View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TINGKAT KESEHATAN DAN EFISIENSI PADA
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI JABODETABEK
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Master Ekonomi
(M.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh
RATIH RUSLIA
NIM: 21140850100021
MAGISTER PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah memberikan penulis
kesehatan dan keselamatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan
judul “Tingkat Kesehatan dan Efisiensi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Di Jabodetabek” sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pascasarjana (S2) Jurusan Magister Perbankan Syariah Konsentrasi
Keuangan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Besar Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallam sebagai pembawa risalah,
penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat manusia serta para sahabat,
keluarga, dan orang-orang sholeh maupun sholehah yang diridhoi Allah Azza Wa
Jalla.
Dalam penyusunan tesis ini banyak pihak yang memberi bantuan,
motivasi, dan do‟a kepada penulis. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada banyak pihak. Yang paling utama penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Drs. Rusli Hasan dan
ibunda Siti Hanifah, orangtua paling luar biasa yang telah membimbing penulis
dengan penuh kasih sayang yang tulus serta atas segala doa, kesabaran, jerih
payah, pengorbanan, nasihat yang senantiasa memberikan semangat tanpa jemu
hingga Ananda bisa melakukan penelitian ini. Tiada kata yang pantas selain
ucapan doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan pernah terbalaskan.
v
Terimakasih untuk Suami ku tercinta Muhamad Nur Ali yang selalu sabar
mendengarkan keluh kesah dari penulis dalam penyusunan penelitian ini,
terimakasih atas segala pengertian, perhatian, cinta, doa, waktu, nasihat, bantuan
dan motivasinya yang luar biasa hingga mendorong penulis untuk semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini. Dan Anandaku tercinta Muhammad Rafli Al Farizi,
berkah kehadiran kamu, celotehan dan tawa kamu menjadi obat penawar lelah
yang ada dan menjadi semangat dalam melakukan penelitian agar bisa menjadi
seorang ibu yang cerdas dan bisa memberikan ilmu yang bermanfaat kelak.
Keluarga yang penulis cintai dan sayangi, Ayahanda mertua Sanun dan
Ibunda Mertua Suadah, kakanda Kiki Fahlevi, Feby Aprilia, Taufan Anop, Asti
Widyastuti, Yeni, Meli dan ke tiga adik penulis Anggy Masyyta, Agun dan Icha,
serta kelima keponakan penulis, Edelweis, Jibril, Widfan, Faqih, Putri, Adam dan
Bagus yang telah memberi keceriaan, semangat dan do‟a kepada penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penyusunan tesis ini:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., BKP selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan yang telah memberikan masukan kepada
penulis dalam mengerjakan tesis ini.
vi
3. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku Ketua Prodi Magister Perbankan
Syariah dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM., MBA selaku Sekretaris Prodi
Magister Perbankan Syariah dan jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan masukan, semangat dan membantu dalam proses
administrasi.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu yang bermanfaat, motivasi seta masukan yang sangat berarti
selama mengerjakan tesis ini. Tiada kata yang pantas selain ucapan doa dari
penulis atas apa yang telah diberikan.
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing II dengan
kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu yang bermanfaat, motivasi serta masukan yang sangat
berarti selama mengerjakan tesis ini. Tiada kata yang pantas selain ucapan
doa dari penulis atas apa yang telah diberikan.
6. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis baik pimpinan maupun staf UIN
Syarif Hidayatullah yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
yang mana telah memberikan semangat, arahan serta sharing kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di Magister Perbankan Syariah
Angkatan II (dua), Mba Rini, Mba Sri, Cece, Fitri, Alfian, Erwin, Frizan,
Brian dan Syauzi yang memberi keceriaan, motivasi, dan sharing kepada
penulis.
vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak lepas dari kekurangan dan
keterbatasan, semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak,
khususnya dalam bidang perbankan syariah.
Jakarta, 30 Juli 2018
Ratih Ruslia, SE
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xiii
ABSTRAK ................................................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................ 7
1.3 Batasan Penelitian ................................................................................................ 8
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................ 9
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 9
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 12
2.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................................... 12
2.1.1 Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ........................... 12
2.1.2 Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................................ 15
2.1.3 Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................... 16
2.2 Penilaian Kesehatan Bank ................................................................................. 17
ix
2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank ..................................................................... 17
2.2.2 Penilaian tingkat kesehatan BPRS dengan CAMEL ............................... 18
2.3 Konsep Efisiensi ................................................................................................ 22
2.3.1 Pengertian Efisiensi ...................................................................................... 22
2.3.2 Pengukuran Efisiensi .................................................................................... 23
2.3.3 Konsep Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) .................... 25
2.3.4 Penentuan Variabel Input-Output ................................................................. 27
2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 28
2.5 Kerangka Berfikir .............................................................................................. 48
2.6 Hipotesis ............................................................................................................ 50
BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................................................... 51
3.1 Sifat dan Jenis Penelitian ................................................................................... 51
3.2 Sumber Data ...................................................................................................... 51
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 52
3.4 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 53
3.5 Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 54
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................................ 59
3.6.1 Kesehatan Bank ....................................................................................... 59
3.6.2 Efisiensi Bank ......................................................................................... 61
3.6.2.1 Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment
Analysis (DEA) ........................................................................... 62
3.6.2.2 Model Pengukuran Efisiensi ....................................................... 63
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 65
x
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................................... 65
4.2 Hasil Analisis Data Kesehatan BPRS ................................................................. 65
4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi BPRS .................................... 74
BAB V : SIMPULAN DAN IMPLIKASI .......................................................................... 104
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 104
5.2 Implikasi ........................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 107
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 112
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Syariah ......................................... 1
Tabel 1.2 : Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Total Aset ....................... 3
Tabel 2.1 : Perbedaan Antara BPR Konvensional dan BPR Syariah ......................................... 12
Tabel 2.2 : Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ............................................................................. 14
Tabel 2.3 : Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank .............................................................. 21
Tabel 2.4 : Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank Pada Penelitian ..................................... 22
Tabel 2.5 : Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................................. 41
Tabel 3.1 : Tingkat Kesehatan Bank ......................................................................................... 54
Tabel 4.1 : Ringkasan Pengolahan Kasus .................................................................................. 66
Tabel 4.2 : Dependent Variabel Encoding ................................................................................. 66
Tabel 4.3 : Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat .................................................................. 67
Tabel 4.4 : Hasil Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat ........................................................ 67
Tabel 4.5 : Omnibus Test Of Model Cefficients ........................................................................ 69
Tabel 4.6 : Hosmer and Lemeshow Test .................................................................................... 70
Tabel 4.7 : Uji Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke‟s R2 .................................. 70
Tabel 4.8 : Koefisien Regresi Logistik ...................................................................................... 71
Tabel 4.9 : Koefisien Regresi Logistik dan Tingkat Signifikansi Variabel
Independen .............................................................................................................. 72
Tabel 4.10 : Tingkat Efisiensi BPRS di Wilayah Jabodetabek .................................................. 74
Tabel 4.11 : Tingkat Efisiensi BPRS “CA” di Wilayah Jakarta ................................................ 78
Tabel 4.12 : Tingkat Efisiensi BPRS “AU” di Wilayah Bogor ................................................. 80
xii
Tabel 4.13 : Tingkat Efisiensi BPRS “IC” di Wilayah Bogor ................................................... 82
Tabel 4.14 : Tingkat Efisiensi BPRS “AB” di Wilayah Depok ................................................. 84
Tabel 4.15 : Tingkat Efisiensi BPRS “AH” di Wilayah Depok ................................................. 86
Tabel 4.16 : Tingkat Efisiensi BPRS “BR” di Wilayah Tangerang ........................................... 88
Tabel 4.17 : Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” di Wilayah Tangerang ........................................ 90
Tabel 4.18 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” di Wilayah Tangerang ...................................... 92
Tabel 4.19 : Tingkat Efisiensi BPRS “MU” di Wilayah Tangerang .......................................... 94
Tabel 4.20 : Tingkat Efisiensi BPRS “AI” di Wilayah Bekasi .................................................. 96
Tabel 4.21 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” di Wilayah Bekasi ............................................ 98
Tabel 4.22 : Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” di Wilayah Bekasi ........................................... 100
Tabel 4.23 : Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” di Wilayah Bekasi .............................................. 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 49
xiv
ABSTRACT
This study aims to analyze financial ratios with CAMEL approach in measuring
BPRS health level and To analyze the efficiency level of BPRS in Jabodetabek by
Data Envelopment Analysis (DEA) method. The data used is secunder data for the
period of 2015-2017, which is sourced from the publication report of Sharia
Banking Statistics. This study used a sample of 39 samples. Data analysis method
used in this research is Binary Logistic Regression and Data Envelopment
Analysis (DEA).
The results of this study indicate that in assessing the level of health of BPRS
using financial ratios with CAMEL method (CAR, NPF, NPM, ROA and FDR)
overall accuracy of BPRS health prediction in this study is 94%. The result of
determination coefficient test in this research shows the effect of CAR, NPF,
NPM, ROA and FDR variables on the BPRS health level is 86%. While the test
results for each CAMEL ratio show that the NPF and FDR ratios have a large
influence on the soundness of the BPRS.
From the results of efficiency data, there are 4 BPRS with 100% efficiency level
that is BPRS "AB" from Depok area, BPRS "BR" and BPRS "HIKT" from
Tangerang area, and BPRS "HIKC" from Bekasi area. Of the 4 BPRS that have
the best efficient level is the BPRS "HIKC" from Bekasi area because the BPRS
occurs the smallest inefficiency in 2016 by 0.30%, while in 2015 and 2017 has
reached 100% efficient.
Keywords: BPRS, Health, Efficiency, CAMEL and Data Envelopment Analysis
(DEA).
xv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio-rasio keuangan dengan
pendekatan CAMEL dalam mengukur tingkat kesehatan BPRS dan Untuk
menganalisis tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek dengan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah data sekunder periode
tahun 2015-2017, yang bersumber dari laporan publikasi Statistik Perbankan
Syariah. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 39 sampel. Metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Binary Logistic Regression dan Data Envelopment Analysis (DEA).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam menilai tingkat kesehatan BPRS
yang menggunaan rasio keuangan dengan metode CAMEL (CAR, NPF, NPM,
ROA dan FDR) secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada
penelitian ini sebesar 94%. Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini
menunjukan pengaruh variabel CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR terhadap tingkat
kesehatan BPRS adalah sebesar 86%. Sedangkan hasil pengujian atas masing-
masing rasio CAMEL menunjukkan bahwa rasio NPF dan FDR memiliki
pengaruh yang besar terhadap tingkat kesehatan BPRS.
Dari hasil olah data efisiensi terdapat 4 BPRS yang tingkat efisiensinya 100%
yaitu BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR” dan BPRS “HIKT” dari
wilayah Tangerang, serta BPRS “HIKC” dari wilayah Bekasi. Dari ke 4 BPRS
tersebut yang memiliki tingkat efisien paling baik adalah BPRS “HIKC” dari
wilayah bekasi karena BPRS tersebut terjadi inefisien paling kecil yaitu pada
tahun 2016 sebesar 0,30%, sedangkan pada tahun 2015 dan tahun 2017 telah
mencapai efisien 100%.
Kata Kunci : BPRS, Kesehatan, Efisiensi, CAMEL dan Data Envelopment
Analysis (DEA).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan operasional perbankan, penerapan sistem bunga telah
digunakan dalam beberapa abad silam. Untuk mengatasi sistem bunga yang dapat
menimbulkan eksploitasi dan kezaliman, maka para intelektual muslim berusaha
menggali kembali sumber-sumber hukum Islam. Dengan mengembangkan sistem
ekonomi Islam sebagai instrumen untuk menghilangkan transaksi ribawi dan
menghadirkan nilai serta etika yang sesuai dengan syariah dalam menjalankan
kegiatan ekonomi (Rodoni: 2009).
Keberadaan bank syariah di Indonesia telah diakui secara formal semenjak
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, dan
kemudian disempurnakan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan. Adapun data perkembangan jumlah bank dan kantor
bank syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Syariah
Indikator 2014 2015 2016 2017 April
2018
Bank Umum Syariah (BUS)
-
Jumlah Bank
12
12
13
13
13
-
Jumlah Kantor
2,163
1,990
1,869
1,825
1,822
2
Unit Usaha Syariah (UUS)
-
Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki
UUS
22
22
21
21
21
-
Jumlah Kantor UUS
320
311
332
344
348
Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS)
-
Jumlah Bank
163
163
166
167
168
-
Jumlah Kantor
439
446
453
441
458
Sumber :OJK, Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut terlihat bahwa pada jumlah kantor BUS dari
tahun 2014 sampai dengan April 2018 mengalami penurunan, dimana pada tahun
2014 jumlah kantor BUS sebanyak 2.163 kantor dan untuk tahun 2018 terjadi
penurunan sebanyak 341 kantor yaitu menjadi 1.822 kantor BUS. Untuk UUS
pada tahun 2015 jumlah kantor sempat mengalami penurunan 9 kantor dimana di
tahun 2014 jumlahnya 320 kantor dan di 2015 menjadi 311 kantor. Akan tetapi
pada tahun 2016 sampai dengan April 2018 jumlah kantor UUS terus meningkat,
dari 332 pada tahun 2016 kemudian meningkat menjadi 348 pada April 2018.
Jumlah jaringan kantor perbankan mengalami tren penurunan sejalan
dengan dorongan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan efisiensi,
dalam meningkatkan efisiensi ada beberapa bank melakukan pengurangan jumlah
kantor cabang (finansial.bisnis.com: 2016). Sedangkan untuk BPRS setiap tahun
jumlah kantornya terus mengalami penambahan, rata-rata terjadi penambahan
sebanyak 7 kantor di setiap tahunnya selama 2014 sampai dengan 2016. Dan pada
tahun 2017 sampai dengan April 2018 penambahan jumlah kantor BPRS cukup
3
signifikan yaitu 29 kantor BPRS sehingga pada April 2018 jumlah kantor BPRS
menjadi 458 kantor. Penambahan jumlah kantor seiring dengan komitmen
pemerintah untuk memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah dengan
mempermudah pembukaan kantor cabang BPR maupun BPRS, dan memfasilitasi
pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR dan BPRS (BI, 2004).
Peran BPRS sebagai salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
financial intermediary idealnya dituntut untuk mampu mendayagunakan potensi
pembiayaan yang ada khususnya kepada UMKM. Menurut lisubisnis.com (2017)
UMKM mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi
nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja, UMKM juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan.
Jika BPRS tidak mampu untuk mengelola dananya dengan baik, maka
bukan hanya BPRS tersebut yang terancam tidak dapat beroperasi kembali. Akan
tetapi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPRS pun akan menurun dan
akan menghambat perkembangan UMKM yang mana disebabkan oleh
keterbatasannya modal yang dimiliki, dampak lebih lanjutnya dapat
mempengaruhi perkembangan sektor riil. Data jumlah BPRS berdasarkan total
aset dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Total Aset
Total Aset (Rp) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 April
2018
< 1 Miliar
6
4
1
1
2
2
1
4
1 s.d. 5 Miliar
17
19
11
8
7
6
6
> 5 s.d. 10 Miliar
36
30
34
29
19
18
19
> 10 Miliar
99
110
117
125
138
141
142
Total 158 163 163 163 166 167 168
Sumber :OJK, Statistik Perbankan Indonesia (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.2 jumlah aset BPRS setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan, dimana BPRS yang total asetnya lebih dari 10 miliar pada tahun
2012 berjumlah 99 BPRS, dan pada April 2018 terjadi peningkatan menjadi 142
BPRS. Meningkatnya aset BPRS sejalan dengan data OJK, yang mana
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di BPRS mencatatkan pertumbuhan
BPRS setiap tahunnya terus meningkat. DPK di BPRS naik dari Rp 5,82 triliun
pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 menjadi Rp 6,98 triliun dan pada April
2018 naik menjadi Rp 7,27 triliun. Berdasarkan data BI total pembiayaan BPR
dan BPRS terhadap UMKM pada tahun 2014 sebesar Rp 35,741 triliun, dan
sampai dengan Juni 2017 menjadi Rp 46,916 triliun.
Pada mulanya pemberian kredit mikro identik dilakukan oleh BPR. Akan
tetapi seiring dengan perkembangan usaha mikro yang berpotensi untuk
mendapatkan pembiayaan, serta margin dari segmen mikro yang lebih tinggi
daripada sektor lainnya, mendorong bank umum untuk membiayai usaha di sektor
mikro. Hal ini menyebabkan persaingan pembiayaan di segmen mikro menjadi
semakin meningkat.
Dengan semakin meningkatnya persaingan pembiayaan kepada UMKM
maka BPRS harus mampu menjaga kinerjanya agar dapat berjalan dengan baik,
5
sehat dan efisien. Kinerja merupakan hal penting yang perlu dicapai oleh setiap
perusahaan. Dianggap penting karena bisnis BPRS adalah bisnis yang berdasarkan
atas kepercayaan, oleh karena itu BPRS harus mampu menunjukan kredibilitasnya
sehingga semakin banyak masyarakat yang mau menggunakan jasa BPRS.
Bank Indonesia menjelaskan bahwa dalam mendorong peraktik perbankan
syariah yang kuat dan sehat secara finansial dan senantiasa mengacu kepada
prinsip-prinsip syariah, maka bank syariah diharapkan dapat melaksanakan
prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) berupa transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab, kebebasan, kewajaran dan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip syariah (shariah compliance). Dalam shariah compliance inilah
yang menjadi pembeda utama antara bank syariah dengan bank konvensional
(Mulazid, 2016).
Pengaturan dan pengawasan keuangan yang efektif sangat diperlukan bagi
keamanan dan kesehatan lembaga keuangan (Mulazid, 2016). Menurut
Nadratuzzaman dan Rafika (2014) dengan memiliki tingkat efisiensi dan
kesehatan yang baik diharapkan agar BPRS dapat bersaing dalam industri
perbankan. Untuk itu, perlu adanya pengukuran kinerja pada BPRS, agar
diketahui tingkat kesehatan dan efisiensi bank.
Dalam menilai kesehatan bank didasarkan pada perhitungan kuantitatif
sesuai dengan prinsip-prinsip perhitungan menurut BIS (Bank for Internasional
Settlement). Perhitungan kuantitatif memerlukan indikator-indikator yang berupa
rasio-rasio atau perbandingan yang ada dalam laporan neraca dan laporan rugi-
laba yang bersangkutan. Adapun indikator-indikator tersebut meliputi; Analisis
6
Rasio Capital Adequecy, Assets Quality, Management of Risk, Earning Ability,
Liquidity Sufficiency. Analisis rasio tersebut dikenal dengan nama CAMEL Rating
System (Hartiwi dan Mohamad, 2012).
Selain kesehatan BPRS, tingkat efisiensi yang dicapai BPRS juga
merupakan cermin dari kualitas kinerja yang baik. Efisiensi merupakan gambaran
kinerja suatu perusahaan sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan BPRS
untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi
dalam menjalankan kegiatan operasinya. Analisis mengenai efisiensi BPRS
menjadi topik yang menarik untuk diteliti karena penghimpunan dan penyaluran
pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor efisiensi akan
berpengaruh pada profitabilitas bank bersangkutan (Muharam dan Pusvitasari,
2007).
Efisiensi merupakan pengukuran seberapa baik organisasi mengelola input
menjadi output atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang
dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien apabila : (1)
menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan menghasilkan output yang
sama, (2) menggunakan jumlah input yang sama tetapi dapat menghasilkan
jumlah output yang lebih besar (Muharam dan Pusvitasari, 2007).
Menurut Berger dan Humprey (1992) dalam Nadratuzzaman dan Rafika
(2014) untuk mengukur kinerja efisiensi dalam industri perbankan, dikenal dua
pendekatan yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan
frontier (frontier approach). Pendekatan tradisional merupakan pendekatan yang
7
membandingkan rasio-rasio keuangan yang ada pada bank. Pendekatan ini
merupakan pendekatan parsial yang digunakan dalam metode CAMEL.
Sedangkan frontier approach/ frontier efficiency merupakan pendekatan yang
menggunakan kombinasi aset (input-output) dalam sebuah standar ukuran
tertentu.
Beberapa tahun belakangan, populasi penduduk dengan usia produktif
lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja yang tersedia. Kawasan
Jabodetabek merupakan wilayah yang paling mendapat tekanan karena proses
urbanisasai dan perkembangan perkotaan yang sangat cepat. Selain itu
Jabodetabek merupakan kawasan yang sangat strategis di Indonesia, dimana
merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional. Dari urbanisasi tersebut maka
terbentuklah peluang bisnis yang mana berdampak terhadap tersedianya lapangan
kerja baru. Sebagian besar usaha bisnis yang ada bergerak di sektor industri usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) (Pravitasari, 2014).
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dipandang penting
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesehatan dan efisiensi
BPRS agar dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengetahui kinerja
BPRS. Maka penulis melakukan penelitian mengenai “Tingkat Kesehatan dan
Efisiensi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Jabodetabek”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam pembahasan dari latar belakang mengenai kesehatan dan efisiensi
BPRS, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul yang akan
8
diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti. Masalah yang diidentifikasi
dari penelitian ini adalah:
1. BPRS dituntut untuk menghasilkan sistem perbankan yang sehat, efisien,
kuat dan stabil agar dapat menjalankan fungsi financial intermediary
dengan optimal.
2. Tingginya tingkat persaingan antara BPRS dengan Bank Umum dalam hal
pembiayaan terhadap UMKM maka BPRS harus mampu menunjukan
kredibilitasnya sehingga semakin banyak masyarakat yang mau
menggunakan jasa BPRS.
3. BPRS perlu melakukan evaluasi yang tepat untuk meningkatkan kinerja
dan meningkatkan daya saing dengan bank lainnya.
1.3. Batasan Penelitian
Agar pembahasan tidak terlalu luas dan lebih fokus, maka penelitian ini
dibatasi pada objek penelitian yang mana objek dalam penelitian ini adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). BPRS diluar wilayah Jabodetabek tidak
termasuk didalamnya.
Adapun Alasan memilih objek penelitian BPRS dikarenakan pertumbuhan
unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan objek pembiayaan
BPRS untuk menggerakan perekonomian sektor rill. Pembiayaan yang diberikan
oleh BPRS adalah salah satu sumber modal bagi UMKM, dimana UMKM telah
memberikan kontribusi pada Produk Domestik bruto (PDB) sebesar 57-60% dan
9
tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja nasional
(Profil Bisnis UMKM oleh LPPI dan BI, 2015). UMKM memiliki proporsi
sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak
56,54 juta unit (www.lisubisnis.com, 2016)
Pertumbuhan BPRS dari segi aset atau jumlahnya tentunya mempengaruhi
perkembangan UMKM yang masih menjadi unit usaha penyerap tenaga kerja
terbanyak di Indonesia. Dengan demikian, kinerja BPRS perlu diperhatikan dan
ditingkatkan untuk mendukung perkembangan ekonomi sektor riil melalui
UMKM (Ahmad Fauzi, 2014).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio-rasio keuangan dengan pendekatan CAMEL dapat mengukur
tingkat kesehatan BPRS?
2. Bagaimana tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek selama periode 2015-2017?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis rasio-rasio keuangan dengan pendekatan CAMEL dalam
mengukur tingkat kesehatan BPRS.
2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi BPRS di Jabodetabek dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).
10
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang berkaitan
dengan penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan agar penulis mampu menambah wawasan serta
lebih mengerti dan memahami teori-teori terkait tingkat kesehatan dan
efisiensi pada BPRS.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi khasanah ilmu pengetahuan di
bidang ekonomi syariah khususnya mengenai penilaian kesehatan BPRS
yaitu dengan menggunakan pendekatan CAMEL dan penilaian efisiensi
BPRS dengan Data Envelopment Analysis (DEA).
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa sebagai wahana tambahan referensi dan
bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan
penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi akademisi
Penelitian yang akan dilakukan ini bisa memberikan bukti empiris
mengenai analisis tingkat kesehatan dan efisiensi Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS).
11
b. Bagi Nasabah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan nasabah
dalam memilih BPRS yang sehat dan efisien. Dengan memilih BPRS yang
sehat dan efisien diharapkan nasabah dapat mengantisipasi risiko-risiko
yang sering dihadapi oleh lembaga keuangan.
c. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan investor yang
akan menanamkan dananya pada BPRS. Dengan memilih BPRS yang
sehat dan efisien diharapkan dana yang di investasikan digunakan dengan
baik.
d. Bagi Manajemen BPRS
Penelitian ini diharapkan menjadi early warning system untuk perusahaan
BPRS dalam meningkatkan kinerjanya sehingga memperoleh predikat
sehat dan efisien. Dengan begitu akan selalu menjadi pilihan para investor
dan nasabah dalam menanamkan dananya.
e. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah dalam
mengevaluasi tingkat kesehatan dan efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di wilayah Jabodetabek.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
2.1.1 Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah diatur
oleh Surat Keputusan Direktur bank Indonesia No.32/36/KEP/DIR/1999 tanggal
12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan prinsip syariah.
Dalam hal ini, secara teknis BPRS bisa diartikan sebagai lembaga keuangan
sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip
syariah (Heri, 2015).
Menurut Perwataatmadja (1996) dalam Wida (2003) perbedaan antara
BPR konvensional dan BPR syariah seperti pada table 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Antara BPR Konvensional dan BPR Syariah
Uraian BPR Konvensional BPR Syariah
1 Biaya uang Ditetapkan dimuka
dalam porsentase
terhadap pinjaman dan
sisa pinjaman disebut
bunga.
Ditetapkan sekali
dalam jumlah
nominal terhadap
pinjaman sebesar
biaya yang
dikeluarkan, disebut
biaya administrasi.
2 Biaya uang kredit
pemilik barang
Ditetapkan dimuka
dalam porsentase
terhadap sisa kredit,
disebut bunga .
Ditetapkan dimuka
dalam jumlah
nominal dari
keuntungan yang
13
disepakati disebut
marjin laba (mark
up).
3
Keuntungan atau
kerugian nasabah
Persen tertentu dari
simpanan secara tetap
dan pasti, disebut bunga.
Besaran tertentu dari
jumlah keuntungan
atau kerugian bank
sesuai dengan
keadaan, disebut bagi
hasil (profit and loss
sharing).
4 Bentuk pinjaman Uang tunai. Barang yang
dibelikan untuk
nasabah.
5 Jaminan pinjaman atau
hutang
Disyaratkan. Tidak disyaratkan.
6 Pergerakan dan
penyaluran dana
Tidak ada dewan
semacam ini
Harus melalui dewan
pengawas syariah
7 Hubungan dengan
nasabah
Dalam bentuk kreditur
debitur.
Dalam bentuk
komitmen.
Sumber: Perwataatmadja (1996) dalam Wida (2003)
Berdasarkan tabel 2.1 tersebut, perbedaan utama antara kegiatan BPR yang
menerapkan prinsip syariah dengan BPR konvensional terletak pada sistem
pemberian imbalan atau jasa dari dana BPR, BPR konvensional masih
menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya. Menurut Budisantoso dan
Triandaru (2006), bank berdasarkan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga untuk menentukan imbalan atas
dana yang digunakan atau dititipkan oleh suatu pihak melainkan menggunakan
sistem bagi hasil. Berikut ini perbedaan sistem bunga dan bagi hasil:
14
Tabel 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
1 Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu
untung.
Penentuan besarnya nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada ke-
mungkinan untung rugi.
2 Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) di-
pinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil adalah
berdasarkan nisbah terhadap
besarnya keuntungan yang di-
peroleh.
3
Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apa-
kah proyek yang dijalankan oleh
nasabah untung atau rugi.
Besarannya bagi hasil bergan-
tung pada keuntungan proyek
atau usaha yang dijalankan. Bila
usaha merugi, kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua
pihak.
4 jumlah pembayaran bunga tidak me-
ningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi
sedang meledak (booming).
Jumlah pembagian laba me-
ningkat sesuai dengan pening-
katan jumlah pendapatan.
5 Eksistensi bunga diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh semua agama
termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
Sumber: Rustam (2013)
Tabel 2.2 tersebut menunjukkan bahwa Islam mengharamkan bunga (riba)
dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki
perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan
pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko,
dan hal itu mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang
15
adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga
tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.
2.1.2 Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Menurut (Sudarsono, 2003) ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari
pendirian BPRS, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang
memadai.
Untuk mencapai tujuan operasionalisasi BPRS tersebut, maka diperlukan
strategi operasional sebagai berikut:
a. BPRS tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan fasilitas,
melainkan bersifat aktif dengan melakukan sosialisasi atau penelitian
kepada usaha-usaha yang bersekala kecil yang perlu dibantu tambahan
modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka pendek
dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.
c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.
16
2.1.3 Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pada dasarnya sebagai lembaga keuangan syariah BPRS dapat
memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa dengan bank-bank umum syariah.
Kegiatan usaha BPRS meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1) Simpanan amanah, disebut dengan simpanan amanah sebab dalam hal
bank penerima titipan amanah (trustee account) dari nasabah. Disebut
dengan titipan amanah karena bentuk perjanjian adalah wadiah, yaitu
titipan yang tidak menanggung risiko. Namun demikian, bank akan
memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank
melalui pembiayaan kepada nasabahnya.
2) Tabungan wadiah, dalam tabungan ini bank menerima tabungan dari
nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedangkan akad yang diikat
oleh bank dengan nasabah adalah dalam bentuk wadiah. Titipan
nasabah tersebut tidak menanggung risiko kerugian, dan bank
memberikan bonus kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi
hasil dan kegiatan pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. Bonus
tabungan wadiah itu dapat diperhitungkan secara harian dan
dibayarkan kepada nasabah pada setiap bulannya.
3) Deposito wadiah mudharabah, dalam produk ini bank menerima
deposito berjangka (time and investment account) dari nasabahnya.
Akad yang dilakukan dalam bentuk wadiah dan dapat pula berbentuk
mudharabah. Lazimnya jangka waktu deposito adalah 1, 2, 6, 12
17
bulan dan seterusnya sebagai bentuk penyertaan modal (sementara).
Maka nasabah deposan mendapat bonus keuntungan dari bagi hasil
yang diperoleh bank dari pembiayaan yang dilakukannya kepada
nasabah-nasabah lainnya.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah,
salam,dan jual beli lainnya.
2) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah.
3) Pembiayaan lain berdasarkan prinsip rhan dan qardh.
c. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sepanjang disetujui
oleh Dewan Syariah Nasional.
2.2 Penilaian Kesehatan Bank
2.2.1 Pengertian Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia meliputi berbagai
aspek kegiatan antara lain kemampuan bank dalam menghimpun dana,
kemampuan bank dalam mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan dana ke
masyarakat, kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada pihak lain dan
pemenuhan peraturan yang berlaku (Mulatsih, 2014).
18
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku (Budisantoso dan Triandaru, 2006).
2.2.2 Penilaian tingkat kesehatan BPRS dengan CAMEL
Menilai kesehatan di sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi
yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia
sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana
bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya
(Martono, 2010).
Ukuran dalam melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan, baik yang bersifat rutin
ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, untuk mengetahui
apakah ada peningkatan atau penurunan tingkat kesehatan bank. Bagi bank yang
kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan
dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi, bagi bank yang terus
menerus tidak sehat, maka harus mendapat pengarahan atau sangsi dari Bank
Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank (Kasmir, 2009).
Menurut zahara (2013), dalam menilai tingkat kesehatan bank mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :
19
a. Permodalan (capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut:
1) Kecukupan pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.
2) Komposisi permodalan.
3) Tren kedepan atau proyeksi KPMM.
4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank.
5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan).
6) Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha.
7) Akses kepada sumber permodalan.
8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.
b. Kualitas Asset (Asset quality)
Kualitas asset ini dilakukan penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut:
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan total aktiva
produktif.
2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit.
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah (non performing asset)
dibandingkan aktiva produktif.
20
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.
6) Sistem kaji ulang internal terhadap aktiva produktif.
7) Dokumentasi aktiva produktif.
8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen (management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :
1) Manajemen umum.
2) Penerapan sistem manajemen risiko.
3) Keputusan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
d. Rentabilitas (earnings)
Penilaian terhadap faktor kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu :
1) Pengembalian atas aktiva (return on asset-ROA).
2) Pengembalian atas sekuritas (return on equity-ROE).
3) Margin bunga bersih (Net Interest Margin-NIM).
4) Biaya operasioal terhadap pendapatan operasional (BOPO).
5) Pertumbuhan laba operasional.
6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan.
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
21
8) Prospek laba operasional.
e. Likuiditas (liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen yaitu ;
1) Aktiva likuid kurang dari satu bulan dibandingkan passiva likuid
kurang dari satu bulan.
2) Rasio pinjaman tehadap dana pihak ketiga.
3) Proyeksi arus kas tiga bulan mendatang.
4) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti.
5) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas.
6) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar
modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.
7) Stabilitas dana pihak ketiga
Tingkat kesehatan BPRS digolongkan dalam empat kategori yaitu: Sehat,
Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. Penggolongan tingkat kesehatan
tersebut didasarkan atas pencapaian nilai kredit sebagaimana tampak pada tabel
2.3 berikut ini:
Tabel 2.3
Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 - 100 Sehat
66 - <81 Cukup Sehat
51 - <66 Kurang Sehat
0 - 51 Tidak Sehat
22
Penggolongan tingkat kesehatan dalam penelitian ini terbagi dalam dua
kategori yaitu : Sehat dan Tidak Sehat. Penggolongan tingkat tersebut didasarkan
atas pencapaian nilai kredit sebagaimana dalam tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4
Kriteria Predikat Tingkat Kesehatan Bank Pada Penelitian
Nilai Kredit Predikat
66 - 100 Sehat
0 - <66 Tidak Sehat
2.3 Konsep Efisiensi
2.3.1 Pengertian Efisiensi
Efisiensi diartikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai
perhitungan rasio output dan atau input atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari
suatu masukan yang digunakan (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Suatu
perusahaan dikatakan efisiensi apabila:
1. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jurnlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan jumlah output yang sama
2. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah
output yang lebih besar.
Konsep pengukuran efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel
(1957) pada saat melakukan pengukuran empirik. Menurut Farrel (1957) dalam
Tian (2015), efisiensi suatu perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu efisiensi
23
teknik dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknik menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan output dengan memanfaatkan jumlah input yang
ada. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi
produksinya. Hampir sama dengan perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga
merupakan suatu tolak ukur dalam mengukur kinerja bank dimana efisiensi
merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran
kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total efisiensi (Muharam
dan Pusvitasari, 2007).
2.3.2 Pengukuran Efisiensi
Menurut (Muharam dan Pusvitasari, 2007) pengukuran efisiensi dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan output dan input yang digunakan . Pendekatan
ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat
menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan input yang
seminimal mungkin.
Efisiensi = Output
Input
Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan
banyak output yang dihitung, jika diperhitungkan serempak maka akan
24
menimbulkan banyak hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi
yang tidak tegas (Muharam dan Purvitasari, 2007).
2. Pendekatan Regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Fungsi regresi adalah sebagai berikut:
Y= f (X1, X2, X3, X4, .....,…..,….. Xn)
Dimana: Y = Output
X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat
dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada
output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah
ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam
sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator output.
Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator
maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Muharam dan
Purvitasari, 2007).
3. Pendekatan Frontier
Menurut Muharam dan Purvitasari (2007), pendekatan frontier dalam
mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier
parametrik dan non parametrik. Tes parametrik adalah tes yang modelnya
25
menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang
merupakan sumber penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik
adalah tes yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai
parameter populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya.
Pendekatan frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik
parametrik seperti menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan
frontier non parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam
penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah tes non parametrik
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
2.3.3 Konsep Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah tekhnik pemrograman
linier yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan
menggunakan sejumlah input dan output sebagai alat evaluasi dan sebagai tolak
ukur dalam membuat suatu keputusan. DEA dikembangkan pertama kali oleh
Farrell tahun 1957 yang mengukur efisiensi teknis satu input dan satu output
menjadi multi input dan multi output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif
sebagai rasio input (single virtual input) dengan output (single virtual output)
(Adrian dan Etty, 2009).
Sedangkan menurut Yudistira (2004) dalam Muhari dan Hosen (2014)
menyatakan bahwa DEA merupakan teknik pemrograman linier untuk mengukur
26
bagaimana Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) beroperasi relatif terhadap bank-bank
lain dalam sampel. Teknik ini membuat garis frontier yang ditetapkan oleh bank
efisien dan dibandingkan dengan bank yang inefisien untuk menghasilkan nilai
efisiensi. Selanjutnya, skor efisiensi bank berkisar antara 0 sampai dengan 1,
dimana 1 merupakan nilai yang paling efisien. Dalam analisis DEA, bank yang
paling efisien (dengan nilai efisiensi 1) tidak perlu menghasilkan tingkat output
maksimal dari input yang ada. Lebih lanjut, bank ini merupakan bank dengan
tingkat output best practice dibandingkan dengan bank lain dalam sampel.
DEA mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat menggunakan data yang
lebih sedikit, lebih sedikit asumsi yang diperlukan, dan sampel yang lebih sedikit
dapat digunakan. Namun demikian, kesimpulan secara statistika tidak dapat
diambil jika menggunakan metode non parametrik. Pendekatan DEA tidak
menggunakan rendom error, oleh karena itu hasil ketidak efisienan hanya
dijadikan faktor inefisiensi secara umum oleh sebuah Decision Making Unit
(DMU). Pendekatan non parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi
secara lebih umum (Hadad, dkk, 2003).
Keuntungan menggunakan DEA adalah kemampuan DEA
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai refrensi yang dapat membantu
menentukan penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan
keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat menggunakan banyak
input dan output serta tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi antara variabel
input dan output tersebut. DEA juga tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap
27
dari bentuk fungsi yang menunjukan hubungan produksi dan distribusi dari
observasi (Fethi dan Pasiouras, 2010).
2.3.4 Penentuan Variabel Input-Output
Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007) terdapat 3 pendekatan yang
lazim digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input dan output
dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu :
1. Pendekatan Aset ( The asset Approach)
Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan
sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan ini, output
benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari
akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts) lalu
mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal
pada aset-aset tetap dan material lainya.
3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai
intermediator, yaitu merubah dan mentrasfer aset-aset finansial dari unit-
unit surplus menjual unit-unit defisit. Dalam hal ini input-input
institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan pembiayaan bunga pada
28
deposit, lalu dengan output yang diukur dalam bentuk kredit pinjaman
(loans) dan investasi finansial (financilal investment). Akhirnya
pendekatan ini melihat fungsi primer sebuah institusi finansial sebagai
pencipta kredit pinjaman (loans).
Konsekuensi dari adanya tiga pendekatan ini, yaitu terdapatnya perbedaan
dalam menentukan variabel input dan output, khususnya pada pendekatan
produksi dan pendekatan intermediasi dalam memperlakukan simpanan. Dalam
pendekatan produksi, simpanan diperlakukan sebagai output, karena simpanan
merupakan jasa yang dihasilkan melalui kegiatan bank. Sedangkan dalam
pendekatan intermediasi simpanan ditempatkan sebagai input, karena simpanan
yang dihimpun bank akan mentransformasikanya ke dalam bentuk aset yang
menghasilkan, terutama pinjaman yang diberikan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti melakukan penelitian tentang efisiensi dan kesehatan
bank baik itu bank konvensional maupun bank syariah. Hasil dari beberapa
peneliti tersebut akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam
penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Hamim S. Ahmad Mokhtar, Naziruddin Abdullah, Syed M. Al-Habshi
(2006)
Penelitian ini meneliti tentang efisiensi bank syariah di Malaysia
dengan menggunakan metode Stochastic Frontier Approach. Periode yang
29
diteliti yaitu tahun 1997 sampai 2003. Hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata efisiensi teknis dan biaya bank umum konvensional lebih tinggi
dari bank syariah. Namun dari segi tren, menunjukan bahwa rata-rata
Efisiensi teknis dan efisiensi biaya bank syariah cenderung meningkat dari
tujuh periode. Sedangkan efisiensi bank konvensional tidak banyak
berubah selama periode yang sama. Penelitian ini juga meneliti efisiensi
berdasarkan tipe bank, hasilnya bank umum syariah secara signifikan lebih
efisiensi daripada unit usaha syariah. Serta rata-rata efisiensi bank menurut
status kepemilikannya, diketahui bahwa unit usaha syariah asing lebih
efisien daripada unit usaha syariah bank domestik.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi. Pada penelitian
sebelumya menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA)
sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). Selain itu perbedaan juga terdapat pada sampel dan
periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS
diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian tahun 2015-2017.
Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah bank syariah di
Malaysia dan periode yang diteliti adalah 1997-2003. Selain itu penelitian
ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan pedekatan CAMEL
dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.
30
2. Moh. Sochih (2008)
Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan BPRS yang ditinjau dari
CAMEL studi kasusnya pada PT BPRS Margi Rizki Bahagia daerah
Yogyakarta. Rasio yang digunakan adalah CAR, PPAP, ROA, BOPO, CR
dan LDR. Pada penelitiannya dalam perhitungan kesehatan BPRS
menggunakan nilai bobot dan nilai kredit untuk BPRS. Hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa kondisi perusahaan secara keseluruhan
dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 adalah sehat, karena total nila 1
kredit hasil analisis laporan keuangan dan manajemen berdasarkan
CAMEL, masing-masing 93, 91.42, dan 97.8. Total nilai tersebut sesuai
dengan ketetapan Bank Indonesia, yaitu BPR dikatakan sehat jika nilai
kreditnya adalah 81 sampai dengan 100.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
metode yang digunakan dalam mengukur tingkat Kesehatan. Pada
penelitian sebelumya hanya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit,
sedangkan pada penelitian ini selain menggunakan nilai bobot dan nilai
kredit penelitian ini juga menggunakan metode Binary Logistic. Selain itu
perbedaan juga terdapat pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada
penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek
dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian
terdahulu adalah 1 BPRS di wilayah Yogyakarta dan periode yang diteliti
adalah 1998-2000. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini
adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian
31
sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, PPAP, ROA, BOPO, CR
dan LDR. Selain itu penelitian ini juga mengukur tingkat efisiensi BPRS
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
3. Deni Kusumawardani, Tri Haryanto, dan Wisnu Wibowo (2008)
Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan dan efisiensi Bank
Perkreditan Rakyat di Jawa Timur. Rasio yang digunakan adalah CAR,
PAQ, ROA, BOPO, CR dan LDR. Dalam perhitungan tingkat
kesehatannya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit untuk BPRS,
sedangkan untuk menilai tingkat efisiensi menggunakan DEA. Dari
penelitian ini menunjukan bahwa Indikator kinerja keuangan yang
menyangkut aspek permodalan, kualitas asset, rentabilitas dan likuiditas,
menunjukkan bahwa BPR Jatim termasuk dalam kategori sehat. Demikian
juga, capaian kinerja pada kantor cabang BPR Jatim bila dibandingkan
dengan standar yang ditetapkan oleh BI menunjukkan performa baik.
Analisis menggunakan Model DEA menunjukkan bahwa pada umumnya
kantor cabang kurang efisiensi. Untuk meningkatkan tingkat efisiensi,
BPR sebagai lembaga intermediasi harus meningkatkan penyaluran dana
kepada masyarakat dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Hasil
pengujian korelasi spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat kesehatan bank dengan skor efisiensi DEA.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
metode yang digunakan dalam mengukur tingkat Kesehatan. Pada
penelitian sebelumya hanya menggunakan nilai bobot dan nilai kredit,
32
sedangkan pada penelitian ini selain menggunakan nilai bobot dan nilai
kredit penelitian ini juga menggunakan metode Binary Logistic. Selain itu
perbedaan juga terdapat pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada
penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek
dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian
terdahulu adalah BPRS di wilayah Jawa Timur dan periode yang diteliti
adalah 1998-2000. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini
adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian
sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, PAQ, ROA, BOPO, CR
dan LDR.
4. Diah Arianti, dan Nur Iriawan (2013)
Penelitian ini mengukur tingkat kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) di Indonesia dengan pendekatan model regresi logistik.
Penelitian ini melibatkan 8 variabel indikator keuangannya yaitu CAR,
KAP, PPAP, ROA, BOPO, CR, LDR, dan Managemen. Hasil penelitian
ini menunjukkan pemodelan yang menyatakan bahwa CAR, KAP, BOPO
dan CR memiliki pengaruh yang signifikan atas penentuan predikat
kesehatan BPR. Dan pemodelan telah menunjukkan adanya pengaruh
CAR, KAP dan BOPO yang besar atas kesehatan BPR. Uji ketepatan
model prediksi menunjukkan hasil 93,5% akurat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
sampel, periode dan rasio penelitian. Pada penelitian ini sampel yang
diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian
33
tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian terdahulu adalah 31 BPR di
Indonesia dan periode yang diteliti adalah 2007-2009. Sedangkan rasio
yang digunakan pada penelitian ini adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan
FDR, sedangkan penelitian sebelumnya rasio yang digunakan adalah
CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, CR, LDR, dan Managemen. Selain itu
penelitian ini juga mengukur tingkat efisiensi BPRS dengan metode Data
Envelopment Analysis (DEA).
5. Syafaat Muhari dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen (2014)
Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi BPRS di Indonesia
dengan membandingankan metode SFA dengan DEA dan hubungannya
dengan CAMEL. Objek penelitiannya adalah BPRS yang tercata selama
periode Juni 2011-Maret 2013 dengan jumlah 159 BPRS. Secara statistik
rata-rata tingkat efisiensi BPRS berdasarkan pendekatan parametric SFA
lebih tinggi dari tingkat efisiensi berdasarkan pendekatan non parametrik
DEA. Berdasarkan korelasi spearman, bahwa tingkat efisiensi BPRS
dengan menggunakan metode SFA tidak mempunyai hubungan yang nyata
dengan analisis kesehatan bank CAMEL. Sedangkan tingkat efisiensi
BPRS dengan menggunakan metode DEA mempunyai keterkaitan yang
lemah dan nyata dengan analisis kesehatan bank CAMEL.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
metode yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi. Pada penelitian
sebelumya menggunakan metode Stochastic Frontier Approach (SFA)
dan Data Envelopment Analysis (DEA), sedangkan pada penelitian ini
34
hanya menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Selain itu
perbedaan juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada
penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek
dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada
penelitian terdahulu adalah 159 BPRS dan periode yang diteliti adalah Juni
2011-Maret 2013. Selain itu penelitian ini juga mengukur tingkat
kesehatan BPRS dengan pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan
adalah Binary Logistic.
6. Shafitranata dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen (2014)
Penelitian ini mengukur efisiensi teknis pada 3 Bank Syariah yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
selama periode 2007 sampai dengan tahun 2010. Variabel inputnya adalah
biaya operasional, biaya tenaga kerja dan jasa bank. Untuk variabel
outputya adalah total simpanan dan deposito. Hasil pada penelitian ini
menunjukan bahwa rata-rata Bank Syariah yang memiliki tingkat efisiensi
yang paling baik adalah Bank Muamalat Indonesia, selanjutnya Bank
Syariah Mandiri dan terakhir adalah Bank Mega Syariah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang
diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian
tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah 3
Bank Syriah dan periode yang diteliti adalah 2007-2010. Selain itu
35
penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan pedekatan
CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.
7. Suliyanto dan Dian Purnomo jati (2014)
Penelitian ini menguji perbedaan tingkat efisiensi BPR dengan
bank umum. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA) bahwa tingkat efisiensi bank umum maupun
BPR belum mencapai efisiensi sempurna (100%), dengan rata-rata tingkat
efisiensi bank umum selama periode penelitian (tahun 2009 Sampai
dengan 2011) adalah sebesar 86%, sedangkan rata-rata tingkat efisiensi
BPR adalah sebesar 87%. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
inefisiensi yang dialami bank umum maupun BPR salah satunya
disebabkan oleh pengeluaran pada variabel input berupa personal expenses
(biaya tenaga kerja) yang berlebihan atau melebihi target optimal. Selain
belum optimalnya pengelolaan biaya tenaga kerja, BPR juga mengalami
permasalahan terkait iddle fund (dana menganggur). Berdasarkan hasil
analisis uji beda rata-rata sampel bebas diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara bank umum dengan bank BPR.
Hal ini disebabkan karena baik bank umum maupun BPR memiliki
problem yang sama, yaitu pengelolaan personal expenses yang belum
optimal sehingga bank menjadi belum efisien.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini sampel yang
diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode penelitian
36
tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu adalah
BPR dan Bank Umum dan periode yang diteliti adalah 2009-2011. Selain
itu penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan
pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.
8. Fekri Ali Shawtari dan Mohamed Ariff Shaikh Hamzah Abdul Razak
(2015)
Penelitian ini menguji efisiensi industri perbankan di Yaman
dengan menggunakan Data Envelopment Analysis. Sektor perbankan di
Yaman terkena beberapa kendala yang menghambat kemajuan seluruh
indsutri, termasuk sirkulasi kas keluar dari sistem moneter salah satunya
adalah tingginya kredit macet. Pemerintah atas saran IMF dalam sebuah
upaya untuk memperbaiki masalah seperti itu merekomendasikan
pengenalan ekonomi reformasi yang sebagian fokus pada sistem keuangan.
sistem Ini telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
sektor perbankan sehingga sesuai dengan standar internasional. Studi ini
memberikan bukti bahwa reformasi sektor perbankan tidak berhasil dalam
mencapai harapan. Jelaslah bahwa skor efisiensi sangat rendah dan ada
kebutuhan mendesak untuk peningkatan skor efisiensi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, bank Islam telah mengungguli bank
konvensional. Meskipun relatif stabil, bank konvensional mengalami
tingkat efisiensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank Islam.
Untuk itu diperlukan langkah dan kebijakan untuk lebih meningkatkan
industri perbankan.
37
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
pada sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah
BPRS diwilayah Jabodetabek. Sedangkan sampel pada penelitian
terdahulu adalah Bank Syraiah dan Bank Konvensional di Yaman. Selain
itu penelitian ini juga mengukur tingkat kesehatan BPRS dengan
pedekatan CAMEL dan metode yang digunakan adalah Binary Logistic.
9. Yekti Rahajeng (2016)
Penelitian ini menguji tingkat kesehatan bank menggunakan
metode CAMELS, sampel penelitiannya adalah Bank Syariah Mandiri,
Tbk. Berdasarkan hasil analisis penilaian tingkat kesehatan bank PT BSM,
Tbk untuk faktor keuangan dari tahun 2009-2011 mendapatkan peringkat 2
dengan predikat baik. Untuk perkembangan faktor manajemen PT BSM,
Tbk mendapat peringkat 1 dengan predikat sangat baik pada tahun 2009-
2010. Penilaian tingkat kesehatan bank dengan metode CAMELS yang
telah dilakukan, medapatkan hasil bahwa PT BSM, Tbk tahun 2009-2011
mendapatkan nilai tingkat komposit 2, yang mencerminkan tingkat
kesehatannya tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif
kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki
kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
metode penilaian tingkat kesehatan bank. Pada penelitian sebelunya dalam
menilai tingkat kesehatan bank menggunakan nilai komposit sedangkan
pada penilitian ini metode yang digunakan adalah Binary Logistic. Selain
38
itu terdapat perbedaan pada sampel, periode dan rasio penelitian. Pada
penelitian ini sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek
dengan periode penelitian tahun 2015-2017. Sampel pada penelitian
terdahulu adalah Bank Syariah Mandiri, Tbk dan periode yang diteliti
adalah 2009-2011. Sedangkan rasio yang digunakan pada penelitian ini
adalah CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR, sedangkan penelitian
sebelumnya rasio yang digunakan adalah CAR, KAP, GCG, NOM, STM
(Short Term Mismatch) dan MR (Market Risk). Selain itu penelitian ini
juga mengukur tingkat efisiensi BPRS dengan metode Data Envelopment
Analysis (DEA).
10. Fakarudin Kamarudin, Zack Hue Chiun, Fadzlan Sufian, Nazratul Aina,
Mohamad Anwar (2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas bank-bank
Islam apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Metode yang
digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA) dan indeks
Malmquist untuk mengukur produktivitas. Sampel dalam penelitian ini
adalah bank syariah yang beroperasi di Brunei, Indonesi dan Malaysia
selama periode 2006 hingga 2014. Temuan empiris menunjukkan bahwa
bank syariah domestik dan asing memiliki kemajuan, kedua bank yang
dimiliki telah menjadi manajerial yang efisien dalam mengendalikan biaya
operasi mereka tetapi telah beroperasi pada skala operasi yang salah.
Hasilnya tampak menunjukkan bahwa bank-bank asing memiliki sedikit
lebih banyak produktif dibandingkan dengan rekan bank domestik mereka,
39
yang dikaitkan dengan yang lebih tinggi perubahan efisiensinya. Namun,
peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik antara
efisiensi dan produktivitas bank Islam asing dan domestik yang dimiliki.
Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik antara efisiensi dan produktivitas milik asing
dibandingkan dengan bank syariah domestic. Selanjutnya, kapitalisasi,
likuiditas dan faktor penentu krisis keuangan dunia secara signifikan
mempengaruhi tingkat produktivitas bank syariah yang beroperasi di
Brunei, Indonesia dan Malaysia selama periode yang diteliti.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
penelitian sebelumya menggunakan indeks Malmquist untuk mengukur
produktivitas, sedangkan pada penelitian ini tidak mengukur produktivitas
melainkan kesehatan bank dengan Binary Logistic. Selain itu perbedaan
juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini
sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode
penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu
adalah bank syariah yang beroperasi di Brunei, Indonesi dan Malaysia
selama periode 2006 hingga 2014.
11. Ahmad Rodoni, M. Arskal Salim, Euis Amalia, Rezki Syahri Rakhmadi
(2017)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi dan
profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia, Malaysia dan
Pakistan. Teknik yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur efisiensi dan indeks
40
Malmquist untuk mengukur produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa industri perbankan syariah di Indonesia cenderung kurang efisien,
hal ini diperlihatkan oleh data rata-rata lima tahun terakhir yang tidak
mampu mencapai tingkat efisiensi 100%. Tingkat efisiensi Bank Syariah
Indonesia berada pada kisaran 75%. Malaysia turut pula menghadapi
permasalahan inefisiensi, namun kondisi ini lebih baik dibandingkan
Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, tingkat efisiensi industri perbankan
syariah di Malaysia tidak mencapai tingkat efisiensi 100%. Kondisi
efisiensi malaysia terletak dikisaran 90%. Pakistan merupakan salah satu
Negara yang hampir mencapai tingkat efisiensi pada industri perbankan
syariahnya. Pakistan mendekati tingkat efisiensi rata-rata 100%.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya adalah pada
penelitian sebelumya menggunakan indeks Malmquist untuk mengukur
produktivitas, sedangkan pada penelitian ini tidak mengukur produktivitas
melainkan kesehatan bank dengan Binary Logistic. Selain itu perbedaan
juga terdapat pada sampel dan periode penelitian. Pada penelitian ini
sampel yang diteliti adalah BPRS diwilayah Jabodetabek dengan periode
penelitian tahun 2015-2017. Sedangkan sampel pada penelitian terdahulu
adalah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, Malaysia dan Pakistan
dengan periode penelitian 2009-2013.
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut di ringkas sebagaimana dalam
Tabel 2.4 berikut ini:
41
Tabel 2.5
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil Temuan
1 Hamim S.
Ahmad
Mokhtar,
Naziruddin
Abdullah, Syed
M. Al-Habshi
(2006)
Journal of
Economic
Cooperation
Malaysia 2006
Eficiency of
Islamic banking
in Malaysia : A
Stochastic
Frontier
Approach
Mengukur tingkat
efisiensi bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan dan
efisiensi
Penelitian
Terdahulu:
Mengukur tingkat
efisiensi
Sampel:
Penelitian ini:
mengukur tingkat
kesehatan BPRS di
wilayah
Jabodetabek.
Penelitian terdahulu:
BUK, BUS dan Unit
Usaha di Malaysia.
Metode Penelitian
Penelitian ini :
Efisiensi: DEA
Kesehatan: Regresi
Logistik
Penelitian terdahulu:
meneliti efisiensi
dengan SFA.
Rata-rata efisiensi
teknis dan biaya bank
umum konvensional
lebih tinggi dari bank
syariah. Efisiensi tek-
nis dan biaya rata-rata
untuk bank syariah
masing-masing 80,1%
dan 86%, sedangkan
bank konvensional
menunjukan efisiensi
teknis dan biaya
adalah 83,5% dan
87,6%. Namun dari
segi tren, menunjukan
bahwa rata-rata Efi-
siensi teknis dan
efisiensi biaya bank
syariah cenderung
meningkat dari tujuh
periode. Sedangkan
efisiensi bank kon-
vensional tidak banyak
berubah selama pe-
riode yang sama.
Penelitian ini juga
meneliti efisiensi ber-
dasarkan tipe bank.
Hasilnya bank umum
syariah secara signifi-
kan lebih efisiensi
daripada unit usaha
syariah. Serta rata-rata
efisiensi bank menurut
status kepemilikannya,
42
diketahui bahwa unit
usaha syariah asing
lebih efisien daripada
unit usaha syariah
bank domestik.
2 Moh. Sochih
(2008)
Jurnal
Pendidikan
Akuntansi
Indonesia
Vol. VI. No. 2 –
Tahun 2008
Analisis Tingkat
Kesehatan Bank
Ditinjau Dari
CAMELUntuk
Mengukur
Keberhasilan
Manajemen
Pada PT BPRS
Margirizki ,
Banguntapan,
Bantul,
Yogyakarta
(Studi Kasus
Pada PT BPRS
Margi Rizki
Bahagia)
Mengukur tingkat
tingkat kesehatan
BPRS.
Memakai metode
CAMEL.
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan dan
efisiensi
Penelitian
Terdahulu:
Mengukur tingkat
kesehatan
Sampel:
Penelitian ini:
mengukur tingkat
kesehatan BPRS di
wilayah
Jabodetabek.
Penelitian terdahulu:
1 BPRS wilayah
Yogyakarta.
Metode Penelitian
Penelitian ini :
Efisiensi: DEA
Kesehatan: Regresi
Logistik
Penelitian terdahulu:
meneliti dengan nilai
bobot dan nilai
kredit BPRS.
Kondisi perusahaan
secara keseluruhan dari
tahun 1998 sampai
dengan tahun 2000
sehat, karena total nila1
kredit hasil analisis
laporan keuangan dan
manajemen berdasarkan
CAMEL,masing-masing
93, 91.42, dan 97.8.
Total nilai tersebut
cukup meyakinkan
karena ketetapan Bank
Indonesia, BPR dikata-
kan sehat jika nilai
kredit 81 sampai dengan
100.
3 Deni
Kusumawardani
, Tri Haryanto,
dan Wisnu
Wibowo(2008)
Majalah
Ekonomi Tahun
XVIII, No. 2
Agustus 2008
Tingkat
Kesehatan Dan
Efisiensi
Bank
Perkreditan
Rakyat Jawa
Timur
Mengukur tingkat
efisiensi.
Mengukur tingkat
kesehatan
Sampel :
Penelitian ini :BPRS
Penelitian terdahulu:
BPR
Metode Penelitian
:
Penelitian ini:
Efisiensi: DEA
Kesehatan: Regresi
Indikator kinerja ke-
uangan yang me-
nyangkut aspek per-
modalan, kualitas asset,
rentabilitas dan
likuiditas, menunjukkan
bahwa BPR Jatim
termasuk dalam kategori
sehat. Demikian juga,
capaian kinerja pada
43
Logistik
Penelitian terdahulu:
DEA
Nilai Bobot dan
Nilai Kredit
kantor cabang BPR
Jatim bila dibandingkan
dengan standar yang
ditetapkan oleh BI
menunjukkan performa
baik. Analisis meng-
gunakan Model DEA
menunjukkan bahwa
pada umumnya kantor
cabang kurang efisiensi.
Untuk meningkatkan
tingkat efisiensi, BPR
sebagai lembaga
intermediasi harus me-
ningkatkan penyaluran
dana kepada masyarakat
dengan tetap menjaga
prinsip kehati-hatian.
Hasil pengujian korelasi
spearman menunjukkan
bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat
kesehatan bank dengan
skor efisiensi DEA.
4 Diah Arianti,
dan Nur
Iriawan
Prosiding
Seminar
Nasional
Manajemen
Teknologi XVII
Program Studi
MMT-ITS,
Surabaya 2
Februari 2013
Early Warning
System (Ews)
Untuk Prediksi
Kesehatan
Bank
Perkreditan
Rakyat (Bpr)
Di Indonesia:
Pendekatan
Model Regresi
Logistik
Menilai Tingkat
Kesehatan BPR
dengan CAMEL.
Mengukur
Pengaruh Rasio-
Rasio Keuangan
Terhadap
Kesehatan Bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan dan
Efisiensi BPRS
Penelitian terdahulu:
Mengukur Pengaruh
Rasio-Rasio
Keuangan Terhadap
Kesehatan Bank
Dengan regresi
logistik.
Sampel:
Penelitian ini: BPRS
Penelitian terdahulu:
BPR
Metode Penelitian
:
Penelitian ini mengukur
kesehatan BPR yang
melibatkan 8 variabel
indikator keuangannya
yaitu CAR, KAP, PPAP,
ROA, BOPO, CR, LDR,
dan Managemen.
Diperoleh hasil per-
modelan yang menyata-
kan bahwa CAR, KAP,
BOPO dan CR memiliki
pengaruh yang sig-
nifikan atas penentuan
predikat kesehatan BPR.
Dan pemodelan telah
menunjukkan adanya
pengaruh CAR, KAP
dan BOPO yang besar
atas kesehatan BPR. Uji
ketepatan model prediksi
44
Penelitian ini:
Efisiensi: DEA
Kesehatan: Regresi
Logistik
Penelitian terdahulu:
Regresi logistik
menunjukkan hasil
93,5% akurat.
5 Syafaat Muhari
dan Muhamad
Nadratuzzaman
Hosen(2014)
Jurnal Keuangan
dan Perbankan,
Vol.18, No.2
Mei 2014, hlm.
307–328
Tingkat
Efisiensi BPRS
Di Indonesia:
Perbandingan
Metode SFA
Dengan DEA
Dan
Hubungannya
Dengan
CAMEL
Mengukur Tingkat
Efisiensi BPRS.
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan Bank
dengan CAMEL dan
tingkat efisiensi
dengan DEA.
Penelitian terdahulu:
mengukur hubungan
efisiensi dengan
CAMEL.
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
SFA
DEA
Secara statistik rata-rata
tingkat efisiensi BPRS
berdasarkan pendekatan
parametrik SFA lebih
tinggi dari tingkat
efisiensi berdasarkan
pendekatan non-
parametrik DEA.
Berdasarkan korelasi
Spearman, tingkat
efisiensi BPRS dengan
menggunakan metode
SFA tidak mempunyai
hubungan yang nyata
dengan analisis ke-
sehatan bank CAMEL.
Sedangkan tingkat
efisiensi BPRS dengan
menggunakan metode
DEA mempunyai ke-
terkaitan yang lemah dan
nyata dengan analisis
kesehatan bank CAMEL
6 Shafitranata dan
Muhamad
Nadratuzzaman
Hosen (2014)
International
Journal of
Academic
Research in
Economic and
Management
Science, Vol. 3.
2014
Efficiency of
Islamic Bank
Using Data
Envelopment
Analysis (DEA)
in Indonesia,
2007-2010.
Mengukur Tingkat
Efisiensi Dengan
DEA.
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan Bank
dengan CAMEL.
Penelitian terdahulu:
mengukur tingkat
efisiensi dengan
DEA.
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah Bank Syariah
Hasil pada penelitian ini
menunjukan bahwa rata-
rata Bank Syariah yang
memiliki tingkat
efisiensi yang paling
baik adalah Bank
Muamalat Indonesia,
selanjutnya Bank
Syariah Mandiri dan
terakhir adalah Bank
Mega Syariah.
45
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
DEA
7 Suliyanto dan
Dian Purnomo
Jati (2014)
Jurnal keuangan
dan perbankan,
Vol. 18, No.2,
Mei 2014.
Perbandingan
Efisiensi Bank
Perkreditan
Rakyat dan
Bank Umum
dengan
Pendekatan
Data
Envelopment
Analysis
Mengukur dan
membandingkan
tingkat efisiensi
BPR dan Bank
Umum dengan
DEA.
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan Bank
dengan CAMEL.
Penelitian terdahulu:
hanya mengukur
tingkat efisiensi
dengan DEA.
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah BPR dan
Bank Umum
Konvensional
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
DEA
Penelitian ini menguji
perbedaan tingkat
efisiensi BPR dengan
bank umum. Ber-
dasarkan hasil analisis
dengan pendekatan
Data Envelopment
Analysis (DEA) bahwa
tingkat efisiensi bank
umum maupun BPR
belum mencapai
efisiensi sempurna
(100%), dengan rata-
rata tingkat efisiensi
bank umum selama
periode penelitian
(tahun 2009 Sampai
dengan 2011) adalah
sebesar 86%, sedang-
kan rata-rata tingkat
efisiensi BPR adalah
sebesar 87%.
8 Fekri Ali
Shawtari dan
Mohamed Ariff
Shaikh Hamzah
Abdul Razak
(2015)
Emerald:
Benchmarking:
An International
Journal, Vol. 22
Iss 6 pp. 1115 –
1140
Efficiency
Assessment Of
Banking Sector
In Yemen Using
Data
Envelopment
Window
Analysis
Megukur Tingkat
Efisiensi Bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan Bank
dengan CAMEL.
Penelitian terdahulu:
hanya mengukur
tingkat efisiensi
dengan DEA.
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah Bank Syariah
dan Bank
Skor efisiensi per-
bankan di Yaman
sangat rendah dan ada
kebutuhan mendesak
untuk peningkatan
skor efisiensi tersebut.
Berdasarkan hasil
penelitian, bank Islam
dilaporkan telah
mengungguli bank
konvensional.
Meskipun relatif
stabil, bank kon-
vensional mengalami
tingkat efisiensi yang
lebih rendah di-
46
Konvensional
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
DEA
bandingkan dengan
bank-bank Islam.
Untuk itu diperlukan
langkah dan kebijakan
untuk lebih me-
ningkatkan industri
perbankan.
9 Yekti
Rahajeng
(2016)
Jurnal
ECOBUSS
Vol.4 No.1,
Maret 2016
Analisis
Penilaian
Tingkat
Kesehatan Bank
Menggunakan
Metode
CAMELS Pada
Bank Syariah
Mandiri, Tbk.
Mengukur Tingkat
Kesehatan Bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
Efisiensi Bank.
Penelitian terdahulu:
hanya mengukur
tingkat Kesehatan
Bank dengan
CAMELS.
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah Bank
Syariah Mandiri,
Tbk.
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
Peringkat Komposit
Berdasarkan hasil
analisis penilaian
tingkat kesehatan bank
PT BSM, Tbk untuk
faktor keuangan dari
tahun 2009-2011
mendapatkan pe-
ringkat 2 dengan
predikat baik. Untuk
perkembangan faktor
manajemen PT BSM,
Tbk mendapat pe-
ringkat 1 dengan
predikat sangat baik
pada tahun 2009-2010.
Penilaian tingkat
kesehatan bank
dengan metode
CAMELS yang telah
dilakukan, medapat-
kan hasil bahwa PT
BSM, Tbk tahun
2009-2011 mendapat-
kan nilai tingkat
komposit 2, yang
mencerminkan tingkat
kesehatannya ter-
golong baik dan
mampu mengatasi
pengaruh negatif
kondisi perekonomian
dan industri keuangan. 10 Fakarudin
Kamarudin,
Zack Hue
Chiun, Fadzlan
Sufian,
Does
productivity of
Islamic banks
endure progress
of regress?
Menilai Tingkat
Efisiensi Bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
Kesehatan Bank.
Penelitian terdahulu:
Mengukur tingkat
Bank-bank asing
memiliki sedikit lebih
banyak produktif
dibandingkan dengan
rekan bank domestik
mereka, yang dikaitkan
47
Nazratul Aina,
Mohamad
Anwar (2017)
Emerald:
Humanomics,
Vol. 33 Iss 1 pp.
Empirical
evidence using
Data
Envelopment
Analysis based
Malmquist
Productivity
Index
Efisiensi dan
Produktivitas Bank
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah Bank
Syariah di Brunia,
Indonesia dan
Malaysia
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
DEA
Malmquist
Productivity Index
dengan yang lebih
tinggi perubahan
efisiensinya. Namun,
peneliti tidak
menemukan perbedaan
yang signifikan secara
statistik antara efisiensi
dan produktivitas bank
Islam asing dan
domestik yang dimiliki.
Oleh karena itu peneliti
menyimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan
yang signifikan secara
statistik antara efisiensi
dan produktivitas milik
asing dibandingkan
dengan bank syariah
domestic. Selanjutnya,
kapitalisasi, likuiditas
dan faktor penentu
krisis keuangan dunia
secara signifikan
mempengaruhi tingkat
produktivitas bank
syariah yang beroperasi
di Brunei, Indonesia
dan Malaysia selama
periode yang diteliti.
11 Ahmad Rodoni,
M. Arskal
Salim, Euis
Amalia, Rezki
Syahri
Rakhmadi
(2017)
Al-Iqtishad:
Jurnal Ilmu
Ekonomi
Syariah (Journal
of Islamic
Economics)
Vol.9, No.2,
July 2017
Comparing
Efficiency And
Productivity In
Islamic
Banking: Case
Study In
Indonesia,
Malaysia And
Pakistan
Mengukur tingkat
Efisiensi Bank
Penelitian ini:
Mengukur tingkat
kesehatan Bank.
Penelitian terdahulu:
mengukur tingkat
efisiensi dan
produktivitas Bank.
Sampel:
Penelitian ini adalah
BPRS
Penelitian terdahulu
adalah Bank
Syariah di
Indonesia,
Malaysia dan
Pakistan.
Tujuan dari penelitian
ini ialah untuk meng-
analisis efisiensi dan
profitabilitas industri
perbankan syariah di
Indonesia. Teknik yang
dipergunakan dalam
penelitian ini ialah data
envelopment analysis
(DEA) untuk mengukur
efisiensi dan indeks
Malmquist untuk meng-
ukur produktivitas. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa industri per-
bankan syariah
cenderung kurang
efisien, hal ini di-
perlihatkan oleh data
rata-rata lima tahun
48
Metode Penelitian:
Penelitian ini:
Regresi Logistik
DEA
Penelitian terdahulu:
DEA
Malmquist
Productivity Index
terakhir yang tidak
mampu mencapai
tingkat efisiensi 100%.
Malaysia turut pula
menghadapi per-
masalahan inefisiensi,
namun kondisi ini lebih
baik dibandingkan
Indonesia. Dalam lima
tahun terakhir, tingkat
efisiensi industri per-
bankan syariah di
Malaysia tidak mencapai
tingkat efisiensi 100%.
Pakistan merupakan
salah satu Negara yang
hampir mencapai tingkat
efisiensi pada industri
perbankan syariahnya.
Pakistan mendekati
tingkat efisiensi rata-rata
100%.
2.5 Kerangka Berfikir
Kerangka penelitian ini dibuat untuk mempermudah dalam memahami
hubungan antara rasio keuangan dengan kesehatan BPRS dan variabel input
dengan variabel output. Dalam menilai tingkat kesehatan BPRS penelitian ini
menggunakan CAMEL dan untuk mengukur tingkat kesehatan bank
menggunakan Binary logistic regresion. Sedangkan untuk tingkat efisiensi bank
penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
pendekatan intermediasi mengingat peranan vital bank sebagai lembaga
intermediasi yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkannya
kepada deficit unit sebagai penentu variabel input dan output.
Pengukuran tingkat efisiensi dalam penelitian ini menghubungkan efisiensi
terhadap tingkat intermediasi. Analisis ini kemudian akan menghasilkan
49
perumusan interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang
dihasilkan. Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan
menentukan nilai efisiensi, sehingga akan dapat dilihat perbedaan efisiensi BPRS
yang satu dengan BPRS yang lainnya. Pengolahan data untuk menilai tingkat
kesehatan bank menggunakan program SPSS dan untuk efisiensi menggunakan
program DEAWIN. Kerangka pemikiran pada penelitian ini terdapat dalam
gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Data Envelopment Analysis (DEA)
BPRS di Jabodetabek
Input Output
Laporan Keuangan
Tahun 2015 - 2017
CAMEL:
1. CAR 4. ROA
2. NPF 5. FDR
3. NPM
B. Operasional
Binary Logistic Regression
Total Aset
Hasil dan Pembahasan
Kesehatan BPRS Efisiensi BPRS
Total Pembiayaan
Pendapatan
Operasional
Kesimpulan dan Implikasi
50
BPRS yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah BPRS di
wilayah Jabodetabek yang memiliki laporan keuangan dari tahun 2015-2017.
Penilaian tingkat kesehatan BPRS dilakukan dengan rasio CAMEL, kemudian
diuji dengan alat analisis Binary Logistic Regession. Selain menilai tingkat
kesehatan BPRS, penelitian ini juga mengukur apakah rasio-rasio tersebut
berpengaruh dalam menilai tingkat kesehatan BPRS. Software yang digunakan
adalah SPSS.
Dalam menilai tingkat efisiensi BPRS, variabel input adalah total asset dan
beban operasional, sedangkan untuk outputnya adalah pendapatan operasional dan
total pembiayaan. Dalam penelitian ini menggunakan Data Envelopment Analysis
(DEA) untuk mengetahui tingkat efisiensi pada Bank BPRS. Software yang
digunakan dalam menilai tingkat efisiensi BPRS adalah dengan DEAWIN.
2.6 Hipotesis
Menurut Tanjung dan Devi (2013:97) hipotesis adalah kesimpulan atau
jawaban sementara dari permasalahan penelitian yang akan dibuktikan dengan
data empiris. Hipotesis yang dirumuskan penulis pada penelitiannya kali ini
adalah:
Adanya pengaruh rasio CAMEL terhadap tingkat kesehatan BPRS
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sifat dan Jenis Penelitian
Dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
dengan deskriptif asosiatif. Tanjung dan Devi (2013) menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif adalah data dalam angka dan lambang matematik atau
dengan kata lain dapat diukur dengan skala numerik. Sugiyono (2003)
menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain. Asosiatif adalah Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian studi kasus. Menurut Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011) studi
kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara
integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya
dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari hasil publikasi laporan keuangan tahunan Bank Pembiayaan
52
Rakyat Syariah (BPRS) wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek).
Peneliti mengkaji kawasan Jabodetabek karena merupakan wilayah
metropolitan yang merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional, selain itu
jabodetabek merupakan wilayah yang paling mendapat tekanan karena proses
urbanisasi dan perkembangan perkotaan yang sangat cepat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
tahunan yang dimulai pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Laporan keuangan
tahunan tersebut didapat melalui website OJK, serta data lain yang diperoleh dari
berbagai literatur, seperti : buku, jurnal, dan lain sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan data-data antara lain:
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data pokok secara
tertulis dengan cara melihat catatan atau arsip yang ada pada perusahaan.
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data
yang bersumber dari laporan publikasi BPRS di internet.
2. Teknik Pustaka
Teknik pustaka ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dasar-dasar teoritis ini diperoleh
dari literatur-literatur, majalah-majalah maupun tulisan-tulisan lainnya yang
berhubungan dengan tingkat kesehatan dan efisiensi BPRS.
53
3.4 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Tanjung dan Devi (2013) bahwa Populasi adalah sekumpulan
individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian (pengamatan). Penelitian ini menggunakan laporan keuangan BPRS
tahunan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
2. Sampel
Tanjung dan Devi (2013) bahwa sampel adalah bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil berdasarkan teknik tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria
yang ditentukan (Sugiyono,2010) . Kriteria sampel yang akan digunakan yaitu :
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar di Bank Indonesia
dan sudah beroperasi dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mempublikasikan atau
memiliki laporan keuangan tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang mempublikasikan biaya
oprasional, total asset, pendapatan operasional dan total pembiayaan selama
tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.
4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang berada di wilayah
Jabodetabek.
54
Dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria sampel ada 13 Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dari wilayah Jabodetabek.
3.5 Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
A. Tingkat Kesehatan
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan
Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Menurut Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat, menyatakan
bahwa tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi
laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan
standar Bank Indonesia (Nurfitriana, 2016).
Dalam penelitian ini tingkat kesehatan bank dibagi menjadi dua
kategori, jika nilai kredit 66 maka dikategorikan sehat dan diberi kode 1,
jika nilai kreditnya <66 maka dikategorikan kurang sehat dan diberikan
kode 0.
Tabel 3.1
Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
66 Sehat
< 66 Kurang Sehat
Sumber : Bank Indonesia
55
B. Efisiensi
Variabel dependen untuk tingkat efisiensi BPRS atau dalam hal
tingkat efisiensi disebut variable input. Variable input adalah variabel
yang mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 2 variabel.
a. Aset
Aset (P1) adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa
mendatang atau akan dikuasai oleh bank sebagai hasil dari transaksi
atau kejadian (Hanafi dan Halim dalam Rakhmat, 2011).
b. Biaya operasional
Biaya operasional (P2) merupakan biaya langsung yang berhubungan
dengan kegiatan operasional usaha bank. Semakin baik bank dalam
mengelola beban operasional maka semakin efisien bank tersebut (Rivai
, 2007).
2. Variabel Independen
A. Tingkat kesehatan
Variabel independen dalam menilai tingkat kesehatan BPRS terdiri
dari beberapa rasio perbankan yang termasuk dalam Rasio CAMEL.
Masing-masing variabel independen dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Capital (Rasio Permodalan)
Kecukupan modal menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang tercukupi dan kemampuan manajemen
56
bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol
resiko – resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya
modal bank. Rasio Kecukupan modal diproksikan pada Capital
Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau
merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk
menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau didalam
perdagangan surat berharga (Adhistya, 2013).
CAR menunjukan seberapa besar modal bank telah memadai
untuk menunjang kebutuhannya dan sebagai dasar menilai prospek
kelanjutan usaha bank yang bersangkutan. (Dendawijaya, 2005). Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Anie, 2015) :
CAR : Modal Bank 𝑥 100%
ATMR
b. Asset (Rasio Kualitas Aset Produktif)
Kualitas aset produktif dapat diwakilkan oleh rasio Non
Performing Financing (NPF) yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin buruk kualitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPF :Pembiayaan bermasalah 𝑥 100%
Total Pembiayaan
57
c. Management (Manajemen)
Rasio Net Profit Margin ini digunakan dalam penilaian terhadap
kemampuan manajerial dalam mengurus bank untuk menjalankan
usaha. Perolehan laba suatu bank itu merupakan refleksi dari aspek
manajemen (Wahyudi, Siswatini). Aspek ini diwakili oleh variabel
rasio :
NPM: Laba Bersih 𝑥 100%
Pend.Operasional
d. Earnings (Rentabilitas)
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam meningkatkan laba atau keuntungan. Aspek ini juga dapat
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Aspek ini diwakili oleh variabel rasio Return
on Asset (ROA).
Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan asetnya
(Shandy, 2014). Perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA : Laba Sebelum Pajak 𝑥 100% Rata-rata Total Aset
e. Liquidity (Likuiditas)
Aspek likuiditas diwakili oleh rasio Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat
58
likuiditas suatu bank, dengan cara membandingkan antara pembiayaan
yang disalurkan dengan dana yang dihimpun dari masyarakat sehingga
dapat diketahui kemampuan bank dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/ 24/ DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 pengukuran FDR menggunakan :
FDR : Pembiayaan yang diberikan 𝑥 100%
Dana Pihak Ketiga
B. Efisiensi
Variabel Independen dalam menilai tingkat efisiensi menggunakan
variable output.Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat
perhatian, dalam penelitian ini yang digunakan adalah:
a. Total pembiayaan (Q1) merupakan produk utama bank sebagai lembaga
intermediasi yang menghubungkan antara surplus unit dan deficit unit.
Total pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam menghasilkan produk utama berupa kredit/ pembiayaan
sebagai salah satu cara dalam meningkatkan keuntungan (laba
operasional). Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam total kredit
adalah kredit dalam bentuk mata uang Rupiah dan dalam bentuk valas
(foreign exchange). Sedangkan yang termasuk pembiayaan adalah
pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, salam, istishna,
rahn, dan lain-lain (Maflachatun dalam Rakhmat 2011).
59
b. Pendapatan operasional (Q2) merupakan pendapatan dari kegiatan
operasional BPRS yang meliputi pendapatan dari penyaluran dana,
pendapatan operasional lainnya dan pendapatan non operasional.
3.6 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis yang dipilih untuk
menganalisis data harus sesuai dengan pola penelitian dan variabel yang akan
diteliti. Penelitian ini dalam melakukan analisis data menggunakan pendekatan
ilmu statistik.
3.6.1 Kesehatan Bank
Menilai tingkat kesehatan bank dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi logistik. Dalam penelitian ini untuk memprediksi tingkat kesehatan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), model regresi yang digunakan adalah model
binary logistic regression yaitu model yang variabel dependennya berupa data
kategori, dimana bank yang tidak sehat diberi kode 0 dan bank yang sehat diberi
kode 1.
Menurut Nurfitriana (2016) ada beberapa alasan mengapa regresi
logistik merupakan sebuah alternatif yang atraktif untuk analisis diskriminan di
mana variabel dependen hanya mempunyai dua kategori:
a. Regresi logistik dipengaruhi lebih sedikit dibandingkan analisis
diskriminan oleh ketidaksamaan variance/ covariance dalam kelompok,
sebuah asumsi dasar dari analisis diskriminan.
60
b. Regresi logistik dapat menghandel variabel independent categorical secara
mudah di mana pada analisis diskriminan penggunaan variabel dummy
menimbulkan masalah dengan kesamaan variance/covariance.
c. Regresi logistik menghasilkan persamaan regresi berganda berkenaan
interpretasi dan pengukuran diagnosis casewise yang tersedia untuk
residual yang diuji.
Persamaan uji regresi Logistik adalah sebagai berikut (Ghozali, 2007):
Y = β0-β1 CAR +β2 NPF + β3 ROA-β4 ROE +β5FDR +e
Langkah-langkah analisis dalam regresi logistik menurut Ghazali (2007)
dalam Nurfitriana (2016):
a. Menilai Model Fit
Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L
dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2Log L. Cox dan Snell’s R Squre merupakan
ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang
didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang
dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square
merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s R2 dengan nilai
maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti R2
pada multiple regression. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
61
menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model.
Jika nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih
besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan model
dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
b. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Untuk menilai hasil analisis regresi kita menggunakan model persamaan
kedua yang memasukkan semua komponen dari variabel independen, yang
dapat dilihat dari Variabel in The Equation (Ghozali, 2006 dalam
Nurfitriana, 2016:60). Wald statistic untuk menguji signifikansi koefisien
regresi logistik masing-masing prediktor, dengan formulasi hipotesis
statistik sebagai berikut:
H0 : r = 0
H1 : r ≠ 0 dimana r = 1, 2, 3, …, n
Kriteria:
Jika Sig. >α, maka H0 diterima
Jika Sig.<α, maka H0 ditolak
3.6.2 Efisiensi Bank
Secara konseptual terdapat dua metodologi umum untuk mengukur batas
efisiensi; pendekatan parametrik menggunakan teknik ekonometrika, dan
pendekatan non parametrik yang memanfaatkan metode program linear.
Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut adalah bagaimana menangani galat
62
acak dan asumsi yang membuat bentuk batas efisiensi. Hampir secara luas
penggunaan metode parametrik menggunakan Stochastic Frontier Analysis
(SFA), Distribution-Free Analysis (DFA), dan Thick Frontier Analysis (TFA).
Sebaliknya penggunaan metode non parametrik pada umumnya menggunakan
Free Disposal Hull Analysis (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA)
(Teuku 2015).
3.6.2.1 Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan prosedur yang dirancang
khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
yang menggunakan banyak input dan juga banyak output, dimana penggabungan
input dan output tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relatif suatu UKE
adalah efisiensi suatu UKE dibandingkan dengan UKE lain dalam sampel
(sekelompok UKE yang saling dibandingkan) dengan menggunakan jenis input
dan output yang sama (Muharam dan Pusvitasari, 2007).
Dalam DEA, efisiensi relatif UKE didefinisikan sebagai rasio dari total
output tertimbang dibagi total input tertimbangnya (total weighted output / total
weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot atau timbangan untuk
setiap input dan output UKE. Bobot tersebut harus memiliki sifat :
a. Tidak bernilai negatif
b. Bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat
menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi
rasionya (total weighted output / total weighted input) dan rasio
tersebut tidak boleh lebih dari 1 (Muharam dan Pusvitasari, 2007).
63
Jadi suatu UKE dikatakan efisien jika hasil rasionya sama dengan 1
atau sama dengan nilai efisiensi 100%, sebaliknya jika hasil dari suatu
UKE kurang dari 1 atau kurang dari 100% maka UKE tersebut tidak
efisien.
3.6.2.3 Model Pengukuran Efisiensi
DEA akan menghitung bank menggunakan input untuk menghasilkan
output yang berbeda yaitu:
.............................................(3.1)
Dimana:
hs = Efisiensi bank s
m = Output Bank
n = Input bank s yang diamati
yis = Jumlah output I yang diproduksi oleh bank s
Xjs = Jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui = Bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
vj = Bobot input j yang diberikan oleh bank s dan I dihitung dari 1 ke m
serta j hitung dari 1 ke n
Menurut Sutawijaya dan Letari, 2009 dalam Fitri, 2017 bahwa
penggunaan satu variabel input dan satu output ditujukkan dalam persamaan 3.1
rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan dengan kendala sebagai berikut:
64
....................(3.2)
Dimana dan Vj 0 ....................................................................(3.3)
Persamaan tersebut menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam sampel
dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian.
Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya risiko untuk UKE lain tidak
lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif).
Angka rasio akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien,
apabila memiliki angka rasio mendakati 1 atau 100%, sebaliknya apabila
mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap
bank dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa
pembobotan yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik
(Sutawijaya dan Lestari, 2009).
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini ada 13 BPRS dari wilayah
Jabodetabek, sampel tersebut terpilih karena menyediakan data laporan keuangan
selama tahun 2015 sampai dengan 2017. Adapun sampel tersebut yaitu 1 BPRS di
wilayah Jakarta, 2 BPRS di wilayah Bogor, 2 BPRS di wilayah Depok, 4 BPRS
di wilayah Tangerang dan 4 BPRS di wilayah Bekasi. Pada penelitian ini akan
mengukur tingkat kesehatan dengan metode Binary logistic dan efisiensi BPRS
dengan metode DEA.
4.2 Hasil Analisis Data Kesehatan BPRS
Dalam mengelola data kesehatan BPRS pada penelitian ini menggunakan
progam SPSS 22. Variabel dalam menilai tingkat kesehatan BPRS yang
digunakan terdiri dari variabel dependen (Y) yaitu kesehatan BPRS serta variabel
independent (X) yaitu CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR. Hasil dari pengolahan
data tingkat kesehatan BPRS adalah:
1. Ringkasan Kasus dan Pengkodean variabel Dependen
Ringkasan pengolahan kasus (case processing summary) terdapat dalam
Tabel 4.1 berikut ini:
66
Tabel 4.1
Ringkasan Pengolahan Kasus
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 39 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 39 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 39 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dalam Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jumlah sampel yang diteliti
sebanyak 39 sampel, dimana 39 sampel tersebut terdiri dari 13 BPRS dari
wilayah Jabodetabek dan data yang digunakan adalah 3 periode yakni dari
tahun 2015, 2016 dan tahun 2017.
Tabel 4.2
Dependent Variabel Encoding
Tabel 4.2 menjelaskan bahwa variabel dependen (Y) dalam penelitian
ini terdiri dari dua kategori, yaitu: 0 = tidak sehat, dan 1= sehat. Jika suatu
BPRS memiliki nilai kredit 66 atau lebih maka dikategorikan sebagai BPRS
yang sehat dan diberi kode 1, namun jika nilai kreditnya kurang dari 66 maka
BPRS tersebut dikategorikan kurang sehat dan diberikan kode 0.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
TIDAK SEHAT 0
SEHAT 1
67
2. Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat
Klasifikasi bank sehat dan tidak sehat bertujuan untuk mengetahui
berapa besar persentase ketepatan dalam penelitian ini. Klasifikasi bank sehat
dan tidak sehat tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat
Classification Tablea,b
Observed Predicted
KESEHATAN Percentage
Correct TIDAK SEHAT SEHAT
Step 0 KESEHATAN TIDAK SEHAT 0 12 ,0
SEHAT 0 27 100,0
Overall Percentage 69,2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Tabel 4.3 menunjukan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 39 sampel yang terdiri dari 12 BPRS tidak sehat dan 27 BPRS
sehat. Klasifikasi prediksi menunjukan ketepatan prediksi antara sampel bank
sehat dan tidak sehat sebesar 69,2%. Untuk hasil klasifikasi bank sehat dan
tidak sehat dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Klasifikasi Bank Sehat dan Tidak Sehat
Classification Tablea
\Observed Predicted
KESEHATAN Percentage
Correct TIDAK SEHAT SEHAT
Step 1 KESEHATAN TIDAK SEHAT 11 1 91,7
SEHAT 1 26 96,3
Overall Percentage 94,9
a. The cut value is ,500
68
Dalam Tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa dari 12 sampel BPRS yang
tidak sehat ternyata ada 1 BPRS yang masih dapat diprediksi sebagai BPRS
yang sehat, sedangkan 11 sampel lainnya dalam kondisi tidak sehat. Dari 27
sampel yang diprediksi sehat masih terdapat 1 BPRS yang di prediksi sebagai
BPRS yang tidak sehat, sedangkan 26 sampel lainnya dalam kondisi sehat.
Secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada penelitian
ini sebesar 94,9%.
3. Uji Signifikan Simultan
Uji signifikan simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel dependen dengan variabel independen secara simultan dengan
signifikansi 0,05. Pada uji signifikan simultan ini terbagi menjadi dua hasil,
yakni:
a. Jika nilai signifikan <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti
semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
b. Jika nilai signifikan >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, ini berarti
menyatakan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
69
Tabel 4.5
Omnibus Tests Of Model Coefficients
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh hasil omnibus dimana nilai Chi
Square sebesar 37,054 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 hal ini
menunjukan bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR dapat memprediksi
tingkat kesehatan BPRS.
4. Uji Kelayakan Model
Hosmer and Lemeshow Test digunakan untuk menguji kesesuaian
model (goodness of fit), atau dengan kata lain digunakan untuk menguji
apakah model yang kita gunakan sudah sesuai dengan data empiris atau tidak.
Hipotesis untuk menilai model ini adalah:
H0 = Tidak ada perbedaan antara model dengan data
H1 = Ada perbedaan antara model dengan data
Dengan taraf signifikansi sebesar 5% atau alpha 0,05.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 37,054 5 ,000
Block 37,054 5 ,000
Model 37,054 5 ,000
70
Tabel 4.6
Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 4,762 8 ,783
Dari tabel 4.6 terlihat nilai statistik Hosmer and Lemeshow Test 4,762
dengan probabilitas signifikansi 0,783. Nilai signifikansi ini jauh diatas 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.
5. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (Nagelkerke’s R2) untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai Nagelkerke’s R2
yang
kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen adalah terbatas. Akan tetapi jika nilai mendekati satu berarti
variabel-variabel independen hampir semua memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Untuk
mengetahui hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut
ini:
Tabel 4.7
Uji Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R2
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 11,091a ,613 ,865
a. Estimation terminated at iteration number 8 because
parameter estimates changed by less than ,001.
71
Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.7 menunjukan besarnya
Nagelkerke’s R2
= 0,865. Dengan demikian besarnya pengaruh variabel
CAR, NPF, NPM, ROA dan FDR terhadap tingkat kesehatan BPRS adalah
sebesar 86,5%. Adapun sisanya sebesar 13,5% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini, faktor lain itu bisa berupa KAP,
PPAP, ROE, BOPO, CR.
6. Uji Wald
Uji wald digunakan untuk menguji kemaknaan prediktor secara parsial.
Berikut ini adalah hasil koefisien regresi logistik yang terdapat pada tabel 4.8:
Tabel 4.8
Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a CAR ,051 ,146 ,123 1 ,726 1,052
NPF -,419 ,212 3,919 1 ,048 ,657
NPM -,132 ,193 ,466 1 ,495 ,876
ROA 1,660 1,124 2,181 1 ,140 5,261
FDR -,128 ,057 5,068 1 ,024 ,880
Constant 16,409 6,897 5,661 1 ,017
13375700,84
4
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, NPF, NPM, ROA, FDR.
Berdasarkan tabel 4.8 bahwa koefisien untuk persamaan regresi dalam
penelitian ini, dapat disusun dalam persamaan matematis sebagai berikut:
Y= 16,409 – 0,051 CAR – 0,419 NPF – 0,132 NPM + 1,660 ROA – 0,128
FDR
72
Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio CAR, NPF, NPM,
ROA dan FDR dapat dijelaskan pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Koefisien Regresi Logistik dan Tingkat Signifikansi Variabel
Independen
Keterangan Sig Keterangan H0
CAR 0,726 > 0,05 Diterima
NPF 0,048 < 0,05 Ditolak
NPM 0,495 > 0,05 Diterima
ROA 0,140 > 0,05 Diterima
FDR 0,024 < 0,05 Ditolak
Berdasarkan Tabel 4.8 dan 4.9 mengenai koefisien regresi logistik dan tingkat
signifikansi variabel dimana untuk menguji kemaknaan prediktor secara
parsial dapat dijelaskan bahwa:
a. Rasio CAR mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini
maka semakin besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah.
Rasio CAR mempunyai signifikansi 0,726 dimana nilai signifikansinya
lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Pengaruh rasio CAR
terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS adalah tidak signifikan
atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.
b. Rasio NPF mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini
kemungkinan akan semakin kecil suatu BPRS mengalami kondisi
bermasalah. Rasio NPF mempunyai signifikansi 0,048 dimana nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak. Dari nilai
73
signifikansi ini dapat dikatakan bahwa rasio NPF mampu memprediksi
kesehatan BPRS.
c. Rasio NPM mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin kecil BPRS yang mengalami kondisi
bermasalah. Rasio NPM ini mempunyai signifikansi 0,495 dimana nilai
signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Pengaruh
rasio NPM terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS adalah tidak
signifikan atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.
d. Rasio ROA mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi
rasio ini maka semakin kecil kemungkinan suatu BPRS dalam kondisi
bermasalah. Rasio ROA mempunyai signifikansi sebesar 0,140 dimana
nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima.
Pengaruh rasio ROA terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS
adalah tidak signifikan atau tidak mampu memprediksi kesehatan BPRS.
e. Rasio FDR mempunyai pengaruh yang positif artinya semakin tinggi
rasio ini maka semakin besar kemungkinan suatu BPRS dalam kondisi
bermasalah. Rasio FDR ini mempunyai niali signifikansi sebesar 0,024
dimana nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang berarti H0 ditolak.
Pengaruh rasio FDR terhadap profitabilitas tingkat kesehatan BPRS
adalah signifikan atau mampu memprediksi kesehatan BPRS.
74
4.3 Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi BPRS
Dalam menilai efisiensi BPRS ini terdiri dari empat variabel yaitu total
aset dan biaya operasional sebagai variabel input, sedangkan total pembiayaan dan
pendapatan operasional sebagai variabel output. Perhitungan Data Envelopment
Analysis (DEA) pada penelitian ini menggunakan software DEAWIN.
Hipotesis diterima atau ditolak pada penelitian ini yaitu apabila efisiensi
BPRS bernilai 100% maka BPRS tersebut dinyatakan efisien, sedangkan jika hasil
efisiensi BPRS bernilai 0% sampai dengan 99% maka dinyatakan inefisieni.
Disamping itu juga dari hasil pengolahan data akan terdapat angka aktual dan
angka target, angka aktual adalah angka input dan output yang dimiliki sedangkan
angka target adalah angka yang disarankan oleh perhitungan DEA agar input dan
output tersebut menjadi efisien. Selain itu terdapat To Gain dan Achieved yaitu
persentase dalam penambahan target agar mencapai target yang dihasilkan oleh
perhitungan DEA. Adapun Hasil dari pengolahan data tingkat efisiensi BPRS
dengan metode DEA pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10
Tingkat Efisiensi BPRS di Wilayah Jabodetabek
WILAYAH BPRS THN
2015 2016 2017
Jakarta CA 87,97% 90,59% 77,86%
Bogor
AU 66,77% 64,55% 63,23%
IC 73,43% 60,07% 73,24%
Depok
AB 91,61% 97,68% 100%
AH 69,84% 76,35% 75,27%
75
Tangerang
BR 87,61% 94,11% 100%
MBA 74,78% 85,80% 89%
HIKT 100% 92,15% 100%
MU 86,46% 61,76% 84,36%
Bekasi
AI 95,34% 83,90% 75,65%
HIKB 93,47% 93,33% 85,76%
HIKC 100% 99,70% 100%
PAT 63,96% 66,50% 72,89%
Sumber: Data diolah menggunakan DEAWIN
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 menunjukan tingkat efisiensi pada 13
BPRS, berdasarkan hasil DEA nilai efisiensi untuk BPRS “CA” pada tahun 2015
inefisien sebesar 12,03%, di tahun 2016 nilai inefisien menurun menjadi 9,41%,
akan tetapi pada tahun 2017 terjadi kenaikan inefisensi yang cukup tinggi sebesar
22,14%. BPRS “AU” pada tahun 2015 terjadi inefisiensi sebesar 33,23% , di
tahun 2016 nilai inefisiensi terus meningkat menjadi 35,45% yaitu di tahun 2015
nilai efisien 66,77% di tahun 2016 menjadi 64,55% , pada tahun 2017 terus terjadi
kenaikan inefisien sebesar 36,77% sehingga efisiensi BPRS “AU” pada tahun
2017 menjadi 63,23%. BPRS “IC” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebear
26,57%, pada tahun 2016 terjadi inefisien yang cukup tinggi yaitu sebesar
39,93% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 73,43% menjadi 60,07% dan pada
tahun 2017 terdapat penurunan inefisien sebesar 26,76% sehingga efisiensi BPRS
“IC” pada tahun 2017 mencapai 73,24%.
BPRS “AB” pada tahun 2015 terjadi inefisien sebesar 8,39%, dan pada
tahun 2016 terdapat penurunan inefisiensi sebesar 2,32% yaitu di tahun 2015 nilai
76
efisiensi 91,61% menjadi 97,68%, dan pada tahun 2017 BPRS “AB” menjadi
efisien 100%. BPRS “AH” pada tahun 2015 tingkat inefisien sangat tinggi sebesar
30,16%, dan pada tahun 2016 terjadi penurunan inefisien sebesar 23,65% yaitu di
tahun 2015 nilai efisiensi 69,84% menjadi 76,35%, dan pada tahun 2017 terjadi
kenaikan inefisiensi kembali sebesar 24,73% sehingga efisiensi BPRS “AH” pada
tahun 2017 menjadi 75,27%.
BPRS “BR” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebesar 12,39%, dan pada
tahun 2016 terdapat penurunan inefisien sebesar 5,89% yaitu di tahun 2015 nilai
efisiensi 87,61% menjadi 94,11%, dan pada tahun 2017 efisiensi BPRS “BR”
pada tahun 2017 mencapai 100%. BPRS “MBA” pada tahun 2015 terjadi inefisien
sebesar 25,22% dan pada tahun 2016 tingkat inefisien menurun menjadi 14,20%
yaitu di tahun 2015 nilai efisiensi 74,78% menjadi 85,80%, dan pada tahun 2017
terus terjadi penurunan inefisien sebesar 11% sehingga efisiensi BPRS “MBA”
pada tahun 2017 mencapai 89%.
BPRS “HIKT” pada tahun 2015 sudah mencapai tingkat efisien sebesar
100% akan tetapi pada tahun 2016 terjadi inefisiensi sebesar 7,85% yang mana di
tahun 2015 nilai efisiensi 100% menjadi 92,15% dan pada tahun 2017 BPRS
“HIKT” kembali efisien mencapai 100%. BPRS “MU” pada tahun 2015 terjadi
inefisien sebesar 13,54% dan pada tahun 2016 tingkat inefisien meningkat
sebesar 38,24% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 86,46% menjadi 61,76%
dan pada tahun 2017 tingkat inefisien menurun sebesar 15,64% sehingga efisiensi
BPRS “MU” pada tahun 2017 mencapai 84,36%.
77
BPRS “AI” pada tahun 2015 tingkat inefisien sebesar 4,66%, dan pada
tahun 2016 terjadi kenaikan inefisiensi sebesar 16,10% yang mana di tahun 2015
nilai efisiensi 95,34% menjadi 83,90% dan pada tahun 2017 terus mengalami
inefisiensi sebesar 24,35% sehingga efisiensi BPRS “AI” pada tahun 2017
menjadi 75,65%. BPRS “HIKB” pada tahun 2015 tingkat inefisiensi sebesar
6,53%, dan pada tahun 2016 tetap terjadi inefisiensi sebesar 6,67% yang mana di
tahun 2015 nilai efisiensi 93,47% menjadi 93,33% dan pada tahun 2017 terus
mengalami kenaikan inefisiensi sebesar 14,24% sehingga efisiensi BPRS “HIKB”
pada tahun 2017 menjadi 85,76%.
BPRS “HIKC” pada tahun 2015 telah mencapai efisiensi sebesar 100%,
dan pada tahun 2016 terjadi inefisiensi sebesar 0,30% yang mana di tahun 2015
nilai efisiensi 100% menjadi 99,70% dan pada tahun 2017 efisiensi BPRS
“HIKC” kembali mencapai 100%. BPRS “PAT” pada tahun 2015 tingkat inefisien
cukup tinggi sebesar 36,04%, dan pada tahun 2016 tingkat inefisiensi tetap cukup
tinggi yaitu sebesar 33,50% yang mana di tahun 2015 nilai efisiensi 63,96%
menjadi 66,50% dan pada tahun 2017 tingkat inefisiensi menurun menjadi
27,11% sehingga efisiensi BPRS “PAT” pada tahun 2017 mencapai 72,89%.
Dari uraian data diatas terdapat 3 BPRS yang terus terjadi penurunan
efisiensi disetiap tahunnya, yaitu BPRS “AU” dari wilayah Bogor, BPRS “AI”
dan BPRS “HIKB” dari wilayah Bekasi. Dari 3 BPRS tersebut yang penurunan
tingkat efisiensinya cukup signifikan adalah BPRS “AI” dari wilayah Bekasi.
BPRS yang tingkat efisiensinya konsisten naik setiap tahun ada 4 BPRS, yaitu
BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR” dan BPRS “MBA” dari wilayah
78
Tangerang, serta BPRS “PAT” dari wilayah Bekasi. BPRS yang tingkat
efisiensinya paling baik yaitu BPRS “HIKC” dari wilayah Bekasi karena BPRS
tersebut terjadi inefisiensi paling kecil yaitu pada tahun 2016 sebesar 0,30%.
1. Tingkat Efisiensi BPRS “CA” Wilayah Jakarta
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS CA di wilayah Jakarta selama tahun
2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.11 yaitu:
Tabel 4.11
Tingkat Efisiensi BPRS “CA” Wilayah Jakarta
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEV
ED
JAK
AR
TA
CA
2015
87,97%
Total Aset 16970807 14928775 12% 88%
Biaya Operasional 1012401 890583 12% 88%
Total Pembiayaan 2592556 2591363 0% 100%
Pendapatan Operasional
2192556 2192556 0% 100%
2016
90,59%
Total Aset 17299591 15671860 9.4% 90.6%
Biaya Operasional 1147948 1039936 9.4% 90.6%
Total Pembiayaan 2910037 2910037 0% 100%
Pendapatan Operasional
2363166 2363166 0% 100%
2017
77,86%
Total Aset 20913501 16282768 22.1% 77.9%
Biaya Operasional 1436763 1118630 22.1% 77.9%
Total Pembiayaan 2470438 2470438 0% 100%
Pendapatan Operasional
2544516 2544516 0% 100%
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
79
Pada tabel 4.11 memperlihatkan bahwa BPRS “CA” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu 90,59%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2017 yaitu 77,86%. Pada tahun 2015 BPRS “CA” dapat
mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp14.928.775 atau
mengurangi 12% dari realisasi total aset sebesar Rp 16.970.807. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
890.583 atau mengurangi 12% dari realisasi sebesar Rp 1.012.401.
Pada tahun 2016 BPRS “CA” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 15.671.860 atau mengurangi 9,4% dari realisasi
total aset sebesar Rp 17.299.591. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 1.039.936 atau mengurangi
9,4% dari realisasi sebesar Rp 1.147.948. Pada tahun 2017 BPRS “CA” dapat
meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar
Rp16.282.768 atau mengurangi 22,1% dari realisasi total aset Rp 20.913.501
selain itu biaya operasional BPRS “CA” pada tahun 2017 perlu mencapai
target sebesar Rp 1.118.630 atau mengurangi 22,1% dari realisasi biaya
operasional sebesar Rp1.436.763.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS CA di wilayah Jakarta
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS CA di wilayah jakarta sebesar 85,47%. Tingkat
efisiensi BPRS CA yang mendekati efisiensi 100% adalah pada tahun 2016
yaitu 90,59%.
80
2. Tingkat Efisiensi BPRS “AU” Wilayah Bogor
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “AU” dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.12 yaitu:
Tabel 4.12
Tingkat Efisiensi BPRS “AU” Wilayah Bogor
(dalam ribuan rupiah)
Sumber: Data diolah dengan DEAWIN
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BO
GO
R
AU
2015
66,77%
Total Aset 168372715 112420922 33.2% 66.8%
Biaya Operasional 9592633 6404913 33.2% 66.8%
Total Pembiayaan 4243936 4243936 0% 100%
Pendapatan Operasional
17362438 17362438 0% 100%
2016
64,55%
Total Aset 190190680 122777306 35.4% 64.6%
Biaya Operasional 10418674 6725759 35.4% 64.6%
Total Pembiayaan 5769583 576983 0% 100%
Pendapatan Operasional
18589241 18589241 0% 100%
2017
63,23%
Total Aset 225690608 142702562 36.8% 63.2%
Biaya Operasional 10898933 6891317 36.8% 63.2%
Total Pembiayaan 9021593 9021593 0% 100%
Pendapatan Operasional
20439666 20439666 0% 100%
81
Pada tabel 4.12 memperlihatkan bahwa BPRS “AU” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2015 yaitu 66,77%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2017 yaitu 63,23%. Pada tahun 2015 BPRS “AU” dapat
mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp112.420.922 atau
mengurangi 33,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 168.372.715.
Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus
dicapai sebesar Rp 6.404.913 atau mengurangi 33,2% dari realisasi sebesar
Rp 9.592.633.
Pada tahun 2016 BPRS “AU” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 122.777.306 atau mengurangi 35,4% dari realisasi
total aset sebesar Rp 190.190.680. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 6.725.759 atau mengurangi
35,4% dari realisasi sebesar Rp 10.418.674. Pada tahun 2017 BPRS “AU”
dapat meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset
sebesar Rp142.702.562 atau mengurangi 36,8% dari realisasi total aset
Rp225.690.608 selain itu biaya operasional BPRS “AU” pada tahun 2017
harus mencapai target sebesar Rp 10.898.933 atau mengurangi 36,8% dari
realisasi biaya operasional sebesar Rp 6.891.317 .
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AU di wilayah Bogor
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS AU di wilayah Bogor sebesar 64,85%. Tingkat
efisiensi BPRS AU masih jauh mendekati efisiensi 100%.
82
3. Tingkat Efisiensi BPRS “IC” Wilayah Bogor
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS IC di wilayah Bogor selama tahun
2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.13 yaitu:
Tabel 4.13
Tingkat Efisiensi BPRS “IC” Wilayah Bogor
(dalam ribuan rupiah)
Sumber: Data diolah dengan DEAWIN
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BO
GO
R
IC
2015
73,43%
Total Aset 17141997 12587518 26.6% 73.4%
Biaya Operasional 1332273 913725 31.4% 68.6%
Total Pembiayaan 1249126 1249126 0% 100%
Pendapatan Operasional
207628 2076288 0% 100%
2016
60,07%
Total Aset 19045611 11440254 39.9% 60.1%
Biaya Operasional 1518212 832225 45.2% 54.8%
Total Pembiayaan 1198789 1198789 0% 100%
Pendapatan Operasional
1881605 1881605 0% 100%
2017
73,24%
Total Aset 32789321 24014059 26.8% 73.2%
Biaya Operasional 1640330 1201335 26.8% 73.2%
Total Pembiayaan 2110498 2110498 0% 100%
Pendapatan Operasional
3441409 3441409 0% 100%
83
Pada tabel 4.13 memperlihatkan bahwa BPRS “IC” memiliki efisiensi
tertinggi pada tahun 2015 yaitu 73,43%, sedangkan tingkat efisiensi terendah
pada tahun 2016 yaitu 60,07%. Pada tahun 2015 BPRS “IC” dapat mencapai
efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 12.587.518 atau
mengurangi 26,6% dari realisasi total aset sebesar Rp 17.141.997. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
913.725 atau mengurangi 31,4% dari realisasi sebesar Rp 1.332.273.
Pada tahun 2016 BPRS “IC” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 11.440.254 atau mengurangi 39,9% dari realisasi
total aset sebesar Rp 19.045.611. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 832.225 atau mengurangi
45,2% dari realisasi sebesar Rp 1.518.212. Pada tahun 2017 BPRS “IC” dapat
meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar
Rp 24.014.059 atau mengurangi 26,8% dari realisasi total aset Rp 32.789.321
selain itu biaya operasional BPRS “IC” pada tahun 2017 harus mencapai
target sebesar Rp1.201.335 atau mengurangi 26,8% dari realisasi biaya
operasional sebesar Rp1.640.330 .
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS IC di wilayah Bogor
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS IC di wilayah Bogor sebesar 68,91%. Tingkat efisiensi
BPRS IC masih jauh mendekati efisiensi 100%.
84
4. Tingkat Efisiensi BPRS “AB” Wilayah Depok
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “AB” dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.14 yaitu:
Tabel 4.14
Tingkat Efisiensi BPRS “AB” Wilayah Depok
(dalam ribuan rupiah)
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.14 memperlihatkan bahwa BPRS “AB” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2015 yaitu 91,61%. Pada tahun 2015 BPRS “AB” dapat
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
DEP
OK
AB
2015
91,61%
Total Aset 13564950 12427048 8.4% 91.6%
Biaya Operasional 923114 845678 8.4% 91.6%
Total Pembiayaan 485279 606509 25% 80%
Pendapatan Operasional
2057582 2057582 0% 100%
2016
97,68%
Total Aset 13707084 13389155 2.3% 97.7%
Biaya Operasional 1346737 955822 29% 71%
Total Pembiayaan 531050 754336 42% 70.4%
Pendapatan Operasional
2257746 2257746 0% 100%
2017
100%
Total Aset 14687771 14687771 0% 100%
Biaya Operasional 1048528 1048528 0% 100%
Total Pembiayaan 827500 827500 0% 100%
Pendapatan Operasional
2476725 2476725 0% 100%
85
mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 12.427.048 atau
mengurangi 8,4% dari realisasi total aset sebesar Rp 13.564.950. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
845.678 atau mengurangi 8,4% dari realisasi sebesar Rp 923.114.
Pada tahun 2016 BPRS “AB” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 13.389.155 atau mengurangi 2,3% dari realisasi
total aset sebesar Rp 13.707.084. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 955.822 atau mengurangi
29% dari realisasi sebesar Rp 1346737. Pada tahun 2017 BPRS “AB” telah
mencapai efisiensi 100% dengan total aset sebesar Rp 14.687.771 dan biaya
operasional sebesar Rp1.048.528.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AB di wilayah Depok
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS AB di wilayah Depok sebesar 96,43%. Tingkat
efisiensi BPRS AB pada tahun 2017 mencapai efisiensi 100%.
5. Tingkat Efisiensi BPRS “AH” Wilayah Depok
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS AH di wilayah Depok selama tahun
2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.15 yaitu:
86
Tabel 4.15
Tingkat Efisiensi BPRS “AH” Wilayah Depok
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
DEP
OK
AH
2015
69,84%
Total Aset 9320247 6509533 30.2% 69.8%
Biaya Operasional 664823 464330 30.2% 69.8%
Total Pembiayaan 189734 365927 92.9% 51.9%
Pendapatan Operasional
1097325 1097329 0% 100%
2016
76,35%
Total Aset 12552511 9584337 23.6% 76.4%
Biaya Operasional 877256 669819 23.6% 76.4%
Total Pembiayaan 273880 507492 85.3% 54%
Pendapatan Operasional
1602999 1602999 0% 100%
2017
75,27%
Total Aset 16243093 12225806 24.7% 75.3%
Biaya Operasional 1030519 775648 24.7% 75.3%
Total Pembiayaan 433341 469480 0% 100%
Pendapatan Operasional
1972727 1972727 0% 100%
Sumber: Data diolah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.15 memperlihatkan bahwa BPRS “AH” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2016 yaitu 76,35%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2015 yaitu 69,84%. Pada tahun 2015 BPRS “AH” dapat
mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 6.509.533 atau
87
mengurangi 30,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 6.509.533. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
464.330 atau mengurangi 30,2% dari realisasi sebesar Rp 664.823. Untuk
total pembiayaan target yang harus dicapai sebesar Rp 365.927 atau menaikan
sebesar 92,9% dari total realisasi sebesar Rp 189.734.
Pada tahun 2016 BPRS “AH” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 9.584.337 atau mengurangi 23,6% dari realisasi
total aset sebesar Rp 12.552.511. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 669.819 atau mengurangi
23,6% dari realisasi sebesar Rp 877.256. Untuk total pembiayaan target yang
harus dicapai sebesar Rp 507.492 atau menaikan sebesar 85,3% dari total
realisasi sebesar Rp273.880.
Pada tahun 2017 BPRS “AH” dapat meningkatkan efisiensinya
sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp 12.225.806 atau
mengurangi 24,7% dari realisasi total aset Rp 16.243.093 selain itu biaya
operasional BPRS “AH” pada tahun 2017 harus mencapai target sebesar Rp
775.648 atau mengurangi 24,7% dari realisasi biaya operasional sebesar Rp
1.030.519 .
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AH di wilayah Depok
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS AH di wilayah Depok sebesar 73,82%. Tingkat
efisiensi BPRS AH di tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mendekati efisiensi
100%.
88
6. Tingkat Efisiensi BPRS “BR” Wilayah Tangerang
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “BR” di wilayah Tangerang selama
tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.16 yaitu:
Tabel 4.16
Tingkat Efisiensi BPRS “BR” Wilayah Tangerang
(dalam ribuan rupiah)
Sumber: Data diolah dengan DEAWIN
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
TAN
GER
AN
G
BR
2015
87,61%
Total Aset 62169831 54465002 12.4% 87.6%
Biaya Operasional
3984514 3490705 12.4% 87.6%
Total Pembiayaan
18946656 18946656 0% 100%
Pendapatan Operasional
7166465 7166465 0% 100%
2016
94,11%
Total Aset 83219113 78314699 5.9% 94.1%
Biaya Operasional
4904019 4615006 5.9% 94.1%
Total Pembiayaan
39431769 39431769 0% 100%
Pendapatan Operasional
8161601 8212505 0.6% 99.4%
2017
100%
Total Aset 95956217 95956217 0% 100%
Biaya Operasional
8450549 8450549 0% 100%
Total Pembiayaan
62521676 62521676 0% 100%
Pendapatan Operasional
11284958 11284958 0% 100%
89
Pada tabel 4.16 memperlihatkan bahwa BPRS “BR” memiliki efisiensi
tertinggi pada tahun 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat efisiensi terendah
pada tahun 2015 yaitu 87,61%. Pada tahun 2015 BPRS “BR” dapat mencapai
efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 54.465.002 atau
mengurangi 12,4% dari realisasi total aset sebesar Rp 62.169.831. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
3.490.705 atau mengurangi 12,4% dari realisasi sebesar Rp 3.984.514.
Pada tahun 2016 BPRS “BR” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 78.314.699 atau mengurangi 5,9% dari realisasi
total aset sebesar Rp 83.219.113. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 4.615.006 atau mengurangi
5,9% dari realisasi sebesar Rp 4.904.019. Untuk pendapatan operasional
target yang harus dicapai sebesar RP 8.212.505 atau menaikan 0,6% dari
realisasi sebesar Rp8.161.601, sedangkan pada tahun 2017 BPRS “BR” telah
mencapai efisiensi 100% .
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS BR di wilayah
Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,
rata-rata tingkat efisiensi BPRS BR di wilayah Tangerang sebesar 93,91%.
Tingkat efisiensi BPRS BR pada tahun 2017 mencapai efisiensi 100%.
90
7. Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” Wilayah Tangerang
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “MBA” dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.17 yaitu:
Tabel 4.17
Tingkat Efisiensi BPRS “MBA” Wilayah Tangerang
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
TAN
GER
AN
G
MBA
2015
74,78%
Total Aset 22117491 16540288 25.2% 74.8%
Biaya Operasional
1152862 862153 25.2% 74.8%
Total Pembiayaan
566601 566601 0% 100%
Pendapatan Operasional
2472285 2472285 0% 100%
2016
85,80%
Total Aset 51316780 44030235 14.2% 85.8%
Biaya Operasional
2050614 1759444 14.2% 85.8%
Total Pembiayaan
26498751 10961269 1131.7% 8.1%
Pendapatan Operasional
30825392 30825392 0% 100%
2017
89%
Total Aset 79407939 70671820 11% 89%
Biaya Operasional
3214440 2860801 11% 89%
Total Pembiayaan
440816 16748077 3699.3% 2.6%
Pendapatan Operasional
8634254 8634254 0% 100%
Sumber: Data diolah dengan DEAWIN
91
Pada tabel 4.17 memperlihatkan bahwa BPRS “MBA” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 89%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2015 yaitu 74,78%. Pada tahun 2015 BPRS “MBA”
dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 16.540.288
atau mengurangi 25,2% dari realisasi total aset sebesar Rp 22.117.491.
Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus
dicapai sebesar Rp 862.153 atau mengurangi 25,2% dari realisasi sebesar Rp
1.152.862.
Pada tahun 2016 BPRS “MBA” dapat mencapai efisiensi 100%
apabila target total aset sebesar Rp 44.030.235 atau mengurangi 14,2% dari
realisasi total aset sebesar Rp 51.316.780. Sedangkan untuk biaya operasional
pada tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 1.759.444 atau
mengurangi 14,2% dari realisasi sebesar Rp 2.050.614. Untuk total
pembiayaan pada BPRS “MBA” target yang harus dicapai sebesar Rp
10.961.269 atau mengurangi 1131% dari total realisasi Rp 26.498.751.
Pada tahun 2017 BPRS “MBA” dapat meningkatkan efisiensinya
sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp70.671.820 atau
mengurangi 11% dari realisasi total aset Rp 79.407.939 selain itu biaya
operasional BPRS “MBA” pada tahun 2017 harus mencapai target sebesar Rp
2.860.801 atau mengurangi 11% dari realisasi biaya operasional sebesar Rp
3.214.440. Untuk total pembiayaan pada BPRS “MBA” target yang harus
dicapai sebesar Rp 16.748.077 atau menaikan 3699,3 % dari total realisasi
Rp 440.816.
92
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS MBA di wilayah
Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,
rata-rata tingkat efisiensi BPRS MBA di wilayah Tangerang sebesar 83,19%.
Tingkat efisiensi BPRS MBA belum mencapai efisiensi 100%.
8. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” Wilayah Tangerang
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS “HIKT” dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka hasil tingkat efisiensi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.18 yaitu:
Tabel 4.18
Tingkat Efisiensi BPRS “HIKT” Wilayah Tangerang
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
TAN
GER
AN
G
HIKT
2015
100%
Total Aset 442348018 442348018 0% 100%
Biaya Operasional
15332437 15332437 0% 100%
Total Pembiayaan
164032459 164032459 0% 100%
Pendapatan Operasional
46962865 46962865 0% 100%
2016
92,15%
Total Aset 486990522 448742402 7.9% 92.1%
Biaya Operasional
25793186 23767395 7.9% 92.1%
Total Pembiayaan
199931667 199931667 0% 100%
Pendapatan Operasional
50438568 50438568 0% 100%
2017
100%
Total Aset 486356301 486356301 0% 100%
Biaya Operasional
19064897 19064897 0% 100%
93
Total Pembiayaan
196123271 196123271 0% 100%
Pendapatan Operasional
46806501 46806501 0% 100%
Sumber : Data di olah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.18 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKT” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2015 dan 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat
efisiensi terendah pada tahun 2016 yaitu 92,15%. Pada tahun 2016 BPRS
“HIKT” dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp
448.742.402 atau mengurangi 7,9% dari realisasi total aset sebesar Rp
486.990.522. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016 target yang
harus dicapai sebesar Rp23.767.395 atau mengurangi 7,9% dari realisasi
sebesar Rp 25.793.186.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKT” di wilayah
Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%,
rata-rata tingkat efisiensi BPRS “HIKT” di wilayah Tangerang sebesar
97,38%. Tingkat efisiensi BPRS “HIKT” pada tahun 2015 dan tahun 2017
telah mencapai efisiensi 100%.
9. Tingkat Efisiensi BPRS “MU” Wilayah Tangerang
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “MU” di wilayah Tangerang selama
tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.19 yaitu:
94
Tabel 4.19
Tingkat Efisiensi BPRS “MU” Wilayah Tangerang
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
TAN
GER
AN
G
MU
2015
86,46%
Total Aset 6203154 5363406 13.5% 86.5%
Biaya Operasional 658814 406124 38.4% 61.6%
Total Pembiayaan 1131645 1131645 0% 100%
Pendapatan Operasional
833306 833306 0% 100%
2016
61,76%
Total Aset 6425691 3968747 38.2% 61.8%
Biaya Operasional 870686 290290 66.7% 33.3%
Total Pembiayaan 472350 472350 0% 100%
Pendapatan Operasional
647908 647908 0% 100%
2017
84,36%
Total Aset 7404535 6246239 15.6% 84.4%
Biaya Operasional 801176 445905 44.3% 55.7%
Total Pembiayaan 334100 351909 5.3% 94.9%
Pendapatan Operasional
1053272 1053272 0% 100%
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.19 memperlihatkan bahwa BPRS “MU” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2015 yaitu 86,46%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2016 yaitu 61,76%. Pada tahun 2015 BPRS “MBA”
95
dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 5.363.406
atau mengurangi 13,5% dari realisasi total aset sebesar Rp 6.203.154.
Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus
dicapai sebesar Rp 406.124 atau mengurangi 38,4 % dari realisasi sebesar Rp
658.814.
Pada tahun 2016 BPRS “MU” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 3.968.747 atau mengurangi 38,2% dari realisasi
total aset sebesar Rp 6.425.691. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 290.290 atau mengurangi
66,7% dari realisasi sebesar Rp 870.686. Pada tahun 2017 BPRS “MU” dapat
meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar
Rp 6.246.239 atau mengurangi 15,6% dari realisasi total aset Rp 7.404.535
selain itu biaya operasional BPRS “MU” pada tahun 2017 harus mencapai
target sebesar Rp 445.905 atau mengurangi 44,3 % dari realisasi biaya
operasional sebesar Rp 801.176. Untuk total pembiayaan pada BPRS “MU”
target yang harus dicapai sebesar Rp 351.909 atau menaikan 5,3 % dari total
realisasi Rp 334.100.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS MU di wilayah
Tangerang selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mendekati efisiensi
100%, rata-rata tingkat efisiensi BPRS MU di wilayah Tangerang sebesar
77,53%. Tingkat efisiensi BPRS MU belum mencapai efisiensi 100%.
96
10. Tingkat Efisiensi BPRS “AI” Wilayah Bekasi
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “AI” di wilayah Bekasi selama tahun
2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.20 yaitu:
Tabel 4.20
Tingkat Efisiensi BPRS “AI” Wilayah Bekasi
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BEK
ASI
AI
2015
95,34%
Total Aset 72032587 68676352 4.7% 95.3%
Biaya Operasional
3976253 3790986 4.7% 95.3%
Total Pembiayaan
33277767 33277767 0% 100%
Pendapatan Operasional
6486115 7089827 9.3% 91.5%
2016
83,90%
Total Aset 78086470 65513195 16.1% 83.9%
Biaya Operasional
5461649 4582228 16.1% 83.9%
Total Pembiayaan
29862980 29862980 0% 100%
Pendapatan Operasional
8158331 8158331 0% 100%
2017
75,65%
Total Aset 82587650 624755402 24.4% 75.6%
Biaya Operasional
5660378 4281928 24.4% 75.6%
Total Pembiayaan
23192173 23192173 0% 100%
Pendapatan Operasional
8280139 8280139 0% 100%
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
97
Pada tabel 4.20 memperlihatkan bahwa BPRS “AI” memiliki efisiensi
tertinggi pada tahun 2015 yaitu 95,34%, sedangkan tingkat efisiensi terendah
pada tahun 2017 yaitu 75,65%. Pada tahun 2015 BPRS “AI” dapat mencapai
efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 68.676.352 atau
mengurangi 4,7% dari realisasi total aset sebesar Rp 72.032.587. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
3.790.986 atau mengurangi 4,7 % dari realisasi sebesar Rp 3.976.253. Dalam
pendapatan operasional di tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
7.089.827 atau menaiki 9,3 % dari realisasi sebesar Rp 6.486.115.
Pada tahun 2016 BPRS “AI” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 65.513.195 atau mengurangi 16,1% dari realisasi
total aset sebesar Rp 78.086.470. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 4.582.228 atau mengurangi
16,1% dari realisasi sebesar Rp 5.461.649. Pada tahun 2017 BPRS “AI” dapat
meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar
Rp 624.755.402 atau mengurangi 24,4% dari realisasi total aset Rp
82.587.650 selain itu biaya operasional BPRS “AI” pada tahun 2017 harus
mencapai target sebesar Rp 4.281.928 atau mengurangi 24,4% dari realisasi
biaya operasional sebesar Rp 5.660.378.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS AI di wilayah Bekasi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS AI di wilayah Bekasi sebesar 84,96%. Tingkat
98
efisiensi BPRS AI pada tahun 2016 mendekati efisiensi 100% yaitu sebesar
95,34%.
11. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” Wilayah Bekasi
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “HIKB” di wilayah Bekasi selama
tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.21 yaitu:
Tabel 4.21
Tingkat Efisiensi BPRS “HIKB” Wilayah Bekasi
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BEK
ASI
HIKB
2015
93,47%
Total Aset 163357135 152683552 6.5% 93.3%
Biaya Operasional
7333112 6853974 6.5% 93.3%
Total Pembiayaan
37545292 37545292 0% 100%
Pendapatan Operasional
19280567 19280567 0% 100%
2016
93,33%
Total Aset 287168723 268001994 6.7% 93.3%
Biaya Operasional
16324807 15235227 6.7% 93.3%
Total Pembiayaan
51729794 51729794 0% 100%
Pendapatan Operasional
38213830 38213830 0% 100%
2017 85,76%
99
Total Aset 236599274 202903853 14.2% 85.8%
Biaya Operasional
14409133 12357048 14.2% 85.8%
Total Pembiayaan
26498751 26498751 0% 100%
Pendapatan Operasional
30825392 30825392 0% 100%
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.21 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKB” memiliki efisiensi
tertinggi pada tahun 2015 yaitu 93,47%, sedangkan tingkat efisiensi terendah pada
tahun 2017 yaitu 85,76%. Pada tahun 2015 BPRS “HIKB” dapat mencapai
efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 152.683.552 atau mengurangi
6,5% dari realisasi total aset sebesar Rp 163.357.135. Sedangkan untuk biaya
operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp 6.853.974 atau
mengurangi 6,5 % dari realisasi sebesar Rp 7.333.112.
Pada tahun 2016 BPRS “HIKB” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 268.001.994 atau mengurangi 6,7% dari realisasi total
aset sebesar Rp 287.168.723. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016
target yang harus dicapai sebesar Rp 15.235.227 atau mengurangi 6,7% dari
realisasi sebesar Rp 16.324.807. Pada tahun 2017 BPRS “HIKB” dapat
meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset sebesar Rp
202.903.853 atau mengurangi 14,2% dari realisasi total aset Rp 236.599.274
selain itu biaya operasional BPRS “HIKB” pada tahun 2017 harus mencapai target
sebesar Rp12.357.048 atau mengurangi 14,2% dari realisasi biaya operasional
sebesar Rp14.409.133.
100
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKB” di wilayah
Bekasi selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-
rata tingkat efisiensi BPRS “HIKB” di wilayah Bekasi sebesar 90,85%.
Tingkat efisiensi BPRS “HIKB” pada tahun 2016 mendekati efisiensi 100%
yaitu sebesar 93,47%.
12. Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” Wilayah Bekasi
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode Data
Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN, maka hasil
tingkat efisiensi dari BPRS “HIKC” di wilayah Bekasi selama tahun 2015, 2016
dan 2017 terdapat pada tabel 4.22 yaitu:
Tabel 4.22
Tingkat Efisiensi BPRS “HIKC” Wilayah Bekasi
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BEK
ASI
HIKC
2015
100%
Total Aset 1123332278 1123332278 0% 100%
Biaya Operasional
5655217 5655217 0% 100%
Total Pembiayaan
1135000 1135000 0% 100%
Pendapatan Operasional
16772122 16772122 0% 100%
2016
99,70%
Total Aset 178142881 177600488 0.3% 99.7%
Biaya Operasional
9317139 9288771 0.3% 99.7%
101
Total Pembiayaan
162500 2370093 1358.5% 6.9%
Pendapatan Operasional
26846040 26846040 0% 100%
2017
100%
Total Aset 253635833 253635833 0% 100%
Biaya Operasional
13309076 13309076 0% 100%
Total Pembiayaan
3456875 3456875 0% 100%
Pendapatan Operasional
38380701 38380701 0% 100%
Sumber : data diolah dengan DEAWIN
Pada tabel 4.22 memperlihatkan bahwa BPRS “HIKC” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2015 dan 2017 yaitu 100%, sedangkan tingkat
efisiensi terendah pada tahun 2016 yaitu 99,70%. Pada tahun 2016 BPRS
“HIKC” dapat mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp
177.600.488 atau mengurangi 0,3% dari realisasi total aset sebesar Rp
178.142.881. Sedangkan untuk biaya operasional pada tahun 2016 target yang
harus dicapai sebesar Rp9.288.771 atau mengurangi 0,3% dari realisasi
sebesar Rp 9.317.139. Untuk total pembiayaan pada tahun 2016 target yang
harus dicapai sebesar Rp2.370.093 atau menambah 1358,5% dari realisasi
sebesar Rp 162.500.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS “HIKC” di wilayah
Bekasi selama tahun 2015, 2016 dan 2017 mendekati efisiensi 100%, rata-
rata tingkat efisiensi BPRS “HIKC” di wilayah Bekasi sebesar 99,90%.
Tingkat efisiensi BPRS “HIKC” pada tahun 2016 dan 2017 mencapai
efisiensi 100%.
102
13. Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” Wilayah Bekasi
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisien BPRS dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dan menggunakan software DEAWIN,
maka hasil tingkat efisiensi dari BPRS “PAT” di wilayah Bekasi selama
tahun 2015, 2016 dan 2017 terdapat pada tabel 4.23 yaitu:
Tabel 4.23
Tingkat Efisiensi BPRS “PAT” Wilayah Bekasi
(dalam ribuan rupiah)
WILAYAH BPRS THN TINGKAT EFISIENSI
ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
BEK
ASI
PAT
2015
63,96%
Total Aset 55320286 35382721 36% 64%
Biaya Operasional
2593312 1658676 36% 64%
Total Pembiayaan
4033331 4033331 0% 100%
Pendapatan Operasional
4883387 4883387 0% 100%
2016
66,50%
Total Aset 89868880 59759625 33.5% 66.5%
Biaya Operasional
4055768 2696942 33.5% 66.5%
Total Pembiayaan
7976299 7976299 0% 100%
Pendapatan Operasional
8050506 8050506 0% 100%
2017
72,89%
Total Aset 121499893 88564926 27.1% 72.9%
Biaya Operasional
5627939 4102374 27.1% 72.9%
Total Pembiayaan
15760955 15760955 0% 100%
Pendapatan Operasional
11758057 11758057 0% 100%
Sumber : Data diolah dengan DEAWIN
103
Pada tabel 4.22 memperlihatkan bahwa BPRS “PAT” memiliki
efisiensi tertinggi pada tahun 2017 yaitu 72,89%, sedangkan tingkat efisiensi
terendah pada tahun 2016 yaitu 63,96%. Pada tahun 2015 BPRS “PAT” dapat
mencapai efisiensi 100% apabila target total aset sebesar Rp 35.382.721 atau
mengurangi 36% dari realisasi total aset sebesar Rp 55.320.286. Sedangkan
untuk biaya operasional pada tahun 2015 target yang harus dicapai sebesar Rp
1.658.676 atau mengurangi 36 % dari realisasi sebesar Rp 2.593.312.
Pada tahun 2016 BPRS “PAT” dapat mencapai efisiensi 100% apabila
target total aset sebesar Rp 59.759.625 atau mengurangi 33,5% dari realisasi
total aset sebesar Rp 89.868.880. Sedangkan untuk biaya operasional pada
tahun 2016 target yang harus dicapai sebesar Rp 2.696.942 atau mengurangi
33,5% dari realisasi sebesar Rp 4.055.768. Pada tahun 2017 BPRS “PAT”
dapat meningkatkan efisiensinya sampai dengan 100% jika target total aset
sebesar Rp 88.564.926 atau mengurangi 27,1% dari realisasi total aset Rp
121.499.893 selain itu biaya operasional BPRS “PAT” pada tahun 2017 harus
mencapai target sebesar Rp4.102.374 atau mengurangi 27,1% dari realisasi
biaya operasional sebesar Rp5.627.939.
Dengan demikian tingkat efisiensi dari BPRS PAT di wilayah Bekasi
selama tahun 2015, 2016 dan 2017 belum mencapai efisiensi 100%, rata-rata
tingkat efisiensi BPRS PAT di wilayah Bekasi sebesar 67,78%.
104
BAB V
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menilai tingkat kesehatan
BPRS yang menggunakan rasio keuangan dengan metode CAMEL (CAR, NPF,
NPM, ROA dan FDR) dimana peneliti menggunakan pengujian statistik dengan
model binary logistic regression terbukti akurat dalam memprediksi kesehatan
BPRS.
Secara keseluruhan ketepatan dari prediksi kesehatan BPRS pada penelitian
ini sebesar 94,9% dan besarnya pengaruh variabel CAR, NPF, NPM, ROA dan
FDR terhadap tingkat kesehatan BPRS adalah sebesar 86,5%. Sedangkan hasil
pengujian atas masing-masing rasio CAMEL menunjukkan adanya pengaruh NPF
dan FDR yang besar terhadap tingkat kesehatan BPRS.
Hasil penelitian tingkat kesehatan ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diah Arianti dan Nur Iriawan dalam Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XVII tahun 2013, yang mana pada penelitiannya ketepatan
model prediksi menunjukkan hasil 93,5% akurat.
Dari hasil olah data efisiensi dengan metode DEA terdapat 4 BPRS yang
tingkat efisiensinya 100% yaitu BPRS “AB” dari wilayah Depok, BPRS “BR”
dan BPRS “HIKT” dari wilayah Tangerang, serta BPRS “HIKC” dari wilayah
Bekasi. Dari ke 4 BPRS tersebut yang memiliki tingkat efisien paling baik adalah
105
BPRS “HIKC” dari wilayah bekasi karena BPRS tersebut terjadi inefisien paling
kecil yaitu pada tahun 2016 sebesar 0,30%, sedangkan pada tahun 2015 dan tahun
2017 telah mencapai efisien 100%.
5.2 Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Bagi manajemen BPRS dapat meningkatkan kinerja keuangannya dengan
menggunakan variabel-variabel yang sesuai dengan penelitian ini, agar
dapat menjadi early warning system dalam meningkatkan tingkat
kesehatan dan efisiensi BPRS. Peningkatan kesehaan BPRS dapat
dilakukan dengan menaikan atau menurunkan bobot nilai rasio CAMEL
agar mencapai tingkat kredit kesehatan BPRS dan dapat mempertahankan
tingkat kesehatan BPRS disetiap tahunnya. Pada peningkatan efisiensi
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan atau mengurangi besaran input
atau output BPRS agar sesuai dengan target input dan output berdasarkan
hasil dari penelitian ini serta BPRS dapat mempertahankan tingkat
efisiensi 100% disetiap tahunnya.
2. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam jumlah sampel yang dipilih,
variabel rasio CAMEL dan beberapa variabel input dan output saja.
Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang
lebih banyak lagi, menggunakan variabel CAMEL dan variabel input dan
output yang belum terdapat dalam penelitian ini.
106
DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari (2009). Efisiensi Tekhnik Perbankan
Indonesia Pasca Krisis Ekonomi : Sebuah Studi Empiris Penerapan Model
DEA. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1.
Ade Sofyan Mulazid (2016). Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri). Jurnal Madania
Vol.20, No 1, Juni 2016.
107
Ahmad Rodoni, M. Arskal Salim, Euis Amalia, Rezki Syahri Rakhmadi, (2017).
Comparing Efficiency And Productivity In Islamic Banking: Case Study
In Indonesia, Malaysia And Pakistan. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah (Journal of Islamic Economics) Vol.9, No.2, July 2017.
Ahmad Rodoni., (2009). Investasi Syariah. Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Aigner DJ, Lovell CAK. (1976). Formulatian and Estimation of Stochastic
Frontier Production Function Models. California (US): The Rand
Corporation. P-5649.
Angrawit Kusumawardani. (2014). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan
Bank Dengan Menggunakan Metode CAMELS Dan RGEC Pada PT.
Bank XXX Periode 2008-2011. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 19 No. 3,
Desember 2014.
Bambang Rianto Rustam. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.
Diah Arianti, dan Nur Iriawan. (2013). Early Warning System (EWS) Untuk
Prediksi Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Indonesia:
Pendekatan Model Regresi Logistik.Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XVIIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013.
Fakarudin Kamarudin, Zack Hue Chiun, Fadzlan Sufian, Nazratul Aina,
Mohamad Anwar., (2017). Does productivity of Islamic banks endure
progress of regress? Empirical evidence using Data Envelopment Analysis
based Malmquist Productivity Index. Emerald: Humanomics, Vol. 33 Iss 1
pp.
Fekri Ali Shawtari dan Mohamed Ariff Shaikh Hamzah Abdul Razak., (2015).
Efficiency Assessment Of Banking Sector In Yemen Using Data
Envelopment Window Analysis. Emerald: Benchmarking: An
International Journal, Vol. 22 Iss 6 pp. 1115 – 1140
Harjum Muharam, Rizki Pusvitasari. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment
108
AnalysisPeriode Tahun 2005.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam ,Vol.
II.No. 3. pp. 80-166. Desember 2007.
Hendri Tanjung, Abrista Devi. (2013). Metodologi Penelitian Ekonomi
Islam.Jakarta: Gramata Publishing.
Hening Asih Widyaningrum, Suhadak, dan Topi Wijono. (2014). Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating
(RBBR) (Studi pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam
IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012).Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)
Vol. 9 No. 2 April 2014.
Heri Sudarsono. (2015). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Deskriptif dan
Ilustrasi.Yogyakarta: Ekonisia.
I Jamric dan Vujcic B. Eficiency of Bank in Croatia: A DEA Approach.
Comparative Economic Studies, XLIV.
Izah, Haron. (2008). Technical Efficiency Of The Malaysian Commercial Banks:
A Stochastic Frontier Approach. Banks and Bank Systems. Volume 3,
Issue 4. 2008.
Kasmir. (2009). Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Kasmir. (2014). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Komang Mahendra Pramana dan Luh Gede Sri Artini. (2016). Analisis Tingkat
Kesehatan Bank (Pendekatan RGEC) Pada PT. Bank Danamon Indonesia
TBK.E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 6, 2016.
Martono. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Yogyakarta: Ekonisia.
Merwan Engineer. Comment On Did Risk-Based Capital Allocate Bank Credit
And Cause A Credit Crunch In The United State. Journal of Money, Credit
and Banking, Vol. 26, No. 3, Part 2: Federal Credit. Jstor
Metalia Permatasari ,Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi. (2015). Penggunaan
Metode Risk-Based Bank Rating Untuk Menganalisis Tingkat Kesehatan
Bank (Studi Pada Bank Yang Terdaftar Dalam Papan Pengembangan
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 22 No. 1 Mei 2015.
109
M. Nur Rianto, Yuke rahmawati. (2015). Manajemen Risiko Perbankan
Syariah.Jakarta: UIN Press.
Muhamad Nadratuzzaman Hosen & Syafaat Muhari. (2014). Analysis of The
Efficiency Levels of The Sharia Rural Banks in Indonesia Using the
Method of Data Envelopment Analysis(DEA) and Its Correlation with
Camel. Journal of Islamic Banking and Finance Vol . 31 Oct – Dec 2014
No.4.
Muchlis Yahya. (2012). Menakar Efisiensi Bprs Sebagai Bank Pembiayaan
Rakyat Berbasis Bagi Hasil. Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18,
Nomor 1, Maret 2014 : 56 – 76.
Mukhammad Khasanudin Masykur. (2011). Aplikasi Multinomial Logistic
Regression Dalam Analisis Pengaruh Keputusan Pemilihan Provider
Seluler Gsm Di Kota Jember.
Mokhtar, Hamim S. Ahmad, dkk. (2006). Eficiency of Islamic banking in Malaysia :
A Stochastic Frontier Approach. Journal of Economic Cooperation Malaysia
27 Februari 2006.
Mualiman D Hadad., dkk. (2003). Analisis Efisiensi Industri Perbankan
Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data Envelopment
Analysis (DEA). Workong Paper Series Bank Indonesia.
Mulatsih. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan TerhadapTingkat Kinerja Pada
Bank Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (ETIKOM).Vol.
13 No. 2, Oktober 2014.
Ni Kadek, Ita Purnamasari dan Ni Putu Sri Harta Mimba. (2014). Penilaian
Tingkat Kesehatan PT. BPD Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG,
Earning, Capital.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3 (2014).
Nurfitriana Kusumah. (2016). Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Tingkat
Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Provinsi Jawa Barat Periode 2013–
2015.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Paul S. Calem a, Michael LaCour-Little.(2004). Risk-Based Capital
RequirementsFor Mortgage Loans.Journal of Banking & Finance
28(2004) 647–672. Elsevier.
Pravitasari (2014). Detection of Spatial Clusters of Flood and Landslide Prone
Areas Using Loca Moran Index in Jabodetabek Metropolitan Area,
110
Indonesia. Jurnal of Ecology and Envyrontmental Science, Vol 40,
Desember 2014.
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes.
Kudus: Nora Media Enterprise.
Rakhmat Purwanto. (2011). Analisis perbandingan Efisiensi Bank Umum
Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Periode 2006-2010.
Skripsi.
Rino Adi Nugroho. (2011). Analisis Perbandingan EfisiensiBank Umum Syariah
(BUS) DanUnit Usaha Syariah (UUS) DenganMetode Stochastic Frontier
Analysis (Periode 2005-2009).
Sandhy Dharmapermata Susanti. (2015). Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Rating (RBBR).
Shafitranata dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen. (2014). Efficiency of Islamic
Bank Using Data Envelopment Analysis (DEA) in Indonesia, 2007-2010.
International Journal of Academic Research in Economic and Management
Science, Vol. 3. 2014.
Sochih. (2008). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Ditinjau Dari CAMEL Untuk
Mengukur Keberhasilan Manajemen Pada PT BPRS Margirizki ,
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (Studi Kasus Pada PT BPRS Margi
Rizki Bahagia). Jurnal Pendidikan Akuntansi IndonesiaVol. VI. No. 2 –
Tahun 2008.
Sugiyono.(2003). Metode Penelitian Bisnis.Bandung. Pusat bahasa Depdiknas.
Sugiono. (2012). Statistik Untuk Penelitian.Bandung : ALFABETA.
Syofian Siregar. (2010). Statistika Deskriptif untuk Penelitian.Jakarta:PT
Rajagrafindo Persada.
Totok Budisantoso, Sigit Triandaru. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya.Jakarta: Salemba Empat.
Wahyudi Dan Tri Siswantini. (2014). Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Melalui
Analisis Rasio Keuangan Dengan Menggunakan Metode Ordinal Logistic
111
Regression. Jurnal Dan Prosiding Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Unsoed.Vol 4, No 1 (2014).
Widiya Ratnaputri. (2013). The Analysis Of Islamic Bank Financial Performance
By Using Camel, Shariah Conformity And Profitability (SCnP). Jurnal
Dinamika Manajemen (JDM), Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 220-232.
Widiya Ratnaputri. (2013). The Analysis Of Islamic Bank Financial Performance
By Using Camel, Shariah Conformity And Profitability(SCnP). Jurnal
Dinamika Manajemen (JDM), Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 220-232.
Yekti Rahajeng., (2016). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Menggunakan
Metode CAMELS Pada Bank Syariah Mandiri, Tbk. Jurnal ECOBUSS Vol.4
No.1, Maret 2016
Yenni Agustina,Hendriyanto Budiman. (2011) . Analisis Performa Keuangan Bpr
Konvensional (Studi Kasus: BPR Di Jawa Dan Sumatra).Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. 16 No. 1, Januari- Juni 2011.
Zahara. (2013). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dengan Metode CAMEL. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 8 No. 2
Desember 2013 ISSN 1858-3687 hal 61-75.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.finansial.bisnis.com
www.lisubisnis.com
112
LAMPIRAN
1. Data Kesehatan BPRS
NO WILAYAH BPRS THN
RASIO
C A M E L
CAR NPF NPM ROA FDR
1 JAKARTA CA 2015 23,25 9,77 17,5 2,25 94,75
2 2016 20,75 11,86 17 2,25 94
3 2017 19 12,94 0 0,00 72,5
4 BOGOR AU 2015 14,25 1,49 25,75 4 85
5 2016 15 1,63 23,25 4 80
6 2017 15,5 2,87 23,75 3,5 78,25
113
7 BOGOR IC 2015 35 27,04 16,25 0 82,25
8 2016 26 20,99 0 0 84,25
9 2017 19,75 9,45 21,5 1,00 78,75
10 DEPOK AB 2015 28,5 12,02 20 3 59,25
11 2016 35,75 13,95 0 3,75 72,75
12 2017 20 14,73 19,5 4 78
13 DEPOK AH 2015 31 22,15 10,75 0 88
14 2016 26,5 16,45 12,25 0 84,5
15 2017 24,25 13,44 13,25 2,5 83,75
16 TANGERANG BR 2015 8,75 4,12 12,5 1,25 78,75
17 2016 9 2,97 9 1,00 82,5
18 2017 6,75 13,96 0 0 94,75
19 TANGERANG MBA 2015 15 10,14 10 0 83,5
20 2016 14,25 6,54 20,75 1,5 96,75
21 2017 8,75 3,45 12,75 2,75 71,25
22 TANGERANG HI 2015 15,25 5,64 19,5 4 102,75
23 2016 15,5 16,2 4,75 0 97
24 2017 16,25 26,36 12,25 0 89,25
25 TANGERANG MU 2015 38 43,94 0 0,00 66,25
26 2016 34,25 32,52 0 0 82
27 2017 10,5 20,54 0 0 92,25
28 BEKASI AI 2015 22 8,46 11,75 1,33 79,5
29 2016 22 9,47 7,25 1 76,25
30 2017 22,25 11,99 8 1,00 84,25
31 BEKASI HIB 2015 14,5 5,43 13,5 3 91,75
32 2016 15 12,83 17 4 96,67
33 2017 16,75 22,93 13,5 3 98,25
34 BEKASI HIC 2015 26,75 2,46 29,75 6,5 204,25
35 2016 27,75 2,93 34 8,5 97,25
36 2017 18,25 2,33 33,25 8 98
37 BEKASI PAT 2015 61,25 10,90 25,25 3,75 59,5
38 2016 44,75 6,50 20 2,5 53,5
39 2017 31,5 3,18 16,75 2,5 87,25
114
2. Data Efisiensi
WILAYAH BPRS THN
EFISIENSI
Input Output
Total Aset B. Operasional T. Pembiayaan Pend.
Operasional
JAK
AR
TA
CA
2015 16970807 1012401 2591363 2192556
2016 17299591 1147948 2910037 2363166
2017 20913501 1436763 2470438 2544516
115
BO
GO
R
AU
2015 168372715 9592633 4243936 17362438
2016 190190680 10418674 5769583 18589241
2017 225690608 10898933 9021593 20439666
BO
GO
R
IC
2015 17141997 1332273 1249126 2076288
2016 19045611 1518212 1198789 1881605
2017 32789321 1640330 2110498 3441409
DEP
OK
AB
2015 13564950 923114 485279 2057582
2016 13707084 1346737 531050 2257746
2017 14687771 1048528 827500 2476725
DEP
OK
AH
2015 9320247 664823 189734 1097325
2016 12552511 877256 273880 1602999
2017 16243093 1030519 433341 1972727
TAN
GER
AN
G
BR
2015 62169831 3984514 18946656 7166465
2016 83219113 4904019 39431769 8161601
2017 95956217 8450549 62521676 11284958
TAN
GER
AN
G
MBA
2015 22117491 1152862 566601 2472285
2016 51316780 2050614 889927 5316341
2017 79407939 3214440 440816 8634254
TAN
GER
AN
G
HI
2015 442348018 15332437 164032459 46962865
2016 486990522 25793186 199931667 50438568
2017 486356301 19064897 196123271 46806501
TAN
GER
AN
G
MU
2015 6203154 658814 1131645 833306
2016 6425691 870686 472350 647908
2017 7404535 801176 334100 1053272
BEK
A
SI AI 2015 72032587 3976253 33277767 6486115
116
2016 78086470 5461649 29862980 8158331
2017 82587650 5660378 23192173 8280139
BEK
ASI
HIB
2015 163357135 7333112 37545292 19280567
2016 287168723 16324807 51729794 38213830
2017 236599274 14409133 26498751 30825392
BEK
ASI
HIC
2015 112332278 5655217 1135000 16772122
2016 178142881 9317139 162500 26846040
2017 253635833 13309076 3456875 38380701
BEK
ASI
PAT
2015 55320286 2593312 4033331 4883387
2016 89868880 4055768 7976299 8050506
2017 121499893 5627939 15760955 11758057
Recommended