Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga...

Preview:

Citation preview

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    1/94

    TINGKAT KECEMASAN, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

    MEKANISME KOPING TERHADAP KELENTINGANKELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TB PARUDI KECAMATAN CIOMAS BOGOR

    ERIKA HERRY

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    2/94

    PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Kecemasan, Dukungan

    Sosial, dan Mekanisme Koping Tehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga

    dengan TB Paru di Kecamatan Ciomas Bogor adalah karya saya dengan arahan

    dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

    perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

    karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

    dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Bogor, April 2011

    Erika Herry 

    NIM. I24061082

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    3/94

     ABSTRACT 

    ERIKA HERRY. The Anxiety Level, Social Support, and Coping Mechanism ofFamily Resilience in Families with Pulmonary Tuberculosis at Kecamatan CiomasBogor. Under guidance DIAH KRISNATUTI.

    General purpose of this research is to know factors that can affect family resilience in families with pulmonary tuberculosis disease at Kecamatan Ciomas,Kabupaten Bogor. The purpose of research are 1) to identify socioeconomic characteristics of families with pulmonary tuberculosis disease, 2) identify thehealth behavior of pulmonary tuberculosis disease, 3) measuring the level of anxiety patients with pulmonary tuberculosis disease, 4) measure of socialsupport patients with pulmonary tuberculosis disease; 5) measure coping mechanism in families with pulmonary tuberculosis disease; 6) measuring family resilience with pulmonary tuberculosis disease; 7) analyze the correlationsbetween variables of family resilience with pulmonary tuberculosis disease; 8)analyze the influence of variables with family resilience with pulmonarytuberculosis disease. The population of research were family members (parents)as patient with pulmonary tuberculosis disease at Kecamatan Ciomas Bogor,there are: Desa Ciomas, Ciomas Rahayu, and Pagelaran. The subjects in thisresearch are 49 samples chosen purposively. Variables studied were:socioeconomic characteristics, health behavior, anxiety level, social support,coping mechanism, and family resilience. Data analysis using descriptiveanalysis, correlations to examine relationships between variables, and multiplelinear regression to determine the factors that influence the family resilience. Theresults showed that families with pulmonary tuberculosis disease have good and very good sanitation (73%), good health behavior (57%), anxiety level patient isrelatively low to moderate (65%), high coping health mechanism (60%), highcoping mechanism (49%), moderate social support (84%), and high family resilience (47%). Based on correlation analysis showed a negative relationshipbetween family income with family resilience. Are positively correlated betweenfamily coping health mechanism (CHIP), family coping mechanism, anxiety level,social support with family resilience. Based on multiple linear regression analysis

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    4/94

    ABSTRAK

    ERIKA HERRY. Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme KopingTehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru di KecamatanCiomas Bogor. Dibawah bimbingan DIAH KRISNATUTI.

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yangdapat mempengaruhi kelentingan keluarga pada keluarga dengan penyakit TBparu di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah1) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan penyakit TBparu; 2) mengidentifikasi perilaku hidup sehat penderita penyakit TB paru; 3)mengukur tingkat kecemasan penderita penyakit TB paru; 4) mengukurdukungan sosial penderita penyakit TB paru; 5) mengukur mekanisme kopingkeluarga dengan penyakit TB paru; 6) mengukur kelentingan keluarga denganpenyakit TB paru; 7) menganalisis hubungan variabel terhadap kelentingankeluarga dengan penyakit TB paru; 8) menganalisis pengaruh variabel dengankelentingan keluarga dengan penyakit TB paru. Populasi dalam penelitian iniadalah anggota keluarga (orang tua) sebagai penderita penyakit TB paru di DesaCiomas, Ciomas Rahayu, dan Pagelaran, Kecamatan Ciomas Bogor. Contohdalam penelitian ini sebanyak 49 contoh yang dilakukan secara  purposivesampling. Variabel yang diteliti yaitu: karakteristik sosial ekonomi, perilaku hidupsehat, tingkat kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping, dan kelentingankeluarga. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, korelasi untuk mengujihubungan antar variabel, serta regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelentingan keluarga. Hasil penelitian menunjukkanbahwa keluarga dengan penderita penyakit TB paru memiliki sanitasi yang baikdan sangat baik (73%), perilaku hidup sehat yang baik (57%), tingkat kecemasanpenderita relatif rendah-sedang (65%), mekanisme koping kesehatan yang tinggi(60%), mekanisme koping yang tinggi (49%), dukungan sosial yang sedang(84%), dan kelentingan keluarga yang tinggi (47%). Berdasarkan analisis korelasimenunjukkan adanya hubungan yang bersifat negatif antara pendapatankeluarga dengan kelentingan keluarga. Adanya hubungan yang bersifat positif antara mekanisme koping kesehatan keluarga (CHIP), mekanisme koping

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    5/94

    TINGKAT KECEMASAN, DUKUNGAN SOSIAL, DAN

    MEKANISME KOPING TERHADAP KELENTINGANKELUARGA PADA KELUARGA DENGAN TB PARUDI KECAMATAN CIOMAS BOGOR

    ERIKA HERRY

    SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar 

    Sarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen padaDepartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    6/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    7/94

    contoh (59%) mengalokasikan biaya untuk pangan >50% dari keseluruhanpengeluaran artinya lebih dari separuh keluarga contoh (59%) termasuk dalam

    kategori miskin. Hampir tiga perempat contoh (73%) memiliki sanitasi yang baikdan sangat baik. Artinya, hampir tiga perempat contoh memiliki kondisi fisikrumah, sarana rumah tangga, dan sumber air yang baik. Dengan kondisi sehat,individu dapat menjalankan aktifitas produktifnya secara normal sehinggaketahanan dalam keluarga pun tercapai.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (59%)berperilaku hidup sehat yang baik dan sangat baik. Artinya, lebih dari separuhcontoh memisahkan alat makan dan minum, menjemur kasur, bantal, dan guling1 minggu sekali, tidur di malam hari selama >5 jam, tidak merokok, dan

    menggunakan alat untuk batuk dan meludah.Hasil analisis deskriptif dari aspek tingkat kecemasan membuktikan bahwa

    menunjukkan hampir dua pertiga contoh (65%) penderita TB paru memilikitingkat kecemasan yang ringan–sedang. Hal tersebut dikarenakan lebih dariseparuh contoh merasa lebih gugup dan cemas daripada biasanya, mudahmarah atau panik, mengalami sakit kepala, leher, dan punggung, merasa lemahdan mudah lelah, mati rasa dan kesemutan, namun contoh juga merasasemuanya akan baik saja, dapat tidur dan duduk dengan mudah.

    Skor mekanisme koping kesehatan (CHIP) yang terdiri dari tiga pola yaitu

    lebih dari separuh keluarga contoh (57%) memiliki family integration, kerjasama,dan optimisme yang tinggi, hampir separuh contoh (49%) memiliki dukungansosial, penghargaan diri, dan psychological stability yang tinggi, dan hampir duapertiga contoh (60%) memiliki komunikasi dan konsultasi yang tinggi. Total skormekanisme koping kesehatan keluarga penderita TB paru menunjukkan hampirdua pertiga contoh (60%) keluarga penderita TB paru mendapat mekanismekoping keluarga yang tinggi. Dengan tingginya koping kesehatan keluargapenderita TB paru, sehingga keluarga dapat menjalankan fungsinya secaraoptimal.

    Skor mekanisme koping yang terdiri dari dua jenis yaitu hampir separuhcontoh (49%) memiliki mekanisme koping keluarga secara  problem-focus coping sedang dan lebih dari separuh contoh (51%) memiliki mekanisme kopingkeluarga secara emotion-focus coping  yang tinggi. Total skor mekanisme koping

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    8/94

    memiliki family belief system yang tinggi dan sangat tinggi, dan lebih dari tigaperempat contoh keluarga penderita TB Paru (78%) memiliki komunikasi yang

    tinggi dan sangat tinggi. Total skor Kelentingan keluarga penderita TB parumenunjukkan hampir separuh contoh keluarga penderita TB Paru (47%) memilikikelentingan keluarga yang tinggi. Dengan kelentingan keluarga yang tinggi,dipandang dapat merespon permasalahan yang terdapat dalam keluarga.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikandan bersifat negatif antara pendapatan keluarga dengan kelentingan keluarga (r=-0,303, p < 0,05). Hal demikian diduga karena aspek kelentingan keluarga yangterdiri dari family cohesion, family belief system, dan komunikasi tidak berkaitansecara langsung terhadap pendapatan keluarga. Terdapat hubungan yang

    signifikan dan bersifat positif antara tingkat kecemasan dengan kelentingankeluarga (r=0,419, p

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    9/94

    Judul Skripsi : Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme KopingTehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru

    di Kecamatan Ciomas Bogor Nama : Erika HerryNRP : I24061082

    Disetujui,

    Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S.Dosen Pembimbing

    Diketahui,

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    10/94

    PRAKATA

     Alhamdulillahirabbil‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

    SWT atas segala karunia-Nya yang tak terhingga sehingga skripsi ini yang

    berjudul Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, dan Mekanisme Koping

    Tehadap Kelentingan Keluarga pada Keluarga dengan TB Paru di

    Kecamatan Ciomas Bogor dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk

    mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas

    Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam tidak lupa

    penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, manusia paling sempurna di jagat

    raya ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun

    sangat diharapkan demi tercapainya tujuan dari penelitian ini. Semoga skripsi ini

    dapat terwujud menjadi aksi nyata sehingga bermanfaat bagi pihak yang

    memerlukannya.

    Sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan, penulis mendapatkan

    banyak bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak. Maka dalam

    kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. sebagai Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan

    Konsumen.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    11/94

    motivasinya. Suamiku Nugroho Sastrawiguna, ST yang senantiasa

    membantu penulis dalam memberikan motivasi, perhatian, dan waktunya.Keponakanku Nouval Rafi Nugroho dan Maryam Alena Kanja yang selalu

    menghibur penulis.

    6. Rahayu Lestari, S.Si yang membantu penulis dalam proses penelitian ini.

    7. Kepala Puskesmas Ciomas, Ibu Yuli, staf Desa Ciomas, Ciomas Rahayu,

    dan Pagelaran yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan data-data

    yang diperlukan oleh penulis.8. Seluruh contoh penelitian ini yang bersedia meluangkan waktu demi

    membantu penyelesaian pengumpulan data.

    9. Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu dapat mengisi relung hati penulis

    dikala suka maupun duka. Saudara-saudara seperjuangan di KAMMI Daerah

    Bogor, BKM KAMMDA, Murobbiyah dan teman-teman halaqoh, Entertrainer ,

    dan Fushilat 43. Terima kasih atas persahabatan ini. Teman-teman IKK 43

    khususnya, dan umumnya seluruh mahasiswa IKK atas kebersamaan selama

    ini. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Bogor, April 2011

      Erika Herry 

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    12/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    13/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    14/94

    Jumlah dan Penarikan Contoh............................. ........... .............................. 23Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........... ..................... ........... .............. 24

    Uji Validitas dan Reliabilitas ................................ ........... .............................. 27Pengolahan dan Analisis Data .......................................... ........... ............ 28Definisi Operasional...................................................................................... 32

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........... ........................................... ....... 34Kondisi Geografis dan Demografi ............................... ........... .............. 34Pendidikan .......................................................................................... 35

    Pekerjaan ............................................................................................ 36Karakteristik Contoh ..................................................................................... 36Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga ......................... ........... ..................... 38

    Besar Keluarga ................................................................................... 38Pendapatan Perkapita ......................................................................... 38Pengeluaran keluarga ......................................................................... 39Sanitasi ............................................................................................... 39

    Perilaku Hidup Sehat ................................................................................... 41Tingkat Kecemasan ..................................................................................... 43Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP) .......... ................................ 44

    Family Integration, Kerjasama, dan Optimisme ................................... 44Dukungan sosial, Penghargaan diri, dan Psychological Stability ......... 46Komunikasi dan Konsultasi ................................................................. 47

    Mekanisme Koping Keluarga ................................ ................................ ....... 49Problem-Focus Coping ................................ ................................ ....... 49Emotion-Focus Coping ........................................................................ 49

    Dukungan Sosial .......................................................................................... 51Dukungan Emosional .......................................................................... 51Dukungan Penghargaan ............................ ........... .............................. 52Dukungan Instrumental ....................................................................... 53Dukungan Informatif ............................................................................ 54

    Kelentingan Keluarga .................................................................................. 55Family Cohesion 55

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    15/94

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1 Peubah, Jenis Data, dan Cara Pengumpulan Data............................... 24

    2 Kategori Variabel Penelitian .......... .............. ........... .............................. 24

    3 Interpretasi Reliabilitas ................................ ........... .............................. 29

    4 Kriteria Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP), MekanismeKoping Keluarga, Kelentingan Keluarga, dan Dukungan Sosial ........... 31

    5 Kriteria Tingkat Kecemasan .......................................... ........... ............ 326 Skala Dukungan Sosial ...................... ........... ................................ ....... 32

    7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......... ........... .............................. 35

    8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... ....... 36

    9 Pekerjaan Penduduk Berdasarkan Usia Kerja ..................................... 36

    10 Sebaran Karakteristik Contoh Penderita TB Paru ......................... ....... 36

    11 Sebaran Contoh Penderita TB Paru berdasarkan Besar Keluarga........ 3812 Sebaran Pendapatan Perkapita Perbulan Keluarga Penderita TB

    Paru ..................................................................................................... 38

    13 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan  Kriteria Pangan .................................................................................... 39

    14 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan  Kriteria Pangan dan Non-Pangan ......................................................... 39

    15 Sebaran Contoh Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah keluarga TB  Paru...................................................................................................... 40

    16 Sebaran Contoh Berdasarkan Sarana Rumah Tangga Keluarga  TB Paru ................................................................................................ 40

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    16/94

    25 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Emosional  Penderita TB Paru ............................................................................... 57

    26 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Penghargaan  Penderita TB Paru ............................................................................... 52

    27 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental  Penderita TB Paru ............................................................................... 53

    28 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Dukungan Informatif   Penderita TB Paru ............................................................................... 54

    29 Sebaran Subjek Dukungan Sosial Penderita TB Paru ........... .............. 55

    30 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Family Cohesion Keluarga  Penderita TB Paru ............................................................................... 56

    31 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator  Family Belief SystemKeluarga Penderita TB Paru ......................... ................................ ....... 57

    32 Sebaran Contoh Berdasarkan Indikator Komunikasi Keluarga  Penderita TB Paru ............................................................................... 59

    33 Perbedaan Lama Sakit dengan Kelentingan Keluarga TB Paru ........... 60

    33 Hubungan Variabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru . 60

    34 Pengaruh Variabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru .. 62

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    17/94

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 20

    2 Cara Pengambilan Contoh ................................ ................................ ....... 23

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    18/94

    DAFTAR GRAFIK

    Halaman

    1 Tingkat Kecemasan ............................................................................. 44

    2 Family Integration, Kerjasama, dan Optimisme..................................... 46

    3 Dukungan sosial, Penghargaan diri, dan Psychological Stability........... 47

    4 Komunikasi dan Konsultasi ........... .............. ........... .............................. 48

    5 Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP) ........... ........... ............ 48

    6 Problem-Focus Coping  Keluarga Penderita TB Paru ........... ........... ..... 49

    7 Emotion-Focus Coping  Keluarga Penderita TB Paru ........................... 50

    8 Skor Total Mekanisme Koping Keluarga ..................... ........... .............. 50

    9 Dukungan Emosional Keluarga Penderita TB Paru .............................. 52

    10 Dukungan Penghargaan Keluarga Penderita TB Paru ........... .............. 53

    11 Dukungan Instrumental Keluarga Penderita TB Paru ........................... 53

    12 Dukungan Informatif Keluarga Penderita TB Paru ........... .............. ....... 54

    13 Skor Total Dukungan Sosial .......... .............. ........... .............................. 55

    14 Family Cohesion Keluarga Penderita TB Paru .............. ........... ............ 57

    15 Family Belief System Keluarga Penderita TB Paru .............................. 58

    16 Komunikasi Keluarga Penderita TB Paru ............................. ........... ..... 59

    17 Skor Total Kelentingan Keluarga ................... ................................ ....... 59

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    19/94

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan PerilakuProblem-Focus Coping  ............................................................................ 71

    2 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Perilaku  Emotion-Focus Coping .......... ................................ ........... ........... ............ 72

    3 Uji Korelasi Vriabel dengan Kelentingan Keluarga Penderita TB Paru ..... 74

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    20/94

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan modal dasar

    pembangunan nasional untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Dalam

    rangka menyongsong Millenium Development Goals  (MDG’s) dan peningkatan

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka pengembangan SDM yang tepat

    guna dan berkelanjutan dapat ditempuh melalui pemberdayaan kapasitas dan

    potensi yang ada. Pemberdayaan ini menekankan berbagai macam aspek

    meliputi aspek kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan (Suyono & Haryanto

    2008).

    Kesehatan merupakan hak dasar/hak fundamental warga negara dalam

    kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk

    mempertinggi derajat kesehatan dengan meningkatkan keadaan kesehatan yang

    lebih baik dari sebelumnya (UU Kesehatan No.23 Tahun 1992, Bab II Pasal 3).

    Kemajuan suatu bangsa berbanding lurus dengan tingkat kesehatan

    masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan suatu keluarga, semakin mampu

    pula keluarga tersebut menjaga kesehatannya. Setelah itu, dengan semakin

    tingginya tingkat kesehatan, semakin tinggi pula produktifitas dan kemampuan

    untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam berbagai aspek (Sugianto

    2007).

    Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    21/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    22/94

    3

    spiritualitas, kesesuaian anggota keluarga, fleksibilitas, komunikasi, keuangan,

    waktu bersama, rekreasi bersama, rutinitas, ritual, dan dukungan sosial (Walsh

    2002). Menganalisis tingkat kelentingan keluarga dengan penyakit TB paru,

    selain bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai strategi keluarga untuk

    dapat bertahan dari tantangan yang dihadapi (Poerwandari 2005).

    Keluarga yang anggotanya berpenyakit pada umumnya memiliki banyak

    masalah. Salah satu faktor penunjang dalam mengadaptasi masalah adalah

    pengetahuan penderita mengenai bahaya penyakit TB paru dan motivasi

    keluarga terhadap penderita. Kondisi keluarga dengan penyakit TB paru

    menyebabkan penurunan pendapatan riil keluarga karena kurangnya

    produktifitas dari penderita TB paru.

    Selain masalah pendapatan, secara sosiologis kemampuan keluarga

    penyakit TB paru meliputi kemampuan memulihkan keadaan melalui strategi

    koping sebagai bentuk kelentingan keluarga. Koping melibatkan cakupan yang

    lebih luas dari potensi strategi, keterampilan, dan kemampuan efektif dalam

    mengelola stres. Maka yang menjadi pertanyaan penelitian pada penulisan tugas

    akhir ini adalah :

    1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi, perilaku hidup sehat, tingkat

    kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping keluarga, dan kelentingan

    keluarga pada keluarga dengan penyakit TB paru?

    2. Bagaimana hubungan dan pengaruh karakteristik sosial ekonomi, perilaku

    hidup sehat, tingkat kecemasan, dukungan sosial, mekanisme koping

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    23/94

    4

    5. Mengukur mekanisme koping keluarga dengan penyakit TB paru

    6. Mengukur kelentingan keluarga pada keluarga dengan penyakit TB paru

    7. Menganalisis hubungan dan pengaruh berbagai variabel terhadap

    kelentingan keluarga dengan penyakit TB paru

    Kegunaan

    Kegunaan dari penelitian ini diantaranya untuk :

    a. Pemerintah

    Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam menentukan

    kebijakan terkait peningkatan kesejahteraan keluarga dengan penyakit TB

    paru .

    b. Masyarakat

    Memperoleh informasi mengenai mekanisme koping strategi dalam

    mengatasi masalah akibat penyakit TB paru.

    c. Peneliti/mahasiswa

    Menambah wawasan dan pemahaman akibat penyakit TB paru yang dialami

    keluarga, serta dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan

    untuk masa yang akan datang (penelitian lanjutan).

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    24/94

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kelentingan Keluarga

    Kelentingan adalah proses dinamis untuk bertahan dari krisis serta

    kemampuan beradaptasi secara positif (Walsh 2002). Kelentingan merupakan

    karakteristik keluarga dalam beradaptasi terhadap situasi krisis, misalnya tingkat

    kerentanan, tipe keluarga, sumber daya, tingkat stres, pemecahan masalah,

    kemampuan koping, serta pandangan hidup (McCubbin & McCubbin 1988) diacu

    dalam Lazarus A (2004). Situasi krisis dapat terjadi akibat akumulasi

    permasalahan dalam keluarga yang salah satunya adalah keluarga dengan

    penyakit TB paru. Situasi ini dinilai keluarga tidak mampu mengatasi stresor yang

    timbul.

    Dalam mewujudkan kelentingan keluarga yang baik yaitu dengan

    meningkatkan keberfungsian dan kesejahteraan keluarga serta mencegah

    anggota keluarga terinfeksi penyakit. Kelentingan keluarga tidak hanya

    mencakup manajemen stres tetapi juga bertahan dari cobaan yang berat.

     Adanya krisis dan tekanan yang berlangsung lama dapat mengganggu

    keberfungsian keluarga dan akan berdampak pada seluruh anggotanya.

    Kemampuan keluarga dalam menghadapi ancaman, menahan stres, dan

    mengorganisir ulang masalah secara efektif akan mempengaruhi seluruh

    anggota keluarga (Walsh 2002). Menurut Mackay (2003) kelentingan keluarga

    terdiri dari tiga aspek, yaitu family cohesion, family belief system, dan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    25/94

    6

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara family

    cohesion  dan fungsi keluarga. Olson et al (1988) diacu dalam Mackay (2003) 

    menunjukkan bahwa keluarga dengan family cohesion yang tinggi tetapi

    seimbang, sedikit mengalami tekanan dan tingkat kesejahteraan keluarga tinggi.

    Family Belief System

    Family belief system merupakan inti dari fungsi keluarga yang mencakup

    nilai, sikap, keyakinan, bias, dan asumsi. Family belief system  merupakan

    asumsi dasar yang memicu respon emosional serta menginformasikan

    keputusan dan tindakan. Family belief system  yang dominan dapat membentuk

    keluarga dalam upaya menghadapi krisis dan kesulitan (Walsh 1998) diacu

    dalam Mackay (2003).

    Terdapat tiga dimensi penting family belief system, yaitu: capacity to make

    meaning out of adversity (kemampuan dalam memaknai kesulitan), a positive

    outlook (pandangan positif)  and spirituality or transcendence (spiritual atau

    transedensi). Keluarga yang berfungsi dengan baik memiliki kemampuan untuk

    memahami yang telah terjadi dan memperkirakan masa mendatang. Kelentingan

    keluarga juga dicirikan oleh ketekunan, kegigihan, dan optimisme dalam

    mengatasi rintangan. Family belief system  sebagai kunci kelentingan keluarga

    karena pentingnya agama dan budaya sebagai sumber utama  spirituality or

    transcendence (Walsh 1998) diacu dalam Mackay (2003).

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    26/94

    7

    dan toleransi terhadap perbedaan. Collaborative problem solving   melibatkan

    identifikasi masalah untuk mengatasi masalah keluarga (Walsh 1998) diacu

    dalam Mackay (2003).

    Kelentingan yang baik menunjukkan bahwa keluarga mampu mengelola

    konflik dengan baik. Pengelolaan konflik sangat tergantung pada komunikasi dan

    keterampilan penyelesaian masalah.

    Mekanisme Koping

    Kondisi krisis atau dalam tekanan yang berlangsung lama dapat

    menyebabkan stres pada individu. Keith (2009) mengemukakan beberapa faktor

    yang mempengaruhi tingkat stres seseorang, yaitu: (1) sifat menerima keadaan;

    (2) pengalaman dalam mengatasi stres; (3) karakteristik individu; (4) persepsi

    tentang stres; (5) strategi koping; dan (6) dukungan sosial.

    Synder CR (2001) menjelaskan bahwa koping merupakan proses berfikir,

    merasakan atau melakukan sesuatu sebagai pemenuhan kepuasan psikologi.

    Koping merupakan beberapa respon yang berkesinambungan sebagai akibat

    dari stres. Faktor dari keterampilan koping yaitu: (1) fokus masalah; (2)

    pengaturan lingkungan; (3) fokus emosi; dan (4) pengaturan diri.

    Koping didefinisikan sebagai usaha kognitif dan perilaku seseorang untuk

    mengorganisasikan berbagai tuntutan permasalahan. Berdasarkan proses

    koping, individu dapat: (1) memperkirakan ancaman atau peluang pada

    lingkungannya; (2) mengevaluasi tuntutan dan sumberdaya atau daya dukung

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    27/94

    8

    Emotion-Focused Coping

    Bentuk koping ini bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang

    muncul dalam menghadapi stresor. Individu cenderung menggunakan bentuk ini

    berdasarkan keyakinannya untuk mengubah keadaan.  Beberapa strategi yang

    berhubungan dengan bentuk koping ini antara lain kontrol diri, mengambil jarak

    dengan stresor, berusaha untuk melihat dari sudut pandang lain, menerima atau

    melarikan diri dari keadaan (Lazarus dan Folkman 1984).

    Problem-Focused Coping

    Bentuk koping ini bertujuan untuk mengurangi stresor atau meningkatkan

    sumber daya dalam menghadapi stres. Individu cenderung menggunakan bentuk

    ini berdasarkan keyakinannya bahwa tuntutan stresor atau sumber daya masih

    dapat diubah. Beberapa strategi yang berhubungan dengan bentuk koping ini

    antara lain melakukan konfrontasi dengan menolak perubahan, berusaha

    mengubah keyakinan orang lain, bergantung pada dukungan sosial, dan

    melakukan strategi pemecahan masalah yang terencana (Lazarus dan Folkman

    1984).

    Stres

    McKinnon (1998) memandang stres sebagai kondisi yang tidak

    menyenangkan baik secara emosional, fisik, mental, atau kombinasi dari

    ketiganya. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memenuhi

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    28/94

    9

    berkonsentrasi, dan mudah tersinggung; (3) proses, merupakan kondisi dimana

    individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah

    laku, kognisi, maupun afeksi.

    Faktor Stres (Stresor)

     Ada dua faktor penyebab stres yaitu berhubungan dengan individu itu

    sendiri dan situasi yang dialami individu. Situasi yang berhubungan dengan

    individu dapat berupa kondisi tubuh, seperti hawa panas atau dingin yang

    berlebihan dan luka atau penyakit. Keadaan sakit menyebabkan munculnya

    tuntutan pada kebutuhan biologis dan psikologis individu. Derajat stres yang

    timbul tergantung pada keseriusan penyakit dan usia individu tersebut.

    Sedangkan situasi yang dialami individu dapat berupa pertambahan anggota

    keluarga, perceraian, kematian, pekerjaan, serta keadaan lingkungan (Sarafino

    1998).

    Menurut Florence dan Setright (1994) diacu dalam Sunarti (2008), faktor

    stres atau sumber stres dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu: (1) faktor

    fisik, contohnya : obat, keributan, suhu; (2) faktor sosial, contohnya : sakit kronis

    atau akut, kematian pasangan, putus hubungan, kesepian, perkawinan,

    kehilangan pekerjaan, perampokan; (3) faktor psikologi, merupakan bentuk stres

    yang paling merusak dan melibatkan rasa takut, cemas, cemburu, benci, cinta,

    rasa bersalah. Contohnya adalah kehilangan harapan, kegagalan, penolakan

    dan kekecewaan.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    29/94

    10

    ketidakmampuan konsentrasi, tidak dapat mengambil keputusan, pikiran

    melayang, lambat berpikir, berpikiran kosong)

    2. Stres akut sebagian, yaitu reaksi terhadap kondisi yang seketika terjadi,

    misalnya tergesa-gesa. Gejala yang timbul antara lain: sakit kepala keras,

    sakit dada, asma, hipertensi, dan serangan jantung.

    3. Stres kronis, yaitu stres jangka panjang yang dapat diasosiasikan dengan

    masalah kemiskinan, sakit, ketidakberfungsian keluarga, dan ketidakpuasan

    bekerja. Gejala yang ditimbulkan antara lain: tidak nafsu makan atau nafsu

    makan berlebih, perasaan tidak aman, kekurangan sistem imun, serangan

     jantung, sakit kronis di bagian tubuh, pesimis, pemarah, ketidakmampuan

    konsentrasi, ketidakmampuan bertindak, letih luar biasa, sakit kepala migrain,

    cemas tinggi, kesepian, selalu tersinggung, depresi, sinis, rendah diri, dan

    gangguan pencernaan.

    4. Stres trauma, yaitu stres ketika individu memiliki pengalaman yang berakibat

    trauma, misalnya: kecelakaan, korban kriminal, kehilangan pekerjaan,

    bencana alam, dan perampokan. Stres ini dapat berakibat penolakan

    terhadap mekanisme koping. Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain: (1)

    perasaan tidak dapat diprediksikan, moody , cemas, gugup, depresi; (2)

    mudah mengingat kejadian dan ketidakmampuan konsentrasi; (3) serangan

     jantung, berkeringat, sakit kepala, sakit dada, gangguan pencernaan; (4)

    tertekan, kurangnya frekuensi komunikasi dengan anggota keluarga, menarik

    diri dari aktivitas kelompok.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    30/94

    11

    penyakit lainnya, penyakit kronis melibatkan penyesuaian diri selama kurun

    waktu tertentu.

    Bentuk Stres

    Terdapat dua bentuk stress yaitu eustress  dan distress. Eustress adalah

    kondisi stres yang membawa efek positif dikarenakan pengelolaan stres yang

    baik. Sebaliknya, distress  adalah kondisi negatif stres diakibatkan

    ketidakmampuan pengelolaan stres karena tingginya tingkat stres yang diderita.

    Distress merupakan suatu kondisi subjektif yang tidak menyenangkan. Dua

    bentuk utama distress adalah depresi dan kecemasan. Kecemasan merupakan

    keadaan diri yang ditandai dengan tegang, tidak dapat istirahat, khawatir, lekas

    marah, dan takut. Sedangkan depresi merupakan keadaan diri yang ditandai

    dengan perasaan sedih, kesepian, demoralisasi, putus asa, sulit tidur, dan

    menginginkan kematian (Mirrowsky & Ross 1989) diacu dalam Sunarti (2008).

    Kecemasan

    Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa alasan dari

    kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah

    satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit

    maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya krisis pada keluarga.

    Post (1978) diacu dalam Trismiati (2004) mengemukakan bahwa

    kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    31/94

    12

    Hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek kepuasan secara emosional

    dalam kehidupan individu. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat

    individu merasa percaya diri, tenang, diperhatikan, dicintai, dan kompeten.

    Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal, non verbal, dan tindakan yang

    diberikan oleh orang lain sehingga mempunyai manfaat emosional bagi individu.

    Jenis Dukungan Sosial

    Smet (1994) dan Sarafino (1998) membedakan empat jenis dukungan

    sosial yaitu :

    a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan dan perilaku empati, afeksi,

    kepedulian, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan

    diperhatikan.

    b. Dukungan penghargaan, mencakup ungkapan hormat positif, dorongan, dan

    persetujuan atas gagasan atau perasaan individu. Pemberian dukungan ini

    membantu individu melihat segi positif dalam dirinya yang berfungsi untuk

    menambah penghargaan dan kepercayaan diri saat mengalami tekanan.

    c. Dukungan instrumental, mencakup bantuan secara langsung sesuai dengan

    yang dibutuhkan individu, seperti bantuan finansial atau pekerjaan pada saat

    mengalami stres.

    d. Dukungan informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran atau

    umpan balik yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat mencari

     jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    32/94

    13

    Perilaku Hidup Sehat

    Perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh

    mahluk hidup. Sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental,

    maupun sosial. Sedangkan menurut UU Kesehatan No.23 Tahun 1992,

    kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial, yang

    memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi

    (Notoatmodjo 2007).

    Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku hidup sehat adalah segala respon

    seseorang yang berkaitan dengan penyakit, pelayanan kesehatan, makanan dan

    minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

    diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:

    1. Pemeliharaan kesehatan (health maintanance): perilaku seseorang untuk

    memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

    penyembuhan ketika sakit.

    2. Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking behavior ):

    Perilaku ini menyangkut upaya seseorang pada saat menderita penyakit atau

    kecelakaan.

    3. Kesehatan lingkungan: respon seseorang terhadap lingkungan agar tidak

    mempengaruhi kesehatannya.

     Adapun penyebab yang menentukan perilaku kesehatan dibedakan menjadi dua,

    yaitu : (1) faktor internal (karakteristik seseorang), misalnya tingkat kecerdasan,

    tingkat emosional, jenis kelamin; (2) faktor eksternal yaitu lingkungan fisik, sosial,

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    33/94

    14

    disembarang tempat tapi menggunakan tempat khusus; (8) istirahat cukup dan

    tidak tidur larut malam; (9) makan makanan bergizi seimbang; dan (10) hindari

    polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok.

    Tuberkulosis (TB) Paru

    Tuberkulosis (TB) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini paling sering mengenai paru tetapi dapat

     juga mengenai organ-organ tertentu (Brewis 1983) diacu dalam Nawas A (1990).

    TB paru merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Hal ini

    tercermin pada prevalensi TB paru dengan BTA (+) yang cukup tinggi yaitu 0,3%

    artinya diantara 1000 orang penduduk Indonesia dapat dijumpai 3 orang

    penderita TB paru yang masih potensial menular. Di Indonesia, TB paru

    merupakan penyebab kematian selain penyakit ISPA, diare dan penyakit jantung

    koroner (Handoko T 1984) diacu dalam Nawas A (1990).

    Gambaran Klinis TB Paru

    Menurut Rasmin R (1987) diacu dalam Nawas A (1990), mengemukakan

    gambaran klinis TB paru dapat dibagi atas dua gejala, yaitu:

    1. Gejala sistemik (umum) meliputi demam, tidak enak badan, nafsu makan

    berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan

    badan pegal. Pada wanita dapat dijumpai gangguan siklus haid.

    2. Gejala respiratorik (paru) melipuit batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    34/94

    15

    kepadatan tempat tinggal adalah 10 m2/orang. Luas kamar tidur minimal 8 m2

    dan tidak dianjurkan digunakan lebih dua orang tidur dalam satu ruang tidur,

    kecuali anak dibawah umur lima tahun. Di daerah perkotaan yang lebih padat

    penduduknya, peluang terjadinya kontak dengan penderita TB paru lebih besar

    (Karyadi E et al . 2006).

    Kondisi Rumah. Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap

    manusia. Tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan kesehatan

    lingkungan dapat terlihat dari kondisi lingkungan tempat tinggal. Rumah dapat

    dikatakan aman dan sehat jika memenuhi syarat tertentu.

    Sesuai dengan Kepmenkes No.829/MenKes/SK/VII/1999 diacu dalam

     Azwar (1999) terdapat indikator rumah yang sehat yaitu : (1) lantai tidak berdebu

    pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan; (2) sebaiknya dinding

    dari tembok namun bila di daerah tropis dan ventilasi kurang akan lebih baik

    dinding dari papan; (3) atap genting cocok untuk daerah tropis, sedangkan atap

    seng atau asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan karena menimbulkan suhu

    panas di dalam rumah; (4) ventilasi cukup, yaitu minimal luas ventilasi adalah

    15% dari luas lantai. Ventilasi mempunyai fungsi: menjaga aliran udara di dalam

    rumah tetap segar sehingga keseimbangan oksigen (O2) yang diperlukan oleh

    penghuni rumah tetap terjaga, menjaga udara di ruangan rumah selalu tetap

    dalam kelembaban yang optimum, dan membebaskan udara ruangan dari bakteri

    patogen (pembawa penyakit); (5) cahaya matahari cukup, yang diperoleh dari

    ventilasi maupun genting kaca. Suhu udara yang ideal antara 18 - 30°C dan sinar

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    35/94

    16

    Karakteristik Keluarga

    Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri,

    atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (UU

    No.52 tahun 2009). Keluarga menyediakan keseimbangan kebutuhan antar

    individu sebagai anggota keluarga dan tuntutan serta harapan dari masyarakat

    yang ada. Empat ciri keluarga yaitu : (1) susunan orang-orang yang disatukan

    oleh perkawinan, darah atau adopsi; (2) hidup bersama di bawah satu atap

    (rumah tangga); (3) kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi

    (peran sosial); dan (4) pemeliharaan suatu kebudayaan (Puspitawati 2006).

    Terdapat 8 fungsi keluarga menurut PP No.21 tahun 1994, diacu dalam

    Puspitawati (2006) tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera

    yang dijalankan untuk mencapai tujuan keluarga, yaitu : fungsi keagamaan,

    sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial dan pendidikan,

    ekonomi, dan pembinaan lingkungan.

    Pendapatan Keluarga

    Pendapatan keluarga adalah jumlah seluruh hasil perolehan yang didapat

    oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Sajogjo

    (1994) menyatakan bahwa pendapatan keluarga meliputi penghasilan ditambah

    dengan hasil-hasil lain.

    Menurut BPS (2002) diacu dalam Shinta (2008), pendapatan rumah tangga

    atau keluarga adalah seluruh penghasilan atau penerimaan berupa uang dari

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    36/94

    17

    Pendidikan

    Pendidikan formal dan non-formal serta pengetahuan orang tua dan anak-

    anak sangat penting dalam menetukan status kesehatan dan gizi keluarga.

    Pendidikan dapat membantu memperlancar komunikasi serta mempengaruhi

    proses pemberian dan penerimaan informasi tentang kesehatan sehingga dapat

    dengan mudah diterima oleh keluarga. Tingkat pendidikan ibu dapat berpengaruh

    terhadap status anak dan keluarga (Sukarni 1994).

    Pekerjaan

    Mata pencaharian kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap

    ketahanan keluarga terutama status kesehatan keluarga (Sukarni 1994).

    Terdapat kaitan antara pekerjaan orang tua dengan karakteristik keluarga yaitu

    gambaran mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Keluarga bisa dikategorikan

    miskin atau tidak miskin berdasarkan beberapa indikator dan pendekatan.

    Pendekatan kemiskinan menurut Hamudy (2008) diacu dalam Shinta (2008),

    yaitu: (1) pendapatan: seseorang dikatakan miskin jika pendapatan dan

    pengeluaran berada di bawah batas secara sosial; (2) kebutuhan dasar: miskin

     jika tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, papan,

    pendidikan dasar; (3) aksesibilitas: miskin karena kurang akses terhadap

    infrastruktur sosial dan fisik, informasi, pasar, dan teknologi; (4) kemampuan

    manusia: miskin jika tidak memiliki kemampuan minimal yang dapat berfungsi.

    Tingkat kesejahteran dapat diukur dengan kriteria BPS dan kriteria

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    37/94

    18

    menjadi 3 kategori (Hurlock 1993), yaitu: dewasa muda (19-29 tahun), dewasa

    madya (30-49 tahun), dan dewasa akhir (50-69 tahun).

    Besar Keluarga

    Sanjur (1982) diacu dalam Devi (2004) menyatakan bahwa besar keluarga

    akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper (1988) diacu dalam

    Fitriyani (2008) menyatakan bahwa keluarga miskin dengan jumlah anggota

    keluarga yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

    Keluarga dengan kondisi krisis bergantung pada besar keluarga, semakin besar

    keluarga maka semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup. Besar keluarga akan

    mempengaruhi status kesehatan keluarga.

    Sanitasi

    Sanitasi lingkungan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi

    permukiman. Kusnoputranto (1983) diacu dalam Fitriyani (2008) mendefinisikan

    sanitasi lingkungan sebagai usaha pengendalian dari faktor-faktor lingkungan

    fisik yang mungkin menimbulkan kerugian bagi perkembangan fisik, kesehatan

    dan daya tahan hidup manusia. Dapat disimpulkan bahwa sanitasi lingkungan

    merupakan pengelolaan berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan

    manusia. Pengelolaan sanitasi lingkungan meliputi: (1) penyediaan air rumah

    tangga yang baik; (2) pengaturan pembuangan kotoran manusia; (3) pengaturan

    pembuangan sampah; (4) pengaturan pembuangan air limbah ; (5) pengaturan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    38/94

    19

    keluarga. Untuk perumahan di pedesaan, biasanya disediakan gudang sebagai

    tempat penyimpanan hasil panen dan kandang ternak.

    Sumber Air. Air merupakan kebutuhan yang paling penting bagi manusia.

    Fungsi air dalam kehidupan sehari-hari antara lain: untuk memasak, minum,

    mandi, dan mencuci. Adapun syarat air minum yang baik dapat dilihat melalui

    fisik, meliputi tidak berwarna (jernih), berasa, berbau, mengandung bahan kimia

    dan bakteri.

    Menurut Sukarni (1994), air dapat dibedakan berdasarkan sumbernya,

    yaitu: (1) air hujan, yaitu air yang diperoleh dari proses prespitasi awan dan

    atmosfer yang mengandung air; (2) air permukaan tanah, yaitu air tergenang

    atau air mengalir, misalnya: sungai, danau, laut; (3) air tanah, yaitu air

    permukaan tanah yang telah masuk ke dalam tanah dan mengalami penyaringan

    oleh tanah, batu-batuan, atau pasir.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    39/94

    KERANGKA PEMIKIRAN

    Keluarga harus menyediakan kebutuhan anggota dan harapan dari

    kehidupan masyarakat. Penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga akan

    mempengaruhi keluarga tersebut. Bila salah satu individu dalam sebuah keluarga

    menderita penyakit TB paru, maka hal ini tidak hanya menimbulkan stres pada

    dirinya sendiri tetapi juga pada keluarganya.

    Keluarga dengan penyakit TB paru memiliki karakteristik sosial ekonomi

    yang merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup

    sehat. Pendapatan keluarga merupakan aspek yang sangat penting pada

    keluarga dengan penyakit TB paru. Pendapatan yang rendah dapat menimbulkan

    stres keluarga karena kurangnya kebutuhan sehari-hari. Pendidikan dapat

    membantu memperlancar komunikasi serta mempengaruhi proses pemberian

    dan penerimaan informasi tentang kesehatan sehingga dapat dengan mudah

    diterima oleh masyarakat atau keluarga. Tingkat pendidikan yang rendah dapat

    menyebabkan pengetahuan tentang lingkungan dan kesehatan juga rendah.

    Pekerjaan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Usia

    orang tua berkaitan dengan pengalaman dalam mengatur keluarga. Dalam

    hubungannya dengan pengeluaran keluarga, besar keluarga akan

    mempengaruhi pengeluaran rumah tangga sehingga dapat dilihat tingkat

    kesejahteraannya (Sukarni 1994). Sanitasi merupakan usaha pengendalian dari

    faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan kerugian bagi

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    40/94

    21

    anggota keluarga. Penyakit sebagai penyebab stres merupakan efek dari

    keadaan sakit menyebabkan tuntutan untuk menyesuaikan diri. Terdapat dua

    bentuk stres yaitu eustress  dan distress. Eustres adalah kondisi stress yang

    membawa efek posiitif dikarenakan pengelolaan stres yang baik. Sebaliknya,

    distress  adalah kondisi negatif stres diakibatkan ketidakmampuan pengelolaan

    stres karena tingginya tingkat stres yang diderita. Dua bentuk utama distress

    adalah depresi dan kecemasan. Kecemasan merupakan keadaan diri yang

    ditandai dengan tegang, tidak dapat istirahat, khawatir, lekas marah, dan takut

    (Mirrowsky & Ross 1989) diacu dalam Sunarti (2008).

    Untuk menghadapi stres, keluarga perlu meningkatkan koping yang efektif.

    Strategi dan proses koping keluarga berfungsi sebagai mekanime agar fungsi-

    fungsi keluarga tercapai. Tanpa koping yang efektif, fungsi ekonomi, sosialisasi,

    perawatan keluarga tidak dapat dicapai secara optimal (Friedman 1998). Oleh

    sebab itu, koping keluarga merupakan proses penting yang membuat keluarga

    mampu mencapai fungsi-fungsi keluarganya secara optimal. Adapun jenis koping

    terbagi menjadi 2 yaitu: emotion-focused coping dan  problem-focused coping .

    Emotion-focused coping bertujuan untuk mengontrol respon emosional yang

    muncul dalam menghadapi stresor. Individu cenderung menggunakan bentuk ini

    karena keyakinan melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan. Problem-

    focused coping bertujuan untuk mengurangi tuntutan stresor atau

    mengembangkan sumber daya dalam menghadapi tuntutan. Individu cenderung

    menggunakan bentuk ini karena keyakinan bahwa tuntutan stresor atau sumber

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    41/94

    22

    Komunikasi adalah aspek kunci dari fungsi keluarga. Komunikasi efektif

    sangat penting dalam pengambilan keputusan bersama yang dicapai melalui

    negosiasi, kompromi, dan umpan balik. Kelentingan yang baik menunjukkan

    bahwa keluarga mampu mengelola konflik dengan baik. Pengelolaan konflik

    sangat tergantung pada komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah

    (Mackay 2003)

    Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1 berikut.

    Mekanisme Koping :

    Problem-focus coping  Emotion-focus coping 

    Tingkat kecemasan

    Stres

    Perilaku Hidup Sehat

    Karakteristik Sosial EkonomiKeluarga dengan TB Paru:

    Pekerjaan Pendapatan keluarga Pendidikan Usia Besar keluarga Sanitasi

    Dukungan Sosial

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    42/94

    METODE PENELITIAN

    Desain, Tempat, dan Waktu

    Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study , yaitu data diambil

    pada satu periode waktu secara bersamaan dengan sampel yang berbeda.

    Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Ciomas yang terdiri dari 3 Desa di

    Kecamatan Ciomas yaitu Desa Ciomas, Ciomas Rahayu, dan Pagelaran.

    Pemilihan tempat dan contoh dilakukan secara sengaja ( purposive sampling )

    berdasarkan kemudahan akses dan penderita penyakit TB paru kedua terbanyak

    di Kabupaten Bogor setelah Cileungsi (Gerduda TB 2000). Penelitian ini

    dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2010 yang meliputi

    pengumpulan, pengolahan, serta analisis data.

    Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

    Populasi penelitian ini adalah seluruh subjek atau contoh yang terpilih di

    salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Ciomas. Kriteria

    contoh yaitu anggota keluarga (orang tua) sebagai penderita penyakit TB paru.

    Populasi contoh tersebar berdasarkan 4 UPT Puskesmas Kecamatan Ciomas

    yang kemudian disebut cluster area  yaitu Puskesmas Kota Batu, Ciomas,

    Laladon, dan Ciapus. Selanjutnya secara  purposive terpilih Puskesmas Ciomas

    sebagai contoh cluster  pemilihan dengan pertimbangan kemudahan akses dan

    karakteristik contoh yang cukup banyak dibanding puskesmas lain. Puskesmas

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    43/94

    24

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

    yaitu data yang berasal langsung dari objek penelitian, yang diperoleh dengan

    survey (wawancara kepada contoh dan pasangan dengan kuesioner terstruktur)

    dan observasi. Sedangkan data sekunder meliputi data pasien aktif Puskesmas

    Ciomas, gambaran umum lokasi penelitian, penelusuran pustaka dan lain-lain.

    Tabel 1 Peubah, Jenis Data, dan Cara Pengumpulan Data

    Peubah Jenis Data Cara Pengumpulan Data Skala data

    Perilaku Hidup Sehat Primer Wawancara ordinalRiwayat Kesehatan Primer Wawancara nominal

    Karakteristik Keluarga

      Pekerjaan Primer Wawancara nominal

      Pendidikan Primer Wawancara ordinal

    Pendapatan keluarga Primer Wawancara rasio

      Usia Primer Wawancara rasio

      Besar keluarga Primer Wawancara rasio

      Sanitasi Primer Wawancara dan observasi ordinal

    Tingkat Kecemasan Primer Wawancara ordinalMekanisme koping Primer Wawancara ordinal

    Kelentingan Keluarga Primer Wawancara ordinal

    Keadaan Umum LokasiPenelitian

    Sekunder Kantor Desa -

    Tabel 2 Kategori Variabel Penelitian

    No. Variabel Kategori Keterangan

    Kelentingan Keluarga1. Family Cohesion   Kebersamaaan Keseimbangan Kedekatan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    44/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    45/94

    26

    20. Jenis lantai   Seluruhnya tanah Tanah dan Semen

    Lantai keramik Lainnya

    BPS (2000)

    21. Dinding   Bambu/triplek/kayu Tembok plester/tanpa plester  Lainnya

    BPS (2000)

    22. Ventilasi Tidak ada  Ada, tetapi tertutup  Ada, terbuka

    BPS (2000)

    23. Atap   Ijuk Seng

    Genteng Lainnya

    BPS (2000)

    24. Jendela Tidak ada  Ada, tetapi hanya di beberapa

    ruangan

     Ada, hampir setiap ruangan

    BPS (2000)

    25. Luas ruangan perorang

    Baik (> 8m2/orang) Sedang ( 5-8m2/orang) Kurang (< 5m2/orang)

    BPS (2000)

    Sarana Rumah Tangga26. Ketersediaan

    kamar mandi Ya Tidak

    Ketentuanpeneliti

    27. Kondisi kamarmandi

    Tanah dan Semen Lantai keramik Lainnya

    Ketentuanpeneliti

    28. Ketersediaan jamban

    Ya (septic tank/tanpa septic tank) Tidak (sungai/empang) Lainnya

    Ketentuanpeneliti

    29. Pembuangansampah Sungai TPS Lainnya

    Ketentuanpeneliti

    30. Pembuangan air SungaiKetentuan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    46/94

    27

    36. Kebiasaan merokok   Ya Tidak

    Depkes (2007)

    37. Olahraga 1 minggu sekali 2 minggu sekali 1 bulan sekali Lainnya

    Depkes (2007)

    38. Tindakanpengobatan

    Dokter/mantri Puskesmas/klinik/rumah sakit Obat warung/Obat tradisional

    Ketentuanpeneliti

    39. Diet   Ya Tidak

    Depkes (2007)

    40. Menggunakan alatuntuk batuk danmeludah

    Ya

    Tidak Depkes (2007)

    Uji Validitas dan Reliabilitas

    1. Uji validitas

    Uji validitasnya dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item

    dengan skor total. Teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan

    rumus korelasi product moment  dari Pearson, yaitu :

    r xy =

     N Y  X  XY 

     N Y Y  N  X  X 

    /))(()(

    /()/(  2222

    keterangan :r xy = koefisien korelasi antara skor X (item) dengan skor Y (total)∑XY = jumlah perkalian antara skor X (item) dengan skor Y (total)∑X = jumlah skor item∑Y = jumlah skor totalN = jumlah subjek

    Uji signifikansi untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item adalah

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    47/94

    28

    e. dukungan keluarga terdapat beberapa butir pernyataan yang dihapus

    yaitu nomor 5, 12, 25, 27, 29, 30, dan 34 karena butir tersebut terbukti

    tidak valid. Adapun butir pernyataan yang valid memiliki nilai terendah

    0,653 dan nilai tertinggi 0,711.

    2. Uji reliabilitas

    Teknik analisis yang digunakan adalah teknik uji reliabilitas alpha yang

    dikembangkan oleh Cronbach, dengan rumus :

    r 11 =

    21

    2

    11     

      

    b

    Keterangan :r 11 = reliabilitas instrumenk = jumlah item1 = bilangan konstan∑σb

    2= jumlah varians butir 

    σ12

    = varians total

    Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha  diperoleh nilair 11=0,892 untuk instrumen mekanisme koping kesehatan keluarga (CHIP),

    sebesar 0,918 untuk instrumen mekanisme koping keluarga, sebesar 0,895

    untuk instrumen kelentingan keluarga, sebesar 0,701 untuk instrumen tingkat

    kecemasan, sebesar 0,701 untuk instrumen dukungan sosial. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa skala tersebut adalah reliabel karena r hitung > 0,6

    sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur.Tabel 3 Interpretasi Realibilitas

    Nilai realibilitas (r hitung) Interpretasi

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    48/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    49/94

    30

    4. Sanitasi, yang terdiri dari 3 item yaitu: kondisi fisik rumah, sarana dalam

    rumah tangga, dan sumber air dengan 12 pertanyaan tertutup dan 3

    pertanyaan terbuka.

    5. Perilaku hidup sehat, yang terdiri dari 7 pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan

    terbuka.

    6. Mekanisme koping kesehatan keluarga, kuesioner diadaptasi dari teori

    Mc.Cubbin & Mc.Cubbin (1979) yang disusun dalam 45 butir pernyataan.

    Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan skala likert yaitu: sangat

    membantu/menolong (skor 4), membantu/menolong (skor 3), kurang

    membantu/menolong (skor 2), tidak membantu/menolong (skor 1). Skor yang

    dihasilkan yaitu antara 45-180, sehingga dapat dibuat rentangan 180 – 45 =

    135. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan menjadi 5 kriteria yaitu

    sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai interval

    persentase yaitu 180

    135

    = 75, sehingga 5

    75

    = 15, maka didapat angka 15

    sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

    Tabel 4 Kriteria Mekanisme Koping Kesehatan Keluarga (CHIP), MekanismeKoping Keluarga, Kelentingan Keluarga, dan Dukungan Sosial

    Interval Persentase (%) Kriteria

    25,00 – 40,00 Sangat rendah41,00 – 55,00 Rendah

    56,00 – 70,00 Sedang71,00 – 85,00 Tinggi86,00 – 100,0 Sangat tinggi

    7. Mekanisme koping keluarga, kuesioner diadaptasi dari teori Folkman (1986)

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    50/94

    31

    yang digunakan adalah dengan skala likert, dengan pemberian skor yaitu:

    sangat setuju (SS)=4, setuju (S)=3, kurang setuju (KS)=2, tidak setuju

    (TS)=1. Skor yang dihasilkan yaitu antara 33-132 sehingga dapat dibuat

    rentangan 132 – 33 = 99. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan

    menjadi 5 kriteria yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat

    tinggi. Nilai interval persentase yaitu132

    99= 75, sehingga

    5

    75= 15, maka

    didapat angka 15 sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.

    9. Tingkat kecemasan, kuesioner diadaptasi dari Zung Self Rating Anxiety Scale

    (ZRAS) (1971) yang terdiri dari 17 butir pernyataan. Skala pengukuran yang

    digunakan adalah dengan skala likert, dengan pemberian skor yaitu: selalu

    (skor 4), sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2), tidak pernah (skor 1). Skor

    yang dihasilkan yaitu antara 17-68 sehingga dapat dibuat rentangan 68 – 17

    = 51. Hasil rentangan tersebut akan dikategorikan menurut Zung (1971) yaitu

    dibagi 4 kriteria, yaitu normal, ringan-sedang, berat, dan ekstrim. Nilai interval

    persentase yaitu68

    51= 75, sehingga

    4

    75= 18,75, maka didapat angka 18,75

    sebagai intervalnya. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

    Tabel 5 Kriteria Tingkat Kecemasan

    Interval Persentase (%) Kriteria

    25,00 – 43,75 Normal43,76 – 62,50 Ringan – Sedang62,51 – 81,25 Berat81,26 – 100,0 Ekstrim

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    51/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    52/94

    33

    Perilaku hidup sehat  adalah semua kegiatan atau aktivitas dalam kehidupan

    sehari-hari yang mencerminkan upaya hidup sehat dalam

    memelihara kesehatan keluarga dengan TB Paru, baik yang dapat

    diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati secara

    langsung oleh pihak luar, meliputi kebersihan anggota keluarga,

    kebersihan makanan dan peralatan makan, kebiasaan olahraga,

    dan kebiasaan tidak merokok.

    Kelentingan Keluarga adalah karakteristik, dimensi, dan sumber daya keluarga

    dalam menghadapi perubahan dan adaptasi terhadap situasi krisis.

    Kelentingan keluarga diukur berdasarkan aspek kelentingan

    keluarga meliputi: family cohesion, family belief system, dan

    communication. Semakin tinggi skor yang diperoleh didalam skala,

    maka semakin lenting keluarga tersebut dan sebaliknya.

    Tingkat Kecemasan adalah suatu persepsi tentang perasaan yang tidak

    menyenangkan dan reaksi fisiologis, kecemasan dapat

    dikategorikan menjadi 4 yaitu: normal, ringan-sedang, berat, dan

    ekstrim.

    Mekanisme Koping adalah usaha kognitif dan perilaku yang dibuat oleh

    seseorang untuk mengorganisasikan tuntutan dari perbedaan

    harapan dan kenyataan. Mekanisme koping diukur dengan

    menggunakan skala berdasarkan jenisnya, yaitu: emotion focus

    coping dan problem focus coping.

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    53/94

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kondisi Geografis dan Demografi

    Lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Ciomas yang membawahi tiga desa di

    Kecamatan Ciomas, yaitu Desa Ciomas, Desa Ciomas Rahayu, dan Desa

    Pagelaran.

    Desa Ciomas memiliki luas 26.660 m

    2

    . Total penduduk desa ini sebanyak12.501 jiwa, terdiri dari 6442 orang laki-laki dan 6059 orang perempuan, dengan

    2766 kepala keluarga laki-laki dan 308 kepala keluarga perempuan. Batas

    wilayah Desa Ciomas yaitu:

    Utara : Jalan raya Ciomas/ Desa Ciomas Rahayu

    Timur : Kota Bogor, Desa Mekar Jaya, dan Desa Parakan

    Selatan : Desa Pagelaran Barat : Desa Mekar Jaya

    Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 25-

    29 tahun, sebanyak 9,8% (Tabel 7).

    Desa Ciomas Rahayu memiliki luas 88.450 Ha. Total penduduk desa ini

    sebanyak 12.643 jiwa, terdiri dari 6340 orang laki-laki dan 6303 orang

    perempuan, dengan 3695 kepala keluarga. Batas wilayah Desa Ciomas Rahayuyaitu:

    Utara : Kota Bogor (Kecamatan Bogor Barat)

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    54/94

    35

    Berdasarkan usia, persentase terbesar penduduk berada pada rentang usia 5-9

    tahun, sebanyak 12% (Tabel 7).

    Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa penduduk Desa Ciomas terdiri

    dari balita (8,5%), anak usia sekolah (28%), usia produktif (53,1%), dan lansia

    (10,4%). Penduduk Desa Ciomas Rahayu terdiri dari balita (14%), anak usia

    sekolah (26%), usia produktif (54%), dan lansia (6%). Penduduk Desa Pagelaran

    terdiri dari balita (9%), anak usia sekolah (31%), usia produktif (55%), dan lansia

    (5%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk Desa Ciomas,

    Ciomas Rahayu, dan Pagelaran termasuk dalam usia produktif (20-54 tahun).

    Untuk lebih jelasnya tercantum dalam tabel di bawah ini.

    Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

    Desa Ciomas Desa Ciomas Rahayu Desa PagelaranUsia

    (tahun)Jumlah(jiwa)

    Persentase(%)

    Jumlah(jiwa)

    Persentase(%)

    Jumlah(jiwa)

    Persentase(%)

    0-4 1057 8,5 1764 14 1144 9

    5-9 1170 9,4 1300 10 1482 1210-14 1113 8,9 1004 8 1323 1015-19 1214 9,7 1052 8 1136 920-24 1178 9,5 1011 8 1338 10,525-29 1220 9,8 1249 10 1249 1030-34 1069 8,6 1382 11 1212 9,535-39 1048 8,4 1203 10 1159 940-44 831 6,7 891 7 894 745-49 614 4,9 621 5 617 550-54 645 5,2 416 3 514 4

    55-59 353 2,8 332 3 301 260-64 344 2,8 164 1 396 365-69 305 2,4 191 1,5 - ->70 297 2,4 63 0,5 - -

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    55/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    56/94

    37

    3 Lama sakita. < 1 tahunb. 1-5 tahunc. 6-10 tahund. > 10 tahun

    63076

    12,261,314,312,2

    Jumlah 49 100

    4 Lama pengobatana. < 6 bulanb. 6-12 bulanc. 13-24 buland. > 24 bulan

    112882

    22,457,116,44,1

    Jumlah 49 100

    5 Usiaa. 19-29 tahunb. 30-49 tahunc. 50-69 tahund. > 69 tahun

    528151

    10,257,130,62,1

    Jumlah 49 100

    6 Tingkat pendidikana. Tidak sekolahb. Tidak tamat SDc. SD/sederajatd. SMP/sederajate. SMA/sederajatf. Diplomag. Sarjana

    13

    139

    1724

    26,1

    26,518,434,74,18,2

    Jumlah 49 100

    7 Pekerjaana. Tidak Bekerjab. Pedagangc. Buruhd. PNSe. Wiraswastaf. Karyawan

    125

    12686

    24,510,224,5

    12,216,412,2

    Jumlah 49 100

    H i i h ( 3 %) b j i k l i l ki l ki i

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    57/94

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    58/94

    39

    Pengeluaran Keluarga

    Berikut adalah gambaran jenis pengeluaran yang menjadi kebutuhan

    keluarga contoh. Pengeluaran keluarga terbagi atas pengeluaran pangan dan

    non-pangan (pendidikan, kesehatan, uang saku anak, air dan listrik, serta

    pengeluaran lainnya).

    Tabel 13 Sebaran Pengeluaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan

    Kriteria Pangan dan Non-Pangan

    Jenis Pengeluaran Rata-Rata (Rp) %

    Pangan 631.600 53,3Non Pangan :

    PendidikanKesehatanUang Saku Air, Listrik, dllLainnya

    92.10057.900148.000119.200135.200

    7,85

    12,510

    11,4

    Jumlah 1.184.000 100

    Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga

    contoh (53,3%) mengalokasikan biaya untuk pangan dengan rata-rata Rp.

    631.600,00 perbulan. Sisanya, hampir separuh keluarga contoh (46,7%)

    mengalokasikan biaya non-pangan secara merata.

    Tabel 14 Sebaran Keluarga Penderita TB Paru Berdasarkan Persentase

      Pengeluaran Pangan

    Pengeluaran Pangan n %

    < 50% dari keseluruhan pengeluaran

    > 50% dari keseluruhan pengeluaran

    20

    29

    41

    59Total 49 100

    BPS Bogor (2005) mengukur batas garis kemiskinan berdasarkan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    59/94

    40

    Tabel 15 Sebaran Contoh Berdasarkan Kondisi Fisik Rumah Keluarga

    TB Paru

     Aspek Kategori n %

    Jenis lantaiTanah dan semenKeramik

    3613

    73,526,5

    DindingBambu/triplek dan Tembok tanpaplester Tembok plester 

    1

    48

    2

    98

    Ventilasi Ada, namun tertutup Ada dan terbuka

    3217

    6535

     AtapIjuk dan Seng

    Genteng

    17

    32

    35

    65

    Jendela Ada, namun hanya beberaparuangan Ada, hampir di setiap ruangan

    35

    14

    72

    28

    Luas bangunan8m2/orang, sisanya sebanyak 24,5%

    luas bangunan

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    60/94

    41

    sebanyak 45% lantai keramik. Hampir tiga perempat rumah contoh (73,5%)

    memiliki jamban, sisanya sebanyak 26,5% tidak memiliki jamban (sungai,

    empang, dan sawah). Hampir tiga perempat contoh (72%) membuang sampah

    ke TPS, sisanya sebanyak 28% membuang sampah ke sungai atau dibakar.

    Lebih dari separuh contoh (55%) membuang air limbah ke parit, sisanya

    sebanyak 45% ke sungai dan septic tank .

    Rumah yang sehat harus mempunyai berbagai fasilitas (Notoatmodjo

    2007). Pemenuhan berbagai fasilitas atau sarana rumah tangga merupakan

    implementasi dari rumah yang sehat.

    Sumber Air. Berdasarkan sumber air, air dibedakan menjadi tiga jenis,

    yaitu air hujan, air permukaan tanah, dan air tanah (Sukarni 1994). Ketersediaan

    sumber air mencakup jenis sumber air minum dan air bersih.

    Tabel 17 Sebaran Contoh Berdasarkan Sumber Air Keluarga TB Paru

     Aspek Kategori n %

    Sumber air minum Mata air/sumur PAM/ledeng

    2722

    5545

    Sumber air bersihMata air/sumur PAM/ledeng

    2722

    5545

    Lebih dari separuh contoh (55%) memiliki sumber air minum dan air bersih

    dari mata air/sumur, sisanya sebesar 45% dari PAM/ledeng.

    Tabel 18 Total Skor Sanitasi Keluarga Penderita TB Paru

    Kriteria n %

    Sangat kurang 0 0Kurang 0 0Sedang 13 27Baik 22 44

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    61/94

    42

    intensitas menjemur alat tidur (kasur, bantal, guling), waktu tidur, kebiasaan

    merokok, olahraga, dan penggunaan alat untuk batuk dan meludah (Depkes

    2007). Untuk lebih jelasnya, terdapat pada tabel berikut.

    Tabel 19 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Perilaku Hidup

    Sehat

     Aspek Kategori n %

    Pemisahan alat makan danminum

    TidakYa

    3217

    6535

    Menjemur kasur, bantal, dan

    guling

    >1 minggu sekali

    1 minggu sekali

    27

    22

    55

    45Waktu tidur 

    5 jam

    940

    1882

    Kebiasaan merokokYaTidak

    1435

    2872

    Olahraga>1 minggu sekali1

    minggu sekali, sisanya sebanyak 45% selama 1 minggu sekali. Lebih dari tiga

    perempat contoh (82%) tidur selama >5 jam, sisanya sebanyak 18% selama 1 minggu sekali, sisanya sebanyak 47%

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    62/94

    43

    Tingkat Kecemasan

    Terdapat dua bentuk stress, yaitu eustress dan distress.  Distress

    merupakan suatu kondisi subjektif yang tidak menyenangkan. Salah satu bentuk

    utama distress adalah kecemasan (Mirrowsky & Catherine E. Ross 1989) diacu

    dalam Sunarti (2008). Pernyataan kecemasan dibagi menjadi aspek psikologis

    dan fisiologis (Bucklew 1980 diacu dalam Trismiati 2004). Zung (1971) yang

    mengkategorikan tingkat kecemasan menjadi empat, yaitu normal, ringan-

    sedang, berat, dan ekstrim. Untuk lebih jelasnya, terdapat pada tabel berikut.

    Tabel 21 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Tingkat

      Kecemasan

    Banyaknya jawabancontohNo Indikator  

    Tidak (%) Ya (%)

    1 Saya merasa lebih gugup dan cemas daripadabiasanya

    49 51

    2 Saya merasa takut tanpa alasan sama sekali 65 35

    3 Saya dengan mudah marah atau merasa panik 33 674 Saya merasa perasaan seperti pecah berkeping-

    keping61 49

    5 Saya merasa bahwa semuanya baik-baik dan tidakada yang buruk akan terjadi

    22 78

    6 Lengan dan kaki saya gemetar 67 337 Saya terganggu oleh sakit kepala, leher dan sakit

    punggung43 57

    8 Saya merasa lemah dan mudah lelah 8 929 Saya merasa tenang dan dapat duduk diam dengan

    mudah16 84

    10 Saya bisa merasakan jantungku berdebar kencang 80 2011 Saya terganggu oleh sakit kepala 49 5112 Saya pingsan atau merasa seperti itu 96 4

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    63/94

    44

    dan mudah lelah, mati rasa dan kesemutan, namun contoh juga merasa

    semuanya akan baik saja dan dapat tidur dan duduk dengan mudah.

    Tingkat kecemasan yang ringan - sedang diduga karena contoh telah

    melakukan pengobatan ke puskesmas dan rumah sakit, sehingga merasa

    penyakit TB paru bukan penyakit yang harus dicemaskan. Sesuai dengan Taylor

    (1999), bahwa kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu anggota

    keluarganya sedang sakit. Perbedaan tingkat kecemasan tergantung dari

    beberapa faktor yang diduga yaitu karakteristik keluarga, permasalahan yang

    muncul, dan mekanisme koping keluarga.

    Tingkat Kecemasan

    2%

    65%

    29%

    4%

    Normal Ringan – Sedang Berat Ekstrim

    Grafik 1 Tingkat Kecemasan

    Mekanisme Koping Kesehatan (Coping Health Inventory for Parents)

    CHIP didesain untuk mengukur persepsi dalam mengelola keluarga dengan

    anggota keluarga yang sakit kronis. CHIP terdiri dari tiga pola koping, yaitu: (1)

    family integration kerjasama dan optimisme berfokus terhadap ketahanan

    45

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    64/94

    45

    Tabel 22 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Family

    Integration, Kerjasama, dan Optimisme

    Banyaknya jawabancontohNo Indikator  

    Tidak (%) Ya (%)

    1 Mencoba untuk tidak saling menyalahkan 2 982 Merasa yakin/percaya bahwa penyakit TB Paru

    pasangan saya akan sembuh10 90

    3 Memperoleh bantuan dari orang lain untuk mengerjakantugas di rumah

    37 63

    4 Saya percaya sepenuhnya kepada Tuhan melalui doa

    yang saya panjatkan

    4 96

    5 Mengatakan pada diri sendiri bahwa saya memilikibanyak yang seharusnya saya syukuri

    2 98

    6 Membina hubungan yang lebih dekat dengan pasangandan anak/anggota keluarga lain

    2 98

    7 Merasa bahwa pasangan saya yang sakit sama sajadengan orang lain juga mengalami hal yang sama

    22 78

    8 Melakukan beberapa kegiatan/pekerjaan di rumahdengan anggota keluarga

    2 98

    9 Makan makanan kesukaan 59 41

    10 Mengembangkan diri sendiri sebagai seseorang 43 5711 Menghibur teman-teman di rumah 67 3312 Merawat diri sendiri dengan baik 2 9813 Berdiskusi dengan tenaga kesehatan (perawat,dokter)

    saat mengunjungi puskesmas/rumah sakit6 94

    14 Berdiskusi dengan dokter mengenai kekhawatiran sayamengenai pasangan saya dalam hal pengobatan

    8 92

    15 Membaca dari media masa mengenai bagaimana oranglain dengan situasi yang sama mengatasi hal-hal yangmenjadi masalah

    41 59

    16 Memastikan memperoleh obat untuk pasangan sayasehari-hari di rumah

    8 92

    17 Membaca lebih banyak masalah kesehatan yangmenarik perhatian saya

    79 31

    46

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    65/94

    46

    pengobatan, dan pasangan memastikan memperoleh obat untuk contoh sehari-

    hari di rumah.

    Family Integration, Cooperation,

    and Optimistic

    29%

    57%

    14%

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Grafik 2 Family Integration, kerjasama, dan optimisme

    Dukungan Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability 

    Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran faktor dukungan sosial,

    penghargaan diri, dan  psychological stability penderita TB paru. Untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 23 Sebaran Contoh Penderita TB Paru Berdasarkan Indikator Dukungan

      Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability 

    Banyaknya jawabancontohNo Indikator  

    Tidak (%) Ya (%)

    1 Mempercayai suami/istri dan anak saya untukmendukung saya 0 100

    2 Menunjukkan pada orang lain bahwa saya bersikaptegar 

    6 94

    3 M b h k / h kit k

    47

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    66/94

    47

    17 Berbicara dengan orang lain/keluarga lain yangmempunyai situasi yang sama

    31 69

    18 Berbicara dengan orang tua yang lain/tetangga

    mengenai pengalaman mereka 35 6519 Menjelaskan situasi keluarga kepada teman-teman dan

    tetangga agar mereka memahami kami69 31

    Hasil analisis deskriptif dari aspek dukungan sosial, penghargaan diri, dan

     psychological stability  menunjukkan bahwa hampir separuh contoh (49%)

    memiliki dukungan sosial, penghargaan diri, dan  psychological stability yang

    tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar contoh mempercayai pasangan

    dan anak untuk mendukung, menunjukkan sikap tegar pada orang lain, merasa

    percaya bahwa puskesmas/rumah sakit akan menolong, pasangan merasa

    sanggup untuk mengorbankan diri untuk kemajuan pengobatan contoh, dan

    percaya segala sesuatu akan berjalan seperti biasa.

    Social Support, Self Esteem, and

    Psychological Stability

    35%

    49%

    16%

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Grafik 3 Dukungan Sosial, Penghargaan Diri, dan Psychological Stability 

    Komunikasi dan Konsultasi

    48

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    67/94

    48

    Hasil analisis deskriptif dari aspek komunikasi dan konsultasi

    menunjukkan bahwa hampir dua pertiga contoh (60%) memiliki komunikasi dan

    konsultasi yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan sebagian contoh melakukan

    kegiatan di rumah dengan sanak famili, membangun hubungan dekat dengan

    orang lain, dan melakukan aktifitas dengan melibatkan semua anggota keluarga.

    Communication and

    Consultation

    2% 22%

    60%

    16%Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat

    tinggi

    Grafik 4 Komunikasi dan Konsultasi

    Skor total mekanisme koping kesehatan keluarga penderita TB paru

    tercantum pada Grafik 5. Hal ini menunjukkan hampir dua pertiga contoh (60%)

    keluarga penderita TB paru mendapat mekanisme koping keluarga yang tinggi.

    Dengan tingginya koping kesehatan keluarga penderita TB paru, sehingga

    keluarga dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini sesuai dengan

    Friedman (1998).

    Mekanisme Koping Kesehatan

    Keluarga (CHIP)

    49

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan Dukungan Sosial Dan Mekanisme Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor

    68/94

    49

    Mekanisme Koping keluarga

    Sarafino (1998) mengkategorikan jenis koping menjadi dua, yaitu  problem-

    focused coping  dan emotion-focused coping .

    Problem-Focus Coping 

    Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran mekanisme koping

    secara  problem-focus coping penderita TB paru. Untuk lebih jelasnya terdapat

    pada Lampiran 1.

    Hasil analisis deskriptif keseluruhan aspek problem-focus coping   penderita

    TB paru, menunjukkan bahwa hampir separuh contoh (49%) memiliki mekanisme

    koping keluarga secara problem-focus coping  sedang. Hal tersebut dikarenakan

    contoh dapat berkonsentrasi dengan apa yang harus dilakukan, mencoba untuk

    menganalisis masalah agar memahami lebih baik, simpatik dan memahami

    seseorang, meminta maaf atau melakukan sesuatu untuk orang lain membuat

    keputusan, mengubah sesuatu agar segalanya menjadi lebih baik, berusaha

    memperjuangkan apa yang diinginkan, beribadah, mencoba menjaga perasaan

    dari campur hal lain yang terlalu banyak, dan membuat beberapa solusi untuk

    menyelesaikan suatu masalah.

    Problem-Focus Coping

    Sedang

    49%

    Sangat

    tinggi

    14%

    50

  • 8/18/2019 Tingkat Kecemasan

Recommended