View
1.768
Download
125
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
Pendahuluan
Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih
dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela
kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya.
Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting.
Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat
mengakibatkan seseorang kehilangan pengelihatannya adalah selulitis orbitalis.
Namun selulitis pada mata berbeda dengan pengertian awam tentang selulit. Oleh
karena itu, pada makalah ini kami mencoba membahas lebih dalam tentang selulitis
orbitalis.
1
BAB II
ANATOMI
Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata. 1
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan
pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. 1
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
- Kelenjar, seperti : kelenjar
sebasea, kelenjar Moll atau
kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut,
dan kelenjar Meibom pada
tarsus. 1
- Otot, seperti : M. orbikularis
okuli yang berjalan
melingkar di dalam kelopak
atas dan bawah, dan terletak
di bawah kulit kelopak.
Pada dekat tepi margo
palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.
orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M.
levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan
berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis
okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.
levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
2
dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata
atau membuka mata. 1
- Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo
palpebra. 1
- Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 1
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan
ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). 1
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. 1
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,
sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. 1
Anatomi Rongga Orbita
Volume orbita dewasa + 30cc dan bola mata hanya menempati sekitar 1/5
bagian ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.
Orbita berhubungan dengan :
Atas : Sinus frontalis
Bawah : Sinus maksilaris
Medial : Sinus ethmoidalis dan sphenoidalis
3
Dinding Orbita :
Atap : - facies orbitais ossis frontalis
- Ala parva ossis sphenoidalis (bgn posterior) mengandung
kanalis optikus
4
facies orbitais os frontalis
facies orbitais os sphenoidale
facies orbitais os zygomatici
os zygomaticum
pars orbitais os maksilaris
pars frontalis os maksilaris
crista lacrimalis anterior
crista lacrimalis posterior
os lakrimale
os ethmoidale
os ethmoidale
Proc orbitais os palatini
Facies orbitaes os maxilla
Os lacrimale
Facies orbitaes os frontale
Dasar : - pars orbitais ossis maksilaris (bgn sentral yang luas)
- pars frontalis ossis maksilaris (medial)
- os zygomaticum (lateral)
- processus orbitais ossis palatini (daerah segitiga kecil di
posterior)
Lateral : - anterior : facies orbitais ossis zygomatici (malar)
Medial : - os ethmoidale
- os lakrimale
- korpus sphenoidale
- crista lacrimalis anterior : dibentuk oleh processus frontalis ossis
maksilaris
- crista lacrimalis posterior yg dibentuk oleh :
Atas : processus angularis ossis frontalis
Bawah : os lacrimale
Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus
lakrimalis.
Vaskularisasi Orbita
Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :
1. Arteri retina sentralis memperdarahi nervus optikus
2. Arteri lakrimalis memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata
atas
3. Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian
nervus optikus
5. Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
6. Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,
konjungtiva
7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
8. Arteri supraorbitais
9. Arteri supratrokhlearis
5
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang
lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika Superior
dibentuk dari :
Vena supraorbitais
Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit Satu
cabang vena angularis di daerah periorbita
Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus
kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensial
fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.
6
Anatomi Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.
Konjungtiva :
Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
7
kornea
Makula, fovea sentralis
Kamera anterior
iris
Canalis Schlemm
Korpus siliaris
Ora serata
Sklera
koroid
retina
Nervus opticus
vitreus
M rectus lateralis
lensa
Kamera posterior
Pupil
Zonula
1. Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak mata
dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior
dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke
posterior ( pada fornices superior dan
inferior ) dan membungkus jaringan
episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
2. Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices dan
melipat berkali-kali. Pelipatan ini
memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik.
Sklera dan Episklera
Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.
Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungan
dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus
optikus di belakang.
Episklera : lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus
permukaan luar sklera anterior, mengandung banyak
pembuluh darah yang memasok sklera.
Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh pembuluh darah
limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen
sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V (trigeminus).
8
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di lalui
berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya
uniform, avaskuler, dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan,
sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada saat
epitel sudah beregenerasi.
Uvea
Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.
1. Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.
Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,
yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-
masing berisi humor aquaeus.
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam
mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan
antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan
melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas
simpatik.
2. Korpus siliaris : secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal
iris ( + 6 mm ).
Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,
sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk
mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini mengubah
tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh
dalam lapangan pandang.
Pembuluh-pembuluh darah yang mendarahi korpus siliare
berasal dari lingkar utama iris.
9
3. Koroid : segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,
sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,
semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal
sebagai khoriokapilaris.
Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrana Bruch dan di
sebelah luar oleh sklera. Ke anterior, koroid bersambung dengan
korpus siliare.
Lensa :
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan
sempurna.
Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya
dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah
posteriornya, vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal
sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan
korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Humor Aquaeus
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera
posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian
ke perifer menuju ke sudut kamera anterior. Peradangan atau trauma intraokular
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus
plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah. Resistensi utama terhadap aliran
keluar humor akueus dari kamera anterior adalah lapisan endotel saluran Schlemm
dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena.
10
Sudut Kamera Anterior
Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar
iris.
Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di
tepi ora serrata. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis
makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan
oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yang
merupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan
oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.
Retina diperdarahi oleh : - khoriokapilaria (1/3 luar retina)
- cabang cabang dari arteri sentralis retina (2/3
dalam retina)
Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh khoriokapilaria.
Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk
2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,
retina, dan diskus optikus.
11
Otot-otot ekstraokular
Otot Kerja Primer Kerja Sekunder Saraf Vaskularisasi
Rektus Lateralis Abduksi Tidak Ada N. VI Diperdarahi oleh
cabang-cabang
muskular arteri
oftalmika.
Rektus Medialis Aduksi Tidak Ada N. III
Rektus Superior Elevasi Aduksi, intorsi N. III
Rektus Inferior Depresi Aduksi, ekstorsi N. III
Oblikus Superior Intorsi Depresi, abduksi N. IV
Oblikus Inferior Ekstorsi Elevasi, abduksi N. III
Adneksa mata
1. Alis mata
2. Palpebra, diatur oleh :
Muskulus Orbikularis Okuli, berfungsi menutup palpebra, dipersarafi
nervus VII.
Muskulus Levator Palpebrae Superioris dan Muskulus Rektus Inferior,
dipersarafi nervus III.
Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi I dan II dari nervus
trigeminus (V).
Palpebra diperdarahi oleh cabang-cabang palpebra lateral dan medial dari
arteri lakrimalis dan oftalmika.
3. Apparatus Lakrimalis terdiri dari :
Bagian sekretoir : - Glandula Lakrimalis
- Duktus Lakrimalis
Bagian ekskretoir : - Pungtum Lakrimal, superior dan inferior
- Kanalikuli Lakrimal superior dan inferior
- Sakus Lakrimal
- Duktus Nasolakrimal dan Meatus inferior
12
Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva
forniks superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke
seluruh bagian anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal.
M orbikularis okuli menekan pada sakus lakrimal, sehingga
menimbulkan tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu mata dibuka,
dengan adanya tekanan negatif ini, air mata dapat terserap pungtum
lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior. Air mata tidak meleleh
melalui hidung, karena hidung banyak mengandung pembuluh darah,
sehingga suhunya panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga
mempercepat penguapan. Air mata tidak meleleh melalui pipi juga, karena
isi dari glandula meibom, menjaga margo palpebra tertutup rapat pada
waktu berkedip.
13
Meatus inferior
Canaliculus lacrimalis inferior
Saccus lacrimalis
Canaliculus lacrimalis superior
Duktus nasolacrimalis
Caruncula lacrimale
Punctum lacrimale
Fornix conjungtiva inferior
Glandula lacrimalis, ductuli excretorii
Fornix conjungtiva superior
BAB III
Selulitis Orbita
A. Definisi
Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di
belakang septum orbita.1 Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga
orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama
adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga
diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitais biasanya berasal dari
infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anak-
anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh
Haemophilus influenzae.2
B. Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional
maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada
mencatat peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh
infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.
14
1. Mortalitas / Morbiditas
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita
memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di
mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat
penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan
terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten
terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati
antibiotik.
2. Ras
Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.
3. Sex
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang
dewasa, kecuali untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap
methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan
rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
4. Usia
Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak
daripada di dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat di rumah sakit
dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun.
15
BAB IV
Etiologi dan Patofisiologi
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang
jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis
bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal
dari infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan
atau serangga, konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal yang
penyebarannya melalui pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan
trauma yang kotor.
Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis
etmoidalis yang mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri
penyebab, diantaranya :
a. Haemophilus influenzae
Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga
Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi
dari cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti Bordetella pertussis
penyebab batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat
pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang dan filamen.
Gambar Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.
Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh
karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak
prekursor-prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktor V
16
( NAD dan NADP ). Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang
sebelumnya media tanam tersebut dipanaskan dalam suhu 80 o C untuk
melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuh dengan baik
pada suhu 35 o C- 38o C dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat
tumbuh pada kondisi aerobik ( sedikit CO2). Bakteri ini sekarang sudah jarang
untuk menyebabkan selulitis akibat banyaknya tipe vaksinasi untuk strain ini.
b. Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan
merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan
kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya
selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulit lainnya. S aureus ini
sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau
melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan
oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada
konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim
koagulase yang dapat menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan,
maka bakteri ini memiki sifat patogen yang sangat potensial sekali.
Gambar Staphylococcus aureus gram negatif
c. Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang
secara khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang
tisap sel berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha
hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu.
17
Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normal
pada saluran napas bagian atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis.
Bakteri inilah yang paling sering menyebabkan selulitis orbita melalui jalur
sinusitis terlebih dahulu.
Kuman ini merupakan yang paling sering menyebabkan selulitis pada
anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar secara bakteremia.
Gambar Streptococus pneumoniae
d. Streptococcus pyogenes
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak
bergerak, bersifat katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat
membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang mengandung
darah.
Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiri dari
asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.
Gambar Streptococcus pyogenes pada pewarnaan gram dan hemolisis
beta.
18
Diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran pernapasan pada tiap
individu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti flora normal,
S. pyogenes dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh terganggu
sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang disebabkan oleh bakteri
ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.
Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus
infeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya
disebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus
infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju
jaringan ikat di sekitar bola mata.
19
BAB V
MANIFESTASI KLINIS
Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita.
Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama
adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa:
- Demam, biasanya sampai 38,9° Celsius atau lebih
- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri
- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu
- Bayi atau anak tampak sakit
- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri
- Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi
mata)
- Mata menonjol
- Merasa tidak enak badan
- Gerakan mata menjadi terbatas
Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
Pemeriksaan darah lengkap
Pembiakan dan tes sensitivitias darah
Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
Rontgen sinus dan orbita
CT scan atau MRI sinus dan orbita
Pembiakan kotoran mata
Pembiakan lendir hidung
20
Pembiakan lendir tenggorokan.
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB
untuk mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang
tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah
penyebaran infeksi ke mata.
Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah
1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.
2. Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.
3. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk
membuang nanahnya.
4. Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara
ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna.
Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses
subperiosteal, trombosis sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia,
meningitis dan kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan
21
Gambar komplikasi dari selulitis
22
BAB VI
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah peradangan jaringan ikat yang terdapat di dalam rongga
orbita. Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya
disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus
etmoid. Kelainan tersebut berupa infeksi dari beberapa mikroorganisme seperti
Haemophilus influenzae, Staphylococus aureus dan sebagainya.
Beberapa tanda dan gejala selulitis orbita yaitu demam, palpebra bengkak dan
nyeri pada perabaan, diplopia, penglihatan menurun, tubuh lemas. Penyakit selulitis
orbita dapat dicegah dengan vaksin HiB untuk mencegah infeksi Haemophilus pada
anak – anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi
bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.
Penatalaksanaan dari selulitis orbita yang paling baik adalah rawat inap
penderita dan pemberian antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hati–hati.
Dengan penatalaksanaan yang tepat, selulitis orbita dapat sembuh secara sempurna
jika ditangani dengan sebaik - baiknya dan dengan itu dapat menghindari komplikasi
seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis dari selulitis orbita
tergantung kecepatan penanganan saat didapati penyakit tersebut
23
Recommended