View
228
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
STUDI KETERSEDIAAN AIR TANAH UNTUK PENGEMBANGAN IRIGASI DI
KABUPATEN PASURUAN
Moh. Solichin1, Anggara WWS
1, Anindia Bestari
2
1Dosen Jurusan Teknik Pengairan
2Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan
email : bestarianindia@ymail.com
ABSTRAK
Kabupaten Pasuruan mempunyai dua gugusan pegunungan Arjuno dan Bromo merupakan salah satu
daerah yang memiliki potensi sumber daya airtanah yang sangat melimpah. Potensi sumber daya airtanah
tersebut dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan separuh populasi penduduk Kabupaten Pasuruan.
Meningkatnya jumlah penduduk mendorong pemenuhan jumlah air yang semakin banyak sedangkan jumlah
airtanah semakin menurun. Pada beberapa dekade terakhir ini pemanfaatan airtanah di Kabupaten Pasuruan
menunjukkan angka yang memprihatinkan. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna sumur airtanah meningkat,
tapi jumlah produksi airnya cenderung menurun.
Studi ini terletak di Desa Watestani, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Tujuan studi ini adalah
untuk mengetahui debit optimum yang terdapat pada sumur SDPS – 093, sehingga dengan diketahuinya
kebutuhan air irigasi di daerah irigasi tersebut berdasarkan rencana pola tata tanam, debit optimum sumur dapat
dikembangkan untuk hasil produksi pertanian.
Dari hasil perhitungan uji sumur, didapat debit optimum sumur SDPS – 093 sebesar 28 l/dt dan
kebutuhan air irigasi maksimum sebesar 1,640 lt/dt/ha dengan luas tanam 47 Ha dengan sistem pemberian air
dengan rotasi 4 blok tanpa mengesampingkan kelestarian sumur.
Kata kunci : Ketersediaan airtanah, debit optimum, pengembangan irigasi
ABSTRACT
Pasuruan Regency had two clusters, Arjuno Mountain area and Bromo Mountain area which one of
them were having big groundwater potential. The groundwater potential was able to sufficient almost half of
population in Pasuruan Regency. Population kept increasing and it made water fulfillment bigger while
groundwater kept discreasing. On this last several decades, groundwater utilizations in Pasuruan Regency
indicated the value of groundwater was worrying. Year to year, the well users kept increasing but the production
of the well kept discreasing.
This research was done in Watestani Village, Nguling Subdistrict, Pasuruan Regency. The purpose of
the study were to get the optimum discharge and the maximum irrigation water requirement based on planed the
pattern of planting, and the optimum discharge could be developed to optimize the area planted and agricultural
production.
From the resulted of well test, were obtained the optimum discharge and the maximum irrigation water
requirement were 0,28 m3/dt and 1,640 lt/dt/ha with total area was 47 Ha, those could be optimized and we
could give some production advantages to the farmers with provision of water system with four blocks rotation
without forgot about the well preservation.
Key words : Groundwater availability, optimum discharge, irrigation development
1. PENDAHULUAN
Airtanah pada masa lalu merupakan
barang bebas (free goods) yang dapat dipakai
secara bebas tanpa batas dan belum
memerlukan pengawasan pemanfaatan, tetapi
pada era pembangunan saat ini yang disertai
dengan peningkatan kebutuhan airtanah yang
sangat pesat telah merubah nilai airtanah
menjadi barang ekonomis (economic goods),
artinya airtanah diperdagangkan seperti
komoditi yang lain, bahkan di beberapa
tempat airtanah mempunyai peran yang
cukup strategis. Mengingat peran airtanah
semakin penting, maka pemanfaatan airtanah
harus didasarkan pada keseimbangan dan
kelestarian airtanah itu sendiri, dengan istilah
lain pemanfaatan airtanah harus berwawasan
lingkungan. Di Desa Watestani, Kecamatan
Nguling, Kabupaten Pasuruan pemenuhan
kebutuhan air irigasi masih kurang, sehingga
upaya perbaikan prasarana dan sarana irigasi
menjadi sangat penting untuk terus dilakukan
untuk menjamin efesiensi penggunaan
sumber air. Berdasarkan hal tersebut maka,
tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui
debit optimum yang terdapat pada sumur
SDPS – 093, sehingga dengan diketahuinya
kebutuhan air irigasi di daerah irigasi
tersebut berdasarkan rencana pola tata tanam,
debit optimum sumur dapat dikembangkan
untuk hasil produksi pertanian di Desa
Watestani, Kecamatan Nguling, Kabupaten
Pasuruan.diperlukan optimalisasi sumur
untuk pengembangan sistem pertanian di
masa yang akan datang dengan
mengoptimalkan luas lahan dan debit yang
tersedia. Dengan adanya pengembangan
irigasi ini diharapkan dapat memaksimalkan
keuntungan produksi pertanian.
2. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEBIT OPTIMUM SUMUR
Untuk mengetahui debit optimum
sumur menggunakan metode Step
Drawdown Test dengan rumus :
15/....2 5,0KDrQ wmaks
2
maksmaksmaks CQBQSw
Dimana:
Qmaks = Debit maksimum sumur
rw = Jari – jari sumur
D = Ketebalan akuifer
K = Koefisien kelulusan air
Swmaks = Penurunan muka air maksimal di
dalam sumur yang dipompa (m)
B = Koefisien akuifer loss (dt/m2)
C = Koefisien well loss (dt2/m5)
Nilai Qmaks dan Swmaks diplot dan
ditarik garisperpotongan antara kedua garis
hasil ploting , maka akan diperoleh nilai
Qoptimum dan Swoptimum
B. CURAH HUJAN EFEKTIF
Besarnya curah hujan hujan efektif
untuk tanaman padi ditentukan dengan 70%
dari curah hujan merata sepuluh harian
dengan kemungkinan kegagalan 20% atau
curah hujan R20. Curah hujan efektif
diperoleh dari 70% nilai R80 per periode
waktu pengamatan dengan persamaan
berikut :
Rpadi = R80 x 70%/10 (2-24)
dengan :
Rpadi = curah hujan untuk tanaman padi
sawah (mm/hari)
R80 = tingkat hujan yang terjadi dengan
tingkat kepercayaan 80% (mm) = curah hujan untuk tanaman padi sawah (mm/har80 = tingkat hujan yang terjadi dengan tingkat kepercayaan 80% (mm).
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman
palawija dipengaruhi oleh besarnya tingkat
evapotranspirasi dan curah hujan bulanan
rerata dari daerah yang bersangkutan. Curah
hujan efektif diperoleh dari R50 per periode
waktu pengamatan dengan persamaan di
bawah ini :
Reff = R50
C. PERKOLASI
Laju perkolasi sangat bergantung
kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah
lempung berat dengan karakteristik
pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
D. KEBUTUHAN AIR UNTUK
PENYIAPAN LAHAN
Untuk tanah bertekstur berat tanpa
retak-retak, kebutuhan air untuk penyiapan
lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air
untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.
Pada permulaan transplantasi tidak akan ada
lapisan yang tersisa di sawah. Setelah
transplantasi selesai, lapisan air di sawah
akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan,
ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan
menjadi 250 mm untuk penyiapan lahan dan
untuk lapisan air awal setelah transplantasi
selesai.
Bila lahan dibiarkan bero selama
jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau
lebih), maka lapisan air yang diperlukan
untuk penyiapan lahan diambil 300 mm,
termasuk yang 50 mm untuk penggenangan
transplantasi.
E. KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Irigasi merupakan penyaluran air
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman ke tanah yang diolah dan
mendistribusikannya secara sistematis.
Perancangan irigasi disusun berdasarkan
kondisi-kondisi meteorologi di daerah
bersangkutan dan kadar air yang diperlukan
untuk pertumbuhan tanaman. Pada studi ini
digunakan Metode Kriteria Perencanaan PU
yang mana menggunakan rumus dibawah ini
:
a. Kebutuhan air di sawah :
NFR = IR + Etc + P - Reff + WLR
dimana :
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah
(mm/hr)
IR = Kebutuhan air untuk penyiapan
lahan
Etc = Perkolasi (mm/hr)
Reff = Curah hujan efektif
WLR = Pergantian lapisan air
b. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
padi
IR = eff
NFR
dimana :
eff = efisiensi irigasi
c. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
palawija
IR = eff
ffET Re
dimana : ET = kebutuhan air tanaman (mm/hr)
Reff = Curah hujan efektif (mm/hr)
eff = efisiensi irigasi
F. ANALISA NERACA AIR
Dalam perhitungan neraca air,
kebutuhan air irigasi yang dihasilkan untuk
pola tata tanam yang dipakai akan
dibandingkan dengan debit air yang tersedia.
Apabila debit yang tersedia melimpah, maka
luas daerah irigasi akan terpenuhi
kebutuhanya terhadap air. Bila debit yang
tersedia tidak berlimpah dan kadang –
kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3
pilihan yang harus dipertimbangkan:
o Luas daerah irigasi dikurangi
Pengurangan terhadap luas layanan irigasi
yang akan dialiri oleh sumur.
o Melakukan modifikasi dalam pola tata
tanam
Dapat diadakan perubahan dalam
pemilihan tanaman atau tanggal
dimulainya tanam untuk mengurangi
kebutuhan air irigasi di sawah, agar ada
kemungkinan untuk mengairi areal yang
lebih luas dengan debit yang tersedia.
o Rotasi teknis atau golongan
Melakukan pembagian air secara rotasi
atau golongan terhadap daerah layanan
irigasi.
G. SISTEM PEMBERIAN AIR EMPAT
BLOK ROTASI
Metode pembagian air pada petak
tersier yang dibagi atas empat blok rotasi
adalah petak tersier dibagi menjadi empat
blok rotasi dimana tiap blok diusahakan agar
luasnya hampir sama.
1. Rotasi I (satu blok tidak diairi , tiga blok
lainnya diairi) dilakukan bila Q = 60% -
80% Qmax.
2. Rotasi II (dua Blok tidak diairi, dua blok
lainnya diairi) dilakukan bila Q = 40% -
60% Qmax.
3. Rotasi III (Tiga Blok tidak diairi, satu
blok lainnya diairi) dilakukan bila Q =
40% Qmax.
3. LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
A. ANALISA DEBIT OPTIMUM
Langkah – langkah :
a. Plot nilai Sw dari masing-masing tahap
sebagai sumbu y, dan nilai Q sebagai
sumbu x.
b. Menghitung nilai Q maksimum dengan
menggunakan persamaan :
15/....2 5,0KDrQmaks w
c. Menghitung nilai Sw maksimum dengan
menggunakan persamaan :
2
maksmaksmaks CQBQSw
d. Nilai Qmaks dan Swmaks diplot dan ditarik
garis perpotongan antara kedua garis hasil
ploting, maka akan diperoleh nilai
Qoptimum dan Swoptimum
e. Besarnya Qoptimum inilah yang digunakan
sebagai dasar dalam memanfaatkan debit
airtanah. Artinya pemanfaatan debit
airtanah tidak boleh lebih dari debit
optimum (Qoptimum) untuk menjaga
kelestariannya.
B. ANALISA KEBUTUHAN AIR
IRIGASI
Langkah – langkah :
a. Pengolahan data hujan
Mengurutkan data curah hujan selama 10
tahun dari nilai terkecil sampai terbesar,
kemudian menetapkan R80 dan R50 sebagai
tahun dasar perencanaan untuk menentukan
curah hujan efektif (Re)
b. Analisa kebutuhan air tanaman
- Evapotranspirasi
Menghitung evapotranspirasi potensial
dengan metode Penman Modifikasi (Eto)
berdasarkan data klimatologi yang telah
ada.
- Koefisien tanaman
Menetapkan koefisien tanaman
berdasarkan jenis tanaman dan usia
tanaman pada penggambaran pola tata
tanam.
- Penggunaan air konsumtif
Nilai penggunaan air konsumtif didapat
dari perhitungan rerata koefisien tanaman
dan evapotranspirasi potensial.
- Perkolasi
Menentukan besarnya nilai perkolasi
berdasarkan jenis tanah.
- Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Berdasarkan nilai dari evapotranspirasi
potensial dan perkolasi, dapat dihitung
nilai kebutuhan air untuk penyiapan
lahan.
- Rencana pola tata tanam
Menentukan pola tata tanam dan
menghitung besarnya kebutuhan air
irigasi berdasarkan hasil perhitungan
evapotranspirasi potensial (Eto) dan curah
hujan efektif (Re).
C. ANALISA NERACA AIR
Dalam perhitungan neraca air ini,
kebutuhan air irigasi yang dihasilkan untuk
pola tata tanam yang dipakai akan
dibandingkan dengan debit optimum yang
didapat dari hasil uji sumur, sehingga dari
grafik neraca air dapat dilihat kebutuhan air
irigasi sudah tercukupi oleh debit optimum
sumur atau belum .
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN DEBIT OPTIMUM
Tabel 1. Tabel Step Drawdown Test Sumur
SDPS 093
No. Tahap
Uji
Sw Q Q/S S/Q
(meter) (lt/dtk) (m2/dt) (dt/m2)
1 I 8,88 25,32 0,002851 350,7109
2 II 11,16 30,49 0,002732 366,0216
3 III 14,88 35,36 0,002376 420,8145
4 IV 17,12 40,04 0,002339 427,5724
5 V 20,58 45,3 0,002201 454,3046
6 VI 23,26 50,01 0,00215 465,107
Membuat grafik normal (Step
Dradown Test) dengan absis Sw/Q untuk
mendapatkan nilai B dan C sehingga dapat
dihitung nilai kehilangan tekanan pada
akuifer (Aquifer loss/BQ) dan kehilangan
tekanan pada sumur (well loss/CQ2).
Kemudian menghitung nilai Fd (faktor
development) untuk mengetahui kondisi
sumur.
Gambar 1. Grafik hubungan Q dan Sw/Q
Berdasarkan hasil faktor development
(Fd) sumur SDPS – 093 merupakan sumur
dengan kondisi yang sangat baik dan
mempunyai produktifitas yang tinggi.
Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam uji sumur ini adalah sebagai
berikut :
a. Perhitungan dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara Q dan S dibuat
pada skala normal. Kemudian Melakukan
regresi polinomial orde 2 sehingga
diperoleh persamaan y = 1105,4 x2 + 510
x ( X = Q dan Y = S).
b. Selanjutnya menghitung debit maksimum
(Qmaks) sumur dengan persamaan
Huisman sebagai berikut:
Qmaks = 2π x rw x D x ( )
= 2 x 3,14 x 0,2032 x 42 x
(15
0001,0)
= 0,0463 m3/dt
c. Dari persamaan regresi maka diperoleh:
Smaks = 1105 Qmaks2 + 510 Qmaks
= 1105 (0,0463)2 + 510 (0,0463)
= 25 m
d. Kemudan nilai S maks dihubungkan
dengan Q maks maka dari grafik
diperoleh Q optimum 0,028 m3/dt dan Sw
optimum 10 m. Secara grafis
penyelesaiannya dapat dilihat pada grafik
berikut :
Gambar 2. Grafik Step Drawdown Test Sumur
SDPS 093
B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
IRIGASI
Pada studi ini dibuat 3 alternatif pola
tanam agar mendapatkan keuntungan hasil
produksi yang maksimal.
A. Pola tanam alternatif 1
- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,
dan jagung.
- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari
- Tanaman padi II (50%) berumur 90 hari
- Tanaman jagung I (50%) berumur 90 hari
- Tanaman jagung II (100%) berumur 90
hari
Tabel 2. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif I
Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi
(lt/dt/ha)
I 1,640
II 1,378
III 1,117
I 0,778
II 0,632
III 0,526
I 0,770
II 0,650
III 0,352
I 0,164
II 1,017
III 1,232
I 0,679
II 0,603
III 0,645
I 0,379
II 0,524
III 0,710
I 0,574
II 0,569
III 0,514
I 0,391
II 0,217
III 0,036
I 0,021
II 0,081
III 0,162
I 0,296
II 0,363
III 0,408
I 0,607
II 0,568
III 0,497
I 0,679
II 1,098
III 1,551
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Sumber: Perhitungan
Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif
I dijadikan grafik dengan absis kebutuhan air
irigasi dan curah hujan efektif (grafik dapat
dilihat pada gambar 3).
B. Pola Tanam Alternatif II
- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,
dan jagung.
- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari
- Tanaman padi II (75%) berumur 90 hari
- Tanaman jagung I (25%) berumur 90 hari
- Tanaman jagung II (100%) berumur 90
hari
Tabel 3. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif II
Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi
(lt/dt/ha)
I 1,640
II 1,378
III 1,117
I 0,778
II 0,632
III 0,526
I 0,770
II 0,650
III 0,352
I 0,164
II 1,017
III 1,232
I 0,679
II 0,603
III 0,645
I 0,379
II 0,524
III 0,710
I 0,574
II 0,569
III 0,514
I 0,391
II 0,217
III 0,036
I 0,021
II 0,081
III 0,162
I 0,296
II 0,363
III 0,408
I 0,607
II 0,568
III 0,497
I 0,679
II 1,098
III 1,551
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif
II dijadikan grafik dengan absis kebutuhan
air irigasi dan curah hujan efektif efektif
(grafik dapat dilihat pada gambar 4).
C. Pola Tanam Alternatif III
- Tanaman yang ditanam adalah padi, padi,
jagung.
- Tanaman padi I (100%) berumur 90 hari
- Tanaman padi II (100%) berumur 90 hari
- Tanaman jagung I (100%) berumur 90
hari
Tabel 4. Kebutuhan Air Irigasi Alternatif III
Bulan Periode Kebutuhan Air Irigasi
(lt/dt/ha)
I 1,640
II 1,378
III 1,117
I 0,778
II 0,632
III 0,526
I 0,770
II 0,650
III 0,352
I 0,173
II 1,046
III 1,281
I 0,878
II 0,764
III 0,796
I 0,540
II 0,702
III 0,832
I 0,696
II 0,677
III 0,601
I 0,473
II 0,284
III 0,039
I 0,021
II 0,081
III 0,162
I 0,296
II 0,363
III 0,408
I 0,607
II 0,568
III 0,497
I 0,679
II 1,098
III 1,551
Oktober
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
November
Desember
Januari
Februari
Maret
Dari hasil kebutuhan irigasi alternatif
III dijadikan grafik dengan absis kebutuhan
air irigasi dan curah hujan efektif efektif
(grafik dapat dilihat pada gambar 5).
.
C. ANALISA NERACA AIR
Analisa neraca air dilakukan untuk
melihat apakah debit optimum sumur cukup
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi. Dari
perhitungan sebelumnya diketahui debit
optimum sumur adalah 28 lt/dt dan luas
daerah irigasi sebesar 47 ha. Perhitungan
neraca air dibagi menjadi 3 alternatif sesuai
dengan rencana pola tanam dan akan didapat
grafik sebagai berikut :
Dari grafik tiga alternatif (grafik
dapat dilihat pada gambar 6,7 dan 8) analisa
neraca air dapat dilihat bahwa dengan debit
optimum sumur, kebutuhan air irigasi masih
belum mencukupi pada beberapa periode dan
pemberian air secara rotasi 3 blok juga
belum dapat memenuhi sehingga digunakan
sistem pemberian air rotasi 4 blok agar ebit
optimum dapat memenuhi kebutuhan air
irigasi dan dapat memberikan keuntungan
yang maksimal dari segi produksi pada para
petani.
D. ANALISA KEUNTUNGAN HASIL
PRODUKSI
Dari hasil perhitungan tiga alternatif
pola tanam dapat diketahui keuntungan hasil
produksi per tahun yaitu :
Tabel 5. Rekap Hasil Keuntungan Produksi
Musim
Tanam
Keuntungan Produksi (juta)
PTT
Eksisting
PTT
Alternatif
I
PTT
Alternatif
II
PTT
Alternatif
III
I 5.076 5.076 5.076 5.076
II 2.526 3.801 4.439 5.076
III 2.526 2.526 2.526 2.526
TOTAL 10.129 11.403 12.041 12.678
Dari perhitungan keuntungan
produksi tersebut PTT Alternatif III bisa
memberikan keuntungan yang lebih dari sisi
ekonomi dan juga dengan pola tanam
alternatif III yaitu padi-padi-palawija para
petani bisa memberikan cukup air dengan
sistem pemberian air rotasi 4 blok tanpa
merusak kondisi sumur dan mendapatkan
keuntungan produksi yang maksimal.
Sehingga alternatif III dipilih karena lebih
efektif dan efisien dan juga dapat
meningkatkan hasil produksi dan dapat
memberikan keuntungan dari segi ekonomi
terhadap para petani.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka diapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Besar debit optimum Sumur SDPS – 093
di Desa Watestani, Kecamatan Nguling,
Kabupaten Pasuruan adalah 28 l/dtk.
Debit tersebut didapat dari hasil
perhitungan pengujian sumur dan
selanjutnya debit optimum sumur
digunakan pada analisa selanjutnya.
2. Perhitungan nilai kebutuhan air irigasi di
sawah (NFR) menggunakan tiga alternatif
pola tata tanam dengan metode kriteria
perencanaan PU didapat nilai kebutuhan
air irigasi yang sama yaitu 1,640 lt/dt/ha.
3. Dengan luas layanan sumur 47 ha dan
debit optimum 28 l/dtk, perencanaan
sistem pemberian air yang sesuai
didasarkan pada hasil analisa neraca air
adalah sistem pemberian air rotasi atau
giliran dengan pembagian blok tersier
menjadi 4 blok.
4. Pola tata tanam di daerah layanan irigasi
dapat dikembangkan menjadi padi-padi-
palawija. Dan dari hasil pengembangan
pola tanam tersebut didapatkan
keuntungan pada hasil produksi. Dengan
keuntungan hasil produksi per tahun :
Eksisting = Rp 10.128.500.000 ,-
Alternatif 1= Rp 11.403.375.000,-
Alternatif 2= Rp 12.040.812.500,-
Alternatif 3= Rp 12.678.250.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Richard G. 1998. Crop
Evapotranspiration – Guidelines For
Computing Crop Water Requirements.
Amerika: Food And Agriculture
Organization (FAO).
Anonim, 1986. Buku Petunjuk Perencanaan
Irigasi, Bagian Penunjang Untuk
Standar Perencanaan Irigasi.
Bandung: C.V. Galang Persada.
Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi,
Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan
Irigasi KP-01. Bandung: C.V. Galang
Persada.
Bentley. 2007. User Guide WaterCAD ver 8
XM Edition. Watertown CT, USA.
Bisri, Mohammad. 1991. Aliran Air Tanah.
Malang: Bagian Penerbitan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
Giatman. 2005. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Linsley, Ray K. Max A. Kohler dan Joseph
L. H. Paulhus. 1996. Hidrologi Untuk
Insinyur. Edisi ketiga, terjemahan Ir.
Yandi Hermawan. Jakarta: Erlangga.
Sari, Santi. 2007. Studi Perencanaan Irigasi
Tetes Pada Lahan Kering
Menggunakan Tanaman Cabai Rawit
(Capsicum Frutescens L.). Skripsi
tidak dipublikasikan. Malang: Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda.
1983. Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta: Pradyna Paramita.
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman.
Malang: Institut Teknologi Nasional.
Gambar 3. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif I
Gambar 4. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif II
Gambar 5. Grafik Kebutuhan Air Irigasi Alternatif III
PADI I (100%) PADI II (50%) JAGUNG II (100%)
PADI I (100%) PADI II (75%) JAGUNG II (100%)
PADI I (100%) PADI II (100%) JAGUNG II (100%)
ALTERNATIF I
ALTERNATIF II
ALTERNATIF III
Gambar 6. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif I
Gambar 7. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif II
Gambar 8. Grafik Analisa Neraca Air Alternatif III
JAGUNG (50%) JAGUNG 100%
JAGUNG 100%
ALTERNATIF I
ALTERNATIF II
ALTERNATIF III
Recommended