View
77
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
KESEIMBANGAN ASAM BASA
pH darahHCO3
- = 20 Normal 7,40H2CO3
HCO3- < 20 Asidosis < 7,40
H2CO3
HCO3- > 20 Alkalosis > 7,40
H2CO3
Kapan disebut metabolik? bila yang berubah bikarbonat (HCO3-)
Kapan disebut respiratorik? bila yang berubah asam karbonat (H2CO3) ↓
H2O + CO2
Kapan terjadi asidosis?Bila HCO3
- < 20 , ini bisa terjadi bila :H2CO3 1
a) HCO 3- = ↓ asidosis metabolik
H2CO3 Nb) HCO 3
- = N asidosis respiratorikH2CO3 ↑
Kapan terjadi alkalosis?Bila HCO3
- > 20 , ini bisa terjadi bila :H2CO3 1
a) HCO 3- = ↑ alkalosis metabolik
H2CO3 Nb) HCO 3
- = N alkalosis respiratorikH2CO3 ↓
Gangguan Keseimbangan Asam
Basa
Asidosis
Respiratorik
Metabolik
Alkalosis
Respiratorik
Metabolik
Rumus :
Jadi, bila HCO3- ↑ diimbangi H2CO3 ↑ HCO3
- = 20 pH = 7,40 (terkompensasi) H2CO3 1
Cara Kompensasi :1) HCO 3
- = ↑↑ ↑↑ = 20 Peninggian H2CO3
H2CO3 N ↑↑ terjadi melalui hipopnoe(hipoventilasi)
2) HCO 3- = ↓ ↓ = 20 Penurunan H2CO3
H2CO3 N ↓ terjadi melalui hiperpnoe(hiperventilasi)
3) HCO 3- = N ↓ = 20 Penurunan HCO3- terjadi
H2CO3 ↓ ↓ melalui reabsorbsibikarbonat dalam tubuliginjal yang menurun
4) HCO 3- = N ↑ = 20 Peninggian HCO3- terjadi
H2CO3 ↑ ↑ melalui reabsorbsibikarbonat dalam tubuliginjal yang meningkat
Bila setelah kompensasi :HCO3
- ≠ 20 tidak terkompensasiH2CO3 = 20 terkompensasi
HCO3- ↑ Alkalosis metabolik
↓ Asidosis metabolikH2CO3 ↑ Asidosis respiratorik
↓ Alkalosis respiratorik
pH = pKa + log HCO3-
H2CO3
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Penyebab Kompensasi
Asidosis MetabolikHCO3
- = ↓↓ = ↓↓H2CO3 N ↓
1. DM yang tidak terkontrol dengan ketosis (ketoasidosis)
2. Muntah-muntah yang asam
3. Penyakit ginjal4. Keracunan garam asam5. Banyak kehilangan cairan
usus halus / colon, misalnya pada diare atau colitis
6. Kehilangan banyak elektrolit
Hiperpnoe (pernapasan dalam dan cepat)
↓Bila masih hiperpnoe berarti masih belum terkompensasi
Asidosis RespiratorikHCO3
- = N = ↑ H2CO3 ↑↑ ↑↑
1. Penyakit dengan gangguan pernapasan :a. Pneumoniab. Emphysemac. Decomp cordisd. Asthma bronchiale
2. Depresi pusat pernapasan, misalnya : keracunan morfin
3. Alat respirator tidak / kurang berfungsi
Reabsorbsi bikarbonat ditingkatkan hingga perbandinganHCO3
- = 20H2CO3
Alkalosis MetabolikHCO3
- = ↑↑ = ↑↑H2CO3 N ↑
1. Pengobatan dengan antasid berlebihan pada penderita ulcus pepticum
2. Obstruksi pylorus dengan muntah-muntah yang asam(muntah-muntah yang asam >> HCl hilang tubuh kekurangan Cl gangguan keseimbangan asam basa (Hypochloremic alkalosis)
3. Gastric suction yang berlebihan
4. Penyakit Cushing / sindroma Cushing
5. Pengobatan dengan kortison yang berlebihan
6. Keadaan post operatif dimana diberikan infus tanpa kalium dalam waktu yang lama
1. Hipopnoe (pernapasan dangkal dan lambat)
2. Reabsorbsi bikarbonat dalam tubuli ginjal diturunkan sehingga banyak bikarbonat dalam urin dan juga kation-kation (Na+, K+)
↓Bila belum terkompensasi (pH ≠ 7,40)
↓Kation defisit!!Defisiensi K+ cardiac arrest fatal!!
↓ PencegahanTubuh hemat K+ keluarkan urine asam (paradoxic aciduria) yaitu : keadaan alkalosis dimana urin yang seharusnya alkalis ternyata asam.
Alkalosis RespiratorikHCO3
- = N = ↓ H2CO3 ↓ ↓↓
1. Hiperventilasi pada histeri2. Penyakit susunan saraf
pusat yang mempengaruhi sistem pernapasan sehingga hiperventilasi
3. Keracunan salisilat permulaan
4. Penderita coma hepaticum kussmaul
5. Hiperpnoe pada ketinggian yang amat tinggi (mendaki gunung)
TERAPI PADA GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
I. Asidosis Metabolik1. Diberikan cairan yang mengandung bikarbonat. Bila berat dengan pH < 7,10
segera diberikan bikarbonat 2-4 mEq/kgBB.2. Bila mungkin lakukan pemeriksaan analisis gas darah dengan memakai rumus
berikut :Bikarbonat yang diperlukan (mEq) = BE x BB x 0,3Keterangan :- BE = Base excess (kelebihan basa) yang merupakan perbedaan antara
konsentrasi natrium bikarbonat yang dikehendaki dan yang terukur saat itu dalam mEq/l. BE yang negative berarti defisit basa.
- BB = Berat badan dalam kg- 0,3 = factor distribusi natrium bikarbonat dalam tubuh.
3. Keadaan terkompensasi (pH normal) berikan separuh cairan secara cepat dan sisanya dengan infus. Keadaan tak terkompensasi (pH < 7,10) berikan koreksi penuh secara cepat.
4. Bila terdapat gangguan fungsi ginjal pemberian natrium bikarbonat harus hati-hati, karena natrium dapat meningkatkan volume cairan ekstraselular.
II. Asidosis RespiratorikKoreksi cairan perlu disertai pemeriksaan pH dan analisis gas darah. Pengobatan yang tepat adalah memperbaiki ventilasi dengan respirator.
III. Alkalosis MetabolikPengobatan alkalosis metabolik adalah dengan pemberian amonium klorida dengan dosis dihitung menurut rumus:Amonium klorida yang diperlukan (mEq) = (Ki-Ku) x BB x fd
atau 0,3 x BB x BE
Keterangan:- Ki = Konsentrasi bikarbonat natrikus yang diinginkan - Ku = Konsentrasi bikarbonat natrikus yang diukur - BB = Berat badan dalam kg- fd = Faktor distribusi dalam tubuh, untuk ammonium klorida adalah 0,2 – 0,3
IV. Alkalosis RespiratorikPengobatan ditujukan terhadap etiologi, di samping usaha untuk meningkatkan pCO2 dalam darah.
PERHITUNGAN STATUS GIZI
Untuk menentukan status gizi, bisa menggunakan dua cara yaitu Z score dan CDC :
Tabel Interpretasi Skor Z
Z score Indikator pertumbuhan
TB/U BB/U BB/TB BMI /U
> + 3 SD - - Obese Obese
> + 2 SD Normal - Gizi lebih Gizi lebih
> +1 SD Normal - Resiko gizi lebih Resiko gizi lebih
0 Median Normal Normal Normal Normal
< -1 SD Normal Normal Normal Normal
< - 2SD Pendek Gizi kurang Kurus Kurus
< -3 SD Sangat pendek Gizi buruk Sangat kurus Sangat kurus
Tabel interpretasi CDC
Contoh kasus untuk menentukan status gizi :
Z-score :
Nama U
Jenis kelamin Laki-laki
Usia 4 tahun
BB 18 kg
TB 98 cm
Menurut dari tabel BB/U (Z-score):
nilai adalah 0 (median) merujuk tabel interprestasi skor Z termasuk BB normal
Menurut CDC
Status gizi menurut CDC
BB/U x 100%
18/16 x 100% = 112% gizi baik (80-120%)
TB/U x 100%
98/102 x 100% = 96% tinggi normal (90-110%)
BB/TB x 100%
18/15 x 100% = 120% gizi baik (>90%)
2.
Status gizi menurut CDC
BB/U x 100%
26/32 x 100% = 81% gizi kurang (70-90% tanpa edema)
TB/U x 100%
133/139 x 100% = 95% tinggi normal (90-110%)
BB/TB x 100%
26/29 x 100% = 89% gizi kurang (70-90%)
Nama A
Jenis kelamin Laki-laki
Usia 10 tahun
BB 26 kg
TB 133 cm
Menurut CDC
MENGHITUNG PERKEMBANGAN BAYI DAN ANAK
Deteksi perkembangan anak untuk tes psikomotorik dengan menggunakan Denver Developmental Screening test II (DDST II), yaitu salah satu tes metode skrening yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa pada anak. DDST II merupakan salah satu tes psikomotorik yang sering digunakan di klinik atau rumah sakit bagi tumbuh kembang anak.
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
a. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining
hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
a. Personal Social (perilaku sosial)
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
c. Language (bahasa)
d. Gross motor (gerakan motorik kasar)
b. Alat yang digunakan
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/
kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna
(tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
Lembar formulir DDST II
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan, 9-12 bulan, 3-24 bln, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun
Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa.
Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
4. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun.
Contoh perhitungan anak lahir sesuai usia kehamilan:
Budi lahir pada tanggal 23 Mei 2010 kehamilan cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2012. Maka perhitungannya adalah seperti berikut.
Tes dilakukan 2012 – 10 – 5
Tanggal lahir 2010 – 5 - 23
Umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan 12 hari. Karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan ke bawah dan umur Budi 2 tahun 4 bulan.
Kemudian garis umur ditarik vertikal pada DDST yang memotong tugas-tugas perkembangan pada 4 sektor. Tugas yang terpotong disebelah kiri, umunya dapat dilakukan oleh anakseusia Budi. Apabila Budi gagal melakukan tugas-tugas tersebut, F, maka berarti terjadi satu keterlambatan. Apabila tugas yang gagal dilakukan berada pada kotak yang terpotong pada garis umur, maka ini bukan satu keterlambatan. Karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan. Begitu pula pada kotak sebelah kanan. Pada hujung kotak yang terdapat kode R cukup perkembangan ditanyakan ke orang tua. Jika nomer, tes dilakukan sesuai petunjuk disebalik formulir.
Contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Februari
2012. Sehingga sekarang, kedua tangan masih menggenggam dan tidak bisa
menggulingkan badan. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1
September 2012. Hitung usia kronologis An. Lula.
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-2-2012
Tanggal periksa : 1-9-2012
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2012 – 9 – 1 An. Lula prematur 32 minggu
2012 – 2 – 5 Aterm = 37 minggu
Maka 37 – 32 = 5 minggu
6 bulan 25 hari = 7 bulan
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 7 bulan.
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
7 bulan dikurangi 35 hari = 175 hari = 5 bulan 25 hari
Atau
6 bulan
Interpretasi dari nilai Denver II
Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75
Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu
Interpretasi tes
Normal - Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect - Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable - Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia
atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75%
sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.
LAMPIRAN
A. GERAKAN MOTOR HALUS
Gerakan Motor Halus Mean Range normal
Unfisted 3 months 0 to 4 months
Bats at objects 3 months 2 to 5 months
Objects to midline 4 months 3 to 6 months
Transfers objects 5 months 4 to 7 months
Raking grasp 7 months 5 to 10 months
Finger feeds 7 months 5 to 10 months
Primitive pincer 8 months 6 to 10 months
Neat pincer 9 months 7 to 10 months
Voluntary release 12 months 10 to 15 months
Helps with dressing 12 months 10 to 16 months
Spoon feeds 15 months 12 to 18 months
Uses cup open/sippy 15 months 10 to 18 months
Imitates housework 18 months 14 to 24 months
Handedness 24 months 18 to 30 months
Helps with undressing 24 months 22 to 30 months
Undresses self 36 months 30 to 40 months
Toilet training 24 to 36 months
B. BAHASA
Bahasa Mean Range Normal
Cooing 3 months 1 to 4 months
Laugh 4 months 3 to 6 months
Turns to voice 4 months 3 to 6 months
Babbling 6 months 5 to 9 months
Dada/mama non-specifically 8 months 6 to 10 months
Gesture games 9 months 7 to 12 months
Understands no, 10 months 9 to 18 months
Mama/dada specifically 10 months 9 to 14 month
One step command with a gesture 12 months 10 to 16 months
Immature jargoning 13 months 10 to 18 months
One step command w/out a gesture 15 months 12 to 20 months
Points to body parts 18 months 12 to 24 months
Mature jargoning 18 months 16 to 24 months
Puts two words together 24 months 20 to 30 months
Pronouns inappropriately 24 months 22 to 30 months
Two step command 24 months 22 to 30 months
States first name 34 months 30 to 40 months
Pronouns appropriately 36 months 30 to 42 months
C. KEPERIBADIAN DAN TINGKAH LAKU SOSIAL
Social / Emosional Mean Range Normal
Social smile 5-6 weeks 1 to 3 months
Object permanence 9 months 6 to 12 months
Stranger anxiety 9 months 6 to 12 months
Affective sharing 10 months 9 to 18 months
Uses mother as secure base 12 months 9 to 18 months
Separation distress 12 months 9 to 24 months
Independence 18 months 12 to 36 months
Parallel play 24 months 12 to 30 months
Associative play 30 months 24 to 48 months
Cooperative play 36 months
Recommended