View
20
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
STRATEGI KOMUNIKASI DINAS KOMINFO SUL-SEL
DALAM PENCEGAHAN PENYEBARAN INFORMASI
HOAX DI MEDIA SOSIAL
Disusun dan ditulis oleh:
S A B R I
105650001915
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
SKRIPSI
2
STRATEGI KOMUNIKASI DINAS KOMINFO SUL-SEL DALAM
PENCEGAHAN PENYEBARAN INFORMASI HOAX
DI MEDIA SOSIAL
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan satu
studi dan memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi (S.Ikom)
Di susun dan Diajukan Oleh:
S A B R I
Nomor Stambuk : 105650001915
Kepada:
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2021
3
4
5
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Sabri
Nomor Induk Mahasiswa : 105650001915
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa benar Skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan
hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Makassar, 30 April 2021
yang menyatakan,
S A B R I
6
ABSTRAK
Sabri (2021). Strategi Komunikasi Diskominfo Sul-Sel dalam Pencegahan
Penyebaran Informasi Hoax di Media Sosial (Dibimbing oleh Amir Muhiddin
dan Arni)
Keterbukaan informasi dan kebebasan dalam menggunakan media sosial saat ini
menyebabkan penyebaran informasi hoax hingga masih belum bisa teratasi di
Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
Dinas Kominfo Sul-Sel dalam pencegahan penyebaran informasi hoax di media
social serta hal yang menjadi faktor penghambat dalam proses pencegahannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
data melalui pengamatan (observasi), wawancara, serta dokumentasi. Data dari
penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber data guba menjawab permasalahan
peneliti yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data melalui observasi
dan waawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan strategi komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel
dalam pencegahan informasi hoax di media sosial dilakukan dengan menganilisis
khalayak dalam tiga sapek yaitu aspek sosiodemografik, psikologis dan
karakteristik kemudian dalam penyusunan pesan lebih mengutamakan data dan
fakta yang ada selanjutnya menggunakan berbagai metode dalam pencegahaanya
diantaranya edukasi, menkonter langsung penyebaran informasi hoax dan
pembuatan media seperti Sul-Sel Bicara Baik, Baruga Pelayanan Masyarakat, dan
Humas Respon Cepat. Faktor penghambat dalam pencegahan ini adalah kemudahan
masyarakat menerima informasi dan menyebarkan informasi, kemudian dalam
penyampaian pesan hanya berfokus pada data dan fakta tanpa adanya komunikasi
persuasif yang terjadi, serta tidak ada metode khusus yang difokuskan uantuk
mencegah penyebaran informasi hoax serta penerapannya yang kurang maksimal
dan dalam penggunaan media yang timpang tindih dengan kepentingan lain.
Kata kunci : Strategi Komunikasi, Hoax serta Media Sosial.
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DINAS
KOMINFO SUL-SEL DALAM PENCEGAHAN PENYEBARAN INFORMASI
HOAX DI MEDIA SOSIAL” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka perampungan penulisan skripsi
ini. Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun berkat
kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini
patutlah kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT karean telah memberikan kesehatan dan umur yang Panjang
serta telah meridhai sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
2. Kedua orang tua, ayahanda Suting dan ibunda tercinta Hartati yang
senantiasi memberikan kasih sayang dan dukungan kepada penulis.
3. Kepada Dr. Hja Ihyani Malik S.Sos, M.Si selaku dekan fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik universitas muhammadiyah Makassar.
4. Kepada Dr. H. Muh. Tahir, M.Si selaku ketua program studi ilmu
komunikasi universitas muhammadiyah Makassar
8
5. Bapak Dr. Amir Muhiddin, M.Si selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta masukan dalam penyelesaian
penelitian ini
6. Ibu Arni, S.Kom., M.IKom selaku pembimbing II yang telah membimbing
dan memberikan arahan serta masukan dalam penyelesaian penelitian ini
7. Bapak Ahmad Syarif, S.Sos., M.IKom selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan arahan dan motivasi dalam jenjang perkuliahan
8. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan baik secara
moral maupun materil
Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak walaupun karya ilmiah
ini jauh dari kata sempurna, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan dari pembaca agar lebih baik lagi kedepannya.
Makassar 25 April 2021
Peneliti
9
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERIMAAN TIM
HALAMAN PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. .1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ .11
C. Tujuan Penelitiaan ........................................................................... .11
D. Kegunaan Penelitiaan....................................................................... .11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 13
B. Pengertian Konsep dan Teori ........................................................... 15
C. Kerangka Pikir ................................................................................. 27
D. Fokus Penelitiaan ............................................................................. 28
E. Deskripsi fokus Penelitiaan .............................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAAN
A. Waktu & Lokasi Penelitiaan ............................................................ 30
B. Jenis & Tipe Penelitiaan .................................................................. 30
C. Sumber Data .................................................................................... 31
D. Informan Penelitiaan ........................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan data ................................................................ 33
F. Teknik Analisis Data…………………………………………… ...... 34
G. Keabsahan Data ............................................................................... 35
10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………………….40
B. Pembahasan…………………………………………………………..52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….68
B. Saran………………………………………………………………...69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang cepat pada era global saat ini berdampak
positif dan negatif. Hal ini tergantung dari manusia menggunakan dan
memanfaatkannya. seperti media sosial yang semakin canggih dalam hal ini
Facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram, Line dan lain sebagainya yang
mampu menghubungkan manusia tanpa batasan jarak dan waktu. Sehingga
dapat bertukar informasi dengan cepat. Hal ini juga mempunyai dampak yang
negatif, dimana informasi yang tersebar kadang berupa informasi hoax atau
bohong. Terkadang juga informasi tersebut dilebih-lebihkan dengan artian
adanya fitnah sehingga tercemarnya nama baik dan hilangnya kepercayaan
terhadap informasi yang tersebar.
Informasi yang belum jelas kebenarannya atau informasi hoax banyak
bermunculan baik di lingkungan masyarakat kecil dari tingkat perdesaan
sampai perkotaan bahkan sekarang sudah merambah ke lingkungan negara.
Kemudian tidak adanya sesuatu alat atau perangkat yang mampu memfilter
informasi yang tersebar di media sosial. Di era digital seperti sekarang ini
hoaks menjadi suatu halyang mengerikan baik bagi masyarakat maupun bagi
bangsa Indonesia. Maka perkembangan media baru ini atau lebih sering disebut
12
media sosial ibarat dua sisi mata pisau, ada dampak yang baik dan juga ada
dampak yang merugikan untuk penggunanya.
Fenomena hoax di Indonesia ini dipandang menimbulkan beragam
masalah. Kemunculannya semakin banyak pada saat Pemilihan Umum
Presiden atau Pemilihan Kepala Daerah berlangsung. Ini dapat dilihat saat
Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, hoax banyak beredar di masyarakat. Dewan
Pers Indonesia menilai hoax telah memasuki tahap serius. Apalagi hoax
memiliki rentang yang sangat lebar, mulai dari yang satir untuk menyindir
sampai yang dipublikasikan melalui berbagai kanal informasi. Awalnya
masyarakat mencari kebenaran atas informasi melalui media mainstream.
Namun saat ini hoax justru masuk ke dimensi lain di media sosial dan diadopsi
begitu saja di media mainstream tanpa klarifikasi (Jemadu, 2017).
Hoax banyak tersebar melalui media sosial. Melalui media sosial ini
mengakibatkan timbul beragam masalah seperti maraknya penyebaran hoax,
hasutan, ujaran kebencian, adu domba, caci maki dan lainnnya yang
mengakibatkan perpecahan bangsa. Penyebaran hoax cukup cepat hal ini
dikarenakan yang terjadi selama ini apabila ada informasi yang mungkin belum
tentu kebenarannya, orang langsung saja menggunakan media sosial yang
dimiliki untuk dibagikan kepada orang lain. Bisa melalui whatsapp, facebook,
instagram dan lain sebagainya yang rata-rata sekarang sudah dimiliki oleh
semua orang. Berawal dari keinginan agar terlihat mengikuti perkembangan
jaman, agar terlihat berwawasan luas, orang seenaknya share informasi-
informasi yang belum jelas kebenaran sumber dan informasi itu sendiri.
13
Kecepatan akses yang diberikan oleh internet menjadi sumber informasi utama
bagi masyarakat.
Penyebar informasi bohong atau hoax sebagian dari orang-orang yang
memiliki kepentingan tersendiri baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi.
Pelaku mengetahui dengan pasti tindakan yang dilakukan kebenarannya
ataupun sebaliknya, boleh atau tidak. Namun terkadang bisa saja orang yang
menyebarkan informasi hoax hanya melaksanakan perintah saja untuk
mempertahankan posisi dalam suatu pekerjaan. Seperti halnya dalam dunia
politik, banyak anggota-anggota parlement atau politisi partai dengan begitu
mudahnya menyebarkan informasi hoax untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Pelaku tidak bisa melakukan pengambilan keputusan atas tindakan yang
melanggar hukum ini.
Dampak penyebaran hoax jelas meresahkan masyarakat apalagi di musim
pemilu seperti yang terjadi belakangan ini. Di saat para politisi banyak
menyampaikan janji saat kampanye, informasi hoax terus bermunculan. Saling
menjatuhkan merupakan hal biasa. Dan masyarakat banyak yang tidak
mengetahui mana yang informasi benar mana yang informasi hoax atau bohong
(kominfo.go.id). Terjadi keragu-raguan dalam masyarakat untuk lebih condong
ke salah satunya. Bahkan banyak yang lebih memilih untuk golput pada saat
pemilu.
Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan bahwa hoax merupakan bagian
dari era keterbukaan yang harus dihadapi. Presiden meminta seluruh pihak
14
menghentikan penyebaran hoax dan fitnah yang dapat memecah bangsa,
terutama yang beredar melalui media sosial (Widodo, 2017). Sementara
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko
Polhukam), Wiranto mengatakan masyarakat akan dirugikan dengan
banyaknya persebaran berita yang tidak jelas, di antaranya, dengan adanya
keraguan terhadap segala informasi yang diterima, masyarakat menjadi
bingung. Kebingungan masyarakat ini dapat dimanfaatkan pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk menanamkan kebencian, sehingga berpeluang terjadi
perpecahan dan permusuhan. (Cristiany,2018)
Menteri Komunikasi dan Informasi priode 2014-2019 Rudiantara
memberikan pernyataan di media sosial yang mengatakan bahwa
“informasi palsu yang beredar di media sosial sepanjang hari membawa
dampak yang sangat besar. Oleh karena itu, semakin cepat masalah itu bias
diatasi akan semakin baik”.
Rudiantara juga membeberkan bahwa sejak dari pertengahan tahun 2018
sampai saat ini, jumlah konten mengenai informasi hoax yang tersebar di
media sosial meningkat pesat. Pada bulan Agustus 2018 pihaknya
mengidentifikasi terdapat 25 informasi hoax. Jumlah ini mulai melonjak pesat
saat memasuki tahun politik, yaitu terdapat 175 informasi hoax di bulan
Januari, 353 di bulan Februari, 453 di bulan Maret dan 353 di bulan April
hingga pasca hari pemilihan umum (TribunNews.com). Bahkan data kominfo
15
menegaskan bahwa ada sekitar 800 ribu situs di Indonesia yang telah terdeteksi
sebagai penyebar informasi palsu (hoax).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastel (2017) menyebutkan bahwa
saluran yang banyak digunakan dalam penyebaran hoax adalah situs web,
sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar 62,80%,
dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Path) yang
merupakan media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40%. Sementara itu,
data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika
menyebut ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai
penyebar hoax dan ujaran kebencian (Pratama, 2016).
Memasuki era pandemi setahun terakhir ini makin menimbulkan
peningkatan informasi hoax di media sosial. Direktur Tata Kelola Aplikasi
Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Dra Mariam F Barata
MI.Kom mengatakan hingga Juni 2020 setidaknya ada 850 kabar bohong atau
hoaks terkait COVID-19.
"Sejak 23 Januari 2020 hingga 15 Juni 2020 terdapat setidaknya 850 hoaks
yang beredar baik melalui media sosial maupun aplikasi pesan instan," ujar
Mariam dalam webinar Perempuan Melek Digital di Era Pandemi COVID-19
yang diselenggarakan Kowani di Jakarta.
Kabar bohong tersebut seperti kompensasi yang diterima masyarakat
akibat pandemi COVID-19 maupun menghirup uap panas yang disebut bisa
membunuh COVID-19. Setiap harinya, kata Mariam, rata-rata 6,2 dibuat dan
16
disebarkan. Hal itu menimbulkan ketakutan, ketidakpastian, bahkan kepanikan
di tengah masyarakat. Sebanyak 104 pelaku penyebaran hoax tersebut telah
ditindaklanjuti pihak kepolisian
Menghadapi penyebaran informasi hoax ini pemerintah Indonesia
langsung bergerak untuk menghindari penyebaran hoax yang semakin
meresahkan dan berdampak buruk terhadap masyarakat Indonesia serta
mempengaruhi berjalannya sistem pemerintahan Indonesia. Pemerintah
menggandeng Kemenkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informasi) untuk
menertibkan situs dan akun media sosial yang beresiko menyebarkan
informasi-informasi bohong. Kemudian memberikan sosialisasi terhadap
masyarakat tentang bahaya hoax dan bagaimana cara membedakan informasi
hoax serta memberikan pemahaman tentang literasi media.
Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika
(Kemkominfo) akan menggunakan strategi dalam memberantas informasi atau
informasi hoaks dengan cara mendorong literasi, edukasi, dan sosialisasi untuk
masyarakat yang dinilai akan efektif untuk meredam hoaks. “Strategi 2017
berubah, kami sekarang mendorong literasi melalui cara kerja sama dengan
beberapa pihak untuk memberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat.
Strategi ini tidak bermaksud menintervensi keompok manapun, kami haya
ingin mengembalikan maruah jurnalistik,” jelas Rudiantara di Dewan Pers
(kominfo.go.id). Namun sampai saat ini penyebaran hoaks belum bisa teratasi.
17
Pemerintah juga menggunakan dasar hukum UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) telah mengatur hal
tersebut dalam Pasal 28 ayat (1), yang berbunyi:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
Elektronik”
Ancaman pidana dari pasal tersebut disebutkan dalam Pasal 45 ayat (2)
UU ITE yaitu hukuman penjara selama 6 (enam) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 1 miliar (Pomounda, 2015). Namun demikian, peran serta
masyarakat sangatlah diperlukan untuk turut serta melakukan pencegahan
terhadap penyebaran informasi hoax. Salah satunya dapat dilakukan dengan
memberikan informasi terkait indikasi adanya informasi hoax melalui web
klarifikasi informasi.
Kota Makassar tidak luput juga dari informasi bohong (hoax). Seperti
beredarnyai nformasi di grup WhatsApp bahwa keputusan Mahkamah
Konstitusi memperbolehkan pemilih yang menggunakan KTP jenis apapun
bisa memilih di TPS manapun meskipun berdomisili diluar dari kota Makassar.
Pada hal kenyataannya, pemilih yang memilki KTP elektronik, di dalam
regulasi menyatakan masuk jalur Daftar Pemilih Khusus (DPK). Sementara
aturan untuk DPK adalah PKPU No. 3 tahun 2019 bahwa Pemilih DPK itu
memang memiki KTP elektronik atau surat keterangan maka dia harus memilih
di TPS sesuai domisilinya yang tertera di KTP nya. Mereka memilih jam 12
18
siang. Gara-gara informasi hoax ini mengakibatkan banyak DPK dan petugas
KPPS yang terkecoh. Sehingga mengakibatkan ketika perhitungan suara, di
data pemilihan memuculkan ketidaksingkronan.
Awal kemunculan pandemi covid-19 juga pernah menghebohkan
masyarakat Sulawesi Selatan. Hal tersebut dikarenakan adanya informasi yang
beredar melalui media whatsup tersebut mengatakan bahwa ada pasien di salah
satu rumah sakit di Makasar Sulawesi Selatan positif Virus Corona. Faktanya
menurut kepala Dinas Kesehatan kota Makassar, dr Naisyah Tun Azikin,
hingga saat ini belum ada satupun warga Makassar yang terjangkit Virus
Corona. (kominfo.go.id)
Informasi hoax kembali tersebar di Sulawesi Selatan lebih tepatnya di kota
Makassar kembali melalui media whatsapp. Pada Senin 30 Maret 2020 Jam
02:30 Waktu setempat diinformasikan bahwa akan dilakukan lockdown di
wilayah kota Makassar sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Pesan whatsApp yang menginformasikan kepada masyarakat kota
Makassar bahwa pemerintah Kota Makassar bersama TNI (Tentara nasional
Indonesia) dan POLRI (Kepolisian Negara RepublikIndonesia) akan
melakukan lockdown local yang dimulai pada Hari Senin 30 Maret 2020 Pukul
02:30 Wita. Melalui hasil penelusuran diketahui berita tersebut adalah hoax.
Padahal pemerintah Kota Makassar hanya akan melakukan karantina
parsial, berupa penutupan akses keluar masuk pada pemukiman yang
terindikasi terdapat warga yang berstatus PDP dan positif covid-19.
19
Penanggung jawab Walikota Makassar Iqbal Suhaeb, menegaskan bahwa
pemerintah Kota Makassar hanya melakukan karantina parsial, dibeberapa
tempat yang terjangkis covid-19 bukan lockdown local secara sepihak oleh
pemerintah setempat. (sul-sel.com)
Pemerintah pada tingkat Provinsi memeberikan kewenangan kepada Dinas
Kominfo untuk mencegah informasi hoax karena pada dasarnya ini memiliki
peran sangat dibutuhkan. Karena sesuai dengan fungsi Dinas Kominfo sebagai
pinata kelolaan aplikasi Informatika, dan pengelolaan informasi dan
komunikasi public maka diharapkan segala bentukin formasi yang tersebar
baik berupa informasi nyata atau informasi bohong dapat terkelolah sehingga
bisa terfilter sebelum sampai ke masyarakat. Selain itu Dinas Kominfo juga
memiliki fungsi pelaksanaan penelitian serta pengembangan sumber daya
manusia di bidang komunikasi dan informatika, sehingga diharapkan adanya
inovasi baru dalam pencegahan informasi hoax.
Informasi hoax melanggar UU ITE selain itu juga merupakan tindakan
manusia yang melanggar nilai-nilai etika manusia. Pelaku yang menyebar
informasi hoax atau bohong mempunyai ciri orang yang berhati nurani sesat.
Dimana dikelompokkan pada sifat kesesatannya vincible (bisa diatasi) dan
culpable (bisa dipersalahkan), tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan,
buruk/jahatnya ada pada pelaku. Di sini pelaku mengetahui bahwa tindakan
menyebarkan informasi hoax atau bohong adalah perbuatan yang salah akan
tetapi demi mencapai tujuan yang diinginkan baik untuk dirinya sendiri
20
maupun golongan, pelaku rela melakukan apapun meskipun banyak resiko
yang akan dia terima nantinya.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas bahwa dampak hoax itu sendiri
sangat merugikan banyak kalangan. Selain dampak secara umumnya itu
sebagai pemicu konflik dan keresahan masyarakat, hoax juga mampu
meberikan dampak negatif berupa pembuang-buang waktu karena terkadang
hoax memberikan efek mengejutkan sehingga kita sibuk hanya untuk mencari
kebenanran dari informasi hoax tersebut. Kemudian sebagai pengalihan isu,
jadi hoax disebarluaskan hanya semata-mata untuk menutupi suatu kejadian
yang besar namun ingin dirahasiakan dari masyarakat (Kompas.com).
Hoax juga berdampak sebagai penipuan publik, karena terkadang
informasi hoax diperuntukan untuk mempengaruhi masyarakatr untuk
melakukan sesuatu hal namun ternyata itu hanya suatu kebohongan. Hal yang
paling sering ditimbulkan oleh hoax yaitu sebagai pemicu kepanikan publik.
Hoax juga berdampak terhadap kerugian materi, kesehatan mental, dan dapat
berdampak pada bidang ekonomi.
Latar belakang diatas menjelaskan bahwa UU tentang hukuman bagi
penyebar informasi hoax. Kemudian telah ditunjuk Lembaga yang berwenang
dalam pencegahan informasi hoax di media sosial. Namun mengapa sampai
sekarang masih ada saja informasi hoax yang tersebar di media sosial. Maka
dari itu penulis merasa sangat perlu adanya tindakan nyata oleh Lembaga yang
berwenang untuk mencegah agar informasi hoax tidak tersebar lagi dan
21
menimbulkan keresahan dan konflik terhadap masyarakat. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk meneliti ”Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel
dalam Pencegahan Penyebaran Informasi Hoax di Media Sosial ”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam pencegahan penyebaran
informasi hoax di media sosial?
2. Apa faktor penghambat Dinas Kominfo Sul-Sel dalam mencegah
Penyebaran Informasi hoax di media Sosial?
C. Tujuan
1. Mengetahui strategi yang diterapkan Dinas Kominfo Sul-Sel dalam
pencegahan penyebaran informasi di media sosial.
2. Mengetahui faktor penghambat Dinas Kominfo Sul-Sel dalam mencegah
penyebaran informasi hoax di media sosial.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat dan kegunaan secara
teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat secara Teoritis, adalah untuk memperkaya pengetahuan peneliti
dan pembaca tentang bagaimana mencegah informasi hoax semakin
menyebarluas sehingga tidak meresahkan masyarakat. Serta menjadi bahan
referensi dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat secara Praktis, adalah hasil dari penelitian ini bias dijadikan
sebagai sumber informasi dan memberikan masukan bagi pemerintah agar
dapat menanggulangi informasi hoax dengan cepat, serta dapat menjadi
22
bahan pertimbangan dan pembeajaran bagi Dinas Kominfo di provinsi
lain maupun swasta dan khalayak umum.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang akan diteliti oleh
peneliti adalah:
No.
Nama Peneliti dan Judul
Penelitian
Metode dan Hasil Penelitian
Perbedaan hasil
Penelitian
1.
Penelitian yang dilakukan
oleh Kurniawan Hari
Siswoko pada tahun 2017
mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas
Tarumanegara Jakarta
dengan judul ‘’Kebijakan
Pemerintah Menangkal
Informasi Palsu atau
Hoax’’
Metode yang digunakan
yaitu kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan
bahwa pada awalnya,
pemerintah meyakini bahwa
penyebaran informasi palsu
tersebut bisa ditangkal
dengan memblokir sejumlah
situs internet yang
bermasalah. Penelitian ini
meyakini bahwa
pemblokiran situs internet
tidak akan efektif dalam
membendung penyebaran
Penelitian yang
akan peneliti
lakukan berfokus
terhadap strategi
komunikasi yang
dilakukan Dinas
Kominfo untuk
memberikan
kesadaran dan
pemahaman
masyarakat
sehingga mampu
membantu dalam
pencegahan
24
informasi palsu. Oleh
karena itu, pemerintah akan
membutuhkan langkah
lainnya untuk mengatasi
maraknya penyebaran
informasi palsu di internet.
penyebaran
Informasi Hoax
2.
Penelitian yang dilakukan
oleh Ricky Firmansyah
pada tahun 2017,
mahasiswa AMIK BSI
Bandung, dengan judul
‘’Web Klarifikasi
Informasi untuk
Meminimalisir Penyebaran
Informasi Hoax’’
Metode yang digunakan
adalah kualitatif. Penelitian
ini fokus kepada
perancangan web klarifikasi
informasi untuk
pengendalian penyebaran
informasi hoax yang
diimplementasikan dengan
bahasa pemrogram-anweb
PHP dan MySQLDBMS
sebagai Software
Developing Tools.
Penelitian yang
lakukan berbeda
dari fokus yang
diteliti selain itu
fokusnya terhadap
strategi komunikasi
dalam pencegahan
yang dilakukan
oleh Dinas
Kominfo Sul-Sel
3.
Penelitian yang dilakukan
oleh Dona Raisa Monica,
S.H., M.H., pada tahun
Metode yang digunakan
adalah kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan
Penelitian ini
berfokus pada cara
pencegahan
25
2018, mahasiswa Fakultas
Ilmu Hukum, Universitas
Lampung, dengan judul
‘’Upaya Kepolisian dalam
Penanggulangan Tindak
Pidana Penyebaran
Informasi Hoax’’
bahwa upaya kepolisian
dalam penanggulangan
tindak pidana penyebaran
hoax diantaranya adalah
melalui cara pre-emtif yaitu
penanaman nilai/norma
terhadap seseorang cara
preventif yaitu merupakan
tindak lanjut dari upaya pre-
emtif yang masih dalam
tataran pencegahan sebelum
terjadinya kejahatan dan
cara refresif yaitu upaya
penal setelah tindak pidana
terjadi mulai dari
penyidikan, penuntutan dan
sidang dipengadilan.
penyebar informasi
hoax yang
dilakukan oleh
pihak Dinas
Kominfo Sul-Sel
dengan berbagai
strategi yangbtelah
diterapkan
B. Pengertian, Konsep dan Teori
1. Strategi Komunikasi
Menurut Ahmad S. Adnan Putra mengatakan strategi adalah bagian dari
suatu rencana, sedangkan rencana merupakan produk dari perencanaan.
Maka strategi itu pada hakikatnya adalah suatui perencanaan dan
26
manajemen untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik oprasionalnya
(Ruslan, 2000). Kemudian menurut Onong Uchjana Effendy yang dikutip
Jalaluddin, Strategi merupakan suatu perencanaan (planning), dan
manajemen untuk mencapai suatu tujuan strategi yang tidak hanya berfungsi
sebagai petunjuk satu arah saja melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya ( Jalaluddin, 2009).
Menurut Harold D. Lasswell dalam Cangara (2013:36), komunikasi
adalah siapa yang berkata apa, melalui apa, kepada siapa dan apa efeknya?
(who, says what, through what channel. To whom and what effects?). Teori
ini juga dikenal dengan Formula Lasswell, yang merupakan teori turunan
dari teori dasar komunikasi Aristoteles. Liliweri (2011) mendefinisikan
strategi komunikasi sebagai strategi untuk menciptakan komunikasi yang
konsisten, dan merupakan pilihan dari beberapa opsi komunikasi.
Strategi komunikasi adalah strategi yang mengartikulasi, menjelaskan
dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi
dalam rumusan yang baik. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan dalam
rangkaian aktivitas komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Menurut Muhammad Arni mengatakan bahwa strategi
komunikasi adalah semua yang terkait mengenai rencana dan taktik atau
cara yang akan dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan
menampilkan pengirim, pesan dan penerimanya pada proses komunikasi
untuk mencapai tujuannya (Muhammad Arni, 2004).
27
Liliweri (2011) juga membagi tujuan dari strategi komunikasi adalah
untuk (1) memberitahu (2) memotivasi (3) mendidik (4) Menyebarkan
Informasi dan (5) Mendukung Pembuatan Keputusan. Dan untuk membuat
strategi komunikasi yang efektif, Arifin (1994) menguraikan empat tahapan
yang harus dilalui, yaitu:
a. Mengenal Khalayak, dalam proses komunikasi baik komunikator
maupun khalayak mempunyai kepentingan yang sama. Dalam observasi
atau penelitian, khalayak dapat diidentifikasi dari beberapa segi.
Contohnya dari segi pengetahuan khalayak terhadap pesan-pesan yang
disampaikan.
Mengenali khalayak dan sasaran merupakan hal yang wajib dilakukan
untuk mempermudah dalam pemilihan komunikator, sesuai dengan
situasi dan kondisi yang ada. Memahami masyarakat,terutama yang akan
menjadi target sasaran program komunikasi merupakan hal yang sangat
penting. Sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan kepada mereka.
Merekalah yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu program
komunikasi yang dilakukan. Untuk mengetahui dan memahami
segmentasi masyarakat. Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk
memetakan karakteristik masyarakat yakni :
1) Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, tingkat pendapatan, agama, ideology, etnis, termasuk
kepemilikan media.
28
2) Aspek psikologis, mencakup sikap yang tercermin dari kejiwaan
masyarakat, misalnya tempramen, tenang, sabar, terbuka,
emosional, tertutup, berani, penakut.
3) Aspek karakteristik perilaku masyarakat, mencakup kebiasaan
yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat. Misalnya
agamais, religius, santun, jujur, tanggung jawab, solidaritas
tinggi, dan lain-lain.
b. Penyusunan pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat
komunikasi efektif bagi sebuah pesan adalah menarik, dapat
memperoleh kebutuhan individual (personal needs) pada komunikan,
dapat memuaskan kebutuhan pesan yang disampaikan.
Terdapat dua teknik dalam penyusunan pesan :
1) One-side issue, yaitu teknik penyampaian pesan yang
menonjolkan sisi kebaikan dan keburukan sesuatu.
2) Two-side issue, yaitu teknik penyampaian pesan dimana
komunikator selain mengemukakan yang baik, juga
menyampaikan hal-hal yang kurang baik.
c. Menetapkan metode, Metode yang dapat diambil oleh komunikator
diantaranya: (a) Redundacy yaitu dengan cara mengulang-ulang pesan
kepada khalayak. (b) Canalizing yaitu memenuhi nilai-nilai dan
kelompok dan masyarakat secara berangsur-angsur merubahnya ke
arah yang dikehendaki. (c) Informatif yaitu mempengaruhi khalayak
dengan cara memberikan penerangan-penerangan yan berarti
29
menyampaikan sesuatu apa adanya. (d) Persuasif yaitu
mempengaruhidengan cara membujuk dan tidak terlalu banyak berpikir
kritis dan dapat terpengaruh secara tidak sadar situasi yang mudah karena
sugesti. (e) Edukatif yaitu mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan
mendidik (f) kursif yaitu mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa,
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah
dan intimidasi seleksi dan penggunaan media.
Teknik penyampaian atau mempengaruhi dalam komunikasi itu dapat
dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaan dan meurut bentuk
isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa:
1) Semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya
dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Menurut cara
pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu
Redundancy (repetition) dan Canalizing.
2) Melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk
pesan dan maksud yang dikandung. Menurut bentuk isinya
dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan koersif
(Arifin,1994)
d. Penggunaan media, sebagai alat penyalur dalam rangka merebut
pengaruh dalam masyarakat dalam abad ke-20 ini adalah suatu hal
yang merupakan keharusan, salah satunya melalui media massa.
Sebab media massa dapat menjangkau jumlah besar khalayak dengan
harga tertentu yang cukup besar.
30
Media merupakan alat penyalur, juga mempunyai fungsi sosial yang
kompleks. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi
yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan
keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam
penggunaan media pun, harus demikian pula. Justru itu selain kita harus
berfikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam
hubungannya dengan situasi sosial-psikologis, harus diperhitungkan pula.
Hal ini karena masing-masing medium tersebut mempunyai kemampuan
dan kelemahan-kelemahan tersendiri sebagai alat.
2. Media Sosial
a. Pengertian media sosial
Media sosial (sering disalah tuliskan sebagai sosial media) adalah sebuah
media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk
media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia. Menurut Van Dick yang dikutip oleh Nasrullah, bahwa media
sosial adalah platfrom media yang memfokuskan pada eksistensi
pengguna yang memfasilitasi mereka dalam dalam beraktifitas maupun
berkolaborasi, karena itu media sosial dapat dilihat sebagai medium
online yang menguatkan hubungan antar pengguna sebagai sebuah ikatan
sosial. (Nasrullah, 2016)
31
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di
atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan memungkinkan
penciptaan dan pertukaran user-generated content". (https://id.wiki-
pedia.org/wiki/Media_sosial)
Caleb T. Carr dan Rebecca A. Hayes (2015) – Media sosial adalah
media berbasis Internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan
untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara seketika
ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang mendorong
nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang
lain.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016) – Media sosial adalah
media yang digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara,
dan video informasi baik dengan orang lain maupun perusahaan dan vice
versa. (https://pakarkomunikasi.com/ pengertian-media-sosial-menurut
para-ahli)
b. Jenis-jenis Media Sosial
Kaplan dan Haenlein (2010) membagi berbagai jenis media sosial ke
dalam 6 (enam) jenis, yaitu:
Collaborative Projects, yaitu suatu media sosial yang dapat membuat
konten dan dalam pembuatannya dapat diakses khalayak secara
global. Kategori yang termasuk dalam Collaborative Projects dalam
media sosial, yaitu WIKI atau Wikipedia yang sekarang sangat
32
populer di berbagai negara. Collaborative Projects ini dapat
dimanfaatkan untuk mendukung citra perusahaan, terlepas dari pro-
kontra soal kebenaran isi materi dalam situs tersebut.
Blogs and Microblogs, yaitu aplikasi yang dapat membantu
penggunanya untuk menulis secara runut dan rinci mengenai
informasi, opini, pengalaman, ataupun kegiatan sehari-hari, baik
dalam bentuk teks, gambar, video, ataupun gabungan dari ketiganya.
Kedua aplikasi ini mempunyai peran yang sangat penting baik dalam
penyampaian informasi maupun pemasaran produk. Melalui kedua
aplikasi tersebut, pihak pengguna dengan leluasa dapat mengiring
opini masyarakat atau pengguna internet untuk lebih dekat dengan
mereka tanpa harus bersusah-susah menyampaikan informasi secara
tatap muka.
Content Communities, yaitu sebuah aplikasi yang bertujuan untuk
saling berbagi dengan seseorang baik secara langsung maupun tidak
langsung, di mana dalam aplikasi ini user atau penggunanya dapat
berbagi video, ataupun foto. Sosial media ini dapat dimanfaatkan
untuk mempublikasikan suatu bentuk kegiatan positif yang dilakukan
oleh satu perusahaan, sehingga kegiatan tersebut akan mendapatkan
perhatian khalayak dan pada akhirnya akan membangun citra positif
bagi perusahaan.
Sosial Networking Sites atau Situs Jejaring Sosial, yaitu merupakan
situs yang dapat membantu seseorang atau pengguna internet
33
membuat sebuah profil dan menghubungkannya dengan pengguna
lain. Situs jejaring sosial memungkinkan penggunanya mengunggah
hal-hal yang sifatnya pribadi seperti foto, video, koleksi tulisan, dan
saling berhubungan secara pribadi dengan pengguna lainnya melalui
private pesan yang hanya bisa diakses dan diatur pemilik akun
tersebut. Situs jejaring sosial sangat berperan dalam hal membangun
dan membentuk brand image, karena sifatnya yang interaktif sehingga
pengguna dapat dengan mudah mengirim dan menerima informasi,
bahkan dapat digunakan sebagai media komunikasi dan klarifikasi
yang nyaman antara pemilik produk dengan konsumennya.
Virtual Game Worlds, yaitu permainan multiplayer di mana ratusan
pemain secara simultan dapat di dukung. Media sosial ini sangat
mendukung dalam hal menarik perhatian konsumen untuk tahu lebih
banyak dengan desain grafis yang mencolok dan permainan warna
yang menarik, sehingga terasa lebih informatif dan interaktif.
Virtual Sosial Worlds, yaitu aplikasi yang mensimulasi kehidupan
nyata dalam internet. Aplikasi ini menungkinkan pengguna
berinteraksi dalam platform tiga dimensi menggunakan avatar yang
mirip dengan kehidupan nyata.Aplikasi ini sangat membantu dalam
menerapkan suatu strategi pemasaran atau penyampaian informasi
secara interaktif serta menarik. (Rieka Mustika, 2018: 44).
3. Informasi
a. Pengertian informasi
34
Secara umum, pengertian informasi adalah suatu informasi atau laporan
tentang hal yang sedang/ telah terjadi dimana penyampaiannya dilakukan
melalu media cetak, siaran TV, radio, media online, maupun dari mulut
ke mulut kepada khalayak umum. Menurut Angraeni dan Irviani
(2017:13) menjelaskan bahwa informasi adalah sekumpulan data atau
fakta yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga
mempunyai arti bagi penerima.
Pendapat lain mengatakan arti informasi adalah suatu laporan informasi
fakta terbaru dan penting mengenai peristiwa terkini yang sampaikan
kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti surat kabar, Televisi,
radio, media online, dan berbagai media lainnya.
Umumnya isi informasi yang disampaikan kepada masyarakat adalah
informasi terbaru/ terkini, atau fakta-fakta terbaru mengenai sesuatu yang
terjadi di masa lalu juga dapat dijadikan informasi. Selain menyampaikan
informasi, tujuan lain dari informasi adalah untuk mempengaruhi
masyarakat terkait isu yang diangkat di dalam informasi tersebut.
Menurut Mickhel V. Charniey (Romli, 2009:5), pengertian informasi
adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual,
penting, dan menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut
kepentingan mereka.
Menurut Willard C. Bleyer (Romli, 2009:35), informasi adalah informasi
terkini yang di pilih oleh wartawan untuk dimuat dalam suatu media
sehingga menarik minat bagi pembaca. (https://www.maxmanroe.com).
35
b. Informasi Hoax
Allcot & Gentzkow (Budi & Barito, 2018: 4), mengartikan hoax sebagai
laporan yang dibelokkan atau menyesatkan namun tidak sepenuhnya
salah.Alex Boese (Budi & Barito, 2018: 6) mendefinisikan hoax sebagai
tindak penipuan yang melibatkan respons publik.
Dalam dunia jurnalistik, hoax pada dasarnya bukan suatu yang
baru.Meskipun demikian, Alex Davies (Budi & Barito, 2018: 7)
berpendapat bahwa kapan dan dari mana istilah hoax muncul tidak terlalu
jelas.Oxford English Dictionary memperkirakan istilah hoax berasal dari
kata “hocus”. Definisi hoax pertama kali muncul dalam suatu referensi
yang ditulis pada 1796: “To deceive by an amusing or mischievous
fabrication or fiction, to play upon the credulity of” (Davies 2013: 134).”
Hoax merupakan kata kerja dan berarti menipu melalui rekaya atau fiksi
yang memikat dan nakal atau memainkan kepercayaan.
Faktor penyebab munculnya konten informasi hoax (Marwan & Ahyad,
2017):
Hanya sebuah humor demi kesenangan belaka.
Hanyalah usaha untuk mencari sensasi di media sosial.
Beberapa memang menggunakannya demi untuk mendapat lebih
banyak uang dengan bekerja sama dengan oknum.
Hanya untuk ikut-ikutan agar terlihat lebih seru.
36
Untuk menyudutkan pihak tertentu.
Sengaja menimbulkan keresahan.
Niat negatif..
Untuk mengenali hoax, masyarakat perlu terus diedukasi untuk
bisamengidentifikasi secara sadar perihal informasi sesat alias "hoax"
yang kini masih tersebar luas di dunia maya dengan ciri-ciri sebagai
berikut (Marwan & Ahyad, 2017):
Berasal dari situs yang tidak dapat dipercayai.
Tidak ada tanggal kejadiannya.
Tempat kejadiannya tidak jelas.
Menekankan pada isu SARA.
Kebanyakan kontennya aneh dengan lugas juga menyudutkan pihak
tertentu.
Informasinya tidak berimbang.
Alur cerita dan kontennya tidak logis, langka dan aneh.
Bahasa dan tata kalimat yang digunakan agak rancu dan tidak
berhubungan satu sama lain.
Menggunakan bahasa yang emosional dam provokatif.
Menyarankan anda meng-klik, meng-share, dan me-like tulisan
dengan nada berlebihan.
Penyebarannya dilakukan oleh akun media sosial
kloningan/ghost/palsu.
37
Penjelasan di atas mengenai informasi hoax, maka dapat disimpulkan
bahwa informasi hoax merupakan sebuah tindakan menipu atau membuat
kebohongan melalui informasi yang direkayasa dan tidak sesuai dengan
informasi aslinya dengan tujuan untuk menyerang pihak-pihak
tertentu.Sedangkan, kriteria hoax ada empat, yaitu mengandung usnur
main-main, tidak seperti informasi palsu yang bertujuan menipu secara
permanen, menunda ketidakpercayaan di kalangan penerima atau
pembacanya, dan merupakan kritik yang tidak Lugas.(Rantika Kurniati
dan kawan-kawan).
C. Kerangka Berfikir
Hoax itu merupakan masalah (problem) yang membuat keresahan sosial di
masyarakat dan Dinas Kominfo memiliki tanggung jawab yang besar untuk
mencegah agar masyarakat mendapatkan informasi yang sehat. Analisis ini
muncul karena hoax ini sudah menyebar ke masyarakat khususnya melalui
media sosial, seperti facebook, instagram, whatsup, line,twitter dan media
online lainnya. Ketika hoax ini sudah menyebar di masyarakat, apa yang harus
dianalisis? Kemudian bagaimana cara mencegahnya. Maka dari itu peneliti
mencoba membuat konsep kerangka piker sebagai berikut :
38
D. Fokus Penelitian
Adapun focus penelitian ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan
oleh Dinas Kominfo dalam pencegahan penyebaran informasi Hoax di media
sosial.
Strategi Komunikasi Dinas Kominfo dalam
Pencegahan Penyebaran Berita Hoax di Media Sosial
Strategi Komunkasi menurut
Laswell:
1. Mengenal Khalayak
2. Menyusun Pesan
3. Menetapkan Metode
4. Penggunaan Media
Faktor Penghambat
Pencegahan PenyebaranInformasi
Hoax di MediaSosial
39
E. Deskripsi Fokus Penelitian
Penelitian ini menekankan langkah yang akan diteliti berupa langkah
pencegahan atau langkah preventif. Langkah preventif biasanya dilakukan
kepada pihak yang belum atau rentan terhadap suatu masalah. Maka dari itu
fokus penelitian ini meliputi:
1. Mengenali Khalayak, hal ini dilakukan agar kita mampu mengetahui
kelompok masyarakat yang sangat rentan terpengaruh oleh informasi
hoax yang menyebar sehingga dapat cepat diberikan pemahaman;
2. Penyusunan Pesan, hal ini sangat berpengaruh dalam penyampain pesan
sehingga khalayak mampu menerima dan mengerti secara cepat;
3. Menatapkan Metode, hal ini merupakan langkah awal dalam pencegahan
penyebaran informasi hoax;
4. Penggunaan Media, hal ini untuk mengetahui media yang digunakan
sebagai alat dalam rangka pencegahan penyebaran informasi hoax di
media sosial.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama kurang lebih dua bulan dan
bertempat di Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Selatan Jl. Jenderal Urip
Sumohardjo No. 296 Gedung J lantai IV Makassar, Sulawesi Selatan. Kode
Pos 90231 Nomor Telepon 0411453203.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yang dimaksud adalah untuk mendapat
pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif
partisipan (Ruslan, 2010:215). Kemudian berdasarkan sifatnya, penelitian ini
adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud
untuk menguraikan hasil kajian secara mendalam mengenai Pencegahan
Penyebaran Informasi Hoax di Media Sosial. Bentuknya, penelitian ini adalah
penelitian evaluatif dan preskriptif, penelitian evaluatif yaitu penelitian yang
bertujuan memberikan analisis yang mendalam terhadap suatu Penyebaran
Hoax pada aspek pencegahannya. Sedangkan penelitian preskriptif yaitu
41
penelitian yangakan memberikan sebuah solusi yang tepat terhadap upaya
pencegahan penyebaran hoax melalui pendekatan teori-teori arus informasi.
C. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpul secara langsung dari sumbernya
yang di peroleh sendiri oleh lembaga yang bersangkutan. Metode yang
digunakan untuk pengumpulan data primer yaitu dengan melalui cara
survei dan observasi (Ruslan, 2010:138). Data Primer yang diperoleh
pada penelitian ini dari Diskominfo Sul-Sel.
2. Data sekunder adalah data penelitiaan yang didapatkan secara tidak
langsung melalui perantara. Data sekunder pada dasarnya berbentuk
catatan atau laporan data dokumentasi (Ruslan, 2010:138). Data
sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari media web,
jurnal, dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan informasi hoax
dan Diskominfo.
D. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan penelitian yang
memahami informasi tentang objek penelitian. Informan yang dipilih harus
mempunyai kriteria sehingga informasi yang didapatkan bisa bermanfaat
42
untuk penelitianyang akan dilakukan. Terdapat kriteria-kriteria dalam
menentukan informan penelitian yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Spradley (Moleong, 2004: 165) informan harus mempunyai
beberapa kriteria yang bisa menjadi bahan pertimbangan, yaitu:
1. Informan yang selalu tergabung dalam suatu kegiatan atau aktivitas
yang menjadi obyek atau sasaran penelitian dan biasanyaditandai
dengankemampuan memberikan suatu informasi diluar kepala tentang
hal yang ditanyakan.
2. Informan mempunyai kaitan secara penuh serta aktif pada lingkup dan
kegiatan yang menjadi obyek penelitian.
3. Informan mempunyai cukup banyak kesempatan dan waktu untuk
dimintaiinformasi.
4. Informan yang dalam memberikan suatu informasi tidak telalu
cenderung diolah ataudikemas terlebih dahulu dan mereka relatif susuai
realitas dalam memberikaninformasi.
Kriteria informan yang dikemukakan oleh Spradley diatas, maka
penelitimenentukan informan yang memenuhi kriteria tersebut. Informan yang
peneliti tentukan adalah orang-orang yang bekerja secara penuh di dalam Dinas
Kominfo dan aktif dalam pencegahan informasi hoax yang dilakukan oleh
Dinas Kominfo.
Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan teknik key person. Teknik
memperoleh informan penelitian ini digunakan karena peneliti sudah
mempunyai informasi awal mengenai objek penelitian maupun informan
43
penelitian maka peneliti membutuhkan key person untuk mengawali
wawancara atau observasi.Key person ini adalah tokoh formal maupun tokoh
informal (Bungin, 2007: 77). Maka peneliti hanya memilih tiga orang yang
memiliki keterkaitan lebih mendalam dari masalah yang diteliti.
No. Informan Jumlah
1.
Sekretaris Dinas Kominfo Sulawesi
Selatan 1
2.
Seksi Pengelolaan Media
Komunikasi Publik 1
3. Seksi Layanan Informasi Publik 1
Total 3
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara.
Teknik wawancara dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan untuk
menemukan sumber masalah secara lebih terbuka, di mana, orang yang
diajak wawancara akan diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara
akan dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dan narasumber
yakni kepada Pegawai Dinas Kominfo Sul-Sel. Wawancara ini
dilakukan layaknya melakukan obrolan santai seputar aktivitas
44
narasumber tersebut dalam melakukan pencegahan penyebaran
informasi hoax di media sosial (Aisyah, 2019:47).
2. Obsevasi
Peneliti memiliki peran yang aktif dalam situasi lingkungan tertentu.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap informan penelitian dan
kemudian peneliti secara aktif melakukan wawancara dengan informan
untuk memperoleh informasi dan data lengkap (Ruslan, 2010:36). Maka
penelitin ini dilakukan langsung di kantor Diskominfo Sul-Sel sehingga
peneliti bisa melakukan observasi sekaligus wawancara langsung
kepada narasumber.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berguna sebagai pelengkap dari pengguna teknik
pengumpulan data dengan observasi maupun wawancara. Dokumentasi
merupakan sebuah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya berharga dari
seseorang. Hal ini ditempuh peneliti guna memperoleh data mengenai
pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial (Aisyah,
2019:47). Dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah berupa
penyambilan foto terhadap narasumber yang telah diwawancarai
sehingga bisa menjadi bukti bahwa peneliti telah melakukan wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013), mengjelaskan bahwa aktivitas
saat melakukan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
45
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh,
aktivitas data tersebut merupakan reduksi data (data reduction), dan
penyajian data (data dispalay), conclusion drawing/verification (Sugiyono,
2013).
Data reduction (redaksi kata), reduksi adalah analisis data yang
dilakukan dengan memilih hal-hal pokok, mengfokuskan pada hal yang
penting, dicari pola dan temanya. Data yang didapatkan dalam lapangan
dituliskan/diketik dalam bentuk laporan atau uraian yang terinci. Jadi hasil
dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap narasumber menggunakan
Bahasa sehari-hari yang tidak baku. Oleh karena itu dilakukan reduksi kata
untuk menyusun kalimat dari hasil wawancara sehingga menjadi baku.
Data display (penyajian data), selanjutnya data dalam bentuk bagan,
uraian singkat, flowchart, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Miles
dan Huberman (Sugiyono, 2013) mengatakan bahwa yang paling sering
diterapkan untuk menyajikan data ketika melakukan penelitian kualitatif
adalah teks yang bersifat narasi. Pada penelitian ini menyajikan data berupa
narasi agar mudah dimengerti dan dipahami oleh pembaca.
Conclusion drawing/verification, langkah ketiga yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan,
dicari tema dan polanya serta ditarik kesimpulannya. Kesimpulan awal yang
diuangkapkan masih bersifat sementara, dan dapat berubah jika tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat untukmendukung pada tahap
mengumpulkan data berikutnya. Setelah melakukan reduksi dan penyajian
46
data maka peneliti melakukan penarikan kesimpulan sesuai dengan hasil
dari wawancara yang dilakukan dan obseravsi dari data yang ada.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh.
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu,
dalam (Sugiyono,2005) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif uji
keabsahan data meliputi :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penetapan kriteria ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal
dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai
dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memerikasa
kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain :
a. Triangulasi
Triangulasi adalah salah satu Teknik dalam pengumpulan data untuk
mendapatkan temuan dan intrepretasi data yang lebih akurat dan kredibel.
Beberpa cara yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan sumber dan
menggunakan metode yang berbeda (Muri, 2014). Adapun triangulasi dalam
penelitian ini akan dilakukan dengan tiga macam teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaaan sumber data, metode, dan teori. Untuk
47
memeriksa keabsahan dan data, peneliti melakukan pengecekan dalam
berbagai sumber yaitu dengan melakukan wawancara pada pegawai Dinas
Kominfo Sulawesi Selatan. Selain triangulasi dengan berbagai sumber
informan, peneliti juga melakukan pendalaman dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi dan dokumentasi.
b. Keteralihan (Transferability)
Keteralihan bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan
penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya
mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.
Dalam hal ini peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya. Oleh karena itu peneliti harus melakukan penelitian
untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut dari para informan yang
telah ditentukan sebelumnya. Untuk melakukan keteralihan, peneliti
mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang
sama.
c. Kebergantungan (Dependability)
Kebergantungan merupakan subsitusi reliabilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam penelitian
kualitatif, uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data.
Peneliti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak
48
dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak dependable.
Untuk mengetahui, mengecek serta memastikan hasil penelitian ini benar
atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing, serta
bertahap, mengenai konsep-konsep yang dihasilkan di lapangan.
d. Kepastian (Confirmability)
Penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan.
Sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji
kepastian (confirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya
ada. Kepastian ini berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan hasil
panelitian yang disepakati oleh banyak orang maka hasil penelitian tidak
lagi subjektif tetapi sudah objektif.
2. Memperpanjang waktu penelitian (Prolonged engagement)
Agak sulit mempercayai hasil penelitian kualitatif apabila peneliti hanya
datang sekali saja ke lapangan. Walaupun dengan dalih bahwa dalam waktu
seharian itu dipadatkan waktu dan kumpulkan data sebanyaknya. Peneliti
mesti memperpanjang pengamatan karena kalau hanya datang sekali sulit
memperoleh link atau chemistry engagement dengan informan.
Perpanjangan pengamatan atau penelitian memungkinkan terjadinya
hubungan antara peneliti dengan narasumber menjadi akrab, semakin
49
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi dan peneliti dapat memperoleh data secara lengkap.
Lama perpanjangan pengamatan penelitian tergantung pada kedalam,
keluasan, dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin
menggali data lebih dalam lagi hingga diperoleh makna yang nampak dan
kasat mata. Dengan memperpanjang pengamatan atau penelitian diperoleh
informasi yang sebenarnya. Untuk kepentingan legal formal penelitian,
peneliti perlu menunjukkan bukti perpanjangan pengamatan atau penelitian
berupa surat keterangan perpanjangan pengamatan atau penelitian yang
dilampirkan dalam laporan penelitian.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
a. Gambaran Umum Dinas Kominfo Sul-Sel
Dinas Komunikasi dan Informatika adalah Dinas yang mempunyai
tugas melaksanakan kewenangan daerah di bidang pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi serta melaksanakan tugas pembantuan yang
diberikan oleh pemerintah dan pemerintah provinsi dimana dalam setiap
kegiatannya selalu berhubungan dengan pembangunan dan pengembangan
system informasi, pengembangan dan pemeliharaan jaringan computer
antar bidang, pengelolaan produksi informasi dan publikasi, pengelolaan
dan pengembangan komunikasi publik, yang mana pada setiap kegiatan-
51
kegiatan tersebut terbagi menjadi tiga bidang serta satu Sekretariat dan
dikepalai oleh kepala bidang dari setiap bidangnya.
Lembaga pemerintahan yang mempunyai tanggung jawab besar dan
bergerak di dalam lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan,
maka DISKOMINFO mempunyai tugas pokok dan fungsi yang besar
dalam membangun Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi
Sulawesi Selatan saat ini berkedudukan dan menempati kantor dengan
alamat Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Selatan Jl. Jenderal Urip
Sumohardjo No. 296 Gedung J lantai IV Makassar, Sulawesi Selatan.
Kode Pos 90231 Nomor Telepon 0411453203. Email diskominfoprovsul-
sel@gmail.com, Website https://kominfo.sul-selprov.go.id/.
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Sulawesi Selatan didukung oleh 19 (sembilan belas) PNS. Untuk
mencapai efisiensi dan efektifitas kinerja, dilakukan pembagian tugas bagi
Pejabat Eselon.
b. Sejarah Singkat Diskominfo Sul-Sel
Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi
Sulawesi Selatan adalah Perangkat daerah Provinsi yang melaksanakan
fungsi penyelenggaraan urusan pemerintah bidang kominfo Satistik dan
Persandian dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Kominfo No.14
Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang
52
Komunikasi dan Informatika dan Peraturan Kepala Lembaga Sandi
Negara Nomor 9 Tahun 2016 tentang Nomenklatur Perangkat Daerah
dan Unit Kerja pada Perangkat Daerah Urusan Pemerintahan Bidang
Persandian dimana tugas dan fungsinya membantu Gubernur dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dan tugas pembantu di bidang komunikasi, Informatika, Statistilk dan
Persandian.
Memasuki dunia informasi global yang mengedepankan penggunaan
aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi, tak terkecuali
dalam proses pelayanan kepada masyarakat, pemerintah dituntut untuk
aktif mengadaptasi dan memfasilitasi proses akselerasi penggunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di segala sektor. Sehingga
akan tercipta peningkatan efisiensi dan efektifitas di bidang
pemerintahan sekaligus pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan
mutu penyelenggaraan pemerintahan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi merupakan salah satu upaya pemerintah menciptakan
transparansi dan akuntabilitas organisasi.
c. Visi, Misi dan Tujuan Diskominfo Sul-Sel
1) Visi
Mewujudkan masyarakat informasi untuk sulsel lebih maju, mandiri
dan modern
2) Misi
a) Meningkatkan ketersediaan public
53
b) Meningkatkan layanan penyelenggaraan
c) Pemerintahan berbasis teknologi informasi
d) Meningkatkan SDM dan peningkatan Pengawasan
e) Media informasi
f) Meningkatkan pengamanan informasi
g) Penyediaan data statistik sectoral
3) Tujuan
a) Layanan E-Government
b) Meningkatkan layanan informasi dan komunikasi publik
c) Peningkatannya pengamanan informasi pemerintahan daerah
melelui persandian
d) Meningkatnya data statistik sektoral
e) Struktural Diskominfo Sul-Sel
2. Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam Pencegahan
Penyebaran Berita Hoax di Media Sosial
Setelah melakukan wawancara dengan narasumber atau informan,
yaitu Sekertaris Dinas Kominfo Sul-Sel Ir. Lubis L., M.T, seksi pengelolaan
media komunikasi publik Andi Auliarahman Nurjayadi, S.I.P, dan seksi
layanan informasi publik Kamaruddin S.Sos. Kemudian melakukan
observasi langsung dilapangan. Peneliti dapat menganalisis tentang Strategi
Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam Pencegahan Penyebaran
BeritaHoax di Media Sosial.
54
Berdasarkan keterangan mereka dari hasil wawancara menggunakan
teori Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy yang membagi
strategi dalam kegiatan komunikasi dalam tiga hal yaitu mengenal khalayak,
penyusunan pesan dan menetapkan metode. Maka dari itu pembahasan dari
hasil penelitian sebagai berikut.
a. Mengenal Khalayak
Pada dasarnya khalayak atau masyarakat menerima pesan melalui
media sosial sangat mudah. Kemudian terkadang tanpa memahami
terlebih dahulu pesan tersebut langsung menyebarluaskan kepengguna
media sosial lainnya. Sehingga mengakibatkan terkadang informasi yang
berupa hoax ikut tersebar secara meluas dan meresahkan masyarakat.
Seperti yang disampaikan oleh seksi pengelolaan media komunikasi
publik Andi Auliarahman Nurjayadi, S.I.P,
“Kalau untuk masyarakat untuk pemahaman mengenai berita hoax
sampai saat ini mungkin memang kurang edukasinya. Ditambah lagi
sekarang berita hoax intu sangat mudah dan cepat menyebar melalui
android dan media sosial yang dimiliki oleh masyarakat.”
Masyarakat juga terkadang masyarakat juga tidak memperhatikan
mengenai hal yang ingin mereka sampaikan untuk disebar sehingga itu
dapat menimbulkan informasi hoax untuk masyarakat lainnya seperti
yang dikemukakan oleh Sekdiskominfo Sul-Sel,
“Kalau di Sulsel saya melihat paling banyak dimedia sosial karena kalau
dimedia cetak sudah tersaring memang. Jika di media sosial itu ada
55
kebebasan bagi masyarakan mengupload gagasan dan pikiran mereka.
Misalnya dengan twetter facebook, sms dan bahkan bisa dengan
menggunakan blog.”
Diskominfo Sul-Sel melakukan pencegahan penyebaran informasi
hoax di media sosial melalui kerja sama dengan beberapa kalangan
masyarakat seperti wartawan dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan di masa
kini waratawan yang paling berperan penting dalam mengumpulkan
informasi yang akuran dan terjamin kebenarannya. Pada dasarnya segala
bentuk informasi yang tersebar di media sosial itu bersumber dari
informasi uang telah dikumpulkan oleh wartawan. Makanya, jika ada
informasi yang tersebar di media sosial maka wartawanlah yang paling
pertama akan dimintai keterangan mengenai informasi tersebut. Seperti
yang di ungkapkan oleh Sekertaris Dinas Kominfo Sul-Sel saat di temui di
ruangannya.
“Kita selalu mengadakan komunikasi dengan wartawan media sosial
maupun media cetak melalui zoom. Setiap magrib itu kita
mengpertemukan wartawan dengan para pakar yang berkaitan
dengan pemberitaan hoax lewat satu layar. Jadi wartawan akan
melimpahkan informasi ke media cetak kemudian akan dibaca oleh
masyarakat nah dengan itu cara kita untuk menangkal hoax.”
Diskominfo Sul-Sel juga mengatakan bahwa Mahasiswa juga
punya peran dalam pencegahan berita hoax. Hal ini dikarenakan
mahasiswa merupakan kaum terpelajar dan berpendidikan jadi pasti
bisa membedakan yang mana berita hoax dan yang mana bukan. Oleh
sebab itu Diskominfo Sul-Sel bekerja sama dengan KNPI dan
56
memohon bantuan agar bisa bersama-sama dalam memerangi berita
hoax.
“kita melibatkan generasi muda yang itu seperti KNPI bahwa
bantulah pemerintah untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa
untuk membantu pemerintah agar tidak menyebarkan berita hoax.”
Diskominfo juga memberikan edukasi secara langsung kepada
mahasiswa yang sedang melakukan praktek magang tentang bahaya berita
hoax. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapan memahami betul bahaya
berita hoax dan menyampaikan hal tersebut kepada teman dan keluarga
mereka. Seperti yang diutarakan oleh Sekdis Kominfo Sul-Sel.
“Selain itu, banyak juga mahasiswa yang sering praktek magang
disini itu juga diberikan pemahaman soal berita hoax. Kalau
menemukan berita yang meresahkan jangan langsung ditelan dan
jangan langsung disebarkan.”
Kemudia tambahan dari seksi Layanan Humas.
“Cara ini berupa pencarian isu negatif melalui google chrome
kemudian mengakat judul dan tanggal yang berkenaan dengan berita
hoax maka akan muncul semua berita-berita yang tersebar dan tugas
ini biasaya diberika tugas kepada mahasiswa-mahasiswa yang
melakukan praktek magang di tempat ini.”
b. Penyusunan Pesan
Penyusun pesan berguna dalam strategi kominikasi pencegahab
informasi hoax, Diskominfo berfokus kepada data-data yang ada dan
fakta yang sebenarnya dilapangan. Jadi ketika ada berita hoax yang
tersebar maka Diskominfo akan bergerak cepat untuk mecari data dan
informasi yang benar. Agar ketika melakukan klarifikasi mengenai berita
57
hoax tersebut tidak dapat dibantah lagi oleh masyarakat. seperti yang
disampaikan oleh seksi layanan Publik diskominfo sulsel.
“maka akan dilakukan permohonan klarifikasi oleh pihak terkait
disertai dengan data yang kami miliki karena terkadang banyak
informasi yang tidak tersampaikan secara menyeluruh.”
c. Menetapkan Metode
Metode pencegahanya Dinas Kominfo Sul-Sel melakukannya
dengan berbagai cara salah satunya yaitu mengkonter segala bentuk
berita hoax yang tersebar. Tidak hanya sekedar menyanggah informasi
hoax tersebut akan tetapi mencari kebenarannya terlebih dahulu dan
mecari data yang akurat mengenai informasi tersebut. Dalam hal ini, ada
dua cara yang dilakukan oleh Diskominfo Sul-Sel dalam penyampaian
pesannya yaitu dengan cara langsung maupun tertulis.
Cara langsung yang dimaksud adalah dengan menghadirkan pakar-
pakar atau orang-orang yang terkait dengan isu hoax tersebut. Adapun
cara tertulis yaitu dengan menyusun informasi di media sosial atau cetak
untuk mengklarifikasi berita hoax yang tersebar. Kemudia menghubungi
media yang telah menyebarkan berita hoax tersebut untuk menarik
beritanya atau diselesaikan secara hukum. Seperti yang dikemukakan
oleh Ir. Lubis L., M.T
“nah hal itu kita tanggulangi dengan cara mengkonter bahwa berita
itu tidak benar dengan melibatkan tokoh-tokoh yang berpengaruh
dan berkaitan dengan masalah tersebut. Apapun yang muncul di
media yang berkenan dengan hoax kita akan tangkis atau konter.”
58
Cara yang kedua yaitu penyampain pesan secara tertulis kepada
masyarakat. Cara ini dilakukan berupa informasi yang akurat dimuat
pada media cetak seperti surat kabar, brosur, dan pamphlet yang
berisikan klarifikasi berita hoax.
“Kemudia cara kedua yaitu dengan membuat brosur dan pamphlet
untuk memberikan informasi. Selain itu menggunakan beberapa
video tron untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kita
tidak memberikan informasi secara terus menerus kepada
masyarakat.”
Setelah melakukan konter terhadap berita hoax, Diskominfo juga
memberikan edukasi kepada wartawan agar informasi yang diberikan
informasi yang akurat sehingga tidak meresahkan masyarakat.
Diskominfo juga memberikan edukasi kepada masyarakat dan
mahasiswa ketika medapat informasi sebisa mungkin untuk dicek
kebenarannya dan sebelum disebarluaskan terlebih dahulu difikirkan
apa untungnya jika diebarkan dan apakah informasi ini berguna bagi
masyarakat atau tidak. Seperti halnya yang diungkapkan Sekdis
Kominfo Sul-Sel.
“Kalau menemukan berita yang meresahkan jangan langsung
ditelan dan jangan langsung disebarkan, maksudnya harus ditelah
baik-baik, lihat dulu dari mana sumbernya, memprovokasi
masyarakat, apa untungnya ketika disebar, apakah berguna untuk
masyarakat atau tidak.”
Berkenaan dengan apan yang Allah SWT sampaikan dalan Q.S. Al-
Hujurat Ayat 6 yang dimana mengingatkan kita untuk meniliti
kebenaran informasi yang disampaikan orang lain sebelum
59
menyebarkan keorang lain agar tidak mencelakakan orang tersebut
karena kebodohan atau kecerobohan diri sendiri.
ا ف ع لتم ندمين ال ة ف تصبحوا ع لى م ه ا ا ن تصيبوا ق وما بج كمان ف اسق بن ب ا ف ت ب ينو اء ا ج نو الذين ام
ا ا يه ي
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika sesorang yang fasik dating
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar
kamu tidak mecelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu.”
Kemudian metode selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan bekerja
sama Indonesia Indikator Indiktor dengan menggunakan sistem yang
dinamakan IMM (Intelegent Media Management). Sistem ini berfungsi
untuk menyaring berita negatif yang terdapat di media sosial. Akan tetapi
sistem ini mempunyai kelemahan karena setiap kata yang negatif akan
tedeteksi dan tersaring oleh sistem ini. Sperti yang diungkapkan oleh
Seksi Layanan Humas Diskominfo Sul-Sel.
“yang kita lakukan penjaringan informasi bekerja sama dengan
Indonesia Indikator menggunakan sistem IMM (Intelejen Media
Magement). Sistem ini dijalankan oleh mesin dengan cara sepontan
hal-hal yang menyangkut tentang pemerintah prov Sulsel itu akan
tersaring di sistem itu dengan memasukkan topik d dalamnya. Akan
tetapi dalam sistem ini mempunyai kelemahan misalkan ketika
mengetik persoalan banjir maka akan termasuk berita negatif
karena tujuan dari sistem ini hanya menjaring topik yang positif.”
Kemudian adapun metode lain yang dilakukan yaitu mitigasi isu
negatif. Metode ini berupa pencarian isu negatif melalui google chrome
kemudian mengakat judul dan tanggal yang berkenaan dengan berita
60
hoax maka akan muncul semua berita-berita yang tersebar. Maka ketika
ditemukan berita hoax tersebut akan dilakukan klarifikasi secepatnya
agar tidak cepat tersebar dan meresahkan masyarakat.
“Ada cara yang dilakukan untuk mencegah berita hoax yaitu
mitigasi isu negatif. Cara ini berupa pencarian isu negatif melalui
google chrome kemudian mengakat judul dan tanggal yang
berkenaan dengan berita hoax maka akan muncul semua berita-
berita yang tersebar dan tugas ini biasaya diberika tugas kepada
mahasiswa-mahasiswa yang melakukan praktek magang di tempat
ini.”
Terakhir metode yang dilakukan Diskominfo dalam pencegahan
Berita Hoax yaitu dengan membuat beberapa program diantaranya Sulsel
Bicara Baik memang ditujukan untuk focus mengkonter berita hoax,
Baruga Layanan Sulsel berfungsi sebagai wadah untuk masyarakat
mengadu ke web tersebut, dan Humas Reaksi Cepat yang bertujuan
mengkonter secara langsung berita hoax dengan membuat pernyataan
klarifikasi berita. Seperti halnya yang disampaikan oleh Andi
Auliarahman Nurjayadi, S.I.P.
“Untuk sekarang ada tiga program yang dijalankan oleh diskominfo
sulsel yaitu Sulsel Bicara Baik, Baruga Layanan Sulsel, dan Humas
Reaksi Cepat. Sulsel Bicara Baik memang ditujukan untuk focus
mengkonter berita hoax, Baruga Layanan Sulsel berfungsi sebagai
wadah untuk masyarakat mengadu ke web tersebut, dan Humas
Reaksi Cepat yang bertujuan mengkonter secara langsung berita
hoax dengan membuat pernyataan klarifikasi berita.”
Metode-metode yang telah direncanakan dan diterapkan oleh Dinas
Kominfo Sul-Sel diharapkan mampu untuk mencegah penyebaran
informasi hoax di media sosial.
61
d. Penggunaan Media
Penggunaan Media merupakan bagian terpenting dalam pencegahan
penyebaran berota hoax di media sosial. Oleh karena itu, dalam
pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial Dinas Kominfo
Sul-Sel menggunakan situs web yang berbentuk layanan seperti yang di
kemukakan oleh seksi pengelolaan media komunikasi publik Andi
Auliarahman Nurjayadi, S.I.P.
“Untuk sekarang ada tiga program yang dijalankan oleh diskominfo
sulsel yaitu Sulsel Bicara Baik, Baruga Layanan Sulsel, dan Humas
Reaksi Cepat. Sulsel Bicara Baik memang ditujukan untuk focus
mengkonter berita hoax, Baruga Layanan Sulsel berfungsi sebagai
wadah untuk masyarakat mengadu ke web tersebut, dan Humas
Reaksi Cepat yang bertujuan mengkonter secara langsung berita
hoax dengan membuat pernyataan klarifikasi berita.”
3. Faktor Penghambat Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam
Mencegah Penyebaran Informasi Hoax
Diskominfo Sul-Sel mengakui bahwa dalam hal pencegahan penyebaran
informasi hoax tidak dapat sepenuhnya bisa dilakukan seratus persen. Mereka
hanya bisa memaksimalkan upaya dalam penanggulangannya. Meskipun telah
ada UU ITE akan tetapi hal tersebut masi belim mampu mencegah penyebaran
berita hoax. Seperti halnya yang diuatarakan oleh Ir. Lubis L., M.T selaku
Sekertaris Diskominfo Sul-Sel.
“Hoax itu tidak bisa dimatikan hanya bisa untuk ditanggulangi karena
adanya kebebasan di media sosial tidak bisa dibatasi. Walaupun ada
undang-undang ITE akan tetapi belum dapan mencegah. Padahal sudah
sering dilakuian edukasi tentang undang-undang tersebut akan tetapi
masih belum bisa mencegah penyebaran berita hoax. Karena
62
kemudahan untuk sesorang mengirim berita hoax itu yang tidak bisa
dibatasi.”
Menurut Seksi Layanan Publik Diskominfo Sul-Sel yang menjadi faktor
penghambat pencegahan berita hoax dimedia sosial yaitu dikarenakan
mudahnya seseorang untuk membuat web dan belum adanya undang-undang
yang benar-benar mengatur persoalan penyebaran berita hoax.
“Salah satu penyebabnya adalah mudahnya seseorang membuat web
tanpa ada standar kreteria khusus. Kedua belum adanya unadang-
undang yang mengatur tentang pembuatan media online dan undang-
undang tentang penyebaran berita hoax belum maksimal.”
B. Pembahasan
1. Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam Pencegahan
Penyebaran Berita Hoax di Media Sosial
a. Mengenal Khalayak
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa da tiga khalayak yang
menjadi objek dalam strategi pencegahan penyebaran berita hoax di media
sosial. Objek pertama yang menjadi korban dalam penyebaran informasi
hoax adalah masyarakat umun yang menggunakan media sosial. Kedua
adalah wartawan yang merupakan ujung tombak atau garda terdepan yang
membantu Diskominfo dalam mencegah penyebaran berita hoax lebih
meluas. Ketiga adalah pemuda atau mahasiswa yang berpendidikan yang
63
diharapkan mampu membantu Diskominfo Sul-Sel dalam memberikan
edukasi dan pemahaman kepada Masyarakat.
Edukasi dan pemahaman yang diberikan melalui laman web resmi
dari Diskominfo Sul-Sel. Salah satu contohnya ketika memeberikan
informasi mengenai Media Indonesia yang melaksanakan Pelatihan
Penulisan Opini guna untuk Menjawab Hoax. Kegiatan ini dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2020 di Gedung Metro TV Jakarta.
Pelatihan ini menekankan bagi masyarakat dan wartawan dalam
penulisan berita ada dua kaidah yang perlu diperhatikan yaitu Benar dan
Baik. Benar artinya memenuhi kaidah, sesuai fakta dan tidak ada
kesimpulan. Sedangkan baik artinya baik bagi yang diuntungkan dan tidak
baik bagi pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, berita yang baik dan
benar adalah berita yang sudah dikonfrontir dari kedua belah pihak.
Hasil dari wawancara pihak Diskominfo Sul-Sel telah
menyampaikan bahwa adanya kekurangan edukasi penggunaan media
sosial dan penerimaan pesan terhadap masyarakat. Pada dasarnya
Diskominfo Sul-Sel hanya memebrikan himbauan kepada masyarakat
mengenai bahaya hoax melalui media dan tidak melakukan edukasi secara
langsung kepada masyarakat seperti melakukan sosialisasi. Hal ini
dikarenakan kondisi pandemic covid-19 yang mengahruskan unruk
menjaga jarak dan tidak boleh melakukan diskusi tatap muka.
Maka dengan adanya kekurangan ini sehingga mengakibatkan
penyebaran informasi hoax tidak bisa terbendung seperti yang
64
disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(Menko Polhukam), Wiranto mengatakan,
”Masyarakat akan dirugikan dengan banyaknya persebaran berita
yang tidak jelas, di antaranya, dengan adanya keraguan terhadap
segala informasi yang diterima, masyarakat menjadi bingung.
Kebingungan masyarakat ini dapat dimanfaatkan pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk menanamkan kebencian, sehingga
berpeluang terjadi perpecahan dan permusuhan” (Tarigan, 2017).
Masyarakat juga menjadi sumber informasi hoax karena memiliki
kebebasan berpendapat. Jadi mereka bisa dengan leluasa mengungkapkan
apa yang mereka ingin sampaikan tanpa ada pertimbangan terlebih dahulu.
Kemudian hal ini didukung dengan adanya peraturan perundangan seperti
UU No.36 tahun 1999, UU No. 11 tahun 2008, dan UU No. 14 tahun 2008
untuk mengatur hal-hal seperti telekomunikasi dan keterbukaan informasi
publik.bahwa,
“Masyarakat bebas berkomentar di dunia maya sebagai media
berdiskusi dan menyampaikan pendapat.” (kominfo.go.id)
Masalah tersebut merupakan bagian dari karakteristik masyarakat
yang ditunjukan dari aspek psikologis dan aspek perilaku masyarakat.
Aspek dari psikologis yang dialami masyarakat berkenaan dengan
perasaan emosional dan terbuka terhadap informasi yang diterima. Hal
tersebut yang membuat masyarakat mudah terpengaruh terhadap
informasi hoax yang ada kemudian menyebar luaskan dengan anggapan
bahwa utuk memberikan informasi kepada masyarakat yang lainnya.
Pada aspek perilaku masyarakat cenderung menyebarkan informasi yang
65
dianggap mengkhawatirkan dan berkaitan dengan orang banyak
walaupun hal tersebut belum tentu kebenarannya.
Kasubdit Pemberdayaan Kapasitas TIK Kominfo, Aris Kurniawan
saat melakukan Webinar Merajut Nusantara mengatakan bahwa dalam
penanganan hoax tidak ahanya harus berfokus pada peblokiran situs.
Akan tetapi lebih penting lagi menyiapkan SDM Indonesia agar memiliki
imun terhadap hoax untuk mengatasi hoax dalam waktu jangka panjang.
Aspek lain dalam karakteristik masyarakat yaitu aspek
sosiodemografik. Pada aspek ini mencakup pekerjaan, pendidikan, dan
lain sebagainya. Berdasarkan hasil dari wawancara, berkaitan dengan
aspek ini maka Diskominfo bekerja sama dengan wartawan dan pemuda
atau mahasiswa. Persoalan informasi yang diberikan wartawan untuk
melawan informasi hoax yang beredar sudah tidak diragukan lagi
kebenarannya. Hal ini di karenakan wartawan memiliki kode etik yang
menjalankan tugasnya sebagai pencari informasi seperti yang dikutip dari
inside.kompas.com
“wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi
sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik
dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu,
wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik
yang dimana pasal 1 berisi Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad
buruk.” (inside.kompas.com)
Semakin banyaknya informasi hoax yang tersebar sehingga
mengakibatkan munculnya kecurigaan masyarakat terhadap wartawan.
Akan tetapi jika wartawan membuat opini yang mengandung hoax maka
66
Tindakan yang harus kita lakukan adalah melaporkan hal tersebut ke
dewan pers. Kemudian jika ada jurnalis yang tidak terdaftar di dewan
pers atau tidak berbadan hukum lalu membuat informasi hoax maka
langsunglapor ke polisi.
Peran serta pemuda atau mahasiswa juga sangan diperlukan dalam
pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial seperti yang
disampaikan oleh Diskominfo Sul-Sel. Selaras dengan apa yang dikutip
dalam artikel Universitas Jambi Bahwa,
“Disinilah sesungguhnya peran seorang mahasiswa sebagai
kaum terpelajar dengan tidak mudah tergiring oleh opini yang
beredar di media sosial. Tidak mudah percaya pada informasi yang
sedang diperbincangkan di masyarakat. Sebab mahasiswa memiliki
sikap kritis dalam melihat setiap persoalan yang terjadi di
sekelilingnya. Tidak boleh apatis atau menerima apa adanya tanpa
menganalisis, menelaah terlebih dahulu setiap berita yang
dikonsumsinya. Sudah menjadi kewajiban besar mahasiswa dalam
membawa masyarakat menuju perubahan kearah yang lebih baik.
Dalam Menjaga kenyamanan masyarakat terkait maraknya hoax.”
(unja.ac.id)
b. Penyusunan Pesan
Fokus penyusunan pesan dalam strategi kominikasi Diskominfo Sul-
Sel dalam pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial
berdasarkan data dan fakta yang teruji kebenarannya. Hal ini yang paling
penting diperhatikan dalam mencegah penyebaran berita hoax seperti
yang dikutip dalam laman kominfo.go.id
“Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang
dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang
terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat
dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk
bersifat subyektif.” (kominfo.go.id)
67
Berdasrkan teori yang ada mungkin sebaiknya Diskominfo Sul-Sel
juga memperhatikan teknik dalam penyusunan pesan jadi tidak hanya
sekedar memberikan data atau fakta. Jadi dalam penyusunan pesan
Diskominfo bias memilih menggunakan salah satu teknik dalam
penyusunan pesan diantaranya one-side issue dan two-side issue.
One-side issue artinya seorang komunikator dalam menyampaikan
sesuatu harus memberi tekanan apakah pada kebaikannya atau sebaliknya
pada keburukannya. Teknik penyampaian ini hanya cocok untuk mereka
yang kurang berpendidikan, sehingga tidak mempunyai alternatif pilihan.
Sedangkan two-side issue artinya dalam penyusunan pesan memberi
kesempatan kepada khalayak untuk berfikir karena memuat informasi
mengenai yang baik dan yang buruk sehingga masyarakat dapat memilih
apakah ada keuntungan dan kerugian jika mereka melaksanakan
informasi yang diterimanya.
c. Menetukan metode
Diskominfo Sul-Sel dalam prosen pencegahan penyebaran berita
hoax telah menerapkan beberapa metode seperti mengkonter secara
langsung informasi hoax yang beredar melalu wartawan dan para pakar
ahli di bidangnya masing-masing. Misalkan salah satu kasus yang
disampaikan oleh Sekdis Kominfo Sul-Sel ketika diwawancarai di
ruangannya,
“Hoax paling banya muncul sekarang karena adanya covid-19 misalkan
adanya perampasan mayat atau ada mayat yang tidak di sholatkan, nah
hal itu kita tanggulangi dengan cara mengkonter bahwa berita itu tidak
benar dengan melibatkan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan berkaitan
68
dengan masalah tersebut. Apapun yang muncul di media yang berkenan
dengan hoax kita akan tangkis atau konter”
Tindakan konter langsung yang pernah dilakukan Diskominfo Sul-
Sel salah satunya ketika di awal masa pandemic covid-19 masuk di
Indonesia. Kemudian ada informasi hoax yang mulai tersebar di media
sosial yang mengatakan bahwa ada salah satu pasien rumah sakit di kota
Makassar yang terpapar virus covid-19.
Kasus ini langsung seketika meresahkan masyarakan di Sulawesi
Selatan. Maka dari itu, Diskominfo Sul-Sel langsung melakukan konter
dengan menggunakan media online dalam melakukan klarifikasi.
69
Diskominfo Sul-Sel telah memberikan pernyataan mengenai
informasi hoax tersebut melalui laman resmi https://www.kominfo.go.id
yang kemudian di klarifikasi oleh media online
https://makassar.tribunnews.com. Klarifikasi tersebut memuat
pernyataan dari dr. Naisyah Tun Azikin yang mengatakan bahwa,
“Jadi kami tegaskan belum ada satupun warga Makassar yang terjangkit
Virus Corona. Yang beredar kabar itu hanya hoax," ujar Naisyah, Senin
(2/3/2020)
.
Diskominfo Sul-Sel juga menggunakan media dan beberapa
program dalam pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial.
Diantaranya kerja sama dengan Indonesia Indikator yang menghasilkan
system yang bernama IMM (Intelegent Media Management) yang
berfungsi untuk menyaring dan menganalisa informasi yang tersebar di
media. Selain itu ada tiga program yang yang telah dijalankan oleh
Diskominfo Sul-Sel diantaranya Sulsel Bicara Baik, Baruga Pelayanan
Masyarakat, dan Humas Reaksi Cepat.
70
Program-program ini dapat membantu Diskominfo Sul-Sel dalam
pencegahan penyebaran informasi. Salah satu program yang menarik
untuk sedikit dibahas adalah Baruga Pelayanan Masyarakat. Baruga
Pelayanan Masyarakat meerupakan portal digital pelayanan dan
pelaporan masyarakat berbasis web dan aplikasi. Program Baruga
merupakan langkah pertama dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan melayani. Dengan
meluncurnya Baruga versi 2.0 diharapkan masyarakat lebih mudah untuk
mengakses informasi terkait pelayanan dan kegiatan publik beserta
melaporkan permasalahan terkait pelayanan publik yang dialaminya.
Baruga Pelayanan Masyarakat dalam penggunaannya sangat praktis
dan mudah sekali. Oleh karena itu hingga saat ini aduan yang masuk ke
Baruga Pelayanan Masayarakan mencapai 1860 aduan. Berikut tata cara
penggunaan layananan ini dalam memperoleh informasi dan
memasukkan aduan ke pemerintah terhadap masalah yang ditemukan di
daerah sekitar salah satu contohnya adalah informasi hoax.
71
Besar harapan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk Baruga
Pelayanan Masyarakat agar menjadi tempat berkumpul digital bagi
masyarakat untuk berdiskusi terkait informasi dan kegiatan publik. Selain
itu juga menjadi wadah untuk melayani berbagai aduan terhadap
persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Kepala Dinas Kominfo Andi
72
Hasdullah menjelaskan Baruga Pelayanan Masyarakat ini merupakan
layanan smart office berbasis media sosial.
“Aplikasi ini merupakan sebuah jawaban dalam rangka memberi ruang
terhadap public untuk berinteraksi dengan pemerintah provinsi.
Masyarakat bisa sampaikan aspirasinya lewat facebook, instagram, dan
media sosial lain yang berbasis android”
Pengaduan yang masuk di media sosial terlebih dahulu akan
diverifikasi. Jika identitas pelapor, konten aduan, pesan sudah jelas,
kemudian diteruskan ke aplikasi Baruga Pelayanan Masyarakat yang
terkoneksi langsung terkoneksi langsung dengan aplikasi aduan lapor
Spam yang berlaku secara naasional. Proses yang dilakukan melalui
system maka dapat diproses dengan cepat untuk sampai ke Lembaga atau
instansi terkait.
Baruga Pelayanan Masyarakat ini sangatlah bermanfaat untuk
mencegah penyebaran informasi hoax. Hal ini disebabkan karena dengan
kemudahan penggunaanya serta system pengelolaannya yang cepat. Oleh
sebab itu informasi hoax dapat terverifikasi terlebih dahulu sebelum
tersebar dan sampai ke masyarakat. Akan tetapi minimnya informasi
tentang program aplikasi ini sehingga masih belum bisa dijadikan senjata
utama dalam pencegahan penyebara informasi hoax di media sosial.
Program dan kerja sama yang dilakukan Diskominfo Sul-Sel
merupakan bagian dari metode pencegahan penyebaran informasi di
media sosial. Akan tetapi, Diskominfo tidak menerapkan teori dalam
penentuan metode yang dimana seharusnya memperhatikan dua aspek
yaitu Semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya
73
dengan melepaskan perhatian dari isi pesannya. Menurut cara
pelaksanaanya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu Redundancy
(repetition) dan Canalizing. Melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Menurut
bentuk isinya dikenal teknik-teknik : informatif, persuasif, edukatif, dan
koersif (Arifin,1994).
d. Penggunaan Media
Informasi hoax yang tersebar di media sosial hanya dapat di perangi
melalui media juga. Oleh karena itu dalam strategi komunikasi
Diskominfo Sul-Sel membuat beberapa program layanan berupa web
dan aplikasi untuk mencegah penyebaran informasi hoax di media
sosial. Dengan adanya web ini dapat dijadikan sebagain media
mainstream yang nantinya akan mengklarifikasi segala bentuk informasi
hoax yang tersebar di Sulawesi Selatan. Karena dengan adanya media
Arus Utama maka akan mampu menghambat informasi hoax tersebar
meluas.
Menurut data dari Kasubdit Pemberdayaan Kapasitas TIK Kominfo
bahwa rata-rata penduduk di Indonesia mengabiskan waktu 8,5 jam per
hari untuk mengakses internet. Hal tersebut kemudian meningkat sampai
20-40% di masa physical distancing. Peninggkatan pemakaian internet
tersebut membuat potensi masyarakat mengkonsumsi informasi hoax
juga meningkat.
74
Menurut pengamat komunikasi dari Universitas Diponegoro,
Triyono Lukmantoro, media arus utama harus mampu menyajikan berita
yang akurat, berimbang, dan memihak kebenaran guna
membendung hoax yang masif diproduksi dan beredar luas di media
sosial (medsos).
"Peran media arus utama sangat besar membendung hoax dari
medsos. Kuncinya, mereka harus mampu mengedukasi publik dengan
berita yang akurat, berimbang dan memihak
kebenaran," (kominfo.go.id)
Kasubdit Pemberdayaan Kapasitas TIK Kominfo, Aris Kurniawan
saat acara Webinar Merajut Nusantara menjelaskan mengenai fitur
sharing yang ada pada platfrrm media sosial. Menurutnya, sebelum
melakukan sharing harus memperhatikan empat aspek atau poin agar
terhindar dari informasi hoax. Diantara aspek itu adalah cek kebenaran
berita, manfaat berita, tingkat kepentingan berita untuk diketahui orang
lain, dan medesak untuk dibagikan atau tidak.
“Jika sudah mewakili empat aspek atau poin tersebut silahkan untuk
dibagikan. Namun jika hanya memenuhi Sebagian sebaiknya tidak
dibagikan dan cukup berhenti sampai disitu saja”
2. Faktor Penghambat Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel
dalam Mencegah Penyebaran Informasi Hoax
1. Analisis Khalayak
75
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa faktor yang menghabat
Strategi Komunikasi Dinas Kominfo Sul-Sel dalam Penceghan
Penyebaran Informasi Hoax di Media Sosial yaitu masyarakat. Hal ini
dikarenakan adanya kemudahan bagi setiap orang untuk menyebarkan
informasi dan adanya kemudahan dalam pembuatan situs Web tanpa ada
peraturan yang mengatur hal tersebut. Walaupun telah ada UU ITE
namum pada penerapannya belum mampu untuk memberikan Batasan
kepada masyarakat dalam menyebarkan informasi hoax.
Penambahan dalam penggunaan media sosial, masyarakat mampu
menggunakan identitas yang anonym. Sehingga memudahkan mereka
menyebarkan informasi tanpa ragu karena identitasnya tidak diketahui.
Diskominfo Su-Sel juga hanya berfokus pada masyarakat yang telah
merasakan dampak penyebaran informasi hoax dan tidak tanggap
memeberikan edukasi sejak dini kepada masyarakat yang belum
merasakan dampak dari penyebaran informasi hoax itu sendiri.
2. Penyusunan Pesan
Faktor penghambat dalam penyusunan pesan karena Diskominfo Sul-Sel
hanya memberikan data dan fakta kepada masyarakat tanpa adanya pesan
edukasi dan persuasif yang disampaikan kepada masyarakat. Hal tersebut
hanya membuat masyarakat tersadar sementara terhadap hoax yang
tersebar dan kemudian akan kembali menyebarkan informasi hoax.
Diskominfo juga tidak memperhatikan bagaimana proses penerimaan
pesan tersebut. Ketika pesan yang telah disusun tidak mampu diterima
76
dengan baik oleh masyarakat maka bias menjadi hambatan. Hal ini
dikarenakan karena rendahnya tingkat penguasaan Bahasa, Pendidikan,
intelektual, dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat
3. Menetapkan Metode
Menurut Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Henry
Subiakto. Ia menilai ada yang keliru terkait penyebaran informasi
bohong atau hoaks bisa diselesaikan dengan Undang-Undang Informasi
Transaksi Elektronik (ITE). Henry menganggap penyebaran hoaks di
Indonesia tidak bisa diatasi dengan UU ITE.
Henry mengatakan bahwa selama ini Pasal 28 Ayat 1 UU ITE seringkali
dipersepsikan masyarakat sebagai senjata ampuh untuk menghukum
para penyebar hoaks. Padahal menurutnya, isi dari pasal tersebut juga
tidak tepat sasaran jika digunakan untuk menindak para penyebar hoaks.
Maka dari itu dibutuhkan regulasi tersendiri untuk mencegah penyebaran
informasi hoax di media sosial.
Padahal sudah banyak pihak yang mengharapkan adanya regulasi dalam
pembuatan media sosial sehingga dapat di kontrol. Seperti yang
diungkapkan oleh Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun. Ia
mengatakan,
“Kita ingin supaya masyarakat juga tidak terus 'diracun'. Saya kira perlu
ada regulasi untuk media sosial.” (kemenkumham.go.id)
Metode yang di terapkan oleh Diskominfo Sul-Sel belum mampu
menyentuh segala lapisan masyarakat sehingga masih sangat memungkin
77
untuk terjadinya penyebaran informasi hoax kembali. Metode yang
diterapkan sepertinya hanya diperuntukan bagi masyarakat yang
berpendidikan dan bijak dalam menggunakan media sosial. Akan tetapi
hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat yang minim akan Pendidikan
karena mereka pasti tanpa berfikir Panjang akan langsung menyebarkan
informasi hoax tanpa tau kebenarannya dan tanpa disaring terlebih
dahulu.
4. Penggunaan Media
Penggunaan media yang tidak dapat dimaksimalkan oleh Diskominfo
Sul-Sel karena hanya berfokus ke beberapa media saja seperti facebook,
Instagram dan web. Kemudian diatara media tersebut membutuhkan
kesadaran dari masyarakat untuk mengaksesnya. Jika masyarakat tidak
melakukan akses terhadap media-media tersebut maka edukasi atau
informasi mengenai hoax tidak dapat diketahui oleh masyarakat.
Media yang digunakan dalam pencegahan penyebaran informasi hoax
juga tumpang tindih dengan kepentingan lain yang dihadapi oleh
Diskominfo Sul-Sel. Misalkan pada media Humas Respon Cepan lebih
berfokus kepada membangun citra pemerintahan, kemudia Baruga
Layanan Masyarakat tidak hanya menerima laporan mengenai masalah
informasi hoax akan tetapi semua maslaah yang terjadi di Sulawesi
Selatan juga diterima. Sehingga dalam penggunaannya sebagai media
pencegahan penyebaran informasi hoax kurang maksimal.
78
BAB V
PENUTUP
79
A. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah diuraikan peneliti pada bab sebelumnya, berikut
kesimpulan tentang Strategi Komunikasi Dinas Kominfo dalam Pencegahan
Penyebaran Berita Hoax di Media Sosial sebagai berikut
1. Strategi yang diterapkan sudah efektif dengan melakukan berapa metode
dalam penanggulangannya. Seperti halnya edukasi kepada watawan,
mahasiswa dan masyrakat. Selain itu, adanya langkah tepat yang dilakukan
oleh Diskominfo Sul-Sel dengan bekerja sama Indonesia Indikator dan
menggunakan sistem IMM (Intelejent Media Management) dan mitigasi isu
negatif. Ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Diskominfo Sul-Sel
dalam mengkonter informasi hoax yang tersebar di media sosial. Serta
adanya beberapa program yang memang ditujukan untuk memerangi
Informasi hoax seperti Sulsel Bicara Baik, Baruga Layanan Sulsel, dan
Humas Reaksi Cepat. Akan tetapi hal tersebut masih belum cukup karena
belum mampu mencegah penyebaran Informasi hoax secara menyeluruh.
Pencegahan informasi hoax belum terealisasikan dengan baik, dikarenakan
dalam penerapan strategi komunikasi Diskominfo Sul-Sel tidak sepenuhnya
terlaksana. Pada penyampaian pesan Diskominfo Sul-Sel hanya focus
terhadap data dan fakta yang ada tanpa memperhatikan Teknik penyampaian
pesan yang seharusnya memberikan pengaruh yang lebih terhadap
masyarakat. Kemudian dalam menetapkan metode Diskominfo Sul-Sel juga
punya program yang memang diperuntukan hanya untuk pencegahan
informasi hoax.
80
2. Faktor penghambat dalam pencegahan penyebaran informasi hoax karena
adanya kemudahan dalam menyebarkan informasi dan kemudahan dalam
membuat situs Web. Kemudian masyarakat mampu menggunakan media
sosial tanpa identitas yang jelas sehingga bebes menyebarkan informasi
tanpa ragu. Dalam penyususnan pesan Diskominfo tidak memperhatikan
proses penerimaan pesan sehingga menyusun pesan hanya dengan data dan
fakta yang ada. Dalam pelaksanaan metodenya belum mampu menyentuh
segala lapisan masyarakat disebabkan beberapa metode yang diterapkan
hanya diperuntukan bagi masyrakat yang berpendidikan dan bijak dalam
menggunakan media sosial. Dalam penggunaan media tidak berfokus pada
pencegahan informasi hoax sehingga pelaksaannya menjadi kurang
maksimal.
B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang peneliti kemukakan
maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran yang nantinya diharapkan
dapat meningkatkan upaya pencegahan penyebaran berita hoax oleh
Diskominfo Sul-Sel kedepannya, adapun saran yang akan peneliti berikan
sebagai berikut:
1. Metode yang dilakukan untuk pencegahan penyebaran informasi hoax telah
banyak yang diterapkan oleh Diskominfo Sul-Sel maka perlu adanya
peningkatan kinerja lebih maju selangkah untuk bisa mencegah informasi
hoax atau mengatasi dengan cepat sebelum sampai ke masyarakat sehingga
tidak tersebar dan meresahkan masyarakat.
81
2. Pencegahan penyebaaran informasi hoax bias maksimal jika dibuatkan
laman web yang mudah diakses oleh masyarakat
3. Mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk dibuatkannya aturan atau
undang-undang pembuatan situs atau web bagi masyarakat sehingga
masyarakat tidak serta merta bisa membuat dan menggunakannya untuk
menyebarkan berita hoax dan meresahkan masyarakat.
4. Pprogram edukasi perlu dimaksimalkan diberbagai kalangan masyarakat
terutama masyarakat yang baru menggunakan media sosial dan merasakan
dampak era keterbukaan informasi.
5. Diskominfo Sul-Sel sebaiknya melakukan kerja sama dengan tim Cyber
Crime Polda Sul-Sel bukan hanya dalam penanggulangan informasi hoax
tetapi juga dalam hal pencegahan penyebaran informasi hoax di media sosial
DAFTAR PUSTAKA
82
Buku
Anggraeni, E.Y. & Irviani, R.2017. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta. Andi
Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi. Bandung. Armico
Arni, Muhammad. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Putra Grafida
Cangara, Hafid.2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Effendy,Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung
Nasrullah, Rulli. 2016. Media Sosial: Perpektif Komunikasi, Budaya,
Sosioteknologi. Bandung. Simbiosa Rekatama Media
Muhtadi, Asep S., 2015. Pengantar Ilmu Komuniukasi. CV Pustaka Setia. Bandung.
Romli, Asep. S.M. 2009. Jurnalistik Praktis. Bandung. Remaja Rostakarya
Rosady, Ruslan. 2000. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta.
Grafindo Persada
Sugiono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung. Alfabeta
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta. Kencana
Jurnal
Adila, Ismadkk., 2019. Pengembangan Model Literasi dan Informasi Berbasis
Pancasila dalam Menangkal Hoax. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Brawijaya. Malang.
Bachtiar, Youna C, 2018. Hoax, Media serta Analisis Wacana. Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Esa Unggul. Jakarta.
Berlian, Cheny, 2017. Sanksi Pidana Penyebar Informasi Bohong dan Meyesatkan
(Hoax) melalui Media Online. Dosen Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Riau. Riau.
Firmansyah, Ricky, 2017. Web Klarifikasi Informasi untuk Meminimalisir
Penyebaran Informasi Hoax.Program Studi AMIK Universitas BSI.
Bandung.
83
Henriette, Syari C & Reni Windiani, 2018. Pemberdayaan Literasi Media dan
Informasi UNESCO sebagai Sarana Penyebaran Informasi Hoaks.
Departement Hubungan Internasional Diponegoro.
Juditha, Christiany, 2018. Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta
Antisipasinya Hoax Communication Interactivity in Sosial Media and
Anticipation.Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi Komunikasi
Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Jakarta
Khusna, Itsna H. & Nuning Susilowati, 2015.Regulasi Media di Indonesia (Kajian
pada Keterbukaan Informasi Publik dan Penyiaran). Mahasiswa Pasca
Sarjana Ilmu Komunikasi UGM. Yogyakarta.
Kurniati, RantikaDkk, 2017. Perana Kepolisian dalam Sosialisasi Pencegahan
Ujaran Kebencian dan Informasi Hoax di Wilayah Hukum Resort Way
Kanan.
Lokananta, Arbi C & Mira Herlina, 2018. Dampak Informasi Hoax di Media Sosial
terhadap Tingkat Konflik dan Sikap pada Remaja.Universitas Budi Lihur.
Jakarta .
Monika, Dona R, 2017. Upaya Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Penyebaran Hoax.Fakultas Hukum Universitas Lampung. Lampung.
Mustika, Rieka, 2018. Etika Berkomunikasi di Media Online dalam Menangkal
Hoax. Puslitbang Aptika dan IKP Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI. Jakarta.
Nashihuddin, Wahid, 2017. Pustakawan, Penangkal Informasi Hoax di
Masyarakat. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI. Jakarta.
Rohmiati, Yuli, 2018. Analisis Penyebaran Informasi pada Media Sosial. Prodi
Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.
Semarang.
Siwoko, Kurniawan H, 2017. Kebijakan Pemerintah Menangkal Penyebaran
Informasi Hoax. Fakultas Ilmu Komunikasi Univrsitas Tarumanegara.
Jakarta.
Sumber Lain
http://eprints.umpo.ac.id/4225/3/BAB%20II.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7442/5/BAB%20II.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/18207/3/HK116162.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/14/18090931/hoaks-adalah-ancaman-
nyata?page=all
84
http://www.gresnews.com/informasi/hukum/90101-cara-demokratis-menangkal-
hoax/2/
https://www.kominfo.go.id/content/detail/17270/hoaks-makin-merajalela-jelang-
pemilu/0/sorotan_media
https://kominfo.go.id/content/detail/9124/kemkominfo-ubah-strategi-berantas-
hoax/0/sorotan_media
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-regulasi.html
Lampiran
85
seksi pengelolaan media komunikasi publik Andi Auliarahman Nurjayadi, S.I.P
86
87
88
89
Recommended