Upload
ibnu-kurniawan-soetomo
View
7.776
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan hasil kegiatan magang selama 8 minggu
Citation preview
0
LAPORAN HASIL MAGANG
MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI AFDELING IV PADA PT. PURI HIJAU
LESTARI DESA SUNGAI BUNGUR, MUARO JAMBI - JAMBI
Oleh:
Ibnu Kurniawan
D1B010028
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu komoditi yang telah menerapkan konsep agribisnis dalam
pengembangannya adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Kelapa sawit di
Indonesia memilki arti penting karena mampu menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Minyak kelapa sawit
memilki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti minyak
kelapa, kedelai, bunga matahari, wijen dan kacang tanah. Keunggulan kelapa
sawit antara lain adalah produksi per hektar tinggi, umur ekonomis yang panjang
dan resiko kecil.
Permintaan minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) datang
dari Asia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. India dan Cina
merupakan pasar terbesar CPO Indonesia. Bahkan, dua negara di atas menyerap
sekitar 70% total pasokan CPO dunia. Permintaan CPO India pada tahun 2012
mencapai 7,1 juta ton naik 5,18% dari tahun 2011 sebesar 6,75 juta ton. Impor
CPO Cina pada tahun 2012 naik dari 5,95 juta ton pada tahun 2011 menjadi 6,65
juta ton pada tahun 2012 (BPS, 2012). Provinsi Jambi salah satu Provinsi di
Indonesia yang tengah gencar meningkatkan produksi kelapa sawit. Perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Jambi juga sudah tersebar luas dan mengalami
peningkatan yang cukup baik. Namun dari hal tersebut tidak luput juga dari
manajemen yang baik.
Sejalan dengan kebutuhan akan kelapa sawit yang terus meningkat
menyebabkan pelaku usaha terus mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit
terutama menghasilkan produk yang bernilai guna tinggi. Perkebunan kelapa
sawit tidak hanya dikembangkan oleh pemerintah dalam Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) saja tetapi juga dikembangkan oleh pihak swasta. Bagi investor
tentu kondisi ini menjadi peluang bisnis yang menentukan. Tak heran jika banyak
yang terjun dalam bisnis perkebunan kelapa sawit, mulai dari skala kecil yang
hanya puluhan hektar hingga perusahaan besar dengan luas lahan mencapai
ratusan hektar. Dengan pengembangan tersebut berdampak kepada meningkatnya
2
produksi kelapa sawit, yang mana secara tidak langsung akan meningkatkan
pendapatan daerah dan peluang lapangan kerja di Provinsi Jambi itu sendiri.
Tabel 1. Perkembangan luas areal, produksi dan produktifitas kelapa sawit di
Provinsi Jambi tahun 2006-2012.
Tahun Luas Areal
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha/Tahun)
2006 409.445 559.251 134.240
2007 448.899 1.087.524 151.678
2008 484.137 1.115.251 220.030
2009 493.737 1.241.921 259.141
2010 495.151 1.297.670 326.391
2011 532.293 2.131.328 391.490
2012 545.399 2.213.413 441.510
Jumlah 3.409.061 9.646.358 1.924.480
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013
Kelapa sawit telah menjadi bagian komoditas perkebunaan yang memilki
prospek pengembangan yang cukup cerah. Untuk mencapai produktifitas yang
optimal pada tanaman kelapa sawit, pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang
tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik
dan teknik budidaya. Tinggi produksi salah satunya tidak lepas dari pemanenan
tanaman yaitu suatu kegiatan pekerjaan memanen tanaman mulai dari berumur
empat tahun sampai lima tahun.
PT. Puri Hijau Lestari sebagai perusahaan kelapa sawit anakan dari makin
group melakukan beberapa kegiatan manajemen pemeliharaan atau perawatan,
pembibitan (sekarang tidak lagi), pemupukan maupun pemanenan. Luas areal
statetment makin group di Jambi: 26.728 Ha. Untuk makin group Jambi dibagi
menjadi 2 wilayah. Wilayah 1 dan wilayah 2, Luas areal statement wilayah 1
(RKK: 5.256 Ha, PHL: 5.221 Ha, MKI: 4.146 Ha). Dan 1 unit PKS (Pabrik
Kelapa Sawit) yang terletak di dalam PT. RKK yang mulai beroperasi pada tahun
2011 (PPKS Batanghari).
Manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi kegiatan
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating),
3
dan pengawasan (Controlling) dalam rangka memberdayakan sumber daya yang
dimiliki organisasi baik Sumber Daya Manusia (SDM), modal, materil, maupun
teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Rangkaian
kegiatan tersebut dikenal sebagai fungsi-fungsi manajemen (Gumbira dan Harizt,
2004).
Panen adalah kegiatan memotong tandan matang dan pengutipan
brondolan yang kemudian dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
untuk kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah (Lubis, 1992).
Manajemen pemanenan kelapa sawit adalah suatu kegiatan mengumpulkan
hasil usaha tani yaitu berupa Tandan Buah Segar (TBS) dari lahan budidaya yang
di dalamnya terdapat aspek-apek manajemen. Panen kelapa sawit perlu dilakukan
secara benar dan tepat karena panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan
kelapa sawit dan menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui
penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS).
Tugas utama personil di lapangan adalah mengambil buah dari tanaman
dan mengantarkannya ke pabrik. Cara dan waktu panen yang tepat dapat
mempengaruhi kuantitas produksi (ekstrasi). Sementara itu, waktu yang tepat
dapat mempengaruhi kualitas produksi Asam Lemak Bebas (ALB). Karena itu
agar mencapai keuntungan (profit) perlu dilakukan manajemen pemanenan kelapa
sawit secara benar dan tepat agar perusahaan tidak mengalami kerugian, buah
sawit yang dipanen pun tidak mengalami kerusakan sehingga tidak mengganggu
kualitas serta kuantitas hasil panen.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis menarik judul yang akan
diamati yaitu “Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Di Afdeling IV Pada PT. Puri Hijau Lestari Desa Sungai
Bungur, Muaro Jambi – Jambi”.
1.2 Tujuan Magang
Adapun tujuan dari praktik magang adalah:
1. Mengamati dan mempelajari pelaksanaan manajemen pemanenan
Tandan Buah Segar (TBS) yang ada di PT. Puri Hijau Lestari.
4
2. Menambah wawasan dan pemahaman dalam melaksanakan kegiatan
pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) di PT. Puri Hijau Lestari.
3. Menganalisis sistem pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) yang
diterapkan PT. Puri Hijau Lestari dan membandingkan dengan literatur.
4. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa berdasarkan
kompetensinya agar dapat memahami dan menghayati proses kerja
secara nyata.
1.3 Metodologi Magang
Pelaksanaan praktik magang dilaksanakan selama kurun waktu 8 minggu
yaitu dimulai pada tanggal 30 Oktober 2013 sampai dengan 23 Desember 2013
bertempat di Afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari Desa Sungai Bungur Kabupaten
Muaro Jambi – Jambi. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis
di lapangan dan manajerial baik di kebun maupun di kantor estate. Kegiatan-
kegiatan tersebut disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak
perusahaan tempat melaksanakan kegiatan magang. Dalam pelaksanaan magang,
metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:
1. Melaksanakan kerja lapangan langsung (metode observasi).
Yaitu pelaksanaan kegiatan dengan terjun langsung ke lapangan
dengan ikut serta dalam proses pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) dan
kegiatan lainnya.
2. Diskusi dan tanya jawab.
Dalam pengumpulan data perlu dilakukan diskusi atau tanya jawab
dengan manajer, asisten kepala, asisten divisi, mandor dan para karyawan
ataupun pekerja yang ada dilapangan dan lingkungan perusahaan yang
berhubungan dengan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) mengenai hal-
hal yang sudah dimengerti maupun yang belum mengerti.
3. Studi literatur dan pengamatan kegiatan
Mempelajari buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan
dengan segala aspek tanaman kelapa sawit khususnya manajemen dan
pemanenan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta
pengamatan kegiatan langsung yang dilakukan di lapangan.
5
II. KEADAAN PERUSAHAAN
2.1 Keadaan Umum Perusahaan
2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Puri Hijau Lestari (PHL) merupakan salah satu anak perusahaan
Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group) yang mengelola tanaman
perkebunan kelapa sawit dan berkedudukan di Jakarta.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2003 yang berlokasi di Desa Sungai
Bungur dan Mekar Sari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
Jambi. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Ricky Kurniawan Kertapersada
(RKK), di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mekar Sari. Sebelah utara
berbatasan dengan PT. Batanghari Sawit Lestari (BSL) dan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Sungai Bungur.
PT. Puri Hijau Lestari berlokasi di sekitar Desa Mekar Sari yakni berada
kurang lebih 40 km dari Kota Jambi, lokasi tersebut dapat ditempuh dalam waktu
lebih kurang satu setengah jam, sedangkan dari Mekar Sari ke PT. Puri Hijau
Lestari (PHL) dapat ditempuh lebih kurang satu setengah jam dalam kondisi jalan
lancar dan tidak hujan (jalan tidak becek). Pada musim hujan waktu tempuh
tersebut dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan berlumpur.
Lokasi perkebunan PT. Puri Hijau Lestari terletak di dua kecamatan yaitu
wilayah Kecamatan Kumpeh dan Kecamatan Sungai Gelam. PT. Puri Hijau
Lestari memiliki luas keseluruhan lahan 9.761,67 Ha. Untuk kebun dibagi atas
Afdeling 1 hingga Afdeling 6 dan dari beberapa kebun PT. Puri Hijau Lestari
merupakan kebun kemitraan, sementara Afdeling 2,5,6 adalah kebun inti.
2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan PT. Puri Hijau Lestari adalah menjadi perusahaan nasional
kelas dunia dalam bidang pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang diakui
kepedulian dan usahanya dalam mengembangkan kemampuan masyarakat untuk
memperbaiki kualitas hidupnya dan meningkatkan kualitas lingkungan alam.
6
Sedangkan Misi PT. Puri Hijau Lestari adalah menciptakan dan
menyelenggarakan usaha pengolahaan Sumber Daya Alam (SDA) secara
ekonomik dan bertanggung jawab yang mampu meningkatkan nilai bagi
pemangku kepentingan dan membangun mendayagunakan potensi nasional secara
cerdas dan etika.
2.1.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusaahaan
Organisasi perusahaan merupakan suatu kemampuan orang-orang atau
secara bersamaan untuk menjalankan suatu kegiatan atau usaha dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan PT. Puri Hijau Lestari (PHL) Makin Group yang di
kepalai oleh seorang Senior Manajer. Dalam melakukan tugasnya Senior Manajer
dibantu oleh beberapa orang staf, pegawai dan karyawan.
Adapun tugas dan tangung jawab dari masing-masing personil dalam
struktur organisasi PT. Puri Hijau Lestari adalah sebagai berikut :
a. Senior Manajer/General Manager
Senior Manajer bertugas untuk menilai, mengontrol atau mengawasi
kegiatan perusahaan yang di pimpinnya dan membawahi semua staf,
pegawai dan karyawan baik di kebun maupun di pabrik.
b. Manajer Kebun/Estate Manager
Estate Manager bertangung jawab pada Senior Manager dan bertangung
jawab atas pelaksanaan pekerjaan pada unit pekerjaan masing-masing serta
membawahi semua asisten, menjabarkan dan melaksanakan langkah-
langkah kebijakan direksi dalam bidang tanaman, teknik, administrasi,
pelaporan tenaga kerja dan agraria, bertanggung jawab atas semua aset
yang ada di kebun termasuk pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM),
merencanakan dan mengawasi penempatan karyawan secara efektif dan
efisien, memberikan saran/usulan kepada direksi baik diminta maupun
tidak diminta untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan organisasi.
c. Asisten Afdeling/Field Assistant
Field Assistant bertugas membantu manajer dalam menyusun anggaran
tahunan, memeriksa dan mensuspensi seluruh kegiatan yang di gerakan di
setiap unit kerja serta memberi perintah pada mandor 1 dan para mandor
7
semua bagian untuk segera membuat perbaikan yang diperlukan bila
ditemukan ada penyimpangan, memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan
operasional pegawai atau karyawan. Asisten afdeling bekerja berdasarkan
dalam bidang produksi, membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan
Rencana Kerja Bulanan (RKB), mengevaluasi laporan kerja, mengajukan
permintaan alat atau barang yang dibutuhkan pada afdeling, menerima
tugas-tugas khusus dan pelimpahan wewenang dari asisten kepala manajer.
d. Kepala Tata Usaha (KTU)
Kepala Tata Usaha membantu manajer dalam menyusun administrasi
kantor dan pengambilan upah/gaji karyawan. Disamping itu, KTU
melakukan pencatatan, pengelompokan dan pengawasan semua transaksi
dan membuat buku besar, account report, progress report dan laporan
lainnya, bekerja sama dengan petugas umum membina dan memberi
petunjuk kepada karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan,
keagamaan, olahraga, lingkungan hidup, gotong royong, koperasi dan
keamanan karyawan di lingkungan kantor kebun.
e. Mandor 1
Mandor 1 bertugas membantu Field Assistant dalam melaksanakan
supervisi ke lapangan dan memberi arahan tentang pekerjaan yang akan di
kerjakan kepada mandor lapangan, pekerjaan yang diarahkan sudah diatur
oleh Field Assistant dan Mandor 1 sebagai jendralnya di lapangan.
f. Kerani divisi
Kerani divisi bertugas mengelola laporan yang diterima dari Field
Assistant laporan realisasi harian dan realisasi kerja serta memeriksa
kembali administrasi divisi lainya, mengisi daftar presensi, tenaga kerja,
laporan harian kegiatan lapangan. Melaksanakan administrasi
kepegawaian sehari-hari, administrasi surar-surat serta komunikasi dengan
unit lainya.
g. Mandor lapangan
Mandor lapangan bertangung jawab kepada Mandor 1 dan Field Assistant
dalam pelaksanaan kegiatan kerja karyawan di lapangan dan meyerahkan
8
laporan kerja mandor kepada asisten afdeling serta memberikan arahan
dan pengawasan pada karyawan di lapangan.
h. Kerani buah
Bertanggung jawab kepada Field Assistant dalam mencatat produksi di
lapangan, baik kuantitas dan kualitas. Adapun tenaga kerja yang ada di PT.
Puri Hijau Lestrai (PHL) yaitu :
a. Staf
Golongan staf terdiri dari Senior Manajer, Manajer, Field Assistant,
Kepala Tata Usaha. Untuk merekrut staf harus melakukan trainning
terlebih dahulu, dan berdasarkan evaluasi dari kebun di kirim ke
direksi, baru ke kantor pusat.
b. Pegawai Bulanan (PB)
Merupakan pegawai SKU yang telah diangkat oleh Senior Manajer.
c. Serikat Kerja Umum (SKU)
Merupakan karyawan bulanan yang di gaji berdasarkan banyaknya
hari kerja. Pegawai ini diangkat oleh Senior Manajer.
d. Pekerja Harian Lepas (PHL)
Merupakan pekerjaan yang bekerja berdasarkan banyaknya volume
kerja yang ada di kebun.
2.1.4 Kondisi Lahan dan Pembukaan Lahan
Perkebunan kelapa sawit di PT. Puri Hijau Lestari dibangun di daerah
dataran rendah, mayoritas lahan kebun ini pada areal pertanaman sebagian besar
rawa. Jenis tanah di lokasi perkebunan PT. Puri Hijau Lestari tanahnya gambut
(organosol) dengan tekstur tanah kehitaman berpasir. Jenis tanah tersebut
merupakan tanah mengandung zat asam yang sangat tinggi, tanah ini sebelum
melakukan penanaman kelapa sawit harus terlebih dahulu ditaburkan dengan
pupuk dolomit, agar keasaman tanah hilang atau berkurang. Pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit PT. Puri Hijau Lestari mulai dari steking lahan,
pembabatan semak dan pohon-pohon. Hal ini merupakan langkah awal
pembukaan areal baru. Pekerjaan tersebut dilakukan secara manual dengan tenaga
manusia atau dengan alat-alat tradisional. Akan tetapi supaya lebih praktis baik
9
dari segi tenaga, waktu maupun biaya saat ini lebih sering dilakukan secara
mekanis dengan menggunakan eskavator, traktor dan buldoser. Penebangan pohon
awal pembukaan areal baru dilakukan ke satu arah. Hasil penebangan di potong-
potong untuk mempercepat pengeringan dan mempermudah pembakaran, hasil
tebangan dibiarkan dalam jangka waktu tertentu, yaitu kurang lebih 3 – 6 bulan
selanjutnya dikumpulkan dengan secara mekanis dan mengunakan alat-alat
tradisional.
2.1.5 Letak Geografis Perusahaan
PT. Puri Hijau Lestari berlokasi di sekitar Desa Mekar Sari yakni berada
kurang lebih 40 km dari Kota Jambi, lokasi tersebut dapat ditempuh dalam waktu
lebih kurang satu setengah jam, sedangkan dari Mekar Sari ke PT. Puri Hijau
Lestari (PHL) dapat ditempuh lebih kurang satu setengah jam dalam kondisi jalan
lancar dan tidak hujan (jalan tidak licin). Pada musim hujan waktu tempuh
tersebut dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan berlumpur. Sebelah utara
perkampungan seperti Manis Mato, Londerang dan Rantau Panjang, Danau
Padang dan Sungai Batanghari dengan anak-anak sungainya. Sebelah selatan
perkebunan kelapa sawit PT. Ricky Kurniawan Kertapersada (RKK) Mekarsari.
Sebelah timur perkebunan Kelurahan Tanjung, Desa Sogo, Pulau Tiga, Seponjen,
Sungai Bungur, Suko Berajo, Sungai Kumpeh dengan anak-anak sungainya serta
PT. WSI. Sebelah barat perkebunan Desa Ramin, Rukam, perkebunan PT. Bukit
Sawit Lestari.
2.1.6 Luas Area dan Tata Guna Lahan
PT. Puri Hijau Lestari memiliki luas area secara keseluruhan 5.370,40 Ha
yang terdiri dari kebun inti dan kemitraan dengan luas kebun inti seluas 3.148,34
Ha dan luas kebun kemitraan seluas 2.222,07 Ha, saat ini kemitraan yang
dilakukan PT. Puri Hijau Lestari masih berjalan sebagaimana semestinya.
Luas areal kebun inti dan kemitraan terbagi menjadi 6 afdeling yang
masing-masing afdeling memiliki luasan yaitu Afdeling 1 Koperasi Wahana
Agung 609,59 Ha, Afdeling 2 Inti 1.001,17 Ha, Afdeling 3 Koperasi Mekar Jaya
1.147,30 Ha, Afdeling 4 Koperasi Harapan Jaya 465,18 Ha, Afdeling 5 Inti
10
1.053,29 Ha, Afdeling 6 Inti 1.093,88 Ha untuk jelasnya luas area perkebunan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Luas area seluruh dan kemitraan afdeling PT. Puri Hijau Lestari
No Nama Afdeling Luas (ha)
1 Afdeling 1 Koperasi Wahana Agung 609,59 Ha
2 Afdeling 2 Inti 1.001,17 Ha
3 Afdeling 3 Koperasi Mekar Jaya 1.147,30 Ha
4 Afdeling 4 Koperasi Harapan Jaya 465,18 Ha
5 Afdeling 5 Inti 1.053,29 Ha
6 Afdeling 6 Inti 1.093,88 Ha
Total 5.370,40 Ha
Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai Bungur
2.1.7 Profil Afdeling 4
2.1.7.1 Letak Geografis Afdeling
Afdeling 4 berada pada bagian paling ujung dari keseluruhan area unit
Sungai Bungur dengan jarak tempuh 4 km dari kantor kebun PT. Puri Hijau
Lestari Sungai Bungur (K8). Batas-batas areal afdeling 4 adalah sebelah utara
berbatasan dengan kebun masyarakat Seponjen, sebelah barat berbatasan dengan
areal afdeling 3 koperasi Mekar Jaya, sebelah timur berbatasan dengan afdeling
12 kebun Seponjen dan sebelah selatan berbatasan dengan SK Berdikari Desa
Sungai Bungur.
2.1.7.2 Kondisi Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di PT. Puri Hijau Lestari
merupakan varietas Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat dan
Socfindo. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT. PHL telah memasuki
Tanaman Mengahasilkan (TM) sebagian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
dan rencana Tanaman Baru (TB) dengan pola tanam yang digunakan adalah
segitiga sama sisi yaitu 8,8 m x 8,8 m x 8,8 m dan jarak antara pasar rintis
(gawangan) 7,6 m. sehingga standar populasi untuk lahan gambut adalah 150
tanaman per hektar.
11
Kondisi tanaman kelapa sawit di PT. Puri Hijau Lestari memiliki rata-rata
tinggi pokok kurang lebih 2 – 5 m, dengan berat janjang rata-rata 7 kg tergantung
dari tahun tanam dan luasan blok sedangkan untuk produksi TBS bisa mencapai 2
ton/hari/hancak tergantung dari cakupan area. Populasi tanaman saat ini tidak
seutuhnya hidup berkuranganya populasi tanaman disebabkan oleh tanaman yang
tidak produktif mengalami stagnasi, pohon rebah, terserang penyakit dan pohon
tidak tumbuh normal akibat kondisi lahan. Sedangkan luas area, jenis tanaman dan
produksi akan disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Luas areal, jumlah tanaman dan produksi kebun Sungai Bungur PT. Puri
Hijau Lestari
Kebun Areal
Ter
Tanam
Belum
Tertan
am
Pena
mbah
an
Jumlah Pokok Sph
(Ha) (Ha) (Ha) Berbuah Belum Total Pkk
/Ha
AFD 1 609,59 578,46 31,13 - 46.161 30.777 76.938 133
AFD 2 1.001,17 1.001,17 0,00
145.461 0 145.461 145
AFD 3 1.147,30 1.052,59 94,71 - 132.233 15.587 147.820 140
AFD 4 465,18 368,64 96,54 1,90 36.208 14.060 50.268 136
AFD 5 1.053,29 848,69 204,60 - 89.960 32.871 122.831 145
AFD 6 1.093,88 991,67 102,21 - 105.900 37.449 143.349 145
Total 5.370,41 4.841,22 529,19 1,90 555.923 130.744 686.667 142
Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai bungur
Berdasarkan tabel di atas luasan area PT. Puri Hijau Lestari belum
sepenuhnya di tanami kelapa sawit dimana dari tabel di atas disajikan luasan blok
keseluruhan mencapai 5.370,41 Ha dengan pencapaian luasan tanaman mencapai
4.839,09 Ha. Artinya luasan yang tidak tertanam kelapa sawit mencapai 531,09
Ha.
12
2.1.7.3 Struktur Organisasi
Susunan Manajemen dan Struktur Organisasi pada Afdeling 4 Kebun
Sungai Bungur.
Gambar 1. Bagan struktur organisasi afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari
2.2 Kegiatan Perusahaan
2.2.1 Pelaksanaan Kegiatan
Semua pelaksanaan kegiatan kebun PT. Puri Hijau Lestari dimulai dengan
master pagi atau apel pagi sedangkan untuk karyawan kantor tanpa apel pagi. Para
karyawan atau pekerja produksi di kebun berkumpul untuk melaksanakan apel
pagi pada pukul 05.30 WIB. Masing-masing karyawan kantor maupun kebun
menyampaikan permasalahan dan kendala yang dihadapi agar mendapat
penyelesaian dari atasan mereka. Selain itu disampaikan pula informasi-informasi
tentang perkembangan perusahaan. Pelaksanaan aktivitas kerja kantor kebun di
PT. Puri Hijau Lestari dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu
dimulai pada pukul 07.00 – 16.00 WIB sedangkan menurut dari ketetapan
perusahaan untuk di kebun dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari
Sabtu dimulai setelah apel pagi sekitar pukul 07.00 – 14.00 WIB dengan jam
istirahat pukul 12.00 WIB namun seringkali pelaksanaan kegiatan dilakukan
hingga sore hari dikarenakan untuk pencapaian target-target lapangan yang belum
terselesaikan.
Selama penulis mengikuti kegiatan di area lahan yang dilaksanakan di
afdeling 4 kebun Sungai Bungur berkumpul di lokasi apel pagi pada pukul 05.30
WIB namun seringkali dimulai hingga pukul 05.45 WIB sambil mandor 1
Manajer
Asisten Afdeling
Kerani Afd
Mandor 1
Mandor Panen
Kerani Panen
Kerani Kirim
Mandor Pemupukan
Mandor Chemist
Mandor Umum
Mandor Pemel
Mandor PHPT
13
menunggu para mandor lapangan hadir semua di lokasi. Pada saat
dilaksanakannya apel pagi tersebut mandor 1 mengkoordinasikan dan
mengevaluasi hasil kerja mandor-mandor pada hari sebelumnya dan perencanaan
yang akan dilakukan pada hari itu. Adapun tambahan dari asisten afdeling
memberikan pengarahan, intruksi teknik pekerjaan, evaluasi hasil kerja kepada
mandor-mandor tentang pekerjaan serta target yang dilaksanakan pada hari itu
serta menyampaikan berbagai informasi tentang perkembangan perusahaan dan
afdeling serta kegiatan lainnya. Setelah rangkaian apel pagi terselesaikan
kemudian ditutup oleh pembacaan doa yang dilakukan oleh salah satu mandor
yang bertugas pada hari itu untuk memimpin doa.
Para mandor bubar dan membentuk barisan baru untuk mengumpulkan para
anggotanya yang membawa kentosan (bibit sawit liar) dan brondolan yang akan
dikumpulkan setelah apel pagi selesai, aturan tersebut dilakukan oleh manajemen
perusahaan sebagai tiket harian apel pagi mereka yang berfungsi mengurangi
keberadaan kentosan dan brondolan di sekitaran pokok sawit yang menganggu
aktivitas kebun, kebersihan dan kualitas produksi. Pada saat yang sama para
mandor juga melaksanakan tugasnya yaitu memberikan lembar kehadiran
karyawan (absensi) kepada anggota dan dilanjutkan pembagian tugas dan
pemberian arahan terhadap pekerjaan mereka masing-masing agar seluruh
rangkaian pekerjaan yang diintruksikan kepada pekerja merata. Setelah
pembagian kerja dan absensi selesai para pekerja meninggalkan lokasi apel pagi
dan bergegas bekerja ke tempat mereka yang telah diintruksikan oleh mandor
mereka masing-masing. Sedangkan para mandor kembali sejenak ke rumah
mereka masing-masing untuk sekedar sarapan dan persiapan segala hal lainnya
sebelum mereka mengawasi pekerjaan para tenaga kerja pelaksana. Asisten
afdeling menjumpai mereka di tempat berkumpulnya para mandor (base camp)
untuk sekedar penambahan informasi dan mengumpulkan lembar kerja mandor
dan administrasi lainnya yang diperlukan.
Pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan ditulis oleh penulis berdasarkan
aktivitasnya sebagai pendamping mandor melalui kegiatan mengikuti dan
melakukan semua aktivitas pemeliharaan tanaman hingga panen Tandan Buah
Segar (TBS). Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mengevaluasi
14
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan mandor di lapangan, membantu suatu
pekerjaan, serta mempelajari pembuatan laporan administrasi.
2.2.2 Teknis Pemeliharaan Tanaman Mengahasilkan
Pemeliharaan tanaman menghasilkan merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan dan mendapatkan kondisi tegakan tanaman serta mendapatkan
tanaman yang sehat yang mampu berproduksi sesuai standar atau sesuai dengan
yang diharapkan. Pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah
menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang. Tanaman harus
dipelihara dengan baik selama 25 tahun, dan biaya pengelolaan yang baik akan
tertutup oleh produksi yang tinggi sampai tanaman tersebut replanting.
Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga melaksanakan serangkaian
aktivitas kerja rawat pada areal tanaman yang telah berproduksi. Perawatan
Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan lanjutan dari pemeliharaan Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM), perawatan TM ditujukan untuk memperoleh
produksi optimal. Tujuan kegiatan rawat tanaman menghasilkan adalah untuk
menjaga agar tanaman tumbuh normal dan berpotensi produksi tinggi serta
mempermudah pekerjaan pemanenan. Untuk mencapai hal tersebut yang menjadi
prioritas utama adalah pemeliharaan ataupun perawatan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan di areal lahan perkebunan kelapa sawit, pemupukan,
optimalisasi kesuburan tanah dan air, pelaksanaan tunasan, perawatan gawangan,
pemberantasan gulma secara manual dan kimia sebagai tindakan memperkecil
losses produksi. Pekerjaan rawat tanaman menghasilkan yang dilakukan di
perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi pekerjaan rutin dan non rutin.
2.2.2.1 Pemeliharaan Jalan
Jalan adalah sarana transportasi utama pada lokasi perkebunan kelapa
sawit yang mempunyai peran penting untuk pemeliharaan tanaman, akses tenaga
kerja dan produksi. Jenis jalan di area perkebunan kelapa sawit pada umumnya
dibedakan atas 4 (jenis), yaitu:
15
1. Jalan akses (Access Road)
Jalan akses berfungsi sebagai jalan utama yang menghubungkan tiap
afdeling, pabrik, emplasemen dan keluar kebun. Disamping itu, berfungsi
juga sebagai jalan untuk pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke
pelabuhan. Lebar jalan akses keseluruhan (termasuk bahu jalan) adalah
10-12 m. Sedangkan lebar bersih badan jalan dibuat 8-9 m, diperkeras
secara penuh (ketebalan 15-20 cm), berbentuk cembung dan dilengkapi
dengan parit jalan untuk mengumpulkan aliran permukaan pada badan
jalan. Drainase jalan harus cukup lebar (1 s/d 1,5 m x 1 m) untuk
menampung air hujan pada segala kondisi cuaca. Jalan akses dibangun
secara terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan
kantor.
2. Jalan utama (Main Road)
Jalan utama dipergunakan untuk transportasi buah ke pabrik dan bahan-
bahan lainnya yang diperlukan ke afdeling. Jalan utama (main road)
dibangun dengan interval 300 m dan sejajar dengan baris tanaman di
areal dengan topografi datar sampai landai. Jalan utama mempunyai lebar
keseluruhan (termasuk bahu jalan) adalah 9-10 m, sedangkan lebar bersih
badan jalan adalah 7-8 m, berbentuk cembung. Permukaan jalan utama
harus diperkeras secara penuh dengan sirtu atau laterit (setelah tanaman
berumur 3-4 tahun). Parit jalan dibangun di kiri-kanan jalan untuk
menampung aliran permukaan dari badan jalan dengan ukuran 1 s/d 1,5
m x 1 m (tergantung keadaan).
3. Jalan produksi/koleksi (Collection Road)
Jalan koleksi dibangun tegak lurus terhadap jalan utama dengan interval
jarak 1.000 m di areal bertopografi datar-landai. Jalan koleksi adalah
jalan yang membatasi dan membagi blok dan digunakan untuk
mengumpulkan hasil panen (TBS) yang akan diangkut ke pabrik serta
untuk pengangkutan bahan-bahan perawatan, di jalan koleksi terdapat
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Jalan koleksi mempunyai lebar
keseluruhan 6-7 m, sedangkan lebar bersih badan jalan adalah 5-6 m,
diperkeras ringan dengan sirtu (ketebalan 10 cm), dibuat cembung
16
dengan parit jalan di kiri-kanan badan jalan dengan ukuran 1m x 1m
(tergantung keadaan). Pengerasan jalan dilakukan setiap tahun sampai
diperoleh permukaan jalan yang tahan cuaca.
4. Jalan kontrol (Midle Path)
Merupakan jalan yang terdapat di dalam blok yaitu di tengah-tengah blok
yang dibuat sejajar dengan jalan produksi atau tegak lurus terhadap
barisan tanaman. Dengan kata lain jalan kontrol membagi blok menjadi 2
bagian dengan arah Timur – Barat. Panjang jalan kontrol sesuai dengan
panjang blok, yaitu 1.000 m. Jalan kontrol biasanya dipakai untuk
pemeriksaan atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala afdeling,
asisten kepala ataupun mandor pemanenan. Pemeliharaan jalan kontrol
dilakukan 3-4 rotasi per tahun dengan cara manual, cara kimiawi atau
kombinasi manual dan kimiawi.
Tujuan dari pemeliharaan jalan adalah menyediakan akses ke areal lahan
perkebunan kelapa sawit guna pelaksanaan pemeliharaan tanaman, kegiatan
pemupukan, kegiatan panen, pengangkutan TBS, bahan-bahan keperluan tanaman
dan memudahkan pengawasan pekerja di lapangan. Adapaun aturan berlaku pada
kegiatan perawatan jalan adalah pekerjaan perbaikan jalan tidak dianjurkan
selama musim yang sangat basah, harus tersedia tenaga kurang lebih 8 orang tiap
afdeling (tergantung luasan area) untuk tenaga perawatan jalan dan parit yang
meliputi pemadatan badan jalan serta menghindari genangan air dengan
melancarkan parit jalan, meratakan permukaan tanah dengan cangkul, membentuk
kembali permukaan agar cembung dilengkapi saluran di pinggirnya, dan
memadatkan permukaan tanah dengan roller/compactor ataupun peralatan manual
seperti cangkul.
Rawat piringan (Circle) adalah daerah sekeliling pohon yang memberikan
ruang untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dilakukan pembersihan piringan
adalah untuk memudahkan proses pemanenan, kutip brondolan, pemupukan atau
penebaran pupuk. Rawat piringan adalah proses pembersihan gulma yang dapat
mengganggu dan merugikan tanaman utama dalam persaingan unsur hara dan air.
17
2.2.2.2 Pengendalian Lalang dan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan
kondisi yang tidak diinginkan manusia dan menggangu pertumbuhan tanaman di
lahan karena menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur
hara, air, sinar matahari dan ruang hidup. Untuk tanaman perkebunan kerugian
yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung jenis tanaman, iklim, jenis gulma,
dan kondisi di lapangan. Tanaman perkebunan mudah dipengaruhi oleh gulma,
khususnya untuk tanaman muda apabila pengendalian gulma tidak dilakukan
secara benar. Pengendalian lalang secara kultur teknis, dengan menggunakan
kacangan yang ditanam sebagai penutup tanah, teknis penanaman kacangan sesuai
dengan Standar Operational Procedure (SOP) perusahaan. Pengendalian lalang
secara kimiawi dipakai dari jenis herbisida sistemik (dengan bahan aktif Glifosat,
Sulfosat atau Imzapir). Macam-macam gulma yang ditemukan di perkebunan
kelapa sawit selama pengamatan di lapangan oleh penulis terdapat sepuluh jenis
gulma, lima diantaranya yaitu, gulma pakisan resam (Dicranopteris linearis),
gulma teki-tekian (Cyperus Sp.), gulma cabe-cabean (Acytasia intrusa), senduduk
(Melastoma malabathricum L), dan kentosan merupakan brondolan sawit yang
tumbuh di piringan pokok yang tidak terangkut oleh pemanen.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 2. Jenis gulma yang terdapat di areal kebun kelapa sawit PT. PHL (a)
Kentosan (bibit sawit liar), (b) Dicranopteris linearis (pakisan resam), (c)
18
Cyperus Sp (teki-tekian), (d) Acytasia intrusa (cabe-cabean), (e) Paspalum
conjugatum (paitan), (f) Mikania micranta (sembung merambat).
Pengendalian gulma yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit di
afdeling 4 PT. PHL yaitu dengan cara pembersihan gulma di piringan, jalan pikul,
rintisan piringan, collection road, Tempat Pengumpulan Hasil (TPH),
pembersihan gawangan dan pemberantasan lalang. Pekerjaan pengendalian gulma
ini merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan di PT. PHL dan mempunyai rotasi
dalam pengerjaannya. Interval waktu yang optimum antar rotasi juga tergantung
dari jenis dan keadaan pertumbuhan gulma dan keadaan tanah di lapangan, pada
daerah-daerah tertentu penambahan atau pengurangan dari rotasi penyiangan
dapat dipertimbangkan setelah dikonsultasikan dengan atasan yang bersangkutan.
Rotasi pengendalian gulma ini dilakukan tiga bulan sekali, sehingga rotasi yang
dibuat dapat menjaga pertumbuhan gulma sehingga tidak merugikan secara
ekonomis. Tujuan pengendalian gulma adalah menghindarkan persaingan unsur
hara oleh tanaman, memudahkan pemanen untuk pengutipan brondol,
memudahkan pemanen mengangkut buah (TBS) ke TPH dan memudahkan
kegiatan rawat lainnya serta terlihat kebersihan areal kebun yang akan
meningkatkan kualitas dari produksi.
Pengendalian gulma yang dilakukan di PT. PHL yaitu yang telah
dipraktekkan pada afdeling 4 adalah dengan menggunakan bahan kimia dan
manual. Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan kerapatan gulma, alat dan
bahan yang digunakan, tenaga kerja dan cuaca. Pengendalian gulma dengan
menggunakan racun rumput atau herbisida dengan cara penyemprotan. Herbisida
yang digunakan yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida sistemik
merupakan herbisida yang dapat membunuh gulma dengan cara herbisida masuk
ke jaringan gulma melalui daun dan akar yang kemudian ditranslokasikan
keseluruh jaringan gulma dan dapat mengganggu fisiologi gulma dan akhirnya
gulma dapat mati. Herbisida sistemik yang biasanya digunakan oleh kebun PT.
PHL ini adalah Glisat dengan bahan aktif Glifosat sedangkan herbisida kontak
adalah herbisida yang dapat membunuh gulma apabila bagian jaringan terkena
racun saja. Herbisida kontak yang digunakan yaitu Gramoxone dengan bahan aktif
Paraquat yang cair dan berwarna biru tua.
19
Pengendalian gulma pada prirngan, jalan pikul, TPH dan rintisan piringan
atau jari-jari pokok sawit sekitar 2 meter dengan cara penyemprotan yang
dilakukan di kebun PT. PHL adalah menggunakan herbisida kontak Gramoxone
dengan bahan aktif Paraquat yang dikombinasi dengan herbisida sistemik dengan
bahan aktif Metil Metsulforon 20% Herbisida. Pencampuran herbisida kontak dan
sistemik ini untuk pengendalian gulma dapat menghemat tenaga kerja, pekerjaan
dapat dilakukan lebih cepat, dapat sekaligus memberantas gulma yang matinya
baik dengan herbisida sistemik maupun kontak. Dengan demikian hasil akhirnya
dapat meminimalisir biaya rawat. Dengan menggunakan herbisida Gramoxone
dan herbisida sistemik gulma yang disemprot dapat mati total 3 hari atau 60 jam
setelah diaplikasi.
(a) (b) (c)
Gambar 3. Kegiatan penyemprotan gulma di PT. Puri Hijau Lestari (a) Jenis
Glisat dengan bahan aktif Glifosat, (b) Pencampuran bahan, (c) Penyemprotan
langsung.
2.2.2.3 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama pada area perkebunan kelapa sawit mempunyai tujuan
mendeteksi serangan hama dan penyakit tanaman serta memberantasnya sehingga
hama dan penyakit di lahan tanaman dapat dikendalikan dan akhirnya potensial
kerusakan dapat dikurangi, menjaga keseimbangan biologis sehingga tidak terjadi
outbreak satu jenis hama dan penyebaran dapat dideteksi atau diawasi. Standar
kesesuaian pelaksanaan kerja yang dilaksanakan setiap afdeling untuk
pengendalian hama dan penyakit meliputi petugas monitoring harus mencatat
kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit termasuk yang
disebabkan oleh binatang seperti serangga pemakan daun, batang, buah, dll. Hama
yang menyerang pohon kelapa sawit yaitu, tikus, ulat api atau ulat kantong,
oryctes (kumbang) dan rayap. Hama yang menyerang buah kelapa sawit di PT.
20
PHL yaitu tikus. Ciri-ciri buah yang dimakan tikus yaitu daging kelapa sawit
dimakan habis hingga tersisa tempurungnya. Pengamatan hama ini bisa dilakukan
dengan racun tikus atau remortal (klered). Selain itu hama yang ditemukan yaitu
hama rayap (Coptotermes curvignathus). Ciri-ciri gejala serangan rayap yaitu
pokok tersebut ditutupi rayap yang bersembunyi pada tanah yang menutupi batang
kelapa sawit tersebut, daunnya kuning kecokelatan dan kering jika tidak
dikendalikan serta daun tombak dan daun pupus yang juga merapuhkan batang
pokok. Cara pengendaliannya yaitu dengan cara dibersihkan batangnya yang
tertutupi kemudian batang disemprot dengan material Termitisida dengan bahan
aktif Fipronil.
Pengendalian Penyakit.
Tujuan dari pengendalian penyakit adalah mendeteksi serangan penyakit
sebelum pengendalian dalam skala luas dan untuk menerapkan strategi
pengendalian yang efektif. Dengan standar kesesuaian pelaksanaan pekerjaan
penyakit harus dicegah dengan menjaga kebersihan tanaman secara tepat dan
ledakan/serangan harus terdeteksi oleh petugas pengamat rutin sebelum kerusakan
serius terjadi. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah
penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma) merupakan penyakit yang umum
dijumpai dan yang paling penting pada tanaman kelapa sawit. Areal serangan
penyakit ini terus meningkat. Ganoderma semula dikaitkan dengan semakin
tuanya tanaman, tetapi ternyata infeksi penyakit ini dapat dijumpai pada tanaman
berumur 5 tahun. Serangan penyakit ini yang paling tinggi dijumpai pada umur
10-15 tahun, tetapi hal ini bervariasi tergantung pada kebersihan kebun dan
sejarah tanaman di kebun. Selain itu terdapat jenis penyakit busuk pucuk yang
meliputi berbagai kondisi yang berhubungan dengan infeksi jaringan lunak pucuk
daun atau titik tumbuh oleh jamur patogen. Hal tersebut sering didahului oleh
serangga dan kumbang yang menyebabkan kerusakan yang nyata terhadap
jaringan sehingga memungkinkan terjadinya infeksi oleh busuk pucuk.
Gejala pertama adalah membusuknya pucuk tanaman yang dapat dengan
mudah dibuang dengan tangan. Jaringan yang terkena penyakit ini mempunyai
warna cokelat dengan areal infeksi basah dan biasanya berbau tidak sedap. Pucuk
21
daun yang membusuk akhirnya mati dan roboh ke samping atau ke bawah ke daun
lainnya. Tanpa adanya titik tumbuh yang sehat, tanaman ini dianggap mati tetapi
mungkin masih hidup secara vegetatif bergantung pada hasil fotosintesis daun
dibawahnya yang masih hidup. Jika tanaman ini sembuh maka daun pertama yang
muncul akan berukuran pendek tanpa anak daun dan tampak seperti tonggak.
Daun-daun berikutnya perlahan-lahan akan tampak normal. Infeksi busuk pucuk
menghambat pertumbuhan, perkembangan tanaman dan akhirnya produksi
tanaman. Pemilihan bahan tanaman yang sehat dan secara genetis tidak rentan
terhadap busuk pucuk merupakan hal penting. Monitoring persilangan dan bahan
material sangat penting agar induk material yang rentan terhadap busuk pucuk
tidak digunakan sebagai bahan persilangan.
(a) (b) (c)
Gambar 4. Jenis penyakit tanaman kelapa sawit di lahan PT. PHL (a) Busuk
batang yang disebabkan jamur patogen, (b) Bolong daun akibat ulat, (c) Rapuh
dan daun menguning akibat ulat bulu.
2.2.2.4 Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan penaburan pupuk di lahan perkebunan
kelapa sawit sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan perusahaan yang
didasarkan pada analisis daun dan analisis tanah. Pemupukan pada tanaman
kelapa sawit membutuhkan biaya yang cukup besar, yaitu sekitar 50% dari total
biaya pemeliharaan. Kegiatan pemupukan memiliki tujuan menyediakan unsur
hara yang cukup untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan
produksi yang maksimum serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama
dan penyakit. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan ekonomis, areal
yang akan dipupuk piringan harus bebas dari gulma, pupuk yang diberikan dengan
menerapkan 4T yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat tabur dan tepat jenis. Dalam
proses pemupukan di PT. Puri Hijau Lestari selalu dimulai dari proses
22
perencanaan yang meliputi jenis pupuk yang akan digunakan, dosis yang
dibutuhkan, blok sasaran yang akan dipupuk, dosis yang dibutuhkan, waktu
pemupukan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan sarana dan prasarana yang
menunjang proses pekerjaan pemupukan. Setelah mendapat rekomendasi
pemupukan maka dipersiapkan waktu pelaksanaan pemupukan. Pada perkebunan
ini dalam satu tahun dilakukan pemupukan 3 semester. Waktu pelaksanaan
pemupukan pada bulan pergantian musim hujan dan musim kemarau, hal ini
ditujukan untuk keefektifan tanaman mengambil hara yang diberikan. Jenis pupuk
yang digunakan pada PT. Puri Hijau Lestari ini yaitu: NPK 7/6/34+Cu+Zn+B,
NPK 12/12/17/2, Chelated Zincopper, Borate (HGFB).
Waktu pelaksanaan pemupukan harus dijadwalkan pelaksanaanya pada
musim hujan kecil dan per semester. Pada semester I kegiatan pemupukan
dilakukan pada bulan Januari – April karena merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan kegiatan pemupukan yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim
hujan. Sedangkan untuk semester II kegiatan pemupuk dilakukan pada bulan Juli
– Oktober. Manfaat pemupukan yang maksimum dapat tercapai bila curah hujan
antara 100 – 250 mm per bulan yang ditentukan. Pada musim ini, kondisi tanah
cukup basah (tetapi belum jenuh) sehingga kemudahan terserapnya unsur hara
oleh tanaman. Selain itu pemupukan di lahan gambut dilakukan secara bertahap
dan dengan takaran rendah karena daya pegang (Sorption power) hara tanah
gambut rendah sehingga pupuk mudah tercuci (Agus dan Subiksa, 2008). Norma
pemupukan yaitu berdasarkan dosis pupuk. Dosis rekomendasi pemupukan pada
PT. Puri Hijau Lestari sebagai berikut:
Tabel 4. Rekomendasi dosis pemupukan pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun
Sungai Bungur.
Jenis Pupuk Dosis (Kg)
Npk 12/12/17/2 2,5
Npk 7/6/34+Cu+Zn 2
HGFB (Borat) 0,10
Chelated Zincopper 0,10
RP (Rock Phosphat) 0,5
Dolomite 1
23
NPK 18:8:8:2+TE 2
MOP(MuriatePotas) 1
Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai bungur
Tahapan kegiatan pemupukan yaitu dimulai dari proses penguntilan,
pelangsiran dari gudang ke blok, pelangsiran dari pinggir blok, pengeceran dalam
blok, penaburan pupuk dan pengumpulan karung. Penguntilan yaitu pembagian
pupuk dengan cara mengemas jumlah pupuk berdasarkan rekomendasi jenis dan
dosis yang dianjurkan. Tujuan dilakukan penguntilan yaitu memudahkan dalam
pemupukan dan setiap pohon mendapatkan dosis yang sesuai dengan
rekomendasi, selain itu menghindari hal-hal kehilangan pupuk baik itu pencurian
maupun penggelapan pupuk. Untuk jumlah pengaplikasian pemupukan di
lapangan biasanya pada PT. Puri Hijau Lestari setiap harinya dihitung dengan luas
areal blok dan banyak tanaman dimana kegiatan tersebut telah diatur oleh Field
Afdeling.
Dan sebelum memulai pelaksanaan kegiatan pemupukan terlebih dahulu
dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Dimana penguntilan merupakan kegiatan
pembagian jumlah pupuk berdasarkan rekomendasi dosis/pokok dengan jumlah 8
pokok peruntilan yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat
pengeceran pupuk.
Kegiatan penguntilan dilakukan sesuai dengan pencapaian target masing-
masing yaitu dengan norma 1 HK = 2000 kg (171 karung isi @50 kg). Kegiatan
penguntilan dilakukan dengan 8.342 kg pupuk dilangsir ke tempat penguntilan
dengan bertahap-tahap mengunakan angkong, sambil pupuk di langsir tenaga
kerja penguntilan mempersiapkan karung untuk tempat pupuk yang akan di until,
sesudah semua pupuk terkumpul di tempat penguntilan kemudian tenaga kerja
melakukan penguntilan, memecahkan pupuk yang beku lalu dimasukan ketakaran
yang telah dianjurkan oleh manajer kemudian dimasukan kekarung dan disusun
per blok sesuai dengan kebutuhan pada blok yang akan dipupuk. Untuk
menentukan jumlah kebutuhan pupuk per blok dan jumlah kebutuhan tenaga kerja
digunakan rumus sebagai berikut :
24
Kebutuhan jumlah untilan untuk masing-masing blok dihitung dengan rumus:
Jumlah Untilan =
Dimana LB = Luas Blok (Ha)
P = Jumlah Pokok (P/Ha)
D = Dosis Pupuk perpokok (Kg/p)
Untilan = 16,5 Kg
Contoh :
Untuk Afdeling IV Blok L 16, Pupuk yang di aplikasikan NPK 7-6-34+TE
jumlah yang luas blok nya adalah 28,54 ha dan jumlah keseluruhan pokok 4.171
dan dimana pokok per hektar nya 146 pokok, maka jumlah untilan pupuk yang
dibutuhkan untuk Blok L 15 dapat dihitung sebagai berikut :
= 505 until
Adapun jumlah kebutuhan pupuk yang digunakan adalah 8.342 Kg yang
diperoleh dari 4.171 pokok dengan dosis 2 kg per pokok. Dengan rumus diatas
dapat di hitung jumlah untilan dan seberapa banyak pupuk yang dibutukan untuk
Blok L-16. Selanjutnya kebutuhan tenaga kerja untuk pemupukan dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut :
a) Tenaga kerja untuk mengecer pupuk terdiri dari 3 orang langsir mengunakan
alat bargas dan 3 orang untuk mengecer pupuk dari depan gawangan ke
dalam gawangan, sehingga jumlah tenaga kerja untuk mendistribusi pupuk
adalah 6 orang.
b) Pupuk yang sudah berada di lokasi dalam gawangan selanjutnya di tabur oleh
tenaga kerja pemupukan, jumlah tenaga kerja pemupukan dihitung dengan
cara 1 HK= 900 Kg. Dengan demikian jumlah tenaga kerja untuk pemupukan
Blok L16 adalah sejumlah 8.342 kg (505 until) dibagi 900 kg pupuk / HK,
yaitu sejumlah 9,26 Kg atau 9 HK (orang).
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah tenaga kerja untuk pemupukan
adalah 9 HK (orang) untuk distribusi di tambah 6 HK (orang) jadi tenaga kerja
25
yang dibutuhkan untuk pemupukan yaitu berjumlah 15 HK untuk Blok L16
tersebut.
(a) (b) (c) (d)
(e) (f) (g) (h)
Gambar 5. Kegiatan pemupukan afdeling 4 (a) Mandor pupuk di gudang induk,
(b) Jenis pupuk Chelated Zincopper, (c) Pupuk majemuk, (d) Penulis di gudang
pupuk K8, (e) Langsir dari pinggir blok, (f) Langsir dari gudang untuk
penguntilan, (g) Pengambilan pupuk yang siap di sebar, (h) Pelangsiran pupuk
dari gudang ke blok.
2.2.2.5 Prunning
Prunning atau pemangkasan pelepah pada tanaman kelapa sawit adalah
pekerjaan memotong pelepah daun tua yang dianggap sudah kurang produktif.
Pemotongan daun tua yang sudah kurang produktif tersebut bertujuan untuk
menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif, mempermudah
pelaksanaan panen, mengurangi salah satu faktor yang menghalangi penyerbukan
secara alami, cahaya dapat masuk lebih merata sehingga proses asimilasi dan
sirkulasi angin dapat lebih baik, mendorong penyaluran zat hara yang diserap
tanaman pada daun yang lebih produktif dan mengurangi brondolan yang
menyangkut pada cabang. Untuk menjaga keseimbangan aspek vegetatif dan
generatif maka jumlah cabang optimum disesuaikan dengan umur tanaman. Selain
26
itu tujuan akhir dari pemeliharaan cabang adalah untuk mendapatkan produksi
yang optimum karena berkaitan dengan fotosintesis.
Pekerjaan prunning dilakukan secara rutin pada Tanaman Menghasilkan
(TM). Alat yang digunakan untuk prunning adalah dodos besar bergantung pada
ketinggian tanaman. Prunning maksimum boleh dilakukan dalam bentuk songgo
dua (dua pelepah dibawah tandan paling bawah harus ditinggalkan). Tujuan
pemangkasan pelepah yang dilakukan dengan songgo dua adalah untuk
memudahkan pelaksanaan panen karena tanaman sudah cukup tinggi dan
memberikan keleluasan perkembangan tandan untuk menghindari adanya tandan
terjepit. Pemotongan pelepah harus dilakukan sedekat mungkin dengan pohon.
Hal tersebut dilakukan agar brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada cabang.
Semua pelepah yang telah dipotong harus disusun rapi di gawangan mati dengan
posisi telungkup. Penyusunan pelepah tidak boleh mengganggu pasar pikul dan
piringan. Tujuan penyusunan pelepah adalah untuk menjaga kelembaban tanah,
menekan perumbuhan gulma, mengurangi erosi, memudahkan kegiatan perawatan
dan panen, merangsang pertumbuhan akar dan sebagai sumber bahan organik.
Prunning dilaksanakan bertujuan untuk menjaga tajuk tanaman yang sehat
secara penuh dengan cara membuang daun yang berlebihan, mati, rusak atau
terserang hama penyakit. Selain itu tujuannya untuk mempertahankan luas daun
optimal sehingga dapat memaksimalkan konversi sinar matahari, hara dan air
menjadi bagian vegetatif tanaman dan buah. Pada hasil pengamatan belum
seluruhnya dilakukan prunning dengan standar songgo 2 namun adapun
pelaksanaan hingga songgo 3 pada PT. Puri Hijau Lestari, hal ini dikarenakan
lahan afdeling 4 merupakan lahan gambut yang pertumbuhan tanamannya kurang
optimal sehingga banyak pelepah kering yang berada pada songgo dibawah buah
tersebut. Pada beberapa pokok juga terdapat 1 songgo pada pokok yang telah di
prunning dengan tujuan agar pertumbuhan Tandan Buah Segar (TBS) lebih
leluasa dan akan berakibat janjang sawit berukuran besar dan menambah dari nilai
berat janjang.
27
(a) (b) (c)
Gambar 6. Pokok sawit yang telah dipangkas/Prunning (a) Pokok sawit
pemangkasan 2 songgo, (b) Pokok sawit dengan pemangkasan 2 songgo, (c)
Pemangkasan pelepah
2.2.2.6 Pengelolaan Air (Water Management)
Pengelolaan air atau water management merupakan faktor penting dalam
budidaya kelapa sawit terutama pada lahan-lahan yang sering tergenang atau pada
lahan gambut. Ketersediaan air merupakan faktor utama bagi produksi karena
untuk ketersediaan air. Lahan gambut yang ada di PT. Puri Hijau Lestari
tergolong dari lahan gambut kedalaman sedang. Pengelolaan air yang dilakukan di
PT. Puri Hijau Lestari ini berupa pembuatan saluran drainase atau kanal-kanal
yang bertujuan supaya keadaan air di tanah dapat terkendali. Saluran drainase
(parit) di areal pertanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat keluar
masuknya air, jika terjadi masalah maka akan berpengaruh terhadap kondisi
tanaman yang ada di lapangan. Pengelolaan air ini dirancang sedemikian rupa
sehingga lahan tetap dijaga agar kondisi lahan tidak tergenang jika intensitas
hujan tinggi (musim penghujan) maupun kondisi lahan tidak kekeringan pada
saat musim kemarau.
Dalam pengelolaan air yang dilakukan PT. Puri Hijau Lestari yaitu
dilakukan sistem pembagian zona air (water zone). Pembagian zona suatu wilayah
ini dengan menentukan tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan
yang ingin dicapai dalam pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah
terjadinya overdrain serta untuk menetapkan water table yang baik untuk lahan
tersebut.
Macam-macam parit yang dibuat untuk mengatur air yaitu parit primer
yang berfungsi untuk menampung kelebihan air yang ada di parit sekunder
28
maupun parit tersier atau parit sirip yang ada dalam blok. Sedangkan parit
sekunder berfungsi untuk menampung kelebihan air dari parit tersier atau parit
sirip, sedangkan parit tersier atau parit sirip berfungsi untuk menampung air dari
lahan guna untuk menampung elevasi permukaan air lahan sebagai drainase lahan,
serta sebagai penyalur air masuk ke dalam blok jika pada saat musim kemarau.
Permukaan air tanah perlu dipertahankan pada kedalaman 60-75 cm di bawah
permukaan tanah, dengan cara memasang pintu air pada saluran primer. Pintu air
bisa dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang dapat diatur ketinggiannya.
Sebelum dibuat saluran, maka harus dipetakan dahulu seluruh areal, sehingga
dapat diketahui mana titik tertinggi dan mana titik terendah pada areal tersebut.
Rotasi perawatan (membersihkan dan mendalamkan) parit di dalam kebun dapat
dilakukan sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, sedangkan di luar kebun 1
kali dalam 2 tahun.
Bendungan manual merupakan sebuah bangunan yang dibuat untuk
menahan air pada parit collection agar tidak keluar ke parit primer. Bendungan ini
dibuat melintang di parit collection yang berguna untuk menahan air di lahan
tersebut agar kebutuhan air di blok tersebut terpenuhi. Pada kondisi overflow cara
penggunaannya bisa dibuka dan ditutup berdasrkan level air yang harus
dipertahankan pada blok tersebut berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Acuan untuk pembukaan dan penutupan overflow yaitu berdasarkan tinggi level
air diblok dengan melihat level air yang ada di piezzometer atau ram ukur
merupakan mistar ukur yang ditempelkan pada pancang kayu yang dipasang pada
titik tertentu di dalam kanal atau parit. Ram ukur berfungsi untuk mengetahui
elevasi muka air di parit atau di kanal atau untuk mengukur ketinggian air diblok
(saluran/parit).
Setelah dilakukan pengukuran tindakan selanjutnya yaitu menganalisis
level air yang ada dalam blok tersebut. Analisis ini berguna untuk mengetahui
keadaan level air. Jika muka air tanah di lahan lebih besar dari muka air tanah
yang disarankan maka tindakan selanjutnya dilakukan pengaturan level air dengan
menggunakan overflow.
29
(a) (b) (c)
Gambar 7. Drainase lahan gambut dengan kanal-kanal di PT. Puri Hijau Lestari
(a) Kanal afdeling 4, (b) Kanal dan Ketek (c) Bendungan Manual afdeling.
2.2.2.7 Pengangkutan TBS
Pengangkutan ini memilki tujuan mengirim TBS dan brondolan ke Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) dalam keadaan baik serta menjaga jadwal pengiriman TBS,
sehingga PKS dapat beroperasi optimal. Karena itu, pekerjaan pengangkutan di
perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang cukup penting,
pengangkutan buah merupakan salah satu mata rantai dari tiga mata rantai yang
terpenting dan saling memengaruhi antara potong buah, pengolahan dan
transportasi. Standar kesesuaian pelaksanaan pengangkutan TBS meliputi semua
TBS dan brondolan harus dikirim ke PKS dalam waktu 24 jam. Pada PT. Puri
Hijau Lestari kerusakan TBS pada saat pengangkutan harus diupayakan sekecil
mungkin, TBS dan brondolan bersih dari tangkai tandan, pasir/tanah dan sampah
serta TBS mentah, busuk dan brondolan busuk tidak dibawa ke PKS. Kerani kirim
yang bertugas menghitung jumlah TBS yang diangkut dan selisih TBS dipanen
agar diberi keterangan dan membukukan di lembar kegiatan mandor. Faktor yang
memengaruhi kelancaran transportasi buah meliputi:
1. Organisasi potong buah
a. Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari tidak jauh berbeda
dengan tonase taksasi buah pada hari sebelumnya.
b. Rotasi potong buah dijaga antara 6-8 hari sehingga presentase brondolan
terhadap janjang maksimum 7-9%.
c. Buah harus diletakkan di TPH yang telah ditentukan dengan diberi
nomor.
30
d. Potong buah diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu
mandoran ke mandoran yang lain.
e. Usahakan satu seksi selesai dipotong dalam satu hari.
f. Transportasi paling lambat dimulai pada pukul 08.30 WIB atau setelah
TBS terkumpul di TPH.
2. Bentuk dan pola jalan di suatu kebun dan blok
a. Pola jalan sebaiknya lurus
b. Jalan buntu (jalan tidak tembus) diminimalkan atau bahkan tidak perlu
ada.
3. Kondisi dan perawatan jalan
a. Beberapa staf di lapangan masih beranggapan bahwa solusi
ketidaklancaran transportasi adalah penambahan alat transportasi,
padahal kapasitas per unit alat transportasinya masih jauh dibawah
kapasitas standar. Jadi sebenarnya, ketidaklancaran transportasi bisa
disebabkan oleh kondisi jalan yang kurang baik.
b. Penggunaan rood greader yang disediakan perusahaan justru banyak
digunakan untuk menarik kendaraan yang terperosok akibat jalan yang
rusak. Fungsi utama road greader sebenarnya hanya untuk membentuk
dan merawat jalan.
Pemuatan tandan ke dalam truk pada PT. Puri Hijau Lestari dilakukan
dengan menggunakan gancu dan tojok agar tandan dilemparkan ke atas truk serta
penggunaan karung eks pupuk digunakan untuk melemparkan brondolan ke dalam
truk. Waktu yang diperlukan untuk memuat 1 truk umumnya sekitar 30-45 menit
dan waktu pembongkaran di transfer ramp 15-20 menit. Pengaturan rute
tergantung pada sistem panen. Dari segi angkutan, pengaturan yang baik adalah
tidak terlalu sering menggunakan jalan produksi setiap hari dan TBS harus segera
masuk ke pabrik. Kapasitas truk per hari perlu disesuaikan dengan jarak dari
lokasi panen ke pabrik dan kondisi jalan yang dihitung atas dasar kecepatan dalam
km/jam. Kapasitas truk harus dibatasi, yaitu 5-6 ton/trip. Idealnya, setiap hari truk
dapat mengangkut 4-5 trip atau 20-25 ton TBS. Prosedur operasional standar yang
dilakukan biasanya, yaitu:
31
1. Truk angkut TBS disediakan kebun;
2. Kebun dapat menentukan PKS mana dikirim, dengan memperhitungkan
harga transportasi terendah;
3. Kebun dapat menghitung biaya transport Rp/Kg TBS dan pembayaran
dilakukan di kebun;
4. Truk diisi secara hati-hati, muatan truk tidak melebihi 6 ton, bila melalui
jalan umum digunakan jaring pengaman;
5. Dokumen pengiriman TBS (surat pengantar TBS) harus dilengkapi
setiap truk mengangkut TBS dan diserahkan ke PKS;
6. Dokumen hasil penimbangan dari PKS diterima kembali oleh kebun;
7. Setiap TBS diangkut harus dicatat oleh Kerani Kirim setiap afdeling.
(a) (b) (c)
Gambar 8. Kegiatan pengangkutan TBS ke dalam truk di PT. Puri Hijau Lestari
(a) Pengangkutan TBS di TPH ke dalam truk (b) Pemasukan TBS dengan alat
tojok (c) Penyusunan TBS di atas truk.
2.2.2.8 Panen
Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan
matang panen sesuai kriteria matang panen, kemudian mengumpulkan dan
mengutip brondolan serta menyusun tandan buah segar di Tempat Pengumpulan
Hasil (TPH) beserta brondolannya. Semua buah matang panen dipanen tuntas,
kemudian brondolan dikutip tuntas dari areal panen dengan karung, kemudian
panen terjaga sesuai standar.
Kriteria matang panen yaitu indikator yang dibuat untuk menetapkan
apabila buah kelapa sawit dipohon sudah bisa dipanen atau tidak. Kriteria panen
yang digunakan di PT. Puri Hijau Lestari yaitu 20-50 % buah luar membrondol
32
atau sekitar lebih dari 2 brondolan yang jatuh di piringan per TBS secara alami.
Tujuan panen buah matang dengan melihat brondolan jatuh yang ada dipiringan
yaitu menjaga rendeman minyak kelapa sawit dan rendeman inti sawit dan
perolehan total volume minyak dan inti sawit. Tandan buah kelapa sawit yang
paling baik dipanen adalah buah yang mempunyai kadar minyak tertinggi dengan
kandungan asam lemak bebas yang rendah. Kriteria buah matang panen diatas
berlaku untuk buah yang normal karena di lapangan sering ditemukan buah sakit
dan buah batu. Buah sakit adalah buah yang berwarna hitam pada bagian
pucuknya sudah membrondol, sedangkan buah batu adalah buah yang sudah
matang tetapi buahnya tidak lepas dari tandannya. Proses panen merupakan
serangkaian kerja yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
hasil. Proses panen yang dilkukan di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari ini yaitu
rotasi panen, sensus buah, taksasi panen, pembagian hancak panen dan cara teknis
panen. Setelah buah di panen, maka buah diangkut dengan menggunakan angkong
ke TPH. Kemudian buah disusun rapi di TPH dan menomori tangkai tersebut
dengan cap. Kerani panen mengecek kupon yang ditulis pemanen dan
mencatatnya di catatan kerani. Kerani penen membuat surat atau laporan kerja
yang berisi catatan blok dan luas areal yang dipanen, jumlah janjang dan tonase
yang diangkut.
Gambar 9. Brondolan, Buah Cokelat, Buah Matang
33
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Prencanaan (Planning) Kegiatan Panen
Perencanaan adalah suatu fungsi manajemen yang paling penting untuk
menentukan apa yang akan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, kapan
dikerjakan, kenapa dikerjakan, dimana dan bagaimana caranya. Perencanaan perlu
disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan karena perencanaan
merupakan pedoman dalam melakukan pekerjaan, pada tingkat afdeling
melibatkan manajer, asisten dan mandor bagaimana mempersiapkan segala
sesuatunya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Perencanaan panen
adalah hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum panen dilaksanakan. Pada
perancanaan panen merupakan suatu fungsi manajemen yang paling penting.
Karena pada kegiatan panen akan dikerjakan pekerjaan pemotongan Tandan Buah
Segar (TBS), siapa yang mengerjakan, dimana dan bagaimana caranya.
Perencanaan sangat perlu disusun sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Adapun
perencanaan yang menyangkut kegiatan pemanenan pada PT. Puri Hijau Lestari di
afdeling 4 adalah sebagai berikut:
3.1.1.1 Persiapan Panen
a. Perencanaan Produksi
Sensus produksi dilakukan setelah lokasi panen ditentukan atau diketahui,
untuk menentukan buah yang akan dipanen dan dilakukan pada 4 bulan sekali
dalam satu tahun. Sensus ini dilakukan untuk mengetahui kerapatan buah, sensus
dilakukan pada Januari, April, Agustus dan Desember. Pada sensus 4 bulan yang
diamati adalah buah kopi sampai buah merah mentah. Adapun jangka waktu
kematangan buah berbeda-beda untuk buah:
BK : Bunga Kopi selama 4 bulan
BMH : Buah Merah Hitam selama 3 bulan
BMC : Buah Merah Cokelat selama 2 bulan
BMM : Buah Mentah Merah selama 1 bulan
34
Kegiatan sensus produksi dapat digunakan sebagai penyusunan estimasi
produksi yang tersusun dalam rencana anggaran biaya. Cara pelaksanaan sensus
produksi menurut prosedur operasional standar perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Sensus dimulai dari blok-blok nomor kecil.
2. Di setiap blok, sensus dimulai dari TS no. 1
3. Perhitungan janjang dilakukan terhadap TS dan PS no. 1-6, sehingga ada 7
pokok yang disensus.
4. Kayu kait disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal
perhitungan) dan selanjutnya petugas menghitung semua janjang yang ada
pada pokok tersebut.
5. Janjang yang dihitung adalah: mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi
(bunga cengkeh, yang dibedakan siap panen 5-6 bulan berikutnya) hingga
janjang yang akan dipanen pada bulan terakhir semester (semester untuk
sensus).
6. Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada akhir bulan semester
berjalan (semester saat penyensusan) tidak dihitung.
7. Hasil penghitungan dipindahkan ke dalam formulir tersebut langsung
dikumpulkan pada hari itu juga di kantor afdeling.
b. Identifikasi Pokok
Pada penentuan nomor penyensusan setiap penyensus yang akan melakukan
sensus detil sebaiknya ditentukan terlebih dahulu nomornya dan nomor ini tidak
boleh berubah selama pelaksanaan sensus. Nomor penyensusan dibuat urut dari
nomor 1, 2, 3 dan seterusnya. Nomor urut 1 dimulai pada barisan pertama (arah
Barat-Selatan) kearah Timur. Dengan demikian sekali jalan setiap penyensus bisa
menyensus sekaligus dua baris tanaman di kiri-kanannya, sehingga untuk 1 blok
bisa diselesaikan oleh 61 orang penyensus sekali jalan. Dengan pembuatan nomor
penyensus ini diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dan pengawasan/koreksi
atas hasil sensus dari setiap penyensus bisa lebih mudah dilakukan. Peta hancak
sensus dibuat dengan cara membagi blok tanaman searah barisan tanaman sesuai
dengan nomor urut dan jumlah penyensus. Dengan peta hancak sensus ini maka
setiap penyensus akan tahu hancak sensusnya masing-masing mulai dari baris
35
berapa. Selain itu prestasi dan progress sensus serta target penyelesaian sensus di
lapangan dari setiap penyensus juga bisa dimonitor dengan baik. Pembuatan
nomor baris tanaman dibuat dengan nomor urut dari arah Barat-Selatan (baris
pertama) ke arah utara. Penomoran baris dibuat dengan menggunakan cat (warna
biru dan putih) pada pangkal pelepah sisa tunasan (untuk TM) dari pokok yang
terletak paling luar dari setiap baris.
Contoh penomoran baris di PT. PHL:
Gambar 10. Contoh penomoran pokok di setiap blok
c. Penentuan Lokasi Panen
Awalnya seluruh mandor lapangan melakukan kegiatan master pagi atau apel
pagi, yang langsung diarahkan oleh asisten afdeling dan mandor 1. Setelah
kegiatan apel pagi dengan asisten dan mandor 1 selesai, maka mandor panen
melakukan kegiatan apel pagi bersama masing-masing anggota panennya. Pada
saat apel pagi mandor panen mengarahkan anggota panen untuk mempersiapkan
segala alat yang dibutuhkan pada saat panen TBS, absensi karyawan, membagi
hancak panen dan memberi tahu lokasi panen pada hari tersebut. Kemudian
mandor panen menginstruksikan hal-hal yang dilarang pada saat panen TBS,
seperti melarang pemanen memotong buah yang belum layak panen, selanjutnya
mandor panen melakukan pengarahan anggota untuk segera ke area blok yang
telah ditentukan oleh masing-masing mandor panen.
Gambar 11. Kegiatan rutinitas apel pagi di afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari
Baris Nomor = 53
Jumlah tanaman dalam baris =
30 pokok
36
d. Rotasi Panen
Rotasi panen adalah jarak waktu yang diperlukan antara memanen pertama di
satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Rotasi panen yang umum
digunakan di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari yaitu rotasi 6/7, yang artinya
dalam satu minggu mempunyai enam hari panen dan masing-masing hancak
panen diulang tujuh hari berikutnya. Rotasi panen yang normal dalam pemanenan
yaitu tujuh hari, karena proses pematangan buah kurang lebih tujuh hari. Namun
rotasi sering kali berubah tergantung kerapatan buah yang akan di panen.
e. Rencana Kerja Tahunan (RKT)
RKT adalah suatu perkiraan dalam bentuk finasial tentang angaran setahun.
RKT berisikan tentang jenis pekerjaan, mulai dari pengendalian gulma,
pemupukan, pemeliharaan, kebutuhan tenaga kerja untuk satu tahun, kebutuhan
alat dan bahan, pengunaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam satu tahun
dan jumlah biaya yang dibutuhkan selama setahun. Waktu pembuatan RKT pada
awal bulan Desember. Yang terlibat dalam pembuatan RKT ini yaitu : Field
Asisten bersama Manajer yang kemudian diajukan ke General Manajer untuk
dibahas dalam rapat tahunan. Apabila rencana ini disetujui maka rencana ini
diturunkan ke kebun dalam bentuk “budget” yang selanjutnya dilaksanakan oleh
Field Assistant afdeling pada masing-masing afdeling. RKT dilakukan setahun
sekali dan pelaksanaanya 3 bulan sekali.
f. Rencana Kerja Operasional (RKO)
Rencana kerja operasional adalah rencana kerja yang dibuat oleh Field
Assistant afdeling. Rencana Kerja Operasional (RKO) disusun tiap 3 bulan sekali
yaitu pada Bulan Januari, April dan Juli. Penyusunan Rencana Kerja Operasional
(RKO) berdasarkan pemeriksaan buah Triwulan kemudian dibuat anggaranya dan
produksi yang akan dicapai. Rencana Kerja Operasional (RKO) merupakan hasil
nyata dilapangan, dan Rencana Kerja Operasional (RKO) inilah yang digunakan
oleh semua mandor dalam mencapai produksi yang telah ditetapkan.
37
g. Rencana Kerja Bulanan (RKB)
Rencana kerja bulanan merupakan jabaran dari rencana kerja tahunan yang
dibuat oleh asisten afdeling satu bulan sebelumnya. Pada rencana kerja bulanan
tercantun jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan pada bulan tersebut. Budget
ini berisikan uraian pekerjaan, volume kerja, biaya-biaya bulanan yang diperlukan
yang akan diajukan ke pimpinan perusahaan.
h. Rencana Kerja Harian (RKH)
Rencana kerja harian disusun berdasarkan Rencana Kerja Bulanan (RKB) yang
didalamnya tercantum jenis-jenis pekerjaan, blok, kebutuhan tenaga kerja pria dan
wanita, jumlah hari kerja dan keterangan untuk transaksi produksi untuk hari
berikutnya. RKH dibuat oleh asisten afdeling dengan mandor 1. Dengan adanya
rencana kerja bulanan dan harian manajemen kebun akan merencanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk satu periode kedepan.
i. Sistem Panen
Sistem panen yang diterapkan di PT. Puri Hijau Lestari yaitu sistem hancak
tetap bergilir. Setiap pemanen mempunyai hancak masing-masing yang telah
dibagi oleh mandor. Hancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung
jawab dari setiap pemanen pada setiap harinya. Pemberian luasan hancak panen
biasanya tergantung kerapatan buah yang akan di panen saat itu, kapasitas
pemanen dan ketinggian tanaman. Hancak tetap yaitu setiap pemanen harus
melaksanakan pemanenan pada masing-masing hancak yang telah ditetapkan
mandor. Setiap pemanen memilki hancak panen seluas 3 Ha. Pada sistem ini
setiap pemanen ditetapkan hancak panen untuk hari itu sekaligus dan bergilir
keesokan harinya pada blok yang berbeda dengan hancak yang sama. Kelebihan
hancak tetap yaitu, hancak yang diberikan kepada pemanen tetap terjaga bersih,
buah terpanen tuntas, tanaman disetiap hancak terjaga, pemanen memiliki
tanggung jawab terhadap hancaknya dan memudahkan pengecekan mandor
terhadap hancak jika terjadi kesalahan dalam proses pemanenan. Sedangkan
kelemahan hancak tetap yaitu pelaksanaan pemotongan buah tidak mngacu pada
banyak atau sedikitnya buah karena luas hancak telah ditentukan. Sedangkan
38
hancak tetap giring adalah setiap pemanen diberikan hancak tetap yang
perpindahan ke blok di depannya digiring bersama dan harus selesai pada satu
hari setiap seksi. Dilakukan hingga hancak panen terbagi dan tenaga panen berada
di hancak masing-masing.
j. Taksasi Produksi dan Tenaga Kerja
Taksasi produksi adalah rangkaian dari kegiatan panen yaitu rencana dan
persiapan panen. Dalam pekerjaan pemanenan selalu dilakukan taksasi. Tujuan
diadakannya taksasi produksi di PT. Puri Hijau Lestari yaitu mengetahui jumlah
produksi keesokan hari, menentukan tenaga kerja yang digunakan dan mengetahui
transportasi yang dibutuhkan. Taksasi yang dilakukan taksasi buah harian dan
taksasi buah empat bulanan. Taksasi harian yaitu taksasi yang dilakukan setiap
hari guna untuk mengetahui potensi atau hasil tonase buah yang ada untuk
keesokan harinya. Taksasi harian ini dilakukan pada blok-blok yang akan dipanen
besok. Pelaksanaan taksasi ini dengan cara menghitung kerapatan buah merah
yang membrondol dan sudah siap dipanen besok. Pokok yang dijadikan sampel
sudah ditetapkan sebelumnya yaitu pada baris ke-10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,
90, 100, 110, 120. Baris ini sudah diberi tanda atau penomoran. Pelaksanaan
taksasi harian dilakukan oleh petugas taksasi. Untuk mencari total estimasi
produksi hari ini dengan mencari % kematangan buah, yaitu:
Kemudian setelah mendapat persentase kematangan buah, kita dapat mencari
taksasi produksi (janjang) dengan cara, yaitu:
Untuk mengetahui jumlah tonase yang akan dihasilkan pada ukuran kg, yaitu:
Tonase (Kg) = Taksasi Produksi x BJR
39
Jumlah taksasi panen yang dihitung berikut ini merupakan pengamatan
penulis di PT. Puri Hijau Lestari dalam melakukan taksasi dalam satu blok,
namun pada kenyataannya di lapangan untuk kegiatan taksasi dilakukan pada
minimal tiga blok yang akan dipanen keesokan harinya. Pada perhitungan tersebut
kita juga dapat mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen pada blok tersebut,
komponen tenaga kerja dihitung dari luasan yang akan dipanen, angka kerapatan
panen, berat janjang rata-rata (BJR), populasi pokok per hektar, dan kapasitas
pemanen perhari. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan mengetahui
bahwa mandor panen mempunyai tenaga pemanen sebanyak 18 Tenaga Kerja.
Contoh pengamatan taksasi yang akan diamat:
Tabel 5. Data pengamatan taksasi harian afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari
Blok Tahun
Tanam
Luas
Blok
Jumlah
Pokok SPH
Jumlah
Pokok
Produktif
Jumlah
Pohon
diperiksa
Jumlah
Janjang
Matang
BJR AKP
L14 2004 28,15 2588 92 2588 259 150 8 58%
Sumber : Data Pengamatan Lapangan, November 2013
Dari data yang diperoleh kita dapat menentukan total estimasi produksi
dan penggunaan tenaga kerja untuk keesokan hari dengan menggunakan beberapa
rumus sebagai berikut:
= 58%
Kemudian setelah mendapat persentase kematangan buah, kita dapat mencari
Taksasi produksi (janjang) dengan cara, yaitu:
= 1.501 Janjang
Untuk mengetahui jumlah tonase yang akan dihasilkan pada ukuran kg, yaitu:
Tonase (Kg) = 1.501 janjang x 8 Kg
40
= 12.008 Kg
Pada perencanaan kerja sebelum melakukan proses pemanenan maka
harus diketahui berapa jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dalam satu areal. Hal
ini bertujuan agar tenaga kerja yang disediakan sesuai dengan kapasitas pekerjaan
yang dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja panen berdasarkan taksasi
atau kerapatan panen dalam blok tersebut. Maka diperoleh dengan:
= 8 Orang
Sehingga pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan memperoleh
total hasil estimasi panen buah di blok L14 diperoleh jumlah buah yang dapat
diperoleh sebanyak 12 ton atau 12.008 kg dengan jumlah janjang sejumlah 1.501
janjang namun untuk keesokan hari dilapangan bisa berubah pada kondisi tertentu
namun ketidaktepatan dari hasil estimasi hanya sebesar 5% saja sehingga taksasi
tersebut digunakan sebagai pedoman perencanaan dalam melakukan potong buah
sedangkan untuk jumlah tenaga kerja panen yang digunakan adalah sebanyak 8
orang namun tenaga kerja panen yang digunakan dapat kurang dari 8 orang yaitu
sekitar 7 orang saja karena setiap orangnya mampu memanen hingga 1.800 kg
maka jika dirasa penggunaan tenaga kerja sebanyak 7 orang mampu menembus
angka yang dibutuhkan per hancak panen per hari dalam satu blok maka
penambahan tenaga kerja untuk di blok itu saja tidak dilakukan.
3.1.1.2 Peralatan Panen
Sebelum melakukan kegiatan panen, anggota panen terlebih dahulu
mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk memanen TBS dan mengutip
brondolan. Pemanen harus bertanggung jawab terhadap kelengkapan alatnya
masing-masing. Beberapa alat yang digunakan dalam menunjang kegiatan panen
TBS antara lain: dodos, kapak, gancu, angkong dan garukan sedangkan untuk
bongkar muat TBS menggunakan alat gancu dan tojok. Alat-alat penunjang untuk
mengutip brondolan antara lain: drum dan karung eks pupuk adapun sarana
penunjang lainnya adalah titi panen, TPH dan bargas yaitu perahu yang digunakan
41
untuk melangsir TBS dari TPH kecil ke TPH besar di pinggir jalan koleksi
melalui kanal-kanal blok. Adapun peralatan yang digunakan di PT. Puri Hijau
Lestari pada saat pemanenan terdiri atas:
a. Dodos, Kampak, Gancu.
Dodos adalah alat yang digunakan untuk memotong tandan buah segar pada
tanaman kelapa sawit dan memotong tandan buah yang telah masak pada tanaman
kelapa sawit dan memotong tandan buah pada tanaman yang rendah. Kampak
adalah alat yang digunakan untuk memotong tangkai berlebih pada TBS yang
akan mempengaruhi berat janjang, alat tersebut terbuat besi dengan lebar mata 12
cm, lebar tengah 1 cm, tebal pangkal 1,5 cm dan panjang total 18 cm. Gancu
adalah alat yang digunakan untuk memudahkan mengambil janjang dari piringan
dan menaikannya keatas alat pengangkutan (angkong) untuk dibawa ke Tempat
Pengumpulan Hasil (TPH) dan juga berfungsi untuk mengumpulkan atau
menyusun buah kelapa sawit di Tempat Pengumpulan Hasil.
Gambar 12. Alat Dodos, Kampak dan Gancu
b. Angkong dan Garukan
Angkong adalah alat yang digunakan untuk mengangkut atau mengeluarkan
buah dari dalam hancak atau piringan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).
Angkong terbentuk dari besi dengan permukaan badan cekung kedalam untuk
menampung buah dengan satu ban karet di depannya dengan ketebalan besi plat
0,8 mm namun banyak dijumpai angkong sudah banyak di modifikasi dengan
roda motor dengan alasan mengurangi berat beban dan meringankan dalam
pengangkutan. Garukan adalah alat yang digunakan untuk menarik dan
mengumpulkan brondolan yang tercecer di sekitaran pokok sawit ataupun TPH,
42
alat ini terbentuk seperti garu yang bergerigi namun garukan ini terbuat dari
plastik drum dan tangkai yang terbuat dari kayu.
Gambar 13. Angkong dan Garukan
c. Tojok, Drum dan Karung Eks Pupuk
Tojok adalah alat yang digunakan untuk bongkar dan muat TBS yang terbuat
dengan besi panjang seperti huruf “T” dengan lancip bagian bawah. Drum sebagai
alat mengangkut TBS dari pinggir pokok ke TPH alat ini sangat efektif pada lahan
gambut yang berair sedangkan karung eks pupuk adalah alat sebagai wadah
pengumpul brondolan sawit yang jatuh di pokok dan dibawa ke TPH.
Gambar 14. Tojok, Drum dan Karung Eks Pupuk
d. Bargas, TPH dan Titi Panen
Bargas adalah sarana dalam kegiatan panen yang berguna untuk mengangkut
TBS ke TPH besar/induk berbentuk seperti perahu yang terbuat dari besi yang
mampu menampung TBS seberat 1 ton. TPH merupakan sarana kegitan panen
yang penting sebagai tempat pengumpulan TBS sebelum diangkut ke pabrik dan
43
titi panen merupakan sarana panen yang menghubungkan antara 1 blok dengan
blok lainnya dalam hal kegiatan panen ataupun pengawasan.
Gambar 15. Bargas, TPH dan Titi Panen
3.1.1.3 Kualitas Panen
Kriteria matang panen adalah suatu indikasi yang dapat membantu para
pemanen untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) pada saat yang tepat.
Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna. Jika
warna buah yang matang akan berubah menjadi warna merah atau oranye akibat
pengaruh pigmen beta karoten. Kriteria matang panen yang ditetapkan di PT. Puri
Hijau Lestari pada afdeling 4 adalah jumlah brondolan yang jatuh disekitar
piringan dengan ketentuan minimal 2 brondolan pada TBS. Kriteria panen kelapa
sawit dapat ditentukan apabila dari tandan telah terdapat satu brondolan alami per
kg tandan. Mutu panen buah yang baik ditentukan oleh derajat kematangan buah
yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 6. Tingkat kematangan Tandan Buah Segar (TBS) dalam beberapa fraksi.
Fraksi Jumlah brondolan yang lepas Derajat Kematangan
00
0
I
II
III
IV
V
VI
Tidak ada membrondol, buah warna
hitam
1 – 12,5 % buah luar membrondol
12,5 – 25% buah luar membrondol
25 – 50 % buah luar membrondol
50 – 75 % buah luar membrondol
75 – 100 % buah luar membrondol
Buah lapisan dalam ikut membrondol
Semua buah membrondol
Sangat Mentah
Mentah
Kurang Matang
Matang I
Matang II
Lewat Matang I
Lewat Matang II
Tandan Kosong
Sumber: SOP Kriteria Mulai Panen PT. Puri Hijau Lestari
44
Kriteria matang panen yang digunakan di kebun PT. Puri Hijau Lestari
adalah jika terdapat minimal 2 brondolan segar yang jatuh di piringan yang
berasal dari satu pohon atau dengan kata lain fraksi panen yang digunakan di
afdeling 4 adalah fraksi 2 dan fraksi 3 karena terdapat rendeman minyak yang
tinggi dengan kualitas minyak yang baik serta kandungan asam lemak bebas
rendah.
3.1.2 Pengorganisasian (Organizing) Kegiatan Panen
Pengorganisasian dapat diterjemahkan sebagai penentuan pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagikan
pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen serta penentuan
hubungan-hubungan. Organisasi panen dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan
panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Tingkatan tenaga kerja pada
kegiatan pengorganisasian di PT. Puri Hijau Lestari terdiri dari Estate Manager
(kepala kebun), asisten afdeling, kerani afdeling, mandor 1, kerani, mandor panen,
kerani panen, kerani transport/kirim dan pemanen ataupun pelangsir.
Susunan organisasi kegiatan pemanenan pada PT. Puri hijau lestari
ESTATE MANAGER
KARYAWAN HARIAN
LEPAS (KHL)
MANDOR 1
KARYAWAN HARIAN
TETAP (KHT)
MANDOR PANEN
KERANI AFD
KERANI PANEN
KERANI KIRIM
FIELD ASISTEN
45
Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing personil yang terlibat langsung
dalam kegiatan pemanenan adalah sebagai berikut:
1. Estate Manager menjamin terlaksananya kegiatan panen sesuai dengan
rencana (plan), dan pencapaian target panen. Estate Manager dapat
memberikan teguran dan atau sanksi melalui asisten afdeling, dan asisten
afdeling yang akan menegur dan memberi sanksi kepada mandor panen,
kerani panen, kerani kirim atau pemanen yang melanggar aturan panen.
Sanksi yang diberikan bisa berupa denda atau surat peringatan. Serta
peninjauan langsung ke kebun untuk melihat kondisi kebun, penerapan cara
baru bahkan kegiatan tenaga kerja di kebun.
2. Asisten Afdeling bertanggung jawab kepada manajer atas pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan di kebun pada keiatan pemeliharaan dan produksi
dengan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun yang dilakukan. Asisten
afdeling membawahi seluruh mandor yang melakukan kegiatan pemeliharaan
atau produksi di kebun.
3. Mandor 1 mengatur dan memberikan pengarahan kepada mandor panen dan
kerani panen pada pelaksanaan panen harian. Bertanggung jawab kepada
asisten afdeling dan bertugas membantu asisten afdeling dalam mengatur
kegiatan pemeliharaan dan produksi dengan membawahi mandor.
4. Kerani bertugas mengatur semua administrasi yang digunakan dalam proses
kegiatan pemeliharaan dan produksi serta bertanggung jawab penuh kepada
asisten afdeling dalam melaksanakan tugasnya.
5. Mandor panen bertugas mengarahkan dan mengawasi pemanen serta
menjamin tuntas panen baik TBS maupun brondolan di seluruh areal panen
yang menjadi tanggung jawabnya, serta memberikan teguran atau sanksi bagi
pemanen yang melanggar aturan panen.
6. Kerani panen bertanggung jawab dalam menghitung dan memastikan jumlah
TBS dan brondolan tiap pemanen di TPH, serta menghitung kesalahan
pemanen berdasarkan kriteria panen yang berlaku.
7. Kerani kirim bertugas mengawasi dan memeriksa kebersihan TBS dan
brondolan di TPH untuk diangkut oleh truk menuju ke pabrik.
8. Pemanen bertanggung jawab dan memastikan bahwa hancak panen sudah
46
selesai tuntas dipanen, buah yang dipanen memenuhi kriteria matang panen
dan melaksanakan panen sesuai SOP pelaksanaan panen dan arahan mandor.
3.1.3 Penggerakan (Actuating) Kegiatan Panen
Penggerakan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu
kegiatan panen agar semuanya dapat dilakukan dengan apa yang telah
direncanakan dan diorganisasikan karena pada kenyataan mungkin tidak berjalan
lancar jika satu sama lainnya tidak saling koordinasi. Penggerakan harus bersifat
sederhana dan mudah dijelaskan agar memperoleh pengertian satu sama lain, yang
akhirnya digunakan dan bersifat konsultatif. Adapun kegiatan yang menyangkut
penggerakan antara lain:
1. Pelaksanaan Panen
2. Premi Panen
Pengarahan dari mandor 1 kepada mandor panen diberikan setiap hari
pada pagi hari di lokasi apel pagi. Pengarahan yang diberikan dari mandor 1
kepada mandor panen tentang kebersihan panen, misal mengutip brondolan pada
setiap pokok yang telah dipanen dan pemanenan TBS harus sesuai dengan kriteria
matang panen yang telah ditetapkan serta lokasi kebun yang akan dipanen.
Pengarahan yang dilakukan oleh mandor 1 kepada mandor lapangan berupa
motivasi dan pembinaan agar mandor lapangan tersebut bekerja sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, biasanya kegiatan motivasi dan pembinaan ini
dilakukan pada saat mandor 1 dan mandor lapangan sedang berdiskusi baik
dilapangan maupun setelah jam kerja selesai.
a. Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit merupakan suatu kegiatan memotong
tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip brondolan yang tercecer
didalam dan diluar piringan selanjutnya menyusun tandan buah di tempat
pengumpulan hasil, selanjutnya langsung dibawa ke pabrik kelapa sawit.
Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit tidak dilakukan secara sembarangan, perlu
memperhatikan beberapa kriteria tertentu, sebab tujuan panen untuk mendapatkan
rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen
47
yang baik adalah mengetahui kriteria matang panen, alat panen, teknik panen,
rotasi panen, dan sistem panen.
Pelaksanaan kegiatan panen pada PT. Puri Hijau Lestari sebelum melakukan
kegiatan panen TBS lokasi panen telah ditentukan mandor panen. Prinsip dasar
dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS dan
mengangkutnya ke pabrik untuk diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik
yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas
(FFA) yang rendah. Pelaksananan panen di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari,
antara lain:
1. Setelah mengikuti master pagi/apel pagi dengan mandor panen, maka
pemanen segera menuju blok yang akan dipanen sesuai dengan hancak
mereka masing-masing dengan membawa peralatan mereka.
2. Tempat awal panen dan arah panen telah ditentukan oleh masing-masing
mandoran.
3. Pemanen memperhatikan tingkat kematangan buah dan juga jumlah
brondolan segar yang ada dipiringan sebagai pedoman untuk
melaksanakan panen.
4. Pelepah yang menjadi penyanggah buah terlebih dahulu dipotong (tidak
boleh sengkleh), dan disusun digawangan mati.
5. Jika memanen dengan menggunakan dodos, di usahakan semaksimal
mungkin tidak mengenai pelepahnya. Pelepah yang menyangga atau
songgoh buah matang dipotong dengan dodos, dengan kriteria songgoh 2,
yaitu menyisahkan 2 pelepah dibawah janjang yang nantinya untuk
pemanenan pada tahap berikutnya.
6. Semua berondolan dipiringan dikutip begitu juga yang berada diketiak
pelepah harus dikorek, tujuannya agar berondolan tersebut tidak tumbuh
menjadi tanaman baru yang dapat mengganggu tanaman kelapa sawit yang
sudah ada. Tandan dan berondolan diangkat/dibawa dengan menggunakan
gancu dan angkong ketempat pengumpulan hasil, kemudian disusun
dengan baik yaitu jenjang menghadap keatas dan diberi nomor pemanen.
48
7. Memotong buah yang telah matang, dan tangkai panjang dipotong
minimal 2,5 cm dari permukaan buah, lalu gagang bekas potongan
dibuang digawangan mati.
8. Bila hancak dalam satu blok sudah selesai, pindah ke ancak pada blok
berikutnya.
Gambar 16. Pelaksanaan Panen
Kegiatan pemanenan dimulai pada pukul 07.00 WIB, dimana para pemanen
sudah tiba dilahan, para pemanen sudah tiba pada pukul 07.05 WIB. Setelah tiba
dilahan para pemanen melakukan kegiatan pemanenan dengan cara memotong
tandan buah segar yang telah memenuhi kriteria matang panen. Apabila pemanen
melebihi basis yang telah ditetapkan, maka para pemanen akan memperoleh
premi. Pemberian premi panen bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil panen,
dan meningkatkan pendapatan sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang
diperoleh. Premi tersebut tidak hanya diberikan kepada para pemanen, tetapi juga
diberikan kepada mandor panen, krani buah dan mandor 1.
b. Premi Panen
Pada pemanenan terdapat premi hidup yang tergantung dari tonase yang
diperoleh. Borong tandan harus diatur sedemikian rupa, sehingga jumlah tandan
yang ditetapkan bagi pemanen dalam waktu 7 jam kerja untuk setiap tahun tanam
dapat diselesaikan dengan jumlah kilogram terentu. Premi basis atau siap borong
harus berpedoman kepada anggaran (Rp/ton TBS) yang sedang berjalan dan tarif
yang berlaku sebelumnya. Premi siap borong harus sama untuk semua umur
tanaman. Yang berbeda adalah lebih basis atau lebih borongannya. Tarif premi
lebih borong, pertama menentukan kelas-kelas BJR dahulu, kemudian ditetapkan
49
harga per tandan lebih basis/borong menurut kelas-kelas BJR tersebut. Harga
tandan lebih basis/borong dari kelas yang berbeda dapat saja sama, tergantung
dari kondisi setempat. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa biaya Rp/ton TBS
dari lebih basis/borong tidak boleh lebih tinggi dari biaya Rp/ton TBS dalam
dinas. Sebagai ketentuan premi lebih borong maksimum 50% dari gaji rata-rata.
Premi kepala mandor (mandor 1) maksimum 2,00 x premi rata-rata pemanen yang
dibawah pengawasannya dalam bulan bersangkutan. Premi mandor panen
maksimum 1,50 x premi rata-rata yang dibawah pengawasannya pada bulan
bersangkutan. Premi kerani panen maksimum 1,25 x premi rata-rata pemanen
yang dibawah pengawasannya pada bulan bersangkutan dengan ketentuan apabila
BJR sesuai dengan hasil penimbangan di lapangan pada semester bersangkutan.
3.1.4 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan perlu dilkukan untuk mendapatkan hasil yang maksimum
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan adalah agar
suatu pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
sehingga tujuan dari suatu kegiatan dapat terwujud. Kegiatan pengawasan dapat
juga dilakukan dengan cara mengawasi suatu kegiatan dan mengoreksi hasil
pekerjaan. Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk
pada cara pelaksanaan agar mereka bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan
agar para pelaksana membatasi tidakan-tindakannya mencapai tujuan sedemikian
rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan
menjadi siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke
perencanaan. Dalam kegiatan panen pengawasan berperan penting mendapatkan
suatu tingkat kuantitas dan kualitas yang mempunyai nilai tambah sehingga semua
mandor kerja dan sistem yang telah diintruksikan dapat berjalan dengan baik
karena hasil dari pengawasan akan meningkatkan mutu kerja dan mutu hasil yang
lebih baik.
Pengawasan pemanenan dapat dilakukan oleh asisten afdeling, mandor 1,
mandor, manajer, ataupun tim audit. Mandor melakukan pengawasan terhadap
karyawannya dan wajib menegur jika terjadi kesalahan serta melaporkan kepada
asisten afdeling untuk kesalahan yang fatal. Asisten afdeling melakukan
50
pengawasan kepada mandor dalam mengerakkan anggotanya pada kegiatan
pemanenan agar pekerjaan dapat selesai tepat waktu dan sesuai dengan rencana.
Manajer melakukan pengawasan jika terjadi kejanggalan dari laporan
harian ataupun bulanan untuk masing-masing afdeling. Sedangkan tim audit
pengawasannya dilakukan dengan melihat bagian administrasi serta turun
langsung kelapangan guna memastikan kegiatan tersebut sudah sesuai atau belum
dengan Standart Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, namun untuk tim audit biasanya dilakukan pada setahun sekali. Pada
tingkat asisten afdeling bertanggung jawab terhadap semua kegiatan operasional.
Untuk melakukan pengawasan pekerjaan dilapangan dilakukan oleh mandor 1 dan
mandor panen. Mandor 1 bertanggung jawab penuh terhadap atas pengawasan
yang berada dibawah wewenangnya, mandor panen bertanggung jawab penuh atas
pengawasan anggota panennya.
Mandor 1, mandor panen, kerani panen atau kerani kirim, baik secara
sendiri atau bersama-sama harus bertanggung jawab atas sempurnanya pekerjaan
panen dan menjamin hal sebagai berikut dalam pengawasan:
a. Panen harus bersih dan buah/brondolan tersusun rapi di TPH
b. Tidak ada buah matang yang tertinggal
c. Potongan pelepah harus disusun dan tidak dibenarkan pelepah gantung
sesuai dengan peraturan
d. Pengutipan semua brondol dan dibawa ke TPH
e. Data janjang harus akurat dan transport TBS berjalan lancar
Adapun kegiatan pengawasan pemanenan harus dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a) Pengawasan Langsung
Pengawasan yang dilakukan dengan cara Field Assistant, Mandor 1, dan
Kepala Kebun terjun langsung ke lapangan. Biasanya ada kerjasama antara
mandor 1 dengan asisten dalam melakukan pengawasan. Mandor panen
mengawasi bagian dalam pasar pikul sedangkan asisten mengawasi dari jalan
poros agar tidak terjadi penyimpangan. Tujuanya agar pemanenan dapat berjalan
dengan lancar sehingga aktivitas panen yang diinginkan dapat tercapai.
51
b) Pengawasan Tidak Langsung
Dilakukan dengan cara melihat atau mengevaluasi data–data yang dibuat
berdasarkan kegiatan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam perhitungan jumlah tenaga kerja, jumlah buah yang dipanen dan jumlah
biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Adapun pengawasan setelah melakukan
kegiatan panen berupa denda. Denda terhadap kesalahan pemanen dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 7. Denda terhadap kesalahan pemanen PT. Puri Hijau Lestari
No. Kode Uraian Pelanggaran
Nilai Minimum
Potongan (% dari
UMR per Hari)
Per Satuan
1 A Potong Buah Mentah 25 Janjang
2 G Tangkai Panjang 5 Janjang
3 S Buah Masak Tidak Dipanen 15 Janjang
4 M1 Buah Diperam 20 Janjang
5 M2 Buah Dipanen Tidak
Dibawa Ke TPH 20 Janjang
6 M3 Buah Matahari (potong
buah tak sempurna) 5 Janjang
7 M4 Buah tidak disusun di TPH 5 TPH
8 B1 Brondolan tidak dikutip > 3
butir 5 Pohon
9 B2 Brondolan dibuang di
gawangan 0,2 Butir
10 C Pelepah sengkleh tidak
dipotong 5 Pelepah
11 R Pelepah tidak disusun di
gawangan 5 Pelepah
Sumber: Sistem dan Standard Premi Manual (SOP PT. PHL), Desember 2013
Apabila seorang pemanen melakukan pelanggaran hingga denda dan
menghabiskan upahnya (HK dan Premi) maka pada hari tersebut pemanen tidak
akan mendapat upah (HK dan Premi). Misalnya bila pemanen memotong buah
mentah lebih dari 4 buah maka pemanen tidak akan mendapatkan HK. Penetapan
52
denda terhadap kesalahan pemanen bertujuan meningkatkan disiplin kerja,
meningkatkan moral tukang panen karena adil, meningkatkan mutu dan rendemen
minyak, mengacu pada peningkatan output dan produktivitas penamen.
3.2 Pembahasan
Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik
mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan Crude Palm Oil (CPO) ke
konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan
tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan organisasi menurut
(Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang bersama-sama menjadi
suatu sistem, melalui suatu hirarki jabatan dan pembagian kerja untuk berusaha
mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen suatu perusahaan baik, tetapi
organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan tersebut tidak akan sukses.
Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen jelek, maka akan timbul mis-
manajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari sembilan unsur
manajemen, yang meliputi pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan modal,
pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin, pengelolaan teknis
lapangan, pengelolaan peluang pasar, pengelolaan waktu, pengelolaan sumber
daya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi (Risza, 2010).
Perencanaan dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ke Tanaman Menghasilkan (TM).
Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen,
prosedur pelaksanaan, persiapan hancak panen, persiapan akses jalan panen dan
perlengkapan panen, sistem administrasi dan waktu pelaksanaan.
Pengorganisasian kegiatan panen dikelola oleh asisten afdeling yang
bertanggung jawab kepada Estate Manager. Seorang asisten afdeling berhak
memilih seorang mandor 1 sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan
lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor
panen selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-
masing. Setiap individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki
kemampuan kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan.
53
Pengarahan dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama
adalah tanggung jawab manager dan asisten. Seorang pemimpin perlu memiliki
integritas dan komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan
karyawan pun paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya
manajer akan memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten afdeling
terkait pencapaian target produksi. Asisten langsung merespon arahan tersebut
dengan mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan. Komunikasi yang tidak
efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga
terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang
diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan
kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan
baik atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak
bekerja dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan
ahli berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki
seorang pemimpin (Sumardjo, 2010).
Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam manajemen agar seluruh
perencanaan dan kegiatan dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara
optimal. Seluruh standar kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu di evaluasi
oleh seorang pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk
selalu bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat
laporan administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain
kemampuan teknis dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai
permasalahan yang terdapat di lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau
solusinya. Pada pelaksanaan manajemen pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari
selama penulis melakukan kegiatan magang semuanya berjalan dengan baik dan
berjalan berdasarkan Standart Operational Procedure (SOP) yang ada namun
pada kondisi di lapangan ada beberapa perbedaan yang dilakukan dengan
kebiasaan yang ada tetapi pada dasarnya kegiatan tersebut tidak menyimpang jauh
dari SOP perusahaan dan dalam tingkat yang wajar.
54
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan magang selama kurun waktu delapan minggu
(30 Oktober 2013 s/d 23 Desember 2013) di PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai
Bungur Afdeling 4 pada kegiatan manajemen pemanenan Tandan Buah Segar
(TBS) penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pemanenan pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai Bungur
khususnya di Afdeling 4 sudah berjalan sesuai yang direncanakan, baik dari
peninjauan rencana kerja harian, bulanan dan kegiatan di lapangan hampir
seluruhnya memenuhi standar operasional perusahaan yang telah diberikan
serta pelaksanaan pemanenan telah dilakukan sebagaimana mestinya untuk
tanaman kelapa sawit.
2. Pelaksanaan pengorganisasian pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai
Bungur terdiri dari Estate Manager, Asisten Afdeling, Mandor 1, Mandor
Panen dan Kerani Panen maupun Kerani Kirim telah terkoordinasi dengan baik
sehingga kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
yang direncanakan.
3. Pelaksanaan pengarahan di Afdeling 4 pada PT. Putri Hijau Lestari Kebun
Sungai Bungur berjalan dengan baik. Asisten afdeling dan mandor 1 selalu
memberikan pengarahan kepada mandor panen yaitu tentang kebersihan
pemanen, misalnya pengutipan brondolan pada setiap pokok yang telah
dipanen harus bersih, dan pemanen TBS harus sesuai dengan kriteria matang
panen yang telah ditetapkan.
4. Pelaksanaan pengawasan di Afdeling 4 pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun
Sungai Bungur berjalan dengan baik, karena mandor 1 ataupun mandor panen,
kerani panen dan kerani kirim langsung turun ke lapangan melihat kegiatan
para pemanen, pelangsir dan pengangkut sehingga kegiatan pemanen dan
pekerja lain bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan pemanen TBS.
55
4.2 Saran
Berdasarkan hasil mengikuti tinjauan beberapa kegiatan manajemen
pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari penulis memberikan saran untuk
meningkatkan kualitas dan produktifitas kepada para karyawan terutama pada setiap item
pekerjaan yang ada di kegiatan pemanenan bertujuan untuk meminimalisir kehilangan
produksi (losess) kemudian perlu pengawasan secara optimal, harus dilihat secara
langsung dan rutin agar produksi tanaman sawit terus meningkat. Untuk masalah
pengelolaan panen di PT. Puri Hijau Lestari perbaikan sarana dan prasarana panen
yang harus dilakukan terus-menerus untuk kemudahan kegiatan panen dengan
perawatan bargas yang bocor, perawatan pasar pikul ataupun gawangan/piringan
di setiap pokok, penanganan yang cepat untuk alat-alat panen yang sudah rusak
dan hal-hal lainnya yang harus diperhatikan sebagai penunjang kegiatan
pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari.
56
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2013. Indonesian Oil Palm Statistic. Badan Pusat Statistik. Jakarta
Effendi Rustam dan Widanarko Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit.
Agromedia, Jakarta.
Hasibuan, SP. 1993. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Penabur.
Jakarta.
Munandar Ari. 2013. Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit Di Afdeling
1 pada PT. Bangun Persada Kahirupan Sarolangun. Fakultas Pertanian Universitas
Jambi. Jambi.
Rankine Ian dan Fairhurst Thomas. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa
Sawit Vol. 3 Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphics Printers Pte. Ltd.
Singapore.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.
Jakarta