View
7.217
Download
13
Category
Preview:
Citation preview
ESSAY
PERAN PERAWAT DALAM PRE HOSPITAL PENANGANAN BENCANA DAN
KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI PERAWAT DALAM PERSIAPAN
PENANGANAN BENCANA DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS)
Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat
Dosen: Ns. Ika Setyo Rini, S. Kep., M. Kep
Oleh:
ANISSA CINDY NURUL AFNI
126070300111015
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 1(Anissa Cindy Nurul Afni)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengartikan bencana sebagai suatu peristiwa
luar biasa yang mengganggu dan mengancam kehidupan dan penghidupan yang
dapat disebabkan oleh alam ataupun manusia, ataupun keduanya (Toha, 2007).
Angka kejadian bencana yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir cukup
tinggi. Sejak bencana tsunami Aceh tahun 2004 hingga saat ini hampir setiap
tahunnya terjadi bencana baik itu tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan bom
Bali (BNPB 2010). Dan yang tidak kalah hebat adalah banjir di hampir seluruh pulau-
pulau besar Indonesia awal tahun 2013 serta masalah lumpur lapindo yang tidak juga
kunjung usai hingga saat ini.
Akibat yang ditimbulkan bencana memberikan pengaruh yang sangat besar
manusia dan lingkungan sekitarnya seperti kematian masal, kecacatan, kelaparan,
kemisikinan dan kehancuran infrastruktur (Mizam, 2012). Namun, sejauh ini,
penanganan bencana di Indonesia belum banyak mengalami perkembangan sejak
tsunami Aceh tahun 2004 (Ed: Euis Sunarti, 2009).
Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana, dibutuhkan
dukungan berbagai pihak termasuk keterlibatan perawat sebagai bagian dari sebuah
negara. Perawat sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di lini terdepan dalam
penanganan bencana di Indonesia. Diperlukan suatu pengetahuan dan kompetensi
yang mumpuni oleh seorang perawat untuk mengimbangi potensi dan kompleksitas
bencana dan dampaknya yang mungkin akan lebih besar pada masa mendatang.
Peran perawat dapat dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat
bencana dalam fase pre hospital dan hospital, hingga tahap recovery. Melihat betapa
besarnya peran perawat dalam kondisi bencana, penulis tertarik untuk mengangkat
judul peran perawat dalam sistem pre hospital penanganan bencana dan kompetensi
yang harus dimiliki oleh perawat dalam persiapan penanganan bencana di Indonesia
sebagai bahan kajian.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran peran perawat dalam sistem pre hospital penanganan
bencana di Indonesia selama ini dan keterampilan yang harus dimiliki perawat
dalam persiapan penanganan bencana di Indonesia masa datang.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran pre hospital penanganan bencana.
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 2(Anissa Cindy Nurul Afni)
b. Memberikan gambaran peran perawat selama ini dalam sistem pre hospital
penangana bencana di Indonesia.
c. Memberikan gambaran keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam
persiapan penanganan bencana di Indonesia masa mendatang.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur
dari berbagai jurnal dan buku yang terkait dengan topik konsep peran perawat dalam
pre hospital penanganan bencana dan kompetensi yang harus dimiliki perawat dalam
persiapan penanganan bencana di Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c. Metode penulisan
d. Sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori
a. Manajemen pre hospital penanganan bencana
b. Peran perawat pada sistem pre hospital penanganan bencana
c. Kemampuan yang harus dimiliki perawat dalam persiapan penanganan
bencana
3. BAB III Pembahasan
a. Gambaran peran perawat dalam pre hospital penanganan bencana di
Indonesia
b. Keterampilan yang harus dimiliki perawat dalam persiapan penanganan
bencana di Indonesia
4. BAB IV Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
5. Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 3(Anissa Cindy Nurul Afni)
A. Manajemen Pre Hospital Penanganan Bencana
Tujuan utama dari penanganan bencana adalah menghindari atau meminimalkan
kerugian yang terjadi akibat bencana. Selain itu, bertujuan mengurangi penderitaan
yang dialami korban dan mempercepat proses pemulihan. Tujuan terakhir adalah
memberikan perlindungan bagi korban akibat dampak bencana (Mizam, 2012).
Dampak yang ditimbulkan akibat bencana adalah dampak fisik, psikis, sosial,
material dan ekonomi serta kerusakan infrastruktur. Dampak fisik yang sering
ditemukan pada kondisi bencana adalah gangguan jalan nafas, gagal pernafasan,
perdarahan tidak terkontrol, trauma dan kondisi non-trauma lain yang terkadang juga
dapat menimbulkan kematian. Semua kondisi tersebut membutuhkan manajeman pre
hospital bencana yang tepat dan cepat dari tenaga kesehatan dalam memberikan
respon.
Manajemen pre hospital adalah pemberian pelayanan yang diberikan selama
korban pertama kali ditemukan, selama proses transportasi hingga pasien tiba di
rumah sakit. Penanganan koban selam fase pre hospital dapat menjadi penentu
kondisi korban selanjutnya. Pemberian perawatan pre hospital yang tepat dan cepat
dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat trauma (WHO, 2005).
Pelayanan yang dapat diberikan pada tahap pre hospital adalah langkah-langkah
pertolongan dasar dan dilanjutkan dengan penanganan advanced pre hospital.
Pertolongan dasar dapat dimulai dari initial assasment terhadap korban, evakuasi
korban, pemberian oksigenasi, pemantauan kondisi pasien termasuk tingkat
kesadaran, dan perawatan luka. Perawatan kemudian dilanjutkan dengan
penanganan advanced pre hospital seperti pemberian terapi cairan, krikotiroidektomi,
intubasi endotrakeal, dan perawatan selama proses transportasi pasien ke rumah
sakit. Selain itu, selama proses transport juga dibutuhkan monitoring dan observasi
kondisi pasien (WHO, 2005).
B. Peran Perawat pada Sistem Pre Hospital Penanganan Bencana
Peran perawat dalam tahap pre hospital dimulai sejak terjadinya bencana (fase
tanggap darurat), selama proses transportasi hingga pasien tiba di rumah sakit
rujukan baik itu rumah sakit lapangan mauapun rumah sakit rujukan. Peran perawat
pada tahap ini antara lain: pengkajian status korban (intial assasment), penentuan
masalah yang dialami korban, penentuan tindakan berdasarkan kondisi dan
kebutuhan korban, koordinasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi terhadap
korban dan komunikasi dengan rumah sakit sebagai pusat rujukan (AWHONN, 2012).
Perawat juga berperan sebagai fasilitator komunikasi dan koordinasi antara tim
tenaga kesehatan, korban dan keluarga. Komunikasi yang jelas dan tepat selama
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 4(Anissa Cindy Nurul Afni)
proses penanganan korban bencana menjadi hal yang sangat penting dalam
perencanaan dan respon terhadap bencana. Komunikasi yang dimaksud dapat
berupa komunikasi verbal dan non verbal baik melalui elektronik maupun dokumentasi
keperawatan (AWHONN, 2012).
C. Kemampuan yang Harus Dimiliki Perawat Dalam Persiapan Penanganan
Bencana
Agar mampu menjalankan perannya dengan tepat dalam situasi luar biasa seperti
bencana, International Nursing Coalition for Mass Casuality Education (INCMCE)
(2003) mengungkapkan bahwa terdapat standar kompetensi dan pengetahuan
minimal yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Kemampuan yang harus disiapkan
oleh perawat dalam penangan bencana antaralain; manajemen bencana, manajemen
rumah sakit lapangan, emergency nursing, Advanced Trauma Life Support (ATLS)
dan Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) (Raharja, 2010).
Selain itu, World Health Organization (WHO) dan International Council of Nurses
(ICN) menyusun suatu formulasi konsep kerja ICN dalam penyusunan kompetensi
keperawatan bencana. Kompetensi ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai
peran perawat dalam bencana. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi pedoman
dalam perencanaan pelatihan dan pendidikan manajemen bencana bagi perawat
(Chan, Chan, Cheng, Fung, Lai, Leung, Leung, Li, Yip, Pang, 2010).
Kompetensi keperawatan bencana yang disusun oleh ICN dikembangkan
berdasarkan empat area yaitu; public helath, mental health, management emergensi,
disaster nursing. Keempat konsep kerja kemudian dikembangkan menjadi sepuluh
domain yang tercakup dalam empat kategori yang disesuaikan dengan manajemen
penanganan bencana yaitu; kompetensi mitigasi-prevention, preparedness
competencies, response competencies, dan recovery competencies (Chan dkk,
2010).
Kompetensi yang dibutuhkan yaitu; promosi kesehatan dalam tahap mitigasi,
triage, komunikasi dan transportasi, pre hospital transfer skills, wound management,
interviewing skills, dan psychological first aid, pengkajian individu, keluarga dan
komunitas (Chan dkk, 2010). Selain kompetensi di atas, ICN juga menyebutkan
terdapat beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seluruh perawat adalah
pengkajian kardiovaskular, pengkajian luka bakar, pengkajian mental status, dan
manajemen crush injuries dan fraktur. Kompetensi ini yang dianggap sangat penting
oleh ICN sehingga tidak hanya diberikan melalui pelatihan, tetapi juga hendaknya
kompetensi ini menjadai kompetensi dasar yang diberikan dalam kurikulum
pendidikan keperawatan sejak dini (Chan dkk, 2010).
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 5(Anissa Cindy Nurul Afni)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Peran Perawat dalam Pre Hospital Penanganan Bencana di Indonesia
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 6(Anissa Cindy Nurul Afni)
Bencana tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan terjadi. Banyaknya hal
yang dapat dilakukan perawat dalam tahap pre hospital bencana menjadikan perawat
memiliki peran yang sangat penting. American Nursing Asociation (ANA)
menyebutkan bahwa tujuan aktifitas perawat dalam bencana adalah pengkajian
terhadap pasien, keluarga dan komunitas untuk memunculkan masalah emosional,
fisik, psikososial, spiritual, cultural, dan kondisi lingkungan yang membutuhkan
pertolongan perawat (Goodwin, 2007).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peran sentral dalam
penanggulangan dan penanganan bencana. Namun sejauh ini dapat dilihat bahwa
kurangnya peran perawat dalam penanganan sebuah bencana tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di dunia. Hal ini dapat dimungkinkan akibat kurangnya percaya
diri perawat dalam penanganan bencana akibat kuranganya pengetahuan ataupun
kompetensi yang dimiliki.
Penelitian yang dilakukan oleh Cut Husna (2011) kepada 97 perawat rumah sakit
di Banda Aceh menemukan bahwa kompetensi klinik yang dimiliki perawat dalam
penanganan tsunami berada dalam level moderate atau pertengahan dengan skala
yang digunakan rentang rendah, pertengahan hingga tinggi. Hal ini berkontribusi
terhadap kecakapan perawat dalam pemberian pelayanan kesehatan selama tsunami
(Husna, 2011).
Collander (2007) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan pasien dalam bencana tsunami adalah tidak efisiennya
respon tenaga medis dan skill yang ditunjukkan perawat dalam penanganan bencana.
Ketidakefisienan ini diakibatkan kurang cakapnya penggunaan peralatan dan
perlengakapan yang ada yang mendukung penanganan. Selain itu, Collander juga
menyebutkan ketidakpuasan pasien akibat ketidakadekuatan nursing care, medical
care, keterbatasan komunikasi dan manajemen evakuasi pasien yang kurang tepat
(Collander, 2007).
Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi di seluruh wilayah di
Indonesia. Namun minimnya survey terkait kompetensi yang harus dimiliki oleh
perawat dalam menghadapi bencana menjadi kendala tersendiri untuk melihat peran
perawat Indonesia dalam menghadapi bencana. Melihat kondisi tersebut, sangat
disayangkan sekali bahwa Indonesia yang notabennya adalah negara yang rawan
bencana tidak mempersiapkan perawatnya dalam penanganan bencana.
B. Keterampilan yang Harus Dimiliki Perawat dalam Persiapan Penanganan
Bencana di Indonesia
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 7(Anissa Cindy Nurul Afni)
Kondisi emergensi dan disaster merupakan suatu peristiwa yang membutuhkan
kompetensi yang unik dalam penanganannya. Dalam setiap tahapan penanganan
bencana, perawat membutuhkan kompetensi yang berbeda-beda. Pada tahap
mitigasi-prevention and preparedness competencies, kompetensi yang dibutuhkan
adalah public health promotion and education. Pada tahap ini perawat memiliki peran
untuk memberikan pendidikan dan promosi kesehatan terkait pencegahan bencana,
tanda-tanda bencana, penanggulangan bencana oleh masyarakat dan juga respon
masyarakat saat terjadi bencana. Sehingga persiapan yang perlu dilakukan perawat
adalah meningkatkan pengetahuannya terkait bencana dan manajemen bencana.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Hermawati (2010) bertujuan mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat dalam kesiapsiagaan
bencana (preparedness) serta menyelidiki hubungan antara keparahan dan risiko
yang dirasakan, pengalaman klinis, pelatihan dan pendidikan dan juga kehadiran
perawat dalam simulasi manajemen bencana di rumah sakit serta pengetahuan dan
keterampilan kesiapan perawat dalam merawat pasien akibat tsunami. Hasil penelitian
menunjukkan keparahan dan risiko yang dirasakan, pengalaman klinis, pelatihan dan
pendidikan memiliki tingkat signifikansi korelasi yang rendah dengan pengetahuan
dan keterampilan perawat yang dirasakan dalam menghadapi bencana. Hermawati
menyimpulkan bahwa diperlukan penyusunan kurikulum perawat dalam tatanan klinik
mengenai kesiapan perawat dalam menghadapi bencana (Hermawati, 2010).
Penelitian lain dilakukan oleh Fung dkk (2008) kepada 164 perawat Register
Nurse (RN) yang melanjutkan study S 2 Keperawatan di Universitas di Hongkong.
Penelitian ini menyebutkan, untuk mendukung kemampuan perawat dalam
penanganan bencana, terdapat beberapa kompetensi yang harus dipenuhi yaitu: First
aid, Basic Life Support (BCLS), Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS),
infection control, field triage, pre-hospital trauma life support, advanced trauma care
nursing, post traumatic psychological care, dan peri-trauma counseling (Fung, Loke,
and Lai, 2008).
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yin dkk (2011) kepada 24 perawat yang
menjadi bagian dalam penanganan bencana gempa bumi di Wenchuan. Hasil
penelitian yang didapatkan terhadap kompetensi yang sangat penting harus dimiliki
perawat saat terjadi bencana adalah; intravenous insertion, monitoring dan observasi,
mas casualty triage, manajemen pasien trauma (control homeostatis, bandaging,
fixation, manual handling), dan mas casualty transportation. Sedangkan kompetensi
yang sering digunakan adalah: debridement dan dressing, intravenous insertion,
observasi dan monitoring. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 8(Anissa Cindy Nurul Afni)
kompetensi membutuhkan pelatihan khusus, seperti: mas casualty transportation,
emergensi manajemen, dan trauma manajemen (Yin,He, Arbon, Zhu, 2011).
Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan Yin dkk (2011), terdapat 11
kompetensi yang dibutuhkan oleh perawat untuk dapat ikutserta dalam penanganan
bencana. Kompetensi yang harus dimiliki tersebut antaralain; mas casualty
transportation, emergency management, trauma management, monitor dan observasi,
mas casualty triage, controlling specific infection, psychological clinis intervention,
CPR, debridement and dressing, centralvenouse chateterisation, patient care
recording.
Hasil penelitian yang didapatkan oleh Yin (2011) menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda dengan yang dilakukan oleh Fung (2008). Hal ini terjadi karena partisipan
pada masing-masing penelitian memiliki karakteristik berbeda. Pada penelitian Yin,
partisipan yang terlibat mengalami sendiri ikut serta dalam tim penanganan bencana
gempa bumi di Wenchuan, sedangkan partisipan Fung belum memiliki pengalaman
dalam penanganan bencana.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian-penelitian yang telah dijabarkan di atas,
kompetensi yang harus dimiliki perawat dalam persiapan penanganan bencana dapat
dirangkum ke dalam 11 kompetensi. Kompetensi tersebut adalah; public helath
promotion and education, mas casualty transportation/prehospital transportation,
emergency management (BLS and ACLS), trauma management (BLS dan ATLS),
monitor dan observasi, mas casualty triage, controlling specific infection,
psychological first aid and crisis intervention, wound management (debridement and
dressing), community health assessment dan terakhir patient care recording.
Kesebelas kompetensi tersebut diharapkan mampu mencakup keseluruhan peran
perawat dalam tiap tahapan manajemen bencana yang diklasifikasikan oleh ICN yaitu
tahap mitigasi-prevention, preparedness competencies, response competencies, dan
recovery competencies.
Penelitian yang dilakukan oleh Husna (2011) mendukung kesebelas kompetensi
yang telah disebutkan di atas. Dimana beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh
perawat ketika akan berperan dalam penanganan bencana adalah triage, acute
respiratory care, spiritual care, mental health care, wound care, patient referral,
psychosocial care. Selain itu, kompetensi lain yang memerlukian pelatihan adalah
BLS, ATLS, ACLS, BTLS, disaster management, dan mental health care untuk
penanganan tsunami (Husna, 2011).
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 9(Anissa Cindy Nurul Afni)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen pre hospital adalah pemberian pelayanan yang diberikan selama
korban pertama kali ditemukan, selama proses transportasi hingga pasien tiba di
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 10(Anissa Cindy Nurul Afni)
rumah sakit. Pelayanan yang diberikan adalah langkah-langkah pertolongan dasar
dan dilanjutkan dengan penanganan advanced pre hospital.
2. Gambaran peran perawat dalam tahap pre hospital penanganan bencana masih
kurang. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri perawat,
kurangnya pengetahuan dan kompetensi dalam penanganan bencana.
3. Terdapat sebelas kompetensi yang harus disiapkan perawat dalam tahap
prehospital yaitu; mas casualty transportation/prehospital transportation,
emergency management (BLS and ACLS), trauma management (BLS dan ATLS),
monitor dan observasi, mas casualty triage, controlling specific infection,
psychological first aid, wound management (debridement and dressing), dan
terakhir patient care recording.
B. Saran
1. Perawat hendaknya lebih proaktif untuk meningkatkan pengetahuan dan
kompetensi dalam manajemen penanganan bencana dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan manajemen bencana.
2. Rumah sakit hendaknya memberikan dukungan dengan memfasilitasi
diadakannya pelatihan kompetensi-kompetensi yang terkait manajemen
penanganan bencana bagi perawatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Association of Women’s Health Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN). (2012). The
role of the nurse in emergency preparedness. JOGNN. 41: 322-324.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2010). Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010-2014. Safe Comunities Through Disaster Risk
Reduction (SC-DRR).
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 11(Anissa Cindy Nurul Afni)
Chan, S, S, S., Chan, W., Cheng, Y., Fung, O., Lai, T, K., Leung, A, W, K., Leung, K., Li
Sijian, Yip, A., Pang, S. (2010). Development and Evaluation of an Undergraduate
Training Course for Developing International Council of Nurses Disaster Nursing
Competencies in China. Journal of Nursing Scholarship. 42 (2): 405-413.
Collander, B., Green, B., Millo, Y., Shamloo, C., Donnellan, J., & Deatley, C. (2007).
Development of an “All-Hazards” hospital disaster preparedness training course
utilizing multi-modality teaching. Prehospital and Disaster Medicine. 63-68
Euis Sunarti (Ed). (2009). Evaluasi Penanggulangan Bencana di Indonesia (Lesson
Learned 2006-2007). Pusat Studi Bencana Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masayarakat Institust Pertanian Bogor.
Fung, O, W, M., Loke, A, Y, and Lai, C, K, Y. (2008). Disaster preparedness among Hong
Kong nurses. Journal of Advanced Nursing. 62(6): 698-703.
Goodwin, V, T (Ed). (2007). Disaster Nursing and Emergency Preparedness: For
Chemical, Biological and Radilogical Terrosism and Other Hazards. Second Edition.
Library of Congress Cataloging. www.ebooke.org
Hermawati, D. (2010). Nurses’s perceived preparedness of knowledge and skills in caring
for patients attacked by tsunami in Banda Aceh, Indonesia and Its related factors.
The 2nd International Conference on Humanities and Social Sciences. Faculty of
Liberal Arts. Prince of Songkla University.
Husna Cut. (2011). Emergency training, education and perceived clinical skills for tsunami
care among nurses in Banda Aceh Indonesia. Nurse Media Journal of Nursing. 1: 75-
86.
Mizam Ari Kurniyanti. (2012). Peran Tenaga Kesehatan dalam Penanganan Bencana.
Program Studi Keperawatan STIKES Widya Gamahusada. Jurnal Ilmiah Kesedatan
Media Husada I. Vol 01. No. 01. Agustus .
Raharja, Eddie. (2010). Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan dalam Pengorganisasian
Kesiapsiagaan dan Penggerakan Kegawatdaruratan Bencana Terhadap Kinerja
Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatra Utara.
Universitas Sumatera Utara.
Toha, M. (2007). Berkwan dengan Ancaman; Strategi dan Adaptasi Mengurangi Resiko
Bencana. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.
Training Course for Developing International Council of Nurses Disaster Nursing
Competencies in China. Journal of Nursing Scholarship. 42(4): 405-413.
World Health Organization (WHO). (2005). Pre hospital Trauma Care System.
Yin. H., He. H., Arbon, P., Zhu. J. (2011). A survey of the practice of nurse’s skills in
Wenchuan earthquake disaster sites; implication for disaster training. Journal of
Advanced Nursing. 67(10): 2231-2238.
Peran Perawat dalam Prehospital Penanganan Bencana Page 12(Anissa Cindy Nurul Afni)
Recommended