View
385
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
Program Magister Akuntansi
Diajukan oleh:
Alex Johanes Simamora
12/340854/PEK/17249
Kepada:
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ii
iii
iv
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
dia yang telah mengubahku, AMON
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah
memberikan rahmat dan kasih-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan
baik. Adapun penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai
derajat sarjana strata 2 (S2) pada Program Magister Akuntansi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Mamak, Bang Doris, Kak Uli dan Tara atas dukungan materiil dan
moril.
2. Amon yang telah memberikan semangat, kasih sayang, doa, inspirasi dan
keberanian.
3. Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., CMA. selaku dosen pembimbing
yang dengan sabar memberi bimbingan, arahan, saran dan petunjuk dalam
penulisan tesis ini.
4. Pengelola, staf pengajar, staf akademik serta karyawan Program Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang
telah memberikan fasilitas dan membantu penulis selama menjalani
perkuliahan dan proses penyusunan tesis.
vi
5. Teman dan sahabat akuntansi keuangan, Mas Nur, Adit, Meliza, Mas
Ristanto, Mas Krisman, Andi, Puput, Riska, Ranti, Pita yang telah berjuang
bersama-sama.
6. Teman-teman badminton dan hang out yang bersedia bermain, berbagi waktu,
bertukar pikiran dan memberi banyak pelajaran hidup.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas perhatian dan
bantuan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Hanya doa yang bisa penulis panjatkan semoga Tuhan membalas semua
budi baik keluarga/bapak/ibu/saudara/teman-teman berikan. Semoga tulisan
sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Terima kasih.
Yogyakarta, April 2013
Penulis,
Alex Johanes Simamora
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN TESIS …………………………… ii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………… iv
KATA PENGANTAR …………………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………….... vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………… x
INTISARI …………………………………………………………… xi
ABSTRACT …………………………………………………………… xii
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………............... 1
1.2 Perumusan Masalah …………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………… 6
1.5 Sistematika Pembahasan …………………………………… 7
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA …………………………………… 8
2.1 Teori Keagenan …………………………………………… 8
2.2 Kecakapan Manajerial …………………………………… 10
2.2.1 Pengertian Kecakapan Manajerial …………… 10
2.2.2 Data Envelopment Analysis (DEA) …………… 12
2.3 Nilai Perusahaan …………………………………………… 16
2.4 Kepemilikan Manajerial …………………………………… 17
viii
2.5 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis …… 18
2.5.1 Kecakapan Manajerial dan Nilai Perusahaan …… 18
2.5.2 Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan …… 20
BAB III: RANCANGAN PENELITIAN …………………………… 22
3.1 Sampel Penelitian …………………………………………… 22
3.2 Metode Pengumpulan Data …………………………… 23
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………… 23
3.3.1 Variabel Independen …………………………… 23
3.3.2 Variabel Dependen …………………………… 26
3.3.3 Variabel Pemoderasi …………………………… 27
3.3.4 Variabel Kontrol …………………………… 27
3.4 Metode Analisis …………………………………………… 27
3.4.1 Uji Normalitas …………………………………… 28
3.4.2 Uji Multikolinearitas …………………………… 28
3.4.3 Uji Autokorelasi …………………………… 28
3.4.4 Uji Heterokedastisitas …………………………… 29
3.4.5 Uji Hipotesis …………………………………… 29
BAB IV: ANALISIS DATA …………………………………………… 31
4.1 Hasil Perhitungan Variabel …………………………… 31
4.1.1 Kecakapan Manajerial …………………………… 31
4.1.2 Nilai Perusahaan …………………………… 31
4.1.3 Kepemilikan Manajerial …………………… 31
4.1.4 Ukuran Perusahaan …………………………… 31
4.2 Statistik Deskriptif …………………………………… 31
4.3 Uji Normalitas …………………………………………… 38
ix
4.4 Uji Multikolinearitas …………………………………… 39
4.5 Uji Autokorelasi …………………………………………… 40
4.6 Uji Heteroskedatisitas …………………………………… 40
4.7 Uji Hipotesis …………………………………………… 41
4.8 Pembahasan …………………………………………… 43
BAB V: PENUTUP …………………………………………………… 47
5.1 Kesimpulan …………………………………………… 47
5.2 Implikasi Penelitian …………………………………… 47
5.3 Keterbatasan Penelitian …………………………………… 48
5.4 Saran Penelitian Berikutnya …………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 51
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pemilihan Sampel …………………………………………… 23
Tabel 2. Tabel Autokorelasi …………………………………………… 29
Tabel 3. Statistik Deskriptif …………………………………………… 32
Tabel 4. Deskripsi Sampel …………………………………………… 32
Tabel 5. Skor DEA Kecakapan Manajerial …………………………… 33
Tabel 6. Rata-rata skor DEA Kecakapan Manajerial …………………… 35
Tabel 7. Uji Normalitas (N=316) …………………………………… 38
Tabel 8. Uji Normalitas (Bentuk Ln) …………………………………… 38
Tabel 9. Uji Normalitas (N=300) …………………………………… 39
Tabel 10. Uji Multikolinearitas …………………………………… 40
Tabel 11. Uji Autokorelasi …………………………………………… 40
Tabel 12. Uji Heterokedastisitas …………………………………… 41
Tabel 13. Uji Regresi …………………………………………………… 41
xi
PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI
VARIABEL PEMODERASI
Intisari
Tujuan utama perusahaan dalam bidang keuangan yaitu meningkatkan
nilai perusahaan. Tercapainya tujuan tersebut tergantung kepada karakteristik
manajer perusahaan sebagai pengelola perusahaan. Salah satu karakteristik
seorang manajer yaitu kecakapan manajerial. Manajer yang cakap akan mampu
meningkatkan nilai perusahaan.
Adanya manajer yang cakap saja tidak cukup untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Tercapainya peningkatan nilai perusahaan juga tergantung seberapa
besar konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diperkecil dengan
kepemilikan saham oleh manajer sehingga tujuan meningkatkan nilai perusahaan
dapat tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecakapan manajerial
terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel
pemoderasi. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 79 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Kecakapan
manajerial diukur menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Nilai
perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q. Kepemilikan manajerial diukur dari
adanya kepemilikan saham oleh manajer dan tidak adanya kepemilikan saham
oleh manajer.
Hasil penelitian ini yaitu kecakapan manajerial berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin
cakap seorang manajer, maka semakin mampu manajer menjalankan bisnis yang
efektif dan efisien serta mengambil keputusan yang menciptakan nilai bagi
perusahaan.
Interaksi antara kecakapan manajerial dengan kepemilkan manajerial
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial
semakin memperkuat pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa manajer yang cakap akan lebih meningkatkan
nilai perusahaan apabila manajer tersebut memiliki saham perusahaan
dibandingkan manajer cakap yang tidak memiliki saham perusahaan. Kepemilikan
manajerial dapat memperkecil konflik kepentingan antara manajer dengan
pemegang saham.
Kata Kunci: Kecakapan Manajerial, Data Envelopment Analysis, Tobin’s Q,
Kepemilikan Manajerial
xii
EFFECT OF MANAGERIAL ABILITY ON FIRM VALUE WITH
MANAGERIAL OWNERSHIP AS MODERATING VARIABLE
Abstract
The firm's main objective in finance is to increase firm value. The
achievement of this objective depends on the characteristics of the manager of the
firm. One of the characteristics of a manager is managerial ability. Capable
manager will be able to increase the firm value.
The existence of capable managers is not enough to increase the firm
value. The achievement of increasing value of the firm also depends on how big
the conflict of interest between manager and shareholder. Conflict of interest
between manager and shareholder can be minimized with stock ownership by
manager so that increasing firm value can be achieved.
This study aimed to examine the effect of managerial ability on firm value
with managerial ownership as moderating variable. The samples of this study as
many as 79 firms listed on Indonesian Stock Exchange from year 2008 to 2011.
Managerial ability was measured using Data Envelopment Analysis (DEA). Firm
value was measured using Tobin's Q. Managerial ownership is measured from the
existence ownership of shares by manager.
The results of this study is managerial ability have positive significant
effect on firm value. This result indicate that the more capable a manager, the
more manager run the business effectively and efficiently, and make decisions that
create value for the firm.
Interaction between managerial ability with managerial ownership have
positive significant effect on firm value. Managerial ownership strengthen the
effect of managerial ability on firm value. This result indicate that capable
manager will more increase firm value if the manager have firm stock than
capable manager who does not have firm stock. Managerial ownership can
reduce conflict of interest between manager and shareholder.
Keyword: Managerial Ability, Data Envelopment Analysis, Tobin’s Q,
Managerial Ownership
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada awal pendirian suatu perusahaan, biasanya pemilik perusahaan
tersebut yang akan menjalankan dan mengelola usahanya. Pemilik sendiri yang
akan melakukan aktivitas penjualan, produksi, maupun pendanaan. Seiring
berjalannya usaha tersebut, maka akan ada fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan
dapat dilihat dari peningkatan penjualan, profit, arus kas, dan aset yang lain. Fase
pertumbuhan tersebut membuat usaha tersebut bertambah besar dan akan ada
penambahan aktivitas yang semakin kompleks. Perusahaan akan menghadapi
kondisi ekonomi yang semakin berkembang dan bisnis yang kompetitif.
Perusahaan dituntut untuk mampu menganalisis situasi sekarang dan yang akan
datang, agar dapat berkembang dan bertahan dalam persaingan yang ketat
(Kurnia, 2010).
Karena adanya aktivitas kompleks dan tuntutan lingkungan bisnis yang
tinggi, maka pemilik tidak dapat lagi mengelola sendiri perusahaannya. Pemilik
membutuhkan pihak lain untuk membantunya dalam menjalankan perusahaan
yang didirikan tersebut. Pemilik akan menunjuk pihak lain sebagai manajer
perusahaan. Pemilik akan membuat suatu kontrak dengan manajer. Pemilik akan
mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk mengelola perusahaan. Manajer
akan digaji dan diberikan benefits oleh perusahaan untuk membuat keputusan
sesuai dengan kepentingan pemilik (Rao,1995). Kepentingan pemilik yaitu untuk
2
meningkatkan kesejahteraan diri mereka sendiri. Kesejahteraan pemilik
merupakan indikator dari nilai perusahaan (Kurnia, 2010). Dalam konteks
perusahaan go public, tujuan perusahaan yaitu untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham (Rao, 1995). Peningkatan nilai perusahaan
biasanya diukur melalui peningkatan harga pasar saham. Semakin tinggi
kesejahteraan pemegang saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Penjelasan
tersebut memberi makna bahwa pemilik mendelegasikan wewenang kepada
manajer untuk mengelola perusahaan dengan tujuan memaksimalkan nilai
perusahaan.
Pemilik perusahaan membutuhkan manajer yang cakap, sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer yang memiliki kecakapan tinggi
dipandang memiliki keahlian memadai di bidangnya yang menjadi tanggung
jawabnya (Ruba’i, 2009). Manajer tersebut dianggap lebih mampu mengestimasi
kebijakan yang diambil terhadap perusahaan. Isnugrahadi dan Kusuma (2009)
juga menyatakan bahwa salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah
adanya manajer yang berhasil mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu
membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Kecakapan manajerial merupakan source of resource value creation (Holcomb et
al., 2008). Manajer yang cakap dianggap mampu untuk mengelola perusahaan
dengan baik sehingga nilai perusahaan menjadi meningkat.
Penelitian mengenai kecakapan manajerial merupakan hal yang baru.
Demerjian et al. (2010) memperkenalkan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) sebagai pengukur kecakapan manajerial. Mereka menguji pengaruh antara
3
kecakapan manajerial di bidang keuangan dengan kualitas laba. Hasil penelitian
tersebut adalah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba. Di
Indonesia, penelitian kecakapan manajerial dilakukan oleh Isnugrahadi dan
Kusuma (2009) dengan menghubungkan antara kecakapan manajerial dengan
manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan
manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Djuitaningsih dan
Rahman (2011) juga melakukan penelitian mengenai kecakapan manajerial.
Mereka meneliti hubungan antara kecakapan manajerial dengan kinerja keuangan.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS).
Demerjian et al. (2010), Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Djuitaningsih
dan Rahman (2011) menyarankan bahwa kecakapan manajerial dihubungkan
dengan variabel lain. Atas saran tersebut, penelitian ini menguji pengaruh
kecakapan manajerial dengan variabel lain. Penelitian ini mencoba menguji
apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dalam menjalankan kontrak antara pemilik dengan dengan manajer, akan
muncul konflik kepentingan antara dua pihak tersebut. Pemilik memiliki
kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya, sedangkan manajer
memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan psikologinya,
antara lain dalam memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Konflik kepentingan meningkat terutama karena pemilik tidak dapat memonitor
aktivitas manajer sehari-hari. Adanya konflik tersebut membuat peningkatan nilai
perusahaan menjadi terhambat.
4
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperkecil konflik
kepentingan tersebut. Salah satu cara untuk memperkecil konflik kepentingan
yaitu menyelaraskan kepentingan antara pemilik dan manajer. Manajer juga harus
diposisikan sebagai pemilik perusahaan. Untuk perusahaan yang kepemilikannya
terdiri dari saham atau perusahaan yang go public, kepemilikan saham perusahaan
oleh manajer dapat menyelaraskan kepentingan antara pemilik dan manajer.
Kepentingan manajer dan pemilik yang selaras membuat tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dapat tercapai. Manajer sekaligus pemegang
saham akan mengambil keputusan bisnis yang berbeda dibandingkan dengan
manajer yang tidak memiliki saham perusahaan (Christiawan dan Tarigan, 2007).
Manajer sekaligus pemegang saham akan mengambil keputusan bisnis yang
selaras dengan kepentingan pemilik. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai
perusahaan dengan manajer yang memiliki saham perusahaan akan lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai perusahaan dengan manajer yang tidak memiliki
saham perusahaan.
Ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara kepemilikan
mananjerial dengan nilai perusahaan. Christiawan dan Tarigan (2007) menguji
kepemilikan manajerial dengan beberapa variabel. Salah satu variabel yang diuji
yaitu nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa rata-rata nilai
perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih baik dibanding dengan rata-rata
nilai perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Siallagan dan Machfoedz (2006)
menguji kepemilikan manajerial, melalui mekanisme corporate governance,
5
dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas yang menempatkan variabel
kepemilikan manajerial sebagai variabel independen, pada penelitian ini variabel
kepemilikan manajerial ditempatkan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan
antara kecakapan managerial dan nilai perusahaan. Penggunaan variabel
kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi atas dasar pertimbangan
bahwa manajer yang cakap akan semakin meningkatkan nilai perusahaan apabila
manajer tersebut juga memiliki saham perusahaan, dibandingkan dengan manajer
yang tidak memiliki saham perusahaan. Hubungan antara kecakapan manajerial
dan nilai perusahaan akan lebih kuat dengan menggunakan kepemilikan
manajerial sebagai variabel pemoderasi. Atas dasar uraian tersebut, penelitian ini
akan menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan
kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah kecakapan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kepemilikan manajerial yang berfungsi sebagai variabel
pemoderasi mempengaruhi hubungan antara kecakapan manajerial dengan
nilai perusahaan?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Menguji secara empiris pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai
perusahaan.
2. Menguji secara empiris kepemilikan manajerial sebagai variabel
pemoderasi dalam hubungan antara kecakapan manajerial dengan nilai
perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi:
1. Pembaca dan peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh
kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan
manajerial sebagai variabel pemoderasi yang dapat digunakan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
2. Akademisi
Penelitian ini diharapakan mampu memberikan pengetahuan tambahan
dalam dunia akademi, khususnya yang berkaitan dengan kecakapan
manajerial dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
3. Pemegang Saham
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
7
1.5 Sistematika Pembahasan
Bab I, Pendahuluan, menyajikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Tinjauan Pustaka, memaparkan berbagai studi kepustakaan yang
menjadi dasar penulis dalam mengajukan hipotesis, termasuk di dalamnya ulasan
mengenai berbagai penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini.
Bab III, Rancangan Penelitian, menjelaskan langkah-langkah yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Bagian ini terdiri dari pemilihan sampel
sesuai kriteria, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian,
dan metode analisis.
Bab IV, Analisis Data, menyajikan analisis akhir terhadap data yang telah
dikumpulkan.
Bab V, Penutup, memaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil
penelitian ini. Dalam bab ini juga diungkapkan mengenai batasan penelitian,
implikasi yang diharapkan dari penelitian ini dan saran penulis untuk penelitian
selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Teori keagenan pertama kali diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling
(1976). Jensen dan Meckling (1976) mendifinisikan hubungan keagenan sebagai
kontrak antara satu atau lebih pihak (principal) yang mengikat pihak lain (agent)
untuk menjalankan pengelolaan perusahaan berdasarkan kepentingan principal,
termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan kepada agent. Dalam
hubungan keagenan ini, pihak principal merupakan pemilik dan manajer sebagai
agent. Manajer merupakan orang yang akan menambah nilai bagi pemilik
(Djuitaningsih dan Rahman, 2011). Manajer akan menjalankan perusahaan sesuai
dengan kepentingan pemilik, dan pemilik akan memberikan kompensasi kepada
manajer. Kompensasi tersebut dapat berupa gaji, bonus, fasilitas, kompensasi
bentuk lain. Kepentingan pemilik yaitu memaksimalkan kesejahteraan mereka
sendiri. Peningkatan kesejahteraan pemilik akan terwujud melalui peningkatan
nilai perusahaan.
Dalam teori ini, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori
keagenan dapat menjelaskan bahwa kegagalan dalam memaksimalkan nilai
perusahaan disebabkan oleh tingkat efisiensi aktivitas perusahaan. Peningkatan
nilai perusahaan bergantung pada efisiensi perusahaan dalam melakukan aktivitas
operasi. Efisiensi sebuah perusahaan bergantung pada pengambilan keputusan
bisnis dan pengelolaan aktivitas yang dilakukan oleh manajer. Agar perusahaan
9
dapat berjalan efisien, maka dibutuhkan manajer yang cakap. Manajer yang
memiliki tingkat kecakapan yang berbeda akan melakukan pengambilan
keputusan yang berbeda (Adner dan Helfat, 2003). Isnugrahadi dan Kusuma
(2009) menjelaskan manajer yang cakap merupakan manajer yang berhasil
mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan
yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Byrd et al. (1998) menyatakan
bahwa kepentingan ekonomi perusahaan saat ini dihasilkan dari kombinasi antara
modal yang diberikan kepada pemilik dengan manajer profesional yang memiliki
kemampuan yang baik. Penjelasan tersebut menyatakan bahwa pemilik
membutuhkan manajer yang cakap untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Teori keagenan juga menjelaskan mengenai konflik keagenan. Konflik
keagenan muncul akibat adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan
manajer. Pemilik memiliki kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya,
sedangkan manajer memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
dan psikologinya, antara lain dalam memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan meningkat terutama karena pemilik
tidak dapat memonitor aktivitas manajer sehari-hari. Adanya konflik keagenan ini
dapat menimbulkan value losses yang signifikan bagi pemilik karena adanya
ketidakefisienan kebijakan operasi, investasi dan pendanaan (Byrd et al., 1998).
Konflik keagenan ini dapat menyebabkan terhambatnya pencapaian untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Kontrak antara pemilik dan manajer harus
mempertimbangkan mekanisme pengelolaan dan kompensasi manajer agar
10
konflik keagenan dapat diperkecil. Salah satu mekanisme untuk memperkecil
konlik keagenan yaitu adanya kepemilikan saham oleh manajer.
2.2 Kecakapan Manajerial
2.2.1 Pengertian Kecakapan Manajerial
Peran manajer sangat penting dan memiliki tanggung jawab atas kinerja
perusahaan (Wagner, 2008). Bertrand dan Schoar (2003) menyatakan bahwa CEO
dan top manager yang lain memiliki peran penting dalam menciptakan perilaku
organisasi. Demerjian et al. (2008) menyatakan bahwa karakteristik manajer
(kecakapan, bakat, reputasi atau gaya kepemimpinan), merupakan topik penting
dalam penelitian. Francis et al. (2004) pernah meneliti salah satu karakteristik
manajer. Mereka meneliti pengaruh reputasi CEO terhadap kualitas laba. Hasil
dari penelitian tersebut yaitu CEO yang memiliki reputasi berhubungan dengan
kualitas laba yang rendah. Manfaat dari penelitian mengenai karakteristik manajer
yaitu dapat menguji besarnya kontribusi manajer kepada kinerja perusahaan dan
keputusan investasi, kompensasi manajer, corporate governance, dampak
ekonomis dari kepemilikan saham, dan perbedaan produktivitas antar negara
(Demerjian et al., 2008).
Salah satu bentuk lain dari karakteristik seorang manajer yaitu kecakapan.
Sebagai seorang agent, manajer harus memiliki kecakapan agar dapat mengelola
perusahaan dengan baik. Beberapa penjelasan mengenai seorang manajer yang
cakap, antara lain:
11
1. Manajer yang cakap merupakan manajer yang memiliki pengetahuan luas
mengenai bisnis perusahaan, sehingga mampu membuat judgment dan
estimasi yang lebih baik (Demerjian et al., 2010).
2. Manajer yang cakap menghasilkan return yang tinggi melalui kesempatan
investasi yang menguntungkan (Wei, 2007).
3. Manajer yang cakap mampu menciptakan value dari penggunaan resource
yang dikendalikan oleh perusahaan (Holcomb et al., 2008).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajer yang cakap
merupakan manajer yang memiliki pengetahuan bisnis yang baik, kemampuan
pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, serta ahli di bidang tanggung
jawabnya. Dampak dari adanya pengetahuan bisnis yang baik, kemampuan
pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, serta keahlian yang dimiliki oleh
manajer yaitu akan tercipta nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, kecakapan
manajerial yang dimaksud adalah kecakapan manajerial dalam bidang keuangan.
Salah satu bentuk dari kecakapan manajerial yaitu manajer mampu untuk
melakukan judgment dan estimasi dengan lebih akurat. Menurut Healy dan
Wahlen (1999), contoh judgment yang dilakukan oleh manajer yaitu nilai
ekonomis di masa datang seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai sisa dari
aktiva jangka panjang. Manajer juga harus memilih beberapa pilihan metode
akuntansi yang diperbolehkan untuk melaporkan transaksi-transaksi ekonomis,
seperti penggunaan metoda garis lurus atau metoda percepatan dalam pencatatan
depresiasi, memilih LIFO atau FIFO dalam penilaian sediaan. Manajer juga harus
memilih untuk membebankan atau menangguhkan pengeluaran-pengeluaran
12
seperti penelitian dan pengembangan (Healy dan Wahlen, 1999). Dengan adanya
judgment dan estimasi yang akurat dari manajer, maka risiko ketidakpastian di
masa depan akan dapat dihindari.
Penelitian mengenai kecakapan manajerial dalam bidang akuntansi
keuangan merupakan hal yang baru. Kesulitan dalam mengukur kecakapan
manajerial membuat penelitian tersebut belum banyak dilakukan. Demerjian et al.
(2010) memperkenalkan Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai alat untuk
mengukur kecakapan manajerial dengan menggunakan data-data dari laporan
keuangan. Dalam penelitiannya, Demerjian et al. (2010) menguji pengaruh
kecakapan manajerial terhadap kualitas laba.
Demerjian et al. (2010) menggunakan tingkat efisiensi relatif sebuah
perusahaan dalam dalam mengkonversi input-input (berbagai kos dan biaya-
biaya) menjadi output (penjualan). Semakin efisien sebuah perusahaan secara
relatif dengan perusahaan lain dalam industri yang sejenis, maka semakin tinggi
tingkat kecakapan manajerial yang dimiliki manajer perusahaan tersebut. Hasil
dari penelitian Demerjian et al. (2010) membuktikan adanya pengaruh positif
kecakapan manajerial terhadap kualitas laba.
2.2.2 Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan program matematis untuk
mengukur tingkat efisiensi relatif sebuah Decision Making Unit (DMU) (Mantri,
2008). Efisiensi relatif sebuah DMU adalah tingkat efisiensi suatu DMU yang
dibandingkan dengan tingkat efisiensi DMU lainnya dalam satu kesatuan
13
populasi. Dalam populasi tersebut, semua DMU harus memiliki set data yang
terdiri dari input dan output yang sama.
Setiap DMU menginginkan agar terjadi efisiensi, yaitu menghasilkan
output yang maksimal dengan menggunakan input yang minimal. Pengukuran
efisiensi biasanya diukur dengan sebuah rasio yang membandingkan tingkat
output yang dihasilkan dengan tingkat input yang digunakan. Semakin tinggi rasio
tersebut, maka semakin efisien sebuah DMU. Sebagai contoh yaitu Return on
Asset (ROA) yang membandingkan tingkat laba bersih dengan total aset. Semakin
tinggi ROA, maka semakin tinggi laba bersih yang dihasilkan dari penggunaan
aset.
Pengukuran efisiensi dengan menggunakan output dan input tunggal
seperti di atas dikenal sebagai analisis efisiensi secara tradisional (Isnugrahadi dan
Kusuma, 2009). Berbeda dengan metode tradisional, DEA menggunakan multiple
input dan output dalam mengukur tingkat efisien. Selain itu, DEA juga
menggunakan bobot dalam perhitungan efisiensi sebuah DMU. Gambaran
mengenai perbedaan metode tradisional dengan DEA akan dijelaskan dalam
contoh berikut.
Misalnya pada contoh ROA, input (aset) terdiri atas berbagai macam
komponen. Dalam metode tradisional, setiap komponen aset dianggap memiliki
kontribusi yang sama sehingga memiliki bobot yang sama. Pada kenyataannya,
komponen aset tetap dan aset tidak berwujud memiliki kontribusi yang berbeda
dalam menghasilkan laba bersih. DEA menggunakan bobot untuk komponen
input dan output dalam mengukur tingkat efisiensi suatu DMU. Oleh karena itu,
14
dibutuhkan analisis yang tepat dalam menggunakan bobot tertentu agar
pengukuran suatu DMU lebih akurat. Penggunaan bobot untuk satu perusahaan
dapat berbeda dengan perusahaan lain. Menurut Demerjian et al. (2010), bobot
suatu komponen input atau output dihasilkan dari perbandingan setiap komponen
input dan output suatu DMU dengan DMU lain dalam satu kesatuan sampel.
Penggunaan bobot tersebut digunakan karena adanya kombinasi input untuk
menghasilkan beberapa output yang beragam. Bobot tersebut akan menentukan
tingkat efisiensi maksimal sebuah perusahaan.
Demerjian et al. (2010) menggunakan kombinasi input (berbagai kos dan
biaya) dan output (penjualan), serta menggunakan bobot untuk setiap komponen
input dan output dalam mengukur tingkat efisiensi sebuah DMU. Isnugrahadi dan
Kusuma (2009) menggunakan faktor sumber daya dan operasional sebagai input
serta faktor pejualan sebagai output. Dalam penelitian Demerjian et al. (2010) dan
Isnugrahadi dan Kusuma (2009), suatu DMU digambarkan dengan sebuah
perusahaan. Perusahaan tersebut akan diukur tingkat efisiensi relatif terhadap
perusahaan lain yang berada dalam industri yang sejenis. DEA akan menentukan
berapa bobot untuk setiap input dan output yang akan memaksimalkan tingkat
efisiensi sebuah perusahaan. Uraian tersebut menjelaskan bahwa DEA mampu
mengetahui faktor input apa saja yang dapat berpengaruh dalam menghasilkan
output (Isnugrhadi dan Kusuma, 2009).
Menurut DEA, perusahaan yang dikatakan efisien jika rasio perbandingan
antara kombinasi output dengan kombinasi input sama dengan 1 atau 100%. Hal
ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak lagi melakukan pemborosan dalam
15
penggunaan input. Perusahaan yang dikatakan kurang efisien apabila rasio
perbandingan antara output dan input kurang dari 100%. Hal ini mengindikasikan
bahwa perusahaan masih melakukan pemborosan dalam penggunaan input atau
penggunaan input belum dimanfaatkan secara optimal. Tingkat efisiensi inilah
yang dinisbahkan menjadi ukuran kecakapan manajerial (Isnugrahadi dan
Kusuma, 2009). Semakin efisien suatu perusahaan, maka semakin cakap seorang
manajer dalam mengelola suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan input
dan output yang digunakan oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009) dalam
menghitung tingkat efisiensi perusahaan.
Menurut Resmiyanto (2008), DEA mengandung aspek-aspek manajerial
sebagai berikut:
1. Stakeholder atau analis bisa langsung mengenali DMU mana yang
membutuhkan perhatian berdasarkan angka efisiensi yang ada sehingga
rencana tindakan perbaikan bisa segera disiapkan bagi DMU yang kurang
atau tidak efisien.
2. Informasi poin 1 juga memungkinkan seorang analis untuk membuat
DMU bayangan. DMU bayangan ini diatur supaya menggunakan input
yang lebih sedikit tetapi menghasilkan output yang paling tidak sama atau
lebih besar dibandingkan DMU yang tidak efisien, sehingga DMU
bayangan tersebut akan memiliki efisiensi sempurna jika menggunakan
bobot input dan bobot output yang sama dari DMU yang tidak efisien.
Pendekatan ini memberi arah strategi bagi manajer untuk meningkatkan
efisiensi suatu DMU yang tidak efisien melalui pengenalan terhadap input
16
yang terlalu banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu
rendah. Hal tersebut membuat seorang manajer tidak hanya mengetahui
DMU yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui berapa tingkat input
atau output yang harus disesuaikan agar dapat memiliki efisiensi yang
tinggi.
2.3 Nilai Perusahaan
Pengelolaan perusahaan oleh manajer harus berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan manajer berkaitan dengan keputusan di bidang keuangan adalah
memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan manajer tersebut merupakan salah satu
tujuan perusahaan. Nilai perusahaan merupakan ukuran keberhasilan perusahaan
dalam meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham (Suyono,
2011). Nilai perusahaan dapat dilihat dari tingkat return investasi yang diberikan
kepada pemilik atau pemegang saham. Christiawan dan Tarigan (2007)
menyatakan bahwa nilai yang paling merepresentasikan nilai perusahaan adalah
nilai intrinsik. Nilai intrinsik menggambarkan perkiraan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan keuntungan saat ini dan masa depan. Karena sulitnya
menentukan variabel yang signifikan dalam menghasilkan keuntungan setiap
perusahaan, maka nilai intrinsik jarang dipakai dalam penelitian yang berkaitan
dengan nilai perusahaan.
Salah satu bentuk lain yang menggambarkan kesejahteraan pemilik atau
pemegang saham yaitu harga saham. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga
saham dan jumlah saham yang beredar di akhir periode. Bagi perusahaan yang
sudah go public, harga saham perusahaan ditentukan mekanisme permintaan dan
17
penawaran di bursa. Harga pasar merupakan cerminan berbagai keputusan dan
kebijakan manajemen (Meryati, 2011). Semakin tinggi harga saham perusahaan,
maka semakin tinggi nilai perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki
pengelolaan yang baik dan selalu bertumbuh akan mempunyai jumlah saham
beredar dan harga saham yang semakin tinggi (Suyono, 2011).
Salah satu alat untuk mengukur nilai perusahaan adalah Tobin’s Q.
Tobin’s Q merupakan perbandingan nilai capital relatif terhadap replacement
cost-nya (Thavikulwat, 2004). Thavikulwat (2004) menyatakan bahwa nilai dari
Tobin’s Q di dapat dari penjumlahan nilai pasar ekuitas dengan nilai buku utang
yang dibagi dengan nilai buku aset. Apabila nilai Tobin’s Q = 1, maka nilai pasar
perusahan sama dengan nilai bukunya. Apabila Tobin’s Q > 1, maka nilai pasar
perusahaan lebih besar dari nilai bukunya. Peningkatan nilai pasar perusahaan
tersebut menggambarkan kemampuan seorang manajer yang mampu
meningkatkan nilai perusahaan (Thavikulwat, 2004). Semakin tinggi nilai Tobin’s
Q, maka semakin tinggi nilai perusahaan (Wirastri, 2007).
2.4 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajer
perusahaan. Manajer dengan kepemilikan saham akan mempunyai peran ganda.
Peran tersebut yaitu sebagai fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan (Aji,
2009).
Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial merupakan
isu penting dalam teori keagenan. Mereka menyatakan bahwa semakin besar
proporsi kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer terdorong untuk lebih
18
berupaya memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya
sendiri. Tindakan yang dilakukan oleh manajer sebagai pemegang saham akan
berbeda dengan tindakan yang dilakukan oleh manajer yang bukan sebagai
pemegang saham (Aji, 2009). Manajer yang memiliki saham perusahaan akan
menyelaraskan kepentingan dirinya sendiri dengan kepentingan pemilik atau
pemegang saham. Manajer tanpa kepemilikan saham akan cenderung bertindak
untuk memenuhi kepentingan pribadinya dan mengabaikan kepentingan pemilik.
Hal ini terjadi karena manajer tanpa kepemilikan saham merasa bahwa insentif
yang diperoleh dari pemilik atas pengelolaan perusahaan yang harus sesuai
dengan kepentingan pemilik tidak sebanding dengan return yang diperoleh atas
pengelolaan perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan pribadi manajer (Aji, 2009).
Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan
semakin meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari peningkatan
kesejahteraan pemilik atau pemegang saham.
2.5 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Kecakapan Manajerial dan Nilai Perusahaan
Pengelolaan perusahaan oleh manajer harus berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai. Dalam teori keagenan, tujuan manajer yaitu untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemilik. Tujuan manajer berkaitan dengan keputusan di bidang
keuangan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik dengan memaksimalkan
nilai perusahaan. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila manajer memiliki
kecakapan yang baik dalam bidang keuangan.
19
Manajer yang memiliki kecakapan tinggi dipandang memiliki keahlian
memadai di bidangnya yang menjadi tanggung jawabnya (Ruba’i, 2009). Manajer
yang memiliki pengetahuan bisnis yang baik, kemampuan judgment dan estimasi
yang akurat serta ahli dalam bidang tanggung jawabnya akan mengambil
keputusan bisnis yang berdampak pada aktivitas perusahaan yang efisien. Manajer
yang berhasil mendesain proses bisnis yang efisien, mampu membuat keputusan-
keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan (Isnugrahadi dan Kusuma,
2009). Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa kecakapan manajerial
berdampak pada terciptanya nilai perusahaan.
Penelitian mengenai kecakapan manajerial merupakan hal yang baru.
Penelitian mengenai kecakapan manajerial dilakukan oleh Isnugrahadi dan
Kusuma (2009) dengan menghubungkan antara kecakapan manajerial dengan
manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan
manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Djuitaningsih dan
Rahman (2011) juga melakukan penelitian mengenai kecakapan manajerial.
Mereka meneliti hubungan antara kecakapan manajerial dengan kinerja keuangan.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS).
Demerjian et al. (2010) meneliti pengaruh kecakapan manajerial dengan kualitas
laba. Hasil penelitian tersebut yaitu kecakapan manajerial berpengaruh positif
terhadap kualitas laba.
Hasil penelitian Demerjian et al. (2010), yang menyatakan bahwa
kecakapan manajerial berpenagruh terhadap kualitas laba, berkaitan dengan nilai
20
perusahaan. Djuitaningsih dan Rahman (2011) menyatakan bahwa kualitas laba
yang baik mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja keuangan yang
baik akan meningkatkan nilai perusahaan. Siallagan dan Machfoedz (2006) juga
menyatakan semakin baik kualitas laba, maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Dari penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1: Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
2.5.2 Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan
Meskipun perusahaan memiliki manajer yang cakap, peningkatan nilai
perusahaan belum tentu dapat terpenuhi. Salah satu hambatan yaitu adanya
konflik keagenan. Konflik keagenan merupakan konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham. Manajer yang cakap berusaha menggunakan
kecakapannya untuk memenuhi kepentingan pribadinya sendiri dengan
mengabaikan kepentingan pemegang saham. Isnugrahadi dan Kusuma (2009)
menunjukkan bahwa semakin cakap seorang manajer, maka rekayasa laba yang
dilakukan manajer semakin tinggi. Informasi laba yang telah direkayasa akan
menyebabkan pemegang saham mengambil keputusan yang salah. Kesalahan
pengambilan keputusan oleh pemegang saham membuat peningkatan
kesejahteraan pemegang saham menjadi tidak terpenuhi. Penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai perusahaan
menjadi terhambat apabila konflik keagenan masih tetap ada.
Kepemilikan saham oleh manajer merupakan salah satu mekanisme untuk
memperkecil konflik keagenan. Adanya kepemilikan saham oleh manajer
21
membuat kepentingan antara pemegang saham dan manajer akan menjadi selaras.
Manajer sekaligus pemegang saham akan mengambil keputusan bisnis yang
berbeda dibandingkan dengan manajer yang tidak memiliki saham perusahaan
(Christiawan dan Tarigan, 2007). Kepemilikan saham oleh manajer akan
membuat manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
Manajer akan mengelola perusahaan dengan baik untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham dan dirinya sendiri yang juga sebagai pemegang
saham. Christiawan dan Tarigan (2007) menyatakan bahwa rata-rata nilai
perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih baik dibanding dengan rata-rata
nilai perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Siallagan dan Machfoedz (2006)
juga menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa manajer yang cakap akan
semakin meningkatkan nilai perusahaan apabila manajer tersebut memiliki saham
perusahaan dibandingkan dengan dengan manajer yang tidak memiliki saham
perusahaan. Dari penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H2: Kepemilikan manajerial akan memperkuat pengaruh
kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan
22
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1 Sampel Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling yaitu pemilihan sampel yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria tersebut yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008 sampai
2011. Penelitian ini menggunakan faktor sumber daya dan operasional
sebagai input, faktor penjualan sebagai ouput dalam menghitung efisiensi
perusahaan sesuai dengan penelitian Isnugrahadi dan Kusuma (2009).
Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyatakan bahwa penggunaan faktor
tersebut hanya dapat diterapkan dalam perhitungan tingkat efisiensi
industri manufaktur.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap yang berakhir
pada tanggal 31 Desember selama periode 2008 sampai 2011.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang tidak memiliki nilai
ekuitas negatif. Adanya nilai ekuitas negatif akan membuat nilai Tobin’s
Q akan bias karena nilai debt akan lebih besar dibandingkan nilai aset
perusahaan.
4. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.
Penggunaan laporan keuangan dalam mata uang selain rupiah tidak
23
relevan karena perhitungan Tobin’s Q akan membandingkan nilai buku
dalam laporan keuangan dengan harga saham. Harga saham yang ada
merupakan harga saham dalam satuan rupiah.
5. Untuk pengukuran DEA, perusahaan diklasifikasikan ke dalam masing-
masing sub sektor industri manufaktur dengan jumlah minimal 5
perusahaan. Penentuan jumlah ini dimaksudkan untuk memberikan variasi
pada skor DEA yang dihasilkan (Ruba’i, 2009).
6. Perusahaan tidak memiliki nilai residual kurang atau lebih dari 2x deviasi
standar. Perusahaan yang memiliki nilai residual antara minus 2x deviasi
standar sampai plus 2x deviasi standar mengindikasikan bahwa residual
berdistribusi normal.
Jumlah sampel dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut.
Tabel 1
Pemilihan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011.
Perusahaan memiliki laporan keuangan dalam mata uang asing
dan bukan periode yang berakhir tanggal 31 Desember.
Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif.
Data tidak lengkap.
Perusahaan dalam setiap sub sektor industri kurang dari 5
145
(14)
(8)
(10)
(34)
Total Perusahaan 79
6.
7.
Jumlah observasi ( 4 x 79 )
Outlier (± 2x deviasi standar)
316
(16)
Total Sampel 300
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa data jenis sub sektor industri, laporan keuangan dan harga saham
24
penutupan akhir periode. Data jenis sub sektor industri diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD). Data laporan keuangan dapat diperoleh dari
website Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Indonesian Capital Market Directory
(ICMD). Data harga saham penutupan akhir periode dapat diperoleh dari website
yahoo finance.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu kecakapan manajerial.
Kecakapan managerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat efisiensi
relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input (faktor-faktor sumber daya dan
operasional) untuk meningkatkan output (penjualan). Kecakapan manajerial
diukur dengan Data Envelopment Anaylisis (DEA). DEA adalah sebuah program
optimisasi yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat efisiensi relatif suatu
Decision Making Unit (DMU) berupa perbandingan antara output atau multi
output dengan input atau multi input (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009). Tingkat
efisiensi relatif ini kemudian dinisbahkan sebagai hasil dari kecakapan manager.
Input dan output yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan input
dan output yang digunakan oleh Ishugrahadi dan Kusuma (2009), yaitu:
Output:
Output yang digunakan hanya satu yaitu penjualan. Penjualan yang dipakai
sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai nominal dari produk
perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan.
Input:
25
Komponen yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor
sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional (Days
Cost of Good Sold in Inventory dan Days Sales Outstanding).
1. Total Aset
Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber
daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang
manager yang cakap akan mampu mengelola besaran aset yang diperlukan
untuk menghasilkan penjualan yang maksimal.
2. Jumlah tenaga kerja
Selain aset, faktor sumber daya lain yang berperan menghasilkan
penjualan adalah tenaga kerja. Secara umum, untuk nilai penjualan yang
tertentu (given), semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan
penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan tersebut.
3. Days Cost of Good Sold in Inventory (DCI)
Variabel ini mengukur kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam
satuan hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran
sediaan maka semakin efisien perusahaan tersebut. Manager yang handal
diharapkan mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
meminimalkan besaran DCI ini. Rumus untuk menghitung besaran DCI
adalah sebagai berikut:
DCI = 365 / (COGS / Inventory)………………………………………(1)
26
4. Days Sales Outstanding (DSO)
DSO mengukur waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan kas setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan
mendapatkan kas semakin baik. Rumus untuk menghitung DSO adalah
sebagai berikut:
DSO = Receivables / (Sales / 365)……………………………………...(2)
Model yang digunakan untuk menghitung efisiensi yaitu metode DEA
yang diperkenalkan oleh Demerjian, et al. (2010). Model perhitungan DEA
sebagai berikut:
…………………………………………………………….(3)
Keterangan:
Θ : nilai efisiensi perusahaan k
ui : bobot output i yang dihasilkan perusahaan k
yik : jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s
vj : bobot input j yang digunakan perusahaan k
xjk : jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m
Rasio efisiensi (Θ) kemudian didapatkan dengan kendala:
……………………………………………………...(4)
dengan:
………………………………………………………………..(5)
………………………………………………………………..(6)
Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tidak akan melebihi
1 (100%). Input dan output yang dianalisis harus positif. Penelitian ini
menggunakan software MaxDEA untuk menghitung nilai efisiensi.
27
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan didefinisikan sebagai tingkat kesejahteraan pemegang saham.
Indikator dari kesejahteraan pemegang saham yaitu harga saham. Dalam
penelitian ini, nilai perusahaan dihitung menggunakan Tobin’s Q. Alasan
penggunaan Tobin’s Q dalam penelitian ini yaitu Tobin’s Q menggambarkan
kemampuan manajer perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan
(Thavikulwat, 2004). Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus (Siallagan dan
Machfoedz, 2006):
……………………………………………………………………..(7)
Keterangan:
Q = Nilai perusahaan
P = Harga saham penutupan akhir tahun
n = Jumlah lembar saham beredar
D = Nilai Buku utang
BVA = Nilai Buku Aset
3.3.3 Variabel Pemoderasi
Variabel pemoderasi dalam penelitian ini yaitu kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham perusahaan oleh manajer.
Kepemilikan manajerial diukur dengan variabel dummy. Apabila manajer
memiliki saham perusahaan, maka akan diberi nilai 1. Apabila manajer tidak
memiliki saham perusahaan, maka diberi nilai 0.
3.3.4 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan. Ada dua
pandangan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
28
Pandangan pertama yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa
perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki
kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan
sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan
dari perusahaan tersebut (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Pandangan kedua
yaitu ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Watts dan
Zimmerman (1986) menyatakan bahwa perusahaan besar harus mengeluarkan
political cost. Pengeluaran political cost dapat mengurangi kesejahteraan
pemegang saham. Ukuran perusahaan dihitung dengan melakukan log natural (ln)
total aset. Penggunaan log natural untuk memperkecil variansi antar sampel.
3.4 Metode Analisis
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan varibel, maka akan dilakukan
uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Uji hipotesis dalam
penelitian ini akan menggunakan uji regresi berganda.
3.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual telah
terdistribusi normal. Uji regresi yang baik baik adalah uji regresi yang memiliki
nilai residual terdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini akan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengambilan keputusan dalam
uji Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan melihat nilai signifikansi, dengan
ketentuan (Suliyono, 2010):
29
1. Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka residual terdistribusi normal
2. Nilai signifikansi < 0,05 maka residual tidak terdistribusi normal
3.4.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas untuk menguji apakah ada hubungan yang berarti
antara masing-masing variabel independen. Uji regresi yang baik yaitu uji regresi
yang variabel independennya tidak memiliki hubungan yang berarti dengan
variabel independen yang lain. Uji multikolinearitas dilakukan dengan uji regresi,
dengan nilai patokan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Jika nilai
VIF di bawah angka 10 atau memiliki tolerance di atas 0, maka tidak terdapat
masalah multikolinearitas (Widarjono, 2010).
3.4.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara
variabel pengganggu (error term) pada periode t dengan variabel pengganggu
(error term) pada periode t-1 (Suliyono, 2010). Uji regresi yang baik adalah uji
regresi yang terbebas dari masalah autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian
ini menggunakan nilai Durbin Watson (DW). Kriteria pengambilan keputusan
untuk nilai Durbin Watson (DW):
Tabel 2
Tabel Autokorelasi
DW Kesimpulan
Kurang dari 1,08
1,08 s.d 1,66
1,66 s.d 2,34
2,34 s.d 2,92
Lebih dari 2,92
Ada Autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Tidak Ada Autokorelasi
Tanpa Kesimpulan
Ada Autokorelasi
Sumber: Algifari, 2000
30
3.4.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah ada ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji regresi yang baik
adalah uji regresi yang terbebas dari masalah heterokedastisitas. Uji
heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Gletjser. Uji Gletjser
dilakukan dengan meregresi nilai residual absolut dengan variabel independen.
Kriteria pengambilan keputusan dalam uji Gletjser yaitu dengan melihat nilai
signifikansi, dengan ketentuan (Ghozali, 2005):
1. Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas
2. Nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heterokedastisitas
3.4.5 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis 1 dan 2, akan digunakan uji regresi berganda.
Model regresi berganda yang digunakan sebagai berikut:
Q=ɑ+β1KECM+β2KEPM+β3KECM*KEPM+β4SIZE+ε…………………..(8)
Keterangan:
Q =Nilai perusahaan
KECM =Kecakapan Manajerial
KEPM =Kepemilikan Manajerial
KECM*KEPM =Interaksi antara kecakapan manajerial dengan kepemilikan
manajerial
SIZE =Ukuran Perusahaan
ε =Error
31
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Hasil Perhitungan Variabel
4.1.1 Kecakapan Manajerial
Kecakapan manajerial diukur dengan Data Envelopment Anaylisis (DEA).
Skor DEA untuk setiap sampel dapat dilihat di lampiran 2.
4.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Nilai Q untuk setiap sampel
dapat dilihat di lampiran 3.
4.1.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan variabel dummy. Perusahaan yang
terdapat kepemilikan manajerial akan diberi nilai 1. Perusahaan yang tidak
terdapat kepemilikan manajerial akan diberi nilai 0. Kepemilikan manajerial untuk
setiap sampel dapat dilihat di lampiran 4.
4.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural (ln) total aset. Ukuran
perusahaan untuk setiap sampel dapat dilihat di lampiran 5.
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel
penelitian. Statistik deskriptif seluruh variabel penelitian sebagai berikut.
32
Tabel 3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Standar
Q
KECM
SIZE
Valid N
(listwise)
316
316
316
316
0,38
0,02
23,19
5,23
1,00
32,66
1,21
0,71
27,52
0,75
0,30
1,48
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan (Q) memiliki
nilai minimum 0,38; nilai maksimum 5,23; nilai mean 1,21 dan deviasi standar
0,75. Variabel kecakapan manajerial (KECM) memiliki nilai minimum 0,02; nilai
maksimum 1,00; nilai mean 0,71; dan deviasi standar 0,30. Variabel ukuran
perusahaan (SIZE) memiliki nilai minimum 23,19; nilai maksimum 32,66; nilai
mean 27,52 dan standar deviasi 1,48.
Gambaran mengenai sampel yang terdapat kepemilikan manajerial dan
yang tidak terdapat kepemilikan manajerial sebagai berikut.
Tabel 4
Deskripsi Sampel
Klasifikasi Jumlah Sampel Persentase
N
Terdapat Kepemilikan Manajerial
Tidak Terdapat Kepemilikan Manajerial
316
93
223
100%
29%
71%
Sumber: data diolah
Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 79 perusahaan
selama 4 tahun. Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel berjumlah 316. Jumlah
sampel yang terdapat kepemilikan manajerial berjumlah 93 atau 29% dari
keseluruhan sampel. Jumlah sampel yang tidak terdapat kepemilikan manajerial
berjumlah 223 atau 71% dari keseluruhan sampel.
33
Ringkasan mengenai deskripsi skor DEA untuk setiap sub sektor industri
adalah sebagai berikut.
Tabel 5
Skor DEA Kecakapan Manajerial
No Sub Sektor Industri Skor DEA
Tertinggi Terendah
2008-2011 2008 2009 2010 2011
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Food and Beverage
Apparel and Other Textile
Products
Chemical and Allied Products
Plastics and Glass Products
Metal and Allied Product
Stone, Clay, Glass and Concrete
Products
Cables
Automotive and Allied Products
Pharmaceuticals
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0,14
0,48
0,47
0,13
0,24
0,89
0,72
0,03
0,55
0,16
0,50
0,74
0,02
0,26
0,49
0,59
0,14
0,72
0,19
0,64
0,77
0,02
0,19
0,67
0,45
0,17
0,69
0,26
0,66
0,50
0,04
0,17
0,48
0,79
0,18
0,65
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua sub sektor industri manufaktur
memiliki skor DEA tertinggi sebesar 1 dari tahun 2008 sampai 2011. Skor 1
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi sebesar 100%.
Skor DEA terendah untuk sub sektor food and beverage pada tahun 2008
sebesar 0,14; pada tahun 2009 sebesar 0,16; pada tahun 2010 sebesar 0,19 dan
pada tahun 2011 sebesar 0,26. Skor DEA terendah mengalami peningkatan dari
tahun 2008 sampai tahun 2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor apparel and other textile products
pada tahun 2008 sebesar 0,48; pada tahu 2009 sebesar 0,50; pada tahun 2010
sebesar 0,64 dan pada tahun 2011 sebesar 0,66. Skor DEA terendah mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2011.
34
Skor DEA terendah untuk sub sektor chemical and allied products pada
tahun 2008 sebesar 0,47; pada tahun 2009 sebesar 0,74; pada tahun 2010 sebesar
0,77 dan pada tahun 2011 sebesar 0,50. Skor DEA terendah mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sampai 2010. Skor DEA terendah kembali menurun
pada tahun 2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor plastics and glass products pada
tahun 2008 sebesar 0,13; pada tahun 2009 sebesar 0,02; pada tahun 2010 sebesar
0,02 dan pada tahun 2011 sebesar 0,04. Skor DEA terendah mengalami penurunan
dari tahun 2008 sampai 2010. Skor DEA terendah kembali meningkat pada tahun
2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor metal and allied products pada tahun
2008 sebesar 0,24; pada tahun 2009 sebesar 0,26; pada tahun 2010 sebesar 0,19
dan pada tahun 2011 sebesar 0,17. Skor DEA terendah mengalami peningkatan
dari tahun 2008 sampai 2009. Skor DEA terendah kembali menurun pada tahun
2010 sampai 2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor stone, clay, glass and concrete
products pada tahun 2008 sebesar 0,89; pada tahun 2009 sebesar 0,49; pada tahun
2010 sebesar 0,67 dan pada tahun 2011 sebesar 0,48. Skor DEA terendah
mengalami naik dan turun selama tahun 2008 sampai 2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor cables pada tahun 2008 sebesar 0,72;
pada tahun 2009 sebesar 0,59; pada tahun 2010 sebesar 0,45 dan pada tahun 2011
sebesar 0,79. Skor DEA terendah mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai
2010. Skor DEA terendah kembali meningkat pada tahun 2011.
35
Skor DEA terendah untuk sub sektor automotive and allied products pada
tahun 2008 sebesar 0,03; pada tahun 2009 sebesar 0,14; pada tahun 2010 sebesar
0,17 dan pada tahun 2011 sebesar 0,18. Skor DEA terendah mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sampai 2011.
Skor DEA terendah untuk sub sektor pharmaceuticals pada tahun 2008
sebesar 0,55; pada tahun 2009 sebesar 0,72; pada tahun 2010 sebesar 0,69 dan
pada tahun 2011 sebesar 0,65. Skor DEA terendah mengalami peningkatan dari
tahun 2008 sampai tahun 2009. Skor DEA terendah kembali menurun pada tahun
2010 sampai tahun 2011. Hasil yang lebih lengkap dapat dilihat di lampiran 2.
Ringkasan mengenai rata-rata skor DEA per sub sektor industri sebagai
berikut.
Tabel 6
Rata-Rata Skor DEA Kecakapan Manajerial
No Sub Sektor Industri Rata-Rata Skor DEA
2008 2009 2010 2011
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Food and Beverage
Apparel and Other Textile Products
Chemical and Allied Products
Plastics and Glass Products
Metal and Allied Product
Stone, Clay, Glass and Concrete Products
Cables
Automotive and Allied Products
Pharmaceuticals
0,64
0,90
0,82
0,76
0,54
0,96
0,90
0,26
0,83
0,76
0,88
0,91
0,72
0,57
0,79
0,88
0.63
0,93
0,72
0,92
0,91
0,67
0,50
0,87
0,89
0,53
0,88
0,71
0,94
0,68
0,73
0,46
0,83
0,87
0,57
0,86
Sumber: data diolah
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor food and beverage pada tahun 2008
sebesar 0,64; pada tahun 2009 sebesar 0,76; pada tahun 2010 sebesar 0,72; pada
tahun 2011 sebesar 0,71. Rata-rata skor DEA mengalami peningkatan dari tahun
2008 sampai 2009. Rata-Rata skor DEA kembali menurun pada tahun 2010
sampai 2011.
36
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor apparel and other textile products
pada tahun 2008 sebesar 0,90; pada tahun 2009 sebesar 0,88; pada tahun 2010
sebesar 0,92; pada tahun 2011 sebesar 0,94. Rata-rata skor DEA mengalami
penurunan dari tahun 2008 sampai 2009. Rata-rata skor DEA mengalami
peningkatan pada tahun 2010 sampai 2011. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan- perusahaan pada sub sektor apparel and other textile products
mengalami peningkatan rata-rata tingkat efisiensi dari tahun 2009 sampai 2011.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor chemical and allied products pada
tahun 2008 sebesar 0,82; pada tahun 2009 sebesar 0,91; pada tahun 2010 sebesar
0,91; pada tahun 2011 sebesar 0,68. Rata-rata skor DEA mengalami peningkatan
dari tahun 2008 sampai 2010. Rata-rata skor DEA menurun kembali pada tahun
2011.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor plastics and glass products pada
tahun 2008 sebesar 0,76; pada tahun 2009 sebesar 0,72; pada tahun 2010 sebesar
0,67; pada tahun 2011 sebesar 0,73. Rata-rata skor DEA mengalami penurunan
dari tahun 2008 sampai 2010. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perusahaan-perusahaan pada sub sektor plastics and glass products mengalami
penurunan rata-rata tingkat efisiensi dari tahun 2008 sampai 2010. Rata-rata skor
DEA meningkat kembali pada tahun 2011.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor metal and allied product pada tahun
2008 sebesar 0,54; pada tahun 2009 sebesar 0,57; pada tahun 2010 sebesar 0,50;
pada tahun 2011 sebesar 0,46. Rata-rata skor DEA mengalami peningkatan dari
37
tahun 2008 sampai 2009. Rata-rata skor DEA kembali menurun pada tahun 2010
sampai 2011.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor stone, clay, glass and concrete
products pada tahun 2008 sebesar 0,96; pada tahun 2009 sebesar 0,79; pada tahun
2010 sebesar 0,87; pada tahun 2011 sebesar 0,83. Tren rata-rata skor DEA untuk
sub sektor stone, clay, glass and concrete products mengalami peningkatan dan
penurunan.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor cables pada tahun 2008 sebesar 0,90;
pada tahun 2009 sebesar 0,88; pada tahun 2010 sebesar 0,89; pada tahun 2011
sebesar 0,87. Rata-rata skor DEA relatif stabil dari tahun 2008 sampai 2011 dan
tidak mengalami peningkatan dan penurunan yang terlalu besar.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor automotive and allied products pada
tahun 2008 sebesar 0,26; pada tahun 2009 sebesar 0,63; pada tahun 2010 sebesar
0,53; pada tahun 2011 sebesar 0,57. Rata-rata skor DEA pada tahun 2009
meningkat besar dari tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-
perusahaan sub sektor automotive and allied products mengalami peningkatan
rata-rata tingkat efisiensi yang besar pada tahun 2009. Rata-rata skor DEA
mengalami penurunan pada tahun 2010, kemudian kembali meningkat pada tahun
2011.
Rata-rata skor DEA untuk sub sektor pharmaceuticals pada tahun 2008
sebesar 0,83; pada tahun 2009 sebesar 0,93; pada tahun 2010 sebesar 0,88; pada
tahun 2011 sebesar 0,86. Rata-rata skor DEA mengalami peningkatan pada tahun
2009. Rata-rata skor DEA kembali menurun pada tahun 2010 sampai 2011.
38
4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil pengujian normalitas dengan jumlah
sampel 316 (sebelum menghilangkan outlier) sebagai berikut.
Tabel 7
Uji Normalitas (N=316)
Unstandardized Residual
N
Kolmogrov-Smirnov
Asymp.Sig.(2-tailed)
316
3,296
0,000
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,000
(di bawah 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa residual tidak
terdistribusi normal.
Masalah normalitas yang ada dapat diatasi dengan melakukan logaritma
natural (ln) terhadap variabel independen dan atau independen. Dalam penelitian
ini, variabel kecakapan manajerial (KECM) dan nilai perusahaan (Q) akan diubah
dalam bentuk logaritma natural (ln). Hasil pengujian normalitas dengan variabel
kecakapan manajerial dan nilai perusahaan yang telah diubah dalam bentuk
logaritma natural (ln) sebagai berikut.
Tabel 8
Uji Normalitas (Bentuk Ln)
Unstandardized Residual
N
Kolmogrov-Smirnov
Asymp.Sig.(2-tailed)
316
1,867
0,002
Sumber: data diolah
39
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,002
(di bawah 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa residual tetap tidak
terdistribusi normal.
Cara lain untuk mengatasi normalitas yaitu dengan menghilangkan outlier.
Kriteria outlier dalam penelitian ini yaitu residual yang memiliki nilai sebesar ± 2
kali deviasi standar. Penelitian ini menghilangkan outlier sebanyak 16 sampel.
Hasil pengujian normalitas setelah menghilangkan outlier sebagai berikut.
Tabel 9
Uji Normalitas (N=300)
Unstandardized Residual
N
Kolmogrov-Smirnov
Asymp.Sig.(2-tailed)
300
1,332
0,058
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,058
(di atas 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi
normal.
4.4 Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan uji regresi, dengan nilai patokan
Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Jika nilai VIF di bawah angka 10
atau memiliki tolerance di atas 0, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas
(Widarjono, 2010). Hasil dari pengujian multikolinearitas sebagai berikut.
40
Tabel 10
Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
LnKECM
KEPM
LnKECM_KEPM
SIZE
0,758
0,528
0,471
0,892
1,318
1,894
2,125
1,122
Dependent Variable Ln Q
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki
nilai tolerance di atas 0 dan nilai VIF di bawah 10. Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam penelitian ini.
4.5 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan nilai Durbin-Watson
(DW). Hasil pengujian autokorelasi sebagai berikut.
Tabel 11
Uji Autokorelasi
Model R Square Adjusted R Square Durbin-Watson
1 0,062 0,049 1,831
Predictors: (Constant), LnKECM_KEPM, SIZE, LnKECM, KEPM
Dependent Variable:LnQ
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,831
(antara nilai 1,66 dan 2,34). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada masalah autokorelasi.
4.6 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian menggunakan uji Gletjser dengan
nilai signifikansi 0,05. Hasil uji heterokedastisitas sebagai berikut.
41
Tabel 12
Uji Heterokedastisitas
Model T Sig.
1 (Constant)
LnKECM
KEPM
LnKECM_KEPM
Size
2,283
1,523
1,364
1,728
-1,038
0,023
0,129
0,174
0, 085
0,300
Dependent Variable: ABSRES
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi seluruh variabel independen
di atas 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari
masalah heterokedastisitas.
4.7 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda
dengan nilai signifikansi 0,05. Hasil uji regresi sebagai berikut.
Tabel 13
Uji Regresi
Variable Coefficients t Sig
(Constant)
LnKECM
KEPM
LnKECM_KEPM
SIZE
1,130
0,073
0,128
0,201
-0,039
2,059
1,974
2,494
-2,509
0,040
0,049
0,013
0,013
Dependent Variable: LnQ
R2
= 0,062
Sig. F = 0,001
Sumber: data diolah
Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini sebagai berikut.
Q = 1,130 + 0,073KECM + 0,128KEPM + 0,201KECM*KEPM – 0,039 SIZE
Keterangan:
KECM = Kecakapan Manajerial
KEPM = Kepemilikan Manajerial
KECM*KEPM= Interaksi Kecakapan Manajerial dengan Kepemilikan Manajerial
SIZE = Ukuran Perusahaan
42
Tabel di atas menyatakan bahwa nilai R2 sebesar 0,062. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel kecakapan manajerial, kepemilikan manajerial,
interaksi kecakapan manajerial dengan kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 6,2%; sedangkan
93,8% dijelaskan oleh variabel lain.
Variabel kecakapan manajerial memiliki koefisiensi regresi sebesar 0,073;
t hitung sebesar 2,059; nilai signifikansi 0,040 (di bawah 0,05). Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 terdukung. Kecakapan manajerial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Variabel kepemilikan manajerial memiliki koefisien regresi sebesar 0,128;
t hitung sebesar 1,974; nilai signifikansi 0,049 (di bawah 0,05). Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Variabel interaksi kecakapan manajerial dengan kepemilikan manajerial
memiliki koefisien regresi 0,201; t hitung sebesar 2,494; nilai signifikansi 0,013
(di bawah 0,05). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2
terdukung. Kepemilikan manajerial memperkuat pengaruh kecakapan manajerial
terhadap nilai perusahaan.
Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi -0,039; t hitung
sebesar -2,059; nilai signifikansi 0,013 (di bawah 0,05). Dari hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
43
4.8 Pembahasan
Kecakapan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin cakap seorang manajer, maka semakin mampu
manajer mendesain proses bisnis yang efisien dan membuat keputusan-keputusan
yang memberi nilai tambah bagi perusahaan (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).
Manajer yang memiliki pengetahuan bisnis yang baik, kemampuan judgment dan
estimasi yang akurat, serta ahli dalam bidang tanggung jawabnya akan mengambil
keputusan bisnis yang berdampak pada aktivitas perusahaan yang efisien. Dampak
dari adanya pengetahuan bisnis yang baik, kemampuan pengambilan keputusan
yang efektif dan efisien, serta keahlian yang dimiliki oleh manajer yaitu akan
tercipta nilai bagi perusahaan.
Contoh dari kecakapan manajerial yaitu kemampuan dalam memprediksi
kecenderungan peningkatan permintaan produk di pasar. Seorang manajer yang
cakap mampu memprediksi peningkatan permintaan produk dengan akurat dan
mampu memaksimalkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan penjualan
perusahaan. Peningkatan penjualan perusahaan dengan menggunakan sumber
daya yang ada, tanpa meningkatkan sumber daya, menggambarkan bahwa
manajer yang cakap telah menciptakan nilai bagi perusahaan. Perusahaan
membutuhkan manajer yang cakap agar tujuan untuk meningkatkan nilai
perusahaan dapat tercapai.
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) yang
44
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Variabel interaksi antara kecakapan manajerial dan kepemilikan
manajerial juga berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
membuktikan bahwa kepemilikan saham oleh manajer akan memperkecil konflik
kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Adanya kepemilikan saham
oleh manajer membuat kepentingan antara pemegang saham dan manajer akan
menjadi selaras. Kepemilikan saham oleh manajer akan membuat manajer untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajer akan mengelola
perusahaan dengan baik untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
dan dirinya sendiri yang juga sebagai pemegang saham. Kesejahteraan pemegang
saham merupakan indikator dari nilai perusahaan. Manajer cakap yang memiliki
saham perusahaan akan lebih meningkatkan nilai perusahaan dibandingkan
manajer cakap yang tidak memiliki saham perusahaan.
Contoh dari konflik kepentingan yaitu penggunaan laba ditahan. Manajer
akan menggunakan laba ditahan untuk melakukan ekspansi bisnis perusahaan
dengan tujuan agar kinerja manajer terlihat baik. Kepentingan manajer yaitu
mendapatkan bonus dari peningkatan kinerjanya. Kepentingan dari pemegang
saham yaitu mendapatkan deviden. Pemegang saham ingin laba ditahan dibagikan
dalam bentuk deviden. Kepemilikan saham oleh manajer akan memperkecil
konflik tersebut. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan bertindak sesuai
kepentingan pemegang saham. Manajer akan mempertimbangkan pembagian
deviden karena manajer juga akan mendapatkan deviden. Kepemilikan saham
45
oleh manajer akan menyelaraskan kepentingan antara manajer dengan pemegang
saham.
Ukuran perusahaan, sebagai variabel kontrol, dalam penelitian ini
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan
positive accounting theory yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986).
Mereka menyatakan bahwa perusahaan besar harus mengeluarkan political cost.
Semakin besar sebuah perusahaan, maka media akan semakin tertarik
memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan tersebut karena
aktivitas perusahaan besar menyentuh sebagian besar lapisan masyarakat.
Pemberitaan tersebut mengakibatkan adanya akses bagi pemerintah, masyarakat
dan karyawan dalam melakukan monitoring kepada perusahaan besar. Pihak yang
melakukan monitoring akan menuntut hal-hal yang harus dilakukan perusahaan
terkait dengan aktivitas perusahaan yang berdampak pada pihak tersebut.
Pemenuhan tuntutan tersebut merupakan cost bagi perusahaan. Pengeluaran
political cost dapat mengurangi tingkat return yang didapat pemegang saham dari
perusahaan. Menurunnya tingkat return tersebut dapat mengurangi kesejahteraan
pemegang saham. Menurunnya kesejahteraan pemegang saham mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan menurun.
Contoh dari political cost yaitu adanya kemungkinan pengeluaran regulasi
yang lebih ketat dari pemerintah. Pengeluaran regulasi yang lebih ketat
disebabkan oleh aktivitas perusahaan besar yang berdampak buruk bagi sebagian
besar masyarakat. Adanya regulasi tersebut mengakibatkan pengeluaran biaya
oleh perusahaan, misalnya Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam jangka
46
pendek, pengeluaran biaya tersebut akan mengakibatkan profitablitas perusahaan
terlihat menurun. Menurunnya profitablitas berdampak pada menurunnya nilai
perusahaan.
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal
ini mengindikasikan bahwa semakin cakap seorang manajer, maka
semakin mampu manajer menjalankan bisnis yang efektif dan efisien serta
mengambil keputusan yang menciptakan nilai bagi perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial memperkuat pengaruh kecakapan manajerial
terhadap nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa kepemilikan
manajerial dapat memperkecil konflik kepentingan antara manajer dan
pemegang saham. Manajer akan mengelola perusahaan dengan baik untuk
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dan dirinya sendiri yang
juga sebagai pemegang saham. Manajer cakap yang memiliki saham
perusahaan akan lebih meningkatkan nilai perusahaan dibandingkan
manajer cakap yang tidak memiliki saham perusahaan.
5.2 Implikasi Penelitian
Dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa kecakapan manajerial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, pemilik perusahaan harus selektif
dalam memilih manajer sebagai agent agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Pemilik seharusnya memilih manajer yang cakap agar tujuan perusahaan dalam
48
memaksimalkan kesejahteraan pemilik, sebagai indikator nilai perusahaan, dapat
tercapai.
Hasil penelitian yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
memperkuat pengaruh kecakapan manajerial terhadap nilai perusahaan juga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan. Kompensasi berbasis saham
kepada manajer dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan agar konflik
kepentingan dapat diperkecil, sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimalkan
nilai perusahaan dapat tercapai.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Penggunaan faktor input dan output dalam perhitungan skor DEA hanya
dapat digunakan pada perusahaan industri manufaktur. Faktor input dan
output dalam penelitian ini tidak dapat diterapkan dalam menghitung skor
DEA perusahaan industri lainnya. Penelitian ini tidak memasukkan
perusahaan dari indsutri lain sebagai sampel penelitian.
2. Penelitian ini tidak memisahkan perusahaan besar dan perusahaan kecil.
Perusahaan besar cenderung memiliki accesiblity yang lebih besar,
contohnya kepada supplier, dibandingkan perusahaan kecil. Manajer yang
kurang cakap di perusahaan besar mampu bernegosiasi lebih baik kepada
supplier dibandingkan manajer cakap yang berada di perusahaan kecil
(Demerjian et al., 2010). Hal ini terjadi karena supplier cenderung lebih
memilih perusahaan besar dalam melakukan kerjasama. Alasan supplier
lebih memilih perusahaan besar yaitu supplier’s bargain power yang lebih
49
lemah dibanding perusahaan besar dan adanya kepercayaan yang lebih
tinggi oleh supplier dalam melakukan bisnis dengan perusahaan besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
3. Penelitian ini menggunakan harga saham dalam menggambarkan
kesejahteraan pemegang saham sebagai indikator nilai perusahaan. Pasar
modal di Indonesia merupakan pasar modal berkembang yang
perdagangan sahamnya kurang aktif sehingga informasi harga sahamnya
cenderung bias. Penggunaan harga saham yang bias akan menghasilkan
nilai Tobin’s Q yang bias sehingga nilai perusahaan akan cenderung bias.
5.4 Saran Penelitian Berikutnya
Saran untuk penelitian berikutnya yang sejenis yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan faktor input dan output yang hanya dapat
diterapkan di industri manufaktur dalam menghitung skor DEA. Apabila
telah ditemukan faktor input dan output yang dapat digunakan untuk
menghitung skor DEA seluruh industri, maka penelitian berikutnya dapat
menggunakan sampel dari industri lain selain industri manufaktur.
Penggunaan sampel dari industri lain bermanfaat agar hasil penelilitian
dapat digeneralisasi ke seluruh populasi.
2. Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q dalam menentukan nilai
perusahaan. Perhitungan Tobin’s Q menggunakan harga saham dalam
menentukan nilai perusahaan. Harga saham di Indonesia cenderung bias
karena pasar modal Indonesia merupakan pasar modal berkembang yang
perdagangan sahamnya kurang aktif. Penelitian berikutnya diharapkan
50
menggunakan indikator lain, selain harga saham, dalam menggambarkan
nilai perusahaan agar besarnya nilai perusahaan tidak bias.
3. Penelitian kecakapan manajerial menggunakan DEA merupakan topik
yang cukup baru. Penelitian kecakapan manajerial dapat dikembangkan
lagi dalam penelitian berikutnya. Penelitian berikutnya dapat
menghubungkan kecakapan manajerial dengan variabel lain, seperti
kualitas laba, return saham dan variabel lainnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
Adner, R. dan C.E. Helfat, 2003, Corporate Effect and Dynamic Managerial
Capabilities, Strategic Management Journal.
Aji, A.W., 2009, Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Moderasi Board Diversity, Tesis S2 UGM.
Algifari, 2000, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, BPFE Yogyakarta.
Bertrand, M. dan A. Schoar, 2003, Managing With Style: The Effect of Managers
on Firm Policies, The Quarterly Journal of Economics, Oxford.
Byrd, J., R. Parrino dan G. Pritsch, 1998, Stockholder-Manager Conflicts and
Firm Value, Financial Analyst Journal.
Christiawan, Y.J. dan J. Tarigan, 2007, Kepemilikan Manajeral: Kebijakan
Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Volume 9, No.1.
Demerjian, P., B. Lev dan S. MacVay, 2008, Quantifying Managerial Ability: A
New Measure and Validity Tests, Management Science.
Demerjian, P., B. Lev, S. McVay dan M. Lewis, 2010, Managerial Ability and
Earnings Quality, Accounting Review.
Djuitaningsih, T. dan A. Rahman, 2011, Pengaruh Kecakapan Manajerial
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, Media Riset Akuntansi Volume 1,
No. 2.
Francis, J., A. Huang, S. Rajgopal dan A.Y. Zang, 2004, CEO Reputation and
Earnings Quality, Contemporary Accounting Research.
Ghozali, I., 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Healy, P.M. dan J.M. Wahlen, 1999, A Review of The Earnings Management
Literature and Its Implications for Standard Setting, Accounting Horizons
Volume 13, No.14.
Holcomb, T.R., R.M. Holmes Jr dan B.R. Connelly, 2008, Making The Most of
What You Have: Managerial Ability as A Source of Resource Value
Creation, Strategic Management Journal.
52
Isnugrahadi, I. dan I.W. Kusuma, 2009, Pengaruh Kecakapan Managerial
Terhadap Managemen Laba Dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel
Pemoderasi, SNA XII, Palembang.
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling, 1976, Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial
Economics, Volume 3, No. 4.
Kurnia, D., 2010, Pengaruh Dividen, Utang, Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Struktur Dewan Komisaris Sebagai Variabel
Pemoderasi, Tesis S2 UGM.
Mantri, J.K, 2008, Research Methodology on Data Envelopment Analysist (DEA),
Universal-Publisher, Florida.
Meryaty, 2011, Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan BEI, Skripsi S1 Universitas
Sumatera Utara.
Rachmawati, A. dan H. Triatmoko, 2007, Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, SNA X, Makassar.
Rao, R.K.S., 1995, Financial Management: Concepts and Applications 3th
edition, South-Western College Publishing, Ohio.
Resmiyanto, R., 2008, Mengukur Efisiensi Organisasi dengan DEA (Data
Envelopment Analisis), Jurnal Ekonofisika.
Ruba’i, A., 2009, Pengaruh Kecakapan Manajerial Dan Set Kesempatan Investasi
(IOS) Terhadap Tarif Pajak Efektif, Tesis S2 UGM.
Siallagan, H. dan M. Machfoedz, 2006, Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, SNA IX, Padang.
Suliyono, J., 2010, Enam Hari Jago SPSS 17, Cakrawala, Yogyakarta.
Suyono, R.A., 2011, Pengaruh Manajemen Likuiditas dan Kinerja Keuangan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia), Tesis S2 UGM.
Thavikulwat, P., 2004, Determining The Value of A Firm, Developments in
Business Simulation and Experiential Learning, Volume 31.
Wagner, S., 2008, Managerial Succesion and Organizational Performance,
Munich School of Management. http://ssrn.com/abstract=1099338 diakses
tanggal 10 Januari 2013.
53
Watts, R.L. dan J.L. Zimmerman, 1986, Positive Accounting Theory, Prentice-
Hall, New Jersey.
Wei, B., 2007, Managerial Ability, Open-End Fund Flows, and Closed-End Fund
Discounts, Job Market Paper, Duke University. http://ssrn.com/abstract=1029507 diakses tanggal 11 Januari 2013.
Widarjono, A., 2010, Analisis Statistika Multivariat Terapan, Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Wirastri, S.L.I., 2007, Good Corporate Governance: Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan dan Struktur Dewan Terhadap Nilai Perusahaan (Firm
Value), Tesis S2 UGM.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Sampel Perusahaan
Food and beverage:
PT akasha wira international (ades water Indonesia) ADES
PT cahaya kalbar CEKA
PT delta Djakarta DLTA
PT fast food Indonesia FAST
PT Indofood sukses makmur INDF
PT mayora indah MYOR
PT multi bintang Indonesia MLBI
PT pioneerindo gourmet international (putra sejahtera pioneerindo (cfc)) PTSP
PT prasidha aneka niaga PSDN
PT sekar laut SKLT
PT siantar top STTP
PT sinar mas agro resources technology (smart) SMAR
PT tiga pilar sejahtera food AISA
PT tunas baru lampung TBLA
PT ultra jaya milk ULTJ
Apparel and other textile products
PT apac citra centertex MYTX
PT ever shine textile industry ESTI
PT indo acidatama (sarasa nugraha) SRSN
PT pan brothers tex PBRX
PT ricky putra globalindo RICY
PT sepatu bata BATA
Chemical and allied products
PT akr corporindo AKRA
PT budi acid jaya BUDI
PT colorpak Indonesia CLPI
PT eterindo wahanatama ETWA
PT lautan luas LTLS
Plastics and glass products
PT alam karya unggul (aneka kemasindo utama) AKKU
PT argha karya prima industry AKPI
PT asahimas flat glass AMFG
PT asiaplast industries APLI
PT berlina BRNA
PT camphion pacific Indonesia (kageo igar jaya) IGAR
PT langgeng makmur industry LMPI
PT sekawan inti pratama SIAP
PT siwani makmur SIMA
PT Trias Sentosasa TRST
PT. Yanaprima Hastapersada YPAS
Metal and Allied Products
PT. Alumunindo Light Metal Industry ALMI
PT. Betonjaya Manunggal BTON
PT. Indal Alumunium Industry INAI
PT. Jaya Pari Steel JPRS
PT. Lion Mesh Prima LMSH
PT. Lion Metal Works LION
PT. Pelangi Indah Canindo PICO
PT. Tembaga Mulia Semanan TBMS
PT. Tira Austenite TIRA
stone, clay, glass and concrete products
PT. arwana citramulia ARNA
PT. intikeramik alamasri industry IKAI
PT. keramika Indonesia assosiasi KIAS
PT. mitra investindo (siwani trimtra) MITI
PT. surya toto Indonesia TOTO
cables
PT. jembo cable company JECC
PT. kabelindo murni KBLM
PT. KMI Wire and Cable (GT Kabel Indonesia) KBLI
PT. supreme cable manufacturing & commerce (sucaco) SCCO
PT. voksel electric VOKS
Automotive and allied products
PT. astra internasional ASII
PT. astra otoparts AUTO
PT. gajah tunggal GJTL
PT. indo kordsa (branta mulia ) BRAM
PT. indomobil sukses internasional IMAS
PT. indospring INDS
PT. intraco penta INTA
PT. multi prima sejahtera LPIN
PT. multristrada arah sarana MASA
PT. nipress NIPS
PT. polychem Indonesia (GT Petrochem industries) ADMG
PT. prima alloy steel PRAS
PT. selamat sempurna SMSM
PT. tunas ridean TURI
PT. united tractors UNTR
pharmaceuticals
PT. darya-varia laboratoria DVLA
PT. indofarma INAF
PT. kalbe farma KLBF
PT. kimia farma KAEF
PT. merck MERK
PT. pyridam farma PYFA
PT. schering plough Indonesia SCPI
PT. tempo scan pacific TSPC
Lampiran 2
Skor DEA
Skor DEA
2011 2010 2009 2008
Food and beverage:
PT akasha wira international (ades water Indonesia) ADES 0.320 0.386 0.356 0.216
PT cahaya kalbar CEKA 1.000 0.534 1.000 1.000
PT delta Djakarta DLTA 0.427 0.477 0.889 0.298
PT fast food Indonesia FAST 1.000 1.000 1.000 1.000
PT Indofood sukses makmur INDF 1.000 1.000 1.000 1.000
PT mayora indah MYOR 0.653 0.991 0.876 0.562
PT multi bintang Indonesia MLBI 1.000 1.000 1.000 0.637
PT pioneerindo gourmet international (putra sejahtera pioneerindo (cfc)) PTSP 0.874 0.787 0.867 0.806
PT prasidha aneka niaga PSDN 1.000 1.000 0.791 0.842
PT sekar laut SKLT 0.544 0.648 0.648 0.480
PT siantar top STTP 0.420 0.515 0.507 0.307
PT sinar mas agro resources technology (smart) SMAR 1.000 1.000 1.000 1.000
PT tiga pilar sejahtera food AISA 0.264 0.199 0.161 0.148
PT tunas baru lampung TBLA 0.641 0.745 0.863 1.000
PT ultra jaya milk ULTJ 0.554 0.652 0.525 0.353
Apparel and other textile products
PT apac citra centertex MYTX 1.000 1.000 1.000 1.000
PT ever shine textile industry ESTI 1.000 0.889 0.834 0.952
PT indo acidatama (sarasa nugraha) SRSN 1.000 1.000 1.000 1.000
PT pan brothers tex PBRX 1.000 1.000 1.000 1.000
PT ricky putra globalindo RICY 0.664 0.644 0.505 0.484
PT sepatu bata BATA 1.000 1.000 1.000 1.000
Chemical and allied products
PT akr corporindo AKRA 1.000 1.000 1.000 1.000
PT budi acid jaya BUDI 0.504 0.778 0.741 0.470
PT colorpak Indonesia CLPI 0.714 1.000 1.000 1.000
PT eterindo wahanatama ETWA 0.623 1.000 1.000 1.000
PT lautan luas LTLS 0.585 0.790 0.815 0.656
Plastics and glass products
PT alam karya unggul (aneka kemasindo utama) AKKU 0.131 0.060 0.050 0.135
PT argha karya prima industry AKPI 0.990 0.806 1.000 1.000
PT asahimas flat glass AMFG 1.000 1.000 1.000 1.000
PT asiaplast industries APLI 0.710 0.691 0.816 0.969
PT berlina BRNA 0.867 0.710 0.836 0.894
PT camphion pacific Indonesia (kageo igar jaya) IGAR 1.000 1.000 1.000 1.000
PT langgeng makmur industry LMPI 0.498 0.401 0.487 0.379
PT sekawan inti pratama SIAP 0.807 0.688 0.742 0.856
PT siwani makmur SIMA 0.043 0.023 0.022 0.204
PT Trias Sentosasa TRST 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. Yanaprima Hastapersada YPAS 1.000 1.000 1.000 1.000
Metal and Allied Products
PT. Alumunindo Light Metal Industry ALMI 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. Betonjaya Manunggal BTON 0.313 0.413 0.700 0.651
PT. Indal Alumunium Industry INAI 0.247 0.344 0.367 0.275
PT. Jaya Pari Steel JPRS 0.354 0.301 0.314 0.489
PT. Lion Mesh Prima LMSH 0.511 0.597 0.629 0.702
PT. Lion Metal Works LION 0.177 0.198 0.267 0.242
PT. Pelangi Indah Canindo PICO 0.267 0.298 0.430 0.272
PT. Tembaga Mulia Semanan TBMS 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. Tira Austenite TIRA 0.320 0.358 0.433 0.297
stone, clay, glass and concrete products
PT. arwana citramulia ARNA 1.000 1.000 1.000 0.900
PT. intikeramik alamasri industry IKAI 0.485 0.673 0.742 0.945
PT. keramika Indonesia assosiasi KIAS 0.694 0.717 0.494 0.988
PT. mitra investindo (siwani trimtra) MITI 1.000 0.978 0.732 1.000
PT. surya toto Indonesia TOTO 1.000 1.000 1.000 1.000
cables
PT. jembo cable company JECC 0.875 0.455 0.831 0.727
PT. kabelindo murni KBLM 0.796 1.000 0.591 0.844
PT. KMI Wire and Cable (GT Kabel Indonesia) KBLI 0.825 1.000 1.000 1.000
PT. supreme cable manufacturing & commerce (sucaco) SCCO 1.000 1.000 1.000 0.947
PT. voksel electric VOKS 0.892 1.000 1.000 1.000
Automotive and allied products
PT. astra internasional ASII 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. astra otoparts AUTO 0.403 0.425 0.583 0.129
PT. gajah tunggal GJTL 0.505 0.496 0.559 0.117
PT. indo kordsa (branta mulia ) BRAM 0.398 0.372 0.429 0.094
PT. indomobil sukses internasional IMAS 1.000 0.730 1.000 0.269
PT. indospring INDS 0.332 0.411 0.447 0.101
PT. intraco penta INTA 0.409 0.345 0.532 0.095
PT. multi prima sejahtera LPIN 0.182 0.175 0.293 0.031
PT. multristrada arah sarana MASA 0.557 0.446 0.668 0.054
PT. nipress NIPS 0.398 0.365 0.343 0.142
PT. polychem Indonesia (GT Petrochem industries) ADMG 0.810 0.684 0.890 1.000
PT. prima alloy steel PRAS 0.210 0.191 0.148 0.071
PT. selamat sempurna SMSM 0.488 0.450 0.563 0.140
PT. tunas ridean TURI 1.000 1.000 1.000 0.360
PT. united tractors UNTR 1.000 0.980 1.000 0.366
pharmaceuticals
PT. darya-varia laboratoria DVLA 0.835 0.844 0.866 0.554
PT. indofarma INAF 0.731 0.867 0.998 1.000
PT. kalbe farma KLBF 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. kimia farma KAEF 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. merck MERK 1.000 1.000 1.000 1.000
PT. pyridam farma PYFA 0.660 0.729 0.725 0.648
PT. schering plough Indonesia SCPI 0.657 0.690 0.908 0.626
PT. tempo scan pacific TSPC 1.000 0.963 1.000 0.882
Lampiran 3
Nilai Tobin’s Q
Nilai Tobin's Q
2011 2010 2009 2008
Food and beverage:
PT akasha wira international (ades water Indonesia) ADES 2.49 3.64 2.73 1.44
PT cahaya kalbar CEKA 0.85 1.02 1.12 0.90
PT delta Djakarta DLTA 2.74 2.87 1.52 0.69
PT fast food Indonesia FAST 3.42 3.57 2.28 2.04
PT Indofood sukses makmur INDF 1.16 1.38 1.39 0.87
PT mayora indah MYOR 2.29 2.41 1.56 0.86
PT multi bintang Indonesia MLBI 0.57 1.02 4.65 1.74
PT pioneerindo gourmet international (putra sejahtera pioneerindo (cfc)) PTSP 1.62 1.02 1.45 1.87
PT prasidha aneka niaga PSDN 1.57 0.81 1.11 1.13
PT sekar laut SKLT 0.88 0.83 0.95 0.81
PT siantar top STTP 1.44 1.09 0.79 0.72
PT sinar mas agro resources technology (smart) SMAR 1.75 1.67 1.23 1.03
PT tiga pilar sejahtera food AISA 0.89 1.37 0.97 1.05
PT tunas baru lampung TBLA 1.31 1.19 1.18 0.96
PT ultra jaya milk ULTJ 1.51 1.86 1.16 1.67
Apparel and other textile products
PT apac citra centertex MYTX 1.14 0.95 1.00 0.97
PT ever shine textile industry ESTI 1.10 0.83 0.71 0.68
PT indo acidatama (sarasa nugraha) SRSN 1.20 1.37 1.45 1.90
PT pan brothers tex PBRX 1.44 1.01 0.85 0.91
PT ricky putra globalindo RICY 0.64 0.64 0.57 0.74
PT sepatu bata BATA 1.70 1.79 1.61 0.97
Chemical and allied products
PT akr corporindo AKRA 2.03 1.48 1.24 1.06
PT budi acid jaya BUDI 1.05 1.01 1.03 0.91
PT colorpak Indonesia CLPI 1.69 0.90 2.78 2.90
PT eterindo wahanatama ETWA 1.07 0.85 0.88 0.63
PT lautan luas LTLS 0.92 0.89 0.88 0.85
Plastics and glass products
PT alam karya unggul (aneka kemasindo utama) AKKU 3.53 1.52 1.46 0.65
PT argha karya prima industry AKPI 0.97 0.83 0.72 0.70
PT asahimas flat glass AMFG 1.26 1.22 0.63 0.51
PT asiaplast industries APLI 0.67 0.72 0.75 0.78
PT berlina BRNA 0.61 0.59 0.64 0.55
PT camphion pacific Indonesia (kageo igar jaya) IGAR 1.59 0.79 0.61 0.44
PT langgeng makmur industry LMPI 0.71 0.79 0.66 0.43
PT sekawan inti pratama SIAP 0.73 0.63 0.64 0.84
PT siwani makmur SIMA 1.69 1.02 0.86 0.61
PT Trias Sentosasa TRST 0.89 0.76 0.73 0.68
PT. Yanaprima Hastapersada YPAS 2.37 2.61 2.31 1.10
Metal and Allied Products
PT. Alumunindo Light Metal Industry ALMI 0.87 0.84 0.81 0.90
PT. Betonjaya Manunggal BTON 0.73 0.87 0.78 1.06
PT. Indal Alumunium Industry INAI 0.96 0.94 0.94 0.91
PT. Jaya Pari Steel JPRS 1.06 1.33 0.79 0.64
PT. Lion Mesh Prima LMSH 0.91 0.99 0.80 5.03
PT. Lion Metal Works LION 0.92 0.80 0.55 0.84
PT. Pelangi Indah Canindo PICO 0.86 0.88 0.93 1.18
PT. Tembaga Mulia Semanan TBMS 0.98 1.04 0.93 1.01
PT. Tira Austenite TIRA 1.00 1.03 1.10 1.06
stone, clay, glass and concrete products
98. PT. arwana citramulia ARNA 1.22 1.13 1.27 1.19
99. PT. intikeramik alamasri industry IKAI 0.68 0.65 1.53 1.97
PT. keramika Indonesia assosiasi KIAS 0.79 1.38 1.67 3.24
PT. mitra investindo (siwani trimtra) MITI 1.58 1.90 2.03 1.86
PT. surya toto Indonesia TOTO 0.62 0.60 0.52 1.03
cables
PT. jembo cable company JECC 0.94 1.47 0.95 0.93
PT. kabelindo murni KBLM 0.82 0.90 0.73 0.80
PT. KMI Wire and Cable (GT Kabel Indonesia) KBLI 0.72 0.56 0.99 0.78
PT. supreme cable manufacturing & commerce (sucaco) SCCO 1.08 2.47 0.90 0.95
PT. voksel electric VOKS 1.12 0.60 0.98 0.94
Automotive and allied products
PT. astra internasional ASII 0.70 0.68 0.61 0.55
PT. astra otoparts AUTO 2.20 0.65 0.46 0.43
PT. gajah tunggal GJTL 1.52 1.43 0.87 1.46
PT. indo kordsa (branta mulia ) BRAM 0.86 0.96 0.65 0.77
PT. indomobil sukses internasional IMAS 1.29 1.29 1.00 1.02
PT. indospring INDS 0.94 1.22 0.81 0.92
PT. intraco penta INTA 1.20 0.86 0.73 0.73
PT. multi prima sejahtera LPIN 0.55 0.73 0.50 0.70
PT. multristrada arah sarana MASA 1.27 1.13 0.92 0.82
PT. nipress NIPS 0.81 0.80 0.69 0.73
PT. polychem Indonesia (GT Petrochem industries) ADMG 0.94 0.71 0.85 0.81
PT. prima alloy steel PRAS 0.87 0.83 0.98 0.93
PT. selamat sempurna SMSM 2.13 1.91 1.57 1.42
PT. tunas ridean TURI 1.74 1.96 0.78 0.79
PT. united tractors UNTR 2.52 3.12 2.54 1.15
pharmaceuticals
PT. darya-varia laboratoria DVLA 1.39 1.78 0.82 0.62
PT. indofarma INAF 0.91 0.91 0.94 0.85
PT. kalbe farma KLBF 1.05 1.12 0.67 0.38
PT. kimia farma KAEF 1.35 0.86 0.81 0.64
PT. merck MERK 5.23 5.14 4.31 2.22
PT. pyridam farma PYFA 1.10 0.91 0.86 0.57
PT. schering plough Indonesia SCPI 1.22 1.53 1.16 1.14
PT. tempo scan pacific TSPC 2.98 2.41 1.23 0.83
Lampiran 4
Kepemilikan Manajerial
Data Nominal Kepemilikan Manajerial
2011 2010 2009 2008
Food and beverage:
PT akasha wira international (ades water Indonesia) ADES 0 0 0 0
PT cahaya kalbar CEKA 0 0 0 0
PT delta Djakarta DLTA 0 0 0 0
PT fast food Indonesia FAST 0 0 0 0
PT Indofood sukses makmur INDF 1 1 1 0
PT mayora indah MYOR 0 0 0 0
PT multi bintang Indonesia MLBI 0 0 0 0
PT pioneerindo gourmet international (putra sejahtera pioneerindo (cfc)) PTSP 0 0 0 0
PT prasidha aneka niaga PSDN 1 1 1 0
PT sekar laut SKLT 1 1 1 0
PT siantar top STTP 1 1 1 0
PT sinar mas agro resources technology (smart) SMAR 0 0 0 0
PT tiga pilar sejahtera food AISA 0 0 0 0
PT tunas baru lampung TBLA 1 1 1 1
PT ultra jaya milk ULTJ 1 1 1 1
Apparel and other textile products
PT apac citra centertex MYTX 0 0 0 0
PT ever shine textile industry ESTI 0 0 0 0
PT indo acidatama (sarasa nugraha) SRSN 0 0 0 0
PT pan brothers tex PBRX 0 0 0 0
PT ricky putra globalindo RICY 0 0 0 0
PT sepatu bata BATA 0 0 0 0
Chemical and allied products
PT akr corporindo AKRA 1 1 1 1
PT budi acid jaya BUDI 0 0 0 0
PT colorpak Indonesia CLPI 0 0 0 0
PT eterindo wahanatama ETWA 0 0 0 0
PT lautan luas LTLS 1 1 1 1
Plastics and glass products
PT alam karya unggul (aneka kemasindo utama) AKKU 0 0 0 0
PT argha karya prima industry AKPI 0 0 0 0
PT asahimas flat glass AMFG 0 0 0 0
PT asiaplast industries APLI 0 0 0 0
PT berlina BRNA 0 0 0 0
PT camphion pacific Indonesia (kageo igar jaya) IGAR 0 0 1 0
PT langgeng makmur industry LMPI 1 1 1 1
PT sekawan inti pratama SIAP 0 0 0 0
PT siwani makmur SIMA 0 0 0 0
PT Trias Sentosasa TRST 0 0 0 0
PT. Yanaprima Hastapersada YPAS 1 1 1 1
Metal and Allied Products
PT. Alumunindo Light Metal Industry ALMI 1 1 1 1
PT. Betonjaya Manunggal BTON 1 1 1 1
PT. Indal Alumunium Industry INAI 0 0 0 0
PT. Jaya Pari Steel JPRS 1 1 1 0
PT. Lion Mesh Prima LMSH 1 1 1 1
PT. Lion Metal Works LION 1 1 1 0
PT. Pelangi Indah Canindo PICO 1 1 1 0
PT. Tembaga Mulia Semanan TBMS 0 0 0 0
PT. Tira Austenite TIRA 0 0 0 0
stone, clay, glass and concrete products
PT. arwana citramulia ARNA 0 0 0 0
PT. intikeramik alamasri industry IKAI 1 1 1 1
PT. keramika Indonesia assosiasi KIAS 0 0 0 0
PT. mitra investindo (siwani trimtra) MITI 0 0 0 0
PT. surya toto Indonesia TOTO 0 0 0 0
cables
PT. jembo cable company JECC 0 0 0 0
PT. kabelindo murni KBLM 1 0 0 0
PT. KMI Wire and Cable (GT Kabel Indonesia) KBLI 0 1 0 0
PT. supreme cable manufacturing & commerce (sucaco) SCCO 0 0 0 0
PT. voksel electric VOKS 0 1 1 0
Automotive and allied products
PT. astra internasional ASII 0 0 0 0
PT. astra otoparts AUTO 1 1 1 0
PT. gajah tunggal GJTL 1 1 1 0
PT. indo kordsa (branta mulia ) BRAM 1 1 1 1
PT. indomobil sukses internasional IMAS 0 0 0 0
PT. indospring INDS 0 0 0 0
PT. intraco penta INTA 1 1 1 1
PT. multi prima sejahtera LPIN 0 0 0 0
PT. multristrada arah sarana MASA 0 0 0 0
PT. nipress NIPS 1 1 1 1
PT. polychem Indonesia (GT Petrochem industries) ADMG 0 0 0 0
PT. prima alloy steel PRAS 0 0 0 0
PT. selamat sempurna SMSM 1 1 1 0
PT. tunas ridean TURI 0 0 0 0
PT. united tractors UNTR 1 0 1 0
pharmaceuticals
PT. darya-varia laboratoria DVLA 0 0 0 0
PT. indofarma INAF 0 0 1 0
PT. kalbe farma KLBF 0 0 0 0
PT. kimia farma KAEF 1 1 1 0
PT. merck MERK 0 0 0 0
PT. pyridam farma PYFA 0 0 0 0
PT. schering plough Indonesia SCPI 0 0 0 0
PT. tempo scan pacific TSPC 0 0 0 0
Lampiran 5
Ukuran Perusahaan
Ln Aset
2011 2010 2009 2008
Food and beverage:
PT akasha wira international (ades water Indonesia) ADES 26.48 26.51 25.91 25.94
PT cahaya kalbar CEKA 27.44 27.47 27.07 27.13
PT delta Djakarta DLTA 27.27 27.29 27.36 27.27
PT fast food Indonesia FAST 28.07 27.84 27.67 27.39
PT Indofood sukses makmur INDF 31.61 31.49 31.33 31.31
PT mayora indah MYOR 29.52 29.11 28.81 28.70
PT multi bintang Indonesia MLBI 27.83 27.83 27.62 27.57
PT pioneerindo gourmet international (putra sejahtera pioneerindo (cfc)) PTSP 25.62 25.62 25.24 25.13
PT prasidha aneka niaga PSDN 26.77 26.75 26.59 26.38
PT sekar laut SKLT 26.09 26.09 26.00 26.03
PT siantar top STTP 27.56 27.20 27.03 27.16
PT sinar mas agro resources technology (smart) SMAR 30.32 30.15 29.95 29.94
PT tiga pilar sejahtera food AISA 28.91 28.29 28.08 27.65
PT tunas baru lampung TBLA 29.08 28.93 28.66 28.66
PT ultra jaya milk ULTJ 28.41 28.33 28.18 28.19
Apparel and other textile products
PT apac citra centertex MYTX 28.25 28.26 28.22 28.41
PT ever shine textile industry ESTI 27.18 27.18 26.97 27.00
PT indo acidatama (sarasa nugraha) SRSN 26.61 26.62 26.75 26.70
PT pan brothers tex PBRX 28.05 27.51 27.43 27.58
PT ricky putra globalindo RICY 27.19 27.14 27.12 27.19
PT sepatu bata BATA 26.97 26.91 26.76 26.72
Chemical and allied products
PT akr corporindo AKRA 29.72 29.67 29.43 29.22
PT budi acid jaya BUDI 28.38 28.31 28.10 28.16
PT colorpak Indonesia CLPI 26.65 26.34 26.11 26.28
PT eterindo wahanatama ETWA 27.15 27.00 27.01 26.76
PT lautan luas LTLS 29.03 28.91 28.76 28.88
Plastics and glass products
PT alam karya unggul (aneka kemasindo utama) AKKU 23.19 24.07 24.20 24.48
PT argha karya prima industry AKPI 28.05 28.05 28.09 28.13
PT asahimas flat glass AMFG 28.62 28.50 28.31 28.32
PT asiaplast industries APLI 26.53 26.54 26.43 26.34
PT berlina BRNA 27.19 27.03 26.95 26.79
PT camphion pacific Indonesia (kageo igar jaya) IGAR 26.60 26.57 26.48 26.45
PT langgeng makmur industry LMPI 27.25 27.13 27.02 27.05
PT sekawan inti pratama SIAP 25.82 25.74 25.72 25.68
PT siwani makmur SIMA 24.59 24.64 24.70 24.92
PT Trias Sentosasa TRST 28.39 28.34 28.28 28.40
PT. Yanaprima Hastapersada YPAS 26.13 26.03 25.98 25.92
Metal and Allied Products
PT. Alumunindo Light Metal Industry ALMI 28.21 28.04 28.02 28.12
PT. Betonjaya Manunggal BTON 25.50 25.22 24.97 24.98
PT. Indal Alumunium Industry INAI 27.02 26.69 26.88 27.16
PT. Jaya Pari Steel JPRS 26.81 26.74 26.59 26.71
PT. Lion Mesh Prima LMSH 25.31 25.08 25.01 24.85
PT. Lion Metal Works LION 26.63 26.44 26.33 26.26
PT. Pelangi Indah Canindo PICO 27.05 27.07 27.02 27.10
PT. Tembaga Mulia Semanan TBMS 28.01 27.85 27.63 27.79
PT. Tira Austenite TIRA 26.13 26.11 26.03 26.16
stone, clay, glass and concrete products
98. PT. arwana citramulia ARNA 27.45 27.50 27.44 27.17
99. PT. intikeramik alamasri industry IKAI 27.03 27.19 27.36 27.39
PT. keramika Indonesia assosiasi KIAS 28.35 27.87 27.91 27.45
PT. mitra investindo (siwani trimtra) MITI 25.49 25.47 25.42 25.57
PT. surya toto Indonesia TOTO 27.92 27.72 27.64 27.66
cables
PT. jembo cable company JECC 27.16 27.62 27.10 27.24
PT. kabelindo murni KBLM 27.19 27.57 26.59 26.85
PT. KMI Wire and Cable (GT Kabel Indonesia) KBLI 27.71 30.27 26.92 27.13
PT. supreme cable manufacturing & commerce (sucaco) SCCO 28.01 26.58 27.67 27.75
PT. voksel electric VOKS 28.08 27.44 27.84 27.78
Automotive and allied products
PT. astra internasional ASII 32.66 32.36 32.12 32.02
PT. astra otoparts AUTO 29.57 29.35 29.17 29.01
PT. gajah tunggal GJTL 30.08 29.97 29.81 27.65
PT. indo kordsa (branta mulia ) BRAM 28.14 28.03 27.93 28.15
PT. indomobil sukses internasional IMAS 30.19 29.71 29.26 29.35
PT. indospring INDS 27.76 27.37 27.15 27.55
PT. intraco penta INTA 28.95 28.12 27.79 27.76
PT. multi prima sejahtera LPIN 25.78 25.74 25.65 25.93
PT. multristrada arah sarana MASA 29.19 28.74 28.56 28.50
PT. nipress NIPS 26.83 26.55 26.47 26.51
PT. polychem Indonesia (GT Petrochem industries) ADMG 29.29 29.19 28.94 28.98
PT. prima alloy steel PRAS 26.90 26.86 26.77 27.04
PT. selamat sempurna SMSM 27.76 27.70 27.57 27.56
PT. tunas ridean TURI 28.57 28.37 28.20 28.91
PT. united tractors UNTR 31.47 31.02 30.83 30.76
pharmaceuticals
PT. darya-varia laboratoria DVLA 27.56 27.47 27.39 27.18
PT. indofarma INAF 27.74 27.32 27.31 27.60
PT. kalbe farma KLBF 29.74 29.58 29.50 29.37
PT. kimia farma KAEF 28.22 28.14 28.08 28.00
PT. merck MERK 27.09 26.80 26.80 26.65
PT. pyridam farma PYFA 25.49 25.33 25.33 25.31
PT. schering plough Indonesia SCPI 26.47 26.18 26.05 26.02
PT. tempo scan pacific TSPC 29.08 28.91 28.81 28.72
Lampiran 6
Statistik Desktriptif
Descriptive Statistics
316 .38 5.23 1.2146 .75351
316 .02 1.00 .7136 .30474
316 23.19 32.66 27.5267 1.48337
316
Q
KECM
SIZE
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation
Statistik Desktriptif (Bentuk Ln)
Descriptive Statistics
316 -.97 1.66 .0668 .46999
316 -3.80 .00 -.5030 .70287
316 23.19 32.66 27.5267 1.48337
316
LnQ
LnKECM
SIZE
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation
Lampiran 7
Hasil Uji Normalitas (N=316)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
316
.0000000
.74049510
.185
.185
-.138
3.296
.000
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Hasil Uji Normalitas (Bentuk Ln)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
316
.0000000
.46292695
.105
.105
-.042
1.867
.002
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Hasil Uji Normalitas (N=300)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
300
-.0505620
.38014398
.077
.077
-.034
1.332
.058
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
Lampiran 8
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
.590 .259 2.283 .023
.052 .038 .108 1.364 .174
-.010 .009 -.063 -1.038 .300
.032 .021 .100 1.523 .129
.083 .048 .145 1.728 .085
(Constant)
KEPM
SIZE
LnKECM
LnKECM_KEPM
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: ABSRESa.
Lampiran 9
Hasil Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas dan Uji Regresi
Variables Entered/Removedb
SIZE,
LnKECM_
KEPM,
LnKECM,
KEPMa
. Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested v ariables entered.a.
Dependent Variable: LnQb.
Model Summaryb
.248a .062 .049 .37578 1.831
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), SIZE, LnKECM_KEPM, LnKECM, KEPMa.
Dependent Variable: LnQb.
ANOVAb
2.733 4 .683 4.839 .001a
41.656 295 .141
44.389 299
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), SIZE, LnKECM_KEPM, LnKECM, KEPMa.
Dependent Variable: LnQb.
Coefficientsa
1.130 .436 2.591 .010
.073 .035 .133 2.059 .040 .758 1.318
.128 .065 .153 1.974 .049 .528 1.894
.201 .081 .205 2.494 .013 .471 2.125
-.039 .016 -.150 -2.509 .013 .892 1.122
(Constant)
LnKECM
KEPM
LnKECM_KEPM
SIZE
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: LnQa.
Recommended