View
85
Download
10
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN
TUTORIAL BLOK 12
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Anggota Kelompok:
Fitri Heriyati Pratiwi 04111001003
Inne Fia Mariety 04111001005
Rabecca Beluta Ambarita 04111001007
Rizky Permata Sari 04111001013
Ayu Risky Fitriawan 04111001018
Clara Adelia Wijaya 04111001020
Johanes Lie 04111001038
Dwi Novia Putri 04111001053
M.Rizki 04111001061
Fitri Nurrahmi 04111001077
Khumaisiyah 04111001094
Arief Tri Wibowo 04111001119
Tutor: dr.Delilah
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan
karunia-Nya laporan tutorial skenario A blok 12 ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses
belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang
terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota
kelompok 12 tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
I. Klarifikasi Istilah....................................................................................4
II. Identifikasi Masalah...............................................................................5
III. Analisis Masalah....................................................................................6
IV.Keterkaitan Antar Masalah...................................................................21
V. Learning Issue.......................................................................................22
VI. Sintesis.................................................................................................23
VII. Kerangka Konsep................................................................................51
VIII. Kesimpulan........................................................................................52
Daftar Pustaka..…………………………………………………………………..53
3
SKENARIO A BLOK 12 :
Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi
ereksi (DE).Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika
berumur 33 tahun . Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat
antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah
(statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan ,kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik
saja . sementara ,pengganggu berlatar masalah psikososial bisa diabaikan.
Riwayat pangan (makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)
Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas
Snack pukul 10.00:crackers 2 porsi
Makan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng
Snack pukul 16.00:dunkin donat dan 1 kaleng soft drink
Makan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.
Tugas:
Lakukan eksplorasi untuk mencari pelatar belakang DE ini.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
Mild obesity :peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik yang masih bersifat ringan.
Disfungsi ereksi :kekurangan tenaga,terutama tidak ada kekuatan bersenggama pada pria akibat kegagalan memulai ereksi.
Hipertensi :tekanan darah yang tinggi lebih dari 120/80 mmHg
Makanan terolah :makanan yang dolah dari bahan baku ditambah atau tidak dengan tambahan makanan atau penolong bisa disebut juga makanan kemasan.
Atenolol :obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Furosemide :diuretika yang dipakai dalam pengobatan edema yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif ,atau penyakit hati atau ginjal atau juga pada pengobatan hipertensi.
Statin :obat yang digunakan untuk mengurangi lemak di darah.
Psikososial :berkenaan dengan baik psikis maupun sosial.
4
II.DENTIFIKASI MASALAH
kenyataan kesesuian konsen
Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi ereksi (DE).
Tidak sesuai harapan VVV
Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33 tahun .
Tidak sesuai harapan V
Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah (statin).
Tidak sesuai harapan VV
Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan ,kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik saja . sementara ,pengganggu berlatar masalah psikososial bisa diabaikan.
sesuai harapan -
Riwayat pangan (makanan yang
biasa disantap selama 3 bulan
terakhir)
Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelasSnack pukul 10.00:crackers 2 porsiMakan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kalengSnack pukul 16.00:dunkun donat dan 1 kaleng soft drinkMakan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.
Tidak sesuai harapan VVVV
5
III . ANALISIS MASALAH
Masalah 1
Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi
ereksi (DE)
1. Apa saja klasifikasi obesitas?
Klasifikasi berat badan lebih dengan obesitas berdasarkan IMT menurut WHO
KLASIFIKASI IMT(kg/m2) KATEGORI
berat badan kurang
Kisaran normal
Berat badan lebih
Pre-obese
Obese I
Obese II
Obese III
<18,5
18,5-24,9
>25
25.0 – 29.9
30.0 – 34.9
35.0 – 39.9
> 40.0
Meningkat
Sedang
Berbahaya
Sangat Berbahaya
Klasifikasi berat badan lebih dan obeitas berdasarkan IMT dan lingkar perut menurut
kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi IMT(kg/m2)
Resiko ko-morbiditas
Lingkar perut
<90 cm( laki-laki)
<80 cm
(perempuan)
≥90 cm (laki-
laki)
≥80 cm
(perempuan)
Berat badan
lebih
*beresiko
Obese I
Obese II
≥23,0
23,0-24,9
25,0-29,9
≥30,0
Meningkat
Moderate
Berat
Moderate
Berat
Sangat berat
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak
(Misnadiarly, 2007). Antara lain :
6
a. Mild obesity
dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan
ideal.
b. Moderate obesity
Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.
c. Morbid
Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat
badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung,
dan kematian mendadak meningkat dengan tajam.
2. Apa Penyebab disfungi ereksi?
Disfungsi ereksi (DE) adalah bentuk gangguan fungsi seksual laki-laki yang
sangat umum. Seorang pria yang mengalami disfungsi ereksi kesulitan menjaga ereksi
penisnya pada setiap tahap hubungan seksual. Seorang pria dapat sesekali mengalami
kesulitan mempertahankan ereksi. Bila dia secara konsisten mengalaminya sampai
enam bulan atau lebih, barulah disebut memiliki DE.
faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab psikogenik dan organik, tetapi belum
tentu salah satu faktor tersebut menjadi penyebab tunggal DE.Yang termasuk
penyebab organik adalah
1. penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung),
gangguan aliran darah ke penis salah satunya penyakit peyronie(terbentuknya jaringan
parut pada penis)
2. Gangguan persarafan dapat menyebabkan masalah ereksi, keadaan yang dapat
mengurangi atau menghambat hantaran saraf ke penis antara lain
diabetes,stroke,cedera tulang belakang,pembedahan daerah panggul,dan kecanduan
alkohol.
3. Gangguan hormonal merupakan penyebab lainnya dari impotensi. Keadaan
yang dapat menggangu keseimbangan hormon-hormon tubuh meliputi disfungsi testis
(gangguan fungsi buah zakar),penyakit ginjal,liver,dan kecanduan alcohol.
4. obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat
beta), antiaritmia (digoksin),antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik),
antiandrogen, antihistamin II(simetidin), (alkohol atau heroin);
7
5. Trauma pada daerah pelvis dan spinal cord dapat mengenai vena dan saraf untuk
ereksi. Operasi colon, prostat, blader, atau rectum dapat mengenai saraf dan pembuluh darah
yang terlibat dalam proses ereksi. Operasi prostat dan kanker blader terkadang disertai dengan
pengangkatan jaringan dan saraf sekitar tumor, sehingga meningkatkan angka kejadian DE.
Radical cystectomy (for bladder cancer) dan prostatectomy (for prostate cancer) memerlukan
pemotongan saraf yang mengontrol aliran darah. Saraf tersebut tidak mengontrol sensasi pada
penis dan tidak bertanggung jawab terhadap organisme; tetapi mempengaruhi proses ereksi.
6. Kelemahan vena
Jika vena pada penis tidak dapat mencegah aliran darah meninggalkan penis selama
ereksi, ereksi tidak dapat dipertahankan. Vena yang lemah dapat diakibatkan oleh
trauma atau penyakit yang mengenai vena pada penis.
7. Radio terapi pelvis.Diantara sekian banyak penyebab organik, gangguan
vascular adalah penyebab yang paling umum dijumpai.
8. Pola makan yang tidak baik hingga menyebabkan hiperglikemia dan berakibat
pada suasana glucotoxicity. Pada kasus di atas, dapat diketahui bahwa lelaki ini
memiliki pola diet yang tidak sehat sejak dia masih SD , Perilaku makan yang tidak
baik, sepeti makan makanan terolah terlalu banyak akan mengakibatkan gendut yang
bila dilakukan pengukuran akan menunjukkan keadaan hiperglikemia. Keadaan
hiperglikemia yang berlangsung lama ,akan menyebabkan terjadinya suasana
glucotoxocity(keracunan gula) yang akan merusak sel-sel endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotel akan membuka pelunag kolesterol untuk membentuk plaque,
menurunkan produksi nitrit oxide(NO) , dimana NO ini merupakan vasodilator
endogen yang dihasilkan oleh endotel pembuluh darah yang berfungsi mendilatasi
endotel pembuluh darah salah satunya penis(corpus cavernosum), sehingga
memungkinkan terjadinya ereksi. sedangkan faktor psikogenik meliputi depresi,
stress.
3. Bagaimana Mekanisme disfungi ereksi?
Ereksi penis terjadi bila aliran darah ke dalam korpus kavernosus dan
spongiosus penis meningkat sebagai akibat vasodilatasi arteri uretral, arteri di dalam
bulbus penis, dan arteri dorsalis penis sebagai akibat stimulasi psikogenik dan sensorik
yang diteruskan ke sistem limbik. Stimulasi tersebut kemudian dikembalikan melalui
saraf otonom torakolumbal dan sacral sehingga terjadi pelepasan asetilkolin, peptida
8
intestinal vasoaktif, dan endothelial cell-derived nitric oxide, yang mengaktifkan
guanilil siklase dan mengakibatkan relaksasi otot-otot arteri dan sinusoid trabekula
kavernosal. Setelah sinusoid terisi penuh, maka pleksus venosus subtunika akan
tertekan oleh tunika albugenia, sehingga mencegah aliran darah balik dari penis.
Kontraksi otot bulbokavernosus akan merangsang saraf pudendal sehingga tekanan
intrakavernosal makin meningkat, sehingga penis semakin tehang dan kaku.
4. Hubungan antara usia dengan disfungsi ereksi, dan obesitas?
Usia dan disfungsi ereksi
Sekitar 40% pria mengalami beberapa gangguan DE pada usia
40 dibandingkan dengan 70% pria yang juga mengalami masalah
yang sama pada usia 70. Persentase kenaikan DE berkisar antara
5% sampai 15% seiring dengan meningkatnya usia dari 40 sampai
70 tahun. Tapi ini tidak berarti menjadi tua adalah akhir dari
kehidupan seks Anda. DE bisa diobati pada usia berapa pun.
Testoteron total terdiri dari 60% testoteron terikat globulin (SHBG) 38% testoteron
terikat albumin 2% testoteron bebas.Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan
sistem reproduksi pria yang menyebabkan penurunan jumlah testoteron bebas dan
availabilitasnya serta peningkatanan SHBG sehingga pembentukan DNA, mRNA dan
protein juga menurun.Menurunnya testoteron bebas menjadi salah satu penyebab
Disfungsi Ereksi.
Disfungsi ereksi dengan obesitas
Pria dengan berat badan berlebihan, memiliki risiko lebih tinggi mengalami
disfungsi ereksi.Ini biasanya disebabkan oleh aterosklerosis yang ada kaitannya
dengan hipertensi dan gangguan kardiovaskular.Berkembangnya
plak aterosklerotik pada arteri pria yang mengalami obesitas, dapat merusak dinding
arteri.Ini bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan tekanan darah.
Selain aterosklerosis, perubahan hormonal yang menyertai obesitas, termasuk
testosteron yang lebih rendah, telah meningkatkan pula risiko disfungsi ereksi
9
Masalah 2
Penyukai makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33
tahun
1. Apa saja jenis-jenis makanan terolah ?
Makanan terolah adalah makanan yang diolah dari bahan baku ditambah atau
tidak dengan bahan tambahan makanan dan/atau bahan enolong.
Menurut Depkes RI (2011) ada 2 (dua) jenis bahan makanan, yaitu bahan makanan
mentah dan bahan makanan terolah (olahan pabrik).
1. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum
dihidangkan seperti :
a) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam keadaan baik,
segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta sebaiknya
berasal dari tempat resmi yang diawasi.
b) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,
tidak bernoda dan tidak berjamur.
c) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan mikroba
seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik, tercium aroma
fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak
berjamur.
2. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi
digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :
1) Makanan dikemas
a. Mempunyai label dan merk
b. Terdaftar dan mempunyai nomor daftar
c. Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung
d. Belum kadaluwarsa
e. Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan
2) Makanan tidak dikemas
a. Baru dan segar
b. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur
c. Tidak mengandung bahan berbahaya
10
2. Bagaimana hubungan makanan terolah dengan hipertensi?
Makanan terolah dan minuman ringan yang dikonsumsi terus –menerus akan
menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Orang yang kelebihan berat badan atau
obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan kalori yang masuk.
Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin
banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.
Banyaknya pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya
tekanan darah orang yang obesitas cenderung tinggi. (Widharto, 2007)
3. Mekanisme terjadinya hipertensi dikaitkan dengan skenario?
Obesitas dapat menyebabkan pengakumulasian lemak pada sel-sel jantung
yang dalam jumlah besar dapat memicu kerusakan sel-sel jantung serta mengganggu
fungsi pemompaan darah oleh jantung. Kondisi ini berlanjut menjadi penurunan
tekanan darah arteri yang merangsang sel-sel jukstaglomerulus ginjal mensintesis dan
mensekresikan enzim renin.
Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang
disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10,
yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi
tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi
sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus
menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu tersebut (Guyton
dan Hall, 1997).
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino
tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II peptida
asam amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi selama beberapa detik
sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis
oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru
yang disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah
vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga
mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2
menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah
dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase (Guyton dan Hall,
1997).
11
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh
utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu
vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan
sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan
perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena
juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu
pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan Hall, 1997).
Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan
bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah
atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari
penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah
protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut
angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan
darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II
menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke
banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal
nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan mengurangi jumlah
garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan
volume darah dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004).
Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang
terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron
bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali
lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah
(Campbell, et al. 2004). Hal tersebut akan memperlambat kenaikan volume cairan
ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan
berhari-hari.
4. Adakah hubungan makan makanan terolah dengan disfungsi ereksi?
Makanan yang kaya akan sodium seperti pada pizza dan mie instan dapat
menyebabkan impotensi. Selain itu, makanan yang kaya akan natrium bisa
meningkatkan tekanan darah yang kemudian dapat menyebabkan penyakit
kardiovaskular,natrium mengurangi aliran darah pada organ yang menyebabkan
disfungsi ereksi. Makanan berminyak seperti pada KFC dapat meningkatkan risiko
12
kolesterol jahat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis. Jumlah
kolesterol mempengaruhi aliran darah yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi
Lemak jenuh ini dapat menyebabkan arteri tersumbat dan secara bertahap
menyebabkan penyakit jantung dan disfungsi ereksi.
Masalah 3
Lelaki ini secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat antihipertensi (atenolol), tetapi
juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah (statin).
1. Bagaimana hubungan obat anti hipertensi(atenolol) dengan DE?
Obat antihipertensi memang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah
dan sebagian besar obat antihipertensi juga menyebabkan DE . obat yg menyebabkan
disfungsi ereksi adalah ACE Inhibitor, alpha blocker, calcium channel blockers, dan
Angiotensin receptor blockers. Tetapi pada kasus ini, obat antihipertensi yang
digunakan adalah atenolol(Beta Blocker) jadi obat ini bekerja pada reseptor di jantung
tidak pada pembuluh darah sehingga tidak berpengaruh pada DE. Obat-obatan
antihipertensi yang bersifat Alpha Blockerlah yang langsung berhubungan dengan
disfungsi ereksi karena bekerja pada pembuluh darah yang mempengaruhi supplai
darah ke penis untuk terjadinya ereksi.
2. Bagaimana hubungan obat diuretika( furosemide) dengan DE?
Obat hipertensi Diuretik bekerja dengan cara mengurangi dan
mempertahankan tekanan darah tetap rendah ketika darah mengalir
ke penis. Hipertensi dapat menyebabkan stres dan kerusakan pada
pembuluh darah kecil pada penis. Setelah diobati pembuluh darah
tersebut menjadi lebih tebal dan lebih lambat untuk melebar ketika
menanggapi rangsangan seksual yang terjadi.Obat hipertensi
golongan diuretik dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi
karena dapat menurunkan aliran darah termasuk ke penis. Obat
hipertensi golongan ini juga dapat menyebabkan penurunan jumlah
zink dalam tubuh, sedangkan zink diperlukan tubuh untuk
pembentukan hormon testosteron.
13
3. Bagaiman hubungan statin dengan DE?
Kerja obat statin (HMG CoA reduktase inhibitor) pada umumnya menghambat
konversi HMG CoA menjadi asam mevalonat pada biosintesa kolesterol dengan cara
menghambat aktifitas enzim HMG CoA reduktase yaitu menurunkan sintesa
kolesterol total dan LDL dihati serta meningkatkan bersihan receptor mediated LDL
cholesterol. Dalam scenario sudah jelas bahwa Tuan ini kadar kolesterolnya sangat
tinggi. Hal ini juga sudah mempengaruhi disfungsi ereksi karena kolesterol tersebut
menumpuk di dalam pembuluh darah (aterosklerosis) dan menyebabkan kacaunya
arteri dan terbatasnya aliran darah atau pengisian darah ke korpus kavernosum. efek
samping dari terapi statin ini bisa terjadi pada sistem reproduksi seperti libido
berkurang dan disfungsi ereksi.
4. Mekanisme dan efek samping obat:
a.antihipertensi(atenolol)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik ß1. Menurunkan frekuensi
jantung dan curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi
kurang dibandng zat-zat yang berikatan dengan reseptor ß2.
Indikasi : terapi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
b.diuretika(furosemide)
Mekanisme Kerja : menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle
tebal yang mengakibatkan ion kalium banyak hilang kedalam urin. Selain itu pada
membran luminal dari jerat henle bagian asenden, furosemid akan menghambat suatu
protein transpor spesifik seperti natrium, kalium dan klorida yang mengakibatkan
absorpsi ion-ion tersebut akan berkurang. Hal ini tentunya akan mengganggu
keseimbangan elektrolit yang beredar di dalam tubuh. (Hadyanto 2009)
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan
hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan.
Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.
Efek tak diinginkan : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,hiperglikemia,
14
hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia,
alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
b. obat pereduksi lemak darah ( statin )
Mekanisme: Statin mengurangi produksi kolesterol oleh hati dengan memblokir
enzim yang bertanggung jawab untuk membuat kolesterol. Enzim ini disebut hydroxy-
methylglutaryl-coenzyme A reductase (HMG-CoA reductase)
Statin bekerja terutama terhadap lipoprotein LDL. Inhibisi terhadap enzim HMG-koA
reduktase akan menghambat langkah pertama dalam jalur mevalonat pada sintesis
kolesterol. Statin juga dapat menurunkan trigliserida (melalui penghambatan sintesis
trigliserida di hepar) serta menaikkan lipoprotein HDL (diduga melalui aktivasi
PPAR, peroxisome proliferator-activated receptor); namun efeknya tidak terlalu
menonjol dibandingkan penurunan LDL.
Efek samping: Miopati, gangguan hati dan ginjal.
5. Bagaimana hubungan antar ketiga obat?
Hubungan antara beta-blocker dengan diuretika (aldactone, spirolactone,
aldazide, blopress, co-diovan, lasix, hct, letonal, hygroton), dimana dalam scenario ini
beta-blocker yang dipakai adalah atenolol dan diuretika yang digunakan adalah lasix
(ferusamid):
Diuretika sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tetapi kalau diuretika saja, tanpa
dikombinasikan dengan obat jenis lain, maka hasil terapinya terbatas. Untuk mencapai
hasil yang lebih baik maka sebaiknya dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Percobaan di klinik menunjukan bahwa dengan mengombinasikan beta-blocker
dengan diuretika diperoleh kerja antihipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini
peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan dikurangi oleh beta-blocker.
6. Bagaimana pemberian dosis optimal untuk penderita obesitas?
Bila seseorang yang gemuk atau sakit dan memerlukan
pengobatan maka menentukan dosis obat untuk penderita yang
obesitas itu kadang-kadang menjadi problem, oleh karena adanya
deviasi yang besar dari komposisi tubuh dibanding dengan orang
yang berat badannya normal. Problem yang ditimbulkan terutama
15
disebabkan oleh adanya perbedaan antar obat dalam hal daya larut
dalam lemak atau distribusi obat antar jaringan lemak dan air tubuh.
Untuk obat-obat dengan daya larut dalam lemak kecil (antara lain
digitoxin, gentamicin, kanamycin, streptomycin) dianjurkan untuk
orang gemuk perhitungan dosis obat didasarkan pada lean body
mass atau berat badan tanpa lemak (BBTL). Sebaliknya untuk obat-
obat yang daya larutnya dalam lemak besar (antara lain thiopental)
maka perhitungan dosis hendaknya didasarkan pada berat badan
nyata (BBN) dari penderita.
Kesulitan dapat timbul bila harus diberikan obat dengan daya larut
dalam lemak kira-kira menengah, maka dosis obat ini ialah antara
dua keadaan ekstrem di atas. Yang dapat dilihat ialah diberikan
suatu dosis percobaan, kemudian diadakan penyesuaian dosis
regimen dengan memantau konsentrasi obat dalam plasma pada
penderita.
Untuk obat-obat dengan daya larut kecil dalam lemak, maka BBTL
diperhitungkan dalam tigatahap :
Tahap pertama : kepadatan tubuh ditentukan
Perhitungan BBTL dilakukan tiga tahap:
.Tahap pertama, penentuan kepadatan tubuh dengan rumus:
DB=1,02415-0,00169.BSF+0,00444.H-0,0013.ASF (g/ml)
Tahap kedua, perhitungan prosentase lemak dengan rumus:
Tahap ketiga : barat badan tanpa lemak (BBTL) dihitung dengan
rumus :
BBTL = BBN.(100-% lemak) Kg
Keterangan:
DB = Densitas (kepadatan) tubuh (g/ml)
BSF = Skinfold thickness on back (subscapular) (mm)
ASF = Abdominal skinfold thickness (mm)
BBTL = berat badan tanpa lemak
16
BBN = berat badan nyata
Masalah 4
Riwayat pangan (makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)
Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas
Snack pukul 10.00:crackers 2 porsi
Makan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng
Snack pukul 16.00:dunkun donat dan 1 kaleng soft drink
Makan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.
1. Bagaimana asupan gizi dan jumlah kalori satu hari pada tuan ini?
Asupan gizi tuan ini sangat tidak sehat, karena tuan ini selama 3 bulan terakhir
diketahui mengkonsumsi makanan olahan, sedangkan makanan olahan itu memiliki
banyak dampak negative, antara lain :
a. Biasanya tinggi kadar gula dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula dalam
darah dan ketidakstabilan pasokan energy ke otak.
b. Kaya pemanis buatan dapat dikaitakan dengan masalah perilaku.
c. Biasanya sarat lemak jenuh terlalu banyak lemak jenuh dapat menghambat
aliran darah yang mengedarkan sari makanan ke otak.
d. Cenderung miskin vitamin dan mineral.
e. Minuman ringan umumnya kaya fosfor penghambat penyerapan kalsium, yang
sangat diperlukan oleh neurotransmitter di otak.
f. Biasanya kaya zat tambahan pewarna, aroma, dan pengawet.
g. Yang tinggi lemak, sodium dan gula, dapat menyebabkan obesitas dan berbagai
masalah kesehatan, termasuk diabetes, penyakit jantung dan arthritis.
pada kasus ini dimana tuan ini sedang mengonsumsi obat-obat antihipertensi, sangat
diperlukan asupan tambahan beberapa elemen kelumit yang terdeplesi akibat
penggunaan obat-obat tersebut, seperti fitonutrien CoeQ10, vitamin B6, magnesium,
zink, kalium, kalsium, selenium, dan tembaga. Dan elemen-elemen ini dapat
ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kalori direkomendasikan
- untuk wanita dewasa dapat berkisar dari 1500 - 2300 kalori.17
- untuk pria dewasa dapat berkisar dari 1800 – 2500 kalori.
Jumlah kalori yang dimakan Tuan gendut ini
Mie instan 460 kalori x2 = 920 kalori
Kopi 1 gelas = 75 kalori
Cracker 100 kalori x 2 = 200 kalori
Nasi putih = 242 kalori x 2 = 484 kalori
Ayam goreng KFC = 338 kalori x 2 = 676 kalori
Softdrink = 120 kalori
Dunkin donat = 120 kalori
Pizza = 300 kalori
Total kalori Tuan ini perhari adalah 2895 kalori berlebihan
2. Bagaimana pola diet yang baik dan benar dan asupan gizi yang benar?
Dalam ilmu gizi ada dua yaitu bahan makanan dan zat makanan seperti zat gizi
dan nutrient. Bahan makanan itu bahan yang kita beli,masak atau kita hidangkan
sedanhkan zat makanan adalah satuan yang menyusun bahan makanan tersebut.
Zat makanan dibedakan 3 k3lompok :
- Zat makanan penghasil tenaga (kalori,karbohidrat,lemak,protein)
- Zat makanan pembangun sel dan jaringan,yaitu protein
- Zat makanan pengatur vitamin,mineral,air
Disarankan 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak. Golongan
karbohidrat seperti nnasi,roti,jagung dan mie bihun. Protein ada 2 macam yaitu nabati
seperti tahu,tempe dan kacang-kacangan. Sedangkan hewani yaitu daging,telur,dan
susu. Selain mmikronutrient dan makronutrient kebutuhan serat yang dianjurkan per
hari 25 gr atau 13gr/100 kalori makanan yang dikonsumsi. Kalori normal pada pria
dewasa sekitar 1800-2500 sedangkan pada wanita sekitar 1500-2300.
Tips Diet Sehat
1. Mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayuran setiap hari..Buah dan sayur
dapat dikonsumsi sebagai snack, di sela-sela makan pagi, makan
siang, dan makan malam.Buah dapat dikonsumsi 2X dan sayur 3X
18
2. Makan 2 sampai 4 porsi makanan protein setiap hari.Makanan
sumber protein: hewani (ikan, produk dairy: susu dan telor) dan
nabati (produk soya, kacang-kacangan)
3. Makan paling sedikit 2 porsi ikan kaya omega 3
4. Kurangi konsumsi lemak, teristimewa lemak jenuh bersumber pada
daging binatang
a) Gantikan dengan pemakaian minyak zaitun (olive)b) Pakai minyak olive sebagai salad dressing, pengganti mayonesc) Pilih daging atau ayam tanpa lemak
5. Kurangi konsumsi gula secara berlebihan
6. Pilih bahan karbohidrat kaya serat, seperti roti wholemeal dan sereal
whole grain
7. Minum banyak air (1,75 liter sehari).sebanyak 6 sampai 8 gelas
sehari (1,75 liter)
8. Konsumsi 2 porsi makanan produk dairy (susu & telor) dan yoghurt
rendah lemak.
9. Kurangi pemakaian garam; hindari penggunaan garam meja
10. Kurangi konsumsi makanan cepat saji/ fast food sampai
kurang dari seminggu sekali.Fast food mengandung banyak lemak
jenuh dan hanya terdapat sedikit nutrisi penting, seperti serat,
vitamin, dan mineral (terutama kalsium)
3. Bagimana kandungan dan dampak pola makan yang dikonsumsi setiap hari?
Kopi: mengandung kafein,
Selain kafein, kopi juga mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah
yang cukup banyak. Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal
efek dari senyawa radikal bebas, seperti kanker, diabetes, dan penurunan respon imun.
Beberapa contoh senyawa antioksidan yang terdapat di dalam kopi adalah polifenol,
flavonoid, proantosianidin, kumarin, asam klorogenat, dan tokoferol.
Mie instan :
Kandungan MSG dapat mengakibatkan : penyumbatan pada otak, saraf &
pembuluh darah sehingga berpotesi menimbulkan penyakit sepertiAlzheimer, Multiple
19
Sclerosis, Stroke, Parkinson, kanker, rambut sering rontok, kanker usus, batu ginjal,
gagal ginjal, dsb.kandungan natriumnya yang tinggi, mengakibatkan : maag dan
hipertensi.pewarna kuning (tartrazin) menyebabkan asthma, kanker dan penyakit
lambung .beberapa bahan aditif seperti natrium polifosfat (berfungsi sebagai
pengemulsi/penstabil), natrium karbonat dan kalium karbonat yang berfungsi sebagai
pengatur asam.
Soft drink:
1. Air : komponen utama softdrink.
2. CO2 : sama dengan gas buang pernafasan kita. Berguna untuk memperbaiki
flavor minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-
krenyes” dan “menggelitik” di kerongkongan.
3. Gula/pemanis :
Softdrink reguler : sukrosa (gula tebu), high fructose corn syrup.
Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat.
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream) : kadarnya cukup tinggi,
membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub
kencang, sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi,
berpotensi serangan jantung koroner atau stroke
5. Zat pengawet : Umumnya softdrink diawetkan dengan sodium-benzoat, suatu
bahan pengawet sintetis. Aman untuk bahan pangan namun ada batas
maksimal yang harus diperhatikan.
6. Zat pewarna : Ditemukan pada beberapa jenis softdrink, tidak terdapat pada
softdrink jernih. Ada zat pewarna alamiah seperti karamel (pada softdrink
cola) tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti :
karmoisin dan tartrazin.
7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya,
merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan.
Dampak bagi tubuh yaitu Kadar gula yang tinggi akan meningkatkan penyakit
kardiometabolik dan yang paling sering adalah diabetes mellitus, cardiovascular,
selain itu juga menyebabkan asam urat. Asam urat yang berkepanjangan lama-lama
akan merusak ginjal.
Pizza:
20
Mineral yang banyak terkandung pada pizza adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor,
kalium, natrlum,seng,tembaga,dan mangan. Sementara vitamin yang cukup banyak
terkandung pada pizza adalah vitamin A, C, B1, B2, B6, B12, niacin, dan asam folat.
IV.KETERKAITAN ANTAR MASALAH
21
Pola makan yang tidak sehat
obesitas
Hipertensi
Mengkonsumsi obat antihipertensi(atenolol)
Obat diuretika(furose
mide)
Obat pereduksi lemak darah(statin)
Disfungsi ereksi
V.LEARNING ISSUE
Pokok Bahasan What I know What I don’t know What I have
to prove
How will I
learn
Disfungsi ereksi Definisi Penyebab,mekanisme
.
Internet,
textbook,
jurnal
obesitas Definisi dan
gambaran
umum
Klasifikasi,Tipe-tipe
obesitas
Hubungan
obesitas
dengan DE
Hipertensi Definisi Patofisiologi,
gejala,klasifikasi
hipertensi
Hubungan
hipertensi
dengan DE
Farmakodinamik Definisi
22
Farmakokinetik Definisi
Atenolol Efek
samping,mekanisme
kerja,kontra indikasi
Hubungan
atenolol
dengan DE
Furosemide - Efek samping,
mekanisme kerja,
kontra indikasi
Hubungan
furosemide
dengan DE
Statin - Efek
samping,mekanisme
kerja,kontra indikasi
Hubungan
statin dengan
DE
VI. SINTESIS
DISFUNGSI EREKSI
A. Definisi
Disfungsi Ereksi (DE) atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual yang ditandai
dengan ketidak mampuan mencapai dan mempertahankan ereksi untuk memenuhi kebutuhan
seksual dirinya sendiri maupun pasangannya dalam waktu 6 bulan.
Kebanyakan pria mengalami disfungsi ereksi pada usia 40 tahun.Yang dimaksud
“kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya
stimulasi (rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi,
kurang bisa mencapai puncak orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu
tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih
lama).
B. Prevalensi DE & Kesadaran Berobat
Sungguh tidak mudah mengetahui jumlah penderita DE. Suatu survei epidemilogi
yang pertama dilakukan dengan melibatkan sekitar 1700 responden (Massachusetts Male
23
Aging Study) menunjukkan 48 persen pria berumur 50 tahun menderita DE komplit. Angka
tersebut meningkat dengan pesat dengan pria berumur 60 tahun mengalami DE komplit.
Kekurangan survei ini adalah sebagian besar responden berkulit putih. Tahun 1999 dilakukan
suatu survei yang sama di Malaysia. Ternyata angka yang didapat tidak jauh berbeda, 18
persen pria berumur 40-70 tahun mengalami DE komplit. Faktor risiko yang bermakna adalah
diabetes dan merokok. Berdasarkan data National Institutes of Health, pada tahun 2002
diperkirakan 15 juta sampai dengan 30 juta pria di Amerika mengalami DE yang kronis.
Sedangkan menurut National Ambulatory Medical care Survey (NAMCS) pada tahun
1999, hampir 22 pria dari 1000 pria di USA mengalami DE .
Insidensi DE meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sekitar 5 % dari pria usia 40
tahunan mengalami DE kronik dan 15-25%nya pada usia 65 tahun. Sedangkan DE transiens
dan ereksi yang tidak adekuat dialami 50 % pria usia 40 dan 70 tahun. Di klinik Endokrin
Penyakit Dalam FKUI, terdapat 42-52 persen penderita diabetes yang menderita DE dan
terjadi pada umur yang lebih muda. Sedangkan 40-60 persen penderita hipertensi menderita
DE yang disebabkan selain oleh kerusakan pembuluh darah juga karena obat penurun tekanan
darah yang digunakan. Rata-rata umur 1500 penderita yang datang ke Klinik Impotensi
RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 tahun terakhir adalah 55 tahun. Prevalensi DE yang
didapat dari survei masyarakat jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah penderita yang
mencari pertolongan dokter. Bahkan di Amerika Serikat sekalipun diperkirakan hanya 5-9
persen penderita DE yang datang ke dokter. Bandingkan dengan penyakit kronis lain yang
mencapai angka 60-90 persen.
C. Anatomi Penis
Gambar 1. Anatomi Penis
24
Gambar 2. Anatomi Penampang Penis
Penis memiliki 2 ruang/chambers yang disebut dengan corpora cavernosa (berisi jaringan
spons/spongy tissue), yang berjalan sepanjang penis. Ruang ini dikelilingi sebuah membrane,
yakni tunica albuginea. Spongy tissuemengandung otot polos, jaringan fibrous, spaces, vena,
dan arteri. Urethra, yakni saluran untuk urin dan ejakulat, berjalan sepanjang sebelah bawah
daricorpora cavernosa dan dikelilingi oleh corpus spongiosum. Bagian terpanjang penis
adalah batang penis, yang pada ujungnya adalah kepala atau glans penis. Pada ujung glans
terdapat meatus yang jika membuka memungkinkan keluarnya urin dan ejakulat.
D. Fisiologi Ereksi
Penis mendapatkan aliran darah dari arteri pudenda yang kemudian menjadi arteri penis
komunis. Selanjutnya arteri ini bercabang menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri
dorsalis penis, dan arteri bulbo-uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari alcock
yang berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur pelvis.
Arteri sentralis memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang menjadi arteriole helisin
yang mengisi darah ke dalam sinusoid. Sedangkan darah vena dari sinusoid dialirkan melalui
anyaman/pleksus yang terletak dibawah tunika albuginea. Anyaman ini bergabung
membentuk venule emisaria dan menembus tunika albuginea ke vena dorsalis penis.
Proses fisiologis ereksi dimulai rangsangan seksual yang menimbulkan peningkatan
aktivis saraf parasimpatis yang mengakibatkan terjadinya dilatasi arteriole dan kontriksi
venule sehingga inflow meningkat dan outflow menurun hal ini menyebabkan peningkatan
volume darah dan ketegangan pada corpora sehingga penis ereksi. Persaraf penis terdiri atas
sistem saraf otonomik dan somatic yang berpusat di nucleus intermediolateralis medulla
spinalis pada segmen S2-4 dan Th12 - L2. Saraf ini memacu neurotransmiter untuk memulai
proses ereksi serta mengakhirinya pada proses detumesensi.
25
Gambar 3. Fisiologi Ereksi Pada Laki-laki
Rangsangan seksual menyebabkan neuroefektor yang terdapat didalam korpus
kavernosum (NANC) non adrenergic non kolinergik menyebabkan terlepasnya NO (nitrit
oksida) yang selanjutnya mempengaruhi enzimguanilat siklase untuk merubah GTP ( guanil
tri fosfat) menjadi siklik guanil mono fosfat (cGMP) hal ini menyebabkan kadar kalsium di
dalam sel otot polos berkurang sehingga terjadi relaksasi otot polos kavernosum sehingga
timbul ereksi sebaliknya jika cGMP dipecah oleh enzim fosfodiesterase 5 (PDE 5) menjadi
GMP maka terjadi fase relaksasi (flaksiad)
Secara garis besar ereksi terjadi melalui 2 mekanisme:
I. refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).
II. ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.
Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis
(corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi.
Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary
gland) yang bagus, diperlukan untuk proses ereksi. Karenanya dapat dimengerti bahwa
disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan
psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.
26
Gambar 5. Arteri (atas) dan vena (bawah) penetrasi sepanjang, mengisi cavitas sepanjang
penis corpora cavernosa and the corpus spongiosum. Ereksi terjadi ketika terjadi relaksasi otot
sehingga corpora cavernosa terisi darah dari arteri, sementara aliran balik ke vena terblok.
E. Disfungsi Ereksi
Dalam keadaan normal, ereksi biasanya terjadi saat tidur malam atau bangun pagi. Pada
disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:
o Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara
berulang ( paling tidak selama 6 bulan )
o Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
o Mampu ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )
F. Etiologi Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi (DE) dapat disebabkan oleh karena faktor fisik dan psikologis.
Penurunan aliran darah ke penis dan kerusakan saraf merupakan faktor fisik yang terbanyak.
DE biasanya juga diasosiasikan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Vascular disease Diabetes
Arteriosklerosis menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri sehingga aliran
darah menurun yang dapat menyebakan impotensi. Hal ini terkait dengan faktor usia, 50-60%
DE terjadi pada pria di atas 60 tahun.
Faktor resiko arteriosklerosis meliputi:
· Diabetes mellitus
· Tekanan darah tinggi
· Kolesterol tinggi
Merokok, dikaitkan faktor-faktor tersebut, mungkin merupakan faktor resiko yang paling
penting untuk terjadinya arteriosklerosis.
27
Kadar gula darah tinggi yang kronis pada penderita diabetes mellitus dapat merusak
pembuluh darah kecil dan saraf, sehingga terjadi gangguan saraf dan aliran darah yang
menghambat proses ereksi, sekitar 60% pria dengan diabetes mellitus menderita DE.
2. Obat-obatan
Lebih dari 200 obat-obatan dapat menyebabkan DE, termasuk obat anti hipertensi, obat
jantung, antidepresan, tranquilizer, sedatif, antihistamines, appetite suppressants, dan
cimetidine. Pemakaian alkohol yang lama juga dapat mengakibatkan gangguan vaskular and
system saraf sehingga terjadi DE.
3. Gangguan Hormon
Sekitar 5% dari DE disebabkan oleh gangguan hormon. Defisiensi testoteron, walaupun
jarang terjadi, dapat menyebabkan penurunan libido dan gangguan ereksi. Pada kasus lain,
peningkatan hormon prolaktin, yang disebabkan tumor glandula pituitary juga dapat
menurunkan kadar testoteron. Gangguan hormon dapat pula dikarenakan penyakit ginjal atau
liver.
4. Neurologis
Trauma pada spinal dan otak (paraplegi, stroke) dapat menyebabkan DE dikarenakan
adanya gangguan transfer impuls saraf dari otak ke penis. Gangguan saraf yang dapat
menyebabkan DE, di antaranya adalah : multiple sclerosis (MS), Parkinson's disease, dan
penyakitAlzheimer.
5. Trauma pelvic, operasi, terapi radiasi
Trauma pada daerah pelvis dan spinal cord dapat mengenai vena dan saraf untuk ereksi.
Operasi colon, prostat, blader, atau rectum dapat mengenai saraf dan pembuluh darah yang
terlibat dalam proses ereksi. Operasi prostat dan kanker blader terkadang disertai dengan
pengangkatan jaringan dan saraf sekitar tumor, sehingga meningkatkan angka kejadian DE.
Radical cystectomy (for bladder cancer) dan prostatectomy (for prostate cancer) memerlukan
pemotongan saraf yang mengontrol aliran darah. Saraf tersebut tidak mengontrol sensasi pada
penis dan tidak bertanggung jawab terhadap organisme; tetapi mempengaruhi proses ereksi.
6. Penyakit Peyronie
Penyakit Peyronie merupakan suatu proses inflamasi yang mengakibatkan jaringan parut
pada erectile tissue.
7. Kelemahan vena
28
Jika vena pada penis tidak dapat mencegah aliran darah meninggalkan penis selama
ereksi, ereksi tidak dapat dipertahankan. Vena yang lemah dapat diakibatkan oleh trauma atau
penyakit yang mengenai vena pada penis.
8. Kondisi psikologis
Depresi, rasa bersalah, kegundahan, stress dan anxietas dapat menyebabkan penurunan
libido dan DE. Jika seorang pria pernah mengalami gangguan ereksi, dapat menimbulkan
kecemasan akan terulangnya kembali gangguan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ansietas
yang berhubungan dengan performa dan menimbulkan gangguan ereksi yang kronis. Faktor
psikologis sering merupakan faktor yang memperparah kelainan fisik yang telah ada.
G. Diagnosis Disfungsi Ereksi
Diagnosis DE meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya. Pemeriksaan
darah, urin, radiologi dan pemeriksaan prostat dapat mungkin bermanfaat demikian pula
pemeriksaan fungsi penis. Untuk membantu indentifikasi kemungkinan disfungsi ereksi atau
bukan dibuatkan indeks fungsi ereksi salah satunya adalah Indeks Internasional untuk fungsi
ereksi ke 5 atau IIEF-5 (International indexs of erectile function-5). Indeks ini terdiri atas lima
pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi nilai dari 0 sampai 5, jika hasil jumlah dari 5
pertanyaan hasilnya kurang atau sama denga 21 menunjukkan adanya gejala disfungsi ereksi.
OBESITAS
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang digunakan
adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap sebelum dikatakan
obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan
berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita (Ganong,2002).
Etiologi
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari
satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat
menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi
melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan
yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan
29
sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain
yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan
agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada
masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas,
hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama
meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan
lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial
dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese, serta terjadi
perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik
seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada
hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung
penting, membawa informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al, 2005).
Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras
yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta defek
monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin
(Guyton, 2007).
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah
sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui
aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan
yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung
dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida usus seperti ghrelin, peptida
YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung
ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui nervus vagus (Flier et al, 2005).
Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa, dapat
mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan menyebabkan rasa
lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan (Flier et al, 2005).
Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas bekerja
melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP, alpha-MSH,
30
an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik, endokannabinoid, dan jalur
singnal opioid (Flier et al, 2005).
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing
syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus
(Flier et al, 2005).
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja kekacauan
pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).
Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical
inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist
Circumference (Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan
murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan Waist
Circumference yang lebih lazim dilakukan.
1.IMT
IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah menunjukan
bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung. IMT adalah metode
yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak
tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang bisa mengakibatkan problema
kesehatan.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi
dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun
jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada
populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka
(WHO, 2000).
Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan
berdasarkan IMT, yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan
Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia
Pasifik Klasifikasi obesitas
Klasifikasi IMT
31
Berat badan kurang
Kisaran normal
Berat badan lebih
Beresiko
Obese I
Obese II
<18,5
18,5-22,9
>23,0
23,0-24,9
25,0-29,9
>30,0
Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.
Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus vascular dan
garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme yang
mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas (FFA),
hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf
simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium ginjal.
Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS), sebagai efek
dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa, mengakibatkan
meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).
TIPEOBESITAS
1.TipeObesitasBerdasarkanBentukTubuh
a.TipeBuahApel(android)
Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga
perut sehingga gemuk diperut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type).
Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas
sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel
lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah
dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh
darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder,
stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium).
b.ObesitasTipeBuahPear(gynoid)
Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha,
sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir
tubuh yaitu dipinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer
dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau
32
obesitas tipe gynoid. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali
resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins).
c.BentukKotakBuah(ovid)
Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan”. Tipe Ovid umumnya terdapat pada
orang-orang yang gemuk secara genetic
TipeObesitasBerdasarkanKeadaanSelLemak
a.TipeHyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal,
tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masaanak-anak.
b.TipeHypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan
normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada
usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe
hyperplastik.
c.TipeHyperplastikDanHypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak
baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu
sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai
pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan
paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.
Terapi Farmakologi Obesitas
Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan simpatomimetik
dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan toleransi dan lama-lama efek obat
ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang SSP sehingga akan menyebabkan
adiksi. Obat ini sering bekerja dengan meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti
NE, serotonin, dan dopamin.
Obat Antiobesitas
Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:
Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan
pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.
33
Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan
menginhibisi reuptake-nya) dan fluoksetin.
Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin
(menginhibisi reuptake serotonin dan NE).
Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).
Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang
memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah penggolongan obat berdasarkan
potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya maka semakin
bahaya untuk disalahgunakan.
Orlistat adalah yang paling aman digunakan karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan
sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti kemungkinan
penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih
dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan efek kerjanya akan
hilang setelah 1 tahun.
Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA:
Nama Generik Nama Dagang DEA Schedule Lama
Penggunaan
Disetujui
Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999
Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997
Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973
Fentermin Adipex, Ionamin IV Jangka pendek 1973
Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961
Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960
Sedangkan di bawah ini adalah merk dagang dari masing-masing obat antiobesitas yang
beredar di Indonesia, antara lain:
Sibutramin: ReductilR, RedufastR
Orlistat: XenicalR
Dietilpropion: ApisateR
Fenfluramin: PonderalR
Mazindol: TeronacR
34
Fentermin: MiraprontR
HIPERTENSI
Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga
melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan
produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002)
Etiologi hipertensi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah
satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada
nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai
keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya
dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan
hipertensi (Astawan,2002)
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan
air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau
aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan
garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume
diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan
preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)
Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan
35
dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen
semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi
untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan
volume sekuncup.( Hayens, 2003 )
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi (Corwin,2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
36
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi ( Dekker, 1996 )
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).
Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN)
dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia)
atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala
37
lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
(Wiryowidagdo,2002).
Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang
dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Julianti, 2005).
Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita
hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan
11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4%
wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.
Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita
(Gunawan, 2001).
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua
kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi ( Astawan,2002 )
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma,
curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah
(Sheps, 2000).
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh
darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika
asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika
38
asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo,
2004).
Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-
makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian
garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan
pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi
batasi (Wijayakusuma, 2000).
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh
darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen
dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa
untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktvitas
akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung
akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu dimana hubungan antara
stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi
angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Dunitz, 2001).
Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti
39
merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang
mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 )
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh
nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan
tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru dan
diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh
melalui pembuluh darah yang sempit. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun
secara perlahan , di samping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan
bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat ( Santoso,
2001 ).
Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,
dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika
menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah dengan cara yang terkontrol . Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan
hormone –hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan
penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium Mengurangi alkohol dapat
menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan
utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis
besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan
tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi
serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah
edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau
natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet
rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik
kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium ( Gunawan, 2001).
40
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya
terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang
mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan dengan dokter
terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak
yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari
– hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena
terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan
mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan ( Amir, 2002 ).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,
singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah
tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya
membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi
mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat
badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang
berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal –
hal berikut :
1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika
periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung
dan ginjal sama halnya seperti yang menetap ( Amir,2002).
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,
berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonic mampu
menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan
41
darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan
tekanan darah ( Mayer,1980).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti
minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi
kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam
sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang
melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan
stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh ( Amir,2002).
Interaksi obat dengan makanan
Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius jika diminum dengan stimulan.
Hindari meminum secangkir kopi saat sedang mengonsumsi efedrin (penekan nafsu
makan), obat asma dan amfetamin. Beri jarak 2-3 jam setelah minum obat, baru minum
kopi. Minuman isotonik Kalium dalam minuman ini dapat berbahaya bila digabungkan
dengan obat untuk penyakit gagal jantung atau obat-obatan hipertensi. Hindari pisang juga,
karena pisang juga sangat kaya akan kalium.
Banyak orang mengetahui jika kafein biasa terdapat dalam kopi atau minuman berenergi.
Padahal tidak hanya disitu, zat kafein juga banyak ditemukan dalam kandungan teh,
khususnya teh hijau. Makanya agar tidak salah , hindarilah minum kopi atau teh ketika
meminum obat. Menurut pakar kesihatan, kafein berbahaya jika diminum dengan obat
yang mengandung stimulah. Biasakan untuk tidak meminum minuman berkafein saat
memakn pil penekan nafsu makan atau diet, obat asma atau amfetamin. Jika seorang
penggila kafein, tunggu 2 hingga 3 jam setelah meminum obat.
Interaksi obat dengan makanan tertentu yang dimakan dapat mempengaruhi fungsi obat
yang diminum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau
penurunan efektivitas obat sampai efek samping.
Jenis makanan atau minuman tertentu juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan
penyerapan obat.
42
Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil
bersamaan dengan makanan.
Sebagai contoh, kafein –seperti yang terkandung di kopi—dapat meningkatkan risiko
overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).
Maka, untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang
terbaik adalah, menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu
dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat
dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi
lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.
Minum obat sebaiknya juga tidak menggunakan susu, karena beberapa obat seperti keluarga
antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat
dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut
di dalam tubuh.
Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti
kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga
mempengaruhi penyerapannya.
FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta
mekanisme kerjanya. Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang
farmakodinamik obat.
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah:
1. Meneliti efek utama obat
2. Mengetahui interaksi obat dengan sel
3. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi
43
Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme.
Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan fisiologi yang
merupakan respons yang khas untuk obat tersebut.
Reseptor Obat
Reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam organisme yakni
tempat aktif obat terikat.
Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur kimia suatu obat
berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga
perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan yang besar
Interaksi Obat - Reseptor
persyaratan untuk obat - reseptor adalah pembentukan kompleks obat reseptor. apakah
kompleks ini terbentuk dan seberapa besar terbentuknya tergantung pada affinitas obat
terhadap reseptor. kemampuan obat untuk menimbulkan suatu rangsang dan membentuk
kompleks dengan reseptor disebut aktivitas intrinsik. Agonis adalah obat yang memilki baik
afinitas dan aktivitas intrinsik. Pada teori reseptor obat sering dikemukakan bahwa efek obat
hanya dapat terjadi bila terjadi interaksi molekul obat dengan reseptornya. Lebih mudahnya
dirumuskan seperti ini.
Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek
Efek Terapeutik
Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, beberapa obat memang dibuat
hanya untuk meniadakan atau meringankan gejala suatu penyakit. Berikut ini adalah tiga jenis
terapi obat:
Terapi Kausal, obat yang berfungsi untuk memusnahkan penyebab penyakit, obat
inilah yang digunakan untuk menyembuhkan penderita dari penyakit. contoh obat
dengan terapi kausal adalah antibiotik, anti malaria dan lain-lain.
Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu penyakit.
contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan sebagainya.
Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim diproduksi
oleh tubuh.
FARMAKOKINETIK
44
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat ataunasib
obat dalam tubuh. Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi,
metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi).
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinalke dalam
cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.Kebanyakan obat oral
diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosayang luas. Jika sebagain dari vili
ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang.
Obat-obat yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di
dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan.
Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus
membran.
Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan
konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat membawa obat-obat menembus membran.
Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan proses menelanMembran
gastrointestinal terutama terdiri dari lipid (lemak) dan protein,sehingga obat-obat yang larut
dalam lemak cepat menembus membrangastrointestinal. Obat-obat yang larut dalam air
membutuhkan karier, baik berupaenzim maupun protein, untuk melalui membran. Partikel-
partikel besar menembusmembran jika telah menjadi tidak bermuatan (nonionized, tidak
bermuatan positif atau negatif). Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang
bermuatan didalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat.
Asamhidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin G; oleh karena itu, penisilin oral
diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan lambung.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan,makanan dan
pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, atau penyakit yang
merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat
memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebihlama berada di dalam
lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih banyak
mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran gastrointestinal.Obat-obat yang
diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih
banyak pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit
pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian. Beberapa obat
45
tidak langsung masuk ke dalam sirkulasisistemik setelah absorpsi tetapi melewati lumen usus
masuk ke dalam hati, melaluivena porta. Di dalam hati, kebanyakan obat dimetabolisasi
menjadi bentuk yang tidak aktif untuk diekskresikan, sehingga mengurangi jumlah obat yang
aktif Proses ini dimana obat melewati hati terlebih dahulu disebut sebagai efek first-pass, atau
first- pass hepatik. Contoh-contoh obat-obat dengan metabolisme first-pass adalahwarfarin
(Coumadin) dan morfm. Lidokain dan nitrogliserin tidak diberikan secaraoral, karena kedua
obat ini mengalami metabolisme first-pass yang luas, sehinggasebagian besar dar dosis yang
diberikan akan dihancurkan.
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan
tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan)
terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein.Ketika obat didistribusi di dalam
plasma, kebanyakan berikatan dengan protein (terutama albumin) dalam derajat (persentase)
yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal
sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein. Salah satu contoh obat yang berikatan
tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin
49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan sedang dengan
protein.Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang
tidak berikatan dapat bekerja bebas. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak
berikatandengan protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik.
Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih banyak obat
yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein untuk
menjagakeseimbangan dari obat yang dalam bentuk bebas.Jika ada dua obat yang berikatan
tinggi dengan protein diberikan bersama-sama maka terjadi persaingan untuk mendapatkan
tempat pengikatan dengan protein,sehingga lebih banyak obat bebas yang dilepaskan ke
dalam sirkulasi. Demikian pula, kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat
pengikatan dengan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan
demikiandalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis obat yang diresepkan
dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu berikatan dengan protein.Jadi penting sekah
untuk memeriksa persentase pengikatan dengan protein darisemua obat-obat yang diberikan
kepada klien untuk menghindari kemungkinantoksisitas obat. Seorang perawat juga harus
memeriksa kadar protein plasma danalbumin plasma klien karena penurunan protein
(albumin) plasma akan menurunkantempat pengikatan dengan protein, sehingga
46
memungkinkan lebih banyak obat bebasdalam sirkulasi. Tergantung dari obat (obat-obat)
yang diberikan, akibat dari hal inidapat mengancam nyawa.Abses, eksudat, kelenjar dan
tumor juga mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada
tempat abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu,
seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.
Ekskresi, atau Eliminasi, Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-
rute lain meliputiempedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang
tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh
ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali
obatdilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya
akandiekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari
4,5 sampai 8.Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.
Aspirin,suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika
seseorangmeminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan
untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak
dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam.
OBAT DIURETIKA(FUROSEMIDE)
Furosemide digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Menurunkan tekanan darah tinggi membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan ginjal. Obat ini juga mengurangi bengkak / retensi cairan (edema) yang dapat disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung kongestif, penyakit hati, atau penyakit ginjal. Hal ini dapat membantu meningkatkan gejala seperti sesak napas.
Furosemide memiliki beberapa efek samping diantaranya:
a) Ototoksisitas : Pendengaran dapat terganggu oleh loop duretik terutama bila
digunakan bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida. Kerusakan permanen
dapat terjadi bila terapi dilanjutkan. Fungsi vestibular nampaknya kurang dipengaruhi,
tetapi dapat juga terganggu oleh terapi kombinasi
b) Hiperurisemia : Furosemide dan asam etakrinat bersaing dengan asam urat untuk
sistem sekresi renal dan empedu, jadi menghambat sekresinya dan dengan demikian
menyebabkan munculnya serangan piral.
c) Hipovolemia akut : Loop diuretic dapat menyebabkan pengurangan volume darah
yang cepat dan parah, dengan kemungkinan hipotensi, syok dan aritmia jantung.
47
d) Kekurangan Kalium : Muatan Na+ besar yang terjadi di tubulus renalis rektus
menyebabkan pertukaran Na+ di tubulus dengan K+ dari sel dengan kemungkinan
menyebabkan hipokalemia. Hilangnya K+ dari sel dalam pertukaran H+ menyebabkan
alkalosis hipokalemia. Pengurangan kalium dapat dicegah dengan menggunakan
diuretic hemat kalium diet dengan tambahan K+.
e) Dehidrasi : Mengkonsumsi furosemide berlebihan dapat menyebabkan tubuh
kehilangan air dan mineral (termasuk kalium), kejang otot atau kelemahan,
kebingungan, pusing berat, mengantuk, mulut kering yang tidak biasa atau haus, mual
atau muntah, cepat / tidak beraturan detak jantung, penurunan jumlah urin yang tidak
biasa, pingsan, kejang-kejang.
Kontraindikasi :- Anuria
- Hipersensitif terhadap furosemid
- Terapi bersamaan dengan sefaloridin
- Sirosis hati
Dosis:
- Dewasa : Sehari 1 - 2 kali, 1 - 2 tablet
Dosis pemeliharaan, sehari 1 tablet
Dosis maksimum, sehari 5 tablet
Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg (1 ampul) tiap
interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang memuaskan.
- Anak-anak : Sehari 1 - 3 mg/kg BB
STATIN
Efek-efek sampingan yang paling umum adalah:
sakit kepala
mual
muntah
sembelit
diare
rash
kelemahan, dan
nyeri otot
48
Efek-efek sampingan yang paling serius (namun untungnya jarang) adalah kegagalan hati dan
rhabdomyolysis. Rhabdomyolysis adalah suatu efek sampingan dimana ada kerusakkan pada
otot-otot. Rhabdomyolysis seringkali mulai sebagai nyeri otot dan dapat berlanjut pada
kehilangan sel-sel otot, kegagalan ginjal, dan kematian
Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari.
Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu
malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari
kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek
kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin
(Zocor), Pravastain (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol)) memiliki efek kerja yang lebih
singkat. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti
bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol.
Interaksi Obat-Obat Statin dengn Obat-Obat lain
Statin-statin mempunyai beberapa interaksi-interaksi obat yang penting. Tipe pertama dari interaksi melibatkan enzim-enzim yang bertanggung jawab untuk eliminasi statin-statin oleh hati. Enzim-enzim hati (terutama, enzim-enzim hati cytochrome P-450) adalah bertanggung jawab pada eliminasi semua statin-statin dari tubuh dengan pengecualian dari pravastatin dan rosuvastatin. Oleh karenanya, obat-obat yang menghalangi/memblokir aksi dari enzim-enzim hati ini meningkatkan tingkat-tingkat simvastatin, lovastatin, fluvastatin, dan atorvastatin (namun tidak pravastatin atau rosuvastatin) didalam darah dan dapat menjurus pada perkembangan dari rhabdomyolysis. Obat-obat atau agen-agen yang menghalangi/memblokir enzim-enzim ini termasuk:
protease inhibitors (digunakan dalam merawat AIDS),
erythromycin,
itraconazole, (Sporanox)
clarithromycin, (Biaxin)
diltiazem, (Cardizem, Dilacor, Tiazac)
verapamli (Calan, Verelan, Verelan PM, Isoptin, Isoptin SR, Covera-HS), dan
grapefruit juice (sari buah dari semacam jeruk besar).
OBAT ANTI HIPERTENSI(ATENOLOL)
Cara Kerja Obat:
49
Atenolol adalah adalah obat yang disebut beta-blocker. Beta-blocker mempengaruhi jantung dan peredaran darah (darah mengalir melalui arteri dan vena).
Indikasi:
- Hipertensi
- Angina pectoris
- Mengatasi atau mencegah serangan jantung
Kontraindikasi:
- Terdapat blok jantung derajat II atau III, syok kardiogenik.
- Bradikardia, hipotensi, asidosis metabolik, gangguan sirkulasi perifer berat, "sick sinus syndrome", feokromositoma yang tidak diobati, gagal jantung tidak terkontrol.
Dosis:
- Hipertensi: 50 atau 100 mg sekali sehari.
- Angina pektoris: 100 mg sekali sehari atau 50 mg 2 kali sehari.
- Intervensi infark miokard: 100 mg sehari.
Peringatan dan Perhatian:
- Kapasitas jantung buruk, gagal jantung tidak terkontrol, penyakit penyumbatan paru kronis atau asma.
- Penghentian β-bloker harus bertahap pada pasien dengan penyakit jantung iskemik.
- Dapat memperparah kelainan sirkulasi arterial perifer.
- Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis.
- Hamil & menyusui.
- Memodifikasi takhikardia pada hipoglikemia.
- Blok jantung derajat I, angina Prinzmetal, tirotoksikosis, hipoglikemia.
- Bisa mengganggu kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.
50
Efek Samping :
- Anggota gerak dingin, lelah, gangguan saluran pencernaan, bradikardia.
- Kadang-kadang : sakit kepala, perubahan suasana hati, pusing, & kemunduran gagal jantung.
- Jarang : gangguan tidur, kebotakan, trombositopenia, purpura, reksi kulit bentuk psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara mendadak) psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, halusinasi, blok jantung, hipotensi postural yang mungkin berhubungan dengan sinkope (kehilangan kesadaran sementara karena berkurangnya aliran darah ke otak).
- Klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau tungkai sewaktu berjalan dan sembuh sehabis beristirahat).
- Fenomena Raynaud.
- Bronkhospasme.
- Ruam dan mata kering, parestesi (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).
VII. KERANGKA KONSEP
51
Pria 35 tahun (obesitas)
Lemak pada pembuluh darah (aterosklerosis)
Makanan terolah
Hiperglikemia
NO
VIII. KESIMPULAN
Lelaki ini mengalami mild obesity dikarenakan pola diet yang tidak sehat,
menyebabkan ia mengalami disfungsi ereksi .Penggunaan obat anti hipertensi(atenolol), obat
diuretika(furosemide), dan obat pereduksi lemak darah (statin) juga merupakan faktor
terjadinya disfungsi ereksi pada lelaki ini.
52
Tekanan darah
Konsumsi Obat
Diuretic(furosemide)
Diuresis(deplesi ion,vitamin,mineral penting seperti Mg,B6,Zn)
Statin
Produksi kolesterol
Testoteron
Co Q 10
Β bloker(atenolol
)
Disfungsi ereksi
DAFTAR PUSTAKA
Basis&Clinical Pharmacology. Betram G.Katzung 8th 10 ed.McGraw-Hill Companies
Inc.2001
Drug-Induced Nutrient Supplement Handbook.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktern Edisi II. Jakarta: EGC
Henwood J. Sildenafil for erectile dysfunction.Medical Progress 1999;26:37-9.53
MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 7, 2007/2008
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Edisi V. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi UNSRI.2008.Kumpulan Kuliah Farmakologi.Jakarta:EGC
Sunita . 2004. Penuntun Diet Almatsier, Farmacia Ethical Digest Vol II no. 1 A
54
Recommended