Upload
aizzah-izziyya
View
140
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMODITI LOKAL
“METODE PEMBUDIDAYAAN BURUNG PUYUH”
oleh:
Lutfi Septi Aksanantika 111810301004Agus Wahyudi 111810301005Siti Aisah 111810301009Faizatur Rofi”ah 111810301021Aranca Nindya Puspa 111810301043
JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya jaman dan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia,
maka kebutuhan sehari-hari masyarakat meningkat pula untuk memenuhi kualitas kehidupan
yang lebih baik. Menurut Data Statistik Indonesia (2010) , hasil proyeksi jumlah penduduk
Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang menunjukkan peningkatan dari 205,1 juta
pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Hal tersebut mendorong penyediaan
bahan pangan produk yang bisa dihasilkan dengan cepat dan produk pangan tersebut harus
bisa mengimbangi kebutuhan masyarakat tersebut. Salah satu sektor pangan yang paling cepat
menghasilkan produk adalah peternakan dari dunia unggas karena waktu yang dibutuhkan
untuk mengembangkan sektor tersebut tidak memakan waktu lama, selain itu produk dari
sektor peternakan tersebut berupa daging dan telur yang dapat mengimbangi kebutuhan gizi
masyarakat, salah satu contohnya adalah sektor peternakan burung puyuh.
Usaha peternakan unggas memiliki keunggulan dari segi produktivitas dan paling efisien
dalam menyediakan produknya berupa daging dan telur, serta merupakan bahan makanan
sumber hewani yang bergizi tinggi dan banyak diminati masyarakat untuk dijadikan lahan
bisnis yang menguntungkan. Keunggulan produktivitas puyuh yang tinggi menjadi daya
dukung yang menambah usaha peternakan puyuh menjadi semakin menarik (Lystyowati dan
Roospitari, 2007).
Menurut Anugrah et al (2009), kegiatan usaha peternakan burung puyuh secara tradisional
pada lima tahun terakhir terus berkembang ditengah dominasi perkembangan agribisnis
peternakan unggas lain. Peternakan puyuh dapat dijadikan sebagai usaha permanen maupun
alternatif yang cukup potensial memberikan tambahan pendapat bagi masyarakat. Menurut
Lystyowati dan Roospitari (2007), nilai jual puyuh disetiap tingkat umur cukup tinggi baik
telur konsumsi, telur tetas, bibit hingga afkirnya. Selain itu pemeliharaannya tidak dibutuhkan
area yang luas dan pengambilan modalnya relatif cepat karena burung puyuh dapat mencapai
dwasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
Rasyaf (1995) menyatakan faktor yang mempengaruhi produksi telur burung puyuh
adalah pakan terutama zat-zat yang terkandung dalam pakan yang diberikan. Selain itu Yasin
(1988) mengatakan secara garis besar yang mempengaruhi produksi telur adalah faktor
genetik, keadaan kandang, temperatur, penyakit dan stress.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana tahap awal budidaya puyuh?
b. Bagaimana pengaruh makanan dan lingkungan terhadap kualitas telur puyuh yang
dihasilkan?
c. Bagaimana respon pasar terhadap kebutuhan telur puyuh?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui tahap awal budidaya puyuh.
b. Mengetahui pengaruh makanan dan lingkungan terhadap kualitas telur puyuh yang
dihasilkan.
c. Mengetahui respon pasar terhadap kebutuhan telur puyuh.
1.4 Manfaat
a. Memberikan informasi secara detail kepada pembaca mengenai cara berternak burung
puyuh beserta peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tahap Awal Budidaya Burung Puyuh
Mengawali sebuah usaha yaitu budidaya burung puyuh, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah menentukan lokasi budidaya. Ada
beberapa kriteria dalam penentuan lokasi peternakan puyuh antara lain :
a. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
b. Lokasi mempunyai strategi transportasi
c. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
d. Bukan merupakan daerah sering banjir
e. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Perihal yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya adalah memahami
3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan
pengelolaan usaha peternakan.
2.2.1 Penyediaan Sarana dan Peralatan
a. Persiapan kandang
Budidaya burung puyuh, persyaratan kandang yang baik perlu diperhatikan adalah
temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25oC; kelembaban kandang
berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan
malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak
kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.
Sehingga kondisi kandang tidak lembab.
Ukuran kandang yang digunakan umumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak
puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan.
Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.
Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan
telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai
dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa
membutuhkan luas kandang 200 m2.
Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar
tetapi bisa juga sama.
Kandang untuk anak puyuh/umur stater (kandang indukan)
Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai
umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk
menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan
mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi
alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100
cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak
puyuh).
Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Jenis kandang berikutnya, bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang
untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
2.1.2 Kelengkapan kandang
Perlengkapan yang diperlukan dalam kandang berupa tempat makan, tempat minum,
tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
2.1.3 Penyediaan Bibit
Penyediaan bibit merupakan tahapan yang penting dalam budidaya burung puyuh.
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam
tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau
bebas dari carrier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik
produksi.
d. Telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat
e. menjamin telur tetas yang baik.
2.1.4 Pemeliharaan
Melakukan pemelihan puyuh dengan baik dan benar yaitu sebagai berikut:
a. Kebersihan/Sanitasi dan Tindakan Preventif
b. Menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan
kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan beternak burung
puyuh dengan hasil yang maksimal. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk
puyuh terdiri dari beberapa bentuk yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung.
Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang.
Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi
hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan diberikan terus-menerus.
d. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang
sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk
dokter hewan atau dinas peternakan setempat.
e. Pemberian Vaksinasi
f. Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separuh dari dosis untuk ayam.
Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral).
2.1.5 Hama dan penyakit
Seperti usaha pada umumnya, budidaya burung puyuh ini mengalami beberapa hambatan,
umumnya serangan hama maupun penyakit. Untuk pencegahan ada baiknya kita mengetahui
jenis-jenis hama ataupun penyakit yang sering menyerang unggas ini.
2.1.6 Pemanenan
Tahapan yang paling ditunggu oleh seorang pengusaha adalah saat pemanenan. Seperti
telah disinggung diatas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari budidaya burung
puyuh ini, yaitu :
a. Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi
telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
Bobot rata-rata seekor burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) sekitar 150 gram.
Burung puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 35 hari. Puncak produk dicapai pada
umur lima bulan dengan persentase bertelur rata-rata 76%. Di atas umur empat belas
bulan, produktivitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang dari 50%.
Kemudian sama sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan
(Anggorodi, 1995). Telur puyuh mempunyai nilai kandungan gizi yang tinggi, tidak kalah
dengan telur unggas lainnya. Telur puyuh memiliki kandungan protein 13,1% dan lemak
11,1%, sedangkan telur ayam ras memiliki kandungan protein yang lebih rendah yaitu
12,7% dan kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan telur puyuh yaitu 11,3%
Kadar kolesterol pada telur puyuh 168 mg/butir, bila satu butir beratnya sekitar 9-12 gr,
maka kadar kolesterol telur puyuh per gram telur adalah 16-17 mg kolesterol untuk setiap
gram telur puyuh (Winarno,F.G. 2002).
b. Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran,
tinja untuk pupuk kandang serta bulu puyuh sebagai bahan baku kerajinan tangan.
2.2 Pengaruh Pakan Terhadap Kualitas Produksi Telur Burung Puyuh
Tabel 1. Persyaratan mutu pakan burung puyuh berdasarkan fase pertumbuhan dan
produksinya
No Kandungan Pakan Burung Puyuh
Starter (%) Grower (%) Layer (%)
1. Kadar air (maks.) 14 14 14
2. Protein kasar 24 24 20
3. Lemak kasar 7 7 3,96
4. Serat kasar (maks.) 6,5 7 4,4
5. Kalsium/Ca (min.) 0,9-1,2 0,9-1,2 2,5
6. Fosfor total (min.) 0,6-1,0 0,6-1,0 1
7. Energi termetabolis/ME 2.800 2.600 2.900
8. Aflatoxin (maks.)/ppb 40 40 40
9. Vitamin A (IU/kg) 13.000 13.000 6.000
10. Asam Amino:
Lisin (min.) 1,1 0,8 1
Metionin (min.) 0,4 0,35 0,45
Metionin + sistin (min.) 0,6 0,5 0,8
Sumber: National Research Council (NRC) dalam Pancaputra, 2011.
Secara garis besar produksi telur puyuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
genetik dan faktor luar seperti ransum, kandang, temperatur, lingkungan, penyakit dan stres.
Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah nutrisi yang ada di dalam ransum
yang telah tersusun dari bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak tersebut
(Anggorodi, 1995).
Penentuan dan pengukuran kualitas telur mencakup dua hal yakni kualitas eksterior dan
interior. Kualitas eksterior meliputi berat telur, tebal kerabang, warna kerabang, kebersihan,
bentuk serta ukuran telur (indeks telur), sedangkan kualitas interior meliputi nilai haugh unit
(HU), indeks putih telur, indeks kuning telur dan warna kuning telur.
a. Berat Telur
Berat telur merupakan sifat kualitatif yang dapat diturunkan. Jenis pakan, jumlah pakan,
lingkungan kandang serta besar tubuh induk sangat mempengaruhi berat telur yang
dihasilkan. Kualitas ransum yang rendah juga menyebabkan kecilnya kuning telur yang
terbentuk, sehingga menyebabkan kecilnya kuning telur yang dihasilkan. Hal lain yang
mempengaruhi adalah masa bertelur, produksi pertama dari suatu siklus berbobot lebih rendah
dibanding telur berikutnya pada siklus yang sama (Listiyowati, 1992). Besar telur ditentukan
oleh banyak faktor termasuk genetik, tahap kedewasaan, umur, beberapa obat-obatan, dan
beberapa zat-zat makanan dalam ransum. Faktor yang sangat penting mempengaruhi besar
telur adalah protein dan asam amino dalam ransum yang cukup, dan asam linoleat (Wahyu,
1997).
Tingkat kandungan protein sangat mempengaruhi bobot badan burung puyuh. Kandungan
protein dalam pakan burung puyuh petelur direkomendasikan 20%, sedangkan kandungan
protein 25% akan membuat puyuh cepat mengalami dewasa kelamin.
Tabel 5. Pengaruh tingkat protein dan energi metabolis terhadap bobot badan dan telur burung
puyuh
Persentase
Protein dalam
Pakan (%)
20 25 30 35
Energi Metabolis
(Kkal/kg)2990 2880 2770 2660
Umur (minggu) Bobot Badan (g)
0 6,8 6,8 6,8 6,8
1 14,2 17,2 21,2 30,1
2 27,4 32,0 40,4 44,7
3 48,2 56,9 69,0 67,1
4 76,5 87,2 96,4 94,7
5 99,1 102,6 113,5 111,2
6 118,9 117,6 123,3 115,5
Rata-rata Bobot
Telur (g)8,5 9,5 9,8 9,9
Sumber: Listiyowati, 1992.
b. Kerabang Telur
Telur yang baik yaitu telur yang mempunyai ketebalan kerabang yang kuat sehingga
dapat terhindar dari resiko pecah selama perjalanan. Ketebalan kerabang sangat menentukan
kualitas telur karena dapat melindungi kualitas bagian dalam (Anggorodi, 1985).
Kualitas kerabang ditentukan oleh ketebalan kerabang dan struktur kerabang kemudian
Ca dan P dalam ransum serta vitamin D yang cukup dalam ransum berperan dalam kualitas
kerabang telur. Pembentukan kerabang telur memerlukan pemasukan ion-ion Ca yang cukup
dan ion-ion karbonat untuk pembentukan CaCO3 dari kerabang telur (Wahyu, 1997).
c. Putih Telur
Karakter spesifik terhadap putih telur adalah kandungan protein (lisosom) yang berperan
terhadap kualitas putih telur yang digambarkan pada kekentalan putih telur yang meliputi
putih telur kental dan encer yang merupakan pembungkus dari kuning telur. Ketika telur
pecah diatas kaca, maka terlihat bahwa putih telur kental melekat pada kuning telur dan
menutupi semua permukaan kuning telur (Yuwanta, 2007).
d. Kuning Telur
Warna kuning telur ditentukan oleh pakan yang mengandung karatenoid yang
mempunyai struktur seperti vitamin A. Diantara karatenoid tersebut adalah xantofil dan lutein
(75% pigmen dari luzerne dan 53% jagung kuning) serta zeaxantin (29% pigmen jagung).
Pakan yang mengandung 20 ppm xantofil/kg pakan sudah cukup untuk memberikan warna
kuning telur 10 roche. Pigmen sintetis seperti ester Apo-karotin dapat digunakan untuk
meningkatkan warna kuning telur (Yuwanta, 2007).
2.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Kualitas Produksi Telur Burung Puyuh
Suhu kamar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak
karena berhungan erat dengan tingkat stress pada unggas, suhu kamar pada saat penelitian
rata-rata berkisar 23,64oC-24,71oC. Hal ini didukung dengan pendapat Ensminger (1992) dan
Anggorodi (1985) bahwa angka konversi pakan dipengaruhi oleh faktor-faktor sepert: umur
ternak, bangsa, kandungan gizi pakan, keadaan temperatur dan keadaan unggas. Nilai
konversi pakan yang tinggi bisa disebabkan adanya suhu yang tinggi sehingga terjadi stres
pada burung puyuh, apabila terjadi stres seperti ini berkelanjutan maka produktifitas burung
puyuh akan terganggu, sehingga pada akhirnya pakan yang dikonsumsi tidak dimetabolis
dengan baik. Terganggunya metabolisme dalam tubuh burung puyuh akan menjadikan
ketidakefisienan penggunaan pakan. Tingkat konversi pakan juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti mutu pakan, tata cara pemberian pakan, dan kesehatan ternak yang berkaitan
dengan tingkat konsumsi (Prayuda et al., Tanpa Tahun).
2.4 Respon Pasar Terhadap Kebutuhan Telur Puyuh
Peternakan puyuh secara umum di Indonesia masih berskala kecil sehingga perlu
diusahakan secara komersial dan intensif. Hal ini diperlukan karena adanya pertambahan
penduduk yang terus meningkat, disertai dengan ketertarikan terhadap telur puyuh yang lebih
murah dan tinggi protein dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat. Kebutuhan telur
puyuh selama ini belum mencukupi permintaan pasar, baik dalam bentuk telur segar, telur
olahan dan telur tetas (Anonim, 2015). Harga telur puyuh per kilogram rata-rata lebih tinggi
dibandingkan dengan telur ayam ras. Produksi telur puyuh per tahun mencapai 300 butir per
ekor, dibandingkan ayam kampung yang hanya 150 butir per ekor per tahun (Anonim, 2015).
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk.
Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan
moneter. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun,
namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi
Peternak. Dalam hal ini penetapan harga telur puyuh juga menjadi sangat penting bagi
peternak. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu usaha karena harga
menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh peternak dari penjualan
produknya. Seperti yang diungkapkan oleh Yusdja, dkk (2005) bahwa telur puyuh sangat
potensial untuk dikembangkan terlebih karena konsumsi telur puyuh sudah mulai menyebar
diseluruh kota-kota menengah dan kota besar di pulau jawa. Telur puyuh dapat ditemukan di
pasar tradisional sampai pada pasar modern. Perubahan ini juga turut mempercepat
peningkatan konsumsi telur puyuh. Konsumsi telur puyuh juga banyak diperkenalkan oleh
industri makanan rumah tangga. Selain itu, telur puyuh yang berukuran kecil itu sering
dijadikan bahan tambahan bagi banyak masakan yang popular dikalangan rakyat seperti
pengganti bakso, sate dan makan kecil.
Dalam penentuan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran
sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied Marketing
Research bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu utama yang berkaitan dengan
sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga. Sedangkan pengertian dari
elasitas harga adalah:
1. Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana
kenaikan dibandingkan dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.
2. Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga dibandingkan dengan kenaikan
harga.
3. Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan teman atau
dipengaruhi oleh sales person.
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan Peternak untuk memproduksi suatu
barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan peternak, karena itu untuk
mencapai laba yang diinginkan oleh Peternak salah satu cara yang dilakukan untuk menarik
minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual.
Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga
tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Jika peternak memiliki 700 indukan puyuh dengan asumsi 80% induk dapat bertelur
setiap hari, maka setiap minggu diperoleh sekitar 5.000 butir telur. Harga telur di tingkat
peternak sekitar Rp 200 per butir. Dari telur ini dapat diperoleh omzet sekitar Rp 4 juta per
bulan dan belum termasuk omzet dari menjual bibit burung puyuh. Sebagian telur yang tidak
dijual, telur dapat ditetaskan menggunakan mesin penetas. Telur menetas selama 17 hari di
taruh di mesin. Harga bibit puyuh ini mulai Rp 2.500 untuk yang baru lahir hingga Rp 8.500
untuk yang sudah berusia 45 hari. Puyuh usia 45 ini sudah memasuki usia produktif dan siap
bertelur. Dari penjualan bibit ini, dapat meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan. Bibit
burung puyuh ini tidak dijual ke pasar seperti telur. Tapi dijual langsung ke konsumen-
konsumen yang mau mencoba beternak burung puyuh (Anonim, 2015).
2.4.1 Keuntungan dari menjual telur konsumsi
Keuntungan utama dari memelihara burung puyuh petelur yang pasti adalah
keuntungan dari menjual telurnya. Populasi 1000 ekor puyuh jika sudah mencapai puncak
bertelur biasanya akan menghasilkan rata-rata +/- 850 s/d 900 butir telur perhari atau 85% s/d
90% dari jumlah populasi. Begini perhitungannya, anggap hasil produksi 850 butir perhari,
setara dengan 8,5 kg. Jika dijual butiran di kandang kami laku Rp 300/butir, tapi kalo dijual
kiloan laku Rp 25.000/kg. Selanjutnya akan hitung penjualan secara kilo. Hasil penjualan
telur perhari : 8,5 kg X Rp 25.000 = Rp 212.500. Biaya pakan perhari : 1000 ekor X 23 gram
= 23 kg X Rp 4.500 = Rp 103.500. Keuntungan bersih perhari : Hasil telur Rp 212.500 –
biaya pakan Rp 103.500 – biaya listrik Rp 8.000 = Rp 101.500. Jika 1 bulan : Rp 101.500 X
30 hari = Rp 3.045.000. Jika 1 tahun : Rp 3.045.000 X 12 bulan = Rp 36.540.000 (Anonim,
2015).
2.4.2 Keuntungan dari penjualan kotoran puyuh
Penjualan kotoran puyuh memang tidak begitu mahal, namun dapat pula digunakan
sebagai pemasukan. Perhitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika perhari di
kumpulkan kotoran puyuh bisa mencapai 3/4 karung. Sedangkan per karung kotoran puyuh di
kandang dihargai Rp 4.000/karung. Perhitungannya adalah, 3/4 karung X 30 hari X Rp 4,.000
= Rp 90.000
2.4.3 Keuntungan dari penjualan burung puyuh afkir/tidak produktif
Ini adalah salah satu keuntungan tambahan diakhir periode. Biasanya puyuh yangg
sudah males-malesan bertelur atau bahkan sudah tidak bertelur lagi bisa di jual untuk
dipotong dan dikonsumsi dagingnya. Di kandang sudah ada penadah puyuh afkir/puyuh
pejantan yang bisa dipotong untuk dijual dagingnya. Biasanya puyuh afkir di kandang
dihargai Rp 4.500/ekor. Perhitungannya adalah, Setelah mengalami penyusutan karna
kematian biasanya sisa populasi yg dapat dijual afkirnya hanya 70 s/d 80% dari populasi.
Perhitungan diambil ditengah tengahnya yaitu 75% yaitu 750. 750 ekor X Rp 4.500 = Rp
3.375.000
Jadi estimasi keuntungan beternak puyuh dengan populasi 1000 ekor selama 1 tahun
adalah
a. Keuntungan penjualan telur Rp 3.045.000 perbulan X 6 bulan = Rp 18.270.000
b. Mengalami penyusutan karna kematian dan stress.
Keuntungan penjualan telur Rp 2.820.000 perbulan X 6 bulan = Rp 16.920.000
c. Penjualan kotoran Rp 90.000 perbulan X 12 bulan = Rp 1.080.000
d. Penjualan puyuh afkir = +/- Rp 3,375,000
Total keuntungan perperiode / 1tahun adalah +/- Rp 39.645.000
Modal awal yg dibutuhkan adalah +/- Rp 15,240,000Ini adalah rincian biaya untuk
beternak burung puyuh dengan populasi 1000 ekor
No Jenis pengeluaran
Harga /
biaya Banyaknya Total
1
Pembelian bibit puuyh usia 1
hari. @ Rp 2,700 1200 ekor Rp 3,240,000
2
Biaya pembuatan kandang
DOQ s/d Grower.
@ Rp
250,000 5 kandang Rp 1,250,000
3
Biaya pembuatan kandang
Layer.
@ Rp
325,000 12 kandang Rp 3,900,000
4
Persiapan pakan sejak DOQ
sampai Layer. @ Rp 5,150 1,200 ekor Rp 6,180,000
5 Biaya obat-obatan dan listrik. Rp 670,000
Total keseluruhan Rp 15,240,000
Salah satu permasalahan pemeliharaan ternak khususnya puyuh di daerah panas adalah
rendahnya konsumsi dan tingkat cekaman yang membuat performa produksi menjadi lebih
rendah. Pada daerah tropis, cekaman panas merupakan stressor utama yang mempengaruhi
produksi unggas dan menyebabkan respon perilaku dan kondisi fiologis Cekaman lingkungan
panas akan menyebabkan burung puyuh mengalami cekaman sehingga produksi telur dan
kualitas telur menurun (Listiyowati & Roospitasari 1992), tingginya mordibiti, mortalitas,
menekan kekebalan tubuh, menurunkan efisiensi ransum dan pertumbuhan (Utomo et al.,
dalam Siegel 1995).
Kenaikan suhu lingkungan menurunkan ukuran telur dan kualitas kerabang telur. Ukuran
dan bobot telur menentukan ukuran kuning telur dan albumen, sekitar 22 – 25 % dari bobot
telur merupakan kuning telur (Afria, Tanpa Tahun).
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dibuat, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah
sebagai berikut:
a. Tahapan awal untuk budidaya puyuh yaitu penentuan lokasi, persiapan sarana prasarana
yang dibutuhkan seperti pembuatan kandang dan kelengkapan kandang, penyediaan bibit,
pemeliharaan hama dan penyakit.
b. Suhu kamar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas ternak karena
berhungan erat dengan tingkat stress pada unggas, suhu kamar pada saat penelitian rata-
rata berkisar 23,64oC-24,71oC.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur burung puyuh adalah umur ternak,
kandungan gizi pakan, keadaan temperatur dan keadaan unggas.
d. Nilai konversi pakan yang tinggi bisa disebabkan adanya suhu yang tinggi sehingga terjadi
stres pada burung puyuh, apabila terjadi stres seperti ini berkelanjutan maka produktifitas
burung puyuh akan terganggu, sehingga pada akhirnya pakan yang dikonsumsi tidak
dimetabolis dengan baik.
e. Tingkat konversi pakan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti mutu pakan, tata
cara pemberian pakan, dan kesehatan ternak yang berkaitan dengan tingkat konsumsi bagi
burung puyuh.
f. Permasalahan pemeliharaan ternak khususnya puyuh di daerah panas adalah rendahnya
konsumsi dan tingkat cekaman yang membuat performa produksi menjadi lebih rendah.
Pada daerah tropis, cekaman panas merupakan stressor utama yang mempengaruhi
produksi unggas dan menyebabkan respon perilaku dan kondisi fiologis Cekaman
lingkungan panas akan menyebabkan burung puyuh mengalami cekaman sehingga
produksi telur dan kualitas telur menurun.
g. Penjualan dapat dilakukan dengan menjual telur yang dihasilkan oleh burung puyuh, atau
dapat juga menjual kotoran burung puyuh dan menjual burung puyuh yang tidak produktif.
h. Estimasi keuntungan beternak puyuh dengan populasi 1000 ekor selama 1 tahun yaitu:
Keuntungan penjualan telur Rp 3.045.000 perbulan X 6 bulan = Rp 18.270.000
Mengalami penyusutan karna kematian dan stress.
Keuntungan penjualan telur Rp 2.820.000 perbulan X 6 bulan = Rp 16.920.000
Penjualan kotoran Rp 90.000 perbulan X 12 bulan = Rp 1.080.000
Penjualan puyuh afkir = +/- Rp 3,375,000
Total keuntungan perperiode / 1tahun adalah +/- Rp 39.645.000
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. http://finance.infoguna.com/2014/11/analisa-keuntungan-bisnis-telur-
burung.html#ixzz3U4IXjNQJ
Diambil pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 16.40 WIB
Anonim. 2015. http://peluangusaha.kontan.co.id/news/burung-puyuh-telurnya-habis-diserap-
pasar-1
Diambil pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 17.10 WIB
Anonim. 2015. http://www.distributornasamalang.com/2012/09/beternak-puyuh.html
Diambil pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 17.35 WIB
Afria, Ayu., Sjofjan, O., dan Widodo, E. Tanpa Tahun. Effect of Addition of Choline Chloride
in Feed on Quail (Coturnix Coturnix Japonica) Production Performance.Malang:
Universitas Brawijaya.
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Listiyowati, E. & Roospitasari K. 1992. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersial.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Pancaputra. 2011. Pedoman Pembibitan Burung Puyuh yang Baik (Good Breeding Practice).
Jakarta: Direktorat Perbibitan Ternak.
Prayuda, Sudjarwo dan Hamiyanti. Tanpa Tahun. Pengaruh Penambahan Tepung Darah
pada Pakan Terhadap Konsumsi Pakan, Produksi Telur dan Konversi Pakan Burung
Puyuh (Cortunix cortunix japonica). Malang: Jurusan Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya.
Siegel HS. 1995. Stress, strains and resistance. Br Poult Sci. 36:3-22.
Utomo, DB., Mitchell, MA., and Whitehead CC. 1994. Effect of α-tocopherol
supplementation on plasma egg yolk precursor concentrations in laying hens exposed to
heat stress. Br Poult Sci. 38:828.
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Winarno,F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusdja. 2005. Berbagai Peluang Usaha Bidang Peternakan Perkebunan/ Budidaya-Burung
puyuh. Jakarta: Penebar Swadaya
Yuwanta, T. 2007. Telur dan Produksi Telur. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.