27
Belajar dari beberapa peristiwa kecelakaan kapal laut, misalnya tenggelamnya kapal Titanic yang menelan korban ribuan jiwa, maka setelah beberapa kali dikeluarkan peraturan keselamatan secara regional organisasi IMCO (sekarang menjadi IMO) pada 17 JUNE 1960 mengeluarkan peraturan internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut dikenal dengan nama SOLAS 1960, yang terus disempurnakan dan ditambah pada tahun 1974, 1978, 1981, 1981, 1988, 1991, 1997 dan terakhir tahun 2000. • SOLAS merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk seluruh kapal yang memilik GRT 250 ton keatas, untuk kapal- kapal yang GRT nya dibawah 250 ton maka persyaratan harus mengikuti peraturan Pemerintah bendera kapal. • SOLAS menulis beberapa peraturan yang terbagi dalam beberapa Chapter, pada saat ini sudah terdiri dari 12 chapter dan yang berkaitan dengan Peralatan Keselamatan adalah pada Chapter II – Construction – Fire protection, fire detection and fir extinction serta Chapter III mengenai Life-saving appliances and arrangement. • Peralatan keselamatan peraturannya dikelompokkan untuk penggunaan dikapal jenis Kapal Penumpang dan Kapal Barang. • Melihat bahwa nama dan jenis peralatan keselamatan belum secara keseluruhan dikenal dengan nama baku Indonesia, maka banyak nama2 yang masih menggunakan sebutan dalam bahasa Inggris. Jenis peralatan keselamatan dikapal sangat dipengaruhi dari jenis kapal, gross tonnage, bendera kapal, ukuran dimensi kapal dan jumlah orang yang berada dikapal. PERALATAN YANG TERMASUK DALAM SAFETY EQUIPMENT PADA KAPAL 1. Dokumen / documentation 2. Peralatan Navigasi/ Safety of Navigation 3. Perlengkapan penyelamat jiwa/ life saving appliances 4. Pompa pemadam, hidran, selang dan alat pemadam/ fire pumps, hydrants, hoses and extinguishers.

Alat safety kapal laut

  • Upload
    undip

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Belajar dari beberapa peristiwa kecelakaan kapal laut,misalnya tenggelamnya kapal Titanic yang menelan korbanribuan jiwa, maka setelah beberapa kali dikeluarkanperaturan keselamatan secara regional organisasi IMCO(sekarang menjadi IMO) pada 17 JUNE 1960 mengeluarkanperaturan internasional untuk Keselamatan Jiwa di Lautdikenal dengan nama SOLAS 1960, yang terus disempurnakan danditambah pada tahun 1974, 1978, 1981, 1981, 1988, 1991, 1997dan terakhir tahun 2000.

• SOLAS merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untukseluruh kapal yang memilik GRT 250 ton keatas, untuk kapal-kapal yang GRT nya dibawah 250 ton maka persyaratan harusmengikuti peraturan Pemerintah bendera kapal.

• SOLAS menulis beberapa peraturan yang terbagi dalambeberapa Chapter, pada saat ini sudah terdiri dari 12chapter dan yang berkaitan dengan Peralatan Keselamatanadalah pada Chapter II – Construction – Fire protection,fire detection and fir extinction serta Chapter III mengenaiLife-saving appliances and arrangement.

• Peralatan keselamatan peraturannya dikelompokkan untukpenggunaan dikapal jenis Kapal Penumpang dan Kapal Barang.

• Melihat bahwa nama dan jenis peralatan keselamatan belumsecara keseluruhan dikenal dengan nama baku Indonesia, makabanyak nama2 yang masih menggunakan sebutan dalam bahasaInggris. Jenis peralatan keselamatan dikapal sangatdipengaruhi dari jenis kapal, gross tonnage, bendera kapal,ukuran dimensi kapal dan jumlah orang yang berada dikapal.

PERALATAN YANG TERMASUK DALAM SAFETY EQUIPMENT PADA KAPAL1. Dokumen / documentation2. Peralatan Navigasi/ Safety of Navigation3. Perlengkapan penyelamat jiwa/ life saving appliances4. Pompa pemadam, hidran, selang dan alat pemadam/ firepumps, hydrants, hoses and extinguishers.

5. Perlengkapan pemadam kebakaran untuk ruang muat / fireappliances in cargo spaces6. Perlengkapan pemadam lain / other fire appliances

1. Dokumen / documentationDokumen untuk keselamatan sangat penting keberadaanyadikapal, antara lain yang dipersyaratkan adalah :- Fire control plan, adalah merupakan gambar/ denah yangmenunjukkan letak, posisi, jenis dan jumlah alat keselamatandan pemadam kebakaran dikapal.

- Muster list and emergency procedure, merupakan daftar dantugas awak kapal untuk keadaan darurat.

- Nautical publication, terdiri dari buku atau terbitantermasuk peta laut, yang menjelaskan secara lengkap arahberlayar, daftar rambu suar, daftar pasang surut daninformasi lain yang diperlukan.

- International code of signal berisi daftar isyarat int.ter masuk daftar call sign dari kapal.

2.PeralatanNavigasi/ Safety of Navigation

Penjelasan tentang peralatan navigasi cukup panjang, danbisa dilihat di postngan sebelumnya, KLIK TULISAN INI

3. Perlengkapan penyelamat jiwa/ life saving appliances

Yang termasuk dalam peralatan ini adalah :- Peralatan dianjungan terdiri Line throwing appliances(alat pelempar tali),lengkap dengan roketnya.

- Parachute distress signal (isyarat bentuk parasit)

Gambar. Parachute distresssignal

- Peralatan radio untuk survival- Sekoci (life boat) merupakan boat penolong dengankapasitas sesuai jumlah penumpang pada setiap sisi Sekoci

dilengkapi dengan bermacam perlengkapan,untuk digunakansebagai alat survival (lihat daftar).

Gambar. Lifeboat

- Dewi-dewi (davits) adalah peralatan untuk menurunkan ataumeluncurkan,sekoci ke laut, sistim peluncuran ini jugadilengkapi beberapa peralatan,penunjang seperti tali,tangga, lampu.

- Rakit penolong kembung (inflatable liferaft) peralatanpenolong berupa rakit penyelamat yang terbuka menyerupaiperahu karet setelah dilempar kelaut. Rakit penolong ini

ditempatkan disisi kiri dan kanan kapal dengan kapasitassetiap sisi sesuai penumpang.

Gambar. Liferaft

Untuk kapal yang memilikipanjang lebih dari 100 m dipersyaratkan untuk menempatkansatu life raft berkapasitas min. 6 orang dibagian depan(forward). Pada life raft terdapat beberapa perlengkapansurvival dan pada tabung (capsule) life raft terdapatidentifikasi nama kapal, port of registry dan kapasitas.Life raft memiliki konstruksi penopang didek yang secaramudah dapat diluncurkan, atau secara otomatis akan terlepasapabila kapal tenggelam.

- Life jacket, jaket pelampung merupakan pelampung yangharus memenuhi syarat dan dilengkapi dengan peluit sertalampu. Pelampung harus berwarna orange dan ditambah materialreflective supaya terlihat dari jauh dan pada malam harisaat pencarian

-Lifebuoys, ban pelampung untuk menolong orang yang terceburjatuh kelaut. Pelampung ini dilengkapi dengan tali sepanjang27.5 m, ada yang dilengkapi smoke signal dan lampu yangdapat menyala sendiri (self igniting light). Pada pelampungditulis nama kapal dan pelabuhan pendaftaran. Untuk kapalyang memiliki bridge deck atau bangunan atas yang tinggi,dilengkapi alat peluncur pelampung secara cepat dari deckanjungan.

- Jumlah pelampung minimum 8 bh, 4 dilengkapi lampu, 2dilengkapi smoke signal dan dua hanya dilengkapi tali.

- Pilot ladder atau tangga pandu, yang digunakan untuk naikdan turun pandu kapal. Daerah tangga harus dilengkapi lampupenerangan. Ada jenis tangga pilot yang dilengkapi dengansistim mekanis, tangga dapat naik turun dengan winch.

Gambar. Tangga

4. Pompa pemadam, hidran, selang dan alat pemadam/ fire pumps, hydrants, hoses and extinguishers.

Penjelasan tentang ini telah ada pada postingan sebelumnya, KLIK TULISAN INI

5. Perlengkapan pemadam kebakaran untuk ruang muatm/ fire appliances in cargo spaces

Pada umumnya ruang muat menggunakan sistim pemadam kebakaran CO2 Instalasi CO2 dipasang pada bagian atasruang muat, pipa akan mengalirkan CO2 mulai dari CO2 dalam tabung yang disimpan di ruang tabung CO2.Pipa tersebut akan menembus bulkhead secara baik dan berujung di seluruh ruang muat.

Pengaturan pengaliran CO2 dapat diatur dari panel kontrol yang terdapat di disekitar ruang tabung CO2 Supaya pemadaman dapat dilaksanakan secara efektif maka seluruh lubang pada ruang palkah harus dapat

ditutup rapat, termasuk lubang ventilasinya. Secara berkala instalasi CO2 harus diperiksa dan tabung ditimbang

6. Perlengkapan pemadam lain / other fire appliancesDikapal dilengkapi perlengkapan lain sebagai penunjang pemadam kebakaran adalah firemen outfit, yaitu baju pemadam yang digunakan saat pemadaman lengkap dengan safety lamp, life line, axe, helmet, baju, celana, sepatu dan sarung tangan tahan api Alatpernafasan (oksigen) yang terdiri dari masker dan tabung oksigen yang dapat dikenakan pada saat pemadaman lengkap dengan beberapa tabung cadangan Jumlah baju pemadam dan alat bantu pernafasan diatur sesuai persyaratan SOLAS atau sesuai dengan ketentuanpemerintah bendera Kotak pasir dan sekop, harus tersedia disekitar ruang mesin dan kapak besar tersedia ditempat yang mudah dijangkau Kapal dilengkapi pula dengan fasilitas international shore connection.

Macam-Macam Alat Keselamatan diatas Kapal

1. Pelampung penolong dan jaket/rompi penolong (Life Jacket): Gunanya untuk mengapungkan orang yang menggunakannyadiatas air2. Survival suit dan Immersion suit: Gunanya sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang hilang akibat dinginnya air laut3. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid): Gunanya sebagai pelindung tubuh, mengurangi hilangnya panas tubuh4. Isyarat visual (Pyrotechnis): Gunanya sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat melihat ada kapal penolong,isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata pada siang hari digunakan isyarat asap apung (bouyant smoke signal). Pada malam

hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut (parachute signal)5. Pesawat luput maut (survival craft): Gunanya untuk menolong/mempertahankan jiwa orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal6. Sekoci penyelamat (life boat): Gunanya selain digunakan untuk menyelamatkan orang-orang dalam keadaan bahaya juga digunakan untuk memimpin pesawat luput maut7. Roket pelempar tali (line throwing appliances): Gunanya sebagai alat penghubung pertama antara kapal yang ditolong dengan yang menolong yang selanjutnya dipakai untuk keperluan lainnya.

1. PENDAHULUAN

Dalam Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa

dilaut atau yang lebih dikenal dengan SOLAS Convention

Ferry Ro - Ro dikategorikan sebagai kapal penumpang.

Sealian untuk mengangkut penumpang, kapal penumpang

memiliki ruang muat khusus untuk mengangkut kendaraan

dan juga barang bawaan. Dengan demikian terdapat

peraturan keselamatan dan kelaikan kapal yang menjamin

tingkat keselamatan pada saat kapal beroperasi.

Sejak awal tahun 2007 Indonesia mengalami beberapa

kecelakaan kapal terutama Ferry Ro – Ro. Sebagai orang

terpilih yang bergerak di bidang maritim terutama di

dunia perkapalan, kita harus mengetahui persyaratan apa

saja yang berlaku saat ini untuk meningkatkan kualitas

keselamatan khususnya untuk kapal penumpang.

Selanjutnya kita akan membahas macam peralatan

keselamatan yang ada di kapal berikut dengan peraturan

yang mengatur jumlah dan tata letak peralatan

keselamatan tersebut.

2. Peraturan Keselamatan Kapal Penumpang

Kendaraan Penolong dan Perahu Penyelamat ( SOLAS Seksi

II Peraturan 20 )

Sekoci penolong yang ada dikapal jumlah kapasitas

minimal dapat menampung 50% dari jumlah semua orang

di atas kapal. Sekoci penolong dapat diganti dengan

rakit penolong yang kapasitasnya sama dan harus

dilengkapi dengan alat peluncur di sisi – sisi

kapal. Perlu diketahui bahwa semua kendaraan

penolong dan perahu penyelamat harus mampu

diluncurkan semuanya dalam waktu 30 menit sejak

sinyal untuk meninggalkan kapal dibunyikan. Untuk

mengetahui kualitas dari kendaraan penolong dan

perahu penyelamat, kita dapat mengecek tanggal

kadaluarsa ( expired ) atau dari inspeksi terakhir

yang menjelaskan tentang kondisi dari peralatan

keselamatan tersebut.

Sebagai tambahan, untuk kapal penumpang dengan

tonase kurang dari 500 GT dimana jumlah penumpang

di kapal kurang dari 200 orang kendaraan penolong

dan perahu penyelamat harus memenuhi peratunan

berikut :

1. Diletakkan pada setiap sisi kapal dan rakit

penolong harus mampu menampung jumlah semua

orang yang ada di kapal.

2. Setiap rakit penolong dalam kondisi siap

dipakai dan dapat diluncurkan pada salah satu

sisi kapal, selain itu dengan mudah dipindahkan

dari satu sisi ke sisi kapal yang lain.

3. Rakit penolong harus dilengkapi dengan

keterangan atau gambar tata cara peluncuran,

sehingga mempermudah penumpang atau awak akapl

untuk dapat mengoperasikannya.

Di bawah ini adalah gambar

kendaraan penolong dan perahu penyelamat yang biasa

kita jumpai di kapal penumpang :

Gambar. Sekoci( Life Boat ) dan

Dewi – dewi ( Davit )

Gambar. Sekoci Tertutup ( Enclose Life Boat )

Gambar. Inflatable Life Raft Sebelum dan Setelah Terbuka

Peralatan Keselamatan Untuk Masing – Masing Personil (

SOLAS Seksi II Peraturan 21 )

1. Pelampung Penolong / Lifebuoy

Suatu kapal penumpang harus membawa pelampung

penolong yang jumlahnya sesuai dengan

persyaratan yang tertera dalam tabel berikut :

Panjang Kapal Jumlah Minimum PelampungL < 60 m

60 m ≥ L < 120 m120 m ≥ L < 180 m180 m ≥ L < 240 m

L ≥ 240 m

Tabel. Persyaratan Jumlah Pelampung Pada Kapal Penumpang

Sebagai tambahan, untuk kapal penumpang yang

panjangnya kurang dari 60 m harus membawa

minimal 6 pelampung yang dilengkapi dengan lampu

yang dapat menyala sendiri.

Gambar. Lifebuoy dan Lifebuoy Light

2. Baju Penolong ( Life Jacket )

Peraturan keselamatan untuk baju penolong dewasa

pada kapal penumpang minimal 105 % dari jumlah

seluruh penumpang yang ada di kapal. Sedangkan

untuk baju penolong anak – anak minimal 10 %

dari jumlah seluruh penumpang yang ada di kapal.

Baju penolong harus disimpan ditempat yang

terlihat dengan jelas di geladak kapal dan

tempat berkumpul. Baju penolong juga dilengkapi

dengan lampu dan tata cara pemakaiannya.

Gambar. Baju Penolong ( Life Jacket ) untuk Deawasa dan Anak -

anak

Peraturan Keselamatan Untuk Pencegahan Kebakaran

( SOLAS BAB II - 2 )

A. Kotak Pemadam Kebakaran ( Hydrant Box )

Kotak pemadam kebakaran terdiri dari selang

pemadam kebakaran dan nozzle. Berikut adalah

peraturan yang mengatur peralatan tersebut :

1. Selang Pemadam Kebakaran

Selang kebakaran harus dibuat dari bahan yang

tidak mudah rusak dan harus tetap dalam

keadaan siap pakai. Peletakannya ditempat -

tempat yang mudah dijangkau dan letaknya dekat

dengan tempat hidran atau sambungan layanan

air. Untuk kapal penumpang yang mengangkut

lebih dari 36 orang, pada selang kebakaran itu

harus disambungkan dengan hidran setiap saat.

Pada kapal dengan berat kotor 1.000 GT atau

lebih minimal terdapat 5 buah selang pemadam

kebakaran ditambah 1 untuk cadangan.

2. Nosel ( Nozzle )

Ukuran diameter standar untuk nosel antara

lain : 12 mm, 16 mm, atau 19 mm. Pada ruang

akomodasi dan ruang layanan digunakan nosel

ukuran diameter 12 mm. Sedangkan pada ruang

mesin dan tempat - tempat di luar, ukuran

nosel harus sedemikian rupa sehingga dapat

diperoleh pengeluaran semaksimal mungkin, akan

tetapi tidak lebih besar dari 19 mm.

Gambar. Hydrant Box, Hydrant Hose, dan Nozzle

B. Pemadam Kebakaran Jinjing ( Fire Extinguisher )

Kapasitas dari pemadam kebakaran jinjing ( Fire

Extinguisher ) yang disyaratkan tidak boleh

lebih dari 13,5 liter dan tidak kurang dari 9

liter. Ruang akomodasi, ruang layanan, dan

stasiun kontrol juga harus dilengkapi dengan

fire extinguisher. Pada kapal dengan berat kotor

1.000 GT atau lebih minimal terdapat 5 buah fire

extinguisher.

Terdapat bermacam – macam jenis fire

extingusher, antara lain :

1. ABC Powder Fire Extinguisher

2. Foam Fire Extinguisher

3. CO2 Fire Extinguisher

4. Water Fire Extinguisher

Gambar. Fire Extinguisher : ABC Powder, Foam, CO2, , Water

C. Alarm Kebakaran ( Fire Alarm )

Alarm kebakaran diletakkan pada tempat dimana

penumpang dan awak kapal dapat mendengar saat

alarm kebakaran diaktifkan. Alarm kebakaran

dilengkapi dengan penekan manual ( switch on )

untuk mengkatifkan alarm dan dilindungi.

Gambar. Fire Alarm Bell dan Fire Alarm Switch

D. Pendeteksi Kebakaran ( Fire Detector )

Kapal yang memuat penumpang lebih dari 36 orang

harus memiliki alat pendeteksi kebakaran yang

tetap. Sistem alarm kebakaran harus dipasang dan

disusun untuk mendukung pendeteksi asap di

ruangan -ruangan publik, pusat kontrol / kemudi

dan ruang akomodasi, termasuk koridor, tanggga,

dan rute penyelamatan. Alat pendeteksi kebakaran

dibagi menjadi 2, yaitu : Detektor Panas ( Heat

Detector ), Detektor Asap ( Smoke Detector ),

atau Detektor Asap - Panas ( Smoke – Heat

Detector ). Di bawah ini adalah tata letak dan

jarak peletakan dari pemasangan fire detector :

1. Detektor Panas ( Heat Detector )

Detektor panas harus dipasang pada ruang

akomodasi, ruang pelayanan, dan stasiun

pengontrol.

2. Detektor Asap ( Smoke Detector )

Detektor asap harus dipasang pada semua

tangga, koridor dan jalan penyelamatan dalam

ruang akomodasi. Pertimbangan-pertimbangan

harus diberikan untuk instalasi dari detektor

asap dengan maksud khusus dalam saluran

ventilasi. Tabel di bawah ini adalah peraturan

peletakan alat pendeteksi kebakaran :

Jenis

DetektorLuas Lantai Maksimum

Setiap DetektorJarak

Maksimum Antar PusatPanas 37 m2 9 mAsap 74 m2 11 m

Tabel. Persyaratan Peraturan Peletakan Fire Detector

Gambar. Heat Detector, Smoke Detector, Smoke – Heat Detector

E. Sprinkle

Sprinkle adalah alat bantu pemadam kebakaran

berupa saluran air yang menyemprot dari langit -

langit saat diaktifkan jika terjadi kebakaran.

Untuk kapal yang mengangkut penumpang labih dari

36 orang diharuskan terdapat sprinkle.

Gambar. Tipe- tipe Sprinkle

Gambar. Fire Suspension System

F. Kotak Pasir ( Sand Box )

Pada setiap ruang pemadam kebakaran harus ada

wadah yang berisi pasir, serbuk gergaji yang

dicampur dengan soda, atau material kering yang

lain untuk alat bantu pemadam kebakaran.

Gambar. Kotak Pasir ( Sand Box )

G. Denah Keselamatan ( Safety Plan )

Untuk kapal yang mengangkut lebih dari 36 orang

penumpang diwajibkan memasang denah keselamatan

di tempat umum ( publik ) agar penumpang dan

awak kapal dapat mengetahui tempat evakuasi jika

terjadi kebakaran atau kecelakanan di kapal.

H. Tata Susunan Peralatan Pemadam Kebakaran

Tata susunan harus sedemikian rupa sehingga

dapat menjamin sekurang - kurangnya 2/3 gas yang

dibutuhkan ruang tersebut harus masuk selama 10

menit. Dalam ruang muatan harus dipasang sistem

pemadam kebakaran. Sistem pemadam kebakaran gas

lain atau sistem pemadam kebakaran dengan busa

ekspansi tinggi dapat dipasang dengan syarat

dapat memberikan perlindungan yang sepadan.

Selanjutnya setiap ruang muatan yang didesain

hanya untuk kendaraan yang tidak mengangkut

muatan dapat dipasang dengan sistem pemadam

kebakaran hidrokarbon berhalogen.

Peraturan Keselamatan Untuk Instaliasi Listrik

Berikut ini adalah peraturan dari SOLAS yang

mengatur tentang instalasi listrik :

1. Semua kabel yang berada di lauar atau secara

langsung terkena cuaca di luar harus dikedapkan.

Gambar. Akses Kabel Yang Tidak Dikedapakan

2. Kabel - kabel dan jaringan listrik harus

dipasang dan ditopang dengan cara sedemikian

rupa sehingga terhindar dari pengelupasan atau

kerusakan lainnya.

Peraturan Keselamatan Untuk Sistem Ventilasi

Saluran ventilasi harus dari bahan yang tidak mudah

terbakar. Namun untuk saluran ventilasi pendek pada

umumnya tidak lebih dari 0,02 m2 dan panjang tidak

melebihi 2 m tidak harus dari bahan yang tidak

mudah terbakar. Sistem ventilasi dapat menggunakan

alat seperti exhaust van atau blower. Sedangkan

pada Kamar Mesin umumnya menggunakan mushroom.

Gambar. Alat Ventilasi di Kapal dan Mushroom Ventilasi untuk

Kamar Mesin

Peraturan Keselamatan Untuk Peralatan Navigasi

Pemasangan / instalasi peralatan navigasi harus

diperhatikan, misal untuk instalasi radio harus

sesuai dengan peraturan sebagai berikut :

1. Ditempatkan pada tempat yang aman, tidak

terpengaruh oleh gangguan mekanis, listrik, atau

sumber lain yang merusak pemakaian perangkat.

2. Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk

segera di operasikan.

3. Dilengkapi dengan lampu listrik yang disusun

secara permanen yang terpisah dari sumber tenaga

listrik utama dan cadangan untuk penerangan

ruang kontrol radio.

4. Ditandai secara jelas dengan tanda panggilan,

identitas stasiun radio kapal dan kode lain

sebagai penerapan dalam penggunaan instalasi

radio.

Setiap kapal harus mempunyai awak yang mampu dalam

penggunaan komunikasi radio keselamatan. Awak

tersebut harus memiliki sertifikat dan bertanggung

jawab penuh dalam komunikasi radio.

A. Buku Catatan Radio

Buku catatan radio adalah buku yang mencatat

semua kejadian, berupa kecelakaan, marabahaya

yang berhubungan dengan layanan radio

komunikasi. Buku ini penting untuk mengetahui

history / sejarah dari peralatan komunikasi

radio di kapal.

B. EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio

Beacon )

EPIRB pada kapal harus memenuhi standard sebagai

berikut :

1. Mampu mentransmisikan sinyal darurat pada

layanan satelit orbit polar yang dioperasikan

pada gelombang 406 MHz atau jika kapal hanya

melakukan pelayaran pada kawasan yang dicakup

INMARSAT.

2. Dipasang pada posisi yang dapat terjangkau

dengan mudah dan selalu siap dilepaskan /

diaktifkan secara manual.

3. Mampu mengapung bebas jika kapal tenggelam dan

aktif secara otomatis pada saat terapung.

C. Monitoring System

Untuk memantau kondisi ruangan, kapal biasanya

menggunakan sistem monitoring dengan camera CCTV

( Close Circuit Television ). Di bawah ini

adalah beberapa macam gambar dari CCTV camera :

Gambar. CCTV Camera

Di bawah ini adalah peralatan navigasi yang biasa

kita jumpai di kapal penumpang :

Gambar. Radar Gambar. GPS

Gambar. NAVTEX Receiver Digital Gambar. NAVTEX Receiver Fax