View
21
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
Suntingan Teks Serat Kertabasa, Dasanama
Dewi Purwati, I Made Suparta
Prodi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 16424, Depok
E-mail: purwati.dewi26@gmail.com
Abstrak
Skripsi ini merupakan penelitian terhadap koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berjudul Serat Kertabasa, Dasanama dengan nomor koleksi BR 20. Penelitian pada naskah tersebut bertujuan untuk menghasilkan suntingan teks yang dapat dipahami pada masyarakat masa kini. Metode penelitian filologi ini
menggunakan metode edisi berdasarkan satu naskah yang disunting menggunakan edisi diplomatik. Naskah ini berisi tentang kosa kata dan sinonimi mengenai matahari, langit, bulan, angin, kilat, anatomi tubuh manusia,
waktu, nama-nama tumbuhan, serta nama-nama hewan. Teks naskah ini ditulis ke dalam bentuk prosa.
Kata kunci: suntingan teks, filologi, kosa kata, sinonimi, prosa, kertabasa, dasanama
Edited text of Serat Kertabasa, Dasanama
Abstract
This research is a study of the manuscript collection of the National Library of the Republic of Indonesia, entitled Fiber Kertabasa, Dasanama with the collection number BR 20. The text research aims to produce text
edits that can be understood in today's society. This philological research method is based on a manuscript edition using diplomatic issue. This text contains vocabulary and synonymy of the sun, sky, moon, wind, lightning, human anatomy, time, names of plants, as well as the names of animals. This manuscript text is
written in prose.
Keywords: text editing, philology, vocabulary, synonymy, prose, kertabasa, dasanama
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
2
Pendahuluan
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (Koentjaraningrat, 1986:180). Kebudayaan memiliki 3 wujud, yaitu : 1) Wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya, 2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, 3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ide dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, yaitu terletak di
dalam kepala-kepala, atau dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat
dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Kalau warga masyarakat tadi tadi menyatakan
gagasan mereka tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan
(Koentjaraningrat, 1986:186-188).
Salah satu wujud dari kebudayaan adalah naskah. Naskah merupakan salah satu wujud
kebudayaan merupakan benda-benda hasil karya manusia, yang masuk ke dalam ilmu filologi.
Menurut Siti, dkk (1985:1) filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra yang
mencakup bidang kebahasaan, kesusastraan dan kebudayaan. Oleh karena jangkauan isi teks
klasik, sehingga berbagai macam segi kehidupan masa lampau dengan segala aspek dapat
diketahui secara eksplisit melalui naskah, oleh karena itu, filologi dipandang sebagai pintu
gerbang yang menyingkap khazanah masa lampau (Siti, dkk. 1985:2).
Secara Etimologi filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti ‘cinta’ dan
logos yang berrati ‘kata’. Kedua kata itu kemudian membentuk arti ‘cinta kata’ atau ‘senang
bertutur’ (Shipley: 1961; Wagenvoort, 1947). Arti itu kemudian berkembang menjadi ‘senang
belajar’, ‘senang ilmu’, dan ‘senang kesusastraan’ atau ‘senang kebudayaan’ (Siti, dkk.
1985:1).
Filologi sebagai ilmu sudah pasti memiliki tujuan yang jelas. Menurut Baried
(1985:5) tujuan filologi ada 2 yaitu, tujuan umum dan khusus. Tujuan umum filologi adalah:
(1) memahami sejauh mungkin kebudayaan suatu bangsa melalui hasil sastranya, baik lisan
maupun tertulis; (2) memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya; (3)
mengungkapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan kebudayaan.
Tujuan khusus filologi yakni, (1) menyunting teks yang dipandang paling dekat dengan teks
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
3
aslinya; (2) mengungkap sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya; dan (3)
mengungkap resepsi pembaca pada setiap kurun penerimanya.
Objek filologi yang utama adakah naskah dan teks. Menurut Siti, dkk, (1985:54)
naskah adalah bahan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan
sebagai hasil budaya bangsa pada masa lampau. Siti dkk (1985:4) menyatakan bahwa
sebagai warisan budaya pada masa lampau, naskah kuno mengemban isi yang sangat kaya.
Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakan,
seperti masalah sosial, politik, ekonomi, budaya, bahasa, sastra dan agama. Dari segi
pengungkapannya kebanyakan isinya mengacu kepada sifat-sifat historis, didaktis, religious
dan balletri1.
Terkait dengan naskah-naskah kuno, peneliti yang bergelut dalam dunia
pernaskahan Nusantara salah satunya adalah Pigeaud. Pigeaud (1967:2) menyatakan bahwa
setiap teks bertuliskan aksara Jawa tergolong karya sastra sebab dapat memberikan informasi
mengenai peradaban Jawa di dalam berbagai aspek. Pigeaud dalam bukunya Literature of
Java Volume I (1967:2) telah mengelompokkan teks-teks yang terkandung dalam naskah
Jawa menjadi empat kelompok besar, yaitu: 1) religi dan etika, 2) sejarah dan mitologi, 3)
sastra indah atau susastra, dan 4) hukum, folkfor, kemanusiaan, ilmu pengetahuan, undang-
undang adat istiadat, dan bunga rampai. Naskah sendiri merupakan salah satu produk tradisi
sastra di Indonesia yang sekarang tersebar di wilayah Jawa dan Bali. Pigeaud (1967:11),
membagi perkembangan kesusastraan Jawa (yang ditulis dalam bentuk naskah) ke dalam
empat periode, yaitu:
1. Periode pra islam yaitu sekitar tahun 900-1500 Masehi. Pada periode ini disebut
periode Jawa Kuna, dimana sebagian besar teks Jawa Kuna. Dengan kebangkitan
Islam di Jawa tradisi Jawa asli terdesak termasuk teks-teks Jawa. Pada periode ini,
teks sastra Jawa kuna ditulis di Jawa Timur di lembah Sungai Brantas. Sedangkan
teks yang sangat tua kumungkinan ditulis pada abad 10 di Jawa Tengah di
Mataram, di Lembah Sungai Opak dan Praga. Pada periode ini juga kebudayaan
India menjadi faktor yang sangat penting di dalam perkembangan sastra Jawa
hingga abad ke-12. Pengaruh kesusastraan India lebih dominan dalam segala
aspek, setelah itu muncullah konsep-konsep Jawa asli.
1Balletri:katananindah“FilologiaNusantara”(AchdiatiIkram.1997:79)
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
4
2. Periode Jawa-Bali, selama empat abad, yang dimulai dari tahun 1500 M-1900M,
merupakan periode dimana kesusastraan berkembang di lingkungan pusat
kerajaan runtuhnya Majapahit, karena pada periode ini Raja Majapahit terakhir
terdesak oleh kaum muslim. Di tempat yang baru kemudian, mendapatkan
tanggapan yang baik dari Raja Bali yang non muslim. Di sana sastra Jawa Kuna di
Bali dipelihara dan berkembang menjadi sastra Jawa-Bali.
3. Periode Jawa Pesisir, selama kurang lebih 3 abad, dimulai sekitar tahun 1500
Masehi. Pada masa ini banyak ditulis tentang kehidupan muslim Jawa yang
terpusat di wilayah pesisir Jawa, yaitu di Demak dan Cirebon dan Surabaya.
4. Periode kelahiran kembali sastra Jawa klasik pada abad ke-18 dan abad -19. Pada
periode ini kesusastraan Jawa berkembang di Surakarta dan Yogyakarta.
Indonesia memiliki berbagai macam naskah kuno yang ditulis ke dalam berbagai
aksara daerah seperti aksara Jawa, Bali, Lampung, Madura, Sulawesi dan Bugis. Hal itu telah
membuktikan bahwa di Indonesia telah mengenal adanya tradisi penulisan naskah. Selain
ditulis dengan aksara daerah yang beragam, naskah-naskah kuno juga memiliki kandungan
atau isi yang berbeda-beda pada setiap naskahnya. Naskah-naskah ini, sebagian besar telah
menjadi koleksi pribadi atau disimpan di perpustakaan di berbagai penjuru di seluruh
Indonesia atau menjadi koleksi di mancanegara. Salah satu naskah yang menjadi koleksi
adalah naskah Kertabasa, Dasanama yang diproduksi pada periode Jawa-Bali. Naskah itu
merupakan naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode naskah
BR 20 yang berisikan daftar bermacam-macam kata dalam bahasa Jawa beserta sinonimnya.
Naskah Kertabasa merupakan naskah Jawa yang memiliki keistimewaan tersendiri
yaitu di dalam naskah ini terdapat sinonim2 kata. Selain itu keistimewaan naskah ini adalah
banyak sekali kata-kata dalam bahasa Jawa yang ternyata padanan katanya tidak lumrah
digunakan dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai naskah Kertabasa, Dasanama ini. Selain menambah
wawasan, peneliti pun dapat berbagi wawasan kepada masyarakat awam terutama terkait
dengan isi naskah Kertabasa, Dasanama tersebut.
2Sinonim:bentukbahasayangmaknanyamiripatausamadenganbentuklain;kesamaanituberlakubagikata,kelompokkata,ataukalimat,walaupunumumnyayangdianggapsinonimhanyalahkata-katasaja(HarimurtiKridalaksana,2008:22).
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
5
Naskah Serat Kertabasa, Dasanama merupakan naskah yang berisi daftar kata-kata dalam
bahasa Jawa yang tidak lazim digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Naskah yang
mayoritas ditulis menggunakan aksara Jawa dan terdapat beberapa aksara Jawa Kuna yang
digunakan, sehingga perlu dialih aksarakan ke aksara latin. Hal itu dilakukan untuk
menjelaskan daftar kata atau kosa kata yang terdapat dalam naskah Serat Kertabasa,
Dasanama tersebut dapat dipahami oleh pembaca yang berminat pada kebahasaan Jawa
ataupun pembaca awam pada umumnya. Berdasarkan uraian dan pemaparan di atas, rumusan
masalahnya adalah bagaimana cara menyajikan edisi teks naskah Kertabasa, Dasanama
supaya dapat dimengerti oleh pembaca pada masa kini. Tujuan penelitian ini, adalah membuat
suntingan teks naskah Kertabasa, Dasanama berdasarkan prinsip-prinsip filologi, agar dapat
dibaca dan dipahami oleh pembaca pada masa kini.
Metode Penelitian
Melalui berbagai katalog naskah yang memuat naskah-naskah Nusantara, ditemukan
naskah sekorpus dengan naskah Kertabasa, Dasanama BR 20. Tetapi pada penelitian ini,
naskah Serat Kertabasa, Dasanama diasumsikan sebagai naskah tunggal karena banyaknya
naskah, yang tidak dapat dijangkau serta waktu yang terbatas dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, peneliti lebih memfokuskan penelitian ini pada suntingan teks dan ringkasan teks
pada naskah Kertabasa, Dasanama. Selanjutnya metode penyuntingan yang digunakan
peneliti adalah Metode Edisi Berdasarkan Satu Naskah yang dialihaksarakan menggunakan
Edisi Diplomatik. Dengan menggunakan edisi diplomatik peneliti menyajikan naskah
Kertabasa, Dasanama dalam sebuah transliterasi serta melaporkan apa yang dibaca dan
memberikan peluang kepada pembaca yang tidak akrab dengan tulisan kuno atau tidak
mengerti menjadi paham dan mengerti.
Metode yang dilakukan oleh peneliti berkiblat pada edisi yang dilakukan oleh ahli
filologi yaitu Willem van der Molen pada teks Kunjarakarna (Willem, 2001:86). Melalui
edisi diplomatik ini diharapkan dapat membantu para pembaca memahami dan mengerti
ringkasan dan isi naskah Kertabasa, Dasanama.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
6
Prinsip dari edisi ini adalah satu lambang diwakili dengan satu lambang yang lain
yang dapat mempresentasikan dari lambang tersebut. Dengan metode diplomatik yang
dilakukan oleh Willem van der Molen pada teks Kunjarakarna (2001:86) menunjukkan
bahwa peneliti harus membuat, catatan-catatan yang sedetail tanpa mengubah teks aslinya.
Menurut Soerasa dan Soetardjo dalam bukunya yang berjudul Pathokan Panulise
Tembung Jawa Nganggo Aksara lan Latin (1981:7), terdapat 20 aksara Jawa yang disebut
aksara legena. Aksara legena yakni aksara yang tidak memakai tanda baca. Aksara pada
naskah ini terdapat 20 aksara nglegana, yang disebut juga aksara Carakan. Bentuk atau wujud
aksaranya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel (Bentuk aksara Jawa pada teks Serat Kertabasa, Dasanama)
ha na ca ra ka
da ta sa wa la
pa dha ja ya nya
ma ga ba tha nga
Dalam naskah BR 20 ini, terdapat pungtuasi atau tanda-tanda baca yang berfungsi
untuk menandai pembagian antara kalimat dan di dalam kalimat. Pungtuasi dalam naskah
diantaranya sebagai berikut :
1. Tanda menunjukkan penanda awal dan akhir kata.
2. Tanda menunjukkan bahasan yang berbeda pada teks selanjutnya.
3. Tanda merupakan tanda koma yang diwakili menggunakan tanda (, ) pada teks.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
7
4. Tanda menunjukkan kata arkhais.
5. Tanda merupakan pangkon, yakni aksara yang dipangkon artinya aksara
tersebut mati.
6. Peneliti menggunakan angka sebagai penanda satu kalimat atau sata cakupan bahasan.
Penomoran ini dilakukan guna mempermudah pembacaan teks naskah. Penomoran
dimulai dari angka 1- 1976.
7. Tanda (…) digunakan untuk menunjukkan kata yang tidak dapat terbaca.
Tabel (Lambang Bunyi Pada Teks Serat Kertabasa, Dasanama )
Huruf Lambang Pada Teks
ḍa
Ŋa
Ña
ṭa
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
8
Tabel (Aksara Murda Pada Teks Serat Kertabasa, Dasanama)
Pha
Ṇa
Śa
Ṣa
Bha
Gha
Ṭa
Penulisan Aksara Murda ditulis berdasarkan letak aksara murda tersebut dituliskan, yaitu
sesuai dengan pada teks aslinya. Contohnya dalam penulisan :
Śarirā
tanpa warṆna
Bhaṭareŋ majapahit
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
9
Tabel (Aksara Swara Pada Teks Serat Kertabasa, Dasanama)
A
I
U
E
Pada teks ini tidak ditemukan aksara swara O tetapi hanya ditemukan aksara vokal A,
I, U, dan E. Aksara vokal pada teks ini digunakan untuk menuliskan nama dan huruf kapital.
Tabel (Angka Pada Teks Serat Kertabasa, Dasanama)
1 2. 3 4
5 6 7 8
9 10
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
10
Tabel (Penanda Vokal Pada Teks Serat Kertabasa, Dasanama)
Raswadi: …….
suara ā
Taling: …….
suara e
Pěpět: …….
suara ě
Wulu : …….
suara I
Dirgamelik: ………… suara ī
Suku: …….
suara u
Taling Tarung : …….
suara o
Kěrět: …….
suara rě
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
11
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah berupa ringkasan teks dan suntingan teks dari naskah Serat Kertabasa, Dasanama koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi BR 20. Berikut ini merupakan ringkasan dari teks Kertabasa, Dasanama beserta kutipan bait awal dan akhir dari suntingan teks yang diteliti:
Ringkasan Teks Pada Serat Kertabasa, Dasanama
Ringkasan teks naskah teks Serat Kertabasa, Dasanama BR 20 disajikan dalam
bentuk ringkasan per halaman sesuai dengan teks aslinya. Ringkasan dari teks naskah Serat
Kertabasa, Dasanama yakni:
Pada halaman 1: teks naskah berisi tentang daftar kosa kata tentang unsur-unsur dunia,
meliputi bumi, gunung, udara, langit, matahari, dan bulan.
Pada halaman 2: teks halaman dua berisi tentang daftar kosa kata mengenai awan,
angin, kilat/ halilintar, samudra, serta nama-nama untuk laki-laki dan perempuan.
Pada halaman 3: teks halaman tiga berisi daftar kata mengenai anatomi tubuh manusia,
meliputi: mata, alis, kepala, telinga, hidung, tangan, jari, dada, punggung. Selain itu, teks ini
juga berisi tentang daftar kosa kata tentang kata ganti orang ketiga. Kemudian berisi
sinonimi kata air susu dan kama atau (nafsu).
Pada halaman 4: teks halaman ini berisi mengenai kosa kata sinonim dari kata resi, raja,
rakyat, kata sifat yakni sifat takut dan berani. Kemudian teks dilanjutkan mengenai kosa kata
yang terkait dengan peperangan, kesaktian, dan keagungan. Selain itu, teks juga berisi
mengenai kosa kata tentang sinonimi kata panjang, dan banyak, isi teks halaman empat
yang terakhir yaitu tentang kosa kata mengenai mati dan hidup, serta musuh dan senjata.
Pada halaman 5: teks halaman lima, berisi tentang kosa kata mengenai waktu, yaitu
waktu pagi, siang dan sore. Kemudian berisi tentang sinonim kata sedih, senjata, dan
kehendak/ angan-angan. Pada halaman teks ini juga dibahas mengenai anatomi tubuh manusia
dan kotoran yang dikeluarkan oleh manusia, yaitu: kuku, dubur, dan kotoran manusia yakni
air seni.
Pada halaman 6: teks halaman enam, membahas tentang kosa kata mengenai ukuran
yakni, ukuran luas dan membicarakan tentang kosa kata yang terkait dengan keagungan.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
12
Pada halaman 7: teks pada halaman tujuh membahas mengenai sinonim anatomi tubuh
manusia, yaitu bibir, jari tangan dahi dan gigi. Kemudian juga berisi tentang sifat manusia,
yaitu iri hati dan bodoh serta sinonim mengenai kata pintu.
Pada halaman 8: teks halaman delapan, berisi tentang dasanama (sinonim) dari kata
desa dan kedudukan, selain itu juga berisi tentang anatomi tubuh manusia yakni telinga.
Kemudian dilanjutkan tentang kosa kata mengenai sifat yakni sifat lupa, kemudian tentang
rahasia kehidupan, kematian, angan-angan.
Pada halaman 9: pada halaman teks sembilan membahas tentang sinonim laut, lalu
nama pohon yakni pohon cendana, pohon cempaka. Kemudian sinonim tentang burung
bangau, hutan, dan hewan ternak yaitu ternak lembu.
Pada halaman 10: pada halalaman 10 teks ini membahas tentang sinonim sifat manusia
yaitu sifat tamak dan sedih. Kemudian membahas mengenai sinonimi kata: berani, mati,
nama-nama pepohonan; sejenis bunga, langit, tidur mimpi, istri dan anatomi tubuh manusia
yaitu jari dan kaki.
Pada halalaman 11: pada halaman teks ini membahas mengenai anatomi tubuh
manusia, yakni alis. Kemudian sinonim mengenai kosa kata: tangis, surat, air, musuh, nama
raja, nama putra , serta sinonimi maling.
Pada halaman 12: pada halaman ini teks membahas mengenai sinonim kosa kata :
racun, senjata, penjahat, peperangan, dan cacad .
Pada halaman 13: pada halaman ini teks membahas mengenai sinonim kata: emas,
anatomi tubuh manusia, yaitu tangan, sifat yakni takut dan berani, kemudian membahas kosa
kata tentang pelayan, penjahat, dan alat musik.
Pada halaman 14: pada halaman ini membahas tentang sinonim kata mengenai
kehidupan, kemudian tentang anatomi tubuh manusia, yaitu: tubuh, telinga, hidung, bibir,
lidah, leher, perut, otot, kulit. Selain membahas anatomi tubuh manusia, teks ini juga
membahas kosa kata tentang cita atau angan-angan.
Pada halaman 15: pada halaman ini teks tentang sinonim kata tentang perhiasan yaitu:
perak, emas, berlian dan cincin. Selain itu, juga dibahas sinonimi kata: iri, dengki, takut, cinta,
kasih, sedih, kasturi (pohon kapur barus), rumah, dan berbagai jenis warna seperti: warna
putih, putih kuning, hitam, hijau, merah dan kuning.
Pada halaman 16: pada teks halaman ini membahas mengenai kosa kata tentang
perpisahan, nama-nama hewan serta macam-macam perhiasan.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
13
Pada hamaan 17: teks ini membahas mengenai sinonim tentang janji, kata tunggal dan
bejana (alat untuk memasak) serta cinta kasih.
Pada halaman 18 : teks membahas tentang sinonim dari dewa Wisnu, bunga teratai,
bunga kasturi, dan kekayaan.
Pada halaman 19: teks membahas tentang sinonim kata berbagai buah-buahan dan
bahan makanan seperti: mangga, pisang, nangka, jagung , dan widori (nama pohon).
Pada halaman 20: teks membahas mengenai berbagai macam sinonim dari beberapa
pohon, diantaranya: pohon beringin, duren, manggis, jambu, dan ketimun.
Pada halaman 21: teks berisi tentang membahas mengenai kosa kata sinonim macam-
macam bunga, yaitu; bunga anggrek, bunga sangga langit, bunga cina serta semak-semak.
Pada halaman 22: teks berisi mengenai sinonim kata nama-nama bunga, yaitu: bunga
cempaka, bunga kemuning, bunga ungu, dan bunga tunjung merah.
Pada halaman 23: teks berisi sinonim kata mengenai tentang burung, seperti burung
merak, burung gagak.
Pada halaman 24: teks berisi daftar kosa kata mengenai sinonim beberapa nama burung,
yaitu garuda, gagak dan merak. Selain itu, teks ini juga berisi mengenai daftar kosa kata
nama-nama hewan, yaitu: rusa, ular, banteng, singa, landak, gajah, kuda, dan juga kucing
kuwuk.
Pada halalaman 25: teks berisi daftar kosa kata mengenai nama-nama hewan, yaitu:
kerbau, lembu, sapi, beberapa nama sata wana, burung jalak, tikus dan rubah.
Pada halamana 26: teks berisi daftar kosa kata mengenai sinonim dari kata: anjing, ular,
beberapa jenis padi yakni, padi kuning, padi gaga, padi ketan, padi ketan hitam, padi ketan
merah, padi merah, dan padi putih.
Pada halaman 27-30 : teks berisi daftar kosa kata mengenai kosa kata senjata, bumi,
raksasa, cinta kasih, gadis, buas, gulma, api, arah timur, sakti, tingkah laku, hutan, bangkai,
payung, kedudukan, nama dewa, surga, tingkah laku (budi) dan bertapa.
Pada halaman 31-35: teks ini berisi tentang kosa kata mengenai kosa kata tentang: kata
hewan, hidup, keindahan, nama desa, bahu (anatomi tubuh manusia), lambung, temapt,
pendeta, budi, serta macam-macam rasa seperti: rasa asin, manis, pahit, asam, dan pedas.
Pada halaman 36-40: teks membahas mengenai sinonim kata: jauh, terang, tempat,
abadi, kata ganti orang ketiga, wanita, dewa, malam, rasaksa, panjara, wong ayu, wong bagus,
burung, air, takut serta keinginan.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
14
Pada halaman 41-50: teks membahas mengenai daftar kosa kata tentang nama dewa,
kemudian kata senyum, kosa kata nama-nama burung, anatomi tubuh manusia (telinga), kosa
kata jauh, budi (perilaku), kata abadi, pendeta, kasih rindu, angin, hidup, anak, taman , telaga
dan angan-angan.
Pada halaman 51-60: teks membahas mengenai kosa kata : sedih, suka, jauh (jarak),
bumi, payudara (susu), waktu, cahaya, angin, pandita, nama dewa.
Pada halaman 61-70: teks membahas mengenai kosa kata tentang: anatomi tubuh
manusia (tangan, rambut, telinga), ratu, pohon beringin, sata wana (hewan hutan), waktu,
gembira, rusak, agung, nama-nama hewan, berani, keutamaan, tunggal, makan minum, langit,
air, sedih, dan kosa kata tentang parameswara (yang maha tinggi).
Pada halaman 71-80: teks membahas tentang kosa kata mengenai anatomi tubuh
manusia (jari, dada, kuku, bahu), kosa kata sedih, suka dan hutan. Selain itu juga membahas
mengenai kosa kata hewan yaitu: tikus. Lalu, kosa kata angin, dan air.
Suntingan Teks Bait Awal
1. //namāniŋ bumi, siti, dharani, sunḍari, mahi nawi, buṭala, basunḍara, waratri,
wigwambara, sṭira, Uwi, kuh, prêti, mêḍini, jyawêsunḍara, kasma, hawini, gotra,
sarwêsata, cala, sunḍara, dhara, pasupati, rasah, uwih, buh, buŋ, bus, waluḍa, waini,
sêla, aprasêt, gijo apoktah, hasali, jwastala, krêni, daratri//o//
Suntingan Teks Bait Akhir
1976. , ŋa, sampun wruh iŋ ŋapaḍaŋ, tosiŋ kaŋkuŋ, ŋa, sampun kasimpȇn.
kawitaniŋ pupusuh, saŋ hyaŋ parameṢṭi guru ŋaran nirā, haŋgantuŋaniŋ pupusuh, ana
satuŋgȇŋ ŋira, tan kahanan rah, ḍagi ŋirā, ndita kahanira, saŋ hyaŋ murtṭi hadḍi guru
ŋaranira, sira saŋ hyaŋ riŋ dalȇm sira saŋ hyaŋ hatma, hapan sira lȇwih tanpa waktan
paŚarirā, tan pawirṆna, sira wkasiŋ kamokṢan//o//
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
15
Pembahasan
Naskah ini mengandung kosa kata bahasa Jawa yang menguraikan tentang daftar
macam-macam kata beserta sinonimnya yang didalamnya diuraikan tentang alam semesta dan
fenomena alam seperti: bulan, matahari, angin, kilat, hujan, laut. Selain itu, teks naskah juga
memuat tentang daftar kosa kata 1) nama-nama orang, 2) nama-nama dewa: dewa Wisnu dan
Indra, 3) anatomi tubuh manusia, yakni: kepala, tangan, kuku, dada, bahu, telinga, bibir,
rambut, lambung, 4) macam-macam warna yakni: merah, kuning, hijau, 5) nama-nama
tumbuhan yakni: pohon pisang, manggis, mangga, durian, padi, bunga, beringin, jambu, dan
ketimun, nangka, jagung, 6) nama-nama hewan seperti: banteng, ular, rusa, singa, landak,
gajah, burung merak, burung gagak, burung jalak, burung garuda, kucing, tikus, rubah,
lembu, 7) waktu, yaitu: waktu pagi, siang dan malam, 8) sifat-sifat manusia yaitu: sedih,
senang, iri hati, tamak, takut, berani. Pada Serat Kertabasa, Dasanama ini, teks dapat terbaca
dengan jelas.
Pada naskah Serat Kertabasa, Dasanama penulis menemukan kesalahan pada
penomoran halaman, yaitu penomoran halaman 44 sampai halaman 60. Kesalahan ini telah
diperbaiki menggunakan tinta hitam yang dibubuhkan di atas nomor yang salah. Kemudian,
peneliti juga menemukan kesalahan pada informasi di katalog Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, yakni bahwa di katalog menyebutkan bahwa naskah Serat Kertabasa,
Dasanama jumlah barisnya terdiri dari 27 baris per halamannya. Akan tetapi, setelah
diperiksa oleh peneliti, ditemukan bahwa ada halaman yang hanya terdiri dari 5 baris per
halamannya.
Selain kesalahan pada penomoran dan jumlah baris, peneliti juga menemukan bahwa
aksara yang digunakan untuk menulis teks naskah Serat Kertabasa Dasanama tidak hanya
menggunakan aksara Jawa saja, tetapi terdapat beberapa aksara Jawa Kuna yang digunakan
pada teks naskah ini, seperti penggunaan pasangan sa dan penanda vokal ā.
Naskah Serat Kertabasa, Dasanama disunting menggunakan edisi diplomatik, yakni
alih aksara lambang ke lambang lain tanpa mengubah sistem yang berlaku pada aksara
sasaran sehingga situasinya seperti fotografis, sehingga teks disajikan sesuai dengan teks
aslinya. Salah satu contoh penulisan menggunakan edisi diplomatik pada naskah ini, yakni
penulisan aksara murda yang dituliskan berdasarkan letak dimana aksara murda di tulis pada
teks aslinya. Contoh kata: Śarirā, tanpa warṆna, Bhatareŋ majapahit.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
16
Pada naskah biasanya terdapat aksara swara yang terdiri dari vokal a, i,u, e, o.
Namun, pada naskah Serat Kertabasa, Dasanama ini hanya terdapat empat vokal yang
ditemukan oleh peneliti yaitu vokal a, i, u, dan e. Selain itu, untuk penanda vokal yaitu
raswadi untuk penanda suara ā, taling digunakan untuk penanda suara e, pepet digunakan
untuk suara ȇ, wulu digunakan untuk penanda suara i, dirgamelik digunakan untuk penanda
suara ī, suku digunakan untuk penanda suara u, taling tarung digunakan untuk penanda suara
o, dan keret digunakan untuk penanda suara rě.
Kesimpulan
Naskah yang digarap pada penelitian filologi ini merupakan naskah koleksi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berjudul Serat Kertabasa, Dasanama dengan
nomor koleksi naskah BR 20. Naskah ini setelah diperiksa pada Katalog Induk Naskah-
Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional Jilid 4 Republik Indonesia Tahun 1998, Katalog
Naskah-Naskah Nusantara Museum Sonobudoyo Jilid I Tahun 1990, Katalog Induk Naskah-
Naskah Nusantara Jilid 2 Kraton Yogyakarta Tahun 1994, Katalog Induk Naskah-Naskah
Pura Paku Alaman Tahun 2005, Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Fakultas Sastra
Jilid 3A-B Universitas Indonesia Tahun 1997, Javanese Literature In Surakarta Manuscripts
Volume 2 Tahun 1993, Literature Of Java Volume II Tahun 1968. Ditemukan beberapa
naskah yang sekorpus. Penulis mengasumsikan bahwa naskah ini merupakan naskah tunggal
karena banyaknya korpus naskah, sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti
keseluruhan naskah. Oleh karena itu, peneliti pada penelitian ini hanya fokus pada suntingan
teks dan ringkasan teks Serat Kertabasa, Dasanama yang sejauh ini belum dibuat suntingan
teksnya.
Naskah ini mengandung kosa kata bahasa Jawa yang menguraikan tentang daftar
macam-macam kata beserta sinonimnya yang didalamnya diuraikan tentang alam semesta dan
fenomena alam seperti: bulan, matahari, angin, kilat, hujan, laut. Selain itu, teks naskah juga
memuat tentang daftar kosa kata 1) nama-nama orang, 2) nama-nama dewa: dewa Wisnu dan
Indra, 3) anatomi tubuh manusia, yakni: kepala, tangan, kuku, dada, bahu, telinga, bibir,
rambut, lambung, 4) macam-macam warna yakni: merah, kuning, hijau, 5) nama-nama
tumbuhan yakni: pohon pisang, manggis, mangga, durian, padi, bunga, beringin, jambu, dan
ketimun, nangka, jagung, 6) nama-nama hewan seperti: banteng, ular, rusa, singa, landak,
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
17
gajah, burung merak, burung gagak, burung jalak, burung garuda, kucing, tikus, rubah,
lembu, 7) waktu, yaitu: waktu pagi, siang dan malam, 8) sifat-sifat manusia yaitu: sedih,
senang, iri hati, tamak, takut, berani. Pada Serat Kertabasa, Dasanama ini, teks dapat terbaca
dengan jelas.
Pada naskah Serat Kertabasa, Dasanama ini terkait dengan sinonimi pada daftar kosa
katanya tidak seluruhnya menunjukkan kata yang sepadan dan setara. Namun, hampir
memiliki makna yang sama. Kesimpulan itu, didapatkan melalui pencarian daftar kosa kata
pada kamus yang dilakukan peneliti.
Demikian kesimpulan yang dapat disimpulkan oleh peneliti terkait dengan Serat
Kertabasa, Dasanama BR 20. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
kebudayaan Indonesia khususunya di bidang kebahasaan. Penelitian ini juga diharapkan
mampu menjadi acuan untuk pihak yang meneliti bidang yang sama, terkait dengan bidang
kebahasaan sastra Jawa. Kemudian, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan secara arif
dan bijaksana, demi kepentingan masyarakat umum, bangsa dan negara.
Daftar Acuan
Achdiati Ikram. 1997. Filologia Nusantara. Jakarta: Pustaka Jaya
Edi Sedyawati, dkk. 2001. Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai Pustaka.
Karsono H, Saputra. 2008. Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Wedya Sastra.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Siti Baroroh Baried, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sri Wulan Rujiati Mulyadi. 1994. Kodikologi Melayu di Indonesia. Depok: Fakultas Sastra
Universitas Indonesia.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
18
Soerasa dan Soetardjo. 1981. Pathokan Panulise Tembung Jawa Nganggo Aksara Jawa lan
Latin. Penerbit: Tiga Serangkai.
Titik Pudjiastuti. 2006. Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia
Van der Molen, Willem. 2011. Kritik Teks Jawa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zoetmulder, P.J. 1974. Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta:
Djambatan.
Sumber Penelitian Terdahulu
Tjokorda, Rai S. 1986. Krtabhasa: Pengajaran Bahasa Sansekerta Melalui Bahasa Jawa
Kuno dengan Pemakaian Lontar-Lontar Tulisan Bali dalam Bentuk Prosa dan Puisi:
Suatu Pengenalan. Tesis. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Nindya Noegraha. 2002. Kawi Dasanama dari Naskah KBG 97. Penerbit: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Katalog
Behrend, T.E. 1990. Katalog Naskah-Naskah Nusantara: Museum Sonobudoyo. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Behrend, T.E dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Naskah-Naskah Nusantara: Fakultas
Sastra Universitas Indonesia Jilid 3 A. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Behrend, T.E dan Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Naskah-Naskah Nusantara: Fakultas
Sastra Universitas Indonesia Jilid 3 B. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara: Perpustakan Nasional
Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Florida, Nancy K. 1993. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts: Introduction and
Manuscripts of Keraton Surakarta Volume 1. Ithaca, New York: Cornell University.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
19
Lindsay, Jennifer, dkk. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Kraton Yogyakarta.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pigeaud, Th. G. 1967. Literature of Java Vol I: Synopsis of Javanese Literature. The Hangue:
Martinus Nijhoff.
Pigeaud, Th. G. 1968. Literature of Java Vol II: Description Lists of Javanese Manuscripts.
The Hangue: Martinus Nijhoff.
Sri Ratna Saktimulya. 2005. Katalog Naskah-Naskah Perpustakaan Pura Paku Alaman.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kamus
Harimurti Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik (Edisi Keempat). Jakarta: Gramedia.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Wojowasito. 1912. Kamus Kawi-Indonesia. Penerbit: CV Pengarang.
Suntingan teks ..., Dewi Purwati, FIB UI, 2016
Recommended