View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV, V, DAN VI MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA DI SDN I ADIKARTO SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Tesis
Diajukan oleh
JUARLAN 142402782
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2016
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV, V, DAN VI MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA DI SDN I ADIKARTO SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan oleh
JUARLAN
142402782
Kepada
MAGISTER MANAJEMEN
STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
2016
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
PENGESAHAN
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV, V, DAN VI MELALUI
METODE TUTOR SEBAYA DI SDN I ADIKARTO SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh :
JUARLAN 140402765
Tesis ini dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal………………………..
Dosen Penguji I
I Wayan Nuka Lantara, SE, M. S i, Ph. D
Dosen Penguji II/Pembimbing
Dra. Lukia Zuraida, MM
Dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister
Yogyakarta…………………………
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Prof. Dr. Abdul Halim, MBA, Ak
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Yogyakarta, 24 September 2016
JUARLAN 140402765
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha
Kasih yang rahmat, dankasih karuniaNya,senantiasa menyertai, dan memberikan semangat,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Peningkatan Partisipasi dan
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Siswa Kelas IV, V, dan VI Melalui
Metode Tutor Sebaya di SD Negeri 1 Adikarto Semester II Tahun 2015/2016” dengan segala
kekurangan yang ada karena keterbatasan penulis.
Pada kesempatann ini pula, penulis bermaksud menyampaikan rasa terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Prof.Dr.Abdul Halim, MBA,AK, selaku Direktur STIE WidyaWiwaha Yogyakarta
yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan program studi ini.
2. Ibu Nur Widiastuti, SE,M.Si selaku Direktur Pelaksana STIE WidyaWiwaha
Yogyakarta yang selalu membimbing untuk dapat menyelesaikan studi ini,
3. Bapak I Wayan Nuka Lantara, SE, M. Si, Ph. D. Selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
Dra. Lukia Zuraida, MM. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan dalam proses penyusunan tesis dengan penuh kesabaran dan ketulusan
hati.
4. Bapak Suroso, S.Pd,M.Pd selaku Kepala UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan
Adimulyo yang telah memberi izin untuk mengadakan penelitian di SD Negeri 1
Adikarto,
5. Bapak Pengawas TK/SD UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan Adimulyo yang banyak
membimbing penelitian ini,
6. Guru dan Karyawan SD Negeri 1 Adikarto, selaku rekan sejawat yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
7. Istri tercinta dan anak-anak yang kusayangi, yang banyak memberikan dukungan, doa
dan semangat untuk terus belajar,
8. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Manajemen WidyaWiwaha
Yogyakarta khususnya yang dari Kebumen, yang banyak memberi semangat untuk
lanjut menyelesai studi di Kampus STIE Widya Wiwaha
9. Dan kepada semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu menyelasaikan Tesis ini.
Akhirnya kata Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari
sempurna. Penulis berharap semoga Tesis ini dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca.
Yogyakarta, September 2016
Juarlan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
SAMPUL TESIS………………………………………………………………………….
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………...
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………….
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………...
ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN…………………………………………………….
INTISARI…………………………………………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………
B. Perumusan Masalah……………………………………………………………….
C. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………………..
D. Tujuan Penelitian………………………………………………………………….
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………………...
BAB II. LANDASAN TEORI
Kajian Pustaka………………………………………………………………………..
Kerangka Penelitian…………………………………………………………………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan/Disain Penelitian……………………………………………………...
B. Definisi Operasional………………………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xiii
ivx
xv
1
14
15
16
16
18
34
37
37
50
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
C. Populasi dan Sampel……………………………………………………………...
D. Instrumen Penelitian………………………………………………………………
E. Pengumpulan Data………………………………………………………………..
F. Metoda Analisis Data……………………………………………………………..
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data………………………………………………………………………..
Pembahasan…………………………………………………………………………..
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan………………………………………………………………………………
Saran…………………………………………………………………………………..
Tindak Lanjut………………………………………………………………………….
A. Daftar Pustaka…………………………………………………………………...
B. Lampiran…………………………………………………………………………
52
53
53
55
56
98
104
104
105
106
108
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
ABSTRAKSI
Juarlan, 2016. Raising Participation and Result Study “Pendidikan Kewarganegaraan”
(PKn) Student IV, V, and VI grade with Metode Tutor Sebaya in SDN 1 Adikarto second
semester year 2015/2016. Thesis Management Magister Program STIE Widya Wiwaha,
Yogyakarta, September 2016.
However Learning Method will be influential to teaching and learning activity in class.
Raising Participation and result study PKn Student IV, V, and VI grade is proven raise
although not significant trough learning with Metode Tutor Sebaya. The low of student
participation in learning PKn, and the need to raised result study of student become problem
of this research. While the objective of this research is to examine whether the application of
Metode Tutor Sebaya can raising participation and result study PKn IV, V, and VI grade with
Metode Tutor Sebaya in SDN 1 Adikarto second semester year 2015/2016.
This researching does in SDN 1 Adikarto, Adimulyo district for 3 months from March until
May 2016. The method does in this research is Penelitian Tindakan Kelas method referring
to Kur Lewin mode are consisting of 4 phase: 1) Planning phase, 2) Implementation phase, 3)
Observation phase, 4) Reflection phase. Implementation of research does in two cycles.
Cycle one and cycle two are does with planning, implementation, observation, and reflection.
Population and sample in this research are: Population taken from all student from student
IV, V, and VI grade which amounts to 58 students. While that sample is all population is used
research sample. How to take conclusion in research activity this class does by summarizing
observation result and study result on each cycle. Instruments is used to collect data are
format list student participation are consisting asked, express their opinions and answer
questions, as well as format list result study student in form exam score or final exam of
learning. Result observation and value of result study is analyzed, analyze and processing
data are used is SPSS 17.00 program. Based on research result show that learn with Metode
Tutur Sebaya can raising participation and result study PKn student IV, V, and VI grade SDN
1 Adikarto second semester year 2015/2016.
Raised student participation seen on average of student participation from beginning
condition until second cycle as follows, in beginning condition the average of participation is
12,10%, in first cycle the average of participation is 34,50%, in second cycle the average of
participation is 44,80%. While result study raise from beginning condition average value of
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
result study 69,0; first cycle average value of result study become 75,9; and second cycle
average value of result study become 82,8. While based on analyze result by Paired Simple
Test show that result study raise significant, and student participation only show raise. Final
conclusion that learning by using Metode Tutor Sebaya can raising participation although not
significant and can raising result study PKn significantly in SDN 1 Adikarto, Adimulyo
district.
Kata kunci: partisipasi-hasil belajar -metode tutor sebaya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan Negara Indonesia merdeka yang tercantum di
dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas pemerintah
dalam hal ini mencerdaskan seluruh warga negara Indonesia melalui
pendidikan pemerintah telah berusaha untuk mewujudkan warga negara
Indonesia yang cerdas. Pemerintah telah banyak mendirikan lembaga
pendidikan. Mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan
Tinggi.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, Bab I Pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pada hakekatnya tujuan pendidikan di sekolah adalah menjadikan
siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengetahui menjadi
mengetahui, dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan, dari
belum bisa berbuat baik menjadi bisa berbuat baik dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan ini akan dicapai melalui jenis mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah-sekolah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
Dalam KTSP tujuan Pendidikan Kewarganegaraan agar peserta didik
dapat (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab
dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta anti korupsi; (3) berhubungan secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakteristik masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya; (4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
Banyak mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Ada yang bersifat
pasti dan ada yang bersifat ilmu sosial. Ada mata pelajaran yang diujikan
Tingkat Nasional (Mata Pelajaran UN), ada yang hanya ujian sekolah
artinya mata pelajaran tersebut cukup dujikan oleh sekolah sendiri. Mata
pelajaran yang diujikan tingkat nasional adalah mata pelajaran Bahasa
Indonesia, mata pelajaran Matematika, dan mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Mata Pelajaran yang lain hanya diujikan oleh sekolah
sendiri. Ada yang bersifat pasti dan ada yang bersifat ilmu sosial yang
termasuk ilmu sosial misalnya: Ilmu Pengetahuan Sosial, PKn dan Bahasa.
Ilmu sosial ini sering menjadi pilihan kedua di sekolah. Padahal ilmu
pengetahuan ini juga memberikan andil besar dalam pembentukan sikap
siswa.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki klasifikasi
materi yang dirangkumkan dalam ruang lingkup pembelajaran. Ruang
lingkup pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, tentang standar Isi
meliputi: a) Persatuan dan kesatuan Bangsa, b) Norma, Hukum, dan
Perturan, c) Hak Asasi Manusia, d) Konstitusi Negara, e) Kekuasaan dan
Politik, f) Pancasila, dan g) Globalisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan terangkum di dalam ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdiri dari beberapa aspek
yang meliputi: ruang lingkup persatuan dan kesatuan bangsa, ruang
lingkup norma, hukum, dan peraturan, ruang lingkup hak asasi manusia,
ruang lingkup kekuasaan dan politi, ruang lingkup Pancasila dan ruang
lingkup globalisasi.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering kurang
diperhatikan oleh pihak di lingkungan sekolah, baik guru, maupun siswa.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dianggap banyak menuntut
hapalan, banyak membaca, dan sering berubah-ubah, sehingga banyak
siswa yang sering merasa jenuh dengan materi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan ini.
Situasi dan kondisi tersebut sering diperburuk dengan keadaan
bahwa siswa merasa kurang tertarik, membosankan, menganggap
pelajaran yang mudah, dan yang lebih parah lagi siswa menganggap
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang
menjemukan. Siswa sering beranggapan Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kurang bermanfaat bagi siswa. Apalagi mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak masuk di dalam mata pelajaran
yang diujikan di tingkat nasional (UN), maka Pendidikan
Kewarganegaraan ini dianggap tidak begitu penting bagi siswa.
Menurut Ruminiati, (2007:1-15), menyatakan bahwa, “Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat penting untuk diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar”.
Kenyataannya bahwa pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
salah satu pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang
cenderung pada pendidikan efektif.
Penulis berasumsi bahwa metode mengajar juga menjadi salah satu
penyebab yang ikut memperburuk pandangan dari berbagai pihak tentang
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Lebih-lebih apabila mata
pelajaran Pendidikan Kewarnegaraan ini disampaikan dengan cara-cara
atau metode yang kurang menarik oleh guru. Misalnya penggunaan
metode yang monoton berceramah, metode pemberian tugas, metode yang
kurang bervariasi. Kebosanan dan kejenuhan siswa akan semakin cepat
muncul dalam kondisi seperti itu.
Kondisi dan keadaan seperti itu akan merupakan bukti bahwa siswa
kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Partisipasi yang kurang atau rendah bagi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
siswa, akan semakin sulit bagi guru untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Prestasi yang baik tidak akan tercapai.
Guru juga sulit membangkitkan partisipasi belajar siswa.
Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa, “Suatu
masalah di dalam kelas, motivasi misalnya adalah proses membangkitkan,
mempertahankan, dan mengontrol minat-minat”. Minat belajar anak harus
ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Partisipasi siswa yang
tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas siswa
dalam mengikuti kegiatan dalam pembelajaran. Proses membangkitkan
partisipasi siswa dalam belajar, mempertahankan minat belajar, dan
mengontrol minat belajar menjadi lebih, menjadi bagian yang sangat
penting dalam proses belajar dan mengajar. Jadi tanpa motivasi dan
partisipasi yang tinggi, akan menjadi sulit bagi guru-guru dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Partisipasi belajar siswa di SD Negeri I Adikarto Kecamatan
Adimulyo Kabupaten Kebumen, dapat muncul dari dalam diri sendiri atau
dari luar diri sendiri. Kecerdasan, keinginan, cita-cita, kesenangan,
merupakan faktor munculnya partisipasi yang berasal dari dalam. Hal ini
dapat menimbulkan partisipasi dalam pembelajaran yang cukup tinggi.
Kondisi lingkungan, kondisi sekolah, metode mengajar, merupakan faktor
yang mempengaruhi munculnya partisipasi yang berasal dari luar diri
siswa yang mempengaruhi minat belajar siswa.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
A.1. Profil SD Negeri 1 Adikarto
A.1.1.Tujuan Pendidikan Dasar
Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan dirumuskan mengacu
pada tujuan umum pendidikan. Adapun tujuan umum pendidikan dasar
adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, dan keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Mengacu pada tujuan umum tersebut, tujuan pendidikan dasar
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
2. Meningkatkan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Membekali peserta didik denagn pengetahuan yang memadai
agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
4. Mengembangkan keragaman potensi dan karakteristik daerah
dan lingkungan untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memberi kontribusi bagi pengembangan daerah.
5. Mendukung pelaksanaan pembangunan daerah dan nasional
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
7. Mendukung peningkatan rasa toleransi dan kerukunan antar
umat beragama
8. Mendorong peserta didik agar mampu bersaing secara global
sehingga dapat hidup berdampingan dengan anggota
masyarakat dan bangsa lain di dunia.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
9. Mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
10. Menjunjung kelestarian dan keragaman budaya
11. Mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan gender
12. Mengembangkan visi, misi, dan tujuan sekolah.
A.1.2.Visi SD Negeri I Adikarto Kecamatan Adimulyo
Berakhlak mulia, unggul dalam prestasi, dan santun dalam
berperilaku.
Misi Sekolah SD Negeri I Adikarto, Kecamatan Adimulyo:
1. Menumbuhkan pemahaman dan penghayatan ajaran agama
sehingga tercipta pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berbudi
pekerti yang luhur.
2. Mengusahakan peningkatan prestasi peserta didik, yang
meliputi: keterampilan, kecerdasan, dan berpengetahuan serta
berwawasan luas.
3. Memotivasi peserta didik dan mengenali dirinya untuk dapat
membantu mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki.
4. Memelihara budaya bangsa dan melestarikan budaya daerah
5. Mengembangkan sikap hormat dan menghargai orang lain
6. Menanamkan sikap kejujuran dan kearifan.
7. Mengembangkan jiwa seni dan budaya serta kesetiakawanan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
8. Menumbuh kembangkan rasa cinta kebersihan, keindahan,
keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan.
Tujuan umum pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar di SD
Negeri I Adikarto, mengacu pada tujuan umum Pendidikan Dasar yaitu
meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan (life skill) untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Secara khusus sesuai dengan Visi dan Misi sekolah SD Negeri
I Adikarto, tujuan SD Negeri I Adikarto pada setiap tahun pelajaran
mengantarkan siswa/peserta didik untuk dapat:
1. Meningkatkan pemahaman dan penghayatan ajaran agama
sehingga tercipta pribadi yang beriman, bertakwa, dan berbudi
pekerti yang luhur
2. Mengoptimalkan kualitas lulusan (output) sehingga mampu
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di atasnya yaitu
SMP atau MTs atau yang sederajat.
3. Memotivasi siswa agar dapat mengenali dirinya lebih mendalam
untuk dapat mengembangkan bakat dan keterampilan yang dimiliki
sesuai dengan tuntutan zaman.
4. Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan yaitu guru dan
karyawan sesuai dengan tuntutan program pembelajaran yang
berkualitas untuk masa mendatang.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
5. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai
dengan potensi dan minat siswa, seperti olahraga, kesenian, dan
keterampilan.
6. Melatih berbagai bidang pengajaran yang berorientasi pada
kecakapan hidup, seperti membuat kerajinan anyaman, sangkar
burung, dan kerajinan lain.
7. Melatih peserta didik untuk dapat terlibat dalam melaksanakan,
keamanan, kebersihan, keindahan, ketentraman, dan kekeluargaan
di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar.
8. Melatih semua peserta didik bersikap jujur dan arif dalam
bertindak.
Tempat penelitian yang digunakan peneliti dapat dilihat pada
papan sekolah SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten
Kebumen berikut ini.SD Negeri 1 Adikarto merupakan salah satu sekolah
yang letaknya di pinggir jalan raya dan berdekatan dengan Kantor Urusan
Agama dan Gedung Pramuka UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan
Adimulyo, Kabupaten Kebumen.Terletak di pertigaan jalan sehingga
kebisingan juga sering terdengar ketika pagi saat orang berangkat kerja
dan siang saat pulang kerja.
SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo, Kabupaten
Kebumen.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
Gambar 1.1
Lokasi SD Negeri 1 Adikarto Kecamatan Adimulyo
Sumber: Data Primer (2016)
Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang rendah sering
ditemui di dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Kelas IV, kelas V, dan Kelas VI SD Negeri I
Adikarto, Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen. Hal ini terlihat dari
sedikitnya peserta didik yang bertanya, menjawab pertanyaan guru,
ataupun berpendapat ketika proses pembelajaran berlangsung. Peserta
didik kurang terbiasa menanyakan atau mohon penjelasan kepada guru
masalah pelajaran yang dirasa kurang jelas. Sedikitnya peserta didik yang
mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru ataupun mengeluarkan
pendapat saat proses pembelajaran, menunjukan bahwa partisipasi atau
keaktifan siswa rendah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
Partisipasi siswa dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
kelas IV, V dan VI, cukup rendah. Hal ini terbukti dari ketika proses
pembelajaran, siswa yang berpartisipasi dengan menyampaikan pendapat
sangat sedikit. Misalnya di kelas IV, dari jumlah siswa dua puluh tiga
hanya dua atau tiga siswa saja yang bertanya atau menyampaika pendapat.
Di kelas V, dari siswa yang berjumlah lima belas juga dua atau tiga yang
bertanya dan menyampaikan pendapat. Sedang di kelas VI, dari jumlah
siswa duapuluh satu kadang sampai lima siswa yang bertanya. Hal ini
sebagai bukti bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarnegaraan juga masih rendah.
Selain partisipasi siswa kelas IV, V dan VI terhadap mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang masih rendah, hasil belajarnya pun
belum memuaskan. Belum semua hasil belajar siswa mencapai KKM yang
telah ditentukan. KKM yang sudah ditentukan merupakan syarat minimal
yang harus dipenuhi siswa.Oleh karena itu sekolah berharap semua siswa
dapat mencapai KKM.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas IV, kelas V, dan kelas VI
mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SD Negeri I Adikarto
75.Artinya batas nilai yang harus dicapai siswa minimal 75 baru dapat
dikatakan tuntas belajarnya. Padahal berdasarkan data yang ada nilai
Ulangan Akhir Semester (UAS) semester I Tahun Pelajaran 2015/2016
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas IV, dari jumlah siswa
dua puluh tiga, tujuhbelas siswa (73, 91 % tuntas) mendapat nilai lebih
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
atau sama dengan 75, sedang enam siswa (26, 09 % belum tuntas)
mendapat nilai kurang dari 75. Rat-rata nilai siswa 76, 60. Untuk kelas V,
dari jumlah siswa 14 siswa 8 siswa (57,14 % tutas) mendapat nilai lebih
dari 75, dan 6 siswa (42,86 % belum tuntas) mendapat nilai kurang dari
75. Rata–rata nilai siswa 75,42. Dan kelas VI dari jumlah siswa 21 siswa,
15 siswa (71, 43 % tuntas) mendapat nilai lebih dari 75, sedang 6 siswa
(28, 57 % belum tuntas) mendapatkan nilai kurang dari 75. Nilai rata-rata
siswa 75, 10. Untuk lebih jelasnya data awal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.1 di bawah:
Tabel 1.1
Tabel Nilai PKn Semester 1 Tahun 2015/2016 kelas IV,V, dan VI
No Kelas Jumlah
Siswa
Nilai
Rerata
Prosentase
Tuntas Belum Tuntas
1 IV 23 75,65 75,57 26,09
2 V 14 75,36 57,14 42,86
3 VI 21 75,33 71,43 28,57
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
Gambar 1.2
Diagram Nilai PKn Semester 1 kelas IV, V, V
Kondisi seperti inilah yang menarik bagi peneliti, untuk
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Kondisi seperti inilah yang menarik bagi peneliti, untuk
mengadakanpenelitian, bagaimana meningkatkan partisipasi keaktifan
siswa menjadi lebih tinggi dan meningkatkan hasil belajar siswa terhadap
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut penulis salah satu
cara untuk dapat meningkatkan partisipasi keaktifan siswa dan
meningkatkan hasil belajar terhadap mata pelajaran Pendidikan
Kewaraganegaraan dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
menggunakan Metode Tutor Sebaya.
Terkait hal-hal di atas maka penulis berniat hendak mendalami lebih
jauh tentang bagaimana meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn
siswa kelas IV, V, dan VI melalui penerapan pembelajaran dengan
menggunakan Metode Tutor Sebaya di SD Negeri I Adikarto Kecamatan
Adimulyo Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
B. Perumusan Masalah
Pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai subyek sudah saatnya
kita lakukan.Siswa bukan lagi sebagai obyek pembelajaran. Siswalah yang
seharusnya banyak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran atau proses
belajar mengajar di sekolah-sekolah. Terlebih di sekolah dasar siswa
dituntut untuk banyak berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru hendaknya
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar. Guru harus berusaha
meningkatkan partisipasi siswa. Penulis berasumsi bahwa semakin banyak
siswanya yang berpartisipasi berarti pembelajaran semakin hidup dan
pembelajaran guru semakin berhasil. Berhasilnya guru dalam
pembelajaran berarti hasil belajar siswa dapat meningkat. Guru
hendaknya dapat berusaha agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Unsur
yang dapat mempengaruhi keberhasilan guru dalam mengajar salah
satunya adalah keaktifan atau partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Dunia pendidikan sudah saatnya menyesuaikan dengan paradigma
baru tentang pembelajaran yang menyenangkan. Siswa tidak merasa
tertekan oleh siapapun dalam belajar. Siswa dapat merasakan kegembiraan
dalam belajar, sehingga potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang
dengan baik. Siswa hendaknya dibimbing untuk dapat mengembangkan
diri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hal seperti ini dapat kita
capai melalui dengan mengubah mindset pembelajaran. Penulis berniat
hendak mencoba mengadakan percobaan dan penelitian pembelajaran
dengan Metode Tutor sebaya, dengan harapan dapat meningkatkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
partisipasi atau keaktifan dan hasil belajar siswa atau ketuntasan dalam
pembelajaran umumnya dan khususnya pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SD Negeri I Adikarto semester II tahun 2015/2016.
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas dapat dirumuskan
beberapa masalah yang berkaitan dengan judul penelitian, sebagai berikut:
1. Rendahnya partisipasi siswa kelas IV, V, dan VI dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD Negeri I
Adikarto Kecamatan Adimulyo semester II Tahun Pelajaran
2015/2016.
2. Perlunya meningkatkan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri I
Adikarto; Kecamatan Adimulyo semester II Tahun Pelajaran
2015/2016.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah:
1. Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Metode
Tutor Sebaya mampu meningkatkan partisipasi dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IV,
V dan VI SD Negeri I Adikarto Kecamatan Adimulyo Semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan Metode
Tutor Sebaya mampumeningkatkan hasil belajar Pendidikan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
Kewarganegaraan siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri I
Adikarto, Kecamatan Adimulyo semester II Tahun Pelajaran
2015/2016?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menguji penerapan pembelajaran menggunakan Metode
Tutor Sebaya mampumeningkatkan partisipasi siswa dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IV,
V dan VI SD Negeri I Adikarto Kecamatan Adimulyo semester
II Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Untuk mendiskripsikanpeningkatan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri I
Adikarto, Kecamatan Adimulyo semester II Tahun Pelajaran
2015/2016?
E. Manfaat Penelitian
Proses pembelajaran yang diharapkan adalah proses pembelajaran
yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan istilah lain disebut
pembelajaran PAKEM. Pembelajaran PAKEM hendaknya merupakan
idaman setiap guru. Oleh karena itu Pembelajaran Aktif Kreatif dan
Menyenangkan (PAKEM) diharapkan selalu dapat ditemui pada proses
belajar mengajar yang ada di sekolah-sekolah. Guru diharapkan dapat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
membuat situasi yang menyenangkan siswa dalam belajar. Siswa dapat
dengan gembira mengikuti proses pembelajaran yang disampaikan guru.
Kenyataan di lapangan tidak sedikit guru yang masih menyampaikan
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas secara monoton menggunakan
Metode Ceramah dan Tanya Jawab yang kurang bervariasi. Siswa masih
diposisikan sebagai obyek pembelajaran.
Guru masih mengajar dengan metode yang belum bervariasi. Guru
lebih banyak menggunakan metode ceramah dari pada metode yang dapat
mengaktifkan siswa. Siswa dianggap sebagai obyek pembelajaraan,
sehingga pembelajaran pun masih banyak didominasi oleh guru. Siswa
diam tetapi pasif, artinya guru belum menggunakan metode yang
bervariasi sehingga menyenangkan siswa dalam belajar.Penguasaaan kelas
masih didominasi oleh guru. Guru masih kurang memberi kesempatan
siswa untuk berpartisipasi aktif. Padahal dunia pendidikan sekarang
berharap guru dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran,
sehingga nantinya dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Siswa menjadi semakin banyak berpartisipasi dan hasil belajarnyapun
menjadi semakin meningkat.
Melalui penelitian yang berjudul “ Peningkatan Partisipasi dan Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas IV, V, dan VI Melalui Metode Tutor Sebaya di
SD Negeri I Adikarto Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016” dapat
bermanfaat sebagai berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
1. Manfaat bagi siswa, pembelajaran dengan metode tutor sebaya
dapat menjadikan pembelajaran yang menyenangkan, dapat
mengembangkan pengetahuan yang lebih luas, bagi siswa yang
pandai, dan dapat memberikan bantuan untuk lebih paham bagi
siswa yang kurang mampu. Karena mereka akan menjadi lebih
berani bertanya kepada temannya sendiri, mangungkapkan
pendapat atau pun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan melalui temannya yang menjadi tutornya.
2. Manfaat bagi guru, penelitian ini dapat memberikan sumbangan
yang bermanfaat dalam mengembangkan proses pembalajaran
yang aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM). Bermanfaat
juga sebagai sumbangan praktis untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan
bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari teman-
temannya di kelas.
3. Manfaat bagi peneliti yang lain, hendaknya penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk meneliti hal yang sama secara lebih
mendalam dan teliti, sehingga hasilnya akan lebih akurat dan
lebih bermanfaat karena lebih sempurna.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
sangat penting untuk diajarkan di Sekolah Dasar (SD) Ruminiati
(2007:1-15) menyatakan bahwa, “Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan
langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada
pendidikan efektif”.
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan juga dijelaskan di
dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di
dalam permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi tertulis
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun
1945.
Melalui mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kegiatan
pembelajaran diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan
sebagaimana tercantum pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi, meliputi: 1) Berpikir secara kritis dan rasional
dalam menghadapi isu kewarganegaraan 2) Berpartisipasi secara aktif,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi. 3)
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam
percaturan dunia baik scara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaatkan ilmu dan teknologi.
Menurut Zamroni (2006:7) Pengertian Pendidikan
Kewarganegaraan adalah: “Pendidikan demokrasi yang bertujuan
untuk mempersiapakan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi
baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat”. Diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki
komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, hakekatnya NKRI adalah negara
kebangsaan modern.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Depdiknas (2006:49).
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
oleh Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut Soemantri (2001:154),
menyatakan bahwa:
“PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terbagi menjadi beberapa
aspek. Aspek berpikir merupakan awal dari adanya partisipasi
individu, sehingga individu secara positif dapat berkembang dan
berinteraksi dengan pihak lain.
Hamalik (1991:73) dalam Masiku (2003:10) mengemukakan bahwa:
Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif dalam belajar”. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal dengan istilah tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu temen-temannya dalam belajar di dalam kelas.
Pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan tutorial atau tutoring, sedang tutorial atau tutoring
adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan,
ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan
atujuan agar siswa dapat lebih efetif dan efisien dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan baik.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional Jakarta (Tim Perumus, 2008:150) dijelaskan
bahwa “Baya adalah umur, berumur atau tua, sedang sebaya adalah
sama umurnya (tuanya), hampir sama (kekayaannya,
kepandaiannya, dsb), seimbang atau sejajar”. Pengertian lain
menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah hampir sama;
(Yuwono dan Abdullah, 1994:367). Kamus konseling (Sudarsono,
1997:31), mengemukan bahwa teman sebaya berarti teman-teman
yang sesuai atau sejenis, perkumpulan atau kelompok pra puberteit
yang mempunyai sifat–sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.
Menurut Suryo dan Amin (1984:51) dalam (Muslim; 2006:4)
bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat
memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya dapat
menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara
sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh
teman-teman sebayanya. Dalam satu kelas selisih usianya antara
siswa yang satu dengan yang lain tentu relatif kecil atau hampir
sama, sehingga dalam satu kelas terdapat kelompok teman sebaya
yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, antar siswa dengan
siswa lain, sehingga akan terbentuk pola tingkah laku yang dipakai
dalam pergaulan mereka. Dalam interaksi tersebut tidak menutup
kemungkinan antar siswa satu dengan siswa yang lain akan saling
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
membantu. Mereka akan saling membutuhkan dalam pembelajaran
untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik.
Pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Dalam hal ini siswa belajar dari siswa yang lain yang
memiliki status umur, kematangan, atau harga diri yang tidak jauh
berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak akan merasa
begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya”
yang tidak lain adalah temannya sendiri. Dalam metode tutor
sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan
belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan yang
diberikan teman-teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan dan keragu-raguan. Bahasa teman sebaya dapat
menjadi lebih mudah ditangkap oleh teman yang lain dan lebih
mudah dipahami. Selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa
enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya. Sehingga diharapkan
siswa yang kurang mampu atau kurang pandai tidak malu-malu
atau segan-segan untuk bertanya atau mengungkapkan kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya (Suherman, 2003: 277) dalam Muslim
(2006:4 ).
Menurut Suryo dan Amin (1984:51), yang dimaksud
dengan “Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa
yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa
tertentu yang mengalami kesulitan belajar”. Tugas sebagai tutor
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya
merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model
pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha
mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan
teman sebaya mereka, mencari perannya sendiri, mengembangkan
kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian beban yang
diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk
mendapatkan perannya, bergaul dengan orang-orang lain, dan
bahkan akan dapat berusaha mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman yang baru.
Tutor teman sebaya juga dapat diartikan sebagai perekrutan
salah satu siswa guna memberikan satu per satu pembelajaran
kepada siswa yang lain, dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan melalui partisipasi peran tutor. Menurut Zaini dalam
Suyitno: (2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling
baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena
itu pemilihan model pembelajaran dengan metode tutor sebaya
sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di
dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Salah satu dari empat pilar belajar yang ditetapkan oleh
UNESCO adalah Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu
atau berbuat). Learning to Do dapat terjadi jika si pembelajar
(siswa) difasilitasi untuk mengaktualisasikan kompetensi, bakat,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
dan minat yang dimilikinya. Sedang pilar pilar belajar yang lain
adalah belajar mengetahui (learning to know), belajar menjadi
seseorang (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning
tolive together)
Pembelajaran dengan menerapkan Metode Tutor Sebaya akan
dapat mendukung salah satu pilar belajar tersebut di atas, jika
siswa yang ditunjuk sebagai tutor memiliki kriteria tertentu.
Surya (1985: 54 ), menyebutkan bahwa kriteria tutor sebaya
adalah :
1) tutor membantu siswa yang kesulitan berdasar petunjuk guru, 2) siswa yang ditunjuk sebagai tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materidan kemampuan membantu orang lain, 3) dalam pelaksanaanya tutor-tutor ini dapat membantu teman-temannya baik secara individual maupun secara kelompok sesuai petunjuk guru, 4) tutor dapat berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan kelompok. Dalam hal tertentu ia dapat berperan sebagai guru.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
yang ditunjuk sebagai tutor sebaya harus memenuhi kriteria
tertentu yang sudah ditentukan yakni siswa yang memiliki
keunggulan kompetensi dibandingkan siswa yang lain di kelasnya.
Selanjutnya Surya (1985) juga mengatakan bahwa keuntungan
Metode Tutor Sebaya adalah: 1) adanya suasana hubungan yang
lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dengan murid
yang memberi bantuan, 2) bagi tutor sendiri sebagai kegiatan
remideal yang merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
belajar dan juga menambah motivasi belajar, 3) bersifat efisien,
yang artinya bisa lebih banyak dibantu, dan 4) dapat meningkatkan
rasa tanggung jawab dan kepercayaaan diri.
Dari pendapat di atas dapat diambilkesimpulan bahwa Metode
Tutor Sebaya dapat menimbulkan sebuah penguatan baik bagi
siswa yang dibantu maupun siswa yang membantu dalam
mengkonstruksikan pengetahuan atau konsep, karena tutor sebaya
dibangun dengan jalinan kedekatan dan keakraban serta kasih
sayang.Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam kelompok-
kelompok kecil memerlukan peran aktif dari para siswa sebagai
subyek ajar. Dengan demikian proses pembelajaran akan
berlangsung lebih efektif dan lebih bermakna.
Menurut Shres dalam Sutikno (2007), beberapa usaha yang
dapat dilakukan oleh guru dalam mendorong atau memacu
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut; 1) sabar saat menunggu respon, karena seseorang siswa
dalam menyampaikan gagasannya perlu waktu, 2) pantau
partisipasi kelas, untuk mengetahui apakah siswa tertentu
berkembang partisipasinya, 3) beri siswa tugas yang memerlukan
komunikasi misalnya beri tugas dia sebagai asisten guru, tutor
sebaya, atau menjadi ketua suatu kelompok kecil dari sebuah grup
diskusi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
Metode Tutor Sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya
serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi
tutor bagi teman-temannya. Siswa yang menjadi tutor bertugas
untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-
temannya (tutee) yang belum paham terhadap materi yang
diberikan oleh gurunya sendiri.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas
terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang
lain yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran yang
dipelajarinya (Suherman, et al. 2003)
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor
sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan cara
membagi kelas dalam beberapa kelompok kecil yang sumber
belajarnya bukan guru, melainkan teman sebayanya yang lebih
pandai dan lebih cepat dalam menguasai materi yang diajarkan
oleh guru. Dalam pembelajaran dengan metode tutor sebaya ini,
siswa yang dijadikan tutor hendaknya siswa yang mempunyai
kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya.
Sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat
menguasai materi yang akan disampaikan.
Metode atau model pembelajaran tutor sebaya dalam
kelompok kecil sangat cocok digunakan dalam pembelajaran
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IV, V dan VI. Dengan
metode pembelajaran tutor sebaya ini dimungkinkan akan dapat
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Siswa akan
menjadi lebih aktif dan lebih berpartisipasi dalam pembelajaran di
kelas. Siswa akan menjadi lebih terampil dan berani dalam
mengungkapkan pendapatnya dalam pembelajaran. Pembelajaran
dengan Metode Tutor Sebaya ini dalam kelompok kecil dapat
meningkatkan hasil belajar.
Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya, dalam
kelompok kecil akan lebih efektif dan efisien, apabila dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pilihlah materi pelajaran yang memungkinkan dapat
dipelajari siswa secara mandiri atau dipelajari dalam
kelompok.
2. Bagilah materi tersebut menjadi sub-sub materi (segmen
materi) untuk dibagikan pada masing-masing kelompok.
3. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen,
bila perlu sebanyak sub-sub materi yang tersedia yang akan
diajarkan guru. Siswa–siswa pandai disebar dalam
kelompok dan nanti dapat bertindak sebagai tutor dalam
kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu
sub materi. Masing-masing kelompok dapat dipandu atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
atau dibantu dalam mempelajari sub materi oleh siswa yang
pandai yang dijadikan tutor sebaya.
5. Berikan mereka waktu yang cukup, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
6. Setiap kelompok melalui wakilnya (siswa yang pandai yang
ditunjuk sebagai tutor) menceritakan sub materi yang telah
dibagikan dan dipelajari dalam kelompok dan diperhatikan
oleh semua anggota kelompok.
7. Guru bertindak sebagai narasumber yang utama apabila ada
kesulitan di dalam semua kelompok.
8. Setelah semua perwakilan kelompok menyampaikan
tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi,
berilah simpulan dan klarifikasi, seandainya ada
pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Dalam pembelajaran dengan metode tutor sebaya, guru dapat
berperan sebagai :
1. Organisator kegiatan belajar mengajar di dalam atau di luar kelas
2. Guru sebagai sumber informasi bagi siswa yang membutuhkan
3. Guru sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar.
4. Guru sebagai orang yang mendiagnosa kesulitan siswa serta dapat
memberikan bantuan bagi siswa yang membutuhkan.
5. Guru sebagai penyedia materi pembelajaran dan agen
pembelajaran bagi siswa.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
Belajar merupakan aktifitas penting dalam kehidupan manusia.
Menurut Ruminati (2007:1-2) bahwa “Seseorang dapat dikatakan
belajar apabila di dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang diamati relatif lama”.
Menurut Hermawan (2007:2), “Belajar merupakan perubahan perilaku
di mana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan
bersifat menetap, yang mencakup dalam hal kognitif, afektif dan
psikomotor”.
Kualitas pembelajaran yang dilakukan sangat dipengaruhi
beberapa komponen penting baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan Muslikah (2010: 87)
bahwa hakikat pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber
belajar, dan peserta didik dengan pendidik.
Belajar bukan sekedar serangkaian aktifitas psikomotor
seseorang yang melibatkan stimulus dan respon saja, tetapi juga
melibatkan proses berpikir yang sangat komplek dan bersifat
konstruktivisme. Rustaman (2011:2-6) mengemukan bahwa belajar
merupakan kegiatan konstruktif yang melibatkan pembentukan makna
dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Kemudian menurut
Dahar dalam Rustaman, et al. (2011:2-7) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan belajar konstrutivisme terdapat kegiatan inti yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
meliputi: a) pengetahuan awal, b) kegiatan pengalaman nyata, c)
interaksi sosial, dan d) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan
Pendapat di atas sesuai dengan teori belajar menurut Gagne
dalam Ruminiati (2007:1-6) yang menyatakan bahwa belajar
terjadi karena dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dari dalam
diri orang tersebut, di mana keduanya saling berinteraksi sesuai
tahapan, yaitu: a) persiapan untuk belajar dengan melakukan
tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan
kembali informasi, b) unjuk perbuatan yang digunakan untuk
selekti, mersepon, dan memberi penguatan, dan c) memberlakukan
secara umum.
Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower dalam Fudiartanto:
(2002) belajar (to learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge
comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix
in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough
experience, 4) to be come in forme of to find out.
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan.Dengan
demikian belajar mempunyai arti adanya keaktifan atau kegiatan
dan penguasaan tentang sesuatu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya proses
belajar adalah adanya guru atau tenaga pendidik. Wahyudin
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
(2008:4-36) menyatakan bahwa guru merupakan fasilitator,
mediator, serta pemandu dalam mengkonstruksi pengetahuan untuk
menentukan keaktifan serta hasil belajar siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat merubah perilaku
seseorang dalam waktu yang relative lama, dipengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal setiap individu dan bersifat membangun
pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang
diperoleh dari berbagai tindakan. Asumsi tersebut di atas
merupakan anggapan yang mendasri penelitian melalui metode
tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn
siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri I Adikarto semester II Tahun
2015/2016.
Setelah melakukan kegiatan belajar, seseorang akan
memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari. Menurut
Kunandar (2010:276) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan
alat pengukuran berupa tes tertulis dan perbuatan. Selanjutnya
Ruminiati (2007:18) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil interaksi stimulus dari luar dengan schemata siswa.
Sedangkan Sadiman,dkk (2006: 2) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku dalam dirinya, baik
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
bersifat relatif permanen.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis
berasumsi bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar
individu, perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari
interaksi pengetahuan yang dimiliki dengan stimulus dari luar
dirinya, berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan bersifat
permanen.
Adapun syarat bagi seorang siswa untuk dapat dijadikan tutor
ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Untuk menentukan
seorang siswa layak atau tidak layak dijadikan tutor, maka siswa
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan menjadi tutor yaitu
sebagai berikut: a) murid yang prestasi belajarnya tergolong baik,
b) mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya
(Mulyadi, 2008:85-86). Sedangkan menurut Djamarah dan Zain
(2006), mengemukakan bahwa yang terpenting untuk menjadi
seorang tutor sebaya adalah sebagai berikut: a) Dapat diterima atau
disetujui oleh siswa yang mendapatkan program perbaikan
sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepadanya, b) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati
terhadap sesama kawan, c) Mempunyai daya kreatif yang cukup
untuk memberikan bimbingan yang dapat menerangkan
pembelajaran kepada teman-temannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
Untuk memperoleh siswa yang memenuhi persyaratan
tersebut memang agak sukar, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi
dengan jalan memberikan petunjuk sejelas-jelasnya tentang apa
yang harus dilakukan bagi setiap tutor sebaya. Dalam hal ini hanya
gurulah yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor
sebaya membantu pelaksanaan perbaikan, bukan mendiagnosa.
Dengan adanya persyaratan untuk memilih tutor tersebut maka
guru tidak akan sembarangan dalam menentukan tutor, sehingga
siswa yang memiliki kesulitan belajar bisa terbantu.
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak lepas dari tujuan
yang hendak dicapai, menurut Djamarah dan Zain, dalam kegiatan
Tutor Sebaya ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu: 1)
Meningkatkan penguasaan para siswa sesuai dengan muatan dalam
modul-modul untuk melakukan penanganan materi yang relevan,
2) untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang belajar mandiri
dan menerapkannya pada masing-masing materi yang sedang
dipelajari.
B. Kerangka Penelitian
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah
Dasar merupakan pelajaran yang penting untuk pembentukan
kepribadian pada anak didik atau siswa. Pembelajaran PKn tidak akan
berhasil apabila belum dapat membentuk karakter siswa yang cinta
terhadap bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan di dalam Pancasila dan
UUD 1945.
Metode pembelajaran yang dimungkinkan dapat meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa adalah Metode Tutor Sebaya. Karena
Metode Tutor Sebaya akan meningkatkan siswa dalam beraktifitas
pada saat pembelajaran berlangsung. Mereka tidak lagi takut apabila
akan bertanya, mengungkapkan pendapat, ataupun menjawab karena
yang menjadi tutor adalah temannya sendiri. Pembelajaran dengan
Metode Tutor Sebaya akan dapat meningkatkan interaksi antar teman
dalam pembelajaran. Tanpa rasa takut siswa akan bertanya atau
menjawab pertanyaan.
Pembelajaran yang berlangsung dalam kelompok yang tidak
banyak akan membantu siswa dalam memahami masalah yang
dipelajari didalam kelompoknya. Siswa yang pandai pun yang ditunjuk
sebagai tutor akan dengan mudah menyampaikan penjelasan kepada
teman yang belum paham. Jadi dengan menerapkan Metode Tutor
Sebaya diharapkan siswa yang kurang terbiasa berpartisipasi akan
menjadi aktif berpartisipasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penerapan
Metode Turor Sebaya dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
PKn di kelas IV, V dan VI di SDN 1 Adikarto Semester II tahun
Pelajaran 2015/2016.Meningkatnya partisipasi dan hasil belajar PKn
siswa kelas IV, V, dan VI maka dapat meningkatkan prestasi belajar di
SDN 1 Adikarto secara umum. Penerapan Metode TutorSebaya dalam
pembelajaran PKn di SDN 1 Adkarto, secara singkat kerangka
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Penelitian dari Kondisi Awal Sampai Kondisi Akhir
Sumber: Data Primer (2016)
Kondisi awal
T indakan
Kondisi akhir
GURU
Pembelajaran dilaksanakan
oleh guru dengan metode gabungan , ceramah, tugas, diskusi, dan Tanya jawab
SISWA
Hasil belajar PKn
GURU
Pembelajaran dilaksanakan
dengan penekanan pada
metode tutor sebaya
KESIMPULAN
Pembelajaran dengan menggunkan metode tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi danhasil belajar PKn
semester 2 bagi siswa kelas IV,V, dan VI SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo
SIKLUS I
Pembelajaran PKn dengan penerapan metode tutor
sebaya
SIKLUS II
Pembelajaran PKn dengan penerapan metode tutor sebaya yang didasarkan
pada siklus 1
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan/Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV, V, dan VI SD
Negeri I Adikarto Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen. SD
Negeri I Adikarto Kecamatan Adimulyo yang beralamat di Jalan
Petanahan Nomor 9 Desa Adikarto Kecamatan Adimulyo terletak di
pinggir Jalan Raya Guyangan Petanahan. Selain di pinggir jalan Raya
Guyangan Petanahan, SD Negeri I Adkarto juga terletak dekat dengan
kantor UPT Dinas Dikpora Unit Kecamatan Adimulyo.Jaraknya hanya
kurang lebih 150 m.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2016, karena penelitian tindakan kelas
ini memerlukan beberapa siklus dan membutuhkan proses
pembelajaran yang efektif di masing-masing kelas. Subyek penelitian
adalah ini siswa kelas tinggi SD Negeri 1 Adikarto yang jumlahnya 58
siswa. Semua polulasi dijadikan sampel penelitian. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono,
2010:117).
Populasi yang akan dijadikan sebagai obyek dalam penelitian
ini adalah siswa SD Negeri I Adikarto yang terdiri dari kelas IV,V, dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
VI. Kelas IV berjumlah 23 siswa, kelas V berjumlah 14 siswa, dan
kelas VI berjumlah 21 siswa. Sampel dapat diartikan suatu himpunan
bagian (subset) dari unit populasi yang diambil sebagai obyek dalam
penelitian. Menurut (Sugiyono, 2010:118) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Secara umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili
sebanyak mungkin karakteristik populasi. Sampel harus valid artinya
dapat mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Agar penelitian ini
dapat memperoleh data yang akurat, dan karena jumlah populasi yang
tidak begitu banyak maka penulis mengambil sampel penelitian semua
populasi yang ada pada kelas IV, V, dan VI.
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas tinggi
di SD Negeri I Adikarto yang terdiri dari: 1) kelas IV yang berjumlah
23 anak terdiri dari siswa laki-laki 12 anak dan siswa perempuan 11
anak, 2) kelas V yang berjumlah 14 anak terdiri dari siswa perempuan
8 anak dan perempuan 6 anak, dan siswa kelas VI yang berjumlah 21
anak terdiri dari 12 anak laki-laki dan 9 anak perempuan.
Pemilihan subyek penelitian tindakan kelas ini memilih kelas
tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan partisipasi dan dapat
meningkatkan hasil belajar di kelas tinggi, pada Tahun Pelajaran
2015/2016 Semester II SD Negeri I Adikarto. Metode yang dilakukan
adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas yang merujuk pada model
Kur Lewin yang terdiri dari empat tahap (Arikunto, 2006:16) yaitu: 1)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
Tahap Perencanaan, 2) Tahap Pelaksanaan, 3) Tahap Pengamatan, dan
4) Tahap Refleksi.
Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian meliputi empat
tahap yang dilakukan secara berurutan. Adapun empat tahap tersebut
yaitu perencanaan, pelaksanan, pengamatan dan refleksi. Empat tahap
tersebut dilaksanakan dalam siklus. Berikut gambaran siklus penelitian
oleh Kemmis dan Taggart dalam Kasbuloh (2011:63)
Gambar 3.1
Siklus penelitian oleh Kemmis dan Taggart
Sumber: Kasbuloh (2011:63)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
1. Perencanaan
Rencana dalam penelitian ini disusun berdasarkan masalah yang
hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara
operasional dapat dinyatakan bahwa rencana perlu disusun untuk menguji
secara empirik dari ketepatan hipotesis tindakan yang diajukan.
2. Pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini hendaknya berupa
peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Pada pelaksanaan
tindakan, guru berperan sebagai pemberdaya siswa. Tindakan yang akan
dilaksanakan mengacu pada program yang telah disiapkan dan disepakati
bersama dengan teman sejawat. Untuk mengetahui perubahan yang
muncul dan kekurangan atau kelemahan pelaksanaan tindakan, pengamat
menggunakan alat pengumpul data atau instrumen yang telah dibuat yang
berupa format isian.
3. Pengamatan
Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini dapat disejajarkan
kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian
formal. Istilah observasi lebih sering digunakan dalam penelitian karena
data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa
perubahan proses pembelajaran terhadap partisipasi siswa, walaupun data
tentang hasil pembelajaran juga diperlukan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan
eksplansi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting
untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil
(perubahan) yang terjadi sebagai akibat tindakan (intervensi) yang
dilakukan. Adanya perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merencanakan penelitian
dengan menggunakan dua siklus, dalam satu siklus ada satu pertemuan
untuk masing-masing kelas, sehingga tindakan dilaksanakan selama dua
pertemuan. Masing-masing siklus akan dijelaskan dalam beberapa tahap
sebagai berikut:
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan langkah-
langkah tindakan kelas yang ditempuh dalam penelitian sebagaimana yang
disebutkan oleh Arikunto (2006:16), yaitu:
1. Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ada beberapa kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti yang antara lain:
1) Peneliti menganalisa materi dan sub materi pelajaran kelas IV,
V dan VI yang dapat dikembangkan pembelajarannya melalui
Metode Tutor Sebaya.
2) Mengidentifikasi masalah dan alternatif pemecahannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
3) Menyusun skenario pembelajaran yang selanjutnya dituangkan
di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Menyiapkan bahan materi pelajaran dan menyusun kelompok
siswa pada masing-masing kelas IV, V, dan VI.
5) Mempersiapkan tugas kelompok yang akan didiskusikan oleh
masing-masing kelompok dan soal tes untuk mengukur hasil
belajar. (Terlampir)
b. Pelaksanaan.
Pelaksanaan Siklus 1 direncanakan pada bulan April, minggu
kedua, yaitu pada jam pelajaran PKn untuk kelas IV, V, dan VI.
Kelas IV, hari Senin tanggal 11 April 2016, kelas V, hari Selasa,
tanggal 12 April 2016, dan kelas VI hari Jumat, tanggal 15 April
2016. Masing kelas satu pertemuan 2 jam pelajaran. Materi yang
disampaikan adalah kelas IV tentang Sistem Pemerintahan Pusat
(Lembaga Lislatif: MPR, DPR dan DPD), Kelas V, tentang
Kebebasan Berorganisasi (Pengertian Organisasi), dan kelas VI
tentang Kerja Sama Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara
(Bentuk Kerja Sama Negara-Negara Asia Tenggara)
1) Persiapan
Dalam tahap persiapan ini penulis mempersiapkan RPP yang
akan digunakan untuk proses pembelajaran, baik untuk kelas
IV, kleas V, dan kelas VI yang dilengkapi dengan lembar tugas
masing-masing kelompok pada setiap kelas.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
2) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan
beranggotakan 5-7 siswa untuk setiap kelompoknya.
3) Guru memilih dan menyuruh seorang siswa untuk menjadi
tutor tiap-tiap kelompok yaitu siswa yang dianggap mempunyai
kemampuan lebih dari anggota kelompok yang lain pada
kelompoknya.
4) Setiap tutor dalam kelompoknya bertugas untuk memimpin
diskusi atau mengerjakan tugas kelompok dan menjawab atau
memberi penjelasan terhadap kesulitan-kesulitan anggota
dalam kelompoknya berdasarkan petunjuk guru.
5) Pelaksanaaan diskusi kelompok dipimpin oleh tutor pada
masing-masing kelompok dengan bimbingan guru.
6) Perwakilan msing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya kemudian masing-masing siswa diberi
kesempatan untuk menangggapi, bertanya, mengungkapkan
pendapat, atau menjawab pertanyaan.
7) Guru mengamati jalannya diskusi kelompok dan diskusi kelas
sambil mencatat partisipasi siswa baik yang bertanya,
mengungkapkan pendapat, atau menjawab pertanyaan dengan
memberikan tanda centang pada lembar pengamatan yang
sudah disiapkan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
8) Memberikan kesimpulan hasil pembelajaran, guru bersama
siswa menyimpulkan jawaban akhir semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disampaikan.
9) Siswa mengerjakan tes untuk mengukur sejauhmana
pengetahuan siswa tentang materi yang sudah disampaikan.
c. Pengamatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan atau
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan lembar pengamatan. Penulis menilai kemampuan
siswa dalam mengerjakan soal tes yang telah diberikan untuk
mengetahui hasil belajar.
d. Refleksi.
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk melakukan
penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul dan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang telah dilakukan.
Pelaksanaan evaluasi juga meliputi pengolahan data, seperti
pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data, serta refleksi
terhadap hasil evaluasi untuk kemudian dilakukan tindakan
kembali berupa perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini peneliti
merefleksi tindakan yang dilakukan oleh guru untuk mengkaji
apakah partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, serta
apakah hasil belajar siswa sudah mencapai KKM yaitu 75 atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
belum. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahap siklus I ini
akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II.
2. Penelitian Siklus 2
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ada beberapa kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti yang seperti pada siklus 1 antara lain:
1) Peneliti menganalisa materi dan sub materi
pelajaran kelas IV, V dan VI yang dapat
dikembangkan pembelajarannya melalui metode
Tutor Sebaya.
2) Mengidentifikasi masalah dan alternatif
pemecahannya.
3) Menyusun skenario pembelajaran yang selanjutnya
dituangkan di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
4) Menyiapkan bahan materi pelajaran dan menyusun
kelompok siswa pada masing-masing kelas IV, V,
dan VI.
5) Mempersiapkan tugas kelompok yang akan
didiskusikan oleh masing-masing kelompok dan
soal tes untuk mengukur hasil belajar. (Terlampir)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 2 direncanakan bulan Mei, minggu
kedua, yaitu pada jam pelajaran PKn untuk kelas IV, V, dan
VI. Kelas IV, hari Senin tanggal 9 Mei 2016, kelas V, hari
Selasa, tanggal 10 Mei 2016, dan kelas VI hari Jumat, tanggal
13 Mei 2016. Masing kelas satu pertemuan 2 jam pelajaran.
Materi yang disampaikan adalah kelas IV tentang Sistem
Pemerintahan Pusat (Lembaga Lembaga Negara: Presiden dan
MA), kelas V tentang Organisasi di Lingkungan Masyarakat
dan kelas VI tentang Peran Indonesia dalam Organisasi
ASEAN.
1). Persiapan.
Pada tahap persiapan ini penulis mempersiapkan
RPP yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran, baik untuk kelas IV, kelas V, dan
kelas VI yang dilengkapi dengan lembar tugas
masing-masing kelompok pada setiap kelas.
2) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok
dengan beranggotakan 5-7 siswa untuk setiap
kelompoknya.
3) Guru memilih dan menyuruh seorang siswa untuk
menjadi tutor tiap-tiap kelompok yaitu siswa yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
dianggap mempunyai kemampuan lebih dari
anggota kelompok yang lain pada kelompoknya.
4) Setiap tutor dalam kelompoknya bertugas untuk
memimpin diskusi atau mengerjakan tugas
kelompok dan menjawab atau memberi penjelasan
terhadap kesulitan-kesulitan anggota dalam
kelompoknya berdasarkan petunjuk guru.
5) Pelaksanaaan diskusi kelompok dipimpin oleh
tutor pada masing-masing kelompok dengan
bimbingan guru.
6) Perwakilan masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
kemudian masing-masing siswa diberi
kesempatan untuk menangggapi, bertanya,
mengungkapkan pendapat, atau menjawab.
7) Guru mengamati jalannya diskusi kelompok dan
dan diskusi kelas sambil mencatat partisipasi
siswa baik yang bertanya, mengungkapkan
pendapat, atau menjawab pertanyaan dengan
memberikan tanda centang pada lembar
pengamatan yang sudah disiapkan.
8) Memberikan kesimpulan hasil pembelajaran, guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
semua pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang disampaikan.
9) Siswa mengerjakan tes untuk mengukur sejauh
mana pengetahuan siswa tentang materi yang
sudah disampaikan.
c. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan atau
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dengan
menggunakan lembar pengamatan. Penulis menilai kemampuan
siswa dalam mengerjakan soal tes yang telah diberikan untuk
mengetahui hasil belajar pada Siklus 2.
d. Refleksi.
Refleksi pada siklus II ini merupakan langkah terakhir dari
suatu tindakan untuk menemukan kekurangan selama proses
pembelajaran siklus II. Data dari hasil observasi sudah
seharusnya menunjukkan peningkatan jika dibandingkan
dengan Siklus I. Apabila pembelajaran dengan menerapkan
Metode Tutor Sebaya sudah berjalan dengan baik dan efektif
sesuai yang direncanakan penulis maka tidak lagi dilaksanakan
siklus berikutnya.
3. Kriteria keberhasilan
Kriteria keberhasilan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah meningkatnya partisipasi yang meliputi bertanya,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan sedangkan
kriteria lain yang hendak diukur adalah adanya peningkatan hasil
belajar dengan melihat banyaknya siswa yang tuntas belajar, atau
nilai rata-ratanya meningkat. Partisipasi siswa dinyatakan
meningkat apabila jumlah siswa yang bertanya, mengungkapkan
pendapat atau menjawab pertanyaan bertambah, sehingga
presentasenya meningkat. Indikator hasil belajar meningkat apabila
rata-rata nilai kelas meningkat sehingga persentase jumlah siswa
yang nilainya di atas KKM atau tuntas belajar meningkat.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang dilakukan oleh
penulis adalah teknik observasi dan pengamatan. Hasil observasi
dan pengamatan dipergunakan untuk memperoleh data tentang
partisipasi atau keaktifan siswa dalam pembelajaran. Instrumen ini
berupa format yang memuat, daftar nama siswa kelas IV, V, dan
VI beserta aspek partisipasi yang meliputi: mengemukakan
pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan.
Serta dilengkapi dengan daftar hasil belajar yang berupa nilai
evaluasi.
Alat pengumpul data berupa instrumen lembar observasi
dipergunakan untuk mengukur tingkat partisipasi atau keaktifan
siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Teknik
pengumpulan data hasil belajar berupa alat evaluasi (tes) hasilnya
digunakan untuk memperoleh data nilai (hasil belajar).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
Pengolahan data yang akan dilakukan penulis adalah menganalisa
data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari Siklus I
dan Siklus II, kemudian dideskripsikan dengan menggunakan
ukuran persentase untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
Metode Tutor Sebaya.
Adapun kegiatan analisis dalam penelitian ini meliputi:
1. Tingkat partisipasi atau keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, dengan mengelompokan ke dalam
kategori rendah, sedang, tinggi. Apabila 0% sampai dengan 40%
termasuk kategori rendah, 41% sampai dengan 70% termasuk kategori
sedang, 71% sampai dengan 100% termasuk kategori tinggi.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar bila, rata-rata nilai yang diperoleh
siswa pada sebelum pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya, dan
hasil belajar pada siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan.
Cara pengambilan kesimpulan pada penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan merangkum hasil observasi dan dari hasil belajar berupa
nilai, pada siklus I dan siklus II.
Langkah selanjutnya penulis menyusun, mengolah, dan menyajikan
data dalam bentuk tabel dan gambar diagram batang, sesuai dengan kaidah
ilmiah sehingga data menjadi mudah dibaca, mudah dipahami, dan
menjadi data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, serta
bermakna dalam pembelajaran khusunya dan pendidikan umumnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
B. Definisi Operasional
a. Pembelajaran PKn
Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.
b. Partisipasi
Partisipasi yang dimaksud di sini adalah keaktifan siswa yang
meliputi bertanya, mengungkapkan pendapat dan menjawab
pertanyaan pada saat prose pembelajaran, baik pada saat diskusi
kelompok ataupun diskusi kelas antar kelompok. Materi yang
disampaikan dalam pertanyaan meliputi materi sekitar pelajaran
yang disampaikan.
c. Hasil belajar
Hasil sesuatu yang diadakan, dibuat atau dijadikan Hasil belajar
yang dimaksud adalah nilai yang didapat atau skor yang didapat
oleh peserta didik atau siswa yang merupakan hasil tes tertulis.
Hasil belajar menurut Winataputra, (2007:1-10) hasil belajar
merupakan bukti yang keberhasilan yang telah dicapai siswa
dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu
perubahan yang khas. Menurut Padmono (2002:34) menyatakan
bahwa tes hasil belajar adalah alat pengumpul data atau informasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
yang dirancang khusus dengan karakteristik informasi yang
diinginkan oleh evaluator (dirangkap oleh guru). Dalam hal ini
hasil belajar meliputi ketrampilan proses keaktifan motivasi juga
merupakan prestasi belajar.
C. Populasi dan Sampel.
a. Populasi.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Studi atau penelitiannya juga disebut studi kasus. Penelitian
Populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat liku-liku yang
ada di dalam populasinya. Maka juga disebut sensus. (Suharsimi,
2014:174)
Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajanri dan kemudian
ditarik kesimpulan, (Sugiyono, 2016:117). Populasiyang digunakan
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV, V dan VI.
Semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karaakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2002:73). Sampel adalah bagian
dari keseluruhan obyek (populasi) yang diambil sebagai obyek
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
penelitian (Subiyanto, 2000: 90). Peneliti akan mengambil sampel
semua populasi yang ada yaitu kelas IV, kelas V dan kelas VI SDN
1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo. Jadi penelitian ini mengambil
teknik sampling jenuh. Sampling jenuh yaitu teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan (Sugiyono, 124)
D. Instrumen Penelitian.
Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini
penulis menggunakan format dan tabel daftar nilai. Pengambilan nilai
hasil prestasi, penulis menggunan naskah soal tes yang terdiri dari
masing-masing siklus terdiri dari 10 item. Penilaian yang dilakukan
dengan memberi skor 10 apabila soal tes dijawab betul dan skor 5
apabila dijawab mengandung unsur betul pada setiap item soal.
Sehingga skor maksimal yang mungkin diperoleh siswa 100.
Selanjutnya nilai yang diperoleh siswa dimasukan dalam tabel daftar
nilai yang sudah disiapkan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis
dan mengolah data menggunakan program SPSS17.00 dan dalam
pengolahan data dengan simple present test.
E. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data.
Data yang dihimpun dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data partisipasi
siswa, sedang data kuantitatif adalah data nilai tes hasil belajar. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan format
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
pengamatan. Format pengamatan partisipasi siswa yang terdiri dari
keaktifan bertanya, mengungkapkan pendapat, dan keaktifan
menjawab pertanyaan. Dalam pengamatan setiap siswa yang aktif
dicatat atau diberi tanda centang pada format.
2. Tes hasil belajar.
Siswa diminta mengerjakan soal tes akhir pelajaran yang
berjumlah 10 item dan setiap item soal yang dijawab benar diberi skor
10 dan yang dijawab ada unsur benar diberi skor 5 serta soal yang
dijawab salah diberi skor 0. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah materi pelajaran yang diajarkan dalam setiap siklus.
3. Pengamatan.
Peneliti menggunakan pengamatan untuk mengumpulkan data
kuantitatif melalui keaktifan siswa dala proses pembelajaran. Data
keaktifan siswa ini diambil dengan metode pengamatan atau observasi.
Data ini nantinya akan digunakan sebagai penentu keefektifan
penggunaan metode tutor sebaya. Apakah penerapan metode tutor
sebaya dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn.
4. Analisa data
Analisa data yang digunakan adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Analisa data dilakukan dalam satuan-satuan putaran yang
meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi (reflecting) sebagai evaluasi dari tindakan-
tindakan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
deskriptif. Untuk data kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif
untuk menganalisa peningkatan data partisipasi dan deskripsi
kuantitatif digunakan untuk menganalisa peningkatan data hasil
belajar.
F. Metoda Analisis Data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Subyek
penelitian ini semua siswa kelas IV, kelas V, dan kelas VI, SD Negeri
1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Data yang
digunakan adalah data hasil pengamatan partisipasi siswa dalam
pembelajaran PKn kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 dan data nilai
prestasi hasil belajar PKn kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berikut ini disajikan hasil pengamatan kondisi awal terhadap partisipasi
siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo. Jumlah
siswa masing-masing kelas adalah sebagai berikut: kelas IV berjumlah 23, kelas V
14 siswa dan kelas VI 21 siswa. Jumlah seluruh kelas IV, V, dan VI 58 siswa.
Hasil pengamatan kondisi awal ini diperoleh melalui proses pembelajaran tanpa
menggunakan metode tutor sebaya. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1.
Partisipasi siswa kelas IV, V dan VI pada kondisi awal
No Aspek
Partisipasi
Tidak Ya Jumlah
Frekwensi Presen Frekwensi Presen Frekwensi Presen
1 Bertanya 55 94,8 3 5,2 58 100
2 Ungkap
Pendapat
56 96,6 2 3,4 58 100
3 Menjawab
Pertanyaan
41 70,7 17 29,3 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa pada kondisi
awal sebelum penerapan pembelajaran dengan metode tutor sebaya,
partisipasi siswa yang meliputi bertanya, mengungkapkan pendapat dan
menjawab pertanyaan sebagai berikut. Hal ini terlihat pada tabel 4.1
Jumlah siswa kelas IV, V dan VI 58 siswa yang bertanya hanya 3 siswa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
(94,8%), yang mengungkapkan pendapat hanya 2 siswa (3,4%), dan yang
menjawab pertanyaan hanya 17 siswa (29,3%). Siswa yang lain belum
berpartisipasi baik bertanya, mengungkapkan pendapat maupun menjawab
pertanyaan. Untuk lebih jelasnya keadaan kondisi awal partisipasi siswa
selas IV, V dan VI tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Diagram partisipasi awal siswa IV, V, dan VI
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan diagram 4.1 di atas dapat diketahui bahwa, prosentase
siswa yang berpartisipasi adalah: partisipasi bertanya, siswa yang tidak
bertanya 94,8 % dan yang ya 5,2%, partisipasi mengungkapkan pendapat
yang tidak mengungkapkan pendapat 96,6% dan yang mengungkapkan
pendapat 3,4%, dan yang tidak menjawab pertanyaan 70,7%, yang
menjawab pertanyaan 29,3%. Ini menunjukan bahwa partisipasi siswa
terhadap pembelajarn PKn masih rendah.
94.8% 96.6%
70.7%
5.2% 3.4%
29.3%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
bertanya mengungkapkan
pendapat
menjawab pertanyaan
Tidak
Ya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
Selain digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran juga digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Adapun
hasil belajar ditentukan dari nilai hasil tes yang disampaikan guru setelah
akhir pembelajaran. Adapun hasil belajar secara umum digunakan untuk
melihat apakah siswa dapat memenuhi standar minimal yang telah
ditentukan. Atau untuk menentukan tuntas atau tidaknya siswa dalam
belajar. Siswa dinyatakan tuntas jika dapat memperoleh nilai lebih dari
atau sama dengan 75. Sedang siswa yang belum memperoleh nilai tersebut
dinyatakan belum tuntas. Jadi KKM yang ditentukan 75. Prestasi belajar
yang dicapai dapat diketahui dari banyaknya siswa yang tuntas belajar dan
tidak tuntas belajar.
Di bawah ini disajikan kondisi awal ketuntasan siswa kelas IV,
kelas V, dan kelas VI, mata pelajar PKn atau nilai yang diperoleh sebelum
peneliti mengadakan pemebelajaran dengan menerapkan metode tutor
sebaya. Nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
59
Tabel 4.2
Tabel data kondisi awal hasil belajar siswa
No Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
1 Hasil
belajar
18 31 40 69,0 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas IV, V
dan VI yang berhasil memperoleh nilai memenuhi batas minmal (KKM)
dari jumlah 58 siswa baru 40 siswa. Sedangkan 18 siswa belum dapat
memperoleh nilai sesuai dengan batas minmal yang ditentukan (KKM)
yaitu mencapai nilai 75. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada diagram di
bawah ini.
Gambar 4.2 .
Diagram kondisi awal hasil belajar kelas IV, V, VI
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
31.00%
69.00%
Belum Tuntas Tuntas
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Prosentase
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
60
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
belum tuntas memenuhi KKM 18 siswa dan yang telah memenuhi KKM
40 siswa. Hal itu berarti siswa kelas IV, V, dan VI yang memperoleh nilai
kurang dari 75 masih 18 siswa dan yang telah memperoleh nilai 75 atau
lebih sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan uraian hasil kondisi awal partisipasi dan hasil belajar
PKn siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan
Adimulyo, dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa kelas IV, V, dan VI
SD Negeri 1 Adikarto dalam proses pembelajaran PKN masih rendah.
Demikian juga hasil belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI belum
semuanya tuntas. Terbukti masih 31 persen belum tuntas. Sedangkan yang
tuntas baru 69 persen. Pembelejaran dianggap tuntas apabila siswa yang
berhasil memperoleh nilai di atas KKM minimal 75 persen. Hasil belajar
tersebut masih tergolong belum mencapai ketuntasan untuk itu perlu
dilakukan pengayaan atau pengulangan pembelajaran. Hal ini akan
dilakukan pembelajaran kembali menggunakan penerapan Metode Tutor
Sebaya. Penulis berharap dengan penerapan Metode Tutor Sebaya dapat
meningkatkan partisipasi siswa terhadap pelajaran PKn yang meliputi,
bertanya, mengungungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan –
pertanyaan yang disampaikan oleh guru maupun oleh tutor yang tidak lain
adalah teman sendiri. Penulis juga berharap dalam pembelajaran dengan
metode tutor sebaya, siswa akan lebih berani bertanya, mengungkapkan
pendapatnya dan lebih berani menjawab pertanyaan-pertanyaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
61
1. Deskripsi Penelitian Siklus 1
Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan secara bergantian
di kelas IV, V, dan VI secara. Yaitu Materi yang disampaikan pada siklus
1 adalah materi yang sudah disampaikan pada pengambilan data kondisi
awal. Siklus 1 sesuai dengan rencana dilaksanakan pada bulan April
minggu kedua. Kelas IV hari Senin tanggal 11 April 2016, dengan materi
Sistem Pemerintahan Pusat. Sub tema yang pertama yaitu Lembaga
Legislatif MPR, DPR,DPD). Kelas V pembelajaran siklus 1
dilaksanakan hari Selasa, tanggal 12 April 2016, dengan materi pelajaran
sesuai dengan silabus yaitu materi 3.1 dengan Tema Kebebasan
Berorganisasi, sub tema Pengertian Organisasi. Sdangkan kelas VI ,
hari Jumat tanggal 15 April 2016, dengan materi Kerja Sama Negara-
Negara Asia Tenggara, dengan sub tema 3.1, Bentuk Kerja Sama
Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).
Pelaksanaan penelitian pada siklus 1 diadakan tindakan
pembelajaran satu kali pertemuan untuk masing-masing kelas selama dua
jam pelajaran (2x 35 menit). Adapun tindakan yang telah dilaksanakan
adalah:
a. Perencanaan
Berdasarkan kondisi awal di atas, penelitian tindakan ini
merupakan upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn siswa
kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1 Adkarto, Kecamatan Adimulyo. Upaya
peningkatan partisipasi dan hasil belajar ini dengan menerapkan Metode
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
Tutor Sebaya. Peneliti melaksanakan dengan alternatif menerapkan
Metode Tutor Sebaya pada kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1 Adkarto.
Adapun rencana pembelajaran sebagai berikut.
1) Penulis menganalis materi pelajaran PKn kelas VI dari beberapa
materi yang untuk semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dan
memililih materi yang dapat dikembangkan atau disampaikan
dalam pembelajaran tutor sebaya. Menurut penulis materi pelajaran
Kerja Sama Negara-negara di Asia Tenggara, dan sub tema
Bentuk Kerja Sama Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN),
dapat dijadikan materi pembelajaran yang disampaikan dengan
metode menerapkan Metode Tutor Sebaya. Luasnya materi dan
banyaknya hal menjadi alasan bagi penulis untuk memilih materi
ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran dengan menggunakan
Metode Tutor Sebaya.
2) Penulis menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
materi PKn kelas VI , ” Kerja Sama Negara-Negara di Asia
Tenggara”, sub tema Bentuk Kerja Sama Negara-Negara Asia
Tenggara (ASEAN) untuk satu kali pertemuan 2 jam pelajaran.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut adalah
Metode Tutor Sebaya. Skenario atau kegiatan pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dengan materi Kerja sama negara-negara
di Asia Tenggara sub tema Bentuk Kerja Sama Negara-Negara
Asia Tenggara tersebut adalah sebagai berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
63
Setelah salam dan berdoa, guru menyampaikan informasi
tentang materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan
disaampaikan dalam pertemuan hari ini. Kemudian guru
menyampaikan kepada peserta didik bahwa pembelajaran pada
pertemuan ini akan menerapkan Metode Tutor Sebaya. Salah satu
siswa yang dianggap pandai dan mampu akan ditunjuk dan
ditugaskan sebagai tutor di dalam kelompoknya.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan cara
berhitung. Jumlah kelas siswa kelas VI 21 siswa dibagi menjadi 3
kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan tujuh anak.
Dalam kelompok siswa duduk berdekatan atau berhadapan
sehimgga mudah untuk berkomunikasi.
4) Kemudian guru menunjuk salah satu siswa yang dianggap pandai
untuk menjadi tutor bagi temannya. Setiap tutor bertugas
memimpin diskusi atau mengerjakan tugas kelompok dan
menjawab atau memberi penjelasan terhadap temannya dalam satu
kelompok yang mengalami kesulitan berdasarkan petunjuk guru.
5) Merencanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode
tutor sebaya.
6) Guru membuat format untuk mencatat partisipasi siswa, yang
terdiri dari bertanya, mengungkapkan pendapat atau menjawab
pertanyaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
64
7) Guru membuat lembar Kerja Siswa (LKS) untuk tugas kelompok
dan evalusasi atau penilaian.
b. Pelaksanaan
Setelah penulis menentukan materi pelajaran, penulis
mempersiapkan scenario pembelajaran yang akan dilaksaanakan.
Skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam pembelajaran
dituangkan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pelaksanaan pembelajaran kelas VI dilaksanakan pada hari,
Jumat, tanggal 15 April 2016 pukul 7.30 – pukul 8.40. Penulis
mengawali pelajaran dengan memberi salam, mengajak siswa berdoa
danmemberi apersepsi dengan Tanya jawab materi yang akan
disampaikan.
Langkah berikut penulis mebagi siswa menjadi beberapa
kelompok dan pada masing-masing kelompok ditunjuk satu siswa yang
dianggap pandai untuk menjadi tutor dalam kelompoknya. Penulis
menjelaskan tugas tutor di dalam kelompoknya dan pada saat diskusi
kelas. Setelah diberi penjelasan bagi siswa yang kurang jelas
dipersilakan untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya. Pada
saat itu pula penulis menyampaikan proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan menggunkan metode tutor sebaya. Para siswa akan diberi
kesmpatan untuk dapat berpartisipasi aktif, seperti
bertnya,mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan. Masing-
masing kelompok akan mendapat tugas kelompok yang harus
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
diselesaikan pada kelompoknya dengan bersama tutor yang ditunjuk
oleh guru.
Penulis membagikan lembar kerja siswa (LKS) kepada masing-
masing kelompok. Masing-masing kelompok mendapat LKS yang
berbeda—beda dengan kelompok lain. Penulis menjelaskan tugas
kelompok, yaitu mendiskusikan tugas yang telah dibagikan bersama
teman sekelompok dengan bimbingan tutor yang ditunjuk dalam
kelompoknya. Harapannya siswa tidak segan-segan bertanya,
mengungkapkan pendapat ataupun menjawab pertanyaan, karena
dengan teman sendiri.
Pada saat siswa berdiskusi, penulis melakukan pengamatan
terhadap siswa dengan menggunakan format pengamatan yang telah
disiapkan. Penulsi pelakukan pengamatan terhadap setiap kelompok
secara cermat. Adapun yang diamati meliputi partisipasi siswa yang
terdiri dari keaktifan siswa bertanya, mengungkapkan pendapat, dan
menjawab pertanyaan. Setiap siswa yang bertanya pada lembar
pengamatan dibubuhi tanda centang (˅).
Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok, siswa diajak diajak
berdiskusi dalam satu kelas. Masing-masing kelompok
menyampaikamn hasil diskusi kelompoknya. Hasil diskusi kelompok
dibacakan oleh ketua kelompok atau salah satu anggota kelompok.
Semau anggota anggota keompokatau kelompok yamg laindiberi
kesempatan untuk bertnya, mengungkapkan pendapat, atau menjawab
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
66
pertanyaan. Penulis sambilmembimbing siswa berdiskusi kelas
mengamati partisipasi siswa, seperti pengamatan saat siswa diskusi di
dalam kelompok.
Langkah penulis selanjutnya bersama-sama siswa memberi
penegasan tentang materi pelajaran yang telah disampaikan melalui
metode tutor sebaya. Misalnya: Kerjas Sama Negara-Negara disebut
ASEAN, Negara-negra yang menandatangani Deklarsi ASEAN adalah
……, dll.
Langkah selanjutnya penulis mengadakan evaluasi. Evalusai
bertujuan mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang
disampaikan dalam proses pembelajaran. Alat yang digunakan untuk
evlauasi siswa adalah intrumen yang berupa soal tes yang harus
dikerjakan oleh siswa. Bentuk evaluasi yang digunakan tes tertulis.
Bentuk soal isian berjumlah 10 item soal.
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan oleh peneliti. Subjek yang diamati dalam hal ini adalah
proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan metode tutor sebaya .
Selama pelaksanaan tindakan ini diamati oleh teman sejawat yang
bertindak sebagai observer. Dalam tahap ini observer mengamati
jalannya pembelajaran berdasarkan lembar observasi yang telah
disediakan. Peneliti menilai kemampuan siswa dalam berparpartisipasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
67
yang meliputi bertanya, mengungkapkan pendapat, ataupun menjawab
pertanyaan. Kemampuan lain yang diamatai adalah menyelesaikan soal
tes setelah diberi tindakan. Peneliti melaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan awal sebagai bahan untuk mengadakan refleksi
dalam menyusun rencana tindakan selanjutnya.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk melakukan penilaian
terhadap proses yang pembelajaran terjadi, masalah yang muncul dan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang telah dilakukan.
Pelaksanaan evaluasi juga meliputi pengolahan data, seperti
pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data, serta refleksi
terhadap hasil evaluasi untuk kemudian dilakukan tindakan kembali
berupa perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini peneliti merefleksi
tindakan yang dilakukan untuk mengkaji apakah partisipasi yang
meliputi bertanya, mengungkapkan pendapat, dan menjawab
pertanyaan dalam pembelajaran dengan menerapkan metode tutor
sebaya meningkat, serta apakah hasil belajar PKn yang dicapai siswa
juga meningkat. Hal ini bisa dihat dari meningkatnya prosentase
ketuntasan belajar. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahap
siklus I ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan
siklus II.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
68
Langkah pembelajaran yang dilakukan penulis pada siklus 1 di
kelas VI juga berlangsung dikels V dan dan kelas IV dengan materi,
dan waktu yang berbeda.
Pada siklus I di kelas IV, V dan VI peneliti melaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran secara individual maupun kelompok. Hal
yang diamati adalah partisipasi siwa yang meliputi , bertanya, mengungkapkan
pendapat dan menjawab pertanyaan. Berikut akan disajikan hasil pengamatan
tentang partisipasi siswa terhadap berlangsungnya pembelajaran dengan
menerapkan metode tutor sebaya pada tabel 4.3
Tabel 4.3.
Tabel frekwensi partisiasi siswa kelas IV, V dan VI siklus 1
No
Aspek Partisipasi
Tidak Ya jumlah Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen
1 Betanya 46 79,3 12 20,7 58 100
2 Ungkap Pendapat
46 79,3 12 20,7 58 100
3 Menjawab Pertanyaan
21 36,2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa partisipasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran PKn masih menunjukkan dari jumlah siswa kelas IV, V,
dan VI 58 siswa . yang tidak bertanya 46 siswa (79,3 %), yang bertanya 12 siswa (
20,7%), yang tidak mengungkapkan pendapat 46 siswa (79,3%), yang
mengungkapkan pendapat 12 siswa (20,7%) dan yang tidak menjawab
pertanyaan 21 siswa (36,2%), sedang yang mampu menjawab pertanyaan 37 siswa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
69
(63,8%). Untuk lebih jelasnya tentang partisipasi yang meliputi bertanya,
mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan dalam mengikuti
pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4.3.
Diagram Prosentase Partisipasi siswa (bertanya, mengungkapkan pendapat dan
menjawab pertanyaan) dalam siklus 1
Sumber : Data Primeriolah (2016)
Berdasarkan gambar diagram diatas menunjukan bahwa partisipasi siswa
masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan prosentase antara siswa
yang bertpartisipasi tidak dan ya masih banyak yang tidak. Contoh, siswa yang
tidak bertanya, tidak mengungkapkan pendapat, dan tidak menjawab pertanyaan
prosentaesnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang bertanya,
mengungkapkan pendapat dan yang menjawab.
79.3% 79.3%
36.2%
20.3% 20.7%
63.8%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
90.0%
Bertanya MengungkapkanPendapat
MenjawabPertanyaan
tidak
ya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
70
Tabel 4.4
Hasil belajar siswa siklus 1
No Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
1 Hasil
belajar
14 24,1 44 75,9 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas IV, V dan VI,
dalam siklus 1 yang berhasil memperoleh nilai memnuhi KKM dari jumlah 58
siswa baru 44 siswa. Sedangkan 14 siswa belum dapat memperoleh nilai sesuai
dengan batas KKM yang sudah ditentukan yaitu 75. Hal ini dapat dilihat lebih
jelas pada diagram batang di bawah ini
Gambar 4.4 .
Diagram ketuntasan belajar siswa kleas IV,V, VI siklus 1.
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
24.1%
75.9%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
Tidak Tuntas Tuntas
Siklus 1
Siklus 1
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
71
Derdasarkan gambar diagram di atas dapat diketahusil bahwa pada siklus
1 siswa kelas IV, V, dan VI dari jumlah siswa 58, yang tidak berhasil memenuhi
KKM 24,1 %, dan yang sudah tuntas KKM 75,9 %,
Tabel 4.5
Perbandingan hasil belajar siswa kondisi awal dan silkus 1.
No Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Kondisi awal
1 Hasil
belajar
18 31,0 40 69,0 58 100
Siklus 1
2 Hasil
belajar
14 24,1 44 75,9 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.5 , di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar kondisi
awal siswa yang tuntas 40 siswa (69%), sedang pada siklus 1 siswa yang tuntas
menjadi 44 siswa (75,9%). Berarti ada peningkatan dari kondisi awal ke siklus 1 ,
walaupun sedikit. Adapun peningkatan hasil belajar kondisi awal dan siklus 1,
jelas terlihat pada gambar 4.5 di bawah:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
72
Gambar 4.5
Perbandingan hasil belajar kondisi awal dan siklus 1
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan gambar 4.5 di atas dapat diketahui bahwa hasil hasil belajar pada
siklus 1 mengalami peningkatan jika disbanding dengan hasil belajar pada kondisi
awal. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya
mampu meningkatkan hasil belajar.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh peneliti,
dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan
menerapkan metode tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
PKn siswa kelas IV, v, dan VI SD Negeri 1 Adikarto semester II tahun pelajaran
2015/2016 . Hal ini dapat diketahui dari bertambahnya prosentase siswa yang
berpartisipasi dan hasil belajar yang dapat dilihat dari siswa meningkatnya jumlah
siswa yang tuntas.
31.0%
24.1%
69.0%
75.9%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
Kondisi Awal Siklus 1
Tidak Tuntas
Tuntas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
73
Selain langkah-langkah pembelajaran, peneliti juga melakukan
perbandingan tentang data awal dengan hasil belajar pada siklus I. Berikut juga
dapat dilihat perbandingan data awal dengan siklus I. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.6.
Tabel Perbandingan partisipasi siswa kondisi awal dan siklus 1
N
o
Aspek Partisipasi Tidak Ya jumlah
Frek % Frek % Fre
k
%
Kondisi awal
1 Bertanya 55 94,8 3 5,2 58 100
2 Ungkap Pendapat 56 96,6 2 3,4 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 41 70,7 17 29,3 58 100
Siklus 1 .
1 Bertanya 46 79,3 12 20,7 58 100
2 Ungkap Pendapat 46 79,3 12 20,7 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36,2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui adanya meningkatan dari
kondisi awal sebelum pembelajaran menerapkan metode tutor sebaya dan hasil
pembelajaran siklus 1, yang sudah menerapkan metode tutor sebaya. Peningkatan
tersebut dapat dilihat pada : Jumlah siswa kelas IV, V dan VI pada kondisi awal 3
siswa, pada siklus 1 menjadi 12 siswa berani bertanya. Pada kondisi awal yang
mengungkapkan pendapat 2 siswa , pada siklus 1 ada 12 siswa yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
74
mengungkapkan pendapat, sedangkan yang menjawab pertanyaan pada kondisi
awal 17 siswa, pada siklus 1 siswa yang berani mengungkapkan pendapat menjadi
37 siswa. Dengan demikian ada peningkatan partisipasi siswa dari kondisi awal
dan siklus 1. Meningkatan ini secara jelas dapat dilihat pada diagram 4.3 di bawah
ini.
Gambar 4.6.
Diagram perbandingan partisipasi siswa dari kondisi awal dan siklus 1
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan diagram 4.6 di atas dapat diketahui bahwa pada kondisi awal
siswa yang bertanya hanya 3 siswa (5,2%) , siswa yang mengungkapkan pendapat
2 siswa (3,4 %) dan siswa yang menjawab pertanyaan 17 siswa (29,3). Pada siklus
2 partisipasi siswa yang bertanya menjadi 12 siswa (20,7%), siswa yang
mengungkapkan pendapat 12 siswa (20,7%), dan siswa yang menjawab
pertanyaan 37 siswa (63,8%). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
5.2%
20.7%
3.4%
20.7%
29.3%
63.8%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
awal siklus 1
Bertanya
Mengungkapkan Pendapat
Menjawab Pertanyaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
75
perbandingan antara kondisi awal dan siklus 1 ada peningkatan partisipasi siswa
dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan metode tutor sebaya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada siklus 2 juga terjadi
peningkatan hasil belajar siswa. Untuk jelasnya peningkatan hasil belajar dapat
dilihat pada tabel perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal dan siklus 1.
Tabel 4.7.
Tabel perbandingan ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan siklus 1
No Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Awal Hasil
belajar
18 31,0 40 69,0 58 100
Siklus
1
Hasil
belajar
14 24,1 44 75,9 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa pada kondisi awal
siswa yang belum tuntas pada 18 siswa (31%) , siswa yang tuntas 40 siswa (69
%). Sedangkan pada siklus 1 siswa yang belum tuntas 14 siswa (24,1%), dan yang
tuntas 44 siswa (75,9%) Jadi kalau dibandingkan, hasil belajar pada kondisi awal
dan siklus 1 ada peningkatan walaupun tidak signifikan. Untuk lebih jelanya
peningkatan hasil belajar kondisi awal dan siklus 1 dapat dilihat pada ganbar
diagram 4.6 di bawah ini:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
76
Gambar 4.7.
Diagram perbandinagn ketuntasan kondisi awal dan siklus 1
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa prosentase
ketuntasan pada kondisi awal menunjukan siswa kelas IV, kelas V, dan kelas VI
31% tidak tuntas dalam belajar. Artinya 31% dari jumlah siswa belum dapat
memperoleh nilai hasil belajar diatas 75. Sedang sisanya 69% siswa sudah dapat
memperoleh nilai di atas 75. Siswa tersebut dianggap sudah tuntas dalam belajar.
Hasil pembelajaran siklus 1 yang menerapkan metode tutor sebaya, siswa
yang belum tuntas 24,1% artinya siswa tersebut belum dapat memperoleh nilai
hasil belajar lebih dari 75 atau belum tuntas. Sedang yang 75,9% dari jumlah
siswa, telah dapat memperoleh nilai hasil belajar di atas 75, sehingga mereka
diangg p sudah tuntas.
Perbandingan nilai hasil belajar pada kondisi awal dan siklus 1, terlihat
ada perbedaan meningkat. Hal ini dapat diketahui dari prosentase siswa yang
31.0%
24.1%
69.0%
75.9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Kondisi awal Siklus 1
Tdak Tuntas
Tuntas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
77
tuntas meningkat. Berarti penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan
hasil belajar. Terbukti dari banyaknya siswa yang tuntas belajar pada siklsu 1
lebih banyak jika dibandingkan denagn kondisi awal siswa, yang belum
menerapkan metode tutor sebaya dalam pembelajaran.
Siklus 2
Berdasarkan pengamatan dan observasi pada siklus 1, pelaksanaan
pembelajaran menunjukkan tidak terdapat permasalahan dalam perumusan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan proses pembelajaran, Jadwal
pelaksanaan, jam pertemuan dan evaluasi, dianggap sudah sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan pembelajaran maka kegiatan penelitian dilanjutkan ke
siklus 2.
1) Perencanaan
Seperti pada siklus sebelumnya yakni siklus 1, pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II didahului dengan melaksanakan perencanaan.
Perencanaan pada pertemuan siklus II ini merupakan perencanaan sebagai
langkah tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan
oleh peneliti antara lain: (a) menyusun RPP pertemuan 2 untk kelas IV, V, dan
VI, (b) mempersiapkan materi pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan kelas
masing-masing yaitu materi kelas VI, Peran Indonesia di Asia Tenggara,kelas V,
Organisasi di Masyarakat, dan kelas IV Pemerintahan Provinsi. Pembelajaran
dijadwalkan pada minggu kedua bulan Mei tahun 2016. Kelas IV pelaksanaan
pembelajaran hari Senin, tanggal 9 Mei 2016, kelas V hari Selasa tanggal 10 Mei
2016, dan kelas VI hari Jumat, tanggal 13 Mei 2016. Perencanaan pada pertemuan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
78
siklus II dalam penyusunannya secara umum masih sama dengan perencanaan
pada pertemuan siklus I, namun berbeda pada pemilihan materi pembelajaran.
Perencanaan pada pertemuan siklus 2 ini merupakan bentuk penyempurnaan
perencanaan dan pelaksanaan araapan penulis pada pelaksanaan siklus 2 ini
benar-benar dapat membuktikan bahwa pembelajaran denagn menerapkan metode
tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV,
V dan VI SD Negeri 1 Adikarto Kecamatan Adimulyo semester 2 tahun pelajaran
2015/2016..
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yaitu
kleas VI hari Jumat, tanggal 13 Mei 2016, kelas V hari Selasa, tanggal 10 Mei
2016 dan kelas IV hari Senin, tanggal 9 Mei 2016.. Pertemuan pada siklus 2I,
penulis menetapkan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Penulis
mengambil yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tahap persiapan, dimulai dengan mempersiapkan skenario pembelajaran,
RPP, materi pembelajaran, Lembar Diskusi, instrumen evaluasi, dan lembar
pengamatn yang dibutuhkan yang telah dibuat sebelum memulai pembelajaran.
Tahap pembagian kelompok pada kegiatan inti, peneliti membagi siswa
ke dalam beberapa kelompok dengan anggota kelompok sesuai dengan
pertemuan siklus 1. Masing-masing kelompok menempatkan diri pada meja yang
sudah ditentukan. Anggota kelompok pada siklus II sama dengan anggota
kelompok pada siklus I karena untuk memudahkan memilih siswa yang akan
dijadikan tutor dalam kelompoknya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
79
Tahap penyajian materi, dalam tahap diskusi materi yang diberikan adalah
untuk masing-masing kelompok tidak sama. Seperti pada siklus sebelumnya siswa
yang ditunjuk sebagai tutor akan memimpin diskusi kelompok. Selain memimpin
diskusi tutor ini juga sebagai nara sumber dalam kelompoknya.
Tahap diskusi kelompok, pada saat diskusi berlangsung, tampak beberapa
siswa bingung dengan tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok. Pada itu pula
keberanian siswa akan muncul dan bertanya kepada tutor yang tidak lain adalah
teman sendiri. Penulis memberikan kesempatan kepada masing-masing individu
atau kelompok untuk menanyakan hal-hal yang masih belum paham. Peneliti
menekankan pada masing-masing kelompok untuk mengetahui jawaban atas
permasalahan yang disajikan dalam lembar kerja siswa tersebut melalui tutor yang
ada dalam kelompoknya.
Seperti pada siklus 1 selama diskusi berlangsung peneliti mengadakan
pengamatan, dan memberi tanda untuk setiap siswa yang berpartisipasi, baik
bertanya, mengungkapkan pendapat maupun menjawab pertanyaan pada lembar
pengamatan yang sudah disiapkan. Caranya pun sama dengan siklus 1, yaitu
memberi tanda centang untuk setiap siswa yang berpartisipasi. Setiap siswa yang
bertanya, mengungkapkan pendapat dan yang menjawab pertanyaan baik dalam
diskusi kelompok maupun pada saat diskusi kelas.
Diskusi kelas dilaksanakan untuk mendengarkan presetasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Setiap kelompok diwakili oleh ketua atau yang lain
menyampaikan hasil diskusi, sedang kelompok atau individu diharapkan memberi
tanggapan. Boleh bertanya, mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
80
Setelah semua perwakilan kelompok selesai menyampaikan hasil diskusi penulis
mengumpulkan hasil diskusi untuk dipajang.
Tahap berikutnya adalah tahap penarikan kesimpulan. Setelah penyajian
hasil diskusi berakhir, peneliti bersama-sama dengan siswa menyimpulkan secara
keseluruhan kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan. Langkah selanjutnya
peneliti menentukan hasil diskusi yang paling baik berdasarkan kebenaran
jawaban, kerapihan tulisan, kerjasama yang baik antar anggota kelompok, dan
partisipasi anggota kelompok dalam mengikuti diskusi kelompok. Kemudian
peneliti memberikan apresiasi atau penghargaan kepada kelompok yang
berhasil.Sedang untuk kelompok yang lain diberikan motivasi untuk lebih
semangat. Pada kegiatan akhir siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal
yang belum jelas dan mencatat hal-hal yang penting dari materi yang telah
dipelajari. Selanjutnya siswa melaksanakan evaluasi tertulis yang terdiri dari 10
item tes berupa soal isian.
. Hal ini berlangsung pada masing-masing kelas. Baik kelas VI, V, dan IV.
Setelah proses pembelajaran di kelas IV, kelas V dan kelas VI selasai, penulis
merekap partisipasi siswa dari kelas IV, V, dan VI.
3) Observasi
Pada pertemuan siklus II ini pengamatan (observasi) dilakukan
terhadap aktivitas siswa untuk mengetahui partisipasi yang meliputi bertanya,
mengungkapkan pendapat, dan menjawab pertanyaan. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti pembelajaran PKn melalui menerapan metode tutor sebaya yang
dilaksanakan oleh peneliti menjadi harapan bagi peneliti hasilnya dapat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
81
meningkat. Proses pengamatan di sini akan menguraikan apakah hal yang
direncanakan berjalan dengan baik atau tidak.
Observasi atau pengamatan terhadap partisipasi dan hasil belajar siswa
terkait dengan pembelajaran yang berlangsung, merupakan gambaran
keberhasilan peneliti dalam menerapkan metode tutor sebaya. Gambaran
partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1
Adkarto dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Tabel Frekwensi partisipasi siswa siklus 2
No Aspek
Partisipasi
Tidak Ya jumlah
Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen Frekwensi Prosen
1 Betanya 38 65,5 20 34,5 58 100
2 Ungkap
Pendapat
36 62,1 22 37,9 58 100
3 Menjawab
Pertanyaan
21 36,2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, pada siklus 2 jumlah
siswa kelas IV, V, dan VI yang berpartisipasi adalah tidak bertanya 38 siswa
(65,5%), dan yang bertanya 20 siswa (34,5%); yang tidak mengungkapkan
pendapat 36 siswa (62,1%) dan mengungkapkan pendapat 22 siswa (37,9%);
sedang yang tidak menjawab pertanyaan 21 siswa (36,2%), dan yang menjawab
pertanyaan 37 siswa (63,8%). Untuk lebih jelasnya parisipasi siswa siklus 2 dapat
dilihat pada gambar 4.8 di bawah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
82
Gambar 4.8
Diagram Partisipasi siswa siklus 2
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
4) Refleksi.
Berdasarkan gambar 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa pada siklus
2 partisipasi siswa dalam bertnya 34,5%, mengungkapkan pendapat 37,9
%, dan menjawab pertanyaan 63,8%.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas juga juga menunjukan bahwa ada
peningkatan antara kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.8, yaitu tabel perbandingan antara kondisi awal, siklus 1 dan
siklus 2.
65.5%62.1%
36.2%34.5%37.9%
63.8%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
Bertanya MengungkapkanPendapat
Menjawab pertanyaan
Tidak
Ya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
83
Tabel 4.9
Tabel perbandingan partisipasi siswa kondisi awal, siklus1 dam siklus 2.
No Aspek Partisipasi Tidak Ya jumlah
Frek % Frek % Frek %
Kondisi awal
1 Bertanya 55 94,8 3 5,2 58 100
2 Ungkap Pendapat 56 96,6 2 3,4 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 41 70,7 17 29,3 58 100
Siklus 1 .
1 Bertanya 46 79,3 12 20,7 58 100
2 Ungkap Pendapat 46 79,3 12 20,7 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36,2 37 63,8 58 100
Siklus 2
1 Bertanya 38 65,5 20 34,5 58 100
2 Ungkap Pendapat 36 62,1 22 37,9 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36,2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn. Hal ini terlihat pada kondisi awal
siswa yang bertanya 3 (5,2%), pada siklus 1 yang bertanya menjadi 12 siswa
(20,7%), dan pada siklus 2 , siswa yang bertanya menjadi 20 siswa (34,5%).
Siswa yang mengungkapkan pendapat, pada kondisi awal 2 (3,4%), pada siklus 1
yang mengungkapkan pendapat menjadi 12 (20,7%), dan pada siklus 2 siswa yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
84
mengungkapkan pendapat menjadi 22 siswa (37,9%). Kemudian siswa yang
menjawab pertanyaan, pada kondisi awal 17 siswa (29,3%), pada siklus 1 siswa
yang menjawab pertanyaan menjadi 37 siswa (63,8%). Dan pada siklus 2 siswa
yang menjawab pertanyaan menjadi 37 siswa (63,8%). Untuk lebih jelasnya
peningkatan partisipasi ini dapat dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini.
Gambar 4.9
Diagram perbandingan partisipasi siswa kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa peningkatan partisipasi
siswa terlihat pada: Partisipasi bertanya pada kondisi awal 5,2%, pada siklus 1
menjadi 20,7%, dan pada siklus 2 menjadi 34,5%. Partisipasi mengungkapkan
pendapat pada kondisi awal 3,4%, pada siklus 1 menjadi 20,7%, dan pada siklus 2
menjadi 37,9%. Sedangkan partisipasi menjawab pertanyaan, pada kondisi awal
29,3%, pada siklus 1 menjadi 63,8%, dan pada siklus 2 menjadi 63,8%.
5.2%
20.7%
34.5%
3.4%
20.7%
37.9%
29.3%
63.8% 63.8%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2
Bertanya
MengungkapkanPendapat
MenjawabPertanyaan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
85
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pada siklus 2 hasil belajar siswa
dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10.
Tabel hasil belajar siklus 2
No Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Awal Hasil
belajar
10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus 2, siswa
yang tidak tuntas belajar 10 siswa (17,2%), dan siswa yang tuntas belajar 48 siswa
(82,8%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.10 di bawah ini.
Gambar 4.10
Diagram Belajar Siklus 2
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
17.2%
82.8%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
90.0%
Tidak tuntas Tuntas
Siklus 2
Siklus 2
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
86
Berdasarkan gambar 4.9 di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siklus
2 menunjukan siswa yang tidak tuntas 17,2%, dan siswa yang tuntas belajar 82,8
%. Dibangingkan dengan silkus sebelumnya, silkus 2 menunjukan ada
peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar pada siklus 2 dari siklus
sebelumnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Tabel Perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2
Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Awal Hasil
belajar
18 31,0 40 69,0 58 100
Siklus
1
Hasil
belajar
14 24,1 44 75,9 58 100
Siklus
2
Hasil
belajar
10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa ada peningkatan
hasil belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Hal ini terbukt pada konsisi
awal hasil belajar siswa yang tuntas 69,0 %, pada siklus 1 siswa yang tuntas
menjadi 75,9 %, dan pada siklus 2 siswa yang tuntas menjadi 82,8 %. Ini
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus 1 dan
siklus 2. Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat pada gambar 4.11 di bawah
ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
87
Gambar 4.11
Diagram Perbandingan hasil belajar kondisi awal, siklus1 dan siklus 2
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Derdasarkan gambar diatas dapat diketahui adanya peningkatan hasil
belajar yang dialami setelah pembelajaran siklus 2 yang menerapkan metode tutor
sebaya. Hail ini terlihat pada perbandingan prosentase hasil belajar. Pada kondisi
awal hasil belajar menunjukan siswa 69,0%, siklus 1 siswa tuntas 75,9%, dan
pada siklus 2 siswa yang tuntas belajar menjadi 82,8%.
Refeksi
Selain mengamati langkah-langkah pembelajaran, peneliti juga melakukan
perbandingan tentang partisipasi siswa pada kondisi awal dengan partisipasi siswa
pada siklus II. Berikut dapat dilihat perbandingan partisipasi siswa kondisi awal
dengan siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut
31.0%
24.1%
17.20%
69.0%
75.9%
82.80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2
Tdak Tuntas
Tuntas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
88
Tabel 4.12
Perbandingan partisipasi siswa kondisi awal dam siklus 2.
No Aspek Partisipasi Tidak Ya jumlah
Frek % Frek % Frek %
Kondisi awal
1 Bertanya 55 94,8 3 5,2 58 100
2 Ungkap Pendapat 56 96,6 2 3,4 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 41 70,7 17 29,3 58 100
Siklus 2
1 Bertanya 38 65,5 20 34,5 58 100
2 Ungkap Pendapat 36 62,1 22 37,9 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36.2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat perbandingan partisipasi siswa
pada kondisi awal dan siklus 2. Parisipasi siswa dalam bertanya kondisi awal 3
siswa (5,2%), pada siklus 2 siswa yang bertaanya menjadi 20 siswa (34,5%).
Partisipasi siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kondisi awal 2 siswa (3,4
%) , pada siklus 2 meningkat menjadi 22 siswa (37,9%). Dan partisipasi siswa
dalam menjawab pertanyaan pada kondisi awal 17 siswa (29,3%), pada siklus 2
menjadi 37 siswa (63,8%). Perbandingan ini dapat juga dilihat pada gambar 4.12
di bawah ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
89
Gambar 4.12
Perbandingan Partisipasi siswa kondisi awal dan siklus 2
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Dari gambar 4.11 di atas dapat diketahui adanya peningkatan partisipasi
siswa pada kondisi awal dan siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada parisipasi
bertanya kondisi awal 5,2% pada siklus 2 menjadi 34,50%. Partisipasi
mengungkapkan pendapat pada kondisi awal 3,4% pada siklus 2 menjadi 37,90%,
dan menjawab pertanyaan pada kondisi awal 29,30% pada siklus 2 menjadi 63,80
%.
Hasil pengamatan juga menunjukan adanya perbedaan hasil belajar pada
kondisi awal dan silkus 2. Di bawah ini tabel 4.12 menunjukan perbandingan hasil
belajar kondisi awal dan siklus 2.
5.20% 3.40%
29.30%
34.50%37.90%
63.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Bertanya MengungkapkanPendapat
MenjawabPertanyaan
Kondisi Awal (ya)
Siklus 2 (Ya)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
90
Tabel 4.13
Perbandingan hasil belajar kondisi awal dan siklus 2
Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Kondisi Awal
Hasil belajar 18 31,0 40 69,0 58 100
Siklus 2
Hasil belajar 10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukan adanya peningkatan ketuntasan
hasil belajar dari kondisi awal dan siklus 2. Pada kondisi awal siswa yang tuntas
40 siswa (69 %) dan yang tidak tuntas 18 siswa (31%), sedang pada siklus 2 siswa
yang tuntas 48 siswa (82,8%) dan yang tidak tuntas 10 siswa (17,2%).
Peningkatan hasil belajar ini dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut.
Gambar 4.13 Prebandingan hasil belajar kondisi awal dan siklus 2.
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan gambar di atas perbandingan hasil belajar antara kondisi awal
dan siklus 2 menunujukan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil belajar pada
69.00%
82.20%
60.00%
65.00%
70.00%
75.00%
80.00%
85.00%
Kondisi Awal Siklus 2
Tuntas
Tuntas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
91
kondisi awal siswa yang tuntas baru 69,0%, sedang pada siklus 2 menunjukan
siswa yang tuntas 82,20%.
Bedasarkan pengamatan peneliti peningkatan partisipasi siswa juga
nampak pada tabel 4.14, yakni tabel perbandingan partisipasi siklus 1 dan siklus 2
di bawah ini:
Tabel 4.14
Perbandingan partisipasi siswa kondisi awal dam siklus 2.
No Aspek Partisipasi Tidak Ya jumlah
Frek % Frek % Frek %
Siklus 1
1 Bertanya 46 79,3 12 20,7 58 100
2 Ungkap Pendapat 46 79,3 12 20,7 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36,2 37 63,8 58 100
Siklus 2
1 Bertanya 38 65,5 20 34,5 58 100
2 Ungkap Pendapat 36 62,1 22 37,9 58 100
3 Menjawab Pertanyaan 21 36.2 37 63,8 58 100
Sumber : Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan pengamatan tabel di atas, pembelajaran dengan menerapkan
metode Tutor Sebaya antara siklus 1 dan siklus 2 nampak ada peningkatan
partisipasi siswa pada pelajaran PKn. Hal ini dilihat pada silkus 1, siswa yang
tidak bertanya 46 siswa (79,3%) dan siswa yang bertanya 12 siswa (20,7%),
sedang pada siklus 2, siswa yang tidak bertanya 38 siswa (65,5%), dan siswa yang
bertanya menjadi 20 siswa (34,5%). Siswa yang tidak mengungkapkan pendapat
pada siklus 1, 46 siswa (79,3%), dan yang mengungkapkan pendapat 12 siswa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
92
(20,7%), pada siklus 2, siswa yang tidak mengungkapkan pendapat menjadi 36
siswa (62,1%), sedang yang mengungkapkan pendapat menjadi 22 siswa (37,9%).
Kemudian siswa yang tidak menjawab pertanyaan pada siklus 1, 21 siswa
(36,2%), dan yang menjawab pertanyaan pada siklus 2, menjadi 37 siswa (63,8%).
Hal ini menunjukan adanya peningkatan partisipasi belajar siswa. Untuk jelasnya
peningkatan partisipasi belajar siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar
4.14 di bawah ini.
Gambar 4.14
Perbandingan Parisipasi siswa siklus 1 dan siklus 2
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Dengan mengamati diagram di atas dapat diketahui bahwa partisipasi siwa
pada pembelajara siklus 1 dan siklus 2,telah terjadi peningkatan walau tidak pada
semua aspek partisipasi. Pada aspek bertanya ada peningkatan dari 20 % pada
siklus 1 dan menjadi 34% yang bertanya pada siklus 2. Siswa yang
20.70% 20.70%
63.80%
34.50%37.90%
63.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Bertanya MengungkapkanPendapat
Menjawab Pertanyaan
Siklus 1
Siklus 2
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
93
mengungkapkan pendapat pada siklus 1, 20,70% dan paad siklus 2 menjadi
37,90%. Sedangkan siswa yang bertanya pada siklus 1 dan 2 tidak ada
peningkatan. Ini berarti peningkatan partisipasi hanya pada partisipasi bertanya
dan mengungkapkan pendapat. Sulitnya siswa SD untuk menjawab secara lisan
menjadi kendala penerapan metode tutor Sebaya.
Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2,
terdapat peningkatan hasil belajar siswa, yang dapat dilihat pada tabel 4.15 di
bawah ini.
Tabel 4.15
Tabel perbandingan hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2
Aspek Belum Tuntas Tuntas Jumlah
Frekwensi % Frekwensi % Frekwensi %
Siklus 1
Hasil belajar 14 24,1 44 75,9 58 100
Siklus 2
Hasil belajar 10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa antara siklus 1
dan siklus 2 ada peningkatan walaupun tidak banyak. Hal ini dapat lihat pada hasil
belajar siswa. Pada siklus 1, jumlah siswa yang tidak tuntas 14 siswa ( 24,1%),
sedang yang tuntas belajar 44 siswa (75,9%). Sedangkan pada siklus 2 jumlah
siswa yang tidak tuntas ada 10 siswa (17,2) berarti ada penurunan siswa tidak
tuntas 2 siswa. Kemudian paad siklus 2 jumlah siswa tuntas belajar 48 siswa
(82,8%) yang berarti ada kenaikan siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 siswa.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
94
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaransiklus 1 dan 2 terjadi
peningkatan hasil belajar. Hasil ini dapat dilihat pada ganbar 4.15 di bawah ini.
Gambar 4.15
Diagram Perbandingan hasil belajar siswa siklus 1 dan siklus 2
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Tabel 4.15 di atas membuktikan bahwa ada peningkatan hasil belajar
siswa dari siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 siswa tidak tuntas 24,10%, dan
siswa tuntas 75,9%. Sedang pada siklus 2 siswa tidak tuntas 17,2%, dan siswa
yang tuntas belajar 82,8%. Berarti ada peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke
siklus 2.
Peningkatana hasil belajar ini dapat dilihat pada tabel Perbandingan
Tindakan Antar Siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan
dari data awal siswa yang tuntas 69,0% sampai sikus 2 siswa yang tuntas 82,2 %.
Dengan demikian terdapat peningktan pada hasilbelajar siswa. Berdasarkan
pengamatan peneliti, penerapan metode Tutor Sebaya dalam pembelajaran PKn
siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1 Adikarto menunjukan adanya perbedaan
24.10%17.20%
75.90%
82.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Siklus 1 Siklus 2
Tidak Tuntas
Tuntas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
95
partisipasi dan hasil belajar. Perbedaan partisipasi siswa dan hasil belajar terdapat
kondisi awal, siklus 1, dan sampai dengan siklus II pada mata pelajaran PKn
semester 2 kelas IV,V, dan VI SDN SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo,
Kabupaten Kebumen. Dengan demikian menerapkan metode tutor sebaya, dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya yang
telah dilaksanakan tidak hanya bertujuan untuk mengetahui peningkatan
partisipasi siswa , tetapi juga untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang
dicapai siswa. Untuk rata-rata pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode tutor sebaya tentang partisipasi siswa dari data kondisi awal, Siklus I,
sampai dengan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16.
Rata-rata Partisipasi belajar siswa kondisi, awal Siklus I, dan siklus II
No Tindakan Rata-rata partisipasi
siswa
Keterangan
1 Data Awal 12,1% Partisipasi rendah
2 Siklus I 34,5% Partisipasi meningkat
3 Siklus II 44,8% Partisipasi meningkat
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan pengamatan tabel 4.16 di atas menunjukan bahwa hasil
pengamatan partisipasi belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI pada kondisi awal
menunjukan 12,1%, pada siklus 1,34,5% ; dan pada siklus 2,44,8%. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan partisipasi siswa dari kondisi awal , siklus 1 dan
siklus 2. Hasil pengamatan dari siklus 1 dan siklus 2 menunjukan bahwa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
96
pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya dapat meningkatkan
parsipasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1
Adikarto, kecamatan Adimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.16 di bawah ini.
Gambar 4.16
Diagram rata-rata parisipasi siswa dari kondisi awal sampai sklus 2
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan ganbar 4.16 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata partisipasi
siswa mulai dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2 adalah sebagai berikut. Rata-
rata partisipasi kondisi awal 12,10%, rata-rata partisipasi siswa siklus 1, 34,50%
dan rata-rata partisipasi siklus 2 44,80%. Selain hasil observasi menunjukan
partisipasi siswa, dari pengamatn peneliti, pembelajaran dengan penggunaan
metode tutor sebaya, dapat ditampilkan pula rata-rata ketuntasan hasil belajar
12.10%
34.50%
44.80%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
40.00%
45.00%
50.00%
Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2
Rata‐rata Partisipasi siswa
Rata‐rata Partisipasi siswa
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
97
siswa dari data kondisi awal sampai siklus II. Untuk analisis hasil belajar tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17
Rata-rata Hasil Belajar Siswa dari data awal sampai siklus 2
No Tindakan Rata-rata hasil belajar
(ketuntasan) Keterangan
1 Data Awal 69,0
2 Siklus I 75,9 Meningkat
3 Siklus II 82,8 Meningkat
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.17 diatas menunjukan bahwa pembelajaran dengan
metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari tabel rata-rata hasil belajar siswa mulai dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus
2. Nilai rata-rata kondisi awal 69,0, nilai rata-rata hasil belajar siklus 1, 75,9, dan
nilai rata rata siklus 2, 82,8. Hal ini menunjukan adanya peningkatan nilai rata-
rata siswa kelas IV,V,dan VI SD Negeri 1 Adikarto Kecamatan Adimulyo, mata
pelajara PKn semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar 4.17
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
98
Gambar 4.17
Diagram Rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai hasil
belajar yang dinyatakan dalam prosenatse ketuntasan belajar, dari kondisi awal
hingga siklus 2 terdapat peniningkatan prosenatse. Pada kondisi awal yang tuntas
69 %, siklus 1 yang tuntas 75,9 % dan pada siklus 2 yang tuntas 82,8%.
B. Pembahasan
Berdasarkan perbandingan hasil penelitian antar siklus yang telah
dideskripsikan, dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan Metode Tutor Sebaya pada siklus I sampai dengan siklus II telah
terdapat peningkatan partisipasi dan hasil belajar. Derdasarkan pengamatan
peningkatanya adalah yang aktif bertanya dari 20,7% menjadi 34%,
69.00%
75.90%
82.80%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Rata‐rata hasil belajar kondisi awal ,siklus dan siklus 2
Rata‐rat nilai hasil beajarkondisi awal ,siklus dansiklus 2
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
99
mengungkapkan pendapat dari 20,7% menjadi 37,9%, dan yang menjawab
pertanyaan berdasarkan observasi tidak ada peningkatan yaitu tetap 63,8%.
Sedangkan hasil belajara meningkata dari siklus 1 yang tuntas 44 siswa (75,9%),
dan pada siklus 2 yang tuntas 48 siswa (82,8%).
Pembelajaran dengan menerapkan Metode Tutor sebaya dapat dijadikan
dalam upaya meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV, V,
dan VI siswa SD Negeri 1 Adikarto semesdter 2 tahun pelajaran 2015/2016..
Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya merupakan pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran PKn khusunya di kelas IV, V, dan VI SD Negeri 1
Adikarto. Selain itu penerapan Metode Tutor Sebaya pada Mata pelajaran PKn
kelas IV, V, dan VI adalah dengan memperhatikan karekteristik siswa yang mulai
tubuh rasa ingin mengungkapkan pendapat. Siswa pada usia-usia ini dapat
melakukan pelatihan berbicara yang logis yang diaplikasikan dalam kegiatan
pembelajaran dengan teratur dan runtut. Keberhasilan peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini mampu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa kelas IV, V, dan VI. Hal tersebut terbukti dengan hasil nilai rata-rata
partisipasi siswa pada kondisi awal 12,1% , pada siklus I mencapai 34,5% dan
pada siklus II mencapai 44%. Rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal
69,0%%, siklus I, 75,9% dan pada siklus II, 82,2%. Berdasarkan data rata-rata
partisipasi dan rata-rata hasil belajar siswa dikatakan pembelajaran dengan
menerapkan Metode Tutor Sebaya mampu meningkatkan partisipasi dan hasil
belajar PKn siswakelas IV, V,dan VI, SD Negeri 1 Adikarto semester 2
tahunPelajaran 2015/2016.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
100
Pelaksanaan Penelitian ini dalam menganalisis data dengan menggunakan
program SPSS.17.00. Hasil perhitungan (olah data) menggunakan Paired Simples
Test dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.18.
Analisis partisipasi belajar siswa dengan Paired Simples Test
Paired Samples Test
Paired Dif f erences
t df
Sig. (2-
tailed)
95% Conf idence
Interv al of the
Dif f erence
Mean
Std.
Dev iation
Std. Error
Mean Lower Upper
Pair 1 Partisipasi (Awal) -
Partisipasi (Siklus
1)
-.103 .406 .053 -.210 .003 -1.942 57 .057
Pair 2 Partisipasi (Awal) -
Partisipasi (Siklus
2)
-.121 .462 .061 -.242 .001 -1.990 57 .051
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.18 hasil pegolahan data (olah data) dengan
menggunakan Paired Simples Test diperoleh hasil data kondisi awal sampai siklus
I pada pembelajaran sebelum menerapkan Metode Tutor Sebaya dan setelah
menerapkan Metode Tutor Sebaya siklus 1 pada partisipasi adalah 0,057,
kemudian pada data kondisi awal sampai siklus 2, diperoleh hasil 0,51. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Tutor
Sebaya, dapat meningkatkan partisipasi siswa. Namun peningkatan tersebut
belum menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap partisipasi belajar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
101
siswa. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan partisipasi siswa dalam
pembelajaran belum begitu tinggi. Penyebab lain yang karena siswa SD Negeri 1
Adikarto belum mampu berpartisipasi dalam prose pembelajaran secara banyak.
Sesuai dengan tujuan peneliti bahwa penerapan Metode Tutor Sebaya dapat
meningkatkan partisipasi namun belum signifikan. Selain hasil perhitungan
partisipasi siswa, olah data menggunakan Paired Simples Test juga digunakan
untuk penghitungan hasil belajar siswa. Penghitungan hasil belajar siswa
menggunakan Paired Simples Test dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.19
Analisis Hasil belajar siswa dengan Paired Simples Test
Paired Samples Test
Paired Dif f erences
t df
Sig. (2-
tailed)
95% Conf idence
Interv al of the
Dif f erence
Mean
Std.
Dev iation
Std.
Error
Mean Lower Upper
Pair 1 Hasil Belajar
(Awal) - HAsil
Belajar (Siklus 1)
-.069 .454 .060 -.188 .050 -1.158 57 .252
Pair 2 Hasil Belajar
(Awal) - Hasil
Belajar (Siklus 2)
-.138 .437 .057 -.253 -.023 -2.403 57 .020
Sumber: Data Primer Diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.19 hasil penghitungan (olah data) dengan
menggunakan Paired Simples Test diperoleh hasil kondisi awal sampai siklus I
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
102
dengan menerapkan Metode Tutor Sebaya 0,252 , pada kondisi awal sampai
siklus 2 kelas IV, V, dan VI diperoleh hasil 0,20. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran menggunakan Metode Tutor Sebaya di SD Negeri 1
Adikarto mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisispasi dan hasil
belajar siswa PKn siswa kelas IV, V, dan VI semester 2 tahun pelajaran
2015/2016.
Kesimpulan akhir yang dapat disampaikan bahwa hasil olah data dengan
menggunakan SPSS 17.00 menunjukan terdapat perbedaan signifikan hanya pada
hasil belajar sebelum (kondisi awal) dan siklus 2 dengan tingkat keyakinan 5%
terlihat dari Sig. (2-tailed) di bawah 5%=0,020)
Peneliti beranggapan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini cukup berhasil
karena dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV, V,
dan VI SD negeri 1 Adikarto semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Namun
demikian dalam proses penelitian ini masih ditemukan beberapa kendala atau
kelemahan dalam penerapan pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya. Kendala
dan kelemahan tersebut antara lain:1) Sulitnya membangkitkan siswa untuk
berpartisipasi pada siswa kelas IV, V, dan VI terutama untuk mengeluarkan
pendapat, 2) Kurangnya minat memperbaiki hasil belajar bagi siswa yang
membutuhkan bantuan, 3) Siswa sangat kesulitan menyusun kalimat untuk
berpartisipasi sehingga mengurangi keberanian, 4) Guru Sulit menentukan siswa
yang hendak dijadikan tutor, karena tidak semua siswa yang pandai bersedia dan
mau ditunjuk menjadi tutor.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
103
Kendala-kendala tersebut di atas semoga dapat menjadi pedoman bagi
yang akan mengadakan penelitian yang sama untuk waktu yang akan datang.
Dengan demikian akan dapat memperbaikai hasil penelitian yang sudah kami
lakukan sekarang, dan lebih membuktikan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan partisipasi dan hasil
belajar PKn siswa kelas IV,V dan VI.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
104
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan
partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV, kelas V
dan kelas VI di SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo, namun
belum secara signifikan.
2. Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, pada mata pelajaran PKn di kelas IV, kelas V dan kelas
VI di SD Negeri 1 Adikarto, Kecamatan Adimulyo
3. Pembelajaran dengan Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar siswa, terbukti dari meningkatnya
presentase partisipasi siswa dari kondisi awal 12,1 %, siklus 1 menjadi
34,5 % dan pada siklus 2 menjadi 44,8%. Namun peningkatan ini
belum signifikan. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan
Paired Samples Tes menunjukan Sig. (2-tailed).
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis menyarankan:
1. Materi pelajaran PKn kelas IV, V dan VI dapat disajikan dengan
Metode Tutor Sebaya untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa. Peningkatan partisipasi siswa yang belum berhasil signifikan
dalam penelitian ini, hendaknya menjadi pemicu bagi peneliti lain
untuk mengadakan penelitian yang lebih baik.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
105
2. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru hendaknya merencanakan
secara benar dan baik dalam memilih materi maupun metode serta
pendekatan untuk dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
siswa.
3. Penggunaan Metode Tutor Sebaya dirasa dapat meningkatkan
partisipasi dan hasil belajar PKn siswa kelas IV, V, dan VI di Sekolah
Dasar.
4. Perlunya penelitian penerapan Metode Tutor Sebaya, untuk dapat
membuktikan bahwa Metode Tutor Sebaya, sungguh-sungguh dapat
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dengan siklus
berikutnya.
Tindak Lanjut
1. Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan acuan oleh teman-teman guru
dalam melaksanakan perubahan mindset pembelajaran. Guru hendaknya
mampu secara profesional untuk metode pembelajaran yang cocok untuk
materi pembelajaran yang akan disajikan, sehingga tema yang diangkat
disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak.
2. Setiap satuan pendidikan diharapkan mampu berperan secara aktif untuk
meningkatkan profesi guru sehingga kinerjanya didukung oleh kompetensi
sesuai dengan pelajaran yang diampunya. Hasil belajar akan meningkat
apabila guru secara professional mampu memilih metode pembelajaran
yang tepat, berperan secara aktif memotivasi belajar siswa sehingga hasil
belajar secara umum dapat meningkat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
106
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Prasetyo dan Joko Tri (1997), Strategi Belajar Mengajar, Bandung Pustaka Setya
Ahmad Abu, Supriyono, danWidodo (2013), Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi, Suharjono dan Supardi (2006), Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta ____________, (2014), Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Reneka
Cipta
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2015), Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-uzz Media.
Depdiknas (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Dimyati dan Mujiyono (2002), Belajar dan Pembelajaran , Jakarta: Penerbit
Kerjasama Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT Rineka Cipta. Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain (2006), Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Hamalik, Oemar (1992), Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani (2004), Strategi
Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD Kunandar (2007), Guru professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyadi, (2008), Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan
Belajar Khusus, Malang: Nusa Litera. Muslim, Ahmad (2012), Penggunaan Metode Tutor Sebaya dalam
UpayaMeningkatkan Partisipasi Siswa pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII A SMP Negeri I Ungaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
107
Noviyanto, Dedi dan Asrori (2014), Teori Belajar Robert M. Gagne, tidak diterbitkan.
Padmono, Y. (2002). Evaluasi Pengajaran. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Purwodarminto, W.J.S. (2002), Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai
Pustaka Ruminiati (1999), Pengertian Strategi, Metode dan Media dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan SD. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sadirman (2011), Interaksi dan Motivasi Balajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Subiyanto, Ibnu (2000), Metodologi Penelitian manajemen dan Akuntansi.
Jogjakarta, UPP AMP YKPN
Suherman, E. dkk, (2003). Strategi Pembelajaran Komtemporer, Bandung : UPI. Sujana, Nana & Ibrahim , (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru.
Sutikno, Sobry, M (2007), Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, Mataram: NTP Press. Sukmadinata. N.S (2006), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosda. Surya,Muh, (1985), Psychology Pendidikan, Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan,
IKIP.
Trianto (2007), Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Winataputra, Udin.S (2008), Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka. Uno, B.Hamzah, (2007), Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Tahun 1945 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
108
Zamroni, (2006), Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta : BIDRAF Publisher.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
Recommended