di kapal penumpang :
Gambar. Sekoci( Life Boat ) dan
Dewi – dewi ( Davit )
Gambar. Sekoci Tertutup ( Enclose Life Boat )
Gambar. Inflatable Life Raft Sebelum dan Setelah Terbuka
Peralatan Keselamatan Untuk Masing – Masing Personil (
SOLAS Seksi II Peraturan 21 )
1. Pelampung Penolong / Lifebuoy
Suatu kapal penumpang harus membawa pelampung
penolong yang jumlahnya sesuai dengan
persyaratan yang tertera dalam tabel berikut :
Panjang Kapal Jumlah Minimum PelampungL < 60 m
60 m ≥ L < 120 m120 m ≥ L < 180 m180 m ≥ L < 240 m
L ≥ 240 m
Tabel. Persyaratan Jumlah Pelampung Pada Kapal Penumpang
Sebagai tambahan, untuk kapal penumpang yang
panjangnya kurang dari 60 m harus membawa
minimal 6 pelampung yang dilengkapi dengan lampu
yang dapat menyala sendiri.
Gambar. Lifebuoy dan Lifebuoy Light
2. Baju Penolong ( Life Jacket )
Peraturan keselamatan untuk baju penolong dewasa
pada kapal penumpang minimal 105 % dari jumlah
seluruh penumpang yang ada di kapal. Sedangkan
untuk baju penolong anak – anak minimal 10 %
dari jumlah seluruh penumpang yang ada di kapal.
Baju penolong harus disimpan ditempat yang
terlihat dengan jelas di geladak kapal dan
tempat berkumpul. Baju penolong juga dilengkapi
dengan lampu dan tata cara pemakaiannya.
Gambar. Baju Penolong ( Life Jacket ) untuk Deawasa dan Anak -
anak
Peraturan Keselamatan Untuk Pencegahan Kebakaran
( SOLAS BAB II - 2 )
A. Kotak Pemadam Kebakaran ( Hydrant Box )
Kotak pemadam kebakaran terdiri dari selang
pemadam kebakaran dan nozzle. Berikut adalah
peraturan yang mengatur peralatan tersebut :
1. Selang Pemadam Kebakaran
Selang kebakaran harus dibuat dari bahan yang
tidak mudah rusak dan harus tetap dalam
keadaan siap pakai. Peletakannya ditempat -
tempat yang mudah dijangkau dan letaknya dekat
dengan tempat hidran atau sambungan layanan
air. Untuk kapal penumpang yang mengangkut
lebih dari 36 orang, pada selang kebakaran itu
harus disambungkan dengan hidran setiap saat.
Pada kapal dengan berat kotor 1.000 GT atau
lebih minimal terdapat 5 buah selang pemadam
kebakaran ditambah 1 untuk cadangan.
2. Nosel ( Nozzle )
Ukuran diameter standar untuk nosel antara
lain : 12 mm, 16 mm, atau 19 mm. Pada ruang
akomodasi dan ruang layanan digunakan nosel
ukuran diameter 12 mm. Sedangkan pada ruang
mesin dan tempat - tempat di luar, ukuran
nosel harus sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh pengeluaran semaksimal mungkin, akan
tetapi tidak lebih besar dari 19 mm.
Gambar. Hydrant Box, Hydrant Hose, dan Nozzle
B. Pemadam Kebakaran Jinjing ( Fire Extinguisher )
Kapasitas dari pemadam kebakaran jinjing ( Fire
Extinguisher ) yang disyaratkan tidak boleh
lebih dari 13,5 liter dan tidak kurang dari 9
liter. Ruang akomodasi, ruang layanan, dan
stasiun kontrol juga harus dilengkapi dengan
fire extinguisher. Pada kapal dengan berat kotor
1.000 GT atau lebih minimal terdapat 5 buah fire
extinguisher.
Terdapat bermacam – macam jenis fire
extingusher, antara lain :
1. ABC Powder Fire Extinguisher
2. Foam Fire Extinguisher
3. CO2 Fire Extinguisher
4. Water Fire Extinguisher
Gambar. Fire Extinguisher : ABC Powder, Foam, CO2, , Water
C. Alarm Kebakaran ( Fire Alarm )
Alarm kebakaran diletakkan pada tempat dimana
penumpang dan awak kapal dapat mendengar saat
alarm kebakaran diaktifkan. Alarm kebakaran
dilengkapi dengan penekan manual ( switch on )
untuk mengkatifkan alarm dan dilindungi.
Gambar. Fire Alarm Bell dan Fire Alarm Switch
D. Pendeteksi Kebakaran ( Fire Detector )
Kapal yang memuat penumpang lebih dari 36 orang
harus memiliki alat pendeteksi kebakaran yang
tetap. Sistem alarm kebakaran harus dipasang dan
disusun untuk mendukung pendeteksi asap di
ruangan -ruangan publik, pusat kontrol / kemudi
dan ruang akomodasi, termasuk koridor, tanggga,
dan rute penyelamatan. Alat pendeteksi kebakaran
dibagi menjadi 2, yaitu : Detektor Panas ( Heat
Detector ), Detektor Asap ( Smoke Detector ),
atau Detektor Asap - Panas ( Smoke – Heat
Detector ). Di bawah ini adalah tata letak dan
jarak peletakan dari pemasangan fire detector :
1. Detektor Panas ( Heat Detector )
Detektor panas harus dipasang pada ruang
akomodasi, ruang pelayanan, dan stasiun
pengontrol.
2. Detektor Asap ( Smoke Detector )
Detektor asap harus dipasang pada semua
tangga, koridor dan jalan penyelamatan dalam
ruang akomodasi. Pertimbangan-pertimbangan
harus diberikan untuk instalasi dari detektor
asap dengan maksud khusus dalam saluran
ventilasi. Tabel di bawah ini adalah peraturan
peletakan alat pendeteksi kebakaran :
Jenis
DetektorLuas Lantai Maksimum
Setiap DetektorJarak
Maksimum Antar PusatPanas 37 m2 9 mAsap 74 m2 11 m
Tabel. Persyaratan Peraturan Peletakan Fire Detector
Gambar. Heat Detector, Smoke Detector, Smoke – Heat Detector
E. Sprinkle
Sprinkle adalah alat bantu pemadam kebakaran
berupa saluran air yang menyemprot dari langit -
langit saat diaktifkan jika terjadi kebakaran.
Untuk kapal yang mengangkut penumpang labih dari
36 orang diharuskan terdapat sprinkle.
Gambar. Tipe- tipe Sprinkle
Gambar. Fire Suspension System
F. Kotak Pasir ( Sand Box )
Pada setiap ruang pemadam kebakaran harus ada
wadah yang berisi pasir, serbuk gergaji yang
dicampur dengan soda, atau material kering yang
lain untuk alat bantu pemadam kebakaran.
Gambar. Kotak Pasir ( Sand Box )
G. Denah Keselamatan ( Safety Plan )
Untuk kapal yang mengangkut lebih dari 36 orang
penumpang diwajibkan memasang denah keselamatan
di tempat umum ( publik ) agar penumpang dan
awak kapal dapat mengetahui tempat evakuasi jika
terjadi kebakaran atau kecelakanan di kapal.
H. Tata Susunan Peralatan Pemadam Kebakaran
Tata susunan harus sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin sekurang - kurangnya 2/3 gas yang
dibutuhkan ruang tersebut harus masuk selama 10
menit. Dalam ruang muatan harus dipasang sistem
pemadam kebakaran. Sistem pemadam kebakaran gas
lain atau sistem pemadam kebakaran dengan busa
ekspansi tinggi dapat dipasang dengan syarat
dapat memberikan perlindungan yang sepadan.
Selanjutnya setiap ruang muatan yang didesain
hanya untuk kendaraan yang tidak mengangkut
muatan dapat dipasang dengan sistem pemadam
kebakaran hidrokarbon berhalogen.
Peraturan Keselamatan Untuk Instaliasi Listrik
Berikut ini adalah peraturan dari SOLAS yang
mengatur tentang instalasi listrik :
1. Semua kabel yang berada di lauar atau secara
langsung terkena cuaca di luar harus dikedapkan.
Gambar. Akses Kabel Yang Tidak Dikedapakan
2. Kabel - kabel dan jaringan listrik harus
dipasang dan ditopang dengan cara sedemikian
rupa sehingga terhindar dari pengelupasan atau
kerusakan lainnya.
Peraturan Keselamatan Untuk Sistem Ventilasi
Saluran ventilasi harus dari bahan yang tidak mudah
terbakar. Namun untuk saluran ventilasi pendek pada
umumnya tidak lebih dari 0,02 m2 dan panjang tidak
melebihi 2 m tidak harus dari bahan yang tidak
mudah terbakar. Sistem ventilasi dapat menggunakan
alat seperti exhaust van atau blower. Sedangkan
pada Kamar Mesin umumnya menggunakan mushroom.
Gambar. Alat Ventilasi di Kapal dan Mushroom Ventilasi untuk
Kamar Mesin
Peraturan Keselamatan Untuk Peralatan Navigasi
Pemasangan / instalasi peralatan navigasi harus
diperhatikan, misal untuk instalasi radio harus
sesuai dengan peraturan sebagai berikut :
1. Ditempatkan pada tempat yang aman, tidak
terpengaruh oleh gangguan mekanis, listrik, atau
sumber lain yang merusak pemakaian perangkat.
2. Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk
segera di operasikan.
3. Dilengkapi dengan lampu listrik yang disusun
secara permanen yang terpisah dari sumber tenaga
listrik utama dan cadangan untuk penerangan
ruang kontrol radio.
4. Ditandai secara jelas dengan tanda panggilan,
identitas stasiun radio kapal dan kode lain
sebagai penerapan dalam penggunaan instalasi
radio.
Setiap kapal harus mempunyai awak yang mampu dalam
penggunaan komunikasi radio keselamatan. Awak
tersebut harus memiliki sertifikat dan bertanggung
jawab penuh dalam komunikasi radio.
A. Buku Catatan Radio
Buku catatan radio adalah buku yang mencatat
semua kejadian, berupa kecelakaan, marabahaya
yang berhubungan dengan layanan radio
komunikasi. Buku ini penting untuk mengetahui
history / sejarah dari peralatan komunikasi
radio di kapal.
B. EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio
Beacon )
EPIRB pada kapal harus memenuhi standard sebagai
berikut :
1. Mampu mentransmisikan sinyal darurat pada
layanan satelit orbit polar yang dioperasikan
pada gelombang 406 MHz atau jika kapal hanya
melakukan pelayaran pada kawasan yang dicakup
INMARSAT.
2. Dipasang pada posisi yang dapat terjangkau
dengan mudah dan selalu siap dilepaskan /
diaktifkan secara manual.
3. Mampu mengapung bebas jika kapal tenggelam dan
aktif secara otomatis pada saat terapung.
C. Monitoring System
Untuk memantau kondisi ruangan, kapal biasanya
menggunakan sistem monitoring dengan camera CCTV
( Close Circuit Television ). Di bawah ini
adalah beberapa macam gambar dari CCTV camera :
Gambar. CCTV Camera
Di bawah ini adalah peralatan navigasi yang biasa
kita jumpai di kapal penumpang :
Gambar. Radar Gambar. GPS