View
104
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Destruksi Kreatif Sosialisme: Visi Gelap Joseph Schumpeter
Usaha keras friedman, Friedrich Hayek dan ekonom libertarian lainnya
bukan alasan utama mengapa ekonomi klasik tampil kembali. Alasan lainnya
adalah jatuhnya komunisme Soviet dan model perencanaan terpusat sosialis pada
awal 1990-an. Sejak saat itu globalisasi membuka jalan menuju kebijakan
ekonomi yang lebih bebas. Negara-negara yang menjalankan kebijakan
nasionalisasi sistmatik, proteksionisme, subtitusi impor, kontrol perdagangan luar
negeri, dan kronisme beralih ke kebijakan investasi asing, denasionalisasi dan
privatisasi, deregulasi, dan kebijakan pasar lainnya.
Perdebatan Tentang Perencanaan Sentral Sosialis
Sepanjang abad 20, perencanaan terpusat dianggap lebih efisien dan lebih
produktif ketimbang kapitalisme Laissez Faire.
Ludwig Von Mises, mengajukan kritik terhadap sosialisme dalam sebuah
artikel yang berjudul “Economic Calculation in the Socialist Commonwealth”
(1920). Dia menulis artikel ini untuk merespon kekaguman terhadap pembentukan
negara komunis di Rusia setelah relovusi 1917 dan merespon rumus matematis
dari produksi sosialis Enrico Barone 1908 (Hayek 1935: 245-90). Menentang
model Barone, Mises menunjukkan bahwa otoritas sentral yang beroperasi di
dalam negara sosialis penuh tanpa privat, perdagangan, dan kompetisi tidak akan
bisa menhitung harga dan biaya rasional karena itu tidak bisa membangun
ekonomi yang efisien dan produktif. Mises memprediksi adanya kekurangan,
lemahnya inovasi dan insentif, malinvestasi, dan adanya kekurangan didalam
sosialisme murni di Uni Soviet dan tempat lain yang menggunakan sistem itu.
Masa Depresi Besar 1930-an, Friedrich Hayek mempublikasikan
artikelnya dalam buku “Collectivist Economic Planning” (Hayek 1935). Hayek
berpendapat bahwa harga kompetitif akan menyediakan informasi penting yang
diperlukan untuk menjalakan perekonomian yang mengkoordinasikan konsumen
dan produsen yang baik. Ringkasnya, menurut Hayek pengambilan keputusan
harus desentralisasi.
“Sosialisme Pasar” Menang
Sosialis melakukan serangan balik menggunakan “sosialsime pasar”. Os
Lange, seorang sosialis Polandia berpendapat bahwa harga dapat ditetapkan untuk
menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika terjadi kekurangan,
harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan harga dapat diturunkan.
Sebagian besar percaya bahwa pendekatan “trial and error”, yang dipakai
sosialis pasar dapat bekerja. Semua orang menolak pendapat Mises bahwa
kalkulasi ekonomi dibawah sosialisme secara teoritis adalah mustahil (Lavoi
1985: 4). Muridnya John Schumpeter juga menolak tesis Mises, dia menulis
“dapatkah sosialisme bekerja? Tentu bisa” dan menambahkan “ tatanan kapitalis
cenderung menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentral ... tampaknya
akan menjadi penggantinya” (Schumpeter 1950: 167)
Keajaiban Ekonom Soviet
Faktor utama lainnya yang membuat para intelektual bergeser ke
sosialisme adalah kisah keberhasilan Uni Soviet. Pada 1936, Sidney dan Beatrice
Webb kembali ke Uni Soviet dengan membawa laporan tentang “peradaban baru”
dan “kelahiran kembali manusia”, tentang negara dengan full employment, kondisi
kerja yang bagus, pendidikan gratis, perawatan medis gratis, serta adanya
perawatan kesehatan untuk anak dan orang tua, dan banyak museum, teater dan
gedung konser. Keynes juga memandang rendah Marxisme dan mengatakan
laporan Webb “sangat mengesankan”.
Setelah Perang Dunia Il, negara-negara di Eropa dan Amerika latin mulai
bereksperimen dengan sosialisme, menasionalisasikan industrinya, menaikkan
pajak, mengenakan kontrol upah-harga, menaikkan persediaan uang, mfindptakan
program kesejahteraan nasional dan melakukan berbagai macam agenda
kolektivis.
Para ekonom percaya pada data Central Intelligence Agency,(Clii) yang
menyatakan bahwa perencanaan terpusat gaya sosialis Soviet telah menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan lebih cepat ketimbang ekonomi pasar
di Barat. Paul Samuelson adalah orang yang percaya pada keunggulan ekonomi
Soviet. Pada edisi kelima buku Economics, Samuelson mulai memasukkan sebuah
grafik yang menunjukkan bahwa gap antara Amerika dan USSR semakin
menyempit dan bahkan mungkin akan hilang (1961: 830). Pada edisi kedua belas,
grafik itu diganti dengan tabel yang menyatakan bahwa, antara 1928 dan 19S3,
Uni Soviet telah mengalami tingkat pertumbuhan sebesar 4,9 persen per tahun,
lebih tinggi ketimbang Amerika Serikat, United Kingdom, atau bahkan Jerman
dan jepang (1985: 776). lronisnya, pada edisi ketiga belas, tepat sebelum Tembok
Berlin dihancurkan, Samuelson dan Nordhaus dengan yakin mengatakan,
"EkonomiSoviet adalah bukti bahwa, berbeda dengan apa yang diyakini oleh
banyak skeptis terdahulu [ia mengacu kepada Mises dan Hayekl, ekonomi sosialis
dapat berfungsi dan bahkan lebih makmur" (1989: 837).
Samuelson bukan satu»satunya orang yang optimis terhadap sosialisme
Soviet. Dalam buku ajar populernya, Richard G. Lipsey dan Peter O. Steiner, pada
1987 dengan tegas mengatakan, “Standar hidup warga Soviet sekarang jauh lebih
tinggi daripada satu dekade lalu, dan kini semakin naik dengan cepat, sampai
mereka merasa nyaman" (lihat Skousen 1997: 148). Robert Heilbroner dan Lester
Thurow mengungkapkan pernyataan yang mirip: “Dapatkah ekonomi terpimpin
secara signifikan menciptakan dan mempercepat proses pertumbuhan? Kinerja
Soviet yang luar biasa menunjukkan bahwa hal itu bisa. Pada 1920 Rusia
hanyalah negeri kecil di dewan ekonomi dunia. Kini ia adalah negeri dengan
prestasi ekonomi yang setara dengan Amerika Serikat" (1934: 629).
KEBEBASAN ITU MERUGIKAN?
BAHKAN ekonom konservatif Henry C. Wallich, ekonom Yale dan bekas
anggota Federal Reserve Board, Percaya pada statistik CIA sehingga dia menulis
sebuah buku yang mengatakan bahwa kebebasan akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi, kesenjangan pendapatan lebih besar, dan berkurang kompetisinya.
Dalam The Cost of Freedom, dia menyimpulkan, "Nilai tertinggi dari ekonomi
bebas bukanlah produksi, tetapi kebebasan, dan kebebasan tidak mendatangkan
profit, tetapi kerugian" (1960: 146).
SCHUMPETER: : ENFANT TERRIBLE DARI MAZHAB AUSTRIA
Tidak ada contoh yang lebih baik dari perdebatan sosialis-kapitalis yang
membingungkan di paruh pertama abad 20 selain Joseph Schumpeter, ekonom
Harvaerd terkemuka, dan enfant terrible dari mazhab Austria.
Sekarang ini Schumpeter dihormati karena dia memperkenalkan teori
proses dinamis dalam persaingan, peran utama entrepreneur, dan hanya terhadap
modeling “persaingan sempurna" (1950: 81-86). Dalam sebuah artikel pada 1986,
“Modem Prophets: Schumpeter or Keynes? "guru manajemen Peter F. Drucker
memilih Schumpeter, dan dia meramalkan bahwa “dari kedua ekonom terbesar
abad ini ... adalah Schumpeter yang akan membentuk pemikiran ... teori ekonomi
dan kebijakan ekonomi sepanjang sisa abad ini, atau bahkan 30 sampai 50 tahun
ke depan" (Drucker 1936: 104). Dan Galbraith menempatkan Schumpeter sebagai
"tokoh konservatif paling canggih abad ini" (Swedberg 1991: 150).
Meskipun demikian Schumpeter adalah tokoh dengan karakter paling
aneh di dalam sejarah ekonomi, bahkan lebih aneh daripada Veblen atau Marx.
Selain pribadinya yang eksentrik, pandangan ekonomi Schumpeter bahkan sulit
diprediksi. Dia membela ekonomi sosialis, meramalkan hancurnya kapitalisme,
dan menyebut Leon Walras, bapak model ekuilibrium umum statis, sebagai “yang
paling besar dari semua ekonom" (Schumpeter1954: 827).
KEHIDUPAN YANG PENUH TEKA-TEK1
Joseph A. Schumpeter (1883-1950) lahir di Moravia di kekaisaran Austro-
Hungaria. Dia punya banyak kesamaan dengan lawannya, John Maynard Keynes.
Keduanya lahir pada 1883, tahun kematian Marx. Seorang mistikus bahkan
mengatakan bahwa Marx bereinkarnasi menjadi dua tokoh yang kreatif dan kuat
Keynes dan Schumpeter.
Seperti halnya Keynes, orang paling penting dalam kehidupan Schumpeter
adalah ibunya. Ayahnya meninggal saat Schumpeter berusia empat tahun, dan
ayah tirinya adalah aristokrat yang kaku yangmemindahkan keluarganya ke
Vienna. Di sana dia lulus dari gymnasium (sekolah menengah
atas) dan masuk ke University of Vienna Law School pada 1901. Minatnya
beralih ke ilmu ekonomi, dan dia mempelajarinya di bawahbimbingan Friedrich
Weiser dan Eugen Bohm Bawerk. Setelah lulus pada 1906 dia menulis Theory of
Economic Developmentt (1934 [1912]) yang diterbitkan pada tahun yang sama.
Seluruh karyany bernada Austria, menekankan peran dinamis dari entrepreneur
dalam kemajuan ekonomi. Tetapi Schumpeter adalah enfant terrible di dalam
mazhab Austria, selalu ekeltis dan siap untuk mengubah opini politik yang sesuai
dengan ambisi politik dan finansialnya. Schumpeter adalah sosok yang sombong
dan tinggi hati, tetapi dia tidak membentuk aliran tersendiri.
SCHUMPETER BERCUMBU DENGAN SOSIALISME
SETELAH Perang Dunia I dan bangkitnya komunisme Soviet, Austria
dikuasai oleh sosialis (ingat kisah Red Vienna di Bab 12). Schumpeter bergabung
dengan Marxisme, dan mengatakan bahwa Marx adalah “jenius besar," dan pada
1919 dia berhasil meyakinkan menteri luar negeri untuk mengangkat dirinya
menjadi menteri keuangan, dan karena itu dia mengikuti jejak gurunya, Eugen
Bohm-Bawerk. Setelah diangkat, Schumpeter segera menjalani gaya hidup
mewah, menyewa kastil dan membeli petemakan kuda. Ketika ditanya tentang
gaya hidupnya, dia menjawab dengan enteng, “Kroneist Krone," yang berarti
“mahkota adalah mahkota.” Orang-orang Austria awam, yang kelaparan dan
miskin, jelas tidak senang dengan jawaban itu (Swedberg 1991: 63).
PERILAKU KASAR SCHUMPETER
TIDAK mengejutkan jika Sdmmpeter hanya menempati posisinya selama
setahun. Kemudian dengan mencantumkan “bekas menteri keuangan" di dalam
daftar riwayat hidupnya. dia berhasil menjadi ketua dewan sebuah
bank baru. Setelah mendapat gaji sangat besar dan beragam fasilitas keistimewaan
untuk menarik cek besar, dia kembali ke gaya hidup mewahnya. Ketika diminta
agar lebih bijaksana, dia malah “menyewa Fiaker terbuka[kereta] dan
mengendarainya di sepanjang Kartnerstrasse-jalan utama didalam kota-pada siang
hari dengan memangku dua pelacur yang menggairahkan, yang satu berambut
pirang dan yang satu berambut coklat"(Swedberg 1991: 68).
Pada 1924, krisis ekonomi yang hebat melanda Austria, dan bank itu
terpaksa direstrukturisasi. Schumpeter tiba-tiba menghadapi segunung utang
dan pajak tanpa punya pekerjaan. Akan tetapi, setahun kemudian, nasibnya
mujur karena dia ditawari ketua jurusan keuangan publik di University of
Bonn.
SERANGKAIAN PERNIKAHAN GANJIL DAN KEMATIAN YANG
ANEH!
KEHIDUPAN cinta Schumpeter sangat ganjil. Pada 1906, saat berkunjung ke
London, dia tiba-tiba menikahi seorang perempuan Inggris yang 12 tahun lebih
muda darinya. Dia meninggalkannya begitu saja saat dia kembali ke Jerman untuk
mengajar di Bonn dan tak pernah secara resmi menceraikannya. Setelah
serangkaian hubungan asmara di luar nikah, Schumpeter, yang saat itu berusia 32
tahun, menambatkan hatinya pada gadis berumur 12 tahun (!) bernama Annie
Reisinger. Dia mengatur supaya gadis itu mendapat pendidikan dan menikah
dengannya jika sudah dewasa. Pada November 1925 Annie yang berusia 22 tahun
dan Joseph yang berumur 42 tahun menikah di gereja Lutheran (meskipun dia
adalah penganut Katolik)
Tetapi opera sabun Schumpeter ini belum berakhir. Setahun setelah
pernikahannya, ibunya meninggal dunia. Pada saat yang sama, Annie mengalami
kesulitan kehamilan, yang diperparah oleh ancaman istri pertama Schumpeter
yang ingin menuntut Schumpeter karena kawin lagi. Pada Agustus 1926, sebulan
setelah ibunya meninggal, Annie meninggal saat melahirkan.
Schumpeter sangat terpukul oleh kejadian tragis ini sehingga selama bertahun-
tahun dia tak mengubah apa pun yang ada di ranjang Annie, dan bahkan tidak
mengeluarkan pakaiannya dari kamar. Setiap pagi dia meletakkan mawar di
makam Annie. Terapi dia mulai menyalin bagian-bagian dari catatan harian
Annie, meniru tulisan tangan dan kesalahan tanda bacanya. Ketika dia selesai
menyalin seluruh catatan harian itu, dia mulai lagi. Karena pengaruh Katoliknya,
dia mulai mendoakan almarhum istri dan ibunya. “Setiap kali dia akan melakukan
sesuatu yang sulit, dia akan meminta pertolongan kedua almarhum itu; dan saat
segala sesuatu berjalan lancar, dia akan berterima kasih kepada mereka"
(Swedberg 1991: 74-75). Schumpeter terkadang menulis “Hasen sei Dank"
(Terima kasih Hasen) (Hasen, secara literal adalah kelinci, menunjukkan
seseorang yang sangat dicintai.)
PANGGILAN Dam HARVARD
MENGINGAT perilaku Schumpeter yang aneh, orang bertanya-tanya bagaimana
Schumpeter bisa mendapatkan pengakuan tinggi di dalam profesi ekonomi ini.
Tampaknya, dia dihormati karena karya awalnya tentang perkembangan ekonomi.
Pada 1932, Frank Taussig, sesepuh ekonomi di Harvard, menawarkan padanya
sebuah posisi di Universitas Harvard. Karena ingin mengubah hidupnya secara
radikal, Schumpeter meninggalkan Jerman dan tak pernah kembali lagi ke Eropa.
Dia meninggalkan 28 peti berisi harta bendanya, termasuk paper dan naskahnya.
Dia bahkan tak membawa salinan buku pertamanya.
Schumpeter pindah ke rumah Taussig dan tinggal di sana selama lima tahun.
Taussig menjadi ayah bagi Schumpcter. Untuk melupakan tragedi keluarganya di
masa lalu, Schumpeter bekerja tak kenal lelah sepanjang waktu-malam, siang dan
bahkan di akhir pekan-dan memeriksa dirinya sendiri dalam catatan pribadinya.
Dia mengalami depresi dan berbagai macam penyakit.
Pada 1935 Schumpetcr membayar semua utangnya dan mengambil alih kursus
Taussig setelah Taussig pensiun pada usia 75 tahun. Metode pengajaran Taussig
bersifat Sokratik: Setelah memperkenalkan persoalan, dia dengan sabar
membimbing mahasiswa untuk memecahkan solusi sementara dia sendiri tidak
memberikan jawaban. Gaya mengajar Schumpeter lebih internasional-dia
memperluas lingkupnya sampai di luar ekonom Inggris dan memperkenalkan
kepada mahasiswa beragam teoritisi Eropa dan Amerika. Meskipun gaya bicara
Schumpeter kadang sulit dipahami, karena aksen Viennanya yang kental, dia
berhasil membuat Paul Samuelson terkesan:
Setelah mahasiswa berkumpul di kelas untuk mengikuti kuliah, Schumpeter akan
masuk kemudian melepas topinya, sarung tangannya, dan mantelnya, dia memulai
pengajaran seperti biasanya. Baju penting baginya: dia mengenakan baju wol yang
rapi, yang dipadukan dengan hem, dasi, kaus kaki, dan sapu tangan. (Harris 1951:
SO-51)
Oleh mahasiswanya di dipanggil “Schumpy”. Schumpeter orangnya ramah,
terutama dengan mahasiswa yang dapat bertemu dengannya secara reguler di
kedai kopi. Seperti Mises, dia tidak pelit dalam memberi nilai. Salah satu lelucon
yang terkenal adalah dia memberi nilai A hanya untuk tiga kategori mahasiswa:
semua mahasiswa Jesuit, semua perempuan dan semua mahasiswa selain itu
(Swedberg 1991: 114)
ANTI KEYNES
KETIKA Harvard menjadi pusat ekonomi Keynesian, Schumpeter yang iri merasa
tertantang oleh kesuksesan Keynes. Dia menulis ulasan yang sangat negatif
terhadap General Theory Keynes, dan ketika Keynes meninggal pada 1946,
tulisan memorial Schumpeter dalam American Economic Review penuh dengan
komentar yang tajam (Schumpeter 1946). Dalam catatan hariannya dia menulis,
“Kita semua menyukai kesalahan yang mencolok ketimbang kebenaran yang
kecil." Schumpeter, seperti Mises dan Hayek, selalu berpendapat bahwa Depresi
pasti terjadi dan tidak boleh dicampuri dengan pengeluaran defisit atau reinflasi.
Mungkin permusuhan Schumpeter ini adalah karena kecemburuan profesional.
Keynes mengungguli Schunipeter. Karya tebal Schumpeter, Bussiness Cycles
(1939), dinilai buruk oleh Simon Kuznets. Schumpeter selalu membanggakan diri
sendiri, tetapi pengakuan terhadap dua karya klasiknya Capitalism, Socialism and
Democracy (1950 [1942]) dan History of Economic Analysis (1954) baru diterima
setelah dia meninggal.
ANTI ROOSEVELT
SELAMA masa perang, Schumpeter tampaknya semakin eksentrik, semakin tidak
seimbang dan semakin terisolasi. Dia terus berbicara dengan almarhum istri dan
ibunya. Catatan hariannya penuh referensi pada kematian dan memuat kebencian
terhadap "negro Yahudi, dan orang tak normal”. Salah satu pernyataannya
berbunyi, “Sebagaimana tarian nigger adalah tarian sekarang, demikian pula
ekonomi Keynesian adalah ekonominya sekarang. “ Pada suatu pesta cocktail
1944, ketika Roosevelt menjabat presiden pada tahun keempatnya, seorang
perempuan bertanya pada Schumpeter apakah dia akan memilih Roosevelt lagi,
dan Schumpeter menjawab dengan masam, “Saudaraku, jika Hitler mencalonkan
diri menjadi Presiden dan Stalin sebagai Wakil Presiden, saya akan memilih
mereka untuk mengalahkan Roosevelt" (Swedberg 1991: 141). Dia berpikir
bahwa Hitler akan menang perang.
Perilaku reaksionernya tetap tak berkurang meski dia menikah lagi, kali ini
dengan Elizabeth Boody pada 1937. Istri barunya ini dituduh anti Roosevelt dan
pro-jepang, tetapi istrinya ini kelak menjadi orang penting dalam menyelesaikan
buku sejarah ekonominya “yang tak pemah selesai”.
SCHUMPETER MENULIS BESTSELLER INRERNASIONAL
SELAMA dalam keadaan depresi dan terisolasi pada 1940-an, Schumpeter
mempublikasikan karyanya yang paling terkenal, Capitalism, Socialism. And
Democraqy (1942), yang direvisi dua kali sepanjang hayatnya. Buku ini laris di
tingkat internasional dan diterjemahkan ke dalam 16 bahasa, termasuk Persia,
Korea, dan Hindi. Buku ini bukan sekadar karya ekonomi, tetapi juga ilmu politik
dan sosiologi dan bisa diaplikasikan pada bidang ilmu sosial lainnya.
DINAMIKA “DESTRUKSI KREATIF”
CAPITALISM, Socialism, and Democracy, yang tebalnya 431 halaman, secara
keseluruhan adalah bacaan yang berbelit-belit, tetapi penuh dengan ide jenius dan
paragraf yang kuat. Schumpeter menulis tentang dinamika kapitalisme pasar dan
bagaimana kekuatan pengganggu dari teknologi akan melemahkan kondisi
ekuilibrium. Terkadang frase-frasenya, seperti "destruksi kreatif", terdengar
seperti interpretasi Marxis atas sejarah. Dengan meminjam gagasan gurunya dari
Vienna, Friedrich von Wieser, dia melihat entrepreneur sebagai katalis utama
dalam apa yang dinamakan Schumpeter sebagai “destruksi kreatif" sistem pasar.
Kapitalisme “tak pernah stasioner". Proses industri “terus-menerus
merevolusionerkan struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus menghancurkan
struktur lama, dan terus-menerus menciptakan yang baru" (Schumpeter 1950: 82-
83).
Schumpeter tidak khawatir dengan tumbuhnya perusahaan-perusahaan besar
seperti Ford, Standard Oil, atau International Business Machines, perusahaan-
perusahaan yang memonopoli industri. Dia malah menyambut baik hal itu.
Perusahaan monopolistik dalam tahap awal pertumbuhannya sangat inovatif dan
mengandung risiko yang besar, kata Schumpeter. Mereka juga menarik kompetisi
yang kuat, sehingga satu generasi kemudian, ada yang akan menggantikan
monopoli lama. Schumpeter tidak akan terkejut jika Microsoft mengalahkan
IBM, atau Toyota mrngungguli Ford. Dia menolak model “persaingan sempurna”
Chamberlin-Robinson sebagai sesuatu yang ideal. Menurut Schumpeter,
persainagn adalah sebuah proses, bukan keadaan-proses-yang terus-menerus
menciptakan dirinya sendiri, jadi persaingan bukan titik ekuilibrium statis. Dia
menyimpulkan, “ Konstruksi teoritis yang mengabaikan elemen esensial ini ...
adalah seperti Hamlet tanpa pangeran Denmark” (1950; 86).
SCHUMPETER MENJADI PESIMIS TERLALU DINI
SEPERTI Mises dan Weber, Schumpeter; berpandangan fatalistik terhadap masa
depan kapitalisme dan sosialisme. Dalam Capitalism, Socialism, and Democracy,
dia menulis bagian bertajuk “ Can Capitalism Survive?” pada 1935 pada masa
Depresi. Tetapi pandangan muramnya pada kapitalisme bukan karena kegagalan
kapitalisme (dia menolak teori “stagnasi sekuler” Hansen) tetapi karena
keberhasilannya (Schumpeter 1950: 61-163). Dia percaya bahwa sistem kapitalis
yang maju akhirnya akan melemahkan dirinya sendiri setelah manajer birokratik
menggantikan enterpreneur yang inovatif, dan kemakmuran akan menciptakan
sikap antikapitalistik dalam masyarakat borjuis.
Lebih jauh, Schumpeter menerima ide bahwa “'ada dasar yang kuat untuk
memercayai efisiensi ekonomi [sosialisme]" di atas kapitalisme. Ia menolak
alasan Mises bahwa sosialisme tidak dapat mengalokasikan sumber daya secara
efisien. Schumpeter mengatakan bahwa demokrasi sosialis yang dijalankan
dengan baik dapat menghilangkan gejolak bisnis, penganggur dan inflasi. Dia
mungkin tidak menyukainya, tetapi itu tidak terhindarkan. Dia memainkan peran
jahat dalam Capitalism, Socialism and Democracy sehingga beberapa pihak
menuduhnya seorang sosialis. Tetapi dia menyangkalnya.
“Saya tidak mendukung sosialisme," kata Schumpeter pada Desember 1949,
sebelum pertemuan tahunan AEA. Dia menyampaikan pidato Presidensialnya
bertajuk “March into Socialism,” yang merupakan pidato terakhirnya Meskipun
demikian, “tatanan kapitalis cenderung untuk menghancurkan dirinya sendiri dan
sosialisme sentralis tampaknya ... menjadi penggantinya. “ Masyarakat modern
menginginkan keamanan, kesetaraan dan keteraturan”-rekayasa ekonomi, bukan
entrepreneurship (Schumpter 1950: 416-18).
Jelas Schumpeter mengakui kekuatan masyarakat gang akan menciptakan
stabilitas negara kesejahteraan, tetapi dia meremehkan semangat entrepreneurship
di era pascaperang. Sekarang ini, kapitalisme global lebih kuat daripada
sebelumnya, dan sosialisme berada dalam posisi defensif.
SCHUMPETER MEMBERIKAN SUMBANGAN TERAKHIR
KARYA terakhir Sehumpeter dipublikasikan setelah dia meninggal pada 1950
dalam usia 67 tahun. Selama hampir satu dekade, dia mengerjakan buku besarnya,
History of Economic Analysis. Dia bersikeras menulis “karya sejarah, sebuah
proyek yang tidak pernah dia selesaikan. Setelah kematiannya, jandanya,
Elizabeth, menemukan banyak bagian dari naskahnya tersebar dirumah dan
kantornya. Dengan bantuan Wassily Leontief, Paul Sweezy dan kawan lainnya,
Elizabeth melakukan usaha keras menyunting dan mengetik ulang naskah itu
selama beberapa tahun. Akhirnya, dia harus menjual rumahnya untuk
menyelesaikan karya itu. Upaya itu sangat melelahkan sehingga Elizabeth
meninggal sebelum buku itu diterbitkan. Akhirnya, buku itu diterbitkan oleh
Oxford University Press pada 1954, dengan tebal l260 halaman. Sekarang buku
itu dianggap sebagai sejarah pemikiran ekonomi yang definitif.
AKHIR PERDEBATAN: “Mises BENAR"
JATUHNYA Uni Soviet dan komunisme Blok Timur akhirnya mengakhiri
perdebatan tentang sistem ekonomi komparatif yang telah berlangsung selama
lebih dari seabad. Schumpeter ternyata terlalu pesimis terhadap masa depan
kapitalisme dan terlalu optimis terhadap kemampuan sosialisme.
Salah satu murid Schumpeter di Harvard, Robert Heilbroner, menjadi seorang
sosialis dan menganut Marxisme. Dia kelak menulis The Worldly Philosophers
(1999 [1953]), sejarah ilmu ekonomi paling populer yang pemah ditulis. Di bawah
pengaruh antara lain Schumpeter dan Adolph Lowe, Heilbroner menyimpulkan
bahwa Mises keliru dan sosialisme dapat bekerja baik. Dia mempertahankan
pendapatnya ini selama bertahun-tahun.
Pada akhir 1980-an, tak lama sebelum ambruknya Tembok Berlin dan jatuhnya
Uni Soviet, Heilbroner mulai mempertimbangkan ulang pandangannya. Dalam
artikel yang mengejutkan di New Yorker yang diberi judul “The Triumph of
Capitalism", Heilbroner menulis bahwa debat lama antara kapitalisme dan
sosialisme sudah usai dan kapitalisme telah menang. Dia mengatakan, “Uni
Soviet, Cina, dan Eropa Timur telah memberi kita bukti paling jelas bahwa
kapitalisme mengatur urusan materi umat manusia secara lebih memuaskan
ketimbang sosialisme; bahwa betapa pun tidak seimbang dan tidak bertanggung
jawabnya pasar dalam mendistribusikan barang, ia melakukannya dengan lebih
baik ketimbang ekonomi terencana; betapa pun cerobohnya kultur komersialisnie,
ia lebih menarik ketimbang moralisme negara dan betapa pun liciknya ideologi
peradaban bisnis, ia lebih bisa dipercaya ketimbang ideologi sosialis" (Heilbroner
1989: 98).
Dalam artikel selanjutnya setelah hancurnya Blok Timur, dia bahkan mengatakan
lebih jelas, “Sosialisme adalah tragedi abad ini ... Jelas bahwa keruntuhannya
menandai berakhirnya sosialisme sebagai model ekonomi." Lebih juh, debat
antara Ludwig von Mises dan Lange harus dikaji ulang dari sudut peristiwa
kontemporer. “Ternyata Mises benar," kata Heilbroner (1990: 91-92) Artikel ini
membuat Heilbroner dikecam rekan rekan sosialisny, seperti terlihat dalam tulisan
di Dissent dan publikasi sosialis lainnya. Tetapi Heilbroner sudah mengubah
paradigmanya.
KARYA EMPIRIS BARU MENGKONFIRMASIKAN TESIS MISES
Jatuhnya Soviet melahirkan revisi sejarah ekonomi dibawah komunisme.
Berdasarkan riset yang berasal dari file rahasia KGB di Moskow, para sejarawan
mengonfirmasikan pandangan negatif Mises terhadap perencanaan sosialisme.
Dalam karyanya tentang Soviet-Rusia pada era 1930-an yang berjudul Everyday
Stalinism, Sheila Fitzpatrick menentang pandangan lama yang dianut oleh Sidney
dan Beatrice Webbs dan George Bemard Shaw bahwa sistem Soviet selama 1930-
an adalah “peradaban baru" yang cemerlang. Sebaliknya, tulis Fitzpatrick,
"Dengan penghapusan pasar, maka terjadi kekurangan makanan, pakaian dan
semua jenis barang konsumen di mana-mana. Saat para petani pergi dari desa-
desa, kota-kota segera mengalami krisis perumahan yang parah, dan banyak
keluarga yang harus bernaung selama beberapa dekade di dalam ruang sempit di
apartemen komunal ... lni adalah dunia penuh kekurangan, penuh sesak, penuh
pertikaian, dan keluarga yang berantakan, di mana janji rezim tentang masa depan
sosialis tidak terbukti Birokrasi pemerintah mengubah kehidupan sehari-hari
menjadi mimpi buruk" (Fitzpatrick 1999: cover).
PERTUMBUHAN NASIONAL LEBIH CEPAT DI BAWAH
KEBEBASAN EKONOMI
SELAIN itu, studi baru-baru ini yang membandingkan pertumbuhan ekonomi
negara dan tingkat kebebasan ekonominya telah mengkonfirmasikan tesis Mises.
Menurut karya james Gwartney (Florida Smie) dan rekannya, negara-negara
dengan level kebebasan ekonomi tertinggi menilcmati standar hidup tertinggi
pula. Grafik kebebasan ekonomi, yang ditunjukkan dalam Gambar 1.2 di Bab 1,
mencerminkan temuan ini (Lihat pula Gambar 16.1 di atas).
Dan berakhirlah kritik terhadap Mises dalam sejarah ekononii. Nama
Mises bersih kembali. Kata-kata ahli fisika Max Planck berlaku di sini. "Sains
memajukan pemakaman dengan pemakaman."
Saat kita memasuki abad 21, angin perubahan bertiup di mana-mana. Seperti
dikatakan Francis Fukuyama dalam majalah Times. “Jika sosialisime menandai
sistem ekonomi dan politik di mana pemerintah mengontrol sebagian besar
ekonomi dan redistribusi kekayaan untuk menciptakan kesetaraan sosial, maka
saya kira bisa dikatakan bahwa kemungkinannya untuk muncul kembali di suatu
saat di masa depan adalah mendekati nol" (2000: 111).
ANGIN PERUBAHAN DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN
PERGESERAN dari aktivisme pro-pemerintah ke solusi pro-pasar dalam ekonomi
pembangunan baru terlihat di akhir abad 20. Setelah Perang Dunia II, para
ekonom memfokuskan pada nasib negara-negara miskin di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin. Mereka menamakannya Dunia Ketiga atau negara-negara
berkembang (LDCs). Secara umum, tingkat melek huruf mereka rendah.
Pengangguran tinggi, pertumbuhan penduduknya cepat, ekonominya berbasis
pertanian. Banyak yang mengalami inflasi tinggi; kekurangan Pangan, pasar
gelap, dan pelarian modal. Bagaimana mungkin negara-negara miskin itu
berpartisipasi dalam tujuan kekayaan universal Adam Smith?
Setelah peristiwa 1930an mendiskreditkan kapitalisme dan Rencana Marshall
pascaperang menunjukkan rnanjumya bantuan pemerintah, Pandangan baru
tentang pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh negara. Organisasi-organisasi
pembangunan internasional, seperti Bank Dunia dan Aliansi untuk Kemajuan,
didirikan untuk membantu LDCs.
Pada 1960 W. W. (Walt Whitman) Rostow dari MIT menulis “manifesto
nonkomunis," The Stages of Economic Growth, di mana manifesto ini segera
menjadi standar perencanaan di Dunia Ketiga. Rostow berpendapat bahwa
prakondisi untuk tahap “tinggal landas" dalam pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan adalah negara-bangsa yang tersentralisasi.
Pendapatan Keynesian untuk pembangunan juga dimasukkan dalam model
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, yang dibuat oleh Roy Harrod dan Evsye
Domar (Eltis l987). Model Harrod-Domar menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah semata-mata fungsi dari rasio output-kapital nasional, sehingga
pertumbuhan modal tetap akan menghasilkan kenaikan profit dan pertumbuhan
ekonomi. Model Harrod-Domar menekankan pada perlunya memperbesar stok
modal dan meningkatkan teknologi sebagai kunci untuk pertumbuhan-entah itu
melalui kenaikan tabungan domestik, bantuan asing, investasi swasta, pengeluaran
pemerintah, atau inflasi moneter. Efisiensi, insentif dan perdagangan diabaikan.
Model mereka mengabaikan peran entrepreneur yang menggunakan kapital dan
ide-ide baru untuk menciptakan kekayaan. Karena LDCS mengalami “lingkaran
setan kemiskinan" dan tidak bisa menciptakan pertumbuhan dari dalam, Rostow
dan ekonom pembangunan lainnya menekankan perlunya campur tangan negara
untuk memutus lingkaran setan dengan proyek investasi besar-besaran.
P.T BAUER: SUARA PEMBANGKANGAN
SEORANG kriktikus ortodoksi pembangunan adalah P.T Bauer dari London
School Of Economic (LSE). Pada periode pasca perang, Bauer sendirian
memerangi kebijakan bantuan asing, perencanaan sentral menyeluruh dan
nasionalisasi. Dia mencatat bahwa negara-negara industri seperti Inggris tidak
membuktikan tesis “lingkaran setan kemiskinan" dan menambahkan, “Dalam
sejarah banyak orang, keluarga, kelompok, masyarakat, dan negara-baik di Barat
maupun Dunia Ketiga--telah keluar dari kemiskinan menuju ke kemakmuran
tanpa bantuan luar” (Dorn 1998: 27). Dia menyangkal bahwa negara-negara
kapitalis maju telah mencapai kemajuan dengan mengorbankan negara miskin dan
dia mengatakan bahwa investasi asing adalah unsur kunci untuk pembangunan di
Dunia Ketiga. Menurut Bauer, perencanaan negara bukan program pertumbuhan
yang bermanfaat, tetapi sebuah konsentrasi kekuasaan di tangan elite politik yang
akhirnya mengakibatkan korupsi dan penyalahgunaan.
Dalam salah satu artikel klasiknya, dia menulis tentang negara Asia yang, pada
akhir Perang Dunia ll, berada dalam keadaan miskin. Negara itu hampir tak punya
sumber alam dan terpaksa mengimpor minyak dan bahan baku, dan bahkan air.
Negara itu menghadapi imigrasi massif dan akhirnya menjadi negara paling padat
penduduknya di dunia. Partner dagangnya berjarak ribuan mil jauhnya. “Anda
pasti mengira bahwa negara ini akan hancur kecuali ia menerima bantuan
eksternal yang besar," kata Bauer. Tetapi, koloni kecil Hongkong ini berkembang
berkat pemerintahan laissez faire, dan dewasa ini menjadi negara paling makmur
kedua di kawasan Pasifik (Bauer 1981: 185-90).
Sejak jatuhnya model perencanaan sentral Soviet, tesis Rostow dikecam dan
pandangan Bauer mulai diterima. Bahkan Rostow baru-baru ini mengakui,
“Tampak ada kebenaran yang serius dalam pandangan Bauer" (1990: 386).
Belakangan ini Bank Dunia telah bergeser ke pihak Bauer. Dalam sebuah studi
atas Empat Harimau dan keajaiban ekonomi Asia pada 1993, disimpulkan bahwa
“Pertumbuhan cepat dalam masing-masing negara terutama adalah berkat
penerapan seperangkat kebijakan ekonomi umum yang berorientasi pasar, yang
mengakibatkan akumulasi dan alokasi sumber daya secara lebih baik" (World
Bank 1993: vi). Laporan pembangunan Bank Dunia 1996, From Plan to Market,
jelas berpihak pada pasar. joseph Stiglitz. Ekonom Bank Dunia, mencatat,
“Kebanyakan [ekonom] menyimpulkan,bahwa bantuan [asing] menekan tabungan
nasional" (Schmidt-Hebbel dan, 1999. 17,18).
Recommended