View
220
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Kedokteran
Citation preview
Herpes zoster
Pendahuluan
Latar Belakang
Virus Varicella-zoster (VZV) merupakan agen penyebab cacar air, yang
merupakan infeksi umum yang terjadi pada anak-anak. Setelah cacar air
sembuh, VZV tinggal secara dorman ganglion akar dorsal spinalis sampai
muncul reaktivasi berupa herpes zoster (shingles). “Shingles” adalah sindrom
yang karakteristiknya berupa rash vesikuler unilateral yang nyeri, biasanya
terbatas dalam distribusi dermatomal. Kadang-kadang, terutama pada pasien
immunocompromised, infeksinya dapat menyebar dan menghasilkan penyakit
sistemik yang berat, melibatkan beberapa organ viseral dan banyak dermatom
(disseminated zoster).
Herpes zoster biasanya memiliki gejala yang ringan, namun dapat terjadi
komplikasi, mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa.
Complicated herpes zoster menunjuk kepada infeksi yang terjadi pada pasien
gangguan sistem imun atau yang manifestasinya melibatkan mata. Pada pasien
tertentu, pengobatan dini dengan antivirus dan mungkin kortikosteroid telah
menunjukkan penurunan lamanya penyakit dan untuk mencegah atau
memperbaiki komplikasi.
Patofisiologi
Penyebab mengapa tepatnya VZV menjadi reaktif belum dipahami
sepenuhnya. Bagaimanapun, kekebalan spesifik dengan perantara sel terhadap
VZV menjadi faktor utama dalam menentukan reaktivasi VZV. Kekebalan ini
menurun seiring dengan pertambahan usia dan pada pasien dengan keganasan.
Kelompok pasien ini lebih sering terkena herpes zoster. Pasien dengan
hypogammaglobulinemia (suatu defek kekebalan humoral, namun seluluernya
tidak) tidak lebih sering menderita zoster. Ini menyokong pemikiran bahwa
kekebalan yang diperantarai sel memiliki peranan penting dalam pathogenesis
terjadinya infeksi VZV.
Reaktivasi VZV menyebabkan inflamasi pada akar dorsal ganglion disertai
nekrosis hemoragik dari sel-sel saraf sehingga terjadi hilangnya neuron dan
terbentuk fibrosis. Distribusi rash berhubungan dengan daerah sensorik dari
neuron yang terinfeksi di dalam ganglion tertentu. Lokasi anatomis dari
dermatom yang terlibat seringkali menentukan manifestasi yang mungkin
timbul (misalnya herpes zotster oftalmikus menyebabkan komplikasi mata bila
melibatkan ganglion trigeminus).
Frekuensi
Sekitar 95% orang dewasa di Amerika Serikat memiliki antibodi terhadap
virus varicella-zoster dan rentan terhadap munculnya reaktivasi. Seseorang
dengan usia berapapun dapat menderita zoster, namun insidensnya meningkat
seiring dengan usia akibat menurunnya kekebalan. Sekitar 4% pasien dengan
zoster akan mengalami episode berulang atau kekambuhan di kemudian hari.
Penelitian terhadap pasien di sebuah health maintenance organization (HMO)
di Amerika menunjukkan 1075 kasus sejak tahun 1990-1992. Berikut
karakteristik yang tercatat:
[if !supportLists]· [endif]Indisens saat itu 215 per 100.000 orang per tahun
[if !supportLists]· [endif]Pasien lanjut usia memiliki risiko lebih besar (1424
kasus per 100.000 orang per tahun uuntuk usia >75 tahun)
[if !supportLists]· [endif]kurang dari 5% kasus terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda
[if !supportLists]· [endif]3 dari 4 pasien dengan zoster yang rekuren atau
kambuh menderita HIV positif
Mortalitas/Morbiditas
[if !supportLists]· [endif]Komplikasi umum herpes zoster adalah neuralgia
post herpetik, yaitu nyeri yang menetap lebih dari 1 bulan setelah
penyembuhan rash vesikuler. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien
berusia >50 tahun. Neuralgia post herpetik dapat terjadi sebagai kelanjutan
nyeri yang menyertai herpes zoster akut, atau mungkin terjadi mengikuti
reaktivasi zoster yang sudah sembuh. Nyeri dari neuralgia postherpetik
biasanya berkurang dalam 6 bulan. Namun sekitar 1 % pasien terus menderita
nyeri selama satu tahun atau lebih.
[if !supportLists]· [endif]Herpes zoster dapat dikaitkan dengan infeksi bakteri
sekunder di daerah yang terkena rash (biasanya streptokokus atau
stafilokokus)
[if !supportLists]· [endif]Hepes zoster yang melibatkan cabang ke dua nervus
trigeminus dapat menyebabkan terjadinya konjungtivitis, keratitis, ulkus
kornea, iridosiklitis, glaukoma, dan kebutaan.
[if !supportLists]· [endif]Komplikasi dari sindrom Ramsay Hunt (zoster yang
melibatkan nervus kranialis V, IX, dan X) dapat meliputi kelemahan nervus
fasialis perifer dan ketulian.
[if !supportLists]· [endif]Meningoensefalitis sekunder pada herpes zoster
sepertinya lebih sering terlihat pada penderita immunocompromised daripada
pasien yang immunocompetent. Komplikasi SSP lainnya dapat meliputi
myelitis, kelumpuhan saraf kranial, dan angiitis granulomatosa. Angiitis
granulomatosa dapat menyebabkan berkembangnya gangguan
serebrovaskuler.
[if !supportLists]· [endif]Zoster yang bersifat diseminata dapat terlihat pada
pasien immunocompromised. Pada beberapa kasus, penyebaran secara
hematogen dapat menyebabkan terlibatnya beberapa dermatom. Selain itu juga
dapat terjadi gangguan viseral. Keterlibatan sistemik ini dapat berakhir dengan
kematian akibat ensefalitis, hepatitis, atau pneumonitis.
Ras
Orang berkulit hitam memiliki ¼ kali kemungkinan terkena herpes zoster
dibandingkan orang kulit putih
Jenis Kelamin
Insidens sama antara pria dan wanita
Usia
Insidens herpes zoster meningkat seiring usia. Sekitar 80% kasus terjadi pada
orang berusia >20 tahun. <5%>
KLINIS
Riwayat
Nyeri prodromal mendahului munculnya rash pada sekitar 75% pasien, secara
khas terbatas pada distribusi dermatom yang sama. Awalnya terbentuk vesikel,
kemudian rash ini menjadi pustul dan kemudian terbentuk krusta setelah >7-10
hari. Sama seperti cacar air, begitu terbentuk krusta maka lesinya tidak lagi
infeksius. Jaringan parut dan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dapat
menetap untuk jangka waktu lama.
[if !supportLists]· [endif]Kebanyakan pasien menyatakan nyeri yang timbul
berupa rasa seperti terbakar, berdenyut, atau ditusuk-tusuk
[if !supportLists]· [endif]Area yang terkena teraba lunak
[if !supportLists]· [endif]Rash dapat terasa gatal
[if !supportLists]· [endif]Tergantung dermatom yang terlibat, nyeri dapat
berhubungan dengan gejala etiologi lainnya, seperti kolik renalis, nyeri bilier,
atau sindrom koroner akut
[if !supportLists]· [endif]Zoster umumnya terbatas dalam satu dermatom atau
seringkali dua atau tiga dermatom yang berbatasan pada host normal
[if !supportLists]· [endif]Dermatom thoraks adalah tempat tersering, diikuti
oleh dermatom lumbalis
[if !supportLists]· [endif]kurang dari 20% pasien mengalami gejala sistemik
seperti sakit kepala, demam, malaise, atau fatigue
[if !supportLists]· [endif]Lamanya nyeri bervariasi, namun biasanya kurang
dari 1 bulan
[if !supportLists]o [endif]Nyeri yang bertahan lebih dari satu bulan mengarah
kepada postherpetik neuralgia
[if !supportLists]o [endif]10-15% pasien akan menderita nyeri selama lebih
dari satu bulan
[if !supportLists]o [endif]Zoster sine herpete adalah nyeri dan parestesi
sepanjang dermatom tanpa adanya gejala yang terlihat pada kulit
Pemeriksaan Fisik
[if !supportLists]· [endif]Temuan utama pada pemeriksaan fisik adalah rash
yang tersebar pada dermatom unilateral; di mana rash tersebut dapat
membentuk eritem, vesikel, pustule, atau krusta, tergantung pada tahapan
penyakit.
[if !supportLists]o [endif]Rash yang muncul berbentuk khas “herpetik”:
vesikel-vesikel kecil berkelompok pada dasar yang eritematous. Seringkali
dideskripsikan sebagai “tetesan embun di atas kelopak mawar”
[if !supportLists]o [endif]Jarang terjadi rash bilateral
[if !supportLists]o [endif]Lesi zoster timbul secara simultan dan menetap pada
tahap penyembuhan yang sama
[if !supportLists]o [endif]Lesi pada ujung hidung menunjukkan adanya
keterlibatan nervus nasosiliaris; temuan ini mengharuskan dilakukannya
pemeriksaan slit-lamp dengan pewarnaan fluoresens untuk mencari adanya
lesi kornea dari keratitis herpetik
[if !supportLists]· [endif]Temuan pada pemeriksaan fisik juga bergantung
pada dermatom yang terlibat, misalnya sbb:
[if !supportLists]o [endif]Ulkus kornea
[if !supportLists]o [endif]Limfadenopati regional
[if !supportLists]o [endif]Kelumpuhan saraf cranial
[if !supportLists]o [endif]Kelumpuhan nervus fasialis perifer
[if !supportLists]o [endif]Delirium, konfusi, koma (pada pasien dengan
meningoensefalitis)
Penyebab
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi VZV
Diagnosis Banding
Apendisitis akut
Bell’s palsy
Kolesistitis dan kolik bilier
Konjungtivitis
Ulkus kornea dan keratitis ulseratif
Glaukoma akut sudut tertutup
Herpes simpleks
Herpes zoster
Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster otikus
Batu ginjal
Neuralgia trigeminal
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan
Coxsakievirus
Pyoderma superficial
WORKUPS
Laboratorium
[if !supportLists]· [endif]Diagnosis herpes zoster terutama didasarkan pada
temuan klinis, terutama dari lokasi dan bentuk erupsi kulit yang khas dan
berhungan dengan nyeri yang terlokalisasi. Namun pada beberapa pasien,
gambaran herpes zoster dapat tidak khas dan mungkin memerlukan beberapa
pemeriksaan tambahan. Hal ini sangat nyata pada pasien dengan gangguan
imunitas.
[if !supportLists]· [endif]Virus varicella-zoster dapat dikultur; hal ini memiliki
kegunaan terbatas hanya dalam penelitian karena memerlukan waktu lama
untuk pertumbuhan virusnya.
[if !supportLists]· [endif]Jika diperlukan, diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan mengirimkan hasil swab ke laboratorium. Angkat bagian puncak lesi
dan lakukan swab pada dasar lesi. Kemudian buat sediaan hapus yang
dikeringkan di udara lalu dikirim ke laboratorium untuk pewarnaan dengan
antibody immunoflurescent. Swab ini juga dapat ditempatkan di dalam media
transport untuk mendeteksi adanya DNA virus menggunakan PCR
(polymerase chain reaction).
[if !supportLists]· [endif]Percobaan Tzanck dapat diperoleh dari lesi vesikuler,
namun percobaan ini tidak dapat membedakan jenis-jenis infeksi virus
varicella-zoster seperti herpes zoster dengan herpes simpleks
[if !supportLists]· [endif]Bila ada indikasi, pengobatan dilakukan secara
empiris, jangan menunda pengobatan untuk menunggu hasil tes diagnostik
Uji Lainnya
[if !supportLists]· [endif]Uji antibodi monoklonal
[if !supportLists]· [endif]Uji sel mononuklear darah untuk mencari DNA virus
(penelitian)
Prosedur
[if !supportLists]· [endif]Biopsy untuk uji imunofluoresens direk (jarang
dilakukan)
PENATALAKSANAAN
Perawatan di Unit Gawat Darurat
Pengobatan simtomatis
[if !supportLists]· [endif]Pasien dengan herpes zoster biasanya mengalami
nyeri. Terapi dengan antivirus dan steroid hanya sedikit meredakan nyeri,
sehingga seringkali diperlukan pemberian analgetik.
[if !supportLists]o [endif]Terapi awal dapat meliputi obat Anti Inflamasi Non
Steroid (AINS)
[if !supportLists]o [endif]Pada beberapa kasus diperlukan analgetik narkotik
[if !supportLists]· [endif]Kompres dengan pembalut menggunakan air keran
atau 5% alumunium asetat (larutan Burow). Diletakkan pada kulit yang
terkena selama 30-60 menit 4-6 kali sehari
[if !supportLists]· [endif]Losion yang lembut (misalnya lotio Calamina) dapat
membantu mengurangi rasa tidak nyaman
Terapi antivirus untuk herpes zoster tanpa komplikasi
Sasaran pemberian terapi antiviral adalah untuk mengurangi nyeri, untuk
meningkatkan penyembuhan lesi kulit, dan untuk mencegah atau mengurangi
tingkat keparahan neuralgia posherpetik. Asiklovir dan antivirus yang lebih
baru valasiklovir dan famsiklovir telah menunjukkan efektivitasnya jika
diberikan dalam 48-72 jam dari munculnya rash. Agen yang terbaru memiliki
bioavailabilitas yang lebih baik dan tidak perlu diberikan terlalu sering. Hasil
penelitian meliputi waktu yang diperlukan lesi kulit sampai terbentuknya
krusta, durasi dan berat ringannya nyeri akut serta durasi dan insidens
terjadinya neuralgia postherpetik.
Asiklovir merupakan antivirus yang paling banyak diteliti dan dianjurkan,
namun dalam percobaan perbandingan secara tertutup dan random ditemukan
bahwa valasiklovir lebih baik daripada asiklovir. Percobaan ini menyertakan
lebih dari 1100 pasien dengan herpes zoster tanpa komplikasi dengan usia
lebih dari 50 tahun. Ditemukan efek samping yang serupa pada kedua
kelompok. Hasil evaluasi akhir meliputti kesembuhan dari nyeri akut dan
lamanya neuralgia postherpetik.
Lamanya pengobatan menggunakan antivirus pada penelitian bervariasi antara
7-21 hari. Berdasarkan literatur terbaru, untuk pasien yang imunokompeten
diberikan asiklovir selama 7-10 hari atau 7 hari untuk antivirus yang terbaru.
Pasien dengan immunocompromise mungkin memerlukan waktu pemberian
yang lebih lama.
Terapi kombinasi antivirus dan kortikosteroid untuk herpes zoster tanpa
komplikasi
Penambahan kortikosteroid telah dievaluasi pada pasien yang diobati dengan
asiklovir. Manfaat steroid terdiri dari percepatan proses penyembuhan lesi dan
resolusi nyeri akut yang lebih cepat. Meskipun secara statistik signifikan,
namun manfaatnya tidak banyak. Tidak ada efek terhadap perkembangan atau
durasi neuralgia postherpetik.
Steroid belum diteliti bersama valasiklovir atau famsiklovir, jadi belum
diketahui manfaatnya. Penambahan terapi steroid perlu dipertimbangkan
hanya untuk pasien dengan gejala berat. Steroid tidak boleh diberikan sendiri
(tanpa terapi antivirus) karena ditakutkan malah akan mendukung terjadinya
replikasi virus. Pengaruh steroid pada infeksi sekunder kulit belum diketahui.
Beberapa pengarang menyatakan bahwa steroid dapat meningkatkan risiko.
Prednison 40-60 mg/hari, merupakan pilihan yang baik jika diperlukan
penggunaan steroid. Lamanya pemberian terapi steroid untuk hasil optimal
belum diketahui. Jika diberikan, pemberian steroid bersamaan dnegan terapi
antiviral nampaknya cukup beralasan. Lamanya pemberian steroid ini tidak
boleh lebih lama daripada pemberian antiviral.
Penatalaksanaan herpes zoster dengan komplikasi
Pasien yang penekanan sistem imun memiliki risiko infeksi kulit yang lebih
luas atau menderita penyakit yang lebih luas. Meskipun belum ada bukti kuat,
berikut adalah beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengobati herpes
zoster pada kelompok pasien ini.
[if !supportLists]· [endif]Berikan antivirus pada semua pasien dengan
penekanan sistem imun, meskipun onset gejala sudah lebih dari 72 jam.
[if !supportLists]· [endif]Jika memilih valasiklovir sebaiknya diberikan secara
per oral
[if !supportLists]· [endif]Pertimbangkan pengobatan menggunakan asiklovir
intravena untuk pasien-pasien berikut:
[if !supportLists]o [endif]Pasien transplantasi segera setelah transplantasi
dilakukan atau saat perawatan untuk mencegah reaksi penolakan
[if !supportLists]o [endif]Pasien dengan HIV lanjut
[if !supportLists]o [endif]Pasien dengan keterlibatan kulit luas atau penyakit
viseral
Penatalaksanaan herpes zoster oftalmikus
Dua percobaan untuk membandingkan antara famsiklovor atau valasiklovir
pada pasien dengan herpes zoster oftalmikus menunjukkan hasil yang
seimbang antara keduanya.
Konsultasi
Konsultasi pada umumnya tidak diperlukan pada pasien tanpa komplikasi.
Pasien dengan herpes zoster oftalmik bianya perlu dikonsulkan kepada
oftalmologis. Konsultasi dengan penyakit menular atau spesialis lain yang
tepat perlu dipertimbangkan pada kasus zoster diseminata atau zoster yang
melibatkan viseral.
PENGOBATAN
Sasaran pada terapi herpes zoster adalah untuk (1) mempersingkat pengobatan
klinis, (2) pemberian analgetik, (3) pencegahan komplikasi, dan (4)
menurunkan insidens neuralgia postherpetik. Meteanalisis dan percobaan acak
terkontrol menunjukkan bahwa pemberian agen-agen antiviral asiklovir,
famsiklovir, dan valasiklovir yang dimulai dalam 72 jam setelah munculnya
rash, akan menurunkan beratnya penyakit dan lamanya nyeri akut, diikuti
dengan menurunnya insidens neuralgia postherpetik.
Kategori obat: Antivirus
Antivirus asiklovir dapat menurunkan insidens neuralgia postherpetik.
Famsiklovir dan valasiklovir (2 agen antivirus dengan kandungan menyerupai
asiklovir) menawarkan pemberian dosis regimen yang lebih baik dibandingkan
asiklovir namun belum banyak diteliti.
Nama Obat Asiklovir
Deskripsi Mengurangi lamanya lesi simtomatik.
Diindikasikan bagi pasien yang onset rashnya
muncul dalam 48 jam. Pasien yang diobati
menunjukkan berkurangnya nyeri dan
penyembuhan lesi kulit yang lebih cepat
Dosis Dewasa Dewasa immunocompromised: 800mg PO tiap
4 jam (5 kali/hari) selama 7-10 hari; alternatif
lain: 10 mg/kg/dosis atau 500 mg/m2/dosis IV
tiap 8 jam
Dosis Pediatrik Anak immunocompromised: 250-600
mg/m2/dosis PO 4-5 kali/hari selama 7-10 hari;
alternative lain: 10 mg/kg/dosis atau 500
mg/m2/dosis IV tiap 8 jam
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Probenesid atau zidovudin memperpanjang
waktu paruh dan meningkatkan toksisitas SSP
Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui pada
manusia namun telah terlihat pada beberapa
studi terhadap hewan
Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau
pemberian bersama dengan obat-obat
nefrotoksik lainnya
Nama Obat Famsiklovir
Deskripsi Merupakan suatu prodrug, yang jika
mengalami biotransformasi maka metabolit
aktifnya, pensiklovir, dapat menghambat
sintesis atau replikasi DNA virus
Dosis Dewasa 500 mg PO tiap 8 jam selama 7 hari
Dosis Pediatrik Belum ditentukan
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Probenesid atau simetidin dapat
meningkatkan toksisitas; meningkatkan
bioavailabilitas digoksin
Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui
pada manusia namun telah terlihat pada
beberapa studi terhadap hewan
Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau
pemberian bersama dengan obat-obat
nefrotoksik lainnya
Nama Obat Valasiklovir
Deskripsi Merupakan suatu prodrug yang secara cepat
diubah menjadi asiklovir sebelum
menggunakan aktivitas antivirusnya. Lebih
mahal, namun pemberian dosis lebih nyaman
dibandingkan asiklovir.
Dosis Dewasa 1000 mg PO setiap 8 jam selama 7 hari
Dosis Pediatrik Belum ditentukan
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Probenesid, zidovudin, atau simetidin
memperpanajng waktu paruh dan
meningkatkan toksisitas terhadap SSP
Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui
pada manusia namun telah terlihat pada
beberapa studi terhadap hewan
Pencegahan Perhatian bagi penderita gagal ginjal atau
pemberian bersama dengan obat-obat
nefrotoksik lainnya; dihubungkan dengan
munculnya hemolytic uremic syndrome
Kategori obat: Kortikosteroid
Obat ini memiliki unsur sebagai antiinflamasi dan menyebabkan efek
metabolik yang besar dan bervariasi. Kortikosteroid mengubah respon imun
tubuh terhadap berbagai rangsangan. Tambahan prednison oral terhadap
pemberian asiklovir menunjukkan berkurangnya nyeri, mempercepat
penyembuhan lesi, dan memungkinkan penderita pulih lebih cepat untuk
kembali menjalani aktivitas sehari-hari.
Nama Obat Prednison
Deskripsi Kortikosteroid tambahan terhadap asiklovir
menghasilkan penurunan nyeri akut namun
tidak menurunkan nyeri jangka panjang.
Salah satu studi juga menunjukkan adanya
penyembuhan awal rash yang lebih cepat,
meskipun waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan rash secara sempurna tidak
berubah
Dosis Dewasa 60 mg/hari PO diturunkan perlahan lebih
dari 3 minggu
Dosis Pediatrik 0,05-2 mg/kg PO terbagi dalam dua sampai
tiga kali/hari; turunkan perlahan dalam 2
minggu
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; infeksi virus,
jamur, tuberkulosis kulit, infeksi jaringan
ikat; ulkus peptikum; gangguan fungsi hati;
perdarahan atau ulserasi saluran cerna
Interaksi Pemberian bersamaan dengan estrogen
dapat menurunkan klirens; penggunaan
bersamaan digoksin dapat menyebabkan
toksisitas digitalis sekunder akibat
hipokalemia; fenobarbital, fenitoin, dan
rifampisin dapat meningkatkan metabolisme
glukokortikoid (pertimbangkan untuk
meningkatkan dosis pemeliharaan); awasi
kemungkinan hipokalemia dengan
pemberian bersamaan diuretik
Kehamilan B – risiko terhadap janin belum diketahui
pada manusia namun telah terlihat pada
beberapa studi terhadap hewan
Pencegahan Penghentian obat secara tiba-tiba dapat
menyebabkan krisis adrenal; hiperglikemia,
edema, osteonekrosis, miopati, ulkus
peptikum, hipokalemia, osteoporosis,
euforia, psikosis, myasthenia gravis,
gangguan pertumbuhan, dan infeksi dapat
terjadi pada penggunaan glukokortikoid
Kategori obat: Analgetik
Pengendalian nyeri sangat penting dalam kualitas perawatan pasien. Analgetik
meningkatkan kenyamanan pasien, meningkatkan bersihan paru, dan
memungkinkan terapi pengaturan fisik. Sebagian besar analgetik memiliki
unsure sedatif yang bermanfaat bagi pasien dengan lesi kulit.
Nama Obat Asetaminofen
Deskripsi DOC untuk pengobatan nyeri pada
pasien yang (1) memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap aspirin atau
AINS, (2) memiliki penyakit saluran
cerna atas, atau (3) meminum obat-
obatan antikoagulan. Mengurangi
demam dengan kerjanya yang
langsung terhadap pusat pengaturan
suhu di hipotalamus, yang
meningkatkan penurunan suhu tubuh
melalui vasodilatasi dan berkeringat
Dosis Dewasa 325-650 mg PO setiap 6 jam, atau
1000mg tiga/empat kali sehari;
jangan >4 g/hari
Dosis Pediatrik kurang dari 12tahun: 10-15
mg/kg/dosis PO tiap 4 sampai 6 jam
prn, jangan lebih dari 2,6 g/hari
>12 tahun: 650 mg tiap 4 jam; jangan
>5 dosis dalam 24 jam
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; defisiensi
G-6-P
Interaksi Rifampisin dapat menurunkan efek
annalgesik; barbiturat, karbamazepin,
hidantoin, dan isoniazid dapat
meningkatkan hepatotoksisitas
Kehamilan B – risiko terhadap janin belum
diketahui pada manusia namun telah
terlihat pada beberapa studi terhadap
hewan
Pencegahan Hepatotoksisitas mungkin terjadi
pada alkoholik kronis mengikuti
kadar dosis yang bervariasi; nyeri
berat atau rekuren atau demam tinggi
atau terus menerus dapat
mengindikasikan adanya penyakit
serius; asetaminofen terdapat pada
banyak produk obat yang dijual
bebas, dan penggunaan dengan
kombinasi dengan produk-produk ini
dapat menyebabkan akumulasi dosis
asetaminofen sehingga melebihi dosis
maksimum yang dianjurkan
Nama Obat Ibuprofen
Deskripsi DOC untuk pengobatan nyeri ringan
sampai sedang, jika tidak terdapat
kontraindikasi. Menghambat reaksi
inflamasi dan nyeri,mungkin
melaluipenurunan aktivitas enzim
siklooksigenase, yang akhirnya
menghambatsintesis prostaglandin.
Merupakan salah satu dari AINS yang
dapat digunakan sebagai penurun
panas.
Dosis Dewasa 200-400 mg PO setiap 4-6 jam selama
masih ada gejala; jangan >3,2 g/hari
Dosis Pediatrik kurang dari 16 tahun: tidak
direkomendasikan karena berkaitan
dengan sindrom Reye
>16 tahun: dosis sesuai dewasa
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas; ulkus
peptikum; perforasi atau perdarahan
saluran cerna baru-baru ini;
insufisiensi renal; risiko tinggi terjadi
perdarahan
Interaksin Aspirin meningkatkan risiko efek
samping AINS yang serius;
probenesid dapat meningkatkan
konsentrasi dan, mungkin, toksisitas;
dapat menurunkan efek hidralazin,
captopril, dan beta-blocker; dapat
menurunkan efek diuretik dari
furosemid dan thiazide; dapat
meningkatkan PT pada pasien yang
mendapatkan obat antikoagulan
(awasi PT dan minta pasien untuk
mengamati tanda-tanda perdarahan);
dapat meningkatkan risiko keracunan
metotreksat; dapat meningkatkan
kadar fenitoin
Kehamilan D – risiko janin pada manusia;
digunakan hanya jika manfaat lebih
besar daripada risiko terhadap jannin
Pencegahan Hati-hati pemberian pada gagal
jantung kongestif, hipertensi, serta
penurunan fungsi ginjal dan hati;
perhatian pada abnormalitas koagulasi
darah atau selama terapi
menggunakan antikoagulan
Kategori Obat: Vaksin
Agen ini menghasilkan imunisasi aktif untuk meningkatkan resistensi tehadap
infeksi. Vaksin mengandung mikroorganisme yang dilemahkan atau
komponen seluler, yang bekerja sebagai antigen. Pemberian vaksin akan
merangsang produksi antibodi dengan unsur protektif tertentu.
Nama Obat Vaksin varicella zoster
Deskripsi Preparat strain virus varicella zoster
hidup yang dilemahkan. Terbukti
meningkatksn imunitas terhadap virus
herpes zoster (shingles) pada pasien
lansia. Mengurangi timbulnya
shingles pada orang berusia >60
tahun sampai sekitar 50%. Untuk
yang berusia 60-69 tahun, ia
mengurangi timbulnya shingles
sampai 64%. Juga dapat sedikit
mengurangi nyeri dibandingkan tanpa
vaksinasi pada mereka yang
menderita shingles.diindikasikan
sebagai pencegahan herpes zoster
terhadap pasien berusia >60 tahun
tanpa kontraindikasi
Dosis Dewasa kurang dari 60 tahun: belum
ditentukan
> 60 tahun: mengikuti keseluruhan isi
dalam vial, gunakan jarum steril dan
spuit yang terpisah untuk menarik
seluruh isi vial dan diberikan secara
SC; pada lengan kanan atas
Dosis Pediatrik Tidak diindikasikan
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas terhadap
vaksin atau komponennya (misalnya
gelatin, neomisin); riwayat
imunodefisiensi didapat atau
sekunder (misalnya leukemia,
limfoma, keganasan yang
mempengaruhhi sumsum tulang atau
system limfatik, AIDS); terapi yang
bersifat imunosupresif termasuk
kortikosteroid dosis tinggi;
tuberculosis aktif yang tidak diobati
Interaksin Belum ada yang dilaporkan
Kehamilan C – Risiko terhadap janin terlihat
pada penelitian pada hewan, namun
belum dipastikan atau belum
dilakukan penelitian terhadap
manusia; dapat digunakan bila
manfaat lebih besar daripada risiko
terhadap janin
Pencegahan Efek samping umum meliputi
eritema, nyeri, pembengkakan, gatal,
dan inflamasi pada daerah suntuikan;
juga dapat menyebabkan sakit kepala;
dapat menyebabkan ruam luas akibat
vaksin atau penyakit diseminata pada
penderita yang menjalani terapi
imunosupresif (lihat kontraindikasi);
tunda vaksinasi jika terdapat demam
atau penyakit akut; jangan
disuntikkan secara intravaskuler;
berikan dalam 30 menit; bukan
merupakan pengganti vaksin virus
varicella untuk anak-anak
FOLLOW-UP
Pencegahan
[if !supportLists]· [endif]Secara teoritis, vaksin varicella yang baru diberikan
akan mengurangi insidens zoster
[if !supportLists]· [endif]Saat ini sedang dikembangkan vaksin untuk
mencegah herpes zoster pada individu yang sebelumnya terinfeksi virus
varicella zoster
[if !supportLists]· [endif]Pasien dengan zoster dapat menularkan virusnya,
menyebabkan varicella (chickenpox) pada orang yang rentan
Komplikasi
[if !supportLists]· [endif]Neuralgia postherpetik
[if !supportLists]· [endif]Gangguan mata dengan zoster fasialis
[if !supportLists]· [endif]Meningoensefalitis
[if !supportLists]· [endif]Penyebaran kutaneus
[if !supportLists]· [endif]Superinfeksi pada lesi kulit
[if !supportLists]· [endif]Hepatitis/pneumonitis
[if !supportLists]· [endif]Kelemahan motorik perifer/mielitis segmental
[if !supportLists]· [endif]Sindrom nervus kranialis, khususnya oftalmikus dan
fasilis (sindrom Ramsay Hunt)
[if !supportLists]· [endif]Ulkus kornea
[if !supportLists]· [endif]Sindrom Guillain-Barre
Prognosis
[if !supportLists]· [endif]Ruam biasanay sembuh dalam 14 sampai 21 hari
[if !supportLists]· [endif]Neuralgia postherpetik didefinisikan sebagai nyeri
menetap sedikitnya 1 bulan setelah rash sembuh. Insidensnya meningkat
secara dramatis seiring dengan usia (yaitu 4% pada yang berusia 30-50 tahun,
50% pada pasien yang berusia >80 tahun)
LAIN-LAIN
Medical/Legal Pitfalls
[if !supportLists]· [endif]Kegagalan dalam mengenali keterlibatan nervus
nasosiliaris yang ditunjukkan oleh adanya lesi pada ujung hidung; oleh karena
itu gagal melakukan pemeriksaan slit-lamp dengan pewarnaan fluoresein
untuk mengidentifikasi adanya lesi dendritik di kornea dari keratitis herpetik
[if !supportLists]· [endif]Kegagalan dalam memberikan antivirus untuk
penderita immunocompromised
[if !supportLists]· [endif]Pemberian steroid tanpa disertai terapi berupa
antivirus
Sumber:
Krause RS. Herpes zoster. www.emedicine.com
Recommended