View
219
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ i
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ ii
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018 “MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Rektorat Lantai IV UMK, 25 APRIL 2018
DISELENGGARAKAN OLEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FKIP UNIVERSITAS MURIA KUDUS
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iv
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018
“MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”
Susunan Panitia:
Pelindung : Rektor Universitas Muria Kudus
Penasihat : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penanggung jawab : Mila Roysa, M.Pd.
Ketua : Ristiyani, M.Pd
Sekretaris : Eko Widianto, M. Pd.
Bendahara : Muhammad Noor Ahsin, M. Pd.
Seksi Acara : Drs. Moh Kanzunnudin, M. Pd.
Seksi Perlengkapan : Irfai Fathurrahman, M. Pd.
Reviewer:
Drs. Moh. Kanzunnudin, M. Pd.
Editor:
Ristiyani, S.Pd., M.Pd.
Eko Widianto, S.Pd., M.Pd.
Desain Cover:
Eko Widianto
Desain Layout :
Muhammad Noor Ahsin
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
ISBN 978-602-1180-71-6
Alamat: Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus 59342
Telp. 0291 438229 Fax. 0291437198
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya
Seminar Mayarakat Ilmiah (SEMAI) tahun 2018 oleh program studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Muria Kudus dalam tajuk “Mengungkap
Kebenaran melalui Linguistik Forensik”, dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini
dapat diterbitkan.
Melihat situasi mutakhir saat ini, perkembangan kajian ilmu bahasa
menunjukkan kemajuan sangat signifikan. Ilmu bahasa saat ini tidak sebatas hanya
mengkaji ilmu bahasa itu sendiri, melainkan sudah memiliki peran besar dalam
menyelesaikan problematika sosial. Salah satunya adalah kajian bahasa dalam bidang
linguistik forensik. Hal tersebut perlu disambut untuk dirayakan dengan melakukan
pertemuan ilmiah seperti SEMAI 2018 ini.
Tema “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” tersebut dipilih
dengan alasan untuk memberikan perhatian masyarakat ilmiah tentang pentingnya
mengetahui peran linguistik forensik dalam pembuktian kebenaran hukum di
Indonesia. Mengingat, saat ini antara benar dan salah sangat tipis perbedaannya. Hal
lain yang mendasari SEMAI 2018 ini adalah perlunya wadah untuk masyarakat ilmiah
mendesiminasikan dan mempublikasikan penelitian secara luas, guna dapat diakses
oleh masyarakat yang membutuhkan, maka SEMAI 2018 ini layak untuk dilaksanakan.
Selain sebagai tempat mempresentasikan penelitiannya, juga sebagai tempat bertukar
informasi dan mengembangkan kerja sama.
SEMAI 2018 ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari
seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian seperti bidang bahasa,
bidang sastra, bidang hukum, bidang pembelajaran bahasa, sastra, dan inovasinya,
bidang sosial, bidang politik, dan bidang kearifan lokal dalam rangka memberikan
pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi
perkembangan global.
Akhir kata, semoga SEMAI tahun depan akan terlaksana dengan baik dan akan
selalu memiliki peran positif terhadap perkembangan kajian ilmu bahasa dan sastra di
Indonesia.
Kudus, April 2018.
Tim Editor
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vi
DAFTAR ISI
HAL HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi
PEMATERI UTAMA
1 Prof. Bambang Kaswanti Purwo
LINGUISTIK FORENSIK 1
2 Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.
MENGENAL LINGUISTIK FORENSIK: LENTERA DALAM DUNIA HUKUM KITA
3
PEMAKALAH PENDAMPING NO NAMA JUDUL ARTIKEL
1 Anandha PATMI: WOMEN STRUGGLE ON HEGEMONY VORTEX
19
2 Agnes Adhani dan Yovina Putri Pamungkas
KEKERASAN VERBAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL
24
3 Basuki Sarwo Edi ELEGANSI SIKAP TOKOH DALAM NOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF
32
4 Edy Prihantoro dan Tri Wahyu Retno Ningsih
DIGITAL FORENSIK DALAM SIARAN VARIETY- SHOW DI TELEVISI
44
5 Eko Widianto
MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV: ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT
54
6 Fahrudin Eko Hardiyanto
BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH
64
7 Fithriyah Inda Nur Abida
PROGRAM BIPA DALAM MENUNJANG INTERNASIONALISASI
71
8 Hestiyana KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG
75
9
I Putu Gede Sutrisna, I Ketut Alit Adianta, dan Nyoman Dharma Wisnawa
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (MPjBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KINERJA ILMIAH MAHASISWA DALAM MATA AJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN
81
10 Kadek Wirahyuni PERMAINAN “ULAR TANGGA” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
92
11 M. Noor Ahsin PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
97
12 Nia Royani GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU BUKA MATA BUKA TELINGA KARYA SHEILA ON 7
103
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vii
13 Ristiyani dan Savitri Wanabuliandari
PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS UNTUK GURU SEKOLAH DASAR
108
14 Tri Wahyu Retno Ningsih dan Debyo Saptono
PENGUJIAN LEGALITAS UJARAN MENGUNAKAN PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK DAN LINGUISTIK FORENSIK
114
15 Wenny Wijayanti dan Natalia Desi Subekti
KESANTUNAN BERBAHASA PADA JUDUL BERITA KASUS KORUPSI DI MEDIA SOSIAL
127
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 64
BAHASA PENCITRAAN
PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH
Fahrudin Eko Hardiyanto
Universitas Pekalongan
fahrudineko@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan penggunaan bahasa pencitraan
pada wacana politik Pilkada tahun 2015 di Jawa Tengah. Melalui penelitian
ini dapat diketahui citraan-citraan apa sajakah yang digunakan oleh pasangan
calon bupati / walikota dalam iklan politik Pilkada tahun 2015 untuk
mempengaruhi khalayak calon pemilih. Untuk menjawab pertanyaan dan
kebutuhan penelitian, peneliti menganalisis data penelitian dalam bentuk
spanduk dan baliho Pilkada 2015 di Jawa Tengah melalui teknik observasi
dan mengacu pada catatan yang ada pada fragmen wacana iklan yang diduga
merupakan pernyataan yang merupakan wacana pencitraan. Berdasarkan hasil
analisis pada wacana iklan politik pemilu dapat ditemukan hasil penelitian
yakni terdapat penggunaan bahasa pencitraan yang dimuat pada iklan politik
Pilkada Jawa Tengah Tahun 2015 yakni citra diri calon yang diwujudkan
dengan kalimat Ngayomi lan Ngayemi, Sitik Omonge Akeh Kerjone, Aku Sing
Ora Kelalen, Cerdas Berbudi Luhur, Amanah, Muda-Nasionalis-Religius,
Ora Korupsi-Ora Ngapusi, Pro Investasi, Sukoharjo Baru, Makmur Tenan,
dan Wonosobo Aman dan Sejahtera.
Kata kunci: bahasa pencitraan, iklan politik
I. PENDAHULUAN
Kampanye dalam Pilkada
dimaknai sebagai proses menyampaikan
pesan-pesan politik yang salah satu
fungsinya memberikan pendidikan politik
bagi masyarakat. Setiap partai politik
selalu berusaha menemukan cara-cara
paling efektif untuk merekrut sebanyak-
banyaknya massa dalam kampanye
melalui iklan politik.
Wacana iklan kampanye berisi
propaganda yang ditujukan kepada
sasarannya yaitu masyarakat pemilih
menjadi salah satu bentuk yang terjadi
pada . Calon berupaya mempengaruhi
masyarakat dengan menanamkan
kepercayaan dan menunjukkan
kepantasan melalui pencitraan yang
dikemas dengan bahasa iklan. Citra
merupakan kesan, perasaan, gambaran
terhadap diri calon. Pencitraan calon
dalam wacana iklan kampanye dengan
sengaja diciptakan bernilai positif,
menarik perhatian, dan berkesan.
Calon bupati/walikota pada iklan
politiknya berusaha mempersuasi
masyarakat pemilih dengan
menunjukkan kredibilitas dan kompetensi
yang baik sehingga layak untuk dipilih.
Untuk tujuan tersebut, digunakanlah
pendekatan retorika yang memikat hati,
memiliki nilai keindahan, dan
bermartabat.
Citra politik dapat dirumuskan
sebagai suatu gambaran tentang politik
(kekuasaan, kewenangan, autoritas,
konflik dan konsensus) yang memiliki
makna, kendatipun tidak selamanya
sesuai dengan realitas yang sebenarnya.
Citra politik tersusun melalui persepsi
yang bermakna tentang gejala politik
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 65
dan kemudian menyatakan makna itu
melalui kepercayaan, nilai, dan
pengharapan dalam bentuk pendapat
pribadi yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi pendapat umum.
Para politikus, utamanya
kandidat sangat berkepentingan dalam
pembentukaan citra. Sehingga tidak
berlebihan, bila menjelang pemilu,
figur-figur yang muncul, berusaha
keras menciptakan dan mempertahankan
tindakan politik yang dapat
membangkitkan citra yang memuaskan,
supaya dukungan opini publik dapat
diperoleh dari rakyat sebagai khalayak
komunikasi politik (Hasan, 2015 : 1).
Berdasarkan hal di atas maka
bahasa pencitraan pada iklan politik
Pilkada menjadi penting untuk dikaji.
Mengingat bahwa iklan politik merupakan
wahana efektik bagi calon untuk
membangun komunikasi dan edukasi bagi
masyarakat luas. Oleh karena itu, isi
kampanye yang dimuat pada spanduk atau
baliho tidak boleh melanggar prinsip-
prinsip norma hukum, sosial, keagamaan,
dan keindahan.
Pilkada 2015 yang berlangsung di
21 kabupaten dan kota di Jawa Tengah
layak untuk diteliti dari segi penggunaan
iklan politik yang diwujudkan dalam
bentuk spanduk/baliho pada aspek
pemanfaatan bahasa pencitraan diri. Peran
dan keberadaan iklan politik akan ikut
menentukan dukungan masyarakat
terhadap calon yang ada.
II. KAJIAN PUSTAKA
Berkaitan dengan kajian pustaka,
terdapat beberapa hasil penelitian yang
memiliki relevansi dengan kajian ini yaitu
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kertanegara (2013) dengan judul “Gaya
Retorika Peserta Konvensi Calon Presiden
Partai Demokrat dalam Membangun
Personal Branding melalui Facebook”.
Dalam penelitian tersebut dikaji
penggunaan gaya bahasa retoris yang
disampaikan oleh para peserta konvensi
kandidat calon presiden Partai Demokrat
yaitu Gita Wirjawan, Pramono Edhi
Wibowo, dan Anas Baswedan. Seluruh
kandidat memperlihatkan bahwa dalam
membangun personal branding, masing-
masing menggunakan gaya retorika yang
terkait dengan latar belakang pekerjaan
mereka. Gita Wirjawan yang berlatar
belakang sipil-birokrat menggunakan
gaya retorika sebagai pemimpin yang
tegas. Pramono yang seorang militer
menggunakan gaya retorika sebagai
pemimpin nasional yang egaliter.
Sedangkan Anis Baswedan yang berlatar
belakang akademisi menggunakan gaya
retorika sebagai seorang pemimpin yang
pemberani sebagai cara menyampaikan
personal brandingnya.
Asror (2015) melakukan
penelitian dengan judul “Bahasa
Pencitraan dalam Iklan Pilkada
Kabupaten Bojonegoro” yang
memaparkan strategi pencitraan calon
bupati dan wakil bupati tahun 2012
dilakukan dengan memanfaatkan aspek-
aspek formal teks yang meliputi
pencitraan pada level kosakata dan
pencitraan pada level gramatikal. Pada
level kosakata, caleg mencitrakan diri
melalui (1) klasifikasi kosa kata, (2) kosa
kata yang diperjuangkan, (3) kosa kata
yang memarjinalkan orang lain, dan (4)
kosa kata yang bernuansa kedaerahan.
Pada level gramatikal, caleg mencitrakan
diri melalui (modalitas), (2) pronominal,
(3) kalimat positif-negatif, dan (4) kata
penghubung.
Penelitian sejenis dilakukan oleh
Pinem (2014) dengan judul “Kamuflase
Politik dalam Alat Peraga Kampanye”
yang menjelaskan bahwa antara yang
tertulis dan tersaji pada alat peraga pemilu
hanyalah sebuah ilusi saja. Kamuflase
politik merupakan perubahan murni pada
tingkat permukaan tanda atau
penampakan luar. Iklan politik dalam
baliho/spanduk kampanye diibaratkan
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 66
bagai mantra-mantra yang sedemikian
dahsyat, penuh dengan jejalan kata-kata
bijak memuat tema-tema sosial dan
masyarakat. Tema-tema perempuan,
patriotisme, optimisme, etnisitas,
nasionalisme, multikultural, sosial dan
agama menjadi topik iklan yang tersalur
melalui alat peraga kampanye yang
membentuk dan bahkan memanipulasi
persepsi, pandangan, dan pilihan politik
masyarakat.
Simamora (2014) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Bahasa Propaganda dalam Wacana Iklan
Politik Pemilihan Caleg 2014 (Kajian
Semantik)” menjelaskan bahwa
penggunaan teknik propaganda yang
digunakan para Caleg sangat berpengaruh
pada masyarakat. Unsur propaganda yang
digunakan setiap caleg maupun partai
sama-sama menggunakan bahasa yang
sederhana, mudah dipahami, bentuknya
subjektif dan sifatnya persuasi.
III. METODOLOGI
Penelitian ini mengkaji bahasa
pencitraan pada iklan politik Pilkada
tahun 2015 di Jawa Tengah. Satuan-
satuan masalah yang dikaji adalah
penggunaan bahasa pencitraan pada iklan
politik Pilkada Jawa Tengah tahun 2015.
Desain penelitian ini mengkonstruksi
format penelitian dan strategi untuk lebih
awal memperoleh data berupa
dokumentasi foto baliho/spanduk iklan
politik Pilkada 2015 di Jawa Tengah. Hal
ini bersesuaian pula dengan teknik
analisis data yang digunakan yaitu
analisis isi. Maka, peneliti melakukan
verifikasi atas data bahasa pencitraan
yang digunakan dalam iklan politik
Pilkada 2015.
Data penelitian ini berupa
penggalan wacana iklan politik Pilkada
yang diduga mengandung bahasa-bahasa
pencitraan yang terdapat pada baliho atau
spanduk calon bupati atau walikota di 21
kabupaten dan kota di Jawa Tengah.
Metode dan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah metode simak
dengan teknik simak bebas libat cakap,
teknik rekam, dan teknik catat. Tiga
tahapan analisis yang digunakan pada
penelitian ini yaitu 1) reduksi data,
penyajian data, dan gambaran simpulan
dan verifikasi.
Penyajian data merupakan sebuah
perakitan informasi secara terorganisasi
dengan baik sehingga mampu
menghasilkan gambaran simpulan dan
tindakan melalui kegaiatan menganalisis
teks dan konteks. Analisis teks merupakan
suatu proses analisis data teks, objek yang
diteliti merupakan struktur dari teks
mengenai kosakata, kalimat, proposisi,
maupun paragraf untuk menjelaskan dan
memaknai suatu teks. Teks yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah teks
yang terdapat pada wacana iklan politik
Pilkada di Jawa Tengah pada Tahun 2015
dengan menggunakan analisis wacana.
IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Topik pada bagian ini menyajikan
citra dan profil calon yakni gambaran
tentang sifat, karakteristik, kepribadian,
dan visi kepemimpinan yang
diidentifikaikan melalui kata, frasa, atau
kalimat tetentu untuk menggambarkan
profil calon.
Berikut ini topik yang berkaitan
dengan citra dan profil calon yang
terdapat pada iklan politik Pilkada Jawa
Tengah tahun 2015.
a. Ngayomi lan Ngayemi
Calon bupati dalam iklan politiknya
menyatakan dirinya sebagai figur yang
ngayomi (melindungi) dan ngayemi
(melayani). Dua kata yang sederhana
namun penuh makna yang dalam.
Pencitraan diri sebagai tokoh yang akan
dapat melindungi dan melayani
masyarakat merupakan citra diri yang
positif dan merupakan dambaan khalayak.
Tipe pemimpin seperti inilah yang
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 67
diharapkan oleh khalayak tampil
memimpin. Tema pencitraan diri ini
diyakinkannya sebagai salah satu langkah
menuju Kabupaten Boyolali yang
merdeka. Citra diri ini dibuat oleh calon
bupati Boyolali nomor urut 2.
Gambar 1 (Boyolali 2)
Iklan politik Pilkada ini memiliki
kesamaan makna dengan iklan politik
yang dibuat oleh calon Walikota
Surakarta yang memilih kalimat
“Pemimpin yang Melayani dan
Mengayomi”.
Gambar 2 (Kota Surakarta 2)
b. Sitik Omonge Akeh Kerjone
Sitik Omonge Akeh
Kerjone artinya sedikit bicara banyak
bekerja. Ini adalah slogan bagi para
pekerja keras yang tidak mengandalkan
kata-kata namun lebih pada bukti nyata
yaitu hasil kerja. Ungkapan ini digunakan
oleh paslon nomor urut 3 dari Kota
Semarang. Kalimat „Sitik Omonge Akeh
Kerjone‟ merupakan bahasa pencitraan
diri dari seorang calon walikota untuk
meyakinkan calon pemilih bahwa jika
dirinya terpilih sebagai Walikota
Semarang, maka akan lebih banyak
bekerja daripada berkata-kata.
Gambar 3 (Kota Semarang 3)
c. Aku Sing Ora Kelalen
Gambar 4 (Kab.Kebumen 3)
Penggunaan bahasa jawa untuk
menggambarkan citra dan profil calon
dimunculkan dalam iklan politik ini. “Aku
Sing Ora Kelalen” artinya saya yang
tidak lupa. Ini menggambarkan bahwa
jika terpilih nanti tidak akan melupakan
rakyat atau janji-janji kampanyenya.
d. Cerdas Berbudi Luhur
Citra diri “Cerdas Berbudi Luhur”
ditampilkan sebagai gambaran bagi calon
Bupati Klaten nomor urut 2. Cerdas
berbudi luhur menggambarkan bahwa
calon bupati tersebut cerdas namun
berhati baik. Cerdas artinya memiliki
keluasan wawasan sebagai modal menjadi
pemimpin daerah. Berbudi luhur juga
menjadi modal yang penting bagi seorang
pemimpin.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 68
Gambar 5 (Kab.Klaten 3)
e. Amanah
Penggunaan kata amanah dalam
iklan politik Pilkada untuk
menggambarkan citra diri dan profil calon
disini bermakna dapat dipercaya. Jadi,
calon bupati/walikota yang menggunakan
kata “Amanah” pada iklan politiknya
ingin mempertegas bahwa dirinya dapat
dipercaya sebagai pemimpin daerah. Pada
Pilkada 2015 di Jawa Tengah terdapat
beberapa daerah yang calon
bupati/walikotanya menggunakan kata
“Amanah” sebagai bahan kampanye
untuk pencitraan dirinya. Kabupaten/Kota
tersebut yakni sebagai berikut.
Iklan politik Pilkada di Kabupaten
Pemalang menggunakan kata “Amanah”
sebagai citra diri dari calon bupati nomor
urut 1. Pasangan calon bupati tersebut
menggunakan pencitraan diri dengan
memilih kata “Amanah”.
Gambar 6 (Kab.Pemalang 1)
Citra diri amanah juga ditunjukkan
oleh calon Bupati Kendal nomor urut 2
yang menggunakan kata amanah dengan
sifat kepemimpinan yang lainnya. Cita
diri tersebut berbunyi “Pemimpin
Amanah, Cerdas, Bertakwa, Berakhlak
Mulia”.
Gambar 7 (Kab.Kendal 3)
f. Muda,Nasionalis, Religius
Cita diri dan pofil berikutnya
adalah “Muda, Nasionalis, Religius”. Ini
adalah iklan profil calon Walikota
Surakarta nomor urut 1.
Gambar 8 (Kota Surakarta 1)
Pencitraan pada iklan politik
Pilkada di Jawa Tengah tahun 2015 dapat
pula dimaknai sebagai janji pasangan
calon kepada masyarakat calon pemilih.
Janji pasangan calon menjadi topik yang
sangat penting dalam sebuah iklan
kampanye Pilkada. Janji-janji iniah yang
di kemudian hari akan dilaksanakan oleh
sang pemimpinan daerah, atau jika tidak
dilaksanakan akan menjadi hal yang
ditagih oleh rakyat. Bahasa pencitraan
dalam konteks inilah yang diharapkan
mampu membangun citra positif dari diri
calon untuk layak dipilih sebagai
pemimpin daerah.
Janji pasangan calon
bupati/walikota yang dipublikasi dalam
iklan politik Pilkada Jawa Tengah tahun
2015 yang dapat dikategorikan sebagai
bahasa pencitraan diri antara lain sebagai
berikut.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 69
a. Ora Korupsi-Ora Ngapusi
Ora Korupsi-Ora Ngapusi artinya
tidak akan korupsi dan tidak berdusta.
Pencitraan ini dimuat pada iklan politik
Pilkada calon Bupati Pekalongan nomor
urut 1. Isi janji tersebut dapat dilihat pada
spanduk pada gambar 9 berikut ini.
Gambar 9 (Kab. Pekalongan 1)
b. Pro Investasi
Bahasa pencitraan lain yang
dimuat dalam iklan politik Pilkada adalah
janji untuk bersikap pro terhadap
investasi. Pro terhadap datangnya
penanam modal untuk kemajuan
pembangunan. Bahasa pencitraan berupa
janji ini terdapat pada iklan calon Bupati
Boyolali nomor urut 1.
Gambar 10 (Kab. Boyolali 1)
c. Sukoharjo Baru, Makmur Tenan
Bahasa pencitraan yang lain
bertema kemakmuran. Janji yang dimuat
dalam iklan politik di Kabupaten
Sukoharjo saat Pilkada 2015 adalah
menciptakan Sukoharjo yang benar-benar
makmur (Makmur Tenan) bukan sekadar
kata-kata atau keinginan saja. Janji ini
dibuat oleh calon Bupati Sukoharjo
nomor urut 2 yang mencitrakan hal positif
tentang rencana mewujudkan Sukoharjo
yang benar-benar makmur.
Gambar 11 (Kab. Sukoharjo 2)
d. Wonosobo Aman dan Sejahtera
Keamanan dan kesejahteraan juga
menjadi salah topik bahasa pencitraan
yang dimuat dalam iklan politik Pilkada
di Kabupaten Wonosobo oleh paslon
nomor urut 2. Dalam iklan tersebut
memuat kalimat berbunyi “Kerja Sepenuh
Hati Membangun Wonosobo Aman dan
Sejahtera”. Jadi, selain janji untuk
mewujudkan Wonosobo yang aman dan
sejahtera, calon bupati juga membangun
cita positif yakni jika dirinya terpilih akan
bekerja sepenuh hati. Dua bentuk janji
sekaligus pencitraan diri inilah yang
menjadi bahan kampanye pasangan calon
ini dalam Pilkada. Pernyataan dari janji
tersebut dapat dilihat pada gambar 12
berikut ini.
Gambar 12 (Kab. Wonosobo 2)
e. Pemimpine Kerjo, Rakyate Rejo
Pemimpine Kerjo, Rakyate Rejo artinya
jika pemimpinnya bekerja sungguh-
sungguh maka rakyatnya akan sejahtera.
Inilah janji dari calon Bupati Purworejo
nomor urut 1 untuk masyarakat, yakni
akan bekerja sungguh-sungguh demi
kemakmuran rakyatnya.
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018
“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 70
V. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa yakni terdapat
penggunaan bahasa pencitraan yang
dimuat pada iklan politik Pilkada Jawa
Tengah Tahun 2015 yakni citra diri calon
yang diwujudkan dengan kalimat
Ngayomi lan Ngayemi, Sitik Omonge
Akeh Kerjone, Aku Sing Ora Kelalen,
Cerdas Berbudi Luhur, Amanah, Muda-
Nasionalis-Religius, Ora Korupsi-Ora
Ngapusi, Pro Investasi, Sukoharjo Baru,
Makmur Tenan, dan Wonosobo Aman
dan Sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Asror, Abdul Ghoni .2015. “Bahasa
Pencitraan dalam Iklan
Kampanye Pilkada Kabupaten
Bojonegoro”. Jurnal Magistra
No. 92 Th. XXVII Juni 2015
Hasan, Kamaruddin. 2015. “Opini Publik
dan Pencitraan”. Handout
Komunikasi Politik
Kertanegara. 2013.“Gaya Retorika
Peserta Konvensi Presiden Partai
Demokrat dalam Membangun
Personal Branding melalui
Facebook”.Jurnal Communicare
Journal of Communication
Studies.Vol 2 No. 1 januari-Juni
2013.
Pinem, Kamarlin. 2014. “Kamuflase
Politik dalam Alat Peraga
kampanye”. Jurnal JUPIIS
Volume 6 No. 1 Juni 2014.
Simamora, Cut Medi Yanti. 2014.
“Penggunaan Bahasa Propaganda dalam
Wacana iklan Politik Pemilihan Caleg
2014 (Kajian Semiotik)”. Jurnal
Recommended