View
276
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
1
SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PERALATAN MEDIK (ANALISIS
BIAYA PEMELIHARAAN KOREKTIF TERHADAP NILAI MMEL)
Okky Aditya Surya W, Hj. Endang Dian Setyoningsih, ST, MT, H. Torib Hamzah, S.Pd, M.Pd Jurusan Teknik Elektromedik
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
ABSTRACT
SIPPM (Medical Equipment Management Information System) is an information system about
medical devices in a hospital institution starting from the procurement / purchase of medical devices, receipts,
inventory, preventive maintenance, corrective maintenance, calibration and to where the medical devices are
proposed for deletion. (Maximum Maintenance Expenditure Limit = MMEL) is a method for calculating
acceptable costs for repairing or maintaining a medical equipment in a hospital. In 2017 corrective
maintenance in Pariaman Hospital there are 13 cases of medical devices that require MMEL calculations, 11
tools including corrective maintenance costs under the MMEL calculation and 2 tools for maintenance costs
above the MMEL calculation. Information system testing is done by distributing questionnaires to respondents
and the results of these questionnaires are for corrective maintenance statement items 9.4% of respondents
choose neutral, 44.8% of respondents choose to agree and 45.8% of respondents choose strongly agree. For
statement items regarding corrective maintenance reports 8.3% of respondents choose neutral, 38.5% of
respondents choose to agree and 53.1% of respondents choose strongly agree. For statement items regarding
corrective maintenance cost analysis of MMEL values 11.3% of respondents chose neutral, 40.0% of
respondents chose to agree and 48.8% of respondents chose strongly agree.
Keyword: SIPPM, MMEL Calculation.
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi saat ini yang
semakin pesat dimana semua kegiatan pengeloaan data sudah dikerjakan secara komputerais, dalam
hal ini salah satunya termasuk pengelolaan
peralatan alat di medik di rumah sakit mulai dari perencanaan pengadaan pembelian alat medik,
penggunaan, pemeliharaan sampai dengan
penghapusan. Pengelolaan peralatan medik
memerlukan instrument yang teapat dan akurat. Sebagaimana disebutkan dalam buku American
Hospital Association, bahwa Manajemen
Pemeliharaan Peralatan Kesehatan atau alat medik merupakan suatu sistem rancangan yang disusun
untuk membantu personil biomedic rumah sakit dan
atau teknisi rumah sakit dalam mengembangkan, memonitor dan mengatur (manage) pemeliharaan
peralatan kesehatan (American Hospital
Association, 1996).
RSUD Pariaman adalah Rumah Sakit kelas B milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi
Sumatera Barat Nomor 445-304-2015 tanggal Maret 2016 tentang izin operasional
penyelenggaraan rumah sakit.. Pada tahun 2017
RSUD Pariaman meraih akreditasi dengan
peringkat Paripurna dimana Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien merupakan salah
satu indikator dalam penilaian tersebut. (Komite
Mutu Dan Keselamatan Pasien RSUD Pariaman. Tahun 2017). Namun bila ditinjau dari segi
pengelolaan peralatan medik saat ini masih
dikerjakan secara manual. Untuk mempertahankan peringkat akreditasi rumah sakit Pariaman yang
telah diperoleh pada posisi Paripurna, maka
pengelolaan peralatan medik perlu ditingkatkan
secara terus menerus. Hal ini untuk menjaga agar mutu pelayanan lebih optimal, mengingat peralatan
medik di rumah sakit merupakan alat penunjang
pelayanan yang sangat penting. Peralatan medik adalah merupakan
investasi yang besar di fasilitas pelayanan
kesehatan serta memerlukan biaya pemeliharaan rutin untuk menjaga agar peralatan selalu dalam
kondisi siap dan layak pakai. Menurut Pedoman
Pengelolaan Peralatan Kesehatan tahun 2015,
bahwa Pemeliharaan peralatan medik dibagi menjadi dua kategori utama yaitu:
1. Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
2. Pemeliharaan korektif / Corrective Maintenance (CM)
Kenyataan yang terjadi di Rumah Sakit
Pariaman selama ini bahwa Perkiraan biaya
2
pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% dari nilai investasi peralatan medik ,
sehingga biaya pemeliharaan peralatan medik setiap
tahunnya menjadi konstan.
Tabel 1.1 Perencanaan anggaran
pemeliharaan 5% dari harga perolehan peralatan
medik
Realitanya bahwa semakin tua usia alat
maka semakin tinggi biaya pemeliharaannya. Kondisi ini berdampak pada biaya pemeliharaan
yang tidak realistis, hal ini bisa berdampak pada
banyaknya peralatan yang tidak terpelihara dengan
baik sehingga banyak peralatan medik yang tidak mencapai usia teknisnya.
Perhitungan Batas Maksimum Biaya
Pemeliharaan (Maximum Maintenance Expenditure Limit =MMEL) adalah suatu cara
untuk menghitung biaya yang masih dapat diterima
untuk memperbaiki atau memelihara suatu
peralatan medik di rumah sakit. Pada tahun 2008 IPSRS RSUP Fatmawati telah menerapkan
perhitungan batas maksimum biaya pemeliharaan /
MMEL di RSUP Fatmawati. Perhitungan MMEL ini hasilnya bisa dijadikan pertimbangan oleh pihak
manajemen Rumah Sakit untuk memutuskan suatu
peralatan kesehatan medik tersebut bisa dilakukan pemeliharaan korektif atau dihapuskan..
Berdasarkan hasil identifikasi dari latar
belakang masalah di atas, maka penulis ingin
membuat Sistem informasi pengelolaan peralatan medik (Analisis biaya pemeliharaan korektif
terhadap nilai MMEL ).
1.2 Batasan Masalah
1.2.1 Biaya pemeliharaan korektif berdasarkan
HPS (Harga Perkiraan Sendiri) berdasarkan survey pasar ataupun dari penawaran pihak
ke III
1.2.2 Laporan pemeliharaan korektif berbentuk table dan grafik
1.2.3 Data pemeliharaan korektif peralatan medic
yang diambil pada bulan Januari-Desember
2017
1.2.4 Harga pengganti diperoleh berdasarkan harga alat medic ter-update dan di input
secara manual pada sistem informasi
pengelolaan peralatan medik
1.3 Rumusan Masalah
Dapatkah dibuat Sistem Informasi
Pengelolaan Peralatan Medik (Analisis
biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL)?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum Dibuatnya Sistem Informasi Pengelolaan Peralatan Medik (Analisis biaya
pemeliharaan korektif terhadap nilai
MMEL)
1.4.2 Tujuan Khusus Secara operasional, tujuan khusus dalam
penelitian ini antara lain: 1. Membuat konsep alur laporan
kerusakan dari user.
2. Menginput data alat medikyang
bermasalah berdasarkan laporan dari user.
3. Membuat konsep alur pemeliharaan
korektif. 4. Menginput data alat medic pada lembar
kerja pemeliharaan korektif.
5. Membuat konsep perhitungan MMEL. 6. Melakukan analisis biaya pemeliharaan
korektif terhadap nilai MMEL
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Menambahkan ilmu pengetahuan
mengenai system informasi manajemen pengelolaan peralatan medic, khususnya
analisis biaya pemeliharaan korektif
terhadap nilai MMEL.
1.4.3 Manfaat Praktis
1. Sebagai alat bantu teknisi dalam
melakukan kegiatan pemeliharaan
korektif.
2. Memberikan kemudahan teknisi dalam
menyusun dokumen teknis alat kesehatan khususnya laporan
pemeliharaan korektif. 3. Sebagai bahan pertimbangan
manajemen Rumah Sakit dalam
menyusun perencanaan biaya
pemeliharaan peralatan medik
II. METODOLOGI PENELITIAN
3
2.1 Diagram Blok Sistem Informasi Pengelolaan
Peralatan Medik
Gambar 3.1 Blok diagram system informasi
pengelolaan peralatan medik
2.2 Cara Kerja Blok Diagram
Pada sistem informasi pengelolaan
peralatan medik alur pemeliharaan korektif alat kesehatan adalah didasari oleh laporan kerusakan
dari user dan laporan dari teknisi pada saat
melakukan pemeliharaan preventif ditemukan alat medik yang perlu dilakukan pemeliharaan korektif.
User melakukan login dengan ID dan passwordnya
setelah itu memilih alat yang akan dilaporkan
mengalami kerusakan beserta keluhannya. Setelah di pilih kirim maka notifikasi work order akan
muncul pada jendela akun admin / kepala IPS.
Pelaksana pemeliharaan korektif bisa dipilih melalui admin / kepala IPS. Setelah pelaksana
pemeliharaan korektif dipilih maka form SPK akan
bisa dicetak yang akan digunakan sebagai dasar
pelaksana pemeliharaan korektif mengerjakan pemeliharaan korektif. Setelah pelaksana
pemeliharaan korektif selesai melakukan
pemeliharaan korektif maka wajib mengisi lembar kerja pemeliharaan korektif pada akun teknisi. Pada
form lembar kerja tersebut terdapat hasil
pemeliharaan korektif beserta biaya pemeliharaan korektif berupa pilihan alat tersebut siap pakai,
tunggu suku cadang, tunggu pihak ke III, atau
penghapusan. Dan dari hasil laporan pemeliharaan
korektif tersebut akan di jadikan dasar untuk analisis biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai
MMEL
2.3 Diagram Alir
Gambar 3.2 Diagram Alir
2.4 Desain Penelitian
Pre experimental dengan jenis penelitian
one group post design, dalam hal ini penulis hanya membuat perlakuan dalam bentuk software untuk
perhitungan MMEL.
2.5 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai
variable bebas adalah estimasi biaya pemeliharaan
korektif dari peralatan medik, dan yang bertindak
sebaiagi variable tergantung adalah hasil perhitungan MMEL.
.
III. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
3.1 Maksimum Biaya Pemeliharaan
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
peralatan medik tentu membutuhkan
biaya,terutama pada saat harus melakukan pemeliharaan korektif atas bagian yang rusak.
Perhitungan Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan
(Maximum Maintenance Expenditure Limit = MMEL) adalah suatu cara untuk menghitung biaya
yang masih dapat diterima untuk memperbaiki atau
memelihara suatu peralatan medik di rumah sakit. Berikut data alat medis yang akan di hitung MMEL
nya :
Tabel 4.1 Laporan Pemeliharaan Korektif RSUD
Pariaman Thn 2017 (Khusus menunggu suku cadang
dan menunggu pihak ke III)
4
Tabel 4.2 Laporan perhitungan MMEL
Setelah perhitungan MMEL di bandingkan
dengan biaya pemeliharaan korektif yang di tawarkan oleh pihak ke III maka dapatkan 2 alat
medis yang hasilnya diatas perhitungan MMEL dan
11 alat medis yang hasilnya dibawah perhitungan MMEL. Di atas MMEL artinya alat medis tersebut
melebihi batas biaya pemeliharaan korektif / jika
dilakukan pemeliharaan korektif tidak akan efisien.
Di bawah MMEL artinya alat medis tersebut masih memungkinkan dilakukan pemeliharaan korektif.
3.2 Perhitungan MMEL secara software
3.2.1 Kondisi I (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti normal/tidak
ada kenaikkan harga)
Gambar 4.1 Kondisi I (MEL factor 90% dan harga
pengganti normal)
Pada perhitungan nilai MMEL di software pada
kondisi I didapati 2 alat medis yang biaya pemeliharaan korektifnya di atas nilai MMEL yaitu
alat :
1. Discrete photometric chemistry analyzer for clinical use/fotometer .
2. Centrifugal chemistry analyzer for clinical
use/centrifuge kimia klinik.
3.2.2 Kondisi II (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti naik 10%)
5
Gambar 4.2 Kondisi II (MEL factor 90% dan harga
pengganti naik 10%)
Pada perhitungan nilai MMEL di software pada
kondisi II didapati 1 alat medis yang biaya
pemeliharaan korektifnya di atas nilai MMEL yaitu alat :
1. Centrifugal chemistry analyzer for clinical
use/centrifuge kimia klinik
3.2.3 Kondisi III (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti - 10%)
Gambar 4.3 Kondisi III (MEL factor 90% dan harga
pengganti turun 10%)
Pada perhitungan nilai MMEL di software pada
kondisi III didapati 2 alat medis yang biaya pemeliharaan korektifnya di atas nilai MMEL yaitu
alat :
1. Discrete photometric chemistry analyzer for clinical use/fotometer
2. Centrifugal chemistry analyzer for clinical
use/centrifuge kimia klinik
3.2.4 Kondisi IV (MEL Factor perlatan khusus
80% dan harga pengganti normal/tidak ada
kenaikkan harga)
Gambar 4.4 Kondisi IV (MEL factor 80% dan harga
pengganti normal)
Pada perhitungan nilai MMEL di software
pada kondisi IV didapati 2 alat medis yang biaya
pemeliharaan korektifnya di atas nilai MMEL yaitu
alat :
1. Discrete photometric chemistry analyzer for
clinical use/fotometer
2. Centrifugal chemistry analyzer for clinical
use/centrifuge kimia klinik
3.3 Pengujian Sistem
3.3.1 Pembuatan kuisioner pengujian
Pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam kuisioner ini mengacu pada kegunaan sistem.
Jacob Nielson mendefinisikan usability sebagai
ukuran kualitas pengalaman pengguna ketika berinteraksi dengan produk atau sistem apakah situs
web, aplikasi perangkat lunak, teknologi bergerak,
maupun peralatan-peralatan lain yang dioperasikan
oleh pengguna. Instrumen pengujian berupa kuesioner yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Dalam penelitian ini skala pengukuran yang
digunakan adalah skala Likert untuk pernyataan
positif. Skala Likert merupakan skala yang didesain
6
untuk menilai sejauh mana responden setuju atau tidak setuju dengan susunan berikut.
Tabel 4.3 Skala pengukuran Likert.
Kategori Skor
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
Tidak Setuju (TS) 2
Netral (N) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5
Seperti dijelaskan sebelumnya, skala yang
dipergunakan pada kuesioner pengujian sistem
adalah skala Likert yaitu membagi kategori menjadi beberapa bagian yaitu sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral/ragu, setuju dan sangat setuju.
3.3.2 Uji Validitas Untuk melakukan uji validitas ini
menggunakan program SPSS. Teknik pengujian
yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor
item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item
pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor
total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa
yang ingin diungkap à Valid. Jika r hitung ≥ r tabel
(uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-
langkah dalam pengujian validitas ini yaitu :
1. Menghitung nilai skor dari pernyataan
kuisioner Tabel 4.5 Uji validitas kuisioner
Resp
Jawaban item pernyataan mengenai pemeliharaan korektif Total
skor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 5 4 4 5 4 5 4 31
2 5 4 4 5 4 4 4 30
3 4 3 3 4 3 4 5 26
4 5 4 4 4 5 4 5 31
5 5 4 4 5 3 4 5 30
6 3 2 2 4 5 4 5 25
7 5 5 5 4 4 5 5 33
8 5 3 3 4 5 4 4 28
9 4 4 5 5 4 4 3 29
10 4 4 5 5 4 4 5 31
11 4 4 3 3 3 5 4 26
12 5 4 4 3 3 3 4 26
13 4 4 3 3 3 3 5 25
14 5 5 4 5 4 4 5 32
15 3 4 3 2 2 1 1 16
Resp
Jawaban item pernyataan mengenai laporan pemeliharaan korektif Total
skor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 5 4 4 5 4 4 5 31
2 4 5 4 4 4 5 4 30
3 4 5 4 4 4 3 4 28
4 5 5 4 5 4 4 4 31
5 5 5 5 4 4 5 5 33
6 5 3 5 3 4 3 4 27
7 4 4 5 5 4 5 5 32
8 4 5 4 5 5 4 4 31
9 3 4 3 4 4 4 4 26
10 3 4 3 5 3 3 4 25
11 4 4 3 4 5 5 3 28
12 3 4 4 3 5 4 4 27
13 3 4 5 3 3 3 4 25
14 4 4 4 4 4 4 4 28
15 2 3 2 2 4 3 3 19
Resp
Jawaban item pernyataan mengenai Analisis MMEL Total
skor P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 4 4 4 4 5 4 5 30
2 4 4 4 5 5 4 4 30
3 3 3 4 3 3 4 4 24
4 4 4 4 5 4 5 4 30
5 4 5 4 4 4 5 5 31
6 4 3 3 4 2 4 4 24
7 4 4 5 5 5 4 4 31
8 4 5 4 4 4 4 5 30
9 4 4 3 3 5 4 4 27
10 4 3 4 3 4 5 3 26
11 3 4 4 3 4 3 4 25
12 4 5 4 4 3 4 5 29
13 3 4 4 3 3 3 3 23
14 4 5 4 4 5 4 4 30
15 4 4 2 2 2 1 3 18
2. Menentukan r Tabel
Langkah-langkah menentukan r Tabel adalah
dengan mencocokkan banyaknya responden kuisioner yang digunakan dengan jumlah persentasi
signifikannya pada tabel distribusi nilai r tabel
seperti gambar tabel dibawah ini :
7
Tabel 4.6 Tabel distribusi r tabel yang digunakan N The level of significance
5 % 1 %
15 0.514 0.641
3. Menguji validitas kuisioner dengan SPSS
Pada program SPSS untuk menguji validitas kuisioner bisa menggunakan uji Correlate
→ Bivariate seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Analisis correlate →bivariate dengan SPSS
Setelah dilakukan uji correlate dengan SPSS maka
didapatkan hasil uji validitas sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil uji validitas kuisioner
Pernyataan mengenai pemeliharaan korektif
Pernyataan r Tabel r Hitung Keterangan
1 0.641 0.742 Vallid
2 0.514 0.383 Tdk Vallid
3 0.641 0.644 Vallid
4 0.641 0.809 Vallid
5 0.514 0.587 Vallid
6 0.641 0.798 Vallid
7 0.641 0.679 Vallid
Pernyataan mengenai laporan pemeliharaan korektif
Pernyataan r Tabel r Hitung Keterangan
1 0.641 0.815 Vallid
2 0.641 0.678 Vallid
3 0.514 0.638 Vallid
4 0.641 0.716 Vallid
5 0.514 0.269 Tdk Vallid
6 0.641 0.681 Vallid
7 0.641 0.709 Vallid
Pernyataan mengenai Analisis MMEL
Pernyataan r Tabel r Hitung Keterangan
1 0.514 0.438 Tdk Vallid
2 0.514 0.504 Tdk Vallid
3 0.641 0.715 Vallid
4 0.641 0.829 Vallid
5 0.641 0.755 Vallid
6 0.641 0.751 Vallid
7 0.641 0.692 Vallid
3.3.3 Uji Reliabilitas Reliabilitas, atau keandalan, adalah
konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes
ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau
untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua
orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama
dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat
diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana
pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan
dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap
dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu
memberikan hasil yang berbeda-beda. Langkah -
langkah untuk uji reliabilitas yaitu : 1. Pengujian reliabilitas dengan SPSS
Gambar 4.6 Uji reliabilitas pada SPSS
Pada menu SPSS untuk menguji reliabilitas
kuisioner pilih analyze → scale → Reliability
Analysis. Menurut Wiratna Sujarweni (2014) jika nilai alpha lebih besar dari 0.6 maka item – item
angket yang digunakan dinyatakan reliable atau
konsisten, sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari 0.6 maka item – item angket yang digunakan
dinyatakan tidak reliable atau tidak konsisten.
Setelah dilakukan uji reliabilitas maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil uji reliabilitas kuisioner Pernyataan mengenai pemeliharaan korektif
N of Items Cronbach's Alpha Nilai kritis Keterangan
6 0.810 0.6 Reliabel
Pernyataan mengenai laporan pemeliharaan korektif
N of Items Cronbach's Alpha Nilai kritis Keterangan
6 0.729 0.6 Reliabel
Pernyataan mengenai Analisis MMEL
N of Items Cronbach's Alpha Nilai kritis Keterangan
5 0.818 0.6 Reliabel
8
3.4 Pembahasan Analisis biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL (Maximum Maintenance Expenditure Limit) dengan menggunakan metode distribusi frekuensi
3.4.1 Kondisi I (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti normal/tidak
ada kenaikkan harga)
Tabel 5.1 Tabel MMEL Kondisi I
MEL FAKTOR 0.9
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DI
BAWAH MMEL
11 84.6 84.6 84.6
DI
ATAS MMEL
2 15.4 15.4 100.0
Total 13
100.0
100.0
Gambar 5.23 MMEL kondisi I
Pada kondisi I didapatkan hasil distribusi frekuensinya yaitu di bawah MMEL frekuensinya
11 kasus dengan persentasi sebesar 84.6% dan di
atas MMEL frekuensinya 2 kasus dengan persentasi sebesar 15.4%.
3.4.2 Kondisi II (MEL Factor perlatan khusus
80% dan harga pengganti normal/tidak
ada kenaikkan harga)
Tabel 5.2 Tabel MMEL Kondisi II
MEL FAKTOR 0.8
Frequency
Percent
Valid
Percent
Cumulat
ive Percent
Valid DI
BAWAH MMEL
11 84.6 84.6 84.6
DI
ATAS MMEL
2 15.4 15.4 100.0
Total 13
100.0
100.0
Gambar 5.24 MMEL kondisi II
Pada kondisi II didapatkan hasil distribusi frekuensinya yaitu di bawah MMEL frekuensinya
11 kasus dengan persentasi sebesar 84.6% dan di
atas MMEL frekuensinya 2 kasus dengan persentasi sebesar 15.4%.
3.4.3 Kondisi III (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti naik 10%)
Tabel 5.3 Tabel MMEL Kondisi III
HARGA PENGGANTI +10%
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumu
lative Percent
Valid DI BAWAH MMEL
12 92.3 92.3 92.3
DI ATAS MMEL
1 7.7 7.7 100.0
Total 13
100.0
100.0
9
Gambar 5.25 MMEL kondisi III
Pada kondisi III didapatkan hasil distribusi
frekuensinya yaitu di bawah MMEL frekuensinya
12 kasus dengan persentasi sebesar 92.3% dan di
atas MMEL frekuensinya 1 kasus dengan persentasi sebesar 7.7%.
3.4.4 Kondisi IV (MEL Factor perlatan khusus
90% dan harga pengganti turun 10%)
Tabel 5.4 Tabel MMEL Kondisi IV
HARGA PENGGANTI -10%
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DI
BAWAH MMEL
11 84.6 84.6 84.6
DI
ATAS MMEL
2 15.4 15.4 100.0
Total 13
100.0
100.0
Gambar 5.26 MMEL kondisi IV
Pada kondisi IV didapatkan hasil distribusi frekuensinya yaitu di bawah MMEL frekuensinya
11 kasus dengan persentasi sebesar 84.6% dan di
atas MMEL frekuensinya 2 kasus dengan persentasi sebesar 15.4%.
3.5 Pembahasan hasil kuisioner
3.5.1 Jawaban item pernyataan mengenai
pemeliharaan korektif
Tabel 5.11 Tabel distribusi frekuensi mengenai
pemeliharaan korektif
Jawaban item pernyataan mengenai laporan
pemeliharaan korektif
Freque
ncy
Perc
ent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Netral 9 9.4 9.4 9.4
Setuju 43 44.8 44.8 54.2
Sangat
setuju 44 45.8 45.8 100.0
Total 96
100.
0 100.0
Gambar 5.32 Gambar persentasi diagram
mengenai pemeliharaan korektif
Pada jawaban item mengenai pemeliharaan
korektif hasil distribusi frekuensinya dari 16 responden 9 diantaranya menyatakan Netral dengan
persentasi sebesar 9.4%, 43 diantaranya
menyatakan Setuju dengan persentasi sebesar 44.8% dan 44 diantaranya menyatakan Sangat
setuju dengan persentasi sebesar 45.8%.
3.5.2 Jawaban item pernyataan mengenai
laporan pemeliharaan korektif
Tabel 5.18 Tabel distribusi frekuensi mengenai laporan
pemeliharaan korektif
Jawaban item pernyataan mengenai laporan
pemeliharaan korektif
10
Freque
ncy
Perc
ent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Netral 8 8.3 8.3 8.3
Setuju 37 38.5 38.5 46.9
Sangat
setuju 51 53.1 53.1 100.0
Total 96
100.
0 100.0
Gambar 5.39 Gambar persentasi diagram distribusi
frekuensi mengenai laporan pemeliharaan korektif
Pada jawaban item mengenai laporan
pemeliharaan korektif didapatkan hasil distribusi frekuensinya dari 16 responden 8 diantaranya
menyatakan Netral dengan persentasi sebesar 8.3%,
37 diantaranya menyatakan setuju dengan persentasi sebesar 38.5% dan 51 diantaranya
menyatakan Sangat setuju dengan persentasi
sebesar 53.1%.
3.5.3 Jawaban item pernyataan mengenai
laporan pemeliharaan korektif
Tabel 5.24 Tabel distribusi frekuensi mengenai Analisa
biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL
Jawaban item pernyataan mengenai Analisis
biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai
MMEL
Freque
ncy Percent
Valid Percent
Cumu
lative
Percent
Valid Netral 9 11.3 11.3 11.3
Setuju 32 40.0 40.0 51.3
Sangat
setuju 39 48.8 48.8 100.0
Total 80
100.0
100.0
Gambar 5.45 Gambar persentasi diagram distribusi
frekuensi mengenai Analisa biaya pemeliharaan
korektif terhadap nilai MMEL
Pada jawaban item mengenai Analisis biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL
didapatkan hasil distribusi frekuensinya dari 16
responden 9 diantaranya menyatakan Netral dengan persentasi sebesar 11.3%, 32 diantaranya
menyatakan Setuju dengan persentasi sebesar
40.0% dan 39 diantaranya menyatakan Sangat setuju dengan persentasi sebesar 48.8%.
IV Kesimpulan
Dari penelitian ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa penerapan aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Peralatan Medik/SIPPM
khususnya pada proses pemeliharaan korektif dan
analisis biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL yaitu :
4.1.1 Konsep alur laporan kerusakan dari user pada
software SIPPM memuat informasi-informasi yang diperlukan seperti nama alat,
type, no seri, judul kerusakan, dan
keterangan rinci kerusakan.
4.1.2 Konsep alur input kelola Work Order dari admin pada software SIPPM memuat
informasi-informasi seperti no WO, Nama
teknisi, jenis kegiatan pemeliharaan. 4.1.3 Konsep alur pemeliharaan korektif pada
software SIPPM yaitu dari user melakukan
laporan kerusakan kemudian laporan
kerusakan dikelola oleh admin sampai laporan kerusakan itu di tangani oleh teknisi.
4.1.4 Konsep alur input lembar kerja pemeliharaan
korektif pada software SIPPM memuat informasi-informasi seperti hasil
pemeliharaan korektif, informasi
penggunaan suku cadang dan status WO tersebut.
11
4.1.5 Konsep laporan pemeliharaan korektif pada software SIPPM berupa table dan grafik.
4.1.6 Konsep perhitungan MMEL pada software
SIPPM mengacu pada Buku pedoman
pengelolaan peralatan kesehatan oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
4.1.7 Dari data pemeliharaan korektif RSUD
Pariaman Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2017 didapatkan 2 alat medis yang
biaya pemeliharaannya diatas perhitungan
nilai MMEL nya. 4.1.8 Alat medis yang biaya pemeliharaannya di
atas perhitungan MMEL nya adalah alat
medis yang usia pakainya mendekati usia
teknis / usia pakai nya sama dengan usia teknisnya.
4.1.9 Hasil dari kuisioner Pada jawaban item
mengenai pemeliharaan korektif hasil distribusi frekuensinya dari 16 responden 9
diantaranya menyatakan Netral dengan
persentasi sebesar 9.4%, 43 diantaranya menyatakan Setuju dengan persentasi
sebesar 44.8% dan 44 diantaranya
menyatakan Sangat setuju dengan persentasi
sebesar 45.8%. 4.1.10 Hasil dari kuisioner Pada jawaban item
mengenai laporan pemeliharaan korektif
didapatkan hasil distribusi frekuensinya dari 16 responden 8 diantaranya menyatakan
Netral dengan persentasi sebesar 8.3%, 37
diantaranya menyatakan setuju dengan
persentasi sebesar 38.5% dan 51 diantaranya menyatakan Sangat setuju dengan persentasi
sebesar 53.1%.
4.1.11 Hasil dari kuisioner Pada jawaban item mengenai Analisis biaya pemeliharaan
korektif terhadap nilai MMEL didapatkan
hasil distribusi frekuensinya dari 16 responden 9 diantaranya menyatakan Netral
dengan persentasi sebesar 11.3%, 32
diantaranya menyatakan Setuju dengan
persentasi sebesar 40.0% dan 39 diantaranya menyatakan Sangat setuju dengan persentasi
sebesar 48.8%.
4.2 Saran
Tentu dari hasil penelitian ini masih sangat
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan disempurnakan terutama dari rancangan aplikasi
Sistem Informasi Pengelolaan Peralatan
Medik/SIPPM ini, khususnya analisis biaya
pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL untuk itu penulis dapat meberikan saran sebagai berikut :
4.2.1 Biaya pemeliharaan korektif pada satu alat
medis yang mengalami pemeliharaan
korektif lebih dari satu kali dalam setahun bisa terakumulasi secara otomatis pada
software SIPPM khususnya analisis biaya
pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL.
4.2.2 Software SIPPM khususnya analisis biaya pemeliharaan korektif terhadap nilai MMEL
bisa menampilkan Harga pengganti dan
biaya pemeliharaan korektif lebih dari satu harga yang berfungsi sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir (2013). Pengertian MySQL. Tersedia dalam : Buku Pintar Programer Pemula PHP.
Yogyakarta. Mediakom.
Adrian, Payne, (2000), Pemasaran Jasa, The Essence of Service Maerketing, Andi
Yogyakarta.
Association, A. H. (1974 - 1996). American
Hospital Association guide to the health care
field. (Chicago, III.) : The Association.
Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Direktorat 2015 “Pedoman Pengelolaan peralatan kesehatan difasilitas
pelayanan kesehatan”,
Departemen Kesehatan & Sosial RI, 2001,
Pedoman Operasional dan Pemeliharaan
Peralatan Kesehatan, Jakarta
Hakim, Lukmanul. 2010. Trik Rahasia Master PHP
Terbongkar Lagi. Yogyakarta : Lokomedia.
Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem
Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Laudon, Kenneth C., & Jane, P. Laudon. (2010).
Manajemen Information System :Managing
the Digital Firm. New Jersey: Prentice-Hall
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah, Edisi 2012, Penerbit Citra Umbara, Bandung.
RSUD Pariaman 2018 .Rencana Strategis
RSUP Fatmawati 2008. Perhitungan Biaya
Pemeliharaan Peralatan Kesehatan.
Recommended