93
Umang-Umang atawa Orkes Madun 2 Karya Arifin C. Noer Catatan: Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation ISBN 979-541-119-5. Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya. Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itu pun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya. Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang. DRAMATIC PERSONALE WASKA BOROK RANGGONG BIGAYAH DEBLENG GUSTAV JAPAR BUANG NABI-NABI EMBAH EMBAH PUTRI SENIMAN/JONATHAN TUKANG JAMU TUKANG SEKOTENG TUKANG KUE TUKANG PIJAT ANAK KECIL JURU KUNCI ANAKNYA ENGKOS DAJJAL DAN LAIN-LAIN

Umang umang atawa orkes madun 2

Embed Size (px)

Citation preview

Umang-Umang atawa Orkes Madun 2

Karya Arifin C. Noer

Catatan: Naskah ini diketik ulang dari buku kumpulan naskah drama Orkes Madun

yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus bekerjasama dengan Yayasan

Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation ISBN 979-541-119-5. Publikasi naskah

ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan

referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang

membutuhkannya. Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar

membeli buku terkait. Itu pun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya.

Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya.

Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini,

sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang.

DRAMATIC PERSONALE

WASKA

BOROK

RANGGONG

BIGAYAH

DEBLENG

GUSTAV

JAPAR

BUANG

NABI-NABI

EMBAH

EMBAH PUTRI

SENIMAN/JONATHAN

TUKANG JAMU

TUKANG SEKOTENG

TUKANG KUE

TUKANG PIJAT

ANAK KECIL

JURU KUNCI

ANAKNYA

ENGKOS

DAJJAL

DAN LAIN-LAIN

BAGIAN PERTAMA

LONCENG DUA KALI

ROMBONGAN WASKA LEWAT

KOSONG

LONCENG DUA KALI

ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK) LEWAT

KOSONG

LONCENG DUA KALI

ROMBONGAN WASKA (MAKIN BANYAK LAGI) LEWAT

KOSONG

ROMBONGAN WASKA MAKIN BANYAK MUNCUL TAK EBRATURAN UNTUK

KEMUDIAN MENYEBAR MENYELINAP MENJAUHI PENTAS. SIKAP MEREKA

MENGESANKAN SEDANG MENGINTIP. KOSONG DENGAN BUNYI DETIK

LONCENG.

LONCENG DUA BELAS KALI.

BERSAMAAN DENGAN ITU MUNCUL WASKA

SENAR MENANGGALKAN PERAN WASKA

SEMAR

Apakah yang sedang terjadi atau telah terjadi, para penonton? Atau sedang apakah

aktor-aktor atau aktris-aktris tahadi? Mungkinkah mereka titik titik titik? Atau

barangkali mereka titik titik titik? Jawabnya; mungkindan barangkali. Atau? Atau?

Dan seterusnya masih banyak lagi deretan pertanyaan untuk adegan yang barusan

tadi.

Nah, saya, Semar. Pemimpin rombongan sandiwara ini tanpa tedeng aling-aling

ingin menjelaskan dan membuka segala sesuatunya apa adanya. Para penonton,

percayahlah dan yakinlah bahwa mereka tadi sedang dalam perjalanan di pimpin

oleh seorang penjahat besar, bernama Waska, yang kebetulah saya mainkan sendiri

sekaligus menyutradari. Lantas, perjalanan kemanakah, para penonton?

Jawabannya: tontonlah sandiwara ini.

ENGKOS (yang sedang mengintip)

Waska, kita sudah tujuh jam mengintip nonstop. Bagaimana seterusnya?

WASKA

Betul-betul anjing kurapan budak setan. Nggak sabaran. Mana bisa dia menjadi

penjahat besar tanpa memiliki ketahanan menghadapi waktu.

SAMBIL MELUDAH, WASKA MENDEKATI ENGKOS YANG SEDANG

MENGINTIP

WASKA

Tanya apa kamu?

ENGKOS

Tanya….

WASKA

Cuah!

SETELAH MELUDAHI, WASKA PUN BERANJAK DARI ANAK BUAHNYA ITU.

SEMAR

Yang maki-maki dan meludahi tadi, Waska. Bukan saya. Terus terang saya pribadi

nggak suka pada Waska

ANAK KECIL

Oom Semar! Oom Semar! Nih, rokoknya, dan ini uang kembaliannya.

SAMBIL LALU SEMAR MENERIMA ROKOK DAN UANG ITU

SEMAR

nah, penonton. Dalam menonton ini sandiwara janganlah sekali-sekali ketawa,

apalagi berlebihan, tapi saksikanlah dengan serius. Ikutilah lakon ini secara teliti.

Tapi juga jangan sekali-sekali mendugaduga yang aneh-aneh atau ngaeng-ngaeng,

karena sandiwara ini sama sekali bukanlah teka-teki, juga bukan batu akik. Nah,

permisi sebentar, saya akan memainkan peran Waska lagi.

WASKA

Ranggong!

RANGGONG

Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas

WASKA

Debleng!

DEBLENG

Di sini, Waska. Di balik tong sampah

WASKA

Gustav!

GUSTAV

Di bawah jembatan, Waska

WASKA

Borok!

BOROK

Gua di kuburan cina, Waska

WASKA

Japar!

JAPAR

Aku dalam bus kota, orang tua!

WASKA

Engkos!

ENGKOS

Engkos tadi sudah di ludahi, Waska

WASKA

Keluar sebentar, bajingan. Ke sini!

ENGKOS MENDEKATI WASKA DENGAN LANGKAHNYA JONGKOK ALA

KRATON JAWA ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN MENYALA

AMARAH WASKA

WASKA

Apa-apaan kamu!?

(Engkos terus ngesod)

Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing!

(Engkos terus ngesod)

Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing!

(Engkos terus ngesod dan waska terus

menghindar) Berdiri, babi! Berdiri!

ENGKOS

Hormatku, Waska. Hormatku. Kagumku, Waska, kagumku. Setiaku, Waska,

setiaku.

WASKA

Jadi betul-betul kamu anjing! Kamu robek-robek dirimu sendiri!?

ENGKOS

Waska, Waska, Waska….

WASKA

Kamu sendiri yang minta diludahi, Engkos.

Kamu sendiri yang minta dicambuk, Engkos

Kamu sendiri yang minta dirajam, Engkos

Kamu sendiri yang minta dibandem, Engkos

ENGKOS (Kasmaran)

Waska, Waska,

Waska…..

SAMBIL MELUDAHKAN SEDERET KATA-KATA UMPATAN, WASKA

MELEMPARI ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA YANG DIDAPAT. DAN

ENGKOS MERASAKANNYA DENGAN NIKMAT SEKALI. EKSTASE!

(BAJINGAN!)

ORANG-ORANG YANG TADI SEDANG MENGINTIP KINI JADI TERTARIK

AKAN ADEGAN ITU DAN

MUNCULLAH SEORANG DEMI SEORANG DAN MENDEKATLAH MEREKA

SEORANG DEMI SEORANG,

SELALU: YANG SATU MENIRU YANG LAIN. DAN SELANJUTNYA, ASYIKLAH

MEREKA MENONTON, LALU

SALAH SEORANG MENGAMBIL KENDANG DAN MENABUHNYA. LALU YANG

LAINNYA MENGAMBIL

KENDANG YANG LAIN DAN MENABUHNYA, YANG LAINNYA. YANG

LAINNYA. BEGITULAH, SEHINGGA

TERCIPTALAH SUATU ORKES PERKUSI DENGAN TONTONAN YANG SAMA

SEKALI MENGINGATKAN SEEKOR ANJING YANG DIBANDEM TUANNYA

LANTARAN ANJING ITU TELAH MEMAKAN BINATANGBINATANG

KESANYANGANNYA YANG LAIN.

TIDAK CUKUP SAMPAI DI SITU, ORANG-ORANG YANG TIDAK PUNYA

KENDANG KINI IKUT MELEMPARI ANJING ITU DAN ANJING ITU SEMAKIN

MERASA NIKMAT DENGAN PENDERITAANNYA DAN KESAKITANNYA.

MEREKA BARU BERHENTI KETIKA ENGKOS SUDAH ENGGAN BERKUTIK

SAMA SEKALI, SEMUA SAMA KECAPEKAN. WASKA LUNGLAI MENYINGKIR

JAUH DARI MEREKA DAN REBAH TERLENTANG. SELANJUTNYA ISTIRAHAT

DAN ATUR NAPAS.

SETELAH BEBERAPA SAAT ISTIRAHAT, BEBERAPA ORANG

MENGUBURKAN MAYAT ITU, DAN SALAH SEORANG WANITA

MENANGISINYA….

DEBLENG

Betapa pun hina dinanya orang yang ada dalam kubur ini, Tuhan, namun terimalah

dia. Barangkali ia hanyalah serbuk kayu, barangkali ia hanyalah arang, barangkali

ia hanyalah daki, barangkali ia hanyalah karat pada besi tua, namun tak bisa di

pungkiri ia adalah milikMu, mahlukMu, maka terimalah ia kembali dalam

rahasiaMu.

Kejahatan yang telah dilakukan orang dalam kubur ini betul-betul kelewatan,

Tuhan. Ia telah menghina dirinya habis-habisan. Sekali lagi, Tuhan, terimalah ia

karena Engkau pun tahu kami tak bisa menyimpannya. Amien.

ANAK KECIL MENYODORKAN SEGELAS AIR PUTIH DAN DEBLENG

MENERIMANYA DAN MENEGUKNYA TIGA KALI TEGUKAN

WASKA

Ranggong!

RANGGONG

Saya, Waska!?

WASKA

Sebentar lagi kumpulkan semua orang

RANGGONG

Di sini,Waska?

WASKA

Kalau mungkin dan kalau sempat, hubungi juga para sesepuh kita dan bawa ke sini.

Para pelacur yang masih melayani tamu-tamunya biar menyusul belakangan, asal

kamu beritahu juga. Lalu kalau kebetulan ketemu Borok, bilang padanya saya tidak

sabar menunggu jamu yang dijanjikannya.

RANGGONG

Baik, Waska.

WASKA

Rasanya saya ahrus menceritakan rencana besar saya sekarang juga. Saya kira

inilah malamnya.

Hampir setengah abad saya nantikan malam serupa ini, angina serupa ini,

ketetapan hati serupa ini. Tuhan, impian besar dan spektakuler itu telah

mengganggu selera makanku, telah mengganggu tidurku, telah mengganggu selera

syahwatku selama hampir setengah abad. Ranggong….

RANGGONG

Ya, Waska

WASKA

Kamu gagah laksana golok. Tapi kamu juga indah laksana fajar. Kamu memang

golokku danb fajarku. Sudah berapa lama kamu menjadi perampok?

RANGGONG

Tepatnya lupa, Waska. Seingat saya selepas sekolah dasar saya sudah mulai

mencuri kecil-kecilan dan sekarang umur saya lebih empat puluh tahun

WASKA

Pengalaman penjara?

RANGGONG

Tiga kali tiga tempat

WASKA

senior kamu, Ranggong. Dan itu artinya kamu bisa mengambil alih peran lebih

besar dalam impian saya itu. Kawin?

RANGGONG

Tidak, Waska, seperti kamu juga.

WASKA

Sempurna. Kamu roang kedua setelah Borok. Persis seprti impian saya. Ya, ya.

Kamu dan Borok seperti tangan kanan dan tangan kiri seperti busur dan anak

panahnya, lengkap.

RANGGONG

Kalau boleh tahu, Waska.

WASKA

Yang pokok boleh. Detil nanti kalau semuanya sudah datang

(Sebentar ia menikmati rokoknya dulu)

Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin suatu operasi besar secara

simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-habisan. Paling

sedikit 130 bank yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan

ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di kota ini, akan kita gedor secara

serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-

anak lapar dan dahagaa sudah menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan

mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan

menggetarkan para nabi dan malaikat.

SENYUM DAN PANDANGAN YANG MEMANCANGKAN IMPIAN PADA WAJAH

RANGGONG SEOLAH MENYEBABKAN TUBUHNYA MEMBEKU UNTUK

BEBERAPA SAAT.

WASKA

Kamu suka rencana itu?

RANGGONG

Suka sekali, Waska. Suka sekali. Sekarang bahkan saya sudah membayangkan

bagaimana saya melaksanakan tugas-tugas saya.

(Sekarang justru waska yang membeku. sidekap. Tersenyum)

Kenapa, Waska?

(Ranggong merasa cemas sekali akan keadaan

pemimpinnya) kamu sakit, sakit lagi, Waska!?

SENYUM ITU SEMAKIN LEBAR, TAPI WASKA SEMAKIN MEMBEKU.

BEBERAPA ORANG YANG LAIN MUNCUL MENDEKATI

DEBLENG

Waska

JAPAR

Waska

GUSTAV

Waska

JAPAR

Dulu ia pernah penyakitan begini, tapi nggak pake senyum kayaknya

DEBLENG LALU MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA, TAPI

WASKA TETAP TIDAK BEREAKSI

SAMA SEKALI. MELIHAT KEADAAN TUANNYA YANG LUAR BISAA INI,

SEGERA SAJA ORANG-ORANG SAMA MENGGUNCANG-GUNCANGKAN

TUBUH WASKA. SEMUANYA DILIPUTI KECEMASAN

ORANG-ORANG

Waska, waska….

BETUL-BETUL WASKA KAYAK MAYAT-SENYUM SAJA. SAMA SEKALI

NGGAK BEREAKSI, DIGUNCANGGUNCANG, DITARIK SANA, DITARIK SINI,

DIBARINGKAN, DIBERI MINUM DAN SETERUSNYA. SEMUA USAHA ALHASIL

SIA-SIA

JAPAR

Lebih baik dia tidur dulu. Biar tenang. Barangkali jantungnya. Barangkali dia

sedang menderita suatu jenis penyakit kekejangan yang baru

MAKA DIBARINGKANNYA ITU WASKA, DAN ORANG-ORANG CUMA

MENGAMATINYA SAJA. TIBA-TIBA

WASKA DUDUK TAPI TETAP MEMBEKU. DAN ORANG-ORANG PUN

BERTAMBAH HERAN DAN GANJIL

DEBLENG

Saya kira dia siuman

GUSTAV

Napasnya lebih besar dari penyakitnya

JAPAR

Saya bilang biarkan ia tidur

RANGGONG

Saya takut dia mati

JAPAR

Kalau mati, kenapa?

RANGGONG

Siapa yang akan memimpin kita?

GUSTAV

Gampang itu. Kita berantem dulu, pilih yang paling jagoan

RANGGONG

Gampang. Kamu kira kamu mampu memimpin saya dan teman-teman semua?

GUSTAV

Biar saja, apa susahnya?

RANGGONG

Lalu yang melaksanakan rencana besarnya siapa? Kamu?

GUSTAV

Kamu kira siapa?

RANGGONG

Kamu tahu rencana besarnya?

GUSTAV

Nggak

RANGGONG

Tahu saja nggak, mana bisa mengerjakan rencana besar itu

JAPAR

Dia belum tidur juga

RANGGONG

Kalau sampai satu hari saja dia membeku seperti ini bisa gawat dunia

JAPAR

Kita paksa saja supaya matanya merem

KARENA ORANG-ORANG MENYETUJUI USULNYA, LALU JAPAR MENCOBA

MENGATUPKAN KELOPAK

MATA WASKA SUPAYA MEREM. TIBA-TIBA WASKA BANGKIT TERJAGA

DAN WASKA MENYEMBURKAN

LUDAHNYA PADA JAPAR SAMBIL MENGUMPAT. BEGITULAH SAMBIL

MENYEMBUR, TAK LUPA WASKA MELUNCURKAN KATA-KATA MAKIAN

DAN SEMUA ORANG PUN TANPA KECUALI KEBLINGSATAN

MENINGGALKAN PENTAS.

SEMAR

Sebagian orang menganggap tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua

setengah sinting, eksentrik kayak seniman besar. Sebagian lagi menganggap

penyakitnya itu sebagai guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau

musuhnya. Tapi sebagian lagi menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang

bercakap-cakap dengan ‘Yang Maha Kuasa’ mengingat kedudukannya nyaris

sebagai nabi. Saya sendiri sebagai Semar yang memerankan tokoh itu Cuma

menganggapnya sebagai tokoh yang sangat kocak yang sadar akan kekocakannya

serta kekocakan lingkungannya. Nah, saya teruskan lagi. Sebentar.

SEBENTAR WASKA TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LAGI

MENDENGKUR. SESEORANG MUNCUL, TENGOK KANAN KIRI LALU BARING

LALU TIDUR LALU MENDENGKUR. LAINNYA. LAINNYA. BEGITULAH

AKHIRNYA TEMPAT YANG TIDAK BEGITU LUAS. TABUHLAH. BAWA BATU-

BATU DAN PUKUL-PUKULKANLAH.

SEMAR

Lihatlah, betapa memedihkan keadaan gerombolan penjahat-penjahat itu ketika

pemimpinnya hilang tak tentu rimbanya. Nampak jelas sekali mereka pun

memerlukan seseorang yang bisa mereka mitoskan demi keseimbangan jiwa-jiwa

mereka.

TIGA (Berseru)

Waska ada dalam gerbong

EMPAT (Berseru)

Waska sedang tidur dalam gerbang

LALU SEMUA ORANG SAMA-SAMA MASUK KE GERBONG TUA ITU. DAN

SEMENTARA PENTAS KOSONG LEWATLAH SENIMAN YANG BERBARET

BERSYAL ITU SAMBIL MENGGESEK BIOLANYA.

LALU SEORANG IBU MUNCUL

IBU SATU

Toto! Toto! Di mana kau, Toto? Pulanglah Toto

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL

IBU DUA

Titi! Titi! Di mana kau, Titi? Pulanglah Titi

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL

IBU TIGA

Somad, sudah malam, Somad. Pulang, Somad

LALU MUNCUL ANAK KECIL

ANAK KECIL (Sambil lari)

Bapak anjing! Ibu anjing! Gua gak mau pulang!

LALU SENIMAN LEWAT LAGI DENGAN GESEKAN BIOLANYA. LALU SATU-

SATU KELUAR DARI GERBONG

TUA ITU UNTUK SELANJUTNYA DUDUK ATAU BERDIRI ATAU BERBARING

ATAU JONGKOK ATAU

NAGKRING ATAU APALAH YANG PENTING SEMUA ORANG MEWARTAKAN

KESEDIHAN. YA,

KESEDIHAN DAN KECEMASAN SEDANG MELANDA MEREKA. PADA SEMUA

WAJAH TERCACAR ‘HARI DEPAN YANG KABUR’ BAHKAN ‘HARI DEPAN

YANG MENAWARKAN BENCANA’ BEGITULAH UNTUK BEBERAPA SAAT

KEADAAN HENING BENING.

TIBA-TIBA JAPAR YANG KURUS-TINGGI-GEPENG MUNCUL SAMBIL

MELANTANGKAN TANGISNYA YANG NGGAK KEPALANG TANGGUNG.

SEMUA MUNCUL LAGI. DEBLENG YANG MERANGKULNYA SAMBIL

MENANGIS SEHINGGA TERCIPTALAH DUET TANGIS.

JAPAR

Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?

DUET LAGI

DEBLENG

Dia pemimpin lebih dari pemimpin. Sedemikian besar kharismanya, sehingga

wajah serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang

bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana

matahari.

DUET LAGI. YANG LAIN-LAIN CUMA MENGANGGUK-ANGGUK KETIKA

PERCAKAPAN TADI SAMBIL MENAHAN TANGIS MENYIMPANNYA DALAM

DADA

JAPAR

Kalau dia mati, siapa yang akan memarahi kita? Kalau dia mati siapa yang akan

mencaci kita? Kalau

dia mati, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan…

DUET LAGI

DEBLENG

Waska

JAPAR

Waska

SEMUA

Waska

RANGGONG

Tawakal, tawakal, seperti kata Waska sendiri

BOROK

Sabar, sabar, seperti kata Waska sendiri

GUSTAV

Tuhan Maha Kuasa. Dari tanah kembali tanah

EMPAT (Marah)

Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia belum mati

GUSTAV

Maaf, Buang. Saya khilaf. Soalnya, kalian bersedih sedemikian rupa hingga

kayaknya Waska sudah menjadi mayat

RANGGONG

Berhentilah menangis, berhentilah menangis

BUANG

Menangislah dalam batin kalau bisa. Lebih sopan dan lebih intelek dan lebih tinggi

derajatnya.

TERISAK-ISAK. DUET TANGIS LAGI. KINI ORANG-ORANG SEMUA

MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLANYA.

LALU MUNCUL ROMBONGAN PARA NABI. MEREKA TURUN DARI LANGIT

DENGAN SEBUAH KENDARAAN ANGKASA YANG TERBUAT DARI BATANG

POHON KELAPA. MENYAKSIKAN PADUAN TANGIS YANG SIMFONIK

HAIBAT ITU. PARA NABI PUN TERHERAN-HERAN.

NABI

Ada apa, saudara?

TAK SEORANG PUN MENGHIRAUKAN

NABI

Ada apa, saudara?

GUSTAV (Berseru)

Hentikan sebentar tangismu, teman-teman, ada yang mau bicara!

ORANG-ORANG PUN BERHENTI MENANGIS

GUSTAV

Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?

NABI

Kenapa kalian menangis dan tangis kalian sedemikian rupa sehingga kedengaran

sampai di lapisan langit ketujuh

NABI

Malahan semesta raya hanya berisi tangis dan nestapa dengan tangis kalian

JAPAR

Kami menangis lantaran sedih

NABI

Kenapa sedih?

JAPAR

Kami sedih karena, karena…

DEBLENG

Karena Waska! (Lalu menangis)

JAPAR

Karena Waska! (Lalu menangis)

NABI

Kenapa Waska?

GUSTAV

Waska, pemimpin besar kami, pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit.

Bahkan pada detikdetik ini ia sedang dalam keadaan inkoma, sakaratulmaut

NABI

Kalian kelewatan, betul-betul kelewatan. Tuhan, am punilah mereka karena mereka

menangisi Waska

DEBLENG/JAPAR

Ya, kami menangisi Waska

NABI

Waska, kalian tangisi?

NABI

Nggak masuk akal. Nggak masuk akal

NABI

Waska? Orang macam itu?

GUSTAV

Orang katamu? Dia lebih dari orang

RANGGONG

Orang katamu? Dia raja. Dia pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga

adalah sebuah kendi air di suatu jalanan lengang di suatu desa yang tandus. Dan

Tuhan pun tahu tangis kami adalah ucapan spontan terima kasih kami

NABI

Saudaraku,

RANGGONG

Pandanganmu ingin mengatakan bahwa Waska adalah tokoh jahat dan karenanya

tidak patut ditangisi. Tuhan, apakah benar saya nggak boleh menangisi orang yang

telah membantu banyak orang itu?

NABI

Tetapi…

BOROK

Nggak pakai tetapi! Kalau kalian merasa ganjil atau merasa tidak terlibat dalam

peristiwa ini, lebih baik duduk saja menonton. Gustav!

GUSTAV

Saya, Borok

BOROK

Jamu mereka dan layani

GUSTAV

Akan saya layani, Borok

NABI

Kami tidak minum-minum minuman keras

BOROK

Saya tahu. Duduk saja. Kalian akan disuguhi wedang jahe dan bandrek

NABI-NABI DUDUK MENONTON DAN KALAU MAU BOLEH SAJA DUDUK DI

KURSI-KURSI PENONTON

GUSTAV

Teman-teman, marilah kita teruskan tangis kita

SEMUA

Mari!

KEMBALI SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLA. LALU

SEORANG TUKANG SEKOTENG LEWAT

SEKOTENG

Ada apa, Buang?

BUANG

Waska sakit

SEKOTENG

Pak Waska, maksudmu?

BUANG

Ya, pak Waska

LALU MENANGISLAH PAK SEKOTENG SETELAH MENELANTARKAN

SEKOTENGNYA

SATU

Nggak nengok dulu di gerbong?

SEKOTENG

Nggak usah. Cukup. Cukup. Saya bisa membayangkan

ANAK KECIL MUNCUL

BUANG

Mau

kemana?

ANAK KECIL

Ya, ada apa? Ada apa? Kok orang-orang tua nangis?

BUANG

Waska sakit

ANAK KECIL

Babe maksud

lu!?

BUANG

Ho-oh

ANAK KECIL

Ah, masak! Tadi gua masih beliin dia rokok

SATU

Masak! Naiklah ke gerbong dan tengok lagi ngapain dia

LALU ANAK KECIL ITU NAIK MASUK KE DALAM GERBONG. SEBENTAR

KEMUDIAN IA MUNCUL LAGI SEPERTI YANG KENA SIMA

SATU

Diberi tahu mendebat. Anak sialan

BUANG

Kenapa kamu?

ANAK KECIL

Kok wajahnya jadi kecil!?

BUANG

Karena dia sakit

DAN MENANGISLAH ANAK KECIL ITU. DAN MUNCUL TUKANG JAMU

DIIKUTI GADIS PENJAJA KUE SI JAMU

Ada apa? Kok nangis semua?

BUANG

Waska sakit

SI JAMU

Pakde?

SI KUE

Aki?

BUANG MENGANGGUK

SI JAMU (Menangis bersama-sama)

Aduh….

DAN TANGIS PUN SEMAKIN RAMAI BAGAIKAN KONKURS

DEBLENG (Berseru)

Sebentar, teman-teman, sebentar. Marilah kita berhenti menangis sebentar

(Semua berhenti menangis, seniman memetik-metik senar biolanya)

Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan dulu sebelum kita menangis atau apa

SEMUA TERSEGUK

DEBLENG

Coba, kalau kita semua menangis siapa yang mengurusi Waska? Siapa yang

melayaninya? Siapa yang memijat-mijat kakinya?

SI JAMU

Siapa yang manghapus keringat di wajahnya yang tua itu?

ANAK KECIL

Siapa yang menyuapinya?

DEBLENG

Coba camkan. Coba pikirkan

GUSTAV

Menurut pendapat saya pribadi dengan menangis, kita sudah melakukan segala-

galanya

SENIMAN

Karena pada saat ini menangis hampir merupakan suatu atau salah satu bentuk

ekspresi yang jarang digunakan atau kurang disukai orang, belakangan ini kita lebih

senang menertawai daripada menangis. Barangkali karena kita terlalu jenuh

menangis, terlalu jenuh menderita atau apalah dan kita lebih suka ketawa habis-

habisan. Dan keadaan ini telah didukung secara mutlak dan merata di kalangan

para seniman. Tetapi kita semua tahu bagi seniman, menangis memang suatu sikap

yang kurang ‘agung’ kecuali apabila tangis itu disaring sedemikian rupa dan

sebaliknya ketawa tanpa batas bagi mereka merupakan bentuk pernyataan

perasaan yang lebih terhormat, lebih intelek. Dan kita memang sama tahu,

seniman-seniman adalah golongan semau gue sementara mereka menganggap diri

mereka adalah segala-galanya. Dan dalam beberapa hal – kalau mereka mau

mengakui – sikap seniman-seniman ini pada hakekatnya nyaris suatu sikap

kebangsawanan yang kenes dengan sedikit unsur kebuasan yang terselubung

GUSTAV

Demikianlah keadaan kita dan saya tidak mau meneruskannya dan saya tidak mau

ikut arus yang penuh dengan sikap cemooh ini. Saya masih bisa menangis. Jadi,

sekali lagi, bagi saya, baik sebagai manusia mau pun sebagai tukang jambret, saya

menganggap dengan menangis saya telah melakukan segala-galanya

DEBLENG

Kamu juga pake segala-galanya kayak seniman

GUSTAV

Segala-galanya, segala-galanya

DEBLENG

Jadi kita cukup hanya menangis saja sambil membiarkan Waska pemimpin kita

bertambah parah sakitnya? Kita cukup hanya menangis saja sementara Waska

barangkali memerlukan layanan kita?

SI JAMU

Pakde… pakde….

BUANG

He, jangan menangis dulu. Kita baru saja mendiskusikan apakah kita boleh

menangis, apakah tika boleh ketawa, apakah…

SI JAMU

Aku tidak peduli, Pakde….

DEBLENG

Saya ulangi kritik saya! Apakah cukup menangis saja sementara Waska barangkali

memerlukan layanan kita?

BUANG

Barangkali, barangkali kita bisa menangis sambil membayangkan seakan-akan kita

juga sedang melayani beliau?

DEBLENG

Membayangkan?

BUANG

Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang

SEKOTENG

Ya, cukup membayangkan saja perbuatan baik kita seperti umumnya banyak orang

DAN ORANG-ORANG PUN SAMA MENGANGGU-ANGGUK

ORANG-ORANG

Boleh juga, boleh juga….

LALU SEMUA MENCOBA MENANGIS DAN MEMBAYANGKAN HAL ITU. DAN

TIBA-TIBA SEMUA DIKEJUTKAN OLEH SUARA LANTANG BIGAYAH

BIGAYAH

Tarkeniiiiii! Mana perempuan kolokan itu!?

BUANG

Dia nggak ada di sini, Bigayah

SATU

Maaf, Bigayah. Bicaranya jangan keras-keras

BIGAYAH

Apa? Jangan keras-keras? Kamu siapa? Hansip baru? Tukang beca baru? Copet

baru? Garong baru? Tamu baru? Seniman baru?

SATU

Saya tukang pijat baru, Bigayah

BIGAYAH

Ya, tapi baru, kan?

SATU

Baru satu bulan, Bigayah

BIGAYAH

Tapi kok situ berani melarang saya bicara keras padahal bicara keras itu adat saya

dan di stasiun tua ini, adat serta kepribadian sangat dijunjung tinggi? Kok berani?

SATU

Saya berani karena….

SEMUA

Sssst

SATU

Karena

SEMUA

Ssst

SATU

Kenapa?

SEMUA

Sssst

SATU

Biarkan saya menjelaskan, teman-teman, supaya…

SEMUA

Sssst

SATU

Barangkali saja soal cinta atau soal wanita bisa menentramkan atau mengurangi

sakit Waska

BIGAYAH

Cinta? Wanita? Waska? Sakit? Apa hubungan semua itu?

(Tergantung)

Ayo, jangan

bisu!

SATU

Bigayah, pacarmu Waska saat ini sedang dalam keadaan sakaratul maut dalam

gerbong tua itu

BIGAYAH

Jangan bicara sembarangan ya? Saya orang kuat di sini

SATU

Betul, Bigayah, kami berkumpul di sekitar gerbong tua karena di dalam gerbong itu

Waska sedang berkelahi dengan ajalnya

BOROK (Memukul-mukul kepalanya

sendiri) Modar! Modar!

RANGGONG

Ada apa, Borok?

BOROK (Sambil berjalan)

Saya lupa membawa jamu itu

BIGAYAH

Kamu tidak bohong? Waska, kekasihku sedang sakit?

SATU

Percayalah saya seperti saya ini seorang bayi

BIGAYAH (Sambil berlari)

Waskaaa!

JAPAR

Jadi bagaimana kseimpulan diskusi kita?

GUSTAV

Sampai tetes airmata yang penghabisan, kita teruskan tangis kesedihan kita

DEBLENG

Ya, sekarang kita boleh menlanjutkan tangis kita karena Bigayah akan melayani

Waska, karena Bigayah akan titik titik titik

JAPAR

Mari teman-teman

MAKA TANGIS PUN BERLANGSUNG LAGI. DAN SENIMAN PUN BACK IN

ACTION. TIBA-TIBA

TERDENGAR SUARA PLUITPLUIT POLISI DAN KAMTIBMAS SEMUA

MENYINGKIR KELUAR HIRUK PIKUK HINGAR BINGAR KEGIATAN JADI

SATU. MEREKA MUNCUL LAGI DAN MELANJUTKAN TANGIS. SENIMAN

SELALU KETINGGALAN.

TERDENGAR LAGI PLUIT-PLUIT POLISI, SEMUA MENYINGKIR. SENIMAN

SELALU KETINGGALAN.

SEMAR

Saya bukan Waska atau orang-orang itu, jadi saya aman dan tidak perlu takut sama

polisi atau pun kamtib. Saya Semar.

Nah, penonton, ketika germo dan pelacur tua yang bernama Bigayah itu menuju

gerbong tua, Waska sedang mengalami demam yang sangat-sangat. Begini.

WASKA DEMAM, DALAM GERBONG DAN ORANG-ORANG MUNCUL LAGI

DALAM KOMPOSISI YANG TETAP, NAMUN TERBALIK DAN KEMBALI

TANGIS! DAN KEMBALI GESEKAN BIOLA….

SETELAH SUARA-SUARA ITU JUGA TERDENGAR CAMPUR BAUR SUARA-

SUARA LONCENG GEREJA, ADZAN DAN BEDUK DAN KLININGAN DAN

LAIN-LAIN.

RANGGONG

Tahan, Waska. Tahan!

WASKA

Sakan saya tahan, akan saya tahan. Tak akan saya biarkan putus nyawa saya dan

saya pasti menang

RANGGONG

Kamu lebih tua, jauh lebih tua dariku, tapi juga kamu lebih kuat dalam segala hal.

Kamu adalah tauladanku. Kamu adalah cita-citaku. Kamu adalah panduku, Waska.

Kebanggaanku berkibar-kibar setiap kali aku menatap garis-garis wajamu yang

tajam bagaikan mata pisau membara

WASKA BERJUANG MELAWAN BATUK. PERKELAHIAN YANG MENGERIKAN

SEKALI. TERAKHIR WASKA KECAPEKAN.

JAPAR

Penyelesaian saya tidak akan pernah beujung atas tangis cengeng saya yang

sekarang, kalau ternyata kemudian kamu adalah seorang lelaki tua yang pengecut

dan takut akan mati. Dan bukan mustahil penyesalan saya akan menghasilkan

kutukan atas dirimu, atas badanmu, atas rohmu, atas keyakinanmu, atas pikiranmu,

atas impianmu, atasmu!

WASKA

Saya tidak pernah takut mati. Masalahnya saya tidak pernah mau mati! (Berseru)

Borok!

SEMUA TIDAK TAHU APA MESTI MENYAHUT

WASKA

Bangsat kamu, Borok! Di mana kamu, Borok!? Kalau kamu berani mengingkari

janji atau berbohong, saya tidak akan berpikir dua kali untuk merobek mulut dan

matamu! Borok!

RANGGONG

Dia baru saja pergi mengambil jamu yang dijanjikannya, Waska

WASKA

Ini masalah detik. Ini hanya bisa diatasi kalau kamu semua bisa mengalahkan detik

RANGGONG

Aku sanggup mengalahkan semua detik yang ada, Waska

WASKA

Siapa yang bicara itu? Siapa yang sesumbar itu?

RANGGONG

Golokmu, Waska

WASKA

Ranggong, golokku. Mendengar suaramu, aku seperti baru saja menghirup udara

segar dan meneguk air pegunungan. Berangkatlah, anak-anakku. Segera!

LALU RANGGONG PUN BERANGKATLAH BERSAMA MEMUNCAKNYA

SUARA-SUARA. TAPI KEMUDIAN

TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA SUARA. SATU-SATUNYA ADALAH SUARA

BIGAYAH MEMANGGILMANGGIL WASKA

WASKA

Pasti suara itu. Aku mendengar suara itu. Aku tidak pernah merasa takut kecuali

setiap hari mendengar suara itu. Suara itu seperti suara mendiang ibuku yang tidak

pernah jelas wajahnya. Suara itu seperti istriku yang tak pernah ada. Suara itu

seperti suara anak perempuan ku yang tidak akan pernah lahir. Dan aku takut, aku

takut. Ak berubah jadi badut menghadapi cobaan ini. Bigayahkah itu?

BIGAYAH (dari jauh)

Ya, Waska, Bigayahmu

WASKA

Widow, wados. Saya minta berhenti kamu memanggil-manggil

BIGAYAH

Sudah hampir empat puluh tahun aku dirundung cinta suci atasmu. Waska,

masihkah kau menampik?

WASKA

Aku mohon, aku mohon janganlah engkau memperdengarkan suaramu. Frekuensi

suaramu sedemikian rupa menyebabkan gendang telingaku terluka dan jantung

melipatkan debarannya tujuh ribu kali perdetik. Aku mohon, Bigayah, aku mohon.

BIGAYAH

Bungkus ketupatku yang kau makan empat puluh lebaran yang lalu masih kusimpan

sebagai kenangkenangan, Waska. Juga puntung rook minak jingo yang kamu hisap

empat puluh tahun yang lalu masih kusimpan sebagai tanda bukti kasihku

kepadamu, Waska. Bahkan tikar yang kita pergunakan pertama kali malam itu,

empat puluh cap gomeh yang lalu masih tergantung sebagai hiasan dinding

rumahku,Waska. Empat puluh Waska, angka yang cukup banyak dan cukup baik,

masihkah kau menolak lamaranku, kehadiranku, cintaku!?. Waska, pada usiamu

yang hampir seratus tahun seperti sekarang ini kau memerlukan seorang teman

dalam kekosonganmu, dalam kesunyianmu.

WASKA

Aku masih muda. Aku masih muda. Baru saja aku melewati masa akilbaligku.dan

sekali aku mohon, Gayah….

BIGAYAH

Kamu ingin aku tak memanggilmu?

WASKA

Ya, Gayah. Tolonglah

BIGAYAH

Apakah itu berarti aku boleh mendekatimu tanpa bersuara?

WASKA

Gayah, aku tidak menghendaki suaramu, juga kehadiranmu

BIGAYAH

Begitu

maumu?

WASKA

Ya, Gayah

BIGAYAH

Begitu mauku, begini mauku

DAN MENDEKATLAH BIGAYAH PERLAHAN. DAN SEMAKIN MENDEKAT

SEMAKIN WASKA NGERI DAN TAKUT

BIGAYAH

Waska

WASKA

Jangan dekat, Gayah

BIGAYAH

Waska

WASKA

Kasihani aku, Gayah. Aku sedang sakit parah, inkoma dalam keadaan sakaratul

maut

BIGAYAH

Justru ini artinya kesempatan yang baik

DAN BEKEJAR-KEJARANLAH MEREKA, SEHINGGA ORANG-ORANG YANG

MENANGIS JADI KALANG

KABUT. DAN PUNCAK ADEGAN INI ADALAH SAAT TERDENGAR BUNYI

PLUIT-PLUIT LAGI YANG

MENYEBABKAN SEMUA ORANG JADI PORAK-PORANDA. DAN SENIMAN

SELALU KETINGGALAN

DAN DALAM KEPORAK-PORANDAAN ITU, TERDENGAR BIGAYAH

MENGUCAPKAN BARIS-BARIS KALIMAT SEBAGAI BERIKUT

BIGAYAH

Jangan bersembunyi, Waska. Jangan bersembunyi. Biar saja polisi-polisi dan

kamtib-kamtib menangkap kita, asalkan kita bisa tetap bercinta. Biarkan kita

terjaring Dewi Ratih dan Kamajaya. Waska, nasib buruk, kesialan, kemelaratan dan

penyakit jangan pula kita biarkan memusnahkan cinta kita. Melarat sudah,

penyakitan sudah, tapi janganlah kita dimakan kebencian

WASKA

Aku tidak bersembunyi, aku bertapa, aku bersamadi, aku sedang menghitung

jumlah semut yang pernah ada dan jumlah tarikan napas saya selama ini. Jangan

sekati saya. Kalau dintamu tidak atau belum mendapatkan balasan dari hatiku

karena adalah karena pikiranku yang jahanam serta penuh kepongahan, yang

adalah bagaikan putra Nuh nan durhaka

BIGAYAH

Waska

WASKA

Jangan dekat, gayah. Aku lenyap

PENTAS KOSONG

LONCENG DUA KALI

BIGAYAH MENANGIS MERAUNG-RAUNG, RANGGONG SEDANG MEMBUAT

PIPA ROKOK DARI TULANG

AYAM. DEBLENG SEDANG MEMBERSIHKAN LOBANG HIDUNGNYA. DAN

SENIMAN MENGIRINGINYA DENGAN BIOLA

RANGGONG

Jangan terlalu berkepanjangan, Bigayah. Kasihan Waska, kasihan jiwanya

DEBLENG

Kalau terlalu lama menangis nanti serak

RANGGONG

Jangan ngaco, Debleng

BIGAYAH

Tujuh hari tujuh malam sudah saya menangis meraung-raung bagaikan seekor

kucing betina di suatu wuwungan rumah tua kala dinihari yang dingin dan sepi.

Tujuh hari tujuh malam sudah sehingga saya persiapkan segala sesuatunya, asam

sianida, air keras, silet, pil tidur, belati, pistol bahkan tali palstik untuk sewaktu-

waktu diperlukan kalau-kalau bermaksud bunuh diri

DEBLENG

Sampai sebegitu jauh jugakah tekad percintaan pasangan tua kayak kalian?

BIGAYAH

Cinta tak pernah kenal akan usia

RANGGONG

Tapi Bigayah, mendengar rencana-rencanamu yangs eram begitu, apakah tidak

akan membuat jiwa Waska semakin tersiksa sehingga bisa mengakibatkan semakin

rawan tali nyawanya dan gampang putus!?

BIGAYAH

Saya betul-betul tidak habis mengerti, kenapa Waska selalu menolak setiap kali

saya ajak kawin. Apakah karena saya seorang germo dan pelacur tua? Kalau

memang kedudukan saya yang menghalangi semua ini, saya rela menghentikan

karir saya dan rela juga melakukan apa saja yang ia kehendaki

RANGGONG

Banyak alas an dan banyak sebab seseorang melakukan sesuatu atau mengambil

sikap tertentu, sekali pun ada juga tindakan-tindakan dan sikap-sikap seorang yang

kadangkala sama sekali tidak beralasan. Pernah kamu minta penjelasan Waska atas

sikapnya itu?

BIGAYAH

Bukan saja pernah tapi sering

RANGGONG

Bagaimana?

BIGAYAH

Pernah saya Tanya padanya, apakah barangkali ada alas an kesehatan atau alas an

biologis yang menyebabkan ia tidak mau kawin

RANGGONG

Apa jawabnya?

BIGAYAH

Diam seribu bahasa

RANGGONG

Diam seribu bahasa?

BIGAYAH

Ya, tapi saya tidak bisa berhenti di sini. Saya lanjutkan pertanyaan saya. Alas an

psikologis barangkali? Diam seribu bahasa. Alasan sosiologis barangkali? Diam

seribu bahasa. Alas an agama atau kepercayaan atau filosofis barangkali? Ia tetap

membisu. Atau alasan politis barangkali? Juga ia tetap membisu

RANGGONG

Sama sekali Waska tidak mengucapkan apa-apa?

DEBLENG

Kadang-kadang, Waska memang keterlaluan

BIGAYAH

Pada suatu kesempatan yang lain, pada suatu malam yang lain, sehabis kami

bersetubuh di atas kasur yang baru saja dijemur siangnya, Waska berkata bahwa

sekali pun ia menolak perkawinan yang juga tak jelas dasar alasannya, namun ia

sangay menyukai saya dan malahan ia berjanji akan selalu siap menemabni di

tempat tidur kapan saja saya ingin melepas rindu

DEBLENG

Seniman besar memang tak terjelaskan

RANGGONG

Debleng, kalau kamu tidak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar, saya

bisa membuat kamu pingsan untuk beberapa jam

DEBLENG

Mampu, Ranggong. mampu

RANGGONG

Sekarang pertanyaan saya begini, Bigayah. Kamu punya rencana bunuh diri atas

dasar alas an apa?

Karena lamaranmu ditolak atau karena Waska akan menemui ajalnya!?

BIGAYAH DIAM SAJA

RANGGONG

Kenapa kamu diam, Bigayah?

BIGAYAH NYELONONG PERGI

RANGGONG

Kenapa dia?

DEBLENG

Diam seribu bahasa

WASKA

Ranggong! Matahari itu telah menggelincir lagi tanpa tanggung jawab dan aku

dibiarkannya mengejarnya megap-megap

RANGGONG

Segera akan kususul Borok, Waska. Segera.

RANGGONG PUN LARI

RANGGONG

Borok!

DEBLENG

Orang sakit itu bisaa, kenapa ada orang yang menganggapnya luar bisaa?

LEWAT BUANG

DEBLENG

Kemana,

Buang?

BUANG

Beli minyak angina buat Waska

DEBLENG

Bagaimana keadaan Waska?

BUANG

Dalam satu jam hanya tiga kali Waska sanggup menarik napas

DEBLENG

Gawat!

DAN DEBLENG PUN LARI

BUANG

Para penonton, buat saya minyak angina atau obat atau jamu macam apa pun

hanyalah sekedar memperingan rasa sakit atau yang paling banter berfungi seperti

seteguk air bagi musafir di padang pasir. Tapi apa kata Waska? “Aku yakin”

katanya “Aku yakin minyak angina mampu melawan ajalku!” betul-betul sinting dia.

Tapi memang dia sudah pikun. Dan kalau awalnya terlalu pintar, pada akhirnya

pikunnya berbahaya.

Nah, saya permisi sebentar, para penonton. Mau beli minyak angina.

LONCENG DUA KALI

BAGIAN KEDUA

MUSIK PELAN

RANGGONG (Berseru)

Kumpul!!!

BOROK

Modar! Modar!

RANGGONG

Kumpul!!!

BOROK

Modar! Modar!

DEBLENG

Kumpul!!!

BUANG

Kumpul!!!

NABI

Ada apa Semar!?

SEMAR

Dalam adegan ini pengarang bermaksud ingin melukiskan rapat kerja para penjahat

NABI

Kok kayak rapat raksasa?

SEMAR

Memang. Rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan serupa ini bisaanya hanya terjadi

di kalangan kaum agama atau pergerakan politik, tapi Waska berpendapat pada

abad ini sudah saatnya kaum penjahat harus berani tampil dalam berbagai bentuk

pertemuan dan berbagai mimbar, bahkan dalam diskusidiskusi, seminar-seminar,

rapat-rapat tertutup dan terbuka. Bentuk-bentuk pertemuan yang sifatnya tertutup

dan penuh rahasia, seperti yang dikisahkan buku-buku sejarah atau pun novel-novel

criminal, menurut jalan pikiran Waska, harus dianggap bentuk yang tidak lagi

pantas, mengingat gerombolan penjahat sama sekali bukanlah kaum minoritas di

bumi ini. Bahkan lebih jauh Waska sampai pada kesimpulan bahwa bumi ini justru

milik mereka.

Dan perlu dicatat, begitu kata Waska dalam salah satu wawancaranya dengan

wartawan. Bahwa pendapatnya ini serta pandangan-pandangan cukup ilmiah,

setidak-tidaknya didukung oleh data-data

NABI

Tapi Waska, apakah kamu tidak menyadari sebenarnya kamu dan kawan-kawanmu

sedang diliputi oleh suatu sikap putus asa yang sangat gelap mengerikan?

WASKA

Nabi, ketahuilah, kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah jauh dari sikap serta

keadaan itu. Kami telah menyebrangi samudera luas keputus asaan dan sampai di

suatu pulau seberang harapan yang masih belantara, masih lebat dengan hutan

buah larangan, yang setiap abatangnya dari berjuta pohonan melilit seekor ular

purba.

Dan di pulau itu adalah sebuah bukit terjal. Dan bukit terjal itu adalah gua-gua yang

di dindingnya adalah tembaga. Dan di tempat yang hanya berbau karat besi itu,

kami telah bertemu dengan Dajjal

NABI

Tuhanku!

DAJJAL MERAUNG-RAUNG

WASKA

Berhenti kamu meraung-raung, Dajjal! Cengeng

kamu! (kemudian seseorang memberikan minuman

kepada Dajjal)

seperti kamu baca dalam kitab-kitab, ia terus meraung-raun, dan setiap ia meraung

telah menyebabkan gempa di salah satu belahan bumi. Dan sebaliknya, setiap kali

tiba saat adzan diperdengarkan, belenggunya semakin tebal dan tebal sehingga

pada suatu kali, pernah ia sama sekali terbalut belenggu, bahkan ia telah menjelma

jadi belenggu itu sendiri.

Kami telah berusaha melepaskan belenggunya, tapi sia-sia, maka aku pinjam sana

sebelah matanya yang kiri

MUSIK

NABI

Tapi Semar, apakah mereka sadar, bahwa pulau yang disebut Waska itu sangat

jauh terpencil dan sama sekali tidak akan memberikan apa yang mereka harapkan?

SEBENTAR, SEMAR MENYALAKAN ROKOKNYA

SEMAR

Kalau harapan mereka adalah harapan seperti yang saya bayangkan, barangkali ya.

Tapi persoalannya jauh dari sederhana, yaitu saya tidak tahu sama sekali, apa yang

mereka harapkan. Dan lagi apa kata Waska mengenai hal itu?

WASKA

Aku pernah mengharap, tapi aku tidak pernah mendapat. Aku pernah memilih,

tapi aku ditolak, selalu ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah

menodongku dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan dan kelaparan, maka

kutodonglah kekayaan dan makanan

MUSIK PELAN.

SEBENTAR WASKA MERENUNGI KEMBALI KALIMAT-KALIMATNYA SENDIRI

SEMAR

Waska memang keras kepala

NABI

Betul-betul putra Nuh. Saya ahrap saja pada akhir sandiwara ini, ia akan mendapat

karunia cahaya

SEMAR

Saya sendiri juga mengharapkan itu, tapi sayangnya, seperti juga pengarang

sendiri, kita hampir tidak pernah bisa mneduga akhir kisah seseorang. Benih

peristiwa selalu luput dari tangan kita

NABI

Nah, pendapatmu bagaimana, Seniman?

SENIMAN

Aku hanya berurusan dalam lakon Waska, tapi tidak dalam diskusi kalian. Tapi

kalau boleh berkata, aku hanya mau mengatakan bahwa kau tidak punya urusan

dengan semua itu. Urusanku adalah nasib irama, melodi, harmoni dan warna

bunyi. Terus terang belakangan ini kemurnian elemen-elemen ini ditunggangi

secara kurang ajar dan tidak senonoh

DEBLENG

Kumpul!!!

BOROK

Modar! Modar!

JAPAR

Gak bisa prei modar-modarnya!?

BOROK

Gua ledakin! Gua ledakin!

RANGGONG

Jangan sekarang, Borok

BOROK

Modar! Modar!

JAPAR

Apa yang maudiledakan?

RANGGONG

Dunia

JAPAR

Memangnya petasan?

DEBLENG

Kumpul!!!

BUANG

Saudara-saudaraku, segeralah berkumpul di alun-alun, maksud saya di kompleks

kuburan berbagai bangsa dan agama. Di atas tanah yang di dalamnya berisi leluhur

kita itu. Waska pemimpin jempolan kita akan membagi-bagikan impian spektakuler

dan kolosalnya dari ketentraman jiwa kita. Kumpul saudara-saudara, kumpul.

Hidangan supaya bawa sendiri masing-masing. Bagi mereka yang tidak sempat

mencuri makanan karena kesiangan dianjurkan supaya merampas saja. Jangan

sekalisekali mengemis. Mengemis itu haram. Kumpul saudara, kumpul leluhur kita,

baik yang dibawah tanah mau pun di atas tanah yang telah menanti dengan

setumpukan novelnya yang terbaru

DEBLENG

Kumpul! Kumpul! Penjelasan sudah cukup, saya tidak perlu lagi menjelaskan.

Kumpul!

MAKA ORANG-ORANG PUN BERDATANGAN DARI BERBAGAI PENJURU

JUMLAH MEREKA MELEBIHI JUMLAH PENONTON

SEMAR

Permisi sebentar, tuanku. Kami akan memainkan adegan musyawarah itu

NABI

Sebagai pemain, apalagi sutradara, sebenarnya kamu bisa mengarahkan lakon ini,

Semar

SEMAR

Maaf, apa Tuanku kira diri saya milik diri saya semata-mata?

NABI

Tentu saja tidak

SEMAR

Kalau begitu kita sependapat. Dan lebih dari itu saya hampir mutlak percaya,

bahwa tidak seorang pun di dunia ini, baik yang dibawah mau pun di atas tanah, di

balik langit, yang mutlak milik dirinya semata-mata. Kalau ada orang merasa

dirinya adalah mutlak milik dirinya semata, pastilah orang itu sedang menyadari

kedudukannya, yang ternyata tidak seperti yang diucapkan mulutnya

ANAK KECIL

Oom Semar, cepat dong. Sandiwara diskusi melulu, ntar nggak habis-habis

SEMAR

Permisi, Tuanku

NABI

Kau semakin tua, badutku

SEMAR

Kita semakin tua dan semakin muda sekaligus nabiku

KE DALAM

NABI

Ya, badutku. Kesabaran inilah yang menyenangkan

SEMAR

Yang memelihara dan mengasuh ruh serta semangat kita

NABI

Dua ribu tahun yang lalu, kamu mengucapkan kalimat itu untuk pertama kalinya,

ketika kita bertemu untuk kedua kalinya di – di saya kira di suatu fyord dengan

ombak-ombaknya yang gemulung

SEMAR

Fi Finlandia, Tuanku. Finlandia

NABI

Ya, ya. Finlandia. Dua ribu tahu yang lalu. Sayang sulingmu hilang

SEMAR

Tapi saya masih menyimpan bunyinya, Tuanku

ANAK KECIL

Oom Semar, cepetan dong

SEMAR

Cerewet. Permisi Tuanku – emangnya penonton saja yang boleh mengaso dan

ngobrol?

ANAK KECIL

Oom sendiri yang bilang ‘penonton adalah raja’

SEMAR

Nggak ada raja. Yang ada penonton dan pemain atau sebaliknya. Nah, ayo kamu

mulai, mulai!

MUSIK KERAS. LALU MULAILAH PERTEMUAN BESAR ITU. PERSIS KAYAK

RAPAT RAKSASA

TUKANG PIJAT

Nggak dipijat dulu, bapak?

WASKA

Kamu kira aku kumpulin orang-orang ini hanya untuk nonton aku pijatan? Lagi

siapa yang mengatakan aku sakit? Siapa? (Batuk-batuk, hebat sekali) aku tidak

sakit! Aku tidak sakit! Aku sehat wal afiat!

(Meludah) Batuk sialan! (rang-orang mau menolong) jangan

pedulikan aku. Aku pasti sembuh. Bagaimana, tidak ada yang

absent?

RANGGONG

Semuanya lengkap hadir, Waska

DEBLENG

Priok, daerah kota, Cengkareng, Grogol dan sekitanya semua lengkap dengan

perbekalannya

JAPAR

Halim, Cawang, Jatinegara, Cakung, Pondok Bambu, Kelapa Gading dan

sekitarnya semua lengkap hadir

BUANG

Dari Krawang, Tangerang, Jatinegara, Jatibarang dan beberapa daerah juga

mengirimkan utusan, bapak

WASKA

Bukitduri?

JAPAR

Datang

SENIMAN

Aku juga hadir, Waska!

WASKA

Setan lu Jonathan. Kemana saja kamu? Lama sekali kamu hilang

SENIMAN

Mengembara seperti bisaanya, seperti sejak dahulu kala. New York, Paris, London,

Moskow, semua kota, semua perempuan, semua lorong, semua museum, semua

auditorium, semua, semua

WASKA

Anak-anakkuu, perkenalkanlah sahabatku, Jonathan, seniman. Ia adalah seniman

abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota telah dihirupnya dan sebaliknya kota-

kota itu juga telah menghirup ciptaanciptaan seninya yang memang lezat. Sebagai

tanda seorang universalis ia telah memasang hampir semua lambing berbagai

Negara pada jaketnya yang berlabel Levi’s, meski pun buatan pulogadung. Silakan

duduk, sahabatku

SENIMAN

Terima kasih

WASKA

Berbeda dengan seniman zaman dahulu kala, yan bisaanya hidup di kalangan para

pengeran dan bangsawan serta rja-raja, maka Jonathan telah memilik gerombolan

kita sebagai lingkungannya serta sumber-sumber ciptaannya. Tepuk tangan untuk

Jonathan, anak-anakku

MAKA SEMUA ORANG PUN BERTEPUK

SENIMAN

Thank you

WASKA

Daftar hadir sudah selesai di paraf?

DEBLENG

Sudah, Waska

BUANG

Sudah

JAPAR

Sudah

RANGGONG

Kita boleh mulai, Waska

WASKA

Aku akan memulai uraian panjang dalam pertemuan besar ini dengan suatu

kebenaran. Dan kebenaran itu berbunyi bahwa ‘Lihatlah, kami yang terdiri dari

berbagai agama, keyakinan, kepercayaan, suku, daerah telah dikumpulkan dan

disatukan oleh ikatan nasib yang kuat dan tekad semangat yang kuat!” ya, anak-

anakku, kita telah disatukan oleh kesamaan nasib dan entah oleh apa yang disebut

kebajikan atau agama, apalagi kebenaran. Atau dengan kata lain, kita telah

dipersatukan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar kita sebagai insan

MUSIK. SESEORANG BERBISIK PADA BUANG, LALU BUANG PADA

DEBLENG, LALU DEBLENG PADA

GUSTAV, LALU GUSTAV PADA BOROK, LALU BOROK PADA RANGGONG.

DAN SEMENTARA ITU JAPAR

CURIGA SERTA KUATIR, TAPI KEMUDIAN IA BERUSAHA MENUTUP

SIKAPNYA ITU DENGAN SIKAP

TENANG YANG BOLEH DIKATAKAN BERLEBIHAN. LALU SEMUA ORANG

MEMUSATKAN

PANDANGANNYA ATAS DIRI JAPAR. UNTUK BEBERAPA SAAT JAPAR

MASIH MAMPU BERSIKAP

TENANG, TAPI LAMA-LAMA PANDANGAN MATA ITU SEDEMIKIAN RUPA

DAN IA PUN TIDAK TAHAN

JAPAR

Kenapa, Waska? Kenapa? Salah saya apa?

(Waska dan orang-orang tetap diam. cuma matanya saja,

matanya) Kalau… kalau…. Kalau….

(Waska dan orang-orang tetap diam, cuma matanya saja, matanya)

Itu tidak benar, Waska. Tidak benar! Fitnah!

(Waska dan orang-orang mulai bergerak dan Japar mundur.

matanya, matanya) Am puni saya, am puni saya, Waska! Am puni

saya

LALU SECARA BERAMAI-RAMAI JAPAR DI BANDEM DIRAJAM PERSIS

SEPERTI ERITIWA ENGKOS,

BAHKAN KEADAANNYA LEBIH MENGERIKAN LAGI. DAN DARAH DAN

DARAH

BEBERAPA SAAT KECAPEKAN, BADAN DAN HATI, MEMBUAT WASKA DAN

ORANG-ORANG DIAM SAJA.

SEBAGIAN LAGI MELEMPARKAN MAYAT ITU KE DALAM BAK SAMPAH DAN

MEMBAKARNYA

WASKA

Aku tidak bisa melanjutkan pertemuan ini. Amarahku belum mau turun

(Waska bangkit)

Minggu depan saja

RANGGONG

Baik, Waska

LALU WASKA MELANGKAH MAJU DAN MASUK KE GERBONG TUA. DAN

KEMUDIAN SEORANG DEMI

SEORANG MENINGGALKAN TEMPAT ITU. KECUALI SATU ORANG SAJA

YANG TETAP TINGGAL, YAITU

SENIMAN. IA SEDANG MENGGESEK BIOLANYA. BUKAN MAIN, KALI INI

MUSIKNYA SANGAT BAGUS SEKALI BAGAIKAN GESEKAN MUSIK TIMUR

YANG PENUH MAGI

WASKA (Suaranya)

Jonathan! Kemari Jonathan, kita minum

(Seniman masih asyik dengan permainannya)

Jonathan! Kemari Jonathan, kita baca kitab-kitab lama

(Seniman masih tetap begitu)

Jonathan! Kemari Jonathan, kita main halma

SENIMAN MASIH TETAP BEGITU. IA GESEK LAGI. IA GESEK. IA GESEK.

BUKAN MAIN. BUKAN MAIN

ANAK KECIL

Oom seniman, dipanggil babe

LALU SENIMAN MENUJU TEMPAT WASKA. DAN SEKARANG ADEGAN ANAK

KECIL MEROKOK. LALU MUNCUL IBUNYA

IBUNYA

Pulang sayang

(Anak kecil bangkit melangkah diikuti ibunya)

Nak…

ANAK KECIL

Aku tidak punya ibu (Musik pelan) Aku Cuma punya anjing

LALU ANAK ITU LARI. DAN IBUNYA MELOHOK SAJA SENDIRI, LALU

IBUNYA MELANGKAH MASUK KE DALAM KEGELAPAN. LALU EMBAH

ALBERT, RANGGONG DAN BOROK

MALAM SUDAH LARUT.

BUNYI PELUIT KERETA API

BUNYI KENTONGAN DUA KALI

BUNYI RODA PEDATI KERBAU

EMBAH PUTRI

Albert, tidur. Sudah malam Albert

EMBAH

Malam sudah larut, angina sangat lembut dan saya sudah siap akan hanyut, tidur,

istirahat dari siang gerah dan kemelut. Kalau besok matahari menggeliat, segar

penuh rasa terima kasih kepada udara, kepada burung yang berkicau, kepada

semua saja, yang kuhirupm, yang kurasa, yan kuraba, yang kulihat, yang kudengar,

yang kupikirkan, yang kubayangkan, semua saja, yang kadang menyedihkan, yang

kadang menyakitkan

Atau barangkali besok aku diam, kaku, membeku, tidak lagi ikut menggeliat

bersama kuntum-kuntum bunga, namun pasti jiwaku tetap segar, tetap penuh rasa

terima kasih kepada semua saja, juga kepada ketabahanku.

EMBAH PUTRI (Suaranya)

Albert, cuci kaki dulu sebelum tidur

EMBAH

Selamat tidur, penonton, selamat tidur kepada semuanya. Kita butuh tidur. Kita

butuh jaga. Kita butuh hidup. Tapi juga kita butuh mati. Kita harus hidup. Kita juga

harus mati

EMBAH PUTRI

Setua ini tapi tetap seperti bayi

LALU EMBAH ITU TIDUR. DAN MUNCUL EMBAH PUTRI MENYELIMUTINYA

LALU MUNCUL BOROK DIIKUTI OLEH RANGGONG. DUA-DUANYA SAMA

MEROKOK. KELIHATANNYA

KAYAK KEDINGINAN MEREKA, DAN RUPANYA ROKOK TELAH

DIGUNAKANNYA SEBAGAI PENGHANGAT

BADAN MEREKA. DAN BEBERAPA SAAT, MEREKA CUMA KLINTERAN SAJA

DI DEPAN LELAKI TUA YANG SEDANG TIDUR PULAS ITU

RANGGONG

Pulas sekali tidurnya. Kasihan dia kalau kita bangunkan

BOROK

Kalau tunggu sampai besok barangkali Wasa keburu mati dulu

RANGGONG

Itu dia

BOROK

Itu dia. Kita bangunkan saja monyet tua itu

RANGGONG

Ya, kalau dia bangun. Kalau malah dia yang mati karena kaget?

BOROK

Modar! Mana ada orang berilmu dan sakti pake kaget segala. Ayolah jangan

berdebat

RANGGONG

Jangan terlalu kasar, tapi…

LALU KEDUANYA MENDEKATI EMBAH

BOROK

Albert. Mbh. Albert. Mbah. Tambayong. Tambayong

RANGGONG

Bangun dia. Biarkan dia melek dulu

EMBAH

Bukan main, bukan main. Nikmat sekali tidur di tepi danau

RANGGONG

Di tepi danau?

EMBAH

Aku baru saja mimpi tidur di tepi danau. Teduh. Sejuk. Segar. Ketika kalian

menggoyangkan badanku, dalam mimpi tidur itu aku juga mimpi yang sama. Tidur

mimpi tidur, mimpi tidur. Berlipat-lipat kenikmatannya. Dan untuk semua itu aku

hanya membayarnya dengan rasa terima kasih

SEBENTAR, IA BERKUMUR DULU DAN IA MINUM DULU

BOROK

Mimpi tidur?

EMBAH

Bukan main anugerah

BOROK

Mbah tidur…. Mimpi tidur?

EMBAH

Ya. Dan ditepi danau itu banyak tanaman buah-buahan

BOROK

Bukan main. Bukan main

RANGGONG

Mbah bisa ulangi itu?

EMBAH

Kamu rakus sekali Ranggong. Apa abrangkali kamu juga menghendaki hidup

berulang kali? Tapi sudahlah. Apa keperluan kalian. Kenapa kalian mengusik tidur

kedamaianku? Pada saat aku tidur bisaanya segala sesuatu bekerjasama dengan

angina agar tidurku semakin sempurna. Bagaimana?

BOROK

Waska sakit

EMBAH

Sakit?

RANGGONG

Sakit sekali Albert

EMBAH

Sakit apa?

BOROK

Sakit tua

EMBAH

Lalu apa ada yang istimewa?

BOROK

Ia meraung-raung saja

EMBAH

Tidak usah dikhawatirkan. Tidak lama lagi ia akan tenang. Sembuh atau mati

RANGGONG

Ia tidak boleh mati

BOROK

Ia juga tak mau mati

LALU EMBAH DENGAN TAK ACUH KEMBALI BERBARING DAN TIDUR

RANGGONG

Betul-betul eksentrik

BOROK

Kenapa dia?

RANGGONG

Kenapa. Tidur

BOROK

Ya, kenapa dia tidur?

RANGGONG

Kenapa tidur. Mana aku tahu

EMBAH

Aku tidak tidur. Aku kesal. Aku kesal karena kalian berdua sama-sama sinting.

Bahkan bertiga dengan pemimpin kalian. Sinting. Sekarang aku mau tidur

BOROK (Meraung)

Mbah!!!!

EMBAH

Kenapa?

BOROK

Jangan tidur

RANGGONG

Ya, Mbah, tolonglah kami. Berikanlah jamu itu. Nyawa Waska sudah getas sekali.

Beberapa detik saja Mbah terlambat menolong, putuslah semuanya

EMBAH

Kenapa? Kenapa kalau putus? Dan lagi apa benar putus? Apa kamu tahu? Putus?

Begitu? Orang-orang macam kalianlah yang membuat hidup ini jadi bising.

Sekarang aku minta kalian jangan lagi mengusik tidurku. Malam sudah larut. Aku

harus tidur

EMBAH PUTRI

Albert! Belum tidur juga kamu? Bayi macam apa kamu ya!? Kalau kamu belum mau

tidur juga, besok matahari pasti marah

EMBAH

Kalian dengar? Sekarang minggirlah kalian atau tidur di bawah

LALU EMBAH TIDUR DAN RANGGONG DAN BOROK CUMA MELOHOK

NABI

Semar, siapa orang tua itu?

SEMAR

Wiku

NABI

Wiku? Tapi dia dipanggil Albert

SEMAR

Nama orang itu lebih banyak dari nama penduduk Negara ini, tapi dia mem punyai

beberapa nama yang paling disukai orang. Albert, Wiku, Tigor, Slamet, Amin dan

beberapa lagi. Sebenarnya dia sendiri orang Eskima meski pun beberapa orang

menyangkanya dari Nepal

NABI

Tapi tampangnya seperti orang sunda

SEMAR

Sebelumnya, beberapa tahun yang lalu, tampangnya seperti orang Negrito. Harus

diakui dia sakti sekali. Bedah plastic adalah salah satu keahliannya dan

keistimewaannya. Ia bisa membedah dirinya sendiri tanpa pertolongan orang lain

kecuali istrinya sendiri

BOROK (Tidak begitu lantang)

Modar! Modar!

SEMAR

Maaf, tuanku, adegannya akan dilanjutkan

BOROK

Bisa celaka. Aku bangunkan saja

RANGGONG

Jangan dulu. Kita berpikir sebentar

EMBAH

Ya, jangan dulu, soalnya aku belum tidur. Lebih baik kita berpikir sebentar

BOROK

Mbah bijaksana ya?

RANGGONG

Jangan komentar dulu

BEBERAPA SAAT KETIGANYA SAMA DIAM. BOROK LAHAK-LOHOK

EMBAH

Sudah?

BOROK (Tolol)

Sudah

EMBAH

Kamu juga sudah berpikir?

RANGGONG (Nggak yakin)

Sudah

EMBAH

Bagus, itu artinya kalian sudah membiarkan aku tidur dan kalian bisa segera

minggat atau tidur juga

LALU EMBAH TIDUR LAGI. DAN BOROK DAN RANGGONG MELOHOK LAGI

RANGGONG

Dia betul-betul berserikat dengan ajal

BOROK

Modar! Modar!

EMBAH PUTRI

Kok ada suara orang lain? Kalau begitu dia belum tidur (Sambil melangkah) betul-

betul badung

PADA SAAT EMBAH PUTRI MENDEKAT, RANGGONG DAN BOROK SEDANG

MEMBANGUNKAN EMBAH

EMBAH PUTRI

He! Jangan janggi orang tidur ya!

BOROK

Modar! Modar!

RANGGONG

Maaf, Mbah putrid, kami terpaksa membangunkan Mbah Kakung karena pemimpin

kami sedang dalam keadaan inkoma

EMBAH PUTRI

Orang sakit itu bisaa. Orang mau mati itu bisaa, jangan suka ribut, apalagi sampai

mengganggu orang sedang tidur

RANGGONG

Tapi pemimpin kami tidak boleh mati

EMBAH PUTRI

Emangnya kenapa?

RANGGONG

Setidak-tidaknya, kematiannya ditunda barang beberapa tahun sampai ia sempat

mewujudkan impian spektakulernya

EMBAH PUTRI

Sebentar. Lebih baik kalian minum dulu

BOROK

Kami tidak perlu minum, Mbah. Kami perlu minta jamu itu

EMBAH PUTRI

Duduk saja dulu. Soal jamu itu soal sepele

(lalu ketiganya duduk)

Kami punya banyak jamu. Jamu Klinger, galian singset, jamu nafsu kuda, jamu

kanker, jamu saraf…..

BOROK

Bukan jamu itu, Mbah…

RANGGONG

Ya, Mbah. Maksud kami….

EMBAH PUTRI

Mbah tahu. Jangan cerewet. Kamu menginginkan jamu dadar bayi

BOROK

Ya Mbah

RANGGONG

Pokoknya jamu

EMBAH PUTRI MENANGIS SANGAT MEMILUKAN SEKALI

EMBAH PUTRI

Duh, biyung, sudah sampai begini….

SUARA WASKA

Borok! Ranggong!

EMBAH PUTRI

Setiap jamu itu ada khasiatnya dan ada aturannya. Setiap penyakit itu ada jamunya

tapi jamu yang paling mujarab ada dalam diri si sakit. Karena itu setiap kali orang

datang meminta jamu selalu embah berikan nasehat lebih dulu

MUNCUL SEORANG LELAKI TUA YANG TAMPAK MASIH GAGAH

GAGAH

Saya permisi pulang sekarang saja Mbah

EMBAH PUTRI

Bagaimana keputusanmu, nak?

GAGAH

Tetap pada pikiran pertama, Mbah

EMBAH PUTRI

Kamu terlalu banyak membaca buku-buku tragedy. Tapi Mbah sudah membuka

segala macam kemungkinan dan kerangka berpikir yang lain kepadamu, jadi Mbah

serahkan saja semuanya kepada kamu sendiri

GAGAH

Mbah memang kaya. Tapi aku mantap sudah

EMBAH PUTRI

Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan

GAGAH

Permisi, Mbah

EMBAH PUTRI

Ya, nak. Jangan lupa kirim kabar kalau kamu sudah mati

GAGAH

Baik, Mbah

LALU EMBAH PUTRI MENANGIS LAGI

NABI

Siapa lagi lelaki tua yang gagah itu?

SEMAR

Pemimpin salah sebuah Negara di Eropa yang keadaan ekonominya morat-marit. Ia

putus asa, ia bermaksud bunuh diri, supaya riwayatnya lebih istimewa. Ia datang ke

orang-orang tua itu meminta pertimbangan dan orang-orang tua itu telah

menjelaskan bahwa keagungan yang dibayangkan orang sebenarnya hanya bumbu

dongeng saja

EMBAH PUTRI

Kita harus hidup artinya kita juga harus mati. Hidup membutuhkan mati, anak-

anakku. Setiap mahluk mem punyai batas waktu hidup yang pada dasarnya telah

disesuaikan dengan kemampuan mahluk itu dalam rangka kesemestaan. Di luar

atau keluar dari kerangka ini akan menyebabkan kegoncangankegoncangan, baik

pada semesta mau pun pada yang bersangkutan sendiri. Yakinlah bahwa stiap

penyelewengan hanya akan menghasilkan penyelewengan juga. Mbah menyimpan

hampir semua rahasia semesta. Mbah bisa mengatakan dan membukakan

semuanya. Kalian mau apa? Jamu penangkal mati? Baik, tapi ingat-ingat, namanya

jamu dadar bayi karena bahan-bahannya dibuat dari jantung bayi yang dikeringkan

BOROK

Kami butuh yang ready to use, Mbah

RANGGONG

Soalnya karena waktu sudah sangat mendesak. Waska sudah dalam keadaan

sakaratul maut

EMBAH PUTRI

Jangan sok tahu. Tapi pergilah sekarang. Semuanya sudah Mbah katakan

RANGGONG

Jadi kami harus mendapatkan jantung bayi dan mengeringkannya, Mbah?

EMBAH PUTRI

Ya, kamu tega? Mengeringkan lalu kamu tumbuk sampai halus dan selanjutnya

dapat kamu minum bersama minuman apa saja asal panas. Nah, kamu tega?

(Borok dan ranggong cuma saling berpandangan)

Berapa generasi yang kamu ingin saksikan? Bunuh saja bayi sebanyak-banyak

kamu perlukan, kalau kamu sampai hati

BOROK

Tiga orang bayi saja. Buat kita bertiga

RANGGONG

Tidak. Lima belas bayi

EMBAH PUTRI

Kalian rakus sekali. Kami orang-orang sederhana dari bukit Himalaya ini tidak

pernah memasalahkan mati mau pun menjadikan ajal sebagai masalah. Lebih-lebih

sebagai musuh. Tapi, kalau kalian belum menjawab pertanyaan Mbah. Kalian

memang tega!?

BOROK

Modar!

RANGGONG

Tega, Mbah!

EMBAH PUTRI

Kalian memang terlalu gagah. Dan Mbah tak punya daya apa-apa kecuali hanya

mengemukakan segala sesuatunya. Sayang sekali, tetapi beginilah lakonnya

RANGGONG

Terima kasih Mbah, terima kasih

BOROK

Permisi Mbah, terima kasih

MUSIK

LALU KEDUANYA LARI SAMBIL MENERIAKKAN NAMA WASKA. DAN

EMBAH PUTRI MENANGIS DI SISI

EMBAH LAKI YANG PULAS TIDUR. SETELAH BEBERAPA SAAT EMBAH

LELAKI TERJAGA

EMBAH

Sayang, kita tidak boleh menangis seperti itu

EMBAH PUTRI

Saya hampir tidak bisa tahan lagi tugas ini

EMBAH

Kita harus tahan sayang, harus tahan. Tugas semesta lebih berat daripada kita. Kita

harus

membantunya. Nah, berhentilah menangis agar kicau burung pagi hari tidak

terganggu kemerduannya

LALU EMBAH PUTRI BERHENTI MENANGIS

EMBAH

Senyum, sayang, karena dengan senyum, kuntum-kuntum bunga akan lebih

semarak mekarnya

(Mbah putri tersenyum)

Kecantikanmu telah menggetarkan keindahan pagi hari

EMBAH PUTRI

Kamu betul-betul penghibur sejati

NABI

Mesra sekali mereka

SEMAR

Mereka sebenarnya jelmaan dari sepasang burung yang jenisnya telah lama musnah

EMBAH

Sudah waktunya kita mandi di sungai, sayang

EMBAH PUTRI

Aku ingin mandi di pancuran

EMBAH

Kalau begitu, kita mandi di pancuran

LALU KEDUANYA BERJALAN

EMBAH PUTRI

Berjingkat, sayang. Jangan kejuti rumput-rumput

LALU KEDUANYA BERJINGKAT DAN KELUAR

PELUIT KERETA API

LONCENG DUA KALI

SETELAH BEBERAPA

SAAT!

WASKA DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG MEMPERDENGARKAN

SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

RANGGONG DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG

MEMPERDENGARKAN SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

BOROK DAN SEBUAH RADIO TRANSISTOR YANG MEMPERDENGARKAN

SEBUAH LAGU DANGDUT DI SUATU TEMPAT

KETIGANYA SAMA MASYUK SEKALI DALAM MENIKMATI LAGU-LAGU ITU.

DAN KEMUDIAN KETIGANYA MENARI. LALU MUNCUL BIGAYAH MENARI

BERSAMA WASKA

BIGAYAH (setelah dan dalam menari)

Kamu gembira sekali Waska

WASKA

Aku selalu gembira, selalu. Yahuy. Ini betul-betul kesenian

RANGGONG

Borok, kamu paham semua yang dikatakan Mbah Putri?

BOROK

Tak

RANGGONG

Tapi kamu tahu, kita harus membunuh bayi sebanyak kita eprlukan?

BOROK

Ya

RANGGONG

Artinya untuk menyambung umur, kita harus tega mengerjakan hal-hal sebagai

berikut:

Satu, membunuh bayi

Dua membedah bayi,

Tiga merenggut jantung bayi

Empat, menegringkan, menjemur atau memanggang jantung bayi

Lima, menumbuk jantung bayi kering sampai halus

Enam, meminum wedang yang mengandung bubuk jantung bayi

BOROK

Modar! Modar!

RANGGONG

Kamu tega?

BOROK

Lebih dari itu aku tega. Aku mampu menyembelih semua penduduk dunia atau

meledakkan dunia sekaligus

RANGGONG

Di mana kita bisa dapatkan bayi sebanyak kita perlukan?

BOROK

Gampang. Kenapa itu kamu tanyaka? Di kuburan juga bisa kita dapat

RANGGONG

Di kuburan? Ide bagus

BOROK

Kalau setuju ayo kita turun

MUSIK

LALU TURUNLAH MEREKA DARI PUNCAK GUNUNG YANG SANGAT TINGGI

ITU, SEMENTARA MALAM BERTAMBAH LARUT DAN ANGIN SEMAKIN

KENCANG DAN UDARA SEMAKIN DINGIN

DALAM CAHAYA SAMAR-SAMAR DI KOMPLEKS KUBURAN YANG SANGAT

LUAS ITU MUNCUL DUA

BAYANGAN MANUSIA YANG MASING-MASING MEMBAWA KAIN KAFAN.

DAN DALAM BAYANGAN

TAK JELAS ITU TAMPAK SERTA KEDUANYA TERLIBAT PERCAKAPAN

SEBAGAI BERIKUT

JURU KUNCI

Kain kafan dari mayat baru saj dikubur, malamnya jadi sasaran latihan calon-calon

pencuri. Selain itu mereka juga menganggap kain kafan kwalitas itu memberikan

suatu kesaktian tertentu (Ketawa) macam-macam

ANAKNYA

Pada jam-jam berapa bisaanya calon-calon pencuri itu muncul beh?

JURU KUNCI

Satu dua jam setelah babeh sikat habis semua kuburan baru (Ketawa) Babeh selalu

lebih cepat.

Soalnya babeh jurukunci kuburan di sini (Ketawa) Ayo, kita lipat dulu, baik-baik. Ini

rejeki (Ketawa)

(Lalu keduanya duduk dan melipat lembaran-lembaran kain kafan itu)

Jangan kuatir, mayat-mayat itu tidak akan kedinginan. Lagi pula mereka toh harus

membisaakan diri telanjang di bawah tanah, lantaran roh mereka pun telanjang

bulat di langit sono (Ketawa). Anakku, kain kafan ini, sialan ada yang lacu,

merupakan penghasilan ekstra buat juru kunci yang gak sempat korupsi (Ketawa)

kamu bisa tamat SMA juga karena penghasilan tambahan ini. Kamu harus

bersyukur bawha mayat pun bisa menolong orang yang masih hidup (Ketawa)

Sekarang sudah waktunya kamu menggantikan pekerjaan babeh karena pekerjaan

lain sukar di dapat. Memang sebenarnya tidak perlu kamu capek-capek belajar

sampai SMA untuk pekerjaan ini, soalnya dulu Babeh kira dengan ijazah SMA

kamu bisa jadi walikota (Ketawa)

BOROK

Jangan ketawa-ketawa, ya

BOROK DAN RANGGONG TIBA-TIBA MUNCUL. JURU KUNCI DAN

ANAKNYA DIAM SAJA

JURU KUNCI

Jangan kaget nak. Kalau mendengar suara, babeh yakin ini suara arwah

BOROK

Jangan macam-macam. Kalian bisa modar

JURU KUNCI

Wah, ini pasti calon pencuri

BOROK

Kami biangnya. Berdiri dan jangan banyak mulut!

JURU KUNCI

Biang atau bukan tapi sama-sama suka mencuri, kan? (Ketawa) biang roti, biang

gula, biang pencuri, biang keladi… Rupanya ada banyak biang. Aduh, biang-biang

(Ketawa)

HAMPIR SAJA BOROK MENERKAMNYA. TAPI RANGGONG SEGERA

MENGHALANGINYA

BOROK

Dia mempermainkan kita

RANGGONG

Tidak. Justru dia mempermainkan dirinya

BOROK

Dia membuang waktu

RANGGONG

Tidak. Waktu membuang dia

JURU KUNCI

Ya, situa ini memang berada di luar waktu karenanya si tua ini gampang tertawa

(Ketawa)

BOROK

Modar! Modar!

ANAKNYA

Hati-hati Beh, mereka serius. Matanya merah

JURU KUNCI

Jangan. Jangan serius, nanti gampang sakit mata. Hidup ini gampang-gampang

susah. Karenanya jangan dibikin gampang. Tapi juga jangan dibikin susah. Sedeng-

sedeng saja (Ketawa)

RANGGONG

Sudah, pak kunci? Sudah bicaranya?

JURU KUNCI

Sudah, sudah. Silakan kalau mau bicara

RANGGONG

Kami ke sini bermaksud…

JURU KUNCI

Tahu. Tahu. Tentang itu aku tahu. Pilih saja beberapa helai. Semuanya kain kafan

dari mayat yang masih hangat

RANGGONG

Kami tidak memerlukan kain kafan. Malam ini kami hanya perlu petunjuk bapak

JURU KUNCI

Petunjuk apa?

RANGGONG

Kami perlu lima belas kuburan bayi

JURU KUNCI

Baru? Lama? Sedang?

RANGGONG

Baru

JURU KUNCI

Saya hapal di mana mereka semuanya. Kompleks kuburan ini seperti perkebunan

saja buat saja.

Menghasilkan (Ketawa)

Ikutlah. Satu sama lain berpencar, jelas. (Ketawa) Sebentar. Kita belum

merundingkan segi bisnisnya, kan?

RANGGONG

Maksudmu apa?

JURU KUNCI

Berapa kalian mau bayar? (Ketawa)

BOROK

Bereslah itu!

JURU KUNCI

Ha, kalian ternyata satu pengalaman lagi. Camkan. Kata beres justru yang paling

gak beres (Ketawa) Jadi, berapa?

RANGGONG

Dua ratus satu lobang

JURU KUNCI

Dua ratus? Nggak satu ribu

RANGGONG

Satu ribu? Nggak. Lima ratus

JURU KUNCI

Nggak

RANGGONG

Enam ratus

JURU KUNCI

Jadi. (Kepada anaknya) Total berapa, nak?

ANAKNYA

Sembilan ribu, Beh

JURU KUNCI

Bayar dimuka

SAMBIL MELOTOT, RANGGONG MENYERAHKAN UANGNYA DAN

BOROK

Modar! Modar!

JURU KUNCI

Hitung, nak

ANAKNYA

Tidak kurang, Beh

JURU KUNCI

Berangkat kita (Ketawa)

BOROK

Modar! Modar!

BEGITULAH MEREKA MELEWATI KUBURAN DEMI KUBURAN DALAM

MALAM TERANG BULAN

JURU KUNCI (Menyanyi)

Terang bulan terang rezeki

Tenang badan tenanglah hati (Ketawa) Mot!

(Lalu bertumpuklan lima belas pocong mayat bayi, bagaikan tumpukan

guling kecil) Berapa jang?

ANAKNYA

Lima belas, Beh

JURU KUNCI

Bukan main capeknya. Lima belas kuburan hanya dengan dua belah tangan tua ini.

Tapi omongomong ukuran kafannya jelas kecil sekali

RANGGONG

Kami nggak butuh kain kafan. Kami akan membedah mayat-mayat bayi itu dan

mengeluarkan jantungnya

JURU KUNCI

Autopsi?

BOROK

Ayolah kita kerjain, Ranggong

RANGGONG

Baskom man, baskom?

SESEORANG MENYERAHKAN BASKOM

JURU KUNCI

Sebentar, sebentar. Kalian hanya kuizinkan untuk mencopot kain kafannya saja.

Lebih dari itu kalian harus mendapat izin khusus dari ahli waris mereka

RANGGONG DAN BOROK SAMA SEKALI TIDAK MENGHIRAUKAN MEREKA

HANYA SIBUK MEMBEDAH MAYAT-MAYAT ITU. BAUNYA BUKAN MAIN

DAN SI ANAK MUNTAH TERUS JADINYA

JURU KUNCI

Kejahatan kalian melewati batas

RANGGONG

Apa ada batas?

JURU KUNCI

Setidak-tidaknya kita ahrus punya rasa jijik biar sedikit

BOROK

Modar! Modar!

JURU KUNCI

Berhenti. Aku bilang berhenti. Berhenti.

(Mereka terus saja membedah. dan si anak terus muntah)

Berhenti. Berhenti aku bilang. berhenti

BOROK

Modar! Gua granat duluan. Bum!

TUBUH JURU KUNCI BERSERAK

ANAKNYA

Lu bunuh babe gua?

BOROK

Modar!

Bum!

TUBUH SI ANAK BERSERAK

JURU KUNCI

Gue sekarang jadi arwa

ANAKNYA

Gue juga, Beh

JURU KUNCI

Ingat, Borok. Ingat, Ranggong. Tunggu tanggal mainnya. Arwah gue dan arwah

anak gue akan membalas dendam

LALU JURU KUNCI DAN ANAKNYA KELUAR SAMBIL KETAWA KAYAK

HANTU. DAN BERSAMAA ITU BOROK DAN RANGGONG PUN KETAWA

MEMBAHAN

WASKA

Borok! Ranggong!

BOROK

Waska!!!

LALU SEKETIKA SEMUA ORANG TAHLIL SEMENTARA BEBERAPA YANG

LAIN MENGUBURKAN MAYATMAYAT TADI

SESEORANG

Terkutuk! Pembunuh biadab!

SESEORANG

Semoga alam beserta isinya mengutuk mereka!

SESEORANG

Saudara-saudaraku, kami mohon janganlah mengutuk. Demi Tuhan, jangan.

Karena kita semua tidak tahu apa-apa

KEMUDIAN SEMUANYA SAMA BERDOA DAN TERAKHIR MENINGGALKAN

KUBURAN-KUBURAN ITU

BAGIAN KETIGA

LONCENG DUA KALI

LAGU DANGDUT DARI SEBUAH RADIO TRANSISTOR. WASKA, BIGAYAH

MENARI, BOROK MENARI

RANGGONG

Kamu menang Waska

WASKA

Kita menang

BOROK

Modar! Modar!

BIGAYAH

Ubabnmu tiba-tiba hilang. Kamu pakai semir, Waska!?

WASKA

Aku tidak pake semir

RANGGONG

Kita tidak perlu pake semir

BOROK

Modar! Modar!

WASKA

Yahuy! Ini betul-betul kesenian

PADA SAAT ITU JONATHAN MENONTON SAJA DI KEJAUHAN

JONATHAN (Jauh)

Waska! Aku punya mainan baru

BIGAYAH

Setiap detik, kamu makin gagah, Waska

WASKA

Kita menang, Gayah

RANGGONG

Kita menang, Borok

BOROK

Modar! Modar!

JONATHAN (Jauh)

Kamu tidak dengar, Waska? Aku memanggilmu

LALU SEMUA ORANG SAMA MENARI, BUKAN MAIN RAMAINYA, BETUL-

BETUL MEREKA FLY. FLY. DAN DANGSUT ITU MEMANG SEDANG

MEMABUKKAN MEREKA

LONCENG DUA KALI

DAJJAL MERAUNG-RAUNG

WASKA

Bising, Dajjal – bising – Barabas

RANGGONG

Bagaimana, Waska?

WASKA

Berdirilah di samping saya – juga kamu, Borok

LALU KETIGANYA BERDIRI DI PUCUK BUKIT, SEMENTARA PARA PENGIKUT

MEREKA MEMENUHI

LEMBAH

TERJALNYA DAERAH ITU BUKAN MAIN. DAN MATAHARI BUKAN MAIN

TERIKNYA

WASKA

Sebelum dan sesudah pesta ini tidk adalagi pesta yang lebih besar dan yang lebih

meriah yang memungkinkan seluruh kegembiraan kita tumpah sehingga tuntas

dasar sumbernya. Pesta ini pesta kami atas suatu kemenangan karena kami akan

memiliki 200.000 faja dan 200.000 senja. Anakanakku, di bukit yang terjal ini,

kekosongan kita telah sampai pada kesempurnaannya, kesepian kita yang

kerontang semakin berdebu dan matahari di ubun-ubun kita memanggangnya,

mermunya, meraciknya sehingga hanya topanlah yang kita tunggu hardikannya

agar terciptalah badai debu yang akan menyapu sudut-sudut kota. Dalam beberapa

detik lagi, kita akan mendneguskan nafas amarah kita yang dihembus oleh gas bau

bacin dari eprut kita yang kosong, melanda sebagai wadah epidemic yang tak akan

tertahankan oleh kota yang sombong ini. Dibukit ini kami berdiri bagaikan tiga

batang lilin hitam dengan nyala ungu

JONATHAN

Waska, amarahmu berlebihan. Pidatomu bagaikan sajak cengeng penyair remaja

yang cengeng

WASKA

Jangan main-main, Jonathan, gua lagi serius

JONATHAN (Jauh)

Gue juga serius. Lu yang gak serius

WASKA

Aku bisa membunuh dia. Aku marah

RANGGONG

Jangan hiraukan, Waska sahabatmu itu sedang mabuk

BOROK

Modar! Modar!

WASKA

Kami bertiga berdiri bagaikan trisula yang berkarat yang digenggam bermilyar

tangan lapar dan dahaga, lapar badan dan lapar jiwa

JONATHAN

Waska, kamu lupa percakapan kita malam-malam di New Orleans, di geladak kapal

tua itu?

WASKA

Anak-anakku, mulai aku mencium bau malam yang akan menetaskan impian tua itu

KOOR

Kemiskinan telah menghalau kami

Ke kota yang penuh kemiskinan ini

Kemiskinan telah mengajar mencuri

Mencopet

Menjambret

Menodong

Menggarong

Desa telah mengusir kami

Kota telah mengusir kami

Apakah langit juga akan mengusir kami?

DEBLENG

Waska, kegelapan telah turun di mana-mana, bolehkah saya mempersiapkan segala

sesuatunya?

WASKA

Siapkan! Siapkan! Kenakan kostum menurut impian kalian masing-masing. Juga

kenakan rias kalau mau. Kegelapan juga sudah berdandan pula. Bulan terlalu kecil

untuk langit seluas itu, tapi untung bintang-bintang cukup banyak sehingga tidak

terlalu lengang. Siapkan! Siapkan! – mana air kelapa saya, Borok, air kelapa!

LALU BOROK MEMBERIKAN SEBUAH KELAPA KEPADA WASKA, DAN

SEMENTARA ITU SEMUA ORANG SIBUK MENGENAKAN KOSTUM MASING-

MASING. ADA YANG PAKE KOSTUM BADUT ALA FILM KOBOI. ADA YANG

KAYAK DETEKTIF. ADA YANG KAYAK WAROK. MACAM-MACAM

RANGGONG

Kamu tidak pake kostum khusus dalam perampokan nanti?

DEBLENG

Ya, Borok. Aku kira kamu paling cocok mengenakan kostum ala bandit Chicago

seperti dalam film

BOROK

Modar! Gue bandit terbesar, lebih besar dari Alcapone, gua nggak mau tiru-tiru

DEBLENG

Gue mau pake topeng biar serem. Habis muka gua klimis

JONATHAN(Muncul)

Waska

SEJAK TADI WASKA ASYIK DENGAN IMPIAN DALAM KEPLANYA, DAN KALI

INI IA MENGHISAP CANGKLONG, NIKMAT SEKALI

JONATHAN

Kamu tidak pengen berlayar lagi?

WASKA

Aku sudah tua

JONATHAN

Aku dengar kamu telah minum jamu….

WASKA

Maksudku aku punya pekerjaan lebih besar

JONATHAN

Amarah maksudmu?

WASKA

Apalah namanya tapi yang terpenting besar dan penting buat kemanusiaan

JONATHAN

Kalimatmu besar sekali

WASKA

Tapi masih kecil dibanding mulutmu

JONATHAN TERSENYUM SEMENTARA MEMIKIRKAN CARA LAMA UNTUK

MEMOJOKAN PIKIRAN, SIKAP SERTA RENCANA SAHABATNYA YANG EDAN

ITU

WASKA

Aku bukan anak-anak, Jonathan

JONATHAN

Apa betul kita sedang bertengkar? Aku kira sejak beberapa hari yang lalu aku

hanya sedang berusaha mengembalikan kamu kepada kamu yang dulu, kamu yang

kaya akan ketawa, kaya akan dongengdongeng, kaya akan leleucon-lelucon

WASKA

Dulu memang aku paling pintar menghibur diriku atas keburukan keadaan ini. Tapi

ketawa yang berulang-ulang itu telah menjelma menjadi amarah, dongeng telah

menjadi keluh dan telah menjelma menjadi rumusan-rumusan, lelucon sampai pada

puncaknya dan telah menciptakan kesimpulankesimpulan serta sikap-sikap

JONATHAN

Tapi rumusan-rumusan, kesimpulan-kesimpulan da sikap-sikapmu sangat gegabah

dan kacau balau karena semuanya bertolak dari amarah. Waska, aku tak hendak

berdebat lebih panjang dan lebih ruwet. Marilah kita sederhana saja berpikir. Terus

terang, jalanmu jalan keliru, jalan yang meninggalkan akal budi, jalan yang akan

lebih memburukan keadaan, jalan yang tidak akan menolong sama sekali, jalan….

WASKA

Lalu apa yang kamu sarankan? Tetap ketawa-ketawa, menciptakan dongeng-

dongeng, leluconlelucon?

JONATHAN

Aku hanya menyarankan agar kamu berlaku wajar saja

WASKA

Wajar itu bagaimana? Sopan itu wajar? Kaya itu wajar?

JONATHAN

Aku bisaa berurusan dengan harmoni, aku….

WASKA

Kamu mau menyinggung soal keselarasan alam? Dalam rangka ini pastilah

kejahatan penting adanya

JONATHAN

Begini, Waska. Bagaimana pun perbuatan jahat….

WASKA

Berhentilah kau nyap-nyap. Akuilah sebenarnya kamu tidak pernah berpikir.

Sekarang dengarkanlah pokok-pokok pikiran saya. Aku sampai pada kesimpulan

bahwa pada hakekatnya semua orang jahat, atau sebaliknya, semua orang baik.

Karenanya, apa pun yang dilakukan orang adalah jahat tapi juga sebaliknya, baik.

Jadi apa pun yang kulakukan adalah jahat dan baik, seperti apa yang dilakukan

guru taman kanak-kanak. Tapi seandainya apa yang kulakukan adalah jahat

semata-mata, maka kejahatan orang lain pastilah akan berlipat lagi ukurannya

JONATHAN

Kamu kehilangan sesuatu tapi kamu tidak menyadarinya, Waska. Cobalah sebentar

kenangkan semuanya secara utuh. Berlakulah adil, timbanglah satu demi satu dari

seluruh yang kamu miliki

WASKA

Janganlah mencoba mengorek-ngorek masa lampauku. Sentimental! Dan lagi

apakah kamu kira ketika aku berlayar dulu, ketika aku menjadi kelasi lantaran

didorong oleh romantic keremajaan kelaurga ningrat? Seperti romantic semangat

kesenianmu yang penuh skandal itu?

JONATHAN

Waska!

WASKA

Tidak, Jonathan. Segala tindak-tandukku, langkah-langkahku, sepak terjangku,

semua perbuatanku didorong oleh semangat mencari makan sebagaimana layaknya

jenis hewan lainnya. Dan segala ocehanmu tentang akhlak, budi pekerti, moral dan

tetek bengek lainnya. Sekarang aku tahu, hanyalah tetek bengek orang yang

kenyang dan tidak untuk orang yang lapar. Mereka mempeributkan semua itu

hanyalah agar waktu makan mereka tida terganggu. Dan segala omong kosong itu

secara bangga kaunyanyikan di mana-mana dan kamu mendapatkan tepuk tangan,

lemparan bunga, lemparan uang, lemparan makanan, bahkan lemapran

kehormatan. Suatu skandal terbesar yang tak pernah terungkap!

JONATHAN

Sebentar, Waska! Kamu ngaco! Amarahmu tak ketentuan arah!

WASKA

Amarahku memang ke segenap arah

JONATHAN

Terus terang aku tak berkehendak berdebat soal kesenianku, apalagi soal lainnya,

karena pikiranmu belingsatan. Tapi satu hal, kamu sendiri tahu kesenian yang

kamu bicarakan sudah lama aku tinggalkan dan kamu sendiri juga tahu bagaimana

selama ini aku menulis serta menyanyi tentang kalian, tentang kamu!!

WASKA

Kalau begitu, kamu sedang memainkan skandal yang lain dan mungkin yang lebih

besar lagi. Jontahan, ternyata jiwamu cacingan, atau mungkin kamu idiot tanpa

diketahui sejarah. Selama ini kamu mengira nyanyian kamu, kesenian kamu

mewakili kelaparan kami, amarah kami!? Cuah! Ilusi! Dan lebih dari itu, sambil

membungkam rasa persahabatanku padamu, aku menuduhmu, aku mendakwa

kamu mengatasnamakan kami, penderitaan-penderitaan kami dan kamu mendapat

keuntungan dan kehormatan

JONATHAN

Dakwaanmu terlalu berat

WASKA

Tapi masih terlalu ringan dibanding penipuan-penipuanmu. Dan ketahuilah,

nasehat-nasehatmu adalah pepatah-pepatah kuno yan sudah mati. Karenanya,

pergilah

JONATHAN

Aku menyesal sekali, persahabatan kita yang berpuluh tahun berakhir seperti ini.

Maksudku, kamu putus secara sepihak dan keji seperti itu. Tapi sebelum segala

sesuatunya berakhir aku minta supaya kamu sudi mendnegarkanpenjelasan-

penjelasanku tentang kesenian saya, tentang ahlak dan nilai persahabatan

WASKA

Kamu ingin mengatakan bahwa kesenian penting untuk menajga kesenimbangan

supaya manusia jangan cepat sinting. Kamu juga ingin mengatakan bahwa ahlak

tidak ada hubungannya dengan makan dan tidak makan. Nah, aku telah

mengucapkannya, cukup bukan? Jonathan, terus terang emosiku mulai mbuldak

dan amarah sudah di puncak, karena tiba-tiba aku merasa dikalahkan oleh penjahat

lain yang jauh lebih besar, yaitu kamu. Kejahatan yang tengah kuhidupi

mendapatkan saingan berat dari kesenianmu dan aku tak mau disaingi. Nah, aku

minta tinggalkan tempat ini

JONATHAN

Aku masih punya beberapa hal….

WASKA

Simpan saja atau nyanyikan buat orang lain

JONATHAN

Sebelum aku meninggalkan tempat ini, bagaimana kalau kita minum-minum dulu di

warung, setidaktidaknya kita masih bisa mengenangkan tahun-tahun persahabatan

kita.

(Waska menyalakan cangklongnya)

Sebenarnya aku sangat tersinggung sekali, tapi aku tahu kamu dalam keadaan yang

tidak normal.

Bagaimana kalau malam ini aku usulkan the teko ala Tegal

(Waska kelihatan naik turun napasnya)

Waska….

WASKA (Teriak)

Borok!

JONATHAN

Jangan keterlaluan. Saya akan pergi

(lalu jonathan melangkah)

Kapan-kapan aku akan datang lagi Waska

SUARA KERETA API

WASKA

Malam betul-betul tua, umang-umang

SEMUA

Ya, Bapa

WASKA

Kota sudah tidur, anak-anakku

SEMUA

Ya, Bapa

WASKA

Merayap, merayap, anak-anakku

SEMUA

Ya, Bapa

WASKA

Pilih rumah yang paling bagus, anak-anakku

Ya, Bapak

WASKA

Ranggong!

RANGGONG

Ranggong di sini, Waska, di becak nomor tiga belas

WASKA

Debleng!

DEBLENG

Di sini, Waska. Di balik tong sampah

WASKA

Gustav!

GUSTAV

Di bawah jembatan, Waska

WASKA

Borok!

BOROK

Gua di kuburan cina, Waska

WASKA

Japar!

JAPAR

Aku dalam buskota, Orang tua

WASKA

Engkos!

ENGKOS

Gua di apsar, Waska, di pasar

WASKA

Menetas. menetas

Ya, Bapak

RANGGONG

Seratus tiga puluh bank

SEMUA

Gedor

BOROK

Empat ratus pabrik

SEMUA

Gedor

BOROK

Empat ratus pabrik

SEMUA

Gedor

DEBLENG

Ribuan Toko-toko

SEMUA

Gedor

DEBLENG

Ribuan toko-toko

SEMUA

Gedor

BUANG

Ribuang warung-warung

SEMUA

Gedor

BUANG

Ribuan warung-warung

Gedor

WASKA

Yak, yak, yak

JONATHAN

Kamu pikun

SEMUA

Gedor

BIGAYAH

Je, kayak pasar malam

SEMUA

Gedor

BIGAYAH

Je, bagi dong. Gua juga pengen makan

SEMUA

Gedor

BIGAYAH

Je, pake gigi emas semua

SEMUA

Gedor

BIGAYAH

Pake emas, pake intan, pake sutera, pake bedak, pake gincu, pake kitek, pake

parfum, pake kacamata, pake stoking, pake-pake, pake-pake, pake-pake….

WASKA

Yak, yak, yak

SEMUA

Yak, yak, yak

DANGDUT. SEMUA MENARI. SEMUA DALAM PESTA. BUKAN MAIN MERIAH

PESTA MEREKA. TAPI

TIBA-TIBA SEMUA, KECUALI WASKA, RANGGONG, BOROK, PERGI ENTAH

KEMANA. TAPI KEMUDIAN

MEREKA MUNCUL LAGI DAN KEMBALI MENARI

LONCENG DUA KALI

SEMUA TIDUR

LONCENG DUA KALI

SEMUA

Gedor

WASKA

Yak, yak, yak

SEMUA

Yak, yak, yak

LONCENG DUA KALI

PERJALANAN

WASKA, RANGGONG, BOROK LAGI MANCING DI LAUT

PERJALANAN

BOROK

Kok semua pergi?

RANGGONG

Mereka sudah mati, kan?

WASKA

Berapa umur kita

ARWAH-ARWAH MUNCUL

WASKA

Siapa kalian?

SEMUA

Arwah, hahahaha…

ARWAH-ARWAH LENYAP

RANGGONG

Tenang, tenang

BOROK

Tenang, tenang

WASKA

Matahari sedang berenang. Beberapa saat lagi ia tenggelam

RANGGONG

Malam

BOROK

Ngantuk

WASKA

Tidur

RANGGONG

Kena. Kena. Kena

BOROK

Tarik. Tarik. Tarik.

WASKA

Hiburan. Hiburan. Hiburan.

RANGGONG

Berat sekali

BOROK

Jangan sampe patah

WASKA

Pasti ikan paus

RANGGONG

Bantu

WASKA

Ayo kita tarik sama-sama. Satu, dua, tiga

RANGGONG

Lho, kok Debleng

BOROK

Debleng?

WASKA

Kok ada dalam laut?

DEBLENG

Gue arwah

WASKA

Kok dalam laut?

DEBLENG

Gue sendiri gak tahu kenapa. Tolong jangan diajak ngomong terus, gue capek.

Tolong. Kuburkan lagi mayat gue

WASKA

Ini kewajiban. Akan saya kubur. Ayo Ranggong, Borok

(Debleng membisikan sesuatu)

Betul? Langit juga menolak? Gue mesti protes

DEBLENG

Tapi kamu belum mati

(Waska geram sekali)

Tolong, kuburin gue dulu

LALU KETIGANYA MENGUBURKAN DEBLENG

RANGGONG

Tenang, tenang

BOROK

Tenang, tenang

WASKA

Matahari sedang berenang. Beberapa saat lagi ia akan terbit

RANGGONG

Siang

BOROK

Bosan

WASKA

Tidur

RANGGONG

Kena. Kena. Kena

BOROK

Nggak usah ditarik. Diamin saja. Bosan

WASKA

Bosan

RANGGONG

Bosan

WASKA

Matahari terbit

BOROK

Kita nggak pernah terbit

WASKA

Matahari tenggelam

RANGGONG

Kita tak pernah terbenam

BOROK

Terbit terbenam terbit terbenam

WASKA

Kita Cuma diam

BOROK

Angin berhembus

WASKA

Kita Cuma diam

RANGGONG

Bulan bersinar

WASKA

Kita Cuma diam

BOROK

Ada anak lahir

RANGGONG

Ada anak berangkat dewasa

BOROK

Berangkat tua

RANGGONG

Berangkat mati

WASKA

Kita Cuma diam. Tidak berangkat ke mana-mana

RANGGONG

Ada daun widara

BOROK

Melayang dalam angina

RANGGONG

Jatuh, membusuk, menjadi rabuk

WASKA

Kita Cuma diam, Cuma diam

RANGGONG

Semua bergerak. Awan berarak

BOROK

Semua bergerak. Ada perahu bergerak

WASKA

Kita Cuma diam

LONCENG DUA KALI

WASKA

Setidak-tidaknya kita berusaha untuk bisa tidur

BOROK

Modar!

RANGGONG

Biar apa?

WASKA

Siapa tahu kita bermimpi tenggelam, terbenam atau melayang, gugur, jatuh,

membusuk atau bahkan mimpi mati sama sekali, atau siapa tahu kita tak pernah

bangun lagi?

RANGGONG

Tenang, tenang

BOROK

Tenang, tenang

WASKA

Matahari kembali berenang bersama ikan-ikan dan laut semakin dalam lantaran

malam

LONCENG DUA KALI

WASKA

Kalian siapa? Kalian siapa?

RANGGONG

Kamu siapa?

DEBLENG

Cicit pak Debleng

BOROK

Kamu?

BUANG

Cicit Buang

RANGGONG

Kamu?

BIGAYAH

Cicit Bigayah

WASKA

Kamu mirip sekali

RANGGONG

Kita boleh mulai lagi, Waska?

BOROK

Modar! Modar!

WASKA

Yak. Yak. Yak

SEMUA

Gedor

WASKA

Yak. Yak. Yak

SEMUA

Gedor

LALU SEMUANYA PERGI LAGI

BOROK

Mereka pergi lagi. Mereka pergi lagi

RANGGONG

Kan mereka sudah mati

WASKA

Tenang, tenang

RANGGONG

Matahari mulai berenang lagi

BOROK

Tenang, tenang

RANGGONG

Matahari mulai berenang lagi WASKA

Tenang. Pikiranku mulai bekerja lagi

LONCENG DUA KALI

PERAMPOKAN SEMESTA. MEREKA DATANG LAGI

BOROK

Bau bangke. Bau bangke

SEMUANYA MEMBENARKAN

RANGGONG

Ini laut apa kuburan?

WASKA

Sama saja

PERAMPOKAN SEMESTA

MEREKA PERGI LAGI

TIBA-TIBA WASKA MENYABET-NYABETKAN TANGAI KAILNYA, MAKIN

KENCANG DAN MAKIN KENCANG, RANGGONG JUGA MELAKUKAN HAL

YANG SAMA. JUGA BOROK

BOROK

Bosan. Bosan

RANGGONG

Apa yang kamu lakukan, Waska?

WASKA

Nggak tahu. Nggak tahu

LALU MEREKA KEMBALI MANCING LAGI

RANGGONG

Tenang. Tenang

BOROK

Nggak. Nggak. Nggak tenang

TIBA-TIBA WASKA, YANG TUA DAN PURBA ITU MENANGIS MEMEDIHKAN

SEKALI. RANGGONG JUGA,

BOROK JUGA

WASKA

Semuanya sudah kita lakukan

RANGGONG

Ya

BOROK

Ya

WASKA

Cuma mati yang belum

RANGGONG

Ya. Ya

BOROK

Kita bunuh diri saja, pak

RANGGONG

Yuk

WASKA

Bunuh diri?

BOROK

Ya

WASKA

Ide bagus. Yuk.

LALU MEREKA SALING BERPANDANGAN ‘SELAMAT TINGGAL’ DAN

SELANJUTNYA MEREKA BERUSAHA MENUSUK PERUT MEREKA MASING-

MASING DENGAN TANGKAI KAIL (WALISAN).

TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG BERMUNCULAN

MENGGAGALKAN NIAT

MEREKA, SEKUAT TENAGA ORANG-ORNG MENGHALANGI PERBUATAN

NEKAD MEREKA, LALU SETELAH KETIGANYA KEMBALI TENANG. ORANG-

ORANG KELUAR

WASKA

Nggak jadi mati kita

RANGGONG

Kebaikan yang jelek

BOROK

Pokoknya jahat

RANGGONG

Kita berantem saja yuk! Bunuh-bunuhan

BOROK

Yuk

WASKA

Kalau mau berantem, kita mesti bertengkar duluan, dong

RANGGONG

Sialan!

WASKA

Babi!

BOROK

Monyet!

RANGGONG

Kutu!

BEGITULAH SELANJUTNYA MEREKA SALING MELONTARKAN KATA

UMPATAN. MAKIN LAMA MAKIN

PANAS. MAKIN PANAS MAKIN MATENGLAH MENTAL MEREKA UNTUK

SALING BERBUNUHAN. TAPI

SEBELUM TERLANJUR,ORANG-ORANG DATANG DAN BERUSAHA

MELERAIKAN MEREKA SEKUAT

TENAGA ORANG-ORANG BERUSAHA MENDAMAIKAN MEREKA DAN

AKHIRNYA, SETELAH KETIGANYA SAMA TENANG LAGI, ORANG-ORANG

PERGI

WASKA

Nggak jadi mati lagi

RANGGONG

Betul-betul sial kita

BOROK

Nasib kita betul-betul nggak baik

WASKA

Ada ide baru?

BOROK

Kita terjun saja ke jurang

RANGGONG

Ya, kita naik ke bukit itu lalu terjun bebas

WASKA (sebentar berpikir)

Yuk

LALU KETIGANYA MENINGGALKAN LAUT

WASKA

Tuh bukitnya

RANGGONG

Yuk

BOROK

Yuk

LALU KETIGANYA SAMPAILAH DI PUCUK BUKIT. DAN SEBENTAR MEREKA

SALING BERPANDANGAN

RANGGONG

Dulu kamu larang orang bunuh diri

WASKA

Aku sudah lupa semuanya. Semuanya lenyap oleh kebosanan

BOROK

Ayo dong, kita terjun

TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG LAGI DAN

MENGGAGALKAN PERBUATAN MEREKA.

KETIGANYA SANGAT KESAL

MUNCUL JONATHAN MEMAINKAN BIOLANYA.

MUNCUL ALBERT DENGAN LAM PUNYA.

MUNCUL EMBAH PUTRI DENGAN LAM PUNYA.

MUNCUL JURU KUNCI DENGAN ANAKNYA.

MUNCUL BIGAYAH

MUNCUL SEMUANYA

SUNYI

STATIS

BOROK

Merokok pun tak pengen lagi

SUNYI

RANGGONG

Udara bau karat besi

SUNYI

WASKA

Pergi kalian! Pergi!

RANGGONG

Kenapa mereka diusir?

WASKA

Terlalu banyak untuk rongga kepala yang sempit ini? Terlalu banyak! Terlalu

banyak!

BOROK

Arsip. Arsip. Arsip. Arsip

WASKA

Minggat! Minggat!

RANGGONG

Minggat! Minggat!

BOROK

Minggat! Minggat!

TAPI SEMUANYA EMMANG SUDAH MEMOSIL, TAPI KETIGANYA TERUS

MENGUSIR MEREKA, SAMPAI PUN DENGAN CARA FISIL, TAPI GAGAL DAN

KETIGANYA KELELAHAN

SUNYI

TIBA-TIBA WASKA MENGUAP DAN DIA KAGET BISA MENGUAP. DIA

ULANGI LAGI. RANGGONG JUGA. BOROK JUGA

WASKA

Aku menguap. Aku ngantuk

RANGGONG

Aku juga

BOROK

Aku juga

WASKA

Terima kasih, Tuhan – Ayo, kita tidur. Lumayan

LALU TIDURLAH MEREKA.

KETIKA KETIGANYA NYENYAK TIDUR, SEMUA ORANG YANG DI PENTAS

MENINGGALKAN PENTAS. DAN

LONCENG BERTALU-TALU. LALU SUKMA KETIGA ORANG ITU BANGKIT

MENINGGALKAN JASADNYA MASING-MASING

SUKMA WASKA

Kita mengintip yuk

SUKMA TEMAN-TEMANNYA MENGANGGUK, DAN MENGINTIPLAH MEREKA

SUKMA RANGGONG

Kamu mau ngintip siapa?

SUKMA WASKA

Aku mau mengintip apa yang dilakukan jasadku

SUKMA RANGGONG

Aku juga

SUKMA BOROK

Apa kita sudah mati?

SUKMA WASKA

Belum. Kita kan sedang tidur nyenyak

LALU MENGINTIPLAH MEREKA. DAN MEREKA SAMA CEKIKIKAN MELIHAT

PERILAKU JASAD MEREKA MASING-MASING

SUKMA WASKA

Sok. Sok. Sok

SUKMA RANGGONG

Genit. Genit. Genit

SUKMA BOROK

Over. Over. over

KEMBALI MEREKA CEKIKIKAN. DAN LARILAH MEREKA KELUAR

SUKMA WASKA

Jasadku bangun. Bangun dia. Sembunyi

SUKMA RANGGONG

Bangun dia

SUKMA BOROK

Bangun dia

KETIGANYA KELUAR BETUL-BETUL DAN BEBERAPA SAAT

LONCENG DUA KALI

WASKA YANG PURBA DAN BATU LEWAT. CUMA LEWAT

LONCENG DUA KALI

SELESAI