View
232
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
1
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PANTAI GORAH
DESA BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM KABUPATEN
BINTAN
COMMUNITY STRUCTURE OF SEAGRASS IN WATERS GORAH
BEACH SERI KOALA LOBAM DISTRICT BINTAN
Dwi Ari Putra (1),
ItaKarlina(2)
,RisandiDwirama Putra(3)
JurusanIlmuKelautan, FakultasIlmuKelautandanPerikanan,
UniversitasMaritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29125
Email :Arieprakoso243@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini di lakukan di Pantai Gorah Desa Busung Kecamatan Sri Koala Lobam
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2016, Bertujuan
untuk mengetahui struktur komunitas lamun, pengambialan sample lamun dilakukan dengan
mengunakan transek plot dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm yang terdiri dari 33 titik plot. Pada
penelitian ditemukan 5 jenis Lamun Thalassiahemprichii, Holophilaovalis, Cymodocea
rotundata, Enhalus acoroides, dan Syringodium iseotifolium, tutupan lamun di pantai Gorah
adalah sebesar 10.80 pada Thalassia hemprichii, kerapatan tertinggi yang ditemukan adalah
Thalassia hemprichii sebesar 33.94 individu/ tegakan m2
.dan nilai INP lamun di perairan
Pantai Gorah yang terbesar didapat oleh jenis Thalassia hemprichii hal ini menunjukan
bahwa jenis Thalassia Hemprichii mempunyai peran penting pada komunitas padang lamun
di perairan Pantai Gorah dengan nilai INP sebesar 85.76%, Keanekaragaman jenis lamun di
perairan Pantai Gorah masuk kedalam kategoris edang , sedangkan indeks dominansi lamun
di perairan Pantai Gorah masuk dalam kategori rendah, dan Sebaran lamun di perairan Pantai
Gorah mengelompok.
Kata Kunci :Lamun, Struktur Komunitas, Keanekaragaman, Pantai Gorah
2
ABSTRACT
The research was done at Gorah Beach Village District of Sri Koala Lobam Busung
Bintan Riau Islands regency implemented in June - August 2016, aims to determine the
community structure of seagrass, seagrass pengambialan sample transects conducted by using
a plot with a size of 0.5 cm x 0.5 cm comprising 33 plot point. In the study found five types
of Seagrass Thalassiahemprichii, Holophilaovalis, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides,
and Syringodium iseotifolium, cover seagrass on the beach Gorah is at 10.80 on Thalassia
hemprichii, the highest density found is Thalassia hemprichii amounted to 33.94 individual /
m2 stand .and IVI seagrass in the Coastal waters Gorah the largest obtained by the type of
Thalassia hemprichii this shows that the type of Thalassia hemprichii have an important role
in the community of seagrass in Coastal waters Gorah with IVI of 85.76%, Diversity seagrass
species in waters of the Turkish Gorah get into categorical edang, while the index seagrass
dominance in Turkish waters Gorah in the category of low, and the distribution of seagrass in
Turkish waters Gorah clumped.
Keywords: Seagrass, Community structure, Diversity, Coastal Gurah
3
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki panjang garis
pantai kurang lebih 81.000 km, dimana di
dalamnya terdapat potensi sumberdaya
wilayah pesisir dan laut yang sangat besar,
di antaranya sumberdaya lamun (seagrass)
yang dikenal dengan istilah lamun dan
alang-alang laut. Lamun adalah tumbuhan
berbunga (angiospermae) yang tumbuh
dan berkembang dengan baik dilingkungan
laut dangkal, yang dapat membentuk
kelompok – kelompok kecil dari beberapa
tegakan tunas sampai berupa hamparan
lamun yang sangat luas.
Pantai Gorah merupakan wilayah
pantai yang terletak di sebelah utara Desa
Busung yang memiliki sebaran vegetasi
lamun disepanjang pesisir pantainya.
Kawasan perairan tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat setempat untuk kegiatan
tempat mencari ikan, udang, kerang-
kerangan, serta siput-siput laut seperti
gonggong yang dipanen langsung dari area
padang lamun untuk dikonsumsi dan
dijual, serta saat sekarang ini juga sedang
berlangsung aktikivatas pembangunan
Bandara pada kawasan tersebut.
Penelitian ini bertujuan
mendapatkan untuk mengetahui struktur
komunitas lamun diperairan Pantai Gorah
Desa Busung Kecamatan Sri Koala Lobam
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau.
Manfaat dari penelitian yaitu untuk
memberikan data deskriptif mengenai
struktur komunitas lamun di Pantai Gorah
Desa Busung. Selain itu hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
media informasi untuk pihak terkait
mengenai kondisi ekosistem padang
lamun, serta keanekaragaman lamun dalam
upaya pengelolaan ekosistem lamun
tersebut secara terpadu dan berkelanjutan.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juni – Agustus 2016 yang meliputi
survei lokasi, studi literatur, pembuatan
proposal, pengambilan data, pengolahan
dan analisisdata, serta laporan penelitian.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
4
Metode Penelitian
Penentuan Stasiun Penelitian
Stasiun penelitian ditentukan dengan
menggunakan metode acak (random
sampling), Dengan menggunakan software
sampling random didapatkan 33 titik
koordinat pengamatan lamun yang tersebar
diwilayah Pantai Gorah Desa Bususng.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode survey
yang terbagi atas dua yakni data primer
dan data sekunder.
Prosedur Kerja
Pengamatan Padang Lamun
Pengamatan Lamun dilakukan
dengan menggunakan petak contoh
(Transek plot). Petak contoh (Transek
Plot) Petak contoh (Transek Plot) yang
digunakan sesuai dengan petak contoh
pada KEP. MEN. LH. No 200 tahun 2004
yaitu petak contoh dengan ukuran 50 cm x
50 cm.
Identifikasi jenis lamun
Sampel lamun yang terdapat di
lokasi praktik lapang diambil dengan
menggunakan tangan hingga akarnya
(rhizoma) dan diidentifikasi jenisnya.
Untuk identifikasi jenis lamun dilakukan
dengan acuan inventarisasi jenis lamun di
Indonesia (Azkab, 1999) dan sea grass
watch monitoring guidelines (mc. Kenzi,
2003). Untuk jenis lamun yang tidak
diketahui jenisnya dilakukan identifikasi
lebih lanjut di Laboratorium Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Maritim Raja
Ali Haji.
Pengolahan data lamun
Untuk menghitung Frekuensi,
penutupan, indeks nilai penting,
keanekaragaman, keseragaman,
Dominansi, dan pola Penyebaran lamun
dapat di hitung dengan cara sebagai
berikut :
Kerapatan Jenis Lamun
Kerapatan jenis adalah jumlah
individu (tegakan) per satuan luas.
Kerapatan masing-masing jenis pada
setiap stasiun dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
Di = ni / A
Di mana : Di = Kerapatan jenis
(tegakan/1m2)
ni = Jumlah individu (tegakan) ke –i
dalam transek kuadrat
A = Luas transek kuadrat (1 m2)
Kerapatan Relatif (RDi)
Kerapatan relatif adalah
perbandingan antara jumlah individu jenis
5
dan jumlah total individu seluruh jenis
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
100xn
niRDi
Di mana : RDi = Kerapatan relatif
ni = Jumlah total
tegakan species i (tegakan)
∑n = Jumlah total
individu seluruh jenis
Frekuensi Jenis
Frekuensi jenis adalah peluang
suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
yang diamati. Frekuensi jenis dihitung
dengan rumus Odum, (1971) dalam Nur,
(2011).
P
PiF
Di mana : Fi = Frekuensi
Jenis
Pi = Jumlah
petak contoh dimana
ditemukan species i
∑p = Jumlah total
petak contoh yang diamati
Frekuensi Relatif (RFi)
Frekuensi Relatif adalah
perbandingan antara frekuensi species (Fi)
dengan jumlah frekuensi semua jenis (∑Fi)
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
100xF
FiRFi
Di mana : RFi = Frekuensi
Relatif
Fi = Frekuensi
species i
∑Fi = Jumlah
frekuensi semua jenis
Penutupan (P), yaitu luas total area
yang tertutupi oleh jenis lamun. Penutupan
Relatif (PR), yaitu perbandingan antara
penutupan individu jeniske I (ni) dengan
jumlah total penutupan seluruh jenis (n)
(Brower dan Zar, 1989 dalam Afrina
2014).. Penentuan kelas penutupan lamun
dapat di lihat pada gambar 5.
Gambar 5. penentuan persentase
penutupan lamun (mc kenzie. 2003)
6
Setelah didapat nilai persentase
penutupan perjenis nilai penutupan dan
penutupan relatif dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Brower dan Zar, 1989
dalam Afrina 2014) sebagai berikut :
penutupan (P),
Penutupan relatif (PR)
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai Penting (INP),
digunakan untuk menghitung dan
menduga keseluruhan dari peranan jenis
lamun di dalam satu komunitas. Semakin
tinggi nilai INP suatu jenis relatif terhadap
jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis
pada komunitas tersebut Ferianita, (2007)
dalam Nur, (2011) Rumus yang digunakan
untuk menghitung INP adalah :
INP = FR + RC + RD
Dimana : INP = Indeks nilai penting
RC = Penutupan relatif
FR = Frekuensi relatif
RD = Kerapatan relative
Indeks Keanekaragaman, Keseragaman
dan Dominasi
Keanekaragaman, keseragaman
dan dominasi lamun ditentukan dari besar
nilai indeks yang ada. Indeks
keanekaragaman menggunakan rumus dari
Shannon–Wenner Odum,(1971) dalam
Fachrul,(2007).
Dengan :
H’ = indeks keanekaragaman
ni =jumlah individu jenis ke i
N = jumlah individu total
Pi = proporsi frekwensi jenis ke I terhadap
jumlah total
Dengan nilai H’ : 0 < H’ < 1 =
Keanekaragaman rendah
1 ≤ H’ ≤ 3 =
Keanekaragamn sedang
H’ > 3 =
Keanekaragaman tinggi
Nilai indeks keanekaragaman akan
naik seiring dengan kenaikan jumlah jenis
dalam komunitas.
Indeks keseragaman Odum,(1971) dalam
Fachrul,(2007).
Dengan:
E = jumlah keseragaman
S = jumlah taksa/jenis
Indeks ini menunjukan pola
sebaran biota yaitu merata atau tidak. Nilai
7
indeks kemerataan berkisar antara 0 -1
dengan katagori sebagai berikut:
E < 0,4 = keseragaman kecil
0,4 ≤ E <0,6 = keseragaman
sedang
E ≥ 0,6 = keseragaman
besar
Indeks dominasi dihitung dengan rumus
Simpson (1949) dalam Fachrul, (2007).
Dengan:
D = indeks dominasi Simpson
Pi = proporsi jumlah ke I terhadap jumlah
total.
Sebaran
Pola sebaran lamun dapat dihitung
dengan rumus indeks Morisita Brower
et,al,. (1990) dalam Fauziyah, (2004).
Id = Indeks dispersi Morasita
n = Jumlah plot pengambilan
contoh
N = Jumlah individu total dalam plot
Xi² = Jumlah kuadrat individu plot
ke-
PengukuranParameter
Lingkungan
Parameter Satuan Alat/ Analisis Keterangan
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Arus
Ph
Substrat
°C
‰
M
Cm / dtk
-
Termometer
Refraktrometr
Secchi disk
Stopwach
pH meter
Penggaris/visual
Data Skunder
Data Skunder
Data Skunder
Data Skunder
Data Skunder
Data Primer
Pengolahan dan Analisa Data
Kerapatan Jenis Lamun
Kerapatan jenis adalah jumlah
individu (tegakan) per satuan luas.
Kerapatan masing-masing jenis pada
setiap stasiun dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
Di = ni / A
Di mana : Di = Kerapatan jenis
(tegakan/1m2)
ni = Jumlah individu (tegakan) ke –i
dalam transek kuadrat
A = Luas transek kuadrat (1 m2)
Kerapatan Relatif (RDi)
Kerapatan relatif adalah
perbandingan antara jumlah individu jenis
dan jumlah total individu seluruh jenis
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
100xn
niRDi
Di mana : RDi = Kerapatan relatif
ni = Jumlah total
tegakan species i (tegakan)
8
∑n = Jumlah total
individu seluruh jenis
Frekuensi Jenis
Frekuensi jenis adalah peluang
suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
yang diamati. Frekuensi jenis dihitung
dengan rumus Odum, (1971) dalam Nur,
(2011).
P
PiF
Di mana : Fi = Frekuensi
Jenis
Pi = Jumlah
petak contoh dimana
ditemukan species i
∑p = Jumlah total
petak contoh yang diamati
Frekuensi Relatif (RFi)
Frekuensi Relatif adalah
perbandingan antara frekuensi species (Fi)
dengan jumlah frekuensi semua jenis (∑Fi)
Odum, (1971) dalam Nur, (2011).
100xF
FiRFi
Di mana : RFi = Frekuensi
Relatif
Fi = Frekuensi
species i
∑Fi = Jumlah
frekuensi semua jenis
Penutupan (Ci)
Adalah luas area yang tertutupi
oleh jenis- i. Penutupan jenis dihitung
dengan menggunakan rumus Odum,
(1971) dalam Nur, (2011).
Ci = ai/ A
Di mana : Ci = Luas area
yang tertutupi
ai = Luas total
penutupan species i
A = Luas total
pengambilan sampel
Penutupan Relatif (RCi)
Adalah perbandingan antara
penutupan individu jenis ke-i dengan
jumlah total penutupan seluruh jenis.
Penutupan relatif jenis dihitung dengan
menggunakan rumus Odum, (1971) dalam
Nur, (2011).
%100xCi
CiRCi
Dimana : Ci = Luas area
penutupan jenis
C = Luas total area
penutupan untuk seluruh jenis
RCi = Penutupan relatif
jenis
Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai Penting (INP),
digunakan untuk menghitung dan
menduga keseluruhan dari peranan jenis
lamun di dalam satu komunitas. Semakin
9
tinggi nilai INP suatu jenis relatif terhadap
jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis
pada komunitas tersebut Ferianita, (2007)
dalam Nur, (2011) Rumus yang digunakan
untuk menghitung INP adalah :
INP = FR + RC + RD
Dimana : INP = Indeks nilai penting
RC = Penutupan relatif
FR = Frekuensi relatif
RD = Kerapatan relative
Indeks Keanekaragaman, Keseragaman
dan Dominasi
Keanekaragaman, keseragaman
dan dominasi lamun ditentukan dari besar
nilai indeks yang ada. Indeks
keanekaragaman menggunakan rumus dari
Shannon–Wenner Odum,(1971) dalam
Fachrul,(2007).
Dengan :
H’ = indeks keanekaragaman
ni =jumlah individu jenis ke i
N = jumlah individu total
Pi = proporsi frekwensi jenis ke I terhadap
jumlah total
Dengan nilai H’ : 0 < H’ < 1 =
Keanekaragaman rendah
1 ≤ H’ ≤ 3 =
Keanekaragamn sedang
H’ > 3 =
Keanekaragaman tinggi
Nilai indeks keanekaragaman akan
naik seiring dengan kenaikan jumlah jenis
dalam komunitas.
Indeks keseragaman Odum,(1971) dalam
Fachrul,(2007).
Dengan:
E = jumlah keseragaman
S = jumlah taksa/jenis
Indeks ini menunjukan pola
sebaran biota yaitu merata atau tidak. Nilai
indeks kemerataan berkisar antara 0 -1
dengan katagori sebagai berikut:
E < 0,4 = keseragaman kecil
0,4 ≤ E <0,6 = keseragaman
sedang
E ≥ 0,6 = keseragaman
besar
Indeks dominasi dihitung dengan rumus
Simpson (1949) dalam Fachrul, (2007).
Dengan:
D = indeks dominasi Simpson
Pi = proporsi jumlah ke I terhadap jumlah
total.
10
Sebaran
Pola sebaran lamun dapat dihitung
dengan rumus indeks Morisita Brower
et,al,. (1990) dalam Fauziyah, (2004).
Id = Indeks dispersi Morasita
n = Jumlah plot pengambilan
contoh
N = Jumlah individu total dalam plot
Xi² = Jumlah kuadrat individu plot ke-
i
Sebaran individu lamun mengikuti kreteria
sebagai berikut:
Ip < 0 : seragam
Ip = 0 : acak
Ip > 0 : mengelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang didapat
untuk suhu perairan di Pulau Duyung
berkisar 30,52°C – 31,35°C. Dari data
tersebut dapat digambarkan kisaran suhu
pada tiap stasiun tidak jauh berbeda.
Kisaran suhu yang didapat merupakan
kisaran normal untuk daerah tropis. namun
masih dalam kisaran suhu untuk
pertumbuhan.
Kecerahan perairan Pulau Duyung
saat di lakukan pengukuran adalah 6,17
meter – 6,52 Kondisi dengan tingkat
kecerahan seperti ini sangat baik bagi
pertumbuhan lamun karena mempengaruhi
penetrasi cahaya yang masuk keperairan.
Lamun membutuhkan rata – rata radiasi
cahaya 11 % untuk dapat tumbuh
(Hemingga dan Duarte, 2000). dari hasil
pengukuran tersebut, bahwa perairan Pulau
Duyung penyinaran matahari masih terjadi
sampai pada kedalaman tertentu.
Kecepatan arus di perairan Pulau
Duyung dari hasil pengukuran didapat
berkisar antara 0,07 – 0,08 cm/dtk (Tabel
8). Arus yang didapat relatif tenang. arus
yang tenang disebabkan oleh karang,
lamun dan kedangkalan perairan serta
faktor musim.
hasil rata – rata pengukuran derajat
keasaman (pH) nilai yang didapat pada
setiap stasiun terlihat tidak terlalu
bervariasi. Tingkat keasaman yang
diperoleh 8,12 – 8,19 dan merupakan
kisaran yang masih normal untuk
mendukung kehidupan organisme dan
pertumbuhan lamun. Hal ini dikuatkan
oleh Hawkess (1975) dalam Santoso
(1988) bahwa derajat keasaman yang baik
dalam mendukung pertumbuhan lamun
adalah berkisar 5,6 – 8,3.
Substrat
Perairan Pulau Duyung ke tiga
stasiun didominasi oleh Pasir kasar.
Stasiun 1 didominasi oleh subtrat pasir dan
kerikil sebesar 64, 8 %, Stasiun 2 juga
11
didominasi oleh pasir dan kerikil sebesar
64,7 % dan stasiun 3 sebesar 64,1 %
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perairan pulau Duyung didominasi
oleh pasir dan kerikil. Menurut Dahuri
(2001),
Jenis Lamun
Lamun yang ditemukan di Perairan
Pulau Duyung 5 jenis.
Jenis Jumlah
Thalassia hemprichii 280
Holophila ovalis 246
Cymodocea rotundata 177
Enhalus acoroides 124
Syringodium iseotifolium 67
Jumlah 894
Sumber: Data Primer
Spesies lamun yang ditemukan
yaitu; Thalassia hemprichii, Holophila
ovalis, Cymodocea rotundata, Enhalus
acoroides, dan Syringodium iseotifolium.
Jenis lamun tertinggi yang ditemukan di
perairan Pantai Gorah adalah jenis
Thalassia hemprichii dengan jumlah 280
individu. Jenis Thalasssia hemprichii
memiliki jumlah yang terbesar karena jenis
ini tersebar di perairan Pantai Gorah dan
tumbuh dari pantai hingga batas akhir
lamun ditemukan.
Syringodium iseotifolium merupakan jenis
lamun yang hidup dikedalaman 40 meter,
serta sangat bergantung pada cahaya
matahari yang masuk keperairan.
Kerapatan jenis
Kerapatan jenis lamun di pengaruhi
oleh factor-faktor tempat tumbuh lamun
tersebut seperti kedalaman ,kecerahan, tipe
subtract , kerapatan jenis lamun akan
semakin tinggi bila kondisi lingkungannya
dalam keadaan baik, dari hasil yang
didapatkan di pantai Gorah jenis lamun
tertinggi adalah Thalassia hemprichii
sebesar 33.94 individu/ tegakan m2 ,jenis
lamun ini memiliki karakteristik hidup
didaerah perairan dangkal dan terbuka
serta bersubtrat dasar pasir berlumpur dan
pasir kasar. Kerapatan terendah adalah
jenis Syringodium iseotifolium , jenis
laamu ini dapat hidup di kedalaman
sampai 40 meter.
Frekuensi Jenis
Frekuensi jenis merupakan peluang
ditemukanya suatu jenis tertentu di dalam
plot pengamatan yang di amati sehinnga
dapat menggambarkan sebaran lamun yang
di temui. Nilai frekuensi terbesar adalah
jenis Thalassia hemprichii dengan nilai
1.00 yang berarti jenis Thalassia
hemprichii di temukan di stiap plot
pengamatan, kemudian jenis Syringodium
iseotifolium merupakan jenis dengan nilai
frekuensi terendah dengan nilai 0.79. Jenis
12
Thalassia hemprichi memiliki nilai yang
tinggi di sebabkan karena jenis Thalassia
hemprichi mampu hidup pada berbagai
macam tipe subtrat dari pecahan karang,
substrat lunak hingga lumpur cair.
Frekuensi relatif adalah peluang di
temukanya jenis tertentu yang berbanding
dengan jumlah frekuensi semua jenis.
Besar kecilnya nilai Frekuensi relatif
berbanding sama dengan nilai frekuensi
yang didapat. Jenis Thalassia hemprichii
memiliki nilai frekuensi relative terbesar,
yaitu sebesar 21.71%, dan jenis
Syringodium iseotifolium memiliki nilai
frekuensi relatif sebesar 17.11%. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahawa jenis
Thalassia hemprichii memiliki nilai
frekuensi relatif tertinggi sedangkan jenis
Syringodium iseotifolium memiki nilai
frekuensi relatif yang terendah.
Persentase penutupan
Persentase penutupan merupakan
luas suatu perairan yang tertutupi oleh
jenis lamun. Pengamatan penutupan jenis
lamun di lakukan dengan melihat helaian
daun dan di bandingkan persentasenya
pada panduan persentase penutupan Mc.
kenzie. Dari hasil analisis penutupan
lamun dengan metode Mc. kenzie di
dapatlah hasil persentase penutupan lamun
di perairan Pantai Gorah, jenis Thalassia
hemprichii merupakan jenis dengan nilai
penutupan tertinggi yaitu sebesar 10.80,
sedangkan jenis Syringodium iseotifolium
merupakan jenis lamun dengan nilai
penutupan terendah dengan nilai 2.42
dengan total keseluruhan penutupan lamun
di perairan Pantai Gorah sebesar 33.
Menurut kep.Men LH no. 200 tahun 2004,
status penutupan padang lamun perairan
Pantai Gorah masuk dalam kategori
kurang kaya/kurang sehat karena berkisar
antara 30-59.9% Hal ini di duga karena
kekeruhan yang tinggi dan tipe substrat
dasar yang berlumpur yang menyebabkan
lamun tertutupi oleh lumpur atau butiran
pasir halus dan rusaknya daun lamun yang
di duga karena terkena cahaya matahari
pada saat surut dan aktifitas masyarakat
yang mencari kerang – kerangan konsumsi
yang secara tidak langsung mempengaruhi
penutupan padang lamun di perairan
Pantai Gorah dan akan mengancam
kelangsungan hidup padang lamun.
Penutupan relatif adalah peluang di
temukanya jenis tertentu yang berbanding
dengan jumlah frekuensi semua jenis.
Penutupan relatif dapat di lihat dengan
persentase jenis yang di dapat. Thalassia
hemprichii merupan jenis dengan nilai
penutupan relatif tertinggi yaitu sebesar
32.73%, sedangkan jenis Syringodium
iseotifolium memiliki nilai penutupan
relatif teredah dengan nilai penutupan
relatif sebesar 7.33%.
13
Indeks Nilai penting
Indeks nilai penting merupakan
gambaran mengenai pengaruh atau peran
suatu jenis spesies terhadap suatu
komunitas padang lamun. Semakin tinggi
nilai INP suatu jenis maka semakin tinggi
peranan dan pengaruhnya spesies tersebut
pada komunitasnya.
Dari hasil perhitungan yang
dilakukan nilai INP lamun di perairan
Pantai Gorah yang terbesar didapat oleh
jenis Thalassia hemprichii hal ini
menunjukan bahwa jenis Thalassia
Hemprichii mempunyai peran penting
pada komunitas padang lamun di perairan
Pantai Gorah dengan nilai INP sebesar
85.76%, dan jenis Syringodium
iseotifolium merupakan jenis dengan nilai
INP terendah dengan nilai INP 31.93% hal
ini menunjukan bahwa jenis Syringodium
iseotifolium memiliki peran yang kecil
terhadap srtuktur komunitas lamun di
perairan Pantai Gorah.
Indeks Ekologi Lamun
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman digunakan
untuk mengetahui kelimpahan komunitas
lamun bedasarkan jumlah jenis spesies dan
jumlah tegakan dari stiap spesies pada
suatu wilayah, keanekaragamaman
mencakup dua hal penting yaitu jumlah
spesies dan jumlah individu tiap spesies
pada suatu wilayah, semakin banyak
jumlah jenis spesies maka semakin
beragam komunitasnya.
Dari hasil perhitungan
keanekaragaman Shannon di dapat
keanekaragaman lamun di perairan Pantai
Gorah sebesar 2.17. Dari nilai tersebut
dapat di simpulkan bahwa tingkat
keanekaragaman jenis lamun di perairan
Pantai Gorah masuk kedalam kategori
sedang karena hanya ditemukan 5 spesies
lamun di perairan Pantai Gorah.
Keanekaragaman jenis lamun sedang
diduga karena perubahan fisik dasar laut,
seperti erosi, sedimentasi, dan pelumpuran
yang mengurangi wilayah, kekeruhan yang
tinggi mempengaruhi kapasitas fotosintesis
dan pertumbuhan pada lamun.
Indeks Keseragaman di Perairan Pantai
Gorah
Indek keseragaman di gunakan untuk
mengetahui kelimpahan komunitas
berdasarkan tingkat kesamaan beberapa
tegakan di suatu area, dari hasil
perhitungan nilai indeks keseragaman jenis
lamun sebesar 0.94 dengan demikian dapat
di simpulkan bahwa keseragaman lamun
di perairan Pantai Gorah masuk dalam
kategori besar yang berarti tiap jenis
individu dari masing masing jenis lamun
yang di temukan cukup seimbang atau
tersebar merata di temukan pada seluruh
area titik penelitian.
14
Indeks Dominansi Lamun di Perairan
Pantai Gorah
Indek dominansi di gunakan untuk
melihat seberapa besar suatu jenis yang
mendominansi pada suatu wilayah, Nilai
dominansi berkisar antara 0 sampai 1
semakin besar nilai indeks semakin besar
adanya kecendrungan salah satu jenis yang
mendominasi populasi. Dari hasil
perhitungan nilai indeks dominansi jenis
lamun di perairan Pantai Gorah sebesar
0.24 dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa indeks dominansi lamun di perairan
Pantai Gorah masuk dalam kategori rendah
karena tidak di temukan suatu spesies
tertentu yang mendominasi di perairan
Pantai Gorah, hal ini dapat dilihat bahwa
hampir masing-masing jenis ada atau di
temukan pada seluruh titik penelitian.
Pola Sebaran
Berdasarkan table 10 dapat di lihat
bahwa lamun jenis Halophila ovalis,
Thalassia hemprichii dan Cymodocea
rotundata memiliki pola sebaran yaitu
kategori mengelompok, sedangkan untuk
lamun jenis Enhalus acoroides dan
Syringodium iseotifolium memiliki pola
sebaran yaitu seragam.
Sebaran lamun di perairan Pantai
Gorah mengelompok karena jumlah jenis
lamun yang di temukan dalam plot lebih
dari satu tegakan, hal ini di duga karena
tipe substrat pada lokasi pengambilan
sampel cendrung sama dan parameter
periran yang tidak memiliki perbedaan
yang segnifikan dan didukung dengan
morfologi lamun dimana tiap tegakan di
hubungkan oleh akar rimpang yang
menghubungkan tiap tegakan jenis lamun
hal inilah yang menyebabkan pola sebaran
lamun mengelompok. Menurut (Odum,
1973 dalam Suhud 2012) mengatakan
pengelompokan lamun akibat habitat dari:
1) dalam menanggapi perubahan cuaca
harian dan musiman, 2) menanggapi
perubahan habitat setempat dan 3) sebagai
akibat dari proses reproduktif, persaingan
ruangan dan hara.
Suhu
Dari hasil pengukuran suhu didapat
nilai rata – rata suhu berkisar antara 28.80
C sampai 29.70
C dari hasil pengkuran
yang diperoleh nilai suhu perairan Pantai
Gorah masih dalam kisaran optimum
untuk pertumbuhan lamun menurut
kep.men LH no 51 tahun 2004. Menurut
(Nybakken 1992 dalam hasanuddin 2013),
kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan
lamun mencapai 28-300C, pengaruh suhu
bagi lamun di perairan sangat besar.
Dimana suhu dapat mempengaruhi proses-
proses fisiologi yaitu proses fotosintesis,
pertumbuhan dan reproduksi. Proses
fisiologis tersebut akan menurun tajam
15
apabila suhu perairan berada di luar
kisaran optimal tersebut.
Salinitas
Dari hasil pengukuran salinitas
didapat nilai rata – rata salinitas berkisar
antara 33.2 ppt sampai 34.0 ppt. Dari hasil
pengukuran yang diperoleh nilai salinitas
di perairan Pantai Gorah masih dalam
batas baku mutu untuk kehidupan biota
laut menurut kep.men LH no 51 tahun
2004. Penurunan salinitas akan
menurunkan kemampuan fotosintesis.
(Hutomo 1999 dalam hasanuddin 2013)
menjelaskan bahwa lamun memiliki
kemampuan toleransi yang berbeda
terhadap salinitas, namun sebagian besar
memiliki kisaran yang lebar terhadap
salinitas yaitu 10-40 ppt. Nilai optimum
toleransi salinitas untuk lamun adalah 35
ppt.
Arus
Pertumbuhan dan kehidupan padang
lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan
arus di perairan. Arus dan pergerakan air
sangat penting karena terkait dengan suplai
unsur hara, sediaan gas-gas terlarut dan
menghalau sisa-sisa metabolisme atau
limbah (Khordi, 2011). Dari hasil
pengukuran arus yang dilakukan didapat
nilai rata - rata arus berkisar antara 5.22
cm/s sampai 5.87 cm/s.
Kekeruhan
Dari hasil pengukuran kekeruhan
pada saat pasang dan surut didapat nilai
rata – rata berkisar antara 8.05 NTU
sampai dengan 13.1 NTU berdasarkan
standart baku mutu kep.Men LH no 51
tahun 2004, lainya (Effendi, 2013 dalam
hassanudin 2013) menyatakan kekeruhan
perairan Pantai Gorah melebihi baku mutu
kehidupan padang lamun. Kekeruhan di
sebabkan oleh adanya partikel – partikel
kecil dan koloid, tanah liat, sisa tanaman
dan sebagainya. Kekeruhan air juga di
sebabkan oleh adanya padatan tersuspensi
seperti lumpur zat organik, plankton, dan
organism kecil
.
16
Substrat
Table 12. tipe substrat perairan Pantai
Gorah
Titik Tipe
Substrat
Titik Tipe
Substrat
Titik Tipe
Substrat
1 Kerikil 12 Pasir 23 Lumpur
2 Pasir 13 Kerikil 24 Pasir
3 Pasir 14 Lumpur 25 Pasir
4 Kerikil 15 Pasir 26 Kerikil
5 Pasir 16 Pasir 27 Pasir
6 Pasir 17 Pasir 28 Pasir
7 Pasir 18 Lumpur 29 Lumpur
8 Lumpur 19 Kerikil 30 Pasir
9 Lumpur 20 Pasir 31 Pasir
10 Pasir 21 Pasir 32 Lumpur
11 Pasir 22 Pasir 33 Lumpur
Sumber : data primer
Tipe substrat di perairan Pantai
Gorah terdapat 3 (Tiga) jenis tipe substrat
yaitu kerikil, pasir dan Lumpur namun
yang lebih mendominasi ialah tipe pasir.
Padang lamun vegetasi campuran
terbentuk di daerah intertidal yang lebih
rendah dan subtidal yang dangkal.
Menurut Hutomo et al, 1988 dalam kordi
2011 padang lamun tumbuh dengan baik
di daerah yang terlindung dan bersubstrat
pasir, stabil serta dekat sedimen yang
bergerak secara horizontal, hal ini
berkesuaian dengan nilai keanekaragaman
lamun yang di daerah pantai gorah yang
tergolong tinggi.
pH
Dari hasil pengukuran pH didapat
nilai rata – rata berkisar antara 7.12 sampai
7.39. Nilai pH perairan Pantai Gorah
masih dalam kisaran optimum untuk
pertumbuhan lamun menurut kep.men LH
no 51 tahun 2004. Derajat keasaman
merupakan salah satu indikator kualitas
perairan yang sangat penting dan
mempunyai pengaruh langsung dalam
pengaturan sistem enzim pada organism
perairan (Odum 1971 dalam Afrina 2014)
DO
Oksigen terlarut adalah jumlah
oksigen dalam milligram yang terdapat
dalam satu liter air (ppt). Dari hasil
pengkuran di 18 titik didapat nilai rata –
rata berkisar antara 6.37 mg/l sampai 6.76
mg/l. dari hasil pengkuran yang diperoleh
nilai DO perairan Pantai Gorah masih
dalam kisaran optimum untuk
pertumbuhan lamun menurut kep.men LH
no 51 tahun 2004. Nilai kandungan
oksigen terlarut (DO) untuk perairan
padang lamun cenderung berfluktuasi,
berkisar antara 5,4 - 6,2 mg/l.
Berfluktuasinya kandungan oksigen
terlarut di perairan diduga disebabkan
17
pemakaian oksigen terlarut oleh lamun
untuk respirasi akar dan rimpang, respirasi
biota air dan pemakaian oleh bakteri
nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang
lamun (Zulkifli et al, 2003 dalam
Lisdawati 2014).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang di lakukan
di perairan Pantai Gorah ditemukan 5 jenis
lamun yaitu Holophlia Ovalis, Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides,
Cymodocea Rotundata, Syringodium
Iseotifolium. Dari hasil perhitungan
struktur komunitas meliputi kerapatan,
frekuensi dan penutupan lamun, diperoleh
nilai terbesar yaitu pada jenis Thalassia
hemprichii, selanjutnya diikuti oleh jenis
Holophlia Ovalis, Cymodocea Rotundata,
Enhalus acoroides, dan yang terendah
yaitu jenis Syringodium Iseotifolium
sehingga jenis lamun Thalassia hemprichii
memiliki indeks nilai penting yang
tertinggi.
Indeks ekologi lamun di perairan
Pantai Gorah yaitu memiliki nilai
keaneekaragaman jenis lamun masuk
dalam kategori sedang. Sedangkan
keseragaman jenis masuk dalam kategori
besar dan dominansi lamun di perairan
Pantai Gorah masuk dalam kategori
rendah.
Untuk pola sebaran lamun terdapat 3 (tiga)
jenis lamun yang masuk kategori
mengelompok, yaitu jenis Thalassia
hemprichii, Holophlia Ovalis dan
Cymodocea Rotundata. Sedangkan untuk
jenis lamun Enhalus acoroides dan
Syringodium Iseotifolium masuk dalam
kategori seragam.
Saran
Dari hasil penelitian dapat di lihat
jenis lamun di perairan Pantai Gorah hanya
di temukan 5 jenis lamun, dengan adanya
aktivitas pembangunan yang sedang
berjalan maka perlu adanya kajian
mendalam secara kontiniyu mengenai
parameter kualitas perairan di sekitaran
lingkungan lamun agar dapat dijadikan
bahan rujukan untuk mengelola jenis
lamun yang ada agar tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Afrina. H 2004. Struktur Komunitas
Padang Lamun di Desa Malang
Rapat kabupaten Bintan Privinsi
Kepulauan Riau. Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpiang
Azkab . M. H, 1999. Pedoman Inventarisasi
Lamun.www.oseanografi.lipi.go.id
Andriani, N 2014. Analisis Kelompok dan
Tutupan Lamun di Wilayah Trismades
18
Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung
KIjang Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjungpinang
Fakhrul, M. F, 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Jakarta
Hasanuddin, 2013. Hubungan Antara
Kerapatan dan Morfometrik Lamun
enhalus acoroides dengan Substraat
dan Nutrien di Pulau Sarappo
Lompo KAB. Pangkep.Universitas
hasanuddin. Makasar
Herry, 2015, Keanekaragaman Bivalvia
PadaEkosistem Padang Lamun
Pulau Pengujan, Universitas
Maritim Raja ali Haji,
Tanjungpinang
Kordi. K.M. Ghufran. H. 2011. Ekosistem
Mangrove: Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Kordi. K.M. Ghufran. H. 2011. Ekosistem
Lamun: Potensi, Fungsi dan
Pengelolaan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Kuo J. 2007. New monoecious seagrass of
Halophilia sulawesii
(Hydrocharitaceae) from Indonesia.
Aquatic Botany.
Lisdawati. 2014, Analisis Tutupan Lamun
Berdasarkan Jenis dan Tipe Substrat
Di Wilayah Trimades Dasa Malang
Rapat Kecamatan Gunung KIjang
Kabupaten Bintan. Universitas
Maritim Raja Ali
Haji.Tanjungpinang
McKenzie. L.J.2003. seagrass-watch
manual for mapping & monitoring:
Departmen of Primary Industries.
QueenIslan
Odum, E. P. 1971. Fundanental Of
Ecology third Edition. W. B.
Sounder Company. Philadelphia.
USA.
Romimohtarto, K, dan Juwana, 2005.
Biologi Laut Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota. Djambatan. Jakarta
Recommended