View
245
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
KKP PIM III
Citation preview
KERTAS KERJA KELOMPOK (KKK)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENGURANGI KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
(Studi Kasus pada Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Kab. Aceh Selatan)
Disusun oleh:
KELOMPOK IV
Ketua
Sekretaris
Penyaji
Anggota
:
:
:
:
MUAMMAR GADDAFI, S.Ag, MA
FAUZAN HELMY HUTASUHUT, AP, S.Sos, MAP
ANUAR SADAT, SP, M.Si
1. SAMSIDAR, AMK
2. HARTATI, SE
3. JHON AMRIADI, SP, MM
4. FAISALLUDDIN, SKM
5. BAIGINOT, M.Pd
6. EDWIN HARNANI, SH
7. ZAI DULBAR, S.Ag
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN I
PUSDIKLAT KEMENDAGRI REGIONAL BUKITTINGGI
AGAM 2013
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan bahwa Kesehatan
merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 28 H ayat (1): “setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Pembangunan
Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
Pembangunan Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan berdasarkan
kepada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sebagai pelaku dari pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah
masyarakat, pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota), badan legeslatif
serta badan yudikatif. Dengan demikian dalam lingkungan pemerintah baik
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus saling bahu membahu secara
sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan
berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mencapai Millenium
Development Goals (MDGs) yang setinggi-tingginya.
Untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, Kabupaten
Aceh Selatan telah membentuk perangkat daerah yang mengurus dibidang
kesehatan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Selatan Momor 5 Tahun
2008 tentang Susunan dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Aceh Selatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan sebagai satuan kerja yang
bertanggungjawab dibidang pelayanan kesehatan, dalam pelaksanaannya
banyak mendapat persoalan-persoalan dalam pencapaian tujuan
2
pembangunan kesehatan Nasional yaitu terwujudnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi setiap orang.
B. Isu Akatual Pelayanan kesehatan merupakan hak azasi manusia, karena itu masalah
kesehatan harusnya perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Berdasarkan
gambaran tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan melalui Dinas
Kesehatan perlu mengoptimalkan seluruh sumber daya kesehatan baik pada
tingkat Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu maupun Posyandu yang tersebar di
di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
optimal tersebut ada beberapa persoalan yang dihadapi dan menjadi issu
aktual di Kabupaten Aceh Selatan antara lain:
1. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Kasus gizi buruk
3. Kurangnya tenaga medis di beberapa Puskesmas
Isu-isu aktual tersebut sangat penting untuk mendapatkan perhatian oleh
Pemerintah Daerah.
Agar mengetahui Isu aktual prioritas untuk penyelesaian persoalan tersebut
dilakukan analisa melalui Teknik Analisis Manajemen (TAM) yaitu dengan
teknik pembobotan kriteria Urgency (Mendesak), Seriousness (Gawat), dan
Growth (Bertumbuh) (USG). Skala penilaian yang digunakan mengacu pada
skala Likert (angka 1-5):
Angka 5 = Menyatakan sangat mendesak/gawat/dampak
Angka 4 = Menyatakan mendesak/gawat/dampak
Angka 3 = Menyatakan cukup mendesak/gawat/dampak
Angka 2 = Menyatakan kurang mendesak/gawat/dampak
Angka 1 = Menyatakan sangat kurang mendesak/gawat/mendesak
Untuk lebih jelasnya penentuan isu aktual yang diprioritaskan dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini:
3
Tabel 1 MATRIKS ISU AKTUAL PRIORITAS
No. ISU AKTUAL U S G TOTAL 1 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). 5 5 5 15 2 Kasus gizi buruk 4 5 5 14 3 Kurangnya tenaga medis di beberapa
Puskesmas 3 5 4 13
C. Lingkup Bahasan
Berdasarkan pembobotan isu aktual yang telah dilakukan, maka dalam
penulisan Kertas Kerja Kelompok (KKK) ini permasalahan yang akan di bahas
adalah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Lokus dari penulisan kertas kerja kelompok ini adalah Kabupaten Aceh
Selatan, sedangkan fokusnya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
Selatan.
4
BAB II GAMBARAN KEADAAN
A. Gambaran Umum
1. Geografi
Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak pada posisi 02022’36” –
0406’ Lintang Utara dan 96035’40” – 90035’34” Bujur Timur. Daerah dengan
luas 4.005,10 Km2. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Aceh
Selatan terbagi dalam 16 kecamatan, 43 mukim dan 248 desa yang saat ini
telah berubah menjadi gampong.
2. Demografis
Penduduk Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2011 berjumlah 214.229,
terdiri dari 107.552 jiwa penduduk perempuan dan 106.777 penduduk laki-
laki, dengan sex ratio 0,993. Kepadatan penduduk adalah 53,5 orang per
Km2. Kecamatan dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Labuhan
Haji (268,18 orang/Km2), sedangkan yang paling jarang penduduknya
adalah kecamatan Trumon (12,9 orang/Km2).
Komposisi penduduk Aceh Selatan menurut kelompok umur pada tahun
2010 menunjukkan bahwa proporsi penduduk terbesar berada pada
kelompok umur 20 – 24 tahun (10,27%).
3. Kesehatan
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan satu unit
pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan. Puskesmas
sebagai unit pelayanan kesehatan, harus mampu melakukan upaya
kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan
dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta
kebijakan permerintah setempat. Jumlah puskesmas sebanyak 13 unit dan
didukung oleh 7 unit puskesmas pembantu. Dalam proses pelaksanaan
pembangunan di sektor kesehatan pelbagai masalah dan tantangan
berkembang semakin berat dan komplek kadang-kadang tidak terduga hal
ini harus ditangani dengan cepat, tepat dan serius.
5
4. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita
dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Terhitung sejak tahun
1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara (Kemenkes RI, 2010).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue
(DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4.
KLB terakhir tercatat pada tahun 2006 yakni terdapat 80.837 kasus DBD di
Indonesia dengan jumlah korban meninggal sebanyak 1.099 orang, dan
merupakan angka tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Selanjutnya pada
tahun 2007 tercatat kasus DBD sebesar 8.019 orang (sampai 31 Januari
2007) (WHO, 2007 dalam Bakti dkk, 2010).
Sedangkan di Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2010 terdapat 112
kasus DBD (5,3 / 10.000 penduduk) dimana 45 kasus diantaranya terjadi di
kecamatan Tapaktuan. Upaya pencegahan melalui penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih belum optimal dilakukan,
sehingga kasus-kasus yang terjadi relatif meningkat setiap tahunnya.
Terhitung dari bulan Januari - hingga April 2011, kembali warga terserang
DBD mencapai 46 orang, Kota Tapaktuan merupakan terbanyak terserang
DBD. Terakhir pada tahun 2012 masih terjadi kasus demam berdarah
dengue (DBD) di Kabupaten Aceh Selatan, dan menyerang warga
sebanyak 39 kasus.
6
B. Visi dan Misi
1. Visi
“MASYARAKAT ACEH SELATAN YANG MANDIRI UNTUK HIDUP
SEHAT DI TAHUN 2013”
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi, maka misi Dinas Kabupaten Aceh
Selatan adalah:
a. Berpihak pada rakyat.
b. Bertindak cepat dan tepat
c. Kerjasama Tim
d. Integritas yang tinggi
e. Transparan dan akuntabel
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Selatan Momor 5 Tahun 2008 tentang
tentang Susunan dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Aceh Selatan, Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan mempunyai tugas melaksanakan urusan
Pemerintahan Daerah dibidang kesehatan, berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
kesehatan.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.
4. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan.
5. Pelaksanaan pengelolaan UPTD.
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
7
D. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja
1. Tujuan
Tujuan pada hakikatnya adalah menggambarkan suatu rumusan
keinginan yang hendak dicapai dalam waktu yang akan datang dan tujuan
yang dirumuskan itu disesuaikan dengan rencana strategis jangka
panjang dan sesuai dengan isu aktual yang di angkat. Maka tujuan yang
diangkat dalam hal ini adalah “Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan”.
2. Sasaran
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan semua yang akan dicapai atau
dihasilkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan dalam jangka
waktu bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan serta harus
menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan baik bersifat spesifik, terinci dapat
diukur dan dapat dicapai. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah
“Berkurangnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang hampir setiap tahun melanda Kabupaten Aceh Selatan”.
3. Indikator Kinerja
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu ditetapkan indikator kinerja yaitu
ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada
tahun bersangkutan. Berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan di atas, maka ditetapkan indikator kinerjanya adalah “Jumlah
warga terserang DBD”.
8
BAB III GAMBARAN KEADAAN YANG DIINGINKAN
Dalam kurun waktu 1 (satu) tahun mendatang, tingkat kinerja yang diinginkan
adalah tercapainya sasaran yaitu Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi kasus DBD yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Aceh Selatan yang
ditetapkan berdasarkan indikator Jumlah warga terserang DBD. Gambaran kinerja
sekarang dan yang akan datang, secara rinci dapat diuraikan pada Tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2
KINERJA SEKARANG DAN YANG DIINGINKAN
TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN UKURAN 2010 2011 2012 2013
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi kasus DBD yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Aceh Selatan.
Jumlah warga yang terserang DBD.
orang 45 46 39 0
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat pencapaian kinerja yang diinginkan yaitu tidak
adnya warga Kabupaten Aceh Selatan yang terkena penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan pada tahun-tahun berikutnya
diharapkan kejadian DBD tersebut tidak terulang lagi.
9
BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN RENCANA KERJA
A. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Seperti yang penulis sampaikan pada Bab Pendahuluan, isi aktual prioritas
yang perlu ditangani segera adalah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di
di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk mengetahui kendala tersebut perlu
dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal.
Faktor internal dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu Kekuatan
(Strenght) sebagai faktor pendukung keberhasilan yang datang dari dalam
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, dan kelemahan (Weakness)
sebagai faktor yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang berasal dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.
Sedangkan faktor eksternal dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu
Peluang (Opportunities) yang dapat diraih oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Selatan dalam pencapaian tujuan yang bersumber dari luar organisasi.
Dan Ancaman (Threats) sebagai faktor penghambat dalam pencapaian tujuan
yang berasal dari luar Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.
Sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Selatan, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk mengurangi kasus demam
berdarah dengue (DBD) sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
KEKUATAN (S) 1. Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu.
2. Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat baik.
3. Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD.
KELEMAHAN (W) 1. Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah.
3. Kewaspadaan dini dari aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD.
10
PELUANG (O) 1. Adanya program Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
2. Adanya perkumpulan / organisasi masyarakat yang peduli DBD.
3. Adanya program Jumat bersih. ANCAMAN (T) 1. Kurang baiknya penanganan sampah.
2. Kurangnya kepedulian sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan.
3. Lingkungan dengan sanitasinya yang buruk.
Faktor Internal dan eksternal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel
4 dan tabel 5 berikut:
Tabel 4 MATRIK URGENSI FAKTOR INTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL FAKTOR YANG LEBIH URGEN BOBOT
FAKTOR (%) a b c D e f NF
KEKUATAN (STRENGTHS)
a. Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu. b c a e F 1 6,67
b. Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat baik.
b b d e f 2 13,33
c. Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD C b c e f 2 13,33
KELEMAHAN (WEAKNESS)
d. Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas. a d c d d 3 20
e. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah. E e e d e 4 26,67
f. Kewaspadaan dini aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD. f f f d e 3 20
15
11
Tabel 5 MATRIK URGENSI FAKTOR EKSTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL FAKTOR YANG LEBIH URGEN BOBOT
FAKTOR (%) a b c d e f NF
PELUANG (OPPORTUNITIES) a. Adanya program Jumantik a a d e f 2 13,33
b. Adanya perkumpulan / organisasi masyarakat yang peduli DBD a b d b b 3 20
c. Adanya program Jumat bersih a b c c f 2 13,33 ANCAMAN (THREATS)
d. Kurang baiknya penanganan sampah d d c d d 4 26,67
e. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan e b c d e 2 13,33
f. Lingkungan dengan sanitasinya buruk f b f d e 2 13,33 15
Untuk pencapaian sasaran meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi kasus DBD yang setiap tahun terjadi di Kabupaten Aceh Selatan
dapat diidentifikasi nilai dukungan faktor internal dan eksternal sebagaimana
dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7 berikut:
Tabel 6
NILAI DUKUNGAN FAKTOR INTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL NILAI DUKUNGAN
KEKUATAN (STRENGTHS) a. Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu. 3 b. Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat
baik. 4
c. Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD 4 KELEMAHAN (WEAKNESS)
d. Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas. 5 e. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah. 5 f. Kewaspadaan dini aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD. 4
12
Tabel 7 NILAI DUKUNGAN FAKTOR EKSTERNAL
No. FAKTOR EKSTERNAL NILAI DUKUNGAN
PELUANG (OPPORTUNITIES) a. Adanya program Jumantik 5 b. Adanya perkumpulan / organisasi masyarakat yang peduli DBD 4 c. Adanya program Jumat bersih 5 ANCAMAN (THREATS)
d. Kurang baiknya penanganan sampah 3 e. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan 3 f. Lingkungan dengan sanitasinya buruk 4
Untuk mengetahui seberapa besar keterkaitan antara masing-masing faktor
dalam rangka meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi
kasus DBD, dapat dilihat sebagaimana tabel 8 dan tabel 9. Skala penilaian yang
digunakan mengacu pada skala Likert (angka 1 - 5).
13
Tabel 8 NILAI KETERKAITAN FAKTOR INTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL NILAI KETERKAITAN NRK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KEKUATAN (STRENGTHS) 1 Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu. 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2,55 2 Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat baik. 3 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4,27 3 Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD 3 5 3 3 1 4 3 2 1 1 2 2,55 KELEMAHAN (WEAKNESS)
4 Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas. 2 5 3 5 2 3 2 2 2 4 4 3,09 5 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah. 2 5 3 5 1 2 2 4 3 3 4 3,09 6 Kewaspadaan dini aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD. 3 5 1 2 1 3 4 2 1 1 1 2,18
Tabel 9
NILAI KETERKAITAN FAKTOR EKSTERNAL
No. FAKTOR EKSTERNAL NILAI KETERKAITAN NRK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PELUANG (OPPORTUNITIES) 7 Adanya program Jumantik 4 5 4 3 2 3 3 2 1 2 3 2,91 8 Adanya perkumpulan / organisasi masyarakat yang peduli DBD 2 5 3 2 2 4 3 4 4 3 4 3,27 9 Adanya program Jumat bersih 3 3 2 2 4 2 2 4 4 4 3 3 ANCAMAN (THREATS)
10 Kurang baiknya penanganan sampah 2 4 1 2 3 1 1 4 4 3 4 2,64 11 Kurangnya perhatian sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan 2 4 1 4 3 1 2 3 4 3 4 2,82 12 Lingkungan dengan sanitasinya buruk 2 3 2 4 4 1 3 4 3 4 4 3,09
14
B. Pemilihan dan Penetapan Faktor Kunci Keberhasilan
Agar dapat memanfaatkan kekuatan, meminimalkan kelemahan,
meningkatkan peluang, dan mengubah ancaman menjadi peluang dalam
pencapaian sasaran organisasi, perlu dicari Faktor-faktor Kunci Sukses (FKS)
yang dapat dilihat pada tabel 10 dan tabel 11 berikut:
Tabel 10 REKAPITULASI PENILAIAN FAKTOR KUNCI SUKSES INTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL BF % ND NBD (BFxND)
NRK NBK (BFxNRK)
TNB (NBDxNBK)
FKS
KEKUATAN (STRENGTHS)
1 Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu.
7 3 0,20 2,55 0,17 0,37 III
2 Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat baik.
13,33 4 0,53 4,27 0,57 1,10 I
3 Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD
13,33 4 0,53 2,55 0,34 0,87 II
Jumlah 2,35 KELEMAHAN (WEAKNESS)
4 Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas.
20 5 1 3,09 0,62 1,62 II
5 Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah.
26,67 5 1,33 3,09 0,82 2,16 I
6 Kewaspadaan dini aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD.
20 4 0,80 2,18 0,44 1,24 III
Jumlah 5,01
berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan faktor kunci sukses untuk kekuatan
urutan pertama adalah petugas sudah mampu melakukan penyuluhan kepada
masyarakat, tinggal bagaimana Dinas Kesehatan dapat memberikan layanan
penyuluhan masyarakat yang intensif berdasarkan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam rangka pencegahan DBD. Sedangkan faktor kunci sukses
untuk meminimalkan kelemahan yang menjadi penekanan utama adalah
tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah.
15
Tabel 11 REKAPITULASI PENILAIAN FAKTOR KUNCI SUKSES EKSTERNAL
No. FAKTOR INTERNAL BF % ND NBD (BFxND)
NRK NBK (BFxNRK)
TNB (NBD+NBK)
FKS
PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Adanya program Jumantik 13,33 5 0,67 2,91 0,39 1,05 I
2 Adanya perkumpulan / organisasi masyarakat yang peduli DBD
20,00 4 0,80 3,27 0,65 1,45 II
3 Adanya program Jumat bersih
13,33 5 0,67 3,00 0,40 1,07 III
Jumlah 3,58 ANCAMAN (THREATS)
3 Kurang baiknya penanganan sampah
26,67 3 0,80 2,64 0,70 1,50 III
4 Kurangnya perhatian sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan
13,33 3 0,40 2,82 0,38 0,78 II
5 Lingkungan dengan sanitasinya buruk
13,33 4 0,53 3,09 0,41 0,95 I
Jumlah 3,22
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan faktor kunci sukses untuk peluang
urutan pertama adalah adanya program Jumantik. Jumantik atau juru pemantau
jentik adalah warga masyarakat setempat yang telah dilatih oleh petugas
kesehatan atau Puskesmas sehingga mengenal penyakit Demam Berdarah dan
cara-cara pencegahannya. Sedangkan faktor kunci sukses untuk ancaman yang
menjadi penekanan utama adalah Lingkungan dengan sanitasinya buruk, sebagai
akibat pembangunan yang tidak berpihak pada lingkungan seperti lingkungan
yang lembab, terdapat genangan air dimana-mana, buang air besar tidak pada
tempatnya (sembarangan) dan lain sebagainya.
Hasil rekapitulasi penilaian faktor kunci sukses pada tabel 10 dan tabel 11, maka
teridentifikasi faktor kunci sebagai berikut:
Kekuatan (S) Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada
masyarakat sangat baik.
Kelemahan (W) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya
masih rendah.
16
Peluang (O) Adanya program Jumantik.
Ancaman (T) Lingkungan dengan sanitasinya buruk.
Selanjutnya, berdasarkan rekapitulasi penilaian faktor kunci sukses faktor internal
dan eksternal di atas, maka dapat ditentukan posisi kekuatan organisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan sebagai berikut:
S = 2,35; W = 5,01;
O = 3,58; T = 3,22
S – W = -2,67
O – T = 0,35
Posisi kekuatan untuk mencapai sasaran berada pada kuadran III (merger)
artinya untuk mengurangi jumlah kasus DBD di Kabupaten Aceh Selatan maka
Dinas Kesehatan perlu melakukan kombinasi strategi yang dapat memanfaatkan
peluang yang ada dan menghilangkan atau meminimalham kelemahan internal
yang ada.
Gambar 1
POSISI KEKUATAN
2
-1
-2 2
S = 2,35
O = 3,58
W = 5,01
T = 3,22 0,35
-2,67
II status quo
I ekspansi
IV likuidasi
III merger -2
17
C. Strategi Dan Rencana Kegiatan
Strategi merupakan seni memadukan antar faktor kunci keberhasilan agar
terjadi sinergi dalam pencapaian tujuan dengan strategi dapat
mengoptimalkan sumberdaya unggulan dalam memaksimalkan pencpaian
sasaran kinerja dalam manajemen, cara terbaik untuk mencapai tujuan,
sasaran dan kinerja adalah dengan strategi memberdayakan sumberdaya
yang efektif.
Dalam penyusunan strategi dilakukan dengan memakai matrik SWOT yang
didasarkan pada prinsip pemberdayaan sumber daya unggulan organisasi
dengan cara memadukan antar kekuatan kunci keberhasilan agar terciptanya
kesatuan arah dan sinergi dalam pencapaian sasaran.
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis pada faktor yang berpengaruh,
dalam kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan pada strategi
kuadran III, bahwa Dinas Kabupaten Aceh Selatan harus meminimalkan
masalah-masalah internal, sehingga dapat merubah peluang yang lebih baik,
maka langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:
18
Tabel 12 STRATEGI SWOT
FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
FAKTOR EKSTERNAL
1. Baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu.
2. Kemampuan petugas melakukan penyuluhan kepada masyarakat sangat baik.
3. Ketersedeiaan dana yang cukup untuk penanggulangan DBD.
1. Tidak cukupnya tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap Puskesmas.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih rendah.
3. Kewaspadaan dini dari aparatur yang kurang terhadap kejadian wabah DBD.
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO 1. Adanya program
Jumantik 2. Adanya perkumpulan /
organisasi masyarakat. 3. Adanya program Jumat
bersih.
Optimalkan Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu sebagai motivator dan penggerak dalam Pencegahan dan Pemberantasan DBD melalui organisasi masyarakat yang ada.
Membentuk kader Jumatik untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga supaya terhindar dari DBD.
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT 1. Kurang baiknya
penanganan sampah. 2. Kurangnya kepedulian
sebagian masyarakat pada kebersihan lingkungan
3. Lingkungan dengan sanitasinya yang buruk.
Manfaatkan dana yang cukup untuk mempebaiki lingkungan yang sanitasinya buruk.
Menghimpun berbagi potensi masyarakat, keluarga dan perorangan agar berperan aktif dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD.
Berdasarkan formulasi strategi maka dapat disusun rencana aksi kegiatan seperti
terdapat pada tabel 13 berikut ini:
20
Tabel 13 TABEL RENCANA AKSI
SASARAN DAN INDIKATOR
STRATEGI (PROGRAM) KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
WAKTU BIAYA
SASARAN: Berkurangnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang hampir setiap tahun melanda Kabupaten Aceh Selatan. INDIKATOR: Jumlah warga terserang DBD.
1. Optimalkan Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu sebagai motivator dan penggerak dalam Pencegahan dan Pemberantasan DBD melalui organisasi masyarakat yang ada.
1. Membentuk tim terpadu dengan melibatkan organisasi masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan
Februari – Maret 2013
PM
2. Koordinasi dalam rangka pemantauan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk pencegahan dan penanggulangan DBD.
Kepala Dinas Kesehatan.
April 2013 PM
2. Membentuk kader Jumantik untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga supaya terhindar dari DBD.
1. Membentuk kader Jumantik dengan rasio minimal 1 orang setiap 60 rumah.
Kepala Dinas Kesehatan
April 2013 PM
2. Melakukan pemeriksaan, bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga.
Kabid Yankes Juni – Desember 2013
PM
3. Manfaatkan dana yang cukup untuk mempebaiki lingkungan yang sanitasinya buruk.
1. Bantuan jamban umum dan keluarga untuk daerah yang masyarakatnya masih buang air disembarang tempat.
Kepala Dinas Kesehatan
April – September 2013
PM
2. Penyuluhan dan sosialisai. Kabid Yankes Oktober – November 2013
PM
4. Menghimpun berbagi potensi masyarakat, keluarga dan perorangan agar berperan aktif untuk menggerakkan masyarakat lainnya dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang DBD.
1. Pendekatan formal maupun informal kepada tokoh masyarakat, LSM dan organisasi pemuda.
Sekretaris Dinas Maret 2013 PM
2. Memfasilitasi masyarakat dalam memahami permasalahan yang ada dilingkungannya.
Kabid Pelayanan Kesehatan
Juni 2013 PM
21
D. Monitoring dan Evaluasi
Untuk keberhasilan program kerja sesuai dengan strategi yang ditetapkan, maka perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan untuk memastikan bahwa pelaksanaan
rencana kegiatan dan sumber daya digunakan secara efektif dan efisien. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan maka monitoring dan evaluasi
dilakukan terhadap target, realisasi, waktu dan biaya. Monitoring dan evaluasi
terhadap rencana aksi sebagaimana dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini:
Tabel 14 MONITORING DAN EVALUASI
No. Kegiatan Target Waktu Biaya Ket. Realisasi
1 Membentuk tim terpadu dengan melibatkan organisasi masyarakat.
Target Februari – Maret 2013
PM
Realisasi 2 Koordinasi dalam rangka
pemantauan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk pencegahan dan penanggulangan DBD.
Target April 2013
PM
Realisasi
3 Membentuk kader Jumantik dengan rasio minimal 1 orang setiap 60 rumah.
Target April 2013
PM
Realisasi 4 Melakukan pemeriksaan,
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan keluarga.
Target Juni – Des 2013
PM
Realisasi 5 Bantuan jamban umum dan
keluarga untuk daerah yang masyarakatnya masih buang air disembarang tempat.
Target April – Sept. 2013
PM
Realisasi
6 Penyuluhan dan sosialisai. Target Oktober – Nov. 2013
PM
Realisasi 7 Pendekatan formal maupun
informal kepada tokoh masyarakat, LSM dan organisasi pemuda.
Target Maret 2013
PM
Realisasi
8 Memfasilitasi masyarakat dalam memahami permasalahan yang ada dilingkungannya.
Target Juni 2013
PM
Realisasi
22
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil analisa terhadap kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Aceh Selatan maka
faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Selatan sebagai berikut:
1. Kekuatan, Petugas sudah mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Kelemahan, Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD umumnya masih
rendah.
3. Peluang, Adanya program Jumantik.
4. Ancaman, Lingkungan dengan sanitasinya buruk.
B. Saran
Untuk mengurangi jumlah kasus DBD di Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2013
maka Dinas Kesehatan perlu menyusun strategi yang dapat menangkap berbagai
peluang dan meminimalkan kelemahan internal yang ada yaitu sebagai berikut:
1. Membentuk tim terpadu dengan melibatkan organisasi masyarakat.
2. Koordinasi dalam rangka pemantauan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) untuk pencegahan dan penanggulangan DBD.
3. Membentuk kader Jumantik dengan rasio minimal 1 orang setiap 60 rumah.
4. Melakukan pemeriksaan, bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dan
keluarga.
5. Bantuan jamban umum dan keluarga untuk daerah yang masyarakatnya masih
buang air disembarang tempat.
6. Penyuluhan dan sosialisai.
7. Pendekatan formal maupun informal kepada tokoh masyarakat, LSM dan
organisasi pemuda.
8. Memfasilitasi masyarakat dalam memahami permasalahan yang ada
dilingkungannya.
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK APARATUR
Tanggal pengambilan data : ..................................................
Umur/Jenis kelamin : ..................................................
Lokasi/Alamat : ....................................................
1. Dimana saja daerah paling sering terjangkit DBD? 2. Berapa banyak angka penderita pada kasus DBD dalam 3 tahun terakhir? Berapa
jumlah angka kematiannya? 3. Apa penyebab umum terjadinya kasus DBD di daerah ini? 4. Berapa jumlah penduduk (jiwa)? Berapa jumlah KK? 5. Bagaimana prosedur penanganan kasus DBD di Posyandu, Pustu, Puskesmas
serta Rumah Sakit? 6. Sejauhmana kemampuan petugas dalam melakukan penyuluhan?
a. Berapa jumlah petugas penyuluhan di setiap Puskesmas? b. Apa Latar belakang pendidikan petugas penyuluhan? c. Pelatihan teknis apa saja yang pernah diikuti petugas?
7. Berapa kali penyuluhan tentang DBD dilaksanakan dalam setahun? 8. Berapa jumlah tenaga sanitarian dan ahli kesmas di setiap puskesmas/? Apakah
masyarakat memiliki pengetahuan tentang DBD? 9. Apakah ada dibentuk Juru Pemantau Jentik (Jumantik) disetiap desa/kelurahan?
Berapa orang jumlahnya? 10. Apakah masyarakat bersikap waspada terhadap kejadian wabah DBD? 11. Apakah masyarakat peduli tentang keadaan kebersihan lingkungan sekitar? 12. Bagaimana pola hidup bersih dan sehat di masyarakat? 13. Organisasi masyarakat apa saja yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap
kasus DBD? 14. Bagaimana kondisi sanitasi di masyarakat? 15. Berapa kali Pemerintah Daerah dan masyarakat melaksanakan program 3M? 16. Berapa kali dilaksanakan fogging di tempat DBD? 17. Apakah program Jumat bersih masih berjalan efektif di masyarakat? 18. Bagaimana penanganan sampah dari rumah tangga sampai TPA? Setiap kapan
petugas kebersihan beroperasi menangani sampah rumah tangga? 19. Apakah anggaran untuk DBD sudah memadai dan berapa besarnya dana yang
dianggarkan setiap tahun? 20. Kegiatan apa saja yang dibuat Dinas Kesehatan untuk mencegah dan menangani
kasus DBD? 21. Faktor-faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman apa saja, yang saat ini
dimiliki Dinas kesehatan dalam penanganan DBD?
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK MASYARAKAT
Tanggal pengambilan data : ..................................................
Umur /Jenis kelamin : ..................................................
Lokasi/Alamat : ....................................................
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Demam Berdarah (DBD)?
2. Dari mana bapak mendapat informasi tentang DBD?
3. Menurut Bapak/Ibu siapa yang bertanggungjawab tentang DBD?
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di tempat
tinggal?
5. Apakah menurut Bapak/Ibu ada organisasi masyarakat yang peduli tentang DBD?
6. Apakah kebersihan lingkungan berkaitan penting dengan kejadian DBD?
7. Jika ada tetangga/masyarakat yang terserang DBD, apa kesulitan yang Bapak/Ibu
hadapi untuk mendapatkan pelayanan?
8. Sejauhmana partisipasi masyarakat terhadap DBD? Apa bentuk yang dilakukan?
9. Berapa kali dilaksanakan fogging di tempat DBD?
Recommended