View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bodogol merupakan salah satu resort dari Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango (TNGP). Secara administratif kawasan ini termasukke dalam
wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Resort Bodogol secara geografis
terletak antara 6032’-6034’ Lintang Selatan dan 106056’ Bujur Timur, serta
pada ketinggian 700-1500 mdpl. Resort Bodogol dikembangkan sebagai pusat
pendidikan konservasi alam, serta merupakan salah satu zona pemanfaatan
dari kawasan TNGP yang berperan sebagai penopang keragaman hayati
(PPKAB ...).
Jenis satwa yang ada di Bodogol terdiri dari mamalia, primata, burung
dan herpetofauna. Di kawasan TNGP terdapat lima jenis primata seperti
Lutung hitam (Trachypithecus auratus), Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) termasuk jenis langka dan dilindungi, yaitu Owa jawa (Hylobates
moloch), Surili (Presbytis comata), Kukang jawa (Nycticebus javanicus).
Satwa liar lainnya antara lain Anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), Babi
hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), kucing hutan (Prionailurus
bengalensis) dan Macan tutul (Panthera pardus) (Ario A et al 2010).
Sebagian jenis hayati yang ada di kawasan ini merupakan jenis yang
dilindungi sehingga pemanfaatan kawasan ini harus dilakukan dengan adanya
pengawasan. Pengamatan dilakukan dengan masing-masing metode yang
telah ditentukan pada plot pengamatan yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis mamalia
dan primata di Bodogol.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan dilakukan di Kawasan Konservasi Pendidikan Bodogol,
Sukabumi. Dilaksanakan dari tanggal 2-4 Desember 2011.
Sumber: Reinwardti
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pengamtan mamalia dan primata, yaitu:kompas,
file guide, binokuler, jam tangan dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu mamalia dan primata
2.3 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilapang adalah:
2.3.1 Pengamatan Langsung
1), Metode Transek Garis (Line Transcek)
Perlakuan metode ini yaitu pengamat berjalan di sepanjang jalur yang
telah ditentukan kemudian mencatat semua satwa mamalia. Data yang
dikumpulkan berdasarkan pada perjumpaan langsung maupun tidak
langsung dengan satwa mamalia. Tiap tipe vegetasi dibuat satu jalur
pengasmatan. Lebar jalur transek untuk pengamtan ditetapkan 50 meter
dengan panjang jalur 1000 meter.
2). Concentration Count (Fokus Area)
Khusus untuk pengamatan primata, pengamatan dilakukan secra
terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan
peluang perjumpaan yang tinggi. Misalnya tempat tersedianya pakan,
pohon tidur dan sebagainya. Pencatatan data melalui kontak langsung
ataupun tidak langsung antara lain meliputi perjumpaan jejak kaki, tempat
untuk bersarang, maupun kotoran atau feses.
2.3.2 Pengamaatan tidak Langsung
Metode ini diterapkan untuk jenis-jenis mamalia yang sulit dijumpi
secara langsung. Data yang diambil dapat berupa jejak seperti jejak kaki,
rambut, feses, sarang dan jejak-jejak.
2.4 Analisis Data
2.4.1 Keanekaragaman Spesies
Kekayaan jenis fauna ditentukan dengan menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus:
H '=−∑ pi ln pi
Keterangan :
H’ : Indeks Keanekaragaman Jenis
Pi : proporsi nilai penting
Ln : logaritma natural
Tabel 1 klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners
Nilai Indeks Shanon Kategori
>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah
individu tiap spesies tinggi dan kestabilan
komunitas tinggi
1-3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah
individu tiap spesies sedang dan kestabilan
komunitas sedang
<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah
individu tiap spesies rendah dan kestabilan
komunitas rendah
2.4.2 Kelimpahan Spesies
Untuk kelimpahan jenis, digunakan nilai kelimpahan relatif.
Persamaan yang dipakai adalah Presentase Kelimpahan Relatif (Brower &
Zar, 1977 ), sebagai berikut:
Psi= nN
x100 %
Keterangan :
Psi : Nilai percent similarity untuk jenis ke-i
n : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah individu total
2.4.3 Kemerataan Jenis
Untuk kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui gejala dominansi
diantara setiap jenis dalam suatu lokasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai Evennes adalah:
E=H ' / ln S
Keterangan:
E : Indeks Kemerataan Jenis
H’ : Indeks Shanon-Wiener
S : Jumlah jenis
2.4.4 Dominansi
Jenis mamalia yang dominan di dalam kawasan penelitian, ditentukan
dengan menggunakan rumus menurut van Helvoort (1981), yaitu:
Di= ¿N
x100 %
Keterangan:
Di : Indeks dominansi suatu jenis
ni : Jumlah individu suatu jenis
N : Jumlah individu dari seluruh jenis
Kriteria
Di : 0-2% Jenis tidak dominan
Di : 2%-5% Jenis subdominan
Di : >5% Jenis dominan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan mamalia dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu line
transect dan metode concentration count. metode line transect digunakan untuk
mengamati mamalia selain primate, sedangkan consentration count digunakan untuk
mengamati satwa khusus primata. Pengamatan dilakukan di beberapa jalur yaitu jalur
rasamala, cipadaranten, pinus, canopy, cikaweni, longtrack, gombong koneng, afrika,
dan pasir buntung. Menurut Sutherland WJ (1996) cara penggunaan metode line
transect yaitu pengamat harus berjalan di sepanjang jalur dengan beberapa prinsip-
prinsip antara lain satwa harus dapat terdeteksi, satwa diukur saat pertama kali terlihat
oleh pengamat, jarak dan sudut juga harus diukur dengan kompas. Berdasarkan hasil
pengamatan menggunakan metode tersebut terdapat beberapa mamalia dan primata
dari keseluruhan jalur antara lain dapat dilihat pada tabel1.
No Jenis Jumlah Pi= ni/N Psi=ni/N x 100%
1 Tupai 12 0,12 12%
2 Bajing kelapa 22 0,22 22%
3 Bajing kerdil 1 0,01 1%
4 Tupai gunung 2 0,02 2%
5 Luwak 4 0,04 4%
6 Kelelawar 1 0,01 1%
7 Jelarang 7 0,07 7%
8 Surili 5 0,05 5%
9 Owa jawa 22 0,22 22%
10 Lutung 29 0,29 29%
Tabel 1. Data mamalia yang terdapat di seluruh jalur dengan pengamatan langsung
Terlihat bahwa bajing kelapa (Colosciurus notatus) memiliki jumlah individu
paling banyak yaitu 22 ekor atau kelimpahan sebesar 22%. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan bajing kelapa untuk bersaing dan beradaptasi cukup baik.
Ditambah pula dengan vegatasi yang umumnya pohon buah atau biji yang merupakan
makanan mamalia kecil ini. Sedangkan satwa yang jumlah individunya paling sedikit
adalah kelelawar dan bajing kerdil yaitu hanya 1 individu. Pada saat pengamatan
memang kelelawar sangat sulit dijumpai. Mungkin habitat dengan tipe habitat
pegunungan kurang cocok untuk jenis ini. Selain itu makanan yang dibutuhkan
mamalia nocturnal ini juga tidak ada.
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan satwa primata dengan
menggunakan metode concentration count. Pengamatan mamalia dan primata
dibedakan karena populasi nya cukup banyak dan menjadi icon nya Bodogol. Selain
itu lokasi dan penyebaran satwa primate tersebut telah diketahui sebelumnya
berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Untuk mengguanakan metode ini diperlukan
informasi yang akurat tentang pola penggunaan ruang dan waktu untuk satwa yang
akan dihitung. Selanjutnya pengamatan dilakukan secara seretntak si seluruh wilayah
pengamatan dan ada ulangan.
Pada dasarnya dengan menggunakan metode concentration count ini
makatidak hanya data parameter demografi seperti kepadatan populasi, sex ratio,
umur, laju kelahiran serta laju kematian saja yang dapat diketahui. Data seperti
preferensi habitat, prilaku, serta penyebaran satwa pun dapat dididentifikasi. Namun
untuk pengamatan kali ini yang dilihat atu dihitung hanya lah jumlah mamalia saja.
Hal ini disebakan terdapat kesulitan saat dilapang untuk mengetahui dan
membedakan antara jantan dan betina serta berapa umur nya karena pergerakkannya
yang lincah dan cepat. Sehingga dalam sekejap satwa tersebut sudah tidak terlihat lagi
oleh pengamat. Seperti yang diungkapakan oleh Alikodra (1989) yaitu melakukan
identifikasi umur dilpangan akan mengalami banyak kesulitan, terutama karena sulit
menangkap sejumlah contoh satwaliar untuk diperiksa dalam menentukan umurnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan dua jenis primata
yang sudah tercover dari seluruh jalur yaitu lutung dan Owa jawa dengan jumlah
individu dari masing-masing jenis sama yaitu 22 dan 29 ekor. Hasil pengamatn
didapatkan data mengenai keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan jenis seperti
pada tabel 2.
No Jenis H’ Dmg E
1 Mamalia 0,965 1,585 0,496
2 Primata 0,842 0,497 0,766
Tabel 2. Data keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis mamalia
Kondisi ini menunjukkan bahwa primata tersebut memiliki kemampun
beradaptasi yang baik. Disamping itu juga tipe vegetasi yang didominasi pohon-
pohon yang cukup besar dan menghasilkan buah juga mendukung keberlanjutan
hidup satwa tersebut. Contoh vegetasi yang biasa digunakan oleh owa jawa yaitu
pohon kayu afrika saninten, dan rasamala. Pada saat pengamatan banyak owa jawa
yang bergelantungan di pohon tersebut.
Namun seperti yang tadi diungkapkan pendugaan sex ratio dan umurnya
sangat sulit, karena pada owa jawa masih sensitif. Ketika pengamat bergerak
mendekat, satwa ini pun langsung melompat dan bersembunyi di pohon yang
tajuknya rapat yang berada dekat lembah (jurang). Oleh sebab itu owa jawa ini sering
bersuara saja tanpa memunculkan keberadaannnya dimana. Jarak 2 kilometer saja
suara nya sudah terdengar oleh pengamat. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh
tingkat keanekaragaman dan kekayaan jenis mamalia lebih tinggi dibandingkan
primata. Namun untuk tingkat kemerataan jenis nya lebih tinggi pada primata. Hal ini
disebabkan jumlah individu dan jenis antar primata tidak berbeda secara signifikan,
yang berarti sedikit primate yang ada di Bodogol.
Selain hasil pengamatan langsung, terdapat pula hasil pengamatan tidak
langsung yang diperoleh dari jejak. Hasil tersebut berupa cakaran di pohon dan suara
dari macan tutul (Panthera pardus). Untuk jumlah nya tidak diketahui.
No Jenis Keterangan
1 Macan tutul (Panthera pardus) Jejak berupa cakaran dipohon, dan suara
Tabel 3. Hasil pengamatan tidak langsung
Daftar Pustaka
Alikodra HS. 1989. Pengelolaan Satwaliar. Bogor: Fakutas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Sutherland WJ. (Ed). 1996. Ecological Census techniques: A handbook. Cambridge
University Press. UK.
Recommended