View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SINDIKASI
TERHADAP RASIO PROFITABILITAS (ROE)
DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF)
PADA BANK SYARIAH MANDIRI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
TIA MARTHA LAILATUSHOLIHAH
NIM : 1113085000018
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2017 M
vii
viii
ix
x
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Informasi Pribadi
Nama : Tia Martha Lailatusholihah
Alamat : Kampung Teladan, Desa Teluklada, RT.01, RW.01
Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Email : tiamartha96@gmail.com
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
2. Pendidikan Formal
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun Masuk Tahun Keluar
SD Teluklada 1 Pandeglang 2001 2007
MTs Mathla’ul Anwar Pandeglang 2007 2010
MA Mathla’ul Anwar Pandeglang 2010 2013
Perguruan
Tinggi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan
2013 2017
3. Pengalaman Organisasi
Tutor Bahasa di lembaga Latanza English Institute, periode 2016-2017
Ketua Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Pojok Bursa Pasar Modal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, periode 2015-2016
Ketua Bidang Marketing Pojok Bursa Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, periode 2014-2015
viii
Ketua Bidang Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan
Syariah, periode 2013-201
4. Training dan Reward
Peserta dan wisudawan angkatan 1 Youth Economis Leadership Program
(YELP) 2017, Bank Indonesia.
Peserta Asean University Youth Summit (AUYS) 2015, Kedah, Malaysia.
Peserta dan Juara ke-2 Youth Ecopreneur Indonesia 2014, Bogor-Indonesia.
5. Latar Belakang Keluarga
Ayah : Udwani, S.Pd.
Pekerjaan : PNS
Ibu : Esin Kuraesin, S.Tp.
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Saudara : Edwin Rismawan, S.E.
ix
THE EFFECT OF SYNDICATED FINANCING ON PROFITABILITY RATIO
AND NET PERFORMING FINANCING OF BANK SYARIAH MANDIRI
Tia Martha Lailatusholihah
ABSTRACT
This study aims to analyze the extent of the influence of Corporate Financing provided
by Bank Syariah Mandiri through Syndicated Financingof the Profitability Ratio
measured by the analysis of Return on Assets (ROE)and Net Performing of Finance
(NPF). In this thesis, the writer uses secondary data. The author obtainsthe data from the
financial report of Bank Syariah Mandiri as well as the report of the development of
Islamic Bank in OJK and Bank Indonesia. The method of data analysisthat is used is the
method of linear regression analysis. The method finds out the correlation between
independent variabel (Syndication Financing) and dependent variable (ROE & NPF).
Based on the results, this research shows that the syndicated financing has a negative
influence of Profitability Ratio (ROE) and sygnificant influence on profitability, yet it
has a significant positive effect on Net Performing Financing (NPF).
Keywords : Syndication Financing, Profitability Ratio, Net Performing Financing Ratio
x
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN SINDIKASI TERHADAP RASIO
PROFITABILITAS DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING
PADA BANK SYARIAH MANDIRI
Tia Martha Lailatusholihah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
Pembiayaan Korporasi yang diberikan Bank Syariah Mandiri melalui Pembiayaan
Sindikasi terhadap Rasio Profitabilitas yang diukur dengan analisis Return on Assets
(ROE) dan Rasio Net Performing Finance (NPF). Dalam penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan data sekunder, serta penulis mendapatkan data dari laporan keuangan
Bank Syariah Mandiri beserta laporan perkembangan Bank Syariah di OJK dan Bank
Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi
linear.Metode ini digunakan untuk mengetahui korelasi dan pengaruh antara variabel
bebas (Pembiayaan Sindikasi) dan variabel terikat (ROE dan NPF). Berdasarkan hasil
pengelolaan data, penelitian ini menunjukan bahwa Pembiayaan Sindikasi mempunyai
pengaruh negatif terhadap Rasio Profitabilitas (ROE), namun memiliki pengaruh positif
terhadap Net Performing Finance (NPF).
Kata Kunci : Pembiayaan Sindikasi, Rasio Profitabilitas (ROE), dan Rasio Net
Performing Finance (NPF).
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil al-„alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, zat yang maha pengasih dan penyayang yang telah
melimpahkan segala nikmat dan anugrah, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Pembiayaan Sindikasi Terhadap Rasio Profitabilitas dan Rasio Non
Performing Financing Pada Bank Syariah Mandiri” ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan penyusunannya berkat bimbingan, bantuan,
dorongan, dan doa dari berbagai pihak. Sehubungan dengan ini, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta ungkapan terimakasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta tetap
menuntun peneliti di jalan yang benar sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Orang tua tercinta, Bapak Udwani, S.Pd. dan Mamah Esin Kuraesin, S.Tp.
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang
tak pernah putus-putusnya untuk penulis.
3. Kakakku tersayang, Edwin, S.E., Najib Askar, S.Ked. serta Ulfah Nur
Fadilahyang telah meluangkan waktunya untuk menghibur penulis ketika
jenuh dalam mengerjakan skripsi danterus memberikan motivasi serta kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga Besar Bapak Sobari dan Bapak H. Ismail yang selalu memberikan
motivasi dan doa kepada penulis agar segera menyelesaikan perkuliahan
dengan baik.
5. Bapak Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat
berharga selama perkuliahan.
xii
6. Ibu Aini Masruroh, S.Ei., M.M. selaku Dosen Pembimbing Skripsi dengan
kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang berarti selama
penyelesaian skripsi. Semoga Allah membalas kebaikan Ibu selama ini.
7. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E.,M.B.A. selaku Ketua Jurusan
Perbankan Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
meluangkan waktunya untuk mendengarkan kesulitan beserta keluh kesah
dari penulis dan merekalah yang selalu memberikan motivasi dan saran-
saran yang bermanfaat.
8. Ibu Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan saran-saran
bermanfaat untuk penulis.
9. Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi pengetahuan dan
bantuan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan di kelas Perbankan Syariah angkatan 2013 yang
tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas empat tahun
kebersamaan dengan kalian merupakan hal luar biasa yang tidak akan
pernah saya lupakan. Semoga tali silaturahmi diantara kita tetap terjaga.
11. Teman-teman Latanza English Institute angkatan 2013 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu terimakasih karena selalu mendukung dan
menghibur penulis. Terima kasih saya ucapkan kepada Novia Siti Fauziyah
dan Sakinah Mawadah Rahmah selaku teman kamar yang tidak pernah
bosan dan lelah menemani penulis selama 3 tahun terakhir.
12. Sahabat-sahabat terbaik di Pasar Modal FEB angkatan 2013 khususnya
“Ciwi-ciwi Pasmode” yang telah memberikan motivasi dan hiburan kepada
penulis.
13. Semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberi dukungan sehingga selesainya penulisan skripsi ini.
xiii
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis
diterima oleh Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, besar harapan penulis
semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
setiap langkah kita.
Jakarta, 07 Apri 2015
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
ABSTRAK ................................................................................................................ x
KATA PENGANTAR ............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9
xv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11
A. Landasan Teori................................................................................... 11
1. Perbankan ............................................................................... 11
2. Bank Syariah .......................................................................... 12
3. Pengertian Pembiayaan .......................................................... 13
4. Landasan Syariah ................................................................... 16
5. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ............................................. 17
6. Jenis dan Produk Pembiayaan Syariah ................................... 19
7. Teori dan Konsep Pembiayaan Sindikasi ............................... 25
8. Rasio Profitabilitas ................................................................. 34
9. Non Performing Finance ........................................................ 41
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 50
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 53
D. Hipotesis ............................................................................................ 54
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 56
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 56
B. Jenis Penelitian................................................................................... 56
C. Objek Penelitian ................................................................................. 56
D. Variabel Penelitian ............................................................................. 57
E. Jenis Data dan Sumber Data ............................................................... 58
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 58
G. Metode Analisis Data .......................................................................... 59
xvi
BAB IV . ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 63
B. Laporan Perkembangan Pembiayaan BSM .......................................... 66
C. Analisis Data ......................................................................................... 72
D. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................. 78
BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 81
A. Kesimpulan ........................................................................................... 81
B. Saran-saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83
LAMPIRAN ........................................................................................................... 86
xvii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia .............................................. 2
Tabel 1.2 Perkembangan Pembiayaan Korporasi dan Sindikasi BSM ................... 6
Tabel 2.1 Produk-produk Pembiayaan Perbankan Syariah .................................. 25
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing ..................... 44
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................ 50
Tabel 2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 61
Tabel 3.1 Pedoman untuk memberikan interpretasikeofisien korelasi .................. 62
Tabel 4.1 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri .............................. 66
Tabel 4.2 Perkembangan Pembiayaan Sindikasi BSM ......................................... 68
Tabel 4.3 Perkembangan ROE Bank Syariah Mandiri .......................................... 69
Tabel 4.4 NPF Bank Syariah Mandiri tahun 2010-2015 ....................................... 71
Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi Rasio Profitabilitas (ROE) ......................... 71
Tabel 4.6 Uji Anova Rasio Profitabilitas (ROE) ................................................... 73
Tabel 4.7 Uji Koefisisen Regresi Rasio Profitabilitas (ROE) ............................... 74
Tabel 4.8 Uji Koefisien Determinasi Non Performing Financing ....................... 75
Tabel 4.9 Uji Anova Non Performing Financing .................................................. 76
Tabel 4.10 Uji Koefisien Regresi Non Performing Financing .............................. 77
Tabel 5.1 Perkembangan Pembiayaan Sindikasi, ROE dan NPF ......................... 80
xviii
DAFTAR GRAFIK
No Keterangan Halaman
Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri ............................. 66
Grafik 4.2 Perkembangan Pembiayaan Sindikasi BSM ........................................ 68
Grafik 4.3 Pertumbuhan ROE Bank Syariah Mandiri ........................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan
dana dari dan kepada masyarakat atau sebagai lembaga perantara keuangan.
Perbankan Syariah merupakan unit sistem ekonomi Islam yang beroperasi dengan
doktrin dan larangan terhadap praktik riba. Perbankan Syariah memiliki peran
strategis dalam meningkatkan kesejahteraan umat, melalui proses intermediasi
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana maupun penyadiaan jasa keuangan
lainnya, berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan
konvensional tidak stabil karena sistem moneter dan memerlukan biaya yang
begitu besar untuk mempertahankannya, perbankan syariah justru mampu
menyelamatkan sebagian ekonomi umat. Kemampuan survival perbankan syariah
dalam era krisis, telah menarik banyak perhatian para banker konvensional yang
kemudian membuka kantor-kantor cabang bank Islam. (Veithzal Rifai, 2008).
Sebagai sebuah lembaga keuangan yang masih relatif baru, keberadaan
bank syariah merupakan keberhasilan dan kebanggan tersendiri bagi umat Islam
yang konsisten melaksanakan ajaran agama. (Muhammad, 2005)
Setelah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
2
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Setelah 25 tahun Undang-Undang Perbankan Syariah lahir yaitu UU No.7
tahun 1992, perkembangan bank syariah di Indonesia cukup membahagiakan.
Sampai akhir 2015 menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), paling tidak
ada 12 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Jumlah Bank Umum Konvensional
yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Jika ditotal jumlah kantor BUS dan
UUS adalah 2.448 dengan total tenaga kerja BUS dan UUS sebanyak 42.721.
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Indikator 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
11
1.745
11
1.998
12
2.151
12
1.990
Unit Usaha Syariah
Jumlah UUS
Jumlah Kantor
24
517
23
590
22
320
22
311
Sumber : OJK Statistik Perbankan Syariah, Desember 2015
Secara historis pertumbuhan perbankan syariah cukup pesat, namun masih
jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan perbankan konvensional. Sampai
akhir 2015, total aset perbankan syariah baru mencapai Rp296.262,- miliar
sedangkan total aset perbankan konvensional sudah mencapai Rp6.218.768,-
miliar. Ini berarti pangsa pasar perbankan syariah hanya 4,8%. Dalam hal
3
menyalurkan pembiayaan, perbankan syariah di Indonesia per Desember 2015,
telah menyalurkan pembiayaan mencapai Rp212,99,- triliun atau naik 6,86%
secara tahunan dari tahun sebelumnya Rp199,33,- triliun. Jumlah pembiayaan
didominasi oleh pembiayaan murabahah dibanding dengan akad lainnya mencapai
57%. Apabila disandingkan dengan profit yang diperoleh yaitu sebesar Rp977,-
miliar menurun dari tahun sebelumnya yaitu Rp1.039,- miliar dengan nilai Net
Performing Financing sebesar 3,19% yang menurun dari tahun sebelumnya yaitu
3,40%. Dengan total aset Rp201.348,- miliar, sedangkan total kredit yang
disalurkan perbankan konvensional sebesar Rp3.903.936,- miliar sampai dengan
Desember 2015 (Sumber, SPS Juni 2015).
Dari data dan keterangan tersebut, nampak bahwa selama 25 tahun yaitu
sejak perbankan syariah didirikan tahun 1992 telah cukup berkembang dengan
pencapaian aset dan penyaluran pembiayaan yang terus mengalami kenaikan
meskipun tak sebanding dengan bank umum konvensional.
Salah satu faktor yang dapat mempercepat pertumbuhan industri
perbankan adalah strategi manajemen bank dalam menyalurkan pembiayaan.
Penyaluran pembiayaan sebagai core business perbankan syariah merupakan hal
yang penting dan utama dalam kegiatan operasional. Melalui kegiatan
pembiayaan, bank dapat menghasilkan profitabilitas serta mengembangkan
usahanya.
Tujuan dari pembiayaan tidak hanya sekedar peningkatan pada aspek
profit saja, melainkan juga pada aspek kemanfaatan, sehingga tujuan pembiayaan
4
bank, karyawan, masyarakat (baik debitur maupun pemilik dana) pemerintah dan
bagi bank yang bersangkutan.
Salah satu strateginya adalah mengembangkan pembiayaan ke sektor
korporasi. Pembiayaan sektor korporasi yang relative jumlahnya besar akan
memberikan peluang keuntungan yang besar, namun di sisi lain juga mengandung
risiko yang besar (high risk high return), maka salah satu strategi yang dapat
dilakukan perbankan syariah agar lebih aman memasuki sektor korporasi tersebut
adalah dengan menerapkan pembiayaan sindikasi (sindication financing).
Menurut Hasanuddin Rahman (1998), menyatakan kredit sindikasi atau
pinjaman sindikasi adalah pinjaman yang diberikan oleh dua atau lebih lembaga
keuangan dengan persyaratan dan kondisi yang serupa, menggunakan
dokumentasi yang umum dan ditata usahakan oleh suatu agent bank, disusun oleh
arrange yang bertugas dan bertanggung jawab mulai dari proses solisitasi
(permintaan pinjaman) nasabah sampai dengan proses penandatanganan perjanjian
kredit.
Pembiayaan sindikasi akan mendorong perbankan syariah meningkatkan
pembiayaan dengan nominal besar yang pada gilirannya akan menghasilkan profit
yang besar (profit motives). Dari pembiayaan sindikasi ini diharapkan perbankan
syariah dapat meraih laba yang besar. Sesuai dengan asumsi yang disampaikan
oleh Kasmir (2005) bahwa besarnya jumlah kredit yang akan disalurkan akan
menentukan besarnya laba, begitupun sebaliknya.
5
Menurut Agustianto, pembiayaan sindikasi merupakan bagian penting
dari upaya pengembangan produk-produk pembiayaan perbankan syariah. Bank-
bank syariah yang selama ini belum banyak mengembangkan produk sindikasi
perlu melakukan diversifikasi produknya ke pembiayaan sindikasi dalam
merespon perkembangan bisnis korporasi yang sedang tumbuh dan menangkap
peluang pembiayaan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana
pembiayaan korporasi dan infrastruktur sangat besar. Ungkapan Agustianto
(Wakil Sekjen MES Pusat dan Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia
(IAEI) menarik untuk dikutip.
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank yang sangat antusias
dalam mendukung penyaluran pembiayaan korporasi, BSM menyalurkan
pembiayaan yang sehat melalui pembiayaan sindikasi syariah dan club deal serta
membangun agensi professional yang dapat memberi kontribusi kepada
pertumbuhan fee based income BSM. BSM diharapkan dapat menjadi penggerak
pembiayaan sindikasi bagi perbankan syariah di Indonesia.
6
Tabel 1.2
Perkembangan Pembiayaan Korporasi dan Sindikasi BSM
Periode 2011-2015
Tahun Korporasi (Miliar) Sindikasi ( Miliar (%) )
2010 Rp8.000,- Rp647,- (8.42%)
2011 Rp14.510,- Rp724,- (4,98%)
2012 Rp10.000,- Rp1109,- (11,08%)
2013 Rp12.410,- Rp1620,- (13,05%)
2014 Rp15.630,- Rp2770,- (17,72%)
2015 Rp16.850,- Rp4480,- (26,5%)
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
BSM menyalurkan pembiayaan sindikasi selama 2011 dengan
pertumbuhan sebesar Rp77,- miliar yang semula Rp647,- miliar di tahun 2010
menjadi Rp724,- miliar di tahun 2011.
BSM menyalurkan pembiayaan sindikasi selama 2012 dengan
pertumbuhan sebesar Rp385,- miliar atau 53% semula Rp724,- miliar di tahun
2011 menjadi Rp1.109,- miliar di tahun 2012.
BSM menyalurkan pembiayaan sindikasi selama 2013 dengan
pertumbuhan sebesar Rp519,- miliar atau 46,80% semula Rp1,10,- triliun di
tahun 2012 menjadi Rp1,62,- triliun di tahun 2013.
Pembiayaan Sindikasi pada 2014 sebesar Rp2,77,- triliun dengan jumlah
nasabah sebanyak 21 perusahaan. Selama 2014, BSM berhasil menyalurkan
pembiayaan sindikasi, clubdeal, dan bilateral (sebagai underwriter) dengan
7
pertumbuhan sebesar Rp1,14,- triliun atau 110,82% semula Rp 1,6,- triliun pada
2013 dengan pendapatan FBI sebesar Rp42,- miliar. Tiga sektor industri terbesar
pada portfolio pembiayaan sindikasi adalah sektor perdagangan besar sebesar
Rp554,- miliar atau 20%, agribisnis sebesar Rp487,5,- miliar atau 18%, dan
transportasi laut sebesar Rp481,3,- miliar atau 17%.
Komposisi pembiayaan korporasi pada tahun 2015 dalam tiga kategori
sektor besar antara lain: sektor jasa dunia usaha sebesar Rp4,90,- triliun atau
9,60%, sektor perdagangan sebesar Rp6,21,- triliun atau 12,15% dan sektor
industri sebesar Rp4,48,- triliun atau 8,76%.
Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri serius menjalankan
program pembiayaan sindikasi.
Pembiayaan sindikasi ini merupakan program pembiayaan dalam skala
besar maka diharapkan laba yang akan diperoleh juga akan sama besarnya, dan
tidak memberikan pengaruh pembiayaan kredit macet pada bank tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul :
“Analisis Pengaruh Pembiayaan Sindikasi Terhadap Rasio
Profitabilitas (ROE) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Pada
Bank Syariah Mandiri”
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, skripsi ini diharapkan dapat
menjawab beberapa pertanyaan, adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut
:
a. Apakah Pembiayaan Sindikasi berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROE)
pada Bank Syariah Mandiri?
b. Apakah Pembiayaan Sindikasi berpengaruh terhadap Rasio Non
Performing Financing (NPF) pada Bank Syariah Mandiri?
c. Variabel manakah diantara ROE dan NPF yang lebih dipengaruhi oleh
Pembiayaan Sindikasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
penelitian ini dilakukan untuk beberapa tujuan sebagai berikut :
1) Menganalisis dan mengukur apakah pembiayaan korporasi industri besar
melalui pembiayaan sindikasi berpengaruh terhadap tingkat rasio
profitabilitas (ROE).
2) Menganalisis bagaimana pengaruh pembiayaan korporasi industri besar
melalui pembiayaan sindikasi terhadap Rasio Non Performing Financing
(NPF).
3) Mengetahui diantara ROE dan NPF mana yang lebih dipengaruhi oleh
Pembiayaan Sindikasi.
D. Manfaat Penelitian
9
Dalam Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak terkait, diantaranya adalah :
1) Manfaat bagi pihak penulis. Penelitian ini dapat memberikan
pengetahuan langsung mengenai penyaluran pembiayaan korporasi
industri besar melalui sindikasi program dan bagaimana
perkembangannya saat ini.
2) Manfaat bagi perbankan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian pembiayaan industri dalam
skala besar yang tepat dan akan bermanfaat untuk meningkatkan peran
intermediasi bank, khususnya dalam menyediakan pembiayaan bagi
masyarakat usaha mikro.
3) Bagi pihak nasabah sindikasi baik berupa badan usaha swasta atau
BUMN, penelitian ini akan bermanfaat untuk memberikan informasi
mengenai prospek perkembangan pembiayaan sektor industri dari
perbankan.
4) Manfaat bagi pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi
atau masukan dalam pemberian pembiayaan industri melalui pembiayaan
sindikasi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perbankan
Bank berasal dari kata italia banco yang artinya bangku. Bangku
inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
popular menjadi bank. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa-jasa bank lainnya. (Hasan, 2014).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan disebutkan bahwa
definisi bank adalah badan usaha yang menghimoun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Sedangkan jenis bank berdasarkan kegiatan
operasionalnya, bank menganut dual system atau sistem perbankan ganda
yaitu perbankan konvensional yang melaksanakan kegiatan usaha secar
konvensional dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, dan perbankan syariah yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
11
Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary (Susilo, 2000).
2. Bank Syariah
a. Definisi Bank Syariah
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Sedangkan yang dimaksud bank syariah adalah bamk yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat
syariah (UU Nomor 21 tahun 2008).
Berbeda dengn bank konvensional yang menggunakan prinsio
bunga, bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil, hal ini berdasarkan
dasar hukum Islam tentang larangan riba, yang terdapat pada (Q.S Ali
Imran Ayat 130) sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan”
12
b. Sistem Opersional Bank Syariah
Menurut Rizal Yaya, dkk, (2009) sistem operasional bank syariah
dapat digambarkan dalam mekanisme atau skema alur sebagai berikut :
Gambar 2.1
Skema Sistem Operasional Bank Syariah
4. Menyalurkan Pendapatan 3. Menerima
pendapatan
Bagi hasil/bonus Bagi hasil, margin, fee
Sumber : Manajemen operasional Bank Syariah (Yusuf,2009)
3. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan istilah yang digunakan oleh lembaga pembiayaan
seperti bank syariah dalam melakukan financing, yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan
sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Kamus perbankan mendefinisikan
Nasabah
pemilik
dan
Penitip
dana
BANK
SYARIAH
Sebagai
pengelola
dana/penerima
dana titipan
Sebagai pemilik
dana/penjual/pe
mberi sewa
Sebagai penyedia
jasa keuangan
1. Menghimpun
dana
Penyaluran dana
Penyaluran Jasa
Nasabah mitra,
pengelola investasi,
pembeli,penyewa, instrumen
penyaluran dana lain yang
dibolehkan
13
pembiayaan sebagai pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindar untuk
mendapat barang atau jasa dengan tujuan memperoleh manfaat, seperti penjualan
untuk memperoleh pendapatan (Bank Indonesia, 1999). Sedangkan menurut
M.Syafi’i Antonio (2001) menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk mempertemukan pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana dengan begitu kegiatan
penyaluran pembiayaan mempunyai peran penting bagi perbankan syariah karena
apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara dana
yang telah terhimpun dari Shahibul Maal terus bertambah, maka akan terdapat
banyak dana yang mengaggur (iddle money), hal itu akan mempengaruhi
pendapatan dari margin atau bagi hasil. Oleh karena itu pembiayaan merupakan
komponen utama bagi kelangsungan aktivitas perbankan (Muhammad, 2005)
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1992, yang dimaksud dengan pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu ditambah dengan sejumlah harga, imbalan atau pembagian hasil.
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan :
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
14
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) No. 21
Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan
istishna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang dan qardh.
Dalam pengelolaan dana yang dilakukan oleh lembaga keuangan harus
dilakukan dengan penuh ketelitian. Hal ini ditujukan agar dalam proses
pengelolaan dana oleh pengelola (peminjam) dapat terkontrol dengan baik dan
juga untuk meminimalisir terjadiinya kerugian-kerugian seperti kredit macet.
Dengan demikian, maka sebuah lembaga keuangan harus memiliki tiga aspek
penting dalam pembiayaan, yakni aman, lancar dan menguntungkan.
a. Aman, yaitu keyakinan bahwa dana yang telah disalurkan kepada
masyarakat dapat ditarik kembali sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati.
15
b. Lancar, yaitu keyakinan bahwa dana tersebut dapat berputar oleh
lembaga keuangan dengan lancar dan cepat.
c. Menguntungkan, yaitu perhitungan dan proyeksi yang tepat.
4. Landasan Syariah
a. Al Qur’an
Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. Annisa: 29).
Artinya : ”Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.” (Q.S. Shad : 24).
16
b. Alhadist
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya Allah SWT
berfirman : “Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah
satunya tidak menghianati temannya,” (H.R. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab
Al Buyu dan Hakim).
5. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
a. Tujuan Pembiayaan
Menurut Yusuf (2009), tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan
ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat
dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak di bidang
industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja
dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Sedangkan menurut Muhammad (2004), tujuan pembiayaan adalah
meningkatkan kesejahteraan bersama melalui kegiatan ekonomi yang
menaruh perhatian pada nilai-nilai dan kaidah-kaidah muamalat syari’iyah
yang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian dan untuk
memenuhi stakeholder yaitu :
1) Pemilik : Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik
mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang
ditanamkan pada lembaga keuangan tersebut.
17
2) Pegawai : Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh
kesejahteraan dari lembaga keuangan yang dikelolanya.
3) Masyarakat pemilik dana : Sebagai pemilik dana mereka
mengharap keuntungan dari dana yang diinvestasikannya.
4) Debitur ysng bersangkutan : Bagi mereka yang membutuhkan
dana terbantu dengan penyediaan dana baginya guna
menjalankan usahanya atau terbantu untuk mengadakan barang
produksi.
5) Masyarakat umumnya (konsumen) : Mereka akan mendapat
barang yang diinginkan dengan adanya pembiayaan yang
disalurkan kepada para pengusaha.
6) Pemerintah : Pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembangunan negara, disamping itu akan diperoleh pajak
(berupa pajak penghasilan atas keuntungan lembaga keuangan
dan juga perusahaan-perusahaan).
7) Lembaga keuangan (Bank atau BMT): Bagi lembaga keuangan
yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan
diharapkan dapat meneruskan dan mengembangkan usaha agar
tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga makin
banyak masyarakat yang dilayani.
b. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan
18
bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang aman, diantaranya :
a) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
b) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh bank konvensional.
c) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui
pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
6. Jenis dan Produk Pembiayaan Syariah
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dikelompokan menurut
beberapa aspek, diantaranya :
a. Pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya, dibedakan menjadi :
1) Pembiayaan Modal Kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan
untuk memberikan modal usaha seperti antara lain pembelian
bahan baku atau barang yang akan diperdagangkan.
2) Pembiayaan Investasi, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
modal usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian
barang modal berupa aktiva tetap/ investaris.
19
3) Pembiayaan Konsumtif, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan
perseorangan.
b. Pembiayaan berdasarkan jangka waktu dibedakan menjadi :
1) Pembiayaan dengan jangka waktu pendek umumnya dibawah 1
tahun
2) Pembiayaan dengan jangka waktu menengah umumnya sama
dengan 1 tahun
3) Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1
tahun sampai dengan 3 tahun.
4) Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam kasus
yang tertentu seperti untuk pembiayaan investasi perumahan,
atau penyelamatan pembiayaan.
c. Pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua macam jenis yaitu : pembiayaan produktif dan
pembiayaan konsumtif (Muhammad Syafi’i Antonio : 2001)
1) Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk
meningkatkan usaha produksi, perdagangan, maupun industri.
2) Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.
20
Menurut Ascarya (2007), produk-produk pembiayaan pada bank
syariah dalam bentuk pembiayaan menggunakan empat pola yang
berbeda yaitu sebagai berikut :
d. Pembiayaan dengan pola bagi hasil, untuk jenis pembiayaan dengan
pola ini meliputi:
1) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku
pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku (mudharib)
yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola
suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari
penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah
yang disepakati.
Akad mudharabah digunakan oleh bank untuk
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permodalan bagi nasabah
guna menjalankan usaha atau proyek dengan cara melakukan
penyertaan modal bagi usaha atau proyek yang bersangkutan.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan menggunakan prinsip syariah dengan akad
musyarakah, yaitu kerja sama dari dua pihak atau lebih untuk
menjalankan suatu usaha tertentu. Kedua pihak memberikan
konstribusi dana dan keahlian, serta memperoleh bagi hasil
21
keuntungan dan kerugian sesuai kesepakatan yang tercantum
dalam akad.
e. Pembiayaan dengan pola jual-beli, untuk jenis pembiayaan dengan
pola ini meliputi :
1) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan menggunakan prinsip syariah dengan akad
murabahah, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada seluruh
anggota masyarakat dengan sistem jual beli. Dalam hal ini
nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, harga jual
bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang
disepakati dan tercantum dalam akad.
2) Pembiayaan Salam
Pembiayaan jual-beli di mana barang yang diperjual-
belikan belum ada. Pembayaran barang dilakukan di awal oleh
bank namun penyerahan barang dilakukan secara tangguh
karena memerlukan proses pengadaannya. Setelah barang
diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya kepada
pembeli yang telah memesan sebelumnya. Hal ini disebut salam
paralel karena melibatkan pemesan dan bank, serta bank dan
pelaksana yang bertanggung jawab atas realisasi pesanan
tersebut.
22
f. Pembiayaan dengan pola sewa, untuk jenis pembiayaan dengan pola
ini meliputi :
1) Pembiayaan Ijarah
Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
No.09/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah adalah akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian
dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya
pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada
penyewa.
2) Ijarah Muntahiya Bitamlik
Ijarah Muntahiya Bitamlik yaitu suatu transaksi sewa
menyewa dimana terdapat pilihan bagi penyewa untuk memiliki
barang yang disewa diakhir masa sewa melalui mekanisme sale
and lease back ijarah muntahiyyah bit-tamlik di beberapa negara
menyebutkan sebagai ijarah wa iqtina’ yang artinya sama juga
yaitu sewa menyewa dan setelah itu diakuisisi oleh penyewa
(finance lease).
23
Tabel 2.1
Produk-Produk Pembiayaan Perbankan Syariah
No Produk Pembiayaan Prinsip
1 Modal Kerja Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah, Salam
2 Investasi Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah, Istishna, Ijarah, Ijarah
Muntahiya Bitamlik
3 Pengadaan barang
investasi, aneka barang
Murabahah, Ijarah Muntahiya
Bitamlik, Musyarakah
Mutanaqisah
4 Perumahan/ Properti Murabahah, Ijarah Muntahiya
Bitamlik, Musyarakah
Mutanaqisah
5 Proyek Mudharabah, Musyarakah
6 Ekspor Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah
7 Produk
Agribisnis/sejenis
Salam, Salam parallel
8 Manufaktur/ konstruksi Istishna, Istishna Paralel
9 Penyertaan Musyarakah
10 Surat Berharga Mudharabah, Qardh
Sumber : Akad dan Produk Bank Syariah (Ascarya. 2007)
7. Teori dan Konsep Pembiayaan Sindikasi
Peranan perbankan sebagai lembaga keuangan tidak terlepas dari
masalah kredit atau pembiayaan, oleh karena itu pengelolaan pembiayaan
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya (Kasmir : 2005). Dalam rangka
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dalam memperluas penyaluran
pembiayaan, maka pemerintah membuat kebijakan sindikasi.
24
a. Pengertian Pembiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi (al-tamwil al-mashrifi al-mujamma') adalah
akad antara beberapa lembaga keuangan, baik antar sesama lembaga
keuangan syariah maupun antar lembaga keuangan syariah dengan lembaga
keuangan konvensional, dalam rangka membiayai proyek tertentu secara
bersama-sama.
Pembiayaan sindikasi antara sesama lembaga keuangan syariah atau
antara satu dan/atau sejumlah lembaga keuangan syariah dengan satu
dan/atau sejumlah lembaga keuangan konvensioanl boleh dilakukan dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam FatwaDewan Syari’ah
NasionalNomor 91/Dsn-Mui/Iv/2014tentangPembiayaan Sindikasi (Al-
Tamwil Al-Mashrifi Al-Mujamma„).
b. Ciri-ciri Utama Pembiayaan Sindikasi
Ada beberapa ciri-ciri utama dari suatu pembiayaan sindikasi yang
perlu diketahui. Ciri-ciri tersebut adalah :
1) Terdiri atas lebih dari satu pemberi pembiayaan sindikasi
2) Jumlah pembiayaan sindikasi yang cukup besar
3) Jangka waktu pada umumnya pembiayaan sindikasi berjangka waktu
menengah (medium term) atau berjangka waktu panjang (long-term).
4) Tanggung jawab dari masing-masing bank peserta dalam sindikasi
tidak bersifat tanggung renteng. Artinya, masing-masing bank peserta
hanya bertanggung jawab untuk bagian jumlah pembiayaan yang
25
menjadi komitmennya. Tanggung jawab dari masing-masing bank di
dalam sindikasi tidak merupakan tanggung jawab dimana suatu bank
menjamin bank lainnya.
5) Dokumentasi pembiayaan (loan documentation) yang sama bagi
semua peserta sindikasi merupakan ciri yang penting dari suatu
pembiayaan sindikasi. Untuk mencapai keseragaman dalam
pelaksanaannya di antara bank-bank peserta sindikasi, maka
ditunjuklah satu bank diantara bank-bank peserta sebagai agen (agent
bank) untuk bertindak sebagai kuasa dari bank-bank peserta sindikasi
dengan tugas mengadministrasikan pembiayaan tersebut setelah
perjanjian pembiayaannya ditandatangani.
6) Publisitas ciri lain yang membedakan antara pinjaman bilateral dengan
pembiayaan sindikasi adalah keharusan bagi pembiayaan sindikasi itu
untuk dipublikasikan (diketahui oleh umum). Publisitas ini dilakukan
setelah perjanjian pembiayaan sindikasi ditandatangani.
c. Jenis- jenis Pembiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi dibedakan dalam tiga jenis yaitu sebagai
berikut:
1) Sindikasi Murni: Pada sindikasi murni, calon nasabah mengajukan
permohonan pembiayaannya kepada satu bank/lembaga pembiayaan.
2) Club Deal (Club loan): Calon nasabah mengajukan permohonan
pembiayaannya kepada beberapa bank/ lembaga pembiayaan.
26
3) Kombinasi antara Sindikasi Murni dengan Club Deal: Dalam hal ini
nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada satu
bank/lembaga pembiayaan. Selain itu, calon nasabah juga
mengadakan pendekatan kepada beberapa calon peserta/anggota
sindikasi.
Pada dasarnya terdapat dua pihak dalam sindikasi, yaitu pihak nasabah
yang dapat berupa badan usaha swasta atau BUMN. Sementara itu, pihak
pemberi pinjaman terdiri dari beberapa bank/lembaga pembiayaan.
d. Ketentuan Akad antar Sesama Peserta Sindikasi
Akad antara sesama peserta sindikasi dapat berupa :
1) Akad Mudharabah: Para peserta sebagai pihak yang menyertakan
modal (shahibul mal) dan pihak Leader (Mudharib) hanya
menyertakan modal dalam bentuk keahlian/keterampilan usaha, tidak
ikut berpartisipasi dalam penyertaan modal (ra`sul mal).
2) Akad Musyarakah: Peserta dan Leader ikut berpartisifasi dalam
pengumpulan modal (ra`sul mal), dan di antara syarik ditunjuk
(melalui kesepakatan) sebagai Leader. Leader berhak memperoleh
pendapatan/penghasilan tambahan dengan akad tersendiri karena
kedudukannya sebagai pengelola.
3) Akad Wakalah: Peserta sebagai muwakkil dan Leader berkedudukan
sebagai wakil. Dalam hal akad yang dilakukan akad Wakalah bil
Ujrah, maka wakil berhak mendapatkan ujrah
27
e. Ketentuan Akad antara Entitas Sindikasi dengan Nasabah
Akad antara Entitas Sindikasi dengan Nasabah dapat berupa:
1) Akad jual-beli (al-bai'), baik jual-beli musawamah (bai' al-
musawamah); di mana harga ditentukan berdasarkan proses tawar-
menawar, jual-beli murabahah (bai' al-murabahah), jual-beli salam
(bai' al-salam) atau jual beli salam pararel (bai' al-salam al-muwazi),
jual-beli istishna' (bai' al-istishna') atau jual-beli istishna' pararel (bai'
al-istishna' al-muwazi);
2) Akad sewa menyewa (ijarah) atau akad sewa-menyewa yang diakhiri
dengan pengalihan kepemilikan obyek sewa (al-ijarah al-muntahiyah
bi al-tamlik);
3) Akad kerjasama usaha di mana semua pihak menyertakan modal
usaha (musyarakah tsabitah) atau akad kerjasama usaha di mana
semua pihak menyertakan modal usaha dan modal Entitas Sindikasi
dialihkan secara berangsur kepada nasabah lain (musyarakah
mutanaqishah);
4) Akad kerjasama usaha pertanian: a) muzara'ah, b) mukhabarah,
c) mugharasah, dan d) musaqah.
f. Ketentuan terkait rekening dan dokumen akad
1) Dalam hal sindikasi dilakukan sesama Lembaga Keuangan Syariah,
maka rekening, dokumen kontrak serta dokumen-dokumen pendukung
lainnya boleh diadministrasikan/disusun dalam satu dokumen;
28
2) Dalam hal sindikasi dilakukan antara Lembaga Keuangan Syariah
dengan Lembaga Keuangan Konvensional, maka harus menggunakan
rekening yang terpisah dan dibuatkan dokumen induk (perjanjian
bersama) yang kemudian dibuat dokumen untuk Lembaga Keuangan
Syariah tersendiri; dan dibuat pula dokumen khusus untuk Lembaga
Keuangan Konvensional secara tersendiri.
g. Manfaat Pembiayaan Sindikasi
Menurut Agustianto Wakil Sekjen MES Pusat dan Ketua Ikatan Ahli
Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) mengatakan bahwasanya “Bank-bank
syariah harus mengembangkan strategi sindikasi agar bisa masuk ke sektor
usaha korporasi yang establish, karena pembiayaan sindikasi sangat
menguntungkan, diantaranya :
Pertama, sindikasi merupakan bagian penting dari upaya
pengembangan produk-produk pembiayaan Perbankan Syariah. Bank-bank
syariah yang selama ini belum banyak mengembangkan produk sindikasi
perlu melakukan diversifikasi produknya ke pembiayaan sindikasi. Dalam
meresponi perkembangan bisnis corporate yang sedang tumbuh dan
menangkap peluang pembiayaan infrastruktur, bank-bank syariah
seharusnya mengembangkan pembiayaan sindikasi. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan dana pembiayaan korporasi dan infrastruktur sangat
besar.
Kedua, mengatasi ketentuan Legal Lending Limit atau Batas
Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Modal bank-bank syariah yang
29
relative kecil, membatasi besarnya kucuran pembiayaan meskipun bank
syariah memiliki BMPK sebesar 30 persen. Dengan pembiayaan sindikasi,
kapasitas penawaran pembiayaan Perbankan Syariah bisa lebih besar.
Ketiga, akselerasi pertumbuhan asset dan laba Perbankan Syariah.
Sindikasi akan mendorong Perbankan Syariah meningkatkan pembiayaan
dengan nominal besar yang pada gilirannya akan menghasilkan profit yang
besar (profit motives). Jadi, makin besar pembiayaan makin besar pula aset
bank syariah. Dari pembiayaan sindikasi ini diharapkan Perbankan Syariah
dapat meraih laba yang besar.
Keempat, meningkatkan sinergi dan kerjasama kemitraan di antara
bank-bank syariah. Sindikasi akan meningkatkan kerjasama bank-bank
syariah untuk secara bersama-sama mengembangkan industri Perbankan
Syariah. Bank-bank syariah bisa menggunakan Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (ASBISINDO) untuk mengembangkan pembiayaan sindikasi atau
membentuk semacam forum sindikasi syariah.
Kelima, meningkatkan Fee Based Income (pendapatan yang berasal
dari ujrah/fee), seperti arrangerfee,praecipium fee,
participation fee, underwriting fee, commitment fee, agency fee, dll.Banyak-
nya jenis fee (ujrah) dalam pembiayaan sindikasi, akan secara signifikan
meningkatkan FBI bagi bank-bank syariah.
Keenam, agar bank-bank syariah dikenal luas di pasar sindikasi, bagi
sebagian bank syariah adalah sulit untuk masuk ke dalam suatu
pembiayaan sindikasi terutama apabila tidak mempunyai pengalaman
30
sindikasi ditambah kondisi dana perbankan syariah yang masih terbatas.
Poin ini semakin penting ketika bank-bank syariah diajak oleh bank
konvensional untuk bersindikasi. Dengan bergabungnya bank syariah
kepada sebuah sindikasi dengan bank konvensional, maka bank-bank
syariah akan semakin dikenal di pasar sindikasi.
Ketujuh, mendiversifikasi portfolio pembiayaan. Umumnya
pembiayaan bank syariah ditujukan untuk Sektor Usaha Kecil dan
Menengah (UKM). Data Bank Indonesia selalu menunjukkan bahwa lebih
dari 70 % pembiayaan bank syariah, disalurkan ke sektor UKM. Sindikasi
bisa menjadi alternatif untuk mengalirkan pembiayaan bank syariah ke
sektor korporasi. Sehingga dana masyarakat yang ditempatkan di bank
syariah, tidak terus menerus untuk usaha individu yang mikro dan kecil,
tetapi juga diinvestasikan ke dalam usaha skala besar, sektor produktif yang
menguntungkan.
Kedelapan, meminimalisasi risiko pembiayaan. Analisis pembiayaan
sindikasi (financing analyst) dilakukan lebih matang dan komprensif dan
dilakukan secara bersama-sama (kolektif). Sehingga manajemen risiko
dapat terkelola dengan baik. Risiko juga akan ditanggung bersama dan
terdistribusi (risk sharing) sesuai porsi masing-masing bank syariah.
Kesembilan, pembiayaan sindikasi dapat menjadi sarana promosi bagi
bank-bank syariah. Pembiayaan sindikasi syariah yang relative besar,
biasanya akan dipublikasikan oleh media massa. Sehingga menjadi sarana
promosi gratis bagi bank-bank syariah.
31
Kesepuluh, pembiayaan sindikasi dapat menarik dana investasi asing.
Sindikasi bisa melibatkan bank-bank mancanegara. Terutama bank-bank
dari Timur Tengah. Mereka biasanya tertarik pada sektor-sektor
infrastruktur dan energi.
Kedua belas, sebagai learning process bagi participating sharia bank.
Masih banyak bank syariah yang tidak mempunyai pengalaman dalam
pembiayaan sindikasi. Dengan menjadi salah satu peserta sindikasi, maka
bank tersebut dapat mempelajari mengenai pembiayaan sindikasi. Dengan
demikan, pembiayaan sindikasi syariah merupakan sarana pembelajaran
bagi bank syariah yang baru tumbuh. Bank-bank syariah rata-rata berumur
muda yang lahir di awal 2000-an. Umumnya pembiayaan bank syariah
disalurkan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Lewat sindikasi,
Perbankan Syariah dapat menimba pengalaman pembiayaan skala besar.
Agar kedepannya lebih professional, berkompeten dan matang dalam
membiayai sektor korporasi.
Kedua belas, sebagai bentuk konstribusi perbankan syariah pada
pembangunan nasional. Konstribusi bank syariah dalam konteks ini terlihat
pada pembiayaan proyek-proyek infrastruktur baik milik pemerintah
maupun swasta, seperti pembangunan jalan tol, bandara atau pelabuhan,
PLN, PLTU, dsb. Pembiayaan sindikasi ini lebih secure karena dijamin
oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ketiga belas, memupuk hubungan kerjasama dengan suatu grup
usaha. Sindikasi akan meningkatkan partnership dengan debitor atau
32
groupusaha debitor. Jika bank-bank syariah melakukan sindikasi maka
mereka akan lebih dikenal dan lebih dekat , kepada nasabah debitor atau
group usaha debitor, baik swasta maupun badan usaha milik pemerintah.
Sehingga dikemudian hari dapat memudahkan untuk bermitra kembali.
h. Penyelesaian SengketaPembiayaan Sindikasi
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
8. Rasio Profitabilitas
a. Pengertian Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian
yang sama disampaikan oleh Husnan (2001) bahwa Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada
tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Sedangkan Menurut
Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian
dividen perusahaan.
Menurut Kasmir (2012) mendefinisikan profitabilitas yaitu : “Rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan.”
33
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para
investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan peurusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan
dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi
perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas
efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi
suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa
menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio
profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena
profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap
badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena
semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan
hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
b. Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan
Penilaian profitabilitas adalah proses untuk menentukan seberapa baik
aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis,
34
mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasi tepat
waktu untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan
(Supriyono. 1999).
Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan
dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan,
total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini
akan memungkinkan seorang analis untuk mengevaluasi tingkat earning
dalam hubungannya dengan volume penjualan jumlah aktiva dan investasi
tertentu dari pemilik perusahaan
Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk
laporan laba-rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi,
yang dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk
membuat keputusan ekonomi. Berdasarkan financial report yang diterbitkan
perusahaan, selanjutnya dapat digali informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, struktur permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi
lain yang mempunyai relevansi dengan laporan keuangan perusahaan.
Profitabilitas keuangan perusahaan sudah tentu merupakan kinerja
perusahaan yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas
keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya, oleh sebab itu
untuk mengukur profitabilitas keuangan perusahaan diperlukan analisis
terhadap laporan keuangannya.
35
Dwi Prastowo (2008) menyatakan bahwa informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan,
sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas
serta untuk merumuskan efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan
tambahan sumber daya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa
periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan
dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus
mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan mereka dikatakan
telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode,
sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah
36
ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke
depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan
kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau
keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba
ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang
baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Rasio
Profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja
manajemen.
Sama halnya dengan rasio-rasio lain, rasio profitabilitas juga memiliki
tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen
saja, tetapi juga bagi pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang
memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi
pihak luar perusahaan, yaitu;
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu;
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri;
37
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri;
7) Dan tujuan lainnya.
c. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis
rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio
profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari
kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang
digunakan semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan
tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara
sempurna.
Dalam prakteknya, menurut Arifin (2003) bahwa ada dua rasio yang
biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank, yaitu : Return on Assets
(ROA) dan Return on equity (ROE)
d. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas
modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
38
sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan
sebagai berikut:
ROE = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Menurut Helfert (2000), Return on Equity (ROE) menjadi pusat
perhatian para pemegang saham (stakeholders) karena berkaitan dengan
modal saham yang diinvestasikan untuk dikelola pihak manajemen. ROE
memiliki arti penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam
memenuhi harapan pemegang saham.
9. Non Performing Financing (NPF)
a. Pengertian Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing)
Suatu kenyataan bahwa pembiayaan bermasalah merupakan bagian
dari financing portofolio dari sebuah bank syariah, namun pemberian
pembiayaan yang sukses adalah bank yang mampu mengelola pembiayaan
bermasalah pada suatu tingkat wajar yang tidak menimbulkan kerugian bank
yang bersangkutan.
39
Menurut Siamat (2005), Non Performing Financing adalah :
“Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor
internal yaitu adanya kesengajaan dan faktor eksternal yaitu suatu kejadian
diluar kemampuan kendali kreditur”
Menurut Dendawijaya (2005), Non Performing Financing adalah :
“Pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam
kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan
macet”
Dendawijaya (2009) pun mengemukakan dampak dari keberadaan
Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah
hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang
diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi
profitabilitas.
Menurut Rahmawulan (2008), suatu kredit dinyatakan bermasalah jika
bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh
kredit tersebut. Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian
sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan tidak mau memenuhi
kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh
pada saat jatuh tempo.
Menurut Firdaus dan Ariyanti (2009), menjelaskan bahwa : “Kegiatan
menyalurkan kredit oleh bank mengandung risiko (credit risk) yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan usaha bank, likuiditas,
40
rentabilitas (profitabilitas), serta solvabilitas bank sangat dipengaruhi oleh
keberhasilan atau kegagalan dalam pengolahan kredit bank yang juga secara
langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu
negara”.
Menurut Mahmoeddin (2010), Non Performing Financing pada
dasarnya disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut
tidak dapat dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan
sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank.
Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat
operasi bank tersebut. Apabila penurunan pembiayaan dan profitabilitas
sudah sangat parah sehingga mempengaruhi likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas, maka kepercayaan para penitip dana terhadap bank akan
menurun.
Non Performing Financing (NPF) semakin tinggi maka profitabilitas
akan semakin rendah dan sebaliknya, jika Non Performing Financing (NPF)
semakin rendah maka profitabilitas akan semakin tinggi. Seperti yang
diungkapkan oleh Abdullah (1995), “Jika kredit bermasalah sangat besar
dan cadangan yang dibentuk juga besar berakibat modal bank kemungkinan
menjadi negatif sehingga laba yang diperoleh menjadi terganggu”.
Perhitungan Non Performing Financing (NPF) yang diinstrusikan
Bank Indonesia dirumuskan sebagai berikut :
NPF = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎 ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥 100%
41
Adapun kriteria kesehatan bank syariah yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing
Peringkat Nilai NPF Predikat
1 NPF < 2% Sangat Baik
2 2% - 5% Baik
3 5%-8% Cukup Baik
4 8%-12% Kurang Baik
5 NPF> 12% Tidak Baik
Sumber : SE BI No.9/24/Dpbs, tanggal 30 oktober 2007
b. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Pembiayan bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat
potensial bagi bank jika tidak ditangani dengan baik, karena itu diperlukan
penanganan yang sistemastis dan berkelanjutan. Pembiayaan bermasalah
menimbulkan biaya yang menjadi beban dan kerugian bagi bank. Menurut
Mahmoeddin (2010) faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah, yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor internal perbankan yang menyebabkan pembiayaan bermasalah ialah
adanya kelemahan atau kesalahan dalam bank itu sendiri, yang terdiri dari :
42
a) Kebijakan pemberian pembiayaan yang terlalu ekspansif
Peningkatan penghimpunan dana dari pihak ketiga yang cukup
pesat menyebabkan bebeapa bank melakukan pertumbuhan
pembiayaan yang melebihi tingkat wajar. Hal ini disebabkan untuk
menghindari terjadinya pengumpulan dana, seharusnya bank tetap
melakukan kebijakan pemberian pembiayaan dengan prosedur berhati-
hati untuk menghindari terjadinya risiko Non Performing Financing
(NPF).
b) Penyimpangan pemberian pembiayaan
Bank pada umumnya telah memiliki pedoman dan tata cara
pemberian pembiayaan, namun dalam pelaksanaanya seringkali tidak
dilakukan dengan patuh dan taat asas. Penyimpangan pemberian
pembiayaan terhadap prosedur atau kebijakan ada pada umumnya
disebabkan oleh kurangnya kuantitas maupun kualitas pejabat-pejabat
pemberi pembiayaan selain disebabkan oleh adanya dominasi
pemutuan pembiayaan oleh pejabat tertentu pada bank yang
bersangkutan.
c) Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan
Sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan yang lemah
menyebabkan pemantauan terhadap performance pembiayaan tidak
dapat dilakuikan sebagaimana mestinya, dengan demikian
permasalahan yang dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah tidak
dapat terdeteksi secara dini dan hal itu dapat menyebakan kerugian.
43
2) Faktor Eksternal
Non Performing Financing (NPF) dapat pula disebabkan oleh faktor
eksternal, yaitu :
a) Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang terdapat dalam lingkungan usaha debitur. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa kegagalan produksi, distribusi pemasaran maupun
regulasi terhadap suatu industri.
b) Menurunnya kegiatan ekonomi
Menurunnya kegiatan ekonomi terutama pada sektor-sektor
usaha tertentu akibat adanya kebijakan pemerintah telah menjadi salah
satu penyebab kesulitan debitur untuk memenuhi kewajibannya
kepada bank.
c) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
Persaingan perbankan yang ketat sering dimanfaatkan oleh
beberapa calon debitur dengan cara tertentu yang mendorong bank
menawarkan persyaratan pembiayaan yang lebih ringan dan jumlah
pembiayaan yang lebih besar. Pada akhirnya pemberian yang
berlebihan dapat mendorong debitur yang bersangkutan menggunakan
kelebihan dapat mendorong debitur yang bersangkutan menggunakan
kelebihan dana tersebut untuk tujuan spekulatif.
44
d) Musibah yang terjadi pada usaha debitu atau kegiatan usahanya
Beberapa pembaan bermasalah yang terjadi karena musibah
yang dialami debitur seperti sarana usaha mengalami kebakaran,
sementara debitur atau bank tidak melakukan pemgamananan
penutupan asuransi.
c. Dampak Pembiayaan Bermasalah Non Performing Financing (NPF)
Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan
dampak yang kurang menguntungkan baik bagi pemberi pembiayaan, dunia
perbankan maupun terhadap kegiatan ekonomi dan moneter negara.
Menurut Mahmoeddin ( 2004), dampak yang akan diakibatkan oleh
pembiayaan bermasalah, yaitu :
1) Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan
Bank yang mendapatkan masalah pembiayaan bermasalah
dalam jumlah besar akan mengalami kesulitan operasional.
Pembiayaan dengan kualitas buruk memerlukan cadangan
penghapusan yang semakin besar sehingga menyebabkan biaya yang
harus ditanggung untuk mengadakan cadangan tersebut semakin
besar, hal ini jelas mempengaruhi profitabilitas bank syariah.
Profitabilitas yang semakin menurun akan mengurangi modal sendiri
kemudian CAR akan menurun, sehingga bank memerlukan modal
dana segar, apabila bank syariah tidak dapat menambah modal sendiri
45
maka nilai kesehatan operasi akan menurun. Hal ini akan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank.
2) Dampak terhadap dunia perbankan
Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan
tingkat operasi bank tersebut. Penuruna pembiayaan dan profitabilitas
yan sudah sangat parah akan mempengaruhi likuiditas, solvabilitas,
dan rentabilitas bank, maka kepercayaan para penitip dana terhadap
bank akan menurun.
3) Dampak terhadap ekonomi dan moneter negara
Sistem perbankan yang terganggu karena pembiayaan
bermasalah akan menghilangkan kesempatan bank untuk membiayai
kegiatan operasinya dan perluasan debitur lain karena terhentinya
perputaran dana yang akan dipinjamkan. Hali ini akan memperkecil
kesempatan pengusaha lain untuk memanfaatkan peluang bisnis dan
investasi yang ada.
46
B. Penelitian Terdahulu
Di bawah ini merupakan beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan
skripsi yang ditulis oleh penulis.
Tabel 2.3
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Judul Objek Keterangan Persamaan dan
Perbedaan
1. Skripsi Rika
Mudrikah tahun
2015 jurusan
Muamalat
Konsentrasi
Perbankan
Syariah Fakultas
Syariah dan
Hukum
Universitas Islam
Syarif
Hidayatullah
Jakarta yang
berjudul :
“Pengaruh linkage
program terhadap
ROE dan CAR”
Bank
Syariah
Mandiri
Peneliti bertujuan
untuk
menganalisis
pengaruh
pembiayaan
mikro yang
diberikan BSM
melalui linkage
program terhadap
Rasio
Profitabilitas dan
Rasio Non
Performing
Financing (NPF)
Skripsi ini memiliki
metodelogi
penelitian yang
sama dan paradigma
yang sama, yaitu
paradigma ganda.
(menggunakan 2
variabel terikat dan
1 variabel bebas).
Perbedaanya dalam
skripsi ini variabel
bebas yang
digunakan linkage
program dan
variabel terikat yang
digunakan ROE dan
CAR, sedangkan
penulis
menggunakan rasio
ROE dan NPF
47
No Judul Objek Keterangan Persamaan dan
Perbedaan
2. Skripsi ditulis
oleh Nur Azizah
tahun 2009 UIN
Sunan Ampel
Surabaya yang
berjudul :
“Tinjauan Hukum
Islam Terhadap
Ketentuan
Pembiayaan
Kredit Sindikasi
Di PT. Bank
Muamalat
Indonesia Tbk.
PT. Bank
Muamalat
Indonesia
Tbk.
Skripsi ini
bertujuan untuk
menjawab
Bagaimana
Ketentuan
pembiayaan
kredit sindikasi
oleh PT. Bank
Muamalat
Indonesia Tbk.
dan menjawab
Bagaimana
tinjauan hukum
Islam terhadap
Ketentuan
pembiayaan
kredit sindikasi
oleh PT. Bank
Muamalat
Indonesia Tbk..
Persamaan
penelitian ini
dengan penulis
adalah
pembahasannya
mengenai
pembiayaan
sindikasi dan objek
yang diteliti adalah
BSM. Namun
perbedaannya
penelitian ini
menggunakan data
primer dan
membahas tentang
ketentuan
pelaksanaan
pembiayaan
sindikasi yang
dilaksanakan oleh
BSM tetapi penulis
meneliti pengaruh
pembiayaan
sindikasi itu sendiri
terhadap laporan
keuangannya yaitu
rasio profitabilitas
dan Non Performing
Financing (NPF).
48
No Judul Objek Keterangan Persamaan dan
Perbedaan
3. Skripsi ini ditulis
oleh Fitri Suci
Lestari (2013)
yang berjudul :
“Peranan Kinerja
Keuangan
terhadap Besarnya
Pembiayaan
Perbankan
Syariah
Indonesia”
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Skripsi ini
membahas
beberapa variabel
kinerja keuangan
yang dapat
mempengaruhi
besarnya
pembiayaan.
Skripsi ini
menyimpulkan
bahwa secara
parsial hanya
ROE dan DPK
yang berpengaruh
signifikan
terhadap besarnya
pembiayaan.
Skripsi ini
membahas beberapa
variabel kinerja
keuangan yang
dapat
mempengaruhi
besarnya
pembiayaan.
Persamaan dengan
penelitian ini ialah
membuktikan bahwa
variabel ROE
memiliki hubungan
dengan variabel
pembiayaan.
Sedangkan
perbedaanya adalah
penelitian ini
menggunakan
variabel terikat dan
bebas yang berbeda
dengan penulis
begitu pula metode
penelitian yang
digunakan juga
berbeda.
Sumber : Data diolah dari berbagai referensi
49
C. Kerangka Pemikiran
Variabel independen/bebas dalam penelitian ini yaitu Pembiayaan Sindikasi
(X). Variabel dependen/terikat dalam penelitian ini yaitu Rasio Profitabilitas (Y1)
dan Rasio Non Performing Financing (Y2). Objek Penelitian adalah Bank Syariah
Mandiri. Periode 2010-2015.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
BANK SYARIAH
MANDIRI
Hasil Pengujian dan Pembahasan
PEMBIAYAAN
SINDIKASI (X1)
PROFITABILITAS
(Y1)
Non Performing
Financing(Y2)
Analisis Regresi Linear
Sederhana :
a. Uji Koefisien Determinasi
(Adjusted R2)
b. Uji Statistik t
c. Uji Statistik F
50
D. Hipotesis
1. Pengaruh Pembiayaan Sindikasi terhadap Rasio Profitabilitas
Pembiayaan sindikasi merupakan salah satu strategi yang dilakukan
Bank Syariah Mandiri untuk memperluas dan meningkatkan penyaluran
pembiayaan kepada Industri-Industri yang membutuhkan modal yang besar.
Dengan meningkatnya pembiayaan yang disalurkan maka akan
meningkatkan jumlah pendapatan (Laba). Sesuai dengan asumsi yang
disampaikan oleh Kasmir (2005) bahwa besarnya jumlah kredit yang akan
disalurkan akan menentukan besarnya laba, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
H0 : Pembiayaan Sindikasi tidak berpengaruh terhadap rasio profitabilitas di
Bank Syariah Mandiri
H1 : Pembiayaan Sindikasi berpengaruh terhadap rasio profitabilitas di Bank
Syariah Mandiri
2. Pengaruh Pembiayaan Sindikasi terhadap Rasio Non Performing Financing
(NPF)
Sebagai pihak yang menyalurkan dana pihak ketiga kepada
masyarakat yang membutuhkan dana, bank akan berupaya memaksimalkan
keuntungan tersebut. Pemberian kredit harus prudent sebab kredit yang
disalurkan tersebut akan menyimpan risiko yang biasa disebut dengan risiko
51
kredit (Galih, 2011). Oleh karena itu setiap pembiayaan yang disalurkan
harus penuh dengan kehati-hatian karena mengandung risiko Non
Performing Financing (NPF)
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
H0 : Pembiayaan Sindikasi tidak berpengaruh terhadap tingkat rasio NPF di
Bank Syariah Mandiri.
H1 : Pembiayaan Sindikasi berpengaruh terhadap tingkat rasio NPF di Bank
Syariah Mandiri.
52
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh pembiayaan sindikasi
terhadap Rasio Profitabilitas dan rasio Non Performing Financing (NPF). Dalam
penelitian ini PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk sebagai tempat penelitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono, (2003) Penelitian kuantitatif adalah
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan. Pendekatan kuantitatif menjelaskan bahwa suatu fenomena
dapat dianalisis kemudian ditemukan hubungan korelasi ataupun sebab-akibat
diantara variabel-variabel yang terlibat di dalamnya.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian menggunakan data laporan keuangan Bank Syariah
Mandiri periode 2010 sampai dengan Desember 2015 sehingga hasil penelitian ini
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pengaruh Pembiayaan Sindikasi
Bank Syariah Mandiri terhadap tingkat Rasio Profitabilitas yang terinci dalam
ROE, serta pengaruhnya terhadap rasio Non Performing Financing (NPF).
53
D. Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel
independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan
variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan
simbol Y.
1. Variabel Bebas (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang nilainya
dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas atau independen variabel
(X) pada penelitian kali ini hanya terdiri dari satu variabel yaitu :
X = Pembiayaan Sindikasi
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya
dipengaruhi atau tergantung oleh satu atau lebih variabel bebas. Variabel
terikat atau dependen variabel (Y) pada penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu :
(Y1) = Rasio Profitabilitas
(Y2) = Rasio Non Performing Financing (NPF)
54
E. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini data sekunder yang bersumber dari Buku
Laporan Tahunan Bank syariah Mandiri, Tbk periode tahun 2010-2015.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka dilakukan beberapa langkah metode pengumpulan dan pengolahan data
yaitu :
1. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data dari dokumen-dokumen ataupun arsip-arsip
yang memuat garis besar data yang akan dicari dan berkaitan dengan judul
penelitian. Dalam hal ini data yang dicari adalah data tentang laporan keuangan
PT. Bank Syariah Mandiri periode 2010-2015. Rincian data yang dikumpulkan
yaitu Jumlah Pembiayaan Sindikasi, Rasio Profitabilitas (ROE) dan Rasio Non
Performing Financing (NPF)
2. Studi Kepustakaan
Peneliti mengumpulkan data dengan cara memperoleh dari kepustakaan
dimana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku
referensi dan jurnal yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
G. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Linear Sederhana
55
Analisis regresi linier sederhana menurut Kurniawan (2008) regresi
linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model
hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau
lebih variabel bebas (independen, prediktor, X). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan
atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel independen yaitu
Pembiayaan Sindikasi dan variabel dependen yaitu Profitabilitas dan Non
Performing Finance (NPF).
Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y’ = a + bX
Keterangan:
(Y1) = Profitabilitas (ROE)
(Y2) = Non Performing Finance (NPF)
X = Pembiayaan Sindikasi
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel
Model Summary dan tertulis Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1, berarti
fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
56
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel
dependen. Jika nilai Adjusted R2berkisar antara 0 sampai dengan 1, berarti
semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi
variabel dependen.
Semakin tinggi koefesien determinasi, semakin tinggi kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikatnya (Suliyanto,2011) Koefesiensi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukan dalam model regresi,
dimana penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model anak
meningkatkan 𝑅2 meskipun variabel yang dimasukan itu tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefesien
determinasi yang telah disesuaikan, adjusted R square. Koefesien
determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefesien tersebut telah
dikorelasi dengan memasukan unsur jumlah variabel dan ukuran sample
yang digunakan.
b. Uji Statistik t
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. (Ghozali,2016),
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen
57
yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. Menurut Santoso (2002) dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau
bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
c. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2016)
Menurut Santoso (2002), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau
bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat.
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen
58
atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat.
Menurut Sugiyono (2003) untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya
korelasi digunakan kriteria pedoman untuk koefisien sebagai berikut :
Tabel 3.1
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Sugiyono, 2008)
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Bank Mandiri Syariah)
Kehadiran Bank Syariah Mandiri telah ada sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan
moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak
Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap
seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh
bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya
mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian
bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT.
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing. Dan Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,
Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik
60
mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untukn mengembangkan layanan perbankan
syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
61
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani
inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun
Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Seiring berkembangnya usaha nasabah, seringkali diperlukan lebih dari
satu bank dan/atau lembaga keuangan syariah untuk secara bersama-sama
memenuhi kebutuhan keuangan nasabah yang besar. Dengan tenaga profesional
Bank Syariah Mandiri di bidang Sindikasi Syariah, nasabah akan mendapat
kepercayaan memperoleh fasilitas pembiayaan Syariah dalam jumlah besar dan
marjin/sewa/bagi hasil yang kompetitif tanpa harus berhubungan dengan banyak
bank dan/atau lembaga keuangan syariah lain tetapi cukup dengan Bank Syariah
Mandiri yang sekaligus akan membantu Nasabah untuk mengoptimalkan
pembiayaan yang diterima.
62
B. Laporan Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Di bawah ini merupakan tabel, grafik serta uraian dari Perkembangan
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri dari tahun 2010-2015.
Tabel 4.1
Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Tahun Pembiayaan BSM (Milyar)
2010 Rp. 23.970
2011 Rp. 36.727
2012 Rp. 44.755
2013 Rp. 50.460
2014 Rp. 49.133
2015 Rp. 51,090
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
63
Pada tahun 2011, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk semua segmen
usaha sebesar Rp 36.73,- triliun, meningkat sebesar Rp 12.76,- triliun atau tumbuh
53,23% dibanding total pembiayaan Rp 23,97,- triliun di tahun 2010.
Pertumbuhan pembiayaan BSM yang melampaui pertumbuhan pembiayaan
Perbankan Syariah tersebut mendorong kenaikan pangsa pasar pembiayaan BSM
terhadap pembiayaan Perbankan Syariah dari 35,16% tahun 2010 ke 35,78%
tahun 2011. Dan Selama tahun 2013, BSM telah menyalurkan pembiayaan untuk
semua segmen usaha sebesar Rp 50,46,-triliun, meningkat sebesar Rp 5,70,-
triliun atau tumbuh 12,75% dibanding total pembiayaan Rp 44,75,- triliun di tahun
2012. Namun ditahun 2014, BSM hanya menyalurkan Rp 49,133,- triliun
menurun sebesar 13,27% dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 50,460,-. Di
tahun 2015 BS kembali menyalurkan pembiayaan untuk semua segmen usaha
dalam jumlah besar, lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebanyak Rp
51,090,- triliun. Pembiayaan ini mengalami kenaikan sebanyak 3, 98% dari tahun
sebelunya yang hanya menyalurkan Rp 49,133,- triliun.
1. Porsi Pembiayaan Sindikasi
Di bawah ini merupakan tabel, grafik serta uraian dari Perkembangan
Pembiayaan Sindikasi yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri dari tahun
2010-2015.
Tabel 4.2
Perkembangan Pembiayaan Sindikasi BSM
Periode 2011-2015
64
Tahun Sindikasi (Milyar) Sindikasi ( Milyar (%) )
2010 Rp. 647 Rp.8.42%
2011 Rp. 724 Rp. 4,98%
2012 Rp. 1109 Rp. 11,08%
2013 Rp. 1620 Rp. 13,05%
2014 Rp. 2770 Rp. 17,72%
2015 Rp. 4480 Rp. 26,5%
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Grafik 4.2 Perkembangan Pembiayaan Sindikasi BSM
2. Rasio profitabilitas
Di bawah ini merupakan tabel, grafik serta uraian dari Perkembangan ROE
yang didapat oleh Bank Syariah Mandiri dari tahun 2010-2015.
65
Tabel 4.3
Perkembangan ROE Bank Syariah Mandiri periode 2011-2015
ROE (%)
Tahun Presentase (%)
2010 25,05%
2011 24,24%
2012 25,05%
2013 15,34%
2014 1,49%
2015 1,58%
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri (data diolah)
Grafik 4.3 Pertumbuhan ROE Bank Syariah Mandiri
Kinerja Return on Equity (ROE) BSM tahun 2011 menunjukan sedikit
penurunan yaitu sebesar 24,24% dari jumlah ROE tahun 2010 sebesar 25,05%.
Hal ini disebabkan adanya peningkatan modal akan tetapi peningkatan modal ini
tidak dengan peningkatan laba bersih, setelah itu ROE BSM tahun 2012 sebesar
66
25,05%, naik dibandingkan ROE BSM tahun 2011 sebesar 24,24%. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan pencapaian laba bersih yang signifikan
dibandingkan laba bersih dengan tahun yaitu dari meningkat sebesar Rp254,62
miliar atau 46,20%, semula Rp551,07 miliar di tahun 2011 menjadi Rp805,69
miliar di tahun 2012.
Pada tahun 2013 ROE BSM sebesar 15,34%, turun dibandingkan ROE
BSM tahun 2012 sebesar 25,05%. Posisi tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata ROE Perbankan Syariah (BUS) sebesar 17,24%. Kinerja Rasio
Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas (ROE) BSM tahun 2014 sebesar 1,49%, turun
signifikan terhadap ROE tahun 2013 sebesar 15,34%. Pada tahun 2015 Bank
Syariah mampu meningkatkan Kinerja Return on Equity (ROE) sebesar 0,09%
dari tahun sebelumnya. Sehingga ROE BSM tahun 2015 naik menjadi 1,58%.
3. Rasio Non Performing Financing (NPF)
Di bawah ini merupakan tabel serta uraian dari Pembiayaan Bermasalah
Bank Syariah Mandiri dari tahun 2010-2015.
67
Tabel 4.4
NPF Bank Syariah Mandiri tahun 2010-2015
NPF (%)
Tahun Presentase (%)
2010 3,52%
2011 2,42%
2012 2,82%
2013 4,32%
2014 6,84%
2015 6,06%
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Rasio NPF berada di level 3,52% pada tahun 2010 lebih tinggi
dibandingkan NPF pada tahun 2011 sebesar 2,42%. Kemudian NPF kembali
meningkat di tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2012 berada di level 2,82% dan
naik sebesar 2,5% di tahun berikutnya menjadi 4,32% di tahun 2013. Pada tahun
2014 NPF naik begitu signifikan menjadi 6,84% melebihi ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur NPF Bank Syariah yang harus dibawah 5%. Di tahun
berikutnya Bank Syariah mampu menurunkan NPF sebesar 0,78% , NPF tahun
2015 berada di level 6,06%.
68
C. Analisis Data
Berikut ini merupakan hasil uji pengaruh pembiayaan sindikasi terhadap
rasio profitabilitas (ROE) dan Rasio Non Performing Financing (NPF)
menggunakan bantuan SPSS 24.
1. Analisis Pengaruh Pembiayaan Sindikasi terhadap Rasio Profitabilitas
(ROE)
Tabel 4.5
Uji Koefisien Determinasi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Model Summary
Mode
l R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,888a ,789 ,736 5,851
a. Predictors: (Constant), Sindikasi
Berdasarkan data hasil olah model summary di atas maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa penelitian ini memiliki nilai adjusted R2(adjusted R
squered) sebesar 0,736. Nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya
pengaruh variabel pembiayaan sindikasi terhadap rasio profitabilitas. Koefisien
determinasi tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependen adalah sebesar 73,6%. Sedangkan sisanya sebesar
26,4% dipengaruhi faktor lain selain dalam penelitian ini, seperti pembiayaan
kepada sektor UMKM dsb.
69
Tabel 4.6
Uji Anova
Rasio Profitabilitas (ROE)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 511,896 1 511,896 14,950 ,018b
Residual 136,958 4 34,239
Total 648,854 5
a. Dependent Variable: ROE
b. Predictors: (Constant), Sindikasi
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0,018 yang
berarti bahwa nilai signifikan Rasio Profitabilitas (ROE) lebih kecil dari 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya adanya hubungan kedua variabel linear,
sehingga model regresi yang digunakan benar dan layak digunakan.
Untuk mengetahui apakah Signifikan atau tidak maka dilakukan uji
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Rasio Profitabilitas < 0,05 maka H0ditolak dan menerima H1
Jika Rasio Profitabilitas > 0,05 maka H0 ditolak dan menolak H1
Hasil perhitungan diketahui angka rasio profitabilitas (ROE) lebih kecil
dari 0,05 (0,018< 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan Sindikasi dengan Rasio Profitabilitas
(ROE).
70
Berdasarkan hasil perhitungan maka akan dapat sebuah model Persamaan
regresi. Analisis Regresi adalah salah satu teknik statistik yang dapat digunakan
untuk variabel kuantitatif. Persamaan regresi akan digunakan untuk meramalkan
nilai suatu variabel. Berikut adalah hasil uji regresi yang dapat dilihat melalui
tabel berkut :
Tabel 4.7
Uji Koefisien Regresi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 33,524 5,248 6,389 ,003
Sindikasi -1,32 ,343 -,888 -3,867 ,018
a. Dependent Variable: ROE
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 33,524 dan
nilai b atau koefisien korelasi sebesar -1,32, koefisien regresi tersebut menyatakan
bahwa setiap penambahan penyaluran pembiayaan sindikasi akan berpengaruh -
1,32% terhadap rasio profitabilitas.
Jadi hasil uji di atas menunjukan bahwa Pembiayaan Sindikasi
mempengaruhi tingkat Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri. Hubungan ini
sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa kecenderungan
peningkatan penyaluran pembiayaan akan menyebabkan peningkatan
Profitabilitas Bank. Namun pada hasil penelitian menunjukan Pembiayaan
Sindikasi berpengaruh negatif terhadap Pembiayaan Profitabilitas.
71
2. Analisis Pengaruh Pembiayaan Sindikasi terhadap Rasio Non Performing
Financing (NPF)
Tabel 4.8
Uji Koefisien Determinasi
Rasio Non Performing Financing (NPF)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,840a ,706 ,632 1,08033
a. Predictors: (Constant), Sindikasi
Berdasarkan data hasil olah model summary di atas maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa penelitian ini memiliki nilai adjusted R2(adjusted R
squered) sebesar 0,632. Nilai tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya
pengaruh variabel pembiayaan sindikasi terhadap rasio non performing finance
(NPF). Koefisien determinasi tersebut memiliki maksud bahwa pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen adalah sebesar 63,6%. Sedangkan
sisanya sebesar 36,8% dipengaruhi faktor lain selain dalam penelitian ini, seperti
pembiayaan kategori mikro, ritel dsb.
72
Tabel 4.9
Uji Anova
Non Performing Financing (NPF)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11,209 1 11,209 9,604 ,036b
Residual 4,668 4 1,167
Total 15,877 5
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), Sindikasi
Hasil perhitungan diketahui angka rasio Rasio Non Performing Financing
(NPF) lebih kecil dari 0,036 (0,01 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan Sindikasi dengan
Rasio Non Performing Financing (NPF).
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan maka akan dapat sebuah
persamaan regresi yang dapat dilihat melalui tabel berkut :
73
Tabel 4.10
Uji Koefisien Regresi
Rasio Non Performing Financing (NPF)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,657 ,969
1,710 ,16
2
Sindikasi ,196 ,063 ,840 3,099 ,03
6
a. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai a atau konstanta sebesar 1,657 dan
nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,196. Dari persamaan regresi diatas dapat
dijelaskan koefisien regresi 0,196 menyatakan bahwa setriap penambahan
penyaluran pembiayaan melalui Pembiayaan Sindikasi akan meningkatkan Rasio
NPF sebesar 0,196.
74
D. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pembiayaan Sindikasi berpengaruh signifikan terhadap Rasio Profitabilitas
(ROE). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil
dari 0,05. Namun hasil penelitian menunjukan nilai β atau koefisien korelasi
sebesar -1,32, ini menunjukan bahwa pembiayaan sindikasi berpengaruh
negatif signifikan. Hal ini didukung oleh beberapa data diantaranya :
a. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri selalu
meningkat setiap tahunnya. Porsi pembiayaan sindikasi di Bank Syariah
Mandiri dalam 6 tahun terakhirpun (2010-2015) mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Besarnya pembiayaan sindikasi dari tahun 2010-
2015, masing-masing sebesar 8,42%, 4,98%, 11,08%, 13,05%, 17,72%, dan
26,5%.
b. Seiring dengan meningkatnya jumlah pembiayaan sindikasi yang disalurkan
tidak sebanding dengan tingkat Profitabilitas yang didapatkan oleh Bank
Syariah Mandiri. Setiap tahunnya ROE Bank Syariah Mandiri selalu
menunjukan penurunan yang signifikan.
Berikut data profitabilitas (ROE) BSM Tahun 2010-2015 : 25,05%, 24,24%,
25,05%, 15,34%, 1,49%, 1,58%.
2. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan sindikasi memiliki
hubungan yang kuat terhadap Rasio Non Performing Financing (NPF)
BSM, hal ini dibuktikan dengan R2(adjusted R squered) sebesar 63,2%.
Berdasarkan nilai tersebut berarti Pembiayaan Sindikasi memiliki pengaruh
75
yang besar terhadap Rasio Non Performing Financing (NPF) BSM dan juga
berdasarkan hasil analisis uji signifikan menunjukan bahwa Pembiayaan
Sindikasi berpengaruh secara signifikan terhadap Rasio Non Performing
Financing (NPF). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang
lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan H0
dan Penerimaan H1. Hal ini didukung oleh beberapa data diantaranya :
a. Jumlah Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri
selalu meningkat setiap tahunnya, termasuk di dalamnya porsi
pembiayaan sindikasi yang selalu mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
b. Namun dalam kenyataanya, semakin meningkatnya jumlah
pembiayaan, jumlah kredit macetpun semakin meningkat. Berikut
pertumbuhan NPF selama tahun 2010-2015 : 3,52%, 2,42%, 2,82%,
4,32%, 6,84%.
3. Bank Syariah mandiri telah berusaha menyalurkan volume pembiayaan
yang besar dengan tujuan menaikan profitabilitas. Namun pada
kenyataanya, profitabilitas semakin menurun dan NPF semakin naik.
76
Tabel 5. 1
Perkembangan Pembiayaan Sindikasi, ROE dan NPF Pada Bank Syariah Mandiri
:
Tahun Sindikasi (Milyar) ROE NPF
2010 Rp. 647 (8.42%) 25,05% 3,52%
2011 Rp. 724 ( 4,98%) 24,24% 2,42%
2012 Rp. 1109 ( 11,08%) 25,05% 2,82%
2013 Rp. 1620 ( 13,05%) 15,34% 4,32%
2014 Rp. 2770 ( 17,72%) 1,49% 6,84%
2015 Rp. 4480 ( 26,5%) 1,58% 6,06%
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam BAB IV, dan
didukung dengan teori-teori yang menjadi landasan berfikir dalam memahami
permasalahan, disertai pada pemaparan dan pembahasan dalam skripsi ini, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengolahan data, saat ini penyaluran pembiayaan
sindikasi berpengaruh signifikan terhadap rasio profitabilitas (ROE). Hal ini
ditunjukan oleh besarnya nilai signifikansi 0,018 (lebih kecil dari 0,05).
2. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan bahwa pembiayaan
sindikasi berpengaruh signifikan terhadap Rasio Non Performing Financing
(NPF). Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikansi 0,036 (lebih kecil
dari 0,05).
3. Dari hasil analisis diketahui bahwa diantara ROE dan NPF, variabel ROE
adalah variabel yang paling dipengaruhi oleh Pembiayaan Sindikasi. Hal ini
dibuktikan oleh nilai adjusted R2(adjusted R squered) ROE sebesar 73,6%
sedangkan nilai adjusted R2 NPF sebesar 63,2%.
78
B. Saran-saran
1. Kepada Bank Syariah Mandiri diharapkan tidak hanya terus
meningkatkan porsi pembiayaan sindikasi. Namun harus lebih berhati-
hati dalam memilih proyek nasabah yang akan diberikan pembiayaan
sindikasi.
2. Dalam hal pembiayaan kredit macet, pihak bank perlu melakukan
penyelamatan, sehingga tidak akan terus menimbulkan kerugian dan
menghilangkan kesempatan untuk memperoleh profit dari
pembiayaan.
3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mencari penyebab NPF
yang tinggi pada pembiayaan sindikasi dan solusi untuk meningkatkan
profitabilitas melalui pembiayaan sindikasi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani, 2001
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alfabet, 2003
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan “Kebijakan Moneter dan Perbankan”.
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Edisi kesatu, 2005
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta : Salemba Empat, 2009
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005
Galih, T.A. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, NPL, ROA, dan LDR Terhadap Jumlah
Penyaluran Kredit pada Bank di Indonesia. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2011
Giovani Arethusa, Tanggung Jawab Debitur Terhadap Kreditur dalam Pembiayaan
Proyek yang Sifatnya Sindikasi. Jurnal, Program Sarjana Ilmu Hukum
Universitas Atma Jaya Jogjakarta, 2016
Giulio Bottazi dan Angelo Secci. Productivity, profitability and financial performance.
Inggris : Oxford University Press, 2008
Hasan, Nurul Ichsan. Pengantar Perbankan. Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2014
Hasanuddin Rahman, Aspek-aspek Hukum Pemberian kredit Perbankan di
Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ke-5 . Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Mabruroh. Manfaat dan Pengaruh Raso Keuangan dalam Aanalisis Kinerja Keuangan
Perbankan. Benefit. Vol.8, N0.1. Juni 2004
Mahmoeddin, As. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010.
80
Michelle and Megawati. Tingkat Pengembalian Investasi Dapat Diprediksi Melalui
Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage. Kumpulan Jurnal Ekonomi-com,
2005
Muhammad, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Muhammad, Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, 2004
Pramuka, Bambang Agus dan Wiwiek Rabiatul Adawiyah. Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Purwokerto. Universitas Jendral Soedirman, 2010
Prastowo, Dwi. Analisis Laporan Keuangan. Edisis Kedua Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, 2008
Rahmawulan, Yunis. Perbandingan Faktor Penyebab timbulnya NPL dan NPF Pada
Perbankan Konvensional dan Syariah di Indonesia. Tesis: Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia, 2008
Rifai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008
Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas: Yogyakarta: BPFE
Edisi Keempat, 2003
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Pusat Bahasa
Depdiknas, 2008
Supriyono, R.A. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Buku Satu, Edisi Dua, Cetakan Dua Belas, Yogyakarta: BPFE,1999.
Susilo, Sri, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Salemba Empat, 2000
Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen operasional Bank Syariah.
Cirebon: STAIN Press, 2009
81
Al-Qur’an dan terjemahan.
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) No. 21 Tahun 2008
http://www.syariahmandiri.co.id/
http://www.bi.go.id
http://www.ojk.go.id
82
LAMPIRAN
1. Lampiran Hasil Uji Statistik
Uji Koefisien Determinasi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Model Summary
Mode
l R R Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,888a ,789 ,736 5,851
a. Predictors: (Constant), Sindikasi
Uji Anova
Rasio Profitabilitas (ROE)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 511,896 1 511,896 14,950 ,018b
Residual 136,958 4 34,239
Total 648,854 5
a. Dependent Variable: ROE
b. Predictors: (Constant), Sindikasi
83
Uji Koefisien Regresi
Rasio Profitabilitas (ROE)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 33,524 5,248 6,389 ,003
Sindikasi -1,32 ,343 -,888 -3,867 ,018
a. Dependent Variable: ROE
Koefisien Determinasi
Rasio Non Performing Financing (NPF)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,840a ,706 ,632 1,08033
a. Predictors: (Constant), Sindikasi
84
Uji Anova
Rasio Non Performing Financing (NPF)
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 11,209 1 11,209 9,604 ,036b
Residual 4,668 4 1,167
Total 15,877 5
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), Sindikasi
Uji Koefisien Regresi
Rasio Non Performing Financing (NPF)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,657 ,969 1,710 ,162
Sindikasi ,196 ,063 ,840 3,099 ,036
a. Dependent Variable: NPF
85
2. Kilas Kinerja Bank Syariah Mandiri
86
87
Recommended