REPRESENTASI OPERATOR LINEAR DARI RUANG BARISAN ๐“ตKE RUANG BARISAN...

Preview:

Citation preview

REPRESENTASI OPERATOR LINEAR

DARI RUANG BARISAN ๐“ต๐Ÿ‘KE RUANG BARISAN ๐“ต๐Ÿ‘๐Ÿโ„

( Skripsi )

Oleh

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RISKY AULIA ULFA

ABSTRACT

REPRESENTATION OF LINEAR OPERATOR FROM FINITE

SEQUENCE SPACE ๐“ต๐Ÿ‘ TOSEQUENCE SPACE ๐“ต๐Ÿ‘๐Ÿโ„

by

Risky Aulia Ulfa

Themapping of vector space, especially on norm space is called operator. One of

the cases about the operator, in case of linear operator, is the operator which works

on sequence space. There are many cases in the linear operator from one sequence

space to another which can be represented by infinite matrices. The infinite

matrices are the matrices which sized infinite times infinite.

for A :โ„“3 โ†’ โ„“32โ„,where A = [

a11 a12 โ€ฆa21 a22 โ€ฆโ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ

] , โ„“3 = {x = (xi) |(โˆ‘ |xi|3โˆž

i=1 )1

3 <

โˆž}, and โ„“32โ„

= {x = (xi) |(โˆ‘ |xi|3

2โˆži=1 )

2

3< โˆž } is a sequence real numbers.

Furthermore, it can be constructed an operator A from finite sequence space โ„“3 to

sequence space โ„“32โ„ by using a standard basis (๐‘’๐‘˜) and it can be proven that the

collection all the operators become Banach space.

Key Words : Operator, Finite Sequence Space

ABSTRAK

REPRESENTASI OPERATOR LINIER DARI RUANG BARISAN ๐“ต๐Ÿ‘ KE

RUANG BARISAN ๐“ต๐Ÿ‘๐Ÿโ„

Oleh

Risky Aulia Ulfa

Suatu pemetaan pada ruang vector khususnya ruang bernorma disebut operator.

Salah satu kajian tentang operator, dalam hal ini operator linear, merupakan suatu

operator yang bekerja pada ruang barisan. Banyak kasus pada operator linear dari

ruang barisan ke ruang barisan dapat diwakili oleh suatu matriks tak hingga.

Matriks tak hingga yaitu suatu matriks yang berukuran takhingga kali takhingga.

Sebagai contoh, suatu matriks A : โ„“3 โ†’ โ„“32โ„,dengan A = [

a11 a12 โ€ฆa21 a22 โ€ฆโ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ

] ,

โ„“3 = {x = (xi) |(โˆ‘ |xi|3โˆž

i=1 )1

3 < โˆž}, dan โ„“32โ„

= {x = (xi) |(โˆ‘ |xi|3

2โˆži=1 )

2

3<

โˆž } merupakan barisan bilangan real. Selanjutnya dikontruksikan operator A dari

ruang barisan โ„“3 ke ruang barisan โ„“32โ„ dengan basis standar {ek} dengan ek =

(0,0, โ€ฆ , 1(k), โ€ฆ ) dan ditunjukkan bahwa koleksi semua operator membentuk ruang

banach.

Kata Kunci :Operator, Ruang Barisan Terbatas

REPRESENTASI OPERATOR LINIER DARI RUANG

BARISAN TERBATAS ๐“ต๐Ÿ‘ KE RUANG BARISAN ๐“ต๐Ÿ‘๐Ÿโ„

Oleh

RISKY AULIA ULFA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Risky Aulia Ulfa, putri sulung dari Bapak Hasanuddin

dan Ibu Nurhasanah serta kakak dari Ananda muhammad Fathurrahman dan

Maulida Salsabila. Penulis lahir di Teluk Betung, pada tanggal 27 Januari 1996.

Penulis menempuh pendidikan pertama di TK. Bumi Dipasena Mulya Rawajitu

dari tahun 2000 โ€“ 2002. Kemudian penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar

di SDN 01 Bumi Dipasena Mulya pada tahun 2002 โ€“ 2004 dan melanjutkan di

SDN 1 Sukamaju dan lulus pada tahun 2008. Kemudian menempuh Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 3 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan lulus pada

tahun 2011. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 8 Bandar Lampung pada

tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis diterima di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.

Pada awal tahun 2017, sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode I (19 Januari โ€“ 28

Februari 2017) di Desa Haji Pemanggilan Kecamatan Anak Tuha Kabupaten

Lampung Tengah Provinsi Lampung.

Kemudian untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam bidang kerja, penulis

melakukan Kerja Praktik (KP) dari tanggal 17 Juli โ€“ 25 Agustus 2017 di Kantor

Wilayah Direkotrat Jenderal Pajak Bengkulu dan Lampung yang ditempatkan di

Bidang Keberatan, Banding dan Pengurangan (KBP).

Kata Inspirasi

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta

alam

(Qs. Al โ€“ anโ€™aam : 142)

Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya maka kelak ia

akan dibumgkam mulutnya dengan api neraka

(HR. Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Baihaqi dan Al-hakim)

Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku

(Umar Bin Khattab)

Some Beautiful paths canโ€™t be discovered without getting lost

(Erol Ozan)

Jadilah seperti lentera, bukan seperti lilin

(Hasanuddin)

Berjalan tertatih dengan anak tangga

(Risky Aulia Ulfa)

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbilโ€™alamin,

Puji dan Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wataโ€™ala atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa pula shalawat teriring salam selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad Sallallahu โ€˜Alaihi Wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya

Kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk :

Ayahanda dan Ibunda

Tidak ada kata yang mampu kakak ucapkan selain terimakasih sebesar-besarnya untuk ayah

dan ibu atas semua yang telah kalian lakukan untuk kakak. Doโ€™a yang tak henti-hentinya

ayah dan Ibu panjatkan, kasih sayang yang tak terhitung serta waktu dan pengorbanan

yang diberikan untuk mengiringi setiap langkah kakak.

Adikku Ananda dan Salsabila

Terimakasih selama ini telah mengajari kakak banyak hal terutama kesabaran, doโ€™akan

semoga kakak bisa menjadi sosok kakak yang dapat menjadi panutan buat adik-adik kakak.

Sahabat-sahabatku

Terimakasih selama ini telah memberi motivasi, semangat, nasihat dan berbagai pengalaman

denganku. Semoga kelak kita menjadi orang-orang yang sukses.

i

SANWACANA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas

limpahan karunia serta ridho-Nya sehingga skripsi dengan judul โ€œRepresentasi

Operator Linier Dari Ruang Barisan Terbatas ๐“ต๐Ÿ‘ Ke Ruang Barisan ๐“ต๐Ÿ‘๐Ÿโ„โ€

dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan

kita Nabi Muhammad SAW. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari

banyaknya bimbingan, bantuan, dan dukungan berbagai pihak.Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Muslim Ansori, S.Si.,M.Si., selaku pembimbing I yang senantiasa

membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Suharsono S., M.S., M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing II yang selalu

memberikan dukungan dan arahan kepada penulis.

3. Bapak Agus Sutrisno, S.Si., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan

saran dan semangat sehingga terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Subian Saidi, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis.

5. Ibu Dra. Wamiliana, M.A, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

ii

7. Seluruh Dosen, staf dan karyawan Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lampung.

8. Ayah, Ibu, bang Nanda dan adek Salsa yang tidak pernah lelah mendoโ€™akan,

mendukung dan memberi perhatian kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuanganku adek Indah, uni Mona, mbak Reka, Linda

serta mbak Fietra yang tidak pernah lelah memberikan semangat dan bantuan

kepada penulis.

10. Sahabat-sahabatku bang Reza, Ika, Abiyya, Kurnia, Cuah, Desi, Rizka,

Arum, Atika, Fatme, Ameng, Gani dan teman-teman IPA 2 yang selalu

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan KKN ku Anis, Uun, Mbak Rini, Panji, Hapid

dan kak Galih yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan

skripsi.

12. Teman-teman satu bimbingan Yona, Nanda, Kiki dan Darma yang telah

banyak membantu.

13. Teman-teman Matematika 2014 yang telah memberikan pengalaman luar

biasa selama ini.

14. Keluarga besar HIMATIKA FMIPA UNILA.

15. Dan semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Januari 2018

Penulis

Risky Aulia Ulfa

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................. 2

1.3 Manfaat ................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Operator .............................................................................. 4

2.2. Barisan ................................................................................. 12

2.3. Ruang Vektor ...................................................................... 20

2.4. Basis .................................................................................... 21

2.5. Ruang Metrik ...................................................................... 22

2.6. Ruang Bernorm ................................................................... 24

2.7. Ruang Banach ..................................................................... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 28

3.2. Metode Penelitian ................................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASN

Definisi 4.1 ................................................................................... 31

Teorema 4.2.................................................................................. 32

Akibat 4.3 ..................................................................................... 36

Teorema 4.4.................................................................................. 36

Contoh 4.5 ................................................................................... 38

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu kajian tentang operator, dalam hal ini operator linear, merupakan suatu

operator yang bekerja pada ruang barisan. Banyak kasus pada operator linear dari

ruang barisan ke ruang barisan dapat diwakili oleh suatu matriks tak hingga.

Matriks tak hingga yaitu suatu matriks berukuran tak hingga kali tak hingga.

Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada

himpunan โ„• = {0,1,2,...}. Dengan kata lain, barisan bilangan real adalah suatu

fungsi ๐‘ฅ: โ„• โ†’ โ„, dalam hal ini dapat ditulis dengan ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘–). Bentuk dari ruang

barisan klasik terdiri dari ruang barisan konvergen (c), ruang barisan yang

konvergen ke 0 (c0), dan ruang barisan terbatas (โ„“๐‘). Untuk setiap bilangan real ๐‘

dengan 1 โ‰ค ๐‘ < โˆž didefinisikan

โ„“๐‘ = {๐‘ฅ โˆˆ {๐‘ฅ๐‘—} โˆˆ ๐œ” โˆถ โˆ‘|๐‘ฅ๐‘—|๐‘

< โˆž

โˆž

๐‘—=1

}

Sebagai contoh, suatu matriks ๐ด โˆถ โ„“3 โ†’ โ„“32โ„dengan ๐ด = [

๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ€ฆโ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ

] dan

โ„“3 = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘–) |(โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘–|3โˆž

๐‘–=1 )1

3 < โˆž }

2

โ„“32โ„ = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘–) |(โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘–|

3

2โˆž๐‘–=1 )

2

3< โˆž } merupakan barisan bilangan real.

Jika ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘–) โˆˆ โ„“3 maka

๐ด(๐‘ฅ) = ๐ด๐‘ฅ = [๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ€ฆโ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฎ

] [๐‘ฅ1

๐‘ฅ2

โ‹ฎ]

= [๐‘Ž11๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12๐‘ฅ2 + โ‹ฏ๐‘Ž21๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22๐‘ฅ2 + โ‹ฏ

โ‹ฎ]

=

[ โˆ‘๐‘Ž1๐‘—๐‘ฅ๐‘—

โˆž

๐‘—=1

โˆ‘๐‘Ž2๐‘—๐‘ฅ๐‘—

โˆž

๐‘—=1

โ‹ฎ ]

Sehingga timbul suatu permasalahan, syarat apa yang harus dipenuhi supaya

๐ด(๐‘ฅ) โˆˆ โ„“32โ„ . Oleh karena itu, penelitian akan difokuskan pada permasalahan

tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya :

1. Mempelajari sifat-sifat operator linear yang bekerja dari ruang barisan โ„“3

ke ruang barisan โ„“32โ„ .

2. Mencari representasi operator linear dari ruang barisan โ„“3 ke ruang barisan

โ„“32โ„ .

3

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat Penelitian tentang representasi operator linear dari ruang barisan

โ„“3 ke ruang barisan โ„“32โ„ antara lain :

1. Memahami sifat dari operator linear dari ruang barisan โ„“3 ke ruang barisan

โ„“32โ„ .

2. Mengetahui representasi operator linear dari ruang barisan โ„“3 ke ruang

barisan โ„“32โ„ .

3. Dapat memberi ide bagi penulis lain yang ingin meneliti lebih lanjut

tentang operator.

II. TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Operator

Definisi 2.1.1

Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator

(Kreyszig, 1989).

Definisi 2.1.2

Diberikan ruang Bernorm X dan Y atas lapangan yang sama.

a. Pemetaan dari X dan Y disebut operator.

b. Operator A : X โ†’ Y dikatakan linear jika untuk setiap x, y โˆˆ X dan setiap

skalar ๐›ผ berlaku A(๐›ผx) = ๐›ผAx dan A( x + y) = Ax + Ay (Kreyszig, 1989).

Definisi 2.1.3

Diberikan (๐‘‹, โ€–. โ€–) dan (๐‘Œ, โ€–. โ€–) masing-masing ruang bernorm.

a. Operaror A : X โ†’ Y dikatakan terbatas jika ada bilangan M โˆˆ R dengan

M โ‰ฅ 0 sehingga untuk setiap x โˆˆ X berlaku โ€–๐ด๐‘ฅโ€– โ‰ค ๐‘€โ€–๐‘ฅโ€–.

b. Operator A dikatakan kontinu di x โˆˆ X jika diberikan bilangan ํœ€ > 0 ada

bilangan ๐›ฟ > 0 sehingga untuk setiap y โˆˆ X dengan โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– โ‰ค ๐›ฟ

berlaku โ€–๐ด๐‘ฅ โˆ’ ๐ด๐‘ฆโ€– โ‰ค ํœ€.

5

c. Jika A kontinu di setiap x โˆˆ X, A disebut kontinu pada X (Kreyszig,

1989).

Teorema 2.1.4

Jika X dan Y masing-masing ruang Bernorm atas lapangan yang sama maka

โ„“๐‘(X, Y) merupakan ruang linear.

Bukti :

Diambil sebarang A, B โˆˆ โ„“๐‘(X, Y) dan sebarang ๐›ผ, ๐›ฝ, ๐‘Ž, ๐‘ untuk setiap x, y โˆˆ X

diperoleh

(ฮฑA + ฮฒB)(ax + by) = ฮฑA(ax + by) + ฮฒB(ax + by)

= ฮฑAax + ฮฑAby + ฮฒBax + ฮฒBby

= ๐›ผ๐‘Ž๐ด๐‘ฅ ๐›ผ๐‘๐ด๐‘ฆ + ๐›ฝ๐‘Ž๐ต๐‘ฅ + ๐›ฝ๐‘๐ต๐‘ฆ

= ๐›ผ๐‘Ž๐ด๐‘ฅ + ๐‘Ž๐›ฝ๐ต๐‘ฅ + ๐‘๐›ผ๐ด๐‘ฆ + ๐‘๐›ฝ๐ต๐‘ฆ

= a(ฮฑA + ฮฒB)x + b(ฮฑA + ฮฒB)y

Jadi, (ฮฑA + ฮฒB) merupakan operator linear.

Karena A dan B terbatas maka ada bilangan real M1, M2 โ‰ฅ 0 sehingga,

โ€–(ฮฑA + ฮฒB)xโ€– = โ€–ฮฑAx + ฮฒBxโ€–

โ‰ค โ€–ฮฑAxโ€– + โ€–ฮฒBxโ€–

= |๐›ผ|โ€–๐ด๐‘ฅโ€– + |ฮฒ|โ€–๐ต๐‘ฅโ€–

โ‰ค |๐›ผ|๐‘€1โ€–๐‘ฅโ€– + |ฮฒ|๐‘€2โ€–๐‘ฅโ€–

6

= (|๐›ผ|๐‘€1 + |ฮฒ|๐‘€2)โ€–๐‘ฅโ€–

Dengan demikian, ฮฑA + ฮฒB terbatas (kontinu).

Jadi A, B โˆˆ โ„“๐‘(X, Y)

Telah dibuktikan bahwa untuk setiap A, B โˆˆ โ„“๐‘(X, Y) dan sebarang skalar ๐›ผ, ๐›ฝ

berlaku A, B โˆˆ โ„“๐‘(X, Y) . Jadi โ„“๐‘(X, Y) linear (Ruckle, 1991).

Teorema 2.1.5

Jika Y ruang Banach maka โ„“๐‘(X, Y) โˆฅ. โˆฅ) ruang Banach.

Bukti :

Diambil sebarang barisan Cauchy {Ai} โŠ‚ โ„“๐‘(X, Y) , โ€–. โ€–).

Jadi untuk setiap bilangan ํœ€0 terdapat ๐‘›0 โˆˆ N sehingga jika ๐‘š, ๐‘› โˆˆ ๐‘ dengan

๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku โ€–๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด๐‘›โ€– < ํœ€0.

Misal, untuk setiap x โˆˆ X dan ๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 diperoleh

โ€–๐ด๐‘š๐‘ฅ โˆ’ ๐ด๐‘›๐‘ฅโ€– = โ€–(๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด๐‘›)๐‘ฅโ€–

โ‰ค โ€–๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด๐‘›โ€–โ€–๐‘ฅโ€– < ํœ€0โ€–๐‘ฅโ€–

Jelas untuk setiap bilangan ํœ€ > 0 (dapat dipilh bilangan ํœ€0 > 0 sehingga ํœ€0 โˆฅ ๐‘ฅ โˆฅ

< ํœ€ ada ๐‘›0 โˆˆ N sehingga untuk setiap ๐‘š, ๐‘› โˆˆ ๐‘ dengan ๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku

โ€–๐ด๐‘š๐‘ฅ โˆ’ ๐ด๐‘›๐‘ฅโ€– < ํœ€0โ€–๐‘ฅโ€– < ํœ€.

Dengan demikian diperoleh barisan Cauchy {๐ด๐‘–๐‘ฅ} โŠ‚ ๐‘Œ dan Y lengkap, dengan

kata lain {๐ด๐‘–๐‘ฅ} konvergen ke ๐‘ฆ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘Œ.

7

Jadi, lim๐‘›โ†’โˆž ๐ด๐‘›๐‘ฅ = ๐‘ฆ๐‘ฅ dan x menentukan suatu operator A sehingga ๐ด๐‘ฅ = ๐‘ฆ๐‘ฅ.

Proses di atas dapat diulang untuk ๐‘ง โˆˆ ๐‘‹ tetap, dengan ๐‘ง โ‰  ๐‘ฅ. Jadi diperoleh

lim๐‘›โ†’โˆž ๐ด๐‘›๐‘ง = ๐‘ฆ๐‘ง dan z menentukan suatu operator A sehingga ๐ด๐‘ง = ๐‘ฆ๐‘ง.

Untuk setiap skalar a dan b, diperoleh ๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง โˆˆ ๐‘‹,

lim๐‘›โ†’โˆž ๐ด๐‘›(๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง) = ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘ฅ+๐‘๐‘ง dan ๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง menentukan suatu operator A

sehingga ๐ด๐‘›(๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง) = ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘ฅ+๐‘๐‘ง.

Jadi ๐ด(๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง) = ๐‘™๐‘–๐‘š๐‘›โ†’โˆž ๐ด๐‘›(๐‘Ž๐‘ฅ + ๐‘๐‘ง)

= lim๐‘›โ†’โˆž

(๐‘Ž๐ด๐‘›๐‘ฅ + ๐‘๐ด๐‘›๐‘ง)

= lim๐‘›โ†’โˆž

๐‘Ž๐ด๐‘›๐‘ฅ + lim๐‘›โ†’โˆž

๐‘๐ด๐‘›๐‘ง

= ๐‘Ž lim๐‘›โ†’โˆž

๐ด๐‘›๐‘ฅ + ๐‘ lim๐‘›โ†’โˆž

๐ด๐‘›๐‘ง

= ๐‘Ž๐‘ฆ๐‘ฅ + ๐‘๐‘ฆ๐‘ง

= ๐‘Ž๐ด๐‘ฅ + ๐‘๐ด๐‘ง

Jadi operator A bersifat linear.

Untuk ๐‘› โ†’ โˆž diperoleh

โ€–(๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด๐‘›)๐‘ฅโ€– = โ€–๐ด๐‘š๐‘ฅ โˆ’ ๐ด๐‘ฅ โ€–

= โ€–(๐ด๐‘š๐‘ฅ โˆ’ ๐ด๐‘ฅ)โ€–

= โ€–(๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด)๐‘ฅโ€– < ํœ€0โ€–๐‘ฅโ€–

Jadi operator (๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด) dengan ๐‘š โ‰ฅ ๐‘›0 bersifat linear terbatas.

8

Karena ๐ด๐‘š dan ๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด masing-masing terbatas, serta ๐ด = ๐ด๐‘š โˆ’ (๐ด๐‘š โˆ’ ๐ด) maka

A terbatas (kontinu).

Jadi ๐ด โˆˆ โ„“๐‘(X, Y) , โ€–. โ€–) dengan kata lain โ„“๐‘(X, Y) , โ€–. โ€–) ruang Banach (Maddox,

1970).

Definisi 2.1.6

Diberikan ruang Bernorm X dengan lapangan โ„.

a. Pemetaan ๐‘“: ๐‘‹ โ†’ โ„ disebut fungsi.

b. Himpunan semua fungsi linear kontinu pada X disebut ruang dual X,

biasanya ditulis ๐‘‹โˆ— โˆˆ ๐‘™๐‘(๐‘‹, ๐‘Œ) (Kreyszig, 1989).

Teorema 2.1.7

Misal X dan Y ruang BK (Banach lengkap). Jika A matriks tak hingga yang

memetakan X ke Y maka A kontinu.

Bukti :

Misal A = (๐‘Ž๐‘–๐‘—)

X = (๐‘ฅ๐‘—) โˆˆ ๐‘‹

y = (๐‘ฆ๐‘–) โˆˆ ๐‘Œ dapat dinyatakan

๐‘ฆ๐‘– = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—

โˆž

๐‘—=๐‘–

Mendefinisikan suatu fungsi linear kontinu pada X. Jelas bahwa untuk setiap :

9

๐‘“๐‘š(๐‘ฅ) = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

Misal ๐‘  = (๐‘ ๐‘—), ๐‘ก = (๐‘ก๐‘—) dan ๐›ผ โˆˆ ๐‘…

๐‘“๐‘š(๐‘ ) = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ ๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

๐‘“๐‘š(๐‘ก) = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ก๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

(๐‘–) ๐‘“๐‘š(๐‘ ) + ๐‘“๐‘š(๐‘ก) = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ ๐‘— +

๐‘š

๐‘—=1

โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ก๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

= โˆ‘(๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ ๐‘— + ๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ก๐‘—)

๐‘š

๐‘—=1

= โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—(๐‘ ๐‘— + ๐‘ก๐‘—)

๐‘š

๐‘—=1

= โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—(๐‘  + ๐‘ก)๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

= ๐‘“๐‘š(๐‘  + ๐‘ก)

(๐‘–๐‘–)(๐‘“๐‘š)(๐‘Ž๐‘ฅ) = โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—(๐‘Ž๐‘ฅ๐‘—)

๐‘š

๐‘—=1

= โˆ‘๐‘Ž(๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—)

๐‘š

๐‘—=1

= โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

10

= ๐‘Ž(๐‘“๐‘š(๐‘ฅ))

Berdasarkan (i) dan (ii) terbukti ๐‘“๐‘š merupakan fungsi linear pada X.

Selanjutnya akan ditunjukkan ๐‘“๐‘š kontinu pada X.

Hal ini sama saja membuktikan ๐‘“๐‘š terbatas pada X.

Diketahui X ruang BK maka terdapat M > 0 sehingga |๐‘ƒ(๐‘ฅ)| = |๐‘ฅ๐‘˜| โ‰ค ๐‘€

Oleh karena itu :

|๐‘“๐‘š(๐‘ฅ)| = |โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—

๐‘š

๐‘—=1

|

โ‰ค โˆ‘|๐‘Ž๐‘–๐‘—||๐‘ฅ๐‘—|

๐‘š

๐‘—=1

โ‰ค โˆ‘|๐‘Ž๐‘–๐‘—|๐‘€

๐‘š

๐‘—=1

Berdasarkan pembuktian di atas, ๐‘“๐‘š mendefinisikan fungsi linear kontinu pada x

๐‘“๐‘š(๐‘ฅ) = lim๐‘šโ†’โˆž

๐‘“๐‘š(๐‘ฅ)

Maka f juga kontinu pada x.

Karena y ruang BK diperoleh

๐‘ฆ๐‘– = lim๐‘›โ†’โˆž

โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—(๐‘›)

โˆž

๐‘—=1

Atau

11

๐ด๐‘ฅ(๐‘›) = [

๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž13 โ‹ฏ

๐‘Ž21 ๐‘Ž2 ๐‘Ž23 โ‹ฏ๐‘Ž31

โ‹ฎ๐‘Ž32

โ‹ฎ

๐‘Ž33 โ‹ฏ

โ‹ฎ โ‹ฏ

]

[ ๐‘ฅ1

(๐‘›)

๐‘ฅ2(๐‘›)

๐‘ฅ3(๐‘›)

โ‹ฎ ]

=

(

โˆ‘๐‘Ž1๐‘—๐‘ฅ๐‘—(๐‘›)

โˆž

๐‘—=1

โˆ‘๐‘Ž2๐‘—๐‘ฅ๐‘—(๐‘›)

โˆž

๐‘—=1

โ‹ฎ )

= [๐‘ฆ1

๐‘ฆ2

โ‹ฎ]

๐‘ฆ๐‘– = lim๐‘›โ†’โˆž

โˆ‘๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—(๐‘›)

โˆž

๐‘—=1

= lim๐‘›โ†’โˆž

๐‘“(๐‘ฅ(๐‘›))

= ๐‘“(๐‘ฅ)

๐ด(๐‘ฅ)๐‘– , โˆ€๐‘–

Jika y = Ax maka bukti lengkap (Ruckle, 1991).

Definisi 2.1.8

a. Matriks takhingga ๐ด = (๐‘Ž๐‘–๐‘—) adalah matriks dengan ๐‘Ž๐‘–๐‘— โˆˆ โ„ dan elemen

pada baris dan kolom sebanyak takhingga (Berberian, 1996).

b. Jika ๐ด = (๐‘Ž๐‘–๐‘—) dan ๐ต = (๐‘๐‘–๐‘—) masing-masing matriks takhingga dan ๐›ผ

skalar maka ๐ด + ๐ต = (๐‘Ž๐‘–๐‘— + ๐‘๐‘–๐‘—), ๐›ผ๐ด = (๐›ผ๐‘Ž๐‘–๐‘—), dan ๐ด๐ต = (โˆ‘ ๐‘Ž๐‘–๐‘˜๐‘๐‘˜๐‘—)โˆž๐‘˜=1

dengan โˆ‘ ๐‘Ž๐‘–๐‘˜๐‘๐‘˜๐‘— โˆˆ ๐‘…โˆž๐‘˜=1 , (Cooke, 1955).

12

Definisi 2.1.9

Diketahui suatu operator ๐‘‡ โˆˆ ๐ต(๐ป1, ๐ป2) maka ๐‘‡โˆ— โˆˆ ๐ต(๐ป1, ๐ป2) disebut operator

adjoint operator T jika untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ป1 dan ๐‘ฆ โˆˆ ๐ป2 berlaku (๐‘‡๐‘ฅ, ๐‘ฆ) =

(๐‘ฅ, ๐‘‡โˆ—๐‘ฆ) (Fuhrmann,1987).

2.2 Barisan

Definisi 2.2.1

Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat

positif. Misal terdapat bilangan bulat positif 1, 2, 3,...,n,... yang bersesuaian

dengan bilangan real xn tertentu, maka x1, x2,...,xn,... dikatakan barisan (Mizrahi

dan Sulivan, 1982).

Definisi 2.2.2

Bilangan-bilangan ๐‘1, ๐‘2, ๐‘3, โ€ฆ , ๐‘๐‘› disebut barisan bilangan tak hingga dan cn

disebut suku umum dari barisan. Bilangan n, (n = 1, 2, 3,...) adalah nomor urut

atau indeks yang menunjukkan letak bilangan tersebut dalam barisan (Yahya,

Suryadi, Agus, 1990).

Definisi 2.2.3

Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada

himpunan โ„• = {0,1,2,...}. Dengan kata lain, barisan bilangan real adalah suatu

fungsi ๐‘ฅ : โ„• โ†’ โ„ dengan aturan ๐‘˜โ†’ ๐‘ฅ(๐‘˜) untuk setiap ๐‘˜ โˆˆ โ„•, dalam hal ini dapat

13

ditulis ๐‘ฅ(๐‘˜) = ๐‘ฅ๐‘˜ . Pada barisan ๐‘ฅ = ๐‘ฅ(๐‘˜), bilangan real ๐‘ฅ๐‘˜ disebut suku ke-k dari

barisan ๐‘ฅ = ๐‘ฅ(๐‘˜).

Suatu barisan yang ditulis dengan notasi ๐‘’[๐‘›] = (๐‘’๐‘˜[๐‘›])

โˆž ๐‘˜=0 untuk ๐‘› โˆˆ โ„•,

didefinisikan sebagai barisan dengan entrinya bernilai 1 hanya pada suku ke-๐‘› dan

yang lain bernilai 0, yaitu

๐‘’๐‘˜[๐‘›] = {

1, ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘˜ = ๐‘› 0, ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘˜ โ‰  ๐‘›

Dengan kata lain, ๐‘’[๐‘›] = (0,ยทยทยท ,0,1,0,ยทยทยท) dengan entri 1 berada pada posisi ke-๐‘›.

Koleksi semua barisan dinotasikan dengan ฯ‰; yaitu ฯ‰ = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) : ๐‘ฅ๐‘˜ โˆˆ โ„, โˆ€ ๐‘˜ โˆˆ

โ„•}. Sebarang ruang linier bagian dari ฯ‰ disebut ruang barisan. Ruang-ruang

barisan berikut yang ditulis dengan notasi ๐‘, ๐‘0 dan ๐‘™โˆž masing - masing disebut

ruang barisan konvergen, ruang barisan konvergen ke nol, dan ruang barisan

terbatas, yaitu

๐‘ = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ ๐œ” โˆถ ( โˆƒ ๐‘™ โˆˆ โ„) ๐‘ฅ๐‘˜ โ†’ ๐‘™},

๐‘0 = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ ๐œ” โˆถ ๐‘ฅ๐‘˜ โ†’ 0}, dan

๐‘™0 = {๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ ๐œ” โˆถ sup๐‘– โˆˆโ„•|๐‘ฅ๐‘˜| <โˆ }

Selanjutnya, ruang barisan dengan deret mutlak-๐‘ konvergen untuk 1 โ‰ค ๐‘ < โˆž

ditulis dengan notasi ๐‘™๐‘ yaitu;

๐‘™๐‘ = {๐‘ฅ โˆˆ {๐‘ฅ๐‘˜} โˆˆ ๐œ” โˆถ โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜|๐‘ < โˆžโˆž

๐‘–=1 } .

Ruang-ruang barisan yang dinotasikan tersebut di atas merupakan salah satu

bentuk ruang barisan klasik.

14

Ruang barisan X dikatakan ruang Banach jika X merupakan ruang bernorma dan

untuk setiap barisan Cauchy di dalamnya dapat diperoleh nilai kekonvergenannya.

Ruang barisan X disebut ruang BK (Banach Kantorovich) jika X merupakan

ruang Banach dan fungsi koordinat ๐‘๐‘–: X โ†’ โ„ dengan aturan ๐‘ฅ โ†’ ๐‘๐‘˜(๐‘ฅ) =

๐‘ฅ๐‘˜ kontinu pada X untuk semua ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ X dan setiap ๐‘˜ โˆˆ โ„•. Ruang barisan

๐‘, ๐‘0 dan ๐‘™โˆž yang diberikan di atas masing-masing merupakan ruang BK terhadap

norma supremum โ€–. โ€–โˆž , yaitu

โ€–๐‘ฅโ€–โˆž = sup๐‘˜โˆˆโ„•

|๐‘ฅ๐‘˜|.

Adapun ruang barisan ๐‘ dengan 1 โ‰ค ๐‘ < โˆž merupakan ruang BK terhadap norma

โ€–. โ€–๐‘ ; yaitu

โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ = (โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜|๐‘

โˆž

๐‘–=0

)

1๐‘โ„

untuk setiap ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ ๐‘™๐‘ (Kamthan dan Gupta, 1981).

Definisi 2.2.4

Misal L adalah suatu bilangan real dan {xn} suatu barisan, {xn} konvergen ke L

jika untuk setiap bilangan ํœ€ > 0 terdapat suatu bilangan asli N, sehingga |๐‘ฅ๐‘› โˆ’

๐ฟ| < ํœ€ untuk setiap ๐‘› > ๐‘.

Suatu bilangan L dikatakan limit dari suatu barisan takhingga ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ jika ada

bilangan real positif ํœ€ sehingga dapat ditemukan bilangan asli N yang tergantung

pada ํœ€ sehingga |๐‘ฅ๐‘› โˆ’ ๐ฟ| < ํœ€ untuk setiap ๐‘› > ๐‘, daan suatu barisan dikatakan

konvergen jika ia mempunyai nilai limit (Mizrahi dan Sulivan, 1982).

15

Teorema 2.2.5

Setiap barisan bilangan real yang konvergen selalu terbatas.

Bukti :

Misalkan barisan bilangan real {an} konvergen ke a, akan ditunjukkan terdapat

suatu bilangan real ๐‘€ > 0 sehinga |๐‘Ž๐‘›| โ‰ค ๐‘€ untuk setiap ๐‘› โˆˆ ๐‘. Karena {an}

konvergen ke a, maka terapat suatu ๐‘›0 โˆˆ ๐‘ sehingga ๐‘› > ๐‘›0 โŸน |๐‘Ž๐‘› โˆ’ ๐‘Ž| < 1.

Akibatnya |๐‘Ž๐‘›| = |๐‘Ž๐‘› โˆ’ ๐‘Ž + ๐‘Ž| โ‰ค |๐‘Ž๐‘› โˆ’ ๐‘Ž| + |๐‘Ž| < 1 + |๐‘Ž| untuk setiap ๐‘› > ๐‘›0.

Ambillah ๐‘€ = ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘ (|๐‘Ž1|, |๐‘Ž2|, โ€ฆ , |๐‘Ž๐‘›0|, |๐‘Ž| + 1), maka setiap ๐‘› โˆˆ ๐‘€ berlaku

|๐‘Ž๐‘›| โ‰ค ๐‘€, yang berarti bahwa barisan bilangan real {an} terbatas (Martono,

1984).

Definisi 2.2.6

Suatu barisan ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘›) dikatakan terbatas jika dan hanya jika terdapat suatu

bilangan ๐‘€ โ‰ฅ 0 sehingga |๐‘ฅ๐‘›| โ‰ค ๐‘€ โˆ€๐‘› โˆˆ ๐‘. Himpunan dari semua barisan

terbatas dilambangkan dengan ๐‘™โˆž (Maddox, 1970).

Definisi 2.2.7

Suatu barisan {xn} dikatakan mempunyai limit L bila untuk setiap bilangan ํœ€ > 0

dapat dicari suatu nomor indeks ๐‘›0 sedemikian sehingga untuk ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku

๐ฟ โˆ’ ํœ€ < ๐‘ฅ๐‘› < ๐ฟ + ํœ€ (atau |๐‘ฅ๐‘› โˆ’ ๐ฟ| < ํœ€) artinya jika L adalah limit dari {xn} maka

xn mendekati L jika n mendekati tak hingga (Yahya, Suryadi, Agus, 1990).

16

Definisi 2.2.8

Suatu barisan yang mempunyai limit dinamakan barisan konvergen dan barisan

yang tak konvergen dinamakan barisan divergen (Martono, 1984).

Definisi 2.2.9

Diberikan ๐œ” yaitu koleksi semua barisan bilangan real, jadi :

๐œ” = {๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜}: ๐‘ฅ๐‘˜ โˆˆ โ„}

a. Untuk setiap bilangan real p dengan 1 โ‰ค ๐‘ < โˆž didefinisikan

๐‘™๐‘ = {๐‘ฅ โˆˆ {๐‘ฅ๐‘—} โˆˆ ๐œ”:โˆ‘|๐‘ฅ๐‘—|๐‘

< โˆž

โˆž

๐‘—=1

}

dan norm pada ๐‘™๐‘ yaitu

โ€–๐‘ฅโ€–๐‘ = (โˆ‘|๐‘ฅ๐‘—|๐‘

โˆž

๐‘—=1

)

1

๐‘

b. Untuk ๐‘ = โˆž didefinisikan

๐‘™โˆž = {๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜} โˆˆ ๐œ”: sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜| < โˆž}

dan norm pada ๐‘™โˆž yaitu

โ€–๐‘ฅโ€–โˆž = sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜|

(Darmawijaya, 2007).

17

Definisi 2.2.10

Misal ๐‘, ๐‘ž โˆˆ (1,โˆž) dengan 1

๐‘+

1

๐‘ž= 1 (q konjugat p), untuk ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘™๐‘ dan ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘™๐‘

(๐‘ฅ๐‘—๐‘ฆ๐‘—)๐‘—โˆˆ๐‘โˆˆ ๐‘™โˆž dan โˆ‘|xjyj| โ‰ค โ€–xโ€–pโ€–yโ€–q

โˆž

j=1

(Darmawijaya, 2007).

Teorema 2.2.11

๐‘™๐‘(1 โ‰ค ๐‘ โ‰ค โˆž) merupakan ruang bernorma terhadap norm โ€–. โ€–๐‘.

Bukti :

a) Akan dibuktikan bahwa ๐‘™โˆž merupakan ruang bernorm terhadap โ€–. โ€–โˆž.

Untuk setiap skalar ๐›ผ dan ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜}, {๐‘ฆ๐‘˜} โˆˆ ๐‘™โˆž diperoleh

i) โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž = sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜| โ‰ฅ 0 karena |๐‘ฅ๐‘˜| โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘˜.

โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž = sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜| = 0 โŸบ |๐‘ฅ๐‘˜| = 0 untuk setiap ๐‘˜ โŸบ ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {0} = 0ฬƒ

ii) โ€–ฮฑ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž = sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐›ผ๐‘ฅ๐‘˜|. sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜| = ๐›ผโ€–๐‘ฅโ€–โˆž.

karena sup๐‘˜โ‰ฅ1

|๐‘ฅ๐‘˜| < โˆž maka โ€–ฮฑ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž = ๐›ผโ€–๐‘ฅโ€–โˆž < โˆž atau ฮฑ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ โˆˆ ๐‘™โˆž

iii) โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ + ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž โ‰ค โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž + โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž dan โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ + ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–โˆž โ‰ค โˆž yaitu ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ + ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ โˆˆ ๐‘™โˆž

berdasarkan i), ii) dan iii) terbukti bahwa ๐‘™โˆž merupakan ruang linear dan

โ€–. โ€–โˆž norm pada ๐‘™โˆž. Dengan kata lain (๐‘™โˆž, โ€–. โ€–โˆž ) ruang bernorma.

18

b) Untuk 1 โ‰ค ๐‘ < โˆž diambil sebarang ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜}, ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {๐‘ฆ๐‘˜} โˆˆ ๐‘™๐‘ dan skalar ๐›ผ.

Diperoleh :

iv) โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–๐‘ = {โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

โ‰ฅ 0 karena |๐‘ฅ๐‘˜| โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘˜.

โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–๐‘ = {โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

= 0 โ‡” |๐‘ฅ๐‘˜| โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘˜ โ‡” ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {0} = 0ฬƒ

v) โ€–ฮฑ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–p = {โˆ‘|๐›ผ๐‘ฅ๐‘˜|๐‘โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

= |๐›ผ| {โˆ‘|๐›ผ๐‘ฅ๐‘˜|๐‘โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

= |๐›ผ|โ€–๐‘ฅโ€–๐‘

jelas bahwa โ€–๐›ผ๐‘ฅโ€–โˆž < โˆž

vi) โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ + ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–๐‘ โ‰ค โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–๐‘ + โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝโ€–๐‘ = {โˆ‘|๐›ผ๐‘ฅ๐‘˜|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

+ {โˆ‘|๐›ผ๐‘ฅ๐‘˜|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

< โˆž.

Berdasarkan iv), v) dan vi) terbukti bahwa ๐‘™๐‘ merupakan ruang linear dan

โ€–. โ€–๐‘ norm pada ๐‘™๐‘. Dengan kata lain (๐‘™๐‘, โ€–. โ€–๐‘ ) ruang bernorm

(Darmawijaya, 2007).

Teorema 2.2.12

Jika bilangan real p dengan 1 โ‰ค ๐‘ โ‰ค โˆž, maka (๐‘™๐‘, โ€–. โ€–๐‘) merupakan ruang

Banach.

Bukti :

Telah dibuktikan bahwa (๐‘™๐‘, โ€–. โ€–๐‘) merupakan ruang bernorm.

Jadi tinggal membuktikan bahwa ruang bernorm itu lengkap.

Dibuktikan dahulu untuk 1 โ‰ค ๐‘ โ‰ค โˆž diambil sebarang barisan Cauchy {๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›)} โŠ‚

๐‘™๐‘ dengan

19

a) ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›) = {๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›)} = (๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ1(๐‘›), ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ2

(๐‘›), ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ3(๐‘›), โ€ฆ )

Untuk sebarang ํœ€ > 0 terdapat bilangan asli ๐‘›0 sehingga untuk setiap dua

bilangan asli ๐‘š, ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku.

b) โ€–๐‘ฅ(๐‘š) โˆ’ ๐‘ฅ(๐‘›)โ€–๐‘

<๐œ€

4 atau โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜

(๐‘š)โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜

(๐‘›)|โˆž

๐‘˜=1

๐‘

< (๐œ€

4)๐‘

.

Hal ini berakibat untuk setiap dua bilangan asli ๐‘š, ๐‘› > 0 diperoleh

|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘š)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

| <๐œ€

4 untuk setiap k. Dengan kata lain diperoleh barisan

Cauchy ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

untuk setiap k. Jadi terdapat bilangan ๐‘ฅ๐‘˜ sehingga

lim๐‘›โ†’โˆž ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

= ๐‘ฅ๐‘˜ atau lim๐‘›โ†’โˆž|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜| = 0. Berdasarkan b) diperoleh

untuk ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku |๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜| = lim๐‘›โ†’โˆž|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘š)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

| <๐œ€

4.

Selanjutnya dibentuk barisan ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜}. Menurut ketidaksamaan

minkowski.

c) {โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜|๐‘โˆž

๐‘˜=1 }1

๐‘ = {โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

+ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

|๐‘

โˆž๐‘˜=1 }

1

๐‘

= lim๐‘šโ†’โˆž

{โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘š)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

+ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

= lim๐‘šโ†’โˆž

{โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘š)

โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

+ {โˆ‘|๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

|๐‘

โˆž

๐‘˜=1

}

1

๐‘

< โˆž

Yang berarti ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜} โˆˆ ๐‘™๐‘. Berdasarkan pertidaksamaan a) diperoleh

untuk ๐‘› โ‰ฅ ๐‘›0 berlaku.

d) โ€–๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ โˆ’ ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›)โ€– = {โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜(๐‘›)

|๐‘

โˆž๐‘˜=1 }

1

๐‘= lim๐‘šโ†’โˆž {โˆ‘ |๐‘ฅ๐‘˜ โˆ’ ๐‘ฅ๐‘˜

(๐‘›)|๐‘

โˆž๐‘˜=1 }

1

๐‘<

๐œ€

4

Maka barisan {๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›)} konvergen ke ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ. Berdasarkan hasil c) dan d), terbukti

bahwa barisan Cauchy {๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ(๐‘›)} โŠ‚ ๐‘™๐‘ konvergen ke ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ = {๐‘ฅ๐‘˜} โˆˆ ๐‘™๐‘ atau

20

terbukti bahwa (๐‘™๐‘, โ€–. โ€–๐‘), (1 โ‰ค ๐‘ โ‰ค โˆž) merupakan ruang banach

(Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.2.13

Misalkan X merupakan ruang barisan, X dikatakan ruang BK (banach lengkap)

jika X merupakan ruang banach dan pemetaan koordinatnya ๐‘ƒ๐‘›(๐‘ฅ) = ๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ =

(๐‘ฅ๐‘˜) โˆˆ ๐‘‹ kontinu.

Contoh ruang BK (banach lengkap) adalah ruang barisan ๐‘™๐‘, 1 โ‰ค ๐‘ โ‰ค โˆž (Ruckle,

1991).

2.3 Ruang Vektor

Definisi 2.3.1

Ruang vektor adalah suatu himpunan tak kosong X yang dilengkapi dengan fungsi

penjumlahan (+): ๐‘‹ ร— ๐‘‹ โ†’ ๐‘‹ dan fungsi perkalian skalar (โˆ™): ๐น ร— ๐‘‹ โ†’ ๐‘‹

sehingga untuk setiap skalar ๐œ†, ๐œ‡ dengan elemen ๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง โˆˆ ๐‘‹ berlaku :

i. ๐‘ฅ + ๐‘ฆ = ๐‘ฆ + ๐‘ฅ

ii. (๐‘ฅ + ๐‘ฆ) + ๐‘ง = ๐‘ฅ + (๐‘ฆ + ๐‘ง)

iii. ada ๐œƒ โˆˆ ๐‘‹ sehingga ๐‘ฅ + ๐œƒ = ๐‘ฅ

iv. ada โˆ’๐‘ฅ โˆˆ ๐‘ฅ sehingga ๐‘ฅ + (โˆ’๐‘ฅ) = ๐œƒ

v. 1 โˆ™ ๐‘ฅ = ๐‘ฅ

vi. ๐œ†(๐‘ฅ + ๐‘ฆ) = ๐œ†๐‘ฅ + ๐œ†๐‘ฅ

vii. (๐œ† + ๐œ‡)๐‘ฅ = ๐œ†๐‘ฅ + ๐œ‡๐‘ฅ

viii. ๐œ†(๐œ‡๐‘ฅ) = (๐œ†๐œ‡)๐‘ฅ (Maddox, 1970)

21

2.4 Basis

Definisi 2.4.1

Ruang vektor V dikatakan terbangkitkan secara hingga (finitely generated) jika

ada vektor-vektor ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› โˆˆ ๐‘‰ sehingga ๐‘‰ = [๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›]. Dalam keadaan

seperti itu {๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘›} disebut pembangkit (generator) ruang vektor V.

Menurut definisi di atas, ruang vektor V terbangkitkan secara hingga jika dan

hanya jika ada vektor-vektor ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› โˆˆ ๐‘‰ sehingga untuk setiap vektor ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‰

ada skalar-skalar ๐›ผ1, ๐›ผ2, โ€ฆ , ๐›ผ๐‘› sehingga

๐‘ฅ = ๐›ผ1๐‘ฅ1 + ๐›ผ2๐‘ฅ2 + โ‹ฏ+ ๐›ผ๐‘›๐‘ฅ๐‘›

Secara umum, jika ๐ต โŠ‚ ๐‘‰ dan V terbangkitkan oleh B, jadi |๐ต| = ๐‘‰ atau B

pembangkit V, maka untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‰ terdapat vektor-vektor ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘› โˆˆ ๐ต

dan skalar ๐›ผ1, ๐›ผ2, โ€ฆ , ๐›ผ๐‘› sehingga

๐‘ฅ = โˆ‘ ๐›ผ๐‘›๐‘ฅ๐‘›

๐‘›

๐‘˜=1

(Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.4.2

Diberikan ruang vektor V. Himpunan ๐ต โŠ‚ ๐‘‰ dikatakan bebas linear jika setiap

himpunan bagian hingga di dalam B bebas linear (Darmawijaya, 2007).

Definisi 2.4.3

Diberikan ruang vektor V atas lapangan โ„ฑ. Himpunan ๐ต โŠ‚ ๐‘‰ disebut basis (base)

V jika B bebas linear dan |๐‘‰| = ๐ต.

22

Contoh :

Himpunan {๏ฟฝฬŒ๏ฟฝ1, ๏ฟฝฬŒ๏ฟฝ2, โ€ฆ , ๏ฟฝฬŒ๏ฟฝ๐‘›}, dengan ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘˜ vektor di dalam ๐‘…๐‘› yang komponen ke-k

sama dengan 1 dan semua komponen lainnya sama dengan 0, merupakan basis

ruang vektor ๐‘…๐‘› (Darmawijaya, 2007).

2.5 Ruang Metrik

Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental

dalam analisis fungsional, sebab memegang peranan yang sama dengan jarak

pada real line R.

Definisi 2.5.1

Misal X adalah himpunan tak kosong, suatu metriks di X adalah suatu fungsi

๐‘‘: ๐‘‹ ร— ๐‘‹ โ†’ [0,โˆž), sehingga untuk setiap pasangan (๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆˆ ๐‘‹ ร— ๐‘‹ berlaku :

i. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹

ii. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = 0 jika dan hanya jika x = y

iii. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) = ๐‘‘(๐‘ฆ, ๐‘ฅ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹ (sifat simetri)

iv. ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ง) + ๐‘‘(๐‘ง, ๐‘ฆ) untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ, ๐‘ง โˆˆ ๐‘‹ (ketidaksamaan

segitiga)

Selanjutnya pasangan (X, d) dengan d adalah metrik pada X disebut ruang metrik.

Setiap anggota X disebut titik dan nilai d(x,y) disebut jarak(distance) dari titik x ke

titik y atau jarak antara titik x dan titik y (Kreyszig, 1989).

23

Definisi 2.5.2

Suatu barisan (xn) dalam ruang metrik (X, d) dikatakan barisan Cauchy jika untuk

setiap bilangan ํœ€ > 0 terdapat bilangan asli ๐‘ = ๐‘(๐œ–) sehingga ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ๐‘›) < ํœ€

untuk setiap ๐‘š, ๐‘› > ๐‘. Ruang X dikatakan X dikatakan lengkap jika setiap

barisan Cauchy di dalamnya konvergen (Kreyszig, 1989).

Definisi 2.5.3

Suatu ruang metrik (X, d) dikatakan lengkap jika dan hanya jika setiap barisan

Cauchy di dalamnya konvergen. Dengan kata lain jika ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ๐‘›) โ†’ 0(๐‘š, ๐‘› โ†’ โˆž)

maka terdapat ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹ seningga ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘š, ๐‘ฅ) โ†’ 0(๐‘š โ†’ โˆž) (Maddox, 1970).

Definisi 2.5.4

Misal (X,d) adalah suatu ruang metrik. Suatu barisan (๐‘ฅ๐‘›) โˆˆ ๐‘‹ dikatakan

konvergen jika terdapat suatu titik ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹ sehingga ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ) โ†’ 0 untuk ๐‘› โ†’ โˆž

(yaitu untuk setiap ํœ€ > 0, ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ) < ํœ€). Titik x adalah unik sebab jika ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฅ) โ†’

0 maka 0 โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โ‰ค ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฅ๐‘›) + ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฆ) โ†’ 0 menunjukkan bahwa x = y. Dapat

dikatakan xn konvergen ke limit x (dalam X) sehingga dapat ditulis ๐‘ฅ =

lim๐‘›โ†’โˆž ๐‘ฅ๐‘› (Beberian, 1996).

Lemma 2.5.5

Jika X = (X,d) adalah ruang metrik, maka :

i. Suatu barisan konvergen di X adalah terbatas dan limitnya adalah unik.

ii. Jika ๐‘ฅ๐‘› โ†’ ๐‘ฅ dan ๐‘ฆ๐‘› โ†’ ๐‘ฆ di X, maka ๐‘‘(๐‘ฅ๐‘›, ๐‘ฆ๐‘›) โ†’ ๐‘‘(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) (Kreyszig, 1989).

24

Teorema 2.5.6

Setiap barisan Cauchy adalah terbatas.

Bukti :

Jika {an} barisan Cauchy maka untuk ํœ€ = 1 ada bilangan asli N sehingga

|๐‘Ž๐‘š โˆ’ ๐‘Ž๐‘›| < 1 dimana n, m > N. Perhatikan bahwa untuk ๐‘›0 > ๐‘ maka |๐‘Ž๐‘›| =

|๐‘Ž๐‘› โˆ’ ๐‘Ž + ๐‘Ž| โ‰ค |๐‘Ž๐‘› โˆ’ ๐‘Ž| + |๐‘Ž| < 1 + |๐‘Ž| untuk setiap n > N. Jika ๐‘€ =

๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘ (|๐‘Ž1|, |๐‘Ž2|, โ€ฆ , |๐‘Ž๐‘›|, 1 + |๐‘Ž|) jelas |๐‘Ž๐‘›| โ‰ค ๐‘€ untuk setiap bilangan asli N

sehingga barisan {an} terbatas (Parzynsky dan Zipse, 1987).

2.6 Ruang Bernorma

Definisi 2.6.1

Diberikan ruang linear X. Fungsi ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹ โ†’ โ€–๐‘ฅโ€– โˆˆ ๐‘… disebut norm vektor yang

mempunyai sifat-sifat :

i. โ€–๐‘ฅโ€– โ‰ฅ 0 untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹

ii. โ€–๐‘ฅโ€– = 0, jika dan hanya jika ๐‘ฅ = 0, (0 vektor nol)

iii. โ€–๐›ผ๐‘ฅโ€– = โ€–๐›ผโ€– โ‹… โ€–๐‘ฅโ€– untuk setiap skalar ๐›ผ dan ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘‹

iv. โ€–๐‘ฅ + ๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅโ€– + โ€–๐‘ฆโ€– untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹

disebut norma (norm) pada X dan bilangan nonnegatif โ€–๐‘ฅโ€– disebut norma vektor

x. Ruang linear X yang dilengkapi dengan suatu norma โ€–โˆ™โ€– disebut ruang

bernorma (norm space) dan dituliskan singkat dengan ๐‘‹, โ€–โˆ™โ€– atau X saja asalkan

normanya telah diketahui (Darmawijaya, 1970).

25

Lemma 2.6.2

Dalam ruang linier bernorm X berlaku โ€–๐‘ฅโ€– โˆ’ โ€–๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– untuk setiap

๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹.

Bukti :

untuk setiap ๐‘ฅ, ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘‹ diperoleh :

โ€–๐‘ฅโ€– โˆ’ โ€–๐‘ฆโ€– = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ + ๐‘ฆโ€– โˆ’ โ€–๐‘ฆโ€– โ‰ค โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– + โ€–๐‘ฆโ€– โˆ’ โ€–๐‘ฆโ€– = โ€–๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆโ€– (Maddox,

1970).

Definisi 2.6.3

Norm Matriks Ruang matriks ๐‘€๐‘› adalah suatu ruang vektor berdimensi ๐‘›2.

Dengan demikian sifat-sifat norm vektor di ruang berdimensi hingga tetap berlaku

di sana. Perbedaannya, untuk sebarang A dan B di ๐‘€๐‘› kita dapat mengalikan

keduanya yang menghasilkan matriks baru ๐ด๐ต di ๐‘€๐‘› juga. Sangatlah wajar jika

kita menginginkan suatu ukuran matriks yang memberikan hubungan antara

ukuran ketiganya.

Definisi 2.6.4

Suatu fungsi |โ€–โ€ข โ€–| : ๐‘€๐‘› โ†’ ๐‘… disebut norm matriks jika untuk sebarang ๐ด, ๐ต ๐œ– ๐‘€๐‘›

berlaku lima aksioma berikut:

i. |โ€–๐ดโ€–| โ‰ฅ 0

ii. |โ€–๐ดโ€–| = 0, jika dan hanya jika ๐ด = 0

iii. โ€–๐›ผ๐ดโ€– = |๐›ผ| โ‹… |โ€–๐ดโ€–| untuk setiap skalar ๐›ผ

iv. |โ€–๐ด + ๐ตโ€–| โ‰ค |โ€–๐ดโ€–| + |โ€–๐ตโ€–|

26

v. |โ€–๐ด๐ตโ€–| โ‰ค |โ€–๐ดโ€–| |โ€–๐ตโ€–| ( sub-multikatif)

Pada definisi di atas keempat sifat pertama tidak lain merupakan sifat-sifat norm

vektor. Adapun sifat terakhir ditambahkan untuk menghubungkan โ€œukuranโ€

matriks - matriks ๐ด, ๐ตdan hasil perkalian keduanya yaitu matriks๐ด๐ต. Inilah yang

membedakan norm matriks dengan norm vektor.

Disamping norm matriks natural di atas ada beberapa contoh norm matriks yang

lain, diantaranya :

i. Norm jumlah kolom maksimum

|โ€–๐ดโ€–|1 โ‰ก ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ1<๐‘—<๐‘›

โˆ‘|๐‘Ž๐‘–๐‘—|

๐‘›

๐‘–=1

ii. Norm jumlah baris maksimum

|โ€–๐ดโ€–|โˆž โ‰ก ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ1<๐‘–<๐‘›

โˆ‘|๐‘Ž๐‘–๐‘—|

๐‘›

๐‘—=1

iii. Norm Spektral

|โ€–๐ดโ€–|2 โ‰ก max{โˆš๐œ† : ๐œ† nilai eigen dari ๐ดโˆ— ๐ด }

iv. Norm Similaritas

Misalkan |โ€–โ€ข โ€–| suatu nomr ๐‘€๐‘› dan S matriks non-singular di ๐‘€๐‘›.

Didefinisikan

|โ€–๐ดโ€–|๐‘† โ‰ก |โ€–๐‘†โˆ’1๐ด๐‘†โ€–| untuk semua ๐ด โˆˆ ๐‘€๐‘›

Bukti :

Sifat (i) sampai sifat (iii) cukup mudah dibuktikan, adapun sifat (iv) adalah

berdasarkan fakta :

27

|โ€–๐ด๐ตโ€–|๐‘† โ‰ก |โ€–๐‘†โˆ’1๐ด๐‘†โ€–| = |โ€–(๐‘†โˆ’1๐ด๐‘†)(๐ต๐‘†)โ€–| โ‰ค |โ€–๐‘†โˆ’1๐ด๐‘†โ€–||โ€–๐‘†โˆ’1๐ต๐‘†โ€–|

= |โ€–๐ดโ€–|๐‘†|โ€–๐ดโ€–|๐‘†

(Gozali, 2010).

2.7 Ruang Banach

Definisi 2.7.1

Ruang Banach (Banach space) adalah ruang bernorma yang lengkap (sebagai

ruang metrik yang lengkap) jika dalam suatu ruang bernorm X berlaku kondisi

bahwa setiap barisan Cauchy di X adalah konvergen (Darmawijaya, 2007)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 di jurusan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lampung.

3.2 Metode Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Mengkonstruksikan operator A dari ruang barisan โ„“3ke ruang barisan โ„“32โ„

dengan basis standar {๐‘’๐‘˜} dengan ๐‘’๐‘˜ = (0,0, โ€ฆ , 1(๐‘˜), โ€ฆ ).

2. Mengkonstruksikan norma operator A.

3. Menyelidiki apakah koleksi semua operator membentuk ruang Banach.

4. Merepresentasikan operator A sebagai matriks takhingga yang dikerjakan

pada barisan โ„“3 ke ruang barisan โ„“32โ„dengan basis standar {๐‘’๐‘˜} dengan

๐‘’๐‘˜ = (0,0, โ€ฆ , 1(๐‘˜), โ€ฆ ).

V. KESIMPULAN

Operator linear dan kontinu A : โ„“3 โ†’ โ„“32โ„ merupakan operator-SM jika dan hanya

jika terdapat suatu matriks ๐ด = (๐‘Ž๐‘–๐‘—) yang memenuhi :

1. ๐ด๐‘ฅ = {โˆ‘ ๐‘Ž๐‘–๐‘—๐‘ฅ๐‘—โˆž๐‘—=1 } โˆˆ โ„“3

2โ„ untuk setiap ๐‘ฅ = (๐‘ฅ๐‘–) โˆˆ โ„“3

2. โˆ‘ โˆ‘ |๐‘Ž๐‘–๐‘—|3

2โ„โˆž๐‘—=1

โˆž๐‘–=1 < โˆž

3. โˆ‘ โˆ‘ |๐‘Ž๐‘–๐‘—|โˆž๐‘—=1

โˆž๐‘–=1 < โˆž

Koleksi semua operator SM A : โ„“3 โ†’ โ„“32โ„ yang dinotasikan dengan SM (โ„“3, โ„“3

2โ„)

membentuk ruang Banach.

DAFTAR PUSTAKA

Berberian, S. K. 1996.Fundamentals of Real Analysis.Springer, Texas.

Darmawijaya, S. 2007. Pengantar Analisis Abstrak. Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Fuhrmann, P. A. 1981. Linear Syatem and Operator in Hilbert Space.Mc

GrawHill and Sons, New York.

Gozali, S. M. 2010. Norm Vektor dan Norm Matriks. Juni 2010.

https://id.scribd.com/doc/58611039/Norm-Vektor-Dan-Norm-Matriks.

Diakses pada 28 November 2017.

Kamthan, P. K dan Gupta, M. 1981.Sequence Spaces and Series. Marcel Dekker

Inc, New York.

Kreyszig, E. 1989.Introductory Function Analysis with Application.Willey

Classic Library, New York.

Maddox,I.J. 1970. Element of Functional Analysis.Cambridge Univercity Press,

London.

Martono, K. 1984. Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik 2. Angkasa, Bandung.

Mizrahi, A. dan Sullivan, M. 1982.Calculus and Analytic Geometry.Wadsworth

Publishing Company Belmont, California.

Ruckle, W. H. 1991. Modern Analysis. PWS-KENT Publishing Company,

Boston.

Yahya, Y., Suryadi, D. H. S. dan Agus, S. 1990. Matematika Dasar Untuk

Perguruan Tinggi. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Recommended