View
891
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Berdakwah harus dengan manajemen agar dakwah lebih effektif
Citation preview
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam
Dalam Agenda Perubahan Sosial
(Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun 2000)
Oleh : Muhammad Zen**)
Pendahuluan
Muslim di Indonesia merupakan mayoritas dan bahkan
dikenal sebagai “The Largest Moslem Country in The World”,
namum di sisi lain ia juga menyandang predikat “The Most
Corrupted Country” di belahan Asia. Diperparah dengan
munculnya tindak kejahatan yang senantiasa menghadang
disetiap saat dan maraknya krisis moral, korupsi, kolusi dan
nepotisme. Proses dakwah di negeri gemah ripah loh jinawi ini
terlihat masih berkutat sebatas tekstual ajaran Islam (teoritis),
boleh dibilang kurang membidik pesan ajaran Islam secara
konstekstual sesuai dengan rumusan kebutuhan mad’u. Dai dalam
menyampaikan dakwah lebih asyik memberi materi tentang
neraka dan syurga, sudah sepatutnya da’i memanaje materi yang
dibutuhkan oleh mad’u. Dakwah dilakukan tidak semata-mata
dakwah bil-lisan (dengan kata-kata) melainkan dengan aksi social
(dakwah bil-hal). Sehingga urgensi manajemen dalam dakwah
menjadi takterelakkan, agar dakwah yang dilakukan secara
individual dan kelompok baik melalui perkataan, tulisan, lembaga
dan berbagai aktivitas sehari-hari menjadi efektif dan sesuai
dengan tujuan dakwah Islam. Mengajak manusia dari apa adanya
menuju kepada apa yang seharusnya, menyelamatkan orang-
orang agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.
Signifikansi Manajemen Dakwah
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Manajemen baik dipandang sebagai ilmu (science) maupun
seni (art) pada awal exisistensinya dapat dicermati kerap kali
berkutat pada persoalan industri dan bussines
__________________*) Penulis, Dosen Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta
(1911).1 Perkembangan selanjutnya justru manajemen sangat
diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha dalam berbagai
bidang, tak terkecuali sektor dakwah. Semua aktivitas manusia
yang memiliki tujuan tak bisa terlepaskan dari urgensi
manajemen, sebab manajemen memberikan plumas bagi roda
aktivitas manusia untuk mengapai dan mengail tujuan yang telah
diharapkan (dicita-citakan). Demikian halnya aktivitas dakwah
yang memiliki tujuan yang lebih kompleks, tentunya eksistensi
manajemen sangat berperan agar substansi dakwah yang akan
disampaikan kepada mad’u --melalui berbagai metode—menjadi
efektif dan efisien.
Istilah manajemen dan dakwah meski berlatar belakang dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, namun keterpaduan di antara
dua disiplin ilmu ini dapat memberikan warna tersendiri dalam
khazanah keilmuan Islam. Manajemen dan Dakwah meski
berangkat dari perbedaan yang “mencolok”, urgensi manajemen
rupanya sudah menjadi sebuah keharusan bagi da'i untuk
menggapai kepada titik keberhasilan berdakwah menjadi optimal.
Untuk membedah definisi Manajemen dan Dakwah sangatlah
luas jangkauannya. Dalam tulisan ini hanya ditengahkan definisi
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
yang menurut penulis sudah dianggap mewakili substansi
pengertian Manajemen dan Dakwah. Di tinjau dari segi bahasa
manajemen dapat diartikan sebagai how to manage (bagaimana
mengatur), how to hand (bagaimana menangani), dan how to
control (bagaimana mengontrol/ mengawasi). Secara istilah, G.R.
Terry dalam bukunya “Principle of Management” (Home wood
illions, sixth edition, Richard Irwin, Inc. 1972) menjelaskan
bahwa: Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controlling performed to determine and
accomplish stated objectivas by the use of human being and other
resources.
“Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya”.2
Sedangkan dakwah secara lugatan berasal dari bahasa Arab
yang terambil dari kata دعى، يدعو، دعوة berarti panggilan, seruan
atau ajakan.3 Dalam Lisan al-Arab karya Ibn Manzur Jamal al-Din
Muhammad ibn Mukarram al-Ansari, terdapat penjelasan tentang
arti dakwah dari kata da’a dengan dua pengertian saja, yaitu
dengan arti permohonan do’a dan pengabdian kepada Allah SWT.4
Menurut Prof. Toha Umar dakwah Islam adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka didunia dan akherat.5 Dari berbagai pendapat diatas
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
terlintas sebuah gambaran pertama, dakwah adalah mengajak
kejalan Allah (fi sabilillah, system Islam), kedua dilaksanakan
secara berjama’ah (terorganisir), ketiga didalamnya merupakan
kegiatan untuk mempengaruhi umat manusia supaya masuk ke
jalan Allah (system Islam), keempat dengan sasaran fardhiyyah
dan jama’ah.
Sehingga secara kesuluruhan arti dakwah adalah mengajak
umat manusia supaya masuk ke jalan Allah secara menyeluruh
baik dengan lisan dan tulisan maupun dengan perbuatan sebagai
ikhtiar muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan
dalam kehidupan pribadi, kelurga, jama’ah dan umat dalam
semua segi kehidupan, sehingga terwujud khairul ummah.
Sedang tujuan utama dakwah dari berbagai pengertian
diatas adalah terwujudnya kebahagian, kesejahteraan hidup
didunia dan akherat yang diridhai Allah. Kebahagian,
kesejahteraan hidup didunia dan akherat yang diridhai Allah
merupakan suatu nilai atau hasil yang diharapkan dapat dicapai
oleh keseluruhan usaha da’wah, dan hal itu merupakan
1Catatan :? Lihat Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan
Masalah, (Jakarta: CV Haji Masagung,1993), cet. ke-9, h. 3 2 Lihat G.R. Terry, Principle of Management (Home wood illions,
sixth edition, Richard Irwin, Inc. 1972) sebagai pembanding lihat Malayu S.P. Hasibuan, ibid, h. 3
3 Ibrahim Anis et. All, Al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Dar’l Ma’arif, 1972 ), Jilid ke-1, cet. ke- 2, h. 286
4 Lihat Ibn Manzur Jamal Al-Din Muhammad Ibn Mukarram Al-Ansari, Lisan Al-Arab, (Kairo : Dar Al-Mishriyah Li Al-Taklif Wa Al-Tarjamat), Tt. Selanjutnya Disebut Lisan Al-Arab, Jilid. 18, Hal. 281. Lihat Juga Muhammad Fath Al-Bayanuni, Al-Madzkhal Ila Ilmi Dakwah, (Madinah : Muassasah Al-Risalah), 1994, Hal. 200
5 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1971), h 1
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
konsekwensi logis dari dilaksanakannya usaha-usaha dakwah itu
sendiri.
Arti kata dakwah seperti ini dapat dijumpai dalam ayat al-
Qur’an dan hadits Nabi SAW, seperti :
.... وادعوا شهداء كم من دون الله
Artinya : “……Dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah
SWT….” (QS. Al-Baqarah {2} : 23).
.... اولئك يدعون الى النار والله يدعوا الى الجنة والمغفرة ........
Artinya : “…….Mereka itu menyeru ke dalam neraka dan Allah
SWT menyeru ke dalam surga dan ampunan ……” (QS. Al-Baqarah
{2) : 221).
من دعا الى هدى كان له من االج""ر مث"""ل أج""ور من تبع""ه ال ينقص ذل""ك
أجورهم شيئا
Artinya : “Barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk, maka
baginya pahala seperti yang diperoleh orang yang telah
mengikutinya dan tidaklah dikurangkan sedikitpun juga
daripadanya (pengikutnya)”.6 (HR. Muslim).
Dakwah berarti seruan atau ajakan kepada Islam dengan
melakukan amar makruf nahi munkar, sebagai pedoman
berdakwah dalam mengajak kebajikan (dalam ajaran Islam) dan
mencegah kejahatan (yang bertentangan dengan ajaran Islam).7
Dengan demikian pengertian dakwah yang bersifat pembinaan
adalah suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan
mengarahkan ummat manusia agar mereka tetap beriman kepada
6 Imam Muslim, Shahih Bukhari, (Indonesia : Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah), Tt Juz. Ii, Hal. 466
7 R.H. Akib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang), 1973, Hal. 41
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Allah SWT, dengan menjalankan syari’at-Nya. Sehingga mereka
menjadi manusia yang hidup bahagia dunia akhirat. Sedangkan
pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha
mengajak ummat manusia yang belum beriman kepada Allah SWT
dan upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran Islam.
Definisi ini setidak-tidaknya memberikan dakwah secara
universal, di mana dakwah diartikan secara luas sebagai suatu
proses usaha untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dakwah,
menyangkut segi-segi atau bidang-bidang yang sangat luas. Tidak
hanya dakwah dipahami sebagai dakwah bi al-lisan melainkan
dakwah bi al-kitabah, bi al-hal, bi at-tadbir atau bi at-tandim.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
manajemen dakwah adalah proses memanaje dakwah melalui
POAC yaitu Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Actuating (penggerakan), dan Controlling
(pengawasan/ evaluasi) agar tercapai sasaran dan tujuan yang
telah ditentukan, dengan harapan proses dakwah tersebut
memperoleh hasil lebih efektif dan efisien.
Pembicaraan mengenai dakwah akan menghantarkan kita
juga memasuki segenap sisi kehidupan manusia, sehingga
berbagai bidang akan ditelusuri meliputi pendidikan, sosial,
ekonomi, politik dan kebudayaan yang di sana terdapat persoalan
dakwah. Singkatnya, dakwah merupakan segala sesuatu yang
mengajak kepada kebaikan dalam bentuk apapun (perorangan,
kelompok atau lembaga-lembaga Islam baik yang berorientasi
pendidikan, perekonomian, sosial-keagamaan, politik dan
sebagainya).8
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Manajemen Dakwah dan Persentuhan dengan Masyarakat
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para da’i tak lepas dari
eksistensi mad’u (masyarakat/ audiens). Hal ini menurut Prof. Dr.
H.M. Yunan Yusuf sebab interaksi da’i dan mad’u sangat erat
sebagai mana telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam
berdakwah, dalam waktu 23 tahun, beliau telah berhasil
membentuk masyarakat egaliter, terbuka dan demokratis yang
dipandang sangat maju melampaui zamannya. Namun tak dapat
dipungkiri, keberhasilan tersebut merupakan bukti dari
kesuksesan menejemen yang dijalankan oleh Rasulullah saw
dalam melakukan aktivitas dakwah yang didukung oleh
masyarakat (umat Islam).9
Ketika membangun masyarakat ada beberapa upaya
manajemen yang telah dilakukan oleh Rasulullah yaitu melakukan
tiga tahap atau proses pengembangan masyarakat, yakni takwin,
tanzim, taudi’. Takwin adalah tahap pembentukan masyarakat
Islam, kegiatan pokok tahap ini adalah dakwah bil lisan sebagai
ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah, dan ta’awun. Semua aspek
tadi, ditata menjadi instumen sosiologis. Proses sosialisasi dimula
dari unit terkecil dan terdekat sampai kepada perwujudan-
perwujudan unit terbesar (dari strata ekonomi bawah sampai
atas).
8Lihat MANIS Jurnal Kajian Manajemen dan Lembaga Islam, “Iftitah”, Jakarta, edisi ke-1 2001
9 Yunan Yusuf, “Manajemen Dakwah Rasulullah Kajian Awal Dari Sudut Pengelolaan SDM”, (Jakarta: Jurnal MANIS, 2001) h. 5
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Pada tahap takwin telah terwujud jamaah Islam yang akan
menjadi comuniti base kegiatan dakwah Nabi di Yastrib. Tanpa
terwujudnya bai’at aqabah, secara sosiologi, dakwah Nabi SAW di
Yastrib tidak akan berjalan semulus yang terjadi karena itu,
kesepakatan (bai’at) antara da’i dan mad’u merupakan sunatullah
dalam sejarah yang menentukan keberhasilan dakwah Islam
karena bai’at merupakan prinsip pengorgani-sasian Islam, maka
adanya organisasi dakwah merupakan suntullah untuk
keberhasilan dakwah.
Tanzim adalah tahap tembinaan dan penataan masyarakat,
pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi Islam muncul dalam
bentuk internalisasi Islam secara konprehensif dalam realitas
social. Tahap ini dimulai dengan hijrah Nabi ke Madinah. Fase
hijrah dimulai dengan pemahaman karakteritik social masyarakat
Madinah, baik melalui informasi dari Mus’ab bin Umair maupun
interaksi Nabi dengan jamaah haji peserta bai’at Aqabah. Dalam
persepektif strategi dakwah, hijrah dilakukan ketika tekanan
cultural, struktural, dan meliter sudah demikian mencekam
sehingga jika tidak hijrah, bisa terjadi involusi kelembagaan dan
menjadi lumpuh. Fase ini tercipta masyarakat yang cukup dalam
berbagai sisi kehidupan.
Taudi’ adalah tahap keterlepasan dan kemandirian pada
tahap ini, umat telah siap menjadi masyarakat mandiri, terutama
secara manajerial. Bila ketiga tahap ini selamat dilalui, bolehlah
berharap akan munculnya suatu masyarakat Islam yang memiliki
kualitas yang siap dipertandingkan dengan kelompok-kelompok
masyarakat lain dalam arena pasar bebas nanti.
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Demikian halnya proses dakwah di Indonesia, dalam
melakukan aktivitas berdakwah juru dakwah tidak dapat lepas
dari interaksi dengan mad’u (masyarakat). Sehingga sudah
sepatutnya para da’i melakukan upaya terobosan bagaimana
memberdayakan masyakat dalam berbagai dimensi dengan pisau
analisis manajemen dakwah yang merubah kebiasaan yang tidak
baik menuju perbuatan yang baik atau dengan kata lain merubah
tabi’at manusia dari apa adanya kepada apa yang seharusnya
sesuai apa yang diperintahkan Allah SWT.
Problematika Dakwah Sebagai Cambuk Solusi Social of
Change
Memasuki milenium ketiga, dunia dakwah menghadapi
tantangan baru yang lebih sistemik sifatnya. Zaman globalisasi
dan pasar bebas juga merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Tekad Indonesia untuk menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa
lain di dunia tidak dapat terealisasi apabila tidak mengambil
langkah-langkah konkret sejak sekarang.10
Problematika kehidupan yang dihadapi umat Islam di
Indonesia sangatlah komplek. Krisis Iman, krisis moral dan krisis
ekonomi yang bermuara terjadinya pergeseran dari umat (bangsa)
yang bermoral 11, ramah dan santun, berubah drastis ke arah
tindakan-tindakan anarkis.12 Manusia dibakar hidup-hidup,
pemerkosaan, perampokan dengan berbagai modus –baik cara
10 Adi Sasono dkk, Solusi Islam Atas Problematika Umat, (Jakarta: GIP, 1998), h.16-17
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
konvensional sampai cara mutakhir melalui cyber space (dunia
maya), tawuran antar sekolah, kelompok, atau etnis/daerah
menjadi budaya yang sangat memprihatinkan. Belum lagi agenda
lama dakwah yang belum terselesaikan, seperti merebaknya
perjudian, penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta
kolusi-korupsi-nepotisme.13
Prof. Dr. Ismah Salman menganggap hal ini menjadi miris
kiranya, jika dicermati suatu realitas sosial dan kultural bahwa
Indonesia adalah negeri muslim terbesar di Dunia,14 sudah
sepatutnya kaum muslimin Indonesialah yang bertanggung jawab
atas keberhasilan dan ketidakberhasilan dakwah Islam di bumi
pertiwi ini, 15 sebab setiap umat Islam berdasarkan nash memiliki
kewajiban untuk berdakwah.
Oleh karena itu berbagai konflik, perjudian, percaya kepada
para normal, pencurian dan penjarahan yang dilakukan
masyarakat merupakan agenda dakwah yang belum terselesaikan,
merupakan tanggung jawab kita bersama dalam memanaje
dakwah minimal untuk diri sendiri dan lebih luas terinternalisasi
kepada masyarakat. Di samping tanggung jawab tersebut
dibebankan tugas khusus kepada para juru dakwah dalam 11 M. Habib Chirzin, “Manajemen Modern Dalam Pengembangan
Dakwah Islam di Era Informasi”, Makalah pada acara Studium General BEMJ-Manajemen Dakwah tanggal 18 Desember 1998, h. 1
12 Ismah Salman, Telaah Kritis Dakwah Milenium III, (Jakarta: Abstraksi Pidato Pengukuhan Profesor, tidak diterbitkan, 2003), h. 5-10
13 Tuti Alawiyah, “Paradigma Baru dakwah Islam: Pemberdayaan Sosio-Kultural Mad’u”, (Jakarta: Jurnal Dakwah, 2001) vol. 3. no. 2, h. 5
14 Ismah Salman, ibid15 M. Yunan Yusuf, “Internalisasi Etika Islam ke Dalam Etika
Nasional: agenda Dakwah Dalam Perspektif Pemikiran Islam”, (Jakarta: Jurnal Dakwah) , vol. I. No. 3, h. 9
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
melakukan aktivitas berdakwah. Jika dakwah di Indonesia belum
sampai kepada tahap keberhasilan tidak berarti kita
mengkambinghitamkan para juru dakwah telah gagal melakukan
aktivitas dakwah, melainkan kita semua sebagai bangsa Indonesia
yang nota bene berpenduduk masyoritas Islam harus bekerja
sama merubahnya.
Dalam melakukan sebuah perubahan, yang sangat penting
adalah disamping ucapan disertai dengan contoh panutan
perbuatan yang terpuji sesuai dengan kemampuan masing-
masing, untuk merubah dari tindakan yang tidak baik (dilarang)
kepada perbuatan yang dianjurkan Allah SWT.
Belum lagi musuh-musuh Islam punya program rinci,
sistimatis untuk memurtadkan orang-orang Islam. Dakwah Islam
harus punya program jelas, terarah, terukur, teratur. Berapa
persen ditargetkan kenaikan jumlah anggota jama'ah shubuh,
kenaikan jumlah anggota jama'ah Jum'at untuk selang waktu
tertentu. Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah orang yang
bisa baca-tulis Qur’an, kenaikan jumlah orang yang bisa baca-
tulis, kenaikan jumlah orang yang bisa khutbah Jum'at untuk
selang periode tertentu. Berapa persen ditargetkan menurunnya
jumlah pencopet, penodong, pemerkosa, pengamen, pemulung,
pelacur, pemabuk, penjudi, penjarah untuk selang waktu tertentu.
Hasil dakwah perlu dievaluasi secara berkala. Sudah berapa
persen target tercapai. Apa saja kendala yang merintangi
keberhasilan. Tentukan indikator-indikator keberhasilan.
Tentukan langkah, program kerja berikutnya. Program kerja
berikut merupakan koreksi program sebelumnya. Untuk itulah
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
kegiatan dakwah perlu mengadopsi fungsi operasi manajemen,
mencakup fungsi perencanaan (planning, programming), fungsi
organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi coordinating,
fungsi pengawasan (controlling). Dalam program kerja antara lain
diperhatikan tentang sasaran, pelaku (man), dana (money), waktu,
metode dakwah.
Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh memusatkan
diri menyampaikan tuntunan, panduan Islam dalam mencegah
timbulnya konflik sosial, baik konflik vertikal (antara atasan dan
bawahan, antara majikan dan pelayan, antara penguasa dan
rakyat) maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama
penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan ajaran
"salam" yang dapat menumbuhkan rasa kasih sayang secara
konkrit.
Problematika dakwah akan selalu ada selama denyut nadi
umat Islam masih berdetak. Tantangan kristenisasi, kebodohan,
maraknya kelompok-kelompok yang mengaku menyuarakan Islam,
disharmoni dengan pemerintah setempat ataupun policy nasional,
kebebasan pers dan media massa yang tidak terkendali dan
bertanggung jawab, adalah wacana-wacana eksternal dalam
problematika dakwah. Dalam kasus internal, profesionalisme da'i
dalam pengertian yang seluas-luasnya masih menjadi keluhan
mendasar. Karena da'i sebagai agent of change harus mempunyai
visi yang jelas, tidak saja menyangkut wawasan Islam yang utuh
tapi juga visi menyeluruh Islam tentang politik, ekonomi, sosial
dan budaya dalam mengarahkan umat Islam kepada suatu tatanan
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
yang lebih mapan, establish, maju dan diperhitungkan di hadapan
umat-umat lain.
Perubahan sosial ke arah yang lebih baik jelas tidaklah
mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan, namun perlu
adanya sinergitas pelbagai komponen untuk melakukan aktivitas
dakwah. Prof. Dr. Ismah Salman secara jelas menguraikan
berdakwah harus sesuai dengan kemampuannnya masing-masing
di mana saja kita berada seperti:16
a. Perkantoran dilaksanakan oleh Pimpinan, kepala bagian dan
seluruh karyawan muslim/muslimah sesuai kemampuannya
karena mereka adalah Hamba Allah yang dituntut untuk
menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
b. Rumah Sakit: oleh Dokter, Bidan, Perawat, buruh para medis
melaksanakan Dakwah dalam menghadapi pasien selain
memberikan obat, juga mendorong mereka (para pasien)
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c. Setiap lembaga pendidikan, melaksanakan dakwah melalui
guru dalam seluruh mata pelajaran. Menyisipkan ajaran
Islam dalam melaksanakan kegiatan bagi peserta didiknya.
d. Perdagangan/ industri, melaksanakan dakwah melalui usaha
yang halal dan toyyib, berlaku jujur dalam menakar
timbangan dan tidak berlaku curang. Memberi imbalan gaji
karyawan sesuai dengan mekanisme yang ada.
e. Setiap orang tua melaksanakan dakwahnya bagi anak cucu
yang dilahirkan.
16 Ismah Salman, ibid, h. 23
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
f. Insan Media Massa, yang muslim: melaksanakan tugasnya
dengan kesadarannya untuk menyampaikan ajaran
agamanya Ia juga mengemban tugas mulia untuk menjadi
da’i bagi umatnya. Baik melalui surat kabar, majalah, jurnal,
tv, film.
g. Birokrat berdakwah melalui kegiatannya sebagai pemimpin
sebagai tauladan dalam melaksanakan kegiatannya.
h. Politisi, membekali diri dengan ilmu tentang Islam dan dapat
berdakwah dalam partainya.
i. Hakim dan Jaksa berdakwah melalui jalur profesionalisme
dengan menjalankan tugas amanah dengan sebenar-
benarnya, menghakimi orang dengan cara adil, tanpa
terpengaruhi oleh uang pelicin untuk tidak berbuat tidak
adil.
j. Polisi, tentara berdakwah melalui kegiatannya sebagai
penjaga keamanan negara dengan ramah tamah dan contoh
akhlak yang mulia baik di kantor maupun saat melayani
masyarakat.
k. Pengelola Website berdakwah melalui dunia maya (cyber
space) yang memberikan informasi yang islami sesuai
kebutuhan umat Islam.
l. Lembaga Ekonomi berdakwah dengan cara
mensosialisasikan sistem perbankan yang sesuai dengan
syariah tanpa bunga melainkan dengan sistem bagi hasil,
dan membumikan zakat di indonesia untuk membantu
merubah stratifikasi sosial dari terendah melesat ke ke
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
lapisan lebih tinggi, peminta-minta (mustahiqqin) menuju
mizakki.
Peningkatan Skill Da’i
Maraknya training pelatihan-pelatihan da'i yang
diselenggarakan oleh berbagai organisasi dakwah dalam bidang
manajemen dan lain-lain, tidak saja diharapkan dapat melakukan
aksi solusi memanaje atas probelamatika umat dalam bingkai
diatas, tapi juga dalam rangka menyatukan rentak dan langkah
para du'at. Para du'at dituntut untuk memperbarui keikhlasan
mereka agar dapat melahirkan ketekunan dan kesungguhan yang
tak lekang oleh panas. Harus dipahami bahwa kewajiban dakwah
bukanlah sebuah pekerjaan sambil lalu, tapi merupakan
kewajiban atas setiap muslim (QS. Ali Imran: 104 & 110).
Karenanya, setiap muslim -apapun profesinya-, adalah juga da'i
yang dituntut untuk menyampaikan misi Islam seluas-luasnya
sesuai dengan kemampuan.
Karena itu, kaderisasi da'i melalui individu, institusi
keluarga di mana orang tua menjadi sokoguru, institusi-institusi
dakwah, media massa, dan lain-lain harus terus disemarakkan
sehingga masalah umat dapat diminimalisasi. Krisis
multidimensional yang melanda bangsa kita ternyata memberikan
agenda yang belum untas atas proses mapping dakwah Islam di
Indonesia. Kesadaran akan pengamalan ajaran Islam menjadi
sebuah keharusan, agar kehidupan di dunia ini berjalan sebagai
mana mestinya, tidak ada kedhaliman, keonaran, dan kerusakan
di muka bumi ini oleh kerakusan manusia.17 Milenium ketiga
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
adalah era di mana diperlukan kemampuan profesional dalam
melaksanakan manajemen dakwah Islam.
Manajemen Dakwah Islam adalah mendorong tertatanya
semua program yang mengarah terhadap peningkatan aqidah
umat Islam dan pemberdayaan ekonomi masyarkat. Hal ini
diharapkan agar terbentuk masyarakat yang Islami yang
terangkum dalam negeri yang baldatun tayyibatun warabbun
ghafur. Tentu, memerlukan usaha yang keras dari berbagai
elemen dalam berdakwah yang merupakan kewajiban individu.
Berdakwah merupakan tugas mulia dan suci yang dibebankan
kepada setiap muslim dalam posisi dan profesi di mana pun ia
berada.18
Meskipun demikian, hendaknya training peningkatan skill
juru dakwah yang telah berjalan dikembangkan kembali agar
para juru dakwah memiliki sisi manajerial dan senantiasa akan
berupaya melakukan solusi dalam problematika mad’u dengan
melakukan improvisasi terhadap mereka sebagi upaya
transpormasi ajaran Islam dari apa adanya (das sein) kepada apa
yang seharusnya (dassolen).
Peluang Alumni Manajemen dakwah
Kehadiran calon da’i yang memiliki integritas sisi manajerial
dan keilmuan yang layak sangatlah dinanti-nantikan oleh seluruh
17 Baihaqi Abd. Madjid dan Syaifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistim Syariah Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia,(Jakarta: PINBUK, 2000), h. v
18 M. Yunan Yusuf, “Urgensi Dakwah Islam dan Tantangan Alaf Baru”, makalah pada acara Training Muballigh se-Jabotabek BEMF-Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2000, h. 1
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
umat Islam. Itulah kiranya di antara alasan mencuat jurusan
manajemen dakwah di lingkungan UIN/ IAIN. Tampilnya jurusan
ini sangat diharapkan oleh oleh UIN/IAN (sebagai pembuat
produk adanya jurusan) dapat menelurkan para alumni yang
memiliki skill manajerial dalam mengelola lembaga dakwah Islam
(baik yang berorientasi politik, pendidikan, ekonomi, sosial
keagamaan maupun budaya dan informatika/ media cetak), yang
dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatinya dan
bermanfaat bagi kemajuan dan tegaknya izzul islam wa
almuslimin. Sebagai stack holder (lembaga-lembaga dakwah dan
kemasyarakatan) juga sangat menantikan dalam mengelola
lembaga dakwah yang mereka pimpin agar lebih efektif.
Awal munculnya Manajemen Dakwah dikenal sebagai
jurusan di lingkungan IAIN/UIN sekitar tahun 1995 dan 1996,
namun sebagai pioner untuk membuka jurusan ini yaitu IAIN
Bandung dan di susul IAIN Makassar. Mengapa tidak di pusat
(IAIN Jakarta) terlebih dahulu untuk mendirikan jurusan ini?
Pertanyaan inilah yang sempat mencuat dikumandangkan
mahasiswa angkatan pertama (tahun 1997) jurusan ini saat
berlangsungnya acara dialog kefakultasan yang digelar waktu itu.
Meskipun terlambat dua tahun (1997) jurusan Manajemen
Dakwah baru dibuka oleh IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (yang
sekarang sudah berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
sebab melihat prospek outputnya yang cukup cerah dan sangat
dibutuhkan oleh lembaga-lembaga Islam (dakwah).
Meskipun terbilang jurusan ini relatif masih muda (enam
tahun), ternyata dapat dicermati out put alumni manajemen
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
dakwah telah menyebar di berbagai lembaga yang bergerak
dalam bidang dakwah dan kemasyarakatan. Ada yang aktif
menjadi Ketua DKM Masjid Raya, ketua majelis taklim, kepala
sekolah, aktif di lembaga ekonomi Islam, ada yang menjadi
pengusaha sukses, aktif di ormas-ormas Islam dan LSM, aktif di
Rumah Sakit Islam, aktif di penelitian, aktif sebagai tenaga
pengajar baik di sekolah maupun di perguruan tinggi dan lain
sebagainya.
Hal ini secara kasat mata memang sudah cukup
menggembirakan, namun masih jauh dari harapan. Sebab masih
sangat perlu adanya pembenahan secara eksternal dan internal.
Secara eksternal pihak Fakultas Dakwah dan Komunikasi
terutama jurusan Manajemen Dakwah (sebagai garda fakultas
dan produsen menciptakan mahasiswa siap pakai) sangat perlu
meningkatkan jaringan (network) kepada lembaga-lembaga
dakwah di Indonesia. Dengan mengidentifikasi rumusan-rumusan
kebutuhan yang diperlukan oleh lembaga-lembaga tersebut
mencakup apa saja, sehingga memberikan rumusan agenda
perbaikan kurikulum yang telah ada kepada apa yang dibutuhkan
oleh stack holder (lembaga-lembaga dakwah). Atau bisa saja
mendatangkan tenaga pengajar dari luar sebagai praktisi di
lembaga dakwah yang bersangkutan, sehingga adanya
sinkronisasi antara teorisi dengan praktis. Tidak sebaliknya
membuat kurikulum yang kurang dibutuhkan oleh mereka, atau
tidak berupaya mendatangkan tenaga pengajar dari lembaga
tersebut.. Jika sudah mengarah kepada apa yang dibutuhkan oleh
lembaga-lembaga dakwah tersebut, jurusan manajemen dakwah
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
mendatang akan menjadi mercusuar dan rujukan dalam bidang
manajemen dakwah yang dikembangkan bagi proses memanaje
dakwah Islam di Indonesia.
Adapun perbaikan secara internal mencakup bagaimana
pihak manajemen fakultas mencetak mahasiswa yang siap pakai
baik di lembaga dakwah dan di tengah-tengah masyarakat.
Peningkatan kualitas mahasiswa bisa dilakukan dengan
peningkatan skill bahasa dan komputer, perbaikan kurikulum
yang sesuai dengan arus rumusan kebutuhan lembaga dakwah.
Memberdayakan laboratorium sebagai media praktikum awal
guna menghantarkan ke dunia kenyataan di masyarakat.
Sehingga Keluhan dan pesimistis mahasiswa Manajemen Dakwah
untuk menggapai masa depan yang cerah dapat
diminimalisasikan, sesuai dengan spesialisasi idaman dan tujuan
pokok mereka memasuki jurusan ini.
Dari sisi tenaga pengajar kejuruan Manajemen Dakwah ini
meskipun kita merasa berbesar hati sebab banyak dosen yang
kompeten, namun secara kunatitaif dosen kejuruan dimiliki justru
rata-rata bukan dari golongan praktisi lebih banyak teorisi,
sehingga jalur birokrasi yang dimiliki dosen sangat minim.
Implikasi ini juga membuat mahasiswa Manajemen Dakwah lebih
banyak berkutat kepada persoalan-persoalan teoritis dengan
jarang untuk menyentuh kepada persoalan-persoalan praktis atau
merealisasikan teori di lapangan. Sebab, penguasaan bidang
manajemen dakwah (lembaga Islam) secara teoritis dan praktis
bagi kader manajer lembaga Islam sangatlah dibutuhkan, sebelum
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
mereka terjun ke medan lembaga dakwah Islam dan
kesmasyarakatan.
Penutup
Untuk melakukan social of change lebih efektif ternyata
manajemen dalam mengelola dakwah sangat urgen. Proses
Manajemen Dakwah boleh dibilang menghadapi tantangan yang
tidak mudah dalam pentas mapping dakwah Islam di Indonesia,
sebab manajemen dakwah perlu adanya kebersamaan para aktivis
dakwah guna mewujudkan berbagai tujuan bersama.
Oleh karena itu profesinalisme menajemen merupakan kunci
dari keberhasilan suatu usaha dan di dalam memenangkan suatu
persaingan. Termasuk di dalam pengembangan dakwah Islam.
Dalam rangka pengembangan manajemen dakwah di Indonesia,
khususnya di UIN Syarif Hidayatullah ini, nampaknya perlu
ditingkatkan pengkajian dan pengembangan manajemen dakwah
baik teorisi maupun praktis. Agar proses manajemen dakwah
berjalan sesuai dengan koridornya baik sebagai kajian ilmiah
maupun dalam penerapan manajemen dakwah yang diibutuhkan
oleh lembaga-lembaga Islam dan masayarakat. Al-hasil, dengan
demikian Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan
komunikasi ini diharapkan sangat dinantikan oleh stack holder
(seluruh umat Islam baik individu maupun lembaga keislaman
terutama di Indonesia) dalam pengembangan dakwah Islam yang
melakukan upaya pemberian kontribusi pemikiran kepada
pengembangan model manajemen dakwah bagi perkembangan
dakwah Islam di Indonesia menjadi lebih efektif. Semoga.
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Signifikansi Manajemen Dakwah Islam dalam Agenda Perubahan Sosial
Recommended