Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara

Preview:

Citation preview

Dipersembahkan oleh :

1. Anggi Rusita Rachmawati

2. Farhan Al-Fattah

3. Iklil Jayaperwira

4. Luthfia Laili Ayu Novitasari

5. Nugroho Aldiantos

PerkembanganTeknologi Pada

Zaman Pra-Aksara

ZamanPalaeotikum

ZamanMesolitikum

Zaman NeolitikumZaman

Mesolitikum

Kebudayaan danalat-alat yang

digunakan

Kebudayaan danalat-alat yang

digunakan

Kebudayaan danalat-alat yang

digunakan

Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab

alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar,

tidak diasah atau dipolis. Paleolitikum bermula kira-kira

50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu.Periode zaman ini

adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM. Pada zaman ini,

manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika,

Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal

tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia

Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara

dan Eropa.

Beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar

Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.

Mesolitikum atau "Zaman Batu Pertengahan" adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" .

Zaman ini sudah lebih maju dibandingkan zamanPaleolitikum(batu tua)

Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutanZaman Batu Muda. Zaman batu muda diperkirakanberlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Perkembangankebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalamzaman ini, alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipunmasih terbuat dari batu, tetapi pada semua bagiannyatelah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia. Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaanini lah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan pola hidupmasyarakat, dari tradisi food gatering ke food producing. Manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak danSuku Dayak.

Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukanalat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidakbertangkai.Kapak ini masih dikerjakan dengansangat kasar dan belum dihaluskan.Para ahlimenyebutkan bahwa kapak itu adalah kapakpenetak. Selain di Pacitan alat-alat banyakditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)

Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombakbergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuanyang amat indah.Alat ini dinamakan Serbih Pilah, danbanyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuanlukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tanganberwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa LeangPattae (Sulawesi Selatan)

“Kapak Genggam”

Zaman Mesolitikum di Indonesia

Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal daribahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur danmodding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger artisebenarnya adalah sampah dapur.Dalam kenyataanKjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulitkerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dansudah membatu. Kjokkenmoddinger ditemukandisepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsadan Medan.Dari bekas-bekas penemuan tersebutmenunjukkan bahwa manusia purba yang hidup padazaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebutdan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggamPalaeolithikum).

Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture.Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek.Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture, hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia .

“KEBUDAYAAN

KJOKKENMODDINGER”

Kebudayaan Abrish Sous Roche

Terima Kasih Kepada pak

suci edy

PINK GENERATION!!

Recommended