View
227
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
PROPOSAL DESIGN PROJECT SANGGAR BACA PANDA
(Sanggar Baca Harapan Anak Desa)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Manajemen Proyek Pembangunan
Dosen Pengampu: Joko Purnomo, S.IP.,M.A.
Oleh :
Arnis Bella Safira
NIM. 145120400111037
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BASIC DATA PROJECT
Nama Proyek : Sanggar Baca PANDA
Lokasi : Desa Tegalweru - (perbatasan Kota Malang-Batu)
Nama Organisasi : Sanggar Baca PANDA
Mitra Kerja : Komunitas Jendela
1001 Buku
Sahabat Pulau
Kemitraan kontrak dengan Yamaha Music, Greebel, dan Gramedia
Warehouse.
Durasi Kegiatan : 1 tahun (sustainable)
Proyek ini dibangun dalam jangka waktu 1 tahun, akan tetapi dapat
terus bersifat sustainable selama masyarakat berkomitmen menjaga
pengelolaan untuk tetap berjalan baik, dengan evaluasi berkala dari
organisasi.
ORGANIZATIONAL BACKGROUND
Nama Organisasi : Sanggar Baca PANDA (Sanggar Baca Harapan Anak Desa)
Fokus Organisasi : Merupakan organisasi nonprofit di bidang Seni Budaya &
Pendidikan Informal yang memfasilitasi akses bagi anak-anak di
wilayah pedesaan terhadap rumah baca multimedia dan sanggar
seni.
Citra Organisasi :
Sanggar Baca PANDA merupakan sebuah organsisasi berbasis aksi kepemudaan yang
bergerak di bidang pendidikan alternatif (non-formal) bagi anak-anak di desa tertinggal di
seluruh Indonesia. Kami mendedikasikan diri bagi anak-anak desa dengan jalan memfasilitasi
pendirian rumah baca multimedia sekaligus sanggar seni (Studio Seni), untuk memberikan
kesempatan bagi mereka dalam mengekspresikan kebutuhan seni sekaligus membuka
cakrawala dunia.
Kami percaya bahwa seni dan kreativitas serta ilmu pengetahuan akan membawa perubahan
berarti bagi anak-anak bangsa. Namun keterbatasan perekonomian pedesaan, terutama di desa
desa yang belum tersentuh pembangunan merata, selama ini masih menjadi kendala terbesar
dalam mewujudkan cita-cita mulia untuk membangun generasi muda. Banyak anak-anak desa
dengan latar belakang perekonomian keluarga berpenghasilan rendah, tidak mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan dasarapalagi untuk menjamin kebutuhan akan ekspresi
seni. Maka dari itu, dengan membukakan akses anak-anak desa terhadap seni dan literasi,
Sanggar Baca PANDA berharap dapat memberikan kesempatan belajar bagi mereka untuk
menciptakan generasi muda yang berwawasan luas dan memiliki kreatifitas tanpa batas.
Nama Sanggar Baca PANDA memiliki sejumlah makna yang mencerminkan tujuannya.
Sanggar merupakan tempat untuk mengekspresikan kebutuhan seni, baik itu seni tari, lukis,
musik, dan lain sebagainya. Kata 'Baca' menunjukkan visi kami untuk menyebarkan budaya
membaca yang diharapkan akan memperkaya pengetahuan maupun daya imajinasi anak-
anak. PANDA atau yang merupakan singkatan dari "Harapan Anak Desa" memperlihatkan
cita-cita kami untuk mengembangkan potensi generasi muda (anak-anak) yang nantinya akan
menggerakkan desanya menuju kesejahteraan.
Dengan demikian fokus kegiatan Sanggar Baca PANDA berlandaskan pada tujuan human
development dibidang pendidikan non-formal, melalui program pendirian rumah baca-
multimedia dan sanggar seni, donasi buku, donasi dana, kegiatan bermain dan belajar, dan
lain sebagainya.
Visi Organisasi
Berdedikasi kepada anak negeri dengan jalan berbagi sumber ilmu pengetahuan serta ruang
mengekspresikan seni.
Misi Organisasi
(1) Menjadi wadah kepedulian pemuda terhadap pendidikan non-formal bagi anak-anak
di wilayah pedesaan tertinggal.
(2) Memfasilitasi anak-anak desa terhadap media infomasi literasi dan ekspresi seni,
dengan mempelopori pendirian rumah baca dan pengelolaan sanggar seni multimedia
interaktif.
(3) Menyebarkan budaya baca dan ekspresi seni sebagai pendidikan alternatif untuk
mengembangkan potensi anak, melalui kegiatan-kegiatan yang dimotori oleh para
relawan.
(4) Membuka cakrawala anak-anak di desa tertinggal untuk tumbuh menjadi generasi
penerus yang berwawasan dan penuh kreatifitas serta inovasi.
Nilai-nilai
Nilai yang menjadi orientasi terpenting dalam Sanggar Baca PANDA adalah untuk peduli
terhadap kebutuhan anak-anak pedesaan, menyumbangkan tenaga dan ide untuk menciptakan
ruang belajar non formal yang menyenangkan, dan kemauan untuk memajukan pendidikan
bagi anak-anak di desa tertinggal.
CONTEXTUAL ANALYSIS
A. Problem Specifics
Sebagai sebuah kota yang telah lama dikenal dengan ikon Kota Pendidikan, setiap
tahunnya Kota Malang telah mampu menarik minat ribuan pendatang untuk mengenyam
pendidikan. Sektor pendidikan memang selalu menjadi daya tarik utama dari kota Malang
karena didukung dengan banyaknya institusi pendidikan di berbagai jenjang, mulai dari
tingkat Playgroup yang berstandar Internasional, hingga jajaran Kampus yang menjulang
tinggi memenuhi ruang kota Malang. Seiring potensi peningkatan jumlah pendatang yang
membutuhkan pendidikan, setiap institusi kini bersaing ketat untuk meningkatkan fasilitas
maupun pelayanan pendidikan mereka. Oleh sebab itu, tak heran apabila berbagai sarana
pendukung di masing-masing institusi mulai dilengkapi agar tetap menarik minat para
pelajar.
Fenomena pembangunan ini bahkan tidak hanya gencar dilakukan oleh institusi
pendidikan formal, melainkan telah merambah juga ke sektor pendidikan non formal seperti
lembaga bimbingan belajar, lembaga bimbingan bahasa, dan lain sebagainya. Dengan
demikian, maka sudah sewajarnya masyarakat Kota Malang akan selalu memiliki pilihan
yang beragam dalam menentukan manakah institusi pendidikan yang terbaik bagi mereka,
yang dapat mengakomodasi tidak hanya kebutuhan akademis saja, namun juga kebutuhan
non akademis seperti seni dan keterampilan. Hal ini seringkali menjadi prioritas karena
adanya pertimbangan bahwa di era sekarang ini, seseorang tidak hanya dituntut memiliki
kecerdasan agar bisa bersaing dan sukses, namun juga perlu memiliki nilai plus dalam hal
skill tertentu serta berwawasan yang luas.
Namun, gemerlapnya pembangunan pendidikan di Kota Malang sesungguhnya tidak
benar-benar bisa dirasakan oleh semua warganya. Beberapa desa di pinggiran kota Malang,
misalnya, hampir tidak merasakan adanya sentuhan pembangunan pendidikan yang berarti.
Sekolah-sekolah memang dibangun, namun dengan fasilitas seadanya. Belum lagi soal fakta
bahwa hanya dibangun satu sekolah dalam suatu lingkungan, sehingga bagi sebagian orang
harus ditempuh lebih jauh dan dengan akses transportasi tidak mudah. Salah satu kondisi
nyata dalam permasalahan ini adalah di Desa Tegalweru yang terletak di Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang. Berbatasan dengan kota Batu dan Kecamatan Karangploso di sebelah
Utara, Desa Tegalweru terletak di wilayah dataran tinggi perbatasan kota Malang. Wilayah di
bagian utara didominasi oleh perkebunan jeruk dan sayuran, sehingga mata pencaharian
utama di daerah ini adalah di sektor agraria. Melihat kondisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa desa Tegalweru merupakan salah satu wilayah di kota Malang yang
terbilang cukup terpencil dari akses pendidikan (keberadaan sekolah yang jarang dan jarak
tempuh yang jauh), tidak tersedianya akses perpustakaan yang berstandar baik, dan juga tidak
adanya fasilitas seni (studio musik, sanggar tari, dsb). Melihat kondisi dari lingkungan sekitar
juga mengindikasikan bahwa desa tersebut masih belum secara maksimal tersentuh
pembangunan dari pemerintah, khususnya di bidang pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam kegiatan survei lapangan, penulis
berupaya melakukan pendekatan terhadap target sasaran masyarakat dalam memahami
permasalahan kurangnya akses terhadap pendidikan non formal. Temuan yang didapat
menunjukkan bahwa sekolah memang ada, namun fasilitas yang diberikan tidak dapat
menunjang kebutuhan siswa untuk mengembangkan potensi diri secara lebih maksimal agar
dapat bersaing di dunia kerja nantinya. Padahal, seni dan kreativitas serta luasnya cakrawala
pengetahuan adalah suatu modal yang akan membawa perubahan berarti bagi anak-anak
bangsa, terutama dalam menggerakkan kemajuan bagi desanya. Tidak cukup hanya dengan
belajar menyerap ilmu, namun salah satu yang terpenting adalah bagaimana individu dapat
membentuk identitas uniknya dengan kemampuan tertentu yang akan menjadi nilai jual
bagi dirinya di masa depan. Selama ini, kegiatan yang menjadi rutinitas anak-anak di desa
Tegalweru setelah sekolah hanyalah bermain-main saja, atau bagi mereka yang kurang
beruntung, harus membantu perekonomian keluarga.
Dengan keterbatasan akses terhadap pemenuhan kebutuhan akan ekspresi seni,
misalnya, menjadikan kebutuhan ini terpaksa ditinggalkan oleh anak-anak desa Tegalweru
yang tidak memiliki kesempatan sama seperti anak-anak lainnya di Kota Malang. Maka dari
itu, Sanggar Baca PANDA hadir untuk memberikan perhatian lebih terhadap permasalahan
tersebut. Dengan membukakan akses anak-anak desa Tegalweru terhadap seni dan literasi,
Sanggar Baca PANDA berharap dapat memberikan kesempatan belajar bagi
Recommended