40
Tabloid 12 Oktober - 18 Oktober 2015 No. 03 - XX, 2015 Bejibun Paket Datang Barengan Kali ini sasaran paket pemerintah dan OJK adalah industri UMKM dan importir B enar-benar sedang mu- sim paket kebijakan. Se- telah dua pekan lalu Bank Indonesia (BI) mengge- lontorkan paket kebijakan ba- reng dengan peluncuran paket ekonomi (Pak Eko II), kini pe- merintah gantian dengan sosok eksekutif di Otoritas Jasa Ke- uangan (OJK) membarengi pe- luncuran Pak Eko III. OJK mengeluarkan enam pa- ket kebijakan sekaligus. Perin- ciannya, dua paket tertuju ke sektor perbankan. Adapun em- pat paket kebijakan yang lain disusun untuk industri perbank- an non-bank. Inti aturan OJK ini bertujuan mengamankan paso- kan valas di dalam negeri, mengubah ketentuan kualitas kredit, mendorong sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta industri kreatif. Di lain sisi, Pek Eko III masih menawarkan banyak paket ke- bijakan. Sebagian kebijakan yang menonjol adalah regulasi terkait impor. Ada aturan ten- tang impor limbah non-bahan berbahaya dan beracun, tekstil dan produk tekstil, besi atau baja, ban, mesin fotokopi dan pencetak berwarna, serta mesin dan peralatan mesin. Deregulasi impor ini menitik- beratkan pada penyederhanaan perizinan, rasionalisasi peratur- an dengan menghilangkan dup- likasi atau redundancies, irre- levant regulations, dan kesela- rasan antar peraturan. 34-37 Bisnis APM Genjot Purnajual Bisnis mobil lesu, bisnis onder- dil jadi penambal kinerja. 8-9 Reksadana ETF Saham BUMN Indo Premier merilis ETF ber- basis saham-saham BUMN. 18 BPJS Tenaga Kerja Klaim JHT Meningkat Masuk kuartal tiga, klaim JHT meningkat pesat. 32 Negara-Negara ASEAN Mengkaji Ulang Tarif Pajak Menjelang MEA. 38-39 Helmi Kamal Lubis, CEO Dana Pensiun Pertamina: Banyak yang Masih Energik. 28-29 Kita bisa belajar dari Filipina soal mengelola industri alih daya. 26-27 Buruh ingin menjaga daya beli, pengusaha mau selamat dari perlambatan ekonomi P aket kebijakan eko- nomi jilid III disam- but gembira peng- usaha dan kaum pekerja. Pengusaha bisa sedikit bernapas lega lantaran na- sibnya dipedulikan betul oleh pemerintah. Sementa- ra buruh bisa tersenyum sebab Rancangan Peratur- an Pemerintah tentang Pengupahan urung diumumkan. Kompak mengapresiasi pemerintah bukan berarti keduanya sudah seiring sejalan. Kini, soal upah minimum, buruh dan peng- usaha masih saling “gon- tok-gontokan”. Pengusaha bilang, per- mintaan kenaikan upah minimum yang diajukan buruh terlalu ketinggian. Pekerja bilang, pemilik modal maunya cuma upah murah tanpa melihat ke- adaan. Sementara, peme- rintah yang mestinya jadi penengah, tak juga mem- beri kepastian. Yang untung, calon ke- pala daerah. Isu upah ini seksi menjadi modal men- dulang dukungan. 3-6 www.kontan.co.id Peti Kemas jadi Tempat Nyaman. 20 Peluang bisnis modifikasi kontainer untuk peritel Rp 12.000 Lagi-Lagi Mereka Tarik Ulur Upah KTNM151012

Kontan mingguan edisi 12 10-2015

Embed Size (px)

Citation preview

Tabloid12 Oktober - 18 Oktober 2015No. 03 - XX, 2015

Bejibun Paket Datang BarenganKali ini sasaran paket pemerintah dan OJK adalah industri UMKM dan importir

Benar-benar sedang mu-sim paket kebijakan. Se-telah dua pekan lalu

Bank Indonesia (BI) mengge-lontorkan paket kebijakan ba-reng dengan peluncuran paket ekonomi (Pak Eko II), kini pe-merintah gantian dengan sosok eksekutif di Otoritas Jasa Ke-uangan (OJK) membarengi pe-luncuran Pak Eko III.

OJK mengeluarkan enam pa-ket kebijakan sekaligus. Perin-ciannya, dua paket tertuju ke sektor perbankan. Adapun em-pat paket kebijakan yang lain disusun untuk industri perbank-an non-bank. Inti aturan OJK ini bertujuan mengamankan paso-kan valas di dalam negeri, mengubah ketentuan kualitas kredit, mendorong sektor usaha

mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta industri kreatif.

Di lain sisi, Pek Eko III masih menawarkan banyak paket ke-bijakan. Sebagian kebijakan yang menonjol adalah regulasi terkait impor. Ada aturan ten-tang impor limbah non-bahan berbahaya dan beracun, tekstil dan produk tekstil, besi atau baja, ban, mesin fotokopi dan

pencetak berwarna, serta mesin dan peralatan mesin.

Deregulasi impor ini menitik-beratkan pada penyederhanaan perizinan, rasionalisasi peratur-an dengan menghilangkan dup-likasi atau redundancies, irre-levant regulations, dan kesela-rasan antar peraturan.

34-37

■ Bisnis

APM Genjot PurnajualBisnis mobil lesu, bisnis onder-dil jadi penambal kinerja. 8-9

■ Reksadana

ETF Saham BUMN Indo Premier merilis ETF ber-basis saham-saham BUMN. 18

■ BPJS Tenaga Kerja

Klaim JHT Meningkat Masuk kuartal tiga, klaim JHT meningkat pesat. 32

Negara-Negara ASEAN Mengkaji Ulang Tarif Pajak Menjelang MEA. 38-39

Helmi Kamal Lubis, CEO Dana Pensiun Pertamina: Banyak yang Masih Energik. 28-29

Kita bisa belajar dari Filipina soal mengelola industri alih daya. 26-27

Buruh ingin menjaga daya beli, pengusaha mau selamat dari perlambatan ekonomi

Paket kebijakan eko-nomi jilid III disam-but gembira peng-

usaha dan kaum pekerja. Pengusaha bisa sedikit bernapas lega lantaran na-sibnya dipedulikan betul oleh pemerintah. Sementa-ra buruh bisa tersenyum sebab Rancangan Peratur-an Pemerintah tentang P e n g u p a h a n u r u n g diumumkan.

Kompak mengapresiasi pemerintah bukan berarti keduanya sudah seiring sejalan. Kini, soal upah minimum, buruh dan peng-

usaha masih saling “gon-tok-gontokan”.

Pengusaha bilang, per-mintaan kenaikan upah minimum yang diajukan buruh terlalu ketinggian. Pekerja bilang, pemilik modal maunya cuma upah murah tanpa melihat ke-adaan. Sementara, peme-rintah yang mestinya jadi penengah, tak juga mem-beri kepastian.

Yang untung, calon ke-pala daerah. Isu upah ini seksi menjadi modal men-dulang dukungan.

3-6

www.kontan.co.id

Peti Kemas jadi Tempat Nyaman. 20

Peluang bisnis modifikasi kontainer untuk peritel

Rp 12.000

Lagi-Lagi Mereka Tarik Ulur Upah

KTNM151012

Musim Kirim Paket

KONTAN/Benny Rachmadi

Menjaga Kepercayaan

Selain membaca Tabloid Kontan, saya yakin Anda juga pernah atau bahkan sering mengunjungi laman-laman

situs www.kontan.co.id. Jika Anda cermati, dalam beberapa bulan terakhir, berita-berita tentang gejolak rupiah sering muncul dalam urutan ber i ta t e rpopu ler. Bahkan , belakangan, ketika nilai tukar rupiah terpuruk semakin dalam, berita rupiah konsisten nangkring di urutan teratas berita paling sering dibaca.

Apa yang terjadi di www.kontan.co.id kon-sisten dengan data mesin pencari Google. Jika kita bedah data Google Trend, terlihat bahwa “rupiah” berada di urutan ke-5 dalam daftar kata kunci paling sering dicari di Indonesia dalam kurun waktu 90 hari terakhir hingga hari Kamis lalu (8/10).

Fakta-fakta di atas menjadi bukti nyata bahwa gejolak rupiah adalah masalah semua orang dari semua kalangan. Pemilik usaha kesulitan mengatur siasat bisnis karena, seperti belut, rupiah semakin sulit dipegang buntutnya. Padahal, di bulan-bulan ini, para pemilik dan pengelola bisnis harus membuat perencanaan untuk tahun depan. Dan, kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) adalah salah satu asumsi utama yang biasa mereka gunakan. Setali tiga uang, rumahtangga juga pusing tujuh keliling meng-atur pengeluaran mereka. Maklum, penguatan dollar Amerika Serikat, kemudian, juga menge-rek harga banyak barang.

Jadi, wajar dong, jika tuntutan agar peme-

rintah maupun bank sentral menjaga nilai tukar rupiah terdengar semakin kencang saat ini. Menjaga rupiah berarti memastikan roda mesin pabrik-pabrik milik para pebisnis tetap berputar cepat. Buat rumahtangga, rupiah yang stabil juga memastikan dapur mereka tetap mengepul tebal. Ingat, uang (rupiah) ada-lah sumber kebahagiaan, tapi juga sekaligus sumber malapetaka. Keluarga yang tadinya harmonis bisa tiba-tiba mengalami krisis jika sisi finansial mereka bermasalah. Kenaikan upah pun tidak akan banyak menolong jika nilai rupiah yang diberikan sebagai upah ter-gerus dalam.

Nilai tukar rupiah adalah cerminan kondisi fundamental ekonomi suatu negara. Ini arti-nya, jika ingin menjaga rupiah, pemerintah kudu menjaga dan memperkuat fundamental ekonomi. Dengan kata lain, pemerintah harus mampu mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki negara untuk menggerakkan roda ekonomi dan menciptakan pertumbuhan. Di saat yang sama, pemerintah juga dituntut menjaga inflasi dan mendorong ekspor.

Bicara fundamental ekonomi adalah bicara hasil, prestasi, dan data. Pencapaian-penca-paian itulah yang meyakinkan investor, baik asing mapun lokal, untuk mendekap rupiah atau aset-aset dalam mata uang rupiah. Meng-apa? Karena prestasi dan hasil itu menum-buhkan kepercayaan bahwa nilai tukar rupiah akan stabil, atau bahkan menguat.

Tapi, sebelum jauh sampai hasil, kepercaya-an masyarakat dan investor terhadap rupiah sejatinya juga bisa dibangun sejak awal pro-ses. Di sini, kita bicara tentang perencanaan, langkah-langkah eksekusi yang terlihat nyata, dan yang tak kalah penting: koordinasi.

Oleh karena itu, “konflik” antara bank sen-tral dan pemerintah yang mengemuka akhir-akhir ini sungguh tidak produktif. Alih-alih menopang rupiah, aksi berbalas kritik pejabat bank sentral dan petinggi pemerintah justru membuat masyarakat dan investor bingung. Bagaimana investor akan percaya dan merasa nyaman menyimpan rupiah jika dua penjaga-nya saja tidak seia sekata?

Jika ingin menyelamatkan rupiah, pemerin-tah dan bank sentral harus segera memperbaiki koordinasi yang terkesan memburuk akhir-akhir ini. Kekompakan kedua otoritas ini akan menjadi modal utama menjaga rupiah. o

Cipta Wahyana

Foto Cover: Muradi

Tajuk2. Cipta Wahyana: Menjaga Ke-

percayaan

Laporan Utama3. Pemerintah gagal jadi pene-

ngah soal upah4. Buruh dan pengusaha masih

jauh dari satu suara terkait upah minimum

6. Cara pengusaha antisipasi ke-naikan upah

Bisnis8. APM tingkatkan layanan pur-

najual untuk menyiasati anjlok-nya penjualan kendaraan

10. Hanson International Tbk me-mantapkan diri fokus 100% di bisnis properti

Investasi11. Investor harus hati-hati, IHSG

pekan ini berpotensi terkoreksi13. Menakar keuntungan bisnis ja-

lan tol Waskita14. Peluang dari rencana pembagi-

an dividen saham bank BUMN

Studi di Luar Negeri16. Merinci keperluan hidup dan

sekolah di luar negeri

Reksadana18. Melirik peluang untung dari

potensi menggeliatnya saham BUMN di masa mendatang

Profil19. Kisah Nena Firdaus membesar-

kan bisnis katering pernikahan

Usaha20. Modifikasi kontainer jadi ruang

usaha21. Konsultasi Usaha, Wahyu Saidi:

Mematenkan merek22. Bisnis rok tutu masih mengem-

bang23. Kiat Agribisnis: Ketan Rp 582

Miliar

Tokoh24. Indra Prasta, Raffi Ahmad, M.

Noor Rachman

Manajemen25. Diversifikasi bisnis

Cardig Aero Services

Reportase26. Indonesia patut belajar ke Filii-

pina

CEO28. Helmi Kamal Lubis, CEO Dana

Pensiun Pertamina: Banyak yang Masih Energik

29. Refleksi, A.M. Lilik Agung: Bu-daya Inovasi

Dialog30. Hariyadi Sukamdani, Ketua

Asosiasi Pengusaha Indonesia: Tolong, Seluruh Bisnis Kesulitan Cash Flow.

31. Analisis Ekonomi Desmon Sili-tonga: Saatnya Benahi Ekono-mi

Keuangan32. Bisnis program pesangon berki-

bar saat PHK merebak

Surat & SMS33. Surat dan SMS33. Konsultasi Pajak Agus Susanto

Lihin dan Hendra Wijana: Biaya Berobat Karyawan

Laporan Khusus36. Paket kebijakan ekonomi jilid III

jadi obat bagi industri padat karya

Menyambut MEA38. Tarif pajak penghasilan akan

dipangkas.

Kedai40. Menjajal bakso ikan gaya pon-

tianak di Kedai Bakso Ahan, Tangerang

DAFTAR ISI

INDRA PRASTA

� TABLOID KONTAN 1� Oktober - 18 Oktober �015 Tajuk

Pemerintah gagal jadi penengah soal upah.

Tedy Gumilar, Andri Indradie, Silvana M.P., Agus Triyono

Selasa, 6 Oktober 2015, ra-pat panjang dari sore hingga malam digelar di

kantor Kementerian Koordina-tor Bidang Perekonomian (Kemko Perekonomian), La-pangan Banteng, Jakarta Pusat. Pembahasannya soal Rancang-an Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengupahan.

Usai rapat, Menteri Koordina-tor Bidang Perekonomian Dar-min Nasution menyatakan, ke-menteriannya telah menyelesai-k a n p e m b a h a s a n R P P Pengupahan. Beleid itu akan diluncurkan sebagai bagian dari paket kebijakan ekonomi jilid III – rencananya diumumkan Kamis, 8 Oktober 2015.

Namun, Rabu siang, di Istana Negara, Darmin menyebut sore hari itu juga, pukul 17.00 WIB paket ekonomi III akan di-umumkan. Artinya, pengumum-an maju sehari lebih cepat.

Di tempat yang sama, Sekre-taris Kabinet Pramono Anung menyampaikan, percepatan di-lakukan karena pemerintah ti-dak mau kehilangan momen-tum. Pemerintah menilai, reaksi pasar cukup positif terhadap paket kebijakan ekonomi sebe-lumnya. “Ini ditandai dengan pergerakan rupiah dan indeks yang beberapa hari belakangan cukup bagus,“ kata politisi PDI

Perjuangan itu.Namun, istana presiden sore

hingga menjelang magrib hari itu menjadi saksi antiklimaks 12 tahun drama penantian RPP Pengupahan. Darmin dan bebe-rapa menteri bidang ekonomi yang hadir pada pengumuman paket kebijakan jilid III tak se-dikit pun menyinggung soal be-leid tersebut. “Jangan banyak-banyak dulu, nanti menyebar terlalu luas jadi tidak fokus,” kilah Darmin singkat kala dita-nya soal nasib RPP tersebut.

Nyatanya, regulasi yang di-nanti-nanti belum ditandata-ngani Presiden Joko Widodo. Kapan waktunya, Darmin sen-diri belum bisa memberikan kepastian.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, Hanif Dhakiri, Men-teri Ketenagakerjaan yang pa-ling berkepentingan dengan peraturan ini, malah punya agenda di tempat lain. Ia meng-hadiri pembukaan acara Forum Konsolidasi Dewan Pengupah-an se-Indonesia di Hotel Mer-cure Convention Centre Ancol, Jakarta Utara.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini mengaku tidak pa-ham kenapa RPP Pengupahan tak jadi diumumkan di Istana Negara hari itu. Begitu juga soal kapan regulasi tersebut bakal diundangkan dan diterapkan. “Sesegera mungkin. Saya ikut Pak Menko saja,” katanya.

Hingga tulisan ini naik cetak, tak ada aturan baru soal peng-upahan yang dikeluarkan pe-

merintah.

Tarik-menarik

Tarik-menarik kepentingan terkait RPP ini memang sengit. Yang paling gembira atas pem-batalan pengumuman RPP Pengupahan, ya, kaum buruh. Apalagi, kalau sampai beleid ini tidak jadi terbit. “Jangan sampai terjadi. Bisa jadi ada mogok nasional kalau pemerintah te-tap mendorong formula upah inflasi plus PDRB plus alfa,” kata Iswan Abdullah, anggota Dewan Pengupahan Nasional (DPN) yang mewakili buruh.

Di lain pihak, pemerintah dan kalangan pengusaha meman-dang, formula kenaikan upah berdasarkan faktor inflasi dan pertumbuhan ekonomi paling tepat digunakan. “Kami sepakat upah buruh harus naik. Tapi kenaikannya harus bisa dipre-diksi agar bisa memberikan ke-pastian kepada buruh dan peng-usaha,” kata Anton Supit, Wakil

Ketua DPN dar i unsur pengusaha.

Polemik buruh-pengusaha yang gagal ditengahi pemerin-tah ini jelas cerita buruk. Apala-gi, Dewan Pengupahan Daerah (DPD) kini tengah berjibaku membahas upah minimum pro-vinsi (UMP) dan upah minimum kabupaten/kota (UMK).

Tenggat waktunya pemba-hasan UMP mesti beres tanggal 1 November 2015. Sementara UMK harus ditetapkan selam-bat-lambatnya 21 November 2015. Namun, ketiadaan patok-an dalam penetapan upah mini-mum membuat saban tahun hampir pasti banyak daerah ga-gal memenuhi deadline.

RPP Pengupahan tadinya di-harapkan bisa menjadi formula baku yang diterapkan semua daerah. Dengan begitu, tak per-lu lagi ada “gontok-gontokan” setiap tahun. Meski, kata Hanif, formula yang pemerintah racik belum dapat memuaskan ke-pentingan semua pihak.

Akibatnya, peran Dewan Pengupahan Daerah menjadi kurang bertaji. Di banyak dae-rah, penetapan UMP/UMK ke-rap bergantung pada kepenting-an politik kepala daerah.

Tak sedikit perusahaan gagal memenuhi aturan UMP. “Sudah kami hitung pakai rumusan. Tapi keputusannya bukan seka-dar ekonomi tapi ekonomi plus. Plus politik,” tandas Wakil Ke-tua DPD Surakarta dan Karang-anyar, Sutomo, yang berasal dari unsur akademisi.

Anton berkisah, belum lama ia diundang salah satu pemerin-tah kabupaten di Sulawesi Uta-ra. Untuk 2015, provinsi itu me-netapkan kenaikan UMP sekitar 13,16% menjadi Rp 2,15 juta. Lebih tinggi Rp 150.000 ketim-bang Sulawesi Selatan, yang kondisi ekonominya lebih baik.

Kepada Anton, para pejabat daerah itu meminta saran. Pa-salnya, upah minimum yang tinggi membuat para pengusaha di daerah itu tidak sanggup me-menuhi kewajibannya.

Jika diterapkan sebagaimana seharusnya, kerugian malah le-bih besar lagi. Perusahaan yang sudah eksis mengurangi jumlah tenaga kerja. Sementara peker-jaan menarik investor baru kian berat saja. “Saya bilang kepada mereka, ini bukan soal sanggup atau tidak sanggup. Tapi ini hu-kum, dan Anda harus melaksa-nakan apa pun konsekuensi-nya,” kisah Anton.

Iswan tidak menafikan, men-jelang pilkada serentak yang akan berlangsung pada Desem-ber mendatang, kian banyak kandidat kepala daerah yang menjadikan isu UMP/UMK un-tuk mendulang suara. Namun dia melihatnya sebagai kewa-jaran lantaran upah minimum memang menjadi sebuah kepu-tusan pol i t ik . Lagipula , “Bagi buruh, kita tidak bisa me-nolak kalau ada orang yang mau membantu persoalan ini,” katanya.

Upah memang bagus sebagai komoditas gorengan politik. o

Pemerintah Lelet, Soal Upah Ketinggalan Paket

Penetapan UMP/

UMK kerap

tergantung

kepentingan

politik kepala

daerah.

Upah Minimum, Inflasi, & Pertumbuhan EkonomiUMP Rata-

rata Nasional Pertumbuhan

UMP (%)Pertumbuhan Ekonomi* (%)

Inflasi* (%)

Umum Inti

2010 Rp 908.800 9,40 6,38 6,96 4,28

2011 Rp 988.800 8,80 6,17 3,79 4,34

2012 Rp 1.119.100 13,18 6,03 4,30 4,40

2013 Rp 1.332.400 9,06 5,58 8,38 4,98

2014 Rp 1.584.404 18,91 5,02 8,36 4,93

2015 Rp 1.780,000 12,34 4,67** 2,24*** 3,32***

*Berdasarkan harga konstan 2010**Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 *** Inflasi hingga September 2015

UMP Tertinggi 2015 UMP Terendah 2015

DKI JakartaUMP Rp 2,70 jutaNaik 10,6%KHL Rp 2,54 juta

PapuaUMP Rp 2,19 jutaNaik 7,5%KHL Rp 2,17 juta

Sulawesi UtaraUMP Rp 2,15 jutaNaik 13,16%KHL Rp 1,64 juta

Bangka BelitungUMP Rp 2,10 jutaNaik 28,05%KHL Rp 2,08 juta

Kalimantan TimurUMP Rp 2,03 jutaNaik 7,41%KHL Rp 2,03 juta

Nusa Tenggara TimurUMP Rp 1,25 juta

naik 8,7%KHL Rp 1,65 juta

Nusa Tenggara BaratRp 1,33 jutanaik 9,92%

KHL Rp 1,43 juta

Bengkulu UMP Rp 1,50 juta

naik 11,11%KHL 1,50

Sulawesi TengahUMP Rp 1,50 juta

Naik 20%KHL Rp 1,50 juta

Kalimantan BaratUMP Rp 1,56 juta

Naik 13,04%KHL Rp 1,50 juta

UMP= Upah Minimum ProvinsiKHL= Komponen Hidup Layaksumber: Badan Pusat Statistik, ILO, berbagai sumber, diolah KONTAN

Laporan UtamaTABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 �

Polemik upah minimum tak berkesudahan.

Tedy Gumilar, Andri Indradie, Silvana Maya Pratiwi

Sejak pukul 15.32 WIB, Rabu, 8 Oktober 2015, Edy Yusuf Agung Gunanto su-

dah berada di ruang tunggu pe-numpang di bandar udara Ach-mad Yani, Semarang. Pesawat sore itu akan membawanya terbang ke Jakarta. Dosen di jurusan ilmu ekonomi studi pembangunan Universitas Di-ponegoro ini berada di Jakarta selama tiga hari, hingga kemba-li ke Semarang Jumat pagi.

Edy yang datang ke ibukota dengan kapasitas sebagai Wakil Ketua Dewan Pengupahan Dae-rah (DPD) Jawa Tengah, hen-dak mengikuti forum konsoli-dasi dewan pengupahan se-In-donesia, di Hotel Mercure, A n c o l , J a k a r t a U t a r a . Di tempat itu juga hadir tak ku-rang dari 323 orang, 190 orang di antaranya perwakilan DPD dari 33 provinsi.

Forum konsolidasi semacam ini merupakan hajatan rutin ta-hunan yang digelar Kementeri-an Ketenagakerjaan sejak tahun 2009. Tapi, cuma namanya yang “forum konsolidasi”. Kenyata-annya, persoalan UMP/UMK yang menjadi pekerjaan utama DPD selalu menjadi semacam arena perseteruan abadi antara buruh dengan pengusaha.

Mirisnya, selisih pendapat tak cukup cuma menguar di ru-ang rapat DPD. Namun menja-lar hingga aksi tuntutan massa di jalanan. Tak ada yang salah,

sebab kemerdekaan berpenda-pat di negeri ini dijamin oleh konstitusi.

Persoalannya, kondisi serupa selalu berulang saban tahun. Seolah tak pernah belajar dan menggiring munculnya perta-nyaan soal kemampuan peme-rintah menjadi penengah dalam sistem tripartit pembahasan upah minimum; pemerintah-pengusaha-buruh.

Kali ini situasi yang mirip-mi-rip dengan tahun-tahun sebe-lumnya berpotensi kembali ter-ulang. Kalangan buruh meminta kenaikan upah minimum 22% hingga 25%. Sementara peng-usaha yang tengah megap-me-gap menganggap tuntutan sebe-sar itu tak masuk akal.

Formula kenaikan upah ber-dasarkan inflasi dan pendapat-an domestik bruto regional (PDRB) diajukan pemerintah sebagai jalan tengah. Kalau menggunakan patokan asumsi inflasi dan PDB nasional, upah minimum buruh tetap naik, ber-kisar antara 10%–11%.

Namun di sisi lain, daya saing pengusaha nasional tetap terja-ga. “Formula yang akan diterap-kan dalam perhitungan upah minimum diupayakan sederha-na dan mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepenting-an,” kata Menteri Ketenagaker-jaan, Hanif Dhakiri.

Cuma, jurus pamungkas yang digadang-gadang Hanif masih sebatas wacana. Sampai tulisan ini naik cetak, Rancangan Per-aturan Pemerintah (RPP) ten-tang Pengupahan yang meng-atur soal formula tersebut be-lum juga dikeluarkan.

Alhasil, di banyak daerah, masing-masing pihak menyo-dorkan usulan yang dianggap paling benar. “UMK rumusnya mengada-ada sesuai kepenting-an masing-masing stake holder. Misalnya, upah sektor gurem

Buruh dan pengusaha masih jauh dari satu suara terkait upah minimum.KONTAN/Baihaki

Pengusaha dan Buruh Berpolemik Tanpa Wasit

Serikat pekerja

tetap menuntut

upah minimum

naik 22% dan

menolak formula

pemerintah.

sama dengan yang sudah ma-pan,” kata Sutomo, Wakil Ketua Dewan Pengupahan Surakarta dan Karanganyar.

Tidak memuaskan

Disahkan atau tidak, sejak jauh-jauh hari formula inflasi plus PDRB sudah ditolak kaum pekerja. Kenaikan upah mini-mum 22% dianggap paling tepat dengan kondisi buruh saat ini.

Karyawan tetap perusahaan garmen, PT Bina Citra Karisma Lestari di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Riyadi, misalnya. Ia menerima upah bulanan Rp 2,041 juta, sudah termasuk tunjangan-tunjangan. Pas ban-derol dengan Upah Minimum Kabupaten Bandung yang juga Rp 2,041 juta.

Dengan upah segitu, dia ha-rus menghidupi istrinya yang ibu rumah-tangga dan anak bungsunya yang masih duduk di kelas 6 SD. Anak sulungnya, selepas SMA terpaksa langsung bekerja lantaran tak ada biaya untuk melanjutkan sekolah.

Setelah dipotong biaya sewa tempat tinggal, makan sehari-hari dengan kebutuhan sekolah anak, praktis upah tersebut tak cukup untuk sebulan hidup. “Saya sudah dua atau tiga tahun nggak ada lemburan. Jadi eng-gak ada tambahan penghasilan selain gaji,” katanya sembari menerawang.

Iswan Abdullah, Anggota De-wan Pengupahan Nasional per-wakilan buruh menyebut, fakta serupa Riyadi, jamak ditemu-kan di kalangan pekerja. Menu-rutnya, secara rata-rata, upah minimum hanya bisa mencu-kupi 62,3% total kebutuhan se-bulan. Artinya, belum genap sebulan, upah tersebut sudah habis terpakai untuk kebutuhan sehari-hari.

Artinya lagi, seluruh upah yang diterima buruh semuanya habis dibelanjakan. Kalau ada kenaikan upah minimum 22% tahun depan, tambahan terse-but juga akan habis dibelanja-kan. “Dampaknya, daya beli buruh terus bertambah. Ini, kan, bagus untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mayo-ritas disumbang oleh belanja masyarakat,” tandas Iswan.

Penolakan atas formula per-hitungan upah minimum bukan cuma soal besaran kenaikan yang tidak sesuai tuntutan bu-ruh. Menurut Iswan, lantaran dasar perhitungannya sudah dipatok sejak awal, peran buruh dalam pembahasan upah mini-mum juga bakal tereliminir.

Anton Supit, Wakil Ketua De-wan Pengupahan Nasional me-negaskan, pihaknya bukan me-nentang kenaikan upah mini-mum. Upah minimum, ia bilang, sewajarnya memang harus mengalami kenaikan. Namun, praktik yang terjadi selama ini kenaikannya dianggap terlalu tinggi dan tidak bisa diprediksi. Ini menyulitkan pengusaha, terutama yang bermain di in-dustri padat karya untuk menyusun perencanaan ke-uangan perusahaan.

Di industri tekstil misalnya, komponen upah menyerap se-kitar 25% dari total biaya opera-sional perusahaan. Nah, kalau upah naik terlalu tinggi, perusa-haan pasti kesulitan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan.

Apalagi, kondisi ekonomi terkini tidak menguntungkan bagi pengusaha untuk mengem-bangkan usahanya. “Kalau ke-naikan UMP dipotong dari ke-untungan perusahaan, ya, tidak apa-apa. Tapi yang banyak ter-jadi daya saing kita yang terki-kis. Ini yang bahaya,” ujar Anton yang duduk di dewan peng-upahan mewakili Asosiasi

� TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Laporan Utama

Pengusaha Indonesia (Apindo).Bonar Sirait, Chief HR Officer

PT Asia Pacific Fibers Tbk me-minta buruh bisa bertenggang rasa. Sebab, hampir semua per-usahaan bakal kesulitan jika buruh menuntut kenaikan upah hingga 22%.

Asia Pacific Fibers yang pu-nya pekerja sekitar 4.000 orang, sendiri tidak dalam kondisi ter-baik. Serbuan produk China yang lebih murah 15% dari pro-duk lokal membikin perusaha-an kesulitan. “Kalau pada akhir-nya kenaikan UMP memukul mereka, kemana buruh mau mencari kerja?” kata Bonar.

Dampaknya bagi perusahaan tak semata-mata sebatas penge-luaran untuk UMP/UMK. Kenaikan upah minimum akan mempengaruhi upah pekerja yang sudah bekerja diatas satu tahun. “Yang di bawah naik, yang atas juga akan minta naik. Sundulan ini yang berat buat kami,” imbuhnya.

Di lapangan, perbedaan upah antara pekerja yang belum ge-nap satu tahun dengan yang di atasnya sangat tipis. Malah, ada juga pekerja yang sudah beker-ja lebih dari 20 tahun dibayar dengan standar UMP/UMK (li-hat boks).

Persoalan berikutnya, upah yang dianggap terlalu tinggi dan tidak bisa diprediksi membuat banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja, merelokasi pabrik ke daerah yang UMP/UMK-nya lebih murah, hingga menutup usahanya.

Iswan menyadari, kenaikan upah membuat beban perusa-haan membengkak. Makanya, ia menilai di sinilah peran pemerintah musti dimainkan untuk mengurangi beban peng-usaha dari sisi yang lain. Bukan selalu mengandalkan upah mu-rah.

Pemberian berbagai insentif pajak, pemangkasan bunga kre-dit usaha, dan mendorong eks-por yang lebih besar, bisa men-jadi pilihan kebijakan stimulus bagi pengusaha. Plus, mendong-krak daya beli masyarakat de-ngan menjaga stabilitas harga bahan pokok dan penurunan harga Bahan Bakar Minyak.

Sejatinya, beragam insentif fiskal dan non fiskal sudah dige-lontorkan oleh pemerintah. Tiga paket kebijakan ekonomi yang diumumkan sejak Septem-

ber 2015, mayoritas berbicara soal dukungan terhadap dunia usaha di sektor riil.

Persoalannya, struktur indus-tri dan ekonomi Indonesia ska-dung carut-marut bak benang kusut. Kebijakan yang dirilis pemerintah tidak bisa menyele-saikan persoalan dalam tempo seketika. Sementara masalah yang dihadapi industri dan pe-kerja tak bisa lagi menunggu untuk diselesaikan. “Dulu peng-usaha dianggap sebentar-seben-tar mengancam bakal ada PHK.

Sekarang sudah kejadian, apa mau dikata?” tandas Anton.

Yang rugi pencari kerja

Kalau sudah begini, yang rugi bukan cuma buruh. Kesempat-an bagi para pencari kerja baru untuk bekerja di sektor formal jadi kian terjepit.

Data teranyar soal ketenaga-kerjaan yang dirilis Badan Pusat Statistik, per Februari 2015, jumlah pengangguran di Indo-

nesia mencapai 7,45 juta orang. Ini belum ditambah golongan setengah penganggur dan pe-kerja paruh waktu yang menca-pai 35,69 juta, plus 17,69 juta pekerja keluarga/tak dibayar.

Padahal, lapangan kerja baru yang tersedia dari hasil realisasi investasi di sektor riil sangat terbatas. Sepanjang semester I 2015, realisasi penyerapan tena-ga kerja Indonesia dari investasi asing dan dalam negeri menca-pai 686.174 orang. Jelas, keter-sediaan lapangan kerja sangat

tidak mencukupi ketersediaan tenaga kerja.

Anton menegaskan, pihaknya tidak meminta pemerintah membela pengusaha. Tapi pe-merintah harus membela ke-pentingan orang yang belum bekerja. Pertanyaannya, peme-rintah mau membela kepenting-an buruh yang jumlahnya lebih sedikit dari orang yang belum bekerja, atau bagaimana?” tandas Anton.

Yah, tak juga ketemu ujung-nya, nih! o

ANTARA/Budiyanto

Persoalan upah yang mencuat di permu-kaan selalu soal upah minimum. Padahal, yang tak kalah penting juga soal struktur dan skala upah. Ketiadaan faktor ini mem-buat banyak pekerja yang sudah puluhan tahun bekerja masih digaji sebatas standar upah mininum. Atau, hanya sedikit lebih tinggi dari upah minimum.

Rakhmat (42), karyawan sebuah perusa-haan tekstil di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sudah bekerja hampir 20 tahun. Tapi gajinya sama dengan upah minimum Kabupaten Bandung tahun 2015 yang Rp 2,041 juta. “Bedanya 10 ribu perak sama yang baru masuk,” keluhnya.

Buruh dari perusahaan garmen lain di Kabupaten Bandung, Wahidin, masa kerja-nya lebih lama setahun dari Rakhmat. Dan, upah yang diterima bapak satu anak, ini saban bulan sekitar Rp 2,2 juta. Selisihnya, kurang dari Rp 200.000 diatas standar UMK. “Sama yang baru masuk bedanya

dikit, kisaran Rp 100 ribu-Rp 300 ribuan,” kata Wahidin.

Anton Supit, Wakil Ketua Dewan Pengupahan Nasional mengaku tak tahu ada berapa banyak perusahaan yang menggaji karyawannya seperti Rakhmat dan Wahidin. Yang jelas, dalam kasus se-perti ini, peran serikat pekerja diperlukan untuk bernegosiasi dengan pengusaha. “Kalau tidak dipenuhi, tinggalkan saja per-usahaannya. Cuma pemerintah juga harus menyiapkan banyak lapangan pekerjaan biar buruh punya pilihan,” tandasnya.

Sebagai tahap awal, Anton menyarankan agar kenaikan upah minimum jangan terlalu tinggi. Sebab, kalau di level bawah saja sudah ketinggian, sulit bagi perusahaan untuk mengatrol upah pekerja yang non UMR. Dengan begitu, kenaikan upah bisa dirasakan semua tingkatan pekerja dengan maksimal.

Edy Yusuf Agung Gunanto, Wakil Ketua

Dewan Pengupahan Provinsi Jawa Tengah mengakui, permasalahan skala upah sela-ma ini memang belum diatur dengan benar. “Kita ributnya yang upah minimun terus se-hingga yang satu tahun ke atas tidak pernah diperhatikan,” tukasnya.

Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyebut, pemerintah juga memasukkan poin soal struktur dan skala upah dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengupahan. Dengan begitu, ada konsep upah yang jelas bagi buruh non UMR. “La, justru itu, ini akan menjadi fokus RPP Pengupahan. Kalau formulasinya tunggu pengumuman,” kilah Hanif.

Edy mengusulkan upah calon pegawai menerima 80% dari UMP/UMK. Jika peker-ja lulusan SMP dengan masa kerja diatas satu tahun upahnya naik 120%-125%. Saat yang sama, pekerja lulusan SMA digaji 150% dan S1 200% dari UMP/UMK. Upah ini ditinjau dua atau empat tahun sekali. o

Kerja Puluhan Tahun Upah Standar Minimum

Dewan pengupah-an kabupaten/kota membentuk tim survei Komponen Hidup Layak (KHL) yang terdiri dari perwakilan serikat pekerja, Apindo, pemerintah, dan akademisi dengan mengikutsertakan BPS setempat.

Mekanisme Penetapan UMK

Dewan Pengupah-an kabupaten/kota menetapkan hasil survei sebagai nilai KHL dan dituang-kan dalam berita acara.

Dewan pengupahan mem-bahas usulan besaran nilai UMK dengan mempertim-bangkan; a. Nilai KHL; b. Nilai UMK tahun sebelumnya; c. Inflasi berdasar asumsi inflasi RAPBN tahun berikutnya; d. Produktifitas, pertumbuhan ekonomi, dan usaha yang paling tidak mampu di kabu-paten/kota; e. Kondisi pasar tenaga kerja; f. Kemampuan perusahaan g. PDRB.

Jika Dewan pengupahan kabupaten/kota tidak dapat mengambil kepu-tusan, bupati/walikota mengambil keputusan atas dasar pertimbangan BPS setempat.

Bupati/walikota menyampaikan reko-mendasi usulan nilai UMK kepada guber-nur dengan tembusan kepada ketua dewan pengupahan provinsi dan kepala dinas tenaga kerja.

Dewan pengupahan provinsi membahas dan menentukan nilai UMK dengan mem-perhatikan usulan bupati/walikota un-tuk direkomendasikan kepada gubernur.

Gubernur mene-tapkan nilai UMK dengan memper-timbangkan usulan bupati/walikota dan saran dewan pengu-pahan provinsi.

Keterangan: UMK = Upah Minimum Kabupaten/Kotasumber: Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 16 tahun 2014

Mekanisme Penetapan UMSP & UMSK

Dewan Pengupahan Provinsi atau Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota melakukan penelitian serta menghim-pun data dan informasi mengenai: a. homogenitas peru-sahaan; b. jumlah perusahaan; c. jumlah tenaga kerja; d. devisa yang dihasilkan; e. nilai tambah yang dihasilkan; f. kemampuan perusahaan; g. asosiasi perusahaan; dan h. serikat pekerja/serikat buruh terkait.

Dewan Pengupahan melakukan peneli-tian untuk menentukan sektor unggulan yang selanjutnya disampaikan kepada asosiasi perusahaan dan serikat pekerja/serikat buruh di sektor yang bersangku-tan untuk dirundingkan.

Besaran UMSP/UMSK disepak-ati oleh asosiasi perusahaan dan serikat pekerja di sektor yang bersangkutan.

Dinas Ketenagakerjaan menyampaikan hasil kesepaka-tan kepada gubernur atau bupati/walikota sebagai dasar penetapan UMSP/UMSK.

Ket: UMSP = Upah Minimum Sektoral ProvinsiUMSK = UMSP = Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kotasumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 tahun 2013 tentang Upah Minimum

Laporan Utama TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 5

Merelokasi usaha ke daerah yang tingkat upah minimumnya lebih rendah menjadi salah satu pilihan pengusaha meski sulit diupayakan.

Cara pengusaha antisi-pasi kenaikan upah.

Andri Indradie, Tedy Gumilar, Silvana Maya P.

Posisi para pengusaha se-makin terjepit saja. Belum selesai memikirkan struk-

tur biaya akibat perlambatan ekonomi yang menjalar, seben-tar lagi mereka akan berhada-pan dengan isu pengupahan. Maksudnya, kabar yang berka-itan dengan hasil keputusan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).

Menurut rencana, pembahas-an UMP dan UMK akan selesai masing-masing tanggal 1 No-vember dan 21 November tahun ini. Berdasarkan wawancara KONTAN, sebagian kecil peng-usaha skeptis. Yang lain berha-rap kebijakan UMP dan UMK mendukung mereka.

Sisanya. dan ini kelompok mayoritas, ingin pemerintah menjalankan fungsi sebagaima-na mestinya. Maksudnya, men-jadi mediator antara pemilik bisnis dan pekerja tanpa harus mengintervensi terlalu jauh.

Ricardo Lumalessil, Human Resource and Development PT Sepatu Bata Tbk, bilang, upah itu sifat dasarnya perlin-dungan para pekerja dan indus-tri. Namun, besaran upah dipu-tuskan antara pengusaha dan pekerja. “Pemerintah tinggal ketok palu. Kuncinya di harmo-nisasi pengusaha dan pihak pe-kerja,” kata Ricardo.

Namun, hampir semua peng-usaha yang diwawancarai KON-TAN meminta, isu upah jangan sampai menjadi alat politisasi.

Apalagi pemilihan kepala dae-rah sudah dekat. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, menuturkan jangan sampai ada kandidat kepala daerah yang menunggangi proses pemba-hasan upah untuk mencari mas-sa pendukung.

Segala cara

Yang jelas, pengusaha meng-aku, selalu siap setiap kali ada rencana kenaikan upah. Bah-kan, di tengah perlambatan ekonomi seperti yang kini terja-di. Intinya, mereka akan menca-ri segala cara agar bertahan.

Ketua Apindo Anton Joenoes Supit bilang, pengusaha bisa meminta penangguhan pemba-yaran sesuai ketentuan upah minimum. Tapi, biasanya cara ini agak susah. “Tahun ini se-pertinya tidak ada yang disetu-jui,” ujarnya kepada Tabloid KONTAN, Rabu (7/10).

Pengusaha, lanjut Anton, bia-sanya akan efisiensi, mulai dari evaluasi struktur biaya sampai pengurangan karyawan. Sebab, dengan naiknya upah, artinya biaya tenaga kerja akan naik. Atau, kalau yang sudah kepe-pet, biasanya sampai relokasi ke daerah yang nilai upah mini-mumnya lebih rendah. Kalau ti-dak, ya, tutup usaha.

Di tempatnya bekerja, terang Ricardo, perusahaan sudah me-nerapkan efisiensi karena situa-si ekonomi sedang buruk. Cuma, sebisa mungkin efisiensi tanpa harus berujung pemutus-an hubungan kerja (PHK). Mes-kipun, kenyataannya, sudah 20 orang yang diputus kerja oleh Sepatu Bata.

PHK itu tak terhindarkan lantaran beban biaya operasio-nal sudah melejit. Sebab, per-usahaan menjual produk dalam rupiah, sementara bahan baku dibayar memakai dollar AS.

Bonar Sirait, Chief Human Resource Officer PT Asia Pacific Fibers (APF) mengatakan, se-lain melakukan efisiensi dan menutup perusahaan, relokasi usaha juga opsi bagi industri serat dan fiber. Ada 18 perusa-haan anggota asosiasi tersebut di rayon Jawa Barat dan Ban-ten. Sebentar lagi, akan ada tiga anggota baru.

Namun, lantaran upah mini-mum terlalu tinggi, ada bebera-pa anggota berniat merelokasi usaha ke Jawa Tengah yang ni-lai upah minimumnya lebih rendah. Bukan hanya jadi ko-moditas politik saja, di rayon tempat perusahaannya berope-rasi juga ada istilah upah mini-mum kelompok usaha (UMKU). “Bukan cuma UMP dan UMK saja,” jelas Bonar.

Sayang sekali, Bonar enggan menyebut nama-nama perusa-haan apa saja yang bakal mere-lokasi usahanya ke Jawa Te-ngah. Hanya dia memastikan, tak ada perusahaan yang bisa mempertahankan bisnisnya jika upah minimum naik 20%–22%. “Menurut saya, (kenaikan sebe-sar itu) tidak realistis di zaman sekarang,” tegas Bonar.

Saat ini, APF mempekerjakan sekitar 4.000 karyawan. Apa yang akan dilakukan APF jika upah minimum naik? Jika sete-lah mengutak-atik struktur bia-ya operasional tak memungkin-kan, opsi paling terakhir yang mungkin diambil adalah pengu-rangan karyawan.

Sementara Reza V. Maspaitel-la, President & CEO PT Valdo Investama menambahkan, pi-lihan lain yang biasanya diambil perusahaan saat upah naik ada-lah efisiensi dengan mengalih-kan pekerjaan ke pihak ketiga alias perusahaan outsourcing. Masalahnya, kata Reza, peme-rintah belum serius mengem-bangkan bisnis outsourcing ini (baca halaman 26–27).

Kata Hariyadi, Apindo dan 25

asosiasi usaha sudah menyam-paikan rekomendasi ke peme-rintah terkait Rencana Peratur-an Pemerintah tentang Peng-upahan. Komponen kebutuhan hidup layak (KHL) dalam me-nentukan UMP dan UMK seba-iknya digunakan lima tahun ke depan. Lantas, dengan demiki-an, survei KHL selama tahun 2015 digunakan untuk basis pe-nyesuaian kenaikan upah mini-mum lima tahun ke depan.

Poin terakhir, pengusaha ingin kenaikan tahunan upah minimum berdasarkan formula yang sama di seluruh Indonesia. Formula tersebut berasal dari hasil survei KHL ditambah hi-tungan inflasi nasional, dan

pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Apindo juga memberi rekomendasi agar pe-merintah membahas ruang ling-kup usaha outsourcing yang sampai saat ini masih dibatasi hanya di lima bidang saja.

Yang juga penting, pemerin-tah juga sebaiknya betul-betul mempertimbangkan kenaikan UMP dan UMK, terutama kena-ikan upah ini mempengaruhi besaran tingkat upah di kawas-an-kawasan industri serta pro-yek-proyek infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah.

Hariyadi menilai, jika upah di kawasan industri terlalu tinggi, bukan saja investasi terhambat. Kawasannya juga tak laku. o

Efisiensi sampai Relokasi Sulit, ya, Tutup Usaha Saja

KONTAN/Muradi

Pengusaha Indonesia mana yang asing dengan isu pengupah-an? Hampir semua pengusaha di Indonesia sudah terbiasa de-ngan tuntutan kenaikan upah. Cara paling gampang mengahda-pinya, menurut Hariayadi Sukamdani, Chairman Sahid Group sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) adalah dengan mempertahankan usaha seefisien mungkin. “Se-jak sepuluh tahun lalu bisnis group kami efisien,” tuturnya.

Dengan eisien, lanjut Hariyadi, perusahaan atau bisnis group akan mempu menghadapi terpaan badai yang bisa membuat situasi ekonomi lesu. Paling buruk, jika tak siap situasi sulit mi-salnya kenaikan upah tinggi, pengusaha biasanya akan memilih memindahkan usaha atau pabriknya ke daerah yang upahnya rendah.

Ketua Apindo Anton Joenoes Supit bilang, cuma pilihan itu bukan keputusan dan langkah mudah. Coba saja dihitung. Kalau sebuah perusahaan dengan 8.000 buruh dan minimal sudah bekerja 20 tahun, bagaimana memindahkannya? Untuk bayar pesangon saja, sebanyak 32 bulan kali gaji, perusahaan harus siap Rp 600 miliar. Belum lagi, perusahaan harus beli tanah. Harus menyiapkan jauh-jauh hari.

Hanya saja, relokasi usaha akhirnya tetap jadi pilihan demi napas lebih panjang. Sutomo, akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret menilai, karena itulah kebijakan upah akhirnya juga berpengaruh ke pemerataan industri. “Hipotesis saya, kalau suatu lokasi upahnya tinggi, industrinya akan menye-bar ke daerah yang lebih rendah,” ujarnya. Relokasi membuat persebaran industri lebih merata. Dengan begitu, aktivitas eko-nomi juga tak lagi terpusat di Jabodetabek. o

Upah Bisa menjadi Alat Pemerataan Industri?

6 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Laporan Utama

Pengantar.

Penulis

P aragraf pertama.

Paragraf selanjutnya.Paragraf selanjutnya.

Paragraf selanjutnya.

Sub judul

Paragraf selanjutnya.Paragraf selanjutnya.Paragraf selanjutnya.Paragraf akhir. o

Kutipan

Paragraf pertamaParagraf bok selanjutnya. Paragraf bok selanjutnya. Paragraf

bok. o

Judul Bok

Kontan TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 �

APM tingkatkan layan-an purnajual untuk me-nyiasati anjloknya pen-jualan kendaraan.

Oginawa R. Prayogo, Dadan M. Ramdan

Pada Agustus lalu, mobil Toyota Avanza milik Dwi Atini masuk bengkel un-

tuk menjalani perawatan rutin. Wanita karier berusia 55 tahun ini mengaku, mobilnya terakhir kali diservis pada Januari lalu.

Ya, terbilang waktu yang me-lampaui periode yang disaran-kan bengkel untuk servis berka-la, yakni setiap 10.000 kilometer atau setiap enam bulan jika ja-rak tersebut tidak tercapai.

Dwi yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil berkilah, tidak ada kesengajaan untuk memolorkan waktu servis ber-kala kendaraannya. “Saya mo-lor servis berkalanya karena faktor mobil yang jarang dipa-kai saja, dan mencari waktu kosong, bukan karena masalah keuangan,” jelasnya.

Memang, perawatan kenda-raan tidak bisa ditawar-tawar lagi sebab menyangkut keaman-an dan kenyamanan si pengen-daranya. Kendaraan yang tidak terawat bisa berisiko fatal, se-perti mengalami kecelakaan akibat rem blong. Jadi tidak ada toleransi untuk memundurkan jadwal servis karena kondisi ekonomi yang sedang sulit.

Sebab itu, layanan servis ken-daraan bermotor bisa dibilang tidak terkena imbas berarti dari kelesuan ekonomi yang tengah terjadi. Bahkan di tengah penju-alan mobil nasional yang anjlok, bisnis purnajual dan penjualan suku cadang otomotif masih

tetap bertumbuh. Manajer Cabang Outlet Toyo-

ta Auto2000 Surabaya Iksir Imanuwell mencatat, sepanjang tahun ini, transaksi bengkel non penjualan mobil mengalami ke-naikan sebesar 7%. “Kalau eko-nomi normal, pertumbuhan bisnis bengkel mencapai 8%–10%,” akunya.

Sejatinya pertumbuhan bisnis bengkel lebih menjanjikan di-banding penjualan mobil yang terus menurun sejak tahun lalu. I k s i r m e n y e b u t k a n , bengkel Auto2000 Ahmad Yani di Surabaya menerima penger-jaan servis mobil sebanyak 95 unit sampai 100 unit per hari.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil nasional per Agustus 2015 hanya sebanyak 671.641 unit. Jumlah tersebut turun 19,08% dibanding penjual-an di periode sama tahun lalu yang mencapai 830,096 unit (lihat tabel).

Wajar saja, pada April lalu, Gaikindo telah merevisi target penjualan pada 2015 hanya mencapai 1,05 juta unit, turun dari target yang pernah diung-k a p p a d a a k h i r 2 0 1 4 , yakni 1,1 juta unit.

Tambah diler

Menghadapi kondisi pereko-nomian yang lesu dan berimbas pada tergelincirnya angka pen-jualan mobil, industri otomotif memutar strategi supaya kiner-ja keuangannya tetap positif. Tidak hanya terus menggenjot penjualan, para agen pemegang merek (APM) berlomba-omba mendongkak kinerja pelayanan purnajual atawa after sales ser-

vice. Setidaknya, pendapatan dari after sales service bisa menambal hasil penjualan yang menciut menyusul daya beli masyarakat terus melemah.

Presiden Direktur PT Hyun-dai Mobil Indonesia Mukiat Su-tikno mengungkapkan, penda-patan perusahaan yang berasal dari jasa servis dan onderdil dalam kondisi normal komposi-sinya sebesar 20%, sisanya ber-asal dari penjualan mobil. “Ka-rena penjualan mobil turun,

maka bisnis onderdil porsinya bisa naik mencapai 25%,” ujar Mukiat tanpa menyebut nilai omzet perusahaan.

Penjualan mobil Hyundai per Agustus 2015 mencapai 1.067 unit atau turun 33% dibanding tahun lalu sebesar 1.594 unit. Namun, dalam jangka panjang, penjualan mobil yang turun ini tentu bisa berpengaruh terha-dap bisnis purnajual. Pasalnya jumlah mobil yang beredar di pasaran akan ikut menyusut. Biasanya para APM mengukur jumlah mobil yang beredar di pasaran dengan umur kendara-annya kurang dari delapan ta-hun atau biasa disebut unit in operation (UIO).

Jumlah mobil Hyundai dalam kategori UIO saat ini berada di angka 30.000-an unit mobil. Se-

banyak 75% di antaranya masih melakukan servis di bengkel resmi Hyundai. Mukiat meng-aku, agar bisnis servis dan on-derdil Hyundai tetap mengebul, pihaknya sering mengadakan program tertentu dengan mem-berikan diskon menarik. Harap-annya, konsumen mau kembali ke bengkel resmi.

Dalam pelayanan purnajual, Hyundai senantiasa menjaga stok onderdil yang sering digu-nakan konsumen saat servis berkala atau fast moving parts. “Untuk fast moving parts, kami stok barang untuk kebutuhan enam bulan ke depan,” ujar Mukiat.

Untuk ekspansi pembukaan gerai baru, Hyundai akan lebih selektif. Salah satu contohnya, rencana pembukaan gerai di Palangkaraya, Kalimantan Te-ngah, yang terpaksa ditunda karena ada petaka kabut asap. Sepanjang tahun 2015, Hyundai baru menambah satu gerai baru yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Jumlah gerai Hyundai sendiri sampai saat ini sebanyak 49 gerai.

Strategi tak jauh berbeda di-tempuh PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) dalam memperta-hankan kinerja keuangan dari ambrolnya angka penjualan mobil. Baru-baru ini, APM mo-bil Suzuki itu menambah diler di Indramayu, Jawa Barat. Diler anyar ini menjadi diler Suzuki yang ke-12 yang dibuka sepan-jang 2015 ini.

Deputy 4W Managing Direc-tor SIS Davy J. Tuilan menjelas-kan, manajemen sengaja me-nambah diler saat pasar otomo-tif sedang lesu dengan harapan, saat pasar pulih, jangkauan ke konsumen lebih banyak. Mak-lum saja, tahun ini, bisa dibilang

tahun berat yang dilewati Suzu-ki.

Penjualan mobil Suzuki per Agustus 2015 merosot sebesar 21,9% menjadi 82.511 unit, dari angka penjualan tahun lalu yang sebesar 105.705 unit. Sedang-kan untuk penjualan onderdil dan aksesori mobil, penurunan-nya hanya sebesar 4% dan jasa pelayanan servis cenderung bergerak flat.

Menurut Davy, komposisi penyumbang penjualan SIS ber-asal dari penjualan mobil sebe-sar 95% dan sisa 5% berasal dari jasa servis, penjualan onderdil, dan aksesori mobil. Kalaupun penurunan penjualan mobil cu-kup besar, porsi pendapatan dari onderdil paling hanya naik di angka 5,3%. “Memang penju-alan onderdil tidak banyak membantu,” akunya.

Menurut Davi, penambahan diler bertujuan untuk mening-katkan pelayanan mereka kepa-da konsumen. “Kami juga ber-komitmen meningkatkan layan-an, baik dari sisi penjualan maupun purnajual,” ujarnya.

Diler Suzuki paling bungsu ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama memiliki luas 800 m2

dan luas lantai dua sekitar 390 m2. Khusus untuk bengkel me-miliki luas 330 m2. Adapun pe-milik dari diler Suzuki ini adalah PT Cinta Damai Putra Bahagia (CDPB), yang tercatat sebagai diler utama Suzuki.

Cinta Damai merupakan diler Suzuki sejak 1970-an dan mena-ungi pemasaran dan perbaikan mobil Suzuki di wilayah III Cire-bon. “Kami yakin, diler ini bisa memberikan dampak positif ke konsumen dan juga ke Suzuki,” kata Septian Ricky Hersiman, General Manager Cinta Damai Putra Bahagia.

Lantaran penjualan mobil baru lesu, para agen pemegang merek (APM) menggenjot pendapatan dari layanan purnajual dan penjualan onderdil.KONTAN/Baihaki

Penjualan Lesu, Ini Cara Menambal Pendapatan

APM menambah

jumlah diler

untuk

memperluas

layanan

purnajual.

BisnisBisnis� TABLOID KONTAN 12 Oktober - 1� Oktober 2015

Ricky bilang, kendaraan Su-zuki, baik mobil komersial maupun mobil penumpang, co-cok untuk konsumen mereka yang ada di Indramayu. Daerah ini terkenal sebagai daerah per-tanian dan juga perikanan. “Produk Suzuki sesuai dengan kebutuhan tersebut,” jelasnya.

Memperluas jaringan diler juga ditempuh PT Honda Pros-pect Motor (HPM) untuk meng-antisipasi dampak pelemahan ekonomi. Pada Agustus lalu, HPM meresmikan Honda Union Tangerang. Ini adalah diler res-mi Honda yang ke-98 di Indone-sia dan ke-32 di wilayah Jabota-bek. Diler yang berdiri di atas lahan seluas 4.895 m2 itu dileng-kapi dengan fasilitas layanan penjualan dan purnajual, seper-ti sales, service, dan spareparts. Honda Union Tangerang memi-liki showroom seluas 526 m2 yang menampilkan semua line-up produk Honda terbaru.

Terdapat pula fasilitas wai-ting lounge dengan televisi, private zone, cafe zone, food zone, internet zone, toilet, ru-ang merokok, dan kids zone. Sejumlah fasilitas tersebut me-lengkapi diler baru ini. Untuk layanan purna jual terdapat fa-silitas servis seluas 4.063 m2 yang dilengkapi dengan sembi-lan bay general repair, tiga bay perawatan berkala, tiga bay quick service, dua bay final in-spection, serta satu bay wheel alignment

Utamakan layanan

Bisnis jasa servis dan onder-dil penguasa pasar mobil nasio-nal, yakni PT Toyota Astra Mo-tor (TAM) juga tetap moncer. Maklum, jumlah mobil Toyota yang beredar di masyarakat masih bertambah setiap tahun.

Deputy Director Customer First TAM Widyawati Soedigdo mengibaratkan onderdil seba-gai obat bagi mobil. Sebab, kendaraan harus menggunakan onderdil baru agar tetap sehat walaupun konsumen memiliki kecenderungan menunda peng-gantian suku cadang ini karena efek pelemahan ekonomi.

Bisnis di luar penjualan mobil ini diperkirakan tumbuh 7% di tahun ini. Meski tumbuh, angkat ini melambat dibandingkan per-tumbuhan tahun sebelumnya, yang sebesar 12%. “Kami mere-visi target dari 12% menjadi 7%, karena faktor perlambatan eko-nomi dan nilai tukar rupiah yang melemah.” ungkapnya.

Untuk penjualan mobil per Agustus 2015, Toyota mencetak penjualan sebanyak 208.439 unit atau turun 26,18% diban-ding periode yang sama di tahun lalu yang sebanyak 282.376 unit. Tidak hanya penjualan, market share penjualan Toyota pun ikut menciut, dari 34% menjadi 31% dari total penjualan mobil nasional.

Wiwid, sapaan akrab dari Widyawati, menjelaskan, dalam keadaan normal, pendapatan dari servis dan onderdil meng-ambil porsi 20% dari total pen-dapatan TAM. Sedangkan sisa-nya berasal dari penjualan mo-bil. “Karena penjualan mobil turun, saat ini porsi pendapatan dari layanan servis dan onderdil di angka 33%,” ungkapnya tanpa mau menyebut nominal dari

omzet tersebut.Wiwid mengklaim, pihaknya

selalu mengutamakan pelayan-an ke pelanggan. Apabila bisnis purnajual sebuah produk dinilai baik, konsumen tentu menjadi-kannya sebagai pengalaman yang berkesan.

Harapannya, jika konsumen membeli mobil baru, maka akan memilih merek yang sama kare-na puas dengan pelayanan pur-najualnya.

Contohnya, onderdil mobil yang masuk kategori fast mo-ving parts harus selalu tersedia di bengkel-bengkel Toyota. Un-

tuk kategori slow moving parts, diberikan batasan waktu mak-simal ke konsumen soal stok barang sehingga ada kepastian waktu. “Untuk stok onderdil dan lainnya sudah tersentralisa-si dengan sistem teknologi in-formasi supply demand di kan-tor pusat,” terang Wiwid.

TAM terus berupaya mening-katkan awareness pelanggan bengkel, agar kembali ke beng-kel Toyota ketika servis. Meski pelayanan bengkel Toyota dila-kukan diler, TAM mengklaim siap mengecek kualitas layanan bengkel langsung ke konsumen.

Caranya, TAM menghubungi konsumen sehari setelah servis di bengkel resmi Toyota untuk menanyakan kepuasan pelayan-an. “Cara ini kami lakukan se-bagai penilaian terhadap diler Toyota,” aku Wiwid.

TAM belum lama ini juga mengubah struktur diler Toyo-ta. Sebelumnya, untuk penjual-an mobil TAM hanya berhu-bungan dengan lima diler uta-ma, yakni Auto 2000, Haji Kalla, New Ratna Motor, Hasrat Aba-di, dan Agung Toyota.

Per Juli 2015, struktur penju-alan tersebut dihapus. Alhasil,

diler Toyota yang lain bisa lang-sung berhubungan dengan TAM. Kini, tercatat ada 37 diler Toyota yang tersebar di seluruh Indonesia, yang juga melayani purnajual. “Karena konsumen makin banyak, sedangkan kami ingin mendekatkan diri ke kon-sumen. Konsekuensinya, kami berkembang lebih besar dan membutuhkan tambahan per-sonel,” jelas Wiwid.

Yah, tanpa terjadi kelesuan ekonomi pun, layanan purnaju-al memang sudah seharusnya mendapat perhatian yang tak kalah serius. o

KONTAN/Baihaki

Total Penjualan Mobil Penumpang dan Niaga Periode Januari - Agustus 2015No. ATPM Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus TOTAL %

1 HONDA 16.855 13.682 13.951 10.583 11.301 15.035 8.861 13.226 103.494 15,41%

2 TOYOTA 27.166 26.743 31.801 30.053 23.223 23.967 13.495 31.991 208.439 31,03%

3 SUZUKI 12.683 10.017 12.387 8.019 10.017 9.669 9.803 9.916 82.511 12,28%

4 DAIHATSU 14.536 14.523 16.258 14.855 14.486 14.221 8.744 15.808 113.431 16,89%

5 MITSUBISHI 11.365 11.220 10.212 9.662 9.126 8.748 7.087 9.408 76.828 11,44%

6 ISUZU 2.052 2.160 1.836 1.458 1.656 1.494 765 1.044 12.465 1,86%

7 HYUNDAI 143 138 122 160 135 129 102 138 1.067 0,16%

8 KIA 425 271 251 264 279 507 220 223 2.440 0,36%

9 MAZDA 742 626 835 752 855 725 560 733 5.828 0,87%

10 HINO 1.782 1.948 2.388 1.410 1.502 1.844 1.478 1.803 14.155 2,11%

11 MERCEDEZ BENZ 227 162 292 236 566 395 277 357 2.512 0,37%

12 CHEVROLET 662 682 232 230 242 286 416 475 3.225 0,48%

13 PEUGEOT 8 5 3 7 0 3 1 1 28 0,00%

14 AUDI 19 18 17 17 16 10 8 22 127 0,02%

15 BMW 180 226 225 130 200 250 205 240 1.656 0,25%

16 CHERY 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00%

17 LEXUS 8 57 53 22 47 25 40 25 277 0,04%

18 JAGUAR 3 0 2 1 2 4 3 2 17 0,00%

19 FORD 560 380 492 364 355 346 262 661 3.420 0,51%

20 VW 58 47 47 44 37 37 20 34 324 0,05%

21 VW CARAVELLE 2 6 3 7 4 3 2 2 29 0,00%

22 NISSAN 1.802 3.375 5.061 1.321 2.091 2.079 1.278 1.842 18.849 2,81%

23 UD TRUCKS 0 0 0 0 0 48 65 80 193 0,03%

24 SUBARU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00%

25 PROTON 63 17 20 13 7 10 4 9 143 0,02%

26 RENAULT 5 2 10 14 12 17 9 11 80 0,01%

27 LAND ROVER 16 25 18 11 15 10 9 7 111 0,02%

28 FAW 41 11 17 16 30 21 11 15 162 0,02%

29 CHRYSLER 28 45 23 52 43 32 30 14 267 0,04%

30 SMART 0 1 0 2 3 1 0 3 10 0,00%

31 INFINITI 0 0 0 0 0 1 0 2 3 0,00%

32 GEELY 3 5 4 3 50 30 25 5 125 0,02%

33 MAN TRUCK 17 14 5 2 6 1 4 6 55 0,01%

34 MINI 9 13 59 47 43 44 30 40 285 0,04%

35 TATA 100 101 112 134 152 139 88 137 963 0,14%

36 DATSUN 2.634 2.220 2.675 1.711 2.874 2.041 1.713 2.254 18.122 2,70%

TOTAL 94.194 88.740 99.411 81.600 79.375 82.172 55.615 90.534 671.641 100,00%

Sumber: Gaikindo

Bisnis �BisnisTABLOID KONTAN �12�Oktober�-�18�Oktober�2015 �

PT Hanson International Tbk memantapkan diri fokus 100% di bisnis properti.

Dadan M. Ramdan

P ada 2008 silam, PT Han-son International Tbk memutuskan untuk

mengubah haluan bisnis dari tekstil ke usaha perdagangan dan pertambangan.

Kala itu, perusahaan ini tak sanggup menyelamatkan usaha tekstil akibat kalah bersaing dengan produsen tekstil asal China dan India. Alhasil, perse-roan ini melego 99,9% atau se-banyak 361,2 juta saham milik anak usahanya, PT Primayudha Mandiri Jaya (PJM), kepada PT Bitratex Indonesia dengan harga Rp 1 per saham.

Namun, peruntungan perusa-haan ini di bisnis pertambangan dan perdagangan tetap redup. Akhir 2013, Hanson banting se-tir ke bisnis properti. Kali ini, mulai terlihat hasil positif. Alha-sil, emiten dengan kode saham MYRX di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu melepas dan menjual seluruh aset yang berkaitan de-ngan usaha pertambangan pada Juli lalu. Aset bisnis tambang timah di Sukabumi, Jawa Barat, dijual ke perusahaan lokal seni-lai Rp 400 miliar. Usaha ini tadi-nya dikelola oleh anak usaha-nya, PT Binadaya Wiramaju.

Bisnis bijih timah terakhir memberikan kontribusi ke Han-son pada akhir 2014. Dari pen-dapatan Rp 266,36 miliar di 2014, sekitar Rp 6,52 miliar ber-asal dari hasil tambang bijih ti-mah. Berdasarkan laporan ke-uangan semester I-2015, penda-patan perseroan di bisnis tersebut nihil, dan seluruhnya ditopang dari sektor properti.

Hanson beralih ke properti setelah mengakuisisi PT Mandi-ri Mega Jaya (MMJ) pada 2013 senilai Rp 4 triliun, yang dida-patkan dari dana rights issue.

Mandiri Megah tercatat memi-liki land bank seluas 3.200 hek-tare (ha) di Serpong dan Maja, Jawa Barat.

Baru-baru ini, lewat anak usahanya tersebut, Hanson mengakuisisi dua perusahaan properti dengan total nilai men-capai hampir Rp 540 miliar. Perinciannya, Hanson meng-akuisisi 53% saham PT Bintang Dwi Lestari (BDL) dengan nilai Rp 423,99 miliar dan 66% saham PT Purisakti Bangunpersada (PBP) senilai Rp 115,5 miliar.

Sebagian besar dana tersebut diperoleh dari hasil divestasi aset atas dua anak perusahaan yang bergerak di sektor pertam-bangan. Proses akuisisi dilaku-kan untuk menambah jumlah cadangan tanah perseroan ini.

Dari hasil akuisisi ini, Hanson menambah jumlah cadangan lahan hingga 1.000 ha di kawas-an Maja dan 70 ha di Tigaraksa, Tangerang. Kedua lokasi terse-but merupakan kawasan pe-ngembangan yang telah dimiliki perseroan ini sebelumnya di wilayah tersebut. Dengan me-nguasai land bank sangat luas, Hanson berpotensi menjadi pe-main besar di bisnis properti di masa mendatang.

Menengah ke bawah

Selain terus memperluas land bank, Juni lalu, Hanson mem-pertebal modal kerja lewat pin-jaman dari Bank ICBC senilai Rp 800 miliar. Pinjaman terse-but terdiri dari pinjaman tetap installment sebesar Rp 500 mi-liar dengan tenor lima tahun dan tambahan satu tahun masa tenggang. Di samping itu, pin-jaman tetap on demand sebesar Rp 300 miliar dengan tenor dua tahun dan masa tenggang satu tahun. Dana tersebut akan dipa-kai untuk mengakuisisi lahan di wilayah Jabodetabek.

Hanson bisa dibilang baru dan belum begitu berpengalam-an di bidang properti. Sebab itu,

Hanson menggandeng PT Ci-putra Development Tbk dalam pengembangan tahap satu Citra Maja Raya seluas 430 ha.

MYRX juga berkongsi dengan PT Bank Tabungan Negara (BTN) dalam pengembangan di wilayah Maja lainnya. Sementa-ra di kawasan Serpong, MYRX membentuk PT Pacific Milleni-um Land, usaha patungan anta-ra Mandiri Megah dengan PT Pelican Group Pte. Ltd. Da-lam kerjasama ini, Hanson menggenggam saham 41,41%.

Selain itu, Hanson mulai ber-ekspansi ke Babelan, Bekasi dan Cengkareng, Jakarta Barat. Di Bekasi, Hanson bakal mem-bangun kawasan industri. Se-dangkan di Cengkareng, mere-ka merencanakan pembangun-an apartemen untuk segmen menengah-bawah.

Hingga kini, lahan di Bekasi yang sudah dibebaskan seluas 400 ha dan di Cengkareng selu-as 90 ha. Hanson sendiri bakal mengembangkan lokasi terse-but antara dua tahun sampai tiga tahun mendatang.

Kini, Hanson semakin me-mantapkan diri dan 100% me-rambah bisnis properti. “Seka-rang kami fokus di properti, terutama perumahan untuk menengah ke bawah,” kata Di-rektur dan Sekretaris Perusaha-

an PT Hanson International Tbk Rony Agung Suseno.

Bukan tanpa alasan Hanson lebih menyasar properti untuk kelas menengah ke bawah, ter-utama untuk proyek perumah-an di Maja. Rony bilang, pasar segmen menengah ke bawah masih memiliki prospek men-janjikan. Alasannya, segmen ini benar-benar membutuhkan ru-mah untuk tempat tinggal. Beda dengan kalangan atas yang menjadikan produk properti sebatas investasi. “Proyek seju-ta rumah yang tengah dijalan-kan pemerintah juga bisa meno-pang target penjualan perusa-haan,” ujarnya optimistis.

Adapun harga rumah yang ditawarkan oleh Hanson berki-sar antara Rp 120 juta–Rp 800 juta. Di Maja, Hanson menawar-kan harga rumah antara Rp 120 juta–Rp 300 juta per unit. Se-dangkan rumah di kawasan Serpong dijual antara Rp 300 juta–Rp 800 juta per unit.

Tahun ini Hanson menarget-kan prapenjualan atawa marke-ting sales sebesar Rp 1,5 triliun. Untuk mencapai target terse-but, perusahaan mengandalkan marketing sales dari proyek township di Maja dan Serpong. “Kalau yang di Bekasi dan Cengkareng masih dalam tahap persiapan,” terang Rony.

Begitu pun dengan proyek yang digarap bareng BTN, be-lum memberikan kontribusi. Maklum, realisasinya harus di-tunda akibat situasi ekonomi yang tidak menguntungkan. “Proyek di Bekasi dibangun ka-lau infrastrukturnya sudah mendukung,” imbuhnya.

Meski demikian, Hanson mengklaim sudah melampaui target marketing sales tahun ini, yang dipatok sebesar Rp 1,5 triliun. “Per Agustus 2015, mar-keting sales sudah mencapai Rp 1,5 triliun,” aku Benny Tjok-rosaputro, Presiden Direktur Hanson International.

Sebelumnya, Hanson membi-dik pendapatan hingga akhir tahun nanti Rp 3 triliun dengan laba bersih Rp 750 miliar. Ang-ka ini akumulasi marketing sales tahun lalu Rp 1,2 triliun dan marketing sales tahun ini. Namun, target marketing sales diturunkan akibat ditundanya peluncuran dua proyek, yakni Pacific Millenium dan proyek kerjasama dengan BTN.

Berdasarkan laporan keuang-an Hanson, sepanjang semester I 2015, perusahaan ini menca-tatkan total pendapatan Rp 72,3 miliar dengan laba ber-sih Rp 6,22 miliar.

Apakah pamor Hanson akan makin cemerlang? o

Hanson International menggandeng pengembang kawakan untuk mengembangkan bisnisnya.KONTAN/Daniel Prabowo

Mencari Peruntungan dari Tekstil hingga Properti

Di jagat properti, nama Hanson International belum begitu dike-nal. Namanya belum sepopuler Agung Podomoro, Ciputra, Summarecon Agung, Sinarmas Land, atau Lippo Group, yang menguasai industri properti di tanah air.

Kendati baru terjun ke bisnis properti, Hanson bisa disebut juragan tanah yang banyak memasok lahan pengembang besar . Mak lum, Benny Tjokrosaputro, pemimpin per-usahaan ini, dikenal orang se-bagai juragan tanah.

Dari situs resminya, disebut-

kan, Hanson dalam 20 tahun terakhir telah memasok tanah seluas 10.000 hektare (ha) ke-pada beberapa pengembang besar di Jakarta dan sekitarnya. Tahun 1992, Hanson melepas 600 ha tanah di Karawaci, Tangerang, kepada Lippo Group. Dua tahun kemudian, Hanson melego asetnya di Serpong seluas 1.000 ha untuk proyek Gading Serpong.

Penjualan terbesar terjadi tahun 1997. Hanson menjual tanahnya seluas 4.400 ha ke-pada t iga pengembang. Transaksi terbesar dilakukan

dengan PSP Group dengan melepas 3.500 ha. Selanjutnya dengan Jababeka (Cikarang) 800 ha, dan Alam Sutera seluas 100 ha. Hanson kembali mele-pas lagi tanahnya di tahun 2004 kepada Agung Podomoro seluas 5 ha untuk proyek Seasons City.

Kendati sudah banyak men-jual tanahnya, Hanson masih punya cadangan tanah seluas 3.133 ha di Jabodetabek. Terbesar di Maja, Lebak, yakni 1.937 ha, Parung Panjang 745 ha, Bekasi seluas 293 ha, dan Cengkareng 158 ha. o

Juragan Tanah

Sengketa lahan cagar budaya Sriwedari terus bergulir. Tak menerima begitu saja keputusan Mahkamah Agung (MA) pada 2013 yang memenangkan ahli waris, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta mengajukan peninjauan kembali (PK) atas keputusan tersebut pada 15 April lalu. Bahkan, untuk mencegah eksekusi pada 7 Oktober 2015, Pemkot Surakarta juga telah mengajukan permohonan penundaan eksekusi kepada Pengadilan Negeri Surakarta pada 28 September lalu.

Terlepas dari kelanjutan sengketa tersebut, terbetik kabar bahwa PT Hanson International Tbk tengah mengincar lahan seluas lebih dari 10 hektare di jantung Kota Solo tersebut. Bahkan, sumber cerita menyebutkan, Hanson telah berhasil mendapatkan persetujuan awal dari para ahli waris RMT Wiryodiningrat, yang mengklaim sebagai pemilik sah Taman Sriwedari. Si empunya kabar menuturkan, Benny Tjokrosaputro, Presiden Direktur sekaligus pemilik 11,6% saham Hanson, be-rencana membangun apartemen dan shopping arcade di lokasi tersebut sambil tetap mempertahankan bangunan yang merupa-kan cagar budaya.

Sementara, Pemkot Solo bermaksud menata ulang kawasan tersebut menjadi ruang publik, taman rekreasi, sarana hiburan tradisional, dan hutan kecil sebagai paru-paru kota.

Sayang, hingga tulisan ini diturunkan, Benny enggan menang-gapi kabar tersebut. Panggilan ke telepon selulernya tidak berba-las. Begitu pula, pesan singkat yang dilayangkan KONTAN. o

Hanson Mengincar Lahan Sriwedari?

10 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Bisnis

Alergi yang mendera investor di bursa saham sedikit demi sedikit mulai te-robati. Optimisme investor terhadap

bursa saham Indonesia kembali mencuat dan membawa sedikit angin segar.

Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Sa-ham Gabungan (IHSG) terus menguat dan mampu bertahan di zona hijau. Pada perda-gangan Kamis lalu (8/10), IHSG bertengger di posisi 4.491,43. Jika dihitung selama se-pekan, IHSG berhasil menguat 5,56%. Ke-cuali sektor pertanian, kinerja semua sek-tor industri penghuni bursa pada pekan lalu tercatat positif.

Penguatan IHSG pekan lalu seiring lang-kah investor masuk kembali ke bursa sa-ham. Sepanjang pekan lalu hingga Kamis (8/19), investor asing berturut-turut meng-gelar aksi beli saham. Alhasil, pada empat hari di pekan lalu, investor asing membuku-kan pembelian bersih (nett buy) senilai Rp 2,085 triliun.

Para analis menilai, tren bullish IHSG sepanjang pekan lalu terutama disebabkan oleh penguatan nilai rupiah ter-

hadap dollar Amerika Serikat (AS) (lihat boks). Faktor kedua adalah pengumuman paket kebijakan ekonomi. Ketiga, “Valuasi harga saham sudah sangat menarik,” ujar Kepala Riset Trimegah Securities Sebastian Tobing.

Analis Bahana Securities Muhammad Wafi menilai, penguatan rupiah yang cukup signifikan pekan lalu merupakan faktor paling kuat bagi kenaikan indeks. Sedang-kan, paket kebijakan ekonomi jilid III yang dirilis pada Rabu lalu (7/10), sebetulnya ti-dak memberi dampak signifi kan bagi kena-ikan IHSG karena tidak ada yang istimewa. Buktinya, setelah pengumuman paket kebi-jakan, IHSG hanya naik sedikit sedangkan nilai tukar rupiah justru melemah.

Namun, Kepala Riset Buana Capital Suria Dharma, menilai, langkah pemerintah meri-lis paket stimulus ekonomi setidaknya cu-kup berhasil memulihkan kepercayaan pe-

laku pasar terhadap pemerintah. Apala-gi, pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid III pekan lalu seiring dengan penguatan rupiah. Alhasil, optimisme investor kemba-li menyeruak. “Investor kembali melihat fundamental emiten dan valuasi harga sa-

ham yang murah,” ujar Suria.

Potensi koreksi

Sayang, angin segar di bursa saham tampaknya

belum akan bertahan lama. Menurut Wafi , ke-naikan IHSG masih

bersifat sementara. Jika rupiah pekan ini

kembali melemah, IHSG juga berpeluang ter-koreksi.

Sebastian menga-mini, IHSG pe-

kan ini berpe-luang ter-k o r e k s i l a n t a r a n

rupiah ber-peluang kembali me-

lemah. Selain itu, pekan lalu IHSG sudah naik cukup banyak. Bu-

kan tidak mungkin investor akan mereali-sasikan keuntungan alias profi t taking pada pekan ini. Namun, Sebastian optimistis, volume perdagangan di bursa saham pada pekan ini masih cukup bagus.

Selain rupiah, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi pergerakan harga komo-ditas. Pekan lalu, harga komoditas memang cenderung menguat akibat kenaikan harga minyak. Tapi, Wafi bilang, harga minyak yang naik di atas US$ 50 per barrel tidak akan bertahan lama. Dalam jangka mene-ngah, harga minyak masih akan melemah sehingga berdampak ke harga komoditas lainnya. Ujung-ujungnya, kinerja emiten yang mengandalkan pendapatan dari pen-jualan komoditas ikut terkena dampaknya.

Dari dalam negeri, sentimen yang akan mempengaruhi bursa saham berasal dari keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengenai penetapan suku bunga acuan. Perubahan BI rate, me-nurut Wafi , akan berdampak terhadap emi-ten di sektor perbankan, sektor properti, dan sektor konstruksi.

Selain rilis data ekonomi, Suria mengata-kan, investor sebaiknya mengamati rilis la-poran keuangan emiten kuartal III. Suria bilang, beberapa emiten akan mengumum-kan kinerja kuartal III pada pekan ini. Jika melihat indikasi awal, beberapa emiten ba-kal menorehkan kinerja positif. Kinerja emiten perbankan seperti BBNI sepertinya positif. Begitu pula kinerja emiten sektor semen yang pada September lalu berhasil meningkatkan penjualan. “Kinerja sektor otomotif juga membaik karena data penju-alan mobil naik,” kata Suria.

Suria menambahkan, investor sebaiknya juga mencermati saham yang masuk kate-gori blue chip. Sebab, saat tren bullish, biasanya saham keping biru seperti ASII, TLKM, maupun GGRM naik lebih cepat. Selain semen, Sebastian menyarankan in-vestor mencermati kinerja emiten di sektor ritel dan sektor konstruksi. Dia menduga, kinerja TLKM dan beberapa emiten sektor ritel seperti MPPA dan LPPF mengalami perbaikan.

Sebastian menganalisa IHSG pekan ini berada di rentang 4.350–4.500, sedang Wafi menebak IHSG bergerak di rentang 4.345–4.585. Menurut hitungan Suria, IHSG pekan ini cenderung menguat di rentang 4.500–4.600.

Investor sebaiknya hati-hati. ❏

Herry Prasetyo, Melati Amaya Dori

Mata uang garuda mulai unjuk kekuat-an. Sepanjang pekan lalu, nilai rupiah terus menguat dibandingkan pekan se-belumnya hingga menembus di bawah Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan di pasar spot, Kamis (8/10), rupiah bertengger di Rp 13.887 per dollar AS.

Manajer Treasuri BRI Syariah Rachmat Wibisono menilai, tren penguatan rupiah

pekan lalu lebih disebabkan faktor eks-ternal. Lantaran data ekonomi AS belum cukup bagus, muncul spekulasi kenaikan suku bunga The Fed baru dilakukan ta-hun depan. Spekulasi ini membikin dollar AS melemah terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

Paket kebijakan ekonomi jilid III yang dirilis pemerintah pekan lalu, menurut Research and Analyst Divisi Treasury

BNI Trian Fathria, belum cukup menjadi bahan bakar penguatan rupiah. Karena itu, pekan ini, pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi faktor global.

Sentimen dari dalam negeri pekan ini berasal dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) terkait pene-tapan BI rate dan data neraca perda-gangan. “Jika neraca perdagangan sur-plus karena ekspor naik dan impor me-

nurun, rupiah bisa menguat,” ujar Trian. Rupiah pekan ini berpotensi menguat

meski tipis. Selain karena data ekonomi AS yang belum membaik, paket kebijak-an pemerintah bisa menjadi magnet dana asing masuk ke dalam negeri. Trian menduga, rupiah pekan ini bergerak di rentang Rp 13.700–Rp 14.000 per dollar AS. Menurut Rachmat, rupiah di rentang Rp 13.500–Rp 13.900 per dollar AS. ❏

Peluang Melanjutkan Penguatan

Belum Tahan LamaSepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat seiring

penguatan rupiah. Namun, tren bullish IHSG belum tentu bertahan lama. Investor harus hati-hati lantaran IHSG pekan ini berpotensi terkoreksi.

KONTAN/stvgott

Investasi 12 Oktober - 18 Oktober 2015 11

InvestasiTabloid

IHSG

4.500

4.300

4.100Sumber: BEI

4.491,43

8 Okt ’154.254,88

1 Okt ’15

USD/IDR

14.800

14.200

13.600Sumber: Bloomberg

14.670

1 Okt ’15

13.880

8 Okt ’15

Rencana PT Salim Ivomas Pratama Tbk memba-ngun dua pabrik minyak

sawit mentah baru itu menurut saya sebuah keharusan. Pemba-ngunan pabrik baru ini sebenar-nya merupakan sebuah langkah antisipasi karena ke depannya jumlah kelapa sawit yang diha-silkan oleh perusahaan ini akan bertambah.

Jadi, menurut saya, rencana Salim Ivomas menambah pabrik ini bukan merupakan suatu sentimen positif bagi per-seroan. Tetapi ini lebih kepada suatu kewajiban yang memang harus dilakukan perseroan.

Saat ini harga minyak sawit mentah internasional masih belum kembali membaik seper-ti sediakala. Di tengah kondisi harga kelapa sawit yang belum membaik ini, Salim Ivomas ma-sih bisa mempertahankan ki-nerjanya agar tidak terlalu terpuruk.

Perseroan diuntungkan oleh merek minyak goreng yang di-pegangnya. Salim Ivomas me-mang memiliki produk minyak goreng dengan brand kuat, yak-ni Bimoli.

Sebagai catatan, kapasitas kilang minyak goreng di Indo-nesia mencapai 50 juta ton. Se-dang untuk produksi CPO da-lam negeri sekitar 32 juta ton.

Saat ini kapasitas kilang mi-nyak berlebihan, sementara permintaan global cenderung rendah. Karena memilik brand yang kuat, Bimoli bisa lebih bersaing. Sehingga saya melihat margin dari bisnis edible oils &

fats (EOF) relatif sehat.

Usia tanaman muda

Dari sisi fundamental, salah satu hal positif dari Salim Ivo-mas adalah potensi pertumbuh-an yang cukup besar karena usia tanaman sawit perusahaan yang cukup muda. Salim Ivomas memiliki 28% perkebunan sawit yang belum matang. Selain itu ada 2% perkebunan muda, yang rentang usianya 4–6 tahun.

Jika dihitung secara teoritis, kebun tersebut bisa menghasil-kan sawit 10–18 ton per hektare (ha). Hasil per ha bakal naik signifikan memasuki usia pro-duksi puncak, yakni di kisaran 7 –13 tahun, dan mampu meng-hasilkan 20 –26 ton per ha.

Maka dari itu, diperkirakan pada 2015–2020 produksi TBS CAGR sebesar 3% dapat dica-pai. Walaupun diasumsikan pe-nanaman yang baru hanya 7.000 hektar per tahun.

Hal positif lainnya, SIMP di-untungkan oleh harga CPO yang lebih tinggi. Meskipun harga CPO cenderung menurun, pe-nyesuaian harga jual produk hilir akan menghasilkan perba-ikan margin SIMP pada divisi minyak goreng dan lemak.

Saya merekomendasikan beli SIMP dengan target harga Rp 550 per saham. Memang di akhir tahun nanti, pendapatan SIMP diperkirakan hanya Rp 13,29 triliun, turun 11% diban-dingkan tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 14,96 triliun. o

Harga komoditas minyak sawit mentah ata-wa crude palm oil (CPO) masih belum benar-benar pulih. Di tengah harga CPO yang kurang baik ini, perusahaan perkebunan milik Grup Salim justru gencar berekspansi.

PT Salim Ivomas Pratama Tbk berencana membangun dua pabrik kelapa sawit di Kali-mantan Timur. Masing-masing pabrik akan memiliki kapasitas produksi 40 ton per jam .

Asal tahu saja, saat ini emiten yang menjaja-kan sahamnya di bursa dengan kode SIMP ini sudah memiliki 24 pabrik kelapa sawit. Total kapasitas produksi mencapai 6,4 juta ton tan-dan buah segar (TBS) per tahun.

SIMP juga punya dua pabrik penyulingan

gula dengan kapasitas produksi 2,2 juta ton tebu per tahun. Lalu, ada empat lini pabrik karet remahan dan tiga lini pabrik lembaran.

Rencananya, pembangunan pabrik baru Sa-lim Ivomas akan dimulai paling cepat akhir tahun ini atau awal tahun depan. Pabrik ditar-getkan rampung pada 2017 nanti. “Investasi tergantung kondisi di sana. Biasanya sekitar Rp 200 miliar per pabrik,” kata Johnny Ponto, Direktur Salim Ivomas Pratama.

Seberapa besar dampak pembangunan pab-rik ini bagi kinerja Salim Ivomas ke depan? Si-mak pendapat para analis berikut ini.

Fransisca Bertha Vistika

Penambahan pabrik kelapa sawit sebenarnya bukan hal yang asing bagi Salim

Ivomas. Pembangunan pabrik minyak sawit mentah sudah menjadi kewajiban bagi SIMP. Hal ini dikarenakan setiap ta-hunnya jumlah tandan buah se-gar (TBS) yang dipanen juga mengalami kenaikan.

Saat ini memang tanaman yang dimiliki oleh perseroan ini belum semuanya menghasilkan. Tetapi, apa yang dilakukan per-seroan ini lebih sebagai langkah antisipasi. Jadi nanti ketika pro-duksi tanamannya sudah me-ningkat, maka pabrik barunya juga sudah rampung. Jadi ini perlu dilakukan bisa perseroan ingin mendorong kinerjanya.

Soal kinerja, di semester satu lalu sebenarnya kinerja perusa-haan ini di bawah ekspektasi saya. Hal ini terlihat dari lapor-an kinerjanya.

Pada enam bulan pertama lalu, pendapatan Salim Ivomas mengalami penurunan sekitar 5% menjadi Rp 6,8 triliun. Penu-runan ini terjadi dikarenakan harga jual rata-rata CPO meng-alami penurunan. Selain itu, volume jual produk edible oils & fats juga turun. Meski begitu, laba operasional perseroan ini masih sesuai harapan.

Banyak tantangan

Salim Ivomas masih terus melakukan penanaman pohon baru. Tetapi, di saat yang sama perusahaan ini justru membu-

bukan realisasi produksi yang stagnan. Dibandingkan tahun lalu, produksi CPO pada enam bulan pertama stagnan di 444.000 ton, dengan oil extrac-tion rate sekitar 22,2%. Rasio ini turun dari 22,5% satu tahun sebelumnya.

Secara umum, saya melihat perusahaan ini masih akan menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah prospek pemulihan harga CPO yang be-lum pasti. Meski begitu, ada peluang harga CPO naik di 2016, seiring dengan potensi terjadi-nya El Nino yang mungkin me-landa wilayah Kalimantan dan Sumatra, sehingga mempenga-ruhi produksi sawit di wilayah tersebut dan membuat pasokan CPO terbatas. Saya membuat asumsi harga CPO di 2016 men-capai RM 2.400 per ton.

Tapi di sisi lain, saya juga melihat potensi terjadinya per-saingan ketat di industri. Persa-ingan ini terjadi sebagai akibat depresiasi mata uang Brasil, yang merupakan penghasil ke-delai. Pasokan kedelai mungkin akan digenjot, dan bisa jadi pa-sar akan lebih menyukai kedelai ketimbang CPO.

Saya tidak melihat bisnis hilir bisa menjadi katalis atraktif untuk Salim Ivomas saat margin tertekan akibat harga CPO yang rendah dan pungutan ekspor baru. Salim Ivomas saat ini juga tampak membutuhkan belanja modal yang tinggi. Saya mere-komendasikan tahan untuk SIMP dengan target harga sebe-sar Rp 560 per saham. o

Frederick Daniel TanggelaAnalis Saham Samuel Sekuritas Indonesia

Andre VarianAnalis Saham

Ciptadana Securities

Beli Tahan

Kinerja PT. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

(dalam miliar rupiah)30/06/2014 30/06/2015

Total Aset 30.659,83 32.245,37Total Kewajiban 14.358,77 15.381,16Total Ekuitas 16.301,06 16.864,21

Pendapatan 7.168,56 6.791,83Laba Kotor 2.008,06 1.515,02Laba Usaha 1.204,40 778,55Laba Bersih 497,62 126,86Laba Bersih Per Saham (dalam rupiah)

32,00 8,00

Margin Laba Kotor (%) 28,02 24,71Margin Laba Usaha (%) 18,41 13,82Margin EBITDA (%) 11,94 6,86Margin Laba Bersih (%) 8,51 4,24ROA (%) 3,88 1,92ROE (%) 7,30 3,67DER (kali) 0,88 0,91

Sumber: RTI

R E K O M E N D A S I ✔12 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Saham

Menakar keuntungan bisnis jalan tol Waskita.

Herry Prasetyo

Langkah pemerintah meng-geber pembangunan jalan tol di tanah air menjadi

berkah bagi pemilik bisnis jalan tol dan perusahaan konstruksi. Kontrak pembangunan proyek tol bakal menambah pundi-pun-di pendapatan perusahaan kon-struksi. Bagi pemilik ruas tol, jalan tol merupakan sumber pendapatan berulang yang ba-kal terus meningkat seiring ke-naikan volume kendaraan.

Nah, dua berkah inilah yang sekaligus ingin diperoleh PT Waskita Karya Tbk dengan masuk ke bisnis jalan tol. Perte-ngahan tahun lalu, emiten kon-struksi pelat merah ini mendiri-kan anak usaha bernama PT Waskita Toll Road (WTR) sebagai kendaraan untuk meng-garap bisnis tol.

Waskita tampaknya tidak mau setengah-setengah meng-garap bisnis tol. Setelah meraup dana segar Rp 5,3 triliun dari hajatan penerbitan saham baru alias rights issue Juni hingga Juli lalu, emiten dengan kode saham WSKT ini langsung agre-sif mengakuisisi ruas jalan tol.

Juli lalu, Waskita melalui WTR membeli 90% saham PT Cimanggis Cibitung Toll-ways (CCT) milik PT Bakrie & Brothers dan PT Bakrie Toll Indonesia senilai Rp 552,15 mi-liar. CCT merupakan pemilik konsesi jalan tol Cimanggis-Ci-bitung yang merupakan bagian jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) II.

Sebelumnya, WTR membeli 40% saham PT Solo Ngawi Jaya dan PT Ngawi Kertosono Jaya, pemilik konsesi ruas tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono, senilai Rp 175,6 miliar. Yang terbaru, WSKT menggandeng Media Nusantara Citra (MNC) Group membentuk perusahan patungan bernama PT Waskita MNC TransJawa Toll Road (WMTTR). Perusahaan yang berdiri akhir September lalu ini menjadi pemegang konsesi dan pengelola ruas jalan tol Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, serta Pasuruan-Probolinggo.

Sekretaris Perusahaan Was-

kita Antonius Yulianto mengatakan, WSKT te-lah menguasai sembi-lan ruas tol. Selain yang telah disebutkan di atas, WSKT juga me-miliki konsesi dan pe-ngelolaan ruas tol Ci-nere-Serpong, Bekasi-C a w a n g - K a m p u n g Melayu, dan Krian-Le-gundi-Bunder. “Akuisi-si ruas tol Pemalang-B a t a n g s u d a h s e l e s a i , tinggal menunggu akta jual beli,” imbuh Antonius.

Hingga akhir tahun, WSKT masih akan menambah akuisisi ruas tol. Antonius mengatakan, WSKT tengah membidik tiga ruas tol di Pulau Jawa. Menurut Antonius, WSKT memang men-dapat tugas dari pemerintah untuk mengakuisisi proyek tol di Jawa yang mangkrak.

Demi membiayai rencana tersebut, WSKT akan menerbit-kan obligasi berkelanjutan I ta-hap II tahun 2015 senilai Rp 1,5 triliun. Surat utang ini diterbit-kan dalam dua seri. Obligasi seri A dengan tingkat bunga te-tap sebesar 10,4% per tahun berjangka waktu 3 tahun de-ngan jumlah pokok obligasi Rp 350 miliar. Sedang obligasi seri B dengan jumlah pokok Rp 1,15 triliun ditawarkan de-ngan tingkat bunga 11,1% per tahun dan tenor lima tahun. Masa penawaran berlang-sung 9–12 Oktober.

Antonius mengata-kan, 70% dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan seba-gai modal kerja per-usahaan ini. Sedang-kan 30% sisanya untuk investasi jalan tol di Jawa dan Sumatra.

Langkah WSKT ma-suk ke bisnis jalan tol tidak hanya berpotensi menyumbang penda-patan berulang di masa mendatang. Perolehan kontrak baru tahun ini juga bisa terdongkrak.

Seperti diketahui, awal September lalu, WSKT memperoleh kontrak proyek jalan tol Solo-Ngawi-Kerto-sono senilai Rp 5,49

triliun. WSKT memenangkan tender konstruksi ruas Karang-anyar-Ngawi yang terdiri dari dua paket sebesar Rp 4,01 trili-un. WSKT juga memenangkan tender konstruksi ruas Ngawi-Saradan paket Ngawi-Magetan senilai Rp 1,48 triliun.

Kontrak di kedua ruas tol milik WSKT tersebut menjadi penopang perolehan kontrak baru tahun ini. Hingga akhir September, Antonius mengata-kan, WSKT mencetak nilai kon-trak baru di atas Rp 17 triliun.

Kinerja vs valuasi

Pencapaian kontrak baru tersebut membikin optimisme WSKT membuncah. WSKT lan-tas mengerek target kontrak baru tahun ini dari Rp 23,4 trili-un menjadi Rp 39 triliun.

Antonius mengata-kan, WSKT optimistis bisa mencapai target baru tersebut. Sebab, dalam waktu dekat, WSKT akan memper-oleh kontrak baru dari beberapa proyek seni-lai Rp 14 triliun. “Kon-trak pengerjaan jalan tol diharapkan me-nyumbang 50% total kontrak,” imbuh dia.

Tidak hanya berdampak posi-tif terhadap bisnis konstruksi, bisnis jalan tol juga akan men-dongkrak bisnis beton precast yang dijalankan PT Waskita Beton Precast. Maklum, sekitar 70% produksi precast diguna-kan secara internal oleh perusa-haan. Dengan mengambil pro-yek tol, Antonius bilang, kon-trak beton precast akan meningkat. Targetnya, bisnis precast tahun ini menyumbang pendapatan Rp 3 triliun.

Hingga akhir tahun, WSKT menargetkan pendapatan Rp 15 triliun dengan laba bersih Rp 800 miliar. Pada paruh pertama tahun ini, WSKT mencetak pen-dapatan Rp 3,9 triliun, naik 25,3% secara year on year (yoy). Sedangkan laba bersih per akhir Juni 2015 melonjak 182% yoy menjadi Rp 171 miliar (lihat tabel).

Para analis menilai, kinerja WSKT sepan-jang semester I paling oke dibandingkan emi-ten konstruksi lainnya lantaran laba bersih tumbuh paling tinggi, baik secara yoy mau-pun kuartalan.

Meski begitu, analis Buana Capital Adeline Solaiman menilai, pen-capaian WSKT sepan-jang semester I lalu be-lum maksimal. Adeline menargetkan, penda-patan WSKT tahun ini Rp 14,9 triliun dengan laba bersih Rp 801 mili-ar. Alhasil, pendapatan hingga akhir Juni lalu baru mencapai 29,2% dari target. Sedangkan pencapaian laba bersih baru 19,1% dari target.

Padahal, dalam em-pat tahun terakhir, rata-rata perolehan penda-

patan WSKT pada semester I sebesar 30,8% dari pendapatan setahun. Sedangkan laba bersih semester I biasanya sebesar 20% total laba bersih setahun.

Menurut Adeline, target baru kontrak tahun ini cukup berat. Jika tidak tercapai, penerbitan surat utang hanya akan membi-kin masalah lantaran dananya tidak terpakai maksimal. Di sisi lain, jika nilai emisi surat utang tidak mencapai target, modal kerja WSKT untuk tahun-tahun berikutnya bisa terganggu.

Kepala Riset Trimegah Secui-ties Sebastian Tobing menilai, akuisisi jalan tol akan berdam-pak positif bagi WSKT. Selain bisa memperoleh kepastian kontrak, dalam jangka panjang WSKT bisa meraih pendapatan berulang. Namun WSKT punya risiko berupa kesulitan pembe-basan lahan dan pertumbuhan pengguna tol yang lemah.

Meski punya kinerja cemer-lang, valuasi harga saham WSKT sudah relatif mahal. Kamis lalu (8/10), harga saham WSKT ber-tengger di Rp 1.615 per saham. Menurut Adeline, harga saham WSKT dibandingkan laba bersih per saham pada 2016 alias price to earning ratio (PER) 2016 sebesar 20,7 kali. Padahal, rata-rata PER emiten sektor kon-struksi sebesar 18 kali.

Meski begitu, Adeline mere-komendasikan beli untuk sa-ham WSKT dengan target harga Rp 1.745 per saham berdasar-kan proyeksi pendapatan dan laba bersih tahun ini. “Tapi, WSKT bukan top pick kami,” ujar Adeline.

Sebastian juga merekomen-dasikan beli untuk saham WSKT dengan target harga Rp 1.770 per saham. Namun, lantaran valuasi harga saham WSKT pa-ling mahal, Sebastian tidak me-nyarankan investor mengoleksi saham WSKT secara agresif.

Dengan alasan yang sama, analis Samuel Sekuritas Indo-nesia Frederick Daniel Tangge-la merekomendasikan tahan untuk saham WSKT dengan target harga Rp 1.630 per sa-ham. Menurut dia, harga saham WSKT saat ini sudah mencer-minkan proyeksi kinerja dalam bulan-bulan mendatang.

Jadi, silakan berhitung ulang jika ingin mengail cuan. o

Melapangkan Berkah di Jalan Bebas Hambatan

Kinerja PT. Waskita Karya Tbk (WSKT)

(dalam miliar rupiah)30/06/2014 30/06/2015

Total Aset 9.134,77 18.568,49Total Kewajiban 6.787,82 11.478,59Total Ekuitas 2.346,95 7.089,89

Pendapatan 3.181,26 3.984,32Laba Kotor 312,09 481,20Laba Usaha 181,55 368,39Laba Bersih 60,90 171,56Laba Bersih Per Saham (dalam rupiah)

6,30 16,27

Margin Laba Kotor (%) 9,69 11,52Margin Laba Usaha (%) 6,90 9,58Margin EBITDA (%) 6,35 7,75Margin Laba Bersih (%) 3,77 5,52ROA (%) 4,07 3,30ROE (%) 15,85 8,63DER (kali) 2,89 1,62

Sumber: RTI

KONTAN/Baihaki

30 Desember 2014 8 Oktober 2015

Sumber: Riset KONTAN

Harga Saham WSKT

1.615

1.433

Saham TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 13

Peluang dari rencana pembagian dividen sa-ham bank BUMN.

Fransisca Bertha Vistika, Lamgiat Siringoringo

Siapa sih yang tidak mau mendapatkan keuntung-an? Jika ditanyakan ke

semua orang di seantero dunia, pasti semua orang mengangguk di kala ada tawaran mendapat-kan keuntungan.

Begitu juga dengan pemerin-tah yang ingin mendapatkan keuntungan dari perusahaan pelat merah. Walau di tengah ekonomi yang sedang melam-

bat, pemerintah menargetkan setoran dividen atas perolehan laba perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) naik.

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, setoran dividen BUMN dinaikkan dari Rp 31,2 triliun menjadi Rp 34,2 triliun. Memang, sebenarnya target di-viden 2016 itu masih lebih ren-dah dari target tahun ini, yang nilainya Rp 37 triliun.

Menteri BUMN Rini Soemar-no mengatakan, perhitungan usulan dividen dalam RAPBN 2016 didasarkan pada target laba BUMN tahun buku 2015 yang diperkirakan hanya men-capai Rp 131,5 triliun. Nilai ter-

sebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebelumnya, yakni sebesar Rp 165 triliun.

Semula, pemerintah menar-getkan dividen dari bank sebe-sar Rp 6,94 triliun. Jumlah ini lebih rendah ketimbang setoran dividen tahun ini yang sebesar Rp 10,26 triliun. Karena ada ke-naikan target dividen, perkiraan total dividen yang dibagikan bank jadi Rp 11,57 triliun.

Tahun depan, rasio pemba-yaran (payout ratio) dividen bank BUMN ditetapkan sekitar 20%–28%, dengan mempertim-bangkan rasio kecukupan mo-dal atau capital adequancy ra-tio (CAR) tiap bank. Hitungan payout ratio tersebut masih le-

bih rendah ketimbang payout ratio tahun ini.

Tahun ini, bank-bank milik pemerintah membayarkan divi-den dari laba bersih 2014 de-ngan payout ratio berkisar an-tara 20%–30%. Payout ratio di-viden terendah ditetapkan oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), yakni sebesar 20% dari laba bersih. Sedang rasio pem-bayaran tertinggi, sebesar 30%, dibukukan oleh PT Bank Rak-yat Indonesia Tbk (BRI).

Sekretaris Perusahaan BTN Eko Waluyo mengatakan mana-jemen BTN akan menjalankan apa yang ditetapkan oleh peme-rintah. Manajemen bank yang terkenal sebagai penyalur kre-dit pemilikan rumah ini menilai rasio tersebut tidak memberat-kan. “Kalau dihitung berdasar-kan CAR maka penghitungan pembagian dividen harusnya oke,” ujar dia. Apalagi, Eko op-timistis kinera BTN masih akan terus positif ke depan.

Sesuai kinerja

Namun upaya pemerintah menagih cuan dari perusahaan pelat merah juga perlu diwaspa-dai. Apalagi, bisnis perbankan juga ikut melambat, seiring me-lambatnya pertumbuhan eko-nomi. Kepala Riset Buana Capi-tal Suria Dharma menilai keten-tuan payout ratio itu kurang menguntungkan buat bank. “Karena harusnya dana yang harus dibayarkan dari laba itu bisa untuk modal bank itu sen-diri. Bisa diputar lagi untuk kredit,” kata Suria.

Tapi, Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas, punya pendapat beda. Menurut dia, penurunan rasio pembayaran

dividen ini akan menguntung-kan bank-bank pelat merah. “Ini akan memperkuat modal bank, karena pada dasarnya tiap bank perlu modal yang besar agar bisa kompetitif,” kata Tjandra.

Analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian mengatakan, aturan payout ratio kali ini juga lebih jelas. “Karena rasio pem-bayarannya kan disesuaikan dengan CAR, makin besar CAR maka bank semakin sanggup membagi dividen,” kata Syaiful. Dengan begitu, maka pembagi-an keuntungan ke investor atau pemegang saham akan lebih fair. Jika payout ratio disama-kan, maka bank yang kinerjanya kurang baik bisa terbebani.

Yang pasti, investor bisa ikut meraup keuntungan dari renca-na pemerintah menagih setoran laba dari bank BUMN ini. Inves-tor bisa mengoleksi saham bank-bank pemberi dividen un-tuk ikut menikmati bagi hasil dari laba bersih tersebut.

Investor juga bisa mencari keuntungan dari kenaikan har-ga saham yang biasanya terjadi menjelang pembagian dividen. Tapi Suria mengingatkan inves-tor, terutama investor jangka pendek, agar berhati-hati lan-taran harga saham bisa turun setelah pembagian dividen.

Lantas, apakah dengan renca-na pembagian dividen ini sa-ham-saham BUMN menarik di-koleksi? Simak pendapat para analis berikut.

n BBRI

Bank yang dekat dengan wong cilik ini memang sedang tidak berkinerja baik dibanding-kan tahun lalu. Pada semester I-2015, PT Bank Rakyat Indone-

Mencicipi Legitnya Keuntungan Bank BUMN

Pemerintah meminta rasio pembayaran dividen bank BUMN untuk laba bersih 2015 sekitar 20%–28% KONTAN/Baihaki

14 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Saham

sia Tbk mencatatkan laba ber-sih Rp 11,8 triliun, atau mening-kat tipis 1,16% dibandingkan periode yang sama di 2014.

Laba bersih emiten berkode BBRI ini tumbuh terbatas aki-bat tekanan beban bunga dan kenaikan beban pencadangan. Tekanan beban bunga tercer-min dari penurunan margin bu-nga bersih (NIM), sedang beban cadangan naik akibat kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL).

Tjandra masih optimistis de-ngan kinerja bank BRI. “Karena mereka mendapat dana dari pemerintah untuk kredit usaha rakyat,” kata Tjandra.

BRI menjadi bank BUMN yang menyalurkan dana pinjam-an kredit usaha rakyat (KUR) terbesar tahun ini. Dari target penyaluran KUR sebesar Rp 30 triliun, bank spesialis kredit mikro ini mendapat amanat un-tuk menyalurkan KUR sebesar Rp 21,4 triliun.

Begitu pula yang disampai-kan oleh Suria, bahwa BRI sa-ngat kuat di kredit mikro. Apa-lagi bank ini mendapat tugas untuk distribusi KUR. “Selain itu provisinya juga bagus. Kre-dit macetnya masih bisa diken-dalikan,” kata Suria.

Memang, tahun ini pemerin-tah sudah memangkas target realisasi penyaluran kredit usa-ha rakyat. Penyebabnya, waktu penyaluran yang mepet, sehing-ga membuat pengucuran KUR tidak optimal. Alhasil, target penyaluran KUR sebesar Rp 30 triliun tahun ini, diperkirakan hanya bisa terealisasi Rp 19 tri-liun sampai Rp 20 triliun.

Terkait permintaan dividen dari pemerintah, Syaiful meng-analisa BRI masih sanggup membayar dividen dengan pa-yout rasio sampai 30%. Sebab CAR bank ini juga cukup tinggi. Di semester pertama, CAR BRI sebesar 20,4%.

Para analis masih mereko-mendasikan beli untuk saham BBRI. Tjandra memasang target harga Rp 11.500 per saham. Surya memasang target harga Rp 12.350 per saham. Kamis lalu (8/10), harga BBRI ditutup di Rp 9.975 per saham.

n BMRI

Sama seperti bank lainnya, kinerja PT Bank Mandiri Tbk juga mengalami perlambatan. Emiten berkode BMRI ini mem-bukukan laba bersih Rp 9,9 trili-un di semester I-2015, cuma naik tipis 3,5% dibandingkan laba bersih 2014.

Direktur Utama Bank Mandiri Budi G. Sadikin tak menampik adanya pengaruh pelemahan ekonomi nasional terhadap per-tumbuhan laba perseroan. Mes-ki tak setinggi tahun lalu, per-tumbuhan laba itu masih disyu-kuri bank pelat merah ini.

Hingga Juni 2015, laju per-tumbuhan kredit Bank Mandiri meningkat 17,8% jadi Rp 552,8 triliun dibandingkan Juni 2014 sebesar Rp 485,8 triliun. Rasio

kredit bermasalah juga masih terkendali di level 1,01%.

Atas kinerja tersebut, aset Bank Mandiri pada akhir Juni 2015 mengalami pertumbuhan year on year (yoy) sebesar 19,5% dari Rp 764,9 per Juni 2014 menjadi Rp 914,9 triliun pada Juni tahun ini.

Sementara itu, perolehan dana pihak ketiga (DPK) dila-porkan tumbuh 17,8% menjadi Rp 654,9 triliun pada Juni 2015, dari Rp 555,4 triliun pada Juni 2014. Dari capaian itu, total dana murah dari giro dan ta-bungan mencapai Rp 403,9 trili-un, atau naik sekitar 16,9% dari realisasi di 2014 yang sebesar Rp 345,6 triliun.

Tapi tingkat kredit bermasa-lah perlu menjadi perhatian. Meski masih terkendali, Syaiful mengatakan NPL Bank Mandiri mengalami kenaikan. Pada se-mester I-2015, NPL bank ini naik jadi 1,01% dari 0,81% di ta-hun sebelumnya.

Penyumbang NPL untuk Mandiri adalah dari sektor per-bankan komersial. “Dibanding-kan dengan bank lainnya, kredit Bank Mandiri yang mengguna-kan mata uang luar negeri lebih banyak. Padahal nilai tukar ru-piah melemah cukup signifi-kan,” kata Syaiful. Kondisi ini bisa membuat kinerja bank ini tertekan di akhir tahun nanti.

Syaiful merekomendasikan jual BMRI dengan target harga Rp 7.600 per saham. Sedang Suria merekomendasikan tahan dengan target harga Rp 9.600 per saham. Kamis lalu, harga BMRI Rp 8.900 per saham.

n BBTN

Kinerja BTN di semester satu tahun ini cukup moncer. BTN mencatatkan laba bersih tum-buh tajam, sekitar 54,25%, di-banding periode yang sama ta-hun 2014. Laba tahun sebelum-nya yang tercatat Rp 539 miliar naik menjadi Rp 831 miliar.

Namun Syaiful melihat BTN punya CAR yang rendah. Kare-na itu, idealnya rasio pembayar-an dividen ini hanya sekitar 20% dari laba bersih.

Mengenai kinerja, Tjandra menilai kinerja emiten berkode BBTN ini masih akan positif. Pasalnya, BTN mendapat aloka-si dana dari pemerintah untuk menyalurkan kredit perumah-an. “Apalagi beberapa tahun ke depan, bisnis properti banyak masuk ke middle dan lower class, ada keuntungan untuk BTN di sini,” kata Tjandra.

Tjandra merekomendasikan beli BBTN dengan target harga Rp 1.500 per saham. Sedang Syaiful merekomendasikan ta-han dengan target harga Rp 1170 per saham. Harga BBTN Kamis lalu masih di Rp 1.075 per saham.

n BBNI

Jika dilihat dari seluruh bank pelat merah, PT Bank Negara

Indonesia Tbk (BNI) memang yang kinerjanya anjlok cukup dalam. BNI mencatat penuru-nan laba bersih sekitar 50,8% di semester I lalu. Laba bersih bank ini turun dari Rp 4,936 tri-liun di semester I-2014 menjadi

Rp 2,43 triliun.Penurunan laba bersih ini di-

picu naiknya angka kredit ma-cet atau non performing loan (NPL) , yakni dari 2,2% jadi 3%.

Analis menilai perlambatan ekonomi menjadi kendala besar

bagi BNI tahun ini. Tapi, Tjan-dra masih optimistis dengan ki-nerja emiten berkode BBNI ini. “Dalam satu hingga dua tahun ke depan BNI banyak mengu-curkan dana untuk infrastruk-tur,” prediksi dia.

Seperti di semester dua ini, BNI berencana mengucurkan pembiayaan infrastruktur seni-lai Rp 13 triliun. Proyek yang menjadi prioritas bank ini ada-lah jalan tol, sektor energi dan telekomunikasi.

Suria menambahkan provisi BNI pada dua bulan ini juga su-dah kembali membaik. “Pada enam bulan pertama provisinya cenderung jelek,” kata Suria.

Suria dan Tjandra mereko-mendasikan beli untuk saham BBNI. Target harga dari Suria Rp 6.125, sedang dari Tjandra Rp 5.100. Harga BBNI Kamis lalu Rp 4.830 per saham. o

BBNI

7.1759 Apr ‘15

4.8308 Okt ‘15

Sumber: Riset KONTAN

BBRI

13.0759 Apr ‘15

9.9758 Okt ‘15

Sumber: Riset KONTAN

BBTN

1.1759 Apr ‘15

1.0758 Okt ‘15

Sumber: Riset KONTAN

BMRI

12.0009 Apr ‘15

8.9008 Okt ‘15

Sumber: Riset KONTAN

Saham TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 15

Identifikasi segala ke-perluan hidup dan se-kolah di luar negeri.

Sri Sayekti

Anda bermaksud melan-jutkan studi di luar nege-ri? Atau, Anda justru

hendak menyiapkan si buyung menimba ilmu di negeri orang? Jika iya, surat pernyataan dite-rima dari perguruan tinggi idaman jelas momen yang pa-ling dinantikan. Setelah kesi-bukan memenuhi berbagai per-syaratan pendaftaran, tahap berikut yang Anda harus jalani adalah mengidentifikasi segala keperluan untuk mempermu-dah saat hari H keberangkatan.

Jika Anda belum berpeng-alaman mengurus berbagai ke-butuhan yang diperlukan, menggunakan jasa konsultan pendidikan bisa menjadi solusi. Jangan khawatir Anda harus membayar jasa mereka. Layan-an semacam ini gratis karena pihak perguruan tinggi di luar negeri sudah menjalin kerjasa-ma bisnis dengan berbagai kon-sultan pendidikan di Indonesia.

Menurut Ayu Dhiarini Hapsa-ri, Business Development Ma-nager Edlink+conneX, konsul-tan pendidikan menawarkan delapan layanan. Pertama, kon-sultasi profesional tanpa biaya. Kedua, membantu memilih dan mendaftar dengan mengirim formulir pendaftaran dan per-syaratan penerimaan lainnya ke perguruan tinggi pilihan. Keti-ga, jika diterima, perguruan tinggi akan mengeluarkan surat penerimaan atau letter of offer. Tetapi jika si calon siswa tidak diterima, konsultan akan mere-komendasikan perguruan tinggi lain yang sesuai.

Keempat, pembayaran. Bia-sanya pembayaran di awal men-cakup biaya sekolah atau kuli-ah, asuransi kesehatan, tempat tinggal dan penjemputan di bandara. “Uang sekolah biasa-nya untuk satu semester, sedang asuransi kesehatan ha-rus dibayar di muka sesuai masa studi,” tutur Ayu.

Kelima, pengurusan visa pe-lajar. Keenam, memberi peng-arahan sebelum keberangkatan, seperti memberitahu tentang apa saja dokumen yang harus dibawa hingga masa orientasi kampus. “Sebaiknya berangkat tiga hari sebelum masa orienta-si dimulai,” saran Ayu.

Ketujuh, pengurusan tiket, tempat tinggal dan penjemput-an di bandara. Sesampai di sana, pihak perguruan tinggi yang akan menjemput siswa ke bandara dan mengurus tempat tinggal. Kedelapan, layanan lanjutan setelah berangkat. La-yanan ini hanya diberikan jika diminta oleh siswa.

Visa pelajar

Mereka yang ingin berseko-lah di luar negeri tak hanya wa-jib memiliki paspor, tetapi juga visa pelajar. Patut diingat, ma-sing-masing negara punya ke-biasaan berbeda dalam peng-urusan visa.

Ambil contoh Australia yang sudah memberlakukan visa elektronik dan memberikan kuasa kepada konsultan pendi-dikan untuk mengurus visa pe-lajar elektronik. “Kami terma-suk yang ditunjuk Pemerintah Australia,” ujar Ayu.

Sedang banyak negara perse-makmuran yang lain, seperti Kanada atau New Zealand, membiarkan calon siswa mengurus sendiri visanya. Me-mang, pengurusan bisa juga di-lakukan konsultan pendidikan melalui VFS Global yang berlo-kasi di Mal Kuningan City, Ja-karta. “Khusus visa Inggris, pe-mohon harus datang sendiri ke VFS Global karena ada tes biometrik dan wawancara,” jelas Ayu.

Tempat tinggal

Mencari tempat mukim di negara tempat studi termasuk dalam daftar yang harus segera diurus. Jika hendak mencari tempat tinggal yang berdekatan dengan kampus, ada baiknya ikut program kampus yang me-layani kebutuhan tempat tinggal bagi para mahasiswa.

Tessa Ayuningtyas yang per-nah studi S1 di Haagse Huges-chool, Den Haag, Belanda, me-nuturkan pengalamannya saat studi di Belanda. Karena tidak memiliki kerabat di Negeri Tu-lip itu, ia mendaftar untuk ting-gal di apartemen yang lokasinya hanya berjarak 100 m dari kam-pus. “Harus membayar sewa setahun di muka. Tahun 2007 biayanya € 3.200,” ujar dia.

Fasilitas ini hanya diberikan kampus selama tahun pertama. Enam bulan sebelum masa sewa habis Tessa pun sibuk mencari apartemen melalui aplikasi berbayar internet. “Me-lalui situs www.duwo.nl, saya dapat apartemen murah hanya

€ 250 per bulan. Itu milik orang Indonesia yang sudah lama me-netap di Den Haag,” tutur dia.

Saat melanjutkan studi lan-jutan di University of Helsinki, Finlandia, Tessa mendapati biaya tempat tinggal justru lebih murah. Meski sekolah tingkat master di gratis, Helsinki mena-warkan diskon sebesar 50% un-tuk biaya tempat tinggal dan transportasi bagi mahasiswa. “Tahun 2010, biaya sewa apartemen € 219 per bulan,” ujar Tessa.

Lain lagi pengalaman Anto-nius Bambang saat menjalani studi sarjana di University of Tazmania, Hobart, Australia. Ia malah datang terlambat tiga pekan setelah masa kuliah di-mulai. Akibatnya, ia kesulitan mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampus. “Sebulan saya tinggal di hotel murah di kota yang jaraknya 10 km dari kampus yang berlokasi di ping-gir kota,” ujar Bambang yang kini menjadi Kepala Pusat Ja-ring Kontrol Geodesi dan Geo-dinamika, Badan Informasi Geospasial. Sebab, rumah-ru-mah yang dekat area kampus sudah disewa kampus untuk mahasiswanya. Bambang meng-aku, hampir separuh uang bea-siswa terkuras untuk biaya tempat tinggal.

Buka rekening bank

Penerima beasiswa di Austra-lia seperti Bambang wajib membuka rekening di Com-monwealth Bank. Namun kare-na saat berangkat dari Indone-sia diberikan uang dalam ben-tuk travel cek, Bambang bingung bagaimana mencairkan travel cek itu. “Saya tanya ke petugas hotel saja,” ujar dia.

Pengalaman unik dialami Tessa dalam mengurus pengi-riman uang dari orang tua. Mes-

ki Tessa sudah memiliki reke-ning bank di Den Haag, sang bunda kerap menitipkan bank notes melalui orangtua teman-nya yang berkunjung ke Belan-da. “Ya karena ada yang baik hati mau dititipkan. Karena bia-ya transfer uang memang ma-hal,” jelas Tessa. Jika berbelan-ja, Tessa selalu menggunakan kartu kredit yang diterbitkan oleh sebuah bank di Indonesia. Tagihan kartu itu dibayar oleh orang tuanya di Jakarta.

Layaknya pelajar, belanja buku tentu harus dianggarkan pula. Nah, untuk menghemat

belanja buku, Tessa dan Bam-bang menyarankan agar maha-siswa kita di luar negeri mem-beli buku bekas di kampus. Tips berhemat lain adalah mencatat dari referensi yang dibutuhkan di perpustakaan kampus.

Agar urusan studi di luar ne-geri mudah, Bambang menya-rankan calon siswa mencari kontak terlebih dahulu di Per-himpunan Pelajar Indonesia di negara setempat. “Saya dulu lupa karena waktu yang mepet, hanya ada 5 hari ,”ujar dia.

Banyak persiapan yang harus dilakukan dengan gembira! o

Jangan Pernah Melupakan Pentingnya Persiapan

Memastikan tempat tinggal di negeri studi masuk dalam daftar persiapan yang wajib.KONTAN/Baihaki

Salah satu poin penting men-jalani studi di luar negeri ada-lah mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan budaya negara setempat. Semakin cepat adaptasi, semakin cepat kerasan.

Faktor ini sangat dirasakan oleh Antonius Bambang yang pernah menempuh pendidikan S1 dan S3 di University of Tas-mania, Australia. “Jangan sela-lu berpikir orang lain bisa me-nerima kita. Kenyataan di lapangan, ada saja orang yang tidak suka pada orang Asia,” tutur Bambang.

Oleh karena itu menurut Bambang siswa yang studi di luar negeri juga harus bisa menerima orang lain yang ber-beda pendapat terlebih lagi terhadap orang Asia. “Karak-ternya juga mirip sama orang Indonesia, tetapi dengan gaya mereka,” ujarnya.

Kalau sekedar adaptasi urusan teknis kuliah, makan dan tempat tinggal, menurut Bambang adalah hal mudah.

Namun keberhasilan studi di luar negeri didukung oleh ba-gaimana bisa menikmati hidup di luar negeri, tanpa kehilang-an segala kegiatan yang biasa dilakukan di negeri sendiri. “Saya perlu waktu tiga tahun untuk bisa menikmati hidup di sana,” ujar Bambang.

Kegiatan yang sering dilaku-kan di Indonesia akhirnya bisa rutin dilakukan Bambang sela-ma di Australia seperti main bola, memancing, serta men-daki gunung. Salah satu cara agar bisa membaur dengan masyarakat Australia, Bam-bang rutin itnes dengan para pelanggan fitnes di tempat yang sama. Ia juga menjalin relasi di luar kampus.

Ia menyarankan saat studi di luar negeri Anda jangan hanya berkumpul dengan sesama orang Indonesia. Berbaurlah dengan berbagai komunitas masyarakat berbagai negara. “Kalau cuma kuliah, cari nilai, lalu pulang; rasanya seperti di penjara,” imbuhnya. o

Banyak Gaul Bikin Lebih Kerasan

16 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Sekolah di Luar Negeri

Tabloid Kontan TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 17

Reksadana ETF INDOSOC sudah diperdagangkan di bursa sejak 1 Oktober lalu KONTAN/Baihaki

Melirik peluang untung dari potensi menggeli-atnya saham BUMN di masa mendatang.

Melati Amaya Dori

Kita sama-sama tahu bah-wa kondisi ekonomi da-lam negeri sedang susah.

Pemerintah saat ini pun panen banyak kritikan gara-gara di-anggap tidak becus mengatasi kondisi ini. Asap buram ekono-mi ini berdampak pada pasar finansial. Harga saham merosot, yield obligasi meroket.

Meski begitu masih ada pela-ku pasar yang optimistis peme-rintah bisa kembali mendorong ekonomi dalam negeri. Banyak analis masih merekomendasi-kan saham-saham yang terkait infrastruktur untuk dikoleksi, terutama saham BUMN. “Pada akhirnya ini akan membuat sa-ham BUMN yang terlibat dalam pembangunan pun menjadi te-tap seksi,” terang Diyah Sofi-yanti, Direktur Indo Premier Investment Management.

Indo Premier Investment Ma-nagement termasuk yang meya-kini saham-saham BUMN punya prospek moncer di masa depan. Karena itu, perusahaan manaje-men investasi ini menerbitkan reksadana baru dengan aset dasar saham-saham perusahaan pelat merah.

Pertengahan September si-lam, Indo Premier menerbitkan produk exchange traded fund (ETF) anyar. Namanya Reksa Dana Premier ETF Indonesia State-Owned Companies (ETF INDOSOC).

Indo Premier memilih sekitar 20 saham emiten pelat merah untuk mengisi portofolio reksa-dananya ini. Diyah tidak berse-dia merinci porsi penempatan dana kelolaan di masing-masing saham. Hanya saja, secara garis besar, Indo Premier saat ini le-bih fokus memilih saham-sa-

ham BUMN yang bergerak di sektor perbankan, infrastruktur dan telekomunikasi.

Tentu saja, Indo Premier tidak sembarang memasukkan saham BUMN ke dalam porto-folio reksadana besutannya ini. Ada tiga faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan ma-najemen investasi ini dalam memilih isi portofolio.

Pertama, likuiditas saham. Indo Premier hanya memasuk-kan saham-saham BUMN yang memiliki likuiditas tinggi di bur-sa saham. Karena itu, saham BUMN seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) tidak masuk ke dalam portofolio reksadana ini. Dengan demikian, manajer investasi tidak akan kesulitan bila ada investor yang menjual unit penyertaannya.

Kedua, Indo Premier juga memilih saham-saham BUMN yang memiliki fundamental kuat. Memang, manajer investa-si ini juga memasukkan saham-saham BUMN tambang ke da-lam portofolio. Saat ini inerja emiten tambang sedang kurang baik. Namun ke depan, funda-mental emiten tambang masih berpotensi pulih.

Ketiga, emiten yang dipilih terutama emiten yang terlibat langsung dari rencana pemerin-tah menggenjot pengembangan infrastruktur, maupun emiten BUMN yang mendapat berkah dari rencana tersebut.

ETF INDOSOC menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) sebagai benchmark. Saat ini IHSG memang masih tertekan dan kinerjanya negatif. Kinerja saham-saham yang ma-suk dalam portofolio investasi reksadana ini juga kebanyakan masih negatif selama setahun terakhir ini. Namun Indo Pre-mier optimistis pasar saham akan membaik seiring mening-katnya ekonomi, yang antara lain didorong pembangunan in-frastruktur.

Indo Premier berharap reksa-dana anyarnya ini bisa mengum-pulkan dana kelolaan hingga Rp 1 triliun. “Melihat prospek pengembangan infrastruktur yang baik bagi sektor BUMN, maka kami harap kinerja ETF kami bisa mencapai 15%–25% dalam setahun,” kata Diyah.

Mencari barang di pasar sekunder

Anda tertarik menanamkan investasi Anda di instrumen ini? Buat Anda yang masih belum familiar dengan instrumen ber-nama ETF ini, Anda perlu tahu kalau Anda tidak bisa langsung membeli ETF ke manajer inves-tasi pengelola dana.

Di pasar primer, pembeli ETF biasanya adalah diler partisi-pan, yang bertindak baik untuk diri sendiri maupun untuk pihak ketiga yang meminati unit pe-nyertaan reksadana tersebut. Diler partisipan adalah anggota bursa efek.

Manajer investasi biasanya menjual ETF di pasar primer dalam jumlah besar. Manajer investasi akan membentuk unit kreasi ETF. Satu unit kreasi biasanya berisi 100.000 unit pe-nyertaan. Jadi, butuh modal yang cukup besar untuk mem-beli ETF di pasar primer.

Karena itu, investor bisa membeli ETF di pasar sekun-der, yakni di bursa saham. Me-kanismenya mirip dengan transaksi saham. Jadi, investor

ritel bisa membeli minimal 1 lot ETF, yang isinya sebanyak 100 unit penyertaan.

ETF INDOSOC pertama kali di pasar sekunder dengan harga Rp 495 per unit penyertaan. Ar-tinya, untuk memperoleh satu lot, investor perlu merogoh ko-cek Rp 49.500 per lot. ETF ini menggunakan kode XISC.

Sejak dicatatkan di bursa pada 1 Oktober lalu, harga ETF INDOSOC terus naik. Terakhir, XISC nangkring di Rp 530 per unit penyertaan, atau Rp 53.000 per lot. Ini adalah harga terting-gi. Menarik, kan?

Analis Infovesta Utama Wa-wan Hendrayana menilai ETF memang termasuk instrumen investasi yang menguntungkan. Instrumen investasi ini juga bisa menjadi alternatif investasi saat kondisi pasar finansial te-ngah goyang seperti sekarang.

Menurut hitungan Wawan, ETF yang menggunakan saham sebagai aset dasar berpotensi memberikan keuntungan seki-tar 15%–18% per tahun. Selain itu, tidak seperti reksadana konvensional, Anda bisa mele-pas ETF kapan saja di jam per-dagangan bursa, tanpa harus menunggu bursa tutup. “Di ETF juga tidak ada istilah saham ti-dur, karena portofolio terdiri dari beberapa saham,” ujar dia.

Cuma, Wawan menyebut vo-lume transaksi ETF di bursa masih relatif sepi. Volume per-dagangan XISC di bursa maksi-mal cuma 40 lot. Toh, investor tidak perlu khawatir tidak bisa melepas posisi. “Diler partisi-pan biasanya menampung,” ce-tus Wawan.

Tertarik mencoba? Silakan pelajari karakter instrumen ini, terutama risikonya. o

Indo Premier

mematok harga

perdana ETF

INDOSOC di

bursa sebesar

Rp 49.500 per lot.

Menaruh Harapan pada Rencana Pemerintah

Kinerja Saham BUMN Portofolio Premier ETF INDOSOC

EmitenReturn*

1 Tahun 3 Tahun 5 Tahun

Telekomunikasi Indonesia -4,14% 4,12% 11,05%

Bank Tabungan Negara -3,76% -5,19% -8,31%

Bank Mandiri -6,85% 5,39% 7,37%

Pembangunan Perumahan 63,72% 70,36% 33,94%

Bank Rakyat Indonesia -3,85% 12,71% 15,42%

Bank Negara Indonesia -11,99% 9,42% 7,27%

Waskita Karya 102,08% -- --

Jasa Marga -15,29% -2,16% 11,33%

Wijaya Karya 15,05% 27,94% 34,12%

Perusahaan Gas Negara -47,54% -8,38% -1,74%

Adhi Karya -9,99% 28,71% 20,02%

Semen Indonesia -28,26% -8,15% 4,11%

Bukit Asam -53,72% -26,08% -18,51%

Timah -42,90% -11,20% -18,32%

Semen Baturaja -19,80% -- --

Aneka Tambang -53,46% -28,19% -25,93%

Kimia Farma -30,51% -12,37% -29,20%

Indofarma -13,57% -14,23% 10,28%*per 7 Oktober 2015, sudah memperhitungkan dividen

Sumber: Indo Premier Investment Management, Riset KONTAN

18 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Reksadana

Kisah Nena Firdaus membesarkan usaha katering pernikahan.

Marantina Napitu

Bagi Nena Firdaus, menja-di pengusaha tak pernah dipatok sebagai tujuan

hidup. Ia pernah bercita-cita menjadi guru. Meski begitu, se-jak duduk di bangku SD Nena sudah sangat jeli melihat pelu-ang usaha. Ia berjualan makan-an kecil sampai mainan untuk teman-teman sekolahnya.

Kini, jalan hidup mengantar-kan Nena menjadi pengusaha katering pernikahan berbende-ra Diva Catering di Jakarta Ba-rat. Perempuan asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, ini tak menyangka bisa membesar-kan usaha katering seperti se-karang.

Pertama kali ia meninggalkan kampung halamannya ke Jakar-ta untuk kuliah di jurusan Akuntansi, Universitas Muham-madiyah Jakarta (UMJ). Setelah lulus kuliah, ia sempat kembali ke NTB dan bekerja serabutan. Tak pernah ada pekerjaan yang bertahan lama.

Lantas pada akhir 1990-an, ia kembali ke ibukota untuk mengadu nasib. Beberapa bulan pertama, Nena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Maka untuk mengisi waktu luang, ia pun menjual pastel mini. “Wak-tu itu iseng saja karena saya orangnya tak bisa berdiam diri, harus ada yang dikerjakan,” ucap ibu tiga anak ini.

Usaha pastel mini itu tak ber-langsung lama karena pada ta-hun 2000 Nena di- teri-ma bekerja seba-gai tenaga akuntan di perusahaan ka-tering ternama. Nena bilang, di perusahaan itu ia bekerja selama enam tahun. Selain mengurus bagian akun-tansi, ia juga didapuk mengurus berbagai hal di perusahaan, mulai dari peme-sanan bahan, pe-masaran, sampai mengelola sum-ber daya manu-sia.

Kemudian pada 2006, ia memutuskan keluar dari per-usahaan itu. Alasan utamanya, setelah menikah dengan Syafril Febriansyah dan memiliki anak, dia ingin mengurus anak perta-manya Zahwa Putri Safina yang baru lahir. Selama beberapa bulan, ia menjalani keseharian sebagai ibu rumah tangga.

Hingga pada suatu hari, ada dua tetangganya yang mau me-nikah. Di situlah Nena melihat peluang bisnis untuk menyedia-kan katering. “Saya berpikir, saya sudah punya bekal dari perusahaan sebelumnya, jadi saya sudah tahu seluk-beluk usaha katering,” ujarnya.

Lantaran waktu terbatas, Nena mempersiapkan usaha ala kadarnya. Dengan bermodalkan uang Rp 10 juta, ia membeli

peralatan masak. Sementara tempat memasak dilakukan di garasi rumahnya. Adapun koki yang membantunya adalah re-kan kerjanya di perusahaan ka-tering dulu. “Saya ajak dia kerja sama. Awalnya hanya sebagai koki freelance karena dulu dia masih kerja di perusahaan tem-pat saya kerja sebelumnya,” kenang Nena.

Kerja keras Nena terbayar karena klien pertamanya puas dengan menu yang ia sajikan. Nena pun semakin mantap me-napaki bisnis katering. Apalagi, sang koki yang dulu hanya pa-ruh waktu menyatakan ingin bekerja penuh waktu pada usa-ha katering Nena.

Nena mengatakan ia sebenar-nya tidak begitu hobi masak. Namun, ia sangat hobi makan. Dari hobinya ini, Nena jadi tahu kualitas masakan yang enak. Bukan hanya pada rasa, tapi juga kuali-tas bahan

baku yang digunakan. Inilah yang jadi salah satu bekalnya membesarkan usaha katering.

Dari hanya dua klien saat mengawali bisnis, sekarang da-lam sebulan, Diva Catering bisa melayani sekitar 20 klien untuk acara pernikahan. Diva Cate-ring menawarkan tiga paket untuk jamuan pernikahan. Jum-lah tamu yang dilayani bisa berkisar dari 600 orang sampai 6.000 orang dalam tiap perhelat-an dengan biaya mulai Rp 50 juta. Dus, omzet dari usaha ka-teringnya bisa mencapai Rp 1 miliar saban bulan.

Manajemen jadi kunci

Tak sia-sia Nena mendalami ilmu ekonomi semasa kuliah.

Perempuan kelahiran 1 Ok-tober 1979 ini menu-

turkan ilmu dari bangku kuliah

sangat mem-bantunya

untuk mengembangkan usaha. “Sebenarnya dalam hal apapun, terutama bisnis, yang menjadi kunci utama adalah manaje-men,” tegasnya.

Beruntung bagi Nena karena ia belajar banyak hal untuk urusan manajemen usaha kate-ring dari perusahaan terdahulu. Pertama ialah manajemen sum-ber daya manusia, terutama koki. Nena menuturkan bahwa saat ini ia punya 10 orang karya-wan tetap dan ratusan orang karyawan paruh waktu.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat kar-yawan nyaman bekerja. Menu-rut Nena, yang paling penting ialah membangun komunikasi yang sehat dengan karyawan dan menganggap mereka seba-gai aset yang berharga bagi perusahaan. Praktiknya, secara rutin, Nena mengumpulkan karyawan untuk acara kebersa-maan. Untuk karyawan yang berprestasi, ia menawarkan fa-s i l i t a s b e r u p a b o n u s dan umrah gratis.

Yang kedua ialah manajemen kualitas, baik makanan mau-pun pelayanan. Nena menya-dari bahwa makanan menjadi aspek krusial dalam pesta pernikahan. Selain makanan yang enak, tamu pesta juga harus dilayani dengan baik.

Makanya, Nena mengaku selalu menggunakan ba-han baku berkualitas un-tuk masakannya. Di sam-ping itu, ia bekerja sama dengan komunitas pela-yan sehingga tak keku-rangan tenaga kerja pada saat pesta klien berlang-

sung. “Karyawan juga ha-rus dilatih bagaimana

mengatur dan menyajikan makanan agar tamu puas,” tu-turnya.

Di masa mendatang, Nena mau mengembangkan usahanya tak hanya menerima order un-tuk pesta pernikahan. Dia mem-beri bocoran, akhir tahun ini ia akan merintis usaha katering online. Dus, karyawan kantor di Jakarta bisa memesan menu makan siang lewat jalur online.

Rencana lain yang sesaat lagi akan diwujudkan perempuan berusia 36 tahun ini ialah mem-produksi abon kemasan, terasi, dan kerupuk kulit bersertifikat halal. Saat ini Nena masih da-lam tahap riset produk dan mengurus sertifikasi halal un-tuk produknya. “Menurut ren-cana November sudah bisa di-pesan dan akan saya promosi-kan lewat online, terutama media sosial,” imbuhnya. o

Dari dua klien,

kini, DIva

Catering bisa

melayani sekitar

20 klien pesta

pernikahan.

Order Pertama dari Kawinan Tetangga

Dukungan dari Asosiasi

Sebagai pengusaha, Nena Firdaus mera-sakan pentingnya me-

miliki komunitas untuk ber-bagi informasi dan mengem-bangkan jaringan. Dus, sejak menggeluti usaha katering, Nena pun bergabung menja-di anggota Asosiasi Pengusa-ha Jasaboga Indonesia (APJI) wilayah Jakarta.

Beberapa kali Nena men-dapatkan klien berkat ke-ikutsertaannya sebagai ang-gota APJI. Bahkan, Nena terpilih sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi pada aso-siasi tersebut mulai 2015 hingga 2018. Nena menjelas-kan, asosiasi itu bisa menjadi

satu-satunya pintu bagi klien yang butuh jasa katering.

Pasalnya, tiap anggota asosiasi sudah dipastikan le-galitasnya, mulai dari surat izin untuk usaha dan kete-rangan laik sehat dari Dinas Kesehatan. “Klien tak perlu ragu lagi mengenai higienitas dan legalitas ketika meme-san jasa katering dari anggo-ta APJI,” tutur dia.

Tak hanya itu, Nena punya akses untuk klien di peme-rintahan lantaran jadi anggo-ta dan pengurus APJI. Diva Catering terdaftar jadi salah satu vendor pada perhelatan Hari Raya Kemerdekaan ta-hun ini, serta memenangkan tender katering untuk haji pada 2012. “Kalau mau usaha katering, pastikan ikut aso-siasi juga,” katanya berpro-mosi.

Cinta Bahan Lokal

Melalui asosiasi pula, Nena belajar untuk lebih menghargai bahan baku lo-kal. Perempuan 36 ini bilang, ia menggunakan 90% bahan baku lokal untuk seluruh masakan kateringnya.

Menurut Nena, bahan im-por tak selalu bagus. Apalagi dengan harga yang cende-rung lebih mahal, kualitas yang didapat tak sebanding dengan harga beli.

Ia menambahkan, dengan menggunakan bahan baku lokal, pengusaha juga bisa memberdayakan masyara-kat. “Dari buah sampai ikan, saya utamakan bahan baku nusantara dulu, kecuali un-tuk bahan yang memang ti-dak ditanam di dalam nege-ri,” ucap dia. o

KONTA

N/Baihaki

Profil TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 19

Mengintip peluang mo-difikasi kontainer untuk ruang ritel.

J. Ani Kristanti, Marantina Napitu

Ada beragam cara yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk memikat

perhatian konsumen. Bila loka-si usaha terletak di pinggir jalan yang ramai, gerai menarik akan

memancing mata banyak pe-ngendara untuk melirik. Dari situlah timbul rasa penasaran yang berujung pada kunjungan pertama.

Gerai yang unik bisa diwujud-kan dengan berbagai cara. Tren juga berlaku di sini. Misalkan, setahun terakhir ini muncul ge-rai dari truk yang dimodifikasi (foodtruck). Nah, sekarang, ada pula gerai-gerai yang terbuat dari kontainer.

Sejatinya, pemakaian peti

kemas untuk memfasilitasi ke-giatan manusia, bukan sebagai tempat dalam pengiriman ba-rang, sudah berkembang dalam 10 tahun terakhir. “Kontainer banyak dipakai untuk ruang-ruang kantor, khususnya per-usahaan tambang,” kata Tony Effendi, pemilik Pugutama Container. Tak hanya untuk kantor, mereka memakai kon-tainer yang sudah dimodifikasi untuk camp (tempat tinggal) dan laboratorium.

Pilihan penggunaan kontai-ner karena lebih fleksibel. Anta-ra lain, unit kontainer bisa di-pindahkan ke lokasi baru se-hingga perusahaan akan lebih menghemat biaya investasi bila mereka mempunyai lokasi pe-nambangan di berbagai tempat. Pembangunan kontainer juga tak membutuhkan izin, seperti izin mendirikan bangunan (IMB), karena bangunan ini bersifat temporary facility.

Ruang dalam kontainer juga lebih cepat dibangun. Tony bi-lang, modifikasi kontainer ha-nya butuh waktu satu minggu hingga dua minggu. “Oleh kare-na ini, banyak pelaku usaha ritel mulai melirik kontainer sebagai gerai mereka,” kata Tony. Apa-lagi, kontainer bisa dijual lagi dan ramah lingkungan.

Tony bilang, pemakaian kon-tainer untuk ruang usaha ritel ini mulai berkembang dalam dua tahun terakhir. Pugutama yang sejak 2008 menawarkan

modifikasi kontainer untuk ke-perluan perusahaan tambang, kini mulai menangkap peluang baru ini.

Saat ini memang terlihat be-berapa gerai usaha mengguna-kan kontainer, mulai dari usaha kuliner, pet shop, barber shop, hingga bengkel. “Karena berba-gai kelebihan tadi, banyak pela-ku usaha ritel dan jasa yang tertarik dan menjadi tren baru di sini,” kata Tony, yang juga pemilik PT Putera Gunacipta Mandiri.

Biaya modifikasi kontainer ditentukan oleh banyak faktor. Kontainer sendiri terdiri dari dua ukuran, yakni 20 feet dan 40 feet. Tony bilang, biaya modifi-kasi dengan spesifikasi standar mulai Rp 40 juta untuk kontai-ner berukuran 20 kaki.

Selain menerima order lang-sung dari konsumen (end user), seiring berkembangnya fungsi dan desain kontainer, Puguta-ma juga banyak menerima or-

Menyulap Peti Karatan menjadi Tempat Nyaman

Simulasi UsahaModifikasi Kontainer

Investasi awal:

- Sewa lahan setahun pertama Rp 120.000.000

- Pembangunan workshop Rp 100.000.000

- Alat-alat dan perlengkapan bengkel Rp 100.000.000

- Pembelian mobil bak terbuka Rp 120.000.000

- Dana cadangan Rp 50.000.000

Total investasi awal Rp 490.000.000

Perkiraan pendapatan per bulan:

- Modifikasi 4 kontainer @Rp 60 juta Rp 240.000.000

Perkiraan pengeluaran per bulan:

- Harga kontainer Rp 70.000.000

- Bahan baku lainnya Rp 60.000.000

- Sewa tempat Rp 10.000.000

- Gaji 8 orang karyawan Rp 35.000.000

- Biaya tak terduga Rp 2.000.000

- Listrik, air, gas, telepon, promosi, dll Rp 5.000.000

Total pengeluaran per bulan Rp 182.000.000

Laba bersih: Rp 240 juta - Rp 182 juta = Rp 58.000.000

Balik modal = Rp 490 juta : Rp 58 juta/bulan = 9 bulan

Sumber: Wawancara & Riset KONTAN

Dok.BKI

20 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Usaha

der dari arsitek atau perancang kontainer. “Karena sekarang desainnya sudah berkembang, ada yang ditumpuk-tumpuk se-gala dan pengolahan interior lebih maksimal,” urai Tony.

Tak jauh berbeda, Batik Con-tainer Indonesia (BKI) juga mulai menuai permintaan untuk memodifikasi kontainer menja-di tempat usaha, terutama kafe, sejak tahun lalu. Klien dari Ja-bodetabek pun berdatangan untuk modifikasi peti kemas sebagai tempat berjualan kuli-ner atau produk fashion.

Menurut Miftah, Sales Mar-keting PT BKI, banyak pelaku usaha yang melirik kontainer sebagai tempat usaha karena biaya modifikasi yang tak terla-lu mahal. Selain itu, ruang yang digunakan untuk menempatkan kontainer tak terlalu luas. “La-han usaha terbatas dan mahal juga untuk sewa, jadi bisa disia-sati dengan menggunakan kon-tainer bekas,” ujarnya.

Biaya modifikasi kontainer untuk keperluan gudang, kan-tor, dan tempat tinggal, yakni Rp 40 juta untuk kontainer 20 kaki dan Rp 70 juta untuk kon-tainer berukuran 40 kaki. Se-mentara, modifikasi kontainer untuk kafe atau tempat usaha bisa lebih mahal Rp 10 juta.

Dalam setahun, PT BKI me-nerima order untuk modifikasi sekitar 200 unit kontainer. Mif-tah bilang, 10% di antaranya atau 20 unit merupakan kontai-ner untuk kafe. “Sisanya untuk kantor, gudang, atau tempat tinggal karyawan,” tambahnya.

Memang, pasar ritel modifi-kasi kontainer ini belum sebe-sar permintaan dari perusahaan tambang. Dalam setahun, Tony bisa menyiapkan 150-200 modi-fikasi kontainer untuk pertam-bangan dan perkebunan. “Pasar ritelnya belum tumbuh karena belum teredukasi dengan baik,” kata Tony, yang baru mendapat order sekitar 50 unit modifikasi kontainer untuk tahun ini. Na-mun, dia yakin, pasar ritel pu-nya peluang besar.

Kualitas dan servis

Jika tertarik, membangun bisnis modifikasi kontainer cu-kup sederhana. Boleh dibilang, bisnis ini mirip seperti jasa kon-traktor. Hanya, bahan baku utama yang dipakai berbeda.

Usaha ini membutuhkan mo-dal cukup besar. Sayang, Tony enggan menyebut modal untuk membangun bisnis modifikasi lantaran dia memulainya dari jual-beli kontainer. Modal dibu-tuhkan karena Anda harus me-nyiapkan workshop yang cukup luas, baik untuk pembangunan dan penyimpanan peti kemas. “Sebaiknya lokasi workshop juga tak jauh dari sumber bahan baku atau kontainer,” kata pria 39 tahun ini. Tony sendiri mem-bangun bengkel kerjanya di ka-wasan Marunda, Cilincing, Ja-karta Utara.

Tentu saja, sebagai bahan baku utama, Anda harus memi-liki jaringan pemasok kontainer

bekas. Karena Tony awalnya punya bisnis jual-beli kontainer, dia tak kesulitan untuk menda-patkan kontainer. “Saya sudah punya jaringan dengan perusa-haan shipping line,” kata dia.

Biasanya, stok kontainer ber-asal dari perusahaan pelayaran yang melayani pengiriman kon-tainer skala internasional. Kua-litasnya lebih bagus dibanding-kan pengiriman lokal. Harga kontainer bekas sebelum modi-fikasi berkisar Rp 16 juta–Rp 17 juta per unit.

Pastikan kontainer masih da-lam kondisi baik. Menurut Mif-tah, rata-rata kontainer yang dibeli PT BKI berusia 7-10 ta-hun. Tony pun hanya memilih kontainer yang kondisinya ma-sih 80% atau hanya ada penyok sedikit. “Untuk menghemat waktu dan biaya, karena bagian yang penyok harus diperbaiki seperti semula,” jelas dia.

Kontainer terbuat dari corten steel, yakni salah satu jenis baja yang kuat namun mudah karat-an, sehingga harus diolah de-ngan cermat, seperti melapisi-nya dengan cat antikarat. Karat pada kontainer pun harus ce-pat-cepat dicat lagi agar tak berkarat dan merembet.

Tentu saja, kabin harus di-buat senyaman mungkin untuk berkegiatan. Kontainer ini pun harus dipotong atau dilubangi untuk membuat bukaan yang menjadi pintu dan jendela. Ma-salahnya, tak seperti membuat kantor yang hanya butuh jende-la dan pintu dengan ukuran standar, karena pertimbangan estetika ruang usaha butuh jen-dela atau pintu dalam ukuran besar. “Butuh pengalaman un-tuk membuat bukaan besar, biar kontainer tak berubah ben-tuk dan kekuatan,” kata Tony.

Sementara, untuk pengolah-an interior kontainer, dibutuh-kan bahan-bahan untuk mere-dam panas (insulasi). Maklum, kontainer terbuat dari baja yang merupakan pengantar panas yang baik. Insulasi itu bisa be-rupa polyurethane yang disem-prot di permukaan dinding ba-gian dalam.

Setelah itu, bisa melapisi din-ding dengan panel dinding. Am-bil contoh bahan panel dari melamin, polypaper, alumuni-um composit, gipsum/GRC. Se-dangkan lantai bisa dilapis par-ket, vinyl atau keramik.

Meskipun banyak perusaha-an yang melayani modifikasi kontainer, Miftah menuturkan, PT BKI menjual atau merombak kontainer dalam bentuk bong-kar pasang atau knocked down. Dus, klien tak kesulitan dalam pengiriman lantaran satu unit kontainer sangat berat.

Supaya order lancar, tak ada salahnya Anda membangun re-lasi dengan desainer kontrak-tor. Saat ini, banyak arsitek yang punya spesialisasi di bi-dang ini. Sebab, seringkali pe-milik usaha justru menghubungi arsitek untuk merancang gerai usahanya.

Seperti bisnis jasa lainnya, modifikator peti kemas juga harus memperhatikan soal ser-vis. Maklum, dalam pengiriman ke konsumen, adakalanya tim-bul kerusakan minor. “Soal servis ini pula yang membeda-kan kami dengan lainnya, kare-na Pugutama juga memberikan garansi,” urai Tony. Lainnya, Anda juga bisa mengingatkan pada konsumen soal perawatan kontainer. Karena kontainer ini rentan terhadap air yang bisa menimbulkan karat.

Ingin mencoba peruntungan Anda di sini? Ayo mulai berburu petikemas o

Lahan usaha

terbatas dan

mahal juga sewa,

jadi bisa disiasati

dengan memakai

kontainer bekas.

PERTANYAAN:

Saat ini, saya sebagai pe-tani kopi juga menjalankan usaha jual/beli kopi skala kecil. Saya tertarik mengem-bangkan usaha ini dan men-ciptakan varian baru dari bubuk kopi dan buah pinang muda. Saya beri nama “Kopi Pinang Muda Iful Jenggot” agar mudah diingat orang dan mempromosikan nama saya sebagai penemunya.

Produk ini cukup diterima pasar sehingga saya sudah mempunyai pelanggan tetap. Bahkan Pemda Lampung Utara sering membeli kopi pinang muda untuk oleh-oleh bagi tamu yang berkun-jung ke Lampung Utara.

Sampai saat ini, penemuan itu belum saya patenkan. Terus terang saya awam soal ini. Apa saja yang harus saya lakukan agar agar temuan saya tidak ditiru orang lain?

Syaiful,

Kotabumi, Lampung Utara

JAWABAN:

SAYA apresiasi atas kerja keras Anda menciptakan inovasi baru di dunia kopi. Berbagai kalang-an menyukai minuman ini. Mi-numan ini pun bisa kita temui di seluruh belahan dunia.

Soal hak cipta terhadap pro-duk makanan dan merek da-gang, semua sudah diatur oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi manusia Republik Indo-nesia. Anda bisa mengunjungi situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementrian Hukum dan HAM RI: http://www.dgip.go.id. Saya akan jelaskan sebagai berikut:

nPerlindungan terha-dap merek dagang

Merek dagang adalah identi-tas dari sebuah usaha, baik di bidang barang atau jasa. Keku-atan suatu merek mampu men-dongkrak omzet sehingga mem-buat sebuah usaha berkembang pesat. Jadi, kekhawatiran bah-wa inovasi Anda ditiru orang lain sangat beralasan.

Saat produk Anda masih ke-cil, mungkin manfaat paten be-lum terasa. Bisa Anda bayang-kan kalau produk Anda itu laku keras dan bila suatu saat Anda ingin membuka cabang di tem-pat lain ternyata sudah ada

produk sejenis yang dibuat oleh orang lain dengan harga yang murah. Ternyata pesaing Anda sudah menjiplak produk Anda dan menjualnya dengan harga lebih murah. Jika hal ini terjadi, bisa saja produk Anda tak laku dan kalah bersaing dengan pro-duk tiruannya. Sedihnya lagi, Anda sulit membuktikan pro-duk itu palsu karena produk Anda belum dipatenkan.

Kehati-hatian yang Anda ra-sakan merupakan hal yang po-sitif. Anda memang harus me-ningkatkan keamanan bisnis Anda dengan cara mendaftar-kan merek dagang produk Anda ke lembaga resmi atau kredibel, yaitu Direktorat Jenderal Keka-yaan Intelektual (DJKI) Kemen-trian Hukum dan HAM RI.

Dengan mendaftarkan merek pada DJKI, Anda otomatis akan terlindungi dari usaha pemba-jakan atau penjiplakan. Anda tidak perlu takut jika suatu saat ada pengusaha lain yang meniru merek Anda karena nanti Anda dapat menuntutnya. Anda harus bertindak cepat untuk menda-patkan hak paten atas merek dagang Anda. Ada beberapa alasan yang kuat:

1) Menghindari pemalsuan atau duplikasi merek yang digu-nakan oleh pihak lain.

2) Jika sudah didaftarkan, orang lain tak bisa seenaknya memakai merek dagang itu tan-pa seizin Anda. Sebaliknya, jika belum dipatenkan, merek itu bisa ditiru oleh pihak lain dan Anda tidak bisa menuntutnya.

3) Merek dagang yang sudah dipatenkan bisa Anda jual de-ngan sistem franchise. Jadi, usaha Anda akan cepat berkem-bang dan modal yang Anda ke-luarkan tak begitu banyak.

4) Merek terdaftar jadi acuan untuk kepemilikan merek yang sah. Jika ada orang yang meng-klaim, Anda bisa minta orang tersebut untuk membuktikan kepemilikannya. Jika tidak ter-bukti, Anda bisa balik menuntut orang itu agar tidak memakai merek Anda yang sudah resmi terdaftar di DJKI.

5) Nilai merek yang terdaftar di DJKI bertambah sehingga bisa jadi aset berharga bagi per-usahaan Anda di masa depan.

6) Merek yang terdaftar akan mendapatkan perlindungan hu-kum selama 10 tahun dan bisa diperpanjang dan diwariskan.

nPendaftaran merek

Prosedur permohonan pen-daftaran merek sebagaimana yang tertera dalam situs resmi DJKI adalah sebagai berikut:

1) Permohonan pendaftaran merek diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah di-

sediakan dengan memakai ba-hasa Indonesia dan diketik rangkap empat. Data yang ha-rus Anda isi: Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan; Nama, alamat lengkap dan ke-warganegaraan pemohon; Nama dan alamat lengkap kua-sa apabila permohonan diaju-kan melalui kuasa; Nama nega-ra dan tanggal penerimaan per-mohonan yang pertama kali dalam hal permohonan diaju-kan dangan hak prioritas.

Setelah itu, membayar biaya permohonan pendaftaran me-rek sebesar Rp 600.000. Infor-masi nomor rekening pemba-yaran dapat diperoleh saat pendaftaran di kantor Kemen-trian Hukum dan HAM di Ibu-kota Provinsi masing-masing.

2) Pemohon wajib melampir-kan: Surat pernyataan di atas kertas bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pemohon (bukan kuasanya), yang menya-takan bahwa merek yang dimo-honkan adalah miliknya; Surat kuasa khusus, apabila permo-honan pendaftaran diajukan melalui kuasa; Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegali-sir oleh notaris, apabila pemo-hon badan hukum; Fotokopi peraturan pemilikan bersama apabila permohonan diajukan atas nama lebih dari satu orang (merek kolektif); 24 lembar eti-ket merek (4 lembar dilekatkan pada formulir) yang dicetak di atas kertas; Fotokopi KTP pe-mohon yang sudah dilegalisir di desa/kelurahan; Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, apabila digu-nakan dengan hak prioritas; Bukti pembayaran biaya per-mohonan.

nBiaya

Biaya permohonan Pendaf-taran Merek Dagang atau Jasa untuk maksimum 10 macam barang atau jasa adalah Rp 600.000 per permohonan per kelas untuk UMKM, sedangkan untuk Non-UMKM sebesar Rp 1 juta per permohonan per kelas. Bagi pengusaha yang ingin mengajukan perpanjangan jangka waktu perlindungan me-rek, biayanya Rp 2 juta per per-mohonan per kelas.

Jika Anda ingin mengubah nama dan/atau alamat pemilik merek, ada biaya Rp 300.000 per permohonan per nomor. Anda juga bisa mengalihkan hak/merger atas merek/merek kolektif terdaftar dengan biaya Rp 650.000 per nomor daftar.

Jika malas mengurus pendaf-taran merek sendiri atau mera-sa bingung, Anda bisa meman-faatkan pihak ketiga yang sudah tepercaya mengurus paten de-ngan mudah dan dengan biaya yang cukup terjangkau. o

Mematenkan Merek

Wahyu Saidi Konsultan bisnis, pengarang buku tentang kewirausahaan

Kirimkan pertanyaan untuk rubrik Konsultasi Usaha ke

alamat e-mail: [email protected]

(sertakan data diri).

Merek bisa

diperpanjang dan

diwariskan.

Konsultasi Usaha

Usaha TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 21

Mengevaluasi peluang usaha rok tutu.

J. Ani Kristanti, Marantina Napitu

Usaha di bidang kreatif tak pernah mati selama aktif berkreasi. Meski

ada yang bersifat tren, bila pela-ku usahanya mampu mengolah kreativitas, permintaan tetap mengalir lancar.

Tantangan untuk terus ber-kreasi inilah yang dihadapi oleh Bima Kuntoaji Adhitya, produ-sen rok tutu di Yogyakarta. Dia setia menjalani usaha yang te-lah dilakoninya sejak 2010 ini lantaran ada proses kreatif di dalamnya. “Inilah uniknya bis-nis kreatif, kami bisa membuat permintaan terus mengalir,” kata pria yang juga berprofesi sebagai fotografer ini.

Tiga tahun lalu, tren fashion

rok tutu melanda banyak anak perempuan. Ini adalah sejenis rok yang kerap dipakai oleh

balerina saat manggung. Bentuknya yang mini tapi mengembang me-nambah kesan girly saat dipakai. Tak heran, anak-anak kecil begitu mengidamkannya.

Bahkan, belakang-an, ibu-ibu juga tertu-

lar dengan membuat busana serupa biar bisa tampil seragam dengan buah hatinya. Biasanya, mereka tampil kompak untuk event khusus, seperti perayaan ulang tahun, hari besar keaga-maan, dan lainnya.

Rok tutu biasanya terbuat dari kain tile atau brokat. Rok itu disusun hingga beberapa la-pis. Bagian dalamnya dilapis kain yang kaku supaya rok ini

mengembang. Jauh sebelum rok tutu jadi

tren di dalam negeri, Tengku Fiola sudah merintis usaha Mexx Girl by Rumah Tutu pada 2009. Fiola mengatakan, sampai tahun lalu, penjualan rok tutu masih terbilang bagus. Akan tetapi, sudah enam bulan, ia tak lagi berproduksi.

Namun bukan berarti ia menghentikan usaha pembuat-

a n r o k tutu, lo. “Produksi sudah ber-henti enam bulan lalu karena saya masih banyak stok,” tutur dia.

Menurut Fiola, proses pem-buatan rok tutu cenderung mu-dah. Makanya, proses pengerja-annya pun cepat. Dalam sehari, tiap penjahit yang dipekerjakan Fiola bisa membuat setidaknya lima potong rok tutu. Dus, saat

ini Fiola punya pasokan tutu yang sangat banyak, mencapai 1.500 potong rok. “Semua saya simpan di tiga gudang dan dipi-sah berdasarkan ukuran S, M, dan L,” jelas Fiola.

Adapun harga mengalami ke-naikan yang tak terlalu signifi-kan. Fiola bilang, dalam enam tahun, ia hanya sekali menaik-kan harga produknya dari Rp 150.000 per potong jadi Rp 180.000 per potong. Kenaik-an itu dikarenakan kurs dollar terhadap rupiah yang terus me-nguat. “Bahan tulle saya impor dari China, jadi nilai tukar mata uang sangat mempengaruhi,” katanya.

Model baru

Fiola tak menampik bahwa tren rok tutu memang tak sehe-boh dua tahun lalu. Kalau dulu, saban bulan ia bisa menjual 300 potong rok tutu per minggu, sekarang penjualan Mexx Girl by Rumah Tutu merosot jadi

200 potong per bulan. Padahal, saat ini produk rok

tutu dari Tiongkok tak lagi me-narik di mata masyarakat. “Yang pesan memang tak sebanyak dulu, tapi pasarnya akan selalu ada karena tiap anak perempu-an rasa-rasanya harus punya setidaknya satu koleksi rok tutu,” ucap dia.

Hal yang sama juga dihadapi oleh Bima. Order rok tutu yang

mampir ke Ninboshop susut sekitar 10%–20%. Namun, dia menganggap penurunan itu

merupakan imbas dari kon-disi ekonomi yang se-tahun terakhir kurang bersahabat. “Itu nor-

mal, tapi kami masih tetap ber-produksi. Re-peat order juga selalu ada,” tan-dasnya. Kondi-s i ekonomi pula yang mem-

buat Bima tak menaikkan harga

produknya. Kisaran harga rok tutu di Ninbos-

hop antara Rp 150.000-Rp 200.000 per helai.

Saat ini, order rok tutu yang menghampiri gerai Ninboshop berkisar satu hingga dua lusin per hari. Bima pun tak menilai tren rok tutu meredup. Bahkan, untuk model-model lama atau klasik masih banyak agen dan reseller-nya yang memesan kembali (repeated order). “Per-mintaan model lama masih ba-nyak datang dari kota-kota di Sumatra, Kalimantan dan Sula-wesi. Bagi konsumen di sana, rok-rok yang diproduksi di Jawa ini masih dianggap tren baru, jadi mereka masih tetap pakai,” urai Bima.

Meski begitu, Ninboshop te-tap rajin untuk meluncurkan produk baru. Setiap tiga hingga enam bulan sekali, Bima yang membuka usaha produksi rok tutu ini bersama istrinya, Kur-nia Sekarsari, selalu rutin me-nambah koleksi baru.

Yang terbaru, dia mengem-bangkan bahan rajut yang di-kombinasikan dengan rok tutu. “Modelnya seperti kemben, tapi dari rajutan,” ujar Bima. Renca-na pengembangan produk baru ini sudah dimulainya sejak dua bulan silam.

Bima masih mempertahan-kan sistem penjualan melalui agen dan reseller. Saat ini, ada sekitar 20 agen dan 30 reseller yang aktif memesan rok tutu di Ninboshop.

Sementara, Fiola mengata-kan, ia hanya memproduksi rok tutu klasik. Dus, rok tutu tidak dikombinasikan dengan baju atau dipadukan dengan bahan lain, seperti batik, yang dilaku-kan produsen lain. Menurut Fiola, model klasik lebih disu-kai dan tahan lama alias tidak sekadar tren. “Justru yang kla-sik yang dicari orang, apalagi yang anaknya ikut les balet, pasti butuh rok tutu,” ucap dia.

Makanya, Fiola bilang, tak banyak kreasi yang bisa dihasil-kan dari rok tutu klasik. Selain warna, ia hanya bisa berinovasi dari segi jumlah rimpel atau li-patan pada rok. “Itu pun, anak-

Asal Kreatif, Bisnis Rok Tutu Masih Mengembang

Permintaan turun

10%-20%, tapi

itu normal karena

kondisi ekonomi

juga sedang

tidak bersahabat.

Dok.Ninboshop

22 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Evaluasi Usaha

Ketan Rp 582 Miliar

Waktu menjabat Menteri Perdagangan dan blu-sukan ke pasar tradi-

sional, Mari Elka Pangestu per-nah bingung. “Ini beras, kok, mahal amat?” katanya, sambil menunjuk beras dengan harga dua kali lipat beras-beras lain. Si pedagang menjawab, “Itu ketan, Bu Menteri.”

Penampilan ketan sebenar-nya mudah sekali dibedakan dengan beras biasa. Ketan ber-warna putih dan tidak transpa-ran (bening) seperti beras biasa. Hingga dari kejauhan pun, ke-tan selalu bisa dibedakan de-ngan beras biasa. Ibu Mari Pa-ngestu tak bisa membedakan ketan dengan padi biasa karena seumur-umur mungkin baru kali itulah masuk ke pasar tradi-sional. Secara nasional, padi ketan memang hanya dibudida-yakan secara terbatas sebab kebutuhan ketan kita juga tidak sebanyak beras biasa.

Meski demikian, ketan tetap punya pasar permanen. Lemper, dodol, jadah (uli), gemblong, wajik, klepon, rengginang, ron-de, tapai uli, lemang, semua berbahan baku ketan putih. Se-bagian rengginang berbahan baku ketan hitam. Tapi ketan hitam terbanyak diserap oleh tukang bubur kacang hijau, yang pasti “ditemani” oleh bu-bur ketan hitam. Lemang dan tapai ketan hitam juga merupa-kan “pasangan abadi” yang sulit untuk dipisahkan. Karena yang memerlukan banyak, tapi yang menanam padi ketan sedikit, maka harga ketan selalu lebih tinggi daripada padi biasa.

Meski harga ketan bisa dua kali lipat harga beras biasa, mi-nat petani untuk membudidaya-kan komoditas ini tetap rendah. Petani enggan menanam padi ketan karena varietas paling genjah sekali pun tetap berumur empat bulan. Produktivitasnya juga lebih rendah daripada padi biasa. Kalau padi biasa bisa menghasilkan rata-rata enam ton gabah kering panen, ketan hanya empat ton kering panen per hektare per musim tanam.

Koperasi dan proteksi

Karena pasokan selalu ku-rang, maka secara rutin peme-rintah Indonesia mengimpor beras ketan dari Thailand. Ber-dasarkan data bulanan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah saya olah, impor beras ketan Indonesia 2014 mencapai 84.100 ton dengan nilai US$ 48 juta. Dengan kurs tahun lalu Rp 11.000 per dollar AS, maka nilai impor beras ketan kita menca-

pai Rp 528 miliar. Devisa ini ru-tin dinikmati oleh petani padi ketan Thailand karena mereka mampu menekan biaya produk-si. Nilai beras ketan yang kita impor hanya Rp 6.273,87 per kg. Harga di tingkat petani di Thai-land pasti lebih rendah.

Impor beras ketan Indonesia dari Thailand sebenarnya seca-ra tidak langsung telah ikut an-dil “mematikan” petani padi ketan kita. Petani kita tak mau menanam padi ketan sebab tak mungkin bisa bersaing dengan “ketan murah” Thailand. De-ngan harga tadi, berarti petani kita harus menjual gabah ketan mereka paling tinggi Rp 4.391,70 per kg agar bisa bersaing. Itu jelas tak mungkin sebab harga gabah padi biasa pun rata-rata sudah Rp 5.000 per kg. Thailand bisa menjual ketan ke Indone-sia seharga Rp 6.273,87 per kg karena mereka bisa efisien dan ada insentif dan proteksi dari pemerintah dan Raja.

Para petani Thailand bisa efi-sien karena sebenarnya agroin-dustri pertanian di negeri itu digerakkan secara massal oleh koperasi. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Koperasi memberi insentif ke-pada petani, antara lain berupa kemudahan kredit dengan suku bunga murah. Proteksi dari Raja juga sangat besar. Lahan pertanian di Thailand tak boleh diperjualbelikan secara bebas. Bila ada petani yang tak mampu lagi menggarap lahan mereka dan keturunan mereka tak ber-sedia melanjutkan aktivitas pertanian, maka lahan itu harus dikembalikan (dijual kembali) kepada Raja (negara) untuk di-

serahkan kepada mereka yang berminat untuk mengelolanya sebagai lahan pertanian.

Di Indonesia, terutama di Jawa, alih fungsi lahan pertani-an beririgasi teknis tak pernah bisa dikontrol pemerintah. Pa-dahal secara formal, sudah ada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 34 Tahun 2003 yang mengatur serta memproteksi alih fungsi lahan sawah berpe-ngairan teknis untuk keperluan non pertanian. Tetapi Keppres ini kalah oleh kebijakan guber-nur, bupati dan walikota. Pe-nyusutan lahan sawah ini telah ikut mengurangi volume pro-duksi beras ketan kita. Dengan lahan sawah yang makin sempit di Pulau Jawa, petani lebih me-mentingkan budidaya padi bia-sa dan bukan padi ketan.

Varietas lahan kering

Konversi gabah menjadi be-ras berkisar 70%. Untuk meng-hasilkan beras ketan sebanyak 84.172,3 ton, diperlukan gabah 120.246,2 ton. Dengan asumsi produksi sangat rendah, dua ton per ha lahan, untuk meng-hasilkan gabah ketan sebesar 120.246,2 ton diperlukan lahan sawah atau ladang seluas 60.123,1 ha. BUMN Perkebunan (PT Perkebunan Nusantara) dan perusahaan perkebunan swasta besar bisa dibebani tu-gas menanami lahan bekas te-bangan untuk replanting de-ngan padi ketan. Selain varietas ketan padi sawah, kita punya beberapa varietas ketan lahan kering meskipun tingkat pro-duktivitasnya hanya sekitar dua

ton per ha lahan, dengan umur panen lebih dari enam bulan.

Biasanya PTPN dan Perhuta-ni menyerahkan pengelolaan lahan bekas tebangan untuk replanting kepada petani peng-garap dengan pola bagi hasil. Dengan membudidayakan padi ketan, ada potensi pendapatan Rp 528 miliar yang bisa dinik-mati oleh petani dan BUMN. Syaratnya, beras ketan yang di-hasilkan minimal harus bernilai sama dengan beras ketan dari Thailand. Artinya HPP budida-ya padi (gabah) ketan itu harus lebih rendah dari Rp 4.391,70 per kg. Kalau tidak, kita lebih baik membudidayakan komodi-tas lain yang lebih menguntung-kan dan tetap mengandalkan impor ketan dari Thailand.

Tingginya harga beras ketan juga merangsang pemalsuan dan konsumen menjadi korban. Di pasaran, harga beras ketan kualitas terbaik bisa dua kali li-pat beras biasa kualitas rendah. Sama-sama kualitas rendah, harga beras ketan selalu lebih tinggi sekitar 20% dari beras biasa. Logikanya, harga tepung ketan kemasan paling sedikit harus 20% lebih tinggi dari te-pung beras biasa. Kenyataan-nya, harga tepung ketan kema-san sama atau hanya berselisih di bawah 5% dari tepung beras putih. Dari hasil memasak, di-curigai “tepung ketan” itu meru-pakan beras putih biasa yang dicampur pati singkong. Sayang lembaga perlindungan konsu-men saat ini sangat lemah se-mentara aparat pemerintah kita masih sangat mudah disuap untuk melindungi perusahaan pemalsu tepung ketan. o

F. Rahardi

Pengamat Agribisnis

anak paling suka warna pink, walaupun sudah punya pasti mengincar warna itu-itu lagi,” imbuhnya.

Untuk mengimbangi permin-taan rok tutu yang turun, Fiola menambah lini bisnis produksi baju untuk perempuan dewasa, terutama kaftan, dengan merek Tusha. Dengan demikian, pen-jahit Rumah Tutu tak berhenti bekerja, hanya beralih dari rok anak jadi pakaian dewasa.

Fiola menambahkan, produk-si rok tutu baru akan dimulai lagi tahun depan setelah stok habis. Kalau ia menambah vari-an baru, Fiola memprediksi stok lama akan semakin susah laku. Dus, ia baru akan produk-si lagi kalau stok yang ada laku terjual.

Di sisi lain, sistem penjualan yang dilakukan Fiola masih sama dengan sebelumnya, yak-ni dengan jalur reseller. Saat ini, setidaknya ada 30 orang reseller yang aktif memasarkan produk Mexx Girl by Rumah Tutu. Fiola bilang, jumlah ini berkurang sedikit karena ada yang bosan dan merasakan penjualan tak sebagus dulu.

Promosi dan berkreasi

Selain meluncurkan produk baru, Bima juga mulai melaku-kan promosi berupa harga spe-sial. Promosi ini dilakukan se-minggu sekali, yakni tiap hari Sabtu karena biasanya pembeli-an di hari itu sepi. “Jadi, kami melabeli beberapa produk de-ngan harga diskon, tapi jumlah-nya terbatas. Kalau habis, ya sudah, habis,” terang pria 30 ta-hun ini. Program promosi yang telah berjalan hingga minggu ke-4 ini pun terbukti mengang-kat penjualan Ninboshop khu-sus untuk hari Sabtu.

Supaya tetap bertahan, pela-ku usaha kudu kreatif menge-mas berbagai program promosi. Selain promosi di tiap Sabtu, Bima pun menggunakan sejum-lah media sosial untuk beriklan. Kuncinya, Anda harus cermat menentukan bidikan pasar su-paya promosi di media sosial ini efektif atau tak menelan biaya besar.

Bima pun melihat peluang berbisnis rok tutu masih terbu-ka bagi pemain baru. Maklum, pertumbuhan penduduk masih baik di Indonesia. Apalagi, se-tiap anak biasanya tak hanya punya satu warna rok tutu. “Warna-warna merah, hitam dan pink menjadi warna abadi,” kata Bima.

Salah satu kunci bagi pemain baru adalah harus kreatif. Mere-ka harus terus melakukan up date model dan pantang untuk menyerah. “Jangan lantas ber-ganti usaha bila penjualan ber-kurang,” pesan Bima. Dia pun menyarankan, jika ingin berta-han lama, pemain baru harus fokus menggarap bisnisnya. Dengan fokus, pemain bisa te-rus menggali model yang sesuai untuk rok tutu. Produsen rok tutu sebaiknya aktif mengem-bangkan modelnya setiap 3-6 bulan sekali. “Tidak boleh sama, kalau sama, Anda bisa jadi se-perti produsen yang kuno atau out of date,” jelas Bima.

Selama ini, untuk mengem-bangkan ide-idenya, Bima sela-lu aktif melihat majalah dan browsing di internet dengan melihat situs-situs penjualan, seperti Ebay dan Amazon. “Ada hari-hari khusus yang saya la-kukan untuk fokus di desain dan melupakan soal penjualan,” cetusnya.

Tertarik bikin rok tutu? o

Kiat Agribisnis

Evaluasi Usaha TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 23

Ambisi Jual Jutaan Potong

AKTOR dan presenter kondang Raffi Farid Ahmad, yang lebih dikenal sebagai Raffi Ahmad, kembali melebarkan jaring bis-nisnya. Kali ini, suami dari Nagi-ta Slavina memperkenalkan bisnis terbarunya di bidang bu-sana, RA Jeans. Selain bisnis busana, ayah Rafathar Malik Ahmad ini membuka usaha res-toran, beberapa bulan lalu.

Nama RA dipilih karena berasosiasi dengan dirinya sehi-nga akan mudah diingat masya-rakat. Memang, pengalamannya dalam dunia busana terbilang minim, tapi Raffi berani mendi-rikan RA Jeans terdorong dari kiprahnya yang tujuh tahun menjadi duta merek busana. “Setelah lama mikir, kenapa enggak buat pakaian sendiri. Sayang, kan, kalau terus jadi ambassador merek lain,” ucap personel grup musik BBB ini

saat peluncuran RA Jeans di Jakarta, Kamis (8/10).

Raffi memilih lini bisnis bu-sana sebagai jawaban untuk penggemarnya dan masyarakat luas yang ingin modis namun dengan harga terjangkau. Ber-bagai busana, dari kaos, celana jins hingga jaket, dia banderol mulai dari harga Rp 79.500 per potong.

Pria kelahiran Bandung, 17 Februari 1987 ini mengklaim, produknya mengikuti tren ter-kini dan menggunakan bahan berkualitas. Sebab, RA Jeans berkolaborasi dengan konsul-tan tekstil dan desain kenamaan dari Inggris, Jill Lawrence. “Tar-get penjualannya 1,5 juta–3 juta potong setahun,” sebut Raffi. Sayang, soal investasi, ia memi-lih tutup mulut.

Dadan M. Ramdan

Ketagihan Ketupat Sayur Padang

MEMANG banyak daerah di Indo-nesia yang punya segudang ma-kanan khas yang istimewa rasa-nya. Salah satunya adalah Padang, Sumatra Barat. Inilah yang dira-sakan oleh M. Noor Rachman, Deputi Komisioner Pengawas Pa-sar Modal II Otoritas Jasa Keuang-an (OJK).

Karena itu, saat mengunjungi ibukota Provinsi Sumatra Barat tersebut beberapa hari lalu, sem-bari melakukan sosialisasi kantor OJK di daerah ini, Noor Rachman juga menyempatkan waktu menci-

cipi santapan khas Padang.Pria yang akrab disapa Pak

Noor ini berkisah, selama ini ma-kanan asal Padang yang ia akrabi hanya rendang. Nah, dari wisata kuliner di Padang baru-baru ini, Noor menemukan tiga santapan khas Padang lain yang membuat ia ketagihan.

Menurut pria asal Bantul, Jawa Tengah, ini, ia jatuh cinta pada ke-tupat sayur padang, bubur kampi-un, dan sop duren. “Tapi yang pa-ling mengena di hati adalah ketupat sayur,” kisah Noor sumringah. Ia

menyukai santapan ini karena ra-sanya lezat dan tidak eneg.

Meski begitu, pria yang ber-ulang tahun saban 20 Februari ini menikmati hampir semua makanan khas Padang yang ia cicipi. “Ma-kanan Padang itu cuma dua jenis, enak dan enak banget,” canda dia.

Sayang, karena harus kerja, Noor tidak sempat mencicipi ba-nyak kuliner asli Padang. Karena itu, ia pun berniat pergi kembali ke sana suatu saat.

Melati Amaya Dori

KO

NTA

N/D

anie

l Pra

bow

o

KO

NTA

N/D

adan M

. Ram

dan

KO

NTA

N/Baih

aki

PENGALAMAN memang guru yang baik. Itulah yang dialami oleh Indra Prasta. Merasa terto-long dengan adanya job portal saat mencari kerja, pentolan group band asal Jogjakarta, The Rain, ini justru tergiur memba-ngun job portal sendiri.

Lelaki yang sempat bekerja sebagai admin media sosial di sa-lah satu perusahaan swasta ini pun mulai merintis job portal ter-sebut pada awal tahun ini. Nama-nya karirpad.com. Ini merupakan situs penyedia informasi layanan kerja yang bergerak di bidang produksi e-Receruitment System. “Target market karirpad.com adalah korporat. Visinya untuk melayani HRD suatu perusahaan agar memudahkan sistem kerja dalam perekrutan karyawan,” kata lelaki berkepala pelontos

yang menjabat sebagai Country Manager PT Karir Pad Internasio-nal.

Indra bercerita, karirpad.com menawarkan jasa pembuatan website khusus perekrutan karya-wan bagi HRD dengan banderol Rp 60 juta per tahun. Selain itu membuat receruitment system di Twitter dengan biaya Rp 30 juta pertahun.

Hingga kini lelaki kelahiran Pekanbaru, 5 November 1980 ini mengaku sudah menggandeng 20 perusahaan sebagai klien. “Awal pekan depan kami berencana eks-pansi ke Singapura,” kata Indra. Dalam menjalankan roda bisnis-nya ini Indra bekerjasama dengan sembilan investor dan mempeker-jakan 18 karyawan.

Merlin Apul

Siap-Siap ke Singapura

Tokoh24 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015

Diversifikasi bisnis Cardig Aero Services.

Agung Jatmiko

Dua bulan terakhir, Ke-mang Square di Kemang, Jakarta Selatan, keda-

tangan penghuni baru. The Red Bucket, sebuah restoran peng-usung tema hidangan lezat nan sehat, buka gerai. Ini gerai ke-dua The Red Bucket, salah satu lini usaha PT Cardig Aero Servi-ces Tbk (CAS) lewat anak usa-hanya, PT Cipta Anugrah Sara-na Catering.

Sejak akhir 2014 lalu, Cipta Anugrah memperluas lini usaha ke segmen ritel dengan mema-kai nama The Red Bucket dan Arang Sate Bar. Sejauh ini baru lahir satu gerai Arang Sate Bar, di kawasan Ubud, Bali. Semen-tara The Red Bucket sudah membuka dua gerai: di Mall Ci-nere Depok dan di Kemang Ja-karta Selatan.

Strategi CAS membidik bisnis yang langsung berhadapan de-ngan pelanggan ritel alias busi-ness to customer ini menarik dicermati. Sebab, selama ini mereka bermain di kawasan business to business (B2B).

Kontribusi baru terasa nyata dua tahun lagi

Menurut penuturan Widiana-wati Adhiningrat, Director Group Chief Corporate Affairs Officer & Corporate Secretary Cardig Aero Services, alasan utama CAS masuk bisnis ritel murni sebagai diversifikasi usa-ha. Melalui Cipta Anugrah Sara-na Catering, selama ini klien utama bisnis remote catering mereka adalah maskapai pener-bangan dan pertambangan. Nah, di saat kondisi sektor per-

tambangan sedang lesu seperti sekarang, otomatis lini remote catering Cipta Anugrah Sarana Catering sedikit melambat. “Ide mengenai resto ini sebenarnya tidak instan. Kami sudah mem-baca tren penurunan sektor pertambangan sejak 2013 dan mulai akhir 2013 konsep resto ini muncul,” ujar Widianawati.

Di bisnis makanan, CAS bu-kan pemain baru dan tahu betul bagaimana cara menangani bis-nis makanan. Oleh sebab itu CAS merasa lebih aman me-ngembangkan bisnis lamanya daripada masuk ke sektor yang sama sekali baru.

Sejauh ini target yang dibe-bankan CAS kepada The Red Bucket belum begitu besar. Maklum, dengan usia belum genap setahun dengan jumlah gerai masih minim, kontribusi The Red Bucket ke CAS belum begitu terasa. Namun, bukan berarti CAS setengah hati me-ngembangkan lini restoran ini. Menurut kalkulasi Widianawati, bisnis restoran ini baru akan memperlihatkan hasil yang nya-ta kepada induk jika sudah me-miliki sekitar enam gerai.

Oleh karena itu, tahun depan CAS berencana membuka tiga hingga empat gerai The Red Bucket lagi di Jabodetabek. Jika gerai-gerai baru itu nanti sudah tumbuh dan beroperasi penuh, tingkat keefektifan The Red Bucket bagi CAS akan ter-penuhi dan menunjukkan hasil yang nyata pada tahun 2017.

Untuk membuka satu gerai The Red Bucket, CAS harus mengeluarkan modal sebesar Rp 3 miliar–Rp 4 miliar. Jadi, untuk mendirikan tiga hingga empat gerai di tahun 2016, dana yang dibutuhkan adalah sekitar Rp 9 miliar–Rp 12 miliar.

Tapi bukan berarti ekspansi

The Red Bucket akan berhenti pada gerai ketiga atau keempat. CAS tetap melihat berbagai ke-mungkinan untuk pengembang-an The Red Bucket di masa mendatang.

Sengaja berkonsep restoran keluarga

CAS sengaja mendesain The Red Bucket sebagai tempat makan yang ramah keluarga dan santai untuk kumpul anak muda. Oleh karena itu, desain interiornya pun tak terlalu men-colok. Bahkan jam buka pun disesuaikan dengan karakter restoran keluarga, yaitu hanya buka antara pukul 08.00– 22.00

WIB. Karena konsepnya yang lebih condong sebagai tempat rekreasi keluarga, restoran ini juga didesain untuk bebas dari asap rokok. Hanya terdapat ru-ang merokok kecil dengan tiga meja di dalamnya.

Dari dapur, para koki The Red Bucket mengandalkan san-tapan bernama Buttermilk Fri-ed Chiken Farm Style di dalam daftar menunya. Meski dari pe-nampilan sedikit mirip dengan ayam goreng tepung kebanyak-an, rasanya jauh berbeda. Widi-anawati mengungkapkan, But-termilk Fried Chicken ini diren-dam dengan bumbu rahasia ala

The Red Bucket selama 24 jam. Alhasil, bumbunya benar-benar meresap dan dagingnya empuk. Menu lain yang mereka jagokan adalah Half Roast Chicken yang dihidangkan dengan kentang, ubi, dan wortel plus saus ala The Red Bucket. “Menu ayam menjadi andalan karena orang Indonesia kan sangat mengge-mari ayam ketimbang daging lain. Meski sapi atau kambing juga banyak penggemarnya, hampir tidak ada orang yang menolak makan ayam,” ujar Widianawati.

Sayuran pun juga direndam dengan bumbu spesial dari The Red Bucket, sehingga selada yang biasanya melengkapi hi-dangan rasanya tidak hambar, melainkan sedikit manis. Untuk hidangan penutup ada banyak tawaran The Red Bu-cket seperti es krim susu kede-lai dan wafel. Widianawati mengklaim hidangan di The Red Bucket ini tetap segar dan sehat, seperti menggunakan bahan-bahan tanpa pengawet dan menggunakan susu kedelai untuk es krim.

Salah satu cara The Red Bu-cket mempromosikan dirinya adalah dengan menggunakan Food Truck yang dapat dijum-pai manakala ada acara-acara besar besar Indonesia Interna-tional Motor Show (IIMS) lalu. Widianawati menjelaskan, Food Truck ini memang diperuntuk-kan murni untuk memperkenal-kan The Red Bucket, bukan ujung tombak bisnis restoran ini. Sebab, makanan yang dapat disajikan di Food Truck ini sa-ngat terbatas dan kebanyakan adalah menu yang digoreng.

Tumbuh dan berlanjut meru-pakan suratan takdir sebuah korporasi. CAS berusaha me-menuhi suratan itu. o

Lesu di Tambang, Membuka Restoran

Keefektifan The

Red Bucket bagi

CAS akan

terpenuhi setelah

membuka tiga

atau empat gerai.

Bukan strategi blue ocean

Pengamat Marketing dan Manajemen, Da-niel Saputra menilai

langkah diversifikasi lini yang dilakukan oleh PT Car-dig Aero Services Tbk (CAS) merupakan langkah diversi-fikasi yang paling umum dan sesuai text book.

Dalam ilmu manajemen ada teori Core Competency yang dipopulerkan oleh Pra-halad dan Gary Hamel. Teori ini menekankan pada pe-ngembangan produk perusa-haan dengan tidak mening-galkan bisnis inti perusaha-an. Strategi tersebut berbeda dengan strategi yang dikenal secara populer sebagai Blue Ocean. Strategi “laut biru“ justru mendorong perusaha-an agar menciptakan dan meluncurkan produk yang jauh dari bisnis intinya.

Menimbang sifatnya, stra-tegi core competency jelas lebih mudah dibentuk. Teta-pi pelaksanaannya tidak se-mudah pembentukannya. Produk baru yang diluncur-kan perusahaan tersebut bukanlah produk yang be-nar-benar unik. Persaingan di pasar masih ketat. “Resto-ran tersebut bukan suatu produk baru meski masih dalam lingkaran bisnis inti. Tetap saja pesaingnya ba-nyak,” kata Daniel.

Kesinambungan dan pertumbuhan

Ia memandang, langkah CAS merupakan upaya men-capai sustainability and growth. Pembukaan resto-ran ini dimaksudkan untuk menjaga eksistensi perusa-haan di bidang makanan dan untuk membuat mesin per-tumbuhan baru.

Meski tergolong sebagai strategi yang paling umum diterapkan, Daniel meman-dang strategi core competen-cy juga harus dijaga dan te-rus dikembangkan. Dalam setahun The Red Bucket ha-rus benar-benar dikenal dan banyak pengunjungnya.

Kalau sudah berhasil me-rebut hati pengunjung akan lebih mudah di masa depan, meski tetap harus inovasi menu dan penawaran. “The Red Bucket harus gencar melakukan berbagai pena-waran seperti diskon atau hadiah. Pokoknya harus ber-usaha merebut hati konsu-men sehingga restorannya penuh. Fase ini merupakan fase penting. Di sini revenue dan profit urutannya kedua dan ketiga,” kata Daniel. o

KONTAN/Muradi

ManajemenTABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 25

Indonesia patut belajar ke Filiipina.

Andri Indradie

Hujan gerimis mengguyur Manila, Filipina, akhir Agustus 2015. Memba-

sahi jalan serta kemacetan yang hampir selalu terjadi tiap hari, bahkan hingga tengah malam. Lampu-lampu kota warna-war-ni temaram menembus embun yang melekat di kaca minibus.

Di dalam minibus, Louella May Magro berkisah, pada era 1990-an Manila belum semacet dan sepadat sekarang. Bahkan, listrik sering kali padam. Sudah menjadi tradisi beberapa jam sekali setiap hari, listrik mati. Enggak heran hampir setiap keluarga di Manila punya gitar. Gitar pembangkit listrik? Bu-kan. “Setiap listrik mati, kami biasanya menyanyi, menghibur diri,” ujar perempuan 34 tahun asli Filipina ini.

Kini Metropolitan Manila atau Metro Manila, terdiri dari 16 kota berpenduduk total 11,55 juta jiwa. Minibus Lou sedang terjebak macet di Kota Manila, salah satu kota di antara 16 kota tersebut. Penduduk Manila se-kitar 1,66 juta. Macet terjadi se-tiap hari, bahkan sampai tengah malam meskipun bukan malam

minggu. Mengapa?Rupanya jam kerja di Manila

berjalan 24 jam. Di malam hari, banyak orang justru baru ma-suk kerja. Mereka bergantian kerja dengan pekerja siang hari. Akibatnya aktivitas kerja se-akan tak pernah berhenti. Ra-tusan bahkan mungkin ribuan orang berlalu-lalang di pedestri-

an gedung-gedung tinggi per-kantoran untuk berangkat kerja di malam hari.

Begitu sampai di meja kerja, biasanya mereka langsung men-dengarkan, menjawab, dan me-nenangkan konsumen-konsu-men yang protes dari seluruh dunia. Entah itu konsumen dari Eropa, Amerika Serikat, Jepang,

Kanada, dan sebagainya. Mere-ka inilah para pekerja call cen-tre, salah satu sektor industri business process outsourcing (BPO). Di Indonesia, kita mena-mainya outsourcing atau alih daya (lihat boks).

Cerita ini makin menarik ka-rena para pekerja call centre itu bangga dengan pekerjaan mere-ka. Bukan cuma tuntutan harus bersikap ramah dan bersema-ngat di sambungan telepon saat berhadapan dengan konsumen, melainkan tak setiap orang bisa diterima bekerja sebagai call center. Di samping harus cakap berbahasa Inggris dan tahu eti-ket alias sopan santun, mereka juga menyadari benar bahwa call center merupakan salah satu profesi di bisnis BPO yang jadi penggerak ekonomi terbe-sar kedua setelah remitansi.

Per tahun setiap pekerja sek-tor ini membawa pulang gaji (take home pay) Rp 57,56 juta atau Rp 4,8 juta per bulan. Ini angka rata-rata menurut data lembaga riset dan konsultan Payscala Human Capital per 19 September 2015. Paling sedikit, mereka membawa pulang gaji Rp 29,35 juta per tahun, dan paling banyak Rp 91,12 juta per tahun. Artinya, gaji setiap bulan ada di kisaran Rp 2,45 juta– Rp 7,6 juta. Ini baru gaji profesi call centre.

Gaji profesi sektor lainnya di industri BPO, malah ada yang mencapai Rp 15 juta–Rp 20 juta per bulan. Sebut saja teknisi alias engineer. Malah, kata Reza V. Maspaitella, President & CEO PT Valdo Investama, gaji tukang las bawah laut yang bekerja se-lama enam bulan bisa untuk hi-dup selama dua tahun.

Industri BPO

Di atas kertas, BPO memang penyumbang terbesar kedua

pendapatan negara setelah re-mitansi. Sepanjang semester I 2015, industri BPO mendatang-kan pemasukan bagi Filipina hingga US$ 8,1 miliar alias Rp 111,62 triliun dengan hitung-an kurs 1 US$ setara Rp 13.780. Berdasarkan data Bank Sentral Filipina alias Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), angka ter-sebut tumbuh 10% jika diban-dingkan periode yang sama ta-hun lalu sebesar US$ 7,4 miliar (Rp 101,97 triliun). Sedangkan remitansi yang berasal dari ki-riman tenaga kerja Filipina di luar negeri, menyetor US$ 13,4 miliar (Rp 184,65 triliun), naik 5,3% dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 12,7 miliar (Rp 175 triliun).

Lito Tayag, Managing Direc-tor Accenture Filipina sekaligus Vice Chairman The Informa-tion Technology and Business Process Association of the Phi-lippines (IBPAP), semacam asosiasi perusahaan alih daya sektor teknologi informasi, bi-lang, secara total industri pen-dapatan BPO Filipina mencapai US$ 19 miliar dan mempekerja-kan satu juta lebih pekerja.

Akhir tahun ini, asosiasi me-nargetkan pendapatan tumbuh menjadi US$ 21 miliar–22 miliar

Dukungan pemerintah Filipina bikin industri alih daya di Filipina mampu tumbuh 15%–20% per tahun sejak sepuluh tahun lalu.KONTAN/Andri Indradie

Gaya Filipina Mengelola Industri Alih Daya

Pendapatan Remitansi dan BPO

(dalam miliar dollar AS)

Tahun Remitansi BPO

2009 17,30 7,10

2010 18,80 8,90

2011 20,10 11,00

2012 21,40 13,20

2013 23,00 16,10

2014 24,30 18,40

2015* 25,80 21,30

2016* 27,40 25,50

Sumber: Asosiasi BPO dan Bank Sentral Filipina*) Angka estimasi

ReportaseReportase26 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015

dengan jumlah pekerja menca-pai 1,1 juta. “Tahun depan, ber-dasar road map, kami berharap pendapatan mampu mencapai US$ 25 miliar dan 1,3 juta pe-kerja,” tegas Lito.

Dalam sepuluh terakhir, lan-jut Lito, industri BPO tumbuh sekitar 15%–20% , lebih tinggi dari pertumbuhan industri BPO global. Ke depan, IBPAP opti-mistis pertumbuhan BPO di Fi-lipina bakal lebih maju lagi mengingat total pasar BPO glo-bal sekitar US$ 200 miliar. “Anda tahu, bisnis jasa BPO menjadi penggerak ekonomi Filipina karena kami tidak pu-nya raw material.. Saya bangga menjadi bagian di dalamnya,” cetus Lito.

Indonesia perlu belajar

Hanya dua hambatan tersisa di depan alih daya Filipina saat ini. Industri BPO di sana sedang mencari solusi atas meningkat-nya pekerja di level menengah yang tumbuh begitu cepat. Lan-tas, masalah supply pekerja. Mereka sampai-sampai meng-gandeng pemerintah dan lem-baga pendidikan memasukkan kurikulum pendukung, salah satunya service management.

Tujuannya, agar peserta didik mengetahui bentuk bisnis BPO sejak awal. Jadi, bisa sejalan dengan kebutuhan industri BPO begitu mereka lulus dari univer-sitas. Tak heran, kini, sekitar 30% lebih lulusan universitas di Filipina masuk ke sektor BPO, lebih tinggi jika dibandingkan India yang cuma 10%.

Pengamat Asia Tenggara dan CEO KRA Group Karim Raslan berpendapat, semua pihak di sana memang sehati mendu-kung industri BPO, termasuk pemerintah yang memberikan dukungan besar. Sebut saja dari

berbagai insentif untuk investor asing dan lokal yang mau ma-suk ke sektor BPO, prosedur singkat dan lebih sederhana di bidang ekspor-impor, penge-cualian pajak untuk modal alat-alat impor di industri ini, dan keleluasaan mempekerjakan tenaga kerja asing.

Menteri Keuangan Cesar A.V. Purisima Filipina menambah-kan, pemerintah Filipina juga memberikan pelatihan lewat berbagai program. Bukan cuma kemampuan Bahasa Inggris dan dialek khususnya, tetapi juga pelatihan profesional berdasar-kan profesinya masing-masing di industri BPO. Pemerintah Filipina juga mendorong sektor BPO dari sisi legal.

Berbagai kebijakan dibuat jelas dan detail, tanpa banyak campur tangan menentukan keuntungan industri. Pemerin-tah bertindak sebagai pengawas dan regulator. Contoh konkret-nya, pemerintah Filipina bah-kan membuat aturan standar profesi mengikuti standar inter-nasional. Sehingga, industri BPO di sana makin kompetitif secara global. “Tujuan akhirnya, economic growth dan social inclusion,” tegas Cesar.

Di negara lebih maju, Ameri-ka Serikat (AS) misalnya, pe-merintah mewadahi berbagai kemungkinan inovasi yang bisa muncul dari sektor ini. Di sana muncul ide bisnis alih daya de-rek mobil, khusus bagi para pe-langgar aturan parkir pemerin-tah. Maksudnya, ada perusaha-an alih daya yang pekerjaannya khusus menderek mobil. Peme-rintah membuat aturan main jelas hingga sedetail-detailnya.

Jadi, perusahaan outsourcing tidak perlu takut jika ada pe-langgar yang menuntut ketika mobilnya diderek. Sebab, atur-an mainnya jelas. Selain peker-jaan pemerintah jadi mudah,

lapangan pekerjaan pun makin bertambah.

Peluang besar yang mendu-kung BPO di Filipina adalah demografi. Filipina rupanya memiliki struktur demografi surplus di sisi tenaga kerja di masa depan. Beberapa dekade silam, banyak pekerja Filipina “diekspor” ke AS dan Timur Tengah. Hanya saja, pemerintah bukan sembarangan mengirim pekerja. Mereka mendidik sungguh-sungguh dan memper-lakukan para pahlawan devisa-nya dengan benar.

Dengan begitu, kini, Filipina panen besar. Bukan hanya re-mitansi, bahkan juga setiap ter-jadi krisis atau bencana, kata Karim, aliran dana dari para pekerja itu semakin bertambah besar. Maklum, tidak sedikit para pekerja yang eksodus ter-sebut sudah memegang jabatan level menengah, bahkan berco-kol di pucuk pimpinan perusa-haan. “Bukan cuma itu saja, In-donesia juga perlu mewaspadai Filipina di sektor pariwisata. Sebab Filipina sedang serius di sektor ini karena tahu betapa besar pula kontribusinya untuk industri BPO,” tegas Karim.

Melihat kemajuan dan upaya-upaya pemerintah Filipina meli-hat peluang, Indonesia dengan 255,5 juta penduduk sepatutnya malu. Dari sisi sumber daya alam, negeri dengan 34 provin-si, 416 kabupaten, 98 kota, 7.024 kecamatan, dan 81.626 kelurah-an/desa yang punya 183 juta jiwa usia kerja di mana 7,3 juta di antaranya pengangguran ini, tentu bisa jauh lebih baik ketim-bang Filipina.

Apalagi, potensi yang bisa di-raup bisnis alih daya di Indone-sia cukup besar. Bayangkan, pangsa pasar BPO dunia men-

capai US$ 200 miliar. Bagaima-na jika Indonesia bisa meme-gang 1% saja? Tentu sudah seki-tar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 27,56 triliun! Mengapa kita tidak bisa seperti Filipina yang mampu mendorong JPMorgan Chase, Convergys, HSBC, dan Royal Dutch Shell membesar-kan bisnis BPO-nya?

Kata Greg Chen, Presiden Direktur PT Outsource Indone-sia sekaligus Sekretaris Asosia-si Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI), yang terjadi belakang-an ini adalah banyak klien luar negeri yang mempekerjakan tenaga kerja Indonesia tapi ber-operasi di Singapura, Malaysia, atau Filipina. “Mereka hidup di negara itu, lapor pajaknya di situ. Negara yang bersangkutan dapat pajaknya, semua masuk ke sana,” tutur Greg.

Ketua ABADI Inda D. Hasman bilang, setidaknya ada berbagai kendala. Pertama, cap negatif terhadap industri outsourcing. Padahal, tidak semua begitu. Masih banyak perusahaan yang bersih dan baik. Kedua, peme-rintah sejak sekitar 2003–2013 skeptif. Akhirnya, masih banyak regulasi yang belum jelas. Ini membuat pemain di industri ini akhirnya juga tak terlindungi karena regulasi minim.

Asal tahu saja, perusahaan alih daya merupakan solusi je-las di saat ekonomi sedang me-lambat. Banyak perusahaan ingin efisiensi. Mereka bisa menghemat biaya dengan mengalihkan beberapa pekerja-an ke pihak ketiga alias out-sourcing.

Ketiga, imbuh Reza, peme-rintah sebaiknya menjalankan perannya saja sebagai peng-awas dan regulator dengan te-tap memberikan ruang bagi in-

dustri untuk berkembang. “Yang terjadi sekarang, meregu-lasi malah akhirnya merusak tatanan. Ini karena pemerintah tidak tahu,” tutur Reza.

Keempat, dengan tidak ada-nya kejelasan regulasi, banyak hal yang membuat investor asing enggan masuk ke Indone-sia. Eh, beberapa regulasi yang sudah ada justru membuat ri-bet. Belum lagi, praktik pungli yang masih terjadi sekarang di saat pengusaha urus perizinan.

Tahun ini, anggota ABADI Wisnu Wibowo mengatakan, potensi pasar BPO Indonesia sebenarnya bisa mencapai Rp 39,5 triliun. Dua tahun sebe-lumnya, nilai pasar industri alih daya masing-masing mencapai Rp 16,96 triliun (2013) dan Rp 17,15 triliun (2014). Itu arti-nya, prediksi pasar tahun ini tumbuh sekitar 130,32%.

“Prediksi ini kami buat di akhir 2014. Ada kenaikan cukup signifikan karena adanya pe-nambahan layanan, yaitu bisnis IT Oursourcing termasuk docu-ment processing, supply chain management (logistik) dan fa-silities management,” tutur dia. Hanya saja, ABADI tak bisa memastikan apakah target itu tercapai atau tidak.

Maklum, jika di Filipina bis-nis BPO sudah mulai mengerja-kan bisnis inti para vendor, di Indonesia malah ada batasan hanya lima bidang kegiatan saja yang boleh dialihdayakan. “Di Jepang, semua bidang boleh, kecuali tujuh bidang pekerjaan. Bayangkan, mereka melarang tujuh bidang, kita hanya mem-bolehkan l ima bidang,” pungkas Inda.

Semoga, Indonesia mau bela-jar dari mereka. Atau, mau bela-jar main gitar saja? o

Outsourcing alias alih daya juga sering disebut sebagai con-tracting out alias pemindahan operasi dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Sederhananya, perusahaan alih daya me-nyediakan jasa tenaga kerja yang kemudian digunakan perusa-haan lain untuk fokus pada bisnis inti, menghemat biaya belanja modal, serta biaya pelatihan.

Sudah jamak perusahaan-perusahaan menggunakan jasa perusahaan alih daya karena tak perlu lagi mengeluarkan inves-tasi besar untuk tenaga kerja atau biaya pekerjaan yang lainnya. Ide dasarnya, perusahaan akan lebih sukses jika memfokuskan diri pada bisnis utamanya daripada menghabiskan waktu untuk memikirkan hal lain di luar bisnis utama.

Pada umumnya, pekerjaan yang dialihkan ke perusahaan alih daya adalah operasi non-inti yang bersifat rutin dan administratif. Pengamat Asia Tenggara Karim Raslan bilang, krisis 2008–2009, justru menjadi berkah bagi Filipina karena banyak perusahaan terhantam krisis. Banyak sekali perusahaan Amerika Serikat mengalihkan pekerjaan ke perusahaan alih daya di Filipina.

Asal tahu saja, sebagai industri pendukung, industri alih daya melayani berbagai industri-industri lain, seperti manufaktur, in-dustri keuangan (bank, lembaga pembiayaan, asuransi, dan lainnya), transportasi, distribusi, pariwisata, dan kesehatan (ru-mahsakit). Di Indonesia, perusahaan alih daya memberikan la-yanan mulai dari dari penyedia jasa tenaga lima bidang, yaitu security, cleaning service, catering, dan jasa penunjang pertam-bangan dan migas serta penyediaan jasa pemborongan pekerjaan yang saat ini biasa disebut business process outsour-cing (BPO).

Beberapa bidang pekerjaan yang biasanya dialihdayakan an-tara lain human resources, call centre, customer service, tekno-logi dan informasi (TI), serta pemrosesan di industri manufaktur. Juga termasuk pengelolaan fasilitas gedung, integrated security, transportasi dan distribusi, dan lain-lain. o

Krisis Datang, Alihkan Pekerjaan ke BPO

ReportaseReportase TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 27

Dulu saya bekerja di seku-ritas, cuma belakangan sebelum memimpin DP

Pertamina, saya adalah seorang independent consultant. Inti-nya, saya lebih menjadi senior advisor bagi perusahaan-per-usahaan sekuritas. Pengalaman saya cukup lama di dunia inves-tasi. Dulu saya di ING Barings, itu lebih banyak di corporate finance dan restructuring. Ke-mudian saya pindah ke perusa-haan sekuritas Sigma Batara sebagai investment banking.

Awal mula saya ditunjuk menjadi pimpinan DP Pertami-na atas tantangan Direktur Uta-ma Pertamina Karen Agustia-wan, pertengahan 2013 silam. Waktu itu beliau tanya, “Bisa tidak manfaat pensiun ini dina-ikkan, tapi tidak membebani Pertamina?” Alhamdulilah, saat ini kami sudah berhasil menaik-kan manfaat pensiun sebesar 30% tanpa duit Pertamina.

Saya bisa bangga karena saya adalah orang dari luar Pertami-na pertama yang memimpin DP Pertamina. Plus, saya berhasil memperbesar DP Pertamina setelah kinerja perusahaan se-lama ini cenderung stagnan, bahkan negatif. Para pendahulu saya bukan merupakan orang-orang yang berkecimpung di dunia investasi. Kesalahan Per-tamina adalah menunjuk orang dari divisi HRD untuk memim-pin perusahaan yang notabene bersinggungan erat dengan du-nia investasi.

Tantangan yang harus saya hadapi kala menjabat sebagai pimpinan DP Pertamina ini ada-lah adanya intervensi dari induk yaitu, Pertamina. Meski saya diangkat oleh Pertamina tapi tidak tunduk kepada Pertamina dalam hal kebijakan melainkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator. Saya sering bolak-balik ke OJK untuk mengadu, kasarnya seperti itu.

Saya selalu beranggapan aki-bat yang saya tanggung bakal sangat buruk apabila saya tun-duk kepada intervensi dan membuat kinerja perusahaan menjadi buruk karena langkah manuver sangat dibatasi, seper-ti yang sudah-sudah terjadi di DP Pertamina sebelum saya. Dampak buruknya adalah nama saya akan selamanya tercoreng dan tidak dipercaya lagi di du-nia pasar modal.

Tetapi apabila saya berpe-gang teguh pada kebijakan saya dan tidak menyalahi koridor yang ditetapkan OJK, paling buruk adalah saya dipecat kare-

na tidak manut kepada induk. Tapi, nama baik saya tetap ter-jaga di dunia pasar modal ini. Toh, dengan segala rintangan yang ada, DP Pertamina berha-sil membukukan kinerja yang cemerlang.

Hasilnya? Sampai April 2015 lalu saja, DP Pertamina memi-liki dana kelolaan sebesar Rp 10,053 triliun. Dengan per-olehan itu, kemungkinan target dana kelolaan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar Rp 10,40 triliun bisa terlampaui. Target dana kelolaan sebesar Rp 13 triliun yang dibebankan kepada kami saya yakin dapat tercapai. Kare-na jumlah Rp 10 triliun tersebut sudah naik sebesar 16% jika di-bandingkan dengan posisi akhir tahun lalu. Tingkat pengembali-an investasinya yang tergambar dalam Return on Investment (RoI) pun juga bagus, yaitu se-kitar 20%.

Semua yang baru saya sebut-kan tadi merupakan sekelumit pencapaian yang berhasil dica-pai DP Pertamina selama 2015. Namun, yang saya incar jauh lebih besar daripada hanya se-kedar menaikkan dana kelolaan atau manfaat pensiun, tapi saya juga ingin mensejahterakan pensiunan Pertamina.

Menjaga pensiun dan menyejahterakan

Maksudnya begini, usia pen-siun normal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) umumnya 56 tahun. Usia tersebut menurut saya tidak ideal karena orang berumur 56 tahun rata-rata ma-sih energik dan masih ingin berkarya. Cuma, apa boleh buat, karena jumlah angkatan

kerja Indonesia ini sangat-sa-ngat melimpah maka yang 56 tahun terpaksa pensiun.

Nah, saya berpikir keras agar para pensiunan yang masih energik ini masih bisa terus berkarya. Akhirnya saya mene-mukan satu cara, yaitu dengan cara memperbesar kepemilikan DP Pertamina pada perusaha-

an-perusahaan yang selama ini DP Pertamina aktif dan ten-tunya juga masuk ke perusaha-an baru.

Untuk itu DP Pertamina kini tengah merancang pembentuk-an empat holding agar keaktif-an DP Pertamina bisa lebih fo-kus. Empat holding yang disi-apkan ini antara lain holding energi, holding finansial, hol-ding ritel, dan holding properti. Holding energi misalnya, kami bakal memperbesar porsi kepe-milikan di Elnusa Tbk dan per-usahaan energi lain.

Dengan semakin besarnya kepemilikan DP Pertamina atas perusahaan energi, selain bisa membawa perusahaan untuk semakin tumbuh, para pensiun-an yang masih terbilang energik dan ingin berkarya bisa kami tempatkan di perusahaan-per-usahaan tersebut. Posisinya tak hanya sebatas staf ahli, tetapi juga bisa sebagai direksi. Ini ti-dak salah mengingat para pen-siunan Pertamina ini banyak orang-orang yang ahli di bidang pertambangan.

Untuk bidang ritel dan finan-sial juga. Kalau di ritel, kami berniat memperbesar kepemi-likan di Alfamart dan untuk fi-nansial kami berniat untuk membantu para pensiunan yang

mungkin ingin membuka usaha tapi selama ini terkendala per-syaratan bunga pinjaman bank yang bisa mencapai 30%. Kalau kami punya bank, kan, bisa memberikan bunga pinjaman yang rendah kepada para pensi-unan ini. Sementara, untuk hol-ding properti kami masih dalam tahap penjajakan. Cuma, kon-sepnya adalah kami bisa me-nyediakan hunian yang layak kepada para pensiunan dengan harga sedikit lebih rendah ke-timbang pengembang lain.

Inilah yang sedang saya rintis di sisa satu tahun masa pengab-dian saya sebagai pimpinan DP Pertamina. Di dana pensiun masa jabatan Direktur Utama cuma tiga tahun. Maka, saya berusaha sebaik-baiknya me-ninggalkan warisan berupa kondisi perusahaan yang sangat sehat dan program-program yang ke depan mampu memba-wa perusahaan semakin berlan-jut dan terus bertumbuh.

Saya yakin, pondasi yang saya dan tim saat ini tanamkan dapat berbuah dengan baik bagi perkembangan perusahaan ke depan. Setelah tiga tahun me-mimpin DP Pertamina nanti, saya belum memikirkan karier, mungkin saya akan menerus-kan bisnis.

Banyak yang Masih EnergikHelmi Kamal Lubis, CEO Dana Pensiun Pertamina

Setelah bertahun-tahun Dana Pensiun Pertamina dikelola tanpa kompetensi, sekitar dua tahun lalu perusahaan ini mendapatkan seorang pemimpin yang memang menguasai bidangnya. Kepada wartawan KONTAN Agung Jatmiko, CEO Dana Pensiun Pertamina Helmi Kamal Lubis membeberkan strateginya dalam membenahi perusahaan ini. Silakan simak penuturannya.

Pintu ruangan

saya ini tidak

pernah tertutup,

selalu terbuka.

Ini agar bawahan

saya tak perlu

ketuk pintu.

KONTAN/Muradi

28 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 CEO

Filosofi teladan dan pertemanan

Dalam memimpin suatu per-usahaan saya sebenarnya tidak mempunyai filosofi kepemim-pinan yang mempunyai dasar teoritis. Bagi saya dalam me-mimpin itu sebaiknya memberi contoh bagaimana berpikir dan berbuat dengan benar, sesuai dengan kaidah yang berlaku demi mencapai tujuan yang su-dah ditetapkan bersama.

Sebagai pemimpin, percuma jika kita hanya mengarahkan jari telunjuk tanpa memberikan teladan kepada bawahan. Kare-na, jika hanya memberi perin-tah, bawahan tentu ada yang bisa menangkap dengan cepat dan ada pula yang tak terlalu cepat. Kalau sudah begitu, kan, yang repot satu perusahaan.

Makanya saya selalu membe-rikan teladan kepada mereka. Saya pun juga tidak pernah menganggap derajat saya sa-ngat tinggi dibanding para ba-wahan saya, tak peduli di posisi mana pun mereka. Artinya begi-ni, dalam memimpin saya selalu memperlakukan bawahan selaku kawan.

Nah, perlakuan Anda ke ka-wan seperti apa? Misalnya mengajak diskusi dan sebagai tempat berkeluh kesah. Nah, hal itu yang saya lakukan. Se-perti yang Anda lihat, pintu ru-angan saya ini tidak pernah ter-tutup, selalu terbuka. Gunanya agar bawahan saya tak perlu malu untuk menyampaikan ke-luhan atau usul mengenai ide baru.

Memang berat, karena waktu pertengahan 2013 saat saya ma-suk, kondisi birokrasi perusa-haan ini sangat kaku. Hal itu wajar, mengingat selama itu DP

Pertamina memang dipimpin oleh orang Pertamina yang bi-rokrasinya korporasi BUMN banget. Mengajak orang untuk terbuka dan mau mendekat tentu saja susah. Tapi setelah satu dua orang memberanikan diri untuk menemui saya, ya, akhirnya banyak yang meng-ikuti dan sekarang ini birokrasi DP Pertamina sudah luwes dan suasananya akrab, baik kepada nasabah, tamu ataupun sesama karyawan.

Kelemahan tentu ada karena dengan akrab ini saya jadi sung-kan untuk memberikan hukum-an tegas kepada bawahan. Tapi untuk itu, saya memiliki Direk-tur Administratif yang sangat tegas, Pak Hadi Yulianto. Beliau yang mengurus mengenai sank-si administrasi dan memang beliau sangat tegas. Jadi, untuk urusan hukuman kalau ada ba-wahan yang melanggar saya se-rahkan kepada beliau. Ya, jadi-nya seperti strategi good cop bad cop lah.

Meski saya akrab dan mem-perlakukan bawahan seperti kawan, bukan berarti saya tidak menuntut lo. Demi tercapainya kinerja yang memuaskan, saya selalu mendorong karyawan untuk mengembangkan kapasi-tas dirinya.

Untuk itu saya mendorong agar karyawan agar mau meng-ambil sertifikasi Wakil Manajer Investasi. Tujuannya apa? Tuju-annya agar mereka mengerti betul tentang dunia investasi ini dan bisa menelurkan ide-ide baru untuk pengembangan per-usahaan. Kini, dari 30-an orang karyawan DP Pertamina, seba-nyak 15 orang sudah memiliki WMI. Yang kurang mungkin tinggal customer service, sat-pam, dan office boy. o

Sebagai seorang pimpinan di lini usaha BUMN ternama, mung-kin Anda mengira seorang Helmi Kamal Lubis adalah orang yang santai dan memiliki hobi unik. Ternyata tidak. Pria yang lahir di Medan 48 tahun silam ini mengaku hanya memiliki dua hobi: bekerja dan berbisnis.

Ia mengaku waktu kerjanya bisa dikatakan 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Bahkan ia sering dikeluhkan orang karena menel-pon di tengah malam untuk membicarakan bisnis. Namun, Helmi sendiri merasa bahwa bekerja memberikan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Karena menikmati kerja, ia tidak merasa terbebani.

Bagaimana dengan keluarga? Helmi dengan santai menjawab bahwa baik istri dan ketiga anaknya semua sudah memahami perilaku kerjanya. Dia juga tidak menelantarkan keluarganya begitu saja. Sebagai seorang ayah, di tengah kesibukannya, ia selalu menyempatkan waktu menemani anak dan keluar bersa-ma keluarga, meski di tengah jadwal yang padat sekalipun.

Contohnya, setiap hari Selasa anaknya yang bungsu les piano di Paciic Place. Karena pada hari itu ia lebih sering menghabis-kan waktu di Bursa Efek Indonesia (BEI), Helmi menyempatkan waktu menemani sang anak bersama istri dan kemudian meng-ajak mereka untuk bersantap malam serta bermain game arcade di pusat perbelanjaan tersebut. Baru kemudian ia kembali melan-jutkan aktiitas kerja atau rapat.

Ia juga meluangkan waktu satu bulan selama setahun untuk berlibur total bersama keluarga. Dalam kesempatan ini, ia lebih sering mengunjungi anak sulungnya yang kini melanjutkan studi di Amerika Serikat (AS). “Pas liburan ini saya sama sekali tidak mau diganggu karena, ya, memang waktunya saya libur. Tapi, sebelum saya pergi, kan, sudah menyelesaikan kerjaan atau mendelegasikan,” kata Helmi.

Selain bekerja, Helmi juga senang berbisnis. Ia ingat, saat masih bekerja sebagai senior advisor di perusahaan sekuritas, sudah merintis usaha mini market dan jumlahnya sudah bertam-bah secara signiikan hingga pertengahan 2013 silam. Nah, saat didapuk menjadi Presiden Direktur DP Pertamina, Helmi tidak bisa lagi sepenuhnya mencurahkan perhatian ke bisnis mini marketnya ini, sehingga pertambahan tokonya juga tidak lagi sepesat sebelumnya. “Nanti, kalau saya sudah tidak jadi Presiden Direktur lagi, kemungkinan besar saya akan kembali fokus ke bisnis mini market. Saya tidak punya hobi yang aneh-aneh, kerja dan bisnis merupakan passion saya,” ujar pria yang telah meng-hasilkan uang sendiri sejak berumur tujuh tahun ini.

Wah, bisa-bisa Helmy tidak akan pernah merasakan masa-masa pensiun. o

Cuma Hobi Bekerja dan Berbisnis

Budaya Inovasi

Tiga tower menjulang ting-gi, lagi megah di kawasan Kasablanka, Jakarta. Me-

nara-menara ini menaungi satu pusat perbelanjaan, perkantor-an, apartemen, dan jaringan hotel paling legendaris di dunia. Nama gedung itu: Ciputra World. Selaras dengan nama-nya, di situlah sekarang keraja-an bisnis Grup Ciputra dikenda-likan. Seirama dengan namanya, Grup Ciputra memang didirikan oleh sang kampiun properti: Ir. Ciputra. Dalam usia uzurnya, Ciputra tetap berkantor. Hanya seluruh operasional kerajaan bisnisnya dijalankan para anak-menantunya dan para profesio-nal lain.

Menyebut nama Ciputra, se-jurus berikut dalam paradigma kita tersua sebuah kata nan magis: inovasi. Tak bisa disang-kal, memang Ciputra identik dengan inovasi. Sejak ia menja-di profesional lalu berkongsi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendirikan perusa-haan dan kemudian berdiri sendiri mengibarkan bendera Grup Ciputra, selalu saja meng-alir ide-ide kreatif yang ujung-nya menghasilkan produk ino-vatif. Proyek yang dipegang Ciputra alhasil bisa dijadikan jaminan kepastian akan mutu dan kualitas tinggi. Se-karang, ketika dia sudah ti-dak muda lagi, mengapa perusahaan di bawah Grup Ciputra tetap dapat mengha-silkan produk-produk yang inovatif?

Inovasi dalam tubuh Grup Ciputra sudah menjadi buda-ya. Budaya ini yang mem-bentuk perilaku seluruh warga organisasi. Dengan demikian, warga organisasi Grup Ciputra wajib berperi-laku inovatif. Budaya inovasi yang dikembangkan di Grup Ciputra bukan sekadar mela-hirkan produk-produk ino-vatif yang belum diciptakan pesaing ataupun belum ada di pasar. Dalam tubuh Grup Ciput-ra, budaya inovasi ini selalu bersinggungan dalam tiga hal.

Pertama, inovasi berasal dari proses kreatif dan dramatis. Ada dua penekanan di sini: kre-atif–dramatis. Mengapa? Hal ini selaras dengan konsep inovasi sendiri. Inovasi selalu dimulai dari kreativitas. Jika kreativitas bermain pada wilayah kepala dan konsep, maka inovasi ber-main dalam ranah tangan dan praktik. Untuk itulah diperlu-kan kepala-kepala yang berpi-kiran keluar dari kotak sehing-ga mampu menghasilkan kon-sep yang kreatif. Dalam konteks ini manajemen Grup Ciputra selalu mendorong karyawannya untuk berpikir keluar dari kotak (out of the box). Ide-ide kreatif diharapkan muncul dari karya-wan sehingga proses inovasi selalu berkelanjutan.

Sedangkan dramatis memiliki makna : hasil produknya me-lampaui dari apa yang dipikir-kan orang. Sebelum mendirikan Grup Ciputra, Ciputra berga-bung dalam induk usaha berna-

ma Grup Jaya. Inilah perusaha-an yang mengubah wilayah ”tempat jin buang anak” menja-di kawasan rekreasi terpadu bernama Ancol. Juga dengan induk usaha yang lain, Grup Metropolitan, Ciputra memba-ngun kawasan mewah Pondok Indah dan pengembangan kota baru berjuluk Bumi Serpong Damai (BSD). Itulah makna dari kata dramatis. Produk-pro-duk yang melampaui pikiran dari konsumennya.

Kedua, penerimaan pasar.

Ada perbedaan prinsip proses inovasi yang dilakukan oleh se-kolah (kampus) dengan perusa-haan. Perbedaan itu terletak pada satu hal: pasar. Jika kam-pus tidak terlalu fokus pada pasar, maka perusahaan meng-edepankan pasar. Konsep ini yang dilakukan Grup Ciputra. Semua produk-produk inovatif-nya harus diterima pasar.

Sinergi antardivisi

Ada empat kuadran menyoal pasar ini. Kuadran satu, permin-taan (demand) sudah jelas, pa-

sokan (supply) juga sudah jelas. Itulah yang disebut pengenalan kesempatan (opportunity re-cognition). Kuadran dua, per-mintaan belum jelas, pasokan sudah jelas. Situasi ini dinama-kan mencari kesempatan (op-portuniny seeking). Kuadran tiga, permintaan sudah jelas, pasokan belum jelas. Kondisi ini disebut menemukan kesem-patan (opportunity discovery). Kuadran empat, permintaan belum jelas sekaligus pasokan belum jelas. Inilah yang akan menciptakan kesempatan (op-portunity creating).

Dalam kuadran mana produk-produk inovatif Grup Ciputra diarahkan sehingga bisa diserap pasar? Tergantung pada kon-teksnya. Semua bisa diserap dan diterima pasar bila produk-nya inovatif lagi dramatis.

Ketiga, pelipat-gandaan sum-ber-sumber. Artinya, mendaya-gunakan seluruh aset yang di-miliki sehingga terjadi multifi-kasi nilai tambah. Ketika berbicara tentang inovasi dalam konteks perusahaan, dalam hal ini Grup Ciputra, pelipat-ganda-an sumber-sumber ini tidak terbatas pada divisi penelitian

dan pengembangan. Namun juga menyasar divisi sumber daya manusia (SDM), ke-uangan, teknologi informasi (IT), pemasaran, dan opera-si.

Sinergi menjadi kata kun-cinya. Sinergi antardivisi. Mengapa demikian? Ada dua alasan. Pertama, produk-produk inovatif yang dihasil-kan bisa menjadi dramatis dan diterima pasar lantaran dipikirkan dan dikerjakan berbagai divisi. Kedua, menghasilkan nilai tambah berlebih karena masing-ma-sing divisi mengoptimalkan perannya dan berkontribusi terhadap produk yang diha-silkan. Sehingga, mereka juga bertanggungjawab un-

tuk memelihara dan memasar-kan produk itu.

Budaya inovasi sudah berja-lan dengan baik di Grup Ciputra dan menjadi perilaku seluruh warga organisasi.

Bagaimana dengan individu? Bisakah budaya inovasi ini di-adopsi untuk individu? Sangat bisa. Tiga hal itu (kreatif-dra-matis, diterima pasar, pelipat-gandaan sumber-sumber) tetap jadi landasan pemikiran. Satu hal yang perlu ditambahkan adalah konsistensi. Inilah kele-mahan menumbuhkan budaya inovasi pada individu: konsis-tensi. Konsistensi yang tidak utuh ini yang sering menjadi penghambat untuk mencipta-kan budaya inovasi.

Budaya (dalam hal ini disebut kebiasaan) tercipta jika dilaku-kan terus-menerus tanpa jeda. Melakukan inovasi perlu jatuh bangun dan meminggirkan kata menyerah sebelum tercipta produk (jasa) baru. Untuk itu-lah diperlukan konsistensi. Konsistensi berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Sudahkah Anda melakukannya? o

A.M. Lilik Agung, Trainer Bisnis, Mitra Pengelola LA L E A R N I N G , l e m b a g a pengembangan SDM.

Melakukan

inovasi perlu

jatuh bangun

dan perlu

meminggirkan

kata menyerah.

Refleksi

CEO TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 29

Tolong, Seluruh Bisnis Kesulitan Cash Flow

Setelah melepas dua paket kebijakan ekonomi di bu-lan September, pertengah-

an pekan lalu pemerintah kem-bali merilis serangkaian policy baru. Berbagai kebijakan itu punya tiga tujuan besar: meme-lihara kondisi makroekonomi yang kondusif, menggerakkan perekonomian nasional serta melindungi masyarakat berpen-dapatan rendah.

Jika melihat tiga tujuan yang ingin dicapainya, paket kebijak-an pemerintah saat ini tak cuma menyandang misi memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dol-lar AS. Ambil contoh deregulasi yang masuk ke dalam agenda menggerakkan ekonomi nasio-nal. Sasaran deregulasi itu ada-lah berbagai aturan pemerintah yang selama ini dinilai menjadi penghambat niat berbisnis.

Namun seperti apa penilaian para pebisnis terhadap paket kebijakan yang sudah dirilis pemerintah? Dua pekan lalu, wartawan KONTAN Surtan Sia-haan mewawancarai Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Aso-siasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Berikut nukilan dari wawancara itu.

KONTAN: Bagaimana kelom-pok pebisnis menilai paket ekonomi pemerintah?HARIYADI: Apindo dan aso-siasi pengusaha lain sudah memberi masukan. Jadi, peme-rintah sudah memahami garis besar yang apa saja diperlukan pebisnis. Yang paling penting, jangan sampai pemerintah membuat kebijakan yang tidak efektif, yang salah sasaran.

Mengingat masalah yang disasar, ter-utama deregulasi, cukup luas, wajar kalau pemerintah ha-rus mengeluarkan pa-ket secara bertahap. Memang, masalah dere-gulasi ini tidak mudah dilaksanakan karena birokrasi punya alur berpikir yang kadang-kadang berbeda dan men-jengkelkan. Ada ego di masing-

masing kementerian dan lem-baga untuk mengatur. Ambil contoh dwelling time. Ada se-kian kementerian yang mau ikut mengatur. Pelabuhan itu satu contoh yang paling kusut. Seorang pejabat bea cukai per-nah ngomong ke saya, kalau tempat kerjanya harus mengko-ordinasi lebih dari seribu ma-cam titipan. Ini merepot-kan. Artinya, fungsi

untuk pengawasan oke, tapi kalau tidak terkoordinasi, kasi-han petugas yang menjadi ujung tombak.

Saya melihatnya, mengapa kita harus memangkas semua? Ya karena kalau kita urut cerita-nya, ada begitu banyak ego bi-rokrat yang ingin ikut mengatur dengan berbagai macam alasan. Begitu sudah terlalu banyak yang mau mengatur, aturan itu justru menjerat, terutama pela-ku usaha. Proses bisnis menjadi lambat, hingga menimbulkan permainan suap menyuap, yang akhirnya biaya tinggi.

Contoh di daerah adalah ba-nyaknya peraturan daerah (per-da) yang melenceng dari tidak hanya apa yang digariskan pe-merintah pusat, tetapi juga dari undang-undang (UU). Contoh-nya aturan corporate social responsibility (CSR). UU Per-seroan Terbatas (PT) jelas-jelas sudah mewajibkan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Namun seluruh pelak-sanaan TJSL diserahkan ke perusahaan. Perusahaan yang membuat anggaran dan mela-porkan dalam rapat pemegang saham. Aturan di Peraturan Pe-merintah (PP) juga begitu. Tapi kok begitu berbentuk perda,

ceritanya jadi berbeda?Dari verifikasi

yang kami lakukan ada 42 perda yang mengatur TJSL. Saya baru melihat tiga contohnya. Ketiga perda itu punya nafas yang sama, mengamanatkan pembu-atan forum atau tim yang inti-nya mengoordinasikan seluruh kegiatan CSR di bawah peme-rintah daerah (pemda) dan DPRD.

Satu perda memuat aturan yang lebih konyol lagi, yaitu anggaran program unggulan daerah bisa menggunakan dana TJSL. Ini jelas salah kaprah. Pemda, kan, sudah punya APBD yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Ini jadi pem-benaran untuk mengutip uang dari perusahaan, di luar pajak yang disetorkan.

KONTAN: Puluhan perda tentang TJSL ini belum terja-mah deregulasi yang dilaku-kan pemerintah pusat?HARIYADI: Tidak karena ini aturan di daerah. Ini sekadar menggambarkan bahwa masa-lah yang kami hadapi tidak cuma masalah yang sudah dide-regulasi. Yang mau saya mau ungkapkan, pemerintah pusat maupun pemda memiliki ke-cenderungan untuk melempar tanggungjawab ke swasta. Apa yang seharusnya menjadi bagi-an mereka, kenapa tidak digu-nakan? Seharusnya mereka mengoptimalkan anggaran yang dimiliki untuk merealisasikan program yang bermanfaat. Te-tapi dalam kenyataannya, ba-nyak sekali kewajiban negara yang dilempar ke swasta.

Contoh lain yang mudah dli-hat adalah BPJS Kesehatan. Pemerintah mempercepat wak-tu pemberlakuan untuk swasta dari seharusnya 2017 menjadi Januari 2015. Kami sudah ingat-kan kapasitas BPJS belum me-madai, seperti fasilitas kesehat-an yang tersedia. Tapi, ya, me-reka tetap memaksa karena ingin mengambil iuran. Tidak ada masalah kalau memang siap. Ternyata tidak, kan? Itu sebabnya kami minta coordina-tion of benefit agar kami tidak harus membayar dobel, dan manfaat yang sudah kami ber-ikan ke karyawan tetap ada.

Dasarnya di BPJS, sementara top up dilakukan dengan asu-ransi swasta atau kita biayai sendiri. Tapi itu tidak jalan. Akhirnya, BPJS dibayar, tapi karyawan enggan dipaksa ke BPJS. Akhirnya yang terjadi adalah kami jadi semacam amal ke BPJS. Ini, kan, namanya

ekonomi biaya tinggi.

KONTAN: Apa se-betulnya masalah dalam kebijakan ekonomi kita?HARIYADI: Saat kami bertemu, Presi-den Joko Widodo

mengeluhkan konsolida-si di eselon I dan eselon II

yang lambat. Pejabat di tingkat itu seperti tidak men-

support. Ada ego kementeri-an, ego korps. Semuanya ingin

Hariyadi Sukamdani, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia

Sejak awal September kemarin, pemerintah sudah tiga kali melepas paket ekonomi. Selain ingin menjaga kesehatan suhu makroekonomi negeri ini, paket tersebut juga berni-at menggerakkan ekonomi lebih cepat dan melindungi daya beli masyarakat kelas bawah. Sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan ekonomi nasional, bagaimana para pebisnis melihat resep yang disiapkan pemerintah?

Kewajiban menyambangi berbagai daerah di negeri ini memunculkan hobi baru bagi Hariyadi B. Sukamdani. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tak alpa membeli batik yang khas di setiap kota yang dikunjungi.

Karena t idak hanya mengunjungi kota-kota di Pulau Jawa saja, koleksi batik milik generasi kedua grup Sahid ini beragam, se-perti batik buatan Sulawesi dan Papua.

“Jika saat berkunjung ke daerah, dan di daerah itu mereka memproduksi batik, saya pasti membeli,” ujar Hariyadi. Tak cuma gesit belanja, Hariyadi pun cermat merawat koleksi batiknya. Ia menyediakan lemari khusus untuk menyimpan batik hasil perburuannya di berbagai daerah.

Tentu saja batik itu tak cuma menjadi barang sim-panan. Hariyadi kerap me-ngenakan batik bahkan un-tuk acara-acara resmi dan urusan bisnis. Dia bahkan berusaha menciptakan citra bahwa batik identik dengan dirinya. “Identitas saya ada-lah batik,” ujar dia.

Riwayat Pendidikan:n Registered Financial Con-

sultant dari International Association of Registered Financial Consultants, Inc. (IARFC)

n Magister Manajemen ju-rusan Manajemen Akun-tansi dari Universitas Indo-nesia

n Fakultas Teknik Sipil Uni-versitas Sebelas Maret Surakarta

Riwayat Pekerjaan:n Presiden Direktur PT. Ho-

tel Sahid Jaya Internatio-nal, Tbk

n Presiden Direktur PT In-dotex LaSalle College In-ternational

n Direktur Utama PT Sahid Gema Wisata

n Vice President Sahid Group o

Koleksi Ratusan

Batik

KONTAN/stvgott

30 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Dialog

ikut mengatur.

KONTAN: Apakah itu berarti birokrasi gagal menerapkan kebijakan presiden?HARIYADI: Maksud presiden bagus, tetapi pelaksanaannya bisa melenceng, bisa berubah. Banyak kejadian yang seperti itu dan perlu diantisipasi. Tapi saya melihat ada dua masalah besar di sini, yaitu masalah di pemerintah pusat dan masalah di daerah. Di lapangan, perusa-haan itu sudah jadi sapi perah-an, seperti kasus TJSL.

KONTAN: Apakah kebijakan yang termuat dalam dua paket yang sudah terbit itu tidak melihat masalah yang dialami oleh pengusaha?HARIYADI: Saya kira bukan luput, tapi paketnya harus ber-tahap. Presiden saya lihat punya semangat yang firm. Saya yakin dia tulus. Tapi problemnya ada di birokrasi. Kalau mereka tidak support, ya, tidak jalan. Jangan lupa, presiden dan wakil presi-den sebelumnya pengusaha. Mereka tahu apa yang dibutuh-kan. Cuma, menteri-menteri harus bisa mengendalikan betul kebijakan. Kalau kami lihat, itu belum terjadi di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Indus-tri banyak yang kolaps karena ada moratorium.

KONTAN: Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti berulang kali menyatakan moratorium ber-tujuan mendorong perekono-mian nelayan kecil?HARIYADI: Setuju saja de-ngan niat itu. Tetapi sampai ka-pan kita mau menunggu datang-nya 5.000 kapal? Menurut saya itu tidak masuk akal. Menurut saya, tidak bisa semua disetop di saat kita membutuhkan devi-sa. Kalau saya jadi pejabat, se-harusnya kebijakannya mem-percepat karena semua masalah harus ada solusinya.

KONTAN: Dalam jangka pen-dek, paket kebijakan ekonomi sudah tepat?HARIYADI: Dalam jangka pendek ada deregulasi, semua yang sifatnya menghambat, menimbulkan ekonomi biaya tinggi, dipotong. Lalu, relaksasi fiskal yang saat ini sangat agre-sif dan eksesif. Oke, presiden dulu salah prediksi, dipikir ma-sih on ternyata tidak. Makro ekonomi dunia juga rusak.

Jadi harus direlaksasi karena kondisi sedang susah. Maksud kami, carilah sumber-sumber yang bisa diandalkan. Penega-kan hukum atau compliance itu oke. Tetapi jangan sampai ma-lah menimbulkan ketidakperca-yaan. Semua pihak tolong me-mahami seluruh bisnis sedang kesulitan cash flow.

KONTAN: Apa pandangan pebisnis terhadap reinventing policy, atau berbagai kebijak-an baru Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak?HARIYADI: Dalam waktu de-kat, tahun ini juga, setahu saya pemerintah akan mengeluarkan kebijakan pengampunan pajak. Reinventing policy sama sekali tidak menarik karena, pertama, wajib pajak kita betul-betul be-lum patuh. Kebijakan itu meng-haruskan kita membayar keku-rangan pembayaran pajak seca-ra full dalam 5 tahun ke belakang. Itu jumlahnya pasti besar sekali bagi orang yang biasanya hanya melaporkan 10%-20% dari total omzet.

Kedua, reinventing policy hanya membebaskan denda administrasi yang nilainya kecil

sekali. Ketiga, untuk mendapat-kan pembebasan itu ada proses merepotkan yang harus dilalui pengusaha. Mereka harus men-dapat ketetapan pajak dulu, lalu meminta pembebasan adminis-trasi dari Ditjen Pajak.

Tidak ada jaminan juga kalau sudah mengikuti proses itu, ti-dak akan diungkit-ungkit lagi. Bandingkan dengan konsep tax amnesty yang tidak peduli de-ngan kekurangan pembayaran pajak di tahun terdahulu, dan hanya bayar uang tebusan.

Reinventing policy ini terma-suk contoh bahwa apa yang di-inginkan presiden tidak diikuti oleh pejabat di tingkat eselon I dan II. Sudah jelas presiden berniat memberikan pengam-punan pajak, mengapa harus membuat policy lain yang aneh-aneh? Reinventing policy lah, lalu mengejar pengusaha untuk diperiksa lah. Ini justru membi-kin pengusaha resah.

KONTAN: Dua paket yang sudah muncul belum menying-gung masalah ketenagakerja-an. Apa harapan pengusaha?HARIYADI: Ya kita tahu sama tahu lah, selama lima tahun terakhir upah minimum naik gila-gilaan. Ini akhirnya memu-kul industri padat karya. Peme-rintah sudah paham situasi itu.

Kami berharap pemerintah segera mengeluarkan pengatur-an tentang pengupahan. Jadi yang kami harapkan, upah ha-rus rasional dan dikembalikan ke karakternya semula sebagai jaring pengaman sosial. Seka-rang yang terjadi adalah upah rata-rata. Kalau dikembalikan ke konsep jaring pengaman so-sial, ada ruang bagi penyerapan tenaga kerja. Data BPJS Kete-nagakerjaan mencatat, per 28 September kemarin, lebih dari 724.000 orang yang mencairkan jaminan hari tua. Ini masalah yang serius.

KONTAN: Bisa dibilang be-lum ada kebijakan pemerintah yang benar-benar menjawab harapan pengusaha ya?HARIYADI: Saya bisa mema-hami karena memang tidak mungkin seluruh harapan ter-penuhi sekaligus. Tapi saya confident dan mendukung pe-nuh langkah-langkah presiden. Kami cocok dan paham ini se-buah proses. Apindo juga ter-panggil untuk membantu agar ekonomi kita bangkit lagi.

Memang, kondisi ekonomi hari ini tak bagus. Tetapi kita punya kemampuan untuk kelu-ar dari masalah terkini. Anda lihat saja sendiri, likuiditas di perbankan kita nggak jelek, malah meningkat. Itu tandanya orang tidak mau kerja, orang menahan diri semua. Ini masa-lah persepsi, dollar sampai ki-saran Rp 14.000-an, mengapa? Bukan semata-mata masalah makroekonomi, tetapi masalah persepsi dan keyakinan yang harus kita balik. Dan saya sa-ngat optimistis itu bisa terjadi.

Negara ini memang punya problem koordinasi di antara birokrasinya jelek. Menurut saya, beberapa menteri tidak qualified dan layak diganti.

Kalau seluruh tugas kita laku-kan dengan benar, tidak akan ada masalah di 2016. Pada 1998 dan 2008 kita juga mengalami hal sama, toh kita tetap survive. Jadi masalah ini bisa dibenahi asal dikerjakan dengan serius. Memang kalau semua tidak mau kerja, ya susah. Itu sebab-nya pengusaha akan marah apabila pemerintah mengambil langkah kebijakan yang justru kontra produktif. o

Saatnya Benahi Ekonomi

Nilai tukar rupiah yang tertekan selama bebera-pa bulan terakhir meng-

undang sorotan dan perhatian banyak pihak. Bahkan, peme-rintah dan Bank Indonesia (BI) tampak pusing tujuh keliling menjinakkan liarnya pergerak-an rupiah.

Hingga awal pekan lalu, pe-merintah dan BI telah merilis tiga jilid paket ekonomi. BI juga turun tangan langsung ke pasar untuk memenuhi permintaan dollar Amerika Serikat (AS). Namun, nilai tukar rupiah cuma menguat tipis di awal pekan lalu, hingga kurs menjadi Rp 14.000-an per USD.

Tentu, pelemahan nilai tukar meningkatkan ketidakpastian alias risiko. Celakanya lagi, kondisi ekonomi domestik ma-sih lesu. Kombinasi kelesuan dan pelemahan nilai tukar ini mendatangkan pukulan ganda, baik bagi investor di pasar ke-uangan maupun pelaku usaha di sektor riil.

Ketika ketidakpastian me-ningkat, investor dan pebisnis cenderung menghindar (adver-se) untuk meminimalkan keru-gian dan memilih mengaman-kan aset. Jika kondisi seperti ini berlangsung dalam waktu lama, dampak bagi perekonomian tentu tidak baik.

Investor di pasar keuangan, khususnya investor asing, cen-derung menjauhi pasar saham. Ini tercermin dari aksi jual yang masih berlanjut sampai kini. Sepanjang Mei-September 2015, dana investor asing yang keluar (capital outflow) mencapai se-dikitnya Rp 30 triliun.

Karakter investor lokal yang masih ikut arus (herding behavior) membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi dan tertekan. Jika dihitung sejak awal tahun, IHSG sudah terdiskon sekitar 20%. IHSG pun menjadi salah satu indeks bursa saham dengan ki-nerja terendah di kelompok emerging market.

Kondisi sama terjadi di pasar Surat Utang Negara (SUN). Ru-piah yang cenderung tertekan, menjadi alasan investor untuk mengambil posisi jual. Sayang-nya, aksi jual ini lebih banyak dilakukan investor lokal (per-bankan). Per 29 September, ni-lai penjualan SUN oleh investor perbankan mencapai Rp 13 trili-un. Imbal hasil (yield) SUN sontak melambung.

Yield SUN dengan tenor 10 tahun sempat naik hingga 9,7% per akhir September. Saat ini yield berangsur-angsur turun ke level 9,1%, seiring dengan intervensi yang dilakukan pe-merintah dan BI.

Peningkatan yield mencer-minkan tingkat risiko pereko-nomian Indonesia ke depan cenderung naik. Dalam situasi seperti ini, Indonesia sangat membutuhkan kebijakan yang bisa menjaga agar kepercayaan investor tidak terus merosot.

Pelemahan nilai tukar rupiah juga memberikan tekanan ter-hadap sektor riil, khususnya

pada industri yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap barang-barang impor. Bagaima-napun, pelemahan nilai tukar membuat biaya impor mening-kat. Padahal, tingkat penjualan cenderung tertekan, akibat me-lambatnya pertumbuhan.

Agar marjin usaha tidak ma-kin tergerus, sektor rill mengen-cangkan efisiensi, baik berupa pengurangan produksi hingga p e m u t u s a n h u b u n g a n kerja (PHK).

Gelombang PHK yang terjadi dimanfaatkan sebagian kalang-an untuk menyerang pemerin-tah. Jika tidak ada kebijakan yang bisa menghentikan tekan-an PHK, dampak yang akan terjadi tidak cuma meroketnya tingkat pengangguran, tetapi juga rontoknya kredibilitas pe-merintah.

Ekonomi terbuka

Fluktuasi nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini tentu tidak dapat dilepaskan dari makin terbuka dan terintegrasinya perekonomian sebuah negara dengan kondisi global. Apalagi, saat ini, Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (floating rate) dengan lalu lin-tas devisa bebas.

Di satu sisi, keterbukaan eko-nomi memberikan dampak po-sitif pada pertumbuhan ekono-mi domestik. Aliran modal glo-bal menjadi bahan bakar bagi otot rupiah sekaligus menjadi amunisi bagi perekonomian. Apalagi, saat ini Indonesia me-miliki jurang yang lebar antara tabungan dan investasi (saving investment gap).

Ini tercermin dari rasio kredit perbankan terhadap GDP yang berada di level 30%. Salah satu yang paling rendah di Asia Tenggara. Indonesia sangat membutuhkan modal global.

Di sisi lain, aliran modal ini juga mendistorsi stabilitas nilai tukar, khususnya ketika keti-dakpastian (risiko) meningkat. Itulah sebabnya, bagaimana ketika terjadi tarik ulur kebijak-an penaikan suku bunga acuan di AS dan devaluasi mata uang yuan secara mendadak pada Agustus lalu, rupiah langsung bergejolak. Tekanan terhadap rupiah semakin kuat karena para spekulan ikut bermain.

Pemerintah, BI, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah me-respon pelemahan rupiah de-ngan berbagai kebijakan. Paket yang muncul September lalu bermaksud menguatkan otot rupiah sekaligus mendorong ekonomi yang lesu. Pekan lalu, pemerintah mengeluarkan pa-ket yang ditujukan untuk men-dorong daya beli.

Pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya bisa menjadi mo-mentum untuk mempercepat pembenahan pondasi pereko-nomian Indonesia yang selama ini relatif rapuh. Bagaimanapun, jika pondasi perekonomian ko-koh, ketidakpastian eksternal dapat diminimalkan, hingga ti-dak memberikan pukulan hebat terhadap nilai tukar. India dan Filipina yang saat ini relatif ber-hasil membenahi pondasi per-ekonomiannya, nilai tukarnya tidak anjlok terlalu signifikan seperti yang dialami rupiah.

Tentu, pembenahan pondasi ekonomi ini tidak akan berhasil jika hanya dikerjakan pemerin-tah pusat. Pemerintah daerah juga memainkan peran yang penting di era desentralisasi. Kerjasama, koordinasi, kekom-pakan, dan penghindaran friksi sangat dibutuhkan untuk mem-perkuat pondasi itu.

Bagaimanapun, Indonesia masih investor global sebagai negara tujuan investasi yang menarik dan menguntungkan. The Economist menempatkan Indonesia di peringkat kedua tujuan investasi di Asia Pasifik, setelah Tiongkok, pada 2015. Investor global tertarik masuk ke Indonesia karena besarnya jumlah penduduk dan didomi-nasi oleh usia produktif.

Sayang aliran investasi ini cenderung tertahan, karena ke-tidakpastian regulasi dan per-izinan, buruknya kualitas dan kuantitas infrastruktur, rendah-nya kualitas birokrasi, dan lain-nya. Dan, inilah masalah-masa-lah yang sedang dibenahi Peme-rintahan Joko Widodo.

Akibat banyaknya hambatan, investor global mengalihkan perhatiannya ke pasar keuang-an yang bersifat jangka pendek, tidak memberikan nilai tambah besar terhadap perekonomian, dan rentan mengguncang stabi-litas makroekonomi, khususnya nilai tukar.

Harus diakui bahwa tren alir-an dana global yang masuk ke pasar keuangan Indonesia cen-derung naik. Untuk itu, perlu upaya agar dana global ini mengalir masuk ke sektor riil, yang akan memberikan faedah terhadap perekonomian. o

Desmon Silitonga, Analis di pasar keuangan

Indonesia

ditempatkan

sebagai negara

tujuan investasi

kedua di Asia

Pasifik.

Analisis Ekonomi

Dialog TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 31

Gelombang PHK mere-bak, bisnis program pesangon berkibar.

Roy Franedya, Dian S Pertiwi

Ekonomi lesu dan pele-mahan nilai tukar menja-di masalah yang membu-

at pusing pengusaha. Ekonomi kurang darah menyebabkan produksi turun. Maklum per-mintaan juga turun. Apalagi, di lain sisi, rupiah yang sempat meriang menyebabkan harga bahan baku meningkat.

Dalam kondisi ini pengusaha dihadapkan pada masalah ke-cilnya pendapatan dan beban yang besar. Langkah yang tak jarang ditempuh perusahaan adalah mengurangi jumlah kar-yawan melalui pemutusan hu-bungan kerja (PHK). Berdasar-kan data Kementerian Ketena-gakerjaan, awal September lalu angka PHK mencapai 26.506 pekerja. Dari total angka terse-but, industri di Jawa Barat ter-catat yang paling banyak meru-mahkan karyawan (12.000 orang). Perusahaan-perusahaan tetangganya di Banten menyu-sul dengan angka 5.432 orang.

Arus PHK memicu gelombang pencairan jaminan hari tua (JHT) di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketena-gakerjaan. Direktur Investasi BPJS Ketenagakerjaan Jeffry Haryadi mengatakan, hingga semester I 2015 jumlah klaim JHT hanya Rp 6 triliun. Jumlah tersebut sebagian besar merupakan pencairan klaim dari pekerja yang memang me-masuki masa pensiun.

Memasuki awal kuartal III pengajuan klaim meningkat drastis. Juli dan Agustus ada pencairan klaim hingga senilai Rp 1,9 triliun dan September mencapai Rp 2 triliun. Manaje-men BPJS menganalisis pening-katan klaim tersebut memang karena peningkatan jumlah PHK dan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun

2015 tentang JHT. Dalam aturan ini, pemerintah membolehkan pencairan JHT sesuai besaran saldo jika pekerja berhenti be-kerja atau terkena PHK. Jadi pencairan tak perlu me-nunggu usia 56 tahun.

Dalam aturan ini, BPJS mem-berikan masa tunggu 1 bulan. Artinya, pekerja yang mengun-durkan diri atau PHK diberi ke-sempatan mencari pekerjaan baru dalam 1 bulan. Jika dalam waktu 1 bulan tidak dapat pe-kerjaan maka JHT bisa dicair-kan dengan asumsi perlu biaya hidup. Aturan ini berlaku sejak September lalu.

Sebelum aturan tersebut di-terbitkan, total klaim JHT se-mester I 2015 baru 110.000 klaim. Pasca aturan terbit, klaim meningkat. “Klaim peng-unduran diri termasuk PHK per September sudah mencapai

230.000 klaim dengan nilai anta-ra Rp 1,4 triliun hingga Rp 1,5 triliun,” ujar Jeffrey.

Program Pesangon

Dalam kondisi susah selalu saja ada peluang bisnis. Begitu-lah kira-kira yang dirasakan Dana Pensiun Lembaga Ke-uangan (DPLK) saat ini. Berkah tersebut didapatkan melalui Program Pensiun Untuk Kom-pensasi Pesangon (PPUKP).

Dalam program ini DPLK bertindak sebagai pihak yang menyediakan dana jika nanti perusahaan membayarkan pe-sangon dari karyawan yang di PHK. Bentuknya, perusahaan akan mempercayakan sejumlah dana pada DPLK sesuai target dana pesangon yang akan dibe-rikan ketika karyawan di PHK.

Dana tersebut akan diinvestasi-kan. Pada awal tahun berikut-nya DPLK akan meminta per-usahaan menambah kekurang-an dana tersebut sesuai dengan kenaikan gaji karyawan diku-rangi imbal hasil karyawan.

Berdasarkan data Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Ke-uangan (ADPLK), hingga Se-mester I-2015 total dana kelola-an sudah diatas Rp 7 triliun. Padahal tahun ini asosiasi ha-nya menargetkan dana kelolaan Rp 6 triliun. Dana kelolaan ini berasal dari 18 DPLK. Kini ada 25 DPLK beroperasi.

Menurut Maya Susiana, Group Head of DPLK Business

Unit DPLK PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, minat perusaha-an mengikuti program ini cukup besar. Banyak perusahaan yang menanyakan program tersebut sebagai antisipasi jika terjadi perlambatan ekonomi.

Selain itu, pengelolaan pesa-ngon lewat DPLK lebih murah ketimbang dikelola sendiri. Pe-merintah menjanjikan Pajak pesangon yang dibayarkan me-lalui DPLK maksimal 5% se-dangkan dikelola perusahaan sendiri tarif pajaknya bisa men-capai 25%.

Maya bilang hingga saat ini total dana kelolaan program pesangon Tugu Mandiri menca-pai Rp 30 miliar. Dana tersebut berasal dari 5 perusahaan. Per-kembangan dana tersebut cu-kup pesat. Pasalnya, DPLK Tugu Mandiri baru menseriusi bisnis tersebut sejak awal tahun ini. Tugu Mandiri banyak meng-incar perusahaan minyak bumi dan gas (migas).

SS Setiawan, pengurus DPLK Muamalat juga mengungkapkan hal yang sama. Bayangkan saja, DPLK Muamalat baru mena-warkan program pesangon se-jak tahun lalu, saat ini kontribu-sinya sudah mencapai 5% hing-ga 6% dari total dana kelolaan. Per September DPLK Muamalat telah mengelola dana Rp 820 miliar. Dana program pesangon tersebut berasal dari 20 perusa-

haan dengan total pekerja men-capai 4.000 orang.

Kurniawan bilang sejak Mei lalu ada satu hingga dua perusa-haan yang mencairkan program pensangonnya. Perusahaan ter-sebut mempercepat pencairan-nya, dari perjanjian semula se-lama 10 tahun, karena melaku-kan PHK.”Tetapi penarikannya secara bertahap hingga akhir 2015 dengan nilai tak lebih dari Rp 2 miliar. Kami masih bisa menutupi penarikan tersebut dari pertumbuhan investasi dana kelolaan,” ujarnya.

DPLK Muamalat berencana menjadikan program pesangon sebagai produk utama meng-genjot pertumbuhan. Caranya dengan mengeluarkan program pesangon yang menyasar ritel. Program ini akan diluncurkan tahun depan.

Anna Maria Ciadarma, Peng-urus DPLK BRI mengatakan program pesangon jadi salah satu produk yang bisa men-dongkrak pertumbuhan dana kelolaan DPLK BRI. Saat ini to-tal dana kelolaan program pesa-ngon mencapai Rp 500 miliar. Akhir tahun BRI menargetkan dana kelolaan Rp 5,5 triliun.

Anna menjelaskan bisnis program pesangon belum tum-buh pesat. Pasalnya, beberapa perusahaan masih menunggu aturan keriganan pajak keluar. ”Perlahan tapi pasti beberapa perusahaan sudah mendaftar ikut program pesangon,” jelas Anna.

Maya menambahkan meski program pesangon sangat men-janjikan, tahun ini pertumbuh-annya belum akan terlalu pe-sat. Pasalnya, awal tahun Oto-ritas Jasa Keuangan (OJK) meminta DPLK memperbaiki izin. Semua DPLK yang menda-patkan izin penjualan program pesangon mencantumkan ske-ma pembayaran secara bulan-an. Program tersebut merupa-kan skema JHT.OJK meng-inginkan skema pembayaran pesangon secara tunai ketika karyawan di PHK. o

Berkah dari Maraknya Ancaman PHK

DPPK-PPMP

69,65%

DPLK

19,46%

DPPK-PPIP

10,89%

Total asetRp 187,52 Triliun

Investasi Dana PensiunBerdasarkan Jenis Program per 31 Des 2014

Perkembangan industri dana pensiun

Pelaku2013 2014

Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

DPPK PPMP 198 198 197 195 195

DPPK PPIP 43 43 43 45 47

DPLK 24 24 24 25 25

Jumlah 265 265 264 265 267

Sumber OJK

KONTAN/Baihaki

32 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 Keuangan

Aksi Konkrit untuk Bantu Korban PHK

JIKA kita membaca opini di berbagai media ekonomi bela-kangan ini, rasa pesimisme ter-hadap situasi di negeri ini sulit dihindari. Masalah ekonomi yang membelit negeri ini seakan tidak pernah ada habisnya.

Namun daripada hanya bisa mengeluh, ada baiknya kita mulai bahu membahu mencari solusi. Ambil contoh, para pe-gawai negeri sipil (PNS) berse-dia sebagian dari gajinya dipo-tong. Penghematan dari belanja anggaran yang rutin itu bisa dialokasikan pemerintah untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena PHK. Bentuk-nya bisa berupa bantuan lang-sung tunai ataupun melalui anggaran biaya pendidikan.

Membiarkan mereka yang sedang kesulitan sepertinya ti-dak sesuai dengan semangat nawacita? Terima kasih

Uuh Suparman, Bogor - Jawa Barat

Harga BBM Membebani Rakyat KecilBEBERAPA waktu lalu, Badan Pusat Statistik mengumumkan jumlah penduduk miskin di In-donesia bertambah menjadi 11,22% dari total penduduk per Maret lalu, atau sebanyak 28,59 juta jiwa.

Adapun rincian jumlah pen-duduk miskin per pulau adalah sebagai berikut. Pulau Jawa se-

banyak 15, 45 juta jiwa, Sumatra sebanyak 6,37 juta jiwa, Pulau Bali dan Nusa Tenggara seba-nyak 2,18 juta jiwa, Pulau Sula-wesi sebanyak 2,12 juta jiwa, Pulau Maluku dan Papua seba-nyak 1,49 juta jiwa dan Pulau Kalimantan 0,98 juta jiwa.

Penduduk miskin diduga bertambah karena sejumlah kebijakan pemerintah yang ti-dak peka terhadap kehidupan rakyat kecil. Salah satunya ada-lah kebijakan menaikkan harga BBM di saat harga minyak du-nia melandai, beberapa waktu lalu. Salah satu akibat dari ke-naikan harga BBM adalah ba-nyaknya nelayan yang gulung tikar. Ambil contoh, di Pelabu-han Ratu, Jawa Barat. Hampir 90% kapal motor milik nelayan di sana kini tak beroperasi kare-na tingginya biaya operasional.

Nelayan hanya satu kelom-pok masyarakat kecil yang be-ban hidupnya bertambah akibat kebijakan harga BBM. Pemerin-tah wajib memberi insentif ke masyarakat kecil agar hidup mereka kian sejahtera, dan bu-kan sebaliknya.

Yosef Wijaya, DKI Jakarta

PRESIDEN Jokowi harus te-tap memegang komitmen me-nurunkan tarif listrik dan har-ga BBM. Itu adalah bentuk kebijakan yang akan berdam-pak langsung terhadap per-ekonomian rakyat banyak.

0878 75633***

USUL badan legislatif DPR membatasi peran KPK agar lembaga itu hanya bisa mem-proses kasus korupsi dengan

potensi nilai kerugian negara di atas Rp 50 miliar patut di-pertanyakan. Apakah ada udang di balik batu?

0816 852***

PEMILIK mobil baru dirugi-kan dengan lamanya proses pembuatan STNK yang ham-pir 1 bulan. Itu berarti, masa efektif STNK cuma 11 bulan.

0878 82292***

Surat & PendapatGedung KONTAN

Jl. Kebayoran Lama No. 1119Jakarta 12210

Telepon(021) 535 7636(021) 532 8134

Faksimili(021) 535 7633

SMS0817 0177 738

[email protected]

PERTANYAAN:

Apakah biaya pengobatan karyawan yang ditanggung perusahaan, bisa diakui se-bagai biaya yang mengurangi laba? Di tempat saya beker-ja, direktur dan komisaris sering mengajukan klaim biaya pengobatan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, ke perusahaan. Teri-ma kasih atas penjelasan Bapak.

Yenny,

Jakarta Utara

JAWABAN:

ATURAN tentang apa saja biaya pegawai yang boleh dibebankan sebagai biaya pengurang laba termuat dalam Pasal 6 dan Pa-sal 9 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Peng-hasilan (PPh).

Pasal 6 menjelaskan berbagai pengeluaran yang boleh dibe-bankan sebagai biaya pengu-rang laba kena pajak (deducti-

ble expense). Sedang Pasal 9 menyebutkan beragam biaya yang tidak boleh dibebankan atau non-deductibe expense.

Jika biaya pegawai diberikan dalam bentuk tunai secara lang-sung ke pegawai dapat dibeban-kan sebagai biaya di SPT Ta-hunan PPh perusahaan, alias

termasuk deductible expense. Pasal 6 ayat 1 huruf a angka 2 UU PPh menyebutkan bahwa biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

Pengeluaran-pengeluaran se-hubungan dengan pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan harus diberikan dalam bentuk uang. Pengeluaran yang dilaku-kan dalam bentuk natura, atau kenikmatan, seperti fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh dibe-bankan sebagai biaya. Bagi pi-hak yang menerima atau menik-mati, itu juga tidak termasuk penghasilan.

Namun, pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat 1 huruf e, boleh dibebankan sebagai bia-ya. Contohnya pembangunan mess karyawan di daerah ter-tentu yang fasilitas infrastruk-turnya tidak memadai.

Adapun bagi karyawan, peng-gantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan, berkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang di-terima dalam bentuk bukan uang. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti

beras, gula, dan sebagainya, dan imbalan dalam bentuk ke-nikmatan, seperti penggunaan mobil, rumah, dan fasilitas pengobatan bukan merupakan objek pajak penghasilan.

Untuk perusahaan, apabila biaya pengobatan karyawan di-masukkan bentuk tunjangan uang kesehatan bagi karyawan, maka biaya tunjangan kesehat-an itu merupakan objek PPh Pasal 21 bagi karyawan. Dan bagi perusahaan, biayanya me-rupakan biaya yang dapat dibe-bankan untuk mengurangi penghasilan kena pajak atau deductibe expense.

Namun apabila pengobatan karyawan dimasukkan ke da-lam biaya pengobatan, maka bagi penerimanya ia bukan ob-jek PPh Pasal 21. Dan bagi per-usahaan, biaya pengobatan ter-sebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya pengurang laba atau non deductible expense. Nanti, saat perhitungan SPT Tahunan PPh Badan, akan dila-kukan koreksi fiskal positif.

Demikianlah penjelasan kami, semoga bermanfaat. o

Agus Susanto Lihin dan Hendra WijanaPraktisi Pajak

Kirimkan pertanyaan untuk rubrik Konsultasi Pajak

ke alamat e-mail: [email protected]

(sertakan data diri)

Biaya Berobat Karyawan

Konsultasi Pajak

SMS

Surat & SMS TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 33

WARTAWAN ”KONTAN” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER

Penerbit: PT Grahanusa Mediatama Surat Izin: Surat Keputusan Menpen Nomor 307/ SIUPP/B.1/1996, tanggal 19 Maret 1996. Direktur: Lukas Widjaja, Ardian Taufik Gesuri Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ardian Taufik Gesuri Dewan Redaksi: Ardian Taufik Gesuri, Mesti Sinaga, Hasbi Maulana, Hendrika Yunapritta, Djumyati Partawidjaja, Titis Nurdiana, Bagus Marsudi, Ahmad Febrian, Markus Sumartomdjon, R. Cipta Wahyana, Barly Haliem Noe, Asih Kirana Wardani, Johana Ani Kristanti, Umar Idris, Harris Hadinata, Thomas Hadiwinata, Yuwono Triatmodjo, Khomarul Hidayat, Syamsul Ashar, SS Kurniawan, Havid Vebri, Wahyu Tri Rahmawati, Uji Agung S. Asnil

Bambani Amri, Lamgiat Siringoringo, Sanny Cicilia, Barratut Taqiyyah, Sandy Baskoro, Ruisa Khoiriyah, Avanty Nurdiana, Adi Wikanto, Dupla Kartini, Ignatius Andri Indradie, Rizki Caturini, Fransiska Firlana S., Anastasia Lilin, Roy Franedya Hutabarat, Amal Ihsan Hadian, Azis Husaini, Dessy Rosalina Pasaribu, Anna Suci Perwitasari, Fitri Nur Arifenie, Yudho Winarto, Dikky Setiawan, Herlina Kartika D., Hendra Gunawan, A. Herry Prasetyo, Amailia Putri Hasniawati, Tedy Gumilar, Sofyan Nur Hidayat, Christine Novita, Fahriyadi, Ragil Nugroho, Mona Debora Tobing, Nina Dwiantika, Asep Munazat Zatnika K, Wahyu Satriani Ari Wulan, Dea Chadiza Syafina, Petrus Dabu, Noverius Laoli, Adisti Dini Indreswari, Handoyo, Narita Indrastiti, Muhammad Yazid, Dadan M. Ramdan, Tendi Mahadi, Marantina Napitu, Merlinda Riska, Melati Amaya Dori, Dina Farisah, Agus Triyono, Ignatia M. Sri Sayekti, Dityasa Hanin F., Tri Sulistiowati, Surtan Pantas H.S., Agung Jatmiko, Oginawa Ramadhan Prayogo, Adinda Ade Mustami, Raden Roro Putri W., Annisa Anindita Wibawa, Issa Almawadi, Adhitya Himawan, Francisca Bertha Vistika Putri, Mimi Silvia, Wuwun Nafsiah, Benediktus Krisna Y., Ranimay Syarah, Pratama Guitarra, Narita Indrastiti, Jane Aprilyani, Maggie Quesada Sekretariat Redaksi: Santi Manager Produksi & Pengarah Rancang Grafis: Indra Surya Rancang Grafis: Candra Kusmana, Hendrik ST Oloan Tambunan, Steve G.A., Pj. Praksa, Thomas Luhur M. Redaktur Foto: Hendra Suhara Fotografer: Achmad Fauzie, Carolus Agus Waluyo, Wicaksono Daniel Prabowo, Cheppy A. Muchlis, Muradi, Baihaki, Fransiskus Parulian Penyelaras Warna: Pandji Indra, Alri Kemas N. Riset dan Dokumentasi Foto: Melly Anne Firdianti, Dedi Sukamto, Nasrudi Kaisuku Redaksi Bahasa: Tri Adi Sarwoko, Catur Ari Wibowo Perpustakaan dan Pemelihara Data: Deni Riaddy, Deti Riswiani, Priyanto, Nugroho, Iklan: Aris Akhmadi, B. Erna Haryati, Sesilia Artanto, M. Iqbal, Risang Wahyu P., Indah Sulistyorini M., Farrel Dewantara, Nurul Maulidya L., Yosua Agus, FX Tutur Wibowo, Adhika Kirana, Hani Sukma Adji Corporate Circulation: Eko Suranto Marketing Communication: Thomas Y. Widyanto, Tutur Wibowo, Renggo Kutut Kujantoko, Gusmaiwan Lubis, Lucky Alan KontanAcademy: Margaretha Matasak, Guido S. Radityo, NgadirinAlamat Redaksi: Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210 Iklan: Gedung KOMPAS GRAMEDIA, Jalan Palmerah Selatan No. 22-28 unit II Lt. 2, Jakarta Selatan 10270 Sirkulasi: Gedung KOMPAS, Jalan Gajah mada No.109-110A Jakarta 11140 Telepon: Redaksi (021) 535 7636, 532 8134, Iklan (021) 536 79909, 548 3008 Faksimile: Redaksi: (021) 535 7633, Iklan: (021) 5369 9080, Sirkulasi (021) 260 0972 E-mail: [email protected], Web site: www.kontan.co.id, Dicetak oleh: Percetakan PT Gramedia Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan Tabloid Kontan 3015: Display / Advertorial min. FC 31.000,-/mmk (min.600 mmk), BW 26.000,-/mmk (min.40 mmk), Iklan Kuping, Halaman depan FC 12.000.000, Halaman dalam FC 5.600.000, Halaman belakang FC 11.500.000, Banner, Halaman depan FC 31.500.000, Halaman dalam BW 4.350.000, Halaman dalam FC 9.000.000, Halaman belakang FC 16.000.000, Kolom. 8x terbit, 1 kolom x 100 mm, BW 4.000.000, 2 kolom x 50 mm BW 4.000.000, 2 kolom x 100 mm BW 7.800.000, Surcharge untuk halaman 3 & 40 (Back cover) 20%, Catatan: Tarif di atas belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku 1 Januari 2015, harga dalam IDR.

Tabloid

Paket kebijakan OJK fokus UMKM, ketersediaan valas, dan kualitas kredit.

Roy Franedya, Dian S Pertiwi

Melawan siklus (counter-cylical) seakan menjadi mantra pemerintah dan

regulator pembuat kebijakan belakangan ini. Ya, semangat melawan siklus itu yang menja-

di landasan berbagai kebijakan ekonomi yang dirilis pemerin-tah bersama regulator di sektor keuangan, mulai dari paket ekonomi jilid I hingga jilid III. Dunia usaha berusaha dirang-

sang dan sektor-sektor produk-tif terus diberi insentif.

Terbaru, Otoritas Jasa Ke-uangan (OJK) mengeluarkan enam paket kebijakan sekali-gus. Perinciannya, dua untuk sektor perbankan dan empat untuk industri perbankan non-bank. Inti aturan OJK kali ini bertujuan mengamankan pasokan valas di dalam negeri, mengubah ketentuan kualitas kredit, mendorong sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta industri kreatif (lihat tabel).

Bagi perbankan, OJK melong-garkan ketentuan menjalankan bisnis penitipan dan pengelola-an devisa hasil ekspor (DHE) yang biasa disebut trust. Dalam aturan terdahulu, ada syarat ketat yang harus dipenuhi bank yang ingin menjadi trustee.

Ambil contoh, memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequaty ratio (CAR) minimal 13% selama 18 bulan berturut-turut. Lalu, tingkat kesehatan bank minimal peringkat 2 alias baik selama satu tahun terakhir. Bagi kantor cabang bank asing (KCBA), ada aturan tambahan yaitu berbadan hukum Indone-sia, setelah menggarap bisnis trust selama setahun.

Pagar yang rapat semacam itu dinilai sebagai penyurut niat bank menjadi trustee. Dua ta-hun setelah diluncurkan, hanya ada tiga bank yang menjadi trustee, yakni Bank Mandiri, BNI dan BRI.

Dalam aturan terbaru, CAR hanya disesuaikan dengan pro-fil resiko dan tingkat kesehatan minimal peringkat 2 selama enam bulan berturut-turut. Dan KCBA tak lagi wajib berbadan hukum Indonesia.

Mulya Efendi Siregar, Deputi

Komisioner Pengawasan Per-bankan OJK mengatakan, tuju-an relaksasi adalah melancar-kan pasokan valas di dalam ne-geri agar tekanan terhadap rupiah berkurang. “Dengan re-laksasi ini ada 20 bank umum dan tiga KBCA yang memenuhi syarat menjadi trustee,” ujar-nya. Relaksasi ini juga diharap-kan memancing KCBA di Indo-nesia yang selama ini memiliki spesialisasi dana bisnis trust, untuk mengalirkan DHE yang biasa terparkir di Singapura kembali ke Indonesia.

Dalam paket kedua, pemerin-tah menjanjikan insentif berupa pemangkasan tarif pajak bagi eksportir yang menyimpan hasil ekspor dalam bentuk deposito dan mengonversinya ke rupiah. Hitungan versi pemerintah, in-sentif tersebut membuat bunga deposito perbankan di sini lebih tinggi 1%-2% daripada bunga deposito di Singapura.

Pelonggaran juga menyentuh penentuan kualitas kredit satu debitur yang memiliki banyak proyek. Kini, bank bisa mene-tapkan kualitas kredit yang berbeda-beda untuk tiap-tiap proyek yang dimiliki satu debi-tur yang sama. Syaratnya, si debitur melakukan pemisahan arus kas. Aturan ini bisa menu-runkan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di bank.

Dalam aturan sebelumnya, kualitas kredit satu debitur yang memiliki beberapa proyek dipukul rata. Bank biasanya menetapkan kualitas kredit terburuk dari beberapa proyek yang dimiliki debitur.

Sektor UMKM

Paket pertama untuk industri

Pelonggaran aturan di sektor keuangan agar ekonomi berputar lebih kencang.

Obat Agar Roda Ekonomi Kecil Bisa Bergerak Lagi

Laporan KhususLaporan Khusus34 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015

keuangan non-bank adalah pe-luncuran skema asuransi perta-nian. Ini adalah skema proteksi bagi petani dalam menghadapi potensi gagal panen karena faktor alam.

Sebesar 20% dari premi akan ditanggung petani, dan 80% dari premi jadi beban pemerintah. Dalam hitungan OJK, premi yang harus dibayarkan per mu-sim, atau empat bulan, menca-pai Rp 180.000 per hektare (Ha). Adapun harga pertanggungan yang didapatkan petani Rp 6 juta per ha.

Pemerintah telah mengaloka-sikan dana dari Anggaran Pen-dapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp 180 miliar

untuk asuransi pertanian. Dana tersebut diyakini cukup untuk mengkover 1 juta ha lahan

Deputi Komisioner Peng-awasan Industri Non-Bank, Du-moly Pardede mengatakan, asuransi ini membuka akses petani ke kredit bank. Total kredit yang disiapkan untuk petani sendiri mencapai Rp 6 triliun. ”Kementrian BUMN me-nunjuk pelaksana asuransi per-tanian adalah Asuransi Jasin-do,” tutur dia.

OJK juga merilis aturan yang merevitalisasi industri modal ventura. OJK akan memperluas badan hukum yang bisa menja-di perusahaan modal vantura. Jika sebelumnya, hanya kope-rasi dan Perseroan terbatas (PT), kini badan hukum perse-roan komanditer (PK) dan pa-tungan antara perusahaan mo-dal ventura dengan beberapa pemilik dana yang ingin meng-investasikan dananya dalam bentuk kontrak investasi bersa-ma (KIB), juga diperbolehkan.

Bisnis yang bisa digarap mo-dal ventura juga diperluas. Per-usahaan modal ventura bisa menggarap pendapatan jasa berbasis fee. Contohnya, de-ngan memberikan jasa konsul-tasi di bidang administrasi, akuntansi, manajemen dan pe-masaran. “Modal ventura bisa membeli surat utang dalam rangka mendukung perusahaan start-up,”jelas Dumoly.

Guna mendukung industri kreatif, OJK bersama Badan Ekonomi Kreatif akan mendo-rong pembentukan konsorsium industri pembiayaan yang ter-gabung dalam Asosiasi Perusa-haan Pembiayaan Indonesia (APPI) bersama Lembaga Pem-biayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Pembiayaan ini akan mendapat penjaminan dari per-usahaan penjaminan yang ter-

gabung dalam Asosiasi Perusa-haan Pembiayaan Indonesia.

Paket kebijakan terakhir ada-lah pemberdayaan LPEI. Ada beberapa aturan yang disiap-kan. Pertama, penghapusan perhitungan CAR. Sebelumnya, LPEI wajib menjaga CAR mini-mal 8% karena LPEI menghim-pun dana pihak ketiga.

Setelah LPEI dilarang meng-himpun DPK, rasio ketahannya diubah menjadi rasio pembia-yaan terhadap aset atau finan-cing to asset rasio (FAR). Nah, manajemen LPEI harus menja-ga FAR di atas 75%.

Kedua, LPEI harus membia-yai sektor UMKM minimal 5% dari total pembiayaan. Kategori

UMKM yang dimaksud merujuk pada Undang-Undang Nomor 28 tentang UMKM.

Ketiga, gearing ratio LPEI maksimal 20 kali. Contohnya, modal LPEI Rp 4 triliun. Maka pinjaman yang diberikan plus surat utang yang diterbitkan dalam rangka pembiayaan mak-simal Rp 80 triliun.

Penguatan lembaga

Hadirnya paket kebijakan sektor keuangan itu disambut baik pengamat. Kebijakan ter-sebut dinilai aplikatif dan men-

jawab tantangan.Sunarsip, Chief Economist

Indonesia The Indonesia Eco-nomic Intelligence mengatakan kebijakan jilid III bisa menguat-kan industri keuangan. Pem-bentukan asuransi pertanian memang sudah lama ditunggu. Asuransi pertanian bisa mengu-rangi resiko ketidakpastian dan menghindarkan petani dari ke-rugian. Kebijakan asuransi per-tanian sekaligus melengkapi kebijakan resi gudang yang ber-laku beberapa tahun lalu.

Kebijakan relaksasi bisnis trust diyakini akan mempermu-dah masuknya valas dalam sis-tem perbankan nasional. Aturan ini buat banyak bank tertarik dalam bisnis ini. Persaingan akan semakin kompetitif dan menghilangkan monopoli bank tertentu dalam bisnis trust. “Pa-ket kebijakan OJK kali ini me-miliki dampak yang cukup sig-nifikan bagi peningkatan kapa-sitas institusional sektor keuangan. Sekaligus memper-kuat perekonomian nasional dalam jangka menengah dan panjang,” ujar Sunarsip.

Agus Wicaksono, Ketua Aso-siasi Modal Ventura Indonesia (AMVI) mengatakan paket ke-bijakan untuk perusahaan mo-dal ventura bertujuan mengem-balikan perusahaan modal ven-tura ke asalnya. Sekarang ini, modal ventura fokus mengga-rap modal bisnis pembiayaan dengan sistem bagi hasil, jika klien berhasil.

Padahal, modal awal bisnis ventura adalah penyertaan mo-dal. Modal ventura masuk ke usaha-usaha yang dianggap prospektif dengan menjadi pe-megang saham. Setelah usaha berkembang pesat, modal ven-tura akan meninggalkan per-

usahaan tersebut.Karena tidak fokus ke bisnis

asalnya, modal ventura tidak berkembang. Saat ini, yang ber-kembang pesat adalah private equity skala global yang dis-okong modal besar.

Agus menambahkan bisnis berbasis jasa juga memperluas cakupan bisnis modal ventura. Salah satu fungsi modal ventura memang sebagai penasihat klien. Namun jasa tersebut ti-dak dihitung karena sudah ma-suk dalam pola bagi hasil jika klien berhasil.

Enny Sri Hartati, Direktur In-stitute for Development of Eco-nomics and Finance (INDEF) mengatakan, meski paket kebi-jakan OJK positif, tetapi ada beberapa masalah yang belum terselesaikan. Ia mencontoh-kan asuransi pertanian yang butuh dukungan APBN. Itu ber-arti asuransi ini paling cepat baru terlaksana 2016.

Dalam modal ventura, ia me-lihat persoalan yang belum ter-jawab adalah bagaimana mem-buat masyarakat percaya untuk ikut menaruh uang. Masyarakat yang punya dana tidak merasa aman menjadi investor bagi usaha baru alias start up. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya perlindungan terhadap investor.

Dalam bisnis trust, ada per-soalan bagaimana meyakinkan investor asing agar mau meni-tipkan dananya di bank nasio-nal. Indonesia masih dianggap belum memiliki kepastian hu-kum yang memberi mereka ke-nyamanan. “Secara teori bisa saja modal masuk tapi kalau kepastian hukum tidak ada, hal itu tidak akan bertahan lama.

Semoga saja paket kebijakan bisa segera direalisasikan . o

KONTAN/Cheppy A. Muchlis

Pelonggaran bisa

mengembalikan

modal ventura

sebagai pihak

yang melakukan

modal di start up.

Obat Pendorong Ekonomi Dari OJK1. Memperkuat pasokan valas

Pelonggaran izin usaha penitipan dan pengelolaan dana (trust):

a. Bank dapat menyelenggarakan bisnis trust jika mampu menjaga minimum permodalan sesuai dengan profil resiko dan tingkat kesehatan minimal kompositif 2 (Baik) selama 6 bulan berturut-turut.

b. KCBA bisa menyelenggarakan bisnis trust jika meme-nuhi syarat di atas tanpa perlu menjadi badan hukum Indonesia.

2. Perlindungan Petani

Pemerintah akan meluncurkan skema asuransi pertanian dimana 20% premi akan dibayar petani dan 80% oleh pemerintah

3. Modal ventura

a. Perluasan jenis kelembagaan: Perseroan Komanditer (PK) dan dana ventura yang dibentuk berdasarkan kontrak investasi kolektif berhak melakukan kegiatan modal ventura

b. Perluasan bisnis: Perusahan Modal Ventura bisa menyelenggarakan kegiatan berbasis fee sesuai dengan bisnis yang digarap

4. Pemberdayaan ekonomi kreatif dan UMKM

Akan didorong pembentukan konsorsium Industri Pembia-yaan yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Pembiaya-an Indonesia (APPI) bersama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

5. Peningkatan peran LPEI

a. Penghapusan ketentuan batas modal minimum dan menggantikannya dengan aturan financing aset ratio.

b. Batas minum penyaluran pembiayaan UMKM

6. Kualitas kredit

Penilaian kualitas kredit debitur yang memiliki beberapa proyek dan mendapat mendapatkan pembiayaan dari beberapa bank dapat ditetapkan berbeda (one project concept).

Sumber: Riset KONTAN

Laporan KhususLaporan Khusus TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 35

Paket kebijakan ekono-mi jilid III jadi obat bagi industri padat karya.

Fransiska Firlana, Merlinda Riska

Akhirnya Pak Eko datang lagi membawa angin se-gar. Paket Ekonomi alias

Pak Eko Jilid III yang diumum-kan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution bersama beberapa menteri di istana negara, Rabu (7/10) dirasakan oleh pelaku industri lebih menggigit, lebih riil, dan lebih menjawab perso-alan ketimbang Pak Eko I dan Pak Eko II. Sekalipun belum sesuai harapan sepenuhnya, sudah bisa menjadi obat penye-mangat bagi pelaku industri yang saat ini dihantui pereko-nomian yang lesu darah.

Sama seperti pada Pak Eko I dan II, melalui Pak Eko III ini pemerintah juga ingin memper-baiki iklim usaha. Caranya de-ngan mempermudah, memper-jelas, menekan biaya mengurus perizinan dan syarat-syarat ber-usaha di Indonesia. “Selain ke-mudahan dan kejelasan berusa-ha, pemerintah juga menekan biaya,” kata Darmin dalam kon-ferensi persnya. Menekan biaya

yang dimaksud adalah efisiensi untuk menekan biaya produksi bidang industri khususnya in-dustri padat karya.

Langkah ini diambil untuk menghalau gelombang pemu-tusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri padat karya

yang sudah di depan mata. Sek-tor ini memang rentan tergon-cang kala ekonomi melemah. Sebab mereka juga harus me-nanggung beban kenaikan tarif listrik dan upah minimum pro-vinsi (UMP). Komponen-kom-ponen inilah yang cukup besar

menyumbang biaya operasio-nal. Alhasil, banyak yang mela-kukan efisiensi untuk menyia-sati margin yang kian rendah karena ekonomi melemah. Sa-lah satunya ya mengurangi pro-duksi dan jam kerja.

“Industri yang rawan PHK banyak yang kesulitan cashflow sehingga banyak listrik tertung-gak,” kata Sudirman Said, Men-teri Energi Sumber Daya Mine-ral (ESDM). Untuk itu dalam kebijakan pemerintah kali ini juga disinggung mengenai in-sentif listrik. Pak Eko Jilid III memang lebih banyak mempri-oritaskan industri.

Secara garis besar, Pak Eko Jilid III mencakup kebijakan di dua bidang, yaitu keuangan dan industri. Di bidang industri, ada kebijakan penurunan tarif lis-trik, harga bahan bakar minyak, dan gas. Selain itu juga ada ke-bijakan penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan pe-nanaman modal (lihat box).

Sudirman bilang, sejak 1 Ok-tober 2015 harga avtur, LPG 12 kilogram (kg), Pertamax, dan Pertalite diturunkan. Harga BBM jenis solar juga turun yak-ni sebesar Rp 200 per liter se-hingga harga eceran solar ber-subsidi menjadi Rp 6.700 per li-ter. Solar non-subsidi juga turun. “Keputusan ini berlaku 3 hari sejak pengumuman ini, ka-rena harus mempersiapkan lo-gistiknya,”katanya.

Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya beli industri pupuk yakni US$ 7 per MMBTU (Million British Thermal Unit). Sedang harga gas untuk industri lain, seperti petrokimia dan keramik akan diturunkan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Penurunan harga gas untuk industri efektif berlaku 1 Janua-

ri 2016. “Karena kami masih harus mengubah aturan tentang PNBP-nya,” ujar Darmin.

Sementara dalam kebijakan insentif listrik, ada tiga hal yang disinggung. Pertama, tarif lis-trik untuk pelanggan industri I3 dan I4 diturunkan mengikuti penurunan harga minyak bumi (automatic tariff adjustment).Kedua, diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai pukul 23.00 hingga pukul 08.00.Ketiga, penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari tagihan selama seta-hun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-13, untuk industri padat karya. “Ini memang bukan revolusi re-gulasi, tetapi untuk efisiensi,” kata Sudirman.

Lebih pasti

Elisa Sinaga, Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indo-nesia (Asaki) mengapresiasi diskon yang ditawarkan peme-rintah. “Paket ini juga jelas memberikan kepastian waktu. Tidak seperti paket I yang tidak jelas. Paket II kurang menggigit. Nah, paket III ini cukup menggi-git,” kata dia. Sudah jauh-jauh hari, Asaki menyampaikan usulan ke pemerintah agar tarif listrik dan gas diturunkan.

Pemerintah memang sudah mendengar keluhan Asaki, mes-ki penurunan tarif dan waktu yang diputuskan pemerintah ti-dak sama persis dengan kei-nginan para pengusaha kera-mik. Elisa bilang, ada dua para-meter yang tidak sesuai dengan harapan industri. Pertama, soal tarif penurunan. Industri me-minta agar gas bisa turun seba-nyak US$ 2,5–US$ 3 per MMBTU, namun penurunan ta-rif yang diberikan pemerintah

Kebijakan diapresiasi karena memiliki kerangka waktu yang jelas.

ANTARA/Yudhi Mahatma

Meredakan Rasa Sakit, Tapi Belum Memulihkan

Laporan KhususLaporan Khusus36 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015

cuma sebesar US$ 1.Asumsi penurunan yang di-

inginkan industri bukanlah tan-pa dasar. Elisa berujar, saat ini harga gas industri di dalam ne-geri sebesar US$ 9 per MMBTU, padahal harga global sebesar US$ 6 per MMBTU.

Supaya bisa bersaing dengan produk impor, industri keramik meminta agar harga gas domes-tik bisa sama dengan harga gas global. “Ternyata hanya turun US$ 1. Agak kecewa, namun setidaknya pemerintah sudah menampung aspirasi kami. Se-lain itu pemerintah juga tidak mungkin tidak investasi lagi di sektor gas. Jadi, agar neraca keuangan pemerintah seim-bang, pemerintah memotong US$ 1 yang tadinya buat inves-tasi eksplorasi gas dan lainnya, dikorbankan untuk keberlang-sungan industri. Pengorbanan ini perlu diapresiasi,” ujar dia.

Kedua, soal waktu implemen-tasinya. Sejatinya industri ber-harap implementasi bisa sece-patnya. Namun, dia memaklumi putusan pemerintah ini. Sebab, di situasi yang sulit seperti ini, dan tahun 2015 tinggal tiga bu-lan lagi, tentu pemerintah ingin menjaga neraca keuangan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Cuma pebisnis harus kerja keras dalam tiga bulan yang tersisa di tahun ini agar usaha-nya tetap jalan. “Yang penting sudah ada kepastian. Jadi, kami bisa mengatur strategi dan me-rencanakan keuangan untuk kinerja 2016 dengan ada kepas-tian,” imbuhnya.

Elisa juga bercerita, dua bu-lan lalu, pihaknya bertemu de-ngan Kementrian Perindustrian untuk mengusulkan adanya in-sentif berupa diskon tarif listrik bagi industri di luar jam normal dan di luar beban puncak.

Dia bilang, pemakaian listrik industri cenderung datar sela-ma 24 jam. Tidak seperti mal atau perkantoran yang meng-alami peningkatan pemakaian secara signifikan pada beban puncak, pukul 18.00-pukul 22.00. Pada beban puncak ini,

tarif listrik naik sebesar 50%-60%. Tarif listrik pada jam nor-mal sebesar Rp 1.100/kwh, se-dangkan pada jam beban pun-cak mencapai Rp 1.650/kwh.

Lantaran pemakaian yang flat selama 24 jam ini, pihaknya mengusulkan supaya ada dis-kon di luar jam normal dan be-ban puncak. “Dengan diskon itu, ada 15% beban biaya listrik yang berkurang. Adanya kebi-jakan ini, hitungan penghemat-an kami ini sebesar 16%. Satu persen dari penurunan gas. Ini lumayan membantu industri untuk bangkit. Kerja lebih se-mangat karena harga bisa ber-saing,” jelasnya.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat juga menuturkan, penurunan tarif listrik dan gas bagi industri meniupkan hawa yang segar bagi industri tekstil lokal. Se-bab, tarif listrik adalah salah satu poin perhitungan yang memberatkan biaya produksi.

Hitungan Ade, tarif listrik da-lam industri tekstil bisa mema-kan porsi hingga 30% untuk be-ban biaya produksi. Sehingga, dengan adanya diskon tarif lis-trik bisa meningkatkan efisiensi perusahaan. “Kebijakan sudah mulai bisa menjadi obat bagi industri yang sedang terpuruk ini,” kata Ade.

Meski bukan obat yang muja-rab, Ade berharap, paket kebi-jakan Oktober ini bisa menekan terjadinya jumlah pekerja yang terkena PHK. Mengutip catatan asosiasi, sudah ada 36.000 pe-kerja yang terkena PHK hingga akhir September kemarin.

Terkait dengan skema cicilan pembayaran tagihan listrik, baik Ade maupun Elisa menilai, skema cicilan sangat membantu perusahaan-perusahaan untuk bisa beroperasi dalam kecepat-an yang normal.

Menurut pengamat ekonomi

Center of Reform Economics Muhammad Faisal, sistem pem-bayaran listrik dengan cicilan ini akan sangat membantu in-dustri di saat ini. Rentang pelu-nasan sisa tagihan yang cukup panjang, 12 bulan, menunjuk-kan harapan pemerintah bahwa

dalam jangka waktu tersebut, industri sudah kembali pulih. “Paling tidak kebijakan-kebijak-an yang muncul kali ini lebih konkret dan mampu menjaga income sekaligus memampu-kan industri untuk tetap survi-

ve,” ujar dia. o

Pak Eko Jilid III

lebih ada

kepastian,

industri pun

mulai bisa atur

strategi 2016

Sekalipun cukup puas dengan paket kebijakan ekonomi jilid III, para pebisnis masih menyimpan harapan lain. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat berharap, pemerintah bersedia membebaskan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk produk olahan dari bahan alamiah, seperti kapas.

Alasannya, agar bahan baku untuk tekstil menjadi murah se-hingga bisa bersaing dengan produk impor. Selain itu, karena kapas adalah produk yang tidak mengalami proses nilai tambah. “Kami masih punya harapan agar pemerintah mau memberlaku-kan PPN kapas itu 0%. Ini juga berlaku bagi industri lainnya yang berbahan baku alam. Intinya, produk alam tidak usah diberi PPN. Masa mau memajaki alam yang punya Tuhan,” katanya.

Sementara itu Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga berharap pemerintah mau men-jawab usulan asosiasinya mengenai penetapan tarif listrik. Saat ini tarif listrik dihitung berdasarkan tiga hal, yakni, harga minyak global, kurs dollar AS, dan inlasi. Elisa meminta agar pemerintah menetapkan nilai rujukan untuk tiga komponen tersebut. “Ini su-paya ada kepastian. Karena kepastian itu kunci dari berinvestasi. Pemerintah bisa memberi patokan dengan nilai rata-rata enam bulan sebelumnya dan prediksi enam bulan selanjutnya. Risiko plus minus prediksi harus ditanggung karena itu kan konsekuen-si menjaga kepastian. Kalau sekarang kan bingung karena tiap hari bisa berubah,” jelasnya.

Terkait dengan harga gas Elisa tidak ngotot agar harga gas bisa turun US$ 2 sampai US$ 3. Namun begitu, pemerintah harus segera melakukan evaluasi dan menetapkan keputusan ketika terjadi perubahan terhadap harga gas dunia. o

Biar Nampol, Hapus PPN Bahan Baku Alam

I. Penurunan Harga BBM, Gas, dan Tarif Listrik

1. Harga BBM• Harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Per-

talite efektif turun sejak 1 Oktober 2015.• Harga BBM jenis solar diturunkan sebesar

Rp 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis solar bersubsidi akan menjadi Rp 6.700 per liter.

• Harga BBM jenis premium tetap, yakni Rp 7.400 per liter (Jawa, Madura, Bali) dan Rp 7.300 (di luar Jawa, Madura dan Bali).

2. Harga Gas• Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru

ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 per MMBTU (Million British Thermal Unit). Sedangkan harga gas untuk industri lain, seperti petrokimia, keramik, akan diturunkan sesuai dengan kemampuan industri masing-masing.

• Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2016.

3. Tarif Listrik• Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4

akan mengalami penurunan tarif mengikuti turunnya harga minyak bumi (automatic tariff adjustment).

• Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai pukul 23.00 hingga pukul 08.00

• Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari total tagihan setahun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-13, khusus untuk industri padat karya.

II. Penyerdahaan izin pertanahan untuk keg-iatan penanaman modal

1. Informasi tentang ketersediaan lahan dipercepat

(semula 7 hari menjadi 3 jam).2. Seluruh permohonan didaftarkan sebagai bentuk

kepastian bagi pemohon terhadap ketersediaan dan rencana penggunaan lahan. Surat akan dikeluarkan dalam waktu 3 jam.

3. Kelengkapan perizinan prinsip: • Proposal, pendirian perusahaan, Hak Atas Ta-

nah menjadi persyaratan awal untuk dimulainya kegiatan lapangan;

• Ada persyaratan yang dapat menyusul sampai dengan sebelum diterbitkannya Keputusan tentang Hak Penggunaan Lahan.

4. Jangka waktu pengurusan • Hak Guna Usaha (HGU) dari 30–90 hari

menjadi hanya 20 hari kerja untuk lahan sampai dengan 200 hektare (ha) atau 45 hari kerja lahan lebih dari 200 ha

• Perpanjangan/pembaruan HGU dari 20–50 hari menjadi 7 hari kerja untuk lahan sampai dengan 200 ha atau 14 hari kerja untuk lahan lebih dari 200 ha

• Permohonan Hak Guna Bangunan (HGB)/ Hak Pakai dari 20–50 hari kerja menjadi 20 hari kerja untuk luas lahan sampai dengan 15 ha atau 30 hari kerja untuk lahan lebih dari 15 ha

• Perpanjangan/ pembaruan HGB/ Hak Pakai dari 20–50 hari kerja menjadi 5 hari kerja untuk luas lahan sampai dengan 15 ha atau 7 hari kerja untuk lahan lebih dari 15 ha

• Hak Atas Tanah dari 5 hari kerja menjadi 1 hari kerja

• Penyelesaian pengaduan dari 5 hari kerja menjadi 2 hari kerja

5. Dalam perpanjangan hak penggunaan lahan yang didasarkan pada evaluasi tentang penge-lolaan dan penggunaan lahan, termasuk audit luas lahan, oleh yang bersangkutan tidak lagi memakai persyaratan seperti awal permohonan.

Sumber: Pemerintah RI dan Riset KONTAN

Paket Ekonomi Jilid III: Penurunan Harga dan Penyederhaan Izin

Laporan KhususLaporan Khusus TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 37

Tarif pajak penghasilan akan dipangkas buat menghadapi MEA.

Amal Ihsan Hadian

Menghadapi Masyarakat E k o n o m i A S E A N (MEA) 2015, Filipina

berniat mereformasi sistem perpajakannya. Seperti dilansir Rappler, awal Oktober lalu, Menteri Keuangan Filipina Ce-sar Purisima menyatakan, se-

dang mengkaji revisi ketentuan perpajakan.

Purisima menilai, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mereformasi sistem perpajak-an. Alasannya, apalagi kalau bukan menghadapi MEA. Per-pajakan negeri bekas jajahan

Spanyol tersebut dinilai paling tidak menarik di ASEAN.

Dengan tarif Pajak Penghasil-an (PPh) mencapai 30%, Filipi-na tampak kurang atraktif seba-gai tujuan investasi negara lain di Asia Tenggara. “Reformasi dibutuhkan,” kata Purisima.

Filipina tak sendirian. Akhir tahun lalu, Malaysia juga mem-berlakukan tarif pajak pertam-bahan nilai (PPN) yang baru. Jika semula tarif bervariasi an-tara 5% sampai 25%, kini tarif PPN negeri jiran direratakan menjadi 6%. Ini adalah tarif PPN paling rendah se-ASEAN.

Perdana Menteri Malaysia M. Najib Razak menyatakan, pe-mangkasan tarif PPN yang di negaranya dikenal dengan nama goods and services tax (GST) bertujuan untuk meningkatkan investasi dan daya saing negeri-nya. Kebijakan ini menjadi lang-kah penting persiapan Malaysia menjelang pemberlakuan Ma-syarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan.

Sesuai namanya, masyarakat ekonomi, level MEA memang lebih tinggi dari sekadar pasar bebas. Soalnya, MEA 2015 tidak hanya membebaskan arus ba-rang dan jasa, tapi juga meng-angankan kelancaran arus (free flow) modal, investasi, serta te-naga kerja. Ujungnya, integrasi negara-negara ASEAN menjadi satu kawasan ekonomi dengan pertumbuhan yang tinggi.

Aktivitas perdagangan serta arus modal dan investasi ini memiliki karakter yang sensitif terhadap regulasi perpajakan di sebuah negara. Karena itu, upa-ya integrasi ekonomi ASEAN yang memimpikan penciptaan kawasan ekonomi yang terpadu bakal membawa dampak nega-tif, kalau integrasi dilakukan tanpa harmonisasi perpajakan.

“Sebab yang bakal terjadi

adalah kompetisi pajak,” kata Gunadi, Ketua Umum Asosiasi Administrasi Fiskal dan Pajak Indonesia (IFTA). Ini yang dise-but base erosion and profit shifting atau erosi basis pajak dan perpindahan laba.

Ini adalah aktivitas untuk memindahkan keuntungan ke negara lain yang memiliki tarif pajak lebih rendah. Ada tiga mekanisme yang dilakukan, yakni hybrid mismatches, spe-cial purpose entities (SPE), dan transfer pricing.

Hybrids mismatched ialah upaya mengeksploitasi perbe-daan aturan pajak terhadap transaksi atau aset tertentu oleh perusahaan yang melakukan transaksi atau terdaftar lintas negara. Adapun SPE bermakna, entitas tanpa pegawai atau ke-hadiran fisik yang bertujuan agar keuntungan yang didapat terkena perlakuan layaknya wajib pajak dalam negeri de-ngan tarif lebih murah.

Sedangkan transfer pricing yaitu penetapan harga transaksi antar perusahaan terafiliasi atau yang memiliki hubungan istimewa. “Transfer pricing ini dimanfaatkan secara sengaja untuk mengurangi beban pajak perusahaan, dengan mencatat-kan harga transaksi yang lebih rendah dari harga wajar,” kata Prianto Budi Saptono, peng-amat perpajakan.

Base erosion and profit shif-ting terjadi lantaran ada perbe-daan tarif yang signifikan antar-negara. Dengan aktivitas perda-gangan dan jasa, lalu lintas modal, serta arus investasi yang makin pesat setelah MEA berla-ku, tentu ini akan meningkatkan potensi kemunculan profit shif-ting pasca berlakunya MEA.

Ini bakal menjadi masalah buat kita lantaran tarif pajak di Indonesia termasuk yang paling

Kapasitas Sudah Efektif Tarif Belum Kompetitif

ANTARA/Andika Wahyu

Menyambut MEA 2015Menyambut MEA 201538 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015

tinggi di ASEAN. Tarif PPh ba-dan kita lumayan tinggi, menca-pai 28%. Sementara tarif PPh badan Singapura hanya 18% dan Thailand 20%. Memang PPh ba-dan Malaysia dan Vietnam ma-sih 25%. Tapi, kedua negara berniat menurunkan tarifnya.

Sepakat sejak awal

Sedang Malaysia unggul ter-utama dari tarif pajak produk jasa. Malaysia menetapkan PPh sektor jasa hanya 5%. Alhasil, investasi arus jasa banyak mengalir ke Malaysia dibanding ke Indonesia. Sementara tarif PPN kita yang 10% juga terma-suk tinggi di ASEAN. Sedang PPN Singapura dan Thailand cuma 7%. PPN Vietnam berva-riasi antara 5%–10%.

Adapun PPN Malaysia tahun depan turun ke level 6%. Meli-hat bentangan tarif tersebut, wajar kalau Singapura, yang memiliki tarif PPh dan PPN pa-ling rendah menjadi negara tu-juan utama arus modal dan in-vestasi dari luar ASEAN.

“Pajak yang rendah adalah suatu based safety atau potensi dampak pajaknya rendah. Ma-kanya, wajar transfer modal, jasa, dan investasi bergerak ke Singapura,” kata Gunadi. Kon-sekuensinya jelas: pemerintah seharusnya mengkaji rencana penurunan tarif pajak kita agar

lebih bisa bersaing dengan ne-gara tetangga.

Pemerintah juga harus mulai mengkaji amandemen perjanji-an penghindaran pajak bergan-da alias tax treaty dengan nega-ra-negara ASEAN, agar menca-kup dampak dari pemberlakuan MEA. Selain itu, Direktorat Jen-deral (Ditjen) Pajak pun mesti mendongkrak kemampuannya mencegah dan mengusut peng-hindaran pajak lintas negara.

Ini rupanya disadari oleh Dit-jen Pajak. Menurut Menteri Ke-uangan Bambang Brodjonego-ro, perang tarif pajak antarne-gara memang tak bisa dihindari. “Ketika Anda ditantang dengan tarif rendah, apakah bisa meno-lak,” katanya. Makanya, peme-rintah sedang mengkaji penuru-nan tarif PPh menjadi 18%. Ini akan dimasukkan dalam revisi UU PPh pada akhir tahun ini.

Direktur Penyuluhan, Pela-yanan, dan Hubungan Masyara-kat Mekar Satria Utama menya-takan, kajian soal dampak pe-nurunan tarif pajak PPh memang sedang berlangsung. DI satu sisi, penurunan tarif di-harapkan bisa mendorong per-tumbuhan dan menarik investa-si. Tetapi dari aspek lain, ada dampak jangka pendek berupa penurunan penerimaan pajak.

Pemerintah juga menawar-kan fasilitas tax holiday atawa pengurangan pajak penghasilan (PPh) badan melalui Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 159 tahun 2015 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan yang telah berlaku sejak 16 Agustus 2015. Fasilitasnya berupa pengurang-an atas PPh badan yang ter-utang antara 5 tahun-20 tahun, dengan besaran 10%-100%.

Ada juga yang namanya tax allowance yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015. Ini adalah fasili-tas pengurangan pajak pengha-silan netto 30% dari jumlah pe-nanaman modal selama enam tahun, masing-masing sebesar 5% per tahun. ”Tujuan pemberi-an insentif pajak ini adalah membangun daya saing nasio-nal dan industri menjelang pemberlakuan MEA,” kata Toto, panggilan akrab Mekar.

Ditjen Pajak juga sudah men-jalin banyak perjanjian peng-hindaran pajak berganda atau lazim disebut tax treaty dengan banyak negara. Saat ini, Indone-sia meneken tax treaty dengan 64 negara. Tiga di antaranya terkenal sebagai tax haven alias tempat pelarian pajak, yaitu Si-ngapura, Swiss, dan Luksem-burg. Pemerintah juga melaku-kan kajian terhadap tax treaty yang sudah ada.

Ditjen Pajak juga sudah me-miliki unit khusus transfer pri-cing untuk mencegah praktik yang melanggar prinsip kewa-jaran dan kelaziman usaha

(arms length principle). Tim ini juga memiliki kewenangan untuk melakukan koordinasi dan melakukan supervisi de-ngan unit-unit kerja. Ditjen Pa-jak pun rutin mengembangkan kapasitas pegawai yang mena-ngani masalah transfer pricing, seperti account representative, pemeriksa, penelaah keberatan, atau pegawai lain yang ditem-patkan di unit-unit khusus yang menangani masalah perpajakan internasional.

Salah satu programnya, bulan depan, Ditjen Pajak akan meng-gelar seminar internasional de-ngan Organisation for Econo-mic Co-operation and Develop-ment (OECD). “Seminar yang akan dihadiri wakil dari 30 ne-gara ini khusus membahas ma-salah base erosion and profit shifting,” ujar Toto.

Agenda lain Ditjen Pajak ada-lah mengembangkan tata kelola penanganan transfer pricing, seperti pembuatan standard operating procedures; serta pengembangan ketentuan ten-tang transfer pricing untuk mendorong kepatuhan wajib pajak dalam pengungkapan dan dokumentasi transaksi afiliasi.

Salah satu pagar yang disiap-kan adalah advance pricing agreement (APA) atau penentu-an harga transfer di muka. Ini merupakan perjanjian antara Ditjen Pajak dan wajib pajak dalam menyepakati atau me-nentukan harga wajar di muka buat transaksi pihak yang mem-punyai hubungan istimewa. Ke-bijakan ini bertujuan mengu-rangi kasus sengketa penentuan harga transfer dengan dengan wajib pajak. o

Tarif Pajak Negara-Negara ASEANNegara Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai

Indonesia Maksimal 25% 10%

Singapura Maksimal 18% 7%

Malaysia Maksimal 25% 5%, 20%, dan 25%

Thailand Maksimal 20% 7%

Filipina Maksimal 30% 12%

Vietnam Maksimal 25% 5% dan 10%

Brunei Darussalam Maksimal 20% Tidak ada

Kamboja Maksimal 20% 10%

Laos Maksimal 24% 10%

Myanmar Maksimal 25% 5%

Sumber: Ditjen Pajak

Mengenal AsuransiKenali karakter setiap jenis asuransi agar Anda bisa mendapat manfaat maksimal yang sesuai dengan kebutuhan Anda,

Serba-serbi BPJSBanyak manfaat yang ditawarkan oleh program BPJS Kesehatan dan program BPJS Ketenagakerjaan. Apa saja?

Memilih Asuransi Pahami kiat-kiat yang perlu diketahui nasabah yang berniat membeli polis asuransi, mulai dari jalur pembelian hingga tip membaca polis.

Memilih Asuransi yang Paling Seksi

Kontan Edisi Khusus Oktober 2015

Menyambut MEA 2015 Menyambut MEA 2015TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015 39

Menjajal bakso ikan gaya pontianak.

Surtan Siahaan

Bagi orang Pontianak, Ka-limantan Barat, bahan paling sip untuk membu-

at bakso bukanlah daging sapi, melainkan ikan ekor kuning. Ikan laut ini memang bisa menghasilkan kaldu yang tak kalah lezatnya dengan kaldu dari daging sapi.

Salah satu penjual bakso ikan yang populer di Pontianak ada-lah Kedai Bakso Ahan. Kedai yang berlokasi di Jalan Walter Monginsidi, Pontianak Selatan, Kalimantan Barat ini sudah ek-sis selama 15 tahun. Tapi kita tidak ingin membahas bakso racikan Ahan, ya. Yang mau kita cicipi justru bakso racikan Har-dy Suganda, keponakan Ahan yang berlokasi di Alam Sutra, Serpong, Tangerang.

Meski nama kedai bakso dan resepnya persis sama seperti Kedai Ahan di Pontianak, ma-najemen warung milik Hardy berbeda dengan kedai paman-

nya itu. Bahkan, Hardy yang juga besar di Pontianak dan berguru membuat bakso lang-sung dari pamannya punya ke-bebasan untuk melakukan ino-vasi, khususnya pada menu.

Salah satu menu temuan Har-dy adalah bakso ikan telur asin. Menu unik yang punya rasa isti-mewa ini yang membuat wa-rung Hardy terkenal meski baru berusia enam bulan. Selain itu Hardy juga memiliki sejumlah menu khas Pontianak seperti yong tahu, yong fuka, fish roll dan bubur ikan. Bagaimana, penasaran mau menjajal lezat-nya bakso ikan Ahan? Oh, iya, catatan saja, kedai ini menggu-nakan bahan yang halal kok.

Jika Anda datang dari Jakar-ta, tidak sulit mencapai kedai yang berada di kawasan Pasar 8 Alam Sutera, Tangerang Sela-tan. Kalau mau datang beramai ramai, juga tak perlu khawatir tidak kebagian meja. Kedai yang buka setiap hari, dari jam 7 pagi hingga pukul 2 siang ini punya kapasitas tempat duduk hingga lebih dari 30 orang. Mes-ki tampilannya sederhana, ke-

dai satu ini cukup nyaman seba-gai tempat menyantap bakso.

Jika ingin menikmati bakso, ada dua pilihan yang tersedia: bakso ikan polos yang terdiri dari 10 butir bakso ikan dan bakso ikan mix alias campuran bakso ikan, bakso ikan telur asin, yong fuka, dan yong tahu.

Daripada kelamaan memba-yangkan, yuk langsung saja kita jajal hidangan satu ini. Begitu ada pesanan, Hardy langsung meracik dan dan memasak bak-so buatannya. Cukup menunggu selama lima menit, pesanan ba-kal terhidang di atas meja. Tam-pilannya sekilas berbeda de-ngan bakso kebanyakan.

Jika memilih bakso campur porsinya cukup membuat ke-nyang. Mangkok besar yang di-gunakan penuh dengan berba-gai macam isi yang disebutkan

di atas plus potongan sawi dan taburan kacang kedelai.

Pare dan ikan

Di atas meja makan terdapat banyak bumbu mulai dari kecap ikan asin, kecap manis, lada, garam, saos cabe ijo, saos ma-nis dan jeruk nipis pontianak. Sebelum mulai makan, sebaik-nya tambahkan sedikit kecap ikan asin ke dalam kuah bakso. Soalnya, Hardy menyajikan bakso dengan rasa cenderung tawar. “Biar pengunjung yang mengatur rasanya,” ujar Hardy.

Nah, agar sensasi menyantap bakso ikan Anda makin persis seperti di Pontianak, ada satu lagi ritual yang mesti Anda jajal. Hardy menyarankan, saos dipi-sahkan di wadah kecil yang terpisah. Cara membuat cocol-annya mudah. Campurkan saos cabe ijo dengan perasan jeruk nipis Pontianak.

Nah, setelah lengkap, jangan tunggu hingga kuahnya dingin, langsung saja ambil sendok dan seruput kuah hangatnya. Wangi kaldu ikan langsung tercium begitu kuah bakso kita hirup. Rasanya gurih terasa mulus meluncur karena daging ikan tidak memiliki lemak.

Kuah bening nan gurih ini cocok diseruput dengan kweti-au pontianak yang tekstur lembutnya jempolan. Ukuran kwetiau satu ini juga lebih ke-cil dibandingkan umumnya. Oh, iya, Hardi menyediakan mi, bi-hun, kwetiau hingga nasi untuk melengkapi sajian baksonya.

Saat kwetiau diseruput de-

ngan kuah, rasa dan aroma kal-du langsung nempel di lidah. Selanjutnya, sikat bakso ikan mungil berukuran kelereng. Begitu digigit, sudah terasa bah-wa bakso ikan putih ini tidak menggunakan pengawet. Rasa kenyal dan empuknya juga me-nandakan bakso masih dalam keadaan segar saat diracik.

Pilihan selanjutnya jatuh pada yong tahu. Ini adalah bak-so tahu yang menggunakan da-ging ikan. Kendati tak mudah hancur, tahunya benar-benar empuk. Agar sensasinya makin sedap, cocolkan yong tahu dan bakso ikan dengan saos cabe ijo. Rasa pedas dan asam segar bakal membuat Anda ketagihan untuk terus mencocol.

Sebagai jeda, sebaiknya sele-saikan sayur sawi keriting yang mulai matang terebus dalam kuah bakso. Rasanya yang se-gar pas dengan saos cabe ijo yang pedas menyengat.

Bagi Anda yang doyan pare, pasti terpikat dengan yong fuka. Ini adalah pare yang diisi bakso ikan. Rasanya unik karena me-nyatukan rasa getir khas pare dengan gurihnya bakso ikan.

Saat semuanya sudah tandas, baru kita jajal bakso jagoan di tempat ini. Dengan ukuran se-besar bola pingpong, bakso te-lur asin sekilas tidak berbeda dengan bakso lain. Namun begi-tu Anda belah bakso ini dengan sendok, kuning telurnya akan langsung terlihat. Rasa bakso satu ini memang unik. Gurih daging ikan dan asin kuning te-lur ternyata menciptakan sen-sasi yang enak sekali. Bakso ini makin sedap saat dihirup de-ngan kuah yang bening.

Devi warga Kelapa Gading mengaku meluangkan waktu khusus dua kali seminggu untuk menyantap bakso ikan Ahan. Pelanggan yang mengetahui keberadaan kedai dari sosial media ini, biasa memesan bak-so ikan komplet. “Saya suka karena kaldu ikannya terasa dan tidak pakai MSG,” ujar dia.

Jika penasaran dengan bakso ikan Ahan, siapkan Rp 30.000 untuk menyantap seporsi bakso ikan komplet. Sedang bakso ikan polos harganya Rp 12.000 per porsi. Jika ingin membeli satuan juga bisa. Harga bakso telur asin Rp 5.000 per butirnya. Sedang tahu isi dan pare isi ma-sing-masing Rp 6.000 per butir.

Untuk minuman, Anda wajib mencoba es son kit alias jeruk nipis pontianak. Dengan harga, Rp 8.000 per gelas, es ini bakal mendinginkan tenggorokan dan

badan Anda. o

Bakso Ikan Telur Asin Ahan

Pintu Barat Ruko RD 6 Pasar 8 Alam Sutera,

Tangerang SelatanKoordinat GPS:

-6.239515, 106.651328

Tak pernah ada pedoman yang pasti tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah kedai makanan untuk mengga-et pelanggannya. Banyak kedai yang butuh waktu hingga ta-hunan untuk mencapai titik im-pas. Namun ada juga yang tak kesulitan mencari pelanggan di hari-hari pertamanya. Memang, jumlah yang masuk dalam ke-lompok ini tak banyak.

Hardy Suganda bersyukur gerai Bakso Telur Asin Ahan miliknya termasuk kelompok kedua. Ia tidak menyangka ha-nya perlu waktu enam bulan

bagi usahanya untuk menikma-ti masa panen. Sekarang wa-rung Hardy sangat ramai. Jika Anda datang pada jam makan siang, mulai pukul 11.30 hingga 13.00 WIB, jangan kaget jika masakan yang tersedia sudah tak komplet lagi. Anda juga ha-rus siap-siap antre agar dapat meja untuk makan. Kedai Handy lebih ramai lagi di akhir pekan, saat banyak pengunjung datang bersama keluarganya.

Untuk menyiasati lonjakan pengunjung, Hardy berencana menambah jumlah meja. Lantai atas yang semula tidak diguna-

kan akan disulap sebagai ruang tambahan. “Saat ini saya se-dang memesan kursi dan meja. Begitu ruang atas jadi, langsung dipakai,’ ujar dia.

Tak cuma itu, Hardy juga menimbang menawarkan wa-ralaba bagi yang tertarik beker-jasama. Dia mengaku sudah mendapatkan banyak tawaran, mulai dari teman hingga pe-langgan. Hardy ingin waralaba-nya menyasar pasar menengah ke atas yang berlokasi di mal dan pusat perbelanjaan. “Saat ini saya sedang pelajari dulu skema bisnisnya,” ujar dia. o

Tambah Kursi dan Masuk Mal

Inovasi Nikmat dari Resep Sang Paman

Nikmatnya campuran daging ikan dan telur asinDok.Bakso Ikan Telur Asin Ahan

Kedai Tabloid

40 TABLOID KONTAN 12 Oktober - 18 Oktober 2015