87
Kawi Boedisetio [email protected] Wieke Irawati Kodri [email protected] Inclusive Business

KB inclusive business-02

Embed Size (px)

Citation preview

Kawi [email protected]

Wieke Irawati [email protected]

Inclusive Business

Kawi [email protected]

Berbisnis dengan kaum miskin? ...No Way!

...sebagai pemasok ?Tak efisien dan tak memenuhi syarat !

...sebagai pekerja ?Tak berpendidikan dan tak terampil !

...sebagai konsumen ?Tak memiliki daya beli !

Kawi [email protected]

Pernyataan tadi sudah Pernyataan tadi sudah ketinggalan jaman !ketinggalan jaman !

Kawi [email protected]

daftar isidaftar isi

pengantar

bisnis inklusif

wilayah inklusivitas

kemasan bisnis

dampak sosial

hambatan

kemitraan

. . . memulai

sistem inovasi

pustaka

praktik baik

akses layanan pembiayaan

Kawi [email protected]

Pengantar (1)Model bisnis yang “normal” selalu tak menyerta-kan kaum miskin. Di sisi “pasokan dan distribusi” dianggap tak efisien dan tak memenuhi syarat, sebagai pekerja dianggap kurang berpendidikan dan kurang terampil, bahkan di sisi permintaan, dianggap tidak memiliki daya beli.

Gerakan bisnis dunia yang sedang tumbuh membuktikan bahwa anggapan tersebut sudah ketinggalan jaman.

Kawi [email protected]

Pengantar (2)Perkembangan bisnis menunjukkan bahwa perusahaan model baru yang menguntungkan dapat mengurangi kemiskinan secara langsung. Para pengusaha mengenali kaum miskin sebagai pembeli yang berharga dan “sadar kualitas”, dan dapat melayani kaum miskin dengan pendekatan “marjin laba rendah – volume tinggi”. Juga dikenali bahwa kapasitas SME dapat ditingkatkan skala-nya dan dilibatkan dalam rantai nilai.

Kawi [email protected]

Pengantar (3)Pandangan lama menjadi berubah. Kehadiran kaum miskin bukan lagi hambatan melainkan peluang. Ini adalah pola hubungan baru dengan komunitas; usaha kecil dibangun tidak dengan sedekah tetapi dengan semangat keberhasilan bersama.

Kawi [email protected]

bisnis inklusifBagaimana perusahaan dapat memperbaiki mata pencarian dan kesejahteraan kaum miskin dengan menyertakan mereka dalam sisi pasokan (supply side) atau sisi permintaan (demand side)?

Itu merupakan pertanyaan yang akan dijawab da-lam lembar-lembar berikut. Bermanfaat kepada perusahaan sekaligus menyejahterakan kaum mis-kin merupakan model bisnis yang makin dikenal dan dikembangkan akhir-akhir ini, sejalan dengan pemahaman akan inklusivitas yang semakin dalam.

Kawi [email protected]

Bermanfaat untuk usaha

Bermanfaat untuk orang miskin

● menciptaan omset penjualan

● menciptakan keuntungan

● membuka lapangan kerja,● akses kepada produk baru● meningkatan pendapatan

Bisnis Inklusif

Kawi [email protected]

menyerta-kan orang

miskin

Sisi permintaan● Sebagai nasabah

(client)● Sebagai pembeli

(customer)

Sisi penawaran● Sebagai pekerja● Sebagai

produsen● Sebagai pemilik

Kawi [email protected]

wilayah inklusivitasInklusivitas dapat diterapkan di wilayah bisnis yang terbagi menjadi beberapa bagian.

Inklusivitas rantai pasok (Supply chain inclusivity)

Lapangan kerja (Employability)

Inklusivitas permintaan (Demand led inclusivity)

Inklusivitas rantai distribusi (Distribution chain inclusivity)

Kawi [email protected]

Inklusivitas rantai pasok

Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia membuat perubahan inovatif pada rantai pasok, yang dapat meningkatkan fleksibilitas dan kestabilan, mengurangi biaya dan menawarkan kesempatan yang besar bagi komunitas miskin.

Hal ini bisa dilakukan dengan membangun hubungan baru dengan pemasok kecil, mungkin dapat dikombinasikan dengan membangun proses di tingkal lokal. Atau dapat juga dengan memperbaiki rantai pasok yang sudah ada dengan membangun kaitan langsung dengan pemasok.

Kawi [email protected]

Inklusivitas rantai pasok

Komunitas miskin lokal

Komunitas miskin lokal

Proses produksi

yang dilokalkan

Pemasok kecil lokal perusahaan

perusahaan

Perusahaan membangun unit produksi di lokasi komunitas lokal

Perusahaan membangun hubungan dengan pemasok kecil komunitas lokal

Kawi [email protected]

Inklusivitas lapangan kerja

Bisnis di seluruh dunia sering mengalami kesulitan dalam merekrut orang dengan ketrampilan yang dibutuhkannya. Orang-orang yang biasanya dikecualikan karena posisi sosialnya (gender, etnik, disabel, latar belakang sosio-ekonomi) dapat dipenuhi kebutuhannya melalui program pelatihan ketrampilan, sehingga bermanfaat bagi dua pihak, bisnis dan masyarakat.

Sudah banyak contoh perusahaan besar yang mengembangkan program pelatihan yang mendekatkan masyarakat dengan pasar tenaga kerja dan meningkatkan ketrampilan untuk memenuhi kebutuhan. Untuk usaha menengah juga sama, dapat diterapkan lapangan kerja inklusif ini. Skalanya tentu berbeda, mungkin lebih tepat jika dilakukan in-house traning atau bermitra dengan LPSM.

Lapangan kerja inklusif terutama digunakan oleh bisnis yang akan memperluas pasarnya melayani kaum miskin. Mempekerjakan orang lokal akan mendapatkan pengetahuan lokal. Mempekerjakan untuk mengelola jaringan distribusi lokal merupakan satu cara untuk memperoleh keuntungan sekaligus memperluas inklusivitas. Memadukan orang lokal dengan komunitas dalam jaringan juga dapat merupakan bentuk positif dari tekanan sosial, seperti ketakutan untuk kehilangan reputasi baik, yang dapat menjamin keandalan mitra lokal.

Kawi [email protected]

Komunitas miskin lokal

Komunitas miskin lokal

Inklusivitas lapangan kerja

Pasar tenaga kerja

tenaga terdidik

Program pelatihan

Pusat pelatihan

Tenaga pemasaran perusahaan

perusahaan

perusahaan

Perusahaan melaksanakan program pelatihan, yang lulusannya bisa dipakai sendiri atau masuk ke pasar tenaga kerja

Perusahaan merekrut tenaga pemasaran dari komunitas lokal

Kawi [email protected]

Inklusivitas permintaan

Suatu cara untuk melakukan inklusivitas dalam bisnis adalah dengan membuat barang dan jasa bagi kaum miskin. Kebanyakan orang menganggap bahwa kaum miskin bukan pasar yang diinginkan, tapi pendapat ini sudah ketinggalan jaman. Model bisnis pada beberapa sektor membuktikan bahwa kaum miskin merupakan pasar yang menarik.

Karakter dari bisnis model berorientasi kaum miskin adalah:● Keterjangkauan: Sangat penting untuk memberikan produk yang

berkualitas dan murah, karena daya beli yang terbatas. Seringkali perlu mengikuti model “margin laba rendah-volume tinggi”, untuk mencapai skala ekonomi yang cukup. Tentu ini tak berlaku untuk semua produk. Penting juga untuk memahami dan mengadaptasi pola konsumsi dari kaum miskin.

● Akses: perlu juga mengembangkan jaringan distribusi inovatif pada infrastruktur sosial yang ada, untuk mengimbangi infrastruktur fisik yang kurang. Akses juga harus mempedulikan antarmuka kepada kebutuhan dan aspirasi lokal, mis. Akses orang yang buta huruf.

Kawi [email protected]

Inklusivitas permintaan

Bersaing dengan produk yang sudah ada

Sudah banyak diketahui bahwa kaum miskin seringkali harus membayar mahal untuk barang kebutuhan dasar karena monopoli lokal dan infrastruktur sosial/ fisik yang tidak efisien yang menghambat persaingan. Kejadian seperti itu disebut “poverty penalty”.

Semua jenis barang, dari kredit sampai makanan dan bahan bakar, dapat terkena penalti ini. Membuat terobosan terhadap penalti ini merupakan peluang bisnis. Tantangannya adalah menyediakan produk yang sama tapi murah dengan kualitas yang sama atau lebih baik.

Model ini biasanya diterapkan untuk layanan kesehatan, layanan energi dan air, pendidikan dan keuangan mikro, dapat juga berlaku untuk barang keperluan rumah tangga.

Kawi [email protected]

Inklusivitas permintaan

Mengenalkan produk baru

Kaum miskin dapat mengambil manfaat dari produk yang biasanya hanya tersedia untuk orang kaya. Layanan keuangan, TIK misalnya, memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan peluang penghasilan. Produk lain mungkin tidak meningkatkan produktivitas tetapi kesejahteraan seperti makanan dan minuman.

Langkah penting dalam proses ini adalah pengembangan pasar; meliputi riset kebutuhan, aspirasi dan pola konsumsi dari sasaran, sebelum membuat barang atau jasa yang sesuai kebutuhan. Hal ini juga meliputi proses pendidikan (edukasi) terutama sektor finansial atau teknologi, atau penyadaran brand lewat pemasaran. Hal ini terutama penting untuk wilayah yang terisolasi yang sedikit sekali informasinya mengenai produk dan jasa baru. Dalam proses ini seringkali perlu bermitra dengan LPSM.

Kawi [email protected]

Komunitas miskin lokal

perusahaan

Inklusivitas permintaan

Produk yang

biasanya mahal

Perusahaan membuat produk yang bagus dan murah yang dapat meningkatkan produktivitas komunitas lokal, misalnya kulkas, handphone dll

Kawi [email protected]

Inklusivitas rantai distribusi

Melibatkan UMKM dalam rantai distribusi merupakan peluang untuk meningkatkan fleksibilitas dan keandalan operasi distribusi. Hal ini khususnya merupakan strategi yang efektif untuk produk yang diperuntukkan kaum miskin.

Pasar untuk kaum miskin di desa atau kota seringkali terhambat oleh infrstruktur publik. Model distribusi yang normal tidak efektif karena imbalan tak sepadan. Biaya tak sebanding dengan pendapatan karena volume penjualan atau harga terlalu rendah.

Membangun tautan bisnis dengan UMKM lokal sebagai sasaran pasar dapat mengambil manfaat dari jejaring dan sistem yang sudah ada, yang sudah terbukti efektif dalam konteks tertentu. Kemitraan seperti ini membantu diperolehnya pengetahuan lokal yang sangat penting untuk keberhasilan bisnis.

UMKM juga membantu menguatkan ikatan antara perusahaan dan komunitas; membuat perusahaan dapat “lebih diterima” di lingkungan lokal demi terjadinya hubungan yang berjangka panjang.

Kawi [email protected]

Komunitas miskin lokal

Distributor lokal

perusahaan

Inklusivitas rantai distribusi

Perusahaan menjalin bisnis dengan perusahaan kecil sebagai distributor untuk memasarkan produknya di komunitas lokal.

Kawi [email protected]

Inklusivitas rantai pasok

Inklusivitas lapangan kerja

Inklusivitas rantai distribusi

Inklusivitas permintaan

Wilayah inklusivitas dalam Canvas Model Bisnis *)

*) Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, Business Model Generation, John Wiley & Sons, Inc., 2010

Kawi [email protected]

Inklusivitas rantai pasok – Membeli dari kaum miskin.● membangun hubungan baru dengan pemasok

kecil, mungkin dapat dikombinasikan dengan membangun proses di tingkat lokal.

● memperbaiki rantai pasok yang ada dengan membangun kaitan langsung dengan pemasok.

Inklusivitas Lapangan kerja.● Program pelatihan ketrampilan untuk masuk ke

pasar tenaga kerja.

● Mempekerjakan dalam jaringan kerja perusahaan, terutama untuk beroperasi dalam komunitas lokal.

Inklusivitas berdasar permintaan – barang dan jasa.● Terjangkau: produk berkualitas dan harganya

murah.

● Akses: jaringan distribusi inovatif dengan memanfaatkan infrastruktur sosial yang sudah ada.

Inklusivitas rantai distribusi.● Melibatkan UMKM lokal dalam rantai distribusi

merupakan peluang untuk meningkatkan fleksibilitas dan keandalan distribusi.

● UMKM lokal dapat menguatkan ikatan antara perusahaan dan komunitas sehingga terbangun bisnis berjangka panjang.

Kawi [email protected]

Ilustrasi wilayah inklusivitas

Untuk lebih menjelaskan tentang “Wilayah Inklusivitas”, berikut ini digambarkan beberapa contoh penerapannya di lapangan.

1. Wilayah Inklusivitas Lapangan Kerja digambarkan oleh Intercontinental Hotel Group (IHG) dengan IHG Academy.

2. Wilayah Inklusivitas Permintaan digambarkan oleh SELCO yang memproduksi solar-cell untuk pelistrikan di desa.

3. Wilayah Inklusivitas Rantai Distribusi digambarkan oleh Godgrej Appliance yang memproduksi kulkas murah dengan merek Chotukool.

Kawi [email protected]

Intercontinental Hotels Group China

Untuk menjawab kekurangan tenaga terdidik di IHG (Intercontinental Hotels Group) China, IHG bermitra dengan lembaga pendidikan lokal untuk membentuk IHG Academy dalam melatih spesialis dalam bidang pariwisata.

Hampir 5.000 orang belajar di IHG Academy tiap tahun, membuat perusa-haan dapat memenuhi tujuannya, yakni mengembangkan orang-orang yang terdidik dan terkualifikasi.

1/2

Kawi [email protected]

Semakin banyak lulusan akademi ini, IHG akan semakin mudah untuk mendapatkan pegawai yang dibutuhkan, sekaligus dapat memperluas kesempatan ekonomi bagi komunitas, untuk memasuki sektor pariwisata.

Program ini bekerjasama dengan komunitas lokal untuk mengarahkan manfaat kepada orang-orang yang sulit mendapat pekerjaan, seperti veteran, gelandangan dan disabel.

2/2

Kawi [email protected]

SELCO-India: Affordable solar home systems

SELCO mengembangkan “photovoltaic solar home system” yang memberikan alternatif penerangan bagi masyarakat yang tak terjangkau jaringan listrik.

SELCO beranggapan bahwa inovasi pembiayaan dan peru-sahaan energi mikro digabung dengan kualitas yang baik mampu untuk bersaing dengan layanan energi konvensi-onal. SELCO bekerjasama dengan REEEP funds untuk mengatasi hambatan finansial di tingkat akar rumput.

Kawi [email protected]

Godrej Appliances mengembangkan model distribusi untuk produk kulkas termurah di dunia dengan merek Chotukool. Produk ini menyasar kota-kota kecil dan terpencil termasuk wilayah miskin.

Alih-alih menggunakan saluran distri-busi konvensional dengan tenaga pema-saran khusus, Godrej bermitra dengan kantor pos yang memiliki 150.000 kan-tor yang tersebar di seluruh negeri. Pembeli cukup datang ke kantor pos terdekat dan memesan barang.

Godrej juga bermitra dengan Sakhi Retail, sebuah LSM lembaga keuangan mikro, yang mendidik wanita desa untuk menjadi pengusaha distributor produk hijau & bersih.

1/3

Kawi [email protected]

2/3

Kawi [email protected]

3/3

Kawi [email protected]

kemasan bisnis (1)Setelah pengertian bisnis inklusif dan wilayah inklusivitas dipahami, potensi prakarsa yang ada perlu dikemas dalam logika bisnis yang memberi gambaran tentang “kelayakan” model bisnis tersebut.

Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan meliputi profit (laba), reputasi perusahaan, organisasi dan skala ekonomi.

Kawi [email protected]

kemasan bisnis (2)Dalam semua wilayah inklusivitas, sangat penting untuk membangun pengalaman dan pengetahuan untuk menjamin berhasil dan sinambungnya perubahan “core business”.

Lebih tepat untuk memulai dengan prakarsa kecil, membangun hubungan, jejaring dan kepercayaan diri, sebelum meningkatkan skala ekonomi.

Penting juga ditekankan bahwa jangan terlalu mengharapkan mukjizat jangka pendek, prakarsa semacam ini merupakan investasi jangka panjang.

Kawi [email protected]

Profit

Alasan utama penerapan bisnis inklusif adalah karena bisnis tersebut menguntungkan (profitable).

Ketika kebutuhan nyata dari kaum miskin sesuai dengan keinginan untuk menyediakan barang dan jasa secara efisien dan efektif, maka akan ada peluang pendapatan dan peluang untuk melakukan ekspansi pasar yang baru.

Melibatkan UMKM ke dalam rantai pasok dan rantai distribusi akan didapat fleksibilitas, jaminan kualitas dan pengurangan biaya, terutama bila merupakan bagian dari proses pelokalan produksi. Penting juga untuk dicatat potensi fleksibilitas dari jejaring yang terbangun. Jejaring untuk keperluan pasokan misalnya, dapat menjadi landasan untuk mengalirkan produk ke hilir, membuka peluang untuk “jejaring dua arah”.

Kawi [email protected]

Reputasi

Prakarsa inklusif dapat membangun hubungan bisnis di dalam komunitas. Dari sini dapat diperoleh dua manfaat. Yang pertama, dapat membangun keberterimaan untuk beroperasi bagi perusahaan, yang berarti terdapat hubungan saling menguntungkan. Kedua, dapat membangun “brand” dalam pasar yang baru, yang dapat membangun kesetiaan pelanggan.

Kawi [email protected]

Organisasi, pegawai dan pengetahuan

Prakarsa inklusif menuntut pegawai untuk berpikir tentang komunitas marginal dan bekerja di lingkungan pasar informal.

Keluar dari kerangka bisnis yang normal membutuhkan pola pikir yang kreatif dan imaginatif, cara berpikir “di luar kotak”, yang dapat dianggap sebagai umpan balik untuk digunakan pada area perusahaan yang lain.

Manfaat bisnis inklusif yang lumrah adalah meningkatnya “morale” pegawai. Pegawai akan memperoleh kepuasan ketika mengetahui bahwa perusahaannya berkontribusi positif bagi kaum miskin, dan pikiran positif ini lagi-lagi dapat dijadikan umpan balik untuk area perusahaan yang lain.

Kawi [email protected]

Skala ekonomi

Skala ekonomi yang cukup besar sangat penting bagi terwujudnya manfaat dari prakarsa, baik bagi kemiskinan ataupun keuntungan.

Prakarsa yang berhasil harus memiliki peningkatan imbalan sesuai skala ekonomi; semakin tumbuh, biaya per unit berkurang dan menjadi lebih mudah untuk mencari pelanggan atau mitra bisnis yang lebih banyak.

Untuk wilayah yang berbeda, makna skala ekonomi juga bisa berbeda.● Penyediaan barang dan jasa: makna skala di sini adalah menjual

produk yang sama dengan lebih banyak. Dapat juga berarti memper-banyak penerapan suatu model bisnis pada wilayah operasi yang lain. Potensinya bergantung dari ukuran pasarnya, terutama bagi model bisnis “margin laba rendah-volume tinggi”.

● Penyertaan pada rantai nilai: skala pada wilayah ini lebih “energy intensive” dan sering perlu memberi bantuan kepada UMKM untuk meningkatkan skalanya. Per definisi, skalanya dibatasi oleh ukuran seluruh operasi.

● Lapangan kerja: mencapai skala ekonomi melalui lapangan kerja berarti membuat skema pelatihan menjadi formal. Ketika skalanya sudah optimal maka akan pelatihan akan menjadi efektif. Skala di sini juga dibatasi oleh ukuran operasi bisnis.

Kawi [email protected]

profit

reputasi

organisasi, pegawai dan pengetahuan

skala ekonomi

Pendorong utama ketika bertekad untuk melakukan bisnis inklusif adalah profit.

Perlu disadari bahwa pada awalnya membutuhkan biaya jangka pendek dan baru bisa kembali dalam jangka panjang.

Perusahaan diterima dengan baik oleh komunitas karena hubungan yang saling menguntungkan.

Dapat memperkuat “brand” sehingga meningkatkan kesetiaan pelanggan.

Diperlukan pegawai yang berpikir tentang komunitas marginal dan bekerja di lingkungan pasar informal, perlu pola pikir yang kreatif “di luar kotak”.

Kebanggaan pegawai karena berkontribusi kepada kaum miskin, dapat mempengaruhi bagian perusahaan yang lain.

Skala ekonomi sangat bermanfaat bagi prakarsa ini, baik bagi kemiskinan maupun bagi keuntungan perusahaan. Jika bisnis tumbuh maka unit biaya akan turun dan makin mudah untuk mendapatkan pelanggan dan mitra bisnis yang malin banyak.

Kawi [email protected]

dampak komunitas & sosial

Prakarsa inklusif yang tidak menguntungkan (profitable) tentu tidak berkesinambungan (sustainable). Sebaliknya, prakarsa yang tidak memberikan manfaat yang nyata kepada komunitas miskin, bukanlah suatu keberhasilan dari perspektif inklusif.

Manfaat yang dapat diberikan kepada komunitas miskin sangat beragam, sejalan dengan kegiatan-nya yang juga beragam. Dampaknya dapat dikate-gorikan sebagai produktivitas, pendapatan tetap dan pemberdayaan.

Kawi [email protected]

produktivitas

Memasukkan UMKM ke dalam rantai pasok seringkali dipandang sebagai cara paling baik agar prakarsa inklusif membawa manfaat yang besar kepada kaum miskin. Walaupun jenis inklusivitas ini sering dikaitkan dengan sektor ekstraktif, sekarang sudah mulai bertambah ke sektor yang beragam, seperti, petani kecil, manufaktur ringan, dan penyedia jasa.

Pengembangan perusahaan lokal diasuh melalui pembelian dari bisnis besar dan manfaatnya digunakan sebagai batu loncatan bagi usaha kecil untuk mencapai skala ekonomi dan juga untuk memperluas pasar.

Alih pengetahuan dan teknologi dari usaha besar kepada UMKM lewat proses ini, merupakan peluang besar bagi kaum miskin untuk memperbaiki operasi bisnisnya, misalnya memperbaiki manajemen stok, metoda produksi atau organisasi staf.

Kawi [email protected]

Pendapatan tetap

Memasukkan kaum miskin ke dalam rantai nilai atau lewat penyediaan lapangan kerja menawarkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tetap di dalam sektor formal.

Kaum miskin sebagian besar bekerja dalam sektor informal; artinya berada di luar regulasi pemerintah, standard tenaga kerja atau sistem kontrak. Pekerjaan seringkali tidak tetap dan sangat mudah untuk berubah.

Prakarsa inklusif, jenis apapun, berpeluang untuk terhindar dari beban ini. Keberlanjutan akan semakin baik bila ketrampilan dan kemampuan mereka ditingkatkan dan kebergantungan dikurangi. Hal ini dapat diterapkan bagi perseorangan dan UMKM.

Kawi [email protected]

pemberdayaan

Prakarsa inklusif dapat memberdayakan kaum miskin dengan berfokus pada kebutuhan dan aspirasi mereka, memberikan peluang untuk lebih mengatur masa depannya melalui kegiatan bisnis.

Melibatkan kaum miskin dalam kegiatan ekonomi utama, membuat mereka tidak lagi berada pada posisi termarjinalkan. Menjual produk kepada kaum miskin yang memenuhi kebutuhannya secara efisien dengan harga murah juga dapat meningkatkan keberdayaan.

Kaum miskin sering menghadapi harga yang melambung untuk kebutuhan dasar. Jika perusahaan melakukan inovasi produk dan dapat didistribusikan secara efektif, maka akan diperoleh uang (penghematan) yang dapat digunakan untuk keperluan apa saja, sehingga meningkatkan daya beli.

Kawi [email protected]

berdayaberdaya

produktivitasproduktivitas

pendapatan tetappendapatan tetap

dampak dampak sosialsosial

Kawi [email protected]

Pengukuran dampak

Indikator kinerja utama (KPI) sangat penting dalam bisnis. Begitu juga, pengukuran yang sama juga diperlukan untuk mengevaluasi dampak sosial dari bisnis inklusif.

Jika dalam bisnis istilah “menguntungkan” adalah indikator mendasar, mengkaji dampak terhadap kaum miskin lebih rumit, dan sejumlah indikator dan faktor perlu dipertimbangkan.

Pengukuran dampak yang akurat dari prakarsa, idealnya harus dimulai sebelum prakarsa itu sendiri. Data dasar faktor sosial dan ekonomi penting untuk dibandingkan dengan pengukuran yang sama setelah prakarsa dilakukan. Sebagai contoh, Oxfam’s Poverty Footprint Methodology menggarisbawahi beberapa faktor penting yang perlu untuk diamati:

Kawi [email protected]

Pengukuran dampak

● Pendapatan dan produktivitas (tingkat pendapatan, keamanan berusaha, produksi barang per unit pembelanjaan dll).

● Gender dan kesetaraan (akses kepada pekerjaan, pelatihan, pasar, dalam jangkauan sumberdaya rumahtangga).

● Kesehatan dan kesejahteraan (akses kepada layanan kesehatan, pendidikan dan sosial).

● Standard hidup (kesempatan untuk memelihara identitas kultural)● Pemberdayaan (kesempatan untuk berperanserta dan mempengaruhi

keputusan yang berdampak pada penghidupannya).● Stabilitas dan keamanan (akses kepada sumberdaya yang membantu

menahan goncangan terhadapmata pencariannya).

Kawi [email protected]

Pengukuran dampak

Tentu, tidak semua faktor relevan dengan seluruh area inklusivitas. Bagaimanapun, prakarsa dapat memberikan akibat yang positif atau negatif dan harus dimasukkan dalam kajian prakarsa.

Perangkap yang harus dihindari adalah mengukur input, jumlah prakarsa yang dimulai atau uang yang sudah dikeluarkan, daripada dampak yang terjadi dari input tadi.

Untuk prakarsa yang skalanya besar, metodologi yang dipakai oleh UNDP misalnya sangat berguna, tetapi kajian seperti ini mahal.

Untuk prakarsa yang skalanya relatif kecil, menggunakan data survei atau wawancara dinilai lebih tepat, untuk mengkaji dampak dari prakarsa.

Kawi [email protected]

Jumlah prakarsa yang dimulai

Uang yang telah dikeluarkan

Mengukur inputMengukur input Mengukur dampak dari inputMengukur dampak dari input

Kawi [email protected]

hambatanMelakukan bisnis inklusif tidak mudah, masalah yang dihadapi beraneka-ragam, tak terduga dan juga bergantung pada sektornya.

Walaupun begitu, ada hambatan yang lazim ditemui secara internal (perusahaan), lingkungan eksternal dan dari UMKM/ komunitas yang dilibatkan.

Kawi [email protected]

Internal

Lingkungan eksternal

UMKM/ komunitas

Hambatan

Kawi [email protected]

Hambatan internal

Mengembangkan prakarsa inklusif dapat menghambat cara-cara yang sudah biasa dilakukan dalam bisnis. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan dan penolakan untuk mengubah.

Prakarsa inklusif dipandang sebagai kegiatan berisiko tinggi dengan tingkat pengembalian jangka panjang sehingga terlalu sulit dilakukan.

Perusahaan tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan atau tidak cukup waktu untuk melakukan investasi. Dengan demikian dibutuhkan komitmen dari manajemen puncak.

Perusahaan juga tidak memiliki informasi yang cukup. Melibatkan UK dalam rantai nilai misalnya, akan menemui kesulitan informasi. UK yang berada di luar aturan pasar tidak mudah diakses tanpa mengembangkan jaringan sektor untuk menyebarkan pengetahuan atau membangun kontak lokal. Hasilnya, perusahaan menghadapi biaya informasi yang tinggi.

Begitu pula mendesain produk untuk kaum miskin, perusahaan seringkali tak memiliki pengetahuan pasar lokal yang cukup tentang harga, kualitas atau ukuran pasar, demi memberikan layanan cukup untuk mencapai bisnis yang menguntungkan.

Kawi [email protected]

tak memiliki keahlian tentang prakarsa inklusif.

tak memiliki informasi tentang pasar lokal.

Hambatan internal

tak memiliki waktu untuk melakukan investasi.

tak memiliki informasi tentang UMKM

Kawi [email protected]

Hambatan lingkungan eksternal

Kaum miskin seringkali tak terlayani oleh infrastruktur publik. Listrik kurang, akses air bersih kurang, jalan tak beraspal dan sistem transportasi yang lemah merupakan contoh yang menghambat pasokan dan distribusi, berdasarkan pengalamam negara berkembang.

Di wilayah perdesaan, pemasok terpencar-pencar dan hubungan jalan jelek, menghambat efisiensi pasokan produk pertanian dan juga menyulitkan tercapainya skala ekonomi. Begitu pula dengan rantai distribusi yang tak mampu menjangkau kaum miskin di perdesaan dengan produk. Di perkotaan, daerah kumuh tak tertembus, menghalangi pasokan atau perluasan pemasaran produk.

Pemerintah pusat dan daerah seringkali tak menyediakan lingkungan peraturan yang memudahkan bisnis. Sistem hukum yang lemah tak dapat menjamin kontrak bisnis atau sistem pajak yang tak efisien sangat lazim dihadapi oleh perusahaan yang sedang mengembangkan pasar. Begitu pula sistem hukum yang jelas dengan penerapan yang lemah juga menimbulkan masalah. Sistem ini akan semakin parah terjadi pada kaum miskin. Orang-orang yang termarjinalkan ini cenderung untuk beroperasi dalam ekonomi informal. Masalah-masalah tersebut mengakibatkan prakarsa bisnis inklusif terhambat.

Kawi [email protected]

Infrastruktur

Hambatan lingkungan eksternal

Peraturan perundangan bisnis

Kawi [email protected]

Hambatan UMKM/ komunitas

Seringkali orang tidak percaya akan niat suatu perusahaan dari luar komunitas. Membangun hubungan, kepercayaan dan rasa hormat sangat diperlukan dalam berbisnis dengan kaum miskin. Perubahan pasti akan terjadi dan mengganggu sistem dan dinamika yang sudah ada.

Apakah akan mengenalkan produk baru yang mempengaruhi monopoli lokal, atau memotong perantara pada rantai pasok, konsekuensi sosial harus sangat dipertimbangkan. Perlawanan terhadap perubahan akan menghalangi keberhasilan prakarsa. Oleh karenanya harus diberikan kompensasi kepada pihak yang kehilangan atau mendesain operasi yang mengurangi ketegangan. Sebagai contoh, kompensasi dapat dilakukan dengan mengajak mereka yang kehilangan untuk terlibat dalam prakarsa (mis. Sebagai mitra distribusi).

Komunitas dan UMKM tidak boleh terlalu bergantung kepada usaha besar. Hal ini akan membuat mereka berhadapan dengan fluktuasi yang tinggi sehingga jika tidak ada regulasi yang kuat mereka akan terdorong dalam hubungan yang tak seimbang atau bahkan hubungan yang ekploitatif.

Kawi [email protected]

Hambatan UMKM/ komunitas

Sebagian besar UMKM tidak memiliki kapasitas untuk dilibatkan dalam rantai nilai. Pada sisi pasokan UMKM kesulitan untuk mencapai kualitas yang diinginkan, persyaratan keamanan, fleksibilitas produksi yang rendah atau tak mampu mencapai skala yang dituntut oleh permintaan pasar.

Pada sisi distribusi UMKM memiliki daya beli yang terbatas, tak berpengalaman dalam pemasaran atau masalah manajemen kas.

Kawi [email protected]

Dinamika bisnis lokal

Hambatan UMKM/ komunitas

Kapasitas bisnis

Kawi [email protected]

kemitraanMenjawab tantangan masalah pada bisnis inklusif, selalu mengandung salah satu bentuk kemitraan dengan organisasi lain; dari lembaga profit, non-profit dan sektor publik. Sifat dari masalah menentukan jenis kebutuhan kemitraan.

Membangun kemitraan yang berkelanjutan dan efektif sangat sulit, khususnya dengan organisasi yang dirancang untuk kegunaan yang berbeda.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan LPSM

Kemitraan antara sektor swasta dan LPSM sangat penting karena dapat menjembatani kesenjangan antara perusahaan dan komunitas. Perusahaan yang ingin mengajak kaum miskin seringkali harus membangun “karakter lokal” untuk menanggulangi jarak antara mereka dan komunitas. LPSM memiliki pengetahuan lokal, jejaring dan legitimasi untuk mengisi ruang ini dan melibatkan orang-orang di akar rumput.

Apa yang dapat diatasi dengan kemitraan ini?

Pengetahuan lokal: pengalaman yang dimiliki LPSM dalam bekerja dan hidup dengan kaum miskin merupakan hal yang penting dalam keberhasilan prakarsa bisnis inklusif. Organisasi ini tahu dan paham akan kebutuhan dan aspirasi sehingga dapat menjadi sumber “pengetahuan pasar” bagi perusahaan yang akan melayani kaum miskin dengan produk dan pelayanan.

Beberapa perusahaan juga menjalankan skema “nyemplung” di mana pegawainya tinggal beberapa hari atau minggu dalam lingkungan kaum miskin, mencoba memahami aspirasi dan pola konsumsi mereka. Organisasi lokal memfasilitasi proses “nyemplung” ini.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan LPSM

Akhirnya, organisasi lokal akan tahu jejaring bisnis lokal, sehingga mampu memfasilitasi proses pelibatan dalam rantai nilai.

Penyedia layanan: berdasarkan pengetahuan lokal-nya, LPSM dapat berperan sebagai penyedia layanan subkontrak, bekerja di tataran lokal melalui sitem yang sudah ada, mengatasi biaya tinggi yang dihadapi perusahaan jika mereka mengembangkan sistem sendiri.

LPSM, misalnya, dapat menggunakan pemahamannya tentang komunitas untuk menyampaikan produk atau jasa kepada komunitas dengan bahasa mereka.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan pemerintah

Pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan aturan perundangan yang sesuai dengan investasi komersial dan perlindungan standard buruh, lingkungan dan sosial. Sebagian besar komunitas miskin beroperasi secara informal, artinya berada di luar sistem pajak dan seringkali di luar standard perundangan.

Dengan demikian ada ruang untuk melibatkan pemerintah pada isu perundangan mengenai prakarsa inklusif, yang memberikan lingkungan yang stabil untuk kepentingan komunitas dan perusahaan.

Karena pemerintah mengetahui manfaat model inklusif, maka langkah-langkah yang memungkinkan untuk bertaut (linkage) akan dapat dibangun. Pemerintah dapat membuat websites misalnya, yang mengumpulkan perusahaan besar dan kecil dengan rinci secara sektoral dan lokasi yang dapat digunakan sebagai antarmuka membangun tautan.

Mendesain sistem yang efektif merupakan materi dialog antara pemerintah dan perusahaan.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan organisasi internasional dan yayasan swasta

Organisasi internasional dan yayasan swasta biasanya bermitra untuk memberikan keahlian dalam pembangunan, terkadang juga memberikan dana untuk suatu manfaat tertentu.

Sebagai contoh, UNDP bermitra dengan perusahaan mempelopori produk baru berupa asuransi mikro.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan lembaga akademik

Bermitra dengan lembaga akademik dapat membantu usaha untuk mengefektifkan tenaga kerja. Perusahaan membutuhkan bantuan dalam merancang dan melaksanakan skema pelatihan. Memanfaatkan keahli-an yang berada di universitas jauh lebih efisien daripada melakukannya sendiri.

Seringkali terdapat perbedaan antara kebutuhan sektor swasta dan program pengembangan. Dengan melibatkan lembaga akademik, diharapkan makin terjadi kesesuaian di antara keduanya.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan UMKM

Kemitraan dapat membantu UMKM menanggulangi hambatan operasionalnya, seperti kapasitas yang terbatas, mengambil manfaat dari sisi pasokan dan sisi distribusi.

Beberapa cara membantu yang lazim dilakukan adalah:● Kajian - bekerja bersama UMKM untuk menemukenali kekuatan dan

kelemahannya.● Pelatihan – bagaimana hasil kajian di atas dapat dimanfatkan atau

ditanggulangi? Biasanya pihak ketiga seperti Organisasi Internasional atau LPSM dapat melakukan pelatihan, tetapi perusahaan juga dapat mendesain program-nya sendiri didasarkan atas keahlian mereka.

● Coaching – beberapa usaha kecil membutuhkan dukungan yang kontinu. Memberikan bimbingan secara terus-menerus merupakan salah satu cara untuk melakukannya.

● Belajar dari pengalaman – perusahaan dapat mendampingi usaha kecil untuk mengoptimalkan kegiatannya.

● Penghargaan dan insentif – hal ini dapat mendorong usaha kecil dengan cara melakukan publikasi atas kinerjanya yang meningkat.

Kawi [email protected]

Akses kepada layanan pembiayaan

Dalam mendorong UMKM untuk meningkatkan skala operasinya, akses kepada layanan pembiayaan menjadi komponen penting.

Bagi bank komersial konvensional, berbisnis dengan UMKM berisiko tinggi dan melayani mereka akan menyebabkan biaya transaksi yang tinggi.

Beberapa perusahaan yang sudah mulai melakukan bisnis inklusif mendapatkan bahwa prakarsa berikut ini cukup efektif untuk mengatasi kendala pembiayaan pada UMKM mitra.

Kawi [email protected]

Perusahaan pemrakarsa

UMKM

Skema kredit mikro

Perusahaan pemrakarsa menyediakan pembiayaan secara langsung dengan skema kredit mikro kepada UMKM.

Menyediakan layanan pembiayaan

Kawi [email protected]

Perusahaan pemrakarsa

Organisasi eksternal yang ahli

Perusahaan pemrakarsa membantu dana kepada organisasi eksternal yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam memberikan pelayanan

pembiayaan.

danaLayanan pembiayaan

Membantu dana kepada organisasi eksternal

UMKM

Kawi [email protected]

Perusahaan pemrakarsa

Organisasi pembiayaan

mikro

pinjamankerjasama

Membangun hubungan dengan organisasi keuangan mikro yang dijalankan oleh LPSM atau lembaga komersial.

Bermitra dengan organisasi keuangan mikro

UMKM

Kawi [email protected]

Perusahaan pemrakarsa

Bank komersial

Penjamin (guarantor)

Biasanya berhubungan dengan bank komersil tidak layak (feasible) bagi UMKM. Jika UMKM terkait dengan rantai nilai perusahaan besar, bank akan tertarik. Dalam hal ini perusahaan besar bisa menjadi penjamin.

Bermitra dengan bank komersial

pinjaman

UMKM

Kawi [email protected]

Perusahaan pemrakarsa

Nasihat finansial

Seringkali ditemukan bahwa pinjaman uang kurang membantu UMKM, mereka lebih membutuhkan nasihat bisnis (business advice) di bidang

finansial.

Pengetahuan tentang aspek finansial

UMKM

Kawi [email protected]

. . . memulaiPrakarsa inklusif seringkali dimulai dari gagasan atau visi yang sederhana; mungkin datang dari seseorang atau hasil suatu acara curah pendapat.

Gagasan dapat merupakan reaksi dari kejadian, contohnya rantai pasok yang kurang memuaskan, suatu pengalaman, kebutuhan dalam suatu komunitas atau inspirasi dari percakapan.

Agar gagasan dapat terwujud, imaginasi perusaha-an perlu ditangkap, disebarluaskan dan menjadi-kannya ambisi dan motivasi.

Kawi [email protected]

Managemen senior harus pa-ham kemasan bisnis ini, memberikan dukungan penuh dan memberi pengarahan untuk gagasan tersebut.

Pegawai perusahaan perlu merasa memiliki gagasan tersebut, beserta tanggung-jawab yang jelas, untuk menghubungkan dengan pemasok baru, mengkoor-dinasikan pelatihan dengan mitra atau mengelola ja-ringan distribusi yang baru.

Bekerja dengan komu-nitas lokal, perusaha-an harus mampu me-nemukenali peluang untuk bermitra dan mengelola kemitraan dengan efektif.

Organisasi masyarakat lokal dan pemerintah dapat bekerjasama se-tara dan merupakan mitra yang penting da-lam prakarsa ini.

Sikap dan motivasi staf ha-rus dikelola menuju keber-hasilan prakarsa.

Faktor keberhasilan prakarsa

Tantangannya adalah mulai berpikir tentang bisnis kita sendiri dan mencari pelu-ang untuk melakukan bisnis inklusif.

Di mana yang sudah berin-teraksi dengan kaum mis-kin dan bagaimana hubung-an ini bisa ditingkatkan?

Apa yang paling bermanfa-at bagi kaum miskin melalui keahlian inti perusahaan dan apa ambisi perusahaan yang cocok dengan kebu-tuhan masyarakat?

Kawi [email protected]

sistem inovasiSebagian besar isi dokumen ini merupakan pandu-an kepada perusahaan yang akan menerapkan bisnis inklusif dalam operasi bisnisnya. Namun, untuk lebih menjamin keberlanjutannya, dirasakan perlu untuk mempengaruhi penentu kebijakan dalam memberikan prakarsa sistemis yang bersifat kewilayahan. Prakarsa semacam ini dikenal dengan “Regional Innovation System” yang dapat memicu dan memacu upaya sistemis munculnya inovasi. Kerangka Kebijakan Inovasi ini dapat digambarkan pada lembar berikut.

Kawi [email protected]

AA

B

C

DE

F

G

H

● Kerangka umum bagi inovasi

● Daya dukung iptek dan kemampuan absorpsi dunia usaha.

● Kolaborasi untuk ino-vasi dan peningkatan difusi iptek.

● Budaya inovasi.● Sistem inovasi dan klaster industri.

● Perkembangan dunia.

● Afirmasi wilayah

● Afirmasi teknologi pengungkit

Kerangka kebijakan inovasi

6 (enam) agenda

tematik dan 2 (dua) agenda

afirmasi

Kawi [email protected]

AA

B

C

DE

F

G

H

● Mengembangkan infrastruktur dasar inovasi.

● Reformasi kebijakan inovasi● Mengembangkan pembiayaan inovasi.

● Mengembangkan kelembagaan iptek.

● Mengembangkan daya dukung iptek

● Mengembangkan kemampuan absorpsi Dunia Usaha/ UKM

● Mengembangkan kola-borasi bagi inovasi.

● Meningkatkan difusi inovasi, praktik baik dan hasil litbang.

● Reformasi bidang publik.● Pengembangan budaya kreatif-

inovatif dan kewirausahaan.● Penguatan kohesi sosial.

● Koordinasi kebijakan● Menumbuhkembangkan prakarsa

sistem inovasi.● Menumbuhkembangkan klaster

industri nasional dan daerah.

● Penyelarasan dengan perkembangan global.

● Pengembangan wilayah tertinggal.

● Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Kerangka kebijakan inovasi

Kawi [email protected]

AA

BB

CC

DDEE

FF

GG

HH

1. Penyusunan rencana induk pembangunan ekonomi.

2. Pembangunan pangkalan data pelaku usaha.

3. Peningkatan infrastruktur dasar (jalan, air, energi, telekomunikasi)

4. Peragaman skema pembi-ayaan usaha termasuk lembaga pembiayaan.

5. “perbaikan” lingkungan regulasi pendukung kegiatan bisnis.

1. Penguatan asosiasi pelaku usaha

2. Penumbuhan dan penguatan litbang pendukung kegiatan ekonomi.

1. Penyusunan pangkalan data hasil-hasil litbang.

2. Diseminasi praktik baik yang relevan dengan masyarakat setempat.

1. Peningkatan kapasitas penentu kebijakan tentang bisnis inklusif.

2. Penguatan program belajar seumur hidup

3. Penumbuhan dan penguatan “lembaga masyarakat”

1. Fasilitasi pertemuan perusahaan-perusahaan besar dengan komunitas lokal.

2. Penguatan formasi klaster industri dengan melibatkan UMKM lokal.

1. Pemastian capaian pencukupan kebutuhan dasar masyarakat (MDG, IPM)

1. Pelibatan anggota masyarakat dari wilayah tertinggal dalam klaster industri.

1. Memperkuat akses telekomunikasi pada tertinggal dan terpencil.

2. Penyediaan data dan akses kepada data kemiskinan.

Kawi [email protected]

memetik pelajaran dari Agroniaga

Operasi bisnis yang mengandung prinsip bisnis in-klusif dilakukan oleh Agroniaga, suatu koperasi masyarakat agrobisnis yang bergerak dalam bi-dang pemasaran dan penjualan rumput laut. Wilayah kegiatannya meliputi seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan, ditambah beberapa kabupaten di Sulawesi Barat, Tengah dan Tenggara.

Beberapa prinsip bisnis inklusif dari Agroniaga di-tampilkan di sini untuk merangsang penyebarluas-an bisnis inovatif yang berdampak bagi masyarakat banyak.

Kawi [email protected]

Prinsip-prinsip bisnis inklusif pada operasi bisnis Agroniaga.

Pada lembar-lembar berikut akan diuraikan beberapa prinsip bisnis inklusif yang dijalankan pada kegiatan Agroniaga.

Banyak aspek yang dapat dipelajari dari kegiatan Agroniaga, namun di sini hanya akan ditampilkan aspek yang menonjol dalam perspektif Bisnis Inklusif.

model bisnis Agroniaga secara lengkap dapat dibaca pada dokumen “mengangkat rumput dengan rumput”

Kawi [email protected]

Melibatkan Usaha Kecil

Jaringan pemasok lokal dijalin dengan membangun tautan dengan beberapa usaha pengepakan. Lapisan pasokan tingkat berikutnya dibangun lewat jaringan simpul tani yang beroperasi di sekitar tambak.

Dalam nomenklatur, inklusivitas seperti ini disebut dengan Inklusivitas Rantai Pasok .

Kawi [email protected]

Melibatkan komunitas miskin

Komunitas miskin yang berpendidikan dan berketram-pilan kurang, direkrut dengan terlebih dahulu dilakukan pelatihan. Lapangan yang disediakan adalah pekerja penjemuran rumput. Pelatihan dilakukan secara in-house training dan sampai saat ini telah terekrut sekitar 2000 orang pekerja yang sebagian besar peempuan. Model semacam ini dalam bisnis inklusif disebut dengan Inklusivitas Lapangan Kerja .

Kawi [email protected]

Margin laba rendah – volume penjualan tinggi

Dalam bisnis komoditas, terutama yang berorientasi ekspor, biasanya terdapat rantai yang cukup panjang, dan biasanya pihak komunitas atau UMKM memperoleh margin laba yang paling kecil. Agar bisnis lebih berkelanjutan, margin laba antar berbagai pelaku di sepanjang rantai bisnis disepakati untuk lebih proporsional. Daya tarik bisnis, yaitu laba yang besar dicapai dengan volume penjualan yang besar.

Kawi [email protected]

Akses kepada lembaga pembiayaan

Dalam membangun dan memperkuat jaringan pemasok, diperlukan adanya dukungan skema pembiayaan yang sangat beragam karena jenis maupun skala usahanya yang juga beragam (slide 66).

Jenis usaha yang berada dalam kerumunan bisnis rumput laut ini di antaranya adalah: unit pengepakan, simpul tani, jasa alat berat, jasa transportasi dlsb. Untuk mengembangkan usaha pada jaringan tersebut sebagai bagian dari penguatan pasokan, Agroniaga membangun akses dengan beberapa lembaga pembiayaan yang memberikan beberapa skema pembiayaan kepada semua entitas jaringan, misalnya: kredit investasi, kredit ekspor, asuransi dlsb.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan lembaga akademis

Seperti telah dijelaskan dalam lembar terdahulu, bermitra dengan lembaga akademis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas tenaga kerja (slide 76).

Agroniaga bermitra dengan Akademi Teknik Industri Makassar, terutama untuk mendapatkan tenaga kerja dalam bidang pergudangan dan managemen rantai pasok.

Kawi [email protected]

Bermitra dengan pemerintah

Karena pemerintah merupakan pihak yang berwenang dalam masalah kebijakan, maka Agroniaga menjalin hubungan yang erat dengan pemerintah, baik itu pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.

Dalam cakupan provinsi, Agroniaga bermitra dengan LPSM PUPUK Makassar berperan menjadi tim fasilitator bisnis rumput laut yang merupakan komoditas unggulan Sulawesi Selatan.

Selain urusan aturan perundangan, pemerintah juga bertanggungjawab atas ketersediaan infrastruktur. Bersama pemerintah kota Palopo dan kabupaten Bone, Agroniaga memulai menata infrastuktur seputar tambak rumput laut.

Kawi [email protected]

Dampak sosial

Pengukuran tidak hanya dilakukan terhadap jumlah prakarsa, namun juga terhadap dampak sosial yang dicapai.

Sekitar duaribu orang miskin terekrut sebagai tenaga kerja di seputar budidaya dan usaha pengepakan. Hal ini membuat mereka memiliki pendapatan tetap dan dapat menghidupi keluarga (slide 36).

UMKM yang terlibat dalam jaringan bisnis juga mengalami peningkatan produktivitas, baik sebagai pembudidaya, usaha pengumpulan rumput laut atau usaha pendukung.

Peningkatan produktivitas dan penghasilan tetap ini pada gilirannya akan meningkatkan keberdayaannya, lebih dapat merencanakan dan mengendalikan masa depan keluarganya.

Kawi [email protected]

pustaka● David Jackman and Janet Breeze, A Guide to

Inclusive Business, IBLF, 2010● Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, Business

Model Generation, John Wiley & Sons, Inc., 2010● Kawi Boedisetio, Sikut Karut Marut Rumput

Laut , 2009● Kawi Boedisetio, Payung Inovasi, 2013● Kawi Boedisetio, Mengangkat Rumput dengan

Rumput , 2014

Kawi [email protected]

dokumen yang berkaitan

Kawi [email protected]

Mulai dibuat

09/04/2014Jumlah halaman

87Fonts tambahan

appleberry

Arial Rounded MT Bold

Comic Sans MT

Cambria

Liberations Sans

Kawi [email protected]

Kawi Boedisetio

[email protected]

+62 817 219 755