Penggunaan radionuklida dalam bidang kedokteran

Preview:

Citation preview

PENGGUNAAN RADIONUKLIDA DALAM BIDANG KEDOKTERAN

By :Evina Nelly Natalia Sihite

4113131021

PENDAHULUAN

Pengertian Radionuklida

Radionuklida adalah nuklida yang tidak stabil yang secara spontan memancarkan radiasi hingga dihasilkan nuklida stabil.

a) Radionuklida Alam Primer primer adalah nuklida radio aktif yang dapat ditemukan di alam.

b) Radionuklida Alam Sekunder adalah nuklida aktif yang dapat ditemukan di alam sebagai hasil dari penuruhan dari radionuklida alam primer.

c) Radionuklida Alam Tereduksi adalah radionuklida yang terbentuk dari hasil interaksi radiasi dengan materi (nuklida yang lain).

d) Radionuklida Buatan adalah radionuklida aktif yang dihasilkan dari reaksi transmutasi inti buatan di reaktor nuklir.

Macam-macam Reaksi yang Melibatkan Radionuklida

1. Reaksi Transmutasi Inti• Reaksi transmutasi alami• Reaksi tarnsmutasi buatan

2. Reaksi fusi

3. Reaksi fisi

Penggunanaan Radionuklida Secara Umum

a. Bidang Kedokteran

• 24Na, mendeteksi adanya gangguan peredaran darah

• 131I, mendeteksi kerusakan pada kelenjar tiroid.

b. Bidang Industri• Industri makanan, sinar gama untuk mengawetkan

makanan, membunuh mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan pada sayur dan buahbuahan.

c. Bidang Pertanian

• 37P dan 14C, mengetahui tempat pemupukan yang tepat

Cont.d. Bidang Hidrologi

• 24Na dan 131I, digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran air sungai.

e. Bidang Kimia• Dengan bantuan isotop oksigen–18 sebagai atom

perunut, dapat ditentukan asal molekul air yang terbentuk.

f. Bidang Biologi• Menentukan kecepatan pembentukan senyawa

pada proses fotosintesis menggunakan radioisotop C–14

Cont.

g. Bidang Peternakan• 32P dan 35S, untuk pengukuran jumlah dan laju

sintesis protein di dalam usus besar.

Penggunaan Radionuklida Dalam Bidang Kedokteran

Sejarah Perkembangan Radionuklida Dalam Bidang Kedokteran

Penggunaan isotop radioaktif dalam biologi dan kedokteran sebenarnya telah dimulai pada tahun 1901 oleh Henri DANLOS yang menggunakan radium untuk pengobatan penyakit tuberculosis pada kulit.Radionuklida pertama yang digunakan secara luas dalam kedokteran nuklir adalah I-131, yang ditemukan oleh Glenn Seaborg pada tahun 1937

Penggunaan Radionuklida Dalam Bidang Kedokteran

1. Teknik Pengaktifan ElektronTeknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil (Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan metoda konvensional. Contoh : Ferum-59 (Fe-59) dapat digunakan untuk mempelajari dan mengukur laju pembentukan sel darah merah

2. Penentuan Kerapatan Tulang dengan Bone DensitometerPengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang dengan radiasi gamma atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau sinar-x yang diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi mineral kalsium dalam tulang.

3.Three Dimentional Conformal Radiotheraphy (3D-CRT)Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi

4.Berbagai Radionuklida Untuk Mendeteksi dan Mengobati Penyakit

• Teknetum-99 (Tc-99) Yang disuntikkan kedalam pembuluh darah akan akan diserap terutama oleh jaringan yang rusak pada organ tertentu, seperti jantung, hati dan paru-paru. Sebaliknya, TI-201 terutama akan diserap oleh jaringan sehat pada organ jantung. Oleh karena itu, kedua radioisotop itu digunakan bersama-sama untuk mendeteksi kerusakan jantung.

• Iodin-131 (I-131) Diserap terutama oleh kelenjar gondok, hati dan bagian-bagian tertentu dari otak. Oleh karena itu, I-131 dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, hati, dan untuk mendeteksi tumor otak.

• Iodin-123 (I-123) Radioisotop lain dari Iodin. I-123 yang memancarkan sinar gamma yang digunakan untuk mendeteksi penyakit otak

• Natrium-24 (Na-24) Digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan peredaran darah. Larutan NaCl yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam darah dan aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang dipancarkan, sehingga dapat diketahui jika terjadi penyumbatan aliran darah.

• Xenon-133 (Xe-133) Digunakan untuk mendeteksi penyakit paru-paru.

• Se-75 Untuk mendeteksi penyakit pankreas.

Keuntungan Penggunaan Radionuklida dalam bidang kedokteran

1. Dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit yang tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan konvensional.

2. Dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang sulit dideteksi melalui cara konvensional.

3. Dapat mengurangi jumlah kerusakan dalam jarigan tubuh, misalnya : rusaknya jarigan melalui operasi biasa.

4. Jumlah radionuklida yang dibutuhkan relatif sedikit

Kerugian Penggunaan Radionuklida Dalam Bidang Kedokteran

1. Biasanya menimbulkan efek samping dari radiasi yang dihasilkan

2. Jika salah penggunaan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan baru.

3. Dapat mengakibatkan timbulnya masalah baru berupa penyakit jika salah dalam penggunaan.

4. Membutuhkan ketelitiaan yang tinggi dalam penggunaannya karna sangat berbahaya.

Kepmenkes No. 008 ttg Standar Kedokteran Nuklir.txt

KESIMPULAN

1. Radionuklida dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang terutama dalam bidang kedokteran

2. Penggunaan radionuklida diperlukan dalam bidang kedokteran tetapi juga dibarengi kelebihan dan kerugiannya.

3. Penggunaaan radionuklida dalam bidang kedokteran haruslah sangat hati-hati karna radionuklida adalah nuklida tidak stabil yang perlu perlakuan khusus

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, (2014), Radionuklida, http://www.wikipedia.com akses april 2014

Friedlander, Gerhart, et all., (1981) , Nuclear and Radiochemistry , john wiley & sons, New york

Hoefnagel, C., (1998), Radionuclide Cancer Therapy, Annals of Nuclear Medicine 12 : 61-70

Jahro, I., (2013), Radiokimia, Medan , FMIPA UNIMED

Kemenkes, (2009), Standar Kedokteran Nuklir, Kemenkes, Jakarta

Terimakasih