View
226
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
32
KAJIAN BIAYA PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS)
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI AREAL BERBUKIT DAN AREAL
RENDAH /LABIL DENGAN MENGGUNAKAN Whell Tractor DI DIVISI II
KEBUN TANJUNG KELILING PT. LANGKAT NUSANTARA KEPONG (LNK)
Tuty Ningsih Budidaya Perkebunan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan
Abstrak
Wheel Tractor merupakan alat pengangkutan Tandan Buah Segar(TBS) kelapa sawit di lahan bertofograpi berbukit
dan rendah dengan kondisi tanah yang labil.Pemilihan dan pemeliharaan alat penangkutan yang tepat berpengaruh
terhadap efisiensi dalam penggunaan biaya perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi
dan metode deskrpitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengangkutan
dengan menggunakan Whell tractor dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah Rp1.198.691.580.Biaya
pengangkutan TBS yang tertinggi pada areal berbukit dan rendah adalah pada tahun 2015 dengan harga Rp 30,00/Kg
TBS di lahan yang berbukit dan Rp 26,00/Kg TBS dilahan yang rendah.Dapat diketahui kegiatan pengangkutan TBS
kelapa sawit di kebun Tanjung Keliling dengan menggunakan Whell tractor sangat efektif dan efisien, karena mampu
mengangkut hasil produksi tanpa ada faktor pembatas seperti curah hujan yang tinggi, lahan yang bertofograpi
berbukit dan bertofograpi rendah dan tingkat kerusakan jalan yang tinggi, sehingga kegiatan pengangkutan TBS
kelapa sawit dengan menggunakan Whell tractor mampu meminimalisir kerugian dan menghasilkan keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan.
Kata Kunci : Wheel Tractor, TBS, Produksi, Biaya, Pengangkutan
Abstract
Wheel Tractor is a means of transporting Fresh Fruit Bunches (FFB) of oil palm on hilly terrain with low
volatile soil conditions. The selection and maintenance of appropriate transportation equipment affects efficiency in
the use of company costs. The research method used is the observation method and descriptive method. The results
showed that the costs incurred for transportation activities using Whell tractor from 2014 to 2016 were
Rp1,198,691,580. The highest transportation costs for FFB in hilly and low areas were in 2015 at a price of Rp. 30.00
/ kg TBS on hilly land and Rp. 26.00 / Kg TBS in low land. It can be seen that the transport of oil palm FFB in
Tanjung Keliling plantation using Whell tractor is very effective and efficient, because it is able to transport
production without any limiting factors such as rainfall high, hilly terrain with low plot and low level of road damage,
so the activity of transporting oil palm FFB using Whell tractor can minimize losses and generate maximum profits
for the company.
Keywords: Wheel Tractor, TBS, Production, Cost, Transportation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati
yang penting disampingkelapa, kacang kacangan dan
jagung.Selain menghasilkan minyak, hasil samping dari
pengolahan buah kelapa sawit adalah ampas inti sawit
(bungkil) digunakan sebagi pakan ternak.Cangkang
atau tempurung (endocarp) digunakan sebagai bahan
bakar yaitu arang aktif yang digunakan dalam industri
kesehatan dan sebagai pengeras jalan kebun.Menurut
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Sejarah budidaya kelapa
sawit di Indonesia telah berlangsung lebih dari 150
tahun. Kelapa sawit sangat penting artinya bagi
Indonesia dalam kurun waktu 35 tahun terakhir ini
sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun
komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan dan harkat petani pekebun serta
transmigran Indonesia (Lubis, 2008).
Koordinasi Panen, Angkut, Olah (PAO) harus
berjalan dengan baik untuk menjaga tingkat
produktivitas yang maksimal,ketiga sistem operasi
tersebut waktu dan kegitatannya berbeda-beda dan
memiliki tujuan yang sama untuk menjaga tingkat
produktivitas yang baik. Pada umumnya pengangkutan
buah menggunakan kendaraan truk (dump truck),
namun pada beberapa kasus terutama kebun di areal
gambut, pengangkutan produksi ada yang
menggunakan lori yang ditarik oleh lokomotif langsung
dari blokkepabrik dan adajuga beberapa kebun
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
33
menggunakan whell tractoruntuk mengangkut TBS
kelapa sawit (Hidayat, 2013).
Sistem pengangkutan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di PT. Langkat Nusantara Kepong
(LNK) menggunakan sistem angkut menggunakantruck
yang berjenis colt diesel yang merupakan milik pihak
ke 2 atau biasa disebut pemborong.Kebun Tanjung
Keliling memilikibeberapa areal yang tidak
memungkinkan penggunaan colt diesel untuk
mengangkut TBS kelapa sawit karena areal
tofograpinya yang berbukit, rendah dan kondisi tanah
yang labil, sehingga pada areal tersebut dibutuhkan
peran alat berat wheel tractor dalam mengangkut TBS
kelapa sawit agar dapat dikeluarkan dari kebun dan
dikirim ke PKS untuk segera diolah dan meminimalisir
buah restan dilapangan.
Urgensi Penelitian
Sebagian besar perkebunan kelapa sawit di
Indonesia memiliki lahan yang tofograpinya berbukit,
datar dan rendah. untuk memanfaatkan lahan yg
berbukit, perkebunan selalu melakukan konservasi
tanah dengan membuat teras, khusus di Kebun Tanjung
Keliling yang memiliki tofograpi rendah dan kondisi
tanah yang labil, pihak kebun melakukan pemadatan
dengan cara buncket (mengangkat tanah dari rawa-rawa
atau disekitarnya) kemudian dipadatkan agar kondisi
tanah menjadi stabil dengan tujuan untuk
memaksimalkan satuan pokok per hektarnya (SPH).
Sistem pengangkutan di kebun harus menyesuaikan
kondisi topografi lahan dan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan sistem pengangkutan.
Sehingga pelaksanaan panen, angkut dan olah dapat
berjalan dengan optimal.
Berdasarkan hal diatas penulis ingin melakukan
pengamatan tentang kajian biaya pengangkutan TBS
kelapa sawit di Divisi II Kebun Tanjung Keliling PT.
LNK dengan menggunakan wheel tractor dilahan yang
bertofograpi berbukit dan rendah, bertujuan untuk
mengetahui segala biaya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pengangkutan TBS kelapa sawit yang
meliputi biaya pemiliharaan wheel tractor, biaya tenaga
kerja, dan biaya bahan bakar yang digunakan, sehingga
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
upaya memaksimalkan kegiatan pengangkutan yang
efektif dan efisien di sebuah perkebunan kelapa sawit.
Tujuan Khusus
Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui
besarnya biaya pengangkutan TBS kelapa sawit di
lahan yang tofograpinyaberbukitdan rendah dengan
kondisi tanah yang labil akibat pemanfaatan bekas
lahan persawahan menggunakan wheel tractordengan
manajemen dan realisasi yang baik dilapangan di PT.
Langkat Nusantara Kepong (LNK) Kebun Tanjung
Keliling Devisi II.
Kontribusi
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi
penulis serta menjadi sumber informasi untuk pelaku
bisnis perkebunan kelapa sawit, khususnya pada
anggaran biaya pengangkutan TBS kelapa sawit dengan
menggunakan wheel tractor di lahan yang berbukit dan
rendah.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan di Divisi II
Kebun Tanjung Keliling PT. Langkat Nusantara
Kepong Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utaradan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan
Juni 2017.
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode observasi dan metode deskrpitif yaitu dengan
meneliti suatu objek, kondisi, dan sistem
denganmenjelaskan gambaran secara sistematis, faktual
dan akuratkemudian data-data dikumpulkan dan di uji
dilapangan secara langsung di Divisi II Kebun Tanjung
Keliling PT. Langkat Nusantara Kepong (LNK).
Tahapan penelitian
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tahapan
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data umum (Luas lahan kebun,
produksi kebun).
b. Mengumpulkan data lahan Divisi II.
c. Mengumpulkan data curah hujan.
d. Mengumpulkan data produksi.
e. Pengumpulan data biaya (pemeliharaan, BBM,
Tenaga Kerja) Wheel tractor.
f. Menganalisis faktor-faktoryang menghambat
pengangkutan TBS Kelapa sawit.
g. Melakukan perhitungan waktu, jarak tempuh
selama penelitianpengangkutan TBS.
h. Menganalisabiaya transportasiWhell tracto) yang
dipakai untukmengangkut Tandan Buah Segar
(TBS).
Sumber Data/Indikator
a. Informasi Kebun (Luas lahan, produksi kebun).
b. Informasi Divisi (Luas lahan Divisi II, curah hujan,
produksi Divisi II).
c. Biaya Whell tractor (Perawatan, BBM, tenaga kerja).
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
34
Bagan Alur Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi Kebun
Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah singkat perusahaan dimulai pada tahun
1957. Pada saat itu perusahaan merupakan milik kebun
swasta asing yang bernama N.V.Vereenigde Deli
Maatschappiy. Pada tahun 1957 sampai dengan tahun
1960 perusahaan diambil alih oleh negara dan masuk
kedalam Perusahaan Perkebunan Negara Baru (PPN
Baru). Kemudian pada tahun 1960 sampai dengan 1961
bentuk PPN Baru diubah menjadi PPN Baru Unit
SUMUT-II.
Pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1963
perusahaan berubah nama menjadi PPN Sumut-II.
Kemudian pada tahun 1963 sampai dengan tahun 1968
perusahaan mendapat reorganisasi kembali didasarkan
pada komoditi tanaman menjadi PPN Karet-II.
Selanjutnya pada tahun 1968 sampai dengan tahun
1976 berubah nama menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan-II (PNP-II).
Berdasarkan peraturan pemerintah No: 28 tahun
1975, pada tahun 1976 sampai dengan tahun 1996
nama perusahaan berubah menjadi PT. Perkebunan
Nusantara-II (PTPN-II) yang berkantor di Tanjung
Morawa, Medan. Kemudian pada tanggal 1 Juli 2009
PTPN-II melakukan Kerja Sama Operasional (KSO)
dengan PT Kuala Lumpur Kepong (KLK) yang
berdomisili dikabupaten Langkat sehingga bernama PT.
Langkat Nusantara Kepong (LNK).
Profil Kebun Tanjung Keliling
Gambar Umum
Desa : Tanjung Keliling
Kecamatan : Salapian
Kabupaten : Langkat
Propinsi : Sumatera Utara
Posisi : 98° - 99° BujurTimurdan3° - 4°
Lintang Utara
Ketinggian : 86 Meter Dari Permukaan Laut
Topografi : Rata sampai berbukit
Jenis Tanah : Latosol dan Podsolid Merah Kuning
Kelas Lahan : II
Jarak dari Ibu Kota Propinsi (Medan)
± 56 Km
Kebun Tanjung Keliling memiliki kelas lahan II,
berarti sesuai untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa
sawit. Terdapat 2 jenis tanah didaerah ini yaitu tanah
latosol dan padsolik merah kuning. Kebun ini juga
pernah mengelola komoditi karet, namun komoditi ini
tidak memiliki nilai ekonomis sehingga dilakukan
konversi menjadi tanaman kelapa sawit agar terdapat
keseragaman atau monokultur. Kebun ini memiliki luas
2.407 Ha dengan komposisi areal yang terdiri dari arel
tanamanan kelapa sawit menghasilkan dan areal others.
Kebun Tanjung Keliling terdiri dari atas 4 Divisi
yaitu Divisi I, II, III, dan IV. Areal pembibitan di
Kebun Tanjung Keliling terdapat pada dua lokasi yang
berbeda yaitu pada Divisi I seluas 9 Ha, dan pada saat
ini lokasi tersebut direncakan untuk pembangunan
Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan Divisi IV seluas 6 Ha
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bibit PT. LNK
rayon Binjai yang terdiri dari 5 unit kebun.
Tabel 4.1. Luas Areal Statemen Kebun Tanjung
Keliling.
No Uraian Tahun Tanam/Blok Luas (Ha)
I
Mature
0il
Palm
Divisi
1 II 1991 A 92
2 II 1993 A 146
3 II 1994 A 93
4 II 2007 A 76
5 III 2011 A 77
6 III 2011 B 70
7 III 2011 C 66
8 III 2011 D 66
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
35
9 III 2011 E 63
10 III 2011 F 67
11 III 2011 G 71
12 I 2011 H 80
13 I 2011 I 68
14 I 2011 J 78
15 I 2011 K 90
16 I 2011 L 96
17 I 2011 M 47
18 II 2011 N 49
19 II 2011 O 77
20 II 2011 P 82
21 I 2012A 50
22 I 2012 B 63
23 I 2012 C 61
24 IV 2014 A 79
25 IV 2014 B 77
26 IV 2014 C 74
27 IV 2014 D 55
28 IV 2014 E 67
29 IV 2014 F 71
30 IV 2014 G 70
31 IV 2014 H 81
TOTAL
OIL
PALM
2.302
II
Oil Palm Nursery
TOTAL NURSER AND
OTHERS
III
Others
Areal Hutan Konservasi/Sungai 52
Emplasment 33
Jalan, parit, dan Boundries 19
Terminal / Kantor Camat 1
Total Others 105
GRAND TOTAL (Oil Palm &
Others) 2.407
Berdasarkan tabel 4.1, menjelaskan bahwa areal
statement Kebun Tanjung Keliling terdiri dari 2302 Ha
untuk tanaman menghasilkan kelapa sawit, sedangkan
untuk areal others seluas 105 Ha.
Luas dan Kontur Lahan Divisi II
Berikut rekapitulasi luas dan kontur lahan
tanaman menghasilkan kelapa sawit di Divisi II Kebun
Tanjung Keliling disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Luas Lahan Divisi II dan Intensitas Lahan
Yang Dilalui Whell Tractor dalam Kegiatan
Pengangkutan TBS Kelapa Sawit
Berdasarkan tabel 4.2, menjelaskan bahwa lahan
di Divisi II memiliki 3 tofograpi yang dilalui oleh alat
pengangkut, yaitu pada tofograpi datar, rendah dan
bebukit. Kebun Tanjung Keliling memiliki 2 alat
transport pengangkutan, yaitu Colt diesel dan Whell
tractor. Pengangkutan dengan menggunakan Colt
diesel dikerjakan oleh pihak ke 2 atau pihak pemborong
yanghanya berfokus pada tofograpi datar yang tidak
labil. Tofograpi rendah/labil di Divisi II adalah bekas
lahan persawahan yang di padatkan (buncket) dan
kemudian di tanami kelapa sawit. Kondisi tanah pada
lahan rendah/labil cukup lembut, dan kerusakan jalan di
lahan rendah/labil akan tinggi pada musim curah hujan
tinggi,sehingga peran Whell tractor dalam mengangkut
produksi mencapai 70% dari seluruh total produksi,
dan 30% produksi diangkut oleh Colt diesel. Pada
musim kering produksi yang diangkut oleh Whell
tractor mencapai 50% dari total produksi. Sehingga ini
menjadi alasan yang kuat pihak kebun memilih Whell
tractor sebagai alat transport pengangkut produksi,
karena mampu melalui lahan yang bertofograpi
berbukit dan lahan rendah / labil.
Sesuai objek penelitian pada alat angkut TBS
kelapa sawit berjenis Whell tractor, penelitian ini
berfokus pada rute jalan yang dilalui oleh Whell tractor
yaitu pada lahan yang bertofograpi berbukit dengan
intensitas luas lahan (53,7%) dan tofograpi rendah/labil
dengan internsitas luas lahan (46,3%). Whell
tractoryang digunakan di Divisi II ada 2, yaitu Landini
V.08 dan Landini V.21, setiap Landini memiliki 1
operator dan 1 kernet, operator bertugas sebagai supir
dan memuat buah dan kernet hanya bertugas memuat
buah. Untuk memperjelas tofograpi lahan di Divisi II,
peneliti juga menyajikannya dalam bentuk diagram
pada gambar 4.1.
Tahun Tanam Luas (Ha) Datar (Ha) Berbukit (Ha) Rendah (Ha) Berbukit (%) Rendah (%)
1991 A 92 27,6 2 62,4 3,1 96,9
1993 A 146 87,6 30 28,4 51,4 48,6
1994 A 93 37,2 40 15,8 71,7 28,3
2007 A 76 41,8 15 19,2 43,9 56,1
2011 N 49 29,4 7 12,6 35,7 64,3
2011 O 77 17 62 5 92,5 7,5
2011 P 82 45,1 25 12,9 66,0 34,0
Total 615 285,7 181 156,3 53,7 46,3
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
36
Gambar 4.1. Grafik Tofografi Lahan Divisi II
Berdasarkan gambar 4.1, menjelaskan bahwa
Divisi IImemiliki lahan yang bertofograpi berbukit
dengan luas 181 Ha (29%), dan pada lahan bertofograpi
rendah memiliki luas 156,3 Ha (25%), dan lahan yang
bertofograpi datar yaitu seluas 285,7 Ha (46%) dari
total luas lahan keseluruhan.
Rekapitulasi Curah Hujan Di Kebun Tanjung
Keliling
Curah hujan merupakan bagian terpenting dalam
usaha meningkatkan produksi pada perkebunan kelapa
sawit. Curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit sekitar 1.750-3.000 mm per tahun. Data
curah hujan dan hari hujan kebun Tanjung Keliling dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 di sajikan pada
Tabel 4.3.
.
Tabel 4.3. Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Di Kebun Tanjung Keliling
BULA
N
2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah Rataan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
JAN 377 14 85 4 283 7 18 1 248 12 1.011 38 202 8
FEB 364 12 40 3 281 6 293 10 335 12 1.313 43 263 9
MAR ∙ ∙ 66 4 115 4 23 4 151 12 355 24 89 6
APR 250 6 146 6 125 10 135 9 438 16 1.094 47 219 9
MEI 286 10 363 11 338 12 286 11 473 14 1.746 58 349 12
JUN 146 5 268 9 85 4 185 7 ∙ ∙ 684 25 171 6
JUL 341 9 209 6 76 6 288 13 ∙ ∙ 914 34 229 9
AGU 316 11 460 12 256 10 188 6 ∙ ∙ 1.220 39 305 10
SEP 246 7 387 10 432 16 455 15 ∙ ∙ 1.520 48 380 12
OKT 697 17 436 11 269 14 274 13 ∙ ∙ 1.676 55 419 14
NOP 316 11 311 10 301 10 380 14 ∙ ∙ 1.308 45 327 11
DES 453 10 553 17 161 7 311 15 ∙ ∙ 1.478 49 370 12
Jumlah 3.792 112 3.32
4 103 2.722 106 2.836 118 1.645 66 1.4319 505 2.864 101
Rataan 345 10 277 9 227 9 236 10 329 13 1.193 42 277 10
Keterangan :
: Curah Hujan tertinggi
: Curah Hujan terendah
: Hari Hujan tertinggi
: Hari Hujan terendah
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa curah hujan
tertinggi selama 4 tahun terakhir terjadi pada tahun
2013 yaitu 3.792 mm dan curah hujan yang terendah
terjadi pada tahun 2017 yaitu 1.645 mm. Dan hari
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 118 hari
hujan, dan hari hujan terendah terjadi pada tahun 2017
dengan jumlah 66 hari hujan.Secara total rata-rata
curah hujan selama priode 4 tahun terakhir dari tahun
2013 sampai dengan 2017 yaitu 2.864 mm/ tahun.
Berdasarkan data diatas, curah hujan tinggi
sangat berpengaruh positif pada hasil produksi, namun
akan berdampak negatif pada kegiatan pelaksanaan
panen dan pengangkutan. Data curah hujan dan hari
hujan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 juga
CH = Curah Hujan (mm).
HH = Hari Hujan (jumlah)
*= Data Belum diambil saat penelitian
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
37
disajikan dalam bentuk diagram pada Gambar 4.2 dan
pada Gambar 4.3.
Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Curah Hujan Dari Tahun
2013 - 2017.
Berdasarkan gambar 4.2 dijelaskan bahwa rata-
rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober
yaitu sebanyak 419 mm dan yang terendah terjadi pada
bulan Maret yaitu 89 mm,Bulan basah merupakan
bulan dengan curah hujan ≥100 mm, bulan lembab 60
mm – 100 mm dan bulan kering dengan curah hujan<
60 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan Oktober yaitu 419 mm dan curah hujan terendah
terjadi pada bulan Maret yaitu 89 mm. Berdasarkan
karakteristik kelas kesesuaian lahan kelapa sawit, maka
lahan ini tanpa adanya faktor pembatas dan sesuai
untuk tanaman kelapa sawit, kemudian peneliti juga
menyajikan grafik hari hujan,disajikan pada gambar
4.3.
Gambar 4.3. Grafik Rata-rata Hari Hujan Dari
Tahun 2013 - 2017.
Gambar 4.3 menjelaskan bahwa rata-rata hari hujan
yang tertinggi terjadi pada bulan Oktober
yaitu sebanyak 14 hari hujan dan
terendah terjadi pada bulan Maret dan
bulan Juni yaitu 6 hari hujan.
Rekapitulasi Data Produksi Divisi II
Tabel 4.4. Data Produksi Divisi II Yang Diangkut Whell Tractor (Kg)
DATA PRODUKSI 2014/2016
Bulan 2014 2015 2016 Rata-rata
Jan 412.760 330.830 430.185 391.258
Feb 303.055 332.280 402.080 345.805
Mar 290.620 363.275 408.530 354.142
Apr 317.805 427.420 453.250 399.492
Mei 373.150 319.225 458.040 383.472
Jun 325.050 374.760 472.525 390.778
Jul 390.320 310.880 385.195 362.132
Agu 501.755 476.560 437.515 471.943
Sep 446.115 514.025 453.405 471.182
Okt 352.065 514.215 360.720 409.000
Nov 380.695 489.025 359.690 409.803
Des 335.300 500.045 236.835 357.393
Total 4.428.690 4.952.540 4.857.970 4.428.690
Keterangan : : Produksi tertinggi
: Produksi terendah
Berdasarkan tabel 4.4, menjelaskan bahwa, hasil
produksi 3 tahun terakhir yang di angkut oleh Whell
tractor pada lahan berbukit dan lahan rendah yang
tertinggi terjadi pada priode tahun 2015 yaitu 4.952.540
Kg, dan yang terendah pada priode tahun 2014 yaitu
4.428.690 Kg.Hasilproduksi yang diangkut Whell
tractortertinggi rata-rata terjadi pada bulan Agustus
yaitu produksi mencapai 471.943 Kg, dan yang
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
38
terendah terjadi pada bulan Februari yaitu rata-rata
produksi mencapai 345.805 Kg (Data yang disajikan
adalah data produksi yang hanya diangkut oleh Whell
tractor).
Tingginya hasil produksi pada tahun 2015
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena
dipengaruhi beberapa faktor yaitu : curah hujan yang
memenuhi standar kesesuaian lahan untuk tanaman
kelapa sawit, pemupukan yang baik, manajemen
pengangkutan yang benar, dan tingkat keamanan yang
tinggi, sehingga terhindarnya losses akibat pencurian.
Minimnya kerusakan terjadi pada alat Whell tractor
juga menjadi alasan tingginya produksi yang di
hasilkan pada tahun 2015, karena pelaksanaan
pengangkutan berjalan lancar setiap harinya sehingga
akan berdampak positif terhadap hasil produksi dan
mamapu meminimalisir buah restan.Kemudian untuk
memperjelas hasil produksi yang diangkut oleh Whell
tractor, data produksi Divisi II juga disajikan dalam
bentuk diagram yaitu pada gambar 4.4
Gambar 4.4. Grafik Produksi Tahun 2014 sampai
dengan tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.4, diatas menjelaskan
grafik produksi dari 3 tahun terakhir yang diangkut
oleh 2 Whell tractor yaitu tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016. Untuk mengetahui rata-rata produksi
perbulannya, peneliti juga menyajikannya pada
gambar 4.5.
Gambar 4.5. Grafik rata-rata produksi tahun 2014 s/d
tahun 2016.
Berdasarkan gambar 4.5, menjelaskan bahwa
produksi tertinggi dari tahun 2014/2016 rata-rata terjadi
pada bulan Agustus yaitu 471.943 Kg, dan yang
terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 345.805 Kg.
Tingginya produksi pada bulan Agustus dipengaruhi
beberapa faktor, yaitu pemupukan yang baik, curah
hujan yang normal, manajemen pengangkutan yang
baik, tingkat keamanan yang tinggi, dan di dukung
masa memasuki panen puncak (tren) dimulai pada
bulan Agustus sampai dengan bulan Januari. Tingkat
keamanan akan di perketat pada setiap memasuki
musim panen puncak.
Rendahnya produksi pada bulan Februari,
karena memasuki masa panen rendah (tren) dan
pencurian buah yang tinggi, dimulai pada bulan
Februari sampai dengan Juli. Menurut informasi yang
diterima dari narasumber, setiap bulan Februari
produksi di Kebun Tanjung Keliling memang rendah,
walaupun didukung oleh curah hujan yang tinggi, dan
pemupukan yang baik. Sebaliknya produksi akan
semakin rendah apabila curah hujan rendah dan tingkat
pencurian buah yang tinggi. Grafik data produksi dan
curah hujan dari tahun 2014-2016 juga disajikan pada
gambar 4.6.
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
39
Gambar 4.6. Grafik Produksi Dan Curah Hujan Tahun
2014 - 2016.
Berdasarkan gambar 4.6 menjelaskan bahwa
produksi tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Agustus
yaitu 471,94 ton, sedangkan produksi terendah rata-rata
terjadi pada bulan Februari yaitu 345,80 ton. Sebagian
besar tingginya hasil produksi disertai juga oleh
tingginya curah hujan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hujan adalah salah satu faktor yang mampu
mempengaruhi terhadap tinggi rendahnya hasil
produksi buah kelapa sawit.
Pada musim curah hujan tinggi, daya angkut
Whell tractor akan dikurangi menjadi 3 ton/trip karena
untuk menghindari terjebak (kepanter) saat melewati
lahan rendah yang tergenang, dan mampu melewati
jalan yang licin pada lahan yang berbukit. Saat musim
curah hujan tinggi dan memasuki musim panen puncak
dengan kemampuan daya angkut Whell tractor yang
rendah, pihak kebun akan menambah jumlah trip
pengangkutan samapai 7 trip/hari, agar buah yang
dipanen semuanya terangkut, sering kali kegiatan
pengangkutan dilakukan sampai malam, karena pihak
kebun tidak membenarkan buah yang dipanen
tertinggal di dalam kebun yang akan berpeluang di curi
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tingginya
jam kerja pada musim panen puncak akan disertai
tingginya biaya pemakaian bahan bakar, biaya lembur
supir dan kernet, dan seringkali juga disertai kerusakan
alat angkut sehingga biaya produksi akan tinggi. Setiap
memasuki panen puncak, pihak kebun melakukan
perbaikan alat pengangkutan di awal waktu, biasanya
sebulan sebelum memasuki panen puncak, pemeriksaan
secara rutin untuk menghindari kerusakan pada saat
kegiatan pengangkutan sedang berjalan, sehingga akan
berdampak negatif pada hasil produksi.
Biaya Pengangkutan Whell tractor
Whell tractor sangat berperan dalam
mengangkut hasil produksi,sebagian besar digunakan
untuk mengangkut TBS yang ada di areal berbukit,
areal yang rendah dan kondisi jalan yang rusak. Segala
biaya produksi yang dikeluarkan dalam pengangkutan
sudah mencakup segala biaya seperti biaya supir,bahan
bakar serta perawatan alat-alatnya. Segala biaya yang
dikeluarkan untuk 2Whell tractor dari tahun 2014/
2016 disajikan pada lampiran.
Kegiatan di Kebun Tanjung Keliling yang
menggunakan alat Whell tractortidak hanya berfokus
pada kegiatan pengangkutan produksi, namun juga
digunakan untuk melangsir herbi dan slasher
(memotong rumput). Untuk mendapatkan biaya pokok
pengangkutan TBS adalah total biaya Whell tractor
dikurang biaya angkut pupuk, langsir herbi dan slasher.
Untuk mengetahui biaya yang digunakan Whell tractor
mengangkut buah per kg/km nya pada Divisi II
disajikan pada Tabel 4.7
Tabel 4.7. Rekapitulasi Biaya Pengangkutan TBS
dengan Whell Tractor
Keterangan :
: Biaya tertinggi
: Biaya terendah
Berdasarkan tabel 4.7, biaya yang tertinggi di
keluarkan untuk Whell tractor adalah pada tahun 2015
yaitu Rp 500.530.113 dengan biaya yang dikeluarkan
per kg TBS/Landini adalah Rp 55,00 dan disertai
intensitas pengangkutan di areal berbukit lebih besar
karena kondisi lahan di Divisi II yang lebih dominan
berbukit yang mencapai (53,7%) dari total luas lahan
yang dilalui oleh Whell tractor, Tingginya biaya
pengangkutan di akibatkan oleh tinggi nya biaya supir,
biaya kernet, biaya bahan bakar dan biaya untuk
memperbaiki kerusakan pada Whell tractor, sehingga
mengakibatkan harga pokok menjadi tinggi dan
menghasilkan keuntungan yang tidak maksimal bagi
perusahaan, dan intensitas pengangkutan di lahan
rendah mencapai (46,3%) dari total luas lahan yang
dilalui oleh Whell tractor. Biaya Whell tractoryang
terendah terjadi pada tahun 2016 yaitu Rp
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
40
298.497.994dengan biaya yang dikeluarkan per kg
TBS/ Landini adalah Rp 28,00. Rendahnya biaya
pokok diakibatkan oleh rendahnya biaya supir, biaya
lembur dan biaya perbaikan alat yang rendah karena
tidak mengalami kerusakan yang berat. Efisiensi biaya
pokok adalah tujuan setiap perusahaan dengan
menghasilkan produksi setinggi-tingginya dan
mengeluarkan biaya produksi serendah-rendahnya agar
menghasilkan keuntungan yang besar bagi perusahaan.
Gambar 4.8. Biaya pengangkutan TBS dilahan
BerbukitRendah dengan menggnuakan
Whell tractor
Berdasarkan gambar 4.8 menjelaskan biaya
yang tertinggi untuk pengangkutan /Kg TBS dilahan
berbukit dan rendah di Divisi II terjadi pada tahun
2015, dan yang terendah terjadi pada tahun 2016.
Rekapitulasi Biaya Pengangkutan Whell Tractor
Tabel 4.9. Rekapitulasi Biaya Pengangkutan TBS
dengan Whell Tractor Tahun 2014 sampai
dengan Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.9 menjelaskan, bahwa
biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan 2 Whell
tractor selama 3 tahun terakhir adalah Rp
1.198.691.581. Dari total biaya keseluruhan maka akan
didapat biaya Kg/TBS yang akan dibandingkan dengan
biaya Whell Tractor tahun 2014/2016 dengan total
produksi yang diangkut Whell Tractor dari tahun
2014/2016 yaitu Rp 1.198.691.581 :14.239.200 kg =
Rp42,09/Kg TBS/Landini.Untuk mengetahui biaya
yang terbesar sampai yang terkecil dikeluarkan untuk
Whell tractor dapat dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10. Biaya Whell tractor Tahun 2014 s/d
2016.
Berdasarkan gambar 4.10, menjelaskan bahwa
biaya yang terbesar dikeluarkan untuk Whell tractor
adalah biaya diesoline yaitu (39%) dari total
keseluruhan biaya rata-rata pemakaian bahan bakar
solar adalah 25 liter/hari. Penambahan bahan bakar
dapat terjadi apabila ada kepentingan yang mendesak,
seperti pada musim panen puncak yang biasanya untuk
setiap Whell tractor 4-5 trip/hari ditingkatkan menjadi
6-7 trip/hari sehingga mengakibatkan penambahan
bahan bakar, kebijakan ini harus dilakukan oleh
pimpinan Divisi agar buah yang tertinggal di kebun
terangkut seluruhnya dan menghindari pencurian buah.
Sedangkan biaya yang terendah adalah biaya lubricant
(Oli) yaitu Rp 30.749.674(3%) dari total biaya
keseluruhan.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang disediakan pihak kebun
untuk pengangkutan TBS dengan menggunakan Whell
tractor adalah 2 orang, Orang pertama sebagai operator
No Code UNIT TOTAL BIAYA HARGA KERJA/JAM
1 ENGINE HRS/KM/KW 12468,00
2 PETROL/DIESOLINE 48545,00 0,257
3 LUBRICANTS 1162,00 10,730
11 DRIVER WAGES 147.877.433Rp 11.861Rp
12 DRIVER OVERTIME 142.183.217Rp 11.404Rp
13 ATTENDANT WAGES 80.015.492Rp 6.418Rp
14 ATTENDANT OVERTIME 77.635.255Rp 6.227Rp
21 FUEL DIESOLINE 470.484.328Rp 37.735Rp
22 LUBRICANT 25.544.351Rp 2.049Rp
31 SERVICING 121.545.600Rp 9.749Rp
32 SPARES
33 LABOUR
41 TYRES REAR NEW 35.360.000Rp 2.836Rp
42 TYRES RETREAD
43 TYRES FRONT NEW 41.305.875Rp 3.313Rp
45 TUBES REAR 66.900.383Rp 5.366Rp
46 TUBES FRONT 6.660.000Rp 534Rp
47 BATTERIES NEW
52 ROAD TAX 800.000Rp 64Rp
61 SUNDRIES 15.153.981Rp 1.215Rp
TOTAL OP. COST (11+61) 1.231.465.916Rp 98.770Rp
TOTAL KESELURUHAN BIAYA
PENGANGKUTAN PRODUKSI TAHUN
2014/2016
32.774.335Rp 2.629Rp
1.198.691.581Rp
BIAYA ANGKUT PUPUK LANGSIR HERBISIDA
DAN SLASHER
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
41
(supir) dan ikut serta dalam memuat buah.Orang kedua
adalah sebagai kernet yang bertugas sepenuhnya untuk
memuat buah. Tenaga kerja tersebut hanya
diperintahkan untuk memuat, namun untuk
membongkar muatan sepenuhnya dilakukan oleh pihak
kontraktor, karena buah dipassing lagi ke Colt diesel
dan kemudian diangkut ke PKS, namun bisa saja
pemuat akan membongkar muatannya apabila pihak
kontraktor belum sampai di kebun yang biasanya
dikarenakan antrean di PKS, sehingga tindakan
pembongkaran muatan dilakukan untuk memanfaatkan
waktu karena buah masih ada didalam kebun yang
belum terangkut. Kegiatan pengangkutan dengan
menggunakan Whell tractor hanya digunakan untuk
mengeluarkan buah dari kebun ke TPH Divisi.
Efisiensinya waktu dalam pengangkutan TBS yang
baik akan berdampak positif terhadap kualitas buah dan
kuantitas terangkutnya buah secara maksimal, sehingga
waktu yang digunakan dalam pengangkutan harus
dimanfaatkan sebaik-baik mungkin untuk menunjang
hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan. Data uji
coba perhitungan waktu yang dibutuhkan Whell
tractordalam mengangkut TBS di sajikan pada Tabel
4.11
Tabel 4.11. Waktu Yang Dibutuhkan Pengangkutan TBS Dengan Menggunakan Whell tractor.
No Uraian Tahun Tanam (Menit)
1991 1993 1994 2007 2011
1 Gudang→Divisi 30 30 30 30 30
2 Di Divisi 120 120 120 120 120
3 Divisi→Ancak 6 6 6 5 5
4 Memuat 42 40 40 30 30
5 Ancak→Divisi 11 10 10 8 8
6 Membongkar 30 30 30 25 22
Waktu/Trip (3+4+5+6) 89 86 86 68 65
Berdasarkan tabel 4.11, menjelaskan bahwa
waktu yang terlama dibutuhkan untuk setiap tripnya
dalam pengangkutan TBS yaitu pada tahun tanam 1991
dengan waktu yang dibutuhkan untuk setiap trip nya 89
menit dikarenakan kondisi jalan yang rusak dan
berbukit sehingga memperlambat pengangkutan, dan
yang tercepat yaitu pada tahun tanam 2011 dengan
waktu setiap tripnya 65 menit dikarenakan kondisi
jalan yang cukup baik, tanpa begitu banyak hambatan,
namun kegiatan memuat TBS dikebun bisa lebih dari
waktu maksimal, dikarenakan tractor terjebak
(kepanter), dan khusus pada musim curah hujan tinggi,
pihak kebun sudah mempersiapkan excavator untuk
mempercepat evakuasi tractor yang terjebak
(kepanter). Untuk mengetahui efektif dan efisiensinya
Whell tractor dalam kegiatan pengangkutan, peneliti
menyajikan perbandingan alat angkut Whell tractor
dengan Pick up pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perbandingan Pick Up(Badak) dengan
Whell tractor (Landini)
No Uraian Pick Up
(Badak)
Whell tractor
(Landini)
1 Daya Angkut
(Ton) 1 - 1,5 3 - 4,5
2
Waktu
Angkut/trip
(Menit)
40 89
3 Tenaga Kerja 2 2
4 Trip/hari 8 - 9 4 – 7
5 Harga (Rp/kg) 30 22
Penggunaan Pick Up(Badak) dalam kegiatan
pengangkutan TBS kelapa sawit di PT. LNK terjadi
pada masa perusahaan masih di pegang oleh PTPN II
sampai tahun 2005. Alat angkut Pick Up dilakasanakan
oleh pihak ketiga (kontraktor) yang berfokus pada
lahan tahun tanam 1991, lahan tersebut sangat ekstrim
dengan tofograpi yang berbukit dan hasil konversi
tanaman padi menjadi tanaman kelapa sawit, sehingga
kondisi tanah sangat labil, untuk meminimalisir kondisi
tanah yang labil, perusahaan melakukan pemadatan
(buncket).
Penggunaan Pick Uphanya dilakukan apabila
memasuki masa panen pada tahun tanam 1991,
sehingga pengunaan jasa Pick Up ini tidak rutin
dilakukan. Pada masa curah hujan tinggi Pick Up tidak
mampu mengangkut hasil panen pada tahun tanam
1991 karena kondisi jalan yang licin dan curam karena
tofograpi yang berbukit dan keadaan lahan rendahan
yang tergenang air, sehingga penggunaan Pick Uppada
masa curah hujan tinggi tidak efektif dimana hanya
mampu mengangkut 15% dari 100% total produksi
yang harus diangkut, untuk menghindari losses,
pengangkutan dilakukan dengan cara manual yaitu
dengan cara melangsir TBS ke dataran tinggi dengan
menggunakan angkong yang dilakukan oleh pemanen,
dan kegiatan ini jelas memberikan tambahan beban
Al Ulum Seri Sainstek, Volume VI Nomor 1, Tahun 2018
42
kepada pemanen. Pemanen melangsir TBS ke dataran
tinggi hanya semampunya saja, sehingga ini
mengakibatkan tingginya restan, sebagian besar
produksi tertinggal didalam kebun akan berpeluang di
curi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga
ini menjadi perhatian khusus oleh pihak perkebunan.
Dengan majunya dunia perkebunan,beberapa
perusahaan alat berat mengenalkan alat pengangkutan
yang mampu mempermudah kegiatan pengangkutan
TBS kelapa sawit khususnya pada lahan yang
bertofograpi berbukit dan rendah yaitu dengan
menggunakan Whell tractor, sehingga ini menjadi
alasan kuat perusahaan perkebunan mengganti alat
pengangkut TBS dengan menggunakan Whell tractor
dengan kapasitas daya angkut yang tinggi yaitu
mencapai 4-6 ton/trip dan mampu melalui jalan
produksi tanpa ada pembatas seperti, masa curah hujan
tinggi sehingga hasil produksi terangkut maksimal dan
mampu meminimalisir buah restan dan didukung oleh
biaya pokok yang relatif lebih rendah dibandingkan
dengan menggunakan Pick up.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pengangkutan dengan menggunakan Whell tractor
dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah
Rp1.198.691.580.
2. Biaya pengangkutan TBS yang tertinggi pada areal
berbukit dan rendah adalah pada tahun 2015 dengan
harga Rp 30,00/Kg TBS di lahan yang berbukit dan
Rp 26,00/Kg TBS dilahan yang rendah.
3. Dapat diketahui kegiatan pengangkutan TBS kelapa
sawit di kebun Tanjung Kelilingdengan
menggunakan Whell tractor sangat efektif dan
efisien, karena mampu mengangkut hasil produksi
tanpa ada faktor pembatas seperti curah hujan yang
tinggi, lahan yang bertofograpi berbukit dan
bertofograpi rendah dan tingkat kerusakan jalan
yang tinggi, sehingga kegiatan pengangkutan TBS
kelapa sawit dengan menggunakan Whell tractor
mampu meminimalisir kerugian dan menghasilkan
keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.
Saran
1. Pemiliharaan jalan produksi harus selalu dilakukan
agar tidak mengakibatkan kerusakan jalan yang
lebih parah akibat sering dilalui oleh alat berat
seperti Whell tractor.
2. Manajemen transportasi harus ditingkatkan, serta
pengawasan dan keamanan harus ditingkatkan,
agar meminimalisir tindakan pencurian buah.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Indonesia.Edisi 2. (Hal 94-96). Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Hidayat T.,Iman Yani dan Yusran Pangaribuan 2013.
Bunga, Buah dan Produksi Kelapa Sawit. Seri
Populer 13. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Sulistyo,B. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. (Hal 125,
126, dan 129. PT Balai Pustaka. Jakarta.
Tim Pengembangan Materi LPP. 2007. Buku Pintar
Mandor. Seri Budidaya Tanaman Kelapa
Sawit.(Hal 13 dan 149).LPP press.Yogyakarta.
Wahyuni, M. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit
Sekolah Tinggi Imu Pertanian Agrobisnis
Perkebunan.Medan.
Fauzi, Y. 2008. Budidaya Pemanfaatan Hasil &
Limbah Analisis Usaha & Pemasaran. (Hal
116). Penebar Swadaya . Depok.
Hidayat T.,Iman Yani danYusran Pangaribuan 2013.
Air & Kelapa Sawit. Seri Kelapa Sawit Populer
12. (Hal 18).Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan.
Pahan, Iyung .2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Recommended